ANALISIS INKONSISTENSI TATA RUANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INKONSISTENSI POLA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BOGOR
Oleh EKAYANA PUTRI P. BANGUN A24104032
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ANALISIS INKONSISTENSI TATA RUANG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INKONSISTENSI POLA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BOGOR
Skripsi Sebagi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh EKAYANA PUTRI P. BANGUN A24104032
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN EKAYANA PUTRI P. BANGUN. Analisis Inkonsistensi Tata Ruang dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Inkonsistensi Pola Penggunaan Lahan di Kota Bogor. Di bawah bimbingan ERNAN RUSTIADI dan BABA BARUS Pemanfaatan ruang yang tidak tertib dan minimnya pengawasan serta pengendalian menyebabkan kesemerawutan tata ruang, ruang terbangun semakin mendominasi dan pembangunannya tidak terkendali. RTRW bertujuan untuk mengatur pemanfaatan ruang yang terpadu, namun pada kenyataannya lebih sering ditemukan inkonsistensi antara rencana dengan keadaan eksisting. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat inkonsistensi tata ruang sebagai langkah awal untuk meminimalisir inkonsistensi tata ruang yang terjadi adalah dengan memonitoring pemanfaatan ruang melalui pemanfaatan teknologi citra satelit sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan pengendalian. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan inkonsistensi RTRW Kota Bogor 1999-2009 dengan penggunaan lahan di lapang berdasarkan hasil analisis citra satelit Ikonos tahun 2005, (2) menyusun model hubungan antara inkonsistensi pola penggunaan lahan dengan faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada inkonsistensi tata ruang dengan analisis Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Kota Bogor memiliki luas kurang lebih 11248,85 Ha. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa total luas inkonsistensi tata ruang yang terjadi di Kota Bogor sebesar 127,21 Ha atau 1,13% dari total luas wilayah Kota Bogor. Inkonsistensi terbesar terjadi pada taman/lapangan olah raga/jalur hijau menjadi ruang terbangun yaitu 94,31 Ha (0,84% dari total luas wilayah Kota Bogor), kemudian pertanian/kebun campuran menjadi ruang terbangun sebesar 22,57 Ha (0,20% dari total luas wilayah Kota Bogor) dan hutan kota menjadi ruang terbangun sebesar 10,33 Ha (0,09% dari total luas wilayah Kota Bogor). Dari hasil analisis regresi, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi inkonsistensi taman/lapangan olah raga/jalur hijau menjadi ruang terbangun adalah keberadaan fasilitas pemukiman (kesehatan, pendidikan, telepon) serta keberadaan keluarga miskin. Inkonsistensi lahan pertanian/kebun campuran menjadi ruang terbangun dipengaruhi oleh luas desa/kelurahan dan luas lahan sawah, sedangkan
untuk inkonsistensi hutan kota menjadi ruang terbangun dipengaruhi oleh luas lahan sawah, fasilitas peribadatan, jumlah buruh tani, luas lahan non pertanian serta jarak desa ke pusat kota.
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian
:
Analisis Inkonsistensi Tata Ruang dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Inkonsistensi Pola Penggunaan Lahan di Kota Bogor
Nama Mahasiswa
:
Ekayana Putri P. Bangun
NRP
:
A24104032
Menyetujui, Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dr. Ir. Ernan Rustiadi M.Agr. NIP. 131 879 339
Dr.Ir. Baba Barus MSc. NIP. 130 667 780
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pematangsiantar (Sumatera Utara) pada tanggal 7 Oktober 1986, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sekata Bangun, BA. (Alm) dan Dra. Kita Kin Sinuraya. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD swasta METHODIST Pematangsiantar (1992-1998), SLTP swasta METHODIST Pematangsiantar (1998-2001) dan SMU swasta METHODIST Pematangsiantar (2001-2004) hingga kemudian diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB), Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT). Dalam bidang akademis penulis berperan aktif sebagai
asisten
praktikum
mata
kuliah
Dasar-Dasar
Perencanaan
dan
Pengembangan Wilayah dan asisten praktikum mata kuliah Sistem Informasi Geografi dan Kartografi. Penulis juga pernah menjadi panitia dalam Acara Pengabdian Masyarakat, Pembuatan Lubang Resapan Biopori Secara Serentak di Kota Bogor pada tanggal 21 April 2007, panitia pada Lokakarya Penataan Ruang Pedesaan di P4W-LPPM IPB pada tanggal 26 Juni 2008. Selain itu penulis juga aktif berperan serta dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh P4W-LPPM IPB.
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Inkonsistensi
Tata
Ruang
dan
Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Inkonsistensi Pola Penggunaan Lahan di Kota Bogor. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Ilmu Tanah. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih sebesarbesarnya kepada: 1. Dr.Ir. Ernan Rustiadi M.Agr selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Dr. Ir. Baba Barus MSc selaku Dosen Pembimbing Skripsi II atas ilmu, arahan, kesabaran, nasehat dan bimbingannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Dyah Retno Panuju MSi yang telah bersedia menjadi dosen penguji dan memberi banyak masukan untuk skripsi ini dan Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono sebagai pembimbing akademik selama perkuliahan. 3. P4W-LPPM IPB yang telah sangat banyak membantu dan memfasilitasi proses penelitian sampai akhir penelitian. Khususnya kepada Dr. Ir. Ernan Rustiadi M.Agr (Ketua P4W) yang telah memberi kesempatan bagi penulis untuk magang di P4W-LPPM IPB selama beberapa bulan sehingga penulis memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan. Seluruh kru P4W (Mba Mia, Mba Wita, Mba Olla, Kak Andi, Mas Galuh, Mas Didit) yang telah memberi masukan, semangat, doa dan dukungan. 4. Orangtuaku tersayang, Bapak (walau bapak sudah tidak ada di dunia ini, tapi semua tentang bapak selalu ada di hati ini), Mamak (kekuatan mamak sebagai bapak dan mamak selama setahun ini, cinta kasih dan doa membuat
Eka
semakin
semangat
menyelesaikan
kuliah
Eka,
membanggakan mamak). 5. Kakak dan adekku tersayang, Kak Sevi dan Haga atas semangat, cinta kasih, dorongan, doa dan tawa. Juga kepada Kak Bas, abang iparku yang
selalu menyemangati dan memberi masukan-masukan positif dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Bobby Ginting (My Boo) atas motivasi, perhatian, cinta kasih, kesabaran dan doanya. 7. Dosen dan staf Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (Mba Dian dan Mba Emma) atas bimbingan dan bantuan yang tiada hentinya. 8. Kak Ode yang telah sangat sabar dan memberi masukan-masukan yang berarti untuk penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 9. Sobat-sobat Lab. Bangwil (Ami, Ncep, Rita, Anto, Esta, Budi, Fremi) atas persahabatan kita, semangat, tawa canda, kekonyolan, bantuan dan doa yang membuat aku kuat. “Terasa nyaman jika melangkah bergandengan tangan, karena aku yakin ketika aku tersandung ada kalian memegang tanganku”. I’ll Mizz Our Moment!! 10. BFC—“Batak Fans Club” (Dwi Eka, Dina F, Ester, Riris, Lena, Nana, Sirri, Cris, Ronne) atas kebersamaan, bantuan, kegilaan, keceriaan selama ini dan semoga kebatakan kita dapat diteruskan ke generasi-generasi Soil selanjutnya. “Warna-warni persahabatan kudapat bersama kalian teman”. God Bless Us! 11. Soilerz 41, kesolidan kita terbukti nyata di hidupku! Tetap Semangat dan BUKTIKAN bahwa kebersamaan itu memampukan kita. VIVA SOIL! Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mohon maaf bila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam skripsi ini. Tuhan Memberkati.
Bogor, 19 September 2008
Ekayana Putri P. Bangun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara spasial setiap aktivitas ekonomi membutuhkan lahan sebagai lokasi aktivitas yang bersangkutan, sehingga, secara langsung maupun tidak langsung perubahan struktur ekonomi akan mempengaruhi pergeseran penggunaan lahan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor yang dibuat pada dasarnya berfungsi sebagai instrumen pemberi arah dan pengendali perubahan tata guna lahan. Namun pada kenyataannya banyak ditemukan inkonsistensi rencana dengan keadaan sebenarnya di lapang. Pembangunan yang cukup pesat di Kota Bogor menyebabkan terjadinya perubahan pola penggunaan lahan. Mengutip pernyataan dari Dirjen Penataan Ruang (2003), inkonsistensi tata ruang dapat disebabkan oleh beberapa isu/permasalahan antara lain:
Lemahnya fungsi otoritas, perangkat yang kurang memadai dan sistem kelembagaan
yang
memiliki
wewenang
dalam
pengawasan
dan
pengendalian pembangunan.
Belum
efektifnya
pemberdayaan
masyarakat
dalam
pengawasan
pemanfaatan ruang. Hal ini disebabkan antara lain karena belum adanya petunjuk teknis, operasional, dan peran serta masyarakat dalam penataan ruang sebagai penjabaran PP No.69/1996.
Adanya ketidakseragaman standar peta (legenda, sumber, skala, notasi) yang dapat menyebabkan kesulitan dalam pemberian perizinan dan evaluasi pemanfaatan ruang. Ruang terbangun yang semakin mendominasi dan tidak terkendali
mengakibatkan menurunnya ketersediaan sumberdaya alam dan mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga dapat menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan dan bencana. Kemampuan badan sungai untuk mengalirkan air juga akan semakin menurun, karena tingginya sedimentasi, penyempitan dan penutupan badan sungai, serta pencemaran badan sungai terutama sampah perkotaan.
Pembangunan yang cukup pesat untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan ternyata menimbulkan dampak negatif bagi kemampuan daya dukung lahan seperti, air, tanah dan hutan. Masalah lingkungan yang semakin kompleks dan berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi yang menyebabkan kebutuhan akan ruang tempat tinggal maupun fasilitas terbangun lainnya juga meningkat begitupun halnya dengan kebutuhan akan sumberdaya alam. Kebutuhan akan ruang yang menyebabkan terjadinya ruang terbuka
berubah
menjadi
ruang
terbangun,
keadaan
ini
menimbulkan
ketidakkonsistenan pemanfaatan ruang yang ada. RTRW yang dibuat seringkali tidak sesuai pemanfaatannya dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Inkonsistensi yang terjadi menyebabkan kesemerawutan ruang dan pada akhirnya menimbulkan berbagai masalah-masalah lingkungan. Apabila masalahmasalah lingkungan yang terjadi ini tidak dikendalikan dan ditindaklanjuti secara cepat dan terpadu dapat menyebabkan penurunan ketersediaan sumberdaya alam bahkan mengganggu keseimbangan lingkungan. Penyimpangan penataan ruang menyebabkan berbagai permasalahn lingkungan, secara umum di Jawa Barat dalam periode 1994 hingga 2001 telah terjadi perubahan tata guna lahan yang cukup besar, yaitu berkurangnya hutan primer sebesar 24 %, hutan sekunder dan semak belukar 17%. Pemukiman, kawasan industri, perkebunan dan kebun campuran meluas masing-masing sebanyak 33%, 21%,22% dan 29% hingga tingkat erosi di wilayah Jawa Barat telah mencapai 32.931.061 ton per tahun. Konversi lahan dari hutan alam menjadi area yang rendah penutupan vegetasinya telah terjadi beberapa dekade di kawasan Bopuncur dan Depok. Pembangunan villa dan perumahan di kawasan Puncak yang selama ini terjadi sudah melebihi peraturan yang telah ditentukan, yaitu 19.500 Ha (Keppres No. 114 Tahun 1999). Selain dampak adanya lahan kritis terhadap banjir, permasalahan lain yang sering muncul di Jawa Barat yaitu semakin sering terjadi bencana alam longsor (http:/www.bktrn/public/Planning%20Integration.pdf, 28 Agustus 2008)
2