ANALISIS HUJAN OKTOBER 2016 DAN PRAKIRAAN HUJAN DESEMBER 2016, JANUARI DAN FEBRUARI 2017 DI BANGKA BELITUNG
KATA PENGANTAR Analisis Hujan Bulan Oktober 2016 dan Prakiraan hujan bulan Desember 2016, Januari dan Februari 2017 disusun berdasarkan hasil analisis data hujan yang diterima dari stasiun dan pos pengamatan curah hujan yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta unsur cuaca lainnya dengan memperhatikan kondisi fisis dan dinamika atmosfer yang sedang berlangsung yang cenderung dapat mempengaruhi iklim di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Disamping itu dalam buletin ini juga disampaikan beberapa informasi meteorologi lainnya, antara lain tentang banyaknya hari hujan, monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, dan kejadian ekstrim yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mengingat ketepatan hasil Analisis dan Prakiraan curah hujan ini sangat tergantung dari data yang masuk, maka diharapkan Stasiun Kerjasama maupun Pos-Pos Hujan dapat menyampaikan data hasil pengamatan secara tepat waktu ke Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang. Mudah-mudahan dengan diterbitkannya hasil Analisis dan Prakiraan Hujan di Kepulauan Bangka Belitung ini dapat lebih bermanfaat bagi para pembuat keputusan maupun masyarakat pada umumnya. Kami ucapkan terima kasih kepada instansi, stasiun kerja sama dan semua pihak yang telah membantu penyusunan terbitan ini.
Pangkalpinang, 20 November 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGIKLAS I PANGKALPINANG
MOHAMMAD NURHUDA, S.T NIP. 196601191991021001
Buletin BMKG Edisi November 2016
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PENGERTIAN
I.
PENDAHULUAN
II.
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
III.
PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER, JANUARI 2016 DAN FEBRUARI 2017 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
IV.
INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN OKTOBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
V.
EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
VI.
PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 30 OKTOBER2016)
VII.
PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKALPINANG BULAN OKTOBER 2016
LAMPIRAN 1. TABEL ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BULAN OKTOBER 2016 2.
PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2016 PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
3.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN DESEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN DESEMBER 2016 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
4.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JANUARI 2017 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JANUARI 2017 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
5.
PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2017 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2017 DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
6.
ARTIKEL CUACA DAN IKLIM
Buletin BMKG Edisi November 2016
ii
PENGERTIAN Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi suatu saat disuatu tempat dalam waktu yang relatif singkat, Iklim mengandung pengertian kebiasaan cuaca atau ciri kecuacaan yang terjadi di suatu tempat atau suatu daerah, sedangkan Musim adalah selang waktu dengan cuaca yang paling sering terjadi atau mencolok. Hujan adalah butir-butir air atau kristal es yang keluar dari awan yang sampai ke permukaan bumi. 1.
Sifat Hujan : Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan, dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat, sehingga jika sifat hujan Atas Normal bukan berarti jumlah curah hujan yang melimpah ataupun sebaliknya jika sifat hujan Bawah Normal bukan berarti tidak ada hujan. Sifat hujan dibagi menjadi tiga kriteria yaitu : a.
Atas Normal ( AN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya > 115 %.
b.
Normal ( N ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya antara 85 – 115 %.
c.
Bawah Normal ( BN ) jika nilai perbandingan jumlah curah hujan selama 1 bulan terhadap rata ratanya < 85 %.
2.
Normal curah hujan : a.
Rata-rata curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
b.
Normal curah hujan bulanan: nilai rata rata curah hujan masing masing bulan selama 30 tahun.
3.
Musim hujan Suatu zona musim dikatakan masuk musim hujan jika dalam 10 hari atau satu dasarian jumlah curah hujannya mencapai lebih dari 50 mm dan diikuti oleh dasarian berikutnya atau dengan kata lain, dalam satu bulan jumlah curah hujannya sudah mencapai 150 mm.
Buletin BMKG Edisi November 2016
1
4. Dasarian a.
Dasarian adalah masa selama 10 ( sepuluh ) hari
b.
Dalam satu bulan dibagi menjadi 3 ( tiga ) dasarian yaitu :
Dasarian I: masa dari tanggal 1 sampai dengan 10
Dasarian II: masa dari tanggal 11 sampai dengan 20
Dasarian III: masa dari tanggal 21 sampai dengan akhir bulan
Contoh: Awal musim hujan berkisar antara AprilI –April III Artinya = Tanggal 01 April sampai dengan 30 April 5. Kriteria Intensitas Curah Hujan
6.
a.
Hujan sangat ringan intensitasnya < 5 mm dalam 24 jam
b.
Hujan ringan intensitasnya 5 – 20 mm dalam 24 jam
c.
Hujan sedang intensitasnya 20 – 50 mm dalam 24 jam
d.
Hujan lebat intensitasnya 50 – 100 mm dalam 24 jam
e.
Hujan sangat lebat intensitasnya > 100 mm dalam 24 jam
Anomali Adalah penyimpangan suatu nilai terhadap nilai rata-ratanya.
7.
Penyempurnaan Istilah Informasi Iklim Sesuai dengan Surat Edaran Kepala BMKG no. UM.205./A.11/KB/BMKG-2010. Tentang Penyempurnaan Penggunaan Istilah Dalam Informasi Iklim / Hujan. a. Istilah Evaluasi pada Tabel atau Bab dan Sub Bab disempurnakan menjadi Analisis. b. Istilah Prakiraan Curah hujan pada Tabel atau Bab dan Sub Bab adalah tetap Prakiraan. c. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi Curah Hujan disempurnakan menjadi Peta Distribusi Curah Hujan. d. Istilah Evaluasi pada Peta Evaluasi sifat hujan disempurnakan menjadi Peta Analisis Sifat Hujan.
Buletin BMKG Edisi November 2016
2
I 1.
PENDAHULUAN
Suhu muka laut perairan Indonesia Nov – Des 2016 umumnya SST perairan Indonesia dan sekitarnya diprediksi masih hangat (Anomali Positif), perairan Indonesia bagian selatan dan utara Papua lebih hangat dibandingkan sekitarnya. Jan – Apr 2017, Terjadi peluruhan SST/pendinginan mulai dari perairan Laut Cina selatan sampai laut Banda sehingga perairan Indonesia cenderung negatif (dingin). Pola Anomali SST kondisi La Nina di wilayah Nino 3.4 kembali
2.
normal
di
bulan
Maret
2017.
ENSO (El Nino-Southern Oscillation ) Pembentukan El-Nino dikaitkan dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal sebagai osilasi selatan sehingga disebut juga El Nino-Southern Oscillation (ENSO), merupakan fenomena yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer yang terjadi di Samudra Pasifik tropis. Fenomena La Nina dapat menyebabkan meningkatnya curah hujan secara drastis, bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin tidak berpengaruh terhadap bertambahnya curah hujan secara signifikan di Indonesia. Fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) diprediksi berada pada kondisi La Nina Lemah pada bulan November 2016 – Februari 2017 dan pada bulan Maret – April 2017 berada pada kondisi Normal.
Buletin BMKG Edisi November 2016
3
3.
Dipole Mode India OceanDipole Mode (IODM) atau yang lebih dikenal Dipole Mode didefinisikan sebagai interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia di sekitar khatulistiwa yang ditandai dengan gejala akan memanasnya suhu permukaan laut (SPL) dari di sepanjang Ekuator Samudera Hindia, khususnya sebelah selatan India yang diiringi dengan menurunnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia di wilayah pantai barat Sumatera (Saji dan Yamagata, 2001).
Jika nilai IODM positif, pada umumnya berdampak pada berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai IODM negatif, dapat menyebabkan adanya penambahan curah hujan di Indonesia bagian barat. Indeks Dipole Mode (IODM) diprediksi akan berada pada kondisi kuat negative pada November 2016 sehingga mengindikasikan bahwa adanya pasokan uap air dari Samudra Hindia ke wilayah Indonesia dan bulan Desember 2016 – April 2017 kondisi Normal.
Buletin BMKG Edisi November 2016
4
II
ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2016
ANALISIS HUJAN BULAN JULI DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. ANALISIS CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2016 Berdasarkan data curah hujanyang diterima dari Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis curah hujan Oktober 2016 adalah sebagai berikut : CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150 151 – 200
201 – 300
301 – 400
401 – 500
> 500
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat dan timur, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian timur Sebagian besar Kab. Bangka Barat, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian utara dan timur Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, utara dan tenggara, sebagian besar Kab. Bangka Induk, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian barat dan tenggara, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian barat, timur, selatan dan barat daya, sebagian kecil Kab. Belitung bagian barat Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat laut , sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian timur laut, timur dan selatan, Pangkalpinang, sebagian besar Kab. Bangka Tengah, sebagian Kab. Bangka Selatan, sebagian Kab. Belitung, sebagian kecil Kab. Belitung bagian barat dan utara. Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian timur dan tenggara, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian utara, sebagian kecil Kab. Belitung bagian Selatan, Sebagian besar Kab. Belitung Timur Sebagian kecil Kab. Belitung Timur bagian timur
Peta Analisis Curah Hujan Bulan Oktober 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2
B.
ANALISIS SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2016 Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2016 yang diterima dari Stasiun/Pos hujan di Kepulauan Bangka Belitung maka analisis sifat hujan bulan Oktober 2016 adalah sebagai berikut:
Buletin BMKG Edisi November 2016
5
SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian timur
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian Kab. Bangka Barat bagian timur, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian barat dan timur, sebagian Pangkalpinang bagian selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian utara, sebagian kecil Kab. Belitung bagian timur. Sebagian Kab. Bangka Barat bagian barat, sebagian besar Kab. Bangka Induk bagian timur dan selatan, sebagian Pangkalpinang bagian utara, sebagian besar Kab. Bangka Tengah bagian timur, seluruh Kab. Bangka Selatan, sebagian besar Kab. Belitung, seluruh Kab. Belitung Timur.
Peta Analisis Sifat Hujan Bulan Oktober 2016 dapat dilihat pada Lampiran 2.
C. ANALISIS CURAH HUJAN EKSTRIM HARIAN OKTOBER 2016 Analisis curah hujan ekstrim harian Oktober 2016 di wilayah Pulau Bangka adalah : KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)
Jebus, Telak, Parit Tiga, Muntok, SungaiLiat, Pemali, Kace, Stamet PangkalPinang, Koba, Cambai, Mangkol, Sungai Selan, Air Gegas, Rias
CURAH HUJAN SANGAT LEBAT (> 100 mm/Hari)
Penyak
Analisis curah hujan ekstrim harian Oktober 2016 di wilayah Pulau Belitung adalah KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
CURAH HUJAN LEBAT (51 – 100 mm/Hari)
Stamet Buluh Tumbang, Sijuk, BPP Perawas, Pangkallalang, Membalong, Air Saga, Perawas, Tungkusan, Bukit Indah, Pegantungan, Damar, Kelapa Kampit, Simpang Pesak, Air Asam, Lalang, Gantung
CURAH HUJAN SANGAT LEBAT (> 100 mm/Hari)
Ibul, Tungkusan, Bukit Indah
Buletin BMKG Edisi November 2016
6
III PRAKIRAAN HUJAN DESEMBER 2016, JANUARI DAN FEBRUARI 2017 1. PRAKIRAAN HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG A. PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2016 Prakiraan Curah Hujan Desember 2016 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
-
151 – 200
-
201 – 300
301 – 400
Sebagian Kab. Bangka Induk, seluruh Pangkalpinang, sebagian besar Kab. Bangka Tengah, sebagian besar Kab. Bangka Selatan Seluruh Kab. Bangka Barat, sebagian Kab. Bangka Induk, sebagian kecil Kab. Bangka Tengah bagian selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian barat dan selatan, seluruh Kab. Belitung, Seluruh Kab. Belitung Timur
401 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan Desember 2016 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
Seluruh Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, Kab. Bangka Tengah, Kab. Belitung dan Kab. Belitung Timur. Hampir seluruh Kab. Bangka Selatan
ATAS NORMAL
Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian selatan
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Lampiran 3.
Buletin BMKG Edisi November 2016
Bulan Desember 2016 dapat dilihat pada
7
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN JANUARI 2017 Prakiraan Curah Hujan Januari 2017 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
-
151 – 200
-
201 – 300
Seluruh Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Tengah, Kab. Bangka Induk, Pangkalpinang, Kab. Bangka Selatan, Kab. Belitung. Sebagian kecil Kab. Belitung Timur
301 – 400
Sebagian besar Kab. Belitung Timur
401 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan Januari 2017 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat, bagian selatan, bagian timur laut. Sebagian kecil Kab. Belitung, Kab. Bangka Induk bagian utara dan selatan. Seluruh Pangkalpinang dan Kab. Bangka Tengah. Sebagian besar Kab. Bangka Selatan. Sebagian besar Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Induk dan Kab. Belitung. Seluruh Kab. Belitung Timur, Sebagian kecil Kab. Bangka Selatan
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Januari 2017 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Buletin BMKG Edisi November 2016
8
C. PRAKIRAAN HUJAN BULAN FEBRUARI 2017 Prakiraan Curah Hujan Februari 2017 CURAH HUJAN (mm)
KABUPATEN / DAERAH
0 – 20
-
21 – 50
-
51 – 100
-
101 – 150
151 – 200
201 – 300
Sebagian Kab. Bangka Barat bagian Utara, sebagian kecil Kab. Bangka Induk bagian barat laut Sebagian besar Kab. Bangka Barat, Kab. Bangka Induk, dan Pangkalpinang. Sebagian kecil Kab. Bangka Tengah dan Kab. Bangka selatan. Seluruh Kab. Belitung dan Kab. Belitung Timur Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian barat daya, Sebagian Kab. Bangka Tengah bagian timur dan selatan. Sebagian Kab. Bangka Selatan bagian tenggara dan selatan
301 – 400
-
402 – 500
-
> 500
-
Prakiraan Sifat Hujan Februari2017 SIFAT HUJAN
KABUPATEN / DAERAH
BAWAH NORMAL
-
NORMAL
ATAS NORMAL
Sebagian kecil Kab. Bangka Barat bagian utara, Kab. Bangka Selatan bagian tengah dan selatan. Sebagian Kab. Belitung dan Kab. Belitung Timur Sebagian besar Kab. Bangka Induk, seluruh Pangkalpinang, sebagian Kab. Bangka Tengah bagian utara, timur dan selatan, sebagian kecil Kab. Bangka Selatan bagian utara
Peta Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Bulan Februari 2017 dapat dilihat pada Lampiran 5. Buletin BMKG Edisi November 2016
9
IV
INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN OKTOBER 2016
1. INFORMASI JUMLAH HARI HUJAN DI PROV. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KRITERIA
KABUPATEN / DAERAH
> 20 hari
Sungai Selan, Kace, Penyak, Payung, Rukam, Lubuk, Celuak, Stamet PangkalPinang, Lalang, Perawas, Pegantungan, Damar, Simpang Pesak, Tanjung Binga, Kelapa Kampit, Air Asam, Gantung, Stamet Buluh Tumbang
10 - 20 hari
Tempilang, Bakam, Mayang, Bukit Ketok, Pugul, Dendang, Kelapa, , Muntok, Jebus, Kundi, Mangkol, Air Gegas, Sungai Liat, Pemali, Cambai, Koba, Rias, Membalong, Air Saga, Ibul, Sijuk, Simpang Rengiang, BPP Perawas, Pangkallalang, Tungkusan
< 10 hari
Batu Betumpang
Buletin BMKG Edisi November 2016
10
V
EVALUASI TINGKAT BAHAYA KEBAKARAN
ANALISIS FDRS (FIRE DANGER RATING SYSTEM) BULAN OKTOBER 2016
Pangkal Pinang FFMC merupakan suatu indikator mudah-tidaknya serasah (sampah hutan) terbakar dan bahan bakar lainnya yang diintegrasikan/dihubungkan dengan pengaruh cuaca pada beberapa hari sebelumnya. Kode ini dipengaruhi oleh 4 unsur cuaca, yaitu : curah hujan, suhu, kelembaban relatif dan kecepatan angin. Dari grafik indeks FFMC di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Oktober 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks FFMC (Indeks bahan bakar halus) pada Level Rendah 3,23 %, level Sedang 48,39 %, pada level Tinggi tercatat 32,26%, danpada level ekstrim tercatat 16,13%. DC merupakan peringkat rata-rata kadar air dari bahan organik di bawah permukaan. Kode ini merupakan suatu indikator yang sangat berguna dalam penggunaan bahan bakar di hutan pada musim kering, termasuk jumlah kejadian asap pada lapisan bawah dan merupakan indikator terjadinya kabut asap. Kode ini dipengaruhi oleh 2 unsur cuaca, yaitu : Curah Hujan dan Suhu. Dari grafik indeks kekeringan (DC) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dapat dilihat bahwa kejadianindeks DCdari tanggal 1 sampai dengan 31 Oktober 2016 tercatat 100% pada level Rendah. FWI merupakan angka peringkat intensitas kebakaran, yang dapat digunakan sebagai angka indeks secara umum dari sistem peringkat bahaya kebakaran. Dari grafik indeks cuaca kebakaran (FWI) di Stasiun Meteorologi PangkalPinang dari tanggal 1 sampai dengan 31 Oktober 2016 dapat dilihat bahwa persentase kejadian indeks cuaca kebakaran FWI pada level Rendah sebesar 80,65 %, pada level Sedang 19,35 %.
Buletin BMKG Edisi November 2016
11
Grafik FDRS Pangkal Pinang 1 sampai dengan 31 Oktober Tahun 2016
Buletin BMKG Edisi November 2016
12
VI. PETA MONITORING HARI TANPA HUJAN BERTURUT-TURUT (UPDATE 10 NOVEMBER 2016) Berikut adalah monitoring hari tanpa hujan berturut – turut, hasil pantauan data pos hujan di wilayah Bangka Belitung :
Buletin BMKG Edisi November 2016
13
VII 1.
PENGAMATAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN DI PANGKAL PINANG BULAN OKTOBER 2016 ARAH DAN KECEPATAN ANGIN RATA – RATA PLOT MAWAR ANGIN:
GAMBAR :
PENGAMATAN SEBARAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN BULAN OKTOBER 2016 STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG
Wind Speed Direction (blowing from)
KETERANGAN :
<> Arah angin dalam derajat. <> Nol (0) derajat sebagai arah utara. <> Arah menerangkan arah datangnya angin (dari). <> 1 Knots = 1,85 Km/jam
NORTH
20%
PERIODE DATA :
Start Date: 01-Oct-16 00:00 End Date: 31-Oct-16 - 23:00
16%
JML. PENGAMATAN : ANGIN CALM:
12%
744 hrs. 8%
43.95%
RATA2 KEC. ANGIN:
2.38 Knots 4% INSTANSI :
WEST
EAST
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA UNIT PELAKSANA TEKNIS :
STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG WIND SPEED (Knots)
TANGGAL :
13-Nov-16
>= 22 17 - 21 11 - 17 7 - 11 4-7 1-4 Calms: 43.95%
SOUTH
NO. PROYEK :
10.2016 WRPLOT View - Lakes Environmental Software
2.
DISTRIBUSI FREKUENSI KECEPATAN ANGIN Frekuensi Sebaran Angin Bulan Oktober 2016 Di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang
50
45
44.0
40 35.1
35
30 % 25
20
15 12.6 10
8.1
5 0.3 0 Calms
1-4
Buletin BMKG Edisi November 2016
4-7
7 - 11 11 - 17 Wind Class (Knots)
0.0
0.0
17 - 21
>= 22
14
Angin memiliki dua parameter pengukuran, yaitu arah angin dan kecepatan angin. Arah angin merupakan arah dari mana datangnya angin. Standar penentuan arah angin adalah dengan menggunakan suatu derajat melingkar sampai 3600 . Titik 00 digunakan sebagai titik utara, yang biasanya disebut sebagai “titik utara sebenarnya” (True North). Bertambahnya nilai derajat menuju ke 3600 (titik kembali ke 00) berarti berubahnya arah mengikuti jarum jam. Dengan demikian akan didapatkan 00 dan 3600 sebagai titik utara, 900 sebagai titik timur, 1800 sebagai titik selatan, dan 2700 sebagai titik barat. Arah angin dibagi menjadi 8 arah mata angin, yaitu: Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan, Barat Daya, Barat, dan Barat Laut. Sedangkan standar kecepatan angin secara internasional yang digunakan dalam meteorologi adalah dalam satuan knots. Sebagai perbandingan, 1 Knots memiliki nilai sebesar 1.86 km/jam. Untuk membedakan tingkat kecepatannya, maka kecepatan angin umumnya diklasifikasikan ke dalam 7 kelas, yaitu: calm (0 knot), 1-4 knots, 4-7 knots, 711knots, 11-17 knots, 17-22knots, dan diatas 22 knots. Model mawar angin dapat menggambarkan frekuensi arah dan kecepatan angin. Model ini lebih mirip diagram, akan tetapi berbentuk lingkaran. Gambar jari – jari melambangkan arah angin berasal. Sedangkan panjang jari – jarinya melambangkan jumlah frekuensi angin. Warna dari jari – jari windrose dapat menggambarkan interval kecepatan angin. Adapun hasil dari pengolahan data angin pada bulan Oktober 2016 di Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang dapat disimpulkan sebagai berikut: Arah angin didominasi angin dari Tenggara sekitar 15 %; dan Selatan sekitar 13,5 %. Arah angin terbanyak berikutnya adalah Barat sekitar 8,7 %, Barat Daya sekitar 6,5 %, Timur 6 %, Timur Laut sekitar 4 %, Utara sekitar 1,5 %, dan Barat Laut kurang dari 1 %. Arah angin 0 % (Angin Tenang) sekitar 44 %. Dilihat dari kecepatan anginnya, frekuensi terbanyak adalah angin calm (teduh / tenang) dengan prosentase mencapai 44 %, diikuti dengan interval kecepatan 1- 4 knots sebesar 35,1 %. Kecepatan angin terbanyak ketiga pada interval 4-7 knots sebanyak 12,6 %; terbanyak keempat dengan interval 7-11 knots sebesar 8,1 %, dan terbanyak kelima pada interval 11 – 17 knots sebesar 0,3 % .
Buletin BMKG Edisi November 2016
15
LAMPIRAN Lampiran 1 ANALISIS CURAH HUJAN DAN SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2016
No
Stasiun
Curah Hujan Rata - Rata Bulanan (mm)
RATA - RATA OKTOBER (mm) 115% 85%
CH OKTOBER 2016 (mm)
ANALISIS SIFAT HUJAN OKTOBER 2016
Kab. Bangka Barat Mentok Mayang Kelapa
162 182 260
138 155 221
186 209 299
312 202 163
AN N BN
II Kab. Bangka Induk 1 Sungai Liat
172
146
198
114
BN
III Kota Pangkalpinang 1 Stasiun Meteorologi
263
224
302
296
N
IV Kab. Bangka Tengah 1 Sungaiselan
233
198
268
233
N
V Kab. Bangka Selatan 1 Rias
169
144
194
285
AN
VI Kab. Belitung 1 Stasiun Meteorologi
236
201
271
323
AN
I 1 2 3
Buletin BMKG Edisi November 2016
16
Lampiran 2 : PETA DISTRIBUSI CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2016
PETA DISTRIBUSI SIFAT HUJAN BULAN OKTOBER 2016
Buletin BMKG Edisi November 2016
17
Lampiran 3 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN DESEMBER 2016
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN DESEMBER 2016
Buletin BMKG Edisi November 2016
18
Lampiran 4 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN JANUARI 2017
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN JANUARI 2017
Buletin BMKG Edisi November 2016
19
Lampiran 5 : PETA PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN FEBRUARI 2017
PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN BULAN FEBRUARI 2017
Buletin BMKG Edisi November 2016
20
Lampiran6: ARTIKEL CUACA DAN IKLIM
Informasi Cuaca Untuk Keselamatan Transportasi oleh: Akhmad Fadholi, S.ST
(Staff Observasi Stasiun Meteorologi Klas I Pangkalpinang)
Ilustrasi
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terletak di wilayah tropis. Indonesia juga merupakan negara berkembang dengan segala perkembangan dan pertumbuhan di segala sektor kehidupan khususnya di sektor ekonomi. Namun, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia tidak terlepas dari peran transportasi yang
ada.
Transportasi
merupakan
merupakan
faktor
penentu
keberhasilan
pembangunan terutama dalam mendukung kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah di berbagai skala luasan baik itu di daerah perdesaan, perkotaan, bahkan dalam skala nasional. Melalui transportasi, tersedia akses terhadap informasi, pasar, jasa masyarakat dan lokasi tertentu, serta peluang-peluang baru yang semuanya itu merupakan kebutuhan yang penting dalam proses pembangunan. Namun, tahukah kita, ada faktor alam yang menentukan kelancaran transportasi? Faktor tersebut adalah kondisi cuaca. Khususnya di wilayah Indonesia dengan deretan pulau-pulaunya yang memanjang di sekitar garis khatulistiwa serta terbelah antara Bumi Bagian Selatan dan Bumi Bagian Selatan membuat kondisi cuaca di Indonesia sangat dinamis. Kondisi cuaca dapat berubah secara drastis dan berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. Hal tersebut membuat informasi cuaca baik kondisi terkini maupun perkiraan kondisi cuaca beberapa jam kedepan menjadi sangat penting khususnya dalam rangka penyelenggaraan transportasi yang aman dan nyaman. Informasi cuaca tersebut juga tidak hanya diperlukan untuk transportasi di darat saja, Buletin BMKG Edisi November 2016
21
namun justru untuk transportasi di wilayah laut dan operasional penerbangan, informasi cuaca sangatlah penting. Informasi cuaca untuk keselamatan transportasi perairan khususnya di wilayah laut adalah informasi terkait gelombang, arus, angin, dan fenomena cuaca yang berpotensi terjadi. Beberapa informasi tersebut sangat dibutuhkan karena akan memberikan gambaran tentang kondisi lautan khususnya rute pelayaran. Seperti yang kita ketahui kondisi angin dan gelombang serta kondisi cuaca di laut akan memberikan pengaruh pada kemampuan berlayar kapal. Sehingga dapat diketahui lebih lanjut bahwa informasi kondisi cuaca di laut secara halus akan menentukan kapal-kapal dengan ukuran apa saja yang bisa dengan aman berlayar. Seperti misalnya jika diterima informasi kondisi gelombang yang tinggi, angin yang kencang serta adanya potensi terjadinya badai di laut, maka hal tersebut akan membuat kapal -kapal dari jenis kapal penyeberangan hingga kapal-kapal nelayan berfikir dua kali jika ingin berlayar. Hal tersebut dikarenakan khususnya gelombang yang tinggi da pat merusak kapal. Salah satu kejadian kecelakaan kapal di Indonesia akibat kondisi cuaca buruk di laut adalah KM Teratai Prima yang merupakan kapal ferry. Kapal ini yang mengalami musibah di perairan Tanjung Baturoro, Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi B arat, pada hari Minggu, 11 Januari 2009 dini hari. Peristiwa yang menewaskan lebih dari 300 orang ini kuat diindikasikan karena angin kencang yang memicu gelombang tinggi antara 2.5 hingga 3.5 meter. Dalam operasional transportasi udara, informasi cuaca sangatlah penting. Hal ini dikarenakan alat transportasi udara baik itu pesawat maupun helikopter dapat mengangkasa melalui interaksi dengan parameter-parameter cuaca khususnya angin. Informasi cuaca yang berisi nilai-nilai parameter cuaca sangat diperlukan di semua tahapan penerbangan pesawat mulai dari take off, jelajah, hingga landing. Seperti contoh informasi arah dan kecepatan angin, suhu udara, kondisi awan, dan tekanan udara sangat dibutuhkan khususnya ketika pesawat akan take off dan landing. Pada saat pesawat akan take off, informasi arah dan kecepatan angin serta suhu udara sangat berpengaruh terhadap panjangnya landasan yang dibutuhkan serta cepatnya pengangkatan pesawat. Namun, saat landing adalah bagian yang sangat berbahaya. Hal ini dikarenakan kondisi angin yang tidak berlawanan dengan dengan arah pesawat malah akan menimbulkan potensi bahaya yang bisa membuat pesawat bergeser dari Buletin BMKG Edisi November 2016
22
landasan. Informasi tekanan udara yang salah saat pesawat akan landing juga bisa berpotensi pesawat touch down tidak di landasan atau bahkan overshoot. Informasi cuaca lainnya yang sangat penting adalah letak awan Cumulonimbus yang sudah dari dulu menjadi momok bagi dunia penerbangan. Hal ini karena banyak kondisi cuaca berbahaya yang ditimbulkan oleh awan ini yang dapat membahaykan pesawat dan alat transportasi udara lainnya. Eksistensi dari awan Cumulonimbus mengingatkan kita pada tragedi pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ 8501 yang membawa 161 penumpang.Pesawat Air Asia QZ 8501 terbang dari Bandara Internasi onal Juanda Surabaya menuju Bandara Changi Singapura kehilangan kontak di wilayah selat karimata pada tanggal 28 Desember 2014 lalu. Pesawat yang hendak mengindari awan cumulonimbus (Cb) dengan ktinggian lebih dari 40.000 kaki malah terkena dampak icing sehingga menyebabkan kerusakan mesin pesawat. Informasi cuaca untuk menunjang kelancaran dan keselamatan transportasi di Indonesia secara legal disediakan pemerintah melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Khusus untuk kegiatan transportasi selain di darat, BMKG memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang ada baik di pelabuhan laut maupun di bandar udara. Stasiun meteorologi maritim merupakan kepanjangan tangan dari BMKG untuk menyediakan informasi cuaca khususnya prakiraan cuaca baik di pel abuhan maupun di lautan. Informasi yang disediakan antara lain prakiraan tinggi gelombang, arah dan kecepatan angin di permukaan laut, arus laut, serta potensi cuaca yang terjadi di sekitar laut. Informasi prakiraan cuaca yang disediakan khususnya prakiraa n kondisi cuaca di laut dan gelombang disediakan dari mulai prediksi 24 jam hingga satu minggu kedepan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pelaku tranportasi laut untuk merencanakan perjalanan kapal. Prakiraan atau prediksi gelombang juga seringkali menjadi data serta bahan pertimbangan untuk kegiatan khusus yang dilaksanakan di laut. Seperti contoh kegiatan pencarian korban kecelakaan yang ada di laut baik kecelakaan kapal maupun kecelakaan pesawat yang jatuh di laut. Jika di laut BMKG mempunyai stasiun meteorologi maritim, maka BMKG mempunyai UPT di setiap bandar udara di Indonesia yaitu stasiun meteorologi penerbangan. Seperti namanya, stasiun ini mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai penyedia informasi cuaca untuk kelancaran dan keselamatan operasi penerbangan. Informasi cuaca yang disediakan oleh stasiun meteoorlogi penerbangan antara lain Buletin BMKG Edisi November 2016
23
kondisi unsur-unsur cuaca realtime khususnya untuk kepentingan take off dan landing yang secara rutin diinformasikan kepada petugas pengatur lalu lintas udara. Unsur unsur cuaca tersebut antara lain arah kecepatan angin di landasan, suhu udra, tekanan udara, jarak pandang, kondisi awan dan kondisi cuaca. Selain itu, stasiun meteorologi penerbangan juga menyediakan informasi prakiraan cuaca baik di bandara itu sendiri maupun prakiraan cuaca untuk rute penerbangan tertentu. Informasi prakiraan cuaca baik di bandara maupun untuk rute penerbangan pesawat merupakan dokumen resmi yang sangat penting agar para pilot mendapatkan gambaran terkait kondisi cuaca bandara tujuan dan kondisi cuaca apa saja yang berpotensi terjadi di sepanjang perjalanan udara. Sehingga dapat merencanakan penerbangan dengan baik serta dapat merencanakan antisipasi-antisipasi jika terjadi kondisi cuaca yang dapat mengganggu kelancaran penerbangan. Selain informasi cuaca yang sifatnya rutin dikirimkan kepada petugas pengatur lalu lintas udara, informasi cuaca untuk penerbangan juga disediakan untuk kepentingan khusus seperti untuk menunjang kegiatan pemadaman kebakaran hutan dan lahan. Di Propvinsi Kepulauan Bangka Belitung sendiri, BMKG mempunyai dua UPT yang memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai stasiun meteorologi penerbangan yaitu Stasiun Meteorologi Depati Amir pangkalpinang dan Stasiun Meteorologi Tanjung Pandan Belitung. Kelancaran transportasi udara dari dan ke wilayah Bangka Belitung tidak lepas dari peran aktif dua stasiun meteorologi penerbangan ini dalam memberikan pelayanan informasi cuaca penerbangan baik kondisi real time maupun prakiraan. Selain bertugas secara rutin melayani informasi cuaca penerbangan, stasiun ini berperan aktif sebagai penyambung lidah dari BMKG terkait informasi cuaca yang bersifat nasional serta pengembangan wawasan masyarakat Bangka Belitung dalam bidang pengetahuan tentang cuaca dan iklim. Adanya lembaga pemerintah yang mempunyai tugas menyediakan informasi cuaca merupakan salah satu bukti betapa pentingnya memperhatikan perkembangan cuaca khususnya di sektor transportasi. BMKG selaku lembaga pemerintah tersebut melalui stasiun-stasiun meteorologinya selalu berusaha untuk maksimal dalam memberikan pelayanan informasi cuaca demi kelancaran, kenymanan, dan yang paling utama tentunya keselamatan transportasi. Karena keselamatan dalam transportasi, keselamatan adalah nomor satu.
Buletin BMKG Edisi November 2016
24