ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA
RIZKIA NURFRINA PUTRI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2017 Rizkia Nurfrina Putri NIM H14130012
ABSTRAK RIZKIA NURFRINA PUTRI. Analisis Kinerja Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa. Dibimbing oleh SRI MULATSIH. Pakaian jadi laki-laki merupakan hasil industri tekstil yang potensial untuk terus dipertahankan ekspornya ke berbagai negara Uni Eropa. Hadirnya negara pesaing seperti Vietnam menjadi tantangan bagi Indonesia untuk dapat mempertahankan posisi pasarnya. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan gambaran umum ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa, menganalisis daya saing komparatif dan kompetitif menggunakan metode Revealed Comparative Advantage dan Porter’s Diamond Model, serta mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi lakilaki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. Analisis RCA menunjukkan Indonesia memiliki keunggulan komparatif di tujuh negara tujuan ekspor meskipun daya saingnya masih jauh dari Vietnam. Analisis EPD menunjukkan dinamika ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia yang memiliki pasar dengan posisi Rising Star di negara Italia dan Polandia, sedangkan untuk negara Jerman, Perancis, Belgia berada pada posisi Falling Star, dan di negara Spanyol Retreat. Analisis Porter’s Diamond menunjukkan Indonesia memiliki daya saing kompetitif. Variabel GDP riil per kapita, nilai tukar riil efektif, harga ekspor dan kualitas pelabuhan Indonesia signifikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor, sedangkan variabel jarak signifikan berpengaruh negatif. Kata kunci: Daya saing, EPD, gravity model, pakaian jadi laki-laki, RCA
ABSTRACT RIZKIA NURFRINA PUTRI. Analysis of Indonesia Man Apparel Export Performance to Seven Countries in Europe Union. Supervised by SRI MULATSIH. Man apparel is a potential export product resulted by Indonesia textile industry. There is potention to increase this export to several countries in European Union. The presence of competitor country like Vietnam become challenges for Indonesia to maintain its market position. The aim of this study are to describe the general condition of man apparel exports to seven EU countries, analyze man apparel competitiveness use Revealed Comparative Advantage and Porter's Diamond Model, and determine factors that affect man apparel exports from Indonesian to seven countries in European Union. RCA analysis showed Indonesia has a comparative advantage, in spite of the competitiveness is still far from Vietnam. EPD analysis show dynamic expor of Indonesia man apparel is rising star in Italy and Poland, while for Germany, France, Belgium the market position is Falling star, and Retreat in Spanish. Porter’s Diamond showed Indonesia has competitive on man apparel. Real GDP per capita of destination country, real effective exchange rate, export price and quality of port infrastructure have positive effect on the value of exports, while the distance variable has negative effect. Keywords: Competitiveness, EPD, gravity model, man apparel, RCA,
ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR NAMA2017 PENULIS
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2016 ini ialah perdagangan, dengan judul Analisis Kinerja Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yakni Sufrin Hannan dan Ratna Putri, ketiga adik penulis Revita, Daffa, dan Fathiyya, serta seluruh keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, serta semangat yang terus diberikan untuk penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberikan arahan dan nasihat kepada penulis. 2. Ibu Dr Sahara, SP MSi selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Dr Muhammad Findi A, ME selaku komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 4. Dosen-Dosen Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberi arahan selama masa perkuliahan. 5. Teman satu bimbingan: Rizka Suci, Widiya Nadhira, Muhammad Fajar yang selalu memberi masukan dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Teman teman terdekat : Gita, Syifa, Putri, Aulia, dan Irma yang selalu memberikan dukungan kepada penulis 7. Teman-Teman Ekonomi Studi Pembangunan angkatan 49 dan 50 yang selalu memberikan dukungan bagi penulis. 8. Rekan-rekan di Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementrian Perdagangan yang telah memberikan tambahan ilmu kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. .
Bogor, Maret 2017 Rizkia Nurfrina Putri
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Teori Perdagangan Internasional
6
Ekspor
7
Konsep Daya Saing
7
Produk Domestik Bruto
8
Jarak Ekonomi
9
Harga Ekspor
9
Nilai Tukar Riil Efektif (REER)
9
Quality of Port Infrastructure (QPI)
10
Penelitian Terdahulu
10
Kerangka Pemikiran
12
Hipotesis
14
METODE
14
Jenis dan Sumber Data
14
Metode Analisis Data
15
Revealed Comparative Advantage (RCA)
15
Export Product Dynamic (EPD)
16
Gravity Model
17
Porter’s Diamond Model
21
Model Penelitian
22
Definisi Operasional
23
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Gambaran Umum
23
Daya Saing Komparatif Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia dan Vietnam ke Tujuh Negara Uni Eropa Periode 2010-2014
25
Dinamika Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa Periode 2010-2014
27
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa 28 Daya Saing Kompetitif Pakaian Jadi Indonesia SIMPULAN DAN SARAN
32 38
Simpulan
38
Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
42
RIWAYAT HIDUP
51
DAFTAR TABEL Tabel 1Volume ekspor pakaian jadi ke negara tujuan utama (ton) 2 Tabel 2 Jenis dan sumber data 15 Tabel 3 Kerangka identifikasi autokorelasi 21 Tabel 4 GDP riil per kapita negara-negara Uni Eropa (US$) 24 Tabel 5 Populasi di negara-negara Uni Eropa (juta jiwa) 25 Tabel 6 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia 26 Tabel 7 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Vietnam 26 Tabel 8 Hasil indeks RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia 27 Tabel 9 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Indonesia 27 Tabel 10 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Vietnam 28 Tabel 11 Hasil gravity model dengan pembobotan cross section weight 29
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2010-2014 Gambar 2 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki ke negara tujuan utama Gambar 3 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dan Vietnam Gambar 4 Keseimbangan perdagangan internasional Gambar 5 Kerangka Pemikiran Gambar 6 Matriks EPD Gambar 7 Diagram Porter's Diamond Gambar 8 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia Gambar 9 Diagram Porter's Diamond pakaian jadi Indonesia
1 3 4 6 13 16 22 24 36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil estimasi Pooled Least Square Lampiran 2 Hasil estimasi fixed effect model Lampiran 3 Hasil uji chow Lampiran 4 Hasil uji Hausman Lampiran 5 Hasil uji multikolineritas Lampiran 6 Hasil uji normalitas Lampiran 7 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Indonesia Lampiran 8 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Vietnam Lampiran 9 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia Lampiran 10 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Vietnam Lampiran 11 Data variabel dependen dan independen gravity model
42 43 44 44 44 45 46 47 48 49 50
PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan internasional dilakukan oleh suatu negara melalui kegiatan ekspor dan impor. Tujuan dilakukannya perdagangan yakni guna meningkatkan kesejahteraan konsumen, produsen, hingga berdampak pada kesejahteran negara tersebut. Indonesia termasuk negara yang memiliki perekonomian terbuka sehingga terus melakukan pengembangan serta pengelolaan pada kegiatan ekspor dan impornya. Perkembangan ekspor impor sektor migas dan non migas mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Ekspor Indonesia pada tahun 2014 di dominasi oleh sektor non migas yang berkontribusi sebesar 82.94 persen terhadap total ekspor Indonesia, sedangkan 17.06 persen merupakan ekspor dari sektor migas (Kementrian Perindustrian, 2017). Gambar 1 menunjukkan bahwa selama periode 2010-2014, ekspor sektor non migas cendurung bergerak stagnan serta hanya mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2014. Rata-rata pertumbuhan ekspor non migas selama lima tahun sebesar 5.7 persen. Krisis Ekonomi di Amerika Serikat dan Uni Eropa menjadi salah satu penyebab menurunnya ekspor non migas Indonesia. Kendati demikian, komoditas hasil industri masih dapat menjadi komoditas andalan ekspor sektor non migas sebab memiliki kontribusi sebesar 77.9 persen terhadap ekspor non migas pada tahun 2014 (Kementrian Perindustrian, 2017). Juta US$
200.000 150.000 100.000 50.000 0 2010
2011
2012
2013
Ekspor Migas
Impor Migas
Ekspor Non Migas
Impor Non Migas
2014
Tahun
Sumber: BPS, 2017 Gambar 1 Ekspor impor Indonesia berdasarkan sektor 2010-2014 Terdapat sepuluh komoditas hasil industri yang hingga saat ini menjadi komoditas utama ekspor Indonesia, salah satunya komoditas tekstil. Pada tahun 2010-2014 pakaian jadi merupakan sub kelompok dari industri tekstil yang memiliki kontribusi ekspor paling tinggi dibandingkan dengan hasil tekstil lainnya (benang dan kain). Kontribusi ekspor pakaian jadi terhadap tekstil pada tahun 20102014 sebesar 51.63 persen, sedangkan benang dan kain sebesar 20.33 dan 14.60 persen. Tingginya kontribusi ekspor pakaian jadi juga diiringi dengan pertumbuhan rata-rata ekspornya yang bernilai positif yaitu sebesar 1.49 persen.
2 Pasar Uni Eropa merupakan pasar yang selama ini menjadi target ekspor Indonesia (pasar tradisional) untuk komoditas pakaian jadi selain dari pasar Jepang, Kanada, Amerika dan Arab. Hal ini dibuktikan dengan negara-negara Uni Eropa yang termasuk kedalam lima belas negara tujuan utama untuk ekspor pakaian jadi Indonesia. Negara anggota Uni Eropa seperti Belanda, Perancis, Jerman, Belgia dan Italia menjadi negara tujuan utama ekspor pakaian jadi Indonesia. Tabel 1 menunjukkan volume ekspor pakaian jadi Indonesia bergerak fluktuatif bahkan cenderung menurun untuk negara-negara Uni Eropa. Negara Belanda, Italia, dan Perancis merupakan negara yang mengalami penurunan volume ekspor pakaian jadi diantara negara Eropa lain. Tabel 1Volume ekspor pakaian jadi ke negara tujuan utama (ton) Negara 2010 2011 2012 2013 2014 Amerika Serikat 261,045 249,390 238,735 244,384 226,879 Uni Emirat Arab 10,738 11,132 12,535 11,550 13,217 Jepang 12,140 20,944 27,418 36,811 36,286 Canada 8,692 8,219 7,501 8,837 9,139 Belanda 10,304 8,290 5,307 5,037 4,212 Perancis 6,718 6,401 10,497 4,853 4,557 Jerman 25,337 26,096 22,832 22,315 23,892 Belgia 6,260 6,422 6,158 5,828 6,847 Italia 3,175 3,274 2,796 2,956 2,821 Sumber: BPS, 2017 Penurunan yang terjadi pada ekspor pakaian jadi ini menjadi fenomena yang perlu untuk diperhatikan lebih dalam oleh Indonesia, sebab pakaian jadi merupakan komoditas hasil industri tekstil yang dapat berkontribusi besar pada ekspor tekstil. Disamping itu, pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar andalan pakaian jadi Indonesia sehingga meskipun Indonesia sudah mulai mencari pasar baru seperti Afrika Selatan dan Amerika Latin, kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia tetap memerlukan strategi khusus agar dapat bertahan di pasar tradisionalnya. Faktor yang mendukung perlunya Indonesia untuk mempertahankan ekspornya di pasar Uni Eropa adalah nilai ekspor dari salah satu jenis produk pakaian jadi Indonesia yaitu pakaian jadi laki-laki masih mengalami peningkatan ekspor di negara-negara Uni Eropa. Gambar 2 menunjukkan nilai ekspor pakaian jadi laki-laki di negara Jerman, Belgia, Perancis, Italia dan Polandia masih mengalami peningkatan setelah terjadinya krisis Uni Eropa pada tahun 2011-2013. Peningkatan nilai ekspor yang tertinggi pada kurun waktu 2013 ke 2014 yakni peningkatan ekspor di negara Belgia yang mencapai US$ 5,366 ribu.
3 70.000
ribu US$
60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0 2010
2011
2012
2013
Belgia
Jerman
Spanyol
Italia
Polandia
Belanda
2014
Tahun
Perancis
Sumber: Un Comtrade, 2017 Gambar 2 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki ke negara tujuan utama Faktor pendukung lain yang menguatkan perlunya dilakukan peningkatan strategi ekspor ke pasar Uni Eropa adalah kontribusi pasar Uni Eropa untuk pakaian jadi laki-laki juga mendukung Indonesia untuk mempertahankan ekspor komoditas tersebut. Besaran kontribusi pasar Uni Eropa terhadap ekspor Indonesia ke dunia dunia untuk komoditas pakaian jadi laki-laki sebesar 26.53 persen. Nilai ini lebih besar dari share pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara utama lain seperti Jepang, Korea, dan Kanada yang hanya sebesar 9.18, 4.32, dan 1.94 persen. Selain itu, kondisi perekonomian ketujuh negara tujuan ekspor tersebut masih mengalami pertumbuhan (sebesar 1.2 persen) pasca krisis. Negara tujuan ekspor memiliki total populasi yang cukup besar yakni sebesar 320.856 juta jiwa pada tahun 2014. Berdasarkan potensi yang dimiliki, pakaian jadi laki-laki dapat menjadi komoditas potensial yang dapat berkontribusi besar pada upaya peningkatan ekspor tekstil dan non migas Indonesia. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, terlihat bahwa Indonesia saat ini mulai kehilangan pasarnya di berbagai negara Uni Eropa yang mulanya menjadi pasar andalan bagi komoditas pakaian jadi. Hal ini terlihat dari volume ekspor pakaian jadi secara keseluruhan yang mengalami penurunan di negara Uni Eropa seperti di Perancis, Belanda, dan Italia. Namun, kondisi ini masih dapat diperbaiki oleh Indonesia dengan meningkatkan potensi ekspor pada komoditas potensialnya yaitu komoditas pakaian jadi laki-laki. Pada proses peningkatan ekspor tersebut, terdapat tantangan bagi Indonesia seperti adanya krisis di Uni Eropa dan juga hadirnya negara eksportir pesaing yang diasumsikan dapat memengaruhi kinerja ekspor komoditas tersebut. Negara Vietnam merupakan salah satu pesaing kuat Indonesia dalam hal ekspor pakaian jadi laki-laki. Vietnam berada pada posisi ke lima sebagai eksportir pakaian jadi laki-laki sedangkan Indonesia berada pada posisi ke enam belas. Negara Vietnam yang juga berada di kawasan Asia Tenggara serta memiliki kondisi perekonomian yang serupa dengan Indonesia menjadi tantangan khusus bagi Indonesia dalam upaya peningkatan ekspornya di negara-negara Uni Eropa.
4
ribu US$
600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 2010
2011 Indonesia
2012
2013
2014
Tahun
Vietnam
Sumber : Un Comtrade, 2017 Gambar 3 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dan Vietnam Gambar 3 menunjukkan ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke berbagai negara di Uni Eropa berada jauh di bawah ekspor Vietnam. Pertumbuhan ekspor untuk negara Vietnam rata-rata sebesar 14.5 persen selama tahun 2010-2014, sedangkan pertumbuhan ekspor Indonesia hanya sebesar 8.8 persen. Pada tahun 2014 selisih nilai ekspor pakaian jadi laki-laki antara Indonesia dan Vietnam yakni sebesar US$ 275.778 ribu. Posisi Indonesia yang berada di bawah Vietnam menjadi hal yang penting untuk diperhatikan mengingat Uni Eropa merupakan pasar yang menjanjikan untuk dipertahankan oleh Indonesia. Berdasarkan seluruh paparan tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran umum ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa? 2. Bagaimana daya saing komparatif dan dinamika ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dan Vietnam ke tujuh negara Uni Eropa? 3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa? 4. Bagaimana daya saing kompetitif pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di paparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui gambaran umum ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. 2. Menganalisis daya saing komparatif dan dinamika ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dan Vietnam ke tujuh negara Uni Eropa. 3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi lakilaki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. 4. Menganalisis daya saing kompetitif ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa.
5 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat yang diharapkan antara lain : 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai perdagangan serta daya saing komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia di tujuh negara Uni Eropa. 2. Bagi pemerintah atau pihak institusi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan terkait strategi peningkatan daya saing ekspor pakaian jadi laki-laki. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi serta pengetahuan dan masukan dalam penelitian-penelitian yang selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis kinerja ekspor komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia di tujuh negara Uni Eropa. Terdapat beberapa batasan yang diterapkan pada penelitian ini yang bertujuan agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai tujuan utamanya. Ruang lingkup atau batasan penelitian ini adalah: 1. Tahun pengamatan yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sebanyak lima tahun yaitu 2010-2014. 2. Negara tujuan ekspor yang digunakan adalah tujuh negara tujuan utama ekspor Uni Eropa (Belgia, Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol, Polandia, dan Italia). 3. Komoditas atau produk yang digunakan dalam penelitian ini adalah komoditas pakaian jadi laki-laki dengan kode HS 6203 (Men's or boys' suits, ensembles, jackets, blazers, trousers, bib and brace overalls, breeches). 4. Variabel- variabel yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa antara lain adalah: (i) GDP riil per kapita negara tujuan; (ii) nilai tukar riil efektif negara tujuan ekspor (REER); (iii) jarak ekonomi Indonesia dengan negara tujuan ekspor; (iv) harga ekspor pakaian jadi laki-laki; (v) serta kualitas pelabuhan Indonesia. 5. Daya saing komoditas pakaian jadi laki-laki di analisis menggunakan metode RCA, EPD dan Porter’s Diamond Model. 6. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke beberapa negara Uni Eropa dianalisis menggunakan gravity model.
6
TINJAUAN PUSTAKA Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani dan Novianti, 2014). Kegiatan perdagangan internasional mencakup kegiatan ekspor dan impor yang disebabkan oleh adanya perbedaan permintaan, penawaran serta tingkat harga. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui Gambar 4.
Sumber: Salvatore, 1997 Gambar 4 Keseimbangan perdagangan internasional Gambar 4 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi relatif ekulibrium dengan adanya perdagangan ditinjau dari analisis keseimbangan parsial. Kurva Dx dan Kurva Sx dalam panel A dan C pada Gambar 4 masing-masing melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk komoditi X di negara satu dan negara dua. Sumbu Vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur hargaharga relatif untuk komoditi X (Px/Py), sedangkan sumbu horizontal mengukur kuantitas komoditi X. Panel A dan C merupakan kondisi sebelum terjadinya perdagangan internasional dimana negara satu adalah negara eksportir dan negara
7 dua adalah negara importir. Negara satu akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif P1, sedangkan negara dua akan berproduksi dan berkonsumsi pada A’ pada harga relatif P3. Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar di antara P1 dan P3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Jika harga yang berlaku di atas P1 maka negara satu akan memproduksi komoditi X lebih banyak dari permintaan domestik sehingga kelebihan produksi tersebut akan di ekspor ke negara dua. Dilain pihak jika harga yang berlaku di bawah P3 negara dua akan mengalami peningkatan permintaan dan hal ini akan mendorong negara dua untuk mengimpor kekurangan kebutuhan atas komoditi X dari negara satu. Penggabungan panel kedua kurva A dan C akan membentuk kurva penawaran (S) dan permintaan (D) di pasar internasional (panel B) sehingga negara satu akan mengekspor sebesar BE sedangkan negara importir akan mengimpor sebesar B’E’, sehingga harga serta kuantitas yang terbentuk adalah P* dan Q*.
Ekspor Ekspor adalah proses transportasi barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dan kemudian di jual ke negara lain. Ekspor dapat dikatakan pula sebagai total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain termasuk di dalamnya adalah barang-barang, asuransi dan jasa-jasa pada suatu periode tertentu. Kegiatan ekspor memiliki fungsi penting terhadap perdagangan luar negeri, sebab negara akan memeroleh keuntungan dan peningkatan pendapatan nasional yang kemudian menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Jhingan,2000). Konsep Daya Saing Daya saing dapat diartikan sebagai kemampuan bagi suatu komoditas untuk memasuki pasar luar negeri dan mampu untuk bertahan di dalam pasar tersebut (Porter, 1990). Konsep daya saing sering digunakan untuk mengukur keunggulan komoditas atau produk suatu negara terhadap negara pesaing. Menurut Porter (1990) daya saing di definisikan sebagai Country’s share of world market its product. Daya saing identik dengan produktivitas dimana tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit yang digunakan. Terdapat dua faktor yang menentukan tingkat daya saing suatu komoditas, yaitu faktor keunggulan komparatif dan faktor keunggulan kompetitif. Faktor keunggulan komparatif dianggap faktor yang sifatnya alamiah (natural advantage), sedangkan faktor keunggulan kompetitif dianggap sebagai faktor yang dapat dikembangkan diciptakan (acquired advantage). Teori Keunggulan Komparatif Menurut hukum keunggulan komparatif David Ricardo, meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding negara lain dalam memproduksi kedua komoditas, kedua belah pihak masih dapat melakukan perdagangan yang menguntungkan. Keuntungan akan tercipta bila negara tersebut melakukan spesialisasi dalam
8 produksi dan mengekspor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (komoditi dengan keunggulan komparatif), dan mengimpor komoditas yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditas dengan kerugian komparatif) (Salvatore,1997). Selain itu ahli lain, Heckser-Ohlin menyatakan bahwa keunggulan komparatif akan dipengaruhi oleh kelimpahan faktor produksi yang dimiliki. Model ini menyatakan bahwa setiap negara akan melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor komoditas yang banyak menyerap faktor produksi yang tersedia di negara tersebut dalam jumlah dan harga yang relatif murah. Teori Keunggulan Kompetitif Porter (1990) memberikan teori baru yang menjelaskan keunggulan kompetitif nasional. Teori ini mejelaskan penyebab suatu negara akan lebih unggul pada beberapa industrinya dibandingkan dengan industri lain. Terdapat empat atribut utama yang mendasari suatu industri dalam suatu negara agar dapat bersaing di pasar internasional. Keempat faktor tersebut adalah; (i) kondisi faktor produksi seperti lahan, infrastruktur, teknologi, dan tenaga kerja terampil; (ii) kondisi permintaan; (iii) strategi, struktur, dan persaingan perusahaan yakni kondisi dalam negeri yang menentukan bagaimana perusahan-perusahan itu dibentuk, diorganisasikan dan dikelola serta pesaing domestik yang akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan inovasi; (iv) industri terkait dan industri pendukung. Produk Domestik Bruto Produk domestik bruto merupakan pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa. Ada dua pendekatan utama yang digunakan untuk melihat statistik produk domestik bruto. Pertama yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang dalam perekonomian, dan yang kedua adalah sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa. Pos pendapatan nasional membagi PDB menjadi empat kelompok pengeluaran mencakup konsumsi investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Para ahli membagi PDB kedalam dua kategori yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB nominal adalah nilai dari barang dan jasa yang diukur menggunakan harga berlaku. Adapun PDB riil merupakan nilai dari barang dan jasa yang diukur menggunakan harga konstan. PDB riil dapat digunakan dalam pemodelan gravity model sebab ukuran kemakmuran suatu negara lebih baik dihitung menggunakan nilai output barang dan jasa yang tidak dipengaruhi oleh perubahan harga (Oktaviani dan Novianti,2014). PDB riil dapat diperoleh dari hasil pembagian antara PDB nominal dan deflator PDB. Penggunaan deflator PDB akan menghilangkan inflasi yang terdapat pada PDB nominal sehingga dapat mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar (Mankiw,2007). Selain itu terdapat pula GDP riil per kapita yang mengukur pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara pada waktu tertentu yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur tingkat konsumsi atau daya beli suatu negara atas barang dan jasa. GDP riil per kapita yang tinggi mencerminkan negara tersebut dapat dijadikan peluang bagi pasar kegiatan ekspor (Wardhani,2016)
9 Jarak Ekonomi Jarak ekonomi dua mitra dagang merupakan variabel utama dalam konsep gravity model. Jarak merupakan proksi untuk menghitung biaya transportasi (Krugman,2011). Berdasarkan penelitian Li, Song, Shao(2008), variabel jarak digantikan dengan jarak ekonomi rata-rata yang telah di bobotkan untuk menunjukkan biaya perdagangan, sebab data jarak hanya menunjukkan jarak fisik antar negara. Jarak ekonomi dapat dihitung sesuai dengan persamaan di bawah ini: Ecodistijt = Distij x
GDPjt ∑7𝑗=1 GDPjt
dimana, Ecodistijt : Jarak ekonomi antar negara pengekspor dan pengimpor pada tahun t Distij : Jarak geografis antar negara pengekspor (i) dan negara tujuan (j) GDPjt : GDP riil tiap negara pengimpor pada tahun t (US $) 7 ∑𝑗=1 GDPjtt : Total GDP riil seluruh negara pengimpor pada tahun t (US $)
Harga Ekspor Harga menjadi salah satu faktor yang dapat memengaruhi ekspor suatu negara. Harga dapat memengaruhi dua sisi baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Harga akan berpengaruh positif pada jumlah ekspor yang ditawarkan, dan sebaliknya akan berpengaruh negatif pada jumlah ekspor yang diminta oleh importir. Kenaikan harga ekspor suatu negara akan menyebabkan konsumen luar negeri mengurangi jumlah permintaannya terhadap barang yang di impor, sehingga volume ekspor dari negara eksportir akan mengalami penurunan, namun sebaliknya jika harga ekspor suatu komoditi menurun maka akan meningkatkan permintaan ekspornya (Stainer dan Lipsey, 1975). Persamaan umum harga di dapatkan dari hasi bagi antara nilai ekspor dengan volumenya Harga ekspor =
nilai ekspor volume ekspor
Nilai Tukar Riil Efektif (REER) Menurut (Mankiw, 2007) nilai tukar antar kedua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Nilai tukar terbagi menjadi dua yakni nilai tukar riil dan nilai tukar nominal. Nilai tukar riil merupakan harga relatif dari barang-barang antara kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang negara lain. Nilai tukar riil efektif merupakan pengukuran rata-rata nilai tukar suatu mata uang riil terhadap seluruh atau sejumlah mata uang asing. Pada penghitungan nilai tukar riil efektif digunakan suatu bobot atas suatu mata uang tertentu, salah
10 satunya bobot tersebut dapat berupa pangsa perdagangan suatu negara dengan negara lain. Jika REER negara tujuan tinggi , hal ini menunjukkan depresiasi nilai tukar negara tujuan sehingga harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih murah dibandingkan dengan harga barang-barang impor. Kondisi ini mendorong penduduk negara tujuan ekspor membeli produk impor dalam jumlah lebih sedikit sehingga menyebabkan ekspor dari negara eksportir menurun. Sebaliknya, jika REER negara tujuan rendah menandakan terjadi penguatan pada nilai tukar negara tujuan relatif terhadap mitra dagangnya,maka harga barang-barang di negara tujuan relatif lebih mahal dari barang-barang impor. Kondisi ini akan meningkatkan ekspor dari negara eksportir ke negara tujuan (Kementrian Perindustrian,2015). Quality of Port Infrastructure (QPI) Quality of port infrastructure merupakan variabel non ekonomi yang dapat digunakan untuk melihat presepsi dari pelaku bisnis terhadap fasilitas pelabuhan di suatu negara. Kualitas pelabuhan menjadi faktor yang penting untuk diperhatikan sebab dapat menentukan kelancaran proses pengangkutan barang yang diperdagangkan. Nilai yang menunjukkan quality of port infrastructure dimulai dari satu yakni kondisi infrastruktur pelabuhan yang berada pada kategori extremely underdeveloped sampai dengan nilai tujuh yang menunjukkan kondisi infrastruktur pelabuhan berada pada kategori yang efisien dan telah sesuai dengan standar internasional. Apabila terjadi perbaikan pada kualitas pelabuhan suatu negara maka dapat berpengaruh terhadap peningkatan ekspor negara tersebsut sebab proses pengangkutan barang menjadi semakin efisien (Clark, 2004). Penelitian Terdahulu Shehu (2015) dalam judul penelitiannya Gravity Model by Panel Data Approach; Empirical Evidence for Nigeria, menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Nigeria ke negara-negara anggota BRICS, sembilan anggota negara Uni Eropa, Kanada, Jepang dan Amerika Serikat pada periode 1999 sampai 2012. Penelitian ini dianalisis menggunakan gravity model dan panel regression. Hasil uji fix dan random effect menunjukkan bahwa ukuran pasar dan indeks harga dari negara tujuan ekspor secara positif signifikan mempengaruhi aliran ekspor Nigeria, sedangkan variabel persamaan kondisi ekonomi dan jarak geografi signifikan berpengaruh negatif terhadap ekspor Nigeria. Secara lebih lanjut dalam penelitian ini dijelaskan bahwa aspek ekonomi, sosial budaya, dan kerja sama perdagangan bilateral akan memiliki dampak positif bagi kinerja perdagangan Nigeria di masa depan. Do (2006) melalui penelitiannya yang berjudul A Gravity Model for Trade between Vietnam and Twenthy Three European Countries, menjelaskan faktorfaktor yang memengaruhi perdagangan bilateral antara Vietnam dan dua puluh tiga negara anggota Uni Eropa pada periode 1993-2004. Berdasarkan hasil penelitian ukuran ekonomi, ukuran pasar, dan nilai tukar riil menjadi variabel utama yang memengaruhi hubungan perdagangnnya, sedangkan variabel jarak dan sejarah tidak mendorong ekspor Vietnam ke negara tujuan ekspornya. Hasil dari estimasi gravity
11 model juga menunjukan potensi ekspor Vietnam ke dua puluh tiga negara tujuan berpotensi untuk terus ditingkatkan. Rahman (2006) menganalisis perdagangan Bangladesh baik ekspor maupun impor dengan negara-negara utama menggunakan gravity model analysis. Melalui penelitiannya yang berjudul A Panel Data Analysis of Bangladesh’s Trade didapatkan hasil perdagangan Bangladesh dipengaruhi oleh ukuran ekonomi negara, GNP per kapita, dan keterbukaan perdagangan negara mitra. Faktor utama yang memengaruhi ekspor Bangladesh yakni nilai tukar riil, total permintaan impor dari negara tujuan ekspor, dan kondisi ekonomi Bangladesh. Sebaliknya variabel nilai tukar tidak berpengaruh pada impor Bangladesh. Variabel yang memengaruhi impor yakni pendapatan per kapita dan tingkat inflasi.Biaya transportasi yang menjadi proksi dari jarak secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perdagangan Bangladeh denga negara mitra. Suharno dan Zuhdi (2015) menganalisis daya saing ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di pasar ASEAN 5 selama empat belas tahun terakhir. Ekspor kopi Indonesia dan Vietnam terus mengalami pertumbuhan khususnya pada jenis kopi HS 09011. Diadakannya AEC pada awal tahun 2016 menjadi stimulus bagi eksportir kopi Indonesia untuk tetap menjaga kuantitas ekspornya di pasar ASEAN 5. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk melihat daya saing ekspor kopi Indonesia dan Vietnam di negara tujuan ekspor. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor kopi Vietnam lebih memiliki daya saing dibandingkan ekspor kopi Indonesia. Melalui analisis EPD didapatkan hasil perdagangan kopi Indonesia maupun Vietnam berada pada kuadran Rising Star, yang berarti bahwa kinerja perdagangan ekspor berjalan cepat dan dinamis. Oleh karena itu Indonesia perlu untuk melakukan strategi peningkatan daya saing di pasar negara tujuan ekspornya. Listianingrum (2015) menganalisis posisi daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi (HS 611020) Indonesia ke negara tujuan utama pada tahun 2009-2013. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) digunakan untuk menganalisis daya saing, sedangkan analisis kuantitatif model panel menggunakan gravity model digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa pakaian jadi Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif di dunia, tetapi di beberapa negara tujuan memiliki daya saing lemah. Variabel GDP riil, jarak ekonomi, harga ekspor,dan nilai tukar riil secara signifikan memengaruhi volume ekspor pakaian jadi Indonesia Hanoum (2016) melalui penelitiannya menganalisis kinerja ekspor elektronika Indonesia ke Amerika Latin. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Porter’s Diamond digunakan untuk menganalisis daya saing, sedangkan gravity model digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor. Metode EPD memberikan gambaran dinamika ekspor elektronika Indonesia. Hasil analisis Porter’s Diamond menunjukkan bahwa daya saing kompetitif elektronika Indonesia masih lemah, namun dari hasil EPD menunjukkan pangsa pasar dan permintaan ekspor elektronika masih bertumbuh. Berdasarkan hasil analisis gravity model menggunakan fix effect model, GDP per kapita Indonesia, jarak ekonomi, harga ekspor GDP per kapita negara tujuan, dan populasi berpengaruh signifikan. Sebaliknya variabel REER (Real Effective Exchange Rate) tidak berpengaruh terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Latin.
12 Clark (2004) melalui penelitiannya yang berjudul Port efficiency, Maritime transport cost, dan Bilateral trade menganalisis tentang pentingnya efisiensi pelabuhan dalam proses pengiriman barang ekspor dan dapat berpengaruh pada biaya pengirimian barang. Faktor-faktor yang menjelaskan efisiensi dari pelabuhan mencakup banyaknya regulasi, kondisi umum dari infrastruktur suatu negara, serta tindakan-tindakan kriminal yang mungkin terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan upaya penurunan inefisiensi pada pelabuhan dapat menurunkan biaya transportasi dan meningkatkan perdagangan antar mitra dagang.
Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara kecil yang terlibat dalam perdagangan internasional dunia. Ketergantungan Indonesia terhadap pasar tradisionalnya menuntut Indonesia untuk terus berupaya melakukan strategi pertahanan maupun pengembangan pasar ekspor. Krisis yang sebelumnya terjadi di Uni Eropa turut berdampak pada kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia. Nilai ekspor pakaian jadi Indonesia cenderung menurun pasca krisis. Namun, terdapat tujuh negara utama Uni Eropa yang masih berpeluang untuk terus ditingkatkan ekspornya pada komoditas pakaian jadi laki-laki sebab pasca krisis nilai ekspor pakaian jadi lakilaki masih tumbuh di negara-negara tersebut. Menyikapi pengaruh dari faktor eksternal ini, Indonesia selayaknya terus berupaya untuk meningkatkan daya saing komoditas pakaian jadi laki-laki di berbagai negara tujuan ekspor di Uni Eropa. Pasar Uni Eropa menjadi pasar tradisional yang sepatutnya di pertahankan oleh Indonesia sebab permintaan ekspor dari Uni Eropa dapat terus ditingkatkan mengingat kondisi perekonomian, serta populasi negara-negara di Uni Eropa yang cukup potensial untuk pasar ekspor Indonesia. Komoditas pakaian jadi laki-laki dapat menjadi komoditas potensial yang dapat terus dikembangkan guna kembali meningkatkan ekspor pakaian jadi secara keseluruhan serta dapat berkontribusi pada peningkatan ekspor non migas Indonesia yang bersumber dari hasil industri tekstilnya. Di sisi lain, pada upaya peningkatan ekspor pakaian jadi laki-laki tersebut, adanya negara pesaing seperti Vietnam juga perlu diperhatikan oleh Indonesia. Jika dilihat dari nilai ekspornya, nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Vietnam jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia di negara-negara tujuan yang sama. Berdasarkan alasan tersebut, penelitian ini menganalisis tentang kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia menggunakan alat analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) , Export Product Dynamic (EPD) , dan Porter’s Diamond Model. Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki ke beberapa negara Uni Eropa dianalisis menggunakan gravity model. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa saran dan bahan masukan kepada pemerintah untuk merumuskan kebijakan terkait peningkatan kinerja ekspor pakaian jadi lakilaki Indonesia khususnya ke negara-negara anggota Uni Eropa. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan pada Gambar 5.
13 Pakaian jadi laki-laki termasuk dalam sub kelompok komoditas tekstil potensial Indonesia di Pasar Uni Eropa
Adanya Vietnam sebagai negara pesaing ekspor menjadi tantangan bagi Indonesia
Diperlukan pengembangan kinerja ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia
Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia
Daya saing pakaian jadi laki-laki ke negara tujuan ekspor Uni Eroapa
1. Revealed Comparative Advantage (RCA) 2. Porter’s Diamond Model 3. Export Product Dynamic (EPD)
1. 2. 3.
4. 5. 6.
Gravity Model dengan variabel : Nilai ekspor GDP riil per kapita negara tujuan Nilai tukar riil efektif negara tujuan ekspor (REER) Harga ekspor Jarak ekonomi Quality of port infrastructure
Implikasi Kebijakan
Kinerja ekspor pakaian jadi Indonesia Gambar 5 Kerangka Pemikiran
14 Hipotesis Berdasarkan tinjauan teori-teori, penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran yang terbentuk, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. GDP riil per kapita negara tujuan ekspor diasumsikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara tujuan ekspor Uni Eropa. 2. Harga ekspor diasumsikan berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara tujuan ekspor Uni Eropa. Jika harga mengalami peningkatan maka permintaan ekspor terhadap pakaian jadi laki-laki Indonesia menurun. 3. Jarak ekonomi diasumsikan berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara tujuan ekspor Uni Eropa. Semakin jauh negara tujuan ekspor, semakin besar biaya transportasi yang dikeluarkan. 4. Nilai tukar riil efektif diasumsikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor. Jika nilai tukar negara tujuan ekspor terapresiasi akan menyebabkan nilai ekspor pakaian jadi laki-laki meningkat. 5. Quality of port infrastructure diasumsikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia. Peningkatan efisiensi dari pelabuhan dapat mempermudah proses pengiriman barang sehingga meningkatkan nilai ekspornya.
METODE Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa data panel atau dapat disebut data gabungan dari cross section dan time series. Penelitian ini menggunakan data panel dari tujuh negara tujuan ekspor yang merupakan anggota dari Uni Eropa. Ketujuh engara tersebut yakni Belgia, Belanda, Jerman, Italia, Perancis, Spanyol, dan Polandia. Tabel 2 menjelaskan sumbersumber data yang digunakan dalam penelitian yang berasal dari UN Comtrade, UNCTAD, CEPII, dan World Bank Development Indicators, serta sumber-sumber lain yang berasal dari literatur terkait dan internet.
15
Tabel 2 Jenis dan sumber data No Variabel Simbol Data 1 Nilai Ekspor pakaian jadi lakiXijt laki HS 6203 Indonesia ke negara tujuan 2 Volume Ekspor pakaian jadi Volume laki-laki HS 6203 Indonesia ke negara tujuan 3 Total nilai ekspor Indonesia ke Xit negara tujuan 4 Total nilai ekspor dunia ke Wt negara tujuan 5 Nilai ekspor pakaian jadi lakiWij laki HS 6203 dunia ke negara tujuan 6 GDP riil perkapita negara tujuan GDPjt 7 Quality of port infrastucture QPIit 8 Nilai tukar riil efektif REERjt 9 Jarak geografis antara negara JEijt Indonesia dengan importir
Sumber Data UN Comtrade
UN Comtrade
UN Comtrade UN Comtrade UN Comtrade
WDI WDI UNCTAD CEPII
Metode Analisis Data Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), Porter’s Diamond dan Gravity Model. Data yang diperoleh diolah menggunakan program komputer Microsoft Excel 2013 dan Eviews 8. Revealed Comparative Advantage (RCA) RCA merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual (Oktaviani dan Novianti, 2009). Secara matematis perhitungan nilai RCA dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang telah dikembangkan Ballassa (1965) sebagai berikut: RCA = (Xij /Xt ) / (Wij / Wt ) keterangan : Xij Xt Wij Wt
: Nilai Ekspor pakaian jadi laki-laki dari Indonesia ke negara tujuan Ekspor (ribu US $) : Nilai ekspor total Indonesia ke negara tujuan ekspor (ribu US $) : Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki dari dunia ke negara tujuan ekspor (ribu US $) : Nilai ekspor total dunia ke negara tujuan ekspor (ribu US $)
16 Nilai RCA suatu komoditas akan menunjukkan dua kemungkinan,yaitu : 1.Apabila nilai RCA > 1 , maka komoditas suatu negara memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia sehingga komoditas tersebut berdaya saing kuat. 2.Apabila nilai RCA < 1, maka suatu negara memiliki keunggulan komparatif di bawah rata-rata dunia sehingga suatu komoditas memiliki daya saing lemah. Daya saing suatu komoditas juga dapat dibandingkan antar waktu dengan menggunakan analisis dari indeks RCA (Hanoum,2015). Persamaan dari indeks RCA adalah sebagai berikut RCAt Indeks RCA = RCAt−1 keterangan: RCAt : nilai RCA pada tahun ke t RCAt-1 : nilai RCA pada tahun sebelumnya
Melalui hasil perhitungan RCA dapat disimpulkan apabila nilai RCA lebih dari satu maka dapat diartikan Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada komoditas ekspor pakaian jadi laki-laki ke negara-negara Uni Eropa, sebaliknya bila nilai RCA kurang dari satu maka Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di negara-negara Uni Eropa. Indeks RCA dapat diartikan apabila nilai indeks sama dengan satu maka kinerja ekspor pakaian jadi tahun sekarang sama seperti tahun sebelumnya. Export Product Dynamic (EPD) Export product dynamic merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran yang baik tentang tingkat daya saing. Metode EPD digunakan untuk mengetahui apakah ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia bersifat dinamis atau tidak di negara tujuan ekspor. Matriks EPD memiliki dua komponen yang berkaitan yakni daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dan permintaan sebuah produk untuk pasar tujuan tertentu, sedangkan informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Y
Lost Opportunity
Rising Star X
Retreat
Falling Star Gambar 6 Matriks EPD
Gambar 6 menunjukkan empat kategori yang terbentuk dari kombinasi kekuatan bisnis dan daya tarik pasar. Adapun keempat kategori tersebut adalah Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat.
X
17
Sumbu x : Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i : Xij Xij ∑𝑡𝑡=1 ( ) t 𝑥 100 % − ∑𝑡𝑡=1 ( ) 𝑡 − 1𝑥 100 % 𝑊𝑖𝑗 𝑊𝑖𝑗 𝑇 Sumbu y : Pertumbuhan daya tarik pasar atau disebut pangsa pasar produk Xt Xt ∑𝑡𝑡=1 ( ) t 𝑥 100 % − ∑𝑡𝑡=1 ( ) 𝑡 − 1𝑥 100 % 𝑊𝑡 𝑊𝑡 𝑇 Sumber : Esterhuizen (2006) dalam Wardani (2015) Keterangan : Xij : Nilai Ekspor pakaian jadi laki-laki dari Indonesia ke negara tujuan ekspor Xt : Nilai ekspor total Indonesia ke negara tujuan ekspor Wij : Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki dari dunia ke negara tujuan ekspor Wt : Nilai ekspor total dunia ke negara tujuan ekspor T : Jumlah tahun analisis Posisi pasar yang paling ideal adalah yang memiliki pangsa pasar tertinggi yakni pada posisi Rising Star yang menunjukkan bahwa negara tersebut telah memeroleh tambahan pangsa pasar pada produk yang tumbuh cepat. Posisi Lost Opportunity merupakan posisi pasar yang tidak diinginkan sebab terjadi penurunan pangsa pasar pada produk-prduk yang kompetitif. Selain itu, posisi Falling Star juga merupakan posisi yang tidak diinginkan meskipun posisi ini masih lebih baik dari Lost Opportunity karena pangsa pasarnya masih tetap meningkat. Sementara itu posisi retreat atau posisi kemunduran merupakan posisi yang paling tidak diinginkan. Gravity Model Konsep gravity model pertama kali dikembangkan oleh Tinbergern (1962) untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral antarnegara. Model ini disebut gravity model sebab menggunakan perumusan yang sama dengan hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gravitasi antara dua benda secara langsung dipengaruhi proporsional oleh massa dari kedua benda dan sebaliknya secara proporsioanal di pengaruhi oleh jarak kuadrat antara keduanya. Dalam konteks perdagangan, model ini menyatakan bahwa intensitas perdagangan antar negara akan berhubungan positif dengan pendapatan nasional masing-masing negara dan behubungan terbalik dengan jarak. Alasan yang melatar belakangi penggunaan gravity model adalah bahwa negara yang lebih besar dan kaya banyak melakukan perdagangan luar negeri dibandingkan negara yang lebih kecil dimana ada pengaruh dari jarak namun tidak dijadikan sebagai hambatan. Persamaan umum dari gravity model adalah sebagai berikut:
18 Tij = A
Yi x Yj Dij
keterangan : A = Konstanta Tij = Total aliran perdagangan dari negara i ke negara j Yi danYj = Ukuran ekonomi untuk negara i dan j , ditunjukkan melalui GDP Dij = Jarak antar negara Gravity model terus menerus dikembangkan hingga terdapat beberapa variabel penjelas lain yang dapat ditambahkan untuk menjelaskan perdagangan antar negara seperti populasi atau GDP per kapita sebagai penjelas dari ukuran ekonomi negara serta beberapa variabel dummy lain seperti integrasi ekonomi, kesamaan bahasa (common language), dan sejarah koloni (common colony) untuk menjelaskan kondisi geografis dan faktor budaya (cultural factor) (Sohn, 2001). Panel Data Gabungan antara data time series dan cross section akan membentuk panel data. Panel data menunjukkan unit cross section yang sama dan diambil dalam jangka waktu tertentu. Menurut (Verbeek,2004) dan (Gujarati,2010) Terdapat beberapa keuntungan apabila menggunakan panel data, antara lain : 1. Kombinasi antara data time series dan cross section dalam data panel membuat jumlah observasi menjadi lebih besar. 2. Marginal effect dari peubah penjelas pada data panel dapat dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu), sehingga parameter yang diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. 3. Penggunaan data panel dapat mengurangi masalah identifikasi, sebab data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section atau time series saja. 4. Panel data memberikan data yang informatif, mengurangi kolineritas antar peubah, serta meningkatkan derajat kebebasan yang artinya efisiensi. 5. Panel data mampu mengontrol heterogenitas individu. 6. Panel data lebih baik dalam mempelajari dynamics of adjustment. Estimasi Model Terdapat tiga metode yang digunakan untuk mengestimasi model dengan data panel, antara lain Pooled Least Square (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM). Metode PLS adalah pendekatan model yang paling sederhana. Pada prinsipnya pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled). Pendekatan PLS memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter akan bias sebab PLS tidak dapat membedakan observasi pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus,2011). Pendekatan fixed effect model muncul ketika efek individu dan peubah penjelas memiliki korelasi atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini membuat komponen error dari individu dan waktu dapat menjadi bagian dari intersep. Random effect model akan muncul jika efek individu dan regresor
19 tidak ada korelasi sehingga asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan ke dalam error (Firdaus, 2011). Pemilihan Model Tahap pemilihan model yang paling baik untuk digunakan dalam model memerlukan uji statistik agar memeroleh dugaan yang efisien. Adapun Uji statistik tersebut dapat dilakukan dengan Uji Chow dan Uji Hausman. 1. Uji Chow Uji Chow merupakan pengujian statistik yang bertujuan untuk memilih antara model fixed effect model atau pooled least square. Pengujian. hipotesis untuk uji chow yaitu, Ho : Pooled Least Square (PLS) H1 : Fixed Effect Model (FEM) Apabila hasil dari uji chow signifikan dengan kriteria (probability dari chow < α ), maka cukup bukti untuk menolak Ho , sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model (FEM). Sebaliknya apabila hasil dari uji chow tidak signifikan (probability dari chow > α ), maka belum cukup bukti untuk menolak Ho dan model yang digunakan adalah pooled least square (PLS). 2. Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk memilih model yang lebih baik antara fixed effect model dan random effect model. Hipotesis dari uji hausman yaitu, Ho : Random Effect Model (REM) H1 : Fixed Effect Model (FEM) Apabila hasil dari uji hausman signifikan dengan kriteria (probability < α) atau nilai uji hausman lebih besar dari chi square, maka cukup bukti untuk menolak Ho artinya model yang dipilih adalah model fixed effecet model. Sebaliknya apabila hasil dari uji hausman tidak signifikan (probability > α), maka belum cukup bukti untuk menolak Ho dan model yang digunakan adalah pooled least square (PLS) Uji Kriteria Statistik Uji kriteria statistik digunakan untuk menguji signifikansi dari variabelvariabel yang digunakan dalam model regresi. Signifikan adalah suatu nilai dari parameter regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Terdapat beberapa uji hipotesis yang dapat dilakukan terhadap variabel regresi, yaitu: 1. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel dependent Y dapat diterangkan oleh variabel independent X. Nilai ini berkisar antara (0
20 Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independent di dalam model secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependent yang digunakan. Perumusan uji hipotesis pada Uji- F adalah: Ho = β1 = β2 = β3 = .... = αk = 0 H1 = minimal ada satu nilai α yang tidak sama dengan 0 Apabila probabilitas F-statistic < taraf nyata maka sudah cukup bukti untuk menolak Ho, sehingga secara keseluruhan variabel independent berpengaruh nyata terhadap variabel independent pada taraf nyata α persen, dan berlaku sebaliknya (Anderson,2010). 3. Uji-T Uji-T dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independent secara individu berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel dependentnya. Kriteria uji-t adalah Ho = βj = 0 H1 = βj ≠ 0 , dimana j = 0,1,2,...,k dengan k adalah koefisien slope Apabila probabilitas (p-value) lebih kecil dari taraf nyata maka cukup bukti untuk menolak Ho. Dengan demikian, masing-masing variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen dan berlaku sebaliknya (Anderson,2010). Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang penting dalam classical linear regression model (CLRM) adalah varians dari setiap faktor gangguan ui yang muncul pada fungsi regresi populasi bersifat homoskedastik, hal ini menandakan bahwa seluruh faktor gangguan memiliki varians yang sama. Hetroskedastisitas dapat muncul akibat keberadaan pencilan dalam suatu data (Gujarati,2010). Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section, meskipun juga dapat terjadi pada data time series. Menurut Juanda (2009), terdapat beberapa penyebab ragam dari sisaan bersifat heterogen , diantaranya adalah a. Dalam mengkaji data cross section mengenai hubungan antar variabel b. Dalam mengkaji data time series mengenai ketelitian atau keakuratan objek pengamatan mengikuti pola umum dari eror– learning model c. Spesifikasi model yang kurang cocok d. Terdapat pencilan yang diluar pola umum Heteroskedastisitas dalam data panel dapat dideteksi dengan membandingkan sum square residual pada weight statistic dan unweight statistic. Jika sum square residual pada weight statistic lebih kecil dari square residual pada unweight statistic, maka pada model terdapat gejala heteroskedastisitas. Masalah heteroskedastisitas ini dapat diatasi dengan metode Generelized Least Square (GLS). Pada hasil olahan data menggunakan E-Views masalah heteroskedastisitas dapat diatasi dengan
21 Generelized Least Square dengan white heteroscedastisity atau pembobotan Cross Section SUR. 2. Uji Multikolineritas Multikolineritas merupakan suatu penyimpangan asumsi karena terdapat keterkaitan atau hubungan linier antar variabel bebas penyusun model. Multikolinertitas muncul jika dua atau lebih peubah bebas mengandung korelasi yang tinggi satu dengan yang lainnya (Juanda,2009). Menururt Gujarati (2010) adanya multikolineritas ditandai dengan ciri-ciri berikut: a. Tanda koefisien tidak sesuai yang diharapkan b. Nilai R2 tinggi,namun banyak variabel yang tidak signifikan c. Matriks korelasi antar variabel tinggi (rij > 0.8) d. R2 < rij menunjukkan bahwa terjadi multikolineritas 3. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan guna mengidentifikasi apakah error term menyebar normal atau tidak. Pengujian dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas yang terdapat pada histogram normality test. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian yakni H0 : ( α = 0 ) , error term terdistribusi normal H1 : ( α ≠ 0 ) , error term tidak terdistribusi normal Apabila nilai probabilitas lebih besar dari taraf nyata ataupun nilai Jarque Bera lebih besar dari 0 maka hasil hipotesis dikatakan tidak tolak Ho yang artinya error term sudah terdistribusi normal. 4.Uji Autokorelasi Masalah autokorelasi muncul apabila terdapat hubungan linear antar error term. Cara mendeteksi adanya autokorelasi atau tidak dalam suatu model adalah dengan melihat nilai Durbin–Watson (DW) statistik. Apabila di dapatkan hasil nilai DW berada diantara 1.55 dan 2.46 maka dapat dikatakan tidak ada autokorelasi pada model tersebut (Juanda, 2009). Tabel 2 menjelaskan lebih rinci kriteria uji autokorelasi. Tabel 3 Kerangka identifikasi autokorelasi Nilai Durbin Watson Kesimpulan DW < 1.10 Ada autokorelasi 1.10
2.91 Sumber : Juanda, 2009
Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada Autokorelasi
Porter’s Diamond Model Metode Porter’s Diamond Model dapat digunakan untuk melihat daya saing kompetitif komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia. Daya saing kompetitif komoditas ini merupakan keunggulan yang dapat dikembangkan dengan berbagai usaha (tidak hanya menekankan pada kondisi alami). Terdapat empat faktor yang dapat menentukan daya saing kompetitif komoditas yang dapat dijelaskan
22 menggunakan Porters Diamond Model (Porter, 1990). Adapun keeempat faktor tersebut meliputi; (i) kondisi faktor; (ii) kondisi permintaan; (iii) industri terkait dan penunjang; (iv) serta strategi, struktur, dan persaingan perusahaan. Keempat faktor tersebut didukung pula oleh peran pemerintah dan kesempatan dalam menentukan daya saing kompetitif pakaian jadi Indonesia (Jhamb,2016).
Kesempatan
Strategi perusahaan, struktur dan persaingan
Kondisi Permintaan
Kondisi Faktor
Industri pendukung industri terkait
dan
Peran Pemerintah
Sumber: Porter (1990) dalam Jhamb (2016) Gambar 7 Diagram Porter's Diamond Model Penelitian Variabel-variabel yang dianalisis menggunakan gravity model pada kinerja ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh Uni Eropa adalah nilai ekspor pakaian jadi laki-laki ke tujuh negara Uni Eropa meliputi Belgia, Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol, Polandia, dan Italia sebagai variabel dependen. Adapun variabel independen yang menjelaskan nilai ekspor tersebut terdiri atas GDP per kapita negara tujuan ekspor, nilai tukar riil efektif, jarak ekonomi, harga komoditas pakaian jadi laki-laki, dan kualitas pelabuhan Indonesia. Model penelitian ini selanjutnya dijabarkan pada persamaan dibawah ini: LNEXijt = α +β1 LNGDPCAPjt +β3 LNREERjt +β4 LNJEijt + β5 LNPEXt + β6 QPIit + µit keterangan : EXijt GDPCAPjt REERjt JEijt PEXt
: Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara anggota Uni Eropa pada tahun ke-t (US$) : GDP riil per kapita tujuh negara Uni Eropa pada tahun t (US$) : Nilai tukar riil efektif (mata uang negara tujuan/US $) : Jarak ekonomi antara Indonesia dengan tujuh negara anggota Uni Eropa : Harga ekspor pakaian jadi laki-laki pada tahun ke-t (US$)
23 QPIit µit α βn ln
: Quality
of port infrastructure negara i (Indonesia) (Skala 1-7) : error term : Intersep : slope (n=1,2,..) : Logaritma natural Definisi Operasional
Definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Nilai ekspor merupakan nilai ekspor dari produk pakaian jadi laki-laki dengan kode HS 6203 Indonesia ke tujuh negara di Uni Eropa dalam jangka waktu 20102014. Data nilai ekspor diubah dalam bentuk nilai logaritma natural (ln). 2. Nilai GDP riil perkapita negara j (negara tujuan ekspor) adalah nilai-nilai produk domestik negara tujuan yang dihasilkan selama periode tahun 2010-2014 dalam satuan US$, dan diubah dalam bentuk logaritma natural (ln). 3. Nilai tukar riil efektif adalah nilai tukar riil efektif mata uang antara negaranegara Uni Eropa dengan mata uang US$ yang dinyatakan dalam mata uang negara tujuan terhadap dollar dan diubah dalam bentuk logaritma natural (ln). 4. Jarak ekonomi merupakan variabel yang utama dalam gravity model dan menjelaskan biaya transportasi. Data jarak ekonomi diubah dalam logaritma natural (ln). 5. Harga ekspor merupakan harga ekspor pakaian jadi Indonesia di pasar dunia pada kurun waktu 2010-2014, data diubah dalam bentuk logaritma natural (ln). 6. Quality of port infrastructure negara i (Indonesia) adalah nilai kualitas pelabuhan negara Indonesia yang dinyatakan dalam skala satu sampai tujuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Ekspor komoditas pakaian jadi Indonesia ke berbagai negara tujuan diklasifikasikan menggunakan kode HS (Harmonized System) yakni HS 61, dan HS 62. Pada penelitian ini pakaian jadi yang diteliti adalah jenis pakaian jadi dengan kode HS 6203 yang merupakan komoditas pakaian jadi laki-laki meliputi setelan pakaian, jaket, blazer dan celana. Sepanjang tahun 2014 ekspor pakaian jadi lakilaki Indonesia ke dunia mencapai US$ 709 ribu. Nilai ekspor ini mengalami penurunan sebesar US$ 18 ribu dari tahun sebelumnya. Sementara itu, negara Vietnam yang juga merupakan eksportir pakaian jadi laki-laki mengalami peningkatan ekspor ke dunia sebesar US$ 396 ribu. Apabila ditinjau dari peringkat negara pengekspor pakaian jadi laki-laki, posisi Indonesia masih berada jauh di bawah Vietnam yakni berada pada posisi 16 sedangkan Vietnam berada di posisi 5 pada tahun 2014. Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa selama periode 2010-2014 juga cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2011 nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia meningkat sebesar US$ 38 ribu, namun
24 kemudian mengalami penurunan yang drastis di tahun 2012 sebesar US$ 29 ribu. Krisis yang terjadi di wilayah Uni Eropa pada tahun 2010 hingga 2013 turut menjadi penyebab naik turunnya nilai ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan. Seiring dengan upaya perbaikan kondisi perekonomian di Uni Eropa, nilai ekspor pakaian jadi laki-laki ke tujuh negara tujuan ekspor Uni Eropa kembali meningkat mulai tahun 2013 sampai 2014 dengan pertumbuhan ekspor sebesar 9.2 persen. 160.000
ribu US$
140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 0 2010
2011
2012
2013
2014
Tahun
Sumber: Un Comtrade, 2017 Gambar 8 Nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia Krisis yang terjadi di negara tujuan ekspor menjadi tantangan bagi negara eksportir untuk tetap mempertahankan ekspornya ke negara tujuan tersebut. Faktor daya saing dapat menjadi aspek yang terus ditingkatkan untuk bertahan di pasar dunia dan pasar tujuan ekspor. Peningkatan ekspor Vietnam yang terjadi saat periode penurunan ekspor Indonesia menjadi ciri bahwa komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia masih berada di bawah Vietnam. Kondisi perekonomian negara tujuan yang tercermin dari GDP riil per kapita, serta populasi yang juga meningkat menjadi peluang bagi Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor pakaian jadi lakilaki ke tujuh negara tujuan ekspor tersebut. GDP negara tujuan ekspor dapat mencirikan bahwa negara tersebut memiliki potensi besar dalam peluasan pangsa pasar. Tabel 4 GDP riil per kapita negara-negara Uni Eropa (US$) Tahun Negara 2010 2011 2012 2013 2014 Belgia 44,383 44,558 44,296 44,051 44,586 Perancis 40,706 41,352 41,227 41,268 41,204 Jerman 41,788 43,307 44,262 43,554 44,878 Italia 35,852 35,996 34,887 33,889 33,611 Belanda 50,341 50,941 50,216 49,973 50,500 Spanyol 30,738 30,322 29,509 29,111 29,595 Polandia 12,600 13,224 13,437 13,632 14,090 Sumber : WDI,2017WDI
(2017) Negara Jerman dan Polandia memiliki pertumbuhan GDP paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 1.8 persen dan 2.8 persen, sedangkan negara Spanyol dan Italia mengalami penurunan GDP riil per kapita, dan sisanya mengalami pertumbuhan GDP riil per kapita yang berkisar dari 0.08 hingga 0.3 persen.
25 Peningkatan GDP ini dapat diasumsikan dapat meningkatkan ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara tujuan ekspor Uni Eropa Tabel 5 Populasi di negara-negara Uni Eropa (juta jiwa) Tahun 2010 2011 2012 2013 Belgia 10.89 11.04 11.12 11.18 Perancis 65.02 65.34 65.65 65.97 Jerman 81.77 81.79 80.42 82.13 Italia 59.27 59.37 59.53 60.23 Belanda 16.61 16.69 16.75 16.80 Spanyol 46.57 46.74 46.77 46.62 Polandia 38.04 38.06 38.06 38.04 Sumber: WDI, 2017 Negara
2014 11.23 66.49 80.98 60.78 16.86 46.48 38.01
Tabel 5 menunjukkan populasi di negara tujuan ekspor yang cukup besar sehingga menjadi potensi bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor pakaian jadi laki-laki ke negara-negara tersebut. Jerman menjadi negara yang menjanjikan untuk pasar pakaian jadi laki-laki Indonesia, sebab populasinya paling tinggi diantara negara tujuan ekspor lainnya Daya Saing Komparatif Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia dan Vietnam ke Negara Uni Eropa periode 2010-2014 Berdasarkan paparan dari latar belakang serta gambaran umum yang ada, dapat menjadi acuan bahwa saat ini Indonesia masih memiliki potensi untuk terus meningkatkan ekspor komoditas pakaian jadi laki-laki ke tujuh negara di Uni Eropa. Selain melihat potensi dari nilai serta volume ekspor yang relatif meningkat di beberapa negara, GDP riil per kapita diasumsikan turut menjadi faktor pendorong untuk Indonesia agar terus meningkatkan ekspor pakaian jadi laki-laki. Analisis daya saing komparatif dilakukan guna melihat posisi daya saing Indonesia di pasar tujuan ekspor, mengingat Indonesia juga berhadapan dengan beberapa pesaing ekspor seperti Vietnam salah satunya yang saat ini menempati posisi lima besar di dunia dan berada jauh diatas Indonesia. Berdasarkan analisis RCA Tabel 6 menunjukkan nilai rata-rata RCA Indonesia di tujuh negara tujuan ekspor memiliki nilai yang lebih dari satu. Nilai RCA tertinggi untuk pakaian jadi laki-laki Indonesia yakni berada di negara Belgia yang mencapai 6.742. Nilai RCA yang lebih dari satu menunjukkan bahwa komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia tergolong memiliki daya saing di negara-negara Uni Eropa. Selain nilai RCA yang lebih besar dari satu, rata-rata pertumbuhan daya saing pakaian jadi laki-laki juga menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hanya terdapat penurunan di negara Spanyol.
26
Tabel 6 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia Negara 2010 2011 2012 Belgia 2.818 3.656 8.290 Jerman 4.558 5.046 5.029 Perancis 4.890 5.799 3.378 Italia 0.951 0.695 0.865 Polandia 0.363 1.886 0.948 Spanyol 1.361 2.394 1.054 Belanda 2.580 2.592 3.210 Sumber : Un Comtrade, 2017 (diolah)
2013 7.938 6.471 3.386 1.187 0.573 0.794 3.668
2014 11.010 6.855 5.231 1.340 2.364 0.663 2.818
Rata-Rata 6.742 5.592 4.537 1.008 1.227 1.253 2.974
Rata-Rata Pertumbuhan 0.477 0.112 0.079 0.119 1.608 -0.053 0.038
Daya saing suatu komoditas tidak cukup menjadi modal untuk dapat bersaing dan bertahan di pasar tujuan ekspor. Posisi Indonesia yang jauh di bawah Vietnam membuat Indonesia perlu untuk mengetahui posisi daya saingnya jika dibandingkan negara eksportir lainnya. Tabel 7 menunjukkan nilai RCA pakaian jadi laki-laki dari Vietnam ke negara tujuan ekspor yang sama dengan Indonesia, yakni tujuh negara anggota Uni Eropa. Berdasarkan data yang ada, Belgia juga menjadi negara dengan daya saing yang paling tinggi bagi Vietnam dengan nilai RCA yang mencapai 18.944. Jika dilihat pertumbuhan rata-rata daya saing Vietnam justru cenderung menurun di negara-negara Uni Eropa meskipun daya saingnya masih lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Oleh karena itu Indonesia perlu untuk meningkatkan kinerja ekspor, serta daya saingnya di pasar tujuan ekspor agar tidak kehilangan pasar andalannya. Tabel 7 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Vietnam Negara Belgia Jerman Perancis Italia Polandia Spanyol Belanda
2010 21.784 10.972 11.313 6.179 6.856 10.621 10.325
2011 20.225 9.343 7.895 4.618 7.839 9.046 12.784
2012 21.655 8.880 4.973 2.575 10.554 5.006 15.914
2013 16.449 9.053 3.788 3.152 19.459 5.489 10.469
2014 14.607 9.947 4.237 3.793 23.996 6.144 10.721
Rata-Rata 18.944 9.639 6.441 4.063 13.741 7.261 12.042
Rata-Rata Pertumbuhan -0.011 -0.022 -0.054 -0.039 0.228 -0.039 0.058
Sumber : Un Comtrade, 2017 (diolah) Guna melihat daya saing ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dari waktu ke waktu, indeks RCA dapat digunakan untuk membandingkan kinerja ekspor tersebut. Hasil indeks RCA dapat menunjukkan terjadi atau tidaknya perbaikan kinerja ekspor komoditas pakaian jadi Indonesia ke negara-negara Uni Eropa. Tabel 8 menunjukkan rata-rata indeks RCA secara keseluruhan lebih dari satu, maka selama tahun 2010-2014 telah terjadi perbaikan kinerja ekspor pakaian jadi lakilaki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. Perbaikan kinerja tertinggi terjadi di tahun 2010 dan kemudian menurun di tahun 2011 dan 2012. Perbaikan dan
27 peningkatan kinerja kembali terjadi di tahun 2014 dengan nilai indeks yang mencapai 1.550. Tabel 8 Hasil indeks RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia Negara 2011 Belgia 1.297 Jerman 1.107 Perancis 1.186 Italia 0.731 Polandia 5.196 Spanyol 1.759 Belanda 1.005 Rata-Rata 1.754 Sumber : Un Comtrade, 2017 (diolah)
2012 2.267 0.997 0.583 1.244 0.503 0.440 1.238 1.039
2013 0.958 1.287 1.002 1.372 0.604 0.753 1.143 1.017
2014 1.387 1.059 1.545 1.129 4.128 0.836 0.768 1.550
Dinamika Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Negara Uni Eropa Periode 2010-2014 Hasil analisis EPD pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara ekspor Uni Eropa menunjukkan hasil yang beragam dan menunjukkan dinamika ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia. Pakaian jadi laki-laki Indonesia memiliki posisi Rising Star hanya pada dua negara tujuan ekspor yakni Italia dan Polandia, sementara negara lainnya di dominasi oleh posisi Falling Star dan terdapat posisi Retreat untuk negara Spanyol. Tabel 9 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Indonesia Nilai EPD Negara Pertumbuhan Pertumbuhan Posisi Pasar Pangsa Pasar Pangsa Pasar Ekspor (%) Produk (%) Belgia 44.586 -2.837 Falling Star Jerman 5.541 -4.901 Falling Star Perancis 4.129 -3.982 Falling Star Italia 8.952 0.044 Rising Star Polandia 162.475 0.166 Rising Star Spanyol -10.775 -6.155 Retreat Belanda 1.451 -1.551 Falling Star Sumber : Un Comtrade, 2017 (diolah) Posisi Rising Star mengindikasikan bahwa negara eksportir memeroleh tambahan pangsa pasar dan pertumbuhan permintaan ekspor pakaian jadi laki-laki dari negara importir. Lost Opportunity mengindikasikan terdapat peningkatan permintaan pakaian jadi laki-laki eksportir di negara tersebut, namun pangsa pasarnya menurun atau kehilangan kesempatan untuk mengoptimalkan pasar yang dinamis untuk mendapat keuntungan. Falling Star mengindikasikan bahwa pangsa
28 pasar ekspor di negara tersebut mengalami peningkatan namun permintaan terhadap pakaian jadi menurun. Posisi Retreat merupakan posisi yang mengindikasikan bahwa pangsa pasar ekspor dan permintaan ekspor di negara tersebut menurun. Tabel 10 menunjukkan posisi pasar pakaian jadi laki-laki Vietnam di negara tujuan yang sama dan secara keseluruhan berada pada posisi Rising Star. Hal ini mencirikan pangsa pasar serta pangsa produk pakaian jadi laki-laki meningkat. Tabel 10 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Vietnam Nilai EPD Negara Pertumbuhan Pertumbuhan Pangsa Pasar Pangsa Pasar Ekspor (%) Produk (%) Belgia 6.385 17.216 Jerman 14.507 17.471 Perancis -4.044 21.386 Italia 18.025 29.612 Polandia 59.194 17.461 Spanyol 8.152 21.122 Belanda 21.877 17.687 Sumber : Un Comtrade, 2017 (diolah)
Posisi Pasar
Rising Star Rising Star Lost Opportunity Rising Star Rising Star Rising Star Rising Star
Rendahnya daya saing Indonesia serta posisi pasar yang berada di bawah Vietnam disebabkan oleh beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut meliputi: (i) harga gas industri Indonesia yang lebih mahal dibandingkan dengan Vietnam; (ii) Vietnam memberikan keringanan pajak pada industri yang beroperasi di negaranya; (iii) Upah buruh Vietnam sebanding dengan produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan, sedangkan Indonesia memiliki UMR yang cenderung meningkat setiap tahunnya namun tidak diiringi dengan peningkatan produktivitasnya; (iv) Vietnam memiliki kerja sama Partenrship Cooperation Agreement dengan Uni Eropa dan kerja sama ini turut membantu terjadinya peningkatan pada ekspor pakaian jadi laki-laki dari Vietnam. Pada tahun 2015 Vietnam dan Uni Eropa telah menyelesaikan perundingan free trade area (FTA) antar kedua pihak. Sementara itu meskipun Indonesia juga memiliki kerjasama Partenrship Cooperation Agreement daya saing Indonesia masih berada di bawah Vietnam. Sementara perundingan FTA Indonesia dan Uni Eropa pada awal tahun 2017 baru mulai memasuki tahap perundingan yang ke dua (Kementrian Perdagangan, 2017). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Laki-Laki Indonesia ke Tujuh Negara Uni Eropa Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa menggunakan analisis gravity model. Variabel dependen dari penelitian ini adalah nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia (EXijt). Selanjutnya variabel independen yang digunakan untuk memprediksi variabel dependen yakni meliputi GDP riil per kapita tujuh negara tujuan ekspor (GDPCAPjt), nilai tukar riil efektif negara tujuan ekspor
29 (REERjt), jarak ekonomi (JEijt), harga ekspor (PEXt), dan Quality of port infrastructure (QPIit). Adapun data yang dianalisis merupakan data panel yang merupakan gabungan dari data cross section dan time series. Pemilihan model dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan uji chow dan uji hausman. Hasil dari uji chow menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0000 (lebih kecil dari taraf nyata lima persen) sehingga cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap Ho, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model (Lampiran 3). Selanjutnya dilakukan pengujian uji hausman untuk memilih antara fixed effect model atau random effect model. Uji hasuman menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0233, dimana angka tersebut lebih kecil dari taraf nyata lima persen (Lampiran 4). Probabilitas (0.0233< 0.05) menunjukkan sudah cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap Ho, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai-nilai koefisien penduga nilai ekspor pakaian jadi laki-laki ke tujuh negara tujuan ekspor Uni Eropa. Tabel 11 Hasil gravity model dengan pembobotan cross section weight Variabel Koefisien Probabilitas 0.0000 C -91.2711 *** 0.0000 LNGDPCAPjt 11.9891 *** 0.0024 LNPEXt 0.5956 LNREERjt LNJEijt
6.6619**
0.0104
-11.5950***
0.0020
0.3117*** Weighted Statistics
QPIi R-squared Prob (F-statistic) Sum squared resid Durbin-Watson Stat
0.0004 0.9844 0.0000 1.4781 2.3176
Unweighted Statistics Sum squared resid keterangan :
***
1.7679
signifikan pada taraf nyata 1 % ; ** signifikan pada taraf nyata 5 %
Berdasarkan keterangan Tabel 11, hasil estimasi menunjukkan bahwa GDP riil per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, harga ekspor, dan kualitas pelabuhan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 1 persen, sedangkan nilai tukar riil efektif berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen. terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara anggota Uni Eropa. Hasil estimasi tersebut memiliki nilai R2 sebesar 0.9844 yang menunjukkan bahwa 98.44 persen keragaman variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen pada model, sedangkan 1.56 persen dijelaskan variabel diluar model. Model yang digunakan dalam ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia adalah sebagai berikut: LNEXijt = -91.2711 + 11.9891 LNGDPCAPjt + 0.5956 PEXt 6.6619 LNREERjt - 11.5950 LNJEijt + 0.3117 QPIi + µit
30
Pada model yang dihasilkan perlu dilakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan model yang memenuhi asumsi BLUE (Best Linear Inbiased Estimator). Uji multikolineritas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas dan matriks korelasi antar variabel independen (Lampiran 5). Jika nilai variabel pada matriks melebihi nilai R2 model yaitu 0.9844 maka terdapat multikolineritas. Berdasarkan uji multikolineritas yang tertera pada Lampiran 5 tidak terdapat nilai variabel yang melebihi nilai R2 model. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi permasalahan multikolineritas. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan melihat nilai Durbin-Watson. Model ini memiliki nilai DW sebesar 2.3176. Nilai Durbin-Watson yang berada diantara 1.55 dan 2.46 menjelaskan bahwa model yang dianalisis terbebas dari masalah autokorelasi (Juanda, 2009). Uji normalitas dilakukan dengan melihat probabilitas dan nilai Jarque-Bera pada histogram normality test. Berdasarkan Lampiran 6 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0.43 dan nilai Jarque-Bera sebesar 1.68 yang lebih besar dari taraf nyata lima persen. Dapat disimpulkan bahwa model estimasi telah memiliki error term yang menyebar normal. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan membandingkan nilai sum square residual weighted statistic dengan nilai sum square residual unweighted statistic. Nilai sum square residual weighted statistic sebesar 1.4781 lebih kecil dari sum square residual unweighted statistic yaitu sebesar 1.7679. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat masalah heteroskedastisitas pada model. Guna mengatasi masalah tersebut dilakukan pembobotan dengan cross-section weight untuk membuat model terbebas dari masalah heteroskedastisitas. GDP Riil Per kapita Negara Tujuan Ekspor GDP riil per kapita negara tujuan ekspor memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 dengan koefisien sebesar 11.9891. Nilai ini signifikan pada taraf nyata satu persen yang menunjukkan bahwa GDP riil per kapita negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. Hal ini mengindikasikan bahwa setiap kenaikan GDP riil per kapita negara tujuan sebesar satu persen, nilai ekspor pakaian jadi laki-laki akan mengalami peningkatan sebesar 11.9891 persen (cateris paribus). Nilai koefisien pada variabel GDP tersebut juga menunjukkan elastisitas pendapatan negara tujuan ekspor terhadap permintan pakaian jadi laki-laki. Nilai koefisien yang lebih dari satu dan tinggi nilainya mengindikasikan bahawa pakaian jadi laki-laki termasuk ke dalam barang normal. Ketika terjadi peningkatan GDP riil per kapita maka permintaan terhadap barang tersebut juga akan meningkat. Hasil estimasi ini sejalan dengan penelitian (Wardhani, 2016) yang menyatakan bahwa peningkatan GDP riil per kapita negara tujuan ekspor mencerminkan daya beli penduduk negara tujuan yang tinggi terhadap komoditas yang di ekspor sehingga permintaan ekspor akan meningkat
31 Nilai Tukar Riil Efektif Nilai tukar riil efektif mempunyai hubungan positif dan signifikan berpengaruh terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke tujuh negara Uni Eropa. REER memiliki probabilitas sebesar 0.0104 terhadap nilai ekspor dan signifikan pada taraf nyata lima persen. Angka koefisien nilai tukar riil efektif sebesar 6.6619. Hasil estimasi menunjukkan ketika terjadi apresiasi nilai tukar negara tujuan sebesar satu persen, akan meningkatkan ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia sebesar 6.6619 persen. Barang-barang domestik negara tujuan relatif lebih mahal sedangkan barang-barang impor relatif lebih murah sehingga akan terjadi peningkatan terhadap permintaan barang luar negeri dan salah satunya adalah produk pakaian jadi laki-laki Indonesia (Hanoum,2016). Jarak Ekonomi Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 11, jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia. Angka probabilitas sebesar 0.0020 menunjukkan bahwa jarak ekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai ekspor pakaian jadi lakilaki pada taraf nyata satu persen. Koefisien jarak yang bernilai -11.5950 memiliki makna jika jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan bertambah satu persen, maka nilai ekspor pakaian jadi akan turun sebesar 11.5950 persen. Jarak ekonomi adalah gambaran dari biaya transportasi sehingga meningkatnya jarak ekonomi merupakan bentuk peningkatan biaya transportasi dan akan mengurangi nilai perdagangan (Rahman, 2006). Harga Ekspor Hipotesis awal yang dibangun adalah harga berpengaruh secara signifikan dan berhubungan negatif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara-negara Uni Eropa. Hasil estimasi menunjukkan nilai probabilitas harga ekspor sebesar 0.0000, dan berarti signifikan pada taraf nyata satu persen. Sementara nilai koefisien sebesar 0.5956 menunjukkan hubungan yang positif, sehingga hasil estimasi tidak sesuai dengan hipotesis awal. Apabila terjadi peningkatan harga sebesar satu persen akan meningkatkan permintaan terhadap pakaian jadi laki-laki Indoenesia sebesar 0.5956 persen. Hasil estimasi ini sejalan dengan penelitian (Hanoum, 2016) yang menyatakan bahwa harga ekspor komoditas yang meningkat menggambarkan mutu dan kualitas komoditas tersebut, sehingga harga yang meningkat akan meningkatkan nilai ekspor pakaian jadi lakilaki di negara tujuan ekspor. Harga ekspor dalam penelitian ini diperoleh dari nilai ekspor pakaian jadi laki-laki dibagi dengan volume ekspornya. Quality of Port Infrastructure Berdasarkan hasil estimasi Tabel 11, nilai probabilitas sebesar 0.0004 yang lebih kecil dari taraf nyata satu persen menunjukkan kualitas pelabuhan berpengaruh signifikan positif terhadap nilai ekspor. Apabila terjadi perbaikan kualitas pelabuhan Indonesia sebesar satu persen akan meningkatkan nilai ekspor
32 pakaian jadi laki-laki Indonesia sebesar 0.3117 persen. Hasil penelitian Clark et al (2004) membuktikan bahwa efisiensi pelabuhan signifikan berpengaruh dengan biaya transportasi pada taraf nyata satu persen. Hal ini menandakan bahwa semakin efisien suatu pelabuhan maka semakin murah biaya transportasi yang harus dikeluarkan sehingga akan semakin kompetitif dan meningkatkan perdagangan.
Daya Saing Kompetitif dan Strategi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia Porter’s Diamond Model dapat digunakan untuk menganalisis daya saing kompetitif dan strategi ekspor komoditas pakaian jadi Indonesia. Empat faktor utama yang membentuk sistem untuk peningkatan daya saing tersebut mencakup: (i) kondisi faktor; (ii) kondisi permintaan, (iii) industri terkait dan penunjang; (iv) strategi, struktur, dan persaingan usaha. Berikut ini adalah hasil analisis Porter’s Diamond. Kondisi Faktor 1. Bahan untuk memproduksi pakaian jadi Indonesia mulai diarahkan untuk diproduksi sendiri, dibandingkan impor dari negara lain. Bahan baku pakaian jadi yang berupa rayon dan diolah dari pulp dapat dihasilkan dari hutan tanaman industri eucalyptus di Indonesia (Kemenperin, 2017) (+). 2. Industri pakaian jadi membutuhkan mesin baru ataupun pembaharuan mesin-mesin yang sudah tua dan tidak layak pakai (Tempo, 2016) (-). 3. Penyerapan tenaga kerja pada industri pakaian jadi selama tahun 20102014 selalu meningkat. Terdapat 571,458 tenaga kerja yang terserap pada tahun 2013, pada tahun 2014 jumlahnya meningkat menjadi 636,684 tenaga kerja (BPS, 2017) (+). 4. Pemerintah Kabupaten Purwakarta, menyiapkan lahan 5.000 ha untuk kepentingan industri padat karya, termasuk industri pakaian jadi pada tahun 2015 (Tempo, 2015) (+). 5. PT. Eco Smart Garmen Indonesia selaku anak usaha PT Pan Brothers Tbk akan kembangkan tiga pabrik baru, ujar GM HRM Eco Smart Indonesia. Lokasi yang menjadi alternatif adalah di wilayah Jawa Tengah (Tempo, 2017) (+) 6. Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih berada di bawah Vietnam dengan tingkatt upah yang tidak terlalu jauh berbeda yakni Indonesia sebesar US$ 171 dan Vietnam sebesar $US$187 (McKensey, 2015) (-). 7. Kegiatan ekspor dan impor Indonesia dengan negara mitra dagang secara keseluruhan dilakukan melalui transportasi laut dan melewati pelabuhan. Hingga tahun 2016 Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) masih menyatakan bahwa pungutan liar yang sering terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok belum bisa di berantas secara tuntas. Adanya pungutan liar ini berakibat pada ekonomi biaya tinggi yang dapat berdampak pada tingginya harga barang impor serta hilangnya daya saing kompetitif komoditas ekspor Indonesia (Warta Ekonomi, 2016).
33
Kondisi Permintaan 1. GDP riil perkapita negara-negara tujuan ekspor cukup stabil dan cenderung mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir sejak tahun 2010 - 2014 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 0.67 persen. Berdasarkan analisis gravity model, GDP riil perkapita berpengaruh positif terhadap nilai ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia dan dapat menjadi potensi untuk meningkatkan permintaan pakaian jadi laki-laki Indonesia (WDI, 2017) (+). 2. Jarak antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa yang cukup jauh menyebabkan besarnya biaya transportasi. Sehingga dapat berdampak pada menurunnya permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia (Shehu, 2015) (-). Industri Terkait dan Pendukung 1. PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) sedang membangun pabrik rayon yang akan menghasilkan benang (Kemenperin, 2017) (+). 2. Terdapat Asosiasi Produsen Garmen Indonesia yang dapat menjadi wadah aspirasi bagi produsen pakaian jadi Indonesia (Kadin, 2017) (+). 3. Kain merupakan bahan baku utama untuk menghasilkan pakaian jadi. Industri penghasil kain dapat dikatakan sebagai industri hulu bagi industri pakaian jadi. Indonesia masih bergantung pada impor kapas yang merupakan bahan baku untuk menghasilkan kain. Impor kapas Indonesia berasal dari negara Amerika Serikat, Brazil, dan Australia. Salah satu kendalanya bagi Indonesia adalah kapas dapat tumbuh dengan baik pada iklim sub tropis. Ketidaksesuaian iklim Indonesia dengan tanaman kapas mengharuskan Indonesia untuk mengimpor kapas untuk menggerakkan industri domestiknya. Indonesia mengimpor kapas sebesar 99.2 persen dari semua kebutuhan kapas nasional per tahun (Kemenperin, 2014). Strategi, Struktur, dan Persaingan Perusahaan 1. Struktur pasar industri pakaian jadi Indonesia merupakan struktur pasar persaingan monopolistik, dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, produk yang heterogen, serta hambatan keluar masuk pasar rendah dengan tingkat keuntungan yang normal (Febriyanti,2006) (Fanani, 2009) (+). 2. Pemerintah berupaya melakukan strategi untuk menjalin kerjasama perdagangan dengan pasar tradisionalnya seperti Uni Eropa untuk dapat meningkatkan ekspor pakaian jadi Indonesia. Sejauh ini proses perundingan kerja sama antara Indonesia sudah mulai berjalan sejak 18 Juli 2016, dan ditargetkan selesai pada tahun 2019. Selain menyusun strategi untuk
34 memperkuat pasar tradisional, pemerintah turut mendorong untuk dilakukannya diversifikasi pasar produk pakaian jadi Indonesia (Kemendag, 2017) (+). 3. Persaingan antara eksportir pakaian jadi semakin ketat. Negara China, India, dan Vietnam merupakan pesaing Indonesia pada hasil industri pakaian jadi. (Un Comtrade, 2017) (-). Kesempatan 1. Berdasarkan analisis EPD untuk komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia terdapat dua negara yang menempati posisi Rising Star yaitu Italia dan Polandia. Posisi ini menunjukkan bahwa komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia memiliki pangsa pasar di kedua negara tersebut dengan permintaan terhadap pakaian jadi yang juga meningkat. Sementara itu secara keseluruhan untuk empat negara tujuan ekspor lain masih memiliki posisi Falling Star dan berpotensi untuk terus ditingkatkan ekspornya sebab masih memiliki pangsa pasar di negara tujuan (Un Comtrade, 2017) (diolah) (+). 2. Posisi pasar untuk komoditas ekpsor pakaian jadi laki-laki di Spanyol Retreat yang menandakan bahwa pangsa pasar serta pangsa produk ekspornya sudah menurun (Un Comtrade, 2017) (diolah) (-). 3. Pakaian jadi termasuk kedalam sepuluh produk ekspor utama yang berkontribusi terhadap besaran target ekspor non migas tahun 2017 ke negara Jerman (2.76 milyar), Belgia (1.19 milyar) , dan Perancis (915.9 juta) (Kemendag, 2017) (+) Kebijakan Pemerintah 1. Paket kebijakan Ekonomi VII akan berdampak positif pada peningkatan daya saing investasi sektor padat karya. Adapun tiga poin utama yang tercantum dalam kebijakan tersebut adalah adanya insentif tax allowance untuk industri pakaian jadi, insentif keringanan pajak penghasilan (pph 21), (BKPM, 2017). 2. PP No 14 Tahun 2015, (i) kebijakan untuk mulai secara bertahap mengurangi bahan baku pakaian jadi dari impor dan mulai menggunakan bahan baku dari dalam negeri, (ii) pemerintah memfasilitasi pendirian pabrik serat sintesis yang berorientasi pada pasar domestik dan ekspor, (iii) pemerintah memberikan upayanya untuk meningkatkan kemampuan dan efisiensi pada industri tekstil (termasuk pakaian jadi) (Kemenperin, 2015). 3. PP No 15/M-IND/PER/2/2012 dan PP No 01/M-IND/PER/1/2014 merupakan perubahan atas PP No 123/M-IND/PER/11/2010 yang membahas tentang program revitalisasi pertumbuhan industri melalui restrukturisasi mesin atau peralatan industri tekstil dan produk tekstil. Pemerintah memberikan dorongan untuk memajukan sektor industri tekstil dan produk tekstil dengan meningkatkan produktivitasnya melalui pembaharuan mesin-mesin produksi. Dorongan yang diberikan berupa investasi dalam bentuk barang modal dalam rangka penambahan, perluasan,
35 dan peremajaan sebagian atau seluruh peralatan industri bagi perusahaan atau industri yang telah berproduksi komersial minimal dua tahun. 4. Pemerintah memberikan potongan harga sebesar 10% terhadap nilai pembelian mesin dengan cara penggantian (reimburst). Potongan harga berlaku 25 % bagi perusahaan yang menggunakan mesin dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal sebesar 25%. (Kemenperin, 2017)
36
Kesempatan 1 Posisi pasar di Polandia dan Italia Rising Star (+) 2.Posisi di Spanyol Retreat(-) 3.Pakaian jadi termasuk 10 komoditas ekspor utama ke Belgia, Jerman, dan Perancis (+)
Strategi, Struktur, Persaingan 1 Struktur pasar persaingan monopolistik (+) 2 Vietnam, China, India merupakan pesaing Indonesia (-) 3.Upaya pencarian pasar baru dan pengajuan kerjasama Indonesia-Uni Eropa (+)
Kondisi Faktor 1.Indonesia mulai memproduksi rayon sebagai bahan baku pakaian jadi (+) 2 Industri pakaian jadi membutuhkan mesin-mesin baru (-) 3.Terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja (+) 4.Lahan baru tersedia untuk industri pakaian jadi (+) 5.Industri pakaian jadi berpotensi dikembangkan di Jawa Tengah (+) 6.Produktivitas tenaga kerja masih dibawah Vietnam dengan tingkat upah yang tidak jauh berbeda dengan Vietnam (-) 7.Pungutan liar berdampak pada ekonomi biaya tinggi untuk komoditas impor maupun ekspor (-)
Keterangan : Jumlah (+) = 15 Jumlah (-) = 7
Industri Terkait dan Penunjang 1 Industri hulu penghasil Rayon sebagai bahan baku pakaian jadi (PT Sri Rejeki Isman Tbk) (+) 2. Tersedianya Asosiasi Produsen Garmen Indonesia (+) 3.Indonesia masih bergantung dengan impor kapas sebagai bahan baku pembuatan kain (-)
Kondisi Permintaan 1. GDP riil per kapita berpengaruh terhadap permintaan ekspor (+) 2.Jarak berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor(-)
Peran Pemerintah 1 Paket kebijakan ekonomi VII tentang insentif tax allowance, keringanan pajak penghasilan (pph 21), dan layanan izin investasi (+). 2. PP No 14 Tahun 2015 (+) a Perumusan kebijakan untuk industri pakaian jadi agar menggunakan kain dalam negeri secara bertahap b.Memfasilitasi pendirian pabrik serat sintetis yang berorientasi pasar domestik dan ekspor c.Meningkatkan kemampuan kualitas dan efisiensi industri TPT (termasuk pakaian jadi) 3. PP NO 15/M-IND/PER/2/2012 dan PP No 01/M-IND/PER/1/2014 tentang restrukturisasi mesin tekstil dan produk tekstil (+).
Gambar 9 Diagram Porter's Diamond pakaian jadi Indonesia
37 Berdasarkan hasil dari analisis diagram Porter’s Diamond, Indonesia memiliki daya saing kompetitif pada komoditas pakaian jadi. Keempat faktor utama yang dianalisis menunjukkan lebih banyak peluang serta faktor-faktor positif pada industri pakaian jadi saat ini dengan jumlah faktor positif sebanyak 15 dan faktor negatif sebanyak 7. Uraian kondisi faktor menunjukkan terdapat empat faktor positif dan tiga faktor negatif. Sumber daya yang digunakan untuk bahan baku pakaian jadi sudah mulai digerakkan untuk memenuhi kegiatan produksi dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor bahan baku dari negara lain. Selain itu ketersediaan lahan untuk pengembangan industri pakaian jadi mencerminkan tersedianya faktor produksi bagi komoditas tersebut. Namun mesin-mesin yang digunakan perlu untuk dilakukan restrukturisasi serta perlu untuk dilakukan upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja pada sektor industri agar dapat bersaing dengan Vietnam. Kegiatan ilegal berupa pungutan liar juga perlu untuk diselesaikan agar tidak berdampak pada tingginya harga komoditas ekspor pakaian jadi. Industri hulu penghasil bahan baku berperan dalam mendukung kinerja industri pakaian jadi yang tergolong dalam industri hilir. Terdapat dua faktor positif yang menjadi penyusun industri terkait dan penunjang pakaian jadi Indonesia. Hasil analisis menunjukkan industri hulu yang menghasilkan bahan baku berupa rayon untuk pembuatan pakaian jadi mulai di bangun agar integrasi vertikal antar industri semakin tinggi. Perkembangan industri hulu ini mencerminkan upaya peningkatan daya saing kompetitif pakaian jadi Indonesia meskipun pada bahan baku lain yang berupa kapas Indonesia masih bergantung dengan impornya dari negara mitra. Strategi,struktur dan persaingan industri pakaian jadi tersusun atas dua faktor positif dan satu faktor negatif. Persaingan monopolistik mencerminkan pangsa pasar dan kekuatan pasar yang rendah sehingga persaingan yang terbentuk adalah persaingan yang efektif tidak hanya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar saja (Fanani, 2009). Negara-negara pesaing Indonesia yang mencakup China, India, dan Vietnam menjadi dorongan bagi Indonesia untuk dapat terus mempertahankan pasarnya di negara-negara tujuan. Pakaian jadi Indonesia memiliki daya saing kompetitif yang didukung oleh persaingan monopolistik pada industri domestik, serta dapat bertahan di pasar negara tujuan dengan bersaing bersama negara lainnya. Strategi kedepan yang mulai diupayakan adalah penyusunan kerja sama antara Indonesia dan Uni Eropa guna meningkatkan daya saing kompetitif pakaian jadi Indonesia di negara-negara Uni Eropa. Faktor permintaan menjadi faktor yang turut menentukan permintaan ekspor pakaian jadi Indonesia dan tersusun atas satu faktor positif dan satu faktor negatif. Jarak yang jauh menimbulkan besarnya biaya transportasi dan dapat berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor Indonesia. Namun disisi lain, pakaian jadi Indonesia tetap memiliki daya saing kompetitif yang dihasilkan dari permintaan terhadap ekspor pakaian jadi yang didukung dari GDP riil per kapita yang berpengaruh sebesar 11.9891 persen jika terjadi peningkatan GDP riil per kapita sebesar 1 persen. Kondisi permintaan yang berasal dari negara importir membentuk daya saing kompetitif komoditas tersebut. Terdapat 2 faktor positif dan 1 faktor negatif pada kesempatan ekspor pakaian jadi Indonesia. Posisi pasar yang berada pada Rising Star dan Falling Star menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mempertahankan ekspornya ke negara-
38 negara Uni Eropa. Target ekspor untuk pakaian jadi juga telah ditetapkan dan menjadikan pakaian jadi sebagai komoditas utama dalam pencapaian ekspor nonmigas. Namun posisi Retreat di negara Spanyol perlu untuk diperhatikan lebih lanjut. Peran pemerintah melalui berbagai peraturan yang dikeluarkan turut memprioritaskan pakaian jadi agar dapat mencapai ekspor yang maksimal, sehingga hal ini berperan dalam peningkatan daya saing kompetitif pakaian jadi Indonesia. Peraturan pemerintah yang diterapkan juga mencakup pembaharuan mesin-mesin industri tekstil dan peningkatan kesempatan investasi bagi para investor. Kondisi yang masih terlihat negatif pada keseluruhan faktor dan belum dimaksimalkan perannya dalam membentuk daya saing kompetitif pakaian jadi ini perlu untuk ditingkatkan guna terciptanya daya saing kompetitif yang lebih kuat untuk komoditas pakaian jadi sehingga dapat terus bertahan di pasar internasional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah di paparkan maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Secara umum ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia mengalami peningkatan pasca terjadinya krisis. Komoditas pakaian jadi laki-laki menjadi komoditas yang potensial untuk di tingkatkan ekspornya dengan didukung oleh kondisi perekonomian Uni Eropa yang dicerminkan melalui GDP riil per kapitanya. GDP riil per kapita ini juga menjadi proksi dari daya beli dari penduduk di tujuh negara Uni Eropa. Hasil analisis RCA pakaian jadi laki-laki indonesia ke negara tujuan ekspor Uni Eropa memiliki daya saing komparatif dengan nilainya yang lebih dari satu. Secara dinamis, analisis EPD menunjukkan posisi pasar komoditas pakaian jadi laki-laki Indonesia Rising Star di dua negara yaitu Italia dan Polandia, sedangkan untuk empat negara lainnya memiliki posisi Falling Star dan Retreat untuk negara Spanyol. Posisi daya saing Indonesia masih berada di bawah Vietnam pada keseluruhan negara tujuan ekspor yang sama. Vietnam secara keseluruhan memiliki posisi pasar Rising Star. Tetapi bila dilihat dari perbaikan kinerjanya, selama tahun 2010-2014 telah terjadi perbaikan daya saing komparatif pakaian jadi laki-laki yang didukung oleh nilai indeks RCA yang lebih dari satu. Melalui analisis gravity model diketahui bahwa faktor-faktor yang signifikan memengaruhi ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia ke negara tujuan pada taraf nyata satu persen yakni GDP riil per kapita, harga ekspor, kualitas pelabuhan Indonesia dan jarak, sedangkan nilai tukar riil efektif signifikan pada taraf nyata lima persen. Empat variabel yang digunakan memiliki hubungan positif terhadap nilai ekspor, namun jarak memiliki pengaruh negatif terhadap nilai ekspornya. Kinerja ekspor pakaian jadi laki-laki Indonesia cukup baik ke tujuh negara di Uni Eropa. Selain memiliki keunggulan komparatif, Indonesia juga memiliki
39 keunggulan kompetitif. Melalui analsisis Porter’s Diamond ditunjukkan bahwa keseluruhan faktor yang dianalisis menjadi komponen pembentuk daya saing kompetitif yang dapat terus ditingkatkan guna mendukung peningkatan daya saing kompetitif di pasar tujuan ekspor. Banyaknya faktor yang bersifat positif pada setiap faktor pendukung daya saing mencerminkan pakaian jadi cenderung memiliki daya saing kompetitif, namun faktor-faktor yang masih belum membentuk daya saing tersebut dapat ditingkatkan lebih lanjut agar daya saing kompetitifnya meningkat
Saran 1. Negara Belgia, Jerman, Italia, dan Polandia dapat menjadi negara-negara yang dipertahankan dan terus ditingkatkan ekspornya sebab negara Belgia dan Jerman memiliki populasi dan GDP riil per kapita yang tinggi. Selain itu, negara Italia dan Polandia memiliki pasar dengan posisi Rising Star dengan pertumbuhan daya saing yang positif untuk Polandia. 2.Pemerintah Indonesia dapat mengupayakan untuk senantiasa melakukan peningkatan kualitas pelabuhan Indonesia agar tercapai efisiensi pengiriman barang ekspor sebab peningkatan kualitas pelabuhan signifikan dapat memengaruhi peningkatan nilai ekspor pakaian jadi laki-laki.
40
DAFTAR PUSTAKA Anderson JE .2010. A Theoretical Foundation for The Gravity Equation. American Economic Review. 69:106-116. [BPS] Badan Pusat Statistik [Internet]. [diunduh 20 Februari 2017]. Tersedia pada: http://bps.go.id. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. [diunduh pada 28 Februari 2017]. Tersedia pada: http://www.bkpm.go.id . [CEPII] Centre d’Etudes Prospective et d’Informations Internationales Geodesic Distance [Internet]. [diunduh pada Februari 2017]. Tersedia pada http://www.cepii.fr/distance/dist_cepii.zip. Clark X, Dollar D, Micco A. 2004. Port efficiency, maritime transportation cost, and bilateral trade. Journal of Development Economics. Detik finance. PR Indonesia: Produktivitas Tenaga Kerja dibawah Vietnam [ diakses pada 3 Maret 2017]. Tersedia pada: https://finance.detik.com. Do TT. 2006. A Gravity Model for Trade Between Vietnam and Tweny-Three European Countries [Thesis]. Departement of Economics and Society. Esterhuizen.2006. Measuring and Analysing Competitiveness in The Agribusiness Sector: Methodological and Analytical Framework. Pretoria: University of Pretoria. Fanani Z. 2009. Analisis Integrasi Vertikal Industri Pakaian Jadi (Garmen) di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series. Bogor (ID):IPB Press. Gujarati DN. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi ke-5.Mangunsong C, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari: Basic Econometrics. Hanoum FN. 2016. Analisis Kinerja Ekspor Elektronika Indonesia ke Amerika Latin [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Jhamab P. 2016. An Application of Porter’s Diamond Framework: A Case of Sports Goods Cluster at Jalandhar. 8(8): 141-146. Jhingan ML.2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta (ID): Rajawali Press. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Permodelan dan Pendugaan.Bogor (ID):IPB Press [Kemenperin] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. [diunduh 22 Februari 2017]. Tersedia pada: http//www.kemenperin.go.id. [Kadin] Kamar Dagang dan Industri. [diunduh 28 Februari 2017]. Tersedia pada www.Kadin-Indonesia.or.id. Krugman P, Obstfeld M.2003. International Economics: Theory and Policy. Boston (ID): Pearson. Li K, Song L, Zhao X.2008. Component Trade and China’s Global Economic Integration.UNU-WINDER Research Paper 101:1-23 Lipsey GR. D D. Purvis, dan O.P. Stainer.1995. Teori Makroekonomi. A.J Wasana, Kirbrandoko,Budia. Terjemahan dari : Macroeconomics 6th Edition. Listianingrum N. 2015. Posisi Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Pakaian Jadi Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009-2013 [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
41 Mankiw NG.2007. Makroekonomi Edisi ke Enam. Liza F, Imam N, penerjemah: Jakarta (ID):Erlangga. Terjemahan dari : Macroeconomics.Ed.6. Oktaviani R, Novianti T.2014. Teori Perdagangan dan Aplikasinya di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi,Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Porter ME. 1990. The Competitive Advantage of Nation. The Free Press,New York. [US]. Rahman MM. 2006. A Panel Data Analysis of Bangladesh’s Trade: The Gravitiy Model Approach [Thesis]. Sydney (ID): University of Sydney. Salvatore D.1997. Ekonomi Internasional. Haris M, penerjemah.Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: International Economics. Shehu UR. 2015 Gravity Model by Panel Data Approach: Empirical Evidence from Nigeria. International Journal Trade and Global Markets, 8(1), 42-57. Sohn. 2001. A Gravity Model Analysis of Korea’s Trade Patterns and the Effect of a Regional Trading Agreement. [working paper]. Korea (ID): Korea. Suharno, Zuhdi F.2015. Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan Vietnam di Pasar ASEAN 5. 26 (3): 152-162. Tempo. [diakses pada 15 Februari 2017]. Tersedia pada: https://www.tempo.co.id Tinbergen J.1962. Shaping The World Economy: Sugegestions for an International Economic Policy. New York: Twentieth Century Fund Institute for International Economic Policy. [UNCTAD] United Nations Conference on Trade and Development.[diunduh Januari 2017]. Tersedia pada: http://www.unctad.org. [UNCOMTRADE] United Nations Comodity Trade Statistics Database.[diunduh Januari 2017]. Tersedia pada: http://www.wits.worldbank.com. [WDI] World Development Indicator. [diunduh Februari 2017]. Tersedia pada: http://data.worldbank.org. Wardhani MA.2016. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Ban Indonesia ke Amerika Latin [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Warta Ekonomi. Pungutan Liar di Tanjung Priok [diakses pada 20 Maret 2017]. Tersedia pada: http://www.wartaekonomi.co.id Yunia SN. 2015. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Alas Kaki Indonesia ke Amerika Latin [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
42
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil estimasi Pooled Least Square Dependent Variable: LNEX Method: Panel Least Squares Date: 03/29/17 Time: 03:14 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 35 Variable C LNGDPCAPjt LNPEXt LNREERjt LNJEijt QPIi R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient 64.17743 1.161864 0.353457 -15.83266 0.525693 0.474439 0.889296 0.870210 0.515437 7.704582 -23.17602 46.59214 0.000000
Std. Error 22.45332 0.585660 0.090269 4.216525 0.295094 0.500778
t-Statistic 2.858260 1.983853 3.915604 -3.754907 1.781441 0.947403
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0078 0.0568 0.0005 0.0008 0.0853 0.3513 9.130834 1.430718 1.667201 1.933832 1.759242 1.411649
43 Lampiran 2 Hasil estimasi fixed effect model Dependent Variable: LNEX Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 03/29/17 Time: 03:15 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 35 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable C LNGDPCAPjt LNPEXt LNREERjt LNJEijt QPIi
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-91.27117 11.98911 0.595637 6.661943 -11.59509 0.311781
13.03804 2.065765 0.094676 2.386290 3.326608 0.075511
-7.000374 5.803712 6.291291 2.791757 -3.485558 4.128955
0.0000 0.0000 0.0000 0.0104 0.0020 0.0004
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.984469 0.977041 0.253507 132.5362 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
12.62015 7.323307 1.478118 2.317661
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.974598 1.767919
Mean dependent var Durbin-Watson stat
9.130834 1.977465
44
Lampiran 3 Hasil uji chow Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
d.f.
Cross-section F
30.927167 (6,23)
Prob. 0.0000
Lampiran 4 Hasil uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: RANDOM Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Cross-section random
13.010079
Chi-Sq. d.f. 5
Prob. 0.0233
Lampiran 5 Hasil uji multikolineritas
LNGDPCAPjt LNJEjt LNPEXt LNREERjt QPIi
LNGDPCAPjt 1.000000 0.645330 0.475700 -0.458564 0.001557
LNJEjt 0.645330 1.000000 -0.222925 -0.526765 0.002905
LNPEXt 0.475700 -0.222925 1.000000 0.229084 -0.003337
LNREERjt -0.458564 -0.526765 0.229084 1.000000 0.043220
QPIi 0.001557 0.002905 -0.003337 0.043220 1.000000
45
Lampiran 6 Hasil uji normalitas 7
Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 35
6 5 4 3 2 1 0 -0.5
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.29e-16 0.030908 0.329444 -0.452419 0.208504 -0.376168 2.232697
Jarque-Bera Probability
1.684029 0.430842
46 Lampiran 7 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Indonesia
Negara
Tahun
Belgia Belgia Belgia Belgia Belgia Jerman Jerman Jerman Jerman Jerman Spanyol Spanyol Spanyol Spanyol Spanyol Perancis Perancis Perancis Perancis Perancis Italia Italia Italia Italia Italia Polandia Polandia Polandia Polandia Polandia Belanda Belanda Belanda Belanda Belanda
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Sumbu x
Sumbu y
29.0851 128.0703 -10.0534 31.2420
-0.4828 0.5831 -6.0650 -5.3842
5.9722 -2.3347 17.5256 1.0005
-4.2718 -2.0028 -8.6674 -4.6605
67.4101 -58.1127 -35.7574 -16.6380
-4.8078 -4.8702 -14.7019 -0.2382
16.8039 -44.4361 -8.2226 52.3719
-1.5193 -4.6198 -8.4154 -1.3748
-12.1994 2.0523 26.4268 19.5264
20.1305 -17.9971 -7.8590 5.8997
417.0985 -51.3783 -38.3244 322.5032
-0.4887 -3.2985 2.1020 2.3494
18.3629 12.2388 0.1165 -24.9155
17.8004 -9.3486 -12.3786 -2.2757
Pangsa Pasar
Pangsa Produk
EPD
44.5860
-2.8372
Falling Star
5.5409
-4.9006
Falling Star
-10.7745
-6.1546 Retreat
4.1293
-3.9823
Falling Star
8.9515
0.0435
Rising Star
162.4748
0.1660
Rising Star
1.4507
-1.5506
Falling Star
47 Lampiran 8 Hasil EPD pakaian jadi laki-laki Vietnam Negara
Tahun
Belgia Belgia Belgia Belgia Belgia Jerman Jerman Jerman Jerman Jerman Spanyol Spanyol Spanyol Spanyol Spanyol Perancis Perancis Perancis Perancis Perancis Italia Italia Italia Italia Italia Polandia Polandia Polandia Polandia Polandia Belanda Belanda Belanda Belanda Belanda
2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014
Sumbu x
Sumbu y Pangsa Pasar
Pangsa Produk
EPD
13.0536 9.0496 -15.1422 18.5801
21.7638 1.8516 11.7096 33.5404
6.3853
17.2163
Rising Star
4.4615 21.7464 14.8612 16.9580
22.6851 28.0901 12.6714 6.4371
14.5068
17.4709
Rising Star
8.8361 -28.7396 25.7261 26.7864
27.7937 28.7663 14.6663 13.2630
8.1522
21.1224
Rising Star
-9.2041 -10.9902 -24.2431 28.2615
30.1026 41.3014 -0.5477 14.6871
-4.0439
21.3859
Falling Star
5.1301 -22.1949 47.2676 41.8991
40.6695 39.5517 20.3174 17.9095
18.0255
29.6120
Rising Star
73.4407 7.0448 87.2411 69.0477
51.7015 -20.4905 1.5529 37.0813
59.1936
17.4613
Rising Star
34.5773 43.1488 -22.3558 32.1382
8.6994 14.9936 18.0277 29.0293
21.8771
17.6875
Rising Star
48 Lampiran 9 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Indonesia Negara Belgia
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jerman 2010 2011 2012 2013 2014 Perancis 2010 2011 2012 2013 2014 Italia 2010 2011 2012 2013 2014 Polandia 2010 2011 2012 2013 2014 Spanyol 2010 2011 2012 2013 2014 Belanda 2010 2011 2012 2013 2014
Xij 6,315 9,418 16,995 16,535 21,902 45,630 58,434 45,482 55,224 58,249 12,667 18,151 9,840 10,406 13,978 6,856 7,614 6,123 7,881 9,876 144 986 432 301 1,383 11,977 19,738 7,576 5,787 4,824 16,313 23,953 22,183 24,507 19,460
Xt 1,190,140 1,374,750 1,297,678 1,259,269 1,217,321 2,984,671 3,304,651 3,074,971 2,883,423 2,821,568 1,150,656 1,311,924 1,154,891 1,082,862 1,047,474 2,369,981 3,168,307 2,277,010 2,128,608 2,286,859 312,285 379,547 340,025 365,413 395,947 2,328,696 2,427,862 2,069,251 1,810,444 1,937,639 3,722,455 5,132,477 4,664,301 4,105,967 3,984,582
Wij 653,419 754,917 597,292 646,079 652,047 3,263,873 3,944,184 3,143,375 3,247,496 3,391,428 1,376,457 1,688,512 1,647,536 1,898,398 1,673,534 1,420,616 1,796,726 1,415,967 1,441,450 1,511,277 228,114 301,513 271,327 307,089 333,802 1,146,388 1,128,475 1,034,095 1,229,576 1,229,481 917,509 1,138,230 939,156 1,036,361 1,096,010
Wt RCA 347,061,679 2.818 402,841,477 3.656 378,053,008 8.290 390,549,977 7.938 399,024,467 11.010 973,119,166 4.558 1,125,525,374 5.046 1,068,702,813 5.029 1,097,232,451 6.471 1,126,180,768 6.855 611,352,897 4.890 707,789,964 5.799 653,248,735 3.378 668,787,039 3.386 655,949,880 5.231 467,146,726 0.951 519,855,039 0.695 455,607,429 0.865 462,240,984 1.187 468,940,188 1.340 179,700,911 0.363 218,778,231 1.886 202,682,748 0.948 213,331,476 0.573 225,851,794 2.364 303,437,493 1.361 332,337,383 2.394 297,750,147 1.054 305,411,095 0.794 327,648,558 0.663 540,202,501 2.580 632,276,731 2.592 633,858,187 3.210 636,811,623 3.668 632,376,377 2.818
Rataan RCA 6.742
5.592
4.537
1.008
1.227
1.253
2.974
49 Lampiran 10 Hasil RCA pakaian jadi laki-laki Vietnam Negara Belgia
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Jerman 2010 2011 2012 2013 2014 Perancis 2010 2011 2012 2013 2014 Italia 2010 2011 2012 2013 2014 Polandia 2010 2011 2012 2013 2014 Spanyol 2010 2011 2012 2013 2014 Belanda 2010 2011 2012 2013 2014
Xij 34,813 45,470 39,232 36,011 43,096 87,321 110,230 106,954 126,918 155,019 28,052 31,244 27,135 23,687 26,783 18,418 24,490 15,016 22,512 33,492 2,100 4,813 4,636 9,825 18,054 44,573 47,754 31,184 46,617 59,100 29,608 49,432 58,385 50,025 69,906
Xt 848,838 1,199,694 1,146,719 1,323,340 1,805,539 2,372,736 3,366,901 4,094,940 4,736,996 5,174,944 1,101,330 1,658,884 2,163,399 2,202,729 2,477,755 980,141 1,534,326 1,876,556 2,290,697 2,740,094 241,222 445,514 328,165 350,770 509,061 1,110,792 1,554,720 1,793,607 2,109,580 2,563,348 1,688,312 2,147,980 2,476,218 2,936,241 3,762,225
Wij 653,419 754,917 597,292 646,079 652,047 3,263,873 3,944,184 3,143,375 3,247,496 3,391,428 1,376,457 1,688,512 1,647,536 1,898,398 1,673,534 1,420,616 1,796,726 1,415,967 1,441,450 1,511,277 228,114 301,513 271,327 307,089 333,802 1,146,388 1,128,475 1,034,095 1,229,576 1,229,481 917,509 1,138,230 939,156 1,036,361 1,096,010
Wt 347,061,679 402,841,477 378,053,008 390,549,977 399,024,467 973,119,166 1,125,525,374 1,068,702,813 1,097,232,451 1,126,180,768 611,352,897 707,789,964 653,248,735 668,787,039 655,949,880 467,146,726 519,855,039 455,607,429 462,240,984 468,940,188 179,700,911 218,778,231 202,682,748 213,331,476 225,851,794 303,437,493 332,337,383 297,750,147 305,411,095 327,648,558 540,202,501 632,276,731 633,858,187 636,811,623 632,376,377
RCA 21.784 20.225 21.655 16.449 14.607 10.972 9.343 8.880 9.053 9.947 11.313 7.895 4.973 3.788 4.237 6.179 4.618 2.575 3.152 3.793 6.856 7.839 10.554 19.459 23.996 10.621 9.046 5.006 5.489 6.144 10.325 12.784 15.914 10.469 10.721
Rataan RCA 18.944
9.639
6.441
4.063
13.741
7.261
12.042
50
Lampiran 11 Data variabel dependen dan independen gravity model LNEXijt LNGDPCAPjt LNREERjt LNJEjt LNPEXt QPIi 8.750726 10.700608 4.613655 5.617015 3.105279 3.6000000 9.150417 10.704547 4.625240 5.608192 3.357403 3.6000000 9.740699 10.698657 4.613931 5.609511 3.325602 3.6000000 9.713261 10.693093 4.622828 5.613129 3.417995 3.9000000 9.994328 10.705171 4.618361 5.613589 3.332474 4.0000000 9.446793 10.614125 4.585116 5.539570 3.220256 3.6000000 9.806455 10.629868 4.581745 5.542551 3.305165 3.6000000 9.194250 10.626853 4.557081 5.546745 3.467402 3.6000000 9.250176 10.627854 4.570622 5.556927 3.448058 3.9000000 9.545257 10.626291 4.571531 5.543746 3.474519 4.0000000 10.728315 10.640366 4.569121 5.383837 2.932669 3.6000000 10.975649 10.676058 4.562656 5.406768 3.295474 3.6000000 10.725081 10.697879 4.534582 5.435798 3.247476 3.6000000 10.919153 10.681762 4.554910 5.428862 3.313263 3.9000000 10.972475 10.711693 4.563082 5.447175 3.304382 4.0000000 8.832942 10.487141 4.584811 4.448965 3.191035 3.6000000 8.937716 10.491171 4.587876 4.440233 3.271289 3.6000000 8.719878 10.459880 4.572719 4.416151 3.222710 3.6000000 8.972208 10.430855 4.589630 4.396307 3.434873 3.9000000 9.197880 10.422599 4.590370 4.376433 3.432689 4.0000000 9.699714 10.826580 4.590565 5.789529 3.142936 3.6000000 10.083867 10.838415 4.588954 5.788602 3.235861 3.6000000 10.007077 10.824088 4.573595 5.781484 3.416776 3.6000000 10.106731 10.819235 4.596645 5.785812 3.448720 3.9000000 9.876136 10.829733 4.600297 5.784693 3.451267 4.0000000 9.390760 10.333249 4.642589 4.079091 7.599001 3.6000000 9.890288 10.319645 4.650604 4.052724 8.503993 3.6000000 8.932758 10.292443 4.632117 4.032732 7.834146 3.6000000 8.663398 10.278859 4.646929 4.028329 6.871638 3.9000000 8.481343 10.295363 4.639414 4.033216 5.590971 4.0000000 4.971922 9.441414 4.638076 4.492024 1.538336 3.6000000 6.893953 9.489825 4.623776 4.527672 0.194453 3.6000000 6.067363 9.505766 4.607349 4.550823 0.604670 3.6000000 5.707894 9.520182 4.609734 4.574420 0.773683 3.9000000 7.232332 9.553229 4.617471 4.595849 1.079599 4.0000000
51
RIWAYAT HIDUP Penulis memiliki nama lengkap Rizkia Nurfrina Putri, lahir di Makassar, 18 Juni 1995. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Sufrin Hannan dan Ratna Putri. Latar belakang pendidikan penulis dimulai tahun 2000 di TK Tunas Mekar Bandar Lampung, tahun 2001 di SDN Sukadamai 3 Bogor, dan tahun 2007 di SMP Negeri 1 Bogor. Penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan tahun 2013 di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama di IPB penulis tergabung dalam UKM Center of Enrepreneurship Development for Youth, dan Himpunan mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIPOTESA). Kontribusi penulis di HIPOTESA sebagai anggota divisi CER (Cooperation and External Relationship) periode 2014-2015 dan menjadi Badan Pengawas HIPOTESA periode 2015-2016. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan tingkat TPB, departemen, dan fakultas. Prestasi yang pernah di raih penulis adalah Juara 3 grup Bisnis Plan Competition dalam kegiatan Asia Young Sociopreneurship Leadership Camp (AYSLE) di Singapura. Selain itu penulis telah melakukan kegiatan magang di Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementrian Perdagangan pada bulan Januari hingga Februari tahun 2017. Penulis juga cukup aktif dalam mengikuti berbagai pertandingan olahraga intra kampus seperti voli, basket, dan atletik.