ANALISIS KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI KASUS PADA PT. BUMI RESOURCES, TBK. DAN PT. BERAU COAL ENERGY, TBK. Lia Mariana Bina Nusantara University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27. Jakarta Barat
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi adanya indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan PT. BUMI Resources, Tbk. dan PT. Berau Coal Energy, Tbk. dengan melakukan investigasi terhadap manajemen dan direksi, juga analisis pada laporan keuangan perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, yaitu dengan mempelajari data-data yang relevan yang berasal dari berbagai literatur. Penulis menggunakan data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan selama tahun 20092011 yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan berbagai situs berita terkait objek penelitian. Metode analisis data dilakukan dengan Fraud Exposure Rectangle, Identifikasi Gejala Fraud-Inventory and Cost of Good Sold, Revenue and Sales, Overstatement Asset, Liabilities, Inadequate Fraud Disclosure dan rasio Beneish MScore sebagai alat bantu untuk mempredeksi adanya indikasi kecurangan. Hasil penelitian ini secara keseluruhan adalah kedua objek penelitian terbukti memiliki indikasi kecurangan terhadap laporan keuangan terutama karena liabilitas perusahaan sangat besar. Maka penulis menyarankan agar para investor dan regulator melakukan investigasi audit dan mendorong partisipasi aktif dewan pengawas dan komite audit, selain itu agar perusahaan melakukan rekrutmen manajemen dan dewan pengawas dengan lebih baik lewat mekanisme fit and proper test, juga auditor eksternal meningkatkan kinerja dalam melakukan pemeriksaan, dan yang terakhir agar perusahaan meningkatkan likuiditas untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Hal ini dilakukan agar kedua perusahaan dapat meminimalisasi praktikpraktik kecurangan laporan keuangan. Kata kunci: Analisis Kecurangan Laporan Keuangan, Fraud Exposure Rectangle, Beneish M-Score, PT. BUMI Resources, Tbk., PT. Berau Coal Energy, Tbk.
PENDAHULUAN Perekonomian di Indonesia yang ada pada saat ini merupakan hasil dari pembangunan yang terus-menerus dilakukan sehingga membuat dunia keuangan, bisnis dan perbankan di Indonesia semakin bervariasi dan dinamis. Dengan adanya kondisi tersebut, maka persaingan antar perusahaan juga turut menjadi semakin tajam. Sehingga masing-masing perusahaan berusaha menjadi lebih unggul dibandingkan para kompetitornya, dengan memaksimalkan segala bentuk potensi yang ada dalam perusahaan tersebut. Setiap pencapaian di bidang ekonomi agar kinerja perusahaan terlihat maksimal cenderung diiringi pula dengan munculnya bentuk-bentuk kejahatan baru dengan cara dan metode yang beragam. Jenis manipulasi yang paling sering ditemui dalam satu entitas adalah praktik kecurangan atau fraud terhadap laporan keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi mengenai keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode akuntansi, yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu audit laporan keuangan untuk reasonable assurance mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh adanya kekeliruan (error) maupun kecurangan (fraud). Sebagai contohnya adalah, WorldCom, perusahaan telekomunikasi terbesar kedua di Amerika Serikat, mengakui telah melakukan skandal akuntansi. Di Indonesia sendiri, banyak terjadi kasus skandal akuntansi dengan kecurangan atau fraud. Salah satunya adalah manipulasi pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan di tahun 2010. Manipulasi pajak ini diperkirakan menimbulkan kerugian puluhan milyar bagi negara. Banyaknya skandal akuntansi yang terjadi merupakan salah satu alasan dilakukannya analisis terhadap laporan keuangan untuk meminimalisasi kecurangan terhadap laporan keuangan. Perusahaan selalu menggunakan jasa akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan, yang diharapkan mampu membatasi praktik fraudulent financial statement yang biasanya dikaitkan dengan earning management, sehingga diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan perusahaan. Salah satu alat untuk memprediksi adanya laporan keuangan dalam perusahaan adalah dengan menggunakan Beneish M-Score. Pentingnya analisis Beneish M-Score digunakan dalam laporan keuangan adalah untuk memprediksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat meminimalisasi kerugian terhadap pihak-pihak eksternal yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Investigasi audit yang dilakukan terhadap PT. BUMI Resources dan PT. Berau Coal Energy menyatakan adanya penyimpangan keuangan hingga sebesar US$ 500 juta dari pinjaman dan investasi selama satu dekade terakhir. Jonathan Russell, Assistant City Editor sebagaimana dikutip oleh The Daily Telegraph pada tanggal 24 September 2012 menyatakan perusahaan ini mengumumkan penyelidikan pada hari Senin, menghabiskan sahamnya jatuh oleh selama tiga bulan, setelah menerima file berisi informasi rinci dari whistleblower. Perusahaan mengatakan: "Sebuah penyelidikan independen telah ditugaskan untuk menyelidiki tuduhan secara mendesak. Perusahaan juga bermaksud untuk menghubungi otoritas terkait di Inggris dan Indonesia." International Lawfirm Macfarlanes telah ditugaskan untuk membuktikan dugaan penyimpangan keuangan dalam "dana pembangunan" di bagian milik Bumi anak Indonesia Bumi Resources dan Berau Coal Energy.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi yang berkaitan dengan prediksi kecurangan terhadap laporan keuangan yang diteliti sangat penting agar setiap perusahaan atau entitas harus berupaya untuk meminimalisasi adanya praktik kecurangan, oleh karena itu perlu diukur dan dianalisis adanya indikasi kecurangan dengan teknik untuk mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan dengan alat bantu metode Beneish M-Score terhadap PT. BUMI Resources, Tbk. dan PT. Berau Coal Energy, Tbk. dengan judul penelitian “ANALISIS KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN: STUDI KASUS PADA PT. BUMI RESOURCES, TBK. DAN PT. BERAU COAL ENERGY, TBK.” Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis adanya kecurangan dengan menggunakan indikator mendeteksi kecurangan terhadap laporan keuangan dengan bantuan Beneish M-Score terhadap laporan keuangan perusahaan. Karakteristik riset ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis riset yang dilakukan penulis adalah bersifat kualitatif; 2. Desain riset adalah eksploratoria; 3. Dimensi waktu riset adalah melibatkan suatu urutan waktu tertentu (time series), yakni tahun 2009 hingga 2011; 4. Penelitian yang dilakukan merupakan sebuah studi kasus; 5. Metode pengumpulan data adalah data sekunder; 6. Lingkungan riset adalah lingkungan riil (field research) yang berasal dari Bursa Efek Indonesia; 7. Unit analisis penelitian adalah PT. BUMI Resources, Tbk. dan PT. Berau Coal Energy, Tbk.
LANDASAN TEORI Teknik Untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan: 1. Fraud Exposure Rectangle Albrecht et al (2009:368) menjelaskan mengenai Fraud Exposure Rectangle sebagai berikut: Fraud Exposure Rectangle Management and Directors
Relationship with Others
Organization and Industry
Financial Result and Operating Characteristics
2. Analisis Rasio Keuangan Mengacu pada pendapat Munawir (2007) rasio menggambarkan suatu hubungan (mathemetical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain sehingga memberikan gambaran kepada penganalisa tentang posisi keuangan perusahaan (Munawir, 2007:64). 3. Beneish M-Score Beneish M-Score adalah sebuah metode untuk membantu mengungkap perusahaan yang kemungkinan melakukan fraud terhadap pendapatan yang dicatat dalam dalam laporan keuangan (Beneish, 2012). Perusahaan dengan M-Score lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih untuk melakukan fraud. Beneish M-Score adalah model probabilistik, sehingga tidak akan mendeteksi fraud dengan ketepatan 100%.
Formula Beneish M-Score adalah sebagai berikut: M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI + 0.115 DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA
Jika M> - 2.22, hal ini menunjukkan adanya indikasi perusahaan melakukan manipulasi.
OBJEK PENELITIAN Latar Belakang Perusahaan Dalam penelitian ini digunakan dua perusahaan sebagai objek penelitian, yaitu PT. BUMI Resources sebagai objek utama penelitian dan PT. Berau Coal Energy sebagai objek pelengkap penelitian. PT BUMI Resources merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada eksplorasi sumber daya alam khususnya batubara dan merupakan ekspor batubara terbesar di Indonesia. PT BUMI Resources memiliki area operasional yang tersebar dari Sumatera Utara (Dairi Prima Minerals & Pendopo Energi Batubara), Sulawesi (Gorontalo & Citra Palu), Kalimantan (KPC, Arutmin & Fajar Bumi Sakti) dan Republik Yaman (Gallo Oil). BUMI beroperasi melalui empat perusahaan tambang batubara: PT Arutmin Indonesia, PT Pendopo Energy Batubara dan PT Fajar Bumi Sakti. Arutmin dan KPC, dua perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Berau Coal Energy, Tbk. adalah salah satu produsen batubara termal terbesar di Indonesia, bergerak melalui entitas anaknya, PT Berau Coal. Wilayah konsesi Berau Coal mencakup sekitar 118.400 hektar di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, merupakan wilayah konsesi batubara tunggal yang terbesar di Indonesia. Wilayah tersebut diperkirakan mengandung cadangan batubara sebesar 467 juta ton. Pada saat ini PT Berau Coal Energy mempekerjakan sebanyak 856 orang karyawan. Bidang Usaha Bidang Usaha PT BUMI Resources PT BUMI Resources bergerak di bidang produksi batubara sekaligus mencari peluang dalam barang tambang lainnya. Bidang Usaha PT Berau Coal Energy PT Berau Coal Energy bergerak di bidang eksplorasi penambangan dan penjualan batubara. Produk-Produk / Jasa yang Dihasilkan Perusahaan Produk-Produk / Jasa PT BUMI Resources Produk yang dihasilkan PT BUMI Resources adalah batubara, minyak, gas alam dan eksplorasi sektor pertambangan lainnya, seperti seng, timah dan emas. Produk-Produk / Jasa PT Berau Coal Energy Produk yang dihasilkan PT Berau Coal Energy adalah batubara thermal atau yang disebut steam coal, yaitu merupakan batubara bermutu tinggi dengan kandungan karbon atau energi yang tinggi dan kandungan kelembaban rendah.
HASIL ANALISIS Analisis terkait Fraud Exposure Rectangle BUMI Resources dan Berau Coal Energy Berdasarkan analisis kecurangan laporan keuangan yang telah dilakukan oleh penulis pada PT BUMI Resources pada tahun 2009 hingga 2011 dan PT Berau Coal Energy pada tahun 2009 hingga 2010 diketahui bahwa: 1. Analisis terkait fraud exposure rectangle yang dilakukan oleh penulis yang meliputi empat tahapan dengan hasil sebagai berikut: 1. Management and Directors Analisis Management and Directors meliputi latar belakang manajemen dan motivasi perilaku manajemen dalam menjalankan perusahaannya. Selama periode penelitian diketahui bahwa mayoritas manajemen dan direksi BUMI Resources dan Berau Coal Energy tidak memiliki catatan yang bermasalah tapi perlu dilihat, ada beberapa catatan yang terkait dengan masalah ini yang memiliki rekam jejak atau track record yang cukup bermasalah. Selanjutnya dengan terpaparnya/tersangkutnya manajemen BUMI Resources dalam kasus penggelapan Pajak, dapat diduga bahwa salah satu motivasi manajemen saat menjalankan Perseroan tersebut diantaranya adalah untuk meminimalisasi beban pembayaran pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan yang mengakibatkan adanya kerugian negara.
2. Relationship with Others Analisis ini menjelaskan mengenai hubungan perusahaan dengan pihak-pihak eksternal perusahaan. Dari analisis ini dapat diketahui bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki kepercayaan dan hubungan baik dengan lembaga keuangan karena memiliki hutang jangka panjang yang cukup besar, namun di sisi lain hal ini juga memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengembalikan pinjaman dan mematuhi syarat-syarat kredit. Mengenai hubungan BUMI Resources dengan pihak organisasi dan individu, Perseroan diduga melakukan penyimpangan pajak yang disokong oleh Gayus Tambunan dan kelompoknya. BUMI Resources memiliki hubungan yang baik dengan auditor eksternal, karena Managing Partner Mazars Indonesia, selaku auditor Bumi Resources, menyatakan keyakinannya bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar. Begitu juga PricewaterhouseCoopers Indonesia, selaku auditor eksternal Berau Coal Energy melakukan audit laporan keuangan dengan pendapat wajar tanpa syarat. BUMI Resources juga memiliki hubungan baik dengan Aji Wijaya, selaku salah satu anggota tim pengacara Aburizal Bakrie. Namun, BUMI Resources memiliki hubungan yang kurang baik dengan para investor karena terancam tidak bisa membagikan dividen di tahun 2012. Begitu juga pelepasan saham dari sekuritas yang terjadi pada PT Berau Coal Energy. Selain itu, Nathaniel Rothschild, salah satu pemegang saham minoritas Bumi Plc,
menyatakan tengah melakukan investigasi terkait adanya penyimpangan dana oleh dua sayap usahanya PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk. Juga menyatakan keinginannya untuk menghapus Bakrie dan sekutu dari pemegang saham Bumi Plc. BUMI Resources juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan regulator, yaitu Direktorat Jendral Pajak. Terkait dengan dugaan tax avoidance yang dilakukan Kaltim Prima Coal selaku anak perusahaan BUMI Resources. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan juga menyatakan akan menjatuhkan sanksi berat kepada manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) jika hasil investigasi Bumi Plc terbukti ada pelanggaran dalam menyajikan laporan keuangan. 3.
Organization and Industry Analisis ini menjelaskan mengenai struktur organisasi perusahaan yang dapat diciptakan untuk memudahkan dan menyembunyikan fraud jika terlalu kompleks. Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki memiliki struktur organisai yang jelas, memiliki komisaris independen, departemen audit internal untuk menyediakan kontrol internal, penilaian dan mitigasi risiko, transparansi dan perbaikan tata kelola perusahaan.
4.
Financial Result and Operating Characteristics Analisis ini menjelaskan mengenai rasio-rasio kinerja perusahaan secara umum. Pada PT BUMI Resources dapat diketahui bahwa rasio likuiditas Perseroan membaik di tahun 2009 ke 2010, karena mengalami peningkatan namun mengalami penurunan di tahun 2011. Pada rasio aktivitas secara umum Perseroan mengalami penurunan di tahun 2010 namun mengalami peningkatan di tahun 2011 kecuali pada. Begitu juga pada rasio solvabilitas Perseroan membaik karena mengalami penurunan di tahun 2009 ke 2010, namun terjadi peningkatan di tahun 2011, hal ini memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengembalikan pinjaman dan mematuhi syarat-syarat kredit. Rasio profitabilitas Perseroan secara umum mengalami peningkatan di tahun 2010, namun kembali mengalami penurunan di tahun 2011, walaupun operating margin ratio yang terus meningkat di tahun 2009 hingga 2011 namun return on common equity terus mengalami penurunan. Pada PT Berau Coal Energy dapat diketahui bahwa secara umum rasio likuiditas PT Berau Coal Energy mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011 walaupun terjadi peningkatan di rasio arus kas operasional. Pada rasio aktivitas Perseroan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke 2011. Selanjutnya, rasio solvabilitas Perseroan membaik karena mengalami penurunan dari tahun 2010 ke 2011. Terakhir, pada rasio profitabilitas Perseroan kinerjanya sangat baik karena mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke 2011.
Kesimpulan terkait Fraud Exposure Rectangle, maka terdapat indikasi yang mengarah kecurangan terutama dari sisi Management and Directors, Relationship with Others dan Financial Result and Operating Characteristics.
Analisis terkait Ratio Analysis BUMI Resources dan Berau Coal Energy 1. Liquidity Ratio Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya. Perusahaan yang likuid berarti memiliki komponen aset lancar yang lebih besar daripada kewajiban lancarnya sehingga dapat segera memenuhi kewajiban pada waktunya. Sebaliknya perusahaan illikuid berarti kewajiban lancar yang dimiliki perusahaan lebih besar dari aset lancarnya. BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki liquidity ratio yang lebih rendah dibanding perusahaan kompetitornya (Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal). Ini menunjukkan kedua perusahaan tersebut kurang mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendeknya pada saat jatuh tempo jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor yang sejenis. 2.
Activity Ratio dan Day’s Ratio Rasio aktivitas dan rasio harian menunjukkan kemampuan dan keefektivan perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki. Hal ini menunjukkan apakah perusahaan menghasilkan cukup banyak volume bisnis jika dilihat dari investasinya untuk aset. Dalam mengukur activity ratio, BUMI memiliki tingkat rasio lebih rendah dibanding ADARO. sehingga kinerja BUMI terlihat lebih buruk dibanding perusahaan kompetitor, terutama di sisi inventory turnover dan asset turnover. Di sisi lain Berau Coal Energy memiliki activity ratio lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitornya. Namun, hal tersebut belum cukup, karena kedua Perseroan memiliki total asset turnover kurang dari 1. Secara umum kinerja BUMI lebih baik karena memiliki day’s ratio yang lebih kecil dibandingkan ADARO, namun dapat dilihat bahwa average days inventory in stock BUMI lebih besar. Di sisi lain, day’s ratio BERAU terlihat lebih kecil dibanding BORNEO. Ini menunjukkan bahwa aktivitas BERAU lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor.
3.
Solvability Ratio Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya, baik kewajiban lancar (jangka pendek) dan kewajiban tidak lancar. Perusahaan solvabel adalah perusahaan yang mempunyai aset atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutangnya, sebaliknya apabila jumlah aset atau kekayaan lebih kecil daripada jumlah hutangnya berarti perusahaan berada dalam keadaan insolvabel. Dalam mengukur solvability ratio, dapat diketahui BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki solvability ratio yang paling besar, ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki hutang yang paling banyak jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing.
4.
Profitability Ratio Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Secara umum BUMI dan BERAU memiliki profitability ratio yang lebih kecil dibandingkan dengan ADARO dan BERAU. Ini menunjukkan bahwa BUMI memiliki kinerja yang lebih buruk di sektor penjualan jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing.
Berdasarkan hasil analisis keempat rasio terhadap laporan keuangan BUMI Resources dan Berau Coal Energy menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja masing-masing Perseroan masih kurang baik. Hal ini menyebabkan adanya tekanan untuk meningkatkan kinerja pada laporan keuangan sekaligus memotivasi manajemen untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan pada masing-masing Perseroan. Analisis terkait Beneish M-Score Model Beneish M-Score membantu mengungkap perusahaan yang kemungkinan melakukan fraud terhadap pendapatan yang dicatat dalam dalam laporan keuangan. Perusahaan dengan score lebih tinggi memiliki kemungkinan lebih untuk melakukan fraud. Jika M> - 2.22, hal ini menunjukkan adanya indikasi perusahaan melakukan manipulasi. Secara keseluruhan, Beneish M-Score PT BUMI Resources mencapai angka -2.16 di tahun 2009, -2.08 di tahun 2010 dan -1.34 di tahun 2011. Ini menunjukkan adanya indikasi bahwa BUMI Resources melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan yang terus meningkat di tahun 2009 hingga 2011. Analisis ini berdasarkan pada 8 variabel berikut: 1. Days Sales in Receivables Index pada Perseroan yang terus meningkat di tahun 2009 hingga 2011 yaitu dari 0.67, 1.26 dan ke 1.41. Ini menunjukan adanya indikasi inflasi pengakuan pendapatan dan peningkatan laba yang terlalu besar dan terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. 2. Selanjutnya Gross Margin Index PT BUMI Resources di tahun 2009 lebih besar dari 1 yaitu 1.57, hal ini menunjukkan bahwa marjin kotor perusahaan mengalami situasi yang memburuk. Ini memberikan sinyal negatif tentang prospek perusahaan yang terdapat hubungan positif dengan manipulasi laba. Meskipun terjadi penurunan index di tahun 2010 dan 2011. 3. Asset Quality Index PT BUMI Resources mengalami penurunan di tahun 2009 ke 2010, yaitu 0.98 ke 0.95. Namun, terjadi peningkatan di tahun 2011 hingga lebih besar dari 1, yaitu 1.02. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi meningkatkan keterlibatannya dalam penangguhan biaya. Penangguhan biaya dilakukan oleh perusahaan agar aset perusahaan terlihat besar dan meminimalisi pembayaran biaya, hal tersebut merupakan adanya indikasi yang berhubungan dengan manipulasi laba. 4. Sales Growth Index pada Perseroan di tahun 2009 ke 2010 yaitu dari 1.08 ke 0.80. Namun terjadi peningkatan yang cukup besar di tahun 2011 hingga
5.
6.
7.
8.
mencapai 1.37, ini menunjukan lebih besar kemungkinan Perseroan melakukan kecurangan laporan keuangan di tahun tersebut karena posisi keuangan dan kebutuhan modal memberikan tekanan kepada manajer untuk mencapai target laba. Depreciation Index yang cukup besar pada Perseroan di tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 0.92 ke 2.28, ini menunjukkan bahwa tingkat di mana aset disusutkan telah melambat dan meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan telah direvisi ke atas perkiraan masa manfaat aset atau mengadopsi metode baru yang peningkatan pendapatan di tahun tersebut. Walaupun terjadi penurunan index di tahun berikutnya. Sales General and Administrative Expenses Index pada BUMI Resources di tahun 2009 ke 2010, yaitu 0.86 ke 0.83. Namun terjadi peningkatan di tahun 2011 hingga mencapai 1.10. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan biaya penjualan yang lebih besar dari total penjualan pada tahun tersebut dan dapat diinterpretasikan adanya sinyal negatif tentang prospek perusahaan di masa depan. Leverage Index BUMI dalam tiga tahun terakhir mencapai angka lebih dari 1, ini menunjukkan adanya manipulasi laba untuk mendapatkan perjanjian utang dari kreditur Perusahaan. Total Accruals to Total Assets Perseroan di tahun 2009 ke 2010, yaitu 0.07 ke 0.05 namun terjadi peningkatan hingga mencapai 0.13 di tahun 2011, peningkatan ini menunjukkan adanya sinyal negatif dimana manajer membuat pilihan akuntansi diskresioner untuk mengubah laba.
Selain itu, Beneish M-Score PT Berau Coal Energy mencapai angka -2.19 di tahun 2010 dan mengalami peningkatan mencapai angka -1.87 di tahun 2011. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa Berau Coal Energy juga melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan di tahun pada periode 2010-2011. Analisis ini berdasarkan pada 8 variabel berikut: 1. Days Sales in Receivables Index pada PT Berau Coal Energy yang mengalami penurunan di tahun 2010 ke 2011 yaitu 0.86 ke 0.67. Ini menunjukkan tidak adanya indikasi inflasi pengakuan pendapatan dan peningkatan laba yang besar pada Perseroan di tahun 2011. 2. Gross Margin Index di tahun 2010 PT Berau Coal Energy lebih besar dari 1 yaitu 1.17, hal ini menunjukkan bahwa marjin kotor perusahaan mengalami situasi yang memburuk yang terdapat hubungan positif dengan manipulasi laba. Di tahun 2011 terjadi perbaikan di mana marjin berada di kisaran 0.88. 3. Asset Quality Index pada PT Berau Coal Energy di tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan hingga hampir mencapai angka 1, yaitu dari 0.78 ke 0.95. Ini menunjukkan bahwa Perseroan hampir berpotensi meningkatkan keterlibatannya dalam penangguhan biaya. Penangguhan biaya dilakukan oleh perusahaan agar aset perusahaan terlihat besar dan meminimalisi pembayaran biaya, hal tersebut merupakan adanya indikasi yang berhubungan dengan manipulasi laba.
4. Sales Growth Index pada Perseroan meningkat di tahun 2010 ke 2011 yaitu dari 1.19 ke 1.57, ini menunjukan lebih besar kemungkinan Perseroan melakukan kecurangan laporan keuangan karena posisi keuangan dan kebutuhan modal memberikan tekanan kepada manajer untuk mencapai target laba. 5. Depreciation Index pada Perseroan mengalami penurunan di tahun 2010 ke 2011, yaitu 1.83 ke 1.46. Ini belum menunjukkan adanya tingkat di mana aset disusutkan telah melambat atau meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan telah direvisi ke atas perkiraan masa manfaat aset atau mengadopsi metode baru yang peningkatan pendapatan di tahun tersebut. 6. Sales General and Administrative Expenses Index pada Perseroan di tahun 2010 ke 2011 mengalami peningkatan, yaitu 1.11 ke 1.23. Angka yang mencapai di atas 1 ini menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk penjualan lebih besar dibandingkan penjualan di tahun tersebut. Dan peningkatan yang terjadi menunjukkan peningkatan biaya penjualan dan dapat diinterpretasikan adanya sinyal negatif tentang prospek perusahaan di masa depan. 7. Leverage Index Berau Coal Energy mencapai angka lebih dari 1, hal ini menunjukkan adanya manipulasi laba untuk mendapatkan perjanjian utang dari kreditur Perusahaan di tahun tersebut. Walaupun terjadi sedikit penurunan di tahun berikutnya. 8. Total Accruals to Total Assets pada Perseroan di tahun 2010 ke 2011 dari 0.04 ke 0.10 di tahun 2011, peningkatan ini menunjukkan adanya sinyal negatif dimana manajer membuat pilihan akuntansi diskresioner untuk mengubah laba.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan analisis kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh penulis pada PT BUMI Resources Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk dengan menggunakan laporan keuangan tahun 2009 hingga 2011 dan 2010 hingga 2011, disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki indikasi kecurangan pada laporan keuangan. Analisis kecurangan laporan keuangan meliputi: 1. Analisis terkait fraud exposure rectangle yang dilakukan oleh penulis yang meliputi empat tahapan dengan hasil sebagai berikut: 1. Management and Directors Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas manajemen dan direksi BUMI Resources dan Berau Coal Energy tidak memiliki catatan yang bermasalah tapi perlu dilihat, ada beberapa catatan yang terkait dengan masalah ini yang memiliki rekam jejak atau track record yang cukup bermasalah. Selanjutnya dengan terpaparnya/tersangkutnya manajemen BUMI Resources dalam kasus penggelapan Pajak, dapat diduga bahwa salah satu motivasi manajemen saat menjalankan Perseroan tersebut diantaranya adalah untuk meminimalisasi beban pembayaran pajak (tax avoidance) dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan yang mengakibatkan adanya kerugian negara. 2. Relationship with Others Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki kepercayaan dan hubungan baik dengan lembaga keuangan karena memiliki hutang jangka panjang yang cukup besar, namun di sisi lain hal ini juga memberikan tekanan kepada manajemen untuk mengembalikan pinjaman dan mematuhi syarat-syarat kredit. Mengenai hubungan BUMI Resources dengan pihak organisasi dan individu, Perseroan diduga melakukan penyimpangan pajak yang disokong oleh Gayus Tambunan dan kelompoknya. BUMI Resources memiliki hubungan yang baik dengan auditor eksternal, karena Managing Partner Mazars Indonesia, selaku auditor Bumi Resources, menyatakan keyakinannya bahwa Bumi Resources telah mengungkapkan data yang benar. Begitu juga PricewaterhouseCoopers Indonesia, selaku auditor eksternal Berau Coal Energy melakukan audit laporan keuangan dengan pendapat wajar tanpa syarat. BUMI Resources juga memiliki hubungan baik dengan Aji Wijaya, selaku salah satu anggota tim pengacara Aburizal Bakrie. Namun, BUMI Resources memiliki hubungan yang kurang baik dengan para investor karena terancam tidak bisa membagikan dividen di tahun 2012. Begitu juga pelepasan saham dari sekuritas yang terjadi pada PT Berau Coal Energy. Selain itu, Nathaniel Rothschild, salah satu pemegang saham minoritas Bumi Plc, menyatakan tengah melakukan investigasi terkait adanya penyimpangan dana oleh dua sayap usahanya PT Bumi Resources Tbk dan PT Berau Coal Energy Tbk. Juga
menyatakan keinginannya untuk menghapus Bakrie dan sekutu dari pemegang saham Bumi Plc BUMI Resources juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan regulator, yaitu Direktorat Jendral Pajak. Terkait dengan dugaan tax avoidance yang dilakukan Kaltim Prima Coal selaku anak perusahaan BUMI Resources. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan juga menyatakan akan menjatuhkan sanksi berat kepada manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) jika hasil investigasi Bumi Plc terbukti ada pelanggaran dalam menyajikan laporan keuangan. 3. Organization and Industry Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki memiliki struktur organisai yang jelas, memiliki komisaris independen, departemen audit internal untuk menyediakan kontrol internal, penilaian dan mitigasi risiko, transparansi dan perbaikan tata kelola perusahaan. 4. Financial Result and Operating Characteristics Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan BUMI Resources dan Berau Coal Energy mengalami berbagai peningkatan dan penurunan rasio keuangan pada periode tahun 2009 hingga 2011 dan 2010 hingga 2011. 2.
Analisis Rasio Keuangan untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan 1. Liquidity Ratio BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki liquidity ratio yang lebih rendah dibanding perusahaan kompetitornya (Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal). Ini menunjukkan kedua perusahaan tersebut kurang mampu untuk memenuhi kewajiban-kewajiban keuangan jangka pendeknya pada saat jatuh tempo jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor yang sejenis. 2. Activity Ratio dan Day’s Ratio BUMI Resources memiliki activity ratio lebih rendah dibanding ADARO. sehingga kinerja BUMI terlihat lebih buruk dibanding perusahaan kompetitor, terutama di sisi inventory turnover dan asset turnover. Di sisi lain Berau Coal Energy memiliki activity ratio lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitornya. Namun, hal tersebut belum cukup baik, karena kedua Perseroan memiliki total asset turnover kurang dari 1. Secara umum kinerja BUMI lebih baik karena memiliki day’s ratio yang lebih kecil dibandingkan ADARO, namun dapat dilihat bahwa average days inventory in stock BUMI lebih besar. Di sisi lain, day’s ratio BERAU terlihat lebih kecil dibanding BORNEO. Ini menunjukkan bahwa aktivitas BERAU lebih efisien jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor.
3. Solvability Ratio BUMI Resources dan Berau Coal Energy memiliki solvability ratio yang paling besar jika dibandingkan dengan Adaro Energy dan Borneo Lumbung Energy & Metal, ini menunjukkan bahwa kedua perusahaan tersebut memiliki hutang yang paling banyak jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing. 4. Profitability Ratio Secara umum BUMI dan BERAU memiliki profitability ratio yang lebih kecil dibandingkan dengan ADARO dan BERAU. Ini menunjukkan bahwa BUMI memiliki kinerja yang lebih buruk di sektor penjualan jika dibandingkan dengan perusahaan kompetitor masing-masing. Berdasarkan hasil analisis keempat rasio terhadap laporan keuangan BUMI Resources dan Berau Coal Energy menunjukkan bahwa secara keseluruhan kinerja masing-masing Perseroan masih kurang baik. Hal ini menyebabkan adanya tekanan untuk meningkatkan kinerja pada laporan keuangan sekaligus memotivasi manajemen untuk melakukan kecurangan terhadap laporan keuangan pada masing-masing Perseroan.
3.
Beneish M-Score Model Jika M> - 2.22, hal ini menunjukkan adanya indikasi perusahaan melakukan manipulasi. Secara keseluruhan, Beneish M-Score PT BUMI Resources mencapai angka -2.16 di tahun 2009, -2.08 di tahun 2010 dan -1.34 di tahun 2011. Ini menunjukkan adanya indikasi bahwa BUMI Resources melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan yang terus meningkat di tahun 2009 hingga 2011. Selain itu, Beneish M-Score PT Berau Coal Energy mencapai angka -2.19 di tahun 2010 dan mengalami peningkatan mencapai angka -1.87 di tahun 2011. Hal ini menunjukkan adanya indikasi bahwa Berau Coal Energy juga melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan di tahun pada periode 2010-2011.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis berpendapat bahwa PT BUMI Resources dan Berau Coal Energy harus melakukan perbaikan sebagai berikut: - Saran untuk perusahaan: 1. Agar pemegang saham melakukan investigasi terhadap dugaan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan, hal ini sesuai dengan permintaan BUMI Plc sebagai salah satu pemegang saham BUMI. 2. Agar pemegang saham mendorong partisipasi aktif dewan pengawas dan komite audit untuk dapat meminimalisasi praktik-praktik kecurangan laporan keuangan. 3. Agar perusahaan memperbaiki tata kelola perusahaan agar lebih transparan dan akuntabel. Upaya ini antara lain dengan melakukan rekrutmen manajemen dan dewan pengawas dengan lebih baik lewat mekanisme fit and proper test, sehingga diharapkan organisasi akan mendapatkan manajemen dan dewan pengawas yang lebih berintegritas sehingga pada akhirnya control environment yang lebih baik. - Saran untuk regulator: 1. Agar dilakukan audit investigasi untuk mengungkap dugaan praktik kecurangan laporan keuangan. - Saran untuk auditor eksternal: 1. Agar auditor eksternal masing-masing perusahaan meningkatkan kinerja dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan. - Saran untuk kondisi keuangan perusahaan: 1. Agar meningkatkan aset lancar perusahaan, terutama pada pos kas dan setara kas, agar aset lancar yang dimiliki perusahaan dapat menjamin kewajiban lancarnya. Dengan demikian akan meningkatkan likuiditas perusahaan yaitu kemampuan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. 2. Agar melakukan pembayaran atas hutang sesuai dengan perjanjian pembayaran sehingga perusahan dapat memperoleh potongan tunai atau diskon. 3. Agar meningkatkan penagihan piutang usaha sesuai dengan perjanjian pengembalian piutang untuk meningkatkan aset lancar perusahaan, terutama pada pos kas dan setara kas.
DAFTAR PUSTAKA Albrecht, W. S., Albrecht, C. C., Albrecht, C. O., & Zimbelman, M. (2009). Fraud Examination. (3rd ed.). Mason, USA: South-Western Cengage Learning. Amarullah, Amril. (2008). Aburizal Adukan Tempo ke Dewan Pers. http://cangkang.vivanews.com/liburan/news/read/13249tim_pengacara_aburizal_siapkan_sejumlah_ahli. Diakses tanggal 29 Desember 2012. Amrizal. (2007). Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal Auditor. http://www.bpkp.go.id/unit/investigasi/cegah_deteksi.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2012. Andi, F. R. (2008). Tarik Ulur Depag-Maktour. http://nasional.inilah.com/read/detail/14981/tarik-ulur-depag-maktour. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Avriano, I. (2012). BUMI RESOURCES: Ari Saptari Hoedaja mundur dari jabatan direksi Bumi Plc. http://www.bisnis.com/articles/bumi-resources-ari-saptari-hoedaja-mundur-darijabatan-direksi-bumi-plc. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S. (2012). Auditing and Assurance Services: an Integrated Approach (14th ed.). Essex, England: Pearson Education, Inc. Association of Certified Fraud Examiners, Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse (Austin, USA: ACFE, 2010). Beneish, M.D. (2012). http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1998387 diakses tanggal 27 September 2012. Boynton, W. C., & Johnson, R. N. (2006). Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity of Financial Reporting (8th ed.). Hoboken, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc. Budiartie, G. (2012) BEI Akan Selidiki Kabar Penjualan Saham Bumi. http://www.tempo.co/read/news/2012/10/09/090434728/BEI-Akan-Selidiki-KabarPenjualan-Saham-Bumi. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Danial. (2010) Pengusaha Tangguh Yang Penuh Spekulasi. http://www.trenkonstruksi.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 52:ir-iman-taufik-pengusaha-tangguh-yang-penuh spekulasi&catid=44:tokoh&Itemid=59. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Djumena, Erlangga. (2012). Kisruh BUMI, Samin Tan dan Bakrie Pecah Kongsi? http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/09/28/06510182/Kisruh.BUMI.Samin .Tan.dan.Bakrie.Pecah.Kongsi. Diakses tanggal 30 Desember 2012.
Garrison, R. H., Noreen, E. W., Brewer, P. C. (2006). Managerial Accounting. (11th ed). New York, USA: McGraw-Hill Irwin. Gibson, C.H. (2009). Financial Reporting and Analysis: Using Financial Accounting Information (11th edition). South Western: Cengage Learning. Giroux, G. (2006). Earnings Magic and the Unbalance Sheet. Hoboken, New Jersey, USA: John Wiley & Sons, Inc. Harjono, Y. (2012). Kadin Optimis Ekonomi Indonesia Bisa Melesat. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/01/11290046/Kadin.Optimistis.Ek onomi.Indonesia.Bisa.Melesat. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Houston, J.F. & Brigham, E.F. Alih bahasa oleh Yulianto, A. A. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan buku 1. (edisi 10). Jakarta: Salemba Empat. Iman, F. N. (2012). Bumi dan Berau Terancam Sanksi Berat. http://www.indonesiafinancetoday.com/read/34185/Bumi-dan-Berau-TerancamSanksi-Berat. Diakses tanggal 29 Desember 2012. Irianto, A. (2010). Lagi, Petinggi Grup Bakrie Jadi Tersangka Kasus Pajak. http://www.tempo.co/read/news/2010/03/22/090234327/Lagi-Petinggi-GrupBakrie-Jadi-Tersangka-Kasus-Pajak. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Isti, Bambang. (2011). Babak Demi Babak Drama Gayus Tambunan. http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/bicara_fakta/2011/01/10/22/Investor-Dosa-di-Sekitar-Gayus. Diakses tanggal 10 Oktober 2012. Jun, Jae. (2010). Beneish M Score to Detect Earnings Manipulation. http://www.oldschoolvalue.com/blog/investment-tools/beneish-earningsmanipulation-m-score/. Diakses tanggal 27 September 2012. Lukman. (2012). Berau Coal Energy sanggah adanya penyidikan BUMI Plc. http://financeroll.co.id/news/53824/berau-coal-energy-sanggah-adanya-penyidikanbumi-plc. Diakses tanggal 29 Desember 2012. Margaretha, Farah. (2007). Manajemen Keuangan Bagi Industri Jasa. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Munawir, S. (2007). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty. Noviansyah, Adit. (2010). Soal Suap Gayus, PT BUMI Siap Ikuti Proses Hukum. http://www.tempo.co/read/news/2010/11/16/063292166/Soal-Suap-Gayus-PTBumi-Siap-Ikuti-Proses-Hukum. Diakses tanggal 28 Desember 2012. Porter, B., Simon, J., Hatherly, D. (2003). Principles of External Auditing (2nd ed.). Chichester, England: John Wiley and Sons, Inc. Purnomo, H. (2012). Agus Marto Depak Anggito, Erry Firmansyah & Parikesit dari Calon Bos OJK. http://finance.detik.com/read/2012/03/22/084315/1874034/5/agusmarto-depak-anggito-erry-firmansyah-parikesit-dari-calon-bos-ojk. Diakses tanggal 29 Desember 2012.
Russell, Jonathan (2012). Bumi financial irregularities could run to $500m. http://www.telegraph.co.uk/finance/newsbysector/industry/mining/9563729/Bumifinancial-irregularities-could-run-to-500m.html. Diakses tanggal 23 Oktober 2012. Roszandi, Dasril. (2012). Konflik Bumi Plc, Rothschild Klaim Dapat Dukungan. http://www.tempo.co/read/news/2012/12/11/090447420/Konflik-Bumi-PlcRothschild-Klaim-Dapat-Dukungan. Diakses tanggal 29 Desember 2012. Tunggal, Amin Widjaja, Forensic & Investigative Accounting, Pendekatan Kasus, Jakarta: Harvarindo, 2012. Wardhana, S. (2012). KPK Periksa Mantan Menteri BUMN Sofyan Djalil. http://www.tempo.co/read/news/2012/11/12/063441208/KPK-Periksa-MantanMenteri-BUMN-Sofyan-Djalil. Diakses tanggal 29 Desember 2012. Yasin, A. N., Pakpahan, D., Syavira, F., Aria, P. (2010). Perusahaan Milik Komisaaris BUMI Terima L/C Bank Century (Bagian II). http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2010/03/30/perusahaan-milikkomisaris-bumi-terima-lc-bank-century-bagian-ii/. Diakses tanggal 28 Desember 2012.