ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA
OLEH HENDRA PUTRATAMA H14103034
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA
OLEH HENDRA PUTRATAMA H14103034
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
HENDRA PUTRATAMA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia (dibimbing oleh JAENAL EFFENDI dan NOER AZAM ACHSANI).
Investasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemilik dana. Investasi memiliki berbagai macam bentuk, misalnya deposito, saham, obligasi, maupun reksadana. Salah satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia. Perkembangan yang dialami nilai aktiva bersih reksadana syariah tidak terlepas dari faktor-faktor yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah, maka pihakpihak yang memiliki kepentingan terhadap reksadana syariah dapat lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor tersebut demi perkembangan reksadana syariah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode tahun 2003–2006. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran umum mengenai perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia. Pada penelitian ini, data yang digunakan merupakan data time series bulanan yang dimulai dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2006. Data yang digunakan oleh penulis adalah nilai aktiva bersih Reksadana Syariah, gross domestic product, jumlah uang beredar, real exchange rate, tingkat bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), tingkat inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah. Metode analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM). Berdasarkan hasil estimasi persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar, real exchange rate, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel gross domestic product, real exchange rate, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memiliki pengaruh yang positif terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan variabel jumlah uang beredar (M2), SWBI, dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif.
Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar (M2), real exchange rate, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel gross domestic product tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel SWBI (D_SWBI) dan jumlah reksadana syariah (Dln_JRDS) memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel jumlah uang beredar (Dln_M2), real exchange rate (Dln_RXCR), inflasi (D_INFL), dan JII (Dln_JII) memiliki hubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah.
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2007
Hendra Putratama H14103034
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Hendra Putratama
Nomor Registrasi Pokok
: H14103034
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul
: Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Dosen Pembimbing,
Jaenal Effendi, S.Ag., M.A.
Dr. Noer Azam Achsani
NIP. 132 317 142
NIP. 132 014 445
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan:
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Hendra Putratama lahir pada tanggal 2 Oktober 1985 di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Faturahman dan Emmy Liyana. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah SD YPWKS I Cilegon dari tahun 1991 sampai dengan 1997. Setelah lulus pada tahun yang sama, penulis kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 3 Cilegon dari tahun 1997 sampai 2000. Penulis melanjutkan pendidikan ke SMU Negeri 1 Cilegon tahun 2000 dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Organisasi yang pernah diikuti oleh penulis semasa kuliah adalah SES-C (Sharia Economics Student Club) dan FORMASI (Forum Mahasiswa Islam) Departemen Ilmu Ekonomi. Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa Gudang Garam sejak semester 5 sampai lulus.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis, yaitu Bapak Faturahman dan Ibu Emmy Liyana serta kepada saudara-saudara penulis. Kesabaran dan dorongan yang mereka berikan sangat besar artinya dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jaenal Effendi, S.Ag., M.A. dan Dr. Noer Azam Achsani yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Sri Mulatsih, M.Sc., yang telah menguji karya tulis ini. Saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Muhammad Findi A., M.Si., selaku Komisi Pendidikan yang telah memberikan perbaikan tata cara penulisan skripsi ini. Meskipun demikian, segala kesalahan yang terjadi dalam penelitian ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman terbaik penulis, yaitu Wawan, Zainul, Yusuf, Fajar, Dungdang, Dindin, Agung, Henry, Wisnu, Suma ’Aga’ Nugraha, Riefky, dan Dadan, atas Do’a dan dorongan yang mereka berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ini bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2007
Hendra Putratama H14103034
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiii
I. PENDAHULUAN .............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ....................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .........
7
2.1. Tinjauan Teoritis .........................................................................
7
2.1.1. Reksadana Syariah.............................................................. 7 2.1.1.1. Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah ................................................. 8 2.1.1.2. Kaidah Dasar Syariah mengenai Reksadana Syariah ................................................. 8 2.1.1.3. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah .............. 8 2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana Syariah .................................. 9 2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah ................................................. 9 2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi ............ 11 2.1.2. Perbedaan antara Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional ...................................................................... 12 2.1.3. Instrumen Investasi Reksadana Syariah ............................. 13 2.1.4. Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah ............................................................................... 15 2.1.5. Risiko Reksadana Syariah ................................................. 16 2.2. Error Correction Model (ECM) .................................................. 18 2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................... 19 2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................. 20 2.5. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 21
III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24 3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 24 3.2. Metode Analisis ........................................................................... 24 3.3. Analisis Runtun Waktu ................................................................ 24 3.3.1. Uji Akar Unit (Unit Root) ................................................... 25 3.3.2. Uji Derajat Integrasi ............................................................ 26 3.3.3. Uji Kointegrasi .................................................................... 26 3.4. Error Correction Model ............................................................... 28 3.5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik ................................................... 30 IV. GAMBARAN UMUM ...................................................................... 32 V.
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 34 5.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit ................................................... 34 5.2. Uji Kointegrasi ............................................................................. 35 5.3. Diagnostic Test Model ECM ....................................................... 38 5.4. Estimasi Error Correction Model (ECM) .................................... 39 5.5. Interpretasi Hasil Estimasi ............................................................ 41
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 47 6.1. Kesimpulan ................................................................................... 47 6.2. Saran ............................................................................................. 47 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49 LAMPIRAN ................................................................................................ 51
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.1. Perbandingan Total NAB Industri Reksadana dan Syariah ...........
3
1.2. Perkembangan Reksadana Syariah Tahun 2003-2006 .......... ........
3
5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level ...................................................... 34 5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference ....................................
35
5.3. Hasil Uji Residual u ....................................................................... 36 5.4. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Jangka Panjang) ................ 37 5.5. Hasil Estimasi ECM (Jangka Pendek) ........................................... 40
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................... 20 5.1. Output Uji Normalitas .................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Uji Unit Root pada Level ............................................................... 51
2.
Uji Unit Root pada First Difference .............................................. 53
3.
Kointegrasi Engle-Granger (Persamaan Jangka Panjang) ............ 55
4.
Uji Residual u ................................................................................ 56
5.
Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan Variabel-variabel yang Tidak Signifikan .......................... 57
6.
Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan Variabel-variabel yang Signifikan ....................................
7.
58
Diagnostic Test Model ECM ......................................................... 59
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Investasi merupakan salah satu bentuk pemanfaatan dana yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pemilik dana. Investasi memiliki berbagai macam bentuk, misalnya deposito, saham, obligasi, maupun reksadana. Salah satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia. Reksadana syariah merupakan sarana investasi yang menggabungkan saham dan obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi menawarkan reksadana syariah kepada para investor yang berminat, sementara dana yang diperoleh dari investor tersebut dikelola oleh manajer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah yang dinilai menguntungkan. Ada beberapa hal yang membedakan antara reksadana konvensional dan reksadana syariah. Selain itu, ada beberapa hal yang juga harus diperhatikan dalam investasi syariah ini. Reksadana syariah tidak diperbolehkan melakukan tindakan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar (ketidakjelasan) seperti penawaran palsu dan tindakan spekulasi lainnya (Sinar Harapan, 2005).
2
Secara prinsip, ada dua hal yang membedakan antara reksadana konvensional dan reksadana syariah yaitu dalam hal pemilihan aset-asetnya yang harus memenuhi syariah dan adanya kewajiban untuk membersihkan (cleansing process) dana yang tidak dapat terhindarkan dari bunga bank, untuk disalurkan bagi kemaslahatan umat, seperti sumbangan untuk pendidikan atau bencana alam (Sinar Harapan, 2005). Menurut Firdaus (2005), perbedaan paling mendasar antara reksadana konvensional dan reksadana syariah adalah terletak pada proses screening dalam mengkonstruksi
portofolio.
Filterisasi
menurut
prinsip
syariah
adalah
mengeluarkan saham-saham yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi, daging babi, rokok, dan lain sebagainya. Di samping itu, proses filterisasi juga dilakukan dengan cara membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram dan membersihkannya dengan cara charity. Perkembangan NAB reksadana syariah sampai saat ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan NAB industri reksadana di Indonesia. Pada bulan Desember 2006, total NAB industri reksadana Indonesia adalah sebesar Rp 51.620.077,36 juta (Tabel 1.1). Hal ini menunjukkan bahwa NAB reksadana syariah di Indonesia hanya sebesar 1,33 persen apabila dibandingkan dengan total NAB industri reksadana di Indonesia (Tabel 1.1). Tetapi, apabila dibandingkan dengan nilai aktiva bersih tiga tahun sebelumnya, reksadana syariah telah berkembang dengan pesat. Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah pada bulan Desember 2003 adalah sebesar Rp
3
66.935,19 juta (Tabel 1.2). Nilai aktiva bersih reksadana syariah pada bulan Desember 2006 sebesar Rp 689.053,42 juta (Tabel 1.2), yang berarti bahwa NAB reksadana syariah dalam waktu tiga tahun telah meningkat sebesar 1029 persen dari Desember 2003.
Tabel 1.1. Perbandingan Total NAB Industri Reksadana dan Syariah. Tahun 2003 2004 2005 2006
Industri Reksadana (Rp Juta) 64.589.363,69 104.037.824,63 29.405.732,22 51.620.077,36
Reksadana Syariah (%) 0,10 0,51 1,90 1,33
Sumber : Biro Riset PIR Bapepam (2007), data diolah.
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perkembangan Reksadana Syariah Tahun 2003-2006. Tahun 2003 2004 2005 2006
NAB (Rp Juta) 66.935,19 525.970,10 558.865,74 689.053,42
Jumlah Reksadana 4 10 17 22
Perkembangan NAB (%) 73,04 685,79 6,25 23,29
Sumber : Biro Riset PIR Bapepam (2007), data diolah.
Perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah baik secara positif maupun negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). NAB merupakan harga beli atau harga jual unit penyertaan reksadana. NAB dihitung dengan menjumlahkan seluruh nilai masing-masing efek yang dimiliki (berdasarkan harga pasar
4
penutupan efek yang bersangkutan), kemudian dikurangi dengan kewajibankewajiban reksadana, seperti biaya Manajer Investasi, Bank Kustodian, dan biaya lainnya.
1.2. Perumusan Masalah Reksadana syariah merupakan salah satu bentuk investasi syariah yang nyaman dan aman bagi pemilik dana karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Salah satu kelebihan reksadana syariah terletak pada instrumen investasi yang bebas riba karena instrumen investasi reksadana syariah disalurkan pada investasi portofolio yang sesuai syariah. Kelebihan reksadana yang lainnya terletak pada pengelolaan reksadana syariah yang bersifat risk managable sehingga tingkat kerugian atau keuntungan yang diperoleh akan dikelola dengan optimal. Reksadana syariah memiliki masa depan yang menjanjikan dilihat dari potensi segmen investor pasar modal dan perbankan syariah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai modal besar. Perkembangan yang dialami reksadana syariah tidak terlepas dari faktorfaktor yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah. Oleh karena itu, dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksadana syariah, maka pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap reksadana syariah dapat
lebih
memfokuskan
perhatian
pada
faktor-faktor
tersebut
demi
perkembangan reksadana syariah. Oleh karena itu, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di
5
Indonesia dilaksanakan oleh penyusun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia secara signifikan ? 2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah ? 3. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah ?
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan oleh penyusun dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan penyusun dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia periode tahun 2003-2006. 2. Memberikan gambaran umum mengenai perkembangan reksadana syariah di Indonesia. 3. Memberikan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah maupun bagi pihak-pihak lain yang terkait demi perkembangan reksadana syariah di Indonesia.
6
1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penyusun khususnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai aktiva bersih reksadana syariah di Indonesia. 2. Memberikan pengetahuan mengenai gambaran umum perkembangan reksadana syariah di Indonesia. 3. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian mengenai reksadana syariah.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Reksadana Syariah Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSN-MUI/IV/2000 dalam Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (2003), Reksadana Syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad kerjasama antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil pemilik harta dengan pengguna investasi. Adapun ciri-ciri dari Reksadana Syariah menurut Firdaus (2005) adalah sebagai berikut : a. Mempunyai Dewan Syariah yang bertugas memberikan arahan kegiatan manajer investasi agar senantiasa sesuai dengan syariah Islam. b. Hubungan antara investor dan perusahaan didasarkan pada sistem mudharabah, dimana satu pihak menyediakan 100 persen modal (investor), sedangkan satu pihak yang lain sebagai pengelola (manajer investasi). c. Kegiatan usaha atau investasinya diarahkan pada hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariah Islam. Dalam melihat reksadana apakah syariah atau tidak sebenarnya dapat kita lihat dari landasan strategis serta operasional yang diterapkan. Jika tidak ada yang melanggar syariah maka itu adalah Reksadana Syariah. Hal ini
8
berdasarkan Kaidah Hukum Muamalat yang berbunyi ’Pada dasarnya, segala bentuk muamalah boleh dilakukan sepanjang tidak ada dalil yang mengharamkannya’ (Firdaus, 2005).
2.1.1.1. Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah Pedoman mengenai pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah di Indonesia tertuang dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20/DSNMUI/IX/2000. Dalam fatwa tersebut dijelaskan mengenai kaidah dasar syariah mengenai reksadana, mekanisme kegiatan Reksadana Syariah, hubungan investor dengan perusahaan investasi, pemilihan dan pelaksanaan investasi syariah, serta penentuan dan pembagian hasil investasi dalam Reksadana Syariah.
2.1.1.2. Kaidah Dasar Syariah mengenai Reksadana Syariah Fatwa
DSN
No.
20/DSN-MUI/IX/2000
menjelaskan
mengenai
pelaksanaan investasi untuk Reksadana Syariah dengan mengingat akan kaidah Fiqh. Kaidah Fiqh mengenai Reksadana Syariah yakni, ”Pada dasarnya, segala bentuk
muamalah
boleh
dilakukan
sepanjang
tidak
ada
dalil
yang
mengharamkannya”.
2.1.1.3. Mekanisme Kegiatan Reksadana Syariah Bab II dalam Fatwa DSN No. 20/DSN-MUI/IX/2000 menjelaskan bahwa mekanisme operasional dalam Reksadana Syariah adalah antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem wakalah dan antara Manajer Investasi
9
dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh (100 persen) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (Sinar Harapan, 2005). Karakteristik sistem mudharabah tersebut meliputi : a. Pembagian keuntungan antara pemodal (shahibul maal) yang diwakili oleh Manajer Investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada para pemodal. b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan. c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya.
2.1.1.4. Hubungan Pemodal dengan Perusahaan Investasi Reksadana Syariah Hubungan antara pemodal dengan Manajer Investasi adalah akad yang dilakukan secara wakalah. Dengan akad ini, pemodal memberikan mandat kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal yang sesuai dengan ketentuan dalam prospektus.
2.1.1.5. Pemilihan dan Pelaksanaan Investasi Reksadana Syariah Fatwa DSN No. 20/DSN-MUI/IX/2000 menjelaskan bahwa investasi Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
10
dengan syariah Islam. Instrumen tersebut meliputi instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen berdasarkan pada laba usaha, penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah, serta hutang jangka panjang dan jangka pendek yang sesuai dengan prinsip syariah. Investasi dalam Reksadana Syariah hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah, antara lain : a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional. c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Tidak hanya investasi pada efek emiten yang sesuai syariah saja, dalam fatwa tersebut juga dijelaskan mengenai pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian, serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar. Menurut Haruman dan Hasbi dalam Mahendra (2006) terdapat beberapa hal yang tidak diperbolehkan untuk dilakukan dalam kegiatan Reksadana Syariah, antara lain :
11
a. Tindakan spekulasi murni, yaitu tindakan spekulasi yang di dalamnya banyak ketidakjelasan (gharar) serta tidak berdasarkan kepada ilmu, melainkan hanya prasangka yang bersifat judi (maysir). b. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang melakukan kegiatan bisnis yang dilarang oleh syariat Islam, antara lain industri minuman keras, makanan haram, bank/lembaga keuangan konvensional, perjudian, senjata, hotel, dan pornografi. c. Melakukan investasi pada perusahaan emiten yang memiliki kinerja tidak baik, yaitu perusahaan emiten yang memiliki rasio hutang terhadap modal (debt to equity ratio) lebih besar dari 30 persen, tidak memiliki pendapatan bunga melebihi 15 persen dari pendapatan usaha riilnya dan rasio kas terhadap aktiva tidak sama dengan 100 persen.
2.1.1.6. Penentuan dan Pembagian Hasil Investasi Hasil investasi yang diterima dalam harta bersama milik pemodal dalam Reksadana Syariah dibagikan secara proporsional kepada para pemodal. Hasil investasi tersebut harus bersih dari unsur non-halal, sehingga Manajer Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur nonhalal dari pendapatan yang diyakini halal. Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh Reksadana Syariah adalah: a. Dari saham dapat berupa : Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham.
12
Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal. b. Dari obligasi yang sesuai dengan syariah, diperoleh bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. c. Dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syariah, didapat bagi hasil yang didapat dari issuer. d. Dari deposito dapat berupa bagi hasil yang diterima dari bank-bank syariah.
2.1.2. Perbedaan antara Reksadana Konvensional dan Reksadana Syariah Sinar Harapan (2005) menjelaskan bahwa secara prinsip ada dua hal yang membedakan antara Reksadana Konvensional dengan Reksadana Syariah, yakni : 1. Dalam hal pemilihan aset-asetnya yang harus memenuhi syariah. 2. Adanya kewajiban untuk membersihkan (cleansing process) dana yang tidak dapat terhindar dari bunga bank, untuk disalurkan bagi kemaslahatan umat, seperti sumbangan untuk pendidikan atau bencana alam. Baasir (2004) menjelaskan bahwa praktik investasi syariah juga harus menghindari konsep riba. Selain itu, prinsip syariah juga harus dilakukan tanpa paksaan, adil, dan transaksinya tidak berpijak pada kegiatan produksi dan jasa yang dilarang oleh Islam, termasuk manipulasi dan spekulasi.
13
2.1.3. Instrumen Investasi Reksadana Syariah 1. Saham Sesuai Syariah di Pasar Modal. Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik perusahaan non publik (private equity) maupun perusahaan publik atau terbuka. Cara paling mudah dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan membeli jenis saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic Index (Pikiran Rakyat, 2004).
2. Obligasi Syariah. Sudarsono dan Prabowo (2004) menjelaskan bahwa obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil atau margin atau fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
3. Deposito Bagi Hasil (Mudharabah). Deposito bagi hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa perorangan maupun badan hukum. Produk ini menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Dengan prinsip ini, bank akan
mengelola
menguntungkan
dana dan
yang
diinvestasikan
memenuhi
nasabah
prinsip-prinsip
secara
syariah
produktif,
Islam.
Hasil
14
keuntungannya akan dibagikan kepada nasabah yang disepakati bersama sebelumnya (Pikiran Rakyat, 2004).
4. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Menurut Sudarsono dan Prabowo (2004), Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek berdasarkan prinsip Wadiah. Wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki dan bank bertanggung jawab atas pengembalian titipan tersebut. Ketentuan SWBI adalah sebagai berikut : 1. Jumlah dana yang dititipkan minimal Rp 500 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. Jangka waktu SWBI adalah satu minggu, dua minggu, dan satu bulan yang dinyatakan dalam hari. 2. Bank Indonesia memberikan bonus kepada Bank dan Unit Usaha Syariah pada saat jatuh tempo dana dengan pemberian bonus. Besarnya bonus akan dihitung dengan menggunakan acuan tingkat indikasi imbalan Pasar Uang Antar Bank berdasarkan Syariah (PUAS), yaitu rata-rata tertimbang dari tingkat indikasi imbalan Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (IMA) yang terjadi di PUAS pada tanggal penitipan dana.
15
SWBI dapat diperhitungkan sebagai instrumen investasi bebas risiko yang berlandaskan syariah, karena dengan mempertimbangkan bahwa Surat Utang Negara (SUN) di Indonesia yang bersifat risk free masih memiliki hambatan dalam penerapannya sebagai Surat Utang Negara yang berlandaskan syariah. Hal tersebut dengan mempertimbangkan Undang-undang No. 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara yang penuh dengan unsur bunga (Republika, 2005).
2.1.4. Keuntungan dan Kelemahan Investasi pada Reksadana Syariah Sebagai produk baru, reksadana syariah memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan yang harus diperhatikan investor. Keunggulan reksadana syariah : 1. Reksadana Syariah dikelola secara Risk Managable. Dalam konsep pengelolaan ini, tingkat risiko kerugian atau keuntungan yang ada akan dikelola secara maksimal. 2. Memenuhi segmentasi pasar untuk investor berbasis syariah. Dengan munculnya reksadana syariah, berarti kebutuhan sebagian investor reksadana yang fanatik terhadap produk investasi syariah akan terpenuhi. Potensi segmen investor pasar modal dan perbankan syariah di Indonesia diperkirakan mempunyai modal yang cukup besar. Ini merupakan target pemasaran produk reksadana syariah yang akan berkembang pesat di kemudian hari. Kelemahan reksadana syariah : 1. Pendapatan tidak bisa melonjak tinggi, tetapi cenderung stabil.
16
Dengan konsep pembagian hasil syariah, investor tidak bisa mengharapkan pendapatan yang bisa melonjak tinggi. Dengan adanya konsep syariah, keuntungan yang diperoleh akan dibagi sesuai proporsi masing-masing pihak. 2. Keterbatasan investasi Manajer Investasi Reksadana Syariah adalah karena minimnya jenis produk syariah. Dengan konsep syariah yang ketat, tidak banyak produk investasi dari emiten yang bisa digolongkan ke dalam produk pasar modal syariah. Oleh karena itu, Manajer Investasi reksadana syariah tidak bisa leluasa untuk melakukan investasi dalam berbagai jenis saham atau obligasi yang bukan masuk dalam kelompok syariah. 3. Aturan syariah yang jelas dan cukup ketat membuat terbatasnya jumlah emiten yang akan menerbitkan reksadana syariah. Kelemahan ini merupakan penyebab jumlah produk pasar modal syariah sangat terbatas. Dengan terbatasnya jumlah emiten yang bisa menerbitkan instrumen pasar modal syariah, akan terbatas pula jumlah investasi syariah.
2.1.5. Risiko Reksadana Syariah Dalam reksadana syariah terdapat sejumlah risiko yang dibedakan atas sumber penyebabnya. Menurut Achsien dalam Setyanto (2004) macam-macam risiko itu antara lain :
17
1. Risiko politik dan ekonomi : Risiko yang berasal dari perubahan kebijakan ekonomi dan politik yang berpengaruh pada kinerja bursa dan perusahaan sekaligus, sehingga akhirnya membawa efek pada portofolio yang dimiliki suatu reksadana. 2. Risiko pasar : Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas. 3. Risiko inflasi : Risiko yang berasal dari menurunnya daya beli akibat terjadinya inflasi. 4. Risiko nilai tukar : Risiko ini dapat terjadi bila terdapat sekuritas luar negeri dalam portofolio reksadana. 5. Risiko spesifik : Risiko yang melekat pada setiap sekuritas yang dimiliki. Disamping dipengaruhi pasar secara keseluruhan, setiap sekuritas mempunyai nilai risiko sendiri-sendiri. 6. Risiko menurunnya nilai unit penyertaan (NAV) : Nilai NAV akan dipengaruhi dari harga efek-efek yang menyusun portofolionya. Ini berkaitan dengan kemampuan manajer investasi reksadana dalam mengelola dananya. 7. Risiko likuiditas : Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh investor kepada fund manager secara bersamaan dapat menyulitkan manajemen perusahaan dalam menyediakan dananya. Tentu saja risiko ini hanya terjadi pada perusahaan reksadana yang sifatnya terbuka (open-end funds). Risiko ini dikenal juga sebagai redemption effect.
18
2.2. Error Correction Model (ECM) ECM adalah salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam analisis ekonomi. Konsep mengenai ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan Gujarati. Model ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan data time series yang tidak stasioner dan regresi palsu. Kelebihan ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu (Spurious Regression). Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan pemberian maknanya sederhana. Artinya model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang (Julianto dalam Errick, 2004). ECM berguna untuk mengatasi masalah perbedaan kekonsistenan hasil peramalan antara jangka panjang dengan jangka pendek dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode selanjutnya (Thomas, 1997). Adapun kelebihan dari ECM adalah sebagai berikut : a. Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah data time series yang non-stasioner dan regresi palsu (spurious). b. Model
dengan
variabel-variabel
dalam
bentuk
first
difference
mengeliminasi trend dari variabel. c. ECM dapat diestimasi dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
19
d. ECM dapat dipaskan dengan pendekatan umum ke spesifik yaitu melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan cara melakukan stasioner terhadap data terlebih dahulu akan membantu kita menghindari masalah multikolinearitas antar data yang dapat menyebabkan standard error yang sangat besar. e. Membedakan dengan jelas antar parameter jangka panjang sehingga sangat ideal untuk digunakan menaksir dari keakuratan sebuah hipotesis. f. Jika ada variabel yang tidak nyata dapat dibuang sehingga akan meningkatkan efisiensi estimasi.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu Aroem (2005) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan reksadana di Indonesia yang dapat diukur dengan indikator Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksadana tersebut selama periode 2000 sampai dengan 2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa selama bulan Januari 2000 sampai dengan Desember 2004, perkembangan reksadana di Indonesia mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya dana kelolaan reksadana atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan reksadana di Indonesia secara umum menunjukkan kondisi positif. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi perkembangan reksadana adalah suku bunga SBI 2 bulan sebelumnya, IHSG bulan sebelumnya, jumlah reksadana
20
2 bulan sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan inflasi bulan sebelumnya. Suku bunga SBI, IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan inflasi berpengaruh secara negatif terhadap perkembangan reksadana. Sedangkan jumlah reksadana memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan reksadana.
2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual
Kondisi Perekonomian Pasar Modal GDP JII M2
NAB Reksadana Syariah
Jumlah Reksadana Syariah
Exchange Rate
SWBI
Faktor Non-Ekonomi
Inflasi Politik
Keamanan
Pengawasan
Regulasi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Keterangan: Instrumen Pengaruh Ruang Lingkup Penelitian
21
Perkembangan NAB reksadana syariah dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, situasi pasar modal, dan faktor-faktor non-ekonomi. Kondisi perekonomian ditunjukkan oleh faktor GDP, M2, exchange rate, SWBI, dan inflasi. Instrumen yang dimiliki pasar modal adalah JII dan jumlah reksadana syariah. Sedangkan faktor non-ekonomi adalah kondisi politik, keamanan, pengawasan, dan regulasi. Faktor-faktor
yang
digunakan
untuk
menganalisis
perkembangan
reksadana syariah dalam penelitian ini adalah kondisi perekonomian dan instrumen pasar modal. Faktor non-ekonomi tidak dimasukkan dalam ruang lingkup penelitian ini.
2.5. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Gross Domestic Product (GDP) berhubungan secara positif dengan NAB reksadana syariah. GDP menggambarkan kinerja perusahaan yang menjadi tujuan investasi reksadana syariah. Jika GDP meningkat, hal tersebut menggambarkan kinerja perusahaan yang membaik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa laba yang diperoleh perusahaan tersebut meningkat. Investor akan melihat peluang tersebut untuk memperoleh return reksadana syariah yang lebih tinggi sehingga investasi pada reksadana syariah akan meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan NAB reksadana syariah. 2. Jumlah uang beredar mempengaruhi NAB reksadana syariah.
22
3. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
meningkat
(depresiasi)
mengindikasikan
bahwa
kondisi
perekonomian Indonesia yang melemah. Hal tersebut mendorong investor untuk menarik dananya kembali karena investasi pada instrumen reksadana syariah menjadi tidak menarik. 4. SWBI berhubungan negatif dengan NAB reksadana syariah. SWBI merupakan instrumen investasi yang menarik bagi para investor karena return yang dihasilkannya bersifat pasti dan beresiko sangat rendah. Apabila bonus SWBI meningkat, investor akan mengalihkan dananya pada SWBI dengan harapan memperoleh peningkatan return sehingga akan berimplikasi pada turunnya NAB reksadana syariah. 5. Inflasi berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. Inflasi menyebabkan daya beli investor berkurang. Oleh karena itu, investor akan memilih menarik dananya untuk mengimbangi pengurangan daya belinya tersebut. 6. JII berhubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah. JII merupakan salah satu instrumen investasi reksadana syariah. Peningkatan indeks JII akan mendorong para investor untuk melakukan penebusan unit (redemption). 7. Jumlah reksadana syariah berhubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah reksadana syariah berarti meningkatnya pilihan bagi investor untuk berinvestasi pada reksadana syariah. Oleh
23
karena itu, peningkatan investasi pada reksadana syariah pada akhirnya akan meningkatkan NAB reksadana syariah.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Data yang digunakan merupakan data runtun waktu (time series) bulanan dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2006.
3.2. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah model koreksi kesalahan atau Error Correction Model (ECM). Adapun syarat untuk menggunakan model koreksi kesalahan yaitu jika minimal ada salah satu variabel yang tidak stasioner. Analisis model jangka panjang dan jangka pendek dilakukan dengan menggunakan software E-Views 4.1.
3.3. Analisis Runtun Waktu Dalam penelitian ini akan dilakukan uji akar unit untuk mengetahui apakah data yang digunakan stasioner atau tidak. Ada tidaknya akar unit dapat diketahui dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) Test. Kemudian, dilakukan uji derajat integrasi serta uji kointegrasi untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan Engel-Granger Cointegration Test. Langkah selanjutnya adalah melakukan koreksi kesalahan (error correction)
25
dengan menggunakan ECM. Langkah-langkah dalam pembuatan ECM adalah sebagai berikut :
3.3.1. Uji Akar Unit (Unit Root) Uji stasioneritas dimaksudkan untuk mengetahui sifat dan kecenderungan data yang dianalisis, apakah data tersebut mempunyai pola yang stabil (stasioner) atau tidak. Apabila ditemukan data yang tidak memiliki sifat-sifat di atas, maka berbagai indikator yang menyertai hasil analisis empirik atau hasil analisis model regresi tidak menunjukkan sifat-sifat yang valid. Hipotesis yang digunakan yaitu sebagai berikut : H0 : Data tidak stasioner (mengandung akar unit) H1 : Data stasioner (tidak mengandung akar unit)
Perbedaan antara data time series yang stasioner dan yang tidak stasioner adalah dampak guncangan yang terjadi pada data time series yang stasioner bersifat sementara. Sejalan dengan waktu dampak dari guncangan tersebut akan berkurang dan data time series akan kembali ke long run mean levelnya dan berfluktuasi di sekitar mean tersebut. Perilaku dari data time series yang stasioner adalah sebagai berikut (Thomas, 1997) : 1. Mean dari data menunjukkan perilaku yang konstan. 2. Data stasioner menunjukkan varians yang konstan. 3. Correlogram yang menyempit seiring dengan penambahan waktu.
26
Data yang tidak stasioner cenderung mengalami perubahan yang mendasar seiring dengan berjalannya waktu atau time dependent. Adapun perilaku data yang tidak stasioner yaitu sebagai berikut (Thomas, 1997) : 1. Data series yang tidak stasioner tidak memiliki long run mean. 2. Memiliki ketergantungan terhadap waktu dan varian dari data yang tidak stasioner akan semakin besar tanpa batas seiring dengan perubahan waktu. 3. Correlogram dari data tersebut cenderung melebar.
3.3.2. Uji Derajat Integrasi Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit. Uji derajat integrasi merupakan konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0). Pada beberapa uji derajat integrasi dari masing-masing variabel adalah sangat penting untuk mengetahui apakah variabelvariabel yang digunakan tidak stasioner dan berapa kali variabel harus didifference untuk menghasilkan variabel yang stasioner. Pada uji ini variabel yang diamati di-difference pada derajat tertentu sehingga semua variabel stasioner pada derajat yang sama. Suatu variabel dikatakan stasioner pada first difference jika setelah di-difference satu kali nilai Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon.
3.3.3. Uji Kointegrasi Setelah diperoleh hasil pengujian akar-akar unit, sebuah penelitian dengan analisis runtun waktu (time series) akan dilanjutkan pada analisis kointegrasi.
27
Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang (long term relationship) antara variabel-variabel yang tidak stasioner. Kointegrasi berarti walaupun secara individual tidak stasioner namun kombinasi linier antara variabel-variabel tersebut dapat menjadi stasioner (Thomas, 1997). Dengan kata lain, suatu sistem variabel dikatakan terkointegrasi jika beberapa variabel tersebut (minimal satu variabel) terintegrasi pada level satu (I(1)) dan berlaku kombinasi linier dari sistem variabel tersebut yang terintegrasi pada level nol (I(0)), yaitu disequilibrium error atau residual (u) bersifat stasioner. Engle dan Granger juga menyatakan bahwa suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai uji awal untuk menghindari regresi yang palsu. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan uji kointegrasi, yaitu antara lain Engle-Granger Cointegration Test, Johansen Cointegration Test, dan Cointegrating Regression Durbin-Watson Test. Uji kointegrasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji kointegrasi Engle-Granger. Hal ini dikarenakan persamaan yang digunakan merupakan persamaan tunggal. Metode kointegrasi Engle-Granger sebenarnya menggunakan metode Augmented Dickey Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama, meregresi persamaan OLS kemudian mendapatkan residual dari persamaan tersebut. Tahap kedua, dengan menggunakan metode ADF Test diuji akar unit terhadap residual dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis uji akar unit ADF variabel-variabel sebelumnya. Jika hipotesis nol ditolak atau signifikan, maka variabel residual adalah stasioner atau dalam hal ini kombinasi linier antar variabel adalah stasioner.
28
Artinya meskipun variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner, namun dalam jangka panjang variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan. Oleh karena itu, kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut disebut regresi kointegrasi. Parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat disebut sebagai koefisien-koefisien jangka panjang atau co-integrated parameters. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ln NABSt = β0 + β1 ln RGDPt + β2 ln M 2t + β3 ln RXCRt + β4 SWBIt + β5 INFLt + β6 ln JIIt + β7 ln JRDSt + εt
(3.1)
Keterangan: NABSt
= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Rp Juta).
RGDPt
= Gross Domestic Product (Rp Miliar).
M 2t
= Jumlah Uang Beredar (Rp Miliar).
RXCRt
= Exchange Rate (Rupiah per Dollar AS).
SWBIt
= Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (%).
INFLt
= Inflasi (%).
JIIt
= Jakarta Islamic Index.
JRDSt
= Jumlah Reksadana Syariah.
β0,..., β7
= Koefisien yang diestimasi.
εt
= Error.
3.4. Error Correction Model (ECM) Model ECM bertujuan untuk mengatasi permasalahan data runtun waktu (time series) yang tidak stasioner. Munculnya ECM untuk mengatasi perbedaan kekonsistenan hasil estimasi antara jangka pendek dan jangka panjang. Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari model yang dianalisis oleh Aroem (2005). Pengembangan model dalam
29
penelitian ini dilakukan dengan cara menambahkan variabel-variabel baru ke dalam model yaitu variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product. Variabel jumlah uang beredar dan gross domestic product ditambahkan dengan pertimbangan untuk melihat pengaruh perubahan nilai variabel-variabel tersebut terhadap jumlah NAB reksadana syariah. Untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari variabel RGDP, M2, RXCR, SWBI, INFL, JII, dan JRDS terhadap NAB reksadana syariah adalah sebagai berikut : ∆ ln NABSt = α1∆ ln RGDPt + α2∆ ln M 2t + α3∆ ln RXCRt + α4∆ SWBIt + α5∆ INFLt + α6∆ ln JIIt + α7∆ ln JRDSt + γut-1 + εt Keterangan: NABSt
= Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Rp Juta).
RGDPt
= Gross Domestic Product (Rp Miliar).
M 2t
= Jumlah Uang Beredar (Rp Miliar).
RXCRt
= Exchange Rate (Rupiah per Dollar AS).
SWBIt
= Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (%).
INFLt
= Inflasi (%).
JIIt
= Jakarta Islamic Index.
JRDSt
= Jumlah Reksadana Syariah.
ut-1
= Error Correction Term.
α1,..., α7
= Koefisien yang diestimasi.
εt
= Error.
(3.2)
30
3.5. Uji Pelanggaran Asumsi Klasik Dalam penelitian ini dilakukan pengujian pelanggaran asumsi klasik yang meliputi pengujian autokorelasi, heteroskedastisitas, dan normalitas. Penjelasan untuk masing-masing uji tersebut adalah : 1. Uji Autokorelasi Asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbansi u yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi terjadi jika nilai error tidak bersifat bebas antara yang satu dengan yang lainnya, artinya terjadi korelasi antar error sehingga model yang baik menghasilkan error yang acak dan tidak berpola. Kondisi tersebut menyebabkan variance yang diperoleh underestimate. Pada software Eviews 4.1, untuk mendeteksi adanya autokorelasi (serial correlations) dapat dilakukan melalui BreuschGodfrey Serial Correlation LM Test. Hipotesis : H0 : Tidak terdapat autokorelasi. H1 : Terdapat autokorelasi. Kriteria Uji : Probability Obs*R-Squared < α (taraf nyata yang digunakan), maka tolak H0. Probability Obs*R-Squared > α (taraf nyata yang digunakan), maka terima H0. 2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai varian dari variabel independen tidak memiliki nilai yang sama. Untuk mengetahui ada
31
tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat nilai probabilitas Obs*RSquared pada White Heteroskedasticity Test. Apabila nilai probabilitas Obs*R-Squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan maka persamaan tidak memiliki heteroskedastisitas.
3. Uji Normalitas Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Jika asumsi ini tidak terpenuhi, prosedur pengujian menggunakan statistik t menjadi tidak sah. Uji normalitas error term yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Jarque-Bera. Uji ini didasarkan pada error penduga least squares. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. H0 : Error Term terdistribusi normal. H1 : Error Term tidak terdistribusi normal. 2. Daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque-Bera (J-B) > χ2df-2 atau probabilitas (p_value) < α.
BAB IV. GAMBARAN UMUM
Reksadana syariah pertama kali muncul pada pertengahan tahun 1997. PT. Danareksa Investment Management (DIM) adalah yang pertama mengeluarkan produk tersebut. Reksadana Danareksa Syariah mulai melakukan penawaran umum pada tanggal 3 Juli 1997. Sampai dengan akhir tahun 2002, reksadana syariah hanya berjumlah 3 reksadana, yaitu Danareksa Syariah, PNM Syariah, dan Danareksa Syariah Berimbang. Sepanjang tahun 2003, reksadana syariah hanya berjumlah 4 reksadana. Sejak tahun 2005, reksadana syariah mulai berkembang dengan pesat yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah reksadana sebanyak lima kali lipat pada akhir tahun 2006 dibandingkan dengan jumlah reksadana syariah pada tahun 2003. Pada saat ini, reksadana syariah telah berkembang dengan pesat. Total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah pada bulan Desember 2003 adalah sebesar Rp 66.935.000.000,-. Nilai aktiva bersih reksadana syariah pada bulan Desember 2006 sebesar Rp 689.053.000.000,- yang berarti bahwa NAB reksadana syariah dalam waktu tiga tahun telah meningkat sebesar 1029 persen dari NAB bulan Desember 2003. Tetapi, perkembangan NAB reksadana syariah sampai saat ini masih sangat kecil bila dibandingkan dengan NAB industri reksadana di Indonesia. Pada bulan Desember 2006, total NAB industri reksadana Indonesia adalah sebesar Rp 51.620.077.000.000,-. Hal ini menunjukkan bahwa NAB reksadana syariah di Indonesia hanya sebesar 1,33 persen apabila dibandingkan dengan total NAB industri reksadana di Indonesia.
33
Sampai akhir tahun 2006, jumlah reksadana syariah tercatat sebanyak 22 reksadana. Jumlah tersebut hanya sebesar 5,46% dari jumlah total reksadana. Reksadana yang berjenis Reksadana Campuran merupakan yang terbanyak jumlahnya, yaitu sebanyak 13 reksadana, reksadana yang berjenis Reksadana Pendapatan Tetap adalah sebanyak 6 reksadana, Reksadana Terproteksi sebanyak 2 reksadana, dan satu Reksadana Saham.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Pengujian Akar-akar Unit Uji akar unit dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil pengujian kestasioneran data deret waktu (time series) untuk masing-masing variabel pada level dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level. Variabel ln_NABS ln_RGDP ln_M2 ln_RXCR SWBI INFL ln_JII ln_JRDS
Nilai ADF t-Statistic -1,303991 -0,288458 -1,109510 -0,188781 -3,588039 -1,453984 -1,214917 -0,257274
Nilai Kritis MacKinnon 1% 5% 10% -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658 -3,577723 -2,925169 -2,600658
Keterangan Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner Stasioner* Tidak Stasioner Tidak Stasioner Tidak Stasioner
Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa terdapat satu variabel yang stasioner baik pada tingkat kepercayaan 10%, 5%, maupun 1% yaitu SWBI. Hal ini ditunjukkan oleh Nilai ADF t-Statistic yang lebih kecil dari Nilai Kritis MacKinnon. Sebagai konsekuensi dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0) maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian derajat integrasi. Tujuan dari pengujian derajat integrasi adalah untuk mengetahui sejauh mana variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini harus di-difference
35
untuk memperoleh variabel-variabel yang stasioner pada derajat yang sama. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan stasioner pada first difference. Hasil pengujian integrasi dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference. Variabel ln_NABS ln_RGDP ln_M2 ln_RXCR SWBI INFL ln_JII ln_JRDS
Nilai ADF t-Statistic -6,549940 -4,776364 -7,121257 -5,840715 -9,873009 -5,923712 -5,141565 -6,931454
Nilai Kritis MacKinnon 1% 5% 10% -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,617364 -1,948313 -1,612229 -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,616203 -1,948140 -1,612320 -2,616203 -1,948140 -1,612320
Keterangan Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner* Stasioner*
Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.
Pada Tabel 5.2 dapat dilihat hasil uji akar unit untuk data yang digunakan dalam bentuk first difference dan dapat disimpulkan bahwa semua variabel, baik variabel dependen maupun variabel independen stasioner pada derajat satu atau I(1).
5.2. Uji Kointegrasi Uji kointegrasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang diantara variabel-variabel yang diamati. Variabelvariabel tersebut dikatakan saling terkointegrasi jika ada kombinasi linier diantara variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi linier tersebut harus stasioner. Uji kointegrasi Engle-Granger digunakan untuk mengestimasi
36
hubungan jangka panjang antara nilai aktiva bersih reksadana syariah (ln_NABS), Gross Domestic Product (ln_RGDP), jumlah uang beredar (ln_M2), Exchange Rate rupiah per dollar AS (ln_RXCR), bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), inflasi (INFL), Jakarta Islamic Index (ln_JII), dan jumlah reksadana (ln_JRDS). Uji ADF residual u bersifat stasioner pada level atau I(0). Hal ini menunjukkan bahwa residual dari persamaan yang digunakan berhasil menolak hipotesis nol yang berarti bahwa data residual stasioner pada tingkat kepercayaan 10 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan terdapat kointegrasi jangka panjang. Hasil uji residual u yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil Uji Residual u. Variabel u
Nilai ADF t-Statistic -7,013038
Nilai Kritis MacKinnon 1% 5% 10% -3,577723 -2,925169 -2,600658
Keterangan Stasioner*
Ket. : *Stasioner pada 10%, 5%, dan 1%.
Dari kesimpulan tersebut maka didapatkan persamaan jangka panjang untuk reksadana syariah. Hasil uji kointegrasi Engle-Granger (jangka panjang) dapat dilihat pada Tabel 5.4.
37
Tabel 5.4. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger (Jangka Panjang). Variabel C ln_RGDP ln_M2 ln_RXCR SWBI INFL ln_JII ln_JRDS R-Squared Adj. R-Squared Prob (F-Statistic)
Koefisien 17,64460 1,700312 -7,761001 7,151694 -0,015126 -0,021280 2,572785 0,846062
Probabilitas 0,4333 0,1746 0,0002 0,0000 0,3714 0,0564 0,0000 0,0001
= 0,980706 = 0,977329 = 0,000000
Salah satu kelebihan dalam menggunakan model koreksi kesalahan atau ECM yaitu ECM dapat disesuaikan atau disamakan dengan pendekatan dari umum ke khusus atau dengan kata lain dapat melihat kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Adapun hasil estimasi jangka panjangnya adalah sebagai berikut: Persamaan Jangka Panjang Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. ln NABSt = 17,64 + 1,70ln RGDPt – 7,76ln M2t + 7,15ln RXCRt – 0,02SWBIt – 0,02INFLt + 2,57ln JIIt + 0,85ln JRDSt R-Squared = 0,980706 Adjusted R-Squared = 0,977329 Prob (F-Statistic) = 0,000000 Berdasarkan persamaan jangka panjang tersebut, dapat diketahui bahwa variabel ln_M2, ln_RXCR, INFL, ln_JII, dan ln_JRDS memberikan pengaruh yang signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal tersebut dapat dilihat dari probability untuk masing-masing variabel yang memiliki nilai lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan. Sedangkan variabel yang tidak signifikan dalam
38
persamaan jangka panjang adalah ln_RGDP dan SWBI. Variabel ln_RGDP, ln_RXCR, ln_JII, dan ln_JRDS memiliki koefisien positif, sedangkan variabel ln_M2, SWBI, dan INFL memiliki koefisien yang negatif.
5.3. Diagnostic Test Model ECM 1. Uji Autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini dilakukan melalui Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Adanya autokorelasi dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai Probability Obs*RSquared pada Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini. Probability Obs*R-Squared sebesar 1,000000 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari masalah autokorelasi.
2. Uji Heteroskedastisitas. Adanya masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai Probability Obs*R-Squared pada White Heteroskedasticity Test dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model reksadana syariah terbebas dari masalah heteroskedastisitas karena nilai Probability Obs*R-Squared sebesar 0,370047 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima.
39
3. Uji Normalitas. Normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi normal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Probability Jarque-Bera sebesar 0,120517 yang lebih besar dari taraf nyata 10 persen sehingga hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa error term model jangka pendek terdistribusi normal. 10 Series: Residuals Sample 2003:04 2006:12 Observations 45
8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6
4
0.014904 0.005046 0.249700 -0.414714 0.128571 -0.405092 4.265160
2 Jarque-Bera Probability
0 -0.4
-0.2
0.0
4.231926 0.120517
0.2
Gambar 5.1. Output Uji Normalitas
5.4. Estimasi Error Correction Model (ECM) Kelebihan yang dimiliki oleh ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu (spurious regression). Selain itu, dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang diinginkan dari model dan pemberian makna yang lebih sederhana. Artinya model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel
40
dependen dalam hubungan jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil ECM terbaik yang diperoleh dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Hasil Estimasi ECM (Jangka Pendek). Variabel Dln_NABS(-1) Dln_NABS(-2) Dln_M2 Dln_RXCR Dln_RXCR(-1) D_SWBI(-1) D_INFL Dln_JII(-2) Dln_JRDS u(-1) R-Squared = 0,581809 Adj. R-Squared = 0,474275
Koefisien 0,333663 0,541048 -5,558991 2,305498 -3,003461 0,029758 -0,035368 -0,667154 0,667820 -0,682731
Probabilitas 0,0222 0,0005 0,0065 0,0321 0,0063 0,0262 0,0210 0,0944 0,0014 0,0004
Adapun persamaan jangka pendek perkembangan reksadana syariah adalah sebagai berikut: Persamaan Jangka Pendek Perkembangan Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. ∆ln NABSt = 0,33∆ln NABSt-1 + 0,54∆ln NABSt-2 – 5,56∆ln M2t + 2,31∆ln RXCRt – 3,00∆ln RXCRt-1 + 0,03∆SWBIt-1 0,04∆INFLt – 0,67∆ln JIIt-2 + 0,67∆ln JRDSt – 0,68ut-1 R-Squared = 0,581809 Adjusted R-Squared = 0,474275
Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel Dln_M2, Dln_RXCR, D_SWBI, D_INFL, Dln_JII, dan Dln_JRDS berpengaruh
signifikan
terhadap
NAB
reksadana
syariah
(Dln_NABS).
Sedangkan variabel Dln_RGDP tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah (Dln_NABS). Variabel bonus SWBI (D_SWBI) dan jumlah
41
reksadana (Dln_JRDS) memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Sedangkan jumlah uang beredar (Dln_M2), Real Exchange Rate (Dln_RXCR), inflasi (D_INFL), dan Jakarta Islamic Index (Dln_JII) memiliki hubungan negatif dengan NAB reksadana syariah.
5.5. Interpretasi Hasil Estimasi Nilai koefisien yang positif dari variabel ln_RGDP menunjukkan jika GDP riil meningkat sebesar 1 persen maka akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 1,70 persen. Hubungan positif antara variabel GDP dan NAB reksadana syariah terjadi karena peningkatan GDP akan berimplikasi pada peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan tersebut akan digunakan untuk melakukan investasi, salah satunya pada reksadana syariah. Selain itu, apabila dilihat dari sisi permintaan barang dan jasa, GDP yang meningkat
mencirikan
pendapatan
perusahaan
yang
meningkat
akibat
meningkatnya permintaan akan barang dan jasa. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan berimplikasi pada meningkatnya investor yang berinvestasi pada reksadana syariah. Oleh karena itu, investor akan lebih memilih untuk berinvestasi pada reksadana syariah dengan harapan keuntungan yang akan diperoleh. Jumlah uang beredar memiliki hubungan yang negatif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah uang beredar sebesar 1 persen akan menyebabkan penurunan NAB reksadana syariah sebesar 7,76 persen. Hal ini dapat terjadi karena dengan peningkatan jumlah uang beredar akan berimplikasi pada terjadinya inflasi. Inflasi menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang
42
sehingga masyarakat akan mengurangi investasi mereka. Sedangkan dalam jangka pendek, jika jumlah uang beredar (M2) meningkat sebesar 1 persen maka akan menurunkan NAB reksadana syariah sebesar 5,56 persen. Hubungan negatif antara variabel jumlah uang beredar dan NAB reksadana syariah terjadi karena dengan dilakukannya peningkatan jumlah uang beredar maka akan berimplikasi pada terjadinya inflasi. Selain itu, apabila dilihat dari sisi permintaan barang dan jasa, jumlah uang beredar yang meningkat akan menyebabkan peningkatan permintaan masyarakat akan barang dan jasa. Peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa tersebut akan berimplikasi pada peningkatan harga barang dan jasa tersebut. Inflasi menyebabkan pendapatan riil masyarakat berkurang. Oleh karena itu, investor akan lebih memilih untuk untuk memegang dana yang mereka miliki. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki hubungan yang positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan nilai tukar rupiah (depresiasi) terhadap dollar AS secara riil sebesar 1 persen akan menyebabkan peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 7,15 persen. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menunjukkan kondisi perekonomian yang melemah sehingga investor akan memilih untuk menanamkan modalnya di luar negeri (capital outflow). Akibatnya, iklim investasi di pasar modal menjadi tidak menarik. Hal tersebut berimplikasi pada indeks saham yang menurun dan pada akhirnya akan meningkatkan investasi pada reksadana syariah untuk diinvestasikan dalam saham. Sedangkan dalam jangka pendek, ketika real exchange rate rupiah terhadap dollar AS meningkat (depresiasi) sebesar 1 persen, maka NAB reksadana
43
syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,69 persen. Hal ini terjadi karena depresiasi yang terjadi mencerminkan kondisi perekonomian yang melemah. Kondisi ini menyebabkan investor melakukan penarikan dananya (redemption) dari reksadana syariah sehingga akan berimplikasi pada penurunan NAB reksadana syariah. Peningkatan bonus SWBI sebesar 1 persen akan berimplikasi pada penurunan NAB reksadana syariah sebesar 0,02 persen. Hal ini terjadi karena ketika bonus SWBI mengalami peningkatan, bonus SWBI akan lebih menarik sehingga investor akan lebih memilih untuk menanamkan dananya pada SWBI. Pengalihan investasi ini akan berimplikasi pada turunnya NAB reksadana syariah. Sedangkan dalam jangka pendek, peningkatan bonus SWBI akan berimplikasi pada peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 0,03 persen. Hal ini terjadi karena ketika bonus SWBI mengalami peningkatan, pemilik modal tidak langsung menginvestasikan dananya pada SWBI. Investor justru meningkatkan investasinya pada reksadana syariah dengan harapan memperoleh return yang lebih besar karena salah satu instrumen investasi reksadana syariah adalah SWBI. Selain itu, investasi dalam SWBI membutuhkan modal yang sangat besar, berbeda dengan berinvestasi pada reksadana syariah yang tidak membutuhkan dana yang besar sehingga masyarakat memiliki kemudahan untuk berinvestasi pada reksadana syariah. Tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan NAB reksadana syariah sebesar 0,02 persen. Peningkatan inflasi menyebabkan investasi menjadi
44
tidak menguntungkan sehingga masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang yang mereka miliki. Selain itu, terjadinya inflasi menyebabkan pengeluaran konsumsi masyarakat meningkat sehingga untuk mempertahankan tingkat konsumsinya maka masyarakat akan mengurangi investasi mereka. Sedangkan dalam jangka pendek, tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan inflasi sebesar 1 persen akan menurunkan NAB reksadana syariah sebesar 0,04 persen. Peningkatan inflasi menyebabkan investasi menjadi tidak menguntungkan sehingga masyarakat akan lebih memilih untuk memegang uang yang mereka miliki. Jakarta Islamic Index (JII) memiliki pengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan JII sebesar 1 persen akan berpengaruh pada peningkatan NAB reksadana syariah sebesar 2,57 persen. Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan return bagi hasil reksadana syariah. Oleh karena itu, masyarakat akan meningkatkan investasinya pada reksadana syariah dengan harapan untuk memperoleh return yang lebih besar. Sedangkan dalam jangka pendek, JII memiliki pengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan JII akan berpengaruh pada penurunan jumlah NAB reksadana syariah sebesar 0,67 persen. Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan yang meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan JII meningkat
45
sehingga masyarakat akan menebus (redemption) reksadana syariah mereka dengan tujuan memperoleh keuntungan. Jumlah reksadana syariah memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah reksadana syariah sebesar 1 persen akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 0,85 persen. Dengan semakin banyaknya jumlah reksadana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksadana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksadana syariah. Sedangkan dalam jangka pendek, jumlah reksadana syariah memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah reksadana syariah akan meningkatkan NAB reksadana syariah sebesar 0,67 persen. Dengan semakin banyaknya jumlah reksadana syariah yang ditawarkan maka kesempatan berinvestasi pada reksadana syariah akan semakin meningkat. Oleh karena itu, akan lebih banyak dana yang ditanamkan dalam reksadana syariah. Secara keseluruhan, NAB reksadana syariah periode sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap NAB reksadana syariah pada periode sekarang. Peningkatan NAB reksadana syariah periode sebelumnya sebesar 1 persen akan meningkatkan NAB reksadana syariah pada periode sekarang sebesar 0,87 persen. Dari Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa persamaan jangka panjang reksadana syariah memiliki nilai R-Squared sebesar 0,980706. Nilai tersebut menunjukkan bahwa persamaan reksadana syariah dalam jangka panjang dapat dijelaskan oleh variabel gross domestic product, jumlah uang beredar, real
46
exchange rate, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksadana syariah sebesar 98,07 persen. Sedangkan sisanya sebesar 1,93 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Persamaan jangka panjang reksadana syariah memiliki nilai probabilitas FStatistik sebesar 0,000000 yang lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,1 yang digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh variabel eksogen (independen) berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen (dependen) secara bersamaan atau serentak. Error Correction Term (ECT) menentukan seberapa cepat equilibrium tercapai kembali atau dengan kata lain mekanisme untuk kembali pada keseimbangan jangka panjang. Nilai koefisien ECT sebesar -0,682731 menunjukkan bahwa 68 persen dari ketidakseimbangan atau disequilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil estimasi persamaan jangka panjang, dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar, real exchange rate, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel gross domestic product, real exchange rate, Jakarta Islamic Index, dan jumlah reksadana syariah memiliki pengaruh yang positif terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan variabel jumlah uang beredar (M2), SWBI, dan inflasi memiliki pengaruh yang negatif. Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek dapat diketahui bahwa variabel jumlah uang beredar (M2), real exchange rate, SWBI, inflasi, JII, dan jumlah reksadana syariah berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel gross domestic product tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel SWBI (D_SWBI) dan jumlah reksadana syariah (Dln_JRDS) memiliki hubungan positif dengan NAB reksadana syariah. Sedangkan variabel jumlah uang beredar (Dln_M2), real exchange rate (Dln_RXCR), inflasi (D_INFL), dan JII (Dln_JII) memiliki hubungan secara negatif dengan NAB reksadana syariah.
6.2. Saran Pemerintah diharapkan untuk dapat menjaga stabilitas perekonomian karena apabila suatu negara telah memiliki kondisi perekonomian yang kondusif
48
maka akan meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan oleh Pemerintah adalah dengan mengeluarkan regulasi penjaminan dana sementara (temporarily guaranteed fund) untuk menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mendorong perkembangan reksadana syariah sehingga investor dapat menanamkan dananya dengan aman. Pemerintah harus mensosialisasikan reksadana syariah kepada masyarakat demi perkembangan reksadana syariah tersebut. Salah satu hal yang belum dilakukan pemerintah secara optimal adalah pengenalan reksadana syariah kepada masyarakat secara luas. Apabila reksadana syariah telah dikenal masyarakat dengan baik maka tidak akan terjadi kekhawatiran masyarakat akan masa depan reksadana syariah, sehingga masyarakat akan meningkatkan investasinya pada reksadana syariah yang diharapkan pada akhirnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bagi penelitian selanjutnya, faktor-faktor non-ekonomi (politik, keamanan, pengawasan, dan regulasi) sangat baik jika dimasukkan ke dalam model perkembangan reksadana syariah bersama-sama dengan faktor-faktor ekonomi. Hal ini penting mengingat perkembangan reksadana syariah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor non-ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Aroem, S. P. 2005. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksadana di Indonesia Periode 2000-2004 [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Baasir, F. 2004. ”Prospek dan Risiko dalam Investasi Syariah”. Pikiran Rakyat. 1 Maret 2005. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0304/01/0802.htm. [25 April 2007]. Dewan Syariah Nasional MUI. 2003. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi kedua. MUI: Jakarta. Errick, F. 2004. Analisis Permintaan Ekspor CPO Indonesia: Suatu Pendekatan Error Correction Model [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Firdaus, M., S. Ghufron, M. A. Hakim, dan M. Alshodiq. 2005. Investasi Halal di Reksadana Syariah. Jakarta: Renaisan. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Mahendra, A. 2006. Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Reksadana Syariah dengan Reksadana Konvesional (Studi Kasus pada PT. Danareksa Tbk. dan PT. Batasa Capital, Tahun 2006) [Skripsi]. Jurusan Manajemen Keuangan Syariah. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia, Bogor. Pasaribu, S. H. 2003. Modul Pelatihan (Paket C) : Eviews Untuk Analisis Runtut Waktu (Time Series Analysis). Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Pasaribu, S. H., D. Hartono, dan T. Irawan. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Pikiran Rakyat. 2004. ”Investasi Sesuai Syariah”. 19 Desember 2004. http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/19/hikmah/manajemen.htm.[25 April 2007]. Republika. 2005. ”Kemaslahatan Obligasi Syariah”. 15 April 2005. http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=194505&kat_id=256. [25 April 2007].
50
Setyanto, B. 2004. Menyusun Portofolio Investasi Optimal Reksadana Batasa Syariah dengan Metode Markowitz [Tesis]. Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Program Studi Timur Tengah dan Islam. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Sinar Harapan. 2005. ”Pengenalan Terhadap Reksadana Syariah”. 2 Februari 2005. Http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/erika/2005/0225/eur1.html. [25 April 2007]. Sudarsono, H. dan H. Y. Prabowo. 2004. Istilah-istilah Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press. Thomas, R. L. 1997. Modern Econometrics : An Introduction. England: Addison Wesley Longman.
Lampiran 1. Uji Unit Root pada Level. Null Hypothesis: LN_NABS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.303991 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.6202
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_RGDP has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.288458 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.9187
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_M2 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.109510 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.7045
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_RXCR has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-0.188781 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.9326
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: SWBI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic
t-Statistic
Prob.*
-3.588039
0.0097
52
Test critical values:
1% level 5% level 10% level
-3.577723 -2.925169 -2.600658
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: INFL has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.453984 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.5479
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_JII has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-1.214917 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.6604
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: LN_JRDS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-0.257274 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.9233
53
Lampiran 2. Uji Unit Root pada First Difference. Null Hypothesis: D(LN_NABS) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-6.549940 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_RGDP) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.776364 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_M2) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.121257 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_RXCR) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.840715 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(SWBI) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) t-Statistic
Prob.*
54
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
-9.873009 -2.617364 -1.948313 -1.612229
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(INFL) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.923712 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_JII) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.141565 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Null Hypothesis: D(LN_JRDS) has a unit root Exogenous: None Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic
Prob.*
-6.931454 -2.616203 -1.948140 -1.612320
0.0000
55
Lampiran 3. Kointegrasi Engle-Granger (Persamaan Jangka Panjang). Dependent Variable: LN_NABS Method: Least Squares Date: 05/29/07 Time: 05:48 Sample: 2003:01 2006:12 Included observations: 48 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_RGDP LN_M2 LN_RXCR SWBI INFL LN_JII LN_JRDS
17.64460 1.700312 -7.761001 7.151694 -0.015126 -0.021280 2.572785 0.846062
22.29239 1.230144 1.905194 0.621628 0.016732 0.010831 0.270827 0.196528
0.791508 1.382205 -4.073601 11.50478 -0.903985 -1.964774 9.499746 4.305037
0.4333 0.1746 0.0002 0.0000 0.3714 0.0564 0.0000 0.0001
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.980706 0.977329 0.171877 1.181664 20.79360 1.977605
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
12.18110 1.141521 -0.533067 -0.221200 290.4507 0.000000
56
Lampiran 4. Uji Residual u. Null Hypothesis: u has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
t-Statistic
Prob.*
-7.013038 -3.577723 -2.925169 -2.600658
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(u) Method: Least Squares Date: 07/12/07 Time: 13:13 Sample(adjusted): 2003:02 2006:12 Included observations: 47 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
u(-1) C
-1.019728 -0.005403
0.145405 0.022975
-7.013038 -0.235159
0.0000 0.8152
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.522205 0.511588 0.157500 1.116276 21.20339 2.029159
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-0.003438 0.225365 -0.817166 -0.738436 49.18270 0.000000
57
Lampiran 5. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan Variabel-variabel yang Tidak Signifikan. Dependent Variable: DLN_NABS Method: Least Squares Date: 07/12/07 Time: 13:28 Sample(adjusted): 2003:06 2006:12 Included observations: 43 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DLN_NABS(-1) DLN_NABS(-2) DLN_NABS(-3) DLN_NABS(-4) DLN_RGDP DLN_RGDP(-1) DLN_RGDP(-2) DLN_RGDP(-3) DLN_RGDP(-4) DLN_M2 DLN_M2(-1) DLN_M2(-2) DLN_M2(-3) DLN_M2(-4) DLN_RXCR DLN_RXCR(-1) DLN_RXCR(-2) DLN_RXCR(-3) DLN_RXCR(-4) D_SWBI D_SWBI(-1) D_SWBI(-2) D_SWBI(-3) D_SWBI(-4) D_INFL D_INFL(-1) D_INFL(-2) D_INFL(-3) D_INFL(-4) DLN_JII DLN_JII(-1) DLN_JII(-2) DLN_JII(-3) DLN_JII(-4) DLN_JRDS DLN_JRDS(-1) DLN_JRDS(-2) DLN_JRDS(-3) DLN_JRDS(-4) u(-1)
0.608645 0.514682 0.274774 0.181301 2.009955 2.641529 3.716675 -7.038548 1.046897 -4.854546 8.143212 -0.086063 -0.743247 -4.151811 3.711302 -7.985350 -0.323428 -0.166095 4.548259 0.019182 0.094194 0.045839 0.016014 0.008606 -0.033604 0.040382 0.028596 -0.075119 0.024911 1.465175 0.610279 -1.518609 0.685420 0.609480 0.313089 -0.933936 -0.309639 -0.644485 -0.738102 -1.223064
0.801585 1.017415 0.867858 0.512853 8.375904 14.02486 11.49859 15.57526 14.26832 7.374112 10.73663 17.58148 9.906820 12.92814 7.073914 8.753634 9.735255 9.884739 8.218006 0.064260 0.084775 0.074402 0.069748 0.062179 0.046424 0.055794 0.059684 0.132308 0.089078 2.373270 3.677178 2.293020 3.847072 2.070399 0.737901 1.081017 1.107656 0.977401 0.719073 1.093642
0.759302 0.505872 0.316612 0.353515 0.239969 0.188346 0.323229 -0.451906 0.073372 -0.658323 0.758451 -0.004895 -0.075024 -0.321145 0.524646 -0.912233 -0.033222 -0.016803 0.553450 0.298510 1.111105 0.616099 0.229601 0.138404 -0.723845 0.723765 0.479118 -0.567756 0.279660 0.617366 0.165964 -0.662274 0.178167 0.294378 0.424297 -0.863942 -0.279544 -0.659386 -1.026464 -1.118341
0.5029 0.6478 0.7723 0.7471 0.8258 0.8626 0.7677 0.6820 0.9461 0.5573 0.5033 0.9964 0.9449 0.7692 0.6361 0.4289 0.9756 0.9876 0.6185 0.7848 0.3476 0.5814 0.8332 0.8987 0.5215 0.5215 0.6646 0.6099 0.7979 0.5807 0.8787 0.5551 0.8699 0.7877 0.6999 0.4512 0.7980 0.5567 0.3802 0.3449
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.896589 -0.447748 0.241798 0.175399 57.27627
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
0.071442 0.200959 -0.803547 0.834778 1.994580
58
Lampiran 6. Error Correction Model (Persamaan Jangka Pendek) dengan Variabel-variabel yang Signifikan. Dependent Variable: DLN_NABS Method: Least Squares Date: 05/29/07 Time: 06:00 Sample(adjusted): 2003:04 2006:12 Included observations: 45 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
DLN_NABS(-1) DLN_NABS(-2) DLN_M2 DLN_RXCR DLN_RXCR(-1) D_SWBI(-1) D_INFL DLN_JII(-2) DLN_JRDS u(-1)
0.333663 0.541048 -5.558911 2.305498 -3.003461 0.029758 -0.035368 -0.667154 0.667820 -0.682731
0.139431 0.142195 1.920180 1.032605 1.032927 0.012815 0.014633 0.388061 0.191828 0.173920
2.393027 3.804975 -2.894995 2.232701 -2.907718 2.322230 -2.416946 -1.719198 3.481341 -3.925549
0.0222 0.0005 0.0065 0.0321 0.0063 0.0262 0.0210 0.0944 0.0014 0.0004
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood
0.581809 0.474275 0.145145 0.737343 28.65346
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Durbin-Watson stat
0.063306 0.200180 -0.829042 -0.427562 1.878191
59
Lampiran 7. Diagnostic Test Model ECM.
1. Uji Autokorelasi. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.143825 0.000000
Probability Probability
0.866579 1.000000
Probability Probability
0.412008 0.370047
2. Uji Heteroskedastisitas. White Heteroskedasticity Test: F-statistic Obs*R-squared
1.094772 21.46825
3. Uji Normalitas. 10 Series: Residuals Sample 2003:04 2006:12 Observations 45
8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6
4
0.014904 0.005046 0.249700 -0.414714 0.128571 -0.405092 4.265160
2 Jarque-Bera Probability
0 -0.4
-0.2
0.0
0.2
4.231926 0.120517