ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Ahmad Mursyidin NIM : 105081002556
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDEYATULLAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL il I' U 1.,^^J^ Al^ OE n;^,'r^a ur. rt. I r. UUO|luo lrV. Jvt vrPutOi
4Cr{4 r4t4
'
Teip : (02-2i-7ae$18,7496006,Fax(62-2i17436006) 'vVebsiie: www.uiniki.ac.iri emaii :
[email protected] /
[email protected]
r-J^---:truvilVltd
wwwxwe
^,-i
*-?e*:!?H!e:an:1
SURATPERNYATAAN
Sayayang bertandatangan di bawah ini:
Nama Mahasiswa
Ahmad Mursyidin
NIM
105081002556
Jurusan
Manajemen
Denganini menyatakanbahwaSkripsiadalahhasilkarya saya sendiriyang merupakan pengolahandan analisissaya sendiriserta bukan merupa.kan hasilpenelitian, replikasi maupunsadurandari hasilkarvaatau hasilpenelitianorang lain. Apabilaterbuktiskripsiini plagiatatau replikasi-maka skripsidianggapgugui'danhai'us melakukanpenelitianuiang untuk menyusunskripsibaru dan kelulusansertageiarni/a dibatalkan. Demikianpernyataanini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudianhari menjaditanggungjawabsaya.
Jakarta,
10 Juli 2010
Ahmad Mursyidin
ANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI
DAN INDBKS
SYARIAH TERHADAP NILAI AKTIVA BBRSIH REKSADANA SYARIAH Skripsi '
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syaratuntuk meraih Gelar SarjanaEkonomi.
Oleh : Ahm:rd l\{ursyitlin
NI M : 1 0 5 0 81 0 0 2 5 5 ( )
Di BarvahBimbingan
PembimbingII
PembimbingI
(---^\ a-0
z'
o -44 {ffIwfrt'
/Dq
\T\
!raf. Dr. AhmadRodoni.MM 200i 12 1003 NIP : 19690203
V
Indo Yama NaHudin. SE..MAB NIP : 19741127 2}01t21nn?
JURUSAN MAIIAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAH JAKARTA r43t H/20r0 M
t-.lariini SelasaTanggal16 BulanJuniTahunDua Ribu Sembilantelahdilakukan dengan atasnamaAhmadMursyidinNIM : 105081002556 Ujian komprenhenslf *AIrtALIsIs INDEKS DAN MAKROEKoNOMI VARIABEL st
iakarta.l6 Juni2009
Tim llenguii Uiian Komnrehensif
Sekretalis
Kelua
PengujiAhli
Hari ini Kamis Tanggal l7 Bulan Juni TahunDua Ribu Sepuluhtetah dilakukan Ujian S*ripsi atasnama Ahmad Mursyidin NIM : 105081002556denganjudul Skripsi SANALISIS VARIABEL MAKROEKONOMI DAN INDEKS SYARIAH TERIIADAP AKTTVA BERSIH REKSADAFIA NILAI SYARlAHoo.Memperhatikanpenampilan Mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,makaskripsi ini sudahdapatditerimasebagaisalahsatusyaratuntuk memperolehGelar SarjanaEkonomipadaJurusanManajemenFakultasEkonomi dan Bisnis UniversitasIslamNegeri Syarif HidayatullahJakarta.
Jakarta.l7 Juni2010
Tim Pensuii Uiian Skripsi
<'dl
(7/
k-# Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua
Indo Yama Nasarudin. SE..MAB Sekretaris
[e\s Titi Dewi Warninda" SE., pI.Si PengujiAhli II
PengujiAhli I
n
(v '
Amalia" SE.,MM PengujiProposalSkripsi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama 2. Tempat & Tgl. Lahir 3. Alamat 4. Telepon/Hp 5. Email
II.
PENDIDIKAN 1. Tahun 1992-1998 : 2. Tahun 1998-2001 : 3. Tahun 2001-2004 : 4. Tahun 2005-2010 :
: Ahmad Mursyidin : Bogor, 8 Desember 1986 : Jl. Kencana 1 No. 53 RT 003/002 Kel. Kencana Kec. Tanah Sareal Bogor 16167 : 0251 7532932 / 085697387370 :
[email protected]
MI NURUL AMAL BOGOR SLTP NEGERI 16 BOGOR SMU NEGERI 6 BOGOR UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. Tahun 1998-2000 : Anggota PMR di SLTPN 16 Bogor 2. Tahun 2002-2003 : Anggota OSIS di SMUN 6 Bogor 3. Tahun 2002-2004 : Anggota ROHIS di SMUN 6 Bogor
IV.
PENGALAMAN KERJA 1. Januari -Mei 2005 : Pegawai Restoran Soto Ambengan Pak Sadi Juanda Jakarta Pusat 2. Agustus-September 2008 : Magang di PT Parama Mega Jaya Serpong Tangerang
V.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : H. Kosasih (Alm) 2. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 13 Oktober 1953 3. Alamat :4. Telepon : 0251 7532932 5. Ibu : HJ Nurhasanah 6. Tempat & Tgl. Lahir : Bogor, 15 Januari 1958 7. Alamat : Kencana 1 No 53 RT 003/002 Kel kencana, Kec. Tanah Sareal Bogor 16167 8. Anak Ke dari : Ketujuh dari Tujuh Bersaudara
i
ABSTRACT
This research purpose to analyze influence the variables macroeconomics and syariah index toward net asset value syariah mutual funds until January 2005-February 2008 period. Variables this research is exchange rate rupiah toward US Dollar, inflation, SWBI and JII. This research uses path analyze approach, the meaning is for to analysis direct and indirect influence of eksogen variable to endogen variable, after doing the tests, the result is showing that all eksogen variables influence significan toward net asset value syariah mutual funds,where is for the exchange rate have value of direct influence in the amount of 9,79 % and indirect influence in the amount of -11,79% (with total influence in the amount of -1,99%), for the inflation have value of direct influence in the amount of 26,72 % and indirect influence in the amount of 8,00 % (with total influence in the amount of 34,73%), for the SWBI have value of direct influence in the amount of 6,76 % and indirect influence in the amount of -11,30% (with total influence in the amount of -4,54%), while is for the JII have value of direct influence in the amount of 48,58 % and indirect influence in the amount of -7,04 % (.with total influence in the amount of 41,54%). Compare of total influnce its four variables, the have influence more dominant toward net asset value syariah mutual funds is JII.
Keywords : Exchange rate of rupiah to US Dollar, Inflation, SWBI, JII, and Syariah mutual Funds
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis pengaruh variabel makroekonomi dan indeks syariah terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah selama periode Januari 2005-Februari 2008. Variabel pada penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII.Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis jalur, maksudnya yaitu untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak lansung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Setelah dilakukan pengujian, hasil tersebut menunjukan bahwa semua variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, dimana untuk nilai tukar rupiah memilki nilai pengaruh langsungnya sebesar 9,79% serta pengaruh tidak langsungnya sebesar –11,79% (pengaruh total sebesar -1,99%) , untuk inflasi memilki nilai pengaruh langsung sebesar 26,72% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar 8,00% (pengaruh total sebesar 34,73%), untuk SWBI memilki nilai pengaruh langsung sebesar 6,76% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar – 11,30% (pengaruh total sebesar -4,54%), sedangkan untuk JII memilki nilai pengaruh langsung sebesar 48,58% dan pengaruh tidak langsungnya sebesar – 7,04 % (pengaruh total sebesar 41,54%). Jadi dengan membandingkan pengaruh total dari empat variabel tersebut, yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah JII.
Kata kunci : Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar, Inflasi, SWBI dan NAB Reksadana Syariah
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh dari sempurna. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan bagi umat, keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini di susun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam rangka menyelesaikan studi jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “ Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Disamping itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, baik moril maupun materil. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Orang tuaku, Ibunda tercinta yang tak pernah berhenti mengiringi langkahku dengan doanya yang penuh keikhlasan,yang tak pernah letih menguatkanku dengan nasehat-nasehat bijaknya disaat ku lemah dan membuat ku tegar dalam menghadapi semua cobaan yang diberikan Allah SWT serta menjadi teladan bagi penulis untuk memamahi arti kesabaran dan kekhilasan. 2. Ahmad Fahmi, Khodijah, Robiatul Hasanah, Maulidah, Nuriah dan wafi adalah Kakak-kakakku yang selalu memberikan semangat dan dukungannya bagi penulis dalam
mengerjakan skripsi ini sampai akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan. 3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEB. 4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembimbing I dan Pudek Akademik, yang telah memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan yang luar biasa kepada penulis, serta menyempatkan waktunya untuk membaca dan mengkoreksi skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. iv
Mudah-mudahan Allah SWT membalas segala kebaikannya dengan sebaikbaiknya balasan. 5. IndoYama Nasarudin, SE., MAB, selaku Pembimbing II dan Ketua Jurusan Manajemen yang banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan memberikan banyak ilmu-ilmu baru, serta dukungannya yang tak henti memberi semangat kepada penulis, semoga Allah SWT mencatat segala amal kebaikannya sebagai ibadah. 6. Untuk Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, staff akademik, karyawan dan petugas perpustakaan terimakasih semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayahnya. 7. Sahabat–sahabat seperjuangan di Manajemen 2005, Andrie Setiadi, Yusup, Yeni, Uyet, Marcos, Wahyu Ariadi, Jumita, Nina, Ina, Mia, Dahlan, Ridwan, M. Wirawan, Rully Ahmad, Reza Okta, Fauzi, Enny, Ana, Iin Purwaningsih dan sahabat – sahabat semua yang penulis tidak sebutkan satu per satu, tanpa mengurangi rasa persaudaraan kita penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya dan memohon maaf apabila selama ini penulis banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga persahabatan kita tetap dijaga oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua yang membaca, amien.
Jakarta, Juni 2010
Penulis
v
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... i Abstract ........................................................................................................... ii Abstrak ............................................................................................................ iii Kata Pengantar ............................................................................................... iv Daftar Isi ......................................................................................................... vi Daftar Tabel .................................................................................................... x Daftar Gambar ................................................................................................ xi Daftar Lampiran .............................................................................................xii Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .........................................................................13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................13 1. Tujuan Penelitian ..........................................................................13 2. Manfaat Penelitian ........................................................................14 Bab II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ............................................................................................15 1. Pengertian Investasi .......................................................................15 2. Jenis Investasi ...............................................................................16 3. Dasar Hukum Investasi Syariah .....................................................17 B. Reksadana .........................................................................................20 1. Pengertian Reksadana ...................................................................20 vi
2. Pengertian Reksadana Syariah .......................................................20 3. Pelaku Reksadana Syariah ..............................................................22 4. Proses Investasi Reksadana Syariah ...............................................23 5. Jenis-jenis Reksadana .....................................................................25 6. Mekanisme Kerja Reksadana .........................................................31 7. Alokasi Biaya Reksadana ..............................................................32 8. Keunggulan Manfaat Investasi di Reksadana ..................................34 9. Risiko Investasi di Reksadana ........................................................35 C. Nilai Tukar Mata Uang ....................................................................36 1. Teori Kurs .....................................................................................37 2. Sistem Nilai Tukar ........................................................................39 D.Inflasi ................................................................................................41 1. Penggolongan Inflasi .....................................................................42 2. Pengukuran Inflasi .........................................................................43 E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) ........................................43 F. Jakarta Islamic Indeks (JII) ................................................................44 G. Nilai Aktiva Bersih ...........................................................................47 H. Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen .........48 I. Penelitian Terdahulu ...........................................................................52 J. Kerangka Pemikiran ...........................................................................59 K.Hipotesis ............................................................................................60
vii
Bab III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................62 B. Metode Penentuan Sampel ................................................................62 C. Metode Pengumpulan Data ...............................................................63 D. Metode Analisis ................................................................................64 E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................72
Bab IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................73 1. Pasar Modal Syariah ......................................................................73 2. Tentang Reksadana Syariah ...........................................................76 B. Penemuan dan Pembahasan ...............................................................78 1. Analisa Deskriptif ........................................................................78 2. Analisa Regresi Jalur......................................................................86 3. Gambar Diagram Jalur ..................................................................94 4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, Pengaruh Total..............................................................................................96 C.Interpretasi…………………………………………………………..101
viii
Bab V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan .................................................................................... 103 B. Implikasi …………………………………………………………..104 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….111
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
Keterangan
2.1
Karakteristik Reksadana .................................................................30
2.2
Kesimpulan Hasil Penelitian Terdahulu ...........................................56
3.1
Operasional Variabel Penelitian ......................................................72
4.1
Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar .................................78
4.2
Data Tingkat Inflasi ........................................................................80
4.3
Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia ..............................82
4.4
Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks ................................................83
4.5
Data NAB Reksadana Syariah ........................................................85
4.6
Hasil Koefisien Determinasi ...........................................................86
4.7
Uji F Regresi ...................................................................................87
4.8
Uji t Regresi ...................................................................................88
4.9
Hasil Pengujian Secara Parsial ........................................................90
4.10
Hasil Korelasi .................................................................................91
4.11
Analisis Korelasi Variabel Eksogen .................................................94
4.12
Total Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap NAB Reksadana Syariah ............................................................................................96
4.13
Total Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah.................97
4.14
Total Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah .................98
4.15
Total Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah ......................99
4.16
Total Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SWBI, dan JII Terhadap NAB Reksadana Syariah ............................................... 100
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Keterangan
2.1
Skema Elemen Reksadana Syariah...................................................22
2.2
Mekanisme Kerja Reksadana ...........................................................31
2.3
Kerangka Pemikiran .......................................................................60
4.1
Diagram Jalur Penelitian Setelah Proses Regresi dan Korelasi .........95
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Keterangan
1
Output Regresi dan Korelasi Berdasarkan SPSS .................. 111
2
Data Mentah Masing-masing Variabel ................................ 113
3
Data Setelah di LOG kecuali Inflasi dan SWBI masingmasing dibagi 12 Setiap Bulannya ...................................... 114
4
Daftar Produk Reksadana Syariah Periode Januari sampai Februari 2008 ..................................................................... 115
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar modal indonesia dalam beberapa tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di pasar modal indonesia. Dalam perkembangannya, telah hadir reksadana syariah yang dimaksudkan untuk memberikan alternatif investasi yang lebih luas terutama para pemodal muslim. Dapat dijadikan catatan bahwa kemunculan reksadana syariah di indonesia yang domotori oleh Danareksa Syariah terbitan dari PT Danareksa Investment Management tanggal 25 Juni 1997 merupakan cikal bakal kemunculan pasar modal syariah (Yoga Saltian, 2006:1). Lahirnya reksadana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip diversifikasi, “don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai modal yang relatif besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk memilih dan mengawasinya terus-menerus untuk memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Per definisi,. Reksadana (mutual fund) adalah perusahaan investasi yang mengelola investasi saham,
1
obligasi, dan lain-lainnya, dengan menerbitkan surat berharga tersendiri yang ditujukan kepada para investor, sehingga para investor tersebut tidak perlu lagi melakukan investasi langsung terhadap berbagai surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek tetapi cukup membeli surat berharga yang diterbitkan reksa dana tersebut (www.jurnal-ekonomi.org). Reksadana sendiri sebagai produk adalah cukup sederhana dan menarik. Sederhana karena produk merupakan dalam bentuk sertifikat yang terdiri dari berbagai instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik mengenai kondisi perusahaan-perusahaan akan menjadikan sertifikat reksa dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus memilih hanya saham-saham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa efek yang berkepanjangan mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa dana sebagai “resep” untuk membuat bursa menjadi bullish kembali. Fenomena maraknya produk reksadana ini tidak bisa ditutup-tutupi dan yang paling menonjol dari perkembangan industri reksadana adalah semakin banyaknya jumlah produk reksadana. Jadi, bukan tidak mungkin krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksadana malah sebaliknya merupakan blessing in disguise. Data memperlihatkan sejak 1996 sampai dengan bulan April 2003 produk reksadana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 18 reksadana baru yang akan semakin memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal (www.bi.go.id).
2
Jenis reksadana itu sendiri cukup banyak, seperti reksadana pendapatan tetap yang 80 persen portofolio investasinya pada efek yang berbentuk surat utang seperti obligasi, reksadana pasar uang yang portofolio investasinya pada jenis instrumen pasar uang seperti SBI, reksadana saham yang portofolio investasinya terdiri dari saham dan reksadana campuran yang instrumen investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan dengan instrumen lainnya (www.pkes.org). Satu bentuk investasi syariah adalah reksadana syariah. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak melanggar
batasan
syariah,
dalam
fundamental
maupun
operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dasar hukum reksadana syariah ialah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan menurut fatwa DSN-MUI NO: 20/DSNMUI/IV/2001 Tentang reksadana Syariah yaitu: “Reksadana syariah ialah Reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari’ah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/ Rabb al Mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi (Burhanuddin Susanto, 2009: 73).
3
Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam. Seperti pabrik makanan/minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, serta bisnis hiburan yang berbau maksiat (MUI, 2001). Perbedaan yang paling nampak dari operasional reksadana syariah dengan reksadana konvensional adalah proses screening dalam mengkonstruksi portofolio. Filterasi menurut prinsip syariah akan mengeluarkan saham yang memiliki aktivitas haram. Proses cleansing atau filterasi terkadang juga menjadi ciri tersendiri, yaitu membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram, dengan membersihkannya sebagai charity (Yoga Saltian, 2006:2). Di Indonesia sekarang ini, proses screening terhadap produk saham yang berprinsip syariah sudah tidak terlalu sulit lagi, karena sudah ada indeks
4
saham berbasis syariah yaitu Jakarta Islamic Indeks (JII), yang dapat mempermudah pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis syariah. Selain itu instrumen pasar modal syariah lainnya yang sudah mulai marak adalah obligasi syariah, sedangkan pasar uang syariah sudah lebih dahulu berkembang dipelopori dengan pendirian bank berbasis syariah dengan nama Bank Muamalat. Kegiatan investasi yang bernafaskan Islam khususnya reksadana akan menarik, terutama karena memberi keyakinan bahwa kegiatan investasi juga merupakan sebentuk kegiatan muamalah (keperdataan) dalam Islam. Reksadana syariah ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk ikut serta dalam kegiatan pasar modal dengan cara yang halal, sesuai syariat agama. Mengingat hal tersebut, Indonesia jelas merupakan pasar potensial untuk tumbuhnya investasi yang bersifat islam seperti reksadana syariah.
Pertumbuhan dan perkembangan reksadana syariah mengalami kenaikan cukup pesat. Hal ini terlihat dari data statistik bahwa sampai dengan tahun 2003 hanya ada tiga reksadana syariah dimana satu diantaranya efektif pada tahun yang sama, sedangkan pada tahun 2004 terdapat sebanyak tujuh reksadana syariah baru dinyatakan efektif, sehingga sampai dengan akhir tahun 2004 secara kumulatif terdapat sepuluh reksadana syariah telah ditawarkan kepada masyarakat atau meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan dengan tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah dengan total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 168,11 M (www.reksadanasyariah.net).
5
Harus diakui bahwa sampai dengan akhir tahun 2004, total (NAB) reksa dana syariah baru mencapai Rp. 525,97 Milyar (0,51%) dari total NAB industri reksadana di pasar modal Indonesia yaitu sebesar Rp. 1,04 Trilyun. Namun jika dibandingkan dengan NAB reksadana syariah sampai dengan tahun 2003, maka terlihat meningkat sebesar 312,872% yaitu dari Rp 168,11 Milyar pada akhir
tahun
2003
menjadi
Rp.525,97
M
pada
akhir
tahun
2004
(www.reksadanasyariah.net). Pada tahun 2008, NAB reksadana syariah diterpa krisis turun hingga 17,72 % dibandingkan 2007. Jika pada tahun 2007 NAB reksadana syariah mencapai Rp 2,20 triliun maka pada tahun 2008 turun menjadi hanya Rp 1,814 triliun (www.kilasberita.com). Meskipun sempat turun nilai NAB di tahun 2008, namun hal itu tidak berlangsung lama karena pada tahun 2009 reksadana yang mencatat persentase pertumbuhan paling fantastis adalah reksadana syariah. Reksadana syariah berhasil tumbuh hingga 283% selama periode Januari-Mei 2009, dimana pada bulan Januari tercatat dana kelolaan sebesar Rp 769,78 M menjadi Rp 2,946 triliun di bulan mei 2009 (www.vibiznews.com). Perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasari. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan reksadana syariah baik secara positif maupun negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksadana syariah tersebut.
6
Investasi di reksadana syariah merupakan aktivitas investasi yang juga akan dihadapkan pada berbagai macam risiko yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Untuk mengurangi kemungkinan risiko yang akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang
bersifat
fundamental juga bersifat teknikal.
Informasi bersifat
fundamental yaitu informasi berasal dari dalam perusahaan, informasi bersifat teknikal adalah informasi dari luar perusahaan seperti politik, makroekonomi dan lain-lain. Iklim investasi yang kondusif cenderung dikaitkan dengan perbaikan indikator makroekonomi. Kinerja pasar modal (saham) misalnya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor terutama variabel-variabel makro ekonomi. Dalam kegiatan ekonomi makro terkandung aspek produksi, pendapatan, pengeluaran, anggaran nasional, jumlah uang beredar dan neraca pembayaran. Kondisi ekonomi makro yang stabil merupakan energi pendorong bagi berkembangnya pasar modal. terdapat empat faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap kinerja pasar modal, dua di antaranya adalah kurs mata uang dan inflasi (I Putu Gede Ari Suta, 2000:13). Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing (Manurung dkk., 2008 : 6). Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing
7
dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan
akan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan
(Salvatore
Dominick,1997:140). Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai eksport dibandingkan dengan nilai import, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia,
yang
selanjutnya
menimbulkan
dampak
negatif
terhadap
perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow (I Putu Gede Ari Suta, 2000:15). Terjadinya penurunan kurs yang berlaku akan berdampak kepada perusahaan-perusahaan yang menggantungkan faktor-faktor produksi terhadap barang-barang import, besarnya belanja import dari perusahaan seperti ini akan mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Sehingga harga saham perusahaan tersebut akan anjlok di pasar modal.
8
Makroekonomi kedua adalah inflasi, inflasi adalah kecenderungan naiknya harga–harga secara umum yang berlaku dari waktu kewaktu, inflasi menunjukkan meningkatnya arus harga secara umum. Pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu, meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal seperti reksadana. Besar kecilnya laju inflasi dapat mempengaruhi suku bunga riil. Hal ini cukup berpengaruh bagi instrumen-instrumen pasar modal yang memberikan tingkat pendapatan tetap seperti obligasi. Jika bunga tinggi, investor cenderung mengurangi kegiatan investasinya. Dana investor lebih suka diendapkan di bank dalam bentuk deposito. Sebaliknya bila inflasi turun, investor cenderung melakukan investasi di pasar modal, mengingat besarnya return yang di terimanya di pasar modal (I Putu Gede Ari Suta, 2000:14).
9
Makroekonomi ketiga dalam penelitian ini adalah SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) . SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah. SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah , sedangkan Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut. (Bank Indonesia, 2003: 6). Hubungan SWBI dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku bunga dengan harga saham adalah negatif atau berlawanan arah. Begitu pula yang terjadi pada SWBI sama dengan suku bunga, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka pemodal akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah, demikian pula sebaliknya jika SWBI turun maka pemodal akan memindahkan investasinya dari deposito syariah ke investasi lain seperti reksadana sehingga NAB reksadana akan meningkat. Di samping faktor makroekonomi, dalam mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). JII Beroperasi sejak tanggal 3 juli 2000 dan menggunakan tahun 1 januari 1995 sebagai data base (dengan nilai 100). Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor
10
untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah (Burhanuddin Susanto, 2008: 128). Ini berarti pergerakan dari JII akan dibarengi dengan pergerakan dari nilai reksadana syariah karena dalam reksadana syariah ada yang di investasikan dalam bentuk saham yang tentunya sesuai dengan syariah islam. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan reksadana telah dilakukan, di antaranya oleh M Romas Sjahputra (2005), dimana inflasi, kurs nilai tukar, dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana syariah sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan. Menurut Abdul Muthalib (2005), mengenai ”Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”. Variabel independen yang digunakan yaitu : pendapatan nasional bersih, jumlah uang yang beredar, inflasi ,suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap US dollar. Hasilnya hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan terhadap kinerja reksadana saham yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih. Menurut Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) mengenai“Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan inflasi
11
berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang. Menurut Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) mengenai “Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Hasilnya bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif
dengan equivalent rate nisbah
simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI). Menurut Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008) mengenai “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”. Hasilnya dimana SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan serta valuta asing pengaruhnya positif dan tidak signifikan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Pada penelitian kali ini ada tiga variabel makroekonomi yang akan digunakan ialah nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, dan SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia) dan indeks syariah yaitu JII serta NAB Reksadana Syariah. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah pertama pada
12
penelitian ini objek yang dipakai tidak hanya menggunakan satu produk reksadana syariah saja tetapi seluruh produk reksadana syariah selama periode penelitian. kedua, metode yang digunakan yaitu metode analisis jalur (Path Analysis).
B. Perumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
penelitian
yang
telah
dikemukakan
sebelumnya, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah? 2. Dari variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII, variabel apa yang paling dominan dalam mempengaruhi nilai aktiva bersih reksadana syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Untuk menganalisa pengaruh variabel nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
2.
Untuk menganalisa variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
13
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Bagi penulis, penelitian ini diharapkan akan menambah wawasan pengetahuan
dan
pemahaman
mengenai
pengaruh
variabel
makroekonomi dan indeks syariah terhadap NAB reksadana syariah. 2.
Bagi investor, sebagai bahan referensi informasi dalam berinvestasi di reksadana syariah.
3.
Bagi
Manajer
Investasi,
sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
pengambilan keputusan penempatan dana ke dalam portofolio efek investasi suatu reksadana syariah dan dalam rangka mempertahankan atau meningkatkan hasil reksadana syariah yang dimilkinya. 4.
Bagi kalangan akademisi bisa dijadikan sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi 1. Pengertian Investasi Investasi menurut Bruce (2003:1) adalah “ investment is an initial forfeit of something we value exchage for anticipated benefit of getting back more the we put in ”. Menurut Hirt and Stanley (2003:5) “invesment as the commitment of current funds in anticipation of receiving a larger future flow of funds” Investasi menurut Reilly (2003:5) adalah “...an investment is the current commitment of dollar for period of time in order a future payments that will composite the investor for : a. The time the funds are commited b. The expected rate inflation, and c. The uncertainty of future payments. Menurut Jogianto (2000:109) dalam bukunya berjudul “Teori Portofolio dan Analisis Investasi” memberi pengertian bahwa Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu. Menurut Eduardus Tendellin (2001:3), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa mendatang.
15
Menurut
Iswantono
(2006:121),
investasi
adalah
tindakan
menanamkan uang dalam bentuk uang tunai, asset dan surat-surat berharga lainnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang sebagai pendapatan dari investasi tersebut. Investasi menurut Jones (2007:3) yaitu “investment is the commitment of funds to one or more assets thet will be held over some future time period ” sedangkan investasi menurut Bodie dkk (2009:1) yaitu “ an investment is the current commitment of money or other resources in the expectation of reaping future benefits”.
2. Jenis Investasi Menurut Abdul Halim (2005:4) pada umumnya investasi ada dua yaitu: a. Investasi pada aset–aset finansial yaitu investasi pada aset–aset finansial baik yang dilakukan dipasar uang misalnya sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya, maupun dipasar modal misal saham, obligasi, opsi dan lainnya. b. Investasi pada aset–aset riil yaitu investasi pada aset–aset riil yang dapat berbentuk pembelian aset produktif, pendirian pabrik, dan lain– lain.
16
3. Dasar Hukum Investasi Syariah Dalam pasar modal syariah, terdapat beberapa landasan hukum yang secara tidak langsung terkait dengan kegiatan investasi, diantaranya firman Allah yang menegaskan bahwa (Burhanuddin Susanto, 2009:41) : a. “Janganlah kamu menghambur-hamburkan harta secara boros. Karena sesungguhnya pemborosan itu adalah saudara – saudaranya setan” (QS. Al-Isra [17]:26-270. b. “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. An-Nisa [4]:275) c. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan perniagaan yang berlaku ridha sama ridha diantara kamu” (QS.An-Nisa [4]:29). d. “Hai oarang – orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari
esok
(akhirat).
Dan
bertakwalah
kepada
Allah.
Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyir[59]:18). e. “Dan Hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan mereka. Karena itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang jujur” (QS.An-Nisa[4]:9).
17
Islam sebagai aturan hidup yang mengatur seluruh sisi kehidupan umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam berinvestasi pun Allah SWT. dan Rasul-Nya memberikan petunjuk (dalil) dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang beriman. Menurut Satrio dalam Nurul Huda dan Edwin (2007:24) diantara rambu-rambu tersebut adalah sebagai berikut: a. Terbebas dari unsur riba Riba secara etimologi berarti tumbuh dan bertambah, dan dalam terminologi
syariah
para
ulama
banyak
memberikan
definisi
diantaranya: Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang tidak dibenarkan syariah yang disyaratkan oleh salah satu dari dua orang yang berakad.Imam Badrudin Al ’Aini dalam kitabnya ’umdatu al-Qari mendefinisikan riba sebagai : ”riba adalah penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil”. b. Terhindar dari unsur gharar Gharar secara etimologi bermakna kekhawatiran atau resiko, dan gharar berarti juga menghadapi suatu kecelakaan, kerugian, dan/ atau kebinasaan. Dan taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang gharar. Gharar juga dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat tidak pasti (uncertainty). Jual beli gharar berarti sebuah jual beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau ketidakpastian (jahalah) antara
18
dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu yang objek akad tidak diyakini dapat diserahkan. c. Terhindar dari unsur judi (maysir) Maysir secara etimologi bermakna mudah. Maysir merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki, walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai serta aturan syariah. d. Terhindar dari unsur haram Investasi yang dilakukan oleh seorang investor muslim diharuskan terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT. dan Rasul-Nya nabi Muhammad SAW. dalam Al-Qur’an dan Hadist-Nya. Secara garis besar sesuatu yang haram dikategorikan menjadi 2 (dua); haram secara zatnya dan haram karena proses yang ditempuh dalam memperoleh sesuatu. e. Terhindar dari unsur syubhat Kata syubhat berarti mirip, serupa, semisal, dan bercampur. Dalam terminologi syariah syubhat diartikan sebagai sesuatu perkara yang tercampur (antara halal dan haram), akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak ataukah batil.
19
B. Reksadana 1. Pengertian Reksadana Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 08 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27, reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Pengertian yang diberikan oleh I Putu Gede Ari Suta (2000:256), reksadana
diartikan
sebagai
wadah
berinvestasi
untuk
dapat
mengembangkan uang di pasar modal. Pemodal menyertakan dananya dalam satu jenis reksadana (mutual fund), lalu manajer mengelola dana tersebut untuk meraih keuntungan dan memberikan imbal hasil (return) kepada pemodal atas penyertaan dananya. Menurut Heri Sudarsono (2003:12) Reksadana berasal dari kata “Reksa” yang berarti jaga atau pelihara dan kata “Dana” berarti uang. Sehingga Reksadana pada umumnya diartikan sebagai kumpulan uang yang dipelihara. Sementara Strong (2003:78) menyatakan bahwa “Mutual fund is an exasting portfolio of assets into which someone may invest directly”.
2. Pengertian Reksadana Syariah Reksadana syariah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki pengertian reksadana yang hanya menempatkan investasinya pada suratsurat berharga tertentu yang dikeluarkan oleh perusahaan yang hanya
20
memproduksi barang atau jasa yang sesuai dengan prinsip syariat islam (I Putu Gede.Ari Suta, 2000 :271). Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20/DSNMUI/IV/2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad, antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi sebgai shahibul maal dengan pengguna investasi (Burhanuddin Susanto, 2009 : 74). Reksadana Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan (+) return dari sumber usaha yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara syariah. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai religiusitas, meskipun tanpa harus mengabaikan kepentingan investor (Burhanuddin Susanto, 2009 : 75). Perbedaan reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah adanya dua proses dalam rangka melakukan penempatan investasinya (majalah prospektif, 2001:45) yaitu : a.
Screening, pemilihan saham –saham yang sesuai dengan syariat islam (telah mendapat izin dari Dewan Syariah Nasional)
b.
Cleansing, dalam berinvestasi manajer investasi selalu berpedoman pada fatwa yang dikeluarkan oleh DSN. Perusahaan yang efeknya
21
dibeli adalah perusahaan yang sejenis dan ruang lingkup kegiatannya sesuai dengan syariat islam. Bila sebagian kecil, yang jumlahnya tidak melebihi 5 % dari pendapatan perusahaan berasal dari kegiatan yang tidak sesuai dengan syariat islam. DSN masih mungkin mengizinkan berinvestasi. Selanjutnya bagian dari hasil investasi reksadana dalam bentuk shadaqah atau hadiah. Pemotongan hasil dalam bentuk shadaqah dapat mengurangi NAB. Inilah yang dikenal dengan sebutan cleansing.
Dewan Syariah
Investor
Reksadana Syariah
Perusahaan
Mudharabah Bagi Hasil
Gambar 2.1 Skema Elemen Reksadana Syariah Sumber : Burhanuddin Susanto, 2009:78
3. Pelaku Reksadana Syariah Untuk mewujudkan Investasi melalui perusahaan reksadana syariah terdapat
beberapa
pelaku
yang
saling
berhubungan
(Burhanuddin
Susanto,2009:75):
22
a. Adanya semacam Dewan Syariah yang
bertugas memberikan
pengarahan tertentu kepada Manajer Investasi agar senantiasa sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Kedudukan dewan syariah berfungsi sebagai Shariah Compliance Officer (SCO) yaitu petugas disuatu perusahaan atau lembaga yang telah mendapat sertifikasi dari DSNMUI dalam pemahaman mengenai prinsip-prinsip syariah dipasar modal. b. Investor adalah pihak yang menggunakan perusahaan reksadana sebagai instrumen
melakukan
investasi.
Kriteria
investor
diperusahaan
reksadana tidak jauh berbeda dengan investor dipasar modal pada umumnya. Perbedaannya hanya terdapat pada volume dana yang diinvestasikan. c. Perusahaaan reksadana syariah yang anggota utamanya terdiri dari Manajer Investasi dan Bank Kustodian. d. Perusahaan lain yang dijadikan lembaga syariah reksadana sebagai instumen investasi.
4. Proses Investasi Reksadana Syariah Proses investasi reksadana syariah didasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional yaitu pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah yang dikeluarkan pada tahun 2001. Menurut fatwa ulama pasal 2 (2001) proses investasi reksadana syariah (www. msi-uii.net) adalah :
23
a.
Mekanisme operasional dalam reksadana syariah terdiri atas : (1) Antara pemodal dengan manajer investasi dilakukan dengan sistem waktualah (pendelegasian atau pemberian mandat); (2) Antara manajer investasi dengan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah.
b.
Karakteristik sistem mudharabah : (1) pembagian keuntungan antara pemodal (shahib al-mal) yang diwakili oleh manajer investasi dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui manajer investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal; (2) Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan; (3) Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya. Jenis dan instrumen investasi menurut fatwa ulama pasal 7 tahun 2001
(www.msi-uii.net) adalah : a.
Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan syariah islam.
b.
Instrumen keuangan meliputi : (1) Instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha; (2) Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah; (3) Surat hutang jangka panjang yang sesuai dengan prinsip syariah.
24
5. Jenis-Jenis Reksadana Bentuk reksadana konvensional dan syariah adalah sama berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1), berdasarkan bentuk hukum, reksadana di Indonesia ada dua, yaitu : a.
Reksadana Berbentuk Perseroan Reksadana berbentuk perseroan adalah emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham dan selanjutnnya dana dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai aspek yang diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang (pasal 18 ayat 1 huruf a). Reksadana perseroan dapat berbentuk Reksadana terbuka dan reksadana tertutup (pasal 18 ayat 2). Reksadana berbentuk perseroan adalah suatu perseroan terbatas (PT) yang dari sisi badan hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya, perbedaan hanya terletak pada jenis usaha yang dijalankan. Dalam bentuk ini perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana melalui penjualan saham kepada para investor, sehingga mereke memilki hak kepemilikan atas perusahaan tersebut. Hasil dari penjualan saham kemudian di investasikan kedalam berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar modal atau pasar uang (Burhanuddin Susanto,2009:79). Reksadana berbentuk Perseroan Terbatas merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan portofolio investasi pada surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari pengelolaan
25
tersebut PT Reksadana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk peningkatan nilai aset perusahaan, yang kemudian akan dibagi hasilkan kepada para investor yang memilki hak kepemilkan atas perusahaan tersebut (Huda dan Nasution, 2007:96). b.
Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Reksadana Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara manajer investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat pemodal atau pemegang unit penyertaan dimana manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif (pasal 18 ayat 1 huruf b). Reksadana KIK tidak menerbitkan saham, kecuali melalui unit penyertaan hingga jumlah yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Investor yang berpartisipasi akan mendapat bukti penyertaan berupa surat konfirmasi dari bank kustodian (Burhanuddin Susanto, 2009:83). Karakteristik dari reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK) adalah (Burhanuddin Susanto, 2009:84): 1) Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli 2) Unit penyertaan tidak dicatatkan di bursa 3) Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya kepada manajer investasi yang mengelola
26
4) Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan akan dibebankan kepada kekayaan reksadana 5) Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan atas nilai aktiva bersih perunit yang dihitung oleh bank kustodian secara harian. Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dibagi menjadi dua yaitu (Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 198) : a.
Reksadana Tertutup (Closed-end Fund) Reksadana yang tidak dapat dijual kembali kepada perusahaan manajemen investasi yang menerbitkannya. Unit penyertaan reksadana tertutup hanya dapat dijual kembali kepada investor lain melalui mekanisme perdagangan di Bursa Efek. Harga jualnya bisa diatas atau dibawah Nilai Aktiva Bersihnya.
b. Reksadana Terbuka (Open-end Fund) Reksadana yang dapat dijual kembali kepada Perusahaan Manajemen Investasi yang menerbitkannya tanpa melalui mekanisme perdagangan di bursa efek. Harga jualnya biasanya sama dengan Nilai Aktiva Bersihnya. Sebagian besar reksadana yang ada saat ini adalah merupakan reksadana terbuka. Berdasarkan alokasi portofolio investasi dan target investasi investor, produk-produk reksadana yang dipasarkan oleh sejumlah manajer investasi dibedakan menjadi beberapa jenis di antaranya (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:15-17) :
27
a. Reksadana Pasar Uang Reksadana pasar uang merupakan investasi pada pasar efek yang bersifat utang. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal atau menjadi pelengkap tabungan atau deposito investor. Reksadana ini mempunyai risiko yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Karena instrumen investasi yang dipilih adalah instrumen utang yang mempunyai jatuh tempo kurang dari satu tahun, seperti SBI, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), sertifikat deposito, dan surat pengakuran hutang. b. Reksadana Pendapatan Tetap Reksadana pendapatan tetap melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat utang. Reksadana ini memilki risiko yang relatif lebih besar dari reksadana pasar uang dengan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi pula. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil untuk jangka menengah atau kurang dari lima tahun. c. Reksadana Campuran. Reksadana campuran adalah jenis reksadana yang menempatkan dana investasi milik investor pada efek bersifat ekuitas dan efek bersifat utang, yakni surat utang atau obligasi dan pada efek saham. Komposisi dana kelolaan pada reksadana campuran biasanya 40%-60% untuk investasi pada obligasi dan saham.
28
Mengingat
komposisinya
yang
sangat
variatif,
sebelum
menentukan pilihan pada reksadana reksadana campuran tertentu, investor harus benar-benar mengetahui bagaimana komposisi investasi yang terdapat pada reksadana campuran yang akan dipilih dengan mempelajari prospektus reksadana tersebut (Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, 2008:300). Reksadana
ini
memiliki
risiko
moderat
dengan
tingkat
pengembalian investasi lebih tinggi dari pada reksadana pendapatan tetap. Jenis ini cocok untuk investor yang sudah mengerti risiko investasi, tetapi belum ingin menginvestasikan seluruh dananya pada efek saham. Jenis reksadana ini bisa dimanfaatkan untuk mencapai tujuan investasi jangka menengah ke jangka panjang, yakni antara 3-10 tahun. d. Reksadana Saham. Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menempatkan mayoritas dana investasi milik investor pada efek saham. Komposisi dana kelolaan pada reksadana ini biasanya di atas 75% atau sekurangkurangnya 80% diinvestasikan pada efek bersifat ekuitas, yakni saham. Berinvestasi pada reksadana jenis ini memilki risiko tinggi karena sifat harga saham yang fluktuatif. Akan tetapi, tingkat pengembaliannya sangat tinggi. Untuk itu reksadana ini cocok untuk investor yang sudah mengerti risiko investasi dan ingin memaksimalkan dana investasi untuk mendapatkan hasil yang tinggi dalam jangka panjang. Bisa
29
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang, di atas 10 tahun. Tabel 2.1 Karakteristik Reksadana Reksadana
Tujuan Investasi
Pasar Uang
Return
Keutuhan 100% modal, Rendah likuid, return lebih kompetitif dibanding deposito Pendapatan Hasil investasi berkala Sedang Tetap yang lebih kompetitif dibandingkan deposito Campuran Pertumbuhan investasi dan Agak pendapatan di atas deposito Tinggi Hasil investasi optimal Saham Tinggi dengan risiko terdiversifikasi Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:18
Risiko
Rendah
Jangka Waktu Investasi < 1 Tahun
Sedang
> 1 Tahun
Agak Tinggi Tinggi
> 1 Tahun > 1 Tahun
Selain empat jenis reksadana tersebut, masih ada reksadana jenis khusus atau reksadana struktur khusus yang merupakan reksadana yang memilki tujuan dan kebijakan investasi dengan struktur tertentu dan karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana yang saat ini telah diatur dalam peraturan Bapepam-LK. Namun tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya dibidang pasar modal (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:13). Sejumlah produk reksadana khusus itu diantaranya adalah reksadana dengan perlindungan atau reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan, reksadana indeks, reksadana penyertaan terbatas, dan juga reksadana yang diperdagangkan di bursa saham (ETF). Khusus untuk ETF,
30
mekanisme pembeliannya dilakukan dengan mekanisme perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, berbeda dengan reksadana lainnya yang bisa dibeli langsung kepada manajer investasi (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:14).
6. Mekanisme Kerja Reksadana LAPORAN BULANAN BAPEPAM PENGAWASAN DEPOSITO
3 1 PEMODAL
4 OBLIGASI
MANAJER INVESTASI
PERANTARA 5
8
7 6
9
SAHAM
2 BANK KUSTODIAN
10
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Reksadana Sumber : Parluhutan Situmorang dkk, 2010:56
Dari gambar di atas, bisa dijelaskan urutan proses atau mekanisme kerja sebuah reksadana, penjelasannya adalah sebagai berikut (Parluhutan Situmorang dkk, 2010:57) : 1. Permohonan pembelian atau penjualan kembali unit penyertaan 2. Penyetoran dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali 3. Perintah transaksi investasi 4. Eksekusi transaksi
31
5. Konfirmasi transaksi 6. Perintah penyelesaian transaksi 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta 8. Informasi NAB per unit secara harian melalui media massa 9. Laporan valuasi harian dan bulanan 10. Laporan bulanan kepada BAPEPAM
7. Alokasi Biaya Reksadana Reksadana memiliki tiga komponen biaya (Pratomo dan Nugraha, 2005:87) : a.
Biaya yang Menjadi Beban Manajer investasi. Biaya ini merupakan biaya persiapan pembentukan reksadana seperti biaya pembuatan kontrak investasi kolektif dan dokumendokumen saat reksadana di daftarkan ke Bapepam. Biaya terbesar pada umumnya meliputi imbal jasa notaris, konsultan hukum serta akuntan publik. Biaya lainnya meliputi penerbitan prospektus dan formulir yang diperlukan sebelum penawaran umum serta biaya promosi lainnya.
b. Biaya yang Menjadi Beban Reksadana. Biaya yang dikenakan kepada reksadana adalah : 1) Imbal jasa Manajer Investasi yang besarnya antara 1% - 2,5% per tahun dari NAB Reksadana. 2) Biaya transaksi efek seperti komisi pialang, biaya transfer, biaya registrasi efek, bea materai dan lainnya.
32
3) Imbal jasa akuntan publik, notaris serta konsultan hukum. 4) Imbal jasa bank kustodian yang besarnya antara 0,15% - 0,25% per tahun dari NAB Reksadana. 5) Biaya pengiriman laporan bulanan, pembuatan serta pengiriman prospektus. 6) Biaya pajak. Biaya-biaya ini sudah termasuk dalam perhitungan NAB/unit harian yang dilakukan oleh bank kustodian sehingga perubahan NAB perunit penyertaan yang diumumkan setiap hari sudah merupakan hasil dari investasi bersih yang diperoleh investor (sebelum biaya pembelian dan penjualan kembali) c. Biaya yang Menjadi Beban Investor. 1) Biaya Pembelian. Biaya yang dikenakan setiap kali investor melakukan pembelian unit penyertaan yang besarnya berkisar antara 1% - 3% dari harga unit penyertaan. Namun manajer investasi dapat memberikan diskon tertentu bagi investor dengan jumlah investasi tertentu. 2) Biaya Penjualan Kembali. Biaya ini dikenakan setiap kali investor melakukan penjualan kembali unit penyertaan yang dimilki dan besarnya berkisar antara 0 – 2% dari nilai transaksi. Umumnya smakin lama periode investasi maka semakin kecil biaya penjualan kembali yang dikenakan. 3) Biaya Pengalihan. Biaya ini dikenakan kepada investor ketika terjadi relokasi aset dengan cara berpindah dari suatu jenis
33
reksadana ke reksadana lain. Biaya ini meliputi biaya penjualan kembali pada saat keluar dari reksadana, kemudian dikenakan biaya pembelian kembali pada saat masuk reksadana lainnya.Hal ini tidak perlu terjadi jika relokasi dana tersebut dilakukan manajer investasi yang sama. Adapun besarnya biaya pengalihan berkisar antara 0,5% - 1% dari nilai transaksi.
8. Keunggulan dan Manfaat Investasi di Reksadana Dibandingkan instrumen investasi lain, investasi di reksadana memilki keunggulan, dan manfaat sebagai berikut (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:9) : a. Para pemodal tak perlu memonitor aktivitas perdagangan saham, investasi mereka diurus oleh manajer investasi. Dengan begitu reksadana sangat cocok bagi pemodal yang baru akan melakukan investasi di portofolio efek untuk pertama kalinya. b. Mendapat deviden dan bunga. c. Distribusi laba kapital. d. Diversifikasi
investasi dan
penyebaran
risiko
sehingga
risiko
berinvestasi di reksadana pun relatif lebih kecil dibanding investasi langsung seperti pada saham, obligasi, valas, atau lainnya. e. Biaya rendah karena reksadana merupakan kumpulan dari banyak pemodal dan dikelola secara profesional. f. Harga reksadana tidak tergantung pada harga saham di bursa.
34
g. Likuiditas terjamin karena pemodal dapat mencairkan kembali saham atau penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masingmasing reksadana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. h. Pengelolaan portofolio yang profesional oleh manajer investasi yang andal.
9. Risiko Investasi di Reksadana Risiko investasi pada reksadana diantaranya adalah sebagai berikut (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:11) : a. Berkurangnya nilai unit penyertaan, dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek yang menjadi bagian portofolio reksadana. Ini mengakibatkan turunnya nilai unit penyertaan.
.
b. Risiko Likuiditas. penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi dalam menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut. c. Risiko politik dan ekonomi. Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tidak terkecuali perusahaan yang telah listing di bursa efek. Hal tersebut jelas akan mempengaruhi harga efek yang termasuk dalam portofolio reksadana. d. Aset perusahaan tidak di lindungi. Aset perusahaan reksadana sebagian besar adalah sekuritas yang terdiri atas hak dan klaim hukum terhadap perusahaan yang menerbitkan. Hak yang bersifat intangible, tidak
35
memilki wujud fisik sekalipun pemilikan bisa dibuktikan oleh suratsurat berharga yang disimpan pada kustodian. Perlindungan terhadap aset reksadana dari risiko pencurian, kehilangan, serta penyalahgunaan adalah hal yang sangat penting. e. Nilai aset perusahaan tidak bisa ditetapkan secara tepat sehingga NAB dari suatu saham reksadana tidak bisa dihitung dengan akurat. f. Risiko Wanprestasi. Resiko yang timbul apabila rekan usaha manajer investasi gagal memenuhi kewajibannya. Rekan usaha dapat termasuk tetapi tidak hanya terbatas pada emiten, pialang, bank kustodian dan agen penjual. Melainkan semua pihak yang terikat dengan kewajiban terhadap perusahaan reksadana (Burhanuddin Susanto, 2009: 92).
C. Nilai Tukar Mata Uang Menurut Faisal dalam Manurung dkk.(2008 : 6), nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Menurut Keown dkk (2005:777) Exchange Rate is the price of foreign currency stated in terms of the domestic or home currency. Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik, atau dapat juga dikatakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing. Sebagai contoh nilai tukar (NT) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga satu dollar
36
Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya diartikan harga satu Rupiah terhadap satu USD. Kurs ini dipertahankan sama disemua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bila harganya tinggi (Mugi Raharjo, 2009:29). Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Salvatore Dominick, 1997:140). 1. Teori Kurs a. Teori Keseimbangan Suku Bunga (Theory of Intereset Rate Parity) Teori IRP
menyatakan bahwa perbedaan tingkat bunga
(sekuritas) pada International Money Market akan cenderung sama dengan forward rate premium atau discount. (Hamdy Hady, 2005:60) Dengan kata lain, berdasarkan teori IRP akan dapat diperkirakan berapa perubahan forward rate (FR) dibandingkan dengan spot rate (SR) jika terdapat perbedaan tingkat bunga, misalnya antara tingkat bunga di dalam negeri dengan di negara lain. Dengan demikian seorang investor akan dapat menentukan dalam mata uang atau valuta asing apa dananya akan diinvestasikan.
37
Kondisi di mana tingkat rate of return yang ditawarkan dalam berbagai valuta asing adalah sama bila dihitung dengan satu satuan yang sama yang disebut kondisi paritas tingkat bunga (interest parity). b. Teori Keseimbangan Daya Beli (Theory of Purchasing Power Parity) Pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817 dan kemudian dikembangkan oleh Gustav Cassel pada tahun 1916. Prinsip Paritas Daya Beli, dipopulerkan oleh seorang ekonom Swedia (Levi, 2001:85), dinyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari dua negara, sama dengan nisbah atau rasio tingkat harga kedua negara yang bersangkutan. Teori ini mendasari logika bahwa mata uang dalam standar kertas tidak mempunyai nilai intrinsik atau dapat dikatakan tidak didukung dan dikaitkan nilainya dengan suatu komoditi tertentu yang dijadikan standar sehingga nilai tersebut di dalam negeri ditentukan oleh kemampuan daya belinya. c. International Fischer Effect Theory (IFE) Menurut Hamdy Hady (2005:62) jika semua kondisi lainnya tetap (ceteris paribus), kenaikan perkiraan titik inflasi suatu saat pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan titik bunga dari simpanan mata uang negara yang bersangkutan. Begitu pula sebaliknya, penurunan perkiraan inflasi (tingkat inflasi di masa yang akan datang) pada gilirannya akan mengakibatkan penurunan tingkat bunga .
38
2. Sistem Nilai Tukar Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu: Pertama, fixed exchange rate atau sistem nilai tukar tetap. Kedua, floating exchange rate atau sistem nilai tukar mengambang Ketiga, managed floating axchange rate atau sistem nilai tukar mengambang terkendali (Mugi Rahardjo, 2009:109-111). a. Sistem Nilai Tukar Tetap Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar atau kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misal; nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika adalah Rp.8000 per dolar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan pemerintah, sebab, sebetulnya nilai tukar mata uang dengan mata uang lain bergantung atas permintaan dan penawaran mata uang itu sendiri. Apabila nilai tukar tersebut tidak lagi dapat dipertahankan, maka bank sentral dapat melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan. Devaluasi adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada suatu negara untuk secara sepihak menurunkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap mata uang lainnya; misal nilai tukar rupiah yang semula ditetapkan sebesar Rp.8000 per dolar AS diturunkan menjadi Rp.9000 per dolar AS. Sebaliknya, revaluasi adalah kebijakan menaikkan nilai tukar negara tersebut terhadap mata uang lain.
39
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian nilai tukar akan menguat apabila terjadi kelebihan permintaan diatas penawaran, dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan yang terjadi di pasar valuta asing. Nilai tukar dikatakan melemah apabila diperlukan nilai uang yang lebih banyak untuk membeli valuta asing dalam jumlah yang sama, misal nilai tukar rupiah melemah dari semula per dolar dapat dibeli dengan Rp.8000 menjadi Rp.9000 per dolar. Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing, yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar, akan tetapi intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target tingkat nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu. c. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada diantara kedua sistem nilai tukar diatas. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar akan ditentukan sesuai mekanisme pasar
40
sepanjang berada di dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau batas bawah dari pita intervensi, secara otomatis bank sentral akan menjual atau membeli devisa yang diperlukan oleh pasar sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam batas kisaran pita intervensi. Penetapan lebarnya kisaran intervensi tergantung pada besarnya cadangan devisa yang dimiliki bank sentral serta kemungkinan kebutuhan yang terjadi di pasar. Umumnya hal ini akan disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan cadangan devisa dan volume transaksi di pasar valuta asing.
D. Inflasi Inflasi adalah kecendrungan dari harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga-harga lain (Boediono,2001:161). Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Perhitungan inflasi dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Perhitungan inflasi negara dihitung
41
berdasarkan inflasi di 45 kota yang terdiri dari 30 provinsi dan meliputi 293397 jenis harga barang dan jasa (Manurung dkk.,2008 : 4). Dalam inflasi dikenal istilah pajak inflasi yaitu apabila pemerintah meningkatkan pendapatan dengan cara mencetak uang. Pajak inflasi tentu saja tidak sama dengan pajak yang lain karena tidak seorang pun yang menerima surat tagihan dari pemerintah atas pajak ini. Pajak inflasi sifatnya lebih halus. Apabila pemerintah mencetak uang, tingkat harga naik dan uang menjadi kurang berharga .Jadi pajak inflasi adalah seperti pajak yang dibebankan kepada setiap orang yang menyimpan uang (N. Gregory Mankiw, 2006:205). 1. Penggolongan Inflasi Penggolongan atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar penggolongan ini kita dapat bedakan inflasi menjadi dua macam, yaitu: (Boy Leon dan Ericson, 2007:46). a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu tinggi. Inflasi semacam ini disebut juga dengan inflasi akan permintaan atau demands of inflation. b. Inflasi yang terjadi karena biaya ongkos produksi atau biasa disebut dengan cost inflation. Berdasarkan asal dari inflasi tersebut, inflasi dibedakan menjadi dua yaitu : a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya karena defisit anggaran belanja yang ditutupi dengan pencetakan uang
42
baru, panen raya yang gagal dan contoh lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu di sini. b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan yang menjadi mitra dagang utama Indonesia.
2. Pengukuran Inflasi Laju inflasi dapat diukur dengan menghitung perubahan Indeks Harga Konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan oleh para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar, yakni: LI t= IHKt - IHKt - 1 IHKt - 1 Keterangan : LIt
: Laju inflasi pada tahun atau periode t
IHKt : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t IHKt-1 : Indeks Harga Konsumen pada tahun atau periode t-1
E. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah , sedangkan Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut. (Bank Indonesia, 2003: 6). Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah imbalan dalam rupiah yang
43
ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk penitipan dana dalam bentuk SWBI menurut jangka waktu 1 minggu, 2 minggu dan 1 bulan. SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional. Jika SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI memakai system bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan perbankan syariah (MUI, 2003). Karakteristik SWBI sebagaimana diterangkan dalam pasal 6 Peraturan BI Tahun 2004 tersebut adalah, Pertama, SWBI diterbitkan dan ditatausahakan tanpa warkat (scripless) dan kedua, SWBI tidak dapat diperjualbelikan (non negotiable). Benefit yang diberikan dari SWBI bukan bunga didasarkan atas system diskonto, akan tetapi apa yang dinamakan dengan bonus. Sebagaimana diterangkan dalam Peraturan BI Tahun 2004 tersebut, dalam pasal 9 disebutkan, Bank Indonesia dapat memberikan bonus atas Penitipan Dana Wadiah sebagai dimaksud Pasal 2 ayat 1. Fungsi SWBI dikatakan sebagai SBI bagi perbankan syariah, secara tidak langsung
menyebabkan apabila naik
turunnya tingkat suku bunga SBI berdampak juga terhadap perkembangan perbankan syariah (www.hendrowibowo.blogspot.com).
F. Jakarta Islamic Index (JII) Dalam rangka mengembangkan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) terhitung tanggal 3 Juli 2000 telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII).
44
Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari sahamsaham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Komponen perhitungan indeks dievaluasi setiap enam bulan dengan penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juni setiap tahun. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terusmenerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan oleh PT. Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkam dengan menggunakan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted). JII menggunakan tanggal perhitungan awal januari 1995 dengan nilai awal 100 (www.reksadanasyariah.net). Saham-saham yang masuk dalam indeks syariah (JII) adalah emitenemiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Berdasarkan fatwa No. 40 / DSN-MUI / X / 2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal, menetapkan bahwa kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah ialah (Burhanuddin Susanto, 2009:129) : 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
45
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Produsen, distributor, dan atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. 4. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembanga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya. Kemudian selain dari segi kegiatan usaha, kriteria perusahaan juga ditentukan oleh indeks: (a) Kapitalisasi pasar dari saham dimana JII menggunakan kapitalisasi harian rata-rata selama satu tahun; (b) Perdagangan saham di bursa, JII menggunakan rata-rata harian perdagangan reguler saham dibursa selama satu tahun. Dari kriteria tersebut saham-saham yang dipilih untuk dapat masuk kedalam inderks syariah ialah sebagai berikut (Burhanuddin Susanto, 2009:130) : 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk 10 kapitalisasi besar). 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%. 3. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan ratarata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
46
4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas ratarata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. 5. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap enam bulan sekali. Perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya sehingga menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Semua prosedur tersebut bertujuan untuk mengeliminasi adanya saham spekulatif. Meskipun sebagian saham – saham spekulatif memilki tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan yang tinggi memiliki tingkat kapitalisasi sektor riil yang rendah.
G. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai yang menggambarkan total kekayaan reksadana per hari atau dalam tenggang waktu tertentu . Nilai ini tidak hanya di pengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying assets reksadana tersebut ( Parluhutan Situmorang dkk, 2010:91). NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang dikurangi dengan biaya–biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan, sedangkan NAB per unit
47
penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. (I.H.Achsien, 2003 : 75). Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan atau saham. Nilai Aktiva Bersih perusahaan investasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Sawidji Widoatmodjo, 2007 : 201). NABt = (NPWt – LIABt) NSOt Dimana : NABt = Nilai Aktiva Bersih pada waktu t NPW = Nilai pasar wajar dari asset pada waktu t LIABt = Kewajiban yang dimiliki oleh reksa dana pada waktu t NSOt = Jumlah Unit Penyertaan yang beredar pada waktu t
H.Hubungan Antara Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen 1. Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih Hubungannya nilai tukar dengan harga saham yang di kemukakan oleh Madura (2000:173) sebagai berikut : “Stock prices primarilly involved in exporting could be favorably affected by a weak dollar and adversely by
48
strong dollar. Stock prices of importing firms could be affected in the opposite manner. ....foreign investor attempt to purchase stocks when the dollar is weak and then sell the stock when the dollar is strong”. Dalam pernyataan oleh madura ini yang menjadi negara domestik adalah Amerika serikat. Pada saat mata uang suatu negara mengalami depresiasi dan hal-hal lain tetap maka para pemodal mengalihkan investasinya dengan melakukan pembelian saham akibatnya permintaan saham naik dan demikian juga dengan harga saham. Hal ini berlaku sebaliknya bila mata uang negara tersebut mengalami apresiasi. Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar memilki hubungan positif terhadap return saham yang diperdagangkan emiten yang bergerak dibidang impor dalam artian makin tinggi nilai tukar rupiah maka makin tinggi return yang dihasilkan pada bursa saham. Ketika rupiah terdepresiasi terhadap US Dollar karena pada saat ekspor, keuntungan yang didapatkan dalam bentuk dollar sehingga laba perusahaan meningkat. Hal ini menyebabkan meningkatnya kinerja perusahaan tersebut sehingga harga saham yang dijual pada bursa saham meningkat, dimana hal ini akhirnya akan mengakibatkan return yang di dapat investor meningkat (Tayibnapis, 2008:44). Begitu pula hubungan nilai tukar dengan NAB. Penelitian yang dilakukan Sjahputra (2005) menunjukan hasil bahwa nilai tukar rupiah mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksadana syariah dan Tayibnapis (2008) menunjukan hasil bahwa valuta asing mempunyai
49
pengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Danareksa Syariah Berimbang. 2. Hubungan antara inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih Hubungan antara inflasi dan harga saham yang secara lebih khusus diungkapkan oleh Ritchie (1996:98) sebagai berikut : “...Stock perform poorly during an accerelating phase of inflation,...when inflation rates slow down appreciably, stock prices move up substandtrally” hubungan yang terjadi antara tingkat inflasi dan harga saham adalah berlawanan arah (negatif) yang berarti bahwa pada saat inflasi tinggi harga saham akan turun dan sebaliknya. Begitu pula hubungan inflasi dengan NAB sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus dan idrus Mahidin (2005) serta Tayibnapis (2008) yang menunjukan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. 3. Hubungan antara SWBI dengan Nilai Aktiva Bersih Hubungan SWBI dengan NAB seperti halnya hubungan antara suku bunga dengan harga saham adalah negatif atau berlawanan arah sebagaimana pernyataan dari Gup (2000: 227) “A close examination reveals that they tend to be inversely related....when market rates of interest go up, stock prices tend to go down, conversely, when market rates of interest decline, stock price tend to increase”. Dari pernyataan tersebut maka bila suku bunga naik dengan tingkat yang memadai maka pemodal akan berusaha memindahkan investasinya dari saham ke deposito. Dengan kata lain, akan terjadi aksi jual saham yang
50
berakibat turunnya harga saham, demikian pula sebaliknya. Begitu pula yang terjadi pada SWBI dengan NAB sama dengan suku bunga dengan harga saham, apabila SWBI dengan tingkat yang memadai maka pemodal akan memindahkan investasinya dari reksadana ke deposito syariah sehingga NAB dari reksadana akan turun, demikian pula sebaliknya. Dalam penelitian Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005), SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang. Penelitian yang dilakukan Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) SWBI mempunyai hubungan kuat negatif terhadap pergerakan nilai aktiva bersih unit reksadana syariah. 4. Hubungan Antara JII dengan Nilai Aktiva Bersih IHSG berhubungan positif dengan return saham dalam artian makin tinggi nilai IHSG makin tinggi pula return yang dihasilkan karena IHSG menunjukkan semakin stabilnya BEI dimana bila bursa saham tersebut semakin baik secara otomatis kinerja perusahaan yang ikut sebagai emiten semakin baik sehingga return yang dihasilkan meningkat (Tungka, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Pasha (2005) menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan NAB reksadana saham. Penelitian yang dilakukan oleh Tayibnapis (2008) menunjukkan hasil bahwa JII memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap NAB reksadana syariah dan penelitian yang dilakukan oleh Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) menunjukan bahwa JII berpengaruh positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang.
51
I. Penelitian Terdahulu Penelitian Abdul Muthalib (2005), mengenai “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”. Dalam analisis ini menggunakan lima indikator makro ekonomi yang meliputi Pertumbuhan pendapatan nasional bersih, pertumbuhan jumlah uang yang beredar, tingkat inflasi dan tingkat suku bunga SBI serta perubahan nilai tukar Rp terhadap US dollar. Hasil dari metode regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel makro ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kinerja reksadana saham. Dari uji yang dilakukan dengan metode regresi linear berganda (enter method maupun stepwise method) hanya terdapat satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham. Penelitian yang dilakukan oleh M Romas Sjahputra (2005), tentang “Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”, menunjukkan
bahwa
secara
bersama-sama
variabel-variabel
tersebut
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah, sedangkan hasil regresi menunjukkan pengaruh yang beragam. Untuk inflasi, kurs, nilai tukar, dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang signifikan sedangkan
52
pengaruh variabel lainnya tidak signifikan, dari uji koefisien determinasi (R2) dapat diketahui bahwa selama periode penelitian besarnya perubahan kinerja reksa dana syariah yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti adalah 49,4 persen. Sementara 50,6 persen dijelaskan oleh factor-faktor lain diluar penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Hadori Yunus & Idrus Mahidin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul “Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah” yang menggunakan variabel NAB, SWBI, JII dan Inflasi. Studi empirisnya pada Danareksa Syariah Berimbang. Dalam penelitian ini terlebih dahulu membandingkan secara langsung antara return Darareksa Syariah Berimbang dengan return rata-rata suku bunga deposito selama periode penelitian yaitu Januari 2002-Desember 2004 untuk mengetahui tingkat return yagn lebih menarik diantara keduanya.Hasil penelitian ini ternyata Return dari NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian, secara berganda atau bersama-sama ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut : SWBI (X1), JII (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mempunyai hubungan positif yang sangat kuat dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang dan secara bersama-sama ketiga variabel independen dalam penelitian tersebut juga sangat mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. secara parsial SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan
53
inflasi berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang. Penelitian Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) mengenai “Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 - Desember 2004” Dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis korelasi. Hasilnya bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI). Penelitian yang dilakukan oleh Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008) mengenai “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap
Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”. Dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi berganda hasilnya dimana SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang sedangkan inflasi dan valuta asing pengaruhnya tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Pasha (2005) mengenai “Pengaruh IHSG di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana. Hasil penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG
dengan
NAB
Reksadana
Saham.
Besarnya
kontribusi IHSG
54
mempengaruhi NAB reksadana saham sebesar 75,8%, dengan uji t IHSG berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham. Penelitian Hafizal Mohamed Fadhil, Azlinna noor Azizan , Roselee Shah Shaharudin (2007) dengan judul “The Interaction Between Macroeconomics Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”. Variabel yang digunakan adalah Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Indeks Harga Konsumen (CPI), uang beredar (M2) , Inter Bank Rate (IBR) dan NAB reksadana. Dengan menggunakan teknik analisis ECM. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa NAB cointegrated dengan KLCI, M2 dan CPI. Ibr tidak cointegrated dengan NAB. KLCI memiliki hubungan positif yang signifikan dengan NAB. NAB adalah cointegrated dengan uang beredar secara tidak langsung sejalan dengan permintaan dan penawaran. Dari hasil ECM menunjukan bahwa KLCI IHK dan M2 mempengaruhi NAB. Hubungan adalah searah yang berjalan dari KLCI, IHK dan M2 untuk NAB. Penelitian yang dilakukan Maysami, dkk (2004) yang berjudul Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector Indices. Mengkaji tentang hubungan keseimbangan jangka panjang antara peubah makro ekonomi yang terpilih seperti interest (suku bunga), tingkat harga (inflasi), nilai tukar (exchange rate), produksi industri dan money supply dengan indeks pasar modal Singapura (STI) serta beberapa indeks sektoral seperti indeks property, keuangan, dan indeks perhotelan. Penelitian ini menggunakan pendekatan VECM (Vector Error Corecction Model), hasil
55
penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar saham Singapura dan indeks property menunjukkan hubungan kointegrasi dengan perubahan suku bunga (interest) jangka pendek dan jangka panjang serta dengan tingkat harga, nilai tukar dan money supply. Tabel 2.2 Kesimpulan Hasil Penelitian Terdahulu N o
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel yang diteliti
Alat Statistik
Hasil Penelitian
1 Abdul Muthalib (2005)
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004
Regresi Linear Berganda
2 M.R. Sjahputra (2005)
Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah Critical Factors yang Mempengaruhi Niali Aktiva Bersih Reksadana Syariah
Pendapatan nasional bersih, jumlah uang yang beredar, inflasi ,suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap US dollar, NAB/unit inflasi, kurs nilai tukar, JII, SBI dan NAB/unit
NAB/unit, SWBI, JII dan Inflasi.
Regresi Linear Berganda
secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat kinerja reksadana saham.satu variabel independen yang signifikan yaitu tingkat pertumbuhan pendapatan nasional bersih pendapatan nasional bersih merupakan variabel makro yang paling signifikan mempengaruhi tingkat kinerja reksadana saham. secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. inflasi, kurs nilai tukar, dan JII pengaruhnya positif, sedangkan untuk SBI pengaruhnya negatif. Hanya JII yangsignifikan sedangkan pengaruh variabel lainnya tidak signifikan, Return dari NAB Danareksa Syariah Berimbang lebih baik dari return suku bunga deposito selama periode penelitian, secara berganda atau bersama-sama ketiga
3 Hadori . Yunus & Idrus Mahidin (2005)
Metode Sharpe Measure Analisis Regresi Linear Berganda
56
4 Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005)..
“Hubungan Antara Reksadana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 Desember 2004”
NAB/unit, JII,IHSG, equivalent rate nisbah simpanan bank syariah dan SWBI
statistik deskriptif dan analisis korelasi
5 Shandy rahmadani
“Analisis Pengaruh
SWBI, JII, Inflasi,
Analisis deskriptif
variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut : SWBI (X1), JII (X2), dan Tingkat Inflasi (X3) mempunyai hubungan positif yang sangat kuat dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang dan secara bersama-sama ketiga variabel independen dalam penelitian tersebut juga sangat mempengaruhi NAB Danareksa Syariah Berimbang dari PT. Danareksa Investment Management. secara parsial SWBI mempunyai hubungan negatif dan tidak signifikan dengan NAB Danareksa Syariah Berimbang, sedangkan JII berpengaruh positif yang sangat kuat serta signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang dan inflasi berhubungan negatif yang rendah dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang. Bahwa pergerakan Nilai Aktiva Bersih unit reksadana syariah berhubungan kuat positif dengan index syariah (JII) dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG). tetapi berhubungan kuat negatif dengan equivalent rate nisbah simpanan bank syariah dan sertifikat wadiah bank indonesia (SWBI) SWBI dan JII memberikan pengaruh yang positif dan
57
Tayibnapis Sertifikat (2008) wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang) 6 Pasha “Pengaruh (2005) IHSG di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”.
Valuta Asing dan NAB/unit.
dan analisis regresi berganda.
signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang,sedangkan inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah berimbang serta Valuta asing berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap NAB Danareksa Syariah Berimbang..
IHSG, NAB/unit
Regresi sederhana
7 Hafizal Mohamed Fadhil, dkk (2007)
Variabel yang digunakan adalah Kuala Lumpur Composite Index (KLCI), Indeks Harga Konsumen (CPI), uang beredar (M2) , Inter Bank Rate (IBR) dan NAB
Error Correctio n Model (ECM)
terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara IHSG dengan NAB Reksadana Saham. Besarnya kontribusi IHSG mempengaruhi NAB reksadana saham sebesar 75,8%, dengan uji t IHSG berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana saham. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa NAB cointegrated dengan KLCI, M2 dan CPI., Ibr tidak cointegrated dengan NAB . KLCI memiliki hubungan positif yang signifikan dengan NAB. NAB adalah cointegrated dengan uang beredar secara tidak langsung sejalan dengan permintaan dan penawaran. Dari hasil ECM menunjukan bahwa KLCI IHK dan M2 mempengaruhi NAB. Hubungan adalah searah yang berjalan dari KLCI, IHK dan M2 untuk NAB
“The Interaction Between Macroeconomic s Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”. reksadana. Dengan menggunakan teknik analisis ECM.
58
8 Maysami dkk. (2004)
Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector Indices.
Interest, tingkat harga, exchange rate, produksi industri dan money supply dengan indeks pasar modal Singapura (STI) serta beberapa indeks sektoral seperti indeks property, keuangan, dan indeks perhotelan.
VECM
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pasar saham Singapura dan indeks property menunjukkan hubungan kointegrasi dengan perubahan suku bunga (interest) jangka pendek dan jangka panjang serta dengan tingkat harga, nilai tukar dan money supply.
J. Kerangka Pemikiran Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis variabel makroekonomi dan indeks syariah yang mempengaruhi nilai aktiva bersih reksadana syariah Ada pun variabel - variabel yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia (SWBI), Jakarta Islamic Index (JII) dan NAB Reksadana Syariah. Perkembangan reksa dana syariah dapat diukur dengan indikator Nilai Aktiva Bersih (NAB), di mana semakin tinggi NAB reksadana berarti semakin berkembang reksadana tersebut. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang diteliti mempunyai pengaruh atau tidak terhadap variabel dependen maka
59
penulis menggunakan metode analisis jalur ( path analysis), secara skematis dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :
є Nilai Tukar Rupiah (X1) rx1x2
Inflasi (X2)
rx1x3 rx1x4
yx1
yx2
rx2x3
NAB Reksadana Syariah (Y)
yx3
SWBI (X3)
rx2x4
yx4
rx3x4
JII (X4)
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis Dari hasil pembahasan dalam kerangka pemikiran, hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah : 1. H0 : yx1,yx2,yx3,yx4 = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar (X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara simultan
terhadap
NAB
Reksadana
Syariah (Y).
60
H1 : yx1,yx2,yx3,yx4 ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar (X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara simultan terhadap NAB Reksadana Syariah(Y). 2. H0 : yxi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar (X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara parsial terhadap NAB Reksadana Syariah (Y). H1 : yxi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar (X1), inflasi (X2), SWBI (X3) dan JII (X4) secara parsial terhadap NAB Reksadana Syariah (Y).
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari variabel nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah. Setelah merumuskan masalah dan melakukan pembatasan ruang lingkup agar penelitian ini dapat terfokus, ditentukan model dan metode analisis yang dapat digunakan agar tujuan penelitian ini dapat tercapai. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data yang diperlukan, yaitu data nilai tukar yang diwakili oleh nilai tukar rupiah terhadap USD, data tingkat inflasi, data SWBI, data JII dan Data NAB Reksadana Syariah periode Januari 2005–Februari 2008. Untuk dapat menganalisis pengaruh variabel nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap NAB reksadana syariah dilakukan pengujian statistik dengan menggunakan metode analisis jalur (Path Analysis).
B. Metode Penentuan Sampel Teknik penentuan sampel dalam penelitian
ini adalah dengan
menggunakan Judgement Sampling. Metode ini merupakan metode penentuan sampel dimana pengumpulan data atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata. Penggunaan metode ini adalah untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan yaitu seluruh produk reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam
62
periode
Januari
2005-Februari
2008.
Dalam
penelitian
ini
penulis
menggunakan data time series dengan sample data dalam rentang waktu 38 bulan yaitu dari bulan Januari 2005- Februari 2008.
C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Field Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain yang berkaitan dengan penulisan penelitian ini, seperti data yang bersumber dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal) , Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. 2. Library Research Penelusuran literatur, buku, artikel dan jurnal serta sumber lain yang berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid. 3. Internet Research Media teknologi internet juga digunakan untuk mendapatkan data yang up to date seperti www.bi.go.id , www.ortax.org , dan lain-lain.
63
D. Metode Analisis Dalam penelitian
ini,
peneliti
mengambil
analisis
jalur
untuk
menganalisis data yang diperoleh, Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen. Pada penelitian ini yang menjadi variabel endogen adalah NAB reksadana syariah. Variabel eksogen adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen, yaitu : Nilai tukar (X1), inflasi (X2) , SWBI (X3), dan JII (X4). Menurut Rutherford dalam Jonathan Sarwono (2007:1), analisis jalur adalah suatu tehnik untuk menganalisis hubungan sebab-akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi secara tidak langsung Definisi lain menurut Webley dalam Jonathan Sarwono (2007:1),. mengatakan bahwa analisis jalur merupakan pengembangan langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. David Garson dari North Carolina State University mendefinisikan analisis jalur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebabakibat yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai sebab. Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai variabel tergantung (pemberi respon) sedang yang lain sebagai
64
penyebab. Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga perhitungan uji keselarasan statistik (Garson dalam Jonathan Sarwono, 2007:1). Sewall Wright dalam Muhidin dan Abdurrahman (2007:121), path analisis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Adapun pertimbangan menggunakan analisis ini adalah karena penulis ingin mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII terhadap NAB reksadana syariah . Adapun beberapa model jalur mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling rumit (Jonathan Sarwono, 2007:6), diantaranya adalah : a) Model Regresi Berganda Merupakan pengembangan dari regresi berganda dengan menggunakan 2 variabel exogenus, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenus (Y). b) Model Mediasi Model kedua adalah model mediasi atau perantara, dimana variabel Y, memodifikasi pengaruh variabel X terhadap variabel Z.
65
c) Model Kombinasi Pertama dan Kedua. Model ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. d) Model Kompleks Model keempat ini merupakan model yang kompleks yaitu variabel X1 secara langsung mempengaruhi Y2 dan variabel X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2 sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1. e) Model Recursif dan Non Recursif. Dari sisi pandang arah sebab akibat ada dua tipe model jalur, yaitu recrusif (dimana semua anak panah menuju satu arah) dan non recrusif (jika anak panah tidak searah atau terjadi arah terbalik). Adapun prinsip-prinsip dasar dalam analisis jalur di antaranya ialah (Jonathan Sarwono, 2007 : 2) : a) Adanya linearitas (linearity), dimana hubungan antar variabel bersifat linear. b) Adanya aditivitas (additivitas), dimana tidak ada efek-efek interaksi. c) Data berskala interval, semua variabel yang diobservasi mempunyai data berskala interval (scaled value), Jika data belum dalam bentuk skala interval, sebaiknya data diubah dengan menggunakan metode suksesive interval (MIS) terlebih dahulu.
66
d) Semua data residual (yang tidak diukur) tidak berkorelasi dengan satu variabel dalam model. e) Istilah gangguan (disturbance terms) atau variabel residual tidak boleh berkorelasi dengan semua variabel endegenous dalam model. Jika dilanggar maka akan berakibat hasil regresi menjadi tidak tepat untuk mengestimasikan parameter-parameter jalur. f) Sebaiknya hanya terdapat multikoliniearitas yang rendah. Maksud multikoliniearitas adalah dua atau lebih variabel bebas (penyebab) mempunyai hubungan yang sangat tinggi. Jika terjadi hubungan yang sangat tinggi kita akan mendapatka error yang besar dari koefisien beta (b) yang digunakan untuk menghilangkan varian biasa dalam melakukan analisis korelasi secara parsial. g) Adanya rekursivitas, semua anak panah mempunyai arah, tidak boleh terjadi pemutaran kembali (looping). h) Spesifikasi model sangat diperlukan untuk menginterpretasikan koefisien-koefisien jalur. Kesalahan spesifikasi terjadi ketika variabel penyebab yang signifikan dikeluarkan dari model. Semua koefisien jalur akan merefleksikan kovarian bersama dengan semua variabel yang tidak diukur dan tidak akan dapat diinterpretasikan secara tepat dalam kaitannya dengan akibat secara langsung dan tidak langsung. i) Terdapat masukan korelasi yang sesuai, artinya jika kita menggunakan matriks korelasi sebagai masukan maka korelsi pearson digunakan untuk dua varabel berskala interval ; korelasi polychoric untuk dua
67
variabel berskala ordinal ; tetracholic untuk dua variabel dikotomi (berskala nominal) ; polyserial untuk satu varabel interval dan lainnya nominal . j) Terdapat ukuran sampel yang memadai. k) Sampel sama dibutuhkan untuk perhitungan regresi dalam model jalur.
Langkah pertama dalam analisis jalur adalah menggambarkan diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang di ajukan dengan di lengkapi persamaan strukturalnya, sehingga bisa tampak jelas variabel apa saja yang merupakan variabel eksognus dan apa yang menjadi variabel endogenusnya. Adapun persamaan strukturalnya sebagai berikut: Y = yx1X1 +
yx2X2
+
yx3X3
+ yx4X4 + Є
Dimana : Y
: NAB reksa dana syariah
X1
: Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar
X2
: Inflasi
X3
: SWBI
X4
: JII
yx1, .....yx4
: Koefisien
Є
: Variabel residu
Jalur
Langkah kedua adalah menghitung koefisien regresi untuk stuktur yang telah dirumuskan. Pada dasarnya koefisien jalur (path) adalah koefisien regresi yang distandarkan yaitu koefisien regresi yang dihitung dari basis data yang telah diset dalam angka baku atau Z-score. Koefisien jalur yang distandarkan ini digunakan untuk menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas terhadap 68
variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat.Dalam penelitian ini menggunakan program SPSS dimana koefisien jalur ditunjukan oleh output yang dinamakan coeffisient yang dinyatakan sebagai Standardized Coefficient atau dikenal dengan nilai Beta . Langkah ketiga adalah menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan). Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh signifikan antara beberapa variabel bebas (eksogen) secara bersama-sama terhadap variabel terikat (endogen) digunakan F-test, yaitu dengan membandingkan signifikansi F-hitung (F-value) dan signifikansi F-tabel dengan tingkat kepercayaan 95% dengan ketentuan berikut : a. Jika F penelitian < dari F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Jika F penelitian > dari F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Pengujian
juga
dapat
dilakukan
dengan
membandingkan
taraf
signifikansi (sig) penelitian dengan taraf signifikansi α 5 % (0,05). Dengan ketentuan berikut : a. Jika signifikansi (sig) penelitian > dari α 0.05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. b. Jika signifikansi (sig) penelitian < dari α 0.05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Langkah keempat adalah menghitung koefisien jalur secara individu.Uji statistik-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001 : 97).
69
Hipotesis : H0 : Koefisien jalur tidak signifikan H1 : Koefisien jalur signifikan Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan t-hitung dengan ttabel 1.
Jika t hitung > t tabel, atau t-hitung < t-tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2.
Jika t hitung < t tabel, atau t-hitung > t-tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak. Pengambilan keputusan berdasarkan tingkat signifikansi:
1.
Jika probabilitas signifikan > 0.05, maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa suatu variabel eksogen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen.
2
Jika probabilitas signifikan < 0.05, maka H0 ditolak. Ini berarti bahwa suatu variabel eksogen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel endogen Langkah kelima adalah menguji kesesuaian dalam model analisis jalur
dengan metode trimming. Teori Trimming dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung. Apabila koefisien jalur yang dihitung tidak signifikan, maka terjadi trimming. Jika demikian, perhitungan diulang kembali dengan cara menghilangkan jalur yang menurut hasil pengujian ternyata tidak bermakna atau tidak signifikan.
70
Langkah terakhir adalah meringkas dan menyimpulkan
dengan
melakukan interpretasi atas hasil analisis berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung antar variabel. Variabel mana yang paling dominan, dalam artian memberikan pengaruh paling besar terhadap variabel endogen yang dikonfirmasikan. Dalam analisis jalur ada pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total. Untuk menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh secara total variabel eksogen terhadap variabel endogen secara parsial dapat dilakukan dengan rumus (Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurrahman, 2007:236) : 1. Besarnya pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen = (Pxuxi) x (Pxuxi). 2. Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen = (Pxuxi) x (rxuxi) x (Pxuxi). 3. Besarnya pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak langsung = [(Pxuxi) x (Pxuxi)] + [(Pxuxi) x (rxuxi) x (Pxuxi)].
71
E. Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian Variabel Eksogen (X) 1. Nilai Tukar Rupiah (Exchange rate) Nilai tukar ialah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang lainnya. Data yang di gunakan adalah data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang digunakan berdasarkan data nilai penutupan rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan 2.Inflasi
Variabel Endogen (Y) 1. Nilai Aktiva Bersih Nilai Aktiva Bersih adalah total nilai investasi dan kas yang dipegang dikurangi dengan biaya– biaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Data NAB yang digunakan yaitu data NAB seluruh produk reksadana syariah perbulan yang bersumber dari Bapepam.
Inflasi adalah kecendrungan dari harga untuk naik secara umum dan terus menerus Data inflasi yang digunakan adalah data inflasi bulanan berdasarkan IHK yang bersumber dari BI 3.SWBI SWBI adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah/titipan (Bank Indonesia, 2003: 6). Data SWBI yang digunakan adalah data SWBI bulanan yang bersumber dari BI 4. JII (Jakarta Islamic Index) Indeks JII adalah indeks dari sejumlah emiten yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index di BEI yang tentunya berbasis syariah. Data JII yang digunakan adalah stock price indeks per bulan pada saat penutupan yang bersumber dari Jakarta Stock Exchange.
72
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Pasar Modal Syariah Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia. Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa
73
instrumen keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan. Dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia misalnya, Indonesia terlihat begitu tertinggal jauh dalam mengembangkan kegiatan investasi syariah di pasar modal. Malaysia pertama kali mengembangkan kegiatan pasar modal syariah sejak awal tahun 1990 dan saat ini terus mengalami kemajuan yang cukup pesat. Sebagai contoh, data menunjukkan hingga akhir tahun 2004 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah mencapai 7,7% (tujuh koma tujuh perseratus) dari total NAB industri Reksa Dana di Malaysia, sedangkan Indonesia baru mencapai 0,51% (nol koma lima puluh satu per seratus) dari total NAB industri reksa dana. Untuk obligasi syariah, di Malaysia hingga akhir tahun 2004 mencapai kenaikan 31,69% dari total nilai obligasi yang tercatat di pasar modal Malaysia, sementara di Indonesia hingga akhir Desember 2004 baru mencapai Rp. 1.424 Triliun atau 1,72% dari total nilai emisi obligasi di Indonesia pada tahun yang sama yaitu sebesar Rp. 83.005,345 Triliun. Pada sisi lain, harus diakui bahwa masih terdapat beberapa permasalahan mendasar yang menjadi kendala berkembangnya pasar modal yang
berprinsip
syariah
di
Indonesia.
Kendala-kendala
dimaksud
diantaranya adalah selain masih belum meratanya pemahaman dan atau pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar modal yang
74
berbasis syariah, juga belum ditunjangnya dengan peraturan yang memadai tentang investasi syariah di pasar modal Indonesia serta adanya anggapan bahwa untuk melakukan investasi di pasar modal syariah dibutuhkan biaya yang relatif lebih mahal apabila dibandingkan dengan investasi pada sektor keuangan lainnya. Hal-hal lain yang dianggap bisa mempengaruhi perkembangan Pasar Modal Syariah diantaranya adalah : perkembangan jenis instrumen pasar modal syariah yang dikuatkan dengan fatwa DSN — MUI, perkembangan transaksi sesuai syariah atas instrumen pasar modal syariah; dan perkembangan kelembagaan yang memantau macam dan transaksi pasar modal syariah (termasuk Bapepam Syariah, Lembaga Pemeringkat Efek Syariah dan Dewan Pengawas Islamic Market/Index). Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangung perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk
menyerap
investasi
dan
media
untuk
memperkuat
posisi
keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para
75
pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran bahwa setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan pasar modal syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya adalah telah diterbitkan 6 (enam) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan industri pasar modal (www.reksadanasyariah.net).
2. Tentang Reksadana Syariah Di Indonesia, instrumen Reksa Dana mulai dikenal pada tahun 1995, yakni dengan diluncurkannya PT BDNI Reksa Dana. Berdasarkan sifatnya BDNI Reksa dana adalah Reksa Dana tertutup mirip The Scottish American Investment Trust. Seiring dengan hadirnya UU pasar modal pada tahun 1996, mulailah Reksa Dana tumbuh secara aktif. Reksa Dana yang tumbuh dan berkembang pesat adalah Reksa Dana terbuka jika pada tahun 1995 tumbuh satu Reksa Dana dengan dana yang dikelola sebesar Rp. 356 miliar, maka pada tahun 1996 tercatat 25 Reksa Dana. Dimana sebanyak 24 merupakan Reksa Dana terbuka atau Reksa Dana yang berupa KIK (Kontrak Investasi Kolektif) dengan total dana yang dikelola sebesar Rp. 5,02 miliar.
76
Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi investor muslim, maka mulai tahun 1997, tepatnya pada tanggal 25 Juni 1997 dihadirkan Reksa Dana Syariah dengan produknya yang bernama Danareksa Syariah yang dikeluarkan oleh PT Danareksa Investment Management. Kemudian pada tahun 2000 dihadirkan kembali produk baru dengan nama Danareksa Syariah Berimbang. System Danareksa syariah ini belum menjadi bagian terpisah system Reksa Dana yang ada selama ini (www.rac.uii.ac.id). Saat ini ada banyak pilihan reksadana syariah yang bisa ditawarkan kepada masyarakat indonesia. Pada dasarnya, produk-produk tersebut bisa dikategorikan pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran. Produk reksadana syariah yang masuk kategori reksadana pendapatan tetap di antaranya BNI Dana Syariah, Dompet Dhuafa BTS Syariah, PNM Amanah Syariah, Big Dana Syariah dan I-Hajj Syariah Fund. Sedangkan produk reksadana syariah yang masuk dalam kategori reksadana campuran diantaranya PNM Syariah, Danareksa Syariah Berimbang, Batasa Syariah, BNI Dana Plus Syariah, AAA Syariah Fund, dan BSM Investasi Berimbang (Parluhutan Situmorang dkk., 2010:52).
77
B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisa Deskriptif a. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar dapat dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Resiko nilai kurs merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Adapun data nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang didasarkan pada nilai penutupan Rupiah per 1 US Dollar menurut Bank Indonesia (kurs BI) pada setiap akhir bulan selama periode Januari 2005 – Februari 2008 : Tabel 4.1 Data Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Tahun Bulan 2005 2006 2007 2008 Januari 9.204,15 9.493,00 9.066,50 9.409,68 Februari 9.244,94 9.253,15 9.067,80 9.178,95 Maret 9.370,52 9.171,57 9.163,95 April 9.539,36 8.936,94 9.097,55 Mei 9.479,80 8.984,86 8.844,33 Juni 9.616,45 9.362,73 8.983,65 Juli 9.799,29 9.125,48 9.067,14 Agustus 9.986,64 9.094,25 9.366,68 September 10.232,57 9.143,33 9.309,90 Oktober 10.093,38 9.187,18 9.107,06 November 10.040,71 9.134,59 9.264,27 Desember 9.857,32 9.086,80 9.333,60 Sumber :BI ( Data sekunder diolah) 78
Pada tabel 4.1 menunjukkan adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai Rp 10.232,57, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.204,15. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Januari yaitu dengan nilai Rp 9.493, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan April yaitu dengan nilai Rp 8.936,94. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai tukar rupiah sangat lemah terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Agustus yaitu dengan nilai Rp 9.366,68, sedangkan nilai tukar rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi di bulan Mei yaitu dengan nilai Rp 8.844,33. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilai tukar rupiah sangat lemah terjadi dibulan Januari Rp 9.409,68 dibandingkan bulan Februari Rp 9.178,95. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai tukar rupiah paling lemah terhadap dollar amerika terjadi dibulan September 2005 dan nilai rupiah paling kuat terhadap dollar amerika terjadi pada bulan Mei 2007. b. Analisa Deskriptif Variabel Inflasi. Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat, pembangunan akan berjalan lancar bila inflasi dapat ditekan serendah mungkin. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada
79
akhirnya akan menyebabkan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan itu di pasar modal. Selain itu, meningkatnya
inflasi
akan
menaikkan
biaya
perusahaan
yang
mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di bursa efek yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima oleh pemegang saham. Menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat investor untuk berinvestasi dipasar modal seperti reksa dana. Adapun data inflasi pada periode Januari 2005 – Februari 2008 : Tabel 4.2 Data Tingkat Inflasi Tahun Bulan 2005 2006 2007 Januari 0,0061 0,0142 0,0052 Februari 0,0060 0,0149 0,0053 Maret 0,0073 0,0131 0,0054 April 0,0068 0,0128 0,0052 Mei 0,0062 0,0130 0,0050 0,0062 0,0129 0,0048 Juni Juli 0,0065 0,0126 0,0051 Agustus 0,0069 0,0124 0,0054 September 0,0076 0,0121 0,0058 Oktober 0,0149 0,0052 0,0057 November 0,0153 0,0044 0,0056 Desember 0,0143 0,0055 0,0055 Sumber : BI (Data sekunder diolah)
2008 0,0061 0,0062
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa inflasi mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai Inflasi tertinggi terjadi pada bulan November yaitu dengan nilai 0,0153, sedangkan nilai Inflasi 80
terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0060. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0149, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan November yaitu dengan nilai 0,0044. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai inflasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu dengan nilai 0,0058, sedangkan nilai inflasi terendah terjadi di bulan Juni yaitu dengan nilai 0,0048. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0062 dibandingkan bulan Januari 0,0061. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai inflasi tertinggi terjadi dibulan November 2005 dan nilai inflasi terendah terjadi pada bulan November 2006. c. Analisa Deskriptif Variabel Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia. SWBI merupakan SBI-nya bagi perbankan syariah. SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional. Jika SBI memakai suku bunga satu dan tiga bulanan, SWBI memakai sistem bagi hasil dengan pemberian bonus dari sejumlah dana yang ditanamkan perbankan syariah. Apabila SWBI naik maka investor akan beralih pada kegiatan investasi lain yang lebih menguntungkan dan bebas resiko sehingga indeks pasar modal akan turun, sebaliknya apabila SWBI turun maka masyarakat akan beralih ke jenis investasi lain yang lebih menguntungkan di pasar modal seperti reksa dana. Adapun data SWBI selama periode Januari 2005 – Februari 2008 sebagai berikut :
81
Tabel 4.3 Data Tingkat Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Tahun Bulan 2005 2006 2007 Januari 0,0034 0,0036 0,0067 0,0031 0,0039 0,0038 Februari Maret 0,0030 0,0040 0,0054 April 0,0037 0,0040 0,0052 Mei 0,0031 0,0066 0,0052 Juni 0,0039 0,0041 0,0044 0,0038 0,0042 0,0048 Juli 0,0033 0,0048 0,0043 Agustus September 0,0034 0,0037 0,0055 0,0040 0,0044 0,0054 Oktober November 0,0043 0,0071 0,0057 Desember 0,0045 0,0072 0,0057 Sumber :BI ( Data diolah)
2008 0,0050 0,0051
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa SWBI mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0045, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Maret yaitu dengan nilai 0,0030. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 0,0072, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 0,0036. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai SWBI tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu dengan 0,0067, sedangkan nilai SWBI terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 0,0038. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 0,0051 dibandingkan bulan Januari 0,0050. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai SWBI tertinggi terjadi dibulan Desember 2006 dan nilai SWBI terendah terjadi pada bulan Maret 2005. 82
d. Analisa Deskriptif Variabel Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index terdiri atas 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis syariah. Melalui indeks diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Adapun Data Indeks JII periode Januari 2005 – Februari 2008 : Tabel 4.4 Data Tingkat Jakarta Islamic Indeks Tahun Bulan 2005 2006 2007 2008 Januari 174,187 215,357 296,958 476,969 Februari 171,834 218,261 294,062 508,945 Maret 169,334 233,821 315,245 April 161,002 260,193 344,963 Mei 178,201 237,238 354,580 Juni 187,884 233,272 356,853 Juli 198,242 239,301 388,630 Agustus 178,261 251,352 368,153 September 183,731 263,497 399,747 Oktober 181,422 268,992 463,055 November 188,836 295,479 483,964 Desember 199,749 311,281 493,014 Sumber : Jakarta Stock Exchange Tabel 4.4 menunjukkan bahwa data JII mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 199,749, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan April dengan nilai 161,002. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 311,281, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Januari yaitu 83
dengan nilai 215,357. Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai JII tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 493,014, sedangkan nilai JII terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 294,062. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 508,945 dibandingkan bulan Januari 476,969. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008 menunjukan nilai JII tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai JII terendah terjadi pada bulan April 2005. e. Analisa Deskriptif Variabel Nilai Aktiva Bersih. NAB (Nilai Aktiva Bersih) merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan. Nilai NAB tidak hanya dipengaruhi oleh pembelian dan penjualan reksadana oleh para investor, tetapi juga oleh harga pasar dari portofolio yang menjadi underlying asset reksadana tersebut. Adapun data NAB Reksadana Syariah berdasarkan total NAB dari seluruh produk reksadana syariah periode Januari 2005 – Februari 2008 adalah sebagai berikut :
84
Tabel 4.5 Data NAB Reksadana Syari’ah (dalam Jutaan)
Bulan 2005 Januari 671.703,65 827.962,99 Februari Maret 1.193.699,01 1.583.093,03 April Mei 1.481.725,76 1.463.981,06 Juni Juli 1.517.151,99 Agustus 1.506.366,60 September 577.880,68 Oktober 622.564,96 November 572.289,53 Desember 563.927,13 Sumber : BAPEPAM
Tahun 2006 2007 2008 596.310,40 883.792,01 2.918.133,12 547.873,80 924.071,17 3.095.632,86 574.350,81 1.001.817,95 608.660,33 1.071.334,91 637.544,49 1.200.217,51 652.772,25 1.285.810,83 668.189,95 1.485.454,30 681.064,66 1.525.622,92 713.939,55 1.611.855,05 736.110,05 1.803.281,40 797.317,94 2.353.286,12 868.008,70 2.512.391,76
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa data NAB mengalami penurunan dan kenaikan, yakni : untuk tahun 2005 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan April yaitu dengan nilai 1.583.093,03 sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Desembar dengan nilai 563.927,13. selanjutnya untuk tahun 2006 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 868.008,70 , sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Februari yaitu dengan nilai 547.873,80 Selanjutnya untuk tahun 2007 dimana nilai NAB tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu dengan nilai 2.512.391,76, sedangkan nilai NAB terendah terjadi di bulan Januari yaitu dengan nilai 883.792,01. Selanjutnya pada tahun 2008 antara Januari dan Februari, nilainya lebih tinggi dibulan Februari 3.095.632,86 dibandingkan bulan Januari 2.918.133,12. Jadi selama Periode Januari 2005 – Februari 2008
85
menunjukan nilai NAB tertinggi terjadi dibulan Februari 2008 dan nilai NAB terendah terjadi pada bulan Desember 2005.
2. Analisis Regresi Jalur a. Analisis Regresi Dalam analisis ini di bagi menjadi dua bagian. Pertama, melihat pengaruh secara simultan dan kedua, melihat pengaruh secara parsial. 1) Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara gabungan atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi SWBI dan JII secara gabungan atau simultan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah, dilihat dari perhitungan model summary, khususnya angka R square di bawah ini. Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R R Square .836a .698
Adjusted R Square .662
Std. Error of the Estimate .12792
a. Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBI
Sumber : Output SPSS Besarnya angka R square (r²) adalah 0,698. angka tersebut dapat digunakan untuk melihat besarnya pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah dengan cara menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
86
KD = r² x 100 % KD = 0,698 x 100 % KD = 69,8% Angka tersebut mengartikan bahwa pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah adalah 69,8 % .Sedangkan sisanya sebesar 30,2 % ( 100% - 69,8%) dipengaruhi oleh varibel-variabel lain diluar model ini. Kemudian, untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar atau salah diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan uji F test berikut ini. Tabel 4.7 Uji F Regresi ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1.249 .540 1.789
df 4 33 37
Mean Square .312 .016
F 19.077
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBI b. Dependent Variable: NAB
Sumber : Output SPSS Dengan membandingkan besarnya angka F penelitian dengan F tabel, dimana F penelitian 19,077 > F tabel 2,66 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga H0 di tolak dan H1 diterima. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan demikian, model regresi di atas sudah layak dan benar. Kesimpulannya, nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII
87
secara simultan mempengaruhi reksadana syariah di Indonesia. Besarnya pengaruh adalah 69,8 % dan sisanya sebesar 30,2 % (100% 69,8%) dipengaruhi oleh variabel lain di luar model regresi tersebut. 2) Melihat pengaruh nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara sendiri sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah Untuk melihat besarnya pengaruh variabel nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII secara sendiri - sendiri atau parsial terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah secara parsial, digunakan Uji t, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh, digunakan angka Beta atau Standardized Coeffecient di bawah ini. Tabel 4.8 Uji t Regresi Coefficientsa
Model 1
(Constant) nilaitukar inflasi SW BI JII
Unstandardized Coefficients B Std. Error -7.900 6.686 4.521 1.637 -30.329 6.228 -51.562 24.663 1.010 .200
Standardized Coefficients Beta .313 -.517 -.260 .697
t -1.182 2.761 -4.870 -2.091 5.045
Sig. .246 .009 .000 .044 .000
a. Dependent Variable: NAB
Sumber : Output SPSS (a) Pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar 2,761 > t tabel sebesar 1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.
88
Karena nilai beta menunjukan nilai yang positif, maka pengaruh nilai tukar terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah positif. Besarnya pengaruh nilai tukar berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar 0,313 atau 31,3%, dianggap signifikan. (b)Pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar -4,870 < t tabel sebesar -1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah negatif. Besarnya pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar - 0,517 atau -51,7% dianggap signifikan. (c) Pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar -2,091 < t tabel sebesar -1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,044 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, SWBI berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Karena nilai beta menunjukan nilai yang negatif, maka pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah
89
negatif .Besarnya pengaruh SWBI terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar -0,260 atau -26,7% dianggap signifikan. (d)Pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Dengan nilai t hitung sebesar 5,045 > t tabel sebesar 1,68 dan Berdasarkan perhitungan angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, JII berpengaruh signifikan terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah. Karena nilai beta menunjukan nilai yang positif, maka pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah positif. Besarnya pengaruh JII terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah sebesar 0,697 atau 69,7 % dianggap signifikan. Tabel 4.9 Hasil Pengujian Secara Parsial Variabel
Koefisien Jalur
Taraf Signifikansi
Kesimpulan
Nilai Tukar
0,313
0,009
signifikan
Inflasi -0,517 0,000 signifikan SWBI -0,260 0,044 signifikan JII 0,697 0,000 signifikan Sumber : Data Diolah Tabel di atas menjelaskan bahwa semua variabel eksogen mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial atau sendiri – sendiri terhadap variabel endogen (NAB Reksadana Syariah).
90
b. Analisis Korelasi Korelasi antara variabel nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Korelasi Correlations nilaitukar
inflasi
SWBI
JII
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
nilaitukar 1 38 .249 .132 38 -.435** .006 38 -.518** .001 38
inflasi .249 .132 38 1 38 -.263 .111 38 -.432** .007 38
SWBI -.435** .006 38 -.263 .111 38 1 38 .624** .000 38
JII -.518** .001 38 -.432** .007 38 .624** .000 38 1 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Outpt SPSS
1) Korelasi antara nilai tukar dengan inflasi Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel tingkat nilai tukar dengan inflasi sebesar 0,249. untuk menafsirkan angka tersebut digunakan kriteria sebagai berikut: 0 – 0,25
: Korelasi sangat lemah ( dianggap tidak ada)
> 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup kuat > 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat > 0,75 – 1
: Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar 0,249 mempunyai maksud hubungan antara variabel nilai tukar dan inflasi sangat lemah dan searah (karena hasilnya 91
positif). Searah artinya jika nilai tukar mengalami kenaikan maka nilai inflasi akan mengalami kenaikan juga. Korelasi dua variabel tersebut bersifat tidak signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,132 > 0,05. 2) Korelasi antara nilai tukar dan SWBI. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel nilai tukar dan SWBI sebesar -0,435. Korelasi sebesar -0,435 mempunyai maksud hubungan antara variabel nilai tukar rupiah dan SWBI yang cukup kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika nilai nilai tukar rupiah mengalami kenaikan maka nilai SWBI akan mengalami penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,006 < 0,01. 3) Korelasi antara nilai tukar rupiah dan JII. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel nilai tukar dan JII sebesar -0,518. Korelasi sebesar -0,518 mempunyai maksud hubungan antara variabel nilai tukar dan JII yang kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika nilai tukar rupiah mengalami kenaikan maka JII akan mengalami penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,001 < 0,01.
92
4) Korelasi antara Inflasi dan SWBI. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi dan SWBI sebesar -0,263. Korelasi sebesar -0,263 mempunyai maksud hubungan antara variabel tingkat inflasi dan SWBI cukup kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika nilai inflasi mengalami kenaikan maka nilai SWBI akan mengalami penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat tidak signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,111 > 0,05. 5) Korelasi antara inflasi dan JII. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel inflasi dan JII sebesar -0,432. Korelasi sebesar - 0,432 mempunyai maksud hubungan antara variabel tingkat Inflasi dan JII yang cukup kuat dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Tidak searah artinya jika nilai inflasi mengalami kenaikan maka JII akan mengalami penurunan. Korelasi dua variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,007 < 0,01. 6) Korelasi antara SWBI dan JII. Berdasarkan perhitungan diperoleh angka korelasi antara variabel SWBI dan JII sebesar 0,624. Korelasi sebesar 0,624 mempunyai maksud hubungan antara variabel SWBI dan JII yang kuat dan searah (karena hasilnya positif). Searah artinya jika SWBI mengalami kenaikan maka nilai JII akan mengalami kenaikan juga. Korelasi dua
93
variabel tersebut bersifat signifikan, karena angka signifikansi sebesar 0,000 < 0,01. Tabel 4.11 Analisis Korelasi Variabel Eksogen Variabel
Koefisien Korelasi
Hubungan
Nilai Sangat Tukar dan 0,249 Lemah Inflasi Nilai Cukup Tukar dan -0,435 Kuat SWBI Nilai Tukar dan -0,518 kuat JII Inflasi dan Cukup -0,263 SWBI Kuat Cukup Inflasi dan -0,432 JII Kuat SWBI dan 0,624 Kuat JII ** Signifikan pada alfa 0.01 * Signifikan pada alfa 0.05 Sumber : Data diolah
Taraf Signifikansi
Kesimpulan
0,132
Tidak Signifikan
0,006
Signifikan**
0,001
Signifikan**
0,111
Tidak Signifikan
0,007
Signifikan**
0,000
Signifikan**
Tabel di atas menjelaskan mengenai besarnya hubungan atau korelasi antara masing–masing variabel eksogen dalam model penelitian yang ditunjukan dengan besarnya koefisien korelasi dan taraf signifikansi sebesar 0,05 (5 %) dan 0,01 (1%).
3. Gambar Diagram Jalur Setelah melakukan proses regresi jalur dan korelasi maka diagram jalur dari penelitian ini dapat dibuat dengan dilengkapi koefisien jalur dan koefisien korelasinya yang ditunjukkan pada gambar 4.1 sebagai berikut :
94
є Nilai Tukar Rupiah (X1) 0,249
Inflasi (X2)
-0,435
-0,518
0,549 0,313
- 0,517
-0,263
- 0,260
SWBI (X3)
-0,432
NAB Reksadana Syariah (Y)
0,697
0,624
JII (X4)
Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian Setelah Proses Regresi dan Korelasi
Persamaan struktural untuk diagram jalur diatas adalah: Y = yx1X1 +
yx2X2
+
yx3X3
+ yx4X4 + Є
Y = 0,313 Nilai Tukar + (-0,517) Inflasi + (-0,260) SWBI + 0,697 JII + Є Untuk mencari koefisien residu adalah dengan 1.00 – R square Sehingga koefisien residu adalah : ρYЄ = 1,00 - 0,698 = 0,549 Setelah koefisien residu diperoleh, persamaan jalurnya menjadi : NAB Reksadana Syariah = 0,313 Nilai Tukar + (-0,517) Inflasi + (-0,260) SWBI + 0,697 JII + 0,549Є
95
Karena dari semua variabel eksogen berpengaruh signifikan terhadap variabel endogen maka tidak ada proses trimming, sehingga bisa dilakukan perhitungan pengaruh langsung, tidak langsung dan pengaruh total
4. Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan Pengaruh Total a.
Pengaruh nilai tukar rupiah terhadap NAB reksadana syariah. Besarnya pengaruh nilai tukar (X1) terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah sebagai berikut : 1) Pengaruh langsung : = (0,313)2 = (0,313) (0,313) = 0,09796 2) Pengaruh tidak langsung : X1 terhadap Y melalui X2 = (0,313) (0,249) (-0,517) = - 0,04029 X1 terhadap Y melalui X3 = (0,313) (- 0,435) (- 0,260) = 0,03540 X1 terhadap Y melalui X4 = (0,313) (- 0,518) (0,697) = -0,11300 3) Pengaruh total : = 0,09796 + (- 0,04029) + (0,03540) + (- 0,11300) = - 0,01993 Tabel 4.12 Total Pengaruh Nilai Tukar Terhadap NAB Reksadana Syariah Pengaruh nilai tukar terhadap NAB Reksadana Syariah Secara Langsung Tidak Langsung Total Pengaruh Sumber : Data diolah
Besar Pengaruh 0,09796 -0,11789 -0,01993
96
Secara langsung, variabel nilai tukar memberikan pengaruh sebesar 0,09796 atau 9,79% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel inflasi, SWBI dan JII memberikan pengaruh sebesar 0,11789 atau –11,79%. Secara total, variabel nilai tukar mempengaruhi sebesar - 0,01993 atau -1,99%. b. Pengaruh inflasi terhadap NAB reksadana syariah. Besarnya pengaruh inflasi terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah sebagai berikut : 1) Pengaruh langsung : = (- 0,517) 2 = (-0,517) (-0,517) = 0,26729 2) Pengaruh tidak langsung : X2 terhadap Y melalui X1 = (-0,517) (0,249) (0,313) = - 0,04029 X2 terhadap Y melalui X3 = (-0,517) (-0,263) (-0,260) = - 0,03535 X2 terhadap Y melalui X4 = (-0,517) (-0,432) (0,697) = 0,15567 3) Pengaruh total : = 0,26729 + (- 0,04029) + (- 0,03535) + (0,15567) = 0,34732 Tabel 4.13 Total Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah Pengaruh inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah Secara Langsung Tidak Langsung Total Pengaruh Sumber : Data Diolah
Besar Pengaruh 0,26729 0,08003 0,34732
97
Secara langsung, variabel inflasi memberikan pengaruh sebesar 0,26729 atau 26,73% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel nilai tukar rupiah, SWBI dan JII memberikan pengaruh sebesar 0,08003 atau 8%. Secara total, variabel inflasi mempengaruhi sebesar 0,34732 atau 34,73%. c. Pengaruh SWBI terhadap NAB reksadana syariah. Besarnya pengaruh SWBI terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah sebagai berikut : 1) Pengaruh langsung : = (- 0,260) 2 = (-0,260) (-0,260) = 0,0676 2) Pengaruh tidak langsung : X3 terhadap Y melalui X1 = (-0,260) (-0,435) (0,313) = 0,03540 X3 terhadap Y melalui X2 = (-0,260) (-0,263) (-0,517) = - 0,03535 X3 terhadap Y melalui X4 = (-0,260) (0,624) (0,697) = - 0,11308 3) Pengaruh total : = 0,0676 + (0,03540) + (- 0,03535) + (-0,11308) = - 0,04543344 Tabel 4.14 Total Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah Pengaruh SWBI Terhadap NAB Reksadana Syariah Secara Langsung Tidak Langsung Total Pengaruh Sumber : Data Diolah
Besar Pengaruh 0,0676 - 0,11303 - 0,04543
98
Secara langsung, variabel SWBI memberikan pengaruh sebesar 0,0676 atau 6,76% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel nilai tukar rupiah, inflasi dan JII memberikan pengaruh sebesar -0,11303 atau -11,3%. Secara total, variabel SWBI mempengaruhi sebesar - 0,04543 atau – 4,54%. d. Pengaruh JII terhadap NAB reksadana syariah. Besarnya pengaruh JII terhadap NAB reksadana syariah (Y) adalah sebagai berikut : 1) Pengaruh langsung : = (0,697) 2 = (0,697) (0,697) = 0,48581 2) Pengaruh tidak langsung : X4 terhadap Y melalui X1 = (0,697) (-0,518) (0,313) = - 0,11301 X4 terhadap Y melalui X2 = (0,697) (-0,432) (-0,517) = 0,15567 X4 terhadap Y melalui X3 = (0,697) (0,624) (-0,260) = -0,11308 3) Pengaruh total : = 0,48581 + (- 0,11301) + (0,15567) + (-0,11308) = 0,41539109 Tabel 4.15 Total Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah Pengaruh JII Terhadap NAB Reksadana Syariah
Besar Pengaruh
Secara Langsung
0,48581
Tidak Langsung
- 0,07042
Total Pengaruh
0,41539
Sumber : Data Diolah
99
Secara langsung, variabel JII memberikan pengaruh sebesar 0,48581 atau 48,58% dan secara tidak langsung, melalui hubungannya dengan variabel nilai tukar rupiah, inflasi dan SWBI memberikan pengaruh sebesar - 0,07042 atau -7,04%. Secara total, variabel JII mempengaruhi sebesar 0,41539 atau 41,54%. Tabel 4.16 Total Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi, SWBI dan JII Terhadap NAB Reksadana Syariah Variabel
Pengaruh langsung tidak langsung
Total
Nilai tukar rupiah (X1)
0,09796
-0,11789
-0,01993
Inflasi (X2)
0,26729
0,08002
0,34732
SWBI (X3)
0,0676
- 0,11303
- 0,04543
- 0,07042 - 0,22132
0,41539 0,69734
JII (X4) 0,48581 Total pengaruh 0,91866 Sumber : Data Diolah
Tabel di atas menunjukan total pengaruh dari masing – masing variabel eksogen baik pengaruh secara langsung, tidak langsung, dan pengaruh total terhadap variabel endogen (NAB Reksadana Syariah). Dari tabel 4.16 dapat dilihat variabel eksogen yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel endogen adalah JII karena pengaruh totalnya sebesar 0,41539 atau 41,54% lebih besar dari pada variabel yang lainnya.
100
C. Interpretasi Dari empat variabel yaitu nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi , SWBI dan JII. Setelah dilakukan penelitian terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah menunjukkan bahwa semua variabel memilki pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap NAB Reksadana Syariah. Berdasarkan nilai koefisien jalur (nilai Beta), Nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah menunjukkan bahwa NAB reksadana syariah yang meningkat sangat di pengaruhi oleh perekonomian suatu negara yang membaik yang ditandai dengan meningkatnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, karena dengan meningkatnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing, maka daya beli masyarakat akan meningkat sehingga kemampuan masyarakat dalam berinvestasipun akan meningkat pula sehinggga hal ini akan berdampak positif bagi perkembangan pasar modal seperti reksadana syariah. Inflasi berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini menunjukkan perkembangan reksadana syariah sangat dipengaruhi oleh biayabiaya yang harus dibayarkan, biaya-biaya tersebut tentunya di pengaruhi oleh tingkat inflasi, dimana tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan biayabiaya sehinggga hasil investasi yang akan didapat akan turun. Dari variabel nilai tukar dan inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah, ini menunjukan sangat berperannya informasi mengenai perubahan variabel ini bagi investor.
101
SWBI berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar reksadana syariah bukan diinvestasikan di pasar uang (dalam bentuk SWBI). Dari hasil ketiga variabel makroekonomi ini dalam mempengaruhi NAB Reksadana Syariah, telah sesuai dengan teori namun tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, ruang lingkup dan metode penelitian. Variabel JII berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah, hal ini menunjukkan atau diperkirakan reksadana syariah sebagian besar atau hampir seluruhnya di investasikan pada saham-saham yang termasuk kedalam indeks syariah/JII sehingga peningkatan pada indeks syariah tersebut akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai aktiva bersih reksadana syariah, hal ini sesuai dengan teori dimana JII merupakan tolak ukur dari suatu investasi saham berbasis syariah. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh M Romas Syahputera (2005), Hadori Yunus dan Idrus Muhidin (2005), Reno Virlandana A dan Budi Hermana (2005) dan Shandy Rahmadani Tayibnapis (2008).
102
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan (yang merupakan jawaban dari perumusan masalah) sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil pengujian dengan path analysis, menunjukkan bahwa semua variabel eksogen mempunyai pengaruh signifikan. Pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Dengan nilai pengaruh langsung dan tidak langsung dari nilai tukar rupiah terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing–masing sebesar 0,09796 atau 9,79 % dan -0,11789 atau –11,79 %, selanjutnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari inflasi terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing–masing sebesar 0,26729 atau 26,73 % dan 0,08002 atau
8,00 %, selanjutnya
pengaruh langsung dan tidak
langsung dari SWBI terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing – masing sebesar 0,0676 atau 6,76 % dan –0,11303 atau –11,30 %, selanjutnya pengaruh langsung dan tidak langsung dari JII terhadap Nilai Aktiva Bersih menunjukkan hasil masing – masing sebesar 0,48581 atau 48,58 % dan -0,07042 atau –7,04 %. 2. Dari keempat variabel eksogen tersebut (nilai tukar, inflasi, SWBI dan JII), Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih
103
Reksadana Syariah adalah JII, hal ini dapat dilihat dari nilai pengaruh totalnya, yakni dengan nilai sebesar 0,41539 atau 41,54 % lebih besar dari pada pengaruh total variabel lainnya dimana pengaruh total nilai tukar sebesar -0,01993 atau -1,99%, pengaruh total variabel inflasi sebesar 0,34732 atau 34,73%, pengaruh total variabel SWBI sebesar - 0,04543 atau -4,54%. B. Implikasi Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis melalui empat variabel yaitu, nilai tukar rupiah, inflasi, SWBI dan JII terhadap NAB reksadana syariah. Agar dapat diperoleh gambaran yang lebih dalam dan lebih komprehensif maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bagi Investor, dalam berinvestasi di reksadana syariah sebaiknya memperhatikan informasi kondisi perekonomian yang dapat dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI serta dari indeks syariah yaitu JII, karena dalam penelitian ini semua variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. 2. Bagi Manajer Investasi, sebaiknya mempertimbangkan empat variabel tersebut (nilai tukar rupiah terhadap US Dollar, inflasi, SWBI dan JII) dalam mengambil keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal kedalam portofolio efek yang tepat dan supaya bisa mempertahankan atau meningkatkan hasil dari reksadana syariah yang dimilki.
104
3. Bagi Akademisi, perlu diadakan penelitian selanjutnya, yakni dengan menambah variabel–variabel baru seperti Pendapatan Nasional Bersih, Jumlah Uang Beredar dan lain–lain dengan analisis jalur atau analisis yang lain serta dengan memperpanjang rentang waktu penelitian.
105
DAFTAR PUSTAKA
Achsien, Iggi H. “Invetasi Syariah Di Pasar Modal”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Bank Indonesia, Gubernur Bank Indonesia. Peraturan nomor: 5/7/pbi/2003 tentang kualitas aktiva produktif bagi bank syariah, 2003. Bodie, Zvi, Alex Kane, and Alan J Marcus. “ Investment”, Eight Edition, Mc Graw Hill, New York, 2009. Boediono, “Ekonomi Moneter”, Edisi ke Tiga, BFE, Yogyakarta, 2001. Bruce J, Feibel. “Investment Performance Measurement”, N.Y (J) : John Willey & Sons, Inc, New York, 2003. Dominick, Salvatore. “ Teori dan Soal–Soal Ekonomi Internasional”, Edisi Ketiga Erlangga, Jakarta, 1997. Fadhil, M. H., Azizan, N A, Shaharudin R S (2007) “The Interaction Between Macroeconomics Variables and The Performance Mutual Fund in Malaysia”, Journal, Juni, 2007. Gup, Benton E. “ The Basic of Investing”, Third Edition, John Willey & Sons, New York, 2000. Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional”, Edisi Kedua, Mitra Wacana Media dan YAI, Jakarta, 2005. Halim, Abdul. “Analisis Investasi”. Edisi Kedua Salemba 4 Jakarta, 2005. Hirt, Geoffrey and Stanley B. Block CFA, CMM. “Fundamentals Of Investment Management” ,Sevent Edition, Mc Graw-Hill Irwin, Newyork, 2003. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. “Investsi Pada Pasar Modal Syariah”, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007. Iswantono, H. W. ”Kamus Istilah Populer”, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2006. 106
Jogianto. ”Teori Portofolio dan Analisis Investasi’’, Edisi ke-2, BPFE, Yogyakarta, 2000. Jones, Charles P. “ Investments : Analysis and Management”, Tenth Edition, John Willey & Sons, New York, 2007. Keown, Arthur J.dkk. “Financial Management:Principle and Applications” 10th Edition, Pearson Prentice Hall, New Jersey, 2005. Kuncoro, Mudrajad. “Metode Kuantitatif Teori dan aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi”, Edisi 1, cetakan 1, Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta, 2001. Leon, Boy. dkk. “Manajemen Aktiva Pasiva Bank Nondevisa”, Grasindo, Jakarta, 2007 Levi, Maurice D. “International Finance”, Terjemahan. Edisi Pertama, Penerbit ANDI. Yogyakarta, 2001. Madura, Jeff. “International Financial Management”, 7th Edition, Cincinnati: South-Western College Publishing, 2000. Majalah Prospektif, No. 45, Vol 3, Tahun 2001. Mankiw, N Gregory. “Principles of Economics Pengantar Ekonomi Makro”, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Manurung,dkk.“Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap IHSG’’, Jurnal, 2008. Maysami,dkk. “Relationship Between Macroeconomic Variabels and Stock Market Indices : Cointegration Evidence From Stock Exchange of Singapore’s All’s Sector Indices”, Journal, 2004. Muhidin, Sambas Ali dan Maman Abdurrahaman,“ Analisis Korelasi, Rgresi, dan Jalur Dalam Penelitian’’, Pustaka Setia, Bandung, 2007. MUI. “ Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001”, MUI. Jakarta, 2001.
107
Muthalib, Abdul. “ Analisis. Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Tingkat Kinerja Reksadana Saham Periode 1998-2004”, Tesis, Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,2005. Pasha, “Pengaruh IHSG di Bursa Efek Jakarta Terhadap NAB Reksadana Saham di PT. BNI Securities Bandung”,Tesis, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2005. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “ Reksadana Solusi Investasi di Era Modern”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Raharjo, Mugi ” Ekonomi Moneter”, UNS Press, Surakarta, 2009. Reilly, F. K and K.C Brown. “Investment Analysis and Portfolio Management”, 7th Edition, Thomson Southwestern, USA, 2003. Ritchie, J R, John C. “ Fundamental Analysis”, Revised Edition, Richard D Irwin, Chicago, 1996. Saltian, Yoga.“Analisis Perbandingan Resiko dan Tingkat Pengembalian Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional”, Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2006. Sarwono, Jonathan. ”Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis dengan SPSS”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2007. Sholahuddin, Muhammad dan Lukman Hakim. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer”. Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2008. Situmorang, Parluhutan dkk. “Langkah Awal Berinvestasi Reksa Dana”, TransMedia Pustaka, Jakarta, 2010. Sjahputra, M. Romaz. “ Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah” , Tesis. Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2005. Strong, Robert A. ”Portfolio Construction, Management, and Protection”, Thompson south-western, Ohio, 2003.
108
Sudarsono, Heri. “ Bank dan Lembaga Keuangan Syariah’’, Edisi 2. Penerbit Ekonisia Kampus Fakultas FE UII, Yogyakarta, 2003. Susanto, Burhanuddin. “Pasar Modal Syaiah (Tinjauan Hukum)”, UII Press, Yogyakarta, 2009. Suta. I Putu.G.A. “ Menuju Pasar Modal Modern “, Yayasan Sad Satria Bhakti, Jakarta, 2000. Tayibnapis, S Rahmadani. “Analisis Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, Jakarta Islamic Index, Inflasi dan Valuta Asing Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Studi kasus Reksadana Danareksa Syariah Berimbang)”, Tesis, Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008. Tendellin, Eduardus. “ Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Yogyakarta, BPFE, 2001. Tungka, Mariesa Mariona Avrillena Monica. “Analisis Pengaruh SBI, Kurs, Inflasi dan IHSG Terhadap Return Saham (studi pada saham-saham LQ 45 di Bursa Efek Jakarta)”, Tesis, Magister Akuntansi, Universitas Indonesia, Jakarta, 2007. UU Pasar Modal.1995. UU Pasar Modal No. 08 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27, Jakarta. Virlandana A., Reno dan Budi Hernama. “Hubungan Antara Reksa Dana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001 – Desember 2004”, Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma, Jakarta, 23-24 Agustus 2005. Widoatmodjo, Sawidji. “ Cara Sehat Investasi di Pasar Modal (Pengantar Menjadi Investor Profesional) ”, PT Elexmedia Komputindo, Jakarta, 2007. Yunus, Hadori dan Idrus Mahidin. “ Critical Factors yang Mempengaruhi Nilai Aktifa Bersih Reksadana Syariah”, Jurnal, 2005.
109
www.bi.go.id www.henrowibowo.blogspot.com www.jurnal-ekonomi.org www.kilasberita.com www.msi-uii.net www.ortax.org www.pkes.org www.reksadanasyariah.net www.rac.uii.ac.id www.vibiznews.com
110
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 : Output Regresi dan korelasi berdasarkan SPSS
Model Summary Model 1
Adjusted Std. Error of R R Square R Square the Estimate .836a .698 .662 .12792
a. Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBI
ANOVAb Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 1.249 .540 1.789
df 4 33 37
Mean Square .312 .016
F 19.077
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), JII, inflasi, nilaitukar, SWBI b. Dependent Variable: NAB
a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) -7.900 6.686 nilaitukar 4.521 1.637 .313 inflasi -30.329 6.228 -.517 SWBI -51.562 24.663 -.260 JII 1.010 .200 .697
t -1.182 2.761 -4.870 -2.091 5.045
Sig. .246 .009 .000 .044 .000
a. Dependent Variable: NAB
111
(Lanjutan Lampiran 1) Correlations nilaitukar inflasi SWBI nilaitukar Pearson Correlation 1 .249 -.435** Sig. (2-tailed) .132 .006 N 38 38 38 inflasi Pearson Correlation .249 1 -.263 Sig. (2-tailed) .132 .111 N 38 38 38 SWBI Pearson Correlation -.435** -.263 1 Sig. (2-tailed) .006 .111 N 38 38 38 JII Pearson Correlation -.518** -.432** .624** Sig. (2-tailed) .001 .007 .000 N 38 38 38
JII -.518** .001 38 -.432** .007 38 .624** .000 38 1 38
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
112
Lampiran 2 : Data mentah masing-masing variabel Bln-Thn Januari 2005 Februari 2005 Maret 2005 Apr-05 Mei 2005 Juni 2005 Juli 2005 Agustus 2005 Sep-05 Oktober 2005 Nov-05 Desember 2005 Januari 2006 Februari 2006 Maret 2006 Apr-06 Mei 2006 Juni 2006 Juli 2006 Agustus 2006 Sep-06 Oktober 2006 Nov-06 Desember 2006 Januari 2007 Februari 2007 Maret 2007 Apr-07 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 Sep-07 Oktober 2007 Nov-07 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008
Nilai Tukar Rupiah / US Dollar 9.204,15 9.244,94 9.370,52 9.539,36 9.479,80 9.616,45 9.799,29 9.986,64 10.232,57 10.093,38 10.040,71 9.857,32 9.493,00 9.253,15 9.171,57 8.936,94 8.984,86 9.362,73 9.125,48 9.094,25 9.143,33 9.187,18 9.134,59
Inflasi 0,0732 0,0715 0,0881 0,0812 0,0740 0,0742 0,0784 0,0833 0,0906 0,1789 0,1838 0,1711 0,1703 0,1792 0,1574 0,1540 0,1560 0,1553 0,1515 0,1490 0,1455 0,0629 0,0527
9.086,80 9.066,50 9.067,80 9.163,95 9.097,55 8.844,33 8.983,65 9.067,14 9.366,68 9.309,90 9.107,06
0,0660 0,0626 0,0630 0,0652 0,0629 0,0601 0,0577 0,0606 0,0651 0,0695 0,0688
9.264,27 9.333,60 9.409,68 9.178,95
0,0671 0,0659 0,0736 0,0740
SWBI 0,0411 0,0375 0,0358 0,0449 0,0375 0,0462 0,0456 0,0392 0,0411 0,0477 0,0517 0,0542 0,0432 0,0462 0,0475 0,0480 0,0792 0,0492 0,0506 0,0579 0,0445 0,0533 0,0854 0,0862 0,0807 0,0453 0,0648 0,0627 0,0626 0,0533 0,0571 0,0515 0,0661 0,0647 0,0687 0,068 0,0595 0,0606
JII 174,187 171,834 169,334 161,002 178,201 187,884 198,242 178,261 183,731 181,422 188,836 199,749 215,357 218,261 233,821 260,193 237,238 233,272 239,301 251,352 263,497 268,992 295,479
NAB 671.703.651.623,35 827.962.991.078,96 1.193.699.014.102,44 1.583.093.029.148,18 1.481.725.763.904,89 1.463.981.063.577,73 1.517.151.996.961,96 1.506.366.597.214,49 577.880.685.632,21 622.564.957.854,06 572.289.535.358,12 563.927.128.494,45 596.310.398.333,07 547.873.792.577,34 574.350.806.199,94 608.660.335.677,57 637.544.489.024,14 652.772.254.615,47 668.189.947.085,72 681.064.665.102,63 713.939.551.392,43 736.110.046.497,83 797.317.940.465,64
311,281 296,958 294,062 315,245 344,963 354,580 356,853 388,630 368,153 399,747 463,055
868.008.691.848,39 883.792.010.499,67 924.071.173.682,19 1.001.817.951.388,83 1.071.334.910.985,03 1.200.217.515.705,54 1.285.810.829.178,42 1.485.454.300.029,13 1.525.622.920.460,19 1.611.855.053.848,99 1.803.281.404.115,90
483,964 493,014 476,969 508,945
2.353.286.116.400,98 2.512.391.763.717,65 2.918.133.122.024,35 3.095.632.865.982,10
113
Lampiran 3 :Data Setelah di Log kecuali Inflasi dan SWBI masing-masing di bagi 12 setiap bulannya Nilai Tukar Rupiah / US Bln-thn Dollar Inflasi SWBI JII NAB Januari 2005 3,96 0,0061 0,0034 2,24 11,83 Februari 2005 3,97 0,0060 0,0031 2,24 11,92 Maret 2005 0,0073 0,0030 2,23 12,08 3,97 Apr-05 0,0068 0,0037 2,21 12,20 3,98 Mei 2005 3,98 0,0062 0,0031 2,25 12,17 Juni 2005 3,98 0,0062 0,0039 2,27 12,17 Juli 2005 3,99 0,0065 0,0038 2,30 12,18 Agustus 2005 0,0069 0,0033 2,25 12,18 4,00 September 2005 0,0076 0,0034 2,26 11,76 4,01 Oktober 2005 0,0149 0,0040 2,26 11,79 4,00 November 2005 4,00 0,0153 0,0043 2,28 11,76 Desember 2005 3,99 0,0143 0,0045 2,30 11,75 Januari 2006 0,0142 0,0036 2,33 11,78 3,98 Februari 2006 0,0149 0,0039 2,34 11,74 3,97 Maret 2006 3,96 0,0131 0,0040 2,37 11,76 Apr-06 0,0128 0,0040 2,42 11,78 3,95 Mei 2006 3,95 0,0130 0,0066 2,38 11,80 Juni 2006 0,0129 0,0041 2,37 11,81 3,97 Juli 2006 0,0126 0,0042 2,38 11,82 3,96 Agustus 2006 0,0124 0,0048 2,40 11,83 3,96 Sep-06 3,96 0,0121 0,0037 2,42 11,85 Oktober 2006 3,96 0,0052 0,0044 2,43 11,87 Nov-06 3,96 0,0044 0,0071 2,47 11,90 Desember 2006 0,0055 0,0072 2,49 11,94 3,96 Januari 2007 0,0052 0,0067 2,47 11,95 3,96 Februari 2007 0,0053 0,0038 2,47 11,97 3,96 Maret 2007 3,96 0,0054 0,0054 2,50 12,00 Apr-07 3,96 0,0052 0,0052 2,54 12,03 Mei 2007 3,95 0,0050 0,0052 2,55 12,08 Juni 2007 0,0048 0,0044 2,55 12,11 3,95 Juli 2007 0,0051 0,0048 2,59 12,17 3,96 Agustus 2007 3,97 0,0054 0,0043 2,57 12,18 Sep-07 3,97 0,0058 0,0055 2,60 12,21 Oktober 2007 3,96 0,0057 0,0054 2,67 12,26 Nov-07 3,97 0,0056 0,0057 2,68 12,37 Desember 2007 0,0055 0,0057 2,69 12,40 3,97 Januari 2008 3,97 0,0061 0,0050 2,68 12,47 Februari 2008 3,96 0,0062 0,0051 2,71 12,49
114
Lampiran 4 : Daftar Produk Reksadana Syariah Periode Januari 2005 - Februari 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Nama Produk Reksadana Syariah CIMB Islamic Equity Growth Syariah RD TRIM SYARIAH SAHAM SI DANA SAHAM SYARIAH PNM Ekuitas Syariah Batasa Syariah Danareksa Syariah Berimbang Kausar Balanced Growth Syariah RD TRIM SYARIAH BERIMBANG MEGA DANA SYARIAH Capital Syariah Fleksi AAA Amanah Syariah Fund BNI DANAPLUS SYARIAH IPB SYARIAH Mandiri Investa Syariah Berimbang EURO PEREGRINE SYARIAH BALANCED PLUS PNM Syariah SYARIAH BATASA KOMBINASI PNM PUAS PNM AMANAH SYARIAH BIG DANA MUAMALAH MEGA DANA OBLIGASI SYARIAH Batasa Investa Haji BNI DANA SYARIAH HAJI SYARIAH INDEKS DANAREKSA INDEKS SYARIAH MANDIRI INVESTA ATRAKTIF-SYARIAH SYARIAH FORTIS PESONA AMANAH Sumber : Bapepam
115