ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI
Oleh YORI AKMAL A14302024
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : YORI AKMAL A14302024
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN YORI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi. (Di bawah bimbingan IDQAN FAHMI). Tenaga kerja merupakan salah satu masalah utama dan penting dalam pembangunan Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa, dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian. Ketidakmampuan lapangan kerja menyerap tanaga kerja karena pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat dibanding pertumbuhan angkatan kerja. Ketimpangan penyebaran lapangan kerja juga menjadi permasalahan dalam akses tenaga kerja untuk bekerja. Tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah merupakan permasalahan utama tenaga kerja Indonesia karena hal ini berkolerasi positif dengan produktivitas tenaga kerja. Permasalahan di atas menyulitkan angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor ekonomi informal dan ekonomi tradisional, seperti industri kecil dan rumah tangga. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan salah satu industri kecil yang cukup berpotensi untuk dikembangkan untuk menyerap tenaga kerja terutama di Sumatera Barat Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen per tahun. Pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini dapat dilihat dari produksi yang relatif kecil dibandingkan industri kecil lain, sedangkan industri kecil ini sama-sama menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dalam berproduksi. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri kecil. Rata-rata tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang rendah merupakan salah satu permasalahan penyebab industri kecil kerupuk sanjai sulit untuk berkembang, selain tingkat upah yang rendah, hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas tenaga kerja. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini. Pertama, bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Kedua, bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Ketiga, faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? Produktivitas tenaga kerja yang rendah merupakan kendala dalam pemgembangan industri kecil kerupuk sanjai ini. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, (2) mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja
industri kecil kerupuk sanjai, (3) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Berdasarkan uraian di atas, analisis yang dipakai dalam penelitaian ini adalah, data hasil survey dan wawancara dianalisa secara deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik umum dan karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Data primer dianalisa dengan model regresi linier berganda dan parameter diduga dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil di Kota Bukittinggi. Berdasarkan analisis deskriptif perkembangan industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi secara umum belum diikuti dengan perkembangan teknologi yang cukup berarti. Peralatan yang digunakan masih peralatan sederhana dan penggunaan peralatan untuk melakukan proses produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia, sehingga produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai merupakan faktor penentu. Karakteristik pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi menunjukkan rata-rata umur pekerja adalah 31 tahun. Dilihat dari tingkat pendidikan secara umum responden telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat sekolah dasar dan secara rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi telah menjalani pendidikan formal selama 8,6 tahun. Para pekerja rata-rata telah memiliki pengalaman kerja selama 7,45 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Rata-rata tanggungan seorang tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai ini 1 sampai 2 orang dengan kisaran 0 – 6 orang. Rata-rata pekerja mengalokasikan waktunya untuk bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini selama 8,15 jam per hari. Pekerja rata-rata menerima upah dari industri kecil kerupuk sanjai sebesar Rp 559.166,70 per bulan, pekerjaan di industri kecil kerupuk sanjai ini merupakan satu-satunya mata pencaharian bagi sebagian besar pekerja. Tingkat produktivitas rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai adalah Rp 2.283,93 per orang per jam. Jika dibandingkan dengan tingkat produktivitas UMR (upah minimum regional) wilayah Bukittinggi yaitu Rp 3.095,24 per orang per jam, maka tingkat produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai berada dibawah produktivitas tenaga kerja secara umum yang ditetapkan Pemerintrah Daerah Kota Bukittinggi. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, ternyata yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas hanya empat variabel bebas. Pertama, variabel jenis kelamin bernilai positif yang berarti tenaga kerja laki-laki lebih produktif dibandingkan tenaga kerja perempuan. Kedua, upah yang diterima dari industri kecil kerupuk sanjai bernilai positif yang berarti semakin tinggi upah maka produktivitas tenaga kerja akan meningkat. Ketiga, dummy status pekerjaan bernilai positif yang berarti tenaga kerja yang bekerja penuh lebih produktif dibandingkan yang bekerja sampingan pada industri kecil kerupuk sanjai, sedangkan yang keempat alokasi waktu kerja bernilai negatif yang berarti penambahan jam kerja akan menurunkan produktivitas tenaga kerja tersebut.
Judul
: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENEGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI
Nama
: Yori Akmal
NRP
: A14302024
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Idqan Fahmi, M.Ec NIP. 131 803 657
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muaro Bungo, Jambi pada tanggal 25 Desember 1983 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, keluarga Bapak Risnal Sutan Pamenan dan Ibu Nelyati Sy, SAg. Penulis mengikuti pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Anggrek pada tahun 1989. Pendidikan Sekolah Dasar penulis selesaikan di SDN 05 Biaro IV Angkat Candung pada tahun 1996 kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Tilatang Kamang pada tahun 1996-1999. Pendidikan Tingkat Atas dapat penulis selesaikan di SMUN 1 Tilatang Kamang pada tahun 2002. Penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada tahun 2002 pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama masa kuliah penulis aktif di organisasi kemahasiswaan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Bulutangkis, Ikatan Alumni SMUN Til-Kam Bogor (Primasista Bogor) menjabat sebagai ketua tahun 2003/2004, Ikatan Alumni SMUN Til-Kam se-Jabodetabek serta anggota Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI
KOTA
BUKITTINGGI”
BELUM
PERNAH
DIAJUKAN
PADA
PERGURUAN TINGGI MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN
OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Agustus 2006
Yori Akmal A14302024
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan meraih gelar sarjana pertanian di Institut Pertanian Bogor. Penelitian
ini
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
mengidentifikasi
karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai, mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Harapan penulis agar karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait.
Bogor, Agustus 2006
Yori Akmal A14302024
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis mengucapkan rasa syukur ke hadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dan motivasi yang telah diberikan selama ini kepada: 1. Keluarga tercinta, Papa, Mama dan kedua adikku Halim, Fitri terima kasih atas seluruh kasih sayang, motivasi dan do’anya semoga penulis diberi kesempatan untuk membalasnya. 2. Bapak Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang membimbing dan memberi masukan serta nasihat yang sangat berharga bagi penulis selama penulis berada di IPB. 3. Bapak Ir. Nidyantoro, MSP dan Bapak Ir, Joko Purnomo, MS atas kesediaannya sebagai dosen penguji utama dan dosen penguji wakil departemen pada sidang skripsi, memberikan saran dan kritikan yang membangun bagi penulis dalam penyelesaian skripsi. 4. Pak uo, Pak etek dan Mak Ibe atas nasihat, motivasi dan bantuannya selama ini dan saat penulis menyelesaikan skripsi. 5. Instansi pemerintah di tingkat Kota Bukittinggi, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat melakukan penelitian tanpa hamabatan yang berarti. 6. Kakak-kakak, teman-teman serta adik-adik di Primasista Bogor atas kerjasama, bantuan dan motivasinya selama ini. 7. Teman-teman sengkatan ’39 dan teman-teman di Iqtishadi, terima kasih atas kerjasama dan semangatnya hingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah............................................................................... 4 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9 2.1 Defenisi Industri Kecil .......................................................................... 9 2.2 Peranan Industri Kecil ........................................................................... 11 2.3 Kesempatan Kerja ................................................................................. 13 2.4 Produktivitas Tenaga Kerja ................................................................... 13 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja ............. 14 2.6 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 16 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN ANALISIS ............................... 18 3.1 Dasar Pemikiran.................................................................................... 18 3.2 Konsep Pokok ....................................................................................... 20 3.2.1 Analisis Produktivitas Tenaga Kerja................................................... 20 3.2.1.1 Output ............................................................................................. 20 3.2.1.2 Input................................................................................................ 21 3.2.1.3 Jenis Kelamin .................................................................................. 21 3.2.1.4 Umur............................................................................................... 21 3.2.1.5 Tingkat Pendidikan.......................................................................... 22 3.2.1.6 Pengalaman Kerja............................................................................ 22 3.2.1.7 Jumlah Tanggungan Keluarga.......................................................... 22 3.2.1.8 Tingkat Upah................................................................................... 23 3.2.1.9 Alokasi Waktu Kerja ....................................................................... 23
3.2.1.10 Alokasi Waktu Kerja ..................................................................... 23 3.3 Definisi Operasional.............................................................................. 25 3.4 Hipotesis ............................................................................................... 26 BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................................ 30 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 30 4.2 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 30 4.3 Metode Pengambilan Sampel ................................................................ 30 4.4 Metode Analisis .................................................................................... 31 4.4.1 Metode Analisis Deskriptif................................................................. 31 4.4.2 Metode Analisis Data ......................................................................... 31 4.5 Pengujian Hipotesis............................................................................... 35 BAB V. GAMBARAN UMUM LOKASI....................................................... 37 5.1 Kondisi Geografis ................................................................................. 37 5.2 Kondisi Kependudukan ......................................................................... 38 5.3 Kondisi Perekonomian Daerah .............................................................. 40 5.4 Gambaran Umum Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi .... 42 BAB VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 45 6.1 Karakteristik Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi ........... 45 6.1.1 Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang................................... 45 6.1.2 Teknologi ........................................................................................... 46 6.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Pembayaran Upah.................... 47 6.1.4 Pemasaran .......................................................................................... 49 6.1.5 Permodalan ........................................................................................ 50 6.1.6 Proses Pembuatan Kerupuk Sanjai...................................................... 50 6.1.7 Kondisi Lingkungan Tempat Produksi................................................ 52 6.2 Karakteristik Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi ...............................................................................54 6.2.1 Jenis Kelamin..................................................................................... 54 6.2.2 Umur.................................................................................................. 54 6.2.3 Tingkat Pendidikan............................................................................. 55
6.2.4 Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai ....................... 56 6.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga ............................................................ 56 6.2.6 Jumlah Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan ................ 57 6.2.7 Alokasi Waktu Kerja .......................................................................... 60 6.2.8 Tingkat Produktivitas ......................................................................... 61 6.3 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas .................... 62 6.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja...................... 65 6.4.1 Jenis kelamin ..................................................................................... 65 6.4.2 Umur.................................................................................................. 65 6.4.3 Tingkat Pendidikan ............................................................................ 66 6.4.4 Beban Tanggungan............................................................................. 66 6.4.5 Pengalaman Kerja .............................................................................. 67 6.4.6 Alokasi Waktu Kerja.......................................................................... 67 6.4.7 Upah Rata-rata dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan............. 68 6.4.8 Dummy Status Pekerjaan .................................................................... 69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 70 7.1 Kesimpulan ........................................................................................... 70 7.2 Saran..................................................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 73 LAMPIRAN .................................................................................................... 75
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
1. Penyebaran Penduduk per Kecamatan dan Jumlah per Jenis Kelamin Kota Bukittinggi Tahun 2004 ....................................................... 38 2. Mata Pencaharian Penduduk Kota Bukittinggi (Usia 15-60 tahun) Kota Bukittinggi Tahun 2004 ..................................................................... 40 3. Perkembangan PAD dan Penerimaan Pajak Kota Bukittinggi..................... 40 4. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Terdaftar pada Industri Kecil Makanan dan Minuman Kota Bukittinggi Tahun 2004........ 41 5. Industri Kecil Kerupuk Sanjai yang Berizin di Kota Bukittinggi Kota Bukittinggi Tahun 2004..................................................................... 44 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur .................................. 55 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................. 56 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai................................................................... 56 9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga.............. 57 10. Distribusi Responden Berdasarkan Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai.......................................................................................... 58 11. Tanggapan Responden Terhadap Upah yang Diterima ............................... 60 12. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja ........................... 60 13. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas....................................... 61 14. Distribusi Responden yang Pernah Bekerja dan Tidak Pernah Bekerja Sebelum Bekerja di Industri Kecil Kerupuk Sanjai ........................ 62 15. Alasan Responden Memilih Bekerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai..................................................................... 62 16. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi.... 63 17. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Menggunakan Analisa White Heterocedasticity Test ...................................................................... 65
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Daftar Pertanyaan....................................................................................... 75 2. Data Hasil Survey Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai Kecamatan Mandiangin Koto Salayan Kota Bukittinggi.............................. 79 3. Analisis Regresi ......................................................................................... 82
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta
pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mencapai keseimbangan, keserasian dan keselarasan seluruh aspek-aspek pembangunan. Program pembangunan nasional harus dapat direncanakan dengan baik dan terpadu secara menyeluruh untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut. Pembangunan nasional yang berkelanjutan ditujukan untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa, sehingga diharapkan mampu mencapai ketentraman dan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh masyarakat. Dalam mewujudkan harapan-harapan tersebut pemerintah selama ini berupaya melaksanakan pembangunan di berbagai bidang dan sektor pembangunan. Hal ini diwujudkan dengan program-program pembangunan yang bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Pembangunan betahap ini pada akhirnya disusun dalam bentuk program pembangunan jangka pendek dan program pembangunan jangka panjang. Pembangunan ekonomi di suatu negara dalam jangka panjang akan membawa perubahan mendasar dalam struktur perekonomian negara tersebut, yaitu dari ekonomi tradisional yang dititikberatkan pada sektor pertanian ke sektor modern yang didominasi oleh sektor industri dengan increasing return to scale yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weis dalam Tambunan, 2001). Salah satu indikator untuk mengukur perubahan struktur
ekonomi adalah distribusi kesempatan kerja menurut sektor. Pergeseran kesempatan kerja dari sektor pertanian ke industri merupakan gejala industrialisasi. Daya serap sektor pertanian Indonesia untuk tenaga kerja masih sangat tinggi sekitar 50-60 persen sedangkan kontribusi terhadap pembangunan hanya sekitar 17 persen, dibandingkan dengan sektor industri yang menyumbang sekitar 28 persen dengan daya serap tenaga kerja yang masih sangat relatif kecil. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan Indonesia selain jumlah yang relatif besar, alokasi yang tidak merata, serta tingkat pendidikan yang rendah, hal ini terlihat dengan rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja. Rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar 1,4 persen pertahun. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam pembangunan nasional karena menimbulkan peningkatan angkatan kerja yang akan memasuki pasar tenaga kerja, sedangkan rata-rata mereka memiliki tingkat pendidikan dan keterampilan yang sangat rendah atau merupakan tenaga kerja tidak terdidik, sedangkan lapangan kerja yang tersedia relatif kecil. Berdasarkan data BPS tahun 2004, angkatan kerja Indonesia mencapai 103,973 juta jiwa dan lebih 50 persen diantaranya berada di pedesaan yang bekerja di sektor pertanian. Dampak lain yang timbul dari fenomena di atas yaitu terjadinya ketimpangan dalam pembangunan dan kurangnya kesempatan kerja. Masalah ini tidak lepas dari perhatian pemerintah, bahkan pemerintah sadar akan hal tersebut dan telah mengambil kebijaksanaan pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk sebagai salah satu usaha untuk mengurangi kenaikan penawaran tenaga kerja dipasaran. Namun kebijakan pemerintah ini belum mampu mengatasi hal tersebut,
bahkan ada kecenderungan dengan semakin meningkatnya penawaran tenaga kerja, sementara di satu sisi aktivitas ekonomi yang ada tidak mampu menyerap tenaga kerja berlebih sehingga terjadi apa yang dikenal dengan pengangguran. Angkatan kerja Indonesia selain jumlah yang besar juga rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Jika tingkat pendidikan pekerja berkolerasi positif dengan keterampilan dan produktivitas, kondisi ini menunjukkan sebagian besar tenaga kerja Indonesia merupakan pekerja yang memiliki keterampilan yang rendah dan dengan produktivitas yang rendah. Fenomena ini menyulitkan sebagian besar angkatan kerja Indonesia untuk bekerja di sektor formal, yang mensyaratkan tingkat pendidikan yang tinggi dan keahlian. Hal ini menjadi masalah utama yang dihadapi dalam pembangunan nasional, yaitu dengan semakin sempitnya kesempatan kerja di sektor formal sementara angkatan kerja terus mengalami peningkatan. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan memberdayakan sektor informal serta sektor ekonomi tradisional, karena selama ini sebagian besar tenaga kerja yang tidak terserap oleh aktivitas ekonomi sektor formal, bekerja di sektor informal yang mampu menyerap lebih dari 60 persen angkatan kerja yang ditawarkan dipasaran (Wirakartakusuma, 1998). Salah satu sektor informal yang memberikan peranan yang besar dalam penciptaan lapangan pekerjaan adalah industri kecil dan menengah. Menurut Liedholm dalam Saputra (1997), pada umumnya industri kecil lebih banyak berkembang di daerah pedesaan dan kota-kota kecil yang sering kali merupakan usaha sampingan atau pola paruh waktu dari kegiatan ekonomi lainnya. Indikasi ini sangat positif dalam mendukung pembangunan di daerah
tersebut sebagai motor penggerak perekonomian. Industri kecil dapat berkembang dengan mudah karena tidak membutuhkan modal yang terlalu besar, teknologi yang digunakan juga relatif sederhana dan bahan baku pun relatif mudah diakses. Salah satu industri kecil yang berpotensi untuk dikelola atau dikembangkan adalah industri kecil keripik singkong ( kerupuk sanjai). Industri kecil ini telah ada sejak lama dan berkembang di daerah pedesaan pada beberapa provinsi di Indonesia salah satunya di Sumatera Barat. Salah satu sentra produksi keripik singkong di Sumatera Barat adalah Kota Bukittinggi. Industri kecil ini telah dikenal cukup lama dan turun temurun bagi masyarakat Sumatera Barat. Keripik singkong atau yang lebih dikenal dengan kerupuk sanjai merupakan salah satu makanan khas masyarakat dari daerah ini, karena mempunyai ciri khas tertentu dibandingkan hasil produksi daerah lain.
1.2
Perumusan Masalah Industri kecil merupakan sektor industri yang cukup mampu bertahan dari
guncangan ekonomi. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan industri yang cukup potensial untuk dikembangkan, karena industri ini telah menciptakan lapangan kerja dan dapat menyerap tenaga kerja di daerah pedesaan dan kota-kota kecil. Kondisi ini merupakan indikator yang baik untuk mengembangkan industri ini lebih lanjut. Permasalahan yang umumnya sering terjadi pada industri diantaranya adalah keterbatasan modal, pemasaran, pengadaan bahan baku, kurangnya keahlian dalam pengelolaan perusahaan, dan tenaga kerja (sumberdaya manusia).
Permasalahan tersebut pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian yang mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas industri kecil kerupuk sanjai. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, industri kecil di Kota Bukittinggi tumbuh sekitar 15-20 persen. Pertumbuhan ini tergolong stabil semenjak tahun 1999. Hal ini sangat berperan besar bagi sumber pendapatan Kota Bukittinggi dan sebagai lapangan kerja yang potensial. Perkembangan dan pertumbuhan industri kecil yang relatif stabil secara umum, tapi pada industri kecil kerupuk sanjai yang merupakan industri kecil tradisional yang telah ada pertumbuhannya relatif lambat. Hal ini terjadi karena mulai muncul industri-industri kecil lain yang merupakan industri kecil substitusi dari industri kecil kerupuk sanjai ini, seperti industri makanan kecil dan kue-kue kering. Industri kecil ini mampu berkembang dengan pesat berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi tahun 2004, produksi industri makanan kecil dan kue kering ini mencapai 4.367.075.000 rupiah sedangkan industri kecil kerupuk sanjai hanya sekitar 1.990.500.000 rupiah. Industri kecil kerupuk sanjai ini masih mampu bertahan di tengah persaingan dengan industri kecil lain, walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang relatif kecil. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji, bagaimana industri kecil ini masih mampu bertahan ditengah persaingan dengan industri kecil lain. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam proses produksi yang sangat mempengaruhi efisiensi produksi. Untuk itu perlu dilakukan analisis bagaimana produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai.
Menurut Tambunan (2001), salah satu indikator dalam mengukur besarnya dampak keterbatasan teknologi dan sumberdaya manusia terhadap kinerja sektor industri adalah produktivitas, baik secara parsial dari masing-masing faktor produksi yang digunakan maupun secara keseluruhan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama dalam suatu proses produksi. Permasalahan efisiensi produksi juga dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi faktor baik itu internal maupun eksternal, untuk itu perlu dilakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai serta bagaimana karakteristik tenaga kerja pada industri kecil ini. Peningkatan produksi yang relatif kecil dibandingkan industri kecil lain merupakan masalah industri kecil kerupuk sanjai dalam perkembangannya, sedangkan industri kecil ini sama-sama menggunakan teknologi yang sederhana (tradisional) dalam berproduksi. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan industri, terutama industri kecil. Ratarata tingkat pendidikan dan keterampilan pada industri kecil yang rendah merupakan salah satu permasalahan penyebab industri kecil kerupuk sanjai sulit untuk berkembang, selain tingkat upah yang rendah, hal ini berdampak pada rendahnya produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Peningkatan produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan industri kecil kerupuk sanjai. Kajian terhadap karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan. Hal ini diharapkan dapat menentukan langkah dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, baik bagi pengusaha kerupuk sanjai maupun pemerintah daerah setempat.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan penetapan kebijakan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Karakteristik industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi perlu diidentifikasi untuk
mendukung
analisa
selanjutnya
yang
lebih
mendalam,
untuk
mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Produktivitas tenaga kerja dianalisa dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja tersebut dan berapa besar pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Identifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai perlu dilakukan untuk dapat mendukung analisa lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? 2. Bagaimanakah karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi?
1.3
Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi karakteristik umum industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi 2. Menganalisa karateristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. 3. Menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Defenisi Industri Kecil Menurut BPS (1998) industri pengolahan adalah suatu kegiatan
perekonomian yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar secara mekanik, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau mengubah barang dari yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan maksud mendekatkan produk tersebut kepada konsumen akhir, termasuk dalam kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling). Industri kecil adalah suatu usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sedangkan pengelompokkan perusahaan atau industri pengolahan dibagi dalam empat kategori yaitu industri kerajinan, industri kecil, industri sedang, dan industri besar. Adapun pengertian industri kecil yaitu suatu kegiatan industri yang menghasilkan barang-barang melalui proses pengolahan dengan menggunakan keterampilan atau teknologi sederhana, madya dan modern. Terdapat beberapa penggolongan industri kecil berdasarkan pada jumlah pekerja, jumlah investasi, jenis komoditi dan penggunaan teknologi (BPS, 2004). Penggolongan industri kecil berdasarkan jumlah tenaga kerja dibagi dalam empat golongan yaitu : 1. Industri kerajinan rumah tangga dengan jumlah pekerja 1-4 orang. 2. Industri kecil dengan jumlah pekerja 5-19 orang. 3. Industri menengah dengan jumlah pekerja 20-99 orang. 4. Industri besar dengan jumlah pekerja 100 orang atau lebih.
Sedangkan penggolongan industri kecil berdasarkan produk yang dihasilkan menurut Departemen Perindustrian dan Pergadangan digolongkan kedalam 5 golongan yaitu : 1. Industri kecil pengolahan pangan 2. Industri kecil sandang pangan dan kulit 3. Industri kecil kimia dan bangunan 4. Industri kecil logam 5. Industri kecil kerajinan dan umum Selain
itu
Departemen
Perindustrian
dan
Perdagangan
(1993),
juga
menggolongkan industri berdasarkan tipe industri dan penggunaan teknologi yang terdiri dari : 1. Industri kecil tersier dan teknologi yang sederhana 2. Industri kecil modern dan teknologi madya 3. Industri kerajinan dengan teknologi sederhana atau madya Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1995 tentang pembinaan usaha kecil, memberikan defenisi industri kecil adalah sebagai berikut : 1. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1 milyar. 3. Dimiliki atau dikelola oleh warga negara Indonesia, berdiri sendiri dan berbentuk usaha perorangan atau badan usaha yang tidak berbadan hukum atau berbadan hukum koperasi. Tambunan (1997), membedakan pengertian antara industri rumah tangga dengan industri kecil. Industri rumah tangga dikelompokkan sebagai industri yang
memakai tenaga kerja keluarga dan tidak dibayar, tidak mempunyai tempat kerja khusus, biasanya digabungkan dengan rumah tangga itu sendiri dan teknologi yang digunakan adalah teknologi sederhana (tradisional). Industri kecil adalah industri dengan sifat-sifat tempat produksi terpisah dari rumah, tetapi masih dalam lingkungan halaman dengan menggunakan tenaga kerja yang digaji dan teknologi serta metode yang digunakan lebih maju dibandingkan dengan industri rumah tangga. Berdasarkan beberapa kriteria yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa industri makanan seperti industri kecil kerupuk sanjai dan kue-kue kecil ini adalah suatu industri pengolahan dengan menggunakan teknologi sederhana terbatas dan memiliki tenaga kerja yang terbatas serta berkembang di daerah pedesaan dan daerah pinggiran kota.
2.2
Peranan Industri Kecil Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu
simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan di suatu negara, selain itu industrialisasi dianggap sebagai kunci yang dapat membawa masyarakat ke arah kemakmuran, serta dapat mengatasi masalah kesempatan kerja yang semakin menyempit pada sektor pertanian. Implikasi lain yang menyatakan bahwa industri sangat penting untuk dikembangkan yaitu karena penanaman modal di sektor industri dinilai sangat menguntungkan dibandingkan sektor pertanian yang dinilai kurang menguntungkan dan lambat pertumbuhannya. Demikian halnya dengan keberadaan industri kecil di suatu negara khususnya negara berkembang lebih memberikan peranan yang besar terutama dalam masalah-masalah yang
berhubungan dengan ekonomi dan sosial dalam masyarakat pedesaan khususnya dan masyarakat dalam negeri pada umumnya. Peranan industri kecil Indonesia cukup strategis, selain sebagai penyerap tenaga kerja yang tinggi, penghasil devisa dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat sekitar industri. Permasalahan utama Indonesia adalah pertumbuhan penduduk yang tergolong tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya (1,4 persen), hal ini menimbulkan laju pertumbuhan tenaga kerja yang tidak sebanding dengan pertumbuhan lapangan pekerjaan. Industri kecil menyerap tanaga kerja dalam jumlah yang besar seperti halnya industri sedang dan besar. Industri kecil disamping dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, juga menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan yang rendah. Kemampuan industri kecil menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan rendah sangat sesuai dengan rata-rata tingkat pendidikan tenaga kerja Indonesia. Menurut Arsyad (1993), industri kecil terbukti lebih dinamis menghadapi perubahan permintaan terhadap produknya daripada produk-produk yang dihasilkan industri sedang dan besar. Produk-produk industri kecil lebih sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen lokal. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada akhir tahun 1990-an menggambarkan dengan jelas sangat strategisnya peranan usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK), dalam menopang perekonomian bangsa. Hal ini menyadarkan pemerintah betapa pentingnya mengelola usaha kecil dan menengah ini untuk menjaga stabilitas ekonomi, terutama saat sektor lain terpuruk karena krisis yang multidimensional.
2.3
Kesempatan Kerja Tenaga kerja mempunyai pengertian sebagai orang yang mampu
melakukan pekerjaan, baik itu di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadinya dan masyarakat. Ruang lingkup tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah bekerja ataupun sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang sedang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (BPS, 2000). Menurut Departemen Tenaga Kerja kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan yang tersedia untuk pekerja melalui suatu kegiatan ekonomi produksi. Sedangkan menurut Djauhari (1998), kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi). Kesempatan kerja mencakup lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lowongan pekerjaan yang belum diisi. Lowongan pekerjaan mengandung arti adanya kesempatan kerja untuk diisi dan hal ini lazim disebut dengan kebutuhan tenaga kerja. Kesempatan kerja dalam hal ini ditujukan untuk penyerapan tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang diserap dalam pengusahaan kerupuk sanjai, atau dalam hal ini jumlah tenaga kerja yang langsung diperlukan untuk membuat kerupuk per satuan tertentu.
2.4
Produktivitas Tenaga Kerja Dalam suatu proses produksi, tenaga kerja memegang peranan penting
disamping modal, lahan dan teknologi. Pengukuran produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan dalam suatu kegiatan produksi. Sumberdaya manusia mempunyai
peranan yang penting dalam proses peningkatan produktivitas produksi, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya juga merupakan hasil karya manusia. Menurut
Simanjuntak
(1983),
produktivitas
tenaga
kerja
adalah
perbandingan hasil yang dicapai dari peran tenaga kerja per satuan waktu. Secara sederhana produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran efektivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produk dalam satuan waktu tertentu. Dilihat dari sisi teori ekonomi mikro, produktivitas mengacu pada kemampuan
maksimal
seorang
pekerja
untuk
menghasilkan
output.
Kenyataannya, pekerja tersebut belum tentu atau mampu memanfaatkan seluruh kemampuannya,
produktivitas
semacam
ini
disebut
produktivitas
fisik.
Produktivitas yang dikaitkan dengan harga pasar disebut produktivitas nilai, yang harganya sama dengan harga output dikalikan produktivitas fisik (Simanjuntak, 1985).
2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Simanjuntak (1985), produktivitas tenaga kerja merupakan
perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu, sedangkan faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja terdiri atas tiga bagian, yakni : 1. Kualitas dan kemampuan tenaga kerja, yang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, latihan motivasi kerja, etos kerja, sikap mental dan kondisi fisik tenaga kerja.
2. Sarana pendukung tenaga kerja, mencakup lingkungan kerja dan kesejahteraan tenaga kerja. Lingkungan kerja meliputi keselamatan dan kesehatan kerja, sarana produksi dan teknologi, sedangkan kesejahteraan tenaga kerja tercermin dalam sistem upah dan jaminan sosial. 3. Supra sarana yang meliputi kebijakan pemerintah. Dalam teori human capital, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat dilakukan melalui investasi sunberdaya manusia (SDM). Investasi sumberdaya manusia dapat dilakukan dalam bentuk : (1) pendidikan dan latihan; (2) migrasi; dan (3) perbaikan gizi dan kesehatan (Simanjuntak, 1985). Reksasudharma (1989), mengungkapkan bahwa masalah kualitas tenaga kerja perlu diperhitungkan karena kualitas ini berpengaruh terhadap keragaan kerja yang produktif. Empat variabel yang dapat mempengaruhi kualitas tenaga kerja adalah komposisi umur dan jenis kelamin, pendidikan dan latihan, kondisi fisik dan kesungguhan daya untuk produktif. Untuk mengestimasi pengaruh keempat variabel tersebut terhadap input tenaga kerja pada umumnya digunakan tingkat upah sebagai penimbang. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan hubungan antara faktorfaktor dari tenaga kerja yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
P = f(X1,...,Xn/Y1,...,Ym)...............................................................(1)
Dimana
: P
= Produktivitas tenaga kerja
X1,...,Xn = Faktor-faktor internal tenaga kerja, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, kondisi sosial ekonomi tenaga kerja serta faktor-faktor psikologis. Y1,..,Ym = Faktor-faktor eksternal tenaga kerja seperti kebijakan pemerintah,
linkungan
kerja,
upah,
kesempatan
berprestasi.
2.6
Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Simanjuntak (1997), dari enam variabel yang
dianalisis ternyata hanya terdapat empat variabel yang berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pengrajin rotan pada industri kecil rotan. Adapun keempat variabel yang berpengaruh tersebut adalah pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja sedangkan, umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengrajin rotan. Berdasarkan hasil penelitian Tutuhatunewa (1998), diketahui bahwa produktivitas tenaga kerja di industri sepatu sangat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 80 persen, sedangkan jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan dan alokasi waktu kerja berpengaruh nyata hingga taraf kepercayaan 95 persen. Tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan pengeluaran rata-rata per bulan ternyata tidak berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil sepatu di Desa Kotabatu.
Sedangkan hasil penelitian Budi (2001), diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pengrajin pada industri tahu di Kota Bogor, ternyata yang berpengaruh nyata adalah umur, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah, dan alokasi waktu kerja. Umur berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf kepercayaan 95 persen. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen sedangakan tingkat upah berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 99 persen. Pengalaman kerja pada industri kecil tahu, tingkat pendidikan dan jumlah pengeluaran per bulan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pengarajin pada industri kecil tahu di Kota Bogor. Hasil-hasil penelitian di atas mengindikasikan produktivitas tenaga kerja industri kecil yang dianalisis pada umumnya sangat dipengaruhi oleh, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendapatan, alokasi waktu kerja, pengalaman kerja, jenis kelamin dan umur. Penelitian ini ingin melihat karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai yang ada di Kota Bukittinggi dibandingkan daerah lain, serta faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai. Pada penelitian ini juga ingin melihat apakah faktorfaktor pada hasil penelitian di atas juga berpengaruh nyata dari delapan faktor yang dianalisis dalam produktivitas tenaga kerja (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, jumlah tanggungan keluarga, alokasi waktu kerja dan status pekerjaan).
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1
Dasar Pemikiran Peningkatan angakatan kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun
tidak diiringi peningkatan lapangan kerja yang memadai (lapangan kerja meningkat dengan proporsi yang lebih kecil). Masalah lapangan kerja merupakan salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam pembangunan. Lapangan kerja berfungsi sebagai wahana untuk menempatkan manusia pada posisi sentral dalam pembangunan. Lapangan kerja merupakan sumber pendapatan bagi angkatan kerja yang
bekerja
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Semakin
tinggi
tingkat
produktivitas seseorang maka akan semakin besar pilihannya dalam dunia kerja (kesempatan kerja) Dewasa ini kelebihan tenaga kerja di sektor non pertanian secara otomatis mendorong tenaga kerja untuk memasuki lapangan pekerjaan di sektor informal karena sektor informal ini merupakan jenis pekerjaan non pertanian yang paling memungkinkan untuk segala jenis kegiatan baik produksi, distribusi dan sekaligus merintis usahanya. Sektor ini mempunyai peran penting didalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu contoh sektor informal yang sedang berkembang saat ini adalah dibidang industri kecil. Industri kecil sebagai bagian dari sektor informal merupakan jenis pekerjaan yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini karena industri kecil memiliki sifat padat karya, penggunaan teknologi yang relatif sederhana dan modal yang dibutuhkan relatif kecil.
Kondisi sektor pertanian di Kota Bukittinggi yang lebih cenderung tidak berkembang mendorong sebagian masyarakat mencurahkan waktunya pada sektor informal, yaitu industri kecil makanan salah satunya industri kecil kerupuk sanjai. Perkembangan industri kecil yang pada umumnya merupakan industri tradisional cukup pesat, sekitar 15 persen tiap tahunnya. Selain merupakan industri tradisional dan turun temurun tingkat pendidikan pengrajin pun relatif rendah. Kondisi ini merupakan salah satu masalah bagi pengusaha industri kecil dan tenaga kerjanya meningkatkan produktivitas kerja. Untuk itu perlu ada upaya peningkatan produktivitas industri kecil, sehingga mampu berkembang secara efisien dan mampu menjadi industri kecil yang maju dan mandiri. Langkah untuk meningkatkan produktivitas industri kecil, membutuhkan upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja. Peningkatan produktivitas tenaga kerja ini diharapkan mampu membuat industri kecil berkembang secara efisien dan menjadi industri kecil yang maju dan mandiri. Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja itu sendiri. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi diri tenaga kerja seperti tingkat pendidikan, kesehatan, motivasi, kondisi keluarga, usia dan jenis kelamin. Faktor eksternal berhubungan dengan kondisi-kondisi luar tenaga kerja seperti upah, kebijakan pemerintah dan lingkungan kerja. Semua faktor di atas apabila diperbaiki kondisinya maka akan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai.
Penelitian ini akan mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kerja tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai. Adapun faktor-faktor yang akan diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, tingkat upah yang diterima perbulan, alokasi waktu kerja dan status pekerjaan.
3.2
Konsep Pokok
3.2.1. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Konsep yang digunakan dalam mengukur tingkat produktivitas kerja tenaga kerja adalah mengacu pada konsep pengukuran Dewan Produktivitas Nasional dalam Ravianto (1986) yang menyatakan bahwa produktivitas kerja merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Pengukuran dilakukan dengan pendekatan jumlah upah yang diterima tenaga kerja kerupuk sanjai.
3.2.1.1 Output Output merupakan sesuatu yang dihasilkan baik dalam bentuk barang ataupun jasa karena dalam bentuk fisik, unit ukuran dari berbagai sektor maupun organisasi tidak sama maka pengukuran output dinyatakan dalam bentuk nilai. Hal ini ditujukan agar produktivitas dapat dilihat nilainya dengan jelas perbandingan antara output dengan sumberdaya yang digunakan.
3.2.1.2 Input Input merupakan kontribusi dari faktor produksi yang digunakan untuk memperoleh output. Secara umum, faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi adalah modal, tanah, tenaga kerja dan teknologi. Untuk mengukur produktivitas tenaga kerja maka diasumsikan tenaga kerja merupakan satusatunya input yang digunakan dalam proses produksi. Satuan pengukuran tenaga kerja sebagai input dihitung berdasarkan jam kerja karyawan. Jam kerja ini dihitung berdasarkan berapa jam kerja yang dialokasikan seorang tenaga kerja dalam sehari.
3.2.1.4 Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin ikut menentukan tingkat partsipasi dan produktivitas seseorang dalam bekerja. Tenaga kerja pada dasarnya tidak dapat dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin. Tetapi pada umumnya laki-laki akan lebih produktif untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Seperti pada industri kecil kerupuk sanjai tenaga kerja laki-laki lebih dibutuhkan karena pada industri ini mengandalkan kekuatan fisik.
3.2.1.3 Umur Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam mencari nafkah. Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula partisipasinya tetapi akan menurun pula pada usia tertentu sejalan dengan faktor kekuatan fisik yang makin menurun pula. Faktor usia akan sangat berpengaruh pada pekerjaan yang sangat mengandalkan kekuatan dan kemampuan fisik tenaga
kerja. Seperti tenaga kerja kerupuk sanjai, usia akan sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya karena lebih dominan mengandalkan kekuatan fisik.
3.2.1.5 Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pikiran, wawasan serta pandangannya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih baik dan cepat sehingga output yang dihasilkan akan bernilai lebih tinggi. Selain itu, keterampilan seseorang juga memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas. Keterampilan berkembang melalui dan di dalam pekerjaan, dimana keterampilan dapat ditingkatkan melalui latihan.
3.2.1.6 Pengalaman Kerja Pengalaman dalam pekerjaan industri kecil kerupuk sanjai pada umumnya meningkatkan
kemampuan
kerja
seseorang.
Pengalaman
kerja
dapat
menggambarkan tingkat penguasaan seseorang terhadap sesuatu pekerjaan, yang ada pada akhirnya menjadi ahli dibidangnya atau dengan kata lain menjadi spesialisasi. Dengan demikian, kesempatan memasuki lapangan pekerjaan untuk orang yang lebih berpengalaman akan lebih besar.
3.2.1.7 Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga dapat mencerminkan jumlah pengeluaran rumah tangga. Semakin banyak jumlah anggota keluarga yang harus ditanggung semakin besar pula pengeluaran rumah tangga. Hal ini akan mendorong seorang tenaga kerja untuk dapat bekerja lebih baik dan giat. Pada akhirnya akan
meningkatkan produktivitas kerja sehingga pendapatan yang diterima akan meningkat.
3.2.1.8 Tingkat Upah Upah merupakan salah satu alat motivator untuk meningkatkan produktivitas kerja karena upah merupakan imbalan yang akan diterima seseorang setelah bekerja, makin tinggi upah akan membuat karyawan meningkatkan produktivitas kerjanya.
3.2.1.9 Alokasi Waktu Kerja Alokasi waktu kerja adalah lamanya tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut selama sehari. Pada kondisi normal seorang tenaga kerja akan mengalokasikan waktu 7 jam per hari untuk bekerja. Tenaga kerja akan meningkatkan alokasi waktu
kerjanya, jika
peningkatan
tersebut akan
meningkatkan pendapatannya.
3.2.1.10 Status Pekerjaan Status pekerjaan adalah seorang tenaga kerja bekerja pada industri kecil tersebut secara penuh (pekerjaan utama) atau paruh waktu (pekerjaan sampingan). Status pekerjaan ini diidentifikasi dengan variabel dummy, yaitu dummy status pekerjaan Analisis produktivitas tenaga kerja dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal dari tenaga kerja itu sendiri. Pengukuran produktivitas pada penelitian ini didasarkan pada konsep Pengukuran Produktivitas Nasional dalam Ravianto
(1986). Penelitian penelitian terdahulu tentang analisis produktivitas tenaga kerja pada industri kecil, seperti Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Tahu di Kota Bogor (Budi, 2001), Analisis Produktivitas Pengrajin Rotan (Simanjuntak, 1997), Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Sepatu di Kotabaru (Tutuhatunewa, 1998) mengindentifikasi faktor umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan keluarga, alokasi waktu kerja, dan tingkat upah terlihat sangat signifikan pengaruhnya terhadap produktivitas tenaga kerja. Faktor lain seperti pengalaman kerja dan pengeluaran rata-rata per bulan juga berpengaruh tapi pada tingkat yang lebih rendah. Dengan demikian dipilihnya faktor-faktor untuk menganalisa produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai, seperti yang telah diuraikan di atas. Faktor-faktor yang akan dianalisis dapat dirumuskan dengan fungsi sebagai berikut : P = f (X1,X2,X3,X4,X5,X6,X7,X8)…………………………………………(2)
Dimana
: P
= Produktivitas (Rp/orang/jam)
X1 = Jenis kelamin X2 = Umur (tahun) X3 = Tingkat pendidikan (Tahun) X4 = Pengalaman kerja (tahun) X5 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X6 = Alokasi waktu kerja (jam/hari) X7 = Tingkat upah (Rp/bulan) X8 = Dummy status pekerjaan
3.3
Definisi Operasional Untuk menghindari ketidaksamaan pandangan dalam pengertian maka
terdapat beberapa hal yang perlu diberikan batasan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian. Batasan-batasan tersebut meliputi hal-hal pokok, yaitu : 1. Kesempatan kerja adalah lapangan pekerjaan dan lowongan kerja yang tercipta untuk diisi melalui suatu kegiatan ekonomi (produksi). 2. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Satuan yang digunakan adalah orang. 3. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (Rp/orang/jam). 4. Umur adalah umur karyawan atau tenaga kerja yang diwawancarai (tahun). 5. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan formal (sekolah) yang pernah dijalani responden selama hidupnya. 6. Jumlah tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab dan dibiayai rutin oleh seorang tenaga kerja baik anakanak, orang tua atau usia dewasa yang belum bekerja dan dibiayai. 7. Pengalaman kerja pada industri kecil kerupuk sanjai adalah lamanya karyawan melakukan pekerjaan tersebut (tahun). 8. Tingkat upah dari industri kecil kerupuk sanjai adalah jumlah uang yang diterima dari industri tersebut (Rp/bulan).
9. Alokasi waktu kerja adalah lamanya karyawan bekerja pada industri kerupuk sanjai selama sehari (jam/hari). 10. Pekerjaan utama adalah seorang yang bekerja penuh pada pekerjaan tersebut atau menggandalkan pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya 11. Pekerjaan sampingan adalah pekerjaan lain sambilan seseorang disamping pekerjaan utamanya.
3.4
Hipotesis Pada penelitian ini diharapkan adanya hubungan yang signifikan antara
karakteristik tenaga kerja yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, tingkat upah, alokasi waktu kerja dan dummy status pekerjaan dengan produktivitas. Semua variabel yang dianalisa sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai diharapkan berbanding lurus dengan peningkatan tingkat produktivitas tenaga kerja. Setiap faktor-faktor tersebut diharapkan ; 1. Tenaga kerja laki-laki diharapkan lebih produktif dari pada tenaga kerja wanita. 2. Umur tenaga kerja yang berada dalam usia produktif (15-60 tahun) diharapkan berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja. 3. Tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang tinggi berhubungan positif dengan tingkat produktivitas tenaga kerja. 4. Jumlah tanggungan keluarga diharapkan mempunyai hubungan yang positif terhadap produktivitas.
5. Semakin lama seseorang bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai diharapkan produktivitasnya akan semakin tinggi. 6. Semakin tinggi tingkat upah yang dibayarkan oleh perusahaan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 7. Alokasi waktu kerja, semakin banyak waktu yang dialokasikan tenaga kerja untuk bekerja diharapkan akan meningkatkan produktivitasnya. 8. Pekerja yang bekerja penuh di industri kecil kerupuk sanjai diharapkan lebih tinggi produktivitasnya dibandingkan dengan yang bekerja sampingan.
Karakteristik Umum Industri Kecil Kerupuk Sanjai Sanjai
Produktivitas Tenaga Kerja
Karakteristik Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai
Hubungan Karakteristik dengan Produktivitas
Implikasi Kebijakan (Saran)
Faktor Internal: • Jenis Kelamin • Umur • Tingkat Pendidikan • Pengalaman Kerja • Jumlah Tanggungan • Alokasi Waktu Kerja • Status Pekerjaan Faktor Eksternal: • Tingkat Upah/Gaji
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
Produksi yang dihasilkan suatu industri sangat dipengaruhi produktivitas dari faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi utama yang paling mempengaruhi produksi pada industri kecil, karena industri kecil memiliki modal yang sedikit serta teknologi yang digunakan sangat sederhana. Jadi produktivitas tenaga kerja sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan industri kecil, peningkatan produktivitas tenaga kerja akan menentukan kelangsungan industri. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja perlu dilakukan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal yang harus dianalisa secara mendalam. Identifikasi karakteristik industri
kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi perlu dilakukan untuk mendukung analisis lebih mendalam tentang produktivitas tenaga kerja. Karakteristik tenaga kerja tenaga industri kecil kerupuk sanjai juga harus dapat diidentifikasi dengan baik untuk dapat melihat seberapa besar faktor-faktor tersebut berpengaruh serta bagaimana karakteristik tenaga kerja mempengaruhi produktivitas kerjanya. Hubungan di atas akan menjadi dasar untuk menentukan kebijakan kedepan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
IV. METODE PENELITIAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Bukittinggi. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota Bukittiggi salah satu sentra industri kecil kerupuk sanjai. Pengambilan data dilapangan dilakukakan selama bulan Februari sampai Maret 2006.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan pengusaha dan tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder sebagai penunjang dan pelengkap diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, Biro Pusat Statistik Kota Bukittinggi dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.3
Metode Pengambilan Sampel Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan survey industri
kecil kerupuk sanjai dari 20 unit yang terdaftar di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi. Setiap satu unit usaha diambil 3 orang responden sebagai sampel secara disengaja (purposive) sehingga jumlah responden keseluruhan menjadi 60 orang responden. Beberapa kendala antara lain tidak adanya kerangka sampling mengenai data-data para karyawan, seluruh karyawan tidak selamanya berada di tempat pada saat wawancara sehingga yang
diwawancarai hanya yang berada di tempat dan tidak semua karyawan bersedia untuk diwawancarai. Jadi dalam mewawancarai karyawan digunakan beberapa kriteria karyawan yang memenuhi syarat untuk diwawancarai yang dapat mendukung penelitian ini ; 1. Karyawan yang diwawancarai pada saat wawancara berada (bekerja) pada industri kecil yang menjadi sampel. 2. Karyawan yang diwawancarai bukan merupakan tenaga kerja keluarga. 3. Karyawan tersebut telah bekerja di industri kerupuk sanjai tersebut lebih dari satu tahun.
4.4
Metode Analisis
4.4.1 Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik industri kecil kerupuk sanjai dan mengidentifikasi karakteristik tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Analisis deskriptif didasarkan pada data hasil survey dan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada tenaga kerja dan pengusaha industri kerupuk sanjai. Data hasil survey di rata-rata dan dipersentase berdasarkan beberapa kriteria tertentu yang dapat menggambarkan karakteristik tenaga kerja industri kerupuk sanjai secara umum, seperti jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah yang diterima, beban tanggungan dan alokasi waktu dalam bekerja.
4.4.2 Metode Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dianalisa dengan metode tabulasi dan deskriptif serta metode ekonometrika. Dari data primer yang didapat
diperoleh bagaimana pengaruh beberapa variabel terhadap produktivitas kerja karyawan. Analisis data primer menggunakan model regresi linier berganda dan parameter regresi diduga dengan metode pendugaan kuadrat kecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa alasan pemilihan metode ini dengan pertimbangan; metode ini mempunyai sifat dan karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan. Beberapa asumsi OLS adalah : 1. Nilai rata-rata penganggu sama dengan nol, yaitu E ( i) = 0, untuk setiap I, dimana I = 1,2,3,…,n. artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari
i
tergantung pada Xi tertentu adalah nol.
2. Varian ( i) = ( i2) =
2
, sama untuk semua kesalahan pengganggu
(asumsi homoskedastisitas), artinya varian varian bersyarat untuk dengan
i
i
untuk setiap I yaitu
adalah suatu angka konstan positif yang sama
2
.
3. Variabel bebas X1, X2,…,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu i, E(Xi i) = 0. 4. Tidak ada multikolinieritas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas. Dengan dipenuhinya asumsi-asumsi di atas, maka koefisien regresi yang diperoleh merupakan pendugaan linier terbaik yang tidak bias. Berdasarkan permasalahan produktivitas tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai yang dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pekerja kerupuk yang dibatasi pada delapan variabel yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat pengalaman kerja, jumlah tanggungan, tingkat upah yang diterima per bulan,
alokasi waktu kerja serta variabel dummy status pekerjaan untuk mengidentifikasi pekerja yang bekerja penuh atau sampingan di industri kecil kerupuk sanjai. Dengan demikian model produktivitas adalah : P = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6)……………………………………………(3) Model produktivitas secara ekonometrik dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi linier berganda yaitu : P=b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+ei …………………(4) Dimana
: P
= Produktivitas (pendapatan (Rp/orang/jam)
X1 = Jenis kelamin X = 1, laki-laki X = 0, wanita X2 = Umur (tahun) X3 = Tingkat pendidikan (Tahun) X4 = Jumlah tanggungan keluarga (orang) X5 = Pengalaman kerja (tahun) X6 = Alokasi waktu kerja (jam/hari) X7 = Tingkat Upah (Rp/bulan) X8 = Dummy status pekerjaan X = 1, pekerjaan utama X = 0, pekerjaan sampingan b0
= Konstanta
bi
= Parameter variabel bebas*
ei
= Peubah pengganggu
* Nilai parameter bebas semuanya dalam model ekonometrik ini diharapkan bernilai positif. Sesuai dengan hipotesis yang diharapakan variabel-variabel diatas berbanding lurus dengan produktivitas tenaga kerja, sehingga parameter bebas masing-masing variabel diharapkan bernilai positif. Jadi nilai masing-masing parameter bebas: b1
b1 diharapkan bernilai positif
b2
b2 diharapkan bernilai positif
b3
b3 diharapkan bernilai positif
b4
b4 diharapkan bernilai positif
b5
b5 diharapkan bernilai positif
b6
b6 diharapkan bernilai positif
b7
b7 diharapkan bernilai positif
b8
b8 diharapkan bernilai positif
Penolahan data dari hasil wawancara dengan responden dilakukan dengan menggunakan program komputer Minitab for Window Release 14.
4. 5
Pengujian Hipotesis Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pengujian
berdasarkan statistik bertujuan untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas, hal ini dapat dilihat dari nilai- P (P-Value). Pada penelitian ini ditetapkan suatu variabel bebas signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai saat nyata sampai taraf kepercayaan 90 persen. Berdasarkan nilai-P diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas.
Untuk pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai adalah : H 0 : bi = 0 H 1 : bi
0
Untuk menguji variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada model digunakan uji P, adapun statistiknya adalah : Bila : 1. P-Value >
(10 persen)
H0 terima
2. P-Value <
(10 persen)
H0 tolak
dimana :
(100 persen – taraf kepercayaan)
Jika H0 diterima berarti variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H0 ditolak berarti variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, minimal sampai taraf kepercayaan 90 persen. Untuk mengetahui apakah secara statistik variabel-variabel bebas yang dipilih secara bersama-sama atau tidak mempengaruhi variabel tak bebas dapat dilihat dari nilai-P pada uji-F. Uji-F yang digunakan adalah : Fhitung = Jumlah Kuadrat Regresi/ (k-1) Jumlah Kuadrat Sisa/ (n-k) dimana ; n = jumlah pengamatan k = jumlah parameter Untuk pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai secara bersama-sama adalah : H0 : b1 = b2 = b3 = … = bi = 0 H1 : paling sedikit ada satu nilai bi yang tidak sama dengan nol
Untuk menguji variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada model digunakan uji- F, adapun statistiknya adalah : Bila : 1. Fhitung > Ftabel (k-1;n-k) 2. Fhitung < Ftabel (k-1;n-k)
H0 tolak H0 terima
Jika H0 diterima berarti secara bersama-sama variabel bebas yang digunakan dalam model tidak dapat menjelaskan variabel tak bebas. Sebaliknya, apabila H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang digunakan berpengaruh terhadap variabel tak bebas pada tingkat kepercayaan tertentu. Untuk melihat tingkat kebaikan suatu model digunakan ukuran goodness of fit (R2) yang dapat memperlihatkan kemampuan variabel bebas (faktor-faktor yang dipilih sebagai variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja) secara bersama-sama dalam menjelaskan variabel tak bebas ( produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai). Jika R2 yang diperoleh tinggi berarti model yang digunakan cukup baik. Terdapat atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model diuji dengan White Heteroskedasticity Test.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI
5.1
Kondisi Geografis Kota Bukittinggi secara geografis terletak antara 100°20 -100°25 BT dan
00°16 - 00°20 LS yang berada pada ketinggian 780-950 meter di atas permukaan laut. Luas daerah Kota Bukittinggi lebih kurang 25.239 Km2. Luas wilayah Kota Bukittinggi ini hanya merupakan 0,06 persen dari luas seluruh wilayah Propinsi Sumatera Barat. Seluruh wilayah Kota Bukittinggi berbatasan langsung dengan nagari-nagari yang berada di bawah pemerintahan Kabupaten Agam. Secara administratif Kota Bukittinggi mempunyai tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Guguk Panjang yang terdiri dari 7 kelurahan, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh yang terdiri dari 8 kelurahan, serta Kecamatan Mandiangin Koto Salayan yang terdiri dari 9 kelurahan. Kecamatan Mandiangin Koto Salayan merupakan kecamatan yang memiliki wilayah terluas di Kota Bukittinggi dengan luas wilayah 12,156 Km2, dan merupakan pusat dari sentra industri kecil kerupuk sanjai yang terdapat di Kota Bukittinggi. Kecamatan Guguk Panjang merupakan pusat perdagangan di Kota Bukittinggi, karena sebagian besar wilayahnya dimanfaatkan untuk aktivitas perdagangan (pusat perdagangan), pada kecamatan ini terdapat lokasi pasar terluas di Kota Bukittinggi, dan perdagangan juga merupakan pekerjaan utama sebagian besar penduduk Kota Bukittinggi yaitu sekitar 45,28 persen. Sedangkan Kecamatan Aur Tigo Baleh merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil di Kota Bukittinggi. Kecamatan Aur Tigo Baleh merupakan pusat pemerintahan dan pelayanan publik di Kota Bukittinggi.
Kota Bukittinggi merupakan wilayah yang berbukit dengan lapisan tuff dari lereng Gunung Merapi sehingga tanah disekitarnya relatif subur yang sangat cocok untuk lahan pertanian. Kota Bukittinggi dialiri dua sungai kecil disebelah barat dan timur, yaitu sebelah timur dialiri Sungai Batang Tambuo dan Sungai Batang Sianok sebelah barat. Pemanfaatan lahan untuk pertanian sangat sedikit, hal ini bertolak belakang dengan kondisi lahan. Sebagian besar wilayah Kota Bukittinggi digunakan untuk pemukiman penduduk, pasar dan hotel. Hal ini didorong karena letak Kota Bukittinggi yang strategis, sehingga lebih cocok dijadikan daerah pusat perdagangan dan pelayanan jasa. Kota Bukittinggi telah dikenal sebagai pusat perdagangan di daerah Sumatera Barat sejak zaman penjajahan dan fungsinya pun didukung dengan fasilitas yang cukup memadai seperti pasar dan sarana transportasi yang lancar ke berbagai daerah disekitarnya.
5.2
Kondisi Kependudukan
Tabel 1.
Penyebaran Penduduk Kota Bukittinggi per Kecamatan dan Jumlah per Jenis Kelamin Tahun 2004 Kecamatan Luas Rumah LakiPerempuan Total Kepadatan Wilayah Tangga laki (Orang) (Orang 2 (Km ) (Orang) per Km2) Guguk 6,831 9.059 18.921 19.203 38.124 5.581 Panjang Mandiangin 12,156 8.918 19.609 20.266 39.875 3.280 Koto Salayan Aur Birugo 6,252 5.145 11.032 11.302 22.334 3.572 Tigo Baleh Jumlah 25,239 23.122 49.562 50.771 100.333 3.975
Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2004
Berdasarkan Tabel 1 penduduk Kota Bukittinggi sebagian besar terdapat pada daerah kecamatan terluas, yaitu Kecamatan Mandiangin Koto Salayan dengan jumlah 39.875 orang. Penduduk terkecil di Kota Bukittinggi terdapat pada
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan jumlah 22.334 orang. Kecamatan Guguak Panjang merupakan kecamatan terpadat, dengan kepadatan sekitar 5.581 orang per Km2. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Kota Bukittinggi mencapai 100.333 orang, perbandingan antara penduduk perempuan dan laki-laki relatif seimbang. Pertumbuhan penduduk Kota Bukitting cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan 2,2 persen per tahun. Penduduk Kota Bukittinggi sebagian besar bekerja dibidang perdagangan, yaitu sekitar 45,28 persen penduduk bekerja dibidang perdagangan ini. Pekerjaan dibidang perdagangan didukung dengan letak Kota Bukittinggi yang cukup strategis dalam lintas perdagangan antar kota, kabupaten maupun propinsi. Kota Bukittinggi memiliki pusat perbelanjaan grosir terbesar yang ada di Propinsi Sumatera Barat, yaitu Pusat Grosir Pasar Aur Kuning. Sektor jasa berada pada urutan berikutnya dengan menyerap sekitar 23,04 persen penduduk Kota Bukittinggi yang bekerja dibidang jasa, perkembangan sektor ini juga didukung oleh peran Kota Bukittinggi sebagai pusat perdagangan di Propinsi Sumatera Barat. Industri merupakan sektor ketiga yang paling banyak digeluti penduduk Kota Bukittinggi sekitar 12,25 persen, industri di Kota Bukittinggi didominasi oleh industri rumah tangga dan industri kecil. Industri rumah tangga dan industri kecil mampu berkembang dengan baik dan pesat karena jalur distribusi yang lancar dan komoditi yang diproduksi dapat dipasarkan dengan cepat. Peranan Kota Bukittinggi sebagai pusat perdagangan sangat mendukung perkembangan sektor industri kecil dan rumah tangga di kota ini. Selengkapnya distribusi mata pencaharian (pekerjaan) penduduk Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Mata Pencaharian Penduduk Kota Bukittinggi (Usia 15-60 tahun) Tahun 2004 Lapangan pekerjaan Utama Persentase (%) Pertanian 3,79 Pertambangan dan Penggalian 1,08 Industri 12,25 Listrik, Gas dan Air Minum 0,54 Kontruksi 3,23 Perdagangan 45,28 Angkutan dan Komunikasi 7,82 Keuangan 2,97 Jasa 23,04
Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2004
5.3
Kondisi Perekonomian Daerah Kondisi perekonomian Kota Bukittinggi dari tahun 2000 sampai 2004
mengalami perkembangan yang cukup stabil dari tahun ke tahun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bukittinggi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dari tahun 2000 sampai tahun 2004. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan daerah terbesar yang mencapai Rp 6.612.644.000 pada tahun 2004 atau sekitar 33,27 persen dari PAD tahun tersebut. Hal ini disebabkan oleh sumber pajak yang dapat digali seperti dari sektor perdagangan, jasa, industri dan angkutan yang merupakan pekerjaan sebagian besar penduduk Kota Bukittinggi. Kondisi perkembangan PAD dan penerimaan pajak Kota Bukittinggi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan PAD dan Penerimaan Pajak Kota Bukittinggi. Tahun PAD Pajak 2000 4.400.559.820 3.395.335.000 2001 8.413.591.836 3.826.100.000 2002 12.207.731.907 4.091.523.000 2003 15.279.873.910 5.212.456.000 2004 19.874.448.552 6.612.644.000 Sumber : BPS Kota Bukittinggi, 2004
Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi perkembangan industri kecil dan rumah tangga cukup pesat, dengan pertumbuhan 15 persen sampai 20 persen tiap tahun semenjak tahun 1998. Hal ini terjadi karena banyaknya terjadi pemutusan hubungan kerja pada perusahaan-perusahaan swasta, industri kecil dan rumah tangga menjadi sektor yang banyak diusahakan oleh penduduk Kota Bukittinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Bukittinggi tahun 2004 sekitar 12.290 orang penduduk Kota Bukittinggi bekerja di sektor industri, industri makanan merupakan salah satu yang memperkerjakan sekitar 2.035 orang pada tahun 2004. Industri makanan yang terdapat di Kota Bukittinggi sekitar 434 industri dengan rincian 150 yang telah memiliki izin sedangakan yang lain belum mempunyai izin dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Penyerapan tenaga kerja serta jumlah industri berdasarkan jenis makanan dan minuman yang diproduksi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja yang Terdaftar pada Industri Kecil Makanan dan Minuman di Kota Bukittinggi Tahun 2004 Jenis Industri Memiliki Belum Memiliki Jumlah Jumlah Izin Izin Tenaga Kerja Mie, sejenisnya 2 3 5 22 Roti/Kue 39 34 73 222 Kembang Gula 3 3 6 42 Kopi 22 51 73 175 Kerupuk 38 143 181 1.156 Makanan Ternak 1 1 2 Tahu 8 11 19 164 Es, sejenisnya 6 12 18 98 Minuman Ringan 7 1 8 41 Kue Basah 22 10 32 94 Pelumat Buah 2 2 2 Bakso Sapi 15 15 15 Kacang Balado 1 1 2
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, 2004
5.4
Gambaran Umum Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi Industri merupakan lapangan kerja yang cukup potensial di Kota
Bukittinggi, hal ini terlihat dari persentase besarnya penduduk Kota Bukittinggi yang bekerja di sektor industri cukup besar sekitar 12,25 persen. Industri yang berkembang di Kota Bukittinggi sebagian besar merupakan industri kecil dan industri rumah tangga. Pertumbuhan industri kecil dan rumah tangga di Kota Bukittinggi semenjak krisis ekonomi 1998 semakin pesat, sekitar 15 persen sampai 20 persen per tahun. Menurut keterangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi hal ini banyak disebabkan banyaknya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), sehingga mereka banyak beralih ke usaha industri kecil dan rumah tangga. Industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu usaha industri kecil kerupuk sanjai yang memproduksi sendiri dan sekaligus memasarkan sendiri dan usaha industri kecil kerupuk sanjai yang hanya memproduksi untuk memasok pedagang-pedagang kecil dan untuk dipasarkan keluar daerah melalui pedagang perantara. Hal ini terjadi karena pengusaha terbatas dalam modal dan tidak mau ambil resiko untuk memasarkan langsung. Industri kecil kerupuk sanjai merupakan salah satu industri kecil unggulan di Kota Bukittinggi. Jumlah industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi cukup besar, tetapi dalam beberapa tahun belakangan pertumbuhannya relatif konstan bahkan menurun dibandingkan dengan industri kecil lainnya. Menurut data dari Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi industri kecil kerupuk sanjai dibagi kedalam dua jenis bentuk usaha, yaitu yang sifatnya
formal dan non-formal. Usaha yang bersifat formal adalah usaha industri kecil kerupuk sanjai yang telah melaporkan dan mendaftarkan keberadaan usahanya di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, sedangkan usaha industri kerupuk sanjai yang sifatnya non-formal adalah usaha yang tidak melapor dan mendaftarkan keberadaan usahanya. Usaha industri kecil kerupuk sanjai yang formal berjumlah sekitar 20 unit usaha sedangkan usaha non formal menurut informasi lebih banyak , sekitar dua kali lipat jumlah usaha formal yang ada. Industri kecil kerupuk sanjai yang non formal merupakan salah satu masalah dalam pengembangan industri kecil secara umum di Kota Bukittinggi. Industri non formal ini hanya memberi kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja namun tidak memberi kontribusi dalam pembangunan dalam bentuk pajak secara langsung. Industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi yang berizin (formal) memperkerjakan sekitar 98 tenaga kerja. Investasi yang dikeluarkan pengusaha untuk sarana dan peralatan produksi sangat bervariasi, hal ini sangat bergantung dengan alat dan fasilitas bangunan yang dibangun. Investasi yang dikeluarkan pengusaha industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi bervariasi antara Rp 10 juta sampai Rp 30 juta. Produksi industri kecil tersebut juga bervariasi, dari sekitar 20 industri kecil kerupuk sanjai yang ada dan terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi setiap tahunnya produksi yang dihasilkan sekitar 383.400 kilogram per tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Industri Kecil Kerupuk Sanjai yang Berizin di Kota Bukittinggi Tahun 2004 No Nama Perusahaan Investasi Produksi Jumlah (Rp 000) (kg) Tenaga Kerja (orang) 1. Kerupuk Sanjai Sri 11.600 10.000 4 2. Kerupuk Sanjai Minang Maimbau 22.000 13.500 4 3. Kerupuk Sanjai Gn. Merapi 22.000 13.500 4 4. Kerupuk Sanjai Warnalis 12.500 18.000 7 5. Kerupuk Sanjai Sabana Sanjai 10.000 15.000 5 6. Kerupuk Sanjai Dewi 11.000 5.000 4 7. Kerupuk Sanjai Is 15.000 30.000 5 8. Kerupuk Sanjai Meiwizar 12.000 48.000 6 9. Kerupuk Sanjai Yen 13.000 35.000 5 10. Kerupuk Sanjai Nova 12.000 30.000 5 11. Kerupuk Sanjai Famili 9.650 8.000 4 12. Kerupuk Sanjai Minang Jaya 9.000 5.000 4 13. Kerupuk Sanjai Nina 11.900 9.600 4 14. Kerupuk Sanjai Sari 10.850 15.000 5 15. Kerupuk Sanjai Erli 10.500 5.000 4 16. Kerupuk Sanjai Kami 30.000 90.000 8 17. Kerupuk Sanjai Melli 9.750 5.000 4 18. Kerupuk Sanjai Nurjani 9.800 6.000 5 19. Kerupuk Sanjai Mawar 10.650 15.000 5 20. Kerupuk Sanjai Gucci 10.000 7.200 6 Jumlah 263.200 383.400 98 Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi, 2004
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1
Karakteristik Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi
6.1.1 Penyediaan Bahan Baku dan Bahan Penunjang Umumnya industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, bahan baku menjadi masalah yang menarik untuk diamati mulai dari masalah kelangkaan bahan baku yang berdampak langsung terhadap kontinuitas produksi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kerupuk sanjai adalah singkong sedangkan garam, air, cabe dan gula merupakan bahan penunjang. 1. Singkong Singkong biasanya disuplai daerah sekitar industri, tetapi bila kebutuhan meningkat singkong didatangkan dari Kota Payakumbuh, Nagari Gadut Kabupaten Agam. Harga singkong ini sangat sering berfluktuasi karena singkong yang tersedia sulit untuk diprediksi karena petani yang menanam singkong, mereka menanam singkong tergantung selera mereka. Jadi sering singkong tersedia dengan jumlah yang banyak dan hargapun murah, kadang
singkong sulit untuk didapatkan sehingga pengusaha harus
mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkannya. 2. Air Sumber air yang digunakan oleh pengusaha industri kecil kerupuk sanjai berasal dari air tanah yang berada di sekitar lokasi pabrik. Air ini langsung dialirkan melalui bantuan pompa tanpa ada perlakuan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengusaha kecil kerupuk sanjai ini tidak mau menggunakan air dari PDAM karena akan meningkatkan biaya produksi.
3. Garam Garam dipakai untuk memberi rasa pada kerupuk sanjai. Pemberian garam dilakukan dengan cara melarutkan pada air yang diberikan sebelum singkong digoreng. 4. Cabe dan gula Cabe dan gula digunakan untuk memberikan rasa pada kerupuk sanjai balado serta memberi warna merah. Penambahan cabe dan gula ini dilakukan setelah penggorengan dan kerupuk didinginkan. Setiap industri mempunyai ciri khas masing-masing dalam pemberian rasa ini, ada yang pedas manis, pedas dan lain-lain.
6.1.2 Teknologi Sampai saat ini, teknologi yang digunakan pada industri kecil kerupuk sanjai masih sederhana, yaitu mesin pemotong singkong yang masih digerakkan manusia, bahan bakar yang menggunakan minyak tanah ataupun kayu bakar. Penggunaan teknologi yang sederhana mengharuskan industri kecil kerupuk sanjai ini menggunakan tenaga kerja yang secara fisik kuat, terampil dan mampu bekerja dalam jangka waktu yang lama. Pengalaman dan keterampilan pekerja sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang berkualitas tinggi. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk sanjai antara lain adalah : 1. Peralatan pencucian Peralatan pencucian ini setiap indutri berbeda-beda, diantaranya wadah tong dari drum dan tong plastik. Sebagian besar lebih banyak
menggunakan tong plastik karena lebih ringan, mudah dibersihkan dan lebih efektif. 2. Peralatan untuk memotong Pada umumnya industri kecil kerupuk sanjai menggunakan ketam dan mesin pemotong singkong, karena lebih mudah digunakan dan hasil yang didapat lebih baik. 3. Peralatan penggorengan Penggorengan dengan ukuran besar yang terbuat dari besi, agar dapat memuat dalam jumlah besar dan matangnya merata. Industri kecil ini tidak menggunakan kompor, tetapi menggunakan “tungku” yaitu batu besar disusun seperti segitiga atau seperti huruf U. 4. Alat-alat lainnya yang berfungsi sebagai pembantu peralatan utama, seperti pisau, ember, selang, kayu api dan lain-lain.
6.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja dan Sistem Pemberian Upah Pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini sebagian besar berasal dari daerah sekitar pabrik. Sehingga hubungan kekerabatan antara pekerja dan pemilik masih dekat. Untuk menjadi tenaga kerja tetap disalah satu industri kecil kerupuk sanjai, tidak didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu tetapi terlebih dahulu mereka dilatih oleh pemilik mengenai cara-cara pembuatan kerupuk sanjai. Jadi pekerjaan ini tingkat pendidikan sama sekali tidak diperhitungkan, melainkan tingkat keterampilan yang lebih utama yang menjadi patokan. Pekerja pada tiap industri kecil ini bervariasi antara 4 sampai 8 orang tiap industri. Pemilik pada saat-saat tertentu (permintaan naik) akan menambah jumlah
pekerja dengan sistem borongan. Permintaan akan naik pada saat liburan sekolah, hari raya seperti lebaran dan hari perayaan besar lainnya. Jika tidak ada penambahan pekerja pengusaha akan menambah jam kerja atau menambah hari kerja. Sistem pemberian upah pada umunya didasarkan pada jam kerja dan hari kerja pekerja serta kemampuan pemilik. Sebagian besar upah dibayar secara mingguan atau bulanan. Selain upah, tidak terdapat tunjangan khusus (tunjangan kesehatan atau asuransi) atau jaminan sosial yang diberikan secara teratur akan tetapi adanya hubungan kekeluargaan masih tampak jelas dalam industri kecil kerupuk sanjai ini, maka masih ada bantuan pada pekerja untuk biaya-biaya seperti biaya pengobatan pekerja yang sakit. Pada industri kecil kerupuk sanjai ini terdapat dua kategori pekerja: 1
Pertama, pekerja yang dibayar gaji bersih per minggu atau per bulan, sementara makan dan tempat tinggal mereka bersama pemilik (ditanggung pemilik). Pekerja yang bekerja seperti ini pada umumnya belum menikah dan belum mempunyai beban tanggungan hidup.
2
Kedua, pekerja yang menerima upah per minggu atau per bulan dan makan serta tempat tinggal mereka sendiri yang menanggung. Pekerja yang bekerja seperti ini umunya bertempat tinggal di daerah sekitar industri kecil tersebut dan sebagian besar dari mereka telah berkeluarga dan memiliki keluarga yang harus ditanggung. Besar atau kecilnya upah yang diterima pekerja pada industri kecil ini
lebih ditentukan kemampuan pemilik untuk menggaji mereka. Jadi besarnya industri kecil ini akan sangat mempengaruhi upah pekerja, walaupun jam kerja
dan hari kerja masih berpengaruh terhadap besarnya upah yang diterima pekerja industri kecil kerupuk sanjai.
6.1.4 Pemasaran Pemasaran merupakan aspek penting berikutnya yang dilakukakan setelah produksi. Untuk usaha industri kecil yang sudah terdaftar pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bukittinggi diperbolehkan memasarkan dengan menggunakan merek dagang. Pada umunya terdapat dua pola pemasaran yang dilakukan industri-industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi : 1. Produsen kerupuk sanjai langsung memasarkan ke konsumen akhir. 2. Produsen kerupuk sanjai memasarkan melalui pedagang perantara. Produsen kerupuk sanjai yang memasarkan melalui pedagang perantara (pelanggan tetap), biasanya produsen langsung mengantarkan sesuai dengan pesanan. Masalah sering yang timbul dengan sistem ini pembayaran sering telat bahkan macet. Pada umumnya pembayaran baru dilakukan pada pengiriman berikutnya, sehingga produsen agak mengalami kendala dalam biaya produksi berikutnya bahkan pembayaran sering macet untuk beberapa kali pengiriman. Pada penelitian ini jenis kerupuk sanjai yang dihasilkan mempunyai dua ukuran dan masing-masing memiliki dua rasa. Terdapat dua jenis kerupuk sanjai yaitu, yang dipotong bulat dan memanjang dengan dua rasa tawar dan pedas. Harga jual yang ditetapkan produsen dibedakan berdasarkan beratnya serta rasanya. Harga jual per kilogram kerupuk sanjai untuk kedua rasa tersebut berkisar antara Rp 6000-Rp8000 per kilogram, dengan harga dengan rasa pedas
agak lebih mahal daripada rasa tawar. Harga kerupuk sanjai ini sangat dipengaruhi perubahan harga yang terjadi pada harga singkong sebagai bahan baku utama.
6.1.5 Permodalan Sebagian besar modal yang digunakan pengusaha industri kecil kerupuk sanjai ini berasal dari modal sendiri (perorangan). Pengusaha tidak berani meminjam modal dari bank-bank karena mereka kurang mengerti dengan prosedurnya serta mereka tidak memiliki agunan untuk pinjaman. Modal usaha atau investasi yang digunakan setiap industri kecil kerupuk sanjai berkisar antara Rp 10-Rp 30 juta sehingga industri ini masih dikategorikan sebagai industri kecil.
6.1.6 Proses Pembuatan Kerupuk Sanjai Proses pembuatan kerupuk sanjai yang diamati dari setiap industri kecil kerupuk sanjai yang ada di Kota Bukittinggi relatif sama. Setiap industri tiap harinya biasanya mengolah 4-10 karung, dimana satu karung singkong beratnya sekitar 40 kilogram. Produksi suatu industri tiap harinya sangat dipengaruhi jumlah tenaga kerja serta permintaan pasar terhadap kerupuk sanjai. Adapun tahap-tahap proses pengolahan yang dilakukan, yaitu : 1. Pengupasan singkong Pengupasan singkong masih dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, dengan menggunakan pisau sebagai alat pengupas. Pada saat pengupasan singkong harus bersih, lapisan kulit harus terbuang dengan bersih dan getah pada lapisan bawah kulitpun harus bersih karena akan sangat mempengaruhi kerupuk yang dihasilkan. Proses pengupasan yang baik
akan sangat mempengaruhi kerupuk sanjai yang dihasilkan.setelah selesai dikupas singkong langsung dicuci dengan bersih sebelum dipotong sesuai bentuk yang diinginkan. 2. Pemotongan singkong Proses pemotongan dilakukan biasanya dengan pisau, ketam dan mesin potong. Mesin pemotong dan ketam lebih banyak digunakan untuk mendapatkan
hasil
yang
lebih
baik
serta
lebih
mudah
dalam
mengerjakannya. Mesin pemotong yang digerakkan dengan menggunakan tenaga manusia digunakan untuk memotong singkong dengan hasil yang bulat seperti lempengan. Ketam digunakan untuk memotong singkong dengan potongan memanjang. Ketebalan potongan yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi hasil yang diinginkan, jadi penggunaan pisau sangat sulit karena ketebalan potongan susah dikontrol. Kemudian singkong yang telah dipotong diberi garam secukupnya untuk untuk mendapatkan hasil dan rasa yang lebih baik. 3. Pemasakan atau penggorengan Proses
penggorengan
biasanya
ditangani
pekerja
yang
sudah
berpengalaman. Pekerja yang menggoreng harus tahu seberapa besar api yang bagus karena akan mempengaruhi kematangan kerupuk. Jika panas atau api tidak merata akan menyebabkan kerupuk matangnya juga tidak merata. Pada sebagian besar industri biasanya pemilik langsung turun tangan dalam proses penggorengan ini, karena proses ini dianggap paling menetukan hasil yang akan didapat.
4. Pemberian rasa Kerupuk sanjai yang dihasilkan pada industri kecil ini umumnya hanya memiliki dua rasa tawar dan pedas. Kerupuk sanjai dengan rasa tawar, setelah digoreng cukup didinginkan sebelum dikemas untuk dipasarkan. Sedangkan kerupuk sanjai rasa pedas setelah didinginkan sebelum dipasarkan harus diberi rasa pedas khas dengan bumbu tertentu yang biasanya tiap industri mempunyai ciri khas masing-masing.
6.1.7 Kondisi Lingkungan Tempat Produksi Usaha industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi termasuk kedalam industri sentra yang mempunyai skala usaha kecil tetapi mengelompok pada suatu daerah. Berdasarkan hasil pengamatan lokasi industri kecil kerupuk sanjai dapat dibedakan menjadi dus tipe pengelompokkan: 1. Pertama, kelompok industri kecil yang memproduksi dan memasarkan sendiri yang mengelompok di tempat strategis (pemasaran), seperti di pinggir jalan utama di sana mengelompok industri kecil kerupuk sanjai yang langsung memasarkan sendiri hasil produksinya. Tipe industri yang mengelompok seperti ini telah memiliki merek dagang sendiri, karena telah terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. 2. Kedua, kelompok industri kecil kerupuk sanjai yang hanya memproduksi dan mensuplai untuk pedagang perantara. Tipe industri seperti biasanya mengelompok
di
pemukiman
penduduk,
karena
mementingkan dekat dengan sumber bahan baku utama.
mereka
lebih
Keadaan ini dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan bila tidak diperhatikan dan ditanggulangi dengan baik. Terutama industri kecil yang lokasinya di pemukiman, bila penanganan limbah tidak baik akan mengganggu sanitasi lingkungan. Pengetahuan mengenai tata cara pemeliharaan dan pengelolaan industri, kebersihan dan sanitasi lingkungan sangat diperlukan oleh pengusaha industri kecil kerupuk sanjai agar keberadaanya tidak merugikan lingkungan sekitarnya walaupun limbah yang dihasilkan sedikit. Kegiatan produksi yang dilakukan di pabrik yang letaknya berdampingan dengan tempat tinggal pemiliknya. Kondisi di dalam pabrik terutama industri yang berlokasi di pemukiman penduduk belum memenuhi syarat baik dari tata letak peralatan, kebersihan lingkungan, ventilasi maupun penerangan, sehingga ruangan terkesan lembab dan gelap. Beberapa pengusaha terutama mereka yang langsung memasarkan sendiri produksinya sudah memperhatikan hal ini karena hal ini menjadi salah satu penarik pembeli, mereka telah memperhatikan kebersihan ruangan dengan mengatur dengan baik tata letak tiap bagian dan sitem pembuangan air yang lebih baik. Tata letak pabrik yang baik adalah tata letak yang dapat menjamin kelancaran, kecepatan, efektivitas dan keamanan proses produksi. Keadaan itu dapat tercipta dengan meletakkan peralatan proses produksi pada tempat-tempat tertentu dan berurutan sesuai dengan proses produksi. Tata letak peralatan yang semeraut akan menghambat keleluasaan gerak pekerja dan kelancaran proses produksi. Sanitasi pabrik dan kesehatan pekerja yang kurang diperhatikan akan
mempengaruhi kenyamanan, gairah kerja. Keadaan demikian dapat mengganggu kelangsungan produksi dan mempengaruhi kualitas hasil yang dihasilkan. Sebagian besar pengusaha pengusaha sudah dapat menangani limbah dengan baik. Sampai saat ini penanganan limbah padat berupa kulit singkong dapat diatasi dengan menjualnya sebagai pakan ternak. Penanganan limbah cair berupa air sisa pencucian belum dilakukan dengan baik, karena rata-rata pengusaha masih membuang keselokan dan sungai-sungai sehingga dapat menyebabkan bau yang menyengat, pada akhirnya dapat mencemari air sungai.
6.2
Karakteristik Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi
6.2.1 Jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi hampir sebanding. Berdasarkan dari 60 orang responden yang diambil 33 orang responden (55 persen) diataranya berjenis kelamin laki-laki dan 27 orang responden (45 persen) berjenis kelamin perempuan. Jadi pada industri kecil kerupuk sanjai ini tidak ada perbedaan yang mencolok dalam penyerapan tenaga kerja laki-laki atau perempuan, walaupun industri kecil ini lebih mengandalkan kekuatan fisik dalam bekerja.
6.2.2 Umur Umur pekerja yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah antara 15-60 tahun. Rata-rata umur pekerja yang diambil sebagai responden pada industri kecil kerupuk sanjai ini adalah 32 tahun, dengan umur responden terendah 15 tahun sebanyak 2 orang responden (3,33 persen) dan umur responden tertua
adalah 60 tahun sebanyak 2 orang responden (3,33 persen). Responden terbanyak adalah yang masuk dalam kelompok umur
20 tahun dan 21-25 tahun, yaitu
masing-masing sebanyak 14 orang responden (23,33 persen). Data distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 20 14 23,33 21-25 14 23,33 26-30 3 5,00 31-35 6 10,00 36-40 3 5,00 41-45 12 20,00 46 8 13,33 Jumlah 60 100,00
6.2.3 Tingkat Pendidikan Pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai dilihat dari segi pendidikan formal, sebagian berpendidikan sampai jenjang Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak 20 orang responden (33,33 persen) dan 21 orang responden (35 persen) menyelesai pendidikan sampai jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Sedangkan 3 orang responden (5 persen) tidak menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, dimana 2 orang responden (3,33 persen) sama sekali tidak pernah merasakan bangku pendidikan. Rata-rata lama pekerja menjalani pendidikan formal selama 8,6 tahun, hal ini mengindikasikan secara umum pekerja industri kecil kerupuk sanjai telah mempunyai pendidikan yang cukup memadai, sesuai dengan program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Data distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase(%) Tidak tamat SD 3 5,00 Tamat SD 20 33,33 Tamat SLTP 16 26,67 Tamat SLTA 21 35,00 Jumlah 60 100,00 6.2.4 Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai Rata-rata pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai yang dijadikan responden dalam penelitian ini telah bekerja selama 7,45 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Pekerja yang memiliki pengalaman kerja terendah adalah 2 tahun, karena pekerja yang diambil menjadi responden harus telah bekerja minimal 2 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Pekerja yang memiliki pengalaman kerja terlama adalah selama 20 tahun sebanyak 2 orang responden ( 3,33 persen). Pada Tabel 8 dapat dilihat distribusi jumlah responden terbanyak yang memiliki pengalaman kerja antara 2-5 tahun, yaitu sebanyak 33 orang responden (55 persen). Tabel 8.
Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai. Pengalaman Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 2-5 33 55,00 6-9 9 15,00 10-14 5 8,33 15-19 11 18,33 20 2 3,33 Jumlah 60 100,00
6.2.5 Jumlah Tanggungan Keluarga Berdasarkan status perkawinan, jumlah responden yang belum menikah sebanyak 32 orang (53,33 persen), dan yang sudah menikah adalah 28 orang
(46,67 persen). Hal ini menggambarkan pekerja industri kecil kerupuk sanjai tidak dipengaruhi status perkawinan, karena perbandingan antara pekerja yang belum menikah dan yang sudah menikah hampir sama. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden adalah sebanyak 1-2 orang, dengan kisaran 0 (tidak memiliki tanggungan keluarga) sampai 6 orang. Tanggungan keluarga disini adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan rumah tangga pekerja, jadi bukan hanya pekerja yang sudah menikah yang memiliki tanggungan keluarga. Pekerja yang belum menikah pun ada yang sudah memiliki tanggungan keluarga seperti untuk membiayai hidup orang tua atau saudara. Responden terbanyak adalah yang mempunyai tanggungan, yaitu 28 orang responden (46,67 persen), sedangkan yang tidak mempunyai tanggungan adalah 32 orang responden (53,33 persen). Jumlah responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) 0 32 53,33 1 1 1,67 2 9 15,00 3 6 10,00 4 6 10,00 5 2 3,33 6 2 3,33 Jumlah 60 100,00
6.2.6 Jumlah Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan Hasil penelitian terhadap pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, dari 60 orang responden yang diwawancarai 51 orang responden (85 persen) bekerja penuh (utama) di industri kerupuk sanjai merupakan pekerjaan utama dan 9 orang responden (15 persen) bekerja secara sampingan (paruh
waktu). Pekerja yang bekerja secara sampingan di industri kecil kerupuk sanjai sehari-hari ada yang bekerja sebagai sopir, guru honorer, dan ada yang masih dalam masa pendidikan. Jadi upah yang diterima pekerja bervariasi, karena ada yang bekerja penuh dan sampingan. Pendapatan yang dianalisa dalam penelitian ini adalah upah yang diterima pekerja dari industri kecil kerupuk sanjai. Sistem pembayaran upah yang diterima pekerja tidak seluruhnya dalam bentuk uang tunai. Sebagian pekerja industri kecil kerupuk sanjai yang menerima upah antara Rp 150.000 – Rp 400.000 per bulan sedangkan pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama mereka, hal ini terjadi karena makan dan tempat tinggal mereka pengusaha atau pemilik yang menanggung. Pekerja tinggal dan makan bersama pemilik atau pengusaha ini umumnya masih berstatus lajang dan mereka beranggapan dengan sistem ini lebih efisien dan hemat. Pemilik atau pengusaha rata-rata menghabiskan biaya antara Rp 250.000 – Rp 350.000 per bulan untuk biaya makan dan tempat tinggal 1 orang pekerjanya. Jadi dalam perhitungan penelitian ini upah yang diterima pekerja merupakan jumlah upah yang diterima langsung dan konversi dari uang makan mereka yang dikeluarkan pemilik atau pengusaha. Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Upah dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai Upah (Rp/bulan) Jumlah (Orang) Persentase(%) <400.000 9 15,00 400.000-500.000 13 21,67 500.001-600.000 17 28,33 600.001-700.000 12 20,00 700.001 9 15,00 Jumlah 60 100.,00 Rata-rata upah yang diterima responden adalah Rp 559.166,70 per bulan. Responden dengan upah kurang dari Rp 400.000,00 per bulan sebanyak 9 orang
responden (15 persen) yang seluruhnya mereka bekerja di industri kecil kerupuk sanjai sebagai pekerjaan sampingan. Upah terendah yaitu sebesar Rp 150.000,00 per bulan yang diterima sebanyak 2 orang responden (3,33 persen), sedangkan responden yang menerima upah lebih dari Rp 700.000,00 per bulan sebanyak 9 orang responden (15 persen) dengan upah terbesar Rp 800.000,00 per bulan yang diterima sebanyak 3 orang responden (5 persen). Responden yang terbanyak adalah yang memiliki upah antara Rp 500.001 - Rp 600.000 per bulan, yaitu sebanyak 17 orang responden (28,33 persen). Berdasarkan Surat Keputusan Gubenur Sumatera Barat No. 562/444/2005, tertanggal 26 Desember 2005 tentang penetapan upah minimum Propinsi Sumatera Barat adalah sebesar Rp 650.000,00 per bulan (21.666,67 per hari) dengan 7 jam kerja sehari dalam 6 hari kerja seminggu. Jika dibandingkan Upah Minimum Regional (UMR) Propinsi Sumatera Barat, rata-rata upah pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai berada dibawah UMR propinsi. Berdasarkan hal di atas pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai sebagian besar belum mampu memenuhi kebutuhan hidup minimumnya dari pendapatan yang mereka terima dari industri kecil kerupuk sanjai. Dilihat dari sisi curahan kerja jam rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai lebih besar dari curahan kerja berdasarkan UMR, yaitu sebesar 8,15 jam per hari. Tabel 11. memperlihatkan bagaimana tanggapan para pengrajin terhadap upah yang diterima. Sebagian besar responden beranggapan bahwa upah yang mereka terima belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, yaitu 38 orang responden (63,33 persen). Sedangkan yang beranggapan upah pada industri kecil kerupuk sanjai cukup sebanyak 18 orang responden (30 persen) responden dan
yang beranggapan upah yang mereka terima tinggi sebanyak 4 orang responden (6,67 persen). Tabel 11. Tanggapan Responden Terhadap Upah yang Diterima Tanggapan Terhadap Upah Jumlah (Orang) Persentase (%) Rendah 38 63,33 Cukup 18 30,00 Tinggi 4 6,67 Jumlah 60 100,00 6.2.7 Alokasi Waktu kerja Berdasarkan jumlah jam kerja per hari, rata-rata jumlah jam kerja para pekerja industri kecil kerupuk sanjai adalah 8,15 jam per hari, hal ini menunjukkan bahwa jam kerja pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi berada di atas jam kerja normal, yaitu lebih dari 7 jam per hari. Responden terbanyak mereka yang mengalokasikan waktu kerja antara 9-11 jam per hari sebanyak 24 orang responden (40 persen). Pekerja paling sedikit bekerja sehari sekitar 3 jam sebanyak 2 orang responden (3,33 persen), pekerja yang sehari kurang bekerja dari 6 jam merupakan pekerja yang bekerja sampingan di industri kecil kerupuk sanjai. Pekerja yang memiliki jam kerja dua kali jam kerja normal sebanyak 4 orang responden (10 persen). Umumnya pekerja bekerja mulai dari pukul 7 pagi hingga pukul 2 siang, sedangkan yang jam kerjanya antara 9-12 mulai jam kerja pukul 6 yang bekerja sampai pukul 6 sore, bahkan melanjutkan sampai pukul 9 malam. Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Alokasi Waktu Kerja Alokasi Waktu Kerja (jam/hari) Jumlah (Orang) Persentase (%) <6 9 15,00 6–8 23 38,33 9 – 11 24 40,00 4 6,67 ≥12 Jumlah 60 100,00
6.2.8 Tingkat Produktivitas Produktivitas rata-rata pekerja industri kecil kerupuk sanjai Kota Bukittinggi adalah Rp 2.283,93 per orang per jam. Jumlah responden yang produktivitas kurang dari Rp 2000,00 per orang per jam sebanyak 13 orang responden (21,67 persen) sedangkan yang memiliki produktivitas lebih dari Rp 3.000,00 per orang per jam sebanyak 1 orang responden (1,67 persen). Pekerja industri kecil kerupuk sanjai ini memiliki produktivitas terbanyak antara Rp 2.001 – Rp 2.500 per orang per jam yaitu sebanyak 27 orang responden (45 persen). Produktivitas tertinggi pekerja adalah Rp 3.150,37 per orang per jam, sedangkan produktivitas terendah adalah Rp 1.482,61 per orang per jam. Data selengkapnya pada Tabel 14. Tabel 13. Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Produktivitas (Rp/orang/jam) Jumlah (Orang) Persentase (%) 2.000 13 21,67 2001 – 2500 27 45,00 2501 – 3000 19 31,67 3001 1 1,67 Jumlah 60 100,00 Berdasarkan UMR yang berlaku, tingkat produktivitas Kota Bukittinggi adalah Rp 3.095,24 per orang per jam, yang diperoleh dari perbandingan antara UMR Propinsi Sumatera Barat (Rp 21.666,67 per hari) dengan jam kerja dalam sehari (7 jam). Hal ini menunjukkan produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai Kota Bukittinggi lebih rendah daripada produktivitas Kota Bukittinggi secara umum. Dari 60 responden yang diwawancarai, terdapat 25 orang responden (41,67 persen) yang telah pernah bekerja sebelumnya sedangkan 35 orang responden (58,33 persen) lainnya sebelumnya belum pernah berkerja sama sekali. Pekerja yang sebelumnya pernah bekerja, sebelum pindah ke industri
kecil kerupuk sanjai pada umumnya bekerja pada bidang lain, selain industri kecil kerupuk sanjai. Tabel 14. Distribusi Responden yang Pernah Bekerja dan Tidak Pernah Bekerja Sebelum Bekerja di Industri Kecil Kerupuk Sanjai Keterangan Jumlah (orang) Persentase (%) Pernah Bekerja 25 41,67 Tidak Pernah 35 58,33 Jumlah 60 100,00 Pada Tabel 16 dapat dilihat alasan para pekerja memilih bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai, 14 orang responden (23,33 persen) memilih bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini karena sulitnya memperoleh pekerjaan yang lain karena rendahnya tingkat pendidikan. Sementara 23 orang responden (38,33 persen) bekerja di industri kecil ini karena ingin meningkatkan pendapatan dan pekerjaannya mereka anggap lebih ringan dari pekerjaan lain. Responden lain ada yang beralasan untuk mencari pengalaman kerja sebanyak 16 orang responden (26,67 persen) dan 7 orang responden (11,67 persen) lainnya beralasan karena membantu orang tua dan mengisi waktu luang dari kegiatan lain. Tabel 15. Alasan Responden Memilih Bekerja pada Industri Kecil Kerupuk Sanjai Alasan Bekerja di Industri Kecil Jumlah (orang) Persentase (%) Kerupuk Sanjai Ingin meningkatkan pendapatan 23 38,33 Ingin mencari pengalaman 16 26,67 Sulit mencari pekerjaan lain 14 23,33 Dan lain-lain 7 11,67 Jumlah 60 100,00 6.3
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model analisis pendugaan fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas pekerja di industri kecil kerupuk sanjai menggunakan model regresi linier berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square).
Produktivitas pekerja menunjukkan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta pekerja per satuan waktu yang dapat dihasilkan oleh pekerja dalam satu hari, dan produktivitas dijadikan sebagai variabel tak bebas (dependent variable). Variabel lain yang dimasukkan kedalam adalah variabel bebas (independent variable), seperti ; umur (X1), tingkat pendidikan(X2), pengalaman kerja (X3), jumlah beban tanggungan (X4), alokasi waktu kerja (X5), jumlah upah per bulan dari industri kecil kerupuk sanjai (X6), jumlah pengeluaran rata-rata per bulan (X7), dummy pekerjaan (X8). Hasil pendugaan yang diperoleh untuk model linier berganda adalah: Y = 2121 + 109 X1 + 1,53 X2 – 4,62 X3 + 3,8 X4 – 6,86 X5 - 291 X6 + 0,00421 X7 + 185 X8 Hasil perhitungan parameter dari masing-masing variabel yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 16. Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi Notasi Koefisien P-value No. Parameter Parameter 1. Intersep 2121,600 0,000 2. Jenis kelamin X1 108,670* 0,009 3. Umur X2 1,532 0,597 4. Tingkat pendidikan X3 -4,617 0,514 5. Beban tanggungan X4 3,780 0.802 6. Pengalaman kerja X5 -6,864 0.269 7. Alokasi waktu kerja X6 -290,810* 0,000 8. Upah dari industri kecil X7 0,004* 0,000 9. Dummy status pekerjaan X8 184,800 ** 0,091 2 R (%) : 88,9 R2 adjust (%) : 87,1 Uji-F
: 50,97
Keterangan : * adalah nyata pada tingkat kepercayaan 99% ** adalah nyata pada tingkat kepercayaan 90%
Hasil
regresi
linier
berganda
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 88,9 % yang berarti keragaman produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model sebesar 88,9 % sedangkan sisanya sebesar 11,1 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model (tidak dapat dijelaskan variabel bebas dalam model). Kelinieran model diuji menggunakan ujiF, dari hasil uji-F diperoleh nilai Fhitung sebesar 50,97 yang nyata pada taraf kepercayaan 99% ( = 0,01). Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam model secara bersama-sama mempunyai pengaruh nyata terhadap produktivitas pekerja. Pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas selain menggunakan uji-F juga dapat dilihat berdasarkan nilai-P, dengan demikian uji-t tidak diperlukan lagi. Setelah dilihat pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas, maka untuk menguji model yang diduga terjadi multikolineritas atau tidak maka diuji dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Faktor). Apabila VIF > 10 maka terjadi multikolineritas pada persamaan. Nilai VIF yang dihasilkan dari pendugaan model berkisar antara 1,2 sampai 9,0. Hal ini menunjukkan tidak terjadi multikolinieritas dalam model ini. Pada model regresi yang digunakan ini juga tidak terdapat heteroskedastisitas pada model, melalui uji White Heteroskedasticity Test. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: Ho : tidak ada heteroskedastisitas H1 : ada heteroskedastisitas
Tolak Ho jika probability (p-value) lebih kecil dari α. Dari hasil di atas probability lebih besar dari α (0.057760 >0,05). Kesimpulannya adalah terima Ho, yang berarti pada model tidak terdapat heteroskedastisitas. Hasil analisis regresi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 17. Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Menggunakan Analisa White Heterocedasticity Test Uraian Nilai Probability F-statistic 8.660091 0.000000 Obs*R-squared 57.32089 0.057760 6.4
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja
6.4.1 Jenis kelamin Hasil regresi menunjukkan variabel bebas jenis kelamin berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf kepercayaan 99 persen ( = 0.009). Variabel jenis kelamin dan produktivitas kerja mempunyai hubungan yang positif, hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang diharapkan bernilai positif dan berpengaruh nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi variabel jenis kelamin bernilai positif, yaitu 109 artinya pekerja laki-laki akan lebih produktif sebesar Rp 109 per orang per jam dibandingkan pekerja perempuan (ceteris paribus). Berdasarkan hasil di atas pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi pekerja laki-laki lebih produktif dibandingkan pekerja perempuan. Hal ini disebabkan karena industri kecil ini lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik dan secara fisik pekerja laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan.
6.4.2 Umur Secara teoritis sampai titik tertentu, semakin tinggi umur seseorang maka tingkat produktivitasnya makin tinggi, akan tetapi setelah titik umur tersebut
terlewati maka produktivitasnya akan menurun seiring dengan bertambah tuanya usia. Hasil pengujian menggunakan nilai-P sebesar 0,60 yang berarti variabel bebas umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas, karena hanya nyata sampai pada taraf kepercayaan 40 persen ( = 0.60). Tingkat umur tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas karena antara umur dan upah tidak memperlihatkan hubungan pola yang jelas seperti, semakin meningkat umur upah semakin tinggi ataupun sebaliknya semakin meningkat umur upah semakin menurun. Upah yang diterima pekerja industri kecil kerupuk sanjai ini sangat bervariasi tergantung kemampuan pengusaha menggaji mereka.
6.4.3 Tingkat Pendidikan Pendidikan memberi pengaruh yang negatif terhadap produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, dilihat dari koefisien regresi sebesar 4,6. Pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, karena hanya nyata pada taraf kepercayaan 49 persen ( = 0.51). Hal ini diduga karena produktivitas tenaga kerja sangat bergantung pada keterampilan dan keahlian sesorang dalam membuat kerupuk sanjai, bukan didasarkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi seorang pekerja.
6.4.4 Beban Tanggungan Jumlah tanggungan keluarga meningkatkan produktivitas pekerja dengan bertambahnya jumlah tanggungan seorang pekerja, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas pekerja karena hanya nyata pada taraf kepercayaan 20 persen ( = 0,80). Hal ini diduga karena walaupun seorang pekerja memiliki
jumlah tanggungan yang banyak, tidak berarti pekerja tersebut menanggung sepenuhnya seluruh biaya hidup tanggungannya. Pada umumnya pekerja bukan merupakan penopang kehidupan keluarga satu-satunya. Jadi pekerja pada industri kecilk kerupuk sanjai ini pada umunya tidak secara penuh menanggung beban tanggungan keluarganya. Hal inilah yang menyebabkan beban tanggungan tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas seorang pekerja.
6.4.5 Pengalaman Kerja Pengalaman kerja tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi. Hal ini diduga karena, pada umunya pekerja kerupuk sanjai yang berpengalaman tinggi mempunyai keterampilan dalam membuat kerupuk sanjai lebih baik, tetapi ratarata pekerja yang berpengalaman kerja yang tinggi telah berusia tua sehingga kemampuan dalam bekerja mulai menurun. Disamping itu produktivitas lebih ditetentukan keterampilan seorang pekerja bukannya pengalaman kerja.sehingga tingkat pengalaman kerja seorang pekerja di industri kecil kerupuk sanjai tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.
6.4.6 Alokasi Waktu Kerja Alokasi waktu kerja memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas pekerja pada taraf kepercayaan 99 persen ( = 0,01). Koefisien regresi sebesar 291 yang bernilai negatif, artinya apabila terjadi peningkatan jam kerja selama satu jam maka diduga produktivitas akan menurun sebesar Rp 291 per orang per jam (ceteris paribus). Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis semula yang menyatakan
bahwa peningkatan jam kerja pekerja akan meningkatkan produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai tersebut. Hal yang menyebabkan alokasi waktu kerja berpengaruh negatif terhadap produktivitas pekerja industri kecil kerupuk sanjai adalah sistem pengupahan yang diterapkan pengusaha industri kecil kerupuk sanjai. Pengusaha memberi upah sesuai dengan kemampuan mereka dengan jam kerja tertentu per hari, yang dibayarkan per minggu atau per bulan. Pengupahan tidak didasarkan pada output (upah riil) yang dihasilkan pekerja dan juga tidak didasarkan pada jam kerja (upah per jam kerja). Jadi peningkatan jam kerja menurunkan produktivitas pekerja karena peningkatan jam kerja tidak diikuti peningkatan upah dengan proporsi yang sebanding (peningkatan upah lebih kecil dibanding proporsi peningkatan jam kerja). Disamping itu alokasi waktu kerja di industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi cukup tinggi, rata-rata jam kerja pekerja setiap harinya adalah 8,15 jam, atau di atas rata-rata jam kerja normal (7 jam kerja). Hal menyebabkan peningkatan jam kerja tidak lagi meningkatkan produktivitas kerja mereka (karena pekerja mempunyai keterbatasan dalam bekerja). Jam kerja yang melebihi waktu normal membuat pekerja kelelahan fisik sehingga akan susah fokus, jenuh dan bosan terhadap pekerjaan.
6.4.7
Upah Rata-rata dari Industri Kecil Kerupuk Sanjai per Bulan Jumlah upah memberikan pengaruh yang nyata terhadap produktivitas
pekerja pada taraf kepercayaan 99 persen ( = 0,01), dengan koefisien regresi sebesar 0,00421 dan bernilai positif. Hal ini berarti jika terjadi peningkatan upah sebesar satu satuan rupiah maka diduga produktivitas akan meningkat sebesar
Rp 0,00421 per orang per jam (ceteris paribus). Hal ini sangat beralasan karena upah merupakan salah satu motivator dalam bekerja.
6.4.8 Dummy Status Pekerjaan Dummy status pekerjaan yang digunakan sebagai variabel untuk mengidentifikasi dampak pekerja yang bekerja penuh di industri kecil kerupuk sanjai atau yang bekerja sambilan. Hasil analisis, dummy status pekerjaan berpengaruh nyata terhadap peningkatan produktivitas karena nyata pada taraf kepercayaan 90 persen ( = 0,091). Koefisien regresi sebesar 185 yang bernilai positif, artinya jika pekerja bekerja penuh (pekerjaan utama) yang diberi nilai satu maka produktivitas akan meningkat sebesar Rp 185 per orang per jam (ceteris paribus). Sedangkan jika pekerja bekerja sampingan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas. Jadi produktivitas seorang pekerja akan meningkat jika bekerja penuh di industri kecil kerupuk sanjai tanpa bekerja sampingan dibidang lain.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan Industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi merupakan usaha
ekonomi yang masih bersifat sederhana dimana manajemen yang dilaksanakan masih bersifat tradisional. Sifat ini terlihat dari sebagian besar pengusaha yang menggabungkan manajemen keluarga dengan manajemen usaha, sehingga modal usaha dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari begitu pula modal usaha diambil untuk biaya usaha kerupuk sanjai ini. Perkembangan industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi secara umum belum diikuti oleh perkembangan teknologi yang cukup berarti. Peralatan yang digunakan masih peralatan sederhana dan penggunaan peralatan untuk melakukan proses produksi masih didominasi oleh tenaga kerja manusia, sehingga produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai masih relatif rendah. Karakteristik pekerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi menunjukkan rata-rata masih berada dalam usia produktif. Dilihat dari tingkat pendidikan secara umum telah menyelesaikan pendidikan pada tingkat sekolah dasar. Para pekerja rata-rata memiliki pengalaman kerja selama 7,45 tahun di industri kecil kerupuk sanjai. Rata-rata tanggungan yang ditanggung seorang tenaga kerja pada industri kerupuk sanjai ini 1 sampai 2 orang dengan kisaran 0 – 6 orang. Rata-rata pekerja mengalokasikan waktunya untuk bekerja pada industri kecil kerupuk sanjai ini telah melebihi jam kerja normal (7 jam per hari). Pekerja rata-rata menerima upah dari industri kecil kerupuk sanjai di bawah upah minimum yang ditetapkan Kota Bukittinggi.
Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi, ternyata yang berpengaruh nyata hanya empat variabel bebas yaitu; jenis kelamin, alokasi waktu kerja, upah yang diterima dari industri kecil kerupuk sanjai tiap bulannya dan dummy status pekerjaan. Variabel jenis kelamin, upah yang diterima pekerja dan dummy status pekerjaan berpengaruh positif terhadap produktivitas pekerja, sedangkan variabel alokasi waktu kerja berpengaruh negatif terhadap produktivitas tenaga kerja industri kecil kerupuk sanjai. Umur, tingkat pendidikan, beban tanggungan dan pengalaman kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai di Kota Bukittinggi..
7.2
Saran Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa hal yang perlu dilakukan,
diperhatikan dan diperbaiki dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja pada industri kecil kerupuk sanjai diantaranya : 1. Industri kecil kerupuk sanjai disarankan untuk menyerap tenaga kerja lakilaki lebih banyak dibandingkan perempuan terutama untuk pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik (pemotongan dan pengupasan). Selama ini sebagian industri kecil masih mengandalkan tenaga kerja perempuan pada bagian ini, walaupun jumlahnya lebih kecil dibandingkan tenaga kerja laki-laki. Berdasarkan pengalaman di lapangan pekerja laki-laki lebih produktif dibanding pekerja perempuan dalam bekerja. Tapi hal ini perlu dilihat lebih mendalam, karena dalam penelitian ini produktivitas dihitung
berdasarkan tingkat upah bukan berdasarkan output yang dihasilkan pekerja. 2. Pemerintah daerah harus menetapkan standar jam kerja per hari, karena jam kerja pekerja industri kecil kerupuk sanjai berada di atas jam kerja normal (7 jam per hari) yang setiap peningkatan jam kerja mengurangi produktivitas pekerja (perlindungan pekerja). 3. Dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pengusaha dapat merangsang pekerja untuk bekerja lebih rajin dengan meningkatkan upah serta pemberian bonus (insentif) untuk prestasi kerja tenaga kerja. 4. Industri kecil kerupuk sanjai sebaiknya menggunakan tenaga kerja yang hanya bekerja di industri kerupuk sanjai tersebut, karena penggunaan tenaga kerja yang bekerja sambilan kurang produktif dibandingkan dengan mereka yang bekerja penuh.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, I. 1993. Prospek Pengembangan Industri Kecil Di Indonesia. Tinjauan teoritik dan Kebijakan. Usahawan. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 1998. Statistik Industri Besar dan Kecil. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2004. Statistik Industri Besar dan Kecil. Badan Pusat Statistik. Jakarta. Budi, A. A. S. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Tahu di Kotamadya Bogor. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 1997. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik IndonesiaMengenai Perizinan Bidang Industri, Bidang Hukum dan Organisasi. Deperindag Jakarta. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Bukittinggi. 2004. Rekapitulasi Data Industri Kecil Kotamadya Bukitinggi. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Bukittinggi. Bukittinggi. Djuhari, M. W. 1998. Bayang-Bayang Ekonomi Klasik. Dirjen Pendidikan Timggi Departemen P dan K. Jakarta Bellante, D dan M, Jackson,. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Junandar, U. 2002. Analisis Pendapatan dan Pemasaran Industri Kecil Emping Melinjo. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Nasir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia indonesia. Jakarta. Ramanathan, R. 1998. Introductory Economics With Applications. The Dryden Press. San Diego. Ravianto, J. 1986. Produktivitas dan Seni Usaha. PT. Binaman Teknika Aksara. Jakarta. Reksasudharma, C. 1989. Peningkatan Produktivitas dan Mutu. Jurnal Ekonomi. Vol. 1 No. 5. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Saputra, W. E. 1997. Analisis Pola Kemitraan Pada Industri Kerajinan Ukir Kayu dan Mebel di Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB Bogor.
Simanjuntak, P. J.1983. Produktivitas Kerja: Pengertian Ruang dan Lingkupnya. Prisma No. 11. LP3ES. Jakarta. Simanjuntak, P. J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumberdaya Manusia. Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Simanjuntak, D. N. 1997. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Pengrajin Rotan. Skripsi Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Tambunan, T. 1997 . Peranan Industri Kecil dalam Meningkatkan Nilai Tambah Ekonomi di Pedesaan. Symposium Seminar Industri Kecil Universitas Kristen Indonesia. Jakarta. Tambunan, T. T. H. 2001. Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta. Tutuhatunewa, A. 1998. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Industri Kecil Sepatu. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB Bogor.
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN Daftar pertanyaan ini dibuat untuk penelitian mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya yang bernama Yori Akmal/Nrp A14302024 dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai di Kota Bukittinggi. Diharapkan Ibu/Saudari agar dapat memberikan jawaban yang benar dan jujur sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga data yang diperoleh lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun jawaban Bapak/Ibu tidak akan mempengaruhi keadaan Bapak/Ibu sekarang ini. Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu menjadi responden saya dalam penelitian ini. I.
Identitas Responden 1. Nama
:
2. Jenis Kelamin
:
3. Umur
:
4. Tempat/tanggal/lahir
:
5. Pendidikan
:
- formal
:
- informal
:
6. Status
:
7. Jumlah Tanggungan
:
II.
Indikator Pekerjaan 1. Berapa lama Anda sudah bekerja di industri kerupuk sanjai ini ? 2. Apakah pekerjaan ini merupakan pekerjaan utama atau merupakan pekerjaan sampingan ? a. Sampingan.
b.Utama (bila ini merupakan pekerjaan utama
langsung lanjut ke pertanyaan no. 5). 3. Jadi apa yang menjadi pekerjaan utama Anda dan sudah berapa lama bekerja pada bidang tersebut ? 4. Kenapa Anda memilih bekerja sampingan pada industri kecil kerupuk sanjai ?
a.
Karena kebutuhan keluarga.
b.
Untuk mengisi waktu luang dari pekerjaan utama.
c.
Ingin meingkatkan pendapatan.
d.
Dll………………..
5. Kenapa Anda memilih bekerja di industri kerupuk sanjai ? a.
Ingin meningkatkan pendapatan
b.
Ingin mencari pengalaman
c.
Sulit
mendapatkan
pendidikan dan d.
pekerjaan
yang
lain,
karena
keterampilan yang rendah
Dll…………………
6. Sebelum bekerja di industri kecil kerupuk sanjai, apakah Anda pernah bekerja di tempat lain ? a.
Pernah
b.
Tidak pernah( jika pernah lanjut ke pertanyaan berikut, bila tidak pernah langsung lanjut ke pertanyaan no. 8)
7. Dimana Anda bekerja sebelumnya dan berapa lama anda bekerja di bidang tersebut ?
……………………………………………
8. Kenapa Anda beralih pekerjaan ke industri kerupuk sanjai ini ? a. Karena penghasilan yang lebih besar. b. Karena pekerjaan yang lebih ringan dan layak. c. Karena dekat dengan tempat tinggal (hemat biaya) d. Dll……………….. 9. Berapa jam/lamanya Anda bekerja setiap harinya di industri kecil kerupuk sanjai ini ? …………………………………… 10. Selama Anda bekerja di industri kecil kerupuk sanjai kendala apa saja yang pernah Anda hadapi ? ………………………………………. 11. Apa harapan Anda dimasa datang dalam bekerja ? a. Dapat mendirikan sendiri usaha kerupuk sanjai. b. Mendirikan usaha sendiri, selain kerupuk sabjai. c. Bekerja di bidang lain yang memberikan penghasilan lebih baik. d. Dll…………………………. III.
Indikator Pendapatan dan Pengeluaran 1. Berapa kira-kira pendapatan yang Anda terima perbulan dengan bekerja di industri kecil ?
………………………………
2. Menurut Anda apakah upah atau gaji yang diterima sudah sesuai dengan apa yang Anda sudah korbankan dalam bekerja ? a. Sudah
b. Belum
3. Jika
belum
apa
yang
anda
lakukan
untuk
memenuhinya
?
……………….. 4. Anda digaji dengan sistem/cara: a.
Borongan
b.
Mingguan
c.
bulanan
5. Berapa kira-kira pengeluaran rata-rata Anda perbulan ? 6. Untuk apa saja uang itu Anda gunakan tiap bulannya, yang merupakan pengeluaran rutin dan harus dipenuhi ? a. Biaya makan sehari-hari. b. Biaya sekolah anak. c. ………………….. d. ………………….. e. ………………….. 7. Apakah penghasilan Anda perbulan tersebut dapat memenuhi kebutuhan tiap bulannya ?
a. belum.
b. Sudah
8. Apakah Anda ada menyisihkan sebagian pendapatan untuk disimpan atau ditabung ?
a. Ada
b.
Tidak
(Jika
ada
lanjut
pertanyaan berikutnya, dan bila tidak cukup sampai pertanyaan ini) 9. Untuk apa tabungan tersebut anda gunakan dimasa datang ? a. Biaya pendidikan anak-anak b. Mendirikan usaha sendiri. c. Hanya umtuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendadak d. Dll…………………………
ke
LAMPIRAN 2. Data Hasil Survey Tenaga Kerja Industri Kecil Kerupuk Sanjai Kecamatan Mandiangin Koto Salayan Kota Bukittinggi No
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Ed Meri Eli Fatma Winda Sari Hendri Ramadhani Rio Laweh Darwin Mulyadi Nini Dewi Al Bujang Nelly Ira Sri Agus
Umur (Tahun) 21 23 36 42 22 19 17 23 21 17 33 21 45 28 31 44 19 18 23 19
Pendidikan (Tahun) 9 12 12 9 12 12 6 12 3 6 0 9 6 12 9 6 12 12 12 12
Beban Tanggungan (Orang)
Pengalaman Kerja (Tahun) 0 0 3 4 0 0 0 0 0 0 0 0 2 3 0 2 0 0 0 0
5 2 15 20 6 2 3 6 7 4 8 5 17 7 10 17 2 2 4 3
Alokasi Waktu Kerja (jam/hari) 10 8 8 10 4 8 8 8 7 10 10 8 12 10 12 10 10 7 8 10
Penghasilan per Bulan (Rp/bulan) 750000 400000 600000 750000 200000 500000 600000 500000 500000 600000 600000 500000 650000 700000 750000 750000 600000 450000 500000 550000
Jenis Kelamin 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1
Dummy Pekerjaan 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
No
Nama
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Yarni Rukmayulis Gusti Nurma Ida Is Syamsimar Ita Asnawati Rosniati Jus Nola Jon Dewi Mida Zulnaini Novendra Delvi Anis Ayu Rajab Gustiman Febri
Umur (Tahun) 60 46 55 60 50 45 44 40 43 43 24 22 15 22 35 42 17 20 43 34 50 45 19
Pendidikan (Tahun) 9 6 6 6 9 9 6 9 6 6 9 9 6 9 9 6 9 12 6 12 6 6 9
Beban Tanggungan (Orang)
Pengalaman Kerja (Tahun) 2 3 0 0 2 4 3 4 6 5 0 0 0 0 4 2 0 0 2 2 3 4 0
15 13 10 15 9 15 13 6 15 5 3 4 3 5 7 10 3 2 9 7 20 15 3
Alokasi Waktu Kerja (jam/hari) 12 12 10 8 10 9 10 10 10 10 10 10 8 10 8 7 6 6 10 11 8 10 8
Penghasilan per Bulan (Rp/bulan) 750000 750000 700000 600000 700000 700000 650000 650000 800000 800000 600000 650000 600000 600000 700000 600000 450000 500000 750000 800000 600000 600000 500000
Jenis Kelamin
Dummy Pekerjaan
1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
No 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama
Ari Upik Zil Manizar Ratna Andi Lisa Beni Yeni Reni Evi Yeni Titin Amri Indra Deni Ifri
Umur (Tahun) 15 45 25 46 40 25 26 27 25 19 21 34 32 47 44 19 18
Pendidikan (Tahun) 6 6 12 6 0 12 12 9 12 12 12 12 12 6 6 6 12
Beban Tanggungan (Orang)
Pengalaman Kerja (Tahun) 0 3 0 4 2 0 0 3 2 0 0 2 1 6 5 0 0
2 15 4 15 10 4 5 5 5 3 5 5 3 5 2 4 3
Alokasi Waktu Kerja (jam/hari) 6 10 6 9 9 8 8 6 6 4 4 4 4 4 4 3 3
Penghasilan per Bulan (Rp/bulan)
Jenis Kelamin
Dummy Pekerjaan
400000 600000 600000 700000 700000 600000 600000 500000 500000 150000 150000 250000 200000 300000 300000 250000 250000
1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
LAMPIRAN 3 ANALISIS REGRESI A. Analisis Regresi Linier Berganda Regression Analysis: Produktivita versus Jenis Kelami, Umur (X2), ...
The regression equation is Produktivitas (Y) = 2121 + 109 Jenis Kelamin (X1) + 1.53 Umur (X2) - 4.62 Pendidikan (X3) + 3.8 Beban Tanggungan (X4) - 6.86 Pengakaman Kerja (X5) - 291 Alkosai jam Kerja(X6) + 0.00421 Pendapatan/Upah (X7) + 185 Dummy Pekerjaan(X8) Predictor Coef Constant 2120.6 Jenis Kelamin (X1) 108.67 Umur (X2) 1.532 Pendidikan (X3) -4.617 Beban Tanggungan (X4) 3.78 Pengakaman Kerja (X5) -6.864 Alkosai jam Kerja (X6) -290.81 Pendapatan/Upah (X7) 0.0042147 Dummy status Pekerjaan (X8) 184.8 S = 142.865
R-Sq = 88.9%
SE Coef 126.7 40.03 2.880 7.031 14.95 6.141 18.10 0.0003236 107.4
T 16.74 2.71 0.53 -0.66 0.25 -1.12 -16.07 13.03 1.72
P 0.000 0.009 0.597 0.514 0.802 0.269 0.000 0.000 0.091
VIF 1.2 3.8 1.4 2.1 2.9 5.5 9.0 4.3
R-Sq(adj) = 87.1%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 8 51 59
SS 8321878 1040925 9362804
Source Jenis Kelamin (X1) Umur (X2) Pendidikan (X3) Beban Tanggungan (X4) Pengakaman Kerja (X5) Alkosai jam Kerja (X6) Pendapatan/Upah (X7) Dummy Pekerjaan (X8)
DF 1 1 1 1 1 1 1 1
MS 1040235 20410
F 50.97
P 0.000
Seq SS 956734 316911 31328 571339 28221 41595 6315284 60467
Unusual Observations
Obs 13 53 54 55 59 60
Jenis Kelamin (X1) 0.00 0.00 0.00 0.00 1.00 1.00
Produktivitas (Y) 1805.6 1250.0 1250.0 1666.7 2777.8 2777.8
Fit 1487.5 1542.7 1532.1 1981.0 2384.5 2362.1
SE Fit 62.5 56.8 59.2 52.7 68.2 62.9
Residual 318.1 -292.7 -282.1 -314.3 393.3 415.6
St Resid 2.48R -2.23R -2.17R -2.37R 3.13R 3.24R
R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 1.13075
B. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
8.660091 Probability 57.32089 Probability
0.000000 0.057760