ANALISIS POLA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN
Oleh : AKHMAD ARIESTA GEMILANG A24104091
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN
Akhmad Ariesta Gemilang. Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan. (Di bawah bimbingan Ernan Rustiadi dan M. Ardiansyah). Kota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan yang berkembang pesat
seiring
dengan
pertumbuhan
pembangunan
nasional.
Akan
tetapi
kecenderungan yang terjadi memberi fakta bahwa pertumbuhan kota di pihak lain menimbulkan permasalahan berupa tidak optimalnya penggunaan lahan seiring degan proses urbanisasi yang kurang terkendali, perkembangan wilayah yang tidak berimbang, serta berbagai permasalahan pembangunan lainnya. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pola sebaran spasial dan pola pencampuran lahan yang ada di Kota Makassar, (2) Menganalisis pengaruh pola spasial penyebaran (spatial distribution) dan pencampuran (spatial mixture) penggunaan lahan terhadap hirarki perkembangan desa (IPD) di Kota Makassar, serta (3) Mengidentifikasi pola gradien keterkaitan kepadatan penduduk, ULR dengan jarak desa ke wilayah pusat di Kota Makassar melalui model peluruhan (decay function model). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay citra Kota Makassar tahun 2005 untuk melihat sebaran dan luasan penggunaan lahan, selanjutnya dilakukan analisis entropi untuk melihat indeks sebaran tipe penggunaan lahan dan indeks pencampuran lahan, analisis skalogram untuk menentukan IPD berdasarkan jumlah jenis fasilitas, decay function analysis digunakan untuk melihat pola hubungan antara jarak ke pusat kota terhadap ULR dan kepadatan penduduk, serta metode regresi berganda untuk menduga faktor-faktor yang secara nyata
mempengaruhi entropi pencampuran lahan di Kota Makassar. Berdasarkan hasil yang diperoleh gambaran bahwa umumnya desa-desa yang berada di sekitar pusat kota memiliki pencampuran penggunaan lahan rendah yang didominasi oleh penggunaan lahan pemukiman, sedangkan desa dengan pencampuran penggunaan lahan tinggi tersebar di daerah yang jauh dari pusat kota. Komposisi pencampuran lahan tersebut antara lain pemukiman, pertanian, semak, rawa dan air. Dari hasil analisis skalogram desa diperoleh tiga tingkat hirarki, yakni: 16 desa Hirarki I, 38 desa Hirarki II, dan 89 desa Hirarki III. Dari hasil tersebut terdentifikasi juga desa yang memiliki IPD sangat kecil adalah desa Tamalanrea, Gunung sari, Mampu dan Parang Tambung, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap desa-desa tersebut. Pola spasial hubungan antara jarak dari pusat kota terhadap kepadatan penduduk dan Urban land ratio (ULR) berturut-turut diperoleh persamaan sebagai berikut: Kepadatan penduduk = 282.0194*exp (-0.2033*x) dan ULR = 0.7487*exp(-0.1026*x). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda teridentifikasi bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi pencampuran penggunaan lahan secara spasial di Kota Makassar adalah IPD, ULR dan jarak ke pusat kota.
SUMMARY Akhmad Ariesta Gemilang. Analysis of Land Use Spatial Pattern of Makassar City Sulawesi Selatan. (Under guidance of Ernan Rustiadi. and M. Ardiansyah). Makassar is one of metropolitan that rapidly developed together with the growth of national development. But the trend which happen gives fact that the city growth in other side causing problems like the land uses that are not optimum along with the uncontrolled urbanization process, unbalanced regional development, and many other development problems. The aims of this research were: (1) Identifying spatial distribution pattern and spatial mixture pattern in Makassar. (2) Analyzing the effect of spatial distribution and spatial mixture pattern of land usage for village development hierarchy (IPD in Makassar), and also (3) identifying correlation gradient pattern of population density, Urban Land Ratio (ULR) with distance between village and city center in Makassar by using decay function model. The analysis methods that were used in this research were overlay of 2005’s Makassar city image to identify land use the distribution and then entropy analysis was employed to identify spatial distribution type index of land use and index of land use mixture; scalogram analysis to determine IPD based on quantity of facility type; decay function analysis was employed to see the correlation pattern between the distance to city center to ULR and population density; and also multiple regression method to identify factors affecting entropy of land use mixture in Makassar. Based on the obtained results, the villages that were located around the city center tend to had low land use mixture which was dominated by settlement areas,
while villages with high land use mixture are distributed in area far from the city center. Compositions of the land use mixture were settlement, farm, bushes, swamp and water. According to the results of village scalogram, the villages could be grouped into three hierarchy levels, which were: 16 villages of Hierarchy I, 38 villages of Hierarchy II, and 89 villages of Hierarchy III. It was also identified villages that had very law IPD (less developed) which were Tamalanrea, Gunung Sari, Mampu and Parang Tambung, so that those villages had to be given special attention. Spatial pattern of correlation between the distance to city center to population density and Urban Land Ratio (ULR) respectively were obtained equations as follow: population density = 282.0194*exp(-0.2033*x) and ULR = 0.7487*exp(-0.1026*x). Based on the result of multiple regression analysis, it was identified that the significant factors that affecting spatial land use mixture in Makassar were IPD, ULR and distance to the city center.
ANALISIS POLA SPASIAL PENGGUNAAN LAHAN KOTA MAKASSAR SULAWESI SELATAN
Oleh : AKHMAD ARIESTA GEMILANG A24104091
Skripsi, Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
Nama Mahasiswa
: Akhmad Ariesta Gemilang
Nomor Pokok
: A24104091
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi I
Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr NIP. 131 879 339
Dosen Pembimbing Skripsi II
Dr. Ir. M. Ardiansyah NIP. 131 803 639
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 4 April tahun 1987, sebagai putra pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Maman Suparman dan Hamidah. Pada saat berusia kurang dari satu tahun penulis berhijrah dan dibesarkan di Makassar. Pendidikan formal yang pernah penulis lalui adalah SDN negeri 4 Sungguminasa (1992-1998), SLTPN 2 Sungguminasa (1998-2001), SMUN 1 Sungguminasa (2001-2004) dan kemudian di terima sebagai Mahasiswa Fakultas Pertanian Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2004. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah (2007). Selain itu penulis juga aktif dalam beberapa organisasi internal maupun eksternal kampus yakni sebagai Staf koperasi Mahasiswa (KOPMA) IPB 2004-2005, Staf Departemen Informasi dan Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) IPB tahun 2004-2005, Staf Departemen Sosial politik Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB tahun 2005-2006, Kepala Departemen Pengembangan Organisasi IKAMI SUL-SEL cabang Bogor tahun 2005-2007, Wakil Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB tahun 2006-2007 sekaligus menjadi Presidium Nasional Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian Indonesia (IBEMPI) 2007-2008, dan juga sebagai Badan Penasehat Organisasi Ikatan Badan ksekutif Mahasiswa Pertanian Indonesia (IBEMPI) 2008-2009. Selama mahasiswa penulis juga aktif dalam kepanitian kegiatan kampus, menjadi mahasiswa delegasi fakultas pertanian untuk pertemuanpertemuan mahasiswa pertanian skala nasional, serta giat membuat publikasi berupa opini publik yang berisi tentang wacana isu yang tengah hangat menjadi perbincangan. Kemudian pada
tahun 2008 penulis melakukan penelitian yang
berjudul ‘Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah serta inayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dengan judul “Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan”. Penulis mengucapkan ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M. Agr selaku Pembimbing Skripsi I yang telah banyak memberi konstribusi berupa bimbingan serta tenaga dan waktu kepada anak bimbingnya untuk menjadi lebih baik.. Juga kepada Bapak Dr. Ir. M. Ardiansyah selaku Pembimbing Skripsi II atas segala masukan dan saran yang sangat berarti bagi penulis. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. My Parents : Mama dan Papaku tercinta, ”Tak ada kata yang sanggup mengungkapkan balasan atas rasa sayang dan cinta yang kalian berikan”. My Brother Farid (Armada Masa Depan). 2. Ibu Dyah Retno Panuju dan Bapak Kukuh Murtilaksono selaku Pembimbing Akademik, “Terima kasih atas doa dan bimbingan Ibu danBapak selama ini”. 3. Seluruh staf Laboratorium Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB dan staf P4W yang telah tulus banyak membantuku dalam segala hal, terima kasih Mba dian dan Kak ode yang udah baik banget, ”Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian..” juga buat Mba Mia, Mba Emma, dan semuanya.
i
4. Arniaty Hasan, juga semua sepupu-sepupu aku yang selama empat tahun tak henti memberi spirit ”saat ku jatuh, kalian selalu ada meski jauh”. 5. Xenia atas motivasi dan dorongannya, Teman-teman seperjuangan di Bangwil : Rahmi, Ekayana, Budi, Riris, Anto, Rita, Septi, dan Fremy. ”Ayo maju dan melangkah bersama kawan..” 6. Orang-orang yang memberi pengaruh besar dalam hidupku dan banyak mengajar bagaimana menjadi seorang pemimpin : Eka Yudha, Wahyu, Mas Supri , zulkipli serta teman-teman di Kelembagaan BEM, HIMPRO, dan mitra kerja yang selalu mengerti keadaanku. Thanks a lot. 7. Teman-teman soil 41 yang uda baik ama gue : Dypta, Andi, Dinalv, Gita, Yume, Roni, CPR Leonard, dan semuanya yang gak bisa gue sebut satu persatu, “Selamat berjuang kawan,,, Semoga kita adalah insan-insan yang menjadi sejarah untuk masa depan”. 8. My eiffel band (Yudi, Afrian, Awal, Reza dan Ina), teruslah merangkak langit seperti mimpi-mimpi yang pernah kita patri bersama. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Agustus 2008
Akhmad Ariesta G
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................
viii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah.........................................................................
2
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................
3
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................
4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian…………………………….…….……..
4
II. TIJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Wilayah……..........................................................
5
2.2 Pencampuran Penggunaan Lahan………………………………...
6
2.3 Kesesuaian Lahan………………………………………………...
6
2.4 Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan………………
8
2.5 Nilai Ekonomi Lahan (Land Rent)……………………...………..
9
2.6 Urbanisasi dan Suburbanisasi…………………………………….
10
2.7 Sistem Informasi Geografi (SIG)…………………………………
11
III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual……………………….…………
13
iii
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………
15
3.3 Jenis dan Sumber Data………………………………………….
15
3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………...…………
15
3.5 Teknik Analisis Data……………………………………………
16
3.5.1 Overlay Peta ……...……………....………………………
16
3.5.2 Penentuan Titik Centroid………………………………….
17
3.5.3 Model Pendugaan Perubahan (Decay Function Analysis)…
17
3.5.4 Analisis Entropi……………………...…………………….
18
3.5.5 Analisis Skalogram…………………………………………
20
3.5.6 Analisis Regresi Berganda……………………………….…
22
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Pembagian Administratif…………………..……………………...
25
4.2 Kondisi Demografi………………………………………………...
26
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi…………………………………………...
27
4.4 Penggunaan Lahan............................................................................
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Spasial Penggunaan Lahan…………………………..…...
28
5.2 Pencampuran Spasial Penggunaan Lahan (spatial land use mixture) dan Sebaran Spasial Tipe Penggunaan Lahan (spatial land use distribution) di Kota Makassar.........................................................
29
5.2.1 Pencamuran Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar........
29
5.2.2 Penyebaran Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar.........
33
5.3 Hirarki Wilayah Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas dan Indeks .Perkembangan Desa...........................................................
34
iv
5.4 Gradien Fungsi Pertumbuhan/Peluruhan (Growth/Decay Function) Kota Makasar....................................................................................
37
5.4.1 Gradien Proporsi Pemukiman...................................................
38
5.4.2 Gradien Kepadatan Penduduk..................................................
39
5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluruhan/Pertumbuhan Entropi Pencampuran Penggunaan Lahan Desa (Hj) di Kota Makassar........
43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……………………...………………………….….. ..
45
6.2 Saran…………………………………………….………...……...
46
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
47
LAMPIRAN...................................................................................................
48
v
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Hal.
1.Tujuan Penelitian, Metode Analisis, Data dan Hasil yang diharapkan...................... 24 2. Luas Desa dan Jumlah Penduduk Kota Makassar.......................................... 26
3. Luasan Tipe Penggunaan Lahan Kota Makassar ......................................... 29 4. Entropi Spasial Pencampuran Penggunaan Lahan Kota Makassar ............... 32 5. Entropi Spasial Tipe Jenis Penggunaan Lahan .............................................. 33 6. Prediksi Kepadatan Penduduk dan ULR Kota Makassar .............................. 41 7. Hasil Analsis Regresi Berganda..................................................................... 44
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
1.Bagan Alir Tahapan Penelitian................................................................................
Hal.
14
3. Batas Wilayah Kota Makassar ..................................................................... 25 4. Peta Tutupan Lahan Kota Makassar Tahun 2005................ ........................ 29 5. Peta Sebaran Entropi Pencampuran Lahan Kota Makassar.... ....................
29
6. Grafik Entropi Penyebaran Tipe Jenis Penggunaan Lahan Kota Makassar
34
6. Peta Hirarki Kota Makassar ........................................................................
37
7. Grafik Hubungan antara Jarak dan ULR...................................................... 39 8. Grafik Hubungan antara Jarak dan Kepadatan Penduduk............................ 40
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Hal.
1. Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 2005.........................................
49
2. Entropi Spasial Tipe Jenis Penggunaan Lahan Kota Makassar..................
50
3. Entropi pencampuran Penggunaan Lahan Kota Makassar.........................
51
4. Hasil Analisis Skalogram............................................................................
53
viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan perkotaan akibat pembangunan ekonomi mengakibatkan lahirnya kota-kota yang berdasarkan indikator jumlah penduduk telah layak disebut sebagai kota besar atau kota metropolitan. Kota Makassar merupakan salah satu kota metropolitan yang berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan pembangunan nasional. Pertumbuhan kota metropolitan memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Akan tetapi pertumbuhan kota tersebut dipihak lain menimbulkan permasalahan berupa tidak optimalnya penggunaan lahan seiring degan proses urbanisasi yang kurang terkendali, pertumbuhan penduduk, perkembangan wilayah yang tidak berimbang, serta berbagai permasalahan pembangunan lainnya. Analisis pola spasial pengunaan lahan di Kota Makassar penting untuk mengetahui penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan serta mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan di wilayah tersebut. Untuk itu diperlukan alat ukur kuantitatif yang mampu mengidentifikasi penyebaran penggunaan lahan di Kota Makassar. Secara kuantitatif pola penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan dapat diukur dengan menggunakan entropi sebaran spasial penggunaan lahan dan entropi pencampuran penggunaan lahan. Pengukuran entropi ini dapat mengidentifikasi seberapa besar proporsi penyebaran penggunaan lahan dan mengukur besarnya pencampuran pengunaan lahan di setiap desa yang ada di Kota Makassar. Pola spasial penggunaan lahan berhubungan dengan berbagai faktor seperti
1
tingkat perkembangan wilayah, tingkat urbanisasi, kepadatan penduduk, jarak ke pusat kota dan lain-lain. Untuk itu diperlukan optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan alokasi penggunaan lahan yang efisien dengan melakukan analisis pola spasial penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan dan mengikuti kaidah–kaidah tata ruang. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jarak Jauh/Remote Sensing merupakan dua contoh teknik yang banyak digunakan untuk menganalisa proporsi penggunaan lahan dan perkembangan suatu wilayah, sedangkan analisis diperlukan sebagai alat ukur kuantitatif yang digunakan dalam menganalisa penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan serta mengetahui hubungan antara faktor–faktor yang mempengaruhi penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan di wilayah tersebut.
1.2 Perumusan Masalah Pola spasial penggunaan lahan merupakan salah satu indikator perkembangan wilayah.
Suatu
wilayah
dikatakan
berkembang
apabila
memiliki
indeks
perkembangan yang tinggi, pemanfaatan lahan yang optimal serta menyebar lebih luas. Seiring dengan pertumbuhan sosial ekonomi dan pembangunan nasional maka kebutuhan lahan pun meningkat dan wilayah perkotaan juga turut berkembang menjadi kawasan kota besar atau metropolitan. Namun kondisi ini mengakibatkan terbentuknya pola penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan yang tidak optimal. Penggunaan lahan yang tidak optimal mengakibatkan kesenjangan dan ketidakmerataan dalam pembangunan. Untuk itu diperlukan kajian mengenai pola
2
penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan dengan menggunakan alat ukur kuantitatif di Kota Makassar. Identifikasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola spasial pencampuran penggunaan lahan juga perlu dilakukan agar pembangunan dan pengembangan wilayah kota Makassar dapat diwujudkan secara optimal dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah penataan ruang. Berdasarkan ilustrasi di atas dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola sebaran spasial penggunaan lahan dan pola pencampuran lahan yang ada di Kota Makassar? 2. Bagaimana penggunaan lahan mempengaruhi hirarki perkembangan desa (IPD) di Kota Makassar? 3. Bagaimana pola gradien keterkaitan antara kepadatan penduduk, ULR dengan jarak desa ke wilayah pusat di Kota Makassar?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi pola sebaran spasial penggunaan lahan dan pola pencampuran lahan yang ada di Kota Makassar 2. Menganalisis pengaruh pola spasial penyebaran (spatial distribution) dan pencampuran
(spatial
mixture)
penggunaan
lahan
terhadap
hirarki
perkembangan desa (IPD) di Kota Makassar. 3. Mengidentifikasi pola gradien keterkaitan kepadatan penduduk, ULR dengan jarak desa ke wilayah pusat di Kota Makassar melalui model peluruhan (decay function model).
3
1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: 1. Pemerintah daerah, sebagai bahan masukan dalam membuat regulasi pemanfaatan lahan dan pengembangan tata ruang di Kota Makassar. 2. Penulis, untuk mengaplikasikan teori pengembangan wilayah yang diperoleh selama masa kuliah dengan realita yang ada di lapangan tentang pola spasial penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan di suatu wilayah. 3. Kalangan akademis, sebagai kajian permasalahan serta data dasar bagi para peneliti dalam bidangnya, dalam rangka menegembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. 4. Masyarakat yang ingin menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pola spasial penggunaan lahan di Kota Makassar.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada kajian pola spasial di Kota Makassar dengan menggunakan data citra tahun 2005 dan data podes kota Makassar pada tahun 2000, 2003 dan 2006. Dari hasil ini kemudian dikaji bagaimana mengalokasikan dan memanfaatkan lahan untuk berbagai sektor sehingga mampu memaksimalisasi pemanfaatan lahan di kota Makassar. Kajian dan pengamatan tentang pola spasial Kota Makassar dilakukan di Kota Makassar dan Bogor. Untuk memudahkan penelitian digunakan data-data sekunder dari pemerintah daerah dan menggunakan peta citra, podes dan berbagai referensi mengenai data spasial kota Makassar untuk melakukan pengamatan.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Wilayah Wilayah didefinisikan sebagai area geografis yang mempunyai ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Dari definisi tersebut, dapat diturunkan tipologi-tipologi wilayah berdasarkan sifat hubungannya, fungsi masing-masing komponennya atau berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi, maupun politis lainnya. Diantara tipologi-tipologi yang ada terdapat salah satu tipologi yang disebut dengan tipologi wilayah nodal, yang merupakan pengembangan dari konsep sel hidup. Dalam penjabaran wilayah nodal ini, wilayah diasumsikan sebagai suatu sel hidup yang terdiri dari inti dan plasma, yang masingmasing mempunyai fungsi yang saling mendukung. Inti dalam hal ini diasumsikan sebagai pusat kegiatan industri dan pusat pasar serta pusat inovasi, sedangkan plasma atau hinterland merupakan pusat pemasok bahan mentah, tenaga kerja, dan pusat pemasaran barang-barang hasil industri yang diproduksi di pusat (inti) (Rustiadi et al.,2003). Berdasarkan konsep wilayah nodal tersebut, pusat atau hinterland suatu wilayah dapat ditentukan berdasarkan kelengkapan fungsi pelayanan dalam suatu wilayah. Kelengkapan fungsi dalam suatu wilayah dapat diidentifikasi dengan menggunakan parameter jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduknya. Parameter tersebut kemudian digunakan sebagai alat penentu dalam menentukan hirarki atau tingkat perkembangan suatu wilayah. Semakin lengkap jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan penduduk dengan kualitas dan kuantitas
5
yang tinggi maka semakin tinngi pula hirarki wilayah tersebut. Pusat kota merupakan kawasan dengan jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan penduduk dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi.
2.2 Pencampuran Penggunaan Lahan Pencampuran penggunaan lahan merupakan salah satu faktor yang mampu digunakan untuk analisis spasial terhadap komposisi pencampuran penggunaan lahan dalam suatu wilayah. Secara umum daerah pencampuran rendah yang didominasi oleh lahan pemukiman dan industri biasanya berada pada pusat kota, sementara daerah dengan komposisi pencampuran tinggi yang memiliki penggunaan lahan lebih beragam berada pada daerah hinterland. Adapun daerah pencampuran penggunaan lahan rendah yang letaknya semakin jauh dari pusat kota dengan dominasi penggunaan lahan pertanian. Jika ditinjau secara geografi, pencampuran penggunaan lahan desa dapat menunjukkan pencampuran lahan pertanian dan lahan pemukiman untuk menjadi rumusan dalam mengukur pencampuran penggunaan lahan dalam desa tersebut (Rustiadi et al.,2003). Pencampuran penggunaan lahan dapat mengidentifikasikan tingkat ekonomi desa berdasarkan komposisi penggunaan lahan yang terdapat pada setiap desa.
2.3 Kesesuaian Lahan Lahan didefinisikan sebagai suatu kesatuan lingkungan fisik yang terdiri dari tanah, tata air, iklim, vegetasi dan segala aktivitas manusia yang mempengaruhi pengembangannya. Berdasarkan definisi tersebut lahan di bagi berdasarkan tipologi
6
penggunaannya secara umum seperti lahan pertanian, lahan permukiman, lahan industri dan lain-lain. Hasil klasifikasi dan berdasarkan karaketristik dan kesesuaian lahan dengan menggunakan penamaan dari sistem tertentu disebut satuan lahan. Perubahan penggunaan lahan terjadi sebagai akibat dari kebutuhan lahan yang terus meningkat diikuti perkembangan penduduk yang tak terkendali. Dalam skala nasional, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, setidaknya terdapat dua trend utama proses alih fungsi lahan yang menonjol, yakni proses deforestasi dan urbanisasi-suburbanisasi (Kitamura dan Rustiadi, 1997). Evaluasi kelas potensi lahan untuk berbagai kelompok/jenis komoditas yang akan dikembangkan dinilai berdasarkan (1) Pengelompokan kelas kesesuaian lahan aktual, (2) Penilaian kelas potensi lahan melalui pembandingan antara hasil pengelompokan kesesuaian lahan aktual dan kriteria penilaian kelas potensi lahan, dan
(3)
Hasil
penilaian
kelas
potensi
lahan
kelas
potensi
lahan
dan
pengelompokannya berdasarkan jenis/kelompok komoditas tertentu. Dari uraian tersebut pemanfaatan lahan berdasarkan potensinya dijadikan sebagai data dasar dalam menyusun rencana tata ruang dan wilayah. Namun akibat banyaknya kendala dan keterbatasan lahan maka terjadi perubahan penggunaan lahan untuk pengembangan tertenu yang tidak sesuai dengan potensi lahannya. Di dalam hukum ekonomi pasar, alih fungsi lahan berlangsung dari aktivitas dengan land rent yang lebih rendah ke aktivitas-aktivitas dengan land rent yang lebih tinggi. Land rent merupakan nilai keuntungan bersih dari suatu aktivitas penggunaan lahan per satuan luas lahan dan waktu tertentu (Sitorus, 2004).
7
2.4 Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan Pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untik menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut (Sitorus, 2004). Untuk pengembanangan lahan berkelanjutan maka banyak aspek yang perlu diperhatikan serta memperkirakan bagaimana dampak dari setiap pelaksanaan program pembangunan disuatu wilayah. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk pengunaan tertentu (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007). Evaluasi lahan bersifat menjembatani antara data kualitas lahan dengan pengguna data tersebut untuk pengembanagan tertentu yang bersifat berkelanjutan. Sasaran evaluasi lahan adalah untuk terciptanya tata ruang yang baik, dipandang dari aspek fisik, hukum, sosial ekonomi dan politik. Evaluasi kesesuaian lahan digunakan sebagai rujukan untuk pengembangan sumberdaya lahan yang berkelanjutan. Untuk akurasi data maka dibutuhkan kegiatan survey dan pemetaan sumberdaya lahan dengan mengkorelasikan beberapa data fisik wilayah seperti data klim, data tanah, dan data topografi sebagai acuan untuk nilai evaluasi lahannya. Sehingga untuk membuat suatu peencaaan dan pengembangan wilayah berkelanjutan maka aspek kesesuaian dan evaluasi lahan menjadi indikator utama dalam pelaksanaannya. Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan proyek pembangunan untuk menghasikan surplus atau atau dana yang cukup sebagai masukan (input) untuk pembagunan lebih lanjut (”the abiity of a development project to generate sufficiently a net surplus as an input for further development”), (Sitorus,
8
2004). Pembangunan berkelanjutan lahir sebagai konsep untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa merusak atau mengancam ketersediaan sumberdaya lahan di masa mendatang. Tiga aspek kehidupan yang menjadi indikator utama dalam pembanguanan berkelanjutan yang harus diperhatikan adalah aspek eknomi, aspek sosial dan aspek ekologi yang harus dipertahankan dalam suatu hubungan sinergis. Agar
tercipta
hubungan
yang
sinergis
dari
aspek-aspek
indikator
pembangunan berkelanjutan, maka alokasi pemanfaatan lahan perlu disesuaikan dengan kondisi lahan aktual pasca pembangunan disertai adanya evaluasi rutin tentang kelayakan suatu proyek pembangunan. Hasil evaluasi tersebut kemudian dapat dijadikan referensi tentang keberhasilan kebijakan pembangunan agar dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan pembangunan dan dapat merevisi kesalahankesalahan pembangunan yang ada selama ini. Pengalokasian sumberdaya merupakan jembatan yang dapat menciptakan jalannya roda perekonomian yang lebih mengarah pada tujuan-tujuan yang paling mendasar dari pembangunan itu sendiri misalnya: pengentasan kemiskinan, semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang lebih sehat, dan menurunnya tingkat ketidakmerataan pendapatan (Rustiadi et al, 2007).
2.5 Nilai Ekonomi Lahan (Land rent) Land rent adalah sisa surplus ekonomi sebagai bagian dari nilai produk total atau pendapatan total yang ada setelah pembayaran dilakukan untuk semua faktor biaya total (Barlowe dalam Pravitasari, 2007). Surplus ekonomi sumberdaya lahan dapat dilihat berdasarkan kualitas lahannya (ricardian rent) maupun karena lokasi areal lahan yang strategis (locational rent). Berdasarkan konsep ricardian rent lahan
9
berkualitas adalah lahan yang subur sehingga mampu menghasilkan output yang lebih tinggi dengan biaya total produksi yang sama. Kondisi tersebut mengakibatkan nilai land rent pada lahan yang subur akan lebih tinggi daripada lahan yang tidak subur. Sedangkan locational rent ditentukan oleh kemudahan aksesbilitas suatu lahan untuk memperoleh surplus ekonomi yang sebesar-besarnya. Semakin strategis lokasi suatu areal lahan maka semakin tinggi pula nilai lahan areal tersebut. Perubahan penggunaan lahan pertanian yang marak terjadi sangat erat kaitannya dengan land rent, paradigma bahwa nilai lahan dari aspek lokasi lebih memberikan surplus ekonomi yang besar dibandingkan dengan kualitas lahannya menjadi faktor utama yang mengakibatkan semakin tingginya perubahan fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian.
2.6 Urbanisasi dan Suburbanisasi Urbanisasi adalah proses berpindahnya sejumlah penduduk dari daerah kecamatan menuju daerah perkotaan. Sedangkan suburbanisasi diartikan sebagai proses terbentuknya permukiman-permukiman baru dan juga kawasan-kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan terutama sebagai akibat perpindahan penduduk kota yang membutuhkan tempat-tempat bermukim untuk kegiatan industri (Rustiadi et al., 2003). Pada umumnya urbanisasi mempunyai kaitan dengan timbulnya beberapa masalah sosial, ekonomi, dan pemukiman, baik di kota maupun di desa. Menurut Bintarto dalam P4W LPPM-IPB press (2006) sebab-sebab timbulnya masalah tersebut antara lain: (1) Sebagai akibat dari pertambahan penduduk alami kota, (2) Sebagai akibat dari perpindahan penduduk desa ke kota,
10
dan (3) Berkembangnya daerah tepian kota. Kadang-kadang ketiga sebab tersebut terjadi bersamaan, sehingga dapat mempercepat proses urbanisasi di suatu wilayah tertentu. Urbanisasi
merupakan
suatu
proses
yang
mengakibatkan
terjadinya
peningkatan proporsi penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Tingkat urbanisasi pada suatu wilayah atau negara dapat dinyatakan sebagai besarnya proporsi penduduk perkotaan wilayah atau negara tersebut (Rustiadi et al., 2005). Urbanisasi menyebabkan suatu kecenderungan terjadinya suatu titik pusat aktivitas yang mengarah pada bentuk aglomerasi metropolitan. Sub urbanisasi merupakan suatu dinamika logis yang mengakibatkan terjadinya konversi lahan pertanian menjadi lahan permukiman dan industri. Fenomena ini muncul sebagai akibat peningkatan populasi penduduk dan makin berkurangnya ketersediaan lahan. Suburbanisasi juga merupakan suatu proses pertumbuhan daerah pinggiran yang secara sistematis lebih cepat dibandingkan dengan pusat kotanya, dan adanya gaya hidup yang mempengaruhi kegiatan seharihari sebagai commuter (penglaju) untuk bekerja di kota (Rustiadi et al., 2005).
2.7 Sistem Informasi Geografi (SIG) Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkordinat geografi. (Barus dan Wiradisastra, 2000). Dengan kata lain SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja.
11
Sistem informasi geografi berdasarkan operasinya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yakni: (1) SIG secara manual dan (2) SIG otomatis. SIG manual memanfaatkan peta cetak (kertas/transparan) dalam operasinya dan bersifat data analog, sedangkan SIG otomatis bekerja dengan menggunakan komputer sehingga datanya berupa data digital. Menggunakan SIG memungkinkan untuk melakukan operasi timpang-tindih serta melakukan analisa statistik dari hasil survei-survei lapangan. Dengan menggunakan SIG dimungkinkan mengkorelasikan antara data atribut dan data tematik sehingga diperoleh kesatuan informasi yang dibutuhkan. Menurut Star dan Estes dalam Barus dan Wiradisastra (2000) SIG dapat diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi, yang juga mengoperasikan dan menyimpan data nonspasial.
12
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Kota Makassar sebagai metropolitan Indonesia Timur berperan strategis sebagai wilayah penopang dan distribusi aliran barang dari berbagai daerah di sekitarnya baik wilayah lokal maupun regional. Kondisi ini jelas menunjukkan tingginya aktivitas perekonomian di Kota Makassar. Dewasa ini pengembangan pembangunan kawasan metropolitan lebih diprioritaskan ke arah sektor industri dan sektor-sektor lain (non pertanian). Hal ini mengakibatkan penggunaan lahan yang ada dalam kawasan metropolitan tidak proporsional dan terbentuk secara tidak optimal. Untuk menganalisis pola spasial penyebaran dan pencampuran penggunaan lahan kota Makassar terhadap arahan pengembangan wilayah dan pembangunan di wilayah tersebut, dalam penelitian ini digunakan analisis entropi untuk mengetahui pencampuran dan penyebaran spasial penggunaan lahan di Kota Makassar, analisis skalogram untuk mengetahui tingkat hirarki perkembangan wilayah kota Makassar, decay Function analysis untuk mengetahui pola gradien keterkaitan kepadatan penduduk, ULR dan jarak ke pusat kota, serta analisis regresi berganda untuk menduga faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola spasial pencampuran penggunaan lahan di Kota Makassar. Analisis tersebut akan menghasilkan data mengenai pola spasial pencampuran dan penyebaran penggunaan lahan dan tingkat perkembangan wilayah untuk selanjutnya digunakan sebagai alat evaluasi bagi pihak pelaksaa pembangunan dalam
13
menyusun atau mengevaluasi rencana tata ruang untuk kawasan metropolitan Makassar. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat bagan alir kerangka pemikiran konsptual dalam Gambar 3.1 berikut. Data PODES 2006 Kota Makassar
Peta Administrasi Kota Makassar Tahun 2005
Peta Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun2005
Pemilihan Variabel Skalogram Overlay Analisis Skalogram
Kepadatan Penduduk
Pengukuran titik centroiid Luasan dan Proporsi Pengunaan Lahan
ULR Jarak Desa ke Pusat Kota
IPD
Pemilihan Variabel
Entropi Pencampuran dan Penyebaran Spasial Penggunaan Lahan
- Decay Function Analysis - Analisis Regresi Berganda
Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Gambar 3.1. Bagan Alir Tahapan Penelitian
14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Kota Makassar dengan analisis di Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April–Agustus 2008. Wilayah studi mencakup seluruh kecamatan dengan 135 desa dari total 143 desa yang ada di Kota Makassar. Delapan desa tidak diikutsertakan dalam penelitian ini karena tidak adanya informasi mengenai peta penggunaan lahan. Desa tersebut antara lain : Barang Caddi, Barang Lompo, Kodingareng, Maloku, Mampu, Malaya Baru, Sudiang Raya dan Ujung Tanah.
3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa peta citra Kota Makassar tahun 2005 dan data podes Kota Makassar tahun 2006. Data sekunder diperoleh dari Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W LPPM-IPB), SEAMEO BIOTROP dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Sulawesi Selatan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mendatangi instansi terkait dan meminta sejumlah data yang dibutuhkan terkait dengan penelitian ini. Selain itu, sumber data sekunder juga diperoleh dengan mengakses internet dan beberapa pustaka yang relevan.
15
3.5 Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul dan diperoleh untuk tujuan penelitian dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian. Beberapa analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Overlay peta, (2) Penentuan titik centroid, (3) Decay Function Analysis, (4) Analisis entropy, (5) Analisis skalogram, serta (6) Analisis Regresi Berganda.
3.5.1 Overlay Peta Analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik operasi tumpang-tindih (overlay) yang dilakukan dengan cara menumpang-tindihkan peta administrasi dan peta penggunaan lahan, sehingga diperoleh peta dengan informasi jenis penggunaan lahan untuk setiap unit administrasi. Software yang digunakan untuk proses overlay ini adalah ArcView 3.3 Informasi penutupan dan penggunaan lahan diektrak dari citra landsat. Ektraksi penutupan/penggunaan lahan tidak dilakukan sendiri, tetapi menggunakan hasil ektraksi (peta penutupan/penggunaan lahan) yang diperoleh dari SEAMEO BIOTROP (2007). Untuk menentukan satuan penggunaan lahan digunakan delapan jenis penggunaan lahan yakni: (1) Pemukiman, (2) Sawah, (3) Hutan, (4) Ladang/ Lahan terbuka, (5) Semak, (6) Air, (7) Rawa dan (8) Unclasified. Lahan pertanian meliputi Sawah + Ladang, kedua satuan penggunaan ini didefinisikan lahan pertanian karena kedua penggunaan lahan tersebut secara intensif diuasahakan untuk kegiatan pertanian..
16
3.5.2. Penentuan Titik Centroid Centroid merupakan pusat geometrik suatu poligon. Centroid dapat juga didefinisikan sebagai titik tengah (mid-point) antara awal dan akhir suatu jarak alamat (address range). Penentuan titik centroid digunakan untuk mengetahui jarak antar satu poligon dengan poligon lainnya, dalam penelitian ini penentuan titik centroid digunakan untuk mengetahui jarak dari masing-masing desa yang tersebar pada 14 kecamatan di Kota Makassar ke pusat kota. Sebagai pusat kota diasumsikan Lapangan Karebosi yang terletak di Desa Baru Kecamatan Ujung Pandang. Penentuan titik centroid dilakukan dengan Software ArcView 3.3, sehingga dapat diketahui nilai koordinat suatu poligon. Setelah itu dilakukan perhitungan jarak antar poligon dengan rumus perhitungan sebagai berikut: d 01 =
(x1 − x0 )2 − ( y1 − y 0 )2
dimana : d01
: Jarak desa ke pusat kota (Karebosi)
X0
: Koordinat X poligon asumsi (pusat kota)
X1
: Koordinat X poligon analisis (desa yang ada di Kota Makassar)
Y0
: Koordinat Y poligon asumsi (pusat kota)
Y1
: Koordinat Y poligon analisis (desa yang ada di Kota Makassar)
3.5.3 Model Pendugaan Perubahan (Decay Function Analysis) Decay function digunakan untuk melakukan pendugaan pola kecenderungan terhadap kepadatan penduduk dan ULR seiring dengan ukuran atau jarak dari posisi
17
referensi. Suatu wilayah yang arah pengembangannya mengikuti kaidah tata ruang akan memiliki kepadatan penduduk dan ULR yang lebih menyebar secara merata dalam kawasan tersebut. Dalam metode pendugaan perubahan dikenal tiga jenis model dalam melakukan pendugaan perubahan wilayah. Model tersebut antara lain linear, eksponensial dan sigmoid. Namun secara umum perubahan wilayah digambarkan dengan model eksponensial atau model sigmoid. Model linear terjadi jika pertumbuhan variabel yang ada dalam suatu kawasan bersifat statis dan konstan. Dalam penelitian ini model yang digunakan adalah model eksponensial, karena berdasarkan variabel yang digunakan model ini memberikan keragaman data paling tinggi. Persamaan model eksponensial untuk melihat hubungan antara ULR dan kepadatan penduduk terhadap jarak ke pusat kota adalah sebagai berikut: Y = a*exp(b*X) Dimana : X
= Jarak ke Lapangan Karebosi (km)
Y
= Kepadatan penduduk (jiwa/km2) / ULR
a
= Konstanta intercept
b
= Laju
3.5.4 Analisis Entropi Analisis entropi dapat digunakan untuk mengetahui keberagaman/penyebaran spasial penggunaan lahan yang ada di dalam suatu wilayah. Perkembangan suatu sistem dapat dipahami dari semakin meningkatnya jumlah komponen sistem tersebut
18
serta bagaimana penyebaran (jangkauan spasial) komponen tersebut (Rustiadi et al 2005). Pada penelitian ini analisis entropi digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan pencampuran dan keragaman/penyebaran spasial penggunaan lahan serta mengidentifikasi penyebaran spasial setiap tipe jenis pengunaan lahan di Kota Makassar. Terdapat dua jenis entropi yang diidentifikasi dalam penelitian ini, yakni: (1) Entropi pencampuran/keragaman spasial penggunaan lahan dan (2) Entropi penyebaran setiap jenis tipe penggunaan lahan (Hj). Dalam entropi pencampuran spasial
penggunaan lahan, semakin tinggi entropi suatu desa (Hj) maka pencampuran spasial penggunaan lahan di desa j semakin tinggi. Sedangkan dalam entropi penyebaran spasial penggunaan lahan, semakin tinggi entropi penggunaan lahan ke-i (Hi) maka penggunaan lahan i semakin menyebar secara spasial, entropy yang rendah menunjukan penggunaan lahan cenderung terkonsentrasi di suatu/beberapa lokasi. Persamaan umum entropy penyebaran spasial (Hj) adalah sebagai berikut :
Dimana: Hj
= Entropi pencampuran jenis-jenis tipe penggunaan lahan di desa j.
qij
= Nilai proporsi luasan per jenis penggunaan lahan ke i di desa j (luas penggunaan lahan ke-i dibagi luas desa ke-j)
j
= desa (1,2,3.. n, dimana n =135)
Dan S = −∑ Pi Pi
Dimana : Hi
= Entropi penyebaran penggunaan lahan
19
qij
= Nilai proporsi luasan penggunaan lahan i di desa j. (luas penggunaan lahan ke-i dibagi luas desa ke-j)
i
= tipe penggunaan lahan (1,2,3...m, dimana m=8)
3.5.5 Analisis Skalogram Analisis skalogram digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan wilayah serta menentukan hirarki pusat-pusat wilayah penopang yang mendukung wilayah sebagai pusat pelayanan atau aktivitas. Secara teknik analisis perkembangan suatu wilayah dapat dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah dan jenis fasilitas umum, industri dan jumlah penduduknya. Unit wilayah yang memiliki fasilitas dengan kualitas dan kuantitas yang lebih kompleks memiliki tingkat hirarki yang lebih tinggi. Metode skalogram lebih menekankan kriteria kuantitatif dibandingkan kriteria kualitatif mencakup jumlah dan jenis fasilitas umum dalam suatu wilayah administratif. Beberapa asumsi yang berlaku
dalam
analisis
skalogram
adalah
bahwa
penduduk
mempunyai
kecenderungan untuk bergerombol di suatu lokasi dengan kondisi fisik, sosial dan ekonomi yang secara relatif terbaik untuk komunitasnya. Tahapan dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut : 1.
Memilih peubah yang digunakan sebagai penyusun indeks hirarki. Dalam pemilihan ini, peubah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu peubah yang berbanding lurus dengan hirarki wilayah seperti jumlah fasilitas, dan peubah yang berbanding terbalik dengan hirarki wilayah.
2.
Menginverskan data untuk setiap peubah yang berbanding terbalik (misal: jarak
20
menuju fasilitas). Selanjutnya menggantikan nilai yang tadinya berisi “DIV/0!” dengan nilai ”Max(1/Dj) + sd”, dimana
Max(1/Dj) adalah nilai maksimum
invers jarak dari seluruh nilai setelah nilai “DIV/0!” dihilangkan untuk peubah ke-j dan sd adalah standar deviasi invers jarak dari seluruh nilai setelah nilai “DIV/0!” dihilangkan untuk peubah ke-j. 3.
Menghitung bobot indeks penciri dengan persamaan: Iij = (Xijn)/(X.jaj), dimana i = 1, 2, …, n menunjukkan jumlah wilayah dan j = 1, 2, …, p menunjukkan jumlah seluruh peubah penciri.
4.
Melakukan pembakuan indeks untuk seluruh peubah baik yang melalui tahapan invers maupun yang tidak melalui tahapan invers, sehingga hasil akhir adalah indeks baku dengan persamaan berikut : Kij = { Iij – min(I)j }/ sd , dimana Kij adalah nilai baku indeks hirarki untuk wilayah ke-i dan ciri ke-j, Iij adalah nilai bobot indeks penciri untuk wilayah ke-i dan ke-j, min(I)j adalah nilai minimum indeks pada ciri ke-j, dan sd adalah nilai standar deviasi.
5.
Tahap berikutnya adalah menjumlahkan indeks baku, dengan menggabungkan indeks baku baik yang melalui tahapan invers maupun tidak. Penjumlahan dilakukan untuk setiap wilayah sehingga diperoleh jumlah indeks per wilayah
6.
Selanjutnya adalah menyusun hirarki berdasarkan indeks baku masing-masing desa dengan urutan dari indeks paling tinggi.
7.
Susun hirarki infrastruktur yang paling tinggi dan diletakkan ke kiri.
8.
Tahap paling akhir adalah menetapkan wilayah mana yang berhirarki tertinggi
21
dan terendah. Hirarki wilayah dalam hal ini dibagi menjadi 3, yaitu: tinggi, sedang, dan rendah. Untuk menetapkan indeks baku ini, maka terlebih dahulu dicari parameter-parameter rataan (x) dan standar deviasi (sd).
3.5.6. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai suatu parameter dari parameter-parameter atau variabel penjelas yang dianalisis. Dalam analisis regresi berganda ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk menghasilkan model dengan penduga yang baik, asumsi-asumsi tersebut antara lain: 1) E (ei) = 0, untuk setiap i; dimana i = 1, 2, ..., n; artinya rata-rata kesalahan pengganggu adalah nol. 2) Kov (ei,ej) = 0, i ≠ j; artinya kovarian (Ei,Ej) = 0, dengan kata lain tidak ada autokorelasi antara pengganggu kesalahan yang satu dengan yang lain. 3) Var (ei2) = σ2; untuk setiap i, dimana i = 1, 2, ..., n; artinya setiap kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama. 4) Kov (ei,x1i) = Kov (ei,x2i) = 0; artinya kovarian setiap kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama setiap variabel bebas tercakup dalam persamaan linier berganda. 5) Tidak ada Multikolinearitas; artinya tidak ada hubungan linier yang eksak antara variabel-variabel penjelas, atau variabel penjelas harus saling bebas. 6) ei ≈ N ( 0;σ), kesalahan pengganggu menyebar normal dengan rata-rata nol dan varian σ2
22
Persamaan (model) yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: Y = A0 + A1X1 + A2X2 + A3X3 +A4X4 dimana: Y : Variabel tak bebas (entropi pencampuran penggunaan lahan desa (Hj)) A : Konstanta ; A1, A2, A3, & A4 = Koefisien Regresi X : variabel bebas yang terdiri dari : X1 = Jarak (km) ke pusat kota (Karebosi); X2 = Indeks Perkembangan Desa (IPD) X3 = Kepadatan Penduduk (jiwa/km2); dan X4 = Urban Land Ratio (ULR). Dari hasil analisis berganda, variabel yang memiliki p-level < 0,5 memberi pengaruh nyata terhadap Y, sedangkan variabel yang memiliki p-level < 0,1 memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap Y
23
Tabel 3.1 Tujuan dan Metode Analisis No Tujuan Metode Analisis Data yang digunakan 1. Melihat sebaran Overlay peta I. Peta land dan luasan land use use 2005 di Kota Makassar II. Peta per unit Administra administrasi si 2.
3.
4.
5.
6.
Hasil yang diharapkan Diperoleh satu peta hasil overlay yang memberi informasi mengenai luasan dan jenis penggunaan lahan Mengukur jarak Penentuan titik Peta Diperoleh jarak dari dari pusat kota ke centroid Administrasi pusat geometrik masing-masing poligon per desa ke desa. pusat kota. Melihat pengaruh Decay Function I. Data Podes Diperoleh hubungan II. Hasil jarak dari pusat antara jarak dari Analysis pengukuran pusat kota terhadap kota dengan kepadatan jarak kepadatan pendudk centroid penduduk dan dan Urban Land Ratio (ULR) di Kota Urban Land Ratio (ULR) Makassar Melihat sebaran Analisis entropi Data Dapat diidentifikasi pencampuran lahan penggunaan bagaimana dan penyebaran lahan keragaman spasial setiap jenis penggunaan lahan penggunaan lahan yang ada di setiap desa dan melihat penyebaran setiap tipe penggunaan lahan di Kota Makassar Melihat indeks Analisis Data podes Dapat diidentifikasi perkembangan desa skalogram bagaimana indeks di Kota Makassar perkembangan desa dan menentukan dan sebaran hirarki hirarkinya di Kota Makassar. Membuat model Metode regresi I. Data podes Diperoleh satu pendugaan dengan berganda model yang dapat menggunakan II. Entropi menjelaskan variabel entropi pencampur hubungan antara pencampuran land an land use entropi use, jarak ke pusat III. Data jarak pencampuran, jarak kota, IPD, ke pusat ke pusat kota, IPD kepadatan kota dan kepadatan penduduk dan ULR penduduk.
24
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1.
Pembagian Administratif Wilayah Kota Makassar terdiri dari 14 kecamatan yang di dalamnya terdapat
143 desa. Kecamatan yang termasuk dalam Kota Makassar adalah Kecamatan Mariso, Mamajang, Manggala, Wajo, Tallo, Biring Kanaya, Panakkukang, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Makassar, Rapoocini, Tamalanrea, Tamalate dan Bontoala. Kota Makassar memiliki cakupan pelayanan yang menjangkau wilayah nasional dan berfungsi sebagai pusat pelayanan produksi, distribusi dan jasa serta berfungsi sebagai simpul transportasi untuk melayani wilayah nasional atau beberapa provinsi. Dalam konsep wilayah nodal Kota Makassar berfungsi sebagai wilayah inti atau pusat dalam konsep metropolitan Maminasata dengan wilayah hinterland yang mencakup Sungguminasa, Maros dan Takalar.
Gambar 4.1 Batas Wilayah Kota Makassar
25
Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara
: Kabupaten Maros
Sebelah Timur
: Laut dan Kabupaten Maros
Sebelah Selatan
: Kabupaten Gowa
Sebelah Barat
: Kabupaten Takalar
4.2.
Kondisi Demografi Kota Makassar merupakan pusat aktivitas yang diharapkan mampu menjadi
penopang bagi pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan pembangunan di Provinsi Sulawesi Selatan. Saat ini Kota Makassar memiliki jumlah penduduk sebesar 1.223.540 yang terdiri dari 611.049 laki-laki dan 612.491 perempuan dengan luas wilayah total 175,77 km2. Berikut disajikan luas dan jumlah penduduk per kecamatan yang ada
di Kota Makassar pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Luas Desa dan Jumlah Penduduk Kota Makassar. Nama Kecamatan Mariso
Luas (km2)
Jumlah penduduk
1,82
53.314
Mamajang
2,25
58.968
Tamalate
18,18
148.589
Rappocini
9,23
139.491
Makassar
2,52
80.874
Ujung Pandang
2,63
27.941
Wajo
1,99
34.178
Ujung Tanah
5,94
47.267
Tallo
8,75
132.158
Panakkukang
13,03
131.229
Manggala
24,14
96.632
Biring Kanaya
48,22
125.636
Tamalanrea
31,84
86.987
Bontoala
2,10
60.276
172, 64
1.223.540
Total
Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2007
26
4.3.
Kondisi Sosial Ekonomi Kota Makassar Tingkat perekonomian suatu wilayah dapat diindikasikan dengan melihat
tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. PDRB merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu satu tahun di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB tahun 2006, nilai PDRB Kota Makassar atas dasar harga berlaku telah mencapai Rp. 18.165,876 milyar rupiah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan nilainya sebesar 11.341,848 milyar rupiah. Identifikasi pengukuran PDRB perkapita digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di Kota Makassar. Pembentukan PDRB di suatu daerah dapat digambarkan dari struktur ekonomi pada masing-masing sektor yang ada pada wilayah tersebut. Semakin besar persentase suatu sektor semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian daerah. Struktur Kota Makassar masih didominasi oleh sektor perdagangan, restoran dan hotel.
4. 4 Penggunaan Lahan di Kota Makassar Penggunaan lahan di Kota Makassar meliputi penggunaan lahan permukiman, pertanian yang terdiri dari sawah dan ladang, hutan, rawa, air dan semak. Luasan penggunaan lahan di Kota Makassar didominasi oleh permukiman dan pertanian. Tabel luasan penggunaan lahan kota Makassar dapat dilihat pada pembahasan.
27
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.I. Analisis Spasial Penggunaan Lahan Identifikasi penyebaran penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar menggunakan citra landsat tahun 2005. Berdasarkan hasil identifikasi/klasifikasi tersebut diketahui jenis dan luasan penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar pada setiap desa yang tersebar di 14 kecamatan. Kecamatan yang terdapat pada Kota Makassar meliputi Mariso, Wajo, Tallo, Biring Kanaya, Tamalate, Tamalanrea, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Makassar, Rappocini, Panakukang, Manggala, Bontoala dan Mamajang. Kelas penggunaan/penutupan lahan yang digunakan dalam mengidentifikasi dan menganalisis pola penyebaran dan perubahan ruang terbuka hijau dan ruang terbangun dikelompokkan menjadi pemukiman, pertanian yang meliputi sawah dan ladang, hutan, semak, air, dan rawa. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil klasifikasi citra tahun 2005 Kota Makassar, maka diperoleh hasil bahwa dominasi penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar adalah pemukiman dengan total luasan 5901,62 ha dan disusul oleh lahan pertanian dengan total luasan 4369,67 ha yang masing-masing tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Makassar. Sementara penggunaan lahan yang memiliki persentase paling kecil adalah hutan dengan jumlah luasan 50,25 ha. Berikut disajikan peta pada Gambar 5.1 dan Tabel 5.1 tentang luasan penggunaan lahan kota Makassar.
28
Gambar 5.1 Peta Tutupan Lahan Kota Makassar Tahun 2005 Tabel 5.1 Luasan Tipe Penggunaan Lahan Kota Makassar Penggunaan Lahan Permukiman Sawah Pertanian Ladang Semak Rawa Hutan Air Uncalisificatied Total
Luas (ha) 5901.62 1856.07 2513.60 1637.21 2181.81 50.25 811.44 21.58 14973.58
Persentase (%) 39.41 12.40 16.79 10.93 14.57 0.34 5.42 0.14 100.00
5.2. Pencampuran Spasial Penggunaan Lahan (spatial land use mixture) dan Sebaran Spasial Tipe Penggunaan Lahan (spatial land use distribution) di Kota Makassar 5.2.1. Pencampuran Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Pencampuran
spasial
penggunaan
lahan
digunakan
untuk
melihat
pencampuran keragaman penggunaan lahan yang terdapat pada setiap desa yang ada di Kota Makassar dengan menggunakan analisis entropi. Nilai entropi diperoleh dari hasil kali antara proporsi penggunaan lahan di desa yang dikalikan dengan logaritma
29
penggunaan pada areal desa yang dikaji. Semakin besar nilai entropi pada suatu desa, maka semakin beragam jenis penggunaan lahan yang ada pada desa tersebut. Berdasarkan hasil yang diperoleh desa-desa yang ada di Makassar memiliki pola spasial pencampuran penggunaan lahan yang berbeda-beda. Umumnya desa yang berada di sekitar pusat kota memiliki nilai entropi rendah (cenderung homogen) karena didominasi penggunaan lahan ruang terbangun (built-up area), sementara desa dengan entropi besar tersebar di desa yang lebih jauh dari pusat kota dalam batas administrasi kota Makassar. Pada kawasan ini terjadi pencampuran penggunaan lahan yang tinggi. Sebaran entropi pencampuran lahan Kota makassar disajikan pada Gambar 5.2 berikut.
Gambar 5.2 Peta Sebaran Entropi Pencampuran Lahan Kota Makassar
30
Peta pada Gambar 5.2 memberikan gambaran tentang pencampuran penggunaan lahan pada setiap desa yang ada di Kota Makassar. Nilai entropi tertinggi terdapat pada desa Tanjung Merdeka yaitu sebesar 0,774. Hal ini menjelaskan bahwa penggunaan lahan di desa Tanjung Merdeka lebih heterogen. Komposisi penggunaan lahan pada daerah yang memiliki entropi tinggi antara lain pemukiman, pertanian, semak, rawa, dan air. Sementara nilai entropi paling kecil berada di Desa Maricayya Selatan dengan nilai entropi sebesar 0,021. Nilai entropi yang kecil menunjukkan bahwa pencampuran penggunaan lahan di desa tersebut homogen. Desa dengan penggunaan lahan homogen tersebar di pusat kota yang menjadi tempat terkonsentrasinya lahan pemukiman. Untuk melihat nilai entropi desa-desa yang ada di Kota Makassar berikut disajikan entropi pencampuran penggunaan lahan Kota Makassar pada Tabel 5.2.
31
Tabel 5.2 Entropi Spasial Pencampuran Penggunaan Lahan Kota Makassar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Desa Tanjung Merdeka Paccerakang Mannuruki Balang Baru Bonto Lebang Mariso Mattoangin Mangasa Bongaya Mario Tamalanrea Indah Tamparang Keke Parang Loe Kampung Buyang La'latang Daya Jongaya Tamalanrea Pa'baeng-baeng Panambungan PAI Untia Bira Parang Gunung Sari Tabaringan Maccini Sombala Bontorannu Kapasa Bulorokeng Mamajang Dalam Sudiang Pampang Lae-lae Tallo Tamalanrea Jaya Tamarunang Barombong Tello Baru Kalukuang Panaikang Borong Karuwisi Karuwisi Utara Tidung
Entropi 0.774 0.764 0.759 0.745 0.732 0.731 0.728 0.727 0.715 0.711 0.711 0.697 0.687 0.679 0.678 0.677 0.669 0.662 0.661 0.660 0.630 0.628 0.622 0.612 0.591 0.589 0.584 0.583 0.580 0.578 0.573 0.570 0.553 0.547 0.542 0.536 0.532 0.525 0.522 0.518 0.516 0.509 0.504 0.500 0.500
No 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Nama Desa Saweri Gading Lette Lajangiru Ujung Pandang Baru Sinri Jala Manggala Pisang Selatan Melayu Pattunuang Balla Parang Lakkang Bangkala Layang Sambung Jawa Antang Batua Baru Bunga Eja Beru Ende Parang Tambung Buloa Rappocini Tamalabba Tamangappa Bulo Gading Labuang Baji Mappala Kassi-kassi Paropo Lembo Banta-bantaeng Buakana Malimongan Baru Pandang Bontoala Tua Masale Pisang Utara Mallimongan Bontoala Maradekayya Kaluku Bodoa Maradekayya utara Wajo Baru Pannampu Karunrung
Entropi 0.497 0.483 0.466 0.464 0.453 0.434 0.414 0.410 0.404 0.401 0.377 0.373 0.371 0.371 0.369 0.367 0.361 0.359 0.357 0.351 0.344 0.334 0.333 0.333 0.330 0.328 0.322 0.300 0.300 0.298 0.298 0.297 0.276 0.271 0.266 0.257 0.252 0.210 0.210 0.208 0.206 0.204 0.203 0.201 0.200
No 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135
Nama Desa Tammaung Maricayya Baru Gaddong Losari Wala-walaya Karampuang Rappo Kalling Tompo Balang Rappo Jawa Butung Maradekayya Selatan Baraya Karang Anyar Mangkura Mallimongan tua Maccini Parang Mamajang luar Bonto Makkio Suwanngga Totaka Bonto Biraeng Bontoala Parang Pattingalloang baru Parang Layang Tammua Cambaya Bara-baraya Selatan Bara-barayya utara Gusung Kunjung Mae Camba Berua Pattingalloang Maccini Gusung Larian Banggi Bunga Ejaya Pa'batang Maccini Timungan Lompoa Maricayya Bara-baraya Mandala Barana Bara-barayya timur Baji Mappakasunggu Maricayya Selatan
Entropi 0.197 0.196 0.188 0.186 0.185 0.184 0.182 0.180 0.180 0.172 0.170 0.170 0.169 0.169 0.166 0.156 0.152 0.151 0.147 0.145 0.145 0.143 0.140 0.140 0.137 0.137 0.129 0.128 0.118 0.115 0.105 0.105 0.103 0.100 0.099 0.095 0.085 0.076 0.068 0.067 0.064 0.042 0.039 0.036 0.021
32
5.2.2 Penyebaran Spasial Tipe Penggunaan Lahan di Kota Makassar Sebaran spasial tipe penggunaan lahan menggambarkan seberapa menyebar suatu jenis tipe penggunaan lahan yang ada pada suatu kawasan. Entropi sebaran spasial tipe penggunaan lahan digunakan untuk mengukur bagaimana proporsi satu jenis penggunaan lahan cenderung menyebar atau terkonsentrasi. Semakin tinggi nilai entropi maka tipe penggunaan lahan tersebut semakin menyebar pada suatu kawasan. Misalnya apabila tipe lahan pertanian memiliki nilai entropi besar maka lahan pertanian menyebar hampir di seluruh desa. Sementara apabila tipe penggunaan lahan memiliki entropi kecil maka tipe penggunaan lahan tersebut lebih cenderung terkonsentrasi di satu titik. Penyebaran tipe penggunaan lahan yang merata mengindikasikan besarnya pengaruh tipe penggunaan lahan tersebut terhadap suatu kawasan spasial dalam pembangunan didalam wilayah kawasan tersebut. Berikut disajikan tabel entropi penyebaran spasial setiap tipe penggunaan lahan yang ada di Kota Makassar.
Tabel 5.3 Tabel Entropi Spasial Tipe Jenis Penggunaan Lahan Kota Makassar Penggunaan lahan
Entropi
Permukiman
11.644 7.315 11.013 7.402 7.114 2.281 5.278 2.686
Sawah Ladang
Pertanian Semak Rawa Hutan Air No Data
Berdasarkan tabel 5.3 tersebut maka dapat diamati bahwa nilai entropi spasial penggunaan lahan terbesar adalah lahan pemukiman dan pertanian. Hal ini
33
menjelaskan bahwa pemukiman dan pertanian memiliki sebaran yang paling luas di Kota Makassar. Besarnya nilai entropi pada kedua penggunaan lahan tersebut juga menjelaskan besarnya pengaruh lahan pemukiman dan lahan pertanian terhadap perkembangan sistem yang ada di Kota Makassar. Sementara entropi penggunaan lahan paling kecil terdapat pada tipe penggunaan lahan hutan, hal ini menjelaskan bahwa hutan memiliki sebaran yang paling kecil atau cenderung terkonsentrasi pada satu titik. Penggunaan lahan hutan hanya tersebar pada sebagian kecil desa yang berada di kecamatan Panakkukang, Biring kanaya, Tamalanrea dan Mariso. Berikut disajikan grafik yang menggambarkan sebaran jenis penggunaan lahan di Kota Makassar (Gambar 5.3). 14 12
entropi
10 8 Entropi
6 4 2
at a No
D
ai r
hu ta n
ra wa
ak se m
la da ng
sa wa h
Pe rm
uk i
m
an
0
penggunaan lahan
Gambar 5.3 Grafik Entropi Tipe Jenis Penggunaan Lahan Kota Makassar 2005 5.3. Hirarki Wilayah Berdasarkan Jumlah Jenis Fasilitas dan Indeks .Perkembangan Desa Analisis hirarki wilayah Kota Makassar menggunakan metode skalogram dengan
melihat
tingkat
perkembangan
desa
yang
dibandingkan
dengan
34
perkembangan seluruh desa secara umum yang ada di Kota Makassar. Desa yang termasuk hirarki I dengan tingkat perkembangan paling besar memiliki nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) > 30,623. Desa berhirarki II dengan tingkat perkembangan sedang memiliki nilai
30,623 > IPD > 4, 389; sedangkan desa dengan tingkat
perkembangan rendah yang tergolong dalam hirarki III adalah desa dengan nilai IPD < 14, 389. Nama desa beserta tingkat hirarkinya tersaji dalam lampiran IV. Variabel-variabel yang digunakan untuk menentukan hirarki pada setiap desa meliputi: aksesibilitas (jarak dari desa ke ibukota kabupaten), fasilitas pendidikan, sarana dan parasarana perhubungan dan komunikasi, fasilitas kesehatan, prasarana peribadatan, fasilitas sosial, fasilitas perdagangan dan jasa, fasilitas olah raga, koperasi, fasilitas perbankan, serta fasilitas pariwisata. Wilayah sebagai satuan area yang saling berinteraksi memberikan keterkaitan yang sangat erat antar tiap hirarki yang ada didalam suatu kawasan. Hirarki I berfungsi melayani pusat-pusat dengan hirarki yang lebih rendah disamping melayani hinterlandnya sendiri. Rustiadi et al. (2003) menyatakan bahwa pusat-pusat wilayah umumnya membentuk hirarki yang spesifik ditentukan oleh jumlah sarana pelayanan yang ada, jumlah jenis sarana pelayanan, dan jumlah penduduk dimana semakin tinggi ketiga hal tersebut, semakin tinngi hirarkinya (korelasi positif). Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa proporsi dari total 143 desa yang ada di Kota Makassar terdiri dari 16 desa berhirarki I, 38 desa berhirarki II dan 89 desa berhirarki III. Lima desa yang termasuk hirarki I dengan IPD terbesar adalah Untia, Labuang Baji, Bontoala, Bulorokeng, dan Tompo Balang. Dalam konsep wilayah nodal, wilayah berhirarki I merupakan inti atau pusat wilayah yang berfungsi
35
sebagai tempat terkonsentrasinya penduduk/pemukiman, pusat pelayanan, pasar maupun pemusatan industri manufaktur. Desa berhirarki III dengan IPD terendah mencakup Mangasa, Tamalanrea, Gunung Sari, Mampu dan Parang Tambung. Desa tersebut memiliki jumlah dan jenis fasilitas terendah sehingga berfungsi sebagai pemasok bahan mentah, tenaga kerja dan penjaga keseimbangan ekologis bagi wilayah pusat. Dalam penentuan pembanguanan fasilitas, ukuran populasi penduduk, banyaknya jumlah fasilitas dan akses terhadap infrastruktur utama seperti jalan adalah faktor penentu yang penting dalam menentukan di mana menempatkan fasilitas infrastruktur penunjangnya (Rustiadi et al.,2003). Ketersediaan jumlah jenis fasilitas, sarana dan prasarana di setiap desa tidaklah sama. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat sebaran hirarki desa yang ada di Kota Makassar. Berikut disajikan peta hirarki-hirarki di Kota Makassar berdasarkan analisis skalogram (Ganbar 5.4).
36
0 0 0 0 8 7
0 0 0 6 7 7
0 0 0 2 7 7
0 0 0 8 6 7
0 0 0 4 6 7
0 0 0 0 6 7
PETA SEBARAN HIRARKI KOTA MAKASSAR 0 0 0 6 3 4 9
TINGKAT HIRARKI
0 0 0 6 3 4 9
Hirarki 1 PUSAT KOTA (KAREBOSI)
0 0 0 8 2 4 9
2
0
SKALA : 2 Kilometers
0 0 0 8 2 4 9
N
0 0 0 4 2 4 9
W
E
0 0 0 4 2 4 9
S 0 0 0 0 2 4 9
0 0 0 0 8 7
0 0 0 6 7 7
0 0 0 2 7 7
0 0 0 8 6 7
0 0 0 4 6 7
0 0 0 0 6 7
0 0 0 0 2 4 9
Hirarki 2 Hirarki 3
0 0 0 2 3 4 9
0 0 0 2 3 4 9
Gambar 5. 4 Peta Hirarki Kota Makassar Desa berhirarki I lebih banyak tersebar di pusat Kota Makassar, sementara terdapat satu desa yang terletak jauh dari pusat kota memiliki hirarki I. Hal ini disebabkan adanya pengaruh aktivitas Kabupaten Maros yang berbatasan dengan wilayah tersebut. Kabupaten Maros merupakan Wilayah yang cukup berpengaruh terhadap perekonomian di Kota Makassar karena Maros merupakan lokasi Bandara Hasanuddin yang menjadi sentra aktivitas aliran barang dan penumpang di Provinsi Sulawesi Selatan.
5.4. Gradien Fungsi Pertumbuhan/Peluruhan (Growth/Decay Function) Kota Makasar Untuk melakukan pendugaan dan analisis pola spasial penggunaan lahan di Kota Makassar digunakan model regresi eksponensial dan logaritma sebagai bagian
37
dari fungsi peluruhan/pertumbuhan (Decay/Growth Function). Analisis fungsi peluruhan/pertumbuhan dilakukan dengan melihat hubungan antara ULR dan kepadatan penduduk berdasarkan jarak dari masing-masing desa ke pusat kota.
5.4.1. Gradien Proporsi Pemukiman Gradien proporsi pemukiman atau urban land ratio dapat memberikan penjelasan hubungan antara pengaruh jarak terhadap proporsi lahan pemukiman. Untuk analisis ini dapat digunakan permodelan y = a*exp (b*x) dimana y adalah kepadatan pemukiman, x adalah jarak dari desa ke titik pusat. a dan b sebagai intercept dan laju perkembangan. Hasil yang diperoleh dengan model dari growth/decay function menunjukkan bahwa ULR berkorelasi negatif dengan jarak ke pusat kota, artinya semakin dekat dengan pusat kota maka semakin padat kawasan pemukiman di wilayah tersebut. Fungsi yang diperoleh berdasarkan hubungan antara jarak
(x)
dan
ULR
adalah
ULR=
0.7487*exp(-0.1026*x).
Gambar
5.5
memperlihatkan hubungan antara ULR dengan jarak dari desa ke pusat kota.
38
Hubungan Antara Jarak dan ULR 1.200 1.000
ULR
0.800 0.600 0.400 0.200 0.000 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Jarak (Km)
Gambar 5.5 Grafik Hubungan Antara ULR dan Jarak ke Pusat Kota 5.4.2. Gradien Kepadatan Penduduk Gradien kepadatan penduduk digunakan untuk melihat bagaimana jarak dari pusat kota mempengaruhi kepadatan penduduk. Terdapat perbedaan tren pada setiap kota mengenai hubungan antara kepadatan penduduk dan jarak dari pusat kota Dalam analisis ini terdapat inkonsistensi beberapa data desa yang tidak berkorelasi antar data podes dan data peta, sehingga beberapa desa yang dianggap tidak konsisten tidak dimasukkan dalam hubungan kepadatan penduduk dan jarak desa ke pusat kota. Beberapa desa yang tidak konsisten tersebut antara lain: Sudiang, Tamalanrea Jaya, Tabaringan, Baru, Tamangappa, Ende, Bulorokeng, Rappokalling, Pattunang, Bonto Biraeng, Bulo Gading, Pattingaoang, Manggala, Karunrung, Bontoala Parang, Laelae, Maccini, Lakkang, Maccini Sombala, Lakkang, bangkala, Paccerakkang, Parang
39
Loe, Tamalanrea, Panaikang, Tamparang Keke, Karuwisi Utara, La’latang, Karuwisi Utara, Pisang Selatan, Mariso, Lette, Bongaya, dan Sinri Jala. Fungsi yang diperoleh berdasarkan hubungan antara jarak (x) dan kepadatan penduduk dalam penelitian ini adalah: Kepadatan penduduk = 282.0194*exp (-0.2033*x). Hubungan
antara
kepadatan penduduk dengan jarak ke pusat kota disajikan pada Gambar 5.6 berikut.
K p d tn P d d k (J i w a / K m 2 )
Hubungan Antara Jarak dan Kepadatan Penduduk 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Jarak (Km) Gambar 5.6 Grafik Hubungan Kepadatan Penduduk dan Jarak ke Pusat Kota Dari grafik di atas dapat diamati hubungan antara kepadatan penduduk dan jarak ke pusat kota. Terdapat hubungan korelasi positif antara kepadatan penduduk dan jarak tedekat ke pusat kota yang menjelaskan bahwa semakin dekat jarak wilayah ke pusat kota maka makin tinggi pula kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Hubungan antara jarak dari masing-masing desa ke pusat kota dengan kepadatan
40
penduduk dan ULR di setiap kota akan menghasilkan tren yang berbeda. Fungsi yang dihasilkan memperlihatkan prediksi bagaimana kepadatan penduduk serta ULR dipengaruhi oleh jarak desa ke pusat kota. Pendugaan terhadap hubungan bagaimana jarak mempengaruhi kepadatan penduduk dan nilai Urban land ratio (ULR) dapat dianalis dengan menggunakan prediksi yakni dengan cara memasukkan nilai varibel ke dalam fungsi yang telah diperoleh. Berikut disajikan prediksi tentang hubungan antara jarak, kepadatan dan ULR pada Tabel 5.4 : Tabel 5.4 Kepadatan penduduk dan ULR Kota Makassar No
Nama Desa
Jarak (Km)
Kpdtn
ULR
No
Nama Desa
Jarak (Km)
Kpdtn
ULR
1
Pattunuang
1.41
211.72
0.648
28
Kalukuang
3.20
147.07
0.539
2
Ende
2.09
184.55
0.604
29
La'latang
4.76
107.15
0.459
3
Melayu
1.61
203.47
0.635
30
Rappo Jawa
4.36
116.23
0.479
4
Butung
1.67
200.72
0.631
31
Tammua
5.38
94.39
0.431
5
Mallimongan
2.02
186.96
0.608
32
Rappo Kalling
2.95
154.76
0.553
6
Mallimongan tua
2.65
164.51
0.570
33
Wala-walaya
2.80
159.54
0.562
7
Bontorannu
3.40
141.38
0.528
34
Ujung Pandang Baru
2.62
165.45
0.572
8
Tamarunang
3.07
151.07
0.546
35
Suwanngga
2.75
161.32
0.565
9
Mattoangin
2.61
165.97
0.573
36
Pannampu
3.34
143.03
0.531
10
Kampung Buyang
2.44
171.90
0.583
37
Kaluku Bodoa
3.96
126.06
0.499
11
Mariso
1.91
191.11
0.615
38
Buloa
3.17
147.98
0.541
12
Lette
1.58
204.44
0.637
39
Tallo
3.41
141.12
0.528
13
Mario
3.08
150.73
0.546
40
Lakkang
4.29
117.98
0.482
14
Panambungan
2.79
159.88
0.562
41
Tamalanrea Indah
9.15
43.91
0.293
15
Kunjung Mae
2.27
177.64
0.593
42
Tamalanrea
7.45
62.01
0.349
16
Barombong
7.37
63.00
0.351
43
Bira
8.70
48.10
0.307
17
Tanjung Merdeka
3.67
133.65
0.514
44
Kapasa
7.24
64.75
0.356
18
Maccini Sombala
4.16
121.05
0.489
45
Parang Loe
8.73
47.79
0.306
19
Balang Baru
4.75
107.43
0.460
46
Tamalanrea Jaya
9.98
37.05
0.269
20
Bongaya
4.95
103.06
0.450
47
Lae-lae
0.67
246.10
0.699
21
Pa'baeng-baeng
4.25
118.77
0.484
48
Losari
0.89
235.52
0.684
22
Mannuruki
4.81
106.13
0.457
49
Mangkura
0.36
261.90
0.721
23
Parang Tambung
3.63
134.72
0.516
50
Pisang Selatan
0.85
237.10
0.686
24
Mangasa
3.87
128.41
0.503
51
Lajangiru
0.90
234.97
0.683
25
Jongaya
4.41
114.98
0.476
52
Saweri Gading
1.11
225.11
0.668
26
Bunga Eja Beru
3.41
140.86
0.527
53
Baru
0.00
282.02
0.749
27
Lembo
2.70
162.74
0.567
54
Bulo Gading
0.58
250.71
0.706
41
Tabel 5.4 (lanjutan) No
Nama Desa
Jarak (Km)
Kpdtn
ULR
No
Nama Desa
Jarak (Km)
Kpdtn
ULR
55
Pisang Utara
0.57
251.01
0.706
96
Pampang
3.91
127.25
0.501
56
Untia
9.89
37.73
0.271
97
Panaikang
3.23
146.25
0.537
57
Paccerakang
12.00
24.61
0.219
98
Tello Baru
3.01
152.85
0.550
58
Daya
13.74
17.26
0.183
99
Borong
8.09
54.48
0.327
59
PAI
10.89
30.81
0.245
100
Bangkala
5.63
89.86
0.420
60
Sudiang
10.60
32.71
0.252
101
Batua
6.51
75.11
0.384
61
Bulorokeng
12.73
21.21
0.203
102
Tamangappa
8.54
49.68
0.312
62
Gaddong
1.34
214.86
0.653
103
Manggala
6.60
73.70
0.380
63
Wajo Baru
1.47
209.31
0.644
104
Masale
5.28
96.32
0.435
64
Tompo Balang
2.09
184.49
0.604
105
Bonto Makkio
2.05
186.08
0.607
65
Malimongan Baru
2.58
166.86
0.574
106
Gunung Sari
5.83
86.22
0.412
66
Timungan Lompoa
1.81
195.23
0.622
107
Mappala
5.27
96.60
0.436
67
Baraya
2.30
176.74
0.591
108
Kassi-kassi
3.08
150.92
0.546
68
Bontoala
2.65
164.61
0.571
109
Karunrung
2.18
181.12
0.599
69
Bontoala Parang
1.71
199.27
0.628
110
Tidung
3.96
126.07
0.499
70
Bontoala Tua
1.69
199.96
0.629
111
Banta-bantaeng
5.04
101.19
0.446
71
Bunga Ejaya
2.31
176.36
0.591
112
Buakana
4.79
106.49
0.458
72
Layang
1.66
201.22
0.631
113
Rappocini
4.85
105.22
0.455
73
Parang Layang
2.16
181.61
0.600
114
Balla Parang
4.60
110.60
0.467
74
Maricayya
1.19
221.50
0.663
115
Tamparang Keke
3.88
128.25
0.503
75
Maricayya Baru
1.55
205.97
0.639
116
Sambung Jawa
2.75
161.25
0.565
76
Maradekayya Selatan
1.00
229.92
0.675
117
Karang Anyar
2.45
171.27
0.582
77
Bara-baraya Selatan
0.91
234.56
0.682
118
Baji Mappakasunggu
1.70
199.69
0.629
78
Bara-baraya
1.83
194.25
0.620
119
Pa'batang
1.61
203.42
0.635
79
Maradekayya
1.42
211.45
0.647
120
Parang
3.31
143.89
0.533
80
Maradekayya utara
1.89
192.17
0.617
121
Bonto Lebang
3.31
143.95
0.533
81
Bara-barayya utara
2.02
187.03
0.609
122
Mamajang Dalam
3.95
126.26
0.499
82
Bara-barayya timur
1.70
199.70
0.629
123
Labuang Baji
2.87
157.47
0.558
83
Maccini Parang
1.02
229.33
0.674
124
Bonto Biraeng
2.78
160.40
0.563
84
Maccini
0.99
230.67
0.676
125
Mandala
2.03
186.82
0.608
85
Maccini Gusung
1.24
219.01
0.659
126
Maricayya Selatan
2.08
184.64
0.605
86
Barana
2.12
183.34
0.602
127
Mamajang luar
2.42
172.28
0.584
87
Larian Banggi
1.59
204.13
0.636
128
Tamalabba
2.63
165.21
0.572
88
Paropo
6.09
81.81
0.401
129
Tabaringan
3.96
126.03
0.499
89
Karampuang
5.52
91.76
0.425
130
Totaka
3.20
147.15
0.539
90
Antang
3.45
139.98
0.526
131
Pattingalloang
4.33
116.85
0.480
91
Pandang
4.60
110.73
0.467
132
Gusung
2.99
153.50
0.551
92
Tammaung
4.93
103.52
0.451
133
Pattingalloang baru
3.01
153.01
0.550
93
Karuwisi
4.04
124.12
0.495
134
Camba Berua
3.31
143.96
0.533
94
Sinri Jala
3.04
152.15
0.548
135
Cambaya
3.74
131.90
0.510
95
Karuwisi Utara
3.21
146.75
0.538
42
5.5.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peluruhan/Pertumbuhan Pencampuran Penggunaan Lahan Desa (Hj) di Kota Makassar
Entropi
Kota Makassar sebagai sentra metropolitan di Indonesia Timur merupakan kawasan penopang pusat aktivitas bagi hinterland di sekitarnya. Seiring dengan makin tingginya kepadatan penduduk baik yang disebabkan proses migrasi maupun pertumbuhan penduduk mengakibatkan makin tingginya kebutuhan lahan sebagai ruang pun meningkat. Hal ini berimplikasi pada terjadinya konversi lahan, pergeseran fungsi lahan dan inkonsistensi RTRW. Kota Makassar berkembang menjadi kawasan pusat aglomerasi urban penduduk yang berkembang pesat dan akhirnya mempengaruhi secara signifikan perubahan penggunaan lahan di Kota Makassar. Untuk melakukan pendekatan pendugaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan perlu dikaji variabel-variabel apa saja yang secara nyata mempengaruhi perubahan lahan tersebut. Menurut Rustiadi et al. (2002) pemahaman tentang dinamika perubahan penggunaan lahan suatu wilayah membutuhkan syarat perlu (necessary condition) pemahaman yang lengkap tentang berbagai aspek dinamis di wilayah tersebut seperti aspek perkembangan kebijakan penataan ruang, aspek perubahan kondisi fisik lingkungan dan wilayah, perubahan aktivitas perekonomian dan kondisi sosial masyarakat. Untuk melakukan pendugaan terhadap faktor yang mempengaruhi keragaman penggunaan lahan digunakan model analisis regresi berganda. Hasil analisis regresi berganda dengan selang kepercayaan 95% (P = 0.05) dan R-square 0,9 dihasilkan nilai-nilai antar variabel yang ditunjukkan pada Tabel 5.5.
43
Tabel 5.5 Hasil Analisis Regresi Berganda Entropi Pencampuran Penggunaan Lahan Beta
Std.Err.
Intercept
B
Std.Err.
t(130)
p-level
0.725
0.028
25.661
0.000
Jarak
0.124
0.041
0.010
0.003
3.019
0.003
IPD
-0.080
0.037
-0.001
0.000
-2.209
0.029
Kpdtn Pddk
0.004
0.037
0.000
0.000
0.095
0.924
ULR
-0.840
0.040
-0.615
0.029
-20.888
0.000
Hasil analisis berganda menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi entropi pencampuran penggunaan lahan memiliki 3 koefisien nyata. Variabel penjelas yang sangat nyata (p-level < 0.01) mempengaruhi variabel tujuan adalah ULR, sedangkan Jarak ke pusat kota dan IPD secara nyata (p-level 0.05-0.01) mempengaruhi Variabel tujuan. Fungsi ini menjelaskan bahwa ULR memiliki korelasi yang negatif terhadap pencampuran penggunaan lahan. Artinya semakin tinggi angka ULR di Kota Makassar maka semakin kecil nilai entropi pencampuran penggunaan lahan desa tersebut. Jarak dari desa ke pusat kota memiliki korelasi positif, sedangkan IPD memiliki korelasi negatif terhadap pencampuran penggunaan lahan di Kota Makassar. Artinya semakin jauh jarak dari pusat kota dalam batas administrasi Kota Makassar maka semakin besar pencampuran pengunaan lahan di wilayah tersebut dan semakin kecil IPD (kurang berkembang) maka semakin besar pencampuran penggunaan lahannya.
44
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Hasil analisis data citra tahun 2005 penggunaan lahan di Kota Makassar didominasi oleh pemukiman dan pertanian dengan luasan masing-masing 5901, 62 ha (39,4%) dan 4369,67 ha (29,1%), sedangkan proporsi penggunaan lahan hutan kota teridentifikasi hanya seluas 50, 25 ha (0,34%). Berdasarkan analisis pola penyebaran dan pencampuran pengunaan lahan di Kota Makasar, teridentifikasi bahwa desa-desa dengan keragaman penggunaan lahan tinggi tersebar di wilayah hinterland yang jauh dari pusat kota. Sementara desa dengan penggunaan lahan homogen tersebar di pusat kota yang menjadi tempat terkonsentrasinya lahan pemukiman. Tipe penggunaan lahan yang memiliki sebaran paling luas pada setiap desa yang ada di Kota Makasar adalah lahan permukiman, sementara penggunaan lahan hutan lebih cenderung lokasinya terkonsentrasi dengan penyebaran yang sangat rendah. Berdasarkan analisis skalogram diperoleh tiga tingkat hirarki, yakni: 16 desa Hirarki I, 38 desa Hirarki II, dan 89 desa Hirarki III. Desa dengan hirarki tinggi lebih terkonsentrasi di desa yang terletak dekat dengan pusat kota, sementara desa dengan hirarki rendah lebih menyebar di Desa yang terletak jauh dari pusat kota. Desa yang memiliki IPD sangat kecil adalah Desa Tamalanrea, Gunung sari, Mampu dan Parang Tambung, sehingga perlu adanya perhatian khusus terhadap desa-desa tersebut. Pola spasial hubungan antara jarak (x) dari pusat kota terhadap kepadatan penduduk diperoleh persamaan: Kepadatan penduduk = 282.0194*exp (-0.2033*x),
45
sedangkan hubungan antara jarak (x) dari pusat kota terhadap urban land ratio (ULR) diperoleh persamaan: ULR= 0.7487*exp(-0.1026*x). Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi pencampuran penggunaan lahan secara spasial di Kota Makassar adalah IPD, ULR dan jarak ke pusat kota. Semakin jauh jarak dari pusat kota maka semakin tinggi pencampuran penggunaan lahannya, sementara semakin tinggi IPD dan ULR maka semakin kecil pencampuran penggunaan lahan di wilayah tersebut.
6.2. Saran Penyebaran spasial tipe penggunaan lahan hutan di Kota Makassar terkonsentrasi di suatu tempat sehingga fungsinya secara ekologis tidak optimal, selain itu terdapat desa-desa dengan IPD yang sangat rendah di Kota Makassar. Oleh karena itu saran yang bisa disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Perlu pengembangan hutan kota yang lebih luas dan menyebar secara spasial sehingga fungsi hutan kota sebagai ruang terbuka hijau lebih optimal secara ekologis. 2. Perlu adanya perhatian khusus terhadap desa-desa yang memiliki IPD sangat rendah di Kota Makassar. 3. Perlu adanya data terbaru mengenai perkembangan wilayah Kota Makassar untuk menganalisis pengembangan pola spasial Kota Makassar dari segi yang lain sehingga dimungkinkan adanya penelitian lanjutan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W)-LPPM IPB kerjasama dengan PT. GAFA MULTI CONSULTANS.2006. Pengembangan Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkotaan dalam Rangka Pertumbuhan Kota Besar/Metropolitan. P4W-LPPM IPB dengan PT. GAFA MULTI CONSULTANS. Bogor. Rustiadi, E.,R.S. Saefulhakim dan D.R. Panuju. 2003. Bahan Kuliah Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor . Rustiadi, E. 2001. Alih Fungsi Lahan dalam Perspektif Lingkungan Perdesaan. Makalah pada Lokakarya Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Lingkungan Kawasan Perdesaan di Cibogo Bogor tanggal 10-11 Mei 2001. Bogor. Agrissantika, T. 2007. Analisis Model Dinamika Spasial Ruang Terbangun dan Ruang Terbuka Hijau Kawasan JABODETABEK. Skripsi Departemen Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi, 2005. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Barus dan Wiradisastra.2000. Sistem Informasi Geografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Pribadi, S. 2003. Analisis Spasial Pola Penggunaan Lahan Di Jabotabek. Skripsi Departemen Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rustiadi., E. D.R. Panuju, dan Saefulhakim. 2003. Analisis Kecenderungan dan Dampak Proses Suburbanisasi di Wilayah Jabotabek : Suatu Upaya Pengembangan Model Pembangunan Wilayah Metropolitan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sitorus, 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Saefulhakim. 2007. Bahan Kuliah Permodelan Kuantitatif Perencanaan Wilayah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor .
47
Pravitasari, A. E. 2007. Analisis Hirarki Wilayah dan Land Rent Pola Usaha Tani Padi dan Bawang Merah serta Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihannya di Kabupaten Bantul. Skripsi Departemen Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
48
LAMPIRAN
49
Lampiran I. Penggunaan Lahan Kota Makassar Tahun 2005 Nama Kecamatan Penggunaan Lahan Permukiman Pertanian
sawah+kbn cmprn
ladang Semak Rawa Hutan Air Uncalisificatied
wajo 69.09
Mariso 161.69
Tamalate 334.82
Tallo 923.05
Tamalanrea 901.38
Ujung Pandang 139.56
Biring Kanaya 409.49
Bontoala 190.71
0.09 9.94 0.17 1.18 0.00 2.04 0.30 82.81
35.41 102.03 52.18 123.32 0.27 51.34 0.47 526.71
402.44 219.57 620.19 168.89 3.7 154.58 1.58 1905.77
43.76 157.86 57.08 139.31 7.25 69.25 3.81 1401.37
460.3 517.46 208.76 294 13.49 42.43 0.31 2438.13
2.05 14.6 1.77 106.66 0 27.47 0.43 292.54
298.65 336.44 186.15 528.66 7.73 152.49 5.78 1925.39
0.82 42.66 0.44 1.7 0 2.59 1.31 240.23
Nama Kecamatan Penggunaan Lahan Permukiman Pertanian
sawah+kbn cmprn
ladang Semak Rawa Hutan Air Uncalisificatied
Makassar 263.98
Panakkukang 1065.23
Manggala 459.79
Rappocini 610.75
Mamajang 175.55
Ujung tanah 196.53
0.36 25.74 0.37 0.19 0 0.06 0 290.70
540.03 674.87 417.89 768.23 17.21 287.17 6.5 3777.13
16.33 169.38 24.77 24.59 0.09 0.11 0.01 695.07
25.26 198.9 46.35 15.85 0 16.06 0.15 913.32
30.14 21.76 20.06 8.25 0.51 4.01 0 260.28
0.43 22.39 1.03 0.98 0 1.84 0.93 224.13
Total 5901.62 1856.07 2513.60 1637.21 2181.81 50.25 811.44 21.58 14973.58
49
Lampiran II. Entropi Spasial Tipe Jenis Penggunaan Lahan Kota Makassar.
Penggunaan lahan Permukiman sawah+kbn cmprn
Pertanian ladang Semak Rawa Hutan Air Uncalisificatied
Wajo 0.650
Mariso 0.782
Tamalate 0.933
Tallo 1.057
0.000 0.619 0.282 0.361 0.000 0.480 0.439
0.813 0.745 0.778 0.539 0.276 0.654 0.370
0.623 0.908 0.573 0.788 0.400 0.849 0.370
0.622 1.015 0.708 0.545 0.230 0.619 0.355
Nama Kecamatan Ujung Tamalanrea Pandang 0.649 0.759 0.609 0.597 0.669 0.658 0.509 0.356 0.440
0.225 0.764 0.120 0.350 0.000 0.586 0.317
Biring Kanaya 0.550
Bontoala 0.983
Makassar 1.124
0.598 0.441 0.615 0.565 0.522 0.459 0.267
0.597 0.799 0.294 0.147 0.000 0.000 0.000
0.452 0.987 0.371 0.372 0.000 0.000 0.000
Nama Kecamatan Penggunaan lahan Permukiman sawah+kbn cmprn
Pertanian ladang Semak Rawa Hutan Air Uncalisificatied
Panakkukang 0.636
Manggala 0.759
Rappocini 0.956
Mamajang 0.989
Ujung Tanah 0.817
Entropi 4.157
0.942 0.830 0.527 0.747 0.344 0.446 0.000
0.397 0.759 0.710 0.501 0.000 0.000 0.000
0.582 0.909 0.736 0.396 0.000 0.000 0.000
0.680 0.950 0.655 0.655 0.000 0.354 0.000
0.176 0.690 0.363 0.489 0.000 0.474 0.127
2.776 4.138 2.991 2.789 0.344 1.275 0.127
50
Lampiran III. Entropi pencampuran Penggunaan Lahan Kota Makassar No
Nama Desa
Kecamatan
Entropi
No
Nama Desa
Kecamatan
Entropi
No
Nama Desa
Kecamatan
1
Bontorannu
Mariso
0.583
31
Parang Tambung
Tamalate
0.351
61
Lajangiru
Ujung Pandang
Entropi 0.466
2
Tamarunang
Mariso
0.532
32
Mangasa
Tamalate
0.727
62
Saweri Gading
Ujung Pandang
0.497
3
Mattoangin
Mariso
0.728
33
Gunung Sari
Rappocini
0.591
63
Baru
Ujung Pandang
0.361
4
Kampung Buyang
Mariso
0.679
34
Jongaya
Tamalate
0.669
64
Bulo Gading
Ujung Pandang
0.330
5
Mariso
Mariso
0.731
35
Mappala
Rappocini
0.322
65
Pisang Utara
Ujung Pandang
0.252 0.404
6
Lette
Mariso
0.483
36
Kassi-kassi
Rappocini
0.300
66
Pattunuang
Wajo
7
Mario
Mariso
0.711
37
Karunrung
Rappocini
0.200
67
Ende
Wajo
0.357
8
Panambungan
Mariso
0.660
38
Tidung
Rappocini
0.500
68
Melayu
Wajo
0.410
9
Kunjung Mae
Mariso
0.115
39
Banta-bantaeng
Rappocini
0.298
69
Butung
Wajo
0.172
10
Tamparang Keke
Mamajang
0.697
40
Buakana
Rappocini
0.297
70
Mallimongan
Wajo
0.210
11
Sambung Jawa
Mamajang
0.371
41
Rappocini
Rappocini
0.334
71
Mallimongan tua
Wajo
0.166
12
Karang Anyar
Mamajang
0.169
42
Balla Parang
Rappocini
0.401
72
Gaddong
Bontoala
0.188
13
Baji Mappakasunggu
Mamajang
0.036
43
Maricayya
Makassar
0.068
73
Wajo Baru
Bontoala
0.203
14
Pa'batang
Mamajang
0.095
44
Maricayya Baru
Makassar
0.196
74
Tompo Balang
Bontoala
0.180
15
Parang
Mamajang
0.612
45
Maradekayya Selatan
Makassar
0.170
75
Malimongan Baru
Bontoala
0.276
16
Bonto Lebang
Mamajang
0.732
46
Bara-baraya Selatan
Makassar
0.129
76
Timungan Lompoa
Bontoala
0.076
17
Mamajang Dalam
Mamajang
0.573
47
Bara-baraya
Makassar
0.067
77
Baraya
Bontoala
0.170
18
Labuang Baji
Mamajang
0.328
48
Maradekayya
Makassar
0.208
78
Bontoala
Bontoala
0.210
19
Bonto Biraeng
Mamajang
0.145
49
Maradekayya utara
Makassar
0.204
79
Bontoala Parang
Bontoala
0.143
20
Mandala
Mamajang
0.064
50
Bara-barayya utara
Makassar
0.128
80
Bontoala Tua
Bontoala
0.266
21
Maricayya Selatan
Mamajang
0.021
51
Bara-barayya timur
Makassar
0.039
81
Bunga Ejaya
Bontoala
0.099
22
Mamajang luar
Mamajang
0.152
52
Maccini Parang
Makassar
0.156
82
Layang
Bontoala
0.371
23
Tanjung Merdeka
Tamalate
0.774
53
Maccini
Makassar
0.085
83
Parang Layang
Bontoala
0.140
24
Maccini Sombala
Tamalate
0.584
54
Maccini Gusung
Makassar
0.103
84
Tamalabba
Ujung Tanah
0.333
25
Balang Baru
Tamalate
0.745
55
Barana
Makassar
0.042
85
Tabaringan
Ujung Tanah
0.589
26
Barombong
Tamalate
0.525
56
Larian Banggi
Makassar
0.100
86
Totaka
Ujung Tanah
0.145
27
Bonto Makkio
Rappocini
0.151
57
Lae-lae
Ujung Pandang
0.547
87
Pattingalloang
Ujung Tanah
0.105
28
Bongaya
Tamalate
0.715
58
Losari
Ujung Pandang
0.186
88
Gusung
Ujung Tanah
0.118
29
Pa'baeng-baeng
Tamalate
0.661
59
Mangkura
Ujung Pandang
0.169
89
Pattingalloang baru
Ujung Tanah
0.140
30
Mannuruki
Tamalate
0.759
60
Pisang Selatan
Ujung Pandang
0.414
90
Camba Berua
Ujung Tanah
0.105
51
Lampiran III (lanjutan) No
Nama Desa
Kecamatan
No
Nama Desa
Kecamatan
91
Cambaya
Ujung Tanah
Entropi 0.137
114
Karuwisi
Panakukang
Entropi 0.504
92
Bunga Eja Beru
Tallo
0.359
115
Sinri Jala
Panakukang
0.453
93
Lembo
Tallo
0.298
116
Karuwisi Utara
Panakukang
0.500
94
Kalukuang
Tallo
0.518
117
Pampang
Panakukang
0.553
95
La'latang
Tallo
0.678
118
Panaikang
Panakukang
0.516
96
Rappo Jawa
Tallo
0.180
119
Tello Baru
Panakukang
0.522
97
Tammua
Tallo
0.137
120
Tamalanrea Indah
Tamalanrea
0.711
98
Rappo Kalling
Tallo
0.182
121
Untia
Biring Kanaya
0.628
99
Wala-walaya
Tallo
0.185
122
Tamalanrea
Tamalanrea
0.662 0.764
100
Ujung Pandang Baru
Tallo
0.464
123
Paccerakang
Biring Kanaya
101
Suwanngga
Tallo
0.147
124
Daya
Biring Kanaya
0.677
102
Pannampu
Tallo
0.201
125
Bira
Tamalanrea
0.622
103
Kaluku Bodoa
Tallo
0.206
126
Kapasa
Tamalanrea
0.580
104
Buloa
Tallo
0.344
127
Parang Loe
Tamalanrea
0.687
105
Tallo
Tallo
0.542
128
PAI
Biring Kanaya
0.630
106
Lakkang
Tallo
0.377
129
Tamalanrea Jaya
Tamalanrea
0.536
107
Paropo
Panakukang
0.300
130
Sudiang
Biring Kanaya
0.570
108
Karampuang
Panakukang
0.184
131
Bulorokeng
Biring Kanaya
0.578
109
Batua
Manggala
0.367
132
Bangkala
Manggala
0.373
110
Manggala
Manggala
0.434
133
Tamangappa
Manggala
0.333
111
Pandang
Panakukang
0.271
134
Borong
Manggala
0.509
112
Masale
Manggala
0.257
135
Antang
Panakukang
0.369
113
Tammaung
Panakukang
0.197
52
Jarak dari desa ke Ibu kota kabupaten
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
Jumlah Masjid (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
Jumlah SD dan yang sederajat (Unit)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
13 9
1460 1228
0.013 0.225
2.791 6.222
0.416 8.414
4.957 9.462
6.198 2.456
1.480 5.865
5.452 0.810
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
Jumlah penduduk (orang)
110 20
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Kode Desa/Kelurahan
71 71
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
Kode Kecamatan
73 73
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
Kode Kabupaten
UNTIA LABUANG BAJI
Kode Propinsi
BIRING KANAYA MAMAJANG
Nama Desa
Nama Kecamatan
Lampiran IV Hasil Analisis Skalogram
7.056 0.000
9.417 1.493
3.457 6.577
BONTOALA
BONTOALA
73
71
70
7
2164
0.475
5.885
4.494
2.378
5.575
0.499
1.379
0.000
1.271
1.400
BIRING KANAYA BONTOALA TALLO MAMAJANG BONTOALA
BULUROKEN TOMPO BALANG LAKKANG BAJI MAPPAKASUNGG MALIMONGAN BARU
73 73 73 73 73
71 71 71 71 71
110 70 90 20 70
12 3 15 4 4
5472 2914 859 4154 3827
0.028 0.475 0.035 0.299 0.475
3.444 2.972 2.965 2.453 1.065
1.111 1.043 2.123 2.048 2.065
1.577 1.561 1.198 1.582 0.434
0.827 1.553 5.267 1.452 1.970
0.658 3.090 5.031 3.554 1.882
1.273 2.049 4.633 3.593 1.560
0.807 1.010 5.140 1.771 1.538
0.335 1.887 1.067 0.221 1.198
0.184 1.039 4.701 1.701 6.331
BONTOALA
73
71
70
12
4005
0.370
0.636
1.669
0.166
1.506
0.180
0.745
1.837
0.915
3.781
MAKASSAR BONTOALA BONTOALA
PARANG LAYANG MARADEKAYA SELATAN BONTOALA PARANG GADDONG
73 73 73
71 71 71
40 70 70
3 8 1
2503 4210 3930
0.702 0.299 0.475
2.646 1.331 0.648
0.486 0.722 0.928
0.544 0.473 0.059
0.603 1.075 2.302
1.151 3.422 0.458
0.795 1.891 2.785
4.116 2.098 3.370
4.394 0.871 0.466
1.210 1.439 0.771
MAKASSAR
MARADEKAYA UTARA
73
71
40
7
2849
0.370
0.894
2.133
0.280
1.588
1.770
2.794
2.583
0.322
1.772
MARISO MARISO BONTOALA
KAMPUNG BUYANG MATTOANGIN BONTOALA TUA
73 73 73
71 71 71
10 10 70
4 3 9
3569 3975 4344
0.299 0.299 0.370
1.285 3.076 0.938
3.917 4.587 0.979
1.730 1.996 0.382
2.958 0.379 2.083
0.706 1.268 1.907
3.067 2.503 0.916
1.237 2.592 0.339
1.541 0.461 0.844
1.131 1.016 1.162
BIRING KANAYA
DAYA
73
71
110
5
9387
0.018
2.713
1.101
0.297
1.607
1.419
1.060
1.098
0.976
2.259
BONTOALA MAKASSAR MAMAJANG
TIMUNGAN LOMPOA MARADEKAYA TAMPARANG KEKE
73 73 73
71 71 71
70 40 20
5 6 1
5442 3815 4082
0.475 0.651 0.249
1.872 1.602 0.998
1.564 1.434 0.893
0.275 0.305 2.033
1.109 2.372 1.478
1.654 1.416 3.088
0.914 0.261 0.975
1.352 2.315 1.803
0.337 1.442 4.491
1.670 0.794 1.237
BONTOALA
BUNGA EJAYA
73
71
70
10
5247
0.475
0.971
0.695
0.316
1.437
1.373
3.034
1.122
0.349
0.962
MAMAJANG
MANDALA
73
71
20
11
3078
0.299
0.662
0.395
0.119
1.960
0.936
0.970
0.000
0.000
1.968
MAMAJANG BONTOALA
MAMAJANG LUAR
73
71
20
13
3429
0.760
1.486
0.886
0.784
2.199
0.525
0.871
0.858
1.871
0.589
WAJO BARU
73
71
70
2
3890
0.475
0.524
1.406
0.043
0.775
0.093
0.512
0.757
0.943
1.038
53
0.936 7.789
7.045 0.000
0.000 5.247
5.699 0.000
3.181 3.782
5.378 6.394
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (unit)
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit)
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
Jumlah Koperasi (unit) 0.852 3.040
Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan yang berada di desa/kelurahan ini (unit)
Restoran/rumah makan (unit)
Jumlah SMU,SMK dan yang sederajat (Unit)
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
Persewaan alat-alat pesta (unit)
Jumlah Apotik (Unit)
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
Jumlah SLTP dan yang sederajat (unit)
1.984 0.000
4.274 7.622
1.202 2.859
6.686 0.000
4.422 5.257
1.756 0.000
7.980 0.000
0.000 7.641
1.442
8.112
2.707
1.492
5.922
4.307
1.004
1.725
0.000
2.377
0.000
1.922
0.000
3.628
0.000
0.000 1.071 0.000 2.253 0.815
0.642 4.819 0.000 1.268 1.376
0.714 6.700 2.273 1.410 2.041
0.000 2.215 3.758 2.331 1.687
0.468 3.518 0.000 2.468 1.339
0.426 2.399 0.000 2.244 2.436
10.321 3.975 0.000 0.349 1.892
0.227 0.427 1.449 10.186 0.000
6.743 0.000 1.591 0.000 1.785
0.940 1.765 0.000 0.000 1.344
0.000 0.000 0.000 0.000 1.684
2.281 5.710 4.843 0.000 0.000
0.849 1.594 0.000 1.118 6.067
1.435 2.694 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.779
1.315
1.950
4.030
0.640
1.164
0.542
0.000
0.682
1.284
1.609
0.000
4.638
1.960
2.343
1.247 0.741 2.382
0.701 1.251 1.340
3.120 1.391 0.994
2.579 1.533 3.285
3.072 0.609 1.304
0.000 0.553 3.558
0.868 0.860 0.184
0.000 2.069 0.317
2.184 0.000 1.043
2.055 0.000 2.617
2.574 1.530 1.639
1.662 1.976 0.000
0.000 3.309 2.363
0.000 0.000 1.998
0.000 0.000 0.000
1.095
1.232
0.000
3.399
2.699
2.454
1.271
0.000
1.919
1.805
2.261
0.000
1.630
0.000
0.000
0.000 3.140 0.718
2.459 0.883 1.616
0.547 1.474 0.449
1.809 3.248 1.486
5.027 1.934 0.590
0.653 1.172 3.219
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 2.865
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.958
0.000 0.000 1.069
2.200 0.000 1.807
0.000 2.361 0.000
0.665
1.496
1.872
1.032
0.819
1.738
0.309
0.795
1.019
2.739
0.686
1.773
1.484
0.000
1.000
0.000 2.454 0.764
0.645 0.000 0.430
0.359 1.024 1.913
0.593 0.000 0.791
2.355 0.000 3.140
0.428 0.611 0.000
1.330 0.569 1.064
2.516 1.305 0.000
0.000 0.000 0.335
0.945 1.348 0.000
0.000 0.000 0.000
1.529 1.090 0.000
4.267 0.000 0.000
1.443 2.058 1.923
0.000 2.460 0.000
0.595
0.669
0.372
0.615
0.000
0.444
2.760
0.237
0.260
2.940
4.912
1.586
0.885
0.000
0.000
3.041
0.000
2.537
0.000
0.000
0.757
0.706
0.404
0.444
1.671
0.000
4.055
0.000
0.000
0.000
2.730
1.024
1.708
0.000
0.747
1.359
0.000
0.363
2.391
0.000
0.000
0.000
0.000
2.290
2.736
0.802
0.451
2.008
0.830
1.318
0.599
1.117
0.960
3.162
0.000
0.000
0.000
1.194
0.000
2.412
54
0.000 0.000
0.000 0.000
0.000 0.000
1.677
0.000
5.556
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
11.158 0.000 0.000 0.000 0.638
2.197 4.126 0.000 0.000 0.000
0.000
0.000
0.483 0.000 0.308
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 3.313 0.000
0.000 0.000
95.947 91.157
24 18
hirarki 1 hirarki 1
1.865
0.000
67.092
23
hirarki 1
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
10.544 0.000 0.000 0.000 0.000
59.189 57.694 46.074 42.303 41.622
24 23 15 19 22
hirarki 1 hirarki 1 hirarki 1 hirarki 1 hirarki 1
3.002
0.000
0.000
37.745
24
hirarki 1
0.000 0.000 0.000
0.000 6.711 0.000
0.000 0.000 0.000
37.191 36.155 35.596
21 22 24
hirarki 1 hirarki 1 hirarki 1
0.000
0.000
0.000
0.000
34.270
20
hirarki 1
0.000 0.000 0.000
3.369 0.000 2.768
0.000 0.000 3.717
0.000 0.000 0.000
33.936 32.390 31.183
17 17 22
hirarki 1 hirarki 1 hirarki 1
0.129
0.520
0.000
0.000
0.000
30.623
26
hirarki 2
0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000
2.209 0.000 0.000
0.000 3.174 0.989
0.000 0.000 0.000
29.840 28.683 28.594
22 20 19
hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2
0.000
0.465
0.000
0.000
0.000
27.476
23
hirarki 2
0.786
0.000
3.906
1.311
0.000
26.927
19
hirarki 2
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
26.177
19
hirarki 2
0.622
3.767
0.000
0.000
0.000
25.805
23
hirarki 2
55
Kode Kabupaten
Kode Kecamatan
Kode Desa/Kelurahan
Jumlah penduduk (orang)
Jarak dari desa ke Ibu kota kabupaten
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
Jumlah Masjid (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
Jumlah SD dan yang sederajat (Unit)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
BONTO BIRAENG BARU BARA-BARAYA UTARA MAMAJANG DALAM SAWERIGADING BONTO LEBANG KARANG ANYAR
73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71
20 50 40 20 50 20 20
10 9 8 8 6 7 3
3412 1257 4947 3009 2036 3754 4029
0.651 0.827 0.299 0.225 0.651 0.218 0.211
1.194 1.621 1.236 3.386 2.502 2.714 1.264
0.713 0.484 0.983 0.808 2.388 1.781 0.603
0.243 0.739 0.302 0.221 0.652 2.423 0.890
0.884 1.200 1.219 1.002 0.000 0.803 1.123
0.950 0.859 0.364 0.120 1.061 1.439 0.536
2.041 3.166 1.006 0.992 3.421 1.060 0.247
3.019 2.342 1.488 1.467 1.446 1.960 1.096
0.000 1.458 0.556 0.305 0.000 0.977 0.455
1.184 0.000 1.224 0.000 0.000 0.538 1.754
UJUNG PANDANG MAKASSAR UJUNG TANAH BONTOALA MAKASSAR PANAKKUKANG MAKASSAR MAKASSAR UJUNG PANDANG MAKASSAR UJUNG PANDANG MARISO MARISO MAMAJANG UJUNG PANDANG MAKASSAR MAKASSAR
LOSARI MACCINI PARANG UJUNG TANAH BARAYA MACCINI SINRI JALA LARIANG BANGI MARICAYA LAE - LAE BARA-BARAYA PISANG SELATAN MARIO KUNJUNG MAE MARICAYA SELATAN MALOKU MARICAYA BARU BARA-BARAYA TIMUR
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
50 40 80 70 40 100 40 40 50 40 50 10 10 20 50 40 40
2 10 4 6 11 13 14 1 1 5 4 7 9 12 7 2 9
2115 7607 1687 6105 7185 3552 4578 6172 1651 5932 3501 4408 4355 5296 2498 6425 6325
0.651 0.299 0.651 1.003 0.370 0.299 0.702 0.370 0.370 0.370 0.651 0.211 0.299 0.299 1.003 0.299 0.249
2.168 2.344 0.906 0.918 0.922 0.717 1.113 1.073 0.926 0.601 0.728 0.925 0.351 0.481 1.427 0.714 0.805
1.437 0.639 1.801 0.100 0.592 0.342 1.460 1.773 0.736 1.434 0.694 0.276 1.117 0.803 0.487 0.189 0.384
0.314 0.450 0.059 0.272 0.282 2.524 0.087 0.489 0.503 0.666 0.161 1.792 0.152 0.125 0.372 1.292 0.735
0.713 0.595 1.788 0.247 1.469 0.000 0.988 1.466 2.740 2.288 2.154 1.369 1.385 3.132 1.811 0.939 0.238
0.851 0.805 0.000 0.118 0.702 2.636 0.236 0.000 0.873 0.182 5.143 0.082 0.413 0.204 0.000 0.112 1.366
0.000 0.392 0.590 2.934 0.138 0.560 1.087 1.612 2.411 0.839 0.853 2.032 1.828 0.939 1.195 1.084 0.157
0.000 0.193 0.872 1.929 0.410 0.000 0.964 1.192 1.783 0.744 0.000 1.669 1.014 1.389 0.000 0.458 0.698
0.000 0.120 1.087 0.300 0.893 0.516 0.200 0.446 1.666 1.236 0.000 0.832 0.000 0.346 0.367 2.140 0.580
0.477 0.531 0.000 0.165 1.124 0.284 0.882 0.491 1.223 1.362 0.000 0.687 0.695 0.572 0.808 0.471 0.798
Nama Desa
MAMAJANG UJUNG PANDANG MAKASSAR MAMAJANG UJUNG PANDANG MAMAJANG MAMAJANG
Nama Kecamatan
Kode Propinsi
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
Lampiran IV (lanjutan)
56
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (unit)
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan yang berada di desa/kelurahan ini (unit)
1.366 1.854 1.413 0.000 0.000 1.241 1.735
0.000 0.000 0.000 0.241 0.000 0.000 1.797
0.000 0.000 2.516 0.414 0.000 0.332 0.927
0.400 0.000 2.486 0.908 0.671 0.728 0.000
3.015 0.000 1.040 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 5.126 1.302 4.282 0.000 1.716 0.000
1.219 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2.722 0.000 0.000 1.543 2.281 0.000 2.305
0.000 0.000 1.587 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 3.118 0.000 0.000 0.000
2.950 1.230 0.000 1.022 0.868 0.878 0.000 0.506 0.000 1.052 1.782 1.416 0.716 0.589 1.249 0.971 0.000
0.830 4.615 0.000 0.575 1.954 1.483 1.150 0.853 0.000 1.184 0.000 0.000 2.418 0.994 0.000 0.546 0.278
0.000 0.257 1.157 0.640 1.902 0.000 0.853 0.633 2.365 1.646 0.000 0.443 0.000 0.369 0.782 1.216 0.617
0.000 0.000 0.000 0.529 0.899 0.000 0.705 0.523 0.000 0.000 0.000 0.000 0.741 1.829 0.000 1.005 2.041
3.636 0.000 0.000 1.679 0.357 0.722 1.120 0.415 3.105 0.864 0.000 2.907 1.177 0.968 0.000 0.399 0.000
1.102 1.532 0.000 0.382 0.649 0.656 0.509 0.378 0.000 0.786 1.331 0.529 0.535 0.880 3.731 0.363 0.368
0.000 0.095 0.000 0.237 1.008 0.000 0.158 0.938 0.000 0.122 0.000 0.493 0.333 0.000 0.000 0.225 0.229
1.765 0.491 0.738 0.408 1.212 0.350 0.000 0.403 0.000 0.000 0.355 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.671 1.141 0.000 0.000 0.221 0.000 0.000 0.000 1.240 0.000 0.000 0.000 0.000 0.648
0.000 0.000 0.000 2.527 0.000 4.344 3.370 0.000 0.000 0.867 0.000 1.167 1.181 0.000 0.000 1.601 2.439
0.000 2.541 0.000 0.000 0.000 0.000 1.407 0.000 0.000 0.000 1.840 0.000 1.479 1.217 2.579 0.000 1.019
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.171 0.909 0.674 0.000 0.701 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.942 2.631
0.000 0.000 0.000 0.761 0.646 0.000 1.014 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.877 1.859 0.000 0.000
0.000 1.032 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.272 0.000 1.324 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.222 1.241
4.437 1.234 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.680 0.000 2.155 1.772 0.000 0.000 0.000
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
0.751 0.000 0.518 1.704 0.000 0.683 0.000
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit)
1.892 0.000 3.263 1.073 1.585 0.860 2.404
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
Jumlah Koperasi (unit)
0.572 0.000 0.000 1.298 0.000 1.040 0.000
Jumlah Apotik (Unit)
Restoran/rumah makan (unit)
Jumlah SMU,SMK dan yang sederajat (Unit)
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
Persewaan alat-alat pesta (unit)
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit) 0.514 2.793 0.710 1.167 0.862 0.468 0.436
Jumlah SLTP dan yang sederajat (unit) 1.829 2.482 1.261 0.000 0.000 1.662 3.098
57
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.606 0.000 0.000 0.000 0.400 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.412 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.380 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.673 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 5.948 0.000 0.000 0.000 1.592 0.000 1.983 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 3.116 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
25.161 24.952 24.772 24.675 23.469 22.643 21.787 21.331 20.987 20.403 19.800 19.212 19.185 19.180 18.844 18.699 18.679 18.374 18.068 17.991 17.786 17.671 17.569 17.524
19 13 20 20 12 19 19 13 20 11 23 21 16 21 21 12 20 12 17 18 19 13 21 20
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 0.000 0.000 0.000 0.402 0.000 0.000 0.300 0.000 0.000 10.753 0.000 0.000 1.702 0.264 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 Hirarki2 hirarki 2 Hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2
58
Kode Kecamatan
Kode Desa/Kelurahan
Jumlah penduduk (orang)
Jarak dari desa ke Ibu kota kabupaten
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
Jumlah Masjid (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
Jumlah SD dan yang sederajat (Unit)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
Kode Kabupaten
TALLO MAMAJANG TALLO BIRING KANAYA MAKASSAR TALLO PANAKKUKANG MARISO TALLO BIRING KANAYA TAMALATE TALLO
MANGKURA PISANG UTARA BULOGADING LAYANG BARANA TOTAKA GUSUNG PARANG TAMARUNANG TAMANGAPA MARISO BARA-BARAYA SELAT UJUNG PANDANG BARU PA_BATANG BULOA PAI MACCINI GUSUNG LA LATANG KARUWISI UTARA BONTORANNU KALUKUANG SUDIANG TANJUNG MERDEKA RAPPOJAWA
Kode Propinsi
UJUNG PANDANG UJUNG PANDANG UJUNG PANDANG BONTOALA MAKASSAR UJUNG TANAH UJUNG TANAH MAMAJANG MARISO MANGGALA MARISO MAKASSAR
Nama Desa
Nama Kecamatan
Lampiran 4. (lanjutan)
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
50 50 50 70 40 80 80 20 10 101 10 40
3 10 8 11 13 7 9 6 2 3 5 4
1848 4450 2490 7986 6901 2641 2786 6184 4942 7290 7763 6429
0.651 10.510 5.229 0.475 0.607 0.123 0.211 0.299 0.158 0.018 0.299 0.249
1.654 0.572 0.818 1.722 0.664 1.929 0.731 0.329 0.618 0.349 0.328 0.158
0.658 0.683 0.732 0.685 0.264 0.460 0.000 0.098 0.492 1.417 0.313 0.189
0.198 0.224 0.467 0.062 0.832 0.101 0.083 0.064 1.008 0.137 0.064 0.000
0.000 0.339 1.211 1.322 1.093 1.713 1.083 0.000 0.610 1.655 0.583 0.469
0.390 0.162 2.169 0.135 0.104 0.818 0.259 0.116 0.219 0.296 0.464 0.336
4.308 0.894 0.400 0.623 0.865 0.000 0.000 0.000 0.000 0.819 0.256 0.310
2.389 0.992 0.591 0.369 0.853 0.557 1.585 0.952 0.893 0.404 0.379 0.458
1.488 0.206 0.000 0.230 0.133 0.000 0.000 0.445 0.742 0.000 0.236 0.428
0.546 0.227 0.000 0.253 0.293 0.000 0.000 0.163 0.409 0.415 0.130 0.314
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
90 20 90 110 40 90 100 10 90 110 30 90
9 5 13 9 12 4 14 1 3 11 2 5
4073 4802 6632 15778 7483 4304 7826 4456 4982 27242 5962 6677
0.154 0.370 0.098 0.004 0.406 0.241 0.158 0.299 0.233 0.000 0.035 0.158
0.625 0.530 0.077 0.291 1.021 0.592 0.651 0.343 0.204 0.711 0.513 0.381
0.746 0.380 0.183 0.347 0.406 0.424 0.233 0.682 0.244 0.669 0.102 1.092
0.041 0.705 0.000 1.319 0.169 0.093 0.034 1.140 0.087 0.152 0.000 0.244
0.370 0.628 1.137 0.287 0.403 0.701 1.734 0.338 1.816 0.554 0.253 1.807
0.000 0.000 0.163 1.803 1.733 0.167 0.322 0.081 0.361 0.463 0.302 0.647
0.977 0.829 0.150 0.126 0.133 0.462 0.127 0.670 0.399 0.365 0.501 0.298
1.807 1.226 0.000 0.466 0.197 0.684 0.376 0.661 0.295 0.540 0.741 0.000
0.225 0.573 0.415 0.290 0.612 0.000 0.351 0.823 0.000 0.404 0.461 0.137
0.991 0.420 0.000 0.512 0.540 0.469 0.258 0.227 0.811 0.296 0.847 0.000
59
0.000 0.000 1.029 0.963 0.371 0.000 0.000 0.000 1.037 1.055 0.000 0.797 0.629 1.068 0.000 0.325 0.343 0.596 1.310 0.000 0.514 0.282 0.000 0.000 2.645
0.000 0.000 0.936 0.875 0.000 0.000 1.673 0.377 0.000 0.320 0.600 0.362 0.572 0.485 1.054 0.148 0.934 0.000 1.191 0.000 0.935 0.257 0.000 0.349 0.000
0.000 0.000 0.000 0.342 0.396 0.000 0.000 0.221 0.000 0.375 0.000 0.213 0.000 0.285 0.000 0.346 0.183 0.000 0.000 0.000 0.000 0.100 0.000 0.205 0.705
0.000 0.000 2.065 1.932 0.745 0.000 0.000 1.663 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.775 0.326 0.687 0.000 0.657 0.000 0.000 0.378 0.863 0.000 0.000
0.000 1.448 0.000 0.807 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.884 1.660 1.002 1.582 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.446 0.000 0.237 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.603 0.000 0.000 1.345 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.882 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.305 0.698 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.667 0.000 0.000 0.637 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.294 1.241 2.158 0.000 0.000 0.000 0.341 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.983 1.138 2.973 0.000 1.270 3.177 0.000 0.000 1.221 0.000 1.635 0.000 0.000 0.000 0.000 1.003 0.000 0.000 0.288 0.000 0.000 0.000
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (unit)
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit)
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
0.673 0.000 0.000 0.468 0.000 0.471 0.000 0.000 0.252 0.000 0.160 0.000 0.306 0.259 0.000 0.394 0.665 0.289 0.000 0.000 0.500 0.046 0.000 0.373 0.000
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
0.392 0.000 0.000 0.000 0.105 0.000 0.260 1.171 0.147 0.000 0.187 0.338 0.000 0.151 0.328 0.734 0.194 0.000 0.093 0.162 0.291 0.319 0.000 0.000 0.000
Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan yang berada di desa/kelurahan ini (unit)
Jumlah SMU,SMK dan yang sederajat (Unit)
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
Persewaan alat-alat pesta (unit) 1.747 0.000 0.000 0.404 1.403 1.222 0.000 0.000 0.653 0.443 0.416 0.000 2.378 0.672 0.973 0.409 0.431 0.750 0.000 0.724 0.000 0.948 0.000 0.483 1.666
Jumlah Koperasi (unit)
2.113 0.439 0.000 0.000 0.283 0.739 1.402 0.947 0.395 0.536 0.503 1.518 0.000 0.000 0.589 0.124 0.261 0.454 0.000 0.438 0.392 0.860 1.965 0.000 0.000
Restoran/rumah makan (unit)
0.000 0.394 0.000 0.659 1.017 0.000 0.000 0.000 0.710 0.963 0.000 1.365 0.431 0.731 0.000 0.668 0.000 0.000 0.000 0.394 0.000 0.322 0.294 1.052 0.000
Jumlah Apotik (Unit)
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
Jumlah SLTP dan yang sederajat (unit) 0.000 0.000 1.253 0.781 0.000 0.000 1.120 1.009 0.000 0.000 0.804 0.971 0.766 0.650 2.823 0.198 0.417 0.000 1.595 0.700 1.879 0.229 0.000 0.467 0.000
0.000 0.000 0.000 1.175 0.000 0.000 0.000 0.000 1.899 0.000 0.000 1.460 0.000 0.000 0.000 0.595 0.000 2.180 0.000 0.000 0.000 0.344 1.574 1.405 0.000
60
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.395 0.000 0.000 0.000 0.380 0.000 0.000 0.368 0.155 0.000 0.567 0.000 0.548 0.490 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 1.506 1.742 4.553 4.316 1.944 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 5.720 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 2.787 0.000 0.000 0.000 0.000 2.638 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.219 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
17.206 17.091 16.901 16.771 16.300 15.660 14.389 13.593 13.420 13.361 13.102 12.726 12.601 12.100 11.927 11.456 10.975 10.826 10.249 9.676 9.452 9.410 9.147 9.099
13 13 12 22 21 12 12 19 17 18 18 21 16 19 16 25 20 16 17 17 16 24 14 15
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.782 0.000 0.000 0.000 0.188 0.000 0.504 0.912 0.077 0.000 0.000 0.155 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 2 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3
61
Jarak dari desa ke Ibu kota kabupaten
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
Jumlah Masjid (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
Jumlah SD dan yang sederajat (Unit)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
11 5 6 10 8 2 10 5 9 2 7 5 6 8 12 17 12 8 6 6 14 4 10 5
3876 5302 7850 2780 7456 10035 28563 6300 10117 9392 18246 5319 16928 10960 6319 9489 10033 5101 8993 9121 7399 30732 9477 3409
0.158 0.043 0.211 0.079 0.172 0.211 0.009 0.018 0.123 0.233 0.123 2.060 0.139 0.299 2.060 0.110 0.211 0.158 0.088 0.015 0.035 0.003 0.065 0.158
0.000 0.480 0.324 0.733 0.137 0.406 0.143 0.485 0.101 0.108 0.363 0.287 0.271 0.325 0.081 0.322 0.355 0.300 0.227 0.168 0.413 0.332 0.323 0.448
0.470 0.115 0.000 0.437 0.408 0.121 0.021 0.193 0.060 0.129 0.466 0.229 0.862 0.222 0.289 0.256 0.121 0.238 0.203 0.466 0.246 0.178 0.192 0.357
0.240 0.188 0.030 0.155 0.895 0.089 0.124 0.084 0.246 0.000 0.000 0.131 0.224 0.030 0.000 0.245 0.923 0.000 0.041 0.011 0.121 0.108 0.123 0.049
1.167 0.000 0.384 2.712 0.000 0.601 0.053 0.239 0.447 0.642 0.579 0.284 0.802 0.138 0.239 0.159 0.451 0.591 0.335 0.661 0.408 0.147 1.114 0.885
0.279 0.000 0.184 0.259 0.000 0.108 0.227 0.171 0.036 0.038 0.000 0.135 0.085 0.000 0.000 0.038 0.108 0.282 0.000 0.000 1.898 0.035 0.456 0.000
0.257 0.188 0.634 1.074 0.000 0.198 0.314 0.158 0.000 0.000 0.000 0.561 0.470 0.272 0.000 0.210 0.099 0.000 0.221 0.327 0.403 0.356 0.210 0.292
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
Jumlah penduduk (orang)
80 31 10 80 90 20 110 111 100 90 31 50 101 10 80 100 100 80 30 111 90 110 100 80
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Kode Desa/Kelurahan
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
Kode Kecamatan
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
Kode Kabupaten
CAMBA BERUA BONTO MAKKIO LETTE PATTINGALLOANG BA WALA-WALAYA SAMBUNG JAWA SUDIANG RAYA PARANG LOE PANDANG LEMBO BANTA-BANTAENG LAJANGIRU BATUA PANAMBUNGAN CAMBAYA TELLO BARU KARUWISI PATTINGALLOANG BONGAYA BIRA TALLO PACCERAKANG MASALE TAMALABBA
Kode Propinsi
UJUNG TANAH RAPPOCINI MARISO UJUNG TANAH TALLO MAMAJANG BIRING KANAYA TAMALANREA PANAKKUKANG TALLO RAPPOCINI UJUNG PANDANG MANGGALA MARISO UJUNG TANAH PANAKKUKANG PANAKKUKANG UJUNG TANAH TAMALATE TAMALANREA TALLO BIRING KANAYA PANAKKUKANG UJUNG TANAH
Nama Desa
Nama Kecamatan
Lampiran IV. (lanjutan)
1.139 0.833 0.937 1.059 0.395 0.147 0.258 0.234 0.145 0.157 0.323 0.553 0.174 0.134 0.000 0.310 0.440 0.000 0.655 0.323 0.398 0.239 0.155 0.432
0.000 0.346 0.467 0.000 0.000 0.274 0.225 0.436 0.181 0.488 0.151 0.689 0.325 0.418 0.290 0.000 0.091 0.898 0.102 0.301 0.124 0.089 0.000 0.269
0.000 0.381 0.257 0.000 0.406 0.905 0.106 0.320 0.100 0.107 0.166 0.380 0.119 0.184 0.320 0.213 0.000 0.000 0.112 0.775 0.000 0.099 0.107 0.000
62
2.645 0.483 0.327 0.000 0.000 0.511 0.179 0.814 0.253 0.000 0.140 0.964 0.606 0.000 0.000 0.540 0.255 0.000 2.280 0.281 0.000 0.083 0.270 0.000
0.000 0.440 0.297 0.000 1.250 0.464 0.082 0.000 0.000 0.744 0.128 0.000 0.688 0.000 0.000 0.246 0.000 0.000 0.259 0.511 0.315 0.682 0.492 0.000
0.705 1.031 0.174 0.000 0.000 0.000 0.048 0.000 2.296 0.436 0.000 0.000 0.000 0.000 0.216 0.288 0.000 0.804 0.000 0.599 0.000 1.067 0.000 0.000
0.000 0.970 1.310 0.000 0.000 0.512 0.720 0.816 0.000 0.548 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.542 1.025 0.000 0.000 0.000 0.000 0.167 0.000 1.509
0.000 1.215 0.000 0.000 0.864 0.642 0.000 3.068 0.637 0.000 0.353 0.000 0.000 0.588 0.000 0.679 0.000 0.000 0.716 0.000 0.000 0.210 0.680 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.185 0.000 0.000 1.329 0.000 0.000 0.000 0.759 2.633 0.000 0.000 0.816 0.000 0.000 0.562 0.406 0.000 0.000
0.000 0.876 0.000 0.000 0.623 0.000 0.488 0.000 0.000 0.000 0.255 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.018 0.000 0.453 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.275 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.464 0.000 0.000 0.000 0.783 0.000 0.000 0.000 0.000 0.511 0.000 0.000
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (unit)
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit)
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.087 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.114 0.000 0.000 0.248 0.000 0.000 0.000 0.336 0.040 0.131 0.000
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
0.000 0.410 0.092 0.000 0.194 0.144 0.177 0.000 0.000 0.000 0.040 0.681 0.000 0.066 0.115 0.000 0.000 0.142 0.000 0.000 0.196 0.047 0.000 0.000
Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan yang berada di desa/kelurahan ini (unit)
Jumlah SMU,SMK dan yang sederajat (Unit)
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
Persewaan alat-alat pesta (unit) 1.666 0.000 0.822 0.000 0.433 0.965 0.000 0.512 0.319 0.000 0.177 0.000 0.191 0.884 0.000 1.701 0.322 0.000 0.000 0.708 0.000 0.105 1.022 0.947
Jumlah Koperasi (unit)
0.000 0.000 0.249 0.000 0.262 0.195 0.410 0.000 0.193 0.416 0.000 0.367 0.346 0.891 0.000 0.000 0.000 0.765 0.000 0.000 0.000 0.127 0.206 0.000
Restoran/rumah makan (unit)
0.000 0.000 0.000 0.631 0.471 0.350 0.123 0.279 0.347 0.000 0.000 0.000 0.207 0.320 0.000 0.185 0.000 0.000 0.586 0.192 0.474 0.171 0.370 0.000
Jumlah Apotik (Unit)
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
Jumlah SLTP dan yang sederajat (unit) 0.000 0.588 0.795 1.122 0.418 1.244 0.218 0.000 0.000 0.997 0.171 0.000 0.737 0.000 0.000 0.658 0.311 0.000 0.694 0.000 0.422 0.508 0.329 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 1.259 0.000 0.000 0.000 0.000 0.999 0.514 0.000 0.554 0.000 0.000 0.000 0.935 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
63
0.000 0.000 0.933 0.000 0.000 0.000 0.257 0.000 0.241 0.000 0.000 0.000 0.000 0.223 0.000 0.000 0.000 1.436 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.716
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.842 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.097 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.131 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.901 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
8.726 8.586 8.428 8.263 8.186 8.088 7.866 7.828 7.627 7.501 7.329 7.321 7.264 6.964 6.816 6.701 6.680 6.669 6.519 6.358 6.352 6.297 6.245 6.061
10 16 18 10 15 19 25 15 17 16 16 13 18 18 10 17 16 12 14 15 15 25 17 11
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.296 0.000 0.000 0.129 3.380 0.000 0.000 0.000 0.574 0.000 0.000 0.237 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3
64
Kode Kabupaten
Kode Kecamatan
Kode Desa/Kelurahan
Jumlah penduduk (orang)
Jarak dari desa ke Ibu kota kabupaten
Wartel/Kiospon/Warpostel/ Warparpostel (unit)
Jumlah Masjid (unit)
Toko/Warung kelontong (unit)
Jumlah SD dan yang sederajat (Unit)
Warung/ kedai makanan minuman (unit)
Bengkel/reparasi kendaraan bermotor (mobil/motor) (unit)
Salon kecantikan/tata rias wajah/pengantin (unit)
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
MAPPALA MELAYU BARU BUNGA EJA BERU MALIMONGAN RAPPOCINI SUWANGGA KARUNRUNG BARRANG CADDI TAMMUA BAROMBONG BARRANG LOMPO KALUKU BODOA KARAMPUANG BORONG KAPASA BALLAPARANG ANTANG RAPPOKALLING PATTUNUANG PA BAENG-BAENG JONGAYA BUAKANA PANNAMPU MANGGALA
Kode Propinsi
RAPPOCINI WAJO TALLO WAJO RAPPOCINI TALLO RAPPOCINI UJUNG TANAH TALLO TAMALATE UJUNG TANAH TALLO PANAKKUKANG MANGGALA TAMALANREA RAPPOCINI MANGGALA TALLO WAJO TAMALATE TAMALATE RAPPOCINI TALLO MANGGALA
Nama Desa
Nama Kecamatan
Lampiran IV.(lanjutan)
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
31 60 90 60 31 90 31 80 90 30 80 90 100 101 111 31 101 90 60 30 30 31 90 101
3 3 1 7 9 10 2 2 6 1 3 12 8 1 4 10 5 7 1 7 5 8 11 4
8785 3443 9795 4868 7613 9096 9982 3905 8974 10720 3978 18905 10399 14239 12340 11344 19709 12942 4370 15546 13430 11795 16164 15504
0.079 0.827 0.370 0.158 0.158 0.199 0.009 0.079 0.154 0.011 0.035 0.058 0.079 0.098 0.008 0.211 0.035 0.172 1.003 0.158 0.051 0.028 0.163 0.035
0.812 0.148 0.260 0.209 0.335 0.168 0.357 0.261 0.341 0.143 0.384 0.108 0.245 0.716 0.330 0.269 0.207 0.157 0.117 0.033 0.228 0.432 0.284 0.164
0.484 0.177 0.310 0.624 0.240 0.267 0.183 0.311 0.203 0.113 0.611 0.032 0.175 0.171 0.049 0.107 0.031 0.047 0.556 0.078 0.226 0.155 0.075 0.039
0.038 0.048 0.220 0.321 0.087 0.730 0.093 0.128 0.022 0.003 0.376 0.002 0.153 0.126 0.022 0.070 0.076 0.082 0.008 0.000 0.087 0.281 0.000 0.107
0.858 0.876 0.154 1.239 0.198 0.829 0.453 0.772 0.000 0.985 1.516 0.239 0.145 0.424 0.122 0.133 0.306 0.233 1.035 0.582 0.000 0.256 0.093 0.000
0.287 0.209 0.662 0.222 0.237 1.069 0.541 0.369 0.080 0.000 0.724 0.152 0.035 0.076 0.058 0.063 0.183 0.139 0.247 0.232 0.054 0.153 0.022 0.023
0.113 0.000 0.508 0.000 0.261 0.328 0.399 0.255 0.111 0.000 0.250 0.000 0.096 0.070 0.081 0.439 0.252 1.461 0.000 0.192 0.370 0.506 0.123 0.193
0.335 0.000 0.601 0.000 0.580 0.162 0.737 0.377 0.000 0.275 0.000 0.078 0.142 0.000 0.477 0.130 0.075 0.114 0.337 0.000 0.110 0.000 0.091 0.190
0.104 0.000 0.187 0.000 0.482 0.101 0.092 0.235 0.204 0.000 0.000 0.242 0.176 0.064 0.446 0.081 0.140 0.142 0.000 0.059 0.068 0.078 0.284 0.000
0.115 0.000 0.309 0.000 0.663 0.111 0.101 0.000 0.112 0.094 0.000 0.481 0.097 0.213 0.327 0.000 0.051 0.000 0.000 0.000 0.150 0.086 0.000 0.130
65
0.000 0.000 0.262 0.000 0.337 0.282 0.000 0.000 0.286 0.000 0.000 0.000 0.246 0.180 0.623 0.904 0.390 0.198 0.000 0.000 0.000 0.435 0.000 0.000
0.265 0.000 0.000 0.000 0.306 0.000 0.233 0.000 0.000 0.000 0.000 0.247 0.896 0.164 0.000 0.000 0.118 0.360 0.000 0.000 0.000 0.000 0.144 0.150
0.000 0.000 0.000 0.000 0.179 0.000 0.000 0.000 0.152 0.000 0.000 0.361 0.131 0.000 0.000 0.000 0.347 0.000 0.000 0.088 0.509 0.000 0.338 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.515 0.000 1.146 0.480 0.000 0.816 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.662 0.000 0.000 0.636 0.332
0.000 0.000 0.658 1.324 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.522 0.000 0.000 0.000 0.000 0.414 0.000 0.000 0.000 0.831
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.457 0.000 0.000 0.000 0.388 0.000 0.000 0.800 0.000 0.000 0.000 0.211 0.643 0.000 0.000 0.000 0.353 0.000 0.268
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.433 0.000 0.000 0.000 0.000 1.129 0.000 0.000 0.359 0.000 0.000 0.000 0.394 0.287 0.000
0.000 2.280 0.000 0.000 0.000 0.000 0.787 0.000 0.000 1.465 0.000 0.000 0.000 0.551 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.486 0.506
Jumlah Puskesmas (Unit)
Jumlah Rumah Sakit Bersalin (Unit)
Jumlah Akademi/PT dan yang sederajat (unit)
Bank Umum (Kantor Pusat/Cabang/Capem) (unit)
Pasar tanpa bangunan permanen (unit)
0.142 0.000 0.000 0.000 0.000 0.137 0.000 0.000 0.139 0.000 0.313 0.000 0.000 0.087 0.000 0.110 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.106 0.000 0.000
Biro/Agen perjalanan wisata (Tour and Travel) (unit)
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.270 0.000 0.000 0.209 0.000 0.000 0.255 0.073 0.000 0.000 0.000 0.054 0.000 0.000 0.000
Jumlah Lembaga pendidikan keterampilan yang berada di desa/kelurahan ini (unit)
Jumlah SMU,SMK dan yang sederajat (Unit)
Bengkel/reparasi alat-alat elektronik (Radio/Tape/TV/Kulkas/AC dll) (unit)
Persewaan alat-alat pesta (unit) 0.735 0.000 0.330 0.000 0.000 0.000 0.323 0.000 0.000 0.000 0.811 0.171 0.000 0.453 0.523 0.285 0.000 0.000 0.739 0.000 0.000 0.274 0.200 0.416
Jumlah Koperasi (unit)
0.000 0.000 0.598 0.000 0.769 0.215 0.000 0.000 0.000 0.182 0.000 0.413 0.751 0.137 0.000 0.000 0.198 0.151 0.000 0.377 0.000 0.166 0.846 0.126
Restoran/rumah makan (unit)
0.200 0.510 0.179 1.442 0.000 0.000 0.176 0.000 0.196 0.000 0.000 0.000 0.000 0.493 0.142 0.619 0.000 0.000 0.402 0.000 0.131 0.595 0.000 0.226
Jumlah Apotik (Unit)
Bengkel las (membuat pagar besi, tralis dll) (unit)
Jumlah SLTP dan yang sederajat (unit) 0.355 0.906 0.000 0.000 0.410 0.343 0.313 0.000 0.348 0.000 0.000 0.330 0.600 0.219 0.000 0.000 0.158 0.482 0.000 0.401 0.000 0.000 0.193 0.201
1.068 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.403 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.659 0.000 0.827 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
66
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.272 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.314 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.340 0.000 0.000 1.272 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.773 0.895 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.952 0.000 0.000 0.000 1.432 0.000 0.000 0.000
5.991 5.982 5.608 5.540 5.401 5.397 5.313 5.190 5.106 5.068 5.021 5.003 4.977 4.901 4.859 4.823 4.803 4.740 4.444 4.442 4.364 4.295 4.265 4.018
16 9 15 8 16 15 16 10 16 14 9 16 17 18 15 16 18 15 9 15 14 16 16 18
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 0.000 0.000 0.000 0.000 0.159 0.000 0.000 0.000 0.000 0.226 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.320 0.000 0.000 0.000 0.078 0.000 0.000 0.000 0.078
hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 Hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 Hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3 hirarki 3
67
Lampiran IV.(lanjutan) Nama Kecamatan
PANAKKUKANG UJUNG TANAH MANGGALA UJUNG TANAH TAMALANREA PANAKKUKANG WAJO RAPPOCINI PANAKKUKANG TAMALATE WAJO TAMALATE TAMALATE RAPPOCINI WAJO PANAKKUKANG WAJO TAMALANREA TAMALATE TAMALANREA RAPPOCINI WAJO TAMALATE
Nama Desa
PANAIKANG KODINGARENG BANGKALA TABARINGAN TAMALANREA JAYA PAMPANG MELAYU TIDUNG PAROPO MANNURUKI ENDE MACCINI SOMBALA BALANG BARU KASSI-KAS BUTUNG TAMAMAUNG MALIMONGAN TUA TAMALANREA INDAH MANGASA TAMALANREA GUNUNG SARI MAMPU PARANG TAMBUNG
Kode Kode Kode Kode Jumlah Jarak Propin Kabu Keca Desa pendudu dari si paten matan /Kelu k desa ke raha (orang) Ibu kota n kabupat en
73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73 73
71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71 71
100 80 101 80 111 100 60 31 100 30 60 30 30 31 60 100 60 111 30 111 31 60 30
16 1 2 6 2 15 4 6 7 8 2 3 4 4 5 11 8 1 10 3 1 6 9
14975 4268 18741 4739 13865 14197 5386 13526 15240 10700 2650 15896 14480 15248 2364 23936 5584 14996 20061 27626 34284 3425 28200
0.123 0.013 0.035 0.158 0.018 0.211 1.003 0.053 0.370 0.098 0.651 0.039 0.058 0.079 1.003 0.079 0.475 0.015 0.018 0.018 0.079 0.370 0.079
Wartel/Ki Jumlah ospon/W Masjid arpostel/ (unit) Warparp ostel (unit)
0.272 0.239 0.571 0.322 0.184 0.036 0.284 0.377 0.167 0.143 0.192 0.256 0.176 0.167 0.215 0.106 0.182 0.102 0.102 0.111 0.015 0.149 0.054
0.487 0.285 0.130 0.513 0.088 0.086 0.226 0.090 0.040 0.057 0.459 0.115 0.336 0.080 0.257 0.076 0.218 0.081 0.182 0.044 0.089 0.177 0.086
Toko/Wa Jumlah Warung/ Bengkel/re Salon rung SD dan kedai parasi kecantika kelonton yang makanan kendaraan n/tata g (unit) sederajat minuman bermotor rias (Unit) (unit) (mobil/mot wajah/pe or) (unit) ngantin (unit)
0.067 0.194 0.071 0.140 0.043 0.058 0.413 0.061 0.076 0.105 0.013 0.180 0.122 0.076 0.351 0.189 0.220 0.038 0.046 0.028 0.183 0.029 0.019
0.201 0.707 0.402 0.000 0.326 0.000 0.560 0.111 0.000 0.564 0.569 0.190 0.417 0.198 0.638 0.063 0.540 0.201 0.526 0.055 0.220 0.440 0.160
0.072 0.169 0.058 0.304 0.000 0.076 0.000 0.399 0.118 0.202 0.000 0.000 0.050 0.000 0.152 0.045 0.258 0.192 0.036 0.052 0.074 0.105 0.038
0.266 0.000 0.212 0.210 0.072 0.421 0.000 0.515 0.065 0.279 0.000 0.313 0.069 0.000 0.000 0.208 0.356 0.265 0.050 0.144 0.000 0.000 0.071
0.197 0.690 0.157 0.000 0.106 0.207 0.547 0.653 0.097 0.275 0.000 0.278 0.000 0.386 0.000 0.184 0.000 0.098 0.000 0.266 0.043 0.000 0.052
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
0.061 0.000 0.147 0.387 0.132 0.065 0.000 0.068 0.060 0.000 0.000 0.000 0.127 0.060 0.000 0.077 0.164 0.122 0.091 0.066 0.000 0.000 0.033
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
0.135 0.000 0.054 0.639 0.146 0.142 0.000 0.075 0.066 0.472 0.000 0.000 0.139 0.000 0.000 0.042 0.000 0.135 0.000 0.000 0.029 0.000 0.036
68
Jumlah Bengkel Jumlah Persewaa SLTP las Apotik n alat-alat dan yang (membuat (Unit) pesta sederajat pagar besi, (unit) (unit) tralis dll) (unit)
0.417 0.000 0.499 0.000 0.225 0.220 0.579 0.231 0.000 0.000 1.177 0.000 0.646 0.205 0.000 0.130 0.000 0.208 0.156 0.000 0.091 0.000 0.000
0.117 0.000 0.187 0.370 0.000 0.247 0.000 0.130 0.115 0.164 0.000 0.000 0.121 0.000 0.000 0.147 0.000 0.000 0.000 0.064 0.051 0.000 0.062
0.000 0.000 0.208 0.000 0.141 0.138 0.000 0.144 0.128 0.182 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.163 0.000 0.391 0.000 0.141 0.057 0.000 0.000
0.216 0.756 0.172 0.000 0.233 0.000 0.000 0.000 0.424 0.302 0.000 0.406 0.223 0.000 0.000 0.270 0.000 0.215 0.000 0.234 0.094 0.000 0.229
Bengkel/reparasi Jumlah Restora Jumlah Jumlah Lembaga Biro/Agen Pasar Bank Umum Jumlah Jumlah alat-alat elektronik SMU,SMK n/rumah Koperasi pendidikan perjalanan tanpa (Kantor Akademi/P Rumah (Radio/Tape/TV/K dan yang makan (unit) keterampilan wisata bangunan Pusat/Caban T dan yang Sakit ulkas/AC dll) (unit) sederajat (unit) yang berada di (Tour and permanen g/Capem) sederajat Bersalin (Unit) desa/kelurahan Travel) (unit) (unit) (unit) (Unit) ini (unit) (unit)
0.171 0.000 0.137 0.000 0.000 0.361 0.000 0.189 0.168 0.240 0.000 0.484 0.177 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.278 0.075 0.000 0.091
0.000 0.546 0.249 0.492 0.168 0.328 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.322 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.348 0.000 0.000 0.051 0.000 0.000 0.095 0.000 0.000 0.000 0.000 0.190 0.000 0.000 0.000 0.048 0.000 0.000 0.127 0.000 0.000
0.000 0.292 0.000 0.263 0.000 0.000 0.000 0.092 0.000 0.233 0.000 0.000 0.000 0.082 0.000 0.052 0.000 0.000 0.062 0.000 0.000 0.000 0.000
0.091 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.086 0.000 0.090 0.000 0.000 0.000 0.000 0.136 0.099 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.724 0.000 0.380 0.337 0.000 0.000 0.324 0.000 0.337 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
0.430 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.423 0.000 0.269 0.000 0.000 0.000 0.233 0.000 0.000 0.228
0.000 0.000 0.222 0.000 0.000 0.293 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.262 0.000 0.273 0.000 0.000 0.000 0.277 0.207 0.000 0.364 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.231 0.000 0.000 0.000 0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.391 0.000 0.000 0.000 0.000
Jumlah Puskesm as (Unit)
0.627 0.000 0.000 0.000 0.677 0.000 0.000 0.000 0.616 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.392 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
69
Hirarki
Jumlah Jenis
Jumlah (IPD)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR Baru/PT. Bank Pasar/ PT. Bank Desa/dsj) (unit)
Kios sarana produksi pertanian (unit)
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market (unit)
Hotel (unit) 0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.950
17 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.890
10 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.859
18 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.799
11 hirarki 3
0.000
1.233
0.000
0.000
0.000
3.791
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.664
15 hirarki 3 17 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.612
7 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.568
0.000
0.481
0.000
0.000
0.000
3.423
16 hirarki 3 17 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.315
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
3.061
0.076
0.000
0.000
0.000
0.000
3.007
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.982
0.079
0.160
0.000
0.000
0.000
2.884
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.617
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.493
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.414
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.389
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
2.234
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.832
0.000
0.071
0.000
0.000
0.000
1.662
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.270
6 hirarki 3
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
1.239
14 hirarki 3
14 hirarki 3 6 hirarki 3 13 hirarki 3 14 hirarki 3 16 hirarki 3 6 hirarki 3 17 hirarki 3 8 hirarki 3 15 hirarki 3 14 hirarki 3 15 hirarki 3 16 hirarki 3
70
Lampiran IV.(lanjutan) Nama Kecamatan
Nama Kode Kode Kode Kode Jumlah Jarak Desa Propi Kabu Keca Desa pendudu dari nsi paten matan /Kelu k desa ke raha (orang) Ibu kota n kabupat en
Wartel/Ki Jumlah ospon/W Masjid arpostel/ (unit) Warparp ostel (unit)
Jumlah Wilayah (n) Jumlah Fasilitas (f) Minimum Maksimum Stdev Bobot (f/n)
Toko/Wa Jumlah Warung/ Bengkel/re Salon rung SD dan kedai parasi kecantika kelonton yang makanan kendaraan n/tata g (unit) sederajat minuman bermotor rias (Unit) (unit) (mobil/mot wajah/pe or) (unit) ngantin (unit)
141.000 134.000 142.000 758.000 9199.000 1141.000 0.000 0.000 0.000 30.000 627.000 50.000 5.424 87.452 7.651 5.376 68.649 8.035
Jumlah Bengkel Jumlah Persewaa Bengkel/repar Jumlah Restoran/ru Jumlah Jumlah Biro/Agen SLTP las Apotik n alat-alat asi alat-alat SMU,SMK mah makan Koperasi Lembaga perjalanan dan yang (membuat (Unit) pesta elektronik dan yang (unit) (unit) pendidikan wisata sederajat pagar besi, (unit) (Radio/Tape/ sederajat keterampila (Tour and (unit) tralis dll) TV/Kulkas/AC (Unit) n yang Travel) (unit) dll) (unit) berada di (unit) desa/kelura han ini (unit) 118.000 356.000 0.000 10.000 2.106 3.017
92.000 87.000 240.000 181.000 0.000 0.000 20.000 8.000 2.414 1.515 2.609 2.080
62.000 172.000 0.000 34.000 3.349 2.774
96.000 168.000 0.000 6.000 1.183 1.750
108.000 388.000 0.000 24.000 3.461 3.593
112.000 86.000 372.000 181.000 0.000 0.000 20.000 9.000 3.093 1.601 3.321 2.105
91.000 228.000 0.000 12.000 2.056 2.505
68.000 347.000 0.000 78.000 7.229 5.103
120.000 517.000 0.000 19.000 3.640 4.308
131.000 452.000 0.000 11.000 2.414 3.450
Jumlah Tempat Praktek Dokter (Unit)
Usaha foto kopi (photo copy) (unit)
90.000 163.000 0.000 8.000 1.298 1.811
124.000 1167.000 0.000 79.000 11.599 9.411
Pasar Bank Umum Jumlah Jumlah Jumlah tanpa (Kantor Akademi Rumah Puskesmas bangunan Pusat/Cabang /PT dan Sakit (Unit) permanen /Capem) yang Bersalin (unit) (unit) sederajat (Unit) (unit)
49.000 59.000 0.000 4.000 0.675 1.204
34.000 59.000 34.000 220.000 0.000 0.000 1.000 27.000 0.427 3.669 1.000 3.729
11.000 38.000 0.000 11.000 1.233 3.455
46.000 95.000 0.000 15.000 1.570 2.065
71
Hotel (unit)
56.000 89.000 0.000 5.000 0.963 1.589
Super market/ pasar swalayan/to serba/mini market (unit)
39.000 42.000 0.000 2.000 0.501 1.077
Jumlah Rumah Sakit (Unit)
42.000 70.000 0.000 5.000 0.963 1.667
Kios Bank Perkreditan Jumlah (IPD) Jumlah sarana Rakyat (BPR Jenis produksi Baru/PT. Bank pertanian Pasar/ (unit) PT. Bank Desa/dsj) (unit)
28.000 73.000 0.000 25.000 2.276 2.607
30.000 124.000 0.000 51.000 4.526 4.133
20.000 8.000 22.000 11.000 0.000 0.000 2.000 3.000 0.399 0.358 1.100 1.375
72