ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA
TESIS Oleh :
MAHINDUN DHIANI MELDA HARAHAP 037018048/EP
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh MAHINDUN DHIANI MELDA HARAHAP 037018048 / EP
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
Judul Tesis
:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI INDONESIA
Nama
:
MAHINDUN DHIANI MELDA HARAHAP
Nomor Pokok
:
037018048
Program Studi
:
EKONOMI PEMBANGUNAN
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Murni Daulay, M.Si Ketua
Ketua Program Studi,
Dr. Murni Daulay, M.Si
Tanggal lulus
Drs. Iskandar Syarief, MA Anggota
Direktur,
Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B, M.Sc
: 17 November 2007
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
Telah diuji pada Tanggal :
17 November 2007
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Anggota :
1. Dr. Murni Daulay, M.Si 2. Drs. Iskandar Syarief, MA 3. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec 4. Dr. Irsyad Lubis, SE, M.Soc,Sc 5. Kasyful Mahalli, SE, M.Si
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
PERSEMBAHAN
-
Kupersembahkan untuk orang-orang yang telah mendukung dan selalu mendoakanku - Ibunda Hj. Dahliana - Suamiku Ir. Abdul Hakim Hasibuan - Anak-anakku Fauzi Aulia Hasibuan dan Muhammad Thariq Pradipta Hasibuan Adik-adikku Golda Widya Yuni Harahap, SE Ak. Sendy Putri Harahap, A.Md Bripda Tagor Muda Harahap
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat Nya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan mulai dari perkuliahan pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai dengan penyelesaian tesis ini dengan judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia” serta salawat beriring salam kehadirat Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapat syafaatnya di hari kemudian. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak tidak mungkin tesis ini dapat terselesaikan, untuk itu perkenankan penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc, Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 2. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing dengan penuh kearifan, kesabaran dan perhatian telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga selesainya tesis ini. 3. Bapak Drs. Iskandar Syarief , MA, selaku anggota pembimbing yang telah memberikan tuntunan dan pengarahan dalam menyelesaikan tesis ini.
v
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
4. Bapak Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc, selaku sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Administrasi Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 6. Terima kasih yang tak terhingga secara khusus penulis sampaikan kepada Ibunda Hj. Dahliana yang senantiasa mendoakan, memberikan semangat kepada penulis dan Ayahanda Alm. H. Sahar Muchsin Harahap, B.Sc I.M. yang telah memberikan teladan dan nasehat semasa hidupnya. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Mertua Dra. Hj. Masdalifah Daulay atas doa dan perhatian kepada penulis. 7. Teristimewa kepada Suamiku tercinta Ir. Abdul Hakim Hasibuan dengan setia dan penuh perhatian memberikan doa, motivasi, dukungan serta kesabaran yang luar biasa mulai masa studi sampai penulisan tesis ini. 8. Anak-anakku Fauzi Aulia Hasibuan dan Muhammad Thariq Pradipta Hasibuan, semoga dapat menjadi anak-anak yang sholeh dan kiranya tesis ini dapat menjadi motivasi dan inspirasi buat kalian agar dapat meraih jenjang pendidikan yang lebih baik dari Mama dan Papa. 9. Tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada Adik-adikku Golda Widya Yuni Harahap, SE Ak dan Letkol. Inf. Zunan Muchdlori, S.Sos, Sendy Putri Harahap, A.Md (semoga jarak tidak menyurutkan semangat menyelesaikan skripsi), Bripda Tagor Muda Harahap (mudah-mudahan kemandirian membuat adinda semakin kuat dan tangguh).
vi
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
Keponakanku Sabina Maritza Alva Putri dan Aury Tikafia Cahya Ningrum, semoga menjadi anak-anak yang sholeha. 10. Teman-teman mahasiswa, khususnya angkatan VI Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, akhirnya penulis dapat menyusul kalian. Tak lupa penulis menghaturkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materil. Sebagai manusia yang tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan. Dalam rangka penyempurnaan tesis ini penulis mengharapkan masukan dan kritik yang membangun dan dapat dikembangkan dalam penelitian lebih lanjut.
Medan,
November 2007
MAHINDUN D. MELDA HRP
vii
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
RIWAYAT HIDUP 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Tempat/Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Agama Pekerjaan Alamat
8. PENDIDIKAN a. TK b. SD c. SMP d. SMA e. Strata 1 f. Strata 2
: : : : : : :
Mahindun Dhiani Melda Harahap Jakarta, 27 Agustus 1972 Perempuan Kawin Islam PNS KPPN Medan I/Departemen Keuangan Jl. Pringgan No. 24 Bandar Khalifah, Titi Sewa, Deli Serdang
: : : : :
TK Taman Harapan Medan (1977-1978) SD Ikal Dolog SU Medan (1978-1984) SMP Tunas Kartika II Persit KCK Medan (1984-1987) SMA Negeri 11 Medan (1987-1990) Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara Medan (1990-1995) : Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan (2004-2007)
SKRIPSI / TESIS 1. Analisa Motivasi Kerja Karyawan pada PT. Aceh Prima Plywood Industry Langsa, (Skripsi) 1995 2. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia (Tesis) 2007
Medan,
November 2007
MAHINDUN D. MELDA HRP
viii
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ ii ABSTRAK ............................................................................................................. iii ABSTRACT .......................................................................................................... iv PENGANTAR ....................................................................................................... v RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii BAB I
BAB II
PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................
1 1 4 4
TINJAUAN TEORITIS ......................................................................... 6 2.1 Sejarah dan Perkembangan Utang Luar Negeri .............................. 6 2.2 Tinjauan Teoritis tentang Utang Luar Negeri................................... 7 2.3 Utang Luar Negeri Negara Berkembang ......................................... 10 2.4. Penarikan Pinjaman Luar Negeri Indonesia .................................. 19 2.5 Pemanfaatan dan Berapa Permasalahan yang Muncul Akibat Utang Luar Negeri ................................................................................. 22 2.6 Pendapatan Nasional ..................................................................... 27 2.7 Pengeluaran Pemerintah .............................................................. 33 2.8 Defisit Anggaran .......................................................................... 36 2.9 Sudut pandang Barro terhadap Defisit Anggaran dan Utang ........................................................................................................ 40 2.10 Penelitian sebelumnya ................................................................. 43 2.11 Kerangka Pemikiran ................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................. 3.3 Model Analisis ............................................................................. 3.4 Uji Kesesuaian................................................................................ 3.5 Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ................................................. 3.6 Batasan Operasional ......................................................................
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
46 46 46 46 47 48 50
ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 52 4.1 Pembahasan Variabel Variabel Penelitian....................................... 52 4.2 Pembahasan Pengujian Hipotesis ................................................. 63 4.3 Pembahasan Hasil Estimasi variabel yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia ........................................................................... 65 4.4 Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 66 Uji Multikolinearitas .................................................................... 66 Uji Autokorelasi ........................................................................... 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 68 5.1. Kesimpulan ................................................................................... 68 5.2 Saran .............................................................................................. 69 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 70
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
x
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
2.1
Klasifikasi Sektor Pengeluaran Pemerintah
35
2.2
Komponen-komponen APBN
38
xi
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
2.1
Kesenjangan Tabungan dan Investasi
10
2.2
Kerangka Pemikiran
44
4.1
Perkembanga Utang Luar Negeri Indonesia
54
4.2
Perkembangan PDB Indonesia
56
4.3
Perkembangan Pengeluaran Dalam Negeri Indonesia
58
4.4
Perkembangan Defisit Anggaran Indonesia
62
xii
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Judul
Halaman
1.
Deskriptive Statistik
72
2.
Regresi Utama
74
3.
Uji Multikolinearitas
75
4.
Uji Autokorelasi
77
xiii
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
ABSTRAK Penarikan akan pentingnya kebutuhan sumber dana yang berasal dari luar negeri telah dijadikan agenda dalam membahas perencanaan ekonomi sejak tahun 1947 melalui perencanaan Hatta, jauh sebelum pemerintah Orde Baru lahir. Peran utang luar negeri menjadi penting, oleh karena tabungan pemerintah ternyata belum mampu menutupi kebutuhan untuk membiayai pembangunan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengeluaran dalam negeri, pendapatan nasional, dan defisit anggaran terhadap utang luar negeri Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data time series 1980 – 2004. Secara simultan Pendapatan (PDB), Pengeluaran Dalam Negeri (PDN), Defisit APBN (DA), dan Utang luar negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) memberi kontribusi terhadap Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 84,4 persen, secara parsial variabel Pandapatan (PDB) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Utang Luar Negeri (ULN), dan Pengeluaran Dalam Negeri (PDN), Defisit APBN (DA) dan Utang luar negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) masing masing mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap variabel Utang Luar Negeri (ULN). Variabel yang memiliki kontribusi terbesar terhadap Utang Luar Negeri i adalah Pengeluaran Dalam Negeri (PDN)
Kata kata Kunci: Utang Luar Negeri, Pendapatan, Pengeluaran Pemerintah, dan Defisit Anggaran
iii
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
ABSTRACT The importance of foreign fund to finance the Indonesia’s development had been discussed since 1947 by Hatta, it was long before the new order became in power. This foreign fund became very important since the Indonesian government’s saving could not be able to finance the development. This research investigated the impact of government expenditure (PDN), Gross Domestic Product (PDB), Budget deficit (DA) and foreign debt a year before (ULNt1) on Indonesia’s foreign debt. This research used multiple regression analysis, Ordinary Least Square (OLS) method, and time series data 1980 – 2004. The result of the estimation showed simultaneously government expenditure (PDN), Gross Domestic Product (PDB), Budget deficit (DA) and foreign debt a year before (ULNt-1) contributed 84,4% to the Indonesia’s foreign debt. Partially government expenditure (PDN), Budget deficit (DA) and foreign debt a year before (ULNt-1) had a positif and significant influence on Indonesia’s foreign debt (ULN), meanwhile Gross Domestic Product (PDB) had a negative on Indonesia’s foreign debt. Variable that had the most contribution to Indonesia’s foreign debt was government expenditure (PDN). Keywords: Foreign Debt, GDP, Government Expenditure, and Budget deficit
iv
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut menghadapi kendala.
Pokok persoalannya adalah
kesulitan dalam pembentukan modal baik yang bersumber dari penerimaan pemerintah yang berasal dari ekspor barang ke luar negeri maupun dari masyarakat melalui instrumen pajak dan instrumen lembaga-lembaga keuangan. Secara umum usaha pengerahan modal dari masyarakat dapat berupa pengerahan dari dalam negeri dan pengerahan modal yang bersumber dari luar negeri.
Pengklasifikasian ini didasarkan pada sumber modal yang dapat
digunakan dalam pembangunan. Sukirno (2002) mengatakan pengerahan modal yang bersumber dari dalam negeri berasal dari 3 (tiga) sumber utama, yaitu: Pertama, tabungan sukarela masyarakat. Kedua, tabungan pemerintah. Ketiga, tabungan paksa. Namun usaha pengerahan modal melalui ke tiga sumber ini di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang relatif mengalami kesulitan. Tabungan sukarela masyarakat yang dipercayakan pada lembaga lembaga keuangan masih relatif sedikit dibandingkan dengan besarnya dana yang
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
1
dibutuhkan untuk membiayai pembangunan. Selain pola pikir masyarakat yang masih tradisional, adanya ketakutan akibat kepercayaan masyarakat yang kurang terhadap lembaga keuangan yang dipicu oleh manajemen perbankan yang salah dari pengelola bank dengan mengalirkan dana ke pihak ke tiga untuk membiayai sektor-sektor yang kurang produktif dan mengalirkan ke usaha kelompok sendiri, merupakan sebagian dari penyebab utama ketidakmampuan lembaga keuangan menghimpun dana dari masyarakat. Meskipun tingkat tabungan sektor swasta terus meningkat, tetapi kenyataannya peningkatan tabungan itu sendiri belum mampu untuk memenuhi kebutuhan investasi swasta, sehingga terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara tabungan dan investasi. Sementara itu pengerahan modal melalui tabungan pemerintah masih belum bisa diandalkan sepenuhnya, walaupun penerimaan pemerintah melalui sektor perpajakan dan sumber -sumber lainnya lebih besar dibandingkan investasi pemerintah, namun secara nasional terjadi kesenjangan yang terus melebar antara tabungan dengan investasi, melebarnya kesenjangan ini secara tidak langsung menunjukkan pesatnya pertumbuhan investasi domestik yang
tidak
dapat
diimbangi
oleh
mengakumulasikan tabungan nasional.
kemampuan
perekonomian
dalam
Secara teoritis, kesenjangan antara
tabungan dan investasi inilah kemudian ditutup dengan bantuan luar negeri (utang luar negeri). Sementara itu, di sektor pajak, meskipun menjadi sektor andalan penerimaan pemerintah di luar minyak dan gas, pemasukannya bagi kas negara
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
2
masih belum maksimal bila dibandingkan dengan potensi wajib pajak, baik perorangan maupun badan usaha yang ada. Walaupun terjadi pertumbuhan penerimaan pajak sejalan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh usaha intensifikasi serta ekstensifikasi, tetapi haruslah diakui bahwa penerimaan dari sektor ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan lagi. Kebijaksanaan pengerahan dana melalui sektor pajak sering kali menimbulkan dilema. Di satu sisi, kebijaksanaan perpajakan yang ekspansif akan mempertinggi penerimaan pemerintah.
Sedangkan di sisi lain, kebijaksanaan
untuk mengumpulkan lebih banyak pendapatan dari sektor pajak akan mengurangi kegairahan masyarakat untuk menabung dan melakukan penanaman modal. Alternatif lain untuk pengerahan dana bagi pembagunan di luar utang luar negeri adalah melalui penerapan kebijaksanaan anggaran belanja negara secara defisit.
Prinsip dasar penerapan kebijaksanaan ini adalah efisiensi di semua
aktivitas pembangunan.
Meskipun mudah dalam pelaksanaannya, namun
sebagian besar negara yang mengalami kesulitan modal enggan untuk melakukannya.
Selain beresiko bagi pertumbuhan ekonomi, kebijaksanaan
anggaran defisit dapat menimbulkan masalah inflasi di luar batas kewajaran. Dari uraian diatas dapat kita simpulkan betapa pentingnya peranan utang luar negeri dan faktor faktor lain dalam menutupi defisit anggaran yang terjadi di Indonesia.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
3
Dengan demikian melalui kajian empiris dan alasan-alasan penting secara konseptual, dijadikan peneliti untuk mengkaji masalah: “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Di Indonesia” 1.2.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka ada beberapa rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian, antara lain: 1. Bagaimana pengaruh pendapatan nasional terhadap utang luar negeri Indonesia 2. Bagaimana pengaruh pengeluaran dalam negeri terhadap utang luar negeri Indonesia 3. Bagaimana pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri Indonesia 4. Bagaimana pengaruh utang luar negeri tahun sebelumnya terhadap utang luar negeri Indonesia
1.3.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran dalam negeri terhadap utang luar negeri Indonesia 2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap utang luar negeri Indonesia 3. Untuk mengetahui pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri Indonesia.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
4
4.
Untuk mengetahui pengaruh dan utang luar negeri tahun sebelumnya terhadap utang luar negeri Indonesia
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi
pemerintah dengan diketahuinya
faktor
yang
paling
dominan
mempengaruhi Utang Luar Negeri, agar berusaha untuk menghindari atau mengurangi faktor tersebut sehingga secara perlahan Utang Luar Negeri Indonesia semakin berkurang 2. Referensi bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang. 3. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis untuk mengetahui bagaimana utang luar negeri di Indonesia.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
5
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Sejarah dan Perkembangan Utang Luar Negeri Fenomena mengalirnya modal dari luar untuk membiayai pembangunan oleh negara berkembang telah dimulai sebelum tahun 1914, dimana dalam kurun waktu antara 1870 hingga tahun 1914, Krugman et.al (1999) mengatakan negaranegara berkembang telah menyerap dana dari Inggris rata-rata 5 persen dari Gross National Product (GNP), Perancis 2 persen dan Jerman sebesar 3 persen dari GNP nya. Dalam perkembangan lebih lanjut, pertumbuhan utang negara-negara berkembang semakin membengkak dalam kurun waktu antara 1973 hingga tahun 1974, yang kemudian disusul dalam kurun waktu kedua antara tahun 1979 hingga tahun 1982. Sebagai gambaran, menurut IMF pada tahun 1982 saja, pinjaman yang dilakukan oleh negara-negara berkembang meroket mendekati US$ 600 miliar. Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar negeri apabila memiliki ciri ciri pokok, yaitu: 1. Aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk mencari keuntungan 2. Dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran internasional.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
6
Dilihat dari kewajiban pengembaliannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi bentuk pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan). Kedua bentuk ini meskipun berbeda dalam hal syarat-syarat pengembaliannya, tetapi memiliki keterkaitan yang erat antara bentuk pemberian dan pinjaman. Sebagian besar negara kreditur memberikan dana secara cuma-cuma ke negara debitur apabila negara yang bersangkutan telah memiliki ikatan yang lama dan kuat dalam hal pinjam meminjam dana. Bahkan terkadang pertimbangan pemberian dana oleh negara kreditur didasarkan pada alasan keamanan dan politik. Selain itu, pemberian tersebut tidak semata-mata dalam bentuk mata uang, melainkan dalam bentuk barang dan pemberian tenaga ahli tertentu. Sukirno (2002) mengatakan, ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu: 1. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing. 2. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two problems), yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap).
2.2. Utang Luar Negeri Ditinjau dari kajian teoritis, masalah utang luar negeri dapat diterangkan melalui pendekatan pendapatan nasional. Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, utang luar negeri dibutuhkan untuk menutupi 3 (tiga) defisit, yaitu
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
7
kesenjangan tabungan investasi, defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Hubungan ketiga defisit ini dijelaskan Basri (2004) dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional, yaitu: a. Sisi Pengeluaran Y = C + I + G + (X – M) …………………. (1) Dimana: Y = Produk Domestik Bruto C = Total Konsumsi Masyarakat I = Investasi Swasta G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor Barang dan Jasa M = Impor Barang dan Jasa b. Sisi Pendapatan Y = C + S + T …………………………….(2) Dimana: C = Total Konsumsi Masyarakat S = Tabungan Pemerintah T = Penerimaan Pajak Pemerintah Jika kedua sisi identitas pendapatan nasional digabung, maka akan diperoleh: (M-X) = (I-S) + (G – T)
………………(3)
Dimana:
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
8
(M-X)
= Defisit Transaksi Berjalan
(I-S)
= Kesenjangan Tabungan Investasi
(G – T)
= Defisit Anggaran Pemerintah
Hubungan antara kebutuhan utang luar negeri dan ketiga defisit tersebut diperlihatkandengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran yaitu: Dt = (M-X)t + Dst – NFLt + Rt – NOLT ……. (4) Dimana: Dt
= Utang pada tahun 1
(M-X)t
= Defisit transaksi berjalan pada tahun 1
Dst
= Pembayaran beban utang (bunga + amortisasi) pada tahun 1
NFLt
= Arus masuk bersih modal swasta pada tahun 1.
Rt
= Cadangan otoritas moneter tahun 1.
NOLT
= Arus masuk modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lain-lain pada tahun 1.
Persamaan ini menunjukkan bahwa Utang Luar Negeri (sisi kiri) digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran utang, cadangan otoritas moneter dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal serta pergerakan arus modal jangka pendek seperti capital flight.
Bila (3)
disubstitusikan pada (4), maka akan diperoleh persamaan: Dt = (I-s)t + (G-T)t + DSt + NFLt + Rt – NOLT …….(5) Identitas (5) ini menunjukkan, disamping untuk membiayai defisit transaksi berjalan, Utang Luar Negeri juga dibutuhkan untuk membiayai defisit
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
9
anggaran pemerintah, serta kesenjangan tabungan-investasi dengan Utang Luar Negeri seperti Gambar berikut ini:
SAVING INVESTMENT ANGGARAN PEMBANGUNAN TABUNGAN PEMERINTAH
INVESTASI SWASTA
PINJAMAN PEMERINTAH
PINJAMAN SWASTA
TABUNGAN MASYARAKAT
KESENJANGAN I–S Pelunasan Pokok Pinjaman Pemerintah dan Swasta
Dana Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Netto
Gambar 2. 1 :Kesenjangan Tabungan Dan Investasi Sumber: Jinghan ML. (2000) 2.3. Utang Luar Negeri Negara Berkembang Sekian waktu lamanya pandangan bahwa sumber pembiayaan dari luar negeri merupakan alternatif yang paling tepat dalam membiayai kekurangan modal pembangunan, menjadikan masalah ini menjadikan argumen oleh setiap pengambil kebijaksanaan disebagian besar negara-negara berkembang dan terbelakang. Cara ini dipandang sebagai alternatif yang paling mudah ditempuh oleh negara bersangkutan dalam usahanya memperoleh dana yang relatif besar dan terjaminnya secara kontinyu sumber dana yang dimaksud.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
10
Hal yang mendasari argumen tersebut bahwasanya hubungan pinjam meminjam dana tidak selalu berdasarkan pada pertimbangan ekonomis belaka. Di luar pertimbangan tersebut, banyak alasan yang mendorong negara-negara maju untuk memberikan bantuannya kepada negara-negara berkembang, diantaranya adalah alasan untuk mempererat hubungan politik di antara negara yang memberi dan menerima bantuan serta alasan untuk membendung pengaruh ideologi yang mungkin saja bertentangan dengan ideologi yang dianut oleh negara pemberi bantuan. Ini berarti bahwa negara berkembang yang secara ekonomi dipandang akan sulit melunasi kewajiban utang-utangnya, dapat saja memperoleh dana yang dibutuhkan untuk membangun, jikalau dipandang dari sudut politik, pertahanan dan keamanan serta ideologi, memiliki kepentingan tertinggi bagi negara kreditur. Sebagai gambaran, di beberapa negara terutama Amerika Serikat, Rusia dan Republik Rakyat Cina (RRC), bantuan luar negeri selalu digunakan sebagai alat untuk membendung pengaruh ideologi yang bertentangan dengan ideologi yang bertentangan dengan ideologi yang mereka anut. Amerika Serikat mengerahkan modalnya untuk membiayai pembangunan ekonomi di Eropa Barat dan Jepang. Sementara Rusia dan RRC menawarkan bantuan teknik dan modalnya kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Secara historis, mengalirnya dana bantuan luar negeri ke negara-negara berkembang, tidak terlepas dari perasaan bersalah negara-negara maju terhadap
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
11
negara-negara berkembang yang pernah dijajah dimasa lampau. Dalam konteks ini, bantuan luar negeri tersebut sering dipandang sebagai bagian dari “penebus dosa” dan balas jasa negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang. Kesan balas jasa tersebut dapat dilihat dari sifat bantuan yang diberikan sebagian dari bantuan yang diberikan adalah dalam bentuk pemberian (grant) yang berupa bantuan teknik dan tenaga ahli serta bantuan bahan makanan. Sebagian besar lagi adalah bantuan yang bersifat komersial namun memiliki syarat-syarat yang lebih ringan dari bantuan komersial lainnya, diantaranya adalah tingkat bunga yang lebih rendah serta tenggang waktu (grace period) yang relatif panjang mencapai waktu 20 tahun jatuh temponya. Berdasarkan kondisi ini, sebagian besar negara berkembang, yang memerlukan dana bagi pembangunannya cenderung lebih memilih mencari alternatif sumber biayanya dari luar negeri. Di samping itu, hubungan pinjammeminjam dana seringkali bernuansa ekonomi politik. Banyak diantara kreditur menyalurkan dananya kenegara berkembang, terutama bekas daerah jajahannya dimasa lalu dengan pertimbangan kemungkinan pengembangan pasar hasil industrinya. Ini dapat dimaklumi oleh karena akibat penjajahan, negara-negara maju mempunyai tempat yang istimewa di mata negara-negara berkembang bekas jajahannya. Fenomena ini dapat dilihat dari pola pemberian bantuan yang dilakukan oleh Prancis dan Inggris Di kedua negara ini, sebagian besar dananya dialokasikan untuk membiayai pembangunan di negara-negara bekas jajahan mereka.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
12
Namun tanpa disadari, hubungan keterkaitan yang erat ini menimbulkan masalah baru yang cukup serius, terutama dampaknya bagi negara-negara berkembang atau negara debitur. Meskipun keterkaitan ini menimbulkan ketergantungan satu sama lain, namun di tinjau dari struktur dasar perekonomian, negara-negara berkembang lebih rapuh terhadap gejolak fluktuasi makro ekonomi, bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Bahkan dalam taraf tertentu, ketergantungan negara berkembang terhadap negara maju terutama dalam masalah utang, mengurangi kebebasan dan arti sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Untuk itu, seringkali sebagai negara berdaulat, masalah utang luar negeri dituding sebagai kolonialisme baru yang berubah wajah. Bentuk campur tangan pihak lain dalam mengatur perekonomian dan penerapan kebijaksanaan ekonomi di negara-negara debitur pernah dilakukan oleh Internasional Monetery Fund (IMF) terhadap negara-negara dikawasan Amerika Latin, seperti Brazil dan Meksiko yang terjerat oleh utang. Campur tangan oleh pihak lain, semisal yang dilakukan IMF adalah dalam hal penerapan program stabilisasi makro ekonomi. Pemberian pinjaman dari negara-negara
maju ke
negara-negara
berkembang sejak akhir abad ke-19 hingga akhir dekade abad ke-20 ditandai dengan gelombang naik-turun, seiring dengan kondisi perekonomian yang dihadapi dunia pada dekade tersebut. Lonjakan pemberian pinjaman terjadi sejak akhir abad ke-19 hingga awal tahun 1980-an, lalu turun tajam pada tahun 1982 akibat depresi besar. Puncak kontraksi arus pinjaman ke negara berkembang
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
13
terjadi pada tahun 1982. Merosotnya secara drastis pinjaman negara-negara maju ke negara-negara berkembang dalam dekade tahun 1980-an disebabkan terjadinya resesi ekonomi dunia antara tahun 1981 hingga tahun 1983, yang merupakan resesi ekonomi terparah sejak tahun 1930-an. Fenomena penarikan dan pemberian dana dari negara maju ke negara berkembang dapat dikatakan dimulai sejak sebelum meletusnya Perang Dunia I, yaitu sebelum tahun 1914. Namun, kredit yang tersalur ke negara berkembang tersebut pada umumnya adalah kredit biasa yang diberikan berdasarkan pertimbangan ekonomi belaka tanpa ada pertimbangan politik. Antara tahun 1870 hingga tahun 1914 saja, Inggris, misalnya, telah menginventasikan sebesar 5 persen GNP-nya ke luar negeri. Sedangkan
Prancis dan Jerman
menginvestasikan sedikitnya 2 persen sampai 3 persen dari GNPnya untuk memberikan kredit ke negara-negara berkembang. Meskipun ada ancaman dalam hal terjadinya kemacetan pengembalian pinjaman, pada kenyataannya arus dana pinjaman tersebut terus saja mengalir. Ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan hal ini terjadi yaitu : Pertama, peluang investasi asing di negara-negara berkembang dilihat dari sudut ekonomi sangat menguntungkan, banyak terdapat kawasan kaya sumber daya alam yang belum dieksplotasi. Kedua, di negara-negara di luar Inggris, seperti Amerika Serikat, Kanada, Argentina dan Australia merupakan negara yang masih jarang penduduknya, sehingga migrasi penduduk yang terjadi di negara-negara tersebut bila diimbangi dengan tersedianya modal untuk investasi merupakan peluang
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
14
yang sangat menguntungkan. Ketiga, peranan Inggris sebagai pemain utama ekonomi dunia begitu dominan. Hal ini ditunjang dari infrastruktur ekonomi dan keuangan Inggris yang lebih baik dibandingkan negara lain pada masa itu. Inggris begitu banyak memiliki dana tabungan untuk diinvestasikan di seluruh dunia, terbukanya pasar di Inggris bagi barang ekspor dari negara berkembang serta lembaga-lembaga keuangan yang aktif dalam nencari peluang investasi. Tidak heran, dalam kurun waktu antara tahun 1870 hingga tahun 1914, di daerahdaaerah yang terdapat peluang investasi produktif, terdapat 25 persen hingga 40 persen investasi Inggris dari total investasi yang diperlukan. Arus pinjaman ke negara-negara berkembang mengalami penurunan dalam kurun waktu antara tahun 1918 sampai tahun 1928. Dalam kurun waktu ini, perekonomian dunia di guncang oleh beberapa kasus yang timbul akibat Perang Dunia I.
Inggris, Prancis dan Jerman mengalami kehancuran akibat
perang. Sementara itu, Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan ekonomi yang baru. Selama tahun 1920-an, terjadi arus masuk investasi secara besar-besaran ke Amerika Serikat. Peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu 1918 hingga tahun 1928 ini, pada dasarnya hanya perpindahan aktor ekonomi buat dunia saja, dari Inggris ke Amerika Serikat. Namun, secara umum dalam kurun waktu tersebut, penarikan pinjaman dari negara maju ke negara berkembang mengalami penurunan yang cukup drastis. Selain diakibatkan oleh perang dunia, Amerika Serikat ternyata tidak cukup mampu menggantikan Inggris sebagai penggerak investasi utama ke
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
15
negara lain. Setelah tahun 1928, sebagian besar investasi yang terjadi di Amerika Serikat dialihkan dalam bentuk saham-saham yang diperjualbelikan di bursa New York. Turunnya arus pinjaman ini diperberat dengan runtuhnya harga-harga saham di bursa New York, yaitu pada bulan oktober 1929 yang mendorong terjadinya depresi besar. Sementara disisi lain, negara-negara berkembang yang semula tergantung sekali pada pinjaman luar negeri justru tidak berhasil membayar utang-utang serta bunganya. Sehingga terjadi kemacetan kredit yang dialami mula-mula oleh Bolivia pada tanggal 1 Januari tahun 1931, kemudian disusul oleh hampir semua negara Amerika Latin. Kegagalan negara-negara berkembang dalam membayar kewajibannya tidak terlepas juga dari kebijaksanaan hambatan impor yang dilakukan oleh negara-negara maju akibat depresi besar yang di alaminya. Dalam kurun waktu tersebut, dasar pertimbangan pemberian pinjaman pun mengalami pergeseran. Kalau pada masa sebelumnya pemberian pinjaman semata-mata lebih ditekankan pada aspek ekonomi, lambat laun pemberian pinjaman yang mengalir ke negara-negara berkembang sedikit banyak didasarkan pada pertimbangan politik, baik politik yang menyangkut negara pemberi maupun politik yang menyangkut negara penerima bantuan. Hal ini dapat dilihat dari komposisi pinjaman yang diberikan. Sejak awal tahun 1945 hingga awal tahun 1970, modal yang mengalir ke negara-negara berkembang terwujud dalam tiga bentuk utama, yaitu pinjaman resmi (official
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
16
lending), kredit dagang jangka pendek yang diberikan para eksportir luar negeri dan investasi langsung (direct investment). Dari ketiga bentuk aliran modal dari negara maju ke negara berkembang tersebut, peranan investasi langsung terus menerus mengalami penurunan, sementara pinjaman yang bersifat resmi terus menerus mengalami peningkatan. Peranan pinjaman komersial merupakan salah satu komponen utama dalam total dana yang mengalir ke negara berkembang.
Sementara itu,
menurunnya investasi langsung, terutama pada dekade tahun 1950-an, berkaitan dengan suasana politik di negara penerima bantuan.
Meskipun investasi
langsung sangat kecil kemungkinannya terancam kredit macet, namun ancaman nasionalisasi pemerintah negara tuan rumah menyebabkan minat investasi langsung, terutama dalam dekade tahun 1950-an mengalami penurunan. Ancaman nasionalisasi ini terutama terjadi pada periode Perang Dunia II sehubungan dengan munculnya wilayah bekas jajahan sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
Sebagai gambaran, nasionalisasi yang dilakukan
Indonesia terhadap perusahaan-perusahaan Belanda mulai tahun 1957. Tercatat ada 5 perusahaan yang sebagian besar berupa bank-bank milik Belanda yang berhasil di nasionalisasi. Meskipun demikian arus masuk modal ke negara-negara berkembang tetap tumbuh dengan pesat. negara-negara
OECD
Diantara tahun 1950-1955, bantuan pemerintah
(Organization
for
Economic
Cooperation
and
Development) kepada negara-negara berkembang yang semula US$ 1,9 miliar,
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
17
meningkat menjadi US$ 3, miliar di tahun 1956 dan US$ 4,3 miliar pada tahun 1959. Angka ini terus mengalami peningkatan sampai tahun 1975. Penarikan pinjaman dari negara maju ke negara-negara berkembang mengalami puncaknya ketika terjadi kejutan harga minyak OPEC, antara tahun 1973-1974.
Meskipun dalam tahun-tahun ini negara-negara yang tergabung
dalam OPEC mengalami oil boom, namun pada kenyataannya arus utang yang mengalir ke negara tersebut tetap saja tinggi. Hal ini disebabkan kegagalan negara anggota OPEC dalam memanfaatkan rezeki minyak tersebut. Namun secara umum, neraca transaksi berjalan negara-negara berkembang bukan pengekspor minyak yang tergabung dalam organisasi OPEC defisit. Krisis utang tersulit kembali dihadapi oleh negara-negara berkembang, terutama negara bukan pengekspor minyak, terjadi ketika muncul kejutan minyak kedua, antara tahun 1979-1981. Pada tahun 1981, misalnya negara berkembang non OPEC memerlukan pinjaman US$ 100 miliar hanya untuk menutupi defisit transaksi berjalannya. Sementara di sisi lain, negara berkembang pengekspor minyak mengalami surplus transaksi berjalan. Hal ini yang kemudian memunculkan krisis utang hingga sekarang. Krisis utang ini berkaitan erat dengan sifat institusional pokok dari kredit perbankan dari negara berkembang di akhir tahun 1970-an, yakni dipergunakan kontrak
pinjaman
berbunga
mengambang
(floating-rate
loan
contrac).
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
18
Sementara di sisi lain, negara berkembang yang menikmati rezeki minyak tidak mampu memanfaatkannya secara baik, juga mengalami krisis mulai tahun 1982. Dampak terberat yang menyebabkan terjadinya krisis utang mulai tahun 1970 hingga sekarang adalah besarnya cicilan pembayaran dan bunga utang tersebut mulai tahun 1977 hingga sebesar US$ 39,5 miliar. Akibat pembayaran cicilan beserta bunga utang luar negeri tersebut yang begitu besar menyebabkan semakin kecil manfaat yang bisa diperoleh negara berkembang terhadap utang yang diterimanya.
Kenyataan ini dapat dilihat
dengan makin besarnya resource transfer (TR) yang negatif. Krisis utang telah mengubah transfer dana dari kreditur ke debitur sejak tahun 1982. Mulai tahun 1983 hingga tahun 1989, transfernya bernilai negatif, yang berarti pinjaman baru lebih kecil daripada cicilan pokok dan bunga yang dibayarkan negara-negara pengutang. Keadaan ini jelas menimbulkan masalah baru bagi negara-negara berkembang dalam usahanya mempercepat kegiatan pembangunannya. Di satu sisi, utang luar negeri yang diterimanya terbukti tidak efektif apabila dilihat dari besarnya dana yang keluar kembali ke negara kreditur.
Di sisi lain, tanpa
bantuan lebih lanjut dalam jumlah yang relatif besar, akan memperlambat pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. 2.4. Penarikan Pinjaman Luar Negeri Indonesia Penarikan akan pentingnya kebutuhan sumber dana yang berasal dari luar negeri telah dijadikan agenda dalam membahas perencanaan ekonomi sejak tahun
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
19
1947 melalui perencanaan Hatta, seperti yang tertuang dalam Dasar-dasar Pokok dari pada Plan ini disebutkan bahwa pinjaman luar negeri beserta penanaman modal asing di jadikan sebagai unsur-unsur untuk membelanjai plan perekonomian Indonesia. Ini berarti bahwa sejarah penarikan pinjaman oleh Indonesia dari negara kreditur telah berlangsung lama, jauh sebelum pemerintah Orde Baru lahir. Pemberian bantuan baru diwarnai dengan suasana politik dan pertarungan ideologi yang kuat dan kental, seperti kebanyakan negara-negara Asia Timur yang kontra Barat, Indonesia lebih cenderung untuk memilih negara-negara Eropa Timur yang berideologi kontra dengan Barat mitra dalam pinjamanpinjaman dana. Fakta ini dapat dilihat pada posisi utang Pemerintah Orde Lama yang masih harus dibayar oleh Pemerintah Orde Baru. USSR menepati urutan pertama dalam daftar negara-negara kreditur Indonesia. Sayangnya, utang yang diterima oleh pemerintah Orde Lama pada waktu itu tidak dapat dimanfaatkan secara tepat. Sektor-sektor pembiayaan banyak diarahkan pada sektor-sektor yang kurang produktif.
Sebagian besar dana
tersebut justru digunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat mercu suar. Sehingga secara ekonomis, proyek-proyek pada masa pemerintah Orde Lama tersebut yang ditandai oleh pinjaman luar negeri tidak efektif untuk meningkatkan
pembangunan
ekonomi
dan
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
20
Ironisnya, beban inefisiensi penggunaan dana tersebut harus tetap ditanggung oleh pemerintah orde baru, sehingga tidaklah heran apabila sebagian dari utang luar negeri Indonesia dewasa ini merupakan bagian dari kewajiban pembayaran utang selama pemerintah orde lama. Hal ini tidak terlepas dari keberhasilan usulan rescheduling, yang semula jatuh tempo pada tahun 1967 ditangguhkan (moratorium) dari Juni 1966 sampai bulan Oktober 1971. Sesudah tahun 1971, pembayaran utang dilakukan dalam 8 (delapan) kali pembayaran, masing-masing pada tahun 1971, tahun 1972-1974, dan terakhir dalam tahun 1978. Politik utang luar negeri tetap dijalankan ketika pemerintah Orde Baru berkuasa dengan terlebih dahulu menyelesaikan landasan cara pembayaran kembali utang-utang lama, yang kemudian ditindaklanjuti dengan landasan kebijaksanaan baru pada tanggal 3 Oktober 1966, yang menitik beratkan pada 8 (delapan) pokok yaitu:
Pertama, anggaran berimbang, kedua, membatasi
pengeluaran anggaran tidak lebih dari 10 persen dari pendapatan nasional. Ketiga, perbaikan struktural pada penarikan pajak. Keempat, nilai tukar utang yang realistis.
Kelima, mengakhiri pemberian subsidi.
kembali kebijaksanaan harga.
Keenam, peninjauan
Ketujuh pengurangan jumlah pegawai sampai
secukupnya. Kedelapan, pembatasan ketat pemberian kredit perbankan. Kebijaksanaan ini dijalankan untuk memperbaiki keadaan perekonomian yang parah, dimana inflasi mencapai angka 650 persen, pendapatan perkapita hanya US$ 70 per tahun dan utang luar negeri yang harus dibayar sebesar US$
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
21
2,2 miliar. Tugas tersebut secara politis sebagaimana termaktub dalam TAP MPRS No. XXIII/MPRS/1966. Berangkat dari usaha perbaikan kondisi perekonomian tersebut, pada tahun 1966 diadakan usaha pendekatan ke luar negeri dengan tujuan; Pertama, mengadakan penjadwalan kembali utang-utang lama.
Kedua, mengusahakan
bantuan-bantuan keuangan yang baru dari luar negeri untuk mendukung neraca pembayaran Indonesia. Ketiga, berusaha menarik penanaman modal asing ke Indonesia. Realisasi kebijaksanaan tersebut dilakukan pertemuan multilateral di Jepang pada bulan September 1966, yang dikenal dengan sebutan Tokyo Club. Pertemuan kemudian dilanjutkan dengan Paris Meeting pada bulan Desember 1966 dan diteruskan pada bulan Februari 1967 di Den Haag Negeri Belanda. Pertemuan itulah yang melahirkan lembaga Inter Govermental Group on Indonesia (IGGI), yaitu sebuah lembaga donor negara-negara kreditur untuk membantu memberikan bantuan dana bagi pembiayaan pembangunan di Indonesia. Pinjaman pertama kali yang di berikan oleh IGGI adalah sebesar US$ 200 juta. Kiprah IGGI sendiri sebagai lembaga donor berakhir pada tahun 1992. 2.5 Pemanfaatan dan Berapa Permasalahan yang Muncul Akibat Utang Luar Negeri Terbentuknya IGGI dapat dipandang sebagai awal ditempuhnya politik utang luar negeri pada pemerintah orde baru di Indonesia. Momen ini juga menandakan dimulainya kehadiran modal asing menjadi bagian yang tidak
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
22
terpisahkan dan penting dalam proses pembangunan Indonesia. Meskipun utang luar negeri menjadi komponen yang penting dalam struktur pembiayaan pembangunan, namun dalam menjalankan kebijaksanaannya, pinjaman dana yang berasal dari luar negeri tersebut didasarkan pada beberapa kriteria pokok yang tujuannya untuk menyelaraskan antara kebutuhan akan pinjaman dana luar negeri dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, sebagaimana yang telah digariskan dalam GBHN. Selain
itu,
efisiensi
dan
efektifitas
penggunaan
dana
menjadi
pertimbangan utama, sehingga kriteria pokok tersebut diarahkan pada tiga hal, yaitu: Pertama, bahwa bantuan luar negeri tidak boleh dikaitkan dengan politik. Kedua, bahwa syarat-syarat pembayaran harus dalam batas-batas pembayaran harus dalam batas-batas kemampuan untuk membayar kembali. Ketiga, bahwa pengumuman bantuan luar negeri haruslah untuk pembiayaan proyek-proyek yang produktif dan bermanfaat. Hal ini sejalan dengan pandangan yang dinyatakan oleh Hatta (1976) yaitu: Bahwa kredit pembangunan dari luar negeri haruslah kredit jangka panjang dengan rente yang rendah, tidak boleh lebih dari 3 atau 3,1 persen. Bagi cabangcabang industri, jangka kredit itu ditetapkan 10 dan 20 tahun, tergantung kepada corak industrinya. Kredit pembangunan infrastruktur seperti irigasi, dam, tenaga listrik yang menimbulkan hasil kelak dalam jangka lama sekali, jangkanya 20 tahun ke atas. Kredit di bawah 10 tahun dengan rente 5 persen keatas, meskipun mungkin bermanfaat, tetapi tidak dapat disebut bantuan. Bantuan yang benar-
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
23
benar bernama bantuan ialah bantuan kredit yang mendorong pembangunan nasional supaya berjalan lancar. Suatu bantuan pembangunan harus bebas dari syarat politik apapun, juga bebas dari campur tangan bangsa asing dalam soalsoal dalam negeri bangsa yang menerima bantuan.
Bantuan yang diberikan
begitu saja kepada suatu negara yang kurang maju semata-mata untuk melepaskan negeri itu dari berbagai kesulitan keuangan, bukanlah bantuan pembangunan. Ini bantuan yang bersifat filantropi yang tidak mendidik untuk berusaha hemat. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional hendaklah usaha sendiri bagi bangsa-bangsa yang belum maju berdasarkan pada cita-cita self-help dan self-relience untuk mendorong timbulnya aktivitas ekonomi sendiri, untuk seterusnya dapat bergerak sendiri atas kekuatan sendiri. Atas dasar kriteria Utang Luar Negeri yang dikatakan Hatta (1976) maka selama Repelita I hingga Repelita VI, bantuan luar negeri terbukti memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya perkembangan pembangunan yang diindikasikan dengan semakin meningkatnya pengeluaran pembangunan dari tahun ke tahun, dari hanya Rp. 118,2 miliar pada awal Repelita I, meningkat menjadi Rp. 27.398,3 miliar pada awal Repelita IV. Peran utang luar negeri menjadi penting, oleh karena tabungan pemerintah yang sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan, ternyata belum mampu menutupi kebutuhan untuk membiayai pembangunan.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
24
Tabungan pemerintah, yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin, rata-rata hanya mampu menutupi setengah dari pengeluaran pembangunan. Bahkan pada tahun anggaran 1990/1991, tabungan pemerintah hanya menyumbang 30,42 persen terhadap total pengeluaran pembangunan.
Angka-angka ini secara implisit juga menunjukkan besarnya
proposi utang luar negeri untuk menutupi pengeluaran pembangunan. Selain itu, besarnya pengeluaran rutin yang menyedot tabungan pemerintah, sebagian besar disebabkan besarnya kurs pembayaran cicilan utang beserta bunganya ,selain itu peningkatan pengeluaran rutin ini sebagai akibat meningkatnya kegiatan aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan masyarakat baik dari pusat maupun daerah.
Tercatat, sejak awal Repelita I
(1969/1970) hingga awal Repelita VI (1994/1995), porsi pembayaran cicilan utang dan bunga terhadap pengeluaran rutin telah meningkat rata-rata 9 kali, dari 5,9 persen menjadi 41,7 persen. Sedangkan terhadap total APBN, persentasenya menunjukkan trend yang fluktuatif dari 3,8 persen menjadi 25,3 persen. Disisi penerimaan luar negeri, penerimaan yang bisa dikeruk melalui pos penerimaan migas, pajak, dan bukan pajak sebenarnya mengalami peningkatan. Namun peningkatan ini secara riil masih belum mampu untuk mengimbangi kebutuhan total dana untuk membiayai pembangunan.
Sedangkan dari segi
penerimaan luar negeri melalui sektor ekspor, diluar utang, juga menunjukkan trend yang terus meningkat. Bila pada tahun anggaran 1984/1985 bernillai US$
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
25
19.901 juta, baik migas maupun non migas, maka pada tahun anggaran 1993/1994, meningkat menjadi US$ 38.052 juta. Dalam kurun waktu tersebut, pangsa ekspor migas terus menerus mengalami penurunan, sementara ekspor migas menunjukkan trend yang sebaliknya.
Kondisi ini jelas menimbulkan tantangan baru.
Ekspor migas,
sebagai komoditi andalan sejak puluhan tahun yang lalu tidak lagi mampu diharapkan untuk menopang pembangunan dimasa yang akan datang. Peningkatan di kedua jenis sumber penerimaan ini tidak terlepas dari berbagai kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah.
Kebijaksanaan
deregulasi dan debirokratisasi yang dimulai pada tanggal 1 Juni 1983 sampai dengan sekarang menunjukan hasil yang menggembirakan. Deregulasi 1 Juni 1983 dibidang perbankan misalnya, telah mampu meningkatkan dana pembangunan masyarakat di lembaga-lembaga keuangan.
Sampai dengan
Nopember 1988 saja, dana yang berhasil disedot dari masyarakat sekitar Rp 18 triliun. Sementara itu, deregulasi perpajakan dan deregulasi di bidang-bidang lain, mulai tahun 1985 yang tertuang dalam Inpres No. 4/1985 hingga akhir tahun 1993, yang berjumlah sekitar 16 macam kebijaksanaan deregulasi, telah mampu memperbaiki struktur penerimaan pemerintah. Meskipun demikian, penerimaan dalam negeri kini masih belum mampu menutupi kebutuhan pembangunan.
Hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi
kesenjangan antara investasi dengan tabungan.
Melebarnya kesenjangan ini
mencerminkan pesatnya pertumbuhan investasi domestik yang melebihi
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
26
kemampuan
perekonomian
dalam
mengakumulasi
tabungan
nasional.
Kesenjangan inilah yang kemudian ditutupi dengan dana yang bersumber dari biaya luar negeri. Patut
dicatat
pula
disini
bahwa
pesatnya
pembangunan
yang
membutuhkan biaya besar dengan berbagai krisis pandangan tidak terjadi dalam kurun waktu antara tahun 1970 hingga tahun 1981.
Dalam periode ini,
perekonomian Indonesia tidak terbebani oleh persoalan pendanaan yang serius. Dengan harga minyak sebesar US$ 35 per barel, Indonesia menikmati banjir petro dolar dan memungkinkan Indonesia untuk menghimpun dana pembangunan dalam jumlah yang sangat besar dan dalam waktu yang singkat. Sehingga tidak heran, bom minyak ini mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup tinggi, yaitu 9,9 persen pada tahun 1980-an. Namun secara riil, rezeki minyak ini terbukti tidak mampu meningkatkan hasil produksi. Hal ini disebabkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tidak disebabkan oleh pertumbuhan sektor riil yang nyata. 2.6. Pendapatan Nasional Tolok ukur yang paling banyak dipakai untuk mengukur keberhasilan sebuah perekonomian antara lain: pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional yang dihasilkan sebuah prekonomian pada satu periode tertentu, sebab besarnya output nasional dapat menunjukkan hal penting dalam sebuah perekonomian
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
27
Pertama besarnya output nasional merupakan gambaran awal seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.
Maka semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin baik
efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. Kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang dipakai untuk mengukur kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan, jika angka output pendapatan semakin besar maka tingkat kemakmuran dianggap semakin tinggi. Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah masalah struktural yang mendasar yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah (region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan antara suatu daerah dengan daerah lainnya. 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB adalah jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu, atau apabila ditinjau dari segi pendapatan merupakan
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
28
jumlah dari pendapatan yang diterima oleh faktor faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk wilayah tersebut yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Perhitungan atas dasar harga berlaku (current price) merupakan jumlah seluruh barang yang dihasilkan oleh unit unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. Pada perhitungan atas harga berlaku belum menghilangkan faktor inflasi. Perhitungan atas dasar harga konstan (constant price) menggambarkan perubahan volume/kuantum produksi saja.
Pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan dengan cara menilai harga suatu tahun dasar tertentu.
Pada
perhitungan atas dasar harga konstan ini, faktor inflasi telah dihilangkan. Perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Ada beberapa cara yang lain yang lazim diginakan dalam perhitungan pendapatan suatu daerah yaitu: a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga pasar PDRB suatu daerah diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian disuatu daerah.
Nilai tambah bruto ini
mencakup komponen-komponen faktor
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
29
pendapatan (upah, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan serta pajak tidak langsung. Upah dan gaji adalah balas jasa dari faktor tenaga kerja, harga adalah balas jasa dari modal, sewa adalah balas jasa dari faktor produksi tanah, dan keuntungan adalah balas jasa dari enterpreneurship. b. Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar Perbedaan antara konsep netto dan konsep bruto adalah karena pada bruto, faktor penyusutan masih termasuk didalamnya, sedangkan pada konsep netto penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut barang-barang modal yang terjadi selama ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud diatas. c. Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar diatas adaah karena adanya pajak tidak langsung yang dipungut oleh pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, biaya eksport/import, bea cukai dan pajak lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung ini oleh unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pembeli sehingga pajak tidak langsung berakibat menaikkan harga barang. Berbeda dengan pajak tidak langsung, sebaliknya subsidi yang diberikan pemerintah kepada unit-unit produksi pada dasarnya akan membawa pengaruh
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
30
penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh penurunan harga. Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh yang sama terhadap harga barang. Dengan demikian apabila pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak tidak langsung netto. Jika Produk Domestik Regional Netto atas dasar harga pasar dikurangi dengan dengan pajak tidak langsung netto maka akan diperoleh Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor. 2. Pendapatan Regional Dari konsep diatas, dapat diketahui bahwa Produk Domestik Regional Netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupakan jumlah kontra prestasi faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di wilayah tersebut, atau merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa gaji dan upah, bunga, sewa, dan keuntungan yang timbul dari wilayah tersebut. Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tidak seluruhnya merupakan pendapatan penduduk dari daerah tersebut sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh pendapatan wilayah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi di wilayah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan tersebut sebagian akan menjadi milik orang lain yaitu milik orang yang memiliki modal tersebut. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menanamkan modalnya diluar daerah maka sebagian keuntungan perusahaan tersebut akan mengalir ke dalam wilayah tersebut dan menjadi pendapatan pemilik modal.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
31
Pendapatan regional dapat dihitung melalui dua metode, yaitu: ·
Metode langsung, yaitu metode perhitungan dengan menggunakan data daerah tingkat II secara terpisah dengan data provinsi sehingga hasil perhitungannya memperlihatkan seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
·
Metode tidak langsung yaitu dengan cara mengalokasikan pendapatan provinsi menjadi pendapatan regional dengan memakai berbagai macam indikator produksi sebagai alokatornya Perhitungan
dengan
metode
langsung
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan produksi, yaitu dengan cara menjumlahkan nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi disuatu daerah atau wilayah dalam jangka waktu tertentu, atau jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit ekonomi yang dikelompokkan menjadi sembilan sektor yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan (2) pertambangan dan penggalian (3) industri pengolahan (4) listrik, gas dan air bersih (5) bangunan (6) perdagangan, hotel dan restoran (7) pengangkutan dan jasa (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa jasa lainnya. 2. Pendekatan pendapatan, yaitu dengan cara menjumlahkan seluruh semua balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam jangka waktu tertentu.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
32
3. Pendekatan
pengeluaran,
yaitu
dengan
cara
menjumlahkan
seluruh
pengeluaran yang dilakukan para pelaku ekonomi suatu negara pada periode tertentu. Pengeluaran yang dimaksud adalah pengeluaran pada empat pelaku ekonomi yaitu:
pengeluaran konsumsi (rumah tangga), pengeluaran
perusahaan (investasi), pengeluaran pemerintah, ekspor bersih (X – M) 3. Pendapatan Perkapita Pendapatan perkapita merupakan gambaran rata rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. Pendapatan perkapita sering menjadi tolok ukur kemakmuran suatu negara atau daerah. Pendapatan perkapita pada dasarnya mengukur kemampuan dari suatu negara untuk memperbesar output dalam laju yang lebih cepat dari pada pertumbuhan penduduk. Tingkatan dan laju pertumbuhan pendapatan perkapita riil (yakni sama dengan pertumbuhan pendapatan perkapita setelah dikurangi dengan tingkat inflasi) merupakan tolok ukur ekonomis yang paling sering digunakan untuk mengukur sejauhmana kemakmuran ekonomis dari suatu negara. Berdasarkan tolok ukur tersebut, maka akan dimungkinkan untuk mengetahui seberapa banyak barang dan jasa riil yang tersedia bagi rata rata penduduk untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi
2.7. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran dalam anggaran pemerintah di Indonesia secara umum terbagi menjadi dua jenis,
yakni pengeluaran rutin dan pengeluaran
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
33
pembangunan. Pengeluaran rutin adalah untuk keperluan-keperluan seperti gaji pegawai sehingga sifatnya bukanlah untuk investasi tetapi lebih untuk operasionalisasi pemerintahan. Adapun pengeluaran yang dapat dikategorikan sebagai investasi sektor publik adalah pengeluaran pembangunan yang terdiri dari sejumlah sektor. Namun tidak seluruh sektor dalam pengeluaran pembangunan dapat dikategorikan sebagai pengeluaran bidang sosial atau pembangunan manusia. Lewis dan Chakeri (2004) membagi pengeluaran pembangunan menjadi tujuh kelompok sektor, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
34
TABEL 2. 1. Klasifikasi Sektor Pengeluaran Pemerintah Pusat dan Daerah Kode Sektor No Kelompok Sektor Sektor 1 Primer 402 Pertanian dan Kehutanan 403 Sumber daya dan irigasi 2 Sekunder 401 Industri 407 Pertambangan dan energi 3 Perdagangan dan 405 Perdagangan, pengembangan usaha daerah keuangan daerah dan koperasi Transportasi 406 Transportasi 408 Pariwisata dan telekomunikasi daerah 4 Pendidikan dan 411 Pendidikan dan kebudayaan nasional, pemuda Kebudayaan 413 Olah raga 416 Agama 5 Kesehatan dan 404 Tenaga kerja Kesejahteraan 412 Kependudukan dan keluarga sejahtera 413 Kesehatan, kesejahteraan sosial, peranan wanita, anak dan remaja 6 Pembangunan 409 Pembangunan daerah dan pemukiman Regional dan Lingkungan 410 Lingkungan hidup dan tata ruang 414 Perumahan dan pemukiman 7 Aparatur 417 Hukum Pemerintah dan Pengawasan 418 Aparatur pemerintah dan pengawasan 419 Politik, penerangan dan media massa 420 Keamanan dan ketertiban Sumber: Lewis dan Chakery (2004) Berdasarkan data yang ada dari dari tahun 1996 sampai 2002, alokasi pengeluaran pembangunan Provinsi masih lebih banyak untuk sektor-sektor di luar bidang pembangunan sosial. Kelompok sektor pendidikan dan kesehatan yang terdiri dari enam sektor di atas tidak sampai setengah dari total pengeluaran pembangunan. Pada tahun 1996, rata-rata persentase investasi pembangunan sosial tersebut adalah 14,43 persen. Pada tahun tersebut persentase alokasi
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
35
tertinggi ada pada proVinsi Aceh sedangkan terendah adalah provinsi Sulawesi Tenggara.
Pada
tahun-tahun
berikutnya,
rata-rata
persentase
investasi
pembangunan sosial ini meningkat yakni tahun 1999 menjadi 18,40 persen dan 22,12 persen.
2.8. Defisit Anggaran Anggaran negara pada suatu tahun secara sederhana bisa dibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya. Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan
ekonomi.
Adapun
sisi
pengeluaran
anggaran
perusahaan
dipengaruhi antara lain oleh perubahan harga bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan ketentuan upah, yang secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum. Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
36
bertanggungjawab dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD). Penetapan angka-angka keenam unsur diatas memegang peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut pendapatan dan belanja. Dalam proses penyusunan RAPBN, angka-angka asumsi tersebut ditempatkan sebagai faktor luar yang menentukan kondisi anggaran, baik sisi pendapatan maupun belanja. Penetapan angka asumsi dilaksanakan oleh suatu tim yang terdiri dari wakil-wakil dari Bank Indonesia, Departemen Keuangan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, dan Badan Pusat Statistik, yang bersidang secara rutin untuk membahas dan menentukan angka asumsi. Angka-angka asumsi yang dihasilkan oleh tim tersebut selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menyusun RAPBN. Angka-angka yang tertera masih berupa usulan dari pihak eksekutif (pemerintah) kepada pihak legislatif (DPR). RAPBN ini disampaikan oleh Presiden kepada DPR dalam suatu sidang
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
37
paripurna yang merupakan awal dari proses pembahasan RAPBN antara pemerintah dan DPR. Perubahan terhadap angka asumsi RAPBN sangat mungkin terjadi selama berlangsungnya proses pembahasan antara Pemerintah dan DPR. Perubahan ini mencerminkan
banyak
hal
diantaranya
(i)
Pemerintah
dan
DPR
bertanggungjawab terhadap keputusan penetapan angka-angka asumsi dalam APBN; (ii) angka asumsi ditetapkan berdasarkan pertimbangan ekonomi dan politik; dan (iii) terjadi pergeseran secara riil status APBN, dari “milik pemerintah” menjadi “milik publik”. Secara garis besar APBN terdiri dari 5 (lima) komponen utama yaitu (i) Pendapatan Negara dan Hibah; (ii) Belanja Negara; (iii) Keseimbangan Primer; (iv) Surplus/Defisit Anggaran; dan (v) Pembiayaan. Format APBN secara lebih rinci adalah sebagai berikut : TABEL 2. 2. Komponen komponen APBN I. Pendapatan Negara dan Hibah A. Penerimaan Dalam Negeri - Penerimaan Perpajakan - Penerimaan Negara Bukan Pajak B. Hibah II. Belanja Negara A. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat - Pengeluaran Rutin - Pengeluaran Pembangunan B. Anggaran Belanja Untuk Daerah - Dana Perimbangan - Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang III. Keseimbangan Primer IV. Surplus/Defisit Anggaran V. Pembiayaan A. Pembiayaan Dalam Negeri B. Pembiayaan Luar Negeri Sumber: Syahrir (2003)
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
38
Defisit
anggaran
merupakan
istilah
yang
digunakan
untuk
menggambarkan kondisi APBN di saat angka belanjanya melebihi jumlah pendapatan. Terdapat empat pilihan cara untuk mengukur defisit anggaran, yang masing-masing dikenal dengan sebutan (i) defisit konvensional; (ii) defisit moneter; (iii) defisit operasional; dan (iv) defisit primer.
1. Defisit Konvensional, yaitu defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara total belanja dengan total pendapatan termasuk hibah. 2. Defisit Moneter, merupakan selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran pokok hutang) dengan total pendapatan (di luar penerimaan hutang). 3. Defisit Operasional, merupakan defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal 4. Defisit Primer, merupakan selisih antara belanja ( di luar pembayaran pokok dan bunga hutang) dengan total pendapatan. Dalam keadaan defisit tentunya diperlukan tambahan dana agar kegiatan yang telah direncanakan tetap dapat dilaksanakan. Dana tersebut biasa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Upaya untuk menutup defisit disebut sebagai pembiayaan defisit (deficit financing). Upaya ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk misalnya (i) hutang; (ii) menjual asset milik negara; dan (iii) memperoleh hibah.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
39
2.9. Sudut Pandang Barro terhadap Defisit Anggaran dan Utang Robert Barro (McEacchern, 2000), seorang ekonom dari Harvard University, telah mengembangkan model yang mengasumsikan bahwa orang tua peduli pada kesejahteraan anak-anak mereka. Anak anak ini nantinya juga peduli pada kesejahteraan anak-anak mereka, dan begitu seterusnya dari generasi ke generasi. Jadi kesejahteraan seluruh generasi saling terkait. Menurut Barro, orangtua yang peduli pada generasi yang akan datang akan mengurangi beban utang negara yang diwariskan pada generasi mendatang.
Mereka juga akan
mengurangi efek dari belanja defisit. Menurut Barro, pada saat pemerintah menjalankan anggaran defisit, pemerintah akan berusaha menetapkan pajak sekarang yang lebih rendah daripada seandainya mengalami surplus, tetapi pajak dimasa yang akan datang harus meningkat untuk menutupi utang tersebut.
2.10. Penelitian Sebelumnya Ada beberapa peneliti yang telah meneliti mengenai utang luar negeri, antara lain: Ghani dan Zang (1995), dalam penelitiannya menggunakan model Branson mengenai sustainibilitas Utang Luar Negeri
dan mengaplikasikannya pada
negara miskin dan terjerat utang seperti Ethiopia.dengan menyederhanakan Utang Luar Negeri
Etiopia dalam sebuah elemen integral dari stabilitas
makroekonomi. Interaksi antara berbagai variabel kebijakan (utang, fiskal, dan
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
40
suku bunga) dengan variabel hasil (PDB dan pertumbuhan ekspor) dan kondisi ekonomi internasional, kemudian menggabungkannya untuk melihat apakah negara tersebut sudah berada pada jalur Utang Luar Negeri yang sustainable. Ada tiga hal yang bisa kita tarik kesimpulan, yaitu: 1. Sebuah reformasi kritis sangat diperlukan untuk membuat sebuah negara tetap berada pada jalur Utang Luar Negeri yang sustainable. 2. Isu adanya debt-relief membutuhkan pertimbangan yang serius oleh masyarakat internasional pemberi pinjaman. 3. Mobilisasi sumber daya dan pertumbuhan membutuhkan penekanan yang tepat untuk memastikan terbayarnya kembali Utang Luar Negeri. Manzoochi (2001), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa external finance dapat memberikan kontribusi positif pada proses transisi dan meningkatkan dana kesejahteraan pada negara negara yang dahulu memiliki perekonomian terpusat, khususnya dimana domestic saving belum berjalan dengan baik setelah adanya kontraksi awal perekonomian, tetapi sepeti apa yang telah ditunjukkan pada proses awal transisi, Utang Luar Negeri dapat menimbulkan konstrain yang kuat pada kapasitas Utang Luar Negeri Negara-negara di Eropa Tengah dan Timur. Jurnal ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pinjaman eksternal pada sepuluh negara selama periode 1990 – 1995, dan menghitung efek- efek dari outstanding stock dari foreign liabilities atas net financial inflows. Suhud (2004), menurut Suhud selama masa campur tangan IMF di Indonesia setelah adanya krisis Moneter menunjukkan banyak saran-saran yang diberikan
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
41
kepada pemerintah Indonesia tidak menunjukkan hasil yang memuaskan, karena semua saran yang diberikan IMF selalu terganjal dengan masalah pendanaan. Semua saran tersebut tidak dapat berjalan karena sebelumnya segala sesuatu pembangunan yang dilakukan pemerintah Indonesia berasal dari utang luar negeri Ceppie (2004), menyimpulkan bahwa diluar kerangka CGI, Pemerintah Indonesia perlu mengintensifkan kerjasama bilateral dengan kreditor/donor multilateral dan bilateral yang memberikan kontribusi pledge signifikan (Bank Dunia, ADB, Jepang, Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jerman, Kanada, IDB, UNDP). Hal ini sangat penting mengingat komitmen dan kesepakatan kerjasama
bilateral
dengan
negara-negara/lembaga-lembaga
itulah
yang
sebenarnya menentukan proses dan keputusan/hasil CGI. Sepanjang Pemerintah Indonesia dan mitra bilateral berpegang pada komitmen dan ikatan yang telah disepakati, dukungan pendanaan berupa hibah dan pinjaman tetap dapat diterima. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan seluruh instrumen/mekanisme yang tersedia dalam kerjasama bilateral untuk menjamin aliran dana, membahas isu-isu penting dan memecahkan permasalahanpermasalahan.
Dengan
demikian
pihak
kreditur/donor
tidak
terlalu
mengandalkan forum CGI yang dapat melemahkan bargaining position Pemerintah Indonesia. Achsani (2004) menyimpulkan bahwa pinjaman dalam bentuk dollar juga bisa membunuh, suatu sistem perbankan tidak akan mengalami krisis jika ia
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
42
menerapkan regime mata uang mengambang dan memiliki kewajiban membayar utang dalam bentuk mata uang lokal. Dalam hal demikian, bank sentral memiliki kredibilitas kuat untuk membayar utang dalam mata uang yang dikendalikannya. Akan tetapi, jika kurs mata uang dibuat mengambang dan kewajiban membayar utang dalam bentuk dollar, maka ada kemungkinan negara akan mengalami krisis keuangan apabila kurs mata uang ambruk secara tiba-tiba, sebagaimana yang terjadi di Ecuador. Kasus ini juga menimpa Indonesia tahun 1997-1998 lalu.
2.11. Kerangka Pemikiran Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel independen dan variabel dependen. Dengan demikian maka kerangka pemikiran penulis dari penelitian ini adalah Utang Luar Negeri (sebagai dependent variable) dipengaruhi oleh Pendapatan, Pengeluaran Pemerintah dan Defisit anggaran (sebagai independent variable).
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
43
PDB
(-) PENGELUARAN PEMERINTAH
(+) UTANG LUAR NEGERI
DEFISIT ANGGARAN
(+)
UTANG LUAR NEGERI THN SEBELUMNYA (+)
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Utang Luar Negeri Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan 2.9. Hipotesis Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut: 1. Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh negatif terhadap Utang Luar Negeri Indonesia, ceteris paribus. 2. Pengeluaran Dalam Negeri (Domestic Expenditure) mempunyai pengaruh positif terhadap Utang Luar Negeri Indonesia, ceteris paribus. 3. Defisit Anggaran yang tinggi mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah Utang Luar Negeri Indonesia, ceteris paribus.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
44
4. Utang luar negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah Utang Luar Negeri Indonesia, ceteris paribus.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
45
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mencakup pengeluaran pemerintah (domestic expenditure), pendapatan nasional, dan defisit anggaran dan pengaruhnya terhadap Utang Luar Negeri Indonesia sejak tahun 1980 – 2004.
3.2. Jenis dan sumber data Dalam penyusunan tesis ini penulis mengadakan serangkaian penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
3.3. Model Analisis Analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan regresi linear berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS).
Metode
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Utang Luar Negeri tersebut dapat digambarkan dengan fungsi sebagai berikut: ULN = f ( PDB, PDN, DA) ………………….……………… (1)
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
46
Dan dari persamaan (1) dispesifikasikan kedalam model ekonometrika dalam bentuk model Auto regresif Laritma : L ULN = λ - β1 L PDB + β2 L PDN + β3 L DA + β4 L ULNt-1 + µ (2) Dimana:
3.4.
ULN
= Jumlah Utang Luar Negeri per tahun (miliar rupiah)
α
= Intercept
PDB
= Pendapatan nasional (miliar rupiah)
PDN
= Pengeluaran Dalam Negeri (miliar rupiah)
DA
= Defisit Anggaran (Miliar Rupiah)
ULNt-1
= Jumlah utang luar negeri tahun sebelumnya (miliar rupiah)
β1, β2 dan β3
= koefisien regresi
µ
= error term
Uji Kesesuaian (test of goodness of fit) Uji kesesuaian (test of goodness of fit) diperlukan untuk mengetahui apakah model regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan pengukuran seberapa dekatnya garis regresi yang terestimasi dengan data (Gujarati, 1999). Pengujian statistik akan dilakukan dengan menganalisis :
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
47
3.4.1. Uji R2 (coefficient of determination) Uji ini bertujuan untuk menjelaskan seberapa besar variasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variable bebas. Apabila R2 =0, artinya variasi dari variabel terikat tidak dapat diterangkan oleh variabel bebas sama sekali. Sementara apabila R2=1, artinya variasi dari variabel terikat dapat diterangkan 100% oleh variabel bebas. Dengan demikian model regresi akan ditentukan oleh R2 yang nilainya antara nol dan satu. 3.4.2. Uji t atau t-test (partial test) Suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi, signifikan atau tidak secara partial. Untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi secara partial akan dilihat dan membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. 3.4.3 Uji F atau F-test (over all test) Suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara serentak. Untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi secara serentak akan dilihat dan membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.
3.5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik 3.5.1. Uji Multikolinieritas Salah
satu
asumsi
regresi
linear
klasik
adalah
tidak
adanya
multikolinearitas sempurna (no perfect multicolinearity). Ada tiga hal yang perlu
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
48
dibahas terlebih dahulu dalam multikolinearitas (Sumodiningrat, 2003) (1) multikolinearitas
pada
hakekatnya
adalah
fenomena
sample.
(2)
multikolinearitas adalah persoalan derajat bukan persoalan jenis. (3) masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan liniear di antara variabel-variabel bebas. Pengujian ini untuk mendeteksi multikolinearitas dengan cara melihat gejala–gejala yang biasa dipakai untuk melihat adanya multikolinearitas yaitu antara lain dengan melihat koefisien determinasi (R2). Multikolinearitas terjadi apabila nilai Fhitung terhadap Ftabel tinggi tetapi tidak semua koefisien regresi signifikan.
Apabila R2 tinggi yaitu 0,7 sampai 1 maka antara variabel
independen yang berkorelasi mungkin terjadi multikolinearitas.
3.5.2. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time series. Sehingga terdapat saling ketergantungan antara faktor pengganggu yang berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh karena itu masalah autokorelasi biasanya muncul dalam data time series, meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi dalam data cross sectional. Uji untuk melihat autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-Watson Test ataupun dengan uji Lagrange Multiplier Test (LM-Test).
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
49
Namun uji DW Test tidak bisa diterapkan terhadap model regresi yang mempunyai nilai kelambanan (lag) dari variabel tak bebas.
Dengan
membandingkan nilai X2 hitung dengan X2 tabel dinyatakan penilaian: ·
Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.
·
Jika nilai X2
hitung
< X2
tabel,
maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak
ada masalah autokorelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak
3.6. Batasan Operasional Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut: ULN = Arus modal yang masuk ke dalam negeri terdiri atas arus pinjaman luar negeri dan arus investasi, yang dipakai dalam penelitian ini adalah arus pinjaman luar negeri (sebut ULN) dan dalam miliar Rupiah. PDB
= Tingkat Pendapatan yang dimaksud adalah Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun mulai tahun 1980 – 2004 dan dalam Miliar Rupiah
PDN
= Pengeluaran Dalam Negeri adalah rupiah yang dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran di dalam negeri, dihitung dalam Miliar Rupiah
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
50
DA
= Kekurangan dana akibat adanya ketidaksesuaian antara rancangan APBN dengan realisasinya atau
fiscal gap sehingga terjadi defisit,
biasanya dalam Miliar Rupiah.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
51
BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1.
Pembahasan Variabel Variabel Penelitian
4.1.1. Variabel Utang Luar Negeri (ULN) Dalam kasus Indonesia, perkembangan ULN-nya menunjukkan adanya korelasi positif antara peningkatan atau laju pertumbuhan PDB riil dengan peningkatan jumlah ULN atau antara peningkatan pendapatan rata-rata per kapita dan peningkatan jumlah ULN (growth with indebtedness). Pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata per tahun sejak akhir tahun 1970 selalu positif dan tingkat pendapatan per kapita meningkat terus, tetapi jumlah ULN Indonesia juga bertambah terus setiap tahun. Seharusnya, korelasinya negative (growth with prosperity), hal ini mencerminkan bahwa walaupun Indonesia sudah lebih maju dibanding banyak LDCs (less developping countries) lain, terutama negaranegara di Afrika Tengah, ketergantungan ekonominya terhadap ULN tidak jauh berbeda dengan negara-negara tersebut. Akan tetapi, banyak LDCs lainnya yang juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama dekade 1970-an hingga 1980-an juga menunjukkan fenomena yang sama seperti di Indonesia. ULN Indonesia terdiri atas utang jangka panjang pemerintah dan utang jangka panjang swasta yang digaransi maupun tidak oleh pemerintah, utang jangka pendek dan kredit dari IMF. Proporsi pinjaman dari IMF di dalam total ULN Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar sejak krisis ekonomi melanda Indonesia. Akhir tahun 1998 pinjaman Indonesia dari badan keuangan
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
52
dunia tersebut mencapai 9 miliar dolar AS. Dapat dikatakan bahwa selama krisis , selain komponen-komponen ULN lainnya, pinjaman IMF menjadi sangat penting. Semakin pentingnya bantuan atau pinjaman IMF bagi Indonesia pada masa krisis lebih jelas lagi terlihat selama dekade 1980-an, sempat beberapa kali bantuan IMF kepada Indonesia mengalami kenaikan, yakni tahun 1983 dan 1987. Pada saat krisis , untuk pertama kalinya sejak Indonesia menjadi anggota IMF, Indonesia mendapat pinjaman dalam jumlah yang sangat besar, yakni 4 miliar USD lebih, pada tahun 1998. Sejak tahun fiscal 1997 / 1998 hingga September 2000, tahapan penguncuran pinjaman IMF menunjukkan penurunan dari sekitar 500 juta dolar AS pada awal periode menjadi 300 juta dolar AS lebih pada akhir periode tersebut. Laporan Bank Indonesia (BI) tahun 2000 menunjukkan bahwa ULN Indonesia sampai dengan Oktober 2000 tercatat sebesar US$140 miliar atau menurun 5,5% dari posisi utang terakhir tahun 1999 sebesar US$ 148,1 miliar. Penurunan tersebut bersumber dari penurunan posisi utang swasta maupun pemerintah. Penurunan posisi utang swasta terjadi karena adanya pelunasan utang, terutama dari swasta non bank. Sementara itu, posisi utang pemerintah adalah akibat dari pelunasan utang serta dampak dari melemahnya Yen terhadap dollar AS. Hal ini karena selain dalam valuta dolar AS, ULN pemerintah dalam bentuk mata uang Yen juga cukup banyak.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
53
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat diketahui perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia selama periode 1980 - 2004, sebagai
20 04
20 02
20 00
19 98
19 96
19 94
19 92
90 19
19 88
19 86
19 84
19 82
18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 19 80
Rp. Miliar
berikut:
Tahun
Gambar 4.1 Perkembangan Utang Luar Negeri Indonesia Sumber: Bank Indonesia 4.1.2. Variabel Produk Domestik Bruto (PDB) Perhitungan PDB dapat memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara atau tingkat kesejahteraan sosial masyarakat, semakin berkembangnya PDB, semakin sejahtera rakyat negara tersebut. Sebelum krisis ekonomi (1970-1997) pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat berfluktuasi dengan kecenderungan naik, selama periode tersebut pertumbuhan rata-rata mencapai 6,58 %, kondisi paling buruk dialami yaitu masa krisis tahun 1982 sampai tahun 1985, pertumbuhan ekonomi rendah disebabkan oleh melemahnya perekonomian dunia disebabkan resesi dunia sehingga permintaan terhadap
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
54
ekspor Indonesia menurun, penurunan yang besar ini mengakibatkan pemerintah harus mendevaluasi nilai Rupiah.
Pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi
semakin merosot dan pada tahun 1998 terjadi krisis moneter yang melemahkan hampir
setiap
kegiatan
perekonomian Indonesia.
Periode
1999-2004
pertumbuhan ekonomi semakin meningkat yang mengakibatkan naiknya tingkat pendapatan perkapita Perkembangan Pendapatan Perkapita (PDB) di Indonesia sejak tahun 1970 hingga tahun 2004 secara rata rata adalah 8.323 miliar Rupiah pertahun, tetapi perkembangan ini tidaklah secara merata mengalami kenaikan, melainkan diawali dengan adanya krisis moneter pada tahun 1998, kemudian naik secara perlahan hingga pada tahun 2004. PDB Indonesia selama periode 1980 – 2004 cenderung untuk terus naik, hanya pada tahun 1998 yang menurun, hal ini diakibatkan adanya krisis moneter yang melanda Indonedia, tetapi untuk tahun selanjutnya PDB mulai naik lagi walaupun secara perlahan Berdasarkan data perkembangan PDB Indonesia periode 1980 – 2004.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
55
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
1988
1987
1986
1985
1984
1983
1982
1981
1980
Rp. Miliar
2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0
Tahun
Gambar 4.2 Perkembangan PDB Indonesia Sumber: Bank Indonesia 4.1.3. Variabel Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) Dalam neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pengeluaran pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari hari yang meliputi : belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi, angsuran dan bunga utang pemerintah, serta sejumlah pengeluaran lain. Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik, dibedakan atas pengeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana rupiah dan bantuan proyek. Agak sulit untuk membedakan dengan tegas apakah suatu pengeluaran termasuk kedalam pengeluaran rutin atau sebagai pengeluaran pembangunan, karena batas perbedaan antara keduanya relatif kabur (Dumairy; 1999). Sebagai contoh: berbagai upah dan gaji tambahan yang menurut logika termasuk
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
56
pengeluaran rutin
oleh pemerintah digolongkan sebagai pengeluaran
pembangunan. Selama PELITA I sekitar 62 persen diantaranya berupa pengeluaran rutin. Jumlah pengeluaran selama PELITA II meningkat empat setengah kali lipat (456 %), proporsi pengeluaran pembangunan sedikit lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin, yaitu 50,78% berbanding 49,22%. Dalam Pelita berikutnya, proporsi pengeluaran pembangunan juga lebih besar daripada pengeluaran rutin. Kenaikan jumlah total pengeluaran tidak lagi sebesar sebelumnya, hanya 269%. Selama Pelita IV dan V kembali proporsi pengeluaran rutin lebih besar dari pada pengeluaran pembangunan. Kenaikan jumlah total pengeluaran antara Pelita III dan Pelita IV hanya 87 persen, sedangkan antara Pelita IV dan Pelita V naik 111 persen. Pengeluaran Dalam Negeri Indonesia selama periode krisis moneter 1997 – 1999 cenderung untuk menurun, tetapi untuk tahun selanjutnya terus meningkat. Berdasarkan data dapat digambarkan perkembangan Pengeluaran Dalam Negeri Indonesia periode 1980 – 2004.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
57
Rupiah / miliar 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992 1994 Tahun
1996
1998
2000
2002
2004
Gambar 4.3 Perkembangan Pengeluaran Dalam Negeri Sumber: Bank Indonesia 4.1.4. Variabel Defisit Anggaran (DA) Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan negara dan pengeluarannya yang cenderung negatif, artinya bahwa pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya. Para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran negara itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untuk menutup defisit tersebut. Kecuali itu, dengan menghitung besarnya persentase defisit anggaran negara terhadap PDB juga menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudah membahayakan keadaan perekonomian. Defisit Anggaran Negara dapat terjadi karena :
(1) Mempercepat
Pertumbuhan Ekonomi, untuk mempercepat pembangunan diperlukan investasi
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
58
yang besar dan dana yang besar pula. Apabila dana dalam negeri tidak mencukupi, biasanya negara melakukan pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak. Negara memang dibebani tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan warga negaranya. Beban ini meliputi pembangunan program-program, seperti : a. Program yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, seperti jalan, jembatan, listrik, pelabuhan, dll. b. Program yang berkaitan dengan Hankam. c. Pembangunan yang meliputi bidang hukum, seperti proyek-proyek pengadilan, lembaga pemasyarakatan, dll.
d. Program
bidang sosial, pendidikan dan kesehatan, seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan.
e. Program yang berkaitan dengan pemerataan pendapatan, seperti
program transmigrasi, pembangunan daerah, dll. f. Program yang menangani masalah kemiskinan. (2) Rendahnya Daya Beli Beli Masyarakat, masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia yang mempunyai pendapatan per kapita rendah, dikenal mempunyai daya beli yang rendah pula. Sedangkan barangbarang dan jasa-jasa yang dibutuhkan, harganya sangat tinggi karena sebagian produksinya
mempunyai
komponen
impor,
sehingga
masyarakat
yang
berpendapatan rendah tidak mampu membeli barang dan jasa tersebut. Barang dan jasa tersebut misalnya listrik, sarana transportasi, BBM, dan lain sebagainya. Apabila dibiarkan saja menurut mekanisme pasar, barang-barang itu pasti tidak mungkin terjangkau oleh masyarakat dan mereka akan tetap terpuruk. Oleh karena itu, negara memerlukan pengeluaran untuk mensubsidi barang-barang tersebut agar masyarakat miskin bisa ikut menikmati.
(3) Pemerataan
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
59
Pendapatan Masyarakat, pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan di seluruh wilayah. Indonesia yang mempunyai wilayah sangat luas dengan tingkat kemajuan yang berbeda-beda di masing-masing wilayah. Untuk mempertahankan kestabilan politik, persatuan dan kesatuan bangsa, negara harus mengeluarkan biaya untuk misalnya, pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju.
Kegiatan itu misalnya dengan memberi subsidi kepada
pelayaran kapal Perintis yang menghubungkan pulau-pulau yang terpencil, sehingga masyarakat mampu menjangkau wilayah-wilayah lain dengan biaya yang sesuai dengan kemampuannya. (4) Melemahnya Nilai Tukar, Indonesia yang sejak tahun 1969 melakukan pinjaman luar negeri, mengalami masalah apabila ada gejolak nilai tukar setiap tahunnya. Masalah ini disebabkan karena nilai pinjaman dihitung dengan valuta asing, sedangkan pembayaran cicilan pokok dan bunga pinjaman dihitung dengan rupiah. Apabila nilai tukar rupiah menurun terhadap mata uang dollar AS, maka yang akan dibayarkan juga membengkak. Sebagai contoh APBN tahun 2000, disusun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp. 7.100,-, dalam perjalanan tahun anggaran telah mencapai angka Rp. 11.000,- lebih per US$ 1.00. (5) Pengeluaran Akibat Krisis
Ekonomi,
krisis
ekonomi Indonesia
yang
terjadi tahun
1997
mengakibatkan meningkatnya pengangguran dari 34,5 juta orang pada tahun 1996, menjadi 47,9 juta orang pada tahun 1999. Sedangkan penerimaan pajak menurun, akibat menurunnya sektor-sektor ekonomi sebagai dampak krisis itu,
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
60
padahal negara harus bertanggung jawab untuk menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini negara terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk program-program kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan yang miskin itu.
(6)
Realisasi yang Menyimpang dari
Rencana, apabila realisasi penerimaan negara meleset dibanding dengan yang telah direncanakan, atau dengan kata lain rencana penerimaan negara tidak dapat mencapai sasaran seperti apa yang direncanakan, maka berarti beberapa kegiatan, proyek, atau program harus dipotong.
Pemotongan proyek itu tidak begitu
mudah, karena bagaimanapun juga untuk mencapai kinerja pembangunan, suatu proyek tidak bisa berdiri sendiri, tetapi ada kaitannya dengan proyek lain. Kalau hal ini terjadi, negara harus menutup kekurangan, agar kinerja pembangunan dapat tercapai sesuai dengan rencana semula. (7) Pengeluaran Karena Inflasi, penyusunan anggaran negara pada awal tahun, didasarkan menurut standar harga yang telah ditetapkan. Harga standar itu sendiri dalam perjalanan tahun anggaran, tidak dapat dijamin ketepatannya. Dengan kata lain, selama perjalanan tahun anggaran standar harga itu dapat meningkat tetapi jarang yang menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggarannya tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Anggaran negara yang telah tercantum terlalu rinci dalam dokumen anggaran (DIPA), Kuasa Pengguna Anggaran sulit untuk bisa menyesuaikan apabila terjadi kenaikan harga barang yang melampaui harga standar. Untuk melaksanakan pembangunan proyek yang melampaui
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
61
standar yang telah ditentukan, Kuasa Pengguna Anggaran akan dipersalahkan oleh Badan Pengawas Keuangan, sebaliknya juga apabila Kuasa Pengguna Anggaran terpaksa mengurangi volumenya. Akibatnya, negara terpaksa akan mengeluarkan dana untuk eskalasi dalam rangka menambah standar harga itu. Penyusunan anggaran di semua negara ditentukan oleh panduan pembangunan negara tersebut. Sejak 1969/70 sampai 1988/89, APBN kita berimbang, artinya penerimaan sama dengan pengeluarannya. Berimbangnya anggaran itu karena memang arahan GBHN, sehingga pemerintah mengusahakan sekuat tenaga untuk menyusun APBN yang berimbang. Berdasarkan data dapat digambarkan perkembangan Defisit Anggaran Indonesia periode 1980 – 2004, adalah sebagai berikut: 60000
Rp. Miliar
50000 40000 30000 20000 10000
20 04
02 20
00 20
98 19
96 19
94 19
92 19
90 19
19 88
86 19
84 19
82 19
19 80
0
Tahun
Gambar 4.4 Perkembangan Defisit Anggaran Indonesia Sumber : Bank Indonesia
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
62
4.2.
Pembahasan Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan menggunakan Program eviews 4.1. diperoleh hasil sebagai berikut: LULN = 4,28 -0,36*LPDB +0,71*LPDN + 0,30*LDA + 0,63 LULNt-1 Std Error (1,60)
(0,12)
(0,31)
(0,13)
(0,13)
t- stat
(3,00)*
(2,29)*
(2,34)*
(4,68)*
(2,67)
R-squared
0,844
f-statistik
80,129
R2 Adjusted
0,832
Prob. F- Statistik
0,0000
Durbin-Watson stat
1,992
Ket : *) significant pada α = 5% Koefisien determinasi (R2 Adjusted) sebesar 0,844 menunjukkan bahwa 84,4 persen dari variasi variabel Utang Luar Negeri mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel PDB, PDN, DA dan ULNt-1 sedangkan 15,6 persen lainnya dijelaskan oleh variabel diluar model yang diteliti. Dilihat dari nilai F-statistik menunjukkan Fhitung (80,129) > Ftabel (4,14), signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen atau α = 5%, artinya adalah sangat signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pendapatan (PDB), Pengeluaran Dalam Negeri (PDN), Defisit Anggaran (DA) dan Utang luar negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Utang Luar Negeri (ULN). Hasil Regresi menunjukkan pengaruh variabel Pendapatan (PDB) terhadap Utang Luar Negeri (ULN) menunjukkan t-hitung sebesar 3,00 lebih
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
63
besar dari
t-tabel pada
α = 0.05 yaitu 1,714.
Hal ini berarti variabel
Pendapatan signifikan pengaruhnya terhadap Utang Luar Negeri (ULN). Pengaruh variabel Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) terhadap Utang Luar Negeri (ULN) dapat dilihat t-hitung sebesar 2,29 lebih besar dari t-tabel pada α = 0.05 yaitu 1,714. Hal ini berarti variabel Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) signifikan pengaruhnya terhadap Utang Luar Negeri (ULN). Pengaruh variabel Defisit Anggaran (DA) terhadap Utang Luar Negeri (ULN) dapat dilihat t-hitung sebesar 2,34 lebih besar dari t-tabel pada α = 0.05 yaitu 1,714. Hal ini berarti variabel Defisit Anggaran (DA) signifikan pengaruhnya terhadap Utang Luar Negeri (ULN). Pengaruh variabel Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) terhadap Utang Luar Negeri (ULN) dapat dilihat t-hitung sebesar 4,68 lebih besar dari t-tabel pada α = 0.05 yaitu 1,714. Hal ini berarti variabel Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) signifikan pengaruhnya terhadap Utang Luar Negeri (ULN). 4.2.1 Chow Test Chow Test digunakan untuk mengetahui apakah memang terdapat perbedaan yang sangat signifikan atas suatu peristiwa, dalam penelitian ini Chow Test digunakan apakah terdapat perbedaan yang signifikan selama periode sebelum krisis moneter dengan sesudah krisis moneter. Hasil Chow Test menunjukkan sebagai berikut: Chow Breakpoint Test: 1998 F-statistic Log likelihood ratio
5.023608 Probability 24.66064 Probability
0.007632 0.000162
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
64
Dilihat dari nilai F-statistik menunjukkan Fhitung (5,0236) > Ftabel (4,14), signifikan pada tingkat keyakinan 95 persen atau α = 5%, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara periode sebelum krisis moneter dengan periode sesudah krisis moneter.
4.3.
Pembahasan hasil estimasi variabel yang mempengaruhi Utang Luar Negeri di Indonesia Dari tabel hasil estimasi tersebut diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pendapatan ternyata mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat Utang Luar Negeri di Indonesia. Koefisien regresi variabel PDB sebesar -0,36 menunjukan bahwa dengan naiknya Pendapatan Nasional (PDB) Indonesia sebesar 10 persen akan menurunkan tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 3,6 persen. Hasil tersebut
menunjukkan
bahwa
peningkatan
Pendapatan
Nasional
akan
menurunkan tingkat Utang Luar Negeri sangat signifikan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa Pendapatan nasional mempunyai pengaruh negatif terhadap Utang Luar Negeri Indonesia, ceteris paribus. 2. Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) mempunyai
hubungan yang positif dan
berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat Utang Luar Negeri di Indonesia dengan α = 5 persen atau tingkat keyakinan 95 persen.
Koefisien regresi
Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) sebesar 0,71 menunjukan bahwa dengan naiknya Pengeluaran Dalam Negeri sebesar 10 persen, akan menaikkan tingkat Utang Luar Negeri sebesar 7,1 persen, ceteris paribus.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
65
3. Defisit Anggaran (DA) mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia dengan α =5 persen atau tingkat keyakinan 95 persen. Koefisien regresi jumlah Defisit Anggaran (DA) sebesar 0,30 dalam persamaan menunjukkan bahwa dengan naiknya Defisit Anggaran (DA) sebesar 10 persen, akan menaikkan tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 3,0 persen 4. Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) mempunyai hubungan yang positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia dengan α =5 persen atau tingkat keyakinan 95 persen. Koefisien regresi jumlah Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) sebesar 0,63 dalam persamaan menunjukkan bahwa dengan naiknya Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) sebesar 10 persen, akan menaikkan tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 6,3 persen 4.4 Uji Asumsi Klasik a.
Multikolinieritas Selanjutnya dilakukan uji asumsi klasik pada hasil estimasi variabel
variabel bebas, sebagaimana disajikan pada tabel 3. Tabel 1. Estimasi Uji R2 (Hasil Regresi Antar Variabel Bebas) Variabel LULN = f(LPDB, LPDN, LDA, LULNt-1) LPDB = f(LPDN, LDA, LULNt-1) LPDN = f(LPDB, LDA, LULNt-1) L DA = f(LPDB, LPDN, LULNt-1) LULNt-1 = (LPDB, LPDN, LDA) Sumber: Hasil Peneliatian 2007 (data diolah)
Nilai R2 0,844 0,773 0,681 0,717 0,670
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
66
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R2
LULN = LPDB, LPDN, LDA, LULNt-1
= 0,844 lebih besar dibandingkan dengan nilai R2 dalam regresi parsial, R2 LPDB = LPDN, LDA, LULNt-1 LULNt-1=
= 0,773, R2 LPDN = LPDB, LDA, LULNt-1 = 0,681, R2LDA =
0,717, dan R2
LULNt-1 = LPDB, LPDN, LDA.=0,670.
LPDB, LPDN,
Maka dapat disimpulkan
bahwa dalam model empiris Log ULN = f (LPDB, LPDN, LDA, LULNt-1) tidak ditemukan adanya multikolinieritas. b. Autokorelasi Selanjutnya
dilakukan
Uji
Asumsi
Klasik
Autokorelasi
dengan
menggunakan LM Test sebagaimana disajikan pada Tabel.4. Tabel 4.Hasil Uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.002926 Probability 0.008260 Probability
0.997078 0.995879
Melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dari program Eviews 4.1 diketahui bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi , hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas 0,997 > 0,05 dan nilai F stat = 0,002 < Ftabel = 4,14).
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan atas hasil penelitian Utang Luar Negeri Indonesia, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan Pendapatan (PDB), Pengeluaran Dalam Negeri (PDN), Defisit Anggaran (DA) dan Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) memberi kontribusi terhadap Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 84,4 persen. 2. Secara parsial variabel Pendapatan (PDB) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Utang Luar Negeri (ULN) dan Pengeluaran Dalam Negeri (PDN), Defisit Anggaran (DA) dan Utang luar negeri tahun sebelumnya (ULNt-1)
masing-masing mempengaruhi secara positif dan signifikan
terhadap variabel Utang Luar Negeri (ULN). 3. Pendapatan (PDB) mempunyai pengaruh yang negatif terhadap Utang Luar Negeri (ULN) dan hal ini sesuai dengan hipotesis awal penelitian dimana PDB mempunyai hubungan negatif terhadap ULN 4. Variabel yang memiliki kontribusi terbesar terhadap Utang Luar Negeri adalah Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) dimana koefisen Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) sebesar 0,71 menunjukkan bahwa dengan naiknya
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
68
Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) sebesar 10 persen, akan menaikkan tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 7,1 persen.
5.2. Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran saran sebagai berikut:
1. Kepada Pemerintah. Dalam membiayai pembangunan di Indonesia, hendaknya pemerintah berupaya mencari cara lain selain daripada hanya memperbesar Utang Luar Negeri, misalnya dengan meningkatkan ekspor, meningkatkan investasi asing di dalam negeri, dan sebagainya.
2. Kepada peneliti selanjutnya: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengeluaran Dalam Negeri memiliki peran yang besar terhadap peningkatan Utang Luar Negeri Indonesia, alangkah baiknya peneliti-peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) atau apakah ada faktor lain diluar Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) yang bisa meningkatkan Utang Luar Negeri.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
69
DAFTAR PUSTAKA Arif, Sritua & Adi Sasono, 2000. Modal Asing, Beban Utang Luar Negeri dan Ekonomi Indonesia, UI-Press, Jakarta, Achsani, N.A. (2003). Toward East Asian Economic Integration - An apllication of Fuzzy Clustering. Paper dipresentasikan pada Doktorandenseminar, Lehrstuhl für Statistik und Ökonometrie Universitas Potsdam. SS. Basri, Faisal, 1999, Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI, Erlangga, Jakarta,. Basri, Y, Z. & Mulyadi Subri, 2003, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ceppie, 2004, Pengelolaan Pendanaan Pembangunan Luar Negeri dalam Rangka Mengurangi Ketergantungan Pada Pinjaman Luar Negeri, Bappenas. Djiwandono, Soedrajat, 2000, Beberapa Catatan Tentang Permasalahan Pinjaman Komersil Luar Negeri, Usakti-Press, Jakarta. Dumairy, 1999, Perekonomian Indonesia, Erlangga, Jakarta Ghani dan Zang, 1995, Is Ethopia’s Debt Sustainable?, Policy Research Working Paper 1525. Jinghan, M.L, 2000, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Rajawali Pers, Jakarta, Krugman, Paul R, & Maurice Obstfeld, 2000, Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan, Rajawali Pers, Jakarta. Lewis, Blane D. dan J. Chakeri. 2004. “Central Government Spending In the Regions Post-Decentralisation”. Bulletin of Indonesian Economic Studies 40 (3): 379394. Manzocchi, Stefano, October 2001, "External Finance and Foreign Debt in Central and Eastern European Countries". IMF Working Paper No. 97/134 Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=882691 Rachbini, Didik, J. 2000 Resiko Pembangunan Yang Dibimbing Utang, Grasindo, Jakarta.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
70
Sekretariat Negara, 2000, Garis Garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan MPR, Jakarta. Suhud, Muhamad, 2004. Debt Of Indonesia Post IMF Program, INFID. Supriyanto, 2000, Utang Luar Negeri Indonesia, Penerbit Djambatan, Jakarta. Kwik Kian Gie, 2001, Praktis Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Manullang, M, 2002, Ekonomi Moneter, Ghalia Indonesia, Jakarta. P. Rahardja, 2001, Utang dan Perekonomian, Penerbit Wahana. Sadono, Sukirno, 2000, Pengantar Teori Makro Ekonomi, Bina Grafika, Kuala Lumpur, Sri Mulyani Indrawati, 2000, Teori Moneter, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta. Soelstyo A Sukindro, 2002, Teori Ekonomi Makro, Penerbit Karunia Jakarta. Sjahrir, 2003, Persoalan Ekonomi Indonesia; Moneter Perkreditan dan Neraca Pembayaran, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Sumodinongrat, 2004, Pengantar Statistika, Penerbit Andi. Winardi, 2003, Pengantar Ekonomi Moneter 2, Tarsito Bandung.
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
71
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitan (Rp. Miliar) obs 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
ULN 775.1000 1120.600 1558.600 2066.200 2543.100 1780.700 2829.500 5513.000 5555.600 10124.30 8330.300 8381.500 9975.100 11097.90 10752.50 9387.800 9008.800 9012.500 9245.200 9985.300 10410.50 10538.10 13115.00 15543.30 16138.70
PDB 556.4300 600.5400 614.0300 639.7800 672.6300 692.9100 735.1600 773.1100 819.9600 882.3900 948.2100 1018.060 1081.250 1154.900 1238.310 1340.100 1444.870 1512.780 1314.200 1324.600 1389.770 1442.980 1504.380 1572.160 1745.850
PDN 166.4200 203.5300 238.1100 294.4900 312.0900 354.2700 385.1200 457.8800 532.0500 659.3200 788.3000 911.4300 1025.260 1156.250 1355.130 1631.110 2154.850 1946.530 2165.200 2925.320 2929.110 3601.160 4302.150 4622.900 5159.120
DA 745.7000 1066.800 1606.700 2033.900 2405.500 1849.400 2807.100 5422.600 5379.800 9838.300 8224.900 5178.900 9545.500 11649.70 12604.90 8342.700 10794.70 12412.60 13026.00 41356.50 45613.20 54727.00 27675.00 33669.00 24417.60
DULN NA 345.5000 438.0000 507.6000 476.9000 -762.4000 1048.800 2683.500 42.60000 4568.700 -1794.000 51.20000 1593.600 1122.800 -345.4000 -1364.700 -379.0000 3.700000 232.7000 740.1000 425.2000 127.6000 2576.900 2428.300 595.4000
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
72
Lampiran 2. Data Penelitian dalam Logarithma obs
LULN
LPDB
LPDN
LDA
DLULN
1980
2.890000
2.750000
2.220000
2.870000
1981
3.050000
2.780000
2.310000
3.030000
2.890000
1982
3.190000
2.790000
2.380000
3.210000
3.050000
1983
3.320000
2.810000
2.470000
3.310000
3.190000
1984
3.410000
2.830000
2.490000
3.380000
3.320000
1985
3.250000
2.840000
2.550000
3.270000
3.410000
1986
3.450000
2.870000
2.590000
3.450000
3.250000
1987
3.740000
2.890000
2.660000
3.730000
3.450000
1988
3.740000
2.910000
2.730000
3.730000
3.740000
1989
4.010000
2.950000
2.820000
3.990000
3.740000
1990
3.920000
2.980000
2.900000
3.920000
4.010000
1991
3.920000
3.010000
2.960000
3.710000
3.920000
1992
4.000000
3.030000
3.010000
3.980000
3.920000
1993
4.050000
3.060000
3.060000
4.070000
4.000000
1994
4.030000
3.090000
3.130000
4.100000
4.050000
1995
3.970000
3.130000
3.210000
3.920000
4.030000
1996
3.950000
3.160000
3.330000
4.030000
3.970000
1997
3.950000
3.180000
3.290000
4.090000
3.950000
1998
3.970000
3.120000
3.340000
4.110000
3.950000
1999
4.000000
3.120000
3.470000
4.620000
3.970000
2000
4.020000
3.140000
3.470000
4.660000
4.000000
2001
4.020000
3.160000
3.560000
4.740000
4.020000
2002
4.120000
3.180000
3.630000
4.440000
4.020000
2003
4.190000
3.200000
3.660000
4.530000
4.120000
2004
4.210000
3.240000
3.710000
4.390000
4.190000
NA
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
73
LAMPIRAN 3. REGRESI UTAMA Method: Least Squares Date: 09/11/07 Time: 08:53 Sample(adjusted): 1981 2004 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDB LPDN LDA DLULN
4.289705 -0.362812 0.711026 0.309752 0.636509
1.604455 0.120629 0.310379 0.131937 0.135840
2.673621 -3.007668 2.290832 2.347727 4.685733
0.0408 0.0526 0.0212 0.0299 0.0002
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.844038 0.832257 0.088122 0.147545 27.04557 1.992083
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.811667 0.338573 -1.837131 -1.591703 80.12933 0.000000
LAMPIRAN 4. UJI CHOW Chow Breakpoint Test: 1998 F-statistic Log likelihood ratio
5.023608 Probability 24.66064 Probability
0.007632 0.000162
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
74
LAMPIRAN 5. REGRESI MULTIKOLINEARITAS Dependent Variable: LPDB Method: Least Squares Date: 09/28/07 Time: 01:45 Sample(adjusted): 1981 2004 Included observations: 24 after adjusting endpoints White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDN LDA DLULN
1.938477 0.339462 -0.081377 0.099160
0.042229 0.035343 0.026588 0.024202
45.90389 9.604728 -3.060647 4.097224
0.0000 0.0000 0.0062 0.0006
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.777188 0.773766 0.024012 0.011531 57.63441 1.375524
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.019583 0.148250 -4.469534 -4.273192 285.5791 0.000000
Dependent Variable: LPDN Method: Least Squares Date: 09/28/07 Time: 01:49 Sample(adjusted): 1981 2004 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDB LDA DLULN
-4.737095 2.373007 0.313619 -0.168149
0.462707 0.260703 0.064164 0.090352
-10.23779 9.102337 4.887804 -1.861045
0.0000 0.0000 0.0001 0.0775
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.681876 0.679158 0.063486 0.080609 34.29981 1.470756
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.030417 0.439748 -2.524984 -2.328641 361.1728 0.000000
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
75
Dependent Variable: LDA Method: Least Squares Date: 09/28/07 Time: 01:52 Sample(adjusted): 1981 2004 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDB LPDN DLULN
6.483003 -3.148207 1.735616 0.451831
2.300593 1.199484 0.355091 0.206867
2.817970 -2.624634 4.887804 2.184161
0.0106 0.0162 0.0001 0.0410
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.717829 0.705503 0.149349 0.446105 13.76853 1.713138
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.933750 0.485841 -0.814044 -0.617702 74.46465 0.000000
Dependent Variable: DLULN Method: Least Squares Date: 09/28/07 Time: 01:54 Sample(adjusted): 1981 2004 Included observations: 24 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDB LPDN LDA
-6.187380 3.618911 -0.877863 0.426243
2.249723 1.081642 0.471704 0.195152
-2.750285 3.345756 -1.861045 2.184161
0.0123 0.0032 0.0775 0.0410
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.670699 0.651304 0.145059 0.420841 14.46813 1.131083
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.756667 0.376178 -0.872344 -0.676002 44.89257 0.000000
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
76
LAMPIRAN 6. LM TEST Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.002926 0.008260
Probability Probability
0.997078 0.995879
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/28/07 Time: 02:04 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LPDB LPDN LDA DLULN RESID(-1) RESID(-2)
0.019421 -0.012467 0.000866 0.000230 0.003908 -0.018823 0.007102
1.725190 0.895223 0.328458 0.143021 0.188946 0.309176 0.300224
0.011258 -0.013926 0.002636 0.001609 0.020681 -0.060881 0.023657
0.9911 0.9891 0.9979 0.9987 0.9837 0.9522 0.9814
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.000344 -0.352476 0.093146 0.147494 27.04970 1.963266
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
4.60E-16 0.080094 -1.670809 -1.327210 0.000975 1.000000
Mahindun Dhiani Melda Harahap : Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia, 2008. USU e-Repository©2008
77