ANALISIS KEBIASAAN SARAPAN DAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
DESSY ARYANTI UTAMI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Dessy Aryanti Utami NIM.I14100148
ABSTRAK DESSY ARYANTI UTAMI. Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kebiasaan sarapan dan kualitas tidur pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan jumlah contoh 83 orang yang dipilih secara purposif yaitu mahasiswa tingkat satu dan dua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) digunakan untuk menghitung estimasi kualitas tidur dan Metabolic Equivalent (MET) untuk mengukur pengeluaran metabolisme tubuh. Berdasarkan hasil analisa deskriptif, sebagian besar contoh (85.5%) memiliki status gizi yang normal, 39.8% contoh mengonsumsi sarapan setiap hari sedangkan 6.0% tidak pernah mengonsumsi sarapan. Kualitas tidur sebagian besar contoh termasuk dalam kategori buruk pada contoh laki-laki (82.8%) dan perempuan (80.0%) serta tidak terdapat perbedaan antara kualitas tidur dengan jenis kelamin (p>0.05). Berdasarkan uji korelasi Spearman dan Pearson, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan kualitas tidur dengan status gizi serta kualitas tidur dengan kebiasaan sarapan (p>0.05) serta tidak terdapat perbedaan kualitas tidur antara contoh yang terbiasa sarapan dengan yang tidak terbiasa sarapan (p>0.05). Kata kunci: kebiasaan sarapan, kualitas tidur, PSQI, status gizi
ABSTRACT DESSY ARYANTI UTAMI. Analysis of Breakfast Habits and Sleep Quality among Students Majoring in Physical Education and Health of Sebelas Maret University. Supervised by SITI MADANIJAH. The purpose of this study was to analyze breakfast habits and sleep quality among university students. A cross-sectional study design was conducted with 83 respondents choosen purposively (freshman and sophomore majoring in physical education and health of Sebelas Maret University). The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) and Metabolic Equivalent (MET) were used to estimate sleep quality and metabolic expenditure of subjects. Descriptive analysis showed nutritional status (85.5%) were categorized as normal, 39.8% of respondent consumed breakfast daily whilst 6.0% never ate breakfast. Poor sleep quality was largely showed both in men (82.8%) and women (80.0%), moreover sleep quality was not significantly different with sex (p>0.05). Based on the results of Spearman and Pearson correlation analysis, there was no significant correlation between breakfast habits and sleep quality with nutritional status (p>0.05). It was also found that sleep quality was not significantly correlated with breakfast habits (p>0.05) and there was no significant difference of sleep quality in respondent who consumed breakfast less than 4 times in a week and more (p>0.05). Keywords: breakfast habits, nutritional status, PSQI, sleep quality
ANALISIS KEBIASAAN SARAPAN DAN KUALITAS TIDUR MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
DESSY ARYANTI UTAMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Analisis Kebiasaan Sarapan dan Kualitas Tidur Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta Nama : Dessy Aryanti Utami NIM : I14100148
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei-Juni 2014 di Kampus JPOK FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik tentunya tidak terlepas dari peran dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing akademik, pembimbing skripsi serta ibu yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sejak awal penulis menjadi mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat hingga proses penyelesaian skripsi. 2. Dr. Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji atas ilmu dan saran yang diberikan dalam diskusi selama penulisan skripsi. 3. Drs. H. Mulyono, MM selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS. 4. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor) JPOK FKIP UNS angkatan 2012 dan 2013 yang telah bersedia menjadi responden. 5. Mama (Dra. Utik Kosasih), Papa (Drs. Tri Aprilijanto Utomo, MKes. PhD.), Eyang, adik-adik (Ajeng Apsari Utami dan Meidy Triputra Utama), serta seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayang tanpa henti. 6. Hendi Santoso, S.IK. atas semangat, perhatian dan dukungan yang diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. 7. Ketua Departemen Gizi Masyarakat serta seluruh dosen dan staff di lingkungan Departemen Gizi Masyarakat. 8. Sahabat-sahabat tercinta (Laksmi Datu Bahaduri, Novia Akmaliyah, Dinda Ayuvalira) serta rekan-rekan GM 47 (Annisa Sophia, M. Yulianto, Citra, Erik, Oci, Gandis dan Zulfadli) atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan. 9. Jansen Ongko, MSc. RD., Mury Kuswari, MSi., tim Lagizi Indonesia, Indra Sugairto, S.Si, tim Katalis Corp, keluarga IAAS LC IPB serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah ikut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2015
Dessy Aryanti Utami
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Hipotesis
3
Manfaat Penelitian
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
6
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
6
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
8
Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN
10 10
Gambaran Umum Tempat Penelitian
10
Karakteristik Contoh
11
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
13
Kebiasaan Sarapan
15
Kualitas Tidur
18
Hubungan Antar Variabel
19
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
26
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sebaran nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan Kategori masing-masing variabel penelitian Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia dan status gizi Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan uang saku, pengeluaran untuk makan dan tempat tinggal Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orangtua Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan Sebaran contoh berdasarkan frekuensi, waktu, tempat, jenis makanan dan alasan tidak sarapan Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas tidur Nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing komponen PSQI Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan, kualitas tidur dan status gizi Sebaran contoh berdasarkan kualitas tidur dan kebiasaan sarapan
7 9 12 13 14 15 16 17 18 18 19 20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dalam Bahasa Indonesia Dokumentasi pengambilan data penelitian
24 25
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembagian waktu makan utama dalam sehari meliputi sarapan, makan siang dan makan malam. Normalnya kebutuhan gizi seseorang tidak mungkin terpenuhi hanya dari satu atau dua kali makan dalam sehari, khususnya pada mahasiswa yang mempunyai aktivitas fisik yang padat. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi dan memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh (Hoeger dan Hoeger 2005). Otot memerlukan energi untuk melakukan gerak, sehingga sarapan merupakan suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari, karena tubuh tidak mendapatkan asupan energi selama sekitar 8 jam pada saat tidur di malam hari (Khomsan 2002). Selain itu, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah dan memberikan kontribusi untuk meningkatkan konsentrasi belajar (Faridi 2002). Idealnya, sarapan dapat berkontribusi sekitar 20 persen sampai 25 persen dari kebutuhan total energi harian (Almatsier 2009). Niemeier et al. (2006) menyatakan bahwa kebiasaan melewatkan sarapan dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji meningkat pada usia peralihan menuju dewasa. Kedua hal tersebut merupakan faktor yang berkontribusi terhadap kenaikan berat badan sehingga orang yang melakukan sarapan cenderung memiliki status gizi yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang melewatkan sarapan. Sarapan juga dapat menurunkan densitas energi (energy density) dari asupan energi harian karena jenis makanan yang dikonsumsi pada waktu makan berikutnya dapat lebih dikontrol sehingga mengurangi risiko kenaikan berat badan (Ashima et al. 2008). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Song et al. (2005) juga menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan pilihan makanan yang dikonsumsi saat sarapan dapat menjadi faktor penting untuk mencegah terjadinya overweight dan obese. Tidur merupakan salah satu aktivitas alami yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Pada manusia, tidur berkaitan dengan kerja otak dan merupakan keadaan ketika otak tidak mengolah informasi dari neuron sensorik dan tidak memberi perintah ke neuron motorik (Pace-Schott dan Hobson 2002). Setiap individu manusia membutuhkan waktu yang berbeda untuk tidur. Tanpa waktu tidur yang cukup kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan dan berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan meningkatkan iritabilitas (Lee-Chiong 2005) serta kurang tidur berkontribusi terhadap munculnya masalah kesehatan seperti stress dan obesitas (Noland et al. 2009). Selain lama waktu tidur atau kuantitas tidur, terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap tidur manusia yaitu kualitas tidur. Kualitas tidur seseorang tidak hanya diukur dari lama waktu (durasi) tidur, namun juga dinilai kedalaman tidur seseorang dari beberapa indikator yang nantinya akan mempengaruhi kondisi fisiknya pada saat bangun. Tidak banyak metode atau instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas tidur. The Pittsburgh Sleep Quality Index atau indeks kualitas tidur metode PSQI merupakan salah satu metode penilaian
2 terhadap kualitas tidur individu yang paling banyak digunakan di seluruh dunia menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Alat ini telah dikembangkan dan diterjemahkan dalam 63 bahasa di dunia untuk mengkategorikan kualitas tidur yang baik dan kurang baik berdasarkan skor PSQI (Buysee et al. 1988). Menurut studi yang dilakukan Bixler pada tahun 2009 yang ditulis dalam Journal of Sleep Medicine, perilaku dan gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol dan penggunaan internet yang berlebihan merupakan faktor yang berkaitan dengan kualitas tidur yang buruk. Berdasarkan studi tersebut, salah satu faktor yang berhubungan positif dengan kualitas tidur adalah kepadatan aktivitas fisik yang dilakukan individu tersebut. Di sisi lain, tingkat aktivitas fisik yang dilakukan pada satu hari ditunjang oleh konsumsi pangan individu tersebut, termasuk konsumsi sarapan yang dapat memberikan kontribusi hingga 25 persen dari kebutuhan energi dalam sehari (Khomsan 2002). Selain itu, penelitian terbaru dari Cheng et al. (2012) menunjukkan bahwa orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk biasanya bangun lebih siang sehingga cenderung akan melewatkan sarapan dan kurang berenergi untuk melakukan aktivitas fisik. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor) Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tidak mempunyai kompetensi pada bidang pangan dan gizi. Namun bidang kompetensi mahasiswa pada program studi tersebut adalah pendidikan kepelatihan olahraga sehingga memiliki aktivitas fisik yang padat dari latihan dan kegiatan praktikum yang dilakukan serta kegiatan non-akademik lainnya yang terkait dengan aktivitas fisik. Konsumsi pangan terutama kebiasaan sarapan akan membantu seseorang untuk dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan lebih baik sehingga mendapatkan kualitas tidur yang baik pada malam hari. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mempelajari kebiasaan sarapan dan kualitas tidur serta menganalisis kemungkinan adanya hubungan kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur pada mahasiswa program studi pendidikan kepelatihan olahraga yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang dianggap homogen dari latihan dan kegiatan praktikum yang dilakukan.
Perumusan Masalah Rumusan pokok-pokok permasalahan yang menjadi fokus penelitian berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kebiasaan sarapan dan kualitas tidur contoh. 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi. 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan status gizi. 4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur. 5. Apakah terdapat perbedaan kualitas tidur antara contoh yang terbiasa sarapan dengan contoh yang tidak terbiasa sarapan.
3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kebiasaan sarapan dan kualitas tidur mahasiswa jurusan pendidikan olahraga dan kesehatan. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga contoh. 2. Menganalisis hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur contoh; kebiasaan sarapan dengan status gizi; kualitas tidur dengan status gizi. 3. Membandingkan kualitas tidur contoh yang terbiasa sarapan dengan yang tidak terbiasa sarapan.
Hipotesis 1. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dengan status gizi contoh. 2. Terdapat hubungan positif antara kualitas tidur dengan status gizi contoh. 3. Terdapat hubungan positif antara kebiasaan sarapan dengan kualitas tidur contoh. 4. Contoh yang terbiasa sarapan memiliki kualitas tidur yang lebih baik daripada contoh yang tidak terbiasa sarapan.
Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kebiasaan sarapan dan kualitas tidur mahasiswa dengan aktivitas fisik yang padat. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan pendidikan gizi terkait pentingnya membiasakan diri untuk sarapan setiap pagi dan memperhatikan kualitas tidur sebagai bagian dari pola hidup sehat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pentingnya sarapan dan kualitas tidur yang baik kepada mahasiswa serta pihak yang terkait untuk meningkatkan performa fisik dan mental yang bermanfaat dalam peningkatan status gizi dan prestasi.
KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas fisik yang padat pada satu hari sangat ditunjang oleh konsumsi pangan individu, termasuk konsumsi sarapan di pagi hari. Konsumsi sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan tubuh untuk meningkatkan kadar gula darah, mengingat tubuh tidak mendapatkan asupan zat gizi selama sekitar 8 jam sejak malam hari sehingga konsumsi sarapan dapat memberikan kontribusi energi untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari disamping konsumsi makan siang dan malam. Sarapan berperan penting dalam meningkatkan
4 konsentrasi belajar. Selain itu konsumsi sarapan juga dapat menunjang kegiatan mahasiswa yang banyak menggunakan kerja otot dan memiliki aktivitas fisik yang cukup tinggi seperti pada mahasiswa jurusan pendidikan olahraga. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan yaitu karakteristik individu, karakteristik keluarga, akses informasi tentang pangan dan pengaruh teman sebaya. Selain karakteristik individu, pengaruh karakteristik keluarga terhadap kebiasaan sarapan (terutama pekerjaan orangtua dan pendapatan keluarga) juga diteliti pada penelitian ini karena rata-rata mahasiswa belum memiliki penghasilan sendiri sehingga jumlah uang saku yang diterima dapat mempengaruhi kebiasaan makan. Salah satu faktor yang berhubungan positif dengan kualitas tidur adalah kepadatan aktivitas fisik yang dilakukan individu. Di sisi lain, konsumsi pangan individu tersebut, termasuk konsumsi sarapan, dapat menunjang aktivitas fisik yang dilakukan pada satu hari. Individu dengan kualitas tidur yang lebih baik cenderung memiliki indeks massa tubuh (IMT) yang normal dibandingkan dengan individu yang kualitas tidurnya buruk (Cheng et al. 2012). Selain itu, status gizi individu juga dipengaruhi oleh konsumsi pangan termasuk sarapan, status infeksi dan aktivitas fisik. Status infeksi yang mempengaruhi status gizi, akses informasi tentang pangan, pengaruh teman sebaya terhadap kebiasaan sarapan serta pengaruh kualitas tidur terhadap status kesehatan mahasiswa tidak diteliti pada penelitian ini. Secara sistematik, kerangka pemikiran kebiasaan sarapan dan kualitas tidur mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS disajikan pada Gambar 1.
5 Secara sistematik, kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam alur sebagai berikut:
Karakteristik individu: Usia Jenis kelamin Jumlah uang saku per bulan Jumlah pengeluaran untuk makanan per bulan
Karakteristik keluarga: Pendidikan orang tua Pekerjaan orang tua Pendapatan orang tua Besar keluarga
Kebiasaan sarapan: Frekuensi sarapan Waktu dan tempat Jenis makanan
Info pangan
Pengaruh teman
Status infeksi
Status gizi: Indeks Massa Tubuh
Kualitas tidur: Kualitas tidur subjektif Latensi tidur Lama waktu (durasi) tidur Efisiensi kebiasaan tidur Gangguan saat tidur Penggunaan obat tidur Disfungsi konsentrasi pada siang hari
Aktivitas fisik: Jenis olahraga Frekuensi olahraga Durasi olahraga
Status kesehatan
Keterangan : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis Gambar 1 Skema kerangka pemikiran kebiasaan sarapan dan kualitas tidur mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS.
6
METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai kebiasaan sarapan dan kualitas tidur ini dilakukan dengan menggunakan desain cross-sectional study dengan lokasi dan subjek penelitian yang ditentukan secara purposif. Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta karena mahasiswa pada jurusan tersebut rata-rata memiliki aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dari jurusan lainnya, dilihat dari kegiatan perkuliahan dan praktikum akademik serta kegiatan non-akademik. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Desember 2014.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS memiliki dua program studi yaitu Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) dan Pendidikan Kepelatihan Olahraga (Penkepor). Populasi contoh penelitian ini dipilih secara purposif, yaitu mahasiswa dan mahasiswi angkatan 2012 (tingkat 2) dan 2013 (tingkat 1) dari Program Studi Penkepor sejumlah 158 orang dengan pertimbangan jumlah waktu praktek olahraga yang lebih banyak daripada program studi Penjaskesrek sehingga tingkat aktivitas fisik mahasiswa di program studi Penkepor cenderung lebih tinggi dan lebih homogen. Pemilihan contoh dilakukan dengan kriteria: 1) mahasiswa atau mahasiswi Prodi Penkepor angkatan 2012 atau 2013 dalam kelompok usia 18 sampai 25 tahun; 2) dalam keadaan sehat (tidak sedang sakit atau memiliki penyakit); 3) tidak sedang mengikuti penelitian lain dan bersedia untuk dijadikan contoh; 4) mengisi kuesioner dengan lengkap. Jumlah contoh yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini adalah 90 orang namun hanya 83 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Beberapa responden tidak memenuhi kriteria inklusi karena sedang dalam keadaan sakit dan tidak mengisi kuesioner dengan lengkap. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang terkait dengan variabel utama pada penelitian ini (kebiasaan sarapan dan kualitas tidur). Aktivitas fisik yang dilakukan dalam sehari ditunjang oleh konsumsi sarapan (Khomsan 2002), sedangkan tingkat aktivitas fisik pada siang hari merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas tidur di malam hari (Bixler 2009). Untuk mengurangi terjadinya bias, contoh dipilih dari kelompok mahasiswa dengan intensitas aktivitas fisik relatif homogen dan diukur menggunakan nilai Metabolic Equivalent of Task (MET value) yang dirilis dalam Compendium of Physical Activities 2011 (Ainsworth et al. 2011). Nilai MET digunakan secara global untuk mengestimasi pengeluaran energi (energy cost) dan mengukur intensitas berbagai aktivitas fisik yang dibagi dalam dua puluh satu kategori pada Compendium of Physical Activities 2011. MET merupakan rasio antara metabolic rate atau jumlah energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas fisik tertentu dengan metabolic rate yang telah ditetapkan. Satu satuan MET diperoleh dari angka Resting Metabolic Rate
7 (RMR) dalam keadaan duduk tenang yaitu sebesar 1 kkal/kg berat badan/jam atau 3.5 ml O2/kg berat badan/menit sehingga suatu aktivitas fisik dengan 2 MET (misalnya berjalan santai) memerlukan dua kali pengeluaran energi yang lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran energi saat duduk tenang. Nilai MET kemudian dikalikan dengan durasi melakukan aktivitas (dalam satuan menit atau jam). MET contoh pada penelitian ini dihitung berdasarkan data aktivitas olahraga yang diperoleh dari jadwal praktek perkuliahan contoh dalam satu minggu, sehingga diperoleh nilai minimal intensitas aktivitas fisik yang relatif sama antara mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 2. Tabel 1 menunjukkan rincian nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan. Mahasiswa tingkat 1 memiliki nilai MET yang sedikit lebih besar (23.2 MET-jam per minggu) daripada mahasiswa tingkat 2 (21.5 MET-jam per minggu) karena jenis kegiatan olahraga yang dilakukan lebih banyak. Tabel 1 Sebaran nilai minimal MET contoh dalam satu minggu berdasarkan jadwal praktek perkuliahan pada kedua angkatan Jenis aktivitas Mahasiswa tingkat 1 Futsal Voli Lompat atletik Senam alat (Calisthenics) Renang MET-menit/minggu MET-jam/minggu Mahasiswa tingkat 2 Sepakbola Bulutangkis Sport massage Basket MET-menit/minggu MET-jam/minggu
Durasi (menit)
MET
Jumlah MET
50 50 50 50 50
7 3 6 3.8 8
350 150 300 190 400 1390 23.2
50 50 50 50
7 5.5 4 9.3
350 275 200 465 1290 21.5
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup karakteristik contoh, karakteristik keluarga, kebiasaan sarapan, serta kualitas tidur. Data sekunder diperoleh dari database mahasiswa berupa jumlah mahasiswa angkatan 2012 dan 2013, jadwal kuliah dan praktikum mahasiswa angkatan 2012 dan 2013 serta gambaran umum lokasi penelitian. Karakteristik contoh meliputi data usia, jenis kelamin, jumlah uang saku per bulan dan jumlah pengeluaran untuk makan per bulan sedangkan karakteristik keluarga meliputi data besar keluarga, penghasilan keluarga per bulan, serta pendidikan dan pekerjaan orang tua. Data ini diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner secara mandiri yang dipandu oleh peneliti. Data mengenai
8 kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan dalam satu minggu, waktu dan tempat sarapan serta jenis makanan yang biasanya dikonsumsi saat sarapan. Seluruh data tersebut diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh responden dan dipandu oleh peneliti. Penilaian kualitas tidur dilakukan dengan metode self-report menggunakan kuesioner khusus The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dengan cara responden mengisi sendiri kuesioner tersebut yang dipandu oleh peneliti, sedangkan data berat badan dan tinggi badan diperoleh dari pengukuran langsung menggunakan timbangan injak (digital bathscale) dan microtoise. Kuesioner PSQI yang digunakan dalam penelitian ini sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengolahan dan Analisis Data Tahapan pengolahan data dimulai dari verifikasi, coding, entri, cleaning, grouping dan analisis data yang dilakukan dengan menggunakan perangkat program komputer Microsoft Office Excel 2010 for Windows, Microsoft Office Access Database 2010 for Windows dan Statistical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for Windows. Data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, tempat tinggal, jumlah uang saku per bulan dan jumlah pengeluaran per bulan untuk makan. Data status gizi ditentukan berdasarkan data indeks massa tubuh (IMT) yang diperoleh dari data berat badan (dalam satuan kg) dibagi dengan kuadrat data tinggi badan (dalam satuan meter). Data IMT dikelompokkan menjadi 4 kategori status gizi berdasarkan WHO (2006) yaitu underweight (<18.5 kg/m2), normal (18.5-24.9 kg/m2), overweight (25.0-26.9 kg/m2) dan obese (≥27.0 kg/m2). Data karakteristik keluarga meliputi kondisi sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, besar keluarga dan pendapatan keluarga per bulan. Tingkat pendidikan formal orang tua dikelompokkan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, Diploma/Akademi dan Sarjana/Pascasarjana. Data besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (jumlah anggota keluarga ≤4 orang), sedang (jumlah anggota keluarga 5-7 orang) dan besar (jumlah anggota keluarga >7 orang) (BKKBN 1998). Data pendapatan keluarga merupakan ratarata total penghasilan per bulan yang didapatkan semua anggota keluarga (ayah, ibu, anak atau anggota keluarga lainnya) yang tinggal dalam satu rumah dan jumlah uang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan seluruh anggota keluarga. Data pendapatan keluarga kemudian dibagi dengan jumlah keluarga untuk menentukan tingkat kemiskinan keluarga yang dikategorikan berdasarkan garis kemiskinan (GK) Nasional tahun 2014 yaitu sebesar Rp 302 735/kap/bulan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan (BPS 2014). Keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan kurang dari GK termasuk dalam kategori keluarga miskin, sebaliknya keluarga dengan pendapatan per kapita per bulan lebih dari atau sama dengan GK termasuk dalam kategori keluarga tidak miskin. Data kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu dan tempat sarapan, serta jenis makanan yang biasa dimakan saat sarapan. Data frekuensi sarapan kemudian dibagi menjadi dua kelompok kebiasaan sarapan. Contoh
9 dengan frekuensi sarapan 4-7 kali dalam seminggu termasuk dalam kelompok yang terbiasa sarapan dan contoh dengan frekuensi sarapan <4 kali dalam seminggu termasuk dalam kelompok tidak terbiasa sarapan (Fitriana 2011). Data kualitas tidur diperoleh dari hasil penilaian menggunakan skor The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dengan kategori kualitas tidur yang baik dan buruk. Data dengan jenis kategorik dikelompokkan menjadi beberapa kategori yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Kategori masing-masing variabel penelitian No. 1.
Variabel
Kategori
Tempat tinggal
Kos (mandiri) Tinggal dengan orangtua Tinggal dengan saudara atau kerabat
2.
Uang saku (Rp/bulan)
<500 000 500 000 - 1 000 000 1 001 000 - 2 000 000 >2 000 000
3.
Pengeluaran untuk makan (Rp/bulan)
<300 000 300 000 - 500 000 501 000 - 1 000 000 >1 000 000
4.
Status gizi (IMT kg/m2)
Underweight (<18.5) Normal (18.5-24.9) Overweight (25-26.9) Obese (≥27)
5.
Besar keluarga (orang)
Kecil (≤4) Sedang (5-7) Besar (>7)
6.
Pendidikan orang tua
Tidak sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana/Pascasarjana
7.
Pekerjaan orang tua
Tidak bekerja PNS/ABRI/POLRI Pegawai swasta Petani Wiraswasta Buruh Lainnya
8.
Pendapatan keluarga
9.
Kebiasaan sarapan
Terbiasa sarapan (≥ 4 kali seminggu) Tidak terbiasa sarapan (< 4 kali seminggu)
10.
Kualitas tidur
Baik (skor PSQI ≤5) Buruk (skor PSQI >5)
10 Analisis statistik data dilakukan secara deskriptif dan inferensia. Analisis secara statistik inferensia meliputi: 1. Uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) untuk jenis data kontinu: IMT, frekuensi sarapan dan skor PSQI. 2. Uji beda Mann-Whitney untuk jenis data kontinu dengan sebaran tidak normal atau data berbentuk kategorik ordinal: kualitas tidur, jenis kelamin dan kebiasaan sarapan. 3. Uji korelasi a. Salah satu data kontinu sebarannya tidak normal atau berbentuk kategorik ordinal menggunakan Spearman: hubungan frekuensi sarapan dengan IMT dan hubungan frekuensi sarapan dengan skor PSQI. b. Kedua data kontinu sebarannya normal menggunakan Pearson: hubungan IMT dengan skor PSQI.
Definisi Operasional Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi dan memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh . Contoh adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan angkatan 2012 dan 2013 Program Studi Penkepor JPOK UNS Surakarta. Frekuensi sarapan adalah frekuensi rata-rata contoh mengkonsumsi makanan di pagi hari dalam kurun waktu satu minggu. Indeks kualitas tidur adalah penilaian terhadap kualitas tidur dalam jangka waktu satu bulan dengan menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kebiasaan sarapan adalah kategori dari frekuensi sarapan contoh yang terdiri dari kategori terbiasa sarapan (≥ 4 kali sarapan dalam satu minggu) dan tidak terbiasa sarapan (< 4 kali sarapan dalam satu minggu). Kualitas tidur merupakan penilaian terhadap seberapa dalam tidur individu dilihat dari beberapa indikator yang akan mempengaruhi kondisi fisik pada saat bangun. Sarapan adalah kegiatan makan contoh yang dilakukan pada pagi hari dan dapat memenuhi 20-25% dari kebutuhan total energi harian. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah metode penilaian kualitas tidur individu berupa kuesioner berdasarkan metode scoring.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (JPOK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). JPOK FKIP UNS memiliki dua program studi yaitu Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) dan Pendidikan dan Kepelatihan
11 Olahraga (Penkepor). Subjek dalam penelitian ini diambil dari mahasiswa dan mahasiswi tingkat 1 (angkatan 2013) dan tingkat 2 (angkatan 2012) program studi Penkepor. Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UNS memiliki dua gedung kuliah dan beberapa fasilitas penunjang kegiatan perkuliahan dan praktikum seperti: lapangan olahraga outdoor dan indoor (basket, tenis lapangan, voli, bulutangkis, sepak takraw, panahan, tenis meja), stadion olahraga kampus, laboratorium pembinaan olahraga, fitness center dan kantin. Gedung kuliah utama terletak di Jl. Menteri Supeno yang terletak di depan Stadion Utama Manahan Surakarta dan di samping kolam renang Tirtomoyo yang juga menjadi fasilitas pendukung pendidikan sehingga memberikan akses kepada mahasiswa dan pengajar (dosen) untuk menggunakan stadion dan kolam renang secara gratis untuk keperluan akademik. Penelitian ini dilakukan di gedung kuliah utama JPOK UNS. Program studi Penkepor memiliki 20 orang dosen dengan keahlian masingmasing di bidang olahraga (dengan pendidikan S2 dan S3 serta dua orang guru besar) dan 1 orang dokter pengajar untuk beberapa mata kuliah bidang medis dan kesehatan, terkait dengan cedera olahraga, anatomi dan praktek laboratorium.
Karakteristik Contoh Karakteristik demografi Contoh pada penelitian ini adalah mahasiswa dan mahasiswi Program Studi Penkepor JPOK UNS tingkat 1 (angkatan 2013) dan tingkat 2 (angkatan 2012) dengan jumlah 83 orang. Sebanyak 58 orang (69.9%) contoh adalah laki-laki dan 25 orang (30.1%) contoh adalah perempuan. Rentang usia contoh berada pada usia 18 sampai 21 tahun, dimana usia di atas 18 tahun merupakan kelompok usia dewasa menurut Riset Kesehatan Dasar RI (Riskesdas) tahun 2013 (Kemenkes 2013). Rata-rata usia contoh adalah 19.1 ± 0.7 tahun. Proporsi contoh terbanyak adalah contoh laki-laki dan perempuan usia 19 tahun (60.2%), sedangkan contoh perempuan tidak ada yang berusia 21 tahun. Status gizi Status gizi contoh ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) untuk usia dewasa (WHO 2006). Sebagian besar contoh laki-laki dan perempuan sebanyak 85.5% memiliki status gizi normal dengan rata-rata IMT 21.2 ± 2.5. Hal ini menunjukkan bahwa contoh rata-rata memiliki status gizi yang cenderung normal, salah satunya diduga karena aktivitas fisik yang hampir setiap hari dilakukan contoh pada kegiatan praktek perkuliahan. Sebaran status gizi overweight dan obese hanya ditemukan pada contoh laki-laki (5.2%). Status gizi contoh yang tidak normal ini diduga dapat terjadi karena terdapat overestimate hasil pengukuran status gizi menggunakan IMT. Meskipun IMT dapat menjadi gambaran umum tentang status gizi individu, namun terdapat keterbatasan pada penggunaan IMT sebagai tolak ukur status gizi, misalnya pada atlet (Prentice dan Jebb 2001). IMT hanya diukur berdasarkan berat badan dan tinggi badan (bukan berdasarkan persen lemak tubuh atau massa otot) sehingga dapat terjadi overestimate hasil data pada individu yang memiliki
12 massa otot yang tinggi. Data tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia menurut status gizi ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin, usia dan status gizi Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) 18
19 20 21
Underweight n %
Status gizi Normal Overweight n % n %
n
Obese %
4 2
6.9 8.0
48 23
82.8 92.0
3 0
5.2 0.0
3 0
5.2 0.0
0 6 0 0
0.0 12.0 0.0 0.0
14 39 15 3
93.3 78.0 100.0 100.0
0 3 0 0
0.0 6.0 0.0 0.0
1 2 0 0
6.7 4.0 0.0 0.0
Karakteristik sosial ekonomi Jumlah contoh yang berdomisili di daerah Surakarta dan tinggal dengan orang tua sama dengan jumlah contoh yang tinggal mandiri (kos) sebanyak 45.8%. Hanya sebagian kecil dari contoh (8.4%) yang tinggal bersama saudara atau kerabat di daerah Surakarta dan sekitarnya karena berasal dari luar daerah. Hal ini menunjukkan bahwa contoh pada penelitian ini hampir tersebar merata antara mahasiswa yang tinggal bersama orang tua dengan mahasiswa yang berasal dari luar daerah Surakarta yang tinggal secara mandiri. Semua contoh pada penelitian ini mendapatkan uang saku setiap bulan dari orangtua atau anggota keluarga lain yang sudah memiliki penghasilan (misalnya kakak). Pada penelitian ini, uang saku merupakan penjumlahan uang yang diperoleh contoh dari orang tua, anggota keluarga lain atau sumber lainnya (misalnya beasiswa). Selain itu, sebagian contoh menuliskan bahwa uang saku yang diterima dapat bertambah apabila contoh mendapatkan tambahan uang dari upah sebagai pelatih olahraga. Uang saku ini digunakan contoh untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non-pangan dalam satu bulan. Sebagian besar contoh (53.0%) menerima uang saku pada rentang Rp 500 000-Rp 1 000 000 setiap bulan, namun tidak ada contoh yang mendapatkan uang saku lebih dari Rp 2 000 000 dalam sebulan. Pengeluaran untuk makan merupakan bagian dari uang saku yang diterima contoh dan digunakan untuk membeli makanan dalam waktu satu bulan. Sebanyak 39.8% contoh hanya membelanjakan kurang dari Rp 300 000 per bulan untuk membeli makanan, sedangkan sebagian besar contoh (60.2%) memiliki jumlah pengeluaran untuk makan lebih dari Rp 300 000 dalam satu bulan. Rata-rata pengeluaran untuk makan contoh dalam satu bulan (Rp 300 000 - Rp 500 000) ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan rata-rata pengeluaran untuk makan yang harus dikeluarkan oleh mahasiswa yang berada di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bogor. Hal ini diduga karena biaya hidup di daerah Surakarta cenderung lebih rendah daripada di kota besar seperti Jakarta atau Bogor sehingga berdampak pada harga makanan yang lebih murah.
13 Tabel 4 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan uang saku, pengeluaran untuk makan dan tempat tinggal Karakteristik
Kos
Tempat tinggal Orangtua n %
Saudara n %
n
%
Uang saku (Rp/bulan) < 500 000 500 000-1 000 000 1 001 000-2 000 000 > 2 000 000
11 24 3 0
30.6 54.6 100.0 0.0
21 17 0 0
58.3 38.6 0.0 0.0
4 3 0 0
11.1 6.8 0.0 0.0
Pengeluaran untuk makan (Rp/bulan) < 300 000 300 000-500 000 501 000-1 000 000 > 1 000 000
11 23 4 0
33.3 52.3 66.7 0.0
19 17 2 0
57.6 38.6 33.3 0.0
3 4 0 0
9.1 9.1 0.0 0.0
Tabel 4 merupakan tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan uang saku dan pengeluaran untuk makan menurut tempat tinggal. Berdasarkan hasil analisis tabulasi silang, sebagian besar contoh yang mendapat uang saku kurang dari Rp 500 000 (58.8%) dan membelanjakan uang saku kurang dari Rp 300 000 per bulan untuk membeli makanan (57.6%) tinggal dengan orang tua. Hal ini mungkin disebabkan karena contoh yang tinggal bersama orangtua tidak memerlukan banyak uang saku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama pengeluaran untuk makan karena makanan sudah disediakan di rumah. Selain itu, mereka juga lebih memilih untuk makan di rumah daripada membeli makanan di luar untuk menghemat pengeluaran dari uang saku. Sebaliknya, contoh yang mendapatkan uang saku diatas Rp 500 000 dan mengeluarkan lebih dari Rp 300 000 per bulan dari uang saku untuk membeli makanan kebanyakan adalah mahasiswa yang tinggal mandiri di kos karena harus menggunakan uang saku tersebut untuk membeli makanan di setiap waktu makan sehingga mendapatkan lebih banyak uang saku.
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Pendidikan dan pekerjaan orangtua Pola makan anak termasuk kebiasaan sarapan dimulai sejak usia dini dan kebiasaan seperti itu cenderung terus dibawa hingga dewasa. Dalam hal ini orang tua memiliki pengaruh penting terhadap kebiasaan makan anak sehingga orangtua yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan pola asuh yang baik terhadap kebiasaan makan anak terkait kesadaran orangtua mengenai pentingnya mengonsumsi sarapan (Liu et al. 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Pendidikan orangtua merupakan tahap pendidikan formal tertinggi yang dapat dicapai oleh ayah dan ibu. Pendidikan serta pekerjaan orangtua dibedakan
14 antara ayah dan ibu. Tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ayah pada contoh dalam penelitian ini cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pendidikan ibu. Persentase ayah yang tingkat pendidikannya sekolah menengah hingga sarjana atau pascasarjana mencapai 83.1%, sedangkan sebanyak 75.0% ibu hanya berpendidikan hingga tingkat SMA. Jenis pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh ayah adalah PNS/ABRI/POLRI (36.4%) dan wiraswasta (29.9%), sedangkan ibu yang tidak bekerja (ibu rumah tangga) dan yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki jumlah persentase yang sama yaitu sebesar 28.8%. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan dan pekerjaan orangtua Karakteristik
Ayah*
Ibu*
n
%
n
%
Pendidikan Tidak sekolah SD/sederajat SMP/sederajat SMA/sederajat Diploma/Akademi Sarjana/Pascasarjana Total
1 12 8 29 7 20 77
1.3 15.6 10.4 37.7 9.1 26.0 100.0
2 17 7 34 3 17 80
2.5 21.3 8.8 42.5 3.8 21.3 100.0
Pekerjaan Tidak bekerja PNS/ABRI/POLRI Pegawai swasta Petani Wiraswasta Buruh Lainnya Total
2 28 7 6 23 7 4 77
2.6 36.4 9.1 7.8 29.9 9.1 5.2 100.0
23 19 6 5 23 3 1 80
28.8 23.8 7.5 6.3 28.8 3.8 1.3 100.0
*Keterangan: 6 ayah meninggal, 3 ibu meninggal
Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga merupakan gabungan dari pendapatan ayah, pendapatan ibu dan pendapatan anggota keluarga lain (misalnya anak yang sudah memiliki penghasilan) yang tinggal dalam satu rumah dan uang yang diperoleh digunakan sebagian atau seluruhnya untuk keperluan pangan dan non-pangan keluarga. Jumlah pendapatan keluarga terendah dari seluruh contoh adalah Rp 450 000, sedangkan pendapatan tertinggi sebesar Rp 10 700 000. Rataan pendapatan keluarga berada dalam rentang Rp 2 500 000 - Rp 5 000 000 per bulan (39.8%) yaitu sebesar Rp 3 986 386 ± Rp 2 389 508/keluarga/bulan. Besar keluarga dan tingkat kemiskinan Besar keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terdaftar dalam satu kepala keluarga yang sama. Besar keluarga dikelompokkan menjadi tiga yaitu keluarga kecil (jumlah anggota keluarga ≤4 orang), sedang (5-7 orang) dan besar (>7 orang) (BKKBN 1998). Rata-rata besar keluarga contoh adalah 4.31 ± 0.99 orang per keluarga. Berdasarkan Tabel 6,
15 seluruh contoh termasuk dalam kategori keluarga kecil (59.0%) dan keluarga sedang (41.0%), namun tidak ada contoh yang termasuk dalam kategori keluarga besar yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari tujuh orang. Pendapatan keluarga dibagi dengan besar keluarga menghasilkan pendapatan per kapita per bulan. Pendapatan per kapita per bulan yang diperoleh dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Nasional (BPS 2014) yaitu sebesar Rp 302 735/kap/bulan untuk wilayah pedesaan dan perkotaan (BPS 2014). GK yang digunakan adalah dalam skala nasional karena orang tua dan keluarga contoh dalam penelitian ini tidak hanya berdomisili di daerah Jawa Tengah namun juga berasal dari berbagai provinsi di Indonesia. Keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di bawah GK termasuk dalam keluarga miskin, sebaliknya keluarga yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di atas GK termasuk dalam keluarga tidak miskin. Rataan dari pendapatan kapita adalah Rp 938 082 ± 551 428/kap/bulan. Sebanyak 12.1% keluarga contoh termasuk dalam keluarga miskin sedangkan 88.0% keluarga contoh termasuk dalam keluarga tidak miskin. Sebagian besar keluarga miskin (60.0%) dan keluarga tidak miskin (58.9%) termasuk dalam keluarga kecil. Tabel 6 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga. Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga Karakteristik Besar keluarga Kecil (≤4 orang) Sedang (5-7 orang) Besar (>7 orang) Rata-rata besar keluarga ± SD
n
%
49 34 0
59.0 41.0 0.0 4.3 ± 1.0
Pendapatan keluarga (Rp/bulan) <1 000 000 1 000 000 - 2 500 000 2 500 001 - 5 000 000 >5 000 000 Rata-rata pendapatan keluarga ± SD (Rp/bulan)
5 6.0 20 24.1 33 39.8 25 30.1 3 986 386 ± 2 389 508
Tingkat kemiskinan Miskin (
10 12.1 73 88.0 938 082 ± 551 428
Kebiasaan Sarapan Kebiasaan sarapan meliputi frekuensi sarapan, waktu, tempat dan alasan tidak sarapan. Frekuensi sarapan mahasiswa berkisar antara nol (tidak pernah sarapan) sampai dengan tujuh kali dalam satu minggu. Contoh yang melakukan sarapan paling tidak empat kali dalam satu minggu (4-7 kali) termasuk dalam kategori terbiasa sarapan, sedangkan contoh yang hanya melakukan sarapan kurang dari empat kali dalam satu minggu atau bahkan samasekali tidak pernah sarapan termasuk dalam kategori tidak terbiasa sarapan (Fitriana 2011).
16 Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan Karakteristik Kebiasaan sarapan (kali/minggu) Terbiasa (4-7) Tidak terbiasa (<4) Total
n
%
47 36 83
56.6 43.4 100.0
Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (56.6%) terbiasa sarapan di pagi hari sedangkan contoh yang tidak terbiasa sarapan berjumlah sebanyak 43.4%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitriana (2011) terhadap kebiasaan sarapan mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dan Mayor KSHE IPB bahwa lebih dari 60.0% contoh pada kedua kelompok tersebut terbiasa sarapan. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi, waktu, tempat, jenis makanan sering dikonsumsi saat sarapan dan alasan tidak sarapan ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan frekuensi contoh melakukan sarapan secara keseluruhan adalah 4.4 ± 2.4 kali dalam seminggu. Kelompok contoh yang terbiasa sarapan rata-rata memiliki frekuensi sarapan 6.3 ± 1.2 kali dalam seminggu, sedangkan kelompok contoh yang tidak terbiasa sarapan rata-rata hanya melakukan sarapan sebanyak 2.0 ± 1.1 kali dalam seminggu. Terlihat pada Tabel 8 bahwa contoh dengan frekuensi sarapan 7 kali dalam seminggu memiliki proporsi tertinggi yaitu sebesar 39.8% dan terdapat 6.0% contoh yang samasekali tidak pernah melakukan sarapan. Sebagian besar contoh (56.4%) melakukan sarapan pada pukul 5.00-6.59. Hal ini diduga karena kebanyakan contoh melakukan sarapan di rumah (43.6%) dan di kos (11.5%) sebelum berangkat kuliah. Selain itu, sebagian lain dari contoh (43.6%) melakukan sarapan pada pukul 7.00-10.00. Kemungkinan contoh yang sarapan antara pukul 7.00-10.00 ini makan sebelum kuliah dimulai atau saat jam istirahat kuliah karena berdasarkan data terdapat 44.9% contoh yang melakukan sarapan di warung. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2010) yang menyatakan bahwa lebih dari 90.0% siswa biasanya melakukan sarapan pada pukul 6.00-6.59 di rumah, sedangkan siswa yang melakukan sarapan pada pukul 07.00-10.00 umumnya melakukan sarapan di sekolah pada waktu istirahat. Menu yang dipilih oleh contoh untuk sarapan cukup bervariasi. Umumnya, contoh sarapan dengan menu nasi putih dan lauk pauk saja (34.0%), selain itu 29.8% contoh juga mengonsumsi nasi putih dan lauk pauk didampingi teh manis, nasi putih dan lauk pauk didampingi susu (14.9%) serta nasi putih dan lauk pauk didampingi jus buah (4.3%). Selain sarapan dengan menu nasi, terdapat juga contoh yang sarapan dengan menu roti, susu, sereal atau biskuit dengan alasan lebih praktis. Sebagian besar (63.9%) contoh yang tidak terbiasa sarapan beralasan tidak sempat makan di pagi hari. Hal ini diduga akibat contoh bangun terlalu siang padahal harus segera berangkat kuliah karena jadwal kuliah yang sudah dimulai sejak pagi hari. Selain itu, alasan contoh tidak sarapan adalah karena tidak berselera makan di pagi hari dan tidak tersedia makanan di rumah untuk sarapan. Penelitian yang dilakukan oleh Reeves et al. (2013) juga menyatakan bahwa
17 alasan utama orang dewasa melewatkan sarapan di pagi hari adalah karena tidak sempat dan tidak berselera makan di pagi hari. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi, waktu, tempat, jenis makanan dan alasan tidak sarapan Karakteristik Frekuensi sarapan Tidak pernah 1 kali/minggu 2 kali/minggu 3 kali/minggu 4 kali/minggu 5 kali/minggu 6 kali/minggu 7 kali/minggu Total Rata-rata ± SD
n
%
5 5 12 14 8 5 1 33 83
6.0 6.0 14.5 16.9 9.6 6.0 1.0 39.8 100.0 4.4 ± 2.4
Waktu sarapan* 5.00-6.59 7.0-10.00 Total
44 34 78
56.4 43.6 100.0
Tempat sarapan* Rumah Warung Kos Total
34 35 9 78
43.6 44.9 11.5 100.0
16 14 7 2 1
34.0 29.8 14.9 4.3 2.1
1 2 1 2 1 47
2.1 4.3 2.1 4.3 2.1 100.0
23 5 8 36
63.9 13.9 22.2 100.0
Jenis makanan Nasi putih + lauk pauk Nasi putih + lauk pauk + teh manis Nasi putih + lauk pauk + susu Nasi putih + lauk pauk + jus buah Bubur ayam Roti + susu Susu Sereal Oatmeal Biskuit/wafer + teh manis Total Alasan tidak sarapan Tidak sempat Tidak disediakan di rumah Tidak nafsu makan Total *Keterangan: 5 contoh tidak pernah sarapan
18 Kualitas Tidur Kualitas tidur dikategorikan menjadi baik dan buruk berdasarkan skor The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) (Buysee et al. 1988) yang diperoleh dari perhitungan tujuh komponen kualitas tidur yaitu 1) kualitas tidur subjektif, 2) latensi tidur, 3) lama waktu tidur, 4) efisiensi kebiasaan tidur, 5) gangguan saat tidur, 6) penggunaan obat tidur, 7) disfungsi atau gangguan konsentrasi pada siang hari. Contoh dengan skor PSQI ≤5 termasuk dalam kategori kualitas tidur baik sedangkan skor PSQI >5 termasuk dalam kategori kualitas tidur buruk. Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan kategori kualitas tidur Karakteristik Kualitas tidur Baik (skor PSQI ≤5) Buruk (skor PSQI >5) Rata-rata skor PSQI ± SD
n 15 68
% 18.1 81.9 7.6 ± 2.6
Skor minimal dan maksimal PSQI yang diperoleh oleh contoh dalam penelitian ini adalah 3 dan 15. Berdasarkan data pada Tabel 9, sebagian besar (81.9%) contoh memiliki kualitas tidur yang buruk berdasarkan skor PSQI sedangkan hanya 18.1% contoh yang termasuk dalam kategori kualitas tidur yang baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian tentang kualitas tidur yang juga menggunakan kuesioner PSQI oleh Cheng et al. (2012) yang menyatakan bahwa lebih dari 50.0% responden pada mahasiswa tingkat pertama di Taiwan termasuk dalam kategori kualitas tidur yang buruk. Sebagian besar contoh laki-laki (82.8%) dan perempuan (80.0%) dalam penelitian ini memiliki kualitas yang buruk. Hal ini diperkuat dengan hasil analisa statistik (uji beda Mann-Whitney) bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara skor PSQI dengan jenis kelamin. Rata-rata skor PSQI contoh adalah 7.6 ± 2.6 dengan rataan kualitas tidur baik adalah 4.4 ± 0.7 dan kualitas tidur yang buruk 8.4 ± 2.3. Proporsi skor tertinggi pada kelompok yang memiliki kualitas tidur baik terdapat pada skor 5 (53.3%) dan proporsi skor tertinggi pada kelompok yang memiliki kualitas tidur buruk terdapat pada skor 6 (26.5%). Hal ini menunjukkan bahwa contoh cenderung memiliki skor kualitas tidur yang hampir sama karena berada pada sebaran nilai modus yang berdekatan (5 dan 6). Tabel 10 Nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing komponen PSQI Komponen PSQI
Rata-rata
Standar deviasi
Kualitas tidur subjektif
1.3
0.6
Latensi tidur
1.2
0.8
Lama waktu tidur
1.4
0.9
Efisiensi kebiasaan tidur
0.7
1.0
Gangguan saat tidur
1.1
0.3
Penggunaan obat tidur
0.1
0.3
Disfungsi atau gangguan konsentrasi pada siang hari
1.9
0.8
19 Nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing komponen PSQI ditunjukkan pada Tabel 10. Berdasarkan tabel tersebut, rata-rata contoh mendapatkan skor PSQI tertinggi pada komponen 7 yaitu komponen disfungsi atau gangguan konsentrasi pada siang hari. Hal ini menunjukkan bahwa contoh cenderung mengalami kesulitan konsentrasi dan atau menahan kantuk saat kuliah yang dinyatakan dalam kuesioner PSQI. Selain itu, komponen lama waktu tidur (komponen 3) juga mendapatkan rata-rata skor PSQI yang tinggi karena hampir semua contoh (96.4%) memiliki rata-rata durasi tidur kurang dari tujuh jam. Menurut Foley et al. (2004), normalnya orang dewasa memerlukan tidur selama 7-8 jam dalam sehari. Beberapa hasil studi juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara durasi tidur yang pendek (≤6 jam) dengan peningkatan resiko terjadinya diabetes mellitus dan penyakit jantung koroner (Ayas et al. 2003; Ayas et al. 2003). Durasi tidur yang pendek juga diduga menjadi salah satu penyebab contoh dalam penelitian ini mengalami kesulitan konsentrasi dan menahan kantuk saat kuliah pada siang hari atau mengalami daytime dysfunction.
Hubungan Antar Variabel Hubungan kebiasaan sarapan dan kualitas tidur dengan status gizi Kebiasaan sarapan, kualitas tidur dan status gizi contoh dianalisis lebih lanjut menggunakan tabulasi silang yang ditunjukkan pada Tabel 11. Sebagian besar contoh yang terbiasa sarapan memiliki status gizi normal (85.1%) namun memiliki kualitas tidur yang buruk (86.8%). Sebaliknya, semua contoh yang memiliki status gizi obese (100.0%) tidak terbiasa sarapan dan memiliki kualitas tidur yang buruk. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan, kualitas tidur dan status gizi Karakteristik
Underweight n %
Status gizi Normal Overweight Obese n % n % n %
Kebiasaan sarapan Terbiasa Tidak terbiasa
4 2
8.5 5.6
40 31
85.1 86.1
3 0
6.4 0.0
0 3
0.0 8.3
Kualitas tidur Baik Buruk
2 4
13.3 5.9
12 59
80.0 86.8
1 2
6.7 2.9
0 3
0.0 4.4
Analisis hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dengan status gizi (p=0.987, r=-0.002). Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan mahasiswa yang memiliki status gizi normal belum tentu terbiasa sarapan. Hasil uji korelasi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Reeves et al. (2013) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi sarapan dengan IMT atau lingkar pinggang responden laki-laki dan perempuan.
20 Analisis hubungan kualitas tidur dengan status gizi dilakukan menggunakan uji korelasi Pearson. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan status gizi (p=0.461, r=0.082). Hal ini menunjukkan kecenderungan bahwa mahasiswa yang memiliki kualitas tidur baik belum tentu memiliki status gizi yang baik. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Cheng et al. (2012) yang menemukan adanya hubungan antara kualitas tidur responden dengan indeks massa tubuh. Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng et al. (2012) pada mahasiswa di Taiwan tersebut diduga karena jumlah sampel yang jauh berbeda, letak geografis serta faktor lingkungan sosial dan budaya. Hubungan kualitas tidur dengan kebiasaan sarapan Kebiasaan sarapan dan kualitas tidur juga dianalisis lebih lanjut menggunakan tabulasi silang untuk melihat kecenderungan data yang ditunjukkan pada Tabel 12. Berdasarkan data pada Tabel 12, data kualitas tidur contoh cenderung homogen. Sebagian besar contoh yang terbiasa sarapan memiliki kualitas tidur yang buruk (80.9%), begitu juga dengan sebagian besar contoh yang tidak terbiasa sarapan (83.3%). Berdasarkan hasil uji beda Mann-Whitney, terdapat kecenderungan bahwa tidak ada perbedaan kualitas tidur antara mahasiswa yang terbiasa sarapan dengan yang tidak terbiasa sarapan (p=0.772). Sebagian besar contoh yang terbiasa sarapan memiliki kualitas tidur yang buruk (80.9%) diduga karena kurang tidur cenderung meningkatkan porsi makan dan mempengaruhi pemilihan jenis makanan di pagi hari (Hogenkamp et al. 2013). Di sisi lain, contoh yang tidak terbiasa sarapan sebagian besar juga memiliki kualitas tidur yang buruk (83.3%). Hal ini mungkin disebabkan karena orang yang memiliki kualitas tidur yang buruk biasanya terlambat bangun pagi dan cenderung akan melewatkan sarapan (Cheng et al. 2012). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kualitas tidur dan kebiasaan sarapan Kebiasaan sarapan Terbiasa Tidak terbiasa
Kualitas tidur Baik Buruk n % n % 9 19.2 38 80.9 6 16.7 30 83.3
Analisis hubungan kualitas tidur dengan kebiasaan sarapan dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil dari uji tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kebiasaan sarapan (p=0.718, r=-0.040). Hal ini menunjukkan terdapat kecenderungan mahasiswa yang terbiasa sarapan belum tentu memiliki kualitas tidur yang baik karena kualitas tidur tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan namun dipengaruhi juga oleh faktor-faktor lainnya seperti konsumsi teh atau kopi, penggunaan internet berlebihan, tingkat stress yang tinggi serta kurangnya dukungan sosial dari keluarga atau lingkungan sekitar (Cheng et al. 2012). Namun hasil uji korelasi ini kurang sesuai dengan hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Cheng et al. (2012) yang menyatakan bahwa responden yang memiliki kualitas tidur yang buruk cenderung terbiasa melewatkan sarapan (breakfast skipping).
21
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar contoh berjenis kelamin laki-laki dan memiliki status gizi normal (IMT 18.5-24.9 kg/m2). Rata-rata contoh berasal dari keluarga tidak miskin dan memiliki besar keluarga ≤4 orang. Sebanyak 56.6% contoh terbiasa sarapan dan sebagian besar contoh melakukan sarapan pada pukul 5.00-6.59, sedangkan sebagian besar contoh yang tidak terbiasa sarapan beralasan tidak sempat untuk makan di pagi hari. Kualitas tidur sebagian besar contoh (81.9%) termasuk dalam kategori buruk untuk contoh laki-laki dan perempuan serta tidak terdapat perbedaan kualitas tidur antara contoh yang terbiasa sarapan dengan yang tidak terbiasa sarapan (p>0.05). Rata-rata contoh mendapatkan skor PSQI tertinggi pada komponen daytime dysfunction (1.9±0.8) dan lama waktu tidur (1.4±0.9) serta hampir semua contoh (96.4%) memiliki rata-rata durasi tidur kurang dari tujuh jam. Berdasarkan uji korelasi Spearman dan Pearson, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan dan kualitas tidur dengan status gizi serta kualitas tidur dengan kebiasaan sarapan (p>0.05).
Saran Sarapan merupakan kegiatan yang penting dilakukan di pagi hari untuk memberikan kontribusi awal energi pada tubuh, terutama bagi orang dengan tingkat aktivitas yang padat sehingga sangat disarankan untuk membiasakan diri sarapan sebagai penunjang aktivitas yang akan dilakukan dalam satu hari. Tidur juga merupakan salah satu kegiatan vital untuk memelihara kondisi kesehatan berbagai sistem organ tubuh agar dapat bekerja secara optimal yang sering diabaikan oleh orang yang memiliki banyak kesibukan. Memiliki kebiasaan sarapan yang baik serta memperhatikan kualitas tidur merupakan beberapa cara sederhana untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Selain itu, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai kebiasaan sarapan dan kualitas tidur, terutama faktor-faktor yang mempengaruhi kedua variabel tersebut.
DAFTAR PUSTAKA [BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID): Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks keparahan kemiskinan menurut provinsi, Maret 2014 [Internet]. [diacu 2014 Desember 10]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php? kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=23¬ab=1
22 [Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [WHO] World Health Organization (US). 2006. Body Mass Index Classification; Global Database on Body Mass Index. Ainsworth BE, Haskell WL, Herrmann SD, Meckes N, Bassett Jr DR, TudorLocke C, Greer JL, Vezina J, Whitt-Glover MC, Leon AS. 2011. 2011 Compendium of Physical Activities: a second update of codes and MET values. Medicine and Science in Sports and Exercise 43 (8): 1575-1581. Almatsier S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia. Ashima K Kant, Mark Andon B, Angelopoulos J Theodore, James Rippe M. 2008. Association of breakfast energy density with diet quality and body mass index in American adults: National Health and Nutrition Examination Surveys, 1999–20041-3. Am J Clin Nutr 88: 1396–404. Ayas NT, White DP, Al-Delaimy WK, Manson JE, Stampfer MJ, Speizer FE, Patel S, Hu FB. 2003. A prospective study of self-reported sleep duration and incident diabetes in women. Diabetes Care 26 (2): 380-384. Ayas NT, White DP, Manson JE, Stampfer MJ, Speizer FE, Malhotra A, Hu FB. 2003. A prospective study of sleep duration and coronary heart disease in women. Arch Intern Med 163: 205-209. Bixler E. 2009. Sleep and society: an epidemiological perspective. Journal of Sleep Medicine 10: S3–S6 Buysee DJ, Reynolds III CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. 1988. The Pittsburgh sleep quality index: a new instrument for psychiatric practice and research. Psychiatry Research. 28: 193-213. Cheng SH, Chi-Chen Shih, I. Hui Lee, Yi-Wen Hou, Kao Chin Chen, Kow-Tong Chen,Yen Kuang Yang, Yi Ching Yang. 2012. A study on the sleep quality of incoming university students. Journal of Psychiatry Research 197: 270274. Darmayanti. 2010. Kebiasaan sarapan pada remaja siswa Sekolah Menengah Pertama dan faktor-faktor yang mempengaruhinya [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Faridi A. 2002. Hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar pada siswa sekolah dasar [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fitriana N. 2011. Kebiasaan sarapan, aktivitas fisik, dan status gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi dan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata IPB [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
23 Foley D, Ancoli-Israel S, Britz P, Walsh J. 2004. Sleep disturbances and chronic disease in older adults: results of the 2003 National Sleep Foundation Sleep in America Survey. J Psychosom Res 56: 497-502. Hoegenkamp PS et al. 2013. Acute sleep deprivation increases portion size and affects food choice in young men. Journal of Psychoneuroendocrinology 38: 1668-1674. Hoeger Werner dan Sharon Hoeger. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness: A Personalized Program 8th Edition. California (US): Wadsworth. Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Lee-Chiong T. 2005. Sleep: A Comprehensive Handbook. New Jersey (US): John Wiley & Sons Inc. Liu J, Hwang WT, Dickerman B, Compher C. 2013. Regular breakfast consumption is associated with increased IQ in kindergarten children. Early Human Development 89(4): 257-262. Niemeier HM, Raynor HA, Llyod-Richardson EE, Rogers ML, Wing RR. 2006. Fast food consumption and breakfast skipping: Predictors of weight gain from adolescence to adulthood in a nationally representative sample. Journal of Adolescent Health 39 (1): 842-849. Noland H, Price JH, Dake J, Telljohann SK. 2009. Adolescents’ sleep behaviors and perceptions of sleep. Journal of School Health 79 (5): 224-230. Pace-Schott EF, Hobson JA. 2002. The neurobiology of sleep: genetics, cellular physiology and subcortical networks. Nature 3:591-605. Prentice AM dan Jebb SA. 2001. Beyond body mass index. Obesity Reviews 2 (3): 141-147. Rahmawati D. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di Taman Pendidikan Karakter Sutera Alam, Desa Sukamantari [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Reeves S, Halsey Lewis G, McMeel Yvonne, Huber Jorg W. 2013. Breakfast habits, beliefs and measures of health and wellbeing in a nationally representative UK sample. Journal of Appetite 60: 51-57. Song WO, Chun OK, Obayashi S, Cho S, Chung CE. 2005. Is consumption of breakfast associated with body mass index in US adults?. Journal of the American Dietetic Association 105 (9): 1373-1382.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dalam Bahasa Indonesia Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berkaitan dengan sifat-sifat tidur anda selama satu bulan terakhir ini saja. Jawablah setepat-tepatnya menurut kebiasaan anda sehari-hari, tanpa mempertimbangkan hal-hal insidental (misalnya: ronda di RT) dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang dipilih. Selama satu bulan ini : 1
Jam berapa biasanya anda berangkat tidur?
2
Berapa menit biasanya anda butuhkan untuk jatuh tertidur?
3
Jam berapa biasanya anda bangkit dari tempat tidur?
4
Berapa jam anda merasa benar-benar tidur di malam hari?
5
Selama sebulan ini, seberapa sering anda terjaga karena:
5a
Tidak bisa tertidur dalam 30 menit
5b
Terbangun di tengah malam
5c
Terbangun karena harus ke kamar mandi
5d
Terganggu pernapasan
5e
Batuk atau mendengkur terlalu keras
5f
Merasa kedinginan
5g
Merasa kepanasan
5h
Bermimpi buruk
5i
Merasa kesakitan
5j
Alasan lain : ................................. Seberapa sering anda meminum obat (bebas atau resep dokter) untuk membantu anda tertidur? Seberapa sering anda tidak bisa menahan kantuk ketika kuliah, bekerja, makan atau aktifitas lainnya? Seberapa sering anda tidur siang ketika istirahat kuliah? Seberapa sering anda mengalami kesulitan berkonsentrasi saat kuliah?
6
7a 7b 8
9
Menurut anda sendiri, bagaimana kualitas tidur anda sebulan ini?
Tidak pernah
< 1 kali seminggu
1-2 kali seminggu
≥ 3 kali seminggu
Baik sekali
Baik
Buruk
Buruk sekali
25 Lampiran 2 Dokumentasi pengambilan data penelitian
26
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan ayah Tri Aprilijanto Utomo dan ibu Utik Kosasih yang dilahirkan di Surakarta pada tanggal 11 Desember 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Cemara Dua pada tahun 2004 kemudian di tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 4 Surakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah di SMA Negeri 1 Surakarta pada tahun 2010 kemudian melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2010 dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Penulis berkesempatan menjadi salah satu delegasi IPB dalam pertukaran mahasiswa di Department of Systems Immunology, Faculty of Biomedical Science, Kangwon National University, Chuncheon, Korea Selatan selama satu semester (Spring Semester) pada Februari-Agustus 2012. Penulis juga pernah menjadi peserta The 4th International Agriculture Student Symposium (IASS) pada tahun 2014 di Universiti Putra Malaysia (UPM) dan mempresentasikan karya ilmiah bersama Hendi Santoso yang berjudul “Smart-Chiller 13: A Portable SolarPowered Fish Chiller Instrument for Conventional Fisherman”. Selain itu, penulis juga menjadi salah satu Finalis Duta Anti Narkoba IPB pada tahun 2011. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi mahasiswa International Assosiation of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) LC IPB dan pernah menjabat sebagai Executive Secretary 2 pada tahun 2011. Penulis juga pernah menjabat sebagai bendahara dalam Creative Learning Club (CLC) Departemen Gizi Masyarakat pada tahun 2011, ketua Badan Pengawas Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI) periode 2012/2013 serta bendahara umum kegiatan Seminar Gizi Nasional Nutrition Fair 2013. Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Gizi Olahraga 2013/2014 dan 2014/2015, Ekologi Pangan dan Gizi 2013/2014 dan 2014/2015 serta Pendidikan Gizi 2013/2014. Penulis mulai mengajar di Bimbel Katalis Corp pada tahun 2012 hingga berkesempatan untuk menjadi Project Manager acara Bedah Kampus IPB untuk siswa SMA se-Indonesia yaitu Get Closer to Your Future Campus sebanyak lima season pada tahun 2013 hingga 2014. Acara ini merupakan kerjasama antara Kantor Hukum, Promosi dan Humas IPB dengan Bimbel Katalis Corp. Bulan JuliAgustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Bersama Masyarakat di Desa Kongsijaya, Kecamatan Widasari, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Setelah itu, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal 22 September -11 Oktober 2014.