ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELI KONSUMEN DALAM MEMILIH JASA PERHOTELAN (Studi kasus pada Hotel GRASIA Semarang) KARTIKA MANDASARI (C2A606057) HARRY SOESANTO, MMR ABSTRACT Hotel is the kind of industries that produce and provide something in the form of goods and services. Thus the hotel does not only sell intangible products such as forms of services, entertainments, the comfortable, clean and easy atmosphere or environment. In order to maintain its existence, the hotel requires a good management and changes in consumer demand so as to survive and compete with other hotels. Environmental influences, individual influences and factors inherent in the hotel are intimately associated with the consumer in taking consumer interests to stay, especially those related to quality of service factors, price preciption, location and facilities. Based on the research that has been done, it is known that the most influence factors upon the buying interest is the location, this is evidenced by the value of the largest standardized coefficient, namely 0.337. This condition occurs because the location is a destination, whether a hotel near the places of other activities. The location has a positive and significant impact on purchase interest for choosing Grasia hotel services with a value of 0.001 <0.05. The facility has a positive and significant impact on consumer buying interest in select Grasia hotels service with a value of 0.008 <0.05. Price has a positive and significant impact on consumer buying interest in select Grasia hotels service with a value of 0.017 <0.05. Service quality has a positive and significant impact on consumer’s buying interest in select Grasia hotels service with a value of 0.041 <0.05. Keywords: Price perception, Facilities, Location, Quality of Service and Buying Interest
PENDAHULUAN Pariwisata kini sudah merupakan suatu komoditas yang dibutuhkan oleh hampir setiap individu. Karena dengan melaksanakan aktivitas kepariwisataan dapat meningkatkan daya kreativitas, mengurangi kejenuhan kerja, membuka wawasan mengenai suatu budaya, relaksasi, mengetahui peninggalan yang berhubungan dari suatu bangsa, serta melakukan bisnis (Wiyasa, 1997). Selain itu, pariwisata sangat berpengaruh terhadap penerimaan negara melalui devisa dan pajak, di samping itu juga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan penduduk setempat (Widoyono, 2006). Industri pariwisata di Indonesia didukung oleh potensi pariwisata. Objek pariwisata yang sangat beragam menyerap banyak wisatawan domestik maupun wisatawan asing untuk mengunjunginya. Semakin meningkatnya kunjungan wisata di Indonesia harus juga diimbangi dengan peningkatan sarana-sarana penunjang yang penting yang merupakan bagian yang penting dari bidang pariwisata tersebut yaitu industri jasa perhotelan. Hotel adalah sejenis akomodasi, yang menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa-jasa lainnya untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu, dan dikelola secara komersial atau memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Hotel merupakan jenis industri
yang menghasilkan dan
menyediakan sesuatu dalam bentuk barang dan jasa. Dengan demikian hotel tidak hanya menjual produk yang berwujud tetapi juga menjual produk yang tidak berwujud seperti dalam bentuk pelayanan, hiburan, suasana atau lingkungan yang nyaman, bersih dan indah (Dimyati, 1989). Pada saat ini di Semarang, terdapat banyak hotel yang menawarkan kamar beserta fasilitas yang menarik para wisatawan. Hotel Grasia merupakan salah satu hotel yang ada di Semarang. Hotel Grasia merupakan salah satu hotel berbintang tiga yang berada di Semarang, yang terletak di Jl. Letjen S. Parman No. 29 Semarang. Harga setiap kamar berbeda, hal ini dikarenakan oleh kelengkapan fasilitas yang dimiliki tiap kamar berbeda. Permasalahan yang menyebabkan penurunan tingkat hunian kamar ini kemungkinan karena adanya pesaing. Terlihat dari semakin banyaknya pertumbuhan hotel-hotel yang memiliki konsep sejenis ataupun berbeda di Semarang, seperti Hotel Ibis, Hotel Horison, Hotel Santika, Hotel Pandanaran, Hotel Patra Jasa, dan lain-lain.
TINJAUAN PUSTAKA Definisi pemasaran menurut Kotler (2005) : “Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses suatu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain”.Sedangkan menurut Stanton (1993) : “Pemasaran ialah suatu sistem keseluruhan dari kegiatankegiatan
bisnis
yang
ditujukan
untuk
merencanakan,
menentukan
harga,
mempromosikan serta mendistribusikan barang dan jasa agar dapat memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun kepada pembeli potensial”. Konsep Pemasaran Perusahaan yang sudah mengenal bahwa pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses usahanya, akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru yang terlibat di dalamnya yaitu konsep pemasaran. Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan (Swastha, 1994). Menurut Handoko (1994) tiga unsur pokok dalam konsep pemasaran yaitu : a. Orientasi pada konsumen Perusahaan yang benar-benar memperhatikan konsumen haruslah : 1. Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi. 2. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran penjualan. 3. Menentukan produk dan program pemasaran. 4. Mengadakan penelitian konsumen untuk mengukur, menilai, dan menafsir keinginan, sikap serta perilaku mereka. 5. Menentukan
dan
melaksanakan
strategi
yang
paling
baik,
apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang menarik. b. Penyusunan kegiatan pemasaran yang integral Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut terlibat dalam suatu usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen, sehingga tujuan perusahaan dapat terealisir. Selain itu harus
terdapat penyesuaian dan koordinasi antara produk, maupun harga untuk menciptakan hubungan yang kuat dengan konsumen. c. Kepuasan konsumen Faktor yang menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang akan mendapatkan laba adalah besar kecilnya kepuasan konsumen dapat terpenuhi. Ini tidak berarti perusahaan harus berusaha memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan pada konsumen.
Minat beli Menurut Kinnear dan Taylor, 2003 dalam Sukmawati, 1994, yaitu merupakan bagian
dari
komponen
perilaku
konsumen
dalam
sikap
mengkonsumsi,
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam minat beli adalah sebagai berikut: 1. Ketertarikan (interest) yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian dan perasaan senang. 2. Keinginan (desire) ditunjukkan dengan adanya dorongan untuk ingin memiliki. 3. Keyakinan (conviction) ditunjukkan dengan adanya perasaan percaya diri individu terhadap kualitas, daya guna dan keuntungan dari produk yang akan dibeli. Aspek perhatian tidak digunakan karena masih berupa perhatian belum bisa dikatakan sebagai minat, karena tidak adanya dorongan untuk memiliki. Tidak digunakannya keputusan dan perbuatan adalah sah bukan merupakan minat lagi namun adalah menimbulkan reaksi lebih lanjut yaitu keputusan membeli.
Kualitas Pelayanan Saat ini semua industri yang bergerak di bidang jasa harus memperhatikan segi pelayanan mereka. Pelayanan yang baik merupakan salah satu syarat kesuksesan perusahaan jasa. Kualitas pelayanan dipandang sebagai salah satu komponen yang perlu diwujudkan oleh perusahaan karena memiliki pengaruh untuk mendatangkan konsumen baru dan dapat mengurangi kemungkinan pelanggan lama untuk berpindah
ke perusahaan lain. Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atas keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh (Zeithaml et al 1996). Pelayanan adalah segala sikap, perilaku, dan perbuatan yang secara sengaja dilakukan oleh pihak perusahaan kepada konsumen atau pelanggan dalam usahanya memenuhi kebutuhan tamu selama tinggal di hotel (Dimyati, 1989). Menurut Zeitham et. Al (1996) ada lima dimensi dalam menentukan kualitas pelayanan yaitu : a. Tangible (bukti langsung) Merupakan bukti bentuk fisik yang menunjang penyampaian pelayanan kepada konsumen. Dimensi ini meliputi bentuk fisik gedung dan ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi dan penampilan karyawan. b. Reliability (keandalan) Kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. c. Responsivencess (daya tanggap) Merupakan respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan penanganan kebutuhan pelanggan. d. Assurance (jaminan) Yaitu kemampuan para karyawan untuk menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap perusahaan, berupa : 1. Competence (kompetensi) Artinya setiap orang dalam perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang berhubungan dengan kebutuhan konsumen. 2. Courtesy (kesopanan) Dapat meliputi sikap sopan santun, perhatian, dan keramahtamahan yang dimiliki para contact personnel. 3. Credibility (kredibilitas) Yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya, yang mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi (contact personnel) serta interaksi dengan konsumen.
e. Emphaty (empati) Merupakan perhatian yang tulus yang diberikan kepada para konsumen seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan usaha perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggan. Kualitas pelayanan merupakan senjata yang ampuh dalam keunggulan perusahaan, terutama perusahaan jasa. Oleh karena itu pelayanan yang berkualitas harus diberikan secara terus menerus agar perusahaan menjadi kuat dalam bersaing dengan perusahaan lain yang memberikan jasa sejenis. Dari uraian tersebut dijelaskan mengenai dimensi pada kualitas pelayanan yang dapat mencerminkan adanya hubungan kasual dengan minat beli. H1
:
Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
Persepsi Harga Menurut Tjiptono (2001), harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang lainnya ditetapkan oleh pembeli atau penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Sedangkan Kotler (2005) menyatakan bahwa harga adalah salah satu bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan, ciri-ciri produk, saluran distribusi bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk dan mereknya. Sedangkan salah satu tujuan penetapan harga adalah tujuan yang berorientasi pada citra (Tjiptono, 2001). Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan citra prestisius. Dalam tujuan berorientasi pada citra, perusahaan berusaha menghindari persaingan dengan jalan melakukan differensiasi produk atau dengan jalan melayani segmen pasar khusus. Dan hal ini paling banyak terjadi pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk yang
termasuk kategori special goods maupun produk yang membutuhkan keterlibatan tinggi dalam proses pembelian. H2 : Persepsi harga berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
Lokasi Lupiyoadi (2001) menyatakan lokasi berarti berhubungan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Dalam hal ini ada tiga jenis interaksi yang mempengaruhi lokasi, yaitu : 1. Konsumen mendatangi pemberi jasa Apabila keadaannya seperti ini maka lokasi menjadi sangat penting. Perusahaan sebaiknya memilih tempat dekat dengan konsumen sehingga mudah dijangkau, dengan kata lain harus strategis. 2. Pemberi jasa mendatangi konsumen Dalam hal ini lokasi tidak terlalu penting tetapi yang harus diperhatikan adalah penyampaian jasa tetap berkualitas. 3. Pemberi jasa dan konsumen tidak bertemu secara langsung Berarti penyedia jasa dan konsumen berinteraksi melalui sarana tertentu seperti telepon, komputer, ataupun surat. Dalam hal ini lokasi menjadi sangat tidak penting selama komunikasi antara kedua belah pihak dapat terlaksana. Sedangkan menurut Handoko (1984) alasan pemilihan lokasi adalah lingkungan masyarakat berada, kedekatan dengan pasar, ketersediaan tenaga kerja, kedekatan lainnya. Hal ini mempunyai relevansi khusus terhadap jasa karena sering kali jasa tidak dapat disimpan serta akan dihasilkan dan dikonsumsi pada saat yang sama. “Tempat” juga mempunyai arti penting karena lingkungan di mana jasa disampaikan, dan bagaimana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat jasa yang dipersepsikan. Para pemasar jasa harus berupaya mengembangkan pendekatan-pendekatan
penyampaian
jasa
yang
sesuai,
yang
menghasilkan
keunggulan kompetitif. H3
:
Lokasi berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
Fasilitas Fasilitas adalah penyediaan perlengkapan-perlengkapan fisik untuk memberi kemudahan kepada konsumen untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas sehingga kebutuhan konsumen dapat dipenuhi (Sulastyono, 1999). Tugas pokok dari fasilitas adalah untuk melindungi operasi-operasi (Swastha, 1994). Menurut Tjiptono (2006) desain dan tata letak fasilitas jasa erat
dengan
pembentukan persepsi langganan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam desain fasilitas jasa adalah sebagai berikut : 1. Sifat dan tujuan organisasi 2. Ketersediaan tanah dan kebutuhan akan ruang atau tempat 3. Fleksibilitas 4. Faktor estetis 5. Masyarakat dan lingkungan sekitar 6. Biaya kontruksi dan operasi H4 :
Fasilitas berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen.
Pengertian Hotel Menurut Dimyati (1989), ada beberapa unsur pokok yang terkandung dalam pengertian hotel sebagai suatu akomodasi komersial, yaitu : a. Hotel adalah suatu bangunan, lembaga, perusahaan, atau badan usaha akomodasi. b. Menyediakan fasilitas pelayanan (jasa) penginapan, makan dan minum, serta jasajasa lainnya. c. Fasilitas dan pelayanan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum (termasuk di dalamnya tourist dan/ traveler). d. Yang tinggal di tempat tersebut hanya untuk sementara waktu. e. Akomodasi itu dikelola secara komersial. Jadi, hotel adalah sejenis akomodasi, yang menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makan dan minum, serta jasa-jasa lainnya untuk umum yang tinggal untuk sementara waktu, dan dikelola secara komersial. Hotel banyak macam dan ragamnya, oleh sebab itu untuk memberikan informasi kepada tamu yang akan menginap di hotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing jenis dan tipe hotel, maka hotel perlu dikelompokkan atau digolongkan. Berdasarkan kriteria tersebut, hotel-hotel di Indonesia di golongkan ke dalam lima kelas hotel, yaitu :
a.
Hotel Bintang 1 (*)
b. Hotel Bintang 2 (**) c. Hotel Bintang 3 (***) d. Hotel Bintang 4 (****) e. Hotel Bintang 5 (*****)
Penellitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penelitian ini antara lain, penelitian yang dilakukan oleh Dwifebri (2006). Variabel bebas yang digunakan adalah strategi diferensiasi, promosi, dan kualitas pelayanan dalam meningkatkan minat beli yang mengambil sampel di Patra Semarang Convention Hotel. Penelitian ini menggunakan sampel 100 responden dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa variabel bebas (strategi diferensiasi, promosi, dan kualitas pelayanan) secara bersama-sama dan signifikan mempengaruhi minat beli. Hasil analisis kuantitatif menghasilkan persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = 0,356X1 + 0,266 X2 + 0,478 X3 + ε Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa variabel bebas yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas pelayanan dengan koefisien 0,478, diikuti oleh variabel diferensiasi dengan koefisien 0,356 dan variabel promosi dengan koefisien 0,266. Penelitian mengenai minat beli juga dilakukan oleh Yuliadi (2006). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas, harga, keunikan produk, dan layanan purna jual. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 94 responden pelanggan sepeda motor Kawasaki Ninja. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah digunakan adalah analalisis regresi. Dari hasil analisis uji t diperoleh bahwa semua variabel, t hitungnya lebih besar dari t tabel yaitu X1 = 2,023, X2 = 4,177, X3 = 3,632, X4 = 2,530 lebih besar dari 1,662 dan signifikasi semua variabel dibawah taraf signifikasi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima. Jadi, faktor kualitas, harga, keunikan produk, dan layanan purna jual berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Penelitian lain mengenai minat beli juga dilakukan oleh Natalia (2008). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelayanan, fasilitas, dan promosi yang mengambil sampel di Hotel Siliwangi Semarang. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah 97 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : nilai Koefisien Determinasi dalam Adjusted R Square adalah sebesar 0,539, yang artinya 53,9 % variasi dari minat beli (Y) dapat dijelaskan oleh variabel pelayanan (X1), fasilitas (X2), dan promosi (X3), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Hasil uji statistik F menunjukkan bahwa variabel pelayanan, fasilitas, dan promosi secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen.
METODE PENELITIAN Berkaitan dengan penelitian ini, maka variabel dependen dan independen diuraikan sebagi berikut : 1. Variabel Dependen, yaitu : Y : Minat Beli 2. Variabel Independen, yaitu ; X1 : Kualitas Pelayanan X2 : Persepsi Harga X3 : Fasilitas X4 : Lokasi
Definisi Operasional Sementara definisi operasional adalah definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kejelasan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (Sugiyono, 2004). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu : a. Kualitas pelayanan Indikator dari variabel ini adalah (Dwifebri, 2006) : 1. Kenyamanan dan kebersihan hotel 2. Keramahan petugas dalam memberikan pelayanan 3. Respon karyawan dalam menangani komplain 4. Kemampuan dalam memberikan pelayanan b. Persepsi Harga Indikator dari variabel ini adalah (Yuliadi,2006) : 1. Persepsi harga yang terjangkau 2. Persepsi harga sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan 3. Persepsi harga mempengaruhi dalam memilih jasa hotel c. Lokasi Indikator dari variabel ini adalah (Tjiptono, 2006): 1. Kelancaran arus lalu lintas 2. Dekat dengan fasilitas umum 3. Mudah untuk dijangkau
d. Fasilitas Indikator dari variabel ini adalah (Natalia, 2008) : 1. Ruang kamar hotel yang nyaman dan bersih 2. Fasilitas ruang tunggu 3. Tempat parkir yang memadai 4. Kelengkapan fasilitas dalam dukungan aktivitas e. Minat beli Indikator dari variabel ini adalah (Dwifebri, 2006) : 1. Ketertarikan 2. Keinginan 3. Keyakinan Kelima variabel tersebut terdiri dari 17 item kuesioner dan masing-masing item akan diukur dengan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi responden terhadap sesuatu, misal setuju – tidak setuju, senang – tidak senang, dan baik – tidak baik (Singarimbun, 1995). Dalam penelitian ini jawaban responden diberi skor menurut skala Likert sebagai berikut : Skor 5 diberikan untuk jawaban sangat setuju Skor 4 diberikan untuk jawaban setuju Skor 3 diberikan untuk jawaban kurang setuju Skor 2 diberikan untuk jawaban tidak setuju Skor 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak setuju
Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi dari penelitian ini adalah semua orang yang pernah berkunjung ke Grasia Hotel Semarang. Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu
populasi dan diteliti secara rinci (Tjiptono, 2004). Pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada. Metode Penentuan Sampel Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling, yaitu metode sampling yang tidak memberi kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004). Sedangkan jenis non probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling, yaitu teknik sampling berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Dalam penelitian ini pelanggan dipilih sebagai responden adalah pelanggan yang sedang berkunjung dan pelanggan yang pernah berkunjung ke Hotel Grasia Semarang. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 100 orang responden dengan penentuan sampel menurut Widiyanto (2008). Pada penelitian ini populasi yang diambil berukuran besar dan jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Dalam penentuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak diketahui maka menurut Widiyanto (2008) digunakan rumus :
Z 4 1,96 4 0,1 96,04 Keterangan : n
=
jumlah sampel
Z
=
nilai Z dengan tingkat keyakinan yang dibutuhkan penentuan sampel persen. Pada α = 5 %, Z = 1,96.
Moe
=
margin of error atau kesalahan maksimum yang bisa ditoleransi, biasanya 10 %.
Untuk memudahkan penelitian maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 100 orang. Jumlah responden sebanyak 100 orang tersebut dianggap sudah representatif karena sudah lebih besar dari batas minimal sampel.
PEMBAHASAN
Gambaran Umum Hotel Grasia Semarang Hotel Grasia merupakan pengembangan dari Hotel Muria yang sudah berdiri sejak tahun 1985 yang berlokasi di jalan Dr. Cipto Semarang pada mulanya hotel tersebut adalah Hotel Melati yang waktu itu hunian kamar rata-rata mencapai 90% dan dengan perkembangannya pada tahun 1991 Hotel Muria menjadi Hotel Bintang. Dan akhirnya pada bulan Februari 1994 dimulai pembangunan Hotel Grasia yang pelaksanaan pembangunan dikerjakan sendiri. Nama lengkapnya adalah PT. Hotel Grasia Mulia Putra. Pembangunan tersebut membutuhkan waktu lebih kurang 11 bulan yang tepatnya pada tanggal 20 Desember 1994 Hotel Grasia “Soft Opening” dengan jumlah kamar 46 kamar, dan 2 convention hall. Nama Grasia sebenarnya diambil dari kepanjangan Graha Saubari dan Putra yang artinya bahwa kepemilikan saham Hotel Grasia adalah Bapak H. Saubari, SH dan Putra-Putri. Sebagai Hotel yang berbadan usaha swasta karena berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang bergerak dalam bidang jasa, dengan Legal Entity Hotel Grasia sebagai berikut : 1. Akte Pendirian
:
Nomor 48 tanggal 25 April 1994 Notaris Lennie Hardjatno Loebis, SH
2. NPWP
:
01-595-163-5-508-000
IMB
:
No. 664.2/1034/1993, tanggal 5 Desember 1993
4. TDP
:
No. 11011602927, tanggal 22 Desember 1995
5. ITUH
:
No. 45/ITUH/DIR/III/1995, tanggal 30 Maret
3.
1995 6. HO 7. Penggolongan Kelas
: :
No. 556.2/207/Tahun 1999, tanggal 21 Juli 1999 No.Kep-81/PPHK/DIRJEN/V/1996 Golongan Kelas Hotel Bintang 2 ( dua )
Untuk Dewan Direksi dan Dewan Komisaris adalah sebagai berikut : Direktur Utama
:
Ir. Heru Ismawan, MM
Direktur
:
Lies Budiarti, SE
Komisaris Utama
:
Erna Yuniarti, SH
Komisaris
:
Farida Purwaningsih
Dalam perkembangan Hotel Grasia sampai sekarang, sesuai dengan No. 108/BPPPHRI.XV/03/2008 tanggal 28 Maret 2008 mengenai keputusan tim penilai klasifikasi hotel menyatakan bahwa Hotel Grasia menjadi Golongan Kelas Hotel Bintang 3 ( tiga ). Lokasi Perusahaan Hotel Grasia Semarang menempati lokasi di Jl. S. Parman No. 29 Semarang. Pemilihan lokasi tersebut merupakan tempat yang strategis di tepi jalan raya dan terletak di dataran tinggi Gajah Mungkur dengan latar belakang panorama pelabuhan kota Semarang dan gunung Ungaran. Disamping tempat yang strategis, terletak di kawasan elite, bebas banjir, dekat dengan pusat kota tetapi tidak lupa mengindahkan unsur ketenangan, jauh dari kebisingan kota tetapi mudah dijangkau dari berbagai sudut kota dari berbagai sudut kota dengan sarana transportasi seperti terminal, stasiun kereta api dan bandara sehingga dapat memudahkan dan mempercepat bagi para tamu untuk mencapai lokasi hotel.
Struktur Organisasi General Manager
Resident Manager
Marketing and Public Relations
Accounting Manager
General Cashier
Front Office Supervisor
Food and Beverage Manager
House Keeping Manager
HRD
Front Office Supervisor
Food and Beverage Supervisor
Asisten House Keeping
Security
Receptionist
Cook
Room Boy Supervisor
Waiter / Waiters
Room Boy
Information Clerk Cashier Operator Reservation Clerk Bellboy Dispatcer Sumber : Hotel Grasia, 2011
House Man
Analisis Data Analisis Data Deskriptif Dalam penelitian ini, analisis kualitatif berfungsi untuk menganalisis tanggapan konsumen terhadap faktor-faktor kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi, fasilitas yang mempengaruhi minat beli Hotel Grasia Semarang. Berdasarkan hasil tanggapan dari 100 orang responden tentang pengaruh kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi dan fasilitas terhadap minat beli, maka peneliti akan menguraikan secara rinci jawaban responden yang dikelompokan dalam satu kategori skor dengan menggunakan rentang skala.
Menurut Umar (1996),
perhitungan skor tiap item pertanyaan adalah sebagai berikut : Skor item 5 pertanyaan n (m-1) RS = m Keterangan : RS =
Rentang skala
n
=
jumlah sampel
m
=
jumlah jawaban tiap item
langkah/prosesnya yaitu : 100 (5-1) RS = 5 RS = 80 Skor terendah = 100 (skor terendah = 1, jumlah responden = 100) Skor tertinggi = 500 (skor tertinggi= 5, jumlah responden = 100) Keterangan katagori : a.
100 – 180
: kategori sangat tidak setuju
b.
181 – 260
: kategori tidak setuju
c.
261 – 340
: kategori kurang setuju
d.
341 – 420
: kategori setuju
e.
421 - 500
: kategori sangat setuju
Analisis Data Kuantitatif Uji Validitas Pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, maka kuesioner yang disusun harus diukur validitasnya. Validitas keterkaitan item pertanyaan dalam satu variabel. Untuk menguji valid dan tidaknya pertanyaan yang akan diajukan dengan membandingkan nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel -
Item valid bila r hitung > r tabel (0,195)
-
Item tidak valid bila r hitung < r tabel (0,195)
Tabel Validitas Variabel
No. Item
r tabel
r hitung
Keterangan
0,195
0,955
Valid
Pertanyaan Kualitas
1.
pelayanan
2.
0,912
Valid
3.
0,946
Valid
4.
0,973
Valid
0,959
Valid
2.
0,951
Valid
3.
0,950
Valid
0,914
Valid
2.
0,929
Valid
3.
0,905
Valid
0,939
Valid
2.
0,953
Valid
3.
0,925
Valid
4.
0,976
Valid
0,860
Valid
2.
0,897
Valid
3.
0,867
Valid
Persepsi Harga
Lokasi
1.
1.
Fasilitas
1.
Minat beli
1.
0,195
0,195
0,195
0,195
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui r hitung dari semua variabel (kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi, fasilitas dan minat beli) dalam semua
item pertanyan adalah valid karena r
hasil
> dari r
tabel
(0,195). Dengan demikian
dapat dikatakan semua item pertanyaan adalah valid. Dan dapat dilakukan langkah selanjutnya Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang sama dan hasilnya relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain reliabilitasnya menunjukkan konsistensi. Hasil pengolahan dengan SPSS, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel Reliabilitas Variabel
Cronbach Alpha
Keterangan
Kualitas Pelayanan
0,962
Reliabel
Persepsi Harga
0,949
Reliabel
Lokasi
0,903
Reliabel
Fasilitas
0,963
Reliabel
Minat beli
0,842
Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Pengukuran yang digunakan adalah dengan menggunakan alpha cronbach, yaitu apabila alpha cronbach lebih besar dari 0,6 atau 60 %, maka item pertanyaan tersebut adalah reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 13, maka dapat diketahui bahwa variabel kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi, fasilitas dan minat beli adalah reliabel, karena lebih besar dari 0,6 atau 60 %.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Untuk menentukan normal tidaknya data pada variabel dependen dilakukan dengan melihat grafik plot normal. Apabila data distribusi normal, maka penyebaran plot akan berada disepanjang garis 45 o. Dari grafik plot normal (lampiran) dapat diketahui bahwa penyebaran plot berada di sepanjang garis 45
o
sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal. Keterangan diatas dapat digambarkan sebagai berikut :
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: minat beli konsumen dalam memilih jasa 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Uji Multikolinearitas Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier menurut perhitungan yang dilakukan dengan program SPSS 13 dapat diketahui dengan berpedoman bahwa nilai VIF < 10 dan Tolerance > 0,1. Mengacu pada kedua pendapat di atas maka berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh nilai : Tabel 4.9 Multikolinearitas Coefficientsa
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance .255
VIF 3.918
persepsi harga
.269
3.716
lokasi
.200
5.002
fasilitas
.263
3.798
kualitas pelayanan
a. Dependent Variable: minat beli konsumen dalam memilih jasa
Berdasarkan hasil tersebut maka variabel kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi, fasilitas dalam model regresi di atas tidak terjadi hubungan yang sempurna antar variabel (multikolinearitas) karena VIF < 10 dan Tolerance > 0,1. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik. Scatterplot
Dependent Variable: minat beli konsumen dalam memilih jasa
Regression Standardized Predicted Value
2
1
0
-1
-2 -4
-2
0
2
4
Regression Studentized Residual
Dari grafik di atas, terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu y. Dari pengamatan pada grafik di atas maka disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas atau tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas dalam penelitian ini memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya. Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik manual dan pengolahan data dengan SPSS 13 . Nilai hasil perhitungan adalah seperti pada tabel 4.12 berikut ini.
Tabel Koefisien Regresi, Uji t, uji F Standardized Variabel
coefficient
t hitung
Sig. t
Kualitas pelayanan
0,185
2,073
0,041
Persepsi harga
0,211
2,424
0,017
Lokasi
0,337
3,343
0,001
Fasilitas
0,236
2,691
0,008
Adjusted R Square
=
0,799
Multiple R (r)
=
0,898
F Hitung
=
99,341
Sig. F
=
0,000
Sumber : Lampiran 4 Bentuk persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut : Y = 0,185 X1 + 0,211X2 + 0,337X3 + 0,236X4 Hasil persamaan regresi berganda tersebut di atas memberikan pengertian bahwa : a. Untuk variabel kualitas pelayanan (X1) koefisien regresinya adalah positif, hal ini dapat diartikan apabila kualitas pelayanan semakin baik, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan semakin meningkat. b. Untuk variabel persepsi harga (X2) koefisien regresinya adalah positif, hal ini dapat diartikan apabila harga semakin sesuai, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan semakin meningkat. c. Untuk variabel lokasi (X3) koefisien regresinya
adalah positif, hal ini dapat
diartikan apabila lokasi semakin strategis, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan semakin meningkat. d. Untuk variabel fasilitas (X4) koefisien regresinya adalah positif, hal ini dapat diartikan apabila fasilitas semakin baik, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan semakin meningkat. Pengujian Hipotesis a.
Pengaruh variabel kualitas pelayanan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan
Hasil perhitungan statistik untuk variabel kualitas pelayanan diperoleh nilai t hitung = 2,073. Dengan demikian, dengan menggunakan α = 0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 100-4-1=95 diperoleh sebesar 1,661. Dengan demikian diperoleh t hitung 2,073 > t tabel = 1,661. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan. Sedangkan dengan program SPPS 13 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,041 < 0,05,
ini
menandakan bahwa kualitas pelayanan (X1) mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan (Y). b. Pengaruh variabel persepsi harga terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan Hasil perhitungan statistik untuk variabel persepsi harga diperoleh nilai t hitung = 2,424. Dengan demikian, dengan menggunakan α = 0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 100-4-1=95 diperoleh sebesar 1,661. Dengan demikian diperoleh t hitung 2,424 > t tabel = 1,661. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa persepsi harga
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan. Sedangkan dengan program SPPS 13 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,017 < 0,05, ini menandakan bahwa persepsi harga (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan (Y). c. Pengaruh variabel lokasi terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan Hasil perhitungan statistik untuk variabel lokasi diperoleh nilai t hitung = 3,343. Dengan demikian, dengan menggunakan α = 0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 100-4-1=95 diperoleh sebesar 1,661. Dengan demikian diperoleh t hitung 3,343 > t tabel = 1,661. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa lokasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan. Sedangkan dengan program SPPS 13 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,001 < 0,05, ini menandakan bahwa harga (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan (Y).
d. Pengaruh variabel fasilitas terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan Hasil perhitungan statistik untuk variabel fasilitas diperoleh nilai t hitung = 2,691. Dengan demikian, dengan menggunakan α = 0,05 dan t tabel dengan df = n-k-1 = 100-4-1=95 diperoleh sebesar 1,661. Dengan demikian diperoleh t hitung 2,691 > t tabel = 1,661. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa fasilitas memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan. Sedangkan dengan program SPPS 13 diperoleh tingkat signifikansinya sebesar 0,008 < 0,05, ini menandakan bahwa fasilitas (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan (Y). Uji F (Uji Model) Berdasarkan hasil perhitungan dengan statistik manual diperoleh nilai
F
hitung = 99,341. Sedangkan dengan menggunakan tingkat signifikansi α=0,05 maka nilai F tabel dengan df 1=4 dan df2 = 95 diperoleh F tabel sebesar 2,47, Maka F hitung > F tabel, yaitu 99,341 > 2,47. Dengan demikian kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi dan fasilitas secara simultan memiliki pengaruh terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan . Sedangkan dengan menggunakan SPSS 13 diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, ini menandakan bahwa kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi dan fasilitas secara simultan memiliki pengaruh terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini adalah baik.
Koefisien Determinasi Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS dapat diketahui bahwa Adjusted R Square yang diperoleh adalah sebesar 0,799. Hal ini berarti bahwa 79,90% minat beli konsumen dalam memilih jasa hotel Grasia Semarang dipengaruhi oleh variabel kualitas pelayanan, persepsi harga, lokasi dan fasilitas,
sedangkan
selebihnya 20,10 % lainnya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Pembahasan Hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,185 dengan nilai signifikasi 0,041 < 0,05, artinya kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan, artinya apabila kualitas pelayanan semakin meningkat, maka minat beli akan meningkat. Kondisi ini terjadi karena pelayanan dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana penjual memberikan servis kepada pembeli barang atau jasa sehingga dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggan. Adanya pelayanan yang ramah tersebut dapat mempengaruhi kegiatan seseorang yang akhirnya nanti akan menimbulkan suatu keputusan apakah orang itu akan melakukan kegiatan di tempat itu atau tidak. Dengan begitu diharapkan pelayanan suatu tempat sangat penting bagi kelangsungan konsumen untuk melakukan transaksi. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian (Dwi Febri, 2006), yang menyatakan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap minat beli. Hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,211 dengan nilai signifikasi 0,017 < 0,05, artinya persepsi harga berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan, artinya apabila persepsi harga semakin sesuai, maka minat beli akan meningkat. Kondisi ini terjadi karena persepsi harga suatu jasa menunjukkan nilai menurut konsumen bila bersedia membayar, konsumen menilai bahwa manfaat yang ditimbulkan oleh produk yang ditawarkan telah sesuai dengan uang yang dikeluarkan. Hanya saja, biasanya setiap konsumen sering membanding-bandingkan harga dari beberapa perusahaan dan akhirnya menentukan pilihan pada perusahaan yang menetapkan harga murah pada tingkat pelayanan dan jenis produk atau jasa yang sama. Seorang konsumen akan memutuskan untuk menginap disuatu hotel dengan mempertimbangkan uang yang mereka miliki, apabila uang dimiliki kurang, maka akan membatalkan keputusan menginap tersebut. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian (Yuliadi, 2006), yang menyatakan persepsi harga berpengaruh terhadap minat beli. Hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,337 dengan nilai signifikasi 0,001 < 0,05, artinya lokasi
berpengaruh positif
terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan, artinya apabila lokasi semakin strategis, maka minat beli akan meningkat. Kondisi ini terjadi karena lokasi juga memegang peran penting dalan industri jasa, konsumen biasanya menginginkan lokasi yang mudah dijangkau, nyaman, dan dekat dengan tempat beraktivitas. Apabila
pihak hotel dapat memberikan hal-hal tersebut, maka konsumen akan merasa senang untuk menginap dan memutuskan untuk menginap di hotel tersebut. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian (Yuliadi, 2006), yang menyatakan lokasi berpengaruh terhadap minat beli. Hasil pengujian regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,236 dengan nilai signifikasi 0,008 < 0,05, artinya fasilitas berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan, artinya apabila fasilitas semakin baik, maka minat beli
akan meningkat. Kondisi ini terjadi karena
kelengkapan fasilitas menjadi faktor penentu pilihan konsumen untuk menggunakan jasa hotel. Fasilitas tersebut meliputi kamar yang representatif, saran tempat olah raga, kolam renang, restoran, cafe dan lain sebagainya, sehingga konsumen merasa betah untuk menginap di hotel tersebut. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian (Natalia, 2008), yang menyatakan lokasi berpengaruh terhadap minat beli.
P E N U T U P
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa faktor yang paling mempengaruhi minat beli adalah lokasi, hal ini dibuktikan dengan nilai standardized coeficient yang terbesar, yaitu 0,337.
kondisi ini terjadi karena lokasi
merupakan tempat yang dituju, apakah hotel dekat dekat tempat-tempat aktivitas lainnya. 2. Lokasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat konsumen dalam memilih jasa hotel Grasia dengan nilai 0,001 dan t hitung 3,343 dengan koefisien regresi 0,337. Dan hal ini berarti jika lokasi semakin strategis, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan akan meningkat. 3. Fasilitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen dalam memilih jasa hotel Grasia dengan nilai 0,008 dan t hitung 2,691, dengan koefisien regresi 0,236. Dan hal ini berarti jika. Semakin baik fasilitas, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan akan meningkat. 4. Persepsi harga
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen
dalam memilih jasa hotel Grasia dengan nilai 0,017 dan t hitung 2,424 dengan koefisien regresi 0,211. Dan hal ini berarti jika semakin sesuai harga, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan akan meningkat. 5. Kualitas pelayanan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli
konsumen dalam memilih jasa hotel Grasia dengan nilai 0,041 dan t hitung 2,073 dengan koefisien regresi 0,185. Dan hal ini berarti jika semakin baik kualitas pelayanan, maka minat beli konsumen dalam memilih jasa perhotelan akan meningkat. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang diberikan adalah : 1. Lokasi Hotel Grasia tidak dapat dipindahkan, sebaiknya menyediakan antar jemput dari bandara, stasiun, terminal ke Hotel Grasia dan rute sebaliknya. Hal ini dimaksudkan untuk mendekatkan konsumen-konsumen yang berasal dari luar kota agar lebih dekat dengan Hotel Grasia melalui penjemputan tersebut.
2. Fasilitas hotel Grasia sudah memadai, akan tetapi untuk fasilitas yang mendukung aktivitas olah raga dapat lebih ditingkatkan dengan memberikan fasilitas Spa, Fitness dan kolam renang. 3. Persepsi harga yang diberikan sebaiknya menggunakan harga yang kompetitif, misalnya dengan memberikan paket harga tertentu berdasarkan jumlah kamar yang dipesan, diadakan potongan atau diskon pada saat terterntu. 4. Pihak petugas pelayanan hendaknya tetap ada pada saat pelayanan yang sifatnya segera, karena tamu menginginkan adanya pelayanan yang sifatnya segera dan tanpa ditunda
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, A.S, 1989. Pengetahuan Dasar Perhotelan. Penerbit CV Desire Sanan. Semarang Dwifebri, Anastasia, 2006. Analisis Strategi Diferensi, Promosi, Dan Kualitas Pelayanan Dalam Meningkatkan Minat Beli (Studi Kasus Pada Patra Semarang Convention Hotel), Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Handoko, T. Hani, 1984. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. Liberty. Yogyakarta. Heizer, Jay dan Barry Rander, 2006. Operations Management. Jilid I, Salemba Empat. Jakarta. Kotler, Philip, 1996. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan Pengendalian. Jilid 2, PT Prenhallindo. Jakarta. Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, Dan Pengendalian. Edisi Millenium. PT Prenhallindo. Jakarta. Kotler, Philip, 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid I, Indeks. Jakarta. Lupiyoadi, Rambat, 2001. Manajemen Pemasaran Jasa : Teori Dan Praktek. Salemba Empat. Jakarta. Natalia, Putu Ayu S, 2008. Analisis Pengaruh Pelayanan, Fasilitas, Dan Promosi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Hotel Siliwangi Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Singarimbun, Masri dan Effendi, 1995. Metode Penelitian Survey. Penerbit LP3ES. Jakarta. Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Penerbit CV Alfabeta. Bandung. Sukmawati dan A Suyono, 1994. “Analisis Pengaruh Karakteristik Bintang Idola Iklan (Celebrity Endoser) Terhadap Minat Beli Konsumen Sebuah Merek Multivitamin
(Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret)”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, vol 3 no 1, Maret. Sulastiyono, Agus, 1999. Manajemen Perhotelan. Rineka Cipta. Jakarta. Stanton, William J, 1993. Prinsip Pemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta. Swastha, Basu dan T. Hani Handoko, 1994. Manajemen Pemasaran (Analisa Perilaku Konsumen), Liberty, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 2001. Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta. Tjiptono, Fandy, 2006. Pemasaran Jasa. Bayumedia Publishing. Malang. Umar, Husein, 1996. Metodologi Penelitian Untuk Pemasaran. Gramedia. Jakarta Widiyanto, Ibnu, 2008. Pointers : Metodologi Penelitian. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Widoyono, 2006. “Promosi Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Pemasaran Pariwisata”. BENEFIT. vol 10 halaman 101 – 108. Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Wiyasa, I Gede, 1997. “Hotel Ramah Lingkungan Alternatif Hotel Masa Depan”. KELOLA, vol VI no 16. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Yuliadi, 2006. Pengaruh Kualitas, Harga, Keunikan Produk Dann Layanan Purna Jual Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Motor Sport (Studi Kasus Pada PT. Sinar Gemala Sakti Cabang Pati). Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Zeithaml, Valarei A, Parasuraman, A, and Leonard L. Berry. 1996. “A Conceptual Model of Service Quality and Its Implications For Future Research”. Journal of Marketing. Vol. 49, pp. 41-50 http://santo.tvheaven.com/custom.html