ANALISIS HUJAN FEBRUARI 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN APRIL, MEI DAN JUNI 2016 DI BANGKA BELITUNG
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Bulan Februari 2016 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2016 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos pengamatan curah hujan yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta unsur cuaca lainnya dengan memperhatikan kondisi fisis dan dinamika atmosfer yang sedang berlangsung yang cenderung dapat mempengaruhi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Disamping itu dalam buletin ini juga disampaikan beberapa informasi meteorologi lainnya, antara lain tentang banyaknya hari hujan, monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, dan kejadian ekstrim yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mengingat ketepatan hasil Analisis dan Prakiraan curah hujan ini sangat tergantung dari data yang masuk, maka diharapkan Stasiun Kerjasama maupun Pos-Pos Hujan dapat menyampaikan data hasil pengamatan secara tepat waktu ke Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang. Mudah-mudahan dengan diterbitkannya hasil Analisis dan Prakiraan Hujan di Kepulauan Bangka Belitung ini dapat lebih bermanfaat bagi para pembuat keputusan maupun masyarakat pada umumnya. Kami ucapkan terima kasih kepada instansi, stasiun kerja sama dan semua pihak yang telah membantu penyusunan terbitan ini.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PENGERTIAN
I.
PENDAHULUAN
II.
ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
III.
PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL MEI DAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
IV.
INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN FEBRUARI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
V.
EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
VI.
PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 MARET 2016)
VII.
PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKALPINANG BULAN FEBRUARI 2016
LAMPIRAN 1. TABEL ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN FEBRUARI 2016
2. PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2016 PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 3.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN APRIL 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN APRIL 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
4.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN MEI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JUNI 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
6.
ARTIKEL CUACA DAN IKLIM
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
ii
PENGERTIAN Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat disuatu tempat dalam waktu yang relatif singkat, Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca atau ciri kecuacaan yang terjadi di suatu tempat atau suatu daerah, sedangkan Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok. Hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari awan yang sampai ke permukaan bumi. 1.
Sifat Hujan : Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan, dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat, sehingga jika sifat hujan Atas Normal bukan berarti jumlah curah hujan yang melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak ada hujan. Sifat hujan dibagi menjadi tiga kriteria yaitu : a.
Atas Normal ( AN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya > 115 %.
b.
Normal ( N ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya antara 85 – 115 %.
c.
Bawah Normal ( BN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya < 85 %.
2.
Normal curah hujan : a.
Rata-rata curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
b.
Normal curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan selama 30 tahun.
3.
Musim hujan Suatu zona musim dikatakan masuk musim hujan jika dalam 10 hari atau satu dasarian jumlah curah hujannya mencapai lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya atau dengan kata lain, dalam satu bulan jumlah curah hujannya sudah mencapai 150 mm.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
1
4. Dasarian a.
Dasarian adalah masa selama 10 ( sepuluh ) hari
b.
Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 ( tiga ) dasarian yaitu :
Dasarian I: masa dari tanggal 1 sampai dengan 10
Dasarian II: masa dari tanggal 11 sampai dengan 20
Dasarian III: masa dari tanggal 21 sampai dengan akhir bulan
Contoh: Awal musim hujan berkisar antara AprilI –April III Artinya = Tanggal 01 April sampai dengan 30 April 5. Kriteria Intensitas Curah Hujan
6.
a.
Hujan sangat ringan intensitasnya < 5 mm dalam 24 jam
b.
Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam
c.
Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam
d.
Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam
e.
Hujan sangat lebat intensitasnya > 100 mm dalam 24 jam
Anomali Adalah penyimpangan suatu nilai terhadap nilai rata-ratanya.
7.
Penyempurnaan Istilah Informasi Iklim Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BMKG no. UM.205./A.11/KB/BMKG-2010. Tentang Penyempurnaan Penggunaan Istilah Dalam Informasi Iklim / Hujan. a. Istilah Evaluasi pada Tabel atau Bab dan Sub Bab disempurnakan menjadi Analisis. b. Istilah Prakiraan Curah hujan pada Tabel atau Bab dan Sub Bab adalah tetap Prakiraan. c. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi Curah Hujan disempurnakan menjadi Peta Distribusi Curah Hujan. d. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi sifat hujan disempurnakan menjadi Peta Analisis Sifat Hujan.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
2
I 1.
PENDAHULUAN
Suhu muka laut perairan Indonesia Suhu muka laut di wilayah Indonesia secara umum relatif hangat dibandingkan dengan rata-ratanya, Suhu Muka Laut perairan Indonesia pada bulan Maret hingga Mei diprediksi masih hangat. Untuk bulan Juni sampai Agustus 2016 umumnya perairan Indonesia diprediksi mendingin terutama dibagian barat dan timur.
2.
ENSO (El Nino-Southern Oscillation ) Pembentukan El-Nino dikaitkan dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal sebagai osilasi selatan sehingga disebut juga El Nino-Southern Oscillation (ENSO), merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer yang terjadi di Samudra Pasifik tropis.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
3
Fenomena El Nino dapat menyebabkan berkurangnya curah hujan secara drastis, bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi berada pada kondisi El Nino Lemah mulai April hingga Mei 2016, Dipole Mode diprediksi kembali Positif (Normal)
3. Dipole Mode India Ocean Dipole Mode (IODM) atau yang lebih dikenal Dipole Mode didefinisikan sebagai interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang ditandai dengan gejala akan memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Saji dan Yamagata, 2001).
Jika nilai IODM positif, pada umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai IODM negatif, dapat menyebabkan adanya penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat. Indeks Dipole Mode (IODM) di prediksikan berada pada kondisi normal pada Maret sampai dengan Juni 2016 sehingga mengindikasikan bahwa pasokan uap air di Samudra Hindia dan wilayah Indonesia bagian Barat dalam kondisi normal.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
4
II
ANALISIS HUJAN BULAN FEBRUARI 2016
ANALISIS HUJAN BULAN NOVEMBER DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. ANALISIS CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2016 Berdasarkan data curah hujan yang diterima dari Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis curah hujan Februari 2016 adalah sebagai berikut : CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
Sebagian kecil Kab.Belitung bagian Selatan
151 – 200
Sebagian kecil Kab.Belitung bagian Selatan
201 – 300
301 – 400
401 – 500
> 500
Sebagian Kecil Kota Pangkal Pinang, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah wilayah Barat, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian Barat dan Selatan, sebagian besar Kabupaten Belitung, dan sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian Selatan. Sebagian besar kota Pangkal Pinang, Sebagian kecil Bangka Tengah bagian Barat, Sebagian besar Kabupaten Bangka Selatan, Sebagian kecil Kabupaten Belitung, Sebagian Kab. Belitung Timur bagian Utara dan Selatan. Sebagian Kecil Kabupaten Bangka barat di bagian Selatan, Barat dan Timur, Sebagian kecil Kab. Bangka, Sebagian kecil Kota Pangkal Pinang, Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian Barat, Sebagian Kab. Bangka Selatan bagian Timur, Sebagian besar Kab. Belitung Timur Sebagian besar kab. Bangka Barat, Sebagian besar Kab. Bangka Tengah, Sebagian besar Kab. Bangka Tengah dan Sebagian kecil Kab. Belitung Timur
Peta Analisis Curah Hujan Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
5
B.
ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2016 Berdasarkan data curah hujan bulan Februari 2016 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis sifat hujan bulan Februari 2016 adalah sebagai berikut: SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian timur
ATAS NORMAL
Seluruh Kab. Bangka Barat, seluruh Kab. Bangka, Pangkalpinang, sebagian besar Kab. Bangka Tengah, seluruh Kab. Bangka Selatan, seluruh Kab. Belitung dan Kab. Belitung Timur
Peta Analisis Sifat Hujan Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2. C. ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM HARIAN FEBRUARI 2016 Analisis curah hujan ekstrim harian Februari 2016 di wilayah Pulau Bangka adalah : KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)
Jebus, Telak, Parit Tiga, Dendang, Simpang Tritip, Mayang, Mentok, Kelapa, Tempilang, Bukit Ketok, Pugul, Bakam, Rukam, Celuak, Lubuk, Pangkalpinang, Cambai, Mangkol, Sungai Selan, Payung, Air Gegas, Rias
CURAH HUJAN SANGAT LEBAT (> 100 mm/Hari)
Jebus, Simpang Tritip, Mayang, Kundi, Mentok, Kelapa, Tempilang, Bukit Ketok, Pugul, Bakam, Rukam, Pangkalpinang, Koba, Celuak, Lubuk, Cambai , Sungai Selan, Payung, Air Gegas
Analisis curah hujan ekstrim harian di wilayah Pulau Belitung adalah sebagai berikut: KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)
Buluh Tumbang, BPP Perawas, Sijuk, Tanjung Binga,Pangkallalang, Membalong, Cerucuk, Air Saga, Perawas, Sungai Samak, Badau, Tungkusan, Kelapa Kampit, Simpang Rengiang, Simpang Pesak, Gantung, Danau Nujau
CURAH HUJAN SANGAT LEBAT (> 100 mm/Hari)
Buluh Tumbang, Tungkusan
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
6
III 1.
PRAKIRAAN HUJAN APRIL, MEI DAN JUNI 2016
PRAKIRAAN HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL 2016 Prakiraan Curah Hujan APRIL 2016 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
-
151 – 200
-
201 – 300
301 – 400
Sebagian kecil wilayah Kab. Bangka, sebagian kecil Kota Pangkal Pinang, sebagian kecil wilayah Kab. Bangka Tengah, sebagian kecil wilyah Kab. Bangka Selatan Seluruh wilayah Kab. Bangka Barat, seluruh wilayah Kab.Belitung, seluruh wilayah Kab. Belitung Timur, sebagian besar wilayah Kab.Bangka, hampir seluruh wilayah Kota Pangkal Pinang, sebagian besar wilayah Kab. Bangka Tengah, sebagian besar wilayah Kab. Bangka Selatan
401 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan April 2016 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian besar Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian kecil Kab. Bangka bagian selatan, sebagian Kab. Bangka Tengah bagian barat, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian barat, sebagian Kab. Belitung bagian selatan Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian timur, sebagian besar Kab. Bangka, Pangkalpinang, sebagian Kab. Bangka Tengah bagian timur, sebagian Kab. Bangka Selatan bagian timur, sebagian Kab. Belitung bagian utara, seluruh Kab. Belitung Timur.
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan April 2016 dapat dilihat pada Lampiran 3. Buletin BMKG Edisi Maret 2016
7
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN MEI 2016 Prakiraan Curah Hujan Mei 2016 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
-
151 – 200
-
201 – 300
Seluruh Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
301 – 400
-
402 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan Mei 2016 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian Kab. Bangka bagian selatan, Pangkalpinang, sebagian besar Kab. Bangka Tengah bagian utara dan timur, sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian utara, sebagian kecil Kab. Belitung bagian timur, sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian utara Sebagian Kab. Bangka Barat bagian utara, sebagian Kab. Bangka bagian utara, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian tengah, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian selatan, sebagian besar Kab. Belitung, sebagian besar Kab. Belitung Timur
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan April 2016 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
8
C. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JUNI 2016 Prakiraan Curah Hujan Juni 2016 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
-
151 – 200
Seluruh wilayah Pulau Bangka
201 – 300
Seluruh wilayah Pulau Belitung
301 – 400
-
403 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan Juni 2016 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian besar Kab. Bangka Barat bagian selatan, seluruh Kab. Bangka, Pangkalpinang, seluruh Kab. Bangka Tengah, sebagian besar Kab. Bangka Selatan bagian utara, sebagian Kab. Belitung bagian utara, sebagian Kab. Belitung Timur bagian utara Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian timur, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian selatan, sebagian Kab. Belitung bagian selatan, sebagian Kab. Belitung Timur bagian selatan
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Februari 2016 dapat dilihat pada Lampiran 5. Buletin BMKG Edisi Maret 2016
9
IV
INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN FEBRUARI 2016
1. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
> 20 hari
Tempilang, Pemali, Bakam, Rukam, Celuak, Pangkalpinang, Penyak, Lubuk Besar, Sungaiselan, Buluh Tumbang, BPP Perawas, Kelapa Kampit, Simpang Rengiang, Air Asam, Dendang Beltim.
10 - 20 hari
Jebus, Parit Tiga, Dendang, Simpang Tritip, Mayang, Kundi, Mentok, Kelapa, Bukit Ketok, Pugul, Kace, Koba, Cambai, Mangkol, Payung, Air gegas, Rias, Sijuk, Tanjung Binga, Pangkallalang, Membalong, Cerucuk, Air saga, Perawas, Sungai Samak, Ibul, Badau, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Damar, Simpang Pesak, Lalang, Gantung, Danau Nujau
< 10 hari
Telak, Batu Betumpang
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
10
V
EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
ANALISIS FDRS (FIRE DANGER RATING SYSTEM) BULAN FEBRUARI 2016
Pangkal Pinang FFMC merupakan suatu indikator mudah-tidaknya serasah (sampah hutan) terbakar dan bahan bakar lainnya yang diintegrasikan/dihubungkan dengan pengaruh cuaca pada beberapa hari sebelumnya. Kode ini dipengaruhi oleh 4 unsur cuaca, yaitu : curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan kecepatan angin. Dari grafik indeks FFMC di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 29Februari 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks FFMC (Indeks bahan bakar halus) padaLevel Rendah 25 %, level Sedang 39.29 %, pada level Tinggi tercatat 28.57 %, dan pada level ekstrim tercatat 10.71%. DC merupakan peringkat rata-rata kadar air dari bahan organik di bawah permukaan. Kode ini merupakan suatu indikator yang sangat berguna dalam penggunaan bahan bakar di hutan pada musim kering, termasuk jumlah kejadian asap pada lapisan bawah dan merupakan indikator terjadinya kabut asap. Kode ini dipengaruhi oleh 2 unsur cuaca, yaitu : Curah Hujan dan Suhu. Dari grafik indeks kekeringan (DC) di Stasiun Meteorologi PangkalPinangdapat dilihat bahwa kejadianindeks DCdari tanggal 1 sampai dengan 29Februari 2016 tercatat 100% pada level Rendah. FWI merupakan angka peringkat intensitas kebakaran, yang dapat digunakan sebagai angka indeks secara umum dari sistem peringkat bahaya kebakaran. Dari grafik indeks cuaca kebakaran (FWI) di Stasiun Meteorologi PangkalPinangdari tanggal 1 sampai dengan 29Februari 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks cuaca kebakaran FWI pada level Rendah sebesar 89.29%, pada level Sedang 10.71 % dan pada level Tinggi serta ekstrim sebesar 0 %.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
11
Grafik FDRS Pangkal Pinang 1 sampai dengan 31 Februari Tahun 2016
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
12
VI PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 MARET 2016) Berikut adalah monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, hasil pantauan data pos hujan di wilayah Bangka Belitung :
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
13
VII
1.
PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKAL PINANG BULAN FEBRUARI 2016
ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA – RATA PLOT MAWAR ANGIN:
GAMBAR :
PENGAMATAN SEBARAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULAN FEBRUARI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG
Wind Speed Direction (blowing from)
KETERANGAN :
<> Arah angin dalam derajat. <> Nol (0) derajat sebagai arah utara. <> Arah menerangkan arah datangnya angin (dari). <> 1 Knots = 1,85 Km/jam
NORTH
20%
PERIODE DATA :
Start Date: 01-Feb-16 00:00 End Date: 29-Feb-16 23:00
16%
JML. PENGAMATAN : ANGIN CALM:
12%
696 hrs. 8%
46.12%
RATA2 KEC. ANGIN:
2.73 Knots 4% INSTANSI :
WEST
EAST
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA UNIT PELAKSANA TEKNIS :
STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG WIND SPEED (Knots) >= 22
TANGGAL :
15-Mar-16
17 - 21 11 - 17 7 - 11 4-7 1-4 Calms: 46.12%
SOUTH
NO. PROYEK :
02.2016 WRPLOT View - Lakes Environmental Software
2. DISTRIBUSI FREKUENSI KECEPATAN ANGIN Frekuensi Sebaran Angin Bulan Februari 2016 Di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang 55
50 46.1 45
40
35
30 27.3
% 25
20
15
13.6 11.5
10
5 1.4 0 Calms
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
1-4
4-7
7 - 11 11 - 17 Wind Class (Knots)
0.0
0.0
17 - 21
>= 22
14
Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah angin dan kecepatan angin. Arah angin merupakan arah dari mana datangnya angin. Standar penentuan arah angin adalah dengan menggunakan suatu derajat melingkar sampai 3600 . Titik 00 digunakan sebagai titik utara, yang biasanya disebut sebagai “titik utara sebenarnya” (True North). Bertambahnya nilai derajat menuju ke 3600 (titik kembali ke 00) berarti berubahnya arah mengikuti jarum jam. Dengan demikian akan didapatkan 00 dan 3600 sebagai titik utara, 900 sebagai titik timur, 1800 sebagai titik selatan, dan 2700 sebagai titik barat. Arah angin dibagi menjadi 8 arah mata angin, yaitu: Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Sedangkan standar kecepatan angin secara internasional yang digunakan dalam meteorologi adalah dalam satuan knots. Sebagai perbandingan, 1 Knotsmemiliki nilai sebesar 1.86 km/jam. Untuk membedakan tingkat kecepatannya, maka kecepatanangin umumnya diklasifikasikankedalam 7 kelas, yaitu: calm (0 knot), 1-4 knots, 4-7 knots, 711knots, 11-17 knots, 17-22knots, dandiatas 22 knots. Model mawar angin dapat menggambarkan frekuensi arah dan kecepatan angin. Model ini lebih mirip diagram, akan tetapi berbentuk lingkaran. Gambar jari – jari melambangkan arah angin berasal. Sedangkan panjang jari – jarinya melambangkan jumlah frekuensi angin. Warna dari jari – jari windrose dapat menggambarkan interval kecepatan angin. Adapun hasil dari pengolahan data angin pada bulan Februari 2016 di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang dapat disimpulkan sebagai berikut: Arah angin didominasi angin dari barat laut sekitar 15,5%, diikuti arah utarasekitar 14,5 %, timur laut 9,5%, barat sekitar 8,2 %, dan arah yang lainnya kurang dari 2 % Dilihatdarikecepatananginnya, frekuensiterbanyak adalah angin calm atau teduh (0 Knot) sebesar 46,1 %. Kecepatan angin berikutnya ada pada interval 1-4 knots sebesar 27,3%, terbanyakketiga pada interval 4-7 knots sebanyak 13,6%, terbanyak keempat dengan interval 7-11 knots sebesar 11,5 %, dan kelima 11-17 knots sebesar 1,4%.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
15
LAMPIRAN Lampiran 1 ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2016
No
Stasiun
RATA - RATA Curah Hujan Rata - Rata FEBRUARI (mm) 115% Bulanan (mm) 85%
CH FEBRUARI 2016 (mm)
ANALISIS SIFAT HUJAN FEBRUARI 2016
Kab. Bangka Barat Mentok Mayang Kelapa
213 223 196
181 190 167
245 256 225
484 614 623
AN AN AN
II Kab. Bangka Induk 1 Pemali
187
159
215
646
AN
III Kota Pangkalpinang 1 Stasiun Meteorologi
256
218
294
606
AN
IV Kab. Bangka Tengah 1 Sungaiselan
264
224
304
251
N
V Kab. Bangka Selatan 1 Rias
165
140
190
239
AN
VI Kab. Belitung 1 Stasiun Meteorologi
174
148
200
540
AN
I 1 2 3
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
16
Lampiran 2 : PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2016
PETA DISTRIBUSI SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2016
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
17
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
18
Lampiran 3 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN APRIL 2016
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN APRIL 2016
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
19
Lampiran 4 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2016
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN MEI 2016
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
20
Lampiran 5 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JUNI2016
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JUNI 2016
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
21
Lampiran 6:
ARTIKEL TENTANG CUACA/IKLIM Atmosfer Babel, Posisi Ideal Untuk Gangguan Cuaca Akhmad Fadholi, S.ST. Staff Observasi, Analisa, dan Prakiraan Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang Banjir hebat akibat hujan ekstrem melanda Pulau Bangka tepatnya pada tanggal 7-8 Februari 2016. Hujan turun tiada henti selama hampir tiga hari berturut-turut. Curah hujan yang sangat tinggi pada saat itu membuat kondisi curah hujan menjadi sesuatu yang dapat membahayakan masyarakat.Situasi semakin kritis setelah laporan demi laporan dari bebrapa wilayah di Pulau Bangka menyatakan telah terjadi banjir. Mulai dari wilayah selatan hingga utara Pulau Bangka tidak luput dari guyuran hujan lebat sehingga dampaknya pun beragam. Mulai dari air yang membanjiri perumahan dan perkampungan, rusaknya tanaman dan perkebunan warga, hingga rusaknya bangunan-bangunan serta infrastruktur jalan raya dan jembatan-jembatan. Informasi semakin menguatkan bahwa Pulau Bangka dalam keadaan gentingketika pusat kota Pangkalpinang dilaporkan dalam kondisi lumpuh total akibat banjir. Aktivitas masyarakat hanya terfokus untuk menyelamatkan harta benda yang masih tersisa, sedangkan kegiatan-kegiatan lainnya terpaksa dihentikan. Pada hari itu, aktivitas masyarakat di hampir semua sektor di Pulau Bangka lumpuh total akibat banjir. Banjir secara meteorologis dapat terjadi dikarenakan adanya curah hujan yang sangat tinggi akibat hujan lebat. Kondisi tersebut tentunya menjadi parah apabila hujan turun di wilayah cekungan disertai tidak adanya daerah resapan air, tersumbatnya saluran air, serta dangkalnya sungai dan bendungan di wilayah turunnya hujan. Seperti kejadian banjir di Pulau Bangka tanggal 7-8 Februari kemarin memang curah hujan yang sangat tinggi jauh lebih tinggi dari normalnya mengguyur Pulau Bangka khususnya kota Pangkalpinang. Karena mungkin di beberapa tempat daerah resapan air yang sudah berkurang disertai indikasi saluran air yang tidak lancar, dangkalnya sungai maka banjir tidak terelakkan.Namun, di tengah musim hujan yang tiap saat hujan dapat terjadi dengan lebatnya, masyarakat mungkin bertanya-tanya, apakah hujan lebat seperti kemarin akan terjadi lagi? Tanpa disadari pertanyaan sederhana tersebut akan memaksa masyarakat khususnya di Kepulauan Bangka Belitung untuk memahami betapa banyaknya gangguan cuaca yang dapat memicu hujan lebat di wilayah Babel. Sebelum mulai mencari tahu gangguan cuaca apa saja yang ada di Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat perlu tahu terlebih dahulu apa itu gangguan cuaca. Gangguan cuaca secara sederhana dapat dipahami dengan fenomena atau kondisi atmosfer yang berada pada kondisi tidak stabil. Apa artinya jika kondisi atmosfer tidak stabil? Artinya dampak terkahir dari kondisi atmosfer yang tidak stabil salah satunya adalah pembentukan awan khususnya awan-awan konvektif penghasil hujan lebat. Buletin BMKG Edisi Maret 2016
22
Gangguan cuaca juga mempunyai skala luasan dari skala lokal hingga yang lebih luas. Hal tersebut menjelaskan bahwa gangguan cuaca tidak hanya dapat terjadi di suatu daerah saja, namun dapat juga terjadi secara bersamaan pada suatu cakupan wilayah yang sangat luas hingga lintas negara dan benua. Sehingga dapat dipahami tidak hanya dapat terjadi di luasan yang sempit sehingga hujan hanya terjadi di suatu wilayah saja, namun ada juga gangguan cuaca yang membuat potensi terjadinya hujan melingkupi area yang sangat luas.
Kepulauan Bangka Belitung merupakan suatu wilayah di Indonesia bagian barat Indonesia dengan letak koordinat yang masih dekat dengan garis ekuator. Kondisi geografisnya yang mempunyai beberapa Pulau yang juga dikelilingi oleh perairan baik selat mapun lautan luas membuat Babel secara lokal mempunyai sumber uap air atau stok uao air yang sangat banyak yang tiap saat dapat berperan dalam menunjang pembentukan dan pertumbuhan awan. Fenomena angin darat dan angin laut merupakan salah satu “cara” pembentukan awan konvektif di Babel khususnya Pulau Bangka dengan membawa uap air yang ada di sekeliling Babel. Selain itu, kondisi topografi Pulau Bangka khususnya yang berbukit-bukit juga memiliki peran pengangkatan massa udara dalam pembentukan awan-awan konvektif penghasil hujan lebat. Jika, pada skala lokal Babel sudah mempunyai “modal” dalam pembentukan gangguan cuaca berupa potensi uap air yang melimpah dan pergerakan angin darat dan laut serta kondisi topografi yang mendukung pembentukan dan pertumbuhan awan konvektif, maka pada skala yang lebih luas ada beberapa potensi gangguan cuaca yang dapat mengakibatkan kondisi atmosfer Babel tidak stabil. Ada beberapa gangguan cuaca dengan skala yang luas kerap eksis khsususnya pada musim hujan. Beberapa gangguan cuaca tersebut antara lain Wind Shear, Borneo Vortex, dan Cold Surge.
Belokan Angin atau Wind Shear Gangguan cuaca berupa wind shear dapat dipahami sebagai suatu belokan angin yang dapat meyebabkan pemampatan massa udara sehingga terjadi pengangkatan massa udara. Kondisi tersebut sering kali terjadi khususnya pada akhir hingga awal tahun saat bertiupnya angin muson barat dengan area belokan angin dari Selat Karimata hingga Laut Jawa bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Beberapa kasus hujan lebat di Pulau Bangka dan Belitung disebabkan adanya pembentukan awan konvektif karena pengangkatan massa udara akibat belokan (shear) angin ini. Sifat dari belokang angin ini yang mengangkat massa udara akan menjadi sebuah gangguan cuaca yang hebat apabila terjadi dalam durasi waktu yang lama dan tidak hanya di satu lapisan tetapi terjadi pada lapisan atmosfer yang tebal sehingga akan mengangkat masa udara secara masif sehingga awan hujan
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
23
terutama awan Cumulonimbus yang dihasilkan memproduksi curah hujan yang banyak dalam waktu yang lebih lama pula.
Borneo Vortex Kemudian Borneo Vortex yang bisa dipahami sebagai sirkulasi udara tertutup juga merupakan fenomena gangguan cuaca yang dampaknya bisa sampai di Kepulauan Bangka Belitung. Sirkulasi arus massa udara saat terjadi Borneo Vortex dapat membentuk awan konvektif apalagi untuk wilayah yang tepat berada di tengah pusaran sirkulasi maka potensi awan penghasil hujan dapat hidup dalam waktu yang lebih lama. Borneo Vortex merupakan salah satu gangguan cuaca di sekitar Pulau Kalimantan yang sangat terkenal di kalangan meteorologist khususnya di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan dampaknya yang dapat membentuk awan konvektif penghasil hujan dengan durasi yang cukup lama terutama untuk kejadian di sekitar Kalimantan Barat. Kejadiannya yang dapat berpindah antara Pulau Kalimantan hingga Selat Karimata membuat Babel berpotensi terkena dampaknya sehingga pertumbuhan awan penghasil hujan cenderung meningkat.
Seruakan Dingin atau Cold Surge Gangguan cuaca Cold Surge merupakan gangguan cuaca yang muncul akibat kondisi tekakan udara di wilayah daratan Benua Asia. Cold Surge atau seruakan dingin merupakan hembusan kuat angin berhawa dingin yang diakibatkan oleh tekanan tinggi di Siberia. Fenomena yang juga sering muncul saat musim penghujan ini sangat berpengaruh di wilayah Indonesia khususnya yang berdekatan dengan Laut Cina Selatan khususnya wilayah Kepulauan Riau, Kalimantan Barat bagian barat, Selat Karimata, bahkan Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini disebabkan karena Cold Surge melalui hembusan angin berhawa dinginnya akan melambat sesampainya di wilayah Indonesia khususnya di Selat Karimata. Dalam perlambatannya ia dapat memproses uap air dalam jumlah besar dengan hawa dinginnya sehingga pembentukan awan dapat terjadi dengan skala yang cukup luas dan ukuran yang besar. Jika fenomena Cold Surge ini terjadi dalam waktu lebih dari sehari saja maka potensi pembentukan awan konvektif di jalur Laut Cina Selatan hingga Selat Karimata dapat terjadi secara masif dalam durasi yang lama. Beberapa jenis gangguan cuaca yang telah dijelaskan di atas mempunyai peran penting dalam pembentukan cuaca di atmosfer Kepulauan Bangka Belitung. Ketika salah satu gangguan tersebut mulai muncul maka potensi pembentukan cuaca signifikan dengan munculnya awan-awan penghasil hujan akan menguat. Jika kondisi ini terjadi maka akan menuntut kewaspadaan masyarakat mengingat salah satu dampak pembentukan awan penghasil hujan atau awan konvektif adalah terjadinya kondisi cuaca ekstrem semisal hujan lebat hingga menyebabkan banjir. Melalui paparan sederhana ini, Buletin BMKG Edisi Maret 2016
24
masyarakat Babel hendaknya mulai belajar memahami betapa potensi gangguan cuaca yang berujung pada cuaca ekstrem setiap saat dapat terjadi. Masyarakat diharapkan mulai peduli dengan kondisi cuaca dan dampaknya agar bisa mempersiapkan diri menghadapai kondisi cuaca terburuk sehingga dapat mengurangi potensi kerugian baik materil maupun nyawa. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui kepanjangan tangannya di Kepulauan Bangka Belitung yaitu Stasiun Meteorologi Pangkalpinang terus berusaha meningkatkan kontribusinya terhadap masyarakat Babel dalam menginformasikan potensi kondisi cuaca signifikan khususnya terkait hujan lebat yang sarat disertai angin kencang dan petir. Melalui informasi peringatan dini cuaca ekstrem yang disebarkan melalui layanan sms dan dibantu dengan penggunan media dan jejaring sosial diharapkan dapat membantu masyarakat Babel dalam mempersiapkan diri menghadapi kondisi cuaca buruk.
Buletin BMKG Edisi Maret 2016
25