ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2013
ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SUMEDANG 2013
No. Katalog / Catalogue Number
: 1413.3211
Ukuran Buku / Book Size Jumlah Halaman / Number of pages
: 176 x 250 mm : 86 halaman / pages
Naskah / Manuscript : Seksi Nerwilis Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency
Penyunting / Editor : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Local Development Planning Agency of Sumedang and Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency
Gambar / Figures : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Nerwilis BPS – Statistics of Sumedang Regency
Diterbitkan oleh / Published by : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang Local Development Planning Agency of Sumedang and BPS – Statistics of Sumedang Regency Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya May be cited with reference to the source
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN SUMEDANG Assalamualaikum, Wr.Wb. Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami Bappeda Kabupaten Sumedang telah selesai melaksanakan kerja sama dengan BPS Kabupaten Sumedang dalam rangka penyusunan Analisis Indeks Pembangunan Manusia ”Analisis IPM” Tahun 2012. Bappeda adalah merupakan lembaga perencana pembangunan di daerah yang sudah pasti menentukan target-target pembangunan yang akan/ingin dicapai pada waktu perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang, perencanaan jangka menengah dan perencanaan jangka pendek, salah satunya adalah indikator untuk
mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang selama tiga tahun terakhir yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 0,53 poin. Pada tahun 2010 capaian IPM sebesar 72,42 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2011 menjadi
72,67 dan meningkat pula pada tahun 2012 menjadi 72.95. Hal ini
menunjukan
bahwa
pembangunan
di
Kabupaten
Sumedang
terus
mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan IPM Kabupaten Sumedang tahun 2012 diikuti dengan kenaikan semua komponen IPM seperti; angka harapan hidup sebesar 67,63 tahun, angka melek huruf sebesar 97,82 persen, angka rata-rata lama sekolah 7,96 tahun dan daya beli sebesar 640,82 ribu rupiah. Secara peringkat di Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Sumedang mengalami penurunan yaitu peringkat ke-12 pada tahun 2011 menjadi peringkat ke-13 pada tahun 2012, namun demikian IPM bukanlah satu-satunya indikator dalam pencapaian keberhasilan pembangunan yang terpenting adalah bagaimana masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Hasil dari analisis ini juga mengeluarkan rekomendasi upaya-upaya yang harus dilakukan pemerintah daerah terhadap seluruh komponen pembentuk IPM, dengan demikian pekerjaan analisis IPM sangat penting bagi pemerintah daerah khususnya dan
stakeholders pembangunan pada umumnya. Kami harapkan dengan tersusunnya analisis IPM ini dapat bias dijadikan acuan dan bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dengan data Analisis IPM Kabupaten Sumedang 2013. Akhir kata kami sampaikan ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam proses analisis IPM khususnya warga masyarakat yang telah bersedia menjadi responden dan BPS Kabupaten Sumedang yang menjadi mitra kerja sama Bappeda Kabupaten Sumedang. Wassalamualaikum Wr.Wb. Sumedang, Desember 2013 Bappeda Kabupaten Sumedang Kepala,
Ir. H. Eka Setiawan, Dipl, SE, MM Pembina Utama Muda NIP. 19600417 198901 1 001
Kata Pengatar Seraya memanjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan kemudahan sehingga Publikasi Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013, Hasil Kerjasama Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang dengan Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang dapat diselesaikan. Pembangunan Manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui tiga dimensi dasar yang mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Dimensi umur panjang dan sehat direpresentasikan oleh indikator angka harapan hidup, dimensi pengetahuan direpresentasikan oleh indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh indikator kemampuan daya beli, semuanya terangkum dalam satu nilai tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah. IPM ini pun bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan upaya membangun kualitas
hidup
manusia
(masyarakat/penduduk),
yang
pada
ujungnya
adalah
memperlihatkan salah satu ukuran kinerja daerah. Dengan angka IPM ini kita dapat melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu daerah dan sejauh mana manfaatnya bagi penduduk daerah tersebut. Kami sadar bahwa penyusunan Publikasi Analisis Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013 masih terdapat kelemahan dan kekurangan yang perlu mendapat penyempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan penyusunan IPM di masa yang akan datang. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi para pengguna data, khususnya bagi para pengambil kebijakan di tingkat daerah. Sumedang, Desember 2013 BPS Kabupaten Sumedang Kepala,
Drs. Dodi Mulyadi NIP. 19630802 199003 1 002
DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN............................................................................ iii KATA PENGANTAR .......................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii DAFTAR GRAFIK ............................................................................. ix DAFTAR TABEL ............................................................................... x BAB I
PENDAHULUAN ................................................................. 1 1.1. Latar Belakang...................................................................... 1 1.2. Tujuan Penulisan .................................................................. 5 1.3. Sistematika Penulisan ............................................................ 6 1.4. Sumber Data ........................................................................ 6
BAB II METODOLOGI .................................................................... 7 2.1. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) .................... 7 2.1.1 Pengertian Angka Harapan Hidup .................................. 8 2.1.2 Pengertian Tingkat Pendidikan ...................................... 9 2.1.3 Standart Hidup Layak ................................................... 10 2.2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ..................................... 13 BAB III GAMBARAN SOISAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG .......................................................................... 17 3.1. Keadaan Geografi ................................................................. 17 3.2. Kependudukan...................................................................... 18 3.3. Potensi Ekonomi ................................................................... 22 3.4. Kesehatan ............................................................................ 30 3.5. Pendidikan ........................................................................... 34 3.6. Ketenagakerjaan ................................................................... 42 3.7. Pengeluaran Rumahtangga.................................................... 45 BAB IV CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG .............................. 52 4.1. Perkembangan Capaian IPM Kabupaten Sumedang ................. 52 4.2. Perkembangan Komponen IPM .............................................. 57
DAFTAR ISI 4.2.1. Angka Harapan Hidup .................................................. 57 4.2.2. Angka Melek Huruf ....................................................... 61 4.2.3. Rata-rata Lama Sekolah ................................................. 65 4.2.4. Standar Hidup Layak ...................................................... 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 71 5.1. Kesimpulan............................................................................. 71 5.2. Saran ..................................................................................... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN .....................................................................76
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Diagram Perhitungan IPM.................................................................. 15
DAFTAR GRAFIK Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012 .................... 19 Grafik 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2012 .... 19 Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Sumedang Per Kelompok Umur Tahun 2012 ........................................................................................................ 20 Grafik 3.4 LPE Propisi Jawa Barat Dan Kabupaten Sumedang Tahun 2008—2012 (Persen)............................................................................................ 23 Grafik 3.5 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012 (Persen) ........................................................................... 25 Grafik 3.6 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000 ........................................................................................................ 27 Grafik 3.7 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2012 ........................................................................................................ 28 Grafik 3.8 Persentase rumah tangga berdasarkan status penggunaan jamban 2012 . 34 Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Reduksi Shortfall di Kabupaten Sumedang dan PropinsiJawa Barat Tahun 2011-2012 .............................................................. 55 Grafik 4.2 Perkembangan Nilai IPM di Kabupaten Sumedang dan Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2012 .............................................................................. 56 Grafik 4.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Sumedang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2010-2012 .................................................................................. 59 Grafik 4.4 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Sumedang Tahun 2010-2012 ........ 67
DAFTAR TABEL Tabel 1
Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP) ......... 12
Tabel 2
Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM ....................................... 14
Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum 2012 ........... 33 Tabel 3.2 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan........ 36 Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah tahun 2012 (persen)...................................... 38 Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar tahun 2012 (persen) ......................................... 40 Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni tahun 2012 (persen)......................................... 41 Tabel 3.6 TPAK dan TPT Kabupaten Sumedang menurut jenis kelamin Tahun 2012 (persen)............................................................................................ 44 Tabel 3.7 Penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja menurut Lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin Tahun 2012 ................................................... 45 Tabel 3.8 Persentase Pengeluaran Rata-rata Per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Sumedang ............................................................................................... 47 Tabel 4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang dan Jawa Barat Tahun 2010 – 2012................................................................................................. 54 Tabel 4.2 Angka Melek Huruf Kabupaten Sumedang Tahun 2010-2011................... 63 Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah Per Jenis Kelamin di Kabupaten Sumedang Tahun 2012................................................................................................. 65 Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 10 tahun Ke Atas Menurut Ijazah yang Dimiliki Kabupaten Sumedang Tahun 2012 ...................................................... 68 Tabel 4.5 Daya Beli dan PDRB Per Kapita Masyarakat kabupaten Sumedang Tahun 2010 – 2012 (dalam ribuan) ................................................................ 69
PENDAHULUAN
1
Pendahuluan Empat komponen utama dalam paradigma pembangunan manusia, yaitu: Produktivitas, Ekuitas, Kesinabungan, Pemberdayaan.
1.1 Latar Belakang
Dewasa
ini
persoalan
mengenai
capaian
pembangunan telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Esensi suatu proses pembangunan adalah terciptanya pembangunan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang lebih merata, baik secara kuantitas yaitu perubahan dalam bentuk sejumlah angka/bilangan maupun kualitas yaitu perubahan dalam bentuk berwujud (in kind) pada struktur/ tatanan kehidupan. Secara
kronologis
proses
pembangunan
meliputi adanya ; endowment factors (sumber daya alam & sumber daya manusia), proses politik, modal sosial-ekonomi, pendapatan, konsumsi dan kualitas manusia.
Upaya
pembangunan
tersebut
pada
akhirnya untuk mensejahterakan masyarakat. Paradigma pembangunan manusia terdiri dari empat komponen utama (UNDP,1995), yaitu : 1)
Produktifitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktifitas mereka dan berpartisipasi secara
penuh
penghasilan
dan
dalam
proses
pekerjaan
memperoleh
berupah.
Oleh
karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia. 2)
Ekuitas, masyarakat harus punya akses untuk memperoleh kesempatan yang adil. Semua
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
1
Pendahuluan hambatan
terhadap
peluang
ekonomi
dan
politik harus dihapus agar masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan ini. 3)
Kesinambungan,
akses
untuk
memperoleh
kesempatan harus diperhatikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik, manusia, dan lingkungan hidup harus dilengkapi. 4)
Pemberdayaan, Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pembangunan manusia merupakan salah satu
indikator bagi kemajuan suatu daerah. Suatu daerah dikatakan maju bukan saja dihitung dari pendapatan domestik bruto saja tetapi juga mencakup aspek harapan hidup serta pendidikan masyarakatnya. Secara konsep, pembangunan manusia adalah upaya yang dilakukan untuk memperluas peluang penduduk untuk mencapai hidup layak, yang secara umum dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas dasar dan daya beli. Dengan luasnya cakupan dari pembangunan manusia, maka peningkatan dari IPM sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
2
Pendahuluan ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan. Beberapa upaya telah dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan IPM. Peningkatan IPM, tidak hanya semata tergantung pada pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat perlu. Agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan syarat cukup, yaitu pemerataan hasil-hasil pembangunan. Dengan pemerataan, pembangunan dapat menjamin bahwa semua penduduk akan menikmati hasil-hasil pembangunan tersebut. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia/penduduk sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan. Sasaran akhir dari pembangunan sendiri adalah tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan
sehat)
dan
meningkatkan
pendidikan
(kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi). Untuk
mengukur
keberhasilan
pencapaian
pembangunan manusia diperlukan suatu ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah dan antar negara. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
3
Pendahuluan Dua hal untuk mempercepat pembangunan manusia : 1.Pemerataan pendapatan
manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Dalam pembangunan suatu daerah diperoleh pengalaman bahwa untuk mempercepat pemban-
2.Alokasi belanja publik gunan manusia dapat dilakukan antara lain melalui untuk pendidikan dan dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan kesehatan cukup alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidimemadai kan dan kesehatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kemajuan suatu daerah dilihat dari pembangunan SDM yang dicerminkan dari ukuran standar sebagai berikut: 1.
Indeks
Atau
Angka
Harapan
Hidup
(Life
Expectacy) 2.
Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy Rate) dan Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling)
3.
Indeks Daya Beli (Adjusted Real per Capital) Indikator angka harapan hidup merepresentasi-
kan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan output dari dimensi pengetahuan. Adapun indikator kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi hidup layak. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meruIndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
4
Pendahuluan pakan indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah. IPM dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk), yang pada ujungnya adalah memperlihatkan salah satu ukuran kinerja daerah. Dengan angka IPM ini kita dapat melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan oleh suatu daerah dan sejauh mana tingkat manfaatnya bagi penduduk daerah tersebut. Selain itu dapat pula dilihat perkembangan masing-masing komponen IPM dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan IPM itu sendiri.
1.2 Tujuan Penulisan Publikasi ini akan menyajikan data dan analisa IPM Kabupaten Sumedang Tahun 2012. Data IPM secara lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran. Publikasi ini akan menganalisis perkembangan masing -masing
komponen
IPM
dengan
tujuan
untuk
memaparkan sejauh mana perkembangan pembangunan manusia di Kabupaten Sumedang dan menganalisis sejauh mana kontribusi IPM Kabupaten Sumedang terhadap IPM Jawa Barat. Dengan adanya informasi tersebut diharapkan akan dapat membantu pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) dalam menyusun program dan kebijakan di KabuIndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
5
Pendahuluan paten Sumedang,
khususnya yang berkaitan dengan
program-program pembangunan manusia.
1.3 Sistematika Penulisan. Publikasi ini terdiri dari lima bab. Bab I, menyajikan latar belakang penulisan. Bab ini menguraikan pentingnya IPM sebagai ukuran untuk melihat kemajuan dalam pembangunan manusia. Metodologi penghitungan IPM akan disajikan pada Bab II yang menguraikan
tentang
metode penghitungan masing-
masing komponen sampai terbentuknya IPM. Selanjutnya pada Bab III tentang gambaran sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Sumedang. Kemudian Bab IV menguraikan Capaian IPM Kabupaten Sumedang. Bab V Kesimpulan dan Saran.
1.4 Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah data Survei Khusus Indeks Pembangunan Manusia (SK-IPM) tahun 2012. Data penghitungan PDRB tahun 2012, Publikasi BPS Propinsi dan data lain yang dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi yang ada kaitannya dengan analisa IPM.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
6
METODOLOGI
2
Metodologi IPM komposit dari :
Dalam setiap pembangunan, baik untuk jangka
1.Indeks kesehatan
pendek ataupun panjang, sebaiknya ditujukan pada
2.Indeks Pendidikan
dimensi manusianya bukan semata untuk mengejar
3.Indeks Standar hidup layak
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan manusia harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. Demikian
juga
pembangunan
manusia
harus
ditujukan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk yang tidak hanya untuk meningkatan pendapatan mereka tetapi juga pada upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan manusia secara optimal. Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh
kegiatan
pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya berupa pendapatan untuk dapat hidup layak,
peningkatan derajat kesehatan berupa usia
panjang
dan
pendidikan keterampilan
hidup
berupa untuk
sehat
dan
kemampuan dapat
meningkatkan
baca
tulis
berpartisipasi
dan dalam
masyarakat.
2.1 Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks pendidikan (angka melek huruf dan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
7
Metodologi Semakin tinggi nilai reduksi shortfall semakin cepat untuk menuju IPM ideal.
rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Untuk mengukur dimensi kesehatan digunakan angka harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pendidikan digunakan gabungan indikator angka melek hurup dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator daya beli. Dalam melakukan analisis terhadap capaian IPM, disajikan pula indikator lain untuk mengukur kecepatan peningkatan IPM dan indikator ini dikenal sebagai Reduksi Shortfall. Nilai Reduksi Shortfall dihitung dengan melihat jarak antara capaian IPM dengan kondisi ideal (IPM=100). Semakin besar Nilai Reduksi Shortfall, semakin cepat capaian IPM. 2.1.1. Pengertian Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang dihitung
selama dengan
hidup.
Angka
menggunakan
harapan pendekatan
hidup tak
langsung (indirect estimation) berdasarkan dua jenis data, yaitu anak lahir hidup (ALH) dan anak masih hidup (AMH). Penghitungan angka harapan hidup menggunakan paket program Mortpack dengan input data ALH dan AMH dengan menggunakan metode
Trussel dengan model West, yang sesuai dengan histori kependudukan dan kondisi masing-masing wilayah.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
8
Metodologi Besarnya nilai maksimun dan minimum untuk masing-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara. Pada komponen angka harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun (standard
United Nations Development Programme). 2.1.2 Pengertian Tingkat Pendidikan Dalam
menghitung
pengetahuan
penduduk
digunakan dua indikator yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah persentase penduduk 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Sedangkan rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variable kemampuan membaca dan menulis sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Untuk menghitung indeks pendidikan digunakan batasan maksimum untuk angka melek huruf adalah 100 dan minimumnya 0. Batasan maksimum 100 artinya semua penduduk dapat membaca dan menulis dan 0 mencerminkan sebaliknya. Sementara batasan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
9
Metodologi maksimum untuk rata-rata lama sekolah adalah 15 tahun dan batasan minimumnya 0 tahun. Batasan maksimum
15
tahun
mengindikasikan
tingkat
pendidikan maksimum setara lulus sekolah menengah atas. 2.1.3. Standar Hidup Layak Dalam cakupan lebih luas standar hidup layak menggambarkan tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin membaiknya ekonomi. United Nations Development Programme (UNDP) mengukur standar kehidupan yang layak menggunakan Produk Domestik Bruto riil yang disesuaikan, sedangkan BPS dalam menghitung standar kehidupan yang layak menggunakan rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan. Sejak tahun 1999, batas minimum penghitungan PPP diubah dan disepakati menjadi Rp. 360.000,-. Besarnya batas minimum
dan
maksimum
untuk
masing-masing
komponen IPM disajikan kembali pada Tabel 2.2 Penghitungan konsumsi riil perkapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut : Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita (=A) Mendeflasikan
nilai
A
dengan
indeks
harga
konsumen (IHK) ibukota propinsi yang sesuai (=B)
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
10
Metodologi Menghitung daya beli per unit (=Purchasing Power
Parity (PPP/unit)) metode penghitungan sama seperti metode yang
digunakan
Internasional
Comparison Project dalam menstandarkan nilai PDRB suatu negara. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi. Membagi nilai B dengan PPP/Unit (=C) Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C Penghitungan rumus :
PPP/unit
dilakukan
dengan
E PPP / unit p .q ij
j
9, j
i, j
j
dimana, E( i, j )
: pengeluaran untuk komoditi j di kabupaten ke-i
P( 9, j ) : harga komoditi j di Jakarta Selatan q( i,,j ) : jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-i j
= 1, 2, 3 ... 27
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
11
Metodologi Tabel 1 Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Komoditi
Unit
(1)
(2)
Beras lokal Kg Tepung terigu Kg Ketela pohon Kg Ikan tongkol/tuna/cakalang Kg Ikan teri Ons Daging sapi Kg Daging ayam kampung Kg Telur ayam Butir Susu kental manis 397 gram Bayam Kg Kacang panjang Kg Kacang tanah Kg Tempe Kg Jeruk Kg Pepaya Kg Kelapa Butir Gula pasir Ons Kopi bubuk Ons Garam Ons Merica/lada Ons Mie instant 80 gram Rokok kretek/filter 10 batang Listrik Kwh Air minum M3 Bensin Liter Minyak tanah Liter
27. Sewa rumah Total
Unit
Sumbangan Terhadap Total Konsumsi (%)*) (3)
7.25 0.10 0.22 0.50 0.32 0.78 0.65 1.48 0.48 0.30 0.32 0.22 0.79 0.39 0.18 0.56 1.61 0.60 0.15 0.13 0.79 2.86 2.06 0.46 1.02 1.74
11.56 37.52
*) Berdasarakan data SUSENAS 1996
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
12
Metodologi 2.2. Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan indikator-indikator yang digunakan pada setiap dimensi, selanjutnya dihitung indeks untuk masing-masing indikator. Penghitungan indeks tersebut menggunakan formula berikut : IPM = 1/3 [X(1) + X(2) + X(3)] …………... (1) dimana : X(1)
: Indeks harapan hidup
X(2)
: Indeks pendidikan = 2/3(indeks melek huruf) + 1/3(indeks rata-rata lama sekolah)
X(3)
: Indeks standar hidup layak
Masing-masing indeks komponen IPM tersebut merupakan perbandingan antara selisih suatu nilai indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum
dan
nilai
minimum
indikator
yang
bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut ; Indeks X(i)= X(i) - X(i)min / [X(i)maks - X(i)min] …. (2) dimana : X(1)
: Indikator ke-i (i = 1, 2, 3)
X(2)
: Nilai maksimum sekolah X(i)
X(3)
: Nilai minimum sekolah X(i)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel 2
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
13
Metodologi Tabel 2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Nilai Nilai makCatatan Minimum simum Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar global (UNDP) Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai standar global (UNDP) Rata-rata lama seko15 0 Sesuai standar lah global (UNDP) Konsumsi per kapita 732.720 a) 300.000 b) UNDP mengyang disesuaikan 1996 gunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan Indikator Komponen IPM (=X(I))
Catatan: 1)
2)
Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1993-2018. Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1990 di daerah pedesaan Sulawesi Selatan dan tahun 2000 di Irian Jaya. Konsumsi per kapita yang disesuaikan untuk tahun 2000 sama dengan konsumsi per kapita yang disesuaikan tahun 1996.
Tahap selanjutnya adalah menghitung indeks pengetahuan berdasarkan indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah. Perhitungan indeks pengetahuan ini menggunakan rata-rata tertimbang dimana indeks melek huruf diberi bobot dua per tiga sedangkan indeks rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga. untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1, mengenai diagram penghitungan IPM.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
14
Metodologi Gambar 2.1 Diagram Perhitungan IPM Dimensi Umur Panjang dan Sehat
Komponen/ Indikator
Indeks
Angka harapan hidup
Pengetahuan
Angka melek huruf
Kehidupan yang Layak
Rata-rata lama sekolah
Paritas daya beli (PPP Rp)
Indeks LamaIndeks Indeks Lama nya Hidup Melek Huruf Sekolah
Indeks Daya Beli
Indeks Pengetahuan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Selanjutnya, dalam membandingkan capaian IPM, dihitung reduksi shortfall yang menggambarkan kecepatan
IPM
suatu
wilayah
dalam
mengejar
ketertinggalannya menuju kondisi IPM ideal. Reduksi
shortfall (r) dihitung dengan menggunakan formula berikut: Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
15
Metodologi IPMt – IPMt-1 r
= ----------------------100 – IPMt-1
Dimana : IPMt
: IPM pada tahun sekarang
IPMt-1
: IPM pada tahun sebelumnya
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
16
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
3
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
3.1 Keadaan Geografi Kecamatan Buahdua merupakan wilayah paling luas dan Kecamatan Surian merupakan wilayah paling kecil
Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 155.872 km² yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 283 desa/kelurahan. Dengan klasifikasi desa swadaya sebanyak 122 desa, desa swakarya sebanyak 75 desa dan desa swasembada sebanyak 20 desa. Secara administratif letak geografis Kabupaten Sumedang berbatasan dengan kabupaten tetangga dibatasi oleh wilayah Daerah Tingkat II, yaitu :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu,
Sebelah Timur dengan Kabupaten Majalengka,
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung. Luas wilayah Kabupaten Sumedang adalah
152.220 km2. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kecamatan Cisarua.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
17
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
3.2. Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang tahun Selama 5 tahun terakhir jumlah penduduk 2012 sebesar 1.124.902 Kabupaten Sumedang tiap tahun terus mengalami jiwa dengan laju perperkembangan. Dari jumlah penduduk 1.070.512 jiwa tumbuhan 1,05 persen pada tahun 2008 mengalami perkembangan di tahun 2012 menjadi 1.121.787 jiwa. Atau mengalami pertambahan jumlah penduduk sebesar 51.275 jiwa selama lima tahun. Laju pertumbuhan penduduk selama lima tahun (2008-2012) sebesar 4,79 persen atau rata -rata pertahunnya mencapai 1,20 persen. Apabila dilihat
dengan
luas
wiliyah
Kabupaten
Sumedang
155.872 km2 maka dapat dihitung kepadatan penduduknya tahun 2012 yaitu sebesar 7 jiwa per kilometer persegi. Jumlah penduduk yang besar dan berkualitas adalah modal dasar dan merupakan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun demikian
apabila
jumlah
penduduk
yang
besar
tersebut tidak diikuti dengan pengembangan kualitas penduduk, maka justru akan berbalik menjadi beban pembangunan. Pada tahun 2010 BPS melaksanakan sensus penduduk yang biasanya dilakukan selama 10 tahun sekali. Dari hasil sensus diperoleh jumlah penduduk Kabupaten Sumedang pada tahun 2010 sebesar 1.097.798 jiwa. Seiring dengan bertambah baiknya pelayanan kesehatan maka di tahun 2011 jumlah pen-
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
18
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
duduk mengalami kenaikkan menjadi 1.113.238 jiwa. Untuk melihat perkembangan jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya dapat dilihat pada Grafik 3.1 dan Grafik 3.2. Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Grafik 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumedang Tahun 2009-2012
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
19
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Dalam menganalisa penduduk sepertinya belum lengkap sebelum dilihat dari sisi kelompok umur. Bentuk tabel yang biasa digunakan dalam menyajikan kelompok umur adalah piramida penduduk. Piramida penduduk menggambarkan sebaran penduduk menurut umur dan jenis kelamin serta tingkat perkembangan penduduk pada setiap kelompok umur yang berbeda. Untuk lebih jelasnya tentang piramida penduduk Kabupaten Sumedang tahun 2012 dapat dilihat pada grafik 3.3 di bawah ini. Grafik 3.3 Piramida Penduduk Kabupaten Sumedang Per Kelompok Umur Tahun 2012
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Berdasarkan pengelompokan umur, penduduk dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu kelompok penduduk usia muda dan kelompok penduduk usia tua. Kelompok penduduk usia muda adalah apabila
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
20
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
proporsi penduduk di bawah 15 tahun sekitar 40 persen dari total penduduk. Sedangkan kelompok penduduk usia tua adalah apabila proporsi penduduk di atas 60 tahun mencapai 10 persen. Berdasarkan pengelompokan tersebut maka penduduk Kabupaten Sumedang dikategorikan sebagai penduduk muda. Hal ini ditunjukan oleh panjang batang piramida pada kelompok umur penduduk muda yang sedikit lebih panjang dari kelompok umur lainnya. Pada grafik 3.3 dapat dilihat pula panjang batang piramida pada kelompok umur 0-4 tahun yang lebih pendek dari kelompok umur 5-9 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa
terjadi
penurunan
tingkat
fertilitas tetapi tidak terlalu besar. Informasi lain yang dapat dilihat dari piramida penduduk
adalah
angka
beban
ketergantungan
(Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan menunjukkan seberapa besar penduduk yang berusia produktif secara ekonomi harus menanggung penduduk yang usia tidak produktif dan pasca produktif. Dengan kata lain angka beban ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk yang belum produktif/tidak produktif (usia 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) dibandingkan dengan penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) dikalikan dengan 100. Pada tahun 2012 angka beban ketergantungan Kabupaten Sumedang mencapai angka 51,76 artinya
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
21
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
setiap 100 orang penduduk usia produktif harus Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang tahun 2012 sebesar 4,69 persen Kontribusi tersesar dari sektor pertanian (28,36%), perdagangan (27,63%) dan Industri (22,70%)
menanggung 52 orang penduduk yang tidak produktif.
3.3. Potensi Ekonomi Evaluasi menyeluruh terhadap kinerja perekonomian Kabupaten Sumedang dari sisi sektoral pada tahun 2012 menunjukan pertumbuhan yang moderat. Jika dibandingkan dengan kinerja perekonomian pada tahun sebelumnya pertumbuhan ini menunjukan sedikit perlambatan, dimana pada tahun 2011 tumbuh sebesar 4,82 persen sedangkan pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,69 persen. Perlambatan ini di sebabkan oleh melambatnya kinerja tiga sektor dominan yang menjadi engine growth perekonomian Kabupaten Sumedang. Di tengah pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, perekonomian Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Sumedang pada khususnya masih mampu tumbuh cukup kuat. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat selama kurun waktu tiga tahun yaitu 2010-2012 mampu tumbuh di atas 6 persen. Sedangkan LPE Kabupaten Sumedang selama kurun waktu ini mampu tumbuh stabil yaitu pada kisaran 4 persen. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik 3.4
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
22
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
perbandingan antara LPE Jawa Barat dan Kabupaten Sumedang tahun 2008-2012. Grafik 3.4 LPE Propinsi Jawa Barat Dan Kabupaten Sumedang Tahun 2008—2012 (Persen)
Jawa Barat
Sumedang
6,21 4,58
2008
6,48
6,21
4,82
4,69
6,20
4,76 4,19
2009
4,22
2010
2011
2012
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Jika dilihat dari besaran nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun
2012
mencapai
Rp
14.923,72
milyar
mengalami peningkatan sebesar Rp 1.391,94 milyar jika dibanding tahun 2011 dengan nilai PDRB sebesar Rp 13.531,78 milyar. Sedangkan pencapaian nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 mengalami peningkatan 4,69 persen yaitu dari Rp 5.879,09 milyar tahun 2011 naik menjadi Rp 6.154,59
milyar pada
tahun 2012. Perkembangan nilai PDRB Kabupaten Sumedang lima tahun terakhir dapat diamati pada grafik 3.5. Laju pertumbuhan ekonomi atau sering kita Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
23
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
kenal dengan sebutan LPE adalah salah satu indikator makro
ekonomi
yang
bisa
menggambarkan
perkembangan atau tingkat kinerja perekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator makro yang sering digunakan sebagai salah satu alat strategi kebijakan bidang ekonomi sehingga laju pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi salah satu indikator yang sangat penting untuk bahan evaluasi pembangunan. Secara umum pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 4,69 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,82 persen, maka mengalami sedikit perlambatan, Perlambatan ini hampir terjadi di semua sektor ekonomi, kecuali sektor angkutan, keuangan dan jasa-jasa. Sama halnya seperti Kabupaten Sumedang, Kinerja perekonomian Jawa Barat secara umum juga mengalami perlambatan pertumbuhan jika dibanding tahun 2011, dimana pada tahun 2012 mampu tumbuh sebesar 6,21 persen, sedangkan pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,48 persen. Melambatnya perekonomian Jawa Barat pada tahun 2012 disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor industri yang merupakan sektor dominan bagi perekonomian Jawa Barat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
24
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Grafik 3.5 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sumedang Tahun 2008-2012 (Persen)
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Dari grafik 3.5, kita dapat perhatikan bahwa pada tahun 2012 petumbuhan sektor keuangan dan angkutan mampu menjadi leading sector, dimana selama empat tahun terakhir sektor bangunan selalu menjadi
sektor
dengan
pertumbuhan
tertinggi.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang mampu tumbuh 7,50 persen pada tahun 2012. LPE tertinggi kedua dan ketiga diikuti oleh sektor angkutan dan komunikasi serta sektor bangunan masing-masing tumbuh sebesar 7,23 dan 7,04 persen. Namun demikian sektor pertanian yang meruIndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
25
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
pakan kontributor terbesar dalam pembentukan PDRB Sumedang pada tahun 2012 ini hanya mampu tumbuh sebesar 1,11 persen. Secara rinci pertumbuhan ekonomi masing-masing sector berdasarkan kelompok sektornya dapat diamati pada Tabel 4.2. Karakteristik
suatu
wilayah
baik
dari
sisi
demografis maupun urban dan rural, akan menentukan beragamnya kegiatan perekonomian wilayah tersebut, sehingga dapat memberikan warna pada struktur perekonomian suatu wilayah. Hal ini karena dipengaruhi oleh potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Sistem ekonomi yang terbentuk pada suatu wilayah dapat memberikan gambaran bagaimana struktur perekonomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase sektoral. Distribusi persentase PDRB secara sektoral menunjukkan peranan masing-masing sektor dalam sumbangannya terhadap PDRB secara keseluruhan. Semakin besar persentase suatu sektor, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah. Disamping itu, distribusi persentase dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi mesin peggerak pertumbuhan (sektor andalan) di Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
26
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
wilayah yang bersangkutan. Grafik 3.6 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2000
Tranporta si 3,07%
Keuangan 3,37%
Jasa-Jasa 7,67%
Industri 25,40%
Perdagan gan 26,05% Bangunan 2,16%
Pertanian 30,20%
LGA 1,99%
Pertamba ngan & Pengalian 0,09%
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Pada Grafik 3.5 dan 3.6, diperlihatkan struktur ekonomi Kabupaten Sumedang pada tahun 2000 dan 2012 menurut sektor. Dalam kurun waktu 13 tahun ini, terjadi sedikit pergeseran kontribusi dari sektor dominan yaitu sektor pertanian dari 30,20 persen tahun 2000 menjadi 28,36 persen di tahun 2012. Menyusutnya peranan sektor pertanian lebih disebabkan kinerja sektor pertanian yang sedikit tertinggal perkembangannya dari sektor-sektor lainnya. Penurunan sektor pertanian juga lebih disebabkan karena semakin susutnya areal pertanian dikarenakan alih fungsi lahan yang semakin tidak terelakan sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, serta masih rendahnya pengetahuan dan teknologi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
27
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
yang digunakan dalam pengelolaannya. Disamping itu sektor pertanian sangat tergantung
pada keadaan
alam dimana faktor musim sangat menentukan kualitas dan kuantitas produksinya. Walaupun
telah
terjadi
sedikit
pergeseran
besaran peranan sektor pertanian dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2012, sektor ini masih merupakan sektor dominan dalam pembentukan nilai tambah di Kabupaten Sumedang yang diikuti sektor perdagangan dan industri pengolahan. Ketiga sektor tersebut masih merupakan tiga sektor yang peranannya cukup besar dalam menggerakkan perekonomian Sumedang. Grafik 3.7 Kontribusi Sektor Lapangan Usaha PDRB Kabupaten Sumedang Tahun 2012
Tranportasi 4,24%
Keuangan 4,35%
Jasa-Jasa 7,78% Pertanian 28,36%
Perdaganga n 27,63%
Bangunan 2,34%
Industri 22,17%
LGA 3,01%
Pertambang an & Pengalian 0,11%
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Pada tahun 2012 peranan sektor pertanian
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
28
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
mencapai 28,36 persen, sektor yang menjadi andalan Kabupaten Sumedang ini pada dasarnya berpeluang dapat
lebih
Kabupaten
mendorong
Sumedang.
roda
Besarnya
perekonomian peranan
sektor
pertanian tersebut tidak terlepas dari peranan sub-sub sektor didalamnya antara lain sub sektor tanaman bahan makanan atau lebih populer dengan sebutan tabama, kemudian sub sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Dari kelima sub sektor tersebut tabama merupakan sub sektor yang paling dominan dalam pembentukkan nilai tambah sektor pertanian yaitu 21,78 persen, sedangkan sub sektor lainnya yaitu 1,39 persen sub sektor perkebunan; 4,08 persen peternakan dan masing-masing 0,46 persen dan 0,65 persen untuk sub sektor kehutanan dan perikanan. Besaran tersebut dapat menggambarkan bahwa sub sektor tabama menyumbangkan nilai tambah yang cukup dominan terhadap pembentukkan nilai tambah sektor pertanian. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menempati urutan kedua setelah pertanian dalam peranannya terhadap pembentukkan PDRB Kabupaten Sumedang juga didukung oleh tiga sub sektor pembentuknya yaitu sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor hotel dan sub sektor restoran. Dari ketiga sub sektor tersebut sebagai penyumbang terbesar adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran mencapai 22,56 persen pada tahun 2012, sub sektor lainnya 0,05 persen untuk hotel dan 5,02 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
29
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
persen untuk restoran. Persentase masyarakat Kabupaten Sumedang dalam mengkonsumsi air minum : Air bersiih (91,22%)
Penyumbang terbesar ketiga terhadap PDRB Kabupaten
Sumedang
adalah
sektor
industri
pengolahan. Sektor ini mempunyai andil sebesar 22,17 persen terhadap perekonomian Kabupaten
Air kurang besih (8,78%) Sumedang pada tahun 2012 yang dibentuk oleh sub sektor indutri pengolahan non migas meliputi indutri makanan dan minuman, tekstil, barang dari kayu dan lain-lain.
Dari
komoditi-komoditi
tersebut
yang
menghasilkan output paling besar adalah industri tekstil disamping industri makanan, minuman dan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki yang dihasilkan oleh industri besar sedang maupun industri kecil yang ada di Kabupaten Sumedang.
3.4. Kesehatan Kesehatan manusia merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Manusia yang sehat tentu akan dapat melakukan berbagai aktivitas dan akan lebih mudah untuk menjadi manusia yang produktif, secara sosial dan ekonomis. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah
terus
berupaya
meningkatkan
derajat kesehatan masyarakatnya melalui berbagai program di bidang kesehatan terutama kesehatan ibu,
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
30
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
bayi
dan
balita.
Selain
di
bidang
kesehatan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga harus didukung
melalui
peningkatan
mutu
lingkungan
hidupnya. Lingkungan yang diharapkan tentunya lingkungan yang sehat untuk mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat baik secara fisik dan psikisnya. Karena
itu,
lingkungan
upaya seperti
perbaikan ketersediaan
berbagai air
aspek
bersih
dan
perbaikan sanitasi penting untuk terus dilakukan. Air merupakan kebutuhan hidup yang mendasar bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi, baik digunakan sebagai air minum maupun untuk keperluan lainnya. Air yang bersih dan sanitasi yang baik merupakan sebagian kecil persyaratan terbentuknya masyarakat yang sehat. Salah satu sasaran yang diharapkan pemerintah adalah peningkatan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan ketersediaan fasilitas buang air besar yang baik. Kualitas air sangat tergantung dari sumber air tersebut. Apabila sumber air terjaga dari pencemaran maka kualitas air dianggap sehat/layak minum. Sumber air minum berturut-turut mulai dari yang terbaik yaitu yang bersumber dari air kemasan, leding, pompa, sumur bor/pompa, sumur terlindung dan mata air yang terlindung, karena dianggap lebih steril. Sedangkan sumber air dari sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, sungai/danau/waduk dan air hujan dianggap kurang/tidak sehat karena mudah untuk tercemar lingkungan sekitarnya. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
31
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Pada fasilitas tempat buang air besar yang dianggap baik adalah fasilitas tempat buang besar yang dikuasai sendiri oleh rumah tangga. Dengan demikian, rumah tangga yang penggunaan fasilitas tempat buang air besarnya digunakan lebih dari satu rumah tangga secara bersama-sama dianggap kurang sehat karena semakin banyak penggunanya maka tingkat kebersihannya pun akan semakin kecil. Dilihat dari kualitas air minum sebesar 91,22 persen rumah tangga di Sumedang telah mengggunakan air yang berasal dari sumber yang sehat. Dengan demikian, masih terdapat 8,78 persen rumah tangga yang sumber air minumnya kurang layak. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian serius dalam penanganannya, karena hal ini bukanlah pekerjaan yang ringan mengingat 8,78 persen rumah tangga tadi umumnya berada di daerah yang kondisi geografisnya tidak memiliki sumber air minum yang sehat. Perusahaan air minum baru bisa menjangkau hampir 10 persen rumah tangga yang ada di Sumedang. Penyebab lainnya adalah pendapatan masyarakat yang masih rendah, sehingga masyarakat yang tinggal pada kondisi geografis yang kurang/tidak tersedia sumber air minum yang sehat tadi tidak mampu untuk membeli air kemasan/isi ulang untuk kebutuhan minumnya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
32
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum Tahun 2012
Sumber air minum
Persentase
Air kemasan/isi ulang
7,74
Leding
9,32
Sumur bor/pompa
11,58
Sumur terlindung
28,41
Mata air terlindung
34,16
Air bersih/layak minum
91,22
Sumur tak terlindung
2,48
Mata air tak terlindung
5,87
Air sungai, dan lainnya
0,43
Air kurang bersih/ kurang layak minum
8,78
Sumber: BPS Sumedang
Untuk penggunaan fasilitas tempat buang air besar, secara umum rumah tangga di Sumedang telah memiliki jamban sendiri untuk tiap rumah tangga (hampir 80 %). Namun demikian, masih terdapat hampir 16 persen rumah tangga yang penggunaan jambannya secara bersama-sama dengan rumah tangga lain, bahkan sebanyak 4,44 persen rumah tangga yang belum memiliki jamban.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
33
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Grafik 3.8 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Status Penggunaan Jamban Tahun 2012
4,88% 4,44% 10,80%
79,89%
Sendiri
Bersama
Umum
Tidak punya
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
3.5 Pendidikan Pendidikan komponen
diyakini
utama
yang
merupakan dapat
salah
satu
mendukung
dan
mendorong upaya pembangunan. Hal ini karena pendidikan dapat berpengaruh terhadap berbagai sektor pembangunan lainnya. Sektor-sektor pembangunan lain, akan sulit untuk tumbuh dengan cepat jika pembangunan di bidang pendidikan lambat. Oleh karena itu, pemerintah terus melakukan inovasiinovasi
untuk
meningkatkan
tingkat
pendidikan
masyarakat. Peningkatan anggaran pendidikan pun
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
34
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
dilakukan untuk mendukung inovasi-inovasi tersebut. Wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Beasiswa Miskin merupakan sebagian kecil program yang
di-
galakkan. Selain program yang menyentuh secara langsung, pemerintah juga melaksanakan program keluarga
harapan
untuk
merubah
perilaku
masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang beruntung dari sisi ekonomi rumah tangga, agar masyarakat lebih peduli terhadap pendidikan sekaligus kesehatan
anak-anaknya
dalam
waktu
yang
bersamaan bahkan sejak dalam anak masih dalam kandungan. Hasil dari program-program pemerintah yang sudah dilaksanakan sejak lama terlihat pada tingkat pendidikan
masyarakat
Sumedang
yang
terus
membaik. Gambaran tersebut terlihat lebih jelas pada tabel berikut.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
35
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan
2009
2012
L
P
L+P
L
P
L+P
SD ke bawah
57,10
63,89
60,50
57,20
62,49
59,85
SLTP/sederajat
21,80
19,16
20,48
20,47
19,39
19,93
SLTA/sederajat
16,64
13,84
15,24
18,13
13,87
16,00
Diploma ke atas
4,47
3,11
3,79
4,19
4,25
4,22
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Pada tabel tersebut
terlihat
peningkatan
persentase penduduk Sumedang yang menamatkan jenjang pendidikan SLTA ke atas, diiringi dengan menurunnya penduduk Sumedang pada jenjang SLTP ke bawah. Persentase penduduk 10 tahun ke atas yang hanya memiliki ijazah sampai tingkat SD ke bawah mencapai 59,85 persen pada tahun 2012 sedangkan pada tahun 2009 mencapai 60,50 persen. Dengan kata lain terjadi penurunan sebesar 0,65 persen.
Penurunan
terjadi
pula
pada
jenjang
pendidikan SLTP/sederajat sebesar 0,55 persen, dari 20,48 persen pada tahun 2009 menjadi 19,93 persen pada tahun 2012. Persentase penduduk yang tamat SLTA ke atas meningkat 0,76 persen menjadi 16,00 persen dibanding kondisi tahun 2009. Sedangkan untuk jenjang diploma ke atas naik dari 3,79 persen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
36
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
pada tahun 2009 menjadi 4,22 persen pada tahun 2012. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan penduduk berarti meningkatnya kualitas SDM. Hal ini akan
berkontribusi
pada
kenaikan
angka
IPM
Kabupaten Sumedang. Peningkatan persentase penduduk Sumedang yang mampu menyelesaikan SLTA ke atas perlu terus ditingkatkan melalui berbagai program. Kebijakan Bantuan Operasional Sekolah, program BOS buku, program Khusus Bantuan Murid (BKM), program Bantuan
Operasional Manajemen
Mutu
(BOMM),
program bea siswa, program peningkatan kualifikasi, kompetensi,
dan
pembangunan
sarana
sertifikasi, dan
serta
prasarana
realisasi penunjang
pendidikan perlu terus dijaga kesinambungannya. Pendidikan jangan sampai menjadi barang yang mahal yang tidak terjangkau oleh masyarakat. Indikator penting lainnya yang berkaitan dengan pendidikan selain tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah angka partisipasi sekolah dan angka partisipasi kasar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan indikator yang menunjukkan partisipasi anak usia sekolah yang telah bersekolah di semua jenjang pendidikan. Semakin tinggi APS berarti semakin banyak anak usia sekolah yang sedang bersekolah. Pada tahun 2012 jumlah anak usia sekolah 7-12 tahun yang terdaftar dan aktif di sekolah seban-
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
37
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
yak 98,66 persen. Dengan kata lain, sekitar 1,34 persen anak usia 7-12 tahun belum bersekolah/tidak bersekolah lagi. Dilihat dari jenis kelaminnya, partisipasi sekolah anak perempuan pada usia tersebut lebih besar dibanding partisipasi anak laki-laki. Pada kelompok usia 13-15 tahun angka partisipasi sekolah masih cukup tinggi yaitu 92,44 persen. Hal ini tentu erat kaitannya dengan keberhasilan program wajar dikdas sembilan tahun yang sudah lama dicanangkan pemerintah. Mulai kelompok usia 16-18 tahun angka partisipasi sekolah menurun drastis hanya mampu mencapai 59,83 persen. Bahkan pada usia 19-24 APS belum bisa mencapai 20 persen. Masih rendahnya partisipasi sekolah mulai tingkat SLTA, menunjukkan bahwa sebagian anak kelompok usia tersebut memutuskan berhenti sekolah. Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2012 (persen) Kelompok Usia Sekolah
Laki-laki
Perempuan
Total
7-12
98,16
99,17
98,66
13-15
91,07
93,99
92,44
16-18
64,52
54,88
59,83
19-24
38,71
10,20
18,14
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
38
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Indikator lain yang dapat diukur adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK ini berguna untuk melihat partisipasi
sekolah
penduduk
menurut
jenjang
pendidikan tertentu tanpa melihat umurnya. Dengan kata lain APK adalah perbandingan penduduk jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu (SD, SLTP, SLTA, dsb) dengan jumlah penduduk yang berusia pada tingkat pendidikan tersebut. APK SLTP misalnya, adalah jumlah murid SLTP (usia berapapun) dibagi dengan jumlah penduduk usia 13-15 tahun. Nilai APK bisa lebih dari seratus persen apabila jumlah murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sebagai contoh anak bersekolah di SD/sederajat berumur kurang dari 7 tahun atau lebih dari 12 tahun. Hal ini pun terlihat pada APK SD/sederajat di Kabupaten
Sumedang
pada
tahun
2012
yang
mencapai 102,91 %, hal ini berarti ada sekitar 2,91 persen anak umur kurang dari 7 tahun dan lebih dari 12 tahun yang duduk di bangku SD.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
39
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar Tahun 2012 (persen) Kelompok Usia Se-
Laki-laki
Perempuan
Total
SD
101.48
104.37
102.91
SLTP
94.47
90.14
92.45
SLTA
59.04
64.62
61.76
PT
19.30
22.61
20.89
kolah
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Pada
jenjang
pendidikan
SLTP/sederajat,
capaian APK di Sumedang masih cukup tinggi mencapai 92,45 % walaupun lebih rendah dari APK SD. Seiring semakin tinggi jenjang pendidikan nilai APK justru berbanding terbalik menjadi semakin rendah,
APK
SLTA/sederajat
misalnya
hanya
mencapai 61,76 persen kemudian pada APK PT baru mencapai 20,89 persen. Untuk melihat jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah tepat waktu sesuai dengan kelompok usia yang ditentukan pada setiap jenjangnya, maka dapat kita gunakan angka partisipasi murni. Angka partisipasi murni (APM) adalah perbandingan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu yang berusia sesuai kelompok usia jenjang pendidikan tersebut terhadap jumlah seluruh penduduk pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai contoh, APM Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
40
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
SD/sederajat
adalah
proporsi
jumlah
murid
SD/sederajat yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah penduduk yang berusia 7-12 tahun. Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni Tahun 2012 (persen) Kelompok
Laki-
Usia Sekolah
laki
SD
Perempuan
Total
95.55
95.24
95.39
SLTP
85.51
79.19
82.56
SLTA
59.04
53.06
56.13
PT
15.27
20.19
17.63
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai APM sejalan
dengan
APK,
semakin
tinggi
jenjang
pendidikan maka nilai APM pun semakin rendah. Sedikit perbedaannya berada pada nilai APM yang tentu lebih kecil dibandingkan APK karena pembagi pada APM dibatasi oleh kelompok usia yang sesuai dengan jenjang pendidikannya. Semakin menurunnya tingkat partisipasi pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi kemungkinan disebabkan berbagai faktor. Salah satunya karena masih sulitnya bagi keluarga tidak mampu mengakses pendidikan lebih tinggi.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
41
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
3.6 Ketenagakerjaan TPAK Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 sebesar 63,13 %
Dipandang dari sudut pembangunan ekonomi, penduduk adalah sumber daya tenaga kerja yang
TPT Kabupaten Sumsangat potensial untuk melakukan kegiatan ekonomi. edang tahun 2012 sebeTenaga potensial dimaksud adalah mereka yang sar 7,42 % berada pada kondisi ‘usia kerja’. Penduduk usia kerja berpeluang besar melakukan kegiatan ekonomi di pasar kerja. Dengan kata lain, penduduk yang berada pada usia kerja merupakan usia produktif dalam menghasilkan output produksi. Usia kerja yang dimaksud adalah usia 15 – 64 tahun sesuai dengan rekomendasi Internatioanl La-
bour force Organitation (ILO). Tidak semua penduduk pada usia kerja tersebut termasuk dalam angkatan kerja, karena ada kelompok masyarakat pada usia kerja tersebut yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi seperti, karena sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya yang tidak berkaitan dengan usaha/membantu menambah penghasilan rumah tangga. Indikator yang sering digunakan untuk melihat perkembangan di bidang ketenagakerjaan adalah tingkat partisipasi angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15 tahun ke atas). Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
42
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
(TPT) adalah perbandingan antara penduduk yang mencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Dengan kata lain, TPAK berguna untuk mengukur seberapa besar keterlibatan penduduk usia kerja yang masuk
ke
dalam
dunia
kerja,
sedangkan
TPT
mengukur tidak terserapnya angkatan kerja oleh lapangan kerja yang tersedia. TPAK di Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 mencapai 63,13 persen, hal ini berarti sebanyak 63,13 persen penduduk usia 15 tahun ke atas masuk ke dalam dunia kerja. Sisanya (36,87 persen) melakukan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Dilihat dari jenis kelaminnya, capaian TPAK tersebut masih didominasi oleh penduduk laki-laki bahkan TPAK laki-laki hampir mencapai dua kali lipat TPAK perempuan. Lain halnya dari sisi pengangguran (TPT), walaupun tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dari laki-laki namun memiliki capaian TPT yang lebih besar dibandingkan TPT lakilaki.
TPT
laki-laki
hanya
sebesar
6,48
persen
sedangkan TPT perempuan mencapai 9,24 persen.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
43
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3.6 TPAK dan TPT Kabupaten Sumedang Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 (persen) Jenis kelamin Indikator
Total
Laki-laki
Perempuan
TPAK
83,77
42,78
63,13
TPT
6,48
9,24
7,42
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Berdasarkan
lapangan
pekerjaan,
sektor
pertanian masih mendominasi penyerapan tenaga kerja (36,40%). Sektor penyerap tenaga kerja terbanyak selanjutnya setelah pertanian adalah perdagangan (18,03%), kemudian sektor lainnya (17,00%), selanjutnya sektor Jasa (16,34%) dan terakhir adalah industri (12,22%). Walaupun penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian paling mendominasi, namun sebenarnya dominasinya terus mengalami penurunan karena terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke non pertanian setiap tahunnya. Apalagi adanya rencana pembangunan jalan Tol Cisumdawu, tentu lahan pertanian
yang
tersedia
sampai
saat
ini
akan
berkurang cukup jauh karena alih fungsi menjadi jalan tol. Belum lagi minat masyarakat terhadap sektor pertanian yang terus menurun disebabkan insentif yang
dihasilkan
dari
pertanian
terlalu
rendah,
sedangkan pada sektor lain sedikit memberikan nilai Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
44
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
lebih. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian yang Rata-rata pengeluaran rumah tangga masyarakat kabupaten Sumedang tahun 2012 untuk konsumsi makanan sebesar 59,53% dan untuk non makanan sebesar 40,47%
sangat serius, mengingat Indonesia merencanakan swasembada tantangan
pangan.
untuk
Ini
menjadi
menunjukkan
bahwa
swasembada
pangan
menjadi jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tabel 3.7 Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Dan Jenis kelamin Tahun 2012
Jenis kelamin Indikator
Total Laki-laki
Pertanian
Perempuan
108.737
68.765
177.502
Industri
37.213
22.394
59.607
Perdagangan
52.920
35.011
87.931
Jasa
46.791
32.895
79.686
78.817
4.096
82.913
324.478
163.161
487.639
*)
Lainnya Jumlah
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang Keterangan: *) Lainnya : Pertambangan dan Penggalian, Listrik, Gas & Air, Bangunan, Angkutan, Pergudangan, dan Komunikasi, Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan , Tanah dan Jasa Perusahaan
3.7 Pengeluaran Rumah Tangga Data tentang pendapatan rumah tangga sulit diperoleh. Karena itu proksi yang digunakan untuk Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
45
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
mengetahui pendapatan rumah tangga dilakukan melalui pengeluaran rumah tangga. Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga. Peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Pada
kelompok
masyarakat
dengan
pendapatan rendah, pengeluaran rumah tangganya sebagian
besar
digunakan
untuk
pengeluaran
konsumsi makanan. Kelompok ini akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibandingkan dengan kebutuhan non makanan. Seiring dengan meningkatnya pendapatan, biasanya akan terjadi pergeseran pola konsumsi pengeluaran. Persentase pengeluaran untuk makanan akan mengalami penurunan
dan
makanan
persentase akan
pengeluaran
meningkat
jika
untuk
non
pendapatan
rumah tangga juga meningkat. Pada tabel berikut tampak bahwa pada golongan
pengeluaran
terendah
(
konsumsi makanan mencapai 69,89 persen dan non
makanan
30,11
persen.
Pengeluran
untuk
makanan terus menurun seiring dengan meningkatnya golongan pengeluaran. Sampai pada golongan pengeluaran tertinggi (Rp.500.000 lebih) konsumsi Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
46
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
untuk makanan hanya mencapai 55,79 persen dan untuk non makanan 44,21 persen. Hal ini terjadi karena ketika kebutuhan terhadap makanan sudah terpenuhi, maka masyarakat akan membelanjakan selisih pendapatannya kepada kebutuhan-kebutuhan bukan makanan seperti pengeluaran untuk kebutuhan perumahan dan aneka barang/jasa. Tabel 3. 8 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)
Komoditi
(1) Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman jadi non alkohol Tembakau dan Sirih Konsumsi Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan pesta dan upacara/kenduri Konsumsi Non Makanan Rata-rata Konsumsi per kapita sebulan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan < 150.000 150.000 199.999 N N (2) (3) 37,89 27,21 2,44 0,38 4,59 3,43 0,78 2,46 1,28 3,52 3,58 3,24 2,74 2,65 0,21 1,13 2,82 2,60 1,79 2,20 2,19 1,69 0,92 2,17 6,97 7,75 1,70 5,63 69,89 66,07 15,50 3,37 0,90 5,53 4,10 0,39 0,27 0,06 30,11 100,00
16,83 5,41 2,21 4,56 2,69 0,18 0,50 1,56 33,93 100,00
47
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3. 8 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Komoditi
(1) Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman jadi non alkohol Tembakau dan Sirih Konsumsi Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan pesta dan upacara/kenduri Konsumsi Non Makanan Rata-rata Konsumsi per kapita sebulan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
200.000 299.999 N (4) 24,41 0,44 3,72 1,96 3,46 3,12 2,50 0,98 2,51 2,00 1,49 2,64 9,44 7,33 66,00
300.000 399.999 N (5) 19,99 0,59 4,04 2,67 3,37 2,85 2,50 1,17 2,62 2,37 1,69 2,50 9,50 8,43 64,30
17,75 6,82 1,49 3,84 2,90 0,46 0,64 0,10 34,00 100,00
17,49 8,27 1,67 3,46 2,91 0,83 0,84 0,23 35,70 100,00
48
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3. 8 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)
Komoditi
(1)
Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman jadi non alkohol Tembakau dan Sirih Konsumsi Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan pesta dan upacara/kenduri Konsumsi Non Makanan Rata-rata Konsumsi per kapita sebulan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan 400.000 499.999 N (6) 16,23 0,57 3,68 3,49 3,88 2,66 2,53 1,56 2,63 2,48 1,70 3,22 10,72 8,23 63,57 17,57 8,27 1,68 3,78 3,04 0,78 0,90 0,42 36,43 100,00
500.000+ N (7) 9,87 0,48 3,01 4,45 4,33 2,07 1,92 2,09 2,09 2,06 1,59 2,38 12,74 6,71 55,79 20,09 10,14 2,08 4,37 3,12 2,20 1,32 0,88 44,21 100,00
49
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 3. 8 Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Jenis Pengeluaran dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan Di Kabupaten Sumedang (Bersambung)
Komoditi
(1)
Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman jadi non alkohol Tembakau dan Sirih Konsumsi Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan pesta dan upacara/kenduri Konsumsi Non Makanan Rata-rata Konsumsi per kapita sebulan
Rata-rata
N (8) 14,10 0,51 3,37 3,75 4,01 2,40 2,18 1,74 2,31 2,18 1,62 2,56 11,52 7,30 59,53 18,99 9,18 1,89 4,07 3,05 1,56 1,10 0,63 40,47 100,00
Pola pengeluaran per kapita masyarakat Sumedang terlihat sebanyak 59,53 persen pengeluaran rumah tangga digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan makanan. Sisanya, sekitar 40,47 persen untuk Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
50
GAMBARAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KABUPATEN SUMEDANG
konsumsi bukan makanan. Dari kelompok makanan, rata-rata pengeluaran terbesar berasal dari kelompok padi-padian (14,1%) sebagai bahan pokok makanan di Kabupaten Sumedang, kemudian diikuti kelompok makanan/minuman jadi (11,52%) dan selanjutnya adalah pengeluran untuk tembakau dan sirih (7,30%). Kelompok-kelompok makanan lainnya tidak mencapai 5 persen. Untuk kelompok non makanan yang masih mendominasi adalah pengeluaran untuk perumahan dan fasilitas perumahan (18,99%), kemudian diikuti pengeluaran untuk pengeluaran untuk aneka barang dan jasa (9,18%).
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
51
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
4
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Capaian IPM Kabupaten Sumedang tahun 2012 sebesar 72,95, shortfall sebesar 1,02 dan masuk kategori menengah atas.
Tujuan
akhir
pembangunan
adalah
kese-
jahteraan rakyat. Manusia bukan hanya merupakan obyek pembangunan tetapi diharapkan dapat menjadi subyek, sehingga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi kemajuan suatu wilayah yang secara makro menjadi kemajuan suatu negara. Keberhasilan pembangunan diukur dengan beberapa parameter, dan paling populer saat ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Indeks (HDI ). Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah suatu proses perluasan pilihan bagi penduduk untuk membangun hidupnya yang dianggap berharga. Beberapa hal esensial dalam pembangunan manusia adalah agar manusia dapat merasakan kehidupan yang panjang dan sehat, berpengetahuan, dan mempunyai akses terhadap sumber-sumber yang
diperlu-
kan untuk hidup layak. Dalam
bab
perkembangan
ini
IPM
akan selama
dibahas tiga
mengenai
tahun
dan
perkembangan komponen IPM di Kabupaten Sumedang.
4.1 Perkembangan Capaian IPM Kabupaten Sumedang Secara
umum
pembangunan
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
manusia
di 52
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Kabupaten
Sumedang
pada
periode
2010-2012
mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari upaya
pemerintah
daerah
dalam
meningkatkan
pembangunan manusia dengan selalu meningkatkan anggaran pendidikan dan kesehatan setiap tahunnya. Pada
tahun
2010,
IPM
Kabupaten
Sumedang
mencapai 72,42 terus mengalami peningkatan di tahun 2012 menjadi 72,95. Peningkatan IPM ini diikuti oleh perkembangan reduksi shortfall sebagai indikator kecepatan pencapaian IPM ideal. Selama periode yang sama reduksi shortfall pada tahun 2010 -2011
sebesar 0,91 kemudian meningkat di tahun
2011-2012 menjadi 1,02. Hal ini memberikan indikasi bahwa kualitas penduduk pada tahun 2012 sudah semakin membaik dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan status pembangunan capaian IPM dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu kategori tinggi
(IPM>80),
(66
kategori
kategori
menengah menengah
atas bawah
(50
Sumedang
mencapai
72,42.
Hal
ini
ditunjang dengan semakin baiknya tingkat pendidikan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
53
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
dan
kemampuan
daya
beli.
Dimana
komponen
pendidikan, yaitu angka melek huruf pada tahun 2010 mencapai 97,73 persen dan daya beli mencapai 636,01 ribu rupiah. Sedangkan di Jawa Barat untuk komponen angka melek huruf dan daya beli pada tahun yang sama masing-masing hanya sebesar 96,18 persen dan 632,22 ribu. Namun pada tahun 2011 dan tahun
2012
capaian
IPM
Jawa
Barat
melebihi
Kabupaten Sumedang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang dan Jawa Barat Tahun 2010 – 2012 Komponen Satuan 2010 Angka Harapan Hidup tahun 67,42 Angka Melek Huruf persen 97,73 Rata-rata Lama Sekolah tahun 7,93 Standar Hidup Layak (000 Rp) 636,01
2011 2012**) 67,52 67,63 97,75 97,82 7,94 7,96 638,36
640,82
Indeks Kesehatan
70,70
70,87
71,05
Indeks Pendidikan
82,78
82,81
82,90
Indeks Daya Beli
63,78
64,33
64,90
IPM Kab. Sumedang
72,42
72,67
72,95
IPM Jawa Barat
72,29
72,73
73,12
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Catatan : **) angka sementara
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan manusia dipandang dari jarak antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM=100) disebut nilai reduksi
shortfall. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan asumsi, laju pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
54
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
tidak bersifat linear, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Perkembangan nilai reduksi shortfall Kabupaten Sumedang pada tahun 2011-2012 mengalami peningkatan. Di tahun 2011 nilai reduksi shortfall sebesar 0,91 secara perlahan naik di tahun 2012 menjadi 1,02, artinya selama periode tersebut IPM semakin mendekat dari nilai idealnya, hal ini menunjukkan kualitas hidup penduduk pada periode tersebut semakin baik. Perkembangan reduksi shortfall di Jawa Barat pada tahun 2011 mencapai 1,58 dan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi 1,40, sedangkan angka IPM nya mengalami peningkatan. Hal ini memberi indikasi meski kualitas penduduk sudah semakin membaik, namun capaian peningkatan kualitas hidupnya bergerak lambat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.1 dan 4.2 berikut.
Reduksi Shortfall
Grafik 4.1 Perkembangan Nilai Reduksi Shortfall di Kabupaten Sumedang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2011-2012 2 1,5 1 0,5 0
2011
2012**)
Kab SMD
0,91
1,02
Jabar
1,58
1,4
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Catatan : **) Angka Sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
55
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Grafik 4.2 Perkembangan Nilai IPM di Kabupaten Sumedang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2011-2012
IPM
73,2 73,1 73 72,9 72,8 72,7 72,6 72,5 72,4
2011
2012**)
Kab SMD
72,67
72,95
Jabar
72,73
73,12
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang Catatan : **) Angka Sementara
IPM merupakan komposit dari tiga komponen, yaitu kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan (angka melek hurup dan rata-rata lama sekolah) dan daya
beli
2011-2012, mengalami peningkatan
masyarakat. IPM
Kabupaten
peningkatan. di
Selama Hal
masing-masing
periode
tahun
Sumedang
terus
ini
terlihat
dari
komponen
IPM,
seperti : angka harapan hidup meningkat sebesar 0,11 poin, angka melek huruf meningkat sebesar 0,07 poin, rata-rata lama sekolah meningkat sebesar 0,02 poin dan pengeluaran riil perkapita meningkat sebesar 2,46 poin.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
56
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Perkembangan komponen IPM tahun 2012:
AHH sebesar 67,63 tahun AMH sebesar 97,82 persen
RLS sebesar 7,96 tahun
Daya Beli 640,82 ribu rupiah
4.2. Perkembangan Komponen IPM Pada sub bab ini akan dibahas mengenai perkembangan dan faktor–faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan komponen indeks pembangunan manusia. 4.2.1. Angka Harapan Hidup Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu negara. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari tingkat mortalitas dan morbiditas
penduduk.
Pembangunan
kesehatan
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dengan menurunkan angka kematian khususnya
angka
kematian bayi, angka kematian ibu, dan angka kematian balita. Selain itu perlu ditargetkan pula upaya meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan perilaku sehat pada masyarakat. Angka harapan hidup didefinisikan sebagai ratarata jumlah tahun yang akan dijalani oleh seseorang sejak orang tersebut lahir. Angka harapan hidup sering digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah
dalam
meningkatkan
kese-
jahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan proIndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
57
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
gram sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan. Idealnya berdasarkan (Age
Angka Angka
Harapan Kematian
Hidup
dihitung
Menurut
Umur
Specific Death Rate/ASDR) yang datanya
diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak. Pencapaian
angka
harapan
hidup
(AHH)
masyarakat Kabupaten Sumedang tahun 2010 sebesar 67,42 tahun meningkat sedikit dibandingkan dengan tahun 2011, yaitu 67,52 tahun atau naik 0,10 poin.
Pada
tahun
2012
angka
harapan
hidup
mencapai 67,63 tahun atau mengalami kenaikkan sebesar 0,11 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan angka harapan hidup tiap tahun tidak terlepas dari berbagai aspek pendukung seperti ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat, dan faktor lingkungan seperti perumahan, sanitasi dan kebiasaan hidup masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
58
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Grafik 4.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Sumedang dan Propinsi Jawa Barat Tahun 2010-2012 Kabupaten Sumedang 68,2 67,42
2010
Propinsi Jawa Barat 68,4
67,52
2011
68,61
67,63
2012
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang
Walaupun angka harapan hidup Kabupaten Sumedang tiap tahun mengalami peningkatan tetapi masih dibawah angka harapan hidup Jawa Barat. Pada tahun 2010-2012 angka harapan hidup Jawa Barat masing-masing mencapai 68,20 tahun, 68,40 tahun dan 68,61 tahun. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah daerah untuk lebih meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Angka
Kematian
Bayi
(AKB)
merupakan
komponen dalam menentukan tinggi atau rendahnya angka harapan hidup. AKB menunjukan besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per seribu kelahiran hidup. Pemerintah daerah terus berupaya dalam menekan AKB setiap tahunnya. Usaha dari pemerintah daerah melalui
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
59
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
penambahan sarana kesehatan di setiap kecamatan, seperti puskesmas dan puskesmas pembantu yang nantinya akan mempermudah penduduk dalam mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah dan murah. Usaha lain dari pemerintah daerah melalui penambahan tenaga medis sehingga pelayanan kesehatan terutama pemeriksaan ibu hamil dan pertolongan kelahiran akan terlayani oleh tenaga medis. Dengan demikian diharapkan adanya peningkatan kualitas kesehatan di masyarakat. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran dari masyarakat untuk memanfaatkan sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di daerah. Besarnya angka kematian bayi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan keluarga terutama ibu, perilaku hidup sehat, kebersihan, dan kesehatan lingkungan serta sarana pelayanan kesehatan yang tersedia. Selain faktor-faktor diatas, tinggi rendahnya AKB
juga
dipengaruhi
oleh
masa
persalinan,
pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan, serta pemberian imunisasi. Oleh karena itu,
lamanya
pemberian ASI dan kelengkapan pemberian imunisasi perlu diperhatikan. Rendahnya
tingkat
penggunaan
maupun
pelayanan kesehatan, kekurangan gizi, tercemarnya lingkungan serta rendahnya pendidikan para ibu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi AKB. Oleh sebab itu, upaya untuk menurunkan AKB adalah meIndeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
60
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
lalui peningkatan pendidikan bagi kaum perempuan. Diharapkan budaya yang memprioritaskan pendidikan anak laki-laki dibanding perempuan, yang masih dianut sebagian masyarakat harus dihilangkan. Dengan demikian kesenjangan kualitas SDM antara perempuan dan laki-laki tidaklah terlalu lebar. Angka kematian bayi Jawa Barat pada tahun 2012
mencapai
30
per
1000
kelahiran
hidup
(SDKI-2012). Berarti secara rata-rata setiap 1000 kelahiran hidup masih terdapat sebanyak 30 bayi diperkirakan meninggal. Apabila diklasifikasikan AKB Jawa Barat masuk ke dalam wilayah intermidiate-rock artinya daerah yang mempunyai AKB antara 30-100 per seribu kelahiran hidup. Upaya untuk menurunkan AKB di daerah intermediate-rock melalui perubahan sosial masyarakat. 4.2.2 Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) didefinisikan sebagai persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana. AMH dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD. AMH juga dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
61
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
media.
Disamping
itu
dapat
digunakan
untuk
menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan
intelektual
sekaligus
kontribusi
terhadap pembangunan daerah. Sebaliknya angka buta huruf menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai pendidikan. Angka Buta Huruf ini juga merupakan cerminan besar kecilnya perhatian pemerintah, baik pusat maupun lokal terhadap pendidikan penduduknya. Disamping itu AMH dapat menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media. Angka melek huruf didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan dengan seratus. Angka melek huruf di Kabupaten Sumedang selama
3
tahun
(2010-2012)
terus
mengalami
peningkatan. Hal tersebut merupakan upaya serius dari
pemerintah
Kabupaten
Sumedang
untuk
membebaskan penduduknya dari buta huruf. Pada tahun 2012 angka melek huruf mencapai 97,82 persen. Angka tersebut menyatakan bahwa sebanyak 97,82 persen penduduk Kabupaten Sumedang usia 15
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
62
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
tahun ke atas telah bisa membaca dan menulis. Dengan kata lain hanya sebesar 2,18 persen penduduk Kabupaten Sumedang usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. Pada tahun 2011 angka melek huruf sebesar 97,75 persen dengan atau hanya 2,25 persen yang buta aksara dan pada tahun 2010 angka melek huruf sebesar 97,73 persen berarti hanya 2,27 persen yang buta aksara. Walaupun AMH tiap tahun mengalami peningkatan kita berharap AMH Kabupaten Sumedang bisa mencapai 100 persen, dimana tidak ada lagi penduduk Kabupaten Sumedang yang tidak dapat membaca dan menulis. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini Tabel 4.2 Angka Melek Huruf Kabupaten Sumedang Tahun 2010-2011 Tahun
Angka Melek Huruf
2010
97,73
2011
97,75
2012
97,82
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas maka diperlukan suatu upaya yang terencana dan berkesinambungan agar pembangunan pendidikan di Kabupaten Sumedang dapat menuntaskan permasalahan pendidikan. Upaya untuk meningkatkan AMH dapat melalui jalur pendidikan luar sekolah; seperti kejar paket A, kejar Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
63
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
paket B dan kejar paket C, atau melalui lembaga keagamaan; pesantren, majelis ta’lim dan TPA. Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2012 ada 2,18 persen yang tidak dapat membaca dan menulis. Hal ini berpeluang terjadi pada kelompok masyarakat yang sudah tua atau yang sudah bekerja. Mereka beranggapan tidak memerlukan lagi bisa membaca dan menulis karena sudah mempunyai pekerjaan. Oleh karena itu perlu disusun strategi intervensi penanganan buta huruf sehingga kedepannya tidak lagi menjadi beban dalam pencapaian pembangunan di bidang pendidikan. Untuk mengetahui seberapa besar akses dari penduduk usia sekolah dapat menikmati pendidikan formal di sekolah
dapat
digunakan
salah
satu
indikator, yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS). Angka partisipasi sekolah menggambarkan cakupan pelayanan pendidikan untuk setiap kelompok usia sekolah dan menggambarkan jumlah anak kelompok usia
tertentu
yang
sedang
bersekolah
tanpa
membedakan jenjang pendidikan yang ditempuh. Untuk melihat perkembangan APS Kabupaten Sumedang pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
64
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Tabel 4.3 Angka Partisipasi Sekolah per Jenis Kelamin di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Angka PartisiLaki-laki Perempuan pasi Sekolah
L+P
APS APS APS APS
98,66 92,44 59,83 18,14
usia usia usia usia
7-12 13-15 16-18 19-24
98,16 91,07 64,52 38,71
99,17 93,99 54,88 10,20
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang
Berdasarkan pada Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa APS penduduk perempuan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan APS penduduk laki-laki pada kelompok umur pendidikan SD dan SLTP. Hal yang berbeda terjadi pada kelompok umur pendidikan SLTA ke atas dimana APS penduduk laki-laki lebih besar dari APS penduduk perempuan. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan gender untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi.
4.2.3 Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun
ke
atas
untuk
menempuh
semua
jenis
pendidikan formal yang pernah dijalani. Tingginya angka Rata‐rata Lama Sekolah (MYS) menunjukkan jenjang
pendidikan yang pernah/sedang diduduki
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
65
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
oleh seseorang. Semakin tinggi angka MYS maka semakin
lama/tinggi
jenjang
pendidikan
yang
ditamatkannya. Angka rata-rata sekolah dapat digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam Pendidikan Formal. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Peranan Pemerintah daerah dan kesadaran masyarakat akan pentingnya bersekolah perlu terus digalakan dan disosialisasikan agar dalam jangka panjang dapat terwujud SDM yang berkualitas. Kenaikkan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sumedang selama 3 tahun (2010-2012) dirasakan sangat lambat, yaitu hanya sebesar 0,03 tahun atau 0,01 poin per tahun. Hal ini merupakan tantangan bagi pemda khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang dalam meningkatkan rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Sumedang pada tahun 2010 sebesar 7,93 tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa rata-rata tingkat pendidikan masyarakat Kabupaten Sumedang setara dengan lulus kelas dua sekolah menengah pertama. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011 dan 2012 dimana masing-masing rata-rata lama sekolahnya hanya mencapai 7,94 dan 7,96 tahun. Di sisi lain pemerintah te-
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
66
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
lah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun atau pendidikan dasar hingga tingkat SLTP. Hal ini menandakan bahwa ada sebagian penduduk Kabupaten Sumedang usia 15 tahun ke atas yang tidak tamat sekolah dasar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.4 di bawah ini Grafik 4.4 Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Sumedang Tahun 2010—2012
Rata-Rata Lama Sekolah 7,96 7,94 7,93
2010
2011
2012
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang
Bila dilihat Grafik 4.4 di atas, kenaikkan rata-rata lama sekolah tiap tahunnya tidak terlalu signifikan, tiap tahunnya hanya mengalami kenaikkan sebesar 0,02. Untuk itu diperlukan komitmen dari pemerintah daerah untuk menekan angka putus sekolah (drop out) dan kesadaran dari masyarakat akan pentingnya bersekolah perlu terus digalakan dan disosialisasikan agar dalam jangka panjang terwujud sumber daya manusia yang berkualitas. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
67
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Bila dilihat dari angka rata-rata lama sekolah tahun 2012 sebesar 7,96 tahun hal ini menunjukkan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Sumedang hanya mampu menamatkan pendidikan sampai dengan kelas 2 SLTP. Kondisi tersebut sesuai dengan tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 10 tahun Ke Atas Menurut Ijazah yang Dimiliki Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Pendidikan yang ditamatkan
L
p
L+P
TidaK/Belum Tamat SD
12,82
13,52
13,17
SD/Sederajat
44,38
48,97
46,68
SMP/Sederajat
20,47
19,39
19,93
SMA/Sederajat
18,14
13,87
16,00
Diploma ke atas
4,19
4,25
4,22
Jumlah
100
100
100
Sumber : BPS Kabupaten Sumedang
4.2.4 Standar Hidup Layak Dimensi standar hidup layak yang direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan (daya beli) merupakan ukuran kemampuan masyarakat dalam
membelanjakan uangnya untuk
barang dan jasa. Kemampuan ini
sangat dipengaruhi
oleh harga-harga riil antar wilayah karena nilai tukar
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
68
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
yang digunakan dapat menurunkan atau menaikkan nilai daya beli. Dengan demikian
kemampuan daya
beli masyarakat antar satu wilayah dengan wilayah lain berbeda sehingga kemampuan daya beli masyarakat antar wilayah belum dapat dibandingkan secara langsung dan oleh karena itu perlu dibuat standarisasi. Daya beli masyarakat Kabupaten Sumedang pada tahun 2010-2012 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 daya beli masyarakat hanya sebesar Rp. 636,01 ribu meningkat 4,81 poin di tahun 2012 menjadi Rp. 640,80 ribu. Hal ini sejalan dengan membaiknya perekonomian secara nasional. Demikian juga dengan tahun 2011 kondisi daya beli masyarakat Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan
se-
besar 2,35 poin bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Daya beli masyarakat Kabupaten Sumedang pada tahun 2011 sebesar Rp. 638,36 ribu. Untuk Lebih jelasnya perkembangan daya beli masyarakat dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4.5 Daya Beli dan PDRB Per Kapita Masyarakat kabupaten Sumedang Tahun 2010 – 2012 (dalam ribuan) Tahun
Daya Beli
2010 2011 2012
636,01 638,36 640,82
PDRB Per Kapita 5.128,68 5.281,07 5.486,41
Sumber: BPS Kabupaten Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
69
CAPAIAN IPM KABUPATEN SUMEDANG
Dari Tabel 4.4 di atas dapat terlihat bahwa kenaikkan daya beli masyarakat sejalan dengan kenaikkan
PDRB
per
kapita.
Namun
demikian
kenaikkan daya beli lebih lambat dengan kenaikkan PDRB per kapita. Dalam meningkatkan daya beli masyarakat maka pemerintah daerah harus berupaya untuk menciptakan lapangan kerja yang sebayak-banyaknya dan menekan angka pengangguran serta mengurangi jumlah masyarakat miskin. Dengan meningkatkan pendapatan masyarakat akan terpenuhi kebutuhan dasar yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya beli masyarakat. Bantuan dari pemerintah pusat dalam menyalurkan beras murah untuk msyarakat miskin dan penyaluran bantuan khusus berupa PKH disinyalir dapat mendongkrak daya beli masyarakat Kabupaten Sumedang. Hal ini dapat terlihat dari pengeluaran konsumsi rumah tangga yang semakin besar. Demikian juga peranan dari pemerintah dalam menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok diduga kuat akan meningkatkan daya beli dari masyarakat.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
70
KESIMPULAN DAN SARAN
5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Dalam mengevalusi pembangunan diperlukan
suatu
ukuran
standar
manusia
yang
dapat
mengukur kualitas manusia. Alat ukur yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas hidup manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Disamping itu IPM digunakan sebagai salah satu ukuran kinerja pemerintah daerah, khususnya dalam hal evaluasi proses pembangunan SDM-nya. IPM menjelaskan tentang bagaimana manusia mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu proses pembangunan, sebagai bagian dari haknya seperti dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pencapaian IPM di tahun sekarang merupakan pencapaian
dari
proses
pembangunan
yang
berlangsung secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang sangat panjang. Dengan demikian yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan IPM dari tahun ke tahun bukan sekedar dari nilai absolut IPM. Potret dari pembangunan manusia Kabupaten Sumedang
selama
tiga
tahun
terus
mengalami
peningkatan. Peningkatan terjadi di semua komponen IPM.
Bila
dibandingkan
antar
komponen
maka
peningkatan yang paling besar terjadi di komponen daya beli.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
71
KESIMPULAN DAN SARAN
Bedasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Perkembangan IPM Kabupaten Sumedang selama tiga tahun (2010-2012) mengalami peningkatan sebesar 0,53 poin. Pada tahun 2010 capaian IPM sebesar 72,42 kemudian mengalami peningkatan di tahun 2012 menjadi 72.95.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
pembangunan di Kabupaten Sumedang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 2.
Peningkatan IPM Kabupaten Sumedang tahun 2012
diikuti
dengan
kenaikan
beberapa
komponen IPM seperti; angka harapan hidup sebesar 67,63 tahun, angka melek huruf
se-
besar 97,82 persen, angka rata-rata lama sekolah 7,96 tahun dan daya beli sebesar 640,82 ribu rupiah. 3.
Kecepatan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia
pada
posisi
ideal
(IPM=100)
Kabupaten Sumedang selama tahun 2011-2012 cenderung meningkat dibandingkan kecepatan pencapaian IPM tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada nilai reduksi shortfall tahun 20112012 yang sebesar 1,02 sedangkan reduksi
shortfall tahun 2010-2011 sebesar 0,91.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
72
KESIMPULAN DAN SARAN
5.2
Saran
1.
Angka harapan hidup dipengaruhi oleh adanya faktor pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku
masyarakat.
Perbaikan
pelayanan
kesehatan diarahkan untuk memperbaiki faktor lingkungan dan perilaku masyarakat. Perbaikan kualitas
berbagai
sarana
dan
prasarana
kesehatan diperlukan dalam rangka menunjang peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Hal urgent lain terkait poin ini adalah untuk lebih diintensifkan lagi tentang penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya kesehatan terutama kepada para ibu hamil. 2.
Untuk meningkatkan angka melek huruf masih diperlukan bantuan dari pemerintah seperti BOS, beasiswa keluarga miskin dan program keluarga harapan serta dikembangkan program pendidikan luar sekolah yang ditujukan untuk usia lanjut seperti kejar paket A dan kejar paket B, agar Kabupaten Sumedang terbebas dari buta huruf.
3.
Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penyediaan
lapangan
kerja
sebanyak-
banyaknya. Terciptanya lapangan kerja akan mempermudah masyarakat dalam memperoleh pekerjaan.
Dengan
diperoleh
pekerjaan
diharapkan dapat meningkatnya pendapatan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
73
KESIMPULAN DAN SARAN
masyarakat terhadap
sehingga
akan
peningkatan
daya
berpengaruh beli.
Tingkat
pendidikan seseorang berperan juga dalam menentukan lapangan pekerjaannya.
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
74
LAMPIRAN—LAMPIRAN
L
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Jumlah Sarana Kesehatan Per Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012
Puskesmas
Balai
4
Pembantu 5
Pengobatan 6
1 1 1 1 1 -
1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1
1 2 2 1 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 3 2 3 7 1
1 1 1 1 1 1 -
Sumedang
6
32
69
6
Sumedang 2011
6
26
69
6
No.
Kecamatan
Pusk. DTT
Puskesmas
1
2
3
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Rancakalong Pamulihan Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
76
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Jumlah Tenaga Media, Paramedis dan Non Medis Per Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012
No.
Kecamatan
1
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Medis Dokter Dokter
Paramedis Bidan
Perawat
5
6
Bidan
Umum 3
Gigi 4
3 1 2 2 1 4 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 3 1 2 -
2 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 -
7 3 12 3 5 3 6 12 2 3 2 5 5 3 5 3 4 6 5 3 3 2 2 2 5 2
22 7 26 7 17 13 21 29 7 14 11 18 6 12 9 14 14 13 15 11 14 15 24 8 24 9
15 13 15 7 13 8 14 14 7 13 10 13 6 8 8 11 9 8 11 12 13 7 7 9 9 7
6 3 8 3 5 4 7 12 2 4 1 7 3 6 4 3 5 2 5 4 4 4 7 3 9 3
Sumedang
41
19
113
380
267
124
Sumedang 2011
70
21
421
723
298
119
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Pamulihan Rancakalong Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
Desa 7
Non Medis 8
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
77
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Jumlah Sarana Pendidikan Per Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 Kecamatan
Jumlah TK
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/MA/ SMK
1
2
3
4
5
6
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Rancakalong Pamulihan Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
31 21 33 9 13 23 26 33 10 22 7 15 3 11 18 5 8 10 11 33 31 10 16 7 9 5
35 32 30 12 29 26 46 42 14 26 23 35 17 33 32 24 19 21 20 20 33 10 28 22 26 11
12 10 14 2 5 10 13 7 3 5 3 5 4 8 7 3 4 3 5 5 6 3 6 4 5 2
10 9 13 2 4 3 6 22 1 5 3 2 3 1 2 1 0 3 2 1 4 2 3 1 2 0
Sumedang
420
666
154
105
Sumedang 2011
389
664
157
92
No.
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
78
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Jumlah Tenaga Pendidik Per Kecamatan di kabupaten Sumedang Tahun 2012
No.
Kecamatan
Guru TK (negeri/ swasta)
Guru SD (negeri/ swasta)
Guru SLTP (negeri/ swasta)
Guru SLTA (negeri/ swasta)
1
2
3
4
5
6
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Rancakalong Pamulihan Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
67 53 56 22 10 40 87 71 10 55 13 20 2 10 17 9 9 17 14 38 58 29 37 9 20 8
276 347 391 151 269 274 545 515 173 281 141 302 184 377 325 187 151 218 219 231 424 145 286 227 257 98
216 181 169 27 97 108 339 147 50 122 74 54 54 99 83 54 52 58 74 92 110 35 79 18 80 6
177 117 168 24 37 1 100 237 0 66 5 51 7 5 42 0 33 12 47 0 124 0 33 0 7 0
781
6.994
2.505
1293
1.231
9.048
3.392
2409
Sumedang Sumedang 2011
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
79
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Lanjutan
3
Guru MI (negeri/ swasta) 4
Guru MTs (negeri/ swasta) 5
Guru MA (negeri/ swasta) 6
10 6 10 3 7 7 10 9 7 10 2 9 1 8 11 1 5 5 7 6 15 1 6 4 3 2
58 24 44 16 0 41 16 57 17 6 10 19 0 51 39 5 11 5 14 15 46 0 65 44 0 0
37 41 113 23 30 99 27 43 6 23 0 42 13 23 44 0 26 38 46 59 81 30 70 37 34 14
25 0 65 32 0 44 18 54 16 0 0 14 0 0 13 0 0 0 19 0 60 0 40 0 16 0
Sumedang
165
603
999
416
Sumedang 2011
518
611
850
303
No.
Kecamatan
1
2
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Rancakalong Pamulihan Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
Guru RA (swasta)
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
80
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Jumlah Siswa Putus (Drop out) Sekolah Per Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2012 SD
SMK
(negeri/ swasta)
SLTP (negeri/ swasta)
SLTA (negeri/ swasta)
(negeri/ swasta)
2
3
4
5
6
Jatinangor Cimanggung Tanjungsari Sukasari Rancakalong Pamulihan Sumedang Selatan Sumedang Utara Ganeas Situraja Cisitu Darmaraja Cibugel Wado Jatinunggal Jatigede Tomo Ujungjaya Conggeang Paseh Cimalaka Cisarua Tanjungkerta Tanjungmedar Buahdua Surian
52 23 1 1 5 4 1 5 7 1 6 1 5 12 -
2 102 3 46 -
7 2 13 16 2 -
6 33 18 17 8 6 -
Sumedang
124
176
40
88
Sumedang 2011
21
121
75
96
No.
Kecamatan
1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Sumedang
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
81
LAMPIRAN—LAMPIRAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SUMEDANG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2008 - 2012 (JUTA RUPIAH) LAPANGAN USAHA
2008
2009
2010
2011 *)
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan
2012 **) (7)
2,984,417.81
3,247,566.44
3,528,780.44
3,899,616.43
4,232,979.96
2,239,659.76
2,450,375.45
2,673,849.69
2,980,871.81
3,250,772.13
b. Tanaman Perkebunan
175,802.60
185,985.12
194,019.68
201,992.85
208,053.84
c. Peternakan
435,398.17
476,843.97
516,040.55
562,271.76
609,241.70
66,125.06
61,422.60
64,622.72
66,953.52
d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas
72,939.29
80,247.81
87,526.48
96,471.07
14,369.04
15,234.05
16,040.78
16,847.41
-
a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
-
-
-
-
-
15,234.05
16,040.78
16,847.41
2,399,351.78
2,604,459.49
2,815,681.15
3,045,083.09
3,307,884.39
-
-
-
2,604,459.49
2,815,681.15
3,045,083.09
3,307,884.39
273,611.71
290,426.09
333,521.73
386,024.09
449,810.93
269,040.98
285,546.38
328,308.97
380,727.59
444,339.22
-
-
-
-
4,570.73
4,879.71
5,212.76
5,296.50
5,471.71
222,446.91
247,093.32
281,711.09
314,193.90
348,841.47
2,676,178.27
2,916,630.96
3,261,150.95
3,654,858.52
4,123,623.32
2,176,665.64
2,358,443.14
2,641,456.32
2,965,382.93
3,366,491.37
5,130.49
5,557.71
6,275.21
7,143.25
8,022.01
494,382.14
552,630.11
613,419.42
682,332.34
749,109.94
448,048.01
482,502.78
525,676.10
575,430.91
633,027.51
380,106.06
406,552.72
438,325.94
471,947.17
512,206.33
367,489.45
-
-
393,052.06
423,710.12
456,555.25
-
-
-
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
-
-
-
-
b. Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN a. Bank b. Lembaga Keuangan tanpa Bank d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan
-
2,399,351.78
-
6. Jasa penunjang Angkutan
-
14,369.04
3. Angkutan Laut 5. Angkutan Udara
-
14,600.08 -
b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
68,441.22
67,432.22 14,600.08
-
-
-
-
-
496,109.32 -
12,616.61
13,500.66
14,615.82
15,391.92
16,097.01
67,941.95
75,950.06
87,350.17
103,483.74
120,821.18
434,493.85
478,661.34
527,246.04
582,475.77
649,214.39
188,281.43
209,728.54
237,035.20
267,897.18
306,655.51
32,198.47
36,801.07
40,510.62
45,383.16
50,318.29
206,514.92
223,964.23
240,985.51
259,896.83
282,319.22
7,499.02
8,167.50
8,714.72
9,298.60
9,921.37
847,794.03
906,458.08
976,681.94
1,058,054.76
1,161,488.79
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan
626,346.44
665,117.28
715,134.10
774,294.57
850,125.84
b. Swasta
221,447.59
9. JASA-JASA
241,340.80
261,547.83
283,760.18
311,362.95
121,953.17
133,480.84
145,173.76
158,378.72
174,328.84
2. Hiburan & Rekreasi
12,730.65
13,926.50
15,207.73
16,776.97
18,642.29
3. Perorangan & Rumahtangga
86,763.78
93,933.46
101,166.34
108,604.50
118,391.82
PDRB DENGAN MIGAS
10,300,942.44
11,188,167.53
12,265,683.51
13,531,778.23
14,923,718.17
PDRB TANPA MIGAS
10,300,942.44
11,188,167.53
12,265,683.51
13,531,778.23
14,923,718.17
1. Sosial Kemasyarakatan
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
82
LAMPIRAN—LAMPIRAN
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN SUMEDANG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2008 - 2012 (JUTA RUPIAH) LAPANGAN USAHA
2008
2009
2010
2011 *)
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan
2012 **) (7)
1,377,846.15
1,445,267.32
1,454,621.95
1,472,831.59
1,489,119.44
1,012,582.99
1,069,636.76
1,067,282.44
1,073,059.42
1,076,539.27
92,137.56
93,962.08
93,802.34
92,430.99
91,648.21
212,857.33
223,298.40
232,699.26
244,037.22
254,958.24
d. Kehutanan
34,055.56
31,118.01
31,771.49
32,221.43
32,498.78
e. Perikanan
26,212.71
27,252.06
29,066.41
31,082.54
33,474.94
6,210.65
5,965.83
6,157.33
6,330.82
6,507.43
c. Peternakan
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi
-
-
-
-
b. Pertambangan tanpa Migas
-
-
-
-
c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas
a. Listrik b. Gas c. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
5,965.83
6,157.33
6,330.82
6,507.43
1,374,013.29
1,435,569.09
1,506,155.51
1,571,607.28
-
-
-
1,374,013.29
1,435,569.09
1,506,155.51
1,571,607.28
131,785.92
138,127.44
146,045.95
154,664.21
164,628.56
128,574.78
134,701.56
142,676.74
151,327.84
161,221.55
-
-
-
-
3,211.14
3,425.88
3,369.22
3,336.37
3,407.01
130,214.98
141,367.64
157,483.55
171,045.38
183,084.19
1,375,922.13
1,444,602.42
1,534,824.05
1,647,358.99
1,762,499.49
1,093,531.42
1,142,824.02
1,211,736.31
1,299,406.01
1,394,244.71
2,378.31
2,525.22
2,707.29
2,934.45
299,253.18
320,380.45
345,018.53
365,074.91
198,109.35
210,662.64
224,684.38
240,936.00
162,916.75
171,507.36
180,145.24
190,966.79
154,504.01 147,775.80
-
-
155,892
164,185.53
172,676.25
-
-
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
-
-
-
-
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
3,179.87
280,012.39
-
b. Komunikasi
-
186,259.70
-
6. Jasa penunjang Angkutan
-
1,320,213.71
3. Angkutan Laut 5. Angkutan Udara
-
6,210.65 1,320,213.71 -
b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
-
183,412.51 -
-
-
-
-
-
6,728.21
7,024.68
7,321.82
7,468.99
7,554.28
31,755.70
35,192.60
39,155.29
44,539.14
49,969.21
212,860.83
224,765.50
238,172.95
252,949.80
271,910.23
a. Bank
52,686.34
57,306.72
63,043.70
69,355.00
77,516.33
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
17,457.34
19,099.97
20,586.52
22,173.10
23,471.55
138,419.03
143,802.25
149,726.90
156,331.85
165,624.11
4,298.12
4,556.56
4,815.83
5,089.85
5,298.24
395,505.65
409,363.20
425,201.05
443,071.94
464,295.25
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan
266,563.06
274,653.25
283,277.36
292,522.88
304,447.54
b. Swasta
128,942.59
134,709.95
141,923.69
150,549.06
159,847.71
67,794.92
70,872.90
75,268.31
80,946.02
86,071.18
d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA
1. Sosial Kemasyarakatan 2. Hiburan & Rekreasi
8,091.41
8,469.80
8,818.76
9,316.79
9,728.32
53,056.25
55,367.25
57,836.63
60,286.25
64,048.21
PDRB DENGAN MIGAS
5,136,819.72
5,381,581.99
5,608,738.56
5,879,092.62
6,154,587.87
PDRB TANPA MIGAS
5,136,819.72
5,381,581.99
5,608,738.56
5,879,092.62
6,154,587.87
3. Perorangan & Rumahtangga
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
83
LAMPIRAN—LAMPIRAN
LAJU PDRB KABUPATEN SUMEDANG ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2006 - 2010 (PERSEN) LAPANGAN USAHA
2008
2009
2010
2011 *)
2012 **)
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. PERTANIAN
13.84
8.82
8.66
10.51
8.55
a. Tanaman Bahan Makanan
11.55
9.41
9.12
11.48
9.05
b. Tanaman Perkebunan
15.61
5.79
4.32
4.11
3.00
c. Peternakan
24.41
9.52
8.22
8.96
8.35
d. Kehutanan
16.57
(7.11)
5.21
3.61
2.22
e. Perikanan
22.67
8.17
10.02
9.07
10.22
13.37
(1.58)
6.02
5.30
5.03
a. Minyak & Gas Bumi
-
-
-
-
-
b. Pertambangan tanpa Migas
-
-
-
-
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas
(1.58)
6.02
5.30
5.03
8.55
8.11
8.15
8.63
-
b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a. Listrik b. Gas
-
-
-
-
12.63
8.55
8.11
8.15
8.63
10.81
6.15
14.84
15.74
16.52
10.88
6.13
14.98
15.97
16.71
-
-
-
c. Air Bersih
-
13.37 12.63
-
-
6.76
6.76
6.83
1.61
3.31
5. BANGUNAN
16.13
11.08
14.01
11.53
11.03
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN
14.88
8.98
11.81
12.07
12.83
a. Perdagangan Besar & Eceran
13.99
8.35
12.00
12.26
13.53
b. Hotel
18.28
8.33
12.91
13.83
12.30
c. Restoran
18.97
11.78
11.00
11.23
9.79
19.75
7.69
8.95
9.46
10.01
19.38
6.96
7.82
7.67
8.53
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya
19.53
6.96
7.80
7.75
8.66
3. Angkutan Laut
-
-
-
-
-
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
-
-
-
-
-
5. Angkutan Udara
-
-
-
-
6. Jasa penunjang Angkutan b. Komunikasi
15.05
7.01
8.26
5.31
4.58
21.92
11.79
15.01
18.47
16.75
13.58
10.17
10.15
10.48
11.46
a. Bank
19.71
11.39
13.02
13.02
14.47
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
16.34
14.29
10.08
12.03
10.87
8.14
8.45
7.60
7.85
8.63
13.36
8.91
6.70
6.70
6.70
13.76
6.92
7.75
8.33
9.78
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan
13.73
6.19
7.52
8.27
b. Swasta
13.86
8.98
8.37
8.49
9.73
18.13
9.45
8.76
9.10
10.07
2. Hiburan & Rekreasi
9.37
9.39
9.20
10.32
11.12
3. Perorangan & Rumahtangga
8.98
8.26
7.70
7.35
9.01
PDRB DENGAN MIGAS
14.02
8.61
9.63
10.32
10.29
PDRB TANPA MIGAS
14.02
8.61
9.63
10.32
10.29
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
d. Sewa Bangunan e. Jasa Perusahaan 9. JASA-JASA
1. Sosial Kemasyarakatan
9.79
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
84
LAMPIRAN—LAMPIRAN
LAJU PDRB KABUPATEN SUMEDANG ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 - 2011 (PERSEN) LAPANGAN USAHA
2008
2009
2010
2011 *)
2012 **)
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1. PERTANIAN
3.86
4.89
0.65
a. Tanaman Bahan Makanan
4.02
5.63
(0.22)
0.54
0.32
b. Tanaman Perkebunan
2.61
1.98
(0.17)
(1.46)
(0.85)
c. Peternakan
3.82
4.91
4.21
4.87
4.48
d. Kehutanan
4.18
(8.63)
2.10
1.42
e. Perikanan
2.46
3.97
6.66
6.94
7.70
4.81
(3.94)
3.21
2.82
2.79
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak & Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas
-
a. Listrik b. Gas
4.48
4.92
4.35
-
-
-
4.08
4.48
4.92
4.35
4.81
5.73
5.90
6.44
5.65
4.77
6.06
6.54
8.56
5.02
4.99
4.47
4.51
b. Hotel
9.88
6.18
5.92 (1.65)
-
2.12
11.40
8.61
7.04
6.25
7.33
6.99
6.03
7.24
7.30
7.21
8.39
8.36
7.19
6.87
7.06
7.69
5.81
6.43
6.36
6.34
6.66
7.23
5.18
5.45
5.27
5.04
6.01
5.16
5.49
5.32
5.17
-
-
-
-
4. Angkutan Sungai, Danau & Penyeberangan
-
-
-
-
5. Angkutan Udara
-
-
-
-
b. Komunikasi
-
(0.97)
3. Angkutan Laut
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN
-
4.37 5.59
7.94
6. Jasa penunjang Angkutan
-
4.08
a. Perdagangan Besar & Eceran
2. Angkutan Jalan Raya
-
4.37
6. PERDAG., HOTEL & RESTORAN
1. Angkutan Rel
-
2.79
5. BANGUNAN
a. Pengangkutan
2.82
6.69
c. Restoran
3.21
3.10
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
-
0.86
(3.94)
-
c. Air Bersih
-
1.11
4.81 -
b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
-
1.25
6.22 -
5.57
4.41
4.23
2.01
1.14
12.98
10.82
11.26
13.75
12.19
5.51
5.59
5.97
6.20
7.50
a. Bank
9.64
8.77
10.01
10.01
11.77
b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
9.32
9.41
7.78
7.71
5.86
d. Sewa Bangunan
3.54
3.89
4.12
4.41
5.94
e. Jasa Perusahaan
6.63
6.01
5.69
5.69
4.09
3.52
3.50
3.87
4.20
4.79
a. Pemerintahan Umum & Pertahanan
3.19
b. Swasta
9. JASA-JASA
3.04
3.14
3.26
4.08
4.20
4.47
5.36
6.08
6.18
1. Sosial Kemasyarakatan
3.80
4.54
6.20
7.54
6.33
2. Hiburan & Rekreasi
4.51
4.68
4.12
5.65
4.42
3. Perorangan & Rumahtangga
4.66
4.36
4.46
4.24
6.24
PDRB DENGAN MIGAS
4.58
4.76
4.22
4.82
4.69
PDRB TANPA MIGAS
4.58
4.76
4.22
4.82
4.69
*) Angka Perbaikan **) Angka Sementara
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
85
LAMPIRAN—LAMPIRAN
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi JAWA BARAT Tahun 2011-2012
No
Provinsi
Rata-rata Angka Hara- Angka Melek Lama Sekopan Hidup Huruf lah (tahun)
(persen)
(tahun)
2011 2012 2011 2012 2011 2012 (1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
RePeringkat duksi IPM Sortfall
IPM
(ribu rupiah PPP) 2011
2012
(9)
(10)
2011 2012 2011 2012 (13)
(14)
(15)
JAWA BARAT
68,40 68,60 96,29 96,39 8,06
8,08 635,80 638,90 72,73 73,11
16
16
1,40
1
Bogor
69,28 69,70 95,09 95,27 7,99
8,00 631,63 634,52 72,58 73,08
13
12
1,83
2
Sukabumi
67,38 67,70 97,35 97,56 6,90
6,93 629,72 632,14 71,06 71,50
21
21
1,49
3
Cianjur
66,35 66,70 97,64 97,67 6,85
6,87 617,59 620,40 69,59 70,02
24
24
1,42
4
Bandung
69,10 69,17 98,75 98,78 8,46
8,47 642,00 645,17 74,43 74,73
9
9
1,18
5
Garut
66,00 66,39 98,96 98,98 7,37
7,37 638,77 641,28 71,70 72,12
17
17
1,48
6
Tasikmalaya
68,18 68,40 98,92 98,95 7,33
7,34 634,06 636,53 72,51 72,84
14
14
1,17
7
Ciamis
67,47 67,65 97,93 97,96 7,47
7,47 631,63 634,46 71,81 72,14
16
16
1,17
8
Kuningan
67,59 67,71 96,99 97,02 7,22
7,46 632,44 634,98 71,55 71,99
19
19
1,55
9
Cirebon
65,41 65,52 92,41 92,50 6,87
6,89 635,25 637,93 69,27 69,58
25
25
1,01
10 Majalengka
66,62 66,88 95,11 95,14 7,17
7,19 635,71 638,12 70,81 71,16
22
22
1,19
11 Sumedang
67,52 67,63 97,75 97,82 7,94
7,96 638,36 640,82 72,67 72,95
12
13
1,02
12 Indramayu
67,23 67,64 85,66 85,69 5,95
5,96 638,98 642,33 68,40 68,89
26
26
1,57
13 Subang
69,54 69,69 92,47 92,50 6,94
6,96 633,46 635,84 71,50 71,79
20
20
1,03
14 Purwakarta
67,35 67,64 96,07 96,65 7,44
7,57 635,21 638,28 71,59 72,21
18
15
2,19
15 Karawang
67,00 67,30 93,22 93,24 7,02
7,32 633,04 635,90 70,28 70,89
23
23
2,06
16 Bekasi
69,73 70,07 94,14 94,39 8,60
8,73 637,76 641,01 73,54 74,13
11
10
2,25
17 Kab Bandung Barat 68,68 68,71 99,11 99,14 8,11
8,11 639,14 641,72 73,80 74,03
10
11
0,86
18 Kota Bogor
68,97 69,07 98,79 98,97 9,80
9,81 651,25 655,00 76,08 76,47
4
4
1,63
19 Kota Sukabumi
69,70 69,96 99,67 99,72 9,35
9,36 638,41 641,18 75,36 75,73
7
7
1,52
20 Kota Bandung
69,78 69,85 99,70 99,72 10,45 10,62 640,65 644,48 76,39 76,86
3
3
1,98
21 Kota Cirebon
68,52 68,54 97,06 97,44 9,75 10,13 651,47 654,29 75,42 76,02
6
6
2,42
22 Kota Bekasi
69,70 69,76 98,56 98,57 10,58 10,84 646,92 650,45 76,68 77,17
2
2
2,13
23 Kota Depok
73,22 73,34 98,96 99,01 10,97 10,98 651,46 654,95 79,36 79,71
1
1
1,70
24 Kota Cimahi
69,25 69,32 99,74 99,80 10,61 10,61 637,86 640,62 76,01 76,28
5
5
1,11
25 Kota Tasikmalaya
70,23 70,60 99,57 99,75 8,85
8,88 633,13 636,11 74,85 75,35
8
8
1,96
26 Kota Banjar
66,38 66,49 97,30 97,33 8,12
8,12 635,10 637,86 71,82 72,10
15
18
1,01
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Sumedang Tahun 2013
(11)
(12)
20112012
86