ANALISIS KELAYAKAN BISNIS USAHA KEDAI KOPI MOBILE DI WILAYAH KOTA BOGOR
Oleh GALUH GUMELAR ALHUSNA H 24076048
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN GALUH GUMELAR ALHUSNA. H 24076048. Analisis Kelayakan Bisnis Usaha Kedai Kopi Mobile Di Wilayah Kota Bogor di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. Perkembangan kafe dan rumah makan sekarang ini di Indonesia khususnya dikota-kota besar seperti Bogor semakin berkembang dengan pesat. Pada saat ini, produsen kopi terus mengembangkan produksinya, mulai dari hanya menjual kopi bubuk, kemudian menjual kopi instan, lalu menciptakan kopi dalam kemasan, hingga muncul kedai-kedai kopi yang menyediakan kopi siap saji. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha kedai kopi yang mobile dilihat dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial, serta aspek keuangan, (2) melakukan analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kepekaan kelayakan pengembangan usaha terhadap perubahan beberapa parameter penting. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan November 2010. Penelitian ini menggunakan analisis non finansial, yaitu aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial serta melalui analisis finansial dengan menggunakan Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Net B/C, Break Event Point (BEP) dan Payback Period (PP). Modal yang digunakan dalam usaha ini adalah penggabungan modal sendiri sebesar empat puluh persen dan modal pinjaman sebesar enam persen. Hasil yang diperoleh dari analisis finansial yang dilakukan menunjukkan nilai NPV positif Rp 215.185.000, nilai IRR 38%, nilai Net B/C adalah 2,21, nilai PBP yang diperoleh adalah 3,7 tahun dan nilai BEP diperoleh 6,7 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah usaha kedai kopi yang mobile atau ‘Mobile Cafe’ layak untuk dijalankan dan dikembangkan, karena telah memenuhi kriteria kelayakan dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial dan aspek finansial.
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS USAHA KEDAI KOPI MOBILE DI WILAYAH KOTA BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh : GALUH GUMELAR ALHUSNA H 24076048
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi
: ANALISIS KELAYAKAN BISNIS USAHA KEDAI KOPI MOBILE DI WILAYAH KOTA BOGOR
Nama
: Galuh Gumelar Alhusna
NIM
: H 24076048
Menyetujui Pembimbing,
(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, MSc) NIP : 194912101978031002
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 28 April 1986. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Djadja Alhusna dan Iis Isyati SPd. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya di Sekolah Dasar Negeri Cinta Ratu 1, Parigi, Ciamis, Jawa Barat, pada tahun 1992-1998. Pada tahun 1998-2001 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Parigi, Ciamis, Jawa Barat. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Ciamis, Jawa Barat. Penulis melanjutkan pendidikan Diploma III pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Produksi Benih Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 - sekarang penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif pada beberapa kegiatan organisasi kemahasiswaan. Kegiatan organisasi yang diikuti adalah UKM FUTSAL IPB dan aktif sebagai pemain, dan pengurus, serta menjadi pemain dan pelatih dari tahun 2010 sampai sekarang.
KATA PENGANTAR Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile di Wilayah Kota Bogor. Penyusunan skripsi telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moral maupun materi. Oleh karena itu, penulis banyak berterima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada penulis.
2.
Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Hardiana Widyastuti, S.Hut., MM selaku dosen penguji dan telah memberikan saran serta kritik yang membangun kepada penulis.
3.
Ibunda Iis Isyati dan ayahanda Djadja Alhusna. Terima kasih yang begitu luar biasa atas perhatian, dukungan dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4.
Seluruh keluarga yang sudah memberikan dorongan dan motivasi yang tiada henti kepada penulis.
5.
Seluruh Staf Ekstensi Manajemen yang telah membantu penulis selama menjalankan kegiatan perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.
6.
Lina Zahira yang selalu memberi semangat dan motivasi, serta cinta kepada penulis.
7.
Seluruh teman-teman dari Ekstensi Manajemen yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.
8.
Seluruh teman-teman Futsal IPB yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Kalian dan Futsal IPB telah memberikan pengalaman hidup yang luar biasa.
9.
Semua pihak yang pernah bekerjasama dengan penulis baik dalam kegiatan perkuliahan maupun kegiatan organisasi yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih banyak atas kerjasamanya dan mohon maaf apabila ada kesalahan.
10.
Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan semua pihak yang pernah mewarnai kehidupan penulis. Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya. Penulis selalu berusaha agar skripsi ini disusun dengan sebaik mungkin.
Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan yang bersifat membangun dalam penulisan ini sangat diharapkan. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR........................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x I. PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
Latar Belakang ............................................................................................ 1 Perumusan Masalah .................................................................................... 3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.
Pengertian Studi Kelayakan Bisnis ............................................................. 5 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ................................................................. 5 Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis ....................................................... 6 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 11
III. METODE PENELITIAN 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5.
Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................. 13 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 13 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 13 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 15 Asumsi Dasar ............................................................................................ 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha .................................................. 19 4.1.1. Aspek Pasar ................................................................................. 19 4.1.2. Aspek Teknis ............................................................................... 23 4.1.3. Aspek Manajemen ....................................................................... 26 4.1.4. Aspek Sosial ................................................................................ 29 4.1.5. Aspek Finansial ........................................................................... 29 4.2. Analisis Sensitivitas .................................................................................. 35
KESIMPULAN DAN SARAN 1. 2.
Kesimpulan .............................................................................................. 37 Saran .......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 38 LAMPIRAN .......................................................................................................... 41 ISTILAH
.......................................................................................................... 72
DAFTAR TABEL No. 1. 2. 3. 4. 5.
Halaman Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor .............................2 Divisi dan Jumlah Karyawan Kedai Kopi Mobile ...........................................27 Biaya Tetap ......................................................................................................31 Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile .............................33 Hasil Analisis Sensitivitas ................................................................................35
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian .........................................................14 2. Tata Letak Tampak dari Atas ..........................................................................25 3. Contoh Model Mobile Cafe .............................................................................26
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Contoh Model Mobile Cafe yang Akan Dibuat ...............................................41 2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Satu Unit Usaha .............................................42 3. Rencana Kebutuhan Modal Investasi Untuk 1 Unit Usaha ..............................43 4. Rencana Kebutuhan Fisik Pendirian Usaha Kedai Kopi yang Mobile ...........45 5. Daftar Indeks Harga Untuk Pendirian Usaha Pada Tahun 2010 .....................47 6. Rencana Kebutuhan Dana Dalam Pendirian Usaha ........................................49 7. Perhitungan Biaya Penyusutan Asset ..............................................................51 8. Permodalan dan Rencana Penerimaan ............................................................52 9. Bunga Bank dan Pengembalian Pinjaman Pokok ...........................................53 10. Rekapitulasi Biaya Operasional ......................................................................54 11. Penentuan Harga dan Biaya Prouksi ...............................................................56 12. Perhitungan Net Present Value (NPV) ............................................................57 13. Perhitungan IRR dan Net B/C .........................................................................58 14. perhitungan BEP dan PBP ..............................................................................59 15. Rekapitulasi Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi Mobile ................61 16. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 8% .62 17. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 8% ...............63 18. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 11% 64 19. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 11% .............65 20. Perhitungan Net Present Value (NPV) Harga Bahan Baku Naik 14% ..........66 21. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 14% ...........67 22. Perhitungan Net Present Value (NPV) Ketika Harga Bahan Baku Naik 17% 68 23. Perhitungan IRR dan Net B/C Ketika Harga Bahan Baku Naik 17% .............69 24. Alur Pikir Penelitian ........................................................................................70
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi suatu sektor yang diandalkan sebagai penghasil devisa negara serta berperan dalam menunjang laju perkembangan pembangunan negara, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui sektor pariwisata, dapat memberdayakan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan negara dan membuka lapangan pekerjaan masyarakat Indonesia. Kepariwisataan yang berkembang bukan hanya dalam objek wisata saja akan tetapi juga tempat makanan, restoran, kafe dan oleh-oleh khas Kota Bogor. Jenis usaha ini yang paling banyak digemari oleh para wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Pada tahun 2005 jumlah kunjungan untuk wisatawan lokal atau nusantara sebesar 173,139 orang dan 13,330 orang untuk wisatawan mancanegara, tetapi pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang sangat besar, dimana jumlah kunjungan untuk wisatawan nusantara mencapai 1,205,628 orang dan untuk wisatawan mancanegara mencapai 104,076 orang. Sedangkan untuk jenis usaha objek wisata cenderung mengalami kenaikan dan penurunan di setiap tahunnya. Pada tahun 2005 total jumlah kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara sebesar 1,371,585 orang, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2006 menjadi sebesar 1,267,571 orang, dan mengalami kenaikan pada tahun 2007 menjadi sebesar 1,388,833 orang, kemudian turun lagi pada tahun 2008 hingga sebesar 1,204,487 orang, hingga mengalami kenaikan kembali pada tahun 2009 hingga sebesar 1,566,856 orang. Adapun rata-rata peningkatan jumlah wisatawan dari tahun 2005-2009 untuk jenis usaha objek wisata dan akomodasi adalah sebesar 299,040 orang untuk wisata nusantara dan 30,587 orang untuk wisatawan mancanegara. Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor No 1
Wisatawan
2005
2006
2007
2008
2009
1,360,374
1,267,839
1,370,119
1,163,110
1,524,004
11,211
13,732
18,714
41,377
42,812
1,371,585
1,267,571
1,388,833
1,204,487
1,566,856
Nusantara
173,139
539,276
716,807
1,086,374
1,205,628
Mancanegara
13,330
36,144
31,443
102,737
104,076
Jumlah
186,469
575,420
748,250
1,189,111
1,309,704
1,533,513
1,807,115
2,086,926
2,249,484
2,729,672
24,541
49,876
50,157
144,114
146,888
Obyek
Nusantara
Wisata
Mancanegara Jumlah
2
Akomodasi
Nusantara
Jumlah
Perkembangan Per Tahun
Jenis
Jenis Usaha
Mancanegara Rata-rata peningkatan jumlah wisatawan 2009
Nusantara
299,040
Mancanegara
30,587
2005-
Sumber : Buku Pariwisata Kota Bogor. Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kota Bogor.2010 Kota Bogor merupakan salah satu kota yang berpotensi untuk pengembangan pariwisata, dimana sudah terbentuknya berbagai tempat pariwisata, dan dekat dengan ibu kota negara Indonesia. Salah satu tempat pendukung bagi wisatawan adalah terdapatnya tempat penginapan, restoran, dan kafe. Perkembangan kafe dan rumah makan sekarang ini di Indonesia khususnya di kota-kota besar seperti Bogor semakin berkembang dengan pesat. Banyak kafe dengan berbagai macam konsep atau ide-ide ditawarkan untuk memikat pelanggan, baik dari kalangan muda maupun kalangan orang tua dari segi ekonomi menengah keatas. Kafe yang sudah lama berdiri maupun kafe yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para konsumen. Kondisi tersebut akan menimbulkan persaingan antar kafe yang semakin ketat untuk menarik pembeli sebanyak-banyaknya agar datang mengunjungi serta menikmati apa yang telah disediakan. Jumlah kafe yang
ada di kota Bogor sekarang ini berjumlah 88 kafe, data yang diambil dari kantor BPS yang bersumber dari Buku Pariwisata Kota Bogor (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bogor.2010). Semua tempat kafe tersebut bersifat permanen atau menetap, oleh karena itulah penulis berpikir untuk membuat suatu usaha kafe namun memiliki konsep yang dapat berpindahpindah tempat atau mobile cafe. Usaha ini belum ada di Kota Bogor dan usaha ini belum berjalan sehingga untuk menjalankan usaha ini perlu diadakan suatu analisis kelayakan bisnis. Dalam suatu usaha baik dalam skala kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha. Studi kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran mengenai layak atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan. 1.2. Perumusan Masalah Melihat akan peluang usaha yang ada, sehingga perlu diadakannya analisis kelayakan bisnis, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah kelayakan dari usaha penjualan kedai kopi yang mobile (Mobile Cafe) berjalan jika dilihat dari aspek finansial (keuangan) dan non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, dan aspek sosial. 2. Bagaimana sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi ? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan Masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kelayakan usaha kedai kopi yang mobile dilihat dari aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek sosial, serta aspek keuangan. 2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat tingkat kepekaan kelayakan pengembangan usaha terhadap perubahan beberapa parameter penting
dan
merekomendasikan
langkah-langkah
implementasi,
berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha kedai kopi mobile.
1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari studi kelayakan usaha yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai prospek dan kelayakan usaha kedai kopi mobile sekaligus memberikan gambaran bagi investor untuk melakukan investasi pada usaha ini. 2. Bagi calon pemilik usaha, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang usaha ini. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor dengan menganalisis kelayakan usaha kedai kopi mobile berdasarkan: 1. Aspek finansial (keuangan), menganalisis usaha berdasarkan parameter Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Net B/C (Net benefit/cost), Break Event Point (BEP), dan Payback Period (PP). 2. Aspek non finansial aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, dan aspek sosial. 3. Analisis sensitivitas yang akan mengkaji kelayakan usaha apabila terjadi perubahan-perubahan seperti kenaikan harga bahan baku.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis. Keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan menurut Kadariah, Kahlien dan Clive (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007) adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai melalui investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang tidak menguntungkan; (3) Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang paling menguntungkan; (4) Menentukan prioritas investasi. 2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah : a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung terhadap keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya. b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki perusahaan. c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan, berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana pendanaan dari investor dan kreditor.
d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis yang memperhatikan
dan
membantu
kebijakan
pemerintah
akan
diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan keringanan lain. e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional. 2.3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum aspekaspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi (1) aspek pasar, (2) aspek teknis, (3) finansial, (4) manajemen, (5) hukum, (6) ekonomi, dan (6) sosial. Meskipun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu ditentukan kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan. Berikut ini adalah rincian keenam aspek tersebut. 2.3.1. Aspek Pasar Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Aspek pasar mempelajari tentang : 1. Permintaan Permintaan
adalah
kegiatan
yang
didukung
oleh
kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain harga barang itu
sendiri, harga barang lain baik sebagai substitusi maupun komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk mendapatkan barang dan jasa yang ditawarkan. 2. Penawaran Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah harga barang dan jasa itu sendiri, harga barang lain, teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses. 3. Pemasaran Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi), dan promotion (promosi) : a. Produk Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan
perhatian,
untuk
dibeli,
digunakan,
dikonsumsi, dan dapat memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. b. Harga Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh pelanggan atas suatu produk tertentu. Dalam kebijakan harga, manajemen harus menentukan harga dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai dengan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan. c. Tempat Tempat diartikan sebagai distribusi. Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu tersedia untuk konsumen sasaran. Sedangkan saluran distribusi adalah seperangkat
lembaga yang melakukan semua kegiatan untuk meyalurkan produk dan status kepemilikan dari titik produksi sampai titik konsumsi. d. Promosi Promosi
meliputi
semua
kegiatan
yang
dilakukan
perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya ke pasar sasaran. 2.3.2. Aspek Teknis Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi peroyek, jenis mesin, atau peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak, dan pemilihan teknologi yang paling menguntungkan. 2.3.3. Aspek Manajemen Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk memperoleh
gambaran
mengenai
kemampuan
staf
dalam
melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi, dan deskripsi tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999). Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja, siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi, serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut Suryana (2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain secara profesional. 2.3.4. Aspek Sosial Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah menjadi
semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi, penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat, dan lainnya. 2.3.5. Aspek Finansial Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari pula mengenai struktur pembiayaan yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang berkepentingan. Analisis
finansial
adalah
suatu
analisis
yang
membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial berkaitan dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang akan dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis finansial meliputi : 1. Net Present Value (NPV) NPV suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Dalam menghitung NPV, perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Kriteria kelayakan investasi berdasarkan NPV yaitu : • NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. • NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak dilaksanakan.
• NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal, dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value (PV) dari benefit yang positif dengan PV dari benefit yang negatif. Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah : • Net B/C > 1, maka NPV > 0. proyek menguntungkan. • Net B/C < 1, maka NPV < 0. proyek merugikan. • Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak rugi. 3. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0. Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rataan
keuntungan
internal tahunan bagi
perusahaan
yang
melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Period PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu
proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain (Husnan dan Muhammad, 2000). 5. BEP atau Titik Impas Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997). 6. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis suatu usaha jika terjadi kesalahan atau perubahan
pada
perhitungan
biaya
dan
penjualan.
Setiap
kemungkinan yang terjadi dilihat pengaruhnya terhadap usaha. Implikasi dari kondisi tersebut harus diadakan analisis kembali untuk berbagai kemungkinan yang terjadi pada kondisi riil. Analisis usaha umumnya berdasarkan pada nilai dari perkiraanperkiraan yang dapat terjadi pada masa mendatang (Sutojo, 1983). 2.4. Penelitian Terdahulu Ragel Reakara (2009) meneliti Analisis Kelayakan Pengusahaan Restoran Soto Kudus di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kelayakan usaha Restoran Soto Kudus melalui aspek pasar, teknis dan produksi, manajerial, sosial, dan finansial, (2) menganalisis tingkat kepekaan kelayakan investasi Restoran Soto Kudus. Penelitian ini menggunakan dua scenario, yaitu skenario 1 menggunakan jasa penyewaan kendaraan operasional, sedangkan skenario 2 melakukan investasi pembelian kendaraan operasional. Analisis ini mmenggunakan umur proyek selama 5 tahun. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak dengan menggunakan skenario 1 ataupun dengan skenario 2, akan tetapi skenario 1 lebih memberikan nilai keuntungan yang lebih besar apabila dibandingkan dengan skenario 2. Menurut Putri (2009), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif dinyatakan
layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek finansial, pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net B/C Rasio 1,30 (Net B/C Ratio >1). IRR 24% dan masa pengembalian selama 2 tahun 3 bulan 18 hari. Analisis switching value penurunan pendapatan sampai dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%. Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan konsentrat. Kemudian analisis switching value, yaitu penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10%.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis kelayakan bisnis merupakan suatu hal yang penting bagi seseorang ataupun organisasi yang akan menjalankan atau sedang menjalankan suatu usaha. Dalam studi kelayakan bisnis ini merupakan sebuah perencanaan bisnis yang merupakan rencana menuju suatu usaha yang mapan dari berbagai aspek. Maka dari itu diperlukan analisis kelayakan usaha yang meliputi aspek pasar, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek teknis, serta aspek keuangan diperlukan untuk menilai kelayakan atas usaha yang akan dijalankan. Dalam aspek keuangan akan dilakukan penilaian akan kelayakan usaha berdasarkan Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Gross B/C dan Net B/C, dan Payback Period (PP).Selain itu, akan dilakukan juga analisis sensitivitas. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kota Bogor, Selama tiga bulan, di mulai pada bulan September hingga bulan November 2010. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yang diklasifikasi lagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data primer adalah data yang belum tersedia, sehingga untuk mendapatkannya, data harus diperoleh dari sumber aslinya (Simamora, 2004). Data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau sudah dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya (Simamora, 2004). Data sekunder bersumber dari beberapa instansi terkait, studi pustaka, dan internet.
Rencana Pendirian Usaha Kedai Kopi yang Mobile
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Aspek
Analisis Aspek Non
Finansial (Keuangan)
Finansial
• IRR (Internal Rate of Return) • NPV (Net Present Value) • PP (Payback Period) • B/C Ratio (Net B/C dan Gross B/C)
• Aspek Pasar
Analisis Sensitivitas • Aspek Manajemen
• Aspek Teknis
• Aspek Sosial
Tidak
Memenuhi Nilai Kriteria Kelayakan Usaha atau Tidak
Ya
Usaha dilakukan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Tahapan Penelitian
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007. Analisis Data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis aspek pasar, aspek hukum, aspek manajemen, aspek teknis/operasi, dan aspek ekonomi dan sosial, dimana analisis akan disesuaikan dengan teori yang ada. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan yang terdiri dari berbagai kriteria investasi seperti Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV), Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio), yang terdiri dari Gross B/C dan Net B/C, dan Payback Period (PP). 3.4.1. Aspek Pasar Dan Pemasaran Strategi pemasaran yang dikaji dan diteliti dalam analisis kelayakan ini mencakup aspek peluang pasar dan kebijakan bauran pemasaran (product, price, place, dan promotion. 3.4.2. Aspek teknis Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis, meliputi :
fasilitas dan
peralatan, kebutuhan fisik, dan rancang model bangunan. 3.4.3. Aspek Manajemen Aspek ini dilakukan untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan operasional usaha kedai kopi yang mobile. Jika fungsi manajemen dapat diterapkan, maka usaha dinilai layak dari aspek manajemen operasional. 3.4.4. Aspek Sosial Suatu
Proyek
harus
tanggap
terhadap
keadaan
sosial
masyarakat, seperti penciptaan lapangan kerja. Selain itu, apakah proyek dapat diterima oleh masyarakat sekitar. 3.4.5. Aspek Keuangan Dalam pengkajian aspek finansial (Keuangan) diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Setelah diketahui jumlah dana yang di butuhkan kemudian dipelajari dari mana kemungkinan dana tersebut
diperoleh. Kemudian mencari jawaban apakah penghasilan yang diperoleh selama masa kehidupan bisnis dapat memberikan keuntungan yang memadai kepada perusahaan dan pemilik bisnis (Rita, Tintin, Arif, 2009). Jadi dalam aspek ini akan dilakukan analisis kelayakan berdasarkan masing-masing kriteria investasi tersebut. 1. Net Present Value (NPV) n
NPV = ∑ t =1
Bt − Ct (1 + i)
….…...........…………………(1)
Dimana : Bt
=
Manfaat pada tahun t (Rp)
Ct
=
Biaya pada tahun t (Rp)
n
=
Umur proyek (Tahun)
I
=
Discount rate (%)
2. Internal Rate of Return (IRR)
IRR = i1 +
NPV1 x (i2 − i1 ) NPV1 − NPV 2
…........…………(2)
Dimana : I1
= Nilai diskonto pada saat NPV1 (%)
I2
= Nilai diskonto pada saat NPV2 (%)
NPV1
= Nilai NPV positif (Rp)
NPV2
= Nilai NPV negatif (Rp)
3. Payback Period (PP)
PP =
Nilai Investasi x 1 Tahun ……......….….(3) Kas Masuk Bersih
4. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) n
Gross B / C =
Bt
∑ (1 + t )
t
t =0 n
…........………………….(4)
Ct ∑ t t =0 (1 + t )
Dimana : Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n
= Umur proyek (tahun)
i
= Discount rate (%)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) n
B/C =
Net
Bt − Ct
∑ (1 + i) t =0 n
t
………….……………….(5)
Bt − Ct
∑ (1 + i)
t
t =0
Dimana : Bt
= Penerimaan pada tahun ke-t (Rp)
Ct
= Biaya pada tahun ke-t (Rp)
n
= Umur proyek (tahun)
i
= Discount rate (%)
5. BEP atau Titik Impas
BEP=
Biaya Tetap ..............................(6) H arga − Biaya Variabel
3.5. Asumsi Dasar Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tempat yang digunakan adalah sebuah mobil yang sudah dimodifikasi. Pada awal proyek maka biaya tersebut dimasukan kedalam biaya investasi. 2. Umur proyek selama sepuluh tahun, hal ini berdasarkan perkiraan umur mobil yang akan digunakan. 3. Penentuan harga menggunakan harga yang berlaku yang periode pengambilan data yaitu pada bulan Oktober 2010, dan mengalami kenaikan sebesar 5% sesuai rata-rata inflasi yang terjadi di Indonesia. 4. Perhitungan pajak dilakukan melalui analisis laba rugi berdasarkan undangundang No. 17 tahun 2000. Apabila laba bersih 0 - 50 juta rupiah maka besarnya pajak yang harus dibayarkan sebesar sepuluh persen dari laba bersih. Bila laba bersih di antara 50 - 100 juta rupiah maka pajak yang dibayarkan sejumlah 50 juta rupiah dikalikan lima belas persen ditambah dengan sisa laba yang dicatatkan dikalikan sebesar tiga puluh persen. 5. Sumber modal yang digunakan adalah empat persen modal sendiri dan enam persen modal pinjaman. 6. Analisis kelayakan finansial diproyeksikan dengan jangka waktu sepuluh tahun mulai tahun 2011 – 2021. 7. Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan. 8. Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada periode ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai. 9. Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 14% sesuai dengan suku bunga kredit tahun 2010.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aspek-Aspek Analisis Kelayakan Usaha Aspek-aspek analisis kelayakan usaha yang dibahas meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek finansial. Variabel-variabel yang dibahas pada setiap aspek disesuaikan dengan kondisi usaha yang dijalankan. Penjelasan pada setiap aspek adalah sebagai berikut: 4.1.1. Aspek Pasar 4.1.1. Kebijakan Bauran pemasaran Menurut Umar (2003), manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing-mix). Bauran pemasaran ini terdiri empat komponen, yaitu produk, harga, tempat, dan promosi. Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masing-masing komponen. a) Produk (Product) Kedai kopi yang Mobile menyediakan berbagai menu yang akan disajikan. Produk yang akan ditawarkan adalah berupa minuman seperti kopi, susu, dan teh, sedangkan untuk makanannya adalah roti bakar, pisang bakar, mie, dan mie telor. Minuman kopi dan minuman susu dibuat dari kopi sachet dan susu sachet yang diseduh dengan air panas kemudian langsung disajikan. Sedangkan untuk minuman teh dibuat dari teh celup dan gula kemudian diseduh dengan air panas. Pembuatan makanan roti bakar diperlukan bahan-bahan seperti mentega, meses, susu kental, roti, dan keju. Sedangkan untuk membuat pisang bakar diperlukan bahan-bahan seperti pisang, mentega, meses, susu kental, dan keju. Sedangkan makanan lainnya adalah mie tanpa telor dan mie dengan telor.
b) Harga (Price) Harga merupakan suatu standar nominal yang ditetapkan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan untuk dijual. Strategi harga berpengaruh terhadap jumlah hasil penjualan dan tingkat keuntungan yang dapat diterima perusahaan. Harga yang ditawarkan untuk minuman kopi sebesar Rp 4.500,- per gelas, minuman susu sebesar Rp 5.500,- per gelas, dan untuk minuman teh sebesar Rp 4.000,- per gelas. Kemudian untuk makanan roti bakar dan pisang bakar ditawarkan dengan harga yang sama yaitu Rp 5.000,- per porsi, untuk makanan mie rebus ditawarkan dengan harga Rp 5.000,- per porsi dan untuk makanan mie telor rebus ditawarkan dengan harga Rp 6.500,- per porsi. Perhitungan biaya produksi dapat dilihat pada lampiran 11. c) Tempat (Place) Dalam hal ini kedai kopi yang mobile atau mobile café memilih tempat yang menjadi target pasar di sekitar kota Bogor, maka pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting sehingga perlu
memperhatikan
berbagai
faktor.
Faktor-faktor
yang
menentukan dalam pemilihan lokasi adalah mudah dijangkau, gampang dilihat konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk. Lokasi tersebut seperti Taman peranginan, Air mancur, GOR Pajajaran, Bogor Permai, Sempur, dan Taman Kencana. d) Promosi (Promotion) Kedai kopi yang mobile dapat dikatakan sukses melakukan usaha ini jika perencanaan yang di buat di dukung dengan strategi promosi yang tepat, strategi promosi yang akan di lakukan yaitu dengan metode sales promotion (promosi penjualan), yang berguna untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk. Menyebar brosur di lingkungan tempat berkumpulnya orang-orang, serta teman-teman dari pemilik dan karyawan Kedai kopi yang mobile.
4.1.1.2. Segmentation, Targeting dan Positioning a.
Segmentation Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah (Rangkuti, 1997). Segmentasi pasar yang dilakukan oleh kedai kopi
yang
mobile
adalah
berdasarkan
demografis
dan
psikografis. Segmentasi pasar berdasarkan demografis yaitu berdasarkan usia karena pada usia 12-50 tahun termasuk usia produktif, dimana cenderung membutuhkan tempat-tempat untuk berkumpul dengan teman-teman. Sedangkan segmentasi pasar berdasarkan psikografis terdiri atas gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup yang ingin berkumpul dengan temanteman disuatu tempat yang nyaman dan terdapat berbagai menu makanan, sehingga menjadikan suasana berkumpul menjadi semakin sempurna. b.
Targeting Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar utama kedai kopi yang mobile berdasarkan usia antara 12-50 tahun. Pada usia tersebut aktivitas lebih banyak dihabiskan di luar rumah, baik bersekolah
maupun
bekerja
dan
cenderung
lebih
suka
menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman-teman di suatu tempat yang diinginkannya. Kedai kopi mobile dapat menjadi salah satu alternatifnya. c.
Positioning Positioning adalah penetapan posisi pasar. Kedai kopi yang mobile menempatkan produknya sebagai produk yang sehat, lezat, dan higienis dengan harga yang terjangkau.
4.1.1.3. Strategi Pemasaran Strategi
pemasaran
yang
dimaksud
adalah
strategi
pemasaran yang akan dilakukan setelah usaha ini berjalan dan memungkinkan untuk melakukan penambahan atau perubahan adalah: a) Diversifikasi produk Setelah usaha ini berjalan, ada beberapa rencana yaitu akan dilakukan diversifikasi produk dengan tujuan membuat mobile cafe ini lebih menarik calon konsumen dan meningkatkan jumlah penjualan. Diversifikasi produk makanan yang akan dilakukan adalah membuat produk baru seperti : surabi, gorengan, martabak manis, martabak telor, combro, colenak, atau makanan lainnya yang memungkinkan untuk ditawarkan, kemudian juga untuk produk minuman direncanakan akan menambah seperti : bandrek, bansus, skoteng, dan lain-lain. b) Berpartisipasi pada suatu Event Kedai kopi yang mobile mempunyai kelebihan yaitu bisa berpindah-pindah tempat karena didesain didalam mobil, oleh karena itu kelebihan tersebut akan dimanfaatkan dengan cara usaha kafe ini akan bergabung dengan acara-acara yang diadakan di sekitar Kota Bogor, sebagai salah satu contoh acara musik yang diadakan di sekitar GOR Pajajaran Bogor, akan buka pada hari minggu pagi di Sempur pada saat CAR FREE DAY. c) Membuat komunitas Strategi pemasaran yang ketiga, yang akan dilakukan adalah mengusahakan agar tempat ini dijadikan sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas seperti : komunitas motor, komunitas pecinta binatang, ataupun komunitas sepak bola. Pemilik dari usaha ini juga tergabung pada salah satu komunitas sepak bola dan komunitas futsal, dengan adanya komunitas tersebut diharapkan pemilik mampu mengumpulkan anggota komunitas tersebut untuk berkumpul di kedai kopi yang
mobile dan sekaligus diharapkan akan menambah jumlah penjualan. d) Nonton bareng Strategi selanjutnya yang akan dilakukan oleh usaha ini dengan tujuan meningkatkan jumlah penjualan adalah mengadakan nonton bareng pertandingan sepak bola atau balap motor GP1, dimana kedua olah raga tersebut merupakan olah raga yang banyak penggemarnya terbukti diadakannya siaran langsung ataupun tidak langsung oleh stasiun televisi di Indonesia. Strategi-strategi yang telah dipaparkan diatas bertujuan untuk menjadikan magnet sehingga diharapkan akan meningkatkan jumlah konsumen. Strategi-srategi tersebut tentu saja bisa lebih berkembang lagi sesuai dengan berjalannya usaha ini. 4.1.2. Aspek Teknis 4.1.2.1. Fasilitas dan Peralatan 1. Mobil Operasional Mobil yang di gunakan adalah mobil mini bus Mitsubishi dengan tipe L300 yang sudah di modifikasi sedemikian rupa menyerupai kafe, di mana dapat mengangkut semua keperluan dan peralatan kedai kopi. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada perusahaan karoseri Delima Jaya bahwa untuk memodifikasi mobil tersebut memerlukan biaya Rp 53.500.000,- untuk satu unit mobil, sedangkan harga mobil itu sendiri Rp 120.000.000,-. 2. Genset Genset yang digunakan adalah produk dengan Mesin dan Merk Honda Orisinil. Daya 2500 watt dengan Rated 2000 watt /VA sebagai penyuplai listrik. Umur ekonomis genset sendiri tahan selama 20.000 jam atau sekitar kurang lebih 5 tahun. 3. Kursi dan meja Kursi sebagai tempat konsumen menikmati kopi atau hidangan lainnya, sedangkan meja untuk menaruh minuman atau makanan.
4. Termos Termos digunakan untuk menyimpan air panas yang akan digunakan untuk menyeduh minuman kopi, minuman susu, dan minuman teh. Kebutuhan termos selama operasional yaitu dua buah termos, yang memiliki umur ekonomis selama tiga tahun, sehingga selama umur proyek akan dilakukan investasi kembali (reinvestasi). 5. Alat panggang Alat panggang digunakan untuk memanggang roti dan pisang, untuk menghasilkan menu roti bakar dan pisang bakar. 6. Sound system Sound system yang dimaksudkan terdiri dari alat-alat pemutar musik seperti tape dan mp3 player beserta dengan pengeras suaranya. Adanya sound system ini dimaksudkan untuk memberikan suasana yang nyaman dengan musik-musik pilihan sehingga menjadi tempat yang nyaman untuk berkumpul sambil menikmati menu yang ditawarkan. 4.1.2.2. Kebutuhan Fisik Kebutuhan fisik yang dimaksud adalah kebutuhan fisik bahan baku yang dibutuhkan pada tahun pertama, dimana pada tahun pertama diasumsikan jumlah penjualan sebanyak 35 gelas minuman kopi/hari, 15 gelas minuman susu/hari, 20 gelas minuman teh/hari, 15 porsi roti bakar/hari, 10 porsi pisang bakar/hari, 10 mie/ hari, dan 15 mie telor/hari. Bahan baku yang dibutuhkan adalah kopi sachet, susu sachet, teh celup, gula, roti tawar, pisang, mentega, susu kental, keju, meses, mie, telur, sayuran, kecap, dan saos. Kebutuhan bahan baku dalam satu hari, kemudian diakumulasikan selama satu tahun beserta keterangannya dapat dilihat pada lampiran 2. Pada lampiran 2 dipaparkan perhitungan kebutuhan jumlah bahan baku selama satu tahun, kemudian hasil dari kebutuhan baku di masukan kedalam cara perhitungan rencana fisik selama umur proyek yaitu sepuluh tahun. Selama sepuluh tahun tersebut terjadi kenaikan penjualan sebesar 5% pada setiap tahunnya. Kenaikan
jumlah penjualan tentu saja langsung berpengaruh terhadap jumlah kebutuhan bahan baku yang akan ikut meningkat dengan adanya peningkatan jumlah penjualan. Kebutuhan bahan baku dari tahun pertama sampai dengan tahun ke sepuluh dapat dilihat pada rencana fisik selama umur proyek, yaitu dapat dilihat pada lampiran 4. 4.1.2.3. Rancang Bangun Model Mobile Cafe Nyaman dan Nikmat 1. Tata Letak Tata letak yang di tampilkan adalah sketsa mobil tampak dari atas kedai kopi yang mobile atau mobile café setelah persiapan. 3
4 1
7 2 6
5
1 6
6
6
Gambar 2. Tata letak tampak atas Keterangan : 1 : Tempat duduk karyawan dan bagian depan mobil 2 : Tempat membuat menu 3 : Tempat peralatan 4 : tempat menyimpan bahan baku 5 : Tenda 6 : Meja dan kursi 7 : Tempat membuat menu Perlengkapan seperti meja, kursi, dan tenda yang digunakan adalah benda-benda yang dapat dilipat sehingga memudahkan penyimpanan pada saat perjalanan didalam mobil. Tempat
peralatan
yang
dimaksud
adalah
tempat
menyimpan peralatan dan fasilitas pada saat mobil berpindah, seperti : meja, kursi, lemari penyimpanan alat-alat, dan barang-barang lainnya yang dibutuhkan pada operasional kedai kopi yang mobile.
2. Rancang Bangun Rencana bangunan yang akan digunakan adalah sebuah unit mobil yang akan dimodifikasi sehingga mempermudah pada saat operasional. Rancang bangun mobile cafe tampak dari depan mobile
cafe dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Contoh model mobile cafe di Surabaya Gambar diatas akan dijadikan contoh dalam pembuatan usaha kedai kopi yang mobile, gambar ini diambil dari internet atas pemilik Kursus Tristar Royal, yang diterbitkan pada tanggal 16 September 2009. Gambar model mobile cafe tampak samping kanan
dan kiri mobile cafe dapat dilihat pada lampiran 1. 4.1.3. Aspek Manajemen 4.1.3.1. Operasional
Kedai kopi yang mobile (mobile café) beroperasi penuh dari hari Senin sampai dengan hari Minggu, buka dari pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 23.00 WIB. 4.1.3.2. Struktur Organisasi Aspek
manajemen
sangatlah
penting
karena
merupakan aspek yang mengelola dan menggerakan suatu bisnis. Manajemen yang akan dilakukan dalam usaha ini terdiri dari satu orang pemegang kendali kendali perusahaan dan di tambah dua orang karyawan di setiap unit mobile cafe.
Mobile Café akan membentuk struktur organisasi yang masih bersifat sederhana. Pembagian pekerjaannya pun di buat fleksibel sehingga diharapkan semua karyawan dapat berperan pada semua posisi, bagian persiapan produk harus dapat berganti peran pelayan atau sebaliknya. Hal ini akan terlihat di lapangan, semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada. Rangkap jabatan pun akan terjadi dalam usaha ini. Struktur organisasi masih menganut sistem klasik dengan
puncak
kepemimpinan
dan
penentu
kebijakan
dipegang oleh supervisor yang mengawasi para karyawan lainnya. Owner hanya berfungsi sebagai evaluator dan controller serta pengambil kebijakan dengan melakukan musyawarah bersama tim manajemen. Seorang supervisor mengawasi para karyawan lainya yang terbagi kedalam dua divisi. Divisi dan jumlah karyawan yang berada didalam usaha kedai kopi yang mobile ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Divisi dan Jumlah Karyawan Kedai Kopi Mobile
No
1
Nama Divisi Supervisor mencangkup kasir dan keuangan
Jumlah Karyawan (orang) 1
2
Dapur produksi
1
3
Pelayan
1
Supervisor (penyelia atau pengawas) berfungsi sebagai pemimpin, pengawas, serta pemegang tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan di kedai kopi yang mobile, dan divisi kasir yang mencangkup bagian keuangan bertugas melayani proses pembayaran para konsumen juga dilakukan oleh orang yang sama.
Divisi
dapur
produksi
memiliki
kewajiban
memproduksi pesanan berupa minuman dan makanan yang ditawarkan, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama pada setiap produk. Pada divisi ini dikerjakan oleh satu orang karyawan. Dapur ini sendiri berada di dalam mobil yang sudah dimodifikasi sehingga dapat mempermudah proses pengerjaan dan pengantaran pesanan konsumen. Selain itu juga divisi ini juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku yang diperlukan. Divisi pelayan bertugas melayani para pengunjung, mulai dari pemesanan menu hingga penyajiannya serta merapihkan meja setelah para pengunjung selesai menyantap hidangan. Selain itu pelayan juga memiliki kewajiban memberikan informasi menu spesial dan deskripsi dari setiap menu agar para pengunjung mendapatkan gambaran tentang menu yang akan dipesan nantinya. Struktur organisasi yang digunakan pada usaha kedai kopi yang mobile adalah struktur organisasi yang sangat sederhana. Pemilik usaha sebagai puncak manajemen dan pemilik juga berperan langsung untuk mengawasi supervisor, kemudian kebawahnya supervisor yang merangkap sebagai kasir, juga memiliki tanggung jawab untuk mengontrol Standar Operasional Produksi (SOP) yang telah diterapkan pada karyawan serta mencatat keuangan masuk dan keluar pada usaha ini. Persiapan yang dilakukan oleh dapur produksi adalah menyediakan pesanan berupa minuman dan makanan yang ditawarkan. Kemudian pelayan akan menyajikan produk yang telah siap dari dapur produksi kepada konsumen. Tenaga kerja yang akan dipekerjakan oleh Kedai kopi yang mobile adalah sebanyak dua orang karyawan pada setiap unit.
4.1.4. Aspek Sosial Sistem yang digunakan dalam memproduksi suatu produk menggunakan sistem konsumsi yang sehat dan aman. Dengan menggunakan bahan-bahan dasar pembuat produk secara alami dan para pekerja akan terbebas dari gangguan kesehatan yang biasanya timbul akibat pemakaian bahan-bahan kimia. Kedai kopi yang mobile akan menjadi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar dengan kedekatan perusahaan dan masyarakat sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. Pembayaran pajak terhadap pemerintah dapat menambah pemasukan pemerintah, jika skala usaha semakin besar maka pemerintah akan menerima pembayaran pajak yang semakin besar pula. Dari adanya pajak tersebut secara makro dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan. 4.1.5. Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha yang dijalankan oleh kedai kopi yang mobile layak secara finansial. Aspek finansial yang dibahas adalah : a. Kebutuhan Modal untuk 1 Unit Mobil Kebutuhan modal investasi untuk satu unit usaha kedai kopi yang mobile terdiri dari pembelian mobil dan melakukan modifikasi mobil tersebut, dengan tujuan untuk memudahkan operasional pada usaha ini. Selain itu juga modal investasi dikeluarkan untuk membeli peralatan seperti kompor, termos, panci, wajan, kursi, dan meja. Kebutuhan modal investasi untuk satu unit kedai kopi mobile dapat di lihat pada lampiran 3. Kebutuhan modal investasi untuk satu unit usaha secara terperinci dapat dilihat pada lampiran 3. Modal investasi yang
diperlukan untuk mendirikan satu unit usaha kedai kopi yang mobile adalah sejumlah Rp 178.185.000. b. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya Kebutuhan modal dalam usaha kedai kopi yang mobile terdiri dari modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian sarana-sarana yang mendukung transaksi penjualan dan digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali (reinvestasi). Total rencana kebutuhan modal pada periode awal rencana usaha ini adalah Rp 178.185.000. Biaya investasi yang dikeluarkan antara lain untuk pembelian mobil, kompor, termos, kursi, meja, genset, tabung gas, dan lain-lain. Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan adalah untuk modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada jumlah (tingkat) output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan diantaranya untuk membiayai gaji tenaga kerja, pajak mobil, bahan bakar mobil, bahan bakar genset, dan sewa tempat. Biaya tetap per tahun dapat dilihat pada tabel 3. Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan jumlah output produksi perusahaan. Biaya variabel digunakan untuk pembelian kopi, susu, teh, gula, roti, pisang, mentega, susu kental, keju, meses, mie, telor, sayuran, saos, dan kecap. Total biaya variabel pada selama umur proyek berjalan dapat dilihat pada Lampiran 10.
Tabel 3. Biaya Tetap Selama 1 Tahun No 1 2 3 4 5 6
Uraian Gaji Karyawan Penyusutan Pajak Mobil Sewa Tempat Bahan Bakar Mobil Bahan Bakar Genset Total
Jumlah
Nilai (Rp)
2 orang 1 tahun 1 tahun 300 hari 2880 liter 1800 liter
16.800.000 16.521.000 2.000.000 1.800.000 6.750.000 5.400.000 49.271.000
Selain biaya yang telah diperkirakan, terdapat biaya penyusutan. Biaya penyusutan diperhitungkan berdasarkan umur ekonomis semua peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi. Biaya penyusutan yang dikeluarkan Rp 16.521.000. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 7. c. Sumber Modal Modal yang digunakan dalam pendirian dan operasional kedai kopi yang mobile berasal dari 40 % modal sendiri dan 60 % modal dari pinjaman. Seluruh modal akan digunakan untuk membiayai semua keperluan baik untuk biaya investasi dan biaya operasional pada periode pertama. Sumber modal yang berasal dari peminjaman kepada bank sebesar Rp 106.911.000,- dengan bunga kredit sebesar 14% pada Bank Mandiri. Rincian perhitungan peminjaman dapat dilihat pada pada lampiran 9. d. Identifikasi Manfaat dan Penerimaan Dalam suatu analisis cash flow finansial, manfaat yang diterima adalah penerimaan dari penjualan output serta nilai sisa dari komponen-komponen investasi. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah output dengan harga jual per satuannya. Penerimaan pada usaha ini didapat dari penjualan minuman dan makanan. Pada tahun pertama penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp 175.500.000, pada tahun kedua Rp 184.275.000,
pada tahun ketiga Rp 193.489.000, pada tahun keempat Rp 203.163.000, pada tahun kelima Rp 213.321.000, pada tahun keenam Rp 223.987.000, pada tahun ketujuh Rp 235.187.000, pada tahun kedelapan Rp 246.946.000, pada tahun kesembilan Rp 259.293.000, pada tahun kesepuluh Rp 289.948.000. Rincian pendapatan selama umur proyek dapat dilihat pada Lampiran 12. Total pengeluaran tahun pertama adalah Rp 105.548.000, tahun kedua Rp 109.216.000, pada tahun ketiga Rp 113.261.000, pada tahun keempat Rp 117.719.000, pada tahun kelima Rp 122.635.000, pada tahun keenam Rp 128.054.000, pada tahun ketujuh Rp 134.029.000, pada tahun kedelapan Rp 140.616.000, pada tahun kesembilan Rp 147.878.000, dan pada tahun kesepuluh Rp 155.885.000. Berdasarkan perhitungan penerimaan dan pengeluaran tersebut maka keuntungan bersih setelah di potong pajak (EBT) yang diperoleh pada tahun pertama Rp 59.459.000, pada tahun kedua Rp 63.800.000, pada tahun ketiga Rp 68.194.000, tahun keempat Rp 72.627.000, pada tahun kelima Rp 77.083.000 pada tahun keenam Rp 81.543.000, pada tahun ketujuh Rp 85.984.000, pada tahun kedelapan Rp 90.380.000, pada tahun kesembilan Rp 94.703.000, dan pada tahun kesepuluh Rp 113.954.000. Proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 12. Analisis arus kas mencakup kriteria kelayakan usaha yang terdiri dari NPV, Net B/C, IRR, BEP, dan PBP. Hasil perhitungan analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile No 1.
Kriteria Kelayakan NPV
Kelayakan NPV > 0
Keterangan Rp 215.185.000
2.
IRR
IRR > DR
38%
3.
Net B/C
Net B/C > 1
2,21
4.
PBP
5.
BEP
PBP
<
jangka
<
jangka
waktu BEP waktu
3,7 tahun
6,7 tahun
1. NET PRESENT VALUE (NPV) Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur usaha yang direncanakan. Pada hasil analisis kelayakan finansial yang dilakukan menunjukkan nilai NPV positif Rp 215.185.000,00-. Nilai tersebut merupakan penjumlahan net benefit (keuntungan bersih) setiap periode yang telah didiskontokan pada rencana usaha kedai kopi yang mobile. Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dijalankan karena usaha tersebut dapat menghasilkan arus kas masuk dengan persentase lebih besar dibandingkan opportunity cost (biaya yang dikorbankan) modal yang ditanamkan, sehingga usaha ini layak dikembangkan dalam jangka panjang. Untuk perhitungan mencari NPV dapat dilihat pada lampiran 12. 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengembalian internal yang dihasilkan dari investasi pada usaha yang bersangkutan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai IRR adalah 38%. Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Hal ini berarti, tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi pada rencana usaha ini lebih besar nilainya dibandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan dari investasi yang dilakukan pada bank. Dengan demikian, investor lebih baik menginvestasikan modalnya pada rencana
usaha ini daripada di bank. Perhitungan Nilai IRR dapat dilihat pada lampiran 13. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah net benefit dan total cost berdasarkan nilai relatif kas. Rumusnya adalah PV positif dibagi dengan jumlah PV negatif. Kriteria Net B/C menunjukkan berapa kali lipat perbandingan jumlah benefit netto yang diperoleh dari proyek terhadap capital expenditure. Untuk nilai Net B/C pada analisis kelayakan usaha kedai kopi yang mobile diperoleh nilai 2,21. Dengan demikian menurut kriteria Net B/C usaha tersebut layak dijalankan karena memiliki Net B/C sebanyak 2,21 kali lipat dari capital expenditure. Dengan kata lain setiap Rp 1 biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilakan manfaat Rp 2,21, sehingga manfaat yang didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Untuk perhitungan mencari nilai net B/C Ratio dapat dilihat pada lampiran 13. 4. Payback Period (PBP) PBP merupakan jumlah lama tahun yang dibutuhkan bagi suatu usaha untuk menutupi biaya investasi awal dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan. PBP menunjukkan jangka waktu kembalinya dana investasi proyek, melalui akumulasi net benefit yang diperoleh dari proyek tersebut (Lihan dan Yogi, 2009). Nilai PBP yang diperoleh adalah 3,7 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa usaha ini dapat menutupi pengeluaran biaya investasinya dengan jumlah keuntungan bersih yang telah didiskontokan setelah rencana usaha ini berjalan sekitar 3 tahun 8 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan karena kemampuan mengembalikan modal usaha lebih cepat dari pada jangka waktu analisis yang direncanakan yaitu sepuluh tahun. Untuk perhitungannya sendiri dapat dilihat pada lampiran 14.
5. Break Event Point (BEP) Break event point adalah suatu titik produksi dimana pada titik tersebut akan menghasilkan nilai biaya yang sama dengan nilai penjualan/pendapatan (titik impas). Nilai BEP yang diperoleh adalah 6,7 tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa usaha ini mengalami titik impas ketika umur proyek 6 tahun 8 bulan. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak dijalankan karena titik impas berada pada umur proyek. Untuk perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 14. 4.2. Analisis Sensitivitas Untuk menghadapi kondisi ekonomi yang tidak menentu dalam setiap usaha diperlukan persiapan apabila terjadi guncangan ekonomi yang menyebabkan adanya kenaikan biaya produksi atau kenaikan harga bahan baku dan penurunan penjualan. Maka dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana dapat bertahan dalam kondisi krisis dan ketidakpastian. Ketidakpastian dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dari suatu usaha dalam beroperasi menghasilkan laba (Umar, 2003). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan dari rencana usaha kedai kopi yang mobile dengan mengubah faktor-faktor penting, seperti kenaikan harga bahan baku. Skenarionya adalah terjadi kenaikan harga bahan baku. Hasil dari perhitungan untuk skenario kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kedai Kopi yang Mobile Discount factors
Kriteria kelayakan
5%
8%
11%
14%
17%
NPV
Rp 215.185.000
Rp 164.354.000
Rp 117.966.000
Rp 63.219.000
Rp 1.368.000
IRR
38%
34%
30%
24%
14%
Net B/C
2,21
1,92
1,66
1,35
0,99
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat ketika terjadi kenaikan harga bahan baku 8% usaha ini masih memberikan keuntungan sebesar Rp 164.354.000, dengan nilai IRR 34% dan nilai Net B/C 1,92. Kemudian ketika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 11% maka nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 117.966.000, niali net B/C 1,66 dan nilai IRR 30%’. Kemudian pada saat terjadi kenaikan harga 14% maka nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 63.219.000, niali net B/C 1,35 dan nilai IRR 24%’. Kemudian untuk melakukan analisis Switching Value dapat dilakukan perhitungan dari data Tabel 5, dengan cara interpolasi. Dengan cara perhitungan interpolasi didapat hasil 16,94%, maka pada saat kenaikan harga bahan baku 16,94% nilai NPV sama dengan nol.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan pada lima kriteria penilaian investasi usaha dapat disimpulkan bahwa usaha kedai kopi yang mobile atau mobile cafe layak dijalankan. Hal ini dikarenakan, memiliki hasil perhitungan positif terhadap nilai NPV sebesar Rp 215.185.000,- Nilai IRR yaitu sebesar 38%, Net B/C 2,21, PBP 3,7 tahun atau 3 tahun 8 bulan dan BEP 6,7 tahun. Usaha kedai kopi mobile masih layak untuk dijalankan sampai terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 14 %. Kemudian dari hasil analisis switching value didapat nilai NPV sama dengan nol adalah pada saat terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 16,94%.
2. Saran Analisis ini menunjukan bahwa usaha mobile cafe menunjukan memiliki prospek usaha yang bagus, sehingga skripsi saya bisa menjadi landasan usaha yang sama.
LAMPIRAN 1. Contoh Model Mobile Cafe yang Akan Dibuat
Gambar 1. Tampak dari sisi kiri mobile cafe
Gambar 2. Tampak dari sisi kanan mobile cafe
LAMPIRAN 2. Kebutuhan Bahan Baku Untuk Satu Unit Usaha
Bahan baku
35 kopi
Kopi sachet
1 sachet
35
10.500
105 dus
15 susu
Susu sachet
1 sachet
15
4.500
31,25 dus
20 teh
Teh celup
1 teh celup
20
6.000
240 dus
gula
10 gr/gelas
200
60.000
60 kg
Roti tawar
1 tangkap roti
15
4.500
450 dus
Mentega
10 gr/porsi
150
45.000
225 bngks 200 gr
Keju
2 gr/porsi
30
9.000
50 bngks 180 gr
Susu kental
5 gr/porsi
75
22.500
60 Cap enak 375 gr
Meses
5 gr/porsi
75
22.500
225 bngks 100 gr
pisang
1 tangkap roti
10
300
1 buah pisang
Mentega
10 gr/porsi
100
30.000
150 bngks 200 gr
Keju
2 gr/porsi
20
6.000
33,33 bngks 180 gr
Susu kental
5 gr/porsi
50
15.000
40 cap enak 375 gr
Meses
5 gr/porsi
50
15.000
150 bngks 100 gr
Mie instan
1 bungkus
10
3.000
75 dus
Sayuran
1 lembar
10
3.000
30 kg
Saos
5 ml
50
15.000
44,12 btl 340 ml
Kecap
3 ml
30
9.000
14,4 btl 625 ml
Mie
1 bungkus
15
4.500
112,5 dus
Telor
1 buah
15
4.500
18 peti
Sayuran
1 lembar
15
4.500
45 kg
Saos
5 ml
75
22.500
66,18 btl 340 ml
kecap
3 ml
45
13.500
21,6 btl 625 ml
15 roti bakar
10 pisang bakar
10 mie
15 mie telor
Kebutuhan bahan baku
1 hari
1 thn (300 hari)
Jmlh penjualan
Keterangan
LAMPIRAN 3. Rencana Kebutuhan Modal Investasi Untuk 1 Unit Usaha No
Item
Satuan
Jmlh
Harga
Kendaraan 1
Mobil
Unit
1
120,000,000
2
Modifikasi
Paket
1
53,500,000
Alat dan Peralatan 1
Kompor
Buah
1
235.000
2
Regulator
Buah
1
60.000
3
Termos
Buah
2
100.000
4
Wajan
Buah
2
150.000
5
Panci
Buah
2
100.000
6
Ember
Buah
3
30.000
7
Tabung gas 3kg
Buah
2
176.000
8
Kursi
Buah
16
256.000
9
Meja
Buah
4
16.000
10
Genset
Buah
1
3.000.000
11
Galon
Buah
2
74.000
12
Saringan minyak
Buah
1
10.000
13
Saringan mie
Buah
1
10.000
14
Sound System
Buah
1
400.000
15
Biaya-biaya
1
100.000
Total Kebutuhan Investasi
178.217.000
Lampiran 25. Daftar Istilah
DAFTAR ISTILAH NPV
Net Presen Value adalah suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.
Net B/C Ratio
Net
Benefit
Cost
Ratio
menyatakan
besarnya
pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value (PV) dari benefit yang positif dengan PV dari benefit yang negatif. IRR
Internal Rate Return tingkat bunga yang menyamakan PV kas keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0.
PBP
Payback Period Adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan. Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain.
Mobile Cafe
Mobile cafe adalah sebuah mobil yang sudah dimodifikasi menjadi sebuah cafe didalam mobil. Sehingga dalam pengoperasiannya dapat berpindah-pindah tempat.