ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
OLEH SUCI NOLA ASHARI A14302009
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI
Oleh : SUCI NOLA ASHARI A14302009
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Bogor, Agustus 2006
Suci Nola Ashari A14302009
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi pada tanggal 2 Juli 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Ashari dan Alseswita. Pendidikan formal dimulai dari TK Barunawati Padang pada tahun 1989. Penulis melanjutkan pendidikan di SD Baiturrahmah Padang pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Sungai Penuh Kerinci sampai pada tahun 1999. Pada Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan menengah atas pada SMU Negeri 2 Sungai Penuh Kerinci dan lulus pada tahun 2002. Pada pertengahan 2002 penulis diterima di Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis aktif diberbagai kepanitian kegiatan kemahasiswaan serta organisasi kedaerahan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao menggunakan analisis finansial serta menganalisis tingkat kepekaan usaha perkebunan selama usaha perkebunan tersebut dilaksanakan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis agar skripsi ini di berkati oleh Allah SWT serta bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2006
Suci Nola Ashari A14302009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat diselasikan tanpa adanya do’a, bantuan, motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tulus kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis selama penyelesaian skripsi ini yaitu kepada : 1.
Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Drs. Ashari dan Ibunda Alseswita dengan do’a, materi, motivasi yang tak pernah henti, Adik-adiku tersayang dan seluruh keluarga besar penulis yang tak dapat disebutkan satu persatu.
2.
Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi atas masukan, arahan, pengertian serta perhatian dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3.
Tanti Novianti, SP,MSi sebagai dosen penguji utama atas saran dan kritik yang menyempurnakan skripsi ini.
4.
A. Faroby Falatehan, SP, ME sebagai dosen penguji Wakil Komisi Pendidikan atas koreksi dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5.
Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci atas masukan serta bantuan selama penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini “terima kasih banyak”
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................... i DAFTAR TABEL........................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah....................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 8 1.4 Kegunaan Penelitian...................................................................... 8 1.5 Batasan Penelitian ......................................................................... 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kelayakan Proyek ........................................................... 10 2.1.1 Pengertian Proyek ................................................................ 10 2.1.2 Kelayakan Proyek ................................................................ 14 2.1.3 Analisis Sensitivitas ............................................................. 16 2.2 Komoditas Kayu Manis................................................................. 17 2.3 Perkembangan dan Tata Niaga Kayu Manis ................................. 20 2.4 Komoditas Kakao .......................................................................... 21 2.5 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia .................................... 23 2.6 Konversi Tanaman Perkebunan .................................................... 25 2.7 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 25 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Dasar Pemikiran ............................................................................ 27 3.2 Hipotesis ........................................................................................ 31 BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 32 4.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 32 4.3 Metode dan Analisis Data ............................................................. 33 4.3.1 Analisis Kelayakan Finansial ............................................... 33 4.3.1.1 Penerimaan dan Biaya dalam Analisis Kelayakan Finansial ................................................................... 34 4.3.1.2 Kriteria Kelayakan Finansial.................................... 35 4.3.2 Analisis Sensitivitas .............................................................. 38 4.4 Asumsi Dasar ............................................................................... 38 BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak dan Kondisi Wilayah .......................................................... 40 5.2 Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya .......................... 40 5.3 Sosial dan Kependudukan ............................................................ 41 5.4 Perekonomian dan Sarana Prasarana Wilayah.............................. 44 5.5 Karakteristik Responden ............................................................... 46
i
BAB VI. KARAKTERISTIK USAHA PERKEBUNAN 6.1 Usaha Perkebunan Kayu Manis .................................................. 49 6.1.1 Modal dan Tenaga Kerja .................................................. 50 6.1.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ...................... 52 6.2 Usaha Perkebunan Kakao........................................................... 55 6.2.1 Modal dan Tenaga Kerja ................................................... 57 6.2.2 Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi ...................... 58 6.3 Hubungan antara Konversi Tanaman Kayu Manis Menjadi Kakao dengan Kelestarian Wilayah Konservasi TNKS............. 60 6.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan.................................................... 62 BAB VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL 7.1 Analisis Kelayakan Finansial ...................................................... 63 7.1.1 Arus Biaya .......................................................................... 63 7.1.1.1 Biaya Investasi ....................................................... 63 7.1.1.2 Biaya Operasional .................................................. 66 7.1.2 Arus Penerimaan ................................................................ 69 7.1.3 Kriteria Kelayakan Finansial.............................................. 70 7.2 Analisis Sensitivitas .................................................................... 72 BAB VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan.................................................................................. 75 8.2 Saran ............................................................................................ 76 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 77 LAMPIRAN .................................................................................................... 79
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Luas Areal Perkebunan Rakyat dan Produksi Kayu Manis Indonesia Tahun 1994-1999 ..........................................................2 2. Produksi Kayu Manis di Beberapa Daerah di Indonesia Tahun 2000-2003 (Ton) ................................................................ 3 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kayu Manis Di Kecamatan Gunung Raya 1999-2004 ......................................4 4. Harga Kulit Manis di Tingkat Pedagang Pengumpul di Kabupaten Kerinci ....................................................................6 5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya.................................................................................41 6. Kepadatan Penduduk per desa di Kecamatan Gunung Raya ........42 7. Jumlah dan Struktur penduduk menurut Jenis Mata Pencaharia nnya di Kecamatan Gunung Raya ...............................43 8. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2004....................................................................................44 9.
Luas Areal Tanam dan Jumlah Petani Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Gunung Raya ........................................................45
10. Kadar Tipe Kulit Manis dalam Satuan Batang Kayu Manis ........51 11. Potensi Produksi Biji Kakao per Hektar dalam Siklus 25 Tahun............................................................................60 12. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kayu Manis ...........................65 13. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kakao....................................66 14. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kayu Manis ....................67 15. Rincian Biaya Opersional Tanaman Kakao ................................68 16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi antara Kayu Manis Dan Kakao ...................................................................................72 17. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Perkebunan Kayu Manis ..............................................................73 18. Perbandingan Nilai Elastisitan NPV Kayu Manis Dan Kakao ....................................................................................75
iii
LAMPIRAN 1. Peta Kabupaten Kerinci ................................................................80 2. Kuisioner Penelitian .....................................................................81 3. Karakteristik Reponden .................................................................89 4. Ekspor Kayu Manis Periode Januari –November 2005 ................90 5. Penggunaan Tenaga Kerja Tanaman Kayu Manis Per Responden (orang) ..................................................................92 6. Data Jumlah Upah Tenaga Kerja Kulit Manis (Rp) ......................93 7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Pada Tanaman Sela....................94 8. Tenaga Kerja pada Tana man Pohon Pelindung (lamtoro) ............95 9. Data Upah Tenaga Kerja Tanaman Pohon Pelindung (lamtoro)...96 10. Data Tenaga Kerja Pada Tanaman Kakao.....................................97 11. Data Upah Tenaga Kerja Kakao ...................................................98 12. Data Pengeluaran Bibit dan Peralatan Kayu Manis ......................99 13. Data Pengeluaran Peralatan dan Bangunan (Rp) ..........................100 14. Data Penggunaan Pupuk dan Obat-Obatan Kayu Manis ..............101 15. Data Penggunaan Pupuk Kakao dan Tanaman Sela Kayu Manis (Kopi) ........................................................................102 16. Pemasukan Kayu Manis ................................................................103 17. Data Hasil Panen Kakao Umur 3- 25 Tahun.................................104 18. Data Pemasukan Kakao Dari Hasil Penjualan Kakao ...................105 19. Cashflow Tanaman Kayu Manis ...................................................109 20. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 Persen)..........................................................114 21. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,5 persen) .............................................118 22. Analisis Sensitivitas Kayu Manis (Peningkatan Harga Pupuk sebesar 8,33 persen) .........................................................122 23 Cashflow Kakao .............................................................................125 24. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Harga Output sebesar 41,67 persen) .............................................128 25. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Penurunan Hasil Produksi sebesar 37,50 Persen) .....................................................131 26. Analisis Sensitivitas Tanaman Kakao (Peningkatan Harga Input Pupuk sebesar 8,33 persen) .................................................134
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional........................................................ 30
v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkebunan merupakan suatu sektor andalan
Indonesia yang memiliki
prospek yang cerah untuk dikembangkan. Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan memiliki posisi penopang yang cukup besar yaitu sebagai penghasil devisa negara. Hal ini dikarenakan sektor perkebunan memiliki komoditas unggulan yang dapat diterima di pasar Internasional. Komoditas unggulan yang memiliki nilai ekspor diantaranya adalah karet, kakao, kelapa sawit dan kulit manis. Kayu Manis (Cinnamomum burmanii Bl) disebut juga dengan Cassiavera . Kayu manis merupakan tanaman berumur panjang yang memproduksi kulit manis yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Luas areal kayu manis di Indonesia terus bertambah setiap tahunnya begitu pula dengan produksi kayu manis. Namun pertambahan luas serta produksi kulit manis tidak begitu signifikan. Pada tahun 1994 sampai dengan tahun 1997 luas areal perkebunan kayu manis terus bertambah dari 93.300 ha sampai dengan 98.900 ha yang diikuti dengan pertambahan produksi kulit manis. Pada tahun 1998 dan tahun 1999 luas areal kayu manis cenderung tetap namun dari segi produksi mengalami peningkatan karena perawatan, pengalaman petani dan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dari kayu manis tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
1
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Rakyat dan Produksi Kayu Manis Indonesia Tahun 1994-1999 Tahun 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Luas Areal (ha) 93.300 98.900 105.100 114.200 114.900 114.900 128.075 135.572 138.205 138.205
Produksi (ton) 35.400 37.300 39.400 37.200 39.200 41.200 45.237 40.635 45.373 57.179
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2006
Kayu manis merupakan salah satu komoditas ekspor dari Indonesia. Ekspor kulit manis setiap tahunnya terus meningkat dengan meningkatnya jumlah permintaan baik dari industri makanan, minuman maupun farmasi. Permintaan yang meningkat baik domestik maupun Internasional membuat produksi kulit manis yang harus terus meningkat pula. Ekspor kulit manis periode Januari sampai dengan November 2005 tercatat ke 58 negara, ini membuktikan bahwa kulit manis masih berpotensi untuk dikembangkan (lampiran 4). Produksi terbesar kayu manis di Indonesia berasal dari Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi (Tabel 2). Kerinci merupakan kabupaten penghasil kulit manis yang utama di Propinsi Jambi. Perkebunan kulit manis tersebut memiliki luas lahan 50.439 ha pada tahun 2000 yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Kerinci dengan penduduk Kerinci 29,8 persen sebagai petani kayu manis. Produksi kulit manis Kerinci sekitar 24.359 ton tiap tahun, pada tahun 2003 produksi kulit manis Kerinci mencapai 25.400 ton. Produksi kulit manis menjadi pemasok terbesar produksi kulit manis Indonesia yaitu sekitar 85 persen
2
dari total produksi nasional. Kecamatan yang memiliki lahan perkebunan kulit manis adalah Kecamatan Gunung Raya dan Kecamatan Gunung Kerinci. Areal kayu manis di Kecamatan Gunung Raya merupakan areal kayu manis terluas di Kabupaten Kerinci. Tabel 2. Produksi Kayu Manis di Beberapa Daerah di Indonesia (Ton) Nasional/ Propinsi Jambi Sumatera Barat Sumatera Utara Jawa
2000-2003
Tahun 2000 25.445 18.093 1.886 885
2001 23.563 17.174 2.019 423
2002 24.552 21.375 1.920 522
2003 25.890 25.084 2.152 788
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2006
Luas tanam kayu manis di Kabupaten Kerinci semakin menurun semenjak beberapa tahun belakangan ini. Hal ini disebabkan oleh gejala konversi tanaman kayu manis menjadi tanaman perkebunan lain khususnya kakao.pilihan tanaman kakao sebagai pengganti tanaman kayu manis karena kakao baik dari segi harga maupun budidaya lebih memberi keuntungan kepada petani. Salah satu kecamatan yang melakukan budidaya tanaman kakao sebagai pengganti tanaman kayu manis adalah Kecamatan Gunung Raya. Kegiatan budidaya kako tersebut menyebabkan luas tanam kayu manis semakin menurun. Luas tanam tanaman kayu manis tahun 1999 yaitu 14.170 ha, pada tahun 2004 telah turun menjadi 11.226 ha. Produksi kulit manis terus menurun sampai dengan tahun 2002, namun pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 produksi kulit manis meningkat karena pada umumnya petani kulit manis menunda masa panen sehingga umur kulit manis yang dipanen pada tahun 2003 dan 2004 lebih tua yang menyebabkan kulit manis yang dipanen semakin tebal maka produksinya lebih tinggi. Produksi kulit manis yang tinggi
3
tidak diiringi oleh tingginya harga sehingga
petani melakukan konversi dari
tanaman kayu manis menjadi kakao. Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kayu Manis di Kecamatan Gunung Raya Tahun 1999-2004 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Luas Tanam (ha) 14.170 14.381 14.435 14.435 14.403 11.226
Produksi (ton) 5.203 5.251 4.926 4.638 10.617 19.189
Sumber: Badan Pusat Statistik,2006
Konversi ini dilakukan karena rendahnya harga kayu manis yang ditawarkan pasar. Hal ini dikarenakan banyaknya petani yang memaksakan tanamannya untuk dipanen muda karena terdesak kebutuhan ekonomi sehingga berpengaruh terhadap kualitas dari tanaman tersebut. Tanaman perkebunan kakao belum pernah diusahakan di Kecamatan Gunung Raya sebelumnya. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan petani tentang budidaya tanaman tersebut. Kakao mulai dibudidayakan oleh masyarakat Gunung Raya pada tahun 2003 dan akan melakukan panen perdana pada tahun 2007. Indonesia merupakan produsen kakao ketiga dunia yang menyebabkan lahan luas areal pertanaman kakao bertambah setiap tahunnya. Luas seluruh kebun kakao nasional pada tahun 2003, Sulawesi masih yang terluas dengan 549.421 hektar (59,9 persen), disusul dengan Sumatera (15,9 persen), Maluku dan Papua (7,5 persen), Jawa (6,5 persen), Nusa Tenggara (5,5 persen), dan Kalimantan (4,7 persen). Produksi biji kakao juga terus terjadi peningkatan. Produksi kakao Indonesia meningkat pada tahun 1999 sebesar 354.475 ton, pada 2003 meningkat
4
menjadi 572.640 ton. Produksinya bahkan telah mencapai 580.000 ton pada tahun 2004. Prospek kakao Indonesia semakin cerah dengan perkembangan kebutuhan kakao yang semakin meningkat. Peningkatan permintaan atas kakao diikuti oleh usaha- usaha peningkatan produksi dan kualitas, serta peningkatan luas pertanaman sehingga Indonesia berpeluang besar untuk meningkatkan perannya dalam produksi kakao dunia. Dengan melihat cerahnya prospek kakao dunia menjadi salah satu alasan petani di Kabupaten Kerinci mulai mengkonversi lahan yang awalnya ditanami dengan kulit manis menjadi kakao.
1.2 Perumusan Masalah Kulit manis merupakan komoditas unggulan yang merupakan penggerak perekonomian rakyat di Kabupaten Kerinci. Namun, semenjak krisis ekonomi tahun 1997 melanda Indonesia harga kulit manis baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri mengalami gejolak yang tidak stabil. Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp 2.500 sampai dengan Rp 1.500 per kilogramnya untuk kulit manis kering dan Rp 1.300 sampai dengan Rp 700 untuk kulit manis yang basah pada tahun 2004. Harga ini merupakan harga terendah yang ditawarkan pasar dibandingkan dengan harga kulit manis tahun 1998 yang sempat mencapai Rp 6.000 per kilogramnya 1 .
1
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0404/22/daerah/984522.htm
5
Pada bulan Februari 2006 harga kulit manis di tingkat pedagang pengumpul berkisar Rp 3.800 untuk kulit manis tipe AA sampai dengan Rp 1.800 untuk kulit manis kering tipe KC (Tabel 4). Bervariasinya harga kulit manis ini tergantung atas jenis dan kualitas dari kulit manis tersebut. Semakin bagus kualitas yang ditawarkan oleh kulit manis maka semakin tinggi harga yang akan diterima. Harga untuk kulit manis basah atau kualitas rendah setengah dari harga kulit manis kering. Rendahnya harga ditingkat petani ini menyebabkan petani kulit manis tidak termotivasi lagi untuk melaksanakan usaha pada tanaman perkebunan ini. Hal ini dikarenakan biaya produksi yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut menghasilkan lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan oleh petani. Tabel 4. Harga Kulit Manis di Tingkat Pendagang Pengumpul di Kabupaten Kerinci Tahun 2006 Tipe
Harga Kulit Manis Kering 3.800 3.400-3.700 3.100-3.500 3.000 2.700 2.500 2.000 1.800
AA KM KF KS KA KTP KB KC
Basah 1.900 1.700-1.850 1.550-1.750 1.500 1.350 1.250 1.000 900
Sumber : Data Primer,2006
Keterangan : KM KS KTP KC
= Kulit Manis Murni = Kulit Manis Spesial = Kulit Manis Kulit Tipis = Kulit Manis Cabang
KF KA KB AA
= Kulit Manis Plus = Kulit Manis A = Kulit Manis B = Kualitas Terbaik
Dari segi budidaya, tanaman kayu manis merupakan tanaman yang berumur panjang. Umur ekonomis dari kayu manis yaitu 10 sampai dengan 16 tahun. Sistem panen tebang langsung membuat tanaman kayu manis tidak dapat
6
dipanen lebih dari satu kali. Berbeda halnya dengan kakao, tanaman kakao memiliki umur ekonomis yang lebih lama yaitu 25 tahun dan pada umur empat atau lima tahun kakao telah dapat menghasilkan buah. Sistem pemanenan yang dapat dilakukan berulang-ulang membuat tanaman kakao memberikan keuntungan yang berulang- ulang pula yang selanjutnya diperhitungkan sebagai keuntungan tahunan yang akan diterima oleh petani. Konversi tanaman dilakukan apabila tanaman perkebunan sebelumya memberikan keuntungan yang semakin menurun. Sumberdaya modal yang terbatas mendorong petani melakukan pemilihan terhadap tanaman mana yang cocok untuk mengganti tanaman sebelumnya. Tanaman yang menjadi pengganti adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dari tanaman sebelumnya yaitu tanaman yang dapat memberikan keuntungan lebih besar. Tanaman perkebunan kakao merupakan tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan kayu manis. Pergantian tanaman perkebunan kayu manis menjadi tanaman pekebunan lain seperti kakao mendorong pemikiran lebih lanjut mengingat biaya investasi yang
dibutuhkan
untuk
proyek
ini
tidak
sedikit
dikarenakan
proses
perencanaannya sangat menentukan stabilitas pendapatan petani. Analisis kelayakan dilakukan untuk mengetahui tanaman perkebunan mana yang sebaiknya dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan petani dengan memberikan pilihan investasi yang tidak mengakibatkan pengorbanan yang terlalu besar. Analisis kelayakan yang dilakukan adalah analisis kelayakan secara finansial.
7
Analisis proyek pada umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung ketidakpastian atas apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Perubahan terhadap manfaat dan biaya di masa yang akan datang secara tidak langsung mempengaruhi keberlanjutan proyek konversi tanaman perkebunan tersebut. Oleh sebab itu, dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat apa yang akan terjadi jika dalam pelaksanaan proyek terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.
1.3 Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1 . Menganalisis kelayakan konversi tanaman perkebunan kayu manis menjadi kakao dari segi finansial di lahan perkebunan Kecamatan Gunung Raya. 2 . Menganalisis tingkat sensitivitas akibat perubahan biaya dan manfaat selama usaha perkebunan tersebut dilaksanakan.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelayakan investasi pada perkebunan kakao menggantikan kayu manis yang ditinjau dari aspek finansial, sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang terkait dengan upaya pengembangan komoditas kakao. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam menambah pengetahuan serta sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
8
1.5 Batasan Penelitian Penelitian dilakukan terhadap tanaman kayu manis dan kakao dengan melakukan studi kelayakan yang meliputi: 1.
Analisis kelayakan usaha perkebunan kayu manis dan kakao.
2.
Analisis kelayakan finansial tanaman kayu manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi yang bertujuan untuk melihat dampak konversi tanaman terhadap pendapatan petani.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Kelayakan Proyek 2.1.1 Pengertian Proyek Proyek menurut Gittinger (1986), suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya–biaya dengan harapan akan memperoleh hasil secara logika merupakan wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Proyek merupakan elemen operasional yang paling kecil yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan yang terpisah dalam perencanaan menyeluruh perusahaan, perencanaan nasional ataupun pembangunan pertanian. Menurut Pramudya et al. (1992) mendefinisikan proyek suatu rangkaian kegiatan ya ng menggunakan sejumlah sumberdaya untuk memperoleh manfaat. Kegiatan ini memerlukan biaya (cost) yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian diperlukan suatu perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan, yang disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Kadariah et al. (1999) mengemukakan pengertian proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan yang dapat direncanakan , dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Proyek menurut Gray et al. (2002), proyek adalah kegiatan-kegiatan atau seluruh aktivitas yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan manfaat.
10
Kegiatan tersebut dapat berbentuk investasi baru yang diselenggarakan instansi pemerintah, badan-badan swasta atau organisasi-organisasi sosial perorangan. Analisis proyek merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan pilihan antara berbagai penggunaan kompetitif dari keseluruhan sumberdaya dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Pada hakekatnya analisis proyek menaksir manfaat dan biaya suatu proyek dan merumuskan menjadi sebuah alat ukur yang berlaku umum. Analisis proyek memberikan gambaran mengenai pengaruh-pengaruh investasi yang diusulkan terhadap para peserta dalam suatu proyek apakah perusahaan-perusahaan swasta, petani, perusahaan pemerintah atau masyarakat luas. Analisis proyek bertujuan untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia untuk pembangunan ialah terbatas, maka perlu sekali diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka ( Kadariah,1999) Gray et al.(2002) mengatakan tujuan dari diadakannya analisis proyek adalah : a.
Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek.
b.
Menghindari pemborosan sumber-sumber yaitu dengan menghindari pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan.
c.
Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif proyek paling menguntungkan.
d.
Menentukan prioritas investasi.
11
Pertimbangan terhadap banyak aspek yang bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu harus diperhatikan dalam mengetahui keefektifan dari suatu analisis proyek. Aspek- aspek tersebut antara lain aspek teknis, aspek institusional-organisasimanajerial. Aspek teknis, yaitu analisis secara teknis yang berhubungan dengan penyediaan input proyek dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Analisa secara teknis akan dapat mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi dalam menjalankan suatu proyek. Selain itu, analisa secara teknis akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin terjadi dalam suatu proyek pertanian yang akan dijalankan. Aspek institusional-organisasi- manajerial, yaitu penetapan institusi/lembaga proyek harus tepat, harus mempertimbangkan pola sosial, budaya dan lembaga yang akan dilayani oleh proyek. Usulan organisasi proyek harus diteliti agar poyek dapat diarahkan dan organisasi proyek harus mempertimbangkan kebiasaan dan prosedur organisasi di suatu daerah atau negara. Dalam masalah manejerial harus diteliti kesanggupan atau keahlian staf yang ada dalam menangani kegiatankegiatan sektor publik yang berskala besar. Aspek sosial, dalam analisis perlu mempertimbangkan pola kebiasaankebiasaan sosial dari pihak yang akan dilayani oleh proyek. Proyek tersebut harus tanggap pada keadaan sosial dan dampak lingkungan yang merugikan. Aspek komersial, yaitu menyangkut perencanaan penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan proyek dan rencana pemasaran output yang dihasilkan proyek. Dari sudut pandang output, analisa pasar untuk hasil proyek
12
guna meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana yang cocok harus dibuat bagi para petani guna meyakinkan tersedianya pupuk, pestisida, dan benih unggul serta teknolgi baru dan pola penanaman baru. Aspek finansial, menganalisis biaya-biaya yang diperlukan, hasil- hasil proyek yang dapat menutupi biaya-biaya proyek dan upaya mempertahankan keberlangsungan proyek.
Aspek finansial dari persiapan dan analisa proyek
menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Aspek ini menyangkut masalah pengeluaran dan penerimaan dari pelaksanaan proyek yang terkait pada masalahmasalah kemampuan proyek dalam mengembalikan dana-dana proyek. Aspek ekonomi, menganalisis apakah proyek memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhan dan apakah kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumberdaya yang diperlukan. Analisis manfaat biaya dilakukan berdasarkan dua pendekatan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi, tergantung yang berkepentingan langsung dalam kegiatan investasi. Pada penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah aspek finansial yang melihat proyek dari sudut badan-badan atau orang yang menanamkan modal dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek.
13
2.1.2 Kelayakan Proyek Pelaksanaan suatu proyek biasanya dilakukan dengan dua macam analisis (Gittinger, 1986) yaitu : a.
Analisis finansial, dimana proyek dilihat dari sudut badan-badan atau orang yang menanamkan modalnya dalam proyek atau berkepentingan langsung dalam proyek.
b.
Analisis ekonomi, dimana proyek dilihat dari sudut perekonomian secara menyeluruh. Analisis secara finansial yang perlu diperhatikan adalah hasil untuk modal
yang ditanam dalam proyek yaitu hasil yang diterima oleh petani, pengusaha, perusahaan swasta, atau badan pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembanguna n proyek. Hasil analisis finansial sering disebut juga dengan ”private return”. Penelitian ini menggunakan analisis finansial mengingat petani adalah bagian masyarakat yang mengusahakan tanaman perkebunan yang memiliki dana yang terbatas untuk pengelolaannya. Tingkat efisiensi dari proyek konversi tersebut diukur berdasarkan keuntungan finansial yang diperoleh. Penilaian suatu proyek apakah proyek yang akan tersebut layak atau tidak layak dilaksanakan menggunakan beberapa metode penilaian atau disebut juga dengan kriteria investasi. Metode penilaian ini melihat kelayakan proyek dari aspek profitabilitas komersialnya. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis kelayakan proyek antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net B/C Ratio. Penggunaan ketiga kriteria investasi ini karena memiliki kesamaan yaitu memperhatikan aliran kas.
14
Kriteria investasi dengan menggunakan Net Present Value (NPV) atau keuntungan bersih yaitu menghitung selisih antara nilai sekarang inve stasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Faktor- faktor yang mempengaruhi NPV adalah tingkat bunga atau tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan
(i), besarnya biaya investasi (I), pendapatan yang
ditentukan oleh produksi dan harga (R), biaya produksi (C) dan umur tanaman hasil konversi (t). Kelebihan dari menggunakan metode NPV yaitu NPV memasukkan faktor nilai waktu dari uang, mempertimbangkan semua aliran kas proyek dan mengukur besaran absoulut dan bukan relatif. Net Present Value memiliki tiga nilai dengan artian sebagai berikut: 1.
NPV < 0 (negatif), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan
2.
NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau merugi.
3.
NPV > 0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan dicapai. Kriteria investasi yang menggunakan Internal Rate of Return (IRR)
menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk mengahasilkan pengembalian atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai yang dinyatakan dengan persen. IRR memiliki tiga penilaian yang berhubungan dengan kelayakan investasi yaitu :
15
1.
IRR < i, maka nilai NPV akan lebih kecil sehingga proyek tidak layak untuk dilaksanakan
2.
IRR = 0, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol sehingga perusahaan tersebut tidak untung dan tidak pula rugi (impas)
3.
IRR > i, maka NPV dari proyek tersebut akan lebih besar sehingga proyek mengalami keuntungan yang menyebabkan proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Kriteria keputusan invesatasi yang terakhir adalah Gross Benefit Cost
Ratio (Gross B/C ratio) yang merupakan perbandingan antara jumlah Present Value arus biaya bruto dijumlahkan dengan Present Value arus Benefit Bruto. Apabila Gross B/C Ratio ≥ 1 , maka NPV ≥ 1 sehingga kegiatan konversi layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya apabila Gross B/C Ratio ≤ 1, maka NPV ≤ 1 sehingga kegiatan konversi tanaman perkebunan tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2.1.3
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat pengaruh yang akan dialami
perusahaan apabila terjadi perubahan biaya dan manfaat baik internal maupun eksternal dari pelaksanaan proyek tersebut. Hal ini penting dilakukan mengingat bahwa perencanaan proyek banyak menggunakan proyeksi-proyeksi yang pada umumnya menghadapi masalah ketidakpastian terutama proyek jangka panjang. Oleh sebab itu analisis sensitivitas digunakan untuk menghindari kegagalan dari proyek konversi sebagai bahan evaluasi.
16
Pada umumnya proyek pertanian sensitif pada perubahan beberapa variabel berikut antara lain adalah harga, keterlambatan pelaksanaan peroyek, kenaikan biaya, penurunan hasil produksi. Analisis kepekaan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi, sedangkan kepekaan terhadap biaya didasarkan terhadap kecenderungan kenaikan harga input terutama harga pupuk atau obat-obatan dimasa yang akan datang. Keterlambatan pelaksanaan mempengaruhi
hampir
seluruh
proyek-proyek
pertanian.
Keterlambatan
pelaksanaan disebabkan oleh petani yang tidak mengikuti dan melakukan teknikteknik baru yang diajarkan. Analisis kepekaan diskonto didasarkan pada tingkat diskonto yang umumnya digunakan dalam proyek pertanian.
2.2 Komoditas Kayu Manis Kayu manis (Cinnamomum burmanii BL.) dikenal juga dengan nama Cassiaverra merupakan tanaman berumur panjang penghasil kulit manis di Indonesia. Kulit manis digunakan untuk meningkatkan cita rasa makanan karena kayu manis selain tanaman perkebunan juga termasuk dalam kelompok rempah khas Indonesia yang disebut dengan spices dan herbs. Tanaman kayu manis Indonesia didatangkan dari Srilangka ke pulau Jawa yang kemudian menyebar ke India Selatan, Madagaskar, hingga Brazil. Sebelum tahun 1800-an di Indonesia sendiri sudah ada jenis kayu manis yang disebut Cinnamomum burmanii merupakan tanaman kayu manis asli Indonesia yang ditanam dalam hutan Sumatera. Pada saat sekarang ini masih banyak pengusahaan kayu manis masih dikelola oleh perkebunan rakyat. Pengelolaan kayu manis oleh perkebunan rakyat
17
pada umumnya tidak menggunakan teknologi peningkatan mutu sehingga sering kali kualitas kulit manis perkebunan tersebut menjadi rendah seningga berpengaruh pada harga jual dari kulit manis itu sendiri. Hingga saat ini belum banyak pengelolaan kayu manis yang ditangani oleh perkebunan besar. Apabila kayu manis dikelola oleh pihak perkebunan besar pengusahaannya lebih terarah dan terdapat usaha peningkatan mutu dengan teknologi yang tinggi sehingga kayu manis Indonesia dapat bersaing dengan kayu manis asal negara eksportir lain. Budidaya kayu manis agar dapat berhasil dengan baik perlu diperhatikan beberapa faktor seperti ketinggian tempat, iklim, tanah, dan topografi. Kayu manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 2.000 m dpl sampai dengan 1.500 m dpl. Curah hujan yang baik untuk kayu manis yaitu 2.000 sampai dengan 2.500 mm/tahun dengan kelembaban 70 sampai dengan 90 persen. Penanaman kayu manis sebaiknya pada suhu rata-rata 250 C dengan batas atas maksimum 270 C dan minimum pada 180 C. Semakin rendah suhu maka semakin menurun kualitas kulit manis yang dihasilkan. Kayu manis pada umumnya tumbuh pada dataran tinggi sehingga tanah pegunungan. Keasaman tanah untuk tanaman kayu manis yaitu pada pH 5,0 sampai dengan 6,5. Perbanyakan kayu manis pada umunya dilakukan melalui dua cara yaitu secara generatif dan secara vegetatif. Perbanyakan secara generatif yaitu melalui biji sedangkan perbanyakan secara vegetatif yaitu melalui tunas. Pada perkebunan kayu manis di Kabupaten Kerinci petani pada umumnya menggunakan perbanyakan melalui biji. Penaman kayu manis dapat dilakukan dengan dua sistem penanaman yaitu dengan sistem monokultur dan dengan sistem tumpang sari. Sistem monokultur biasanya dilakukan dengan jarak tanam yang rapat. Jarak
18
tanam yang digunakan yaitu 1,5 m Χ 1,5 m dengan jarak demikian tidak ada lagi tanaman lain yang dapat ditanaman pada lahan yang sama. Dengan sistem monokultur petani harus melakukan penjarangan pada umur tanaman enam dan sepuluh tahun. Sistem penanaman tumpang sari dilakukan dengan menanam tanaman lain selain kayu manis sambil menunggu tanaman kayu manis menghasilkan. Jenis tanaman lain yang digunakan antara lain, palawija, sayur, buah, kopi. Sistem tumpang sari menggunakan jarak tanam 2 m X 2 m, 2,5 m X 2,5 m, sampai dengan 5 m X 5 m. Penggunaan jarak tergantung pada jenis tanaman yang ditanam. Kegiatan pemeliharaan tanaman sangat penting dilakukan agar diperoleh pertumbuhan yang optimal. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari penyulaman, pemupukan, penyiangan, dan penjarangan. Kayu manis juga tanaman yang tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit ini akan mengurangi standar mutu dari kayu manis tersebut. Adapun beberapa jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman kayu manis antara lain ulat sikat, Ulat kenari, Kutu perisai, Kanker baris dan cendawan daun. Umur panen sangat mempengaruhi produksi kayu manis. Semakin tua umur kayu manis semakin tebal hasil kulit manis dan total produksinya semakin tinggi. Umur ideal untuk kayu manis berkisar antara enam sampai dengan duapuluh tahun. Waktu terbaik untuk melakukan pemanenan ketika daun telah bewarna hijau tua serta kulit mudah dikelupas. Waktu terbaik melakukan pemanenan adalah pada saat menjelang musim hujan. Sistem pemanenan dapat dilakukan dengan sistem tebang sekaligus, sistem situmbuk, dan sistem dipukuli sebelum ditebang.
19
2.3 Perkembangan dan Tata Niaga Kayu Manis Ekspor
kayu
manis
mengalami
peningkatan
seiring
dengan
berkembangnya industri makanan, minuman dan farmasi. Untuk memenuhi permintaan kayu manis tersebut pemerintah telah menggalakkan upaya perluasan areal baik melalui perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. Pengusahaan perkebunan kayu manis di Indonesia masih didominasi oleh perkebunan rakyat. Belum banyak dijumpai pengelolaan yang dilakukan oleh perkebunan besar atau swasta. Pada umumnya pengelolaan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar atau swasta kualitas kayu manis lebih bagus dan harga lebih tinggi. Hal ini dikarenakan pengusahaan kayu manis dilakukan dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Pengembangan kayu manis dapat dilakukan hampir seluruh wilayah Indonesia karena kondisi wilayah Indonesia memiliki topografi yang berbukitbukit dan ketinggian ideal untuk tanaman kayu manis. Penggalakan tanaman kayu manis selain untuk memenuhi permintaan pasar juga untuk penghijauan yang pengusahaannya dikelola oleh perkebunan rakyat. Jalur pemasaran kulit manis dari produsen ke eksportir memiliki banyak pelaku pemasaran diantaranya pedagang, baik pedagang desa, kecamatan, maupun kabupaten. Hal ini memperpanjang jalur tata niaga kayu manis sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani ataupun produsen semakin kecil. Penyebabnya adalah setiap pelaku pemasaran menginginkan keuntungan. Tujuan pasar yang akan dicapai oleh pelaku pemasaran adalah pasar lokal dan pasar ekspor. Pasar lokal untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sedangkan pasar ekspor untuk memenuhi kebutuhan luar negeri.
20
2.4 Komoditas Kakao Kakao (Theobroma cacao L) berasal dari lembah- lembah sungai perairan di hulu Sungai Amazone. Wilayah ini merupakan pusat primer dari aneka ragam tanaman, suatu wilayah yang mempunyai banyak variasi dalam sifat-sifat morfologi maupun fisiologis. Populasi asli dari Theobroma cacao L. Disebarluaskan dari bagian tengah Amazone sampai dengan Guiana ke arah barat dan utara sampai bagian selatan Mexico. Tanaman kakao di Indonesia mulai dikenal pada tahun 1780 di Minahasa Sulawesi Utara yang dibawa masuk oleh orang Spanyol dan Meksiko, kemudian ditanam di Ambon pada tahun 1858. Kakao mulai ditanam di pulau Jawa pada tahun 1920, kemudian tersebar ke seluruh perkebunan rakyat di pulau Jawa. Perkebunan kakao di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Pada perkebunan rakyat kakao ditanam dengan teknologi yang masih sederhana. Pengusahaan tanaman kakao pada pekebunan besar lebih banyak menggunakan input dan teknologi yang lebih maju. Pengembangan luas areal tanaman kakao di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan berbagai upaya pemerintah
untuk
pengembangan perkebunan. Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah banyak di daerah yang memiliki ketinggian 1 sampai dengan 600 m dpl. Namun, kakao dapat juga tumbuh pada ketinggian 800 m dpl. Curah hujan yang baik untuk tanaman kakao berkisar antara 1600 sampai dengan 3000 mm/tahun atau dengan rata-rata curah hujan 1500 mm/tahun yang terbagi merata sepanjang tahun. Curah hujan yang baik untuk tipe tanah berpasir curah hujan yang baik adalah 2000 mm/tahun. Suhu
21
sehari- hari antara 240 -280 C dan kelembaban udaranya konstan dan tinggi sepanjang tahun yaitu 80 persen baik untuk tanaman kakao. Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang memiliki tebal kurang lebih 90 cm, memgandung banyak humus, kadar hara tinggi dan pH tanah 6 sampai dengan 7,5 dan mengandung cukup udara dan air. Tanaman kakao yang diambil bibitnya adalah tanaman yang memiliki kondisi yang sehat, pertumbuhannya normal dan kokoh, menghasilkan produksi tinggi, dan berumur antara 12 sampai dengan 18 tahun. Pengembangan tanaman kakao dapat dilakukan dengan biji ataupun dengan stek dan cangkok. Pengembangan secara generatif lebih efektif dikarenakan secara generatif lebih banyak menghasilkan benih. Penanaman kakao dapat dilakukan secara monokultur ataupun dengan cara tumpang sari. Tanaman kakao juga membutuhkan pohon pelindung yang berfungsi untuk melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan yang disebabkan oleh sinar matahari dan juga untuk menghambat kecepatan angin. Pemeliharaan tanaman kakao dapat dilakukan dengan cara penyulaman, pemangkasan, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan sampai tanaman tersebut berumur sepuluh tahun, sebab umur bongkar tanaman kakao adalah 25 tahun. Dengan demikian sebelum tanaman tua dibongkar maka tanaman sisipan sudah mulai berproduksi. Pemupukan dapat dilakukan secara umum yaitu sebagai sumber N dapat menggunakan pupuk urea atau ZA, sedangkan sebagai sumber P (Phosfor) dapat menggunakan pupuk TSP dan sebagai sumber K dapat menggunakan pupuk KCl. Pupuk yang digunakan dapat juga berupa pupuk organik yang berupa pupuk kandang, kompos atau pupuk
22
hijau. Hama dan penyakit dapat menyebabkan penurunan kualitas serta kuantitas dari tanaman kakao tersebut. Beberapa jenis hama dan penyakit kakao yaitu penggerek cabang, kepik penghisap buah kakao, kutu putih, penyakit busuk buah hitam dan kanker batang dan penyakit vascular steak dieback (VSD), Pemungutan hasil adalah memetik buah kakao yang matang atau masak dari pohon, kemudian memecah buah tersebut dan mengambil biji-bijinya yang basah. Tanda-tanda buah kakao yang telah matang dapat diketahui dari perubahan warna sepanjang alur kulit buah menjadi kuning, poros buah kakao terlihat kering dan terbentuk rongga pada antara biji dan kulit buah. Proses pematangan buah semenjak dari proses penyerbukan adalah 5,5 bulan. Pemungutan hasil dapat dilakukan setiap tujuh hari sampai empatbelas hari. Pemungutan buah dapat dilakukan menggunakan pisau atau sabit yang tajam. Tangkai buah dekat bantalan buah dipotong secara hati-hati supaya tidak merusak bantalan buah.
2.5 Perkembangan Produksi Kakao Indonesia Perkebunan kakao di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu perkebunan rakyat dan perkebunan besar. Pada perkebunan rakyat, kakao ditanam dengan teknologi yang masih sederhana. Pada perkebunan besar, pengusahaan tanaman kakao lebih banyak menggunakan input dan teknologi yang lebih maju. Pengembangan kakao oleh perkebunan besar dilakukan melalui pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dan pola Unit Pelaksanaan Proyek (UPP). Pola PIR merupakan pola pengembangan perkebunan yang bertujuan untuk meningkatkan peranan perkebunan besar sebagai milik negara atau swasta sebagai pembina atau inti bagi perkebunan rakyat. Pola UPP bertujuan untuk intensifikasi dengan tujuan
23
meningkatkan produktivitas perkebunan rakyat melalui suatu pembinaan terpadu yang meliputi
kegiatan penanaman, pemeliharaan tanaman, pengolahan dan
pemasaran hasil serta pengembangan kelembagaan ekonomi (Rismanto, dalam Junaidi 1998). Pemerintah terus berusaha untuk mempercepat pengembangan tanaman kakao dengan memperluas areal tanaman kakao dari seluas 213.612 pada tahun 1988 menjadi 917. 634 hektar pada tahun 2003. Pesatnya perluasan kebun kakao tersebut karena gencarnya upaya penanaman kakao baik berupa rehabilitasi kebun tua maupun perluasan tanaman baru. Pertambahan luas areal kakao juga dikarenakan berbagai fasilitas dari pemerintah sehingga memikat swasta asing maupun nasional untuk masuk kedalam bisnis perkakaoan. Harga yang terus membaik di pasar dunia mendorong peningkatan luas areal pertanaman kakao. Usaha pengembangan kakao memiliki arti penting dalam aspek sosial ekonomi dikarenakan kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil devisa negara dan penyedia lapangan kerja bagi petani di Indonesia. Volume produksi kakao Indonesia semakin meningkat namun ekspor biji kakao cenderung mengalami fluktuasi. Ekspor biji kakao pada tahun 1990 mencapai 335.300 ton mengalami peningkatan pada tahun 2003 yaitu 367.700 ton. Pada tahun 2004, volume ekspor kakao menurun menjadi 277.000 ton. Hal ini disebabkan oleh harga kakao di Indonesia di pasar dunia terus menurun sehingga pengusaha kakao mengurangi ekspor ke luar negeri. Indonesia mempunyai suatu lembaga atau wadah orang-orang untuk pengembangan kakao yang dikenal dengan asosiasi kakao Indonesia (ASKINDO). Lembaga ini didirikan tanggal 18 Februari 1989. Asosiasi ini beranggotakan
24
eksportir, pabrikan petani atau pengusaha kakao. Tujuan dari ASKINDO adalah sebagai wadah komunikasi, konsultasi antar anggota, masyarakat dan pemerintah. Tujuan lainnya yaitu dapat menjadi sarana hubungan kerjasama dan hubungan internasional khusus nya masalah perkakaoan serta dapat tersebar informasi.
2.6 Konversi Tanaman Perkebunan Penurunan produktivitas tanaman perkebunan dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu umur tanaman, kondisi tanaman, kesuburan lahan, sistem pengelolaan dan keadaan iklim. Kelangsungan produksi tanaman biasanya dilakukan berbagai cara antara lain peremajaan tanaman dan konversi tanaman menjadi tanaman lain. Konversi tanaman yaitu penanaman tanaman baru pada lahan yang sebelumnya ditanami oleh tanaman lain. Produktivitas tanaman yang rendah akan mengurangi keuntungan yang diharapkan karena terjadi penurunan pendapatan petani. Konversi tanaman menjadi tanaman baru akan membuat keuntungan yang diharapkan akan lebih tinggi sehingga diharapkan petani akan memperoleh pendapatan yang semakin besar.
2.7 Penelitian Terdahulu Rismana (2002), melakukan penelitian tentang analisis kelayakan investasi secara finansial dan ekonomi pada perkebunan kakao. Hasil penelitian menyatakan bahwa secara finansial maupun ekonomi kakao layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari umur ekonomis tanaman tersebut yaitu 40 tahun. Kriteria yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
25
Net Benefit Cost (B/C) dan
Discounted Payback Periode. Pada PT. RSA I
menghasilkan NPV positif yaitu +379.554.743, IRR sebesar 19,26 persen, Net B/C sebesar 1,27. Masa pengembalian investasi mencapai 25 tahun. Yunita (2005), melakukan penelitian tentang analisis manfaat biaya negatif proyek konversi tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Bogor. Penelitian yang dilakukan menghasilkan bahwa langkah perusahaan dalam mengambil langkah untuk mengkonversi tanaman karet menjadi kelapa sawit merupakan langkah yang baik. Hal ini dikarenakan konversi tanaman perkebunan tersebut menguntungkan yang dilihat dari nilai NPV sebesar +670.872.667, IRR sebesar 24 persen dan gross B/C 1,59, serta proyek konversi ini tetap layak dilaksanakan apabila terjadi perubahan biaya dan manfaat sebesar 10 persen serta discounted rate sebesar 17 persen. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan alat analisis yang digunakan dalam analisis kelayakan negatif proyek konversi tanaman perkebunan maupun proyek pertanian lainnya adalah negatif NPV, IRR, dan Net B/C. Kriteria ini digunakan karena mempunyai salah satu kesamaan yaitu menggunakan aliran kas. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah perbedaan
waktu dan tempat. Perbedaan waktu dan tempat mempengaruhi komponen inflow dan outflow. Hal ini dikarenakan waktu dan tempat yang berbeda akan menunjukkan harga dan komponen yang berbeda pula.
26
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Dasar Pemikiran Kayu manis merupakan tanaman berumur panjang yang sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat. Pengusahaan kayu manis secara tidak langsung dapat memberikan pemasukan berupa devisa kepada negara melalui ekspor yang dilakukan ke beberapa negara importir. Pada masa sebelum krisis moneter tahun 1997 kesediaan rakyat menanam komoditas kayu manis masih cukup besar. Hal ini didorong oleh harga kulit manis yang tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh oleh petani lebih besar. Namun, setelah krisis moneter harga kayu manis semakin turun sampai pada harga paling rendah. Penurunan harga kayu manis tersebut disebabkan oleh kualitas kayu manis yang semakin menurun. Akibat dari penurunan harga ini petani kayu manis mengalami kerugian karena biaya produksi kayu manis yang dikeluarkan tidak seimbang dengan keuntungan yang diharapkan. Keuntungan yang semakin menurun membuat petani kayu manis memilih keputusan agar dapat meneruskan usaha perkebunan. Pilihan tersebut berupa mempertahankan tanaman kayu manis atau mengganti tanaman kayu manis tersebut dengan tanaman perkebunan lain. Pilihan keputusan yang akan diambil oleh petani adalah pilihan yang dapat memberikan keuntungan yang diharapkan lebih besar. Apabila keputusan yang diambil adalah mengkonversi tanaman kayu manis menjadi komoditas lain seperti kakao maka diperlukan analisis terlebih dahulu agar tidak mengalami kerugian terlalu besar.
27
Proyek konversi tanaman perkebunan merupakan proyek yang menggunakan biaya yang tidak sedikit sehingga memerlukan ketelitian dalam memilih dan menggunakan
sumber-sumber
investasi
yang
terbatas
sehingga
tidak
menyebabkan resiko yang terlalu besar. Oleh sebab itu perlu dilakukan penanganan yang ekonomis terhadap modal yang dimiliki guna memperoleh manfaat yang optimal. Mengingat dalam investasi tanaman baru seperti kakao memerlukan modal yang cukup besar, maka perlu dianalisis kelayakan investasi dari usaha tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kegiatan konversi tanaman kakao tersebut menguntungkan untuk diusahakan, sehingga dapat diketahui apakah kegiatan tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menganalisis kelayakan investasi tersebut dapat dilakukan dari berbagai aspek salah satunya adalah dari aspek finansial yang menggunakan semua komponen biaya dan manfaat dinilai dengan menggunakan harga pasar yang berlaku atau harga yang benar-benar terjadi di wilayah penelitian. Kriteria investasi yang digunakan dalam aspek finansial ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C ratio). Karena
analisa
proyek
didasarkan
pada
proyeksi-proyeksi
yang
mengandung ketidakpastian tentang apa-apa yang akan terjadi pada masa akan datang, maka pengkajian kelayakan kemudian dilanjutkan dengan analisis kepekaan (sensitivity analysis). Analisis ini bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi jika terdapat perubahan atau kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat. Selanjutnya dilakukan pembahasan untuk mencari nilai- nilai dari setiap alat analisis, kemudian disimpulkan apakah investasi tersebut layak atau tidak. Hasil dari analisis kelayakan proyek tersebut memberikan
28
pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai kelangsungan proyek. Jika hasil analisis tersebut layak maka proyek tersebut dilanjutkan dikarenakan proyek tersebut memberikan keuntungan yang lebih besar dan sebaliknya (Gambar 1).
29
Permasalahan Penurunan Harga Output Perkebunan Kayu Manis
Mempertahankan Perkebunan Kayu Manis
Konversi Tanaman Kayu Manis menjadi Kakao
Analisis Kelayakan Investasi
Analisis Kelayakan
Analisis Sensitivitas
Finansial
Kriteria Investasi : Ø NPV Ø IRR Ø Net B/C
Asumsi-asumsi: Ø Kenaikan Biaya Ø Penurunan harga produksi Ø Penurunan produksi
Hasil Analisis
Layak
Tidak Layak
Proyek Tidak Dapat Dilanjutkan
Peningkatan Pendapatan Petani dengan Pelaksanaan Proyek.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
30
3.2 Hipotesis Usaha di bidang perkebunan merupakan suatu usaha sebagaimana dengan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang semaksimal mungkin. Faktor- faktor yang mempengaruhi pencapaian
tujuan usaha sangat
kompleks salah satunya yaitu produktivitas tanaman perkebunan. Apabila tanaman perkebunan tersebut tidak memiliki nilai ekonomi maka harus dipikirkan untuk
meningkatkan
kembali
produktivitas
perkebunan
tersebut.
Cara
meningkatkan produktivitas perkebunan adalah dengan peremajaan tanaman atau konversi tanaman menjadi tanaman lain yang lebih ekonomis. Penurunan produktivitas akibat penurunan harga output tanaman kayu manis di Kabupaten Kerinci membuat petani kayu manis mengambil keput usan untuk mengganti tanaman kayu manis menjadi tanaman perkebunan kakao. Hipotesis awal dalam penelitian ini adalah : 1. Net present value (NPV) kakao positif dan lebih besar dibandingkan dengan NPV kayu manis , sehingga kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis. 2. Internal Rate of Return (IRR) kakao > tingkat diskonto dan lebih besar dari kayu manis, sehingga kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis. 3. Net B/C kakao ≥ 1 dan lebih besar dari kakao, sehingga kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis.
31
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2006, bertempat di perkebunan rakyat Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Pemilihan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan alasan Kecamatan Gunung Raya merupakan kecamatan yang memiliki lahan perkebunan kayu manis terbesar di Kabupaten Kerinci dan telah terdapat konversi tanaman kayu manis menjadi kakao dan belum adanya penelitian yang menganalisis tentang kelayakan finansial konversi tanaman kayu manis menjadi kakao di Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan penulisan laporan dalam bentuk skripsi.
4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa pengamatan langsung ke lapangan dengan metode wawancara langsung dengan responden. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 30 orang. Responden yang dipilih adalah petani yang memiliki lahan perkebunan kayu manis yang telah dikonversi menjadi tanaman perkebunan kakao.
32
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik baik pusat maupun daerah, departemen pertanian dan perkebunan, departemen perdagangan dan perindustrian serta pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan penelitian.
4.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang dilakukan antara lain: tahap pemasukan data, pemeriksaan data, pengolahan data dan pengelompokan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan program Microsoft Excel. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kelayakan investasi dan analisis sensitivitas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha tanaman perkebunan kakao menggantikan tanaman kayu manis secara finansial. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi petani melakukan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao di Kecamatan Gunung Raya.
4.3.1
Analisis Kelayakan Finansial Penelitian ini menggunakan analisis kelayakan finansial karena bertujuan
untuk melihat dampak dari adanya konversi tanaman kayu manis menjadi kakao dari sisi pelaku usaha yaitu petani. Disamping itu, analisis kelayakan fianansial ini sudah mampu untuk menjawab permasalahan yang ada di lapang. Analisis kelayakan finansial yang dilakukan untuk melihat kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao, dibutuhkan data arus penerimaan dan pengeluaran dari
33
saat kegiatan konversi dilakukan sampai dengan berakhir periode penilaian. Data tersebut dibutuhkan untuk mengetahui pendapatan bersih pada saat kegiatan konversi belum dilakukan dan dengan kegiatan konversi dilakukan. Sebelum kegiatan konversi dilakukan yaitu pada saat petani tetap mempertahankan tanaman perkebunan kayu manis dan dengan kegiatan konversi yaitu pada saat petani mengganti tanaman perkebunan kulit manis menjadi kakao. Arus penerimaan dan pengeluaran disajikan dalam bentuk cashflow.
4.3.1.1 Penerimaan dan Biaya dalam Analisis Kelayakan Finansial a.
Arus Penerimaan Penerimaan pengusahaan perkebunan dihitung dari perkalian antara tingkat
produksi dengan harga jual masing- masing komoditas perkebunan. Komponen penerimaan kebun lain adalah nilai sisa aktiva tetap perkebunan baik tanaman maupun non tanaman. Tingkat produksi adalah kemampuan suatu tanaman menghasilkan output. Tingkat produksi yang digunakan adalah umur tanaman atau produktivitas tanaman menurut umur. Semakin tinggi tinggi tingkat produksi tanaman tersebut semakin berpotensi untuk dikembangkan. Tingkat produksi memberi pengaruh terhadap penerimaan dalam usaha perkebunan. b.
Arus Biaya Biaya adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan selama proyek tersebut
dijalankan. Unsur pengeluaran yang terdapat dalam analisis kelayakan finansial adalah pengeluaran tunai terdiri dari biaya investasi dan biaya produksi. Biaya investasi dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung sebelum
34
tanaman menghasilkan seperti biaya pembukaan lahan, penanaman, hingga pemeliharaan tanaman sebelum tanaman menghasilkan. Biaya produksi adalah biaya-biaya selama tanaman menghasilkan, yaitu biaya pemeliharaan kebun, biaya panen, pengangkutan, pajak dan biaya umum lainnya. Penentuan tingkat bunga dalam analisis finansial didasarkan pada salah satu dari beberapa hal yaitu biaya oportunitas kapital, tingkat pinjaman, dan tingkat kesenangan waktu sosial (Gittinger, 1982). Penentuan tingkat bunga didasarkan pada biaya oportunitas kapital digunakan pada proyek-proyek yang merupakan kegiatan investasi di sektor swasta dan umum. Tingkat bunga yang didasarkan atas biaya oportunitas kapital tersebut mencerminkan pilihan yang dilakukan oleh masyarakat diantara pengembalian disaat ini dan masa yang akan datang. Namun, menurut Gittinger biaya oportunitas kapital ini sulit untuk dipraktekkan dalam pekerjaan.
4.3.1.2 Kriteria Kelayakan Finansial Kelayakan finansial dari suatu investasi dinilai dengan menggunakan metode arus tunai terpotong (Discounted Cashflow). Metode ini adalah suatu cara penilaian manfaat atau penilaian kelayakan investasi dari suatu proyek dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Kriteria investasi yang digunakan dalam analisis kelayakan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao adalah NPV, IRR dan Net B/C. (Gray, et. al., 1992):
35
a.
Net Present Value (NPV) Metode ini merupakan selisih manfaat dan biaya selama umur ekonomis
proyek yang diukur dengan nilai uang sekarang dengan menggunakan discount rate . Rumus : n
NPV= ∑ t =0
Keterangan NPV Bt Ct n i
Bt − Ct (1 + i ) t
:
= Jumlah pendapatan bersih diwaktu sekarang selama n tahun (Rp) = Penerimaan proyek pada tahunke-t (Rp) = Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) = Umur ekonomis proyek = Tingkat diskonto (%)
Apabila : 1.
NPV < 0 (negatif ), mengartikan bahwa sampai pada t tahun investasi masih merugi sehingga tidak layak dilaksanakan
2.
NPV = 0, waktu tepat dimana biaya investasi dapat dikembalikan sehingga perusahaan tidak mendapat keuntungan atau merugi.
3.
NPV>0 (positif), menunjukkan kondisi perusahaan menguntungkan, dengan semakin besarnya NPV maka semakin besar pula keuntungan yang akan dicapai.
b.
Internal Rate of Returnt (IRR) Internal Rate of return adalah suatu tingkat diskonto yang membuat NPV
proyek sama dengan nol. Internal rate of return merupakan arus pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk sama dengan NPV aliran kas keluar. Rumus : n ( B) t (C ) t =∑ ∑ t t t = 0 (1 + i" ) t = 0 (1 + i" ) n
36
Ketarangan i” B C t
:
= IRR (%) = Keuntungan = Biaya yang dikeluarkan = Umur proyek (Tahun)
Apabila
:
IRR< tingkat diskonto : Proyek tidak dapat dilaksanakan IRR= tingkat diskonto : Proyek tidak mendapatkan keuntungan ataupun kerugian IRR> tingkat diskonto : Proyek dapat dilaksanakan
c.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C adalah perbandingan antara present value dari total benefit positif
dengan total benefit negatif. Rumus : n
Net B/C =
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =1 n
t
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =1
t
..... > 0 .... < 0
Dimana Bt-Ct > 0 dan Bt-Ct < 0
Keterangan
:
Net B/C Bt Ct Bt-Ct i n Apabila :
= Net Benefit-Cost Ratio = Penerimaan pada tahun –t = Biaya pada tahun-t = Benefit bersih = Tingkat suku bunga (%) = Umur ekonomis proyek
Net B/C ≥ 1 = Proyek layak untuk dilaksanakan Net B/C < 1 = Proyek tidak layak dilaksanakan
37
4.3.2
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk mengatasi perubahan-perubahan yang
terjadi terhadap manfaat dan biaya selama proyek berlangsung mengingat proyek perkebunan menggunakan jangka waktu yang relatif panjang. Asumsi yang digunakan adalah penurunan harga output/penerimaan. Penentuan basarnya penurunan harga output berdasarkan fluktuasi harga yang terjadi di lokasi penelitian. Asumsi kedua adalah kenaikan harga input. Asumsi yang ketiga adalah penurunan hasil produksi.
4.4 Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Umur proyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur ekonomis dari masing- masing tanaman yaitu 16 tahun untuk kayu manis dan 25 tahun untuk tanaman kakao.
2.
Perhitungan umur proyek dimulai dari tahun ke 1 yaitu tahun 2006, hal ini dikarenakan tidak diperlukan waktu yang terlalu lama untuk melakukan persiapan proyek.
3.
Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke 1 dan tidak terdapat reinvestasi peralatan karena diasumsikan seluruh komponen habis digunakan selama umur proyek.
4.
Sumber modal berasal dari modal sendiri.
5.
Harga yang digunakan adalah harga pasar, yaitu harga yang terjadi saat penelitian.
38
6.
Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 11,47 persen berdasarkan tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun dari bank umum.
7.
Nilai sisa dari lahan diasumsikan nol (0), hal ini dikarenakan pada akhir umur proyek lahan sudah tidak produkstif yang disebabkan oleh panjangnya umur proyek yaitu 16 tahun dan 25 tahun.
39
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak dan Kondisi Wilayah Konversi tanaman kayu manis menjadi kakao terdapat di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Kecamatan ini terletak diantara 010 Lintang Selatan sampai dengan 020 02 ’ Lintang Selatan dan diantara 101 080 Bujur Timur sampai dengan 1010 Bujur Timur. Kecamatan Gunung Raya memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 21,90 C. Luas Kecamatan Gunung Raya adalah 425 km2 atau 42.511,3
Ha yaitu 10,12 persen dari luas wilayah Kabupaten
Kerinci terletak pada ketinggian 750 me ter diatas permukaan laut. Jarak ibu kota Kecamatan ke Kabupaten 35 Km. Kecamatan ini memiliki batas-batas wilayah, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Danau Kerinci, sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Bengkulu, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Merangin dan sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Bengkulu dan Sumatera Barat. (lampiran 1) Kecamatan Gunung Raya memiliki enam belas desa yang terdiri dari Desa Lempur Mudik, Dusun Baru, Lempur Tengah, Lempur hilir, Perikan Tengah, Selampaung, Masgo, Air Mumu, Kebun Baru, Sungai Hangat, Pasar Kerman, Lolo hilir, Lolo Gedang, Lolo Kecil, Talang Kemuning, dan Tanjung Sam. Desa tersebut di bagi atas desa swadaya, desa swakarya dan desa swasembada.
5.2 Penggunaan Lahan di Kecama tan Gunung Raya Jenis penggunaan lahan di Kecamatan Gunung Raya terbagi menjadi enam belas penggunaan lahan. (Tabel 5). Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
40
43,90 persen dari luas Kecamatan Gunung Raya merupakan hutan, dan 42,62 persen dimanfaatkan untuk tanaman kulit manis. Dominannya penggunaan lahan pada sektor pertanian memperlihatkan bahwa wilayah di Kecamatan Gunung Raya merupakan wilayah yang cocok untuk sektor pertanian. Tabel 5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunung Raya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . 15 . 16 .
Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Perkampungan Sawah Campuran Karet Kopi Kulit Manis Kulit Manis/kopi Semak Semak/ Kopi Semak / Kulit Manis Alang-alang Tanah Rusak Belukar Hutan Lebat Danau Sungai dan Jalan TOTAL
Presentase (%)
180,3 1.842,0 630,0 30 3.325 60.350 2.230 1.360 475 750 2.125 760 3.350 62.151 30 2.687 42.511,3
0,12 0,82 0,45 0,02 2,34 42,62 1,57 0,96 0,34 0,53 1,50 0,54 2,37 43,90 0,02 1,190 100
Sumber: Rencana Detail Tata Ruang Kota Lempur,1999-2009
5.3 Sosial dan Kependudukan Penduduk Kecamatan Gunung Raya berjumlah jiwa 14.192 pada tahun 2004, terdistribusi di enam belas Desa. Jumlah penduduk yang terpadat terdapat pada Desa Sungai Hangat yaitu 9.250 jiwa/ha dan kepadatan penduduk yang rendah terdapat pada Desa Tanjung Sam yaitu 2.327 jiwa/ha (Tabel 6).
41
Tabel 6. Kepadatan Penduduk per Desa di Kecamatan Gunung Raya Tahun 2004 Desa
Talang kemuning Baru Lempur Lempur Mudik Perikan Tengah Lempur Hilir Lempur Tengah Lolo Hilir Pasar Kerman Lolo Gedang Lolo Kecil Tanjung Sam Sungai Hangat Air Mumu Selampaung Masgo Kebun Baru
Luas Wilayah (Ha) 30,95 27,41 24,60 17,59 15,50 31,33 22,05 25,42 32,01 22,05 22,43 19,22 30,57 31,81 27,73 34,08
Jumlah Penduduk 1.520 778 845 555 371 1.546 1.418 523 1.017 1.000 454 610 1.172 602 1.232 1.089
Kepadatan Penduduk 5.002 3.113 4.187 3.729 2.910 6.428 5.002 2.478 3.904 4.517 2.327 9.250 4.462 3.092 3.473 4.575
Sumber : Gunung Raya dalam Angka 2004
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Gunung Raya pada umumnya adalah di sektor pertanian, hal ini terlihat dari jumlah penduduk kecamatan Gunung Raya yang bekerja di sektor pertanian adalah 93,66 persen dari jumlah penduduk keseluruhan. Selebihnya yaitu 6,34 persen bekerja sebagai pegawai negeri, pedagang, buruh dan swasta lainnya (Tabel 7).
42
Tabel
7.
Jumlah dan Struktur Penduduk Menurut Pencahariannya di Kecamatan Gunung Raya
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Petani - Petani Pemilik Lahan - Petani Penggarap Buruh Tani Pedagang PNS/ABRI Buruh Bangunan Pensiunan dan lainnya Total
3.867 3.654 2.729 1.832 359 294 116 48 12.899
Jenis
Mata
Presentase (%) 29,979 28,328 21,157 14,203 2,783 2,279 0,372 0,372 100
Sumber: Gunung Raya dalam Angka 2004
Pada tahun 2004 jumlah
penduduk Kecamatan Gunung Raya adalah
14.811 jiwa dengan jumlah penduduk laki- laki 7.440 jiwa dan penduduk perrempuan 7.371 jiwa . Pengelompokan penduduk dilakukan berdasarkan umur dan jenis kelamin yang bertujuan untuk mengetahui jumlah angkatan kerja dan usia sekolah yang bertempat tingal di Kecamatan Gunung Raya. Kelompok umur yang termasuk usia kerja adalah umur 15 tahun sampai dengan 54 tahun dan kelompok umur diatas 54 tahun merupakan kelompok umum pasca produktif. Persentase kelompok umur yang termasuk usia kerja yaitu sebesar 61,32 persen. Berdasarkan presentase tersebut Kecamatan Gunung Raya memiliki sumberdaya manusia yang produkstif yang besar sehingga dapat berpengaruh terhadap pembangunan di kecamatan tersebut (Tabel.8).
43
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2004 Umur
Jenis Kelamin (Jiwa) Laki-laki
0-4 5–9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+
Jumlah
Perempuan
769 772 752 675 639 747 647 539 553 435 280 189 184 109 96 54
723 732 705 725 817 796 533 595 509 358 235 164 164 149 77 58
1.492 1.504 1.457 1.400 1.456 1.543 1.180 1.134 1.062 824 515 353 348 258 173 112
Sumber: Gunung Raya dalam Angka 2004
5.4 Perekonomian dan Sarana Prasarana Wilayah Perekonomian wilayah Kecamatan Gunung Ra ya dilandasi oleh sektor pertanian dalam arti luas yaitu pertanian sawah, perkebunan, perikanan, perternakan dan pemanfaatan hasil hutan. Luas lahan sawah yang digarap oleh petani adalah 562 ha, 34 ha menggunakan irigasi sederhana, 514 ha irigasi non PU/Desa dan 14 ha merupakan sawah tadah hujan. Ternak yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Gunung Raya adalah ternak ayam buras, kambing, sapi, kerbau dan itik. Tanaman perkebunan yang diusahakan oleh masyarakat Gunung Raya adalah 14.614 ha yang terdiri dari cassiaverra, kopi, cengkeh, tembakau, kemiri dan lada. Luas tanam tanaman kayu manis merupakan luas tanam yang terluas di Kecamatan Gunung Raya yaitu 11.226 ha (Tabel. 9)
44
Tabel 9. Luas Areal Tanam dan jumlah Petani Tanaman Perkebunan di Kecamatan Gunung Raya Tahun 2004 Jenis Tanaman
Luas Tanam (Ha) 11.226 3.358 26 12 16 3 14.614
Cassiavera (Kayu Manis) Kopi Cengkeh Tembakau Kemiri Lada Total
Jumlah Petani (KK) 2.193 2.091 19 17 35 3 4.358
Sumber:Kerinci Dalam Angka 2004
Jumlah kelengkapan sarana dan prasarana di suatu wilayah dapat mencerminkan tinggi rendahnya aktivitas daerah yang bersangkutan. Kelengkapan sarana dan prasarana dapat mendukung kelancaran suatu kegiatan. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Gunung Raya antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana dan prasarana kegiatan ekonomi serta sarana dan prasarana transportasi. Prasarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Gunung Raya terdiri dari TK, SD, SMP dan SMA. Prasarana pendidikan tersebut tergolong lengkap untuk ukuran kecamatan. Jenis sarana kesehatan juga termasuk lengkap dan dalam kondisi masih baik terdiri dari puskesmas, puskesmas pembantu, tempat praktek dokter dan pos KB. Wilayah Kecamatan Gunung Raya belum terbentuk pusat kegiatan ekonomi yang dilengkapi oleh kegiatan ekonomi yang beragam, hal ini dikarenakan
Kecamatan
Gunung
Raya
sebagian
besar
penduduknya
bermatapencaharian di sektor pertanian. Prasarana kegiatan ekonomi yang tersedia relatif sederhana dan tidak beragam seperti KUD, warung/kios, bank BRI dan pasar tradisional.
45
5.5 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Responden merupakan petani yang telah melakukan konversi tanaman kayu manis menjadi kakao. Karakteristik responden dianalisis berdasarkan tingkat umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status petani dan tempat penjualan hasil panen. Umur responden terdiri dari kelompok umur 20-35 tahun dengan proporsi yaitu 26,7 persen, kelo mpok umur 36-45 tahun dengan proporsi paling besar yaitu 43,3 persen dan kelompok umur diatas 45 tahun dengan proporsi 30 persen. Besarnya proporsi pada kelompok umur 36-45 tahun memperlihatkan bahwa petani masih dapat bekerja secara optimal sesuai dengan kemampuan dikarenakan sebagian besar masih produktif. Rendahnya kepemilikan lahan pada kelompok umur 20-35 tahun karena kelompok umur tersebut termasuk kelompok umur muda yang memiliki minat yang tinggi untuk menuntut ilmu dan bekerja dibidang non pertanian. Pada umumnya responden memiliki lahan bukan dari sumberdaya sendiri melainkan dari warisan orang tua sehingga mereka berkewajiban untuk memelihara warisan tersebut. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan responden tidak memiliki keterampilan yang memadai untuk melakukan pekerjaan lain. Tingkat pendidikan responden paling tinggi adalah pasca sarjana (S2) dengan proporsi 3,3 persen, strata satu (S1) dengan proporsi 16,7 persen dan Diploma tiga (D3) dengan proposi 3,3 persen. Responden berpendidikan SMU dengan proporsi 40 persen merupakan proporsi paling besar. Hal ini dikarenakan responden tidak memiliki dana yang cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Responden berpendidikan SD dan SLTP berturut-turut memiliki proporsi 20 persen dan 16,7
46
persen. Proporsi tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendidikan yang rendah. Proporsi pendidikan formal yang rendah berpengaruh juga terhadap bagaimana petani mengusahakan perkebunan tersebut. Pada umumnya mereka mengusahakan perkebunan berdasarkan pengalaman yang telah turun temurun. Proporsi responden yang menjadikan tani merupakan pekerjaan pokok lebih besar yaitu 63,3 persen dari pada responden yang me miliki pekerjaan tetap diluar sektor pertanian. Hal ini dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan responden sehingga tidak mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan diluar sektor pertanian. Selain alasan tersebut terdapat alasan lain yaitu keengganan responden untuk keluar dari daerah dan bekerja diluar daerah, sedangkan didaerah tidak tersedia lapangan kerja yang besar yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka memilih sektor pertanian sebagai sektor pokok untuk menopang hidup hal ini berdampak pada status kepemilikan lahan petani yang pada umunya adalah milik sendiri dengan proporsi 96,7 persen. Proporsi responden memiliki pekerjaan tetap antara lain pegawai negeri sipil (PNS) 23,3 persen, proporsi nelayan dan buruh masing- masing 6,7 persen. Minimnya penghasilan yang diperoleh dari sektor lain mendorong responden untuk melakukan pekerjaan lain sebagai penghasilan tambahan disaat semua kebutuhan mulai meningkat. Luas lahan yang dimiliki oleh responden berbeda-beda dengan proporsi yang berbeda-beda pula. Sebagian besar responden yang memiliki luas lahan sempit berkisar antara 0,5-2 hektar dengan proporsi yaitu 70 persen. Luas la han besar dimiliki oleh sebagia n kecil dari responden dengan luas berkisar 2,5-52
47
hektar proporsi luas lahan tersebut yaitu 30 persen. Luas lahan 52 hektar hanya dimiliki oleh satu orang responden saja. Luas lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah luas lahan rata-rata yaitu 4 hektar. Besar biaya mapun pemasukan dalam cashflow adalah besar biaya rata-rata dan pemasukan rata-rata. Hal ini dikarenakan penelitian menggunakan responden dengan memiliki jenis biaya dan pemasukan yang berbeda-beda.
48
BAB VI KARAKTERISTIK USAHA PERKEBUNAN
6.1 Usaha Perkebunan Kayu Manis Kecamatan Gunung Raya memiliki ketinggian 750 meter diatas permukaan laut, suhu rata-rata 21,9 serta iklim tropis kondisi tersebut merupakan kondisi topografi yang cocok untuk membudidayakan tanaman kayu manis. Kayu manis dapat tumbuh pada ketinggian antara 500-1.500 meter diatas permukaan laut dengan suhu minimum 180 C sampai dengan suhu maksimum 270 C dan dengan iklim tropis basah. Kayu manis merupakan tanaman yang paling dominan ditemukan di Kecamatan Gunung Raya. Luas areal yang ditanami oleh kayu manis di kecamatan ini adalah 11.226 Ha pada tahun 2004. Status penggunaan lahan pada umumnya adalah milik sendiri. Usaha perkebunan kayu manis pada umumnya dilakukan dengan sistem penanaman secara tumpang sari yaitu menanam tanaman sela diantara tanaman kayu manis selama kurang lebih empat tahun. Sistem penanaman secara tumpangsari dilakukan karena tanaman kayu manis merupakan tanaman yang memerlukan waktu yang lama untuk dapat dipanen hasilnya sedangkan petani memerlukan pemasukan untuk memenuhi kebutuhannya namun, setelah empat tahun perkebunan dibersihkan dari tanaman sela untuk memberikan kesempatan kepada tanaman kayu manis untuk dapat tumbuh optimal tanpa ada tanaman lain yang mengganggu hal ini bertujuan agar kulit yang dihasilkan lebih tebal. Jarak tanam rata-rata yang digunakan adalah jarak sempit yaitu 2x3 meter. Apabila umur kayu manis telah diatas sepuluh tahun dilakukan penjarangan untuk hasil yang lebih maksimal.
49
Varietas tanaman kayu manis yang ditanam oleh petani kayu manis adalah Cinamomum burmanii yang dikenal juga dengan cassiavera yang memiliki daun yang kecil dengan pucuk berwarna merah kulitnya abu-abu aromanya khas dan rasanya manis. Tanaman kayu manis merupakan tanaman yang berumur panjang. Umur pemanenan tanaman kayu manis di Kecamatan Gunung Raya pada umumnya adalah 16 tahun. Hal ini dikarenakan panen terbaik untuk jenis varietas tersebut adalah diatas sepuluh tahun. Semakin lama umur tanaman kayu manis maka mutunya semakin bagus harganya semakin tinggi namun hal ini sangat jarang ditemukan di Kecamatan Gunung Raya. Umur tanaman kayu manis yang paling lama adalah 35 tahun dan hanya beberapa batang saja yang sengaja ditinggalkan oleh petani. Pada umumnya perbanyakan kayu manis dilakukan melalui bibit. Sistem penanaman kulit manis pada umumnya adalah sistem tumpang sari yaitu sistem penanaman dengan menggunakan tanaman sela. Tanaman sela yang digunakan adalah tanaman kopi. Sistem penanaman secara tumpang sari dilakukan hanya sampai tanaman kayu manis berumur empat tahun. Hal ini dikarenakan tanaman kayu manis membutuhkan ruang untuk dapat berproduksi secara maksimal. Bibit kopi ditanam diantara tanaman kayu manis dengan jarak 4x6 meter.
6.1.1
Modal dan Tenaga Kerja Modal yang digunakan dalam usaha tanaman kayu manis pada umumnya
adalah modal milik sendiri yang telah dipersiapkan untuk melakukan investasi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penggerak untuk melaksanakan proses
50
produksi. Tenaga kerja mulai melaksanakan aktivitasnya dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00 setiap hari, kebutuhan tenaga kerja hanya pada periode tertentu saja tergantung kepada kondisi lahan dan kondisi kayu manis. Upah yang diberikan kepada setiap pekerja yaitu Rp 20.000/hari untuk tenaga kerja laki- laki dan Rp 15.000 per hari untuk tenaga kerja wanita. Pada usaha perkebunan ini tenaga kerja yang digunakan umumnya adalah tenaga kerja laki- laki. Tenaga kerja merupakan input yang dapat memberikan nilai tambah bagi usahatani. Tenaga kerja dibutuhkan pada saat persiapan lahan, pembibitan, penanaman bibit, penyulaman, pemupukan dan pemeliharaan. Pada rataan luas lahan empat hektar kegiatan persiapan lahan menggunakan delapan orang tenaga kerja, proses pembibitan menggunakan tenaga kerja tiga orang, pada kegiatan penanaman menggunakan tenaga kerja tujuh orang, pemupukan menggunakan tenaga kerja lima orang dan penyiangan gulma menggunakan tenaga kerja sebanyak lima orang. Kegiatan persiapan lahan dilakukan sebelum bibit ditanam yang terdiri dari pembukaan lahan dan pengolahan lahan kemudian pembibitan, pemupukan sampai pada penanaman dilakukan pada tahun pertama. Penyiangan gulma dilakukan sampai tanaman berumur empat tahun karena pada umur diatas empat tahun tanaman dianggap telah dewasa dimana tanaman dapat tetap bertahan walaupun terdapat gulma disekitar tanaman kayu manis. Pemupukan dilakukan sampai berumur dua tahun. Khusus untuk penjarangan dan pemanenan tenaga kerja tidak berasal dari pemilik kebun melainkan berasal dari pemborong yang akan membeli kulit manis di kebun yang bersangkutan.
51
Sistem pertanian yang digunakan pada perkebunan kayu manis pada umumnya adalah sistem tumpang sari dengan tanaman sela kopi. Tanaga kerja yang digunakan pada tanaman sela kopi dengan luas 4 hektar yaitu persiapan lahan yang terdiri dari pengolahan tanah, penggalian lubang tanam serta penutupan lubang tanam terdiri dari 17 orang, pemupukan 17 orang, pemeliharaan yang terdiri dari penyiangan gulma terdiri dari 11 orang dilakukan pada tahun pertama sampai pada tahun ke empat, pemanenan dilakukan pada tahun ke empat yaitu sebanyak 23 orang dan pasca panen 11 orang.
6.1.2
Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi Sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha tanaman kayu manis ini
berupa bibit, peralatan serta pupuk. Bibit kayu manis biasanya dibeli pada produsen yang sengaja membibit kayu manis untuk dijual secara komersil. Ratarata penggunaan bib it adalah 2.880 bibit pada luasan lahan 4 hektar dengan harga satuan bibit Rp 500 per batang sedangkan bibit kopi dibutuhkan sebanyak 300 bibit kopi dengan harga bibit Rp 1.500 per batang. Pupuk yang digunakan dalam proses produksi tanaman kayu manis yaitu pupuk kandang dan pupuk Urea dengan penggunaan pada tahun pertama dan tahun kedua sebanyak 7.150 kg dan 548 kg. Pemupukan dilakukan sampai pada tahun kedua, hal ini berhubungan dengan anggapan petani bahwasanya dengan penggunaan pupuk yang berlebihan akan membuat produksi tanaman akan memiliki nilai yang rendah. Penggunaan obat-obatan hanya dilakukan pada proses pembukaan lahan yaitu obat-obatan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah populasi gulma dan rumut-rumputan yang menghalangi proses penanaman (herbisida). Penggunaan herbisida pada
52
umumnya pada luasan lahan diatas dua hektar, hal ini dikarenakan pada luasan lahan tersebut semakin banyak gulma yang menutupi lahan sehingga dibutuhkan obat-obatan untuk mempermudah persiapan lahan. Jenis herbisida yang digunakan adalah round up dengan jumlah penggunaan dalam rataan adalah lima liter pada luasan lahan rata-rata empat hektar. Penggunaan obat-obatan untuk pembasmi HPT merupakan hal yang tidak terlalu penting dikarenakan seluruh responden lebih menginginkan tanaman dapat hidup secara alami tanpa penggunaan obat-obatan. Pupuk yang digunakan dalam usahatani kopi adalah pupuk kandang dan pupuk urea. Pupuk kandang digunakan sebanyak 4.300 kg dan pupuk urea sebanyak 358 kg. Pemupukan tanaman hanya dilakukan sampai tanaman kopi berumur dua tahun. Sarana produksi lain yang digunakan dalam usaha perkebunan kayu manis adalah peralatan. Peralatan yang digunakan adalah cangkul, sprayer, golok, gerobak dan sepatu bot. Rata-rata jumlah kepemilikan cangkul adalah tiga buah, sprayer sebanyak tiga buah, golok sebanyak tiga buah, gerobak pengangkut sebanyak satu buah, dan sepatu bot sebanyak satu pasang. Minimalnya kepemilikan alat-alat tersebut lebih dikarenakan setiap tenaga kerja memiliki alat masing- masing yang siap digunakan untuk proses produksi sehingga pemilik hanya memiliki alat yang akan digunakan oleh pemilik sendiri. Proses produksi tanaman kayu manis dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan lahan sampai dengan proses pemanenan. Pada proses persiapan lahan kegiatan yang dilakukan berupa pembukaan lahan, penggolahan lahan dan pembuatan lubang tanam.
53
Pembibitan dilakukan berupa pemindahan bibit dari tempat pembelian dan perlakuan bibit kemudian kegiatan penanaman bibit pada lubang tanam yang telah disediakan. Bibit yang ditanam masing- masing satu bibit setiap lubang tanam. Kegiatan pemupukan dilakukan setelah bibit ditanam. Kegiatan pemupukan dilakukan seminimal mungkin yaitu hanya satu kali dalam setahun selama dua tahun. Penyiangan gulma merupakan pengurangan populasi tanaman penghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Penyiangan gulma bertujuan agar tanaman kayu manis tidak memiliki saingan lain dalam mendapat unsur hara yang dibutuhkan. Kegiatan penyiangan gulma dilakukan sampai tanaman berumur empat tahun. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa pada umur tanaman diatas empat tahun tanaman kayu manis telah dapat bertahan dari gulma. Proses pemanenan untuk penjarangan dilakukan pada umur sepuluh tahun dan pemanenan terakhir dilakukan pada umur 16 tahun. Proses pemanen dilakukan sepenuhnya oleh pemborong yang membeli kayu manis langsung dikebun. Hasil produksi tanaman kayu manis beragam berdasarkan tipe-tipe yang telah ditentukan oleh pembeli yaitu KM, KF, KS, KA, KTP dan KB. Tipe-tipe tersebut terdapat dalam satu batang dengan kadar yang beragam (Tabel 10). Kadar kulit manis yang beragam dilihat berdasarkan ketebalan kulit pada batang. Apabila kulit lebih tebal kualitas kulit akan semakin tinggi dan memiliki berat yang semakin besar. Apabila petani melakukan penjualan di perkebunan kecil kemungkinan akan memperoleh harga yang sesuai dengan jenis dan kadar kulit yang terkandung di dalam batang karena pemborong menetapkan dalam satu batang kayu manis memiliki berat kurang lebih 80 kg. Cara pembayaran hasil panen dilakukan secara tunai.
54
Tabel 10. Tabel Kadar Tipe Kulit Manis Dalam Satu Batang Kayu Manis Tipe Kulit Manis KM KF KS KA KTP KB
Rata-rata Berat Kulit Manis (Kg) Basah Kering 30 15 10 5 10 5 5 2,5 5 2,5 10 5
Sumber : Responden
Produk kulit manis merupakan produk utama dari tanaman kayu manis. Hasil panen dari kayu manis tersebut selanjutnya melalui proses pasca panen. Proses tersebut berupa penjemuran kulit manis, sebelum dijemur kulit manis dikikis dibersihkan dari kulit luar lalu dipotong-potong dengan ukuran lebar tiga sampai empat centimeter kemudian dijemur selama dua sampai tiga hari. Berat kulit manis setelah dijemur akan menyusut sebanyak 50 persen. Kegiatan pasca panen tersebut sepenuhnya dilakukan oleh pemborong dikarenakan petani menjual kayu manis langsung dikebun setelah transaksi penjualan selanjutnya semua kegiatan didalam kebun tersebut diserahkan kepada pemborong. Kulit manis yang telah melalui proses pasca panen selanjutnya kulit manis didistribusikan kepada pedagang berikutnya yaitu eksportir. Penyortiran awal, penyortiran akhir pengepakan kemudian kegiatan ekspor dilakukan oleh eksportir.
6.2 Usaha Perkebunan Kakao Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1 hingga 800 meter diatas permukaan laut. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar tehadap pertumbuhan kakao. Faktor angin, musim dan perubahan iklim berpengaruh terhadap proses pembuahan kakao dan terhadap
55
pertumbuhan tanaman muda kakao. Kakao dapat hidup dengan baik di Kecamatan gunung raya karena sebagian besar faktor pertumbuhan untuk tanaman kakao terdapat di Kecamatan Gunung raya. Pengusahaan perkebunan kakao secara besar baru pertama kali dilakukan di Kabupaten Kerinci. Setelah sebelumnya penanaman kakao dilakukan dengan skala pekarangan dengan jumlah tanaman hanya tiga batang oleh seorang petani. Besarnya keuntungan tahunan yang akan diterima oleh kakao dimasa yang akan datang membuat petani di Kecamatan Gunung Raya termotivasi untuk membudidayakan kakao.
Harga kulit manis yang semakin menurun menjadi
alasan utama petani mengkonversi tanaman kayu manis mereka menjadi tanaman perkebunan kakao. Pola tanam kakao yang dilakukan oleh petani pada umumnya adalah cara monokultur. Pemilihan pola tanam tersebut dikarenakan petani belum memiliki pengalaman tentang tanaman yang cocok menjadi tanaman sela kakao. Pohon pelindung yang ditanam diantara tanaman kakao merupakan salah satu tanaamn sela namun tanam sela tersebut tidak komersil melainkan untuk melindungi tanaman kakao dari penyinaran matahari secara berlebihan. Anggapan bahwa banyaknya tanaman sela yang ditanam diantara kakao membuat pertumbuhan tanamn kakao kurang maksimal merupakan alasan lain untuk tidak menanam tanaman kakao dengan tanaman sela yang memiliki nilai komersil. Jarak tanam rata-rata kakao adalah 3x3 meter dengan jarak penanaman pohon pelindung yaitu 6x3 meter. Jenis pohon pelindung yang digunakan adalah lamtoro yang biasa disebut juga dengan petai cina. Lamtoro merupakan jenis pohon yang sangat baik digunakan sebagai pohon pelindung dikarenakan lamtoro memiliki jenis kayu
56
yang kuat perakaran yang dalam sehingga tidak menyebabkan saingan dengan tanaman kakao. Bibit yang digunakan adalah berupa stek batang berukuran 1,25 meter yang ditanam enam bulan atau setahun sebelum menanamm kakao. Luas rata-rata perkebunan kakao yaitu dua hektar.
6.2.1
Modal dan Tenaga Kerja Modal yang digunakan untuk menjalankan budidaya tanaman kakao
adalah modal sendiri. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah tenaga kerja upahan dengan waktu mulai bekerja yaitu pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00. Upah tenaga kerja per hari adalah Rp 20.000 per tenaga kerja pria. Tenaga kerja digunakan pada tanaman kakao dan tanaman pohon pelindung. Pada tana man kakao tenaga kerja yang digunakan yaitu antara lain saat persiapan lahan berupa pembukaan lahan, dan penggemburan tanah dengan rata jumlah tenaga yaitu delapan orang. Pembuatan lubang tanam memutuhkan tenaga kerja sebanyak 13 orang, penyemaian bibit tujuh orang, penanaman bibit pemupukan 13 orang,
dan
penyulaman tujuh orang, pemangkasan 13 orang,
penyiangan gulma tujuh orang dan pemenenan sebanyak 23 orang. Kebutuhan tenaga kerja untuk pohon pelindung antara lain adalah penyetekan pohon menggunakan tenaga kerja sebanyak 13 orang, penanaman pohon pelindung 11 orang dan pemangkasan tujuh orang. Proses persiapan lahan, penggalian lubang tanam, penyemaian bibit, dan penanaman dilakukan pada tahun pertama. Pemupukan dilakukan pada tahun pertama sampai dengan tahun ke enam, hal ini dilakukan oleh petani dikarenakan petani tak menginginkan tanaman mereka terlalu banyak menggunakan bahan yang tidak alami. Penyulaman dilakukan apabila terdapat tanaman kakao yang
57
tidak tumbuh sempurna sehingga tanaman tersebut dicabut dan diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman dilakukan sampai tanaman berumur dua tahun. Pada tahun kedua sampai tahun ke 25 dilakukan pemangkasan bertujuan agar produksi tanaman dapat maksimal. Tanaman muda kakao sangat membutuhkan unsur hara dan rentan terhadap penyakit tanaman oleh sebab itu dilakukan pengendalian gulma yang bertujuan untuk mencegah persaingan mendapatkan suplai air dan unsur hara antara tanaman kakao dan gulma. Penyiangan gulma dilakukan tiga bulan satu kali sehingga dalam satu tahun dilakukan penyiangan gulma sebanyak empat kali. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman kakao telah menghasilkan buah kakao yang telah matang. Matangnya buah kakao ditandai dengan warna buah yang telah menjdi kekuning-kuningan. Kakao akan panen perdana pada umur tanaman tiga tahun dan terus menerus sampai dengan umur 25 tahun. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pohon pelindung yaitu saat penyertekan bibit yang dilakukan pada tahun pertama. Lamtoro merupakan pohon pelindung non komersil yang sengaja ditanam hanya untuk melindungi tanaman kakao dari sinar matahari yang berlebihan sehingga tidak menggunakan pemeliharaan yang berlebihan seperti pemupukan. Daun dan ranting yang berlebihan dapat juga mempengaruhi pertumbuhan kakao sehingga diperlukan perlakuan pemangkasan terhadap pohon pelindung setiap setahun satu kali sampai umur ekonomis kakao yaitu 25 tahun.
6.2.2
Penggunaan Sarana Produksi dan Produksi Bibit pada tanaman kakao berasal dari Jember yang telah diakui sebagai
bibit yang berkualitas di kalangan petani. Bibit tersebut dikirim berupa benih yang
58
kemudian melalui penyemaian akan menjadi bibit kakao yang siap tanam. Bibit dapat pula didapatkan melalui pembibitan sendiri menggunakan biji kakao yang berasal dari buah kakao yang dibudidayakan oleh satu-satunya petani kakao yang meiliki tanaman kakao yang telah berbuah. Cara pembibitan sendiri kurang diminati oleh petani dikarenakan petani belum meyakini akan hasil yang didapatkan dari tanaman kakao yang dibibit sendiri. Pengalaman yang belum dimiliki oleh petani untuk pembibitan mendorong petani untuk membeli bibit dari Jember. Pupuk yang digunakan dalam pengusahaan kakao sangat minim yaitu hanya menggunakan pupuk kandang dan pupuk ZA. Jumlah rata-rata penggunaan pupuk kandang yaitu 10.950 kg untuk luas lahan rata-rata empat hektar. Pupuk ZA digunakan sebanyak 183 kg. Penggunaan pupuk dilakukan pada tahun pertama sampai pada tahun ke enam. Minimalnya penggunaan pupuk dikarenakan petani ingin meningkatkan kualitas tanaman tanpa penggunaan pupuk dan obatobatan yang berlebihan. Penggunaan obat-obatan sama sekali tidak dilakukan oleh petani. Peralatan yang digunakan dalam usaha tani kakao berupa cangkul, golok, gerobak, sepatu bot dan sprayer. Jumlah rata-rata peralatan yang dimiliki yaitu tiga cangkul , tiga golok, satu gerobak dan satu sprayer. Minimnya kepemilikan peralatan dikarenakan tenaga kerja memiliki peralatan sendiri untuk melakukan pekerjaan sehingga peralatan yang tersedia merupakan perlatan yang digunakan oleh pemilik jika ikut melakukan pekerjaan. Tanaman kakao mulai berproduksi pada umur tiga tahun dan akan terus berbuah setiap tahunnya. Jumlah produksi kakao mengalami fluktuasi setiap tahun.
59
Penurunan dan peningkatan produksi kakao dipengaruhi oleh pemeliharaan selama umur produksi. Tabel 11. Potensi Produksi Biji Kakao per Hektar dalam Siklus 25 tahun Umur Tanaman 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Biji Kering Kakao (Kg) 600 900 1.200 1.400 1.600 1.700 1.600 1.800 1.700 1.600 1.500 1.400 1.400 1300 1.300 1.300 1.200 1.200 1.100 1.000 700 700 700
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2003
6.3 Hubungan antara Konversi Tanaman Kayu Manis menjadi Kakao dengan Kelestarian Wilayah Konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Kerinci merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jambi, meliputi wilayah seluas 4200 km2 dimana hampir 50 persen atau 2150 km2 wilayahnya termasuk kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) antara lain adalah Kecamatan Gunung Raya.. Hutan yang terletak di Kecamatan Gunung Raya memiliki sumberdaya hayati yang sangat beraneka ragam. Keanekaragaman
60
sumberdaya hayati tersebut tercermin pada keragaman jenis hutan – hutan tropika basah, baik yang terdapat di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Perkebunan kayu manis yang terletak di Kecamatan Gunung Raya sebagian besar terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Perluasan lahan kayu manis merambah hingga ke kawasan TNKS yang menyebabkan kerusakan dan terancamnya kelestarian alam kawasan ini. Pada saat musim panen pohon-pohon yang semula rimbun ditebang habis dan hanya menyisakan lahan- lahan gundul yang dapat menimbulkan erosi. Ancaman kerusakan lahan oleh petani yang mengusahakan tanaman kayu manis menyebabkan pihak TNKS mengeluarkan suatu kebijakan bahwa petani yang terlanjur memasuki kawasan TNKS diperbolehkan panen hanya satu kali dengan sistim tebang pilih dan selanjutnya lahan tersebut ditinggalkan. Pemilihan tanaman yang digunakan dalam kawasan TNKS adalah tanaman berjenis pohon kehidupan yang memiliki umur produksi yang lama. Tanaman kulit manis termasuk tanama n yang tidak cocok ditanam dikawasan TNKS dikarenakan proses pemanenan dengan sistem tebang habis yang menyebabkan kerusakan kelestarian alam dalam jangka waktu yang lama. Dari segi kelestarian alam pengusahaan kakao lebih baik diusahakan dibandingkan dengan kayu manis. Kakao merupakan tanaman yang berumur 25 tahun dengan sistim pemanenan pemungutan buah tanpa penebangan. Sistem pemanenan tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap kelestarian alam TNKS. Pengusahaan kakao dari segi kelestarian alam jauh lebih layak dibandingkan dengan pengusahaan kayu manis yang secara tidak langsung mendukung program TNKS.
61
6.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Aspek teknis berhubungan dengan penyediaan input dan output berupa barang dan jasa. Hasil penelitian dilapang dan beberapa literatur menyebutkan aspek teknis yang perlu diperhatikan antara lain adalah lahan dan bibit tanaman. Lahan yang digunakan dalam usaha perkebunan kakao dan kayu manis telah memenuhi syarat untuk pertumbuhan yang baik bagi kedua jenis tanaman tersebut. Bibit tanaman kayu manis merupakan bibit yang telah dipilih dari tanaman induk yang baik. Bibit tanaman kakao berasal dari pusat penelitian tanaman di Jember sehingga kualitasnya terjamin. Aspek sosial
berhubungan dengan dampak yang disebabkan dari
pengusahaan tanaman kayu manis dan kakao baik lingkungan maupun masyarakat. Dampak lingkungan dari tanaman perkebunan ini adalah usaha perkebunan ini mendukung pelestarian alam yang dilakukan oleh TNKS karena tanman perkebunan ini tidak terlalu banyak menggunakan pupuk dan obat-obatan yang berpengaruh negatif pada lingkungan. Dampak usaha tanaman perkebunan terhadap masyarakat adalah terdapatnya lapangan kerja baru guna memberikan pendapatan keluarga. Aspek komersial berhubungan dengan pengorganisasian input yang dibutuhkan dan output yang dihasilkan guna mendapatkan keuntungan. Ketersedian input untuk usaha perkebunan kayu manis dan kakao diperoleh dari lokasi yang tidak jauh dari tempat usaha perkebunan sedangkan, untuk tanaman kakao input berupa bibit diperoleh melalui pengiriman barang langsung kepada petani melalui jasa pos atau titipan kilat. Kulit manis yang dihasilkan langsung dijual kepada pedagang pengumpul yang langsung membeli ke perkebunan untuk
62
selanjutnya dijual kepada eksportir kayu manis sedangkan, kakao sendiri merupakan tanaman yang baru diusahakan di Kabupaten Kerinci sehingga belum terdapat hasil produksi kakao yang dijual di pasaran namun, bagi produksi kakao dalam jumlah kecil langsung dijual kepada pedagang pengecer di pasar tradisional. Aspek finansial dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria investasi antara lain yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR) dan Net B/C. Data yang diperhitungkan dalam analisis kelayakan menggunakan discounted rate 11,47 persen berdasarkan rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka satu tahun dari bank umum karena modal yang digunakan berasal dari modal sendiri. Manfaat yang didapatkan ya itu berasal dari hasil penjualan output berupa kulit manis dan biji kakao. Komponen biaya yang digunakan yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Secara ekonomi, kulit manis dan kakao memberikan kontribusi terhadap negara berupa perluasan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan. Usaha perkebunan ini memiliki sifat padat tenaga kerja yang berdampak pada pemerataan pendapatan melalui pertambahan kesempatan kerja terutama bagi penduduk sekitar usaha perkebunan. Usaha perkebunan kakao dan kayu manis masih dapat memberikan prospek yang cerah bagi investor yang akan menanamkan modalnya.
63
BAB. VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
7.1 Analisis Kelayakan Finansial 7.1.1 Arus Biaya Biaya yang dikeluarkan dalam usaha perkebunan kayu manis dan kakao berupa biaya rata-rata dari setiap responden meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi yaitu biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama atau awal proyek sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan selama umur proyek. Penggunaan biaya ratarata dalam penelitian ini karena beragamnya jumlah biaya yang dikeluarkan oleh petani. 7.1.1.1 Biaya investasi Biaya investasi tanaman kayu manis dikeluarkan pada tahun pertama terdiri dari investasi non tanaman, investasi tanaman dan tanaman sela. Investasi non tanaman berupa bangunan yang digunakan sebagai rumah kebun. Biaya yang dikeluarkan untuk investasi tanaman berupa, bibit, sarana produksi dan tenaga kerja untuk pengolahan lahan sampai penanaman dan lahan. Lahan yang digunakan merupakan lahan milik sendiri sehingga terdapat iaya lain yaitu biaya pembelian lahan. Luasan lahan yang digunaka dalam peneltian ini adalah luasa lahan rata-rata yaitu 4 hektar hal dikarenakan beragamnya luasa lahan yang dimiliki oleh petani responden. Pola tanam perkebunan kulit manis ini merupakan pola penanaman tumpang sari sehingga mengeluarkan biaya tambahan berupa biaya investasi untuk tanaman sela kopi. Biaya tersebut berupa bibit tanaman kopi dan biaya tenaga kerja untuk penanaman kopi. Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa total biaya investasi kayu manis adalah sebesar Rp 23.666.150 dengan alokasi biaya terbesar adalah untuk investasi
64
tanaman sebesar Rp 20.457.150. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lahan perkebunan yaitu sebesar 18.098.000. Biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi pertanian ini sangat tinggi karena lokasi perkebunan yang strategis. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kayu Manis dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kayu Manis per Luas Lahan (4 Hektar) Jenis Biaya A. Investasi Tanaman - Lahan - Bibit tanaman kayu manis - Sarana Produksi (peralatan) - Tenaga Kerja B. Investasi Non Tanaman - Bangunan C. Investasi Kopi - Bibit kopi - Tenaga Kerja Total Biaya Investasi
Jumlah (Rp) 20.457.150 18.098.000 1.225.000 456.700 677.450 1.750.000 1.750.000 1.459.000 775.000 684.000 23.666.150
Sumber : Data olahan,2006
Biaya investasi tanaman kakao dikeluarkan pada tahun pertama terdiri dari investasi non tanaman, investasi tanaman dan tanaman pelindung. Investasi non tanaman berupa bangunan yang digunakan sebagai rumah kebun. Biaya yang dikeluarkan untuk investasi tanaman berupa bibit, sarana produksi dan tenaga kerja untuk pengolahan lahan sampai penanaman. Pada usaha tanaman kakao tidak terdapat nilai sisa dikarenakan biaya investasi yang dikeluarkan berupa bangunan dan peralatan produksi yang habis digunakan selama umur produksi. Tanaman kakao merupakan tanaman yang membutuhkan pohon pelindung, sehingga menyebabkan adanya pengeluaran biaya untuk pohon pelindung yaitu lamtoro yang meliputi biaya penyetekan dan penanaman.
65
Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa total biaya investasi kakao adalah sebesar Rp
28.879.050 dengan alokasi biaya terbesar adalah untuk investasi
tanaman sebesar Rp. 26.646.350. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya harga lahan sebesar Rp 18.098.000. Biaya yang dikeluarkan untuk lahan ini sangat tinggi karena lokasi yang strategis. Rincian biaya investasi tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rincian Biaya Investasi Tanaman Kakao pada Luas Lahan 4 Ha Jenis Biaya
Jumlah (Rp)
A. Investasi Ta naman Kakao - Lahan - Bibit tanaman Kakao - Sarana Produksi (Peralatan) - Tenaga Kerja B. Investasi Non Tanaman - Bangunan C. Tanaman Pelindung (Lamtoro) - Tenaga Kerja Penyetekan Tanaman - Tenaga Kerja Penanaman Total Biaya Investasi
26.646.350 18.098.000 7.239.600 456.700 852.050 1.750.000 1.750.000 482.700 263.350 219.350 28.879.050
Sumber : Data Olahan, 2006
7.1.1.2 Biaya Operasional Biaya berikutnya yang dikeluarkan berupa biaya operasional tanaman kayu manis. Biaya operasional meliputi: biaya pup uk, obat-obatan dan tenaga kerja pemeliharaan tanaman. Biaya pupuk hanya dikeluarkan sampai pada tahun ke dua sedangkan obat-obatan yang digunakan hanya berupa herbisida pada tahun pertama. Pengeluaran pada pupuk dan obat-obatan yang rendah dikarenakan petani tidak terlalu banyak menggunakan pupuk dan obat-obatan.
66
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa total biaya operasional sebesar Rp 3.959.400 setiap tahun. Alokasi biaya terbesar pada pupuk yang digunakan pada tanaman kayu Manis yaitu sebesar Rp 1.481.500 hal ini dikarenakan harga pupuk yang tinggi oleh sebab itu penggunaan pupuk tidak menjadi yang paling dominan oleh petani.
Tabel 14. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kayu Manis 4 Ha per Tahun Jenis Biaya A. Pupuk dan obat-obatan Kayu Manis - Kandang - Urea B. Obat-obatan C. Tenaga Kerja Pemeliharaan - Penyiangan Gulma - Pemupukan D. Pupuk Tanaman Kopi (tanaman sela) - Kandang - Urea E. Tenaga Kerja Kopi(tanaman sela) - Penyiangan Gulma - Pemanenan - Pasca Panen Total
Jumlah (Rp) 1.481.500 715.000 766.500 208.500 416.700 106.700 310.000 931.700 430.000 501.700 921.000 228.000 465.000 228.000 3.959.400
Sumber: Data olahan 2006
Biaya operasional yang dikeluarkan pada tanaman kakao berupa pupuk dan tenaga kerja. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang dan pupuk ZA. Pemakaian pupuk dilakukan hanya sampai pada tahun ke enam. Hal ini dikarenakan tanaman telah dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Pengurangan penggunaan pupuk oleh petani juga bertujuan agar tanaman tidak banyak mengandung unsur anorganik, selain itu dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan selama kegiatan produksi.
67
Tenaga kerja digunakan pada saat pemupukan, penyulaman, pemangkasan, penyiangan gulma, dan pemanenan. Penyulaman merupakan kegiatan mengganti tanaman yang tumbuh tidak sempurna atau mati dengan tanaman yang baru yang dilakukan sampai tahun ke dua. Pemangkasan tanaman merupakan pengurangan daun dan ranting yang menghambat produksi yang dilakukan sampai umur ekonomis tanaman. Gulma yang terdapat disekitar tanaman dapat mempengaruhi produktivitas tanaman sehingga gulma harus disiangi. Proses pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur tiga tahun sampai umur tanaman 25 tahun. Biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan merupakan biaya terbesar yang dikeluarkan pada budidaya kakao. Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa total biaya operasional tanaman kakao yaitu sebesar Rp 2.818.000 per tahun. Alokasi terbesar yaitu pada penggunaan pupuk kakao yaitu Rp 1.368.600
hal ini dikarenakan tanaman kakao
membutuhkan pupuk lebih banyak sampai umur enam tahun untuk pertumbuhan tanaman. Tabel 15. Rincian Biaya Operasional Tanaman Kakao dengan Luas 4 Ha per Tahun Jenis Biaya A. Pupuk Tanaman Kakao - Kandang - Za B. Tenaga Kerja Kakao - Penyulaman - Pemangkasan - Pemupukan - Penyiangan Gulma - Pemanenan dan Pasca panen C. Tenaga Kerja Pohon Pelindung - Pemangkasan Lamtoro Total Sumber : Data olahan, 2006
Jumlah (Rp) 1.368.600 1.095.000 273.600 1.313.400 139.350 273.350 270.000 140.700 490.000 136.000 136.000 2.818.000
68
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dinyatakan biaya yang dikeluarkan pada tanaman kakao lebih besar dibandingkan dengan tanaman kayu manis. Hal ini dikarenakan penggunaan tenaga kerja pada tanaman kakao lebih besar daripada tanaman kayu manis, sehingga petani mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk tenaga kerja. 7.1.2 Arus Penerimaan Arus penerimaan berupa hasil produksi dari tanaman kayu manis yang dikalikan dengan harga jual dari kulit manis. Pada usaha perkebunan kayu manis tidak terdapat nilai sisa. Hal ini dikarenakan bangunan dan peralatan sebagai sarana produksi diasumsikan habis terpakai sampai pada umur ekonomis tanaman yaitu 16 tahun. Tanaman kayu manis mulai dipanen pada umur sepuluh tahun. Pemanenan tersebut sekaligus merupakan proses penjarangan agar tanaman kulit manis yang tersisa memiliki kulit yang tebal sehingga dapat berproduksi dengan maksimal. Hasil produksi dijual langsung di kebun, dimana proses pemanenan dilakukan oleh pemborong setelah terdapat kesepakatan harga antara pemilik dan pemborong. Pemborong menetapkan harga kayu manis yang berumur sepuluh tahun Rp 50.000 per batang sedangkan umur kayu manis diatas 16 tahun berkisar antara Rp 81.400. Penerimaan rata-rata dari panen perdana tanaman kayu manis yaitu sebesar Rp 72.000.000. Pemanenan terakhir memberikan penerimaan kepada petani sebesar Rp 117.216.000 (Lampiran 14). Pola penanaman kayu manis secara tumpang sari memberikan penerimaan tambahan kepada petani. Penerimaan yang berasal dari tanaman sela kopi berupa hasil penjualan biji kopi. Rata-rata penerimaan dari penjualan biji kopi yaitu
69
Rp 8.266.700 yang dipanen hanya pada tahun ke empat. Pemanenan yang dilakukan hanya pada tahun keempat dikarenakan setelah tahun keempat tanaman kopi yang berada di sekitar tanaman kayu manis dibongkar agar tanaman kayu manis memperoleh berproduksi lebih maksimal. Arus penerimaan tanaman kakao berasal jumlah produksi kakao dikalikan dengan harga jual. Pada perkebunan tanaman kakao tidak terdapat nilai sisa yang dikarenakan bangunan dan peralatan yang habis terpakai sampai umur ekonomis tanaman. Tanaman kakao mulai panen pada umur tiga tahun dan terus berproduksi sampai umur 25 tahun. Produksi yang terus meningkat setiap tahunnya memberi pengaruh yang positif terhadap pendapatan petani. Hasil panen setelah melalui pengeringan dijual kepada pedagang besar dengan harga kakao kering yang ditawarkan oleh pembeli sebesar Rp 8.000 per kg. Cara pembayaran hasil penjualan dilakukan secara tunai. Hasil penjualan kakao dapat dilihat pada tabel lampiran 16.
7.1.3 Kriteria Kelayakan Finansial Perhitungan arus biaya dan manfaat dapat menentukan kelayakan finans ial dari usaha perkebunan yang dilakukan oleh petani. Pada metode penelitian telah diuraikan kriteria yang digunakan dalam analisis kelayakan secara finansial yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Incremental Net Benafit digunakan untuk melihat besarnya manfaat yang diterima sebelum dan sesudah dilaksanakan proyek. Pada penelitian ini
70
sebelum proyek yaitu pada saat petani masih melaksanakan tanaman kayu manis dan setelah proyek yaitu pada saat prtani mengusahakan tanaman kakao. Nilai NPV yang diperoleh dari usaha perkebunan kayu manis adalah Rp 23.186.800 . Hal ini berarti usaha perkebunan kayu manis selama 16 tahun akan memberikan keuntungan sebesar Rp 23.186.800 menurut nilai sekarang. Net B/C yang diperoleh nilai besar dari satu yaitu Rp 2,1, berarti bahwa setiap pengeluaran Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 2,1. Nilai IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan (11,47 %) yaitu sebesar 18 persen. Hal ini berarti bahwa kemampuan perkebunan untuk mengembalikan modal yang digunakan lebih besar dari pada tingkat suku bunga. Berdasarkan kriteria investasi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa usaha perkebunan kulit manis layak dilaksanakan dan dapat memberikan keuntungan kepada petani. Nilai NPV yang diperoleh pada tanaman perkebunan kakao sebesar Rp 108.665.366 yang berarti bahwa menurut nilai sekarang tanaman kakao dapat memberikan keuntungan Rp 108.665.366. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu yaitu sebesar Rp 4,6 yang berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1 akan memberikan manfaat sebesar Rp 4,6. Nilai IRR yang dihasilkan yaitu sebesar 40 persen lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan (11,47 %). Berdasarkan kriteria investasi tersebut maka dapat dinyatakan bahwa usaha perkebunan kakao layak untuk dilaksanakan. Konversi
tanaman
dilakukan
apabila
tanaman
pengganti
dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan tanaman sebelumnya. Berdasarkan kriteria investasi dalam analisis finansial tanaman perkebunan kayu manis dan tanaman perkebunan kakao, maka dapat dilihat bahwa tanaman kakao
71
memberikan keuntungan yang lebih besar dari pada tanaman kayu manis sehingga tanaman kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis.
Tabel 16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi antara Kayu Manis dan Kakao dengan Luas Lahan Rata-rata 4 hektar Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio) Internal Rate of Return
Hasil Perhitungan Kayu Manis Kakao 23.186.800 108.665.366 2,1 4,6 18 % 40 %
Tanaman kakao merupakan tanaman pengganti kayu manis sehingga manfaat yang diperoleh dari menanam kakao dapat dilihat dari Incremental Net Benafit (INB). Incremental Net Benefit merupakan salah satu dari empat unsur cashflow yang menggambarkan manfaat bersih tambahan dari adanya proyek baru. Nilai Incremental Net Benefit
dari menanam kakao adalah sebesar Rp.
85.478.566 berarti bahwa jika petani melaksanakan konversi tana man kayu manis menjadi kakao maka kakao akan memberikan manfaat tambahan sebesar Rp. 85.478.566 selama umur proyek. Hal ini menunjukkan bahwa pengusahaan tanaman kaka dapat memerikan keuntungan bagi petani.
7.2 Analisis Sensitivitas Adanya ketidakpastian terhadap arus manfaat dan biaya pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi keberlangsungan pengusahaan perkebunan. Analisis sensitivitas digunakan untuk meneliti kembali pengaruh perubahanperubahan atas perhitungan manfaat dan biaya terhadap hasil ana lisis kelayakan finansial dari pengusahaan tanaman kayu manis dan kakao.
72
Perubahan yang terjadi pada analisis sensitivitas konversi tanaman kayu manis menjadi kakao adalah penurunan hasil produksi (1) sebesar 37,50 persen, penurunan harga jual output (2) sebesar 41,67 persen, serta peningkatan harga pupuk dan obat-obatan sebagai input pertanian (3) sebesar 8,33 persen. Perubahan tersebut didasarkan pada fluktuasi yang pernah terjadi di lokasi penelitian. Penurunan tingkat hasil produksi disebabkan adanya kecederungan petani yang tidak melakukan perawatan terhadap tanaman mereka sehingga hama penyakit leluasa untuk menyerang tanaman penurunan tersebut antara 80 Kg sampai dengan 50 Kg. Tingkat harga output dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang dijual oleh petani kepada pedagang pengumpul yang tergantung pada kualitas dari output itu sendiri penurunan harga output antara Rp 80.000 sampai dengan Rp 50.000. Kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak secara tidak langsung mempengaruhi harga input pertanian utamanya pupuk dan obat-obatan. Kenaikan harga pupuk berkisar antara Rp 50.000 sampai dengan Rp 60.000. Pada analisis sensitivitas perkebunan kakao digunakan komponen perubahan yang diasumsikan sama dengan tanaman kayu manis. Hal ini bertujuan untuk melihat tingkat kepekaan antara tanaman kayu manis dan kakao. Hasil analsis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Analisis Sensitivitas Kelayakan Finansial Perkebunan Konversi Tanaman Kayu Manis menjadi Kakao Komponen Perubahan
Tingkat perubahan
(1) (2) (3)
37,50 41,67 8,33
Kulit Manis IRR % 6.335.679 14 4.461.858 13 17.997.196 17 NPV
Net B/C 1,2 1,1 1,6
Kakao IRR % 55.812.551 27 45.599.901 28 108.090.954 38 NPV
Net B/C 2,8 3,1 4,4
73
Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa penurunan hasil produksi sebesar 37,50 menunjukkan kondisi layak. Hal ini dapat dilihat dari nilai NPV yang diperoleh positif, Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga. Apabila terjadi penurunan harga jual output sebesar 41,67 persen masih tetap menunjukan kriteria yang layak. Begitu pula halnya pada tanaman kakao apabila terjadi penurunan hasil produksi sebesar 37,50 persen dan harga jual output sebesar 41,67 persen masih menunjukkan kondisi yang layak. Jika terjadi peningkatan terhadap harga pupuk sebesar 8,33 persen menghasilkan NPV positif, Net B/C besar daripada satu dan IRR lebih besar dari pada tingkat suku bunga. Kriteria tersebut menyatakan bahwa perkebunan kayu manis dan kakao layak untuk diusahakan. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dinyatakan bahwa pada tingkat perubahan yang sama tanaman kayu manis dan kakao menunjukkan kondisi kelayakan. Namun, nilai kriteria investasi pada perkebunan kakao jauh lebih besar dibandingkan dengan kayu manis. Nilai kriteria tersebut memperlihatkan bahwa kakao layak untuk menggantikan kayu manis. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas dapat diketahui tingkat kepekaan suatu proyek terhadap perubahan yang terjadi selama produksi, hal ini dapat dilihat dari elastisitas NPV yang diperoleh suatu proyek. Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa untuk tanaman kayu manis lebih peka terhadap peningkatan harga pupuk dan obat-obatan, setiap peningkatan harga pupuk sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan NPV sebesar 1,58 persen. Pada tanaman kakao lebih peka terhadap penurunan hasil produksi, setiap penurunan hasil produksi sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan NPV sebesar 1,13 persen.
74
Tabel 19. Perbandingan Nilai Elastisitas NPV Kayu Manis dan Kakao Perubahan (%) Penurunan hasil produksi 37,50 Penurunan harga output 41,67 Peningkatan harga pupuk dan obat-obatan 8,33
Nilai elastisitas NPV (%) Kayu Manis Kakao 1,13 1,13 1,14 1,12 1,58 0,06
Tabel 19 menunjukkan bahwa tanaman kayu manis lebih peka terhadap perubahan selama produksi dibandingkan dengan tanaman kakao. Hal ini dapat dilihat dari nilai elastisitas NPV kayu manis yang lebih besar dibandingkan tanaman kakao. Oleh sebab itu tanaman kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis.
75
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan Konversi tanaman kayu manis menjadi kakao telah dilakukan oleh petani di Kecamatan Gunung Raya Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi sejak tahun 2003. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan beberapa kriteria antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Return (IRR). Berdasarkan hasil perhitungan pada tingkat diskonto 11,47 persen, kedua tanaman tersebut menguntungkan. Namun, dari kriteria investasi tersebut tanaman kakao lebih menguntungkan dibandingkan dengan tanaman kayu manis, sehingga dapat dinyatakan bahwa kakao layak untuk menggantikan tanaman kayu manis. Analisis sensitivitas yang dilakukan dengan menggunakan tiga komponen yaitu penurunan hasil produksi 37,50 persen, pernurunan harga output 41,67 persen dan peningkatan harga pupuk dan obat-obatan sebagai input pertanian sebesar 8,33 persen menunjukkan kondisi layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada tingkat perubahan yang diasumsikan sama antara kakao dan kayu manis, maka diperoleh bahwa tanaman kayu manis lebih peka terhadap perubahan pupuk dan obat-obatan, sedangkan pada tanaman kakao lebih peka terhadap perubahan hasil produksi.
76
8.2 Saran 1 . Untuk mencapai hasil produksi yang maksimal disarankan kepada petani agar memperhatikan sistem budidaya yang selama ini dilakukan utamanya dalam hal pemeliharaan tanaman. 2.
Harga kulit manis yang selalu mengalami fluktuasi dapat berdampak kepada motivasi petani untuk menanam kayu manis. Penyebab utama rendahnya harga yang ditawarkan pasar yaitu penurunan kualitas dari kayu manis. Penurunan kualitas kayu manis dapat diatasi dengan pengolahan pasca panen yang memenuhi standar ekspor. Hal ini dapat dilakukan melalui penyuluhan oleh pihak terkait.
3.
Mengingat pada saat musim panen jumlah produksi kakao yang meningkat maka perlu diperhatikan pasar sasaran sebagai tempat penyaluran hasil produksi pertanian, sehingga petani dapat mengurangi resiko yang terlalu besar antara lain rendahya harga yang ditawarkan pasar.
4.
Mengingat bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Kerinci merupakan kawasan TNKS, maka diharapkan kepada pemerintah untuk dapat mendukung program konservasi sumberdaya alam dengan mengembangkan budidaya kakao melalui penyediaan bibit unggul untuk lahan yang telah ada. Hal ini dikarenakan tanaman kakao merupakan tanaman yang berumur panjang yang dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem.
77
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2000. Kerinci Dalam Angka 1999. Kabupaten Kerinci. __________________. 2001. Kerinci Dalam Angka 2000. Kabupaten Kerinci. __________________. 2002. Kerinci Dalam Angka 2001. Kabupaten Kerinci. __________________. 2003. Kerinci Dalam Angka 2002. Kabupaten Kerinci. __________________. 2004. Kerinci Dalam Angka 2003. Kabupaten Kerinci. __________________. 2004. Produk Domestik Regional Bruto 2004. Kabupaten Kerinci. __________________. 2005. Kerinci Dalam Angka 2004. Kabupaten Kerinci. Dirjen Bina Produksi Perkebunan. 2005. Statististik Perkebunan Indonesia. Departemen Pertanian. Jakarta. Gittinger,
J. Price. 1986. Analisa Pertanian. UI. Press. Jakarta.
Ekonomi
Proyek-proyek
Gray, Clive et al. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek. PT. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta. Herlina.
2002. Analisis Kelayakan Finansial dan Kesempatan Kerja Proyek Konversi Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) menjadi Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jag) pada PTPN VI (persero) Kebun Rimbo Satu, Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi. Skripsi. Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Herman.
2004. Kiat dan Strategi H.Fauzi Siin Membangun Negeri Sekepal Tanah Surga. Geliat Anak Jakarta.
Husnan
dan Suwarsono. 1992. AMPYKPN. Yogyakarta.
Kadariah,
et al. 1999. Pengantar Evaluasi Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Studi
Kelayakan
Kerinci Negeri.
Proyek.
Proyek.
UPP
Lembaga
Pemerintah Kabupaten Kerinci. 2005. Masyarakat Lempur Kerinci Budidayakan Tanaman Coklat. Kerinci Membangun. Edisi Agustus 2005. Hlm.19.
78
Pramudia dan Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rismana, Butet. 2002. Analisis Kelayakan Investasi Secara Finansial dan Ekonomi pada Perkebunan Kakao. Skripsi. Bogor. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rismunandar, Ferry. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahannya. PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharto, Imam. 1997. Menajemen Proyek. Erlangga. Jakarta. Sagara, Zikri. 2003. Analisis Kelayakan Usahatani Kapas. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sunanto, Hatta. 1992. Coklat Pengolahan, Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyagarta. Yunita, Kiki. 2005. Analisis Manfaat Biaya Finansial Proyek Konversi Tanaman Karet menjadi Kelapa Sawit (Studi Kasus di Kebun Cikasungka PTPN VIII (persero) Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
79
80
Lampiran 1. Peta Kabupaten Kerinci
81
Lampiran 2. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL KONVERSI TANAMAN KAYU MANIS MENJADI KAKAO DI KECAMATAN GUNUNG RAYA KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI
I . Identitas Pribadi Responden 1. Waktu Wawancara 2. Nama 3. Umur 4. Jenis Kelamin 5. Alamat
:________________________________ :________________________________ :________________________________ : P / W :________________________________ ________________________________ 6. Pendidikan Terakhir:________________________________ 7. Pekerjaan : a. Tetap :____________________ b. Sampingan:____________________ 8. Pengalaman Bertani :____________________tahun 9. Status Perkawinan r Kawin r Belum Kawin r Janda/duda 10. Jumlah Tanggungan : a. Istri _________________ Orang b. Anak _________________ Orang 11. Status Petani o Pemilik o Penyewa o Bagi hasil o ____________________________ 12. Apa alasan membudidayakan tanaman kayu manis ? _______________________________ _______________________________ _______________________________ II. Budidaya Tanaman Kayu Manis 13. Status lahan o Lahan kepemilikan berupa ........ o Lahan pengusahaan ____________ha 14. Jenis/varietas kayu manis yang dibudidayakan ______________________________________________ 15. Perbanyakan kayu manis dilakukan dengan r Bibit r Tunas r Stek
82
16. Jarak tanam kayu manis _________________________ 17. Jumlah kebutuhan bibit _________________________ 18. Tempat penyemaian bibit r Bedengan r Polibag r ________________________________ 19. Sistem penanaman r Monokultur r Tumpang sari 20. Jika tumpang sari, tanaman sela yang dibudidayakan _______ 21. Waktu tanam kayu manis _____________________________ 22. Perkiraan panen ____________________________________ 23. Umur Pemanenan _____________________________ 24. Jenis Hama Penyakit _________________________________ III. Jenis Pengeluaran Budidaya Tanaman Kayu Manis • Lahan Budidaya Tanaman Kayu Manis 25. Status penggunaan lahan r Milik Sendiri r Milik orang lain r Sewa
(Rp.__________________/_______)
26. Pengelolaan lahan Jenis Lahan
Digarap Sendiri Luas (ha)
Harga Tanah
Digarap orang lain Luas (ha)
(Rp)
Harga Tanah (Rp)
Kebun • Kayu manis • Lainnya Pekarangan
• Biaya Investasi No.
Uraian
1.
Bangunan
2.
Peralatan
3.
...
Satuan
Harga (Rp)
83
• Penggunaan Bibit , Pupuk dan Obat-obatan pada Budidaya Tanaman Kayu Manis Uraian
Satuan
Harga (Rp)
Bibit Pupuk •
Urea
•
NPK
•
ZPT
•
KCl
•
TSP
•
Kompos
•
Kandang
Fungisida/Insektisida •
____________
•
____________
•
____________
Penggunaan Tenaga Kerja (Kerja dari Jam.............sampai.............) Uraian
HOK Dalam Keluarga
Biaya (Rp) Luar Keluarga
Persiapan Lahan Pembibitan Pembuatan Bedengan Penanaman Bibit Penjarangan Pemupukan Penyulaman Panen Total
84
• Biaya Pemeliharaan Uraian
Jumlah nilai (Rp)
Penyulaman Pemupukan Penjarangan Lainnya….. Total
• Pengeluaran Umum Perkebunan Uraian
Jumlah Nilai (Rp)
Iuran wajib Zakat produksi Pembayaran bunga Pengangkutan hasil panen Perbaikan alat Iuran Lainnya Total
IV.
Jenis Pemasukan dalam Budidaya Tanaman Kayu Manis
27. Modal Usaha perkebunan Kayu manis berasal dari: r Dana pribadi r Bekerjasama dengan orang lain r Bank / lembaga lainnya 28. Melakukan kerjasama dengan Bank/Lembaga r BRI (Rp.________________) r BNI (Rp.________________) r BPD (Rp.________________) r Koperasi (Rp.________________) r ________________________ 29. Selain kayu manis produk apa lagi yang dapat menghasilkan pemasukan bagi keluarga? _______________________________________________________________
85
•
Pemasukan/ Pendapatan Perkebunan Kayu Manis Uraian
Jumlah
Satuan Nilai (Rp)
Penjualan hasil pemanenan kering • Kayu Manis tipe AA • Kayu Manis tipe KM • Kayu Manis tipe KF • Kayu Manis tipe KS • Kayu Manis tipe KA • Kayu Manis tipe KTP • Kayu Manis tipe KB • Kayu Manis tipe KC Penjualan hasil pemanenan basah • Kayu Manis tipe AA • Kayu Manis tipe KM • Kayu Manis tipe KF • Kayu Manis tipe KS • Kayu Manis tipe KA • Kayu Manis tipe KTP • Kayu Manis tipe KB • Kayu Manis tipe KC Penjualan selain kulit manis Hibah atau hadiah Total
30. Hasil panen dijual kepada r Pedagang Pengumpul r Pengecer r Eksportir r _________________
31. Status Pembayaran hasil penjualan _________________________________ 32. Jika punya Hutang, bagaimana status pembayaran _____________________
86
Konversi Menjadi Kakao 31. Apa alasan anda mengganti tanaman kayu manis menjadi kakao o Harga kulit manis yang rendah o Produksi kulit manis yang menurun o Kualitas kayu manis yang menurun o Penerimaan tahunan yang akan diperoleh 32. Luas lahan kayu manis yang dikonversi menjadi kakao______________ha 33. Pengusahaannya dilakukan o Sendiri o Bagi hasil o Lainnya______________________ 34. Jenis kakao yang ditanam ___________________________ 35. Cara mendapatkan bibit _____________________________ 36. Jenis tanaman pelindung yang digunakan _______________ 37. Jarak tanam tanaman kakao __________________________ 38. Lama Mengusahakan tanaman kakao __________________ V. •
Pengeluaran Tanaman Kakao Biaya Investasi
Uraian Bangunan Peralatan
Jumlah
Satuan Nilai (Rp)
Total • Biaya Bibit, pupuk dan Obat-obatan yang digunakan Uraian Bibit
Jumlah
Satuan Nilai
Pupuk • ZA • TSP • KCl • Urea • Kleserit • Kandang • Kompos Obat-obatan Total 39. Status lahan pertanian o o o
Milik sendiri Warisan Orang lain
87
• Penggunaan Tenaga Kerja Uraian
Jumlah (HOK) Dalam Keluarga
Satuan nilai (Rp)
Luar Keluarga
Penyemaian bibit Penyiapan lahan Penanaman Pohon pelindung Penanaman Bibit Kakao Penyulaman Pengendalian HPT Pemupukan Pemangkasan Pemungutan buah kakao Pengolahan buah kakao Total
• Pengeluaran umum lainnya Uraian Pajak Iuran Wajib Zakat Produksi Pembayaran Bunga Pinjaman Perbaikan Alat Pengankutan Listrik Total
Jumlah
Satuan Nilai (Rp)
VI. Pemasukan Tanaman Kakao 40. Umur panen kakao ________________________tahun 41. Jenis pemasukan lain yang diperoleh dari membudidayakan kakao__________ 42. Sumber modal o Pinjaman o Sendiri o Lainnya______________________ 43. Hasil panen dijual Kepada ___________________________ 44. Hasil panen yang dijual berupa o Buah kakao Rp_______________/kg o Biji kakao Rp_______________/kg o Lainnya_________________
88
•
Pemasukan Budidaya Tanaman Kakao
Uraian Penjualan hasil panen kakao Hibah/hadiah Total
Jumlah
Harga(Rp)
89
Lampiran 3. Karakteristik Responden Nama No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito Spd.MM FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman
Umur
Alamat
46 41 46 31 41 55 62 60 25 32
Ds.Baru Lempur Lempur Tengah Lempur Tengah Lempur Mudik Lempur Mudik Ds.Baru Lempur Lempur Mudik Lempur Mudik Ds.Baru Lempur Lolo Gedang
43 39 30 35 39 54 40 46 58 38 50 45
Ds.Baru Lempur Pasar Kerman Lempur Tengah Lempur Mudik Ds.Baru Lempur Tj.Pauh Mudik Lolo Kecil Ds.Pancuran Tiga Lempur Tengah Lempur Tengah Salampaung Lolo Gedang
JK P V V V V
Pdd.Terakhir
V
V V V V V V V V V V V V
DiJual Kpd
SD SMK SD SMA SMA SMP S1 Ekonomi SMA SD SMA
Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik
pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong
S1 SMA SMP SMP SMA S1 SD S2 PGSLP SMA SD SD
PNS Tani Nelayan Tani Buruh Ka.Banwasda Tani PNS PNS Tani Tani Tani
Pemilik Pemilik Pemilik Bagi hasil Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik
pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong
W
V V V V V
Status Petani
Pekerjaan Tetap Tdk.Tetap Tani x Tani x Tani x Tani Dagang Tani x Tani x Ka.KPU Tani Tani Ojek Tani x Tani Swasta Tani x Tani x Tani Tani x Tani Tani x x x
90
Lanjutan Lampiran 3 . Karakteristik Responden 23 24 25 26 27 28 29 30
Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti
30 39 32 35 39 43 40 38
Lempur Tengah Lempur Mudik Lolo Gedang Lempur Ds.Baru Lempur Lempur Tengah Lempur Lempur Mudik
V V V V V V V V
SMP SMP SMA SMA SD S1 S1 SMA
Tani Nelayan Buruh Tani Tani PNS Guru Tani
x Tani Tani Swasta x Tani Tani x
Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik Pemilik
pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong pemborong
91
Lampiran 4. Ekspor Kayu Manis Periode Januari – November 2005 Negara Tujuan Ekspor Japan Korea Taiwan China Thailand Singapore Malaysia Maldives India Pakistan Saudi Arabian Jordan Libanon Siria Arab Republik Turkey United Arab Emirat Cyprus Egypht Libian Arab Jamahiriah Monoco Tunisia Algeria Sudan Shouth Africa Mauritius Australia East Timor United State Canada Mexico Suriname Venezuela Brazil Colombia Uruguay Dominican Republik Costanica Dominica United Kingdom Netherland Franch German Belgium Denmark Nurway Sweden Itali Spain Portugal Grece Poland Rumania Ukraina Rusia fed.SB
Total
Berat Bersih 1.200 12.1570 253.523 46.400 1.195.213 1.003.591 911.451 744 733.428 140.000 10.000 96.999 16.000 80.500 206.416 562.417 100.000 83.254 20.000 97.000 34.000 467.197 1.112 80.019 22.750 89.114 13.000 13.350.101 1.027.642 152.817 7.850 42.757 1.610.384 101.497.999 832.249 28.049 51.215 68.000 5.202.140 411.997 1.313.058 253.073 56.020 9.000 185.346 142.514 144.493 191.997 352.396 95.000 61.000 12.000 168.061 120.002
32.224.034
91
Lampiran 5. Penggunaan Tenaga Kerja Tanaman Kayu Manis per Responden (Orang) Jumlah Tenaga Kerja (orang) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti ToTal Rata-rata
Luas (ha) 1 1.5 2.5 2 2 2 52 1 1 1
Persiapan Lahan 4 7 10 10 5 8 26 5 5 7
Pembibitan 0 4 0 3 4 2 26 2 3 0
Penanaman 5 8 10 8 10 7 26 5 6 5
Pemupukan 4 5 8 5 6 4 26 2 3 4
Penyiangan Gulma 4 4 8 5 6 6 26 2 4 4
Total 17 28 36 31 31 27 130 16 21 20
2 1.5 2 0.5 1.5
8 8 8 4 6
3 4 2 2 4
6 8 6 4 8
4 4 3 2 4
6 6 4 2 4
27 30 23 14 26
4 2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5 109.5 4
10 5 6 6 9 8 8 8 4 4 6 9 10 4 12 230 8
5 0 3 4 0 4 0 4 2 0 2 5 4 0 8 100 3
10 6 8 8 9 5 6 6 5 4 4 6 8 4 10 221 7
6 4 6 4 4 4 3 3 2 2 2 4 6 2 8 144 5
8 4 4 4 6 4 4 5 4 2 2 6 6 2 8 160 5
39 19 27 26 28 25 21 26 17 12 16 30 34 12 46 855 29
92
Lampiran 6. Jumlah Upah Tenaga Kerja Kulit Manis (Rp)
No
Nama
1 2 3
Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah
4 5 6
Sakir Maryani Ibnu Hajar
7 8 9
Husni Hasan Herman Ungu
Luas (ha)
Persiapan Lahan
Jumlah Upah (Rp) Penanaman Pembibitan Bibit Pemupukan
Penyiangan Gulma
1 1.5 2.5
80000 80000 160000
340000 560000 720000
100000 160000 200000
20000 40000 60000
80000 80000 160000
2 2 2
100000 120000 120000
620000 620000 540000
160000 200000 140000
80000 100000 120000
100000 120000 120000
52 1 1
520000 40000 80000
2600000 320000 420000
520000 100000 120000
140000 160000 180000
520000 40000 80000
10 11 12
Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim
1 2 1.5
80000 120000 120000
400000 540000 600000
100000 120000 160000
200000 220000 240000
80000 120000 120000
13 14 15
Syahrial Adam Malik Harion
2 0.5 1.5
80000 40000 80000
460000 280000 520000
120000 80000 160000
260000 280000 300000
80000 40000 80000
16 17 18
Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito
4 2 2.5
160000 80000 80000
780000 380000 540000
200000 120000 160000
320000 340000 360000
160000 80000 80000
19 20 21
FajriSyam Efrizal Tijah
2 3 2
80000 120000 80000
520000 560000 500000
160000 180000 100000
380000 400000 420000
80000 120000 80000
22 23 24
Sukirman Syahriawandi Yanuardi
2 2 1.5
80000 100000 80000
420000 520000 340000
120000 120000 100000
440000 460000 480000
80000 100000 80000
25 26 27
Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp
1 1 3
40000 40000 120000
240000 320000 600000
80000 80000 120000
500000 520000 540000
40000 40000 120000
28 29 30
Habib Ali Zuryanti
4 1 5
120000 40000 160000
680000 240000 920000
160000 80000 200000
560000 580000 600000
120000 40000 160000
109.5 4 4
3200000 106667 153400
17100000 570000 66700
4420000 147333 147350
9300000 310000 310000
3200000 106667 106700
ToTal Rata-rata Pembulatan
93
Lampiran 7. Data Penggunaan Tenaga Kerja Pada Tanaman Sela (kopi) Tenaga Kerja Tanaman Kopi Luas Penanaman No Nama (ha) bibit Pemupukan Pemeliharaan Pemanenan 1 Daniel .Sag 1 6 6 4 8 2 Ainul Yakin 1.5 0 0 0 0 3 Hamzah 2.5 0 0 0 0 4 Sakir 2 12 12 8 16 5 Maryani 2 0 0 0 0 6 Ibnu Hajar 2 0 0 0 0 7 Husni Hasan 52 312 312 208 416 8 Herman 1 6 6 4 8 9 Ungu 1 6 6 4 8 10 Afrizal 1 0 0 0 0 Maskut 11 Pakhpahan 2 12 12 8 16 12 Hakim 1.5 9 9 6 12 13 Syahrial 2 0 0 0 0 14 Adam Malik 0.5 0 0 0 0 15 Harion 1.5 0 0 0 0 16 Maaruf Kari SPd 4 24 24 16 32 17 Abu Bakar 2 12 12 8 16 18 Hardito 2.5 0 0 0 0 19 FajriSyam 2 12 12 8 16 20 Efrizal 3 18 18 12 24 21 Tijah 2 0 0 0 0 22 Sukirman 2 0 0 0 0 23 Syahriawandi 2 0 0 0 0 24 Yanuardi 1.5 0 0 0 0 25 Sarifinaldi 1 0 0 0 0 26 Tunggurahman 1 6 6 4 8 27 Limadok Sp 3 18 18 12 24 28 Habib 4 24 24 16 32 29 Ali 1 6 6 4 8 30 Zuryanti 5 30 30 20 40 ToTal 109.5 513 513 342 684 Rata-rata 4 17 17 11 23
Pasca Panen 4 0 0 8 0 0 208 4 4 0 8 6 0 0 0 16 8 0 8 12 0 0 0 0 0 4 12 16 4 20 342 11
94
Lampiran 8. Tenaga Kerja Tanaman Pohon Pelindung (Lamtoro)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti
Luas (ha) 1 1.5 2.5 2 2 2 12 1 1 1 2 1.5 2 0.5 1.5 4 2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5
Tenaga Kerja Pohon Pelindung Penyetekan Pohon Penanaman Pemangakasan 6 5 3 9 6 4 15 10 7 12 10 6 12 10 6 12 10 6 50 60 36 6 5 3 6 5 3 6 5 3 12 10 6 9 7 4 12 10 6 3 3 2 9 6 4 24 20 12 12 10 6 15 10 7 12 10 6 18 15 9 12 10 6 12 10 6 12 10 6 9 7 4 6 5 3 6 5 3 18 15 9 24 10 10 6 5 3 30 25 15
95
Lampiran 9. Data Upah Tenaga Kerja Tanaman Pohon Pelindung (Lamtoro)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti Total Rata-rata Pembulatan
Penyetekan Pohon 120000 180000 300000 240000 240000 240000 1000000 120000 120000 120000 240000 180000 240000 60000 180000 480000 240000 300000 240000 360000 240000 240000 240000 180000 120000 120000 360000 480000 120000 600000 7900000 263333 263350
Jumlah Upah (Rp) Penanaman 100000 120000 200000 200000 200000 200000 1200000 100000 100000 100000 200000 140000 200000 60000 120000 400000 200000 200000 200000 300000 200000 200000 200000 140000 100000 100000 300000 200000 100000 500000 6580000 219333 219350
Pemangakasan 60000 80000 140000 120000 120000 120000 720000 60000 60000 60000 120000 80000 120000 40000 80000 240000 120000 140000 120000 180000 120000 120000 120000 80000 60000 60000 180000 200000 60000 300000 4080000 136000 136000
96
Lampiran 10 . Data Tenaga Kerja pada Tanaman Kakao
1 1.5 2.5 2 2
5 7 10 8 8
6 9 15 12 12
Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu
2 12 1 1
10 30 5 5
12 50 6 6
6 30 3 3
12 50 6 6
12 50 6 6
6 30 3 3
12 50 6 6
6 30 3 3
20 120 10 10
10 11 12
Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim
1 2 1.5
4 8 7
6 12 9
3 6 4
6 12 9
6 12 9
3 6 4
6 12 9
3 6 4
10 20 15
13 14 15 16
Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd
2 0.5 1.5 4
10 2 7 10
12 3 9 10
6 2 4 10
12 3 9 10
12 3 9 10
6 2 4 10
12 3 9 15
6 2 4 12
20 10 15 40
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti
2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5
6 10 6 10 8 6 6 4 4 6 10 12 4 18
12 15 12 18 12 12 12 9 6 6 18 24 6 30
6 7 6 9 6 6 6 4 3 3 9 12 3 15
12 15 12 18 12 12 12 9 6 6 18 24 6 30
12 15 12 18 12 12 12 9 6 6 18 24 6 30
6 6 6 9 6 6 6 4 3 3 9 12 3 15
12 15 12 18 12 12 12 9 6 6 18 24 6 30
6 6 6 9 6 6 6 4 3 3 9 12 3 15
20 20 20 30 20 20 20 15 10 10 30 40 10 50
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani
6 7 8 9
97
Luas
Pembuatan Lubang
Tenaga Kerja Pada Kakao Penanaman Bibit Pemupukan Penyulaman 6 6 3 9 9 4 15 15 7 12 12 6 12 12 6
Penyemaian bibit 3 4 6 6 6
No 1 2 3 4 5
Persiapan Lahan
Pemangakasan 6 9 15 12 12
Penyiangan gulma 3 4 7 6 6
Pemanenan 10 15 25 20 20
Lampiran 11. Data Upah Tenaga Kerja Kakao No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
98
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti Total Rata-rata Pembulatan
Luas 1 1.5 2.5 2 2 2 12 1 1 1
Tenaga Kerja Pada Coklat Persiapan Pembuatan Penyemaian Lahan Lubang bibit 100000 120000 60000 140000 180000 80000 200000 300000 120000 160000 240000 120000 160000 240000 120000 200000 240000 120000 600000 1000000 600000 100000 120000 60000 100000 120000 60000 80000 120000 60000
Penanaman Bibit 120000 180000 300000 240000 240000 240000 1000000 120000 120000 120000
Pemupukan 120000 180000 300000 240000 240000 240000 1000000 120000 120000 120000
Penyulaman 60000 80000 140000 120000 120000 120000 600000 60000 60000 60000
Pemangakasan 120000 180000 300000 240000 240000 240000 1000000 120000 120000 120000
Penyiangan gulma 60000 80000 140000 120000 120000 120000 600000 60000 60000 60000
Pemanenan 200000 300000 500000 400000 400000 400000 2400000 200000 200000 200000
2 1.5 2 0.5 1.5
160000 140000 200000 40000 140000
240000 180000 240000 60000 180000
120000 80000 120000 40000 80000
240000 180000 240000 60000 180000
240000 180000 240000 60000 180000
120000 80000 120000 40000 80000
240000 180000 240000 60000 180000
120000 80000 120000 40000 80000
400000 300000 400000 200000 300000
4 2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5 69.5 2 2
200000 120000 200000 120000 200000 160000 120000 120000 80000 80000 120000 200000 240000 80000 360000 4920000 164000 164000
200000 240000 300000 240000 360000 240000 240000 240000 180000 120000 120000 360000 480000 120000 600000 7620000 254000 254000
200000 120000 140000 120000 180000 120000 120000 120000 80000 60000 60000 180000 240000 60000 300000 3940000 131333 131350
200000 240000 300000 240000 360000 240000 240000 240000 180000 120000 120000 360000 480000 120000 600000 7620000 254000 254000
200000 240000 300000 240000 360000 240000 240000 240000 180000 120000 120000 360000 480000 120000 600000 7620000 254000 254000
200000 120000 120000 120000 180000 120000 120000 120000 80000 60000 60000 180000 240000 60000 300000 3940000 131333 131350
300000 240000 300000 240000 360000 240000 240000 240000 180000 120000 120000 360000 480000 120000 600000 7720000 257333 257350
240000 120000 120000 120000 180000 120000 120000 120000 80000 60000 60000 180000 240000 60000 300000 3980000 132667 132700
800000 400000 400000 400000 600000 400000 400000 400000 300000 200000 200000 600000 800000 200000 1000000 13900000 463333 463350
Lampiran 12. Data Pengeluaran Bibit dan Peralatan Kayu Manis dan Kakao No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
99
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti Total Rata -rata Pembulatan
Bibit Kayu Manis Jumlah Rp 800 0 1200 600000 2000 0 1600 800000 1600 0 1500 750000 41600 20800000 800 400000 800 0 500 0 1600 800000 1200 600000 1500 750000 400 200000 1600 800000 3000 1500000 1600 0 2000 1000000 1600 800000 2400 0 1600 800000 1600 0 1500 750000 1200 600000 800 0 500 250000 2400 1200000 3200 1600000 800 0 3500 1750000 86400 36750000 2880 1225000 2880 1225000
Bibit Kakao Jumlah Rp 1250 3125000 1875 4687500 3125 7812500 2500 6250000 2500 6250000 2500 6250000 15000 37500000 1250 3125000 1250 3125000 1250 3125000 2500 6250000 1875 4687500 2500 6250000 625 1562500 1875 4687500 5000 12500000 2500 6250000 3125 7812500 2500 6250000 3750 9375000 2500 6250000 2500 6250000 2500 6250000 1875 4687500 1250 3125000 1250 3125000 3750 9375000 5000 12500000 1250 3125000 6250 15625000 86875 217187500 2896 7239583 2898 7239600
Cangkul 2 2 3 4 2 2 20 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 4 93 3 3
Peralatan (buah) Golok Gerobak 0 2 0 0 2 0 1 2 1 0 2 1 0 2 0 1 2 0 5 10 5 0 2 0 0 2 0 0 2 0 0 3 1 0 2 0 0 3 0 0 2 0 0 2 0 2 4 1 1 2 1 1 2 1 0 2 1 1 3 1 0 2 1 0 3 1 1 2 1 0 2 0 0 2 0 0 3 0 1 2 1 1 3 2 0 2 1 2 3 2 17 77 22 0.566666667 3 0.733333 1 3 1 Sprayer
Sepatu Bot 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3 38 1 1
Lampiran 13. Data Pengeluaran Peralatan dan Bangunan (RP) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
100
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti Total Rata-rata
Peralatan(Rp) Cangkul Sprayer Golok Gerobak Sepatu Bot 60000 0 40000 0 50000 60000 0 40000 0 50000 90000 200000 40000 185000 100000 120000 0 40000 185000 100000 60000 0 40000 0 100000 60000 200000 40000 0 100000 600000 1000000 200000 925000 50000 60000 0 40000 0 50000 60000 0 40000 0 50000 60000 0 40000 0 50000 60000 0 60000 185000 50000 60000 0 40000 0 50000 90000 0 60000 0 50000 60000 0 40000 0 50000 90000 0 40000 0 50000 90000 400000 80000 185000 50000 90000 200000 40000 185000 50000 90000 200000 40000 185000 50000 60000 0 40000 185000 50000 90000 200000 60000 185000 100000 60000 0 40000 185000 50000 60000 0 60000 185000 50000 60000 200000 40000 185000 50000 90000 0 40000 0 50000 90000 0 40000 0 50000 60000 0 60000 0 50000 90000 200000 40000 185000 50000 90000 200000 60000 370000 100000 60000 0 40000 185000 50000 120000 400000 60000 370000 150000 2790000 3400000 1540000 4070000 1900000 93000 113400 51350 135700 63350
Total
Bangunan 150000 150000 615000 445000 200000 400000 2775000 150000 150000 150000 355000 150000 200000 150000 180000 805000 565000 565000 335000 635000 335000 355000 535000 180000 180000 170000 565000 820000 335000 1100000 13700000 456700
500000 500000 2500000 350000 500000 100000 15000000 1000000 1000000 500000 1500000 1500000 300000 200000 500000 2500000 300000 1000000 500000 1500000 1000000 1000000 500000 1500000 1000000 2000000 10000000 1500000 1000000 1250000 52500000 1750000
Lampiran 14. Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan Kayu Manis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
101
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti ToTal Rata-rata
Luas(ha) 1 1.5 2.5 2 2 2 52 1 1 1 2 1.5 2 0.5 1.5 4 2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5 109.5 4
Jenis Pupuk (Kg) dan obat-obatan Kandang Urea 2000 150 2500 225 4500 375 4000 300 4000 300 4000 300 104000 7800 2000 150 1500 150 2000 150 4000 300 2500 225 4000 300 1000 75 2000 225 8000 600 4000 300 4500 375 4000 300 6000 450 4000 300 4000 300 3000 300 2000 225 2000 150 2500 150 6000 450 8000 600 2500 150 10000 750 214500 16425 7150 548
Round_up(Lt) 0 0 0 0 2 2 100 0 0 0 3 2 4 0 0 2 2 2 3 2 2 2 2 0 0 0 0 4 0 5 139 5
Kandang 200000 250000 450000 400000 400000 400000 10400000 200000 150000 200000 400000 250000 400000 100000 200000 800000 400000 450000 400000 600000 400000 400000 300000 200000 200000 250000 600000 800000 250000 1000000 21450000 715000
Jumlah Pengeluaran (Rp) Urea Rondup 210000 0 315000 0 525000 0 420000 0 420000 90000 420000 90000 10920000 4500000 210000 0 210000 0 210000 0 420000 135000 315000 90000 420000 180000 105000 0 315000 0 840000 90000 420000 90000 525000 90000 420000 135000 630000 90000 420000 90000 420000 90000 420000 90000 315000 0 210000 0 210000 0 630000 0 840000 180000 210000 0 1050000 225000 22995000 6255000 766500 208500
Lampiran 15. Data Penggunaan Pupuk Tanaman Kakao dan Tanaman Sela Kulit Manis No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
102
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti Total
Luas(ha) 1 1.5 2.5 2 2 2 52 1 1 1 2 1.5 2 0.5 1.5 4 2 2.5 2 3 2 2 2 1.5 1 1 3 4 1 5 109.5
Pupuk Coklat (Kg) Kandang ZA 3000 50 4500 75 7500 125 6000 100 6000 100 6000 100 156000 2600 3000 50 3000 50 3000 50 6000 100 4500 75 6000 100 1500 25 4500 75 12000 200 6000 100 7500 125 6000 100 9000 150 6000 100 6000 100 6000 100 4500 75 3000 50 3000 50 9000 150 12000 200 3000 50 15000 250 328500 5475
Jumlah (Rp) Kandang ZA 300000 70000 450000 112500 750000 187500 600000 150000 600000 150000 600000 150000 15600000 3900000 300000 75000 300000 75000 300000 75000 600000 150000 450000 112500 600000 150000 150000 37500 450000 112500 1200000 300000 600000 150000 750000 187500 600000 150000 900000 225000 600000 150000 600000 150000 600000 150000 450000 112500 300000 75000 300000 75000 900000 225000 1200000 300000 300000 75000 1500000 375000 32850000 8207500
Total 370000 562500 937500 750000 750000 750000 19500000 375000 375000 375000 750000 562500 750000 187500 562500 1500000 750000 937500 750000 1125000 750000 750000 750000 562500 375000 375000 1125000 1500000 375000 1875000 41057500
Jenis Pupuk Kopi(Kg Kandang Urea 1200 100 1800 150 3000 250 2400 200 2400 200 2400 200 60000 5000 1200 100 1200 100 1200 100 2400 200 1800 150 2400 200 600 50 1800 150 4800 400 2400 200 3000 250 2400 200 3600 300 2400 200 2400 200 2400 200 1800 150 1200 100 1200 100 3600 300 4800 400 1200 100 6000 500 129000 10750
Jumlah (Rp) Kandang Urea 120000 140000 180000 210000 300000 350000 240000 280000 240000 280000 240000 280000 6000000 7000000 120000 140000 120000 140000 120000 140000 240000 280000 180000 210000 240000 280000 60000 70000 180000 210000 480000 560000 240000 280000 300000 350000 240000 280000 360000 420000 240000 280000 240000 280000 240000 280000 180000 210000 120000 140000 120000 140000 360000 420000 480000 560000 120000 140000 600000 700000 12900000 15050000
Lampiran 16. Pemasukan Kayu Manis Jenis Pemasukan No.
Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
103
Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti TOTAL RATA-RATA
Luas 1 ha 1,5 ha 2,5 ha 2 ha 2 ha 2 ha 52 ha 1 ha 1 ha 1 ha 2 ha 1,5 ha 2 ha 05 ha 1,5 ha 4 ha 2 ha 2,5 ha 2 ha 3 ha 2 ha 2 ha 2 ha 1,5 ha 1ha 1 ha 3 ha 4 ha 1 ha 5 ha 4 Ha
Kulit Manis I
Kulit Manis II 20000000 30000000 50000000 40000000 40000000 37500000 1040000000 20000000 20000000 12500000 40000000 30000000 37500000 10000000 40000000 75000000 40000000 50000000 40000000 60000000 40000000 40000000 37500000 30000000 20000000 12500000 60000000 80000000 20000000 87500000 2160000000 72000000
32000000 48000000 80000000 64000000 64000000 75000000 1664000000 32000000 32000000 20000000 64000000 48000000 60000000 16000000 64000000 120000000 64000000 80000000 64000000 96000000 64000000 64000000 60000000 48000000 32000000 25000000 96000000 128000000 32000000 140000000 3476000000 117216000
Lampiran 17. Data Hasil Panen Kakao Umur 3 – 15 Tahun Jumlah Biji Kering (Kg) No.
Luas
Jum.Bibit
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
Daniel .Sag
Nama
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
2
Ainul Yakin
1.5
1875
900
1350
1800
2100
2400
2700
2550
2700
2550
2400
2250
2100
2100
3
Hamzah
2.5
3125
1500
2250
3000
3500
4000
4500
4250
4500
4250
4000
3750
3500
3500
4
Sakir
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
5
Maryani
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
6
Ibnu Hajar
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
7
Husni Hasan
12
15000
7200
10800
14400
16800
19200
21600
20400
21600
20400
19200
18000
16800
16800
8
Herman
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
9
Ungu
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
10
Afrizal
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
11
Maskut Pakhpahan
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
12
Hakim
1.5
1875
900
1350
1800
2100
2400
2700
2550
2700
2550
2400
2250
2100
2100
13
Syahrial
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
14
Adam Malik
0.5
625
300
450
600
700
800
900
850
900
850
800
750
700
700
15
Harion
1.5
1875
900
1350
1800
2100
2400
2700
2550
2700
2550
2400
2250
2100
2100
16
Maaruf Kari SPd
4
5000
2400
3600
4800
5600
6400
7200
6800
7200
6800
6400
6000
5600
5600
17
Abu Bakar
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
18
Hardito
2.5
3125
1500
2250
3000
3500
4000
4500
4250
4500
4250
4000
3750
3500
3500
19
FajriSyam
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
20
Efrizal
3
3750
1800
2700
3600
4200
4800
5400
5100
5400
5100
4800
4500
4200
4200
21
Tijah
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
22
Sukirman
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
23
Syahriawandi
2
2500
1200
1800
2400
2800
3200
3600
3400
3600
3400
3200
3000
2800
2800
24
Yanuardi
1.5
1875
900
1350
1800
2100
2400
2700
2550
2700
2550
2400
2250
2100
2100
25
Sarifinaldi
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
26
Tunggurahman
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
27
Limadok Sp
3
3750
1800
2700
3600
4200
4800
5400
5100
5400
5100
4800
4500
4200
4200
28
Habib
4
5000
2400
3600
4800
5600
6400
7200
6800
7200
6800
6400
6000
5600
5600
29
Ali
1
1250
600
900
1200
1400
1600
1800
1700
1800
1700
1600
1500
1400
1400
30
Zuryanti
5
6250
3000
4500
6000
7000
8000
9000
8500
9000
8500
8000
7500
7000
7000
104
Lanjutan Lampiran 17. Data Hasil Panen Kakao Umur 3 – 15 Tahun Jumlah biji Kering (Kg) No. 1
Nama Daniel .Sag
16 1300
17 1300
18 1300
19 1200
20 1200
21 1100
22 1000
23 700
24 700
25 700
2 3
Ainul Yakin Hamzah
1950 3250
1950 3250
1950 3250
1800 3000
1800 3000
1650 2750
1500 2500
1050 1750
1050 1750
1050 1750
4 5 6 7
Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan
2600 2600 2600 15600
2600 2600 2600 15600
2600 2600 2600 15600
2400 2400 2400 14400
2400 2400 2400 14400
2200 2200 2200 13200
2000 2000 2000 12000
1400 1400 1400 8400
1400 1400 1400 8400
1400 1400 1400 8400
8 9
Herman Ungu
1300 1300
1300 1300
1300 1300
1200 1200
1200 1200
1100 1100
1000 1000
700 700
700 700
700 700
1300
1300
1300
1200
1200
1100
1000
700
700
700
11 12 13
Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial
2600 1950 2600
2600 1950 2600
2600 1950 2600
2400 1800 2400
2400 1800 2400
2200 1650 2200
2000 1500 2000
1400 1050 1400
1400 1050 1400
1400 1050 1400
14 15
Adam Malik Harion
650 1950
650 1950
650 1950
600 1800
600 1800
550 1650
500 1500
350 1050
350 1050
350 1050
16 17
Maaruf Kari SPd Abu Bakar
5200 2600
5200 2600
5200 2600
4800 2400
4800 2400
4400 2200
4000 2000
2800 1400
2800 1400
2800 1400
18 19
Hardito FajriSyam
3250 2600
3250 2600
3250 2600
3000 2400
3000 2400
2750 2200
2500 2000
1750 1400
1750 1400
1750 1400
20 21 22 23
Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi
3900 2600 2600 2600
3900 2600 2600 2600
3900 2600 2600 2600
3600 2400 2400 2400
3600 2400 2400 2400
3300 2200 2200 2200
3000 2000 2000 2000
2100 1400 1400 1400
2100 1400 1400 1400
2100 1400 1400 1400
24 25
Yanuardi Sarifinaldi
1950 1300
1950 1300
1950 1300
1800 1200
1800 1200
1650 1100
1500 1000
1050 700
1050 700
1050 700
26 27
Tunggurahman Limadok Sp
1300 3900
1300 3900
1300 3900
1200 3600
1200 3600
1100 3300
1000 3000
700 2100
700 2100
700 2100
28 29 30
Habib Ali Zuryanti
5200 1300 6500
5200 1300 6500
5200 1300 6500
4800 1200 6000
4800 1200 6000
4400 1100 5500
4000 1000 5000
2800 700 3500
2800 700 3500
2800 700 3500
10
105
Lampiran 18. Data Pemasukan Kakao dari Hasil Penjualan Kakao No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
106
Nama Daniel .Sag Ainul Yakin Hamzah Sakir Maryani Ibnu Hajar Husni Hasan Herman Ungu Afrizal Maskut Pakhpahan Hakim Syahrial Adam Malik Harion Maaruf Kari SPd Abu Bakar Hardito FajriSyam Efrizal Tijah Sukirman Syahriawandi Yanuardi Sarifinaldi Tunggurahman Limadok Sp Habib Ali Zuryanti TOTAL RATA-RATA Pembulatan
Luas 1 1250 1.5 1875 2.5 3125 2 2500 2 2500 2 2500 12 15000 1 1250 1 1250 1 1250
3 4800000 7200000 12000000 9600000 9600000 9600000 57600000 4800000 4800000 4800000
2 2500 1.5 1875 2 2500 0.5 625 1.5 1875 4 5000 2 2500 2.5 3125 2 2500 3 3750 2 2500 2 2500 2 2500 1.5 1875 1 1250 1 1250 3 3750 4 5000 1 1250 5 6250 69.5 86875 2 2896
9600000 7200000 9600000 2400000 7200000 19200000 9600000 12000000 9600000 14400000 9600000 9600000 9600000 7200000 4800000 4800000 14400000 19200000 4800000 24000000 333600000 11120000 11120000
4 7200000 10800000 18000000 14400000 14400000 14400000 86400000 7200000 7200000 7200000
5 9600000 14400000 24000000 19200000 19200000 19200000 115200000 9600000 9600000 9600000
Pemasukan (Rp) 6 7 11200000 12800000 16800000 19200000 28000000 32000000 22400000 25600000 22400000 25600000 22400000 25600000 134400000 153600000 11200000 12800000 11200000 12800000 11200000 12800000
14400000 19200000 22400000 10800000 14400000 16800000 14400000 19200000 22400000 3600000 4800000 5600000 10800000 14400000 16800000 28800000 38400000 44800000 14400000 19200000 22400000 18000000 24000000 28000000 14400000 19200000 22400000 21600000 28800000 33600000 14400000 19200000 22400000 14400000 19200000 22400000 14400000 19200000 22400000 10800000 14400000 16800000 7200000 9600000 11200000 7200000 9600000 11200000 21600000 28800000 33600000 28800000 38400000 44800000 7200000 9600000 11200000 36000000 48000000 56000000 500400000 667200000 778400000 16680000 22240000 25946667 16680000 22240000 25944000
25600000 19200000 25600000 6400000 19200000 51200000 25600000 32000000 25600000 38400000 25600000 25600000 25600000 19200000 12800000 12800000 38400000 51200000 12800000 64000000 889600000 29653333 29656000
8 14400000 21600000 36000000 28800000 28800000 28800000 172800000 14400000 14400000 14400000
9 13600000 20400000 34000000 27200000 27200000 27200000 163200000 13600000 13600000 13600000
10 14400000 21600000 36000000 28800000 28800000 28800000 172800000 14400000 14400000 14400000
28800000 21600000 28800000 7200000 21600000 57600000 28800000 36000000 28800000 43200000 28800000 28800000 28800000 21600000 14400000 14400000 43200000 57600000 14400000 72000000 1000800000 33360000 33360000
27200000 20400000 27200000 6800000 20400000 54400000 27200000 34000000 27200000 40800000 27200000 27200000 27200000 20400000 13600000 13600000 40800000 54400000 13600000 68000000 945200000 31506667 31507000
28800000 21600000 28800000 7200000 21600000 57600000 28800000 36000000 28800000 43200000 28800000 28800000 28800000 21600000 14400000 14400000 43200000 57600000 14400000 72000000 1000800000 33360000 33360000
Lanjutan Lampiran 18. 11 13600000 20400000 34000000 27200000 27200000 27200000 163200000 13600000 13600000 13600000 27200000 20400000 27200000 6800000 20400000 54400000 27200000 34000000 27200000 40800000 27200000 27200000 27200000 20400000 13600000 13600000 40800000 54400000 13600000 68000000 945200000 31506667 31507000
107
12 12800000 19200000 32000000 25600000 25600000 25600000 153600000 12800000 12800000 12800000 25600000 19200000 25600000 6400000 19200000 51200000 25600000 32000000 25600000 38400000 25600000 25600000 25600000 19200000 12800000 12800000 38400000 51200000 12800000 64000000 889600000 29653333 29654400
13 12000000 18000000 30000000 24000000 24000000 24000000 144000000 12000000 12000000 12000000 24000000 18000000 24000000 6000000 18000000 48000000 24000000 30000000 24000000 36000000 24000000 24000000 24000000 18000000 12000000 12000000 36000000 48000000 12000000 60000000 834000000 27800000 27800000
14 11200000 16800000 28000000 22400000 22400000 22400000 134400000 11200000 11200000 11200000 22400000 16800000 22400000 5600000 16800000 44800000 22400000 28000000 22400000 33600000 22400000 22400000 22400000 16800000 11200000 11200000 33600000 44800000 11200000 56000000 778400000 25946667 25947700
15 11200000 16800000 28000000 22400000 22400000 22400000 134400000 11200000 11200000 11200000 22400000 16800000 22400000 5600000 16800000 44800000 22400000 28000000 22400000 33600000 22400000 22400000 22400000 16800000 11200000 11200000 33600000 44800000 11200000 56000000 778400000 25946666.67 25947700
16 10400000 15600000 26000000 20800000 20800000 20800000 124800000 10400000 10400000 10400000 20800000 15600000 20800000 5200000 15600000 41600000 20800000 26000000 20800000 31200000 20800000 20800000 20800000 15600000 10400000 10400000 31200000 41600000 10400000 52000000 722800000 24093333.33 24094400
17 10400000 15600000 26000000 20800000 20800000 20800000 124800000 10400000 10400000 10400000 20800000 15600000 20800000 5200000 15600000 41600000 20800000 26000000 20800000 31200000 20800000 20800000 20800000 15600000 10400000 10400000 31200000 41600000 10400000 52000000 722800000 24093333.33 24094400
18 10400000 15600000 26000000 20800000 20800000 20800000 124800000 10400000 10400000 10400000 20800000 15600000 20800000 5200000 15600000 41600000 20800000 26000000 20800000 31200000 20800000 20800000 20800000 15600000 10400000 10400000 31200000 41600000 10400000 52000000 722800000 24093333.3 24094400
19 9600000 14400000 24000000 19200000 19200000 19200000 115200000 9600000 9600000 9600000 19200000 14400000 19200000 4800000 14400000 38400000 19200000 24000000 19200000 28800000 19200000 19200000 19200000 14400000 9600000 9600000 28800000 38400000 9600000 48000000 667200000 22240000 22240000
20 9600000 14400000 24000000 19200000 19200000 19200000 115200000 9600000 9600000 9600000 19200000 14400000 19200000 4800000 14400000 38400000 19200000 24000000 19200000 28800000 19200000 19200000 19200000 14400000 9600000 9600000 28800000 38400000 9600000 48000000 667200000 22240000 22240000
Lanjutan Lampiran 18 21 8800000 13200000 22000000 17600000 17600000 17600000 105600000 8800000 8800000 8800000 17600000 13200000 17600000 4400000 13200000 35200000 17600000 22000000 17600000 26400000 17600000 17600000 17600000 13200000 8800000 8800000 26400000 35200000 8800000 44000000 611600000 20386667 20384000
108
22 8000000 12000000 20000000 16000000 16000000 16000000 96000000 8000000 8000000 8000000 16000000 12000000 16000000 4000000 12000000 32000000 16000000 20000000 16000000 24000000 16000000 16000000 16000000 12000000 8000000 8000000 24000000 32000000 8000000 40000000 556000000 18533333 18534000
23 5600000 8400000 14000000 11200000 11200000 11200000 67200000 5600000 5600000 5600000 11200000 8400000 11200000 2800000 8400000 22400000 11200000 14000000 11200000 16800000 11200000 11200000 11200000 8400000 5600000 5600000 16800000 22400000 5600000 28000000 389200000 12973333 12974000
24 5600000 8400000 14000000 11200000 11200000 11200000 67200000 5600000 5600000 5600000 11200000 8400000 11200000 2800000 8400000 22400000 11200000 14000000 11200000 16800000 11200000 11200000 11200000 8400000 5600000 5600000 16800000 22400000 5600000 28000000 389200000 12973333.33 12974000
25 5600000 8400000 14000000 11200000 11200000 11200000 67200000 5600000 5600000 5600000 11200000 8400000 11200000 2800000 8400000 22400000 11200000 14000000 11200000 16800000 11200000 11200000 11200000 8400000 5600000 5600000 16800000 22400000 5600000 28000000 389200000 12973333.3 12974000
Lampiran 23. Cashflow Kakao Uraian A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV PV ( + ) PV ( - ) NPV Net B/C IRR
125
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
0 0
0 0
11120000 11120000
16680000 16680000
22240000 22240000
25944000 25944000
29656000 29656000
33360000 33360000
18098000 1750000 456700 7239600
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
263350 219350 28879050
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1095000 0
1095000 273600 0 139350 273350 270000 140700 0
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 2328000 2328000 -2328000 0.804792643 -1873557.273
136000 2678650 2678650 8441350 0.721981379 6094497.514
136000 2678650 2678650 14001350 0.647691199 9068551.163
136000 2678650 2678650 19561350 0.581045302 11366030.53
136000 2678650 2678650 23265350 0.521257112 12127229.14
136000 1040050 1040050 28615950 0.467620985 13381418.72
136000 1040050 1040050 32319950 0.419503889 13558344.71
172700 270000 139350 270000
139350 273350 270000 0 0 0 1777700 30656750 -30656750 0.897102359 -27502242.76 138041166.8 -29375800.03 $108,665,366.78 4.699145782 40%
Lampiran Lanjutan 23 Uraian 9 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
126
10
11
12
13
14
15
16
31507000 31507000
33360000 33360000
31507000 31507000
29654400 29654400
2780000 2780000
25947700 25947700
25947700 25947700
24094400 24094400
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 1040050 1040050 30466950 0.376337928 11465868.84
136000 1040050 1040050 32319950 0.337613643 10911656.07
136000 1040050 1040050 30466950 0.302874 9227646.9
136000 1040050 1040050 28614350 0.271708976 7774775.751
136000 1040050 1040050 1739950 0.243750764 424114.1416
136000 1040050 1040050 24907650 0.218669385 5446540.516
136000 1040050 1040050 24907650 0.196168822 4886104.347
136000 1040050 1040050 23054350 0.175983513 4057185.494
Lampiran Lanjutan 23 Uraian 17 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
127
18
19
20
21
22
23
24
25
24094400 24094400
24094400 24094400
22240000 22240000
22240000 22240000
20384000 20384000
18534000 18534000
12974000 12974000
12974000 12974000
12974000 12974000
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 1040050 1040050 23054350 0.157875224 3639710.679
136000 1040050 1040050 23054350 0.141630236 3265193.038
136000 1040050 1040050 21199950 0.1270568 2693598.2
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 21199950 0.113982972 2416433.312
1040050 1040050 19343950 0.102254393 1978003.871
1040050 1040050 17493950 0.091732657 1604766.523
1040050 1040050 11933950 0.082293583 982087.5104
1040050 1040050 11933950 0.073825768 881033.0227
1040050 1040050 11933950 0.0662293 790376.8
Lampiran 24. Analisis Sensitivitas Penurunan Harga output 41,67 Persen Uraian A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
128
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
0 0
0 0
6486296 6486296
9729444 9729444
12972592 12972592
15133135 15133135
17298344.8 17298344.8
19458888 19458888
18098000 1750000 456700 7239600
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
263350 219350 28879050
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1095000 0 139350 273350 270000 0 0
1095000 273600 0 139350 273350 270000 140700 0
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
1095000 273600 0 0 273350 270000 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 1777700 30656750 -30656750 0.897102359 -27502242.76
136000 2328000 2328000 -2328000 0.8047926 -1873557.3
136000 2678650 2678650 3807646 0.7219814 2749049.5
136000 2678650 2678650 7050794 0.6476912 4566737.22
136000 2678650 2678650 10293942 0.581045302 5981246.642
136000 2678650 2678650 12454485 0.5212571 6491989
136000 1040050 1040050 16258294.8 0.467620985 7602719.824
136000 1040050 1040050 18418838 0.419504 7726774
172700 270000 139350 270000
Lampiran Lanjutan 24. Uraian 9 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
129
10
11
12
13
14
15
16
18376283.2 18376283.2
19458888 19458888
18376283 18376283
17298344.8 17298344.8
16215740 16215740
15133135.2 15133135.2
15133135.2 15133135.2
14055196.8 14055196.8
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 17336233.2 0.376337928 6524282.087
1040050 1040050 18418838 0.337613643 6218451.005
1040050 1040050 17336233 0.302874 5250694.2
1040050 1040050 16258294.8 0.271708976 4417524.639
1040050 1040050 15175690 0.243750764 3699086.029
1040050 1040050 14093085.2 0.218669385 3081726.278
1040050 1040050 14093085.2 0.196168822 2764623.915
1040050 1040050 13015146.8 0.175983513 2290451.251
Lampiran Lanjutan 24 Uraian 17 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
130
18
19
20
21
22
23
24
25
14055196.8 14055196.8
14055196.8 14055196.8
12972592 12972592
12972592 12972592
11889987.2 11889987.2
10812048.8 10812048.8
7568900.8 7568900.8
7568900.8 7568900.8
7568900.8 7568900.8
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 1040050 1040050 13015146.8 0.157875224 2054769.221
136000 1040050 1040050 13015146.8 0.141630236 1843338.317
136000 1040050 1040050 11932542 0.1270568 1516110.8
136000 1040050 1040050 11932542 0.113982972 1360106.603
136000 1040050 1040050 10849937.2 0.102254393 1109453.746
136000 1040050 1040050 9771998.8 0.091732657 896411.4189
136000 1040050 1040050 6528850.8 0.082293583 537282.5282
136000 1040050 1040050 6528850.8 0.073825768 481997.4237
136000 1040050 1040050 6528850.8 0.0662293 432401.03
Lampiran 25. Analisis Sensitivitas Kakao Penurunan Hasil Produksi 37,50 persen Uraian A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV PV ( + ) PV ( - ) NPV Net B/C IRR
131
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
0 0
0 0
6950000 6950000
10425000 10425000
13900000 13900000
16215000 16215000
18535000 18535000
20850000 20850000
18098000 1750000 456700 7239600
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
263350 219350 28830350
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
1277536.5 0
1277536.5 319209.12 0 139350 273350 270000 140700 0
1277536.5 319209.12 0 0 273350 270000 140700 490000
1277536.5 319209.12 0 0 273350 270000 140700 490000
1277536.5 319209.12 0 0 273350 270000 140700 490000
1277536.5 319209.12 0 0 273350 270000 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 2556145.6 2556145.6 -2556145.6 0.8047926 -2057167.2
136000 2906795.6 2906795.6 4043204.4 0.7219814 2919118.3
136000 2906795.62 2906795.62 7518204.38 0.6476912 4869474.81
136000 2906795.62 2906795.62 10993204.38 0.581045302 6387549.763
136000 2906795.6 2906795.6 13308204 0.5212571 6936996.2
136000 1040050 1040050 17494950 0.467620985 8181005.747
136000 1040050 1040050 19809950 0.419504 8310351
164000 254000 131350 254000
139350 273350 270000 0 0 0 1960236.5 30790586.5 -30790586.5 0.897102359 -27622307.8 85491986.71 -29679474.99 $55,812,511.72 2.880508727 28%
Lanjuta Lampiran 25 Uraian 9 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
132
10
11
12
13
14
15
16
19690000 19690000
20850000 20850000
19690000 19690000
18535000 18535000
17375000 17375000
16215000 16215000
16215000 16215000
15060000 15060000
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 18649950 0.376337928 7018683.546
1040050 1040050 19809950 0.337613643 6688109.395
1040050 1040050 18649950 0.302874 5648584.9
1040050 1040050 17494950 0.271708976 4753534.958
1040050 1040050 16334950 0.243750764 3981656.54
1040050 1040050 15174950 0.218669385 3318296.989
1040050 1040050 15174950 0.196168822 2976852.058
1040050 1040050 14019950 0.175983513 2467280.048
Lanjutan Lampiran 25 Uraian 17 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
133
18
19
20
21
22
23
24
25
15060000 15060000
15060000 15060000
13900000 13900000
13900000 13900000
12740000 12740000
11585000 11585000
8110000 8110000
8110000 8110000
8110000 8110000
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 14019950 0.157875224 2213402.752
1040050 1040050 14019950 0.141630236 1985648.831
1040050 1040050 12859950 0.1270568 1633944.3
1040050 1040050 12859950 0.113982972 1465815.324
1040050 1040050 11699950 0.102254393 1196371.289
1040050 1040050 10544950 0.091732657 967316.2866
1040050 1040050 7069950 0.082293583 581811.5204
1040050 1040050 7069950 0.073825768 521944.4877
1040050 1040050 7069950 0.0662293 468237.63
Lampiran 26. Analisis Sensitivitas Kakao dengan Peningkatan Harga Pupuk 8,33 persen Uraian A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
0 0
0 0
11120000 11120000
16680000 16680000
22240000 22240000
25944000 25944000
29656000 29656000
18098000 1750000 456700 7239600
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
263350 219350 28879050
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
2007135 0
2007135 501508.8 0 139350 273350 270000 140700 0
2007135 501508.8 0 0 273350 270000 140700 490000
2007135 501508.8 0 0 273350 270000 140700 490000
2007135 501508.8 0 0 273350 270000 140700 490000
2007135 501508.8 0 0 273350 270000 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000 3468043.8 3468043.8 -3468043.8 0.8047926 -2791056.1
136000 3818693.8 3818693.8 7301306.2 0.7219814 5271407.1
136000 3818693.8 3818693.8 12861306.2 0.6476912 8330154.83
136000 3818693.8 3818693.8 18421306.2 0.581045302 10703613.43
136000 3818693.8 3818693.8 22125306 0.5212571 11532973
136000 1040050 1040050 28615950 0.467620985 13381418.72
B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV PV ( + ) PV ( - ) NPV Net B/C IRR
134
172700 270000 139350 270000
139350 273350 270000 0 0 0 2689835 31568885 -31568885 0.897102359 -28320521.22 139202531.6 -31111577.35 $108,090,954.27 4.474300034 38%
Lampiran Lanjutan 26. Uraian 8 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
135
9
10
11
12
13
14
15
16
33360000 33360000
31507000 31507000
33360000 33360000
31507000 31507000
29654400 29654400
22946120 22946120
25947700 25947700
25947700 25947700
24094400 24094400
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 32319950 0.419503889 13558344.71
1040050 1040050 30466950 0.376337928 11465868.84
1040050 1040050 32319950 0.3376136 10911656
1040050 1040050 30466950 0.302873996 9227646.894
1040050 1040050 28614350 0.271708976 7774775.751
1040050 1040050 21906070 0.243750764 5339621.295
1040050 1040050 24907650 0.218669385 5446540.516
1040050 1040050 24907650 0.196168822 4886104.347
1040050 1040050 23054350 0.1759835 4057185.5
Lampiran Lanjutan 26. Uraian 17 A. INFLOW Penerimaan 1. Penjualan Kakao TOTAL INFLOW B. OUTFLOW a. Biaya Investasi 1. Lahan 2. Bangunan 3. Peralatan 4. Bibit tanaman Kakao 5. Biaya Tenaga kerja Tanaman Kakao - Tenaga Kerja Persiapan Lahan - Tenaga Kerja Pembuatan Lubang - Tenaga Kerja Penyemaian Bibit - Tenaga Kerja Penanaman Bibit 6. Biaya Tenaga Kerja Tanaman Pelindung - Tenaga Kerja Penyetekan Pohon Lamtoro - Tenaga Kerja Penanaman Lamtoro Sub Total b. Biaya Operasional 1. Pupuk - Pupuk Kandang - Pupuk ZA 2. Tenaga Kerja Pemeliharaan Kakao - Tenaga Kerja Penyulaman - Tenaga Kerja Pemangkasan Kakao - Tenaga Kerja Pemupukan - Tenaga Kerja Penyiangan Gulma - Tenaga Kerja Pemanenan dan Pasca panen 3. Tenaga Kerja Pohon Pelindung (lamtoro) - Pemangkasan Pohon Pelindung Sub Total TOTAL OUTFLOW NET BENEFIT (A - B) DF PV
136
18
19
20
21
22
23
24
25
24094400 24094400
24094400 24094400
18356896 18356896
18356896 18356896
20384000 20384000
18534000 18534000
12974000 12974000
12974000 12974000
12974000 12974000
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
0 0 0 0 273350 0 140700 490000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
136000
1040050 1040050 23054350 0.157875224 3639710.679
1040050 1040050 23054350 0.141630236 3265193.038
1040050 1040050 17316846 0.1270568 2200223.4
1040050 1040050 17316846 0.113982972 1973825.576
1040050 1040050 19343950 0.102254393 1978003.871
1040050 1040050 17493950 0.091732657 1604766.523
1040050 1040050 11933950 0.082293583 982087.5104
1040050 1040050 11933950 0.073825768 881033.0227
1040050 1040050 11933950 0.0662293 790376.8