ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA
FACHRUNNISA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun
tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Fachrunnisa H44070020
RINGKASAN Fachrunnisa. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Dibimbing Oleh AHYAR ISMAIL. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan Taman Margasatwa Ragunan, mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju pengelolaan yang mandiri. Pengambilan data lapang dilakukan pada Maret-April 2011 di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Responden berjumlah 100 wisatawan domestik yang ditentukan dengan teknik accidental sampling. Data yang digunakan data primer menggunakan kuisioner dan data sekunder dari instansi terkait. Analisis data dengan regresi linear berganda. Hasil analisis karakteristik wisatawan TMR diperoleh sebagian besar adalah wanita, berumur antara 17-27 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan pegawai swasta, penghasilan Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00/tahun, tidak memiliki tanggungan, dan daerah asal adalah Jakarta Selatan. Selain itu, sebagian besar biaya perjalanan wisatawan kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00/orang. Model persamaan fungsi permintaan rekreasi ke TMR adalah Y = 6,663 – 0,2735F – 0,04159D – 0,2521B + 0,03583A – 2,1632J + 0,5056N. Penelitian ini menggunakan taraf uji 20%. Variabel yang berpengaruh nyata secara positif adalah umur (A) dan status pernikahan (N). Variabel jumlah tanggungan (F), jarak (D), waktu di lokasi (B), dan pekerjaan (J) berpengaruh nyata secara negatif. Berdasarkan analisis laporan keuangan TMR diperoleh rata-rata subsidi dari Pemerintah Daerah untuk TMR selama tahun 2006-2010 adalah Rp 38.380.573.068,00 atau sebesar 66,65% dari total realisasi penerimaan rata-rata per tahun. Harga tiket optimum (tanpa disubsidi) adalah Rp 19.000,00 / orang, baik dewasa maupun anak-anak. Ada delapan alternatif skenario kenaikan harga tiket. Berdasarkan maksimum kesanggupan membayar wisatawan terbanyak, kenaikan harga tiket yang direkomendasikan untuk direalisasikan oleh pengelola adalah Rp 10.000,00 untuk dewasa, dan Rp 7.000,00 untuk anak-anak. Namun, harga tersebut baru mengurangi setengah dari subsidi mula-mula. Kata kunci : Taman Margasatwa Ragunan, fungsi permintaan, harga tiket optimum, rekomendasi harga tiket.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN DAN OPTIMASI HARGA TIKET TAMAN MARGASATWA RAGUNAN JAKARTA
FACHRUNNISA H44070020
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Nama : Fachrunnisa NIM : H44070020
Disetujui Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr NIP. 19620604 199002 1 001
Diketahui Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP.19660717 199203 1 003
Tanggal Lulus:
UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ; 1.
Kedua orangtua Bapak Susilo,S.E dan Alm.Ibu Yus Suhartini,S.Pd untuk segala dukungan dan harapan yang merupakan motivasi terbesar bagi saya. Saya yakin almarhumah selalu tersenyum di surga. Adik saya tercinta Muhammad Fachrein, serta keluarga besar untuk doa dan kasih sayangnya.
2.
Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai Pembimbing Skripsi untuk kesabaran, kebaikan, bimbingan, dan nasehatnya yang sangat berarti.
3.
Ibu Meti Ekayani,S.Hut,M.Sc sebagai dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si sebagai dosen wakil Komisi Pendidikan untuk sarannya.
4.
Pihak-pihak Taman Margasatwa Ragunan: Ibu Marsawitri Gumay, Bapak Bambang, Ibu Titis, Ibu Berliana, Bapak Ramon, Bapak Putra, Mas Lanang, Bapak Khairul, Bapak Tohadi, Bapak Yudi, Ibu Nunung, Bapak Arif, Bang Arman, dan Mba Yani.
5.
Dosen KSHE: Ibu Eva Rachmawati S.Hut, M.Si,
Ibu Dr.Ir.Arzyana
Sungkar,M.Sc, dan Bapak Dr.Ir.Burhanudin Masy’ud, MS atas diskusinya. 6.
Sahabat penulis: Abdul Rahim, Chichi Rizky, Norita Vibriyanto, Putri Ayu, Erin, Raisa, Fenny, Neina Febrianti, Atik Wuryani, Asih Ratnasih, Iffa, Maya Wulan, Choirunnisa, Laras Mutiara, Fiandra, Moko, dan Agung K.
7.
Teman-teman ESL 44 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta”. wisatawan,
Penelitian
ini
menganalisis
bertujuan
untuk
faktor-faktor
yang
mengidentifikasi mempengaruhi
karakteristik kunjungan,
mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri, dan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola menuju Taman Margasatwa Ragunan yang mandiri, serta memenuhi syarat tugas akhir. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi pengelola Taman Margasatwa Ragunan guna membuat kebijakan harga tiket menuju pengelolaan yang mandiri sehingga mampu mengurangi subsidi dari pemerintah, bagi pemerintah dalam alokasi anggaran perencanaan pengembangan Taman Margasatwa Ragunan sebagai obyek wisata potensial, serta bagi masyarakat agar lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia.
Bogor, Juni 2011
Fachrunnisa H44070020
DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .............. i RINGKASAN ......................................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................................................7 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................................7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata ...........................................................................................................9 2.1.1 Permintaan Wisata .................................................................................10 2.1.2 Penawaran Wisata ..................................................................................11 2.2 Konservasi Eksitu ............................................................................................12 2.3 Kebun Binatang ...............................................................................................14 2.4 Taman Margastawa ..........................................................................................16 2.5 Badan Layanan Umum (BLU) .........................................................................17 2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................................20 III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................23 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................................27 4.2 Populasi dan Sampel ........................................................................................27 4.3 Metode dan Prosedur Analisis .........................................................................28 4.3.1 Pengujian Hipotesis ...............................................................................36 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan ..............................................................41 5.2 Karakteristik Kawasan .....................................................................................42 5.2.1 Letak Geografis dan Topografi Kawasan ..............................................42
viii
5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah ............................................................................42 5.3 Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan .................................................43 5.4 Sasaran Taman Margasatwa Ragunan ..........................................................44 5.5 Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan ....................................................44 5.6 Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan ...............................44 5.7 Sarana Prasarana dan Aksesibilitas ................................................................46 5.8 Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR ................................46 5.9 Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan ........................................49 5.10 Struktur Organisasi Taman Margasatwa Ragunan ........................................50 5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan .............51 5.11.1 Waktu Luang ......................................................................................56 5.11.2 Motivasi Kunjungan ...........................................................................57 5.11.3 Cara Kedatangan.................................................................................57 5.11.4 Jumlah Orang dalam Rombongan ......................................................58 5.11.5 Biaya Perjalanan .................................................................................59 5.11.6 Frekuensi Kunjungan ..........................................................................61 5.11.7 Lama Kunjungan ................................................................................62 5.11.8 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh .....................................................63 5.11.9 Tempat Alternatif ...............................................................................64 5.12 Persepsi Responden Wisatawan tentang Lokasi TMR .................................65 VI. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI DAN OPTIMASI HARGA TIKET 6.1 Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan.............................70 6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ke Taman Margasatwa Ragunan ......................................................................................73 6.2.1 Jumlah Tanggungan Keluarga (F) .........................................................73 6.2.2 Jarak (D) ................................................................................................74 6.2.3 Waktu di Lokasi (B) ..............................................................................74 6.2.4 Umur (A) ...............................................................................................75 6.2.5 Pekerjaan (J) ..........................................................................................76 6.2.6 Status Pernikahan (N) ............................................................................78 6.3 Pola Keuangan Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ...................79 6.4 Estimasi Harga Tiket Optimum Sesuai Pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan yang Mandiri....................................................................................82
ix
6.5 Estimasi Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola Taman Margasatwa Ragunan ......................................................................................86 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan .....................................................................................................89 7.2 Saran ...............................................................................................................90 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................91 LAMPIRAN ...........................................................................................................94 RIWAYAT HIDUP .........................................................................................11908
x
DAFTAR TABEL Halaman 1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun2004-20091 2. Nama Kebun Binatang Milik Pemda beserta Keterangannya............................4 3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data dan Metode Analisis Data ......................................................................30 4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan .......................................47 5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010.....................................................48 6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 ...................48 7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010 ....................................................49 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi ...............................51 9. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Luang ......................57 10. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Tujuan Kunjungan ..............57 11. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Cara Kedatangan ................58 12. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jumlah Orang dalam Rombongan ........................................................................................59 13. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Biaya Perjalanan .................60 14. Rincian Biaya Perjalanan per Responden Wisatawan TMR ...........................61 15. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Frekuensi Kunjungan .........62 16. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Lama Kunjungan ................63 17. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jarak Tempuh .....................63 18. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Tempuh ...................64 19. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Alternatif Rekreasi .............65 20. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan .........................................................................................................66 21. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kualitas Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan ....................................................................................69 22. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan ......72 23. Anggaran, Realisasi Pengeluaran, Realisasi Penerimaan, Retribusi, Subsidi, dan Selisih Realisasi dari Anggaran Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 ............................................................................80 24. Penerimaan Rata-rata TMR dari Tiket Masuk Tahun 2006-2010 ..................82 25. Skenario Kenaikan Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Bebas Subsidi 100% dengan Acuan Rata-rata Anggaran Pengeluaran yang Seharusnya Tahun 2006-2010 ...............................................................83 26. Skenario Kenaikan Harga Tiket TMR Bebas Subsidi 100% dengan
xi
Acuan Rata-rata Pengeluaran Tahun 2006-2010 ............................................84 27. Jumlah Wisatawan Rata-rata Tahun 2006-2010 Berdasarkan Kategori Tiket Masuk ..................................................................................................85 28. Sebaran Responden Wisatawan Menurut Kesanggupan Membayar Tiket Masuk Seharga X Rupiah .....................................................................85 29. Alternatif-alternatif Skenario Kenaikan Harga Tiket ......................................86 30. Skenario Kenaikan Harga Tiket 8 ...................................................................87 31. Rincian Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola TMR ..........88
xii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran .................................................................................26 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010 ...............................48
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 .................95 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Wisata TMR Tahun 2011 ..............96 Hasil Uji Homoskedastisitas Model Permintaan Wisata TMR .........................97 Hasil Uji Normalitas Model Permintaan Wisata TMR .....................................98 Skenario Kenaikan Harga Tiket ........................................................................99 Peraturan Daerah (Perda) DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah dalam Rombongan ...........................................................102 7. Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan .....103 8. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di Taman Margasatwa Ragunan 104 9. Kuisioner .........................................................................................................105
xiv
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Ia terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006). Sumber devisa negara Indonesia dari sektor pariwisata cukup besar. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan penerimaan devisa negara dari kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2004 sampai 2009. Tabel 1. Perolehan Devisa dari Kunjungan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009 Perolehan Cadangan Persentase dari Wisatawan Devisa Devisa Cadangan Devisa Tahun Mancanegara (Juta US$) (Juta US$) (%) 2004 5.321.165 4.797,88 36.320,48 13,21 2005 5.002.101 4.521,89 34.723,69 13,02 2006 4.871.351 4.447,98 42.586,33 10,44 2007 5.505.759 5.345,98 56.920,13 9,39 2008 6.429.027 7.377,39 51.639,31 14,29 2009 6.452.259 6.302,50 66.104 9,53 Sumber : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2010
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta No. 20/06/31/Th. XII, 1 Juni 2010, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke DKI Jakarta pada bulan April 2010 mencapai 179.343 kunjungan,
15
mengalami penurunan sebesar 5,22% dibandingkan kunjungan wisman bulan Maret 2010 yang berjumlah 189.222 kunjungan. Namun jika dibandingkan dengan kunjungan wisman bulan yang sama tahun 2009, jumlah kunjungan wisman bulan April 2010 lebih tinggi 75,60%. Wisatawan hanya akan berkunjung ke tempat tertentu jika di tempat tersebut terdapat kondisi yang sesuai dengan motif wisata. Kondisi yang sesuai dengan motif wisata itu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut. Orang yang mengadakan perjalanan diasumsikan pasti mempunyai alasan atau motif untuk mengadakan perjalanan. (Soekadijo, 2000). Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki sumberdaya fauna yang sangat beragam. Setiap pulau di Indonesia memiliki keanekaragaman satwa yang bebeda-beda. Kekayaan sumberdaya hayati fauna yang dimiliki bangsa Indonesia hendaknya dilestarikan dan dikembangkan menjadi sumber ekonomi yang tangguh untuk pembangunan nasional. Indonesia sebagai negara berkembang juga telah berupaya untuk mencegah punahnya keanekaragaman hayati, diantaranya dengan melakukan upaya konservasi insitu seperti adanya hutan lindung, cagar alam, suaka margasatwa, dan taman nasional. Upaya konservasi lainnya yaitu secara eksitu, seperti taman safari, taman burung, kebun botani, dan kebun binatang. Berdasarkan Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020, konservasi eksitu dilakukan untuk pelestarian spesies di luar habitat alaminya, biasanya di kebun binatang, kebun raya, serta arboreta. Indonesia memiliki 4 kebun raya (dikelola oleh LIPI), 21 kebun binatang, 2 taman safari, 17 kebun
16
botani, 14 taman hutan raya, 36 penangkaran satwa, 3 taman burung, 4 lokasi rehabilitasi orangutan, dan 6 pusat pelatihan gajah. Semuanya ini merupakan upaya pelestarian keanekaragaman spesies dan genetis. Berdasarkan tujuan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah DKI Jakarta, pertumbuhan ekonomi sampai dengan tahun 2030 adalah sekitar 7% sampai dengan 8% per tahun, dengan basis ekonomi Kota Jakarta melalui sektor perdagangan, jasa, industri kreatif, industri teknologi tinggi dan non pencemar, serta pariwisata. Di dalam masterplan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kota DKI Jakarta 2030 semua kebutuhan masyarakat ini telah dijabarkan melalui pembagian wilayah sesuai kegunaaannya. Pembangunan Provinsi DKI Jakarta diarahkan menuju visi mewujudkan Jakarta sebagai kota jasa yang sejahtera, nyaman, dan berkelanjutan melalui salah satu misinya yaitu menyerasikan kehidupan perkotaan dengan lingkungan hidup. Lingkungan hidup mencerminkan adanya interaksi antara manusia dengan makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan satwa. Sebagai kota yang telah berkembang menjadi pusat berbagai macam kegiatan, maka sudah sewajarnya Kota Jakarta melengkapi dirinya dengan tempat rekreasi guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan hiburan. Salah satu tempat hiburan berbentuk taman rekreasi yang ada di Kota Jakarta adalah taman margasatwa, yaitu bentuk yang lebih modern dari kebun binatang. Status kepemilikan kebun binatang di Indonesia terdiri dari milik Pemerintah Daerah (Pemda), swasta, yayasan, serta kerjasama (Pemda dan swasta). Kebun binatang milik non pemerintah relatif lebih baik dalam hal pengelolaannya dan lebih mahal harga tiket masuknya. Kebun binatang yang
17
dikelola oleh swasta antara lain, Taman Safari Indonesia oleh PT. Taman Safari Indonesia, Gelanggang Samudra oleh PT. Pembangunan Jaya Ancol, dan Bali Zoo oleh CV. Bali Harmoni. Kebun binatang yang dikelola oleh yayasan antara lain, Taman Burung TMII oleh Yayasan Harapan Kita, Kebun Binatang Tamansari Bandung oleh Yayasan Tamansari, Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta oleh Yayasan Gembira Loka, sedangkan kerjasama (Pemda dan swasta) adalah Taman Hewan Pematangsiantar, Sumatera Utara. Terdapat 42 kebun binatang di Indonesia yang tergabung dalam anggota Persatuan Kebun Binatang Se Indonesia. Enam diantaranya dimiliki oleh Pemerintah Daerah, selebihnya oleh swasta, yayasan, serta kerjasama (Pemda dan swasta). Koleksi, luas area, dan harga tiket masuk kebun binatang milik Pemda masing-masing dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nama Kebun Binatang milik Pemda beserta Keterangannya No 1
2 3 4
5
6
Nama Kebun Binatang Taman Marga Satwa dan Budaya ”Kinantan” Bukittinggi Taman Satwa Bengkulu Taman Satwa Jurang Kencono Kendal, Jawa Tengah Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas, Banjarnegara, Jawa Tengah Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan Taman Margasatwa Semarang
Koleksi Luas Status (ekor) (ha) Kepemilikan 204 7 Pemda Bukittinggi 83 58 45
3.200
278
2,5 Pemda (Dinas Pertanian dan Peternakan) 3 Pemerintah Daerah (Dinas Pariwisata) 5,5 Pemda (Dinas Pariwisata) 140 Pemda DKI Jakarta (Dinas Kelautan dan Pertanian) 65 Pemda Semarang
Harga Tiket Anak Rp 5000, dewasa Rp 8000 Rp 6000 Rp 7500 Libur Rp 5000, biasa Rp 3500
Anak Rp 3000, dewasa Rp 4000
Libur Rp 7500 biasa Rp 5000
Sumber : Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia, 2007
18
Tabel 2 tersebut menunjukkan bahwa Taman Margasatwa Ragunan yang terletak di wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan adalah kebun binatang yang memiliki koleksi satwa terbanyak (3.200 ekor), area terluas (140 ha), namun harga tiketnya relatif lebih murah bila dibandingkan dengan kebun binatang lainnya. Selain itu, dari Tabel 2 juga diketahui bahwa status kepemilikan TMR di bawah Pemerintah Daerah DKI Jakarta dan secara teknis melalui Dinas Kelautan dan Pertanian. Pelayanan masuk tempat rekreasi TMR berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.1 Tahun 2006 dan instruksi Gubernur Propinsi DKIJ No. 44 tahun 2006 tentang retribusi daerah: tiket dewasa Rp 4.000,00, tiket anak (3-12 tahun) Rp 3.000,00, asuransi per orang Rp 500,00, parkir motor Rp 2.500,00, parkir bus/truk Rp 10.000,00, parkir mobil Rp 5.000,00, dengan asuransi sebesar Rp 500,00 per kendaraan, serta terdapat retribusi untuk berbagai sarana wisata, pedagang, dan shooting film. TMR yang berstatus milik Pemda dan berbentuk BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) memiliki dilema dalam hal pendanaan. Dasar hukum penetapan BLUD tersebut adalah Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 323/2010 tentang Penetapan Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sebagai Unit Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Keputusan Gubernur tersebut ditetapkan pada tanggal 23 Februari 2010. Satu sisi TMR
harus
melaksanakan
kewajiban
usaha
konservasi
eksitu
dengan
mengutamakan kesejahteraan satwa, namun di satu sisi pemerintah juga harus
19
menjadi fasilitator layanan publik dalam hal penetapan harga tiket yang terjangkau atau sesuai dengan ekonomi masyarakat. 1.2
Perumusan Masalah Perkembangan usaha wisata dapat dihadirkan lewat keindahan dan
keunikan satwa sehingga dapat menjadi obyek hiburan. Keindahan dan keunikan satwa ini dapat ditampilkan lewat berbagai tempat penangkaran dan pemeliharaan satwa yang memiliki nilai estetika sebagai obyek hiburan yang dapat menarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri dan dapat menunjang kepariwisataan Indonesia. Konservasi eksitu atau yang lebih dikenal dengan pelestarian spesies/jenis di luar habitat alaminya memang memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, tetapi ada beberapa keterbatasan atau kekurangan jika dibandingkan konservasi insitu. Salah satu keterbatasan konservasi eksitu adalah memerlukan biaya yang sangat besar untuk menjaga keberlanjutannya. Keberlanjutan suatu proses pengelolaan satwa liar secara eksitu seperti kebun binatang memang tidak terlepas dari permasalahan dana. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan pengelolaan ini sangat tidak sedikit. Misalnya saja untuk pakan satwa, kebersihan, medis, gaji/upah pegawai dan sebagainya. Saat ini sumber penerimaan TMR yang utama dan terbesar berasal dari dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), namun bila hanya mengandalkan dana APBD tidak akan menutupi biaya pengelolaan, sehingga bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) diarahkan mampu mandiri secara finansial kedepannya. Penerimaan kedua adalah dari tiket masuk, sedangkan penerimaan lainnya adalah dari pihak ketiga. Dana pihak ketiga
20
sifatnya tidak pasti bila dibandingkan dengan penerimaan dari tiket masuk. Harga tiket masuk TMR saat ini dinilai tidak relevan dengan biaya pengelolaannya yang sangat besar sehingga sampai saat ini pemerintah masih memberikan subsidi yang cukup besar untuk TMR. Berdasarkan uraian tersebut maka timbul pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR ? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR? 3. Berapa harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri ? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan
antara lain : 1.
Mengidentifikasi karakteristik wisatawan yang berkunjung ke TMR
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR
3.
Mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri
4.
Merekomendasikan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola TMR
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.
Pihak pengelola untuk membuat kebijakan pengelolaan TMR dalam menentukan harga tiket menuju pengelolaan yang mandiri sehingga mampu mengurangi subsidi dari pemerintah
21
2.
Pemerintah
DKI
Jakarta
dalam
alokasi
anggaran
perencanaan
pembangunan dan pengembangan TMR sebagai objek wisata yang potensial 3.
Masyarakat umum untuk lebih memperhatikan manfaat dan kelestarian satwa bagi kesejahteraan manusia
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1.
Penelitian dilakukan hanya pada kawasan TMR dan tidak membandingkan dengan obyek wisata lain di Provinsi DKI Jakarta
2.
Responden yang diambil berumur minimal 17 tahun, tingkat penghasilan yang digunakan bagi pelajar/mahasiswa merupakan jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, hadiah) yang diterima dalam satu tahun. Tanggungan keluarga atas biaya perjalanan yang dikeluarkan diperoleh dari Kepala Keluarga
3.
Analisis yang dilakukan hanya terbatas pada analisis ekonomi.
22
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pariwisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pariwisata adalah segala hal yg
berhubungan
dengan
perjalanan
untuk
rekreasi;
pelancongan;
turisme.
Berpariwisata berarti melancong; bertamasya. Pariwisata adalah industri gaya baru yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, penghasilan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Pariwisata juga merupakan sektor yang kompleks, meliputi industri-industri dalam arti yang klasik, seperti misalnya industri kerajinan tangan dan industri cenderamata. Penginapan dan transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai industri (Wahab, 1992). Selanjutnya Wahab (1992) menjelaskan pariwisata sebagai suatu gejala yang terwujud dalam beberapa bentuk. Pertama, menurut jumlah orang yang bepergian, terdiri dari pariwisata individu dan pariwisata rombongan. Kedua, menurut maksud bepergian, terdiri dari pariwisata rekreasi atau pariwisata santai, pariwisata budaya, pariwisata pulih sehat, pariwisata sport, dan pariwisata temu wicara. Ketiga, menurut alat transportasi, terdiri dari pariwisata darat, tirta, dan dirgantara. Keempat, menurut letak geografis, terdiri dari pariwisata domestik nasional, pariwisata regional, dan pariwisata internasional. Kelima, menurut umur, terdiri dari pariwisata remaja dan dewasa. Keenam, menurut jenis kelamin terdiri dari pariwisata pria dan wanita. Ketujuh, menurut tingkat harga dan tingkat sosial terdiri dari pariwisata taraf lux, menengah, dan jelata. Menurut Wardiyanta (2006), pengembangan pariwisata di suatu tempat dapat menimbulkan implikasi yang beragam, mulai dari yang positif, yakni
23
menguntungkan sampai yang negatif, yakni merugikan. Hal ini dapat menjadi sumber permasalahan penelitian pariwisata yang potensial. Oleh karena keberadaannya memiliki banyak dimensi, maka untuk dapat memahaminya secara menyeluruh dapat menggunakan berbagai pendekatan ilmu, antara lain manajemen, sosiologi, sejarah, politik, antropologi, psikologi, lingkungan, hukum, dan lain-lain. Terdapat sepuluh pendekatan yang digunakan dalam penelitian pariwisata, yaitu pendekatan institusional, pendekatan produk, pendekatan historis, pendekatan manajerial, pendekatan ekonomis, pendekatan sosiologis, pendekatan hukum, pendekatan geografis, pendekatan budaya, dan pendekatan interdisipliner. 2.1.1 Permintaan Wisata Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata menurut Damanik dan Weber (2006) adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata. Basis utamanya adalah ketersediaan waktu dan uang pada kelompok tersebut. Waktu luang, uang, sarana dan prasarana merupakan permintaan potensial wisata. Permintaan potensial ini harus ditransformasikan menjadi permintaan riil, yakni pengambilan keputusan wisata. Pengambilan keputusan berlangsung secara bertahap, mulai dari tahap munculnya kebutuhan, kesediaan untuk berwisata, sampai keputusan itu sendiri. Masingmasing fase ini mempunyai kegiatan yang spesifik. Faktor kepribadian, daya tarik ODTW (Obyek dan Daya Tarik Wisata), ketersediaan sumberdaya, jarak dan kondisi lingkungan wisata, semuanya ikut menentukan keputusan tersebut. Namun, terkadang dalam beberapa kasus diketahui bahwa keputusan wisatawan untuk berwisata kerap kali tidak terpengaruh oleh jarak obyek wisata dengan tempat tinggal (Ross, 1994).
24
2.1.2 Penawaran Wisata Elemen penawaran wisata sering disebut sebagai triple A’s yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Singkatnya, pemandangan alam, kekayaan flora dan fauna. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti candi dan adat-istiadat masyarakat. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Margasatwa Ragunan, Taman Impian Jaya Ancol, Disneyland, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006). Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata (Inskeep, 1994) dalam (Damanik dan Weber, 2006). Lebih lanjut Damanik dan Weber menjelaskan bahwa amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan seperti bank, penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lainlain) dapat digolongkan ke dalam bagian ini. Pariwisata rekreasi adalah pariwisata yang maksud kepergiannya untuk memulihkan kemampuan fisik dan mental setiap peserta wisata dan memberikan
25
kesempatan rileks bagi mereka dari kebosanan dan keletihan kerja selama di tempat rekreasi (Wahab, 1992). Pariwisata rekreasi lebih ke arah mencari hiburan. Soekadijo (2000) menjelaskan bahwa untuk menjalani hidupnya menurut alam, manusia dibekali dengan kemampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, yang dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisik, psikis, dan sosial. Kebutuhan fisik itu antara lain makan, dan minum, beristirahat, kesehatan, mandi, dan sebagainya. Diantara kebutuhan psikis dapat disebut hasrat ingin tahu, hasrat untuk menyelidiki, kebosanan yang menimbulkan keinginan untuk mencari kesenangan, dan lainnya. Mengenai kebutuhan sosial, Plato sudah mengatakan bahwa manusia itu suatu ”zoon politicon”, makhluk sosial dengan hasrat untuk berkawan dan yang hanya dapat mencapai kesempurnaannya dalam pergaulan dengan sesama manusia. Manusia merasa perlu atau merasa terdorong untuk mengadakan perjalanan ke suatu tempat dimana hasratnya secara konkret diharapkan akan dapat dipenuhi. Hasrat pembawaan dalam bentuknya yang konkret, yang berupa keperluan atau dorongan atau alasan tertentu itulah yang dimaksud dengan motif perjalanan atau motif wisata. Sudah tentu motif perjalanan itu berbeda menurut tingkat kebudayaan orang yang mengadakan perjalanan. Makin tinggi kebudayaannya, makin beraneka ragam kebutuhan orang dan makin beraneka ragam pula motif perjalanannya. Sedangkan apa yang diharapkan akan dapat memenuhi keperluan atau motif itu disebut atraksi wisata (Soekadijo, 2000). 2.2
Konservasi Eksitu Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006
tentang Lembaga Konservasi dijelaskan bahwa konservasi eksitu adalah konservasi tumbuhan dan atau satwa yang dilakukan di luar habitat alaminya.
26
Muntasib (2003) menjelaskan bahwa bentuk-bentuk konservasi eksitu antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa. Konservasi eksitu dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara : 1.
Pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi eksitu dapat dilepaskan kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking.
2.
Hasil-hasil penelitian dari populasi eksitu dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru.
3.
Populasi eksitu dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari.
4.
Hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi eksitu dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam.
5.
Kawasan konservasi eksitu juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat. Selanjutnya Muntasib (2003) juga menjelaskan meskipun konservasi eksitu
memberikan manfaat dalam membantu perlindungan jenis, namun ada beberapa keterbatasan/kekurangan jika dibandingkan dengan konservasi insitu, yaitu : 1.
Ukuran populasi dalam kawasan konservasi eksitu biasanya terbatas.
2.
Variasi genetis (keanekaragaman genetis) terbatas karena populasi yang kecil.
27
3.
Kemampuan spesies (jenis) agar tetap bertahan hidup berkurang karena biasanya segala kebutuhan hidupnya tersedia sehingga tidak ada kemampuan mencari (berjuang) untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
4.
Mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan buatan sehingga ketika dilepas ke alam yang sebenarnya maka daya hidupnya sangat menurun.
5.
Biasanya terkonsentrasi pada tempat-tempat tertentu saja, sehingga lebih tahan terhadap gangguan dan mudah terancam akan perubahan atau tekanan lingkungan
6.
Untuk menjaga keberlanjutan konservasi eksitu, maka diperlukan dana dan biaya yang besar, fasilitas yang memadai, dan tenaga terlatih. Ketiga hal tersebut seringkali menjadi masalah utama pelaksanaan konservasi eksitu, terutama biaya pengelolaannya yang sangat besar.
2.3
Kebun Binatang Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang
Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa kebun binatang adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Menurut Direktorat Jenderal Kehutanan (1977), kebun binatang adalah satu-satunya tempat dimana penduduk kota dapat menyaksikan satwa liar dan
28
segala aspek hidupnya, misalnya bentuk dan tingkah lakunya, (etologi), termasuk kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan terhadap satwa tersebut yaitu penelitian dan studi-studi. Dengan demikian, kebun binatang merupakan sarana penghubung satu-satunya antara masyarakat dan satwa liar. Kebun binatang menurut peragaannya dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu bentuk manageri, bentuk peragaan satwa yang di tempatkan disuatu tempat/kurungan atau ruang yang berpagar, dan bentuk taman margasatwa. Bentuk manageri berupa kumpulan satwa yang ditempatkan dalam kurungan sempit, bentuk ini sudah tidak digunakan lagi sedangkan bentuk taman margasatwa mempertontonkan satwa pada keadaan mendekati habitat alaminya dan diusahakan menurut jenis satwanya. Fungsi kebun binatang dalam SK Dirjen Kehutanan No. 20/Kpts/DJ/1978 adalah untuk perlindungan dan pelestarian satwa liar, sarana pendidikan dan penelitian ilmiah, sarana rekreasi dan hiburan alamiah. Tugas pokok kebun binatang antara lain melakukan penangkaran satwa liar untuk menghindari kepunahan, memperagakan binatang untuk kepentingan pendidikan budaya ilmiah, penelitian, dan rekreasi, serta memberi pelayanan kepada pengunjung dan menjaga keamanan serta keselamatannya. Salah satu landasan yuridis teknis pemanfaatan sumberdaya alam pada umumnya atau satwa pada khususnya adalah Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menegaskan antara lain: (1) Sumberdaya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Pasal 10 ayat 1), dan (2) Konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam yang
29
menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan bagi sumberdaya terbaharui menjamin
kesinambungan
persediaannya
dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya (Pasal 1, ayat 11). 2.4
Taman Margasatwa Taman menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tempat untuk
bersenang-senang. Margasatwa menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan memiliki arti perlindungan terhadap binatang liar yang perlu dilestarikan keberadaannya. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi menjelaskan bahwa taman satwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Peragaan yang dilakukan di dalam taman margasatwa bertujuan untuk mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Kebun binatang di dunia pada masa sekarang ini lebih mengarah kepada bentuk taman margasatwa. Hal ini disebabkan karena tuntutan kebutuhan yang lebih modern untuk lebih meningkatkan fungsi kebun binatang. Kriteria taman satwa dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi meliputi : a.
Koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau
30
ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES) b.
Memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar
c.
Memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup
d.
Memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain
e.
Memiliki Kantor Pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung
f.
Tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain tenaga medis, ahli biologi konservasi, kurator, perawat, dan tenaga keamanan
2.5
Badan Layanan Umum (BLU) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, pada Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum (BLU), adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pada ayat 2 dijelaskan bahwa Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan
kepada
masyarakat
dalam
rangka
memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur
31
dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah yang sama, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/ gubernur/ bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan: a.
kontinuitas dan pengembangan layanan;
b.
daya beli masyarakat;
c.
asas keadilan dan kepatutan; dan
d.
kompetisi yang sehat Pengelolaan BLU dari sisi keuangan sangat terkait dengan sumber
pendapatannya. Dalam Peraturan Pemerintah yang sudah disebutkan di atas, pada Bab V bagian ketiga tentang Pendapatan dan Belanja, Pasal 14 Ayat 1 dijelaskan bahwa penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan BLU. Ayat 2 menjelaskan bahwa pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan operasional
32
BLU. Ayat 3 menjelaskan bahwa hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Pendapatan pada ayat (2) dan (3) dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan pajak kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pajak pemerintah daerah. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU menyatakan bahwa BLU adalah alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil, dan bukanlah semata-mata sarana untuk mengejar
fleksibilitas
dalam
pengelolaan
keuangan.
Sehingga
untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat/publik dengan tarif/harga layanan yang terjangkau masyarakat dengan kualitas layanan yang baik, cepat, efisien dan efektif dapat diterapkan. Pengelolaan Keuangan BLU dengan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat. BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional ini bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu agenda reformasi keuangan negara menurut Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan BLU adalah adanya pergeseran dari pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah tidak lagi berorientasi pada input, tetapi pada output. Perubahan ini penting dalam rangka proses pembelajaran untuk menggunakan sumber daya pemerintah yang makin terbatas, tetapi tetap dapat memenuhi kebutuhan yang makin tinggi. BLU ini diharapkan dapat menjadi
33
langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan di sektor publik, sehingga mampu meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. 2.6
Penelitian Terdahulu Wibawa (2005) menganalisis permintaan wisata dan menduga surplus
konsumen pengunjung Taman Margasatwa Ragunan menggunakan pendekatan kontingensi. Diperoleh hasil bahwa jumlah rata-rata kesediaan membayar pengunjung TMR dengan asumsi kualitas lingkungan yang lebih baik adalah Rp 8.240,00/orang/tahun. Nilai total kesediaan membayar dari seluruh pengunjung sebesar Rp 26.102.722.000,00 pertahun. Nilai total menunjukkan besarnya nilai manfaat rekreasi TMR berdasarkan kesediaan membayar pengunjung. Surplus konsumen yang terbentuk pada kondisi TMR yang lebih baik kualitasnya pada harga tiket Rp 3.000,00/orang adalah Rp 16.178.063.500,00/ tahun dengan rata-rata Rp 5.100,00/orang. Surplus konsumen ini didapat dari selisih nilai manfaat rekreasi dan penerimaan yang diperoleh TMR dari hasil penjualan tiket dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Penelitian lainnya dilakukan oleh Zulkarnain (2001), yaitu mengenai karakteristik pengunjung dan pendugaan permintaan rekreasi di Kebun Binatang Ragunan. Umumnya, pengunjung yang datang adalah laki-laki (65,15%), dengan kisaran umur terbanyak berada pada selang 20-29 tahun (57,58%). Sebagian besar berasal dari daerah Jakarta Selatan (49,93%) dan Botabek (24,24%). Tingkat pendidikan
rata-rata
adalah
perguruan
tinggi/akademi
(48,48%),
dan
SLTA/sederajat (45,45%). Pekerjaan pokok pengunjung umumnya adalah pegawai swasta (50,00%), dengan pendapatan pokok terbanyak berkisar antara Rp
34
750.000,00-Rp 1.000.000,00 perbulan (27,27%). Sebanyak 72,73 % dari total responden mengaku telah berkeluarga sedangkan selebihnya belum menikah. Model permintaan rekreasi dibentuk berdasarkan hasil regresi linear berganda terhadap delapan faktor yang diduga mempengaruhi tingkat kunjungan wisata di lokasi Kebun Binatang Ragunan antara lain, jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan , dan biaya rekreasi. Peubah yang berpengaruh nyata pada taraf 95% adalah pekerjaan pokok, status perkawinan, tempat tinggal, pendapatan pokok, dan biaya rekreasi rata-rata. Pada tahun 2006, Mulyani menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang. Karakteristik wisatawan di tempat wisata tersebut adalah kelompok muda (sebagian besar masih berumur 20 tahunan), dengan pekerjaan utama sebagai pegawai swasta dan pendapatan kurang dari Rp 12.000.000,00 per tahun. Sebagian besar wisatawan di Pantai Carita berasal dari Jakarta dan tingkat pendidikan akhir SLTA. Umumnya responden merupakan bagian dari rombongan wisata teman dengan jumlah rombongan yang bervariasi. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang tidak menginap adalah biaya perjalanan, pendapatan, jarak tempuh, dan pendapatan keluarga. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kunjungan ke Kawasan Wisata Pantai Carita untuk responden yang menginap adalah biaya perjalanan, biaya penginapan, tingkat pendidikan, waktu luang, jumlah rombongan, jarak tempuh, dan daya tarik.
35
Selanjutnya Dewi (2005) di dalam skripsinya dengan judul Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan, memperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, berumur 22-35 tahun, berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan pegawai swasta dengan pendapatan diatas Rp 12 juta per tahun dan berasal dari daerah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh pengunjung berkisar antara Rp 45.000,00-Rp 625.000,00 per orang per kunjungan. Sebagian besar pengunjung mengeluarkan biaya perjalanan antara Rp 112.500,00-Rp 225.000,00 per orang per kunjungan (43,48%). Biaya perjalanan total dari 92 responden sebesar Rp 16.084.675,00 per kunjungan, dengan komponen biaya terbesar adalah biaya transportasi yaitu Rp 5.884.587,00 (36,37% dari total biaya perjalanan). Biaya transportasi per orang sebesar Rp 63.528,00.
36
III. KERANGKA PEMIKIRAN Konservasi
eksitu
merupakan
salah
satu
cara
melestarikan
keanekaragaman hayati bangsa Indonesia. Selain itu juga sebagai alternatif pariwisata potensial yang mampu memberikan hiburan sekaligus pendidikan. Alternatif pariwisata ini mampu menambah wawasan wisatawan akan keanekaragaman sumberdaya hayati yang ada. Salah satu kawasan konservasi eksitu yang menyajikan keanekaragaman sumberdaya fauna adalah Taman Margasatwa Ragunan. Karakteristik individu wisatawan dan kondisi daerah tujuan wisata pada dasarnya mempengaruhi keputusan seseorang untuk memilih daerah tujuan wisata. Karakteristik wisatawan yang dianalisis adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan daerah asal. Faktor yang diduga mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan ke TMR antara lain biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan TMR, umur, pekerjaan, dan status pernikahan. Pengetahuan mengenai karakterisktik wisatawan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut dapat berguna bagi pengelola tempat wisata terutama yang berhubungan dengan kawasan wisata untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang dapat diberikan di kawasan wisata tersebut sehingga kawasan itu dapat dijadikan alternatif pilihan wisata bagi masyarakat untuk menyeimbangkan hidup atau hanya untuk sekedar melakukan wisata dan membuat wisatawan tertarik untuk datang kembali ke kawasan wisata tersebut.
37
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Shapiro seperti yang dikutip oleh Kotler dan Fox (1985: 243) dalam Yoeti (2002) menyebutkan bahwa wisatawan cenderung lebih sering percaya pada harga dalam membuat keputusan penting, terutama pada waktu mereka hilang kepercayaan dirinya dalam membuat keputusan. Hal demikian bisa saja terjadi pada wisatawan, mereka ragu tentang perjalanan wisata yang sedang ia ikuti yang dirasakan kurang menarik dibandingkan dengan apa yang ia lakukan pada daerah tujuan wisata lain. Taman Margasatwa Ragunan (TMR) merupakan tempat rekreasi berupa kebun binatang modern dengan berbagai koleksi satwa dan sarana hiburan lainnya. TMR sebagai kebun binatang terluas (140 ha) dan terbanyak koleksinya (3.200 ekor) memerlukan biaya pengelolaan yang tidak sedikit. Survey yang pernah dilakukan oleh TMR tahun 2010 atas rata-rata keinginan membayar (williingness to pay) wisatawan adalah sebesar Rp 6.000,00Rp 8.000,00, bahkan tidak sedikit yang mampu membayar sebesar Rp 10.000,00. Saat ini, tiket masuk TMR hanya sebesar Rp 4.000,00, padahal tempat wisata eksitu lain di DKI Jakarta, seperti Sea World sudah mencapai Rp 50.000,00-Rp 60.000,00/orang. TMR sudah seharusnya menaikkan harga tiket masuk yang sesuai dengan standar pengelolaan eksitu yang baik namun tetap terjangkau oleh masyarakat. Bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum (BLU) harus menjadi landasan bagi pengelola untuk tetap menetapkan harga tiket yang terjangkau. Oleh sebab itu, pembiayaan dalam pengelolaan harus diperhatikan demi keberlanjutan satwa yang ada, kepuasaan pengunjung, serta mengurangi beban pemberian subsidi dari pemerintah.
38
Sumber pembiayaan dalam pengelolaan sangat penting untuk diperhatikan. Subsidi dari APBD yang diberikan oleh pemerintah untuk biaya operasional TMR cukup besar. Sudah seharusnya TMR dapat menutupi biaya operasionalnya sendiri dengan meningkatkan penerimaan operasional dari retribusi tiket, sehingga dapat diestimasi harga tiket yang optimum. Selanjutnya, dari manajemen pengelolaan dan keputusan wisatawan dapat diperoleh harga tiket yang tepat menuju pengelolaan TMR yang mandiri. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
39
Konservasi Eksitu Taman Margasatwa Ragunan
Wisatawan
Manajemen Pengelolaan
Karakteristik :
Pembiayaan
Jenis Kelamin Umur Status Pernikahan Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Daerah asal
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
Subsidi
Retribusi Tiket, dll
Harga Tiket Optimum
Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan TMR
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran
: Objek Penelitian
40
IV. METODOLOGI PENELITAN
4.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April 2011. Pengambilan data dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan jumlah proporsi responden yang hampir sama sehingga diharapkan populasi dapat terwakili dengan baik pada hari kerja maupun hari libur. Pengambilan data dilakukan pada siang hari sampai sore hari sekitar pukul 10.00 sampai pukul 16.00 WIB. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) karena TMR memiliki koleksi satwa terbanyak dan area terluas bila dibandingkan dengan kebun binatang milik Pemda lainnya, namun harga tiket yang berlaku relatif lebih rendah dibandingkan harga tiket kebun binatang lain. Selain itu, bentuk TMR sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) memungkinkan TMR untuk menaikkan tarif masuk pengunjung. 4.2
Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah wisatawan yang memenuhi syarat yaitu
berakal sehat, mampu berkomunikasi dengan baik serta minimal berumur 17 tahun (batas minimum potensial) karena pada usia tersebut dianggap telah memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan sendiri dalam hal berekreasi dan memiliki kemampuan membayar. Pengambilan sampel dilakukan secara non random sampling dengan teknik accidental sampling, yaitu pengambilan responden yang kebetulan ditemui, memenuhi kriteria, dan bersedia diwawancarai (Nasution, 2003). Jumlah sampel yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin (Sevilla, 1993) :
41
N n =
1+Ne2
keterangan : n = jumlah sampel N = populasi pengunjung e = batas kesalahan Jumlah pengunjung rata-rata TMR selama lima tahun terakhir adalah 3.250.901 orang per tahun, dengan tingkat kesalahan 10%. Berdasarkan rumus di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak 99,99 atau dibulatkan menjadi 100 responden. 4.3
Metode dan Prosedur Analisis Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan dan wawancara langsung terhadap pengunjung TMR dengan bantuan kuesioner serta wawancara dengan pengelola (key person) dari Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Peragaan dan Kesejakteraan Satwa, tenaga medis, keeper, dan pegawai lainnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak pengelola dan dari studi literatur yang berkaitan dengan objek wisata TMR serta dari instansi-instansi terkait. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), b. Keseluruhan penerimaan yang diperoleh pengelola TMR dalam lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), c. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung seperti intensitas kunjungan, biaya perjalanan, umur, jarak tempuh dari tempat tinggal ke TMR, lama di lokasi,
42
tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan per tahun, jumlah tanggungan keluarga, motivasi kunjungan, lama mengetahui TMR, jumlah rombongan, waktu tempuh, jenis kelamin, status pernikahan, dan alternatif wisata, d. Harga tiket yang berlaku selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), e. Jumlah pengunjung selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), f. Jumlah rata-rata penerimaan TMR dari hasil penjualan tiket selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010), g. Jumlah
rata-rata
penerimaan
TMR
dari
selain
tiket
(penggunaan
fasilitas/sarana) selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010). Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan program komputer Minitab 14 dan Microsoft Office Excel, kemudian diinterpretasikan secara manual. Data yang bersifat kualitatif diambil berdasarkan data fakta yang ditemukan di lapangan yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan. Setelah itu, data yang telah diperoleh diinterpretasikan secara deskriptif sehingga dapat menjelaskan fenomena yang ada. Pada Tabel 3 akan diuraikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data yang digunakan untuk menjawab tujuantujuan dalam penelitian ini.
43
Tabel 3. Matriks Keterkaitan Tujuan Penelitian, Jenis Data, Metode Pengambilan Data, dan Metode Analisis Data Metode Metode No Tujuan Penelitian Jenis Data Pengambilan Analisis Data Data 1 Identifikasi Jenis kelamin,umur, Data primer Analisis karakteristik status pernikahan, melalui deskriptif wisatawan TMR pendidikan, pekerjaan, wawancara penghasilan, daerah langsung asal dengan wisatawan dengan bantuan kuesioner 2
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TMR
Biaya perjalanan, penghasilan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, waktu luang, jarak tempuh, waktu di lokasi, lama mengetahui keberadaan TMR, umur, pekerjaan, status pernikahan
Data primer melalui wawancara langsung dengan wisatawan dengan bantuan kuisioner
Analisis regresi berganda dengan Minitab 14
3
Mengestimasi harga tiket optimum sesuai pengelolaan taman margasatwa yang mandiri
Rincian penerimaan dan pengeluaran aktual dalam pengelolaan TMR
Data sekunder dari bagian keuangan TMR dan deep interview dengan pengelola (key person)
Analisis kuantitatif dengan Microsoft Office Excel 2007
4
Merekomendasikan harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola TMR
Rincian penerimaan dan pengeluaran aktual dalam pengelolaan TMR dan kesanggupan membayar wisatawan
Data sekunder dari bagian keuangan TMR dan data primer melalui wawancara langsung dengan
Analisis kuantitatif dengan Microsoft Office Excel 2007
44
wisatawan Data primer dan data sekunder yang akan diperoleh, dianalisis dengan metode statistik deskriptif dan metode statistik inferensia. Metode statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik wisatawan, sedangkan metode statistik inferensia digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR, yaitu model regresi linier berganda dengan metode pendugaan kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) yang didasarkan pada beberapa asumsi: 1. Nilai rata-rata pengganggu sama dengan nol, yaitu E (εi) = 0, untuk setiap i, dimana i = 1, 2, 3,......,n, artinya nilai yang diharapkan bersyarat dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah 0. 2. Varian (εi) = E (εi2) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi Homoskedastisitas), artinya varian εi untuk setiap i yaitu varian bersyarat untuk εi adalah suatu angka konstan positif yang sama dengan σ2 . 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu, berarti Cov (εi , εj) = 0, untuk i ≠ j. 4. Variabel bebas X1, X2,.......,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas dari kesalahan pengganggu εi , E (Xiεi) = 0 5. Tidak ada multikolinearitas, yang berarti tidak ada hubungan linier yang nyata antara variabel-variabel bebas. Dengan dipenuhi asumsi-asumsi di atas, maka koefisien regresi yang diperoleh merupakan pendugaan linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linear
45
Unbiased Estimators) (Juanda, 2009). Secara umum, fungsi regresi dapat dituliskan sebagai berikut : Y = a0 + ∑ai Xi + εi keterangan : Y = peubah tak bebas a0 = intersep Xi = peubah bebas yang menjelaskan peubah tak bebas Y ai = parameter penduga Xi ε i= error term (pengaruh sisa) i = 1, 2, 3,.....,n yaitu banyaknya peubah bebas dalam fungsi tersebut. Untuk menduga faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ke TMR maka digunakan fungsi permintaan rekreasi sebagai berikut : Y = a-β1TC+ β2I- β3F+ β4E+ β5FT- β6D+ β7B- β8L- β9A+ β10J + β11N+ ε keterangan : Y
= Frekuensi kunjungan ke TMR dalam lima tahun terakhir (kali / 5 tahun)
TC
= Biaya perjalanan (Rp/Kunjungan)
I
= Tingkat penghasilan responden (Rp/tahun)
F
= Jumlah tanggungan keluarga (orang)
E
= Tingkat pendidikan (tahun)
FT
= Waktu luang responden dalam satu tahun (hari)
D
= Jarak tempuh dari tempat tinggal ke TMR (Km)
B
= Waktu yang dihabiskan di lokasi (jam/kunjungan)
L
= Lama mengetahui TMR (1=lebih dari 5 tahun, 2=kurang dari 5 tahun)
A
= Umur responden (tahun)
46
J
= Pekerjaan (1=tidak bekerja, 2=sudah bekerja)
N
= Status pernikahan (1=sudah menikah, 2=belum menikah)
β1 – β11 = Koefisien regresi ε
= Error Faktor yang diduga meningkatkan jumlah kunjungan adalah tingkat
penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan. Semakin lama berada di lokasi maka akan semakin menggambarkan persepsi positif akan tempat wisata tersebut. Sedangkan faktor yang diduga akan menurunkan jumlah kunjungan adalah daerah asal karena terkait dengan jarak tempat tinggal dengan TMR, biaya perjalanan, jumlah tanggungan keluarga, umur, dan lamanya mengetahui TMR. Pendekatan untuk mengestimasi harga tiket yang optimum dalam penelitian ini menggunakan pendekatan manajerial. Menurut Wardiyanta (2006), pendekatan penelitian pariwisata dengan pendekatan manajerial bersifat mikro, yaitu berorientasi pada perusahaan pariwisata. Fokus kepada aktivitas manajemen seperti perencanaan, penelitian, penetapan harga, promosi, pengontrolan, dan seterusnya. Pendekatan ini banyak digunakan dalam penelitian pariwisata lebih merupakan sebuah industri. Selanjutnya Wardiyanta (2006) menjelaskan bahwa pada umumnya semua perusahaan
pariwisata
dengan
bagian
penelitian
dan
pengembangannya
melakukan penelitian untuk mengetahui berbagai masalah yang ada di perusahaan atau yang terkait dengannya. Tujuannya adalah mempersiapkan data yang akan dipakai sebagai pendukung pembuatan kebijakan pimpinan manajemen dalam mengoperasikan perusahaan. Perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini
47
untuk mengestimasi harga tiket yang optimum, harga tiket yang dapat direalisasikan, serta subsidi yang diberikan pemerintah sebelum dan sesudah dilakukan simulasi skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut. Realisasi keuangan TMR dapat diketahui dari laporan keuangan tahunan. Anggaran, realisasi pengeluaran dan penerimaan, serta besarnya retribusi dapat dicermati di dalam laporan keuangan. Estimasi besarnya subsidi didapat dari pengeluaran yang terealisasi dikurangi dengan retribusi. RS = RK – RR dimana : RS = realisasi subsidi RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun RR = retribusi rata-rata per tahun Selain itu, dari besarnya penerimaan yang dianggarkan dengan penerimaan yang terealisasi dapat memperlihatkan ada atau tidaknya kekurangan dari pembiayaan yang seharusnya. Harga tiket yang optimum bebas subsidi 100% didapat dari penerimaan seharusnya dari tiket masuk dibagi dengan jumlah wisatawan rata-rata dari tahun 2006-2010. Acuan yang digunakan adalah anggaran pengeluaran yang seharusnya atau dapat juga menggunakan realisasi pengeluaran rata-rata tahun 2006-2010. TO = (RA-RZ) / W dimana : TO
= harga tiket optimum
RA
= anggaran rata-rata per tahun
RZ
= retribusi rata-rata per tahun selain dari tiket masuk
W
= jumlah wisatawan rata-rata per tahun
RA-RZ = penerimaan seharusnya dari tiket masuk
48
Total penerimaan TMR didapat dari penjumlahan retribusi tiket dan retribusi selain tiket (penggunaan fasilitas/sarana). Retribusi dari tiket dikategorikan menjadi tiket dewasa, tiket anak, rombongan dewasa dan anak (potongan 25% dari harga asli). Realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010) didapat dari laporan keuangan TMR. Pengeluaran yang belum tertutupi dari tiket sehingga harus ditutupi dengan subsidi merupakan selisih dari total penerimaan dengan pengeluaran. Semua uraian yang digunakan menggunakan nilai rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2010). Subsidi rata-rata per tahun diperoleh dari realisasi pengeluaran rata-rata selama lima tahun terakhir dikurangi dengan total retribusi rata-rata per tahun dari tiket dan selain tiket. Hasil ahir berupa persentase subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah yaitu selisih dari pengeluaran yang belum tertutupi (yang harus disubsidi) dikurangi dengan realisasi pengeluaran rata-rata per tahun dikalikan 100%. Perhitungan yang digunakan untuk mendapatkan persentase subsidi yang nantinya diberikan oleh pemerintah berdasarkan skenario kenaikan harga tiket adalah sebagai berikut : TN = D + A + RD + RA + RZ dimana : TN = total penerimaan setelah adanya kenaikan tiket D = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket dewasa A = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket anak RD = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket rombongan dewasa RA = penerimaan rata-rata per tahun dari tiket rombongan anak RZ = retribusi rata-rata per tahun selain dari tiket masuk
49
SN = (S / RK) x 100% dimana : SN = estimasi persentase subsidi setelah ada kenaikan harga tiket S = pengeluaran rata-rata per tahun yang belum tertutupi RK = realisasi pengeluaran rata-rata per tahun Skenario kenaikan harga tiket (sebanyak X kali lipat) harus disesuaikan dengan karakteristik wisatawan, faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan, dan kesanggupan wisatawan untuk membayar. Ada kemungkinan harga tiket berada di bawah harga tiket optimum, meskipun harga tiket tersebut sudah dinaikkan. Implikasinya, pemerintah juga tetap harus mensubsidi TMR meskipun tidak sebanyak subsidi mula-mula atau hanya terjadi pengurangan subsidi dari rata-rata subsidi sebelumnya. 4.3.1 Pengujian Hipotesis Model akan diuji berdasarkan hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis berdasarkan statistik bertujuan untuk melihat nyata tidaknya variabel-variabel bebas yang dipilih terhadap variabel-variabel tak bebas, dapat dilihat pada nilai-P (P-value). Berdasarkan nilai-P diketahui sampai berapa persen variabel-variabel bebas berpengaruh terhadap variabel tak bebas (Irianto, 2008). Pengujian model regresi keseluruhan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat tabel sidik ragam untuk menghitung F statistik dan R2 (koefisien determinasi). R2 dapat menjelaskan kemampuan peubah bebas bersamaan juga menjelaskan varian dari peubah tak bebas, sedangkan F statistik untuk melihat interval keyakinan kemampuan tersebut. Menurut Juanda (2009), koefisien determinasi dari model adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dan total jumlah kuadrat, sebagaimana tercantum dalam rumus berikut :
50
R2 = Jumlah Kuadrat Regresi = JKR Total Jumlah Kuadrat JKT Nilai F statistik digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya. F statistik adalah rasio dari jumlah kuadrat regresi dibagi dengan jumlah peubah bebas dengan kuadrat sisa dibagi dengan jumlah observasi dikurangi dengan jumlah peubah bebas dan dikurangi satu, sebagimana tercantum pada rumus berikut :
F=
∑ yi2 ∑ ei2/(n-k-1) F statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara menyeluruh
dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 = b1 = b2 =......................= bk = 0 H1 = paling sedikit ada satu nilai bi yang tidak sama dengan nol Pada model dilakukan uji-F. Adapun uji statistiknya adalah : Jika F statistik > F tabel, maka tolak H0 Jika F statistik < F tabel, maka terima H0 Pengujian
koefisien
regresi
secara
individual
dilakukan
untuk
membuktikan bahwa koefisien regresi suatu model regresi itu secara statistik signifikan atau tidak. Pengujian ini menunjukkan apakah peubah-peubah yang digunakan secara satu per satu berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas. Pengujian koefisien regresi secara individu dilakukan dengan statistik t (uji t), dengan terlebih dahulu diajukan hipotesis sebagai berikut :
51
H0 = bi = 0 Hi = bi > 0 atau bi < 0 ; i = 1,2,3,...........,k Pengujian dengan perhitungan t statistik sebagai berikut :
Pada model dilakukan uji-t. Adapun uji statistiknya adalah : Jika t statistik > t tabel, tolak Ho Jika t statistik < t tabel, terima Ho Model yang diperoleh diuji apakah sudah termasuk (BLUE = Best Linear Unbiased Estimators) atau belum. Model yang termasuk BLUE harus memenuhi asumsi
kenormalan,
homoskedastisitas,
non
autokorelasi,
dan
non
multikoleniaritas. Iriawan dan Astuti (2006) menjelaskan mengenai pemenuhan keempat asumsi tersebut, yaitu sebagai berikut :
Normalitas. Uji ini dilakukan dengan membuat histogram dan scatterplot, apabila histogram membentuk lonceng dan keberdaan titik-titik pada scatterplot menyebar, serta pada Probability Plot of Residual diketahui nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) yang diperoleh dari pengamatan kurang dari P-value, maka dapat disimpulkan residual model regresi linear yang dibuat mengikuti distribusi normal.
Non Multikoleniaritas. Uji ini dapat dilihat dari nilai VIF (Varian Inflation Factor) pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami multikolinearitas.
52
Sebaliknya jika nilai VIF variabel-variabel bebasnya lebih besar dari 10 maka persamaan tersebut mengalami multikolinearitas.
Homoskedastisitas. Homoskedastisitas adalah kesamaan varians atau penyebaran yang sama. Pendektesi kesamaan varians salah satunya dapat dilakukan dengan uji Park. Apabila nilai P hasil uji lebih dari α 0,20 maka model memenuhi syarat homoskedastisitas. Nilai 0,20 tersebut disesuaikan dengan taraf uji 20% yang digunakan dalam penelitian ini.
Non Autokorelasi. Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Pendeteksian autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut. 1. 1,65 < DW < 2,35 maka non autokorelasi 2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79, maka tidak dapat disimpulkan (inconclusive), dan 3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi. Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah tanggungan, umur, dan lamanya mengetahui TMR berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke TMR. Artinya kenaikan biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah tanggungan, umur, dan lamanya mengetahui TMR akan menurunkan jumlah kunjungan ke TMR.
53
2. Tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke TMR. Artinya tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, pekerjaan, waktu luang, lamanya berada di lokasi, dan status pernikahan akan meningkatkan jumlah kunjungan ke TMR. 3. Harga tiket TMR yang berlaku saat ini masih belum optimum dari sisi proporsi penerimaan subsidi dan retribusi. Artinya, harga tiket TMR masih dapat dinaikkan menuju batas pengelolaan yang mandiri namun tetap terjangkau oleh masyarakat. Harga tiket yang dapat direalisasikan lebih rendah dari harga tiket optimum.
54
V. GAMBARAN UMUM
5.1
Sejarah Taman Margasatwa Ragunan Sekitar 147 tahun yang lalu di Batavia (kini Jakarta) pelukis ternama
Indonesia yaitu Bapak Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 Ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat untuk Taman Margasatwa yang kemudian tepatnya pada tanggal 19 September 1864 diresmikan dengan nama ”Planten en Dierentuin” dan dikelola oleh perhimpunan penyayang flora dan fauna Batavia (Culture Vereniging Panten en Dierentuin of Batavia). Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan oleh Ir. Soekarno, maka pada tahun 1949 ”Planten en Dierentuin” diubah namanya menjadi ”Kebun Binatang en Dierentuin”. Pada saat itu pembangunan dan perkembangan Kota Jakarta terus dilakukan sehingga menyebabkan wilayah Cikini yang terletak di pusat Kota Jakarta tidak cocok lagi sebagai lokasi untuk Kebun Binatang. Untuk itu pada tahun 1964 oleh Dr. Soemarmo, Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta pada saat itu, dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang dengan diketuai drh. T.H.E.W Umboh dengan tugas utama memindahkan Kebun Binatang Cikini ke Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan, pada lahan seluas 30 Ha yang merupakan hibah dari Pemda DKI Jakarta. Pada tanggal 22 Juni 1966 Kebun Binatang diresmikan oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta, Mayor Jenderal Ali Sadikin, dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Koleksi satwa saat itu sebanyak 450 ekor yang dibawa dari Kebun Binatang Cikini. Pada tahun 1993 Taman Margasatwa Ragunan menjalani perubahan manajemen sehingga berubah menjadi Badan Pengelola (BP) Kebun Binatang Ragunan. Pada tahun 2001, BP berubah menjadi
55
Kantor Taman Margasatwa Ragunan sampai tahun 2008 dan awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan. 5.2
Karakteristik Kawasan Taman Margasatwa Ragunan sebagai sarana konservasi satwa dan hutan
kota di DKI Jakarta memiliki karakteristik kondisi yang cocok untuk dijadikan kawasan konservasi di tengah kota. Karakteristik Taman Margasatwa Ragunan dapat dilihat berdasarkan letak geografis dan topografi kawasan, serta iklim dan jenis tanahnya. 5.2.1 Letak Geografis dan Topografi Kawasan TMR terletak di daerah Pasar Minggu, sekitar 20 km dari pusat Kota Jakarta. Secara geografis TMR terletak pada 104o 48l BT dan 106o 15l LS. TMR berada pada ketinggian 50 m di atas permukaan laut. TMR memiliki empat pintu masuk, yaitu Pintu Utara, Pintu Selatan, Pintu Timur, dan Pintu Barat. Pintu Utara berbatasan dengan Kelurahan Ragunan, Pintu Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di Jalan Sagu, Pintu Timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di Jalan Jatipadang dan Pintu Barat berbatasan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Raya Cilandak KKO. 5.2.2 Iklim dan Jenis Tanah Karakteristik lingkungan TMR memiliki kelembaban pertahunnya antara 60-80% dan curah hujan sekitar 2.291-2.300 mm dengan temperatur udara ratarata sepanjang tahun 27,2oC. Angin pada musim kemarau bertiup dari arah Timur
56
Laut menuju Barat Daya, pada musim hujan angin bertiup dari Barat Daya ke Barat Laut. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga tanaman dapat tumbuh subur. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemda DKI Jakarta. Luas areal keseluruhan TMR adalah 147 ha yang digunakan untuk konservasi satwa. 5.3
Visi dan Misi Taman Margasatwa Ragunan Visi TMR adalah mewujudkan Taman Margasatwa Ragunan sejajar
dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi Taman Margasatwa Ragunan yaitu : 1.
Meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya
2.
Meningkatkan pengetahuan tentang satwa kepada masyarakat dalam rangka sosialisasi konservasi eksitu
3.
Meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri
4.
Meningkatkan hubungan antar daerah atau negeara melalui program tukarmenukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri
5.
Meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu
6.
Meningkatkan fungsi Taman Margasatwa Ragunan sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run-off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau.
57
5.4
Sasaran Taman Margasatwa Ragunan Taman
Margasatwa
Ragunan
memiliki
tujuh
sasaran
dalam
pengelolaannya, yaitu sebagai berikut: 1.
Meningkatnya jumlah koleksi flora dan fauna berdasarkan kelangkaannya
2.
Meningkatnya jenis satwa berdasarkan berhasilnya pengembangbiakan satwa
3.
Meningkatnya partisipasi program insitu
4.
Tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang
5.
Tertanganinya masalah limbah
6.
Meningkatnya angka kunjungan wisata
7.
Meningkatnya kualitas SDM
5.5
Kedudukan Taman Margasatwa Ragunan Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun
2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR Provinsi DKI Jakarta, kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut : 1.
Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR.
2.
Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
5.6
Tugas Pokok dan Fungsi Taman Margasatwa Ragunan Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.135 Tahun
2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola TMR
58
Provinsi DKI Jakarta, tugas TMR adalah melaksanakan pengelolaan TMR. Sedangkan fungsi Unit Pengelola TMR adalah sebagai berikut: 1.
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola
2.
Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola
3.
Pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR.
4.
Penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora
5.
Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR
6.
Penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya
7.
Pemungutan,
pencatatan,
pembukuan,
penyetoran,
pelaporan,
dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi TMR 8.
Pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR
9.
Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat
10.
Pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR
11.
Penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi.
12.
Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang
13.
Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan
14.
Pelaksaan upacara dan pengaturan acara Unit Pengelola TMR
59
15.
Penyiapan bahan laporan Dinas Kelautan dan Petanian yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola
16.
Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola
5.7
Sarana Prasarana dan Aksesibilitas Secara fungsional, bangunan fisik di TMR terdiri dari beberapa bangunan
utama dan beberapa bangunan penunjang yang berfungsi mendukung semua kegiatan di TMR. Sarana dan prasarana di TMR antara lain locket tiket, kamar kecil, rumah sakit hewan, tempat sampah, musholla, telepon umum, rumah makan, Pusat Primata Schmutzer, rakit wisata, area memancing, perahu angsa, piknik area, Taman Satwa Anak, area bermain anak, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir shop. Biaya pemakaian fasilitas/sarana TMR terlampir pada Lampiran 6. Aksesibilitas menuju TMR dapat ditempuh mulai dari Pasar Minggu kemudian dapat ditempuh dengan menggunakan angkutan Kopaja 68, angkutan S15A, Kopaja S612 rute Ragunan – Kampung Melayu di pintu keluar barat atau dekat kompleks Polri, Kopaja S19 atau Kopaja 602 rute Ragunan – Tanah Abang dan Jalan TB.Simatupang dengan menggunakan bus Transjakarta yang mulai beroperasi pada awal tahun 2007. 5.8
Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia di TMR Untuk dapat melaksanakan tujuan, tugas pokok dan fungsi TMR, maka
diperlukan sumberdaya alam (flora dan fauna) serta sumberdaya manusia. Dalam menjalankan tugas sehari-hari pengelola melibatkan jumlah personil sebanyak 429 orang. Data lengkap jumlah pegawai dapat dilihat pada tabel berikut.
60
Tabel 4. Data Jumlah Pegawai Taman Margasatwa Ragunan No Pendidikan PNS CPNS PTT Non Harian Jumlah PNS PPS Pasca 1 3 3 Sarjana 2 Sarjana 16 9 1 26 3 D3 3 53 3 1 60 4 D2/D1 8 8 5 SMA/SLTA 62 86 18 5 32 203 6 SMP/SLTP 6 26 2 34 7 SD 21 32 42 95 Jumlah 111 214 21 51 32 429 Sumber : Subbagian Tata Usaha Taman Margasatwa Ragunan Per April 2011
Dari jumlah tersebut hampir 75% karyawan bekerja di lapangan yaitu : di bidang Peragaan Satwa, bidang Sarana Fisik dan Kebersihan, dan selebihnya berada di staf kantor sebagai penata administrasi. TMR memiliki 20 orang guide, 7 orang dokter hewan, dan 12 orang kurator. Hari kerja yang diberlakukan instansi ini untuk pegawai adalah enam hari kerja dalam seminggu (hari Minggu diberi honor tambahan) dengan satu hari libur antara hari Senin sampai Sabtu yang berbeda setiap orangnya. Waktu kerja pada hari senin, selasa, rabu, kamis, dan sabtu dimulai pada pukul 08.00-16.00, sedangkan pada hari jumat dan minggu dimulai pukul 07.00-16.30 WIB, kecuali bagi petugas keamanan yang bekerja secara bergiliran setiap 9 jam. Keberadaan flora di TMR memiliki peran yang cukup besar dalam kondisi topografi tanah yang menjadi suatu habitat baru bagi satwa, sebagai tudung satwa dan pelindung bagi kandang-kandang satwa serta pembangkit apresiasi terhadap alam bagi para pengunjung TMR. Selain itu, keberadaan sumberdaya flora di TMR juga berfungsi sebagai paru-paru Kota Jakarta. Mayoritas tujuan utama para pengunjung adalah untuk merasakan kesejukan hutan kota dan melihat koleksi satwa yang ada di TMR.
61
Sumberdaya alam berupa fauna di TMR merupakan daya tarik utama yang diberikan kepada para pengunjung. Pengadaan satwa di TMR diperoleh dengan cara : a. Hasil pengembangbiakkan atau pemeliharaan TMR b. Program tukar-menukar satwa dengan kebun bunatang lain dalam maupun luar negeri c. Hasil sitaan Ditjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) d. Sumbangan dari masyarakat e. Penggantian biaya rawat satwa dan hadiah kenegaraan Data koleksi satwa di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 5. Data Koleksi Satwa per 31 Desember 2010 No Kelas/Class Bangsa/ Suku/ Jenis/ Anak Jenis/ Jumlah/ Ordo Family Species Sub Species Specimen 1 Pisces 4 8 16 0 162 2 Reptilia 3 8 34 5 269 3 Aves 14 28 101 20 749 4 Mammalia 10 32 69 21 961 Jumlah 31 76 220 46 2141 Sumber : Laporan Inventaris Satwa (Animal Collection) Ragunan Zoological Parks, 2011
Selain satwa yang memang sengaja dipelihara, terdapat juga satwa hidup liar di TMR. Data satwa yang hidup liar di TMR per 31 Desember 2010 dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 6. Estimasi Data Satwa Hidup Liar di TMR per 31 Desember 2010 No Kelas/ Bangsa/ Suku/ Jenis/ Anak Jenis/ Jumlah/ Class Ordo Family Species Sub Species Specimen 1 Pisces 0 0 0 0 0 2 Reptilia 0 0 0 0 0 3 Aves 4 6 7 4 250 4 Mammalia 2 2 1 1 620 Jumlah 6 8 8 5 870 Sumber : Laporan Inventaris Satwa (Animal Collection) Ragunan Zoological Parks, 2011
62
5.9
Jumlah Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan Wisatawan TMR mengalami kenaikan pertahunnya, wisatawan di tahun
2010 merupakan jumlah paling tinggi selama lima tahun terakhir. Kunjungan paling rendah terjadi pada tahun 2006. Data jumlah pengunjung yang ada tidak dibedakan antara wisatawan lokal dan wisatawan asing. Jumlah wisatawan TMR dari tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Wisatawan TMR Tahun 2006-2010 No Tahun Jumlah (orang) 1 2006 2.553.087 2 2007 3.379.561 3 2008 3.302.549 4 2009 3.439.102 5 2010 3.580.204 Rata-rata 3.250.901 Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margsatwa Ragunan, 2011
Kisaran wisatawan pada hari kerja biasa adalah antara 1.000-3.000 orang, hari Sabtu antara 7.000-10.000 orang, hari Minggu antara 20000-30000 orang, libur lebaran antara 30.000-160.000 orang/hari, libur tahun baru sekitar 170.000 orang/hari, dan libur nasional/long weekend antara 40.000-50.000 orang/hari. Jumlah pengunjung TMR berbeda-beda tiap bulannya, jumlah pengunjung paling tinggi terdapat pada bulan September. Umumnya libur lebaran jatuh pada Bulan September. Sebaran pengunjung per bulan di tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut.
63
Gambar 2. Grafik Jumlah Wisatawan TMR per Bulan di Tahun 2010 Sumber : Seksi Pelayanan Pengunjung Taman Margasatwa Ragunan, 2011
5.10
Struktur Organisasi TMR Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 135 Tahun 2009
Tanggal 10 Agustus 2009 tentang Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan, TMR Jakarta dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang ditunjuk oleh Gubernur. Kepala Unit TMR membawahi empat bidang, yaitu: Subbagian Tata Usaha, Seksi Pelayanan Pengunjung, Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa, dan Subkelompok Jabatan Fungsional. Bagan Struktur Organisasi Unit Pengelola TMR terlampir pada Lampiran 7.
64
5.11 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Margasatwa Ragunan Jumlah wisatawan yang dipilih sebagai responden sebanyak seratus orang. Karakteristik responden TMR yang dianalisis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, dan daerah asal. Karakteristik responden secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Demografi No 1
2
3
4
5
Karakteristik Jenis Kelamin Pria Wanita
Jumlah (orang)
Persentase (%)
47 53
47 53
Umur (tahun) 17-27 tahun 28-37 tahun 38-47 tahun 48-57 tahun
55 25 11 9
55 25 11 9
Status Pernikahan Belum Menikah Sudah Menikah
55 45
55 45
Pendidikan SD SMP SMU Akademi/Diploma S1 S2
4 29 35 3 28 1
4 29 35 3 28 1
Pekerjaan Pelajar Mahasiswa ABRI Pensiunan Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Pengangguran PNS Buruh Pabrik Lainnya
13 13 2 2 23 13 15 1 10 7 1
13 13 2 2 23 13 15 1 10 7 1
65
No 6
Karakteristik Penghasilan (Rp/tahun) 9.000.000,00-24.000.000,00 24.000.000,01-39.000.000,00 39.000.000,01-54.000.000,00 54.000.000,01-69.000.000,00
7
8
Jumlah (orang)
Persentase (%)
60 21 13 6
60 21 13 6
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 0 1-2 orang 3-4 orang 5-6 orang
48 20 29 3
48 20 29 3
Daerah Asal Bekasi Bogor Depok Jakarta Barat Jakarta Pusat Jakarta Selatan Jakarta Timur Jakarta Utara Tangerang
5 3 11 8 3 45 12 5 8
5 3 11 8 3 45 12 5 8
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Responden wisatawan TMR terdiri dari pria sebanyak 47 orang dan wanita sebanyak
53
orang.
Berdasarkan
umur,
responden
wisatawan
TMR
dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Kelompok umur 17-27 tahun sebanyak 55% dari total responden, umur 28-37 tahun sebanyak 25% dari total responden, umur 38-47 tahun sebanyak 11% dari total responden, dan umur 48-57 tahun sebanyak 9% dari total responden. Sebagian besar umur responden wisatawan adalah 17-27 tahun yaitu sebanyak 55% dari total responden, mereka adalah kaum muda produktif yang belum berkeluarga dan yang baru berkeluarga. Mereka yang baru berkeluarga umumnya memiliki anak balita. Para orangtua memperkenalkan jenis-jenis satwa kepada putra-putrinya yang masih berumur sekitar 1-5 tahun. Sedangkan untuk usia lebih dari itu, kedatangannya di TMR semakin sedikit. Hal ini dikarenakan
66
stamina yang sudah mulai menurun untuk berjalan kaki dalam jarak jauh dan rutinitas yang padat. Umumnya responden yang ditemui belum menikah yaitu sebanyak 55% dari total responden. Mereka melakukan rekreasi bersama teman dekat atau rekanrekannya untuk mengisi waktu luang. Suasana TMR yang asri sangat diminati oleh kaum muda, selain itu luas TMR sebesar 140 ha mampu menjadi daya tarik tersendiri sebagai kawasan rekreasi yang dapat dinikmati hanya dengan berjalan kaki berkeliling dan duduk sesekali. Responden yang sudah menikah juga persentasenya cukup besar yaitu 45% dari total responden. Hal ini menandakan bahwa TMR merupakan kawasan wisata yang diminati dari segala golongan baik oleh kaum muda yang belum menikah, ataupun mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Kaum muda biasanya lebih tertarik dengan suasana sejuk TMR, sedangkan mereka yang sudah berkeluarga lebih memilih TMR untuk menambah wawasan tentang jenis-jenis satwa kepada anak. Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden TMR adalah lulus SD sebanyak 4% dari total responden, lulus SMP sebanyak 29% dari total responden, lulus SMA sebanyak 35% dari total responden, Akademi/Diploma sebanyak 3% dari total responden, S1 sebanyak 28% dari total responden, dan S2 hanya 1% dari total responden. Sebagian besar tingkat pendidikannya adalah lulusan SMA yaitu sebesar 35% dari total responden. Hal ini mengindikasikan bahwa TMR lebih diminati oleh wisatawan dengan daya intelektual yang sedang. Spesifikasi pekerjaan yang dibuat adalah pelajar, mahasiswa, ABRI, pensiunan, pegawai swasta, wiraswasta, ibu rumah tangga, pengangguran, PNS,
67
buruh pabrik, dan lainnya. Hasil survey kepada seratus responden TMR menyatakan bahwa yang memiliki kegiatan sebagai pelajar berjumlah 13 orang, mahasiswa berjumlah 13 orang, ABRI berjumlah 2 orang, pensiunan berjumlah 2 orang, pegawai swasta berjumlah 23 orang, wiraswasta berjumlah 13 orang, ibu rumah tangga berjumlah 15 orang, pengangguran 1 orang, PNS berjumlah 10 orang, buruh pabrik berjumlah 7 orang, dan lainnya hanya 1 orang atau hanya 1% dari total responden. Berdasarkan hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa 23% dari total responden adalah pegawai swasta yang merupakan persentase terbesar. Sebesar 99% dari total responden sudah memiliki pekerjaan sehingga mereka akan lebih memilih untuk melakukan rekreasi saat hari libur (Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional) sebagai hari yang sesuai untuk berkunjung ke TMR. Namun, bila dilihat dari peresentase yang cukup merata, dapat dikatakan bahwa TMR diminati oleh wisatawan dari berbagai latar belakang pekerjaan. Penghasilan adalah pendapatan utama yang diterima responden dalam satu tahun terakhir ditambah dengan pendapatan sampingan bila mereka memiliki pekerjaan sampingan, serta tunjangan hari raya dan bonus jika ada. Untuk pelajar dan mahasiswa, penghasilan yang dimaksud adalah jumlah uang (dalam bentuk uang saku, pemberian, beasiswa, dan hadiah) per bulan yang mereka peroleh yang dihitung dalam tahun. Penghasilan per tahun responden wisatawan TMR dapat dikelompokkan menjadi Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00 sebanyak 60 orang (60% dari total responden), Rp 24.000.000,01-Rp 39.000.000,00 sebanyak 21 orang (21% dari total responden), Rp 39.000.000,01-Rp 54.000.000,00 sebanyak 13 orang (13%
68
dari total responden), dan Rp 54.000.000,01-Rp 69.000.000,00 hanya 6 orang (6% dari total responden). Sebagian besar responden memiliki penghasilan Rp 750.000,00-Rp 2.000.000,00 per bulan atau Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00 pertahun. Hal ini dikarenakan Upah Minimum Regional (UMR) di DKI Jakarta adalah Rp 1.200.000,00 per bulan. Rata-rata pendapatan responden dari total 100 responden adalah Rp 25.338.000,00 pertahun sehingga dapat dikategorikan menengah kebawah. Sebanyak 48 orang (48% dari total responden) responden menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sebesar 52 orang (52% dari total responden) memiliki tanggungan keluarga, yaitu terdiri dari 20 orang yang memiliki tanggungan 1-2 orang, 29 orang yang memiliki tanggungan 3-4 orang, dan 3 orang yang memiliki tanggungan 5-6 orang. Hampir 50% dari total responden wisatawan TMR tidak memiliki tanggungan keluarga. Responden yang tidak memiliki tanggungan keluarga bukan berarti belum menikah tetapi biasanya memiliki tanggungjawab secara finansial kepada adik, kakak, atau saudara lainnya. Hasil survey menunjukkan terdapat 8 responden atau sekitar 15% dari jumlah responden yang belum menikah tetapi memiliki tanggungan keluarga. Sebanyak 3 responden yang telah menikah menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, yaitu sebesar 7% dari jumlah responden yang telah menikah. Taman Margasatwa Ragunan terletak di Jakarta Selatan. Hasil survey juga menunjukkan seluruh wisatawan berasal dari wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) dan paling banyak berasal dari Jakarta Selatan yaitu sebanyak 45 orang (45% dari total responden). Tidak ada responden
69
wisatawan yang berasal dari luar Jabodetabek saat survey dilakukan. Rata-rata jarak yang ditempuh responden menuju TMR adalah sekitar 10 km. 5.11.1 Waktu Luang Selain faktor biaya, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap kunjungan rekreasi adalah waktu luang yang tersedia bagi responden. Waktu luang dihitung berdasarkan jumlah hari libur yang diperoleh, yang terdiri dari hari Minggu dan Sabtu (untuk karyawan dengan lima hari kerja), tanggal merah, libur semester (untuk mahasiswa dan pelajar/remaja), libur cuti (untuk karyawan), dan lainnya. Umumnya para pegawai swasta memiliki jatah libur resmi selama 12-14 hari kerja pertahun. Jika tidak rekreasi ke TMR, biasanya responden menggunakan waktu luang mereka untuk menonton TV/bioskop, jalan-jalan ke mall atau tempat rekreasi lainnya, membaca, istirahat, maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Waktu luang yang kurang dari 60 hari dalam satu tahun dimiliki oleh karyawan kontrak, pegawai toko, dan wiraswasta. Pegawai swasta, baik dengan jumlah hari kerja enam hari per minggu maupun pegawai swasta dengan jumlah hari kerja lima hari per minggu serta buruh pabrik, memiliki waktu luang sebanyak 60-120 hari pertahun. Untuk pelajar/mahasiswa dan PNS, jumlah waktu luang yang dimiliki kelompok ini adalah lebih dari 120 hari pertahun, begitu juga dengan ibu rumah tangga, pengangguran, dan pensiunan termasuk ke dalam kelompok yang memiliki jumlah waktu luang lebih dari 120 hari per tahun. Sebaran responden wisatawan TMR berdasarkan waktu luang dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
70
Tabel 9. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Luang Waktu Luang Setahun (hari) Jumlah (orang) Persentase (%) <60 23 60-120 33 >120 44 Jumlah 100
23 33 44 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.2 Motivasi Kunjungan Motivasi kunjungan ke kawasan TMR dapat diketahui dari tujuan berkunjung. Sebagian besar responden, yaitu 88 orang (88% dari total responden) datang ke TMR untuk rekreasi, menghilangkan kejenuhan, ataupun berkumpul dengan keluarga. Namun, terdapat 12% dari total responden yang datang ke TMR yang bertujuan mengantar tamu/kerabat (4 orang), kebetulan lewat (4 orang), ataupun untuk hal lainnya (4 orang) seperti melakukan penelitian, survey, atau mengantar surat magang. Sebaran responden menurut tujuan kedatangannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 10. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Tujuan Kunjungan Tujuan Berkunjung Jumlah (orang) Persentase (%) Rekreasi/piknik 88 88 Mengantar tamu/kerabat 4 4 Kebetulan lewat 4 4 Lainnya 4 4 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.3 Cara Kedatangan Responden wisatawan TMR sebagian besar datang bersama teman, yaitu sebanyak 36 orang, dan bersama keluarga yaitu sebanyak 32 orang. Sisanya datang sendiri (7 orang), rombongan wisata teman (6 orang), rombongan wisata keluarga (11 orang), rombongan wisata pekerjaan (3 orang), rombongan wisata sekolah (5 orang). Tabel 11 menyatakan bahwa sangat jarang responden
71
wisatawan TMR datang untuk berekreasi seorang diri, kecuali memang bermaksud menyendiri ataupun mencari inspirasi dalam bekerja. Tabel 11. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Cara Kedatangan Cara Kedatangan Jumlah (orang) Persentase Sendiri 7 7 Keluarga 32 32 Rombongan wisata teman 6 6 Bersama teman 36 36 Rombongan wisata keluarga 11 11 Rombongan wisata pekerjaan 3 3 Rombongan wisata sekolah 5 5 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.4 Jumlah Orang dalam Rombongan Responden yang datang bersama teman berkisar antara 1-5 orang, namun yang lebih sering adalah hanya berdua. Untuk jumlah orang dalam rombongan keseluruhan bervariasi mulai kurang dari atau sama dengan 10 orang sampai lebih dari 100 orang, terutama untuk rombongan pekerjaan ataupun rombongan sekolah. Lebih dari setengah total responden, yaitu sebanyak 81% dari total responden datang ke TMR dengan jumlah orang dalam rombongan kurang dari 10 orang. Jumlah orang dalam rombongan 11-20 orang sebanyak 9% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan 21-30 orang sebanyak 2% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan 31-40 orang hanya 1% dari total responden, jumlah orang dalam rombongan 41-50 orang sebanyak 2% dari total responden, dan jumlah orang dalam rombongan lebih dari 50 orang sebanyak 5% dari total responden. Sebaran jumlah orang dalam rombongan dapat diketahui dari Tabel 12 berikut.
72
Tabel 12. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jumlah Orang dalam Rombongan Jumlah Orang dalam Rombongan (orang) 10 11-20 21-30 31-40 41-50 >50 Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
81 9 2 1 2 5 100
81 9 2 1 2 5 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.5 Biaya Perjalanan Faktor utama dari kegiatan wisata sehingga dapat terealisasi adalah adanya biaya perjalanan. Komponen yang digunakan dalam perhitungan biaya perjalanan dalam penelitian ini disamakan dengan komponen yang digunakan pada studi lain, dengan asumsi komponen-komponen tersebut dapat mewakili besarnya biaya yang dikeluarkan oleh seorang wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata untuk satu kali kunjungan. Komponen tersebut adalah biaya transportasi, biaya dokumentasi, biaya konsumsi baik di lokasi maupun di perjalanan, biaya pembelian souvenir, dan biaya lainnya yang termasuk dalam kegiatan wisata. Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan wisatawan di luar biaya masuk (tiket) kawasan TMR. Tabel 13 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh responden wisatawan dalam melakukan satu kali kunjungan. Biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh wisatawan berkisar antara Rp 5.000,00-Rp400.000,00.
Sebagian
besar
wisatawan
mengeluarkan
biaya
perjalanan sebesar kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00, yaitu sebesar 44% dari total responden. Biaya perjalanan tersebut relatif murah karena tempat tinggal wisatawan yang tidak terlalu jauh dari TMR serta tersedia bus Transjakarta yang memudahkan akses ke TMR. Sebanyak 27 orang mengeluarkan biaya perjalanan
73
sebesar Rp 20.000,01-Rp 50.000,00, sebanyak 14 orang mengeluarkan biaya perjalanan sebesar Rp 50.000,01-Rp100.000,00, sebanyak 10 orang mengeluarkan biaya perjalanan sebesar Rp 100.000,01-Rp 200.000,00, dan hanya 5 orang yang mengeluarkan biaya perjalanan lebih dari Rp 200.000,00. Sebaran responden wisatawan TMR menurut biaya perjalanan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 13. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Biaya Perjalanan Biaya Perjalanan (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) 20000,00 44 44 20000,01-50000,00 27 27 50000,01-100000,00 14 14 100000,01-200000,00 10 10 >200000,01 5 5 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Total biaya perjalanan rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 54.005,00 per orang dalam satu kali kunjungan (Tabel 14). persentase pengeluaran biaya perjalanan terbanyak yaitu kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00 berada di bawah biaya perjalanan rata-rata per orang. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang sangat mahal, salah satunya sebesar Rp 400.000,00. Selain itu juga terdapat beberapa responden yang mengeluarkan biaya perjalanan yang sangat murah, misalnya hanya Rp 5.000,00. Biaya perjalanan rata-rata per orang dalam satu kali kunjungan paling banyak berasal dari pengeluaran responden untuk biaya transportasi yaitu sebesar 42,47% dari total biaya perjalanan. Pengeluaran terbesar kedua berasal dari biaya souvenir, yaitu sebesar 30,81% dari total biaya perjalanan. Pengeluaran selanjutnya berasal dari biaya konsumsi di TMR, yaitu sebesar 20,22% dari total biaya perjalanan, biaya dokumentasi sebesar 3,88% dari total biaya perjalanan, dan biaya lain-lain hanya sebesar 2,59% dari total biaya perjalanan. Menurut
74
beberapa responden, mereka lebih memilih untuk membawa bekal makanan dari rumah daripada membeli di TMR karena harga jualnya yang relatif lebih mahal dari harga makanan atau minuman yang biasa di jual di luar TMR. Tabel 14 menunjukkan rincian biaya perjalanan yang dikeluarkan oleh seratus responden wisatawan yang menjadi sample penelitian. Tabel 14. Rincian Biaya Perjalanan per Responden Wisatawan TMR Persentase dari Rincian Biaya Jumlah Rata-rata per Total Biaya Perjalanan (Rp) Responden (Rp) Perjalanan (%) Biaya Konsumsi di TMR 1.092.500 10.925 20,22 Biaya Transportasi 2.294.000 22.940 42,47 Biaya Dokumentasi 210.000 2.100 3,88 Biaya Souvenir 1.664.000 16.640 30,81 Biaya Lain-lain 140.000 1.400 2,59 Total 5.400.500 54.005 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.6 Frekuensi Kunjungan Frekuensi kunjungan yang dimaksud disini adalah berapa banyak responden berkunjung ke TMR selama lima tahun terakhir (Tabel 15). Sebagian besar responden sebanyak 59 orang atau 59% dari total responden menyatakan dalam lima tahun terakhir (termasuk waktu penelitian), mereka berkunjung ke kawasan ini kurang dari atau sama dengan 5 kali dan 12 orang diantaranya baru berkunjung satu kali. Bagi responden yang berkunjung lebih dari lima kali umumnya adalah responden yang tempat tinggalnya dekat dengan TMR, bahkan 7 orang diantara mereka menyatakan sebulan sekali pasti melakukan rekreasi ke TMR. Sebanyak 14 orang atau 14% dari total responden menyatakan dalam lima tahun terakhir 6-10 kali melakukan kunjungan ke TMR, sebanyak 8 orang (8% dari total responden) berkunjung 11-20 kali, sebanyak 11 orang (11% dari total
75
responden) berkunjung 21-40 kali, dan 8 orang (8% dari total responden) berkunjung ke TMR lebih dari 40 kali dalam lima tahun terakhir. Sebaran responden menurut frekuensi kunjungan lima tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 15. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan (5 tahun) 5 kali 6-10 kali 11-20 kali 21-40 kali > 40 kali Jumlah
Jumlah (orang) 59 14 8 11 8 100
Persentase (%) 59 14 8 11 8 100
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.7 Lama Kunjungan Umumnya responden wisatawan TMR menghabiskan waktu selama 2,6-4 jam di lokasi (52% dari total responden), 33 orang diantaranya menghabiskan tiga jam di lokasi. Mereka menyatakan sudah puas walaupun hanya menghabiskan kurang dari atau sama dengan 4 jam di lokasi, jika terlalu lama mereka akan merasa bosan. Jarak rumah mereka pun tidak terlalu jauh dengan TMR sehingga tidak terlalu sulit bila ingin melakukan rekreasi ke TMR kembali, dan biasanya mereka datang bersama teman. Hal inilah yang menyebabkan mereka tidak terlalu lama di lokasi. Sebanyak 18 orang (18% dari total responden) menghabiskan waktu kurang dari atau sama dengan 2,5 jam di TMR. Sebanyak 17 orang (17% dari total responden) menghabiskan 4,1-5,5 jam di lokasi. Sebanyak 13% dari total responden menghabiskan waktu lebih dari 5,5 jam di lokasi, umumnya mereka datang bersama keluarga dan jarak rumah mereka juga cukup jauh dari TMR.
76
Oleh karena itu mereka menghabiskan waktu yang cukup lama di lokasi. Sebaran responden menurut lamanya berada di lokasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Lama Kunjungan Waktu Berada di Lokasi (jam) Jumlah (orang) Persentase (%) 2,5 18 18 2,6-4 52 52 4,1-5,5 17 17 > 5,5 13 13 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.11.8 Jarak Tempuh dan Waktu Tempuh Berdasarkan Tabel 8 yang telah dijelaskan sebelumnya diketahui bahwa responden yang datang hampir setengahnya berasal dari Jakarta Selatan, sehingga rata-rata hanya berjarak 10 km dari TMR. Berdasarkan hasil wawancara dengan bantuan kuisioner diperoleh bahwa responden yang berasal dari daerah yang sama, yang diasumsikan menempuh jarak yang sama, namun menghabiskan waktu tempuh yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan rute jalan yang berbedabeda, jenis kendaraan yang berbeda, dan ada kemungkinan dikarenakan kecepatan yang digunakan oleh responden berbeda-beda. Sebaran responden menurut jarak tempuh dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 17. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Jarak Tempuh Jarak Tempuh (km) Jumlah (orang) Persentase (%) 9,1 63 63 9,11-18,1 26 26 18,11-27,1 7 7 > 27,1 4 4 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa 63 orang (63% dari total responden) memiliki jarak tempat tinggal kurang dari atau sama dengan 9,1 km dari TMR, sebanyak 26 orang (26% dari total responden) berjarak 9,11-18,1 km dari TMR,
77
sebanyak 7 orang (7% dari total responden) berjarak 18,11-27,1 km, dan sebanyak 4 orang (4% dari total responden) berjarak lebih dari 27,1 km dari TMR. Sebaran waktu tempuh responden ke TMR dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Waktu Tempuh Waktu Tempuh (jam) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 53 53 1,01-2 27 27 2,01-3 15 15 >3 5 5 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa waktu yang ditempuh responden untuk sampai di TMR sebagian besar kurang dari atau sama dengan 1 jam, yaitu sebanyak 53 orang. Tidak sedikit responden yang menginformasikan bahwa keberadaan bus Transjakarta sangat membantu mereka untuk sampai dengan cepat ke TMR. Hal ini dikarenakan bus trans Jakarta memiliki jalur khusus sehingga tidak terkena macet. Sebanyak 27 orang memerlukan 1,01-2 jam untuk sampai di TMR, sebanyak 15 orang memerlukan 2,01-3 jam untuk sampai di TMR, dan 5 orang memerlukan lebih dari 3 jam untuk sampai di TMR. 5.11.9 Tempat Alternatif Berdasarkan wawancara dengan responden, diketahui bahwa rekreasi yang biasa mereka kunjungi tidak jauh dari yang memiliki suasana asri, nyaman, dan tenang ditengah padatnya Kota Jakarta, yaitu rekreasi ke pantai (35% dari total responden). Namun, mall menjadi tempat rekreasi yang juga sering dikunjungi oleh masayarakat Jabodetabek. Hal ini dikarenakan banyaknya mall yang berada di ibukota dan sekitarnya. Sebagian besar (87% dari total responden) menyatakan bahwa mereka memiliki tempat alternatif untuk berekreasi selain ke TMR. Sebanyak 29 orang
78
(29% dari total responden) menjadikan Ancol/Dufan sebagai tempat alternatif rekreasinya, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 19. Daya tarik Ancol yang mereka sukai terutama adalah pantai Ancol dan wahana Dunia Fantasi. Sebanyak 42 orang (42% dari total responden) mengatakan tidak memilih Ancol/Dufan sebagai tempat rekreasi saat dilakukan survei penelitian adalah karena jaraknya yang jauh dengan tempat tinggal, 22 orang beralasan karena biaya yang lebih mahal, 9 orang beralasan karena waktu tempuh yang lama, dan sisanya karena hal lain ataupun karena tidak memiliki alternatif tempat rekreasi lain selain TMR. Tabel 19. Sebaran Responden Wisatawan TMR Menurut Alternatif Rekreasi Lokasi Alternatif Jumlah (orang) Persentase (%) Ancol/Dufan 29 29 Pantai 14 14 Kota tua 15 15 Pulau Seribu 2 2 Museum 1 1 TMII 19 19 Lainnya 7 7 Tidak Ada 13 13 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
5.12
Persepsi Responden Wisatawan tentang Lokasi TMR Taman Margasatwa Ragunan merupakan tempat wisata bernuansa alam
yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain udara yang masih bersih dengan rimbunnya pepohonan yang ada, wisatawan juga dapat menikmati keelokan satwa yang sangat eksotis. TMR termasuk ke dalam hutan kota dalam tata wilayah DKI Jakarta. Hasil penilaian persentase dari total seratus responden terhadap kondisi internal TMR dapat dilihat pada Tabel 20. Penilaian responden meliputi penilaian terhadap keamanan, fasilitas, petugas, informasi, akses, kebersihan, dan kondisi satwa.
79
Tabel 20. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Pelayanan Taman Margasatwa Ragunan Penilaian Responden (%) Objek Mayoritas Persepsi Penilaian Tidak Kurang Sangat Baik Baik Baik Baik Keamanan 0 4 95 1 Baik Fasilitas 0 28 71 1 Baik Petugas 3 7 89 1 Baik Informasi 0 30 68 2 Baik Akses 1 3 83 13 Baik Kebersihan 24 29 22 25 Kurang Baik Kondisi Satwa 6 23 39 32 Baik Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa penilaian responden atas keamanan di TMR termasuk kedalam kategori baik. Kondisi ini harus dipertahankan dan lebih baik lagi jika ditingkatkan seperti menambah pos satpam di beberapa titik tertentu, menambah armada patroli, dan dengan pemeriksaan wisatawan di pintu masuk dari barang-barang yang membahayakan baik bagi wisatawan lain maupun bagi satwa-satwa yang ada di TMR. Keamanan TMR harus lebih diperketat terutama saat libur lebaran atau hari besar lainnya dimana jumlah wisatawan melonjak. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 40% dari total responden datang ke TMR menggunakan kendaraan umum sehingga resiko kehilangan kendaraan tidak terlalu besar. Selain itu, menurut beberapa responden, keberadaan pengamen cilik harus ditertibkan karena mengganggu rekreasi mereka. Keberadaan muda mudi yang duduk berduaan juga harus lebih diperhatikan jangan sampai melanggar norma kesopanan. Penilaian responden terhadap fasilitas TMR termasuk kedalam kategori baik. Kekuatan ini harus dipertahankan dan perlu ditingkatkan untuk menambah citra positif bagi TMR. Beberapa fasilitas yang sudah ada diantaranya locket tiket, tempat sampah, kamar kecil, rumah sakit hewan, musholla, telepon umum, rumah
80
makan, area memancing, piknik area, area bermain, kantor TMR, Pusat Informasi, dan souvenir shop. Atraksi wisata yang dapat dinikmati antara lain seperti feeding time, parade satwa (tentatif), taman satwa anak, kuda tunggang, onta tunggang, gajah tunggang, kereta keliling, pentas satwa, taman perahu angsa, Pusat Primata Schmutzer, rakit wisata, foto bersama satwa jinak seperti ular dan anak harimau sumatera serta kuda bendi (delman). Menurut beberapa responden, keberadaan musholla harus ditambah karena hanya ada 2 di dalam lokasi. Keberadaan tempat sampah dan tempah berteduh juga masih belum memadai jumlahnya. Hasil penilaian responden terhadap pelayanan petugas dan informasi termasuk kedalam kategori baik. Menurut beberapa responden, petugas TMR termasuk ramah, hanya saja kurang terlihat tersebar di lokasi. Bagian informasi tersedia bagi semua wisatawan yang membutuhkan informasi mengenai TMR secara rinci, berita panggilan, berita kehilangan, atau informasi mengenai program/kegiatan yang ada di TMR. Papan informasi mengenai taksonomi dan pengetahuan mengenai satwa yang bersangkutan juga merupakan bentuk pelayanan dari tim pengelola TMR. Berdasarkan hasil wawancara dengan wisatawan, papan penunjuk lokasi kurang jelas dan harus diperbaharui agar meminimalisasi wisatawan tersasar. Selain itu, diharapkan juga terdapat peta wisata/denah objek wisata di TMR yang diberikan kepada wisatawan. Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa penilaian responden wisatawan terhadap akses menuju TMR masuk kedalam kategori baik atau mudah. Hal ini dikarenakan sudah terdapat bus Transjakarta yang sangat membantu wisatawan yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Selain itu, angkutan umum lainnya seperti angkot atau kopaja juga banyak tersedia. Jalan menuju
81
TMR juga sudah berupa aspal. Menurut beberapa responden, kemacetan Kota Jakarta tidak terlalu mempengaruhi kedatangan mereka ke TMR, karena lokasinya yang jauh dari pusat kota. Namun, pengelola harus sigap dalam mengantisipasi kemacetan karena lonjakan wisatawan saat hari libur lebaran/hari besar lainnya. Kebersihan TMR menurut penilaian responden wisatawan dikategorikan kurang baik/kurang bersih. Ketersediaan tempat sampah terbilang masih kurang sehingga wisatawan banyak membuang sampah sisa makanannya begitu saja di taman. Bagian kebersihan TMR membersihkan lingkungan TMR setiap pagi dan sore hari sehingga suasana yang kurang bersih ini biasanya timbul pada siang sampai sore hari setelah sebagian besar wisatawan menghabiskan waktunya di TMR dengan meninggalkan sampah-sampah sisa makanan mereka. Sebagian besar responden yang menyatakan bahwa kebersihan TMR kurang baik adalah mereka yang melakukan rekreasi di hari Sabtu/Minggu saat wisatawan yang datang banyak, sedangakan bagi mereka yang datang pada hari kerja sebagian besar tidak mengalami keluhan atas kebersihan TMR. Kondisi satwa TMR menurut wisatawan dinilai baik. Hanya saja masalah kebersihan kandang perlu lebih diperhatikan, misalnya saja penampilan kandang yang kurang tertata dan terurus. Selain itu, kotoran satwa juga harus lebih diperhatikan oleh pengelola agar tidak mengganggu udara segar TMR dan kondisi kesehatan satwa itu sendiri. Beberapa responden juga menyarankan agar satwa ditambah lagi terutama pada kandang yang cukup luas namun hanya terdapat satu atau beberapa satwa saja di dalamnya. Kualitas lingkungan TMR juga dapat dilihat dari penilaian responden wisatawan atas tingkat pencemaran udara dan kebisingan yang terjadi. Penilaian
82
responden atas kualitas lingkungan tersebut dapat diketahui dari tabel di bawah ini. Tabel 21. Deskripsi Penilaian Responden terhadap Kualitas Lingkungan Taman Margasatwa Ragunan Penilaian Responden (%) Objek Penilaian
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedikit Masalah
Tidak Ada Masalah
Pencemaran Udara
0
3
4
5
88
Kebisingan
0
1
14
10
75
Mayoritas Persepsi Tidak Ada Masalah Tidak Ada Masalah
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Tabel 21 di atas menyatakan bahwa penilaian responden wisatawan TMR akan kualitas lingkungan internal TMR dari sisi pencemaran udara dan kebisingan termasuk kedalam kategori tidak ada masalah. Hal ini harus dipertahankan karena merupakan nilai tambah tersendiri bagi TMR sebagai tempat rekreasi yang nyaman di tengah kota. Menurut beberapa responden, pencemaran udara terjadi di beberapa spot satwa, seperti di area sekitar kandang gajah karena kotorannya, sedangkan kebisingan terjadi karena banyaknya wisatawan yang datang di hari Sabtu/Minggu. Namun, hal tersebut tidak terlalu mengganggu rekreasi wisatawan dan dapat diabaikan.
83
VI. FUNGSI PERMINTAAN REKREASI
DAN OPTIMASI HARGA TIKET
6.1
Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan Frekuensi kunjungan dalam lima tahun terakhir merupakan dependent
variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 variabel yang diduga mempengaruhi permintaan rekreasi ke TMR. Variabel bebas tersebut adalah biaya perjalanan (TC), penghasilan (I), jumlah tanggungan (F), pendidikan (E), waktu luang (FT), jarak (D), waktu yang dihabiskan di lokasi (B), lama mengetahui TMR (L), umur (A), pekerjaan (J), dan status pernikahan (N). Untuk mengetahui berapa besarnya nilai rata-rata setiap dependent variable (variabel respon/tak bebas) dan independent variable (variabel prediktor/bebas) dalam model, dapat dilihat pada Lampiran 1. Model regresi yang diperoleh dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diharapkan menjadi model regresi yang menghasilkan pendugaan linear yang tidak bias yang terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE). Suatu model dikatakan BLUE apabila memenuhi persyaratan normalitas, non multikoleniaritas, homoskedastisitas, dan non autokorelasi (Juanda, 2009). Hasil analisis model menunjukkan bahwa tidak adanya multikoleniaritas karena nilai Variance Inflation Factors (VIF) kurang dari 10 untuk semua independent variable yang diujikan (Tabel 22), sehingga variabel bebasnya tidak saling berkorelasi satu dengan yang lainnya. Uji homoskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan uji Park Gleyser yaitu dengan melakukan regresi
84
linier nilai absolut residual dengan variabel prediktor (Iriawan dan Astuti, 2006). Dengan kriteria pengujian nilai peluang P yang lebih besar dari nilai taraf signifikansi sebesar 0,20. Penjelasan tersebut dapat dilihat pada lampiran 3. Uji normalitas juga dilakukan pada model tersebut yaitu dengan membuat grafik probability plot dari residual pada normality test. Selanjutnya dari uji normalitas tersebut diperoleh hasil nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) sebesar 0,064. Nilai tersebut lebih kecil dari P-Value, dimana P-Value>0,150, hal ini menunjukkan bahwa asumsi kenormalan dapat terpenuhi (lampiran 4). Untuk uji yang terakhir adalah uji autokorelasi, pengujian ini dapat dilakukan melalui uji DW (Durbin Watson). Pengujian ini menghasilkan nilai Durbin Watson sebesar 1,71363 (1,65
85
tidak dapat dilepaskan dari berbagai preferensi wisatawan. Hasil Regresi fungsi permintaan rekreasi Taman Margasatwa Ragunan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 22. Hasi Regresi Fungsi Permintaan Rekreasi Taman Margasatwa Ragunan Variabel Koefisien P VIF Konstanta 6,663 0,001 TC -0,00000093 0,724 2,6 I 0,00000001 0,405 3,2 F -0,2735 0,083*** 2,7 E 0,08846 0,288 2,9 FT -0,003621 0,637 3,6 D -0,04159 0,020** 1,4 B -0,2521 0,020** 1,2 L -0,6323 0,238 2,1 A 0,03583 0,117**** 2,6 J -2,1632 0,003* 4,6 N 0,5056 0,177***** 1,8 R2 55,6% R2 (adj) 44,3% Keterangan : Tanda *, **, ***,****,***** menunjukkan taraf nyata koefisien regresi masingmasing variabel berturut-turut pada α = 1%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
Sebelas variabel bebas yang digunakan tersebut adalah biaya perjalanan (TC), penghasilan (I), jumlah tanggungan (F), pendidikan (E), waktu luang (FT), jarak (D), waktu yang dihabiskan di lokasi (B), lama mengetahui TMR (L), umur (A), pekerjaan (J), dan status pernikahan (N). Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diperoeh nilai R2 sebesar 55,6 %, dan sisanya sebesar 44,4 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Model persamaan fungsi permintaan rekreasi ke TMR dapat ditulis sebagai berikut :
Y = 6,663 – 0,2735F – 0,04159D – 0,2521B + 0,03583A – 2,1632J + 0,5056N
86
6.2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Rekreasi ke Taman Margasatwa Ragunan Koefisien regresi yang bernilai positif atau negatif serta nilai P hitung
setiap variabel bebas menginterpretasikan permintaan wisata ke Taman Margasatwa Ragunan yang digambarkan melalui jumlah kunjungan per individu per lima tahun. Jika tanda koefisien negatif maka peningkatan nilai variabel bebas akan menurunkan permintaan wisata ke TMR, sedangkan koefisien positif berarti peningkatan setiap variabel bebas akan meningkatkan permintaan wisata ke TMR. 6.2.1
Jumlah Tanggungan Keluarga (F) Jumlah tanggungan keluarga (F) berpengaruh dalam taraf nyata 10% dan
memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,2735. Artinya setiap peningkatan satu orang tanggungan keluarga yang dimiliki oleh responden akan menurunkan jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan sebesar 0,2735 kali per lima tahun. Apabila wisatawan memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak, maka wisatawan tersebut akan cenderung menurunkan frekuensi kunjungannya mengingat biaya yang harus disisihkannya untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka sehari – hari cukup tinggi. Hal ini dikarenakan mayoritas responden (73% dari total responden) bertempat tinggal di DKI Jakarta dengan biaya hidup yang relatif mahal. Selain itu juga terkait dengan karakteristik responden wisatawan TMR yang dikategorikan menengah kebawah dengan penghasilan Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00 per tahun atau sama dengan Rp 750.000,00-Rp 2.000.000,00 per bulan. Oleh sebab itu, penambahan jumlah tanggungan keluarga akan menurunkan permintaan rekreasi wisatawan ke TMR.
87
6.2.2
Jarak (D) Jarak tempat tinggal dengan TMR (D) berpengaruh dalam taraf nyata 5%
dan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,04159. Artinya setiap peningkatan jarak tempuh satu km maka akan menurunkan jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan sebesar 0,04159 kali per lima tahun. Apabila jarak bertambah, maka biaya transportasi juga semakin besar yang menyebabkan biaya perjalanan juga akan bertambah, sehingga jarak yang jauh juga memungkinkan dapat mengurangi frekuensi kunjungan ke TMR. Hal tersebut dapat dilihat saat penelitian berlangsung, keseluruhan daerah asal wisatawan berasal dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) yang merupakan daerah-daerah paling dekat dengan lokasi. Masyarakat sekitar akan memanfaatkan jarak yang dekat ini dengan mengunjungi TMR sebagai tempat rekreasi. 6.2.3
Waktu di Lokasi (B) Waktu atau lamanya individu berada di lokasi (B) berpengaruh nyata pada
taraf 5% dan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,2521. Artinya setiap peningkatan satu jam lamanya berada di lokasi untuk satu kali kunjungan yang dilakukan oleh responden akan menurunkan jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan sebesar -0,2521 kali per lima tahun. Hasil analisis tersebut bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin lama responden berada di lokasi, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan. Namun, sesuai keadaan di lapangan ternyata sebagian besar responden
88
yang datang adalah mereka yang jaraknya dekat dengan TMR sehingga mudah bagi mereka untuk berkunjung lagi ke lokasi. Implikasinya, mereka hanya sebentar berada di TMR. Sebaliknya, mereka yang tempat tinggalnya jauh dengan TMR akan jarang berkunjung ke TMR dan akan lebih lama berada di TMR. Wisatawan yang menghabiskan waktu lebih lama di TMR akan semakin mengenal bagaimana kondisi di lokasi tersebut terkait dengan pemanfaatan seluruh fasilitas yang ada. Beberapa fasilitas yang disediakan di TMR hanya dapat dinikmati pada hari libur saja, seperti satwa tunggang, kereta keliling, foto dengan satwa jinak, arena bermain anak, dan pertunjukan satwa. Hal ini menyebabkan keinginan wisatawan untuk berkunjung kembali ke TMR cenderung akan berkurang karena sudah merasa puas menikmati fasilitas yang ada, sehingga permintaan rekreasi pengunjung terhadap manfaat rekreasi TMR akan semakin menurun. 6.2.4
Umur (A) Umur individu (A) berpengaruh dalam taraf nyata 15% dan memiliki
pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,03583. Artinya setiap penambahan umur satu tahun untuk satu kali kunjungan yang dilakukan oleh responden akan meningkatkan jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan sebesar 0,03583 kali per 5 tahun. Hasil analisis tersebut bertentangan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin berkurang umur responen, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan. Sesuai keadaan di lapangan, wisatawan yang datang ke TMR sebanyak 55% berumur antara 17-27 tahun dengan pembagian umur 17-22 tahun
89
(32% dari total responden) yang sebagian besar adalah muda mudi yang belum menikah, dan umur 23-27 tahun (23% dari total responden) adalah mereka yang baru menikah dan memiliki anak yang masih balita. Usia 23-27 tahun tersebut dan umur 28-37 tahun (25% dari total responden) merupakan umur produktif individu karena berada pada kondisi berpenghasilan yang relatif sedang meningkat dan aktivitas pekerjaan yang semakin padat. Penjelasan tersebut menginformasikan bahwa 48% dari total responden, yaitu hampir setengah dari total responden, berada pada usia 23-37 tahun. Kondisi tersebut merupakan faktor yang dapat mendorong mereka memenuhi kebutuhan tambahan lain, salah satunya dengan melakukan kegiatan rekreasi bersama teman atau keluarga ke suatu lokasi wisata yang bertujuan untuk memperoleh hiburan dari tekanan rutinitas yang mereka jalani sehari-hari. Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa umur yang lebih tinggi cenderung akan meningkatkan permintaan rekreasi pengunjung ke TMR. 6.2.5
Pekerjaan (J) Pekerjaan individu (J) berpengaruh nyata pada taraf 1% dan memiliki
pengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar -2,1632. Artinya jika responden tersebut sudah memiliki pekerjaan, maka frekuensi kunjungannya akan menurun sebesar 2,1632 kali per lima tahun. Hasil analisis tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa jika responden sudah bekerja, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan. Namun, sesuai fakta di lapangan terkait dengan kemacetan Kota Jakarta yang membuat responden malas keluar rumah meskipun pada hari libur. Seseorang
90
yang sudah bekerja pasti akan mengalami kejenuhan atas pekerjaannya sehingga lebih terdorong untuk mengisi waktu luangnya dengan istirahat di rumah dibandingkan harus berekreasi. Mereka juga sulit merencanakan dan menetapkan waktu terlebih dahulu untuk melakukan perjalanan wisatanya. Nilai koefisien variabel J yang sangat besar yaitu 2,1632 menunjukkan bahwa jika responden tersebut sudah memiliki pekerjaan, maka akan sangat menurunkan frekuensi kunjungan ke TMR yaitu sebanyak dua kali lipat. Hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa variabel ini merupakan variabel yang paling berpengaruh. Hal ini dapat diketahui bahwa beberapa responden usia 17-22 tahun yang merupakan usia sekolah dan kuliah cukup banyak mengunjungi TMR, yaitu sebesar 32% dari total responden. Mereka berada pada usia pendidikan yang belum memiliki pekerjaan dan masih mengandalkan pemberian orangtua. Perbedaan antara tidak bekerja dan sudah bekerja dalam penelitian ini adalah berdasarkan mayoritas waktu yang digunakan, bukan berdasarkan besarnya penghasilan. Kategori yang termasuk tidak bekerja yaitu pelajar, mahasiswa, pensiunan, ibu rumah tangga, dan pengangguran, sedangkan yang termasuk kategori sudah memiliki pekerjaan yaitu ABRI, pegawai swasta, wiraswasta, PNS, buruh pabrik, dan lainnya (dalam penelitian ini adalah petani). persentase yang tidak bekerja adalah sebesar 44% dari total responden sehingga hampir setengah responden dapat dikategorikan tidak bekerja. Oleh sebab itu, waktu luang mereka yang dapat digunakan untuk rekreasi juga lebih banyak daripada yang sudah bekerja. Selain itu, variabel J tersebut berpengaruh dalam taraf nyata 1% mengindikasikan bahwa memiliki atau tidak memiliki pekerjaan merupakan faktor
91
penting yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan rekreasi dan mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan rekreasi ke TMR. 6.2.6
Status Pernikahan (N) Status pernikahan (N) berpengaruh nyata pada taraf 20% dan memiliki
pengaruh positif terhadap jumlah kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,5056. Artinya jika responden tersebut belum menikah, maka frekuensi kunjungan ke Taman Margasatwa Ragunan akan meningkat sebesar 0,5056 kali per lima tahun. Seseorang yang belum menikah dapat diasumsikan belum memiliki tanggungan sehingga keputusan untuk berekreasi tidak terlalu mempertimbangkan banyak hal. Selain itu, biasanya seseorang yang belum menikah memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk berekreasi, berpetualang, dan menemukan hal baru. Hal ini terkait dengan kondisi TMR sebagai kawasan wisata di luar ruangan (outdoor) bukan indoor, sehingga mengharuskan wisatawan memiliki stamina yang cukup untuk jalan kaki berkeliling di dalam kawasan TMR . Selain itu, menurut responden yang memiliki anak balita, untuk memperkenalkan jenis-jenis satwa pada anak dirasa cukup dengan hanya sekali selama masa sekolah mereka. Responden yang belum menikah juga mengaku lebih puas jika berkeliling TMR dengan berjalan kaki daripada harus menggunakan kereta keliling yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa status belum menikah akan menambah frekuensi kunjungan ke TMR. Status
pernikahan
hanya
berpengaruh
dalam
taraf
nyata
20%
mengindikasikan bahwa status pernikahan merupakan faktor yang relatif tidak terlalu penting bila dibandingkan faktor lainnya yang berpengaruh dalam
92
penelitian ini, sehingga variabel F tersebut masih mungkin dipisahkan dari kegiatan rekreasi atau relatif tidak terlalu mempengaruhi keputusan seseorang untuk melakukan rekreasi ke TMR. Hal ini dikarenakan 55% dari total responden wisatawan belum menikah dan 45% sudah menikah, artinya proporsi wisatawan yang belum menikah dan yang sudah menikah hampir sama. 6.3
Pola Keuangan Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 Menurut hasil wawancara dengan dokter hewan dan kurator internal TMR,
kondisi satwa TMR sangat terawat. Indikatornya adalah sering terjadi kelahiran dan jarang ada satwa yang sakit. Pola reproduksi sudah sesuai dan tidak bermasalah. Dari sisi pakan, satwa TMR diberikan pakan yang layak sesuai dengan kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan palatabilitasnya. Satwa sudah diberikan pakan, vitamin, dan obat-obatan yang cukup. Hal ini juga sesuai dengan penilaian responden wisatawan terhadap kondisi satwa Taman Margasatwa Ragunan yang dinilai baik. Sanitasi kandang satwa di TMR menurut dokter hewan dan kurator termasuk dalam kategori baik dan tidak mengganggu kondisi satwa. Namun, hal ini bertentangan degan penilaian beberapa responden wisatawan yang menyatakan bahwa kondisi kandang satwa kurang terawat kebersihan dan penataannya. Oleh sebab itu, harus ada peningkatan pelayanan untuk wisatawan TMR dari sisi kondisi fisik dan kebersihan fasilitas/sarana. Hal tersebut mengharuskan TMR untuk lebih baik dalam pengelolaan biaya operasionalnya. Taman Margasatwa Ragunan selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi dalam realisasi pengeluaran dan penerimaannya. Pada Tabel 23 dapat diketahui bahwa realisasi pengeluaran tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan
93
terendah pada tahun 2010. Realisasi pengeluaran sama dengan realisasi penerimaan sehingga TMR tidak pernah mengalami defisit, hanya saja penerimaannya selalu lebih kecil dari penerimaan yang dianggarkan. Tabel 23 menunjukkan anggaran, realisasi pengeluaran dan penerimaan, retribusi, subsidi, dan selisih realisasi dari anggaran TMR. Tabel 23. Anggaran, Realisasi Pengeluaran, Realisasi Penerimaan, Retribusi, Subsidi, dan Selisih Realisasi dari Anggaran Taman Margasatwa Ragunan Tahun 2006-2010 2006 59.049.341.803
2007 78.500.484.870
Tahun 2008 89.981.926.741
2009 67.752.786.332
2010 46.280.000.000
Rata-rata (Rp) 68.312.907.949
Realisasi Pengeluaran
51.519.489.876
73.277.930.484
72.588.725.643
53.662.183.449
36.906.472.206
57.590.960.332
Realisasi Penerimaan
51.519.489.876
73.277.930.484
72.588.725.643
53.662.183.449
36.906.472.206
57.590.960.332
Retribusi
13.454.428.001
19.082.237.367
19.780.735.600
21.346.648.300
22.387.887.050
19.210.387.264
Subsisdi
38.065.061.875
54.195.693.117
52.807.990.043
32.315.535.149
14.518.585.156
38.380.573.068
9.373.527.794
10.721.947.618
Uraian Anggaran
Selisih Realisasi 7.529.851.927 5.222.554.386 17.393.201.098 14.090.602.883 dari Anggaran Sumber : Laporan Keuangan Tahun 2006-2010 Taman Margsatawa Ragunan, 2011
Tabel di atas menginformasikan bahwa rata-rata realisasi pengeluaran TMR per tahun adalah sebesar Rp 57.590.960.332,00, sedangkan penerimaan dari retribusi pemakaian fasilitas/sarana dan tiket hanya sebesar Rp 19.210.387.264,00. Kondisi tersebut menyebabkan pemerintah harus mensubsidi sebesar Rp 38.380.573.068,00 per tahun kepada TMR untuk menutupi seluruh biaya operasionalnya. Selain itu, tabel tersebut juga menginformasikan bahwa realisasi penerimaan yang diperoleh TMR selalu berada dibawah anggaran yang seharusnya. Selisih realisasi penerimaan rata-rata dengan anggaran rata-rata adalah sebesar Rp 10.721.947.618,00 pertahunnya.
94
Sejak tahun 2010, status TMR berubah menjadi UPT BLUD (Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah), dimana status BLUD membolehkan TMR memiliki rekening sendiri sehingga birokrasi pengeluaran keuangan dapat lebih cepat. Selain itu, BLUD juga menuntut ke arah TMR yang mandiri sehingga nantinya dapat menutupi biaya operasionalnya sendiri. Salah satu alternatif solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menaikkan harga tiket masuk. Oleh sebab itu, subsidi dari APBD pemerintah dapat berkurang secara bertahap, meskipun pengurangannya tidak harus 100%. Penerimaan TMR berasal dari retribusi tiket, pemakaian fasilitas/sarana TMR, dan dari subsidi pemerintah, tidak ada penerimaan dari pihak ketiga. Retribusi fasilitas/sarana TMR yang dimaksud berasal dari uang parkir kendaraan, satwa tunggang, Taman Satwa Anak, Pusat Primata Schmutzer, sewa panggung, sound system, gedung, pedagang, penyediaan satwa jinak untuk berfoto, dan pembuatan film. Fasilitas/sarana TMR secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran 6. Pemerintah memberikan subsidi untuk TMR pertahunnya rata-rata sebesar 66,65% dari total realisasi pengeluaran rata-rata. Kenaikan harga tiket diharapkan mampu mengurangi beban subsidi tersebut. Tabel 24 berikut menunjukkan penerimaan TMR dari retribusi tiket masuk selama lima tahun terakhir.
95
Tabel 24. Penerimaan Rata-rata TMR dari Tiket Masuk Tahun 2006-2010 Tahun
Uraian
Rata-rata
2006
2007
2008
2009
2010
Dewasa
7.067.587.000
9.713.060.000
9.430.860.000
9.935.572.000
10.602.092.000
9.920.396.000
Anak
1.483.302.000
2.231.805.000
2.351.538.000
2.363.535.000
2.460.372.000
2.351.812.500
Rombongan Dewasa
77.993.250
235.713.000
233.214.000
246.288.000
93.615.000
202.207.500
Rombongan Anak
66.846.750
193.398.750
187.312.500
191.853.000
176.292.000
187.214.062,5
Total 8.695.729.000 12.373.976.750 12.202.924.500 12.737.248.000 Sumber : Laporan Keuangan Tahun 2006-2010 Taman Margasatwa Ragunan, 2011
13.332.371.000
11.868.449.850
Tabel di atas menunjukkan bahwa total penerimaan rata-rata TMR dari tiket masuk selama lima tahun terakhir hanya sebesar Rp 11.868.449.850,00 pertahun. Namun, pada perhitungan yang diturunan dari Tabel 23 mengenai anggaran, realisasi pengeluaran dan penerimaan, retribusi, subsidi, dan selisih realisasi dari anggaran TMR diketahui bahwa penerimaan dari total retribusi pemakaian fasilitas/sarana TMR rata-rata pertahun sebesar Rp 7.341.937.414,00. Hal ini mengindikasikan harus ada harga yang dinaikkan jika ingin mengurangi subsidi pemerintah. Kemungkinan untuk menaikkan retribusi dari pemakaian fasilitas/sarana sangat kecil karena tidak semua wisatawan ingin memakai fasilitas yang ada di TMR. Namun, jika harga tiket masuk yang dinaikkan, maka peluang untuk dapat mengurangi subsidi cukup besar karena semua wisatawan yang datang ke TMR pasti harus membayar tiket masuk. 6.4
Estimasi Harga Tiket Optimum Sesuai Pengelolaan Taman Margasatwa Ragunan yang Mandiri Pembahasan sebelumnya merekomendasikan untuk menaikkan harga tiket
masuk TMR sehingga subsidi pemerintah dapat berkurang dan TMR dapat menjadi kawasan wisata yang mandiri secara pengelolaan. Estimasi harga tiket yang optimum dapat dilakukan dengan asumsi bahwa setelah dilakukan kenaikan
96
harga tiket, maka jumlah wisatawan yang datang sama dengan rata-rata wisatawan yang datang selama lima tahun terakhir ini. Asumsi lain yang digunakan adalah semua angka yang digunakan berdasarkan rata-rata tahun 2006-2010, harga tiket dewasa sama dengan anak-anak, dan tidak ada potongan apapun untuk rombongan. Tabel 25 adalah Skenario kenaikan harga tiket untuk pengelolaan TMR yang mandiri bebas subsidi 100%. Acuan yang digunakan adalah anggaran pengeluaran TMR yang seharusnya. Retribusi rata-rata selain dari tiket masuk merupakan retribusi dari penggunaan fasilitas/sarana TMR. Tabel 25. Skenario Kenaikan Harga Tiket TMR bebas subsidi 100% dengan Acuan Rata-rata Anggaran Pengeluaran yang Seharusnya Tahun 2006-2010 Uraian Jumlah (Rp) Anggaran rata-rata tahun 2006-2010 68.312.907.949 Retribusi rata-rata selain dari tiket masuk (fasilitas/sarana) 7.341.937.414 Penerimaan seharusnya dari tiket masuk 60.970.970.536 Jumlah pengunjung rata-rata tahun 2006-2010 3.250.901 Harga Tiket Dewasa = Harga Tiket Anak 18.755,09914 Pembulatan Harga Tiket 19.000 Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jika TMR ingin bebas subsidi 100%, maka TMR harus menaikkan harga tiket dewasa dan anak-anak menjadi Rp 19.000,00. Namun, jika acuan yang digunakan adalah berdasarkan realisasi pengeluaran TMR rata-rata tahun 2006-2010, maka skenario yang dapat dibuat adalah sebagai berikut.
97
Tabel 26. Skenario Kenaikan Harga Tiket TMR bebas subsidi 100% dengan Acuan Rata-rata Realisasi Pengeluaran Tahun 2006-2010 Uraian Jumlah (Rp) Pengeluaran rata-rata tahun 2006-2010 Retribusi rata-rata selain dari tiket masuk (fasilitas/sarana) Penerimaan seharusnya dari tiket masuk Jumlah pengunjung rata-rata tahun 2006-2010 Harga Tiket Pembulatan Harga Tiket Dewasa=Anak
57.590.960.332 7.341.937.414 50.249.022.918 3.250.901 15.457 16.000
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Secara teoritis perhitungan, harga tiket tersebut dapat menutupi seluruh biaya operasional TMR. Namun, kemungkinan besar realisasi hal tersebut sangat sulit. Hal ini dikarenakan pada pembahasan bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai karakteristik responden wisatawan TMR dan faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan mereka ke TMR. Hampir sebagian besar wisatawan TMR berasal dari golongan menengah kebawah secara finansial, pendidikan mereka juga tidak terlalu tinggi sehingga alasan mereka ke TMR lebih didominasi untuk rekreasi biasa bukan karena ingin menambah wawasan edukasi secara khusus. Rata-rata wisatawan selama lima tahun terakhir berdasarkan kategorinya dapat diturunkan dari Tabel 24, yaitu tabel mengenai penerimaan rata-rata TMR dari tiket masuk. Harga tiket masuk TMR tahun 2006-saat ini yaitu dewasa sebesar Rp 4.000,00, anak usia 3-12 tahun sebesar Rp 3.000,00, rombongan anak dan dewasa (lebih dari 30 orang) mendapatkan potongan harga sebesar 25 % per orang. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke TMR menurut kategori tiketnya dapat dilihat pada tabel berikut.
98
Tabel 27. Jumlah Wisatawan Rata-rata Tahun 2006-2010 Berdasarkan Kategori Tiket Masuk Kategori Tiket Jumlah Wisatawan (orang) Dewasa 2.480.099 Anak 783.938 Rombongan Dewasa 67.403 Rombongan Anak 83.207 Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Harga tiket yang ditentukan pengelola wisata sudah seharusnya menyesuaikan dengan karakteristik wisatawan yang datang. Pihak pengelola harus mempertimbangkan kesanggupan wisatawan untuk membayarnya. Sebaran responden wisatawan TMR menurut kesanggupan membayar tiket masuk dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 28. Sebaran Responden Wisatawan Menurut Kesanggupan Membayar Tiket Masuk Seharga X Rupiah Harga Tiket (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) 25000 1 1 20000 1 1 15000 7 7 13000 1 1 10000 25 25 9000 2 2 8000 12 12 7000 10 10 6000 15 15 5000 26 26 Jumlah 100 100 Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesanggupan responden untuk membayar tiket masuk TMR berkisar antara Rp 5.000,00-Rp25.000,00. Asumsi yang digunakan adalah jika minimal tidak ada peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh pengelola. Jumlah pemilih terbanyak terjadi pada harga tiket Rp 5.000,00 yaitu sebanyak 26 orang (26% dari seratus responden) dan pada harga tiket Rp 10.000,00 yaitu sebanyak 25 orang (25% dari seratus responden). Harga tiket yang mereka pilih tersebut mengindikasikan bahwa mereka hanya sanggup
99
membayar antara Rp 5.000,00-Rp 10.000,00. Terutama bagi ibu rumah tangga yang memiliki anak, mereka rata-rata memilih Rp 5.000,00 sebagai tiket masuk TMR yang masih sanggup mereka bayar. 6.5
Estimasi Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola Taman Margasatwa Ragunan Adanya beberapa skenario kenaikan harga tiket akan memperlihatkan
alternatif-alternatif harga tiket setelah dinaikkan dari harga tiket mula-mula (dewasa Rp 4.000,00, anak-anak Rp 3.000,00, dan rombongan mendapat potongan 25% per orang) dan berapa besarnya subsidi yang nantinya diberikan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan realisasi pengeluaran rata-rata TMR per tahun. Penjelasan skenario kenaikan harga tiket yang lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 5. Tabel 29 di bawah ini merupakan beberapa alternatif skenario kenaikan harga tiket yang disimulasikan. Tabel 29. Alternatif-alternatif Skenario Kenaikan Harga Tiket No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Harga Tiket Per Orang Setelah Dinaikkan (Rp) Rombongan Rombongan Subsidi (%) Dewasa Anak Dewasa Anak 5.000 4.000 3.750 3.000 59,40 6.000 5.000 4.500 3.750 53,54 7.000 5.000 5.250 3.750 49,14 8.000 5.000 6.000 3.750 44,75 9.000 5.000 6.750 3.750 40,36 10.000 5.000 7.500 3.750 36,75 10.000 6.000 7.500 4.500 34,49 10.000 7.000 7.500 5.250 33,02
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Delapan skenario pada tabel tersebut merupakan alternatif-alternatif kenaikan harga tiket yang dapat dilakukan oleh pengelola TMR. Pengelola Taman Margasatwa Ragunan dapat mengurangi penerimaan subsidi dari Pemerintah Daerah dengan menaikkan harga tiket masuk TMR. Kenaikan harga tiket masuk TMR yang disesuaikan dengan kesanggupan wisatawannya untuk membayar tidak
100
akan dapat mencapai pengurangan subsidi sebanyak 100%. Hal ini dikarenakan harga
tiket
berdasarkan
pengelolaan
TMR
yang
mandiri
adalah
Rp
16.000,00/orang sampai Rp 19.000,00/orang sehingga harga tiket optimumnya mencapai Rp 19.000,00/orang dengan harga tiket yang sama untuk semua kategori wisatawan, tanpa perbedaan umur dan kedatangan secara per orangan atau rombongan. Rincian skenario kedelapan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 30. Skenario Kenaikan Harga Tiket 8 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga (Rp) 10.000 7.000 7.500 5.250
Penerimaan (RP) 24.800.990.000 5.487.562.500 505.518.750 436.832.812 7.341.937.414 38.572.841.476 57.590.960.332 19.018.118.856 33,022
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, saat ini subsidi dari pemerintah adalah sebesar 66,65% dari total realisasi penerimaan rata-rata per tahun, jadi penerimaan operasionalnya hanya sebesar 33,35%, atau perbandingan proporsi penerimaan operasional TMR dengan penerimaan dari APBD adalah sekitar 4:6. Jika skenario kenaikan harga tiket kedelapan diterapkan oleh pengelola TMR, maka subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah terhadap TMR akan menjadi hanya 33,02% dari total realisasi pengeluaran rata-rata atau 50% dari subsidi ratarata yang biasa diberikan kepada TMR pertahunnya, sehingga penerimaan dari operasional TMR naik menjadi sebesar 66,98%. Skenario kedelapan tersebut juga memperlihatkan perbandingan proporsi penerimaan operasional TMR dengan penerimaan dari APBD menjadi sekitar 6:4, sehingga dengan skenario tersebut penerimaan operasional TMR akan
101
menjadi lebih besar dibandingkan penerimaan dari APBD. Tabel di bawah ini merupakan rekomendasi harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola setelah dinaikkan dari harga awal. Harga tiket pada tabel tersebut juga merupakan kesanggupan membayar maksimum responden wisatawan TMR terbanyak. Tabel 31. Rincian Harga Tiket yang Dapat Direalisasikan oleh Pengelola Uraian Harga Tiket Dewasa Harga Tiket Anak
Sebelum dinaikkan (Rp) 4.000 3.000
Setelah dinaikkan (Rp) 10.000 7.000
Faktor pengali 2,5 2,3
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Harga tiket yang dapat direalisasikan adalah sebesar Rp 10.000,00 untuk dewasa dan Rp 7.000,00 untuk anak-anak umur 3-12 tahun. Harga tiket tersebut naik sebesar 2,5 kali dari harga tiket dewasa mula-mula dan sebesar 2,3 kali dari harga tiket anak mula-mula. Harga tiket tersebut masih terjangkau/sesuai dengan kesanggupan membayar pengunjung seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Kenaikan harga tiket tersebeut sudah sebaiknya dilakukan oleh pengelola untuk operasional keberlanjutan sumberdaya fauna, karyawan, dan keperluan lainnya.
102
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan 1. Wisatawan TMR sebagian besar adalah wanita, berumur antara 17-27 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMU, pekerjaan pegawai swasta, penghasilan Rp 9.000.000,00-Rp 24.000.000,00/tahun, tidak memiliki tanggungan, dan daerah asal adalah Jakarta Selatan. Selain itu, sebagian besar wisatawan TMR memiliki waktu luang lebih dari 120 hari, motivasi kunjungan untuk rekreasi/piknik, datang bersama teman, jumlah rombongan kurang dari atau sama dengan 10 orang, biaya perjalanan kurang dari atau sama dengan Rp 20.000,00/orang, frekuensi kunjungan kurang dari atau sama dengan 5 kali per 5 tahun, berada di lokasi 1-3 jam, jarak tempuh kurang dari atau sama dengan 3 km, waktu tempuh kurang dari atau sama dengan 1 jam, dan Ancol/Dufan sebagai alternatif tempat rekreasi. 2. Hasil analisis permintaan rekreasi menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan (F), jarak (D), waktu di lokasi (B), dan pekerjaan (J) berpengaruh nyata secara negatif. Selain itu, permintaan rekreasi ke TMR juga dipengaruhi secara positif dan nyata oleh variabel umur (A) dan status pernikahan (N). Model persamaan fungsi permintaan rekreasi ke TMR yang diperoleh adalah Y = 6,663 – 0,2735F – 0,04159D – 0,2521B + 0,03583A – 2,1632J + 0,5056N. 3. Berdasarkan hasil analisis diperoleh rata-rata subsidi dari Pemerintah Daerah untuk TMR selama tahun 2006-2010 adalah Rp 38.380.573.068,00 atau sebesar 66,65% dari total realisasi penerimaan rata-rata per tahun,
103
sehingga estimasi harga tiket optimum (tanpa disubsidi) adalah Rp 19.000,00 / orang, baik dewasa maupun anak-anak. 4. Rekomendasi harga tiket yang dapat direalisasikan oleh pengelola TMR berdasarkan maksimum kesanggupan membayar wisatawan terbanyak adalah Rp 10.000,00 untuk dewasa, dan Rp 7.000,00 untuk anak-anak. Namun, harga tersebut baru mengurangi setengah dari subsidi mula-mula atau pemerintah hanya perlu mensubsidi sebesar 33,02% dari total realisasi pengeluaran rata-rata per tahun. 7.2
Saran 1. Sebaiknya pengelola menambahkan fasilitas musholla dan tempat sampah untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan berada di TMR. Keberadaan pengamen anak-anak harus lebih ditertibkan, kebersihan kandang satwa dan kebersihan TMR secara keseluruhan juga harus lebih diperhatikan oleh pengelola. 2. Kebijakan yang dapat diimplementasikan oleh pengelola TMR guna mengarahkan TMR menuju pengelolaan taman margasatwa yang mandiri adalah dengan menaikkan harga tiket masuk. Namun, kenaikan harga tiket tersebut juga harus mempertimbangkan/sesuai karakteristik dan faktorfaktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke TMR. 3. Sebaiknya pengelola juga membuat segmentasi harga atas berbagai atraksi yang ditawarkan di kawasan TMR, misalnya menaikkan harga tiket masuk Pusat Primata Schmutzer.
104
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Pariwisata DKI Jakarta Bulan Juni 2010. http://www.jakarta.go.id/jakv1/item/halaman/0/0/3246/1/6/2/116/3/6/4/113/ 5/116. Diakes: 24 Januari 2011. Damanik, J dan Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi. ANDI Yogyakarta : Yogyakarta. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2009. Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata : Jakarta. Dewi, R. 2005. Fungsi Permintaan Taman Safari Indonesia (TSI) dengan Metode Biaya Perjalanan. Skripsi Fakultas Peternakan IPB : Bogor. Direktorat Jenderal Kehutanan. 1977. Laporan Lokakarya Kebun Binatang dan Musyawarah ke II Perhimpunan kebun Binatang seluruh Indonesia tanggal 30 November-2 Desember 1977 di Ragunan-Jakarta. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam : Bogor. Irianto, A. 2008. Statistik, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana : Jakarta. Iriawan, N dan Astuti, S. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. ANDI : Yogyakarta. Jhamtani, H., et al. 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 (Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan 2003-2020). Bappenas : Jakarta. Juanda, B. 2009. Ekonometrika pemodelan dan penggunaan. 2009. IPB Press : Bogor. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 323. 2010. Penetapan Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sebagai Unit Kerja Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta yang Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Gubernur Provinsi DKI Jakarta : Jakarta. Mulyani, R. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Wisata Pantai Carita Kabupaten Pandeglang. Skripsi Fakultas Pertanian IPB : Bogor. Muntasib, E dan Masy’ud, B. 2003. Dasar-Dasar Konservasi. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. Nasution. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara : Jakarta.
105
Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1. 2006. Retribusi Daerah. Gubernur Provinsi DKI Jakarta : Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135. 2009. Bagan Susunan Organisasi Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan. Gubernur Provinsi DKI Jakarta : Jakarta. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006. 2006. Lembaga Konservasi. Menteri Kehutanan Republik Indonesia : Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23. 2005. Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU). Presiden Republik Indonesia : Jakarta. Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia. 2007. Profil PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia). Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia (Indonesian Zoological Parks’ Association) : Jakarta. Poerwadarminta, W. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta. Ross, G. 1994. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia : Jakarta. Sevilla, C., et al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. UI Press : Jakarta. Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai ”Systemic Linkage”. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Surat Keputusan Dirjen Kehutanan No.20/Kpts/DJ/1978. 1978. Pedoman Umum Kebun Binatang. Menteri Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Tunggal, H. 2010. Himpunan Peraturan Perundangan-undangan Kehutanan Edisi Lengkap 2010. Harvarindo : Jakarta. UU No. 4 Tahun 1982. 1982. Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Republik Indonesia : Jakarta. Wahab, S. 1992. Manajemen Kepariwisataan. PT Pradnya Paramita : Jakarta. Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. ANDI : Yogyakarta. Wibawa, E. 2005. Analisis permintaan dan Surplus Konsumen Pengunjung Taman Margsatwa Ragunan dengan Metode Penilaian Kontingensi. Skripsi Fakultas Peternakan IPB: Bogor. Yoeti, O. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Pradnya Paramita : Jakarta.
106
Zulkarnain. 2001. Studi Karakteristik Pengunjung dan Pendugaan Permintaan Rekreasi terhadap Kebun Binatang Ragunan Jakarta Selatan. Skripsi Fakultas Pertanian IPB : Bogor.
107
LAMPIRAN
108
Lampiran 1 Deskripsi Statistik Variabel Fungsi Permintaan TMR Tahun 2011 Variabel Y TC I F E FT D B L A J N
N 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Rata-rata 13,01 54005 25338000 1,46 12,17 102,6 9,1077 3,82 0,82 29,22 0,61 0,55
Minimum 1 5000 9000000 0 6 52 0,1 1 1 17 1 1
Maksimum 60 400000 60000000 6 20 140 40 9 2 55 2 2
Standar Deviasi 16,996 74965,665 15418962,35 1,566 3,075 35,882 8,811 1,498 0,386 10,336 0,490 0,5
Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011
109
Lampiran 2 Hasil Analisis Regresi Model Permintaan Wisata TMR Tahun 2011 Regression Analysis: Y versus TC; I; F; E; FT; D; B; L; A; J; N The regression equation is Y = 6,66 - 0,000001 TC + 0,000000 I - 0,273 F + 0,0885 E - 0,00362 FT 0,0416 D - 0,252 B - 0,632 L + 0,0358 A - 2,16 J + 0,506 N
Predictor Constant TC I F E FT D B L A J N
Coef 6,663 -0,00000093 0,00000001 -0,2735 0,08846 -0,003621 -0,04159 -0,2521 -0,6323 0,03583 -2,1632 0,5056
S = 1,08158
SE Coef 1,845 0,00000262 0,00000002 0,1539 0,08226 0,007610 0,01717 0,1041 0,5288 0,02238 0,6752 0,3685
R-Sq = 55,6%
PRESS = 78,9850
T 3,61 -0,36 0,84 -1,78 1,08 -0,48 -2,42 -2,42 -1,20 1,60 -3,20 1,37
P 0,001 0,724 0,405 0,083 0,288 0,637 0,020 0,020 0,238 0,117 0,003 0,177
VIF 2,6 3,2 2,7 2,9 3,6 1,4 1,2 2,1 2,6 4,6 1,8
R-Sq(adj) = 44,3%
R-Sq(pred) = 30,31%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TC I F E FT D B L A J N
DF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
DF 11 43 54
SS 63,043 50,302 113,345
MS 5,731 1,170
F 4,90
P 0,000
Seq SS 1,175 0,460 11,445 0,300 14,080 12,410 8,260 0,002 0,351 12,356 2,203
Durbin-Watson statistic = 1,71363
110
Lampiran 3 Hasil Uji Homoskedastisitas Model Permintaan Wisata TMR Regression Analysis: RESI13 versus TC; I; F; E; FT; D; B; L; A; J; N The regression equation is RESI13 = 0,00 + 0,000000 TC - 0,000000 I + 0,000 F + 0,0000 E + 0,00000 FT - 0,0000 D - 0,000 B - 0,000 L - 0,0000 A - 0,000 J - 0,000 N
Predictor Constant TC I F E FT D B L A J N
Coef 0,000 0,00000000 -0,00000000 0,0000 0,00000 0,000000 -0,00000 -0,0000 -0,0000 -0,00000 -0,0000 -0,0000
S = 1,08158
SE Coef 1,845 0,00000262 0,00000002 0,1539 0,08226 0,007610 0,01717 0,1041 0,5288 0,02238 0,6752 0,3685
R-Sq = 0,0%
PRESS = 78,9850
T 0,00 0,00 -0,00 0,00 0,00 0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00 -0,00
P 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
VIF 2,6 3,2 2,7 2,9 3,6 1,4 1,2 2,1 2,6 4,6 1,8
R-Sq(adj) = 0,0%
R-Sq(pred) = 0,00%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source TC I F E FT D B L A J N
DF 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
DF 11 43 54
SS 0,000 50,302 50,302
MS 0,000 1,170
F 0,00
P 1,000
Seq SS 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Durbin-Watson statistic = 1,71363
111
Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas Model Permintaan Wisata TMR Residual Plots for Y Residuals Versus the Fitted Values 2
90
1
Residual
Percent
Normal Probability Plot of the Residuals 99
50 10 1
-2
-1
0 Residual
1
0 -1 -2
2
8 6
1
4 2 0
-1,6
-0,8
0,0 0,8 Residual
1,2
2,4 3,6 Fitted Value
4,8
Residuals Versus the Order of the Data 2
Residual
Frequency
Histogram of the Residuals
0,0
0 -1 -2
1,6
1
5
10
15
20 25 30 35 40 Observation Order
45
50 55
Probability Plot of RESI13 Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-2,20430E-15 0,9652 55 0,064 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-2
-1
0 RESI13
1
2
112
Lampiran 5 Skenario Kenaikan Harga Tiket Skenario Kenaikan Harga Tiket 1 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 5.000 12.400.495.000 4.000 3.135.750.000 3.750 252.759.375 3.000 249.618.750 7.341.937.414 23.380.560.539 57.590.960.332 34.210.399.793 59,402
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Skenario Kenaikan Harga Tiket 2 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 6.000 14.880.594.000 5.000 3.919.687.500 4.500 303.311.250 3.750 312.023.437 7.341.937.414 26.757.553.601 57.590.960.332 30.833.406.731 53,538
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Skenario Kenaikan Harga Tiket 3 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 7.000 17.360.693.000 5.000 3.919.687.500 5.250 353.863.125 3.750 312.023.437 7.341.937.414 29.288.204.476 57.590.960.332 28.302.755.856 49,144
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
113
Skenario Kenaikan Harga Tiket 4 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 8.000 19.840.792.000 5.000 3.919.687.500 6000 404.415.000 3.750 312.023.437,5 7.341.937.414 31.818.855.351 57.590.960.332 25.772.104.981 44,750
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Skenario Kenaikan Harga Tiket 5 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 9.000 22.320.891.000 5.000 3.919.687.500 6.750 454.966.875 3.750 312.023.437 7.341.937.414 34.349.506.226 57.590.960.332 23.241.454.106 40,356
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Skenario Kenaikan Harga Tiket 6 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 10.000 24.800.990.000 5.000 3.919.687.500 7.500 50.551.875 3.750 312.023.437 7.341.937.414 36.425.190.226 57.590.960.332 21.165.770.106 36,751
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
114
Skenario Kenaikan Harga Tiket 7 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 10.000 24.800.990.000 6.000 4.703.625.000 7.500 505.518.750 4.500 374.428.125 7.341.937.414 37.726.499.289 57.590.960.332 19.864.461.043 34,492
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
Skenario Kenaikan Harga Tiket 8 Uraian Tiket Dewasa Dinaikkan Menjadi Tiket Anak Dinaikkan Menjadi Tiket Rombongan Dewasa Tiket Rombongan Anak Retribusi rata-rata di luar tiket Total Realisasi Pengeluaran rata-rata Pengeluaran yang belum tertutupi (subsidi) % Subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah
Harga Penerimaan (Rp) (RP) 10.000 24.800.990.000 7.000 5.487.562.500 7.500 505.518.750 5.250 436.832.812,5 7.341.937.414 38.572.841.476 57.590.960.332 19.018.118.856 33,022
Sumber : Diolah dari Data Sekunder, 2011
115
Kuisioner Wawancara Pengunjung yang terhormat, mohon maaf sebelumnya bila acara rekreasi Anda terganggu dengan adanya kuisioner ini. Anda dimohon untuk mengisi kuisioner ini guna bahan penelitian “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kunjungan dan Optimasi Harga Tiket Taman Margasatwa Ragunan Jakarta” yang dilakukan oleh mahasiswi Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kami mohon Anda dapat memberikan data yang sebenarbenarnya tanpa dipengaruhi oleh pihak manapun agar dapat memperoleh data yang akurat. Informasi yang Anda berikan akan kami jamin kerahasiaannnya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih dan selamat berekreasi.
Fachrunnisa – H44070020 Nomor Kode Hari/Tanggal wawancara Status hari Waktu/jam Lokasi/spesifikasi tempat
: : : Libur / Biasa : :
Karakteristik Responden 1. Jenis kelamin Anda ? a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur Anda (berdasarkan ulang tahun terakhir) adalah................tahun 3. Alamat Anda saat ini................................................................................................................ 4. Apakah pekerjaan Anda saat ini a. Pelajar e. Pegawai swasta i. PNS (Pegawai Negeri Sipil) b. Mahasiswa f. Wiraswasta j. Buruh pabrik c. ABRI g. Ibu rumah tangga k. Lainnya............................... d. Pensiunan h. Pengangguran 5. Apakah pendidikan terakhir Anda ? a. SD d. Akademi/Diploma b. SMP e. Perguruan Tinggi (S1) c. SMU f. Pasca sarjana (S1/S2) 6. Apakah Anda sudah bekerja ? a. Sudah (dengan hari kerja sebanyak : ............hari dalam seminggu) b. Belum Jika ”sudah” lanjutkan kepertanyaan no. 7, jika ”belum” silahkan lanjutkan ke pertanyaan no. 8 7. Berapakah penghasilan Anda per bulan ?................................. 8. Apakah istri/suami Anda bekerja ? a. Ya, dengan penghasilan per bulan Rp........................... b. Tidak 9. Apakah Anda sudah berkeluarga ? a. Sudah b. Belum
116
Jika ”sudah” lanjutkan kepertanyaan no. 9, jika ”belum” silahkan lanjutkan ke pertanyaan no. 10 10. Berapakah jumlah tanggungan Anda (istri/suami, anak, saudara, orang lain) yang hidup bersama Anda ? a. 1 orang d. 4 orang b. 2 orang e. 5 orang c. 3 orang f. 6 orang g. lainnya.....................orang 11. Tempat rekreasi apakah yang biasanya Anda kunjungi ? a. Pegunungan c. Pantai b. Adventure (petualangan) d. Taman bermain e. Lainnya.................................................................. 12. Sudah berapa lama Anda mengetahui TMR ? a. Satu tahun lalu c. Tiga tahun lalu b. Dua tahun lalu d. Lainnya............................. Karakteristik Kunjungan pertanyaan no.12 wajib diisi 13. Selama 5 tahun terakhir sudah berapa kali Anda berkunjung ke TMR ?..............kali 14. Bagaimana cara Anda datang ke TMR ? a. Sendirian d. Bersama teman b. Keluarga e. Rombongan wisata keluarga c. Rombongan wisata teman f. Rombongan wisata pekerjaan 14. Jika Anda tidak sendiri, berapa jumlah anggota rombongan Anda (termasuk anda) ? a. 2 orang d. 5 orang b. 3 orang e. 6 orang c. 4 orang f. 7 orang g. lainnya....................orang 15. Berapakah kira-kira jarak TMR dari tempat tinggal Anda ?................................KM 16. Apakah tujuan Anda ke TMR ? a. Rekreasi / piknik c. Kebetulan lewat b. Mengantar tamu / kerabat d. Lainnya......................................................... 17. Apakah jenis kendaraan yang Anda gunakan ? a. Berjalan kaki d. Kendaraan umum (bus, angkutan kota) b. Mobil pribadi e. Kendaraan dinas c. Kendaraan charter f. Motor pribadi 18. Bagaimanakah menurut Anda perjalanan menuju TMR ? a. Mudah b. Sedang c. Sulit 19. Berapa lama waktu perjalanan Anda dari rumah hingga ke TMR ? a. ½ jam c. 1,5 jam e. 2,5 jam g. Lainnya............................jam b. 1 jam d. 2 jam f. 3 jam 20. Rincian biaya yang Anda keluarkan untuk melakukan rekreasi pada hari ini (tetapi tidak termasuk harga tiket masuk) adalah sebagai berikut : Ongkos pulang-pergi : ............................................... (jika Anda membawa kendaraan sendiri, ongkos pulang - pergi merupakan biaya bahan bakar dan parkir) Biaya konsumsi di TMR : ............................ Biaya konsumsi sehari-hari : ............ Biaya dokumentasi : ........................... Biaya pembelian souvenir : ........................... Biaya lainnya : ........................... Total
: ……………….... 117
21. Apakah Anda memiliki tempat alternatif untuk rekreasi ? a. Ya b. Tidak 22. Selain ke Taman Margasatwa Ragunan, kemanakah tempat alteratif Anda ? a. Ancol/Dufan d. Pulau Seribu g. Setu babakan b. Pantai e. Museum h. Gedung Kesenian Jakarta c. Kota tua f. TMII i. Lainnya.......................................................... 23. Mengapa Anda tidak memilih tempat alternatif rekreasi di atas sebagai tempat tujuan utama ? a. Jarak yang jauh c. Waktu tempuh yang lama b. Biaya yang lebih mahal d. Lainnya.......................................................... 24. Berapa lama waktu yang Anda habiskan di TMR ?................jam Persepsi Responden terhadap Taman Margasatwa Ragunan dan pelayanannya 25. Berikan tanda (X) pada kolom berikut ! No 1 2 3 4 5
Keterangan Keadaan keamanan objek wisata Penyediaan fasilitas rekreasi Penerimaan pengunjung (keramahan petugas) Penyediaan informasi (buku petunjuk, peta, dll) Kemudahan mencapai lokasi
6
Kebersihan
7
Kondisi Satwa
No.
Penilaian pelayanan TMR c. kurang b. aman aman c. kurang b. memadai memadai c. kurang a. sangat baik b. baik baik a. sangat c. kurang b. memadai memadai memadai a. sangat b. mudah c. sulit mudah c. kurang a. sangat b. bersih bersih bersih c. kurang a. sangat baik b. baik baik
Keterangan
a. sangat aman a. sangat memadai
d.sangat aman d. sangat memadai d. sangat kurang d. tidak ada d. sangat sulit d. sangat kotor d. sangat buruk
Penilaian kualitas lingkungan
8
Pencemaran udara
a. sangat tinggi
9
Tingkat kebisingan
a. sangat tinggi
b. tinggi
c. sedang
d. sedikit masalah
b. tinggi
c. sedang
d. sedikit masalah
e. tidak ada masalah e. tidak ada masalah
26. Menurut Anda fasilitas dan objek apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki agar tempat rekreasi ini lebih baik ? ¾ Yang perlu ditambahkan adalah : a. Tempat bangunan untuk berteduh d. Penjual makanan b. WC umum e. Tempat sampah c. Tempat ibadah f. Arena bermain anak g. Lainnya…………………………………………………………………………. ¾ Yang perlu diperbaiki adalah : ………………………………………………………………………………………..
118
27. Apakah Anda bersedia kembali mengunjungi Taman Margasatwa Ragunan dimasa yang akan datang ? a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu 28. Saat ini tiket masuk TMR sebesar Rp 4.000, menurut Anda tiket tersebut ......... a. Terlalu murah b. Murah c. Mahal 29. Berapa harga tiket maksimum yang bersedia Anda bayar jika pelayanan / fasilitas TMR ditingkatkan ? a. >Rp 15.000,00 (yaitu Rp...........) e. Rp 12.000,00 i. Rp 8.000,00 b. Rp 15.000,00 f. Rp 11.000,00 j. Rp 7.000,00 c. Rp 14.000,00 g. Rp 10.000,00 k. Rp 6.000,00 d. Rp 13.000,00 h. Rp 9.000,00 l. Rp 5.000,00 30. Apa saran Anda untuk Taman Margasatwa Ragunan ? ………………………………………………………………………...……………… ………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………
Terimakasih atas kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini
119
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fachrunnisa yang lahir pada tanggal 20 Februari 1990. Penulis adalah anak pertama dari 2 bersaudara pasangan Susilo,S.E dan Alm.Yus Suhartini,S.Pd. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan baik, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 02 Petang Cilandak Timur Jakarta pada tahun 2001, sekolah menengah pertama di SMP Negeri 41 Jakarta tahun 2004, hingga menamatkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 28 Jakarta pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis mendapatkan Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) untuk jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, sehingga selepas SMA penulis langsung memasuki jenjang Strata 1 (S1). Selama berkuliah di IPB, penulis aktif dalam berbagai organisasi di IPB, seperti Uni Konservasi Fauna (UKF), Forum Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA), Sharia Economic Student Club (Ses-C), Himpunan Profesi REESA (Resources Economics and Environmental Student Association), ISAC (Islamic Art Club), serta kepanitiaan di BEM FEM dan BEM KM. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kompetisi dan beberapa diantaranya lolos, seperti Program Kreastifitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) didanai Dikti tahun 2010, Juara 2 lomba Marketing Pin oleh Hade Media Indonesia, serta Semifinal Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional yang diselenggarakan oleh Jakarta Water Front City Research Centre (JWFC-RC) bekerjasama dengan GARUDA Youth Community (GRC) tahun 2010. Selain itu, penulis juga mendapatkan beasiswa selama masa pendidikan yaitu Beasiswa Supersemar dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
120