ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN (Skripsi)
Oleh
WAHYU HADI SASONGKO
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
JUDUL SKRIPSI
: ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
NAMA MAHASISWA
: WAHYU HADI SASONGKO
NPM
: 0514021051
JURUSAN
: SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI
: AGRIBISNIS
FAKULTAS
: PERTANIAN
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. NIP 19620623 198603 1 003
Ir. Teguh Endaryanto, M.Si. NIP 19691003 199403 1 004
2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. NIP 19620623 198603 1 003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua
: Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P.
……………
Sekretaris
: Ir. Teguh Endaryanto, M.Si.
……………
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S
……………
2. Dekan Fakultas Pertanian Unila
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi :
13 November 2010
ABSTRAK ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PEASAWARAN
Oleh Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. (2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka. (3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuisioner dan wawancara langsung kepada petani. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur dan beberapa instansi yang terkait. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2010. Analisis yang dilakukan meliputi kelayakan usahatani dari perhitungan NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, dan Sensitivitas, analisis titik impas untuk mengetahui posisi break event point usahatani Kakao, analisis efisiensi pemasaran, serta analisis elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun. (2) Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut. (3) Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka belum efisien, karena : (a) Struktur pasar yang terbentuk adalah oligopsoni. (b) Perilaku pasar petani, yaitu sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar. (c) Keragaan pasar, yaitu terdapat tiga saluran pemasaran kakao, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM) penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et) bernilai > 1 yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna.
Kata kunci: kelayakan finansial, pemasaran, kakao 1. Sarjana Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Lampung
ABSTRACT
ANALYSIS FINANCIAL FEASIBILITY AND CACAO MARKETING IN SUNGAI LANGKA VILLAGE, GEDONG TATAAN SUBDISTRICT PESAWARAN REGENCY By Wahyu Hadi Sasongko 1, R. Hanung Ismono 2, Teguh Endaryanto 2 The objectives of this study were: ( 1) to know feasibility of cacao plantation in Sungai Langka Village, Gedong Tataan Sub district Pesawaran Regency. ( 2) to know the sensitivity level and changing of production cost cacao plantation on NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period in Sungai Langka Village. (3) to know the efficiency of cacao marketing in Sungai Langka Village. The location was choose purposively. Data used in this study were primary data and secondary data. Primary data was obtained from direct interview to farmer. Secondary data was obtained from various literatures and some interrelated institution. The data was taking in May to April 2010. The analysis used in this study were farming system feasibility such as NPV, IRR, Gross B/C Ratio, Net B/C Ratio, Payback Period, and Sensitivity, break event point, farming profit analysis, marketing efficiency analysis, and also price transmission elasticity analysis. The results of this study were: ( 1) cacao farming system was feasible financially to developed, because value NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > rate of interest level, and the capital return less than 20 years. ( 2) Sensitivity became of the degradation produce and the degradation selling cacao price, so cacao farming system improper. ( 3) cacao marketing system in Sungai Langka Village was inefficient, because : ( a) the market Structure is oligopsonistic. ( b) the market behavior, that is payment method is cash and through bargaining process. ( c) There are three cacao marketing channels, margin and Ratio Profit Margin marketing (RPM) was not distributed evenly, and also the price transmission elasticity (Et = 1,05) indicating that the existing market was inperfect competition.
Key words : financial feasibility, marketing, cacao 1. Alumni of Agriculture Faculty, University of Lampung 2. Lecturer of Agriculture Faculty, University of Lampung
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN PEMASARAN KAKAO DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
Oleh
WAHYU HADI SASONGKO
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 12 Juni 1987, sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara, dari Bapak Hadi Suripto dan Ibu Marilin.
Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Sejahtera IV Bandar Lampung diselesaikan tahun 1993, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Sejahtera IV Bandar Lampung pada tahun 1997, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 1999, dan Sekolah Menengah Umum (SMU) di SMUN 2 Bandar lampung pada tahun 2005.
Tahun 2005, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unila melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, peneliti aktif di Organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FP) dan Organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) di Unila. Pada tahun 2007, peneliti pernah terpilih menjadi anggota Liaison Officer (LO) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XX) di Bandar Lampung.
MOTTO Dibalik kesulitan ada kemudahan Jadikan kesulitanmu adalah tantangan dan Kemudahanmu adalah hadiahnya (No Name) Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Q.S.AL.Insyirah:6-8)
Persembahan Alhamdulillahirobbilalamin Kupersembahan karya kecilku ini untuk Papah Mamahku tercinta & Kakak-kakak ku tersayang Buat Seseorang yang kucintai dan kusayangi, I just wanna say “makasih ya huny”.
Sahabat – sahabatku yang selalu setia memberi bantuan beserta dukungan Para pendidik ku atas segala ilmu yang telah diberikan Almamater tercinta Dan semua yang turut berperan dalam hidupku Thank’s to Every Think...
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Kelayakan Finansial Dan Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”. Penelitian skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian skripsi ini telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 2. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung sekaligus Pembimbing Pertama, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya. 3. Bapak Ir. Teguh Endaryanto, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya. 4. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi ini sekaligus Dosen Pembimbing Akademik, atas bimbingan, saran, arahan, dan nasehatnya.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (Mba Iin, Mba Ai, Mas Bukhari, Mas Kardi, Pak Margono dan Mas Boim). 6. Kedua orang tuaku Tercinta, Papa dan Mama yang telah memberikan kasih sayang dan do‟a tak henti-hentinya, semoga ALLAH SWT selalu memberikan perlindungan dan kasih sayangnya untuk Papa dan Mama. 7. Kakak-kakakku Tercinta Wahyu Marifia Ningsih dan Wahyu Damar Pambudi, atas perhatian, do‟a, dan kasih sayang kepada peneliti. 8. Keponakanku tercinta Nur Afifah Arini Putri, M. Fachri Nurfizan, dan Alya Salsabila Ramadhani, atas semangat dan keceriaan yang diberikan. 9. Novia Khomaini, terima kasih atas ketulusannya menemani dan mendukungku, atas kesabarannya menghadapiku serta do‟anya untukku. 10. Sahabat-sahabatku Oki, Erwin, Awank, Angga, dan Nai, atas kebersamaan, keceriaan, suka dan duka selama ini. Pengalaman tak ternilai bersama kalian cuy. 11. Sahabat dan saudaraku SOSEK 05, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih atas semangat, kebersamaan, kecerian, bantuan yang telah diberikan selama ini. 12. Teman-teman SOSEK 03, 04, 06, 07, dan 08 yang telah memberikan saran, motivasi, bantuan, kepada peneliti. 13. Tim sukses Elya Djanatiya, Nuriavita, Astari Aulia, Yuni Fransiska, Dina Iryanti, Elvita Feniarti, Ari Airlangga, Novi Yeni, Indrajati Wasono, S.P., Deni Kurniawan, S.P., Arif Setiawan, S.P. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Semoga segala sesuatu yang telah di berikan secara tulus kepada peneliti, baik semangat, bimbingan, dan doa, mendapat Ridho dari Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan, tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
Bandar Lampung, November 2010 Peneliti
Wahyu Hadi Sasongko
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ..................................................................................
i
DAFTAR TABEL ..........................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................
viii
I.
II.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah .............................................
1
B. Tujuan Penelitian ..............................................................
8
C. Kegunaan Penelitian ........................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ...............................................................
10
1. Karakteristik Tanaman Kakao.......................................
10
2. Analisis Proyek..............................................................
14
3. Analisis Kelayakan Usahatani.......................................
15
4. Analisis Sensitivitas…...................................................
19
5. Analisis Keuntungan Usahatani.....................................
21
6. Teori Sistem Pemasaran……………………………….
23
7. Efisiensi Pemasaran……………………………………
25
8. Kajian Penelitian Terdahulu..........................................
30
B. Kerangka Pemikiran............................................................
31
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional..............................
35
B. Waktu dan Tempat Penelitian..............................................
40
C. Jenis dan Sumber Data.........................................................
40
D. Metode Analisis Data...........................................................
43
1. Analisis Finansial………...............................................
43
2. Analisis Keuntungan………..........................................
47
3. Analisis Sensitivitas…...................................................
48
4. Analisis Efisiensi Pemasaran………………………….
50
5. Elastisitas Transmisi Harga...........................................
51
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V.
A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian........................................
53
B. Topografi dan Iklim............................................................
54
C. Keadaan Sosial Ekonomi....................................................
55
D. Sarana dan Prasarana Wilayah ..........................................
58
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Responden ..............................................
60
1. Umur Responden ..........................................................
60
2. Tingkat Pendidikan Responden.....................................
61
3. Luas Lahan Usahatani Kakao .......................................
62
B. Usahatani Kakao Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan ...................................................................
62
1. Budidaya kakao di Desa Sungai Langka ......................
62
2. Biaya usahatani kakao ..................................................
66
3. Produksi Kakao ............................................................
70
4. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao ............
72
C. Karakteristik Lembaga Perantara .......................................
74
D. Analisis Finansial ...............................................................
78
1. Analisis Net Present Value (NPV) ...............................
79
2. Analisis Gross B/C Ratio..............................................
80
3. Analisis Net B/C Ratio .................................................
80
4. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ........................
81
5. Analisis Payback period (Pp) ......................................
81
6. Analisis Break Event Point (BEP) ...............................
82
E. Analisis Sensitivitas ...........................................................
83
1. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Sebesar 25% .................................................................
83
2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Produksi Sebesar 15% .................................................................
84
3. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 9,17% ..............................................
85
F. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Biji kakao (Organisasi Pasar) ...............................................................
87
1. Struktur Pasar (Market Structure) ................................
87
2. Perilaku Pasar (Market Conduct) ..................................
89
3. Perilaku Pasar (Market Conduct) ..................................
90
VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ..............................................................................
102
B. Saran ....................................................................................
103
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009………………………
3
Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009…….
4
Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Gedong Tataan Tahun 1999 – 2002………………………………
5
Tabel 4.
Jumlah sampel tiap kelompok umur tanaman................................
42
Tabel 5.
Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan....................................
54
Tabel 6.
Jumlah penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan jenis kelamin
55
Tabel 7.
Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat usia..
56
Tabel 8.
Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat Pendidikan ......................................................................................
57
Sebaran kepala keluarga berdasarkan mata pencaharian utama di Desa Sungai Langka tahun 2009 ...............................................
58
Tabel 10. Prasarana dan dan sarana di Desa Sungai Langka Tahun 2009 ....
59
Tabel 11. Sebaran umur responden berdasarkan kelompok umur ................
60
Tabel 12. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sungai Langka, 2010 ............................................................
61
Tabel 13. Luas lahan usahatani kakao petani responden ..............................
62
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 9.
Tabel 14. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Desa Sungai Langka ..........................................................................................
67
Tabel 15. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka ..............................................................................
68
Tabel 16. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani kakao ..............
69
Tabel 17. Jumlah rata-rata produksi biji kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan .................................
71
Tabel 18. Produksi dan penerimaan usahatani kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan .................................
72
Tabel 19. Penerimaan dan pendapatan usahatani kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan .................................
73
Tabel 20. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran per hektar pada tingkat suku bunga 14% (df = 14%) ....................................
79
Tabel 21. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan harga jual kakao sebesar 25%.....................................
84
Tabel 22. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan produksi kakao sebesar 15% ......................................
85
Tabel 23. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya kenaikan biaya produksi kakao sebesar 9,17% ...........................
85
Tabel 24. Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 14% pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (harga aktual) ..............................
87
Tabel 25. Pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 ..................................................................................
95
Tabel 26. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 ...............................................................
97
Tabel 27. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 ...............................................................
99
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 ..............................................................
100
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan usahatani dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran……………………………………………
34
Gambar 2. Saluran pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 .....................
91
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Halaman
Identitas petani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ...........................
107
Laporan inflasi (indeks harga konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tahun 2006 – 2009 ......................................................
113
3.
Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ................
114
4.
Tabel perhitungan satuan input variabel rata-rata per tahun ................
119
5.
Penyusutan alat-alat usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 .........
124
Produksi dan penerimaan rata-rata per hektar per tahun petani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ........................................................................
134
7.
Tabel cash inflow (analisis finansial) (per ha) .....................................
136
8.
Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (df = 14%) (per ha) ................
137
Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan produksi sebesar 15% .........................................................................................
138
10. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah biaya naik sebesar 9,17% ...................................................................................................
139
2.
6.
9.
11. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran setelah penurunan harga sebesar 25% .........................................................................................
140
12. Tabel perhitungan laju kepekaan analisis sensitivitas..........................
141
13. Identitas Pedagang Pengumpul dan Pedagang Besar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran .................
142
14. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran I ..........................................................................................
143
15. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran II .........................................................................................
143
16. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran III........................................................................................
144
17. Biaya pemasaran dan harga jual kakao ................................................
145
18. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.....
148
19. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.....
148
20. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran pemasaran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.....
149
21. Daftar harga di tingkat produsen dan konsumen akhir ........................
150
22. Regresi harga kakao di tingkat petani dan kosumen akhir...................
151
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa, serta menyediakan kesempatan kerja dan bahan baku bagi industri. Untuk itu pembangunan di sektor pertanian menjadi syarat mutlak bagi pembangunan ekonomi dan nasional.
Kebijakan dasar pembangunan pertanian di era reformasi dan lingkungan yang serba global sekarang, memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralisasi, berperan dalam: (1) meningkatkan pendapatan dan taraf hidup, (2) mengembangkan aktivitas ekonomi pedesaan, (3) mewujudkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada pangan, kelembagaan dan pakan lokal, serta, (4) meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha secara adil. Pencapaian misi ini memberikan sumbangan besar bagi pembangunan nasional dan sektor pertanian diharapkan mampu sebagai sektor utama penggerak roda perekonomian. Fokus utama pembangunan pertanian adalah mengarahkan pada upaya pengingkatan kesejahteraan petani melalui pendekatan sistem agribisnis secara utuh serta
pembangunan wilayah terpadu yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan.
Tujuan pembangunan pertanian adalah menghasilkan produk-produk unggulan berdaya saing tinggi, menyediakan bahan baku bagi keperluan industri secara saling menguntungkan, memperluas lapangan kerja serta kesempatan berusaha yang berbasis agroekosistem menuju terwujudnya agroindustri dan agribisnis yang tangguh. Pembangunan perkebunan merupakan salah satu sektor pendukung pembangunan pertanian yang perlu ditingkatkan mengingat perkebunan berperan penting dalam memberikan sumbangan devisa negara melalui komoditas ekspornya seperti kopi, lada, kakao, dan lain-lain.
Perkebunan merupakan subsektor pertanian yang sangat penting, mengingat ada 10 juta rakyat Indonesia menggantungkan penghasilannya dari sub sektor ini. Perkebunan menjadi perhatian pemerintah terutama dengan digalakkannya program ”Revitalisasi Perkebunan” sebagai upaya untuk menghidupkan kembali perkebunan Indonesia, karena salah satu pilar perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak.
Salah satu propinsi di Indonesia yang mengembangkan komoditas perkebunan adalah Propinsi Lampung. Hal ini didukung dengan keadaan iklim dan tanah Propinsi Lampung yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan masyarakat adalah komoditas kakao (Theobroma Cacao). Sampai saat ini, komoditi kakao termasuk salah satu komoditi yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi
dilihat dari prospek pasar yang cukup baik di pasar domestik dan pasar mancanegara.
Kakao merupakan komoditas strategis yang belum berperan secara maksimal dalam subsektor perkebunannya di Propinsi Lampung. Dari 48.902 ha perkebunan kakao di Lampung, tercatat 4.266 ha adalah perkebunan kakao rakyat yang ditanam monokultur dengan buahan tanaman yang beragam tanaman kelapa sebagai tanaman pelindung tetap dan tanaman pelindung lain seperti gamal dan lamtoro. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan kemungkinan terjadinya serangan hama dan patogen karena tanaman monokultur merupakan media yang sangat baik bagi perkembangan populasi serangga hama. Tanaman kakao cukup banyak ditanam di Propinsi Lampung dan menurut Dinas Perkebunan (2009), persentase pertumbuhan luas areal tanam dan produksi kakao cenderung meningkat dari tahun ke tahun, di mana dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung dari tahun 2006-2009 Tahun
Luas Areal (Ha)
Produksi (Ton)
2005 2006 2007 2008 2009
29.566 36.718 36.597 35.807 35.457
18.200 18.947 21.548 21.364 21.662
Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah produksi kakao yang cukup baik. Sebagaimana diketahui potensi perkebunan Lampung,
kakao merupakan komoditas yang cukup banyak ditanam di propinsi Lampung. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal, produksi, dan produktivitas perkebunan kakao rakyat di setiap Kabupaten/Kota di Propinsi Lampung Tahun 2009 Kabupaten/Kota
Luas Panen(Ha)
Produksi (Ton)
Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Pesawaran Bandar Lampung
837 14.078 3.305 6.642 2.837 1.557 1.084 714 4.247 156
290 7.169 1.779 5.835 1.750 960 572 416 2.799 92
Produktivitas (Ton/Ha) 0,34 0,51 0,54 0,88 0,62 0,62 0,53 0,58 0,66 0,59
Jumlah 35.457 21.662 Sumber : Dinas Perkebunan Propinsi Lampung, 2009
0,61
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa Kabupaten Pesawaran mempunyai potensi yang cukup besar dangan mengembangkan komoditas kakao. Hal ini terbukti dengan luas areal, produksi, dan produktivitas kakao pada Kabupaten Pesawaran mempunyai angka relatif tinggi.
Produktivitas kakao di Kecamatan Gedong Tataan paling tinggi dibanding 6 kecamatan lainnya di Kabupaten Pesawaran. Oleh karena itu peningkatan produksi kakao di Kecamatan Gedong Tataan harus terus dikembangkan. Sekitar tahun 1999 – 2002 terjadi konversi lahan secara besar – besaran yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Gedong Tataan dari komoditi kopi menjadi kakao. Konversi lahan tersebut ditunjukan pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas areal, dan produksi perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Gedong Tataan Tahun 1999 – 2002 Tahun
Luas Areal Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1999 364 158 0,43 2000 496 517 1,04 2001 2.342 2.191 0,94 2002 2.342 2.143 0,92 Sumber : BPS Propinsi Lampung, 1999-2002, data diolah. Pada Tabel. 3 menunjukkan konversi lahan yang terjadi pada tahun 2000 – 2001 di Kecamatan Gedong Tataan. Sebelum konversi pada tahun 2000 luas areal lahan perkebunan kakao seluas 496 ha, dan setelah konversi pada tahun 2001 luas areal perkebunan kakao menjadi 2.342 ha. Alih fungsi lahan pada Kecamatan Gedong Tataan secara otomatis meningkatkan jumlah produksi kakao di daerah tersebut. Sejak saat itu Kecamatan Gedong Tataan menjadi sentra produksi kakao.
Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa dari 19 desa di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang menjadi sasaran pembangunan perkebunan dewasa ini dan memiliki potensi yang cukup baik dalam pengembangan usaha perkebunan khususnya kakao. Hal ini terbukti dengan jumlah areal lahan kakao seluas 950 ha, produksi sebesar 925 ton, dan produktivitas sebesar 974 kg/ha pada Desa Sungai Langka (BPS, 2009). Desa tersebut mempunyai angka tertinggi dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Gedong Tataan. Desa Sungai Langka mempunyai potensi luas usahatani kakao yang besar dan didukung oleh keadaan tanah dan iklim yang tepat untuk usahatani kakao. Oleh karena itu, jika usahatani yang dilakukan oleh petani belum efisien maka hasil produksi akan rendah.
Guna mengembangkan Usahatani kakao oleh rakyat di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka perlu diketahui seberapa besar usaha tersebut memberikan keuntungan, serta dalam jangka panjang apakah usaha tersebut layak untuk diteruskan. Hal tersebut terkait dengan jumlah modal yang akan dikeluarkan oleh para petani serta peluang pasar komoditas, karena para pemilik modal akan memasuki lapangan usaha baru atau mengembangkan usahanya apabila lapangan usaha tersebut dapat memberikan keuntungan yang layak. Selama ini belum diketahui berapa besar usahatani kakao ini dapat memberikan manfaat, maka perlu diadakan penelitian tentang kelayakan usahatani kakao secara finansial di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Kegiatan produksi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pemasaran. Pemasaran/tataniaga sama pentingnya dengan kegiatan produksi, karena tanpa bantuan sistem tataniaga, petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat dijual (Nurasa dan Supriatna, 2005). Setelah memetik hasil panen, para petani penghasil kakao di Desa Sungai Langka melakukan fungsi pemasaran, diantaranya penjualan, transportasi, dan penyimpanan.
Dalam jalur pemasaran produksi kakao yang berasal dari perkebunan rakyat, sering dijumpai beberapa pelaku pemasaran kakao dari petani produsen ke pabrik pengolah kakao dan eksportir luar negeri. Pelaku pemasaran yang dimaksud adalah pedagang pengumpul di desa, pedagang perantara/pengumpul di kecamatan, pedagang interinsuler/eksportir di
kabupaten, dan eksportir di tingkat propinsi (Siregar, dkk, 1997). Para eksportir di tingkat propinsi akan mengekspor kakao ke negara-negara tujuan, seperti Malaysia, Amerika Serikat, Singapura, dan Cina (Dinas Koperindag, 2005).
Pentingnya kakao sebagai salah satu komoditi ekspor yang merupakan salah satu penghasil devisa dan Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sebagai salah satu daerah sentra penghasil kakao, maka selain aspek finansial perlu juga dianalisis mengenai sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Hal ini mencakup analisis mengenai saluran pemasaran, proses pemasaran, penentuan harga, dan biaya pemasaran pelaku pasar, sehingga dapat diketahui efisieni pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Berdasarkan uraian tersebut, berkaitan dengan usaha perkebunan dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
(1) Apakah usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan suatu usaha yang layak secara finansial untuk dilaksanakan?
(2) Bagaimana tingkat sensitivitas dan pengaruh perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C,
Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran?
(3) Apakah pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran telah efisien?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang ingin dijawab melalui penelitian ini, yaitu :
(1) Mengetahui kelayakan usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran secara finansial.
(2) Mengetahui tingkat sensitivitas dan perubahan biaya produksi, harga jual kakao, dan jumlah produksi terhadap NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period pada usaha perkebunan kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
(3) Mengetahui efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
C. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai : 1. Informasi dan bahan pertimbangan bagi pengusaha maupun petani dalam melakukan investasi.
2. Bahan masukan bagi instansi terkait dalam pengambilan kebijakan pengembangan usaha perkebunan kakao rakyat. 3. Informasi dan perbandingan bagi penelitian sejenis.
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
i.
Karakteristik Tanaman Kakao
Daerah asal tanaman kakao adalah hulu sungai Amazon yang merupakan daerah hujan tropis yang lebat, curah hujan cukup tinggi, suhu sepanjang tahun relatif tinggi. Akibatnya adalah tanaman kakao dapat tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit.
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara. Sistematik tanaman kakao menurut Susanto (1995) adalah sebagai berikut:
Divisi
: Spermatophyta
Anak Divisi
: Angiosspermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Anak Kelas
: Dialypetalae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Sterculiaceae
Jenis
: Theobroma cacao
Kakao termasuk tanaman Kauliflori yang artinya bunga dan buah yang tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan memiliki rasa yang manis. Tanaman kakao bersifat Kauliflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang – cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar disebut dengan bantalan bunga (cushion).
Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelompok, 5 daun mahkota, 10 tangai sari yang tersusun dalam dua lingkaran terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertile dan 5 buah daun yang bersatu. Bunga kakao putih – ungu atau kemerah – merahan. Hampir 75% penyerbukan bunga kakao dibantu oleh serangga Forcipomyia spp, sedangkan 25% dilakukan oleh serangga – serangga lainnya mirip trip, semut merah, dan aphid (Susanto, 1995).
Tanaman kakao dapat diperbanyak dengan cara generatif ataupun vegetatif. Kakao Lindak diperbanyak dengan benih dari klon – klon induk yang terpilih. Sedangkan Kakao Mulia umumnya diperbanyak dengan cara vegetatif. Daun kakao mempunyai dua persediaan atau artikulasi yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya
hanya ada dua macam yaitu buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi orange.
Kakao bersifat dimorfisme, artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ortotrop yang tumbuh ke atas dan tunas plagiotrop yang tumbuh kesamping, cabang kipas atau fan. Kedua macam cabang tersebut memiliki perbedaan dalam rumus daun, misalnya cabang ortotrop memiliki ruas daun 3/8 dan plagiotrop ½, disamping itu juga ukuran dan tangkai daun. Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16 – 18 cm pada satu bulan dan 25cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang.
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan dalam rangka usaha memperbesar atau meningkatkan pendapatan nasional serta penghasilan petani kakao. Pengembangan usahatani kakao oleh rakyat membutuhkan modal untuk investasi awal, selain itu usaha ini memerlukan proses produksi yang cukup lama antara 3-5 tahun sehingga menyerap limpahan tenaga kerja dan penyediaan biaya produksi yang cukup besar. Menurut Aritonang (2003), salah satu yang langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan usaha adalah cara berproduksi yang efisien dan efektif sehingga dapat menghindari pemborosan-pemborosan dan kerugian-kerugian biaya
yang dikeluarkan. Besar kecilnya biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
Produktivitas yang tinggi hanya akan diperoleh jika petani kakao sudah dapat menerapkan panca usahatani, yaitu pembibitan unggul, cara bercocok tanam yang baik, pemupukan yang berimbang, pengairan yang cukup, dan mampu mengendalikan hama penyakit. Penggunaan bibit yang unggul akan dapat membantu petani untuk mendapatkan produktifitas yang tinggi. Karena satu batang pohon kakao yang berasal dari bibit yang unggul dapat menghasilkan produktivitas 2 kg/ha biji kakao kering. Bibit unggul yang memiliki produktivitas cukup tinggi dan biasa dipakai petani kakao adalah bibit kakao varietas hibrida F1 keturunan dari ICS 1. Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi petani kakao juga perlu memperhatikan bagaimana cara bercocok tanam yang baik. Jarak tanam kakao yang biasa diterapkan adalah 3 x 3 meter dengan pola tanam segiempat atau bujur sangkar, yang berarti jumlah tanaman kakao dalam 1 ha sekitar 1.100 pohon. Untuk menjaga kesuburan tanah perlu dilakukan pemupukan pada tanaman kakao.
Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman kakao adalah urea dengan dosis 2 x 100 gram/tanaman/tahun, TSP dengan dosis 2 x 50 gram/tanaman/tahun, dan NPK dengan dosis 2 x 50 gram/tanaman/tahun. Penyiraman kakao biasanya dilakukan dua kali sehari sampai umur bibit kakao 2 bulan, pada umur selanjutnya penyiraman bibit kakao sehari sekali. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kakao adalah
ulat, belalang, kutu putih, dan hama penggerek buah. Untuk memperoleh produktivitas yang tinggi, petani kakao harus dapat mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kakao miliknya.
Tanaman kakao umumnya dapat dipanen pertama kali pada umur tanam tahun ke - 4, kemudian akan mengalami peningkatan produksi setiap tahun apabila didukung dengan sistem pemeliharaan yang baik. Tanaman kakao akan mengalami puncak produksi (± 1000 kg/ha/tahun) pada umur tanam ke - 10 hingga tahun ke - 15, sedangkan pada tahun ke - 16 hingga tahun ke - 20 produksinya relatif konstan (± 850 kg/ha/tahun).
2. Analisis Proyek
Menurut Kadariah (2001), yang dimaksud dengan proyek adalah suatu kesuluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh pada waktu yang akan datang, dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objectif) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya yang penting biasanya dapat diukur.
Maksud serta tujuan analisis proyek adalah untuk melakukan perhitungan (fore-casting) agar pilihan kita tepat dalam rangka usaha untuk melakukan
suatu investasi modal, sebab apabila perhitungan kita salah, berarti akan gagal usaha untuk memperbaiki tingkat hidup (Djamin, 1992).
Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), manfaat dari suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi manfaat langsung (direct benefits), manfaat tak langsung (indirect benefits), dan manfaat tak kentara (intangible benefits). Manfaat langsung dari suatu proyek adalah kenaikan nilai hasil produksi barang/jasa atau penurunan biaya sebagai akibat langsung dari proyek. Kenaikan nilai hasil produksi dapat berupa meningkatnya jumlah hasil (kuantitas) atau meningkatnya mutu produksi (kualitas). Manfaat tak langsung adalah manfaat yang timbul secara tidak langsung dari suatu proyek yang merupakan multiplier effect dari proyek. Manfaat tak kentara dari suatu proyek adalah manfaat yang sukar diukur dengan uang.
3. Analisis Kelayakan Usahatani
Menurut Nitisemito dan Burhan (2004), ada beberapa metode pengukuran kelayakan investasi yang akan ditanam pada suatu kegiatan. Metodemetode tersebut antara lain :
a. Net Present Value
Net Present Value (NPV) yang disebut juga nilai tunai bersih merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau pengeluaran.
Perhitungan ini diukur dengan nilai uang yang sekarang dengan kriteria penilaian sebagai berikut : (a) bila NPV > 0, maka usaha dinyatakan layak (feasible) (b) bila NPV < 0, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) (c) bila NPV = 0, maka usaha dinyatakan dalam posisi Break Event Point (BEP)
Secara sederhana, rumusnya adalah sebagai berikut : NPV
= PV Benefit – PV Costs =B-C
Keterangan : B = benefit yang telah didiscount C = costs yang telah didiscount
b. Internal Rate of Return
Menurut Kadariah, Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek. Dengan kata lain dapat juga disebut sebagai suatu tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut : (a) bila IRR > 1, maka usaha dinyatakan layak (feasible) (b) bila IRR < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak (no feasible) (c) bila IRR = 0, maka usaha tersebut berada dalam keadaan Break Event Point (BEP).
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : NPV IRR
=i+
(i “ – i‟) NPV „ – NPV “
Keterangan : I = discount rate pada saat ini i” i‟ NPV „ NPV “
= discount rate terendah yang membuat NPV negatif = discount rate yang tinggi yang memberi NPV positif = NPV positif = NPV negative
c. Net Benefit Cost Ratio
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah pendapatan bersih dengan jumlah biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini (present value). Kriteria pengukuran dalam analisis ini adalah :
(a) jika Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan (b) jika Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan (c) jika Net B/C = 1, maka usaha tersebut berada pada posisi Break Event Point (BEP).
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : ∑ PV net B yang positif Net B/C Ratio = ∑ PV net B yang negatif Net B = Net C
d. Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.
Rumusnya secara sederhana adalah sebagai berikut : PV dari gross benefits Gross B/C Ratio = PV dari gross costs
Yang dihitung sebagai gross costs adalah biaya modal / biaya investasi permulaan dan biaya operasi dan pemeliharaan, sedangkan yang dihitung sebagai gross benefits adalah nilai total produksi dan nilai sisa (salvage value) dari investasi pada akhir umur ekonomis usaha.
e. Payback Period
Metode Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek (usaha). Untuk menilai apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dilaksanakan / dikembangkan adalah :
a. Payback Period sekarang harus lebih kecil dari umur investasi. b. Bandingkan dengan rata-rata Payback Period industri unit usaha yang sejenis. c. Payback Period harus sesuai dengan target perusahaan.
Kelemahan metode ini adalah sebagai berikut : a. Mengabaikan time value of money. b. Tidak mempertimbangkan arus kas yang terjadi setelah masa pengembalian.
Kriteria penilaian dengan metode Payback Period adalah : a. bila masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut layak untuk dikembangkan b. bila masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka usaha tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
4. Analisis Sensitivitas
Ketika suatu usaha telah diputuskan untuk dilaksanakan berdasarkan pada perhitungan dan analisa serta pada hasil evaluasi (NPV, B/C, IRR), ternyata di dalamnya tidak tertutup kemungkinan adanya kesalahankesalahan dalam perhitungan, maupun terjadi perhitungan yang meleset yang dikarenakan ketidakstabilan harga faktor- faktor produksi maupun harga biji kakao itu sendiri.
Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut, berarti harus diadakan analisa kembali untuk mengetahui sejauh mana dapat diadakan
penyesuaian-penyesuaian sehubungan dengan adanya perubahan harga tersebut. Tindakan menganalisa kembali ini dinamakan Sensitivity Analysis.
Sensitivity Analisis bertujuan untuk melihat apakah yang akan terjadi pada analisis usaha jika terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam dasardasar perhitungan biaya maupun manfaat / penerimaan. Analisis kepekaan ini dilakukan untuk meneliti kembali suatu analisis kelayakan usaha, agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat adanya keadaan yang berubah-ubah atau jika ada kesalahan dalam dasar perhitungan biaya dan manfaat. Hal ini dikarenakan dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, biasanya didasarkan pada proyeksi – proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perubahan – perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun manfaat memiliki kemungkinan antara lain :
a. Kenaikan dalam biaya produksi ataupun peralatan yang digunakan, b. Perubahan dalam harga jual hasil produksi, misalnya karena harga kakao yang turun atau malah naik di pasaran, c. Terjadinya kesalahan perhitungan dalam hasil per hektar, d. Keterlambatan dalam proses pelaksanaan proyek, e. Adanya perubahan dalam volume hasil produksi, f. dan lain-lain.
Variabel harga jual dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Analisis finansial menggunakan harga produk dan biaya
pada tahun pertama analisis sebagai nilai tetap, walaupun dalam keadaan nyata kedua variabel tersebut dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Jadi analisis kepekaan dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi, yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Kasmir, 2003).
5. Analisis Keuntungan Usahatani
Mubyarto (1991), menyatakan usahatani merupakan suatu unsur tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan manajemen yang ditunjuk untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Petani dalam usahatani bertindak sebagai pengelola faktor-faktor produksi, sebagai pekerja dan sebagai modal.
Menurut Soekartawi (1990), keuntungan merupakan total produksi yang dikalikan dengan harga produksi tersebut, sedangkan biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi bersangkutan. Biaya ini dalam kenyataannya diklasidikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap (seperti sewa tanah, pembelian alat-alat pertanian), dan biaya tidak tetap (seperti biaya untuk pembelian pupuk, pestisida, dan pembayaran tenaga kerja). Penerimaan total adalah banyaknya produksi dikalikan dengan harganya, dan biaya produksi adalah banyaknya input dikalikan dengan harga, maka persamaan keuntungan adalah :
π
n
Y .Py Xi.Pxi BTT i 1
Keterangan : π Y Py Pxi Xi I BTT
= = = = = = =
Keuntungan (Rp) Hasil Produksi (kg) Harga Hasil Produksi (Rp) Harga Faktor Faktor Produksi (Rp) Faktor Faktor Produksi Macam Faktor Produksi, i = 1,2,3,.... Biaya Tetap Total (Rp)
Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi. Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan nilai sisa yang kemudian dibagi dengan bilangan yang menunjukkan umur ekonomis alat tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : PS
Na Ns n
Keterangan : PS Na Ns n
= = = =
Penyusutan Nilai awal Nilai sisa Umur ekonomis
Analisis keuntungan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha pertanian. Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan yang akan datang didalam perencanaan atau tindakan, serta untuk mengukur apakah kegiatan usaha tani selama ini
menguntungkan atau tidak, keberhasilan usaha tani diukur dari besarnya pendapatan yang diukur dari besarnya pendapatan yang diperoleh dari kegiatan tesebut. Selain itu menurut Hernanto (1994), untuk keperluan analisis keuntungan petani diperlukan empat unsur yaitu, rata rata inventaris, penerimaan usaha tani, pengeluaran usaha tani, dan penerimaan dari berbagai sumber.
Untuk mengetahui suatu usaha tani menguntungkan atau tidak digunakan analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = NPT/BT
Keterangan : R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya NPT = Nilai Produk Total BT = Biaya Total Kriteria pengambilan keputusan: R/C < 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis belum menguntungkan R/C > 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan R/C = 1 : Usaha tani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi
6. Teori Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang atau faktor-faktor Iingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta mempengaruhi
hubungan perusahaan dengan pasarnya (Swasta dan Irawan 1990). Selanjutnya menurut Kotler (1989), pemasaran itu sendiri adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Pemasaran sering juga disebut tataniaga. Menurut Nitisemito (1991) dalam Hasyim (1994), tataniaga adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dan produser ke konsumen secara paling efesien dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif. Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa permintaan efektif adalah keinginan untuk membeli yang berhubungan dengan kemampuan untuk membayar. Efektif juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana jumlah yang diminta sesuai dengan harga normal.
Tataniaga merupakan kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa. Oleh karena itu tataniaga termasuk tindakan atau usaha produktif (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya Hasyim (1994) menyatakan bahwa produktif bukan sematamata mengubah bentuk suatu barang menjadi barang lain. Suatu kegiatan disebut produktif jika dapat menciptakan barang-barang tersebut lebih, berguna bagi masyarakat dan hal itu terjadi karena berbagai hal, meliputi:
a. Kegunaan bentuk (form utility) Kegunaan bentuk adalah kegiatan meningkatkan kegunaan barang dengan cara mengubah bentuk menjadi barang lain yang secara umum lebih bermanfaat. b. Kegunaan tempat (place utility) Kegunaan tempat adalah kegiatan yang mengubah nilai suatu barang menjadi Iebih berguna karena telah terjadi proses pemindahaan dan suatu tempat – ke tempat lain. c. Kegunaan waktu (time utility) Kegunaan waktu yaitu kegiatan yang menambah kegunaan suatu barang karena adanya proses waktu atau perbedaan waktu.
d. Kegunaan milik (posession utility) Kegunaan milik adalah kegiatan yang menyebabkan bertambah bergunanya suatu barang karena terjadi proses pemindahan pemilikan dan satu pihak kepihak lain.
7. Efisiensi Pemasaran
Hanafiah dan Saefuddin (1983), menyatakan pengertian efisiensi pemasaran atau tataniaga menurut pengusaha swasta berbeda dengan efesiensi tataniaga menurut konsumen. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan kepentingan antara pengusaha dengan konsumen. Pengusaha menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila penjualan produknya dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi mereka. Sebaliknya
konsumen menganggap suatu sistem tataniaga efisien apabila konsumen mudah mendapatkan barang yang diinginkan dengan harga rendah.
Sistem tataniaga dianggap efisien jika memenuhi dua syarat, yaitu: (1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah - murahnya, dan (2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut (Mubyarto, 1995). Menurut Hasyim (1994), ada dua konsep dalam efisiensi tataniaga, yaitu (1) konsep input-ratio, dan (2) konsep analisis struktur, perilaku dan keragaan pasar. Dalam konsep input output ratio, efisiensi tataniaga adalah maksimisasi input output ratio. Input adalah berbagai kombinasi dari tenaga kerja, modal, dan manajemen yang digunakan oleh lembaga niaga dalam proses tataniaga, sedangkan output adalah kepuasan konsumen terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh lembaga tataniaga.
Hasyim (1994) menyatakan bahwa struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar merupakan tiga komponen dasar organisasi pasar. Secara terperinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai: a. Struktur pasar (marketing struktur) adalah karakteristik organisasi dan suatu pasar, yang untuk prakteknya adalah karakteristik yang menentukan hubungan antara pembeli dan para penjual, dan hubungan antara penjual dipasar dengan para penjual potensial yang akan masuk
ke dalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi, diferensiasi produk, dan rintangan masuk pasar. b. Perilaku pasar (market conduct) adalah pola tingkah laku dan lembaga pemasaran dalam hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek transaksi, melakukan pembelian dan penjualan secara horizontal dan vertikal. atau dengan kata lain tingkah laku perusahaan dan struktur pasar tertentu, terutama bentuk-bentuk keputusan apa yang dibuat oleh manajer dalam struktur pasar yang berbeda. c. Keragaan pasar (market performance), yaitu sampai sejauh mana pengaruh riil struktur dan perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi. Kriteria yang digunakan untuk menilai organisasi pasar efisiensi komoditi di negara berkembang adalah: a. Struktur pasar : 1) Ukuran jumlah pembeli dan penjual yang dapat menjamin suatu intensitas persaingan yang memadai dalam hal harga dan kualitas. 2) Bebas keluar masuk pasar. 3) Jumlah penjualan yang memadai untuk mendorong peningkatan investasi dalam usaha niaga. b. Perilaku pasar : 1) Praktek-praktek menentukan harga yang mendorong grading dan standarisasi komoditi. 2) Biaya pemasaran yang seragam. 3) Praktek-praktek penentuan harga bebas dari kolusi dan taktik yang tidak jujur, atau perdagangan gelap.
4) Kebijaksanaan harga yang mendorong perbaikan mutu produk dan meningkatkan kepuasan konsumen Keragaman pasar : 1) Kemajuan teknologi 2) Orientasi untuk perkembangan lembaga tataniaga komoditi. 3) Efisiensi penggunaan sumber, dan 4) Perbaikan produk maksimisasi jasa dan minimisasi biaya. Analisis regresi korelasi harga antara harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar konsumen akhir dapat ditunjukkan dari fungsi penawaran atau fungsi harga (penawaran pedagang pengumpul di tingkat petani produsen dan pedagang eceran di tingkat konsumen akhir). Secara matematis analisis korelasi harga tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Pf
=
ao
+
al……….............................(1)
Pf
=
bo
+
b1……..……......................(2)
Dan persamaan (2) dapat dinyatakan jumlah yaitu: Pr
-
bo …………………........................... .(3)
Q= b1
Dengan mensubsitusikan persamaan (3) ke dalam persamaan (1) maka di diperoleh persamaan berikut: Pf
=
a
+
bPr…....…................(4)
Keterangan: Pf
=
harga yang diterima petani produsen
Pr
=
harga yang dibayar konsumen akhir
Q
=
jumlah penawaran
a&b
=
koefisien korelasi harga
Jika b = 1 pada persamaan (4), berarti harga yang dibayarkan oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan tidak berpengaruh terhadap korelasi harga. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa produsen, lembaga tataniaga, dan konsumen berada pada struktur pasar yang bersaing sempurna. Jika b < 1, berarti struktur pasar dalam sistem tataniaga komoditi tertentu tidak bersaing sempurna (oligipsonistik atau monopsonostik), dan jika b > 1, menunjukkan bahwa fluktuasi kenaikan harga di daerah produsen lebih besar dari fluktuasi di daerah konsumen.
Analisis korelasi harga digunakan untuk melihat apakah sistem tataniaga telah bekerja secara efesien atau pasar terintegrasi secara sempurna atau belum. Analisis korelasi harga adalah suatu analisis yang memberikan gambaran seberapajauh perkembangan harga suatu barang pada dua tempat/tingkat yang sama atau berlainan yang saling berhubungan dalam suatu perdagangan. Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi tersebut digunakan persamaan : n Pr Pf - Pr Pf r= {n
Pr 2- ( Pr)2 }
-
{ n Pf 2 - (
Pf)2
di mana : r
= koefisien korelasi
n
= jumlah pengamatan
Pf
= harga pada tingkat produsen
Pr
= harga yang dibayar oleh konsumen akhir
Koefisien korelasi yang tinggi (r = 1), menunjukkan pembentukan harga antara dua pasar lebih berintergrasi atau menunjukkan bahwa struktur pasar komoditi tersebut lebih mengarah kepada pasar bersaing sempurna. ` 8. Kajian Penelitian Terdahulu
Menurut Sihombing (2007), perhitungan analisis finansial usahatani kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus dengan tingkat suku bunga 10,87%, menghasilkan nilai NPV Rp. 41.758.011; IRR 31,2%; Gross B/C 1,67; Net B/C 2,79; Payback Period 7,67 tahun, maka usahatani kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus secara finansial layak untuk dikembangkan.
Menurut Aritonang (2005), usaha karet remah (crumb rubber) pada PTPN VII Unit Usaha Kedaton dengan kapasitas produksi 10 ton/hari, secara finansial layak dan menguntungkan dengan tingkat bunga 14 % diperoleh NPV sebesar 18,84 milyar rupiah, nilai Net B/C ratio sebesar 1,99, nilai Gross B/C ratio sebesar 1,06, nilai IRR sebesar 27,86 %, Payback Period 5 tahun 3 bulan dan CTO sebesar 0,284.
Hasil penelitian Kafrawi (2005), tentang analisis pemasaran ubi kayu di Kabupaten Way Kanan, menunjukkan bahwa sistem pemasaran ubi kayu
di Kabupaten Way Kanan belum efisien. Hal ini ditunjukkan oleh marjin pemasaran yang tidak merata, nilai koefisien korelasi harga kurang dari satu, dan nilai elastisitas harga kurang dari satu, yang berarti kondisi pasar berbentuk oligopsoni, yaitu keadaan di mana pembeli lebih dari satu tetapi jumlahnya tidak sebanyak penjual.
Berdasarkan penelitian Hapriono (2003) tentang analisis efisiensi pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Lampung Selatan ternyata pemasaran kakao di daerah tersebut belum efisien dan menunjukkan adanya struktur pasar yang bersaing tidak sempurna.
B. Kerangka Pemikiran
Usahatani merupakan suatu proses kegiatan produksi, yaitu dengan memasukkan faktor alam dengan faktor produksi lain untuk menghasilkan output pertanian (barang atau jasa) dari suatu kegiatan. Demikian pula dengan usaha perkebunan kakao memerlukan input untuk menghasilkan biji kakao. Input – input tersebut, baik input tetap maupun variabel akan menimbulkan biaya poduksi yang berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.
Dengan menjual hasil produksi yang berupa biji kakao ke pasar, maka petani akan memperoleh penerimaan. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang akan diperoleh.
Tujuan dari setiap usaha termasuk usaha perkebunan kakao adalah untuk mendapatkan keuntungan, sehingga perlu diperhitungkan besarnya biaya yang telah dikorbankan dan pendapatan yang diperoleh. Untuk mengetahui apakah usaha perkebunan kakao menguntungkan atau tidak maka dilakukan suatu analisis proyek. Dalam analisis proyek, dilakukan perhitungan yang diukur dari besarnya penerimaan dan biaya bagi usaha perkebunan kakao. Perhitungan yang dipergunakan adalah analisis finansial.
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), Gross Benefit/Cost Ratio (Gross B/C Ratio), Payback Period, dan analisis sensitivitas.
Selain hal-hal tersebut, dilakukan pula analisis dari aspek pemasaran. Hal ini dikarenakan kegiatan pemasaran juga sama pentingnya dengan kegiatan produksi. Petani akan merugi akibat barang-barang hasil produksinya tidak dapat dijual, sehingga kegiatan pemasaran sangatlah penting.
Petani menjual hasil produksinya dalam pasar output kepada pedagang pengumpul dan kemudian para pedagang pengumpul ini juga melakukan transaksi antara pelaku pasar lainnya, sehingga terbentuklah suatu hirarki yang pada akhirnya biji kako tersebut siap diekspor. Interaksi antara pelaku pasar tersebut menimbulkan adanya struktur pasar dan saluran pemasaran.
Para pelaku pasar tersebut juga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, seperti pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan yang akan menimbulkan biaya
pemasaran. Dengan membandingkan harga beli, harga jual, dan marjin biaya total, maka akan diketahui marjin keuntungan dari tiap pelaku pasar. Marjin keuntungan ini juga dapat dijadikan sebuah ukuran apakah usaha pemasaran yang dilakukan menguntungkan atau tidak. Kerangka pemikiran Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Gambar 1.
Usaha Tani Kakao
Proses Produksi
Input
Input Tetap
Output
Input Variabel
Biaya Produksi (Cost)
Harga
Penerimaan (Benefit)
ANALISIS PROYEK
Aspek Finansial
Aspek Pemasaran
Harga Pasar Analisis: NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PP, Analisis Sensitivitas
Layak
Efisiensi Pemasaran 1. Saluran pemasaran 2. Rasio profit marjin 3. Hubungan harga antara produsen dan konsumen
Tidak Layak
Dikembangkan
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis kelayakan usahatani dan pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
III.
METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Usaha tani merupakan suatu organisasi produksi yang dilakukan oleh petani untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang bertujuan untuk menghasilkan produksi dan pendapatan di sektor pertanian.
Usahatani kakao adalah suatu bentuk organisasi produksi yang dilakukan di daerah ladang dengan komoditi kakao.
Petani kakao adalah semua petani yang berusahatani kakao dan memperoleh pendapatan dari usahataninya.
Analisis proyek adalah suatu metode untuk melakukan penilaian investasi dan menunjukkan gejala ekonomi apakah suatu proyek layak untuk dilaksanakan atau tidak.
Proyek kakao adalah usahatani kakao yang menggunakan modal atau faktor produksi yang diharapkan memberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka waktu tertentu.
Manfaat (benefit) adalah penerimaan dari usahatani dan pemasaran kakao yang secara langsung atau tidak langsung menambah konsumsi barang-barang atau jasa-jasa.
Biaya (cost) adalah segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung mengurangi persediaan atau konsumsi barang-barang/jasa-jasa yang berhubungan dengan usahatani dan pemasaran kakao.
Penerimaan adalah jumlah penerimaan yang diperoleh dari penjualan produk. Penerimaan total diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil produksi dengan harga jual per kg, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
Produksi kakao adalah jumlah output atau hasil panen kakao dari luas lahan petani selama satu tahun yang diukur dalam satuan kg/ha.
Harga produk/output adalah harga biji kakao yang diterima, baik oleh petani dari hasil produksi kakao maupun oleh para pedagang pengumpul dan eksportir kakao, berdasarkan harga pasar, diukur dalam satuan Rp/Kg.
Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari pekerjaan dan pengelolaan usahanya. Besarnya pendapatan dihitung dengan mengurangi penerimaan usahatani kakao dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
Harga pasar atau harga finansial adalah tingkat harga yang diterima petani dalam menjual hasil produksinya atau tingkat harga yang dibayar dalam pembelian faktor produksi, diukur dalam rupiah (Rp).
Harga sarana produksi adalah harga semua input yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi dengan tujuan menghasilkan output. Sarana produksi yang digunakan meliputi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, dan tenaga kerja.
Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan oleh petani untuk melakukan usahatani kakao yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Jumlah bibit adalah banyaknya bibit yang digunakan petani pada usahatani kakao. Jumlah bibit diukur dalam satuan bibit/ha.
Jumlah pupuk adalah banyaknya pupuk kandang dan pupuk buatan yang digunakan oleh petani pada usahatani kakao Jumlah pupuk diukur dalam satuan kilogram (kg).
Jumlah pestisida adalah banyaknya pestisida yang digunakan dalam usahatani kakao, diukur dalam satuan gram bahan aktif (gr).
Tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan dalam usahatani kakao, terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).
Umur ekonomis adalah jumlah tahun proyek berjalan sampai proyek tidak menghasilkan keuntungan, yaitu selama 20 tahun.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi pada usaha pembibitan kakao sebelum usaha tersebut dijalankan dan diharapkan dapat menghasilkan manfaat (benefit) beberapa tahun kemudian.
Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani kakao yang terdiri dari biaya tetap dan variabel.
Biaya tetap adalah seluruh biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi yang jumlahnya tidak berubah dengan berubahnya output yang dihasilkan, meliputi biaya pajak, sewa lahan, dan biaya penyusutan. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).
Biaya variabel adalah biaya yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani kakao yang jumlahnya berubah sesuai dengan berubahnya output yang dihasilkan. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).
Biaya total adalah penjumlahan biaya tetap dengan biaya variabel. Satuan yang digunakan dalam rupiah (Rp).
Harga jual output adalah rata-rata harga jual biji kakao yang berlaku setiap tahun, pengukurannya dalam Rp/Kg.
Volume penjualan adalah jmlah biji kakao yang dijual pengusaha kakao. Pengukurannya dalam satuan kilogram (Kg).
Analisis keuntungan adalah suatu analisis untuk membandingkan besarnya biaya (cost) dan penerimaan (revenue) dari proses produksi pada usahatani kakao.
Tingkat suku bunga atau discount factor adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai uang di masa lalu agar didapatkan nilainya pada saat ini.
Net Present Value (NPV) adalah suatu analisis yang digunakan untuk menghitung selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Internal Rate Return (IRR) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan atau investasi bersih dalam suatu proyek. IRR merupakan tingkat bunga (discount rate) yang dapat membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), diukur dalam satuan (%).
Payback Period (PP) atau disebut juga periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek dan diukur dalam satuan tahun.
Gross B/C adalah perhitungan yang menunjukkan tingkat perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan jumlah biaya kotor yang diperhitungkan nilainya saat ini.
Net B/C adalah suatu tingkat perbandingan antara jumlah present value penerimaan dengan present value biaya.
Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam perhitungan manfaat dan biaya. Analisis sensitivitas menganalisis kembali apa yang akan terjadi pada proyek tersebut apabila ada sesuatu yang tidak beres atau tidak sesuai dengan rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas analisis suatu proyek didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi atau
rencana suatu proyek sangat dipengaruhi unsur ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi.
Efisiensi pemasaran adalah situasi pemasaran yang memberikan kepuasaan kepada produsen hingga ke konsumen melalui mekanisme harga yang efisien.
Elastisitas transmisi harga merupakan nisbah perubahan harga relatif di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat produsen.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan merupakan salah satu sentra produksi Kakao di Kabupaten Pesawaran. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal dan pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2010 hingga Mei 2010.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah disediakan meliputi: data harga kakao, data produksi, data luas lahan, dan sebagainya. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang terkait dan hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data yang diharapkan adalah responden (petani) untuk data primer dan BPS, Dinas Pertanian Propinsi, Kabupaten, dan
instansi-instansi lainnya, serta publikasi, dan laporan yang berhubungan dengan penelitian untuk data sekunder.
1. Responden Responden pada penelitian ini adalah petani kakao rakyat di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Responden dipilih berdasarkan alasan memiliki umur tanaman yang beragam pula. Responden untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul, pedagang besar dan pabrik pengolah hasil, baik yang berada di dalam maupun di luar Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran. Responden pedagang pengumpul, pedagang besar dan pabrik pengolah diambil dengan metode bola salju (snowball methods), yaitu mengikuti alur pemasaran dari petani produsen di Desa Sungai Langka hingga ke tingkat pabrik pengolah
2. Teknik sampling
Berdasarkan keterangan Kepala Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran terdapat beberapa dusun, namun peneliti mengambil dari populasi dari sebagian dusun yaitu, Dusun II, Dusun III, Dusun VII, dan Dusun VIII. Dari dusun tersebut terdapat 535 petani kakao, populasi ini diambil dengan pertimbangan produktivitas tertinggi dan umur tanaman yang beragam. Dari jumlah petani tersebut dibagi empat kelompok menurut umur tanaman. Berikut tabel pembagian sampel menurut umur tanaman.
Tabel 4. Jumlah sampel tiap kelompok umur tanaman Umur Tanaman (Tahun) 1–5 6 – 10 11 – 15 16 – 20
Jumlah Petani
Jumlah Sampel
109 153 131 142 535
10 14 12 13 49
Jadi jumlah sampel petani kakao pada Desa Sungai Langka terpilih adalah 49 orang.
Pemilihan sampel petani produsen kakao didasarkan pada pendapat Cochran (1991) yang menyatakan bahwa dalam pemilihan sampel penelitian dari sebuah populasi pertanian akan menghadapi kasus-kasus batas. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menentukan sebuah populasi sample (populasi sasaran) yang memuat semua informasi yang dibutuhkan yang merupakan bagian dari populasi sesungguhnya. Pengambilan jumlah sampel tersebut merujuk pada Sugiarto,dkk, (2003) dengan rumus : n=
NZ 2 S 2 Nd 2 Z 2 S 2
dimana : N = jumlah populasi n = jumlah sampel Z = tingkat kepercayaan (95% = 1,96) S2= varian sampel (5%) d = derajat penyimpangan (5 %) Untuk pembagian sampel secara proposional digunakan rumus: ni = Ni x n N
dimana : ni = jumlah sampel kelompok x Ni = jumlah populasi kelompok x N = jumlah populasi n = jumlah sampel keseluruhan x = umur tanaman (1-20 thn)
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling, dengan dasar pertimbangan umur tanaman yang beragam, jumlah petani kakao sampel seluruhnya adalah 49 orang. Sampel untuk lembaga pemasaran terdiri dari pedagang pengumpul yang ada di
Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten
Pesawaran diambil dengan metode bola salju (snowball methods), yaitu mengikuti alur pemasaran dari petani produsen di Desa Sungai Langka hingga ke tingkat eksportir.
D. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk analisis data adalah metode tabulasi dan komputasi. Data yang diperoleh diolah secara komputasi,dan dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Analisis Finansial
Pada penelitian ini, analisis finansial dilakukan secara kuantitatif, yang terdiri dari :
a. Net Present Value Net Present Value (NPV) merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat / penerimaan dengan biaya / pengeluaran. Rumus yang digunakan adalah : n
NPV
=∑ i=1
keterangan :
Bt - Ct (1 + i) t
Bt
= Manfaat dari proyek
Ct
= Biaya (cost) pada tahun ke-i
n
= Umur proyek (tahun)
i
= Discount Rate
Tiga kriteria investasi yaitu : - Bila NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan - Bila NPV < 0, maka proyek rugi dan tidak layak untuk dilaksanakan - Bila NPV = 0, maka proyek ini tidak untung dan tidak rugi (Break Event Point)
b. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Rumus yang digunakan yaitu : NPV1 IRR
= i1 + NPV1 + NPV2
(i2 – i1)
Keterangan :
NPV1 = Present Value positif NPV2 = Present Value negatif i1
= discount faktor, jika NPV >0
i2
= discount faktor, jika NPV < 0
Kriteria investasi : -
Bila nilai IRR > tingkat suku bunga, maka proyek layak
-
Bila nilai IRR < tingkat suku bunga, maka proyek tidak layak
-
Bila nilai IRR = tingkat suku bunga, maka proyek Break Event Point
c. Net B/C Ratio Net B/C Ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount faktor positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Rumus yang digunakan :
n
Bt - Ct
∑ t=1
(1+i)
n
Ct - Bt
i
Net B/C Ratio =
∑ t=1
keterangan :
Bt Ct i n
(1+i)
i
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i = Biaya (Cost) pada tahun ke-i = discount factor (%) = umur proyek (tahun)
Kriteria kelayakan : -
Bila Net B/C > 1, maka proyek layak
-
Bila Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
-
Bila Net B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point
d. Gross B/C Ratio Gross B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Rumusnya adalah : n
∑ Bt (1 + r) n t=1
Gross B/C Ratio = n
∑ Ct (1 + r) n t=1
keterangan :
Bt Ct i n
= Penerimaan (benefit) pada tahun ke-i = Biaya (Cost) pada tahun ke-i = discount factor (%) = umur proyek (tahun)
Kriteria kelayakan : -
Bila Gross B/C > 1, maka proyek layak
-
Bila Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan
- Bila Gross B/C = 1, maka proyek dalam keadaan break event point e. Payback Period Payback Period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari suatu proyek.
Kriteria kelayakannya : -
Jika masa pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut layak untuk dikembangkan.
-
Jika masa pengembalian lebih lama dari umur ekonomis usaha, maka proyek tersebut tidak layak untuk dikembangkan.
2. Analisis Keuntungan
Pada penelitian ini, analisis keuntungan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : π
n
Y .Py Xi.Pxi BTT i 1
Keterangan : π Y Py Pxi Xi I BTT
= = = = = = =
Keuntungan (Rp) Hasil Produksi (kg) Harga Hasil Produksi (Rp) Harga Faktor Faktor Produksi (Rp) Faktor Faktor Produksi Macam Faktor Produksi, i = 1,2,3,.... Biaya Tetap Total (Rp)
Biaya tetap pada usahatani kakao berupa investasi, alat-alat pertanian dan sarana produksi yang jumlahnya tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Sebagian biaya tetap tersebut tidak habis dalam satu proses produksi. Oleh karena itu, nilai biaya tetap yang dipakai dalam satu kali proses produksi dihitung penyusutannya. Untuk menghitung besarnya penyusutan alat-alat selama proses produksi dapat menggunakan garis lurus. Besarnya penyusutan adalah nilai awal pembelian dikurangi dengan
nilai sisa yang kemudian dibagi dengan bilangan yang menunjukkan umur ekonomis alat tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : PS
Na Ns n
Keterangan : PS Na Ns n
= = = =
Penyusutan Nilai awal Nilai sisa Umur ekonomis
Untuk mengetahui suatu usaha tani menguntungkan atau tidak digunakan analisis perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
R/C = NPT/BT
Keterangan : R/C = Nisbah antara penerimaan dan biaya NPT = Nilai Produk Total BT = Biaya Total
Kriteria pengambilan keputusan: R/C < 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis belum menguntungkan R/C > 1 : Usaha tani yang dilakukan secara ekonomis menguntungkan R/C = 1 : Usaha tani yang dilakukan tidak untung dan tidak rugi
3. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas menggunakan metode analisis kuantitatif dan deskriptif. Analisis ini menghitung kepekaan analisis finansial (NPV, IRR,
Net dan Gross B/C Ratio) terhadap perubahan yang terjadi pada harga faktor produksi dan harga hasil produksi serta dampak akhirnya pada kondisi kelayakan finansial agroindustri minyak nilam.
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis sensitivitas pada usaha agroindustri adalah : a. Tingkat suku bunga yang digunakan pada analisa ini berdasarkan ratarata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum b. Analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan kenaikan biaya produksi c. Analisis sensitiviitas apabila terjadi perubahan penurunan harga jual d. Analisis sensitivitas terjadi bila terjadi kenaikan pada rata-rata tingkat suku bunga pinjaman pada bank umum.
Menghitung laju kepekaan dengan rumus sebagai berikut : X1 – X0 Laju kepekaan
X
x 100%
Y1 – Y0
x 100 %
= Y
dengan : X1 X0 X Y1 Y0 Y
= NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP setelah perubahan = NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP sebelum perubahan = rata-rata perubahan NPV/IRR/Net B/C/Gross B/C/PP = Biaya produksi/harga jual/suku bunga setelah perubahan = Biaya produksi/harga jual/suku bunga sebelum perubahan = Rata-rata perubahan biaya produksi/harga jual/suku bunga
4. Analisis efisiensi pemasaran
Menurut Anwar Sanusi, dkk (2002) indikator yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi suatu sistem pemasaran adalah sebaran ratio profit marjin (RPM) pada setiap lembaga pemasaran yang ikut serta dalam suatu proses pemasaran. Rasio profit marjin lembaga pemasaran ini merupakan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran dengan biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang bersangkutan, rumus ratio profit marjin (RPM):
RPM
=
i bti
Untuk menghitung marjin pemasaran dan marjin keuntungan sehingga menghasilkan rasio profit marjin, digunakan rumus : mji mj
= = =
1
P si - P bi atau b u + i atau m ji - b u
Nilai total marjin pemasaran diperoleh dengan rumus : Mj
=
m ji ,
atau M j = P r - P F
dimana : mji Psi Pbi bti
i
i Mj Pr Pf
= marjin pemasaran tingkat ke-i = harga jual lembaga pemasaran tingkat ke-i = harga beli lembaga pemasaran tingkat ke-i = biaya total lembaga pemasaran tingkat ke-i = keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i = 1,2,3,.. .,n = total marjin pemasaran = harga pada tingkat pengecer = harga pada tingkat produsen
5. Elastisitas transmisi harga
Elastisitas transmisi harga adalah nisbah perubahan relatif secara eceran dengan perubahan relatif harga ditingkat produsen. Menurut Hasyim ( 1994 ), bila Et < 1 berarti laju perubahan harga ditingkat petani lebih kecil dari pada laju perubahan harga tingkat konsumen artinya pasar yang dihadapi tidak bersaing sempurna.
Perhitungan elastisitas transmisi harga menggunakan rumus : Et
=
Pf Pr Pr . b. Pr Pf Pf
dimana : b Pf Pr
= koefisien kontans = harga petani = harga pedagang.
Kriteria pengukuran pada analisis elastisitas transmisi harga adalah sebagai berikut : 1. Bila ET=1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah sama dengan laju perubahan harga pada pedagang pengecer, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem tataniaga yang terjadi sudah efisien dan pasar yang dihadapi adalah pasar bersaing sempurna. 2. Bila ET<1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah lebih kecil dibanding laju perubahan harga pada pedagang pengecer dan pasar yang dihadapi adalah pasar tidak bersaing sempurna (kekuatan monopsoniktik/oligopsoni).
3. Bila ET>1, menunjukkan laju perubahan harga di tingkat petani adalah lebih besar dengan laju perubahan harga pada pedagang pengecer, hal tersebut menunjukkan pasar dalam kondisi tidak bersaing sempurna.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. Secara administratif letak Desa Sungai Langka di sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bernung dan Negeri Sakti, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wiyono dan PTPN VII, sebelah Selatan berbatasan dengan Hutan Negara (Gunung Betung), dan disebelah Timur berbatasan dengan Desa Kurungan Nyawa. Berdasarkan letaknya, Desa Sungai Langka merupakan salah satu desa yang mempunyai potensi lahan pertanian yang luas. Adanya jalan yang baik merupakan keuntungan tersendiri bagi penduduk Desa Sungai Langka khususnya dibidang transportasi. Terdapatnya jalan aspal ini memungkinkan mobilitas penduduk akan semakin tinggi, juga memudahkan hubungan dengan pihak luar khususnya instansi-instansi pemerintah dan pihak swasta yang berkepentingan dalam hal pengembangan pedesaan. Hal ini didukung pula dari letak Desa Sungai Langka dari Ibu Kota Kecamatan Gedong Tataan yang hanya 7 Km dengan jarak tempuh 0,5 jam dan 15 Km dari Ibu Kota Kabupaten Pesawaran dengan jarak tempuh 0,75 jam.
B. Topografi dan Iklim Secara umum topografi Desa Sungai Langka adalah berbukit dengan curah hujan rata-rata 3000 mm per tahun dengan bulan basah 6 bulan dan bulan kering 6 bulan. Ketinggian Desa Sungai Langka dari permukaan laut mencapai 500 m, dan kondisi tanah di Desa Sungai Langka tergolong subur. Hal ini dicirikan dari warna tanah yang sebagian besar berwarna merah kehitam-hitaman dengan tekstur tanah sebagian besar berpasir. Luas Desa Sungai Langka mencapai 1250 Ha. Rincian luas wilayah Desa Sungai Langka berdasarkan potensi penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Luas wilayah berdasarkan potensi penggunaan lahan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Potensi Lahan
Luas (Ha)
Persentase (%)
Pemukiman
250
20
Sawah
25
2
Pekarangan
250
20
Perladangan
25
2
Perkebunan Rakyat
625
50
Lain-lain
75
6
1.250
100
Total
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka (2009)
Berdasarkan Tabel 5 maka dapat diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Sungai Langka adalah di sektor perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase penggunaan lahan (50%) untuk sektor
perkebunan. Perkebunan yang diusahakan sebagian besar penduduk Desa Sungai Langka adalah tanaman kakao.
C. Keadaan Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk Desa Sungai Langka mencapai 4.689 jiwa dengan rincian 2.321 jiwa laki-laki dan 2.368 jiwa perempuan, sedangkan jumlah kepala keluarga mencapai 1.025 kepala keluarga. Jumlah penduduk di Desa Sungai Langka dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Jumlah penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
2.321
49,5
Perempuan
2.368
50,5
Total
4.689
100
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka tahun 2009
Usia merupakan indikator penting yang banyak digunakan sebagai batasan produktif atau tidaknya seseorang dalam bekerja. Rusli (1983 dalam Berliantara, 2008) memberikan batasan bahwa seseorang masuk dalam kategori usia produktif apabila usianya berkisar antara 15 – 64 tahun. Berdasarkan batasan Rusli (1983) tersebut, maka dari segi usia yang disajikan pada Tabel 5 dapat dicermati bahwa sebagian besar (kurang lebih 61%) penduduk Desa Sungai Langka berada pada usia produktif. Adapun sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan usia dapat dilihat dari Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat usia Usia (tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
0-15
954
20,35
16-30
767
16,35
31-45
1.121
23,91
46-60
961
20,49
>60
886
18,90
Jumlah
4.689
100
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka tahun 2009
Usia merupakan indikator penting yang banyak digunakan sebagai batasan produktif atau tidaknya seseorang dalam bekerja. Besarnya persentase penduduk yang masuk dalam kategori usia produktif menunjukkan tingginya ketersediaan tenaga kerja. Hal ini sangat menunjang pengembangan biji kakao lebih lanjut di pedesaan. Aspek pendidikan masyarakat di Desa Sungai Langka, rata-rata pendidikan penduduk Desa Sungai Langka adalah SD (884 orang) dari total penduduk yang ada di Desa Sungai Langka. Lebih jelasnya sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran penduduk Desa Sungai Langka berdasarkan tingkat pendidikan Jenjang Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase(%)
TK
150
3,2
SD
1.904
40,6
SLTP
1.725
36,8
SLTA
539
11,5
D1 – D3
14
0,3
S1 – S2
32
0,7
Lain-lain
325
6,9
Jumlah
4.689
100
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka tahun 2009
Menurut Lionberger dan Gwin (1983, dalam Berliantara 2008), pendidikan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan penganalisaan terhadap masalah tertentu. Dengan demikian, semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan akan semakin tinggi pula pengetahuannya, pemahamannya, dan daya analisanya terhadap suatu permasalahan. Semakin tingginya pengetahuan, pemahaman dan penganalisaan seseorang memungkinkan pula seseorang itu mudah menerima suatu inovasi yang tentunya dapat memberikan perubahan positif. Sebagian besar (40,6%) penduduk di Desa Sungai Langka berpendidikan SD, sehingga memungkinkan pengembangan biji kakao sebagai sumber bahan pendapatan akan diterima oleh masyarakat pedesaan khususnya petani. Apabila ditinjau dari mata pencaharian utama kepala keluarga, maka kepala keluarga di Desa Sungai Langka memiliki mata pencaharian utama yang beragam diantaranya petani, buruh tani, buruh/swasta, pegawai negeri, pedagang, dan pensiunan,
dan usaha jasa lainnya. Adapun sebaran kepala keluarga di Desa Sungai Langka berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Sebaran kepala keluarga berdasarkan mata pencaharian utama di Desa Sungai Langka tahun 2009
Jenis Pekerjaan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
Petani
802
78,2
Buruh
67
6,5
Pegawai Negeri
73
7,1
Karyawan
34
3,4
Pedagang
26
2,5
Pensiunan
7
0,7
Lain-lain
16
1,6
1.025
100
Jumlah
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka tahun 2009 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar (78,2) kepala keluarga di Desa Sungai Langka bekerja sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja di sektor pertanian sangatlah tinggi. Banyaknya kepala keluarga di Desa Sungai Langka yang bekerja di sektor pertanian memungkinkan upaya budidaya biji kakao mudah diterima dan ditingkatkan guna menunjang peningkatan pendapatan dalam usahatani.
D. Sarana dan Prasarana Wilayah Prasarana yang terdapat di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Prasarana dan dan sarana di Desa Sungai Langka Tahun 2009 No
Prasarana/Sarana Perhubungan
Pemasaran
Jenis
Jumlah
Jalan Aspal
10,75 Km
Jalan Batu
2,25 Km
Jalan Tanah
2 Km
Jembatan
1 Buah
Kios/Warung
23 Buah
Pasar Desa
-
Sosial, Pendidikan dan
Sekolah TK
1 Buah
Agama
Sekolah SD
11 Buah
Sekolah SLTP
3 buah
Kursus Menjahit
9 Buah
Kursus Kecantikan
2 Buah
Balai Desa
1 Buah
Pos Kamling
4 Buah
Kesehatan
Posyandu
1 Buah
Sarana Angkutan
Sepeda
50 Buah
Gerobak
15 Buah
Sepeda Motor
200 Buah
Mikrolet/Oplet
12 Buah
Mobil
28 Buah
Truk
7 Buah
Kemasyarakatan
Sumber: Diolah dari Profil Desa Sungai Langka tahun 2009
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Responden
1. Umur responden
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, umur responden antara 35 – 80 tahun. Sebaran umur responden dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Sebaran umur responden berdasarkan kelompok umur. No.
Umur (Tahun)
1. 2. 3. 4.
34 – 46 47 – 58 59 – 70 70 – 80 Jumlah
Jumlah Responden (Jiwa) 13 18 16 2 49
Persentase (%) 26,53 36,73 32,65 4,09 100
Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berada pada umur produktif. Jumlah responden terbanyak adalah petani yang berada di kelompok umur 47 – 58 tahun. Umur rata-rata petani yaitu 53,12 tahun.
2. Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam hal menerima, menyerap, dan menerapkan tekhnologi, inovasi, informasi dan pengetahuan yang di dapat selama melakukan usahatani kakao. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sungai Langka dapat dilihat pata Tabel 12.
Tabel 12. Sebaran petani responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Sungai Langka, 2010. No. 1. 2. 3.
Tingkat Pendidikan SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat Jumlah
Jumlah Responden (Jiwa) 33 9 7 49
Persentase (%) 67,35 18,37 14,28 100
Dalam pemeliharaan usahatani kakao, terdapat perbedaan antara petani yang tingkat pendidikannya rendah dengan petani yang tingkat pendidikannya tinggi. Petani dengan pendidikan SD – SLTP sebagian besar hanya menggunakan pupuk kandang. Selain karena faktor ekonomi (kekurangan modal), mereka juga beranggapan bahwa pupuk buatan tidak lebih baik dari pupuk kandang. Berbeda dengan petani yang memiliki tingkat pendidikan SMA sebagian besar telah menggunakan pupuk buatan selain pupuk kandang. Mereka beranggapan bahwa dengan bantuan pupuk buatan, maka tanaman akan lebih baik dalam hal pertumbuhan dan hasil produksi.
3. Luas lahan usahatani kakao
Luasnya lahan yang dimiliki petani sangat mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh tiap tahunya, semakin luas lahan yang dimiliki petani maka semakin banyak pendapatan yang diperoleh tiap tahunya. Sebaran luas lahan yang dimiliki petani responden dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Luas lahan usahatani kakao petani responden. No.
Luas Lahan (Ha)
1. 2. 3. 4.
< 0,75 0,75 – 1,5 1,56 – 2,5 > 2,5 Jumlah
Jumlah Responden (Jiwa) 12 23 11 3 49
Persentase (%) 24,49 46,94 22,45 6,12 100
Petani rata-rata memiliki luas lahan 0,75 Ha dengan persentase 46,94% dari total petani responden. Tidak ada petani yang menyewa lahan untuk mengusahakan tanaman kakao, karena tanah yang mereka gunakan adalah milik sendiri.
B. Usahatani Kakao Di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan
1. Budidaya kakao di Desa Sungai Langka
a. Penyiapan bibit
Bibit yang digunakan responden untuk usahatani kakao berasal dari: -
Pembibitan sendiri
Petani mengambil biji kakao dari kebun sendiri ataupun kebun petani sekitar, kemudian melakukan pembibitan (pendederan) sendiri. -
Pembelian Petani membeli dari tempat pembibitan di desa setempat (Desa Sungai Langka), Pringsewu, Kota Agung, ataupun membeli bibit melalui PPL/Dinas Perkebunan.
Umur bibit yang siap ditanam adalah 5 – 6 bulan, di mana bibit tersebut telah memiliki daun berjumlah 4 – 7 helai (payung 4 – 7) dengan harga antara Rp. 2.000,00 – 3.000,00. Harga bibit yang dibeli melalui PPL/Dinas Perkebunan rata-rata Rp. 2.500,00. Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat rata-rata harga bibit yang diperoleh petani adalah Rp. 2.500,00.
b. Persiapan lahan dan penanaman
Lahan yang digunakan oleh responden adalah lahan milik sendiri. Petani responden di daerah penelitian menggunakan jarak tanam yang bervariasi untuk tanaman kakao mulai dari 3 x 3 meter sampai dengan 4 x 6 meter.
Setelah dibuat jarak tanam yang dilakukan dengan pengajiran, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan ukuran rata-rata 40 x 40 x 40 cm, kemudian lubang tanam tersebut ditaburi pupuk kandang agar
zat hara dan nutrisi tanah dapat tersedia cukup ketika bibit kakao dimasukkan dalam lubang tanam.
Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit kakao yang ada dalam polibag (umur 5 – 6 bulan) ke dalam lubang tanam kemudian lubang tanam ditutup kembali dengan tanah galian.
c. Penyiangan
Pada waktu tanaman kakao berumur 1 tahun, petani responden belum melakukan penyiangan. Hal ini dikarenakan gulma belum terlalu banyak. Penyiangan mulai dilakukan pada waktu tanaman kakao berumur 2 tahun sampai dengan 20 tahun.
d. Pemangkasan (wiwilan)
Wiwilan merupakan istilah petani setempat untuk kegiatan pemangkasan tanaman kakao. Pemangkasan yang dilakukan oleh petani responden bertujuan agar mudah dalam pemeliharaan dan produksi yang dihasilkan tinggi.
Petani responden mulai melakukan pemangkasan pada saat umur tanaman kakao sudah menginjak umur 2 tahun. Pada tanaman menghasilkan, pemangkasan juga bertujuan untuk menghindarkan tanaman kakao dari serangan hama dan penyakit.
e. Pemupukan
Pemupukan pertama kali dilakukan sebelum tanaman kakao dimasukkan ke dalam lubang tanam, yaitu dengan cara menaburi terlebih dahulu lubang tanam dengan pupuk kandang. Pemupukan buatan dilakukan setelah tanaman berumur 2 bulan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman dan memberikan daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Frekuensi pemberian pupuk kandang adalah satu tahun sekali dan frekuensi pemberian pupuk buatan sebagian besar dua kali dalam setahun. Pupuk buatan yang sebagian besar dipakai oleh petani responden adalah Urea, TSP, dan KCL, tetapi terdapat beberapa petani yang dalam mengusahakan tanaman kakaonya tidak menggunakan pupuk buatan, melainkan hanya pupuk kandang.
f. Panen
Buah kakao dihasilkan setelah tanaman berumur ± 3 tahun. Buah yang matang dicirikan oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang mengelupas dari kulit bagian dalam. Setelah dilakukan pemetikan, dilakukan pengelupasan buah kakao dan biji kakao diambil untuk dimasukkan dalam kotak kayu ataupun karung (kandi) untuk didiamkan selama kurang lebih satu malam agar kandungan air dalam biji kakao berkurang. Setelah itu dilakukan penjemuran biji kakao berkisar 2 – 5 jam.
Musim panen pada daerah penelitian biasanya berlangsung dari bulan April – Juni. Selama 3 bulan ini, rata-rata petani responden melakukan pemetikan buah kakao dengan frekuensi dua kali dalam seminggu. Setelah panen raya, terdapat pula panen-panen kecil di mana frekuensi pemetikan buah adalah satu kali dalam seminggu. Hal inilah yang menjadi salah satu ciri khas tanaman kakao, yaitu dapat berproduksi sepanjang tahun.
2. Biaya usahatani kakao
a. Biaya investasi
Yang merupakan biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi kakao sebelum tanaman kakao menghasilkan. Biaya investasi dalam usahatani kakao meliputi pembelian lahan usahatani kakao dan bibit kakao.
Petani masih harus mengeluarkan biaya investasi sampai tahun ke-3. Tahun pertama, biaya investasi meliputi pembelian lahan dan bibit kakao. Tahun kedua dan ketiga, biaya investasi meliputi pembelian bibit kakao untuk keperluan penyulaman. Biaya investasi kakao per hektarnya disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Biaya investasi per hektar usahatani kakao di Desa Sungai Langka. Tahun ke1
Jenis Investasi (Per Ha) - Lubang tanam - Bibit kakao - Bibit tanaman pelindung
Satuan Lubang Batang Batang
Total (Rp) 8.888.000 2.777.500 32.000
2
- Bibit kakao - Bibit tanaman pelindung
Batang Batang
750.000 12.200
3
- Bibit kakao Jumlah
Batang
222.500 12.682.200
b. Biaya tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani kakao berasal dari tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga. Biaya tenaga kerja dalam keluarga merupakan biaya yang diperhitungkan dimana biaya tersebut secara tunai tidak dikeluarkan, sedangkan biaya tenaga kerja di luar keluarga menggunakan sistem upah dibayar tunai dan dikeluarkan.
Pemakaian tenaga kerja dihitung berdasarkan upah harian yang dikonversikan ke dalam hari orang kerja (HOK). Pemakaian tenaga kerja wanita dihitung sama dengan upah tenaga pria, yaitu Rp 30.000,00 per hari.
c. Biaya peralatan
Penggunaan alat pertanian didasarkan pada umur ekonomis dan manfaat alat yang digunakan. Biaya peralatan yang dikeluarkan secara
tunai pada saat pembelian yang diasumsikan peralatan tersebut bisa digunakan sampai umur ekonomisnya habis. Rincian pemakaian input tetap dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Perhitungan biaya peralatan pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka
No.
Peralatan
UE (Thn)
1 Golok 2 2 Cangkul 5 3 Arit/Sabit 2 4 Gunting pangkas 2 5 Sprayer obat 8 6 Gerobak 4 7 Timbangan gantung 20 8 Asahan arit 1 9 Lantai Jemur 15 10 Terpal 4 Keterangan : UE = Umur Ekonomis
Jml (Unit)
Harga (Rp)
1 2 2 3 1 1 1 1 1 1
35.000 134.500 50.000 75.000 150.000 150.000 300.000 5.000 487.500 125.000
Biaya Peralatan per UE peralatan (Rp) 17.500 26.900 25.000 37.500 18.750 25.000 37.500 5.000 32.500 31.250
d. Biaya pemupukan dan pestisida
Biaya pemupukan merupakan biaya yang sangat diperhatikan oleh petani, penggunaan pupuk yang cukup banyak tiap tahunnya menyebabkan petani harus menyisihkan pendapatan yang cukup besar untuk digunakan dalam pembelian pupuk. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani kakao dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya pupuk yang dikeluarkan selama usahatani kakao Ratarata tahun ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah
Pupuk buatan (Rp/ha) Organik 375.000 228.333 145.000 1.110.000 650.000 280.000 400.000 300.000 300.000 457.783 375.000 233.333 473.325 800.000 329.450 566.667 337.500 641.667 1.950.000 324.450 10.277.508
Urea 300.000 275.500 100.000 1.000.000 400.000 177.667 162.200 108.333 175.000 266.667 125.000 73.333 200.000 100.000 261.167 233.333 0 266.667 0 120.000 4.345.167
TSP 375.000 333.500 300.000 0 150.000 166.500 0 50.000 100.000 0 75.000 40.000 0 180.000 0 100.000 0 600.000 0 0 2.470.000
KCl 300.000 0 300.000 0 150.000 16.500 0 0 0 0 0 40.000 0 0 0 0 0 0 0 0 806.500
e. Biaya pajak dan pengangkutan
Biaya pajak yang dikeluarkan oleh petani adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan besarnya tergantung dari luas lahan dan jenis lahan yang dimiliki. Biaya pajak rata-rata yang dikeluarkan oleh petani per hektarnya adalah sebesar Rp. 21.000,00 per tahun.
Biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya pengangkutan biji kakao yang akan dijual dari kebun usahatani kakao sampai ke pedagang pengumpul. Walaupun sebagian besar petani
menjual ke padagang pengumpul keliling (bakul keliling), namun ada juga petani yang menjual ke pedagang pengumpul desa. Rata-rata biaya pengangkutan yang dikeluarkan oleh petani adalah Rp. 5.000,00 per panen.
3. Produksi Kakao
Hasil yang diperoleh dari tanaman kakao adalah biji kakao basah dan petani menjual dalam bentuk biji kakao kering asalan, di mana biji kakao tersebut telah dijemur 1 – 2 hari (1 hari = 2 – 5 jam penjemuran). Setelah dijemur, maka kadar air yang terdapat dalam biji kakao berkurang dan biji kakao akan mengalami penyusutan sebesar 25 % (100 kg biji kakao basah akan menjadi 75 kg biji kakao kering asalan).
Tanaman kakao sudah dapat dipanen pada umur 3 tahun dengan hasil produksi (biji kering asalan) yang dihasilkan rata-rata 1.740 kg/Ha/tahun. Dengan jumlah rata-rata pohon kakao per hektar adalah 1.018 batang, produksi rata-rata yang dihasilkan dari umur 3 – 20 tahun adalah 1.698 kg/Ha/tahun. Jumlah produksi biji kakao per hektar untuk tiap umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Jumlah rata-rata produksi biji kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan. Umur tanaman (Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Produksi basah (kg) 2.066 2.506 2.684 2.750 2700 2.569 2.714 2.604 2.554 2.824 2.500 2.693 2.577 2.569 2.233 2.470 2.253 2.186
Produksi setelah penyusutan (kg) 1.550 1.880 2.013 2.063 2.025 1.927 2.036 1.953 1.916 2.118 1.875 2.020 1.933 1.927 1.675 1.853 1.690 1.640
Bila dilihat pada Tabel 17, dari umur tanaman 3 – 20 tahun terdapat fluktuasi produksi. Hal ini dikarenakan antara petani satu dengan petani lainnya memiliki perbedaan dalam pola usahatani kakao yang djalankan, sebagai contoh, perbedaan dalam penggunaan pupuk, sehingga perbedaan tersebut menimbulkan perbedaan dalam hasil produksi. Tabel di atas juga menunjukkan bahwa puncak produksi biji kakao terjadi pada saat tanaman berumur 12 tahun, yaitu 2.118 kg/ha/tahun. Hal ini sesuai dengan Siregar, dkk. (1999), bahwa tanaman kakao akan mengalami puncak produksi antara umur tanam ke-10 hingga tahun ke-20. Produksi terendah terjadi pada saat tanaman berumur 3 tahun, yaitu 1.550 kg/Ha/tahun. Hal ni
dikarenakan pada umur tanaman ini, tanaman kakao masih dikatakan belajar berbuah.
4. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Kakao
Penerimaan usahatani kakao mulai diperoleh pada saat tanaman berumur 3 tahun dengan harga jual rata-rata yang diterima petani adalah Rp. 9.025 per kg. Penerimaan usahatani kakao yang diperoleh petani dari hasil menjual biji kakao dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Produksi dan penerimaan usahatani kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan. Umur tanaman Produksi Harga Total (Tahun) (Kg/Ha) (Rp) penerimaan 1 2 3 1.550 9.025 14.058.500 4 1.880 9.000 16.920.000 5 2.013 8.125 16.362.500 6 2.063 8.316 17.140.833 7 2.025 8.875 17.962.500 8 1.927 8.700 16.770.667 9 2.036 8.833 17.957.500 10 1.953 9.000 17.520.833 11 1.916 9.000 17.253.000 12 2.118 9.233 19.555.000 13 1.875 8.675 16.263.750 14 2.020 8.125 16.300.000 15 1.933 8.916 17.225.000 16 1.927 8.466 16.374.833 17 1.675 8.425 14.107.500 18 1.853 8.633 15.989.000 19 1.690 8.125 14.530.500 20 1.640 8.500 14.224.000 Keterangan: Penerimaan dihitung setelah biji kakao yang diproduksi susut 25 %.
Penerimaan tertinggi didapat pada saat tanaman kakao berumur 12 tahun karena pada umur tanaman ini, petani memperoleh produksi biji kakao tertinggi. Penerimaan terendah didapat pada saat tanaman berumur 3 tahun. Tabel 19. Penerimaan dan pendapatan usahatani kakao per hektar di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan. Umur tanaman (Tahun) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Total biaya (Rp) 20.570.200 3.746.800 5.633.250 7.406.000 6.801.000 5.065.617 4.344.000 7.190.467 7.521.000 5.042.567 4.933.000 5.190.400 5.899.925 6.241.000 5.992.067 6.650.500 4.968.500 7.243.300 6.902.725 5.288.133
Total penerimaan (Rp) 14.058.500 16.920.000 16.362.500 17.140.833 17.962.500 16.770.667 17.957.500 17.520.833 17.253.000 19.555.000 16.263.750 16.300.000 17.225.000 16.374.833 14.107.500 15.989.000 14.530.500 14.224.000
Total pendapatan (Rp) (20.570.200) (3.746.800) 8.425.250 9.514.000 9.561.500 12.075.216 13.618.500 9.580.200 10.436.500 12.478.266 12.320.000 14.364.600 10.363.825 10.059.000 11.232.933 9.724.333 9.139.000 8.745.700 7.627.775 8.935.867
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa pendapatan tertinggi didapat pada saat tanaman kakao berumur 12 tahun, yaitu sebesar Rp. 16.864.600,00. Hal ini dikarenakan pada saat itu terjadi puncak produksi kakao. Pada saat tanaman kakao berumur 3 tahun, petani masih merugi, karena tanaman kakao belum berproduksi dan petani sudah mengeluarkan biaya investasi.
C. Karakteristik Lembaga Perantara
1. Pedagang pengumpul tingkat I
Pedagang pengumpul tingkat I (selanjutnya disebut PP I) adalah lembaga pemasaran yang membeli kakao langsung dari petani dan umumnya melakukan pembelian di tingkat desa. Sebagian besar PP I ini tinggal sedesa dengan petani produsen, dengan kata lain satu sama lain sudah saling mengenal. Hasil pembelian kakao dari petani produsen dikumpulkan dan selanjutnya dijual kembali kepada PP II.
Modal yang dimiliki PP I sebagian besar merupakan modal sendiri dan sebagian lagi merupakan modal pinjaman dari bank atau pedagang lain yang memiliki modal lebih besar darinya. PP I langsung mendatangi petani yang sedang panen di ladang ataupun mendatangi rumah petani dan langsung melakukan tawar-menawar. Kemudian kakao diangkut oleh PP I ke rumahnya, atau langsung dingkut ke rumah PP II. Biaya angkut kakao yang dibeli ditanggung oleh PP I itu sendiri.
Jumlah responden PP I dalam analisis sistem pemasaran sebanyak 3 orang. Dari data yang diperoleh, umur PP I berkisar antara 50-60 tahun, dengan rata-rata umur 58 tahun, dimana 1 orang berpendidikan SMP dan 2 orang lagi berpendidikan SD. Semua responden PP I bersuku Jawa. Pengalaman berdagang PP I berkisar antara 8 - 18 tahun dengan rata-rata pengalaman berdagang selama 12 tahun, yang berarti bahwa para pedagang tersebut cukup lama berpengalaman dalam usahanya.
Buniem merupakan PP I yang beralamat di Desa Sungai Langka yang sudah 18 tahun berpengalaman sebagai pedagang. Modal yang ia gunakan untuk berdagang berasal dari modal sendiri. Ia membeli kakao dari petani di daerah penelitian saja, dan menjualnya kepada pedagang lain yang ada di daerah penelitian. Ia membeli kakao dari petani dengan harga rata-rata Rp 10.100,00 per kilogram, dan dijual dengan harga rata-rata Rp 12.000,00 per kilogram.
Lasmini merupakan PP I yang beralamat di Desa Sungai Langka yang sudah 8 tahun berpengalaman sebagai pedagang. Modal yang ia gunakan untuk berdagang berasal dari modal sendiri. Ia membeli kakao dari petani di daerah penelitian saja (Desa Sungai Langka), dan menjualnya kepada pedagang lain yang ada di Desa Penelitian. Ia membeli kakao dari petani dengan harga rata-rata Rp 10.050,00 per kilogram, dan dijual dengan harga rata-rata Rp 11.950,00 per kilogram.
Juriyah merupakan PP I yang beralamat di Desa Bernung yang sudah 10 tahun berpengalaman sebagai pedagang. Modal yang ia gunakan untuk berdagang berasal dari modal sendiri dan pinjaman dari bank. Ia membeli kakao dari petani di desa penelitian dan desa sekitarnya, kemudian menjualnya langsung kepada pedagang besar (PB). Ia membeli kakao dari petani dengan harga rata-rata Rp 10.650,00 per kilogram, dan dijual dengan harga rata-rata Rp 17.000 per kilogram. Juriyah berbeda dengan PP I yang lain karena ia memiliki modal yang lebih besar sehingga dapat membeli kakao dari petani dalam jumlah yang lebih besar. Keuntungan
yang ia peroleh pun lebih besar dari PP I yang lain, karena selain hanya menjual kembali, Juriyah juga melakukan penyortiran dan penjemuran lebih baik sehingga kualitas kakao yang dijual menjadi lebih bagus.
2. Pedagang pengumpul tingkat II
Pedagang pengumpul tingkat II (selanjutnya disebut PP II) adalah pedagang yang membeli kakao dari petani dan juga dari pedagang pengumpul tingkat I. PP II memiliki modal yang lebih besar dibandingkan dengan PP I. Modal tersebut sebagian besar merupakan modal sendiri dan sisanya merupakan modal pinjaman dari bank. PP II menjual kakaonya kepada pedagang-pedagang besar yang berada di Bandar Lampung.
Jumlah responden PP II dalam analisis sistem pemasaran sebanyak 2 orang. 1 orang pedagang berasal dari daerah penelitian dan 1 berasal dari desa lain. Dari data yang diperoleh, umur PP II berkisar antara 36-55 tahun, dengan rata-rata umur 45 tahun, dimana kedua pedagang tersebut berpendidikan SMA. Semua responden PP II bersuku. Pengalaman berdagang PP II berkisar antara 3 - 15 tahun dengan rata-rata pengalaman berdagang selama 9 tahun, yang berarti bahwa para pedagang tersebut cukup lama berpengalaman dalam usahanya.
Bambang Lukito merupakan PP II yang beralamat di Desa Sungai Langka yang sudah 15 tahun berpengalaman sebagai pedagang. Modal yang ia gunakan untuk berdagang berasal dari modal sendiri dan pinjaman bank.
Ia membeli kakao dari petani dan PP I di berbagai daerah, antara lain Desa Sungai Langka, Desa Bernung dan Desa Wiyono. Kemudian menjualnya ke pedagang besar (PB) yang ada di wilayah Bandar Lampung. Ia membeli kakao dari petani dengan harga rata-rata Rp 10.410,71 per kilogram, dan dijual ke PB dengan harga rata-rata Rp 18.000,00 per kilogram.
Widiyanto merupakan PP II yang beralamat di Kota Bandar Lampung yang sudah 3 tahun berpengalaman sebagai pedagang. Modal yang ia gunakan untuk berdagang berasal dari modal sendiri dan pinjaman. Ia membeli kakao dari petani dan PP I di berbagai daerah, seperti Kabupaten Pesawaran, Lampung Selatan dan Lampung Barat. Kemudian menjualnya ke PB yang ada di wilayah Bandar Lampung. Ia membeli kakao dari petani/PP I dengan harga rata-rata Rp 11.950,00 per kilogram, dan dijual ke Pedagang Besar (PB) dengan harga rata-rata Rp 18.500,00 per kilogram.
3. Pedagang Besar (Eksportir)
Pedagang besar (PB) adalah lembaga pemasaran yang membeli atau menjual kakao dalam volume besar dan biasanya kakao yang dibeli tersebut berasal dari pedagang pengumpul tingkat II (PP II). Pembelian kakao yang dilakukan oleh PB mulai dari tingkat desa, antar desa, antar kecamatan, hingga antar kabupaten. Modal yang dimiliki oleh PB lebih besar dibandingkan dengan PP I maupun PP II dan sebagian besar modal tersebut merupakan modal sendiri dan sisanya modal pinjaman dari bank.
Peralatan yang dimiliki PP I untuk menunjang kegiatan pemasaran terdiri dari : mobil truk untuk alat angkut, gudang untuk penyimpanan, timbangan, mesin ayak, mesin open, dan karung,
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa PB berada di Kecamatan Way Galih Kabupaten Lampung Selatan. Dalam melaksanakan usaha dagangnya, PB ini melakukan kerja sama dengan PP II di beberapa kabupaten, kecamatan dan desa untuk memperoleh kakao dalam volume besar. Kegiatan pembelian yang dilakukan PB biasanya dengan cara PP II mendatangi gudang PB, yaitu PT. Aman Jaya. Hasil pembelian kakao tersebut dikumpulkan sampai memenuhi kuota tertentu, misalnya muatan 20 truk, baru kemudian diekspor ke luar negeri. Biaya yang dikeluarkan PB antara lain adalah biaya oven, pengayakan, penyusutan, transportasi, dan bongkar muat.
D. Analisis Finansial
Analisis finansial digunakan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan dari suatu proses produksi, apakah proses produksi itu layak untuk diusahakan dan dapat memberikan keuntungan. Asumsi yang digunakan adalah umur produktif tanaman kakao selama 20 tahun, tanaman kakao mulai berproduksi pada umur 3 tahun, harga jual kakao selama umur ekonomis sebesar Rp. 10.500/kg dan tingkat suku bunga sebesar 14%. Tenaga kerja dihitung menggunakan upah harian yang dikonversikan ke dalam hari orang kerja (HOK) dan upah tenaga kerja sama selama periode pengamatan yaitu sebesar Rp. 30.000/hari. Perhitungan biaya
produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi berdasarkan hasil penelitian pada tanaman kakao yang berumur 1 tahun sampai 20 tahun. Perhitungan analisis finansial dilakukan untuk luas lahan 1 hektar. Perhitungan analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Analisis finansial usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran per hektar pada tingkat suku bunga 14% (df = 14%) Kriteria Net Present Value (Rp) Gross B/C Net B/C IRR (%) Payback periode (tahun)
Nilai 50.943.353 2,70 11,75 40,60 3 tahun 5 bulan
1. Analisis Net Present Value (NPV)
Kelayakan suatu usaha dinilai jika NPV lebih besar dari nol (NPV positif), hal ini berarti bahwa penerimaan bersih (benefit) suatu usaha lebih besar dari total biaya (cost) yang dikeluarkan.
Tabel 20 menunjukkan besarnya nilai NPV pada tingkat suku bunga 14 % adalah Rp 50.943.353/ha/20 tahun, yang berarti nilai NPV tersebut bernilai positif atau lebih besar dari nol. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan bersih usahatani kakao lebih besar dari pada total biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk dikembangkan karena nilai NPV > 0. Keuntungan yang didapat petani kakao tersebut menyebabkan peningkatan kesejahteraan petani kakao di Desa Sungai Langka, terbukti dari
banyaknya petani yang mampu menambah luas areal perkebunan kakao, selain itu petani kakao mampu memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Hasil analisis NPV tersebut menunjukkan bahwa selisih antara nilai sekarang dari penerimaan yang diterima dan nilai sekarang biaya yang telah dikeluarkan untuk usahatani kakao bernilai positif sebesar Rp. 50.943.353. Hal ini berarti nilai sekarang penerimaan di masa yang akan datang masih lebih besar dari nilai sekarang biaya yang dikeluarkan di masa yang akan datang.
2. Analisis Gross B/C Ratio
Tabel 20 menunjukkan bahwa pada tingkat suku bunga 14 %, diperoleh Gross B/C Ratio sebesar 2,70. Hal ini berarti usahatani di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan, karena nilai Gross B/C > 1. Dari hasil perhitungan dapat diartikan bahwa setiap Rp 10.000.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan usahatani kakao di sebesar Rp 27.000.000.
3. Analisis Net B/C Ratio
Analisis ini membandingkan antara penerimaan bersih dengan biaya bersih yang diperhitungkan nilainya pada saat ini. Apabila nilai B/C > 1, maka proyek layak untuk dikembangkan, tetapi apabila nilai B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dikembangkan.
Tabel 20 menunjukkan hasil perhitungan Net B/C pada tingkat suku bunga 14% adalah sebesar 11,75, yang berarti bahwa usahatani kakao di di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan karena nilai Net B/C > 1. Nilai ini juga berarti bahwa setiap Rp. 10.000.000 biaya bersih yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan bersih sebesar Rp. 117.500.000.
4. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Dalam analisis IRR, suatu proyek dikatakan layak untuk dikembangkan atau menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.
Tabel 20 menunjukkan besarnya nilai IRR pada tingkat suku bunga 14 % untuk usahatani kakao adalah 40,60%, yang berarti nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran menguntungkan dan layak untuk dikembangkan. Nilai ini berarti bahwa usahatani kakao akan memberikan return to the capital invested sebesar 40,60% selama umur ekonomis tanaman.
5. Analisis Payback period (Pp)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui jangka waktu pengembalian investasi suatu proyek. Bila waktu pengembalian investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek, maka proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat Payback period selama 3,385 tahun. Hal ini berarti investasi awal akan dikembalikan dalam jangka waktu 3 tahun 5 bulan, sehingga masa pengembalian modal investasi lebih pendek dari umur ekonomis proyek yaitu 20 tahun.
6. Analisis Break Event Point (BEP)
Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui seberapa besar volume produksi dan penetapan harga jual terendah agar usahatani kakao tidak mengalami kerugian, tetapi dalam posisi tidak memperoleh laba (impas). Analisis titik impas digunakan untuk mengetahui penjualan atau produksi kakao pada posisi titik impas dalam satuan rupiah. Komponen perhitungan analisis titik impas antara lain hasil biaya total, produksi dan harga jual kakao. Untuk menghitung titik impas, digunakan nilai rata-rata dari semua komponen perhitungan analisis titik impas. Perhitungan titik impas dapat dilihat pada Tabel 26 pada halaman lampiran, dan hasil yang didapatkan dari perhitungan titik impas yaitu: a. BEP harga
= Rp. 3.890,-/kg
b. BEP produksi
= 12.631,47 kg
Analisis BEP menunjukkan produksi dan harga minimal yang harus dicapai agar usahatani kakao berada pada titik impas adalah 12.631,47 kg dan harga jual Rp. 3.890/kg. Produksi dan harga kakao dalam usahatani jelas berada di atas titik impas.
E. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui perubahan faktor-faktor dalam dan luar yang mempengaruhi nilai penerimaan dan biaya suatu proyek terhadap kriteria investasi NPV, Gross B/C, Net B/C, IRR, dan Payback periode. Perubahan faktor yang mempengaruhi penerimaan dan biaya seperti penurunan produksi, kenaikan biaya produksi, dan penurunan harga jual. Faktor-faktor tersebut dipilih karena yang paling dominan mengalami perubahan pada waktu-waktu tertentu. Penurunan harga sebesar 20 % merupakan harga jual kakao rata-rata selama tahun 2010. Penurunan produksi kakao sebesar 26,5% merupakan produksi rata-rata kakao tahun 2010. Biaya produksi akan naik sebesar 8,89% didasarkan pada laju inflasi rata-rata yang terjadi pada tahun 2006 - 2009 (data terlampir), yang diasumsikan akan menaikan harga input yang dipakai.
1. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Harga Jual Sebesar 20%
Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual kakao sebesar 20% yaitu dari harga Rp. 10.500 per kilogram menjadi Rp. 8.400 per kilogram yang merupakan harga jual kakao terendah selama tahun 2010. Penurunan harga disebabkan menurunnya permintaan pasar akan kakao. Permasalahan ini berdampak pada penurunan harga jual kakao di tingkat petani.
Tabel 21. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan harga jual kakao sebesar 20%. Kriteria NPV Gross B/C Net B/C IRR Pp
Nilai Awal 50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
Nilai Akhir 31.072.257 2,16 8,81 31,22 3,908
Tabel 21 menunjukkan bahwa penurunan harga jual kakao sebesar 20% menyebabkan seluruh nilai dari kriteria yang digunakan menurun, NPV menurun sebesar 75%, Gross B/C 24,83%, Net B/C 34,75%, IRR 32,18%. Hasil perhitungan jika terjadi penurunan harga jual kakao sebesar 20% cukup membuat petani kecewa karena akan menyebabkan pendapatan petani kakao menurun. Walaupun terjadi penurunan pada masing-masing kriteria, usahatani kakao masih layak diusahakan karena NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun.
2. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Produksi Sebesar 26,5%
Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi sebesar 26,5% didasarkan pada penurunan produksi rata-rata yang pernah terjadi pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka, diasumsikan tanaman terserang hama penyakit tanaman menyebabkan penurunan produksi kakao.
Tabel 22. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya penurunan produksi kakao sebesar 26,5%. Kriteria NPV Gross B/C Net B/C IRR Pp
Nilai Awal 50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
Nilai Akhir 24.614.151 1,98 7,85 27,93 4,139
Tabel 22 menunjukkan bahwa penurunan produksi kakao sebesar 26,5% menyebabkan seluruh nilai dari kriteria yang digunakan menurun, NPV menurun sebesar 45,31 %, Gross B/C 14,77 %, Net B/C 21,34 %, dan IRR 18,58%, walaupun terjadi penurunan pada masing-masing kriteria, usahatani kakao masih layak diusahakan karena NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun.
3. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Biaya Produksi Sebesar 8,89% Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya produksi sebesar 8,89% didasarkan pada laju inflasi rata-rata yang terjadi pada tahun 2006 - 2009 (data terlampir), yang diasumsikan akan menaikan harga input yang dipakai. Tabel 23. Perubahan nilai analisis finansial usahatani kakao akibat adanya kenaikan biaya produksi kakao sebesar 8,89%. Kriteria NPV Gross B/C Net B/C IRR Pp
Nilai Awal 50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
Nilai Akhir 46.406.415 2,48 10,43 36,88 3,571
Tabel 23 menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi kakao sebesar 8,89% menyebabkan seluruh nilai dari kriteria yang digunakan menurun, NPV menurun sebesar 16,69 %, Gross B/C 7,38 %, Net B/C 10,98 %, IRR 9,2 %, walaupun terjadi penurunan pada masing-masing kriteria, usahatani kakao masih layak diusahakan karena NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun.
Laju kepekaan dihitung dari hasil perhitungan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk menentukan apakah usahatani kakao yang dijalankan di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran peka atau sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Apabila laju kepekaan yang diperoleh lebih besar dari 1 (satu), maka proyek peka atau sensitif terhadap perubahan, tetapi apabila laju kepekaan lebih kecil dari 1 (satu), maka proyek tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan. Analisis sensitivitas pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis sensitivitas dengan tingkat suku bunga 14% pada usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran (harga aktual) No. 1.
2.
3.
Perubahan yang mempengaruhi Harga jual turun 20% e. NPV (Rp) f. Gross B/C g. Net B/C h. IRR (%) i. Pp (tahun) Produksi turun 26,5% j. NPV (Rp) k. Gross B/C l. Net B/C m. IRR (%) n. Pp (tahun) Biaya produksi naik 8,89% o. NPV (Rp) p. Gross B/C q. Net B/C r. IRR (%) - Pp (tahun)
Sebelum perubahan
Sesudah Perubahan
Laju kepekaan
Ket.
50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
31.072.257 2,16 8,81 31,22 3,908
1,37 0,63 0,81 0,74 0,41
S TS TS TS TS
50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
24.614.151 1,98 7,85 27,93 4,139
1,13 0,49 0,64 0,60 0,32
S TS TS TS TS
50.943.353 2,70 11,75 40,60 3,385
46.406.415 2.48 10.43 36,88 3,571
0,20 0,19 0,27 0,21 0,12
TS TS TS TS TS
Keterangan: TS = Tidak Sensitif; S = Sensitif
Tabel 24 memperlihatkan bahwa pada tingkat suku bunga 14% setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89%, penurunan harga jual 20%, dan penurunan jumlah produksi 26,5% nilai NPV masih bernilai positif (NPV > 0), sehingga pada keadaan ini usahatani kakao di di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih layak untuk dikembangkan.
Nilai Gross B/C dan Net B/C masih bernilai >1 setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89%, penurunan harga jual 20%, dan penurunan jumlah produksi 26,5%, sehingga pada keadaan ini masih layak untuk usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dikembangkan.
Pada tingkat suku bunga 14% setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89%, penurunan harga jual 20%, dan penurunan jumlah produksi 26,5%, nilai IRR masih lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (> 14%), sehingga pada keadaan ini usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih tetap layak untuk dikembangkan.
Dilihat dari sisi Payback period, setelah terjadi peningkatan biaya produksi 8,89%, penurunan harga jual 20%, dan penurunan jumlah produksi 26,5%, usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran masih layak untuk dikembangkan. Hal ini dikarenakan masa pengembalian investasi masih lebih pendek dari umur ekonomisnya
(< 20 tahun).
F. Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Biji kakao (Organisasi Pasar)
1. Struktur Pasar (Market Structure)
Menurut Hasyim (1994), struktur pasar merupakan gambaran yang hubungan antara penjual dan pembeli yang dapat dilihat dari jumlah lembaga pemasaran, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar (entry condition).
a. Jumlah lembaga pemasaran
Lembaga pemasaran kakao di daerah penelitian melibatkan 3 lembaga perantara, yaitu PP I, PP II, dan PB (eksportir). Berdasarkan hasil
penelitian terdapat 3 orang PP I, 2 orang PP II dan 1 orang PB, di mana jumlah petani kakao lebih banyak dari pada jumlah lembaga perantara. Jika dilihat dari jumlah pembeli dan penjual yang terlibat dalam pemasaran kakao di daerah penelitian, maka pelaku pemasaran berada pada struktur pasar tidak bersaing sempurna, yaitu oligopsoni, di mana pasar terdiri dari beberapa pembeli yang menghadapi jumlah penjual yang banyak.
b. Differensiasi produk
Differensiasi produk mengacu pada berbagai jenis produk (biji kakao) yang dihasilkan oleh petani produsen. Berdasarkan hasil penelitian, kakao yang dihasilkan oleh petani semuanya sama, yaitu kakao dalam bentuk biji kering asalan. Tidak ada perlakuan khusus yang dilakukan petani terhadap hasil panennya. kakao yang telah dipetik (biji kering asalan) tersebut kemudian diangkut ke rumah petani. Selanjutnya, PP I atau PP II akan datang untuk membeli kakao dengan membawa timbangan sendiri, sehingga petani tidak mengeluarkan biaya angkut.
c. Kondisi keluar masuk pasar (entry condition)
Berdasarkan hasil penelitian, baik PP I, PP II, maupun PB bebas keluar masuk suatu daerah untuk mencari kakao yang akan dibeli. Tidak ada pembagian wilayah yang jelas antara pedagang yang satu dengan yang lain. Persaingan yang terjadi antar pedagang biasanya dalam bentuk
harga yang ditawarkan. Akan tetapi, hal tersebut tidak sampai menimbulkan konflik.
2. Perilaku Pasar (Market Conduct)
Perilaku pasar merupakan gambaran tingkah laku lembaga pemasaran (petani sebagai produsen, lembaga perantara atau pedagang, dan konsumen) yang meliputi kegiatan pembelian dan penjualan (praktek transaksi) dan pembentukan harga.
a. Praktek transaksi
Berdasarkan hasil penelitian, petani responden pada umumnya tidak mendapatkan kesulitan dalam memasarkan hasil produksinya. Hal ini karena PP I atau PP II akan mendatangi petani langsung ke lahan atau tempat tinggalnya dengan membawa mobil atau motor untuk mengangkut biji kakao. Setelah melakukan transaksi jual-beli, kakao diangkut oleh pedagang ke tempat tinggalnya untuk diproses menjadi biji kakao yang benar-benar kering dan baik mutunya melalui proses penjemuran dan penyortiran.
b. Pembentukan harga
Berdasarkan hasil penelitian, pembentukan harga yang terjadi di tingkat petani dan PP I sebagian besar melalui proses tawar-menawar dengan sistem pembayaran yang dilakukan adalah secara tunai. Pada tingkat PP II dan PB, harga yang terbentuk ditentukan oleh importir
dari luar negeri berdasarkan kualitas kakao (kadar air 13 %, kotoran, dan biji rusak). Jika kakao tidak sesuai dengan standar mutu, maka harga kakao akan mendapat potongan sehingga harganya menjadi rendah.
3. Keragaan Pasar (Market Performance)
Keragaan pasar merupakan gambaran gejala pasar yang tampak akibat interaksi antara struktur pasar dan perilaku pasar yang cenderung bersifat kompleks dan saling mempengaruhi secara dinamis. Untuk melihat keragaan pasar digunakan beberapa indikator, yaitu :
a. Saluran pemasaran
Pemasaran kakao merupakan proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan untuk menyampaikan komoditas kakao dari petani produsen kepada konsumen akhir. Saluran pemasaran kakao dari petani ke konsumen akhir di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran disajikan pada Gambar 2. (1,2) 46,22% Petani
(2,3)
53,8%
(2)
PP I
PP II
18,27% (3)
(1,2)
35,52%
64,48%
PB (Eksportir)
Importir
Gambar 2. Saluran pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemasaran kakao dari petani ke konsumen akhir di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran melalui tiga saluran, yaitu : - Saluran I (27,94 % atau 25,72 ton) Petani
PP I
PP II
PB
Pabrik Pengolah Kakao
- Saluran II (36,55 % atau 33,64 ton) Petani
PP II
PB
Pabrik Pengolah Kakao
- Saluran III (35,52 % atau 32,69 ton) Petani
PP I
PB
Pabrik Pengolah Kakao
Pada saluran pemasaran I, petani memilih menjual kakao ke PP I karena lokasi tempat tinggal petani dekat dengan PP I dan sudah saling mengenal karena adanya hubungan kekerabatan. Saat panen kakao tiba, PP I biasanya lebih cepat mendatangi petani untuk melakukan proses tawar-menawar kakao, sehingga petani dapat segera melakukan transaksi dan dapat menikmati hasil penjualan kakaonya. Hal ini sesuai dengan pendapat Tonnies dalam Sunarto (2004) dengan teorinya “Gemeinschaft”, yaitu adanya hubungan kekerabatan, kedekatan letak tempat tinggal, dan tempat bekerja, akan mendorong seseorang untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, serta mengacu pada kehidupan bersama dalam pedesaan.
Pada saluran pemasaran II, petani memilih menjual kakao langsung kepada PP II karena semakin pendek rantai saluran pemasaran, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit,sehingga
harga yang diterima petani juga menjadi lebih tinggi. Petani yang menjual kakao melalui saluran ini sebagian besar adalah petani yang memiliki luas lahan diatas 1 hektar dengan produksi kakao mencapai lebih dari 5 ton. Jika PP I terkadang hanya mampu membeli setengah dari seluruh hasil panen kakao secara tunai pada saat transaksi, PP II mampu membeli seluruh hasil panen kakao tersebut secara tunai, sehingga petani dengan hasil panen kakao yang banyak tidak mengalami kesulitan untuk menjual kakaonya.
Pada saluran pemasaran III, PP I memilih menjual kakao langsung kepada PB karena semakin pendek rantai saluran pemasaran, maka biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menjadi lebih sedikit, sehingga harga yang diterima PP I juga menjadi lebih tinggi. PP I yang menjual kakao melalui saluran ini memiliki modal yang lebih besar dari PP I yang lain sehingga dapat membeli kakao dari petani dalam jumlah yang lebih banyak. Keuntungan yang ia peroleh pun lebih besar dari PP I yang lain, karena selain hanya menjual kembali, ia juga melakukan penyortiran dan penjemuran lebih baik sehingga kualitas kakao yang dijual menjadi lebih bagus dan dapat memenuhi standar kualitas kakao yang diminta oleh PB.
b. Harga, biaya, dan volume penjualan
Pada saluran pemasaran I, harga jual rata-rata petani ke PP I sebesar Rp 10.075/kg dan harga jual rata-rata PP I kepada PP II sebesar Rp 11.950/kg. Selanjutnya harga jual rata-rata PP II ke PB sebesar Rp.
18.500/kg. PB menjual kakao ke pabrik pengolah kakao dengan harga jual rata-rata Rp 21.200/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP I antara lain biaya pemipilan, penjemuran, pengarungan, transportasi, dan bongkar muat. Rata-rata volume pembelian dan penjualan kakao oleh PP I sebesar 33.637 kg biji kakao kering per tahun.
Pada saluran pemasaran II, harga jual rata-rata petani ke PP II sebesar Rp 10.410,71/kg dan harga jual rata-rata PP II kepada PB sebesar Rp 18.000/kg. Kemudian harga jual rata-rata PB ke luar negeri sebesar Rp 21.200/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP II terdiri dari biaya penyortiran, penjemuran, pengarungan, transportasi, dan bongkar muat. Biaya yang dikeluarkan oleh PB terdiri dari biaya oven, pengayakan, transportasi, dan bongkar muat. Rata-rata volume pembelian dan penjualan kakao oleh PP II sebesar 25.715 kg biji kakao kering per tahun.
Pada saluran pemasaran III, harga jual rata-rata petani ke PP I sebesar Rp 10.650/kg. Selanjutnya harga jual rata-rata PP I ke PB sebesar Rp 17.000/kg. Biaya yang dikeluarkan oleh PP I antara lain biaya penyortiran, penjemuran, pengarungan, penyusutan, transportasi, dan bongkar muat Adanya biaya penyusutan yang dikeluarkan oleh PP I terjadi karena terkadang penjualan kakao ke PB menunggu hingga kakao telah memenuhi kuota tertentu, misalnya mencapai muatan 1 truk. Hal ini menyebabkan kakao yang lebih dahulu dibeli terkadang mengalami kerusakan, sehingga terjadi penyusutan. Rata-rata volume
pembelian dan penjualan kakao oleh PP I per musim panen adalah sebesar 32.690 kg biji kakao kering per tahun.
c. Pangsa Produsen (Producen Share)
Pangsa produsen adalah bagian harga yang dibayar konsumen akhir (pabrik pengolah kakao) yang dapat dinikmati oleh petani produsen. Semakin tinggi pangsa produsen merupakan indikator bahwa pemasaran semakin efisien. Analisis pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran disajikan pada Tabel 25.
Tabel 25. Pangsa produsen di setiap saluran pemasaran di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 Keterangan Saluran pemasaran I Saluran pemasararan II Saluran pemasaran III
Pf Pr (Rp) (Rp) 10.075,00 21.200,00 10.410,71 21.200,00 10.650,00 21.500,00
Pangsa produsen (%) 49,11 47,52 49,53
Pada Tabel 25 dapat dilihat bahwa saluran pemasaran III memberi share paling tinggi kepada petani (49,53 %). Pangsa pasar di setiap saluran pemasaran menunjukkan persentase yang cukup besar, yaitu rata-rata hampir 50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa posisi rebut tawar petani dalam menghadapi pembeli sangat kuat.
d. Marjin pemasaran dan Rasio Profit Marjin
Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan efisiensi suatu sistem pemasaran adalah marjin pemasaran. Marjin pemasaran mempunyai peranan penting dalam menentukan besar kecilnya pendapatan petani, karena berpengaruh secara langsung terhadap pembentukan harga di tingkat petani produsen. Analisis marjin pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran disajikan pada Tabel 26, 27, dan 28.
Tabel 26. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No Uraian 1 Harga jual petani 2 Harga jual PP I a. Biaya : Penyortiran Penjemuran Pengarungan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 3 Harga jual PP II a. Biaya : Penjemuran Penyusutan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 4 Harga jual PB a. Biaya : Penjemuran Pengayakan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 5 Harga beli Importir
Satuan Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg
Nilai 10.075,00 11.950,00 375,00 0,00 150,00 50,00 175,00 0,00 1.875,00 1.500,00 18.500,00 1.300,00 350,00 250,00 600,00 100,00 6.550,00 5.250,00 21.200,00 715,00 75,00 90,00 300,00 250,00 2.700,00 1.985,00 21.200,00
Share (%) RPM 47,52 56,37 1,77 0,00 0,71 0,24 0,83 0,00 8,84 7,08 0,80 87,26 6,13 1,65 1,18 2,83 0,47 30,90 24,76 0,80 100,00 3,37 0,35 0,42 1,42 1,18 12,74 9,36 0,74 100,00
Keterangan : *) Share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir
Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa petani menjual hasil panennya kepada PP I dengan harga rata-rata Rp 10.075,00/kg, sehingga share yang diperoleh petani sebesar 47,52 persen. PP I menjual kakao
kepada PP II dengan harga rata-rata Rp 11.950,00/kg, sehingga share yang diperoleh PP I sebesar 56,37 persen. Marjin pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 1.875,00/kg sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan Rp 1.110,00/kg. Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh PP I sebesar 0,80. Hal ini berarti setiap Rp 100,00 yang dikeluarkan PP I akan memberikan keuntungan sebesar Rp 80,00.
PP II menjual kakao kepada PB dengan harga rata-rata Rp 18.500,00/kg. Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh PP II sebesar 0,80. Hal ini berarti setiap Rp100,00 yang dikeluarkan PP II akan memberikan keuntungan sebesar Rp 80,00. PB menjual kakao ke pabrik pengolah kakao, Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh PB sebesar 0,74. Hal ini berarti setiap Rp100,00 yang dikeluarkan PB akan memberikan keuntungan sebesar Rp 74,00.
Tabel 27. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No Uraian 1 Harga jual petani 2 Harga jual PP II a. Biaya : Penyortiran Penjemuran Pengarungan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 3 Harga jual PB a. Biaya : Penjemuran Pengayakan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 4 Harga beli Importir
Satuan Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg
Nilai 10.410,71 18.000,00 1.110,00 350,00 300,00 300,00 60,00 100,00 7.589,29 6.479,29 21.200,00 75,00 10,00 10,00 30,00 25,00 3.200,00 3.125,00 21.200,00
Share (%) RPM 49,11 84,91 5,24 1,65 1,42 1,42 0,28 0,47 35,80 30,56 0,85 100,00 0,35 0,05 0,05 0,14 0,12 15,09 14,74 0,98 100,00
Keterangan : *) Share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir
Pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa petani menjual hasil panennya kepada PP II dengan harga rata-rata Rp 10.410,71/kg, sehingga share yang diperoleh petani sebesar 49,11 persen. PP II menjual kakao kepada PB dengan harga rata-rata Rp 18.000,00/kg, sehingga share yang diperoleh PP II sebesar 84,91 persen. Marjin pemasaran yang diperoleh sebesar Rp 7.589,29,00/kg sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan Rp 1.110,00/kg. Ratio profit marjin (RPM) yang
diperoleh PP I sebesar 0,85. Hal ini berarti setiap Rp 100,00 yang dikeluarkan PP II akan memberikan keuntungan sebesar Rp 85,00.
PB menjual kakao ke pabrik pengolah kakao, Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh PB sebesar 0,98. Hal ini berarti setiap Rp100,00 yang dikeluarkan PB akan memberikan keuntungan sebesar Rp 98,00.
Tabel 28. Analisis marjin pemasaran kakao pada saluran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No Uraian 1 Harga jual petani 2 Harga jual PP I a. Biaya : Penyortiran Penjemuran Pengarungan Penyusutan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 4 Harga jual PB a. Biaya : Penjemuran Pengayakan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM 3 Harga beli Importir
Satuan Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg
Nilai 10.650,00 17.000,00 1.650,00 350,00 300,00 250,00 50,00 550,00 150,00 6.350,00 4.700,00 21.500,00 820,00 150,00 120,00 300,00 250,00 4.500,00 3.680,00 21.500,00
Share (%) 49,53 79,07 7,67 1,63 1,40 1,16 0,23 2,56 0,70 29,53 21,86 100,00 3,81 0,70 0,56 1,40 1,16 20,93 17,12 100,00
Keterangan : *) Share terhadap harga yang dibayar konsumen akhir
RPM
0,74
0,82
Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa petani menjual hasil panennya kepada PP I dengan harga rata-rata sebesar Rp 10.650,00/kg, sehingga share yang diperoleh petani sebesar 50,24 persen. PP II menjual kakao kepada PB dengan harga rata-rata sebesar Rp 17.000,00/kg. Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh sebesar 0,74. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 100,00 yang dikeluarkan oleh PP I akan memberikan keuntungan ssebesar Rp 74,00.
PB menjual kakao ke pabrik pengolah kakao, Ratio profit marjin (RPM) yang diperoleh PB sebesar 0,82. Hal ini berarti setiap Rp100,00 yang dikeluarkan PB akan memberikan keuntungan sebesar Rp 82,00.
e. Elastisitas Transmisi Harga
Analisis elastisitas transmisi harga menggambarkan sejauh mana dampak perubahan harga suatu barang di suatu tempat atau tingkatan berpengaruh terhadap harga barang tersebut di tempat atau tingkatan lain. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 2), maka diperoleh nilai elastisitas transmisi harga sebesar 1,05 (Et > 1) yang menunjukkan bahwa laju perubahan harga di tingkat konsumen lebih kecil dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat produsen. Keadaan ini menggambarkan bahwa pasar yang dihadapi adalah bersaing tidak sempurna.
Dari hasil analisis efisiensi pemasaran, diperoleh bahwa sistem pemasaran kakao di lokasi penelitian belum efisien. Walaupun demikian, pemasaran (tataniaga) kakao di lokasi penelitian tetap berlangsung karena : - Petani harus menjual produknya untuk memperoleh pendapatan (uang tunai). - Adanya hubungan-hubungan sosial tertentu antara petani produsen dengan pembeli (pedagang), antara lain hubungan kekerabatan dan hubungan pinjaman modal usahatani. - Pemasaran yang efisien menurut teori adalah pemasaran yang berlangsung dengan struktur pasar bersaing sempurna. Hal ini jarang terjadi di dalam masyarakat. Pemasaran yang sering terjadi adalah struktur pasar persaingan oligopsonistik atau oligopolistik.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Usahatani kakao layak untuk dikembangkan secara finansial, karena nilai NPV > 0, Gross B/C > 1, Net B/C > 1, IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, dan pengembalian modal dengan batas waktu kurang dari 20 tahun.
2. Sensitif/kepekaan usahatani kakao terjadi pada penurunan produksi dan pada penurunan harga jual kakao. Dimana usahatani kakao tidak layak bila terjadi kondisi tersebut.
3. Sistem pemasaran kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran belum efisien, karena : a. Struktur pasar (market structure) yang terbentuk adalah oligopsoni. b. Perilaku pasar (market conduct) petani, yaitu sistem pembayaran dilalukan secara tunai dan melalui proses tawar-menawar. c. Keragaan pasar (market performance), yaitu terdapat tiga saluran pemasaran kakao, marjin pemasaran dan Ratio Profit Margin (RPM)
penyebarannya tidak merata, serta elastisitas transmisi harga (Et) bernilai 1,05 (Et > 1) yang menunjukkan bahwa pasar yang terjadi adalah tidak bersaing sempurna. B. Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi petani, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani kakao layak dan menguntungkan, sehingga petani diharapkan dapat mempertahankan produksi agar tidak terjadi penurunan produksi. Petani harus meningkatkan kualitas biji kakao sehingga dapat menghindari terjadinya penurunan harga jual kakao sebesar 25% yang dapat membuat usahatani kakao tidak layak dan tidak menguntungkan. Untuk pemasaran, petani kakao disarankan memilih saluran pemasaran III, yaitu menjual kakao kepada pedagang pengumpul I (PP I) yang menjual kakao langsung ke pedagang besar (PB) sehingga petani lebih diuntungkan karena harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran I dan II.
2. Bagi pemerintah daerah, agar mendorong pengembangan usahatani kakao dengan diintensifkannya penyuluhan tentang penanaman, pemeliharaan, dan penanganan pasca panen, selain itu diharapkan pemberian bantuan kepada petani kakao sehingga dapat mendukung peningkatan produksi dan kualitas produksi kakao yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2009. Statistik Industri Kakao. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.307 halaman. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung. 2009. Statistik Perkebunan Tahun 2009. Disbun Pemprov Lampung. Bandar Lampung. Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Cochran, W.G. 1991. Teknik Penarikan Sampling Edisi Ketiga. Terjemahan oleh Rudiansyah. Jakarta. UI Press. Gittinger, J.P. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. UI Press. Jakarta. Hapriono, 2003. Analisis Efisiensi Pemasaran Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Lampung. Lampung. Hasyim, A.M. 1996. Manajemen Tataniaga. Diktat Kuliah Manajemen Tataniaga. Fakultas Pertanian Unila. Universitas Lampung. 99 halaman. Ibrahim, Yacob H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis (Edisi Revisi). Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Kasmir.2003. Studi Kelayakan Bisnis. Prenada Media. Jakarta Kadariah, 2001. Evaluasi Proyek analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta Kotler, D. 1987. Marketing. Erlangga. Jakarta. 274 halaman. Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian, edisi ketiga LP3ES. Hal 209 Jakarta. Nitisemito, 1991. Wawasan Studi Kelayakan dan Evalusi Proyek. Bumi Aksara. Jakarta. Rukman, R. 2005. Usaha Tani. Kanisius . Yogyakarta.
Rahardi, F, Imam S, dan Rina Nirwan S. 1999. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya. 67 Halaman. Residian, Angga. 2006. Analisis Efisiensi Produksi Arang Batok Kelapa pada CV Gunung Terang di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Lampung. Lampung. Sanusi, Bachrawi. 2000. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Sastrahidajat dan Sumarno. 1995. Budidaya Tanaman Tropika. Usaha Nasional. Surabaya. 524 halaman. Sihombing, Ria Mariana. 2007. Analisis Kelayakan Finansial, Ekonomi, dan Pemasaran Kakao di Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Tanggamus. Skripsi. Fakultas Pertanian UNILA Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sofyan, Iban.2004. Studi Kelayakan Bisnis. Graha Ilmu. Yogyakarta Supranto, J. 1984. Metode Riset. Rineka Cipta. Jakarta. Sutojo, Siswanto. 2002. Studi Kelayakan Proyek. PT Damar Mutia Pustaka. Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No
Nama
Jenis
Umur
Petani
Kelamin
(tahun)
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Pengalaman
Tanggungan
Lahan
Sampingan
Usahatani (tahun)
Keluarga
(ha)
Status Lahan
1
Suyono
L
65
Jawa
SD
-
25
1
1
Milik Sendiri
2
Purnomo
L
62
Jawa
SD
-
22
1
2
Milik Sendiri
3
Sarman
L
58
Jawa
SD
-
25
2
2.5
Milik Sendiri
4
Tukijan
L
50
Jawa
SD
Ternak
22
4
1
Milik Sendiri
5
Sarno
L
65
Jawa
SD
-
25
1
1.5
Milik Sendiri
6
Jumino
L
60
Jawa
SD
-
25
2
1.25
Milik Sendiri
7
Sunarko
L
42
Jawa
SPG
Guru
3
2
0.5
Milik Sendiri
8
Sunoto
L
50
Jawa
SD
Ternak
23
3
0.5
Milik Sendiri
9
Warsimin
L
60
Jawa
SD
-
5
3
0.25
Milik Sendiri
10
Agustomo
L
41
Jawa
SMP
Ternak
5
2
0.5
Milik Sendiri
11
Sholikin
L
42
Jawa
SMP
Buruh
6
4
0.75
Milik Sendiri
12
Budiono
L
40
Jawa
SMA
-
6
4
1.25
Milik Sendiri
13
Suwedi
L
51
Jawa
SD
Ternak
6
2
3
Milik Sendiri
14
Suwito
L
50
Jawa
SD
Dagang
7
5
2.5
Milik Sendiri
15
Jumari
L
51
Jawa
SD
Buruh
27
5
2
Milik Sendiri
16
Darsono
L
48
Jawa
SD
-
8
3
0.5
Milik Sendiri
17
Tukimin
L
71
Jawa
SD
-
30
6
3.25
Milik Sendiri
18
Mujiono
L
36
Jawa
SMP
Ojek
8
2
0.25
Milik Sendiri
19
Sudarwanto
L
50
Jawa
SD
-
19
6
2
Milik Sendiri
20
Andi
L
34
Jawa
SMA
Dagang
9
2
0.25
Milik Sendiri
21
Suratno
L
46
Jawa
SMA
Buruh
9
3
1
Milik Sendiri
22
Rohman
L
47
Jawa
SD
Dagang
10
4
1
Milik Sendiri
23
Misran
L
55
Jawa
SD
Ternak
30
6
1.5
Milik Sendiri
Lanjutan Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No
Nama Petani
Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Suku
Pendidikan
Pekerjaan Sampingan
Pengalaman Usahatani (tahun)
Tanggungan Keluarga
Lahan (ha)
Status Lahan
SD
-
10
1
1.5
Milik Sendiri
24
Koto
L
60
Jawa
25
Mansur
L
63
Jawa
SD
-
11
2
1
Milik Sendiri
26
Prawoto
L
47
Jawa
SMP
-
11
3
2
Milik Sendiri
27
Bejo S.
L
66
Jawa
SMA
-
12
1
2.5
Milik Sendiri
28
Nurhari
L
45
Jawa
SD
-
12
3
0.75
Milik Sendiri
29
Mujianto
L
35
Jawa
SMP
-
12
3
0.5
Milik Sendiri
30
Siswo M.
L
63
Jawa
SD
-
13
2
0.75
Milik Sendiri
31
Basuki
L
52
Jawa
SMP
-
13
2
1
Milik Sendiri
32
Agus Salim
L
54
Jawa
SD
-
14
1
1.25
Milik Sendiri
33
Bambang
L
40
Jawa
SMA
Ojek
14
2
0.5
Milik Sendiri
34
Slamet
L
55
Jawa
SD
Ternak
15
4
0.75
Milik Sendiri
35
Rebo
L
56
Jawa
SD
-
15
3
2
Milik Sendiri
36
Slamet
L
35
Jawa
SMP
Ojek
15
2
0.75
Milik Sendiri
37
Jawadi
L
65
Jawa
SD
-
16
2
2
Milik Sendiri
38
Suwito
L
55
Jawa
SMP
-
16
1
1
Milik Sendiri
39
Sukijo
L
60
Jawa
SD
-
16
2
0.5
Milik Sendiri
40
Abdul Ghani
L
55
Jawa
SD
Ternak
17
5
1.5
Milik Sendiri
41
Marjoko
L
56
Jawa
SMP
-
17
1
2
Milik Sendiri
42
Kasdi
L
60
Jawa
SD
-
18
2
2
Milik Sendiri
43
Supandi
L
64
Jawa
SD
Ternak
18
3
1.5
Milik Sendiri
44
Supaid
L
80
Jawa
SD
-
30
1
0.25
Milik Sendiri
45
M. Amin
L
62
Jawa
SD
-
19
5
1.5
Milik Sendiri
46
Slamet Riyadi
L
38
Jawa
SMA
Ternak
19
3
0.5
Milik Sendiri
Lanjutan Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No 47
Nama Petani Budi M.
Jenis Kelamin L
Umur (tahun) 40
Suku
Pendidikan SD
Pekerjaan Sampingan -
Pengalaman Usahatani (tahun) 20
Tanggungan Keluarga 1
Lahan (ha) 1
Jawa
Status Lahan Milik Sendiri
48
Kamijan
L
60
Jawa
SD
-
20
2
0.75
Milik Sendiri
49
Sarino
L
63
Jawa
SD
-
20
2
1.25
Milik Sendiri
Rata-rata
L
53.12
Jawa
SD
-
15.67
2.69
1.59
Milik Sendiri
Lanjutan Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No
Nama Petani
Modal
Pembeli
Alat
Biaya
Jumlah
Awal
Kakao
Angkut
Transportasi
PP I
Tidak ada Tidak ada
Jumlah
Penimbang
Alat
Harga
Harga
Cara
Masalah
Terendah
Tertinggi
Pembayaran
Kakao
3
PP II 2
Kakao Pedagang
Timbang T. Gantungan
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Pedagang
T. Gantungan
1
Suyono
150.000.000
PP I
2
Purnomo
360.000.000
PP I
Sepeda Sepeda
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
PP I
Sepeda
3
2
Pedagang
T. Gantungan
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Sarman Tukijan Sarno Jumino Sunarko Sunoto Warsimin Agustomo Sholikin Budiono Suwedi Suwito Jumari Darsono Tukimin Mujiono Sudarwanto Andi Suratno Rohman Misran
360.000.000 180.000.000 270.000.000 225.000.000 90.000.000 90.000.000 40.000.000 90.000.000 130.000.000 220.000.000 500.000.000 450.000.000 350.000.000 90.000.000 550.000.000 45.000.000 360.000.000 40.000.000 180.000.000 150.000.000 270.000.000
Tidak ada
4.000
12.000
Tunai
Cuaca
3.500
14.000
Tunai
Cuaca
4.500
13.000
Tunai
Cuaca
4.200
13.000
Tunai
Cuaca
4.000
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
12.000
Tunai
Cuaca
9.000
10.500
Tunai
Cuaca
4.000
14.000
Tunai
Cuaca
4.000
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
12.000
Tunai
Cuaca
4.400
12.000
Tunai
Cuaca
5.500
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
11.500
Tunai
Cuaca
4.000
13.500
Tunai
Cuaca
3.000
15.000
Tunai
Cuaca
4.200
13.000
Tunai
Cuaca
5.000
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
13.500
Tunai
Cuaca
5.500
13.000
Tunai
Cuaca
3.500
13.500
Tunai
Cuaca
5.000
12.500
Tunai
Cuaca
3.000
13.000
Tunai
Cuaca
14.500
Tunai
Cuaca
5.000
Lanjutan Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Nama Petani Koto Mansur Prawoto Bejo S. Nurhari Mujianto Siswo M. Basuki Agus Salim Bambang Slamet Rebo Slamet Jawadi Suwito Sukijo Abdul Ghani Marjoko Kasdi Supandi Supaid M. Amin Slamet Riyadi
Modal Awal
Pembeli Kakao
250.000.000
PP I
Alat Angkut Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
PP I
Sepeda
180.000.000 350.000.000 450.000.000 125.000.000 90.000.000 130.000.000 180.000.000 220.000.000 90.000.000 130.000.000 360.000.000 90.000.000 360.000.000 180.000.000 90.000.000 220.000.000 365.000.000 360.000.000 270.000.000 45.000.000 250.000.000 90.000.000
Biaya Transportasi
Jumlah PP I 3
Jumlah PP II 2
Penimbang Kakao Pedagang
Tidak ada Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Alat Timbang T. Gantungan
Harga Terendah
13.500
Cara Pembayaran Tunai
3.500
14.000
Tunai
Cuaca
4.500
13.000
Tunai
Cuaca
6.000
12.000
Tunai
Cuaca
5.000
14.000
Tunai
Cuaca
5.500
12.000
Tunai
Cuaca
5.000
12.500
Tunai
Cuaca
4.200
13.000
Tunai
Cuaca
3.000
12.500
Tunai
Cuaca
5.000
12.000
Tunai
Cuaca
4.000
13.500
Tunai
Cuaca
4.500
13.000
Tunai
Cuaca
5.500
12.500
Tunai
Cuaca
4.800
11.500
Tunai
Cuaca
5.500
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
12.500
Tunai
Cuaca
3.500
13.000
Tunai
Cuaca
5.200
12.000
Tunai
Cuaca
4.500
14.000
Tunai
Cuaca
4.500
12.000
Tunai
Cuaca
4.600
12.200
Tunai
Cuaca
3.500
13.000
Tunai
Cuaca
5.500
10.500
Tunai
Cuaca
5.000
Harga Tertinggi
Masalah Cuaca
Lanjutan Lampiran 1. Indentitas petani Kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 No
Nama
47
Budi M.
Modal Awal 180.000.000
Pembeli Kakao PP I
Alat Angkut Sepeda
Biaya Transportasi Tidak ada
Jumlah PP I 3
Jumlah PP II 2
Penimbang Kakao Pedagang
48
Kamijan
130.000.000
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
49
Sarino
225.000.000
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Rata-rata
216.326.531
PP I
Sepeda
Tidak ada
3
2
Pedagang
T. Gantungan
Alat Timbang T. Gantungan
Harga Terendah
12.000
Cara Pembayaran Tunai
4.000
13.500
Tunai
Cuaca
4.500
12.000
Tunai
Cuaca
12.678
Tunai
Cuaca
5.000
4.563
Harga Tertinggi
Masalah Cuaca
Lampiran 2. Laporan inflasi (indeks harga konsumen) berdasarkan perhitungan inflasi tahunan, tahun 2006 – 2009 Tahun
2009
2008
2007
2006
Sumber: Bank Indonesia, 2009
Bulan Desember November Mei April Maret Februari Januari Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei April Maret Februari Januari Desember November Oktober September Agustus Juli Juni Mei
Tingkat inflasi 7,50% 6,50% 6,04 % 7,31 % 7,92 % 8,60 % 9,17 % 11,06 % 11,68 % 11,77 % 12,14 % 11,85 % 11,90 % 11,03 % 10,38 % 8,96 % 8,17 % 7,40 % 7,36 % 6,59 % 6,71 % 6,88 % 6,95 % 6,51 % 6,06 % 5,77 % 6,01 % 6,29 % 6,52 % 6,30 % 6,26 % 6,60 % 5,27 % 6,29 % 14,55 % 14,90 % 15,15 % 15,53 % 15,60 %
Lampiran 3. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per tahun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nama Responden Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata
Umur Tanaman (Tahun)
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Batang
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20
1 2 1,50 2,5 1 1,5 1,67 1,25 0,5 0,88 0,5 0,50 0,25 0,5 0,38 0,75 1,25 3 1,67 2,5 2 2,25 0,5 3,25 0,25 1,33 2 0,25 1 1,08 1 1,5 1,5 1,33 1 2 1,50 2,5 0,75 0,5 1,25 0,75 1 0,88 1,25 0,5 0,88 0,75 2 0,75 1,17 2 1 0,5 1,17 1,5 2 1,75 2 1,5 0,25 1,25 1,5 0,5 1,00 1 0,75 1,25 1,00
1111 1666 1.388,50 1390 1111 1667 1.389,17 1389 417 902,63 556 555,50 278 556 416,63 833 1041 1668 1.180,83 2083 2222 2.152,25 556 2707 278 1.180,17 1110 278 833 740,25 1111 1250 1001 1.120,33 833 1666 1.249,50 1390 625 556 856,75 833 833 833,13 1389 556 972,13 833 1666 833 1.110,83 1666 1111 556 1.110,83 1250 1112 1.180,75 1666 1667 278 1.203,42 1667 417 1.041,50 833 833 1389 1.018,33
Pupuk Pupuk Organik (karung) 20,00 260,00 140,00 80,00 25,00 120,00 75,00 60,00 5,00 32,50 111,00 111,00 40,00 50,00 45,00 30,00 110,00 120,00 86,67 200,00 160,00 180,00 10,00 0,00 40,00 16,67 100,00 20,00 50,00 56,67 200,00 100,01 12,00 104,00 100,00 100,00 100,00 200,00 30,00 10,00 80,00 100,00 56,00 78,00 200,00 80,00 140,00 80,00 150,00 12,00 80,67 80,00 100,00 100,00 93,33 150,00 70,00 110,00 10,00 240,00 55,00 101,67 240,00 310,00 275,00 0,00 80,00 110,00 63,33
Urea
TSP
KCl
(karung) 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00 0,00 2,00 1,00 10,00 10,00 2,00 4,00 3,00 4,00 5,00 3,99 4,33 0,00 13,00 6,50 2,00 8,13 0,00 3,38 5,00 1,00 4,00 3,33 0,00 0,00 24,00 8,00 2,00 6,00 4,00 6,00 0,00 1,00 2,33 0,00 8,00 4,00 5,00 0,00 2,50 6,00 10,00 2,00 6,00 0,00 6,00 4,00 3,33 0,00 0,00 0,00 16,00 0,00 2,00 6,00 0,00 0,00 0,00 4,00 0,00 4,00 2,67
(karung) 4,00 2,00 3,00 0,00 4,00 4,01 2,67 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,50 2,00 0,00 2,01 1,34 0,00 0,00 0,00 0,00 3,25 0,00 1,08 0,00 0,00 2,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,50 2,00 0,00 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 3,00 0,00 1,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,33 0,00 0,00 0,00 8,00 0,00 2,00 3,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(karung) 4,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,50 0,00 0,00 0,99 0,33 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pestisida Diazinon Matador (botol) 0,00 0,00 0,00 1,25 0,00 0,00 0,42 1,00 0,25 0,63 1,00 1,00 0,25 0,00 0,13 1,00 1,00 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 2,00 44,01 1,00 15,67 10,00 0,00 0,00 3,33 2,00 0,00 0,00 0,67 0,50 0,00 0,25 0,00 0,50 0,00 0,17 1,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,67 1,00 1,00 0,00 0,67 0,00 1,00 0,50 2,00 2,00 0,25 1,42 2,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(botol) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Minimal
0,25
277,75
0
0
0
0
0
0
Maximal
3,25
2707,25
310
24
8
4
44,005
0
Keterangan : * Borongan
(Lanjutan 1) Lampiran 3. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20
Tenaga Kerja HOK/Ha Persiapan Lahan Pembukaan Pembajakan LK Brgn DK LK Brgn * * * *
DK
Gundukan LK 60,00 160,00 110,00
60
Brgn
160
Maximal
(Lanjutan 2) Lampiran 3. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20
Pengajiran LK 2,00 5,00 3,50
Brgn
Tenaga Kerja HOK/Ha Penanaman Pembuatan Lubang tanam DK LK Brgn 7,00 10,00 8,50
Penanaman DK LK 7,00 5,00 6,00
Brgn
Rata - Rata
20
Minimal
2
7
5
Maximal
5
10
7
(Lanjutan 3) Lampiran 3. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15
Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi
15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 9 19 19
Penyulaman LK Brgn 1,00 2,00 1,50 2,50 2,00 2,00 2,17 1,00 1,00 1,00
Tenaga Kerja HOK/Ha Pemeliharaan Pemupukan Pemangkasan DK LK Brgn DK LK Brgn 4,00 5,00 8,00 12,00 6,00 8,50 10,00 14,00 8,00 7,00 6,00 6,00 8,00 9,00 6,00 10,00 6,00 3,00 6,00 6,50 1,00 15,00 1,00 15,00 1,00 3,00 6,00 7,00 3,50 5,00 4,00 7,00 4,00 10,00 5,01 14,01 4,34 10,34 4,00 14,00 2,00 30,00 3,00 22,00 4,00 7,00 5,85 10,01 2,00 7,00 3,95 8,00 5,00 14,00 10,00 7,00 8,00 7,00 7,67 9,33 6,00 10,00 2,00 14,00 2,00 20,00 3,33 14,66 2,00 10,00 6,00 14,00 4,00 12,00 4,00 14,00 2,00 7,00 5,00 3,00 3,67 8,00 3,00 10,00 4,00 15,00 3,50 12,50 6,00 14,00 4,00 10,00 5,00 12,00 4,00 7,00 8,00 15,00 1,00 4,33 2,00 4,00 2,00 2,67 2,00 3,00 2,50 8,00 4,01 8,00 6,67 7,01 1,00
7,00 9,67 10,00 14,00 5,00 9,67 7,01 20,00 13,50 32,00 10,01 10,00 17,34 15,00 7,00
Penyemprotan DK LK Brgn 0,00 0,00 0,00 2,50 0,00 0,00 0,83 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,50 1,00 1,00 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 1,00 7,15 1,00 3,05 5,00 0,00 0,00 1,67 1,00 0,00 0,00 0,33 1,00 0,00 0,50 7,00 1,00 0,00 2,67 0,00 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,33 2,00 0,00 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 8,00 1,01 1,00 3,34 1,01 0,00
47 48 49
Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata
19 20 20 20 20
4,00 1,00 7,00 8,00 5,33 0,9975
3
0
Maximal
10
32
8
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
0,50 0,00 0,00 0,00 0,00
Minimal
(Lanjutan 4) Lampiran 3. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per tahun
No
11,00 21,00 7,00 7,00 11,67
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18
Tenaga Kerja HOK/Ha Panen Pemetikan Pengangkutan LK Brgn DK LK Brgn
40,00 20,00 30,00 26,00 26,00 6,25 40,00 23,13 50,00 55,00 50,01 51,67 40,00 60,00 50,00 60,00 60,13 40,00 53,38 36,00 50,00 40,00 42,00 60,00 52,01 42,00 51,34 48,00 50,00 49,00 90,00 40,00 40,00 56,67 40,00 45,00 42,50 50,00 40,00 45,00 50,00 60,00 87,00 65,67 80,00 60,00 50,00 63,33 48,00 90,00 69,00 80,00 75,00
30,00 20,00 25,00 14,00 14,00 6,25 30,00 18,13 30,00 35,00 30,00 31,67 20,00 30,00 25,00 30,00 60,13 30,00 40,04 36,00 25,00 40,00 33,67 30,00 26,00 42,00 32,67 24,00 25,00 24,50 45,00 25,00 30,00 33,33 20,00 25,00 22,50 25,00 25,00 25,00 25,00 30,00 47,00 34,00 80,00 30,00 25,00 45,00 24,00 45,00 34,50 40,00 25,01
44 45 46 47 48 49
Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata
18 18 19 19 19 20 20 20 20
24,00 59,67 48,00 36,00 42,00 64,00 40,00 60,00 54,67
24,00 29,67 24,00 36,00 30,00 32,00 20,00 30,00 27,33
Minimal
6,25
6,25
Maximal
90
80
Lampiran 4. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per hektar per tahun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nama Responden Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal Maximal
Keterangan : * Borongan
Umur Tanaman (Tahun)
Jumlah Batang per hektar
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20
1111 833 972 556 1111 1111 926 1111 833 972 1111 1111 1111 1111 1.111 1111 833 556 833 833 1111 972 1111 833 1111 1.018 555 1111 833 833 1111 833 667 870,3333333 833 833 833 556 833 1111 833 1111 833 972 1111 1111 1.111 1111 833 1111 1.018 833 1111 1111 1.018 833 556 695 833 1111 1111 1.018 1111 833 972 833 1111 1111 1.018 555 1.111
Pupuk Pupuk Organik (karung) 20,00 130,00 75,00 32,00 25,00 80,00 45,67 48,00 10,00 29,00 222,00 222,00 160,00 100,00 130,00 40,00 88,00 40,00 56,00 80,00 80,00 80,00 20,00 0,00 160,00 60,00 50,00 80,00 50,00 60,00 200,00 66,67 8,00 91,56 100,00 50,00 75,00 80,00 40,00 20,00 46,67 133,33 56,00 94,67 160,00 160,00 160,00 106,67 75,00 16,00 65,89 40,00 100,00 200,00 113,33 100,00 35,00 67,50 5,00 160,00 220,00 128,33 160,00 620,00 390,00 0,00 106,67 88,00 64,89 0,00 620,00
Urea
TSP
KCl
(karung) 8,00 4,00 6,00 3,20 8,00 5,33 5,51 0,00 4,00 2,00 20,00 20,00 8,00 8,00 8,00 5,33 4,00 1,33 3,55 0,00 6,50 3,25 4,00 2,50 0,00 2,17 2,50 4,00 4,00 3,50 0,00 0,00 16,00 5,33 2,00 3,00 2,50 2,40 0,00 2,00 1,47 0,00 8,00 4,00 4,00 0,00 2,00 8,00 5,00 2,67 5,22 0,00 6,00 8,00 4,67 0,00 0,00 0,00 8,00 0,00 8,00 5,33 0,00 0,00 0,00 4,00 0,00 3,20 2,40 0,00 20,00
(karung) 4,00 1,00 2,50 0,00 4,00 2,67 2,22 0,00 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00 2,00 1,00 2,66 0,00 0,67 1,11 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,33 0,00 0,00 2,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,50 0,80 0,00 0,00 0,27 0,00 0,00 0,00 2,40 0,00 1,20 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00 0,67 0,00 0,00 0,00 4,00 0,00 8,00 4,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8,00
(karung) 4,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00 2,00 0,00 0,00 0,00 2,00 1,00 0,00 0,00 0,33 0,11 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,80 0,00 0,00 0,27 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00
Pestisida Diazinon Matador (botol) 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,17 0,80 0,50 0,65 2,00 2,00 1,00 0,00 0,50 1,33 0,80 0,00 0,71 0,00 0,00 0,00 4,00 13,54 4,00 7,18 5,00 0,00 0,00 1,67 2,00 0,00 0,00 0,67 0,50 0,00 0,25 0,00 0,67 0,00 0,22 1,33 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 2,67 0,00 0,00 0,89 0,50 1,00 0,00 0,50 0,00 0,50 0,25 1,00 1,33 1,00 1,11 1,33 0,00 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 13,54
(botol) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
(Lanjutan 1) Lampiran 4. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per hektar per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal Maximal
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Tenaga Kerja HOK/Ha Persiapan Lahan Pembukaan Pembajakan LK Brgn DK LK Brgn * * * *
DK
Gundukan LK Brgn 60,00 80,00 70,00
(Lanjutan 2) Lampiran 4. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per hektar per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal Maximal
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Pengajiran LK 2,00 2,50 2,25
2 2,5
Tenaga Kerja HOK/Ha Penanaman Pembuatan Lubang tanam Brgn DK LK Brgn 7,00 5,00 6,00
5 7
Penanaman DK LK 7,00 2,50 4,75
2,5 7
Brgn
(Lanjutan 3) Lampiran 4. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per hektar per tahun
No
Nama Responden
Umur Tanaman (Tahun) DK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal Maximal
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 9 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Penyulaman LK Brgn 1,00 1,00 1,00 1,00 2,00 1,33 1,44 0,80 2,00 1,40
0,8 2
Tenaga Kerja HOK/Ha Pemeliharaan Pemupukan Pemangkasan DK LK Brgn DK LK Brgn 4,00 5,00 4,00 6,00 4,00 5,50 4,00 5,60 8,00 7,00 4,00 4,00 5,33 5,53 4,80 8,00 12,00 6,00 8,40 7,00 2,00 30,00 2,00 30,00 4,00 12,00 12,00 14,00 8,00 13,00 5,33 9,33 3,20 8,00 1,67 4,67 3,40 7,33 1,60 5,60 1,00 15,00 1,30 10,30 8,00 14,00 1,80 3,08 8,00 28,00 5,93 15,03 2,50 7,00 40,00 28,00 8,00 7,00 16,83 14,00 6,00 10,00 1,33 9,33 1,33 13,33 2,89 10,89 2,00 10,00 3,00 7,00 2,50 8,50 1,60 5,60 2,67 9,33 10,00 6,00 4,76 6,98 4,00 13,33 4,00 15,00 4,00 13,33 4,80 11,20 8,00 20,00 6,40 15,60 5,33 9,33 4,00 7,50 1,33 9,33 3,55 8,72 1,00 5,00 4,00 14,00 4,00 10,00 3,00 9,67 1,33 4,67 1,50 10,00 1,42 7,34 4,00 16,00 2,67 6,67 32,00 40,00 12,89 20,89 4,67 10,00 2,00 14,00 3,34 12,00 1,00 21,00 9,33 9,33 6,40 5,60 5,58 11,98 1,00 3,08 40,00 40,00
Penyemprotan DK LK Brgn 0,00 0,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,33 0,80 2,00 1,40 2,00 2,00 4,00 0,00 2,00 1,33 0,80 0,00 0,71 0,00 0,00 0,00 2,00 2,20 4,00 2,73 2,50 0,00 0,00 0,83 1,00 0,00 0,00 0,33 1,00 0,00 0,50 2,80 1,33 0,00 1,38 0,00 4,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,33 0,00 0,00 0,44 1,00 0,00 0,00 0,33 0,00 0,00 0,00 4,00 0,67 4,00 2,89 0,67 0,00 0,34 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00
(Lanjutan 4) Lampiran 4. Perhitungan satuan input variabel rata - rata per hektar per tahun
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nama Responden Suyono Purnomo Rata - Rata Sarman Tukijan Sarno Rata - Rata Jumino Sunarko Rata - Rata Sunoto Rata - Rata Warsimin Agustomo Rata - Rata Sholikin Budiono Suwedi Rata - Rata Suwito Jumari Rata - Rata Darsono Tukimin Mujiono Rata - Rata Sudarwanto Andi Suratno Rata - Rata Rohman Misran Koto Rata - Rata Mansur Prawoto Rata - Rata Bejo Suyatmoko Nurhari Mujianto Rata - Rata Siswo Mulyono Basuki Rata - Rata Agus Salim Bambang Rata - Rata Slamet Rebo Slamet Wiyono Rata - Rata Jawadi Suwito Sukijo Rata - Rata Abdul Ghani Marjoko Rata - Rata Kasdi Supandi Supaid Rata - Rata M Amin Slamet Riyadi Rata - Rata Budi Mulyanto Kamijan Sarino Rata - Rata Minimal Maximal
Umur Tanaman (Tahun) 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 5 5 5 6 6 6 6 7 7 7 8 8 8 8 9 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 15 16 16 16 16 17 17 17 18 18 18 18 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Tenaga Kerja HOK/Ha Panen Pemetikan Pengangkutan DK LK Brgn DK LK Brgn
32,00 40,00 36,00 52,00 52,00 25,00 80,00 52,50 66,67 44,00 16,67 42,45 16,00 30,00 23,00 120,00 18,50 160,00 99,50 18,00 200,00 40,00 86,00 60,00 34,67 28,00 40,89 48,00 25,00 36,50 36,00 53,33 80,00 56,44 53,33 45,00 53,33 40,00 80,00 60,00 66,67 30,00 116,00 70,89 40,00 60,00 100,00 66,67 32,00 45,00 38,50 40,00 50,00 96,00 62,00 32,00 72,00 52,00 64,00 53,33 48,00 55,11 16,00 200,00
24,00 40,00 32,00 28,00 28,00 25,00 60,00 42,50 40,00 28,00 10,00 26,00 8,00 15,00 11,50 60,00 18,50 120,00 66,17 18,00 100,00 40,00 52,67 30,00 17,33 28,00 25,11 24,00 12,50 18,25 18,00 33,33 60,00 37,11 26,67 25,00 25,84 20,00 50,00 35,00 33,33 15,00 62,67 37,00 40,00 30,00 50,00 40,00 16,00 22,50 19,25 20,00 16,67 96,00 44,22 16,00 72,00 44,00 32,00 26,67 24,00 27,56 8,00 120,00
Lampiran 5. Penyusutan alat-alat usahatani kakao di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran tahun 2010 No.
Nama
Umur Tanaman
Petani
(Tahun)
Cangkul
Arit/Sabit
Jumlah
Harga
Umur
Penyusutan
Jumlah
Harga
Umur
(buah)
(Rp)
(thn)
(Rp)
(buah)
(Rp)
(thn)
Suyono
1
2
50000
5
20000
Purnomo
1
2
50000
5
Rata - Rata
1
2
50000
5
3
Sarman
2
2
50000
4
Tukijan
2
2
5
Sarno
2
Rata - Rata 6 7
1 2
8
Penyusutan (Rp)
2
25000
2
25000
20000
3
25000
2
37500
20000
2,5
25000
2
31250
5
20000
2
25000
2
25000
55000
5
22000
1
25000
2
12500
2
50000
5
20000
2
25000
2
25000
2
2
51666,667
5
20666,66667
1,666667
25000
2
20833,33333
Jumino
3
2
50000
5
20000
2
25000
2
25000
Sunarko
3
1
60000
5
12000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
3
1,5
55000
5
16000
2
25000
2
25000
Sunoto
4
2
65000
5
26000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
4
2
65000
5
26000
2
25000
2
25000
9
Warsimin
5
3
60000
5
36000
3
25000
2
37500
10
Agustomo
5
1
60000
5
12000
3
25000
2
37500
Rata - Rata
5
2
60000
5
24000
3
25000
2
37500
11
Sholikin
6
1
50000
5
10000
2
25000
2
25000
12
Budiono
6
1
55000
5
11000
3
25000
2
37500
13
Suwedi
6
1
50000
5
10000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
6
1
51666,667
5
10333,33333
2,333333
25000
2
29166,66667
14
Suwito
7
1
50000
5
10000
3
25000
2
37500
15
Jumari
7
3
65000
5
39000
4
25000
2
50000
Rata - Rata
7
2
57500
5
24500
3,5
25000
2
43750
16
Darsono
8
1
55000
5
11000
2
25000
2
25000
17
Tukimin
8
0
0
0
0
2
25000
2
25000
18
Mujiono
8
2
50000
5
20000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
8
1
35000
3,333333
10333,33333
2
25000
2
25000
19
Sudarwanto
9
2
40000
5
16000
3
25000
2
37500
20
Andi
9
1
60000
5
12000
2
25000
2
25000
21
Suratno
9
1
55000
5
11000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
9
1,333333
51666,667
5
13000
2,333333
25000
2
29166,66667
Rohman
10
1
50000
5
10000
3
25000
2
37500
23
Misran
10
1
50000
5
10000
1
25000
2
12500
24
Koto
10
1
60000
6
10000
3
25000
2
37500
Rata - Rata
10
1
53333,333
5,333333
10000
2,333333
25000
2
29166,66667
25
Mansur
11
2
47000
6
15666,66667
1
20000
2
10000
26
Prawoto
11
2
55000
5
22000
3
25000
2
37500
11
2
51000
5,5
18833,33333
2
22500
2
23750
27
Rata - Rata Bejo Suyatmoko
12
2
55000
5
22000
2
25000
2
25000
28
Nurhari
12
2
50000
5
20000
2
25000
2
25000
29
Mujianto
12
1
50000
5
10000
3
25000
2
37500
1,666667
51666,667
5
17333,33333
2,333333
25000
2
29166,66667
30
Rata - Rata Siswo Mulyono
12 13
0
0
0
0
3
25000
2
37500
31
Basuki
13
1
45000
5
9000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
13
0,5
22500
2,5
4500
2,5
25000
2
31250
32
Agus Salim
14
1
50000
5
10000
2
25000
2
25000
33
Bambang
14
1
50000
5
10000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
14
1
50000
5
10000
2
25000
2
25000
34
Slamet
15
2
55000
5
22000
3
25000
2
37500
35
Rebo Slamet Wiyono
15
2
60000
5
24000
3
25000
2
37500
15
1
40000
5
8000
1
20000
2
10000
22
36
Rata - Rata
15
1,666667
51666,667
5
18000
2,333333
23333,3333
2
28333,33333
37
Jawadi
16
0
0
0
0
3
25000
2
37500
38
Suwito
16
2
60000
5
24000
3
25000
2
37500
Sukijo
16
1
55000
5
11000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
16
1
38333,333
3,333333
11666,66667
2,666667
25000
2
33333,33333
40
Abdul Ghani
17
1
85000
6
14166,66667
5
20000
2
50000
41
Marjoko
17
1
60000
5
12000
2
25000
2
25000
Rata - Rata
17
1
72500
5,5
13083,33333
3,5
22500
2
37500
42
Kasdi
18
1
60000
5
12000
4
25000
2
50000
43
Supandi
18
2
60000
5
24000
2
25000
2
25000
44
Supaid
18
2
60000
5
24000
3
25000
2
37500
Rata - Rata
18
1,666667
60000
5
20000
3
25000
2
37500
M Amin
19
2
50000
5
20000
0
0
0
0
46
Slamet Riyadi
19
1
55000
5
11000
2
25000
2
25000
19
1,5
52500
5
15500
1
12500
1
12500
47
Rata - Rata Budi Mulyanto
20
1
75000
8
9375
2
25000
2
25000
48
Kamijan
20
2
60000
5
24000
2
25000
2
25000
49
Sarino
20
2
50000
5
20000
3
25000
2
37500
Rata - Rata
20
1,666667
61666,667
6
17791,66667
2,333333
25000
2
29166,66667 6607.84
39
45
Rata - Rata
1.76
67254.9
5
23960.78
1.18
22450.98
4.12
Minimal
0
0
0
0
0
0
0
0
Maximal
3
85000
8
39000
5
25000
2
50000
No.
Nama
Umur Tanaman
Gerobak
Petani
(Tahun)
Jumlah
Gunting Pangkas
(buah)
Harga
Umur
(Rp)
(thn)
Penyusutan
Jumlah
(Rp)
(buah)
Harga
Umur
(Rp)
(thn)
Penyusutan (Rp)
1 Suyono
1
1
70000
5
14000
3
25000
2
37500
2 Purnomo
1
0
0
0
0
4
25000
2
50000
1
0,5
35000
2,5
7000
3,5
25000
2
43750
3 Sarman
2
0
0
0
0
4
25000
2
50000
4 Tukijan
2
0
0
0
0
4
25000
2
50000
5 Sarno
2
1
100000
5
20000
3
25000
2
37500
2
0,333333
33333,33
1,666667
6666,666667
3,666667
25000
2
45833,33333
6 Jumino
3
0
0
0
0
3
25000
2
37500
7 Sunarko
3
0
0
0
0
2
25000
2
25000
3
0
0
0
0
2,5
25000
2
31250
4
0
0
0
0
3
30000
2
45000
4
0
0
0
0
3
30000
2
45000
9 Warsimin
5
0
0
0
0
2
27000
2
27000
10 Agustomo
5
1
100000
5
20000
3
25000
2
37500
5
0,5
50000
2,5
10000
2,5
26000
2
32250
11 Sholikin
6
0
0
0
0
2
25000
2
25000
12 Budiono
6
0
0
0
0
3
25000
2
37500
13 Suwedi
6
0
0
0
0
4
25000
2
50000
6
0
0
0
0
3
25000
2
37500
14 Suwito
7
0
0
0
0
3
25000
2
37500
15 Jumari
7
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata 8 Sunoto Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
7
0
0
0
0
3
25000
2
37500
16 Darsono
8
0
0
0
0
3
25000
2
37500
17 Tukimin
8
0
0
0
0
3
25000
2
37500
18 Mujiono
8
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
Rata - Rata
8
0
0
0
0
3
25000
2
37500
19 Sudarwanto
9
0
0
0
0
4
25000
2
50000
20 Andi
9
1
150000
5
30000
2
25000
2
25000
21 Suratno
9
0
0
0
0
3
25000
2
37500
9
0,333333
50000
1,666667
10000
3
25000
2
37500
22 Rohman
10
0
0
0
0
2
25000
2
25000
23 Misran
10
0
0
0
0
2
30000
2
30000
24 Koto
10
0
0
0
0
2
25000
2
25000
10
0
0
0
0
2
26666,6667
2
26666,66667
25 Mansur
11
1
110000
5
22000
3
25000
2
37500
26 Prawoto
11
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
11
0,5
55000
2,5
11000
3
25000
2
37500
27 Bejo Suyatmoko
12
0
0
0
0
4
25000
2
50000
28 Nurhari
12
1
120000
5
24000
3
25000
2
37500
29 Mujianto
Rata - Rata
Rata - Rata
12
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
12
0,333333
40000
1,666667
8000
3,333333
25000
2
41666,66667
30 Siswo Mulyono
13
0
0
0
0
3
25000
2
37500
31 Basuki
13
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
13
0
0
0
0
3
25000
2
37500
32 Agus Salim
14
0
0
0
0
2
25000
2
25000
33 Bambang
14
1
150000
5
30000
3
25000
2
37500
14
0,5
75000
2,5
15000
2,5
25000
2
31250
34 Slamet
15
0
0
0
0
3
25000
2
37500
35 Rebo
15
1
120000
5
24000
3
25000
2
37500
36 Slamet Wiyono
15
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata - Rata
15
0,333333
40000
1,666667
8000
3
25000
2
37500
37 Jawadi
16
0
0
0
0
4
25000
2
50000
38 Suwito
16
0
0
0
0
3
25000
2
37500
39 Sukijo
16
0
0
0
0
4
25000
2
50000
Rata - Rata
16
0
0
0
0
3,666667
25000
2
45833,33333
40 Abdul Ghani
17
0
0
0
0
6
20000
1
120000
41 Marjoko
17
0
0
0
0
3
25000
2
37500
17
0
0
0
0
4,5
22500
1,5
78750
42 Kasdi
18
0
0
0
0
2
25000
2
25000
43 Supandi
18
0
0
0
0
4
25000
2
50000
44 Supaid
18
0
0
0
0
2
25000
2
25000
18
0
0
0
0
2,666667
25000
2
33333,33333
45 M Amin
19
0
0
0
0
3
25000
2
37500
46 Slamet Riyadi
19
0
0
0
0
2
25000
2
25000
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
19
0
0
0
0
2,5
25000
2
31250
47 Budi Mulyanto
20
0
0
0
0
2
25000
2
25000
48 Kamijan
20
0
0
0
0
3
25000
2
37500
49 Sarino
20
0
0
0
0
4
25000
2
50000
0
0
0
0
3
25000
2
37500
Rata-rata
0.37
80392.16
3.73
8039.22
0.37
80392.16
3.73
8039.22
Rata-rata
0
0
0
0
2
20000
1
25000
Rata-rata
1
150000
5
1
6
30000
2
120000
Rata - Rata
20
No.
Nama
Umur Tanaman
Petani
(Tahun)
Timbangan Jumlah
Harga
(buah) 1 Suyono 2 Purnomo Rata - Rata
1
Asahan Arit
Umur
(Rp)
Penyusutan
(thn)
Jumlah
(Rp)
Harga
(buah)
Umur
(Rp)
Penyusutan
(thn)
(Rp)
0
0
0
0
1
5000
1
5000
1
0
0
0
0
2
5000
1
10000
1
0
0
0
0
1,5
5000
1
7500
3 Sarman
2
1
200000
30
6666,666667
1
5000
1
5000
4 Tukijan
2
0
0
0
0
1
5000
1
5000
5 Sarno
2
0
0
0
0
2
5000
1
10000
2
0,333333
66666,667
10
2222,222222
1,333333
5000
1
6666,666667
6 Jumino
3
0
0
0
0
2
5000
1
10000
7 Sunarko
3
0
0
0
0
1
5000
1
5000
3
0
0
0
0
1,5
5000
1
7500
4
1
125000
20
6250
1
10000
1
10000 10000
Rata - Rata
Rata - Rata 8 Sunoto
4
1
125000
20
6250
1
10000
1
9 Warsimin
5
0
0
0
0
0
0
0
0
10 Agustomo
5
0
0
0
0
1
5000
1
5000
Rata - Rata
5
0
0
0
0
0,5
2500
0,5
0
11 Sholikin
6
0
0
0
0
1
5000
1
5000
12 Budiono
6
1
300000
30
10000
1
5000
1
5000
13 Suwedi
6
0
0
0
0
4
5000
1
20000
6
0,333333
100000
10
3333,333333
2
5000
1
10000
14 Suwito
7
0
0
0
0
1
5000
1
5000
15 Jumari
7
0
0
0
0
2
5000
1
10000 7500
Rata - Rata
Rata - Rata
7
0
0
0
0
1,5
5000
1
16 Darsono
8
0
0
0
0
1
5000
1
5000
17 Tukimin
8
0
0
0
0
2
5000
1
10000
18 Mujiono
Rata - Rata
8
0
0
0
0
1
5000
1
5000
Rata - Rata
8
0
0
0
0
1,333333
5000
1
6666,666667
19 Sudarwanto
9
0
0
0
0
2
5000
1
10000
20 Andi
9
0
0
0
0
1
5000
1
5000
21 Suratno
9
0
0
0
0
1
7000
1
7000
9
0
0
0
0
1,333333
5666,66667
1
7333,333333
22 Rohman
10
0
0
0
0
1
7000
1
7000
23 Misran
10
0
0
0
0
1
5000
1
5000
24 Koto
10
0
0
0
0
2
5000
1
10000
10
0
0
0
0
1,333333
5666,66667
1
7333,333333
25 Mansur
11
0
0
0
0
1
6000
1
6000
26 Prawoto
11
0
0
0
0
1
5000
1
5000
11
0
0
0
0
1
5500
1
5500
27 Bejo Suyatmoko
12
0
0
0
0
2
5000
1
10000
28 Nurhari
12
0
0
0
0
2
5000
1
10000
29 Mujianto
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
12
0
0
0
0
2
5000
1
10000
Rata - Rata
12
0
0
0
0
2
5000
1
10000
30 Siswo Mulyono
13
0
0
0
0
1
5000
1
5000
31 Basuki
13
0
0
0
0
1
5000
1
5000
Rata - Rata
13
0
0
0
0
1
5000
1
5000
32 Agus Salim
14
0
0
0
0
1
5000
1
5000
33 Bambang
14
0
0
0
0
2
5000
1
10000
14
0
0
0
0
1,5
5000
1
7500
34 Slamet
15
0
0
0
0
2
5000
1
10000
35 Rebo
15
0
0
0
0
1
5000
1
5000
36 Slamet Wiyono
15
0
0
0
0
1
5000
1
5000
Rata - Rata
15
0
0
0
0
1,333333
5000
1
6666,666667
37 Jawadi
16
0
0
0
0
1
6000
1
6000
38 Suwito
16
0
0
0
0
1
5000
1
5000
39 Sukijo
16
0
0
0
0
2
5000
1
10000
Rata - Rata
Rata - Rata
16
0
0
0
0
1,333333
5333,33333
1
7000
40 Abdul Ghani
17
0
0
0
0
1
7000
1
7000
41 Marjoko
17
0
0
0
0
1
5000
1
5000
17
0
0
0
0
1
6000
1
6000
42 Kasdi
18
1
400000
30
13333,33333
2
7000
1
14000
43 Supandi
18
0
0
0
0
1
6000
1
6000
44 Supaid
18
0
0
0
0
2
5000
1
10000
18
0,333333
133333,33
10
4444,444444
1,666667
6000
1
10000
45 M Amin
19
0
0
0
0
1
5000
1
5000
46 Slamet Riyadi
19
0
0
0
0
1
6000
1
6000
Rata - Rata
19
0
0
0
0
1
5500
1
5500
47 Budi Mulyanto
20
0
0
0
0
1
7000
1
7000
48 Kamijan
20
0
0
0
0
2
5000
1
10000
49 Sarino
20
0
0
0
0
1
5000
1
5000
20
0
0
0
0
1,333333
5666,66667
1
7333,333333
Rata-rata
0.37
80392.16
3.73
8039.22
0.37
80392.16
3.73
8039.22
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
0
Rata-rata
1
400000
30
13333,33333
4
10000
1
20000
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
No.
Nama
Umur Tanaman
Petani
(Tahun)
Lantai Jemur Jumlah (m2)
Terpal
Harga
Umur
(Rp)
(thn)
Penyusutan
Jumlah
(Rp)
(buah)
Harga
Umur
(Rp)
(thn)
Penyusutan (Rp)
1 Suyono
1
48
6500
25
12480
2 Purnomo
1
50
6800
25
1
49
6650
25
3 Sarman
2
50
6500
4 Tukijan
2
100
7000
5 Sarno
2
48
6500
25
12480
1
150000
7
21428,57143
2
66
6666,667
25
17826,66667
1
133333,3
7
19047,61905
6 Jumino
3
60
6500
25
15600
1
120000
6
20000
7 Sunarko
3
15
6500
25
3900
1
72000
6
12000
3
37,5
6500
25
9750
1
96000
6
16000
4
16
7500
25
4800
2
40000
7
11428,57143
4
16
7500
25
4800
2
40000
7
11428,57143
9 Warsimin
5
0
0
0
0
1
97500
6,666667
14625
10 Agustomo
5
36
6500
25
9360
1
120000
6
20000
5
18
3250
12,5
4680
1
108750
6
17312,5
11 Sholikin
6
0
0
0
0
3
150000
6
75000
12 Budiono
6
40
6600
25
10560
2
120000
7
34285,71429
13 Suwedi
6
30
6800
25
8160
2
105000
6
35000
6
23,33333
4466,667
16,66667
6240
2,333333
125000
6,333333
48095,2381
14 Suwito
7
56
6500
25
14560
2
130000
6
43333,33333
15 Jumari
7
18
6700
25
4824
1
37500
5
7500
6600
25
9692
1,5
83750
5,5
25416,66667
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata 8 Sunoto Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
1
125000
7
17857,14286
13600
2
130000
7
37142,85714
13040
1,5
127500
7
27500
25
13000
1
125000
7
17857,14286
25
28000
1
125000
7
17857,14286
7
37
16 Darsono
8
36
6800
25
9792
1
150000
7
21428,57143
17 Tukimin
8
48
7000
25
13440
1
130000
6
21666,66667
18 Mujiono
8
36
6000
25
8640
1
150000
7
21428,57143
Rata - Rata
8
40
6600
25
10624
1
143333,3
6,666667
21507,93651
19 Sudarwanto
9
60
6500
25
15600
3
60000
5
36000
20 Andi
9
36
7000
25
10080
1
125000
6
20833,33333
21 Suratno
9
24
6000
25
5760
1
150000
7
21428,57143
9
40
6500
25
10480
1,666667
111666,7
6
26087,30159
22 Rohman
10
45
7000
25
12600
1
150000
6
25000
23 Misran
10
30
6800
25
8160
0
0
0
0
24 Koto
10
36
7200
25
10368
1
150000
7
21428,57143
Rata - Rata
Rata - Rata
10
37
7000
25
10376
0,666667
100000
4,333333
15476,19048
25 Mansur
11
18
6700
25
4824
1
125000
7
17857,14286
26 Prawoto
11
40
6500
25
10400
1
130000
6
21666,66667
Rata - Rata
11
29
6600
25
7612
1
127500
6,5
19761,90476
27 Bejo Suyatmoko
12
60
7000
25
16800
2
65000
5
26000
28 Nurhari
12
30
6800
25
8160
1
150000
7
21428,57143
29 Mujianto
Rata - Rata
12
60
6000
25
14400
1
120000
7
17142,85714
Rata - Rata
12
50
6600
25
13120
1,333333
111666,7
6,333333
21523,80952
30 Siswo Mulyono
13
40
6000
25
9600
1
120000
7
17142,85714
31 Basuki
13
42
7500
25
12600
2
60000
5
24000
Rata - Rata
13
41
6750
25
11100
1,5
90000
6
20571,42857
32 Agus Salim
14
100
6500
25
26000
1
135000
6
22500
33 Bambang
14
30
6500
25
7800
1
130000
6
21666,66667 22083,33333
14
65
6500
25
16900
1
132500
6
34 Slamet
15
60
6500
25
15600
2
120000
6
40000
35 Rebo
15
60
6500
25
15600
2
150000
7
42857,14286
36 Slamet Wiyono
15
0
0
0
0
3
90000
5
54000
Rata - Rata
15
40
4333,333
16,66667
10400
2,333333
120000
6
37 Jawadi
16
72
6250
25
18000
1
140000
7
20000
38 Suwito
16
48
6500
25
12480
1
150000
7
21428,57143
39 Sukijo
Rata - Rata
45619,04762
16
50
6500
25
13000
1
120000
6
20000
Rata - Rata
16
56,66667
6416,667
25
14493,33333
1
136666,7
6,666667
20476,19048
40 Abdul Ghani
17
36
6500
25
9360
0
0
0
0
41 Marjoko
17
30
6800
25
8160
2
60000
5
24000
17
33
6650
25
8760
1
30000
2,5
12000
42 Kasdi
18
150
6500
25
39000
1
300000
10
30000
43 Supandi
18
48
6500
25
12480
2
120000
6
40000
44 Supaid
18
24
7000
25
6720
1
120000
6
20000
18
74
6666,667
25
19400
1,333333
180000
7,333333
30000
45 M Amin
19
30
6500
25
7800
0
0
0
0
46 Slamet Riyadi
19
30
6500
25
7800
1
60000
7
8571,428571 4285,714286
Rata - Rata
Rata - Rata
Rata - Rata
19
30
6500
25
7800
0,5
30000
3,5
47 Budi Mulyanto
20
25
7000
30
5833,333333
0
0
0
0
48 Kamijan
20
80
6000
25
19200
1
120000
6
20000
49 Sarino
20
120
6000
25
28800
2
130000
6
43333,33333
75
6333,333
26,66667
17944,44444
1
83333,33
4
21111,11111
Rata-rata
0.37
80392.16
3.73
8039.22
0.37
80392.16
3.73
8039.22
Rata-rata
0
0
0
0
0
0
0
0
Rata-rata
150
7500
30
39000
3
300000
10
75000
Rata - Rata
20
Lampiran 6. Data Produksi dan Penerimaan petani kakao Di Desa Sungai Langka Tahun 2010 No.
Nama
Umur Tanaman
Produksi
Harga
Penerimaan
Petani
(Tahun)
(Kg/Ha)
(Rp)
(Rp)
1
1
Suyono
0
0,00
0,00
2
Purnomo
1
0
0,00
0,00
Rata - Rata
1
0
0,00
0,00
3
Sarman
2
0
0,00
0,00
4
Tukijan
2
0
0,00
0,00
5
Sarno
2
0
0,00
0,00
Rata - Rata
2
0
0,00
0,00
6
Jumino
3
1460
8.250,00
12.045.000,00
7
Sunarko
3
1640
9.800,00
16.072.000,00
Rata - Rata
3
1550
9.025,00
14.058.500,00
Sunoto
4
1880
9.000,00
16.920.000,00
Rata - Rata
4
1880
9.000,00
16.920.000,00
9
Warsimin
5
1925
8.000,00
15.400.000,00
10
Agustomo
5
2100
8.250,00
17.325.000,00
8
Rata - Rata
5
2.013
8.125,00
16.362.500,00
11
Sholikin
6
2050
8.200,00
16.810.000,00
12
Budiono
6
1990
8.750,00
17.412.500,00
13
Suwedi
6
2150
8.000,00
17.200.000,00
Rata - Rata
6
2.063
8.316,67
17.140.833,33
14
Suwito
7
2100
8.750,00
18.375.000,00
15
Jumari
7
1950
9.000,00
17.550.000,00
Rata - Rata
7
2025
8.875,00
17.962.500,00
16
Darsono
8
1820
8.600,00
15.652.000,00
17
Tukimin
8
1960
8.500,00
16.660.000,00
18
Mujiono
8
2000
9.000,00
18.000.000,00
Rata - Rata
8
1.927
8.700,00
16.770.666,67
19
Sudarwanto
9
1920
9.250,00
17.760.000,00
20
Andi
9
2200
8.500,00
18.700.000,00
Suratno
9
1990
8.750,00
17.412.500,00
Rata - Rata
9
2036,666667
8.833,33
17.957.500,00
22
Rohman
10
2050
8.000,00
16.400.000,00
23
Misran
10
1840
9.750,00
17.940.000,00
24
Koto
10
1970
9.250,00
18.222.500,00
Rata - Rata
10
1953,333333
9.000,00
17.520.833,33
25
Mansur
11
1880
8.750,00
16.450.000,00
26
Prawoto
11
1952
9.250,00
18.056.000,00
21
Rata - Rata
11
1916
9.000,00
17.253.000,00
27
Bejo Suyatmoko
12
2200
9.000,00
19.800.000,00
28
Nurhari
12
2130
9.500,00
20.235.000,00
29
Mujianto
12
2025
9.200,00
18.630.000,00
Rata - Rata
12
2.118
9.233,33
19.555.000,00
30
Siswo Mulyono
13
1850
8.750,00
16.187.500,00
31
Basuki
13
1900
8.600,00
16.340.000,00
Rata - Rata
13
1875
8.675,00
16.263.750,00
32
Agus Salim
14
2320
7.750,00
17.980.000,00
33
Bambang
14
1720
8.500,00
14.620.000,00
Rata - Rata
14
2.020
8.125,00
16.300.000,00
34
Slamet
15
2100
8.750,00
18.375.000,00
35
Rebo
15
1980
9.000,00
17.820.000,00
36
Slamet Wiyono
15
1720
9.000,00
15.480.000,00
Rata - Rata
15
1.933
8.916,67
17.225.000,00
37
Jawadi
16
1480
8.150,00
12.062.000,00
38
Suwito
16
2050
8.750,00
17.937.500,00
Sukijo
16
2250
8.500,00
19.125.000,00
Rata - Rata
16
1.927
8.466,67
16.374.833,33
40
Abdul Ghani
17
1700
8.250,00
14.025.000,00
41
Marjoko
17
1650
8.600,00
14.190.000,00
Rata - Rata
17
1.675
8.425,00
14.107.500,00
42
Kasdi
18
1800
9.250,00
16.650.000,00
43
Supandi
18
1780
8.250,00
14.685.000,00
Supaid
18
1980
8.400,00
16.632.000,00
Rata - Rata
18
1.853
8.633,33
15.989.000,00
45
M Amin
19
1700
8.250,00
14.025.000,00
46
Slamet Riyadi
19
1680
8.950,00
15.036.000,00
Rata - Rata
19
1.690
8.600,00
14.530.500,00
47
Budi Mulyanto
20
1500
9.000,00
13.500.000,00
48
Kamijan
20
1600
8.750,00
14.000.000,00
49
Sarino
20
1680
8.600,00
14.448.000,00
Rata - Rata
20
39
44
1.640
8.783,33
14.224.000,00
Minimal
1.460
7.750
12.045.000
Maximal
2.320
9.800
20.235.000
Rata - Rata
1.705
7.837
14.825.796
Lampiran 7. Tabel Cash inflow (analisis finansial) (per ha)
Keterangan I
Satuan
Jumlah
Harga
(unit/Ha)
(Unit)
(Rp/unit)
Tahun 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
2.500.000
Investasi Investasi Lubang Tanam
Unit
1.111
8.000
8.888.000,00
Bibit Kakao
Rp
1.500
2.500
3.750.000,00
Bibit Tanaman Pelindung
Rp
65
680
Total Investasi II
44.200,00 12.682.200,00
Biaya-Biaya (Cost ) Biaya Sewa Lahan
Rp
2.500.000
2.500.000
Biaya Peralatan 1. Peralatan Usahatani a) Cangkul
Unit
2
67.250
134.500
b) Golok
Unit
1
35.000
35.000
c) Sprayer
Unit
1
150.000
150.000
d) Arit
Unit
2
25.000
50.000
e) Gerobak
Unit
1
150.000
150.000
f) Gunting Pangkas
Unit
3
25.000
75.000
g) timbangan
Unit
1
300.000
h) asahan arit
Unit
1
5.000
a) Lantai Jemur
m2
75
6.500
b) Terpal
Unit
1
125.000
134.500 35.000
35.000
134.500 35.000
35.000
134.500
35.000
35.000
35.000
35.000
150.000 50.000
50.000
50.000
50.000
150.000 75.000
50.000
50.000
150.000
75.000
75.000
35.000
150.000 50.000
50.000
150.000
75.000
75.000
50.000
150.000
75.000
75.000
75.000
75.000
300.000 5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
3.712.000
2.505.000
2.965.000
2.505.000
5.000
5.000
5.000
5.000
2.940.000
2.639.500
2.665.000
2.505.000
5.000
5.000
5.000
3.090.000
2.505.000
2.799.500
2.505.000
2.940.000
2.505.000
2.665.000
3.127.000
5.000
5.000
5.000
5.000
3.090.000
2.505.000
2.665.000
2.505.000
2. Peralatan Pendukung
Total biaya peralatan
487.500
487.500
125.000
125.000
125.000
125.000
125.000
Biaya Produksi 1. Pupuk a) Organik
Karung
5.000
375.000
228.333
145.000
1.110.000
650.000
280.000
400.000
300.000
300.000
457.783
375.000
233.333
473.325
800.000
329.450
566.667
337.500
641.667
1.950.000
324.450
b) Urea
Karung
50.000
300.000
275.500
100.000
1.000.000
400.000
177.667
162.500
108.333
175.000
266.667
125.000
73.333
200.000
100.000
261.167
233.333
0
266.667
0
120.000
c) TSP
Karung
150.000
375.000
333.500
300.000
0
150.000
166.500
0
50.000
100.000
0
75.000
40.000
0
180.000
0
100.000
0
600.000
0
0
d) KCl
Karung
150.000
300.000
0
300.000
0
150.000
16.500
0
0
0
0
0
40.000
0
0
0
0
0
0
0
0
Botol
25.000
0
4.167
16.250
50.000
12.500
17.750
0
179.500
41.667
16.667
6.250
5.583
16.625
0
22.250
12.500
6.250
27.750
16.625
0
167.300
2. Pestisida a) Diazinon 3. Tenaga Kerja a) Persiapan Lahan 1) Pembukaan dan pembersiha lahan
HOK
2) Pembajakan
HOK
3) Pembuatan Gundukan
HOK
70
*
30.000
*
30.000
*
30.000
2.100.000
*
b) Penanaman Kakao 1) Pengajiran
HOK
30.000
67.500
2) Pembuatan Lubang Tanam
HOK
30.000
180.000
3) Penanaman bibit kakao
142.500
HOK
30.000
1) Penyulaman
HOK
30.000
30.000
43.300
42.000
2) Pemupukan
HOK
30.000
120.000
160.000
252.000
60.000
240.000
102.000
39.000
178.000
505.000
86.600
75.000
142.700
120.000
192.000
106.600
90.000
42.450
386.700
100.050
d) Penyemprotan
HOK
30.000
0
10.000
42.000
60.000
60.000
21.300
0
82.000
25.000
10.000
15.000
41.300
0
0
13.300
10.000
0
86.700
10.050
0
e) Pemangkasan
HOK
30.000
165.000
166.000
210.000
900.000
390.000
220.000
309.000
450.800
420.000
326.600
255.000
209.300
399.900
468.000
261.600
290.000
220.050
626.700
360.000
359.300
1) Pemetikan
HOK
30.000
3) pengangkutan
HOK
5.000
160.000
140.000
212.500
130.000
57.500
330.833
263.333
125.550
91.250
185.550
129.175
175.000
185.000
200.000
96.250
221.117
220.000
137.783
4.155.000
1.220.800
2.647.250
4.880.000
3.840.000
2.405.117
1.658.000
4.664.467
4.410.000
2.516.567
2.112.500
2.664.400
2.938.925
3.715.000
3.306.067
3.502.500
1.857.500
4.717.300
4.216.725
2.762.133
c) Pemeliharaan
f) Panen
Total Biaya Produksi Pajak Tanah
ha
21.000
Total Biaya + Investasi III
1.560.000
1.575.000
1.273.400
690.000
2.985.000
2.580.000
1.226.700
1.095.000
1.693.300
1.599.900
1.800.000
2.126.700
2.000.000
1.155.000
1.860.000
1.560.000
1.653.300
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
21.000
20.570.200
3.746.800
5.633.250
7.406.000
6.801.000
5.065.617
4.344.000
7.190.467
7.521.000
5.042.567
4.933.000
5.190.400
5.899.925
6.241.000
5.992.067
6.650.500
4.968.500
7.243.300
6.902.725
5.288.133
Penerimaan (benefit) 1) Biji Kakao
kg
Total Penerimaan IV
1.080.000
7.837 0
0
0
14.058.500
16.920.000
16.362.500
17.140.833
17.962.500
16.770.667
17.957.500
17.520.833
17.253.000
19.555.000
16.263.750
16.300.000
17.225.000
16.374.833
14.107.500
15.989.000
14.530.500
14.224.000
0
0
14.058.500
16.920.000
16.362.500
17.140.833
17.962.500
16.770.667
17.957.500
17.520.833
17.253.000
19.555.000
16.263.750
16.300.000
17.225.000
16.374.833
14.107.500
15.989.000
14.530.500
14.224.000
Sisa
1) Pohon Kakao
Unit
24.000
26.664.000
2) Lubang Tanam
Unit
8.000
8.888.000
3) Peralatan
V
a) Cangkul
Unit
b) Golok
Unit
35.000
c) Sprayer
Unit
150.000
50.000
d) Arit
Unit
25.000
e) Gerobak
Unit
150.000
f) Gunting Pangkas
Unit
50.000
g) timbangan
Unit
300.000
h) asahan arit
Unit
7.000
p) Lantai Jemur
m2
6.500
q) Terpal
Unit
125.000
75.000
84.000
325.000
Total sisa Pendapatan bersih
36.036.000 (20.570.200)
(3.746.800)
8.425.250
9.514.000
9.561.500
12.075.217
13.618.500
9.580.200
10.436.500
12.478.267
12.320.000
14.364.600
10.363.825
10.059.000
11.232.933
9.724.333
9.139.000
8.745.700
7.627.775
44.971.867
Lampiran 8. Analisis finansial usahatani Kakao di Desa Sungai Langka (df = 14%) (per ha)
Thn
Produksi
Harga
Penerimaan (Rv)
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
(2)
(3)
(4)
0 0 1550,00 1880,00 2012,50 2063,33 2025,00 1926,67 2036,67 1953,33 1916,00 2118,33 1875,00 2020,00 1933,33 1926,67 1675,00 1853,33 1690,00 1640,00 34.095
0 0 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
NPV IRR Gross B/C Net B/C Pp BEP harga BEP produksi
0 0 16.275.000 19.740.000 21.131.250 21.665.000 21.262.500 20.230.000 21.385.000 20.510.000 20.118.000 22.242.500 19.687.500 21.210.000 20.300.000 20.230.000 17.587.500 19.460.000 17.745.000 17.220.000 357.999.250 50.943.353 40,60% 2,70 11,75 3,385 3.890 12.631,47
Biaya (Ct) (5) 20.570.200 3.746.800 5.633.250 7.406.000 6.801.000 5.065.617 4.344.000 7.190.467 7.521.000 5.042.567 4.933.000 5.190.400 5.899.925 6.241.000 5.992.067 6.650.500 4.968.500 7.243.300 6.902.725 5.288.133 132.630.450
Pendapatan (4) - (5) (6) (20.570.200) (3.746.800) 10.641.750 12.334.000 14.330.250 16.599.383 16.918.500 13.039.533 13.864.000 15.467.433 15.185.000 17.052.100 13.787.575 14.969.000 14.307.933 13.579.500 12.619.000 12.216.700 10.842.275 47.967.867 261.404.800
Lampiran 9. Analisis finansial usahatani Kakao di Desa Sungai Langka (df = 14%) (per ha) Setelah terjadi penurunan produksi sebesar 26,5 %
Thn (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NPV IRR Gross B/C Net B/C Pp BEP harga BEP produksi
Produksi Turun 26.5 %
Harga
Penerimaan (Rv)
(2)
(3)
(4)
0 0 1.139 1.382 1.479 1.517 1.488 1.416 1.497 1.436 1.408 1.557 1.378 1.485 1.421 1.416 1.231 1.362 1.242 1.205 25.060
0 0 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
0 0 11.962.125 14.508.900 15.531.469 15.923.775 15.627.938 14.869.050 15.717.975 15.074.850 14.786.730 16.348.238 14.470.313 15.589.350 14.920.500 14.869.050 12.926.813 14.303.100 13.042.575 12.656.700 263.129.449 24.614.151 27,93% 1,98 7,85 4,139 5.293 12.631,47
Biaya (Ct) (5) 20.570.200 3.746.800 5.633.250 7.406.000 6.801.000 5.065.617 4.344.000 7.190.467 7.521.000 5.042.567 4.933.000 5.190.400 5.899.925 6.241.000 5.992.067 6.650.500 4.968.500 7.243.300 6.902.725 5.288.133 132.630.450
Pendapatan (4) - (5) (6) (20.570.200) (3.746.800) 6.328.875 7.102.900 8.730.469 10.858.158 11.283.938 7.678.583 8.196.975 10.032.283 9.853.730 11.157.838 8.570.388 9.348.350 8.928.433 8.218.550 7.958.313 7.059.800 6.139.850 43.404.567 166.534.999
Lampiran 10. Analisis finansial usahatani Kakao di Desa Sungai Langka (df = 14%) (per ha) Setelah terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 8.89 %
Thn
Produksi
Harga
Penerimaan (Rv)
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
(2)
(3)
(4)
NPV IRR Gross B/C Net B/C Pp BEP harga BEP produksi
0 0 1550,00 1880,00 2012,50 2063,33 2025,00 1926,67 2036,67 1953,33 1916,00 2118,33 1875,00 2020,00 1933,33 1926,67 1675,00 1853,33 1690,00 1640,00 34.095
0 0 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
0 0 16.275.000 19.740.000 21.131.250 21.665.000 21.262.500 20.230.000 21.385.000 20.510.000 20.118.000 22.242.500 19.687.500 21.210.000 20.300.000 20.230.000 17.587.500 19.460.000 17.745.000 17.220.000 357.999.250 46.406.415 36,88% 2,48 10,43 3,571 4.236 13.754,41
Biaya (Ct) Naik 8.89% (5) 22.398.891 4.079.891 6.134.046 8.064.393 7.405.609 5.515.950 4.730.182 7.829.699 8.189.617 5.490.851 5.371.544 5.651.827 6.424.428 6.795.825 6.524.761 7.241.729 5.410.200 7.887.229 7.516.377 5.758.248 144.421.297
Pendapatan (4) - (5) (6) (22.398.891) (4.079.891) 10.140.954 11.675.607 13.725.641 16.149.050 16.532.318 12.400.301 13.195.383 15.019.149 14.746.456 16.590.673 13.263.072 14.414.175 13.775.239 12.988.271 12.177.300 11.572.771 10.228.623 47.497.752 249.613.953
Lampiran 11. Analisis finansial usahatani Kakao di Desa Sungai Langka (df = 14%) (per ha) Setelah terjadi penurunan harga jual sebesar 20 %
Thn
Produksi
Harga Turun 20%
Penerimaan (Rv)
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
(2)
(3)
(4)
NPV IRR Gross B/C Net B/C Pp BEP harga BEP produksi
0 0 1550,00 1880,00 2012,50 2063,33 2025,00 1926,67 2036,67 1953,33 1916,00 2118,33 1875,00 2020,00 1933,33 1926,67 1675,00 1853,33 1690,00 1640,00 34.095
0 0 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400 8.400
0 0 13.020.000 15.792.000 16.905.000 17.332.000 17.010.000 16.184.000 17.108.000 16.408.000 16.094.400 17.794.000 15.750.000 16.968.000 16.240.000 16.184.000 14.070.000 15.568.000 14.196.000 13.776.000 286.399.400 31.072.257 31,22% 2,16 8,81 3,908 3.890 15.789,34
Biaya (Ct) (5) 20.570.200 3.746.800 5.633.250 7.406.000 6.801.000 5.065.617 4.344.000 7.190.467 7.521.000 5.042.567 4.933.000 5.190.400 5.899.925 6.241.000 5.992.067 6.650.500 4.968.500 7.243.300 6.902.725 5.288.133 132.630.450
Pendapatan (4) - (5) (6) (20.570.200) (3.746.800) 7.386.750 8.386.000 10.104.000 12.266.383 12.666.000 8.993.533 9.587.000 11.365.433 11.161.400 12.603.600 9.850.075 10.727.000 10.247.933 9.533.500 9.101.500 8.324.700 7.293.275 44.523.867 189.804.950
Lampiran 12. Tabel Perhitungan Laju Kepekaan Analisis Sensitivitas biaya produksi naik 8.89% npv y1 y0 selisih rata2
8,89% 14% 0,0511 11% 44,648318
x1 x0 selisih rata2
irr
net 10,43 11,75 1,32 11,09 11,93 0,27
gross 2,48 2,70 0,22 2,59 8,51 0,19
pp
0,37 0,41 0,04 0,39 9,59 0,21
gross 2,16 2,70 0,54 2,43 22,22 0,63
pp
0,31 0,41 0,09 0,36 26,12 0,74
net 8,81 11,75 2,94 10,28 28,65 0,81
net 7,85 11,75 3,90 9,80 39,81 0,64
gross 1,98 2,70 0,72 2,34 30,55 0,49
pp
46.406.415 50.943.353 4.536.938 50.943.353 8,91 0,20
LK
3,57 3,39 0,19 3,48 5,34 0,12
harga jual turun 20% npv y1 y0 selisih rata2
20% 14% 6% 17% 35,294118
x1 x0 selisih rata2
irr 31.072.257 50.943.353 19.871.096 41.007.805 48,46 1,37
LK
3,91 3,39 0,52 3,65 14,33 0,41
produksi turun 26.5% npv y1 y0 selisih rata2
27% 14% 13% 20% 61,728395
x1 x0 selisih rata2 LK
irr 24.614.151 50.943.353 26.329.202 37.778.752 69,69 1,13
0,28 0,41 0,13 0,34 36,97 0,60
4,14 3,39 0,75 3,76 20,03 0,32
Lampiran 13 Tabel. Indentitas Pedagang Pengumpul I (PP I) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No 1 2 3
Nama Pedagang Buniem Lasmini Juriyah
Alamat Sungai Langka Sungai Langka Sungai Langka
Umur (tahun) 60 55 58
Pendidikan SD SD SMP
Pengalaman (tahun) 18 8 10
Modal Sendiri Sendiri Sendiri dan pinjaman
Rata-rata Pembelian (Kg/Musim) 20000 15000 35000
Rata-rata Penjualan (Kg/Musim) 18000 12500 33000
Tabel. Indentitas Pedagang Pengumpul II (PP II) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No 1 2
Nama Pedagang Bambang Lukito Widiyanto
Alamat Sungai Langka Sungai Langka
Umur (tahun) 55 36
Pendidikan SMA SMA
Pengalaman (tahun) 15 3
Modal Sendiri dan pinjaman Sendiri dan pinjaman
Rata-rata Pembelian (Kg/Musim) 30000 40000
Rata-rata Penjualan (Kg/Musim) 27500 38000
Tabel. Indentitas Pedagang Besar (Ekspotir) di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No 1
Nama Pedagang Aman
Alamat Way Galih
Umur (tahun) 55
Pendidikan S1
Pengalaman (tahun) 23
Modal Sendiri dan Pinjaman
Rata-rata Pembelian (Kg/Musim) 120000
Rata-rata Penjualan (Kg/Musim) 112000
Lampiran 14 Tabel. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran I No
Nama Petani
Produksi
Harga Jual Petani - PP I
(Kg)
(Rp)
1
Jumari
1.950,00
10.100,00
2 3
Darsono Tukimin
1.820,00 1.960,00
10.100,00 10.100,00
4 5
Mujiono Sudarwanto
2.000,00 1.920,00
10.100,00 10.100,00
6 7
Andi Suratno
2.200,00 1.990,00
10.100,00 10.100,00
8 9
Rohman Misran
2.050,00 1.840,00
10.100,00 10.100,00
10 11
Koto Mansur
1.970,00 1.880,00
10.050,00 10.050,00
12 13
Prawoto Bejo S.
1.952,00 2.200,00
10.050,00 10.050,00
14 15
Nurhari Mujianto
2.130,00 2.025,00
10.050,00 10.050,00
16 17
Siswo M. Basuki
1.850,00 1.900,00
10.050,00 10.050,00
33.637,00
171.300,00
1.978,65
10.076,47
Jumlah Rata-rata
* Harga jual rata-rata petani - PP I =
Rp10.076,47
*Persentase produksi yang dijual dari petani ke PP I =
36,55%
Tabel. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran II No
Nama Petani
Produksi (Kg)
Harga Jual Petani - PP II (Rp)
1
Suyono
1.650,00
10.500,00
2 3
Purnomo Sarman
1.550,00 1.760,00
10.500,00 10.500,00
4 5
Tukijan Sarno
1.640,00 1.820,00
10.500,00 10.400,00
6 7
Jumino Sunarko
1.460,00 1.640,00
10.400,00 10.400,00
8 9
Sunoto Warsimin
1.880,00 1.925,00
10.400,00 10.400,00
10 11
Agustomo Sholikin
2.100,00 2.050,00
10.350,00 10.350,00
12 13
Budiono Suwedi
1.990,00 2.150,00
10.350,00 10.350,00
14
Suwito
2.100,00
10.350,00
Jumlah
25.715,00
145.750,00
Rata-rata
1.836,79
* Harga jual rata-rata petani - PP II = *Persentase produksi yang dijual dari petani ke PP II =
10.410,71 Rp10.410,71 27,94%
Tabel. Daftar petani yang menjual hasil panen kakao pada saluran pemasaran III No
Nama Petani
Produksi
Harga Jual Petani - PP I
(Kg)
(Rp)
1
Agus Salim
2.320,00
10.700,00
2
Bambang
1.720,00
10.700,00
3
Slamet
2.100,00
10.700,00
4
Rebo
1.980,00
10.700,00
5
Slamet
1.720,00
10.700,00
6
Jawadi
1.480,00
10.700,00
7
Suwito
2.050,00
10.700,00
8
Sukijo
2.250,00
10.650,00
9
Abdul Ghani
1.700,00
10.650,00
10
Marjoko
1.650,00
10.600,00
11
Kasdi
1.800,00
10.600,00
12
Supandi
1.780,00
10.600,00
13
Supaid
1.980,00
10.650,00
14
M. Amin
1.700,00
10.650,00
15
1.680,00
10.600,00
16
Slamet Riyadi Budi M.
1.500,00
10.600,00
17
Kamijan
1.600,00
10.600,00
18
Sarino
1.680,00
10.600,00
Jumlah
32.690,00
191.700,00
1.816,11
10.650,00
Rata-rata
* Harga jual rata-rata petani - PP I = *Persentase produksi yang dijual dari petani ke PP I =
Rp10.650,00 35,52%
Lampiran 15 Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang pengumpul I (PP I) No
Nama Pedagang
Harga Beli PP I (Rp)
1 2
Buniem 10100 Lasmini 10050 Jumlah 20150,00 Rata-rata 10075,00 * Harga jual rata-rata PP I = Rp 11.950
Penyortiran (Rp/Kg) 0 0 0,00 0,00
Penjemuran (Rp/Kg) 150 150 300,00 150,00
Biaya Pemasaran Pengarungan Transportasi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 50 200 50 150 100,00 350,00 50,00 175,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 0 0 0,00 0,00
Harga Jual PP I (Rp) 12000 11900 23900,00 11950,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang pengumpul II (PP II) No
Nama Pedagang
Harga Beli PP II (Rp)
1
Bambang Lukito 10410,71 Jumlah 10410,71 Rata-rata 10410,71 * Harga jual rata-rata PP II = Rp 18000
Penyortiran (Rp/Kg) 350,00 350,00 350,00
Penjemuran (Rp/Kg) 300,00 300,00 300,00
Biaya Pemasaran Pengarungan Transportasi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 300,00 60,00 300,00 60,00 300,00 60,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 100,00 100,00 100,00
Biaya Pemasaran Penyusutan (Rp/Kg) 50 50,00 50,00
Transportasi (Rp/Kg) 550 550,00 550,00
Harga Jual PP II (Rp) 18000,00 18000,00 18000,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang pengumpul I (PP I) No
1
Nama Pedagang
Harga Beli PP I (Rp)
Juriyah 10650 Jumlah 10650,00 Rata-rata 10650,00 * Harga jual rata-rata PP II = Rp 17.000
Penyortiran (Rp/Kg) 350 350,00 350,00
Penjemuran (Rp/Kg) 300 300,00 300,00
Pengarungan (Rp/Kg) 250 250,00 250,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 150 150,00 150,00
Harga Jual PP II (Rp) 17000 17000,00 17000,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang pengumpul II (PP II) No
Nama Pedagang
Harga Beli PP II (Rp)
1
Widiyanto 11950 Jumlah 11950,00 Rata-rata 11950,00 * Harga jual rata-rata PP II = Rp 18.500
Penjemuran (Rp/Kg) 350,00 350,00 350,00
Biaya Pemasaran Penyusutan Transportasi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 250,00 600,00 250,00 600,00 250,00 600,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 100,00 100,00 100,00
Biaya Pemasaran Pengayakan Transportasi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 100,00 300,00 100,00 300,00 100,00 300,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 250,00 250,00 250,00
Harga Jual PP II (Rp) 18500 18500,00 18500,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang Besar (Eksportir) No
Nama Pedagang
Harga Beli PB (Rp)
1
Aman 18000,00 Jumlah 18000,00 Rata-rata 18000,00 * Harga jual rata-rata PP II = Rp 21.200
Oven (Rp/Kg) 100,00 100,00 100,00
Harga Jual PB (Rp) 21200,00 21200,00 21200,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang Besar (Eksportir) No
Nama Pedagang 1
Aman Jumlah Rata-rata * Harga jual rata-rata PP II = Rp 21.200
Harga Beli PB (Rp) 17000,00 17000,00 17000,00
Oven (Rp/Kg) 150,00 150,00 150,00
Biaya Pemasaran Pengayakan Transportasi (Rp/Kg) (Rp/Kg) 120,00 300,00 120,00 300,00 120,00 300,00
Bongkar Muat (Rp/Kg) 250,00 250,00 250,00
Harga Jual PB (Rp) 21500,00 21500,00 21500,00
Biaya pemasaran dan harga jual kakao pedagang Besar (Eksportir) No
1
Nama
Harga Beli PB
Pedagang
(Rp)
Biaya Pemasaran
Harga Jual PB
Oven
Pengayakan
Transportasi
Bongkar Muat
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
(Rp)
Aman
18500,00
75,00
90,00
300,00
250,00
21200,00
Jumlah
18500,00
75,00
90,00
300,00
250,00
21200,00
Rata-rata
18500,00
75,00
90,00
300,00
250,00
21200,00
* Harga jual rata-rata PP II = Rp 21.200
Lampiran 16 Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran I di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No 1 2
3
4
5
Uraian Harga jual petani Harga jual PP I a. Biaya : Penyortiran Penjemuran Pengarungan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM Harga jual PP II a. Biaya : Penjemuran Penyusutan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM Harga jual PB a. Biaya : Penjemuran Pengayakan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM Harga beli Importir
Satuan Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg
Nilai 10.075,00 11.950,00 375,00 0,00 150,00 50,00 175,00 0,00 1.875,00 1.500,00 18.500,00 1.300,00 350,00 250,00 600,00 100,00 6.550,00 5.250,00 21.200,00 715,00 75,00 90,00 300,00 250,00 2.700,00 1.985,00 21.200,00
Share (%) 47,52 56,37 1,77 0,00 0,71 0,24 0,83 0,00 8,84 7,08 87,26 6,13 1,65 1,18 2,83 0,47 30,90 24,76 100,00 3,37 0,35 0,42 1,42 1,18 12,74 9,36 100,00
RPM
0,80
0,80
0,74
Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran II di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010 No 1 2
3
4
Uraian Harga jual petani Harga jual PP II a. Biaya : Penyortiran Penjemuran Pengarungan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM Harga jual PB a. Biaya : Penjemuran Pengayakan Transportasi Bongkar muat b. Marjin pemasaran c. Profit marjin d. RPM Harga beli Importir
Satuan Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg % Rp/Kg
Nilai 10.410,71 18.000,00 1.110,00 350,00 300,00 300,00 60,00 100,00 7.589,29 6.479,29 21.200,00 75,00 10,00 10,00 30,00 25,00 3.200,00 3.125,00 21.200,00
Share (%) 49,11 84,91 5,24 1,65 1,42 1,42 0,28 0,47 35,80 30,56 100,00 0,35 0,05 0,05 0,14 0,12 15,09 14,74 100,00
RPM
0,85
0,98
Tabel. Analisis margin pemasaran kakao pada saluran pemasaran III di Desa Sungai Langka Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, tahun 2010
No
Uraian
Satuan
Nilai
Share (%)
RPM
1
Harga jual petani
Rp/Kg
10.650,00
49,53
2
Harga jual PP I
Rp/Kg
17.000,00
79,07
a. Biaya :
Rp/Kg
1.650,00
7,67
Penyortiran
Rp/Kg
350,00
1,63
Penjemuran
Rp/Kg
300,00
1,40
Pengarungan
Rp/Kg
250,00
1,16
Penyusutan
Rp/Kg
50,00
0,23
Transportasi
Rp/Kg
550,00
2,56
Bongkar muat
Rp/Kg
150,00
0,70
b. Marjin pemasaran
Rp/Kg
6.350,00
29,53
c. Profit marjin
Rp/Kg
4.700,00
21,86
d. RPM 4
-
-
Harga jual PB
Rp/Kg
21.500,00
100,00
a. Biaya :
Rp/Kg
820,00
3,81
Penjemuran
Rp/Kg
150,00
0,70
Pengayakan
Rp/Kg
120,00
0,56
Transportasi
Rp/Kg
300,00
1,40
Bongkar muat
Rp/Kg
250,00
1,16
b. Marjin pemasaran
Rp/Kg
4.500,00
20,93
c. Profit marjin
Rp/Kg
3.680,00
17,12
-
-
21.500,00
100,00
d. RPM 3
Harga beli Importir
%
% Rp/Kg
0,74
0,82
Lampiran 17. Daftar Harga di Tingkat Produsen dan Konsumen Akhir no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 ratarata dimana : Ket b Pf Pr Et
pf 10100 10100 10100 10100 10100 10100 10100 10100 10100 10050 10050 10050 10050 10050 10050 10050 10050 10500 10500 10500 10500 10400 10400 10400 10400 10400 10350 10350 10350 10350 10350 10700 10700 10700 10700 10700 10700 10700 10650 10650 10600 10600 10600 10650 10650 10600 10600 10600 10600
pr 21150 20800 20500 21300 21400 21350 21900 21200 21400 21200 21050 21100 21150 21250 21200 21250 21200 21300 21150 21400 21100 20900 21000 21250 21350 21200 21250 21350 21250 21150 21150 21450 21300 21600 21750 21450 21500 21600 21350 21450 21500 21400 21550 21350 21550 21600 21450 21400 21750
10383
21310
Nilai 0,514 10383 21310 1,054975528
Maka Nilai Et = 1,05
Regresi Harga Kakao di Tingkat Petani dan Konsumen Akhir
Descriptive Statistics Mean Harga Di Tingkat Petani Harga di Tingkat Konsumen Akhir
Std. Deviation
1.0383E4 2.1310E4
N
249.48927 243.45165
49 49
Correlations Harga Di Tingkat Petani Pearson Correlation
Harga Di Tingkat Petani
1.000
.501
.501
1.000
.
.000
Harga di Tingkat Konsumen Akhir Sig. (1-tailed)
Harga Di Tingkat Petani Harga di Tingkat Konsumen Akhir
N
.000
.
Harga Di Tingkat Petani
49
49
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
49
49
Variables Entered/Removed Model
Variables Entered
1
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
b
Variables Removed
Harga di Tingkat a Konsumen Akhir
Method . Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
b
Model Summary
Change Statistics Model
R
1
.501
R Square a
.251
Adjusted R Square
Std. Error of the R Square Estimate Change F Change
.235
218.17809
a. Predictors: (Constant), Harga di Tingkat Konsumen Akhir b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
.251
15.766
df1
df2 1
47
Sig. F Change .000
DurbinWatson .407
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
F
750476.094
1
750476.094
Residual
2237279.008
47
47601.681
Total
2987755.102
48
Sig.
15.766
.000
a
a. Predictors: (Constant), Harga di Tingkat Konsumen Akhir b. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-562.522
2756.723
.514
.129
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
Beta
95% Confidence Interval for B t
.501
Sig.
Lower Bound
-.204
.839 -6108.333
3.971
.000
.253
a. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
Coefficient Correlations
a
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
Model 1
Correlations
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
1.000
Covariances
Harga di Tingkat Konsumen Akhir
.017
a. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
Residuals Statistics Minimum Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual
9.9665E3 -5.85579E2 -3.328 -2.684
Maximum 1.0686E4 3.22588E2 2.423 1.479
a. Dependent Variable: Harga Di Tingkat Petani
a
Mean 1.0383E4 .00000 .000 .000
Std. Deviation 125.03967 215.89344 1.000 .990
N 49 49 49 49
Upper Bound 4983.290 .774