ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN NELAYAN DI DESA BUHIAS KECAMATAN SIAU TIMUR SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Ronald N. Pakasi Charles R. Ngangi Rine Kaunang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pendapatan nelayan di Desa Buhias serta seberapa besar tingkat ketimpangan distribusi pendapatan nelayan didaerah penelitian. Penelitian ini menggunakan data primer berupa data yang diperoleh dari pembagian kuisioner. Metode penarikan sampel dilakukan dengan metode alokasi sebanding (Proportional Allocation Method). Metode analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, indikator tingkat ketimpangan berdasarkan nilai Gini Ratio yang dilengkapi dengan Kurva Lorenz dan Kriteria World Bank. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendapatan nelayan sampel di Desa Buhias cukup bervareasi dan cenderung berbeda. Tingkat ketimpangan pendapatan nelayan berdasarkan nilai Gini Ratio sebesar 0.531 berada dalam kategori tinggi, sedangkan menurut World Bank berada dalam kategori sedang. Kata Kunci: Nelayan, Pendapatan, Gini Ratio, Kurva Lorenz, dan World Bank. ABSTRACT This study aims to analyze the income of fishermen in the village Buhias well as the extent of inequality of income distribution fisherman research area. This study uses primary data in the form of data obtained from the distribution of questionnaires. Sampling method performed by the method of proportional allocation ( Proportional Allocation Method) . The analytical method used is the analysis of income, an indicator of the level of inequality based on the Gini Ratio fitted with Lorenz curve and the World Bank criteria . The results showed that the income of fishermen in the village sample Buhias bervareasi enough and tend to be different . The level of income inequality based on the Gini Ratio fishermen for 0.531 were in the high category , while according to the World Bank are in the medium category . Keywords : Fisherman , Income , Gini Ratio , Lorenz curve , and World Bank Biaro memiliki potensi sumber daya laut
A. PENDAHULUAN
yang sangat besar dan bernilai ekonomis
Luas wilayah Kabupaten Kepulauan
tinggi antara lain, perikanan, terumbu
Siau Tagulandang Biaro 3.066.386,95 Km2 yang terdiri dari, luas daratan
karang, hutan mangrove, rumput laut
275,95 Km2 (9%) dan luas lautan
,teripang
laut
produk-produk
bioteknologi. Berdasarkan data sekunder
3.066.111 (91%) (Sitaro Dalam Angka
yang
2014). Sebagai daerah kepulauan yang
dihimpun
dari
Badan
Pusat
Statistik (Sitaro Dalam Angka 2014),
memiliki wilayah laut yang cukup besar,
perkembangan hasil produksi kelautan
perairan Kepulauan Siau Tagulandang 1
dan perikanan Kabupaten Kepulauan
total 1.504 armada tangkap yang ada di
Siau
Kabupaten Sitaro.
Tagulandang
Biaro
terus
mengalami peningkatan dari tahun ke
Dengan Jumlah nelayan dan armada
tahun. Dimana pada tahun 2011 hasil
tangkap
produksi
Buhias sebagai desa yang memberikan
perikanan
12.693,28
adalah
sebesar
dengan
nilai
tersebut
kontribusi
menjadikan
terbesar
terhadap
Desa total
Rp.10.646.446.000 kemudian meningkat
produksi perikanan Kabupaten Sitaro.
sangat signifikan pada tahun 2012
Menurut data dari dinas Kelautan dan
dimana
adalah
Perikanan Kabupaten Siau Tagulandang
sebesar 15.926,00 Ton dengan nilai
Biaro tahun 2014 jumlah produksi
Rp.79.114.400.000,-. sedangkan tahun
perikanan Desa Buhias dari tahun 2012
2013
sampai
produksi
produksi
perikanan
perikanan
kembali
dengan
tahun
2014
terus
mengalami peningkatan menjadi sebesar
mengalami peningkatan yang signifikan,
15.965,86
hal tersebut dapat diperhatikan pada
ton
dengan
269.385.800.000,
atau
nilai
Rp.
mengalami
peningkatan sebesar 39,86 ton dengan nilai Rp.190.271.400. 000,-. Desa Buhias adalah desa yang 78% penduduknya
bermata
pencaharian
sebagai nelayan dimana dari 498 jumlah penduduk yang bekerja, sebanyak 386 jiwa bekerja sebagai nelayan (Siau Timur Selatan Dalam Angka 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan
Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perkembangan Produksi dan Kontribusi Produksi Perikanan Desa Buhias Terhadap Produksi Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro Tahun 2011-2013 Tahun Produksi Total Kontribusi Perikanan Produksi Produksi Desa Kab Sitaro Desa Buhias (Ton) Buhias (%) (Ton) 2011 2.590 12.693,28 20,41 2012 3.585 15.926,00 22,51 2013 3.593 15.965,86 23
Desa Buhias merupakan desa yang
: Dinas Kelautan dan Perikanan 2014. Menarik untuk diteliti, berdasarkan
memiliki jumlah nelayan dan armada
data yang telah diuraikan diatas dimana
tangkap
motor
jumlah produksi perikanan Kabupaten
(Katinting/Tempel/Diesel) terbanyak di
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Kabupaten
dalam 3 tahun terakhir menunjukan trend
Siau Tagulandang Biaro Tahun 2015,
yang
menggunakan
Sitaro,
dimana
SSumber
jumlah
armada tangkap di Desa Buhias yaitu
kenaikan,
sebanyak 307 atau sebesar 20,41% dari
mempengaruhi kenaikan pertumbuhan
yang
secara
langsung
PDRB lebih khusus PDRB sub sektor 2
perikanan, dimana Desa Buhias yang
menjadi 25 RTS dan meningkat lagi
memberikan
menjadi 35 RTS pada tahun 2014.
kontribusi
terbesar,
sehingga memberikan pengaruh yang
Identifikasi Masalah
sangat signifikan terhadap pertumbuhan
1.
PDRB
Kabupaten
Kepulauan
Bagaimana pendapatan nelayan di
Siau
desa Buhias Kecamatan Siau Timur
Tagulandang Biaro, seharusnya seluruh
Selatan Kabupaten Kepulauan Siau
masyarakat
Tagulandang Biaro ?
nelayan
Desa
Buhias
memiliki kualitas hidup yang baik dan
2.
Bagaimana ketimpangan distribusi
sejahtera. Namun pada kenyatannya
pendapatan nelayan di desa Buhias
sesuai dengan survey pendahuluan yang
Kecamatan
dilakukan,
Kabupaten
ternyata
masih
terdapat
rumah tangga Di Desa Buhias yang masuk pada kategori
miskin (jika
Kemiskinan
Timur
Selatan
Kepulauan
Siau
Tagulandang Biaro ? Tujuan Penelitian
rujukannya kriteria dari Tim Koordinasi Penanggulangan
Siau
1.
Menganalisa pendapatan nelayan di
Daerah
desa Buhias Kecamatan Siau Timur
Kabupaten Sitaro), dimana dari 15
Selatan Kabupaten Kepulauan Siau
indikator kemiskinan dari TKPKD rata-
Tagulandang Biaro.
rata rumah tangga tersebut memenuhi
2.
Menganalisa
seberapa
besar
kriteria untuk dikategorikan sebagai
ketimpangan distribusi pendapatan
rumah tangga miskin. Hal yang menarik
nelayan di desa Buhias Kecamatan
lagi adalah rumah tangga yang masuk
Siau
kriteria
mata
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
nelayan.
menurut ukuran (Rendah, Sedang,
miskin
pencahariannya
tersebut adalah
Timur
Begitupun jika mengacu pada data
Tinggi).
penerima beras untuk rakyat miskin
Landasan Teori
Selatan
Kabupaten
(Raskin) yang dikeluarkan oleh Tim
Nelayan adalah orang yang hidup
Nasional Percepatan Penanggulangan
dari mata pencaharian hasil laut. Di
Kemiskinan
Indonesia
(TNP2K),
dimana
dari
para
nelayan
biasanya
tahun 2012 ke tahun 2014 penerima
bermukim di daerah pinggir pantai atau
manfaat Raskin di desa Buhias justru
pesisir laut. Komunitas nelayan adalah
mengalami peningkatan dimana jumlah
kelompok
orang
rumah tangga sasaran pada tahun 2012
pencaharian
hasil
sebanyak 17 RTS, tahun 2013 meningkat
didesa-desa
yang laut
pantai
(Sastrawidjaya, 2002). 3
dan atau
bermata tinggal pesisir
Pendapatan nelayan adalah selisih
B. METODE PENELITIAN
antara penerimaan (TR) dan semua biaya
Metode Penentuan Sampel
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan
Metode
yang
digunakan
nelayan (TR) adalah perkalian antara
pengambilan
produksi yang diperoleh (Y) dengan
alokasi
harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya
Allocation
diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya
penarikan sampel ini dipergunakan bila
tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
total banyaknya unit penarikan sampel
(variable cost). Biaya tetap (FC) adalah
dalam
biaya yang relatif tetap jumlahnya dan
banyaknya, serta ragam dan ongkos per
terus dikeluarkan walaupun produksi
unit penarikan sampel relative sama
yang diperoleh banyak atau sedikit.
(Vincent, 1991). Berdasarkan metode
Biaya variabel (VC) adalah biaya yang
pengambilan
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
pengambilan sampel dalam penelitian ini
yang diperoleh, contohnya biaya untuk
dapat diuraikan sebagai berikut:
tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah
sampel
sebanding
Populasi
yaitu
stratum
sampel
(N)
metode
(Proportional
Method)
setiap
ialah
dalam
metode
berbeda-beda
tersebut
dalam
maka
penelitian
jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya
adalah sebanyak 386 nelayan di Desa
variabel (VC), maka TC = FC + VC
Buhias.
(Soekartawi, 2002).
Sampel yang diambil adalah 116 atau
Distribusi
pendapatan
adalah
sebesar 30% dari total populasi
pemerataan maupun ketimpangan yang menggambarkan pendapatan
tingkat
yang
Untuk menentukan sampel dari
pembagian
dihasilkan
masing-masing sub-populasi atau strata
oleh
digunakan rumus:
berbagai kegiatan ekonomi. (Ismoro,
terjadi setelah diperoleh pendapatan dari
N ni i n N N=Populasi n= Total Sampel
kegiatan usaha. Untuk merefleksikan
Ni= Ukuran Subpopulasi ke-i, dimana i=
ketimpangan pendapatan yaitu koefisien
1,2......... n ; = 7
Gini (Gini Ratio), Kurva Lorenz dan
Ukuran contoh subpopulasi ke-i dimana i= 1,2...n ; = 116
1995.
dalam
Rahayu
dkk
2000).
Distribusi dari suatu proses produksi
ni=
Ukuran Bank Dunia.
4
4. Pendapatan nelayan adalah selisih
Metode Pengumpulan Data
total penerimaan (Rp) dengan jumlah
Penelitian ini menggunakan data
biaya produksi dalam proses produksi
primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan
langsung cara
pertanyaan
dari
menggunakan
(Kuisioner)
perikanan tangkap per trip melaut,
responden yang
dengan satuan (Rp).
daftar
Analisis Data
telah
1.
dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti
Untuk
BPS, Dinas Kelautan dan Perikanan,
digunakan
Siau Timur Selatan, Dinas Sosial Tenaga
Kemiskinan
dengan
Penanggulangan
Daerah
analisis rumus
penerimaan
dan
Soekartawi
(2002)
sebagai berikut,
(TKPKD)
TR = Y.Py
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
dimana,
Biaro.
TR = Total penerimaan (Rp)
Konsep Pengukuran Variabel 1. Produksi
tingkat
pendapatan masyarakat nelayan sesuai
Kerja dan Transmigrasi, dan Sekretariat Koordinasi
menganalisa
pendapatan nelayan di kampung Buhias
Kantor Desa Buhias, Kantor Kecamatan
Tim
Analisis Tingkat Pendapatan
adalah
ekonomi
kegiatan/aktivitas
menangkap
mengumpulkan
Y = Produksi (Kg)
ikan/binatang
Py = Harga jual per-kg (Rp)
atau
Selanjutnya
air
(2002)
Soekartawi
untuk
menghitung
kembali,
lainnya yang hidup di laut/perairan
pendapatan
umum secara bebas dan bukan milik
sebagai berikut,
dapat
perseorangan per trip melaut, dengan
digunakan
rumus
π = TR-TC
satuan (Kg).
Dengan,
π = Pendapatan (Rp)
2. Biaya Produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam
TR = Total Penerimaan (Rp)
proses produksi penangkapan ikan per
TC = Total biaya produksi (Rp)
trip melaut, dengan satuan Rupiah
2. Analisis Ketimpangan Pendapatan
(Rp). 3. Penerimaan
menurut
adalah
jumlah
hasil
Untuk
perkalian antara jumlah produksi per
ketimpangan
trip melaut dengan harga jual ikan
menganalisis distribusi
Distribusi tingkat pendapatan
nelayan di Desa Buhias menurut ukuran
dan diukur dalam satuan Rupiah (Rp).
(Rendah, Sedang, Tinggi), digunakan 2 5
2) Kurva Lorenz
alat analisis sekaligus yaitu dengan Gini Ratio dan Kurva Lorenz serta Kriteria
Kurva
Bank Dunia, dengan ketentuan masing-
hubungan
masing sebagai berikut : a.
kuantitatif
aktual
antara
dengan prosentase kumulatif pendapatan
1) Gini Ratio
yang benar-benar mereka terima per trip
Untuk menghitung besarnya nilai koefisien Gini (Gini Ratio) digunakan rumus sebagai berikut,
𝐺𝑅 = 1 −
dari
b.
GR = Angka Gini Ratio
garis
jarak
kurva
diagonal
(garis
Kriteria Bank Dunia Kriteria
= Frekuensi penduduk dalam
tingkat
ketimpangan
menurut Bank Dunia (World Bank)
kelas pendapata ke-i.
mengklasifikasikan tingkat ketimpangan
Frekuensi kumulatif dari total
kedalam
kelas
tiga
kategori
sebagaimana
tertera pada tabel 3 berikut ini,
pendapatan ke-i.
Tabel 3: Kategori Ketimpangan Menurut Kriteria Bank Dunia
kumulatif dari total
pendapatan dalam
Lorenz
jauh
pendapatannya.
𝑖=1
fci-1=Frekuensi
Semakin
timpang atau tidak merata distribusi
fp i ∗ fc i +fc i −1
pendapatan dalam
melaut.
pemerataan sempurna maka semakin
𝑛
fci =
memperlihatkan
prosentase kumulatif nelayan sampel
Gini Ratio dan Kurva Lorenz
fpi
Lorenz
kelas
Ratio ditentukan dengan menggunakan 1
Rendah
Bank Dunia (40% Rumah tangga Kelompok Bawah Menikmati Pendapatan Total Wilayahnya) >17
kriteria seperti yang tersaji pada tabel 3
Sedang
12-17
Tinggi
<12
pendapatan ke-(i-1).
Kategori Ketimpa ngan
NO
Standar penilaian ketimpangan Gini
berikut ini,
2 3
Tabel 2. Indikator Ketimpangan Gini Ratio Nilai Gini Ratio < 0,35
Sumb Sumber : Badan Pusat Statistik 2012
Tingkat Ketimpangan Rendah
0,35-0,5
Sedang
> 0,5
Tinggi
Sumber : Todaro 1994 6
Nelayan sampel yang menggunakan
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.
armada tangkap kapal motor 3-6 GT memperolah
Analisis Pendapatan Nelayan Desa Buhias Rata-rata pendapatan nelayan
sebesar
cukup
bervareasi
dan
sebesar
tertinggi ada pada nelayan sampel yang
nelayan buruh yang tidak mempunyai
melaut.
Nelayan
sampel
armada maupun alat tangkap, namun
adalah
Rp.127.091.000/nelayan/trip
yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan
pendapatan terendah dimana rata-rata sebesar
sampel
sebesar Rp.497.579/nelayan/trip melaut
memiliki
tersebut
nelayan
Rata-rata
baik kelompok 1 dan kelompok 2 adalah
armada tangkap perahu tanpa mesin
nelayan
916.000.
bermesin ketinting secara keseluruhan
melaut,
sedangkan nelayan yang menggunakan
pendapatan
yang
menggunakan armada tangkap perahu
motor 7-10 GT (Pajeko) dengan rata-rata
yang
Rp
pendapatan
menggunakan armada tangkap kapal
nelayan
sampel
rata-rata pendapatan/trip melaut adalah
berbeda, dimana rata-rata pendapatan
adalah
nelayan
melaut.
menggunakan armada tangkap pamboat
cenderung
Rp.11.602.025/nelayan/trip
pendapatan
Rp.1.167.636/trip
sedangkan
sampel per trip melaut di Desa Buhias
rata-rata
karena bekerja pada
nelayan
yang
menggunakan armada tangkap kapal
yang
motor 7-10 GT maka nelayan sampel
menggunakan armada tangkap pelang
tersebut memperoleh pendapatan rata-
dengan motor tempel memperoleh rata-
rata sebesar Rp.716.677.
rata pendapatan sebesar Rp.1.217.000. walaupun dimensi panjang x lebar dari
2.
nelayan sampel ini lebih kecil dari nelayan
sampel
armada
tangkap
yang
menggunakan
perahu
bermesin
Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nelayan di Desa Buhias a. Berdasarkan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) dan Kurva Lorenz
ketinting, pamboat, dan kapal motor 3-6 Nilai
GT namun dikarenakan nelayan ini
yang
pendapatan dari 116 nelayan sampel di
yang menggunakan
kapal motor 7-10 GT
Gini
menggambarkan tingkat ketimpangan
bekerja berdasarkan sistem bagi hasil dengan nelayan
Koefisien
Desa Buhias Kecamatan Siau Timur
maka rata-rata
Selatan
pendapatan nelayan sampel ini per trip
Kabupaten
Kepulauan
Siau
Tagulandang Biaro dapat dilihat pada
melaut lebih tinggi dari ke tiga nelayan
Tabel 4 berikut berikut ini
yang disebutkan diatas. 7
Tabel 4. Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) Nelayan Sampel di Desa Buhias Kecamatan Siau Timur Selatan Uraian Total Pendapatan Kum. % Kum. % % Petani [% xi]× Nelayan Buhias Pendapatan fci-1 (%Xi) Kum.[% (fpi) (fci) (fci+fci-1)]/100 Terendah
Rp.55.000
0.06%
0.06%
0,86%
0.0005%
Tertinggi
Rp.16.650.000
100%
183.33%
0.86%
1.58%
Jumlah
Rp.99.862.325
2.770,18%
5.440.35
100
46.90
KOEFISIEN GINI (GINI RATIO) : 1-46.90% = 0.531
Sumber : Analisis Data Primer 2015 bahwa distribusi pendapatan nelayan
Dari Tabel 4 diketahiu bahwa nilai koefisien
Gini
untuk
sampel di Desa Buhias tidak merata atau
distribusi
tingkat ketimpangan nelayan sampel
pendapatan nelayan sampel di Desa
berada pada kategori tinggi.
Buhias per trip melaut ialah sebesar 0.531. jika kita mengacu pada tabel 3, halaman 31, maka dapat disimpulkan
KURVA LORENZ 100%
100%
90%
Pendapatan Kumulatif
80% 70% 60%
52,131%
50%
40,945%
40%
GR = 0.531
30% 20% 10%
1,608%
0% 0%
10%
4,638% 20%
8,871%
30%
13,247%
40%
24,812% 18,611%
50%
60%
Penduduk Kumulatif
Sumber : Analisis Data Primer 2015
8
32,172%
70%
80%
90%
100%
b.
Berdasarkan Kriteria Bank Dunia (World Bank)
Tabel 5. Tingkat Ketimpangan Pendapatan Nelayan Sampel Berdasarkan Kriteria Bank Dunia Di Desa Buhias Kecamatan Siau Timur Selatan Per Trip Melaut. NO Kelompok Nelayan Sampel Jumlah Kumulatif Jumlah Prosentase Nelayan Kumulatif Kumulatif Pendapatan Pendapatan 1
40% Berpendapatan Terendah 40% Berpendapatan Menengah 20% Berpendapatan Tertinggi
2 3
JUMLAH 12% Dari Jumlah Pendapatan
46
13.228.500
13.247%
46
27.660.250
27.698 %
24
58.973.575
59.055%
116
99.862.325
100% 11.983.479
17% Dari Jumlah Pendapatan
16.976.595
Sumber : Analisis Data Primer 2015 5 halaman 33 maka dapat disimpulkan
Untuk melihat tingkat ketimpangan
bahwa tingkat ketimpangan distribusi
distribusi pendapatan nelayan sampel di Desa
Buhias
diperhatikan
maka
ialah
yang
jumlah
pendapatan nelayan sampel di Desa
harus
Buhias menurut kriteria bank dunia
kumulatif
termasuk pada kategori sedang karena
pendapatan yang diterima oleh kelompok 40%
nelayan
Sebagai
berpendapatan
indikator
dalam
kelompok
rendah.
keseluruhan
total
jumlah
12%
pendapatan
nelayan
sebesar Rp.16.979.595. Dimana pada hasil penelitian 40% rendah
hanya
menguasai
Rp.13.247.000 atau sekitar
12.838%.
dari
keseluruhan
di
Desa
Buhias
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
adalah
17% dari keseluruhan total pendapatan
berpendapatan
sampel
Kecamatan Siau Timur Selatan Kabupaten
dari
sebesar Rp.11.983.479 sedangkan jumlah
nelayan
yang
dari 12% jumlah keseluruhan pendapatan
kriteria Bank Dunia (World Bank) perlu bahwa
nelayan
berpendapatan terendah menguasai lebih
menentukan
tingkat ketimpangan pendapatan menurut diketahui
40%
total
pendapatan. Jika kita mengacu pada tabel 9
Ratio
D. KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar
0.531.
Sedangkan
menurut indikator Bank Dunia (World
Kesimpulan
Bank), tingkat ketimpangan distribusi Dari
hasil
penelitian
Analisis
ketimpangan
pendapatan
nelayan
mengenai
pendapatan nelayan sampel berada
distribusi
di
desa
dalam
Buhias
kelompok
Kecamatan Siau Timur Selatan Kabupaten
bervareasi
13.247%.
dan
Akses Modal, Teknologi dan Pasar,
rata pendapatan tertinggi, sedangkan
(2) Kelemahan Fungsi Kelembagaan
nelayan sampel yang menggunakan
Sosial Ekonomi.
armada tangkap perahu tanpa mesin rata-rata
pendapatan
terendah.
Cenderung
berbedanya
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat disarankan hal sebagai berikut:
masing-masing
1.
nelayan sampel tersebut disebabkan
Buhias
armada tangkap yang digunakan, (2) penggerak
Pemerintah
pinjaman lunak kepada nelayan lebih khusus
areal penangkapan (5) Besar kecilnya
pada
kumulatif
nelayan
sampel yang masuk pada kategori 10-
biaya produksi (6) Sistem pemasaran. ketimpangan
diharapkan
formal yang berfungsi memberikan
tangkap yang digunakan (4) Luas
Tingkat
ketimpangan
pembentukan suatu lembaga ekonomi
yang
digunakan (3) Jumlah dan jenis alat
2.
tingkat
Daerah dapat memfasilitasi dalam
Teknologi khususnya jumlah dan mesin
Mengurangi
distribusi pendapatan nelayan di Desa
karena (1) Dimensi ukuran (P x L)
kekuatan
tingkat
disebabkan oleh (1) Keterbatasan
tangkap KM 7-10 GT memiliki rata-
memiliki
Tingginya
nelayan sampel di Desa Buhias
sampel yang menggunakan armada
pada
yang
ketimpangan distribusi pendapatan
cenderung berbeda, dimana nelayan
pendapatan
nelayan
pendapatan nelayan, yakni, sebesar
Pendapatan nelayan sampel di Desa cukup
40%
karena
lebih dari 12% jumlah keseluruhan
ditarik beberapa kesimpulan: Buhias
sedang
berpendapatan terendah menguasai
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat 1.
kategori
50 persen berpendapatan terendah,
distribusi
untuk
pendapatan nelayan sampel di Desa
memoderenisasi
aramada
tangkap, peralatan tangkap, dan mesin
Buhias menurut indikator koefisien
penggerak seperti Kapal Motor 3-6
Gini (Gini Ratio) berada dalam
GT. Disamping itu juga lembaga ini
kategori tinggi dengan nilai Gini 10
dapat mengurus kebutuhan nelayan
E.
baik dalam penyediaan bahan bakar,
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Penghitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2012, Jakarta: Badan Pusat Statistik.
bahan pengawet ikan (es), sampai pada pemasaran hasil tangkapan. 2.
Untuk Nelayan Desa Buhias khusnya
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Utara. 2015, Berita Resmi Statistik Kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara September 2014, Manado: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara.
rumah tangga nelayan yang masuk kategori berpendapatan rendah agar dapat melakukan kegiatan lain di luar penangkapan seperti
ikan
(off-fishing)
mengeringkan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. 2014, Sitaro Dalam Angka Tahun 2013, Siau: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
ikan,
berdagang, pertanian, sehingga akan memberikan
kontribusi
tambahan
terhadap pendapatan rumah tangga. 3.
Pemerintah Daerah diharapkan dapat
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. 2014, Siau Timur Selatan Dalam Angka Tahun 2013, Siau: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
melakukan monitoring perkembangan dan
mengevaluasi
terhadap
pembangunan yang telah dilakukan khususnya
di
perikanan,
apakah
PDRB
bidang
khususnya
kelautan
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
pertumbuhan sub
sektor
perikanan adalah pertumbuhan yang
Todaro dan Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta.
berkualitas dan telah dinikmati oleh nelayan
secara
merata
atau
Sastrawidjaya, dkk. 2002. Nelayan Nusantara. Pusat Riset Pengolahan Produk Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Jakarta.
pertumbuhan yang tidak berkualitas yakni
pertumbuhan
yang
DAFTAR PUSTAKA
hanya
dihasilkan oleh segelintir orang saja.
11
2