ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM PROPINSI DI PULAU JAWA TAHUN 2010-2014
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: FEBRIKA NURTIYAS 12804241043
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS Ar rad : 11)
Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah (HR. Turmudzi)
Sesuatu akan menjadi kebanggaan jika sesuatu tersebut dikerjakan dan bukan hanya dipikirkan. Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan jika kita mengawali dengan bekerja untuk mencapainya
v
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas sebagai karunia dan kemudahan yang diberikan sehingga karya ini dapat terselesaikan. Karya ini saya persembahkan sebagai tanda kasih sayang dan terimakasih kepada: Orang tua saya tercinta Bapak Teguh, dan Ibu Tri Asyanti terimakasih atas semua pengorbanan, kasih sayang, dukungan dan doa yang selalu dipanjatkan untuk keberhasilan dan kesuksesan saya. Suami saya tercinta Dani Hedi Wibowo terimakasih atas dorongan, motivasi, serta doa yang selalu dipanjatkan untuk saya.
Kubingkiskan karya ini untuk: Adikku tersayang Fenia Anggita Kartikasari, terimakasih telah menjadi saudara terbaik bagi saya yang selalu menghibur dan menyemangati dalam setiap hari saya. Sahabat-sahabat seperjuangan saya (Heni, Yuli, Adia, Martini, Indah, Astiti, Alma), terimakasih atas dukungan, canda tawa, dan semangat yang kalian berikan untuk saya selama ini.
vi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UPAH MINIMUM PROPINSI DI PULAU JAWA TAHUN 2010-2014
Oleh: FEBRIKA NURTIYAS 12804241043 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2014. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan bersumber dari Survei Upah Buruh (SUB) oleh BPS, Survei Biaya Hidup oleh BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dan Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) oleh BPS. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel model random effect (REM) dengan metode Ordinary Least Square (OLS) menggunakan program EVIEWS versi 8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa di bawah nilai rata-rata Upah Minimum Propinsi Nasional 2) Indeks Harga Konsumen tidak berpengaruh signifikan terhadap Upah Minimum Propinsi; 3) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh negatif terhadap Upah Minimum Propinsi; 4) Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh negatif terhadap Upah Minimum Propinsi karena penelitian ini hanya menggunakan jangka waktu yang pendek yaitu lima tahun, sementara penelitian lain menggunakan jangka waktu yang panjang, sekitar dua puluh tahunan; 5) Pendapatan per Kapita berpengaruh positif terhadap Upah Minimum Propinsi 6) Kontribusi seluruh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 86.73%. Sisanya sebesar 13.27% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Kata Kunci: Indeks Harga Konsumen, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan per Kapita, Upah Minimum Propinsi
vii
AN ANALYSIS OF THE FACTORS AFFECTING THE PROVINCIAL MINIMUM WAGE IN JAVA ISLAND IN 2010-2014
By: FEBRIKA NURTIYAS 12804241043
ABSTRACT The study aimed to find out the factors affecting the Provincial Minimum Wage in Java Island in 2010-2014. This was a quantitative study. The data were obtained from the Labor Wage Survey (LWS) by the Central Bureau of Statistics (CBS), the Living Cost Survey (LCS) by CBS, the National Labor Force Survey (NLFS), and the Regional Income Special Survey (RISS) by CBS. The data analysis in the study was panel data regression analysis using the random effect model (REM) with the Ordinary Least Square (OLS) model employing the program of EVIEWS version 8. The result of the study showed that: 1) the Provincial Minimum Wage in Java Island was below the average National Provincial Minimum Wage; 2) the Consumer Price Index did not significantly affect the Provincial Minimum Wage; 3) the Labor Force Participation Rate negatively affected Provincial Minimum Wage; 4) the Gross Regional Domestic Product negatively affected Provincial Minimum Wage because the study used only a short period of time is five years, while another study using a long period of time around two forties; 5) the Income per Capita positively affected Provincial Minimum Wage; and 6) the contribution of all the independent variables to account for the dependent variable was 86.73%. The remaining 13.27% was accounted for by other variables outside the model. Keywords:
Consumer Price Index, Labor Force Participation Rate, Gross Regional Domestic Product, Income per Capita, Provincial Minimum Wage
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan segala rahmat, karunia, dan petunjuk Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2014” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Univeristas Negeri Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan masukan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A., Rektor UNY yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi UNY yang telah memberikan ijin untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Tejo Nurseto, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan banyak hal dalam masa perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir skripsi. 4. Mustofa M.Sc., selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian serta memberikan saran yang membangun untuk penulisan skripsi ini. 5. Sri Sumardiningsih, M.Si., selaku narasumber dan penguji utama yang telah memberikan arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Karyawan Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan bekal ilmu selama kuliah serta sumbangsih dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 7. Seluruh teman-teman Pendidikan Ekonomi, khususnya teman-teman angkatan 2012 yang telah menjadi sahabat yang baik dalam masa perkuliahan, semoga kesuksesan selalu menyertai kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan dan keterbatasan. Namun demikian, harapan besar bagi penulis bila skripsi ini ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv MOTTO .......................................................................................................... v PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .................................................................................... vix DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 10 C. Pembatasan Masalah........................................................................... 11 D. Rumusan Masalah............................................................................... 11 E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 11 F. Manfaat Penelitian .............................................................................. 12 BAB II. KAJIAN TEORI .............................................................................. 14 A. Landasan Teori .................................................................................. 14 1. Upah ............................................................................................ 14 a. Pengertian Upah .................................................................... 14 b. Teori Upah Efisiensi ............................................................. 16 2. Upah Minimum ........................................................................... 20 a. Pengertian Upah Minimum ................................................... 20 b. Serikat Pekerja dan Tawar Menawar Kolektif ...................... 22 c. Kebutuhan Hidup Layak ....................................................... 24 xi
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upah Minimum ............ 29 B. Penelitian yang Relevan .................................................................... 42 C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 48 D. Hipotesis Penelitian........................................................................... 51 BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 52 A. Desain Penelitian ............................................................................... 52 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .......................................... 52 1. Variabel Dependen ...................................................................... 52 2. Variabel Independen ................................................................... 53 C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 55 D. Tahap-Tahap Pengolahan Data ......................................................... 56 BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 64 A. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 64 B. Analisis Data ................................................................................... 70 1. Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................... 70 2. Penentuan Teknik Analisis Model Data Panel ......................... 73 3. Analisis Data Panel .................................................................. 74 4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 75 C. Pembahasan ..................................................................................... 77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 82 A. Kesimpulan ....................................................................................... 82 B. Saran ................................................................................................. 83 C. Keterbatasan penelitian ..................................................................... 83 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 84 LAMPIRAN .................................................................................................... 87
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa ....................................................
3
2. Upah Minimum Propinsi di Pulau Lain ....................................................
4
3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Pulau Jawa ....................................
6
4. PDRB dan UMP di Pulau Jawa..................................................................
8
5. Komponen Kebutuhan Hidup Layak .........................................................
24
6. Sumber Data Penelitian .............................................................................
54
7. Kriteria Pengujian Durbin Watson .............................................................
59
8. Hasil Analisis Statistik Deskriptif ..............................................................
64
9. Hasil Pengujian Durbin Watson .................................................................
71
10. Hasil Uji Chow...........................................................................................
72
11. Hasil Uji Hausman .....................................................................................
73
12. Hasil Estimasi Model ................................................................................
73
xiii
DA FTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 49 2. Nilai Rata-Rata Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa.....................
65
3. Nilai Indeks Harga Konsumen di Pulau Jawa ......................................
66
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Pulau Jawa ..............................
67
5. Perkembangan PDRB di Pulau Jawa ..................................................
68
6. Rata-Rata Pendapatan per Kapita di Pulau Jawa .................................
69
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Data Penelitian ............................................................................... 88 2. Uji Chow ........................................................................................ 89 3. Uji Hausman .................................................................................. 89 4. Hasil Regresi Data Panel ................................................................ 90 5. Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 91 6. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................. 91 7. Hasil Regresi Data Panel Jangka Waktu 7 Tahun ......................... 92
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tenaga kerja adalah pihak yang menawarkan jasa, dan mempunyai peranan penting dalam proses produksi, sehingga atas pengorbanan tersebut, tenaga kerja memperoleh imbalan jasa dari perusahaan berupa upah. Upah merupakan salah satu indikator penting untuk mencukupi hidup tenaga kerja. Pekerja atau buruh dan keluarganya sangat tergantung pada upah yang mereka terima untuk dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu para pekerja dan serikat pekerja selalu mengharapkan upah yang lebih besar untuk untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga. Bagi perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi yang dipandang dapat mengurai tingkat laba yang dihasilkan, sehingga pengusaha berusaha untuk menekan upah tersebut sampai pada tingkat yang paling minimum. Oleh karena itu, laba perusahaan dapat ditingkatkan. Masih sedikit pengusaha yang memandang pekerja sebagai mitra perusahaan dalam menjalankan, dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Di pihak lain, karyawan atau pekerja menganggap upah sebagai balas jasa terhadap apa yang telah ia kerjakan, sehingga pekerja akan menuntut upah lebih untuk mencukupi kebutuhannya agar mereka dapat hidup sejahtera, tetapi dalam kenyataannya, hanya sedikit pengusaha 1
2
yang secara sadar dan sukarela untuk meningkatkan taraf hidup karyawan, terutama pekerja golongan paling bawah. Upaya untuk menghindari perbedaan kepentingan antara pengusaha, dan pekerja, pemerintah perlu mengatur masalah pengupahan ini yang biasa dikenal dengan upah minimum. Tujuan pengaturan ini adalah untuk menjaga agar tingkat upah tidak merosot kebawah (berfungsi sebagai jaring pengaman), meningkatkan daya beli pekerja yang paling bawah, dan mempersempit kesenjangan secara bertahap antara mereka
yang
berpenghasilan tertinggi dan terendah. Tingkat upah minimum ditentukan oleh empat pihak yang saling terkait yaitu pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja, Dewan Pengupahan Nasional yang merupakan lembaga independen terdiri dari pakar, praktisi dan lain sebagainya yang bertugas memberikan masukan kepada pemerintah, Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI) sebagai penyalur aspirasi pekerja, dan wakil pengusaha melalui APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia). Mereka bertugas mengevaluasi tingkat upah minimum yang berlaku pada saat tertentu dan memutuskan apakah tingkat upah tersebut sudah saatnya untuk dinaikkan atau belum. Di Indonesia, masing-masing Propinsi menetapkan upah minimum yang berbeda-beda. Namun dalam penentuannya, masih ada Propinsi yang menetapkan Upah Minimum Propinsi (UMP) di bawah nilai rata-rata UMP Nasional, khususnya di Pulau Jawa. Hampir semua Propinsi di
3
Pulau Jawa menetapkan UMP di bawah rata-rata UMP Nasional, kecuali DKI Jakarta. Hal ini dapat dilihat pada tabel. 1. Tabel 1. Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa Propinsi DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY
2010 1.118.009 955.300 671.500 660.000 630.000 745.695
Upah Minimum Propinsi 2011 2012 2013 1.290.000 1.529.150 2.200.000 1.000.000 1.042.000 1.170.000 732.000 780.000 850.000 675.000 765.000 830.000 705.000 745.000 866.250 808.000 892.660 947.114
Rata-Rata 908.824 988.829 1.119.100 1.332.400 UMP Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014
2014 2.441.301 1.325.000 1.000.000 910.000 1.000.000 988.500 1.634.260
Sementara Pulau lain menetapkan Upah Minimum Propinsi di atas nilai rata-rata Upah Minimum Propinsi Nasional yang dapat dilihat pada tabel 2.
4
Tabel 2. Upah Minimum Propinsi di Pulau Lain Provinsi Aceh
Upah Minimum Regional/Propinsi (Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 1300000 1350000 1400000 1550000 1750000
Sumatera Utara
965000
1035500
1200000
1375000
1505850
Sumatera Barat
940000
1055000
1150000
1350000
1490000
Riau
1016000
1120000
1238000
1400000
1700000
Jambi
900000
1028000
1142500
1300000
1502300
Sumatera Selatan
927825
1048440
1195220
1630000
1825000
Kep. Bangka Belitung Kep. Riau
910000
1024000
1110000
1265000
1640000
925000
975000
1015000
1365087
1665000
Kalimantan Tengah
986590
1134580
1327459
1553127
1723970
Kalimantan Selatan
1024500
1126000
1225000
1337500
1620000
Kalimantan Timur
1002000
1084000
1177000
1752073
1886315
Sulawesi Utara
1000000
1050000
1250000
1550000
1900000
Sulawesi Selatan
1000000
1100000
1200000
1440000
1800000
944200
1006000
1127000
1165000
1400000
Papua Barat
1210000
1410000
1450000
1720000
1870000
Papua
1316500
1403000
1585000
1710000
2040000
Rata-Rata UMP 908824 988829 1119100 Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014
1332400
1634260
Sulawesi Barat
Penetapan upah minimum didasarkan pada standar biaya hidup. Namun, rata-rata tingkat Upah Minimum Propinsi (UMP) di Pulau Jawa masih dibawah nilai kebutuhan hidup layak pekerja. Pemerintah menetapkan UMP yang didasarkan pada Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan digunakan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi. Namun, pada kenyataannya, fakta di lapangan menyebutkan secara rata-rata Upah Minimum Propinsi baru memenuhi sekitar 90% dari Kebutuhan Hidup Layak. Komponen KHL yang ditetapkan pemerintah belum dapat
5
mewakili kebutuhan para pekerja. Pemerintah menetapkan KHL dengan 60 komponen, tetapi para pekerja menuntut KHL dengan 84 komponen. Dalam prakteknya, KHL ini masih banyak terjadi ketidakadilan bagi pekerja. Oleh sebab itu, KHL dirasa kurang apabila digunakan sebagai dasar penetapan nilai UMP, sehingga perlu menggunakan faktor lain yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK). IHK adalah indeks perubahan biaya hidup. Dengan menggunakan IHK, maka pemerintah dapat mengetahui harga-harga saat ini, sehingga tingkat upah dapat disesuaikan dengan harga yang sedang terjadi. Upah pekerja dalam jangka panjang akan memiliki kemampuan yang semakin sedikit dalam membeli barang, dan jasa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi akibat naiknya harga-harga barang, dan jasa tersebut. Kenaikan tersebut akan menurunkan daya beli dari upah. Pada hakekatnya, harga barang dan upah akan selalu naik, dan yang menjadi masalah adalah naiknya tidak serentak dan juga besarnya tidak sama besar. Perubahan yang berbeda ini akan menimbulkan kesulitan untuk mengetahui sampai dimana upah akan meningkatkan kesejahteraan pekerja, sehingga dalam hal ini tingkat upah perlu disesuaikan dengan kenaikan harga barang agar daya beli upah pekerja akan meningkat. Selain menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga digunakan dalam penetapan nilai UMP. TPAK ini dapat digunakan untuk mengetahui penawaran tenaga kerja, sehingga dengan mengetahui tingkat penawaran tenaga kerja
6
tersebut, maka dapat disesuaikan upah yang layak bagi pekerja karena biasanya upah dihitung berdasarkan penawaran tenaga kerja. Jumlah angkatan kerja di Pulau Jawa sendiri selama periode 2010-2014 terus mengalami peningkatan dari 67.741.578 pada tahun 2010 menjadi 71.128.148 pada tahun 2014. Peningkatan jumlah angkatan kerja ini disebabkan oleh peningkatan penduduk berumur 15 tahun ke atas pada periode yang sama, sedangkan untuk Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari tahun ke tahun tetapi mengalami penurunan pada tahun 2013, dan 2014. Hal ini dapat dilihat pada tabel. Tabel 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Pulau Jawa TAHUN 2010 2011 2012 DKI Jakarta 67,83 69,36 71,47 Banten 65,34 67,79 65,17 Jawa Barat 62,38 62,27 63,64 Jawa Tengah 70,60 70,77 71,26 Jawa Timur 69,08 69,49 69,60 DIY 69,76 68,77 71,37 Rata-Rata 67,50 68,07 68,75 Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014 PROPINSI
2013 67,79 63,55 62,82 70,43 69,78 69,29 67,27
2014 66,61 63,84 62,77 69,68 68,12 71,05 67,01
Penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ini yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah lapangan pekerjaan, sehingga tingkat penawaran tenaga kerja di Pulau Jawa meningkat. Jika penawaran tenaga kerja meningkat, kelebihan penawaran tenaga kerja ini akan diserap sektor informal yang tingkat upahnya tidak diatur oleh regulasi, yang pada akhirnya akan mengurangi tingkat upah. Jika pangsa tenaga kerja di sektor informal lebih rendah, maka nilai upah akan memburuk.
7
Penetapan besarnya Upah Minimum Propinsi yang baru, juga mengacu pada nilai tambah yang dihasilkan oleh pekerja. Teori upah efisiensi menyebutkan, dengan penetapan upah minimum memungkinkan tenaga kerja meningkatkan nutrisinya, sehingga dalam jangka panjang dapat
meningkatkan
produktivitasnya.
Peningkatan
upah
juga
memungkinkan buruh untuk memberi nutrisi yang baik untuk anaknya, sehingga akan memberi dampak yang besar dalam peningkatan produktivitasnya. Upah yang dibayarkan menurut teori ini jauh di atas upah keseimbangan, sehingga produktivitas tenaga kerja meningkat, dan jumlah output yang diproduksi akan meningkat. Jumlah tingkat output yang diproduksi disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB ini penting jika digunakan dalam penetapan nilai upah minimum karena
tingkat output yang diproduksi akan berpengaruh
terhadap laba yang dihasilkan. Jadi jika laba meningkat, maka tingkat upah minimum selayaknya juga meningkat. Perkembangan nilai laju PDRB di Pulau Jawa dapat dilihat pada tabel.
8
Tabel 4. PDRB dan UMP di Pulau Jawa TAHUN
Banten
1.075.180,48 (6,50%)
271.465,28 (6,11%)
1.118.009 (4,50%)
955.300 (4,11%)
671.500 (6,89%)
1.147.558,23 (6,73%)
290.545,84 (6,38%)
1.290.000 (15,38%)
PDRB
UMP
PDRB 2010
UMP
PDRB 2011
PROPINSI Jawa Barat Jawa Tengah 906.685,76 623.224,62 (6,20%) (5,84%)
DKI Jakarta
UMP
Jawa Timur
DIY
990.648,84 (6,68%)
64.678,97 (4,88%)
660.000 (14,78%)
630.000 (10,52%)
745.695 (6,52%)
965.622,06 (6,51%)
656.268,13 (6,03%)
1.054.401,77 (7,22%)
68.049,87 (5,17%)
1.000.000 (4,67%)
732.000 (9,00%)
675.000 (2,27%)
705.000 (11,90%)
808.000 (8,35%)
1.222.527,92 (6,53%)
310.385,59 (6,83%
1.028.409,74 (6,5%)
691.343,12 (5,34%)
1.124.464,64 (6,64%)
71.702,45 (5,37%)
1.529.150 (15,53%) 1.297.195,43 (6,11%)
1.042.000 (4,2%) 332.517,42 (7,13%)
780.000 (6,55%) 1.093.585,51 (6,34%)
765.000 (13,33%) 726.899,71 (5,14%)
745.000 (5,67%) 1.192.841,86 (6,08%)
892.660 (10,47%) 75.637,01 (5,49%)
2.200.000 (43,87%) 1.374.348,61 (5,95%)
1.170.000 (12,28%) 350.699,73 (5,47%)
850.000 (8,97%) 1.148.948,82 (5,06%)
830.000 (8,49%) 766.271,77 (5,42%)
866.250 (16,27%) 1.262.700,21 (5,86%)
947.114 (6,10%) 79.557,25 (5,18%)
2.441.301 (10,96%)
1.325.000 (13,24%)
1.000.000 (17,64%)
910.000 (9,63%)
1.000.000 (15,44%)
988.500 (4,36%)
2012
PDRB 2013 UMP PDRB 2014 UMP
Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014 Tabel di atas menunjukkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di setiap Propinsi di Pulau Jawa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan PDRB ini dibarengi dengan peningkatan Upah Minimum Propinsi (UMP), walaupun masih ada laju Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa pada tahun tertentu masih di bawah nilai laju Produk Domestik Regional Bruto. Perubahan tingkat kemakmuran dari waktu ke waktu dapat pula menjadi faktor yang mempengaruhi nilai Upah Minimum Propinsi. Tingkat kemakmuran suatu daerah tidak hanya dilihat dari besar kecilnya
9
PDRB karena PDRB tidak bisa menunjukkan berapa jumlah penduduk yang harus dihidupi dari PDRB. PDRB suatu daerah tinggi, namun belum tentu daerah tersebut makmur karena jumlah penduduk di daerah tersebut juga tinggi, sehingga ukuran yang lebih tepat untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu daerah dengan menggunakan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita adalah hasil perbandingan antara PDRB dengan jumlah tenaga kerja pada periode yang sama, Pendapatan per kapita juga merefleksikan PDRB per kapita. Nilai pendapatan per kapita di Pulau Jawa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu 37.022.470,00 pada tahun 2010, dan 44.794.390,00 pada tahun 2014. Pendapatan per kapita ini akan mempengaruhi nilai Upah Minimum Propinsi karena pendapatan per kapita merupakan tolok ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara. Ketika pendapatan per kapita naik, maka nilai Upah Minimum Propinsi juga meningkat karena masyarakat akan mampu membeli barang dan jasa yang disediakan oleh produsen, sehingga laba para pengusaha akan meningkat, dan pengusaha mampu membayar pekerja dengan upah yang lebih tinggi. Jadi tingkat kemakmuran masyarakat akan berpengaruh terhadap nilai upah minimum. Rata-rata pendapatan per kapita di Pulau Jawa memiliki nilai di bawah nilai pendapatan per kapita nasional, kecuali DKI Jakarta. Hal ini yang menyebabkan nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa menjadi rendah. Penghitungan upah minimum di suatu Propinsi ditentukan
10
berdasarkan oleh beberapa faktor. Namun, penelitian ini hanya dibatasi pada faktor Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Pendapatan per Kapita karena penelitian ini hanya menggunakan faktor makro dengan melihat keadaan ekonomi, dan tenaga kerja di Pulau Jawa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang ada yaitu : 1. Nilai upah buruh di Indonesia masih rendah 2. Penetapan besarnya upah antara pengusaha dan pekerja berbeda 3. Upah masih menjadi persoalan utama di berbagai daerah di Indonesia 4. Upah Minimum Propinsi (UMP) di Pulau Jawa di bawah nilai rata-rata UMP nasional 5. Kurang terpenuhinya kebutuhan pekerja dilihat dari perbandingan nilai upah minimum dengan biaya hidup pekerja 6. Terjadinya peningkatan penawaran tenaga kerja di Pulau Jawa, sehingga tingkat Upah Minimum Propinsi cenderung rendah 7. Laju pertumbuhan UMP di Pulau Jawa pada tahun tertentu ada yang masih di bawah nilai laju pertumbuhan PDRB 8. Rata-rata Pendapatan per Kapita di Pulau Jawa memiliki nilai di bawah nilai Pendapatan per Kapita Nasional
11
C. Batasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan permasalahan yang diidentifikasi di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah. Mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka penelitian ini akan dibatasi pada analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Faktor-faktor yang dianalisis meliputi Indeks Harga Konsumen, Partisipasi Angkatan Kerja, Produk Domestik Regional Bruto, dan Pendapatan per Kapita. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa? 2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa
12
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur atau kajian teoritis mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi serta membuka kemungkinan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pengupahan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Mahasiswa 1) Sebagai wahana latihan menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang dihadapi di lapangan. 2) Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi 3) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. b. Bagi Pemerintah Menjadi masukan dan bahan pembuatan kebijakan dalam perencanaan peningkatan kesejahteraan pekerja. c. Bagi Pekerja Menjadi sumber informasi bagi pekerja mengenai nilai Upah Minimum Propinsi yang diterimanya dibandingkan dengan nilai Upah Minimum Propinsi daerah lain.
13
d. Bagi Pembaca dan Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber informasi data sekunder bagi seorang peneliti lain dan memberikan masukan yang berharga bagi masyarakat tentang analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi, dan dapat menjadi rujukan penelitian selanjutnya yang relevan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Upah a. Pengertian Upah Menurut Sadono Sukirno (2002: 353) upah merupakan imbalan jasa yang diterima seseorang di dalam hubungan kerja yang berupa uang atau barang melalui perjanjian kerja, imbalan jasa, dan diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan bagi diri, dan keluarganya. Dalam teori ekonomi, upah yaitu pembayaran yang diperoleh dari berbagai bentuk jasa yang disediakan, dan diberikan oleh tenaga kerja kepada pengusaha. Perubahan akan mempengaruhi
tinggi
rendahnya
tingkat biaya
upah
produksi
perusahaan. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut: 1) Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya
akan
per
diproduksi. Konsumen akan
unit
barang
yang
meningkatkan
harga
memberikan respon apabila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi mau membeli barang yang bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual, dan terpaksa produsen
14
menurunkan
15
jumlah
produksinya.
Turunnya
target
produksi,
mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena pengaruh turunnya skala produksi disebut dengan efek skala produksi. 2) Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang modal lainnya tidak berubah), maka pengusaha ada yang lebih suka menggunakan
teknologi
padat
modal
untuk
proses
produksinya dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan penggunaan mesin - mesin disebut dengan efek substitusi tenaga kerja (substitution effect). Definisi upah pada UU No 13 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 30 tentang ketenagakerjaan yang berbunyi upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau
peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
16
Jadi dapat disimpulkan bahwa upah adalah pembayaran yang diberikan kepada tenaga kerja buruh atas jasa-jasa fisik maupun mental sebagai imbalan dari para pengusaha dan jumlah keseluruhan yang ditetapkan sebagai pengganti jasa yang telah dikeluarkan oleh tenaga kerja meliputi masa atau syarat-syarat tertentu yang di dalamnya berupa perjanjian kerja atau kesepakatan kedua belah pihak termasuk tunjangan bagi pekerja, dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan. b. Teori Upah Efisiensi Menurut teori upah efisiensi, perusahaan akan beroperasi lebih efisien jika upah berada di atas ekuilibrium, jadi akan lebih menguntungkan jika perusahaan tetap mempertahankan upah tetap tinggi meskipun penawaran tenaga kerja berlebih. Menurut teori upah efisiensi membayar upah yang tinggi mungkin akan menguntungkan perusahaan karena bisa menaikkan efisiensi para pekerja. Teori upah efisiensi yang dikembangkan oleh Cafferty (1990) meramalkan bahwa apabila pekerja dengan mendapatkan upah yang tinggi maka dia dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum hidupnya, sehingga dengan demikian apabila kebutuhan fisiknya sudah terpenuhi maka pekerja akan berangkat ketempat pekerjaannya dengan tenang, dan bagi pekerja sendiri dia akan memberikan konsentrasi yang penuh dan akan mencurahkan
17
pemikiran dan tenaganya secara maksimal selama dia berada di tempat pekerjaannya. Dampak secara ekonomi yang dimunculkan bagi perusahaan adalah tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan memacu tingkat pertumbuhan ekonomi, dengan upah yang tinggi maka pekerja pun akan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan dengan hasil yang lebih memuaskan sehingga dengan demikian pekerja akan merasa lebih puas dengan hasil pekerjaannya sedangkan bagi perusahaan merasa tidak mengalami kerugian dengan mempekerjakan tenaga kerja yang terampil dan selalu giat dalam meningkatkan hasil produktivitas kerjanya. Ada beberapa jenis teori upah efisiensi yang dikembangkan oleh Gregory Mankiw (2013: 126) untuk menjelaskan mengapa perusahaan mau membayar upah yang lebih tinggi kepada pekerja, diantaranya : 1) Kesehatan Pekerja. Teori upah efisiensi yang berkaitan dengan kesehatan pekerja. Para pekerja yang memperoleh upah yang lebih tinggi dapat mengkonsumsi lebih banyak nutrisi, dan dengan demikian akan lebih sehat dan lebih produktif. Sebuah perusahaan mungkin lebih menguntungkan untuk membayar upah tinggi dan memiliki tenaga kerja yang sehat dan produktif, daripada membayar upah yang rendah tetapi
18
memiliki pekerjaan yang tidak sehat dan kurang produktif. Jenis teori upah efisiensi ini tidak relevan untuk negara maju karena bagi Negara yang sudah maju dan kaya keseimbangan upah sebagian besar di atas tingkat untuk mengkonsumsi nutrisi yang berkecukupan, di sini perusahaan tidak perlu ada kekawatiran
jika
mereka
membayar
upah
ekuilibrium
kesehatan para pekerja mereka akan menurun. Jenis teori upah ini lebih relevan untuk negara berkembang karena sebagian besar pekerja di Negara berkembang kekurangan nutrisi merupakan masalah yang umum, dinegara-negara yang belum maju perusahaan mungkin merasa takut bahwa jika upah dipotong, kesehatan dan produktivitas kerja akan menurun. 2) Perputaran Pekerja. Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan hubungan antara upah dengan perputaran kerja. Pekerja berhenti bekerja karena beberapa alasan pindah ketempat pekerjaan lain, pindah ke kota lain, meninggalkan angkatan kerja dal lain-lain. Frekuensi perputaran ini tergantung pada insentif-insentif yang mereka hadapi yaitu manfaat terus bekerja versus manfaat berhenti kerja. Semakin tinggi upah yang dibayar kepada tenaga kerja semakin rendah kemungkinan pekerja akan berhenti dari pekerjaannya, jadi sebuah perusahaan dapat mengurangi perputaran pekerja dengan membayar upah yang lebih tinggi.
19
Alasannya kekhawatiran perputran pekerja tersebut adalah akan lebih mahal bagi perusahaan untuk merekrut dan melatih pekerja-pekerja baru. Selain itu mereka telah dilatih para pekerja baru tidak seproduktif pekerja yang berpengalaman, perusahaan memiliki perputaran pekerjaan yang tinggi dengan demikian akan memiliki biaya produksi yang tinggi pula. Bagi perusahaan mungkin akan lebih menguntungkan apabila membayar upah pekerja di atas tingkat ekuilibrium dalam rangka mengurangi perputaran pekerja. 3) Kerja Keras Pekerja. Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan bagaimana keterkaitan antara upah dengan kerja keras pekerja. Dalam banyak pekerjaan, pekerja bekerja secara bebas, akibatnya perusahaan harus memantau kinerja pekerja tersebut, dan bagi para pekerja yang terbukti melalaikan tanggung jawab mereka akan dipecat. Tetapi tidak semua yang lalai bisa tertangkap secara langsung karena pemantauan pekerja mahal dan dan tidak efisien. Sebuah perusahaan dapat menanggulangi masalah ini dengan membayar upah di atas tingkat ekuilibrium. Upah yang lebih tinggi akan membuat pekerja lebih setia, dan dengan demikian
memberikan
insentif
kepada
pekerja
untuk
mencurahkan upaya dan pikiran mereka semaksimal mungkin.
20
4) Kualitas Pekerja. Jenis teori upah efisiensi ini menjelaskan bagaimana hubungan antara upah dengan kualitas pekerja. Saat merekrut tenaga kerja baru, sebuah perusahaan tidak bisa secara tepat mengukur kualitas dari para pekerja. Dengan membayar upah yang tinggi, perusahaan dapat menarik kelompok pelamar yang lebih berkualitas. Dalam teori upah efisiensi ini ketika sebuah perusahaan menghadapi suplpy pekerja yang berlebihan, mungkin tampak masuk akal dan menguntungkan untuk menurunkan upah yang ditawarkan. Tetapi dengan menurunkan upah, perusahaan beresiko kehilangan pekerja yang berkualitas. 2. Upah Minimum a. Pengertian Upah Minimum Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Upah Minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Pemenuhan kebutuhan yang layak
di setiap propinsi berbeda-beda, maka disebut
Upah Minimum
Propinsi. Upah
Minimum
penerimaan bulanan minimum (terendah)
adalah
sebagai
suatu imbalan
dari pengusaha kepada karyawan untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan atas dasar suatu
21
persetujuan
atau
peraturan perundang-undangan
serta
dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan karyawan termasuk tunjangan, baik karyawan itu sendiri maupun untuk keluarganya. Sebagaimana yang telah diatur dalam PP No. 8/1981 upah minimum dapat ditetapkan secara minimum
regional,
sektoral
regional maupun subsektoral,
meskipun saat ini baru upah minimum regional yang dimiliki oleh setiap daerah. Berdasarkan
Undang Undang No.
13
tahun
2003
disebutkan bahwa upah minimum hanya ditujukan bagi pekerja dengan masa kerja 0 (nol) sampai dengan 1 (satu) tahun. Definisi tersebut terdapat dua unsur penting dari upah minimum yaitu: 1) Upah permulaan adalah upah terendah yang harus diterima oleh buruh pada waktu pertama kali dia diterima bekerja. 2) Jumlah
upah
minimum
haruslah
dapat
memenuhi
kebutuhan hidup buruh secara minimal yaitu kebutuhan untuk sandang, pangan dan keperluan rumah tangga. Upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja
agar sampai pada tingkat pendapatan "living wage",
yang berarti bahwa orang yang bekerja
akan
mendapatkan
pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum dapat mencegah pekerja dari eksploitasi tenaga kerja terutama yang low skilled. Upah
minimum
dapat meningkatkan
produktivitas
22
tenaga
kerja
dan mengurangi
konsekuensi pengangguran
seperti yang diperkirakan teori ekonomi konvensional. b. Serikat Pekerja, dan Tawar Menawar Kolektif Menurut Gregory Mankiw (2013: 123), serikat pekerja (union) adalah asosiasi pekerja yang melakukan tawar menawar dengan pemberi kerja mengenai upah, dan kondisi kerja. Serikat pekerja merupakan sejenis kartel, yaitu sekelompok penjual yang bekerja sama dengan harapan menggunakan daya pasar bersama mereka. Banyak pekerja dalam perekonomian membahas upah, tunjangan, dan kondisi kerja mereka dengan perusahaan secara sendiri-sendiri maupun berkelompok. Proses disepakatinya syaratsyarat kerja antara serikat pekerja, dan perusahaan disebut dengan tawar-menawar kolektif(collective bargaining). Ketika berunding dengan perusahaan. Serikat pekerja meminta upah lebih tinggi, tunjangan lebih besar, dan kondisi kerja yang lebih baik daripada ditawarkan oleh perusahaan tanpa adanya serikat pekerja. Jika serikat pekerja, dan perusahaan tidak mencapai kesepakatan, serikat pekerja dapat melakukan penarikan pekerja dari perusahaan, yang disebut dengan pemogokan (strike). Pekerja yang mengalami pemogokan tersebut akan mengurangi produksi, penjualan,
dan
keuntungan
perusahaan.
Perusahaan
yang
menghadapi ancaman pemogokan, besar kemungkinan menyetujui untuk membayar upah yang lebih tinggi.
23
Apabila serikat pekerja meningkatkan upah di atas titik keseimbangan,
serikat
pekerja
akan
meningkatkan
jumlah
penawaran tenaga kerja, dan mengurangi jumlah permintaan tenaga kerja, sehingga akan menimbulkan pengangguran. Para pekerja yang tetap bekerja menerima keuntungan, namun mereka yang sebelumnya bekerja, dan menganggur, ketika upah meningkat justru akan dirugikan. Para pendukung serikat pekerja berpendapat bahwa serikat pekerja diperlukan untuk mengimbangi
kekuasaan perusahaan-
perusahaan di pasar tenaga kerja. Contoh kasus ekstrim dari kekuasaan pasar tenaga kerja adalah “company town” yaitu satu perusahaan mempekerjakan hampir seluruh angkatan kerja yang ada di satu wilayah geografis. Tanpa adanya serikat pekerja, perusahaan
dapat
menggunakan
kekuatan
pasarnya
untuk
membayar upah lebih rendah, dan menawarkan kondisi kerja lebih buruk. Dalam kasus ini, serikat pekerja dapat menyeimbangkan keseimbangan pasar perusahaan, dan melindungi para pekerja dari kesewenangan pemilik perusahaan. Para pendukung serikat pekerja juga menyatakan bahwa serikat pekerja penting untuk membantu perusahaan merespon kepentingan pekerja secara efisien. Kapan pun seorang pekerja menerima pekerjaan, pekerja tersebut, dan perusahaan harus sepakat dengan berbagai atribut pekerjaan tersebut selain upah
24
meliputi jam kerja, lembur, cuti tahunan, cuti sakit, tunjangan kesehatan, jadwal promosi, jaminan kerja, dan sebagainya. Dengan mewakili pandangan pekerja terhadap isu-isu ini, harus ada kebijakan untuk menyeimbangkan perbedaan pandangan antara pekerja dengan para pengusaha, sehingga perlu adanya penentuan upah yang sesuai, dan tidak memberatkan pengusaha maupun pekerja. Dalam hal ini, dibuat peraturan tentang upah minimum bagi pekerja. Dengan adanya upah minimum, maka kesejahteraan para pekerja dapat terjamin. c. Kebutuhan Hidup Layak Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005 tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup layak disebutkan bahwa Kebutuhan Layak
yang
selanjutnya
disingkat
KHL
adalah
Hidup standar
kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. KHL sebagai dasar dalam penetapan upah minimum merupakan peningkatan dari kebutuhan hidup minimum. Nilai KHL diperoleh melalui survei harga. Penetapan upah minimum Propinsi didasarkan pada nilai Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Kabupaten/Kota terendah Propinsi yang bersangkutan dengan menggunakan
di
produktivitas,
pertumbuhan ekonomi dan usaha yang paling tidak mampu
25
(marginal).
Dalam
menetapkan
tahapan
pencapaian
KHL,
Gubernur memperhatikan kondisi pasar kerja, usaha yang paling tidak mampu (marginal) di Propinsi/Kabupaten/Kota. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja no. 13 tahun 2012, standar KHL terdiri dari beberapa komponen yaitu makanan & minuman (11 items), sandang (13 items), perumahan (26 items), pendidikan (2 items), kesehatan (5 items), transportasi (1 items), dan rekreasi dan tabungan (2 item).
Tabel 5. Komponen-Komponen Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012 No
Komponen
Kualitas/Kriteria
Jumlah Kebutuhan
I
MAKANAN DAN MINUMAN 1 Beras Sedang
Sedang
10 kg
Sedang
0.75 kg
b. Ikan Segar
Baik
1.2 kg
c. Telur Ayam
Telur ayam ras
1 kg
Baik
4.5 kg
4 Susu bubuk
Sedang
0.9 kg
5 Gula pasir
Sedang
3 kg
6 Minyak goreng
Curah
2 kg
7 Sayuran
Baik
7.2 kg
8 Buah-buahan (setara
Baik
7.5 kg
Sedang
3 kg
2 Sumber Protein : a. Daging
3 Kacang-kacangan : tempe/tahu
pisang/pepaya) 9 Karbohidrat lain (setara tepung
26
terigu) 10 Teh atau Kopi
Celup/Sachet
2 Dus isi 25 = 75 gr
11 Bumbu-bumbuan
Nilai 1 s/d 10
15%
Katun/sedang
6/12 potong
13 Celana pendek
Katun/sedang
2/12 potong
14 Ikat Pinggang
Kulit sintetis,
1/12 buah
JUMLAH II
SANDANG 12 Celana panjang/ Rok/Pakaian muslim
polos, tidak branded 15 Kemeja lengan pendek/blouse
Setara katun
6/12 potong
16 Kaos oblong/ BH
Sedang
6/12 potong
17 Celana dalam
Sedang
6/12 potong
18 Sarung/kain panjang
Sedang
1/12 helai
Kulit sintetis
2/12 pasang
Katun, Polyester,
4/12 pasang
19 Sepatu 20 Kaos Kaki
Polos, Sedang 21 Perlengkapan pembersih sepatu a. Semir sepatu
Sedang
6/12 buah
b. Sikat sepatu
Sedang
1/12 buah
Karet
2/12 pasang
100cm x 60 cm
2/12 potong
a. Sajadah
Sedang
1/12 potong
b. Mukena
Sedang
1/12 potong
c. Peci,dll
Sedang
1/12 potong
22 Sandal jepit 23 Handuk mandi 24 Perlengkapan ibadah
JUMLAH III
PERUMAHAN
27
25 Sewa kamar
dapat menampung
1 bulan
jenis KHL lainnya 26 Dipan/ tempat tidur
No.3, polos
1/48 buah
a. Kasur busa
Busa
1/48 buah
b. Bantal busa
Busa
2/36 buah
28 Sprei dan sarung bantal
Katun
2/12 set
29 Meja dan kursi
1 meja/4 kursi
1/48 set
30 Lemari pakaian
Kayu sedang
1/48 buah
31 Sapu
Ijuk sedang
2/12 buah
a. Piring makan
Polos
3/12 buah
b. Gelas minum
Polos
3/12 buah
c. Sendok garpu
Sedang
3/12 pasang
33 Ceret aluminium
Ukuran 25 cm
1/24 buah
34 Wajan aluminium
Ukuran 32 cm
1/24 buah
35 Panci aluminium
Ukuran 32 cm
2/12 buah
Alumunium
1/12 buah
350 watt
1/48 buah
a. Kompor 1 tungku
SNI
1/24 buah
b. Selang dan regulator
SNI
10 liter
Pertamina
1/60 buah
masing-masing 3
2 tabung
27 Perlengkapan tidur
32 Perlengkapan makan
36 Sendok masak 37 Rice Cooker ukuran 1/2 liter 38 Kompor dan perlengkapannya
c. Tabung Gas 3 kg 39 Gas Elpiji
kg 40 Ember plastic
Isi 20 liter
2/12 buah
41 Gayung plastic
Sedang
1/12 buah
42 Listrik
900 watt
1 bulan
43 Bola lampu hemat energi
14 watt
3/12 buah
Standar PAM
2 meter
44 Air Bersih
28
kubik 45 Sabun cuci pakaian
Cream/deterjen
1.5 kg
500 gr
1 buah
47 Setrika
250 watt
1/48 buah
48 Rak portable plastic
Sedang
1/24 buah
49 Pisau dapur
Sedang
1/36 buah
30 x 50 cm
1/36 buah
Tabloid/4 band
4 buah/
46 Sabun cuci piring (colek)
50 Cermin JUMLAH IV
PENDIDIKAN
51 Bacaan/radio
(1/48) 52 Ballpoint/pensil
Sedang
6/12 buah
a. Pasta gigi
80 gram
1 tube
b. Sabun mandi
80 gram
2 buah
c. Sikat gigi
Produk local
3/12 buah
d. Shampo
Produk local
1 botol 100
JUMLAH V
KESEHATAN 53 Sarana Kesehatan
ml e. Pembalut atau alat cukur 54 Deodorant 55 Obat anti nyamuk 56 Potong rambut
Isi 10
1 dus/set
100ml/g
6/12 botol
Bakar
3 dus
Di tukang
6/12 kali
cukur/salon 57 Sisir
Biasa
2/12 buah
Angkutan umum
30 hari (PP)
JUMLAH VI
TRANSPORTASI
58 Transportasi kerja dan lainnya JUMLAH
29
VII
REKREASI DAN TABUNGAN
59 Rekreasi
Daerah sekitar
2/12 kali
60 Tabungan
(2% dari nilai 1 s/d
2%
59) JUMLAH JUMLAH (I + II + III + IV + V + VI + VII) Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012 d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Upah Minimum Menurut Transmigrasi
Peraturan
Nomor
07
Menteri Tahun
Tenaga
2013,
Kerja,
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi upah minimum adalah Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan memperhatikan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum diarahkan pada pencapaian KHL yaitu dengan membandingkan besarnya upah minimum disesuaikan dengan nilai KHL pada periode yang sama. Komponen Kebutuhan hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan Upah Minimum, dimana dihitung berdasarkan kebutuhan hidup pekerja dalam memenuhi kebutuhan mendasar yang meliputi kebutuhan akan pangan 2100kkal perhari, perumahan, pakaian, pendidikan dan sebagainya. Awalnya penghitungan upah minimum dihitung didasarkan pada Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), Kemudian terjadi perubahan penghitungan didasarkan pada Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Perubahan itu disebabkan tidak sesuainya lagi
30
penetapan upah berdasarkan kebutuhan fisik minimum, sehingga timbul perubahan yang disebut dengan KHM. Namun, penetapan upah minumum berdasarkan KHM mendapat koreksi cukup besar dari pekerja yang beranggapan, terjadi implikasi pada rendahnya daya beli dan kesejahteraan masyarakat terutama pada pekerja tingkat level bawah. Melalui beberapa pendekatan dan penjelasan langsung terhadap pekerja, penetapan upah minimum berdasarkan KHM dapat berjalan dan diterima pihak pekerja dan pengusaha. Perkembangan teknologi dan sosial ekonomi yang cukup pesat
menimbulkan
pemikiran,
kebutuhan
hidup
pekerja
bedasarkan kondisi "minimum" perlu diubah menjadi kebutuhan hidup layak. Kebutuhan hidup layak dapat meningkatkan produktivitas kerja, dan produktivitas perusahaan yang pada akhirnya
dapat
meningkatkan
produktivitas
nasional.
Dari
gambaran itu, timbul permasalahan, sampai saat ini belum ada kriteria atau parameter yang digunakan sebagai penetapan kebutuhan hidup layak itu. Sumber data yang diperoleh dari responden di lapangan menunjukkan, dari komponen dan jenis kebutuhan hidup minimum yang diajukan kepada responden terdapat lima jenis komponen, yaitu makanan dan minuman, perumahan dan fasilitas, sandang, kesehatan, estetika, dan aneka kebutuhan. Komponen KHM sebagi awal tujuan kebutuhan hidup layak, ternyata sebagian besar responden menyetujui jenis dan
31
komponen yang terdapat dalam KHM. Hanya saja, perlu mendapat perubahan meliputi kualitas dari barang yang diajukan, dan kuantitas jumlah barang yang dibutuhkan perlu ditambah. Begitu juga pekerja, harus dapat menyisihkan hasil yang diterima paling tidak sebesar 20 persen sebagai tabungan. Menurut Bersales(2014) Penetapan upah minimum juga menggunakan faktor-faktor lain diantaranya: 1) Indeks Harga Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) menurut Gregory Mankiw (2013: 26) adalah ukuran biaya keseluruhan barang, dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Ahli statistik pemerintah secara rutin menghitung, dan melaporkan IHK. Ketika menghitung IHK, Departemen Statistik menggunakan data tentang hargaharga barang, dan jasa. Langkah-langkah perhitungan IHK yaitu sebagai berikut : a) Tentukan isi keranjangnya Menentukan harga-harga yang paling penting bagi konsumen dengan pemberian bobot tertentu. b) Temukan harga-harganya Menemukan harga setiap barang, dan jasa dalam keranjang untuk setiap masa waktu. c) Menghitung harga seluruh isi keranjang
32
Menggunakan data harga-harga untuk menghitung jumlah harga keseluruhan isi keranjang barang, dan jasa dari waktu ke waktu. d) Memilih tahun basis, dan menghitung indeksnya Memilih satu tahun dari tahun basis yang merupakan tolak ukur yang menjadi bandingan tahun-tahun yang lainnya. Untuk menghitung indeksnya, harga barang, dan jasa untuk setiap tahun dibagi dengan harga keranjang pada tahun basis. Perbandingan ini kemudian dikalikan dengan 100. Angka hasilnya adalah indeks harga konsumen. Target Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah mengukur perubahan-perubahan pada biaya hidup. Dengan kata lain, IHK mencoba untuk mengukur berapa banyak penghasilan yang harus dinaikkan guna memelihara standar hidup yang konstan. Menurut Bersales (2014) Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan komponen penting dalam menggunakan penetapan nilai upah minimum. Ketika biaya hidup masyarakat tinggi, maka tingkat upah selayaknya ditingkatkan. 2) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Gregory Mankiw (2013: 111) Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur, sedangkan tingkat pengangguran (unemployment rate) didefinisikan sebagai
33
persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate) adalah persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survei. TPAK adalah indikator yang biasa digunakan untuk menganalisa partisipasi angkatan kerja. Menurut Badan Pusat Statistik (2014) Rumus Perhitungan: TPAK = Jumlah Angkatan Kerja x 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja Dalam pandangan klasik upah akan selalu menyesuaikan diri untuk menormalkan kelebihan penawaran di pasar tenaga kerja. Terjadinya penurunan permintaan tenaga kerja akan mula-mula menciptakan penawaran tenaga kerja berlebih, akibatnya upah akan turun. Pasar tenaga kerja dapat digolongkan menjadi pasar tenaga kerja terdidik dan pasar tenaga kerja tidak terdidik. Menurut Simanjuntak (1998), kedua bentuk pasar tenaga kerja tersebut berbeda dalam beberapa hal. Pertama, tenaga terdidik pada umumnya mempunyai produktivitas kerja lebih tinggi daripada yang tidak terdidik. Produktivitas pekerja pada dasarnya tercermin
34
dalam
tingkat
upah
dan
penghasilan
pekerja,
yaitu
berbanding lurus dengan tingkat pendidikannya. Kedua, dari segi waktu, penawaran tenaga kerja terdidik haruslah melalui proses pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, elastisitas penawaran tenaga kerja terdidik biasanya lebih kecil daripada elastisitas penawaran tenaga kerja tidak terdidik. Ketiga, dalam proses pengisian lowongan, pengusaha memerlukan lebih banyak waktu untuk menyeleksi tenaga kerja terdidik daripada tenaga kerja tidak terdidik. Penawaran tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Seperti halnya penawaran, demand atau permintaan tenaga kerja juga merupakan suatu hubungan antara upah dan jumlah tenaga kerja. Motif perusahaan mempekerjakan
seseorang
adalah
untuk
membantu
memproduksi barang atau jasa yang akan dijual kepada konsumennya. Besaran permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung pada besaran permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksi perusahaan itu. Penentuan permintaan tenaga kerja dapat diturunkan dari fungsi produksi yang merupakan fungsi dari tenagakerja (L) dan modal (K), sebagai berikut: TP = f(L, K) dimana:
35
TP = Produksi total (output) L = Tenaga kerja K = Modal Keseimbangan pasar tenaga kerja merupakan suatu posisi tertentu yang terbentuk oleh adanya interaksi permintaan dan penawaran tenaga kerja. Jika upah diserahkan pada mekanisme pasar yaitu dilihat dari permintaan dan penawaran tenaga kerja, maka pada saat jumlah tenaga kerja yang ditawarkan jauh di atas permintaannya, hal ini mengakibatkan tingkat upah menjadi lebih rendah. Dimana tingkat upah tersebut tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup layak. Untuk melindungi hal tersebut, pemerintah kemudian menetapkan upah minimum, agar upah yang diterima minimal sama dengan Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Kondisi demikian banyak terjadi pada pasar tenaga kerja yang unskill labour, misal Indonesia. Sehingga untuk melindungi para pekerja tersebut maka pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk menerapkan upah minimum guna melindungi para pekerja (buruh). 3) Produk Domestik Regional Bruto Menurut Gregory Mankiw (2013: 6) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa jadi yang diproduksi di suatu daerah pada
36
periode tertentu. Sisi produksi ekonomi merubah input seperti tenaga kerja, dan modal menjadi output. Input semacam buruh, dan modal disebut faktor produksi, sedangkan pembayaran terhadap faktor tersebut seperti upah dan bunga disebut pembayaran faktor (factor of payment). Data PDRB dalam prakteknya digunakan tidak hanya untuk mengukur seberapa banyak output yang diproduksi, tetapi juga sebagai pengukuran kesejahteraan penduduk suatu daerah. Kenaikan PDRB akan menyebabkan pendapatan daerah dari sektor pajak, dan restribusi meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada daerah tersebut. Dalam penetapan upah minimum, pihak pemerintah, dan Dewan Penguapah akan tetap menggunakan faktor lain yaitu laju PDRB (Bersales, 2014). Apabila terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja yang diukur dengan output PDRB, maka upah minimum selayaknya ditingkatkan. Peningkatan output PDRB merupakan sebuah pertumbuhan ekonomi bagi suatu daerah. PDRB digunakan untuk salah
satunya
untuk
berbagai
mengukur kinerja
tujuan,
keseluruhan.
Jumlahnya akan sama dengan jumlah dari nilai nominal konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah untuk barang
37
dan jasa serta ekspor netto. Tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung angka-angka PDRB adalah: a) Pendekatan produksi Melalui pendekatan produksi, produk nasional atau produk domestik bruto diperoleh dengan menjumlahkan nilai
pasar
dari
seluruh
barang
dan
jasa yang
dihasilkan berbagai sector perekonomian. Persamaan fungsi
produksi
pada pendekatan produksi adalah
sebagai berikut: Y= f(K,L,t)...........................................................(2.1) Di mana: Y = Produksi K = modal L = tenaga kerja t = teknologi Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu: (1) pertanian,peternakan, (2) pertambangan
kehutanan
dan
perikanan,
dan penggalian,
(3) industri penggalian, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) pedagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,
38
(9) jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. b) Pendekatan pendapatan Pendekatan pendekatan
pendapatan
dimana
merupakan
pendapatan nasional
suatu diperoleh
melalui penjumlahan pendapatan dari berbagai faktor produksi terhadap proses produksi. Pendapatan nasional yang dimaksud di sini diperoleh melalui penjumlahan dari berbagai unsur dan jenis pendapatan. (1) Kompensasi untuk pekerja yang terdiri dari upah (wages) dan gaji (salaries) ditambah faktor lain (pensiun dan dana jaminan sosial). (2) Keuntungan
perusahaan
atau corporate
provit
merupakan kompensasi kepada pemilik perusahaan yang
mana
digunakan
untuk
membayar pajak
keuntungan perusahaan, yang dibagikan kepada para pemilik saham (stockholders) sebagai deviden dan ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang tidak dibagikan. (3) Pendapatan kompensasi
usaha atas
sumber-sumber
perorangan
penggunaan
tenaga
merupakan kerja
dan
dari self employeed person, self
employeed professional, dan lain-lain.
39
(4) Pendapatan sewa merupakan kompensasi yang untuk pemilik
tanah,
rental
business,
dan
recidential
properties. (5) Bunga netto atau net interest terdiri dari bunga yang dibayarkan perusahaan dikurangi bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah bunga
netto
yang
yang
diterima
dari
luar
negeri.
Bunga
dibayar pemerintah, dan konsumen tidak termasuk didalamnya. Pendapatan
nasional
berdasarkan
pendekatan
pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut: NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd.....................................(2.2) Di mana: NI = Pendapatan nasional Yw = Pendapatan dari upah, gaji, dan pendapatan lainnya sebelum pajak. Yi = Pendapatan dari bunga. Ynr = Pendapatan dari keuntungan perusahaan Y Ynd = pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak. c) Pendekatan pengeluaran Pendekatan
pengeluaran
merupakan
pendapatan
nasional yang diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari seluruh permintaan akhir atas output yang dihasilkan perekonomian dan diukur pada harga pasar yang berlaku. Dapat dikatakan bahwa produk nasional
atau
Produk
Domestik
Regional
Bruto
40
(PDRB)
adalah penjumlahan
nilai
pasar
dari
permintaan di sektor rumah tangga untuk barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan di sektor bisnis seperti
barang-barang
investasi
(I),
pengeluaran
pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk kegiatan sektor ekspor dan impor (X-M). Perhitungan yang digunakan untuk menghitung output pada perekonomian
dengan pendekatan pengeluaran
dapat dijelaskan dalam persamaan berikut: Y atau PDRB = C+ I + G + NX..............................(2.3) Di mana: Y atau PDRB = Produk Domestik Regional Bruto C = konsumsi I = investasi G = pengeluaran pemerintah NX = ekspor neto (ekspor dikurangi impor) PDRB adalah semua komponen dari permintaan akhir, yang terdiri dari: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan stok (5) ekspor netto.
41
4) Pendapatan per kapita Menurut Sadono Sukirno (2013: 424) pendapatan
per
kapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada periode tertentu. Nilai pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Masyarakat dipandang mengalami peningkatan kemakmuran apabila pendapatan per kapita menurut harga konstan atau pendapatan perkapita riil menerus bertambah. Pendapatan per kapita diperoleh dari hasil bagi antara nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan jumlah penduduk. Besar kecilnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap nilai pendapatan per kapita. Kenaikkan pendapatan per kapita secara riil dapat dilihat dari angka PDRB per kapita berdasarkan harga konstan 2010 yaitu pendapatan per kapita hasil bagi dari PDRB yang dihitung dengan menggunakan harga tetap pada satu tahun tertentu sebagai dasar/referensi terhadap jumlah penduduk. Rumus Perhitungan : IPCn = PDB Pn Dimana : IPCn GNPn Pn
= Income Per Capita (Pendapatan Per kapita) tahun n = Gross National Product (Produk Nasional Bruto) tahun n = Population (Jumlah Penduduk) tahun n
42
Pendapatan per Kapita memiliki efek positif terhadap upah minimum. Jika Pendapatan per Kapita tinggi, maka akan terjadi kenaikan upah minimum. Hal ini dikarenakan tingkat upah minimum mengacu pada tingkat kemakmuran suatu Negara yang dicerminkan oleh Pendapatan per Kapita. B. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian yang Dilakukan oleh Ilham Kristanto (2011) dalam skripsi yaitu menganalisis faktor yang mempengaruhi UMK di Kabupaten Jember. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series). Data yang digunakan meliputi Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan tingkat inflasi dari tahun 1990-2011 di Jember, yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan Dinas Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Disnakertrans). Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel Kebutuhan Hidup Layak (KHL), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap upah minimum. Namun jika secara parsial, variabel yang berpengaruh secara signifikan, dan positif hanya variabel Kebutuhan Hidup Layak (KHL), dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sedangkan variabel inflasi tidak berpengaruh tehadap penetapan nilai upah minimum.
43
Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan PDRB sebagai variabel independen. Perbedaannya adalah penelitian Ilham Kristanto menggunakan KHL, dan inflasi sebagai variabel independen. Sementara penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), PDRB, dan Pendapatan per kapita sebagai variabel independen. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian, dan analisis data yang digunakan. Penelitian Ilham Kristanto menggunakan analisis regresi linier berganda, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. 2. Penelitian yang Dilakukan Ninda Noviani Charysa (2013) dalam jurnal dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi terhadap Upah Minimum Regional di Kabupaten/Kota Jawa Tengah”. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi, dan inflasi terhadap upah minimum regional. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi data panel model random effect (REM) dengan metode Generalized Least Square (GLS). Jenis data yang digunakan berupa gabungan dari data time series periode 2008-2011, dan cross section 35 kabupaten/kota yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah. Hasil dari penelitian ini
adalah koefisien
positif dari pertumbuhan ekonomi adalah 20,561 yang berarti jika pertumbuhan ekonomi naik 1%, maka UMR akan meningkat
44
Rp20.561,00. Koefisien positif dari inflasi sebesar 13,564 yang berarti jika inflasi naik 1%, maka UMR juga naik sebesar Rp13.564,00. Kesimpulan dari penelitian ini menujukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, dan inflasi secara parsial berpengaruh terhadap upah minimum regional. Persamaan dalam penelitian ini terletak pada analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi data panel. Perbedaannya dengan Ninda Noviani Charysa adalah penelitian menggunakan pertumbuhan ekonomi, dan inflasi sebagai variabel independen. Sementara penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), PDRB, dan Pendapatan per kapita sebagai variabel independen. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian. Lokasi penelitian Ninda Noviani Charysa berada di Jawa Tengah, sedangkan penelitian ini menggunakan cakupan penelitian seluruh Propinsi di Pulau Jawa. 3. Penelitian yang Dilakukan oleh Bersales (2014) dalam jurnal dengan judul “Determinant of Regional Minimum Wage in the Philippines”. Di Filipina, Upah Nasional dan Komisi Produktivitas (NWPC) merumuskan kebijakan dan pedoman tentang Upah Tripartit, dan Dewan Produktivitas dalam menentukan upah minimum pada masing-masing daerah di Filipina. Menurut Bersales (2014), NWPC bertugas menentukan faktor yang akan dipertimbangkan oleh Dewan Pengupahan untuk menentukan upah minimum. Data yang digunakan
45
dalam penelitian ini adalah data Indeks Harga Konsumen (IHK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Filipina periode tahun 1990-2012. Analisis data yang digunakan adalah data panel menggunakan model Fixed Effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor penentu upah minimum regional secara signifikan adalah IHK, PDRB, dan TPAK. Persamaan estimasi Fixed Effect pada data panel dapat digunakan untuk mengukur faktor penentu upah yang digunakan dalam membuat penentuan upah minimum secara final. Persamaan dalam penelitian ini adalah menggunakan IHK, TPAK, dan PDRB sebagai variabel independen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bersales terletak pada desain penelitian. Penelitian Bersales
menggunakan
pendekatan
kuantitatif
dan
kualitatif.
Pendekatan kualitatif oleh Bersales menggunakan data krisis keuangan Asia, Efek dari teknologi Bubble Burst, dan efek dari krisis ekonomi global. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian. Penelitian Bersales berada di Filipina, sedangkan penelitian ini menggunakan cakupan semua propinsi di Pulau Jawa. 4. Penelitian yang Dilakukan oleh Tamada (2009) dalam jurnal yaitu dengan judul “Analysis of Determinant of Minimum Wage in Japan”. Data yang digunakan adalah data tingkat kenaikan rata-rata biaya hidup, rasio pertumbuhan upah, pendapatan bruto produsen, dampak yang ditimbulkan dari pemberian upah, defisit keuangan, serikat
46
pekerja, dan rasio pekerja pada periode tahun 2001-2010. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode OLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap upah minimum hanya rasio pertumbuhan upah. Untuk variabel yang lain seperti data tingkat kenaikan rata-rata biaya hidup, pendapatan bruto produsen, dampak yang ditimbulkan dari pemberian upah, defisit keuangan, serikat pekerja, dan rasio pekerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penentuan upah minimum. Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan tingkat kenaikan rata-rata biaya hidup sebagai variabel independen. Perbedaannya adalah penelitian Tamada menggunakan rasio pertumbuhan upah, pendapatan bruto produsen, dampak yang ditimbulkan dari pemberian upah, defisit keuangan, serikat pekerja, dan rasio pekerja sebagai variabel independen. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian, dan analisis data yang digunakan. Cakupan penelitian yang dilakukan Tamada adalah kawasan Jepang, sedangkan cakupan dalam penelitian ini menggunakan lingkup semua propinsi di Pulau Jawa. Penelitian Tamada menggunakan metode OLS, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode regresi data panel. 5. Penelitian yang Dilakukan oleh Arnaud (2005) dalam jurnal dengan judul “The Rise and Fall of Provincial Minimum Wage : Labor Movement, Business Interest, and Partisan Theory. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data serikat pekerja, besar
47
kecilnya usaha, kebijakan pemerintah, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), pengangguran, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita pada periode tahun 1976-2003. Analisis data yang digunakan dengan metode data panel yaitu penggabungan antara cross sectional, dan time series. Penelitian ini saya menganalisis bagaimana politik akan mempengaruhi kebijakan penentuan tingkat upah minimum. Dalam penelitiannya, faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan upah minimum adalah serikat pekerja, besar kecilnya usaha, kebijakan pemerintah, TPAK, pengangguran, dan PDRB perkapita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serikat pekerja, besar kecilnya usaha, kebijakan pemerintah, TPAK, pengangguran, dan PDRB perkapita berpengaruh terhadap kenaikan upah minimum. Persamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan TPAK, dan PDRB per kapita sebagai variabel independen. Persamaan lainnya yaitu menggunakan analisis data menggunakan data panel. Perbedaannya adalah penelitian Arnaud menggunakan data serikat pekerja, besar kecilnya usaha, kebijakan pemerintah, dan pengangguran sebagai variabel independen. Perbedaan lainnya yaitu lokasi penelitian, Cakupan penelitian yang dilakukan Arnaud adalah kawasan semua propinsi di Kanada, sedangkan cakupan dalam penelitian ini menggunakan lingkup Pulau Jawa. Penelitian tentang analisis faktor-faktor Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa ini lebih mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Bersales
48
(2014) yaitu menggunakan Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Namun, pada penelitian ini variabel independen ditambah dengan Pendapatan per kapita karena Pendapatan per kapita ini digunakan sebagai ukuran kesejahteraan penduduk. Jadi, Pendapatan per kapita ini penting jika digunakan dalam perhitungan nilai Upah Minimum Propinsi. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diketahui bahwa nilai upah minimum Propinsi (UMP) di Pulau Jawa masih di bawah nilai rata-rata upah minimum nasional. Penentu kebijakan upah minimum adalah Pemerintah Daerah Propinsi dengan menerima usulan dari Dewan Pengupahan yang bersifat independen yang terdiri dari tripartite yaitu pakar praktisi, wakil serikat buruh, dan Wakil Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO). Dalam penentuan kebijakan ini, ada beberapa komponen yang dipertimbangkan diantaranya Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan Laju Produk Domestik Bruto (PDRB). Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan faktor penting dalam penetapan nilai upah minimum karena IHK adalah ukuran perubahanperubahan pada biaya hidup. Jika biaya hidup pekerja dapat terpenuhi, maka kesejahteraan pekerja tersebut akan tercapai. Kebijakan penentuan upah minimum Propinsi perlu menggunakan faktor biaya hidup pekerja
49
dalam hal ini Indeks Harga Konsumen untuk mensejahterakan kaum buruh/pekerja. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Untuk mengetahui banyaknya angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar kerja, maka dipakai suatu ukuran yang dinamakan Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK). TPAK dapat digunakan
sebagai indikator tingkat kesulitan angkatan kerja untuk mendapatkan pekerjaan. TPAK dihitung berdasarkan jumlah angkatan kerja yang bekerja pada periode tertentu. TPAK akan mempengaruhi nilai upah minimum karena jika tingkat penawaran tenaga kerja tinggi, maka nilai upah akan cenderung menurun. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi (UMP). PDRB adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian di seluruh daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu di wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor produksi, tetapi lebih memerlukan keberadaan faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi tersebut. Apabila terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja yang diukur dari output PDRB, maka upah minimum akan meningkat. Pendapatan per Kapita juga merupakan faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi (UMP). Pendapatan per Kapita menunjukan
50
tingkat
pendapatan
masyarakat
dalam
suatu
negara. Nilai
Pendapatan per kapita dapat digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Besar kecilnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap nilai pendapatan per kapita. Pendapatan per Kapita memiliki efek positif terhadap upah minimum. Apabila rasio Pendapatan per Kapita tinggi, maka akan terjadi kenaikan upah minimum. Berdasarkan kajian teoritis yang telah dijelaskan maka dapat digambarkan bagan paradigma dalam penelitian ini.
Indeks Harga Konsumen (Ukuran Perubahan Biaya Hidup) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Penawaran Tenaga Kerja)
Nilai Upah Minimum Provinsi
Produk Domestik Regional Bruto (Tingkat Output yang Diproduksi)
Pendapatan per Kapita (Pendapatan Rata-Rata)
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Keterangan : : hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan
51
: hubungan variabel bebas dengan variabel terikat secara parsial D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada landasan teori, penelitian sebelumnya, dan penjelasan di atas, maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 : Indeks Harga Konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap upah minimum Propinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 H2 : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap upah minimum Propinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 H3 : Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh secara signifikan terhadap upah minimum Propinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 H4 : Pendapatan per Kapita berpengaruh secara signifikan terhadap upah minimum Propinsi di Pulau Jawa tahun 2010-2014 H5 : IHK, TPAK, PDRB, dan Pendapatan per Kapita secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap upah Pulau Jawa tahun 2010-2014
minimum Propinsi di
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode pendekatan kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah diterapkan (Sugiyono, 2011: 8). Data yang digunakan dalam penelitian ini berwujud dalam bentuk angka yang kemudian diolah dengan menggunakan analisis statistik guna menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011: 38). Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: 1. Variabel Dependen (Y) Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu upah minimum Propinsi (Y). Upah Minimum Propinsi adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk
52
53
tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur. Penelitian ini menggunakan UMP tahun 2010-2014. 2. Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya
atau
timbulnya
variabel
dependen.
Variabel
independen dalam analisis penetapan upah minimum propinsi yaitu: a. Indeks Harga Konsumen Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah suatu indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk/rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. IHK = Harga Sekarang x 100% Harga pada Tahun Dasar Keterangan : IHK
: Indeks Harga Konsumen
b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) didefinisikan sebagai perbandingan antara angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja. TPAK = Jumlah Angkatan Kerja x 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja Keterangan : TPAK
: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
54
c. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan pekonomian di daerah dalam tahun tertentu atau periode tertentu dan biasanya satu tahun. Penghitungan PDRB dalam penelitian ini menggunakan harga konstan. 1) Pendekatan produksi Y= f(K,L,t) Di mana: Y = Produksi K = modal L = tenaga kerja t = teknologi 2) Pendekatan Pendapatan NI = Yw + Yi + Ynr + Ynd Di mana: NI : Pendapatan nasional. Yw : Pendapatan dari upah, gaji, dan pendapatan lainnya. Yi : Pendapatan dari bunga. Ynr : Pendapatan dari keuntungan perusahaan Y. Ynd : pendapatan lainnya sebelum pengenaan pajak. 3) Pendekatan Pengeluaran Y atau PDRB = C+ I + G + NX Di mana: Y atau PDRB C I G NX
: Produk Domestik Regional Bruto : Konsumsi : Investasi : Pengeluaran pemerintah : Ekspor neto (Ekspor dikurangi Impor)
55
d. Pendapatan per Kapita Pendapatan per kapita merupakan representasi tingkat kemakmuran dan aktivitas perekonomian masyarakat. PDRB per kapita diperoleh dari pembagian antara pendapatan domestik regional bruto pada tahun tertentu dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di wilayah yang bersangkutan. Perhitungan ini menggunakan rumus: IPCn = GNP Pn Dimana : IPCn = Income Per Capita (Pendapatan Per kapita) tahun n GNPn = Gross National Product (Produk Nasional Bruto) tahun n Pn = Population (Jumlah Penduduk) tahun n
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada baik data internal maupun eksternal organisasi dan data dapat diakses melalui internet, penelusuran dokumen atau publikasi informasi. Tabel 5. Sumber Data Penelitian Variabel Upah Minimum Propinsi (UMP) Indeks Harga Konsumen (IHK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pendapatan Perkapita
Sumber Data Survei Upah Buruh (SUB) oleh BPS tahun 2010-2014 Survei Biaya Hidup oleh BPS tahun 2010-2014 Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) oleh BPS tahun 20102014 Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) oleh BPS tahun 2010-2014 Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR) oleh BPS tahun 2010-2014
56
D. Tahap-tahap Pengolahan Data Tahap-tahap pengolahan data menurut Hasan (2006: 24) meliputi: 1. Editing Data (Pemeriksaan Data) Pada tahap Editing Data, dilihat kembali validitas data yang akan diolah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing yaitu: a. Kelengkapan, dan kesempurnaan data (tidak ada data yang kosong) b. Konsistensi Data c. Keseragaman satuan perhitungan 2. Analisis data Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis cross section dan time series. Adapun analisis data dilakukan dengan bantuan Program Eviews 8. a. Analisis Regresi Data Panel Model penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi upah minimum ini dikembangkan oleh Arnaud (2005) menggunakan data panel yang ditulis dengan persamaan sebagai berikut: LnMWit = β0 + β1CPIit + β2EMPit +Lnβ3GRDPit +Lnβ4IPCit + εit Keterangan : Ln MW β0 β1, β2, β3, β4 CPI EMP GRDP IPC i t
ε
: Logaritma natural : Upah minimum propinsi pada periode t (Rupiah) : Konstanta : koefisien regresi : IHK pada periode t (Persen) : TPAK pada periode t (Persen) : PDRB pada periode t (Rupiah) : Pendapatan per kapita periode t (rupiah) : cross section (data panel) : time series : error term pada periode t
57
Dalam regresi data panel terdapat empat model yang dapat digunakan. Model tersebut antara lain: model OLS pooled, model fixed effects least square dummy variabel (LSDV), model fixed effects within-group dan model random effect (Gujarati, 2013: 241). Pemilihan model yang akan dipakai, diseleksi dengan uji spesifikasi model. Terdapat dua uji spesifikasi yaitu efek tetap (fixed effects) atau efek random (random effect). b. Pemilihan Metode Estimasi Regresi Data Panel Pemilihan metode regresi data panel ini dilakukan dengan bantuan Program Eviews 8. Metode ini digunakan untuk menentukan metode/pendekatan yang baik
dalam mengestimasi
regresi
data
panel terdapat beberapa prosedur yang dapat dilakukan, yaitu: 1) Uji Chow (Chow Test) Menurut Sofyan Yamin (2011: 201) Uji Chow adalah pengujian yang digunakan untuk memilih metode yang sesuai antara Pooled Least Square atau Fixed Effect Model. Pengujian mengikuti
distribusi
F- statistik.
Hipotesis
ini
yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho = Pooled Least Square (PLS) Ha = Fixed Effect Model (FEM) Apabila hasil probabilitas chi-square kurang dari 5%, maka ditolak, sehingga model menggunakan fixed effect. 2) Uji Haussman (Haussman Test)
58
Menurut Damodar N. Gujarati (2013: 252) Uji
Haussman
dilakukan untuk menentukan metode yang paling baik antara Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut : H0
: Random Effect Model (REM)
Ha
: Fixed Effect Model (FEM)
Apabila hasil probabilitas chi-square kurang dari 5%, maka sebaiknya model menggunakan fixed effect. 3) Uji Lagrange Multiplier (LM) Menurut Damodar N. Gujarati (2013: 253) Lagrange Multiplier (LM) adalah uji untuk mengetahui apakah Random Effect Model (REM) atau Pooled Least Square (PLS) metode yang paling tepat
untuk digunakan dalam penelitian ini.
Uji
signifikasi
Random Effect Model ini dikembangkan oleh Breusch Pagan (BP). Metode Breusch Pagan untuk menguji hipotesis tentang ada tidaknya random effect yaitu
adalah sama dengan nol. Dengan
hipotesis nol tersebut, BP menggunakan sebuah distribusi chikuadrat dengan 1 df karena hipotesis yang diuji tunggal yaitu 0. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : Pooled Least Square (PLS) Ha : Random Effect Model(REM)
=
59
Jika nilai LM statistik lebih besar dari nilai statistik chi-square maka Ho ditolak, yang artinya metode estimasi yang tepat untuk model regresi data panel adalah metode Random Effect. a.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program Eviews 8. Agar tercapai suatu estimasi, koefisien regresi diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinal Least Square Estimator) yang merupakan estimasi linier tak bias BLUE (Best Linier Unbiased Estimators). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan uji ekonometrika yang meliputi uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. 1) Uji Multikolinieritas Menurut Sofyan Yamin (2011: 115)
uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah suatu model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.
Jika koefisien korelasi memiliki nilai kurang dari 0,8
menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas. 2) Uji Heteroskedastisitas Menurut bertujuan
Sofyan Yamin (2011: 93) uji heteroskedastisitas menguji apakah
ketidaksamaan pengamatan
varian yang
dalam
dari
lain.
model
residual
Jika
varian
regresi
terjadi
satu pengamatan dari
residual
ke satu
60
pengamatan ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Metode
yang
digunakan
untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji White. Jika nilai probabilitas χ2 hitung > nilai probabilitas kritis α (0.05) maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Menurut
Sofyan Yamin (2011: 73) uji autokorelasi
menguji
apakah dalam
model
pengganggu
pada
kesalahan
regresi
ada
bertujuan
kolerasi
periode-t dengan
antara
kesalahan
pengganggu pada pada periode t-1 (sebelumnya). Pengujian autokolerasi
dilakukan
dengan
uji durbin Watson dengan
membandingkan nilai durbin Watson hitung (d) dengan nilai durbin Watson tabel, yaitu batas atas (du) dan batas bawah (dL). Tabel 6. Kriteria Pengujian Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Kriteria Ada autokorelasi Tolak 0
61
4) Uji Normalitas Menurut Sofyan Yamin (2011: 46) uji normalitas bertujuan apakah nilai residual pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal. Pengambilan keputusan dengan Jargue-Bera test atau J-B test yaitu apabila nilai probability > 5%, maka variabelvariabel tersebut berdistribusi normal. b. Uji Statistik Uji statistik dilakukan dengan bantuan Program Eviews 8. Uji statistik ini digunakan untuk mengetahui besarnya masing-masing koefisien dari variabel-variabel bebas baik secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap variabel terikat yaitu dengan menggunakan uji secara serentak (uji-F), uji parsial (uji-t) dan koefisien determinasi berganda (R2). 1) Uji Koefisien Regresi Simultan (Uji F) Menurut Doddy Ariefianto (2012: 22) Uji F digunakan untuk menguji secara kolektif pengaruh Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Produk Dometik Regional Bruto (PDRB), dan Pendapatan per Kapita terhadap Upah Minimum Propinsi (UMP). Uji F disebut juga uji kelayakan model yang digunakan untuk mengidentifikasi model yang diasumsi layak atau tidak. Layak di sini berarti bahwa model yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-
62
variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai probabilitas F hitung < tingkat signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak. 2) Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa model uji-t ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan: (1) Jika probabilitas t hitung < α (0.05), maka H0 ditolak (2) Jika probabilitas t hitung > α (0.05), maka H0 diterima, Doddy Ariefianto (2012: 20). 3) Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi menunjukkan besarnya kontribusi atau sumbangan variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi dapat diukur dengan nilai Adjusted RSquared atau R2. Nilai R2 selalu terletak antara 0 sampai dengan 1 (Doddy Ariefianto, 2012: 25). Nilai R2 digunakan untuk menunjukkan besarnya regresi yang mampu menjelaskan variabel terikat. 3. Interpretasi Data Interpretasi data merupakan penjelasan terperinci mengenai hasil data yang telah didapatkan. Interpretasi harus dilakukan dengan hati-hati
63
karena kualitas analisis sangat tergantung pada kualitas interpretasi yang dibuat peneliti terhadap data. Interpretasi memiliki dua aspek yaitu: a. Untuk
keseimbangan
penelitian
yaitu
hasil
penelitian
dihubungkan dengan penemuan atau penelitian lainnya b. Untuk membuat atau menjelaskan suatu konsep
dapat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa dari data Survei Upah Buruh (SUB), Survei Biaya Hidup, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), dan Survei Khusus Pendapatan Regional tahun 2010-2014. Pembahasan akan disajikan melalui analisis deskriptif antara variabel terikat, dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Upah Minimum Propinsi, sedangkan variabel bebas yang dimaksud adalah Indeks Harga Konsumen (IHK), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, PDRB, dan Pendapatan per Kapita. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Hasil statistik data dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini setelah dilakukan pengolahan data adalah sebagai berikut.
64
65
Tabel 7. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel
N
Minimum Maksimum
Rata-Rata (Mean)
Standar Deviasi
UMP 30 630000 2441301 1009082.63 415978.20 (rupiah/bulan) IHK 30 110.04 141.69 124.42 9.43 (persen/bulan) TPAK 30 62.27 71.47 67.72 3.06 (persen/tahun) PDRB (milyar 30 64678.97 1374348.61 746246.28 448434.37 rupiah/tahun) Pendapatan 30 18652.97 136407.58 40900.43 38129.20336 per Kapita (ribu rupiah/tahun) Sumber : Badan Pusat Statistik tahun 2010-2014 (diolah) Dari tabel statistik dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Upah Minimum Propinsi Dari hasil statistik deskriptif dapat dilihat besaran nilai rata-rata, nilai tengah, nilai maksimum dan minimum dari UMP , IHK, PDRB, dan Pendapatan per Kapita. Nilai rata-rata hitung (mean) UMP sebesar Rp1.009.082,63, IHK sebesar 124.42, PDRB sebesar Rp448.434,37 milyar, dan Pendapatan per Kapita sebesar Rp40.900.000,43 per tahun. Berdasarkan data yang dilansir dari Badan Pusat Statistik tahun 20102014 nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa dapat dilihat pada gambar 2.
66
RATA-RATA UMP DI PULAU JAWA
2000000 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 DKI Jakarta
Banten UMP
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
DIY
Rata-Rata UMP Nasional
Gambar 2. Nilai rata-rata Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2010-2014 Gambar 2 menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan DIY memiliki nilai UMP yang di bawah nilai rata-rata UMP nasional, sedangkan untuk UMP Propinsi DKI Jakarta telah melebihi nilai rata-rata UMP Nasional. Propinsi Banten memiliki nilai UMP tertinggi kedua setelah DKI Jakarta, sedangkan Propinsi Jawa Tengah memiliki nilai upah minimum paling rendah. Ada pun masing-masing daerah memiliki tingkat nominal upah yang berbeda-beda. Ketentuan nilai UMP antardaerah tidak dapat disamaratakan karena bergantung dari sejumlah indicator yaitu tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, pasar kerja, pendapatan per kapita, daya beli, kebutuhan hidup pekerja, dan kemampuan perusahaan di daerah masing-masing.
67
2. Indeks Harga Konsumen Berikut grafik laju IHK tahun 2010-2014.
Indeks Harga Konsumen 150 100 50 0 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 3. Nilai IHK Pulau Jawa tahun 2010-2014 Berdasarkan grafik di atas, Nilai IHK dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun mengalami penurunan pada tahun 2014. Penurunan IHK ini mengindikasikan bahwa harga barang dan jasa mengalami penurunan. 3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Rata-rata Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Pulau Jawa sebesar 67,72%. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ini dipengaruhi oleh jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Penurunan TPAK terjadi pada tahun 2013 dan 2014. Berikut TPAK Pulau Jawa tahun 2010-2014.
68
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
69 68.5 68 67.5 67 66.5 66 2010
2011
2012
2013
2014
Gambar 4. TPAK di Pulau Jawa Berdasarkan grafik tesebut, TPAK di Pulau Jawa mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014. Penurunan TPAK ini disebabkan oleh jumlah lapangan pekerjaan di Pulau Jawa ini yang semakin sempit. 4. Produk Regional Domestik Bruto Produk Regional Domestik Bruto memiliki rata-rata sebesar 74.6246,28 milyar, nilai terendah sebesar 64.678,97 milyar, nilai tertinggi 1.374.348,61 milyar. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto dihitung atas dasar harga konstan 2010 terus mengalami kenaikan. Berikut grafik perkembangan nilai PDRB di Pulau Jawa tahun 2010-2014.
69
PDRB HARGA KONSTAN
900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2010
2011
2012
2013
2014
TAHUN
Gambar 5. Perkembangan Nilai PDRB di Pulau Jawa Dari grafik diatas terlihat bahwa PDRB di Pulau Jawa terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan PDRB ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di Pulau Jawa. 5. Pendapatan per Kapita Rata-rata Pendapatan per Kapita Propinsi di Pulau Jawa sebesar 40.904.300 per tahun. Perkembangan pendapatan per kapita secara riil atau dihitung atas dasar harga konstan 2010 terus mengalami kenaikan. Berikut grafik perkembangan pendapatan per kapita Pulau Jawa selama periode 2010-2014 :
70
PENDAPATAN PER
50000 40000 30000 20000 10000 0 2010
2011
2012
2013
2014
TAHUN
Gambar 6. Rata-Rata Pendapatan per Kapita di Pulau Jawa Dari grafik diatas terlihat bahwa Pendapatan per kapita di Pulau Jawa terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan terjadinya perbaikan kesejahteraan penduduk di Pulau Jawa secara rata-rata dengan asumsi semua penduduk menerima manfaat yang sama dari hasil pertumbuhan. Selain itu, peningkatan pendapatan per kapita juga menunjukkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan pendapatan per kapita akan meningkat apabila peningkatan PDRB lebih besar dari proporsi peningkatan jumlah penduduk. B. Analisis Data 1. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas kedua-duanya berdistribusi normal atau tidak. Pengambilan keputusan dengan Jargue-Bera test atau J-B
71
test yaitu apabila nilai probability > 5%, maka variabel-variabel tersebut berdistribusi normal.
HASIL UJI NORMALITAS 8
Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 30
7 6 5 4 3 2 1 0 -0.25
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.85e-18 -0.013440 0.193394 -0.225198 0.099923 0.066438 2.603451
Jarque-Bera Probability
0.218634 0.896446
0.20
Berdasarkan uji normalitas di atas, probabilitas sebesar 0.896446 menunjukan bahwa prob >5%. Sehingga dapat disimpulkan data tersebut berdistribusi normal. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode waktu atau ruang dengan kesalahan pengganggu pada waktu atau ruang sebelumnya. Untuk mendeteksi adanya masalah ini, dapat digunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria dari uji DW sabagai berikut :
72
Tabel 8. Hasil Pengujian Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Kriteria Ada autokorelasi Tolak 0
73
dari masalah multikolinearitas. Dari hasil uji yang dilakukan, semua koefisien korelasi kurang dari 0,8. Maka dapat disimpulkan model tersebut bebas dari masalah multikolinearitas. 2. Penentuan Teknik Analisis Model Data Panel a. Uji Chow Pertama-tama data panel diesmitasi menggunakan efek spesifikasi fixed. Uji yang dilakukan yaitu uji Chow. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sebaiknya model menggunakan fixed effect atau common effect. H0: Common Effect Ha: Fixed Effect Apabila hasil probabilitas chi-square kurang dari 5%, maka ditolak, sehingga model menggunakan fixed effect. Hasil dari estimasi menggunakan efek spesifikasi fixed adalah sebagai berikut : Tabel 9. Hasil Uji Chow Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square Sumber :output Eviews 8
Statistic 6.036356 27.597591
d.f. (5,20) 5
Prob. 0.0015 0.0000
Berdasarkan hasil di atas, diketahui probabilitas Chi-square sebesar 0,0000 sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect. b. Correlated Random Effect-Hausmann Test Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik digunakan daripada fixed effect. H0: Random Effect
74
Ha: Fixed Effect Apabila hasil probabilitas chi-square lebih dari 5%, maka sebaiknya model menggunakan random effect. Hasil dari estimasi menggunakan efek spesifikasi random adalah sebagai berikut : Tabel 10. Hasil Uji Hausman Test Summary Cross-section random Sumber : Eviews 8 Hasil
probabilitas
Chi-Sq. Statistic 4.664326
chi-square
sebesar
Chi-Sq. d.f. 4
0,3235
Prob. 0.3235
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa model sebaiknya menggunakan random effect. 3. Analisis Data Panel Dari uji spesifikasi di atas, maka model sebaiknya menggunakan estimasi dengan random effect. Pada pengujian sebelumnya, model telah lolos dari uji asumsi klasik, sehingga hasil estimasi konsisten dan tidak bias. Hasil estimasi model regresi data panel adalah sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Estimasi Model Variable C IHK TPAK LOG(PDRB) LOG(UMP) Sumber : Eviews 8
Coefficient 11.90005 -0.002241 -0.024393 -0.115096 0.512724
Std. Error t-Statistic 0.879098 13.53666 0.003721 -0.602117 0.007484 -3.259259 0.026993 -4.263850 0.040886 12.54046
Prob. 0.0000 0.5525 0.0032 0.0003 0.0000
Dari hasil di atas diketahui probabilitas untuk variabel TPAK, PDRB, dan Pendapatan perkapita memiliki pengaruh signifikan dalam taraf error 5%, sedangkan untuk variabel IHK tidak memiliki pengaruh terhadap UMP karena memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05.
75
4. Hasil Uji Hipotesis a. Uji Simultan Berdasarkan hasil analisis menggunakan software Eviews 8, diperoleh nilai probabilitas F sebesar 0,000001. Dalam taraf signifikansi 5% maka uji F signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Variabel IHK, TPAK, dan PDRB, dan Pendapatan per Kapita secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penentuan nilai Upah Minimum Propinsi. b. Uji Parsial Hasil analisis uji parsial menunjukkan bahwa TPAK, PDRB dan Pendapatan per Kapita memiliki pengaruh signifikan terhadap UMP, sedangkan IHK tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel terikat. 1) Pengaruh IHK terhadap nilai UMP di Pulau Jawa Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel IHK memiliki t-hitung sebesar -0.602117 dan probabilitas sebesar 0.5525. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel IHK secara individu tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai UMP di Pulau Jawa. 2) Pengaruh TPAK terhadap nilai UMP di Pulau Jawa Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel TPAK memiliki t-hitung sebesar -3.259259 dan probabilitas sebesar 0.0032. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel TPAK secara individu memiliki
76
pengaruh secara signifikan terhadap nilai UMP di Pulau Jawa. Nilai koefisien regresi sebesar -0.024393 menunjukkan bahwa TPAK berpengaruh negatif terhadap nilai UMP di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan TPAK 1%, akan menyebabkan penurunan nilai upah minimum propinsi sebesar 0.02%. 3) Pengaruh PDRB terhadap nilai UMP di Pulau Jawa Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel PDRB memiliki t-hitung sebesar -4.263850 dan probabilitas sebesar 0.0003. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap Upah Minimum Propinsi. Nilai koefisisien regresi sebesar -0.115096 menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh negatif terhadap nilai UMP di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan PDRB 1% akan menyebabkan penurunan nilai upah minimum propinsi sebesar 0.11%. 4) Pendapatan per Kapita Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Pendapatan per Kapita memiliki t-hitung sebesar 12.54046 dan probabilitas sebesar 0.0000. Dalam taraf signifikansi 5% maka variabel Pendapatan per Kapita secara individu memiliki pengaruh signifikan terhadap Upah Minimum. Nilai koefisien regresi sebesar 0.512724 menunjukkan bahwa PDRB berpengaruh positif terhadap nilai UMP di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan Pendapatan per Kapita 1% akan menyebabkan kenaikan nilai upah minimum propinsi sebesar
77
0.51%. Peningkatan pendapatan per kapita mampu menambah nilai Upah
Minimum
Propinsi.
Ketika
kemakmuran
masyarakat
meningkat, upah minimum juga akan ditingkatkan agar pekerja dapat hidup sejahtera. c. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi atau goodness of fit diperoleh angka sebesar 0.867289. Hal ini berarti bahwa kontribusi seluruh variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat sebesar 86.73%. Sisanya sebesar 13.27% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. 5. Pembahasan Hasil Penelitian Analisis data panel pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IHK, TPAK, PDRB, dan Pendapatan per Kapita terhadap nilai UMP tahun 2010-2014. Dari hasil pengolahan data panel dengan metode random effect diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : LnMWit=
11.7877635
-
0.001628499CPI
-
0.0238879EMP
-
0.1140050LnGDRP + 0.5115224LnIPC+ εit Keterangan: Ln : Logaritma Natural MW : Upah Minimum Propinsi CPI : Indeks Harga Konsumen EMP : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja GDRP : Produk Regional Domestik Bruto IPC : Pendapatan per Kapita Variabel-variabel bebas dalam model yang mempengaruhi Upah Minimum Propinsi dijelaskan sebagai berikut:
78
a. Indeks Harga Konsumen Hasil analisis menunjukkan bahwa secara individu variabel Indeks Harga Konsumen tidak berpengaruh terhadap Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Artinya, tinggi dan rendahnya Indeks Harga Konsumen tidak memiliki pengaruh terhadap penetapan Upah Minimum Propinsi. Hal ini disebabkan karena pemerintah menggunakan Kebutuhan Hidup Layak daripada menggunakan Indeks Harga Konsumen sebagai standar upah minimum. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tamada (2009) bahwa tingkat kenaikan rata-rata biaya hidup tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai upah minimum di Jepang, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Bersales (2014) menunjukkan
hasil
yang
berbeda.
Penelitian
Bersales
(2014)
menunjukkan bahwa variabel IHK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penentuan upah minimum di Filipina. b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan persentase untuk menghitung partisipasi angkatan kerja. Nilai koefisien regresi TPAK sebesar -0.024393 menunjukkan bahwa TPAK berpengaruh negatif terhadap nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan TPAK 1%, akan menyebabkan penurunan nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa sebesar 0.0024% pada periode 2010-2014. Peningkatan pada penawaran tenaga kerja akan mempengaruhi tingkat upah yang akan ditetapkan. Hal ini
79
dikarenakan upah akan selalu menyesuaikan diri dengan penawaran di pasar tenaga kerja. Terjadinya penurunan permintaan tenaga kerja akan mula-mula menciptakan penawaran tenaga kerja berlebih, akibatnya upah akan turun. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Bersales (2014) dan Arnaud (2005) bahwa TPAK memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penentuan nilai upah minimum. c. Produk Domestik Regional Bruto Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel PDRB secara individu memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Nilai koefisien regresi sebesar -0.115096 menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh negatif terhadap nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi kenaikan PDRB 1% akan menyebabkan penurunan nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa sebesar 0.11% pada periode 20102014. Secara teoritis, PDRB berpengaruh positif signifikan terhadap nilai Upah Minimum Propinsi. Ketika PDRB meningkat, UMP juga akan meningkat. Namun, dalam penelitian ini memiliki kasus yang berbeda. Nilai PDRB naik, tetapi tingkat upah akan turun, dan sebaliknya
Hal
ini
disebabkan
karena
penelitian
ini
hanya
menggunakan jangka waktu yang pendek yaitu lima tahun. Hal ini terbukti pada saat menggunakan periode waktu selama tujuh tahun (lampiran. 7) PDRB berpengaruh positif meskipun tidak signifikan
80
terhadap nilai Upah Minimum Propinsi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Bersales (2014) yang menggunakan jangka waktu 22 tahun (1990-2012), dan Ilham Kristanto (2011) yang menggunakan jangka waktu 21 tahun (1990-2011) menujukkan bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh positif terhadap nilai upah minimum. d. Pendapatan per Kapita Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pendapatan per kapita baik secara individu maupun simultan signifikan dalam mempengaruhi Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Nilai koefisien regresi sebesar 0.512724 menunjukkan bahwa pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan pendapatan per kapita 1% akan menyebabkan kenaikan Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa sebesar 0.51% pada periode 2010-2014. Peningkatan pendapatan per kapita mampu meningkatkan nilai Upah Minimum Propinsi. Hal ini dikarenakan tingkat upah akan menyesuaikan tingkat kemakmuran suatu daerah. Jika tingkat kemakmuran suatu daerah naik, maka tingkat upah juga akan naik. Pendapatan per kapita digunakan sebagai pedoman kebijakan ekonomi yang akan diambil oleh pemerintah, dalam hal ini yaitu Upah Minimum Propinsi karena pendapatan per kapita ini menjadi indikator standar hidup suatu negara dari tahun ke tahun. Penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Arnaud
81
(2005) bahwa Pendapatan per Kapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai upah minimum.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Adanya perbedaan nilai upah minimum di Pulau Jawa antara satu provinsi
dengan provinsi lain. Rata-rata nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa paling tinggi ditempati oleh DKI Jakarta, dan paling rendah ditempati oleh Propinsi Jawa Tengah. Hampir semua Propinsi di Pulau Jawa menetapkan nilai Upah Minimum Propinsi di bawah nilai rata-rata Upah Minimum Propinsi Nasional. 2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) berpengaruh negatif terhadap
Upah Minimum Propinsi, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh negatif terhadap Upah Minimum Propinsi karena penelitian ini hanya menggunakan jangka waktu yang pendek yaitu lima tahun, sementara penelitian lain menggunakan jangka waktu yang panjang, sekitar dua puluh tahunan, sedangkan untuk Pendapatan per Kapita berpengaruh positif terhadap nilai Upah Minimum Propinsi di Pulau Jawa. 3. Indeks Harga Konsumen, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Produk
Domestik Regional Bruto, dan Pendapatan per Kapita secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai Upah Minimum Propinsi. Perubahan yang terjadi pada nilai Upah Minimum Propinsi dijelaskan oleh variabel bebas
82
83
yang diteliti sebesar 86.73%. Sisanya sebesar 13.27% dijelaskan oleh variabel lain di luar model. B. Saran 1. Pemerintah perlu membuat peraturan perundang-undangan tentang upah minimum yang dapat diterima oleh pengusaha maupun buruh, sehingga tercipta hubungan yang baik antara buruh dan pengusaha, dalam rangka mewujudkan adanya perjanjian bersama yang setara dan seimbang. 2. Adanya peningkatan penawaran tenaga kerja akan menurunkan tingkat upah, sehingga perlu digalakkan program kewirausahaan untuk mengurangi jumlah penawaran tenaga kerja. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain: 1. Periode waktu pengamatan hanya pendek, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Dengan pengamatan tahunan, sehingga jumlah time series yang dianalisis hanya 5 tahun. 2. Penggunaan data cross-section yang relatif sedikit dikarenakan jumlah Propinsi di Pulau Jawa hanya sejumlah 6, sehingga jumlah observasi data panel hanya 30 observasi.
DAFTAR PUSTAKA Arnaud, Sebastien St. 2005. The Rise and Fall of Provincial Minimum Wages : Labor Movement, Business Interest and Partisan theory. Sociological Journal: USA. Department of Sociology, University of Toronto. Badan Pusat Statistik. 2010. Indeks Harga Konsumen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2011. Indeks Harga Konsumen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2012. Indeks Harga Konsumen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2013. Indeks Harga Konsumen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2014. Indeks Harga Konsumen. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2010. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2011. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2012. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2013. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2014. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2010. Produk Domestik Regional Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2012. Produk Domestik Regional Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2013. Produk Domestik Regional Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2014. Produk Domestik Regional Bruto. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2010. Upah Minimum Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2011. Upah Minimum Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2012. Upah Minimum Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2013. Upah Minimum Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik. __________________. 2014. Upah Minimum Provinsi. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
84
85
Bersales, Lisa Grace. 2014. Determinant of Regional Minimum Wage in the Philippines. Statistics Journal: Philippines. School of Statistics, University of the Philippines Diliman. Gujarati, Damodar N, Dawn C. Porter. 2013. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Salemba Empat. Dornbusch, Rudiger, Stanley Fisher, Richard Startz. 2004. Makroekonomi, Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan Yusuf dan Roy Indra Mirazudin. PT. Media Global Edukasi: Jakarta. Ilham Kistanto. 2013. Analisis Penetapan Upah Minimum Kabupaten Jember. Skripsi: Jember. Fakultas Ekonomi, Universitas Jember. Sofyan Yamin, Lien A. Rachmach, Heri Kurniawan. 2010. Regresi dan Korelasi Aplikasi dengan Software SPSS, EVIEWS, MINITAB, dan STATGRAPHICS. Jakarta: Salemba Empat. Iqbal Hasan. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012 tentang Komponen Kebutuhan Hidup Layak Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 07 Tahun 2013 tentang Upah Minimum Mankiw, Gregory, Euston Quah, Peter Wilson. 2013. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat. Mceachern, William. 2001. Ekonomi Mikro. Jakarta : Salemba Empat. Ninda Noviani Charysa. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi terhadap Upah Minimum Regional di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Economics Development Analysis Journal. EDAJ 2(4): hal 277-285 Sadono Sukirno. 2013. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Edisi ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sofyan Yamin, Lien, A Rachmach, Heri Kurniawan. 2011. Regresi dan Korelasi dalam Genggaman Anda. Jakarta: Salemba Empat.
86
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Tamada, Keiko. 2009. Analysis of Determinant of Minimum Wages in Japan. The Japanese Journal of Labour Studies 51, no 12: hal 16-28 UU No 13 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 30 tentang Ketenagakerjaan Moch. Doddy Ariefianto. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
87 87
88
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN
TAHUN
PROVINSI
2010
2011
2012
2013
2014
UMP
IHK
TPAK
PDRB (Milyar)
Pendapatan per Kapita
DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY DKI Jakarta Banten
1118009 955300 671500 660000 630000 745695 1290000 1000000 732000 675000 705000 808000 1529150 1042000 780000 765000 745000 892660 2200000 1170000 850000 830000 866250 947114 2441301 1325000
119.23 121.97 117.66 114.43 117.78 120.72 125.33 126.81 121.47 118.86 123.76 127.78 130.55 131.54 126.67 122.84 130.57 132.74 139.39 141.27 134.98 131.3 139.45 141.69 113.37 114.33
67.83 65.34 62.38 70.6 69.08 69.76 69.36 67.79 60.27 70.77 69.49 68.77 71.47 65.17 63.64 71.26 69.6 71.37 67.79 63.55 62.82 70.43 69.78 69.29 66.61 63.84
1075180.48 271465.28 906685.76 623224.62 990648.84 64678.97 1147558.23 290545.84 965622.06 656268.13 1054401.77 68049.87 1222527.92 310385.59 1028409.74 691343.12 1124464.64 71702.45 1297195.43 332517.42 1093585.51 726899.71 1192841.86 75637.01 1374348.61 350699.73
111528.9 25397.65 20974.94 19209.31 26371.1 18652.97 117672.9 26548.94 21976.53 20053.8 27864.26 19387.45 123962.4 27716.47 23036 20950.62 29508.4 20183.88 130110.6 29034.51 24119.24 21852.22 31093.39 21040.36 136407.6 29961.85
Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY
1000000 910000 1000000 988500
111.9 110.04 111.68 112.51
62.77 1148948.82 69.68 766271.77 68.12 1262700.21 71.05 79557.25
24961.05 22858.32 32703.8 21873.72
89
LAMPIRAN 2 UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic
d.f.
Prob.
6.036356 27.597591
(5,20) 5
0.0015 0.0000
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Prob.
LAMPIRAN 3 UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
4.664326
4
0.3235
90
LAMPIRAN 4 HASIL REGRESI DATA PANEL
Dependent Variable: Log(UMP) Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/21/16 Time: 08:29 Sample: 2010 2014 Periods included: 5 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 30 Wansbeek and Kapteyn estimator of component variances Variable
Coefficient
C IHK TPAK Log(PDRB) Log(UMP)
11.90005 -0.002241 -0.024393 -0.115096 0.512724
Std. Error
t-Statistic
0.879098 13.53666 0.003721 -0.602117 0.007484 -3.259259 0.026993 -4.263850 0.040886 12.54046
Prob. 0.0000 0.5525 0.0032 0.0003 0.0000
Effects Specification S.D. Cross-section random Idiosyncratic random
0.120658 0.120324
Rho 0.5014 0.4986
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic) Instrument rank
0.867289 0.846055 0.120920 40.84488 0.000000 6
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat Second-Stage SSR Prob(J-statistic)
5.606667 0.308188 0.365540 1.960551 0.365540 0.000001
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.760317 0.739375
Mean dependent var Durbin-Watson stat
13.76524 0.984430
91
LAMPIRAN 5 HASIL UJI NORMALITAS 8
Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 30
7 6 5 4 3 2 1 0 -0.25
-0.20
-0.15
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.15
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.85e-18 -0.013440 0.193394 -0.225198 0.099923 0.066438 2.603451
Jarque-Bera Probability
0.218634 0.896446
0.20
LAMPIRAN 6 HASIL UJI MULTIKOLINIERITAS
IHK TPAK PDRB IPC
IHK 1.000000 0.037915 -0.104232 0.066294
TPAK 0.037915 1.000000 -0.146582 0.106832
PDRB -0.104232 -0.146582 1.000000 0.536779
IPC 0.066294 0.106832 0.536779 1.000000
92
LAMPIRAN 7 HASIL REGRESI DATA PANEL JANGKA WAKTU 7 TAHUN
Dependent Variable: LOG(Y) Method: Panel Least Squares Date: 07/15/16 Time: 11:58 Sample: 2005 2011 Periods included: 7 Cross-sections included: 6 Total panel (balanced) observations: 42 Variable
Coefficient
C X1 X2 LOG(X3) LOG(X4)
12.71828 -1.28E-05 -0.028689 0.016993 0.283055
Std. Error
t-Statistic
1.084727 11.72487 1.03E-05 -1.247133 0.012676 -2.263242 0.040871 0.415771 0.037229 7.603127
Prob. 0.0000 0.2214 0.0305 0.6804 0.0000
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.819642 0.768916 0.154670 0.765530 24.50658 16.15828 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
13.36406 0.321752 -0.690790 -0.277059 -0.539141 2.719258