MEMBANGUN BRAND IMAGE REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA Oleh: Taufiqur Rahman
Abstract : Mutual funds-called Reksadana- is a container used to collect funds from investors to be invested in the securities portfolio by investment manager who has received permission from Badan Pengawas Penanaman Modal (BAPEPAM).The operational principle which is used in Islamic mutual funds is the principle of mudarabah or Qiradh. The principle of Mudharabah or Qiradh is interpreted as a bond or a system where a person gives his wealth to another person to be managed with the provision that the profits earned from the management of the results were split between the two parties in accordance with the terms agreed upon by both parties.We hope that the mutual Shariah will find herself back. And with presence will make an investment alternative in a Islamic principle capital market and provide the benefit and welfare for Muslims in Indonesia. Key words: mutual funds, investment, shariah Pendahuluan Pasar modal merupakan salah satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Menurut Irfan Syawqy, secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dunia ekonomi modern. Bahkan, perekonomian modern tidak akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik. Setiap hari terjadi transaksi triliunan rupiah melalui institusi ini. Di era globalisasi, masyarakat dihadapkan kepada realitas dunia yang serba cepat dan canggih. Tak terkecuali didalamnya masalah ekonomi dan keuangan. Produk-produk baru dikembangkan untuk menarik dana dari masyarakat. Salah satu produk yang telah berkembang pesat di Indonesia adalah reksadana yang diluar negeri dikenal dengan ”Unit Trust” atau ”Mutual Fund”. Sesuai dengan Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manager investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal). Portofolio investasi dari reksadana dapat terdiri dari berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen diatas. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para pemodal kecil yang ingin ikut serta dalam pasar modal dengan modal minimal yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko yang sedikit dan Reksadana Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan syariah non perbankan, 35
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan return investasi dari sumber dan cara yang bersih, dan dapat dipertanggung jawabkan secara Syariah. Berkenaan dengan urgensitas reksadana Syariah, bahwa dalam kenyataan sosial-ekonomi ditemukan dua persoalan yang saling berkaitan. Pertama, ada orang yang memiliki potensi keuangan, tetapi ia tidak mempunyai skill dalam memberdayakan modal tersebut. Yang kedua, ada orang yang mempunyai skill tapi tidak mempunyai modal. Dalam konteks ini reksadana telah terjadi simbiosis mutualisme antar pemilik modal yang tidak memiliki skill dengan pemilik skill yang tidak memilik modal. Mengingat reksadana adalah instrumen investasi dalam pasar modal, maka dalam perjalanannya sangatlah sensitif dengan perkembangan pasar dan isu-isu yang ada dalam pasar keuangan. Secara sekilas, Perkembangan reksadana yang dimulai pada tahun 1996 telah berkembang dengan pesat dan pada tahun 1998 mengalami penurunan dikarenakan adanya krisis ekonomi di Indonesia, kemudian pada tahun setelahnya berkembang dengan cepat karena banyaknya jenis reksadana yang ditawarkan di Indonesia. Pada tahun 2005 industri reksadana mengalami penurunan yang signifikan disebabkan kondisi perekonomian Indonesia yang kurang mendukung. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro Indonesia pada periode Januari sampai dengan September 2005 yang menunjukkan pergerakan relatif menurun. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar yang mencapai level Rp. 12.000 terjadi akibat naiknya harga minyak dunia yang mencapai level tertinggi di US$ 71 per barel di akhir Agustus 2005. Krisis global, yang melanda sejak awal Oktober 2008, tidak mengakibatkan terhentinya pertumbuhan Reksadana yang terlihat dari jumlah Reksadana yang Pernyataan Pendaftarannya telah efektif selama 3 bulan terakhir pada tahun 2008 yakni sejumlah 45 Reksadana. Walapun krisis global tersebut berdampak pada penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana dari Rp 91,50 triliun pada akhir Desember 2007 menjadi Rp 74,35 triliun pada akhir Desember 2008 (turun 18,74%), namun jumlah Unit Penyertaan Reksadana selama tahun 2008 ini tetap mengalami pertumbuhan yaitu dari 53,59 miliar Unit Penyertaan menjadi 61,51 miliar Unit Penyertaan atau meningkat sebesar 14,78%. Pada akhir tahun 2008 telah terjadi krisis global di Amerika disebabkan jatuh bangkrutnya Lehman Brothers, sehingga menyebabkan anjloknya harga-harga saham dunia, dan pastinya ini mempengaruhi nilai aktiva reksadana di Indonesia semua ikut terjun bebas akibat hal tersebut. Terutama reksadana saham dan reksadana campuran. Kemudian beredar isu bangkrutnya Bank Century dikarenakan gagal kliring kepada Bank Indonesia. Dan masalah yang lainnya adalah produk investasi sejenis reksadana bank tersebut yang disinyalir diterbitkan oleh PT.Antaboga Delta Sekuritas Indonesia tidak memiliki izin dari lembaga Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK). Dan banyak uang nasabah yang diinvestasikan dalam 36
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
reksadana bodong tersebut tidak kembali pada nasabah dan beserta keuntungannya pada saat jatuh tempo. ”Sudah jatuh tertimpa tangga pula” begitulah kiasan yang lebih tepat mengenai perkembangan reksadana dewasa ini. Dimana telah mengalami penerjunan bebas dari tahun pertahunnya. Tak terkecuali reksadana Syariah yang juga ikut imbasnya. Maka tujuan dari penelitian ini adalah mencoba untuk membangun kembali brand image reksadana Syariah yang telah mengalami penurunan image disebabkan beredarnya berita dan isu yang sangat merugikan keberadaan produk investasi reksadana di Indonesia. Sebetulnya reksadana syaria‟h mempunyai peluang yang sangat bagus pada tahun 2009 dan tahun-tahun berikutnya hal ini dibuktikan dengan banyaknya jenis-jenis reksadana Syariah yang beredar di masyarakat dan semakin getolnya manajer investasi membidik reksadana syariah, mengingat pasar produk Syariah dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan di masa-masa mendatang. Pengertian dan Sejarah Reksadana Syariah Reksadana diluar negeri dikenal dengan sebutan unit trust (di Inggris) yang berarti unit (saham) kepercayaan atau mutual fund (di Amerika) yang berarti dana bersama atau investment fund (di Jepang) yang berarti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan kepercayaan. 1 Secara bahasa reksadana tersusun dari dua konsep yaitu “reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan konsep “dana” yang berarti (himpunan) uang. Dengan demikian, secara bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara. Sedangkan secara istilah, reksadana berarti sebuah wadah dimana masyarakat dapat menginvestasikan dananya dan oleh pengurusnya (manajer investasi) dana itu diinvestasikan ke portofolio efek, yang dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) sekuritas, surat berharga atau efek, atau instrument yang dikelola. Sebenarnya, makna umum dari reksadana syariah tidak jauh berbeda dengan makna reksadana pada umumnya. Yang membedakan reksadana syariah dengan konvesional terletak pada operasionalnya, di mana reksadana menggunakan ketentuan prinsip syariah. Prinsip syariah di reksadana syariah digunakan dalam bentuk akad antara pemilik modal (rab al-mal) dengan manajer investasi (amil), pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi, dan dalam penentuan dan pembagian hasil investasi Sejarah reksadana dimulai saat seorang pedagang Belanda bernama Adriaan van Ketwich pada tahun 1744 membuat sebuah reksadana. Reksadana ini bernama Eendragt Maakt Magt yang berarti ”persatuan menciptakan kekuatan”. Langkah van Ketwich ini kemudian diikuti oleh raja 1
Yadi janwari Dzajuli, lembaga-lembaga perekonomiaan umat: sebuah pengenalan (Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2002), 197.
37
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
Belanda pada saat itu, William I dengan mendirikan sebuah perusahaan investasi pada tahun 1822. Sejak saat itu, reksadana lainnya mulai bermunculan, antara lain di Swiss tahun 1849 dan instrumen serupa yang muncul di Skotlandia pada tahun 1880. Satu hal yang perlu dicatat, pada masa-masa tersebut reksadana yang ada bersifat closed-end. Artinya, penerbit reksadana tidak memiliki kewajiban untuk membeli kembali reksadana yang telah dijualnya. Pembeli reksadana hanya dapat menjual reksadana yang dimilikinya kepada investor lain. Selanjutnya, ide mengenai reksadana ini mulai mengakar di Inggris dan Perancis dengan adanya Joint Stock Companies Act pada tahun 1862 dan 1867 yang mengijinkan investor untuk mendapatkan bagian keuntungan perusahan investasi dan risiko investasinya hanya sebatas dana yang diinvestasikan. Reksadana kemudian dibawa ke Amerika Serikat pada tahun 1890. Reksadana pertama yang diterbitkan di Amerika Serikat adalah “The Boston Personal Property Trust” pada tahun 1893. Langkah penting yang menjadi tonggak munculnya reksadana modern adalah diterbitkannya Alexander Fund di Philadelphia pada tahun 1907. Apa yang menjadikan reksadana ini disebut sebagai peletak dasar reksadana modern? Reksadana ini dijual secara berkala dalam periode 6 bulanan dan hal terpenting lainnya, investor dapat menjual kembali reksadananya kepada penerbit. Sebelumnya, investor hanya dapat menjual reksadananya kepada investor lain. Di Indonesia, reksadana pertama kali muncul saat pemerintah mendirikan PT. Danareksa pada tahun 1976. Pada waktu itu PT. Danareksa menerbitkan reksadana yang disebut dengan sertifikat Danareksa. Pada tahun 1995, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pasar modal yang mencakup pula peraturan mengenai reksadana melalui UU No. 8 tahun 1995 mengenai pasar modal. Adanya UU tersebut menjadi momentum munculnya reksadana di Indonesia yang diawali dengan diterbitkannya reksadana tertutup oleh PT. BDNI Reksadana. 2 Reksadana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity dengan kapitalisasi sebesar U$ 150 juta. Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga Keuangan syariah menimbulkan sikap optimistis meningkatnya gairah investasi yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun 2000 oleh PT. Danareksa Investment Management, dimana pada saat itu PT. Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan prinsip Syariah berjenis reksadana campuran yang dinamakan Danareksa Syariah Berimbang. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya muncul beberapa produk reksadana dengan berbagai jenisnya yang saat ini mencapai sekitar 37 produk
2
Dikutip dari http://smansa-binjai.net/node/139 (30 Juni 2009)
38
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
reksadana syariah yang penulis kutip dari laporan siaran Pers akhir tahun 2008 oleh Bapepam LK.3 Pandangan Syariah Tentang Reksadana Pandangan Syariah tentang reksadana ini dikutip dari loka karya Alim Ulama‟ tentang reksadana Syariah, yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama‟ Indonesia bekerja sama dengan Bank Muamalat Indonesia tanggal 24-25 Rabiul Awwal 1417 H bertepatan dengan 29-30 Juli 1997 di Jakarta. Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah dibolehkan selama tidak bertentangan dengan Syariah, mengikuti kaidah fiqh yang dipegan oleh Madzhab Hambali dan para fuqaha‟ lainnya, yaitu: ”Prinsip dasar dalam transaksi dan syarat-syarat yang berkenaan dengannya ialah boleh diadakan, selama tidak dilarang oleh Syariah atau bertentangan dengan nash Syariah.” Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar memenuhi akad yang mereka lakukan seperti disebut dalam al-Qur‟an surat al-Maidah ayat 1:
ّياايها الذين أمنوا أوفوا بالعقود أحلّت لكم بهيمة االنعام اال ما يتلي عليكم غير محلي الصيد وأنتم حرم ان .هللا يحكم ما يريد “Hai orang-orang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya. Syariah dapat menerima usaha semacam reksadana sepanjang hal yang tidak bertentangan dengan Syariah. Wahbah Zuhaily berkata: dan setiap syarat yang tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariat dan dapat disamakan hukumnya (diqiyaskan) dengan syarat-syarat yang sah. (al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuh). Mekanisme operasional antara pemodal dengan manajer investasi dalam reksadana Syariah menggunakan sistem wakalah. Pada akad wakalh tersebut, pemodal memberikan mandat kepada manajer investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam prospektus. Investasi hanya dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah. Reksadana Syariah berbeda dengan reksadana konvesional dalam operasionalnya. Hal yang paling tampak adalah proses screening dalam mengkonstruksi portofolio. Filterisasi menurut prinsip Syariah akan mengeluarkan saham yang memiliki aktifitas haram seperti riba, minuman keras, judi, daging babi dan rokok.4 Di samping itu, proses filterisasi juga dilakukan dengan cara 3 4
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari‟ah (Jakarta: Kencana, 2007), 103. Ibid., 107-108.
39
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram dan membersihkannya cara charity. Tujuan Berdirinya Reksadana Syariah Pada
kondisi
objektif
masyarakat
saat
ini,
masyarakat
ada
kecenderungan
menginvestasikan modalnya ke lembaga-lembaga keuangan non perbankan, seperti lembaga pembiayaan semisal Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan Asuransi. Dari sekian banyak lembaga keuangan non perbankan itu ada yang disebut dengan reksadana, yaitu lembaga keunagan non perbankan yang bergerak di bidang pasar modal. Reksadana yang bergerak di bidang pasar modal telah lama muncul di bidang percaturan ekonomi dunia. Di Indonesia sendiri reksadana telah muncul pada tahun 1977 seiring dengan aktifnya pasar modal, yang kemudian dilegitimasi lagi dengan lahirnya Undang-Unang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pembentukan reksadana Syariah adalah sebagai lembaga investasi syariah yang juga memiliki keterkaitan yang erat dengan implementasi konsep ekonomi Islam yang mengacu pada sistem nilai dan asas-asas pokok filsafat ekonomi Islam yang berpedoman pada Al-Quran dan asSunnah serta sumber-sumber hukum Islam lainnya. Prinsip Transaksi dan Aplikasi Reksadana Syariah Prinsip operasional yang digunakan di reksadana Syariah adalah prinsip mudharabah atau qiradh. Prinsip mudharabah atau qiradh ini diartikan sebagai sebuah ikatan atau sistem dimana seseorang memberikan hartanya kepada oang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh hasil dari pengelolaan tersebut dibagi antara kedua pihak sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak. Prinsip mudharabah atau qiradh di reksadana Syariah ini memiliki beberapa karakteristik. Pertama pemodal sebagai rab al-mal ikut menanggung resiko kerugian yang dialami manajer investasi sebagai „amil. Kedua, manajer investasi sebagai „amil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi kalau kerugian tersebut bukan disebabkan karena kelalaiannya. Ketiga, keuntungan (ribh) dibagi antara pemodal (rab al-mal) dengan manajer investasi („amil) sesuai dengan proporsi yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Mekanisme Operasional Reksadana Syariah 1. Mekanisme operasional dalam Reksadana Syariah terdiri atas: a. Antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem wakalah, dan b. Antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. 40
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
2. Karakteristik sistem mudarabah adalah: a. Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili oleh Manajer Investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer b. Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal. c. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan. d. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross negligence/tafrith). Begitupun juga Dalam mekanisme kerja yang terjadi di reksadana ada tiga pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana yaitu: 1) Manajer investasi sebagai pengelola investasi. Manajer investasi ini bertanggung jawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan kepu-tusan investasi, memonitor pasar investasi, dan melakukan tindakan- tidakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. Manajer investasi ( perusahaan pengelola) dapat berupa: a) Perusahaan efek, dimana umumnya berbentuk divisi tersendiri atau PT yang khusus menangani reksadana. b) Perusahaan yang secara khusus bergerak sebagai perusahaan manajemen investasi (PMI) atau investment manajemen company. 2) Bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu bank yang bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator reksadana. Dana yang terkumpul dari sekian banyak investor bukan merupakan bagian dari kekayaan manajer investor maupun bang kustodian, tetapi memiliki parta investor yang disimpan atas nama reksadana di bank kustodian. Baik manajer investasi maupun bank kustodian yng akan melakukan kegiatan ini terlebih dahulu harus mendapat ijin dari Bapepam. 3) Pelaku ( perantara) dipasar modal ( broker, underwriter) maupun di pasar uang ( bank) dan pengawas yang dilakukan oleh Bapepam. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 20 /DSN- MUI/ 1V /2001, Reksadana Syariah adalah: ” reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal / rabb al- mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal,maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.” Menurut undang-undang pasar modal No. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Reksadana dapat terdiri dari berbagi macam
41
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
instrumen surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen- instrumen di atas. Dengan demikian, sebuah reksadana merupakan hubungan trilater karena karena melibatkan beberapa pihak yang terikat sebuah kontrak atau trust ded secara legal. Mereka adalah pemilik modal, manajer investasi, dan bank kustodian. Jenis Produk Reksadana Syariah Memahami jenis-jenis reksadana yang tersedia, sangat perlu untuk mengetahui mengenai instrument dimana reksadana melakukan investasi, setidaknya ada empat reksadana dalam peraturan bapepam. Namun demikian, dalam reksadana syariah hanya mengakui dua dana reksadana, yaitu reksadana pendapatan tetap (fixed income fund) dan reksadana campuran (discretionary fund/balanced funds). 1. Reksadana Pendapatan Tetap (fixed income funds/FIF) Reksadana pendapatan tetap adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya kedalam efek yang ersifat hutang. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari RDPT ini adalah hasil investasi yang lebih besar dari pada RDPU. Di sisi lain, tingkat resiko yang dimiliki juga lebih besar. Tujuannya adalah untuk menghasilkan keuntungan yang stabil. Pembagian keuntungan biasanya berupa uang tunai (dividen) yang dibayarkan secara teratur, misalnya 3 bulan, 6 bulan atau tahunan. 2. Reksadana Campuran (discretionary funds /mixed funds/ balanced funds) Reksadana campuran dapat melakukan investasinya dalam bentuk efeek hutang maupun ekuitas dengan fungsi alokasi yang lebih fleksibel. Artinya, melihat sisi fleksibelitasnya baik dalam pemilihan jenis investasi (saham, obligasi, deposito atau efek lainnya) serta komposisi alokasinya,RDC dapat berorientasi pada saham, obligasi, atau pasar uang. Mengingat komposisinya yang sangat variatif, sebelum menentukan pilihan pada suatu RDC tertentu, investor harus benar-benar mengetahui, bagaimana komposisi investasi yang terdapat pada RDC yang akan dipilih. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari prospectus reksadana. 3. Reksadana Pasar Uang (money market funds/MMF) Reksadana Pasar Uang (RDPU) adalah reksadana yang investasinya 100% pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah efek-efek hutang berjangka kurang dari satu tahun. Pada umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi, serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksadana ini memiliki tingkat resiko paling rendah, tetapi keuntungan yang didapatkan juga sangat terbatas. Tujuan investasi RDPU umumnya untuk kepentingan perlindungan modal dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi, sehingga jika dibutuhkan, dapat dicairkan setiap kerja 42
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
dengan resiko penurunan nilai investasi yang hampir tidak ada. Reksadana ini berbeda dari yang lainnya, RDPU tidak menerapkan biaya pembelian dan biaya penjualan kembali. Dari sisi NAB per unit peyertaan, hampir tidak ada perubahan relatif tetap dari hari ke hari. 4. Reksadana Saham (Equity Funds/EF) Reksadana Saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Efek saham pada umumnya memberikan hasil yang lumayan tinggi, berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham dan deviden. Reksadana saham biasanya diminati oleh investor yang mengerti potensi investasi pada saham untuk jangka panjang, sehingga dana yang digunakan untuk investasi merupakan dana untuk jangka panjang. Di samping itu, investasi pada reksadana saham merupakan alternatif yang paling tepat bagi investor yang tidak berani melakukan investasi di saham secara langsung. Hal ini disebabkan terbatasnya dana untuk melakukan diservikasi, serta terbatasnya waktu untuk memonitor kondisi pasar. Pada bulan Oktober 2006 bapepam mengeluarkan aturan baru berkaitan dengan jenisjenis Reksadana yang sedikit berbeda dari Reksadana yang selama ini beredar. Reksadana tersebut, seperti Reksadana Terproteksi, Reksadana indeks, dan Reksadana dengan penjaminan. Berikut sekilas mengenai pengertian ketiga jenis reksadana tersebut: Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund) Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi. Sisanya diinvestasikan pada efek lain, sehingga investor masih punya peluang memperoleh peningkatan NAB (NIlai Aktiva Bersih) atau Net Asset Value (NAV). Reksadana dengan Penjaminan ( Guaranted Fund) Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi dan bak kustodian. Manajer investasi wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% daripada efek bersifat utang yang masuk kategori layak investasi. Reksadana Indeks
43
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
Portofolio Reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurang-kurangnya 80% efek yang menjadi bagian indeks acuan.5 Nilai aktiva Bersih (NAB) adalah merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau dari hasil suatu reksadana. NAB per saham atau unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham atau unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Beberapa tahun ini mulai berkembang prinsip syariah dalam jasa keuangan, mulai dari perbankan, asuransi, dan investasi. Saat ini ada beberapa perusahaan sekuritas yang menularkan produk investasi Syariah, antara lain Danareksa, PNM, Bhakti Asset Management (BAM), Rifan Sekuritas, dll. Pangsa pasar reksadana Syariah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Sejak dari kegiatan perbankan dan investasi Syariah yang baru muncul beberapa tahun belakangan, pertumbuhan reksadana Syariah terus mengalami kenaikan. dana kelolaan reksadana Syariah mencapai Rp700 miliar, sementara reksadana konvensional mencapai Rp58,247 triliun. Jumlah tersebut diproyeksi akan terus meningkat dengan makin banyaknya investor yang kini mulai melirik berinvestasi di reksadana Syariah yang dianggap lebih menguntungkan. Hal ini dipicu oleh makin diminatinya instrumen investasi Syariah selama beberapa tahun belakangan. Jakarta Islamic Index (JII) dalam lima tahun terakhir mencatat pertumbuhan transaksi investasi Syariah yang jauh lebih tinggi dibandingkan IHSG. Bahkan, otoritas pasar modal pun memperkirakan pertumbuhan reksadana ke depannya semakin pesat, seiring dengan banyaknya perusahaan yang berniat menerbitkan produk-produk syariah, seperti corporate sukuk (obligasi Syariah korporasi) yang belum lama diperkenalkan itu. Perencana keuangan Ahmad Gozali menyebutkan bahwa tren masyarakat untuk memilih reksadana syariah saat ini memang cukup besar. “Hal ini dipicu dari harapan ketenangan batin dari investor, dan juga era 2008-2009 kali ini, JII mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan IHSG dan juga reksadana berbasis LQ45,” ujarnya Umumnya reksadana syariah dijual secara ritel dengan minimal pembelian Rp250.000 per unit sampai Rp5 juta. Jakarta Islamic Centre (JII) saat ini mencatat 30 emiten yang dinilai memenuhi persyaratan syariah.6 Pertumbuhan Reksadana Syariah di Indonesia 5 6
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari‟ah, 99. Nadratuzzaman Hosen, Materi Dakwah Ekonomi Islam (Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah 2008), 85.
44
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
Pertumbuhan industri reksadana Syariah pun melampaui pertumbuhan reksadana nasional, bahkan sebelum sukuk negara diluncurkan. Saat industri reksadana nasional tumbuh 2,15% pada triwulan I tahun ini, pertumbuhan reksadana syariah mencapai 31,64%. Hanya saja, dilihat dari volumenya, reksadana jenis ini masih kecil dibanding reksadana konvensional. Namun, jika dilihat dari tingkat pengembalian (return), reksadana Syariah berbasis obligasi syar‟iah pada Januari-Juli 2008 membukukan nilai return rata-rata 5%, sementara seluruh produk reksadana pendapatan tetap lainnya yang membukukan return negatif. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), pada akhir 2007 jumlah reksadana Syariah mencapai 25 produk dengan dana kelolaan Rp 2,2 triliun. Jumlah dana kelolaan tersebut naik 206,39% dari Rp 719 miliar pada 2006 yang berasal dari 23 produk. Sementara hingga kuartal I/2008, nilainya mencapai Rp 2,92 triliun. Bahkan, data PT Infovesta Utama memperkirakan instrumen investasi ini hingga semester I/2008 mencapai Rp 3,30 triliun dengan 28 produk, atau naik 49,93% dari dana kelolaannya di akhir 2007. Total industri reksadana secara keseluruhan pada akhir 2007 sebesar Rp 91,15 triliun atau tumbuh 79,2% dari Rp 50,87 triliun pada 2006. Hingga Maret 2008, jumlahnya terus meningkat menjadi Rp 93,11 triliun.Nah,bagaimana reksadana syariah ketika krisis global menerjang seperti saat ini? Abiprayadi Riyanto, Ketua Asosiasi Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana Indonesia, mengatakan, saat krisis global seperti sekarang hampir semua instrumen investasi terkena dampaknya, tak terkecuali reksadana Syariah. Menurutnya, dana kelolaannya per Oktober 2008 sebesar Rp 2,1 triliun, turun dibanding per Septermber 2008 sebesar Rp 2,5 triliun. Abi menuturkan, sebenarnya reksadana Syariah merupakan reksadana yang memiliki karakter sendiri yang berpengaruh terhadap penentuan portofolio investasinya. Ini yang membedakannya dari reksadana konvensional. Reksadana Syariah memiliki koridor sendiri yang membatasi diri dalam berinvestasi, sehingga tak bisa masuk ke sektor-sektor yang berbasis suku bunga seperti bank dan perusahaan pembiayaan, perusahaan rokok, serta hotel. Rujukan investasinya adalah Jakarta Islamic Index (JII) dari Bursa Efek Indonesia dan Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan Bapepam-LK. Ada perbedaan antara JII dan DES. JII memasukkan daftar sahamnya berdasarkan bisinis emitennya yang bukan perusahaan berbasis bunga, rokok atau hotel. Sementara itu, DES lebih dalam lagi: tak hanya melihat bisnis perusahaannya, tapi juga kondisi keuangannya. Perusahaan yang masuk dalam daftar JII belum tentu bisa masuk dalam DES kalau perusahaan itu, misalnya, banyak utangnya. Baik JII maupun DES dievaluasi secara berkala. Dengan melihat pola investasi seperti itu, tentu saja ada plus-minusnya berinvestasi di reksadana Syariah. Abi menjelaskan, pada 2007 para manajer investasi reksadana lebih banyak membenamkan investasinya pada sektor-sektor yang disebut winning team seperti pertambangan, 45
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
energi, agrobisnis dan infrastruktur yang saat itu boom. Namun pada 2008, sektor-sektor yang masuk dalam winning team terimbas krisis global ini, sehingga harga sahamnya berguguran. Di sisi lain, ada sektor yang tetap bertahan dan lebih bagus dibanding sektor yang masuk winning team, dana syariah bisa masuk karena bukan dalam koridornya. Artinya, karena selektif, kinerja reksadana Syariah tak akan lebih bagus dibanding sebelumnya. “Tapi itu tak apa-apa. Setiap reksadana yang punya karakter bisa bagus di satu titik dan bisa turun di titik lainnya,” kata Abi memberi alasan. Semua itu sudah disadari para investor reksadana syariah. Dan di sinilah perbedaan utama antara reksadana Syariah dan reksadana konvensional. Reksadana Syariah memiliki prospek yang baik, apalagi setelah adanya sukuk negara, kendati saat ini terkena imbas krisis global seperti halnya instrumen reksadana lainnya. Selain itu, volumenya pun masih kecil dibanding reksadana konvensional.7 Imbas krisis global ternyata juga menghantam industri reksadana Syariah. Berdasarkan data per awal Januari 2008, asset reksadana Syariah telah mencapai Rp 2,4 Triliun namun turun drastis 30% dan tercatat pada akhir Desember 2008 sebesar Rp 1,8 Triliun. Begitu juga pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009, investasi reksadana mengalami keterpurukan dikarenakan suatu kasus yang menimpa nasabah Bank Century yang tertipu dengan produk reksadana yang ditawarkan oleh bank tersebut. Bank Century dalam operasinya juga melakukan penjualan reksadana padahal bank ini tidak mempunyai perizinan untuk menjual Reksadana. Ketika saya cek ke situs Bapepam, Bank Century tidak terdaftar sebagai APERD (Agen Penjual Efek Reksadana). Kisah seram ini lalu ternyata berkembang menjadi lebih menyeramkan lagi. Salah satu reksadana yang dijual oleh Bank Century merupakan reksadana „bodong‟, alias reksadana yang dibuat tanpa seizin Bapepam. Reksadana yang bermasalah ini dijual dengan nama Investasi Dana Tetap Terproteksi dan dikeluarkan oleh PT. Antaboga Delta Sekuritas. Hebatnya lagi, produk ini kabarnya sudah dijual sejak tahun 2001. Kini dikabarkan bahwa bahwa Rp 1 Triliun – Rp 1,5 Triliun milik nasabah bank Century terkena masalah seputar produk ini. Dengan adanya kejadian ini maka investasi reksadana secara pelan-pelan akan ditinggalkan oleh para masyarakat termasuk juga dengan reksadana syariah. Walaupun pada kenyataannya reksadana terpuruk, para pengamat ekonomi menyatakan bahwa pada tahun 2009 untuk reksadana Syariah akan mengalami pertumbuhan diatas 10% menjadi sekitar Rp 2,08 triliun, hal ini ditandai dengan banyaknya produk investasi reksadana Syariah yang bermunculan serta komitmen Bapepam LK untuk memasyarakatkan industri yang berbasis Syariah ini dan pangsa pasar yang menjanjikan yaitu mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam Berikut ini penulis akan menyajikan grafik kinerja reksadana;
7
Dikutip dari http://www.swa.co.id/swamajalah/portofolio/details.php?cid=1&id=8354 (30 Juni 2009)
46
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
Tabel I Kinerja Reksadana Periode
Jumlah Reksadana
Pemegang Saham
NAB (Rp Juta)
Jumlah Saham/Unit Yang Beredar
2005
328
254.660
29.405.732,20
21.262.143.379,98
2006
403
202.991
51.620.077,40
36.140.102.795,60
2007
473
325.224
92.190.634,60
53.589.967.474,74
2008
567
352.429
74.065.811,15
60.976.090.770,24
2009
574
356,783
92,120,093.25
64,522,799,850.05
Tabel II Pertum buhan Reksadana
jumlah reksadana
700 600 2005
500
2006
400
2007 300
2008
200
2009
100 0 periode
Tabel III Nilai Aktiva Bersih Reksadana per Jenis Rp Milyar Periode
saham
p.uang
camp.
pend. tetap
terproteksi
indeks
ETFShm
ETF-P. Ttp
Syariah
Total
2005
4.928,44
2.079,99
5.455,60
13.855,26
3.086,44
0,00
0,00
0,00
0,00
29.405,73
2006
8.250,85
3.800,62
8.471,09
19.520,85
11.547,03
29,64
0,00
0,00
0,00
51.620,08
2007
34.799,67
4.828,54
14.232,58
21.285,54
16.345,03
117,04
77,95
504,27
0,00
92.190,63
2008
19.891,42
2.301,84
10.002,12
10.931,32
29.331,30
100,98
43,7
688,93
774,22
74.065,81
Jan
19.854,86
2.240,43
10.195,78
10.780,89
29.653,14
114,88
42,46
698,12
769,78
74.350,33
Peb
19.073,79
2.259,59
9.723,09
11.225,52
29.525,28
115,4
40,41
652,71
820,56
73.436,36
Mar
20.909,44
2.771,60
10.508,32
11.584,45
29.786,23
133,54
45,22
694,75
959,32
77.392,88
Apr
25,484.17
3,154.75
11,453.90
12,343.67
29,614.70
9.10
54.47
719.29
2,231.61
85,065.67
Mei
29,568.12
3,098.46
12,484.11
13,228.10
29,958.94
10.81
59.46
765.98
2,946.11
92,120.09
2009
Sumber : E-Monitoring Riset Pasar Modal - Biro RISTI Bapepam - LK
Setelah kita mengetahui mengenai pertumbuhan dan keterpurukan reksadana akhir-akhir ini. Dan prospek investasi reksadana khususnya reksadana Syariah maka di perlukan strategi atau langkah yang tepat untuk membangun brand image reksadana Syariah di tengah-tengah masyarakat sehingga produk-produk lembaga keuangan yang berprinsip Syariah mempunyai nilai manfaat
47
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
dalam kehidupan berekonomi umat Muslim di Indonesia khususnya. Hal-hal berikut akan kami sajikan dalam bab pembahasan. Kendala dan Strategi Membangun Brand Image Reksadana Syariah Ibarat bangunan yang fondasinya kurang kokoh, dihajar topan langsung ambruk. Demikianlah analogi yang tepat dialamatkan pada industri reksadana di Tanah Air. Ketika tempo hari diterjang penurunan nilai aset basis portofolionya, reksadana pun tumbang. Investor tunggang langgang memikul kerugian dan hilang kepercayaan. Kalau kita telusuri sejak mulainya reksadana membengkak dan kemudian menggelembung (booming), sebenarnya sudah jelas tanda-tanda yang membahayakan industri ini. Tidak ada ”pelampung” (exit policy atau exit strategy) yang kuat disediakan regulator untuk antisipasi manakala industri ini mengalami kekisruhan. Benar, tatkala badai benar datang, semua pelaku industri terjun bebas. Ada beberapa catatan yang patut dikemukakan sebagai bahan pelajaran bagi semua pihak dalam upaya membangun kembali reruntuhan reksadana. Dibutuhkan aturan kuat yang harus dipatuhi semua pelaku. Itu harus disertai penegakan hukum dan aturan yang jelas, terukur, dan tanpa pandang bulu. Integritas regulator harus diletakkan pada tataran sangat tinggi karena reksadana menyangkut dana publik yang tak kecil. Dengan berbagai kasus terakhir, di mana banyak investasi masyarakat yang tak jelas nasibnya, membuat kepercayaan mereka menipis terhadap regulator. Kepercayaan masyarakat, khususnya yang awam dan sangat minim pemahamannya soal ”hukum” dan risiko investasi, pun menjadi sangat rendah terhadap manajer investasi. Seperti kita ketahui, bisnis investasi merupakan bisnis jasa. Dan bisnis jasa adalah bisnis kepercayaan yang harus selalu menjaga brand awarness. Bila sekali saja salah menyampaikan informasi kepada pelanggan dan terjadi peristiwa seperti diatas, maka akan hilang kepercayaan pelanggan dalam waktu singkat. Pelanggan, dalam hal ini investor, akan berpikir seribu kali untuk menginvestasikan lagi dananya di reksadana. Karena brand sebagai intangible asset sangat rapuh dan vulnerable. dalam mengembangkan pasar modal Syariah di Indonesia khususnya mengenai reksadana Syariah , ada beberapa kendala yang dihadapi antara lain : 1.
masih minimya ketentuan yang menjadi legitimisi pasar modal syariah dari Bapepam atau pemerintah, misalnya Undang-Undang. Perkembangan keberadaan reksadana Syariah saat ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan Bapepam dan pemerintah lebih tergantung dari permintaan pelaku pasar yang menginginkan keberadaan reksadana Syariah.
48
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
2.
Dualisme sistem pasar modal yang menawarkan dua sistem Reksadana, yaitu Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional. Kondisi ini kurang memberikan dukungan bagi tumbuhnya Reksadana Syariah.
3.
Selama ini reksadana Syariah lebih populer sebagai sebuah wacana dimana banyak bicara tentang bagaimana reksadana yang disyariahkan. Dimana selama ini praktek reksadana tidak bisa dipisahkan dari riba, maysir dan gharar, dan bagaimana memisahkan ketiganya dari pasar modal.
4.
Sosialisasi instrumen Syariah di reksadana perlu dukungan dari berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan pasar modal perlu dukungan berbagai pihak. Karena ternyata perkembangan Jakarta Islamic Index dan reksadana Syariah kurang tersosialisasi dengan baik sehingga perlu dukungan dari berbagai pihak, khususnya praktisi dan akademisi. Praktisi dapat menjelaskan keberadaan pasar modal secara pragmatis sedangkan akademisi bisa menjelaskan secara ilmiah.
Berdasarkan pada kendala–kendala di atas maka strategi-strategi
yang perlu dikembangkan,
adalah : 1) Keluarnya Undang-Undang Reksadana Syariah diperlukan untuk mendukung keberadaan pasar modal Syariah atau minimal menyempurnakan UUPM No 8 Tahun 1995, sehingga dengan hal ini diharapkan semakin mendorong perkembangan pasar modal Syariah. 2) Memperbanyak jenis Reksadana Syariah guna memberikan alternatif investasi bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di Reksadana Syariah. 3) Perlu keaktifan dari pelaku bisnis (pengusaha) muslim untuk membentuk kehidupan ekonomi yang Islami. Hal ini guna memotivasi meningkatkan image pelaku pasar terhadap keberadaan instrumen pasar modal yang sesuai dengan Syariah 4) Diperlukan rencana jangka pendek dan jangka panjang oleh Bapepam untuk mengakomodir perkembangan instrumen-instrumen Syariah dalam pasar modal. Sekaligus merencanakan keberadaan pasar modal syariah di tanah air. 5) Perlu kajian-kajian ilmiah mengenai reksadana Syariah, oleh karena itu dukungan akademisi sangat diperlukan guna memahamkan perlunya keberadaan pasar modal Syariah. 6) peningkatan edukasi publik akan reksadana Syariah dan penguatan transparansi prosedur investasi, pengelolaan dan transaksi, dan pengawasannya. Tanpa semua itu, yakinlah segala upaya merekonstruksi bangunan reksadana untuk berdiri tegak seperti semula takkan mencapai hasil memuaskan. 7) Peluang reksadana Syariah yang telah memiliki spiritual Brand yang kuat. Spiritual Brand disini bukan merek yang berhubungan dengan agama. Akan tetapi Spiritual Brand lebih bermakna membangun diri dengan integritas, kejujuran dan kesantunan. Maka bila dilakukan 49
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
marketing komunikasi yang terpadu, sebenarnya reksadana syariah akan menjadi sangat bernilai bagi customer. 8 Dengan
serangkaian
upaya
terpadu
dalam
membangun
spiritual
brand
dan
mengkomunikasikan brand function, akan memancarkan spiritual values kepada semua pihak terutama investor dan orang-orang yang menerima charity. Namun Spiritual values harus dimiliki terlebih dahulu oleh para karyawan dan manajer investasi sehingga spiritual values akan timbul secara otomatis dalam pikiran dan hati investor. Spiritual Customer Relationship pun akan terbangun seiring terbentuknya good corporate government. Juga diharapkan ke depannya akan timbul investor yang setia dan menjadi pelindung bagi brand perusahaan atau biasa diungkapkan pakar pemasaran, Hermawan Kartajaya, sebagai spiritual advocate customer. ”Customer inilah yang dididam-idamkan oleh seluruh perusahaan karena merupakan pelanggan loyal seumur hidup”, ujar Hermawan.9 Pada akhirnya Brand yang terbangun akan menjadikan reksadana Syariah sebagai produk investasi yang bersih, halal, menguntungkan, bermanfaat bagi banyak orang dan dapat dimiliki oleh semua orang yang memiliki prinsip dan moral baik. Catatan Akhir Reksadana Syariah bisa dikatakan merupakan instrumen investasi baru dalam lingkungan pasar modal di Indonesia, yang pertama kali hadir pada tahun 2000 dengan produk Danareksa Syariah Berimbang yang diterbitkan oleh PT. Danareksa Investment Management. Namun keberadaannya tidak akan bisa dipandang sebelah mata karena pada tahun-tahun berikutnya jumlah produk reksadana Syariah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang signifikan. Namun dalam pertumbuhannya pada akhir tahun 2008 reksadana mengalami keterpurukan disebabkan adanya krisis global yang melanda seluruh bagian dunia serta peristiwa di tanah air yang melibatkan antara Bank Century dan nasabahnya karena para nasabah tertipu dengan salah satu produk investasi reksadana yang Bank Century tawarkan melalui besutan PT Antaboga Delta Sekuritas, yang ternyata setelah bapepam LK menyelidiki bahwa PT Antaboga Delta Sekuritas tidak mempunyai wewenang untuk mengelola produk reksadana. Maka dengan beberapa kejadian tersebut image dari reksadana semakin memburuk dan hal ini juga terjadi dengan Reksadana Syariah. Dengan melihat beberapa kendala serta menyajikan pelbagai strategi untuk membangun brand image reksadana Syariah yang telah penulis kemukakan di atas. Kita berharap bahwa
8 9
Iggi H Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003). 187 Hermawan Kartajaya, Hermawan Kartajaya on Brand , (Jakarta: Mizan, 2000), 66.
50
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
reksadana Syariah akan menemukan jati dirinya kembali. Dan dengan keberadaannya akan menjadikan salah satu alternatif investasi di pasar modal yang berprinsip Syariah dan memberikan kemanfaatan dan kesejahteraan bagi umat Islam di Indonesia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penelitian ini. Maka saran dan kritik serta penelitian selanjutnya tentang masalah reksadana Syariah ini yang akan menyempurnakan karya ini. Dan akhir kata, mudah-mudahan penelitian ini bermanfaat. Amiin.
51
MIYAH VOL.X NO. 01 JANUARI TAHUN 2015
DAFTAR PUSTAKA Achsien, Iggi H. Investasi Syariah di Pasar Modal, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003 A Djazuli, Yadi Janwari. Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat: Sebuah Pengenalan, Jakarta: Raja Grafindo Persada , 2002 Firdaus, Muhamad. Sofiyani Gufron dkk. Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Investasi Halal di Reksadana Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005 Huda, Nurul Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2007 Hosen, Nadratuzzaman. Materi Dakwah Ekonomi Islam. Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah, 2008 Kartajaya, Hermawan. Hermawan Kartajaya on Brand, Jakarta: Mizan, 2004 FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 http://smansa-binjai.net/node/139 http://www.swa.co.id/swamajalah/portofolio/details.php?cid=1&id=8354
52