Analisis Faktor Kemasan Bumbu Masak Racik yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen di Bandung Analysis of The Influence of Seasoning Packet-Packaging Factor to Consumer’s Purchase Interest Yulianti, Yuni Silviani Dewi Universitas Kristen Maranatha, Bandung – Indonesia E-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak Sebagai perusahaan yang sudah 25 tahun bergerak di bidang bumbu masak racik, PT X terus berupaya meningkatkan daya saingnya, apalagi saat ini diketahui bahwa penjualan produk Indofood lebih unggul daripada penjualan produk PT. X. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan PT. X kalah bersaing, namun penelitian ini fokus membahas faktor kemasan produk dengan variabel dimensi kemasan dari Terence A. Shimp, yaitu warna, bentuk, jenis bahan, desain kemasan dan tulisan (informasi) pada kemasan. Dengan menggunakan metode Regresi Berganda dan Correspondence Analysis akan diketahui hubungan antara kemasan terhadap minat konsumen untuk membeli produk bumbu masak racik dan posisi persaingan PT. X terhadap dua pesaing utamanya. Berdasarkan hasil pengolahan data, diusulkan agar PT. X lebih menonjolkan informasi kadar gizi pada kemasannya. Selain itu disarankan agar PT. X menggunakan bahan kemasan yang ramah lingkungan dan mencantumkan informasi tersebut pada kemasannya karena variabel ini merupakan variabel yang memiliki pengaruh paling besar dalam menarik minat masyarakat. Kata kunci: minat membeli, regresi berganda, correspondence analysis Abstract As a company with 25 years experience in cook seasoning, PT X keep trying to enhance his competitiveness with other competitors, especially now it is known that Indofood seasoning sells more than PT.X. So many factors that could make PT.X not able to win the competition, but this research is focused on packaging dimension variables, from Terence A. Shimp theory, which are colors, shape, material, design and information in the packaging. By using Multiple Regression and Correspondence Analysis methodology, we could find the relation between packaging and consumer’s interest in buying cook seasoning product, also PT. X’s competitiveness position compared to his competitor. From this research, PT. X is advised to emphasize his nutrient levels on the packaging. PT. X also advised to use environmentally friendly materials and list that information in the packaging, because this is the most related variable in attract consumer’s. Keywords: interest in buying, multiple regression, correspondence analysis
1. Pendahuluan Kemasan produk tidak hanya memiliki fungsi untuk melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk berpikir keras
161
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek warna, jenis bahan, bentuk maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli produk secara tidak sadar karena tertarik pada kemasan suatu produk, sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk. Melalui kemasan produk tersebut image produk dapat dibentuk, misalnya image sebagai produk yang kokoh, awet, mewah atau tahan lama, sehingga konsumen akan memilih produk tersebut karena sesuai dengan kebutuhannya misalnya kebutuhan akan produk yang tahan lama, tidak mudah rusak dan terjaga kualitasnya. Desain kemasan juga ikut menguatkan branding sebuah produk. Desain yang mempertahankan ciri khasnya akan membuat branding-nya tetap kuat. PT. X adalah perusahaan yang sudah 25 tahun bergerak dalam bidang usaha bumbu masak racik, namun sejak berdirinya PT. X tidak pernah melakukan perubahan yang berarti pada kemasan produknya, sehingga kemasan produk PT. X cenderung terlihat konvensional dibandingkan kemasan produk pesaing. PT. X selalu berupaya mempertahankan konsumen yang sudah ada dan berusaha memperoleh konsumen yang baru. Selama ini perkembangan di bidang penjualan sudah cukup baik, namun berdasarkan informasi dari Manager Umum saat ini, dikatakan bahwa penjualan dari produk Indofood lebih unggul dari penjualan produk PT. X. Banyak faktor yang dapat menyebabkan produk Indofood lebih unggul dari penjualan produk PT. X bisa dari faktor kemasan, promosi, pendistribusian dan banyak faktor lainnya. Jika hal ini terus berlanjut dan produk Indofood terus lebih unggul dalam persaingan maka hal ini akan memberikan dampak yang kurang baik bagi PT. X. Penelitian ini berfokus pada faktor kemasan produk bumbu masak racik dan jumlah penjualan di kota Bandung, dengan asumsi semua rasa bumbu masak racik diasumsikan sama. Melalui penelitian ini akan diketahui tingkat kepentingan konsumen terhadap variabel-variabel yang membentuk kemasan (metode statistika deskriptif), posisi persaingan PT. X terhadap pesaing utamanya (metode Correspondene Analysis), hubungan antara kemasan terhadap minat konsumen untuk membeli produk bumbu masak racik PT. X (metode Regresi Berganda), dan usulan kriteria kemasan yang sebaiknya ada pada kemasan baru bumbu masak racik PT. X. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Kemasan Kemasan (packaging) adalah suatu teknik menggunakan wadah yang paling sesuai dan komponen untuk melindungi, membawa, mengidentifikasi dan barang produk apapun. Ini merupakan link penting antara produsen dan konsumen akhir yang aman untuk pengiriman produk melalui berbagai tahap produksi, penyimpanan, transportasi, distribusi dan pemasaran. Karena pertumbuhan ekonomi dan peningkatan konsekuensi dalam standar hidup masyarakat umum, kemasan telah menjadi penting dalam proses distribusi. Teknologi kemasan inovatif telah menjadi kebutuhan bagi pengembangan kehidupan rak diperpanjang dan nilai tambah makanan dan produk makanan. Dalam industri makanan, paket berfungsi sebagai penghalang terhadap kontaminasi oleh mikroorganisme atau unsur-unsur yang tidak diinginkan lain seperti kelembaban dan cahaya. Peran sekunder bahan kemasan adalah perawatan untuk penyimpanan dan distribusi. Kemasan (packaging): aktivitas atau kegiatan dalam merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk (Kotler, 2004; Keller, 1998). Kemasan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menarik perhatian konsumen, karena hal yang pertama kali dilihat oleh konsumen untuk mendeskripsikan suatu produk yaitu kemasan. Secara umum kemasan dapat dihubungkan dengan perilaku konsumen terutama pada penciptaan kualitas yang menarik (attractive quality) dari sebuah produk, keputusan pembelian (purchase decision) serta niat membeli (purchase intention)
162
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.)
Konsep kemasan ditentukan oleh permintaan konsumen maupun produk. pengembangan teknologi baru, kesadaran lingkungan dan perubahan gaya pasar konsumen teknologi kemasan untuk mempertimbangkan peningkatan jumlah faktor ketika merancang sebuah kemasan. Bahan kemasan memberikan semacam penghalang lembam yang mencegah interaksi antara produk makanan dengan lingkungan eksternal. Kemasan ini harus melakukan setidaknya tiga fungsi mengandung, melindungi dan merchandising: Kemasan harus cukup besar untuk produk. Seharusnya fitur konstruksi yang tepat agar tidak membiarkan kebocoran dan tumpahan. Harus memiliki cukup kekuatan untuk menahan penanganan, transportasi dan penyimpanan bahaya. Akhirnya, harus sebagai kompatibel mungkin dengan produk. Melindungi artinya kemasan ini harus melindungi produk terhadap kontaminasi, atau kehilangan dan kerusakan atau degradasi akibat tindakan mikroba, paparan panas, cahaya, kelembaban, dan oksigen, tumpahan disengaja, penguapan, pencurian dll Merchandising adalah bentuk kemasan tersebut harus menguntungkan bagi dispensasi dan untuk pembuangan atau digunakan kembali. Memang kemasan kini disadari oleh produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus produk. Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk, jenis bahan maupun desainnya. Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik pada suatu produk karena alasan warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen yang membeli karena impulse buying, karena menariknya desain, atau bentuk kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong konsumen membeli suatu produk. Melalui kemasan produk tersebut kesan (image) produk juga dapat dibentuk misalnya image sebagai produk yang kokoh, awet, mewah atau tahan lama. Sehingga konsumen akan memilih produk tersebut karena sesuai dengan kebutuhannya misalnya produk yang tahan lama, tidak mudah rusak dan terjaga kualitasnya. Desain kemasan ikut menguatkan branding sebuah produk. Meski desain kemasan selalu berevolusi mengikuti zaman, namun ada hal-hal yang bersifat tetap, yakni ciri khas desainnya. Kalau pun akhirnya berubah, perubahan itu tidak dalam sekejap, tapi melalui proses bertahap. Desain yang mempertahankan kecirikhasan ini yang membuat branding-nya tetap kuat. Saat pembeli berbelanja di pasar swalayan, mencari produk yang ternyata baru berganti desain kemasan, si pembeli tidak lalu merasa ragu. Ia tetap yakin kalau yang ia beli adalah produk yang sama seperti biasa ia beli sebelumnya. 2.2 Dimensi Kemasan Kemasan mengkomunikasikan makna tentang merek melalui lima dimensi kemasan yaitu warna, desain, ukuran dan bentuk kemasan, material fisik atau jenis bahan dan informasi produk pada kemasan (Shimp, 2003). Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal pada para pembeli prospektif, termasuk kualitas, rasa, serta kemampuan produk untuk memuasakan beragam kebutuhan psikologis. Strategi pemanfaatan warna dalam kemasan cukup efektif karena warna mempengaruhi orang secara emosional. Desain merujuk pada pengorganisasian berbagai elemen kemasan. Para desainer kemasan menyertakan beragam elemen bersama-sama dalam satu kemasan untuk membantu mendefinisikan citra merek. Berbagai elemen tersebut termasuk sebagai tambahan bagi warna, bentuk, ukuran dan desain label. Ukuran kemasan. Para produsen menawarkan wadah yang berbeda ukuran untuk memuaskan kebutuhan yang unik dari beragam segmen pasar, mewakili situasi pemanfaatan yang berbeda, 163
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
dan juga memperoleh ruang panjang di gerai-gerai eceran. Bentuk juga membangkitkan berbagai emosi tertentu dan memiliki konotasi spesifik. Suatu bentuk kemasan juga berpengaruh pada penampilan volume kotak kemasan. Material-material kemasan bisa membangkitkan emosi konsumen, khususnya emosi bawah sadar. Berbagai kemasan dikonstruksi dari bahan metal yang menimbulkan perasaan kuat, tahan lama; plastik berkonotasi ringan, bersih dan murah. Informasi produk pada kemasan. Informasi produk bias hadir dalam beberapa bentuk. Dalam satu pengertian, seluruh komponen kemasan sebelumnya (seperti desain dan warna) memberi informasi pada konsumen tentang apa yang tersirat dalam kemasan. Informasi merujuk katakata kunci pada kemasan, informasi pada panel dibagian belakang, bahan-bahan, peringatan, gambar-gambar serta ilustrasi. 2.3 Correspondence Analysis Correspondence Analysis mengukur jarak antara variabel nominal di peta, di mana setiap variabel terkait satu sama lain. Correspondence Analysis juga merupakan multivariat deskriptif analitik data teknik. Correspondence Analysis memiliki beberapa fitur yang membedakannya dari teknik-teknik lain dari analisis data. Fitur penting dari Correspondence Analysis adalah perlakuan multivariat data melalui pertimbangan simultan beberapa variabel kategori. Fitur penting lainnya adalah tampilan grafis dari baris dan kolom poin di biplots, yang dapat membantu dalam mendeteksi hubungan struktural di antara kategori-kategori variabel dan objek (misalnya, kasus). Terakhir, Correspondence Analysis memiliki data persyaratan yang sangat fleksibel. Sebuah keuntungan yang berbeda dari analisis korespondensi lebih dari metode lain yang menghasilkan tampilan grafis bersama adalah bahwa hal itu menghasilkan dua dual display yang baris dan kolom geometri memiliki interpretasi yang sama, analisis dan deteksi memfasilitasi hubungan. Dalam pendekatan multivariat lain untuk representasi data grafis, dualitas ini tidak hadir. 2.4 Regresi Berganda (Multiple Regression) Gujarati (2006) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan dikenakan kepada variabel tergantung. Tujuan menggunakan analisis regresi ialah: Membuat estimasi rata-rata dan nilai variabel tergantung dengan didasarkan pada nilai variabel bebas. Menguji hipotesis karakteristik dependen Untuk meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai variabel bebas diluar jangkaun sampel. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, persamaan regresi dapat dinyatakan tepat atau tidak, setidaknya berdasarkan tiga kriteria ketepatan (goodness of fit): 1. Uji signifikasi individual (statistik t). Ukuran seberapa jauh pengaruh satu variabel independen menjelaskan satu variabel dependen. Apabila hasil uji t-hitung lebih besar dari t-tabel, berarti variabel independen cukup signifikan untuk menjelaskan variabel dependen. 2. Uji signifikasi simultan (statistik F). Ukuran seberapa jauh pengaruh variabel independen dalam model secara bersama-sama menjelaskan satu variabel dependen. Apabila hasil uji F-
164
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.)
hitung lebih besar dari F-tabel, berarti variabel independen cukup signifikan secara simultan dalam model untuk menjelaskan variabel dependen. 3. Koefisien determinasi (R²) merupakan koefisien korelasi (r) yang dikuadratkan. Artinya seberapa besar % keragaman dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen. 3. Pembahasan 3.1 Penentuan Variabel Penelitian Variabel penelitian diturunkan dari variabel laten dimensi kemasan yang diambil dari buku Periklanan Promosi, dengan penulis Terence A.Shimp, agar variabel penelitian yang terbentuk berhubungan langsung dengan topik yang diteliti, yaitu: Warna 1. Penggunaan warna-warna yang menyolok pada kemasan. Bentuk 1. Penggunaan lapisan luar berbahan glossy/mengkilap pada kemasan. 2. Bentuk kemasan yang memudahkan dalam hal penyimpanan setelah penggunaan. 3. Ketersediaan seal (penutup) pada kemasan untuk menjaga kualitas produk dalam penyimpanan setelah penggunaan. 4. Ukuran kemasan yang sesuai dengan isi produk (tidak tercecer saat membuka kemasan) Jenis Bahan 1. Kemudahaan dalam membuka kemasan. 2. Penggunaan bahan kemasan yang terkesan mahal. 3. Penggunaan desain kemasan yang terkesan kuat(tidak mudah rusak). Desain Kemasan 1. Kesesuaian hasil produk (hasil masakan) dengan gambar yang tertera pada kemasan. 2. Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan. Tulisan 1. Kejelasan keterangan bahan-bahan yang digunakan bumbu racik 2. Penggunaan bahasa yang umum pada keterangan komposisi bahan 3. Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan. 4. Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada kemasan. 5. Ketersediaan kode produksi pada kemasan. 6. Ketersediaan resep makanan pada kemasan. 7. Ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan. 8. Ketersediaan keterangan berat bersih produk. 9. Ketersediaan keterangan nama dan alamat perusahaan yang memproduksi. 10. Ketersediaan nomor telepon layanan pelanggan. 11. Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan. 12. Ketersediaan tulisan dan logo yang menyatakan produk halal. 13. Kejelasan cara penyimpanan pada kemasan. 14. Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan memiliki potensi daur ulang. 15. Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan. 16. Kemenarikan bentuk tulisan merek produk. 17. Kemenarikan warna tulisan merek produk. 18. Kejelasan tulisan merek produk.
165
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
3.2 Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner, yaitu kuesioner pendahuluan dan kuesioner penelitian. Kuesioner pendahuluan bertujuan untuk mengukur tingkat kepentingan variabel-variabel kemasan dan mencari pesaing utama dari produk PT. X. Hanya variabel dengan tingkat kepentingan minimal 50% akan digunakan lebih lanjut sebagai variabel dalam kuesioner penelitian. Dengan metode purposive sampling, kuesioner pendahuluan ini disebarkan pada 30 orang ibu rumah tangga dan anak-anak kos yang pernah memasak dengan menggunakan bumbu masak racik di kota Bandung. Dari hasil penyebaran kuesioner pendahuluan didapatkan bahwa pesaing utama produk X adalah Indofood dan Sajiku. Selain itu variabel 11 (penggunaan lapisan luar berbahan glossy/mengkilap pada kemasan) tidak digunakan lebih lanjut sebagai variabel dalam kuesioner penelitian karena memiliki tingkat kepentingan dibawah 50% (46,7%). Kuesioner penelitian Kuesioner penelitian dibagi dalam 3 bagian. Bagian pertama bertujuan untuk mengetahui target pasar dari konsumen yang menggunakan produk bumbu masak racik. Bagian kedua bertujuan untuk mengukur performansi dari produk X dan mengetahui rangking atau posisi persaingan PT. X terhadap dua pesaing utamanya. Dalam menyusun bagian kedua skala yang digunakan untuk menyusun kuesioner ini adalah skala Likert (sangat tidak baik, tidak baik, baik dan sangat baik) dengan jumlah variabel sebanyak 27 variabel. Bagian ketiga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemasan terhadap minat konsumen untuk membeli produk X. Dengan rumus: p(100 - p) * z 2 n d2 50(100- 50) *1.962 96.04 97 10 2 Didapatkan jumlah sampel minimum sebanyak 97 sampel, namun selanjutnya diambil sampel sebanyak 120 untuk menghindari ketidakcukupan data (ada kuesioner yang tidak valid). Dengan metode purposive sampling, kuesioner penelitian dibagikan kepada ibu rumah tangga dan anak-anak kos di kota Bandung yang pernah memasak menggunakan produk bumbu masak racik merk X, Indofood dan Sajiku. Penyebaran dilakukan dengan proporsi yang merata di daerah Bandung Utara, Bandung Selatan, Bandung Barat dan Bandung Timur masing-masing daerah diambil sampel sebanyak 30 orang. 3.3 Pengolahan Hasil Pengumpulan Data Setelah terbukti bahwa data hasil pengumpulan kuesioner penelitian valid (seluruh nilai r > nilai r minimum yaitu 0.1912) dan reliabel (nilai α = 0.8207), maka data dapat diproses lanjut. Dari hasil penyebaran kuesioner penelitian didapatkan bahwa dari 120 orang responden, minat mereka terhadap produk X: Sangat Berminat : 19 orang; Berminat : 78 orang; Tidak Berminat : 23 orang; Sangat Tidak Berminat : 0 orang
166
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.)
Berikut ada penilaian responden terhadap variabel-variabel kemasan produk X: (tabel 1) Tabel 1. Performansi Kemasan Produk X No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Pernyataan ke Kejelasan keterangan bahan-bahan yang digunakan bumbu racik Penggunaan bahasa yang umum pada keterangan komposisi bahan Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada kemasan Ketersediaan kode produksi pada kemasan Ketersediaan resep masakan pada kemasan Ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan Ketersediaan keterangan berat bersih produk Kejelasan keterangan nama dan alamat perusahaan yang memproduksi Kesesuaian hasil produk (hasil masakan) dengan gambar yang tertera pada kemasan Bentuk kemasan yang memudahkan dalam hal penyimpanan setelah penggunaan Ketersediaan seal (penutup) pada kemasan untuk menjaga kualitas produk dalam penyimpanan setelah penggunaan Penggunaan bahan kemasan yang terkesan mahal Penggunaan bahan kemasan yang terkesan kuat (tidak mudah rusak) Kemudahan dalam membuka kemasan Kejelasan cara penyimpanan pada kemasan Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan memiliki potensi daur ulang Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan Ukuran kemasan sesuai dengan isi produk (tidak tercecer saat membuka kemasan) Penggunaan warna-warna yang menyolok pada kemasan Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan Ketersediaan nomor telepon layanan pelanggan Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan Ketersediaan tulisan dan logo yang menyatakan produk halal Kemenarikan bentuk tulisan merek produk Kemenarikan warna tulisan merek produk Kejelasan tulisan merek produk
Keterangan : STB : TB : B : SB :
Jumlah yang terpilih STB TB B SB 2
STB-TB
%
B-SB
%
82
36
2
1.67
118
98.33
86
34
0
0.00
120
100.00
86 79 85 8 100 93
34 41 35 5 20 27
0 0 0 107 0 0
0.00 0.00 0.00 89.17 0.00 0.00
120 120 120 13 120 120
100.00 100.00 100.00 10.83 100.00 100.00
89
31
0
0.00
120
100.00
91
28
1
0.83
119
99.17
109
11
0
0.00
120
100.00
98
14
6
100
83.33
20
16.67
1
94
25
1
0.83
119
99.17
1
97
22
1
0.83
119
99.17
3
97 99
23 18
0 3
0.00 2.50
120 117
100.00 97.50
4
100
12
4
104
86.67
16
13.33
5
93
15
7
98
81.67
22
18.33
105
15
0
0.00
120
100.00
111 98 81 55
9 21 39 65
0 1 0 0
0.00 0.83 0.00 0.00
120 119 120 120
100.00 99.17 100.00 100.00
114
6
0
0.00
120
100.00
104 102 99
14 17 21
2 1 0
1.67 0.83 0.00
118 119 120
98.33 99.17 100.00
1
106
1
2
1
2 1
Sangat Tidak Baik Tidak Baik Baik Sangat Baik
3.3.1 Regresi Berganda Pada penelitian ini yang menjadi variabel X adalah tingkat kepuasan responden terhadap variabelvariabel kemasan dari produk X dan sebagai variabel Y adalah minat beli konsumen. Persamaan regresinya sebagai berikut: Y’ = 0.107 + 0.471X3 – 0.270X4 – 0.479X7 + 0.940X18 + 0.247X21 + 0.280X23
167
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
Persamaan di atas memiliki nilai korelasi (R) sebesar 0.985. Nilai korelasi ini mendekati 1, artinya terdapat hubungan yang kuat antara minat beli konsumen dengan variabel-variabel kemasan yang muncul pada persamaan regresi, yaitu : X3 : Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan X4 : Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada kemasan X7 : Ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan X18 : Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan X21 : Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan X23 : Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan Tanda positif/negatif pada konstanta variabel menunjukkan arah hubungan, dimana koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara variabel dengan minat beli dan sebaliknya koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan bertolak belakang antara variabel dengan minat beli. Hubungan positif terjadi antara variabel X3, X18, X21, X23 dengan minat membeli, artinya semakin tinggi tingkat kepuasan konsumen terhadap kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan, ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan, kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan dan ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan, maka minat membeli konsumen akan produk X akan semakin tinggi. Sebaliknya, hubungan bertolak belakang terjadi antara variabel X4 dan X7 dengan minat membeli, yaitu ketersediaan tanggal kadaluarsa pada kemasan dan ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan. Dengan demikian, untuk meningkatkan minat membeli konsumen akan produk X, PT. X harus berusaha meningkatkan variabel-variabel yang memiliki hubungan positif dan mengurangi variabel yang memiliki hubungan negatif. Tabel 2. Koefisien Persamaan Regresi Berganda
Coefficients
Model 15
Variabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 7 Variabel 9 Variabel 10 Variabel 11 Variabel 15 Variabel 18 Variabel 19 Variabel 21 Variabel 23 Variabel 27
Unstandardized Coefficients B Std. Error -.294 .201 .471 .197 -.270 .142 -.479 .177 .220 .140 .200 .150 .225 .142 -.241 .144 .940 .296 -.230 .182 .247 .142 .280 .111 .189 .144
a,b
Standardized Coefficients Beta -.321 .516 -.302 -.505 .239 .216 .229 -.256 .618 -.239 .261 .332 .200
t -1.462 2.387 -1.909 -2.703 1.573 1.335 1.581 -1.667 3.178 -1.263 1.735 2.530 1.316
Sig. .147 .019 .059 .008 .119 .185 .117 .098 .002 .210 .086 .013 .191
Nilai t hitung pada tabel di atas menunjukkan besar pengaruh variabel kemasan terhadap minat beli konsumen, dengan kriteria pengukuran variabel yang memiliki pengaruh paling kuat adalah variabel yang memiliki nilai t < -2 atau t > +2. 168
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.)
Variabel yang memiliki pengaruh terkuat adalah variabel 18 (ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan), diikuti oleh variabel 7 (ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan), variabel 23 (ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan) dan variabel 3 (Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan). Variabel kemasan yang membentuk persamaan regresi berganda di atas ini mampu menjelaskan 97% dari minat membeli konsumen, sedangkan sisanya sebesar 3% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam model penelitian ini. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai Koefisien Determinasi sebesar 0.970. 3.3.2 Correspondence Analysis Dengan metode Correspondence Analysis, didapatkan peringkat produk X dibandingkan Indofood dan Sajiku, dimana peringkat terbaik adalah peringkat 1. Tabel 3. Peringkat Produk X Dibandingkan Indofood dan Sajiku
No
Pernyataan ke
1 2 3 4 5 6 7 8
Kejelasan keterangan bahan-bahan yang digunakan bumbu racik Penggunaan bahasa yang umum pada keterangan komposisi bahan Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan Ketersediaan tanggal kadaluarsa pada kemasan Ketersediaan kode produksi pada kemasan Ketersediaan resep masakan pada kemasan Ketersediaan saran penyajian produk pada kemasan Ketersediaan keterangan berat bersih produk Kejelasan keterangan nama dan alamat perusahaan yang memproduksi Kesesuaian hasil produk (hasil masakan) dengan gambar yang tertera pada kemasan Bentuk kemasan yang memudahkan dalam hal penyimpanan setelah penggunaan Ketersediaan seal (penutup) pada kemasan untuk menjaga kualitas produk dalam penyimpanan setelah penggunaan Penggunaan bahan kemasan yang terkesan mahal Penggunaan bahan kemasan yang terkesan kuat (tidak mudah rusak) Kemudahan dalam membuka kemasan Kejelasan cara penyimpanan pada kemasan Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan memiliki potensi daur ulang Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan Ukuran kemasan sesuai dengan isi produk (tidak tercecer saat membuka kemasan) Penggunaan warna-warna yang menyolok pada kemasan Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan Ketersediaan nomor telepon layanan pelanggan Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan Ketersediaan tulisan dan logo yang menyatakan produk halal Kemenarikan bentuk tulisan merek produk Kemenarikan warna tulisan merek produk Kejelasan tulisan merek produk
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
169
Peringkat Produk X Indofood 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 1 3
Sajiku 3 3 3 3 3 1 3 2
1
3
2
1
3
2
1
2
3
3
1
2
1 1 1 3
3 2 3 1
2 3 2 2
3
1
2
3
1
2
1
3
2
2 3 1 1 3 3 3 3
3 1 3 3 2 1 1 1
1 2 2 2 1 2 2 2
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
Terdapat 11 variabel yang memiliki peringkat kedua dan ketiga, artinya produk X bukanlah produk yang unggul pada 11 variabel tersebut. Hal tersebut terjadi karena: Tidak tersedianya resep masakan pada kemasan produk X. Tidak adanya seal pada kemasan produk X. Tidak tersedianya keterangan pada kemasan produk X, berkenaan dengan saran untuk penyimpanan produk setelah penggunaan. Tidak tersedia informasi pada kemasan produk X yang menyatakan bahwa bahan kemasan memiliki potensi daur ulang. Tidak tersedia informasi pada kemasan produk X bahwa bahan kemasan ramah lingkungan. Penggunaan warna pada kemasan produk X terlalu kontras dan terkesan kuno. Gambar yang ditampilkan pada kemasan produk X kurang menarik jika dibandingkan dengan gambar yang ditampilkan pada kemasan pesaingnya. Pada kemasan produk X tidak ada tulisan yang menyatakan produk halal hanya tersedia logo. Pada kemasan produk X, merek produk ditulis dengan bentuk tulisan yang sederhana tidak ada gaya penulisan khusus. Warna tulisan merek produk pada kemasan produk X kurang menarik karena perpaduan wana tulisan dan warna latar belakang tulisannya kurang sesuai. Tulisan merek produk pada kemasan produk X sudah cukup jelas hanya saja kurang menarik. 3.3.3 Targeting Berdasarkan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian, didapatkan target pasar berjenis kelamin wanita yaitu sebesar 90.83%, berusia 20-25 tahun (32.5%) dan 26-40 tahun (30.83%), dan golongan ekonomi menengah keatas (range penghasilan konsumen antara Rp 2 juta – Rp 4 juta atau uang saku Rp 500 ribu – Rp 1.5 juta). Bila dibandingkan antara targeting hasil penelitian dengan targeting PT. X saat ini, PT.X hanya perlu memperluas target pasarnya yaitu memperhatikan juga range usia 20-25 tahun. 3.3.4 Positioning Berdasarkan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar PT X memposisikan diri sebagai bumbu masak racik dengan kualitas produk yang baik dengan gizi yang seimbang dan ramah lingkungan. Positioning ini didapatkan dari hasil pengolahan regresi berganda yaitu variabel-variabel yang memiliki pengaruh pada minat beli dan menonjolkan variabel hasil pengolahan Correspondence Analysis yang merupakan keunggulan dari produk PT. X. Dengan memberikan differensiasi yang unik pada kemasan produk X yang berbeda dari pesaingnya hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi kemasan produk X. 3.3.5 Prioritas Berdasarkan Analisis Gabungan Dari berbagai metode pengolahan data yang digunakan, disusun prioritas berdasarkan gabungan hasil metode pengolahan data, agar usulan yang diberikan dapat fokus dan mampu menyelesaikan masalah yang terjadi.
170
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.) Tabel 4. Prioritas Usulan No No var 1
18
2 3 4 5 6
21 3 23 27 15
7
11
8
9
9
2
10
10
11
19
Pernyataan Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan ramah lingkungan Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan Kejelasan tulisan merek produk Kemudahan dalam membuka kemasan Bentuk kemasan yang memudahkan dalam hal penyimpanan setelah penggunaan Kejelasan keterangan nama dan alamat perusahaan yang memproduksi Penggunaan bahasa yang umum pada keterangan komposisi bahan Kesesuaian hasil produk (hasil masakan) dengan gambar yang tertera pada kemasan Ukuran kemasan sesuai dengan isi produk (tidak tercecer saat membuka kemasan)
Regresi
CA Performansi Rangking
Prioritas usulan
Berpengaruh
3
2.200
1
Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh Tidak berpengaruh
3 1 1 3 1
3.167 3.283 3.542 3.175 3.192
2 3 4 5
Tidak berpengaruh
1
3.092
Tidak berpengaruh
1
3.225
Tidak berpengaruh
1
3.283
Tidak berpengaruh
1
3.225
Tidak berpengaruh
1
3.125
Tidak diusulkan karena performansi sudah rangking 1 dan variabel ini tidak berpengaruh
Prioritas usulan diberikan kepada variabel yang berpengaruh pada minat membeli (berdasarkan regresi berganda), kemudian memperhatikan hasil peringkat pada Correspondence Analysis dimana variabel yang memiliki peringkat 3 lebih diutamakan dari pada variabel yang sudah mendapat peringkat 2 atau 1. Jika ada variabel yang memiliki peringkat yang sama maka akan diurutkan dengan melihat nilai tingkat performansi produk X, semakin tinggi nilai rata-rata berarti performansi produk X semakin baik dan sebaliknya, sehingga lebih diprioritaskan variabel dengan nilai rata-rata performansi rendah. Selain variabel-variabel yang muncul pada persamaan regresi masih ada beberapa variabel yang dapat diusulkan berdasarkan metode Correspondence Analysis karena variabel-variabel tersebut masih berada di peringkat 2 atau 3. Tabel 5. Tabel Prioritas Usulan Berdasarkan Metode Correspondence Analysis No No var 1
17
2
6
3
12
4 5 6 7 8
24 25 16 26 20
Pernyataan Peringkat Performansi Prioritas usulan Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan memiliki potensi 3 2.142 6 daur ulang Ketersediaan resep masakan pada kemasan 3 2.150 7 Ketersediaan seal (penutup) pada kemasan untuk menjaga 3 2.225 8 kualitas produk dalam penyimpanan setelah penggunaan Ketersediaan tulisan dan logo yang menyatakan produk halal 3 3.042 9 Kemenarikan bentuk tulisan merek produk 3 3.100 10 Kejelasan cara penyimpanan pada kemasan 3 3.108 11 Kemenarikan warna tulisan merek produk 3 3.133 12 Penggunaan warna-warna yang menyolok pada kemasan 2 3.080 13
Prioritas usulan berdasarkan peringkat Correspondence Analysis diurutkan berdasarkan tingkat performansi produk X, variabel dengan tingkat performansi lebih rendahlah yang lebih diutamakan sebagai usulan. 4. Kesimpulan dan Saran Dari penelitian ini didapatkan bahwa minat konsumen untuk membeli produk bumbu masak racik X cukup tinggi, namun ada beberapa perbaikan yang perlu dilakukan oleh produk X agar mampu lebih bersaing dengan Indofood dan Sajiku.
171
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
Metode pengolahan data yang digunakan untuk mengolah hasil kuesioner penelitian adalah metode Regresi Berganda dan Correspondence Analysis. Berdasarkan hasil pengolahan data, dilengkapi dengan pengukuran performansi produk X, juga targeting dan positioning berdasarkan hasil penelitian, berikut saran yang diberikan kepada produk X: 1. Variabel 18 (Ketersediaan Informasi bahwa kemasan ramah lingkungan). Produk X dapat merubah bahan kemasannya menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan misalnya saja menggunakan kemasan plastik Nanoteknologi. Teknologi nano (nanotechnology) dalam kemasan plastik bisa menjadi teknologi yang sangat ramah lingkungan karena plastik menjadi sangat mudah terurai oleh mikroba yang ada dalam tanah. PT. X dapat menuliskan informasi bahan ramah lingkungan pada kemasan produknya sehingga dapat menarik minat konsumen, mengingat pada masa sekarang ini banyak orang yang memikirkan tentang global warming dan mulai peduli pada kelestarian lingkungannya. Hal ini terlihat dari mulai banyaknya aktivitas-aktivitas yang bertemakan go green dan pemakaian produk-produk yang ramah lingkungan. 2. Variabel 21 (Kemenarikan gambar yang tertera pada kemasan). Produk X dapat merubah kemasannya dengan menampilkan gambar yang lebih menarik lagi pada kemasan karena saat ini gambar yang ditampilkan kurang menarik jika dibandingkan dengan gambar yang ditampilkan pada kemasan produk pesaingnya, misalnya dengan menambahkan gambar daging ayam atau dengan mengganti warna gambarnya dengan warna yang lebih natural agar lebih terlihat nyata. Gambar yang menarik akan dapat membuat konsumen dalam hal ini ibu rumah tangga dan anak kos untuk tertarik membeli produk ini. 3. Variabel 3 (Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan). Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan pada kemasan produk X sudah baik hanya saja perlu diperjelas lagi misalnya saja menambahkan banyak gram untuk nasi dan lamanya waktu dalam memasak. Kejelasan cara penggunaan yang ditulis pada kemasan akan memudahkan ibu rumah tangga atau anak kos yang akan memasak menggunakan produk X ini. 4. Variabel 23 (Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan). Ketersediaan informasi kadar gizi pada kemasan produk X sudah baik hanya saja perlu ditingkatkan dan lebih ditonjolkan karena kadar gizi merupakan keunggulan yang dimiliki oleh kemasan produk X. Kemasan produk-produk bumbu masak racik dari pesaing tidak mencantumkan nilai kadar gizi. Berhubungan dengan target pasarnya yang adalah wanita mungkin dalam hal kadar gizi dapat dituliskan bahwa produk bumbu masak racik ini rendah lemak agar lebih menarik bagi konsumen. Kebanyakan wanita memikirkan penampilan dan menjaga bentuk tubuhnya agar tidak gemuk sehingga wanita lebih senang menkonsumsi makanan yang rendah lemak. Oleh karena itu hal ini menjadi nilai tambah untuk produk X dan menjadikannya unggul dari pesaing-pesaingnya. 5. Variabel 27 (Kejelasan tulisan merek produk). Tulisan merek produk pada kemasan produk bumbu masak racik X sudah cukup jelas hanya saja ukuran hurufnya perlu diperbesar agar lebih jelas, karena ukuran tulisannya masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan kemasannya yang berukuran besar. 6. Variabel 17 (Ketersediaan informasi bahwa bahan kemasan memiliki potensi daur ulang). PT. X dapat menggunakan bahan kemasan yang ramah lingkungan sehingga sampah kemasannya dapat lebih bermanfaaat dan tidak mencemari lingkungan. Terlebih lagi mengingat pada masa sekarang ini banyak orang yang memikirkan tentang global warming dan mulai peduli pada kelestarian lingkungannya. 7. Variabel 6 (Ketersediaan resep masakan). PT. X dapat menambahkan resep masakan pada kemasan produknya untuk menjadi nilai tambah dari kemasan produknya, misalnya jika kemasan produk untuk bumbu masak racik nasi goreng maka tersedia resep masakan untuk membuat variasi nasi gorengnya. Dengan tersedianya resep masakan pada kemasan produk bumbu masak racik X diharapkan akan dapat menarik minat ibu rumah tangga atau anak kos dalam pembelian produk.
172
ANALISIS FAKTOR KEMASAN BUMBU MASAK RACIK (Yulianti, et al.)
8. Variabel 12 (Ketersediaan seal /penutup pada kemasan untuk menjaga kualitas produk dalam penyimpanan setelah penggunaan). Berkaitan dengan target pasanya yaitu pelajar atau mahasiswi, kebanyakan pelajar atau mahasiswi terutama yang tinggal dalam rumah kos ketika memasak mereka akan memasak dalam porsi kecil, sehingga satu kemasan bumbu masak racik biasanya tidak habis dalam satu kali penggunaan sehingga diperlukan penutup agar sisa penggunaan produknya dapat tersimpan dengan lebih baik dan terjaga kualitasnya. PT. X dapat memberikan seal (penutup) pada kemasan produk dalamnya agar kualitas produk dapat tetap terjaga dan lebih memudahkan konsumen dalam hal penyimpanan produk setelah penggunaan. 9. Variabel 24 (Ketersediaan tulisan dan logo yang menyatakan produk halal). PT. X dapat mencantumkan tulisan yang menyatakan produk halal pada kemasan produknya dan memberikan logo halal yang lebih dikenal oleh masyarakat, apalagi di negara Indonesia mayoritas warga negaranya beragama islam. Dengan adanya tulisan dan logo yang menyatakan produk halal yang dikenal oleh masyarakat hal itu akan lebih menarik minat masyarakat dan membuat konsumen lebih merasa aman dalam menggunakan produk X. 10. Variabel 25 (Kemenarikan bentuk tulisan merek produk). Pada kemasan produk X tulisan merek produk ditulis dengan bentuk tulisan yang sederhana dan tidak memiliki gaya penulisan khusus. PT. X dapat merubahnya untuk memberikan ciri khas dan memudahkan konsumen untuk lebih mengingat merek produk dari PT. X. 11. Variabel 16 (Kejelasan cara penyimpanan pada kemasan). PT. X dapat menambahkan keterangan cara penyimpanan pada kemasan produknya karena tidak semua konsumen memakai habis produk dalam sekali penggunaan. Berkaitan dengan target pasanya yaitu pelajar atau mahasiswi, kebanyakan pelajar atau mahasiswi terutama yang tinggal dalam rumah kos ketika memasak mereka akan memasak dalam porsi kecil, sehingga satu kemasan bumbu masak racik biasanya tidak habis dalam satu kali penggunaan. Oleh karena itu dibutuhkan kejelasan cara penyimpanan dalam kemasan agar dapat menyimpan dengan baik dan kualitas produk dapat tetap terjaga. 12. Variabel 26 (Kemenarikan warna tulisan merek produk). Warna tulisan merek produk pada kemasan produk X kurang menarik karena warnanya terlalu kontras dengan warna dasarnya. PT. X dapat menggantinya dengan warna-warna yang lebih cerah dan lebih menyesuaikan lagi kombinasi antara warna tulisan merek dengan warnya dasarnya. Dengan penggunaan warna-warna yang menarik pada warna tulisan merek kemasan produk bumbu masak racik X diharapkan akan dapat menarik minat masyarakat dalam pembelian produk. 13. Variabel 20 (Penggunaan warna-warna yang menyolok pada kemasan). Warna memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan banyak hal pada para pembeli prospektif, termasuk kualitas, rasa, serta kemampuan produk untuk memuasakan beragam kebutuhan psikologis. Strategi pemanfaatan warna dalam kemasan cukup efektif karena warna mempengaruhi orang secara emosional. Dengan penggunaan warna-warna yang menarik pada kemasan produk bumbu masak racik X diharapkan akan dapat menarik minat ibu rumah tangga atau anak kos dalam pembelian produk selain itu penggunaan yang bernuansa alam misalnya saja warna hijau akan dapat lebih mendukung positioning yang ada dalam menunjukan kemasan produk yang ramah lingkungan. 5. Daftar Pustaka Ariestonandri, Prima (2006), “Marketing Research For Beginner”, Penerbit CV. Andi Offset, Yogyakarta. Kotler, Philip., Keller, Kevin Lane (2007), ”Manajemen Pemasaran”, Penerbit PT. Indeks, Jakarta. Machfoedz, Mahmud (2010), ”Komunikasi Pemasaran Moderen”, Penerbit Cakra Ilmu, Yogyakarta.
173
JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: 161-174
Priyatno, Duwi (2010), “Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS”, Penerbit Mediakom, Jakarta. Shimp, Terence A. (2003), ”Periklanan Promosi”, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sugiyono, DR.(2006), “Metode Penelitian Administrasi”, Penerbit Alfabeta, Bandung.
174