ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH
DESI ROSITA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalamteks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Desi Rosita NIM. I34110139
ABSTRAK
DESI ROSITA. Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA. Gender merupakan perbedaan peran, status, tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan. Adanya perbedaan gender menyebabkan perbedaan pada aktivitas yang dijalankan oleh suami dan istri. Namun, di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, tidak hanya seorang suami yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tetapi seorang istri juga ikut serta dalam kegiatan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini yang pertama adalah menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan profil gender. Kedua, menganalisis hubungan profil gender dengan ekonomi keluarga. Ketiga, menganalisis hubungan ekonomi keluarga dengan strategi nafkah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan pendekatan kuantitatif didukung dengan data kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan curahan waktu profil aktivitas. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat pengambilan keputusan. Terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan tingkat pengambilan keputusan. Terdapat hubungan antara tingkat pengeluaran dengan tingkat pengambilan keputusan. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola nafkah ganda. Kata kunci: Gender, karakteristik individu, strategi nafkah. ABSTRACT DESI ROSITA. Analysis of Gender Relations Livelihoods Strategy. supervised by IVANOVICH AGUSTA. Gender are differences in the roles, status, and responsibilities between man and woman. Existence of gender lead to difference activities conducted by husband and wife. However, in Ciherang Village, Dramaga Subdistrict, Bogor District , West Java, it is not only husband who earns to meet needs of the family, but also participates in economic activities. Aims of this study is first to analyze the relationship between individual characteristics by gender profile. Second, analyze the relationship between gender profile and family economy. Third, analyze the economic relations with the family livelihood strategies. Method used in this research is survey with quantitative approach supported by qualitative data. The results showed that there is a relationship between age and time outpouring activity profile. There is relationship between level of education and level of participation. There is relationship between the type of work to the level of decision-making. There is relationship between the level of expenditure to the level of decision-making. There is relationship between the level of expenditure to the level of decision-making. There is relationship between type of work and double livelihood patterns. Keywords: gender, individual characteristics, livelihood strategy
ANALISIS HUBUNGAN GENDER DENGAN STRATEGI NAFKAH
DESI ROSITA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah. : Desi Rosita : I34110139
Disetujui oleh
Dr Ivanovich Agusta SP, MSi Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus: _______________
PRAKATA
Untaian puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang masih memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Gender dengan Strategi Nafkah” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi‟in dan pengikutnya hingga akhir. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: Dr Ivanovich Agusta, SP MSi, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak 1. mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. 2. Masyarakat RW 07 Desa Ciherang yang telah membantu penulis dalam proses pengisian kuesioner. 3. Suherwin, SH sebagai kepala Desa Ciherang yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data. Ayah Machpud, Yanti Aprianti, S.Pi, Udi Kusdinar, S.Hut, Roni Wardani, 4. Santi Agustianti, Lina Herlina sebagai saudara yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal. 5. Andika Rachman sebagai pembangkit semangat serta motivasi lebih selama proses penulisan skripsi. 6. Teman-teman tercinta Yunizar Sri W, Iradhatie Wurinanda, Gina Sutanti, Annisa Amalia Ikhsania, Wira Fuji Astuti, atas semangat dan kebersamaannya selayaknya keluarga. 7. Teman-teman yang memberikan dukungan penuh dari Futri Amelia, Tiffany Diahnisa yang sudah membantu memberikan masukan dalam penulisan. 8. Sahabat selama di asrama TPB (Tingkat Persiapan Bersama) Amelia Rahmawati dan Indah yang saling menyemangati satu sama lain. 9. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan selama ini. 10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang gender dan strategi nafkah. Bogor, Mei 2015
Desi Rosita
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Strategi Nafkah Kerangka Berfikir Hipotesis Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penentuan Informan dan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data GAMBARAN DESA CIHERANG Kondisi Geografis Kondisi Ekonomi Kondisi Sosial KARAKTERISTIK INDIVIDU Umur Tingkat Pendidikan PROFIL GENDER Profil Aktivitas Produksi Profil Aktivitas Reproduksi Profil Akses (Tingkat Partisipasi) Kontrol (Pengambilan Keputusan) EKONOMI KELUARGA Jenis pekerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat Pengeluaran STRATEGI NAFKAH Intensifikasi Lahan Pertanian Pola Nafkah Ganda Rekayasa Spasial (Migrasi) HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PROFIL GENDER HUBUNGAN PROFIL GENDER DENGAN EKONOMI KELUARGA HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STRATEGI NAFKAH
ix xi xi 1 1 2 3 3 4 4 4 5 8 8 9 14 14 14 14 15 15 17 17 18 19 21 21 21 23 23 24 28 31 34 34 35 36 38 38 39 40 41 43 45
viii
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
46 46 46 48 65
ix
DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14 Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Strategi nafkah menurut Scoones (1998) Definisi operasional profil gender Definisi operasional karakteristik individu Definisi operasional ekonomi keluarga Definisi operasional strategi nafkah Pemilihan informan Pemanfaatan lahan Desa Ciherang tahun 2014 Jumlah dan persentase pendapatan asli Desa Ciherang tahun 2014 Jumlah penduduk menurut matapencaharian Jumlah dan penduduk menurut mobilitas dan mutasi penduduk Desa Ciherang tahun 2014 Jumlah penduduk menurut selang umur Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ciherang tahun 2014 Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan kategori umur di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan tingkat pendidikan di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga Jumlah dan persentase responden suami istri berdasarkan aktivitas produksi Jumlah dan persentase responden suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang bahan bakar Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pangan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pengasuhan anak Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang kesehatan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidangkebersihan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pasar Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pakaian Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang alat rumah tangga
6 10 11 12 12 15 17 18 19 19 19 20
21
21 23 24
24
25
26
26
27
27
28
x
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32
Tabel 33
Tabel 34
Tabel 35
Tabel 36 Tabel 37 Tabel 38 Tabel 39 Tabel 40
Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap sumberdaya tanah Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap peralatan rumah tangga Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap pendidikan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap penghasilan Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat pendapatan atas akses Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat dari hasil kekayaan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat atas kebutuhan dasar Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal keuangan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal pangan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal pendidikan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal kesehatan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam keperluan lainnya Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal strategi pemenuhan kebutuhan hidup Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan jenis pekerjaan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan tingkat pendapatan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan tingkat pengeluaran konsumsi Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan tingkat pengeluaran bukan konsumsi Jumlah dan persentase berdasarkan luas lahan
28 29
29 29 30
30
30 31
31
31
32
32
32
34 35 36 36 37
xi
Tabel 41 Tabel 42 Tabel 43
Jumlah dan persentase berdasarkan kegunaan lahan Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang bekerja Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat migrasi
37 38 40
xii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3
Kerangka berfikir Grafik pendapatan bulanan suami Grafik pendapatan bulanan istri
8 35 36
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampuran 3 Lampiran 4 Lampiran 5
Waktu pelaksanaan penelitian Sketsa Desa Ciherang Hasil Uji Reabilitas Hasil uji statistik Rank Spearman Dokumentasi
51 52 53 53 64
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris karena sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor pertanian sebagai matapencaharian. Namun, saat ini jumlah lahan pertanian semakin berkurang. Menurut data Biro Pusat Statistik (2014), menunjukan di Pulau Jawa setiap tahun telah terjadi alih fungsi lahan pertanian seluas 27.000 hektar. Selain itu, secara nasional konversi lahan pertanian mencapai 100.000 hektar hingga 110.000 hektar per tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil sensus pertanian 2013 yaitu terjadinya penurunan rumah tangga petani dari 31,17 juta rumah tangga pada tahun 2003 menjadi 26,13 juta rumah tangga pada tahun 2013. Mayoritas petani beralih fungsi ke sektor lain karena tren penduduk bergeser dari sektor usaha pangan ke sektor jasa. Sektor pertanian dipandang kurang memberikan keuntungan dibidang ekonomi. Sementara kebutuhan hidup semakin hari semakin meningkat. Menurut Badan Komunikasi dan Informasi menyatakan bahwa harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan, hampir disemua pasar, mulai dari Rp 500- Rp 1000. Gender merupakan perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya, Puspitawati (2012). Berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 9 Tahun 2000, pengarusutamaan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) penting dilakukan, agar antara perempuan dan laki-laki mendapatkan kesetaraan gender. Menurut data (Biro Perencanaan dan Keuangan), pada saat ini jumlah penduduk Indonesia diperkirkan sekitar 225 juta jiwa, separuhnya adalah perempuan, namun potensi perempuan sebagai sumberdaya pembangunan belum dioptimalkan. Jika pemerintah dapat memberikan suatu kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan laki-laki maupun perempuan maka kebijakan tersebut akan tepat guna. Prastiwi dan Sumarti (2012), keberhasilan pelaksanaan CSR bidang pemberdayaan ekonomi lokal PT Holcim Indonesia Tbk, program tersebut tidak hanya berorientasi dibidang ekonomi, tetapi sosial dan lingkungan dengan upaya memberdayakan ekonomi lokal. Program ini memberikan biaya untuk melakukan usaha mikro melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) kepada laki-laki dan perempuan. Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi, infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Strategi nafkah dilakukan agar individu atau rumahtangga dapat bertahan hidup dengan kondisi yang ada. Pemilihan strategi nafkah yang cocok akan membantu dalam peningkatan ekonomi keluarga. Menurut Andriani dan Sunarti (2008), secara tradisional perempuan memegang peran pada sektor domestik rumah tangga dan pria bertugas mencari
2
nafkah. Namun, tidak jarang perempuan terlibat dalam mencari nafkah. Akibatnya perempuan memikul beban ganda. Peran perempuan dalam kebutuhan pangan keluarga, menyebabkan anggota keluarga terpaksa memasuki usaha diluar pertanian. Pada penelitian ini, peran suami lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan keluarga. Istri boleh membantu suami mencari nafkah, istri berhak mendapatkan akses dan kontrol sumberdaya yang ada. Pada pengambilan keputusan untuk urusan pangan didominasi oleh istri. Pengambilan keputusan pada bidang pendidikan, kesehatan, keuangan, pemeliharaan rumah diambil secara bersama-sama.Pembagian kerja dalam keluarga dalam sektor domestik dilakukan oleh istri. Pada aktivitas publik lebih banyak dilakukan oleh suami, namun istri terkadang membantu mencari nafkah. Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan data hingga Januari 2014 jumlah penduduk Desa Ciherang berjumlah 13.009 jiwa yang terbagi sebanyak 6.698 penduduk laki-laki, 6.311 penduduk perempuan, dan 3.653 kepala keluarga (KK)1. Mayarakat Desa Ciherang khususnya RW 07 rata-rata memiliki mata pencaharian di sektor informalseperti menjadi sopir angkot, usaha warung, kuli bangunan, dan buruh pabrik. Namun,selain peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga, di desa ini perempuan juga berperan serta dalam menunjang perekonomian keluarganya. Oleh karena itu, yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sejauh mana hubungan profil gender dengan strategi nafkah? Masalah Penelitian Gender merupakanperbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012). Perbedaan peran tersebut diterapkan pada setiap aktivitas yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Profil gender dalam masyarakat dipengaruhi oleh tingkat karakteristik individu, antara lain: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan reit partisipasi angkatan kerja. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang maka akan semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kemudian, dengan pekerjaan yang didapatkan maka akan berdampak terhadap seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana hubungan karakteristik individu dengan profil gender? Peran antara laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan, seperti dalam hal memenuhi kebutuhan hidupnya. Begitu juga dalam hal ekonomi atau biasa disebut aktivitas produksi. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana hubungan profil gender dengan ekonomi keluarga?
1
[Prodeskel]. Profil Desa dan Kelurahan. Kependudukan Desa Ciherang 2014. [internet] [diunduh tanggal 12 November 2014]
3
Strategi nafkah merupakan suatu taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi, infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku (Dharmawan 2007). Setiap individu memiliki strategi nafkah yang berbeda untuk mempertahankan kehidupannya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk mengetahui sejauh mana hubungan ekonomi keluarga dengan strategi nafkah?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis hubungan gender dengan strategi nafkah rumah tangga dan tujuan secara khusus adalah untuk: Menganalisis hubungan karakteristik individu dengan profil gender. 1. 2. Menganalisis hubungan profil gender dengan ekonomi keluarga 3. Menganalisis hubungan ekonomi keluarga dengan strategi nafkah. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah gender dalam penerapan strategi nafkah, khususnya kepada: tambahkan kalimat 1. Civitas akademika, untuk memperoleh pengetahuan tentang karakteristik individu dan profil gender. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gender maupun strategi nafkah. 2. Masyarakat, untuk memperoleh pengetahuan tentang strategi nafkah agar masyarakat bisa mencocokan strategi apa yang tepat untuk di terapkan dalam mempertahankan hidupnya. 3. Pemerintah, untuk menyusun kebijakan mengenai gender dan strategi nafkah. Dengan demikian, kebijakan yang disusun pemerintah tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Gender Kata “gender” diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya (Puspitawati 2012). Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa inggris, yaitu „gender’. Istilah gender pertama kali dikenalkan oleh Robert Stoller, untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian yang bersifat sosial-budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Gender merupakan behavioral differences (perbedaan perilaku) antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (bukan kodrat) (Nugroho 2011). Sementara menurut Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indinesia, mengartikan, gender adalah peran-peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan oleh keduanya (laki-laki dan perempuan). Gender tidak bersifat universal namun bervariasi dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain dari waktuke waktu. Gender adalah suatu konstruksi sosial atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, waktu/zaman, suku/ras/bangsa, budaya, status sosial, pemahanman agama, Negara, ideologi, politik, hukum dan ekonomi.sedangkan jenis kelamin (Seks) merupakan kodrat Tuhan yang berlaku dimana saja dan sepanjang masa yang tidak dapat diubah dan dipertukarkan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Handayani dan Sugiarti (2008), mengungkapkan konsep gender adalah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh faktorfaktor sosial maupun budaya, sehingga lahir beberapa anggapan tentang peran sosial dan budaya laki-laki dan perempuan. Menurut Andriani dan Sunarti (2008), gender sebagai suatu konsep hubungan sosial membedakan fungsi antara pria dan perempuan yang terjadi melalui proses sosialisasi, penguatan, dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan. Sedangkan, Puspitawati et al (2010) mengemukakan bahwa gender adalah perbedaan peran, fungsi, persifatan, kedudukan, tanggungjawab, dan hak perilaku baik perempuan maupun laki-laki yang dibentuk, dibuat dan disosialisasikan oleh norma, adat, kebiasaan, dan kepercayaan masyarakat setempat. Secara mendasar, gender berbeda dari jenis kelamin secara biologis. Jenis kelamin biologis merupakan pemberian, tetapi yang menjadikan maskulin atau feminis adalah gabungan blok dan interpretasi biologis oleh kultur. Gender adalah seperangkat peran, yang halnya kostum atau topeng di teater, menyampaikan kepada oranglain bahwa kita adalah feminism atau maskulin (Mosse 1996). Gender dapat menentukan akses terhadap pendidikan, kerja, alat-alat, dan sumberdaya yang diperlukan untuk industry dan keterampilan. Gender dapat menentukan kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan untuk gerak
5
dan menentukan seksualitas, hubungan, kemampuan untuk membuat keputusan secara autonom. Gender Framework Approach Analysis (GFA) ialah suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lainnya, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al dalam Handayani dan Sugiarti 2008): 1. Profil aktivitas dilihat dari pembagian kerja produktif, reproduktif, sosial-budaya. Pembagian kerja dalam keluarga maupun komunitas (masyarakat) pada umumnya dapat dilihat dari profil kegiatannya. Profil kegiatan mencakup: siapa yang melakukan kegiatan, kapan dan dimana kegiatan dilaksanakan serta berapa frekuensi waktu dbutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut, dan berapa pendapat yang dihasilkan melalui kegiatan tersebut. Pembagian kerja berdasarkan gender mengacu kepada pekerjaan yang berbeda yang dilakukan oleh perempuan dan lakilaki sebagai konsekuensi dari pola-pola sosialisasi, tugas-tugas secara tradisional diidentifikasikan dilihat sebagai „kerja perempuan‟ dan „kerja laki-laki‟ Kerja reproduktif seringkali dikaburkan oleh pandangan yang menempatkan sebagai bagian “alami” dari perempuan. Seorang istri cenderung feminimnya melayani, yang membawa memikul tanggungjawab mengasuh anak dan mengurus rumah keluarganya, dengan ketersediaan uang yang diberikan oleh pencari nafkah laki-laki. Pekerjaan rumah tangga merupakan suatu aspek pembagian kerja berdasarkan gender dimana laki-laki cenderung melakukan pekerjaan yang dibayar dan perempuan mengerjakan pekerjaan yang tidak dibayar. 2. Profil akses adalah peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya tertentu ataupun hasilnya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumberdaya tersebut. Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumberdaya produktif di dalam lingkungan (Nugroho 2011). 3. Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. kontrol yang dimaksudkan disini adalah kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan hasil dari sumberdaya. Kontrol, yaitu bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumberdaya. 4. Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama menikmati hasil-hasil pemanfaatan sumberdaya atau pembangunan secara setara. Strategi Nafkah Dharmawan (2007) mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Ellis (2000) mengatakan bahwa nafkah mengarah pada perhatian hubungan antara asset dan pilihan orang untuk kegiatan alternative yang dapat menghasilkan tingkat pendapatan untuk bertahan hidup, dimana sebuah nafkah terdiri dari asset (alam, fisik, manusia,
6
modal keuangan, dan sosial) kegiatan dan akses (dimediasi oleh lembaga dan modal keuangan, dan sosial) yang bersama-sama menentukan hidup individu atau rumah tangga. Menurut Paulina et al (2007), Strategi nafkah yaitu cara kegiatan ekonomi untuk bertahan hidup. Strategi nafkah muncul karena adanya persoalan kemiskinan yang kemudian menjelma ke dalam persoalan “derivate” seperti diversivikasi sumber nafkah, pekerjaan nafkah wanita dan pembagian kerja dalam rumah tangga, ataupun lapangan kerja/usaha dan kesempatan kerja di pedesaan.Alasan individu melakukan diversivikasi sebagai strategi nafkah adalah karena keterpaksaan (necessity) dan pilihan (choice). Istilah lain yang sering digunakan adalah antara bertahan hidup (survival) dan akumulasi (accumulation) Ellis (2000). Chambers (1992) membagi strategi nafkah rumah tangga ke dalam tiga tahap yaitu: desperation, vulnerability, dan independence. Masing-masing tahap memiliki prioritas pemenuhan kebutuhan yang berbeda pula. Tahap pertama yaitu Desperation, tujuannya adalah bertahan hidup (survival), cara yang ditempuh adalah dengan menjadi buruh lepas, memanfaatkan common proverty, migrasi musiman, dan meminjam dari patron. Tahap kedua yaitu vulnerability, jaminan keamanan adalah tujuan utamanya, diperoleh dengan mengembangkan asset, menggadaikan asset, dan berhutang.Tahap ketiga yaitu independace, misalnya membebaskan diri dari status klien dalam hubungan patron-klien, melunasi hutang, menabung, dan membeli atau mengembangkan asset yang mereka miliki. Sumber-sumber Strategi Nafkah Scoones (1998), mengemukakan bahwa dalam penerapan strategi nafkah, rumahtangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat mempertahankan hidup. Strategi nafkah (livelihood strategy) diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori, yaitu: rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian dan memperoleh pendapatan; rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan Tabel 1. Strategi Nafkah menurut Scoones (1998) Rekayasa Sumber Nafkah Pola Nafkah Ganda Pertanian Sektor petanian: Mengerahkan tenaga Intensif kerja keluarga: Ekstensif Ayah Ibu Anak
Rekayasa Spasial Migrasi
7
Ellis (2000) mengemukakan tiga klasifikasi sumber nafkah (income source) yaitu: a. Sektor farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas. b. Sektor off farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian, yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja, sistem bagi hasil, kontrak upah kerja non upah, dan lain-lain namun masih dalam lingkup pertanian. c. Sektor non-farm income : sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pension, pendapatan dari usaha pribadi, dan sebagiannya.
8
Kerangka Penelitian Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui hubungan profil gender terhadap strategi nafkah. Berdasarkan kerangka analisis gender dapat dianalisis dengan menggunakan kerangka Harvard yaitu tingkat profil aktivitas, tingkat profil akses, dan kontrol terhadap sumberdaya.Adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan di masyarakat dalam tingkat profil aktivitas, tingkat akses dan kontrol tersebut dapat dihubungkan oleh karakteristik individu. Karakteristik individu antara lain umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Umur merupakan faktor yang berhubungan dengan reit partisipasi angkatan kerja. Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk usia 15-64 tahun. Pendidikan seseorang berhubungan dengan kesempatan jenis pekerjaan yang akan diperoleh. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai seseorang maka akan semakin tinggi pula kesempatan orang tersebut untuk memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Kemudian, dengan pekerjaan yang didapatkan maka akan berdampak terhadap seberapa besar pendapatan yang diperoleh. Strategi nafkah merupakan cara atau aksi bagaimana seseorang untuk mempertahankan hidupnya. Karakteristik Individu X1.1 = Umur X1.2 = Tingkat Pendidikan
Profil Gender X2.1 = Profil Aktivitas X2.2 = Profil Akses dan Kontrol
Ekonomi Keluarga X3.1 = Status Pekerjaan X3.2 = Tingkat Pendapatan X3.3 = Tingkat Pengeluaran
Y = Strategi Nafkah
Keterangan: Berhubungan Gambar 1. Kerangka Berfikir Hipotesis Hipotesis Penelitian 1. 2. 3.
Terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan profil gender. Terdapat hubungan antara profil gender dengan ekonomi keluarga. Terdapat hubungan ekonomi keluarga dengan strategi nafkah.
9
Definisi Operasional Gender Teknik analisis Harvard atau yang biasa disebut Gender Framework Analysis (Overholt et. Al dalam Handayani dan Sugiarti 2008) yaitu suatu analisis yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lain, yaitu: 1. Profil Aktivitas berdasarkan pada pembagian kerja gender (siapa mengerjakan apa, didalam rumah tangga dan masyarakat), yang memuat daftar tugas perempuan dan laki-laki, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pengelompokan menurut umur, etnis, kelas sosial tertentu, dimana dan kapan tugas-tugas tersbut dilakukan. Aktivitas dikelompokan menjadi aktivitas produktif, reproduktif. Tingkat Profil aktivitas dapat diukur dengan frekuensi dan curahan waktu. Aktivitas Produksi adalah kegiatan yang menyumbang pendapatan keluarga dalam bentuk uang atau barang. Kegiatan ini disebut juga sebagai kegiatan ekonomi. Aktivitas Reproduksi adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga. Kegiatan ini disebut juga kegiatan reproduksi sosial Tingkat Frekuensi adalah berapa banyak atau seberapa sering pekerjaan tersebut dilakukan. Tingkat Curahan waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan.Curahan waktu tidak hanya dicurahkan pada sektor usaha tani tetapi pada juga pada sektor diluar usaha tani.Satuan ukuran yang umumnya dipakai untuk mengukur curahan waktu kerja adalah jumlah kerja dan hari kerja total. Jumlah jam dan hari kerja total. 2. Profil Akses adalah siapa yang mempunyai akses terhadap sumberdayaproduktif termasuk sumberdaya alam seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, pendidikan. Perempuan bisa mempunyai apa dan laki-laki memperoleh apa.Tingkat profil akses dan kontrol dapat diukur dari tingkat partisipasi dan tingkat pengambilan keputusan. Sumberdaya adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan, seperti tanah, peralatan, tenaga kerja, pendidikan. Manfaat adalah hasil yang diperoleh atas sumberdaya Tingkat Profil kontrol adalah siapa yang dapat mengambil keputusan atau mengontrol sumberdaya. Sumberdaya disini adalah sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas.
10
Tabel 2. Definisi Operasional Profil Gender No. Variabel Definisi Operasional 1. Profil Berdasarkan Aktivitas: pada - Aktivitas pembagian Produksi kerja gender - Aktivitas (siapa Reproduktif mengerjakan apa, didalam rumah tangga dan masyarakat), yang memuat daftar tugas perempuan dan laki-laki, dan kapan tugas-tugas tersebut dilakukan.
2.
Profil Akses dan Kontrol -Sumberdaya - Manfaat
siapa yang mempunyai akses terhadap sumberdaya produktif termasuk sumberdaya alam seperti tanah, hutan, peralatan, pekerja, pendidikan. Perempuan bisa mempunyai apa dan lakilaki memperoleh apa
Indikator - Frekuensi 5= Tidak pernah 4= Jarang Sekali 3= Jarang 2= Sering 1= Selalu - Curahan waktu rendah jika (≥ 7,8/ hari), - Curahan waktu sedang jika ( 7,8 jam/ hari < curahan waktu > 11,5 jam/ hari), - Curahan waktu tinggi jika (≤ 11,5 jam/ hari). Tingkat Partisipasi: 1= Istri saja 2= Istri dominan 3= Istri dan suami setara 4= suami dominan 5= suami saja
Jenis Data Ordinal dan Nominal
Sumber Rujukan The Oxfam Gender Training Manual ( Terjemah an) dalam Handaya ni 2008) dan Sugiarti
Nominal
The Oxfam Gender Training Manual ( Terjemah an) dalam Handaya ni 2008) dan Sugiarti
11
Karakteristik Individu 1. Umur adalah lamanya seseorang hidup dalam satuan tahun. Dinyatakan dalam tahun menggunakan skala ordinal. 2. Tingkat Pendidikan menurut UU Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.Dinyatakan dengan skala ordinal. Ekonomi Keluarga 1. Jenis pekerjaan adalah Pekerjaan utama dalam perolehan pendapatan utama dalam KK. Dinyatakan dengan skala ordinal. Tingkat Pendapatan adalah rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh 2. uang yang diperoleh tiap individu per bulan, tingkat pendapatan diukur berdasarkan rataan pendapatan rumah tangga responden. 3. Tingkat pendapatan adalah rata-rata pengeluaran untuk kebutuhan pangan, sandang, papan berdasarkan rataan pengeluaran rumah tangga responden, Tabel 3. Definisi Operasional Karakteristik Individu No
Variabel
1.
Umur
2.
Tingkat Pendidikan
Definisi Operasional lamanya seseorang hidup dalam satuan tahun. Tingkat Pendidikan Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidkan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.Jenja ng pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
Indikator
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Diploma 5. Sarjana 6. Master 7. Doktor
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan Rusli S (2012)
Ordinal
BPS (2005)
12
No 1.
2.
3
Variabel Jenis pekerjaan
Definisi Operasional
Indikator
Jenis Data
Sumber Rujukan
pendidikan tinggi. Pekerjaan utama dalam perolehan pendapatan utama dalam KK.
1: PNS/POL/TNI Nominal Kariyasa , 2: Swasta Siregar, 3:Pedagang Suradisast 4: Buruh ra, dan 5: Petani Yusdja 6: Wiraswasta 7: Ternak 8:Tidak Bekerja Tingkat Rata-rata hasil (X) kerja X ≤ ½ SD : Ordinal BPS Pendapatan berupa uang yang rendah (2005) diperoleh tiap individu per bulan, tingkat ½ SD < X < ½ pendapatan diukur SD : sedang berdasarkan rataan pendapatan rumah X ≥ ½ SD : tinggi tangga responden. Tingkat Rata-rata (X) X ≤ ½ SD : Ordinal BPS Pengeluaran konsumsi/pengeluaran rendah (2005) untuk pemenuhan kebutuhan pangan, ½ SD < X < ½ pendidikan dan SD : sedang kesehatan (nonpangan). Pengukuran X ≥ ½ SD : tinggi tingkat pengeluaran didasarkan pada pengeluaran rumah tangga responden untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan pendidikan dan jasa (non-pangan).
Strategi Nafkah Berikut ini definisi operasional strategi nafkah yang diketahui menurut Scoones (1998). Tabel 4. Definisi Operasional Strategi Nafkah menurut Scoones(1998) Jenis No Variabel Definisi Operasional Indikator Data 1. Sumber rekayasa sumber Kegunaan lahan Ordinal Nafkah nafkah pertanian, Pertanian yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertaniansecara efektif dan efisien
Sumber Rujukan Scoones (1998)
13
No
2.
3.
Variabel
Pola Nafkah Ganda
Rekayasa Spasial
Definisi Operasional melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi). pola yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluargaselain di sektor pertanian . memperluas lahan garapan ekstensifikasi rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Indikator
Jenis Data
Sumber Rujukan
Ordinal Suami bekerja Istri bekerja Anak bekerja
Scoones (1998)
Migrasi: Ordinal Tahun Migrasi Pernah melakukan migrasiatau tidak
Scoones (1998)
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Pertama melakukan sensus pasangan suami istri untuk pembuatan kerangka sampling. Setelah memperoleh data mengenai sensus penduduk kemudian akan dlakukan metode pengambilan sampel. Kerangka sampling yang dipakai adalah pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling). Metode kuantitatif dilakukan dengan mengisi kuesioner. Pendekatan kuantitatif diharapkan mampu menjawab bagaimana hubungan profil gender dengan strategi nafkah di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk kedalam wilayah semi perkotaan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive (sengaja). Pemilihan lokasi tersebut dengan mempertimbangkan matapencaharian penduduk yang beragam mulai dari supir angkot, buruh, wiraswasta. Banyaknya perempuan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sementara laki-laki lebih banyak yang menganggur. Hal tersebut menjadi relevan dengan topik gender dengan melihat hubungan antara gender dengan strategi nafkah. Penetapan lokasi ini ditetapkan setelah melakukan penjajagan. Proses penelitian diawalai dengan penyusunan proposal penelitian pada bulan Desember 2014. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, terhitung mulai bulan Desember 2014 sampai dengan bulan Maret 2015, jadwal penelitian secara lengkap tersaji pada lampiran. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Penentuan Informan dan Responden Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat, terutama suami dan istri di RW 07 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan responden dilakukan melalui metode sensus. Kemudian, dilakukan penentuan sampel. Penentuan sampel digunakan dengan melihat kerangka sampling dan melakukan sampel acak sederhana (simple random sampling) sebanyak 30 pasangan suami-istri. Informan adalah orang yang menceritakan tentang lingkungannya atau pihak-pihak lain. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan yang dimaksudkan adalah tokoh kunci atau yang dipandang dimasyarakat, seperti tokoh perempuan dan tokoh masyarakat dengan cara snowball. Responden adalah orang yang mengisi kuesioner. Pemilihan responden dilakukan setelah memperoleh data sensus penduduk. Responden disini adalah suami dan istri.
15
Tabel 5. Pemilihan Informan Kerangka Berfikir Profil Gender Karakteristik Individu Strategi Nafkah
Informan Tokoh Masyarakat (Bapak Mus) Tokoh Perempuan (Ibu Ddh) Tokoh Masyarakat (Bapak Mus) Tokoh Perempuan (Ibu Ddh) Tokoh Masyarakat (Bapak Mus) Tokoh Perempuan (Ibu Ddh)
Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner (lampiran 6). Kuesioner berisi beberapa variabel profil gender, tingkat karakteristik individu dan variabel tingkat startegi nafkah. Data kualitaif diperoleh melalui wawancara mendalam pada beberapa informan.Topik wawancara mendalam mengenai profil gender, tingkat karakteristik individu dan strategi nafkah. Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur yaitu buku-buku, podes, Biro Pusat Statistik (konsep gender dan konversi lahan), profil Desa Ciherang yang diunduh dari internet, informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti data monografi Desa Ciherang tahun 2014. Teknik Analisis Data Unit analisis dari penelitian ini adalah individu. Adapun individu dalam penelitian ini adalah suami dan istri masyarakat Desa Ciherang khususnya RW 07. Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kuantatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows 20.0. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. Kemudian SPSS. for windows 20.0 digunakan untuk membantu dalam uji statitistik yang akan menggunakan uji korelasi. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Rank Spearman digunakan untuk uji korelasi yang menghubungkan variabel profil gender, tingkat karakteristik individu serta adanya hubungan keduanya dengan strategi nafkah. Data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan kuesioner.Kuesioner tersebut telah diuji dengan menggunakan uji realibilitas. Hasil uji realibilitas (Cronbach Alfa) (Lampiran 4) yaitu 0, 779. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data ini ialah untuk
16
mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responden, informan, dan dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya akan dituliskan dalam laporan skripsi
GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Ciherang merupakan desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 251,57 Ha. Pemanfaatan lahan Desa Ciherang antara lain digunakan untuk perumahan, sawah, ladang, kolam, sungai, jalan, pemakaman, lapangan olahraga, bangunan industri, tanah peribadatan, dan bangunan pendidikan. Pemanfaatan lahan terluas adalah sawah dengan luas 151 Ha. Pemilihan lokasi penelitian di Desa Ciherang karena sesuai dengan konsep gender dan strategi nafkah, dimana pemanfaatan lahan terluas untuk persawahan, namun jumlah penduduk yang bermatapencaharian di sektor usaha tani lebih sedikit dibandingkan dengan matapencaharian di sektor informal. Selain itu tidak hanya suami yang bekerja untuk mencari nafkah keluarga, tetapi istri juga turut berperan serta dalam mencari nafkah. Tabel 6. Pemanfaatan lahan Desa Ciherang, tahun 2014 No. Pemanfaatan Luas (Ha)
Persentase (%) 59,54 27,89 8,02 1,58 0,79 0,79 0,79 0,28 0,12 0,19
1. Sawah 151,00 2. Perumahan/pemukiman dan pekarangan 70,73 3. Ladang 20,34 4. Jalan 4,00 5. Kolam/ tambak 2,00 6. Sungai 2,00 7. Pemakaman/ kuburan 2,00 8. Tanah/ bangunan pendidikan 0,70 9. Lapangan olah raga 0,30 10. Tanah/ peribadatan 0,50 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014 Desa Ciherang terdiri atas 11 RW (Rukun Warga) dan 49 RT (Rukun Tetangga) dan memiliki wilayah administratif yang berbatasan dengan Desa lainnya. Batas-batas administratifnya sebagai berikut: Sebelah Utara : Kelurahan Margajaya Sebelah Timur : Desa Laladon Sebelah Selatan : Desa Ciapus dan Desa Sukawening Sebelah Barat : Desa Dramaga dan Desa Sinarsari. Kondisi geografis Desa Ciherang berada pada ketinggian tanah dari permukaan laut sekitar 196 meter dengan suhu rata-rata 25̊ C- 32 ̊ C. Orbitasi dan waktu tempuh dari pusat kecamatan 1,5 km dengan waktu tempuh 10 menit dan dari ibu kota kabupaten 25 km dengan waktu tempuh 60 menit. RW 07 terdiri dari 5 RT. Wilayah dari masing-masing RT cukup berdekatan.RT 01 berdampingan dengan RT 04.RT 01 bersebrangan dengan RT 02.RT 02 berdampingan dengan RT 03, dan yang terakhir RT 05 terletak berdampingan dengan RT 04. Sebelah utara RW 07berbatasan dengan Desa Ciherang Inpres, Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Ciherang Kramat, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciherang Rawabolong, dan sebelah Timur berbatasan dengan Ciherang Kaum. RW 07 memiliki kepadatan penduduk yang
18
cukup tinggi dengan terlihat rumah yang saling berhimpitan satu sama lain. Lahan kosong sudah jarang terlihat karena ditutupi oleh pemukiman penduduk, namun masih ada beberapa petak sawah milik warga. Kondisi Ekonomi Jumlah lahan pertanian yang cukup luas ternyata belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Ciherang.Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat Desa Ciherang lebih banyak bekerja di sektor non pertanian dengan jumlah penduduk yang bermatapencaharian sebagai buruh berjumlah 2.440 orang. Tabel 7. Jumlah dan persentase pendapatan asli Desa Ciherang, tahun 2014 Sumber Pendapatan Asli Desa Jumlah Persentase(%) Swadaya Masyarakat Swadaya Masyarakat/ Partisipasi Calon Kades 131.097.135 93,89 Pungutan Desa 8.532.000 6,11 Total Swadaya Masyarakat 139.629.135 100,00 Bantuan Pemerintah Pemerintah Pusat 198.861.764 49,97 Pemerintah Provinsi 100.000.000 25,13 Pemerintah Kabupaten Retribusi Pajak 99.114.828 24,90 Total Bantuan Pemerintah 397.976.592 100,00 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014 Perekonomian desa didukung oleh partisipasi masyarakat maupun para calon kepala desa. Sumber pendapatan desa terbesar berasal dari swadaya masyarakat dalam menggalang dana yaitu sebesar Rp 131.097.135,- serta pungutan desa sebesar Rp 8.532.000. Dana tersebut dipergunakan untuk keberlangsungan pembangunan desa.Namun, pendapatan tidak hanya diperoleh dari partisipasi masyarakat. Adapun bantuan anggaran dari pemerintah, baik pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten sebesar Rp 397.976.592,-. Masyarakat RW 07 termasuk kedalam golongan Pra Sejahtera dan sebagian kecil termasuk ke dalam golongan miskin berdasarkan stratifikasi RW.Mata pencaharian warga desa ini beraneka ragam, namun sebagian besar pada sektor non usaha tani.Matapencaharian lainya terdiri dari buruh pabrik, supir angkot, pedagang, usaha warung, guru, dan sebagiannya. Tuntutan hidup yang dialami oleh warga RW 07 menuntut mereka untuk mencari cara agar tetap dapat hidup dan menyesuaikan diri dengan perubahan perekonomian dimasa kini. Hal tersebut mendorong sebagian istri yang ada di RW 07 untuk ikut serta dalam menambah nafkah keluarganya.Pendapatan yang diperoleh oleh suami dirasa belum cukup memenuhi kebutuhan hidup saat ini.
19
Tabel 8. Jumlah dan persentase penduduk menurut matapencaharian, tahun 2014 No. Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Buruh 2.440 34,77 2. Wiraswasta 1.489 21,21 3. Pedagang 787 11,21 4. Pegawai Negeri Sipil 552 7,87 5. Petani 523 7,45 6. Jasa 499 7,11 7. Pengusaha 247 3,52 8. Tukang Bangunan 386 5,50 9. Pengusaha 247 3,52 10. Pensiunan/ Purnawirawan 67 0,95 11. Peternak 16 0,23 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014 Kondisi Sosial Kondisi sosial Desa Ciherang terdiri dari masyarakat yang heterogen dengan adanya penduduk pendatang yang tinggal di Desa.Desa Ciherang memiliki jumlah penduduk 13.009 Jiwa, dengan komposisi jenis kelamin laki-laki berjumlah 6.698 Jiwa dan jenis kelamin perempuan berjumlah 6.311 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.653 KK.RW 07 terdiri atas 5 RT (Rukun Tetangga) dan terhimpun dalam 295 KK (Kepala Keluarga). Tabel 9. Jumlah dan persentase penduduk menurut mobilitas dan mutasi penduduk Desa Ciherang, tahun 2014 No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Lahir 1. Laki-laki 144 53,33 2. Perempuan 126 46,67 3. Jumlah 270 100,00 Mati 1. Laki-laki 59 50,86 2. Perempuan 57 49,14 3. Jumlah 116 100,00 Datang 1. Laki-laki 194 50,92 2. Perempuan 187 49,08 3. Jumlah 381 100,00 Pindah 1. Laki-laki 164 52,90 2. Perempuan 146 47,10 3. Jumlah 310 100,00 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014 Struktur umur dapat diketahui umur produktif (20-60 tahun), dan kelompok umur non produktif (diatas 60 tahun). Untuk umur dengan persentase tertinggi
20
adalah umur 0-4 tahun dengan jumlah persentase sebanyak 12,8% hal ini disebabkan banyaknya bayi yang lahir setiap tahunnya. Usia 20-24 memiliki jumlah persentase yang cukup tinggi yaitu sebesar 9,39%, hal ini dikarenakan adanya migrasi yang masuk ke Desa Ciherang. Alasan melakukan migrasi cukup beragam yaitu memperbaiki kehidupan dan ikut suami atau istri tinggal di desa tersebut. Tabel 10. Jumlah dan persentase penduduk menurut selang umur, tahun 2014 No. Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase umur (%) 1. 0-4 872 787 1.659 12,75 2. 5-9 662 614 1.276 9,81 3. 10-14 598 555 1.153 8,86 4. 15-19 578 571 1.149 8,83 5. 20-24 635 586 1.221 9,39 6. 25-29 595 538 1.133 8,71 7. 30-34 535 488 1.023 7,86 8. 35-39 471 462 933 7,17 9. 40-44 446 427 873 6,71 10. 45-49 398 361 759 5,83 11. 50-54 335 292 627 4,82 12. 55-59 256 225 481 3,69 13. 60 > 317 405 722 5,55 Jumlah 6.698 6.311 13.009 100,00 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014. Tabel 11. Jumlah dan persentase berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat Desa Ciherang, tahun 2015 No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase(%) 1. Belum Sekolah 2259 17,36 2. Tidak Tamat SD 73 0,56 3. Tamat SD 1479 11,36 4. Tamat SLTP 3425 26,32 5. Tamat SLTA 4204 32,31 6. Tamat Akademika/ Diploma 951 7,31 7. Sarjana 618 4,75 Total 13009 100,00 Sumber: Data Monografi Desa Ciherang Tahun 2014 Dari segi pendidikan, masyarakat Desa Ciherang tergolong sedang, karena dari jumlah dan presentase tingkat pendidikan yang tertinggi pada tingkat tamat SLTA yaitu 32,3% dan presentase terendah adalah tidak tamat SD dengan presentase 0,53%. Desa Ciherang memiliki beberapa program yang dilaksanakan di RW 07 berupa PNPM Mandiri, Posyandu, pengajian, Puskesmas, Karang Taruna, Bos (Bantuan Operasionel Sekolah), dan BLT (Bantuan Langsung Tunai).Program yang berjalan cukup baik adalah Posyandu.masyarakatRW 07lebih mempercayai para kader posyandu.
KARAKTERISTIK RESPONDEN Responden diteliti menggunakan sensus pasangan suami istri di lokasi RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sensus dalam peneltian ini menghasilkan responden yang terdiri atas 30 orang suami dan 30 orang istri dengan total berjumlah 60 responden. Tabel 12. Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan kategori umur di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, tahun 2015 Kelompok Umur Suami Istri Jumlah Persentase (%) 7 12 23-36 Tahun 19 31,66 14 11 37-49 Tahun 25 41,66 9 7 50-75 Tahun 16 26,66 Total 30 30 60 100,00 Rata-rata umur pasangan suami istri di RW 07 berkisar antara umur 23 tahun sampai dengan umur 75 tahun. Umur dikelompokan ke dalam tiga kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah. Umur yang memiliki jumlah presentase tertinggi yaitu sebesar 41,66 % untuk umur 37 tahun sampai dengan 49 tahun. Kelompok umur 23 tahun sampai dengan 36 tahun memiliki jumlah persentase sebanyak 31,66%, Sedangkan jumlah presentase terendah sebesar 26,66% untuk umur 50 tahun sampai dengan umur 75 tahun. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur tersebut, pasangan suami-istri di RW 07 merupakan pasangan usia produktif. Rata-rata umur suami di desa ini berkisar antara 37 tahun sampai 49 tahun dan untuk kelompok istri termasuk kedalam kategori muda yaitu antara umur 23 tahun sampai dengan 36 tahun. Tingkat pendidikan merupakan suatu pengukuran jenjang pendidikan yang sudah ditempuh oleh seseorang.Tingkat pendidikan seseorang dapat menentukan peluang seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin tinggi peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik, begitu pula sebaliknya. Jika tingkat pendidikan seseorang itu rendah maka orang tersebut akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Tabel 13. Jumlah dan presentase responden pasangan suami-istri berdasarkan tingkat pendidikan di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, tahun 2015 Pendidikan Suami Istri Jumlah Persentase (%) SD/ sederajat- tidak tamat 5 3 8 13,33 SD/ tamat 6 10 16 26,66 SMP/ sederajat- tidak sama 5 3 8 13,33 SMP/ sederajat- sama 1 6 7 11,66 SMA/ sederajat- tamat 10 8 18 30,00 Kuliah 2 0 2 3,33 Kursus 1 0 1 1,66 Total 30 30 60 100,00
22
Tingkat pendidikan yang memiliki jumlah persentase tertinggi adalah lulusan SMA dengan jumlah persentase sebanyak 30%. Namun, jumlah dan persentase lulusan SD juga memiliki jumlah persentase yang cukup besar yaitu 26,6%. Rata-rata pasangan suami istri di desa ini hanya mengenyam bangku pendidikan sampai lulus SMA dengan alasan keterbatasan dana dan dirasakan sudah cukup pendidikan sampai dengan SMA. Profesi sebagian besar merupakan buruh menjadi alasan yang cukup kuat untuk mereka tidak meneruskan pendidikan pada tingkatan yang lebih tinggi.
PROFIL GENDER Identifikasi Profil Gender di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga Profil gender dapat dianalisis dengan menggunakan model Harvard atau yang biasa disebut dengan Gender Framework Approach Analysis (GFA), yaitu suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen dan interelasi satu sama lainnya, yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol (Overholt et al dalam Handayani dan Sugiarti 2008). Profil Aktivitas Profil aktivitas dibedakan atas dua jenis yaitu aktivitas produksi dan aktivitas reproduksi. Aktivitas produksi adalah kegiatan yang biasa disebut kegiatan ekonomi atau kegiatan yang menghasilkan uang.Sedangkan, aktivitas reproduksi adalah kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga.Kegiatan ini disebut juga kegiatan reproduksi sosial. Tabel 14. Jumlah dan persentase responden berdasarkan aktivitas produksi, tahun 2015. Aktivitas Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) Produksi Waktu Suami 28 46,66 Rendah 31,70 Rendah 0,00 Istri 12 20,00 Sedang 35,00 Sedang 76,70 Tidak 20 33,33 Tinggi 33,30 Tinggi 23,30 Bekerja Total 60 100,00 Total 100,00 Total 100,00 Pasangan suami-istri dalam hal aktivitas produksi banyak dilakukan oleh suami dengan jumlah persentase sebesar 46,66%, namun tidak hanya suami sebagai pihak yang melakukan kegiatan produksi, tetapi istri juga berperan serta dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut ditunjukan dengan jumlah dan persentase sebanyak 20% istri ikut bekerja di sektor informal untuk mendukung perekonomian keluarganya. Pendapatan dari suami tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. oleh karena itu sebagian istri yang ada di desa ini ikut bekerja. “…sebagian istri ada yang bekerja sebagai pembantu dan berjualan, tapi itu bagi yang kurang mampu dan pendapatannya minim, jika termasuk kedalam keluarga mampu ya hanya menjadi ibu rumah tangga saja..” Ibu Didoh (tokoh perempuan). Curahan waktu adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan. Aktivitas produksi setiap pasangan suami-istri memiliki curahan waktu yang berbeda satu sama lain. Waktu yang dicurahkan dalam melakukan aktivitas produksi tergolong kategori sedang yaitu dilakukan dalam waktu 7,8 jam sampai dengan 11,5 jam dalam satu hari. Frekuensi merupakan banyaknya atau seberapa sering pekerjaan tersebut dilakukan. Frekuensi yang dimaksudkan adalah seberapa intensif pekerjaan
24
tersebut dilakukan oleh pasangan suami-istri di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga. Frekuensi yang dilakukan untuk aktivitas produksi termasuk kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 76,70%. Aktivitas produksi dilakukan antara 3-5 kali dalam satu minggu oleh suami maupun istri. Aktivitas reproduksi merupakan kegiatan yang menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga. Aktivitas reproduksi dapat terlihat dari beberapa kegiatan mengenai sandang, pangan, dan papan. Tabel 15. Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang bahan bakar, tahun 2015 Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) yang Waktu Mengerjakan Suami Istri Tidak Melakukan Total
4
6,66
Rendah
46,70 Rendah
20,00
26 30
43,33 50,00
Sedang Tinggi
23,30 Sedang 30,00 Tinggi
46,70 33,30
60
100,00
Total
100,00 Total
100,00
Bahan bakar merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mendukung aktivitas produksi. Mahalnya harga bahan bakar mempengaruhi terhadap tindakan untuk membeli bahan bakar tersebut. Sebanyak 50% pasangan suami istri memutuskan untuk tidak membeli bahan bakar karena kendala ekonomi dan tidak memiliki kendaraan bermotor. Aktivitas reproduksi dibidang bahan bakar banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 43,33%, sedangkan suami hanya sebesar 6,66%. Curahan waktu yang dilakukan dalam melakukan aktivitas di bidang bahan bakar rendah dengan persentase sebesar 46,70%. Hal tersebut karena untuk pembelian bahan bakar tidak membutuhan curahan waktu yang besar. Sementara frekuensi yang dilakukan dalam pembelian bahan bakar termasuk kedalam golongan sedang dengan jumlah persentase sebesar 46,70%, pembelian bahan bakar dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu. Tabel 16. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pangan, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) yang Waktu Mengerjakan Suami 8 13,33 Rendah 20,00 Rendah 66,70 Istri 52 86,66 Sedang 66,70 Sedang 6,70 Tidak 0 0,00 Tinggi 13,30 Tinggi 26,70 Melakukan Total 60 100,00 Total 100,00 Total 100,00
25
Aktivitas reproduksi dibidang pangan lebih dominan dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 86,66%. Aktivitas yang terdiri dari kegiatan menyiapkan bahan masakan sampai dengan menyajikan makanan dilakukan oleh pihak istri. Hanya sebesar 13,33% suami yang mengerjakan aktivitas reproduksi dibidang pangan, karena kegiatan tersebut kebanyakan dilakukan oleh istri sebagai ibu rumah tangga, Curahan waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan reproduksi dibidang pangan tergolong pada curahan waktu sedang dengan jumlah persentase sebesar 66,70%. Kegiatan ini memerlukan waktu yang cukup banyak karena memasak membutuhkan waktu yang cukup lama. Frekuensi untuk melakukan kegiatan reproduksi dibidang pangan termasuk kedalam kategori rendah. Karena tidak setiap hari pasangan suami istri melakukan kegiatan memasak. Tabel 17. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pengasuhan anak, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) yang Waktu Mengerjakan Suami Istri Tidak Melakukan Total
4 44 12
6,66 73,33 20,00
60 100,00
Rendah Sedang Tinggi Total
23,30 36,70 40,00 100,00
Rendah Sedang Tinggi Total
20,00 73,30 6,70 100,00
Mengasuh anak merupakan aktivitas reproduksi yang penting didalam rumah tangga. Kegiatan ini banyak dilakukan oleh istri dengan jumlah persentase sebesar 73,33%. Banyaknya istri yang melakukan kegiatan ini karena stereotype bahwa seorang istri hakikatnya yang melakukan kegiatan mengurus anak, rumah, dan suaminya. Oleh karena itu kegiatan ini kebanyakan dilakukan oleh pihak istri dibandingkan dengan suami yang hanya memiliki jumlah persentase sebesar 6,66%. Curahan waktu yang dilakukan dalam aktivitas reproduksi dibidang pengasuhan anak tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 36,70%. Sedangkan frekuensi dalam melakukan kegiatan ini termasuk kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 73,30%.
26
Tabel 18. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan kegiatan reproduksi di bidang kesehatan, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) yang Waktu Mengerjakan Suami
22
36,66
Rendah
33,30
Rendah
20,00
Istri 36 60,00 Sedang 36,70 Sedang 10,00 Tidak 2 3,33 Tinggi 30,00 Tinggi 70,00 Melakukan Total 60 100,00 Total 100,00 Total 100,00 Aktivitas reproduksi dibidang kesehatan lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebanyak 60%. Aktivitas dibidang kesehatan ini meliputi pembelian obat serta pemilihan sarana kesehatan untuk keluarga. Namun, jika istri tidak bisa melakukan pembelian obat, digantikan posisinya oleh suami. Kegiatan dibidang kesehatan dilakukan oleh suami dengan jumlah persentase sebesar 36,66%. Curahan waktu yang dilakukan dalam bidang kesehatan tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 36,70% dengan frekuensi tinggi sebesar 70%. Aktivitas dalam bidang kesehatan rupanya sering dilakukan oleh pasangan suami istri demi menjaga kesehatan keluarganya. Tabel 19. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang kebersihan, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) Yang Waktu Mengerjakan Suami Istri Tidak Melakukan Total
0 58 2 60
0,00 Rendah 96,66 Sedang 3,33 Tinggi 100,00 Total
40,00 33,30 26,70 100,00
Rendah Sedang Tinggi Total
43,30 36,70 20,00 100,00
Aktivitas reproduksi di bidang kebersihan dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 96,66%. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan menyapu, mengepel hingga membersihkan halaman. Kegiatan ini banyak dilakukan istri karena stereotype bahwa istri yang mengerjakan kegiatan mengurus rumah tangga. Curahan waktu untuk melakukan kegiatan kebersihan tergolong rendah dengan jumlah persentase sebesar 40% dan frekuensi yang rendah dengan jumlah persentase sebesar 43,30%.
27
Tabel 20. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang pasar, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) Yang Waktu Mengerjakan 8 13,33 Rendah 30,00 Rendah 30,00 Suami 52 86,66 Sedang 33,30 Sedang 33,30 Istri Tidak 0 0,00 Tinggi 36,70 Tinggi 36,70 Melakukan Total 60 100,00 Total 100,00 Total 100,00 Aktivitas reproduksi di bidang pasar dominan dilakukan oleh istri dengan jumlah persentase sebesar 86,66%. Aktivitas teresebut meliputi kegiatan berbelanja kepasar terkait dengan kebutuhan sehari-hari. Hanya sebesar 13,33% pihak suami yang melakukan aktivitas ini. Kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh istri dibandingkan suami karena menurut responden kegiatan ini wajib dilakukan oleh seorang istri. Curahan waktu dalam melakukan kegiatan dibidang pasar tergolong tinggi dengan jumlah persentase sebesar 36,70%. Dengan frekuensi tinggi sebesar 36,70%. Aktivitas produksi dibidang pasar sering dilakukan setiap hari karena untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan pada masing-masing keluarga. Tabel 21. Jumlah dan persentase pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi dibidang pakaian, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) Yang Waktu Mengerjakan Suami
12
20,00
Rendah
30,00
Rendah
23,30
Istri Tidak Melakukan Total
42 6
70,00 10,00
Sedang Tinggi
33,30 36,70
Sedang Tinggi
43,30 33,30
60
100,00
Total
100,00
Total
100,00
Aktivitas reproduksi dibidang pakaian lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 70%. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan pembelian pakaian sehari-hari, pakaian sekolah, hingga pakaian kerja. Hanya sebesar 20% pihak suami yang melakukan aktivitas tersebut, karena kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh pihak istri. Curahan waktu dalam melakukan kegiatan ini tergolong tinggi dengan jumlah persentase sebesar 36,70% dengan frekuensi 43,30%. Curahan waktu yang dicurahkan dalam aktivitas ini tergolong tinggi karena memerlukan waktu yang cukup banyak.
28
Tabel 22. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan aktivitas reproduksi di bidang alat rumah tangga, tahun 2015. Pihak Jumlah (%) Curahan (%) Frekuensi (%) Yang Waktu Mengerjakan Suami 10 16,66 Rendah 6,70 Rendah 26,70 Istri 36 60,00 Sedang 0,00 Sedang 43,30 Tidak 14 23,33 Tinggi 93,30 Tinggi 30,00 Melakukan Total 60 100,00 Total 100,00 Total 100,00 Aktivitas reproduksi di bidang alat rumah tangga lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 60%. Aktivitas tersebut meliputi kegiatan pembelian alat memasak dan alat perbaikan kerusakan rumah. Segala hal yang bersangkutan dengan kegiatan rumah tangga lebih banyak dilakukan oleh istri. Pihak suami membantu kegiatan tersebut jika istri tidak bisa mengerjakannya. Curahan waktu dalam kegiatan dibidang rumah tangga tergolong tinggi dengan jumlah persentase sebesar 93,30% dengan frekuensi kategori sedang sebesar 43,30%. Profil Akses Profil akses adalah kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumberdaya tertentu ataupun. Profil akses dapat terlihat dari partisipasi masingmasing individu dalam aspek pengelolaan sumberdaya. Tabel 23. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap sumberdaya tanah, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 12 20,00 Rendah 60,00 Istri Tidak Melakukan Total
48 0 60
80,00 0,00 100,00
Sedang Tinggi Total
26,70 13,30 100,00
Profil akses terhadap sumberdaya tanah lebih banyak dilakukan oleh istri dengan jumlah persentase sebesar 80%. Profil akses terhadap sumberdaya tanah tersebut meliputi penggunaan lahan, dan pemilihan tempat tinggal. Peran istri mendominasi terhadap akses terhadap sumberdaya tanah dimana peran suami sebagai kepala keluarga hanya memiliki akses yang minim dengan jumlah persentase sebesar 20%. Frekuensi dalam akses terhadap sumberdaya tanah tergolong rendah dengan jumlah persentase sebesar 60%.
29
Tabel 24. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap peralatan rumah tangga, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 4 6,66 Rendah 26,70 Istri 50 83,33 Sedang 43,30 Tidak Melakukan 6 10,00 Tinggi 30,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Profil akses terhadap peralatan rumah tangga lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 83,33%. Profil akses tersebut meliputi pemilihan alat-alat yang menunjang kebutuhan hidup rumah tangga. Pihak suami hanya memiliki peran serta sebesar 6,66%. Frekuensi dalam akses terhadap peralatan rumah tangga tergolong partisipasi sedang dengan jumlah persentase sebesar 43,30%. Tabel 25. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap pendidikan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 6 10,00 Rendah 20,00 Istri 46 76,66 Sedang 73,30 Tidak Melakukan 8 13,33 Tinggi 6,70 Total 60 100,00 Total 100,00 Profil akses terhadap pendidikan lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebanyak 76,66%. Profil akses tersebut meliputi pemilihan sekolah anak dimana pihak istri memiliki akses yang lebih besar dibandingkan suami dalam hal menentukan pendidikan untuk keluarganya. frekuensi akses terhadap pendidikan tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 73,30%. Tabel 26. Jumlah dan persentase responden suami istri berdasarkan pihak yang melakukan akses terhadap penghasilan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 6 10,00 Rendah 33,30 Istri 54 90,00 Sedang 56,70 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 10,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Profil akses terhadap penghasilan keluarga lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dimana istri lebih banyak memegang upah bekerja sehari-hari dan mengelolanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Istri memiliki jumlah persentase terbesar dengan jumlah 90% dibandingkan dengan suami yang
30
hanya memiliki jumlah persentase sebesar 10%. Frekuensi dalam akses terhadap penghasilan tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 56,70%. Tabel 27. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat pendapatan atas akses, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Memperoleh Suami 6 10,00 Rendah 30,00 Istri 54 90,00 Sedang 60,00 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 10,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Manfaat terhadap pendapatan lebih dirasakan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 90%, dimana seluruh pendapatan keluarga diambil alih oleh istri. Pendapatan yang diperoleh suami seluruhnya disetorkan kepada istri untuk dikelola demi memenuhi kebutuhan keluarganya. hanya sebesar 10% suami yang menikmati hasil pendapatannya. Frekuensi dalam memperoleh manfaat tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 60%. Tabel 28. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat dari hasil kekayaan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 16 26,66 Rendah 26,70 Istri 42 70,00 Sedang 46,70 Tidak Melakukan 2 3,33 Tinggi 26,70 Total 60 100,00 Total 100,00 Manfaat atas hasil dari kekayaan lebih dirasakan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 70%. Kekayaan tersebut meliputi kepemilikan rumah, mobil, motor dan perhiasan. Istri memiliki kendali atas pemilikan kekayaan keluarga. frekuensi manfaat yang diterima tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 46,70%. Tabel 29. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang memperoleh manfaat atas kebutuhan dasar, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 16 26,66 Rendah 0,00 Istri 44 73,33 Sedang 80,00 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 20,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Manfaat atas kebutuhan dasar lebih dirasakan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 73,33%. Kebutuhan dasar tersebut meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan. Pihak suami hanya memperoleh manfaat sebesar
31
26,66%. Frekuensi manfaat yang diterima tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 80%. Kontrol Profil kontrol dapat terlihat dari tingkat pengambilan keputusan dalam menentukan berbagai hal dalam keluarga. Tabel 30. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal keuangan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 10 16,67 Rendah 10,00 Istri 50 83,33 Sedang 90,00 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 0,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Pengambilan keputusan dalam hal keuangan lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 83,33%. Hal tersebut karena istri yang memegang kendali terhadap keuangan keluarga. Suami sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga hanya bertugas bekerja dan mencari uang, kemudian setelah memperoleh penghasilan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada istri. Frekuensi dalam pengambilan keputusan tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 90%. Tabel 31. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal pangan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 12 20,00 Rendah 0,00 Istri 48 80,00 Sedang 90,00 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 10,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Pengambilan keputusan dalam hal pangan lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 80%. Hal tersebut dikarenakan istri yang memegang kendali atas kebutuhan pangan keluarganya. pihak suami memiliki kesempatan dalam pengambilan keputusan namun hanya sebesar 20%. Frekuensi dalam pengambilan keputusan dalam hal pangan tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 90%. Tabel 32. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal pendidikan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 8 13,33 Rendah 10,00 Istri 52 86,67 Sedang 76,70 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 13,30 Total 60 100,00 Total 100,00
32
Pengambilan keputusan dalam hal pendidikan lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 86,67%. Pengambilan keputusan tersebut meliputi pemilihan sekolah dan penentuan anak sekolah atau tidak, hanya 13,33% suami yang ikut serta dalam pengambilan keputusan terhadap pendidikan keluarganya. Frekuensi dalam pengambilan keputusan terhadap pendidikan keluarga tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 76,70%. Tabel 33. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal kesehatan, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 28 46,67 Rendah 40,00 Istri 30 50,00 Sedang 53,30 Tidak Melakukan 2 3,33 Tinggi 6,70 Total 60 100,00 Total 100,00 Pengambilan keputusan dalam hal kesehatanlebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 50%, namun suami juga ikut serta dalam pengambilan keputusan terhadap kesehatan keluarga dengan jumlah persentase sebesar 46,67%. Frekuensi dalam pengambilan keputusan tergolong sedng dengan jumlah persentase sebesar 53,30%. Tabel 34. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pihak yang mengambil keputusan dalam hal keperluan lainnya, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 14 23,33 Rendah 40,00 Istri 46 76,67 Sedang 50,00 Tidak Melakukan 0 0,00 Tinggi 10,00 Total 60 100,00 Total 100,00 Pengambilan keputusan dalam hal keperluan lainnya lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 76,70%, sedangkan suami hanya memiliki jumlah persentase sebesar 23,33%. Peran istri lebih dominan dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan suami. Frekuensi dalam pengambilan keputusan tergolong sedang dengan jumlah persentase sebesar 50%. Tabel 35. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan pengambilan keputusan dalam hal strategi pemenuhan kebutuhan hidup, tahun 2015. Pihak yang Jumlah (%) Frekuensi (%) Mengerjakan Suami 18 30,00 Rendah 33,30 Istri 14 23,33 Sedang 26,70 Tidak Melakukan 28 46,67 Tinggi 40,00 Total 60 100,00 Total 100,00
33
Pengambilan keputusan dalam hal strategi pemenuhan kebutuhan hidup lebih banyak dilakukan oleh suami dibandingan pihak istri dengan jumlah persentase sebesar 30% dilakukan oleh pihak suami dan 23,33% oleh pihak istri. Namun, lebih banyak yang tidak melakukan pengambilan keputusan untuk membuat strategi pemenuhan kebutuhan hidup dengan jumlah persentase sebesar 46,67%. Frekuensi dalam pengambilan keputusan tergolong tinggi dengan jumlah persentase sebesar 40%.
EKONOMI KELUARGA
Jenis pekerjaan merupakan pekerjaan utama untuk memperoleh pendapatan dalam keluarga.Jenis pekerjaan seseorang dapat menentukan seberapa besar pendapatan yang dapat diperoleh. Pasangan suami-istri di RW 07 memiliki jenis pekerjaan yang cukup beragam mulai dari PNS, swasta, pedagang, buruh, petani, wiraswasta, supir angkot, dll. Tabel 36. Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan, tahun 2015 No. Jenis Pekerjaan Suami Istri Jumlah (%) 1 Buruh 7 5 12 20,00 2 Wiraswasta 7 1 8 13,33 3 Swasta 4 2 6 10,00 4 Pedagang 4 3 7 11,66 5 Lain-lain 3 1 4 6,66 6 Petani 2 0 2 3,33 7 Tidak Bekerja 2 18 20 33,33 8 PNS/POL/ABRI 1 0 1 1,66 Total 30 30 60 100,00 Adanya keragaman mata pencaharian suami dan istri di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga. Jenis pekerjaannya yaitu buruh, wiraswasta, swasta, pedagang, petani,dan PNS. Namun, jumlah istri yang tidak bekerja memiliki jumlah yang cukup besar yaitu 18 responden. Hal tersebut terjadi karena perempuan di desa ini masih memegang teguh bahwa istri hanya bertugas didalam rumah mengurus anak dan suami. Jenis pekerjaan yang banyak dikerjakan oleh suami yaitu sebagai buruh dan wiraswasta dengan jumlah 7 responden dengan jumlah persentase sebesar 20%. Banyaknya suami yang bekerja sebagai buruh karena pekerjaan ini tidak membutuhkan persyaratan yang sulit seperti pekerjaan lainnya.Pekerjan ini tidak mewajibkan untuk memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, dengan kemudahan tersebut suami di RW 07 banyak yang memilih untuk bekerja sebagai buruh. Jenis pekerjaan sebagai petani memiliki persentasi yang cukup rendah yaitu hanya 6,67%. Pekerjaan sebagai petani dirasakan sudah tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka. Oleh karena itu, mereka lebih memilih pekerjaan di sektor non-pertanian yang lebih menjanjikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan pertanian. Tuntutan hidup semakin hari semakin meningkat, hal tersebut menyebabkan pekerjaan suami tidak cukup untuk menyokong kehidupan keluarga.Peran istri tidak hanya di sektor domestik yaitu hanya mengurus anak, suami, dan rumahnya. Istri juga ikut berpartisipasi dalam sektor produksi. Istri ikut bekerja untuk mendukung perekonomian keluarga. Hal tersebut terjadi di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga. Peran seorang istri masih seperti hakikatnya seorang istri yaitu menjaga anak, mengurus suami dan keluarganya.hal tersebut terlihat dari jumlah dan persentse tertinggi sebanyak 60% istri tidak bekerja dan hanya mengandalkan
35
pekerjaan dari suaminya. Namun, sebagian istri memutuskan untuk bekerja demi membantu perekonomian keluarganya. Tidak hanya suami yang bekerja sebagai buruh, akan tetapi istri juga bekerja sebagai buruh. Sebanyak 16,7% istri bekerja sebagai buruh pabrik. Tingkat pendapatan merupakan rata-rata hasil kerja berupa uang yang diperoleh setiap bulan.Pendapatan yang diperoleh dipergunakan untuk membeli keperluan sehari-hari baik sandang, pangan, papan. Tabel 37. Jumlah dan persentase responden pasangan suami berdsasarkan tingkat pendapatan, tahun 2015. Pendapatan Suami Istri Jumlah (%) 11 26 37 Rendah 61,67 Sedang 10 1 11 18,33 Tinggi 9 3 12 20,00 Total 30 30 60 100,00 Pendapatan responden pasangan suami istri tergolong kategori rendah dengan jumlah persentase sebesar 61,67%. Pendapatan istri lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan suami. Pekerjaan istri kadang kala tidak dihargai di sektor informal dengan jam kerja yang lebih tinggi dibandingkan suami, namun upah yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan upah yang diterima oleh suami. Rata-rata pendapatan istri di Desa Ciherang hanya sebesar Rp 330 000,-/Bln, sedangkan suami memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 1 373 333,33/Bln.
Gambar 2. Pendapatan bulanan suami
36
Gambar 3. Pendapatan Bulanan Istri Pengeluaran merupakan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk uang selama kurun waktu satu bulan. Pengeluaran bukan hanya kebutuhan konsumsi melainkan barang dan jasa. Tabel 38. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan tingkat pengeluaran konsumsi, tahun 2015. Pengeluaran Suami Istri Jumlah (%) Konsumsi Rendah 11 12 23 38,33 Sedang 12 11 23 38,33 7 7 14 Tinggi 23,33 30 30 60 Total 100,00 Pengeluaran pasangan suami istri di Desa Ciherang tergolong kategori rendah dan sedang dengan jumlah persentase sebesar 38,33%. Pengeluaran konsumsi merupakan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari meliputi kebutuhan pangan. Namun pengeluaran suami lebih tinggi dengan rata-rata Rp 906 133,33/Bln dibandingkan dengan pengeluaran istri yang memiliki rata-rata Rp 743 000/Bln. Perbedaan pengeluaran setiap bulan antara suami istri dikarenakan pihak suami memiliki kebutuhan lain yang perlu dibeli yaitu tembakau (rokok) yang cukup mahal.
37
Tabel 39. Jumlah dan persentase responden pasangan suami istri berdasarkan tingkat pengeluaran bukan konsumsi, tahun 2015. Pengeluaran Suami Istri Jumlah (%) Bukan Makan Rendah 10 10 20 33,33 Sedang 14 13 27 45,00 Tinggi 6 7 13 21,67 30 30 60 Total 100,00 Pengeluaran bukan konsumsi pasangan suami istri di Desa Ciherang tergolong kategori sedang dengan jumlah persentase sebesar 45%. Pengeluaran bukan konsumsi meliputi pengeluaran dalam hal fasilitas rumah, barang dan jasa, pendidikan, pakaian, dan pajak. Pengeluaran istri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran suami. Pengeluaran istri setiap bulannya mengeluarkan Rp 967 450,-/Bln sedangkan suami mengeluarkan Rp 893 183,33/ Bln. Hal tersebut karena pihak istri lebih banyak mengeluarkan uang untuk pembelian pakaian serta pendidikan anak.
STRATEGI NAFKAH Identifikasi Strategi Nafkah Dharmawan (2007), mengatakan bahwa strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok untuk mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku.Strategi nafkah (livelihood strategy) diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori, yaitu: rekayasa sumber nafkah pertanian, pola nafkah ganda (diversifikasi); rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan melakukan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan tambahan (Scoones 1998). RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, melakukan ketiga strategi nafkah tersebut karena beberapa alasan. Rekayasa sumber nafkah pertanian lebih cenderung kepada sistem nafkah yang mengutamakan sektor pertanian.Pasangan suami-istri di desa ini sudah terbilang sedikit yang memanfaatkan lahan untuk pertanian. Lahan tersebut digunakan untuk keperluan lain seperti perumahan dan pertokoan. Selain itu, jumlah pasangan suami-istri yang memiliki mata pencaharian sebagai petani sangat minim. Tabel 40. Jumlah dan persentase berdasarkan luas lahan, tahun 2015. Luas/m2 Jumlah (%) 0-200 m 50 83,33 201-400 m 4 6,67 401-600 m 4 6,67 601-800 m 0 0,00 801-1000 m 0 0,00 101-1200 m 2 3,33 Total 60 100,00 Tabel 41. Jumlah dan persentase berdasarkan kegunaan lahan, tahun 2015 Kegunaan Lahan Jumlah (%) Perumahan 58 90,63 Pertanian 4 6,25 Pertokoan 2 3,12 Total 64 100,00 Luas lahan yang kebanyakan dimiliki oleh pasangan suami yaitu 0-200m dengan jumlah persentase sebesar 83,33%. pasangan suami istri telah menggunakan lahan kosong untuk dijadikan perumahan. Kegunaan lahan untuk perumahan memiliki persentase tertinggi sebesar 90,63%. Hal tersebut menunjukan bahwa prioritas lahan kosong tidak lagi digunakan untuk lahan pertanian akan tetapi digunakan unuk membangun perumahan penduduk. Perumahan di RW 07 sangat berhimpitan sehingga sangat sedikit yang digunakan untuk lahan pertanian bahkan pekarangan pun tidak terihat. Lahan yang digunakan untuk pertokoan memiliki persentase sebanyak 3,12%.
39
“…kebanyakan bekerja sebagai supir baik angkot maupun supir pribadi.hampir satu RW bekerja sebagai supir angkot. Petani malah kurang, kebanyakan tanah yang ngegarap itu orang luar bukan orang asli desa ini. Jarang petani mah disini. Penghasilan petani minim, atau mungkin gamau kokotoran. Lebih milih kerja supir soalnya gaya neng…” ungkap Ibu Ddh (tokoh perempuan).
Pola nafkah ganda (Diversifikasi) adalah alternatif yang dilakukan dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk meningkatkan pendapatan atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu dan anak) untuk ikut bekerja, selain pertanian dan memperoleh pendapatan. Tabel 42. Jumlah dan persentase responden pasangan suami-istri berdasarkan pihak yang bekerja, tahun 2015 Pekerja Jumlah (%) 58 Suami 63,00 26 Istri 28,30 6 Anak 6,50 2 2,20 ART lainnya (ayah kandung, mertua, menantu) Total 92 100,00 Strategi nafkah yang diterapkan oleh pasangan suami-istri di desa ini lebih dominan pada strategi nafkah jenis pola nafkah ganda. Selain suami sebagai pencari nafkah utama, namun istri ikut serta dalam menyumbang dalam perekonomian keluarga.Pendapatan yang diperoleh oleh suami dirasakan tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, oleh karena itu selain istri yang ikut bekerja tetapi anggota keluarga lain ikut membantu mencukupi perekonomian keluarga. persentase tertinggi adalah suami yang . bekerja dengan angka persentase sebesar 63%, pekerja istri memiliki angka persentase sebesar 28,3%, pekerja anak memiliki persentase sebesar 6,52%. Artinya, sebanyak 26 pasangan suami istri merasakan ketidakcukupan pendapatan dari pihak suami dan memutuskan untuk ikut bekerja. “…Kalo suami-suami disini banyaknya jadi supir angkot de, nah istrinya ngebantu suaminya supaya nambah uang kan sekarang kebutuhan makin mahal de jadi istri juga ikut ngebantu suami. Istri disini banyaknya jadi buruh pabrik de kalo engga pembantu atau pedangang, yang penting mah bisa buat makan kalo kata orang sini…” Bapak Mustofa (Ketua PNPM Mandiri Desa Ciherang).
Migrasi adalah salah satu strategi nafkah yang digunakan oleh pasangan suami-istri di Desa ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. Migrasi tersebut dilakukan dengan harapan memperbaiki taraf hidup dari desa atau kota sebelumnya.
40
Tabel 43. Jumlah dan perentase responden pasangan suami-istri berdasarkan tingkat migrasi, tahun 2015 Migrasi Jumlah (%) Tidak 51 85,00 Ya 9 15,00 Total 60 100,00 Tingkat migrasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri di Desa Ciherang tergolong rendah, hanya sebesar 15,0% pasangan suami istri di desa ini yang melakukan migrasi dari daerah lain. Persentase pasangan suami istri yang tidak melakukan migrasi memiliki jumlah persentase yang tinggi yaitu sebesar 85,0%. Artinya sebagian besar penduduk atau pasangan suami-istri di desa tersebut adalah penduduk lokal. Strategi Nafkah Setelah melakukan identifikasi pada sumberdaya yang dimiliki oleh pasangan suami istri di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Intensifikasi lahan pertanian sudah sulit untuk diterapkan di desa ini karena luas lahan pertanian yang sudah berkurang, dan minat masyarakat untuk bekerja disektor pertanian juga berkurang. Sektor pertanian tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan hidup di desa ini karena sebagian besar lahan pertanian di desa ini bukan milik penduduk lokal tetapi milik penduduk luar desa. Selain itu upah sebagai buruh tani sangat minim serta tidak menentu tergantung pada musim panen dan harga pasar. Migrasi atau pola nafkah spasial juga sangat sedikit dilakukan oleh masyarakat di desa ini, masyarakat desa ini masih penduduk asli Desa Ciherang. Mereka enggan untuk keluar dari desa tersebut. pola nafkah ganda adalah salah satu alternatif yang cocok dilakukan di desa ini karena beberapa pertimbangan. Adanya kesempatan untuk istri dan anak ikut menambah penghasilan keluarga. Namun, diperlukan upaya dari pemerintah berupa bantuan yang dapat mendukung terjadinya pola nafkah ganda di desa ini. Adanya pelatihan keterampilan guna meningkatkan kinerja istri di desa ini agar dapat menciptakan usaha kecil menengah serta memberikan bantuan dana berupa simpan pinjam dengan bunga yang ringan.
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN PROFIL GENDER Pembahasan dalam bab ini akan menjelaskan mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan profil gender pasangan suami-istri di RW 07, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Peneliti memandang adanya kaitan antar karakteristik individu merupakan landasan dari pasangan suami-istri untuk melakukan profil gender. Karakteristik individu dapat dilihat dari umur, dan tingkat pendidikan sehingga berhubungan dengan profil gender yang terdiri atas profil aktivitas, akses dan kontrol. Hubungan Karakteristik Individu dengan Profil Gender Karakteristik individu pasangan suami-istri mencakup umur, dan tingkat pendidikan. Profil gender terdiri atas profil aktivitas, profil akses dan kontrol. Profil aktivitas terbagi menjadi aktivitas produksi dan aktivitas reproduksi, sedangkan untuk akses dan kontrol dapat dilihat dari tingkat partisipasi dan tingkat pengambilan keputusan. Peneliti kemudian memperjelas kasus ini menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melakukan uji Rank Spearman pada variable karakteristik individu (X) dengan profil gender (Y). Data yang ada mengenai tingkat karakteristik individu ditotalkan.Kemudian peneliti telah mengkode profil gender. Maka hasil uji Rank Spearman sebagai berikut: Berdasarkan tabel didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 1,000 dengan signifikan 0,000 pada interval keyakinan (alpha) yang lebih diteliti yaitu 0,01 untuk uji dua sisi. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variable memiliki hubungan mendekati sempurna. Aturan nilai dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0.10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0,69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), >0,9 (hubungan mendekati sempurna). Maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain: 1. Bahwa dalam kenyataannya, karakteristik individu yang terdiri atas umur, dan tingkat pendidikan maka dapat diperoleh hasil yang berhubungan dengan profil gender yang dapat dilihat dari profil aktivitas, akses dan kontrol. 2. Umur memiliki hubungan terbalik dengan curahan waktu profil aktivitas dengan nilai korelasi sebesar -,261* yang artinya memiliki hubungan lemah. Semakin matang umur pasangan suami istri berdampak pada curahan waktu yang dicurahkan dalam melakukan aktivitas produksi dan reproduksi. 3. Umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Tingkat partisipasi pasangan suami istri akan akses terhadap sumberdaya tidak menuntut memiliki kematangan umur tertentu. Pasangan suami istri pada tingkat partisipasi lebih dilakukan oleh pihak istri. 4. Umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengambilan keputusan. Tingkat pengambilan keputusan dalam hal sandang, pangan, papan tidak menuntut pasangan suami istri memiliki kematangan umur.
42
5.
6.
7.
8.
Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan profil aktivitas. Profil aktivitas yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi karena pasangan suami istri di desa ini hanya bekerja sebagai buruh. Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan curahan waktu profil aktivitas. Curahan waktu pasangan suami istri tidak ditentukan oleh seberapa tinggi pendidikan yang ditempuh sebelumnya. Tingkat pendidikan memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi dengan nilai korelasi sebesar ,-255* yang artinya memiliki hubungan lemah. Pada tingkat partisipasi akan akses terhadap sumberdaya dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan pasangan suami istri. Pendidikan pasangan suami-istri kebanyakan sebagai lulusan SMA tidak dapat menjamin mereka dapat memperoleh pekerjaan yang menjanjikan. Oleh karena itu, mereka memilih bekerja sebagai buruh yang tidak memerlukan persyaratan yang sulit. Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengambilan keputusan. Tingkat pengambilan keputusan didalam keluarga lebih banyak dilakukan oleh pihak istri dibandingkan dengan suami dan tidak mempertimbangkan istri atau suami telah mengenyam bangku sekolahan.
HUBUNGAN PROFIL GENDER DENGAN EKONOMI KELUARGA Profil gender yang terdiri profil aktivitas, akses dan kontrol merupakan suatu kegiatan yang dilakukan baik aktivitas produksi, aktivitas reproduksi, tingkat partisipasi, dan tingkat pengambilan keputusan terhadap sumberdaya. Ekonomi keluarga yang dimaksudkan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengeluaran. Profil gender akan dihubungan dengan ekonomi keluarga untuk melihat hubungan keduanya. Peneliti kemudian memperjelas kasus ini dengan menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melalukan uji Rank Spearman pada variable profil gender (X) dan strategi nafkah (Y). Data yang ada mengenai profil gender digabungkan dan disederhanakan, begitu juga dengan strategi nafkah. Aturan dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,001-0,009 (hubungan kurang berarti), 0,10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0,69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), > 0,9 (hubungan mendekati sempurna). 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bahwa dalam kenyataannya, profil aktivitas tidak memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan curahan waktu pada profil aktivitas. Profil aktivitas yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak tergantung dengan jenis pekerjaan apa yang sedang mereka kerjakan. Frekuensi dalam profil aktivitas tidak memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan. Frekuensi profil aktivitas yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak tergantung oleh jenis pekerjaan yang sedang mereka kerjakan. Tingkat partisipasi tidak memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan. Tingkat partisipasi yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak ditentukan oleh jenis pekerjaan apa yang mereka miliki. Tingkat partisipasi terhadap sumberdaya lebih banyak dilakukan oleh pihak istri. Tingkat pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan dengan nilai koefisien sebesar ,435** yang memiliki hubungan moderat. Tingkat pengambilan keputusan dalam hal sandang, pangan, papan ditentukan oleh jenis pekerjaan yang dimiliki. Curahan waktu pada profil aktivitas tidak memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan yang diperoleh pasangan suami istri tidak ditentukan oleh seberapa tinggi curahan waktu yang dicurahkan pada profil aktivitas. Tingkat partisipasi tidak memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan. Tingkat partisipasi terhadap sumberdaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak menentukan seberapa besar pendapatan yang diperoleh selama satu bulan. Tingkat pengambilan keputusan tidak memiliki hubungan dengan tingkat pendapatan. Tingkat pengambilan keputusan dalam hal sandang, pangan, papan tidak menentukan seberapa besar pendapatan yang diperoleh selama satu bulan.
44
8.
9.
10.
Curahan waktu profil akivitas tidak memiliki hubungan dengan tingkat pengeluaran. Waktu yang dicurahkan oleh pasangan suami istri tidak menentukan pengeluaran keluarga selama satu bulan. Tingkat partisipasi memiliki hubungan dengan tingkat pengeluaran dengan nilai korelasi sebesar ,401** yang artinya memiliki hubungan moderat. Tingkat partisipasi pasangan suami istri terhadap sumberdaya menentukan seberapa besar uang yang dikeluarkan selama satu bulan. Tingkat pengambilan keputusan memiliki hubungan dengan tingkat pengeluaran dengan nilai korelasi sebesar ,321* yang artinya memiliki hubungan lemah. Tingkat pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pasangan suami istri dapat menentukan seberapa besar pengeluaran yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup selama satu bulan.
HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STRATEGI NAFKAH
Identifikasi Ekonomi Keluarga dengan Strategi Nafkah Dalam bab ini dibahas mengenai ekonomi pasangan suami istri di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Ekonomi keluarga meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran yang dihubungkan dengan strategi nafkah. Peneliti kemudian memperjelas kasus ini menggunakan perangkat lunak SPSS melalui uji statistik non-parametik melakukan uji Rank Spearman pada variable ekonomi keluarga (X) dengan strategi nafkah (Y). Maka hasil uji Rank Spearman sebagai berikut: Berdasarkan tabel didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 1,000 dengan signifikan 0,000 pada interval keyakinan (alpha) yang lebih diteliti yaitu 0,01 untuk uji dua sisi. Berdasarkan data tersebut maka dapat dikatakan bahwa kedua variable memiliki hubungan mendekati sempurna. Aturan nilai dalam menentukan nilai adalah sebagai berikut: 0,00 (tidak ada hubungan), 0,01-0,09 (hubungan kurang berarti), 0.10-0,29 (hubungan lemah), 0,30-0,49 (hubungan moderat), 0,50-0,69 (hubungan kuat), 0,70-0,89 (hubungan sangat kuat), >0,9 (hubungan mendekati sempurna). Maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain: 1. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola nafkah ganda dengan nilai koefisien korelasi sebesar ,380** yang artinya memiliki hubungan moderat. Jenis pekerjaan sebagai buruh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga, hal tersebut yang mendorong pasangan suami istri memilih pola nafkah ganda sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan hidup. 2. Tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan dengan pola nafkah ganda. Pendapatan pasangan suami istri ternyata tidak ditentukan oleh pola nafkah ganda yang dilakukan oleh pasangan suami istri. 3. Tingkat pengeluaran tidak memiliki hubungan dengan pola nafkah ganda. Pengeluaran selama satu bulan yang dilakukan oleh pasangan suami istri tidak ditentukan oleh pola nafkah ganda yang diterapkan oleh pasangan suami istri.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi profil desa, deskripsi tingkat karakteristik individu, deskripsi profil gender, dan deskripsi strategi nafkah, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: Karakteristik pasangan suami istri tergolong usia produktif, untuk tingkat pendidikan termasuk pada kategori sedang, profil gender yang terdiri atas tingkat profil aktivitas (produksi dan reproduksi), Tingkat akses dan k ontrol (tingkat partisipasi dan tingkat pengambilan keputusan). Pada aktivitas produksi tidak hanya suami yang menjadi pencari nafkah keluarga tetpi istri juga berperan serta mencari nafkah.Pada aktivitas produksi, istri lebih dominan yang mengerjakan, karena adanya stereotype bahwa seorang istri memiliki kewajiban untuk mengurus anak, suami, serta rumah tangganya. Profil gender memiliki hubungan antara umur dengan curahan waktu aktivitas produksi dan reproduksi. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi. Oleh karena itu, pasangan suami-istri di desa ini kebanyakan bekerja sebagai buruh maupun wiraswata. Ekonomi keluarga meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan tingkat pengeluaran. Jenis pekerjaan terbesar di desa ini adalah sebagai buruh dan wiraswasta karena pekerjaan ini tidak memerlukan banyak prasyarat. Jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan tingkat pengambilan keputusan. Sementara tingkat pengeluaran memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi terhadap sumberdaya. Selain itu, tingkat pengeluaran pasangan suami istri memiliki hubungan dengan tingkat pengambilan keputusan. Strategi nafkah merupakan upaya atau cara individu atau kelompok agar dapat mempertahankan eksistensi hidupnya. Strategi nafkah pasangan suami-istri di RW 07, lebih cenderung pada strategi nafkah jenis pola nafkah ganda.Pola nafkah ganda yang dimaksudkan adalah tidak hanya suami yang bekerja tetapi istri juga ikut bekerja. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola nafkah ganda. Jenis pekerjaan suami sebagai buruh tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidup sehingga istri dan anak ikut serta menambah perekonomian keluarga. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa hal yang dapat dijadikan masukan atau saran diantaranya sebagai berikut untuk civitas akademika penelitian ini perlu adanya perbandingan antara dua lokasi yang beragam sebagai pembanding antara profil gender yang tergolong homogen dan heteroge, sehingga dapat diperoleh hasil yang cukup baik melihat hubungan karakteristik individu dengan profil gender. Untuk masyarakat diharapkan dapat secara adil dalam melakukan aktivitas dalam rumah tangganya. Baik untuk suami maupun untuk istri. Agar tidak terjadi ketimpangan peran gender. Aktivitas reproduksi diharapkan tidak lagi dikerjakan hanya oleh pihak istri tetapi peran suami dibutuhkan untuk membantu istri dala aktivitas reproduksi.
47
Untuk pemerintah diharapkan dapat menyusun kebijakan mengenai profil gender, agar masyarakat memiliki kesempatan kerja yang sama antara laki-laki maupun perempuan dengan upaya pengarusutamaan gender. Selain itu, diperlukan peran serta pemerintah untuk mendukung kebijakan tersebut dengan menciptakan lapangan kerja berbasis kesetaraan gender. Pemerintah diharapkan dapat menyediakan pelatihan keterampilan untuk perempuan agar mandiri. Saran lainnya yaitu pemerintah memberikan bantuan berupa dana agar masyarakat dapat melakukan usaha kecil menengah dengan bunga yang rendah.
48
DAFTAR PUSTAKA Andriani R, Euis Sunarti. 2008. Analisis Gender pada Keluarga Petani Padi dan Holtikultura di Daerah Pinggiran Perkotaan. [internet]. [diunduh 20 September 2014. Bogor (ID). Dapat diunduh dari: http://jurnal.unpad.ac.id/kependudukan/article/view/doc6/0 [BPK] Biro Perencanaan dan Keuangan. 2015. Pengarusutamaan Gender.[internet].[diunduh tanggal 15 Maret 2015]. Dapat diunduh dari: http://www.rocankeu.go.id/www/web-datacontent-baca.asp.28.html [BPS] Biro Pusat Statistik. 2014. Konsep Gender. [diunduh tanggal 12 November 2014]. Dapat diunduh dari: http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=40 Chamber R. 1992. Rural Apparsial: Rapid, Relaxed, and Participatoriy. Sussex, UK: Dharmawan AH. 1994. Farm Income and Financing in Rural Indonesia ( A Case Study From West Kalimantan). [Disertasi]. Gottingen: Allano.129 Dharmawan AH. 2007. Sistem penghidupan dan nafkah pedesaan: pandangan sosiologi nafkah (livelihood sociology) mahzab Barat dan mahzab Bogor. [internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. ISSN: 1987-4333, Vol. 02. Dapat diunduh dari: http://jurnalsodality.ipb.ac.id/jurnalpdf/edisi-1.pdf Ellis F.2000. Rural Livelihood and diversity in Developing Countries.New York: Oxford University Press. Effendi. Egken Parid. 2004. Analisis Sumber Daya Nafkah (Livelihood Resources) dan Strategi Nafkah (Livelihood Strategis) pada Dua Komunitas [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Gunawan et al. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor [ID]: IPB Press Handayani, Sugiarti. 2008. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang (ID): Universitas Muhamadiyah Malang. Lukmansyah O. 2013. Jumlah Petani Berkurang. [internet]. [diunduh 3 Mei 2015]. Bogor (ID): Tempo. Dapat diunduh dari http://tempo.co/read/news/2013/09/07/092511259/BPS-Jumlah-PetaniBerkurang Monografi Desa Ciherang. 2014. Bogor (ID). Mosse JC. 1996. Gender dan Pembangunan. Hartian Silawati , penerjemah. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. Terjemahan dari: Half the World, Half a Chance An Introduction to Gender and Development Oxford: Oxfam, 1993. Nugroho R. 2011. Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia. Jakarta (ID): Pustaka Pelajar. Paulina et al. 2007. Struktur Nafkah Rumah Tangga Petani Transmigran: Studi Sosio-ekonomi di Tiga Kampung di Distrik Masni Kabupaten Manokwari. [internet]. [diunduh 20 September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 03, No. 02. Dapat diunduh dari: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/5866/4531 Prodeskel. 2014. Kependudukan Desa Ciherang 2014. [internet] [diunduh tanggal 12 November 2014]. Dapat diunduh di http://www.prodeskel.pmd.kemendagri.go.id/menuawal/
49
Puspitawati. 2012. Gender dan Keluarga. Bogor [ID]: IPB Press Puspitawati et al. 2010. Analisis Gender Terhadap Strategi Koping dan Kesejahteraan Keluarga. [internet]. [diunduh 15 September 2014]. Bogor [ID]. Vol. 15, No. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/64899 Rusli S. 2005. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): LP3ES. Scoones I. 1998.Sustainable Rural Livelihood a Framework for Analysis. IDS Working Paper 72. Brigton [UK]: Institute for Development Studies.
50
LAMPIRAN
51
Lampiran 1.Waktu Pelaksanaan Penelitian.
Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Skripsi Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
Des 3 4
Jan
Feb
Mar
Apr
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
52
Lampiran 2. Lokasi Penelitian
53
Lampiran 3.Uji Reabilitas Tabel 44. Uji reabilitas kuesioner Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,779
N of Items 246
Lampiran 4.Uji Korelasi Tabel 45.Uji korelasi Rank Spearman Correlations Ordinal Umur Correlation Coefficient Ordinal Umur Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Ordinal Curahan Waktu Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ordinal Curahan Waktu
1,000
-,261*
. 60
,044 60
-,261*
1,000
,044 60
. 60
Correlations Ordinal Umur
Ordinal Umur Spearman's rho Ordinal Tingkat Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Partisipasi
1,000
-,143
. 60
,275 60
-,143
1,000
,275 60
. 60
54
Correlations Ordinal Umur
Ordinal Umur Spearman's rho Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pengambila m Keputusan
1,000
,035
. 60
,789 60
,035
1,000
,789 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pendidikan Ordinal Tingkat Pendidikan Spearman's rho Ordinal Produksi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Produksi
1,000
-,120
. 60
,361 60
-,120
1,000
,361 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pendidikan
Ordinal Tingkat Pendidikan Spearman's rho Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi
1,000
-,058
. 60
,659 60
-,058
1,000
,659 60
. 60
55 Correlations Ordinal Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Pendidikan Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Ordinal Curahan Waktu Coefficient Aktivitas Repoduktif Sig. (2-tailed) N
Ordinal Curahan Waktu Aktivitas Reproduktif
1,000
.
. 60
. 60
.
.
. 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pendidikan Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Pendidikan Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Partisipasi Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Ordinal Tingkat Partisipasi
1,000
,255*
. 60
,050 60
,255*
1,000
,050 60
. 60
56
Correlations Ordinal Tingkat Pendidikan
Ordinal Tingkat Pendidikan Spearman's rho Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
1,000
,163
. 60
,213 60
,163
1,000
,213 60
. 60
Correlations Ordinal Jenis Ordinal pekerjaan CurahanWak tu Ordinal Jenis pekerjaan Spearman's rho Ordinal Curahan Waktu
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1,000
,134
. 60
,308 60
,134
1,000
,308 60
. 60
Correlations Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi Spearman's rho Ordinal Jenis pekerjaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Jenis pekerjaan
1,000
,102
. 60
,439 60
,102
1,000
,439 60
. 60
57
Correlations Ordinal Jenis pekerjaan
Ordinal Jenis pekerjaan Spearman's rho Ordinal Curahan Waktu Aktivitas Reproduktif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Curahan Waktu Aktivitas Reproduktif
1,000
.
. 60
. 60
.
.
. 60
. 60
Correlations Ordinal Jenis pekerjaan
Ordinal Jenis pekerjaan Spearman's rho Ordinal Tingkat Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Partisipasi
1,000
,107
. 60
,417 60
,107
1,000
,417 60
. 60
58
Correlations
Correlation Coefficient Ordinal Jenis pekerjaan Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Ordinal Tingkat Coefficient Pengambilan Sig. (2-tailed) Keputusan N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Ordinal Jenis pekerjaan
Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
1,000
,435**
. 60
,001 60
,435**
1,000
,001 60
. 60
Correlations Ordinal CurahanWak tu Correlation Coefficient Ordinal Curahan Waktu Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Pendapatan Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pendapatan
1,000
,187
. 60
,152 60
,187
1,000
,152 60
. 60
59 Correlations Ordinal Tingkat Pendapatan
Ordinal Tingkat Pendapatan Spearman's rho Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Frekuensi Aktivitas Produksi
1,000
-,045
. 60
,735 60
-,045
1,000
,735 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pendapatan Ordinal Tingkat Pendapatan Spearman's rho Ordinal Tingkat Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Partisipasi
1,000
,064
. 60
,629 60
,064
1,000
,629 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pendapatan
Ordinal Tingkat Pendapatan Spearman's rho Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
1,000
,156
. 60
,235 60
,156
1,000
,235 60
. 60
60
Correlations Ordinal Tingkat Pengeluaran
Ordinal Tingkat Pengeluaran Spearman's rho Ordinal Curahan Aktivitas Reproduksi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Curahan Waktu Aktivitas Reproduksi
1,000
.
. 60
. 60
.
.
. 60
. 60
Correlations Ordinal Tingkat Pengeluaran
Ordinal Tingkat Pengeluaran
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Ordinal Frekuensi Aktivitas Reproduksi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Frekuensi Aktivitas Reproduksi
1,000
,251
.
,054
60
60
,251
1,000
,054 60
. 60
61 Correlations
Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Pengeluaran Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Ordinal Tingkat Coefficient Pengambilan Sig. (2-tailed) Keputusan N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations
Ordinal Tingkat Pengeluaran
Ordinal Tingkat Pengambilan Keputusan
1,000
,321*
. 60
,013 60
,321*
1,000
,013 60
. 60
Ordinal Tingkat Pengeluaran Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Pengeluaran Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Ordinal Tingkat Partisipasi Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Ordinal Tingkat Partisipasi
1,000
,401**
. 60
,001 60
,401**
1,000
,001 60
. 60
Correlations Jenis pekerjaan Correlation Coefficient Jenis pekerjaan Sig. (2-tailed) N Spearman's rho Correlation Coefficient Ordinal Pola Nafkah Ganda Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Ordinal Pola Nafkah Ganda
1,000
,380**
. 60
,003 60
,380**
1,000
,003 60
. 60
62
Correlations Ordinal Pola Nafkah Ganda Ordinal Pola Nafkah Ganda Spearman's rho Ordinal Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pendapatan
1,000
-,172
. 60
,188 60
-,172
1,000
,188 60
. 60
Correlations
Ordinal Pola Nafkah Ganda Spearman's rho Ordinal Tingkat Pengeluaran
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Pola Nafkh Ganda
Ordinal Tingkat Pengeluaran
1,000
,090
. 60
,492 60
,090
1,000
,492 60
. 60
63
Correlations
Ordinal Tingkat Pengeluaran Spearman's rho Ordinal Pola Nafkah Ganda
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Ordinal Tingkat Pengeluaran
Ordinal Pola Nafkah Ganda
1,000
,090
. 60
,492 60
,090
1,000
,492 60
. 60
64
Lampiran 5. Hasil Dokumentasi
65
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Desi Rosita dilahirkan di Bogor, 22 Desember 1992 dari pasangan Machpud dan Ida Rosjida. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pendidikan formal dijalani penulis mulai dari TK. Tunas Adi Sanggoro (1998-1999), SDN Babakan Dramaga IV (1999-2005), SMP Negeri 7 Bogor (2005-2008), SMA Negeri 4 Bogor (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima menjadi mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN. Penulis merupakan penerima beasiswa BUMN periode 2012-2014. Kemudian saat ini penulis menerima beasiswa BBM. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, sejak pertama kali masuk dunia perkulian, penulis sudah aktif mengikuti berbagai organisasi, yaitu bergabung dalam, Himpunan Mahasiwa Peminat Ilmu Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA), divisi Broadcasting. Selain ini penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan, antara lain: Himasiera Olah Talenta (HOT), dan Indonesian Ecology Expo (INDEX).
66