perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010
SKRIPSI
Disusun Oleh Dias Prastia Tutik X7406066
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010
Oleh : DIAS PRASTIA TUTIK X 7406066
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan, Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Dias
Prastia
Tutik,
Sebelas Maret, Desember 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a) Kepercayaan, b) Pengambilan keputusan, c) Kejujuran, d) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, e) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, f) Perhatian pada kinerja tinggi. (2) Bagaimana
upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam
mengelola iklim komunikasi organisasi. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif, strategi penelitian yang digunakan startegi tunggal terpancang. Teknik cuplikan dengan menggunakan teknik purposive snowball sampling. Sumber datanya adalah wawancara, observasi dan analisis dokumen. Untuk keabsahan data teknik yang digunakan adalah trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif mengalir. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a) Kepercayaan, iklim komunikasi organisasi ditinjau dari kepercayaan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten dilakukan oleh atasan kepada bawahan, bawahan kepada atasan dan bawahan dengan bawahan dalam menjalankan komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten. b) Pengambilan keputusan, yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten dilakukan oleh pimpinan dengan bawahan secara terbuka dan terus terangan dalam suatu rapat bulanan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten. c) Kejujuran, kejujuran yang ada di Kejaksaan merupakan kunci utama dalam menjalankan sesuatu yang berasal dari pimpinan dan bawahan dalam menjalankan tugasnya. d) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, komunikasi ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian atau teguran commit to user kepada bawahan Kejaksaan Negeri Klaten pimpinan dalam memberikan teguran v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
intruksi atau perintah terhadap bawahannya,
harus adanya keterbukaan e)
Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, pimpinan dalam menerima saran, kritik ide dari karyawan di dengarkan secara seksama demi kemajuan Kejaksaan Negaeri Klaten. f) Perhatian pada kinerja tinggi, kinerja Kejaksaan Negeri Klaten salah satunya adalah dapat tercapai secara efisien, efektif, yang berasal dari karyawan Kejaksaan Negeri Klaten. (2) Upaya Kejaksaan dalam mengelola iklim komunikasi organisasi, sebagai berikut: a) Kepercayaan, b) Pengambilan keputusan, c) Kejujuran, d) Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, e) Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, f) Perhatian pada kinerja tinggi.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAC
ANALYSIS CLIMATE of KOMMUNICATIONS ORGANIZATIONAL IN PUBLIC ATTORNEY OF COUNTRY of KLATEN YEAR 2010. Skripsi, Dias
Prastia
Tutik,
Surakarta, Faculty Teachership and Science Education, University Eleven March, December 2010. This research aim to know : (1) How Organizational Communications climate [in] Public attorney of Country of Klaten in evaluation of dimension : a) Trust, b) Decision Making, c) Sincerity, d) Openness in communications downwards, e) Listen in communications to to the, f) Attention at high performance (2) How Public attorney effort in managing organizational communications climate . In line with, hence this researcher use research form qualitative, with method of deskripsi, research strategy which in using single strategy is stake. technique of Cuplikan by using technique of purposive sampling snowball. Source of its data is interview, document analysis and observation. For the authenticity of data of technique which in using data is trianggulasi or source and of trianggulasi method. While technique analyse data which in using is analysis of interaktif emit a stream of. Pursuant to result of research that : (1) Organizational Climate Communications in Public attorney of Country of Klaten in evaluation from in the a) Trust, organizational communications is evaluated from trust exist in Public attorney of Country of Klaten in doing/conducting by superior to subordinate, subordinate to subordinate and superior with subordinate in running organizational communications in Public attorney of Country of Klaten. b) Decision making, which in doing/conducting Public attorney of Country of Klaten is done/conducted by head with subordinate openly and to continuing bold a monthly meeting exist in Public attorney of Country of Klaten. c) Sincerity, Sincerity exist in Public attorney represent main key in running something that come from subordinate and head in torunning its duty. d) commit user
vii
openness in
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
communications downwards, communications downwards can be in the form of instruction work (comand) or exhortation to subordinate Public attorney of Country of Klaten in giving instruction duty or comand to its subordinate, there must be its of openness. e) Listen in communications to of, head in accepting suggestion, idea criticism of employees need in listening by seksama for the shake of progress of Public attorney of Country of Klaten. f) Attention at high performance, performance Public attorney of Country of Klaten one of them is can reach efficiently is, effective, coming from employees Public Attorney Of Country of Klaten. Effort Public attorney in managing organizational communications climate, a) Trust, b) Decision Making, c) Sincerity, d) Openness in communications downwards, e) Listen in communications to the, f) Attention at high performance.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Percayalah bahwa kebahagiaan itu bak pohon mawar yang baru di tanam. Bunganya tidak muncul dengan segara tetapi kemunculannya akan terjadi. ( Aidh Bin ’ Abdullah )
Selama malam masih di iringi oleh pagi hari, maka kepedihan. Itu pasti akan lenyap. Keadaan kritis pasti akan berlalu, dan kesulitan pasti akan lenyap. ( Aidh Bin ’ Abdullah )
Kita tidak bisa mengubah masa lalu dan tidak bisa mengubah masa depan dengan gambaran sesuai dengan kehendak kita.
Untuk itu tidak ada gunanya membinasakan diri dengan keadaan kekecewaan karena sesuatu yang tidak mampu kita ubah. ( Aidh Bin ’ Abdullah )
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya ini ku sembahkan untuk :
Orang Tuaku tersayang Adik-adikku My Lovely Almamater
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Bismillahirohmaanirohim Puji dan syukur penelitian panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga Peneliti berhasil menyusun dan menyelsaikan skripsi dengan judul“ ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010 ”. Skripsi ini peneliti ajukan guna melengkapi tugas serta memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan
IImu
Pengetahuan
Sosial
Program
Studi
Pendidikan
Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyususnan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengungkapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Allah SWT atas segala rahmat,petunjuk dan cinta kasih-Mu yang tak henti-hentiNya Kau limpahkan padaku. 2. Dekan dan Para Pembantu Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
yang
telah
memberikan ijin penyusunan skripsi ini. 3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IImu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan skripsi ini. 4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Ekonomi serta Ketua dan Sekretaris BKK PAP Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
yang
commit to user memberikan pengarahan dan ijin atas penyususnan skripsi ini. xi
telah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs. Ign. Wagimin, M. Si, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti selama persiapan hingga selesainya penyusunan skripsi ini dengan penuh kesabaran. 6. Andre N Rahmanto, S.Sos, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti selama persiapan hingga selesainya
persiapan
penyusunan
skripsi
ini,
dengan
sabar
membimbing dan memberikan pengarahan sesuai kemampuan peneliti yang sangat terbatas. 7. Bapak dan Ibu Dosen BKK PAP yang telah memberikan bekal pengetahuan untuk menyusun skripsi ini. 8. Pimpinan dan Karyawan Kejaksaan Negeri Klaten yang telah membantu dalam penelitian ini. 9. Ayah, Ibu dan keluarga besarku yang telah memberikan doa dan dukungan yang tiada henti, terutama dukungan moril untuk saya, dan selalu membimbing saya tentang bagaimana beratnya menjalani roda kehidupan. 10. Om dan Bulek Narno, Adiku Agung dan Nia, terima kasih atas doa dan telah menganggap aku keluarga sendiri selama saya di Solo. 11. My Lovely ” Galih” atas doa, perhatian, dukungan, kesetiaan, tawa canda, dan semua pengalaman cinta yang luar biasa. 12. Teman-temanku semua yang ada di Kampus UNIVERSITAS SEBELAS MARET ’ angkatan”06, Yuli, Asih, Ana, Vera, Vina, Mala, Sari, Vika di UMS, mb Nopi semuanya yang tidak dapat saya sebutkan commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu persatu. terima kasih atas semua dukungannya selama ini, dan menjadi teman-teman yang baik, imut. Matur nuwon.. 13. Semua Guru di SD Nglinggi Klaten yang selalu memberi saya semangat, dan selalu membimbing saya. 14. Semua sahabat-sahatku di PAP, PTN dan PAK. terima kasih atas doa dan dukungannya, bisa mengenal kalian merupakan pengalaman hidup yang indah dan sungguh berharga. 15. Motor supra-X 125 biru putih yang selalu menemaniku kemana aja, selama saya kuliah di Surakarta, tanpa lelah mengantarkanku. 16. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu yang membentu dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti menyadari keterbatasan dan kemampuan peneliti berharap penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta,
Peneliti .
commit to user
xiii
Januari 2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................
x
KATA PENGANTAR ....................................................................................
xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Perumusan Masalah .............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................
6
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................
42
BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
45
B. Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................................
46
C. Sumber Data .........................................................................................
48
D. Teknik Sampling .................................................................................. commit to user E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................
50
xiv
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data .......................................................................................
53
G. Analisis Data ........................................................................................
54
H. Prosedur Penelitian...............................................................................
56
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Kejaksaan Negeri Klaten ..................................
58
2. Lokasi Kejaksaan Negeri Klaten .....................................................
59
3. Visi, Misi, dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten .............................
59
4. Struktur Organisasi Kejaksaan Negeri Klaten .................................
60
5. Kondisi karyawan Kejaksaan Negeri Klaten ...................................
70
6. Sarana dan prasarana penunjang di Kejaksaan Negeri Klaten ........
71
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi Kepercayaan, Pengambilan keputusan, Kejujuran, Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, Mendengarkan dalam komunikasi keatas, Perhatian pada kinerja tinggi ................................
73
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi organisasi .........................................................................
86
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori 1. Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi
Kepercayaan,
Pengambilan
keputusan,
kejujuran,
Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, Perhatian pada kinerja tinggi ..............................
93
2. Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi organisasi .............................................................................................
97
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN commit to user A. Simpulan ..............................................................................................
104
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Implikasi ...............................................................................................
107
C. Saran.....................................................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
110
LAMPIRAN ....................................................................................................
113
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema pembagian jenis organisasi ................................................
13
Gambar 2. Komunikasi ke bawah ...................................................................
39
Gambar 3. Komunikasi ke atas .......................................................................
41
Gambar 4. Kerangka Pemikiran ......................................................................
44
Gambar 5. Skema Model Analisis Data Interaktif ..........................................
55
Gambar 6. Bagan Prosedur Penelitian .............................................................
57
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tabel Kegiatan Penelitian............................................................
113
Lampiran 2. Struktur Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten .........................
114
Lampiran 3. Denah Kejaksaan Negeri Klaten..................................................
115
Lampiran 4. Pedoman wawancara ...................................................................
116
Lampiran 5. Field Note ...................................................................................
118
Lampiran 6. Rencana Kinerja dan susunan organisasi di Kejaksaan ...............
128
Lampiran 7. Penilaian Negeri Sipil ..................................................................
137
Lampiran 8. Foto-foto di Kejaksaan Negeri Klaten .........................................
141
Lampiran 9. Perijinan .......................................................................................
147
Lampiran 10. Surat keterangan penelitian .......................................................
153
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Kepala Kejaksaan yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Jaksa Agung. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang. Kejaksaan Negeri sebagai salah satu organisasi formal. Menurut melayu S.P Hasibuan (2005: 24-25) mengatakan bahwa “ Organisasi adalah sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja”. Dimana organisasi merupakan kumpulan dari berbagai orang yang mempunyai tujuan tetentu yang ingin dicapai. Organisasi juga dapat dikatakan sebagai salah satu sistem yang dinamis yang selalu berubah dan penyesuaian diri dengan tekanan internal dan eksternal. Di samping itu, organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasi aktivitas dalam organisasi tersebut. commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Bagi organisasi yang menyadari bahwa komunikasi sudah merupakan bagian yang integral, maka kegiatan perencanaan, riset, implementasi maupun evaluasi komunikasi menjadi priolitas kegiatannya. Komunikasi yang terjadi dalam organisasi dapat terjadi dalam organisasi forman maupun informal. Setiap organisasi memerlukan koordinasi antara komunikasi agar bagianbagian dari organisasi tersebut dapat bekerja menurut ketentuannya dan tidak mengganggu bagian lain. Proses dan pola komunikasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan ke tujuan dan sasaran organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan hasilnya dan begitu pula sebaliknya, kurang atau tidak adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Jadi, komunikasi dalam suatu organisasi mempunyai peranan serta dalam memelihara dan mengembangkan organisasi tersebut. Komunikasi merupakan suatu proses yang menyangkut komponen komunikator, pesan, media, komunikan dan efek. Menurut Wursanto (2003: 157) menyatakan bahwa: ” Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide antara anggota secara timbal balik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Tujuan komunikasi ini berupa perubahan sikap (attitude), pendapat (opinion), tindakan (behavior). Jika komunikasi yang dilakukan mampu mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), tindakan (behavior) seseorang, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi yang dilaksanakan telah berhasil. Komunikasi senantiasa muncul dalam proses organisasi dan mempunyai peranan sentaral dalam mengembangkan suatu organisasi. Proses dan pola komunikasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan dan sasaran organisasi. Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling pengertian. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi maka organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Permasalahan-permasalahan yang lazim dihadapi organisasi pada commit to user umumnya adalah ketidakharmonisan hubungan antara atasan dan bawahan yang
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disebabkan antara lain, karena kurangnya kepercayaan bawahan terhadap atasan atau sebaliknya, tidak adanya transparasi dalam pengambilan kebijakan, kurangnya ruang komunikasi yang tersedia, dan lain sebagainya. Komunikasi di dalam organisasi akan berpengaruh pada iklim komunikasi dalam organisasi. Menurut Pace dan Faules dalam Deddy Mulyana (2002: 154): “ Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong dan memberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas, menyertakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan perhatian serta memperoleh informasi yang dapat melihat bahwa keterlibatan pimpinan sangat penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan”. Melalui proses interaksi para anggota dapat mengetahui adanya kepercayaan, dukungan, keterbukaan, perhatian, dan keterusterangan. Sehingga iklim komunikasi dapat berubah menurut cara pengaruh komunikasi melalui interaksi antar anggota organisasi. Iklim komunikasi yang konduktif mampu menciptakan kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi dari iklim komunikasi berupa: Kepercayaan, Pembuatan keputusan bersama, Kejujuran, Keterbukaan dalam komunikasi kedalam, Mendengarkan dalam
komunikasi ke atas, Perhatian pada tujuan
berkinerja tinggi. Agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik, tentu hubungan antara atasan dan bawahan harus terjalin sebaik-baiknya. Dengan terselenggarakan hubungan yang baik oleh pemimpin dan dipahami benar-benar oleh semua anggota, maka suatu usaha kerjasama dalam suatu komunikasi organisasi dapat berjalan dengan baik. Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang ”ANALISIS IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DI KEJAKSAAN NEGERI KLATEN TAHUN 2010”.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal penting dalam penelitian. Oleh Lexy Moleong (2002 : 62) masalah dalam penelitian dinamakan fokus, sedangkan Winarno Surachmad (2001 : 34) mengemukakan bahwa “ Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakan manusia untuk memecahkan masalah”. Dengan perumusan masalah yang jelas dapat memberikan kemudahan dalam memecahkan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan permasalahan yang diteliti Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten. Menurut (Pace dan Faules, 2002: 163), Sebagai berikut: 1.
Bagaimana iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari beberapa dimensi, sebagai berikut: a. Kepercayaan b. Pengambilan keputusan c. Kejujuran d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah e. Mendengarkan dalam Komunikasi keatas f. Perhatian pada berkinerja tinggi
2.
Bagaimana upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi organisasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Setiap penelitian mempunyai suatu tujuan yang merupakan jawaban atas masalah yang telah dirumuskan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 52) “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mendeskripsikan iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a. Kepercayaan
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pengambilan keputusan c. Kejujuran d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah e. Mendengarkan dalam Komunikasi keatas f. Perhatian pada berkinerja tinggi. 2.
Untuk mendeskripsikan upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi Organisasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi yang rinci, dan dapat memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat penelitian untuk memberikan gambaran yang jelas dan menjawab permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini ada 2 manfaat, yang pertama yaitu manfaat teoritis yang menyangkut pengembangan ilmu pengetahuan yang memberikan sumbangan dalam pemecahan masalah praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah : a.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah llmu komunikasi dan organisasi, terutama dalam analisis Iklim komunikasi organisasi.
b.
Bagi pembaca pada umumnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian yang sejenis.
2.
Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian adalah sebagai berikut : a.
Dapat memberikan sumbangan pemikiran di Kejaksaan Negeri Klaten dalam pelaksanaan komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten.
b.
Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kejaksaan Negeri Klaten. commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Untuk memberikan sumbangan karya ilmiah bagi perpustakaan yang ada di Universitas Sebelas Maret, baik perpustakaan pusat, fakultas maupun perpustakaan program studi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1.
1.
Tinjauan Tentang Komunikasi
Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communicare yang berarti menyebarkan atau memberitahukan, sedangkan dalam bahasa inggris communication artinya sebagai proses pengoperasian lambang yang mengandung arti. Beberapa peneliti memaparkan pendapat tentang komunikasi, sebagai berikut: a) Menurut Himstreet dan Baty dalam Purwanto (2006: 3) “Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol maupun perilaku atau tindakan”. b) Menurut Wursanto (2003: 157) ”Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide antara anggota secara timbal balik untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”. c) Menurut Kartasapoetra dkk (2000: 24) ” Komunikasi yaitu suatu proses penyampaian ide dan informasi”. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan atau berita informasi dari komunikator yang biasanya berupa lambang-lambang tertentu kepada komunikan melalui media atau tidak dengan merubah tingkah laku individu lainnya agar sesuai dengan yang dihendaki komunikator, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
2.
8 digilib.uns.ac.id
Pentingnya Komunikasi Tidak ada kehidupan manusia yang tanpa komunikasi. Manusia pasti membutuhkan komunikasi untuk membangun hubungan dengan manusia lain. Dengan komunikasi manusia dapat berbicara, saling bertukar pikiran gagasan, ide, pengalaman, kepandaian, dan dapat saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan. Demikian pula di dalam organisasi di dalamnya melibatkan banyak orang, komunikasi merupakan salah satu unsur vital. Tanpa komunikasi, perkembangan dan pertumbuhan organisasi tidak akan terwujud. Komunikasi dalam organisasi akan berjalan dengan baik apabila arus informasi dalam organisasi tidak menghadapi hambatan. Menurut Hicks dalam Kartasapoetra dkk (2000: 24) ”bahwa komunikasi adalah dasar kehidupan organisasi, seseorang manajer dalam menggunakan 95 persen dari waktu berkomunikasi untuk mengkoordinasikan unsur manusia dan unsur fisik dari organisasi agar satuan kerjanya efisien dan efektif....”. Sedangkan Keith Davis dalam Sutarto (2000: 3) : Communication is as necessary to an organization as the bloodstream is to person. Just a person develop arteriosclerosis, a hardening of the arteries, a hardening of the information arteries thet produces similar impaired efficiency ( kebutuhan komunikasi bagi organisasi sama dengankebutuhan aliran darah bagi orang. Sebagaimana orang menghasilkan penyempitan pembulu nadi yang mengganggu efensiensi mereka, begitu juga organisasi menghasilkan “inflosclerosis” suatu pembekuan nadi informasi yang menghasilkan ketidakefensienan yang sama). Menurut G. Kartasapoetra dkk. (2000: 25) bagi koprasi, terutama dalam masa pertumbuhan dan perkembangan komunikasi
penting sekali
peranannya bagi beberapa kepentingan, antara lain: a. Bagi peningkatan keanggotaan, kualitas maupun kuantitas. b. Bagi peningkatan ekonomi. c. Menarik para anggota masyarakat agar berperan serta dalam usaha koprasi atau bekerjasama dalam meningkatkan perkembangan koperasi. commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Menarik perhatian para pejabat pemerintah dari berbagai instansi ataupun para pemimpin informasi agar turut melaksanakan pembicaraanpembicaraan demi kemajuan usaha koperasi dan perkembangannya. Dari
pendapat di atas disimpulkan bahwa komunikasi itu sangat
penting bagi manusia apabila di dalam organisasi. Komunikasi merupakan dasar bergerak organisasi. Di dalam organisasi, kerjasama akan terwujud apabila ada komunikasi. Komunikasi dalam organisasi sangat penting guna kelangsungan
hidup
organisasi
dan
perkembangan
organisasi
yang
bersangkutan. Bagi koperasi kegunaan komunikasi adalah untuk meningkatkan keanggotaan baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas menarik anggota masyarakat dan para pejabat pemerintah untuk berperan serta dalam usaha koperasi dan kerjasama dalam meningkatkan perkembangan koperasi.
3.
Bentuk Dasar Komunikasi Purwanto (2006: 2) berpendapat ” pada dasarnya ada dua komunikasi yang lazim digunakan dalam praktek bisnis dan non bisnis yaitu komunikasi verbal dan nonverbal”. Sedangakn menurut Effendi (2003: 7) mengemukakan bentuk dasar komunikasi adalah: a) Tatap muka (face to face) b) Bermedia (mediated) c) Komunikasi verbal, meliputi: • Lisan (ora l) • Tulisan (written) d) Komunikasi non verba, meliputi: • Kiat / isyarat badaniah (gestural) • Bergambar (pictorial) Dari kedua pendapat di atas maka peneliti menyimpulakan bentuk dasar komunikasi adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
10 digilib.uns.ac.id
a) Komunikasi verbal b) Komunikasi nonverbal Adapun penjelasan dari masing-masing bentuk komunikasi tersebut sebagai berikut: a) Komunikasi Verbal Komunikasi Verbal adalah komunikasi yang merupakan simbolsimbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara lisan atau secara tulisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Melalui komunikasi lisan dan tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui lisan atau tulisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca atau mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan lancar. b) Komunikasi Nonverbal Komunikasi Nonverbal adalah penciptaan atau pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak atau sentuhan. Dengan komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaan melalui ekspresi wajah atau kecepatan bicara. Bentuk komunikasi nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur sehingga sulit mempelajari komunikasi nonverbal penting artinya terutama dalam penyampaian perasaan dan emosi, mendeteksi kecurangan atau kejujuran. Dengan memperhatikan isyarat nonverbal seseorang dapat mendeteksi kecurangan untuk menegaskan kejujuran si pengirim dan penerima pesan karena sifatnya efektif. Tujuan komunikasi nonverbal menurut Purwanto (2006: 10) adalah sebagai berikut: • Memberi informasi
commit to user • Mengatur alur percakapan
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
• Ekspresi emosi • Memberi sifat melengkapi pesan-pesan verbal • Mempengaruhi orang lain • Mempermudah tugas khusus 4.
Jenis – jenis komunikasi Kalau dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan informal, maka dalam komunikasi juga dikenal adanya komunikasi formal dan informal. Menurut Miftah Thoha (2001 : 83 ) ” Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur
organisasi.
Adapun
komunikasi
organisasi
informal
arus
informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut ”. Struktur komunikasi formal merupakan karakteristik dari komunikasi organisasi. Proses dalam struktur formal dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : 1.
Komunikasi Vertikal Komunikasi vertikal terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi dari atas ke bawah (doenward communication) dan dari bawah ke atas ( upward communication). Adapun uraian sebagai berikut : a.
Komunikasi vertikal dari atas ke bawah Menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly dalam Agus Darmo ( 2000 : 110) ” Komunikasi ke bawah mengalir dari individu di tingkat atas hirarki kepada orang-orang di tingkat bawah. Bentuk komunikasi ke bawah yang paling umum ialah instruksi kerja, memo resmi, pernyataan, kebijakan, prosedur, buku pedoman, dan publikasi perusahaan. Menurut Joko Purwanto ( 2006 : 40 ) ” Seorang menejer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan
commit to user informasi, mengarahkan,
mengkoordinasikan,
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Dari pengertian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk memberikan pengarahan, penjelasan, instruksi, peneguhan, atau penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Pemberian pengarahan, penjelasan, instruksi, penugasan atau penilaian dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Seperti yang dikemukakan oleh Joko Purwanto (2006 : 41) ” Komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk lisan maupun tertulis ”. Komunikasi lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara biasa antara pimpinan dengan karyawan, konferensi / rapat, pertemuan / diskusi kelompok atau melalui telepon. Sedangkan komunikasi tertulis dapat dalam bentuk memo, papan pengumuman / kotak informasi, surat tugas, surat perintah, surat keputusan, buku petunjuk pelaksanaan tugas karyawan atau buletin koran. b.
Komunikasi vertikal dari bawah ke atas Pengartian komunikasi ke atas menurut Rosady Ruslan (2001 : 87) merupakan arus komunikasi dari bawah ke atas yang diterima dalam bentuk bawahan memerlukan laporan, pelaksanaan tugas, sumbang saran dan serta pengaduan kepada pimpinan masingmasing. Komunikasi dari bawah ke atas diberikan keterangan dari informasi keterangan dan informasi maupun menyampaikan aspirasi yang dibutuhkan pimpinan agar dapat mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan. Bawahan harus menyampaikan informasi kepada atasan
dengan
penuh
kejujuran.
terkadang
bawahan
hanya
menyampaikan informasi / laporan yang baik-baik saja, sedangkan informasi yang mempunyai kesan negatif cenderung dirahasiakan commit to atasan. user dan tidak disampaikan kepada
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Komunikasi horisontal Komunikasi ini berlangsung antara orang-orang yang berbeda pada tingkat yang sama dalam hirarki organisasi, akan tetapi melaksanakan kegiatannya yang berbeda. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh Rosaly Ruslan (2001: 88) ” Komunikasi horisontal merupakan komunikasi satu level yang terjadi antara para karyawan dengan karyawan lainnya dalam satu tingkatan dan lain sebagainya”. Berbeda dengan komunikasi vertikal yang sifatnya lebih formal, dalam komunikasi horisontal sifatnya tidak formal. Karyawan berkomunikasi satu sama lain pada saat istirahat, atau waktu pulang kerja.
3.
Komunikasi Diagonal Menurut Onong Uchjana Effendy (2003 : 128) Pengartian komunikasi eksternal ialah ” Komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi ”. Komunikasi diagonal bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat di luar organisasi, pelanggan dan pemerintah. Jenis komunikasi ini dilakukan dengan pihak luar yang berhubungan dengan perusahaan untuk membawa informasi masuk atau keluar dari organisasi guna mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan dalam membina hubungan komunikasi diagonal ini, juga sekaligus keberhasilan pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten dalam memperoleh dukungan kepercayaan, partisipasi dan kerja sama dengan pihak publik. A
B
C
D
Gambar 1 : Skema pembagian commit to user jenis organisasi
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
A-B = Komunikasi Horisontal A-C = Komunikasi Vertikal A-D = Komunikasi Diagonal Dari jenis pembagian organisasi dapat di lihat secara jelas fungsi komunikasi itu sendiri, yaitu antara lain : menyampaikan informasi, mendidik,
menghibur,
dan
mempengaruhi.
Tentu
disini
adalah
komunikasi yang terjadi antara individu dalam tingkatan organisasi maupun organisasi instansi pemerintah dengan publiknya. terdapat kemudahan untuk melakukan kegiatan komunikasi karena berdasarkan pada jenis komunikasinya, sehingga dapat mencapai tujuan dari kegiatan komunikasi tersebut. 4.
Proses Komunikasi Proses adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam mencapai suatu tujuan. Proses komunikasi ialah tahap atau langkah yang dilalui dalam melakukan komunikasi. Menurut Bovee dan Thill dalam Purwanto (2006: 11) proses komunikasi meliputi: a) b) c) d) e) f)
Pengiriman mempunyai suatu ide atau gagasan. Pengiriman mengubah ide menjadi suatu pesan. Pengiriman menyampaikan pesan. Penerima pesan. Penerima menafsirkan pesan. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim. Menurut
Wursanto
(2003:
76)
rangkaian
model
proses
komunikasi melalui tahap-tahap sebagai berikut: Tahap 1
Tahap 2
Dimulai dengan penetapan gagasan atau ide-ide (idetion) yang dilakukan oleh pihak pengiriman berita (Communicator,sender) Pengiriman informasi, gagasan yang merupakan message yang telah disusun (encording) dalam batik simbol, sandi, kode-kode kata dengan melalui saluran media komunikasi baik secara lisan maupun tulisan, vertikal maupun horisontal, verbal maupun informal. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap 3
Penerimaan berita pihak penerima berita (komunikan). Kemudian mengadakan interpretasi (decoding) terhadap berita yang dilanjutkan dengan suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh pihak komunikan merupakan umpan balik dari komunikan ke komunikator.
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi merupakan tahap-tahap atau komunikasi merupakan tahaptahap atau langkah dalam penyampaian pikiran / perasaan seseorang kepada orang lain. Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa proses komunikasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut : penetapan gagasan atau ide oleh pihak berita, mengubah ide menjadi suatu pesan yang telah disusun dalam bentuk simbol, sandi atau kode, pengiriman penyampaian pesan; penerimaan berita oleh pihak penerima; penerima menafsirkan pesan serta memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim. 5.
Hambatan Komunikasi Dalam komunikasi sering terjadi pada waktu penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikasinya tersebut tidak tercapai suatu pengertian, bahkan menimbulkan salah pahaman, dan sehingga pesan/informasi tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima dengan baik, dikarenakan lambang atau bahasa yang dipakai tidak sama pengertiannya antara apa yang digunakan komunikator dengan yang diterima oleh komunikan, atau hambatan-hambatan lainnya yang menyebabkan gangguan terhadap sistem kelancaran komunikasinya. Menurut pakar manajemen R. Kreitner, Manajement dalam Rusady Ruslan (2001: 9), mengemukakan terdapat empat hambatan yang dapat mengganggu sistem komunikasi tersebut, yaitu: 1. Hambatan dalam proses penyampaian (process barries) Hambatan ini terjadi pada proses komunikasinya, bisa saja terjadi pada komunikator yang mendapatkan kesulitan dalam penyampaian pesan (komunikator kurang handal), atau bisa terjadi commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada komunikannya yang mengalami kesulitan untuk memahami isi pesan/informasi. 2. Hambatan secara fisik (psysical barrers) Sarana fisik bisa menghambat komunikasi secara efektif, misalnya pendengaran kurang tajam, dan gangguan pada sistem pengaturan suara (sound systems) 3. Hambatan semantis (semantik barrers) Hambatan segi semantik (bahasa dan arti perkataan), yaitu antara pemberi pesan dan penerima pesan tidak terdapat pengertian, pemahaman tentang bahasa atau lambang yang sama. 4. Hambatan psiko-sosial (psychosocial barriers) Hambatan adanya perbedaan cukup melebat pada aspek kebudayaan, adat-istiadat, kebiasaan, persepsi, nilai-nilai yang dianut dan hingga kecenderungan, kebutuhan serta harapan-harapan dari dua belah pihak yang berkomunikasi tersebut. Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, Donnelly dalam agus Darmo (2000 : 115) hambatan dalam komunikasi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kerangka Acuan Menyimak Selektif Kata Putus Nilai Kredibilitas Sumber Masalah Semantik Penyaringan Bahasa Kelompok Perbedaan Status Tekanan Waktu Beban Layak Komunikasi Untuk lebih jelasnya maka uraian dari hambatan komunikasi di
atas adalah: 1.
Kerangka Acuan Setiap orang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda, maka dalam menafsirkan atau memahami proses komunikasi juga akan berlainan, sehingga hal ini akan menghambat commit to user proses komunikasi.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Menyimak Selektif Merupakan bentuk persepsi yang selektif dimana kita cenderung menghambat informasi baru, terutama jika informasi itu bertentangan dengan yang kita yakini.
3.
Kata Putus Nilai Kata putus nilai dapat didasarkan atas penilaian penerima atas
komunikator
atau
pengalamannya
dengan
komunikator
sebelumnya, atau arti pesan yang sudah sebelumnya. 4.
Kredibilitas Sumber Kepercayaan, keyakinan, dan pengakuan penerima terhadap perkataan dan tindakan komunikator yang pada giliran akan langsung mempengaruhi organisasi.
5.
Masalah Semantik Komunikasi
telah
didefinisikan
sebagai
penyampaian
informasi dan pengertian dengan menggunakan tanda yang sama. Namun tak jarang kata-kata yang sama itu dapat berarti lain bagi orang lain, sehingga komunikasi dapat terhambat. 6.
Penyaringan Penyaringan biasa terjadi pada komunikasai ke atas dalam organisasi. Bawahan menutup-nutupi informasi yang kurang disukai dalam pesan mereka kepada atasan.
7.
Bahasa Perbedaan bahasa berhubungan dengan perbedaan persepsi karena seseorang akan membuat persepsi tentang suatu hal setelah ia mendengarkan suatu informasi atau pesan dari orang lain yang menggunakan bahasa.
8.
Perbedaan Status Perbedaan
status
yang
bermaksud
adalah
perbedaan
komunikasi dalam tingkatan hirarki di suatu organisasi, antara lain oleh pejabat, jabatan, dan gelar seseorang. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.
Tekanan Waktu Adanya tekanan waktu dapat menyebabkan komunikasi yang dilakukan terkesan dan tergesa-gesa.
10. Beban Layak Komunikasi Beban layak komunikasi yang terlalu adalah yang sering dialami seseorang ketika berkomunikasi yaitu terlalu banyaknya informasi yang didapatkan sehingga ia merasa terbenam dalam banjir informasi dan data yang tersedia. Hambatan komunikasi tak dapat dipungkiri dapat terjadi selama proses kegiatan komunikasi
karena beragamnya unsur komunikasi.
Tetapi dapat pula diminimalisir secara efektif dan tujuan pun tercapai.
2.
1.
Tinjauan Tentang Organisasi
Pengertian Organisasi Dalam kehidupan manusia lebih banyak berada dalam hubungan saling pengaruh antar manusia, karena pada dasarnya manusia tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Hal ini terutama disebabkan karena manusia menghadapi pembatasan-pembatasn dalam usahanya memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuannya, rohani maupun kebutuhan sosial. Hal ini sesuai dengan hierarki kebutuhan manurut Abraham H. Maslow seperti yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan ( 2005: 105-106) yaitu: 1. 2. 3.
4. 5.
Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat fisiologis, seperti: sandang, pangan dan papan Kebutuhan-kebutuhan keamanan meliputi keamanan jiwa dan harta benda Kebutuhan-kebutuhan sosial, digolongkan menjadi 4 golongan yaitu: a. Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia hidup dan bekerja b. Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting c. Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal d. Kebutuhan akan perasaan ikut serta Kebutuhan akan prestise to user Kebutuhan mempertinggicommit kapasitas kerja
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
Dari berbagai tingkat-tingkat kebutuhan manusia di atas, jelas bahwa keharmonisan atau keselarasan antara tujuan pribadi dengan tujuan bersama akan tercapai apabila masing-masing individu saling mengisi dan melengkapi kebutuhan hidup mereka. Dalam mencapai tujuan guna memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mengadakan hubungan dengan manusia lain dan bergabung dalam kelompok-kelompok. Hampir sebagian tujuannya hanya dapat dicapai dengan usaha kerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Dengan jalan bekerja sama dan penyatu paduan manusia tersebut akan memperoleh kepuasan yang meliputi kepuasan ekonomi, kejiwaan dan kemasyarakatan. Kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuannya yang telah ditentukan inilah yang disebut dengan organisasi. Adapun dalam prakteknya istilah organisasi diartikan menjadi tiga arti, yaitu organisasi dalam arti statistik, organisasi dalam arti dinamis dan organisasi dalam arti suatu lembaga atau badan. Organisasi dalam arti stastis adalah kerangka antara orang-orang yang tergabung dan bergerak ke arah usaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan organisasi dalam arti dinamis adalah proses penentuan pola dari suatu organisasi. Organisasi dalam arti badan atau lembaga adalah orang yang tergabung dan terikat secara formal dalam sistem kerjasama untuk mencapai sesuatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”. (Soemardji Hartoyo, 2000: 51). Menurut Melayu S.P Hasibuan (2005: 24-25) mengatakan bahwa “Organisasi adalah sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja”. Sondang P. Siagian (2000: 27) mengemukakan definisi organisasi sebagai “sekelompok orang yang terikat secara formal dalam hubungan atasan dan bawahan yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama pula”. Sedangkan menurut Stephen P. Robbin (2002: 4) “ Organisasi adalah kesatuan (etity) sosial yang commit dikoordinasikan to user secara sadar, dengan sebuah
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau kelompok tujuan”. Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa organisasi merupakan suatu sistem kerjasama sekelompok orang dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian dapat ditemukan berbagai unsur yang menimbulkan adanya organisasi yaitu kumpulan orang atau sekelompok orang, proses kerjasama dan tujuan tertentu. Berbagai unsur tersebut tidak saling lepas berdiri sendiri, melainkan saling kait dan merupakan suatu kekuatan atau yang dikenal sebagai suatu sistem yang berarti kebulatan dari berbagai unsur yang terkait dengan asas tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Fremont E Kast dan James E Resenzweig dalam Sri Slameto HB (2000: 12-13), yaitu: Suatu organisasi harus memuat 3 unsur sebagai berikut: 1.
Goals oriented yaitu mengarah pada pencapaian tujuan.
2.
Psychosocial system yaitu orang-orang yang berhubungan sama lain dalam sekelompok kerja.
3.
Structured activities yaitu orang-orang yang bekerjasama dalam suatu hubungan yang terpola. Teori modern yang memandang organisasi sebagai suatu sistem yang
berproses. Sistem adalah bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang lain yang merupakan suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu terdiri dari faktorfaktor baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Dari pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpilan bahwa indikator organisasi adalah tiga unsur pembentuk organisasi, yaitu (1) Goals oriented, (2) Psychosocial system, (3) Structured activities dan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu dari dalam organisasi dan dari luar organisasi, yang merupakan satu sama lain berinteraksi, saling mempengaruhi sehingga merupakan suatu kebulatan. 2.
Kegunaan Organisasi Kegunaan organisasi merupakan manfaat yang diperoleh apabila commit user dijalankan dengan baik. Begitu pula to bagi setiap organisasi apabila dijalankan
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
dengan baik tentunya akan diperoleh suatu manfaat bagi anggota yang bergabung dalam organisasi itu sendiri. Seseorang/sekelompok orang memasuki suatu organisasi tentunya karena berharap dapat berguna bagi kehidupannya. Pada hakekatnya organisasi berguna bagi manusia, hal ini sejalan dengan pendapat Soemardji Hartoyo (2000: 6) adalah: Sarana atau alat untuk mencapai tujuan yang diusahakan secara kolektif 1.
Wahana pendekatan tujuan yang diharapkan agar cepat menjadi kenyataan
2.
Wadah kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
3.
Manifestasi kemampuan manusia untuk bekerja secara kooperatif
4.
Konstruksi mental dari sekelompok orang yang mempunyai kepentingan dalam bentuk tujuan yang sama. Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, keberadaan
organisasi semakin dibutuhkan manusia dengan alasan organisasi merupakan unsur yang dibutuhkan manusia dewasa ini. Adapun alasan tersebut menurut James AF Stoner dalam T Hani Handoko (2003: 9) adalah: 1.
Dapat digunakan untuk mencapai sesuatu yang tidak mungkin dilakukan sendirian
2.
Dapat menyediakan pengetahuan yang berkesinambungan
3.
Dapat menjadi Sumber Karier Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sekelompok orang
manusia atau sekelompok orang tergabung dalam suatu organisasi, karena organisasi dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan tersebut tidak mungkin dapat dilakukan sendirian. Selain itu, organisasi juga merupakan sumber karier atau suatu wadah kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui landasan teori ini dapat diketahui permasalahan-permasalahan di dalam organisasi sebagai indikator penelitian ini sebagai berikut: a.
Tujuan yang ingin dicapai dengan berdirinya organisasi atau motif mendirikan organisasi commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
b.
Tujuan dan motif semua orang masuk organisasi
c.
Kerjasama dan hubungan antara orang-orang dalam organisasi
Struktur Organisasi Agar struktur organisasi tersebut jelas dan tegas kemudian harus dituangkan dalam suatu bagan organisasi. Sutarto (2000: 41) mengemukakan “ Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan satuan-satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas serta wewenang yang masing-masing mempunyai peranan tertentu dalam kesatuan yang utuh”. T. Hani Hardoko (2003: 169) mengemukakan bahwa struktur organisasi adalah kerangka yang menunjukan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungasi, bagian-bagian, posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas, wewenang, tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Dari pendapat para pakar tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa struktur organisasi merupakan suatu kerangka susunan hubunganhubungan, pertanggungjawaban dan wewenang dari orang yang digunakan oleh organisasi dalam pencapaian tujuan. Sedangakan faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut: 1.
Strategi organisasi
2.
Teknologi
3.
Anggota/karyawan yang terlibat dalam organisasi
4.
Ukuran organisasi Struktur organisasi pada masing-masing organisasi adalah berbeda-
beda, hal ini dipengaruhi salah satunya oleh besar kecilnya suatu organisasi. Namun dalam pembentukan suatu struktur organisasi tentunya masingmasing organisasi mempunyai tujuan, suatu struktur dibentuk secara baik dengan harapan dapat bermanfaat bagi organisasi masing-masing.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4.
23 digilib.uns.ac.id
Asas Organisasi Salah satu syarat agar organisasi dapat berjalan dengan baik perlu berpedoman dan menyakini asas-asas organisasi. Asas-asas organisasi berguna pada waktu membentuk struktur organisasi yang sehat dan efisien. Asas organisasi mempunyai 2 peranan penting yaitu: 1.
Sebagai pedoman untuk membentuk organisasi yang sehat
2.
Sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan organisasi agar berjalan secara lancar. (Sutarto, 2000: 43). Asas tersebut tidak berlaku mutlak atau harus dilakukan, melainkan
hanya akan cocok dapat dilakuakan untuk organisasinya, atau dengan kata lain harus disesuaikan sebab akan berakibat mempengaruhi kelancaran aktifitas organisasi. Asas organisasi merupakan salah satu sarana agar organisasi berjalan dengan baik dan satuan organisasi yang bersangkutan sehat dan efisien, karena pada umumnya organisasi banyak mengalami masalah diantaranya para pejabat yang bekerja dengan tidak mengetahui dan menyakini tujuan organisasi tempat kerjanya, masalah bagaimana cara menempatkan satuansatuan organisasi dalam struktur organisasi yang tepat sesuai dengan peranannya, masalah kekosongan pekerjaan atau kekembaran jabatan, dll. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran para pejabat untuk menyakini dan melaksanakan asas-asas organisasi dalam praktek atau pada proses atau proses organisasi. Adapun asas-asas organisasi tersebut seperti yang dikemukakan Sutarto (2000: 61) adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Perumusan tujuan Dapertemenisasi Pembagian kerja Koordinasi Pelimpahan wewenang Rentangan kontrol Jenjang organisasi Kesatuan Perintah Fleksibel commit to user Berkelangsungan
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
11. Keseimbangan Adapun penjelasan masing-masing asas organisasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perumusan tujuan dengan jelas Tujuan adalah kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang diusahakan untuk dicapai dengan kerjasama sekelompok orang, demikian juga tujuan organisasi adalah sebagai suatu akhir terhadap seluruh kegiatan organisasi diarahkan. Tujuan organisasi harus dirumuskan dengan jelas dan rasional, karena akan memudahkan untuk dijadikan pedoman dalam menetapkan halauan organisasi, pemilihan bentuk bagan organisasi, pembuatan struktur, macam pekerjaan dan kebutuhan pejabat. Sehingga harus diketahui dan diyakini oleh seluruh anggota organisasi. Karena dengan menyakini maka seorang pejabat atau pekerja akan dapat bekerja dengan sungguh-sungguh dan bersedia menyumbangkan ide-ide, pengalaman dan kemampuan untuk organisasi. Adapun pentingnya perumusan tujuan itu adalah sebagai berikut: a. Organisasi tanpa tujuan tak ada artinya dan hanya merupakan penghamburan uang belaka. b. Organisasi didirikan untuk mencapai hasil-hasil tertentu c. Dasar dari organisasi terletak pada maksud dan tujuan yang telah ditentukan d. Maksud dan tujuan organisasi harus selalu ditinjau yang telah ditentukan e. Tujuan organisasi harus dimengerti dan diterima oleh para pegawai dan di camkan sedalam-dalamnya. (Sutarto, 2000: 61). 2. Departemenisasi Setelah merumuskan tujuan organisasi selanjutnya adalah menyusun satuan organisasi proses menyusun satuan-satuan organisasi yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu inilah yang disebut proses depertemenisasi. Departemenisasi adalah aktivitas untuk menyusun satuan-satuan commitbidang to userkerja tertentu atau fungsi tertentu. organisasi yang akan diserahi
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang berdasarkan kesamaan sifatnya atau pelaksanaannya. (Sutarto: 2000: 66). 3. Pembagian Kerja Pembagian kerja dapat dihubungkan dengan satuan organisasi dan dapat pula dihubungkan dengan pejabat. Oleh karena itu, pembagian kerja dapat diartikan dalam dua macam: Apabila dihubungkan dengan satuan organisasi, maka pembagian kerja berarti perincian serta pengelompokan aktivitas-aktivitas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu. Apabila dihubungkan dengan pejabat pembagian kerja menurut Luther Gulick dalam Sutarto (2000: 105) adalah sebagai berikut: a. Karena orang berada dalam pembawaan, kemampuan serta kecakapan dan mencapai ketangkasan yang besar dan spesialisasi b. Karena orang yang sama tidak dapat berada di dua tempet pada saat yang sama c. Karena orang tidak dapat mengerjakan dua hal pada saat yang sama d. Karena bidang pengetahuan dan keahlian begitu luas sehingga seseorang dalam rentangan hidupnya tidak mungkin dapat mengetahui lebih banyak daripada sebagian sangat kecil Pembagian kerja bertujuan untuk menghindari pekerjaan yang dikerjakan oleh yang bukan ahlinya karena hanya akan menimbulkan pemborosan sumber daya organisasi 4. Koordinasi Menurut James D. Mooney dalam Sutarto (2000: 141) menyatakan bahwa: “ Koordinasi adalah pengaturan usaha sekelompok orang secara teratur untuk menciptakan kesatuan tindakan dalam mengusahakan tercapainya suatu tujuan bersama”. Koordinasi merupakan aktivitas menyelaraskan orang-orang dan pekerjaan sehingga dapat tertib dan mengarah pada pencapaian tujuan. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Pelimpahan Wewenang Wewenang adalah hak antara seorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. Pelimpahan adalah penyerahan, pelimpahan wewenang adalah penyerahan sebagian hak untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawabnya dapat terlaksanakan dengan baik dari pejabat yang satu kepada pejabat yang lain. Manfaat pelimpahan wewenang menurut Sutarto (2000: 165) adalah: a. Dengan pelimpahan wewenang pimpinan dapat melakukan tugas yang pokok-pokok saja. b. Dengan pelimpahan wewenang setiap pejabat dari pucuk pimpinan sampai pejabat yang berkedudukan paling bawah telah memiliki wewenang tertentu dalam bidang tugasnya sehingga merekapun memiliki wewenang untuk membuat keputusan yang menyangkut bidang tugasnya. c. Dengan pelimpahan wewenang tiap-tiap pekerjaan dapat diselesaikan pada jenjang yang tepat d. Dengan pelimpahan wewenang inisiatif dan rasa tanggung jawab dapat diperbesar e. Dengan pelimpahan wewenang walaupun pejabat sedang berhalangan pelayan kepada masyarakat akan tetap berjalan, demikian pula pekerjaan keperluan intern akan tetap berjalan walaupun pejabarnya sedang tidak masuk kerja f. Adapun pelimpahan wewenang merupakan latihan bagi para pejabat apabila kelak menduduki jabatan yang lebih tinggi. 6. Rentang Kontrol Yang dimaksud rentang kontrol adalah jumlah terbanyak bawahan langsung yang dipimpin dengan seorang atasan tertentu. (Sutarto, 2000: 172). Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya rentangan kontrol untuk tiap-tiap jabatan manajer terdapat suatu pembatasan jumlah orang-orang yang dapat dipimpin oleh menejer.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Jenjang Organisasi Adalah tingkat satuan organisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas, serta wewenang tertentu menurut kedudukannya dari atas ke bawah dalam fungsi tertentu. Inti dari jenjang organisasi adalah perbedaan atasan dan bawahan. (Sutarto,2000:181). Adapun jumlah jenjang organisasi yang benar adalah sependek mungkin sebab jika terlalu panjang akan membawa akaibat hambatan atau penghamburan yang akan dikarenakan perintah atau petunjuk memerlukan waktu yang lama. 8. Kesatuan Perintah Kesatuan perintah adalah tiap-tiap pejabat dalam organisasi hendaknya hanya dapat diperintah dan bertanggung jawab kepada seseorang pejabat atasan tertentu. (Sutarto,2000:181). Dalam pelaksanaan asas ini, hendaknya dibuat garis-garis saluran perintah dan tanggung jawab dengan jelas yang menentukan dari siapa seorang pejabat menerima perintah dan kepada siapa dia bertanggung jawab, begitu juga sebaliknya kepada siapa dia memperoleh laporan. 9. Fleksibilitas Struktur organisasi hendaknya mudah dirubah untuk disesuaikan dengan perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang sedang berjalan. Dalam melaksanakan asas flesibilitas ini hendaknya jangan dilupakan
bahwa
waktu
melakukan
perubahan
jangan
sampai
menghambat kelancaran aktivitas yang sedang berjalan. Bila dilakukan perubahan tetapi menghambat kelancaran aktivitas yang sedang berjalan namanya bukan fleksibel tetapi kaku (rigid). 10. Berkelangsungan Suatu organisasi harus dapat menyediakan berbagai sarana agar dapat melaksanakan aktivitas operatifnya secara terus-menerus suatu organisasi yang dibentukoleh para pembentukan tentu diharapkan dapat user berjalan terus makin lamacommit makintoberkembang. Tidak ada suatu keinginan
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dari para pembentukannya setelah organisasinya didirikan lalu dimatikan, oleh karena itu, para pendiri organisasi mempunyai harapan disertai sarana-sarana tertentu untuk meningkatkan kecakapan pegawainya, mendatangkan peralatan yang lebih modern, menyesuaikan dengan keinginan masyarakat, menyesuaikan aktivitas organisasi tersebut. 11. Keseimbangan Yaitu suatu asas yang menghendaki agar fungsi serta satuansatuan organisasi dapat ditempatkan dalam struktur organisasi sesuai dengan peranannya. (Sutarto,2000:181). Dengan demikian, dengan adanya organisasi maka kegiatan yang dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggota organisasi akan mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.
3.
Tinjauan Tentang Iklim Komunikasi Organisasi
Denis dalam (Arni Muhammad, 2002: 86) mengemukakan iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat obyektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencangkup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi. Denis melakukan pengujian terhadap dimensi iklim komunikasi yang di kemukakan oleh Redding dalam Arni Muhammad. Yang menemukan empat dari lima dimensi tersebut yaitu: Supportivenes, partisipasi pembuatan keputusan, keterbukaan dan terusterang, dan tujuan kinerja yang tinggi. Yang menjadi pokok persoalan utama dari iklim komunikasi adalah halhal berikut: a.
Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungan dalam organisasi.
b.
Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi.
c.
Persepsi mengenai organisasi itu sendiri. commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Aipoel (2006), beberapa alasan pentingnya komunikasi : 1. Karena mengkaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep perasaan dan harapan anggota organisasi. 2. Membantu menjelaskan perilaku organisasi, dapat memahami 3. lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu. 4. Iklim komunikasi berperan dalam keutuhan suatu budaya dan membimbing perkembangan budaya tersebut. 5. Menjembatani praktek-praktek pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas. Iklim komunikasi tidak bersifat statis, melainkan selalu dalam proses perkembangan. Hal ini karena iklim komunikasi dihasilan oleh praktek-praktek tingkah laku para anggota organisasi dan sebaliknya, selanjutnya juga mempengaruhi serta membatasi praktek-praktek terserbut. Iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai konsekuensi penting bagi pergantian dan masa kerja dalam organisasi. Iklim komunikasi yang positif cenderung meningkatkan dan mendukung komitmen pada organisasi. Prosesproses interaksi yang terlibat dalam perkembangan iklim komunikasi organisasi juga memberi andil pada beberapa pengaruh penting dalam rekrutulasi, reorganisasi, dan dalam menghidupkan kembali unsur-unsur dalam organisasi. Andre (2000), iklim komunikasi yang disebut “ saling mendukung” mengandung enam unsur yang terlibat dari: 1. Saling mempercayai (trust) 2. Dukungan atasan 3. Kesertaan dalam proses pembuatan keputusan 4. Kejujuran dan keandalan komunikasi atasan 5. Keterbukaan
terhadap
pendapat,
saran,
dan
usualan
(mau
mendengarkan) Redding dalam Pace dan Faules (2002: 154), iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada commit to user anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong mereka dan memberikan tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka, menyertakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, mendengarkan dengan perhatian serta memperoleh informasi yang dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan. Melalui proses interaksi para anggota dapat mengetahui adanya kepercayaan, dukungan, keterbukaan, perhatian, dan keterusterangan. Sehingga iklim komunikasi dapat berubah menurut cara pengaruh komunikasi melalui interaksi antar anggota organisasi. Iklim komunikasi organisasi, menggambarkan iklim komunikasi fisik yang menyatakan cara orang bereaksi terhadap aspek-aspek organisasi dalam menciptakan suatu iklim organisasi, tetapi ada yang menyatakan, iklim organisasi dan komunikasi sebagai gabungan beberapa persepsi yang berfungsi sebagai tujuan evaluasi secara keseluruhan. Proses komunikasi dalam organisasi, yaitu meliputi perilaku manusia, baik hubungan antar pegawai, harapan-harapan mereka, konflik yang terjadi dan kesempatan bagi mereka untuk berkembang dalam organisasi tersebut (Pace dan Faules, 2002: 147 ) Frantz dalam bukunya Mahmuh Abdullah (2008: 66), bahwa iklim komunikasi organisasi yang baik sangat berpengaruh pada pekerjaan, baik itu sebagai motivasi untuk menaingkatkan kinerjanya atau untuk pengembangan pribadi dan perilaku karena memberikan rasa percaya diri yang tinggi. Dengan demikian tingkat usaha yang dihasilkan menjadi tinggi. Adapun usaha yang harus dilakukan itu ialah aktivitas, langkah-langkah, kualitas, dan waktu. Menurut Poole dalam bukunya Arni Muhammad (2002: 79) ”Iklim komunikasi sangat penting karena mengkaitkan kontek organisasi dengan konsepkonsep. Perasaan-perasaan, dan harapan anggota organisasi dan membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi”. Redding dalam bukunya Arni Muhammad,(2002: 85) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi , sebagai berikut:
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Supportiveness.atau bawahan mengemati bahwa hubungan komunikasi karyawan dengan atasan menentukan karyawan membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. Gibb dalam bukunya Masmuh Abdullah (2008: 45) bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota organisasi mengarahkan kepada iklim Supportiveness. Diantara tingkah laku tersebut adalah sebagai berikut. 1.
Deskripsi, aggota organisasi mengfokuskan pesan mereka kepada kejadian yang dapat diamati dari pada evolusi secara subyektif atau emosional.
2.
Orientasi masalah, aggota organisasi mengfokuskan komunikasi mereka kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.
3.
Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam merespon terhadap situasi yang terjadi.
4.
“Empathi”, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.
5.
“Provisionalis”, anggota organisasi bersifat fleksibel menyesuaikan komunikasi yang berbeda-beda diri pada situasi
b.
Partisipasi membuat keputusan, kesadaran pada diri karyawan memandang bahwa hubungan komunikasi dengan atasan memiliki manfaat dan pengaruh untuk di dengarkan dan di perhatikan.
c.
Kepercayaan, kepercayaan merupakan keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar sebuah bukti, intuisi atau pengalaman. Artinya kepercayaan ini terbentuk karena pengetahuan, kebutuhan dan kepentingan seseorang.
d.
Keterbukaan
terusterang,
adanya
keterusterangan
dan
keterbukaan
penyampaian dan penerimaan dalam komunikasi formal maupun informal. e.
Tujuan kinerja yang tinggi, tingkat kejelasan dan uraian tentang tujuan-tujuan kinerja yang di komunikasikan dan dirasakan oleh karyawan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, bahwa iklim komunikasi sebagai
kualitas yang di alami secara subyektif yang menerangkan persepsi para anggota commit to user tentang pesan dan pristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi di dalam
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organisasi. Dengan demikian maka prinsip dasar iklim komunikasi adalah persepsi kognitif dan afektif individu mengenai organisasi yang mempengaruhi perilakunya dalam organisasi, termasuk di dalamnya adalah motivasi kerja pegawai. Sebagaimana dikemukakan oleh Arni Muhammad (2002: 87) yang mengutip pendapat Robert dan O’Reily bahwa terdapat 16 area komunikasi dalam organisasi yaitu: “Kebenaran, pengaruh, mobilitas, keinginan berinteraksi, pengahargaan dari atasan, penyimpanan, kelebihan beban,rasa puas, berkesan dengan tulisan, tatap muka, dan percakapan melalui telepon dan lain-lain”. Pendapat tersebut juga didukung oleh Munchinsky bahwa” dimensi tersebut berhubungan secara signifikan dengan iklim organisasi” ( Arni Muhammad, 2002: 87). Dengan demikian iklim komunikasi organisasi dapat meliputi struktur organisasi berikut segala aktivitas hubungan antara bagian dari struktur organisasi. Pengukuran lain dikemukakan untuk mengukur rasa puas komunikasi yang di batasi dengan rasa puas individual yang berhubungan dengan komunikasi informal dalam organisasi. Secara khusus instrumen ini mengukur rasa puas karyawan dengan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Iklim komunikasi Komunikasi dari supervisi Integrasi organisasi Kualitas media Komunikasi horisontal dan informal Perspektif organisasi Komunikasi bawahan Balikan pribadi
Iklim komunikasi organisasi dapat dikatakan tergantung pada iklim organisasinya sebagai lingkungan yang terdapat interaksi sosial di antara orangorang yang terlibat di dalam organisasi. Untuk itu perlu dijelaskan tentang iklim organisasi terlebih dahulu. M Payne dan Pugh dalam Arni Muhammad (2002: 82), Iklim komunikasi adalah ” Suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial”. Sebagai suatu konsep, maka iklim organisasi memiliki dimensi-dimensi tertentu. Menurut Litwin dan Stringers dalam Arni Muhammad (2002: 83) dimensi lklim organisasi terdiri dari: 1. Rasa tanggung jawab 2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3. Ganjaran atau reward 4. Rasa persaudaraan 5. Semangat tim Setelah memahami tentang iklim organisasi serta dimensi-dimensinya, selanjutnya perlu diketahui juga tentang ilmu komunikasi secara umum. Denis dalam Arni Muhammad (2002: 86) mengemukakan bahwa “ Iklim komunikasi sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencangkup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi”. Untuk mempermudah pembahasan iklim komunikasi organisasi, Pace dan Faules dalam hal ini menawarkan enam faktor untuk menganalisis iklim komunikasi organisasi (Pace dan Faules, 2002: 163), yaitu: 3a)
Kepercayaan Menurut Arni Muhammad (2004: 112) bahwa “ Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan ”. Haney dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 174) mengemukakan bahwa makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Menurut John C. Mowen&Michael Minor dalam Lina Salim(2002: 312 ) bahwa “Kepercayaan adalah semua pengetahuan yang di miliki oleh pegawai dan semua kesimpulan yang di buat pegawai tetap obyektif”. Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas dapat dipahami bahwa kepercayaan merupakan hubungan antara ke dua belah pihak yang saling menguntungkan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan makin tinggi kepercayaan cenderung motivasi kerja makin tinggi. Hal yang sangat kritis bagi para pimpinan untuk mengidentifikasi atribut mencolok yang dapat di gunakan oleh pegawai untuk mengevaluasi sebuah masalah, maka seorang pimpinan harus menyadari bahwa suatu obyek, atribut dan manfaat menunjukkan persepsi konsumen dan karena itu, umumnya kepercayaanan seorang karyawan berbeda dengan karyawan lainnya. Pimpinan juga harus mengingat bahwa kepercayaanan yang di berikan pimpinan terhadap dirinya sendiri terhadap sebuah tugas tertentu. 3b)
Pembuatan keputusan bersama Menurut Arni Muhammad (2004: 111) bahwa “Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka ”. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.Tetapi umumnya pimpinan mau memberikan informasi ke bawah bila merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan itu tetap dipegangnya. Menurut (Suyati Prawirosentono 2002: 5-6) pengambilan keputusan didefinisikan sebagai berikut: “Bagaimana memberikan pedoman atau pegangan kepada orangorang atau organisasi dalam mengambil keputusan, sekaligus commit to user memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam kondisi idak
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pasti” ( How to assist people or organization in making decisions, and improving the decision process under of uncertainty). Pengambilan keputusan menurut Muhyadi (2002: 178) ialah proses pemilihan yang diantara berbagai alternatif yang tersedia (decion making is a proses of selecting among available alternatives, atau proses pemikiran dan tindakan yang menghasilkan pemilihan tingkah laku (decisition making is the process of thought and action that result in choice behavior). Dari pendapat di atas bahwa pengambilan keputusan merupakan pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab intern maupun ekstern dalam organisasi, serta mengawasi
pelaksanaan
kerja
bawahannya,
dalam
melakukan
kepemimpinannya. Seorang pemimpin di beri kewenangan atau hak untuk bertindak atau menuntut tindakan oleh bawahannya. Pada sebuah organisasi, peran pengambilan keputusan sangat penting karena berpengaruhi terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Mulai dari penentuan tujuan organisasi, pemilihan bentuk, jenis kegiatan yang dilaksanakan, jumlah dan kualitas anggota yang terlibat, jenis produk yang dihasilkan, dan
sebagaimana, semuanya adalah akibat dari
pengambilan keputusan yang diambil. Oleh karena itu simon berpendapat bahwa fungsi pengambilan keputusan merupakan fungsi yang paling mendalam bagi seorang manajer dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah pemilihan salah satu diantara berbagai alternatif yang tersedia. Untuk dapat menentukan pilihan terbaik, perlu dilakukan penilaian terhadap berbagai alternatif tersebut dan setelah itu di ikuti dengan tindakan yang merupakan pelaksanaan dari keputusan yang telah diambil. Secara agak terperinci tahap-tahap pengambilan keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut: a.
Identifikasi masalah atau penentuan tujuan yang hendak dicapai lewat keputusan yang akan diambil.
b.
Pengembangan dan pencarian berbagai alternatif yang mungkin dapat commit to user diambil.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Penilaian terhadap berbagai aspek yang sudah dikembangkan.
d.
Menentukan pilihan yang terbaik.
e.
Melaksanakan pilihan yang sudah ditentukan.
f.
Melaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan keputusan. Secara ringkas tahap-tahap pengambilan keputusdan dapat dijelaskan
sebagai berikut: a.
Identifikasi masalah atau tujuan. Keputusan masalah diambil bermula dari rasanya masalah atau problem tertentu yang menghendaki pemecahan. Masalah yang dihadapi dapat berupa masalah besar dan dapat juga masalah kecil yang hampir setiap hari dihadapi. Apapun jenis bobot atau masalah yang dihadapi, terlebih dahulu harus dikenali masalah apa yang sebenarnya di rasakan sehingga pemecahan dapat dilakukan secara tepat.dalam bidang organisasi, kemampuan untuk dapat mengenal masalah dengan benar ini sangat penting sebab masalah-masalah yang sesungguhnya dihadapi sangat komplek. Kecuali menyangkut segi proses yang memang lebih sering menimbulkan masalah, organisasi menghadapi juga faktor manusia yang sukar diprediksi.
b.
Pengembangan alternatif Pengembangan alternatif adalah berbagai kemungkinan yang tepat diambil untuk mengatasi masalah yang dirasakan. Terhadap suatu masalah yang timbul pada umumnya dapat dilakukian berbagai cara pemecahan. Setiap pemecahan masalah mengandung kelebihan dan kelemahan masalah tertentu. Untuk mengambil keputuasan yang paling menguntungkan
perlu
dikembangkan
sejumlah
pilihan.
Dalam
mengembangkan berbagai alternatif tersebut perlu masing-masing di identifikasikan keuntungan dan kerugiannya. c.
Penilaian terhadap alternatif Sebelum menentukan pilihan alternatif mana yang akan dimbil, terlebih dahulu dilakukan penilaian terhadap berbagaia alternatif yang user tersedia. Pertimbangancommit yang to digunakan untuk melakukan penilaian
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terutama
menyangkut
segi-segi
yang
menguntungkan
dan
menguntungkan masing-masing alternatif. d.
Pemilihan alternatif. Bentuk
pengambilan
keputusan
yang
sebenarnya
ialah
pemilihan alternatif yang dinilai pal;ing tepat dan paling baik di antara berbagai alternatif yang tersedia, pemilihan alternatif merupakan tindak lanjut dari penilaian setelah pertimbangan berbagai keuntungan dan kerugian, karena setiap alternatif mengandung keuntungan dan kerugian, maka pilihan yang diambil adalah pilihan yang optimal, yaitu pilihan yang masih, memberikan keuntungan
(meskipun tidak
maksimal) tetapi tidak menimbulkan kerugian yang berarti. e.
Pelaksanaan pilihan. Alternatif yang telah dipilih baru memiliki nilai keputusan setelah dilaksanakan. Pelaksanaan alternatif dapat dilibatkan anggota organisasi, dapat pula hanya sebagai dari mereka, tergantung pada jenis keputusan yang di ambil.
f.
Penentuan terhadap pelaksanaan. Agar keputusan yang telah diambil dan kemudian dilaksanakan mencapai sasaran yang telah ditentukan, pelaksanaan perlu dipantau (dimonotor). Dari berbagai pemantauan itu diperoleh umpan balik yang berguna dalam menyempurnakan kegiatan selanjutnya sehingga keputusan yang telah diambil tersebut memberikan hasil yang diharapkan.
3c)
Kejujuran Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “ apa yang ada pada pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara pada temen sejawat, bawahan, atau atasan. Kejujuran adalah keadaan yang memungkinkan ketersediaan informasi yang commit user dapat diberikan dan didapat oleh to masyarakat luas. Kejujuran merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
kondisi yang memungkinkan partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara. Di samping itu, keterbukaan juga akan mengakibatkan batas-batas teritorial suatu negara menjadi kabur. Kecanggihan teknologi dan informasi membuat batas-batas teritorial suatu negara menjadi tidak berarti. Seseorang akan dengan mudah memberikan dan menerima informasi sesuai dengan keinginannya. Pada akhirnya kejujuran akan mengakibatkan hilangnya diferensiasi (perbedaan) sosial. Akan tetapi, kejujuran akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di suatu negara. Di lihat dari aspek sosial budaya, kejujuran akan memberikan ruang gerak bagi masuknya budaya-budaya barat yang sama sekali berbeda dengan budaya masyarakat Indonesia. Dilihat dari aspek ideologi, kejujuran akan memberikan ruang bagi tumbuh dan berkembangnya ideologi-ideologi dari luar yang tidak sesuai dengan kepribadian suatu bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, munculnya era kejujuran akan membawa dampak yang sangat buruk apabila kita tidak dapat mempersiapkan diri.
3d)
Keterbukaan dalam berkomunikasi ke bawah Komunikasi ke bawah menunjukan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Menurut Lewis(1987) dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 108) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke bawah ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya tinggi kepada personel yang satuan kerjanya lebih rendah. Bentuk komunikasi ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian atau teguran kepada bawahan. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari pengertian tersebut kemudian diturukan untuk indikator komunikasi ke bawah adalah: a.
Penjelasan atasan dalam memberikan petunjuk kerja.
b.
Pemberian pujian dari atasan ke bawahan.
c.
Pemberian teguran dari atasan ke bawahan. Jalannya komunikasi ke bawah dapat digambarkan sebagai berikut:
Pimpinan
Media Feed Back Pesan
Karyawan Gambar 2. komunikasi ke bawah Sumber : T. Hani Handoko (2003 : 281) Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk: a.
Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
b.
Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
c.
Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaankebijaksanaan organisasi, insentif. Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan
bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya. Keberhasilan organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya. Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan dengan tugas to user kemampuan mereka untuk mereka saat ini, yang commit mempengaruhi
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagianbagian lainnya, dan yang berhubungan luas dengan perusahaan, organisasi, para pemimpin dan rencana-rencana. 3e)
Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas Dalam bukunya Arni Muhammad (2004: 117)Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepeda tingkat yang lebih tinggi. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke atas ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya rendah kepada personel yang satuan lebih tinggi. Salah satu bentuk komunikasi ini adalah laporan kerja. Dari pengertian tersebut kemudian diturukan untuk indikator komunikasi ke atas adalah: a.
Penyampaian laporan dari bawahan ke atasan.
b.
Penyampaian saran / pendapatan dari bawahan ke atasan
c.
Penyampaian keluhan dari bawahan ke atas Komunikasi ke atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Pimpinan
Media Feed Back Pesan
Karyawan Gambar 3. komunikasi ke atas Sumber : T. Hani Handoko (2003 : 281) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41 digilib.uns.ac.id
Hambatan dalam Komunikasi ke atas •
Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.
•
Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik kepada masalah mereka.
•
Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas
•
Perasaan karyawan bahwa supervisor dan pimpinan tidak dapat menerima dan merespon terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan.
3f)
Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sondang P. Siagian (2002: 38) bahwa “ Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Menurut Prawirosentono (2002: 2) menyatakan bahwa: “Permormance atau kinerja sebagai hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam saatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai normal maupun etika “. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian kinerja menyangkut beberapa hal, antara lain : 1. Merupakan hasil kerja 2. Sesuai wewenang dan tanggung jawab 3. Dalam rangka mencapai tujuan 4. Pelaksanaan secara legal Tujuan penilaian kinerja yang tinggi. Menurut Prawirosentono (2002: 23) menjelaskan ”Bahwa sebuah studi yang dilakukan akhir-akhir ini mengidentifikasi ada dua puluh macam tujuan informasi kinerja yang commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berbeda-beda”. Yang dapat dikelompokkan dalam empat macam kategori, yaitu: 1.
Evaluasi yang menekankan perbandingan antar-orang.
2.
Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.
3.
Pemeliharaan sistem.
4.
Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya manusia bila terjadi peningkatan. Efektifitas
dari
perhatian
kinerja
yang tinggi
diatas
yang
dikategorikan dari dua puluh macam tujuan penilaian kinerja ini tergantung dalam sasaran bisnis strategis yang ingin dicapai. Oleh sebab itu penilaian kinerja diintegrasikan dengan sasaran-sasaran strategis karena berbagai alasan Schuler&Jackson dalam P Siagian (2000 : 48), yaitu: 1.
Mensejajarkan tugas individu dengan tujuan organisasi
yaitu,
menambahkan deskripsi tindakan yang harus diperlihatkan karyawan dan hasil-hasil yang harus mereka capai agar suatu strategi dapat hidup. 2.
Mengukur kontribusi masing-masing unit kerja dan masing-masing karyawan.
3.
Evaluasi kinerja memberi kontribusi kepada tindakan dan keputusankeputusan administratif yang mempertinggi dan mempermudah strategi.
4.
Penilaian kinerja dapat menimbulkan potensi untuk mengidentifikasi kebutuhan bagi strategi dan program-program baru.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran untuk sampai pada pemberian sementara atas dasar masalah yang telah di rumuskan yang berguna mewadai teori-teori yang seolah-olah terlepas satu sama lain menjadi rangkaian yang utuh mengarah pada jawaban sementara. Berdasarkan pada landasan teori yang telah di tetapkan terdapat gambaran bahwa suatu organisasi perlu adanya komunikasi. commit to user Komunikasi organisasi adalah
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suatu proses penyampaian berita yang terjadi dalam suatu organisasi tertentu ( sesuatu yang terjadi dalam proses kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu ) dan dalam rangka mencapai tujuan organisasi tertentu. Maka berdasarkan iklim komunikasi dan iklim komunikasi secara umum, maka dapat di ketahui iklim komunikasi organisasi untuk pencapaian tujuan yang baik. Persepsi atas kondisi-kondisi kerja karyawan, saling percaya, partisipasi dalam membuat keputusan, pemberian dukungan, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kerelaan mendengarkan komunikasi dari bawahan, keprihatinan untuk kinerja yang tinggi, yang membangun iklim komunikasi organisasi. Tidakkah mungkin dalam suatu organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien tanpa adanya komunikasi dengan bawahan. Selain komunikasi antar pimpinan dengan bawahan perlu juga bagi suatu organisasi untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara sesama karyawan supaya terjadi ke kompakan kerja. Agar tujuan organisasi dapat tercapai, iklim komunikasi yang terbuka perlu juga untuk menigkatkan komunikasi sesama rekan kerja, iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari beberapa dimensi, sebagai berikut: Kepercayaan, pengambilan keputusan, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi keatas, perhatian pada berkinerja tinggi, sehingga dengan hubungan yang baik mereka akan di hargai sekalipun mereka hanyalah pegawai biasa, sehingga dapat di simpulkan bahwa manfaat dari komunikasi yang baik adalah sebagai salah satu alternatif peningkatan efektivitas kerja karyawan.
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk memperjelas uraian di atas, di gambarkan kerangka pemikiran ini sebagai berikut :
Organisasi
a. Kepercayaan b. Pembuatan keputusan bersama c. Kejujuran d.Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah e. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas f. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi
Iklim Komunikasi
Pencapaian Tujuan
Gambar 4 :Kerangka Pemikiran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ilmiah ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Suatu penelitian dapat dikatakan bermutu akan mengandung kebenaran ilmiah apabila peneliti tersebut dilakukan melalui prosedur yang sistimatik, obyektif dan berdasarkan data yang benar. Menurut Usman dan Akbar (2000: 42) ” Metodologi penelitian adalah suatu
pengkajian
dalam
memperoleh
peraturan-peraturan
yang
terdapat
dipenelitian. Sedangkan Menurut Winarno Surachmad (2001:131) menyatakan bahwa “ Metodologi merupakan ilmu tentang cara-cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan teknik-teknik serta alat tertentu”. Berdasarkan kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metodologi adalah ilmu yang membahas dan mempelajari tentang metode-metode atau cara-cara tertentu yang harus ditempuh dalam melaksanakan kegiatan penelitian untuk tujuan tertentu.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu tempat penelitian untuk memperoleh data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Di dalam melaksanakan penelitian ini peneliti memilih lokasi di Kejaksaan Negeri Klaten, dengan alasan sebagai berikut: 1.
Tersedia data dan informan yang di butuhkan dalam melaksanakan penelitian.
2.
Lokasi di Kejaksaan Negeri Klaten mudah dijangkau sehingga memudahkan penelitian dalam mengambil data.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 (enam) bulan terhitung mulai dari pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian, diawali commit user proposal penelitian ini disetujui dari bulan Juli 2010 sampai Januari 2011,tosetelah
45
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari pihak-pihak yang berwenang.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan penelitian secara detail dan lengkap diperlukan suatu bentuk pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam penelitian yaitu kualitatif, kuantitatif dan kombinasi antara keduanya. Pendekatan ini mempunyai dasar filosofis yang berbeda-beda yang akhirnya membawa konsekuensi perbedaan pada pelaksanaan teknis pada penelitian selanjutnya. Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini maka peneliti mengguanakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bogdan & Taylor yang terdapat dalam buku Lexy J. Moleong (2007:4) menyatakan bahwa “ Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sedangkan menurut Kirk & Miller dalam buku Lexy J. Moleong (2007:4) mendefinisikan bahwa “ Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya”. Menurut Iskandar dalam bukunya Metodologi penelitian pendidikan dan sosial kualitatif dan kuantitatif (2008:186) bahwa “ Pentingnya penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan data-data yang berbentuk lisan maupun tulisan, peneliti dapat memahami lebih mendalam tentang fenomenafenomena atau peristiwa-peristiwa setting sosial yang berhubungan dengan fokus masalah yang diteliti”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek peneliti, misalnya : perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara holistik atau menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata, pada to memanfaatkan user konteks khusus yang alamiah dancommit dengan metode ilmiah. Dalam
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif karena peneliti ingin menggambarkan secara menyeluruh dan tidak membuktikan suatu hipotesis.
2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian diperlukan untuk mengkaji permasalahan yang diteliti secara tepat. Strategi yang dipilih akan digunakan untuk mengamati, mengumpulkan informasi, mengkaji analisis hasil penelitian dan untuk menetapkan sampel serta pemilihan instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan informasi. Menurut H.B. Sutopo (2002:112) mengemukakan bahwa “ Dalam penelitian kualitatif dikenal adanya studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda. Secara lebih jelas studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda masih dibedakan adanya jenis terpancang ataupun holistis penuh”. Berdasarkan pendapat tersebut dinyatakan bahwa strategi penelitian dibedakan menjadi tiga, yaitu: a.
Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menentukan yang menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan.
b.
Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki lapangan.
c.
Holistik penuh yaitu penelitian dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan. Berdasarkan permasalahan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif dan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal terpancang. Studi kasus merupakan pembahasan kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit yang dipandang sebagai kasus. Kasus dapat terbatas pada satu orang, satu lembaga, satu peristiwa dan kelompok objek lain yang dipandang tunggal dalam arti hanya ada satu masalah yang akan diteliti, sedangkan maksud terpancang adalah apa yang diteliti dibatasi commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada aspek yang sudah dipilih sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, sehingga dalam pengumpulan data terarah pada tujuan penelitian.
C. Sumber Data
Sumber data menurut Suharsimi Arikunto (2002:107) adalah “Subjek dari mana data dapat diperoleh”. Sumber data secara singkat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : 1.
Person : sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau angket (orang).
2.
Place : sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Diam : ruang, benda, warna dan lain-lain. Bergerak : aktifitas, kinerja dan lain-lain.
3.
Paper : sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar dan simbol-simbol lainnya. Menurut Lofland & Lofland dalam bukunya Lexy J. Moleong (2007:157),
“Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sedangkan menurut H.B. Sutopo(2002:49) bahwa “Sumber data kualitatif dapat berupa manusia, tingkah laku, dokumen dan arsip serta berbagai benda lain”. Berdasarkan uraian tersebut maka untuk memperoleh data informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian tersebut, sumber data diambil dari : a.
Informan Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai seluk-beluk permasalahan yang diperlukan dalam penelitian. Menurut H.B Sutopo (2002: 49) “ dalam penelitian kualitatif posisi nara sumber sangat penting, sebagai individu yang memiliki informan”. Yang bertindak sebagai informan adalah orang yang di pandang mengetahui masalah yang akan di pakai peneliti, serta sebagai informan adalah: 1. Kepala Kejaksaan Negeri Klaten 2. Kepala Urusan Kepegawaian commit to user 3. Kasubag Pembinaan
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
4. Kepala Seksi Intelijen 5. Kasubsi Tata Usaha 6. Staf Karyawan b.
Tempat dan Peristiwa Lokasi penelitian adalah Kantor Kejaksaan Negeri Klaten yang beralamat di jalan Pemuda Selatan No. 82 Klaten yang menjadi tempat berlangsungnya pelaksanaan operasional atau kegiatan sehari-hari dari kantor tersebut.
c.
Arsip dan Dokumen Arsip menurut The Liang Gie (2000: 118) “ Arsip adalah suatu kumpulan warkat yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali”. Dokumen menurut Trimo dalam buku Ign. Wursanto (2003:42), “Dokumen adalah semua bahan pustaka, baik yang berbentuk tulisan, cetakan maupun bentuk rekaman lainnya seperti pita suara/cassets, video tapes, film, filmstrip, slide, microfilm, microfiche, gambar dan foto”. Sedangkan menurut Guba & Lincoln dalam buku Lexy J. Moleong menyatakan bahwa saat ini orang membedakan dokumen dan record . “ Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau penyajian akunting. Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film …”. Adapun alasan digunakan dokumen sebagai keperluan penelitian menurut Guba & Lincoln dalam buku Lexy J. Moleong (2007:217) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.
Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Adapun dokumen yang dijadikan sumber dalam penelitian ini adalah
dokumen program kerja Kepala Pimpinan Kejaksaan dan Karyawan Kejaksaan Negeri Klaten.
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik sampling merupakan kegiatan untuk merumuskan tentang siapa dan berapa banyak sampel yang akan dijadikan sebagai sumber informasi. Menurut Husaini Usman (2004:44) teknik sampling berguna untuk : 1.
Mereduksi anggota populasi menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya (representatif), sehingga kesimpulan terhadap populasi dapat dipertanggung jawabkan.
2.
Menghemat waktu dan tenaga. Teknik sampling yang lain adalah snowball sampling. Menurut Yin yang
dikutip oleh H.B. Sutopo (2002:57), menyatakan bahwa: Teknik snowball sampling digunakan bilamana peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informasi dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak tahu siapa yang tepat untuk dipilih, karena tidak mengetahui kondisi dan sruktur warga masyarakat dalam lokasi tersebut sehingga tidak bisa merencanakan pengumpulan data secara pasti. Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan snowball sampling yaitu peneliti pertama kali menentukan informan yang dianggap paling mengetahui informasi yang relevan dengan penelitan dan selanjutnya pemilihan informan ini dapat berkembang ke informan lain yang dianggap mengetahui suatu data/informasi. Penentuan jumlah informan ini akan berhenti bila pengambilan informasi sudah cukup untuk menjawab masalah penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memecahan masalah agar dapat terpecahkan secara tuntas, maka di to user perlukan suatu data yang valid, commit sedangkan untuk mendapatkan data yang valid
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka perlu dilakukan suatu teknik pengumpulan data. Menurut Goetz da LeComte dalam H.B. Sutopo (2002:78) bahwa “ Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua cara yaitu teknik interaktif dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara mendalam dan observasi langsung, sedangkan metode non interaktif meliputi observasi kuesioner dan mencatat dokumen maupun arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1.
Teknik Wawancara Menurut Lexy J. Moleong (2007:186), “ Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yabg memberikan jawaban atas pertanyaan itu”. Sedangkan menurut Husaini Usman (2004:57-58), “ Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung, dimana pewawancara yang disebut interviewer sedangkan orang yang diwawncarai disebut interviewee”. Menurut Lincoln & Guba dalam Lexy J. Moleong (2007:186), maksud mengadakan wawancara antara lain “ Mengkonstruksi mengenai
orang,
kejadian,
organisasi,
perasaan,
motivasi,
tuntutan,
kepedulian, dan lain-lain …”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab antara interviewer dengan interviewee secara langsung. Berdasarkan sifatnya wawancara dibedakan menjadi dua yaitu wawancara berencana dan wawancara tidak berencana. Wawancara berencana adalah wawancara yang dilakukan dengan menyiapkan daftar pertanyaan terlebih dahulu dan tidak menutup kemungkinan pertanyaan dalam wawancara tersebut berkembang sesuai data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Sedangkan wawancara tidak berencana adalah wawancara yang dilakukan secara langsung tanpa membuat daftar pertanyaan commit to user terlebih dahulu.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini wawancara dikaksanakan secara berencana dan terbuka artinya mereka tahu tujuan dari wawancara baik secara formal maulun informal sehingga dapat memberikan informasi secara bebas dan objektif tanpa adanya tekanan. 2.
Analisis Arsip dan Dokumen Menurut Husaini Usman (2000:73), “ Analisis dokumen adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen”. Analisis dokumen dilakukan dengan cara menganalisa dan mencatat arsip dan dokumen lain yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Kegiatan kantor di Kejaksaan Negeri Klaten.
3.
Teknik Observasi Menurut Lexy J. Moleong (2007:175) bahwa, “ Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data; pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek”. Menurut Husaini Usman (2004:54) menyatakan bahwa, “ Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti”. Sedangkan Cholid Narbuko (1999:70) menyatakan, “ Observasi / pengamatan merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki”. Sehingga peneliti dalam hal ini terjun langsung ke lokasi penelitian mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian yang meliputi : keadaan Kejaksaan Negeri Klaten dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi non partisipan (observasi tak berperan), yaitu peneliti tidak ikut berpartisipasi langsung dalam populasi atau tidak menjadi bagian dari populasi.
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F. Validitas Data
Validitas data adalah ketepatan atau keakuratan data yang telah dikumpulkan, dimana data tersebut akan dianalisis dan diterik kesimpulan akhir penelitian. Untuk menetapkan keakuratan data tersebut maka diperlukan teknik pemeriksaan data yang dilakukan dengan triangulasi data. Validitas data sangat diperlukan agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Menurut H.B. Sutopo (2002:70) bahwa, “ Validitas merupakan jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsiran makna penelitiannya”. Menurut Lexy J. Moleong (2007:330) menyatakan bahwa, “ Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”. Menurut Patton dalam Lexy J. Moleong (2007:330) bahwa triangulasi dibagi menjadi empat macam yaitu: 1.
2.
3.
4.
Triangulasi Data (Data Triangulation) Triangulasi data sering disebut juga triangulasi sumber. Data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber satu bisa lebih teruji kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda. Triangulasi Peneliti (Investigator Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamatan lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Triangulasi Metode (Methodological Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan yang berbeda. Triangulasi Teoritis (Theoretical Triangulation) Triangulasi ini dilakukan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data atau sumber dan metode.
Triangulasi data / sumber adalah dengan membandingkan dan meng-cross check derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber data yang berbeda, dalam hal ini yang dilakukan peneliti adalah membandingkan data yang diperoleh dari wawancara dan informan yang satu dengan informan yang lain. commit to user Sedangkan triangulasi metode adalah pengumpulan data tetapi dengan
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda, misalnya suatu saat data dikumpulkan dengan metode wawancara disaat lain menggunakan observasi dan analisis dokumen, dalam hal ini peneliti membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi di Kejaksaan Negeri Klaten.
G. Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:248): Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Menurut Bogdan & Taylor dalam bukunya Iskandar (2008:221) menyatakan bahwa “ Analisis data sebagai proses yang mencari usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu”. Sedangkan menurut Gay dalam buku Iskandar (2008:221) menyatakan bahwa “Analysis of data can investigated by comparing responses on one data with responses on other data”. Maksudnya adalah analisis data dilakukan dengan menguji kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain. Di dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif mengalir. Menurut Matthew B. Miles & Michael Hubberman (2002:16) analisis data terdiri dari 3 kegiatan yaitu : 1.
2.
Reduksi Data Proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang terdapat dilapangan. Menurut Lexy J. Moleong (2007:247) reduksi data dilakukan dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu kegiatan untuk menyusun sekumpulan informasi yang memberikan commit kemungkinan to useradanya penarikan kesimpulan dan penentuan tindak lanjut. Untuk memudahkan peneliti dalam mengambil
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
kesimpulan maka data yang sudah diperoleh perlu disajikan dalam bentukbentuk tertentu guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang terpadu. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Dalam melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan sejak pengumpulan data kemudian mencari makna data. Reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan merupakan alur kegiatan yang terjadi bersama-sama serta sebagai proses siklus dan interaktif. Penarikan kesimpulan merupakan analisis rangkaian pengolahan data yang berupa gejala dan kasus yang didapat di lapangan. Penarikan kesimpulan bukanlah langkah final dari suatu kegiatan analisis karena kesimpulan-kesimpulan tersebut terkadang masih belum jelas sehingga perlu diverifikasi. Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan
pengumpulan data. Setelah memperoleh data, reduksi data segera dibuat dan dengan penyajian data. Dari sajian data tersebut dapat dipergunakan untuk menyusun kesimpulan sementara. Kesimpulan ini masih bersifat sementara karena jika ada data baru maka kesimpulan tersebut dapat berubah. Untuk memperjelas, peneliti sajikan model analisis interaktif mengalir sebagai berikut:
Penyajian Data
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Gambar 5. Skema Model Analisis Data Interaktif Sumber: Matthew B. Miles & Michael Hubbermanyang dikutip oleh soetardi, (2005:20)
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan suatu proses tahapan atau langkah-langkah penelitian yang menggambarkan kegiatan sejak awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan. Menurut Hurber dan Milles dalam Soetardi (2005: 25), tahaptahap penelitian terdiri dari : 1.
2.
3.
4.
Tahap Persiapan Tahap persiapan penelitian ini terdiri dari penyusunan rancangan penelitian, pemilihan lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian, persoalan etika penelitian. Tahap pelaksanaan Tahap pekerjaan lapangan dibagi menjadi tiga bagian yaitu memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan, berperan serta sambil mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumen. Ketiga teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan valid. Tahap Analisis Data Tahap analisis data dibagi atas tiga bagian yaitu konsep dasar analisis data, menemukan tema dan merumuskan hipotesis dan bekerja dengan hipotesis. Tahap Penulisan Laporan Penelitian Merupakan tahap akhir dimana peneliti mulai menyusun hasil laporan yang telah disusun secara rapi dilanjutkan dengan penggandaan laporan sesuai dengan jumlah yang di butuhkan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa prosedur tersebut
sebagai berikut : 1.
Penyususunan Proposal Proposal penelitian ini memuat pendahuluan, landasan teori dan metodologi penelitian yang diajukan kepada pembimbing dan ketua program untuk mendapat persetujuan.
2.
Pengurusan Perijinan Tahap ini dilakukan setelah proposal disetujui oleh pembimbing dan ketua program, serta mengajukannya ke Kantor Kejaksaan Negeri Klaten
3.
Pengumpulan Data Pada tahap ini peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan informan, observasi dan analisis dokumen. commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Analisis Data Analisis data dilakukan bersamaan dengan tahap pengumpulan data untuk menghindari data hilang. Analisis data dilakukan dengan mengatur, mengurutkan dan mengelompokkan data agar data dapat disajikan secara terperinci.
5.
Penyusunan Laporan Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian, tahap ini dilakukan setelah pengumpulan data dan analisis data sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Penyusunan laporan penelitian akan diujikan dan dipertanggung jawabkan dihadapan tim penguji skripsi, untuk kemudian diperbanyak sesuai dengan kebutuhan. Untuk lebih memperjelas, berikut sistematis prosedur penelitian yang
lebih rinci :
Tahap Pra Lapangan
Pengumpulan Data dan Analisis Awal
Analisis Akhir
Penarikan Kesimpulan
Penulisan Laporan
Tahap Lapangan
Perbanyak Laporan Gambar 6. Bagan Prosedur Penelitian Sumber : Matthew B. Miles & Michael Hubberman yang dikutip oleh Soetardi (2005:25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bab IV Laporan Hasil Penelitian A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1.
Sejarah singkat berdirinya Kejaksaan Negeri Klaten
Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 1999 tentang susunan organisasi dan Tata kerja Kejaksaan Republik Indonesia. Kejaksaaan adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara penegak hukum di bidang penuntutan dalam tata susunan kekuasaan badan-badan penegak hukum dan keadilan. Di pimpin oleh Kepala Kejaksaan yang bertangung jawab kepada Jaksa Agung. Berdasarkan pengertian tersebut, Kejaksaan dalam melaksankan tugas dan wewenang di bidang penuntutan bertujuan untuk memelihara kebijakan di bidang penuntutan dengan ciri khas yang menyatu dalam tata pikir, tata laku, dan tata kerja. Kejaksaan Negeri Klaten terletak di wilayah pemerintahan kota Klaten. Kejaksaan Negeri Klaten berdiri di atas hak tanah pakai dengan luas 9640² berada di Jl. Pemuda Selatan No 82. luas wilayah kejaksaan 665,56 Km dan letak wilayah Bujur Timur 110.30 – 110.45. lintang selatan 7.30 – 7.45. Bangunan Kejaksaan Negeri Klaten terdiri dari bangunan-bangunan yang memanjang dari arah utara ke selatan, batas wilayah sebelah Utara Kabupaten Boyolali, sebelah Timur Kabupaten Sukoharjo, sebelah Selatan Gunung Kidul, sebelah Barat Kabupaten Sleman. Bangunan Kejaksaan Negeri Klaten pada mulanya berdiri sejak jaman belanda. Tentang bangunan-bangunan yang ada di lokasi Kejaksaan Negeri Klaten tersebut, pada mulanya sebagai berikut : Pada tahun 1950, di tengah kota Kabupaten Klaten berdiri sebuah gedung besar, yang motifnya bangunan belanda. Di situ suatu Asisten Residen Belanda, setelah di tinggal kantor tersebut di tempati 3 (tiga) commit to user instansi:
58
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Pengadilan Negeri Klaten 2. Kantor KALPOLRES 3. Kejaksaan Negeri Klaten Dari ketiga instansi tersebut, yang pertama meninggalkan gedung Asisten Residen Belanda adalah KAPOLRES, setelah memiliki dgedung sendiri. Kemudian di susulnya kantor Pengadialan Negeri Klaten yang menempati kantor baru, sedangkan Kejaksaan Negeri Klaten tetap menggunakan dan menguasai aset bangunan negara tersebut sampai sekarang ini, walaupun Kejaksaan Negeri Klaten sudah mendirikan gedung baru sejak tahun 1982 di Jl. Pemuda Selatan No 82.
2.
Lokasi Kejaksaan Negeri Klaten
Kantor Kejaksaan Negeri Klaten
berlokasi di Jalan Jl. Pemuda
Selatan No 82 Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
3.
Visi, Misi dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten
Kejaksaan Negeri Klaten sebagai lembaga pemerintah tingkat kabupaten yang melaksanakan kekuasaan negara terutama di bidang penuntutan dan menganut asas satu dan tidak terpisah-pisahkan dalam melaksanakan penuntutan, memiliki kewajiban untuk mewujudkan Visi, Misi dan Motto Kejaksaan Negeri Klaten sebagai berikut: a.
Visi Mewujudkan Kejaksaan Negeri Klaten sebagai lembaga penegak hukum yang independen dengan menjunjung tinggi HAM dalam negeri hukum berdasarkan Pancasila.
b.
Misi 1. Penanganan penyelidikan perkara tindak pidana dan tindak pidana perkara penting lainnya. 2. Peningkatan kualitas penanganan dan penyelesaian tindak pidana yang commit to user menarik perhatian masyarakat.
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia, sarana dan prasarana serta efektifitas dan efisien pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan. c.
Motto TRI KARAMA ADHYAKSA 1.
Satya Kesetiaan yang bersumber pada rasa jujur baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa terhadap diri sendiri dan keluarga maupun kepada manusia.
2.
Adhi Kesempurnaan dalam bertugas dan unsur utama pemilihan rasa tanggung jawab, bertanggung jawab baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, terhadap keluarga dan terhadap sesama manusia.
3.
Wicaksana Bijaksana dalam tutur kata dan tingkah laku khususnya dalam pengetrapan kekuasaan dan kewenangan.
4.
Struktur Organisasi
Berdasarkan Keputusan Kejaksaan Negeri Klaten tentang penjabatan tugas, fungsi dan pembagian kerja di Kejaksaan Negeri Klaten, susunan organisasi Kejaksaan Negeri Klaten terdiri 16 (enam belas) jabatan struktur yaitu: a. Kepala Kejaksaan Negeri Klaten b. Kasubag Pembinaan c. Kaur Kepegawaian d. Kaur Keuangan e. Kaur Perlengkapan f. Kaur Tata Usaha dan perpustakaan g. Kasi Intelijen h. Kasubsi Sospol
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i. Kasubsi EK. Dan Moneter j. Kasubsi Prodsarin k. Kasi Pidum l. Kasubsi Prapenuntut m. Kasubsi Penuntut n. Kasi Pidsus o. Kasubsi Penyelidikan p. Kasi Datun Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing pegawai akan dijelaskan sebagai berikut: 1.
Kepala Kejaksaan Negeri Klaten Tugas dan wewenang : a. Memimpin dan mengendalikan Kejaksaan dalam melaksanakan tugas wewenang dan fungsi serta pembinaan aparatur Kejaksaan agar berdaya guna dan berhasil guna. b. Menerapkan dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan hukum dan keadilan baik preventif maupun regretif yang menjadi tanggung jawabnya sesuai peraturan perundang-undangan. c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, eksekusi, dan tindakan hukum lain berdasarkan peraturan perundang-undangan. d. Mengkoordinasi penanganan perkara pidana tertentu dengan instansi terkait meliputi penyelidikan dan penyidikan serta melaksanakan tugas yustisial. e. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan dapertemen, lembaga pemerintahan non depertemen, lembaga negara, instansi dan organisasi lain untuk memecahkan masalah yang timbul terutama yang menjadi tanggung jawabnya.
2.
Kepala Sub Bagian Pembinaan Tugas Pokoknya:
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kepala Sub Bagian pembinaan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang kesekretarisan di lingkungan Kejaksaan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 12, Kepala Sub Bagian Pembinaan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Pelaksanaan
penyiapan
rumusan
berupa
pembinaan,
kesekretarisan
kebijakan pemberian
teknis
di
bidang
bimbingan,
dan
pengamatan teknis. b. Pelaksanaan koordinasi dengan semua satuan kerja dalam rangka penyiapan rumusan rencana dan program kerja. c. Pelaksanaan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, dan penyajian data kegiatan. d. Pelaksanaan peningkatan kemampuan, ketrampilan, kedisiblinan dan integritas kepribadian parat serta pelaksanaan pengamatan teknis atas pelaksanaan tugas, sesuai petunjuk pimpinan Kejaksan Negeri Klaten.
3.
Kepala Urusan Kepegawaian Tugas Pokoknya: Melaksanakan sebagian tugas dan wewenang di bidang kepegawaian di lingkungan Kejaksaan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 65, Kepala Urusan Kepegawaian menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Menyiapkan rumusan kebijakan di bidang kepegawaian berupa pemberian bimbingan, pembinaan dan pengamalan teknis. b. Menyiapkan bahan rencana dan program kerja serta laporan pelaksanaannya. c. Pelaksanaan penyusunan formasi berdasarkan hasil analisis jabatan dan karir pegawai. d. Penyiapan bahan pengembangan pegawai dan penyusunan ketentuanketentuan mengenai jabatan fungsional. e. Pelaksanaan mutasi kepegawaian. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f. Penyiapan
bahan
penetapan
pemensiunan
dan
pemberhentian
pegawai. g. Pelaksanaan ketatanegaraan kepegawaian. 4.
Kepala Urusan Keuangan Tugas Pokonya: Melaksanakan tugas dan wewenang di bidang keuangan di lingkungan Kejaksaan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 64, Kepala Urusan Keuangan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Menyiapkan rumusan kebijaksanaan di bidang keuangan berupa pemberian bimbingan pembinaan dan pengamalan teknis. b. Penyiapan bahan rancangan dan program kerja serta laporan pelaksanaannya. c. Pelaksanaan dan koordinasi penyusunan rencana anggaran rutin. d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi keuangan. e. Pelaksanaan administrasi barang dan uang, milik negara yang menjadi tanggung jawabnya. f. Pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional penbendaharaan.
5.
Kepala Urusan Perlengkapan Tugas Pokoknya: Melaksanakan tugas dan wewenang di bidang perlengkapan di lingkungan Kejaksaan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 99, Kepala Urusan Perlengkapan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Menyiapkan rumusan kebijaksanaan kelengkapan berupa pembinaan bimbingan, pembinaan dan pengamatan teknis. b. Penyiapan
bahan
rencana dan
program
pelaksanaan. c. Penyususnan rencana kebutuhan perlengkapan. commit to user
kerja serta laporan
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian
dan
pemeliharaan
perlengkapan. e. Pengadministrasian investarisasi dan penghapusan perlengkapan. f. Pengaolahan atas milik negara yang menjadi tanggung jawab dan penyususnan teknis pemeliharaan perlengkapan.
6.
Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan Tugas Pokoknya: Tugasnya melaksanakan urusan ketatausahaan dan perpustakaan di lingkungan Kejaksaan Negeri Klaten. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 45, Kepala Urusan Tata Usaha dan Perpustakaan
menyelenggarakan fungsinya,
sebagai berikut: a. Pelaksanaan penggandaan dan pendistribusian surat dan dokumen. b. Pelaksanaan penyusunan, penyimpanan, penyajian kembali urusan lain yang berhubungan dengan kearsipan. c. Penyusunan pengetikan dan penggandaan peranan melayani tamu yang datang dan ingin bertemu Kepala Pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten. d. Pelaksanaan urusan pemeliharaan bahan pustaka, berupa dokumen dan pelayanan jasa perpustakaan. e. Penggandaan bahan pustaka, sarana dan perlengkapan perpustakaan serta pengadministrasian.
7.
Kepala Seksi Intelijen Tugas Pokoknya: Mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan kegiatan intelijen yustisial di bidang sosial, politik, keuangan, pertahanan, keamanan dan ketertiban umum untuk mendukung kebijaksanaan penegakan hukum dan keadilan baik preventif maupun regretif. commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 130, Kepala Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Pelaksanaan Koordinasi dengan semua satuan kerja dalam rangka penyiapan rumusan dan program kerja. b. Pelaksanaan pengumpulan, pencatatan, pengolahan dan penyajian data kegiatan. c. Pelaksanaan
peningkatan
pengamanan
kemampuan,
ketertiban,
disiplin dan integritas kepribadian aparatur serta pelaksanaan pengamanan teknis ataas pelaksanaan tugas, sesuai petunjuk kepala intelijen. d. Melaksanakan pengadministrasian di bidang administrasian intelijen e. Melaksanakan pembuatan kartu tik (pendata)
8.
Kepala Sub Seksi Sosial Politik Tugas pokoknya: Melaksanakan sebagian tugas intelijen di bidang politik, ideologi, pertahanan keamanan, ketertiban umum dan sosial budaya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 130, Kepala Seksi Intelijen menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Melaksanakan pengadministrasian tentang tenaga kerja asing b. Melaksanakan pengadministrasian tentang lalu lintas orang asing c. Melaksanakan pengawasan tentang aliran kepercayaan masyarakat d. Melaksanakan pengawasan tentang pengobatan tradisional (BATRA)
9.
Kepala Sub Seksi Ekonomi dan Moneter Tugas pokoknya: Tugasnya
melaksanakan
kegiatan
operasi
intelijen
Yustisial
penyelidikan, pengamanan dan penggalangan di bidang ekonomi dan politik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 179, Kepala Sub Seksi Ekonomi dan Moneter menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Pengamanan investasi produk dan moneter b. Pengamanan distribusi dan perdagangan c. Pengamanan sumber daya d. Melaksanakan pengadministarsian data/kegiatan operasi penyelidikan intelijen Yustisial. e. Membuat uraian trekapitulasi / operasi intelijen Yustisial
10. Kepala Sub Seksi Prodasarin (produksi dan saran intelijen) Tugas pokok: Tugasnya melaksankan sebagian tugas dan fungsi kepala intelijen di bidang produksi dan sarana intelijen. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 188, Kepala Sub Seksi Prodarin menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Melaksanakan pengadministarsian surat-surat di seksi intelijen sesuai dengan KEPJA Nomor 552/A/JA/10/2002 Tanggal 23 Oktober 2002. b. Melaksanakan pembuatan kartu tik yang terdiri dari: 1.
Kartu Indek
2.
Kartu Tuk Biodata
3.
Kartu Tik Tersangka
4.
Kartu Tik Organisasi
5.
Kartu Tik Barang cetakan
c. Membuat laporan bulanan d. Pengadministrasian Kliping pers
11. Kepala Seksi Pidana Umum Tugas pokok: Melakukan
prapenuntut, pemeriksaan tambahan, penuntutan, userputusan pangadilan, pengawasan pelaksanaan penetapan commit hukum todan
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 14, Kepala Seksi Pidana Umum menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Perumusan kebijakan teknik kegiatan yustisial pidana umum berupa pemberian bimbingan dalam bidang penuntutan sebagai tugasnya. b. Perencanaan pelaksanaan dan pengendalian kegiatan prapenuntut, pemeriksaan, tambahan, penuntutan dalam tindak pidana umum terhadap keamanan negara dan ketertiban umum. c. Pelaksanaan penetapan hukum dan putusan pengadilan, pelaksanaan pengawasan, terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan pelaksanaan tindak hukum lainnya dalam perkara tindak pidana umum serta pengadminitrasian. d. Pemberian sarana, konsepsi tentang pendapat atau pertimbangan hukum jaksa mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam kejaksaan penegak hukum. e. Pembinaan dan peningkatan kemampuan ketrampilan dan integritas kepribadian aparat tindak pidana umum di lingkungan Kejaksaan.
12. Kepala Sub Seksi Prapenuntut Tugas pokok: Melaksanakan tugas pidana umum di bidang prapenuntut berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kejaksaan bidang pidana umum. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 218, Kepala Sub Seksi Prapenuntut menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Penyimpanan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang prapenuntut berupa pemberian bimbingan, pembinaan, dan pengamanan teknis. b. Pengumpulan data dari laporan dan kejaksaan di daerah mengenai pelaksanaan prapenuntut orang dan harta benda.
commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pengendalian, koordinasi dan pengawasan pelaksanaan penyidik serta peningkatan teknis penyelidikan di bidang keamanan negara dan ketertiban umum. d. Pelaksanaan penerimaan laporan pemberian penyidikan, penelitian, pengolahan,
pengadministrasi
berkas
perkara
dan
penyiapan
kelengkapan berkas perkara orang dan harta benda. e. Pemberian bimbingan dan petunjuk teknis pengumpulan, penelitian, pengolahan dan penelahan serta pengadministarsian laporan dari kejaksaan di daerah dan instansi.
13. Kepala Sub Seksi Penuntut Tugas Pokok: Melaksanakan tugas dari pidana umum di bidang penuntutan berdasarkan kebijakan teknis yang di terapkan oleh Kepala Seksi Pidana Umum. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 229, Kepala Sub Seksi Penuntut menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Penelaah terhadap data dan laporan dari kejaksaan daerah mengenai penuntut, penghentian penuntut serta penggunan upaya hukum. b. Pengendalian penuntutan, penggantian penuntutan dan penggunaan upaya hukum. c. Penyiapan pendapat dan saran yang berhubungan dengan penuntutan dan pengguaan upaya hukum. d. Pengumpulan dan pengadminitrasian penerimaan data atau laporan dari kejaksaan di daerah mengenai tahanan, barang bukti atau sitaan yang berhubungan dengan penuntut dan penggunaan upaya hukum.
14. Kepala Seksi Pidana Khusus Tugas pokoknya : Tugasnya
melaksanakan
penyelidikan,
penyelidikan,
pemeriksaan
tambahan, penuntutan, pelaksanaan penetapan hukum dan putusan to pelaksanaan user pengadilan, pengawasan,commit terhadap keputusan lepas bersyarat
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan tindak hukum lain megenai tindak pidana ekonomi, korupsi, atau tindak pidana lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan perundang-undangan dan kejaksaan yang di tetapkan oleh pimpinan Kejaksaan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 230, Kepala Seksi Pidana Khusus menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Perencanaan, pelaksanan dan pengadilan kegiatan penyelidikan, penyidikan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, eksekusi atau melaksanakan penetapan hukum dan putusan pengadilan. b. Pembinaan kerja sama, pelaksanaan koordinasi dan pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak pidana khusus dengan instansi dan lembaga yang terkait mengenai penyelidikan
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
dan
kebijakan yang telah di tentukan. c. Pengamanan teknis atau pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang tindak pidana khusus berdasarkan peraturan perundanganundangan.
15. Kepala Sub Seksi Penyelidikan Tugas Pokok: Tugas tindak pidana khusus penyelidikan perkara pidana korupsi, tindak pidana ekonomi dan tindak pidana khusus lainnya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 270, Kepala Sub Seksi Penyelidikan menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a.
Penerimaan, alasan dan penelitian terhadap pengaduan, laporan, dan menyiapkan pendapat dan saran.
b.
Penyiapan perumusan kebijaksanaan teknis di bidang penyelidikan tindak pidana korupsi, kejahatan ekonomi, dan pidani khusus lainnya: berupa pemberian, pembinaan dan pengamatan teknis.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Pelaksanaan kegiatan penyelidikan, pemberhentian penyelidiakan dalam perkara tindak pidana korupsi, tindak pidana ekonomi dan lainnya.
d.
Perumusan rencana dan program kerja laporan pelaksanaan.
16. Kepala Saksi Datun Tugas Pokok: Melaksanaan pemeriksaan tambahan dan pelaksanaan penetapan hakim serta tindakan hukum lainnya, di bidang perkara tindak ekonomi dan tindak pidana umum. Dalam melaksanakan fungsinya sebagaimana pada pasal 280, Kepala Sub Seksi Saksi Datun menyelenggarakan fungsinya, sebagai berikut: a. Penerimaan berkas perkara tahap pertama dan menyiapkan petunjuk kepada penyidik atau penyempurnaan berkas perkara tersebut. b. Penerimaan berkas dan pertanggung jawaban atas tersangka dan barang bukti. c. Pengumpulan dan penyiapan bahan pengendalian dan memantau jalannya persidangan melalui harian penerimaan persidangan. d. penyiapan bahan laporan pelaksanaan dan program kerja, pengelolaan dan dan peneleah laporan di Kejaksaan.
5.
Kondisi Karyawan
a. Jenis Karyawan Karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten terdiri dari pegawai tetap. b. Jumlah Karyawan Sampai saat ini jumlah keseluruhan yang berkerja di Kejaksaan Negeri Klaten adalah 60 orang yang meliputi karyawan tetap. c. Waktu Kerja 1. Kejaksaan Negeri Klaten menerapkan 5 hari kerja, yaitu senin sampai dengan Jum’at
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Jam kerja bagi karyawan tetap yaitu Hari Senin–Kamis = 07.00 – 16.30 WIB Hari Jum’at
= 07.00 – 11.00 WIB
3. Untuk jam istirahat, waktu yang ditentukan selama 1 (satu) jam yaitu pukul 12.00 – 13.00 WIB. d. Cuti Adapun cuti yang diberikan oleh pegawai adalah: 1. Cuti tahunan dengan ketentuan 12 bulan kerja tanpa terhenti merupakan cuti 12 hari yang dapat di ambil sekaligus. 2. Cuti besar, menjalankan tugas selama 5 tahun tidak terhenti mendapat cuti besar selama 3 bulan. 3. Cuti melahirkan, dengan ketentuan sampai kelahiran kedua selam 3 bulan dan mendapat gaji 100%. 4. Cuti haid bagi karyawanti, dengan ketentuan selama 2 hari. e. Hari Libur Hari libur resmi, setiap karyawan yang bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten berhak atas libur resmi yang ditetapkan pemerintah. f. Fasilitas dan Jaminan Sosial Sehingga kompetensi atas hasil kerja dan karyawan, perusahaan juga untuk memberikan
fasilitas
dan
jaminan
sosial
untuk
meningkatkan
kesejahteraan karyawan untuk fasilitas pengobatan di ganti penuh dan di pertangungjawab oleh pemerintah Kejaksanaan Negeri Klaten merupakan instansi pemerintah, maka tunjangan kesehatan semua di pertanggung jawabkan oleh negara.
6.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana sangat penting dalam menunjang tugas pokok dan fungsi anggota karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten. Dimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang membutuhakan alat pendukung yang commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memandai. Kondisi dan investasi sarana dan prasarana karyawan Kejaksaan Negeri Klaten sebagai berikut: a.
Perlengkapan Kantor Tabel 2. Kondisi dan Investarisasi sarana dan prasarana Kejaksaan Negeri Klaten. No
Jenis
Jumlah
Keadaan
1
Ruang Kantor
23 Ruang
Baik
2
Ruang rapat
3 Ruang
Baik
3
Ruang Sidang
1 Ruang
Baik
4
Tempat parkir
2 Anjungan
Baik
5
Komputer Destop
20 Buah
Baik
6
Komputer Leptop
10 Buah
Baik
7
Printer
18 Buah
Baik
8
Mesin Tik
3 Buah
Baik
9
Lemari besi
20 Buah
Baik
10
Filling Kabinet
18 Buah
Baik
11
Brankas
2 Buah
Baik
12
Meja Rapat
70 Buah
Baik
13
Kursi Rapat
75 Buah
Baik
14
Sound System
2 Ruangan
Baik
15
Jaringan Telpon
3 Nomor
Baik
16
Kursi Eselon II
10 Buah
Baik
17
Kursi Eselon III
3 Buah
Baik
18
Kursi Eselon IV
7 Buah
Baik
19
Mobil Dinas
15 Buah
Baik
20
Motor Dinas
9 Buah
Baik
21
Instalasi air
2 Unit Pompa
Baik
22
Instalasi Listrik
3 Pass
Baik
23
Ruang Kantin
1 Ruang
Baik
24
Ruang Tamu (pendopo) Ruang commit to 1user
Baik
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pengembangan Sumber Daya Manusia / Aparat Kejaksaan Negeri Klaten Pengembangan sumber daya manusia / aparat Kejaksaan Negeri Klaten di laksanakan secara terus menerus melalui pembinaan dan dorongan Kepala Kejaksaan Negeri Klaten antara lain : 1.
Apel pembinaan setiap hari senin
2.
Pengawasan melekat seperti absensi, disiblin jam kerja dan pelaksanaan segala peraturan yang telah digariskan dan pengawasan atasan langsung kepada bawahan.
3.
Banyak yang di ikutkan dan di kirimkan untuk mengikuti Diklat Dari kegiatan yang dilakukan tersebut, dapat diperoleh manfaat
yang sangat besar bagi seluruh aparat Kejaksaan Negeri Klaten yaitu: 1.
Beberapa jaksa dan karyawan yang di nilai oleh Kepala Pimpinan yang cakap dan mampu telah di promosikan untuk diberikan tugas sebagai pejabat struktur.
2.
Dengan tidak mengurangi ciri dan kepribadian sebagai masyarakat Klaten yang menjunjung kelembutan, sopan namun tegas, seluruh aparat Kejaksaan Negeri Klaten telah mendapatkan kepercayaan yang mencari keadilan, terbukti besarnya perhatian penyuluhanpenyuluhan hukum yang di laksanakan dan permintaan penyuluhanpenyuluhan hukum dari berbagai lapisan masyarakat, khususnya dari lingkungan pemerintah daerah, yayasan dan LSM.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang di amati dalam penelitian ini yaitu berdasarkan tentang Analisis Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten. Berdasarkan Tujuan Penelitian sebagai berikut upaya memecahkan masalah penelitian yang telah di tetapkan, menggunakan metode pengumpulan data dan metode, maka peneliti sebelum melakukan analisis, peneliti perlu memberikan gambaran mengenai commit data yang sebagai berikut: to dirumuskan user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
a.
74 digilib.uns.ac.id
Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
Kepercayaan Kondisi dan situasi lingkungan kerja di Kejaksaan Negeri Klaten mencerminkan adanya kecenderungan sikap saling percaya baik antara pimpinan dengan bawahan, bawahan ke pimpinan, maupun antara karyawan dengan karyawan. Sikap saling percaya antara anggota organisasi Kejaksaan Negeri Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan informasi sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan tugas kewajibannya ataupun informasi tentang realitas sosial yang baik di Kejaksaan Negeri Klaten, dapat berupa komunikasi vertikal dari atas ke bawah, dimana pimpinan memiliki rasa percaya pada bawahannya dalam memberikan informasi, intruksi atau penugasan. Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh informan I pada wawancara tanggal 27 Oktober 2010, sebagai berukit: ”Hal itu sangat perlu mbak, karena dalam organisasi pekerjaan tanpa didasari kepercayaan, pekerjaan tidak akan berjalan dengan baik. Seperti saya memberikan tugas kepada bawahannya dengan percaya kepada bawahannya dalam menyelasaikan tugas tersebut dengan kemampuan bekerja. Jadi bekerja semampunya dan berusaha memberikan yang terbaik ”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara tanggal 29 September 2010 sebagai berikut:” ”Ya kalau hubungan dengan pimpinan terjalin baik mbak, kan kita perlu komunikasi, tapi kalau sudah tidak sepaham dulu, dari mereka tidak percaya maka informasi dari saya itu cuma sia-sia mbak, mereka akan percaya jika kita memberitahu sebenarnya, selama kita bisa shering ya kita bisa mengeluarkan pendapat kita kayak gimana, misalnya saya punya masalah dengan pekerjaanku, saya minta pendapat bagamana jalan keluarnya tentang masalah itu, jadi tidak aku simpan dan bisa dibahas dengan pimpinan, kecuali misalnya masalah pribadi, tapi kalau masalah pekerjaan saya harus tanya “. Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan IV, commit to user dalam wawancara tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut ” Pastilah mbak,
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
pimpinan dalam memberikan instruksi kepada bawahannya harus didasari sikap saling percaya agar tujuan yang di inginkan dapat tercapai dengan baik“. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pimpina terhadap bawahan dalam memberikan informasi, instruksi, selalu didasari oleh sikap percaya, hal tersebut merupakan hal utama dalam menjalankan tugas, jadi pimpinan Kejaksaan melihat prestasi kerja karyawan dalam menjalankan tugasnya. Komunikasi vertikal antara bawahan ke atasan, biasanya tingkat kepercayaan bawahan kepada atasan akan lebih karena atasan merupakan yang paling tinggi di Kejaksaan Negeri Klaten, hal ini dapat di lihat dalam kegiatan sehari-hari, saat bawahan menjalankan tugas dari pimpinan. bawahan dalam menjalankan tugasnya selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan tugasnya agar mendapatkan nilai positif dari pimpinan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan II pada tanggal 29 September 2010, sebagai berikut “ Ya pasti itu mbak, saya jika mendapatkan tugas dari pimpinan selalu menyelesaikan sebaik mungkin kan, dan pekerjan itu agar segera selesai.”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara tanggal 30 September 2010 sebagai berikut: ”Ya terkadang pimpinan lebih percaya dengan karyawannya yang aktif dan penilaian kinerja selama di Kejaksaan itu baik, berbeda jika karyawan itu tidak tertib atau sering melanggar peraturan yang ada di Kejaksaan, misalnya berangkat selalu terlambat atau sering absen kerja ”. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Kepercayaan itu modal dasar dari suatu hubungan mbak, jadi kalau sudah tidak percaya dulu lebih baik ya kita berusaha agar pimpinan percaya kepada kita”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Kepercayaan antara bawahan ke atasan dapat dilihat dalam bawahan commitsemakin to user cepat pekerjaan itu diselesaikan menjalankan tugas dari pimpinan,
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan hasil yang baik, maka tingkat kepercayaan pimpinan terhadap bawahan tersebut semakin tinggi . Sikap saling percaya itu juga terjadi secara horisontal, seperti karyawan dengan karyawan dalam menjalankan tugasnya. biasanya bersifat informal, berbeda dengan komunikasi vertikal yang cenderung formal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh informan III pada tanggal 30 September 2010, sebagai berikut “ Komunikasi antar bagian itu juga penting, malahan sangat penting, yaitu terutama untuk menyampaikan target yang dihendaki, jadi harus ada komunikasi, kalau tidak ada tujuan tersebut tidak akan tercapai mbak “. Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut ” Komunikasi sesama karyawan sering dilakukan mbak, dalam menjalankan tugas bersama menyelesaikan kasus yang benar-benar perlu dan harus segera di laksanakan, jadi dalam tim itu harus saling adanya sikap saling percaya”. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut: ”Biasanya dalam tugas penyelidikan dalam suatu khasus mbak, kita membentuk suatu tim khusus dalam menyelidiki hal tersebut, jadi dalam suatu tim tersebut harus ada kepercayaan sesama, jika tidak ada kepercayaan tim tersebut tidak akan tercapai tujuan yang di inginkan ”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten secara vertikal. baik dari atasan ke bawahan ataupun dari bawah ke atas sampai saat ini berjalan dengan baik. Antara pimpinan dan karyawan mempunyai hubungan yang baik dalam
keseharian,
sehingga
mempunyai
rasa
percaya
dan
saling
menghormati. Komunikasi organisasi dalam sikap kepercayaan tidak hanya secara vertikal, dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas tetapi juga dilaksanakan secara horisontal, dalam meningkatkan kepercayaan dari karyawan ke karyawan. Sesama karyawan dalam menjalankan tugas bersama atau kelompok harus ada sikap percaya agar tugas tersebut dapat terselesaikan commit to user bersama tanpa adanya perselisihan.
perpustakaan.uns.ac.id
b.
77 digilib.uns.ac.id
Pembuatan Keputusan Bersama Berdasarkan struktur organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten, pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab intern dalam organisasi untuk suatu pengambilan keputusan, serta mengawasi pelaksanaan kerja bawahannya. Dalam melakukan kepemimpinannya, seorang pemimpin memberi kewenangan atau hak untuk bertindak atau menuntut tindakan oleh bawahannya. Kewenangan yang di miliki seorang pemimpin pada prinsipnya terdiri atas hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk memerintah. Dasar kewenangan di berikan oleh adanya pelimpahan kewenangan dari otoritas yang lebih atas, yang di tuangkan dalam suatu keputusan, atau kewenangan yang di berikan oleh para bawahan. Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan I, dalam wawancara tanggal 27 September 2010 adalah sebagai berikut: ”Untuk rapat kita sering mengadakan rapat setiap sebulan sekali atau rapat bulanan yang dilakukan oleh pimpinan ke karyawan suatu waktu, kalau ada hal-hal penting yang perlu di cari jalan keluarnya, sehingga dengan adanya rapat tersebut kita mendapatkan solusi dari setiap masalahnya”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan II, dalam wawancara tanggal 29 September 2010 sebagai berikut ” Komunikasi kan setiap hari mbak, setiap kita bertemu pimpinan kita bisa bertanya apabila kita mengalami kesulitan, kita kan bisa meminta pendapat pimpinan tersebut mbak. ”. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan III , dalam wawancara tanggal 30 Oktober 2010 sebagai berikut ” Ketentuan yang ada di Kejaksaan semua atas keputusan oleh pimpinan, tetapi semua karyawan kerjaksaan juga mempunyai hak untuk memberikan usulan-usulan”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan suatu keputusan semua ditangan pimpinan atas informasi dari
pimpinan pusat, demi kemajuan ke depan Kejaksaan lebih bersifat
kekeluargaan sehingga hubungan antara atasan dengan bawahan tidak terlalu jauh, karena dalam suatu pekerjaan pimpinan perlu juga masukan dari to user bawahan dalam menentukancommit suatu keputusan yang terbaik demi kemajuan
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
Kejaksaan Negeri Klaten. Besar kecilnya suatu permasalahan yang terjadi pada seorang karyawan, jika benar-benar tidak bisa menyelesaikan masalah sendiri maka secara pribadi karyawan tersebut perlu meminta solusi kepada pimpinan Kejaksaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan, seperti dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi dalam suatu organisasi untuk mengambil keputusan yang ada di Kejaksaan, selama bawahan menjalankan tugasnya. Sepantasnya selaku pimpinan Kejaksaan memperhatikan aspirasi atau pendapat dari para karyawannya. Dengan kata lain pendapat tersebut sedikit banyak akan membantu dalam proses pengambilan keputusan di Kejaksaan Negeri Klaten sehingga akan tercapai tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini Seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam wawancara tangal 29 September 2010 adalah sebagai berikut: ”Dalam kegiatan rapat berlangsung saya selalu diberi kesempatan untuk memberikan ide atau gagasan, meskipun gagasan tersebut tidak dipakai selayaknya semakin banyak pendapat semakin mudah kita mencari solusi, karena pendapat karyawan sangat di hargai oleh pimpinan, sehingga tidak ada yang di sembunyikan. Jika itu berkaitan dengan pekerjaan dan kemajuan Kejaksaan untuk ke depannya”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara tanggal 30 September 2010 sebagai berikut: ” Sering kita melakukan rapat jika benar-benar mengahadapi permasalahn, seperti rapat bulanan yang dilakukan setiap bulan sekali, di situ setiap karyawan mempunyai kesempatan untuk bertanya maupun memberikan saran, sehingga terjalin hubungan kekeluargaan, tetapi semua kebijakan ada di tangan pimpinan Kejaksaan” Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 1 Oktober 2010 sebagai berikut: ” Ya ada mbak, Setiap ada masalah selalu dicari jalan keluarnya, dengan begitu kan jadi enak, kita saling menghormati masingmasing pendapat, untuk rapat kita selalu adakan tiap hari dengan commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pimpinan, di situ kita akan mengevaluasi segala bentuk kegiatan maupun masalah yang ada di kantor”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam organisasi dan dalam mengambil keputusan sepantasnya selaku pimpinan memperhatikan aspirasi atau pendapat dari para karyawannya. Dengan kata lain pendapat tersebut sedikit banyak juga akan membantu dalam program pengambilan keputusan di Kejaksaan sehingga akan tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. semua itu tidak lepas dari kebijakan pimpinan Kejaksaan, dan semua keputusan diambil bersama dan kesepakatan pimpinan.
c.
Kejujuran Dalam proses komunikasi terdapat unsur – unsur komunikator dan komunikan. Komunikator berfungsi sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini atau komunikan memiliki fungsi menterjemahkan lambang – lambang pesan ke dalam konteks pengertiannya sendiri. Kemudian komunikan mereaksi atau memberi tanggapan, jika komunikan melakukannya secara terbuka, maka ia menjadi komunikator yang semula,atau bisa juga kepada orang lain. Dengan kata lain, komunikan menjadi komunikator bagi pesan yang baru, biasanya pesan timbal balik. Dalam komunikasi proses seperti tersebut di atas, dapat di bayangkan akibat kekacauan yang di timbulkan jika baik komunikator maupun komunikan, tidak memiliki sikap jujur. Tidak adanya kejujuran akan berakibat miskomunikasi yaang berkesinambungan,
sehingga
menyebabkan
terganggunya
kelancaran
pelaksanaan tugas anggota organisasi. Kejujuran dalam proses komunikasi di Kejaksaan Negeri Klaten selalu bersifat vertikal antara atasan ke bawahan dalam berkata ataupun melakukan sesuatu haruslah jujur, agar semua pekerjaan ynag dilakukan dapat berjalan dengan baik.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam wawancara tangal 29 September 2010 adalah sebagai berikut” Pimpinan dalam memberikan tugas atau instruksi, selalu jujur berdasarkan apa yang harus dilakukan bawahan, sehingga tugas tersebut dapat berjalan dengan baik dan karyawanpun dalam menjalankan tugas dari pimpinan merasa bertanggung jawab dalam menjalankan tugas tersebut dengan baik”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Wah, kejujuran itu perlu banget mbak, dalam kehidupan kita. Jadi kalau kita tidak jujur mana ada orang yang mau percaya sama kita ”. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut: “Dalam melakukan sesuatu tanpa di dasari dengan kejujuran dan keterusterangan tidak akan berjalan sesuai apa yang kita inginnkan, bahkan banyak dampak yang timbul akibat kurangnya kejujuran saat bekerja yang berakibat pekerjaan tidak terselesaikan dengan waktu yang di tentukan sebaiknya kejujuran itu timbul sejak kita lahir dan di dukung faktor keluarga “. Dalam kegiatan sehari-hari saat bawahan memberikan laporan kepada pimpinan hal itu juga harus sebenarnya yang terjadi, dan dilakukan bawahan selama melakukan penyeledikan di lingkungan masyarakat. Hal ini seperti yang telah di kemukakan oleh informan III, dalam wawancara tangal 30 September 2010 adalah sebagai berikut ” Saya saat menjalankan laporan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada atasan, baik secara tertulis maupun lisan, tetapi apa yang terjadi harus di laporkan tanpa adanya yang di tuutp-tutupi “. Pendapat ini juga di dukung oleh informan IV, dalam wawancara tanggal 4 Oktober 2010 sebagai berikut: “ Seharusnya apa yang belum kita pahami kita berani bertanya kepada pimpinan, agar adanya jalan keluar, sehingga kita dapat jujur dengan atasan apabila yang kita mengalami kesulitan”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut “ Di kantor kejaksaan ini, selalu diterapkan kejujuran mbak, jadi semestinya semua karyawannya berkata jujur, dan jika ada karyawanya berbuat kesalahan, pimpinan tidak segan-segan menghukum sesuai peraturan yang berlaku”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan kejujuran berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan kejujuran maka semua masalah akan terasa mudah dan orang lain percaya sama kita, kejujuran itu harus di dasari sejak kita lahir. Dalam menjalankan tugas yang benar-benar itu harus dipertanggung jawabkan, sehingga dalam pemberian tugas pimpinan Kejaksaan selalu melihat penilaian kerja karyawannya dalam bersikap, perilaku dan kejujuran semua karyawannya. Dalam penilaian kejujuran sangat dinilai, karena hal itu juga mempengaruhi sikap karyawannya dalam menjalankan tugas Negara. d.
Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan, perintah, ispirasi dan evaluasi. Perintah yang spesifik karena diintrepetasikan oleh tingkatan manajemen terendah. Komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, sehingga bawahan menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka melaksanakan pekerjaan dengan baik. Dengan lancarnya komunikasi yang berupa informasi bagi pimpinan ke bawahan, maka akan melancarkan tugas pekerjaan anggota organisasi dalam mencapai tujuannya. Hal ini Seperti yang telah di kemukakan oleh informan III, dalam wawancara tangal 30 September 2010 adalah sebagai berikut: ”Selama saya bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten, selama saya mendapatkan tugas dan wewenang dari atasan baik itu dikantor atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
lapangan, semua saya kerjakan sebaik mungkin karena hal itu dapat meningkatkan kemajuan Kejaksaan ini juga ”. Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut “ Pastilah mbak, kita bekerja kan atas informasi dan tugas dari pimpinan, dan saya sebagai seksi ketata usaha yang selalu berhubungan dengan keluar masuknya surat atau tamu yang akan menghadap pimpinan Kejaksaan“. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut: “Kadang pimpinan dalam memberikan tugas secara tertulis, tapi jika tugas itu sangat mendesak maka pimpinan memberikan informasi lewat hape, kan lebih cepat informasi yang di dapat tetapi jika setiap harinya pimpinan tidak ada acara dan memberikan tugas kepada karyawannya, maka pimpinan secaar lisan dan memanggil seseorang yang dipercayakan dan mampu menjalankan tugas yang pimpinan berikan” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa informasi yang di dapat karyawan dari pimpinan Kejaksaan, bisa berupa tertulis atau bersifat lisan, sesuai kebutuhan yang digunakan, bahkan disaat perkembangan yang semakin modern dan teknologi yang berkembang sangat pesat, misalnya informasi yang yang dapat disampaikan dengan cepat melalui hape, email dan lainnya. Asalkan informasi yang di berikan sampai pada tujuannya. Tetapi pimpinan dalam memberikan tugas kepada karayawnnya sering secara langsung kepada karyawan yang bersangkutan untuk menjalankan tugas tersebut, sehingga dengan pimpinan bertatapan secara langsung maka dapat terjadi timbale balik dari karyawan apabila ada permasalahan terhadap pekerjaan tersebut.
e.
Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas Komunikasi dalam suatu organisasi salah satunya berbentuk hubungan vertikal ke atas yaitu proses menyampaikan pesan dari pihak dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (atasan).. commit to user Hubungan vertikal ini pada umumnya berupa laporan–laporan yaitu laporan
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
mengenai pelaksanaan tugas para anggota organisasi. Komunikasi ke atas bisa berupa laporan prestasi kerja, saran-saran
dan rekomendasi, usulan
anggaran, pendapat atau opini, permohonan bantuan atau instruksi. Informasi ke atas dalam banyak kegiatan yang di lakukan Kejaksaan Negeri Klaten kurang memadai di bandingkan komunikasi ke bawah, namun demikian media-media tersebut dapat di gunakan untuk meningkatkan informasi ke atas dalam suatu organisasi. Seperti yang telah di kemukakan oleh informan I, dalam wawancara tanggal 27 September 2010 adalah sebagai berikut: “Saya selaku pimpinan di sini, juga berusaha mendengarkan tanggapan, aspirasi bawahan, terkadang dalam melakukan kegiatan atau menjalankan tugasnya, di kejaksaan seperti yang kami lakukan secara rutin, dalam rapat paripurna disana bawahan berhak menyanpaikan aspirasi atau usulannya selain dalam rapat bulanan kita juga biasa bertanya kepada pimpinan jika kita benar-benar mengatasi permasalahannya “. Pendapat ini juga di dukung oleh informan II, dalam wawancara tanggal 29 September 2010 sebagai berikut “ Pimpinan selalu bersifat terbuka dan demokratis mbak, dalam menggapi informasi baik dari bawahan atau pihak luar, sehingga informasi yang ada itu bisa dipertanggung jawabkan keberadaannya”. Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut: “Saya kalau memberikan laporan kepada atasan sering berupa laporan tertulis dan saya serahkan ke meja pimpinan, karena terkadang saat pimpinan tugas di luar kota atau di luar kantor, sehingga pimpinan tidak langsung menanggapi laporan saya tersebut, tapi lebih bagus laporan itu diserahkan secara langsung kepada pimpinan jadi jika ada pertanyaan kita bisa bertanya langsung.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan informasi dari bawahan ke atasan biasanya berupa laporan tugas, saran, dan pengaduan kepada pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten. komunikasi yang terjadi secara vertikal, dan saling timbal balik antara atasan dan pimpinan, sangat penting dalam kemajuan organisasi yang adatodiuser Kejaksaan Negeri Klaten. Selain itu commit
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi dari bawahan tidak selalu di tanggapi langsung oleh pimpinan, karena pimpinan kadang bertugas di luar, misalnya di Pengadilan Negeri Klaten dalam menangani kasus, sehingga memerlukan beberapa hari menanggapi informasi dari bawahan tersebut, terkadang tanggapan itu di tanggapi saat acara rapat berlangsung.maka hal tersebut lebih baik dan sedikit membutuhkan waktu dan laporan itu biasa di selesaikan secara kita melaporkan secara langsung kepada pimpinan Kejaksaan, sehingga pimpinan akan memberikan masukan dai laporan tersebut.
f.
Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi Sasaran berkinerja Kejaksaan Negeri Klaten salah satunya adalah dapat tercapai secara efisien, efektif, dan terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan. Tercapainya tujuan yang ada di Kejaksaan memungkinkan karena adanya para pelaku yang terdapat di Kejaksaan yang bersangkutan, sehingga
baik
buruknnya
kinerja
mereka
merupakan
faktor
yang
mempengaruhi keberhasilan Kejaksaan tersebut. Kejaksaan Negeri Klaten di tuntut eksistensi dan kinerjanya untuk mampu selalu beriringan dan seirama dengan perjuangan bangsa mencapai tujuan nasional. Dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi dan berkualitas tinggi. Seperti yang telah di kemukakan oleh informan IV, dalam wawancara tanggal 4 September 2010 adalah sebagai berikut “Peran pimpinan Kejaksaan dalam pencapaian kinerja yang ada di Kejaksaan ini sangat penting, dengan adanya perhatian terhadap karyawan seperti memberikan dorongan kerja, penilaian kerja, dan orientasi kerja sehingga dapat membantu karyawan untuk semangat bekerja dan dengan hasil yang maksimal “. Pendapat ini juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut: ” Dalam visi dan misi yang ada di Kejaksaan merupakan tujuan yang pasti lembaga Kejaksaan dalam menjalankan tugas baik untuk pimpinan dan karyawan, dimana memajukan kualitas dan kuantitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
organisasi yang ada dan sumber daya manusia yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten ” Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut: “Setiap saya di berikan tugas saya selalu berusaha mennyelesaikan tugas itu, agar tugas itu tidak semakin bertumpuk, sehingga sesulit apapun tugas tersebut saya berusaha menyelesaikan, karena hal itu adalah tanggung jawab dan pengabdianya untuk negara “. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan secara garis besar, bahwa tujuan kinerja organisasi itu bisa berjalan dengan baik jika pegawainya dan pimpinan menjalankan tugas sesuai komitmen dan tujuan kejaksaan tersebut, karena tugas semua pimpinan karyawan untuk kemajuan negara, dan pemerintah berdasarkan hukum. Baik buruknya kinerja karyawan di kejaksaan dapat di lihat dari sejauh mana karyawan mampu menyelesaikan wewenang dan tanggung jawab yang di limpahkan kepadanya, tapi semua itu juga berperan aktif atasan dalam memberikan dorongan, semangat terhadap karyawannya dalam menjalankan tugas. Iklim komunikasi yang mendorong terciptanya kinerja organisasi, pegawai untuk mencapai tujuan kinerja yang tinggi perlunya perhatian, Seperti yang telah di kemukakan oleh informan II, dalam wawancara tanggal 29 September 2010 adalah sebagai berikut: “Dalam penilaian, pegawai biasanya dianggap memiliki nilai prestasi kerja yang sama dengan pegawai lain dalam satu unit bagian, selain itu dalam penilaian dengan pegawai di Kejaksaan adalah pimpinan langsung yang menilai semua karyawannya dengan selalu memperhatikan prestasi karyawan dalam “. Pendapat ini juga di dukung oleh informan III, dalam wawancara tanggal 30 September 2010 sebagai berikut “ Biasanya di kantor Kejaksaan Negeri Klaten ini dalam memberikan dorongan kepada karyawan yang berkinerja lebih baik, setiap bulan mendapat reword dari pimpinan, hal itu dilakukan agar menambah semangat karyawan dan karyawan lain untuk lebih giat bekerja dengan baik”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
86 digilib.uns.ac.id
Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut “ Pelaksanaan penilaian dan pemberian reword diberikan kepada karayawan agar memotivasi dalam bekarja, dan di nilai oleh pimpinan secara langsung.“. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa peran dari semua pihak yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, pelaksanaan penilaian kinerja karyawan yang ada di kejaksaan harus dapat memberikan penilaian yang adil, jujur dan obyektif, sehingga tidak adanya penilainya yang kurang obyektif terhadap pegawai yang satu dengan pegawai yang lain. evaluasi penilaian yang di lakukan setiap bulan sekali. Jika memanga dalam seminggu ada pegawainya dalam menjalankan tugasnya dengan baik maka pimpinan pun tidak segan-segan memberikan penilaian kepada karyawannya tersebut, setiap harinya penilaian berupa angka A. B. C lalu dari penilaian itu dikumpulkan dan dievaluasi setiap tahunnya, semakin banyak karyawan mendapatkan nilai A, maka karyawan itu dapat dilihat prestasi kerjanya sangat baik.
2.
Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
Komunikasi di lakukan dalam suatu organisasi tidak selamanya berjalan dengan lancar, Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi Organisasi sebagai berikut : a.
Kepercayaan Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai berikut : ”Saat saya memberikan tugas kepada bawahan dan dilaksanakan bawahan dengan baik maka dapat juga sebagai komunikasi, sedangkan tugas tersebut juga dapat dipertanggung jawabkan dan mampu menyelesaikan tugas tersebut, dalam saya memberikan tugas saya juga melihat kemampuan dan prestasi kerja karyawan, jika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
karyawan tersebut sering tidak melaksanakan tugasnya, maka kepercayaan saya terhadap karyawan tersebut berkurang.” Hal senada juga di ungkapkan oleh informan II dalam wawancara tanggal 29 September 2010, sebagai berikut ” Hal ini dapat menjalin komunikasi organisasi dengan baik, tugas dari pimpinan yang harus kami kerjakan, kita kerjakanpun dengan baik sehingga kita dipercaya oleh pimpinan untuk menjalankan tugas berikutnya”. Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut “ upaya komunikasi yang dilakukan pimpinan memberikan instruksi perintah secara langsung kepada karyawan, dengan memanggil karyawan tersebut ke ruang pimpinan, jika tugas tersebut benar-benar penting. Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam meningkatkan komunikasi organisasi terhadap dimensi kepercayaan yang ada secara vertikal dari atasan ke bawahan dengan cara memberikan intruksi, perintah, kepada bawahan, sehingga komunikasi itu dapat meningkatkan komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan yang terjadi di Kejaksaan Negeri Klaten. Adanya sikap saling percaya antara anggota organisasi dalam berkomunikasi secara bersama-sama. Pimpinan Kejaksaan dalam memberikan tugas kepada karyawannya dapat dilihat dari kemampuan dan tingkat kerja karyawan tersebut selama menjalankan tugas, jika karyawan itu tidak sering melanggar aturan dan selalu bekerja dengan baik, maka kepercayaan pimpinan kepada karyawan tersebut sangat tinggi. Menurut informan III pada wawancara tanggal 30 September 2010, sebagai berikut ” Rapat tim sering dilakukan jika staf bagian tertentu sedang mengurusi masalah yang berupa kelompok atau tim yang diperlukan pemecahan masalah secara bersama sehingga mendapatkan jalan keluar”. Hal tersebut di dukung oleh informan IV pada tanggal 4 Oktober 2010, sebagai berikut” Biasanya tim atau kelompok selalu dapat berkerja dengan baik, sehingga dapat memiliki hubungan antarpersonal dalam commit to user menjalan tugasnya secara bersama-sama dan tujuan yang sama”.
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
Kedua pendapat diatas juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Terkadang suatu tim itu ada salah persepsi atau beda pendapat itu sangat wajar, karena suatu ide atau pendapat seseorang itu tidak harus sama, tapi bagaimana kita bisa menyelesaikan perbedaan itu dengan baik dengan cara selalu mengadakan rapat dan harus adanya saling percaya antara tim”. Dari hasil wawancara di atas, bahwa kegiatan dalam suatu tim yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten sering terjadi dalam menjalankan suatu masalah atau kasus, hal tersebut agar bertujuan pekerjaan itu cepat selesai, dan dengan waktu yang cepat, jadi pekerjaan dalam satu tim itu perlu adanya peran aktif oleh semua kelompok tersebut dan adanya saling menghormati dan saling percaya antara tim dalam menjalankan pekerjaanya. Apalagi jika dalam membahas suatu masalah yang pendapatnya sangat berbeda sehingga perlu menyatukan pendapat tersebut tanpa adanya pertengkaran antar karyawan.
b.
Pembuatan Keputusan Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai berikut ” Kami keluarga Kejaksaan selalu mengadakan rapat paripurna dalam mengambil keputusan sehingga dapat di selesaikan secara musyawarah”. Hal senada juga di ungkapkan oleh informan III dalam wawancara tanggal 30 September 2010, sebagai berikut, ” Hya mbak,, kami selalu mengadakan rapat setiap ada permasalahan yang benar-benar penting dan perlu jalan keluarnya, sehingga kita mengadakan rapat paripurna itu, tetapi setiap minggu sekali kita juga selalu berkomunikasi kepada pimpinan jika benar-benar sedang mengalami kesulitan ”. Kedua pendapat tersebut diatas juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Rapat ini selalu di hadiri oleh semua karyawan dan di pimpinan Kejaksaan, rapat itu dimulai dengan keluhan atau masalah karyawannya selama mereka menjalankan commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tugasnya, kemudian pimpinan memberi masukan, kemudian maslah itu di putuskan bersama. ”. Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan komunikasi organisasi melaksanakan kegiatan rapat paripurna antara pimpinan dan pegawai Kejaksaan baik dalam ketentuan dinas, yang berhubungan dalam lingkup karyawan secara kekeluargaan untuk mencapai tujuan bersama, seorang pimpinan harus melakukan komunikasi secara efektif dengan karyawannya. pimpinan tidak boleh memandang sebelah mata terhadap keadaan karyawannya, dengan demikian karyawan akan tejalin secara baik, sehingga dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di Kejaksaan sering dilakukan rapat, karena peran karyawan sangat penting, dan kemajuan Kejaksaan juga atas partisipasi dan peran karyawan juga.
c.
Kejujuran Menurut informan I pada wawancara tanggal 29 September 2010, sebagai berikut ” Peningkatan SDM itu sangat penting mbak, baik dalam kepribadian, kejujuran dan keterusterangan, sehingga untuk kedepannya dapat lebih baik dan meningkatkan moral semua karyawan lebih baik”. Menurut informan VI pada wawancara tanggal 4 Oktober 2010, sebagai berikut: ”Ya kadangkan kejujuran orang itu bisa berubah mbak, apalagi di kejaksaan ini berhubungan dengan hukum, jadi jika melakukan kesalahan kita dapat dihukum sesuai aturan yang berlaku, maka perlunya kejujuran setiap karyawan untuk di uji sebaik mungkin, agar selalu berkata apa adanya. Maka sering diadakan siraman rohani di Kejaksaan untuk semua keluarga besar Kejaksaan Negeri Klaten. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan V, dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010 sebagai berikut ” Dalam meningkatkan ketaqwaan, kejujuran seseorang, apalagi karyawan Kejaksaan Negeri Klaten sering mengadakan siraman rohani setiap sebulan sekali, hal ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan dan menumbuhkan kejujuran semua karyawannya”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
Dari hasil wawancara di atas, bahwa kegiatan di Kejaksaan Negeri Klaten, dalam upaya meningkatkan kejujuran baik dalam kepribadian, ketakwaan dan kejujuran itu saat perlu demi kemajuan semua karyawan dalam kepribadian sehari-hari maupun dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan cara mengadakan siraman rohani yang anggotanya semua karyawan dan staf karyawan Kejaksaan Negeri Klaten baik yang beragama islam maupun non islam, karena siraman rohani ini bersifat umum, semua ini bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan dan selalu menumbuhkan kejujuran semua karyawan setelah mengikuti siraman rohani tersebut. Semua itu tidak lepas dari peran serta oleh pimpinan Kejaksaan yang selalu berusaha menjadikan Kejaksaan negeri klaten selalu menjadi lebih baik, baik dalam kepribadiannya dan prestasi kerjanya.
d.
Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah Menurut informan II pada wawancara tanggal 29 September 2010, sebagai berikut ” Pimpinan dalam memberikan tugas selalu secara langsung, dan terbuka kepada bawahannya, sehingga selalu adanya timbal balik antara bawahan dengan atasan ”. Hal tersebut di dukung oleh informan IV pada tanggal 4 Oktober 2010, sebagai berikut” Apapun yang kita lakukan dalam menjalankan tugas perlu kita laporkan kepada pimpinan sehingga komunikasi yang kita lakukan itu secara vertikal”. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ”Penilaian dalam suatu pekerjaan itu sangat perlu, yang dilaukukan pimpinan secara langsung mengawasi karyawannya dalam bekerja agar kita mengetahui kemampuan kita dalam bekerja, sehingga upaya komunikasi ini bertujuan untuk meningkatkan pretasi kerja karyawan lebih baik lagi”. Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan komunikasi organisasi secara vertikal ke bawah, pimpinan kejaksaan selalu commit dan to user bersifat terbuka kepada bawahannya pekerjaaanya. Bahkan dalam menilai
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karyawannya pimpinan juga secara langsung melihat prestasi kerja karyawan dalam bekerja yang bertujuan pimpinan dapat menilai sendiri. Dari penilaian tersebut maka karyawan berhak mengetahui hasil itu secara terbuka, sehingga karyawan daapt mengerti kemampuan dan prestasi kerjanya.
e.
Mendengarkan Komunikasi ke atas Menurut informan II dalam wawancara 28 September 2010, sebagai berikut : ” Ya begini, suatu kebijakan kan pasti diberitahukan kepada karyawan, begitu pula karyawan dalam memberikan saran entah itu dalam bentu tulisan atau............ , ya biasanya dalam bentuk tulisan kan tidak mungkin misalnya setiap hari kita selalu menghadap pimpinan, belum tentu kalau pimpinan sedang melaksanakan tugas di luar kota, tetapi saran itu juga dapat diusulkan saat rapat”. Hal senada juga di ungkapkan oleh informan IV dalam wawancara tanggal 4 Oktober 2010, Sarannya ya biasa, kalau ada yang harus ditulis, ada notulennya dan ada memonya mbak, tetapi biasanya karyawan berkomunikasi langsung kepada pimpinan apa yang ingin di bicarakan sehingga pimpinan dapat secara langsung menanggapi saran dan ususlan dari karyawan tersebut”. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Langsung kepimpinan kadang tidak berani mbak takut mengganggu pimpinan jika masih sibuk, maka saya menggunakan kotak saran atau memo, baru pimpinan Kejaksaan memanggil kita dan membahasnya ke ruangan pimpinan secara langsung” Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan komunikasi ke atas, perlu adanya sarana melalui tulisan atau memo yang di berikan kepada pimpinan atau melalui secara langsung mengahadap pimpinan secara langsung jika pimpinan benar-benar ada waktu, disini peran pimpinan selalu bersedia mendengarkan usulan maupun saran dari anggota organisasi tersebut, maka anggota organisasi bersedia melaporkan tugas dan adanya timbal balik dari pimpinan, dan pimpinan memberikan tanggapan dari semua
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laporan yang kita berikan. Sehingga komunikasi tersebut berjalan dengan baik.
f.
Perhatian pada berkinerja tinggi Menurut informan I dalam wawancara 27 September 2010, sebagai berikut ” Setiap setahun sekali kami semua karyawan mengadakan evaluasi kerja, yang mana diantara karyawan yang mempunyai kinerja dan penilaian yang tinggi dalam menjalankan tugasnya selama setahun, akan mendapatkan penghargaan dari Kejaksaan, yang biasanya berupa reword”. Hal senada juga di ungkapkan oleh informan V dalam wawancara tanggal 6 Oktober 2010, sebagai berikut ”Kejaksaan Negeri Klaten sering mendapatkan reword dari pusat pada tahun 2010, seperti penghargaan kedisiplinan, penghargaan menangani korupsi, dll. Kedua pendapat tersebut juga di dukung oleh informan VI, dalam wawancara tanggal 7 Oktober 2010 sebagai berikut ” Bagi yang berprestasi selalu mendapat nilai plus dari pimpinan, pimpinan secara langsung memberikan penilaian tersebut agar anggota organisasi selalu bermotivasi dalam bekerja lebih baik”. Dari wawancara diatas, dapat diketahui bahwa dalam melakukan komunikasi organisasi untuk menciptakan komunikasi dalam pegawai yang mempunyai kinerja tinggi dengan cara memberikan perhatian, dapat berupa penghargaan atau reword kepada semua anggota organisasi, dan pada khusus pada karyawan yang berprestasi dalam bekerja mendapatkan hadiah maupun penghargaan yang sebagai mana mestinya, yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten, hal itu juga dapat meningkatkan motivasi karyawan lainnya, untuk lebih bekerja lebih baik lagi, selain itu juga dapat berdampak pada kemajuan Kejaksaan Negeri Klaten, seperti penghargaan Kejaksaan Negeri Klaten dalam kedisiplinan, penanganan korupsi juara 4 se-Jawa Tengah, hal ini merupakan keberhasilan keluarga besar Kejaksaan Negeri Klaten”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93 digilib.uns.ac.id
C. Temuan Study yang dikaitkan dengan Kajian Teori
Dalam bab ini, peneliti menganalisis data yang berhasil dikumpulkan dilapangan sesuai dengan rumusan permasalahan yang selanjutnya dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Perumusan masalah dalam peneliti ini meliputi : (1) Bagaimana Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten di tinjau dari dimensi: a. Kepercayaan, b. Pengambilan keputusan, c. Kejujuran, d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, d. Mendengarkan dalam komunikasi keatas, e. Perhatian pada berkinerja tinggi. (2) Bagaimana upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola iklim komunikasi organisasi?. Berikut ini peneliti menganalisis Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten:
1.
a.
Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
Kepercayaan Menurut Arni Muhammad (2004: 112): Menyatakan bahwa “ Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan. Para pemimpin hendaklah berusaha membentuk kepercayaan di antara pengirim dan penerima pesan. Kepercayaan ini akan mengarahkan kepada komunikasi yang terbuka yang akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan ”. Dari hasil penelitian ini, bahwa kepercayaan yang terjalin antara atasan dengan bawahan di Kejaksaan Negeri Klaten merupakan hal yang terjadi antara anggota organisasi. Artinya kepercayaan ini terbentuk karena peryataan dan tindakan seseorang. Tindakan yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh semua karyawan Kejaksaan Negeri Klaten, maka akan memberikan perspektif dalam mempersepsi kenyataan pada karyawan. Kondisi lingkungan yang demikian ini mendorong terciptanya komunikasi atau hubungan yang efektif, baik hubungan vertikal ataupun to user sikap saling percaya baik antara hubungan horisontal, adanya commit kecenderungan
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pimpinan dengan bawahan. Sikap saling percaya antara anggota organisasi Kejaksaan Negeri Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan informasi sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan tugas kewajibannya .
b.
Pengambilan keputusan Menurut Arni Muhammad (2004: 111) bahwa “Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka ”. Pengambilan keputusan menurut Muhyadi (2002: 178) ialah proses pemilihan yang diantara berbagai alternatif yang tersedia (decion making is a proses of selecting among available alternatives, atau proses pemikiran dan tindakan yang menghasilkan pemilihan tingkahlaku (decisition making is the process of thought and action that result in choice behavior). Dari penelitian yang dilaksanakan, bahwa peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan struktur organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten, pimpinan merupakan kepala kesatuan organisasi yang memiliki wewenang dan tanggung jawab intern maupun ekstern dalam organisasi, serta mengawasi
pelaksanaan
kerja
bawahannya,
dalam
melakukan
kepemimpinannya. Seorang pemimpin di beri kewenangan atau hak untuk bertindak dan menuntut tindakan oleh karyawan. Kewenangan yang di miliki seorang pemimpin pada prinsipnya terdiri atas hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk memerintah yang di berikan oleh bawahannya. Komunikasi antara pimpinan dan bawahan dapat berjalan secara efektif, apabila pimpinan sesuai kewenangan yang di milikinya melibatkan atau
mengikutsertakan
bawahan
dalam
pembuatan
keputusan.
Para
bawahanlah yang ahkirnya menjadi pelaksanaan di lapangan, semakin besar keterlibatannya dalam pembuatan keputusan maka tanggung jawab atas pelaksanaan di lapangan juga semakin tinggi. Dengan demikian anggota commit to telah user di tetapkan. organisasi dapat mencapai tujuan yang
perpustakaan.uns.ac.id
c.
95 digilib.uns.ac.id
Kejujuran Menurut Arni Muhammad (2004: 123) Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan “ apa yang ada pada pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara pada temen sejawat, bawahan, atau atasan. Dari penelitian yang dilaksanakan, bahwa peneliti melihat Kejujuran yang ada di Kejaksaan merupakan kunci utama dalam menjalankan sesuatu, karena tanpa adanya sifat jujur, maka apa yang kita sampaikan kepada orang lain tidak dipercaya, dan akan menimbulkan salah paham antara orang yang satu dengan orang lain, Kejaksaan merupakan instansi pemerintah dan berbadan hukum, maka semua karyawan dan pimpinan saat dilantik untuk menjadi pegawai di Kejaksaan telah berjanji dan berkata sesungguhsungguhnya, dan selalu berbakti untuk negara. Maka agar bterwujudnya suatu usaha dalam berkerja tidak lepas dari sikap kejujuran.
d.
Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke bawah ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya tinggi kepada personel yang satuan kerjanya lebih rendah. Bentuk komunikasi ke bawah dapat berupa instruksi kerja (perintah) maupun pujian atau teguran kepada bawahan. Fungsi komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk: •
Melaksanakan kebijaksanaan, prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan. Pimpinan mempunyai hak dalam memberikan prosedur kerja, instruksi karyawannya dalam melaksanakan tugasnya, baik secara formal maupun informal, semua itu berdasarkan tugas dan seksi-seksi berdasarkan struktur Organisasi yang ada di Kejaksaan.
•
Menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran. commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain
memberikan
tugas,
instruksi
dalam
pekerjaannya,
pimpinan juga berhak memeberikan teguran kepada pegawainya jika pekerjaanya tidak maksimal dan kurang terarah untuk di evaluasi dalam laporannya. •
Memberikan informasi mengenai tujuan organisasi, kebijaksanaankebijaksaan organisasi, insentif. Tujuan organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten berusaha tercapai dengan baik seperti yang telah di tetapkan sebelumnya, pimpinan mengarahkan kepada pegawai Kejaksaan dalam menjalankan tugas sesuai dengan tujuan organisasi yaitu keadilan yang berhubungan dengan hukum dan masyarakat. Suatu organisasi dalam menyampaikan pesan akan menggunakan segala macam saluran yang tersedia. Pertama–tama saluran perintah dan tanggung jawab yang resmi. Tetapi di samping itu dapat melalui hubungan informal di antara anggota organisasi. Selanjutnya segala cara dan alat untuk mengadakan hubungan di mana mungkin hendaknya di pergunakan. Dengan demikian pesan yang di kehendaki dapat di capai tujuannya secara efektif. Dengan demikian komunikasi antara pimpinan dan bawahan dapat berjalan lancar sehingga dalam pelaksanaan tugasnya dapat sesuai dengan tujuan organisasi secara lancar. Dengan lancarnya komunikasi yang berupa informasi bagi pimpinan dan bawahan, maka akan melancarkan tugas pekerjaan anggota organisasi dalam mencapai tujuannya.
e.
Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas Menurut T. Hani Handoko (2003: 281) bahwa komunikasi ke atas ialah komunikasi yang berlangsung antara personel yang satuan kerjanya rendah kepada personel yang satuan lebih tinggi. Salah satu bentuk komunikasi ini adalah laporan kerja. Fungsi komunikasi ke atas di Kejaksaan digunakan untuk:
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
•
Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini, permohonan bantuan, dan keluhan. Pegawai Kejaksaan dalam menghadapi masalah terhadap tugasnya, maka pimpinan dengan lapang dada dan hati terbuka siap memberikan bantuan mencari jalan keluar agar masalah itu bisa terselesaikan, baik dengan di adakan rapat bersama maupun secara langsung menghadap pimpinan di ruang pimpinan.
•
Memperoleh informasi yang berasal dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang lebih rendah. Semua kasus atau tugas yang telah di selesaikan, sebaiknya segera dilaporkan oleh pimpinan, agar segera di tanggapi oleh pimpinan kejaksaan. informasi yang ada biasanya berhubungan dengan kasus hukum yang di selesaikan. Peran seorang pimpinan Kejaksaan bersedia mendengarkan masukan dari anggota organisasinya baik berupa saran, kritik maupun keluhan karyawannya dalam menjalankan tugasnya. Sehingga adanya komunikasi yang timbal balik antara karyawan dengan atasannya.
f.
Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sondang P. Siagian (2002: 38) bahwa “ Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tangung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa pengertian kinerja menyangkut beberapa hal, antara lain : 1.
Merupakan
hasil
kerja,
hasil
kerja
karyawan
merupakan
titik
keberhasilan tujuan kinerja organisasi di kejaksaan dalam menjalankan tugasnya, maka setiap pekerjaan perlunya mengevaluasi pekerjaan tersebut agas hasilnya berjalan baik atau tidak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
98 digilib.uns.ac.id
Sesuai wewenang dan tanggung jawab, semua karyawan di kejaksaan dalam menjalankan tugasnya, semua tugas tersebut dapat di pertanggung jawabkan kepada pimpinan.
3.
Dalam rangka mencapai tujuan, dengan adanya penempatan tugas kerja setiap pegawai kejaksaan berdasarkan rtruktur organisasinya, semua itu di sesuaikan dengan kemampuan maka akan membantu meningkatkan kinerja karyawan sehingga dapat mencapai tujuan kejaksaan tersebut.
4.
Pelaksanaan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral maupun etika, Kejaksaan adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan. maka semua pihak yang bekerja di Kejaksaan dalam menjalankan tugasnya harus sesuai moral dan etika sehingga tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
5.
Informasi kinerja anggota organisasi, sangat di perlukan pimpinan di setiap tingkatan organisasi sebagai dasar perencanaan dan pengembangan sehingga organisasi dapat beroperasi secara efisien dan efektif. Lembaga Kejaksaan termasuk Kejaksaan Negeri Klaten, di tuntut eksistensi dan kinerjanya untuk mampu selalu beriringan dan seirama dengan perjuangan bangsa mencapai tujuan nasional.
2.
Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam Mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
Upaya yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi Organisasi adalah sebagai berikut : a. Kepercayaan Dalam menjalankan tugas dalam suatu organisasi, perlu adanya pemberian tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masing-masing karyawan seperti pendapat Suyati Prawirosentono (1999:9) ”bahwa demikiaan pula commit to user disetiap unit kerja harus diberitahu secara jelas tugas yang harus dilaksanakan”.
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
Dengan adanya kejelasan tugas yang tanggung jawab sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dengan demikin efektifitas kerja dapat terwujud dalam pelaksanaan tugas itu dilakukan dari pimpinan kepada anggota organisasi dan sebaliknya. Hubungan secara vertikal dalam tingkat kepercayaan dapat terjadi di Kejaksaan Negeri Klaten, dari atasan kepada bawahan, pimpinan memberikan dalam memberikan pekerjaan harus di dasar atas kepercayaan jika tidak adanya kepercayaan tersebut maka pimpinan juga tidak percaya memberikan pekerjaan itu untuk dilaksanakan, maka perlunya timbal balik antara bawahan kepada atasan secara vertikal, bahwa bawahan yang di berikan kepercayaan tersebut dalam melakukan pekerjaan tersebut perlu dapat dipertanggung jawabkan dengan cara menjalankan pekerjaannya dengan baik. Selain itu perlu adanya komunikasi antara bawahan kepada bawahan secara horisontal, dalam suatu organisasi ini perlu adanya komunikasi agar pekerjaan yang akan dikerjakan dapat berjalan sesuai dengan baik, dalam mempertahankan suatu kelompok atau tim berfungsi mempertahankan pekerjaan yang mereka hadapi dan berorientasi tugas sesuai pendekatan sistematis dalam pemecahan masalah. Karena dalam setiap kemampuan seseorang berbeda, sehingga perlu diadakan anggota organisasi agar pekerjaan itu dapat di selesaikan dengan cepat dan baik, melalui tim tersebut.
b. Pembuatan Keputusan Rapat Paripurna dilaksanakan oleh seluruh pegawai yang dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri Klaten, Dalam kegiatan rapat paripurna yang biasanya diselenggarakan dalam menerima usulan-usulan, ide gagasan dan pendapat pegawai dalam kemajuan kejaksaan agar lebih baik yang dilakukan secara musyawarah mufakat, seperti: a.
Ketentuan jam kerja, sehingga jam kerja di kejaksaan 5 hari kerja hari senin-jum’at, masuk pagi pukul 07.00 dan istirahat pukul 12-13.00 kemudian pulang pukul 16.30, hal ini di sepakati bersama antara pimpinan to user dan semua karyawan yangcommit ada di kejaksaan.
perpustakaan.uns.ac.id
b.
100 digilib.uns.ac.id
Ketentuan Dinas, apabila terdapat LIT (penyelidikan) sebelum di tingkatkan menjadi DIK ( penyidik) dalam suatu perkara tersebut dilaksanakan sesuai ketentuan yang ada, maka perlu di musyawarahkan bersama antara jaksa maupun pegawai tata usaha yang berhubungan, misalnya: Masalah pribadi, jika ada suatu masalah yang menimpa salah satu dari karyawan Kejaksaan, maka pimpinan berhak dalam mengambil sikap untuk menentukan jalan keluar permasalahan tersebut, sehingga permasalahn yang ada bisa di selesaikan secara kekeluargaan atau melalui hukum yang berlaku. Selain itu pembuatan keputusan dapat terjadi dalam suatu permasalahan
yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, seperti masalah pribadi, jika ada suatu masalah yang menimpa salah satu dari karyawan Kejaksaan Negeri Klaten, maka maka pimpinan berhak dalam mengambil sikap untuk menentukan jalan keluar permasalan tersebut. Sehingga permasalahan yang ada bisa di selesaikan secara musyawarah atau di beri hukum yang berlaku. Selain itu dapat pula terjadi pembuatan keputusan dalam suatu permasalahan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, melalui keputusan bersama secara musyawarah atau mufakat agar terjalin kerja sama yang baik antar anggota organisasi tersebut. Pembuatan keputusan dilakukan setiap bulan sekali untuk membahas masalah yang benarbenar perlu dipecahkan atau masalah belum diperoleh jalan keluarnya maka memerlukan masukan dari anggota organisasi, sehingga diperoleh jalan keluar.
c. Kejujuran Meningkatkan SDM baik dalam kepribadian, dan kejujuran itu saat perlu demi kemajuan semua staf dan karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten, semua itu tidak lepas dari peran serta oleh pimpinan Kejaksaan yang selalu mewujudkan visi dan misi Kejaksaan selalu terwujud, dan semua karyawannya dapat jujur dalam menjalankan tugasnya, usaha yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten dengan selalu mengadakan siraman rohari yang di ikut sertakan semua anggota orgabnisasi dan semua staf karyawan yang dilakukan setiap commitketagwaan to user dan menumbuhkan kejujuran sebulan sekali, demi meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
semua anggota organisasi, hal ini dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas atau pekerjaannya, jika tagwa dan kejujuran seseorang itu baik maka dalam menjalankan tugasnya pun akan baik pula, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain tidak adanya kecurangan. Perlu adanya peningkatan SDM ini bertujuan semua anggota karyawan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten bisa berjalan dengan baik sesuai struktur kerjanya. Hal tersebut juga dapat meningkatkan penilaian kerja karyawannya dengan baik atau buruknya dalam bekerja.
d. Keterbukaan dalam Komunikasi Ke Bawah Penilaian kerja dilakukan untuk mengatasi masalah dari laporan, saran dan gagasan karyawan selama karyawan dalam menjalankan tugasnya, sehingga pimpinan dapat menilai dan memperbaiki jika pekerjaan itu kurang maksimal atas dasar pimpinan. Hal tersebut sesuai dapat dikemukakan oleh Marihot Tua Efendi Hariadja (2007:197) bahwa” penilaian unjuk kerja tidak sekedar menilai, yaitu mencari pada aspek pegawai kurang atau lebih, tetapi lebih luas lagi, yaitu membantu pegawai untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi. Dari semua tugas yang diberikan oleh pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten, yang harus dikerjakan semua anggota organisasi. Dari hasil pekerjaan tersebut maka karyawan wajib menjalankan dengan baik sehingga hasil yang di dapat pun dapat memuaskan dengan hasil yang maksimal. Tujuan Pimpinan yang di berikan kepada karyawan biasanya secara langsung bertujuan pimpinan tersebut dapat mengetahui karyawan dalam menjalankan tugasnya. Berbeda dengan tugas itu diberikan secara tertulis. Upaya tersebut berusaha agar tidak terjadi salah paham anata karyawan terhadap pimpinan dari pemberiana tugas tersebut.
e. Mendengarkan Komunikasi ke atas Dalam komunikasi organisasi ke atas di Kejaksaan Negeri Klaten perlu commit to user adanya peran dari pimpinan Kejaksaan, pimpinan bersedia menerima semua
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
keluhan saran dari anggota organisasi, melalui media kotak saran yang di sediakan oleh pimpinan jika secara langsung bawahan bisa langsung memberikan ide, saran kepada pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten secara langsung dan saat pimpinan bersedia dan ada waktu mendengarkan keluhan bawahananya tersebut, tapi seperti biasanya kalau pimpinan benar-benar ada waktu selalu bersedia mendengarkan keluhan semua anggota organisasinya. Selain itu keluhan itu dapat dilakukan saat rapat berlangsung, sehingga adanya timbal balik dari pimpinan terhadap keluhan, saran maupun ide yang diajukan karyawan.
f. Perhatian pada berkinerja tinggi Pemberian penghargaan atau reword yang diberikan oleh pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten kepada anggota organisasi dalam bekerja agar tercapai pekerjaan yang kedepannya lebih baik, dan dapat menjadi motivasi karyawan lain, agar lebih bekerja. Dalam menjalankan komunikasi organisasi semacam ini dapat meningkatkan kinerja karyawan dapat tercapainya kinerja di Kejaksaan Negeri Klaten. Hal ini dilakukan pimpinan agar semua kinerja karyawan dapat bekerja dengan baik dan mendapatkan prestasi kerjanya pun baik, semua itu juga perlu adanya peran, perhatian
dan dorongan dari
pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten untuk semua anggota organisasi dalam menjalankan tugasnya. Selain itu penilaian yang diberikan pimpinan berupa penilaian kedisiplinan, ataupun pekerjaannya setiap harinya sedangkan evaluasinya dilakukan setiap setahun sekali. Penilaian setiap hari bersifat terbuka, sehingga semua anggota organisasi mengetahui kinerjanya sendiri sehingga hal itu dapat meningkatkan motivasi dan semangat kerja karyawannya. Kejaksaan Negeri Klaten sering mendapatkan reword dari pemerintah atas penghargaan dari keberhasilan yang di lakukan Kejaksaan seperti: gaan penghargaan kedisiplinan dan pengahargaan penanganan korupsi, beberapa penghargaan ini dapat meningkatkan kemajuan Kejaksaan Negeri Klaten commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kedepannya. Semua ini tidak lepas dari semua anggota organisasi dan staf karyawan serta peran serta dari Kejaksaan Negeri Klaten.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Setelah peneliti melaksanakan penelitian di Kejaksaan Negeri Klaten dan temuan didukung dengan analisis yang cukup, serta berdasarkan kajian teori yang ada maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten
a.
Kepercayaan Kepercayaan yang dibangun antara anggota organisasi mengarah pada komunikasi yang terbuka sehingga mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara atasan dan bawahan. Sikap saling percaya antara anggota organisasi Kejaksaan Negeri Klaten ini akan membawa konsekuensi adanya penerimaan informasi sebagai sesuatu yang benar, baik informasi tersebut terkait dengan tugas kewajibannya. Selama bekerja di Kejaksaan Negeri Klaten, tanpa adanya sikap saling terbuka maka pekerjaan yang terjalin tidak dapat berjalan dengan maksimal seperti tujuan yang telah ditetapkan sebulumnya.
b. Pengambilan keputusan Semua karyawan di semua tingkatan dalam organisasi diajak berkomunikasi dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang relevan dengan kedudukan mereka. Rapat yang dilaksanakan itu bertujuan untuk mengambil suatu permasalhan yang terjadi sehingga mendapatkan suatu keputusan bersama, serta semua karyawan menjadi pelaksanaan tugas tersebut berdasarkan struktur kerja. Dengan demikian anggota organisasi dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
commit to user
104
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Kejujuran Hubungan-hubungan yang ada dari seluruh dalam semua tingkatan organisasi yang ada diwarnai keterusterangan dan kejujuran, maka tanpa adanya sifat jujur, apa yang kita sampaikan kepada orang lain tidak dipercaya, dan akan menimbulkan salah paham antara orang yang satu dengan orang lain.
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Komunikasi dari atasan kepada bawahannya dapat berjalan dengan lancar sehingga dapat mencegah adanya kesalah pahaman karena kurangnya informasi. Dengan demikian instruksi kerja maupun pujian atau teguran kepada bawahan berlangsung secara efektif, hal tersebut perlu adanya keterbukaan agar informasi tersebut dapat diterima bawahan dengan maksimal dan bawahan pun dapat mengerti dan memahami apa yang harus mereka kerjakan dari informasi pimpinan tersebut.
e.
Mendengarkan dalam Komunikasi keatas Semua pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan yang berupa saran atau pertanyaan dapat berjalan dengan lancar. Sehingga
dapat
meningkatkan
sikap
karyawan
maupun
penyempurnaan moralnya. Pimpinan di sini siap memberikan dan membantu mengatasi masalah pekerjaan dan memperkuat anggota organisasi tersebut, selain itu komunikasi organisasi di Kejaksaan juga dapat menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberikan kesempatan kepada pegawai dalam suatu permasalah yang ada.
f.
Perhatian pada kinerja tinggi Baik pimpinan maupun bawahan di lingkungan Kejaksaan to user memiliki perhatian tinggi untuk Negeri Klaten secaracommit bersama-sama
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mewujudkan tujuan organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing. Bagi anggota organisasi yang mempunyai penilaian dan prestasi kerja yang baik demi kemajuan Kejaksaan Negeri Klaten dalam menjalankan tugas pekerjaannya, maka mendapatkan penghargaan. Setiap hari pimpinan selalu menilai kinerja pekerjaan karyawannya tetapi juga diadakan evaluasi penilaian kinerja anggota organisasi Kejaksaan Negeri Klaten setiap setahun sekali.
2.
Upaya Kejaksaan Negeri Klaten dalam mengelola Iklim Komunikasi
Organisasi
a.
Kepercayaan Dalam menjalankan tugas dalam suatu organisasi, perlu adanya pemberian tugas dan tanggung jawab yang jelas bagi masingmasing karyawan. Dengan adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan bidang pekerjaannya. Dengan demikian efektifitas kerja dapat terwujud. Sehingga sikap terbuka yang terjadi antara atasan kepada bawahan dalam menjalankan tugas dapat terjadi dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pengambilan keputusan Rapat paripurna dilaksanakan oleh seluruh pegawai yang dipimpin oleh Kepala Kejaksaan Negeri Klaten, Dalam kegiatan rapat paripurna yang biasanya diselenggarakan dalam menerima usulan-usulan, ide gagasan dan pendapat pegawai dalam kemajuan Kejaksaan agar lebih baik. Dalam rapat ini dilaksanakan setiap sebulan sekali untuk membahas kemajuan kedepan Kejaksaan Negeri Klaten, permasalahan ini bisa terjadi dari atasan tetapi juga dapat terjadi tetapi juga dapat terjadi masalah yang ada dalam anggota organisasi dari segi karyawannya. Maka di sini bersamacommit to user sama mencari keputusan secara musyawarah atau mufakat.
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Kejujuran Meningkatkan SDM baik dalam kepribadian, kejujuran itu sangat perlu demi kemajuan semua staf dan karyawan di Kejaksaan Negeri Klaten. Hal tersebut bertujuan agar visi dan misi Kejaksaan Negeri Klaten tersebut dapat berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan Kejaksaan Negeri Klaten agar meningkatkan sikap kejujuran dan ketaqwaan dengan cara mengadakan siraman rohani, hal ini bertujuan untuk selalu memberikan suasana yang baru dan menambahkan ketaqwaan terhadap sikap kejujurannya.
d. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Komunikasi organisasi Kejaksaan Negeri Klaten secara ke bawah dilakukan pimpinan memberikan laporan, saran dan gagasan kepada karyawan selama karyawan dalam menjalankan tugasnya, sehingga pimpinan dapat menilai dan memperbaiki jika pekerjaan itu kurang maksimal atas dasar keputusan dari
pimpinan. Penilaian
unjuk kerja tidak sekedar menilai, yaitu mencari pada aspek kepegawaian kurang atau lebih, tetapi lebih luas lagi, yaitu membantu pegawai untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh organisasi.
e.
Mendengarkan Komunikasi Ke Atas Semua pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan dalam menjalankan tugas sering terjadi permasalahan sehingga pimpinan siap mendengarkan keluhan dari bawahan tersebut, maka yang dilakukan pimpinan dengan mengadakan kotak saran dan ide secara tidak langsung diberikan kepada pimpinan tetapi komunikasi itu dapat terjadi secara langsung, bawahan melaporkan semua keluahan kepada pimpinan di ruangannya pimpinan, agar mendapat jalan keluar. Upaya tersebut bertujuan agar pelaksanaan anggota commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
organisasi dapat berkomunikasi dengan maksimal dan memecahkan semua masalah yang di hadapi.
f.
Perhatian pada kinerja tinggi Pemberian reword atau penghargaan yang diberikan oleh pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten dapat bekerja kedepannya lebih baik, dan dapat menjadi motivasi karyawan lain, agar lebih bekerja. Dalam menjalankan komunikasi organisasi
semacam
ini dapat
meningkatkan kinerja karyawan dapat tercapai tujuan yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten. Dengan adanya penilaian dan penghargaan ini dilaksanakan, maka pimpinan dapat mengetahui kemampuan semua anggota organisasi dalam menjalankan pekerjaannnya, hasil evaluasi atau penilaian prestasi dilakukan setiap tahun sekali.
B. IMPLIKASI Berdasarkan dari kesimpulan diatas didukung adanya peristiwa yang dikemukakan oleh peneliti selama melakukan penelitian di Kejaksaan Negeri Klaten , dapat dikemukakan bahwa implikasi yang timbul adalah sebagai berikut: 1.
Bahwa pelaksanaan komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten dilakukan secara vertikal dan horizontal oleh pimpinan dan bawahan sudah berjalan dengan baik. Kesadaran akan pentingnya komunikasi antara ke dua pihak, baik pimpinan dan karyawan dapat dilihat dari setiap kegiatan yang mereka lakukan, seperti itu juga dilandasi dengan adanya rasa saling percaya, kejujuran dan kinerja tinggi antara kedua belah pihak. Kesadaran untuk melaksanakan komunikasi organisasi dapat peningkatkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten dan kesadaran akan pentingnya proses komunikasi yang harus tetap dipertahankan dan ditingkatkan.
2.
Iklim
komunikasi
organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten commit to user menggambarkan iklim komunikasi fisik yang menyatakan cara orang
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bereaksi terhadap aspek-aspek organisasi dalam menciptakan suatu iklim organisasi, tetapi ada yang menyatakan, iklim organisasi dan komunikasi sebagai gabungan beberapa persepsi yang berfungsi sebagai tujuan evaluasi secara keseluruhan. 3.
Dengan adanya upaya pimpinan dalam mengelola iklim komunikasi organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten dapat membantu kelancaran proses komunikasi organisasi sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan lebih baik.
C. SARAN Agar Iklim Komunikasi Organisasi di Kejaksaan Negeri Klaten lebih baik dan untuk mencapai produktivitas kerja karyawan dapat berjalan dengan lancar maka peneliti dapat mengemukakan saran sebagai berikut : 1.
Pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten a.
Ada baiknya jika pimpinan Kejaksaan Negeri Klaten lebih terbuka terhadap pegawainya, dan selalu berkomunikasi kepada bawahannya agar iklim komunikasi di Kejaksaan lebih maksimal.
b.
Pimpinan
meningkatkan
komunikasi
organisasi
dengan
karyawannya, baik dalam pembuatan keputusan atau struktur kerja organisasi yang ada di Kejaksaan Negeri Klaten, dengan cara sebaiknya karyawan mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari pimpinan demi meningkatkan produktivitas kerja. c.
Hendaknya
pimpinan
Kejaksaan
Negeri
Klaten
memupuk
kepercayaan para karyawan, karena hal itu juga akan menimbulkan loyalitas karyawan terhadap pekerjaannya.
2.
Kepada Karyawan Kejaksaan Negeri Klaten a.
Ada baiknya jika karyawan tetap mempertahankan kondisi kerja yang baik dan penuh dengan kekeluargaan dan saling terbuka sehingga hubungan antara atasan dan bawahan tetap berjalan baik. commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Lebih mengkatkan dalam komunikasi ke atas, dalam melaksanakan tugas, demi tercapainya produktivitas kerja yang optimal baik dari segi kualitas dan kuantitas.
3.
Kepada peneliti selanjutnya Walaupun penelitian ini sudah dilakukan secara optimal, tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa kekurangan karena pengumpulan data hanya menggunakan wawancara, dokumen dan observasi. Penelitian ulang dapat dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengambilan data yang berbeda sehingga dapat diharapkan memperoleh hasil yang lebih baik.
commit to user