ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2005-2008
OLEH TANTO DIKDIK ARISANDI H14101028
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
TANTO DIKDIK ARISANDI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia periode 2005-2008. (dibimbing oleh Bunasor Sanim). Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 di Indonesia identik dengan carut marutnya industri perbankan. Macetnya fungsi intermediasi yang dijalankan oleh bank menyumbang cukup besar dalam memacetkan perekonomian secara keseluruhan. Tingkat suku bunga kredit yang mencapai 60 persen membuat dunia usaha sangat tercekik. Pemilik modal lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito daripada bersusah-susah berusaha dalam sektor riil. Permasalahan ini masih berlanjut sampai sekarang. Tentu dengan tingkat keparahan yang jauh lebih ringan. Hal ini mengingatkan banyak pihak akan perlunya sebuah alternatif lain selain perbankan dalam fungsi intermediasi permodalan (Bank Indonesia, 2003). Pemotongan fungsi intermediasi perbankan dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas. Instrumen investasi seperti obligasi dan modal ventura banyak langsung ditawarkan oleh institusi bisnis kepada kreditur melalui business plan untuk memperoleh dana melalaui venture capilatist. Namun, berbeda halnya dengan investor perorangan, meskipun ada obligasi atau saham, mereka akan mengalami kesulitan untuk membelinya, karena modal yang mereka miliki tidak mencukupi. Di sinilah peran strategis reksa dana dalam mengumpulkan dana dari investor bermodal kecil. Adanya reksa dana bisa menjembatani kebutuhan usaha untuk memperoleh dana dengan keinginan investor untuk berinvestasi. Maka dilihat dari sudut ini, krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksa dana, melainkan sebaliknya, merupakan blessing in disguise. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perkembangan reksa dana syariah (NAB) di Indonesia periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008 dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah di Indonesia selama periode tersebut, serta merumuskan implikasi kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dan Bank Indonesia untuk meningkatkan perkembangan reksa dana syariah. Penelitian ini menggunakan data sekunder kuantitatif, yaitu data bulanan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Bank Indonesia (BI) dan Direktorat Perbankan Syariah (DPS) BI. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2005 sampai dengan Juni 2008. Metode pengolahan data menggunakan program Eviews 4.1, dan alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekonometrika melalui model regresi linear berganda (ordinary least square/ OLS), karena penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh, arah dan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Dalam penelitian ini OLS digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana syariah.
Hasil estimasi persamaan NAB reksa dana syariah menunjukkan nilai koefisien determinasi R-squared sebesar 0,9849 yang menandakan bahwa uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model adalah baik. Dari uji serentak melalui uji-F dan uji parsial melalui uji statistik-t menunjukkan pula hasil yang baik. Dapat dilihat dari angka probabilitas statistik yang lebih kecil daripada taraf nyata (α) 5 persen. Artinya, seluruh variabel berpengaruh dan signifikan terhadap NAB reksa dana syariah. Variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah unit reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan keempat variabel ini akan meningkatkan NAB RDS. Hanya variabel bonus SWBI yang berpengaruh negatif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan variabel bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS. Implikasi kebijakan yang harus diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan melakukan pengaturan terhadap tiga variabel yang berpengaruh terhadap NAB RDS yaitu tingkat bonus SWBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah. Dari hasil pembahasan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel SWBI merupakan variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap NAB RDS. Oleh karena itu penting bagi Bank Indonesia untuk menjaga nilai SWBI ini pada level yang stabil. Dengan kata lain Bank Indonesia mengurangi dana yang mengendap di Bank Indonesia dalam bentuk SWBI.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2005-2008
Oleh TANTO DIKDIK ARISANDI H14101028
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa
: Tanto Dikdik Arisandi
Nomor register Pokok
: H14101028
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Bunasor Sanim, MSc NIP. 130 345 012
Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANA PUN.
Bogor, 21 Januari 2009
Tanto Dikdik Arisandi H14101028
PADA
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Tanto Dikdik Arisandi lahir pada tanggal 26 Mei 1982 di Banjar, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis adalah anak terakhir dari dua bersaudara, dari pasangan Endang Suhara dan Tien Sumartini.
Jenjang pendidikan penulis lalui tanpa hambatan.
Penulis
menamatkan sekolah dasar pada SDN 11 Banjar, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Banjar dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Banjar dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis meninggalkan kota tercinta untuk melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu dan mengembangkan pola fikir, sehingga sumber daya yang berguna bagi pembangunan kota Banjar tercinta. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi seperti DKM Al-Ghifari IPB dan Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB, serta aktif menjadi asisten dosen Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat Persiapan Bersama (TPB).
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah di Indonesia Periode 2005-2008”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Bunasor Sanim, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Noer Azam Achsani, Ph.D sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi. Semua saran dan kritikan beliau merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Tony Irawan, M.App.Ec sebagai dosen dari Komisi Pendidikan atas kritikan dan saran dalam penyemurnaan skripsi ini. 4. Orang tua (Endang Suhara dan Tien Sumartini) dan kakak penulis (Yeni Setiyawati, SPd), kesabaran, dorongan dan do’a mereka sangat besar artinya dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Teman-teman seperjuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) DKM AlGhifari IPB, Forum Mahasiswa dan Studi Islam (FORMASI) FEM IPB dan pengurus Asistensi Pendidikan Agama Islam IPB atas kebersamaan dalam aktivitas-aktivitas yang bermanfaat.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2009
Tanto Dikdik Arisandi H14101028
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... i I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3. Tujuan ........................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ......................... 5 2.1. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 5 2.1.1. Investasi ......................................................................... 5 2.1.1.1. Pengertian Investasi .......................................... 5 2.1.1.2. Prinsip Investasi dalam Islam ............................ 5 2.1.2. Reksa Dana dan Reksa Dana Syariah ............................. 7 2.1.2.1. Pengertian Reksa Dana ..................................... 7 2.1.2.2. Pengertian Reksa Dana Syariah ......................... 8 2.1.2.3. Bentuk Reksa Dana Syariah .............................. 10 2.1.2.4. Jenis-jenis Reksa Dana Syariah ......................... 11 2.1.2.5. Sifat-sifat Reksa Dana Syariah .......................... 13 2.1.2.6. Ciri-ciri Operasional Reksa Dana Syariah ......... 14 2.1.2.7. Mekanisme Kerja Reksa Dana .......................... 15 2.1.2.8. Keuntungan dan Resiko Reksa Dana ................. 17 2.1.2.9. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ............................... 20 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana Syariah …………………………………….. 21 2.1.3.1. Tingkat Bagi Hasil Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) ……………………….. 21 2.1.3.2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ........... 22 2.1.3.3. Inflasi ............................................................... 22 2.1.3.4. Indeks Syariah di Jakarta Islamic Index (JII) ...... 23 2.1.3.5. Jumlah Reksa Dana Syariah .............................. 24
2.2. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 25 2.3. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 29 2.4. Hipotesis ....................................................................................... 31 III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 32 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 32 3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 32 3.3. Metode Analisis ............................................................................. 33 3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ................................................... 34 3.4.1. Metode Estimasi Ordinary Least Square (OLS) ................... 34 3.4.2. Fenomena Regresi Palsu dan Kointegrasi ............................. 35 3.5. Kriteria Statistik ............................................................................. 36 3.6. Kriteria Ekonometrika .................................................................... 37 3.6.1. Uji Multikolinearitas ............................................................... 37 3.6.2. Uji Autokorelasi ..................................................................... 38 3.6.3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 40 4.1. Model Persamaan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah ..... 40 4.1.1. Hasil Estimasi Persamaan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah ................................................................. 40 4.1.2. Uji Ekonometrika ...................................................................... 42 4.1.3. Interpretasi Variabel Penjelas ..................................................... 43 4.2. Implikasi Kebijakan ............................................................................ 45 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 46 5.1. Kesimpulan ......................................................................................... 46 5.2. Saran ................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 48 LAMPIRAN ..................................................................................................... 51
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997 di Indonesia identik dengan carut
marutnya industri perbankan. Macetnya fungsi intermediasi yang dijalankan oleh bank menyumbang cukup besar dalam memacetkan perekonomian secara keseluruhan. Tingkat suku bunga kredit yang mencapai 60 persen membuat dunia usaha sangat tercekik. Pemilik modal lebih memilih untuk menyimpan dananya dalam bentuk deposito daripada bersusah-susah berusaha dalam sektor riil. Permasalahan ini masih berlanjut sampai sekarang.
Tentu dengan tingkat
keparahan yang jauh lebih ringan. Hal ini mengingatkan banyak pihak akan perlunya sebuah alternatif lain selain perbankan dalam fungsi intermediasi permodalan (Bank Indonesia, 2003). Pemotongan fungsi intermediasi perbankan dapat dilakukan untuk mengatasi hal di atas.
Instrumen investasi seperti obligasi dan modal ventura banyak
langsung ditawarkan oleh institusi bisnis kepada kreditur melalui business plan untuk memperoleh dana melalaui venture capilatist.
Namun, berbeda halnya
dengan investor perorangan, meskipun ada obligasi atau saham, mereka akan mengalami kesulitan untuk membelinya, karena modal yang mereka miliki tidak mencukupi. Di sinilah peran strategis reksa dana dalam mengumpulkan dana dari investor bermodal kecil. Adanya reksa dana bisa menjembatani kebutuhan usaha untuk memperoleh dana dengan keinginan investor untuk berinvestasi. Maka dilihat dari sudut ini, krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksa dana, melainkan sebaliknya, merupakan blessing in disguise. Reksa dana merupakan sebuah bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif (bersama-sama) dan dikelola oleh sebuah Perusahaan Manajemen Investasi(PMI). Jenis usaha reksa dana ini pertama kali diluncurkan di Indonesia pada tahun 1996 dan bertujuan untuk memobilisasi dana dari semua lapisan masyarakat dan mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal. Jenis usaha ini merupakan alternatif pengerahan dana dan pembiayaan dunia usaha dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Reksa dana
muncul karena umumnya investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, antara lain memonitor kondisi pasar secara terus-menerus yang sangat menyita waktu dan perlu keahlian khusus serta pengalaman di pasar modal. Kesulitan lain yang biasa dialami investor, terutama investor kecil yaitu kebutuhan dana yang besar untuk investasi pada surat-surat berharga seperti saham atau obligasi. Adapun masalah utama dalam memutuskan investasi yaitu prediksi profit suatu investasi.
Harapan investasi yaitu tingkat pengembalian (return) lebih besar
daripada biaya yang dikeluarkan. pengembalian adalah resiko.
Hal lain yang selalu mengiringi tingkat
Pengaturan resiko ini juga memerlukan sebuah
pengelolaan yang profesional, karena keuntungan yang diharapkan mempunyai hubungan positif dengan tingkat resiko investasi.
Semakin tinggi tingkat
keuntungan yang diharapkan, maka semakin tinggi pula resiko yang dihadapi investor. Seiring berkembangnya kesadaran masyarakat untuk kembali kepada aturanaturan agama, maka bermunculan pula lembaga keuangan yang memiliki label keagamaan. Di Indonesia, hal ini sudah sangat terasa. Dengan bermunculannya bank, asuransi, dan permodalan yang berlandaskan syariah. Sebagaimana terjadi pada perbankan syariah, lembaga permodalan yang mengeluarkan produk syariah bagi masyarakat meningkat tajam. Reksa dana syariah yang merupakan salah satu varian dari reksa dana dengan muatan prinsip-prinsip syariah Islam di dalamnya pun terus mengalami perkembangan. Sejak pertama keluarnya Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang pedoman pelaksanaan investasi untuk reksa dana syariah, yang telah enam tahun berlalu, yaitu sejak tahun 2001, tentunya telah terjadi perkembangan yang signifikan. Reksa dana syariah yang pada tahun 2000 hanya ada satu, yaitu Danareksa syariah, meningkat menjadi 19 reksa dana syariah pada bulan Mei 2006. Kesemua itu tidak termasuk reksa dana syariah yang telah ditutup sebelum mei 2006.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal di atas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah: 1. Bagaimana perkembangan reksa dana syariah di Indonesia selama periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008. 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah dan seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap reksa dana syariah di Indonesia selama periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008.
1.3. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang disampaikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perkembangan reksa dana syariah di Indonesia
selama
periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah di Indonesia selama periode Januari 2005 sampai dengan Juni 2008.
1.4. Manfaat Penelitian Penelitian tentang reksa dana syariah masih sangat jarang dilakukan. Terkait reksa dana syariah yang relatif baru dan juga masih kecilnya share yang dimiliki reksa dana syariah terhadap reksa dana konvensional, apalagi terhadap pasar modal secara keseluruhan.
Namun, sebagai salah satu instrumen yang
memiliki potensi berkembang yang besar di masa depan, maka penelitian ini harus dilakukan. Selain berfungsi sebagai syarat kelulusan saya untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ekonomi syariah pada umumnya, dan reksa dana syariah pada khususnya. Hasil penelitian ini diharapkan juga memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat melakukan kebijakan yang tepat dalam mengembangkan reksa dana syariah. Bapepam dapat membuat kebijakan yang bisa menumbuhkan reksa dana syariah lebih baik lagi. 2. Bagi para akademisi, penelitian ini bisa dijadikan tambahan referensi dan pengetahuan tentang reksa dana syariah dan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk penelitan selanjutnya dengan menganalisis faktorfaktor lainnya untuk keberlanjutan pengembangan IPTEK. 3. Bagi manajer investasi, diharapkan dapat memberikan masukan tentang kinerja fortofolio yang telah dibentuk. 4. Bagi penulis sendiri, bisa menambah pengetahuan dan motivasi untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan ekonomi syariah, terutama reksa dana syariah.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Investasi 2.1.1.1. Pengertian Investasi Investasi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan penanaman uang atau modal di suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Menurut The American Heritage Dictionary of the English Language, adalah kata benda dari kata invest. Dan kata invest memiliki dua makna. Pertama, menempatkan uang atau modal demi hasil atau bunga dengan cara membeli properti, saham, obligasi, dan lain-lain. Kedua, meluangkan atau memanfaatkan waktu, uang atau tenaga demi keuntungan atau manfaat di kemudian hari. Secara istilah, investasi didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan harta yang dimiliki. (Gozali, 2004) Untuk memudahkan memahami pengertian investasi, maka harus mengetahui tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi. Pertama, adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum mampu untuk dipenuhi saat ini. Kedua, adanya keinginan untuk menambah nilai aset, adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki.
Ketiga, karena adanya inflasi.
(Pratomo dan Nugraha, 2002)
2.1.1.2. Prinsip Investasi dalam Islam Dalam Islam, semua kegiatan memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar.
Batasan-batasan itu dinamakan prinsip dalam Islam.
Dalam
berinvestasi, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar investasi yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam. 1. Halal Investasi yang halal adalah syarat utama dalam syariat Islam. Ada lima unsur yang dilarang dalam transaksi sehingga transaksi tersebut bisa dikategorikan halal, diantaranya (Gozali, 2004):
a. Maysir (judi, spekulasi) Transaksi yang termasuk mengandung unsur maysir bukan hanya praktek perjudian yang sudah jelas, namun juga meliputi transaksi spekulatif di pasar modal, transaksi jual-beli dengan berjangka (forward), spekulasi mata uang asing, dan sebagainya. b. Gharar (ketidakjelasan, transaksi yang tidak pasti) Ketika terjadi transaksi jual-beli, harus jelas apa yang dijual dan berapa harganya.
Contoh yang jelas dari transaksi yang
mengandung unsur gharar adalah jual beli dengan sistem ijon, yaitu membeli hasil pertanian yang tidak jelas kualitas maupun kuantitas hasil pertanian yang dibeli. Petani diberi uang untuk semua hasil dari perkebunannya sebelum panen. Sudah tentu pada saat itu tidak jelas kuantitas dan kualitas hasil panennya. Unsur gharar ini juga sangat kental pada produk asuransi konvensional. c. Haram Permasalahan yang sering ditemui dalam penentuan haram atau halalnya suatu investasi adalah jika berinvestasi secara tidak langsung ke dalam produk keuangan. Kita tidak tahu ke mana dana yang kita titipkan untuk diinvestasikan ditanamkan. d. Riba (bunga) Praktek riba ini tidak hanya terjadi di bank konvensional. Dalam kehidupan sehari-hari pun sering ditemui. e. Bathil (tidak adil) Seorang muslim dilarang untuk mengambil keuntungan dari sesama muslim dengan cara yang bathil atau tidak adil, seperti menipu atau dengan memanipulasi.
Bukan hanya mengambil
keuntungan dengan cara kriminal seperti itu, bahkan dengan cara legal pun tetap tidak boleh dilakukan, seperti menjual dengan harga yang sangat tinggi jauh di atas harga pasar.
2. Berkah Keberkahan dapat diartikan sebagai kebaikan yang bertambah. Ini adalah aspek keuntungan non-ekonomis dari suatu investasi. Ketenangan dan kepuasan batin dapat menjadi salah satu bentuk berkah dari investasi. 3. Bertambah Investasi berarti bertumbuh dan berkembang. Investasi yang dilakukan harus dapat memberikan keuntungan bagi pemodalnya.
2.1.2. Reksa Dana dan Reksa Dana Syariah 2.1.2.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27, Reksa dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Reksa dana dapat terdiri dari berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen di atas. Pengertian yang diberikan oleh Pratomo dan Nugraha (2002) dalam Kamus Singkat Istilah, Reksa Dana adalah suatu wadah yang menghimpun dana dari masyarakat pemodal. Dana yang terkumpul selanjutnya akan diinvestasikan oleh Manajer Investasi sebagai pengelolanya ke dalam suatu Portofolio Efek berupa instrumen-instrumen keuangan.
Sedangkan pengertian reksa dana menurut
Senduk (2004) adalah sebuah bentuk investasi yang menggabungkan semua uang investor dalam satu wadah, di mana uang tersebut selanjutnya dikelola oleh sebuah perusahaan investasi (Manajer Investasi) dengan cara mengalokasikannya ke dalam satu atau berbagai macam instrumen investasi. Secara umum pengertian reksa dana adalah suatu kumpulan dana dari masyarakat, pihak pemodal atau pihak investor untuk kemudian dikelola oleh Manajer Investasi dan diinvestasikan pada berbagai jenis portofolio investasi efek atau produk keuangan lainnya (Rahardjo, 2004). Mengenal reksa dana dapat dilakukan dengan memahami tiga unsur penting yang saling terkait satu sama lain, di antaranya (Pratomo dan Nugraha, 2002):
1. Kumpulan dana masyarakat portofolio efek Dengan
melakukan
pengumpulan
dana
dari
para
pemodalnya
memungkinkan pemodal-pemodal yang memiliki dana minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk efek. 2. Investasi dana dalam bentuk portofolio efek Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari efek. Portofolio efek yang dikelola reksa dana dapat berupa kumpulan dari beberapa jenis efek. 3. Dikelola oleh Manajer Investasi Pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola Portofolio Investasi Kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan. Manajer Investasi dapat beroperasi setelah mendapatkan ijin dari Bapepam.
Dalam hal reksa dana, Manajer Investasi bertanggung
jawab mengelola portofolio investasi untuk sekelompok nasabah yang membeli Unit Penyertaan dengan berpedoman pada Kebijakan Investasi sesuai penjelasan dalam Prospektus.
2.1.2.2. Pengertian Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki pengertian yang sama dengan reksa dana konvensional di atas, hanya saja cara pengelolaan dan kebijakan investasinya harus berdasarkan pada syariat Islam, baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian keuntungan. (Firdaus dkk, 2005) Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001, Reksa Dana Syariah adalah : ”Reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal/rabb al-mal) dengan
manajer investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahibul maal dengan pengguna investasi.” Selain itu, dalam sumber lain, Rahardjo (2004) mendefinisikan Reksa Dana Syariah sebagai jenis reksa dana yang portofolio investasinya terdiri atas produk investasi syariah, misalnya saham dan obligasi syariah.
Metode
pendapatan Reksa Dana Syariah dihitung berdasarkan konsep dan mekanisme syariah. Pada prinsipnya, mekanisme kerja reksa dana dapat dikatakan sejalan dengan pola bagi hasil (mudharabah) dalam Islam. Para pemodal (peserta reksa dana) menggaji Manajer Investasi (dan perusahaan reksa dana) untuk melakukan investasi mereka. Hasilnya (untung maupun rugi) akan dibagi secara berimbang kepada para peserta reksa dana sesuai dengan jumlah dana yang mereka investasikan (banyaknya Unit Penyertaan). (Gozali, 2004) Salah satu tujuan dari Reksa Dana Syariah adalah memenuhi kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip-prinsip syariah.
Dengan demikian, reksa dana syariah adalah
suatu wadah yang digunakan oleh masyarakat untuk berinvestasi secara kolektif, di mana pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Dari sisi tujuan Reksa Dana Syariah dapat disejajarkan dengan Social Responsible Investmen (SRI) atau Etichal Investment, Socially Aware Investment, dan Valuebased investment. Tujuan utama Reksa Dana Syariah bukan semata-mata mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini tanpa harus mengabaikan keinginan investornya. Oleh karena itu, Reksa Dana Syariah tidak boleh menginvestasikan dananya pada bidang-bidang yang bertentangan dengan syariat Islam, misalnya saham-saham atau obligasi-obligasi dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam; pabrik makanan atau minuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok, tembakau, jasa keuangan konvensional, pornografi, pelacuran, serta bisnis hiburan yang berbau maksiat. (Firdaus dkk, 2005)
2.1.2.3. Bentuk Reksa Dana Syariah Bentuk reksa dana konvensional dan syariah adalah sama.
Menurut
peraturan, reksa dana bisa beroperasi dalam dua bentuk, yaitu (Firdaus dkk, 2005): 1. Reksa Dana berbentuk perseroan Reksa dana berbentuk perseroan adalah suatu perusahaan (Perseroan Terbatas) yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya, perbedaan hanya terletak pada jenis usaha. Telekomunikasi
Indonesia,
misalnya,
bergerak
Jika PT.
dalam
bidang
telekomuikasi, maka PT. Reksa Dana bergerak dalam bidang pengelolaan portofolio investasi. Dalam bentuk ini, perusahaan penerbit reksa dana menghimpun dana dengan menjual saham. Hasil dari penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di pasar uang. Reksa dana berbentuk perseroan dibedakan berdasarkan sifatnya, menjadi reksa dana perseroan terbuka dan reksa dana perseroan tertutup. Adapun ciri-ciri dari reksa dana berbentuk perseroan adalah : 1. Badan hukumnya berbentuk perseroan terbatas. 2. Pengelolaan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara direksi perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk. 3. Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.
2. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif Kontrak investasi kolektif adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dana yang terkumpul dari banyak investor kemudian akan dikelola dan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam suatu portofolio investasi mejadi reksa dana dan menjadi milik investor secara kolektif. Karakterisitik dari reksa dana kontrak investasi kolektif ini adalah : (Rahardjo, 2004)
1. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. 2. Unit penyertaan tidak dicatatkan di bursa. 3. Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya kepada Manajer Investasi (MI) yang mengelola. 4. Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan akan dibebankan kepada kekayaan reksa dana. 5. Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit dihitung oleh bank kustodian secara harian.
2.1.2.4. Jenis-Jenis Reksa Dana Syariah Secara umum, ada empat jenis reksa dana yang terdapat dalam peraturan Bapepam. Namun demikian, untuk saat ini, dalam Reksa Dana Syariah hanya mengakui dua jenis reksa dana, yaitu Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund) dan Reksa Dana Campuran (Discretionary Fund). Namun, untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan empat jenis reksa dana, diantaranya (Firdaus et al, 2005) : 1. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund) Reksa Dana Pendapatan Tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang.
Efek bersifat hutang umumnya
memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya.
Dan tiga efek di atas telah memiliki
instrumen
syariah,
syariah;
deposito
Indonesia(SWBI), dan obligasi syariah.
Sertifikat
Wadiah
Bank
Oleh karena itu, Reksa Dana
Syariah mengakui jenis reksa dana ini. 2. Reksa Dana Campuran (Discretionary Fund/Mixed Fund) Reksa Dana Campuran dapat melakukan investasinya dalam bentuk efek hutang maupun ekuitas dengan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Artinya, melihat sisi fleksibilitas baik dalam pemilihan jenis investasi (saham, obligasi, deposito atau efek lainnya) serta komposisi alokasinya, Reksa
Dana Campuran dapat berorientasi pada saham, obligasi atau pasar uang. Fleksibilitas pengelolaan investasi dapat digunakan untuk berpindahpindah dari saham, ke obligasi, maupun ke deposito, tergantung pada kondisi kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading, atau sering juga disebut usaha market timing. 3. Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Fund) Reksa Dana Pasar Uang didefinisikan sebagai Reksa Dana yang melakukan investasi 100 persen pada efek Pasar Uang. Efek Pasar Uang sendiri didefinisikan sebagai efek-efek hutang yang berjangka kurang dari satu tahun. Secara umum, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI/SWBI, obligasi serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Dan ini merupakan Reksa Dana dengan tingkat resiko paling rendah. 4. Reksa Dana Saham (Equity Fund) Reksa Dana Saham adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 persen dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham).
Berbeda dengan efek pendapatan tetap
seperti deposito dan obligasi, di mana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain itu, efek saham juga memberikan hasil lain berupa deviden.
Tabel 2.1. Jenis-Jenis Reksa Dana Jenis Reksa Alokasi Dana
Investasi
Seluruh
Dana
dari Potensi Hasil Jangka yang dan
Terkumpul Pasar Uang
Waktu
Resiko yang Disarankan
Investasi
100 persen Efek Pasar Rendah
Pendek, < 1 tahun
Uang Pendapatan
Minimal 80 persen Efek Sedang
Menengah, 1 – 3
Tetap
Hutang
tahun
Campuran
Kombinasi
efek
hutang Sedang/Tinggi
Menengah/Panjang
dan efek saham Saham
Minimal 80 persen efek Tinggi
Panjang, > 3 tahun
saham Sumber : Pratomo, 2007
2.1.2.5. Sifat-Sifat Reksa Dana Syariah Sifat dari Reksa Dana Syariah sama seperti sifat pada Reksa Dana Konvensional. Reksa Dana Syariah dibedakan menjadi dua bagian. Perbedaan utamanya terletak pada mekanisme transaksi jual beli saham atau unit penyertaan oleh investor. Kedua Reksa Dana itu yaitu (Firdaus dkk, 2005) : 1. Reksa Dana Tertutup (Closed-end Fund) Dikatakan Reksa Dana Tertutup karena setelah menawarkan Unit Penyertaan (saham), yang jumlahnya tetap, reksa dana ini menutup pintu bagi investor yang baru. Pada reksa dana ini, jual beli saham setelah penawaran umum perdana (pasar sekunder) dilakukan melalui bursa antara investor dengan investor lainnya.
Sehingga closed-end fund tidak
melakukan pembelian kembali saham-saham yang telah dijual kepada investor. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahamnya kepada manajer investasi. 2. Reksa Dana Terbuka (Open-end Fund) Reksa Dana Terbuka adalah perusahaan investasi yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari investor sampai sejumlah unit
penyertaan yang sudah dikeluarkan.
Berbeda dengan Reksa Dana
Tertutup, Reksa Dana Terbuka membuka pintu untuk membeli atau menjual kembali Unit Penyertaan (UP).
Tabel 2.2. Sifat-Sifat Reksa Dana Syariah Jenis
Bentuk
Satuan
Penawaran Tercatat
Investasi
Umum
Transaksi
di Bursa Setelah Efek
Penawaran Umum
Tertutup Perseroan
Saham
Ya
Ya
Terbatas(PT)
Antara Investor Melalui Pialang
Terbuka
Perseroan
Saham
Ya
Tidak
Terbatas(PT)
Investor dengan PMI/Bank Kustodian
Kontrak
Unit
Investasi
Penyertaan
Tidak
Kolektif(KIK) (UP)
Tidak
Investor dengan PMI/Bank Kustodian
Sumber : Firdaus dkk, 2005
2.1.2.6. Ciri-ciri Operasional Reksa Dana Syariah Reksa Dana Syariah memiliki perbedaan dengan Reksa Dana konvensional. Ciri-ciri operasional Reksa Dana Syariah, di antaranya (Firdaus dkk, 2005) : 1. Mempunyai Dewan Syariah yang bertugas memberikan arahan kegiatan Manajer Investasi (MI) agar senantiasa sesuai dengan syariah Islam. 2. Hubungan antara investor dan perusahaan didasarkan pada sistem mudharabah, di mana satu pihak menyediakan 100 persen modal
(investor), sedangkan satu pihak lagi sebagai pengelola (Manajer Investasi). 3. Kegiatan usaha atau investasinya diarahkan pada hal-hal yang tidak bertentangan dengah syariah Islam.
Gambar 2.1 Ciri Operasional Reksa Dana Syariah Dewan Syariah Investor
Penghasilan
Perusahaan
Mudharabah (Bagi Hasil) Jenis Usaha (Tidak bertentangan dengan syariah Islam) Sumber : Firdaus dkk, 2005, Hal. 89
2.1.2.7. Mekanisme Kerja Reksa Dana Perbedaan paling mendasar antara reksa dana konvensional dan reksa dana syariah adalah terletak pada proses screening dalam mengkonstruksi portofolio. Filterisasi menurut prinsip syariah adalah mengeluarkan saham-saham yang memiliki aktivitas haram seperti riba, gharar, minuman keras, judi,daging babi, rokok, dan lain sebagainya. Di samping itu, proses filterisasi juga dilakukan dengan cara membersihkan pendapatan yang dianggap diperoleh dari kegiatan haram dan membersihkannya dengan cara charity. Dalam mekanisme kerja yang terjadi di reksa dana ada tiga pihak yang terlibat dalam pengelolaan dana, yaitu (Firdaus dkk, 2005) : 1. Manajer Investasi sebagai pengelola investasi.
Manajer investasi ini
bertanggungjawab atas kegiatan investasi, yang meliputi analisa dan
pemilihan jenis investasi, mengambil keputusan-keputusan investasi, memonitor
pasar
investasi,
dan
melakukan
tindakan-tindakan
yangdibutuhkan untuk kepentingan investor. 2. Bank kustodian adalah bagian dari kegiatan usaha suatu bank yang bertindak sebagai penyimpan kekayaan (safe keeper) serta administrator reksa dana.
Dana yang terkumpul dari sekian banyak investor bukan
merupakan bagian dari kekayaan menajer investasi maupun bank kustodian, tetapi milik para investor yang disimpan atas nama reksa dana di bank kustodian. Baik manajer investasi maupun bank kustodian yang akan melakukan kegiatan ini terlebih dahulu harus mendapat ijin dari Bapepam. 3. Pelaku (perantara) di pasar modal (broker, underwriter) maupun di pasar uang (bank) dan pengawas yang dilakukan oleh Bapepam.
Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Reksa Dana
Sumber : Pratomo dan Nugraha, 2002, hal. 54
Keterangan : 1. Permohonan pembelian(investasi) atau penjualan kembali (pencairan) Unit Penyertaan. 2. Penyetoran Dana pembelian unit penyertaan atau pembayaran hasil penjualan kembali.
3. Perintah transaksi investasi. 4. Eksekusi transaksi investasi. 5. Konfirmasi transaksi. 6. Perintah penyelesaian transaksi. 7. Penyelesaian transaksi dan penyimpanan harta.. 8. Informasi Nilai Aktiva Bersih /Unit secara harian melalui media massa. 9. Laporan evaluasi harian dan bulanan. 10. Laporan bulanan kepada Bapepam.
2.1.2.8. Keuntungan dan Resiko Reksa Dana Berinvestasi melalui reksa dana memiliki banyak keuntungan bagi investornya, di antaranya (Firdaus dkk, 2005) : 1. Jumlah Dana Tidak Terlalu Besar Masyarakat dapat melakukan investasi melalui reksa dana meski dana yang dimiliki sangat kecil, karena reksa dana memungkinkan investor dengan modal yang kecil untuk ikut serta dalam investasi portofolio yang dikelola secara profesional. 2. Akses untuk beragam investasi Reksa dana dapat menjadi pilihan investasi yang efektif dan aman, karena melalui dana kolektif di reksa dana, investasi pada saham berkapitalisasi besar dan blue chip tetap dapat dilakukan walaupun investor terkendala oleh keterbatasan pengetahuan, keahlian yang dimiliki, dan juga faktor geografis. 3. Diversifikasi investasi Reksa dana melakukan diversifikasi dalam berbagai instrumen efek, baik saham, obligasi, dan yang lainnya, sehingga dapat memperkecil resiko karena tersebar di mana-mana. 4. Kemudahan investasi Kemudahan investasi tercermin dari kemudahan pelayanan dalam pembelian maupun penjualan kembali Unit Penyertaan (UP). Kemudahan lain yang didapatkan adalah investor dapat melakukan reinvestasi pendapatan yang diperolehnya sehingga Unit Penyertaan dapat terus bertambah.
5. Dikelola oleh manajemen profesional Fund manager memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan portofolio di reksa dana. Dengan demikian, mereka diharuskan memiliki keahlian khusus dalam hal pengelolaan dana. Seorang fund manager harus selalu dapat melakukan riset, analisis, dan evaluasi secara terus-menerus dalam menganalisis harga efek. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh investor secara individual mengingat waktu yang dimilikinya. 6. Transparansi informasi Informasi apa pun yang berkaitan dengan perkembangan portofolio, biaya harus disampaikan secara terus menerus oleh pihak reksa dana. Sehingga para pemegang Unit Penyertaan (UP) atau investor dapat mengetahui dan memantau keuntungan, biaya dan resikonya. 7. Likuiditas Berinvestasi di reksa dana juga memberikan kemudahan bagi investor dalam mencairkan saham atau Unit Penyertaannya setiap saat, sesuai dengan ketetapan yang dibuat oleh masing-masing reksa dana. 8. Biaya rendah Biaya transaksi di reksa dana sangat murah bila dibandingkan dengan apabila investor melakukan transaksi secara individual di bursa. Karena biaya transaksi ditanggung oleh para pemegang Unit Penyertaan atau investor yang jumlahnya banyak. 9. Return yang kompetitif Tidak dapat dipungkiri bahwa berinvestasi di reksa dana memberikan return yang sangat tinggi dibandingkan dengan deposito. Hal tersebut ditunjukkan oleh beberapa penelitian bahwa rata-rata reksa dana secara historis mempunyai kinerja yang baik (outperform). Namun demikian, resiko yang menyertainya juga tidak sedikit. Selain itu, Reksa Dana memiliki beberapa resiko yang akan dihadapi apabila berinvestasi. Resiko itu di antaranya adalah (Rahardjo, 2004) :
1. Resiko menurunnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) Resiko kerugian yang timbul dari membeli reksa dana adalah menurunnya tingkat Nilai Aktiva Bersih (NAB) atas Unit Penyertaan (UP) reksa dana tersebut.
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen
investasi yang dimasukkan dalam portofolio reksa dana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi reksa dana bisa disebabkan oeh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kerugian emiten, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 2. Resiko likuiditas Pemilik reksa dana yang akan menjual kembali Unit Penyertaannya diharapkan dapat menerima uang tunai secepat mungkin untuk keperluannya.
Potensi resiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila
pemegang Unit Penyertaan (UP) reksa dana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama (rush). 3. Resiko pasar Resiko pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis.
Istilah lainnya adalah pasar sedang
mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasinya lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Resiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) pada Unit Penyertaan reksa dana akan mengalami penurunan juga. 4. Resiko default Jenis resiko default ini termasuk kategori resiko yang paling fatal. Resiko default terjadi misalnya jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi yang emitennya mengalami kesulitan keuangan sehingga tidak mampu membayar bunga atau pokok obligasi tersebut. Padahal, beberapa
waktu sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja, tetapi karena ada kejadian krisis keuangan internal, pihak emiten tersebut terpaksa tidak bisa membayar kewajiban pembayaran bunga hutangnya.
2.1.2.9. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Konsep Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah nilai aktiva reksa dana setelah dikurangi nilai kewajiban reksa dana tersebut. (Rahardjo, 2004) NAB merupakan total nilai investasi dan kas yang dipegang (uninvested) dikurangi dengan biayabiaya hutang dari kegiatan operasional yang harus dibayarkan. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham atau Unit Penyertaan.
Begitu juga sebaliknya, menurunnya NAB berarti
berkurangnya nilai investasi pemegang Unit Penyertaan atau saham. (Firdaus dkk, 2005)
NABt =
( NPWt − LIABt) ........................................................................(1) NSOt
Di mana : NABt = Nilai Aktiva Bersih pada waktu t NPWt = nilai pasar wajar dari aset pada waktu t LIABt = kewajiban yang dimiliki oleh reksa dana pada waktu t NSOt = jumlah unit penyertaan yang beredar pada waktu t Bagi investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain (Pratomo, 2007) : 1. Sebagai harga beli/jual pada saat investor membeli/menjual unit penyertaan suatu reksa dana. 2. Sebagai indikator hasil (untung/rugi) investasi yang dilakukan di reksa dana dan penentu nilai investasi yang kita miliki pada suatu saat. 3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis reksa dana yang dimiliki investor.
4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis reksa dana yang satu dengan reksa dana yang lain. NAB/unit dihitung oleh Bank Kustodian dan diumumkan kepada publik setiap hari kerja melalui harian bisnis. Bank Kustodian menghitung pertumbuhan NAB berdasar nilai pasar wajar dari portofolio yang ada.
Dengan demikian
NAB/unit menunjukkan seberapa besar aset yang mendukung NAB/unit reksa dana (Cahyono, 2001).
2.1.3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Syariah
2.1.3.1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI) Instrumen bagi bank syariah yang kurang lebih sepadan dengan SBI(Serrtifikat Bank Indonesia) ialah SWBI(Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Setifikat Bank Indonesia(SBI) adalah surat pengakuan hutang yang ditetapkan BI sebagai pengakuan BI memiliki hutang kepada perusahaan atau bank. Wadiah merupakan akad perjanjian simpan-menyimpan (titipan) barang antara pemilik barang dengan seseorang atau institusi yang diberi kepercayaan (trust). Wadiah adalah perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BI sebagai bukti penitipan dana berjangka pendek dengan prinsip wadiah. (Bank Indonesia, 2003) SWBI merupakan ’SBI’-nya bagi perbankan syariah.
Namun SWBI
yang diterbitkan BI tidak memberikan bunga, dan sama sekali tidak memperjanjikan adanya pemberian imbalan apa pun, baik bonus maupun dalam bentuk lain yang bersifat benefit kepada bank syariah yang menempatkan dananya di SWBI. SWBI adalah sejenis pengumpulan dana jangka pendek tabungan di BI untuk periode 1 minggu, 2 minggu, dan 1 bulan yang dihitung per hari dan return on investment-nya berdasarkan PUAS (Bank Indonesia, 2000). SWBI berbeda dengan SBI yang dijadikan investasi oleh perbankan konvensional.
Jika SBI memakai suku bunga satu atau tiga bulanan, SWBI
memakai sistem bagi hasil dengan pemberian ”bonus” dari sejumlah dana yang ditanamkan perbankan syariah (MUI, 2003).
Dalam SWBI tidak harus ada
kesepakatan dengan bank yang menempatkannya, BI biasanya memberikan bonus atas SWBI yang dikelolanya. BI akan memberikan bonus jika pada saat bank syariah menempatkan dananya di SWBI terjadi transaksi di pasar syariah. Jika tidak terjadi transaksi, maka BI akan memberikan bonus dengan mengacu pada rata-rata nisbah pada simpanan bank syariah. Perbedaan lain SWBI dengan SBI adalah sifat SWBI yang hanya berjangka maksimum satu bulan sedangkan SBI ada yang berjangka (jatuh tempo) satu bulan dan tiga bulan.
2.1.3.2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara lain atau mata uang suatu negara dinyatakan dalam mata uang negara lain. Nilai tukar mata uang suatu negara mengalami apresiasi ketika nilai mata uangnya menguat relatif terhadap nilai mata uang negara lain. Nilai tukar merupakan salah satu variabel penting dalam suatu perekonomian terbuka, karena variabel ini berpengaruh pada variabel-variabel lain, seperti harga, tingkat bunga, neraca pembayaran dan transaksi berjalan (Batiz, 1994). Nilai tukar rupiah terhadap dollar berhubungan negatif dengan NAB. Tingginya nilai tukar akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresiasi sehingga berpengaruh terhadap NAB.
2.1.3.3. Inflasi Inflasi terjadi bila tingkat harga-harga dan biaya umum naik, dan terjadi deflasi bila harga-harga turun.
Cara menghitung angka inflasi dengan
menggunakan indeks-indeks harga, yaitu rata-rata tertimbang harga dari ribuan jenis barang. Indeks harga yang terpenting adalah Indeks Harga Konsumen(IHK), yang mengukur harga sekumpulan barang konsumsi dan jasa pada tahun tertentu dibandingkan dengan pada tahun dasar. (Samuelson dan Nordhaus, 1992) Inflasi berpengaruh pada perekonomian dengan dua cara, yaitu dengan meredistribusi pendapatan dan kekayaan, dan dengan mengubah tingkat serta pola output. Inflasi dan deflasi jarang sekali bersifat berimbang maupun bisa diduga; yaitu semua harga maupun upah bisa diperkirakan akan bergerak dengan tingkat persentase yang sama, sehingga proses ini tidak membantu maupun mengganggu.
Inflasi yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya ini, biasanya menguntungkan pihak yang berhutang, yang memperoleh penghasilan dari keuntungan, serta para spekulan.
Inflasi ini merugikan pihak yang meminjamkan, golongan
berpenghasilan tetap, pensiunan, dan para penanam modal yang ragu-ragu. Dalam suatu perekonomian modern, laju inflasi yang stabil merupakan salah satu sasaran utama dari kebijakan makroekonomi. Apabila semua inflasi yang terjadi mempunyai sifat berimbang dan sepenuhnya bisa diantisipasi, maka inflasi tak akan membawa akibat ekonomi yang besar. Dalam keadaan inflasi yang tak berimbang, terjadi gangguan-gangguan pada harga-harga relatif, tarif pajak, serta tingkat suku bunga riil. Masyarakat keluar masuk bank, pajak bisa melonjak, serta pedoman pendapatan pun jadi rusak. Selain itu, dalam keadaan inflasi yang tidak diduga, ada kecenderungan terjadinya penanaman modal yang salah, melemahnya semangat hidup atau usaha, serta distribusi kebali pendapatan yang sembarangan. Singkatnya, inflasi merupakan suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangung terus-menerus dalam jangka waktu cukup lama. Seiring dengan kenaikan harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut (Boediono, 1985).
2.1.3.4. Jakarta Islamic Index(JII) Diketahui bahwa untuk memenuhi kepentingan pemodal yang ingin mendasarkan kegiatan investasinya kepada prinsip-prinsip syariah maka di sejumlah bursa efek dunia telah disusun indeks yang secara khusus terdiri dari komponen saham-saham yang tergolong kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Indeks syariah yang pertama adalah The Dow Jones Islamic Market Index(DJIM) yang diperkenalkan sejak Februari 1999 di Manama, Bahrain untuk memenuhi keinginan investor di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Saat ini komponen saham yang tercatat di DJIM sebanyak 1862 saham syariah yang berasal dari 34 negara dengan total kapitalisasi sebesar US$ 11 triliun. (Anderson, 1999).
Berbagai bursa lainnya turut mendesain indeks syariah, yang tujuannya adalah untuk dapat dijadikan sebagai benchmark kegiatan investasi bagi investor yang menginginkan saham syariah.
PT Bursa Efek Jakarta terhitung mulai
tanggal 3 Juli 2000 telah meluncurkan indeks baru yaitu : “Jakarta Islamic Index(JII)” yang mencakup 30 jenis saham syariah : 1. Perusahaan yang tercatat di BEJ, kegiatan usahanya tidak bertentangan denga syariat Islam. 2. Memilik rasio hutang terhadap aktiva (Debt to Asset Ratio) maksimal 90%. 3. Rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama 12 bulan terakhir. Selain itu perusahaan harus sudah tercatat lebih dri 3 bulan (kecuali jika termasuk di dalam kelompok 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar). 4. Memiliki tingkat likuiditas tinggi, yaitu berdasarkan rata-rata nilai perdagangan regular selama satu tahun terakhir. Komponen perhitungan indeks ini dievaluasi setiap enam bulan dengan penentuan komponen indeks setiap awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terusmenerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Perhitungan JII dilakukan oleh PT Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan menggunakan bobot kapitalisasi pasar (market cap weighted).
JII menggunakan tanggal
perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100(seratus).
Perhitungannya
sebagai berikut : JII =
Nilai pasar Jumlah saham tercatat x h arg a terakhir = x 100 ……………2 Nilai dasar Jumlah saham tercatat x h arg a perdana
2.1.3.5. Jumlah Reksa Dana Syariah Jumlah reksa dana merupakan banyaknya seluruh jenis reksa dana, meliputi reksa dana syariah pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana syariah pendapatan tetap dan reksa dana syariah campuran. Semakin banyak jumlah reksa dana syariah, maka dana kelolaan Manajer Investasi atau NAB akan
semakin besar, begitu pula sebaliknya. Jumlah reksa dana syariah berhubungan secara positif dengan NAB reksa dana syariah.
2.2.
Penelitian Terdahulu Penelitian skripsi yang telah dilakukan oleh Aroem (2005) tentang
”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Periode 2000 – 2004”, menyimpulkan bahwa Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia(SBI), nilai tukar rupiah terhadap dollar, inflasi, Indeks Harga Saham Gabungan(IHSG) dan jumlah reksa dana yang beredar merupakan faktorfaktor yang paling mempengaruhi NAB reksa dana yang merupakan indikator perkembangan reksa dana.
Metode analisis yang digunakan Aroem dalam
penelitian ini adalah dengan metode regresi linier berganda.
Rumus yang
digunakan adalah : (NAB)t = α + β1(ER)t + β2(SBI)t-2 + β3(INF)t-1 + β4(IHSG)t-1 + β5(RD)t-2 + ε .....(3) Di mana : (NAB)t
= Nilai Aktiva Bersih reksa dana pada periode t (milyar rupiah)
(ER)t
= Nilai tukar rupiah terhadap dollar pada periode t (rupiah)
(SBI)t-2
= Suku bunga SBI pada dua periode sebelumnya (persen)
(INF)t-1
= Inflasi pada satu periode sebelumnya (persen)
(IHSG)t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada satu periode sebelumnya (RD)t-2
= Jumlah reksa dana pada dua periode sebelumnya (unit)
α
= Autonomous
β1,...β5
= Slope (kemiringan variabel bebas terhadap tak bebas)
ε
= Koefisien error
Sjaputra(2005) dalam tesis yang berjudul ”Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Suku Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”, melakukan penelitian dengan menggunakan metode regresi linier berganda, di mana sebelumnya dilakukan beberapa pengujian pendahuluan seperti normalitas dari data, pengujian autokorelasi, multikolinieritas, dan heteroskedastitistas. Selain itu dilakukan juga pengujian stasioneritas dari data. Setelah itu dilakukan pengujian regresi dengan nilai α = 0,05. Yaitu uji F, uji t dan uji R2. Hasil pengujian menunjukkan secara
bersama-sama variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah, sedangkan hasil regresi menunjukkan variabel-variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang beragam. Untuk inflasi, kurs, nilai tukar dan Jakarta Islamic Index (JII) pengaruhnya adalah positif, sedangkan untuk SBI pengaruhnya adalah negatif. Dari semua variabel yang diteliti, JII merupakan variabel yang mempunyai pengaruh yang siginifikan, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Dari uji koefisien determinasi (R2) dapat diketahui bahwa selama periode penelitian besarnya perubahan dari kinerja reksa dana syariah yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel yang diteliti adalah sebesar 49,4%. Sementara sisanya sebesar 50,6% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. Saleh (2006) dalam skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Deposito Syariah, Obligasi Syariah, Jakarta Islamic Index dan Jumlah Penyertaan, Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah”, menjadikan deposito syariah, obligasi syariah, Jakarta Islamic Index dan jumlah penyertaan sebagai underlying variables bagi penelitian yang ditujukan pada pengaruhnya terhadap Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah. Dedi menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah unit penyertaan, obligasi syariah, deposito syariah dan JII terhadap NAB reksa dana syariah. Sebuah penelitian juga telah dilakukan oleh Fahriani (2005) dalam skripsi berjudul “Analisis Pengaruh Reksa Dana Terhadap Investasi di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara reksa dana terhadap investasi di Indonesia.
Hal ini terjadi karena reksa dana
memberikan tingkat keuntungan yang cukup besar dan bila ingin berinvestasi di dalam reksa dana tidak membutuhkan dana yang terlalu besar. Selain itu, utuk mendirikan reksa dana tidaklah sulit. Perusahaan dapat mendirikan reksa dana dan memberikan tingkat keuntungan bagi investornya di atas bunga depositi tetapi di bawah suku bunga kredit. Hal ini dapat menjadi alternatif pembiayaan bagi perusahaan. Faktor-faktor lain seperti obligasi pemerintah, obligasi perusahaan, saham dan lag investasi berpengaruh positif terhadap investasi di Indonesia.
Perlu
dicermati agar pengaruh ini tidak menjadi bumerang dikarenakan tidak diikuti dengan penyaluran dana kepada sektor riil di Indonesia.
Peningkatan sektor
finansial yang tidak disertai dengan peingkatan sektor riil dapat menyebabkan terjadinya krisis ekonomi.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya krisis ekonomi adalah dengan meningkatkan efisiensi di pasar modal dan pasar uang. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah meningkatkan iklim investasi dalam sektor riil di Indonesia agar pembentukan modal yang telah terkumpul melalui sektor finansial dapat tersalurkan kepada sektor riil. Asih dan Pratomo (2003) dalam kajiannya yang berjudul “Apa, Bagaimana dan Dampak Reksa Dana” menjelaskan bahwa perkembangan reksa dana yang pesat didorong oleh beberapa faktor, yaitu : (i) meningkatnya intesitas penerbitan dan perdagangan obligasi pemerintah, (ii) menurunnya suku bunga simpanan perbankan, (iii) tidak dibatasinya penempatan reksa dana berbasis obligasi pemerintah, (iv) keterlibatan bank dalam menjual reksa dana. Penurunan suku bunga SBI menyebabkan kenaikan harga obligasi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan permintaan domestik dan akhirnya berdampak pada kenaikan harga. Namun, wealth effect dari maraknya reksa dana akhir-akhir ini diperkirakan masih sangat kecil. Sugiarto (2003) yang mengkaji mengenai “Reksadana, Perbankan dan Sektor Riil” membahas tentang pertumbuhan reksa dana yang berkembang pesat terutama reksa dana berbasis obligasi rekap. Perkembangan pesat ini disebabkan oleh penurunan suku bunga SBI, adanya pembebasan pajak dan keterlibatan perbankan sebagai agent of sales. Semakin banyaknya peranan perbankan dalam reksa dana membuat obligasi-obligasi rekap yan dimiliki perbankan dijual kepada reksa dana. Hal ini meningkatkan likuiditas obligasi di pasar sekunder. Komposisi reksa dana yang berbasis obligasi rekap begitu besar dapat menyebabakan multiplier effects dari obligasi pemerintah untuk menggerakkan sektor riil tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, diperlukan diversifikasi dalam portofolio reksa dana yaitu berupa saham dan obligasi perusahaan. Disebutkan pula tentang fungsi perbankan yang semakin meningkat dalam reksa dana mempunyai berbagai macam dampak dan resiko bagi perbankan itu sendiri.
Maraknya industri reksa dana ini dikhawatirkan dapat berdampak negatif terhadap perekonomian.
Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang relatif ketat
terhadap industri reksa dana ini.
Tabel 2.3 Tabel Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul Penelitian
Metode
Kesimpulan
Penelitian Aroem(2005)
Analisis Faktor-Faktor
Regresi
yang
Berganda
Mempengaruhi
Linier
Suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap
Perkembangan Reksa
dollar
Dana
Indonesia
inflasi,
IHSG,
dan
2000-
jumlah
reksa
dana
di
Periode 2004(skripsi)
Amerika,
yang
beredar
merupakan
faktor
yang
paling
mempengaruhi
NAB
reksa dana. Sjaputra(2005)
Pengaruh
Perubahan
Tingkat Inflasi, Nilai
Regresi
Linier
Beganda
Faktor Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga
Tukar Uang, Tingkat
dan Indeks Syariah
Bunga Bebas Resiko
memiliki
dan Indeks Syariah
sebesar
49,4%
Terhadap
terhadap
kinerja
Kinerja
Reksa
Dana
pengaruh
Reksa Dana Syariah.
Syariah(tesis) Saleh(2006)
Analisis
Pengaruh
Deposito
Syariah,
Obligasi
Syariah,
Reksa Dana Syariah
Jakarta Islamic Index,
dengan jumlah unit
dan
penyertaan,
obligasi
Penyertaan, terhadap
syariah,
deposito
Nilai Aktiva Bersih
syariah dan JII.
Jumlah
Reksa Syariah(skripsi)
Dana
Regresi Berganda
Linier
Terdapat
hubungan
yang kuat antara NAB
Asih
dan
Pratomo(2003)
Apa, Bagaimana dan
-
Dampak Reksa Dana
Reksa
dana
dipengaruhi
oleh
factor
intensitas
penerbitan
dan
perdagangan obligasi, suku bunga simpanan perbankan,
tanpa
pembatasannya penempatan
reksa
dana berbasis obligasi pemerintah,
dan
keterlibatan
bank
dalam penjualan reksa dana. Sugiarto(2003)
Reksadana, Perbankan
-
Pesatnya
dan Sektor Riil
perkembangan
reksa
dana disebabkan oleh penurunan suku bunga SBI,
pembebasan
pajak dan keterlibatan perbankan
sebagai
agent of sales. Fahriani(2005)
Analisis
Pengaruh
Reksa Dana Terhadap Investasi
Regresi Berganda
di
Linier
Tingkat berhubungan dan
Indonesia(skripsi)
investasi positif
signifikan
terhadap Reksa Dana di Indonesia.
2.3.
Kerangka Pemikiran Penelitian
ini
difokuskan
untuk
menganalisis faktor-faktor
yang
mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah di Indonesia. Ada pun faktorfaktor yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu : bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI), nilai tukar rupiah terhadap dollar, jumlah reksa dana syariah, Jakarta Islamic Index(JII) dan inflasi.
Perkembangan reksa dana syariah dapat diukur dengan indikator Nilai Aktiva Bersih(NAB), di mana semakin tinggi NAB reksa dana berarti semakin berkembang reksa dana tersebut.
Sebenarnya, ada banyak faktor yang
mempengaruhi perkembangan reksa dana, baik dari faktor ekonomi maupun faktor non-ekonomi.
Faktor ekonomi terdiri dari kondisi perekonomian dan
kondisi pasar modal di Indonesia. Sedangkan faktor non-ekonomi antara lain : edukasi, pengawasan dan regulasi dari pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan reksa dana, serta kondisi politik dan keamanan. Reksa dana merupakan sebuah bentuk investasi yang dilakukan secara kolektif(bersama-sama) dan dikelola oleh Perusahaan Manajer Investasi. Kumpulan investor tersebut berinvestasi ke dalam reksa dana, sehingga jumlah reksa dana sangat berpengaruh terhadap NAB.
Manajer investasi itu sendiri
berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek. Selain Manajer Investasi, ada sebuah lembaga yaitu Bank Kustodian yang berperan dalam penyimpanan atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksa dana. Bank Kustodian dan Manajer Investasi bertanggungjawab terhadap Badan Pengawas Pasar Modal(Bapepam) di bawah naungan Departeman Keuangan. Kondisi pasar modal Indonesia juga berpengaruh terhadap perkembangan reksa dana.
Harga-harga saham di bursa efek dan JII dapat mempengaruhi
tingginya NAB.
Tingginya JII mencerminkan kepercayaan investor terhadap
perekonomian nasional, khususnya pasar modal Indonesia. Kenaikan JII di bursa efek akan memicu para pemegang unit reksa syariah dana saham melakukan penebusan unitnya yang akan berpengaruh terhadap NAB reksa dana. Jakarta Islamic Index(JII) merupakan sarana bagi manajer investasi untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Di mana, Jakarta Islamic Index merupakan daftar saham-saham yang telah disusun sebagai saham yang telah memenuhi syarat saham yang sesuai dengan syariat Islam. Inflasi dan nilai tukar rupiah merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kondisi perekonomian di Indonesia, yang juga akan berdampak
pada pasar modal. Namun, pengaruh inflasi terhadap pasar modal biasanya akan bersifat sementara saja. Sementar goncangan terhadap nilai tukar rupiah biasanya dibarengi dengan goncangan di pasar modal. Sedangkan perkembangan suku bunga, khususnya suku bunga SBI memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perkembangan reksa dana. Penurunan SBI menyebabkan bank-bank menurunkan suku bunga simpanannya khususnya deposito. Dengan turunnya suku bunga deposito tersebut, pemilik modal mulai mencari bentuk alternatif penanaman dana yang lebih menarik dengan return yang lebih tinggi. Salah satunya yaitu reksa dana. Variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan reksa dana syariah yang dalam hal ini dicerminkan oleh NAB, memiliki waktu untuk mempengaruhi NAB reksa dana syariah. Hal ini disebabkan oleh mekanisme perubahan yang terjadi tidak secara langsung.
2.4.
Hipotesis Dari hasil pembahasan dalam Kerangka Pemikiran, hipotesis yang akan
dibuktikan dalam penelitian ini adalah : 1. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berhubungan positif dengan NAB reksa dana syariah. 2. Inflasi berhubungan positif dengan NAB reksa dana syariah. 3. Jakarta Islamic Index (JII) berhubungan secara positif dengan NAB reksa dana syariah. 4. Jumlah reksa dana syariah (RDS) berhubungan positif dengan NAB reksa dana syariah. 5. Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berhubungan negatif dengan NAB reksa dana syariah.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Indonesia terutama di Direktorat Perbankan
Syariah
Bank
Indonesia
(DPS-BI),
Badan
Pengawas Pasar
Modal(Bapepam) Departemen Keuangan RI dan Bursa Efek Indonesia(BEI). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja dengan meninjau aspek kemudahan dalam memperoleh data yang dibutuhkan bagi penelitian. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari 2005 hingga bulan Juni 2008.
3.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yaitu data bulanan reksa dana syariah yang ada di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2005 sampai dengan Juni 2008 (time series). Metode yang digunakan adalah library research, di mana data sekunder diperoleh dari Direktorat Perbankan Syariah BI, Badan Pengawas Pasar Modal(Bapepam), Bursa Efek Indonesia (BEI), serta data-data pelengkap lainnya yang diperoleh dari literatur-literatur yang berkaitan, dan dari media internet.
Tabel 3.1. Jenis dan Sumber Data No. 1.
Jenis Data Data
NAB
RDS
Sumber Data (diseleksi
Satuan
Bapepam
rupiah
mandiri) 2.
Data Inflasi
BI
persen
3.
Data SWBI
DPS BI
persen
4.
Data Exchange Rate
BI
rupiah
5.
Data Jakarta Islamic Index(JII)
BEI
rupiah
6.
Data RDS
Bapepam
unit
3.3. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif ekonometrika. Model regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh, arah dan hubungan dari variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi NAB reksa dana syariah. Metode ini merupakan analisis kuantitatif. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan diolah secara matematis untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap NAB reksa dana syariah. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi NAB reksa dana syariah dengan persamaan regresi. Kecenderungan NAB reksa dana syariah dipengaruhi oleh SBI, SWBI, inflasi, IHSG, JII dan jumlah reksa dana syariah. Secara matematis hubungan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
NABsyt = b0+ b1ERt + b2INFt + b3JIIt+ b4RDSt + b5SWBIt + ε ………………………………………………………………………(4)
Di mana: b0
: Konstanta persamaan kinerja NAB reksa dana syariah
bi
: Koefisien regresi persamaan kinerja NAB reksa dana syariah. (i = 1, 2, 3, 4, 5,6)
ε
: Konstanta error
NABsyt
: Ukuran untuk kinerja reksa dana syariah di Indonesia yang dipakai yaitu NAB reksa dana syariah (rupiah)
SWBIt
: Tingkat bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia pada periode t (persen)
INFt
: Tingkat inflasi pada periode t (persen)
JIIt
: Indeks Syariah(Jakarta Islamic Index/JII) pada periode t
RDSt
: Jumlah reksa dana syariah pada periode t (unit)
EXt
: Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar pada periode t (rupiah)
3.4
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya, atau dengan kata lain menguraikan pengaruh variabelvariabel yang menjelaskan (eksogen) yang mempengaruhi variabel bebasnya (endogen). Metode regresi linear berganda yang paling sederhana adalah regresi tiga variabel, dengan satu variabel tak bebas dan dua variabel yang menjelaskan (Gujarati, 1978). Analisis ini berguna untuk mengukur variabel-variabel yang mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah, baik dari faktor internal, maupun faktor eksternal dari reksa dana syariah.
3.4.1 Metode Estimasi Ordinary Least Square (OLS) Dalam Gujarati (1978) dan Hill et al. (1997), model regresi linear dengan k variabel, meliputi variabel tak bebas Y dan k-1 variabel yang menjelaskan X2, X3 ..., Xk bisa ditulis sebagai: Yi = b1 + b2 X i 2 + b3 X i 3 + ... + bk X ik + ei
…………………………………………(5)
Di mana: i = 1, 2, 3, ..., N : intersep
b1
b2 sampai bk : koefisien kemiringan parsial e
: unsur gangguan (disturbance) stokastik
i
:observasi ke-i, dan dengan N merupakan besarnya populasi/contoh
Penyelesaian persamaan regresi linear berganda ini menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least square=OLS). Menurut Gauss dalam Gujarati (1978) terdapat beberapa asumsi dalam pendekatan ini : 1.
Hubungan antara Y dan X linear, sebagaiman dituliskan dalam persamaan.
2.
Xi adalah variabel non-stokastik yang nilainya tetap. Di samping itu, tidak ada hubungan linear antara dua atau lebih variabel independen.
3.
Nilai harapan beryarat dari galat, ui, tergantung pada Xi tertentu, adalah nol.
4.
Tidak adanya korelasi berurutan (autokorelasi)
5.
Asumsi homoskedastisitas, atau penyebaran yang sama. Dengan kata lain, berarti bahwa populasi Y yang berhubungan dengan berbagai nilai X mempunyai varians yang sama.
6.
Tidak terdapat multikolinearitas, yang berarti tidak terdapat hubungan linear yang pasti antara variabel dependen. Menurut Hill et al. (1997), dalam model regresi berganda berlaku Teorema
Gauss-Markov . Jika asumsi di atas dipertahankan, maka penduga kuadrat terkecilnya merupakan penduga linear tak bias terbaik atau Best Linear Unbiased Estimator (BLUE).
3.4.2. Fenomena Regresi Palsu dan Kointegrasi Isu penting dari regresi data time series adalah menghindari fenomena spurious regression (regresi palsu). Hasil dari koefisien dan estimasi mengenai statistik t, F, R2, dan lain-lain menjadi tidak valid dan sulit digunakan sebagai pedoman. Paling tidak terdapat tiga alternatif untuk menghindari masalah regresi palsu, yaitu melalui Difference Stationary Processes (DSP); Trend Stationary Process (TSP); dan kointegrasi. Kointegrasi
adalah
suatu
hubungan
jangka
relationship/ekuilibrium)
antara
variabel-variabel
panjang yang
tidak
(long-term stasioner.
Kointegrasi berarti, walaupun secara individual tidak stasioner, kombinasi linear antara variabel tersebut dapat menjadi stasioner. Menurut Engel-Granger (1987), suatu uji kointegrasi dapat dianggap sebagai uji awal untuk menghindari regresi palsu. Salah satu uji yang bisa dilakukan adalah uji kointegrasi Engel-Granger Cointegration Test. Yang harus dilakukan adalah menguji stasioneritas residual persamaan melalui Augmented Dickey-Fuller test (ADF test) yang outputnya bisa diperoleh dengan bantuan komputer. Suatu persamaan regresi bisa terkointegrasi apabila nilai statistik-t-nya secara mutlak lebih besar daripada nilai kritis yang digunakan.
3.5. Kriteria Statistik Proses pencarian penduga bagi koefesien a dan b1, b2, sampai bk memiliki memiliki konsep yang sama dengan model regresi sederhana, namun lebih kompleks. Oleh karena itulah, digunakan bantuan komputer. Output standar komputer berupa pengujian serentak, pengujian parsial, nilai dugaan koefesien, dan ukuran kebaikan model. Uji-F digunakan untuk menguji pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya secara parsial dengan hipotesis sebagai berikut : H0
:
semua bk = 0 (tidak ada variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependen) H1
: ada bk ≠ 0 (ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen)
Kriteria uji yang digunakan, yaitu: a. Jika probability F-statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan minimal ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. b. Jika probability F-statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Selanjutnya, dilakukan pengujian parsial untuk menguji pengaruh setiap variabel independen (Xk) terhadap variabel dependennya (Y) dengan hipotesis sebagai berikut : H0 : bk = 0 (variabel independen-k tidak mempengaruhi variabel dependen) H1 :
bk ≠ 0 atau bk < 0 atau bk > 0 (variabel independen-k mempengaruhi
variabel dependen) Kriteria uji yang digunakan, yaitu: a. Jika probability t-statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen-k berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.
b. Jika probability t-statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan bahwa variabel independen-k tidak mempengaruhi variabel dependennya secara signifikan. Ukuran kebaikan model (goodness of fit/R2) dapat dilihat melalui output komputer dengan melihat nilai R-square. Misalkan nilai R-square adalah α, maka variasi Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan variabel-variabel bebasnya sebesar α persen, dan sisanya sebesar (1-α) dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Ada tiga indikator untuk pemenuhan suatu model dikatakan
termasuk pada goodness of fit, di antaranya adalah : 1. R2 yang lebih besar atau tinggi. 2. F hitung lebih besar dari F tabel. 3. Tanda koefisien (normative sign) sesuai dengan teori.
3.6. Kriteria Ekonometrika 3.6.1. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Gejala mutikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi (Gujarati, 1995), di antaranya: (1) meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh, tetapi kesalahan standarnya cenderung semakin besar dengan meningkatnya korelasi antara variabel; (2) standard error dari parameter dugaan akan sangat besar sehingga selang keyakinan untuk parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar; (3) jika korelasinya tinggi, kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar; (4) kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif bila ada perubahan data; (5) tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variabel yang menjelaskan. Salah satu cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model adalah dengan melihat koefisien korelasi hasil output komputer. Jika terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari |0.8|, maka terdapat gejala multikolinear. Dalam Koutsoyiannis (1977) berdasarkan ketentuan dari uji Klein, disebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara variabel penjelas bisa diabaikan apabila
nilai koefisien korelasinya lebih kecil daripada nilai koefisien determinasi atau keragamannya (korelasi keseluruhannya). Uji formal untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinieritas yang antara lain, pertama menurut Gujarati (1997) dengan melihat pada matriks korelasi (korelasi antar variabel bebas), yaitu jika korelasi antar variabel melebihi 0,50 diduga terdapat gejala multikolinieritas. Yang kedua menurut Neter et al. (1993) disarankan melihat pada nilai Variance Inflation Factor (VIF), yaitu jika nilai
VIF
kurang
dari
10
maka
tidak
terdapat
multikolinieritas.
3.6.2. Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut deret waktu (time series) (Gujarati, 1995). Adanya gejala autokorelasi dalam suatu persamaan akan menyebabkan persamaan tersebut memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Akibatnya hasil dari uji-F dan uji-t menjadi tidak sah dan penaksir regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan. Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah uji-d (Durbin Watson Statistic). Nilai statistik-d yang berada di kisaran angka dua menandakan tidak terdapat autokorelasi. Sebaliknya jika semakin jauh dari angka dua, maka peluang terjadinya autokorelasi semakin besar. Pengujian lain untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat dilakukan juga dengan menggunakan uji Breusch and Godfrey Serial Correlation Lagrange Multiplier Test dengan hipotesis (Hipotesa, 2005): H0
: ρ = 0 (tidak terdapat serial korelasi)
H1
: ρ ≠ 0 (terdapat serial korelasi)
Kriteria uji yang digunakan: a.
Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami autokorelasi.
b.
Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya < daripada taraf nyata (α) yang digunakan, maka terdapat autokorelasi dalam persamaan tersebut.
3.6.3. Uji Heteroskedastisitas Dalam Gujarati (1975) disebutkan bahwa suatu model regresi linear harus memiliki varians yang sama. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka akan terdapat masalah heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS, tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians minimum (efisien). Pengujian yang dapat dilakukan untuk melihat gejala ini adalah dengan menggunakan uji White Heteroskedastisitas dengan hipotesis (Hipotesa, 2005): H0
: γ=0
H1
: γ≠0
Kriteria uji yang digunakan: a. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata (α) yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas. b. Apabila nilai probability Obs*R-squared-nya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Model Persamaan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah Pada penelitian ini, hasil estimasi model persamaan nilai aktiva bersih
(NAB) reksa dana syariah (RDS) diolah dengan metode ordinary least square (OLS) dan menggunakan program Eviews 4.1. Model diberlakukan uji statistik, data hasil estimasi dianalisis menggunakan uji serempak (uji-F), uji parsial (tstatistik) dan uji R-Square. Model juga akan diuji dengan uji ekonometrika yaitu uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Sedangkan uji ekonomi bertujuan untuk menganalisis hasil estimasi dengan keadaan sebenarnya dengan mengacu kepada teori ekonomi yang ada. Sumber data yang digunakan adalah data bulanan, mulai Januari 2005 sampai Juni 2008, sehingga secara keseluruhan terdapat 42 data. Berikut ini akan dijelaskan hasil dan analisis yang dicapai dari estimasi model.
4.1.1. Hasil Estimasi Persamaan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana Syariah Hasil akhir estimasi persamaan nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana Syariah (RDS) dalam penelitian ini berikut analisis pembahasannya dengan menerapkan metode OLS dengan menggunakan program komputer Eviews 4.1 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Hasil penelitian menunjukkan estimasi model dapat disimpulkan baik. Akan tetapi variabel-variabel eksogen dalam model tersebut secara umum, tidak secara langsung mempengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) pada periode yang sama, akan tetapi dibutuhkan lag yang berbeda untuk masingmasing variabel dalam mempengaruhi nilai NAB RDS. Variabel nilai tukar berpengaruh terhadap NAB RDS pada lima periode sebelumnya, Jakarta Islamic Index (JII) dan bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) pada empat periode sebelumnya, tingkat inflasi pada sebelas periode sebelumnya dan jumlah unit RDS pada lima periode sebelumnya. Hal ini dapat dipahami karena dibutuhkan waktu yang cukup bagi variabel-variabel tersebut untuk dapat mempengaruhi kebijakan manajer investasi dalam membuat portofolionya.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Persamaan NAB Reksa Dana Syariah
Variabel
Koefisien
Prob(t-stat)
ERt-5
0,06
0,0000
INFt-11
7,84
0,0005
JIIt-4
1,03
0,0000
RDSt-5
4,14
0,0315
SWBIt
-8,76
0,0005
C
-770
0,0020
R-squared
0,984890
Adjusted R-squared
0,981868
Durbin-Watson stat
1,758396
Prob (F-statistic)
0,000000
Probabilitas obs*R-squared (Uji LM)
0,906406
Probabilitas obs*R-squared (Uji White)
0,286016
Keterangan: nyata pada taraf 5 persen
Di mana: ERt
: Nilai tukar rupiah terhadap dollar periode ke-t (rupiah)
INFt
: Tingkat Inflasi periode ke-t (persen)
JIIt
: Nilai Jakarta Islamic Index periode ke-t (rupiah)
RDSt
: Jumlah Reksa Dana Syariah periode ke-t (unit)
SWBIt
: Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia periode ke-t (persen)
C
: Konstanta Persamaan regresi NAB reksa dana syariah yang diperoleh dari hasil
estimasi model sebagai berikut: NABt
= 0,06ERt-5 + 7,84INFt-11 + 1,03JIIt-4 + 4,14RDSt-5 – 8,76SWBIt – 770 (4.1)
Nilai koefisien determinasi R-squared sebesar 0,9849 dan nilai Adjusted R-Square 0,9819 (Tabel 4.1). Nilai R-squared sebesar 0,9849 ini menunjukkan bahwa uji ketepatan perkiraan (goodness of fit) dari model adalah baik. Artinya
model tersebut mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalamnya sebesar 98,49 persen, sedangkan sisanya 0,51 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Dari uji serentak melalui uji-F menunjukkan pula hasil yang baik. Hal ini dilihat dari angka probabilitas statistik F sebesar 0,00 yang lebih kecil daripada taraf nyata (α) 5 persen. Artinya, dari ketujuh variabel penjelas dalam model regresi nilai aktiva bersih (NAB) RDS ini minimal ada satu variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen. Uji parsial atau uji statistik-t memperlihatkan bahwa seluruh variabel nyata dan signifikan pada taraf 5 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas t-stat seluruh variabel yang lebih kecil daripada taraf nyata yang digunakan.
5.1.1. Uji Ekonometrika Uji ekonometrika dilakukan pada model persamaan nilai aktiva bersih (NAB) untuk melihat apakah persamaan ini memenuhi tiga asumsi klasik pada OLS. Uji yang dilakukan meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. Uji multikolinearitas pada estimasi persamaan NAB RDS menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai mutlak korelasi variabel-variabel dalam model lebih kecil dari nilai mutlak 0,80 yang berarti tidak adanya hubungan linear yang erat di antara variabel-variabel penjelas (Lampiran 3.). Permasalahan autokorelasi dan heteroskedastisitas pun tidak ditemukan dalam model. Masalah autokorelasi diuji dengan Breusc Godfrey Correlation LMtest dan masalah heteroskedastisitas diuji dengan uji White Heteroskedasticity. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa probabilitas obs*R-squared uji LM sebesar 0,91 dan probabilitas obs*R-squared uji White Heterokedasticity sebesar 0,29 lebih besar dari taraf nyata yang digunakan pada model, yaitu 5 persen (Tabel 4.1). Dapat disimpulkan bahwa secara ekonometrika model persamaan nilai aktiva bersih (NAB) RDS dalam penelitian ini bebas dari masalah-masalah
multikolinear, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Sehingga penaksir OLS dari koefisien regresi adalah penaksir tak bias linear terbaik (BLUE).
4.1.2. Interpretasi Variabel Penjelas Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya pada kerangka pemikiran bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi NAB RDS dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang digunakan adalah Jakarta Islamic Index (JII), jumlah unit reksa dana syariah (RDS) dan bonus SWBI. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari tingkat Inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika. Berikut akan dijelaskan interpretasi masingmasing variabel penjelas dalam model nilai aktiva bersih (NAB) RDS. 1.
Nilai Tukar Rupah Terhadap Dollar Amerika Serikat Berdasarkan hasil estimasi terhadap model dapat dilihat bahwa nilai tukar
rupiah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, dan secara statistik variabel ini signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen. Nilai koefisien nilai tukar (EX) sebesar 0,06 menunjukkan bahwa setiap perubahan nilai tukar rupiah sebesar Rp. 1 akan menaikkan NAB RDS sebesar Rp. 0,06 (Tabel 4.1). Hubungan positif antara variabel nilai tukar rupiah ini dengan NAB RDS sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan. Artinya bahwa jika nilai tukar rupiah meningkat, maka masyarakat melalui manajer investasi akan lebih suka menginvestasikan dananya ke dalam reksa dana syariah. 2.
Tingkat Inflasi Berdasarkan hasil estimasi terhadap model dapat dilihat bahwa tingkat
inflai berpengaruh positif terhadap NAB RDS, dan secara statistik variabel ini signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen. Nilai koefisien Inflasi sebesar 7,84 menunjukkan bahwa setiap kenaikan inflasi sebesar 1 persen akan menaikkan NAB RDS sebesar Rp. 7,84 (Tabel 4.1). Hubungan positif antara variabel inflasi ini dengan NAB RDS sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan. Artinya, bahwa peningkatan tingkat inflasi akan mengakibatkan peningkatan jumlah nilai unit reksa dana sehingga NAB RDS meningkat. Hal ini terjadi karena kenaikan inflasi
akan menjadikan nilai uang yang beredar di masyarakat akan terdepresiasi. Sehingga masyarakat lebih memilih untuk mempertahankan nilai uangnya melalui pembelian reksa dana syariah. 3.
Jakarta Islamic Index Berdasarkan hasil estimasi terhadap model dapat dilihat bahwa Jakarta
Islamic Index berpengaruh positif terhadap NAB RDS, dan secara statistik variabel ini signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen. Nilai koefisien JII sebesar 1,03 menunjukkan bahwa setiap perubahan JII sebesar Rp.1 akan menaikkan NAB RDS sebesar Rp. 1,03 (Tabel 4.1). Hubungan positif antara variabel JII ini dengan NAB RDS sesuai dengan hipotesis yang ditetapkan. Artinya, peningkatan nilai indeks pada JII akan meningkatkan NAB RDS, terutama RDS yang portofolionya berada pada item saham di pasar modal. 4.
Jumlah Reksa Dana Syariah Berdasarkan hasil estimasi terhadap model dapat dilihat bahwa jumlah unit
reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, dan secara statistik variabel ini signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen. Nilai koefisien jumlah reksa dana syariah (RDS) sebesar 4,14 menunjukkan bahwa setiap perubahan jumlah reksa dana syariah yang beredar sebesar 1 unit akan menaikkan NAB RDS sebesar Rp. 4,14 (Tabel 4.1). Hubungan positif antara variabel jumlah unit reksa dana syariah ini dengan NAB RDS sesuai dengan hipotesis. Artinya, bahwa ketika jumlah unit reksa dana syariah naik akan menaikkan pilihan masyarakat akan kebutuhan reksa dana syariah. Implikasinya, pemerintah harus bisa menciptakan iklim yang aman dan menguntungkan bagi reksa dana syariah untuk bisa terus tumbuh. Salah satu ciri pertumbuhan reksa dana syariah dapat dilihat dari bertambahnya jumlah unit reksa dana syariah yang ditawarkan kepada masyarakat pemodal. 5.
Bonus Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) Berdasarkan hasil estimasi terhadap model dapat dilihat bahwa bonus
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) berpengaruh negatif terhadap NAB
RDS, dan secara statistik variabel ini signifikan pada derajat kepercayaan 5 persen. Nilai koefisien SWBI sebesar -8,76 menunjukkan bahwa setiap perubahan bonus SWBI sebesar 1 persen akan menurunkan NAB RDS sebesar Rp. 8,76 (Tabel 4.1). Hubungan negatif antara variabel SWBI ini dengan NAB RDS sesuai dengan hipotesis awal, artinya kenaikan bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS. Semakin besar bonus SWBI menunjukkan bahwa semakin besar pula dana perbankan syariah yang berada di Bank Indonesia.
Hal ini mengindikasikan
bahwa dana dari perbankan syariah yang seharusnya bisa menguatkan portofolio reksa dana syariah semakin berkurang dikarenakan mengendapnya dana di SWBI.
4.2.
Implikasi Kebijakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian
ini mempengaruhi nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana syariah (RDS) secara signifikan yaitu nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika Serikat, tingkat inflasi, tingkat bagi hasil atau bonus SWBI dan nilai JII. Adapun implikasi kebijakan yang sebaiknya diambil oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia adalah dengan melakukan pengaturan terhadap variabel yang berpengaruh terhadap nilai aktiva bersih (NAB) yaitu tingkat bonus SWBI dan nilai tukar rupiah. Selain itu, Badan Pengawas Pasar Modal perlu melakukan kebijakankebijakan yang bisa meningkatkan jumlah unit reksa dana syariah dalam masa yang akan datang. Hasil pembahasan dalam penelitian ini juga memperlihatkan bahwa variabel bonus SWBI merupakan variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai aktiva bersih (NAB) RDS. Artinya, perubahan yang kecil saja pada bonus SWBI akan menyebabkan perubahan signifikan pada NAB RDS. Bank Indonesia perlu menentukan tingkat ideal bonus SWBI yang diberikan kepada bank syariah. Hasil penelitian menunjukkan apabila terjadi peningkatan bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi NAB reksa dana syariah di Indonesia maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perkembangan reksa dana syariah di Indonesia memiliki pertumbuhan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya NAB dari bulan ke bulan dan semakin meningkatnya jumlah Manajer Investasi yang muncul. Pertumbuhan ke depannya memiliki peluang yang sangat besar, mengingat 87 persen penduduk Indonesia yang muslim dan masih terbatasnya akses masyarakat terhadap reksa dana syariah. Terbatasnya akses ini sangat dipengaruhi oleh ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu reksa dana, terutama reksa dana syariah. Share yang tak lebih dari 5 persen dari reksa dana konvensional, memberikan peluang pengembangan yang sangat besar. 2. Variabel nilai tukar rupiah, inflasi, Jakarta Islamic Index, dan jumlah unit reksa dana syariah berpengaruh positif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan keempat variabel ini akan meningkatkan NAB RDS. Hanya variabel bonus SWBI yang berpengaruh negatif terhadap NAB RDS, artinya setiap kenaikan variabel bonus SWBI akan menurunkan NAB RDS.
5.2. Saran
1. Implikasi kebijakan yang harus diambil oleh Bank Indonesia adalah dengan melakukan pengaturan terhadap tiga variabel yang berpengaruh terhadap NAB RDS yaitu tingkat bonus SWBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah. Dari hasil pembahasan dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa variabel SWBI merupakan variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap NAB RDS. Oleh karena itu penting bagi Bank Indonesia untuk menjaga nilai SWBI ini pada level yang stabil. Dengan kata lain Bank Indonesia mengurangi dana yang mengendap di Bank Indonesia dalam bentuk SWBI.
2. Pemerintah, Manajer Investasi dan komunitas ekonomi syariah harus lebih memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat tentang reksa dana, terutama reksa dana syariah. Kurangnya informasi tentang reksa dana sangat mempengaruhi preferensi masyarakat pemodal untuk menginvestasikan dananya dalam bentuk reksa dana syariah, terutama reksa dana syariah. Hal ini sangat diperlukan untuk menambah jumlah unit reksa dana syariah yang beredar.
Edukasi yang dilakukan dapat berupa iklan layanan masyarakat
tentang investasi di reksa dana atau pun memasukkan mata ajar Investasi reksa dana dalam pelajaran sekolah dan mata kuliah di lembaga pendidikan tinggi khususnya yang memiliki spesifikasi ilmu ekonomi. 3. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama, dapat dilakukan dengan metode analisis yang lain selain regresi linier berganda, misalkan dengan multivariate analysis untuk melihat pengaruh antar variabel yang tak dapat dilakukan melalui metode regresi linier berganda.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Maulana. 1999. Indeks Syariah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Aroem, Suciana Puspita. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Reksa Dana di Indonesia Periode 2000-2004 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Bank Indonesia. 2000. Statistik Perbankan Syariah. Bank Indonesia, Jakarta. Bank Indonesia. 2003. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta. Batiz, Luis A. Rivera. 1994. International Finance and Open Economic. Macroeconomic. Prentice Hall Inc, Los Angles. Boediono. 1985. Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta. Engel, Granger. 1987. Testing The Purchasing Power Parity Hyphotesis. The University of South Pasific Suvi, Fiji. Fahriani, Ria. 2005. Analisis Pengaruh Reksa Dana terhadap Investasi di Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Firdaus, Muhammad, Sofiniyah Ghufron, Muhammad Aziz Hakim, dan Mukhtar Alshodiq. 2005. Investasi Halal di Reksa Dana Syariah. Renaisan, Jakarta. Gozali, Ahmad. 2004. Halal, Berkah, Bertambah. Mengenal dan Memilih Produk Investasi Syariah Keuangan Syariah. Elex Media Komputindo, Jakarta. Gujarati, Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.
Zain dan Sumarno
Hill, R.C., W.E. Griffiths, and G.G. Judge. 1997. Undergraduate Econometrics. John Wiley & Sons, Inc, USA. Hipotesa. 2005. E-Views Training 2005. Hipotesa FEM IPB, Bogor. Huda, Nurul dan Musthafa Edwin Nasution. 2007. Investasi pada Pasar Modal Syariah. Kencana, Jakarta.
Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics, Second Edition. Barnes & Noble Books, New Jersey. Mishkin, Frederic S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. 6th Edition. Columbia University, New York. Muhammad. 2000. Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. Press, Yogyakarta.
UII
MUI. 2001. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001. MUI, Jakarta. Neter, John, Michael Kutner, Christopher Nachtsheim, and William Li. 1993. Applied Linear Statistical Models. John Wiley & Sons, Inc, USA. Pindyck, Robert S. 1983. Risk, Inflation, and the Stock Market. NBER Working Papers 1186, National Bureau of Economic Research, Inc. Pratomo, Eko P. 2007. Berwisata ke Dunia Reksa Dana. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. 2002. Reksadana, Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rahardjo, Sapto. 2004. Panduan Investasi Reksa Dana. Pilihan Bijak Berinvestasi & Mengembangkan Dana. Elex Media Komputindo, Jakarta. Saleh, Dedi Abdul Rahman. 2006. Analisis Pengaruh Deposito Syariah, Obligasi Syariah, Jakarta Islamic Index, dan Jumlah Penyertaan, terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syariah [skripsi]. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. 1992. Ekonomi. Jaka Wasana M. MSM [penerjemah]. Penerbit Erlangga, Jakarta. Senduk, Safir. 2004. Merencanakan Biaya Pendidikan Anak. Komputindo, Jakarta.
Elex Media
Sjaputra, M. Romaz. 2005. Pengaruh Perubahan Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Uang, Tingkat Bunga Bebas Resiko dan Indeks Syariah Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah [tesis]. Pascasarjana Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Sugiarto, Agus. 2003. Reksadana, Perbankan dan Sektor Riil. [website BI]. http://www.bi.go.id
Sukrino, Sadono. Jakarta.
2000.
Pengantar Teori Makroekonomi.
Rajawali Press,
Syahatah, Husein dan Athiyyah Fayyadh. 2004. Bursa Efek, Tuntunan Islam dalam Transaksi di Pasar Modal. A. Syakur [penerjemah]. Pustaka Progressif, Surabaya. The American Heritage Dictionary of the English Language UU Pasar Modal. 1995. UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27. Jakarta. Widjaya, Gunawan dan Almira Prajna Ramaniya. 2006. Reksa Dana dan Peran serta Tanggung Jawab Manajer Investasi dalam Pasar Modal. Kencana, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data-Data Penelitian Periode
ER
JII
Jan-05
671.703.651.623,35
NAB
INF 1,43
SWBI 4,11
9.211,00
174,19
RDS 12,00
Feb-05
827.962.991.078,96
(0,17)
3,75
9.306,00
171,83
12,00
Mar-05
1.193.699.014.102,44
1,91
3,58
9.527,00
169,33
12,00
Apr-05
1.583.093.029.148,18
0,34
4,49
9.618,00
161,00
12,00
Mei-05
1.481.725.763.904,83
0,21
3,75
9.542,00
178,20
12,00
Jun-05
1.463.981.063.577,73
0,50
4,62
9.762,00
187,88
12,00
Jul-05
1.517.151.996.961,96
0,78
4,56
9.868,00
198,24
13,00
Agust-05
1.506.366.597.214,49
0,55
3,92
10.291,00
178,26
14,00
Sep-05
577.880.685.632,21
0,69
4,11
10.362,00
183,73
14,00
Okt-05
622.594.957.854,06
8,70
4,77
10.140,00
181,42
17,00
Nop-05
572.289.535.358,12
1,31
5,17
10.090,00
188,84
18,00
Des-05
563.927.128.494,45
(0,04)
5,42
9.879,00
199,75
18,00
Jan-06
569.310.398.333,07
1,36
4,32
9.442,00
215,36
18,00
Feb-06
547.873.792.577,34
0,58
4,62
9.276,00
218,26
17,00
Mar-06
574.350.806.199,94
0,03
4,75
9.120,00
233,82
17,00
Apr-06
608.660.335.677,57
0,05
4,80
8.819,00
260,19
18,00
Mei-06
637.544.489.024,14
0,37
7,97
9.266,00
237,24
18,00
Jun-06
652.772.254.615,47
0,45
4,95
9.347,00
233,27
19,00
Jul-06
668.189.947.085,72
0,45
5,06
9.025,00
239,30
19,00
Agust-06
681.064.665.102,63
0,33
5,79
9.146,00
251,35
19,00
Sep-06
713.939.551.392,43
0,38
4,45
9.281,00
263,50
21,00
Okt-06
736.110.046.497,83
0,86
5,33
9.156,00
268,99
21,00
Nop-06
797.317.940.465,64
0,34
8,54
9.211,00
295,48
21,00
Des-06
868.008.691.848,39
1,21
8,62
9.065,00
311,28
24,00
Jan-07
883.792.010.499,67
1,04
8,07
9.135,00
296,96
24,00
Feb-07
924.071.173.682,19
0,62
4,53
9.206,00
294,06
24,00
Mar-07
1.001.817.951.388,83
0,24
6,48
9.164,00
315,25
23,00
Apr-07
1.071.334.910.985,03
(0,16)
6,27
9.128,00
344,96
24,00
Mei-07
1.200.217.515.705,54
0,10
6,26
8.872,00
345,58
25,00
Jun-07
1.285.810.829.178,42
0,23
5,33
9.099,00
356,85
26,00
Jul-07
1.485.454.300.029,13
0,72
5,71
9.232,00
388,63
27,00
Agust-07
1.525.622.920.460,19
0,75
5,15
9.457,00
368,15
28,00
Sep-07
1.611.855.053.848,99
0,80
6,61
9.183,00
399,75
29,00
Okt-07
1.803.281.404.115,90
0,79
6,47
9.057,00
463,06
29,00
Nop-07
2.363.286.116.400,98
0,18
6,87
9.423,00
483,96
28,00
Des-07
2.512.391.763.717,65
1,10
6,80
9.466,00
493,01
28,00
Jan-08
2.918.133.122.024,35
1,77
5,95
9.337,00
476,97
29,00
Feb-08
3.095.632.865.982,10
0,65
6,06
9.096,00
508,95
27,00
Mar-08
3.278.419.300.566,44
0,95
6,32
9.263,00
448,42
27,00
Apr-08
3.552.516.336.869,45
0,57
7,17
9.280,00
428,09
29,00
Mei-08
3.801.114.618.074,41
1,41
7,36
9.365,00
441,66
30,00
Jun-08
3.718.505.899.555,68
2,46
7,41
9.271,00
430,29
29,00
Lampiran 2. Model Nilai Aktiva Bersih(NAB) Reksa Dana Syariah Hasil Estimasi Dependent Variable: NAB Method: Least Squares Date: 09/10/08 Time: 05:45 Sample(adjusted): 2005:12 2008:06 Included observations: 31 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C ER(-5) INF(-11) JII(-4) RDS(-5) SWBI(-4)
-7.70E+12 5.99E+08 7.84E+10 1.03E+10 4.14E+10 -8.76E+10
9.31E+11 84777525 1.97E+10 8.26E+08 1.82E+10 2.54E+10
-8.277791 7.064920 3.975220 12.41178 2.277942 -3.445150
0.0000 0.0000 0.0005 0.0000 0.0315 0.0020
0.984890 0.981868 1.44E+11 5.22E+23 -837.2349 1.758396
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
1.50E+12 1.07E+12 54.40225 54.67980 325.9033 0.000000
Lampiran 3. Uji Multikolinearitas ER(-5) INF(-11) JII(-4) RDS(-5) SWBI(-4)
ER(-5)
INF(-11)
JII(-4)
RDS(-5)
SWBI(-4)
1.000000 -0.207653 -0.451450 -0.508750 -0.469772
-0.207653 1.000000 -0.203853 -0.222025 0.206909
-0.451450 -0.203853 1.000000 0.647296 0.435574
-0.508750 -0.222025 0.647296 1.000000 0.458407
-0.469772 0.206909 0.435574 0.458407 1.000000
Lampiran 4. Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
0.073374
Probability
0.929470
Obs*R-squared
0.196536
Probability
0.906406
Lampiran 5. Uji Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: F-statistic
1.417966
Probability
0.279942
Obs*R-squared
23.05675
Probability
0.286016
Lampiran 6 : Fatwa Dewan Syariah Nasional Tentang Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah
FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 Tentang PEDOMAN PELAKSANAAN INVESTASI UNTUK REKSA DANA SYARI'AH
Menimbang
:
Mengingat
:
Memperhatikan
:
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan
: FATWA TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
INVESTASI UNTUK REKSA DANA SYARI'AH
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 1. Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. 2. Portofolio Efek adalah kumpulan efek yang dimiliki secara bersama (kolektif) oleh para pemodal dalam Reksa Dana.
3. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. 4. Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan Efek untuk ditawarkan kepada publik. 5. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. 6. Reksa Dana Syari'ah adalah Reksa Dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip Syari'ah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/ Rabb al-Mal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. 7. Mudharabah/qirad adalah suatu akad atau sistem di mana seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib al-mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib. 8. Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan Penawaran Umum dengan tujuan agar pihak lain membeli Efek. 9. Bank Kustodian adalah pihak yang kegiatan usahanya adalah memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi Efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.
BAB II MEKANISME KEGIATAN REKSA DANA SYARI'AH
Pasal 2 1. Mekanisme operasional dalam Reksa Dana Syari'ah terdiri atas: a. antara pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan dengan sistem wakalah, dan b. antara Manajer Investasi dan pengguna investasi dilakukan dengan sistem mudharabah. 2. Karakteristik sistem mudarabah adalah: a. Pembagian keuntungan antara pemodal (sahib al-mal) yang diwakili
oleh
Manajer
Investasi
dan
pengguna
investasi
berdasarkan pada proporsi yang telah disepakati kedua belah pihak melalui Manajer Investasi sebagai wakil dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada pemodal. b. Pemodal hanya menanggung resiko sebesar dana yang telah diberikan. c. Manajer Investasi sebagai wakil tidak menanggung resiko kerugian atas investasi yang dilakukannya sepanjang bukan karena kelalaiannya (gross negligence/tafrith).
BAB III HUBUNGAN, HAK, DAN KEWAJIBAN
Pasal 3 Hubungan dan Hak Pemodal 1. Akad antara Pemodal dengan Manajer Investasi dilakukan secara wakalah. 2. Dengan akad wakalah sebagaimana dimaksud ayat 1, pemodal memberikan mandat kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan
investasi bagi kepentingan Pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus. 3. Para pemodal secara kolektif mempunyai hak atas hasil investasi dalam Reksa Dana Syari'ah. 4. Pemodal menanggung risiko yang berkaitan dalam Reksa Dana Syari'ah. 5. Pemodal berhak untuk sewaktu-waktu menambah atau menarik kembali penyertaannya dalam Reksa Dana Syari'ah melalui Manajer Investasi. 6. Pemodal berhak atas bagi hasil investasi sampai saat ditariknya kembali penyertaan tersebut. 7. Pemodal yang telah memberikan dananya akan mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan diawasi oleh Bank Kustodian. 8. Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan yang berupa Unit Penyertaan Reksa Dana Syariah.
Pasal 4 Hak dan Kewajiban Manajer Investasi dan Bank Kustodian 1. Manajer Investasi berkewajiban untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan Pemodal, sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Prospektus. 2. Bank Kustodian berkewajiban menyimpan, menjaga, dan mengawasi dana Pemodal dan menghitung Nilai Aktiva Bersih per-Unit Penyertaan dalam Reksa Dana Syari’ah untuk setiap hari bursa. 3. Atas pemberian jasa dalam pengelolaan investasi dan penyimpanan dana kolektif tersebut, Manajer Investasi dan Bank Kustodian berhak memperoleh imbal jasa yang dihitung atas persentase tertentu dari Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Syari'ah. 4. Dalam hal Manajer Investasi dan/atau Bank Kustodian tidak melaksanakan amanat dari Pemodal sesuai dengan mandat yang diberikan atau Manajer Investasi
dan/atau
Bank
Kustodian
dianggap
lalai
(gross
negligence/tafrith), maka Manajer Investasi dan/atau Bank Kustodian bertanggung jawab atas risiko yang ditimbulkannya.
Pasal 5 Tugas dan Kewajiban Manajer Investasi Manajer Investasi berkewajiban untuk: a. Mengelola portofolio investasi sesuai dengan kebijakan investasi yang tercantum dalam kontrak dan Prospektus; b. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua dana para calon pemegang Unit Penyertaan disampaikan kepada Bank Kustodian selambatlambatnya pada akhir hari kerja berikutnya; c. Melakukan pengembalian dana Unit Penyertaan; dan d. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan Reksa Dana sebagaimana ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Pasal 6 Tugas dan Kewajiban Bank Kustodian Bank Kustodian berkewajiban untuk: a. Memberikan pelayanan Penitipan Kolektif sehubungan dengan kekayaan Reksa Dana; b. Menghitung nilai aktiva bersih dari Unit Penyertaan setiap hari bursa; c. Membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan Reksa Dana atas perintah Manajer Investasi; d. Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah Unit Penyertaan, jumlah Unit Penyertaan, serta nama, kewarganegaraan, alamat, dan indentitas lainnya dari para pemodal; e. Mengurus penerbitan dan penebusan dari Unit Penyertaan sesuai dengan kontrak; f. Memastikan bahwa Unit Penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon pemodal.
BAB IV PEMILIHAN DAN PELAKSANAAN INVESTASI
Pasal 7 Jenis dan Instrumen Investasi 1. Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan Syari'ah Islam. 2. Instrumen keuangan yang dimaksud ayat 1 meliputi: a. Instrumen saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha; b. Penempatan dalam deposito pada Bank Umum Syariah; c. Surat hutang jangka panjang yang sesuai dengan prinsip Syari’ah;
Pasal 8 Jenis Usaha Emiten 1. Investasi hanya dapat dilakukan pada efek-efek yang diterbitkan oleh pihak (Emiten) yang jenis kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan Syari'ah Islam. 2. Jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan Syari'ah Islam, antara lain, adalah: a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional; c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram; d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan/atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Pasal 9 Jenis Transaksi yang Dilarang 1. Pemilihan dan pelaksanaan transaksi investasi harus dilaksanakan menurut prinsip kehati-hatian (prudential management/ihtiyath), serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar . 2. Tindakan yang dimaksud ayat 1 meliputi: a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu; b. Bai al-Ma’dum yaitu melakukan penjualan atas barang yang belum dimiliki (short selling); c. Insider
trading
yaitu
menyebarluaskan
informasi
yang
menyesatkan atau memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan transaksi yang dilarang; d. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutangnya lebih dominan dari modalnya.
Pasal 10 Kondisi Emiten yang Tidak Layak Suatu Emiten tidak layak diinvestasikan oleh Reksa Dana Syariah: a. apabila struktur hutang terhadap modal sangat bergantung kepada pembiayaan dari hutang yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba; b. apabila suatu emiten memiliki nisbah hutang terhadap modal lebih dari 82% (hutang 45%, modal 55 %); c. apabila manajemen suatu perusahaan diketahui telah bertindak melanggar prinsip usaha yang Islami.
BAB V PENENTUAN DAN PEMBAGIAN HASIL INVESTASI
Pasal 11 1. Hasil investasi yang diterima dalam harta bersama milik pemodal dalam Reksa Dana Syari'ah akan dibagikan secara proporsional kepada para pemodal. 2. Hasil investasi yang dibagikan harus bersih dari unsur non-halal, sehingga Manajer Investasi harus melakukan pemisahan bagian pendapatan yang mengandung unsur non-halal dari pendapatan yang diyakini halal (tafriq al-halal min al-haram). 3. Penghasilan investasi yang dapat diterima oleh Reksa Dana Syari'ah adalah: a. Dari saham dapat berupa: o
Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan
dari
laba
yang
dihasilkan
emiten,
baik
dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham. o
Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh emiten.
o
Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual-beli saham di pasar modal.
b. Dari Obligasi yang sesuai dengan syari’ah dapat berupa: o
Bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten.
c. Dari Surat Berharga Pasar Uang yang sesuai dengan syari’ah dapat berupa: o
Bagi hasil yang diterima dari issuer.
d. Dari Deposito dapat berupa: o
Bagi hasil yang diterima dari bank-bank Syari'ah.
4. Perhitungan hasil investasi yang dapat diterima oleh Reksa Dana Syari'ah dan hasil investasi yang harus dipisahkan dilakukan oleh Bank Kustodian
dan setidak-tidaknya setiap tiga bulan dilaporkan kepada Manajer Investasi untuk kemudian disampaikan kepada para pemodal dan Dewan Syari'ah Nasional. 5. Hasil investasi yang harus dipisahkan yang berasal dari non halal akan digunakan untuk kemaslahatan umat yang penggunaannya akan ditentukan kemudian oleh Dewan Syari'ah Nasional serta dilaporkan secara transparan.
BAB VI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12 1. Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini akan diatur kemudian oleh Dewan Syari'ah Nasional. 2. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 3. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 24 Muharram 1422 H / 18 April 2001 M