perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan Guna Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh : Setyawan Aditama F 1110028
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commiti to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAKSI
Setyawan Aditama F1110028 ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan pengrajin di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pembuktian dari sebuah hipotesis. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan kuesioner serta pengamatan langsung. Sampel yang digunakan sebanyak 60 pengrajin logam dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan pengujian statistik dengan bantuan program E-views 3.0. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linier, dengan uji statistik (uji t, uji F, koefisien determinasi (R2), serta uji asumsi klasik (uji multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi). Hasil penelitian menunjukkan dengan uji terhadap koefisien regresi secara parsial dan tingkat pendidikan, berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam sedangkan variabel pengalaman usaha tidak berpengaruh signifikan bersama-sama variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan pengrajin logam di kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kata Kunci : Pendapatan, pengrajin logam, modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, simple random sampling, analisis regresi linier berganda.
commitii to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Setyawan Aditama F1110028 AN ANALYSIS ON THE FACTORS AFFECTING THE INCOME OF COPPER METAL CRAFT CENTER IN CEPOGO SUBDISTRICT, BOYOLALI REGENCY, CENTRAL JAVA PROVINCE IN 2012 This research aims to find out the effect of business capital, worker number, business expe in Cepogo Subdistrict, Boyolali Regency, Central Java Province. It is assumed that the business capital, worker number, business experience, and education level variables affect significan Boyolali Regency, Central Java Province. This study was a quantitative research, the one aiming to obtain the authentication of a hypothesis. The data collection was conducted using interview and questionnaire methods as well as direct observation. The sample used consisted of 60 metal crafters taken using simple random sampling. The data analysis was conducted using statistic test with E-views 3.0 program help. In analyzing the data, linear regression analysis technique was employed with statistic test (t-, Ftests, coefficient of determination (R2)), and classical assumption test (multicolinearity, heteroskedasticity, and autocorrelation tests). The result of research showed that the test on coefficient of regression (t test)
business experience variable did not affect significantly. The result of 10% showed that the business capital, worker number, business experience, and Cepogo Subdistrict, Boyolali Regency, Central Java Province. Keywords: Income, metal crafter, business capital, worker number, business experience, education level, simple random sampling, multiple linear regression analysis.
commitiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul:
ANALISIS FAKTOR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA DI KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI, PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012
Surakarta, 19Desember 2012 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
Dwi Prasetyani, SE, Msi NIP 197702172003122003
commitivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Surakarta, 23 Januari 2012 Tim Penguji 1. Sebagai Ketua Izza Mafruhah, SE, M.Si NIP. 19720323200212 2 001
(
)
(
)
(
)
2. Sebagai Pembimbing Dwi Prasetyani, SE, M.Si NIP. 19770217 200312 2 003 3. Sebagai Anggota Dra. Nunung Sri Mulyani, M.Si NIP.19580805198601 2 001
commitv to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO Jangan Menyerah, Karena Kita Tidak Tau Apa Yang AkanTerjadi BesokJika Kita Berhenti Hari Ini (Penulis)
Jika Anda Tidak Membuatnya Dengan Baik, Paling Tidak Buatlah Agar TerlihatBaik (Bill Gates)
Tanda Kecrdasan Sejati Bukanlah Pengetahuan Tapi Imajinasi (Einstein)
commitvito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT yang telah memberikan semua nikmatNya. 2. My Mom & Dad, terima kasih atas doa dan pengorbanannya. 3. Semua Keluargaku terimakasih atas segalanya. 4. Semua teman-teman EP 2010 dan semuanya, thanks very much.
commitviito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karuniaNya sehinggapenulis selalu diberikan petunjuk, kesabaran dan ketekunan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN SENTRA KERAJINAN LOGAM TEMBAGA
DI
KECAMATAN
CEPOGO
KABUPATEN
BOYOLALI
PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat gunamemperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan EkonomiPembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesaiberkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hatipenulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dwi Prasetyani, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu dan bimbingan dengan sabar kepada penulis. 2. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 3. Bapak Drs.Sutanto, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. 4. Bapak dan Ibu dosen serta para staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dan ilmu selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret.
commitviiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Mom dan Dad yang telah memberikan perhatian dan dukungan baik berupa semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sebelas Maret. 6. Untuk Adek ku yang telah memberikan motivasi kepada penulis. 7. Spesial Thanks to Someone yang telah menemani dari awal dan memberikan semangat & doa. Gracias seniorita. 8. Buat semua temen-temen EP non-reg 2010 yang telah memberikan persahabatan dan semua kegilaan selama penulis menjalankan studi di Fakultas Ekonomi. 9. Para sahabat seperjuangan yang selalu ada dalam suka dan duka, Rinto SNSD, Andre Cihuahua, (Dewa) Sadhu, (Dewa) Jerri, Habibi & Topik (orang suci), Alvian (asolole), Ucil (slee), Widi (Bahdim), Boyo, Dani, Mas Bayu, Tina, Ferra, Maya, Nikita and the others. 10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran demi kebaikan dan kesempurnaan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis mohon maaf atas semua kesalahan baik disengaja maupun tidak dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat. Surakarta, Desember 2012 Penulis
Setyawan Aditama
commitixto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i ABSTRAK ............................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iv HALAMAN MOTO .............................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9 BAB II TINJUAN PUSTAKA ............................................................................ 10 A. Kajian Teori ............................................................................................. 10 1. Pengertian UMKM ............................................................................ 10 a. Pengertian UMKM ...................................................................... 10 b. Klasifikasi UMKM ...................................................................... 13 c. Peranan dan Arti Penting UMKM ............................................... 14 2. Keunggulan dan Kelemahan UMKM ................................................15 3. Permasalahan UMKM di Indonesia ................................................... 19
commitx to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia .................. 22 5. Teori Pendapatan ................................................................................ 25 a. Pengertian Pendapatan ................................................................. 25 b. Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan.......... 26
B. Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 32 C. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 34 D. Hipotesis ................................................................................................... 35 BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 37 B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 37 C. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37 D. Teknik Analisis Data ................................................................................ 38 1. Uji Pemilihan Model .......................................................................... 38 2. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 43 E. Populasi .................................................................................................... 45 F. Teknik Sampling ...................................................................................... 46 G. Definisi Variabel Penelitian ..................................................................... 46 H. Instrumen Penelitian ................................................................................. 48 BAB IV ANALISIS DATA ................................................................................. 49 A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ....................................................... 49 1. Kondisi Geografis .............................................................................. 49 2. Kondisi Demogrifis ............................................................................ 49 3. Komposisi Tingkat Pendidikan ......................................................... .52 4. Komposisi Mata Pencaharian ............................................................. 53 5. Penggunaan Lahan ............................................................................. 54 6. Mata Pencaharian ............................................................................... 54 7. Keuangan Daerah ............................................................................... 56 B. Gambaran Umum Sentra Kerajinan Logam ............................................. 56 1. Latar Belakang Usaha ........................................................................ 56 2. Bahan Baku ........................................................................................ 57
commitxito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Peralatan yang di Gunakan ................................................................. 57 4. Tenaga Kerja ...................................................................................... 57 5. Pemasaran .......................................................................................... 58 C. Analisis Deskriptif Sentra Kerajinan Logam ........................................... 59 D. Analisis Data dan Pembahasan ................................................................ 66 1. Metode Analisis Data ......................................................................... 66 2. Interpretasi Secara Ekonomi .............................................................. 76 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 80 A. Kesimpulan .............................................................................................. 80 B. Saran ......................................................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84 LAMPIRAN
commitxiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.1
Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%) .................................. 2
1.2
Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun 2008-2009 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Rp.000) ................................ 3
1.3
Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang UsahaBeserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali ........................ 5
2.1
Pengertian UMKM Dari Berbagai Lembaga Dalam dan Luar Negeri ....... 10
4.1
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Cepogo ........................................................................................................ 50
4.2
Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Cepogo .................. 51
4.3
Banyaknya Penduduk Umur 5 th keatas Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cepogo ..................................................................................... 52
4.4
Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (usia 10 th ke atas) di Kecamatan Cepogo ..................................................................................... 53
4.5
Penggunaan Lahan di Kecamatan Cepogo ................................................. 54
4.6
Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia 10 th Ke atas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama ........................................................................ 55
4.7
Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ................................................... 60
4.8
Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ................................................... 61
4.9
Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ...................................... 63
4.10 Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, kabupaten Boyolali ....................................... 64 4.11 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali ...................................... 66 4.12 Hasil Regresi Persamaan Pendapatan ......................................................... 67 4.13 Hasil Uji Multikolenier ............................................................................... 68
commitxiiito user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4.14 Hasil Uji White ........................................................................................... 71 4.15 Hasil Uji B
G ........................................................................................... 72
4.16 Hasil Uji Jarque Bera ............................................................................... 73
commitxivto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Permintaan Tenaga Kerja Pada Pasar Persaingan Sempurna .................... 30
2.2
Skema Kerangka Pemikiran ....................................................................... 35
3.1
Aturan Uji t ................................................................................................ 40
commitxvto user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri mulai menjadi topik yang menarik sejak munculnya tesis flexible specialization pada tahun 1980-an, yang didasari oleh pengalaman dari sentra-sentra Industri Skala Kecil (ISK) dan Industri Skala Menengah (ISM) beberapa negara di Eropa Barat, khususnya Italia (Becattini dalam Kuncoro, 2003). Sebagai contoh kasus, bahwa pada tahun 1970-80an, pada saat industri skala besar di Inggris, Jerman dan Italia mengalami staknasi atau kelesuan, ternyata industri skala kecil (terkonsentrasi di lokasi tertentu membentuk sentra-sentra) yang membuat produk-produk
tradisional mengalami pertumbuhan
yang pesat dan bahkan mengembangkan pasar ekspor untuk barangbarang tersebut serta menyerap banyak tenaga kerja. Menurut Tambunan (2000) menunjukkan bahwa industri kecil di sentra-sentra dapat berkembang lebih pesat, lebih fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar, dan
dapat meningkatkan produksinya
daripada industri kecil secara individu di luar sentra. Menurut data yang diambil dari Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil & Menengah tahun 2007
2008,
eksistensi dan peran
UMKM yang pada tahun 2008 mencapai 51,26 juta unit usaha, dalam tata perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi, dengan melihat kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan
commit to user
Produk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Domestik
Bruto
(PDB)
Nasional,
devisa nasional,
dan investasi
nasional. Perkembangan jumlah UMKM periode 2007-2008 mengalami peningkatan sebesar 2,88 % yaitu dari 49.824.123 unit pada tahun 2007 menjadi 51.257.537 unit pada tahun 2008. Jika ditinjau dari proporsi unit usaha pada sektor ekonomi UMKM yang memiliki proporsi unit usaha terbesar yaitu: 1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 2. Perdagangan, hotel dan restoran 3. Industri pengolahan 4. Pengangkutan dan komunikasi 5. Jasa-jasayang masing-masing tercatat sebesar 51,51 %, 28,8 5 % , 6,32%, 6,25 % dan 4,25 %. Tabel 1.1 Kontribusi UMKM Dalam Perekonomian Nasional (%) Jenis Kontribusi UMKM 2007 2008 1. Penciptaan PDB nasional 58,4 % 58,33% 16,01% 16,72% 2. Pembentukkan total nilai ekspor 96,95% 97,04% 3. Penyerapan Tenaga Kerja 51,23% 51,80% 4. Pembentukkan Investasi Sumber : Kemenkop & UKM Tahun 2008 Sektor industri pengolahan memegang peranan penting sebagai penyumbang pendapatan, baik pendapatan nasional maupun regional. Peranan sektor industri pengolahan atau kontribusinya terhadap PDB terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Dari data pada tahun 2009, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB menurut harga konstan meningkat dari 27,60% pada tahun 2001 menjadi 27, 97 % .
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) propinsi Jawa Tengah
menurut lapangan usaha untuk
industri
pengolahan atas dasar harga berlaku dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2009
juga
mengalami peningkatan.
Begitu
pula
pada
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali menurut lapangan usaha untuk industri pengolahan atas dasar harga berlaku
dan
harga
konstan
dari
tahun
2008 - 2009 mengalami
peningkatan. Tabel 1.2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Boyolali Tahun 2008-2009 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (Rp.000) Lapangan Usaha
2008
1.Pertanian
2009
1.328.683.026
1.374.077.501
35.458.142
39.326.363
638.447.911
666.423.595
4.Listrik, gas & air bersih
50.808.090
53.380.709
5.Bangunan / Konstruksi
107.703.660
115.703.090
6.Perdagangan
971.814.681
1.008.895.320
7.Angkutan & Komunikasi
105.867.359
113.005.931
8.Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan
250.737.193
264.621.909
9.Jasa-jasa
409.852.796
465.715.843
3.899.372.858
4.100.520.261
2.Pertambangan 3.Industri Pengolahan
PDRB
Sumber : Boyolali Dalam Angka Tahun 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Salah satu bentuk UMKM yang potensial di Propinsi Jawa Tengah adalah sentra
kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten
Boyolali. UMKM ini
ditetapkan
oleh
Pemerintah
Propinsi
Jawa
Tengah sebagai bagian dari daerah wisata dengan dukungan klaster industri di dalamnya. Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali sudah berpuluh puluh tahun dikenal sebagai sentra kerajinan logam. Produknya sudah sejak lama dikenal kalangan
konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga
konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut. Dengan banyaknya peminat sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo merupakan aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan serta pengentasan kemiskinan yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan rendah, karena untuk menjadi seorang pengrajin logam yang dibutuhkan adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam. Dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap maka akan
membantu pemerintah dalam mengentaskan dan mengurangi
pengangguran
terlebih
lagi
di
era
globalisasi seperti sekarang
kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru semakin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
meningkat sehingga perkembangan industri ini semakin lama semakin maju sehingga tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan dalam sentra kerajinan logam ini. Tabel 1.3 Jumlah Sentra Kerajinan Logam Berdasarkan Bidang Usaha Beserta Jumlah Tenaga Kerja Di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Jenis Bidang Usaha
Jumlah
1. Industri pengrajin ukir tembaga
30
2. Indusri pengrajin tembaga
15
3. Industri pengrajin alumunium
15
Total
60
Sumber: Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2011 Kecamatan
Cepogo
di
Kabupaten
Boyolali
memiliki
sentra
kerajinan logam yang terdiri dari kelompok pengrajin tembaga, pengrajin ukir tembaga maupun pengrajin dari logam lainnya seperti alumunium. Kelompok pengrajin terbesar adalah pengrajin ukir logam yang jumlahnya mencapai 30 kelompok usaha dan melibatkan 200 tenaga kerja. Produk yang dihasilkan dari kelompok ini sangat bervariatif, tergantung dari
kemampuan kelompok mengembangkan
produknya
dan
juga
dipengaruhi oleh design yang dibuat oleh pemesan. Adapun produk yang dihasilkan berupa : hiasan dinding, relief, kaligrafi, lampu gantung, lampu dinding, lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor, jambangan, kubah, furniture dan interior logam serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
produk-produk souvenir yang lain. Pengrajin tembaga terdiri dari 15 kelompok usaha dengan tenaga kerja berjumlah 50 orang, yang memproduksi tembaga
tanpa ukir. Produk
peralatan rumah tangga dan
yang dihasilkan adalah
cor tembaga.
Pengrajin
alumunium
biasanya memproduksi peralatan rumah tangga seperti dandang, ceret, wajan. Jumlahnya sudah tidak banyak lagi, hanya 15 kelompok dengan didukung 96 tenaga kerja. Rata-rata pekerja sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali mempekerjakan antara 200-300 pekerja sehingga banyak pengangguran yang terserap dalam kerajinan ini. Harapannya dengan berkurangnya jumlah pengangguran di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali akan berdampak positif bagi segala bidang dan sektor kehidupan. Tentunya juga menjadi suatu akibat dari majunya industri logam adalah tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin lama semakin meningkat dan membaik. Setelah mengetahui akan arti pentingnya UMKM, maka penulis tertarik dan
berusaha
mengkaji
mempengaruhi pendapatan
tentang
sentra
faktor
faktor
kerajinan
logam
yang
tembaga di
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang serta menjadi pusat dalam
bidang ekonomi
karena masih menjaga budaya seni dan mampu menghasilkan barang dengan kualitas
ekspor
sehingga
perekonomian daerah dan nasional.
commit to user
mampu
memberi
kontribusi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Apakah variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Faktor apa yang paling dominan terhadap pendapatan
sentra
kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan
permasalahan
penelitian
seperti
telah
diuraikan
sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh dari variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secara bersama
sama terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di
Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
D. Manfaat Penelitian Dengan melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi penerapan kebijakan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah dalam kerangka besar kebijakan di bidang industri di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu informal khususnya
sentra
menunjukkan bahwa sektor
kerajinan
logam
juga
berperan
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan para pengrajin logam
( khususnya
mengalokasikan faktor
di
Kecamatan
Cepogo ) dalam
faktor produksi yang mereka miliki.
3. Bagi Penulis Mengetahui secara nyata praktek usaha sentra kerajinan logam dalam menjalankan
usahanya
dan
mengetahui
masalah
masalah yang dihadapi oleh para pengusaha serta sampai sejauh mana teori
yang telah
didapatkan dibangku
kuliah dapat
memecahkan masalah yang dihadapi para pengrajin tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Industri Menurut Departemen Perdagangan, Departemen Perdagangan dalam mendefinisikan
industri
lebih menitikberatkan pada aspek
permodalan, yaitu industri dengan modal kurang dari Rp. 25.000.000,( Mudrajad Kuncoro, 2000 : 310 ). BPS menggolongkan industri berdasar berapa banyak tenaga kerja yang digunakan, yaitu industri besar jika menggunakan tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang jika menggunakan tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang, industri kecil jika menggunakan tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga (usaha mikro) jika menggunakan tenaga kerja kurang dari lima orang (Tambunan, 2002 : 49). UU
No.
9
/
1995
menjelaskan
industri
sebagai
berikut
(Tambunan, 2002 : 49) a. Memiliki
kekayaan
bersih
tidak
termasuk
tanah
dan
bangunan maksimal Rp. 200.000.000,b. Nilai hasil penjualan per tahun maksimal Rp. 1.000.000.000,c. Milik Warga Negara Indonesia ( WNI ) d. Bukan dari anak cabang dari usaha besar e. Berbadan
usaha
perorangan,
termasuk koperasi.
commit to user
tidak
berbadan
hukum,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
2. Pengertian Industri Berdasarkan Eksistensi Dinamisnya Berdasarkan eksistensi dinamisnya industri di Indonesia dapat dikelompokkan
dalam
beberapa
kategori
antara
lain
(Irzhan
Azhary Shaleh, 1986 : 33) a. Industri lokal Adalah kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebh bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi yang sederhana seperti gerobak, sepeda, dan pikulan. Dalam hal itu juga maka pedagang perantara juga tidak memiliki peran yang sangat menonjol. b. Industri sentra Adalah kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi
yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang
menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran
usaha
ini
lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang per antara dalam hal ini cukup penting. c. Industri mandiri Adalah kelompok industri yang masih memiliki sifat sifat seperti industri, namun telah memiliki kemampuan dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini tetap dimasukkan kedalam subsektor industri. 3. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disingkat UMKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia. UMKM ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini juga sangat membantu negara atau pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. a. Pengertian UMKM Dari masa ke masa pengertian UMKM mengalami berbagai perubahan. Adapun beberapa perubahan tersebut di tunjukkan oleh tabel dibawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
Tabel 2.1 Pengertian UMKM Dari Berbagai Lembaga Dalam dan Luar Negeri Lembaga
Devinisi
Keputusan Presiden RI Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara no. 99 tahun 1998 mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Badan Pusat Statistik
Keputusan Mentri Keuangan nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994
Berdasarkan kuantitas tenaga kerja. -
Usaha Mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang.
-
Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang.
-
Usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
Didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan atau omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : -
Bidang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi)
-
Perorangan (Pengrajin / industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa).
Lembaga Asing (World World Bank, membagi UKM ke dalam Bank) 3 jenis, yaitu : -
commit to user
Medium
Enterprise,
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
kriteria : o Jumlah karyawan maksimal 300 orang. o Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta
-
o Jumlah aset sejumlah $ 15 juta
hingga
Small Enterprise, kriteria :
dengan
o Jumlah karyawan kurang dari 30 orang. o Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta. o Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta. -
Micro Enterprise, kriteria :
dengan
o Jumlah karyawan kurang dari 10 orang o Pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu. o Jumlah aset tidak melebihi $ 100 ribu. Undang-undang - UU No. 9 Tahun 1995 Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai tentang Usaha Kecil berikut: o Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha o Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,o Milik Warga Negara Indonesia o Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar Pengertian Usaha Kecil Menengah tersebut membagi kedalam dua pengertian yakni: Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: o Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha o Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 - UU No. 20 Tahun Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai 2008 tentang Usaha berikut: Mikro, Kecil, dan o memiliki kekayaan bersih lebih Menengah dari Rp50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: o memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha o memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
b. Klasifikasi UMKM Dalam
perspektif
perkembangannya,
UMKM
dapat
diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu : 1) Livelihood Activities: Merupakan UMKM yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal. 2) Micro Enterprise: Merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan. 3) Small Dynamic Enterprise: merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor. 4) Fast Moving Enterprise, merupakam UMKM yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB). c. Peranan dan Arti Penting UMKM Peranan UMKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen: 1) Departeman Perindustrian dan Perdagangan 2) Deparetemen Koperasi dan UMKM Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan UMKM masih sangat kecil dibandingkan dengan usaha besar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Kegiatan UMKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UMKM juga mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karna itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan. Kebijakan yang tepat untuk mendukung UMKM seperti: 1) Perizinan 2) Tekhnologi 3) Struktur 4) Manajeman 5) Pelatihan 6) Pembiayaan 4. Keunggulan dan Kelemahan UMKM UMKM merupakan sektor yang memiliki peranan penting di dalam perekonomian
Indonesia.
Kemampuannya
untuk
tetap
bertahan di masa krisis ekonomi merupakan bukti bahwa sektor UMKM ini merupakan bagian dari sektor usaha yang cukup tangguh. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang
belakangan
ini
memandang penting
keberadaan
UMKM (Berry dalam makalah simposium kebudayaan indonesiamalaysia ke-x, 2007 : 4-7). Alasan pertama adalah karena kinerja UMKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilka tenaga kerja yang produktif. Kedua,sebagai bagian dari dinamikanya, UMKM
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UMKM
memiliki
keunggulan
dalam
hal
fleksibilitas
ketimbang usaha besar. Menurut Moolman (1993), secara umum diketahui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai urutan yang sangat penting dalam
suatu perekonomian dan hubungannya dengan karakteristik
sosial, diantaranya : a. Usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilihat sebagai generator dari pembukaan kesempatan lapangan pekerjaan. b. Usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai sifat yang unik dalam eksistensinya, yang mendorong penemuan dan inovasi dari para pelaku usahanya (entrepreneur). c. Usaha mikro, kecil dan menengah mendukung secara dominan akan kebutuhan di masyarakat. d. Usaha
mikro,
kecil
dan
menengah
dapat
membantu
menciptakan kestabilan dan distribusi aktivitas ekonomi yang lebih merata serta kesempatan di dalam perekonomian Menurut
Hoselitz
(1959),
Sektor
UMKM
di
negara
berkembang merupakan sektor yang labor intensive sehingga sektor ini diharapkan dapat mengatasi masalah pengangguran di negara berkembang. Selain labor intensive, UMKM sering dikenal
sebagai
mesin
pertumbuhan ekonomi, banyak sisi
kebaikan yang dapat diambil dari UMKM khususnya dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
mendorong
pembangunan
di
negara-negara
berkembang.
UMKM mempunyai ciri khusus yakni sifat mereka yang: memiliki keterampilan (skill) dan teknologi khusus, kontribusi dan
kewirausahaan
akan pembangunan,
dan
memiliki
keterkaitan dengan berbagai industri. Penelitian Beck dalam makalah symposium kebudayaan Indonesia- Malaysia ke-x, 2007 : 4-7, menyimpulkan bahwa UMKM memiliki peranan di dalam menurunkan pengangguran, meningkatkan pendapatan pekerja, dan mengurangi kemiskinan. ternyata
jika kemudian
dianalisis
Walaupun
lebih
lanjut
demikian mengenai
peranannya di dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar, penelitiannya menyimpulkan bahwa peranan industri tersebut tidak terjadi. Oleh karena itu
menurutnya kebijakan
pemerintah yang memberikan subsidi terhadap seluruh sektor ekonomi dan perusahaan kemudian harus dikaji lagi denga tepat. Menurut
Irsan
Azhari
mempunyai kedudukan
Saleh,
yang
(1986
sangat
:
5),
UMKM
penting
dalam
perekonomian. UMKM memberi manfaat sosial (social benefit) yang
sangat
berarti
bagi
perekonomian Indonesia. Manfaat
pertama, UMKM dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan yang relatif murah. Manfaat kedua, UMKM turut mengambil peranan dalam meningkatkan dan memobilisasi tabunga domestik.
Ini dimungkinkan dengan kenyataan bahwa
UMKM cenderung memiliki atau memperoleh modal dari si
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pengusaha sendiri, dan tabungan keluarga atau dari kerabatnya. Manfaat ketiga, UMKM mempunyai kedudukan komplementer terhadap
industri
sedang
dan
besar,
karena UMKM
menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang bisa dihasilkan oleh industri sedang dan besar. Alasan UMKM
alasan yang mendukung pentingnya perkembangan
adalah:
adaptabilitasnya,
pertama,
masalah
dalam memperoleh
fleksibilitas bahan
mentah
dan dan
peralatan. Kedua, relevansinya dengan proses desentralisasi kegiatan ekonomi guna menunjang terciptanya integrasi kegiatan pada sektor sektor yang lain. Ketiga, peranannya dalam jangka panjang sebagai basis bagi terciptanya kemandirian pembangunan ekonomi, karena UMKM ini umumnya diusahakan oleh pengusaha dalam negeri dengan menggunakan kandungan impor
yang
rendah (Irsan Azhary Saleh, 1986 : 125). Tetapi ada beberapa alasan yang kuat yang mendasari resistensi
dari
keberadaan
industri
perekonomian Indonesia. Alasan
dan
UMKM
dalam
alasan itu antara lain sebagai
berikut : a. Sebagian lokasi industri dan UMKM berlokasi di daerah pedesaan, sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah pertanian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
yang relatif sempit
atau berkurang maka industri adalah
merupakan jalan keluar yang terbaik. b. Beberapa kegiatan UMKM banyak menggunakan bahan baku dari sumber
sumber terdekat. Disamping itu tingkat
upah yang murah telah menyebabkan biaya ditekan rendah. c. Harga jual yang relatif murah atau rendah serta tingkat pendapatan kelompok bawah yang rendah sesungguhnya merupakan suatu kondisi tersendiri
yang
memberikan
peluang bagi industri dan kerajinan rumah tangga untuk tetap bertahan. d. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang telah diproduksi secara maksimal, yang merupakan salah satu aspek pendukung yang kuat (Irsan Azhary, Saleh, 1986 : 11). Sedangkan menurut Irsan Azhary Saleh 1986 : 13, kelemahan UMKM adalah: a. Kurangnya kemampuan dalam megelola akibat kurangnya latihan pengembangan b. Lemahnya daya finansial c. Posisi bersaing yang kuat d. Kurang koordinasinya produksi dengan penjualan e. Sistem pencatatan kurang sempurna f. Teknik pemasaran yang kurang ef ektif g. Meningkatkan kompleksitas operasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
5. Permasalahan UMKM di Indonesia Dalam proses perkembangannya, UMKM kadang mengalami permasalahan yang bisa menghambat kegiatan usahanya seperti nilai penurunan persentasi atau jumlah dari UMKM yang terus menerus turun drastis dari tahun ke tahun.
Sektor UMKM
memiliki kelemahan akan faktor-faktor eksternal seperti: iklim ekonomi, politik dan legislatif, tingginya biaya perawatan, praktek diskriminasi yang sering dilakukan terhadap industri. Masalah lain yang dihadapi adalah fungsi internal yang belum
memadai
seperti,kemampuan manajemen, pendanaan/pembiayaan, pemasaran, dan SDM. Masalah UMKM yang sering muncul menurut Nurimansyah Hasibuan (1992 : 2) antara lain: a. Mutu produk yang rendah dan tidak standar b. Teknologi produksi yang tradisional c. Kekurangan modal usaha d. Pasar yang terbatas e. Motivasi produksi terbatas pada tingkat subsistem f. Keterampilan yang kurang g. Cara kerja yang masih terkena kultur agraris Permasalahan
pokok
yang sering muncul dan dialami oleh
UMKM adalah sebagai berikut : a. Iklim
diskriminatif
yang
bersumber
dari
sikap
dan
tindakan pemerintah. Terciptanya iklim diskriminatif ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
pada
dasarnya disebabkan oleh berbagai praktek dan
peraturan yang dilakukan oleh pemerintah, terutama yang langsung menyangkut UMKM. Hal ini yang relatif menonjol adalah upaya mengaitkan nilai insentif fiskal itu dengan investasi,
sehingga
bahwa hanya usaha
pada
gilirannya
membawa
akibat
usaha yang berskala besar (dari segi
investasi) saja yang dapat memetik manfaat lebih besar. b. Relatif terbatasnya akses untuk memperoleh kredit dari bank komersial. Untuk keterbatasan akses bagi UMKM untuk memperoleh kredit pada dasarnya dapat diletakkan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber
pada
sektor
swasta
karena langkanya kredit institusional yang berasal dari lembaga keuangan resmi bagi pengusaha kecil, sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaan pada modal sendiri, ataupun sumber
sumber lain seperti keluarga, kerabat,
pedagang perantara bahkan rentenir. Padahal pembiayaan yang bersifat noninstitusional biasanya relatif lebih mahal daripada pembiayaan yang bersumber dari kredit institusional. c. Berapa premis yang secara asasi merupakan kendala tersendiri bagi perkembangan UMKM. Masalah premis UMKM adalah persoalan permanen yang telah menjadi bagian yang melekat dari eksistensi UMKM itu sendiri. Masalah
yang
cukup
menonjol
commit to user
adalah
bahan mentah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kesulitan pemasaran hasil produksi serta masalah lokasi dan fasilitas produksi. Permasalahan yang lebih jauh adalah kesulitan pengembangan usaha, tingkat efisiensi yang relatif rendah
dan semakin
menurun
serta
ketidakmampuan
mengakomodasi selera konsumen. Secara penelitian
lebih
spesifik
dari
hasil rangkuman
yang pernah dilakukan
laporan
oleh Advisory Group In
Economics Industry and Trade dalam Mandala Harefa (2008: 4) masalah dasar yang dihadapi UMKM adalah: a. Pertama, kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar. b. Kedua,
kelemahan
dalam
struktur
permodalan
dan
keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumbersumber permodalan. c. Ketiga, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia. d. Keempat,
keterbatasan
jaringan
usaha
kerjasama antar
pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran). e. Kelima, iklim usaha yang
kurang
kondusif,
karena
persaingan yang saling mematikan. f. Keenam, pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu
dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian
masyarakat terhadap UMKM.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Menurut
PERMAC
(2002),
Secara
umum
UMKM
mempunyai kebutuhan yang hampir sama yaitu: bantuan dan solusi akan masalah internal yang dihadapi, bantuan peningkatan produktifitas dan persaingan usaha, akses
yang mudah kepada
penggunaan teknologi yang efektif dan efisien, akses yang mudah kepada penggunaan manajemen bisnis yang lebih baik, akses yang mudah kepada pemasaran dan penggunaan teknik pemasaran yang lebih baik, peningkatan mutu SDM peningkatan sumber- sumber daya dan input.
6. Pembangunan dan Pengembangan UMKM di Indonesia Untuk
lebih membangun dan
mengembangkan keberadaan
UMKM yang ada, maka perlu adanya pembinaan yang lebih intensif dari instansi atau lembaga yang terkait khususnya Departemen Perindustrian yang bersifat program bantuan teknis, antara lain : a. Pembinaan Manajemen b. Pembinaan peningkatan Teknologi Produksi c. Pemasyarakatan standarisasi sistem manajemen yang mengacu ISO d. Pembinaan kewiraswastaan Dengan demikian pentingnya UMKM dalam perekonomian, keberadaan UMKM semakin mendominasi dunia usaha. Sehingga perlu adanya peningkatan keberadaan jiwa, semangat, dan sikap mental wiraswasta pada pengusaha kecil. Adapun tujuan diadakannya pembinaan ini adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
a. Membentuk pola pikir wiraswasta yang sukses b. Menumbuhkan keinginan kerjasama antar wiraswasta c. Untuk lebih mengenal kemampuan sumber daya pengusaha Pengembangan UMKM menurut Jannes Situmorang (2008 : 13
14):
a. Peningkatan Kualitas SDM Upaya ini dapat dilakukan sendiri oleh UMKM antara lain adalah dengan belajar sendiri-sendiri (otodidak) atau ikut magang pada usaha sejenis yang telah ada sebelumnya.
b. Perijinan Usaha UMKM Satu-satunya solusi yang dapat disarankan adalah dengan membangun kelompok atau koperasi, karena UMKM tidak dapat melakukan upaya apapun selain biaya (yang relatif tinggi) untuk mengatasi masalah perijinan ini. c. Pengembangan Pasar UMKM Untuk mengembangkan pasar kegiatan yang dapat dilakukan oleh UMKM
secara mandiri (tanpa bantuan
stakeholder)
adalah kegiatan promosi dan pembentukan jaringan usaha. Kegiatan
ini ternyata
cukup
efektif
dalam
mendukung
perkembangan pemasaran produk. Dengan adanya strategi pemberdayaan UMKM, diharapkan UMKM dapat tetap eksis dalam menjalankan usaha baik pada saat krisis maupun tidak pada saat krisis. Studi monitoring dampak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
krisis terhadap UMKM antara lain dilakukan oleh Akatiga bekerja sama dengan Asia Foundation dalam Susilo (2004), hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pada awal krisis, UMKM juga sangat terpukul oleh krisis ekonomi yang terjadi, namun jika dibandingkan
dengan usaha
formal,
UMKM
lebih
dahulu
memperlihatkan tanda-tanda kebangkitan. Selain itu, dampak krisis terhadap usaha kecil juga beragam. Faktor penentu kinerja atau ketahanan UMKM di masa krisis adalah kombinasi dari dua unsur, yaitu (Sri
Susilo,
2004):
(1) faktor permintaan pasar, dan (2)
kenaikan harga input dan kelangkaan barang input. Dari sisi faktor permintaan, kinerja usaha akan bertahan atau membaik jika pangsa pasarnya tidak terpengaruh krisis atau bahkan meningkat karena krisis. Kinerja usaha
dapat bertahan
atau membaik juga dapat
disebabkan oleh harga input yang digunakan terpengaruh oleh krisis ekonomi atau tidak. 7. Pengertian Pendapatan a. Teori Pendapatan Pendapatan
merupakan
hasil
yang
didapatkan
karena
seseorang telah berusaha sebagai ganti atas jerih payah yang telah dikerjakannya. Pendapatan industri adalah pendapatan yang diperoleh karena telah mengorganisasikan seluruh faktor
faktor
produksi yang dikelolanya. Pendapatan yaitu pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematik dapat dinyatakan (William A. Eachern, 2001 : 98) : TR = P X Q, Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan P = Harga Jual Produk Q = Jumlah produksi yang terjual Pendapatan bersih merupakan pendapatan bruto setelah biaya dalam proses produksi. Biaya
dikurangi dengan biaya
yang dimaksud disini adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diiukur dalam satuan uang, yang dikeluarkan saat proses produksi berlangsung, demi untuk menghasilkan suatu produk tertentu (Mulyadi, 1990 : 7). Biaya ini merupakan pengorbanan yang secara ekonomis tidak dapat dihindari dalam proses produksi. b. Faktor
Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
1) Modal Usaha Modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
untuk
modal adalah barang
menaikkan
tingkat produksi, atau
barang yang dapat digunakan untuk
berproduksi dimasa yang akan datang (Irwan & M. Suparmoko, 1992 : 75). Jenis modal menurut sumbernya dibagi menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 171
172) :
a) Modal sendiri
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik pribadi pengusaha dan tertanam pada usaha tertentu dan digunakan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. b) Modal asing Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar, yang bersifat sementara sehingga modal tersebut merupakan hutang dan pada saatnya yang
diperoleh
dari
konsekuensi berupa
harus
dikembalikan.
Modal
pihak asing akan mempunyai
pembayaran
bunga pada
tiap
bulannya, sehingga dengan modal ini biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pengusaha akan meningkat. Jenis
modal
berdasarkan
fungsi
kerjanya
terbagi
menjadi (Bambang Riyanto, 1994 : 51): a) Modal tetap yaitu modal yang berwujud peralatan untuk proses produksi. b) Modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai operasi usaha seperti membayar persekot bahan baku, yang diharapkan dapat kembali lagi. Uang
masuk
yang
berasal
dari hasil penjualan
produk akan dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi produksi selanjutnya. 2) Tenaga Kerja Soetomo (1990 : 3) mendefinisikan tenaga kerja adalah sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
a. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan dalam
kegiatan
produksi,
karena
faktor
produksi inilah yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi yang lain guna menghasilkan suatu output. Beberapa pengertian tenaga kerja adalah sebagai berikut : (Soetomo, 1990: 3). 1. Tenaga kerja adalah
seseorang
yang
mampu
melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Tenaga kerja adalah sejumlah penduduk yang dapat menghasilkan barang dan jasa, jika ada permintaan tenaga kerja
dan
mereka
bersedia
berpartisipasi
dalam akivitas tersebut. 3. Tenaga kerja juga berarti penduduk usia kerja dalam arti sudah bekerja, sedang bekerja, mencari kerja, dan yang sedang melakukan kegiatan seperti sekolah, mengurus rumah tangga, namun sewaktu
dan
kegiatan
lainnya,
waktu dapat berpartisipasi untuk
bekerja jika dibutuhkan. Adapun tenaga yang benar
benar terlibat dalam
kegiatan produksi dan yang sedang mencari pekerjaan disebut angkatan kerja. Definisi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang bekerja dan menganggur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
atau
sedang mencari lowongan kerja (Payaman J.
Simanjuntak, 1985 : 3). Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting
dan harus diperhitungkan dalam
proses produksi dengan jumlah yang cukup, tidak hanya dalam hal jumlah namun juga dalam hal kualitas dan macam tenaga kerja yang memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan pada tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimum ( Soekartawi, 2003 : 27). Faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah pemakaian tenaga kerja agar optimal adalah (Sugiyarto et al, 2002 : 495) : a) Tambahan
biaya
yang
harus
dikeluarkan
oleh
perusahaan karena menambah penggunaan tenaga kerjanya. b) Tambahan
penerimaan
yang diperoleh penggunaan tenaga
(produk
yang
dihasilkan)
perusahaan
karena
menambah
kerjanya
(MPL).
Penambahan
pemakaian jumlah tenaga kerja (L) akan menaikkan tingkat
output.
penerimaan yang
Jika output tersebut terjual maka diperoleh perusahaan
juga
akan
naik. Perusahaan akan terus menambah penggunaan tenaga
kerjanya
sepanjang petambahan penerimaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
yang diterima perusahaan masih lebih besar daripada tambahan
biaya
menambah
yang
jumlah
harus dikeluarkan tenaga
akibat
kerja
yang
digunakan(Sugiyarto, 2002 : 495). Tingkat produksi yang dicapai perusahaan mula mula akan terus mengalami kenaikan seiring adanya penambahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Namun
pada
titik
tertentu
kenaikan
tersebut
semakin berkurang. Hal ini lebih dikenal sebagai the law
of diminishing
returnyang
ditunjukkan
oleh
gambar 2.1 berikut (Sugiyarto et al., 2002:496).
Gambar 2.1 Permintaan Tenaga Kerja Perusahaan Pada Pasar Persaingan Sempurna Dari gambar 2.1 di atas dapat terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan maka tambahan produk yang dihasilkan semakin
berkurang. Sebagai contoh pada saat
penggunaan tenaga kerja pada tingkat
commit to user
L1
maka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
tambahan
output
sebesar
MPL1,
tapi setelah
penggunaan tenaga kerja ditambah menjadi L2 maka tambahan produk yang dihasilkan berkurang menjadi MPL2. 3) Pengalaman Usaha Pengalaman
dapat
diartikan
sebagai
interaksi
diri
pribadi dengan lingkungan, dimana didalamnya seseorang belajar secara aktif dan interaktif dengan lingkungan tersebut. Istilah pengalaman yang lain juga dapat diartikan sebagai hasil belajar. Pengalaman yang diperoleh seseorang meliputi tiga aspek yaitu menurut Soemanto, 2002 : 22 : a) Pengalaman berupa pengetahuan b) Pengalaman berupa keterampilan c) Pengalaman berupa sikap atau nilai. Pengalaman berupa keterampilan dapat memberikan kesejahteraan
pribadi,
karena dengan
baik
keterampilan
lahiriah yang
maupun lebih
batiniah,
baik
maka
seseorang akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatannya. Ritawati Tedjakususma 2005 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Faktor Kematangan Karyawan Terhadap
Prestasi
Pengusaha Alat alat
Kerja Dapur
Pekerja di
Operasional Kecamatan
pada Candi,
KabuaptenSidoarjo menunjukkan bahwa pengalaman usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
secara signifikan berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktifitas pekerja, yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima. Ismono
Wahyu
dalam skripsinya mengatakan bahwa
terdapat beberapa pendapat
para ahli yang mengemukakan
tentang pengalaman kerja, diantaranya adalah: a) Harold,
berpendapat
keterampilan merupakan
bahwa
kecakapan
atau
suatu
kemampuan
yang
diperoleh melalui pengalaman kerja setelah melalui suatu masa kerja. b) John Locke, berpendapat dalam perkembangan jiwa seseorang
pada
mendapatkan
lingkungan
pengalaman
yang yang
dinamis berguna
akan dalam
menyelesaikan tugasnya 4) Tingkat Pendidikan Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak hanya menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dengan demikian akan meningkatkan produktifitas. Asumsi
dasar
teori
peningkatan pendapatan
human
capital
seseorang akan
adalah
bahwa
diperoleh salah
satunya melalui peningkatan pendidikan. Setiap tambahan satu tahun sekolah berarti meningkatkan kemampuan kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
dan tingkat penghasilan seseorang, namun hal tersebut berarti menunda penerimaan penghasilan selama satu tahun karena mengikuti sekolah (Payaman J. Simanjuntak, 1985:58). B. Penelitian Sebelumnya 1. Penelitian Deny Ertanto (2008) telah melakukan penelitian dengan Faktor
judul Analisis Faktor Pengrajin
Gitar
di
Desa
Yang Mempengaruhi Pendapatan Mancasan
Kecamatan
Baki
KabuaptenSukoharjo tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor Pengrajin
Gitar
faktor yang mempengaruhi tingkat Pendapatan di
Desa
KabuaptenSukoharjo. Variabel
Mancasan
Kecamatan
Baki
variabel penjelas dari variabel
dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah variabel modal,
jumlah
tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat
pendidikan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu
data primer yang berupa data cross sectional yang diambil
dengan teknik
kuesioner dari
sampel
yang
berjumlah
43
responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data yang telah ada pada instansi
data
instansi yang memiliki keterkaitan
dengan masalah yang sedang diteliti dan diperoleh sebelum maupun sesudah penelitian berlangsung. Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier. Hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat variabel tersebut variabel yang mempengaruhi adalah variabel modal kerja, tenaga kerja, dan tingkat pendidikan yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan
pengrajin
gitar masing
dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas masing
sebesar 0,0943 (0,000), 218.530,2 (0,24), dan 128.770,2(0,39). 2. Anik Sri Sulanjari 2003 telah Analisis Faktor
melakukan penelitian dengan judul
Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan
PekerjaPada Usaha Kerajinan Genteng di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor yang
mempengaruhi
tingkat Pendapatan
faktor
Pekerja Pada Usaha
Kerajinan Genteng di Kabuapten Sukoharjo. Variabel
variabel
penjelas dari variabel dependen tingkat pendapatan yang digunakan adalah Jam Kerja, Pengalaman Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga dan Jenis Pekerjaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : data primer yang berupa data cross sectional yang diambil dengan teknik kuesioner dari sampel yang berjumlah 80 responden. Sedangkan data sekunder yang merupakan pendukung dari penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) KabuaptenSragen, Kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan. Model persamaan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Hasil penelitian tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5 % dari keempat variabel tersebut hanyalah variabel modal kerja dan tenaga kerja yang secara nyata berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha mebel dengan nilai koefisien regresi dan probabilitas masing
masing sebesar 0,69975 (0,000) dan 1005672 (0,006262).
C. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, untuk mengetahui keberhasilan usaha para pengrajin logam, akan dihitung dari pendapatan yang diperoleh pengrajin untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam penelitian ini, pendapatan pengrajin dipengaruhi oleh faktor
faktor modal,
jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan keterangan di atas serta untuk memudahkan dalam menganalisa data skripisi ini, maka dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
Modal Usaha
Jumlah Tenaga Kerja
commit to user Pengalaman Usaha
Pendapatan pengrajin Logam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Tingkat Pendidikan Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Penjelasan gambar : Apabila pendapatan naik sebesar satu satuan maka pendapatan juga akan naik sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya, begitu juga jika jumlah tenaga kerja jika naik satu satuan maka pendapatan juga akan naik sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya, jika pengalaman usaha naik sebesar satu tahun maka pendapatan akan naik sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya dan jika tingkat pendidikan naik satu tahun maka pendapatan akan naik juga sebesar satu satuan begitu pula sebaliknya. D. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap pertanyaan
yang
diajukan.
Dari
permasalahan
di
berpengaruh
secara
atas
dapat
dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga
variabel
modal
usaha
signifikan
terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 2. Diduga variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan, Cepogo, Kabupaten Boyolali.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3. Diduga variabel pengalaman usaha berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 4. Diduga variabel tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. 5. Diduga variabel modal usaha, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, dan tingkat pendidikan secar a bersama
sama berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali.
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian
tentang kerajinan logam ini dilakukan di Kabupaten
Boyolali sebagai obyek penelitian yaitu sentra kerajinan logam di Desa Tumang Kecamatan Cepogo. B. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari para pengrajin logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Data sekunder didapat dari instansi yang terkait dalam penelitian ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section, artinya data diambil pada tahun yang sama. Data ini meliputi data tingkat pendapatan, modal usaha, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, pengalaman usaha para pengrajin logam. Data sekunder merupakan data yang dapat menjelaskan gambaran umum daerah penelitian. Data ini diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), kantor Kecamatan, maupun kantor kelurahan. C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti. 2. Interview Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dengan pengrajin logam secara langsung. 3. Kuesioner Teknik pengumpulan data dengan membuat daftar pertanyaan dan / atau pernyataan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada sebagian pengrajin logam yang dinilai representatif. 4. Studi Pustaka Mencari dan mengumpulkan data yang sudah ada, baik yang ada di buku, majalah dan koran, BPS ataupun data pada internet dan sumber yang lain. D. Teknik Analisis Data 1. Uji Pemilihan Model
commit to user
data yang tersedia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
a. Metode Regresi Linier Berganda ( Ordinary Least Square) Untuk menguji hipotesis, seberapa besar pengaruh modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha dan tingkat pendidikan terhadap pendapatan, maka digunakan rumus regresi linier berganda sebagai berikut (Sumodiningrat, 1994;78) : Y = 0 + 1 Mod+ 2 TK + 3 PU + 4TP + e Dimana: Y = Pendapatan Pengusaha Logam Mod = Variabel Modal TK = Variabel Jumlah Tenaga Kerja PU = Variabel Pengalaman Usaha TP = Variabel Tingkat Pendidikan
e = Variabel penganggu Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut dilakukan
uji
statistik dan uji asumsi. Uji
statistik
meliputi uji t, uji F dan uji koefisien determinasi ( Uji asumsi meliputi
uji Multikolienaritas, uji Heteroskedastisitas dan uji
Autokorelasi, sebagai berikut : b. Uji Statistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
1) Uji t ( uji secara individu) Uji t adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial untuk
mengetahui
signifikansi masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen (Gujarati, 1995 : 77).
Dalam Uji t dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Menentukan Hipotesis i = 0 (berarti variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen)
individu berpengaruh terhadap variabel dependen) b)
c) Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut : -K ) = derajat signifikasi N = banyaknya data yang digunakan K = banyaknya parameter atau koefisien regresi pluskonstanta
t hitung =
ariable ke-i
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Se = Standar eror d) Kriteria Pengujian
Gambar 3.1 Aturan uji t Ho diterima apabila
/2 /2
Ho ditolak apabila t < e) Kesimpulan -
Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima Ha ditolak artinya koefisien regresi
variabel independen tidak
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. -
Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya
koefisien
regresi
variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. 2) Uji F (uji secara bersama
sama)
Uji F adalah uji terhadap koefisien regresi parsial secara bersama-sama.
Uji
ini
dimaksudkan
mengetahui apakah variabel independen bersama-sama mempengaruhi variabel untuk
mengetahui
apakah
commit to user
untuk
yang ada secara
dependennya
atau
persamaan model cukup eksis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
untuk digunakan (Gujarati, 1995:120). Dalam uji F ini dengan ketentuan sebagai berikut : a) Menentukan hipotesis: Ho = 1 = 2 = 3 = 4 = 0 (berarti secara bersama-sama variabel independen
tidak
mempengaruhi variabel
dependen) 1
Ha
2
3
4
= 0 (berarti secara bersama-sama
variabel independen mempengaruhi variabel dependen) b) Menentukan nilai c) Melakukan penghitungan nilai F (N-K) ; (K-1)
F tabel
= Derajat signifikasi N = Jumlah data K = Jumlah parameter dalam model termasuk konstanta
Dimana; R² = koefisien determinasi berganda K
= banyaknya parameter total yang dipakai rekan
N
= banyaknya observasi
d) Kriteria pengujian Ho diterima apabila F hitung = F tabel Ho ditolak apabila F hitung > F tabel e) Kesimpulan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
-
Jika F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
-
Jika F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya independen
koefisien
regresi
secara bersama-sama
variabel
mempengaruhi
variabel dependen secara signifikan. 3) Uji koefisien determinasi (R²) Digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variasi dari variabel bebas dapat menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikat. Jika R² mendekati nol, maka variabel bebas tidak menerangkan dengan baik variasi dari variabel terikatnya. Jika R² mendekati 1, maka variasi dari variabel tersebut dapat menerangkan dengan baik dari variabel terikatnya (Gujarati, 1995:98)
dimana R² adalah 0 = R² = 1 Jika R²= 1, berarti ada kecocokan yang sempurna Jika
R² = 0 berarti tidak ada hubungan variabel dependen
dengan variabel independen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Jika R2
berarti bahwa variabel independen hubungannya
semakin
dekat
dengan
variabel
dependen
atau
dapat
dikatakan bahwa model tersebut baik. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas
lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah
kondisi adanya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan
beberapa variabel
bebas, maka
multikolinieritas
tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana. Cara paling mudah untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti terjadi multikolinieritas (Winarno, 2009 : 51)
b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi fungsi regresi
jika gangguan
yang mempunyai
varian
muncul dalam
yang tidak sama,
sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan Uji White (Winarno, 2009 : 58)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Uji White terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut
akan
diperoleh nilai observasi R² untuk kemudian
dibandingkan dengan a = 0,05 atau 5%. Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari
0,05,
maka
tidak
terdapat
masalah
heteroskedastisitas dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai adanya korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM
adalah Breusch-Godfrey Test
(Winarno, 2009 : 52) Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut
akan diperoleh nilai observasi R² untuk kemudian
dibandingkan dengan
= 0,05 atau 5 %.
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat autokorelasi. E. Populasi 1. Populasi atau Universe adalah jumlah keseluruhan dari satuan individu yang karakteristiknya hendak diduga
satuan atau individu (Djarwanto, 2000:42).
Dalam
penelitian
ini
yang
merupakan
populasi adalah sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali dengan jumlah 70 responden (pengrajin logam). 2. Sampel
adalah
sebagian
dari
populasi
yang
sebagian
karakteristiknya hendak diselidiki (Djarwanto, 2000:43). Penentuan besar sampel dalam penelitian ini menurut metode Slovin dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi 1 = Angka Konstan e = Nilai Kritis (batas ketelitian yang digunakan, e = 0,05) Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
= 40 Penentuan besar sampel dalam penelitian kerajinan logam
di
Kecamatan
Cepogo,
ini adalah Kabupaten
sentra
Boyolali
dengan jumlah 60 responden (pengrajin logam). F. Teknik Pengambilan Sampel Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengambil sampel (Suparmoko, 1999 : 33). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik secara acak sederhana (Purposive Random Sampling), seluruh individu
dalam populasi diberi kesempatan untuk
dipilih menjadi anggota sampel (Subiyanto, 2000 : 101). G. Definisi Operasional Variabel Ada dua jenis variabel yang perlu didefinisikan untuk keperluan dalam penelitian ini yaitu : 1. Variabel Dependen, yaitu pendapatan Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas (Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80) Variabel dependen disini adalah pendapatan yang diperoleh dari jumlah produk fisik yang dihasilkan dikalikan dengan harga jualnya atau dalam persamaan matematik dapat dinyatakan TR=P X Q. Dimana TR = Penerimaan Total atau Pendapatan P = Harga Jual Produk Q = Jumlah produksi yang terjual
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). Jadi pendapatan yang hendak diteliti adalah penerimaan kotor seorang pengusaha yang diperoleh dari hasil penjualan kerajinan logam, belum dikurangi biaya operasional dan tenaga kerja. 2. Variabel Independen, meliputi : Variabel karakteristik rangka
independen
adalah
kondisi
kondisi
atau
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam
untuk menerangkan hubungan fenomena yang diobservasi
(Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, 1999 : 80). Variabel independen dalam penelitian ini adalah : a. Modal Usaha Modal usaha merupakan variabel independen yang menyatakan besarnya input yang harus dikeluarkan sebelum pengusaha berproduksi atau memulai usahanya. Variabel ini diukur dalam satuan rupiah (Rp). b. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan variabel independen yang secara langsung terlibat dalam usaha pembuatan kerajinan logam . Tenaga kerja dalam hal ini adalah penduduk atau mereka yang benar
benar sedang bekerja pada unit usaha tertentu (kerajinan
logam). Variabel ini diukur dalam jumlah tenaga kerja / orang yang dipekerjakan. c. Pengalaman Usaha
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Pengalaman
usaha
merupakan
variabel
independen
yang
menyatakan berapa lama responden atau pengusaha telah berkecimpung dalam bidang usahanya. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah tahun yang telah dijalaninya. d. Tingkat Pendidikan Tingkat
pendidikan
merupakan
variabel
independen
yang
menyatakan besar atau lamanya tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh pengusaha atau responden. Variabel ini diukur berdasarkan jumlah tahun responden duduk dibangku sekolah. H. Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat dalam bentuk kuesioner yang diisi oleh responden, dibuat dalam pertanyaan terbuka dan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah daftar pertanyaan yang tidak memberikan alternatif
jawaban
kepada
responden,
sehingga
responden bebas dalam menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan peneliti. Pertanyaan tertutup adalah alternatif jawaban memilih
salah
kepada
jenis pertanyaan yang memberikan
responden,
sehingga
responden
dapat
satu dari berbagai alternatif jawaban yang diberikan
peneliti. Karena pertanyaan dalam penelitian ini cukup kompleks, maka sebagian
besar
metode pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara langsung satu persatu dengan pengusaha / responden.
commit to user
cara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Kecamatan Cepogo merupakan salah satu dari 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali. Kecamatan Cepogo terdiri dari 15 desa. Wilayah Kecamatan Cepogo dibatasi oleh :
a) Sebelah Utara
: Kecamatan Ampel
b) Sebelah Timur
: Kecamatan Boyolali
c) Sebelah Selatan
: Kecamatan Musuk
d) Sebelah Barat
: Kecamatan Selo
Hampir
seluruh
wilayah
Kecamatan
Cepogo
memiliki
ketinggian tanah yang cukup tinggi, sebab ber ada di kaki Gunung Merapi. Kondisi tanahnya kurang begitu subur apalagi saat musim kemarau, kesulitan air bersih selalu dirasakan oleh penduduk daerah
ini.
Dari
segi
menempati lahan seluas
penggunaan lahan, Kecamatan Cepogo 5.299,8000 Ha, dimana 5.244,0000
Ha
merupakan tanah kering dan 55, 8000 Ha adalah tanah sawah (Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2010). 2. Kondisi Demografis Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat sebesar 53.280 jiwa dengan jumlah penduduk laki
laki sebesar 26.222 jiwa, jumlah penduduk
perempuan sebesar 27.058 jiwa dan dengan kepadatan penduduk sebesar 1,005 Jiwa/Km2. Jumlah penduduk Kecamatan Cepogo tahun 2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 sebesar 52.160 jumlah penduduk laki
jiwa
dengan
laki 25.650 jiwa dan jumlah penduduk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
perempuan 26.510 jiwa dan jumlah penduduk pada tahun 2006 sebesar 51.722 jiwa dengan jumlah penduduk laki
laki sebesar
25.439 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 26.283 jiwa. Berdasarkan data di atas, berarti dalam tiga tahun terakhir jumlah penduduk
di
Kecamatan Cepogo
terus
mengalami
kenaikan
(Sumber : Kecamatan Cepogo Dalam Angka Tahun 2010).
Tabel 4.1 Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kecamatan Cepogo Tahun 2011 Desa
Luas (km²)
Jumlah Penduduk Lakilaki
Perempuan
Jumlah
Kepadatan Penduduk (jiwa/km²)
Wonodoyo
5,8800
1.133
1.192
2.325
395
Jombong
3,0240
1.118
1.111
2.229
737
Gedangan
3,9600
1.937
1.954
3.891
983
Sumbung
3,5380
1.799
1.857
3.656
1033
Paras
0,5380
468
489
957
1779
Jelok
6,1100
2.654
2.810
5.464
894
Bakulan
2,1210
889
932
1.821
859
Mliwis
5,4790
2.737
2.847
5.584
1019
Sukabumi
2,5730
1.557
1.616
3.173
1233
Genting
2,3210
1.015
1.045
2.060
888
Cepogo
3,8530
3.272
3.460
6.732
1747
Kambangkuning
3,5670
2.060
2.097
4.157
1165
Cabeankunti
4,1080
1.845
1.904
3.749
913
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Candigatak
2,9100
1.522
1.563
3.085
1060
Gubug
3,0160
1.796
1.821
3.617
1199
Jumlah
52,9980
25.802
26.698
52.500
991
Sumber : Kecamatan Cepogo 2011 Menurut tabel 4.1 di atas kepadatan penduduk tertinggi berada di Desa Paras dengan jumlah kepadatan penduduk per km² sebesar 1779, kemudian Desa Cepogo sebesar 1747, Desa Sukabumi sebesar 1233, Desa Gubug sebesar 1199, Desa Kembangkuning sebesar 1165, Desa Candigatak sebesar 1060, Desa Sumbung Sebesar 1033, Desa Mliwis sebesar 1019, Desa Gedangan sebesar 983, Desa Cabeankunti sebesar 913, Desa Jelok sebesar 894, Desa Genting sebesar 888, Desa Bakulan sebesar 859, Desa Jombong sebesar 737 dan terakhir Desa Wonodoyo sebesar 395. Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Menurut Desa Di Kecamatan Cepogo Tahun 2011 Desa
Tahun
Perubahan
Pertumbuhan (%)
2009
2010
Wonodoyo
2.303
2.325
22
0,96
Jombong
2.201
2.229
28
1,27
Gedangan
3.856
3.891
35
0,91
Sumbung
3.643
3.656
13
0,36
Paras
956
957
1
0,10
Jelok
5.426
5.464
38
0,70
Bakulan
1.813
1.821
8
0,44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Mliwis
5.508
5.584
76
1,38
Sukabumi
3.150
3.173
23
0,73
Genting
2.045
2.060
15
0,73
Cepogo
6.691
6.732
41
0,61
Kambangkuning
4.142
4.157
15
0,36
Cabeankunti
3.736
3.749
13
0,35
Candigatak
3.068
3.085
17
0,55
Gubug
3.622
3.617
-5
- 0,14
Jumlah
52.160
52.500
340
0,65
Sumber : Kecamatan Cepogo 2011 Menurut data pada tabel 4.2 di atas pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Desa Mliwis sebesar 1.38 kemudian Desa Jombong sebesar 1.27, Desa Wonodoyo sebesar 0.96, Desa Gedangan sebesar 0.91, Desa Sukabumi dan Desa Genting sama sebesar 0.73, Desa Jelok sebesar 0.70, Desa Cepogo sebesar 0.61, Desa Candigatak sebesar 0.55, Desa Bakulan sebesar 0.44, Desa Sumbung dan Desa Kembangkuning sama sebesar 0.36, Desa Cabeankunti sebesar 0.35, Desa Paras sebesar 0.10 dan terakhir Desa Gubug sebesar -0.14.
3. Komposisi Tingkat Pendidikan Komposisi
berdasarkan
tingkat pendidikan
adalah
jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
dalam hal ini pendidikan formal. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Boyolali, komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Umur 5 Tahun Ke atas Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Cepogo tahun 2009 2010 No
Tingkat Pendidikan
2009
2010
Pertumbuhan 2009-2010 (%)
1
PT / D IV
231
233
0,87 %
2
Akademi
49
45
-8,16 %
3
D I / D II
17
16
-5,88 %
4
SMA
996
1010
1,41 %
5
SMP
1116
1146
2,69 %
6
SD
2292
2302
0,44 %
7
Tidak / belum sekolah
1528
1591
4,12 %
Jumlah
6229
6343
Sumber : Kecamatan Cepogo 2010 Menurut tabel 4.3 di atas pertumbuhan penduduk usia 5 tahun ke atas yang menempuh pendidikan terbanyak yaitu SMP sebesar 2.69%, kemudian SMA sebesar 1.41%, PT / DIV sebesar 0.87, D I / D II sebesar -5.88%, Akademia (kursus) -8.16% dan sisanya sebesar 4.12% belum / tidak tamat
4. Komposisi Mata Pencaharian Komposisi
menurut
mata
pencaharian
merupakan
jumlah
penduduk yang bekerja (usia 10 tahun ke atas) menurut lapangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pekerjaan utama dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2010.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Boyolali, pada tahun 2012 jenis lapangan
pekerjaan
yang ditekuni penduduk
Kecamatan
Cepogo ada berbagai macam. Pada tabel 4.4 akan memperlihatkan banyaknya penduduk menurut mata pencahariannya.
Tabel 4.4 Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian (Usia 10 Tahun Ke Atas) di Kecamatan Cepogo tahun 2009 No
Lapangan Pekerjaan
2009
2010
2010
Pertumbuhan 2009-2010 (%)
1
Pertanian Tanaman Pangan
19.285
19.337
0,27%
2
Perkebunan
1.882
1.964
4,36%
3
Perikanan
-
-
-
4
Peternakan
9.335
9.772
4,68%
5
Pertanian Lainnya
-
-
-
6
Industri Pengolahan
2.475
2.495
0,81%
7
Perdagangan
2.320
2.349
1,25%
8
Jasa
583
594
1,89%
9
Angkutan
432
452
6,02%
10
Lainnya
7.675
7.309
- 4,77%
43.987
44.272
Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik 2010
Menurut tabel 4.3 di atas banyaknya penduduk menurut mata pencaharian (usia 10 tahun ke atas) tertinggi adalah disektor angkutan sebesar 6.02 kemudian sektor Peternakan sebesar 4.68, sektor Perkebunan sebesar 4.36, sektor Jasa sebesar 1.89, sektor perdagangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
sebesar 1.25, sektor industri pengolahan sebesar 0.81, sektor pertanian tanaman pangan sebesar 0.27 dan sisanya sebesar -4.77. 5. Penggunaan lahan Kecamatan
Cepogo
menempati
lahan
seluas
385,3 Ha.
Penggunaan lahan di Kabupaten Boyolali pada tahun 2008 tercatat lahan yang paling banyak digunakan sebagai Tegal/Kebun yaitu seluas 202,5134 Ha. Tabel 4.5 Penggunaan lahan di Kecamatan Cepogo tahun 2011 Penggunaan Tanah Sawah
Luas (Ha) -
Pekarangan/bangunan
129,0413
Tegal/Kebun
202,5134
Padang Gembala
-
Tambak/Kolam
-
Hutan Negara
-
Perkebunan Negara/Swasta
-
Lainnya
26,2304
Jumlah
385,3 Sumber : Kecamatan Cepogo 2011
Menurut tabel 4.5 diatas terlihat sebagian besar penggunann lahan di Kecamatan Cepogo banyak digunakan untuk pertanian yang berupa tegal/kebun. 6. Mata Pencaharian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Mata
pencaharian
penduduk
dikelompokkan
menjadi
9
kelompok yaitu Pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, pertanian lainnya, industri pengolahan, perdagangan, jasa, angkutan dan lainnya. Secara rinci penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.6 Klasifikasi Penduduk Kecamatan Cepogo Usia Sepuluh Tahun Ke Atas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2011 No
Mata Pencaharian
Jiwa
1
Pertanian tanaman pangan
19.337
2
Perkebunan
1.964
3
Perikanan
-
4
Peternakan
9.772
5
Pertanian lainnya
6
Industri pengolahan
2.495
7
Perdagangan
2.349
8
Jasa
594
9
Angkutan
452
10
Lainnya
-
7.309 Jumlah
44.272
Sumber : Kecamatan Cepogo 2011 Pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Cepogo merupakan daerah dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar di bidang pertanian yaitu sebanyak 19.337 jiwa, jumlah ini terbanyak dibandingkan
dengan
commit to user
lainnya,
jumlah
penduduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
berdasarkan mata pencaharian yang paling sedikit di Kecamatan Cepogo adalah angkutan yaitu 452 jiwa. 7. Keuangan Daerah Berdasarkan target dan realisasi pendapatan daerah Kecamatan Cepogo dari pos pajak bumi dan bangunan tahun 2011, anggaran yang ditargetkan sebesar Rp. 473. 127.558 dan anggaran yang terealisasi sebesar Rp. 419.445.937 dengan prosentase sebesar 89%. B. Gambaran
Umum
Sentra
Kerajinan
Logam
di
Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali 1. Latar belakang usaha kerajinan logam Latar belakang munculnya usaha ini adalah karena Kecamatan Cepogo sudah berpuluh puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam. Produknya pun sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri. Popularitas sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para pengrajin barang logam di daerah tersebut. Dengan banyaknya
peminat
sentra kerajinan
logam dari
Kecamatan Cepogo, merupakan suatu aset tersendiri baik dalam menunjang pembangunan
dan
terlebih pengentasan kemiskinan
yang diantaranya pengurangan jumlah pengangguran dan menyerap banyak pekerja terutama pekerja dengan tingkat pendidikan rendah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
karena
untuk menjadi seorang pengrajin logam, yang dibutuhkan
adalah skill dalam menempa, mengukir dan merealisasikan design gambar menjadi sebuah karya seni kerajinan logam, dengan semakin banyaknya tenaga kerja yang diserap dan itu berarti juga membantu
pemerintah
dalam
mengetaskan
dan
mengurangi
pengangguran. Terlebih lagi di era globalisasi seperti sekarang, kebutuhan akan karya seni dengan nilai artistik yang tinggi justru semakin meningkat sehingga perkembangan kerajinan ini semakin lama semakin maju dan tentunya akan semakin banyak karyawan yang direkrut dan dipekerjakan dalam industri kerajinan logam ini. 2. Bahan baku Bahan
baku utama dari pembuatan kerajinan
logam adalah
tembaga, kuningan, dan alumunium. Bahan baku tersebut berupa lembaran logam
(tembaga, kuningan dan alumunium). Pengrajin
logam mendapatkan bahan baku logam dari agen Solo, Semarang, dan Jakarta. 3. Peralatan yang digunakan Alat
alat produksi sangat dibutuhkan dalam proses produksi
untuk kelancaran produksi. Peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan kerajinan logam
kebanyakan
masih manual dan
sederhana seperti palu, tatah, gunting besi, las dan gerinda. Karena untuk membuat hasil karya yang menarik dan berdaya seni tinggi diperlukan sentuhan tangan manusia bukan sentuhan mesin. 4. Tenaga kerja
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tenaga kerja yang digunakan mayoritas berasal dari daerah sekitar. Tidak ada syarat
syarat tertentu yang diajukan oleh pengrajin
logam (seperti tingkat pendidikan) terhadap calon tenaga kerja yang akan mereka rekrut. Syarat untuk menjadi tenaga kerja usaha kerajinan logam adalah calon tenaga kerja harus memiliki cukup keterampilan dan keahlian dalam membuat kerajinan logam. Usia yang dipekerjakan dalam usaha ini termasuk dalam usia muda. Mayoritas tenaga kerja mempunyai usia berkisar antara 20 tahun sampai dengan 50 tahun. Para pekerja ini bekerja rata
rata selama
delapan jam setiap harinya. Mayoritas tenaga kerja ini akan menerima upah pada akhir minggu. Mereka biasa menerima upah pada hari Sabtu tiap minggunya. Terdapat dua macam sistem pengupahan yang dibayarkan oleh para pengusaha kerajinan logam kepada tenaga kerjanya. Sistem yang banyak digunakan adalah upah dibayarkan berdasarkan berapa unit barang yang telah mereka produksi dalam seminggu. Sistem seperti ini biasa disebut sistem borongan.
5. Pemasaran Terdapat dua kategori luas daerah
pemasaran yang dilakukan
oleh pengusaha sentra kerajinan logam di Kecamatan Cepogo. Kategori pertama adalah daerah pemasaran lokal, yaitu produk yang dihasilkan hanyalah di pasarkan di Indonesia. Daerah ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
meliputi Jakarta, Bali. Produk yang pemasarannya termasuk dalam hal ini adalah lampu taman, asbak, vas, tempat lilin, tempat buah, koran, bokor. Kategori kedua adalah pemasaran tingkat internasional yaitu produk yang telah dihasilkan merupakan produk ekspor. Namun teknis pemasaran untuk tingkat ini (ekspor) tidak dilakukan secara langsung oleh pengusaha tetapi dilakukan oleh pengusaha satu tingkat di atas mereka. Negara tujuan ekspor tersebut diantaranya adalah Jerman, Australia, Amerika. Jenis produk yang termasuk dalam kualitas ekspor adalah relief, guci, Bathtube. C. Analisis
Deskriptif
Sentra
Kerajinan
Logam
di
Kecamatan
Cepogo, Kabupaten Boyolali Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap sentra kerajinan logam
di
Kecamatan
Cepogo,
wawancara dan kuesioner dalam
Kabupaten
Boyolali
dari
hasil
penelitian ini, diperoleh data-data
tentang pengrajin logam terutama mengenai pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali . Datadata tersebut antara lain mengenai pendapatan, modal, jumlah tenaga kerja, pengalaman usaha, tingkat pendidikan. Data-data yang ditampilkan pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Pendapatan Dari
data
pendapatan
pada
pengrajin
logam
di
sentra
kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa pendapatan tertinggi adalah Rp. 350.000.000,- per bulan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
yang terendah adalah Rp. 2.000.000,- per bulan dan
rata
rata
pendapatan Rp 70.000.000 . Pendapatan diukur dalam satuan rupiah.
Tabel 4.7 Distribusi Pendapatan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas
Pendapatan
Jumlah
Persentase (%)
(Dalam Rupiah) 1
2.000.000 51.000.000
44
73,4
2
52.000.000 101.000.000
3
5
3
102.000.000
151.000.000
2
3,3
4
152.000.000
201.000.000
2
3,3
5
202.000.000
251.000.000
3
5
6
252.000.000
301.000.000
2
3,3
7
302.000.000
351.000.000
4
6,7
60
100
Total Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan 60 responden
terdapat 44
responden
(73,33%)
yang
memiliki pendapatan antara Rp. 2.000.000,- sampai dengan Rp. 51.000.000,- Pada pendapatan antara Rp. 52.000.000,- sampai dengan
Rp. 101.000.000,-
pendapatan antara Rp.
berjumlah
102.000.000,-
3 responden (5%), pada sampai
dengan
Rp.
151.000.000,- terdapat 2 responden (3,3%), pada pendapatan antara Rp. 152.000.000,- sampai lebih kecil dari Rp. 201.000.000,- terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
2 responden (3,33%), pada pendapatan antara Rp 202.000.000,sampai dengan Rp. 251.000.000,- terdapat responden 2 (3,33 %), pada
pendapatan
antara
Rp 252.000.000,-
sampai dengan Rp.
301.000.000,- terdapat 2 responden (3,3 %), sedangkan responden yang memiliki pendapatan antara Rp 302.000.000,- sampai dengan Rp 351.000.000,- terdapat 4 responden (6,7%).
2. Modal Dari data modal pada pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diketahui bahwa modal tertinggi adalah Rp. 300.000.000,- dan adalah Rp. 2.000.000,-. Rata
yang terendah
rata modal yang digunakan adalah Rp
50.000.000.
Tabel 4.8 Distribusi Modal Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas
Modal
Jumlah Persentase (%)
(Dalam Rupiah) 1
2.000.000 44.000.000
40
66,8
2
45.000.000
87.000.000
4
6,7
3
88.000.000 130.000.000
4
6,7
4
131.000.000
173.000.000
3
5
5
174.000.000
216.000.000
3
5
6
217.000.000
259.000.000
2
3,3
7
260.000.000
302.000.000
4
6,7
60
100
Total
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa dari 7 kelas dengan 60
responden
memiliki
terdapat
40
responden
(66,8%)
yang
modal antara Rp 2.000.000,- sampai dengan
Rp.
44.000.000,-. Pada modal antara Rp. 45.000.000,- sampai dengan Rp. 87.000.000,- terdapat 4 responden (6,7%), pada modal antara Rp. 88.000.000,-
sampai
dengan
Rp. 130.000.000,-
terdapat
4
responden (6,7%), pada modal antara Rp. 131.000.000,- sampai dengan
Rp. 173.000.000,- terdapat 3 responden (5%), pada
modal antara Rp 174.000.000,- sampai dengan Rp. 216.000.000,terdapat 3 responden (5%),
pada modal antara Rp 217.000.000,-
sampai dengan Rp. 259.000.000,- terdapat 2 responden (3,3 %), sedangkan
responden
260.000.000,-
sampai
yang dengan
memiliki Rp.
modal
antara
302.000.000
sebesar
Rp. 4
responden (6,7%). Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi modal terbesar pada modal antara Rp 20.000.000 sampai dengan Rp44.000.000.
3. Jumlah tenaga kerja Dari data jumlah tenaga kerja pada pengrajin logam di sentra kerajinan
logam
Kecamatan
Cepogo,
Kabupaten
Boyolali
diketahui bahwa jumlah tenaga kerja tertinggi adalah 50 orang dan
yang terendah adalah lima orang. Dari data tersebut dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
berdasarkan
rumus, penulis mendapatkan nilai interval kelas
sebanyak tujuh tenaga kerja. Maka pembagian kelasnya dan distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Tenaga Kerja Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas
Jumlah Tenaga Kerja
1
5 11
30
50
2
12
18
16
26,7
3
19
25
3
5
4
26
32
2
3,3
5
33
39
3
5
6
40
46
2
3,3
7
47
53
4
6,7
60
100
Total
Jumlah Persentase (%)
Sumber: Data Primer, diolah Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas dengan 60 responden terdapat 30 responden (50 %) yang menggunakan tenaga kerja antara dua tenaga kerja sampai dengan sebelas tenaga kerja. Pada jumlah tenaga kerja antara dua belas sampai dengan delapan belas terdapat enam belas responden (26,7%), pada jumlah tenaga kerja antara sembilan belas sampai dengan dua puluh lima terdapat tiga responden (5%), pada jumlah tenaga kerja antara dua puluh enam sampai dengan tiga puluh dua terdapat dua responden (3,3%), pada jumlah tenaga kerja antara tiga puluh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
tiga sampai dengan tiga puluh sembilan terdapat tiga responden (5%),
pada jumlah tenaga kerja antara empat puluh sampai
dengan
empat puluh enam terdapat dua responden (3,33 %),
sedangkan responden yang memiliki jumlah tenaga kerja antara empat puluh tujuh sampai dengan lima puluh tiga terdapat empat responden (6,7%). Hal ini menggambarkan bahwa frekuensi jumlah tenaga kerja terbesar pada jumlah tenaga kerja antara dua sampai sembilan orang tenaga kerja.
4. Pengalaman usaha Data pengalaman usaha pada pengrajin logam di sentra kerajinan
logam
Kecamatan
Cepogo,
diketahui bahwa pengalaman usaha
Kabupaten
terlama
Boyolali
adalah 30 tahun
dan yang pengalaman usahanya sedikit adalah satu tahun.
Tabel 4.10 Distribusi Pengalaman Usaha Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Kelas
Pengalaman Usaha (Dalam Tahun)
commit to user
Jumlah
Persentase (%)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
1
4 7
21
35
2
8 11
20
33,3
3
12 15
5
8,3
4
16 19
5
8,3
5
20 23
3
5
6
24 27
3
5
7
30 33
3
5
60
100
Total Sumber: Data Primer, diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa dari tujuh kelas dengan 60 responden terdapat 21 responden (35%) yang pengalaman usahanya antara empat sampai dengan tujuh tahun. Pada pengalaman usaha antara delapan sampai dengan dari sebelas tahun terdapat dua puluh responden (33,3%), pada pengalaman usaha antara dua belas sampai dengan
lima belas terdapat lima
responden (8,3%), pada pengalaman usaha antara enam belas sampai dengan sembilan belas terdapat lima responden (8,3%), pada pengalaman usaha antara dua puluh sampai dengan dua puluh tiga terdapat tiga responden (5 %), pada pengalaman usaha antara dua puluh empat sampai dengan dua puluh tujuh terdapat tiga responden (5 %), sedangkan responden yang memiliki pengalaman usaha antara tiga puluh sampai dengan tiga puluh tiga terdapat tiga responden (5%).Hal
ini
menggambarkan
commit to user
bahwa
frekuensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
pengalaman usaha terbesar pada pengalaman usaha antara empat sampai dengan tujuh tahun.
5. Tingkat Pendidikan Pendidikan mempunyai pengaruh bagi pengrajin logam dalam mengelola usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan pola pikir semakin rasional. Tabel 4.11 berikut ini menunjukkan jumlah pengrajin logam menurut tingkat pendidikan formal.
Tabel. 4.11 Distribusi Tingkat Pendidikan Pada Pengrajin Logam di Sentra Kerajinan Logam Kecamatan Cepogo,Kabupaten Boyolali No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
SD
30
50
2
SMP
15
25
3
SMA
10
16,7
4
S1
5
8,3
60
100
Total Sumber : Data primer, diolah
Berdasarkan tabel 4.11 diatas terlihat bahwa dari 60 responden terdapat
30 responden
(50%) berpendidikan SD, 15 responden
(25%) berpendidikan SMP, 10 responden (16,7%) berpendidikan SMA, dan
5
responden
(8,3%)
berpendidikan
S1.
Hal
ini
menunjukan bahwa sebagian besar Pengrajin Logam di sentra kerajinan
logam Kecamatan
Cepogo,
Kabupaten
Boyolali
berpendidikan SD, karena salah satunya pekerjaan yang siap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
dilakukan
dan
tersedia
bagi seseorang lulusan
SD
adalah
berdagang atau berwiraswasta. D. Pembahasan 1. Metode analisis data a. Metode regresi linier berganda Untuk menguji hipotesis, menggunakan analisis regresi linier berganda
sehingga dapat mengetahui pengaruh
Jumlah Tenaga Kerja, Pendidikan regresi
Pengalaman
Usaha
dan
Modal, Tingkat
terhadap Pendapatan. Adapun ringkasan hasil
estimasi
pendapatan industri kerajinan logam dapat
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.12 Hasil Regresi Persamaan Pendapatan Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:00 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable C X1 X2 X3 X4
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
3.152726 0.505059 0.017419 0.006676 0.049206
0.902673 0.146880 0.006286 0.009335 0.028949
3.492657 3.438580 2.771351 0.715149 1.699739
0.0013 0.0015 0.0089 0.4793 0.0981
R-squared 0.591468 Adjusted R-squared 0.544779 S.E. of regression 0.409900 Sum squared resid 5.880639 Log likelihood -18.41326 F-statistic 12.66815 Prob(F-statistic) 0.000002 Sumber : Hasil olahan E-Views
commit to user
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.281000 0.607529 1.170663 1.381773 1.246994 1.964502
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Berdasarkan tabel diatas
dapat
dibuat persamaan regresi
sebagai berikut : Pendapatan = 3.152726 + 0.505059Modal (X1) + 0.017419 TK (X2) + 0.006676 PU (X3) + 0.049206TP (X4) Selanjutnya terhadap hasil analisis regresi dengan model tersebut dilakukan uji Statistik dan uji Asumsi Klasik. Uji Statistik meliputi uji t, uji F, uji Koefisien Determinasi (R2). Uji Asumsi Klasik meliputi, uji Multikolinieritas, uji Heteroskedastisitas, uji Autokorelasi. Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah dugaan sementara (hipotesis) terhadap parameter sudah sesuai secar a teori dan statistik. b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel bebas terdapat korelasi dengan variabel bebas lainnya atau dengan kata lain multikolinieritas adalah kondisi adannya hubungan linier antarvariabel bebas. Karena melibatkan beberapa variabel bebas,maka
multikolinieritas
tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas adalah dengan regresi auxiliary, yaitu dengan melihat nilai R dan nilai r. Apabila dari hasil pengujian statistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
diperoleh r < R berarti tidak ada multi sedangkan jika r > R berarti terjadi multikolinieritas. Tabel 4.13 Uji Multikolenier Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:06 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable C X2 X3 X4
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
5.876067 0.016485 0.022834 0.070470
0.300034 0.006582 0.009885 0.030677
19.58467 2.504662 2.309952 2.297144
0.0000 0.0169 0.0267 0.0275
R-squared 0.341981 Adjusted R-squared 0.287146 S.E. of regression 0.465119 Sum squared resid 7.788075 Log likelihood -24.03183 F-statistic 6.236553 Prob(F-statistic) 0.001603
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.891250 0.550888 1.401591 1.570479 1.462656 2.152781
Sumber : Data Primer diolah R² 2 Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:07 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
C X1 X3 X4
-51.41451 9.001927 0.132348 -0.118586
R-squared 0.209141 Adjusted R-squared 0.143236 S.E. of regression 10.86885 Sum squared resid 4252.745 Log likelihood -150.0863 F-statistic 3.173377
commit to user
Std. Error
t-Statistic
22.34861 -2.300568 3.594068 2.504662 0.246539 0.536824 0.767352 -0.154539 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0273 0.0169 0.5947 0.8780 11.62500 11.74229 7.704317 7.873205 7.765382 2.185394
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
Prob(F-statistic)
0.035741
Sumber : Data Primer diolah R² 3 Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:08 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
C X1 X2 X4
-15.97854 5.653155 0.060004 -1.353330
R-squared 0.280017 Adjusted R-squared 0.220018 S.E. of regression 7.318386 Sum squared resid 1928.116 Log likelihood -134.2659 F-statistic 4.667049 Prob(F-statistic) 0.007435
Std. Error
t-Statistic
15.89483 -1.005267 2.447304 2.309952 0.111776 0.536824 0.465044 -2.910110 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.3215 0.0267 0.5947 0.0062 14.00000 8.286535 6.913296 7.082184 6.974361 2.322531
Sumber : Data Primer diolah R² 4 Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:08 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
C X1 X2 X3
-3.316423 1.814114 -0.005591 -0.140721
R-squared 0.237976 Adjusted R-squared 0.174474 S.E. of regression 2.359900 Sum squared resid 200.4886 Log likelihood -88.99510 F-statistic 3.747531 Prob(F-statistic) 0.019301
commit to user
Std. Error
t-Statistic
5.167437 -0.641793 0.789726 2.297144 0.036176 -0.154539 0.048356 -2.910110 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.5251 0.0275 0.8780 0.0062 7.150000 2.597336 4.649755 4.818643 4.710819 2.210131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
Sumber : Data Primer diolah R² 5
Dari tabel ditunjukkan
bahwa nilai R² 1 (pendapatan) =
0.591468> dari R² 2 (Modal) = 0.341981 ; R² 3 ( Tenaga Kerja) = 0.209141 ; R² 4 (Pengalaman Usaha) = 0.280017 ; R² 5 (Tingkat Pendidikan) = 0.237976. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikolinieritas pada model di atas.
2) Uji Heterokedastisitas Uji
heteroskedastisitas
digunakan
untuk
mendeteksi
apakah kesalahan pengganggu mempunyai varians yang sama. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat digunakan dengan uji White.
Tabel 4.14 Ringkasan hasil uji White Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.715187 3.022388 3.762871
Prob. F(4,35) Prob. Chi-Square(4) Prob. Chi-Square(4)
0.5872 0.5541 0.4390
Std. Error
Prob.
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 13:58 Sample: 1 40 Included observations: 40 Variable
Coefficient
C X1^2 X2^2 X3^2 X4^2
0.471619 -0.005205 2.41E-05 -0.000189 -0.000567
commit to user
t-Statistic
0.297487 1.585342 0.006837 -0.761282 8.08E-05 0.298730 0.000184 -1.025038 0.000931 -0.608874
0.1219 0.4516 0.7669 0.3124 0.5465
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
R-squared 0.075560 Adjusted R-squared -0.030091 S.E. of regression 0.272516 Sum squared resid 2.599267 Log likelihood -2.084542 F-statistic 0.715187 Prob(F-statistic) 0.587216
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.147016 0.268506 0.354227 0.565337 0.430558 2.122628
Sumber : Data Primer diolah Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan uji White tidak terjadi masalah Heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas observasi R² (3.022388) lebih kecil dari X² hitung (9,48) yang berarti model ini tidak mengalami Heteroskedastisitas.
3) Uji Serial Kolerasi Autokorelasi
dapat
didefinisikan
sebagai
adanya
korelasi antara unsur-unsur variabel pengganggu sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil ataupun sampel besar. Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi akan digunakan Lagrange Multiplier Test ( LM test ). Nama lain uji LM adalah BreuschGodfrey Test ( BG Test ). Uji ini dilakukan dengan meregresi semua variabel bebas dan variabel tidak bebas, kemudian dilakukan uji Breusch Godfrey terhadap residu dari hasil regresi model tersebut. Dari model tersebut akan diperoleh nilai observasi R square untuk kemudian dibandingkan dengan a = 0,05 atau 5 %.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
Kriteria pengujiannya adalah jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05, maka tidak terdapat masalah autokorelasi dan sebaliknya bila nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka terdapat autokorelasi.
Tabel 4.15 Ringkasan hasil uji B-G Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.169578 0.406917
Prob. F(2,33) Prob. Chi-Square(2)
0.8448 0.8159
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 11/24/12 Time: 14:02 Sample: 1 40 Included observations: 40 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
C X1 X2 X3 X4 RESID(-1) RESID(-2)
0.103492 -0.015962 0.000994 0.000387 -0.001452 -0.011819 0.110500
R-squared 0.010173 Adjusted R-squared -0.169796 S.E. of regression 0.419986 Sum squared resid 5.820816 Log likelihood -18.20876 F-statistic 0.056526 Prob(F-statistic) 0.999167
Std. Error
t-Statistic
0.950266 0.108908 0.155330 -0.102764 0.006674 0.148973 0.009673 0.039992 0.030523 -0.047580 0.183535 -0.064394 0.190553 0.579891 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.9139 0.9188 0.8825 0.9683 0.9623 0.9490 0.5659 1.76E-16 0.388311 1.260438 1.555992 1.367301 1.961365
Berdasarkan dari hasil estimasi dengan menggunakan B-G Test tidak terjadi masalah Autokorelasi. Hal ini dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
dilihat dari nilai probabilitas observasi R² (0.406917) lebih kecil dari R² tabel (9,48) yang berarti model ini tidak mengalami masalah Autokorelasi.
4) Uji Normalitas Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Jarque
Bera
12
Series: Residuals Sample 1 40 Observations 40
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.76e-16 0.063243 0.695699 -1.283662 0.388311 -0.757734 4.252243
Jarque-Bera Probability
6.441256 0.039930
0 -1.5
-1.0
-0.5
0.0
0.5
Sumber : Data Primer diolah Untuk mendeteksi apakah residualnya berdistribusi normal atau tidak dengan membandingkan nilai Jarque Bera (JB) dengan X² tabel yaitu : -
Jika nilai JB > X² tabel, maka residualnya berdistribusi tidak normal
-
Jika nilai JB < X² tabel, maka residualnya berdistribusi normal Analisis Hasil Output, bahwa nilai JB sebesar 6,441256. Karena 6,441256 < 9,48 maka dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal.
c. Uji Statistik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
1) Uji t Uji
t
pada
masing - masing
dasarnya variabel
menunjukkan penjelas
seberapa secara
jauh
individu
menerangkan variasi variabel yang terikat. Hasil pengujian pengujian parameter individu dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Pengujian terhadap variabel modal 10% ProbModal (x1) = 0,0015 0,0015 <0,1 , berarti variable Modal (X1) berpengaruh %.
b) Pengujian terhadap variabel jumlah tenaga kerja 10% Prob Tenaga Kerja / TK (x2) = 0,0089 0,0089<0,1 , berarti variable Tenaga Kerja / TK (X2) 10%.
c) Pengujian terhadap variabel pengalaman usaha 10% Prob Pengalaman Usaha / PU (x3) = 0,4793 0,4793< 0,1 , berarti variable Pengalaman Usaha / PU 10%.
d) Pengujian terhadap variabel tingkat pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
10% t hitung Tingkat Pendidikan / TP (x4) = 0,0981 0,0981<0,1 , berarti variable Tenaga Kerja / TK (X2) 10%. 2) Uji F F=n k,k
1
= 2,84 Jadi 12,66815 > 2,84 maka secara bersama-sama variabel Modal, Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha dan Tingkat Pendidikan berpengaruh secara simultan terhadap variabel Pendapatan. 2. Interpretasi Secara Ekonomi
a. Pengaruh variabel jumlah tenaga
kerja terhadap pendapatan
pengrajin logam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif, artinya apabila jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji
signifikansi
variabel
jumlah tenaga
kerja terbukti
mempunyai pengaruh nyata terhadap pendapatan pengrajin logam pada taraf signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel jumlah tenaga kerja sebesar 0.017419 artinya, setiap tambahan tenaga mengakibatkan sebesar
kerja
kenaikan
0.017419
sebesar
satu
pada pendapatan
satuan
orang,
pengrajin
akan logam
dengan menganggap variabel
independen yang lainnya tetap/konstan.
b. Pengaruh variabel tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel tingkat pendidikan
terhadap
bernilai positif, artinya
pendapatan
apabila
jumlah
pengrajin tingkat
logam
pendidikan
mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh
nyata
terhadap
terbukti
pendapatan pengrajin
logam pada taraf signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel tingkat pendidikan sebesar 0.049206 artinya, jika lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0.049206 satuan. Dapat juga dikatakan jika lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
akan meningkat sebesar Rp. 49206,- pada tiap bulannya dengan menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan.
c. Interpretasi terhadap variabel modal usaha terhadap pendapatan pengrajin logam Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel modal usaha terhadap pendapatan pengrajin logam bernilai positif, artinya apabila jumlah modal mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan pada pendapatan pengrajin logam, begitu pula sebaliknya. Selanjutnya dari hasil uji signifikansi variabel modal usaha terbukti mempunyai pengaruh nyata
terhadap
pendapatan pengrajin logam pada taraf
signifikansi 10%. Besarnya pengaruh jumlah modal terhadap pendapatan pengrajin logam dapat dilihat dari besarnya koefisien regresi tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel modal usaha sebesar 0.505059 artinya, jika lama pendidikan meningkat satu tahun, maka pendapatan akan meningkat sebesar 0.505059 satuan. Dapat juga dikatakan jika modal
meningkat
meningkat
satu
sebesar
satuan,
maka
pendapatan
akan
Rp. 505059,- pada tiap bulannya dengan
menganggap variabel independen yang lainnya tetap/konstan.
d. Interpretasi
terhadap
variabel
pendapatan pengrajin logam
commit to user
pengalaman usaha terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh variabel pengalaman usaha
terhadap
pendapatan
pengrajin
logam
berpengaruh positif. Namun dari hasil analisis terlihat bahwa nilai koefisien variabel modal usaha dan pengalaman usaha adalah positif dengan nilai koefisien sebesar 0.4793 Hal ini mengindikasikan bahwa hasil estimasi variabel ini
masih
konsisten dengan teori yang ada walaupun secara statistik tidak signifikan (Insukindro,dkk,2003 : 56). Hasil Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hesti (2010) yang menyatakan bahwa pengalaman usaha dengan nilai koefisien sebesar 239698,1 dengan nilai probabilitas sebesar
0,6039,
tidak
berpengaruh 0,7119 secara
nyata
terhadap
pengrajin logam tembaga di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Ketidaksesuaian
variabel pengalaman
usaha dengan teori yang
mengindikasikan bahwa masih banyak faktor
ada
faktor diluar model yang
mempengaruhi pendapatan pengrajin logam di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Faktor tersebut seperti orientasi pasar, kualitas produk yang berakibat terhadap harga
jual,
tingkat
kekeringan produk , kelancaran pembayaran dari pembeli, faktor jiwa kewirausahaan yang dimiliki tiap
tiap pengusaha, etos kerja, serta faktor
faktor lainnya yang belum diamati. Pengalaman usaha tidak berpengaruh dikarenakan berdasarkan
fakta
dilapangan bahwa di sentra kerajinan logam Kecamatan Cepogo,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Kabupaten Boyolali banyak sekali
pengrajin
pengrajin yang
mempunyai inovasi dan pemikiran yang lebih maju dan mempuyai tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan pengrajin yang sudah berdiri jauh sebelumnya dan
banyak juga pengrajin yang punya
banyak pengalaman dengan menggunakan modal yang besar, sekarang malah menurun usahanya karena kalah bersaing dengan pengrajin pengrajin
muda yang punya motivasi besar dan modal merupakan
bagian pembuatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
BAB V PENUTUP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 60 pengrajin logam di Sentra Kerajinan Logam Tembaga di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan 1. Dengan tingkat signifikansi 10%, variabel modal, tenaga kerja dan tingkat pendidikan pendapatan
terbukti
pengrajin
berpengaruh
logam.
menyatakan bahwa modal
Hal
signifikan
ini berarti
terhadap
hipotesis
yang
berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan terbukti. Dengan tingkat signifikansi 10%, pengalaman usaha tebukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin logam. Hal ini berarti
hipotesis
yang
menyatakan
bahwa
modal
usaha
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan tidak terbukti. 2. Faktor paling dominan yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan pada sentra industri kerajinan logam di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali adalah modal.
B. Saran 1. Berdasarkan Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian dimana variabel yang berpengaruh pada pendapatan sentra kerajinan logam tembaga di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah adalah
Modal, Jumlah
Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan. Maka untuk meningkatkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
pendapatan , meningkatkan
pengrajin
logam
tersebut disarankan
untuk
modal yang digunakan semakin besar modal yang
digunakan maka akan semakin besar puula pendapatan diperoleh, serta meningkatkan jenjang
pendidikannya semakin tinggi pendidikan
pengrajin tersebut akan berpengaruh pada kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, mempertahankan kualitas barang agar dapat bersaing di pasaran sehingga mampu menambah pendapatan dan menguntungkan bagi pengrajin tersebut, serta bergabung dalam Asosiasi
pengrajin / pengusaha
untuk
menambah
ilmu
dan
mengaakses berbagai informasi pasar.
2. Bagi Pengrajin Logam Tembaga Faktor modal sangat berpengaruh besar terhadap tingkat pendapatan pengrajin logam tersebut, oleh karena itu disarankan agar setiap pengrajin menambah jumlah modal yang digunakan dengan tujuan agar pendapatan yang diterima akan bertambah. Akan tetapi menambah modal bukanlah hal yang mudah karena faktor keterbatasan yang berasal dari pengrajin itu sendiri, oleh karena itu pemerintah daerah diharapkan dapat memfasilitasi para pengrajin tersebut sebagai contoh membentuk asosiasi atau koperasi khusus pengrajin logam.
3. Bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Menurut pengrajin logam bahwa selama ini perhatian dari pemerintah masih kurang, baik itu dari pemerintah pusat maupun daerah. Para pengrajin logam sangat mendukung apabila pihak pemerintah memberi bimbingan dan pengarahan khusus berupa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
pelatihan
pelatihan kewirausahaan
terutama
mengenai
cara
pembukuan keuangan. Karena hampir semua pengrajin yang ada di
sentra
kerajinan logam
tembaga di Kecamatan Cepogo,
Kabupaten Boyolali tidak menggunakan pembukuan dalam mengatur keuangan
usaha
mereka
dan
diharap
pemerintah
bersediamendirikan pendidikan formal kejuruan khusus membuat kerajinan logam, dengan tersedianya pendidikan formal khusus tersebut dapat melatih keterampilan dan meningkatkan kapasitas dari pengrajin.
commit to user