perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 1987 - 2009
SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Oleh : AGUNG NUGROHO K.M F 1104016
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah di setujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing : Pembimbing Utama
Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si. NIP. 195601181986011001
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari
: Selasa
Tanggal
: 5 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Ketua
Tanda Tangan
: Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si.
Sekretaris : Drs. Supriyono, M.Si
Anggota
…………………….
…………………….
: Dwi Prasetyani, SE, M.Si.
…………………….
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka
Surakarta, 2 Juni 2011
AGUNG NUGROHO K.M F 1104016
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan iu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan atau tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh. (Q.S. Al Nasyirah : 6-7)
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu’. (Q.S. Al-Baqarah : 45)
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT, hormat dan terima kasih kupersembahkan skripsi ini untuk: 1. Bapak dan Ibu tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya. 2. Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 3. Sahabat dan teman-teman yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 4. Almamater
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan, rahmat, berkat hidayah dan inayah-Nya, serta dengan usaha yang sungguh-sungguh akhirnya penulis dapat menyesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis haturkan kepada: 1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala perijinannya sebagai persyaratan pelaksanaan penelitian. 2. Ketua Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas perijinan terhadap penelitian ini. 3. Drs. Kresno Saroso Pribadi, M.Si., selaku Pembimbing Utama yang dengan arif dan bijaksana yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta pada umumnya, dan pada khususnya Staf Pengajar di Jurusan Studi Pembangunan yang telah memberikan pengetahuan sehingga membantu dalam penulisan skripsi ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Para staf karyawan dan karyawati Universitas Sebelas Maret Surakarta khususnya di Fakultas Ekonomi yang membantu dalam segala hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan segala do’a dan kasih sayangnya selama ini. 7. Saudara-saudaraku yang selalu memberikan support, doa dan kasih sayangnya selama ini. 8. Teman-teman semua di IESP ’04, terima kasih atas saran dan perhatiannya. 9. Sobat-sobat semua: terima kasih atas perhatian dan keceriaannya. 10. Semua pihak-pihak yang bersangkutan dalam membantu penulisan dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, maka segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun dalam perbaikan skripsi ini sangatlah penulis harapkan. Wassalaamu’alaikum Wr. Wb..
Surakarta, 2 Juni 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ix
ABSTRAK .......................................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
12
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
12
D. Manfaat Penelitian....................................................................
12
LANDASAN TEORI ...................................................................
13
A. Industri Tekstil .........................................................................
13
B. Ekspor Tekstil...........................................................................
18
C. Investasi ...................................................................................
26
D. Kurs Valuta Asing ...................................................................
27
E. Kerangka Pemikiran ................................................................
28
commit to user F. Hipotesis .................................................................................
29
BAB II
ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
30
A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................................
30
B. Data dan Sumber Data ...........................................................
30
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................
30
D. Model dan Alat Analisis .........................................................
31
E. Pengujian Statistik...................................................................
34
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ...................................
43
A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti .....................................
43
B. Model Analisis .......................................................................
48
C. Hasil Analisis ..........................................................................
49
D. Pengujian Asumsi Klasik .......................................................
50
1. Uji Multikolinieritas ..........................................................
50
2. Uji Heteroskedastisitas ......................................................
51
3. Uji Autokorelasi ................................................................
52
E. Pengujian Kriteria Statistik ....................................................
54
1. Uji secara individual (t – test) ............................................
54
2. Uji secara Keseluruhan (Uji F) ..........................................
57
3. Koefisien Determinasi (R2) ................................................
58
F. Interpretasi Ekonomi ..............................................................
59
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
62
A. Kesimpulan ..............................................................................
62
B. Saran ........................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Ekspor Produk Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun 1987-2009. AGUNG NUGROHO K.M. NIM. F1104016. Perdagangan internasional menciptakan keuntungan dengan memberikan peluang bagi setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya. Dari ekspor, maka negara memperoleh keuntungan, pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas diharapkan menjadi andalan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur. Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui pengaruh produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009; 2) Untuk mengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009. Variabel dalam penelitian ini adalah ekspor tekstil sebagai variabel dependen (Y) dan variabel independen yang terdiri dari produksi tekstil (X1), harga tekstil luar negeri (X2), investasi pada industri tekstil (X3), kurs valuta asing (X4) dan ekspor tekstil 1 tahun sebelumnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan model Partial Adjustment Model (PAM) kemudian dilanjutkan dengan uji kepenuhan asumsi klasik. Berdasarkan hasil analisis data diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Hasil pengujian koefisien (uji t) menunjukkan bahwa ada tiga variabel berpengaruh terhadap ekspor tekstil dan dua variabel yang lain tidak berpengaruh. Variabel yang berpengaruh adalah harga tekstil luar negeri (a=1%), investasi pada industri tekstil (a=5%), ekspor tekstil 1 tahun lalu (a=1%), sedangkan variabel yang tidak berpengaruh adalah produksi teksil dan kurs valuta asing pada taraf signifikansi hingga 10% (a=10%); 2) Hasil analisis menunjukkan bahwa harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap ekspor tekstil. Hal ini terbukti dari hasil koefisien beta variabel harga tekstil luar negeri (0,588) lebih besar dari koefisien beta variabel lainnya. Artinya peningkatan harga tekstil luar negeri sebesar 1%, dalam jangka panjang dipastikan akan meningkatkan jumlah ekspor tekstil sebesar 1,050%; 3) Koefisien penyesuaian terbukti lebih meningkatkan ekspor tekstil dalam jangka panjang jika terjadi peningkatan pada setiap variabel. Kata kunci: produksi tekstil, harga tekstil, investasi pada industri tekstil, kurs valuta asing, pertumbuhan ekspor produk tekstil commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABTRACT Analysis Of Factors Affecting The Value Of Export Of Textile Products East Java Province Year 1987 – 2009.
Agung Nugroho K.M. NIM. F1104016. International trade creates benefits by providing opportunities for each country to export goods produced. Of exports, the country benefited, rising national income, which in turn increase the amount of output and economic growth. Textiles as a non-oil commodity exports are expected to be a mainstay in the enhancement of economic growth in East Java Province. The purpose of this study were: (1) To determine the influence of textile production, textile prices in export markets, investment in the textile industry, and the dollar exchange rate of U.S. $ against the growth of exports of textile products in East Java in 1987 to 2009; 2) To determine the most dominant factor effect on export growth of textile products in East Java in 1987 to 2009. The variables in this study is the export of textiles as the dependent variable (Y) and independent variables consisting of textile production (X 1), the price of foreign textiles (X 2), investment in the textile industry (X 3), foreign exchange rates (X 4 ) and exports of textiles a year earlier. The types of data used in this research is secondary data. Methods of data analysis used is multiple regression analysis model with Partial Adjustment Model (PAM) followed by a test of the fullness of classical assumptions. Based on the analysis of data drawn conclusions as follows: 1) The coefficient test (t test) showed that three variables affect the exports of textiles and the other two variables have no effect. Variables that influence the price of foreign textiles (a = 1%), investment in the textile industry (a = 5%), exports of textiles a year ago (a = 1%), while variables that do not affect the production of textiles and foreign exchange rates at up to 10% significance level (a = 10%); 2) The analysis showed that the price of foreign textiles dominant effect on exports of textiles. This is evident from the results of the beta coefficient of the variable rates of foreign textiles (0.588) greater than beta coefficients of other variables. That is an increase in overseas textile prices by 1%, in the long run will certainly increase the amount of textile exports at 1.050%, 3) the adjustment coefficient prove to further enhance textile exports in the long run if there was an increase in each variable. Key words: textile production, textile prices, investment in the textile industry, foreign exchange commit to user rates, export growth of textile products
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan mengandung arti suatu usaha atau serangkaian usaha yang pada hakekatnya merupakana suatu proses perubahan yang bersifat terus menerus dan melakukan perbaikan serta peningkatan yang menuju ke arah tujuan yang dicapai yaitu dari keadaan tertentu. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan pemerintah bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spirituil. Pembangunan suatu negara bisa dikatakan berhasil bila ditunjang dengan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi yang baik dan berkualitas. Kegiatan ekonomi diantaranya adalah kegiatan pada sektor industri yang senantiasa terus bertambah produktif dengan pertumbuhan yang lebih cepat diikuti sektor-sektor lain yang tumbuh. Pembangunan sektor perdagangan sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan usaha, dan memperluas kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan. Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktural ekonomi nasional, maka penting pula peranan sektor perdagangan dengan cara memperlancar arus barang dan jasa dan mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil. commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada dewasa ini suatu negara tidak dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhannya tanpa kerja sama dengan negara lain. Adanya kemajuan teknologi yang sangat cepat dapat membantu mengatasi adanya kebutuhan tersebut. Di sisi lain semakin meningkatnya produksi barang-barang dan jasajasa yang dibutuhkan tersebut memerlukan distribusi dan regulasi untuk ekspor atau impor. Barang-barang yang tidak dapat diperoleh di dalam negeri akan semakin meningkatkan perdagangan antar negara dengan cepat. Perdagangan internasional dirasakan semakin sangat berarti bagi pembangunan di setiap negara di dunia. Setiap negara telah mengakui bahwa perdagangan
internasional
itu
menguntungkan
dan
meningkatkan
pembangunan nasional melalui proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikemukakan oleh Haberier, bahwa perdagangan internasional telah memberikan sumbangan luar biasa bagi pertumbuhan ekonomi di negara kurang berkembang di abad ke 19 dan 0, selain itu dapat diharapkan pertumbuhan tersebut akan sama di masa yang akan datang dan bahwa perdagangan bebas dengan sedikit perbaikan atau penyimpangan tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi (Jhingan, 1993 : 263-264). Perdagangan
internasional
menciptakan
keuntungan
dengan
memberikan peluang bagi setiap negara untuk mengekspor barang-barang yang diproduksinya menggunakan sumber daya yang langka di negara tersebut. Dari perdagangan luar negeri, maka negara memperoleh keuntungan, pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pertumbuhan ekonomi dapat ditingkatkan. Ekspor non migas yang menjadi unggulan Indonesia adalah industri tekstil, pakaian jadi dan kulit, dimana sektor tersebut memberikan kontribusi sebesar 29,3%, diikuti sektor bahan galian non logam, serta makanan dan minuman (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Tekstil sebagai komoditi ekspor non migas menjadi andalan perekonomian Indonesia. Produk tekstil Indonesia telah menembus pasar Eropa dan Amerika. Nilai ekspor komoditi tekstil dari tahun ke tahun semakin meningkat. Komoditi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Peningkatan nilai ekspor TPT yang merupakan komodtas andalan ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan antara lain dengan mengoptimalkan penggunaan kuotanya. Dalam rangka optimalisasi penggunaan kuota untuk meningkatkan perolehan devisa dan dalam rangka pelaksanaan Undangundang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan penyempurnaan terhadap SK. Menperindag No. 02/MPP/Kep/1/2001 tangaal 4 Januari 2001 dengan SK yang baru yaitu tertuang dalam SK Menperindag No. 311/MPP/Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jendral commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Industri tekstil yang menghasilkan devisa ekspor sangat bermanfaat bagi pembiayaan kelangsungan pengembangan perekonomian bagi negara berkembang seperti Indonesia, industri tersebut masih merupakan industri yang mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Hal tersebut sangat beralasan, mengingat industri jenis ini pada umumnya masih bersifat padat karya sehingga mampu menyerap angkatan kerja dalam jumlah cukup banyak. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal
kerja
dalam
melakukan
kegiatan
perdagangan
internasional.
Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Hal ini akan menjadikan daya saing produk tekstil di pasar ekspor semakin menurun. Menurut data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), sepanjang 2002 terdapat sekitar 76 pabrik TPT yang diragukan aktivitasnya alias berhenti berproduksi atau beralih komoditas. Sebagian lainnya bahkan resmi menyatakan gulung tikar. Tidak jarang pabrik yang mulai oleng usahanya beralih menjadi trader dengan mengimpor produk dari luar negeri dan menjualnya di pasar lokal karena dinilai lebih menguntungkan. Kondisi ini tentu saja diikuti dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di industri ini (Purwoko, 2003).
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Direktorat Industri Tekstil, selama 2002 (hingga Mei saja) ada 64 perusahaan yang melakukan PHK sebanyak 19.038 pekerja. Tutupnya pabrik TPT selama 2002 terjadi akibat a.l. kenaikan beban biaya produksi yang semakin berat seperti kenaikkan BBM, TDL, Terminal Handling Charge (THC), pajak, pungutan daerah (retribusi) yang makin hari makin mencekik leher. Dari sisi ekspor, ternyata lebih parah lagi. Kinerja TPT nasional dalam tiga tahun terakhir, sejak 1999 hingga 2001 naik turun tanpa pola. Pada 1999 nilai ekspor TPT nasional sebanyak 1.642 ton atau senilai US$7,2 miliar naik menjadi 1.734 ton atau US$8,2 miliar pada 2000. Namun turun kembali menjadi hanya 705 ton atau senilai US$7,6 miliar pada 2001. Angka ekspor tidak pernah lagi menyentuh angka US$8 miliar. Tahun 2002 kinerja ekspor TPT tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan, bahkan cenderung stagnan pada nilai ekspor 2001. Hingga Agustus 2002, ekspor TPT nasional hanya 1.187 ton senilai US$4,6 miliar. Padahal dalam periode sama sebelumnya, ekspor TPT sebanyak 2.092 ton. Salah satu sebab stagnasi ekspor TPT 2002 adalah banyaknya masalah yang kurang mendukung peningkatan ekspor (Purwoko, 2003). Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing Bureau
(ITCB),
bersama
negara-negara
berkembang
lain
untuk
memperjuangkan masa proses integrasi Multi Fibre Arrangement (MFA) ke dalam ketentuan GATT/WTO dalam waktu 10 tahun (sejak diberlakukannya Persetujuan Pembentukan WTO). Pengaturan TPT berbeda dengan pada masa commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC). Sebagai negara pengekspor tektil dunia, tahun 1996 Indonesia menempati posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun 2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi ekspor tekstil Nasional di pasar dunia menunjukan penurunan tingkat daya saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk bernilai tambah yang rendah (Purwoko, 2003).
Tabel 1. Perkembangan Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia Tahun 1999-2001 Jumlah Ekspor Kuota
Jumlah Ekspor Non Kuota
(dalam US$)
(dalam US$)
Tahun 1999
2,36
-
7,2 milyar
-
2000
3,65
17,5%
8,2 milyar
10,17%
2001
3,62
-3,72%
7,65 milyar
-6,73%
Kontribusi
-
46%
-
54%
Sumber: Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002
Perkembangan nilai commit ekspor toTekstil user dan Produk Tekstil (TPT)
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
berdasarkan kuota dan non kuota tahun 2000 lebih meningkat dibandingkan dengan tahun 1999, yaitu mengalami peningkatan sebesar dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun 2000. Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar (Indonesian Textile Magazine, 25 November 2002). Sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Indonesia masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sektor moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor (pre-ship-ment & post shipment) sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Masalah lain yang diakibatkan ketidakstabilan sector moneter dan perbankan adalah tingkat kepercayaan bank mitra dagang asing yang semakin menurun; system pembayaran luar negeri dalam bentuk L/C menjadi sulit dilaksanakan, karena persyaratan margin deposit yang sangat tinggi. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi.
Meski
perdagangan tektil dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati commit to user pertumbuhan pasar domestik karena menurunnya ekspor.
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Perkembangan Industri Tekstil dan Jumlah Produksi Tekstil di Jawa Timur Tahun 1987-2009
1987
Produksi Production (juta rupiah) 113.112,20
1988
137.976,60
21,98
1989
188.415,80
36,56
1990
69.779,57
-62,97
1991
252.861,70
262,37
1992
366.316,60
44,87
1993
499.865,50
36,46
1994
331.638,90
-33,65
1995
324.486,20
-2,16
1996
245.235,10
-24,42
1997
243.655,00
-0,64
1998
958.155,90
293,24
1999
440.719,00
-54,00
2000
253.373,00
-42,51
2001
385.559,60
52,17
2002
540.487,20
40,18
2003
693.758,30
28,36
2004
304.140,80
-56,16
2005
515.658,90
69,55
2006
538.321,54
4,39
2007
560.984,19
4,21
2008
583.646,83
4,04
2009
606.309,47
3,88
Periode
Peningkatan / Penurunan (%) -
Sumber: BPS Jawa Timur Jawa Timur Dalam Angka (1987-2009) Untuk total pakaian jadi di pasar Amerika misalnya, sampai dengan Juni 2004 Cina telah menguasai pasar pakaian sebesar 12,98% padahal sampai commit to user dengan tahun 2000 pangsa pasarnya baru mencapai 7,86%. Sementara untuk
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kategori yang telah dibebaskan kuotanya sejak 2002 Cina terus melaju dan merebut pangsa pasar negara lain secara signifikan. Angka ini masih terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Sebagai contoh untuk kategori 239 (pakaian anak-anak) sebelum kuotanya dibebaskan pangsa pasar Cina baru mencapai 6,97%. Akan tetapi setelah kuotanya dibebaskan langsung menggeser posisi dan merebut pangsa pasar negara lain dengan menguasai pasar 51,71% sampai dengan Juni 2004. Dalam beberapa tahun terakhir investasi besar-besaran terus mengalir ke Cina dan saat ini menjadi importer mesin tekstil terbesar dunia dari berbagai jenis dan merek. Kapasitas produksinya telah mencapai lebih dari 60% dari total kapasitas produksi TPT dunia dengan kemampuan produksi berbabagai jenis dan tingkatan mutu dengan harga murah. Kondisi ini akan terus menjadi ancaman negara lain khususnya Indonesia yang juga merupakan negara pengekspor produk tekstil (Bisnis Indonesia, 20 September 2004). Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi. Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun mereka sulit bersaing dengan barang impor yang diyakini masuk secara ilegal. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya. Meski perdagangan tektil dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati pertumbuhan pasar domestik (Ariwibowo, 2003). commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia selama ini tidak pernah melakukan hambatan impor apapun terhadap
komoditi
TPT
dan
tetap
melaksanakan
komitmen
untuk
mengintegrasikan TPT dalam persetujuan yang telah disepakati. Manajemen kuota TPT di Indonesia dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan N0. 311/MPP.Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang Ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan
Direktur
Jenderal
perdagangan
Luar
Negeri
No.
11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan 03/DJPLN/KP/ II/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya. Perusahaan yang dapat melakukan ekspor TPT kuota adalah perusahaan yang telah mendapatkan pengkuan sebagai Ekspor Terdaftar Textile dan Produk Textile (ETTPT). Propinsi Jawa Timur sebagai daerah penghasil TPT diharapkan dapat mengikuti perkembangan produksi dan perdaganganya di pasar international. Memang setiap perekonomian akan selalu dihadapkan pada permasalahan, produksi, distribusi dan konsumsi. Permasalahan distribusi sejalan dengan permasalahan sektor perdagangan. Aktivitas sektor perdagangan merupakan suatu proses yang melibatkan berbagai kegiatan dalam pengeluaran barang dan bahan dari sektor produksi sampai konsumen. Dengan demikian sektor perdagangan berperan menyalurkan sesuai dengan keinginan konsumen untuk memperoleh barang pada saat tepat dengan harga terjangkau. Perekonomian di Jawa Timur pada tahun 2008, menurut Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan 1993 digunakan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 23,86%, diikuti commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sektor industri pengolahan sebesar 30,30% dan sektor pertanian sebesar 20,23% sedangkan sektor-sektor yang kontribusinya kecil adalah sektor penggalian sebesar 1,52% sektor listrik dan air minum sebesar 1,20% dan sektor angkutan dan komunikasi sebesar 5,25%. Hal ini menjadi sinyal positif terhadap perkembangan perekonomian dan investasi di Jawa Timur. Investasi pada sektor industri di Propinsi Jawa Timur lebih diarahkan pada sektor-sektor dan kelompok-kelompok masyarakat yang diharapkan dapat memberikan profitabilitas yang tinggi. Sektor industri yang modern yang umumnya berada di perkotaan dijadikan sebagai sektor unggulan dan kelompok pemilik modal besar dijadikan sebagai agen utama penggerak roda pembangunan. Pembangunan sektor perdagangan di Jawa Timur juga sangat penting dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam penciptaan lapangan usaha serta perluasan kesempatan kerja dalam peningkatan pendapatan. Sejalan dengan laju pertumbuhan dan perubahan struktural ekonomi, maka penting pula peranan sektor perdagangan antara lain memperlancar arus barang dan jasa, mengusahakan dan menjaga tingkat harga menjadi relatif stabil dan peningkatan nilai tambah yang dihasilkan serta kemampuannya menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Dari uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR PRODUK TEKSTIL PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 1987 2009”.
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah 1. Apakah faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009 ? 2. Faktor-faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009 ?
C. Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengetahui pengaruh nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.
2. Untuk rnengetahui faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.
D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam memberikan gambaran mengenai nilai ekspor tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009.
2.
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Industri Tekstil 1. Definisi Industri Istilah industri mempunyai dua arti, pertama dapat berarti himpunan-himpunan perusahaan yang sejenis seperti industri kosmetik, industri tekstil dan sebagainya. Kedua, dapat pula sebagai suatu hal ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang jadi maupun barang setengah jadi, kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat maksimal, elektrikal atau bahkan manual (Dumairy, 1997: 227). Ditinjau dari sudut luasnya, pada dasarnya industri dibagi tiga golongan yaitu: a. Industri Kecil b. Industri Menengah c. Industri Besar Dilihat dari klasifikasi industri, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (Arsyad, 1992 : 34). Pertama, pengelompokan industri yang dilakukan pleh Departemen Perindustrian dan perdagangan, industri di Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan hubungan Arus Produknya menjadi: commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
a. Industri Hulu, yang terdiri dari: 1) Industri Kimia Dasar 2) Industri mesin, Logam Dasar dan Elektronika b. Industri Hilir, yang terdiri atas: 1) Aneka Industri 2) Industri Kecil Kedua, penggolongan industri dengan pendekatan besar kecilnya skala usaha yang dilakukan oleh beberapa lembaga dengan kriteria tertentu. Peranan tenaga kerja juga sangat besar dalam menentukan tingkat efisiensi perusahaan. Untuk itu, sektor industri dapat dikelompokkan menurut tenaga kerja (BPS, 1996-2000 : 12): a. Industri Rumah Tangga, yaitu usaha industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 – 4 orang. b. Industri Kecil, yaitu usaha industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang. c. Industri sedang, yaitu industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 – 99 orang. d. Industri Besar, yaitu industri yang mempunyai jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih. Mulai tahun 1995 penetapan jenis-jenis industri berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 75/M/1995, tentang penetapan jenis-jenis industri dalam pembinaan masing-masing Direktorat Jendral commit to user dan kewenangan pemberian ijin usaha industri dan ijin usaha kawasan
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
industri di lingkungan departemen perindustrian dengan jenis-jenis industri sebagai berikut: a. Industri Logam, Mesin dan Elektronika (ILME) b. Industri Kimia (INKIM) c. Industri Aneka (IA) d. Industri Hasil Pertanian Penggolongan industri yang telah dilakukan ileh organisasi industri pada PBB (UNIDO) dikenal dengan nama International Standart Industrial Classification (ISIC). Penggolongan terbesar dengan kode satu digit untuk sektor industri pengolahan dan manifaktur sektor tiga, selanjutnya terbagi lagi ke dalam dua digit sebagai berikut: 31
= Kelompok industri makanan, minuman dan tembakau
32
= Kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
33
= Kelompok industri bambu, rotan, kayu dan barang-barang dari kayu, termasuk alat-alat rumah tangga dari kayu
34
= Kelompok industri kertas, barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan
35
= Kelompok industri kimia, barang-barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet dan barang-barang dari plastik
36
= Kelompok industri barang-barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batu bara
37
= Kelompok industri logam dasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38
16 digilib.uns.ac.id
= Kelompok industri barang-barang dari logam, mesin-mesin dan perlengkapannya
39
= Kelompok industri pengolahan lainnya
2. Industri Tekstil Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) diharapkan menjadikan sektor tambang devisa nonmigas. Kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) bisa digenjot sampai US$12 miliar setahun pada tahun 1996. Karenanya, pada masa itu, industri ini menjadi anak kesayangan dan memperoleh perhatian serius pemerintah. Apalagi industri ini mampu memberikan lapangan kerja kepada sekitar 1,2 juta pekerja yang menggantungkan nafkah pada industri ini. Kini keadaan berubah. Sejak krisis 1997 yang menghancurkan struktur ekonomi nasional, industri ini masih mencoba bertahan dengan melakukan berbagai efisiensi. Meski keadaan yang tidak menguntungkan itu telah menyebabkan tutupnya sedikitnya 64 pabrik orienstasi ekspor, industri ini sampai sekarang masih eksis. Namun, keadaan menjadi semakin buruk setelah commit to user awal Januari lalu pemerintah menaikkan harga BBM, tarif listrik dan
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
telepon secara serentak. Sektor ini semakin kehilangan kepercayaan diri untuk berkompetisi karena ongkos produksi menjadi melambung tinggi. Bahkan di pasar dalam negeri sekalipun mereka sulit bersaing dengan barang impor yang diyakini masuk secara ilegal. Di banding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar TPT dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik terlihat kedodoran hingga kehilangan daya saingnya. Meski perdagangan TPT dalam negeri dalam tiga tahun terakhir menunjukkan angka peningkatan namun pelaku usaha di sektor ini mengklaim tidak menikmati pertumbuhan pasar domestik. Komoditi Tekstil dan Produk (TPT) yang meliputi produk serat, kain lembaran, pakaian jadi dan produk tekstil lainnya merupakan salah satu komoditi yang diandalkan untuk memberikan kontribusi sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor non migas dan membantu mengatasi masalah penyerapan tenaga kerja. Nilai ekspor no migas Indonesia pada tahun 2001 sebesar US$43,41 milyar sedangkan nilai ekspor migas pada tahun 2000 periode yang sama sebesar US$ 47,76 milyar, terjadi penurunan sebesar 9,11%. Sebagai negara pengekspor TPT dunia, tahun 1996 Indonesia menempati posisi ke 10 dengan ekspor sebesar US$6,8 milyar, sementara pada tahun 2000 berada pada posisi ke 17 niai ekspor sebesar US$ 8,3 milyar. Posisi commit to user ekspor TPT Nasional di pasar dunia menunjukan penurunan tingkat daya
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saing. Hal ini perlu dicermati bahwa Indonesia tidak dapat mengharapkan pertumbuhan ekspor yang tinggi hanya dengan bertahan pada produk bernilai tambah yang rendah. Industri TPT dapat tetap berkembang dalam jangka panjang pasca MFA sangat bergantung pada peningkatan qualitas produk dan kemampuan daya saing dalam mendapatkan pasar-pasar baru.
B. Ekspor Tekstil 1. Kebijakan Ekspor Ekspor mempunyai peran yang sangat penting dan besar bagi perekonomian suatu negara. Menurut pandangan Merkantilisme, untuk menjadi kaya sebuah negara harus mengekspor lebih banyak daripada mengimpor. Kelebihan ekspor dinyatakan antara lain dengan emas dan perak (Lincolin, 1992: 67). Bagi negara berkembang, ekspor dapat menciptakan kesempatan kerja, menghasilkan devisa yang dapat digunakan untuk mengimpor berbagai macam produk luar negeri yang belum diproduksi di dalam negeri dan juga dapat memiliki teknologi yang belum tersedia di dalam negeri. Ekspor suatu negara merupakan impor bagi negara lain. Impor luar negeri sangat tergantung pada kegiatan perekonomian di luar negeri dan harga relatif barang-barang luar negeri. Faktor penentu ekspor dapat dijelaskan melalui persamaan di bawah ini : X = X (Y*, Î)
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nilai Y* adalah pendapatan negara lain (setara dengan output yang diproduksi di luar negeri). Peningkatan pendapatan luar negeri akan mengakibatkan peningkatan permintaan dari luar negeri terhadap produk barang dan jasa dari dalam negeri.
Î
adalah nilai tukar riil. Semakin
tinggi nilai riil mata uang luar negeri menyebabkan harga relatif produk luar negeri menjadi tinggi, sehingga produk dalam negeri akan lebih murah. Hal ini berakibat pada peningkatan nilai ekspor. Sedangkan menurut teori Heckser-Ohlin, negara-negara akan mengekspor barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang melimpah secara intensif (Djoyohadikusumo, 1993: 183). Menurut ahli-ahli klasik, terdapat dua kemungkinan lain dengan mengadakan hubungan dengan ekonomi dengan negara-negara lain yang memungkinkan perluasan pasar dan memungkinkan diperkenalkannya teknologi yang lebih baik yang ada di dalam negeri. Adam Smith merupakan ahli ekonomi klasik yang pertama kali menunjukkan tentang kemungkinan memperoleh dua keuntungan ini pada hakekatnya ia berpendapat bahwa : a. Dengan adanya perdagangan luar negeri, suatu negara dapat menaikkan produksi barang-barang yang sudah tidak dapat dijual lagi dalam negeri tetapi masih dapat dijual di luar negeri. b. Menjelaskan bahwa perluasan pasar yang terjadi akan mendorong sektor produktif untuk mengadakan teknik produksi yang lebih tinggi commit to user produktifitasnya.(Sukirno, 1981: 228)
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
Kurang berhasilnya membangun struktur industri yang kalah dengan daya saing internasional yang kuat maka strategi tersebut secara pelan-pelan akan bergeser ke strategi promosi ekspor, terutama untuk komoditas non migas. Apalagi setelah kita dihadapkan pada kenyataan bahwa penerimaan devisa dari migas tidak selamanya dapat diharapkan baik karena cadangan migas kita relatif terbatas maupun karena fluktuasi harga migas dipasar Internasional yang sering tidak menentu. Ada empat faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi subsitusi ekspor. Keempat
faktor
tersebut adalah pertama kaitan sektor pertanian dengan industri, kedua skala ekonomis, ketiga dampak persaingan atas prestasi perusahaan dan keempat dampak kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi.
2.
Ekspor Produk Tekstil Kebijakan ekspor Indonesia dalam pelaksanaannya hampir seluruh barang sudah tidak memiliki pembatasan (barang bebas) kecuali beberapa komoditi yang pengaturannya dapat dibedakan dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: barang yang dilarang di ekspor, barang yang diawasi ekspornya dan barang yang diatur ekspornya. Ekspor TPT ke negara tradisonal (Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Turki dan Norwegia) mulai dikenakan kuota oleh negara pengimpor sejak sekitar tahun 1980 dibawah kerangka kesepakatan Multi commit to usertelah disepakatinya hasil Putaran Fibre Arrangements (MFA). Dengan
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Uruguay pada tanggal 15 April 1994 di Marrakesh, maka Perjanjian Tekstil
dan
Pakaian
diimplementasikan
Jadi
bersamaan
sesuai
kesepakatan
dengan
GATT
pembentukan
segera
Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO). Prinsip Utama dari isi perjanjian Tekstil Pakaian Jadi adalah bahwa perdagangan TPT dunia yang selama ini diatur dalam MFA yang memperkenankan adanya pembatasan impor melalui system kuota akan dikembalikan ke dalam aturan GATT dengan masa peralihan selama 10 tahun sejak tahun 1994 dan terbagi dalam 4 tahap. Indonesia adalah salah satu negara bekembang pengekspor TPT yang tergabung dalam kelompok organisasi International Textile and Clothing Bureau (ITCB), bersama negara-negara berkembang lain untuk memperjuangkan masa proses integrasi Multi Fibre Arrangement (MFA) ke dalam ketentuan GATT/WTO dalam waktu 10 tahun (sejak diberlakukannya Persetujuan Pembentukan WTO). Pengaturan TPT berbeda dengan pada masa GATT dimana MFA berada di luar pengaturan GATT, maka pada masa berdirinya WTO ini, terhadap pengaturan TPT dilakukan proses integrasi yaitu memasukan TPT terikat ke dalam kelompok Multilateral Trade in Goods yaitu dalam Agreement on Textiile and Clothing (ATC). 3. Kuota Ekspor TPT Peningkatan nilai ekspor TPT yang merupakan komodtas andalan ini
perlu
dipertahankan dan ditingkatkan commit to user
antara
lain
dengan
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengoptimalkan penggunaan kuotanya. Dalam rangka optimalisasi penggunaan kuota untuk meningkatkan perolehan devisa dan dalam rangka pelaksanaan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah dilakukan penyempurnaan terhadap SK. Menperindag No. 02/MPP/Kep/1/2001 tangaal 4 Januari 2001 dengan SK yang
baru
yaitu
tertuang
dalam
SK
Menperindag
No.
311/MPP/Kep/10/2001 tanggal 30 Oktober 2001 tentang ketentuan Kuota Ekspor Textile dan Produk Textile dan Keputusan Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri No. 11/DJPLN/KP/XI/2001 tanggal 13 Nopember 2001 dan No. 03/DJPLN/KP/XI/2002 sebagai petunjuk pelaksanaannya. Sektor Industri penghasil komoditas ekspor di Indonesia masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan sector moneter dan lembaga perbankan disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi
modal
kerja
dalam
melakukan
kegiatan
perdagangan
internasional. Pembiayaan ekspor (pre-ship-ment & post shipment) sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Masalah lain yang diakibatkan ketidakstabilan sector moneter dan perbankan adalah tingkat kepercayaan bank mitra dagang asing yang semakin menurun; system pembayaran luar negeri dalam bentuk L/C menjadi sulit dilaksanakan, karena persyaratan margin depost yang sangat commit to user tinggi (100% - 130%).
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sementara
fasilitas
financing
melalui
skema-skema
yang
ditawarkan pemerintah atas hasil kerjasama bilateral, masih belum dapat menolong, karena negara penjamin menghendaki criteria white list dan produk yang akan diimpor dari negara penjamin (yang pada umumnya adalah produk pertanian), tidak sesuai dengan yang dibutuhkan industri dalam negeri (bahan baku dan penolong). Sementara itu, perubahan lingkungan perdagangan internasional yang mengarah ke ekonomi global mengakibatkan Indonesia dihadapkan kepada berbagai masalah pengembangan ekspor, yang sekaligus merupakan tantangan untuk dapat memanfaatkan peluang dalam era globalisasi tersebut. Suksesnya penurunan tarif dan penghapusan hambatan non tarif di negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang yang mencapai angka rata-rata 0,5%, mengakibatkan persaingan sangat ditentukan oleh kualitas, harga, deliveri dan berbagai macam services lainnya. Di sisi lain, sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 558/MPP/Kep/12/1998 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor yang lampirannya beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 557/MPP/Kep/VII/2002, pemerintah juga tetap memperhatikan serta mempertahankan kepentingan-kepentingan nasional antara lain menjamin kelangsukan pasokan bahan baku industri kecil dan memberikan perhatian terhadap lingkungan serta pengelolaan pelestarian kesinambungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
komoditas sekaligus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang disepakati melalui berbagai perundingan multilateral, regional maupun bilateral antara lain CITES (Konvensi Internasional Perdagangan Jenis Hewan dan Tumbuh-tumbuhan Langka). Perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan non kuota tahun 2000 dibandingkan dengan tahun 1999 mengalami peningkatan sebesar 13,89% dari US$ 7,2 milyar pada tahun 1999 menjadi 8,2 milyar pada tahun 2000. Peningkatan nilai ekspor tersebut, untuk TPT kuota 17,50% sedangkan untuk TPT non kuota mengalami peningkatan sebesar 10,17% dengan kotribusi nilai ekspor TPT sebesar 44% dan non kuota sebesar 56% pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 kontribusi nilai ekspor kuota sebesar 46% dan non kuota sebesar 54%. Sedangkan perkembangan nilai ekspor TPT kuota dan nonkuota tahun 2001 dibandingkan tahun 2000 mengalami penurunan sebesar 6,73% dari US$ 8,20 milyar menjdai US$7,65 milyar. Untuk nilai ekspor TPT kuota menurun sebesar 3,72% dari US$ 3,62 milyar menjadi US$ 3,62 milyar dan nilai ekspor TPT non kuota menurun sebesar 9,23% dari US$ 4,44 milyar menjadi US$4,03 milyar. Kontribusi nilai ekspor TPT kouta sebesar 47% dan non kuota sebesar 53% pada tahun 2001. 4. Infant Industri Tekstil Masalah proteksi industri di Indonesia, kali ini diberikan kepada industri tekstil. Diadakannya kebijakan ini merupakan rencana pemerintah untuk memberikan proteksi kepada produk industri. Alasan pemberian commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
proteksi memberi proteksi adalah industri tekstil merupakan industri baru alias industri bayi (infant industry). Industri serupa di negara lain juga diproteksi melalui pengenaan bea masuk tinggi atas impor produk serupa. Indonesia harus berhati-hati dalam memberi proteksi kepada industri tekstil, sebab hal itu akan mempengaruhi daya saing ekonomi secara keseluruhan (Sobri, 1986: 157). Pemerintah dalam memberikan proteksi tidak menetapkan batas waktu tertentu pemberian proteksi tersebut. Dengan demikian walaupun sudah sekitar 20 tahun diproteksi, industri-industri yang terus menikmati proteksi ini karena masih terus dianggap industri bayi, disamping ada pokok yang menakut-nakuti: kalau proteksi ini dicabut, industri yang diproteksi ini akan gulung tikar, sehingga akan sia-sialah investasi yang bermiliar-miliar rupiah atau dollar itu. Juga ada semacam justifikasi bahwa masyarakat harus membayar mahal industrialisasi. Sebuah contoh, Korea Selatan memproteksi sejumlah industrinya. Tetapi proteksi ini diberikan sejak pertama rencana pembangunan industri bersangkutan.
Industri
yang
bersangkutan
berusaha
keras
dari
pembangunan fisik proyeknya, untuk bekerja seefisien mungkin baik dari segi biaya dan waktu. Sebab waktu proteksi tidak lama dan industri itu harus bersaing baik di dalam negeri atau secara internasional. Bangsa Korea selalu bangga akan industri galangan kapalnya. Galangan kapal yang semula diproteksi tersebut bekerja dengan sangat efisien, baik dari segi waktu dan biaya, mampu mengalahkan industri galangan kapal Jepang ketika proteksi itu commit dicabut.to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Kuncinya adalah pemberian proteksi yang masuk akal dan batas waktu yang jelas dan tegas. Untuk industri tekstil, pemerintah memberikan proteksi 3 sampai 5 tahun. Akan tetapi konsekuensinya, tentu industri yang lain akan meminta proteksi.
C. Investasi Investasi daerah merupakan sejumlah dana atau modal yang disetorkan ke daerah oleh pemerintah daerah propinsi Jawa Tengah untuk pertumbuhan ekonomi di daerahnya. Investasi merupakan salah satu indikator penentu dalam kegiatan perekonomian daerah dan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pengertian investasi atau penanaman modal adalah penggunaan uang bagi peningkatan asset kapital (DJ. A. Simarnata, 1984:155). Apabila dilihat berdasarkan sudut pandang ekonomi makro, maka investasi atau penanaman modal merupakan pengeluaran yang menambah modal bagi masyarakat. Modal tersebut dapat berupa penambahan sejumlah uang yang diinvestasikan maupun penambahan pada faktor-faktor produksi. Pengertian investasi daerah adalah semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pembelian barang dan jasa yang dimaksud adalah pembelian barang atau jasa pada tahun yang bersangkutan. Sehingga pembelian yang dilakukan pada tahun sebelumnya bukan merupakan pengeluaran pembangunan. Kemudian barang atu jasa tersebut merupakan barang atau jasa hasil proses produksi dan bukannya barang atau jasa sebagai faktor produksi. Artinya bahwa pengeluaran pemerintah daerah tersebut commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah pengeluaran di pasar barang. Pengeluaran pemerintah tersebut tergambar dalam APBD pada sisi pengeluaran pembangunan (Boediono, 1994:50). Penggunaan uang yang berasal dari penerimaan negara atau penerimaan daerah merupakan pengeluaran pemerintah. Salah satu jenis pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran pembangunan yang juga merupakan investasi daerah.
D. Kurs Valutas Asing Apabila jumlah uang disuatu negara mengalami perubahan naik atau berkurang akan mempengaruhi pula terhadap perbandingan harga uang dari dua jenis mata uang yang bersangkutan. Kurs tersebut adalah stabil selama permintaan dan penawaran kedua jenis uang tersebut tetap seimbang. Jika permintaan uang suatu negara lebih kuat dari negara lain maka akan menguatkan nilai uang tersebut dan nilai uang negara lain akan menjadi lemah. Bertolak dari keseimbangan portofolio / keseimbangan finansial atau keseimbangan
perdagangan,
pendekatan
keseimbangan
portofolio
itu
merumuskan kesimpulan yang menyatakan kenaikan penawaran uang dinegara domestik akan mendorong terjadinya kemerosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat para investor menukarkan obligasi domestiknya besar-besaran atas obligasi luar negeri itu dengan sendirinya menimbulkkan depresiasi atas mata uang domestik. Selanjutnya depresiasi itu merangsang peningkatan ekspor negara domestik dan sekaligus commit to user menyurutkan impornya, yang akan menciptakan surplus perdagangan bagi
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
negara domestik dan diikuti dengan apresiasi mata uang. Dengan demikian pendekatan portofolio ini juga menjelaskan terjadinya lonjakan kurs, dan mampu menjelaskan secara eksplisit dan mengaitkan peran perdagangan dalam proses penyesuaian kurs dalam jangka panjang.
E. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema kerangka berikut ini: Nilai Produksi Tekstil (X1)
Harga Tekstil Pasar Ekspor (X2) Nilai Ekspor Tekstil (Y) Investasi pada Industri Tekstil (X3)
Kurs Dollar US$ (X4)
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan bahwa sektor industri tekstil sebagai penghasil komoditas ekspor di Jawa Timur masih dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan yang bersifat klasik dan dinamis yaitu daya saing, mutu dan biaya operasional perusahaan yang commit sektor to usermoneter dan lembaga perbankan tinggi. Dilain pihak ketidakstabilan
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disertai dengan tingginya tingkat bunga mengakibatkan terganggunya akumulasi modal kerja dalam melakukan kegiatan perdagangan internasional. Pembiayaan ekspor sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi meningkat tinggi dan tidak lancar. Sektor industri tekstil semakin sulit untuk berkompetisi karena ongkos produksi melambung tinggi. Dibanding beberapa negara Asia lain yang menjadi pesaing Indonesia di pasar tekstil dunia, ongkos produksi untuk komponen BBM dan listrik sangat tinggi sehingga kehilangan daya saingnya karena harga yang tinggi. Investasi tekstil di Jawa Timur menjadi rendah, beralih ke negara Asia Tenggara lainnya yang berongkos lebih murah. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku industri tekstil di Jawa Timur untuk lebih meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi yang dipersyaratkan negara pengimpor.
F. Hipotesis Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor nilai produksi tekstil, harga tekstil di pasar ekspor, investasi pada industri tekstil, dan kurs dollar US$ berpengaruh positif terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 - 2009. 2. Harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap nilai ekspor produk tekstil Jawa Timur tahun 1987 – 2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada variabel makro yang berhubungan dengan ekspor produk tekstil Jawa Timur. Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur, hal ini dikarenakan di daerah tersebut banyak terdapat industri tekstil yang diperkirakan banyak melakukan ekspor.
B. Data dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diambil dari laporan dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dikeluarkan oleh instansi atau badan-badan tertentu. Data yang digunakan adalah tahun 1987-2009, dalam hal ini data sumbernya diperoleh dari Deperindag (Departemen Perindustrian dan Perdagangan), Depnaker (Departemen Tenaga Kerja) dan BPS (Badan Pusat Statistik) Propinsi Jawa Timur dan instansi lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik observasi dan studi pusstaka dari beberapa sumber yaitu : 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Timur commit user 2. Biro Pusat Statistik Propinsi JawatoTimur
30
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Lembaga – lembaga/ Instansi yang terkait dengan penelitian ini Data sekunder yang dikumpulkan sesuai dengan topik penelitian ini meliputi data–data sebagai berikut : 1. Jumlah produksi industri tektil di Propinsi Jawa Timur 2. Nilai ekspor industri tektil di Propinsi Jawa Timur 3. Investasi bidang industri tektil di Propinsi Jawa Timur 4. Nilai tukar rupiah (kurs) 5. Harga tekstil pasaran luar negeri
D. Model dan Alat Analisis Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan model dinamis Partial Adjustment Model (PAM). Dalam analisis regresi, kadang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya tidak terjadi pada waktu yang sama. Hal ini berarti pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependen memerlukan waktu. Suatu kebijakan ekonomi dalam bekerja untuk mempengaruhi variabel ekonomi juga memerlukan waktu. Secara garis besar, hal-hal yang menyebabkan variabel satu berpengaruh terhadap variabel lainnya antara lain karena faktor psikologi, teknis dan institusional. Hal-hal tersebut dalam berpengaruh terhadap suatu variabel membutuhkan peranan waktu yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan suatu kondisi / keadaan yang baru. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk mengakomodasikan peranan waktu tersebut, terdapat beberapa model, salah satu diantaranya adalah Partial Adjustment Model (PAM) / model penyesuaian parsial. Inti dari model penyesuaian disini adalah pada masalah estimasi model jangka panjang dan jangka pendek. Sehingga disini akan terdapat parameter jangka panjang dan jangka pendek. Secara umum model penyesuaian parsial dirumuskan sebagai berikut: Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk: Ln Y = d b0 + d b1 (ln X1) + d b2 (ln X2) + d b3 (ln X3) + d b4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut
Dimana : Y = Ekspor produk tekstil (rupiah) X1 = Produksi tekstil (rupiah) X2 = Harga tekstil luar negeri (rupiah) X3 = Investasi pada industri tekstil (rupiah) X4 = Kurs valuta asing (rupiah) d = Koefisien penyesuaian b0 = Konstanta b1…b4 = Koefisien variabel ln = logaritma natural Ut = Variabel gangguan yang terdapat di luar model a. Koefisien regresi dalam jangka pendek Arti dari model jangka pendek disini adalah pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependen terjadi pada waktu yang sama. Dalam model penyesuaian ini dapat pula menggunakan model penyesuaian parsial logaritma natural dimana parameter yang diperoleh merupakan parameter elastisitasnya. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Yt = b0 + b1 x1t + b2 x2t + b3 x3t + b4 x4t + Ut Untuk penyederhanaan diasumsikan bahwa Y yang diinginkan merupakan Y* dari fungsi linier variabel independen (Gujarati, 242243) sebagai berikut: Y *t = bo +b1 Xt1 + Ut ……………………………………………………. (3.1) Karena Y yang diinginkan tidak bisa diamati secara langsung, NerLove mendalilkan hipotesisi berikut ini, yang dikenal sebagai hipotesis penyesuain parsial atau penyesuaian stok : Yt – Yt-1 = δ (Y*t - Yt-1) …………………………….. (3.2) Dimana δ, sedemikian rupa sehingga o< δ <1, dikenal sebagai koefisien penyesuain (Coefficient of Adjusment) dan dimana Yt – Yt-1= perubahan sebenarnya dan ( Ytx – Yt-1) = perubahan yang diingkan . Persamaan 3.2 mendalilkan bahwa perubahan sebenarnya Y dalam suatu periode waktu tertentu t adalah satu fraksi δ dari perubahan yang diinginkan untuk periode itu. Jika δ =1, ini berarti bahwa Y yang sebenarnya sama dengan Y yang diharapkan secara seketika (dalam periode waktu sama).Tetapi jika δ=0 ini berarti bahwa tidak ada perubahan apapun karena Y yang sebenarnya pada saat t sama seperti yang diamati dalam periode waktu sebelumnya. Khususnya δ diharapkan untuk terletak antara kedua ekstrim ini karena penyesuaian terhadap Y yang diharap, nampaknya akan tidak sempurna karena kekakuan (riqidity), kelambanan, kewajiban yang commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersifat
kontrak
dan
seterusnya.
Itulah
sebabnya
dinamakan
penyesuaian parsial. Secara alternatif dapat ditulis sebagai berikut: Yt = δ Y*t + (1- δ) Yt-1 ………………………………………………… (3.3) Dengan mensubtitusikan persamaan (3.1) ke dalam persamaan (3.3) maka dapat disusun kembali persamaan: Y = d b0 + d b1 (X1) + d b2 (X2) + d b3 (X3) + d b4 (X4) + (1 - d) Yt-1 + d Ut b. Koefisien regresi dalam jangka panjang Model jangka panjang pengaruh variabel penjelas terhadap variabel dependennya terjadi dalam jangka panjang. Dari hasil estimasi jangka pendek, kemudian diturunkan model jangka panjangnya dengan mencari parameter jangka panjangnya (ai) dari parameter jangka pendek dengan koefisien penyesuaian (1 - d). Yt = d.b0 + d.b1 (X1) + d.b2 (X2) + d.b3 (X3) + d b4 (X4)
E. Pengujian Statistik 1. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dilakukan untuk memastikan apakah persamaan regresi analisis data tidak mengandung asumsi klasik yang menyebabkan persamaan tersebut tidak lagi efisien jika digunakan peramalan. Pengujian ini meliputi : a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen committerdapat to user korelasi atau hubungan dengan
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel independen lainnya. Atau degan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Multikolinieritas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu. Salah satu
cara
untuk
menganalisa
ada
atau
tidaknnya
pengaruh
multikolinieritaas dalam penelitian ini digunakan metode Klein. Adapun langkah-langkah metode Klein adalah sebagai berukut (Gujarati, 1997 : 166-167): 1) Melakukan regresi tiap-tiap variabel bebas atas sisa variabel bebas lainnya dan diperoleh koefisien determinasi antar variabel bebas (R2*) 2) (R2*) yang didapat kemudian dibandingkan dengan koefisien determinasi dari model awal atau semua variabel independen terhadap variabel dependen (R2) 3) Adapun kriterianya apabila : R2* XiXj < R2YX1, X2, …..Xn (non multikolinieritas) R2* XiXj > R2YX1, X2, …..Xn (multikolinieritas) b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah setiap variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan sebagai berikut: E(Ui2)
= r2 commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dimana: r2 = Varian i
= 1,2,3 ….n
Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas (penyebaran yang sam) diterima. Salah satu cara yang dilakukan untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji Park. Uji Park dilakukan dengan menggunakan dua tahap regresi yaitu : a. Melakukan regresi atas model yang digunakan OLS (Ordinary Least
Square)
tanpa
memperhatikan
adanya
gejala
heteroskedastisitas, kemudian dari hasil ini diperoleh besarnya residual. b. Melakukan regresi dengan residual dari hasil di atas sebagai variabel dependen. Regresi dilakukan satu per satu dengan masing-masing variabel independen. Pernyataan di atas dapat ditulis sebagai berikut: ln e2
= b0 + b1lnX1
dimana: e
= residual
X1
= Variabel independen
Ho
= E(Ui2) = r2
Ha
= E(Ui2) ¹ r2 Untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilihat dari nilai koefisien b1 pada persamaan di atas. Apabila commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai b1 tidak diterima, dengan kata lain menunjukkan adanya homoskedastisitas dan sebaliknya diterima Ha menunjukkan adanya heteroskedastisitas. Apabila terdapat gejala heteroskedastisitas maka walaupun penaksir tersebut tidak bias dan konsisten, namun minimum atau tidak efisien baik dalam sampel besar maupun sampel kecil. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah pengujian suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu pada suatu periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji statistik Durbin Watson, yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi dengan angka Durbin Watson dalam tabel dengan angkat tingkat derajat kebebasan (N-k) dan tingkat signifikansi tertentu. Angkat Durbin Watson dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dL) dan batas atas (dU) (Gujarati, 1997 : 217-218). Prosedur test statistik d Durbin-Watson dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menolak Ho Autokorelasi positif
Daerah Keragu-raguan
Daerah Keragu-raguan
Menolak bukti Autokorelasi negatif
Menerima Ho atau Ha
0
dL
du
2
4-du
4-dL
Mekanisme test Durbin Watson adalah sebagai berikiut, dengan mengansumsikan bahwa yang mendasari test dipenuhi: a. Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei b. Hitung nilai d (dengan rumus yang ada atau sebagian program komputer dapat melakukannya) c. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan didapatkan nilai kritis dL atau dU. d. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika : d < dL
: Menolak Ho
d > dU
: Menerima Ho
dL < d < dU : Pengujian tidak meyakinkan e. Jika hipotesis nol Ho adalah tidak ada serial korelasi negatif, maka jika :
commit to user
4
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d > 4 - dL
: Menolak Ho
d < 4 – dU
: Menerima Ho
4 – dU < d < 4 - dL
: Pengujian tidak meyakinkan
f. Jika Ho adalah dua ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif atau negatif, maka jika : d < dL
: Menolak Ho
d > 4 – dL
: Menolak Ho
dU < d < 4 – dU : Ho diterima dL < d < dU atau 4 – dU < d < 4- dL : Pengujian tidak meyakinkan
2. Pengujian Statistik Setelah diperoleh parameter-parameter estimasi kemudian dilakukan pengujian yang terdiri dari : a. Uji signifikansi pengaruh (Uji t) Uji t adalah pengujian terhadap variabel-variabel penjelas secara individu. Pengujian ini dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Untuk validitas pengaruh variabel independen digunakan uji t dua sisi. Pengujian t test (two tail test) a. Ho = b1 = 0 Ho ¹ b1 ¹ 0 commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. thitung =
bi Se ( b i )
ttabel = t (a/2,df) Dimana: bi
= Penaksir koefisien
Se(bi) = Standart error i
= 1,2,3 …k
df
= Derajat kebebasan
Dengan tingkat keyakinan atau level of significance (a) tertentu, df = n-k, apabila thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sebaliknya apabila thitung < ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. b. Uji F Uji F adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independent) secara keseluruhan terhadap variabel tidak bebas (dependent). Langkah-langkah uji F sebagai berikut : 1) Ho = b1 = b2 = b3 = 0; model tidak eksis 2) Ha ¹ b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ 0; model eksis 3) Fhitung =
R 2 /(k - 1) (1 - R 2 )/(n - k)
4) Ftabel = F a (k-1,n-k) dimana: R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah observasi k = Jumlah variabel bebas yang digunakan commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Kesimpulan Apabila nilai Ftabel > Fhitung maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa hipotesa yang menyatakan variabel independen secara keseluruhan tidak penting dalam mempengaruhi variabel dependen diterima. Namun sebaliknya jika Ftabel < Fhitung maka Ho ditolak. Hal ini berarti mendukung hipotesa yang menyatakan variabel independen secara
bersama-sama
adalah
penting
(signifikan)
dalam
mempengaruhi variabel dependen. c. Uji R2 Pengujian koefisien determinasi digunakan untuk mengukur kebaikan dari persamaan regresi yaitu menunjukkan seberapa besar variasi dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel bebas dalam model. Interpretasi R2 dilakukan untuk mencari seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Nilai R2 mempunyai range 0 – 1, dimana semakin mendekati 1 maka variabel independen semakin tepat atau sesuai dengan model yang dipakai atau variasi dari variabel independen
semakin
dapat
menjelaskan
variasi
dari
variabel
dependennya dan sebaliknya variabel independen tidak sepenuhnya tepat digunakan dengan model atau variasi dari variabel independennya. Adapun rumusnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Gujarati, 1997 : 101) :
commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
R2 =
ESS ESS =1TSS TSS
Sei 2 = 1Syi 2
dimana: ESS
= Jumlah kuadrat yang dijelaskan
TSS
= Jumlah total kuadrat yang merupakan jumlah dari ESS dan jumlah kuadrat residual (RSS)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Variabel yang Diteliti 1. Nilai produksi tekstil Nilai produksi tekstil dalam penelitian ini adalah hasil produksi industri tekstil yang terdiri dari serat, kain lembaran, dan pakaian jadi. Pengukuran variabel ini adalah dalam ribuan rupiah per tahun. Data yang digunakan yaitu data time series. Secara rinci dapat perkembangan nilai produksi tekstil di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel IV.1 berikut. Tabel IV.1 Nilai Produksi Tekstil Propinsi Jawa Timur Tahun 1987-2009 Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Nilai Produksi Tekstik (ribuan rupiah) 113.112.200.000 137.976.600.000 188.415.800.000 69.779.570.000 252.861.700.000 366.316.600.000 499.865.500.000 331.638.900.000 324.486.200.000 245.235.100.000 243.655.000.000 958.155.900.000 440.719.000.000 253.373.000.000 385.559.600.000 540.487.200.000 693.758.300.000 304.140.800.000 515.658.900.000 538.321.542.857 560.984.185.714 583.646.828.571 606.309.471.429 398.019.908.634 commit to user
Sumber: Deperindag Propinsi Jawa Timur 43
Peningkatan (%) 21,98 36,56 -62,97 262,37 44,87 36,46 -33,65 -2,16 -24,42 -0,64 293,24 -54,00 -42,51 52,17 40,18 28,36 -56,16 69,55 4,39 4,21 4,04 3,88 27,21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Nilai produksi tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tektil dari Jawa Tengah, khususnya mulai tahun 1998 dimana produksi dapat mencapai Rp. 958.155.900.000 per tahun. Kemudian sedikit menurun seiring dengan penurunan dan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata produksi mencapai Rp. 398.019.908.634 per tahun. 2. Harga tekstil luar negeri Harga tekstil di pasaran ekspor dunia dapat dilihat pada tabel IV.2 berikut. Tabel IV.2 Harga Tekstil Luar Negeri Tahun 1987-2009 Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Harga Tekstil Luar Negeri (Rupiah/ball) 67.358 67.358 72.432 86.427 90.280 93.485 102.108 108.377 135.455 168.491 160.732 200.930 224.191 214.815 205.791 173.384 190.846 188.455 199.299 206.835 214.370 221.906 229.441 157.512
commit to Timur user Sumber : Deperindag Propinsi Jawa
Peningkatan (%) 0,00 7,53 19,32 4,46 3,55 9,22 6,14 24,99 24,39 -4,60 25,01 11,58 -4,18 -4,20 -15,75 10,07 -1,25 5,75 3,78 3,64 3,52 3,40 5,93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Harga produk tekstil di pasaran dunia menunjukkan peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah barang. Harga tekstil luar negeri pada tahun 1987 – 2009 rata-rata mencapai Rp 157.521 / ball.
3. Investasi pada industri tekstil Nilai investasi pada industri tekstil di Jawa Timur, baik investasi atau Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah sebagai berikut. Tabel IV.3 Investasi pada Industri Tekstil di Jawa Timur Tahun 1987-2009 Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Investasi pada Industri Tekstil (Ribuan Rupiah) 10.054.930.000 11.692.170.000 4.678.630.000 24.594.100.000 3.867.180.000 10.956.390.000 12.925.660.000 16.888.950.000 44.493.380.000 10.965.180.000 13.949.500.000 10.036.880.000 15.370.080.000 3.802.450.000 5.999.070.000 24.390.830.000 32.483.480.000 38.425.500.000 59.134.606.667 41.151.941.667 43.169.276.667 45.186.611.667 47.203.946.667 23.105.249.710
Sumber : Deperindag Propinsi Jawa commit to Timur user
Peningkatan (%)
16,28 -59,98 425,67 -84,28 183,32 17,97 30,66 163,45 -75,36 27,22 -28,05 53,14 -75,26 57,77 306,58 33,18 18,29 53,89 -30,41 4,90 4,67 4,46 45.57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Investasi pada industri tekstil di Jawa Timur menunjukkan nilai yang berfluktuasi seiring dengan dinamika perekonomian Jawa Timur. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian di daerah-daerah khususnya di Jawa Timur. Kondisi ini dilihat dari nilai pertumbuhan investasi yang memiliki nilai negatif pada tahun 1998. 4. Kurs valuta asing (Dollar US$) Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar US$ adalah sebagai berikut. Tabel IV.4 Kurs Dollar US$ Tahun 1987-2009 Tahun
Kurs Dollar US$ (Rupiah)
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
1.652 1.729 1.805 1.901 1.992 2.062 2.110 2.200 2.308 2.383 4.650 10.700 7.100 9.595 9.700 10.200 9.800 9.450 9.690 9.675 9.950 9.600 9.450 6.074
Sumber: Bank Indonesia commit to user
Peningkatan (%) 4,66 4,40 5,32 4,79 3,51 2,33 4,27 4,91 3,25 95,13 130,11 -33,64 35,14 1,09 5,15 -3,92 -3,57 2,54 -0,15 2,84 -3,52 -1,56 11,44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Nilai tukar rupiah terhadap Dollar US$ menunjukkan nilai yang meningkat, artinya rupiah melemah terhadap Dollar US$. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menurunkan nilai tukar hingga 130,11%, kemudian stabil pada kisaran Rp 8.000,- hingga Rp.9000,-. 5. Nilai ekspor tekstil Nilai ekspor tekstil Jawa Timur pada tahun 1987 – 2009 adalah sebagai berikut. Tabel IV.5 Nilai Ekspor Tektil Jawa TimurTahun 1987-2009 Tahun
Nilai Ekspor Tekstil (Ribuan Rupiah)
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
52.202.450.000 53.325.250.000 56.134.800.000 66.980.930.000 69.967.000.000 72.450.880.000 79.133.700.000 83.992.180.000 104.977.600.000 130.580.700.000 124.567.300.000 140.220.800.000 158.248.200.000 158.731.600.000 159.488.000.000 157.622.600.000 155.655.700.000 161.552.600.000 164.174.414.286 166.235.178.571 168.295.942.857 170.356.707.143 172.417.471.429 122.926.608.882
Sumber: Deperindag Jawa Timur commit to user
Peningkatan (%)
2,15 5,27 19,32 4,46 3,55 9,22 6,14 24,98 24,39 -4,61 12,57 12,86 0,31 0,48 -1,17 -1,25 3,79 1,62 1,26 1,24 1,22 1,21 5,61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Nilai ekspor tekstil dari Jawa Timur menunjukkan adanya peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industri tekstil dari Jawa Timur, khususnya mulai tahun 1995 dimana ekspor mencapai Rp.104.977.600.000. Kemudian berkembang seiring dengan peningkatan jumlah kuota ekspor tekstil ke pasar utama tektil Indonesia yaitu Amerika Serikat. Rata-rata nilai ekspor meningkat sebanyak 5,61% per tahun.
B. Model Analisis Dalam penelitian ini digunakan empat variabel penjelas yaitu produksi tekstil, harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, dan kurs valuta asing. Analisa ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelima variabel tersebut dapat mempengaruhi ekspor produk tekstil. Adapun model yang digunakan adalah model autoregresif Partial Adjustment Model (PAM) yang dituliskan dalam bentuk: Ln Y = d b0 + d b1 (ln X1) + d b2 (ln X2) + d b3 (ln X3) + d b4 (ln X4) + (1-d) ln Yt-1 + d Ut Y
Dimana : = Nilai Ekspor produk tekstil (dalam milyar rupiah)
X1
= Nilai Produksi tekstil (dalam milyar rupiah)
X2
= Harga tekstil luar negeri (dalam rupiah)
X3
= Investasi pada industri tekstil (dalam milyar rupiah)
X4
= Kurs valuta asing (dalam rupiah)
d
= Koefisien penyesuaian
b0
= Konstanta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b1…b4 = Koefisien variabel ln
= logaritma natural
Ut
= Variabel gangguan yang terdapat di luar model
C. Hasil Analisis Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model penyesuaian parsial (Partial Adjusment Model: PAM), yaitu metode pengujian yang digunakan untuk mencari model penyesuaian keseimbangan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS for Windows Release 11. Adapun hasil analisis memperoleh estimasi regresi sebagai berikut: Tabel IV.6 Hasil Analisis Model PAM Variabel
Notasi
Konstanta Produksi tekstil Harga tekstil luar negeri Investasi pada industri tekstil Kurs valuta asing Ekspor tekstil tahun lalu F hitung = 581,582 2 R = 0,995 Adjusted R2 = 0,993
b0 X1 X2 X3 X4 Yt-1
Koefisien thitung Regresi 7,417 -0,013 -0,749 0,588 7,621* 0,021 2,168** -0,031 -0,961 0,440 4,539* Signifikan F = 0,000
Sig. (p) 0,465 0,000 0,046 0,351 0,000
Sumber : data diolah Keterangan : * = Signifikan pada a = 0,01 (99%) ** = Signifikan pada a = 0,05 (95%) Hasil analisis regresi tersebut bila ditulis dalam bentuk persamaan linier menjadi:
commit to user lnY = 7,417 – 0,013.lnX1 + 0,588.lnX2 + 0,021.lnX3 - 0,031.lnX4 + 0,440.lnYt-1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Perhitungan diatas merupakan penaksir koefisien regresi untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka pendek, sedangkan untuk mengetahui koefisien dalam jangka panjang dilakukan dengan cara membagi koefisien regresi jangka pendek dengan nilai koefisien penyesuaian (1-d), yang besarnya dihitung dengan rumus: 1-d
= 1 – 0,440 = 0,560
Kemudian menghilangkan unsur variabel Yt-1 dalam model. Melalui metode tersebut dapat diperoleh hubungan jangka panjang antara produksi tekstil (X1), harga tekstil luar negeri (X2), investasi pada industri tekstil (X3), dan kurs valuta asing (X4) dengan ekspor tekstil (Y). Adapun hasil perhitungan berdasarkan model penyesuaian parsial untuk nilai ekspor tekstil dalam jangka panjang dapat dilihat dalam lampiran regresi, kemudian dapat disusun dalam persamaan linier sebagai berikut: lnY = 13,2446 - 0,0232.lnX1 + 1,0500.lnX2 + 0,0375.lnX3 - 0,0554.lnX4 Dalam rangka menguji apakah model yang digunakan baik dan dapat menjelaskan masalah yang ada, maka dilakukan pengujian kriteria statistik dan validitas, serta asumsi klasik yang harus dipenuhi.
D. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan yang sempurna commit to user antara semua atau beberapa variabel. Gujarati (2001: 157) menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
bahwa multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya. Atau degan kata lain satu atau lebih variabel independen merupakan suatu fungsi linier dari variabel independen yang lain. Multikolinieritas juga bisa timbul apabila antara variabel independen berkorelasi dengan variabel pengganggu, sehingga tingkat signifikansi untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah juga semakin besar. Untuk mengetahui ada tidaknya masalah multikoloniearitas maka digunakan metode Klein dengan hasil sebagaimana dalam tabel berikut: Tabel IV.7 Hasil Uji Multikoloniearitas Variabel Produksi tekstil Harga tekstil luar negeri Investasi industri tekstil Kurs valuta asing Ekspor tekstil tahun lalu Sumber : data diolah
r2* 0,480 0,942 0,209 0,908 0,968
R2 0,995 0,995 0,995 0,995 0,995
Keterangan Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas Tidak ada multikolinieritas
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada nilai r2* yang lebih kecil dari R2 utama, berarti tidak terdapat gangguan multikolinieritas yang serius dalam proses estimasi parameter model penduga.
2. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Santoso, 2000: 208-209). Situasi heterokedastisitas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
akan menyebabkan penafasiran koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil taksiran dapat menjadi kurang, melebihi yang semestinya. Model regresi yang baik adalah jika varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap atau homoskeastisitas. Kebanyakan untuk data cross section mengandung suatu heteroskedastisitas, sebab data ini mewakili berbagai bentuk dalam ukuran (kecil, sedang dan besar). Untuk mengetahui ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas akan dilakukan pengujian Park. Tabel IV.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas (a=0,05) Korelasi lnX1 – Absres lnX2 – Absres lnX3 – Absres lnX4 – Absres lnYt-1 – Absres
thitung
ttabel
-0,939 -0,682 0,210 -1,940 2,028
2,120 2,120 2,120 2,120 2,120
Keterangan Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas Tidak ada heteroskedastisitas
Keterangan: ttabel adalah pada taraf signifikansi (a/2;n-k) = (0,025;22-6) Tabel diatas menunjukkan bahwa semua thitung < ttabel, jadi dapat dzaktu. Pendekatan yang sering digunakan adalah dengan uji DurbinWatson (Gujarati, 2001: 201-215). 3. Uji Autokorelasi Sesuatu yang penting pada asumsi klasik bahwa tidak ada korelasi antara faktor-faktor pengganggu dengan lambang COV (Ui, Uj) = 0. Apabila asumsi ini tidak terpenuhi berarti Ui dan observasi yang satu dengan observasi yang lain terjadi autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala autokorelasi uji Durbin-Watson. Hasil commit to digunakan user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
perhitungan uji autokorelasi dengan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut. Tabel IV.9 Hasil Uji Autokorelasi Variabel D-W Produksi tekstil, Harga tekstil
luar
dL
dU
Kesimpulan
1,94
Tidak ada masalah autokorelasi
negeri, 1,704
Investasi industri tekstil,
0,86
Kurs valuta asing, Ekspor tekstil tahun lalu Sumber: data primer diolah Nilai dL diambil dari tabel Durbin-Watson pada a=5% dengan df=5;22 4-dL = 4 – 0,86 = 3,14 4-dU = 4 – 1,94 = 2,06 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar IV.1 Statistik Uji Durbin Watson F(d)
Menolak Ho bukti Auto-
Daerah keragu raguan
Daerah keragu
Menolak H*o
raguan
bukti Autokorelasi
korelasi positif
negatif
Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya
0
dL (0,86)
dU (1,94)
2
D-W (1,704)
Keterangan: Ho = tidak ada autokorelasi positif commit to user Ho* = tidak ada autokorelasi negatif
4 - dU (2,06)
4 - dL (3,14)
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Pengujian tersebut memperoleh nilai D-W sebesar 1,704 berada di daerah ragu-ragu (daerah tidak ada keputusan). Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa uji autokorelasi dalam penelitian ini tidak diperoleh kesimpulan.
E. Pengujian Kriteria Statistik 1. Uji secara individual (t – test) Uji t – test digunakan untuk mengetahui apakah variabel penjelas (independen) secara individual berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 = bi = 0 :
variabel independen ke i tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen
Ha = bi ¹ 0 :
variabel independen ke i ada pengaruh terhadap variabel dependen
Dengan derajat bebas (db) = n-k n
= jumlah observasi
k
= jumlah variabel
a. Uji signifikansi Produksi Tekstil (X1) Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung sebesar -0,749, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,10 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,10/2;22-6) sebesar 1,746. Dikarenakan nilai thitung > -ttabel (-0,528 > -1,746), maka Ho diterima, artinya jumlah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
produksi tekstil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 10%.
Gambar IV.2 Grafik Statistik Uji- t Produksi Tekstil Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho
-(a/2;n-k) -0,,749 -1,746
(a/2;n-k) 1,746
b. Harga tekstil luar negeri (X2) Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai
thitung
sebesar 7,621, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,01 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,005;22-6) sebesar = 2,921. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (7,621 > 2,921), maka Ho ditolak, artinya harga tekstil luar negeri berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%. Gambar IV.3 Grafik Statistik Uji- t Harga Tekstil Luar Negeri Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho
-(a/2;n-k)
(a/2;n-k)
-2,921
2,921
commit to user
7,621
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
c. Investasi pada industri tekstil (X3) Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung sebesar 2,168, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,05 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,025;22-6) sebesar = 2,120. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (2,168 > 2,120), maka Ho ditolak, artinya investasi pada industri tekstil berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 5%. Gambar IV.4 Grafik Statistik Uji- t Investasi pada Industri Tekstil Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho
-(a/2;n-k)
(a/2;n-k)
-2,120
2,120
2,168
d. Kurs valuta asing (X4) Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung sebesar -0,961, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,10 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,10/2;22-6) sebesar = 1,746. Dikarenakan nilai thitung > -ttabel (-0,695 > -1,746), maka Ho diterima, artinya kurs valuta asing tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 10%. Gambar IV.5 Grafik Statistik Uji- t Kurs Valuta Asing
Daerah Tolak Ho
commit to user
Daerah Tolak Ho
Daerah Terima Ho
-(a/2;n-k) -0,961 -1,746
(a/2;n-k) 1,746
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
e. Ekspor Tekstil 1 Tahun Lalu (Yt-1) Hasil analisis regresi diketahui bahwa besarnya nilai thitung sebesar 4,539, sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi (a) = 0,01 dan derajat bebas (N-k) yaitu (0,005;22-6) sebesar = 2,921. Dikarenakan nilai thitung > ttabel (4,539 > 2,921), maka Ho ditolak, artinya ekspor tekstil 1 tahun lalu berpengaruh secara signifikan terhadap laju ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%. Gambar IV.6 Grafik Statistik Uji- t Ekspor Tekstil 1 Tahun Lalu Daerah Tolak Ho
Daerah Tolak Ho Daerah Terima Ho
-(a/2;n-k)
(a/2;n-k)
-2,921
2,921
4,539
2. Uji secara Keseluruhan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel bebas (independen) secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat (dependen). Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: Ho : b1 = b2 =………….= b5 = 0 (model tidak eksis), artinya seluruh variabel bebas secara serentak berpengaruh terhadap variabel terikat Ha : b1 ¹ b2 ¹ ………..¹ β5 = 0 (model eksis), artinya seluruh variabel bebas secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel terikat. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Hasil perhitungan berdasar hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai Fhitung sebesar 581,582. Adapun dengan tingkat signifikansi α = 0,01 maka diperoleh Ftabel (0,01;5;16) = 2,85. Hasilnya adalah Fhitung > Ftabel (581,582 > 2,85), maka Ho ditolak (model eksis). Artinya secara bersama-sama variabel produksi tekstil, harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, dan kurs valuta asing berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor tekstil. Gambar IV.7 Grafik Statistik Uji – F
Daerah tolak Ho Daerah terima Ho 2,84 581,582 (a;k;n-k-1) 3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi menyatakan persentase total variasi dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R2 mendekati 1, ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen secara bersama-sama dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R2 hasil perhitungan adalah 0,995, sedangkan nilai Adjusted R2 adalah 0,992, nilai tersebut mendekati nilai 1. Jadi koefisien commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
determinasi menunjukkan bahwa variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen sebesar 99,2 %. Artinya besarnya variasi dari variabel produksi tekstil, harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, kurs valuta asing, dan ekspor tekstil 1 tahun lalu dalam menjelaskan variasi dari eskpor tekstil sebesar 99,2%, sedangkan sisanya sebesar 0,08% dijelaskan oleh variasi dari variabel lain.
Interpretasi Ekonomi Berdasarkan hasil estimasi dengan metode analisa data yang terdiri dari pengujian kriteria statistik dan uji ekonometrika menunjukkan adanya pengaruh dalam jangka pendek maupun jangka panjang variabel harga tekstil luar negeri, investasi pada industri tekstil, dan ekspor tekstil 1 tahun lalu terhadap peningkatan ekspor tekstil Propinsi Jawa Timur. Sedangkan produksi tekstil, dan kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap ekspor tektl.. Nilai koefisien produksi tekstil adalah negatif dan tidak signifikan, artinya tinggi rendahnya jumlah produksi tekstil tidak berimplikasi pada peningkatan ekspor tekstil. Nilai koefisien harga tekstil luar negeri adalah positif dan signifikan, yaitu dalam jangka pendek adalah sebesar 0,588 dan dalam jangka panjang sebesar 1,050. Hal ini menunjukkan bahwa jika harga tekstil luar negeri meningkat 1%, maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil sebesar 0,588% dalam jangka pendek dan 1,050% dalam jangka panjang. Sebaliknya. harga tekstil luar negeri menurun sebesar 1%, maka akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
berdampak terhadap penurunan ekspor tekstil sebesar 0,588% dalam jangka pendek dan 1,050% dalam jangka panjang. Nilai koefisien investasi pada industri tekstil adalah positif dan signifikan, yaitu dalam jangka pendek adalah sebesar 0,021 dan dalam jangka panjang sebesar 0,0375. Hal ini menunjukkan bahwa jika investasi pada industri tekstil meningkat 1%, maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil sebesar 0,021% dalam jangka pendek dan 0,0375% dalam jangka panjang. Sebaliknya. investasi pada industri tekstil menurun sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap penurunan ekspor tekstil sebesar 0,021% dalam jangka pendek dan 0,0375% dalam jangka panjang. Nilai koefisien kurs valuta asing adalah negatif dan tidak signifikan, artinya tinggi rendahnya kurs valuta asing tidak berimplikasi pada peningkatan atau penurunan ekspor tekstil. Nilai koefisien ekspor tekstil 1 tahun lalu adalah positif dan signifikan, yaitu dalam jangka pendek adalah sebesar 0,440 dan dalam jangka panjang sebesar 0,7857. Hal ini menunjukkan bahwa jika ekspor tekstil 1 tahun lalu meningkat 1%, maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil sebesar 0,440% dalam jangka pendek dan 0,7857% dalam jangka panjang. Sebaliknya. ekspor tekstil 1 tahun lalu menurun sebesar 1%, maka akan berdampak terhadap penurunan ekspor tekstil sebesar 0,440% dalam jangka pendek dan 0,7857% dalam jangka panjang. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap ekspor tekstil. Hal ini terbukti dari hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
koefisien beta variabel harga tekstil luar negeri (0,586) lebih besar dari koefisien beta variabel lainnya. Artinya peningkatan harga tekstil luar negeri sebesar 1%, dalam jangka panjang dipastikan akan meningkatkan jumlah ekspor tekstil sebesar 1,050%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah produksi tekstil tidak berpengaruh terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan 10%. Jumlah produksi tekstil tidak berimplikasi pada peningkatan jumlah ekspor tekstil. 2. Harga tekstil luar negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%. Artinya jika harga tekstil luar negeri meningkat, maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil. Sebaliknya jika harga tekstil luar negeri menurun, maka akan berdampak terhadap penurunan ekspor tekstil. 3. Investasi pada industri tekstil berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=5%. Artinya jika investasi pada industri tekstil meningkat, maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil. Sebaliknya jika investasi pada industri tekstil menurun, maka akan berdampak terhadap penurunan ekspor tekstil. 4. Kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a) sampai dengan =10%. Kurs valuta asing tidak memiliki implikasi terhadap peningkatan jumlah ekspor tekstil. commit to user 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
5. Ekspor tekstil 1 tahun lalu berpengaruh secara signifikan terhadap laju ekspor tekstil pada taraf signifikansi (a)=1%. Artinya jika ekspor tekstil 1 tahun lalu meningkat maka akan berdampak terhadap kenaikan ekspor tekstil. 6. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga tekstil luar negeri berpengaruh dominan terhadap ekspor tekstil. Hal ini terbukti dari hasil koefisien beta variabel harga tekstil luar negeri (0,588) lebih besar dari koefisien beta variabel lainnya. Artinya peningkatan harga tekstil luar negeri sebesar 1%, dalam jangka panjang dipastikan akan meningkatkan jumlah ekspor tekstil sebesar 1,050%. 7. Koefisien penyesuaian terbukti lebih meningkatkan ekspor tekstil dalam jangka panjang jika terjadi peningkatan pada setiap variabel.
B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan kepada pemerintah adalah: 1. Untuk meningkatkan nilai ekspor tekstil perlu dilakukan restrukturisasi mesin industri TPT harus mendapat dukungan finansial dari pemerintah agar industri dapat meningkatkan kemampuan produksi. 2. Produsen TPT hendaknya meningkatkan daya saing, mutu dan menekan biaya operasional perusahaan yang tinggi. 3. Pemerintah hendaknya menghapus pengenaan pajak PPn terhadap kapas impor sebesar 10%. Pengenaan PPn ini selain membebani, juga sarat menimbulkan kontroversi karena pemberlakuannya yang berjalan surut commit to user dan memberatkan cash/flow industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
ini menimbulkan efek negatif terhadap perdagangan dan industri TPT. (bahan baku kapas industri tekstil masih mengimpor dari US). Kebijakan pengenaan PPn kapas impor ini harus ditinjau ulang atau dicari alternatif lain, yang tidak merugikan dan membuat kontraproduktif bagi industri TPT nasional. 4. Untuk memperlancar proses ekspor perlu dilakukan perbaikan terhadap infrastruktur jalan menuju industri atau ke pelabuhan 5. Deregulasi sektor perdagangan luar negeri terus di lakukan dan diarahkan kepada mekanisme pasar global seperti halnya penghapusan hambatanhambatan pemasaran secara bertahap termasuk penurunan Pajak Ekspor (PE), Bea Masuk dan ketentuan lain seperti perizinan, meningkatkan kepercayaan bank mitra dagang asing dengan penjaminan sistem pembayaran luar negeri dalam bentuk L/C.
commit to user