ANALISIS KESEMPATAN KERJA PADA SEKTOR – SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BEKASI SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS EKONOMI
OLEH MILA KARMILA H14102082
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
MILA KARMILA. Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi (dibimbing oleh FIFI DIANA THAMRIN). Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, menimbulkan dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut. Bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga pengangguran semakin meningkat. Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, temasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah pertama, Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi. Kedua, Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Propinsi Jawa Barat yang dicerminkan dari data jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha, tahun 19921997 untuk data sebelum krisis dan tahun 1999-2004 untuk data setelah krisis. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Nasional, Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti perpustakaan-perpustakaan di IPB maupun di luar lingkungan IPB. Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis Shift Share dengan menggunakan software Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa era sebelum krisis ekonomi laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan sebesar 43,79 persen. Sebaliknya terjadi peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja era sesudah krisis ekonomi sebesar 69,21 persen. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi memiliki laju pertumbuhan yang meningkat sebesar 9,39 persen, dan era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,08 persen. Era sebelum krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang positif, berarti bahwa pertumbuhan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 65.360 jiwa atau 3,39 persen. Sedangkan setelah krisis
ekonomi memiliki nilai PRij yang negatif sebesar -45.636 jiwa atau -11,08 persen. Komponen pertumbuhan proporsional bila dilihat secara keseluruhan era sebelum krisis ekonomi mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 28.650 jiwa atau 3,97 persen, namun mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja menjadi 4.922 jiwa atau 1,20 persen era sesudah krisis ekonomi. Secara umum lapangan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tidak mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini diperlihatkan dari nilai PPWij yang negatif, yaitu sebesar -40.971 jiwa atau -56,82 persen. Sedangkan era sesudah krisis ekonomi sebaliknya, hal ini diperlihatkan dengan nilai PPWij yang positif yaitu sebesar 325.697 jiwa atau 79,09 persen. Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah pertama, Pemerintah daerah Kabupaten Bekasi diharapkan dapat terus mendorong perkembangan sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Kedua, pemerintah diharapkan menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang dapat meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan seperti, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor informal agar mampu berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi sektor pertanian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang kurang berkembang di Kabupaten Bekasi agar penyerapan tenaga kerja dapat merata di seluruh lapangan pekerjaan yang ada di Kabupaten Bekasi.
ANALISIS KESEMPATAN KERJA PADA SEKTOR - SEKTOR PEREKONOMIAN DI KABUPATEN BEKASI SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS EKONOMI
Oleh : MILA KARMILA H14102082
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh Nama Mahasiswa
: Mila Karmila
Nomor Registrasi Pokok
: H14102082
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Fifi Diana Thamrin, SP, M.Si
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Pengesahan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI PENELITIAN ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor,
September 2006
Mila Karmila H14102082
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mila Karmila lahir pada tanggal 23 Oktober 1983 di Ciamis, sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Idi dan Ibu Nanang. Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN 2 Tanjung Mulya Ciamis, kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Panumbangan Ciamis dan lulus pada Tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 2 Cikarang Utara dan lulus pada Tahun 2002. Tahun 2002, penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu di Institut Pertanian Bogor, melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, seperti Forum Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi dan Manajemen (Formasi) dan Persatuan Mahasiswa Galuh Ciamis (PMGC).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi adalah “Analisis Kesempatan Kerja pada SektorSektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”. Pada masa krisis ekonomi negara kita mengalami keterpurukan di berbagai bidang kehidupan khususnya di bidang ekonomi, sehingga berpengaruh terhadap kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti
seberapa besar laju pertumbuhan
kesempatan kerja sebelum dan setelah terjadinya krisis, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini pemerintah Kabupaten Bekasi bisa memperluas kesempatan kerja, khususnya di daerah Kabupaten Bekasi. Di samping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1.
Fifi Diana Thamrin, SP. M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan baik teknis, maupun teoritis dalam prosos pembuatan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
2.
Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis.
3.
Widyastutik, SE. M. Si sebagai Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan kepada penulis.
4.
Pihak Dinas Ketenagakerjaan Pemda Kabupaten Bekasi, BPS Kabupaten Bekasi, BPS Nasional, serta instansi-instansi terkait yang telah memberikan informasi kepada penulis.
5.
Bapak Idi dan Ibu Nanang, selaku orang tua tercinta yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, semangat, dorongan, baik moril maupun materil, serta do’a nya kepada penulis.
6.
Saudara-saudaraku dan keponakan-keponakanku tersayang yang telah memberikan semangat dan kasih sayangnya kepada penulis.
7.
Teguh Suyanto, S.Pi. yang selalu setia memberikan semangat, dukungan, kesabaran dan kasih sayangnya kepada penulis.
8.
Sayyidah Majaningtyas, selaku pembahas dan sahabat penulis yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis.
9.
teman-teman seperjuangan : Nani, SE, Esti, SE, Erni, SE, dan Nitta W, dan seluruh IE 39 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas kebersamaannya ketika kuliah di IPB.
10.
Sahabat dan teman-temanku, serta AZ-Zahra Crew, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah mengisi hari-hari penulis semakin berkesan selama kuliah di IPB.
11.
Peserta seminar dan IE 40, yang telah bersedia hadir dalam seminar penulis dan memberikan masukan yang membantu dalam peyelesaian skripsi ini.
Bogor, September 2006
Mila Karmila H14102082
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL...................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. vii I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 10 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 11 II.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ........... 12 2.1. Tinjauan Teori.......................................................................... 12 2.1.1. Kesempatan Kerja ........................................................ 12 2.1.2. Krisis Ekonomi ............................................................ 14 2.1.3. Teori Tenaga Karja ...................................................... 15 2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja ....................... 16 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu....................................................... 21 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 22 2.3.1 Teknik Analisis Shift Share ......................................... 22 2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share .................................... 25 2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share................................... 26 2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja .......................................... 28 2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Propinsi Pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri) ..................................................... 28 2.3.7. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ................ 29 2.3.8. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ..... 30 2.3.9. Kerangka Pemikiran Konseptual.................................. 32
III. METODE PENELITIAN ................................................................. 36 3.1. Tempat Penelitian .................................................................... 36 3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 36
i
3.3. Metode Analisis ...................................................................... 37 3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat ...................... 37 3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten dan Kesempatan Kerja Propinsi (Nilai ri, Ri dan Ra) ............................. 39 3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ................. 40 3.3.4. Analisis Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor Perekonomian ................................................... 44 IV. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 47 4.1. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja............................. 47 4.2. Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Bekasi............................... 49 4.3.1. Sektor Pertanian ............................................................ 49 4.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian........................... 50 4.3.3. Industri Pengolahan....................................................... 50 4.3.4. Listrik, Gas, dan Air Minum......................................... 51 4.3.5. Bangunan / Konstruksi.................................................. 52 4.3.6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran ................................ 52 4.3.7. Pengangkutan dan Komunikasi..................................... 52 4.3.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya ........................ 53 4.3.9. Jasa-Jasa ........................................................................ 53 4.3. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Bekasi.......... 53 4.3.1. Penerimaan Daerah Kabupaten Bekasi ......................... 53 4.3.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi ..... 54 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 56 5.1. Analisis Kesempatan Kerja Pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi dan Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ............................................................ 56 5.2. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Propinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ........................................................................ 68 5.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ......................... 72
ii
5.4. Pergeseran Bersih Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi ....... 80 VI. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 88 6.1. Kesimpulan ............................................................................... 88 6.2. Saran
...................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 91 LAMPIRAN............................................................................................... 94
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa)................................................ 2
2.
Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa) ............................... 4
3.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah) ...... 5
4.
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa) .................................. 6
5.
PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 1993-1998 (Juta Rupiah)................................................................ 7
6.
PDRB Kabupaten Bekasi atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah) .......... 9
7.
Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2004 (Jiwa).............................................................................................. 46
8.
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2004 (Jiwa) ......................................................................... 47
9.
Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Tahun 2000-2004 (Jiwa).............................................................................................. 48
10.
Jumlah Tenaga kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Jiwa).............................................................. 48
11.
Perusahaan Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun 2004 ................................................................................... 51
12.
Penerimaan Daerah dan Pajak Serta Persentasenya Terhadap PDRB Tahun 2004 (Rupiah)......................................................... 54
13.
Pengeluaran Daerah serta Persentasenya terhadap PDRB Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Rupiah) ....................................... 54
14.
Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992- 1997 (Jiwa) .............................................................. 56 Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa).............................................................. 60
15.
iv
16.
Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 (Jiwa) ................................................................ 63
17.
Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa).............................................................. 66
18.
Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ........................ 69
19.
Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004......................... 70
20.
Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ................................................. 72
21.
Komponen Pertumbuhan Nasional Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ................................................. 74
22.
Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 .................................. 75
23.
Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004................................... 77
24.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 .................................. 78
25.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004................................... 79
26.
Pergeseran Bersih Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 .................................. 80
27.
Pergeseran Bersih Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999- 2004 .......................................................................... 81
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang 19
2.
Terbentunya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan Penentuan Tingkat Upah Pasar .......................................................... 20
3.
Model Analisis Shift Share ................................................................ 24
4.
Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian ............................. 30
5.
Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................................... 35
6.
Profil Pertumbuhan Lapangan usaha di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 ..................................................... 82
7.
Profil Pertumbuhan Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 2004 .................................................... 86
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997............................. 95
2.
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1999-2004.............................. 96
3.
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1992-1997 ...................................... 97
4.
Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 ...................................... 98
5.
Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ........................................................................... 99
6.
Kesempatan Kerja Propinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 ........................................................................... 100
7.
Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-1997 ................ 101
8.
Analisis Shift Share Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 dan 2004 ................................................................................ 103
vii
I. PENDAHULUAN
1. 1.
Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada Tahun 1998, menimbulkan
dampak yang sangat luas bagi perekonomian Indonesia. Menurunnya nilai tukar rupiah, melemahnya investasi dan terjadinya inflasi yang tidak terkendali menimbulkan kelesuan usaha pada setiap sektor perekonomian yang juga dapat menyebabkan menurunnya kesempatan kerja di setiap sektor perekonomian tersebut. Krisis
ekonomi
ini
mengakibatkan
aktivitas
dari
setiap
sektor
perekonomian menjadi terhambat, sehingga tidak bisa menjalankan aktivitasnya dengan normal. Hal ini berdampak buruk terhadap perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut. Oleh karena itu, banyak sektor-sektor perekonomian yang mengurangi pemakaian jumlah tenaga kerja, bahkan dibeberapa sektor perekonomian terjadi pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran sehingga pengangguran semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 memperlihatkan bahwa pada Tahun 1998, yaitu pada saat krisis ekonomi melanda negara kita, walaupun dilihat secara keseluruhan penyerapan tenaga kerja nasional mengalami peningkatan, namun bila dilihat dari penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor ekonomi mengalami penurunan, kecuali untuk sektor pertanian dan sektor pengangkutan. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya
krisis
perekonomian,
ekonomi
terutama
sangat
mempengaruhi
sektor-sektor
yang
dalam
aktivitas
sektor-sektor
proses
produksinya
menggunakan bahan impor dan sangat rentan terhadap perubahan nilai tukar dan
2
suku bunga, sehingga juga berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian dan sektor pengangkutan tidak terlalu terpengaruh oleh terjadinya krisis ekonomi, karena sektor ini tidak terlalu rentan terhadap perubahan nilai tukar dan suku bunga, sehingga masih mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja. Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Selama Seminggu Yang Lalu Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Indonesia Tahun 1996-2004 (Jiwa) Sektor Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
1996 43,51 0,90 12,60 0,20 4,50 18,88 4,69 0,82 13,90 100,00
1997 41,47 1,04 13,12 0,28 4,99 20,21 4,92 0,78 14,99 101,80
1998 46,98 0,80 11,84 0,18 4,20 20,04 4,95 0,74 14,77 104,51
1999 45,75 0,87 13,73 0,22 4,07 20,90 5,01 0,76 14,57 105,87
Tahun 2000 2001 48,33 47,38 0,54 * 13,90 14,41 0,09 * 4,22 4,57 22,05 20,82 5,43 5,30 1,06 1,34 11,44 13,12 107,05 108,25
2002 48,44 0,75 14,44 0,21 5,09 21,21 5,57 1,18 12,35 109,25
2003 51,31 0,87 13,70 0,18 4,83 20,56 5,89 1,56 11,73 110,63
2004 48,41 1,23 13,20 0,28 5,41 22,79 6,53 1,34 12,53 111,72
Sumber : BPS (Perluasan Sakernas), 1996-2004 * Pendataan pada tahun 2001 kedua lapangan usaha ini digabungkan sebagai lapangan usaha lain-lain yang nilainya sebesar 1.091.120 jiwa. Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi
6. 7. 8. 9.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan lain Jasa-jasa
Tahun 1999 sampai Tahun 2004, seluruh sektor perekonomian mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang semakin meningkat. Menurut Prasentiantono (2000), beberapa indikator yang menampakkan gejala membaik (Mei 1999), setidaknya ada lima indikator utama yang tampil impresif : 1.
Kurs rupiah cenderung stabil, dan bahkan menguat sampai level Rp 8000-an per dollar AS.
3
2.
Laju inflasi dapat ditekan rendah. Pada bulan Maret sampai April 1999 bahkan terjadi deflasi (inflasi negatif), yaitu minus 0,18 persen dan minus 0,68 persen.
3.
Pasar modal juga membaik, yang ditunjukkan dengan kenaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga mencapai 560. Angka ini termasuk tinggi untuk ukuran masa krisis. Sebagai perbandingan, rekor indeks terendah adalah 265 (1998) dan rekor tertinggi adalah 720 (sebelum krisis, 1997)
4.
Suku bunga dapat diturunkan secara bertahap. Pada pekan pertama Mei 1999 BI sudah berani menetapkan suku bunga simpanan maksimal 34 persen dapat dijamin oleh pemerintah.
5.
Harga minyak di pasar dunia terus meningkat. Pada bulan Mei 1999, harga minyak naik hingga menembus US $ 18 per barrel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tahun 1999 di Indonesia sudah
mengalami masa pemulihan dari keterpurukan ekonomi yang diakibatkan krisis ekonomi, sehingga sudah bisa dikatakan
Indonesia sudah keluar dari krisis
ekonomi. Tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai tampak, setelah Pemilu 7 Juni 1999 dilaksanakan secara relatif sukses, kurs rupiah cenderung menguat dan stabil pada level Rp 6.700,- per dollar. Indeks harga saham naik sampai level 712. Selain itu harga-harga juga mengalami deflasi selama 6 bulan berturut-turut. Dampak krisis ekonomi ini merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu wilayah yang merasakan dampak dari krisis ekonomi yang melanda nasional. Sebagai akibat dari krisis ekonomi tersebut, penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat juga mengalami
4
pasang surut, tetapi lebih banyak mengalami surutnya. Surutnya penyerapan tenaga kerja pada setiap sektor perekonomian menimbulkan permasalahan yang rumit dan kompleks, terutama permasalahan sosial dan ekonomi. Menurut Tobing (1993) rendahnya kesempatan kerja menimbulkan berbagai masalah sosial ekonomi baru, diantaranya: 1. Rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan; 2. Rendahnya kemampuan daya beli (purchasing power); 3. Meningkatnya jumlah pengangguran; 4. Meningkatnya arus migrasi (desa-kota); dan 5. Ketimpangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah. Pasang surut penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dapat diketahui melalui jumlah tenaga kerja yang bekerja, seperti yang terlihat dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 (Jiwa) Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1999 5.203.953 108.448 2.711.995 50.045 752.861 3.923.742 1.100.474 204.596 2.344.531 17.182 16.417.827
2000 4.865.547 95.996 2.835.160 51.432 788.171 4.091.388 1.282.488 107.413 2.272.831 16.390.426
Tahun 2001 2002 5.128.660 4.599.956 59.580 69.055 2.486.944 3.259.447 31.033 37.163 791.532 797.391 3.347.170 3.326.923 1.002.234 1.104.835 226.934 229.929 1.575.280 1.798.358 1.180 10.743 14.650.547 15.233.800
2003 5.158.605 113.718 2.361.807 51.056 723.327 3.339.491 1.067.487 197.584 769.571 12.601 13.795.247
2004 4.353.604 64.068 2.569.523 39.839 849.855 3.331.241 1.284.381 271.575 1.831527 2.698 14.598.311
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 1999-2004 Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian 6. Pertambangan dan Penggalian 7. Industri Pengolahan 8. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Bangunan / Konstruksi 10.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan lain Jasa-jasa Lainnya (sektor informal)
5
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sektor pertanian mengalami pasang surut dalam memberikan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi selalu memberikan kontribusi terbesar setiap tahunnya dalam menciptakan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor lainnya merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling kecil setiap tahunnya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat, bahkan untuk tahun 2000 sektor lainnya ini tidak memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tersebut. Tabel 3. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 1993 di Provinsi Jawa Barat Tahun 1993-2003 (Juta Rupiah) Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Sumber : BPS Jawa Barat, 1993-2003
PDRB 53.939.673,00 57.823.106,00 62.491.165,00 68.243.530,00 71.568.924,02 58.847.840,13 60.200.704,78 55.660.204,92 58.311.797,88 60.594.235,36 63.249.926,50
Dampak ekonomi rendahnya penyerapan tenaga kerja akhirnya dapat semakin mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang ada. Rendahnya daya beli akan berdampak pada turunnya permintaan barang dan jasa serta akan mengurangi aktivitas sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Turunnya aktivitas sektor-sektor perekonomian tersebut salah satunya akan berdampak pada pengurangan jumlah tenaga kerja, yang berarti juga dapat mengurangi kesempatan kerja yang tersedia di Provinsi Jawa Barat, dan pengangguran akan semakin
6
bertambah. Contoh konkret saat terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, terjadi penurunan pendapatan per kapita (PDRB/Kapita) di Propinsi Jawa Barat menjadi Rp. 58.847.840,13 juta, dari PDRB sebelumnya tahun 1997 yaitu sebesar Rp. 71.568.924,02 juta. Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terkena dampak dari krisis ekonomi, yang menyebabkan perekonomian di Kabupaten tersebut mengalami keterpurukan. Padahal apabila dilihat pada era sebelum terjadinya krisis ekonomi, perekonomian di Kabupaten ini merupakan salah satu wilayah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang baik, dan mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, yang terdapat dalam Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 (Jiwa) Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1992 107.749 12.596 153.710 7.816 33.905 169.454 64.555 20.522 149.636 1.574 721.517
1993 148.490 17.372 149.402 6.392 38.046 204.638 75.726 9.542 178.018 3.976 831.602
Tahun 1994 88.260 3.818 193.311 2.353 53.963 213.027 84.285 12.603 195.766 811 848.197
1995 142.975 8.428 227.353 12.989 38.768 255.809 88.938 17.946 197.310 992 991.508
1996 126.020 19.721 378 .861 21.805 76.798 399.384 156.803 29.821 386.717 7.376 1.603.306
1997 50.009 3.019 100.655 4.889 20.156 96.798 49.324 7.300 72.446 960 405.556
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1992-1997 Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian 6. Pertambangan dan Penggalian 7. Industri Pengolahan 8. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Bangunan/Konstruksi 10.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan lain Jasa-jasa Lainnya (sektor informal)
7
Tabel 4 memperlihatkan jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi terjadi. Sektor – sektor perekonomian memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi terciptanya kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Tahun 1996 sektor-sektor ekonomi tersebut mampu memberikan kontribusi paling besar dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni sebesar 1.603.306 jiwa. Sektor yang terbesar dalam memberikan kontribusinya adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 399.384 jiwa, dan sektor yang terkecil dalam memberikan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi adalah sektor lainnya, yakni sebesar 7.376 jiwa. Namun dipertengahan tahun 1997 kontribusi sektor-sektor perekonomian tersebut mulai mengalami penurunan karena pada saat itu sudah mulai mendekati terjadinya krisis ekonomi. Kontribusi yang diberikan hanya sebesar 405.556 jiwa dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Tabel 5. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993, Tahun 19931998 (Juta Rupiah) No
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
405.885,00 8.512,00 2.327.905,00 67.461,00 229.319,00 352.527,00 147.374,00 194.518,00 391.388,00 4.304.889,00
378.071,00 9.533,00 2.768.121,00 82.327,00 263.716,00 606.192,00 196.496,00 205.640,00 467.131,00 4.977.227,00
383.587,00 11.154,00 3.258.078,00 103.447,00 320.415,00 684.429,00 220.807,00 216.224,00 504.973,00 5.703.114,00
262.560,50 13.028,00 3.097.111,39 94.537,98 195.707,94 1.779.732,05 124.713,07 210.232,15 214.610,40 5.992.233,48
217.351,18 13.869,78 3.398.427,80 120.618,30 201.719,27 1.843.570,02 129.590,30 250.314,25 220.210,55 6.395.671,45
198.999,95 4.608,15 3.261.451,77 111.179,43 133.312,19 852.716,79 121.159,13 132.638,61 222.692,79 5.038.758,81
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, Susenas, 1993-1998 Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian 6. Pertambangan dan Penggalian 7. Industri Pengolahan 8. Listrik, Gas dan Air Bersih 9. Bangunan/Konstruksi 10.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan lain Jasa-jasa Lainnya (sector informal)
8
Kontribusi Sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi pada era sebelum krisis ekonomi, bila dilihat secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Terlihat pada Tabel 5 bahwa pada tahun 1993 kontribusi sektor-sektor ekonomi sebesar Rp. 4.304.889,00 juta, semakin meningkat menjadi Rp. 6.395.671,45 juta pada tahun 1996. Tetapi ketika terjadinya krisis ekonomi tahun 1998, kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bekasi mengalami penurunan menjadi Rp. 5.038.758,81 juta, hal ini disebabkan karena terhambatnya aktivitas ekonomi dari sektor-sektor tersebut, ada juga yang menghentikan aktivitasnya. Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia berangsurangsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di seluruh wilayah bahkan menyebar ke daerah-daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Bekasi mengalami pemulihan dalam stabilitas ekonomi. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya PDRB Kabupaten Bekasi mulai tahun 1999. Peningkatan PDRB secara kontinyu ini menggambarkan kondisi perekonomian yang mulai stabil, seperti terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling besar setiap tahun terhadap PDRB Kabupaten Bekasi, jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain di Kabupaten Bekasi. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1999 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi berdasarkan harga konstan 1993 yaitu sebesar Rp 3.335.334,67 juta, yang semakin meningkat menjadi Rp. 8.289.908,00 juta pada tahun 2004. Hal ini dikarenakan
9
Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang banyak memiliki pabrikpabrik, yang mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB yang besar pula. Tabel 6. PDRB Kabupaten Bekasi Atas Dasar Harga Konstan 1993 Menurut Lapangan Usaha Tahun 1999-2004 (Juta Rupiah) 1999
2000
2001
2002
2003*)
2004**)
196.924,83 4.496,63 3.335.334,67 122.911,85 129.792,75 884.250,57 122.662,26 132.812,46 227.654,49 5.156.840,51
203.995,09 4.208,62 6.759.527,78 137.827,47 132.700,51 912.397,77 133.788,18 138.138,55 235.239,66 8.657.823,63
198.359,00 6.246,32 7.066.045,83 142.223,10 135.782,20 941.988,26 142.652,18 146.014,36 252.847,43 9.032.158,68
198.846,63 6.291,61 7.432.067,00 148.092,98 138.959,50 977.200,15 152.168,95 153.233,93 272.135,41 9.478.996,16
199.468,07 6.378,18 7.843.606,77 155.729,55 144.287,05 1.054.886,03 162.440,66 162.076,91 293.742,96 10.022.616,18
208.037,94 6.493,43 8.289.908,00 172.395,00 153.449,28 1.139.524,92 176.121,16 170.748,73 317.820,99 10.634.499,44
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
Sumber : BPS Kabupaten Bekasi, 1999-2004 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Keterangan : 1. 2. 3. 4.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Bangunan/Konstruksi
6. 7. 8. 9.
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan lain Jasa-jasa
10. Lainnya (sektor informal)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada tahun 2004 memiliki urutan kedua setelah industri pengolahan kemudian diikuti sektor jasa-jasa, sektor pertanian,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air
minum, sektor bank dan lembaga keuangan, sektor bangunan / kontruksi, serta yang terakhir sektor pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian selalu memberikan kontribusi paling rendah terhadap PDRB Kabupaten Bekasi, karena di Kabupaten Bekasi hanya memiliki sedikit lahan tambang, sehingga sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi yang sedikit pula yaitu hanya sebesar Rp. 4.496,63 juta Tahun 1999 dan meningkat menjadi Rp. 6.493,43 juta pada Tahun 2004 (Tabel 6).
10
Terjadinya krisis ekonomi memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, sehingga juga menimbulkan dampak terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kesempatan Kerja pada SektorSektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”, untuk mengetahui sejauh mana laju pertumbuhan kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.
1.2.
Perumusan Masalah Adapun permasalahan-permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian
ini adalah : 1. Bagaimana laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi? 2. Bagaimana ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi?
11
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi. 2. Menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan regional (PR), Pertumbuhan Proporsional (PP), dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Tinjauan Teori
2.1.1. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja menurut Departemen Tenaga Kerja (1994) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kesempatan kerja ini tidak saja menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya. Sedangkan menurut Lipsey, et al. (1995) kesempatan kerja mengandung arti tenaga kerja dewasa yang bekerja penuh waktu. Kesempatan kerja tinggi terjadi ketika kondisi ekonomi berada pada GDP potensial. Menurut Rusli (1995), yang di dasarkan pada data sensus penduduk, jumlah penduduk yang bekerja mencerminkan jumlah kesempatan kerja yang ada. Ini berarti bahwa kesempatan kerja bukanlah lapangan pekerjaan yang masih terbuka, walaupun komponen yang terakhir ini akan menambah kesempatan kerja yang ada di waktu yang akan datang. Penggolongan
lapangan pekerjaan yang biasa dipakai menurut Badan
Pusat Statistik(BPS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) terdiri dari : 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan / konstruksi
13
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan 8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya 9. Jasa-jasa Secara umum penciptaan kesempatan kerja dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu proses produksi dan pasar. Untuk adanya proses produksi diperlukan investasi. Dan dalam produksi, masukan yang berupa bahan, energi alam, dan energi
manusia,
menghasilkan
dengan
barang
menggunakan
dan
jasa.
teknologi
Kemudian
dikombinasikan
diperlukan
pasar
untuk untuk
mendistribusikan hasil produksi kepada yang menggunakannya serta agar produsennya memperoleh pendapatan. Selain itu, pasar diperlukan untuk menyediakan masukan bagi proses produksi (Fudjaja, 2002). Fudjaja (2002) juga menyatakan bahwa faktor produksi tenaga kerja berkualitas yang memiliki produktivitas tinggi sangat menentukan tingkat pendapatan.
Pendapatan
akan
memberikan
efek
pengganda
terhadap
pembangunan dalam bentuk investasi dan pengeluaran, dan keduanya diperkirakan akan berdampak positif terhadap kesempatan kerja. Menurut Tobing (1993), ada beberapa masalah mendasar struktural yang secara langsung mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja yaitu : 1. Menyangkut kebijaksanaan kependudukan. 2. Berkaitan dengan penyebaran penduduk antara Pulau Jawa dan di luar pulau Jawa. 3. Menyangkut kualitas tenaga kerja.
14
4. Berkaitan dengan adanya kesenjangan antara program pendidikan dengan arah pembangunan. 5. Kurang berkembangnya informasi pasar tenaga. 6. Menyangkut perkembangan di sektor formal dan informal. 7. Menyangkut perkembangan di sektor pertanian dan industri. Menurut Simanjuntak (1998) dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan atau target hasil yang direncanakan, atau secara umum merupakan rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda akan tenaga kerja, baik dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan penggunaan teknologi. Sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi, sebaliknya sektor atau sub sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang relatif sedikit akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi.
2.1.2. Krisis Ekonomi Menurut Andadari, et al. (1999), krisis ekonomi didefinisikan sebagai sesuatu yang abstrak yang dapat ditangkap oleh tanda-tanda/indikator moneter namun tidak semua pelaku ekonomi memahami hal tersebut. Sedangkan menurut Djiwandono (1998), krisis ekonomi terjadi karena timbulnya gejolak ekstern yang melalui dampak proses penularan yang sistemik melanda ekonomi nasional. Dengan struktur keuangan yang masih lemah, maka perkembangan tersebut
15
menimbulkan krisis yang meluas, dari ekonomi moneter ke seluruh aspek kehidupan masyarakat. Penularan ini terjadi karena lemahnya struktur ekonomi, tatanan sosial, hukum dan politik yang mempertajam masalah ini menjadi sistemik. Krisis ekonomi menurut Kriswantriono (2003), ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar
yang menyebabkan terjadinya keterpurukan ekonomi, ini
disebabkan oleh dunia usaha yang cenderung melakukan investasi yang berlebihan (over investment) pada sektor-sektor ekonomi yang rentan terhadap perubahan nilai tukar dan suku bunga. Menurut Tarmidi (1998) krisis ekonomi bercirikan: (1). Nilai kurs rupiah yang semakin tertekan. (2). Investasi di dalam negeri yang merosot karena peningkatan suku bunga. (3). Terjadinya inflasi yang tidak terkendali. Menurut Andadari, et al. (1999), dampak krisis ekonomi didefinisikan sebagai perubahan beruntun dan meluas dalam tempo cepat sehingga membingungkan pelaku ekonomi dengan indikator determinan / kebijakan, perilaku (pengaturan bahan dan tenaga kerja, penerimaan penjualan).
2.1.3. Teori Tenaga Kerja Tenaga kerja adalah bagian dari penduduk yang mampu bekerja untuk memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Secara praktis pengertian
16
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Di Indonesia semula dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas umur maksimum. Dengan demikian tenaga kerja di Indonesia dimaksudkan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan 10 tahun sebagai batas umur minimum adalah berdasarkan kenyataan bahwa dalam umur tersebut sudah banyak penduduk berumur muda yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Dengan bertambahnya kegiatan pendidikan maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak-anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain jumlah penduduk yang bekerja dalam batas umur tersebut akan menjadi sangat kecil, sehingga batas umur minimum lebih tepat dinaikkan menjadi 15 tahun. Atas pertimbangan tersebut, Undang-undang N0. 25 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan mulai berlakunya Undang-undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berusia 15 tahun keatas atau lebih (Simanjuntak, 1998).
2.1.4. Fungsi Permintaan Akan Tenaga Kerja Permintaan adalah suatu hubungan antar harga dan kuantitas. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan adalah hubungan antara tingkat upah yang dilihat dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja, dan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki oleh majikan untuk dipekerjakan. Secara khusus permintaan akan tenaga kerja adalah jumlah maksimum tenaga kerja yang mana
17
pengusaha bersedia untuk mempekerjakannya pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu (Bellante dan Jackson, 1990). Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Konsumen membeli barang karena barang itu akan
memberikan
kegunaan
baginya.
Akan
tetapi
bagi
pengusaha,
mempekerjakan seseorang karena seseorang itu membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada konsumen. Pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya., artinya semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang-barang yang dihasilkan oleh sektor ekonomi maka jumlah tenaga kerja yang diminta akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap. Permintaan akan tenaga kerja yang seperti itu disebut derived demand (permintaan turunan). Gambar 1 merupakan kurva permintaan tenaga kerja jangka pendek dan jangka panjang, sebagai reaksi terhadap naiknya tingkat upah dari W1 ke W2. Perusahaan dalam jangka pendek akan mengurangi penggunaan tenaga kerja dari N1 ke N1’. Dalam jangka panjang sementara perusahaan menggantikan modal untuk tenaga kerja perusahaan selanjutnya mengurangi tenaga kerja sampai N0. Perusahaan diasumsikan pada mulanya berada dalam keseimbangan jangka pendek dengan tingkat upah pasar W1, dan tingkat penggunaan tenaga kerja N1, yang ditunjukkan oleh kurva permintaan perusahaan dalam jangka pendek, VMPP1. Asumsi lain bahwa perusahaan berada dalam keseimbangan jangka panjang yang didalamnya menghasilkan output dengan kombinasi tenaga kerja
18
dan modal paling rendah biayanya. Sekarang misalkan tingkat upah meningkat sampai W2, maka dalam jangka pendek perusahaan akan menemukan bahwa biaya produksinya telah mengalami kenaikkan sehingga mengurangi penggunaan tenaga kerja sampai N1’, sepanjang skedul VMPP-nya. Dalam jangka panjang, perusahaan lebih lanjut akan melakukan penyesuaian yaitu modal akan menggantikan tenaga kerja, sehingga jumlah tenaga kerja selanjutnya dalam jangka panjang akan berkurang sampai titik N0. Upah
W2 W1 D1r
VMPP1
0
N0
N 1 ’ N1
Kesempatan Kerja
Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.
Gambar 1. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Jangka Pendek dan Jangka Panjang Keterangan : VMPP = Value Marginal Physical Product, nilai pertambahan hasil marginal dari karyawan. Dn
= Permintaan akan tenaga kerja
W
= Upah tenaga kerja
N
= Kesempatan kerja
19
Ada dua hal yang patut diperhatikan : pertama, oleh karena fleksibilitas yang ditambahkan yang dimiliki perusahaan itu dalam jangka panjang (D1r), maka permintaan tenaga kerja perusahaan itu dalam jangka panjang akan bersifat lebih responsif terhadap perubahan suatu tingkat upah, (dalam hal ini memperlihatkan perubahan yang lebih besar dalam jumlah permintaan tenaga kerja) dibandingkan permintaan tenaga kerja dalam jangka pendek (VMPP) seperti tertera dalam skedul. Kedua, suatu perusahaan yang berada pada keseimbangan jangka panjang haruslah juga berada pada keseimbangan jangka pendek. Oleh karena kurva permintaan jangka panjang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang digunakan sehingga menempatkan perusahaan itu pada keseimbangan jangka panjang, maka merupakan suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal bahwa setiap titik pada kurva permintaan jangka panjang harus mempunyai kurva permintaan jangka pendek (skedul VMPP) yang melewatinya. Hanya kurva permintaan jangka pendek, VMPP1 yang diperlihatkan pada Gambar 1. Kurva itu adalah skedul VMPP yang dihubungkan dengan jumlah modal yang dimiliki oleh perusahaan dalam keseimbangan berjangka panjang semula. Begitu perusahaan melakukan perubahan terhadap jumlah modal yang digunakannya, maka skedul VMPP mengalami pergeseran pula (Bellante dan Jackson, 1990). Kurva permintaan tenaga kerja bagi pasar tenaga kerja dapat dilihat pada Gambar 2. Permintaan pasar akan tenaga kerja didapatkan dengan cara menambahkan pada setiap kemungkinan tingkat upah, jumlah tenaga kerja yang diminta oleh setiap industri di pasar.
20
Upah
Upah
Upah
Upah
S
W
S D1 N Kesempatan Kerja
Industri 1
W
S W D2 N Kesempatan Kerja
Industri 2
S W D3 N Kesempatan Kerja
Industri 3
D1+2+3 N* Kesempatan Kerja
Pasar
Sumber : Bellante dan Jackson, 1990.
Gambar 2. Terbentuknya Permintaan dan Penawaran Pasar Tenaga Kerja dengan Penentuan Tingkat Upah Pasar Gambar 2 menjelaskan bahwa kurva permintaan industri adalah D1, D2, dan D3. Tingkat upah pasar (W) ditentukan oleh interaksi permintaan pasar D1+D2+D3 dan penawaran pasar tenaga kerja (S). Dengan menggabungkan permintaan tanaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar, hal itu memungkinkan terbentuknya keseimbangan tingkat upah. Keseimbangan tingkat upah adalah tingkat upah dimana jumlah tanaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Bagi setiap industri jumlah tenaga kerja yang diminta pada tingkat upah (W) dapat ditentukan dari kurva permintaan industri secara individual. Oleh karena itu, semua perusahaan dalam ekonomi menghadapi suatu penawaran tenaga kerja yang elastis sempurna pada tingkat upah (W). Setiap perusahaan selalu memberikan reaksi terhadap tingkat upah yang ditentukan pasar dengan cara menggunakan jumlah tenaga kerja yang memaksimalkan keuntungan (Bellante dan Jackson, 1990).
21
2.2.
Hasil Penelitian Terdahulu Sumiawati (1997) melakukan penelitian dengan judul “Perubahan
Kesempatan Kerja Pertanian dan Perkembangan Subsektor Tanaman Pangan (Studi Kasus Kabupaten Dati II Bekasi, Jawa Barat)” menggunakan metode InputOutput (I-O) sebagai alat analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama dasawarsa 1990-1995 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang pesat serta diikuti oleh terjadinya perubahan struktur ekonomi, hal ini diketahui dari nilai rasio antara PDRB sektor pertanian dengan PDRB sektor industri pengolahan yang semakin kecil dari tahun ke tahun. Sumbangan sektor industri terhadap PDRB lebih besar, hal ini menandakan bahwa struktur perekonomian di Kabupaten Bekasi mulai lebih mengandalkan sektor industri. Perubahan struktur ekonomi juga ditandai oleh terjadinya perubahan kesempatan kerja pertanian maupun industri. Penurunan kesempatan kerja sektor pertanian menyebabkan terjadinya penurunan perkembangan sub sektor tanaman pangan di Kabupaten Bekasi dan dampak lainnya adalah terjadinya pertambahan tingkat upah pertanian. Sedangkan Restuningsih (2004) penelitiannya dengan judul “Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Propinsi DKI Jakarta Pada Masa Krisis Ekonomi Tahun 1997-2002”, menggunakan metode analisis Shift Share sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa krisis ekonomi pengaruh pertumbuhan proporsional menyebabkan penurunan PDRB DKI Jakarta, namun demikian pengaruh daya saing antar sektor perekonomian di Propinsi DKI Jakarta telah meningkatkan PDRB DKI Jakarta. Krisis ekonomi
22
yang melanda DKI Jakarta tersebut menyebabkan sebagian besar sektor perekonomian di Propinsi DKI Jakarta tidak dapat bersaing dengan baik dengan sektor ekonomi pada wilayah lainnya. Berdasarkan kelompok sektor di DKI Jakarta, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan kelompok sektor yang memiliki pertumbuhan yang lamban. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi,
dan
sektor
jasa-jasa
merupakan
kelompok
sektor
dengan
pertumbuhan yang cepat. Penelitian yang dilakukan dengan judul “Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi”, dengan menggunakan Shift Share sebagai alat analisis. Penelitian ini menganalisis
laju
pertumbuhan
kesempatan
kerja
pada
sektor-sektor
perekonomian di Kabupaten Bekasi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat era sebelum dan sesudah krisis ekonomi, selain itu juga menganalisis ketiga komponen
pertumbuhan
wilayah
(Pertumbuhan
Regional,
Pertumbuhan
Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah) kesempatan kerja pada sektorsektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan pasca krisis ekonomi.
2.3.
Kerangka Pemikiran Teoritis
2.3.1. Teknik Analisis Shift Share Analisis Shift Share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff, et al pada tahun 1960. Pada awalnya, analisis Shift Share digunakan untuk mengidentifikasi
23
pertumbuhan sektor-sektor atau wilayah yang lamban di Indonesia. Manfaat lain dari
analisis
Shift
Share
dapat
menduga
dampak
kebijakan
wilayah
ketenagakerjaan. Teknik analisis Shift Share merupakan suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik di suatu wilayah. Analisis Shift Share memiliki tiga kegunaan: 1. Sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di suatu wilayah terhadap perkembangan penyerapan tenaga kerja wilayah yang lebih luas. 2. Sektor-sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya. 3. Suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah dalam menyerap tenaga kerja. Dengan demikian, dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam menciptakan kesempatan kerja di daerah. Selain
itu,
analisis
Shift
Share
juga
dapat
digunakan
untuk
membandingkan laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja nasional serta sektorsektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangannya bernilai positif, maka dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi dalam wilayah tersebut memiliki keunggulan kompetitif dalam menciptakan kesempatan kerja.
24
Pada analisis Shift Share diasumsikan bahwa perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan, yaitu komponen Pertumbuhan Regional (PR), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa perubahan sektor i pada wilayah j dipengaruhi oleh tiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut. Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi dalam menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah. Apabila PP + PPW ≥ 0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i di wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhannya lambat. Hal ini dapat terlihat pada gambar 1. Komponen Pertumbuhan Regional
Wilayah ke j sektor ke i
Maju PP + PPW ≥ 0
Wilayah ke j sektor ke i Lamban PP + PPW < 0
Komponen Pertumbuhan Proporsional
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Sumber : Budiharsono, 2001
Gambar 3. Model Analisis Shift Share
25
Dalam rangka melihat perubahan kesempatan kerja, teknik analisis Shift Share dibagi ke dalam tiga analisis. Ketiga analisis tersebut antara lain analisis kesempatan kerja, analisis komponen pertumbuhan wilayah serta analisis profil pertumbuhan wilayah dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian. Analisis kesempatan kerja digunakan untuk melihat perubahan kesempatan kerja
pada
sektor-sektor
perekonomian,
sedangkan
analisis
komponen
pertumbuhan wilayah dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan sektorsektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Bekasi. Profil pertumbuhan dan pergeseran bersih sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi. 2.3.2. Kelebihan Analisis Shift Share Teknik perhitungan Shift Share memiliki kelebihan-kelebihan. Menurut Soepono (1993) kelebihan-kelebihan dari analisis Shift Share adalah: 1. Analisis Shift Share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja di suatu wilayah hanya pada dua titik waktu tertentu, yang mana satu titik waktu dijadikan sebagai dasar analisis, sedangkan satu titik waktu lainnya dijadikan sebagai akhir analisis. 2. Perubahan kesempatan kerja di suatu wilayah antara tahun dasar analisis dengan tahun akhir analisis dapat dilihat melalui tiga komponen pertumbuhan wilayah,
yakni
komponen
pertumbuhan
regional
(PR),
komponen
pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
26
3. Berdasarkan komponen PR dapat diketahui laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan laju pertumbuhan kesempatan kerja regional. 4. Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat mengadakan spesialisasi tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat dalam menciptakan kesempatan kerja daripada rata-rata nasional untuk sektor itu. 5. Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat daya saing sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi pada wilayah lainnya. 6. Jika persentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya Shift (pergeseran) hasil pembangunan dalam menciptakan kesempatan kerja di suatu wilayah.
2.3.3. Kelemahan Analisis Shift Share Kemampuan teknik analisis Shift Share untuk memberikan dua indikator positif yang berarti bahwa suatu wilayah mengadakan spesialisasi tenaga kerja di sektor-sektor yang berkembang secara nasional dan bahwa sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih cepat dalam menciptakan kesempatan kerja daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor itu, tidaklah
27
lepas dari kelemahan-kelemahan. Menurut Soepono (1993), kelemahankelemahan dari metode Shift Share adalah: 1. Analisis Shift Share tidak lebih daripada suatu pengukuran atau prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah menjadi komponen-komponen. Persamaan hanyalah identity equation dan tidak mempunyai implikasi-implikasi keperilakuan. Metode Shift Share tidak untuk menjelaskan mengapa, misalnya pengaruh keunggulan kompetitif adalah positif di beberapa wilayah, tetapi negatif di daerah-daerah lain. Metode Shift Share merupakan teknik pengukuran yang mencerminkan suatu sistem perhitungan semata dan tidak analitik. 2. Komponen pertumbuhan regional secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah hendaknya tumbuh pada laju pertumbuhan
kerja
regional
tanpa
memperhatikan
sebab-sebab
laju
pertumbuhan kesempatan kerja suatu wilayah. 3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan halhal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran tenaga kerja, perubahan teknologi dan perubahan lokasi sehingga kesempatan kerja tidak dapat meluas. 4. Teknik analisis Shift Share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua tenaga kerja ditawarkan secara regional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar tenaga kerja suatu wilayah bersifat lokal, maka tenaga kerja itu tidak dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang menghasilkan tenaga dengan skill yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan agregat.
28
2.3.4. Analisis Kesempatan Kerja Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengetahui pertumbuhan dan perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada suatu wilayah tertentu. Adapun konsep analisis kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi terbagi atas perubahan kesempatan kerja dan persentase perubahan kesempatan kerja. Perubahan kesempatan kerja didasarkan pada selisih antara kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian pada tahun dasar analisis. Konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui Kesempatan kerja di sektorsektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat secara keseluruhan. Adapun konsep analisis kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Propinsi Jawa Barat menggunakan perhitungan dengan cara menjumlahkan keseluruhan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat.
2.3.5. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten dan Kesempatan Kerja di Provinsi pada Sektor-Sektor Perekonomian (Nilai ri, Ra dan Ri) Rasio kesempatan kerja kabupaten digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Bekasi. Sedangkan rasio kesempatan kerja provinsi digunakan untuk mengetahui kesempatan kerja secara keseluruhan pada sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat. Rasio kesempatan kerja terbagi atas nilai ri, Ra dan Ri.
29
Nilai ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja dari sektor-sektor perekonomian pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja pada wilayah Kabupaten Bekasi pada tahun dasar analisis. Nilai Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Sedangkan Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dari sektor-sektor perekonomian dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dari sektor-sektor perekonomian.
2.3.6. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Analisis
komponen
pertumbuhan
wilayah
digunakan
untuk
mengidentifikasi bagaimana perkembangan kesempatan kerja suatu sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan dan mengidentifikasi bagaimana perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah / sektor yang bersangkutan jika dibandingkan dengan wilayah / sektor lainnya. Konsep ini dirumuskan berdasarkan tiga komponen pertumbuhan wilayah, yaitu: komponen pertumbuhan regional
(PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).
30
2.3.7. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian Profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang telah ditentukan,
dengan
cara
mengekspresikan
persen
perubahan
komponen
pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal terdapat PP sebanyak absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat. Kuadran IV
Kuadran I
Kuadran III
Kuadran II
PP
PPW Sumber : Budiharsono, 2001.
Gambar 4. Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian (i)
Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat, demikian juga daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif (maju) dalam menciptakan kesempatan kerja.
31
(ii)
Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhan kesempatan kerja cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik.
(iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dengan daya saing dalam menyerap tenaga kerja kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban dalam menciptakan kesempatan kerja. (iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor perekonomian pada wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, tetapi daya saing wilayah dalam menyerap tenaga kerja untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. (v)
Pada kuadran II dan IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45º dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atas garis tersebut menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah yang progresif (maju) dam menciptakan kesempatan kerja, sedangkan dibawah garis berarti wilayah yang bersangkutan menunjukkan wilayah yang lamban dalam menciptakan kesempatan kerja.
32
2.3.8. Kerangka Pemikiran Konseptual Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sangat berdampak negatif terhadap pertumbuhan kesempatan kerja nasional yang semakin menurun, sehingga mengakibatkan perumbuhan kesempatan kerja di suatu wilayah, baik provinsi, maupun kabupaten juga ikut mengalami penurunan. Krisis ekonomi tersebut memiliki implikasi yang sangat luas terhadap bangsa Indonesia, seperti pengangguran yang semakin meningkat, kesejahteraan masyarakat semakin menurun, laju inflasi yang tidak terkendali serta penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di semua sektor perekonomian. Dampak krisis ekonomi merata dirasakan oleh seluruh wilayah di Indonesia, termasuk Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Bekasi. Sesudah krisis ekonomi, stabilitas perekonomian Indonesia berangsurangsur membaik, yang didukung oleh menguatnya perekonomian di daerahdaerah. Di Kabupaten Bekasi, kondisi perekonomian mulai meningkat sesudah krisis ekonomi. Iklim usaha yang kondusif mampu kembali menarik investor untuk menanamkan modal di berbagai sektor ekonomi di Kabupaten Bekasi. Iklim usaha yang kondusif, perekonomian yang stabil, dan investasi yang meningkat memungkinkan meningkatnya permintaan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, yang berakibat meningkatnya kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat seberapa besar laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi dengan perbandingan Provinsi Jawa Barat.
33
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Shift Share, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis mengenai perubahan kesempatan kerja pada dua titik waktu di wilayah Kabupaten Bekasi dengan menggunakan data sebelum dan sesudah krisis ekonomi. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi maupun kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, untuk tahun sebelum krisis yaitu tahun 1992-1997 dengan tahun dasar analisis tahun 1992 dan tahun akhir analisis tahun 1997. Sedangkan untuk tahun setelah krisis data yang digunakan adalah data tahun 1999-2004 dengan tahun dasar analisis tahun 1999 dan tahun akhir analisis tahun 2004. Analisis Shift Share terbagi atas analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan analisis kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat, analisis komponen pertumbuhan wilayah dan profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian. Berdasarkan analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat pada sektor-sektor perekonomian maka dapat diketahui pengaruh krisis ekonomi terhadap perubahan kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi, dengan perbandingan keadaan kesempatan kerja sebelum terjadinya krisis ekonomi. Analisis komponen pertumbuhan wilayah digunakan untuk menganalisis ketiga komponen pertumbuhan wilayah (PR, PP, dan PPW) kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi (apakah dapat tumbuh cepat atau lamban) dan melihat daya saing antar sektor-sektor perekonomian dalam penciptaan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, juga untuk melihat daya
34
saing penciptaan kesempatan kerja sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian di rata-rata daerah Propinsi Jawa Barat. Sedangkan profil pertumbuhan kesempatan kerja sektorsektor perekonomian dapat diketahui sektor-sektor ekonomi termasuk ke dalam kelompok pertumbuhan kesempatan kerja progresif (maju) dan kelompok sektor yang pertumbuhannya kesempatan kerja lamban.
35
Kondisi Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi
Sebelum Terjadi Krisis Ekonomi
Setelah Terjadi Krisis Ekonomi
Sektor-Sektor Perekonomian Analisis Shift Share
Analisis Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan di Provinsi Jawa Barat
Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja
Komponen Pertumbuhan Wilayah
Pertumbuhan Kesempatan Kerja, Daya Saing Penyerapan Tenaga Kerja
Profil Pertumbuhan Kesempatan Kerja Sektor-Sektor Perekonomian
Kelompok sektor Kesempatan Kerja Progresif (Maju/ Lamban)
Implikasi Proses Pertumbuhan Kesempatan Kerja SektorSektor Perekonomian (Rekomendasi untuk Memperluas Kesempatan Kerja) Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual
III. METODE PENELITIAN
3.1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat, dengan
pertimbangan-pertimbangan diantaranya Kabupaten Bekasi merupakan daerah yang berkembang sangat pesat, baik dilihat dari pembangunan sarana dan prasarananya maupun pembangunan ekonominya, dan merupakan daerah strategis yang masih berpotensi untuk dikembangkan. Pertimbangan lainnya karena Kabupaten Bekasi merupakan kawasan industri yang dapat memperluas kesempatan kerja. 3.2.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder tersebut berupa data kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat yang dicerminkan dari data jumlah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan usaha, tahun 1992-1997 untuk data sebelum krisis dan tahun 1999-2004 untuk data sesudah krisis (Lampiran 1,2,3 dan 4). Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, Badan Pusat Statistik Nasional, Dinas Ketenagakerjaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan data-data pendukung yang diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti perpustakaan-perpustakaan di IPB maupun di luar lingkungan IPB.
37
3.3.
Metode Analisis Alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan pertumbuhan
kesempatan kerja sektor-sektor ekonomi pada suatu wilayah tertentu adalah analisis Shift Share. Berdasarkan analisis Shift Share, dapat diketahui perkembangan kesempatan kerja suatu sektor di suatu wilayah jika dibandingkan secara relatif dengan kesempatan kerja sektor-sektor lainnya dan menunjukkan perkembangan kesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya yang lebih luas.
3.3.1. Analisis Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Analisis Kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kesempatan kerja kabupaten, kesempatan kerja propinsi dan perubahan kesempatan kerja kabupaten sektor i pada wilayah j. Pada analisis Shift Share, apabila dalam suatu provinsi terdapat n wilayah / kabupaten (j = 1, 2, 3, ………..m ) dan n sektor ( i = 1, 2, 3, ……..n ), maka kesempatan kerja di provinsi dari sektor i pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis, dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis Yi. =
m
∑ Yij
( 3.1)
j =i
dimana : Yi. =
kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
=
kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Yij
38
b. Kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Y’i. =
m
∑ Y ' ij
(3.2)
j =i
dimana :
Y’i. =
kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y’ij =
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Sedangkan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dan tahun akhir analisis dirumuskan sebagai berikut: a. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis Y.. =
n
m
∑∑ Yij
(3.3)
i =1 j =1
dimana : Y.. =
kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
Yij =
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
b. kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis n
Y’.. =
m
∑∑ Y ' ij
(3.4)
i =1 j =1
dimana :
Y’.. =
kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis
Y’ij =
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis
Perubahan kesempatan kerja Kabupaten sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut: Δ Yij
= Y’ij – Yij
(3.5)
dimana : Δ Yij = perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bakasi sektor i pada wilayah j
39
= kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Yij
Y’ij = kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut: % Δ Yij =
(Y ' ij − Yij) x 100% Yij
(3.6)
3.3.2. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat (nilai ri, Ri dan Ra)
Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat digunakan untuk melihat perbandingan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor ekonomi di suatu wilayah tertentu. Rasio ini terbagi atas ri, Ri dan Ra. a. ri ri menunjukkan selisih antar kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dengan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis. Nilai ri dapat dirumuskan sebagai berikut: ri dimana : Y’ij = Yij =
=
Y ' ij − Yij Yij
(3.7)
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
40
b. Ri Ri menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis dibagi kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis. Adapun nilai rumus Ri adalah sebagai berikut: Ri
=
Y ' i. − Yi. Yi.
(3.8)
dimana : Y’i. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis Yi. =
kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
c. Ra Ra menunjukkan selisih antara kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis dibagi dengan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis. Nilai Ra dirumuskan sebagai berikut: Ra =
Y '.. − Y .. Y ..
(3.9)
dimana : Y’.. = kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis Y..
= kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis
3.3.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Analisis
komponen
pertumbuhan
wilayah
digunakan
untuk
mengidentifikasikan perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi antara tahun
41
dasar analisis dengan tahun akhir analisis, yang terbagi atas tiga komponen pertumbuhan, yaitu : komponen pertumbuhan regional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut, apabila dijumlahkan akan didapatkan perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada wilayah j. a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR) PR merupakan perubahan kesempatan kerja kabupaten suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan kesempatan kerja kabupaten secara menyeluruh, perubahan kebijakan ekonomi regional / perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Adapun komponen kesempatan kerja dirumuskan sebagai berikut: PRij = (Ra) Yij dimana : PRij
(3.10)
=
komponen kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat sektor i untuk wilayah j
Yij
=
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Ra
=
rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat
b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) PP tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan tenaga kerja, perbedaan dalam ketersediaan tenaga kerja, perbedaan dalam kebijakan ketenagakerjaan (misalnya : kebijakan Upah Minimum Kabupaten (UMK) dan kebijakan buruh ) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar kerja. Adapun PP dapat dirumuskan sebagai berikut:
42
PPij = (Ri-Ra)Yij dimana :
(3.11)
PPij
=
komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j
Yij
=
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Ri
=
rasio sektor i pada wilayah ke-j
Ra
=
rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat
Apabila: PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya lambat. PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat. c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPW timbul karena peningkatan / penurunan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dalam suatu sektor / wilayah lainnya. Menurut Budiharsono (2001) cepat lambatnya pertumbuhan kiesempatan kerja suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional menyangkut ketenagakerjaan pada wilayah tersebut. Rumus PPW adalah sebagai berikut :
dimana
PPWij
=
(ri – Ri) Yij
(3.12)
: PPWij
=
komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j
Yij
=
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
ri
= rasio sektor i pada wilayah j
43
Ri
=
rasio sektor i pada wilayah ke-j
Apabila : PPWij > 0, berarti sektor / wilayah j mempunyai daya saing yang baik dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor / wilayah lainnya untuk sektor i. PPWij < 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik dalam menyerap tenaga kerja apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Adapun perubahan dalam kesempatan kerja kabupaten sektor i pada wilayah ke-j dirumuskan sebagai berikut: Δ Yij = PNij + PPij + PPWij
(3.13)
Δ Yij = Y’ij – Yij
(3.14)
Sedangkan,
Rumus ketiga komponen pertumbuhan wilayah adalah: PRij
=
Yij (Ra)
(3.15)
PPij
= Yij (Ri-Ra)
(3.16)
PPWij = Yij (ri – Ri)
(3.17)
Apabila persamaan (3.14), (3.15), (3.16), dan (3.17), disubstitusikan ke persamaan (3.13), maka didapatkan :
dimana : Δ Yij
Δ Yij = PRij + PPij + PPWij
(3.18)
Y’ij – Yij = Yij (Ra) + Yij (Ri-Ra) + Yij (ri – Ri)
(3.19)
=
perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi sektor i pada wilayah j
Y ij
=
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun dasar analisis
Y’ij
=
kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dari sektor i pada wilayah j pada tahun akhir analisis
44
ri
=
rasio sektor i pada wilayah j
Ri
=
rasio sektor i pada wilayah ke-j
Ra
=
rasio kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat
Adapun persentase ketiga komponen pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan : % PRij
= Ra
(3.20)
% PPij
= Ri – Ra
(3.21)
% PPWij = ri – Ri
(3.22)
dimana : (Ra)
=
persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional
(Ri–Ra) =
persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional
(ri-Ri)
persentase perubahan kesempatan kerja yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan pangsa wilayah
=
3.3.4. Analisis profil Perekonomian
Pertumbuhan
Kesempatan
Kerja
Sektor
Analisis profil pertumbuhan kesempatan kerja sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Berdasarkan persen PPij dan PPWij yang disajikan dalam bentuk koordinat (PPij, PPWij) maka dapat menentukan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor di wilayah pada kurun waktu tertentu. Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk
45
mengidentifikasikan pertumbuhan kesempatan kerja suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j dapat dirumuskan sebagai berikut: PBij = PPij + PPWij
(3.23)
dimana : PBij
=
pergeseran bersih kesempatan kerja sektor i pada wilayah j
PPij
=
komponen pertumbuhan proporsional kesempatan kerja sektor i pada wilayah j
PPWij
=
komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j
Apabila : PBij > 0,
maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju)
Pbij < 0,
maka pertumbuhan kesempatan kerja sektor i pada wilayah j termasuk lamban
Pada gambar 6, dapat dilihat garis yang memotong kuadran II dan kuadran IV melalui sumbu yang membentuk sudut 45º. Garis tersebut merupakan nilai PB.j = 0. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PB.j > 0 yang mengindikasikan bahwa wilayah-wilayah / sektor-sektor tersebut pertumbuhan kesempatan kerjanya progresif (maju). Sebaliknya di bawah garis 45 º berarti PB.j < 0, menunjukkan wilayah-wilayah / sektor-sektor yang pertumbuhan kesempatan kerjanya lamban.Untuk memudahkan pengolahan data kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, maka dalam analisisnya dibantu dengan menggunakan perangkat lunak komputer, yakni program Microsoft Excell. Kemudian hasil-hasil analisis dengan model analisis Shift Share tersebut digunakan sebagai dasar untuk merumuskan secara deskripsi kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi sebelum dan sesudah krisis ekonomi.
IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Perkembangan Penduduk dan Tenaga Kerja Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2004 dari hasil P4B (Pendaftaran Pemilihan dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan), untuk memilih legislatif dan presiden mencapai 1.950.209 jiwa yang terdiri dari 996.150 laki-laki dan 954.059 perempuan. Banyaknya penduduk Kabupaten Bekasi menurut kelompok umur dapat dilihat ada Tabel 7. Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2004 (Jiwa) Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Laki-Laki+Perempuan 155.670 199.312 190.784 173.976 231.716 226.761 206.488 163.104 121.874 82.636 64.992 38.690 35.960 22.011 20.180 16.055 1.950.209
Laki-Laki 81.326 104.005 98.999 88.469 109.888 107.821 104.961 86.500 65.688 44.968 36.411 20.640 18.626 10.508 9.707 7.631 996.150
Perempuan 74.344 95.307 91.785 85.507 121.828 118.940 101.527 76.604 56.186 37.668 28.581 18.050 17.334 11.503 1.047 8.424 954.059
Sumber : BPS, 2004
Rasio jenis kelamin sebesar 104,4. Penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 1.310.237 orang atau 69 persen. Sedangkan penduduk yang belum produktif (0-14 tahun) mencapai 545.766 orang atau 28 persen dan yang sudah tidak produktif (65 tahun ke atas) mencapai 94.206 orang atau 3 persen. Sehingga beban ketergantungan sebesar 48,84.
47
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2004 (Jiwa) Kecamatan 1. Setu 2. Serang baru 3. Cikarang Pusat 4. Cikarang Selatan 5. Cibarusah 6. Bojong Mangu 7. Cikarang Timur 8. Kedungwaringin 9. Cikarang Utara 10. Karang Bahagia 11. Cibitung 12. Cikarang Barat 13. Tambun Selatan 14. Tambun Utara 15. Babelan 16. Tarumanegara 17. Tambelang 18. Sukawangi 19. Sukatani 20. Sukakarya 21. Pebayuran 22.Cabangbungin 23. Muaragembong Kabupaten Bekasi
Laki-laki 37.548 30.432 19.972 40.090 29.924 11.811 36.137 25.412 79.115 37.579 70.897 77.549 166.968 43.524 72.420 40.770 16.948 20.203 31.002 21.376 45.001 23.534 17.938 996.150
Perempuan 36.340 29.511 19.740 38.065 27.997 11.635 34.818 24.163 75.101 36.385 67.501 72.045 161.142 42.085 69.080 38.434 16.426 19.676 30.55 20.709 43.348 23.018 16.785 954.059
Total 73.888 59.943 39.712 78.155 57.921 23.446 70.955 49.575 154.216 73.964 138.398 149.594 328.110 85.609 141.500 79.204 33.374 39.879 61.057 42.085 88.349 46.552 34.723 1.950.209
Sumber : BPS, 2004.
Tabel 8 menunjukkan bahwa keberadaan penduduk menurut kecamatan tidak menyebar secara merata. Penduduk paling banyak berdomisili di Kecamatan Tambun Selatan yaitu 328.110 jiwa, sedangkan paling sedikit di Kecamatan Bojong Mangu yaitu 23.446 jiwa. Masalah kependudukan yang perlu mendapat perhatian mengenai tenaga kerja seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, jumlah tenaga kerja pun turut meningkat. Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas adalah mereka yang digolongkan sebagai penduduk usia kerja. Pada Tahun 2004 kelompok usia ini berjumlah 1.404.443 jiwa, atau 72,01 persen dari jumlah seluruh penduduk.
48
Tabel 9. Banyaknya pencari Kerja yang Terdaftar Tahun 2000-2004 (Jiwa) No.
Tahun
1. 2. 3. 4. 5.
2000 2001 2002 2003 2004
Pendaftar Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan 15.267 12.722 14.071 12.994 14.882 12.895 11.221 9.901 11.747 10.688
Jumlah 28.039 27.065 27.777 21.122 22.435
Sumber : Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker), 2000-2004
Pencari kerja yang terdaftar di Disnaker tercatat 22.435 jiwa. Kelompok pencari kerja yang paling banyak adalah dari kelompok pria yaitu 11.747 jiwa atau 52,36 persen. Dari pencari kerja tersebut yang sudah mendapat penempatan kerja berjumlah 6.068 jiwa atau 27,04 persen, di mana kelompok perempuan paling banyak mendapatkan penempatan kerja tersebut. Dibandingkan dengan tahun 2003, penempatan pencari kerja tahun 2004 mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja / tenaga kerja di Kabupaten Bekasi tersebar di berbagai sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi. Data jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Jiwa) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Jasa-jasa Lainnya Total
Sumber: BPS, Susenas 2004
Tenaga Kerja 79.872 2.214 216.738 531 10.047 179.703 115.596 13.488 78.783 696.972
Persen 11,46 0,32 31,10 0,08 1,44 25,78 16,59 1,94 11,30 100,00
49
Jumlah tenaga kerja paling banyak di Kabupaten Bekasi bekerja di sektor Industri, yaitu berjumlah 216.738 jiwa atau sebesar 31,02 persen. Perkembangan industri yang pesat terutama untuk industri besar dan sedang, mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang besar dibandingkan dengan sektor lain. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang paling sedikit bekerja pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu berjumlah 531 jiwa atau sebesar 0,08 persen.
4.2. Sektor-Sektor Ekonomi Kabupaten Bekasi Sektor ekonomi merupakan kesatuan dari unit-unit produksi yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Sektor-sektor ekonomi yang terdapat di wilayah Kabupaten Bekasi meliputi: sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan/konstruksi,
sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran,
sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, serta sektor jasa-jasa. 4.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor primer yang harus tetap dipelihara, dikelola dan dikembangkan di Kabupaten Bekasi mengingat Kabupaten Bekasi merupakan lumbung pangan Jawa Barat. Sektor pertanian di Kabupaten Bekasi dibagi menjadi lima sub sektor, yaitu pertanian tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
50
4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian meliputi kegiatan eksploitasi kekayaan mineral yang tersimpan di permukaan atau di dalam perut bumi melalui usaha penambangan maupun usaha penggalian. Sektor ini dibagi menjadi tiga sub sektor yaitu sub sektor minyak dan gas bumi, sub sektor pertambangan tanpa minyak, dan sub sektor penggalian. 4.2.3. Industri Pengolahan Sektor industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar dalam kegiatan perekonomian Kabupaten Bekasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokan industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan menurut jenis barang produksinya. Menurut jumlah tenaga kerja, industri pengolahan dikelompokkan menjadi industri besar dengan jumlah tenaga kerja 100 jiwa atau lebih, industri sedang dengan jumlah tenaga kerja 20-99 jiwa, dan industri kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-19 jiwa, serta industri rumah tangga / kerajinan dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 5 jiwa. Industri besar dan sedang di Kabupaten Bekasi pada Tahun 2004 berjumlah 761 industri dan menyerap tenaga kerja sebanyak 204.492 jiwa. Penyerapan tenaga kerja ini naik 5 persen dari Tahun 2003. Berdasarkan jenis produksinya, industri pengolahan dikelompokkan menjadi 9 kelompok industri. Data perusahaan industri besar dan sedang yang dikelompokkan berdasarkan jenis produksinya dan jumlah tenaga kerja yang diserap di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada Tabel 11.
51
Tabel 11. Perusahaan Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun 2004 No. 1 2 3 4 5
6 7 8 9
Kelompok Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit Kayu dan Barang-Barang dari Kayu Kertas dan Barang-Barang dari Kertas (Percetakan dan Penerbitan) Kimia dan Barang-Barang dari Bahan Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet, dan BarangBarang dari Plastik Barang-Barang Galian Bukan Logam Kecuali Minyak Bumi dan Batu Bara Logam Dasar Barang-Barang dari Logam, Mesin dan Perlengkapannya Industri Pengolahan Lainnya Jumlah Total
Jumlah Tenaga Industri Kerja 44 5.294 69 36.759 30 6.603 37 5.399
Rata-Rata Tenaga Kerja 134,60 532,70 220,10 145,90
163
30.043
184,30
29
11.597
399,80
27 350
5.010 98.163
185,50 280,40
12 761
4.992 204.492
416,00 268,70
Sumber: BPS, 2004
Jumlah industri paling banyak di Kabupaten Bekasi adalah kelompok industri barang-barang dari logam, mesin dan perlengkapannya yang berjumlah 350 buah industri dan mampu menyerap tenaga kerja paling banyak, yaitu sebesar 98.163 jiwa. Sedangkan jumlah industri paling sedikit di Kabupaten Bekasi adalah kelompok industri logam dasar dan industri pengolahan lainnya yang juga menyerap tenaga kerja paling sedikit, di mana logam dasar mampu menyerap tenaga kerja sebesar 5.010 jiwa dan industri pengolahan lainnya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 4.992 jiwa. Sektor industri pengolahan dibagi menjadi dua sub sektor, yaitu sub sektor industri migas dan sub sektor tanpa migas. 4.2.4. Listrik, Gas dan Air Minum Sektor ini dibagi menjadi tiga sub sektor, yaitu sub sektor listrik, sub sektor gas dan sub sektor air bersih. Daya yang terpasang selama Tahun 2004 mencapai 1.362.393 KVA, dan daya terjual 3.574.434.461 KWH. Pelanggan
52
seluruhnya berjumlah 549.122 pelanggan, 95 persen diantaranya merupakan pelanggan rumah tangga. Sedangkan produksi air minum selama Tahun 2004 sebesar 11 juta m3, atau naik 89 persen dari tahun 2003. Sedangkan volume air yang terjual 9,3 juta m3 atau naik 144 persen. Pemakaian air paling banyak pada kelompok pelanggan rumah tangga yaitu 347.617 m3 atau 27 persen. 4.2.5. Bangunan/Konstruksi Bangunan mencakup semua kegiatan bangunan, fisik konstruksi, baik berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, maupun jaringan listrik, gas dan air bersih dan sebagainya. 4.2.6. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan, hotel dan restoran dibagi menjadi tiga sub sektor yaitu perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Sub sektor hotel meliputi hotel (berbintang atau tidak berbintang) dan jenis jasa penginapan lainnya. Sedangkan restoran mencakup kegiatan penyediaan serta penjualan makanan dan minuman jadi. 4.2.7. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor ini terdiri dari sub sektor angkutan dan sub sektor komunikasi. Sub sektor angkutan diantaranya adalah angkutan melalui rel, jalan raya, laut, sungai dan penyeberangan, angkutan udara dan jasa penunjang angkutan. Sedangkan sub sektor komunikasi diantaranya termasuk sarana komunikasi dan jasa penunjang komunikasi.
53
4.2.8. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Sektor ini meliputi sub sektor bank, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan dan sub sektor jasa perusahaan. Sektor ini merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Bekasi. 4.2.9. Jasa – Jasa Sektor jasa-jasa meliputi sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor swasta. Sub sektor swasta diantaranya adalah sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, serta perorangan dan rumah tangga.
4.3. Penerimaan dan Pengeluaran Daerah Kabupaten Bekasi 4.3.1. Penerimaan Daerah Kabupaten Bekasi Sumber penerimaan daerah Kabupaten Bekasi terbesar berasal dari dana perimbangan yaitu sebesar Rp. 553.887.408.099,61 atau sebesar 1,35 persen dari PDRB berlaku (Tabel 12). Dana perimbangan diantaranya adalah bagi hasil pajak, bagi hasil bukan pajak, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan bagi hasil pajak dan bantuan keuangan dari provinsi. Bagi hasil pajak memberikan kontribusi
paling
besar
dalam
dan
perimbangan,
yaitu
sebesar
Rp. 204.612.539.030,00. Pendapatan asli daerah Kabupaten Bekasi pada tahun 2004 sebesar Rp. 219.114.771.782,98 atau sebesar 0,53 persen dari PDRB yang berlaku. Total penerimaan Daerah tahun 2004 sebesar Rp. 809.342.144.515,59.
54
Tabel 12. Penerimaan Daerah dan Pajak Serta Persentasenya Terhadap PDRB Tahun 2004 (Rupiah)
No.
Jenis Pendapatan
1
Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah BUMD dan Kekayaan Daerah Lain-lain 2 Dana Perimbangan 3 Lain-lain Pendapatan Daerah PDRB Berlaku
Jumlah 219.114.771.782,98 62.225.216.355,93 27.503.402.872,55 1.885.537.722,00 127.500.614.832,50 553.887.408.099,61 36.339.964.633,00 809.342.144.515,59 41.010.188.760.000
Persentase Terhadap Pendapatan Daerah 27,07 7,69 3,40 0,23 15,75 68,44 4,49 100,00
Persentase Terhadap PDRB 0,53 0,15 0,07 0,00 0,31 1,35 0,09 1,97
Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, 2004
4.3.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi Tabel 13. Pengeluaran Daerah Serta Persentasenya Terhadap PDRB Kabupaten Bekasi Tahun 2004 (Rupiah) No. 1
Jenis Pengeluaran
Aparatur Daerah Belanja Administrasi Umum Belanja Operasional dan Pemeliharaan Belanja Modal 2 Pelayanan Publik Belanja Administrasi Umum Belanja Operasional dan Pemeliharaan Belanja Modal Belanja Bagi hasil dan Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Daerah PDRB Berlaku
204.816.097.285 99.973.929.248
Persentase Terhadap Pengeluaran Daerah 31,73 15,49
Persentase Terhadap PDRB 0,50 0,24
43.039.429.614 61.802.738.423 440.604.169.933 197.469.113.557
6,67 9,58 68,27 30,60
0,10 0,15 1,07 0,48
49.620.716.160 133.058.050.239
7,69 20,62
0,12 0,32
54.365.587.767 3.090.702.210 645.420.267.218 41.010.188.760.000
8,42 0,48 100,00
0,13 0,01
Jumlah
1,57
Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi, 2004
Total belanja daerah yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi tahun 2004 sebesar Rp. 645.420.267.218. Belanja daerah dengan jumlah terbesar dialokasikan untuk pelayanan publik, yaitu sebesar Rp. 440.604.169.933
55
atau sebesar 1,07 persen dari PDRB yang berlaku. Pengeluaran terbesar untuk pelayanan publik, paling besar digunakan untuk belanja modal, yaitu sebesar Rp. 133.058.050.239 dan yang paling sedikit dialokasikan pada belanja tidak terduga, yaitu sebesar Rp. 3.090.702.210. Sedangkan pengeluaran daerah yang dikeluarkan untuk belanja aparatur daerah sebesar Rp. 204.816.097.285 atau sebesar 0,50 persen terhadap PDRB yang berlaku (Tabel 13).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Analisis Kesempatan Kerja pada Sektor–Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997, laju pertumbuhan kesempatan
kerja di Kabupaten Bekasi sebesar -43,79 persen (Tabel 12). Nilai ini menunjukkan terjadinya penurunan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dari tahun 1992 sampai tahun 1997 pada era pra krisis ekonomi. Pertumbuhan kesempatan kerja sebelum krisis ekonomi pada semua sektor perekonomian mengalami penurunan, hal ini terlihat dari nilai perubahan kesempatan kerja dari tahun 1992 sampai 1997 pada semua sektor perekonomian memiliki nilai yang negatif. Tabel 14. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992 – 1997 (Jiwa)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa lainnya TOTAL
Kabupaten Bekasi Kesempatan Kerja Perubahan 1992 1997 107.749 50.009 -57.740 12.596 3.019 -9.577 153.710 100.655 -53.055 7.816 4.889 -2.927 33.905 20.156 -13.749 169.454 96.798 -72.656 64.555 49.324 -15.231 20.522 149.636 1.574 721.517
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
7.300 72.446 960 405.556
-13.222 -77.190 -614 -315.961
Persen -53,59 -76,03 -34,52 -37,45 -40,55 -42,88 -23,59 -64,43 -51,59 -39,01 -43,79
57
Tabel 14 memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi paling besar pada kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1992, yaitu sebesar 169.454 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor perdagangan, hotel dan restoran, terutama perdagangan merupakan sektor perekonomian yang mengalami perkembangan pesat dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Sektor perekonomian tersebut merupakan sektor vital yang
mampu
memenuhi
kebutuhan-kebutuhan
masyarakat
dengan
menjembatani antara pihak produsen dengan pihak masyarakat sebagai konsumen. Sektor lainnya seperti sektor informal memiliki kontribusi yang paling kecil terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1992. Kontribusi sektor lainnya ini adalah sebesar 1.574 jiwa (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena pada tahun 1992 sektor informal belum mengalami perkembangan yang pesat, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi pada tahun 1992. Lapangan kerja yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi tahun 1997 adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 1997, sektor industri pengolahan yang mendominasi kegiatan perekonomian di Kabupaten Bekasi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, kegiatan sektor ini pun mengalami pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga mampu memberikan kontribusi kesempatan kerja sebesar 100.655 jiwa, dan mampu mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Bekasi (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena, seiring dengan perkembangannya, Kabupaten Bekasi menjadi salah satu pusat industri di Provinsi Jawa Barat. Industri pengolahan di
58
Kabupaten Bekasi mengalami perkembangan yang pesat, setelah diberlakukannya zona kawasan industri di Kabupaten Bekasi. Sektor lapangan kerja lainnya seperti sektor informal, memiliki kontribusi kesempatan kerja paling kecil pada tahun 1997 di Kabupaten Bekasi. Sektor lainnya ini hanya mampu memberikan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 960 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor informal ini semakin terdesak oleh sektor-sektor utama di Kabupaten Bekasi terutama sektor industri pengolahan yang semakin berkembang pesat di Kabupaten Bekasi. Pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi pada semua sektor era sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 mengalami penurunan (Tabel 14). Sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling besar atau mengalami penurunan kesempatan kerja paling kecil adalah sektor lainnya, seperti sektor informal, yaitu memiliki pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -614 jiwa. Hal ini disebabkan karena, faktor kebutuhan, sehingga para penduduk yang tadinya menganggur bersedia mengisi kegiatannya untuk bekerja di sektor informal, seperti pedagang kaki lima di Kabupaten Bekasi merupakan sektor yang memberikan kontribusi kesempatan kerja yang kecil, sehingga dalam pertumbuhannya sektor ini juga mengalami penurunan kesempatan kerja yang paling kecil. Sektor jasa-jasa di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi dari tahun 1992 sampai tahun 1997 memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil atau mengalami penurunan kesempatan kerja paling besar. Sektor jasa-jasa
59
memiliki pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -77.190 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor jasa-jasa ini terdesak oleh sektor industri. Sektor perekonomian era sebelum krisis ekonomi di Kabupaten Bekasi yang mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar atau mengalami penurunan laju pertumbuhan paling kecil adalah sektor pengangkutan, yakni memiliki nilai laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar -23,59 persen (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena sektor pengangkutan merupakan sektor vital penunjang sektor perekonomian lain, menyangkut mobilitas barang maupun manusia di Kabupaten Bekasi, sehingga penurunan laju pertumbuhan pada sektor ini paling kecil dibandingkan dengan sektor-sektor ekonomi yang lainnya di Kabupaten Bekasi, karena sektor ini merupakan sektor yang vital yang tidak bisa diabaikan. Pada sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai 1997, laju pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil atau penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar 76,03 persen (Tabel 14). Hal ini disebabkan karena, sektor ini sangat bergantung pada investor dari luar negeri, sedangkan kondisi perekonomian di Indonesia cenderung semakin menurun, sehingga investor tidak berani menanamkan investasi di Indonesia yang juga berimbas ke Kabupaten Bekasi. Berkurangnya investasi dari luar negeri menyebabkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan. Berbeda dengan era sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004, laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi meningkat sebesar 69,21
60
persen (Tabel 15). Laju pertumbuhan kesempatan kerja yang meningkat ditandai dengan sebagian besar lapangan usaha tersebut bernilai positif, kecuali untuk sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Rendahnya laju pertumbuhan pada kedua sektor tersebut karena kurangnya teknologi canggih dalam upaya pengembangkan kedua sektor tersebut. Tabel 15. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan
Kesempatan Kerja 1999 2004
Perubahan
Persen
116.451
80.532
-35.919
-30,84
700
2.192
1.492
213,14
81.038
210.940
129.902
160,30
Listrik, Gas dan Air Bersih
2.224
548
-1.676
-75,36
Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.024
12.000
6.976
138,85
106.404
180.192
73.788
69,35
Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
52.214
116.896
64.682
123,88
823
13.904
13.081
1589,43
Jasa-jasa
46.902
79.560
32.658
69,63
Lainnya
-
-
-
-
411.780
696.764
284.984
69,21
Total
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Pada tahun 1999, sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja dibandingkan dengan sektor-sektor perekonomian lain di Kabupaten Bekasi (Tabel 15). Walaupun laju pertumbuhannya rendah, sektor pertanian mampu memberikan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebesar 116.451 jiwa, hal ini disebabkan karena lahan pertanian di Kabupaten Bekasi masih luas dan masih dianggap sebagai lumbung pangan bagi Jawa Barat.
61
Sektor perekonomian yang memiliki kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja pada tahun 1999 adalah sektor pertambangan dan penggalian, yang hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 700 jiwa (Tabel 15). Hal ini disebabkan karena di Kabupaten Bekasi jarang ditemukan adanya potensi mineral yang terkandung di bawah permukaan tanah wilayah Kabupaten Bekasi, pada sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Bekasi belum mampu memberikan kontribusi lebih besar terhadap kesempatan kerja. Pada tahun 2004, sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi yang mampu memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi adalah sektor industri pengolahan, yaitu mampu memberikan kontribusi sebesar 210.940 jiwa (Tabel 15). Hal ini disebabkan oleh berkembangnya Kabupaten Bekasi menjadi kawasan industri, ditunjang dengan diberlakukannya zona kawasan industri di Kabupaten Bekasi. Sektor perekonomian yang memberikan kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja pada tahun 2004 adalah sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar 548 jiwa. Hal ini disebabkan karena pada sektor tersebut dilakukan efisiensi, yang dilakukan dengan mengoptimalkan jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan kesempatan kerja dari tahun 1999 sampai tahun 2004 di Kabupaten Bekasi, paling besar terjadi pada sektor Industri pengolahan, yaitu sebesar 129.902 jiwa (Tabel 15). Peningkatan paling besar ini disebabkan karena industri pengolahan merupakan sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan didukung pula sektor tersebut di Kabupaten Bekasi pasca krisis ekonomi
mengalami
pertumbuhan
yang
pesat.
Sebagian
besar
sektor
62
perekonomian di Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan pertumbuhan kesempatan kerja, kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian dari tahun 1999 sampai tahun 2004 di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan paling besar, yaitu sebesar -35.919 jiwa. Hal ini disebabkan karena telah terjadinya transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, banyak lahan-lahan pertanian yang berubah menjadi kawasan industri, ditambah lagi perekonomian yang mulai stabil mampu menarik para investor pada sektor industri pengolahan di Kabupaten Bekasi. Laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar dari tahun 1999 sampai tahun 2004 terjadi pada sektor bank dan lembaga keuangan lain, dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 1589,43 persen. Hal ini disebabkan karena perekonomian
yang
berangsur-angsur
pulih
menyebabkan
pertumbuhan
kesempatan kerja yang meningkat di tiap sektor perekonomian, sehingga peran bank dan lembaga keuangan lain juga semakin meningkat, mengingat peran bank dan lembaga keuangan adalah penyokong bagi sektor-sektor perekonomian yang lain dalam menyerap tenaga kerja. Dengan peran yang semakin meningkat menyebabkan sektor ini tumbuh dengan pesat, sehingga permintaan tenaga kerja di sektor ini meningkat. Laju pertumbuhan kesempatan kerja di setiap sektor ekonomi di Kabupaten Bekasi era pasca krisis ekonomi mengalami peningkatan, kecuali pada sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih, kedua sektor ekonomi tersebut mengalami laju pertumbuhan kesempatan kerja yang negatif pada tahun
63
1999 sampai tahun 2004. Laju pertumbuhan paling rendah terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar -75,36 (Tabel 15). Hal ini disebabkan karena terjadinya pengurangan tenaga kerja tiap tahunnya untuk peningkatan efisiensi dan penghematan biaya tenaga kerja. Tabel 16. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992 – 1997 (Jiwa) Provinsi Jawa Barat No
Lapangan Kerja
1 2 3 4 5 6 7
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa lainnya TOTAL
8 9 10 11
Kesempatan Kerja 1992 1997 4.712.690 4.724.853 128.757 115.228 2.328.175 2.519.702 78.902 75.740 596.870 925.730 2.599.620 3.345.334 765.657 1.008.081 132.621 2.181.820 158.106 13.683.218
155.013 2.078.298 20.445 14.968.424
Perubahan
Persen
12.163 -13.529 191.527 -3.162 328.860 745.714 242.424
0,26 -10,51 8,23 -4,01 55,10 28,69 31,66
22.392 -103.522 -137.661 1.285.206
16,88 -4,74 -87,07 9,39
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
Tabel 16 menjelaskan bahwa sektor pertanian pada tahun 1992 memiliki kontribusi paling besar pada kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Sektor pertanian mampu memberikan kontribusi sebesar 4.712.690 jiwa. Hal ini disebabkan karena, banyaknya kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi besar di sektor pertanian dan menjadikan sektor pertanian tersebut menjadi sektor unggulan. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis, dan berperan penting dalam penyediaan bahan baku bagi keperluan industri pengolahan, sehingga berkembangnya sektor pertanian akan meningkatkan kontribusi terhadap kesempatan kerja dalam jumlah yang besar.
64
Sektor listrik, gas dan air bersih pada tahun 1992 memberikan kontribusi paling kecil terhadap kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 78.902 jiwa. Hal ini disebabkan karena, sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor perekonomian yang tidak membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga sektor ini juga memberikan kesempatan kerja yang kecil. Sektor pertanian pada tahun 1997 masih menjadi sektor perekonomian yang memberikan kontribusi paling besar terhadap kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat (Tabel 16). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 1997 adalah sebesar 4.724.853 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997 masih mampu bertahan ditengah-tengah pesatnya perkembangan sektor industri, sehingga masih mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap kesempatan kerja. Sedangkan sektor lainnya seperti sektor informal di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997 memberikan kontribusi kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar 20.445 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor ini terdesak oleh sembilan sektor utama, sehingga kurang mampu berkembang. Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai tahun 1997, memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling tinggi, yaitu sebesar 745.714 jiwa. Hal ini disebabkan karena sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi Jawa Barat mengalami perkembangan yang pesat, terutama pada perdagangan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang pesat, mengakibatkan peran sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin dibutuhkan. Sedangkan sektor lainnya di Provinsi
65
Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi tahun 1992 sampai tahun 1997, memiliki pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar -137.661 jiwa. Laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan sebesar 9,39 persen. Sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi tahun 1992-1997 mengalami peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja, kecuali sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor jasa-jasa, dan sektor lainnya. Laju pertumbuhan kesempatan kerja paling besar terjadi pada sektor bangunan / konstruksi, yaitu sebesar 55,10 persen (Tabel 16). Hal ini disebabkan karena dalam perkembangannya, dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tempat tinggal meningkat, serta terjadinya peningkatan infrastruktur di Provinsi Jawa Barat, mengakibatkan peran sektor bangunan / konstruksi semakin meningkat. Sedangkan sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil yaitu sebesar -87,07 persen. Hal ini disebabkan karena sektor lainnya semakin terdesak oleh sembilan sektor utama. Pada tingkat provinsi, secara keseluruhan pada era sesudah krisis ekonomi tahun 1999 sampai tahun 2004, Provinsi Jawa Barat memiliki nilai laju pertumbuhan kesempatan kerja yang negatif, yaitu sebesar -11,08 persen (Tabel 17). Hal ini disebabkan Provinsi Jawa Barat belum mampu sepenuhnya bangkit dari keterpurukan ekonomi, mengingat potensi dan kemampuan dari masing-masing kabupaten berbeda, sedangkan perekonomian Provinsi Jawa Barat sangat bergantung pada kontribusi kabupaten-kabupaten ataupun kota-kota yang ada di Provinsi Jawa Barat.
66
Tabel 17. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 (Jiwa) No 1 2 3 4 5
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
6 7 Pengangkutan
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
8 9 Jasa-jasa 10 Lainnya 11 Total
Kesempatan Kerja 1999 2004
Perubahan
Persen
5.203.953
4.353.604
-850.349
-16,34
108.448
64.068
-44.380
-40,92
2.711.995
2.569.523
-142.472
-5,25
50.045
39.839
-10.206
-20,39
752.861
849.855
96.994
12,88
3.923.742
3.331.241
-592.501
-15,10
1.100.474
1.284.381
183.907
16,71
204.596
271.575
66.979
32,74
2.344.531
1.831.527
-513.004
-21,88
17.182
2.698
-14.484
-84,30
16.417.827
14.598.311
-1.819.516
-11,08
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Pada tahun 1999 sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 5.203.953 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena sektor pertanian di Provinsi Jawa Barat masih sebagai sektor unggulan, masih banyak wilayah-wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi pertanian yang sangat besar dan belum terjadinya transformasi besar-besaran dari sektor pertanian ke sektor industri. Sehingga sektor pertanian masih merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat. Sektor perekonomian lainnya di Provinsi Jawa Barat, pada tahun 1999 memiliki kontribusi terhadap kesempatan kerja paling kecil, yaitu sebesar 17.182 jiwa. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat masih berada pada sektor utama. Pada tahun 2004, sektor pertanian masih merupakan sektor yang memberikan kesempatan kerja paling banyak, yaitu sebesar 4.353.604 jiwa. Hal
67
ini memperlihatkan sektor pertanian memang memiliki potensi yang besar di Provinsi Jawa Barat di tengah-tengah maraknya transformasi pertanian di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor unggulan. Sedangkan sektor lain di luar sembilan sektor utama juga masih tetap sebagai sektor yang memiliki kontribusi terhadap kesempatan kerja paling kecil di tahun 2004, yaitu sebesar 2.698 jiwa. Sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat sesudah krisis ekonomi dari tahun 1999 sampai tahun 2004 mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang menurun, kecuali sektor bangunan / konstruksi, sektor pengangkutan dan sektor bank dan lembaga keuangan lain. Sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling besar adalah sektor pengangkutan, yaitu sebesar 183.907 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
penduduk
yang
semakin
meningkat,
menjadikan
sektor
pengangkutan semakin penting di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja paling kecil sesudah krisis ekonomi adalah sektor pertanian, yaitu sebesar -850.349 jiwa (Tabel 17). Hal ini disebabkan karena sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan sektor pertanian saat ini mulai terdesak oleh sektor-sektor lain karena adanya transformasi ekonomi, sehingga pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor pertanian juga mengalami penurunan yang besar. Sektor perekonomian di Provinsi Jawa Barat era sesudah krisis ekonomi yang mengalami laju pertumbuhan paling cepat dari tahun 1999 sampai tahun
68
2004, adalah sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu sebesar 32,74 persen. Hal ini disebabkan karena perkembangan sektor ini sangat baik dan merupakan penyokong terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling kecil sesudah krisis ekonomi adalah sektor lainnya selain sembilan sektor utama di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar -84,30 persen (Tabel 17). 5. 2. Rasio Kesempatan Kerja di Kabupaten Bekasi dan Kesempatan Kerja di Provinsi Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi
Kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 memiliki pertumbuhan yang negatif, sedangkan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi memiliki pertumbuhan yang positif. Jika nilai kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tiap sektor perekonomian diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 1992 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 1997 sebagai tahun akhir analisis, maka tiap-tiap sektor akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat diekspresikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra diperoleh dari selisih antara total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tahun 1997 dengan total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat tahun 1992 dibagi total kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat pada tahun 1992. Karena merupakan pembagian total kesempatan kerja, maka nilai Ra tiap sektor perekonomian untuk setiap daerah di Provinsi Jawa Barat memiliki besaran yang
69
sama, yaitu sebesar 0,09 (Tabel 18). Hal ini mengidentifikasikan bahwa sebelum terjadi krisis ekonomi pertumbuhan kesempatan kerja terjadi peningkatan sebesar 0,09 di tingkat provinsi. Ini berarti bahwa setiap sektor-sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang cepat dalam menciptakan kesempatan kerja. Tabel 18. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa lainnya TOTAL
Ra 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
Ri 0,00 -0,11 0,08 -0,04 0,55 0,29 0,32 0,17 -0,05 -0,87 0,09
ri -0,54 -0,76 -0,35 -0,37 -0,41 -0,43 -0,24 -0,64 -0,52 -0,39 -0,44
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
Nilai Ri di sebagian besar lapangan usaha di kabupaten / kota yang ada di Provinsi Jawa Barat era pra krisis ekonomi bernilai positif. Ini berarti bahwa setiap sektor sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan positif dalam menciptakan kesempatan kerja di tingkat provinsi. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor usaha bangunan
yaitu sebesar 0,55. Hal ini disebabkan peran sektor
bangunan / konstruksi semakin meningkat, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan infrastruktur kabupaten / kota di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan nilai Ri yang terkecil diperoleh sektor usaha lainnya yaitu sebesar -0,87 (Tabel 18). Kontribusi semua sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era pra krisis ekonomi mengalami penurunan dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga nilai ri
70
yang diperoleh bernilai negatif. Nilai ri terbesar dimiliki oleh sektor pengangkutan yaitu sebesar -0,24. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja sektor usaha ini paling besar dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya serta didukung peningkatan jumlah penduduk. Sedangkan nilai ri terkecil dimiliki oleh sektor pertambangan dan penggalian, yakni sebesar -0,76 (Tabel 18), hal ini dikarenakan sektor ini belum mampu berkembang dengan baik karena sangat bergantung pada investor luar negeri, sedangkan iklim investasi semakin lesu. Kesempatan kerja pada sektor-sektor lapangan kerja di Kabupaten Bekasi sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004 memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang positif, sedangkan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat memiliki pertumbuhan yang negatif. Jika nilai kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan kesempatan kerja provinsi Jawa Barat tiap sektor lapangan usaha diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 1999 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2004 sebagai tahun akhir analisis, maka tiap-tiap sektor akan memiliki rasio yang berbeda-beda. Tabel 19. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa lainnya TOTAL
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Ra -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11
Ri -0,16 -0,41 -0,05 -0,20 0,13 -0,15 0,17 0,33 -0,22 -0,84 -0,11
ri -0,31 2,13 1,60 -0,75 1,39 0,69 1,24 15,89 0,70 0,69
71
Tabel 19 memperlihatkan rasio kesempatan kerja Kabupaten Bekasi dan Propinsi Jawa Barat era pasca krisis ekonomi, yang diekspresikan dalam bentuk Ra, Ri, dan ri. Nilai Ra tiap sektor usaha untuk setiap daerah di Provinsi Jawa Barat era pasca krisis ekonomi memiliki besaran yang sama, yaitu sebesar -0,11. Hal ini mengidentifikasikan bahwa setelah terjadinya krisis ekonomi pertumbuhan kesempatan kerja terjadi penurunan sebesar -0,11 di tingkat provinsi. Nilai Ri di sebagian besar lapangan usaha di kabupaten / kota yang ada di Provinsi Jawa Barat bernilai negatif. Ini berarti bahwa setiap sektor-sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang negatif dalam menciptakan kesempatan kerja di tingkat provinsi. Nilai Ri terbesar terdapat pada sektor usaha bank dan lembaga keuangan lainnya yaitu sebesar 0,33. Hal ini dikarenakan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya sudah ditunjang oleh sarana dan prasarana yang baik. Sedangkan nilai Ri yang terkecil diperoleh sektor usaha lainnya yaitu sebesar -0,84 (Tabel 19). Pada Tabel 19 terlihat bahwa sebagian besar kontribusi sektor usaha di Kabupaten Bekasi mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja sehingga nilai ri yang diperoleh bernilai positif, kecuali sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Nilai ri terbesar dimiliki oleh sektor usaha bank dan lembaga keuangan lainnya yaitu sebesar 15,89. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor usaha ini paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor lapangan usaha lainnya serta didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Sedangkan nilai ri terkecil dimiliki oleh sektor lapangan usaha listrik, gas, dan air bersih, yakni sebesar -0,75, hal ini dikarenakan sektor ini
72
belum mampu berkembang dengan baik karena tidak didukung oleh teknologi yang canggih dalam pengembangannya.
5. 3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah di Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Pada analisis shift share, pertumbuhan suatu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen,
yaitu
komponen
Pertumbuhan
Regional
(PR),
komponen
Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Pengaruh pertumbuhan regional menjelaskan perubahan kebijakan ekonomi Provinsi Jawa Barat yang mempengaruhi perekonomian semua sektor di Kabupaten Bekasi. Sehingga persentase komponen pertumbuhan regional sama dengan persentase laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 9,39 persen. Artinya nilai PR bila ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan kesempatan kerja provinsi pra krisis ekonomi tahun 1992-1997 telah mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 65.360 jiwa. Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Regional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 No
Lapangan Kerja
PRij (Jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
(Persen) 10.120 1.134 13.834 703 3.051 15.251 5.810 1.847 13.467 142 65.360
9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39 9,39
73
Berdasarkan Tabel 20, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor usaha dengan peningkatan kontribusi PR terbesar yaitu sebesar 15.251 jiwa. Hal ini berarti bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di tingkat Provinsi Jawa Barat, khususnya kebijakan dalam menciptakan kesempatan kerja, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan di tingkat provinsi, maka kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran beserta sub sektornya akan mengalami perubahan yang meningkat. Sektor lapangan kerja dengan peningkatan PR terkecil adalah sektor lainnya selain sembilan sektor utama, yaitu sebesar 142 jiwa. Hal ini berarti bahwa sektor lainnya tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan kebijakan dalam penetapan UMK di tingkat provinsi, sehingga apabila terjadi perubahan kebijakan tersebut, maka kontribusi sektor ini tidak akan mengalami perubahan. Pengaruh pertumbuhan regional juga menjelaskan perubahan kebijakan ketenegakerjaan, seperti kebijakan UMK di tingkat Provinsi Jawa Barat yang mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi era pasca terjadinya krisis ekonomi. Sehingga persentase komponen pertumbuhan regional sama dengan persentase laju pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat, namun era pasca terjadinya krisis ekonomi nilai PR memiliki nilai yang negatif,
yaitu
sebesar -11,08 persen. Artinya nilai PR bila ditinjau secara keseluruhan, pertumbuhan kesempatan kerja provinsi pasca krisis ekonomi tahun 1999-2004 telah mempengaruhi kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar -45.636 jiwa.
74
Berdasarkan Tabel 20, sektor pertanian merupakan sektor dengan penurunan kontribusi PR terbesar yaitu sebesar -12.906 jiwa. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan yang terjadi di tingkat Provinsi Jawa Barat, khususnya kebijakan dalam menciptakan kesempatan kerja, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan dalam kebijakan kesempatan kerja di tingkat provinsi, maka kontribusi sektor pertanian beserta sub sektornya akan mengalami perubahan yang menurun. Sedangkan sektor lapangan kerja dengan penurunan PR terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian, yaitu sebesar -78 jiwa. Hal ini berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan kebijakan dalam menciptakan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat. Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
PRij (Jiwa) -12.906 -78 -8.981 -246 -557 -11.792 -5.787 -91 -5.198 -45.636
(Persen) -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Komponen pertumbuhan proporsional bila dilihat secara keseluruhan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 28.650 jiwa (3,97 persen) (Tabel 22). Tetapi bila ditinjau berdasarkan sektor perekonomian di tingkat provinsi, maka ada enam sektor yang memiliki
75
persentase PP yang bernilai negatif
(PP<0) berarti memiliki pertumbuhan
kesempatan kerja yang lambat. Hal ini terdapat pada sektor pertanian (-9,13 persen), sektor pertambangan dan penggalian (-19,51 persen), sektor industri pengolahan (-0,77 persen), sektor listrik, gas dan air bersih (-13,01 persen), sektor jasa-jasa (-13,74 persen), dan sektor lainnya (-96,07 persen). Karena sektor-sektor tersebut memberikan kontribusi dalam menyerap tenaga kerja yang negatif dengan persentase kurang dari nol (PP<0), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektor-sektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat. Tabel 22. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 No
Lapangan Kerja
PPij (Jiwa)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
-9.842 -2.457 -1.189 -1.017 15.629 33.358 14.630 1.618 -20.567 -1.512 28.650
(Persen) -9,13 -19,51 -0,77 -13,01 46,10 19,69 22,66 7,88 -13,74 -96,07 3,97
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
Tabel 22 memperlihatkan nilai PP di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997. Lapangan kerja yang memiliki nilai PP yang positif terbesar adalah sektor bangunan / konstruksi yaitu sebesar 46,10 persen, berarti sektor ini memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang paling cepat dibandingkan sektor usaha lainnya. Selanjutnya sektor-sektor ekonomi lainnya yang bernilai positif dari urutan paling besar ke urutan paling kecil adalah sektor
76
pengangkutan (22,66 persen), perdagangan, hotel dan restoran (19,69 persen), dan sektor bank dan lembaga keuangan lain (7,88 persen). Sektor yang paling cepat laju pertumbuhan kesempatan kerjanya adalah sektor bangunan / konstruksi, sedangkan sektor yang paling lambat laju pertumbuhan kesempatan kerjanya adalah sektor lainnya selain sembilan sektor utama. Berbeda dengan Komponen pertumbuhan proporsional di Kabupaten Bekasi era sesudah krisis ekonomi, bila dilihat secara keseluruhan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 4.922 jiwa (1,20 persen). Tetapi bila ditinjau berdasarkan sektor usaha di tingkat propinsi, maka ada lima sektor yang memiliki persentase PP yang bernilai negatif (PP<0) berarti memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat. Hal ini terdapat pada sektor pertanian (-5,26 persen), sektor pertambangan dan penggalian (-29,84 persen) , sektor listrik, gas dan air bersih (-9,31 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (-4,02 persen), dan sektor jasa-jasa (-10,80 persen) (Tabel 22). Karena sektor-sektor tersebut memberikan kontribusi yang negatif dengan persentase kurang dari nol (PP<0), maka laju pertumbuhan kesempatan kerja pada sektorsektor usaha tersebut memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat. Berdasarkan Tabel 23, sektor usaha yang memiliki nilai PP yang positif terbesar adalah sektor bank dan lembaga keuangan lainnya yaitu sebesar 43,82 persen, berarti sektor ini memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang paling cepat dibandingkan sektor usaha lainnya. Selanjutnya sektor-sektor ekonomi lainnya yang bernilai positif
dari urutan kedua terbesar adalah sektor
pengangkutan (27,79 persen), sektor bangunan / konstruksi (23,97 persen), dan
77
sektor industri pengolahan (5,83 persen). Sektor yang paling cepat laju pertumbuhan kesempatan kerjanya adalah sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sedangkan sektor yang paling lambat laju pertumbuhan kesempatan kerjanya adalah sektor pertambangan dan penggalian. Tabel 23. Komponen Pertumbuhan Proporsional di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
PPij (Jiwa)
(Persen) -6.123 -209 4.724 -207 1.204 -4.275 14.512 361 -5.065 4.922
-5,26 -29,84 5,83 -9,31 23,97 -4,02 27,79 43,82 -10,80 1,20
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Analisis shift share selanjutnya adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Pertumbuhan pangsa wilayah menunjukan kemampuan daya saing suatu lapangan kerja di suatu wilayah dibandingkan dengan lapangan kerja di wilayah lain. Apabila nilai PPW positif (PPW>0) berarti lapangan usaha tersebut berdaya saing baik, sebaliknya apabila nilai PPW negatif berarti lapangan kerja tersebut tidak mampu berdaya saing baik dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan wilayah lain. Tabel 24 menjelaskan bahwa komponen pangsa wilayah menunjukkan daya saing lapangan kerja suatu wilayah dengan rata-rata wilayah lainnya yang ada di Provinsi Jawa Barat sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 1992-1997. Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997, semua sektor
78
perekonomian tidak mampu bersaing dengan baik dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan wilayah lainnya, kecuali sektor lainnya selain sembilan sektor utama. Hal ini karena nilai persentase komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari sembilan sektor perekonomian tersebut kurang dari nol (PPW<0). Hal ini berarti bahwa sektor-sektor perekonomian tersebut tidak mampu berdaya saing baik dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lainnya yang ada di Provinsi Jawa Barat. Tabel 24. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 No
LapanganKerja
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
PPWij (Jiwa) -58.018 -8.253 -65.700 -2.614 -32.430 -121.265 -35.671 -16.687 -70.090 756 -409.971
Persen -53,85 -65,52 -42,74 -33,44 -95,65 -71,56 -55,26 -81,31 -46,84 48,06 -56,82
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 24, Lapangan usaha yang memiliki nilai PPW negatif, dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sektor bangunan (-95,65 persen), sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (-81,31 persen), sektor perdagangan, hotel dan restoran (-71,56 persen), sektor pertambangan dan penggalian (-65,52 persen), sektor pengangkutan (-55,26 persen), sektor pertanian (-53,85 persen), sektor jasa-jasa (-46,84 persen), sektor industri pengolahan (-42,74 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih (-33,44 persen). Hal ini berarti bahwa pra terjadinya krisis ekonomi, sektor-sektor usaha ini tidak mampu berdaya saing baik
79
dalam menyerap tenaga kerja dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, apabila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Provinsi Jawa Barat Tabel 25. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah di Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
PPWij (Jiwa) -16.890 1.778 134.159 -1.222 6.329 89.855 55.956 12.812 42.921 325697
Persen -14,50 254,07 165,55 -54,97 125,97 84,45 107,17 1556,69 91,51 79,09
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Berbeda dengan komponen pangsa wilayah di Kabupaten Bekasi era sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004, sebagian besar sektor-sektor ekonominya
memiliki nilai PPW yang positif (Tabel 25), yang berarti bahwa
pasca terjadinya krisis ekonomi daya saing sektor-sektor ekonomi tersebut mengalami peningkatan dalam menyerap tenaga kerja. Namun di Kabupaten Bekasi sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004 masih terdapat dua sektor lapangan kerja yang tidak mampu bersaing dengan baik dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan sektor / wilayah lainnya, yaitu sektor pertanian, dan sektor usaha listrik, gas, dan air minum. Hal ini karena nilai persentase komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari kedua sektor ekonomi tersebut kurang dari nol (PPW<0) serta dikarenakan kedua sektor ini masih belum didukung oleh sarana dan prasarana yang canggih dalam perkembangannya.
80
Nilai PPW dari sektor pertanian sebesar -14,50 persen dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar -54,97 persen (Tabel 25). Dari kedua sektor ekonomi tersebut yang paling tidak mampu bersaing dalam menyerap tenga kerja bila dibandingkan dengan wilayah lain adalah sektor listrik, gas, dan air bersih karena memiliki nilai PPW sebesar -54,97 persen. Hal ini dikarenakan sektor ini belum mampu dikembangkan dengan baik, akibat banyaknya pabrik-pabrik di Kabupaten Bekasi yang membuang limbah ke sungai sehingga air sungai tidak bisa dikembangkan dengan baik. 5.4. Pergeseran Bersih dan Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja Kabupaten Bekasi Sebelum dan Sesudah Krisis Ekonomi Nilai pergeseran bersih (PB) diperoleh dari penjumlahan antara PP dan PPW pada setiap lapangan kerja. Apabila hasil penjumlahan tersebut bernilai positif maka lapangan kerja tersebut di Kabupaten Bekasi termasuk ke dalam kelompok lapangan kerja yang progresif (maju). Tabel 26. Pergeseran Bersih Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 PBij No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
(Jiwa) -67.860 -10.711 -66.889 -3.630 -16.800 -87.907 -21.041 -15.069 -90.657 -756 -381321
Persen -62,98 -85,03 -43,52 -46,45 -49,55 -51,88 -32,59 -73,43 -60,59 -48,01 -52,85
81
Berdasarkan Tabel 24, Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997 semua lapangan kerja memiliki nilai pergeseran bersih (PB) yang negatif yaitu sebesar -52,85 persen. Nilai PB yang negatif tersebut mengidentifikasikan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja pada wilayah Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi termasuk lamban. Sedangkan Pasca Krisis ekonomi tahun 1999-2004, sebagian besar lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bekasi memiliki nilai pergeseran bersih (PB) yang positif (Tabel 27). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bekasi termasuk dalam kelompok pertumbuhan kesempatan kerja progresif (maju). Tabel 27. Pergeseran Bersih Lapangan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Kerja Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa Lainnya TOTAL
PBij (Jiwa) -23.013 1.570 138.883 -1.430 7.533 85.580 70.469 13.172 37.856 330.620
Persen -19,76 224,23 171,38 -64,28 149,94 80,43 134,96 1600,51 80,71 80,29
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Lapangan kerja yang tergolong kelompok lapangan kerja yang progresif berdasarkan Tabel 27 adalah sektor pertambangan dan penggalian , sektor industri pengolahan, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan nilai PB yang negatif mengidentifikasikan bahwa
82
pertumbuhan lapangan kerja tersebut pada wilayah Kabupaten Bekasi termasuk lamban. Adapun lapangan kerja yang memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lamban tersebut adalah sektor pertanian dan sektor listrik, gas,dan air bersih.
Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja IV PP -40000
20000 0 -20000 0 -20000
Pertanian
I 20000
40000
Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan
-40000 -60000
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan
-80000 -100000
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa
-120000 III
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
II -140000 PPW
Lainnya
Sumber : BPS, Susenas, 1992-1997 (Data Diolah)
Gambar 6. Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Sebelum Krisis Ekonomi Tahun 1992-1997 Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tahun 1992-1997, untuk kuadran I tidak ada lapangan kerja yang menempati (Gambar 6), karena tidak ada yang memiliki nilai PP dan nilai PPW yang positif. Hal ini berarti bahwa di Kabupaten Bekasi sebelum krisis ekonomi tidak terdapat lapangan kerja yang memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan juga tidak dapat bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata
83
kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat. Hal ini terjadi karena pada saat itu kesempatan kerja pada setiap lapangan kerja dalam keadaan stabil, dalam artian semua lapangan pekerjaan tersebut tidak menunjukkan adananya peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Gambar 6, terdapat empat lapangan kerja yang menempati kuadran II. Hal ini ditandai dengan nilai PP yang positif dan nilai PPW yang negatif pada lapangan kerja tersebut. Empat lapangan kerja tersebut adalah sektor bangunan yang memiliki nilai PP sebesar 15.629 jiwa (46,10 persen) dan nilai PPW sebesar -32.430 jiwa (-95,65 persen), sektor perdagangan, hotel, dan restoran memiliki nilai PP sebesar 33.358 jiwa (19,69 persen) dan nilai PPW sebesar -121.265 jiwa (-71,56 persen), sektor pengangkutan memiliki nilai PP sebesar 14.630 jiwa (22,66 persen ) dan nilai PPW sebesar -35.671 jiwa (55,26 persen), dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki nilai PP sebesar 1.618 jiwa (7,88 persen) dan nilai PPW sebesar -16.687 jiwa (-81,31 persen). Banyak lapangan kerja yang menempati kuadran III, yang ditandai dengan nilai PP dan nilai PPW yang negatif. Sektor lapangan pekerjaan tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, serta sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor-sektor usaha tersebut memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lamban, dan juga tidak mampu berdaya saing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lainnya di Provinsi Jawa Barat.
84
Kuadran IV di Kabupaten Bekasi era pra krisis ekonomi tahun 1992-1997, hanya ditempati oleh sektor lainnya. Hal ini ditandai dengan nilai PP yang negatif, tetapi nilai PPW positif, yang berarti bahwa sektor lainnya memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, namun mampu berdaya saing baik dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Propinsi Jawa Barat dalam menyerap tenaga kerja. Gambar 6, memperlihatkan Garis diagonal 45º yang membagi kuadran II dan kuadran IV menjadi dua bagian. Tiap lapangan kerja yang berada di atas garis diagonal 45º tersebut, maka tergolong lapangan kerja yang progresif di Kabupaten Bekasi era pra terjadinya krisis ekonomi tahun 1992-1999, namun tidak ada lapangan kerja yang tergolong ke dalam lapangan kerja yang progresif. Sedangkan lapangan kerja yang berada di bawah garis diagonal 45º maka tergolong lapangan kerja yang lambat. Semua lapangan kerja yang terdapat di Kabupaten Bekasi pada masa itu tergolong pada lapangan kerja yang lambat. Lapangan kerja tersebut adalah semua sektor lapangan pekerjaan, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, sektor jasa-jasa, dan sektor lainnya.. Berbeda dengan era sesudah krisis ekonomi tahun 1999-2004, Kabupaten Bekasi memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan mampu bersaing dalam menyerap tenaga kerja bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Provinsi Jawa Barat (kuadran I) (Gambar 7), karena memiliki lapangan
85
kerja yang nilai PP dan PPW positif. Hal ini terjadi karena era sesudah krisis ekonomi sebagian dari lapangan kerja ada yang mulai melakukan perubahan atau mulai beranjak dari keterpurukan yang diakibatkan oleh krisis tersebut, sehingga ada sebagian sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat dan mampu berdaya saing baik bila dibandingkan dengan sektor / wilayah lainnya. Kuadran I ditempati oleh sektor industri pengolahan yang memiliki nilai PP sebesar 4.724 jiwa (5,83 persen) dan PPW sebesar sebesar 134.159 jiwa (165,55 persen), sektor bangunan memiliki nilai PP sebesar 1.204 jiwa (23,97 persen) dan nilai PPW sebesar 6.329 jiwa (125,97 persen), sektor pengangkutan memiliki nilai PP sebesar 14.512 jiwa (27,79 persen) dan nilai PPW sebesar 55.956 jiwa (107,17 persen) dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki nilai PP sebesar 361 jiwa (43,82 persen) dan nilai PPW sebesar 12.812 jiwa (1556,69 persen). Lapangan kerja di Kabupaten Bekasi tidak memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang cepat, dan tidak memiliki daya saing terhadap kesempatan kerja yang baik bila dibandingan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini ditandai dengan tidak adanya nilai PP yang positif dan nilai PPW yang negatif. Sehingga di Kabupaten Bekasi pasca terjadinya krisis ekonomi tahun 1999-2004 tidak ada lapangan usaha yang menempati kuadran II. (Gambar 7). Hal ini disebabkan karena semua lapangan kerja merasakan dampak dari krisis ekonomi tersebut, sehingga tidak terjadi pertumbuhan, bahkan ada sebagian lapangan kerja yang mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja.
86
Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja 160000
IV
I
140000
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian 120000 Industri Pengolahan 100000 Listrik, Gas dan Air Bersih 80000 Bangunan
60000 40000
Perdagangan, Hotel dan Restoran
20000
Pengangkutan
0
PP -10000 -5000
0
5000 10000 15000 20000
-20000
III
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa
II -40000
PPW Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
Gambar 7. Profil Pertumbuhan Lapangan Kerja di Kabupaten Bekasi Pasca Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 Kuadran III bila dilihat dari gambar 7, ditempati oleh sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih. Hal ini berarti bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat dan tidak mampu bersaing dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lain di Propinsi Jawa Barat, ini ditandai dengan nilai PP dan nilai PPW yang negatif. Sektor pertanian memiliki nilai PP sebesar -6.123 jiwa (-5,26 persen) dan nilai PPW sebesar -16.890 jiwa (14,50 persen), dan sektor listrik, gas, dan air bersih
87
memiliki nilai PP sebesar 207 jiwa (-9,31 persen) dan nilai PPW sebesar -1.222 jiwa (-54,97 persen). Kuadran IV di Kabupaten Bekasi pasca krisis ekonomi tahun 1999-2004 ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa. Hal ini berarti bahwa sektor pertambangan dan penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Bekasi memiliki laju pertumbuhan kesempatan kerja yang lambat, tetapi mampu berdaya saing baik dalam menyrap tenaga kerja, apabila diperbandingkan dengan rata-rata kabupaten / kota lainnya di Provinsi Jawa Barat. Kuadran IV ditandai dengan nilai PP yang negatif dan nilai PPW yang positif (Gambar 7). Gambar 7, memperlihatkan Garis diagonal 45º yang membagi kuadran II dan kuadran IV menjadi dua bagian. Tiap lapangan kerja yang berada di atas garis diagonal 45º tersebut, maka tergolong lapangan kerja yang progresif di Kabupaten Bekasi pasca terjadinya krisis ekonomi tahun 1999-2004. Lapangan kerja tersebut adalah sektor industri pengolahan, sektor bangunan / konstruksi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan, sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, dan sektor jasa-jasa. Sedangkan lapangan kerja yang berada di bawah garis diagonal 45º maka tergolong lapangan kerja yang lambat. Diantara lapangan kerja tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis shift share, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan penelitian mengenai kesempatan kerja pada sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Bekasi era sebelum dan sesudah krisis ekonomi yaitu sebagai berikut : 1.
Era sebelum krisis ekonomi laju pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan sebesar 43,79 persen. Sebaliknya terjadi peningkatan laju pertumbuhan kesempatan kerja era sesudah krisis ekonomi sebesar 69,21 persen, hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Bekasi mampu keluar dari keterpurukan akibat krisis ekonomi. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat era sebelum krisis ekonomi memiliki laju pertumbuhan yang meningkat sebesar 9,39 persen, dan era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan laju pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 11,08 persen, hal ini memperlihatkan secara umum daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat era sesudah krisis ekonomi belum mampu memanfaatkan potensi yang ada guna menanggulangi dampak krisis ekonomi.
2.
Era sebelum krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang positif, berarti bahwa pertumbuhan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 65.360 jiwa atau 3,39 persen. Sedangkan sesudah krisis ekonomi memiliki nilai PRij yang negatif, yang berarti bahwa bila ditinjau secara keseluruhan,
89
pertumbuhan kesempatan kerja di Provinsi Jawa Barat telah mempengaruhi penurunan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 45.636 jiwa atau 11,08 persen. Komponen pertumbuhan proporsional bila dilihat secara keseluruhan era sebelum krisis ekonomi mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi sebesar 28.650 jiwa atau 3,97 persen, namun mengalami penurunan pertumbuhan kesempatan kerja menjadi 4.922 jiwa atau 1,20 persen era sesudah krisis ekonomi. Secara umum lapangan kerja di Kabupaten Bekasi era sebelum krisis ekonomi tidak mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata wilayah lain di Provinsi Jawa Barat. Hal ini diperlihatkan dari nilai PPWij yang negatif, yaitu sebesar -40.971 jiwa atau -56,82 persen. Sedangkan era sesudah krisis ekonomi sebagian besar lapangan kerja mampu bersaing baik dalam menyerap tenaga kerja, bila dibandingkan dengan rata-rata daerah-daerah lain di Provinsi Jawa Barat, hal ini diperlihatkan dengan nilai PPWij yang positif yaitu sebesar 325.697 jiwa atau 79,09 persen. 6. 2. Saran 1. Pemerintah
daerah
Kabupaten
Bekasi
diharapkan
dapat
terus
mendorong perkembangan sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor pengangkutan, dan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya, yang mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Bekasi, dengan mengeluarkan kebijakankebijakan yang bisa menciptakan peningkatan investasi yang baik dan
90
iklim usaha yang kondusif supaya kesempatan kerja semakin luas, diantaranya dengan memberikan kemudahan dalam perizinan usaha dan perbaikan infrastruktur. 2.
Era sesudah krisis ekonomi terjadi penurunan pertumbuhan kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, oleh karena itu pemerintah diharapkan menetapkan Peraturan Daerah (Perda) yang dapat meningkatkan pertumbuhan lapangan pekerjaan seperti, sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor jasa-jasa, dan sektor informal agar mampu berkembang dengan baik, sehingga mempengaruhi sektor pertanian, dan sektor listrik, gas, dan air bersih yang kurang berkembang di Kabupaten Bekasi agar penyerapan tenaga kerja dapat merata di seluruh lapangan pekerjaan yang ada di Kabupaten Bekasi, seperti peraturan mengenai perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), peraturan mengenai Upah Minimum Kabupaten (UMK), dan peraturan mengenai penghapusan sistem kontrak terhadap tenaga kerja.
91
DAFTAR PUSTAKA
Andadari, R. K., Sri, S., Idhan, I., Muslichin. 1999. Yang Untung dan Buntung di Tengah Krisis Usaha Mebel / Ukir Kayu Jepara. Jurnal Analisis, Vol 4 No. 1 : 45-59. Akatiga, Bandung. Badan Pusat Statistik. 1983-2004. Indikator Ekonomi. BPS. Jakarta-Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2000. Statistik Indonesia 1998-2002. Jakarta-Indonesia. Badan Pusat Statistik. 1992-2004. Tenaga Kerja. BPS. Kabupaten Bekasi-Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. 1999-2004. Produk Domestik regional Bruto. Kabupaten Bekasi-Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. 2000-2003. Pendapatan Daerah. BPS. Kabupaten BekasiJawa Barat. Badan Pusat Statistik. 2004. Penduduk. Kabupaten Bekasi-Jawa Barat. Badan Pusat Statistik. 2004. Perusahaan Besar dan Sedang. Kabupaten BekasiJawa Barat. Bellante, D dan Jackson, M. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. LPFEUI, Jakarta. Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisis: Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT. Pradnya Paramitha. Jakarta. Dinas Ketenagakerjaan. 2000-2004. Pencari Kerja. Disnaker. Kabupaten BekasiJawa Barat Departemen Tenaga Kerja. 1994. Perkembangan Ketenagakerjaan Indonesia. Departemen Tenaga Kerja, Jakarta. Djiwandono, J. S. 1998. Krisis dan Pembaharuan Ekonomi Moneter. http:www. Pacipic.net.id/pakar/sj/moneter.html. [17 Juni 1998] Fudjaja, L. 2002. Dinamika Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Industri di Sulawesi selatan. [Tesis]. Program Pascasarjana IPB. Bogor. Kriswantriono, A. 2003. Struktur dan Kinerja Sektor Pertanian, Agroindustri dan Mega Sektor Agribisnis Pada Kondisis Sebelum dan Awal Masa Krisis Ekonomi. [Tesis]. Program Pasca Sarjana IPB. Bogor.
92
Lipsey, R. G., Courant, N. P., Purvis, D. D., dan Steiner. 1995. Pengantar Makroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta. Paskarina, C. 2005. Akselerasi Penanganan Pengangguran Di Propinsi Jawa Barat. http : //www. Jurnal-kopertis 4. org/file/kopwil4-378.pdf. [27 Januari 2005]. Prasetiantono, A.T. 2000. Keluar dari Krisis, Analisis Ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Restuningsih. 2004. Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Propinsi DKI Jakarta ada Masa Krisis Ekonomi Tahun 1997-2002. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Rusli, S. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. PT Pustaka LP3ES, Jakarta. Sarini. 1997. Telaah Kesempatan Kerja Pada Usaha Industri Kecil Rotan ( Studi Kasus Pada Perusahaan Barang Jadi Rotan Skala Kecil di Sentra Industri Rotan Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Satria, A. 2005. Pertanian Indonesia Dalam Perspektif Industrialisasi dan Perdagangan Bebas : Suatu Pendekatan Teoritik-Empirik. http : //pk.ut.id/ jsi/72 arif.htm. [27 Januari 2006]. Setyawan, S. 2005. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan dan Pengaruhnya terhadap Perekonomian Kabupaten Jepara ( Analisis InputOutput). [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Bogor. Simanjuntak, P. 1998. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Soepono, P. 1993. Analisis Shift Share : Perkembangan dan Penerapan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. BPFE, Yogyakarta. Sumiawati. 1997. Perubahan Kesempatan Kerja Pertanian dan Perkembangan Subsektor Tanaman Pangan ( Studi Kasus Kabupaten Dati II Bekasi, Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. Survei Angkatan Kerja Nasional. 1996-2004. Tenaga Kerja. Sakernas. Jakarta. Survei Sosial Ekonomi Nasional. 1992-2004. Tenaga Kerja. Susenas. Jawa BaratIndonesia.
93
Tarmidi, L. T. 1998. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol 1. No. 4. Bank Indonesia, Jakarta. Tobing, E. 1993. Masalah Struktural Peningkatan Kesempatan Kerja. [Kompas Online].http://www.kompas.co.id./kompascetak/0512/16/opini/2292332.ht m [27 Januari 2006]
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1992-1997 Tahun
1992 Tenaga % Kerja 107.749 14,93
1993 Tenaga % Kerja 148.490 17,86
1994 Tenaga % Kerja 88.260 10,41
1995 Tenaga % Kerja 142.975 14,42
1996 Tenaga Kerja 126.020
12.596 153.710
1,75 21,30
17.372 149.402
2,09 17,97
3.818 193.311
0,45 22,79
8.428 227.353
0,85 22,93
19.721 378 .861
1,23 23,63
3.019 100.655
0,74 24,82
7.816 33.905
1,08 4,70
6.392 38.046
0,77 4,58
2.353 53.963
0,28 6,36
12.989 38.768
1,31 3,91
21.805 76.798
1,36 4,79
4.889 20.156
1,21 4,97
169.454 64.555
23,49 8,95
204.638 75.726
24,61 9,11
213.027 84.285
25,12 9,94
255.809 88.938
25,80 8,97
399.384 156.803
24,91 9,78
96.798 49.324
23,87 12,16
20.522
2,84
9.542
1,15
12.603
1,49
17.946
1,81
29.821
1,86
7.300
1,80
Jasa-jasa 149.636 20,74 178.018 21,41 Lainnya 1.574 0,22 3.976 0,48 Total 721.517 100,00 831.602 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1992-1997
195.766 811 848.197
23,08 0,10 100,00
197.310 992 991.508
19,90 0,10 100,00
386.717 7.376 1.603.306
24,12 0,46 100,00
72.446 960 405.556
17,86 0,24 100,00
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
% 7,86
1997 Tenaga % Kerja 50.009 12,33
Lampiran 2. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 1999-2004 Tahun
No Lapangan Usaha 1
2000 Tenaga % Kerja
2001 Tenaga % Kerja
2002 Tenaga % Kerja
2003 Tenaga % Kerja
2004 Tenaga % Kerja
116.451
28,28
60.359
11,50
211.983
24,13
89.288
17,44
129.157
18,78
80.532
11,56
700
0,17
3.674
0,70
53.799
6,12
3.359
45,17
3.872
0,56
2.192
0,31
81.038
19,68
102.349
19,50
186.408
21,22
171.756
16,05
176.557
25,67
210.940
30,27
2.224
0,54
4.198
0,80
8.833
1,01
1.539
0,69
939
0,14
548
0,08
5.024
1,22
19.945
3,80
198.332
22,57
25.829
1,67
34.152
4,97
12.000
1,72
106.404
25,84
149.587
28,50
85.114
9,69
167.120
7,02
151.135
21,97
180.192
25,86
Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
52.214
12,68
58.785
11,20
12.044
1,37
83.356
0,97
96.220
13,99
116.896
16,78
823
0,20
19.945
3,80
16.059
1,83
6.929
1,18
2.817
0,41
13.904
2,00
9
Jasa-jasa
46.902
11,39
106.027
20,20
105.991
12,06
56.973
9,80
92.058
13,38
79.560
11,42
10
Lainnya
939
0,14
687.846
100,00
696.764
100,00
2 3 4 5 6 7 8
Pertanian Pertambangan dan penggalian
1999 Tenaga % Kerja
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
Total 411.780 100,00 524.869 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1999-2004
878.563
100,00
606.149
100,00
Lampiran 3. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1992-1997 Tahun No Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 6 7 8
1992 Tenaga Kerja
%
1993 Tenaga Kerja
%
1994 Tenaga Kerja
%
1995 Tenaga Kerja
%
1996 Tenaga Kerja
%
1997 Tenaga Kerja
%
Pertanian Pertambangan dan penggalian
4.712.690
34,44
5.512.114
34,44
5.230.998
35,71
5.273.273
35,12
4.697.917
32,35
4.724.853
31,57
128.757
0,94
247.333
0,94
199.463
1,36
176.067
1,17
152.934
1,05
115.228
0,77
Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
2.328.175
17,01
2.178.599
17,01
2.293.684
15,66
2.292.656
15,27
2.249.062
15,49
2.519.702
16,83
78.902
0,58
71.951
0,58
90.374
0,62
94.686
0,63
87.005
0,60
75.740
0,51
596.870
4,36
764.588
4,36
898.916
6,14
1.029.444
6,86
989.535
6,81
925.730
6,18
2.599.620
19,00
2.844.733
19,00
2.881.932
19,67
3.092.166
20,59
3.054.100
21,03
3.345.334
22,35
765.657
5,60
627.638
5,60
779.878
5,32
768.135
5,12
895.675
6,17
1.008.081
6,73
132.621
0,97
100.852
0,97
120.667
0,82
128.088
0,85
131.778
0,91
155.013
1,04
2.127.464
14,52
2.130.787
14,19
2.232.496
15,37
2.078.298
13,88
Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
9
Jasa-jasa
2.181.820
15,95
2.195.721
15,95
10
Lainnya
158.106
1,16
62.001
1,16
27.216
0,19
29.378
0,20
32.839
0,23
20.445
0,14
Total 13.683.218 100,00 14.605.530 100,00 Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 1992-1997
14.650.592
100,00
15.014.680
100,00
14.523.341
100,00
14.968.424
100,00
Lampiran 4. Jumlah Tenaga Kerja Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Jawa Barat Tahun 1999-2004 Tahun No 1
1999 Tenaga Kerja % 5.203.953 31,70
2000 Tenaga Kerja % 4.865.547 29,69
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan 2 penggalian 108.448 0,66 95.996 3 Industri Pengolahan 2.711.995 16,52 2.835.160 Listrik, Gas dan Air 4 Bersih 50.045 0,30 51.432 5 Bangunan / Konstruksi 752.861 4,59 788.171 Perdagangan, Hotel dan 6 Restoran 3.923.742 23,90 4.091.388 7 Pengangkutan 1.100.474 6,70 1.282.488 Bank dan Lembaga 204.596 1,25 107.413 8 Keuangan Lainnya 9 Jasa-jasa 2.344.531 14,28 2.272.831 10 Lainnya 17.182 0,10 Total 16.417.827 100,00 16.390.426 Sumber : Survei Sosual Ekonomi Nasional (Susenas), 1999-2004
2001 Tenaga Kerja % 5.128.660 35,01
2002 Tenaga Kerja % 4.599.956 30,20
2003 Tenaga Kerja % 5.158.605 37,39
2004 Tenaga Kerja % 4.353.604 29,82
0,59 17,30
59.580 2.486.944
0,41 16,98
69.055 3.259.447
0,45 21,40
113.718 2.361.807
0,82 17,12
64.068 2.569.523
0,44 17,60
0,31 4,81
31.033 791.532
0,21 5,40
37.163 797.391
0,24 5,23
51.056 723.327
0,37 5,24
39.839 849.855
0,27 5,82
24,96 7,82
3.347.170 1.002.234
22,85 6,84
3.326.923 1.104.835
21,84 7,25
3.339.491 1.067.487
24,21 7,74
3.331.241 1.284.381
22,82 8,80
0,66 13,87
226.934 1.575.280 1.180 14.650.547
1,55 10,75 0,01 100,00
229.929 1.798.358 10.743 15.233.800
1,51 11,81 0,07 100,00
197.584 769.571 12.601 13.795.247
1,43 5,58 0,09 100,00
271.575 1.831.527 2.698 14.598.311
1,86 12,55 0,02 100,00
100,00
PERHITUNGAN DAN IDENTIFIKASI HASIL Lampiran 5. Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004 No 1 2 3 4 5
Kesempatan Kerja (Jiwa) 1999 2004
Lapangan Usaha Pertanian*)
80.532
-35.919(1)
-30,84(2)
700
21.92
1.492
213,14
c)
210.940
129.902
160,30
Listrik, Gas dan Air Bersih
2.224
548
-1.676
-75,36
Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
5.024
12.000
6.976
138,85
106.404
180.192
73.788
69,35
b)
116.896
64.682
123,88
823
13.904
13.081
1589,43
Jasa-jasa
46.902
79.560
32.658
69,63
Lainnya
-
-
Industri Pengolahan
8 9 10 11
Persen
116.451a)
Pertambangan dan penggalian
6 7
Perubahan (Jiwa)
81.038
Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
52.214
-
-
(3)
(4)**)
Total 411.780 696.764 284.984 69,21 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
1. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi (Lampiran 5) Rumus : Δ Yij
= Y’ij – Yij
Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Kabupaten Bekasi adalah sebagai berikut: % Δ Yij =
(Y ' ij − Yij) x 100% Yij
PERHITUNGAN (Lampiran 5) : (1)
Perubahan untuk sektor pertanian = 80.532 - 116.451 = -35.919
2)
Persentase untuk sektor pertanian = (-35.919/116.451)*100 % = -30,84
3)
Total Perubahan = 696.764 - 411.780 = 284.984
4)
Persentase Total = (284.984 /411.780)*100 % = 69,21
2. Laju Pertumbuhan Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat (Lampiran 6) Rumus : Δ Yij
= Y’ij – Yij
Sedangkan rumus persentase perubahan kesempatan kerja Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut: % Δ Yij =
(Y ' ij − Yij) x 100% Yij
PERHITUNGAN (Lampiran 6): 1)
Perubahan untuk sektor pertanian = 4.353.604 – 5.203.953 = -850.349
2)
Persen untuk sektor pertanian = (-850.349/5.203.953)*100 % = -16,34 persen
3)
Total Perubahan = 14.598.311– 16.417.827= -1.819.516
4)
Persentase Total = (-1.819.516/16.417.827)*100 % = -11,08 persen Lampiran 6. Kesempatan Kerja Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999 – 2004
No 1 2 3 4 5
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan
*)
Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan / Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran
6 7 Pengangkutan **)
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
8 9 Jasa-jasa 10 Lainnya 11 Total
Kesempatan Kerja (Jiwa) 1999 2004
Perubahan (Jiwa)
Persen
(1)
-16,34(2)
5.203.953
4.353.604
-850.349
108.448
64.068
-44.380
-40,92
2.711.995
2.569.523
-142.472
-5,25
50.045
39.839
-10.206
-20,39
752.861
849.855
96.994
12,88
3.923.742
3.331.241
-592.501
-15,10
1.100.474
1.284.381
183.907
16,71
204.596
271.575
66.979
32,74
2.344.531
1.831.527
-513.004
-21,88
17.182
2.698
-14.484
16.417.827
14.598.311
-1.819.5163)
-84,30 11,084)***
Sumber : Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
3. Komponen Pertumbuhan Wilayah (PR, PP, PPW) (Lampiran 8)
Sebelum mencari nilai ketiga komponen pertumbuhan wilayah, harus dicari dulu nilai rasio kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat, dengan contoh era pasca krisis ekonomi tahun 1999-2004. Rasio kesempatan kerja tersebut diekspresikan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Rumus :
Ra =
Y '.. − Y .. , Ri Y ..
=
Y ' i. − Yi. , dan Yi.
ri
=
Y ' ij − Yij Yij
Lampiran 7. Rasio Kesempatan Kerja Kabupaten Bekasi dan Provinsi Jawa Barat Sesudah Krisis Ekonomi Tahun 1999-2004 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-jasa lainnya TOTAL
Ra *) -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11 -0,11
Ri -0,16 2) -0,41 -0,05 -0,20 0,13 **) -0,15 0,17 0,33 -0,22 -0,84 -0,11 4) **)
ri -0,31 3) 2,13 1,60 -0,75 1,39 0,69 1,24 15,89***) 0,70 0,69 5)
Sumber : BPS, Susenas, 1999-2004 (Data Diolah)
PERHITUNGAN (Lampiran 7) : 1)
Nilai Ra untuk semua sektor usaha = (14.598.311–16.417.827)/ 16.417.827 = -0,11.
2)
Nilai Ri untuk sektor pertanian = (4.353.604 - 5.203.953) /
5.203.953 =
-0,16. 3) Nilai Total Ri = (14.598.311–16.417.827)/ 16.417.827 = -0,11. 4) Nilai ri untuk sektor pertanian = (80.532 - 116.451)/ 116.451= -0,31. 5) Nilai total ri = (696.764 - 411.780)/ 411.780 = 0,69.
Setelah mendapat nilai-nilai dari rasio kesempatan kerja di Kabupaten Bekasi, yaitu Ra, Ri, dan ri, maka nilai komponen pertumbuhan wilayah (PR, PP, dan PPW) dapat dicari dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut : Rumus : PRij = (Ra) Yij ; PPij = (Ri-Ra)Yij, dan PPWij
= (ri – Ri) Yij
PERHITUNGAN (Lampiran 8) : 1) Nilai PR1j diperoleh dari Lampiran 7 (Ra) dan Lampiran 5, kolom kesempatan kerja tahun 1999 a) , yaitu PR1j = (-0,11)*( 116.451) = -12.9061. 2)
Nilai persentase PR1j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5, kolom kesempatan kerja tahun 1999
a)
dikalikan dengan 100 %, yaitu % PR1j =
(-12.9061/116.451)*100 % = -11,08 persen. 3) Nilai total PRij = penjumlahan PR dari semua sektor ekonomi = -45.636. 4) Nilai PP7j diperoleh dari Lampiran 7 (Ri-Ra) dan Lampiran 5 kolom kesempatan kerja tahun 1999 b). PP7j = (0,17 – (-11))* (52.214) = 14.512 . 5) Nilai persentase PP7j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5 kolom kesempatan kerja tahun 1999b) dikalikan dengan 100 %, yaitu % PP7j = (14.512/ 52.214)*100% = 27,79 persen. 6) Nilai total PPij = penjumlahan PP dari semua sektor ekonomi = 4.922. 7) Nilai PPW3j diperoleh dari Lampiran 7 (ri-Ri) dan Lampiran 5, kolom kesempatan kerja tahun 1999 134.159.
c)
, yaitu PPW3j = (1,60 – (-0,05))*(81.038) =
8) Nilai Persentase PPW3j diperoleh dari Lampiran 8 dan Lampiran 5 kolom kesempatan kerja tahun 1999
c)
dikalikan dengan 100 % , yaitu % PPW3j =
(134.159/81.038)*100 % = 165,55 persen. 9) Nilai total PPW3j = penjumlahan PPW dari semua sektor ekonomi. Lampiran 8. Analisis Shift Share berdasarkan Komponen Pertumbuhan Wilayah Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Bekasi Tahun 1999 dan 2004 Lapanagn usaha 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
PRij (Jiwa) -12.9061)**) -78 -8.981 -246 -557 -11.792 -5.787 -91 -5.198 -45.6363)*)
PPij *)
(Persen) -11,082) -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08 -11,08
(Jiwa) -6.123 -209 4.724 -207 1.204 -4.275 14.5124) 361 -5.065 4.922 6)
PPWij (Persen) -5,26 -29,84 ***) 5,83 -9,31 23,97 -4,02 27,795) 43,82***) -10,80 1,20
(Jiwa) -16.890 1.778 134.1597) -1.222 6.329 89.855 55.956 12.812 42.921 325.697 9)
Persen -14,50 254,07 165,55 8) -54,97 125,97 84,45 107,17 1556,69****) 91,51 79,09
Sumber : BPS, 1999-2004 (Data Diolah) Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5.
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan 8. Bank dan Lembaga Keuangan lain 9. Jasa-jasa 10. Lainnya (sektor informal)