ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM-SAHAM DENGAN NILAI KAPITALISASI PASAR TERBESAR DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 2010-2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E. Sy)
MUHAMMAD ZUBAYR NIM: 1111046200029
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 2015 M / 1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Neger i (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 30 April 2015
Muhammad Zubayr Penulis
ABSTRAK Muhammad Zubayr. NIM 1111046200029. ANALISIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM_SAHAM DENGAN NILAI KAPITALISASI PASAR TERBESAR DI JII PERIODE 2010-2013. Program Studi Muamalat, Jurusan Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1436 / 2015 M. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan investasi portofolio saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar (ASII, TLKM, dan UNVR) di Jakarta Islamic Index pada periode 2010-2013 secara fundamental dan teknikal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini diawali dengan analisis fundamental melalui analisis makro ekonomi Indonesia, analisis industri (industri otomotif, telekomunikasi, dan barang konsumsi), dan analisis rasio keuangan. Kemudian dilanjutkan dengan penilaian harga saham (nilai intrinsik) dengan dividend discounted model (DDM), price earning ratio (PER), dan Price Book Value (PBV) lalu ditutup dengan analisis teknikal melalui moving average (MA), moving average convergence divergence (MACD), dan relative strength index (RSI). Analisis makro ekonomi Indonesia memberikan sinyal negatif untuk berinvestasi pada market capital. Lalu hasil dari analisis industri yang menunjukkan baik ASII, TLKM, dan UNVR ketiganya berada dalam fase maturity. Kemudian analisis rasio keuangan ASII adalah yang terbaik berdasarkan komponen likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio aktifitas perusahaan. Berdasarkan perhitungan DDM dan PER, nilai intrinsik saham ASII dan TLKM adalah undervalued, sedangkan hasil penilaian saham UNVR adalah overvalued, dan hasil perhitungan metode PBV yang menunjukan bahwa saham ASII mempunyai nilai terbaik dibandingkan saham TLKM dan saham UNVR. Analisis Teknikal MA, MACD, dan RSI yang dilakukan menunjukkan bahwa saham ASII berada pada trend bullish, sedangkan TLKM dan UNVR berada pada trend bearish. Kesimpulan penilaian nilai saham diatas adalah bahwa saham ASII merupakan saham yang baik untuk dibeli, sedangkan TLKM dan UNVR sebaiknya dijual. Kata kunci : Nilai Intrinsik Analisis Fundamental Analisis Teknikal Dividend Discounted Model Price Earning Ratio Price Book Value Relative Strength Index Moving Average Convergence Divergence Pembimbing : Aini Masruroh, SEI, MM Daftar Pustaka : Tahun 1993 s.d. tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas asma-Mu Ya Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang memberikan rahmat dan karunia-Nya dan memberikan kemudahan dari kesulitan dan kelebihan dari kekurangan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bagian dari tugas akademik di Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S. E. Sy). Teriring pula shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW, pelita dari kegelapan umatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi umat manusia, beserta keluarga dan para sahabat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini ditemui beberapa kesulitan, namun berkat arahan, motivasi, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, izinkanlah Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Ah. Azharuddi Lathif, M.Ag, MH, selaku Ketua Jurusan Muamalat dan Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Jurusan Muamalat Fakultas
i
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan pengarahan dan membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini. 3. Ibu Aini Masruroh, SEI, MM, selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan, tuntunan, masukan dan solusi yang amat baik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Ibu Tini Anggraini, ST, M.Si yang senantiasa memberikan pendapat serta dengan sudi meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah dengan sabar memberikan bekal ilmu yang tak terhingga nilainya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, Aamiin. 6. Kepada keluarga kecilku yaitu Bapak Affanda Kristaldy dan Ibu Retno Yuniarty, lalu kakak Asma Az Zahra dan Adik Yahya Ayyasy, yang tak pernah lelah memberikan semangat, serta iringan do’a yang tak pernah putus, dan jasa yang tidak akan pernah bisa terbayar sampai kapanpun. Maafkan atas segala kesalahan, dan semoga skripsi ini bisa memberikan senyuman dan rasa bangga kepada Abi dan Ummi. Semoga semua anakmu ini selalu bisa membuat Abi dan Ummi bangga dan membuat Abi dan Ummi selalu tersenyum
bahagia
ii
atas
keberhasilan
kami.
Aamiin.
7. Kepada teman-teman yang berjasa membantu penyelesaian skripsi ini, (Kak Sari Ardiyanti (penunggu pojok IPOT fakultas), Hasyyati Sharfina (yang mirip vokalis Vierratale), dan Tiara Fitri Yanti (A.K.A cumi-cumi). Terimakasih banyak dan rasa syukur atas bantuan juga solusi dari kalian selama ini. 8. Sahabat dan keluarga ketemu gede dari Asuransi Syariah 2011 untuk perjuangan bersama selama masa kuliah dan rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Bahagia bisa mengenal kalian, semoga tetap terjalin silaturahim dan tetap erat tali kekeluargaan sampai akhir hayat. 9. Kepada semua teman dan sahabat di kampus, sahabat gunung Yomstriip (Tile, Guspur, Icad, Kinoy, Mira, Puput, Viki, Deden, Padli, Tibo, Peri, Pirda, Paijo, dkk), sahabat asrama turki (Husni, Bangkit, Mulki, dkk), sahabat KKN (Karyo, Vina, Wawah, Ateng, dkk). Peluk erat, kecup basyah :* ;) Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati Penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, bagi pengembangan diri Penulis khususnya dan bagi para pembaca yang
iii
budiman pada umumnya. Akhirnya, segala urusan Penulis pasrah dan tawakalkan kepada Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Tangerang Selatan, 2015 Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ........................................................................................... i DAFTAR ISI ..........................................................................................................v DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................8 C. Pembatasan Masalah ........................................................................9 D. Perumusan Masalah ........................................................................10 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................11 F. Kerangka Konsep ...........................................................................13 G. Sistematika Penulisan .....................................................................14
Bab II
LANDASAN TEORI A. Jakarta Islamic Index .....................................................................17 B. Analisis Fundamental .....................................................................20 1. Economic Analysis (Analisis Ekonomi) ....................................21 a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) .............22 b. Inflasi ....................................................................................23 c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) .........................................23 d. Kurs Rupiah ..........................................................................24 2. Analisis Industri .........................................................................25 a. Development..........................................................................26 b. Growth ..................................................................................27 c. Expansion ..............................................................................27 d. Maturity.................................................................................28 e. Decline ..................................................................................28 3. Company Analysis (Analisis Perusahaan) .................................29 a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).........................................31 b. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratios)..................................32
v
c. Rasio Rentabilitas (Profitability Ratios).............................33 d. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) ........................................35 4. Penilaian Saham.........................................................................37 a. Dividend Discounted Model..................................................37 b. Price Earning Ratio ..............................................................42 c. Price Book Value ..................................................................43 C. Analisis Teknikal ............................................................................43 1. Prinsip Dasar Analisis Teknikal ...............................................44 2. Teknik Teknik Analisis Teknikal .............................................46 3. Trading Rule of Technical Analysis .........................................48 4. Metode Pengemplotan Grafik ..................................................49 5. Identifikasi Pergerakan Trend Dasar ........................................51 D. Review Studi Terdahulu .................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...............................................................................55 B. Objek Penelitian .............................................................................55 1. Populasi......................................................................................55 2. Sampel .......................................................................................57 C. Sumber Data ...................................................................................57 D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................58 E. Metode Analisis ..............................................................................59 F. Variabel Penelitian .........................................................................61 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PERHITUNGAN NILAI SAHAM A. Profil Emiten ..................................................................................65 B. Analisis Fundamental .....................................................................67 1. Analisis Makro Ekonomi .........................................................67 a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) ...........68 b. Inflasi ..................................................................................69 c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) ......................................71 d. Kurs Rupiah ........................................................................73 2. Analisis Industri .......................................................................77 a. Analisis Industri Otomotif ...................................................77 b. Analisis Industri Telekomunikasi ........................................78 c. Aneka Industri Barang Konsumsi........................................79
vi
3. Analisis Rasio Keuangan .........................................................80 a. Rasio Likuiditas ...................................................................80 b. Rasio Solvabilitas ................................................................82 c. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas ........................................83 d. Rasio Aktivitas ....................................................................87 4. Penilaian Saham ......................................................................91 a. Dividend Discounted Model ...............................................91 b. Price Earning Ratio ............................................................98 c. Price Book Value ..............................................................100 E. Analisis Teknikal ....................................................................102 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................110 B. Saran ............................................................................................112
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................114
vii
DAFTAR GRAFIK 1. Grafik 2.1
Industry Life Cycle ................................................................29
2. Grafik 2.2
Trading Rule of Techncal Analysis .......................................49
3. Grafik 2.3
Line Chart ............................................................................50
4. Grafik 2.4
Bar Chart .............................................................................51
5. Grafik 2.5
Candlestick Chart ................................................................52
6. Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Tukar Terhadap Dollar AS ........................73
7. Grafik 4.2
Current Ratio .......................................................................80
8. Grafik 4.3
Debt To Asset Ratio ..............................................................82
9. Grafik 4.4
Debt To Equity Ratio ............................................................82
10. Grafik 4.5
Return On Asset ...................................................................83
11. Grafik 4.6
Return On Equity .................................................................84
12. Grafik 4.7
Net Profit Margin .................................................................85
13. Grafik 4.8
Earning Per Share ...............................................................85
14. Grafik 4.9
Fix Asset Turn Over .............................................................87
15. Grafik 4.10 Total Asset Turn Over ..........................................................87 16. Grafik 4.11 Moving Average ASII .........................................................104 17. Grafik 4.12 Moving Average TLKM ......................................................106 18. Grafik 4.13 Moving Average UNVR ......................................................108
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 2. Tabel 1.2 3. Tabel 2.1 4. Tabel 3.1 5. Tabel 3.2 6. Tabel 4.1 7. Tabel 4.2 8. Tabel 4.3 9. Tabel 4.4 10. Tabel 4.5 11. Tabel 4.6 12. Tabel 4.7 13. Tabel 4.8 14. Tabel 4.9 15. Tabel 4.10 16. Tabel 4.11 17. Tabel 4.12 18. Tabel 4.13 19. Tabel 4.14 20. Tabel 4.15 21. Tabel 4.16 22. Tabel 4.17 23. Tabel 4.18 24. Tabel 4.19 25. Tabel 4.20
Indeks Utilisasi ........................................................................2 10 Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar .......................7 Indikator Ekonomi ...............................................................23 Daftar Saham Konsisten di JII 2010-2013 ...........................55 Saham dengan Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar .................56 Innitial Public Offering ........................................................66 PDB Atas Dasar Harga Konstan 2010-2013 ........................67 Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................69 Tingkat Suku Bunga Indonesia ............................................71 Hasil Analisis Makro Ekonomi 2010-2013 .........................74 Hasil Analisis Rasio Keuangan ............................................89 Risk Free Rate .......................................................................91 Return Market ......................................................................92 Beta Saham ..........................................................................93 Growth ASII .........................................................................94 Growth TLKM ........................................................................94 Growth UNVR ........................................................................95 Payoutratio .............................................................................95 Required Rate Of Return ........................................................96 Dividend Discounted Model ...................................................97 Price Earning Ratio ................................................................99 Price Book Value ..................................................................101 Penilaian Saham ....................................................................102 Simple Moving Average ........................................................102 Moving Average Convergence Divergence ..........................103
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.1 Ketika pengusaha atau individu atau pemerintah melakukan investasi, maka ada sejumlah modal yang ditanam atau dikeluarkan dan dengan artian lain terdapat pula sejumlah modal yang diterima dan dimanfaatkan sehingga terdapat kolaborasi mutual yang bersifat ekonomi dan produktif. Hal tersebut tentunya merupakan perangsang dari keberlanjutan perputaran roda kegiatan ekonomi secara positif. Investasi dapat dilakukan oleh pemodal atau investor pada berbagai sektor perekonomian. Diantaranya adalah investasi pada aktiva riil, serta aktiva finansial atau keuangan. Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas dan perak, intan, barang-barang seni, dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas yakni sekuritas.2
1 2
Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi.Yogyakarta: Kanisisus Yogyakarta, h.2 Sunariyah. Yogyakarta. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. 2011:UPP YKPN, h.4
1
2
Berbicara mengenai investasi finansial, Indonesia memiliki potensi investasi modal yang belum termaksimalkan yaitu, potensi akan besarnya penambahan basis keikutsertaan investor lokal dengan potensi sumber daya jumlah penduduk yang sekitar 240 juta jiwa.3 Persoalannya lagi, di Indonesia kesenjangan menyangkut pemahaman terhadap produk keuangan masih sangat besar. Karena pemahaman yang rendah, tingkat pemanfaatan produk-produk keuangan itu juga rendah seperti yang tercermin pada indeks utilitasi. Di sektor perbankan, tercatat indeks utilitasi sebesar 57%, yang artinya 57% dari seluruh masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan jasa perbankan. Sedangkan di asuransi, hanya 11% penduduk yang memanfaatkannya. Indeks utilitasi terendah terjadi di sektor pasar modal, karena hanya 0,11% penduduk yang memanfaatkannya.4 Tabel 1.1 Indeks Utilisasi
Indeks Utilisasi
Perbankan
Asuransi
Pasar Modal
57%
11%
0,11%
Investasi finansial yang tidak kalah menarik lima tahun belakangan ini adalah investasi yang berbasis pada investasi syariah, khususnya saham syariah. Selain merupakan Investasi yang menggiurkan, investasi di pasar modal yang notabene dapat menghasilkan return, saham syariah juga halal yang artinya baik dalam aspek 3 4
“Literasi Keuangan & Basis Pemodal lokal” IDX News Letter 12.02.2014 “Momentum Membangun Kemandirian” IDX Newsletter 12.02.2014
3
keIslaman. Dengan memperhatikan beberapa catatan, investasi saham di pasar modal boleh dilakukan. Oleh karenanya, berkembangnya kebutuhan muamalah akan investasi berdasarkan prinsip syariah diakomodir dengan adanya pasar modal syariah yang direalisasikan dengan diresmikannya Jakarta Islamic Index. Ketakutan dari resiko kerugian yang akan diperoleh, pergerakan harga saham yang berfluktuatif, dan kurangnya kedalaman keterampilan dan ilmu berinvestasi merupakan permasalahan yang mayoritas dialami oleh masyarakat selaku calon investor pada Bursa Efek Indonesia (yang dalam hal ini berarti sektor Jakarta Islamic Index). Oleh karenanya, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman mengenai segala hal yang terkait dengan informasi penunjang investasi saham pada suatu perusahaan yakni nilai pasar, kinerja keuangan, serta nilai intrinsik dari suatu saham yang dikeluarkan oleh emiten. Untuk mendapatkan pengetahuan informasi dan pemahaman dari berbagai macam pilihan saham yang tersedia di Jakarta Islamic Index tersebut, maka calon investor harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap saham-saham yang ada guna mendapatkan high return yang optimal dari modal yang terbelanjakan. Tujuannya adalah, terdisiplinkannya opsi-opsi yang tersedia dalam memilih dan memilah saham pada Jakarta Islamic Index. Lebih jauh lagi adalah, analisis yang calon investor lakukan berguna untuk menilai apakah harga penetapan saham yang ditetapkan oleh perusahaan wajar atau tidak serta apakah risiko yang diperoleh dapat diminimalisir atau direduksi.
4
Calon investor baiknya melakukan analisis fundamental dan analisis teknikal terhadap saham-saham yang hendak dibeli. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Sedangkan analisis fundamental adalah metode mengukur nilai aset, ekonomi, politik, dan lingkungan lainnya yang mempengaruhi permintaan dan penawaran atas aset tersebut. Analisis fundamental menitik beratkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan dan memberikan data-data kecil tentang kesehatan sebuah perusahaan. Analisis ini juga berpendapat bahwa harga bergerak karena adanya berita dan dan kebijakan kebijakan, serta respon balik pasar terhadap berita yang dikeluarkan. Faktor-faktor yang membentuknya tidak hanya mengenai kesehatan sebuah perusahaan tapi juga mengenai makro ekonomi. Analisis fundamental merupakan analisis yang bersifat subjektif karena banyak menggunakan asumsi dan opini pada interpretasi data. Oleh karenanya, analisis fundamental lebih menitik beratkan pada ilmu analisis ekonomi dan psikologi pasar. Berbeda dengan analisis fundamental, analisis teknikal merupakan teknik matematis yang memperhatikan data pergerakan harga saham di masa lalu. Analisis ini bersifat eksak dan matematis yang sebagian besarnya menggunakan chaos theory (pattern recognition / pengenalan pola) dan ilmu statistik, sehingga hasil yang diperoleh berupa angka-angka yang baku dan pasti. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data catatan mengenai pasar itu sendiri untuk
5
berusaha mengakses penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Secara garis besar, analisis teknikal merupakan analisisis yang bekerja dalam fokus trend yang sedang berlangsung, rentan waktu trend , volume transaksi dan level-level psikologis yang ada. Oleh karenanya, para investor / calon investor dapat menganalisis tanpa harus mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik dari saham yang akan dibeli dengan lebih mudah dan juga cepat. Namun, bukanlah hasil yang terbaik yang diperoleh dari hanya dilakukannya analisis teknikal, akan lebih baik jika hasil dari analisis fundamental dan analisis teknikal di selaraskan dan dikombinasikan agar mendapatkan hasil yang tepat. Inti dari analisis fundamental dan teknikal diatas dilakukan merupakan optimalisasi reduksi risiko yang diterima, analisis ini juga berguna untuk menghindari spekulasi yang sangat dekat dengan maysir yang dilarang dalam prinsip berinvestasi sesuai syariah islam. Karena pada dasarnya, kegiatan spekulasi dalam trading saham merupakan tindakan yang tanpa dasar dan analisis yang jelas karena tidak berdasarkan pada ilmu dan usaha-usaha tertentu (hanya mengikuti rumor yang beredar). Dengan dilakukannya analisis yang cermat dalam mengambil keputusan berinvestasi, maka spekulasi dapat dihindari. Persoalan selanjutnya adalah dari berbagai macam opsi saham yang tersedia didalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang kurang lebih berjumlah 313
6
saham, 30 saham yang berada didalam Jakarta Islamic Index5, maka saham dengan kriteria seperti apakah yang akan kita analisis sehingga kita mendapatkan tujuan dari investasi finansial kita, yaitu return atau keuntungan. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi
pentingnya
perhitungan
nilai
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization) terhadap saham yang berada di bursa.6 Kapitalisasi pasar dihitung dari harga saham (tercatat pada hari tertentu) dikali jumlah saham yang dikeluarkan.7 Oleh karenanya, saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar adalah saham-saham favorit atau best seller. Mengacu pada data statistik, year to date, imbal hasil atau perubahan indeks saham di Bursa Efek Indonesia mayoritas berwarna merah. Misalnya, imbal hasil indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah -2,81% dilihat darisaham liquid dan memiliki market capitalization besar, kinerja bursa adalah -5,01% (LQ45), -4,46% (IDX30), dan 5,51% (Kompas 100).8 Hal tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh dari sahamsaham dengan nilai (Market Capitalization) besar sangat dominan pengaruhnya, baik itu menguat ataupun melemah terhadap IHSG. 9
5
Indonesia Stock Exchange, Pengumuman perubahan komposisi saham dalam perhitungan ISSI per 15 Januari 2014 6 Adriansyah, Basri Pohan dan Bayu Husodo. “On Free Float Shares Adjustment.” Kertas diskusi bagian riset ekonomi No. 1, Maret 2007. 7 Diakses pada 27 November 2014 dari Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_menurut_kapitalisasi_pasar 8 Berita diakses pada 27 November 2014 dengan revisi dari Kolom.kontan.co.id/news/189/Rapor-bursa-saham-2013 9 Diperkuat oleh berita mengenai Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Indonesia dari www.bloombergindonesia.tv
7
Menurut data yang dikeluarkan oleh BEI yang kemudian diolah oleh pusat Informasi (pusatis) didapatkan dan dirilislah daftar 10 besar saham dengan kapitalisasi pasar terbesar pada penutupan akhir tahun 2010, 2011, 2012, 2013: Tabel 1.2 10 Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
No.
Kode
CM
1.
ASII
220.837.782
1.
ASII
299.578.293
1.
ASII
307.675.004
1.
ASII
275.288.161
2.
TLKM
160.271.994
2.
BBCA
195.267.673
2.
HMSP
262.541.700
2.
HMSP
273.499.200
3.
BBCA
156.214.138
3.
HMSP
170.937.000
3.
BBCA
222.116.978
3.
BBCA
234.321.208
4.
BMRI
135.112.216
4.
BBRI
164.851.675
4.
BMRI
187.110.000
4.
TLKM
216.719.992
5.
BBRI
128.277.806
5.
BMRI
155.925.000
5.
TLKM
182.447.993
5.
UNVR
198.380.000
6.
UNVR
125.895.000
6.
UNVR
143.444.000
6.
BBRI
169.736.169
6.
BMRI
181.334999
7.
HMSP
123.381.450
7.
TLKM
142.127.995
7.
UNVR
159.685.500
7,
BBRI
177.062.910
8.
PGAS
107.268.674
8.
GGRM
119.389.660
8.
PGAS
111.510.938
8.
PGAS
108.480.749
9.
ADRO
81.264.503
9.
UNTR
98.289.961
9.
GGRM
108.326.154
9.
SMGR
83.931.008
10.
UNTR
791.179.679
10.
PGAS
76.966.789
10.
SMGR
94.014.592
10.
GGRM
80.811.696
Sumber: BEI, diolah Pusatis
Berdasarkan data diatas, terdapat beberapa saham yang konsisten rapornya berada dalam List 10 daftar saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sepanjang periode 2010-2013. Saham-saham tersebut tidaklah semua merupakan jawaban dari saham apa yang nantinya akan baik untuk dianalisis dan di nilai, dengan pertimbangan kesyariah-an juga maka variabel Jakarta Islamic Index haruslah juga
8
menjadi penyaring dari daftar saham-saham tersebut. Atas dasar pertimbangan diatas, maka didapatkanlah tiga saham yang terdaftar pada JII yang juga merupakan saham dengan kategori nilai kapitalisasi pasar terbesar, yaitu saham PT Astra International, PT Unilever Indonesia, PT Telekomunikasi Indonesia (persero). Berlatar belakang dari ketidak maksimalan potensi investor lokal Indonesia di pasar modal, melejitnya populeritas Jakarta Islamic Index, dan urgensi dari penilaian saham dengan kategori nilai kapitalisasi pasar terbesar serta momentum pasca terjadinya krisis 2010-2013, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Fundamental dan Teknikal
Saham-Saham dengan Kategori
Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2013” B. Identifikasi Masalah Seperti halnya pada saham-saham lainnya, pergerakan saham didalam Jakarta Islamic Index juga mengalami fluktuasi. Hal tersebut tergantung kepada keadaan perekonomian secara global serta keadaan dan kondisi internal maupun eksternal perusahaan. Fluktuasi tersebut bersifat natural dan wajar, sehingga yang dapat dilakukan bagi para calon investor merupakan mencermati dan menganalisis tiap pergerakannya secara matematis dan fundamen. Fluktuasi harga saham dianalisis dari sudut waktu tertentu trend harga saham atau dalam hubungannya dengan faktor lain, misalnya volume transaksi untuk analisis teknikal. Sedangkan untuk melengkapinya, analisis fundamental perlu banyak
9
memperhatikan faktor-faktor seperti yang penting diketahui ialah kewajaran dari harga saham yang ada. Sudah dijelaskan bahwasannya hal diatas adalah alasan dari dilakukannya analisis untuk menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat. Analisis tersebut ialah bertujuan untuk mengetahui harga nilai intrinsik dari saham yang dianalisis. Nilai intrinsik adalah nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang diharapkan akan diterima investor di masa yang akan datang. Penilaian dilakukan untuk komparasi harga saham hasil perhitungan dan valuasi dengan harga saham pada saat ini untuk melihat kelas dari harga saham yang dianalisis, apakah overvalued, fair valued, atau undervalued. Hal tersebut menjadi penting diketahui untuk kepentingan pengambilan keputusan mengenai saham mana yang layak di beli dan kondisi dimana saham tersebut baik dijual. C. Pembatasan Masalah Daftar yang tercatat dalam Jakarta Islamic Index direvisi tiap enam bulan, karena saham yang masuk dalam Jakarta Islamic Index telah dan haruslah melewati beberapa kriteria. Sehingga masuk dan keluarnya daftar saham dalam indeks wajar dan haruslah diperbaharui. Oleh karenanya, dibutuhkan batasan untuk objek yang akan diteliti. Pada skripsi ini, penulis hanya akan meneliti beberapa saham di JII pada periode 2010-2013. Pembatasan tersebut dilakukan karena maksimal data yang disajikan adalah data lima tahun kebelakang. Saham-saham yang akan menjadi fokus objek penelitian adalah saham-saham yang secara konsisten tetap berada di dalam
10
Jakarta Islamic Index. Kemudian difokuskan lagi menjadi saham dengan kategori rapor 10 saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar berdasarkan data BEI yang diolah oleh Pusatis. Pada penilitian skripsi ini, penulis melakukan batasan penelitian juga dengan harapan mendapatkan fokus dan sasaran dari permasalahan yang peneliti angkat. Yaitu batasan mengenai metode penelitian analisis fundamental yang berfokus pada analisis makro ekonomi, analisis keindustrian, dan analisis laporan keuangan serta metode Devidend Discounted Model, Price Earning Ratio, dan Price Book Value sebagai instrumen untuk menilai harga saham. Sedangkan untuk metode analisis teknikal penulis akan menggunakan metode Moving Average, Relative Strength Index, dan Moving Average Convergence Divergence untuk membaca trend pergerakan harga saham yang mengindikasikan momentum keputusan jual beli atau tahan saham D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah analisis fundamental dan analisis teknikal saham-saham di JII dalam tujuannya untuk menjadi landasan dan pedoman dalam keputusan berinvestasi. Berikut merupakan rumusan masalah yang dimunculkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian (research questions):
11
1. Bagaimana kondisi fundamental saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi di JII pada periode 2010-2013 berdasarkan Economic Analys, Industry Analys, dan Company Analys? 2. Apakah nilai intrinsik saham-saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di JII
periode
2010-2013
tergolong
overvalued,
undervalued,
atau
fairvalued? 3. Bagaimana kondisi teknikal saham-saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di JII periode 2010-2013 menurut metode Moving Average, Relative Strength Index, dan Moving Average Convergence Divergence? E. Tujuan dan Masalah Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menganalisis kondisi fundamental saham-saham Jakarta Islamic Index melalui rasio keuangan dan arah makro ekonomi sebagai dasar perimbangan yang melengkapi keputusan investasi untuk investor dan calon investor. b. Membandingkan harga saham hasil analisis valuasi dengan harga pasar sebagai informasi pembantu dalam momentum investasi (overvalued, fairvalued, atau undervalued) c. Menganalisis kondisi teknikal saham-saham Jakarta Islamic Index melalui pergerakan harga sebagai dasar pertimbangan keputusan investasi bagi para Investor maupun calon investor.
12
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pendalaman ilmu pengetahuan mengenai metode Technical Analysis dan Fundamental Analysis dalam berinvestasi yang jauh dari koridor spekulasi sesuai syariah di Jakarta Islamic Index. b. Bagi Investor / Calon Investor Sebagai salah satu referensi atau bahan pertimbangan yang menjadi dasar pengambilan keputusan berinvestasi didalam dunia sekuritas pasar modal khususnya Jakarta Islamic Index. c. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai sumbangan yang bermanfaat
untuk
memvariasikan,
memperdalam,
maupun
memperkaya informasi pengetahuan mengenai pasar modal maupun ekonomi secara umumnya terhadap perhatian wawasan yang pihak akademisi dapat manfaatkan.
F. Kerangka Konsep
Investasi Saham* di Pasar Modal *Salah satu yang di perdagangkan didalam pasar modal.
Penilaian 8fghSaham Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
1. Economic Analysis 2. Industry Analysis 3. Company Analysis + 4. Dividend Discounted Model 5. Price Earning Ratio 6. Price Book Value
1. 2. 3.
Moving Average Relative Strength moving average convergence divergence Index
Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah opsi untuk buy, sell, atau hold terhadap saham sebelumnya dianalisis secara fundamental dan teknikal. Ketiga opsi tersebut dipengaruhi oleh hasil economic, industry, dan company analysis (analisis dilakukan berdasarkan tingkat umum ke spesifik), lalu hasil dari nilai intrinsik saham (undervalued (murah), fairvalued, atau overvalued (mahal)) yang dihitung dengan dividend discounted model, price earning ratio, dan Price Book Value, serta hasil grafik dari trend saham itu sendiri (trend bullish (buy) atau trend bearish (sell))
17
14
berdasarkan Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima BAB, dimana masing-masing BAB berkaitan dan tersistematis secara berkelanjutan berurutan terhadap pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun rincian sistematika penulisannya ialah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN BAB ini terdiri dari Latar belakang masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN Pada BAB ini penulis akan menerangkan mengenai teori-teori landasan yang menjadi dasar penulisan skripsi. Uraian yang disajikan adalah uraian informasi mengenai perusahaan dengan tingkat
kapitalisasi
pasar
tertinggi
di
JII
yaitu,
PT
Telekomunikasi Indonesia, PT Astra Internasional, dan PT Unilever Indonesia seperti teori harga saham, faktor yang mempengaruhi
harga
saham, analisis teknikal, analisis
fundamental, dan pendekatan untuk valuasi saham.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Pada BAB III ini, penulis akan menjelaskan tentang ruang lingkup penelitian, sumber data, metode analisis, variabel penelitian, dan jenis kategori penelitian.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada BAB ini, pertama-tama akan dijelaskan profil perusahaan secara singkat kemudian dilanjutkan dengan analisis makro ekonomi,
industri,
dan
laporan
keuangan
perusahaan.
Pengukuran nilai intrinsik saham-saham di Jakarta Islamic Index
dengan
metode
analisis
fundamental
Dividend
Discounted Model , Price Earning Ratio, dan Price Book Value, serta analisis teknikal yaitu Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence. BAB V
PENUTUP Pada BAB terakhir ini, penulis akan merangkum garis besar penelitian yang telah dijelaskan pada BAB-BAB sebelumnya terkait jawaban dari perumusan masalah yang penulis coba teliti, yaitu analisis fundamental (ekonomi, industri, dan perusahaan, serta penilaiaan saham) juga teknikal analisis yang semuanya akan di ikhtisarkan kedalam subBAB kesimpulan.
16
Kemudian selanjutnya berisikan pula subBAB Saran yang didalamnya akan dimuat opini yang sekiranya dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Jakarta Islamic Index
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum sesuai dengan syariah, sehingga saham-saham tersebut secara otomatis belum dapat dimasukkan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index. Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah10:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram
10
Buku Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia, Op. Cit., hal. 13
17
18
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam kategori syariah adalah: 1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas 2. Tidak melakukan perdagangan
yang tidak disertai
dengan
penyerahan barang / jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu 3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut: (a) Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%) (b) Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%
Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut. Uraian prosedurnya adalah11:
1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam – LK.
11
Ibid
19
2. Memilih 60 saham dari daftar efek syariah tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar dalam 1 tahun terakhir. 3. Dari 60 perusahaan tersebut dipilih 30 perusahaan berdasarkan likuiditas, yaitu nilai transaksi di pasar reguler dalam 1 tahun terakhir.
Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah antara lain12:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali masuk 10 besar dalam hal kapitalisasi). 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tenaga tahun terakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuidasi ratarata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
12
Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, Deskripsi dan Ilustrasi, cet. II Yogyakarta: Ekonisia, 2004, hal. 195
20
B. Analisis Fundamental Analisis fundamental adalah suatu analisa yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan publik. 13 Metode analisis fundamental mempunyai tiga pendekatan analisa yang pada umumnya dilakukan investor untuk menganalisis suatu saham tertentu “to determine the value of the firm, fundamental analysis relies on long-run forecasts of the economy, the industry, and the company’s financial prospects.”14 1.
Economic Analysis (Analisis Ekonomi) Analisis ekonomi adalah salah satu dasar dari tiga analisis yang perlu dilakukan investor dalam penantuan keputusan investasinya. 15 Analisis ini menjadi analisis dasar yang perlu dilakukan investor karena kecenderungan adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja Bursa Efek Indonesia.Tujuannya adalah untuk membuat keputusan alokasi penginvestasian dana di beberapa negara atau dalam negeri dalam bentuk saham. Dalam perspektif
analisis
ekonomi
makro
terdapat
beberapa
elemen
pertimbangan yang menjadi aspek analisis, seperti kebijakan moneter dan fiskal, kebijakan pemerintah, inflasi, pertumbuhan produk domestic bruto, 13
Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal Level 2, hal. 24 Geoffrey A. Hirt dan Stanley B. Block, Fundamentals of Investment Management (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2003), 123. 15 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. H, 339 14
21
angka pengangguran, nilai suku bunga, dan tingkat kurs rupiah. Tandelilin (1998) merangkum dari beberapa aspek ekonomi makro diatas dengan pertimbangan akan pengaruhnya terhadap investasi pada suatu Negara, sebagai: tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat sukubunga, dan nilai tukar mata uang (exchange rate).16 a. Gross Domestic Product (GDP) Growth Gross Domestic Product (Produk Domestik Bruto) adalah nilai total pasar produk barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu.17 Dalam perhitungan GDP ini, hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan / orang asing yang beroperasi di wilayah Negara Indonesia juga termasuk dalam perhitungan. Pertumbuhan PDB merupakan indikasi terjadinya pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi suatu negara mengalami pertumbuhan, maka daya kemampuan beli masyarakat juga ikut meningkat, dan momentum tersebut merupakan momentum dari perusahaan
untuk
meningkatkan
kemampuan penjualan untuk
mendapatkan profit yang lebih. Urgensi lain dari GDP suatu negara adalah, nilai presentase GDP merupakan gambaran nilai seluruh transaksi 16
suatu
negara
secara
umum.
Jika
siklus
transaksi
Ibid., h. 343 Produk domestic bruto – Wikipedia bahasa Indonesia, id.m.wikipedia.org, diakses pada tanggal 27 januari 2015 17
22
perekonomian stabil maka dapat dipastikan perekonomian akan berjalan dengan lancar. Sentimen positif ini dapat memicu kenaikan nilai mata uang lokal.18 b. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. 19 Singkatnya, inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produkproduk secara keseluruhan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu inflasi yang terlalu tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya, jika tingkat inflasi suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan risiko penurunan pendapatan riil.20
18
“Gross Domestic Product”Artikel diakses pada 27 januari 2015 dari: http://belajarforex.com/indikator-fundamental/gdp-gross-domestic-product.html 19 Barro, Robert J, Macroeconomics, 2008, h.77 20 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: 2010, h. 342
23
c. Tingkat Suku Bunga BI (BI Rate) Tingkat suku bunga merupakan ukuran keuntungan investasi yang dapat diperoleh investor dan sebaliknya, hal tersebut adalah ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan modal dari investor. Tingkat suku bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang (present value) aliran kas perusahaan sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Tingkat suku bunga yang tinggi juga akan meningkatkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Disamping itu, tingkat bunga yang tinggi juga akan menyebabkan return yang disyaratkan investor dari suatu investasi akan meningkat. d. Kurs Rupiah Kurs rupiah adalah nilai rasio perbandingan mata uang rupiah dengan mata uang lain. Nilai suatu mata uang ditentukan oleh nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang lainnya. Secara teori, dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat tidak pasti. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat menurun dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat.
24
Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran alokasi modal pada investasi.
Indikator
Pengaruh
Tabel 2.1 Pengaruh Indikator Ekonomi Penjelasan
Meningkatnya
GDP Meningkatnya GDP mempunyai pengaruh positif
merupakan
yang terhadap daya beli konsumen sehingga dapat
Ekonomi GDP
baik
sinyal
(positif)
untuk meningkatkan
permintaan
terhadap
produk
investasi dan sebaliknya perusahaan. jika GDP menurun. Inflasi
Peningkatan inflasi secara Inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya relative merupakan sinyal perusahaan. Jika peningkatan biaya produksi negatif bagi pemodal di lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat pasar modal.
dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.
Tingkat
Tingkat bunga yang tinggi Tingkat suku bunga yang meningkat akan
Suku Bunga
merupakan sinyal negatif menyebabkan peningkatan suku bunga yang terhadap harga saham.
disyaratkan atas investasi pada suatu saham. Disamping
itu
tingkat
suku
bunga
yang
meningkat akan menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkannya
25
pada investasi berupa tabungan ataupun deposito. Kurs Rupiah
Menguatnya kurs rupiah Menguatnya kurs rupiah terhadap mata uang terhadap mata uang asing asing akan menurunkan biaya impor bahan baku merupakan sinyal positif untuk produksi, dan akan menurunkan tingkat bagi perekonomian yang suku bunga yang berlaku. mengalami inflasi.
Sumber: Dikutip dari Harianto, F. dkk., 1998, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, PT. Bursa Efek Jakarta, Jakarta, hlm. 158
2.
Industry Analys (Analisis Industri) Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi
peluang-peluang
investasi
dalam
industri
yang
mempunyai karakteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.21 Indikator dalam analisis industri antara lain: penjualan, laba, dividen, struktur modal, regulasi, dan inovasi. Analisis industri adalah analisa yang mempelajari keadaan kompetitif dari suatu sector industry dalam hubungannya dengan yang lain serta mengidentifikasikan perusahaan-perusahaan yang mempunyai potensi pada suatu sektor sektor tertentu.22 Setiap industri memiliki karakteristik
yang
berbeda-beda
pula.
Pemahaman
mengenai
pertumbuhan industri dan tahap pertumbuhannya diperlukan untuk 21 22
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h. 352 Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal Level 2, h. 28
26
menentukan keadaan dan prospek perusahaan. Pertumbuhan masingmasing industri acap kali tidak sama dengan pertumbuhan ekonomi, ada industri yang mampu tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi, dan ada pula industri yang tumbuh dibawah pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu analisis siklus industri (industry life cycle) adalah hal yang penting dilakukan. Geoffrey A. Hirt dan Stanley B. Block dalam bukunya Fundamentals of Investment Management (2003) mengelompokan industry life cycle kedalam lima fase tahapan, yaitu: a. Development --- Stage I Fase tahapan ini adalah fase dimana perusahaan mulai memperkenalkan ide, produk, dan atau jasa yang mereka usungkan kepada pasar.perusahaan pada fase ini pada umumnya bersifat private owned yang artinya permodalan yang dimiliki perusahaan hanya terbatas bersumber dari pemilik perusahaan dan bersifat terbatas. Aktivitas yang dilakukan perusahaan pada fase ini lebih banyak bersifat introduction atau promosi melalui media pemasaran untuk mensosialisasikan barang atau jasa perusahaan. Terlebih lagi distribusi barang yang dilakukan masih terbatas dan laba yang dihasilkan perusahaan masih kecil atau bahkan rugi.
27
b. Growth --- Stage II Fase kedua disini adalah fase yang menggambarkan kondisi perusahaan yang telah mampu mencapai tahapan “diterima” dimasyarakat. Pada fase ini penjualan dan laba yang dihasilkan perusahaan dikatakan meningkat hasil dari promosi dan pengenalan yang dilakukan perusahaan pada tahap sebelumnya, oleh karenanya perusahaan mengurangi tingkat agresifitas promosi pada tahap ini. Walaupun pendapatan yang dihasilkan perusahaan meningkat, fase growth juga ditandai dengan munculnya persaingan akibat dari perusahaan yang telah berhasil memasuki lingkungan pasar. Pada fase ini, investasi haruslah dioptimalkan perusahaan seperti penyerapan modal ataupun alokasi investasi perusahaan. c. Expansion --- Stage III Pada tahap ketiga disini ditandai oleh, keuntungan yang diperoleh perusahaan tetap berlanjut (tinggi) tapi dengan tingkat yang semakin berkurang (tidak sepesat fase growth). Perusahaan dihadapkan pada fase dimana pertumbuhan industri mengalami persaingan modal yang sangat ketat.
28
d. Maturity --- Stage IV Tahap ini adalah tahap kedewasaan yang dialami perusahaan yang ditandai oleh semakin ketatnya persaingan harga dan produksi didalam industri. Pada tahap ini promosi mulai kembali ditingkatkan, inovasi-inovasi, dan plus value mulai menjadi senjata perusahaan untuk mendapatkan pasar dan eksistensi terhadap pesaing-pesaingnya. Fase ini terjadi ketika pertumbuham penjualan perusahaan tumbuh berimbang dengan pertumbuhan ekonomi yang secara jangka panjang diukur oleh fluktuasi pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP). e. Decline --- Stage V Fase ini dinamakn fase kemunduran yang dialami perusahaan yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan pertumbuhan industri yang lambat atau menurun. Akibatnya pesaing pun mulai berkurang akibat terjadinya resesi industri. Permintaan yang terus menurun menjadi kendala dan dorongan bagi perusahaan untuk melakukan peremajaan barang / jasa industri karena inovasi dan promosi yang ternyata tidak mempunyai dampak yang positif bagi pendapatan yang diperoleh perusahaan. Akibatnya perusahaan terpaksa memangkas sektorsektor biaya yang tidak produktif.
29
Grafik 2.1 Industry Life Cycle sales
In d u stry Life C ycle
Stage IV
Stage V
Stage III
Maturity Stage II
Stage I
Decline
Expansion
Growth
Development
T ime
3. Company Analys (Analisis Perusahaan) Selanjutnya, analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.23 Hal yang demikian adalah ekspektasi-ekspektasi yang diharapkan investor dalam melakukan investasi pada sektor saham. Ekspektasi tersebut merupakan jawaban dari bagaimana prospek suatu perusahaan dalam kelompok industrinya di masa yang akan datang. Untuk itu menentukan ukuran return harapan perusahaan terhadap industri kelompoknya menjadi suatu hal yang perlu untuk dianalisis. Dengan menilai dan menentukan return harapan tersebut, investor akan dapat menentukan peluang investasi pada saham-saham perusahaan yang punya prospek terbaik.
23
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h. 353
30
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi rasio dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibandingkan dengan alternatif informasi lainnya. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan kepada kita sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya. 24 Dari keterangan tersebut rasio laporan keuangan mempunyai pengertian sebagai alat untuk menggambarkan hubungan sistematis antara satu item dengan item lain yang biasanya dinyatakan dalam presentase dan mengungkapkan hubungan penting yang menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan trend yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.25 Dalam analisis rasio keuangan tersebut terdapat lima kelompok instrumen rasio, yaitu (a) rasio likuiditas / liquidity ratios (b) rasio aktivitas / activity ratios (c) rasio rentabilitas / profitability ratios (d) rasio solvabilitas / solvability ratios.26
24
Ibid., h. 364 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.118. 26 Indonesia Stock Exchange, Analisa Keuangan Perusahaan, Sekolah Pasar Modal Level 2, 25
hal. 32
31
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio
likuiditas
suatu
perusahaan
adalah
rasio
yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibankewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang segera harus dibayar.27 Alat-alat pemenuhan kewajiban keuangan jangka pendek ini berasal dari unsur-unsur aktiva yang bersifat lancar. Rasio likuiditas pada umumnya dihitung menggunakan current ratio yang merupakan rasio perbandingan antara aset lancar (current assets) dan kewajiban lancar (current liabilities) yang dimiliki perusahaan. Rumus 2.1 urrent atio
Namun, pada prakteknya besaran presentase perbandingan Current Assets tidak selalu berarti semakin besar semakin baik, Current Assets mempunyai batas atas (Rule of Thumb) yaitu 200% dan juga batas minimum bawah antara 100% 28 (tergantung peraturan pemerintah). Jika nilai rasio likuiditas perusahaan kurang dari 100% maka dapat dikatakan, perusahaan mempunyai kewajiban jangka pendek yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar yang dimiliki. Sedangkan jika perusahaan mempunyai presentase rasio 27
Ibid, hal 33 Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Andi, 2005), h. 54 28
32
likuiditas diatas 200% hal tersebut juga tidak sepenuhnya berarti baik bagi calon investor terhadap perusahaan, karena hal tersebut juga dapat diartikan bahwa perusahaan mempunyai banyak aktiva
yang
menganggur. b. Rasio Solvabilitas (Solvability Ratio) Adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya, biasa disebut juga rasio leverage. Juga merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar seluruh kewajibannya, apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik. Rasio solvabilitas dapat dihitung dengan menggunakan: (1) Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dari aset yang dimiliki. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus 2.2
33
(2) Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara hutanghutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Dengan kata lain, rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Rumus 2.3
c. Rasio Rentabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini menunjukkan seberapa besar tingkat keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan keuntungan melalui semua sumber daya dan kegiatan yang ada. Rasio ini merupakan perbandingan dari pendapatan yang diterima perusahaan berbanding dengan kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan. Presentase yang semakin besar atau lebih dari 100% penjualan menandakan kondisi perusahaan yang lebih baik atau menguntungkan. Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas dapat diukur dengan dengan menggunakan: (1)Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak atas penjualan. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Semakin besar rasio ini
34
semakin
baik
karena
dapat
dikatakan
bahwa
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba cukup tinggi. 29 Rumus 2.4
(2) Return on Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return on assets yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan atau menghasilkan laba untuk perusahaan. Rumus 2.5
(3) Return on Equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. Dalam pengertian ini, seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.
29
hal.304.
Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010),
35
Rumus 2.6
(4) Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar saham adalah rasio yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh dari setiap lembar saham. Jadi nilai laba per saham akan meningkat apabila presentase kenaikan laba bersihnya lebih besar daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Besarnya EPS perusahaan dapat dihitung berdasarkan informasi laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan rumus: Rumus 2.7
d. Rasio Aktivitas (Activity Ratios) Rasio aktivitas adalah rasio gambaran dari kemampuan perusahaan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan aset-aset yang dimilikinya. Efisiensi tersebut adalah efisiensi yang dilakukan perusahaan seperti efisiensi di bidang penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. 30 Ukuran yang pada umumnya
30
Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.113.
36
digunakan dalam analisis rasio aktivitas perusahaan adalah (a) fixed asset turnover dan (b) total asset turnover. (1) Fixed Asset Turnover adalah rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Dengan kata lain rasio ini bertujuan untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Rumus 2.8 i ed sset urnover
(2) Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam menciptakan penjualan. Perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan. Perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan. Rasio ini menggambarkan kecepatan perputaran total aktiva dalam satu periode tertentu. Rumus 2.3
37
4.
Penilaian Saham31 Dalam penilaiaan saham dikenal dengan adanya tiga jenis nilai, yaitu: nilai buku, nilia pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham yang ada di pasar, yang ditunjukan oleh harga saham tersebut di pasar. Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi. Meskipun semuanya dinyatakan dalam per lembar saha, ketiga jenis nilai tersebut ditambah nilai nominal umumnya adalah tidak sama besarnya. Nilai nominal dan nilai buku dapat dicari di dalam atau ditentukan berdasarkan laporan keuanga perusahaan. Nilai pasar dapat dilihat pada harga saham di bursa efek. Sedangkan penentuan nilai intrinsik saham dapat diketahui melalui beberapa metode pendekatan yang akan dibahas pada sub bab ini. a.
Dividend Discounted Model Dividend
Discounted
Model
merupakan
model
untuk
menentukan estimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima dimasa mendatang. Model penilaian dari pendekatan ini adalah berdasarkan pada pembayaran dividen dan capital 31
Ibid., h. 301
38
gain. Dalam pendekatan ini dapat dikatakan harga saham akan dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value). Semakin besar tingkat pertumbuhan yang digunakan, semakin besar jumlah dividen pada masa yang akan datang. Semakin panjang periode waktunya, semakin besar jumlah dividen yang akan diterima di masa yang akan datang. Secara matematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut: Rumus 2.11 ̂
Rumus 2.12 ̂
∑
Dalam hal ini: ̂
= nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen = dividen yang akan diterima di masa datang = tingkat return yang disyaratkan Dalam persamaan diatas bisa dilihat bahwa aliran dividen yang
diterima investor merupakan aliran dividen yang tidak terbatas (disimbolkan dengan
) dan konstan. Padahal realitanya, ada kalanya
39
perusahaan tidak memberikan dividen secara konstan dan teratur, (bahkan ada perusahaan yang tidak memberikan dividennya kepada pemegang sahamnya). Dalam situasi dividen konstan dan tidak mengalami pertumbuhan, kita bisa menggunakan model pertumbuhan nol (zerogrowth model). Untuk kasus aliran dividen yang bertumbuh secara konstan, model yang bisa dipakai adalah model pertumbuhan konstan (constant growth model). Sedangkan untuk saham yang mengalami pertumbuhan yang tidak konstan, kita bisa menggunakan model pertumbuhan tidak konstan (non-constant growth). (1) Model Pertumbuhan Nol. Model ini berasumsi bahwa dividen yang
dibayarkan
pertumbuhan.
perusahaan
Dengan
kata
tidak
lain,
akan
jumlah
mengalami
dividen
yang
dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu. Model pertumbuhan nol
ini
sebenarnya
sama
dengan
prinsip
perhitungan saham preferens karena dividen yang dibayarkan diasumsikan selalu sama dan tidak akan mengalami perubahan pertumbuhan sepanjang waktu. Rumus untuk menilai saham dengan model ini adalah: Rumus 2.13 ̂
40
(2) Model Pertumbuhan Konstan. Model pertumbuhan konstan juga disebut sebagai model Gordon, setelah Myron J. Gordon mengembangkan dan memomulerkan model ini. Model ini dipakai untuk menentukan nilai saham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan secara konstan dalam waktu yang tak terbatas, dimana
untuk semua
waktu t. persamaan model pertumbuhan konstan ini bisa dituliskan sebagai berikut. Rumus 2.14 ̂
Rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi: Rumus 2.15 ̂
Dimana: = tingkat return yang disyaratkan investor =
tingkat
pertumbuhan
direncanakan (3) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (Ganda)
dividen
yang
41
Asumsi perusahaan membayarkan dividen secara konstan dalam kenyataannya kadang kala kurang tepat. Ada kalanya perusahaan mengalami pertumbuhan yang sangat baik jauh diatas pertumbuhan normal dan sangat menjanjikan selama beberapa tahun, tetapi lambat laun menurun terus. Proses untuk menghitung nilai saham dengan menggunakan model pertumbuhan dividen tidak konstan seperti diatas bisa dilakukan dengan rumus berikut: Rumus 2.16 ̂
∑
Dalam hal ini: ̂
= nilai intrinsik saham dengan model pertumbuhan tidak konstan = jumlah tahun selama periode pembayaran dividen supernormal = dividen saat ini (tahun pertama) = pertumbuhan dividen supernormal = dividen pada akhir tahun pertumbuhan dividen supernormal
42
= pertumbuhan dividen yang konstan (ROE x retention ratio) =
= tingkat return yang disyaratkan investor (tingkat return bebasrisiko + premi risiko)
b. Price Earning Ratio (PER) Disamping pendekatan dengan nilai sekarang (model diskonto dividen), dalam metode penelitian saham berdasar analisis fundamental dikenal juga pendekatan lain yang disebut pendekatan price earning ratio (PER) dalam pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin
dalam
harga
suatu
saham.
Dengan
kata
lain
PER
menggambarkan rasio atau perbandingan harga saham terhadap earning perusahaan. Jika misalnya PER suatu saham sebanyak tiga kali berarti harga saham tersebut sama dengan tiga kali earning perusahaan tersebut. PER ini juga akan memberikan informasi berupa rupiah harga yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1 earning perusahaan. Rumus untuk menghitung PER suatu saham adalah dengan membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara matematis, rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut: Rumus 2.17
43
c.
Price Book Value Price Book Value adalah rasio yang menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. semakin tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Price Book Value dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Rumus 2.18
Dimana nilai buku perlembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memiliki satu lembar saham. Adanya asumsi aktiva bersih sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. C. Analisis Teknikal Analisis teknikal atau lebih dikenal dengan analisis teknis adalah suatu teknik analisis yang dikenal dalam dunia keuangan yang digunakan untuk memprediksi trend suatu harga saham dengan cara mempelajari data pasar yang lampau, terutama pergerakan harga dan volume saham.32 Analisis teknikal adalah 32
Kirkpatrick dan Dahlquist, Technical Analysis: The Complete Resource for Financial Market Technicians (Finansial Times Press, 2006), h. 3.
44
suatu analisis yang mempunyai orientasi kepada momentum pergerakan harga seperti pembukaan harga dimulai, penutupan, momentum harga tertinggi, dan momentum harga terendah dari suatu instrumen investasi pada periode tertentu. Analisis teknikal (technical analysis) hingga kini digunakan sebagian orang sebagai salah satu tools didalam berinvestasi. Apakah itu saham, indeks, komoditi maupun currency. Hampir tidak terelakkan dari berbagai investasi tersebut diatas tidak menggunakan indikator analisa teknikal dikarenakan fungsi analisis teknikal yang dapat digunakan untuk memprediksi maupun bertindak dalam menganalisis kondisi pasar. Analisis teknikal adalah analisis yang mempelajari tentang perilaku kecenderungan pasar yang dicerminkan kedalam grafik yang bergerak. Pergerakan dari grafik tersebut adalah pergerakan harga suatu komoditi pasar didalam bursa. Sedangkan harga itu sendiri merupakan kesepakatan transaksi supply dan demand yang terjadi didalam pasar. 1.
Prinsip Dasar Analisis Teknikal 33 Dalam aplikasinya, analisis teknikal mempunyai beberapa prinsip dasar yang umum sebagai panduan bagi para investor dalam menganalisa saham secara teknis. Diantaranya adalah:
33
Indonesia Stock Exchange, Analisis Teknikal, Sekolah Pasar Modal Level 2, h.32
45
a. Follow the smart money: artinya adalah analisa teknikal mengikuti trend yang sedang terjadi di pasar, analisa teknikal mempercayai bahwa harga bergerak dalam trend tertentu dan trend ini akan bergerak
terus
hingga
terjadi
perubahan
permintaan
dan
penawaran. b. Contrarian: maksudnya adalah perusahaan atau investor yang menggunakan metode analisis teknikal sangat mungkin tidak c. melihat dasar fundamental suatu saham perusahaan. Artinya disini sangat mungkin terjadinya perbedaan yang besar antara analisis teknikal dan analisis fundamental. (hal yang terjadi di pasar merupakan hal yang teknis, maka sangat mungkin terjadi perbedaan dengan harapan investor). d. Price discounts everything: dalam sesi fundamental mungkin kita ketahui bahwa harga akan dipengaruhi berita-berita mengenai laporan keuangan, nilai penjualan ataupun harga komoditi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, tetapi analisis teknikal mempercayai bahwa harga akan mendiskonsemua berita tersebut, sering kali harga bergerak melewati nilai harga teoritis secara fundamental (bisa naik atau turun). e. Price fluctuates in trends: harga saham atau komoditi biasanya akan bergerak dalam suatu trend tertentu yang khusus.
46
f. History repeat it self: teknikal analisis mempercayai bahwa sejarah akan berulang, maksudnya adalah jika harga suatu saham dengan pola tertentu terjadi, maka di kemudian hari pola seperti itu dapat terjadi pula. 2. Teknik-Teknik Analisis Teknikal34 Para pengguna analisis teknikal juga disebut sebagai chartist karena dalam aktivitasnya mereka merekam data atau membuat grafik (chart) pergerakan harga saham dan volume perdagangan. Dari grafik yang telah dibuat tersebut, mereka akan mencari pola pergerakan harga saham maupun volume perdagangan dan mencari celah-celah keuntungan dari pola tersebut. Ada beberapa teknik penggugunaan grafik (charting) yang biasanya digunakan investor sebagai
dasar
untuk
pengambilan
keputusan
investasinya.
Diantaranya adalah analisis rata-rata bergerak (moving average), relative strength index, dan moving average convergence divergence a. Teknik rata-rata bergerak atau moving average adalah salah satu teknik yang dipakai dalam analisis teknikal untuk mendeteksi dan menganalisis pergerakan harga saham baik saham individual maupun seluruh saham di pasar modal. Tujuan penggunaan teknik ini adalah untuk mendeteksi arah pergerakan harga saham dan besarnya tingkat pergerakan tersebut. Dalam perhitungan rata-rata 34
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, h.398
47
bergerak, data yang dipakai adalah data harga penutupan saham (closing price) untuk waktu tertentu (misalnya 200-harian). Dalam pembuatan keputusan membeli atau menjual saham, investor bisa membandingkan harga pasar saham saat ini dengan nilai rata-rata bergerak harga saham. b. Relative Strength Index, adalah teknik analisis teknikal yang menggambarkan rasio antara harga saham dengan indeks pasar atau industri tertentu. Hasil perbandingan biasanya digambarkan dengan plot-plot yang menunjukkan perbandingan harga relatif saham selama jangka waktu tertentu. Investor akan bisa melihat perbandingan kekuatan saham-saham tersebut terhadap industrinya atau terhadap indeks pasar. c. Moving Average Convergence Divergence Analisis ini mirip dengan analisis moving average, perbedaannya adalah bahwa analisis ini merupakan indikator untuk kelebihan beli atau kelebihan jual dengan melihathubungan antara MA jangka panjang dan jangka pendek. MACD menunjukan perbedaan antara eksponensial pergerakan rata-rata (exponential moving average) yang biasa disebut “EMA” yang cepat dan lambat dari harga penutupan.
48
3.
Trading Rule of Technical Analysis35 Dalam prakteknya, para chartist biasanya membuat suatu aturan perdagangan (trading rules) yang bisa dipakai sebagai patokan dalam pengambilan keputusan membeli atau menjual saham. Contohnya adalah sebagai berikut. Grafik 2.2 Trading Rule of Technical Analysis
Sumber: diolah
Dalam gambar diatas, ditunjukkan beberapa trend pergerakan harga saham yang terdiri dari trend penurunan (declining trend), trend peningkatan (raising trend), dan trend mendatar (flat trend). Trend titik puncak (peak point) dan mencapai titik yang paling rendah pada saat mencapai titik terendah (trough point). Dalam grafik diatas juga ditunjukkan kapan sebaiknya investor membeli atau menjual saham.
35
John C. Brooks, Mastering Technical Analysis, (USA, 2006), h. 56
49
4.
Metode Pengemplotan Grafik Dari pemaparan sebelumnya dapat dikatakan bahwa teknikal analisis tidak mempercayai harga bergerak secara acak, tetapi bergerak dengan pola (pattern). Pola tersebut dapat tercermin melalui grafik chart transaksi kegiatan pasar. Pola (chart) tersebut terbagi menjadi: a. Line chart (grafik garis) merupakan grafik yang menunjukan harga penutupan dalam range waktu yang ditentukan. Namun Line chart hanya menampilkan garis yang menghubungi penutupan harga saham pada periode tertentu saja. Keuntungan grafik garis adalah menampilkan gerakan harga-harga sekuritas yang jelas dan mudah dimengerti. Grafik 2.3 Line Chart
Grafik pergerakan harga saham JII satu kuartal, sumber: www.idx.co.id
b. Bar chart (grafik batang) merupakan grafik yang memberikan informasi lebih lengkap dibandingkan dengan grafik garis yang hanya memuat harga penutupan. Pada grafik batang, kita bisa
50
mengetahui harga pembukaan (open), tertinggi (high), terendah (low), dan penutupan (close). Grafik 2.4 Bar Chart
Sumber: www.seputarforex.com
c. Candlestick
chart
(grafik
lilin)
merupakan
grafik
yang
memberikan informasi yang sama dengan grafik bar. Namun, ada sedikit perbedaan yaitu pada grafik candlestick harga pembukaan dan penutupan ditandai dengan adanya body. Grafik 2.5 Candlestick Chart
51
sumber: www.seputarforex.com
5.
Identifikasi Pergerakan Trend Dasar Trend berarti suatu kecenderungan atau kondisi dimana terdapat satu jenis pergerakan yang mendominasi chart dan cenderung berlanjut. Terdapat dua jenis trend menurut arah pergerakannya yaitu trend bearish dan trend bullish. a. Trend
Bullish
adalah
trend
yang
menunjukkan
pergerakan harga saham yang secara menyeluruh mengidintifikasikan kenaikan. b. Trend
bearish
pergerakan
adalah trend
saham
yang
yang menunjukkan secara
menyeluruh
mengidentifikasikan penurunan. Untuk menentukan arah dari suatu trend biasanya digunakan trendlines. Ada tiga tipe trend yang terbentuk di pasar yaitu uptrend, downtrend, dan sideaways.
52
a. Uptrend adalah garis pergerakan harga saham yang terbentuk
dari
dua
titik
atau
lebih
dengan
kecenderungan meningkat. b. Downtrend adalah garis trend yang terbentuk dari dua titik atau lebih dengan kecenderungan menurun c. Sideaways adalah garis trend yang terbentuk secara menyamping atau horizontal pada posisi harga tertinggi dan harga terendah. D.
Review Studi Terdahulu Penelitian ini merupakan penelitian tersendiri yang bersumber
berdasarkan teori dan terapan dari studi yang dikembangkan terdahulu sebelumnya. Studi-studi terdahulu tersebut adalah: Penulis:
Objek Penelitian:
Aries Satjawidjaja, tahun 2012 (Tesis Saham dan laporan keuangan PT Magister
Ilmu
Administrasi Bank Bukopin Tbk Periode 2009-
Universitas Indonesia)
2010
Judul:
Metode Penelitian:
Komparasi Nilai Intrinsik Harga Price Earning Ratio, Price Book Saham
PT
Bank
Bukopin Value,
Discounted
Cash
Flow,
Berdasarkan Laporan Keuangan Devidend Discounted Model, dan
53
Discounted Abnormal Earning
Tahun 2009-2010
Hasil Penelitian: Nilai Intrinsik saham PT Bank Bukopin berdasarkan metode valuasi PER,
PBV,
dan
DCF
adalah
Undervalued Sedangkan hasil nilai intrinsik yang didapatkan melalui valuasi DDM dan DCF adalah saham PT Bank Bukopin tergolong saham
yang
overvalued.
Penulis:
Objek Penelitian:
Denies Priantinah dan Prabandaru Perusahaan Adhe
Kusuma
(Jurnal
pertambangan
yang
Nominal terdaftar di Bursa Efek Jakarta
volume I no. I 2012 Fakultas Ekonomi periode 2008-2010. Universitas Negeri Yogyakarta)
Metode Penelitian:
Judul:
Analisis
regresi
sederhana
dan
54
Pengaruh Return on Investment analisis regresi berganda. (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Hasil Penelitian: Dividen Per Share (DPS) Terhadap ROI, EPS, dan DPS secara parsial Harga Saham Pertambangan yang dan simultan berpengaruh positif Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
signifikan
terhadap
(BEI) Periode 2008-2010
saham.
Penulis:
Objek Penelitian:
harga
Aisyah Ratna Nurmala, tahun 2013 Saham-Saham yang ada di Jakarta (Skripsi Jurusan Perbankan Syariah islamic
Index
(ANTM,
INCO,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN PTBA, TINS). Syarif Hidayatullah Jakarta)
Metode Penelitian:
Judul:
Price Earning Ratio, dan Dividend
Analisis Fundamental dan Teknikal Discounted Model, serta
Moving
pada Saham-Saham Syariah di Average Jakarta Islamic Index Periode 2008- Hasil Penelitian: 2011
Saham-saham sektor pertambangan pada Jakarta Islamic Index termasuk dalam
saham
yang
(Sebaiknya di jual)
overvalued
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penulis bersifat deskriptif kuantitatif. Yakni penelitian yang menggambarkan data informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan.36 Dalam hal ini pengertian penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menggunakan data-data dan angka-angka yang telah diperoleh lalu dijelaskan hasil dari olahan data-data melalui gambaran pengolahan data angka-angka tersebut. Analisis ini digunakan untuk mengetahui nilai intrinsik saham perusahaan dengan pendekatan Devidend Discounted Model, Price Earning Ratio, dan Price Book Value serta teknik pengenalan pola dari saham perusahaan terebut dengan pendekatan Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence . B. Objek Penelitian 1. Populasi Daftar saham-saham yang tercatat di JII setiap 6 bulan sekali akan mengalami perubahan atau koreksi karena dalam kurun waktu 6 bulan
36
Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Renika Cipta, 1993), cet ke-2,
h.309
55
56
tersebut JII melakukan perhitungan ulang mengenai kriteria-kriteria saham-saham yang memenuhi kriteria saham syariah. Oleh karena itu, dalam penelitian skripsi ini dilakukan pembatasan pada objek penelitian. Yaitu saham-saham yang konsisten terdaftar dalam JII pada periode 2010-2013. Dari pembatasan tersebut didapat 13 saham yang konsisten terdaftar di JII. Saham-saham tersebut antara lain adalah: Tabel 3.1 Daftar Saham Konsisten di Jakarta Islamic Index Periode 2010-2013 No. Kode Saham Nama Penerbit Efek 1.
AALI
PT Astra Agro Lestari Tbk.
2.
ASII
PT Astra International Tbk.
3.
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk.
4.
KLBF
Kalbe Farma Tbk.
5.
INTP
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
6.
PTBA
PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
7.
SMGR
Semen Gresik (Persero) Tbk.
8.
UNTR
PT United Tractors Tbk.
9.
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
10.
UNVR
Unilever Indonesia Tbk.
11.
ITMG
PT Indo Tambangraya Megah Tbk.
12.
LSIP
PT London Sumatera Indonesia Tbk.
Sumber: data diolah.
57
2. Sampel Kemudian ruang lingkup penelitian dikonsentrasikan kepada saham-saham yang mempunyai nilai kapitalisasi pasar terbesar dengan secara konsisten berada dalam (sepuluh saham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar) rapor penilaian berdasarkan data dari BEI dan diolah oleh Pusatis. Saham-saham tersebut adalah: Tabel 3.2 Saham dengan Nilai Kapitalisasi Pasar Terbesar No. Kode Saham
Nama Perusahan Emiten
1.
ASII
PT Astra International Tbk.
2.
TLKM
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
3.
UNVR
PT Unilever Indonesia Tbk.
Sumber: data diolah
C. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, adalah data jadi yang diperoleh dari pengungkapan laporan keuangan perusahaan PT Astra International, PT Telekomuikasi Indonesia, dan PT Unilever Indonesia periode 2010-2013, historis harga saham perusahaan dari tahun 2010 hingga 2013, lalu data informasi mengenai perusahaan terkait analisis industri, analisis makro ekonomi Indonesia yang diperoleh dari berbagai sumber yang tersedia seperti data dari Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal,
58
thesis, disertasi, dan lain-lain. Hal tersebut berbeda dengan penelitian dengan pengolahan data primer yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari objek penelitiannya dengan observasi, wawancara, diskusi terfokus, atau mungkin kuesioner. D. Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan identifikasi dan konsentrasi permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data skripsi ini penulis menggunakan metode dokumentasi. Dilakukan dengan menelaah, mengolah, dan mempelajari beberapa literatur cetak, baik yang bersumber dari buku, jurnal, majalah, artikel, koran, disertasi, thesis, maupun dari sumber lainnya yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah terkait yang terhimpun dari berbagai tempat. Pengumpulan data dimulai dari melakukan studi kepustakaan (library research), mempelajari buku-buku maupun media lainnya yang berhubungan dengan pokok fokus permasalahan dalam penelitian ini. Pada tahap selanjutnya, penulis melakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, dan gambaran cara pengolahan data. Selanjutnya, pengelompokan data-data yang diperoleh berdasarkan tipikal fungsi tersebut diolah lalu dilakukanlah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan untuk menghasilkan manfaat dan tujuan penelitian dari permasalahan topik penelitian yang penulis ambil.
59
E. Metode Analisis Keputusan berinvestasi saham yang baik adalah hal yang seharusnya dilahirkan oleh metode-metode pembuatan keputusan berinvestasi saham yang baik pula. Metode-metode tersebut adalah metode analisis fundamental yang merupakan jawaban dari persoalan-persoalan yang timbul seputar kegiatan melakukan investasi saham seperti, momentum keputusan berinvestasi saham, sinyal positif dan negatif dilakukannya investasi saham, rapor kinerja keuangan perusahaan saham yang akan dibeli, dan nilai intrinsik saham. Persoalan mengenai momentum dilakukannya investasi saham (apakah itu jual atau beli) diharapkan terjawab dalam penelitian ini dengan jalan pendekatan analisis teknikal yaitu Moving Average, Relative Strength Index dan Moving Average Convergence Divergence. Lalu mengenai sinyal berinvestasi (positif atau negatif) akan penulis berusaha jawab melalui pendekatan fundamental analisis yaitu analisis makro ekonomi dan analisis industri. Selanjutnya mengenai kesehatan rapor kinerja keuangan calon perusahaan yang akan dibeli sahamnya akan digambarkan melalui analisis fundamental yaitu analisis kinerja keuangan. Serta yang terakhir mengenai nilai intrinsik saham yangmerupakan nilai sesungguhnya dari suatu saham yang dapat dijadikan acuan bagi para investor untuk mengetahui nilai dari suatu saham, pada skripsi ini, penilaian tersebut diukur melalui analisis fundamental Devidend Discounted Model (DDM), Price Earning Ratio (PER), dan Price Book Value (PBV).
60
Dari hasil analisis tersebut kemudian akan diketahui nilai intrinsic dari saham apakah Overvalued, Undervalued, atau Fairvalued. Keterangan
Kategori
Keputusan*
Harga pasar saham < Nilai Intrinsik
Undervalued
Buy / Hold
Harga pasar saham = Nilai Intrinsik
Fairvalued
Hold
Harga pasar saham > Nilai Intrinsik
Overvalued
Sell
1. Jika keadaannya pada tabel kolom pertama terjadi, yaitu nilai intrinsik saham adalah undervalued maka saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara (buy or hold) dengan tujuan untuk memperoleh capital gain atau selisih keuntungan penjualan dari pembelian saham jika kemudian harganya kembali naik. 2. Jika kondisinya adalah pada kondisi kolom kedua yaitu nilai intrinsik saham adalah Overvalued yaitu harga nilai intrinsik saham lebih tinggi dari harga nilai pasar, maka saham tersebut sebaiknya dijual untuk menghindari kerugian. 3. Lalu yang terakhir jika harga dari nilai intrinsik saham sama dengan harga nilai pasar (Fairvalued), maka saham tersebut dalam kondisi seimbang, sehingga sebaiknya jangan melakukan transaksi (hold) karena tidak ada keuntungan yang diperoleh dari transaksi.
61
F. Variabel Penelitian Variable-variabel yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik sahamsaham JII dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Risk-free rate (rf) merupakan return imbal hasil yang diperoleh dari investasi yang bebas risiko. rf biasanya diambil dari tingkat suku bunga rata-rata sertifikat Bank Indonesia atau suku bunga surat berharga pasar uang pada periode tertentu. 2. Return Market (rm) merupakan return rata-rata atas semua jenis saham. Return pasar dalam hal ini diwakili oleh Jakarta Islamic Index harian Bursa Efek Indonesia. rm harian dihitung dengan: Rumus 3.1 t
t
m
t
3. Return Saham (r) merupakan imbal bagi hasil yang didapat investor jika memiliki saham. Return saham harian dihitung dengan: Rumus 3.2 t
t t
62
4. Beta (β) merupakan ukuran dari volatilitas (fluktuasi harga) atau risiko sistematis dari saham yang tidak dapat dihindari melalui diversifikasi. Beta adalah ukuran relative risiko dari saham individual sehubungan dengan portofolio pasar dari semua saham. Beta juga menunjukkan ukuran risiko saham terhadap risiko portofolio pasar secara keseluruhan. Nilai beta dapat dihitung dengan: Rumus 3.3 i
∑
m
∑
∑ ∑
m
ri
= return saham
rm
= return pasar – JII
i
m
m
= varian pasar 5. Required rate of return (k) merupakan tingkat bagi hasil minimum yang dapat diestimasi. K dapat dihitung dengan pendekatan capital asset pricing model (CAPM). K didapat dari: Rumus 3.4 m
f
rf
= risk free rate, return dari investasi bebas risiko
rm
= return pasar
β
= risiko sistematis yang tidak bias dihindari melalui diversifikasi
63
6. Nilai intrinsik (Po) merupakan nilai sekarang (present value) dari aliran arus kas yang diharapkan akan diterima oleh investor di masa yang akan datang. Nilai intrinsik dengan rumusan, yaitu: (a) Dividend Discounted Model Rumus 3.5 s
∑ s
n s
n n
s
D0
= dividen awal
gs
= tingkat pertumbuhan dividen diatas normal
gn
= tingkat pertumbuhan dividen pada saat stabil
k
= required rate of return
(b) Price Earning Ratio Rumus 3.6
7. Growth (g) merupakan tingkat pertumbuhan yang diharapkan akan diterima oleh investor dari perusahaan. Tingkat pertumbuhan dividen dapat dihitung dengan persamaan: Rumus 3.7
b
= retention ratio, rasio laba yang tidak dibayarkan sebagai dividen = 1- PayoutRatio.
64
ROE = Return on Equity, merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham. Rumus 3.8
8. Payoutratio, merupakan persentase jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham dari keseluruhan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Payoutratio dihitung dengan persamaan: Rumus 3.9
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PERHITUNGAN NILAI SAHAM
A. Profil Emiten Dari 30 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, konsentrasi penelitian penulis perkecil berdasarkan nilai kapitalisasi pasar terbesar dalam periode 2010-2013 melalui indeks yang dikeluarkan oleh pusatis. Didapatkanlah saham-saham perusahaan PT Astra International Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk. Berikut adalah profil perusahaan PT Astra International Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia (persero) Tbk: 1. PT Astra International Tbk, adalah perusahaan yang
bergerak dalam
bidang otomotif. Saham PT Astra International tergolong kedalam subbab industri manufaktur dengan kelompok industri otomotif. Pada tahun 1957 PT Astra International merupakan perusahaan dagang kecil yang beroperasi di Jakarta. Namun, pada tahun 1969, PT Astra International melakukan perubahan jenis perusahaan menjadi perusahaan otomotif dengan menjadi distributor kendaraan Toyota dan distributor tunggal sepeda motor Honda di Indonesia. Perusahaan ini telah tercatat kedalam Bursa Efek Jakarta (sekarang Indonesia) sejak 4 April 1990. Perusahaan 65
66
Astra saat ini telah memiliki 218,127 karyawan pada 183 anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pengendalian bersama entitas yang menjalankan enam segmen usaha, yaitu Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Besar dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik, dan Teknologi Informasi. Nilai kapitalisasi pasar PT Astra International Tbk ditutup di penghujung tahun 2014 sebesar Rp 300,6 triliun. 2. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau yang biasa dikenal dengan PT Telkom merupakan perusahaan BUMN penyedia layanan dan jaringan telekomunikasi terbesar di Indonesia yang pada datanya telah melayani lebih dari 151,9 juta konsumen. Saham perusahaan PT Telkom saat ini telah diperdagangkan di BEI, NYSE, LSE, dan Public Offering Without Listing (“POWL”) di Jepang. Pada mulanya, perusahaan ini merupakan bagian dari “Post en elegraafdienst”, yang didirikan pada tahun 1884 dan berubah menjadi perusahaan terbuka milik negara (persero) berdasarkan pertimbangan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991. 3. PT Unilever Indonesia Tbk didirikan pada 5 Desember 1993. Pada mula didirikannya perusahaan Unilever, perusahaan ini dikenal sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dan dengan diterbitkannya akta No.171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980 lahirlah nama Perusahaan Unilever Indonesia. Perusahaan Unilever bergerak dalam bisnis produk Home and Personal Care serta Foods & Ice cream Indonesia. Saham Perusahaan Unilever Indonesai pertama kali ditawarkan
67
kepada publik adalah pada tahun 1981 dan listing pada 11 Januari 1982. PT Unilever Indonesia telah mempekerjakan lebih dari 6000 pekerja yang tersebar di seluruh unit entitas. Tercatat perusahaan ini merupakan perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar yang sangat besar terbukti dengan rata-rata nilai kapitalisasi pasar sekitar 170 trilliun dalam kurun waktu 2010 hingga 2014 lalu Tabel 4.1 Innitial Public Offering
Nama Saham
Tanggal IPO
Jumlah
ASII
04 / 04 / 1990
30.000.000
Harga Per Saham Rp 1.000
TLKM
14 / 11 / 1995
8.400.000.000
Rp 2.050
UNVR
11 / 01 / 1982
9.200.000
Rp 3.175
Persentase 50,09 %: Jardine Cycle & Carriage Limited. 49,91%:Publik. 51,19%: Negara Republik Indonesia. 48,81: Publik. 84,99%: Unilever Indonesia Holding BV. 15,01%: Publik.
Sumber: Data diolah
B. Analisis Fundamental 1. Analisis Makro Ekonomi Analisis makro ekonomi merupakan analisis umum yang juga merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam melakukan analisis
68
fundamental dan valuasi suatu perusahaan. Variabel makro ekonomi akan memberikan dampak yang dapat mendorong ataupun menghambat progress perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan melihat dan mengidentifikasi perkembangan ekonomi dunia dan ekonomi negara. a. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) Sebagai mana produk domestik bruto dijelaskan didalam bab terdahulu, produk domestik bruto atau gross domestic product dapat diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
Tabel 4.2 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010-2013 (Dalam Milyar) Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 Pertanian 304.777,1 315.036,8 327.549,7 266.487,30 Pertambangan dan 187.152,5 189.761,4 192.585,4 144.502,80 Penggalian Industri 597.134,9 633.781,9 670.109,0 523.803,90 Pengolahan Listrik, Gas, dan 18.050,2 18.921,0 20.131,4 15.738,50 Air Bersih Bangunan 150.022,4 159.993,4 171.996,6 135.009,90 Perdagangan, 400.474,9 437.199,7 472.646,2 371.664,50 Hotel dan Restoran Pengakutan dan 217.980,4 241.298,0 265.378,4 217.241,90 Komunikasi Keuangan, 221.024,2 236.146,6 253.022,7 203.595,10 Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 217.842,2 232.537,7 244.719,8 191.718,20
69
Produk Domestik Bruto
2.314.458,8
2.464.676,5
2.618.139,2
2.069.762,1
Sumber: Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa Produk Domestik Bruto Indonesia mengalami kenaikan pada periode 2010-2012. Namun, pada tahun 2013 Produk Domestik Bruto Indonesia mengalami penurunan yang sangat signifikan hingga mencapai titik terendah pada periode 2010-2013. Hal tersebut menunjukkan ketidakstabilan posisi Ekonomi Makro Indonesia. b. Inflasi Tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan suatu negara sangat erat kaitannya, tak terkecuali Indonesia. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Karena kenaikan harga barang-barang pokok yang naik menyebabkan produksi menjadi terhambat. Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah angka 10%; inflasi sedang 10% - 30% setahun; berat antara 30% - 100%; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada diatas 100% selama
70
setahun. Laju inflasi Indonesia periode 2010 – 2013 disajikan pada tabel dibawah ini.
Bulan
Tabel 4.3 Tingkat Inflasi di Indonesia 2010 2011 2012
2013
Januari
3.72%
7.02%
3.65%
4.57%
Februari
3.81%
6.84%
3.56%
5.31%
Maret
3.43%
6.65%
3.97%
5.90%
April
3.91%
6.16%
4.50%
5.57%
Mei
4.16%
5.98%
4.45%
5.47%
Juni
5.05%
5.54%
4.53%
5.90%
Juli
6.22%
4.61%
4.56%
8.61%
Agustus
6.44%
4.79%
4.58%
8.79%
September
5.80%
4.61%
4.31%
8.40%
Oktober
5.67%
4.42%
4.61%
8.32%
November
6.33%
4.15%
4.32%
8.37%
Desember
6.96%
3.79%
4.30%
8.38%
Sumber: Bank Indonesia
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat inflasi tertinggi berada pada Desember 2013 (8.38%). Dan pertumbuhan tingkat inflasi terjadi pada bulan Juni 2013 ke Juli 2013 (bertambah 2.71%). Walaupun tingkatan inflasi Indonesia periode 2010-2013 masih berada pada tingkat inflasi
71
ringan tapi inflasi di Indonesia masih bersifat fluktuatif dengan kecenderungan naik tiap bulannya. Dengan fluktuatif tertinggi pada tahun 2013 dan tingkat tertenang pada tahun 2012. Sementara tahun 2011 terjadi penurunan tingkat inflasi antara bulan Januari hingga Desember yaitu berkurang 3.32%. Penyebab dari pengaruh kebijakan pemerintah baru dan momentum pemilu yang terjadi pada tahun 2011. Sementara tahun 2013 ketika pemerintah memutuskan untuk menaikkan BBM bersubsidi dari Rp 4.500 ke harga Rp 6.500 per liter serta solar dari harga Rp 4.500 ke Rp 5.500. Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada menurunnya produksi dan meningkatkan harga, terutama harga bahan pangan. Namun pada kuartal IV tahun 2011 Indonesia mencatatkan tingkat inflasi yang berada pada tingkat terendah di kawasan Asia Pasifik, yaitu berkisar pada pada tingkat 3.79% c. Tingkat Suku Bunga Tingkat
suku
bunga
merupakan
salah
satu
indikator
perekonomian. Perubahan tingkat suku bunga akan berdampak pada perubahan jumlah investasi. Semakin rendah tingkat suku bunga yang harus dibayar pada pengusaha, semakin banyak usaha yang dapat dilakukan oleh pengusaha. Maka dari itu diperlukanlah data-data mengenai suku bunga untuk menunjang keputusan investasi. Berikut adalah tabel Suku Bunga Indonesia tahun 2010-2013.
72
Tabel 4.4 Tingkat Suku Bunga Indonesia Bulan
2010
2011
2012
2013
Januari
6.50%
6.75%
6.00%
5.75%
Februari
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Maret
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
April
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Mei
6.50%
6.75%
5.75%
5.75%
Juni
6.50%
6.75%
5.75%
6.00%
Juli
6.50%
6.75%
5.75%
6.50%
Agustus
6.50%
6.75%
5.75%
7.00%
September
6.50%
6.75%
5.75%
7.25%
Oktober
6.50%
6.50%
5.75%
7.25%
November
6.50%
6.00%
5.75%
7.50%
Desember
6.50%
6.00%
5.75%
7.50%
Sumber: Bank Indonesia
Pada tabel diatas, tingkat suku bunga pada tahun 2010 merupakan tingkat suku bunga Indonesia yang sangat stabil, konstan pada 6.50% dan dapat dilihat juga pada tahun 2013 secara turut menurut pemerintah menaikkan tingkat suku bunga dari awal tahun sebesar 5.75% ke 7.50% pada akhir tahun. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan tingkat inflasi yang meningkat pada tahun 2013 sehingga pemerintah
73
haruslah mengimbangi inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Secara keseluruhan dapat dilihat pemerintah telah melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga sebanyak enam kali dan menurunkan tingkat suku bunga sebanyak tiga kali. d. Kurs Rupiah Pergerakan nilai tukar mata uang (rupiah) merupakan konsekuensi dari adanya interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai negara dalam melakukan transaksi ekonominya. Kaitannya dengan capital market atau saham adalah ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhada Dollar dari waktu ke waktu menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan keragu-raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Berikut adalah tabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Tabel 4.4 Kurs Rupiah Terhadap Dollar 2010 2011 2012
2013
Januari
9.412
9.102
9.045
9.746
Februari
9.382
8.867
9.130
9.715
Maret
9.161
8.753
9.226
9.768
April
9.057
8.617
9.236
9.771
Mei
9.226
8.580
9.613
9.851
Bulan
74
Juni
9.128
8.640
9.527
9.979
Juli
8.997
8.551
9.532
10.329
Agustus
9.086
8.621
9.608
10.979
September
8.969
8.867
9.636
11.671
Oktober
8.973
8.879
9.663
11.290
November
9.058
9.216
9.653
12.037
Desember
9.036
9.113
9.718
12.250
Sumber: Bank Indonesia (data diolah berdasarkan harga jual)
Grafik 4.1 Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Sumber: data diolah
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa Rupiah mengalami penguatan terhadap Dollar Amerika pada periode 2010-2011 dan terus menerus mengalami pelemahan dalam periode 2011-2013. Tercatat titik terkuat rupiah pada periode 2010-2013 terdapat pada Bulan Juli 2011 yaitu Rp 8.551 tiap satu Dollar Amerika, dan pada Desember 2013 Rupiah mengalami titik terlemahnya terhadap Dollar Amerika
75
yaitu pada Rp 12.250 tiap satu Dollar Amerika. Melambungnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika merupakan imbas dari krisis global dan lebih lanjut akan mengakibatkan ketidakstabilan makro ekonomi Indonesia. Pada periode menguatnya nilai Rupiah terhadap Dollar Amerika (2010-2011) merupakan berita positif bagi Bursa Efek Indonesia dan momentum Investasi karena menguatnya Rupiah menyebabkan penurunan biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan perusahaan sehingga dapat mengurangi biaya produksi begitu pun sebaliknya pada periode 2011-2013. Dengan ini dapat disimpulkan pengaruh kondisi makro ekonomi Indonesia diatas terhadap capital market adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Analisis Makro Ekonomi 2010-2013 No.
Variabel Makro Ekonomi
Hasil
Implikasi
Kondisi Makro Ekonomi
Profitabilitas Harga Perusahaan
Saham Perusahaan
1.
2.
Gross Domestic Product Tingkat Inflasi
Menurun
Sinyal Negatif Menurun untuk Investasi
Menurun
Meningkat Sinyal Negatif Menurun untuk Investasi
Menurun
76
3.
BI Rate
4.
Kurs Rupiah
Meningkat Sinyal Negatif Menurun untuk Investasi Melemah Sinyal Negatif Menurun untuk Investasi
Menurun Menurun
Sumber: diolah
Berdasarkan perekonomian
tabel
Indonesia
diatas, mengalami
dapat
disimpulkan
fluktuasi
yang
bahwa
cenderung
memberikan sinyal yang negatif untuk investasi pada sektor pasar modal pada periode 2010-2013. Fluktuasi tersebut sebetulnya positif hingga tahun 2012 atau setidaknya pertengahan tahun 2013 (Juli). Dapat dikatakan demikian karena keempat variabel makro ekonomi yang penulis gunakan untuk mengukur kondisi makro ekonomi Indonesia terhadap investasi di pasar modal memberikan sinyal positif pada tahun periode 2010-2012. Gross Domestic Product Indonesia yang tumbuh pada kisaran 30 milyar, tingkat inflasi yang stabil pada batasan kurang dari 5%, kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang cenderung memberikan trend menguat dan BI Rate yang menurun dari 6.50% ke 5.75% pada periode 2010-2012 alasannya. Keempat alasan tersebut adalah indikasi yang memberikan sinyal positif untuk dilakukannya investasi ke sektor pasar modal karena indikasi-indikasi tersebut juga mengindikasikan harga saham perusahaan dan profitabilitas perusahaan meningkat. Namun pada tahun 2013, kondisi perekonomian makro Indonesia mengalami guncangan yang
77
hebat dan merubah pertumbuhan selama periode tahun 2010-2012 ke sebuah titik penurunan yang mundur. Akibatnya, kondisi makro perekonomian Indonesia menjadi labil dan negatif yang juga berdampak pada profitabilitas perusahaan dan tentunya akan juga mempengaruhi harga saham di Bursa Efek Indonesia. 2. Analisis Industri Pada fokus penelitian yang telah penulis konsentrasikan, ketiga objek dari penelitian yaitu saham perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar mempunyai kelompok Industri yang berbeda. PT Astra Internasional Tbk, yang merupakan saham perusahaan dengan kelompok saham kelompok industri manufaktur dalam sektor aneka industri dan subsektor otomotif dan komponennya. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, yang merupakan kelompok saham dengan golongan saham Industri Jasa dengan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi dengan subsektor telekomunikasi. Lalu
PT Unilever Indonesia Tbk,
yang
merupakan kelompok saham golongan industri manufaktur dengan kelompok saham sektor industri barang konsumsi dengan subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga. a. Analisis Industri Otomotif Secara keseluruhan industri otomotif di Indonesia telah memasuki fase expansion dan mengarah ke fase maturity. Dimana
78
perusahaan industri otomotif masih mempunyai peluang profit yang tinggi tapi dengan pertumbuhan yang sedikit dan menurun. Seperti yang dijelaskan Chief Group Treasury and Investor Relations PT Astra Internasional Tbk, Iwan Hardianto “Tahun depan ada isu kenaikan tingkat suku bunga The Fed yang membuat penjualan mobil anjlok dan kita tidak terlalu optimis dengan penjualan di tahun 2015, karena mungkin pasarnya masih flat,” itulah yang menjadi alasan bagi PT Astra Internasional Tbk (ASII) untuk memasang target penjualan di sektor otomotif lebih konservatif, karena diprediksi masih lambatnya penjualan industri otomotif dalam negeri di tahun-tahun mendatang. Maka guna mensiasati bisnis kedepan, kata Iwan, Astra Internasional akan menyeimbangkan bisnisnya antara sektor otomotif dan non otomotif. Menurut dia, bisnis yang ideal ke depan tidak lagi bergantung pada sektor otomotif karena sifatnya bisnis tersebut siklus tahunan yang bergantung pada isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.37 b. Analisis Industri Telekomunikasi Di negara berpenduduk lebih dari dua ratus dua puluh juta penduduk ini pertumbuhan industri telekomunikasi jaringan bergerak
37
Diakses pada 6 April 2015 10:36, di http://www.neraca.co.id/bisnisindonesia/48096/Tahun-2015-Bisnis-Otomotif-Lebih-Konservatif
79
maju dengan pesat. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam industri ini pun tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali adalah PT Telekomunikasi
Indonesia
Tbk,
yang
merupakan
perusahaan
telekomunikasi milik negara dengan predikat sebagai perusahaan yang memimpin pertumbuhan industri telekomunikasi di Indonesia. Industri telekomunikasi Indonesia dewasa ini telah mengalami berbagai perkembangan. Dalam kacamata siklus industri, industri telekomunikasi di Indonesia telah mengalami fase maturity dimana profit perusahaan mulai mencapai titik tertingginya dan sedikit demi sedikit mengalami kemunduran atau pengurangan laba. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan pelanggan baru yang mulai jenuh terjadi sementara intensitas penggunanaan layanan dasar (voice dan SMS) juga terus menurun. Sementara persaingan mulai memasuki fase intensitas tinggi. Hal tersebut merupakan tantangan bagi PT Telekomunikasi Indonesia untuk berinovasi dan melakukan penetrasi dan akselerasi dengan produknya dan potensi permodalan didalam pasar untuk tetap menjadi perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar. c. Analisis Industri Barang Konsumsi Industri barang konsumsi diproyeksikan masih akan terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal tersebut menjadi
80
kesimpulan dari data mengenai fungsi rumah tangga keluarga Indonesia masih sebagai konsumen dibandingkan fungsi rumah tangga sebagai produsen. Faktor seperti pertumbuhan jumlah penduduk, rendahnya tingkat investasi dan saving, dan tumbuhnya modern family di Indonesia. Namun industri rumah tangga merupakan sektor industri yang sangat sensitif dengan tingkat inflasi, suku bunga, dan kebijakankebijakan pemerintah. Kondisi Indonesia yang mempunyai populasi pertumbuhan masyarakat yang tinggi juga ditambah dengan kondisi Negara Indonesia yang notabene merupakan negara berkembang menjadikan Indonesia menjadi sasaran para pelaku industri barang konsumsi untuk mendapatkan laba, tumbuh, dan menyerap modal. Kondisi tersebut menempatkan industri barang konsumsi di Indonesia pada fase growth ke expansion. 3. Analisis Rasio Keuangan a. Rasio Likuiditas Dalam rasio ini, penulis menggunakan acuan current ratio perusahaan, yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara total aktiva lancar dengan kewajiban lancar perusahaan. Berikut adalah grafik current ratio perusahaan PT Astra International Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan PT Unilever Indonesia Tbk dalam periode 2010-2013.
81
Grafik 4.2 Current Ratio
%
Grafik
diatas
menunjukkan
rapor
dari
masing-masing
perusahaan mengenai kinerja keuangan berdasarkan current ratio. Dimulai dari PT Astra International Tbk yang secara grafik mempunyai keunggulan persentase current ratio diantara perusahaan Telekomunikasi Indonesia dan Unilever Indonesia. Current ratio perusahaan PT Astra menaik dalam kurun waktu periode 2010-2012 dan setelahnya menurun di tahun 2013 dan mencapai titik terendahnya pada tahun tersebut. Lalu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, adalah perusahaan yang rapor kinerja current ratio nya secara konsisten menaik dari periode 2010-2013. Namun, pada tahun 2010 dan 2011 nilai current ratio perusahaan PT Telkom berada dibawah 100% yang artinya kewajiban lancar perusahaan PT Telkom lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya, dengan arti lain jika kewajiban lancar perusahaan jatuh tempo pada kurun waktu 2010 dan 2011 PT
82
Telekomunikasi Indonesia akan tidak mampu atau sulit untuk membayar kewajibannya. Lalu yang terakhir adalah PT Unilever Indonesia Tbk. Current ratio PT Unilever Indonesia mempunyai rapor yang buruk dalam masalah rasio ini, dapat dilihat bahwa trend current ratio PT Unilever Indonesia mempunyai trend yang menurun dengan persentase yang selalu dibawah 100%. Rata-rata current ratio nya juga rendah yaitu sekitar 72,57% selama periode 2010-2013. b. Rasio Solvabilitas Rasio ini merupakan rasio yang mengungkapkan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik yang bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam rasio solvabilitas ini, penulis memakai ukuran debt to equity ratio (rasio hutang terhadap ekuitas) dan debt to asset ratio (rasio hutang terhadap aktiva) perusahaan. Grafik 4.3 Debt to Asset Ratio
83
Grafik 4.4 Debt to Equity Ratio
Rasio solvabilitas yang baik dan ideal adalah jika angka hasil rasio lebih kecil dari satu atau ≤ 00%. Dari data rasio debt to asset ratio dan debt to equity ratio diatas, dapat dikatakan bahwa hanya rasio PT Telekomunikasi Indonesia yang dapat dikatakan baik dan ideal. Sedangkan rasio dari PT Astra International dan PT Unilever Indonesia masih berada pada kisaran lebih dari 100% yang artinya kewajiban perusahaan terhadap aset dan modal perusahaan PT Astra International dan PT Unilever Indonesia masih lebih tinggi kewajiban perusahaannya. c. Rasio Rentabilitas / Profitabilitas Keuntungan merupakan inti dari tiap perusahaan komersial berdiri. Hal yang sama juga merupakan poin penting bagi investor untuk pertimbangan dimana calon investor akan menempatkan modalnya, tentunya calon investor ingin menempatkan modalnya ke
84
perusahaan dengan tingkat kemampuan menghasilkan laba yang tinggi agar turut serta calon investor mendapatkan persentase bagi hasil. Penulis memakai ukuran return on asset (pengembalian atas aset), return on equity (pengembalian atas modal), net profit margin (margin laba bersih), dan earning per share (laba per lembar saham). Grafik 4.5 Return on Asset
%
Grafik 4.6 Return on Equity
%
85
Parameter ukuran baik dan ideal dari return on asset dan return on equity adalah Suku Bunga Bank Indonesia atau BI Rate. Jika nilai ROA dan ROE perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan BI Rate, maka hal tersebut baik karena calon investor akan beralih kepada investasi ke perusahaan terkait dibandingkan investasi ke bank. Menurut grafik ROA dan ROE diatas, maka masing-masing perusahaan berpredikat baik dan ideal dibandingkan dengan BI Rate tahun 2010 (6,5%), 2011 (6%), 2012 (5,75%), dan 2013 (7,5%). Grafik 4.7 Net Profit Margin
86
Grafik 4.8 Earning PerShare
Net profit margin dan earning per share adalah rasio yang keduanya sama-sama menunjukkan keuntungan perusahaan. Bedanya adalah net profit margin mengukur keuntungan yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan yang dilakukan. Sedangkan earning per share menunjukkan seberapa besar laba yang diperoleh dari setiap lembar saham yang beredar. Dari grafik NPM dapat dilihat bahwa PT Unilever Indonesia dan PT Telekomunikasi Indonesia mengalami fruktuasi kenaikan dan penurunan, lalu PT Astra International mempunyai trend menurun tiap tahunnya. Akan tetapi pada grafik earning per share PT Astra mempunyai angka yang signifikan tinggi pada tahun 2010-2011, lalu setelahnya mengalami penurunan yang signifikan pula. Pada penilaian masing-masing NPM dan EPS, indikatornya adalah semakin tinggi semakin baik. Dan dapat dilihat bahwa masing-masing angka baik NPM dan EPS tiap perusahaan
87
berada pada tingkat fluktuasi yang tinggi dibanding perusahaan lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa PT Unilever yang mempunyai trend positif lalu walaupun PT Astra International serta PT Telekomunikasi Indonesia yang mempunyai trend yang negatif, ketiganya mempunyai predikat yang baik. d. Rasio Aktivitas Keberlangsungan hidup perusahaan ditentukan oleh kegiatannya dalam satu periode untuk menciptakan penjualan. Dari kegiatan tersebut dapat dilihat apakah perusahaan dapat menghasilkan laba atau tidak. Dengan demikian, investor dapat mengetahui bagaimana operasional suatu perusahaan. Efektivitas operasional perusahaan dalam menggunakan aktiva atau sumber daya yang dimilikinya diukur dengan rasio aktivitas ini. Semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan bekerja semakin efisien dan perusahaan semakin baik.
likuid
88
Grafik 4.9 Fixed Asset Turn Over
Grafik 4.10 Total Asset Turn Over
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva atau sumber daya yang dimilikinya. Dari total aset yang dimiliki bagaimana suatu perusahaan dapat menciptakan pemasukan. Pada grafik fixed asset turn over, PT Telekomunikasi Indonesia adalah satusatunya dari perusahaan yang penulis analisis dengan efektifitas yang kurang baik. Tercatat pada tahun 2010 fixed asset turn over PT Telekomunikasi Indonesia adalah 0,9X artinya adalah dengan tiap Rp
89
1 aset tetap yang dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia, perusahaan hanya mampu menghasilkan Rp 0,9 penjualan atau pemasukan. Begitu pun selanjutnya pada tahun 2011 (0,96X), 2012 (1X), dan 2013 (0,96X). Hal tersebut mengindikasikan terdapatnya aset tetap yang tidak produktif. Nilai total asset turn over
adalah perbandingan antara
penjualan atau pemasukan perusahaan dengan total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menunjukkan kecepatan putaran total aktiva dalam satu periode tahun. Berdasarkan grafik diatas, nilai total asset turn over PT Unilever Indonesia adalah yang terbaik tiap tahunnya. Berbeda dengan PT Astra International yang pada tahun 2013 hanya mampu mencatatkan 0,91X. Yang artinya PT Astra International pada tahun 2013 hanya dapat menghasilkan Rp 0,91 terhadap setiap Rp 1 aset perusahaan. Terlebih lagi PT Telekomunikasi Indonesia yang mencatatkan 0,69X (2010), 0,7X (2011), 0,6X (2012), dan 0,65X (2013). Dari hasil analisis rasio keuangan diatas, didapat kesimpulan yang digambarkan dalam tabel berikut:
90
Tabel 4.6 Hasil Analisis Rasio Keuangan *Angka berdasarkan rata-rata pada periode 2010-2013
No
Rasio
Rasio Ideal
ASII
TLKM
UNVR
1.
Rasio Likuiditas
≥ 100%
(131,67%) Baik
(104,91%) Baik
(72,57 %) Kurang Baik
(50%) Baik (1,04) Cukup Baik
(41%) Baik (0,25) Baik
(77%) Baik (1,79) Kurang Baik
(12,41%) Baik
(23,22%) Baik
(17,51%) Baik
(Rp 2.225,28) Baik (48,7%) Baik (27,15%) Baik
(Rp 473,62) Baik (15,82%) Baik (28,68%) Baik
(Rp 581,33) Baik (47,63%) Baik (111,14%) Baik
(5,41x) Baik
(0,96x) Kurang Baik
(4,5x) Baik
(1,04x) Baik
(0,66x) Kurang Baik
(2,72x) Baik
2.
3.
Current Ratio Rasio Solvabilitas Debt to Asset Ratio Debt to Equity Ratio Rasio Profitabilitas Net Profit Margin Earning Per Share Return on Asset Return on Equity Rasio Aktivitas Fixed Asset Turn Over Total Asset Turn Over
≤ 100%
Semakin tinggi semakin baik > Suku Bunga Bank Indonesia > 1X Lebih tinggi lebih baik
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan 2010-2013 (data diolah)
Berdasarkan tabel kesimpulan mengenai kinerja perusahaan berdasarkan analisis laporan keuangan tiap perusahaan mempunyai kelemahan yang tersebar pada beberapa sektor rasio analisis. Namun
91
secara keseluruhan kondisi fundamental PT Astra International lah yang paling baik. Bagi para investor maupun calon investor yang ingin menanamkan modalnya pada Bursa Efek Indonesia perusahaan PT Astra International merupakan perusahaan yang direkomendasikan untuk berinvestasi. Dari segi likuiditas dan profitabilitas perusahaan ini mempunyai kinerja yang baik dan memuaskan. Sementara untuk rasio solvabilitas dan rasio aktivitasnya, perusahaan Astra International Tbk, mempunyai trend yang berfluktuasi sehingga kinerjanya tidak sebaik dan tidak sememuaskan rasio profitabilitasnya dan rasio likuiditasnya. 4. Penilaian Saham a. Dividend Discounted Model Merupakan
model
atau
metode
penilaian
saham
yang
berdasarkan pada pembayaran deviden dan capital gain. Dalam pendekatan ini, harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value). Rumus 4.1
∑ Dimana
dalam
variabel
rumus tersebut
mendapatkan nilai dari (ᵦ) beta saham return.
sebelumnya
kita
harus
) growth, dan ( ) required rate of
92
(1) Risk Free Rate Telah dijelaskan bahwa risk free rate di ambil dari data Sertifikat Bank Indonesia Syariah per bulan selama 2010-2013. Dan datanya adalah: Tabel 4.7 Risk Free Rate Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
2010 6,44788 6,40700 6,27162 6,19877 6,30206 6,26221
2011 6,08058 6,70542 6,71887 7,17517 7,36011 7,36317 7,27563
2012 4,88325 3,82290 3,82637 3,92570 4,23785 4,32005 4,45727
2013 4,84021 4,86119 4,86950 4,89075 5,02275 5,27558 5,52051
6,63677
6,77557 6,28206
4,54005 4,67165
6,36967
5,76845
4,74612
November
5,22412
4,77039
Desember
5,03858
4,80274
5,85743 6,60944 6,95555 6,96715 6,98025 6,97042 7,21565 7,22435 7,21695
Oktober
=
93
(2) Return Market Pada bulan Desember tahun 2009, nilai closing dari indeks JII adalah Rp 417,18. Sehingga dapat dihitung nilai pertumbuhan return market dari JII dengan rumus yang tertera pada BAB II mengenai return market. Berikut adalah table hasil dari perhitungan return market. Tabel 4.8 Return Market Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010 Closing 427,68 413,73 443,67 474,8 444,6 460,26 483,32 473,79 526,52 540,29 508,78 532,9
2011
RM 0,025169 -0,03262 0,072366 0,070165 -0,06361 0,035223 0,050102 -0,01972 0,111294 0,026153 -0,05832 0,047408
Closing 477,51 496,87 514,92 528,76 531,38 536,04 567,12 529,16 492,3 530,19 520,49 537,03
RM -0,10394 0,040544 0,036327 0,026878 0,004955 0,00877 0,057981 -0,06693 -0,06966 0,076965 -0,0183 0,031778
2012 Closing RM 562,54 0,047502 566,75 0,007484 584,06 0,030543 575,08 -0,015375 525,05 -0.086997 544,19 0,036454 573,73 0,054283 557,35 -0,02855 600,84 0,07803 619,27 0.030674 588,78 -0,049236 594,79 0,120945
2013 Closing 604,61 645,22 660,34 670,94 676,58 660,16 623,75 592 585,59 615,71 579,87 585,11
RM 0,01651 0,067168 0,023434 0,016052 0,008406 -0,02427 -0,055153 -0,050901 -0,010828 0,051435 -0,05821 0,009037
Rata-rata Return Market = -0,00117333 Anually Return = 9,07% (3) Beta Nilai beta didapatkan dari meregresikan return JII dan return saham (UNVR, TLKM, ASII). Return JII disini sebagai variable
94
independen dan return saham sebagai variable dependen. Didapatlah hasil: Tabel 4.9 Beta Saham Saham
Beta
ASII
0,709
TLKM
0,531
UNVR
0,060
(4) payoutratio Rumus 4.2
Tabel 4.10 Payoutratio SAHAM
Payoutratio
ASII
45,04%
TLKM
72,06%
UNVR
99,93%
(5) Growth Rumus 4.3
95
=
ROEsaham x b
Tabel 4.11 Growth ASII ASII
ROE
b = 1- payoutratio
2010
34,48%
1 - 13,24%
29,92%
2011
27,79%
1 - 45,07%
15,27%
2012
25,32%
1 - 45,03%
13,92%
2013
21,00%
1 - 45,04%
11,35% 15,49%
Tabel 4.12 Growth TLKM TLKM
ROE
b = 1- payoutratio
2010
35,73%
1 - 56,37%
15,59%
2011
25,37%
1 - 68,22%
8.06%
2012
27,41%
1 – 68,42%
8,66%
2013
26,21%
1 – 72,66%
7,17% 9,87%
96
Tabel 4.13 Growth UNVR UNVR
ROE
b = 1- payoutratio
2010
83,67%
1
– 100,02%
- 0,02
2011
113,13%
1
– 100,06%
- 0,07
2012
121,94%
1 – 99,96%
0,05%
2013
125,81%
1 – 99,93%
0,09% 0,05%
(6) Required Rate of Return ( ) Required Rate of Return ( ) didapatkan melalui metode Capital Asset Price Model (CAPM) dengan rumusan yang sudah tertera pada BAB sebelumnya yaitu Rumus 4.4
Tabel 4.14 Required Rate of Return SAHAM
rf
ASII
5,81%
0,709
9,07%
12.37%
TLKM
5,81%
0,531
9,07%
10,85%
UNVR
5,81%
0,060
9,07%
6,83%
rm
97
Setelah didapatkan hasil required rate of return, maka present value dari saham ASII, TLKM, dan UNVR dapat didapatkan dengan memasukkan komponen-komponen variabel yang dibutuhkan. Yaitu: Maka nilai intrinsik saham ASII menurut metode DDM adalah:
Maka nilai intrinsik saham TLKM menurut metode DDM adalah:
Maka nilai intrinsik saham UNVR menurut metode DDM adalah:
98
Tabel 4.15 Dividend Discounted Model Saham
Nilai Intrinsik
Nilai Pasar
Saham PT Astra International, Tbk
Rp 7.967,51
Rp 6.800
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Rp 3.289,61
Rp 2.150
PT Unilever Indonesia, Tbk
Rp 5.501,39
Rp 26.000
Berdasarkan data tabel diatas, saham PT Astra International dan saham PT Telekomunikasi Indonesia adalah saham-saham yang masuk dalam kategori undervalued atau nilai dari saham-saham tersebut di pasar lebih rendah disbanding dengan nilai intrinsik saham tersebut. Dapat dikatakan bahwa harga saham PT Astra International dan saham PT Telekomunikasi Indonesia termasuk murah dan layak dibeli. Berbeda dengan saham PT Unilever yang nilai pasar dari sahamnya berada jauh diatas nilai intrinsiknya. Hal tersebut menyebabkan saham PT Unilever Indonesia termasuk dalam kategori saham yang overvalued dan lebih baik dijual. b. Price Earning Ratio Rumus 4.5
99
Maka Price Earning Ratio masing-masing saham adalah:
Tabel 4.16 Price Earning Ratio Saham
Price Earning Ratio Hasil IDX38
Price Earning Ratio (Industry)
PT Astra International, Tbk
14,18x
15,33x
18,64x (Otomotif)
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
15,26x
14,70x
18,40x (Telekomunikasi)
PT Unilever Indonesia, Tbk
37,06x
36,37x
19,15x (Barang Konsumsi)
Price earning ratio menunjukkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan harga sahamnya. Jika price earning ratio saham lebih rendah daripada price earning ratio aktual atau industri, maka
saham
tersebut
dapat
digolongkan saham yang undervalued. Menurut tabel diatas, nilai price 38
“Price Earning atio” ompany eport. Diakses pada 06 April melalui: www.idx.co.id
100
earning ratio saham PT Astra International dan saham PT Telekomunikasi Indonesia berada dibawah nilai price earning ratio industri (PER Aktual), maka saham ASII dan TLKM tergolong saham yang undervalued dan layak dibeli. Sebaliknya dengan saham UNVR yang nilai price earning rationya diatas nilai price earning ratio aktual atau industri mengindikasikan bahwa saham UNVR tergolong saham yang overvalued dan lebih baik di jual untuk menghindari loss. c. Price Book Value Rumus 4.5
Maka nilai Price Book Value masing-masing saham adalah:
101
Tabel 4.17 Price Book Value Saham
Price Book Value Hasil
IDX39
PT Astra International, Tbk
2,59
2,79
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
2,8
2,98
PT Unilever Indonesia, Tbk
46,63
36
PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosenberg.et al (1985) menemukan bahwa saham-saham yang memiliki rasio PBV yang rendah akan menghasilkan return yang secara signifikan lebih tinggi daripada saham-saham yang memiliki rasio PBV yang tinggi. Menurut hasil perhitungan PBV diatas, saham ASII memiliki nilai PBV yang terendah dibandingkan dengan saham TLKM dan saham UNVR, maka dapat diambil kesimpulan bahwa saham ASII mempunyai peluang yang lebih baik untuk menghasilkan return lebih tinggi dibandingkan dengan saham TLKM dan saham UNVR.
39
“Price Earning atio” ompany eport. Diakses pada 06 April melalui: www.idx.co.id
102
Tabel 4.18 Penilaian Saham Saham
Dividend Discounted Model
Price Earning Ratio
Keputusan
nilai intrinsik x nilai pasar
PER saham x PER industri
Investasi
ASII
Undervalued Rp 7.967,51 > Rp 6.800
Undervalued 15,33x < 18,64x
Buy
TLKM
Undervalued Rp 3.289,61 > Rp 2.150
Undervalued 14,70x < 18,40x
Buy
UNVR
Overvalued Rp 5.501,39 < Rp 26.000
Overvalued 36,37x > 19,15x
Sell
C. Analisis Teknikal Terdapat beberapa-beberapa signal yang dapat dijadikan acuan dan patokan untuk membuat keputusan berinvestasi melalui analisis teknikal. Metode Simple Moving Average dan Moving Average Convergence Divergence yang diterapkan pada analisis disini diantaranya berkaidah:
Tabel 4.19 Simple Moving Average Posisi SMA
No.
Arti
1.
SMA Berada di bawah garis harga
Kondisi bullish / trend naik.
2.
SMA berada di atas garis harga
Kondisi bearish / trend menurun
3.
SMA memotong harga dari bawah.
Perubahan trend menuju bearish.
4.
SMA memotong harga dari atas.
Perubahan trend menuju bullish.
5.
SMA
periode
lebih
pendek Perubahan trend menuju bullish.
103
memotong SMA periode lebih panjang dari bawah. SMA periode lebih pendek Perubahan trend menuju bearish. memotong SMA periode lebih panjang dari atas. SMA dengan periode lebih panjang Kondisi bearish / trend menurun. berada diatas SMA berpriode lebih pendek. SMA dengan periode lebih panjang Kondisi bullish / trend kenaikan. berada dibawah SMA berpriode lebih pendek.
6.
7.
8.
No.
Tabel 4.20 Moving Average Convergence Divergence Posisi MACD Arti Peralihan trend menuju bullish
5.
Garis MACD memotong trigger line dari bawah. Garis MACD memotong trigger line dari atas. Garis MACD dan trigger line berada diatas centerline (area positif) Garis MACD dan trigger line berada dibawah centerline (area negatif) Histogram positif / negatif
6.
Divergence positif
Harga akan ikut bergerak naik
7.
Divergence negatif
Harga akan ikut bergerak turun
1. 2. 3.
4.
Dengan penjelasan grafiknya adalah:
Peralihan trend menuju bearish. Long bullish trend
Long bearish trend
Kondisi overbought / oversold
104
1. PT Astra International, Tbk Tabel 4.11 Teknikal ASII
Terlihat pada grafik simple moving average diatas bahwa saham ASII mengalami fase yang relatif naik dalam periode 2010-2013. Terlihat pula bahwa pada akhir periode 2013 garis SMA periode lebih panjang berada dibawah garis SMA dengan periode lebih pendek serta garis harga yang berposisi diatas garis SMA yang keduanya mengindikasikan trend bullish.
105
Kemudian pada bagian relative strength index dimana garis kurva saham ASII berdasarkan analisis ini mengindikasikan menembus poin 70 yang artinya oversold. Dan dapat pula diartikan dari momentum permulaan trend bullish sekaligus akhir dari trend bearish. Selanjutnya
berdasarkan moving average convergence
divergence, histogram pada MACD menunjukan area positif yang berarti trend bullish masih akan berlangsung. Hal tersebut juga didukung dengan divergence yang positif yang mempunyai arti harga akan ikut bergerak naik. Sehingga saham ASII berkriteriakan layak untuk dibeli.
106
2. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero), Tbk Tabel 4.12 Teknikal TLKM
Saham TLKM pada grafik simple moving averagenya tergambarkan bahwa fruktuasi harga sahamnya selama periode 20102013 mengalami kenaikan. Namun pada akhir periode desember 2013, dapat dilihat bahwa garis SMA periode lebih pendek memotong garis SMA Periode lebih panjang yang indikasi pada trend harganya adalah trend bearish. Hal tersebut didukung oleh garis SMA dengan periode
107
lebih panjang yang bergerak diatas garis SMA dengan periode lebih pendek serta garis harga yang berada diatas semua garis SMA. Relative
strength
index
saham
TLKM
menunjukan
kecenderungan pergerakan grafik yang mengarah ke titik 30 (titik support) yang indikasinya adalah overbought. Kondisi overbought dapat kita pahami dengan tingkat kejenuhan untuk membeli yang akibatnya harga akan turun. Sedangkan
berdasarkan
moving
average
convergence
divergence, histogram bergerak menuju kearah negatif yang akan diikuti oleh divergence negatif lalu harga yang turun. Ditambah dengan posisi MACD line dantrigger line yang berada dibawah centerline (area negatif) semakin kuat sinyal yang ditunjukan saham TLKM yang mengarah ke trend bearish, sehingga ada baiknya saham TLKM dijual.
108
3.
PT Unilever Indonesia, Tbk Tabel 4.13 Teknikal UNVR
Simple moving average saham UNVR menggambarkan kondisi trend bearish. Hal tersebut berlandaskan kenyataan bahwa garis harga saham UNVR yang berada dibawah garis SMAnya, lalu garis SMA periode lebih panjang dari saham UNVR yang berada diatas garis SMA yang lebih pendek. Indikasi tersebut dinyatakan kuat karena saling mendukung dan saling berlandaskan.
109
Sedangkan melalui relative strength index, saham UNVR dapat dinyatakan berada pada area negatif setelah grafik RSI dari saham UNVR menembus titik support 30 RSI. Indikasinya adalah, saham UNVR berada pada trend bearish. Melalui moving average convergence divergence juga dapat dilihat bahwa saham UNVR berada pada trend bearish yang ditandai dengan histogram yang negatif dan garis grafik MACD yang berada dibawah centerline. Sehingga saham UNVR layak untuk dijual untuk mengurangi atau mencegah loss.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Pada penelitian analisis fundamental dan analisis teknikal pada sahamsaham dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di JII pada periode 2010-2013, yaitu ASII, TLKM, dan UNVR ini, ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisis fundamental (a) makro ekonomi Indonesia memberikan sinyal negatif untuk melakukan investasi (walaupun sepanjang periode 20102012 kondisi makro ekonomi Indonesia baik dan memberikan sinyal positif serta kondusif untuk berinvestasi pada pasar modal). Hal tersebut ditandai dengan produk domestik bruto dan nilai tukar rupiah yang berkurang dan melemah, dan ditambah suku bunga Bank Indonesia dan tingkat inflasi yang meningkat. (b) Analisis industri menunjukkan bahwa masing-masing industri dari ASII (industri otomotif), TLKM (industri telekomunikasi), dan UNVR (industri barang konsumsi) berada dalam tahap life cycle industry yang dewasa atau mature. Dimana peningkatan atau kenaikan keuntungan perusahaan mulai berkurang persentasenya dan berpotensi mengalami decline (kemunduran) atau regrowth (pertumbuhan kembali). (c) Analisis perusahaan yaitu analisis rasio keuangan yang
110
111
dilakukan terhadap ASII, TLKM, dan UNVR mempunyai garis umum yang baik. Akan tetapi tercatat bahwa perusahaan TLKM mempunyai rapor yang kurang baik dari segi rasio aktivitas perusahaan, dan perusahaan UNVR yang juga mempunyai catatan yang kurang baik dari segi rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. Berbeda dengan ASII yang mempunyai catatan baik dalam setiap segi rasio yang diujikan. 2. Penilaian saham yang dilakukan dengan metode dividend discounted model dan price earning ratio terhadap ASII dan TLKM menunjukkan bahwa nilai intrinsik saham keduanya berada dalam kategori undervalued atau layak dibeli. Berbeda dengan saham UNVR yang masuk kategori overvalued atau “mahal” dan lebih baik dijual berdasarkan dua metode diatas. Selanjutnya berdasarkan metode perhitungan PBV, saham ASII mempunyai nilai yang lebih baik dibandingkan dengan saham TLKM dan saham UNVR. 3. Hasil dari analisis teknikal moving average, moving average convergence divergence, dan relative strength index yang diujikan menunjukkan bahwa saham ASII mempunyai kecenderungan kenaikan harga dan kenaikan transaksi, serta berada pada trend bullish yang mempunyai arti saham ASII layak untuk dibeli. Sedangkan saham TLKM dan UNVR mempunyai fluktuasi perpindahan trend yang cukup banyak. Namun dapat dinyatakan secara umum bahwa kedua saham tersebut berakhir dan secara umum berada pada trend bearish berdasarkan sinyal sinyal yang ditangkap
112
melalui tiga metode analisis teknikal diatas. Sehingga saham TLKM dan saham UNVR lebih baik dijual. B. Saran 1. Bagi investor, analisis fundamental umum dan baiknya dilakukan bagi para investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka panjang kedalam saham yang baik secara industri, laporan keuangan, maupun pengaruh ekonomi makro global dengan ditambah dengan dilakukannya penilaian saham sebagai bahan pertimbangan. Sedangkan bagi investor yang ingin melakukan aktivitas investasi jangka pendek dapat beralih ke analisis teknikal yang umumnya bersifat teknis, matematis, dan mudah diterapkan. Namun ada baiknya untuk mengkombinasikan kedua analisis tersebut untuk mengurangi risiko yang dihadapi. 2. Bagi industri otomotif, telekomunikasi, dan barang konsumsi, yang dalam fase kehidupan industrinya ketiga industri diatas berada pada fase kedewasaan atau mature. Melakukan efektifitas dalam sektor biaya, kerja sama jangka panjang, differensiasi produk, dan penyegaran sistem merupakan langkah yang dapat diambil untuk menjaga dan menumbuhkan usia industri masing-masing agar tidak jatuh kedalam tahap decline atau penurunan. 3. Bagi PT Astra International, PT Telekomunikasi Indonesia, dan PT Unilever Indonesia agar dapat terus menjaga nilai kapitalisasinya dan melakukan pembenahan-pembenahan yang dirasa perlu. Seperti PT
113
4. Telekomunikasi Indonesia dalam indeks rasio aktivitasnya, kemudian PT Unilever Indonesia dari segi rasio likuiditas dan solvabilitasnya. 5. Bagi pemerintah, selaku penentu kebijakan ekonomi makro agar selalu memberikan rangsangan masyarakat Indonesia untuk berinvestasi khususnya kedalam sektor pasar modal. Juga agar selalu dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, inflasi, PDB, dan suku bunga kearah yang positif untuk mendukung perkembangan baik iklim investasi maupun kemajuan semua industri.
114
DAFTAR PUSTAKA
. Adriansyah, Basri Pohan dan Bayu Husodo. Kertas diskusi bagian riset ekonomi No. , Maret 2007. “On ree loat Shares djustment” Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Edisi Revisi. Jakarta.:PT Rineke Cipta. Badan Pengawas Pasar Modal. Buku Panduan Harga Saham Bursa Efek Indonesia. 2008. Jakarta: Indonesia Stock Exchange Bodie, Zvi. Kane, Alex, and Marcus Alan J. 2004. Essentials of Investment. New York USA: McGraw-Hill. Eduardus Tandelilin. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Kanisisus Yogyakarta Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat. Hamid, Abdul. 2009. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. HR, Muhammad Taufik. 2009. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: PT Serambi Ilmu. Huda, Nurul & Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana. John C. Brooks. 2004. Mastering Technical Analysis. United State of America: Mc Graw-Hill Companies. Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Kodrat, David Sukardi. 2010. Manajemen Investasi Pendekatan Teknikal dan Fundamental untuk Analisis Saham. Jakarta: Graha Ilmu. Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Rodoni, Ahmad & Yong Othman. 2009. Analisis Investasi dan Teori Portofolio. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
115
Salim, Joko. 2009. Step by Step Online Investment. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo. Kompas Gramedia. Suharsini, Ari Kunto. 1993. Manajemen Penelitian, Cetakan ke-2. Jakarta: PT Renika Cipta. Sunariyah. 2011. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta:UPP YKPN. Tim Indonesia Stock Exchange, Sekolah Pasar Modal (Bursa Efek Indonesia – Kelas Intermediate). Jakarta, Juli 2014 Tim Penulis Fakultas Syariah dan Hukum. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FSH Press. Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Jurnal “Pengaruh Return on Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-20 0” Diakses pada 21 November 2014 dari: journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/download/998/801 Jurnal Al-Iqtishad “Pengaruh Indeks Harga Saham Syariah International dan Variabel Makro Ekonomi terhadap Jakarta Islamic Indeks (JII)”. FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tesis “Komparasi Nilai Intrinsik Harga Saham PT Bank Bukopin Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2009-20 0” Diakses pada 21 November 2014 dari: lib.ui.ac.id/file?file=digital/20297328-T30160-Komparasi%20nilai.pdf “Indeks konstituen JII” diakses pada 22 November 2014 dari: www.idx.co.id /id-id/beranda/informasipasar/daftarefek/indekskonstituen.aspx
“Saham dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar” Diakses pada 27 November 2014 dari Id.wikipedia.org/wiki/Daftar_perusahaan_menurut_kapitalisasi_pasar “Ringkasan Kinerja Perusahaan Tercatat” diakses pada 5 Maret 20 5 dari: http://www.idx.co.id/idid/beranda/publikasi/ringkasankinerjaperusahaantercatat.aspx 872 www.finance.yahoo.com www.bps.go.id www.bi.go.id