ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA
Oleh NUNIK HANDAYANI A14105585
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN NUNIK HANDAYANI. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan dan Strategi Pengembangan Ekspor Kertas Indonesia. Dibawah Bimbingan RINA OKTAVIANI. Industri bubur kertas (pulp) dan kertas (paper) merupakan salah satu hasil dari sektor industri pada komoditi non migas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara. Perkembangan industri pulp dan kertas sejak tahun 1990-an cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi pulp dan kertas yang terus meningkat. Jika pada tahun 2000 produksi pulp dan kertas masing-masing sebesar 4,08 dan 6,80 juta ton, maka pada tahun 2006 meningkat masing-masing sebesar 39 persen dan 30 persen menjadi 5,6 dan 8,8 juta ton. Dalam kurun waktu yang sama ekspor produk pulp dan kertas juga mengalami peningkatan dari masing-masing 1,3 dan 4,5 juta ton menjadi 2,8 dan 6,4 juta ton. Industri yang menjadi fokus utama pembahasan (diluar industri pulp) adalah industri kertas. Industri ini merupakan salah satu industri yang juga memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Perkembangan produksi kertas Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Produksi kertas yang dihasilkan hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar internasional. Data terakhir tahun 2006 menunjukkan nilai ekspor kertas mencapai US$ 3.819.223.000. Pertumbuhan volume ekspor selama 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat dengan laju pertumbuhannya sebesar 73,2 persen per tahun. Sedangkan laju pertumbuhan nilai ekspor adalah sebesar 89,4 persen per tahun. Industri kertas Indonesia memiliki peluang untuk menguasai pasar kertas dunia yang saat ini masih dikuasai Finlandia dan negara-negara Amerika Latin seperti Brazilia dan Chili. Hal ini didukung oleh berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai faktor peluang bagi kemajuan industri ini. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menganalisis karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia dan mengidentifikasi strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa data cross section tahun 2006. Metode analisis menggunakan metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia. Metode kuantitatif menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal menggunakan gravity model untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia. Hasil yang diperoleh dari analisis data kuantitatif secara deskriptif akan diformulasikan sehingga diperoleh strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis regresi berganda meliputi variabel bebas dan variabel tidak bebas. Volume ekspor kertas Indonesia ke masing-masing negara tujuan adalah variabel tidak bebas. Variabel bebas meliputi GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan tuduhan dumping (dummy).
Berdasarkan hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia, diperoleh koefisien determinasi disesuaikan R-Sq (adj) sebesar 70,4 persen. Hal ini berarti bahwa 70,4 persen perubahan volume ekspor kertas Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah dalam model, sedangkan sisanya sebesar 29,6 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung diperoleh sebesar 19,23. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai Ftabel, maka nilai Fhitung tersebut lebih besar nilainya dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dengan demikian, berarti pula bahwa seluruh variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Uji-t pada hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia, diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen (signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen) terhadap volume ekspor kertas Indonesia. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor dan harga kertas Indonesia di negara tujuan. Nilai tukar mata uang berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Namun demikian, variabel nilai tukar tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti nilai tukar bukan menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi importir untuk mengimpor kertas dari Indonesia. Variabel dummy, yaitu tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia memberikan pengaruh negatif dan tidak nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti bahwa dengan adanya tuduhan dumping, aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan mengalami penurunan. Berdasarkan hasil analisis internal dan eksternal diperoleh beberapa alternatif strategi yang menjadi pertimbangan bagi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Alternatif strategi tersebut diantaranya adalah peningkatan ekspor kertas Indonesia khususnya ke negara tujuan ekspor, peningkatan produksi bahan baku kertas, membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia, peningkatan keamanan dan hukum oleh pemerintah, kerjasama antara pemerintah dan para pengusaha untuk membentuk peraturan hukum yang lebih pasti serta pemerintah dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) membuat program promosi industri kertas Indonesia.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIRAN PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA
Oleh : NUNIK HANDAYANI A14105585
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama
: Nunik Handayani
NRP
: A14105585
Program Studi
: Ekstensi Manajemen Agribisnis
Judul
: Analisis
Faktor-Faktor
Perdagangan
dan
yang
Strategi
Mempengaruhi Pengembangan
Aliran Ekspor
Kertas Indonesia dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 131 846 872
Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian : 09 Januari 2008
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
PERDAGANGAN
DAN
STRATEGI
YANG
MEMPENGARUHI
PENGEMBANGAN
EKSOR
ALIRAN KERTAS
INDONESIA” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA
LAIN
MANAPUN
UNTUK
TUJUAN
MEMPEROLEH
GELAR
AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 November 1983 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Rasyim dan Ibu Mimin Sumini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Sepatan II Bekasi pada tahun 1995. pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 pada SLTP Negeri 2 Bekasi. Selanjutnya pendidikan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMU Negeri 3 Bekasi. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan selesai pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis melanjutkan studi alih jenjang Sarjana dan diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
ALIRAN
PERDAGANGAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Faktor-faktor yang akan dianalisis dalam skripsi ini meliputi variabelvariabel yang mempengaruhi aliran perdagangan ekspor kertas Indonesia, yaitu volume ekspor kertas Indonesia, pendapatan per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, harga ekspor kertas Indonesia di negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, nilai tukar negara tujuan terhadap Dollar Amerika serta variabel dummy. Dengan demikian, akan diperoleh suatu strategi yang dapat mengembangkan ekspor kertas Indonesia. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat menjadi referensi dan informasi bagi semua pihak dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang berhubungan dengan ekspor pada umumnya dan ekspor kertas pada khususnya. Skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat dikerjakan penulis dan menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun dengan segala keterbatasan yang ada diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga memberikan kekuatan dan kemudahan serta kesehatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua tercinta, (Papah dan Mamah) yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan doa, materi dan semangat yang tiada henti untuk keberhasilan penulis.
2. Rina Oktaviani, Ph.D yang telah memberikan arahan, saran dan bimbingan mulai awal proses penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Dr. Ir. Ratna Winandi, MS, sebagai dosen penguji utama dan evaluator yang telah memberikan masukan, saran dan kritiknya kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.
4. Dra. Yusalina, MS, sebagai dosen perwakilan komisi pendidikan atas masukan, saran dan kritiknya untuk penulisan yang lebih baik.
5. Seluruh dosen, staf pengajar dan staf sekretariat Ekstensi MAB yang telah membantu kelancaran penulis mulai dari kuliah sampai pada penulisan skripsi ini.
6. Kakak dan Adikku atas semua dukungan doa dan semangat yang diberikan selama ini.
7. Hebiy atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungannya selama ini. 8. Erwin Fachry teman seperjuangan sekaligus pembahas seminar, terima kasih atas kebersamaannya.
9. Nita Rwin atas dukungan dan kebersamaannya.
10. Diah Ayu Retno Arimbi atas dukungan, semangat dan kebersamaannya. 11. Angra Irena. B, SP atas dukungan dan terima kasih bantuannya. 12. Ana Khairani, Rina Tonis dan Maulinda Dini Firmani atas doa, semangat dan persahabatan yang tiada pernah berakhir.
13. Adikku Rany Ndoot dan Kamal atas doa dan semangatnya. 14. Sahabat-sahabatku Gholex, Giet Luthu n Thuthunya, Ndy, Nina Bunda, Ecko, Yudi, Chacha, Santi, Reni, Nusrat, Nenk, Thia, Rena atas doa dan kebersamaannya.
15. Bambang Irawan, SP atas doa, dukungan dan semangatnya. 16. Keluarga Besar TM 7 atas doa, semangat dan dukungannya. 17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Bogor, Januari 2008
Nunik Handayani NRP. A14105585
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ...........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................
5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................
8
1.4 Kegunaan Penelitian....................................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kertas ............................................................................
9
2.2 Sejarah Industri Kertas ..............................................................
10
2.3 Penelitian Terdahulu ...................................................................
12
BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................
16
3.1.1 Teori Perdagangan Internasional .......................................
16
3.1.2 Teori Aliran Perdagangan Komoditi....................................
19
3.1.3 Teori Analisis Regresi Berganda ........................................
22
3.1.4 Teori Lingkungan Organisasi..............................................
23
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ...............................................
24
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data ..............................................................
28
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data .......................................
29
4.3 Analisis Data ...............................................................................
29
4.4 Perumusan Model .......................................................................
30
4.5 Definisi Operasional ....................................................................
31
4.6 Pengujian Hipotesis.....................................................................
32
4.6.1 Uji t .....................................................................................
32
4.6.2 Uji F ....................................................................................
33
4.6.3 Koefisien Determinasi.........................................................
34
4.7 Pengujian Asumsi........................................................................
35
4.7.1 Uji Normalitas .....................................................................
35
4.7.2 Uji Homoskedastisitas ........................................................
35
4.7.3 Uji Multikolinieritas..............................................................
35
4.8 Matriks SWOT .............................................................................
36
BAB V. ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN KERTAS INDONESIA 5.1 Karakteristik Negara-Negara Tujuan Ekspor Kertas Indonesia...
38
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor ...........................................
47
5.2.1 Pengujian Asumsi...............................................................
47
5.2.2 Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ke Negara-Negara Tujuan Ekspor......................................
49
BAB VI. STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA 6.1 Analisis Lingkungan Internal.......................................................
57
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal....................................................
59
6.3 Matriks SWOT ............................................................................
64
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan.................................................................................
71
7.2 Saran ..........................................................................................
72
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
74
LAMPIRAN ...................................................................................................
76
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia Menurut Sektor Industri Tahun 2002-2006 (Juta US$) .............................................................
1
2. Produksi dan Konsumsi Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 (Ton) ...................................................................................................
3
3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 ...............................................................................
4
4. Matriks SWOT .................................................................................... 37 5. 10 Negara Terbesar Ekspor Kertas Indonesia Tahun 20052006.................................................................................................... 38 6. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke China Tahun 1997-2006 .................................... 39 7. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Korea Selatan Tahun 1997-2006....................... 41 8. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Jepang Tahun 1997-2006.................................. 43 9. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006 ............................... 45 10. GDP, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1997-2006 .................... 46 11. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas Indonesia Tahun 2006............................ 50 12. Harga Kertas Indonesia di Beberapa Negara Tujuan, Tahun 2006.................................................................................................... 54 13. Hasil Analisis Matriks SWOT .............................................................. 66
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Kurva Perdagangan Internasional .................................................. 18 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional........................................ 27
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2005 ......... 76 2. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 ......... 79 3. Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan yang Digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan, Tahun 2006 ................................................................. 82 4. Data Nominal yang Digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan ............................................................................ 83 5. Analisis Regresi Gravity Model dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)............................................................................ 84 6. Analisis Pengujian Asumsi Normalitas dan Homoskedastisitas Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ................................................ 85
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri bubur kertas (pulp) dan kertas (paper) merupakan salah satu hasil dari sektor industri pada komoditi non migas yang memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Industri ini memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, diantara 10 industri yang diandalkan sebagai komoditi ekspor (Tabel 1). Beberapa alasan utama yang menjadi dasar pentingnya sumbangan ini adalah produk pulp dan kertas harganya banyak ditentukan dalam nilai dollar, komponen bahan baku impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen dan produk pulp dan kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk pasar luar negeri sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia, industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara1. Tabel 1. Nilai Ekspor Non Migas Indonesia menurut Sektor Industri Tahun 2002-2006 (juta US$) Sektor Industri 2002 2003 2004 2005 2006 Tekstil 6.889,6 7.052,2 7.647,4 8.604,1 9.446,3 Besi Baja, Mesin-mesin 3.247,0 3.760,0 4.581,8 5.949,7 7.712,7 dan Otomotif Elektronika 6.689,4 6.109,5 7.142,5 7.853,0 7.200,2 Pengolahan 2.910,4 3.247,5 4.840,3 5.419,2 6.407,3 Kelapa/Kelapa Sawit Pengolahan Karet 1.560,8 2.089,7 2.954,1 3.545,8 5.465,2 Pengolahan Kayu 4.432,6 4.318,4 4.461,6 4.476,3 4.757,6 Pengolahan Tembaga, 728,4 1.187,1 2.165,1 3.133,5 4.134,0 Timah dll Pulp dan Kertas 2.804,4 2.798,5 2.817,6 3.257,5 3.983,3 Kimia Dasar 1.784,9 2.049,7 2.640,1 2.750,2 3.521,4 Kulit, Barang dari Kulit dan 1.418,6 4.381,4 1.553,0 1.683,7 1.913,2 Sepatu Sumber : Departemen Perindustrian, 2007 1
www.bppt.go.id. [26 Juni 2007]
Perkembangan industri pulp dan kertas sejak tahun 1990-an cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari kapasitas produksi pulp dan kertas yang terus meningkat. Jika pada tahun 2000 produksi pulp dan kertas masing-masing sebesar 4,08 dan 6,80 juta ton, maka pada tahun 2006 meningkat masingmasing sebesar 39 persen dan 30 persen menjadi 5,6 dan 8,8 juta ton. Dalam kurun waktu yang sama ekspor produk pulp dan kertas juga mengalami peningkatan dari masing-masing 1,3 dan 4,5 juta ton menjadi 2,8 dan 6,4 juta ton2. Industri pulp dan kertas memiliki ketersediaan bahan baku melalui Hutan Tanaman Industri (HTI) yang cukup besar dan berkualitas. Berdasarkan data Departemen Kehutanan (2005) total luas hutan di Indonesia mencapai 120,4 juta ha yang terbagi atas hutan produksi sebesar 66,3 juta ha, hutan konservasi sebesar 20,5 juta hektar dan hutan lindung sebesar 33,6 juta ha. Hutan yang telah termanfaatkan untuk industri pulp dan kertas adalah sebesar 4,4 juta ha. Posisi Indonesia yang berada di garis khatulistiwa serta iklim tropis yang menjadikan waktu tebang lebih singkat, menguntungkan bagi pemilik Hutan Tanaman Industri (HTI) Indonesia dibandingkan negara Skandinavia yang merupakan kawasan terbesar dalam produksi pulp dan kertas. Selain itu biaya produksi pulp dan kertas Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan negara lainnya3. Menurut Direktur Jenderal Bina Produksi Departemen Kehutanan Hadi Susilo Pasaribu (2007) industri ini tidak akan kekurangan bahan baku. Hal ini
2
www.e-bursa.com [26 Juni 2007] Indonesia Berpeluang Meningkatkan Ekspor Bubur Kertas dan Kertas, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007] 3
didukung oleh semakin diperluasnya areal Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai pasokan bahan baku tetap pulp dan kertas4. Tabel 2. Produksi dan Konsumsi Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 (Ton) Tahun Produksi 1997 4.821.600 1998 5.487.260 1999 6.720.560 2000 6.849.000 2001 6.951.240 2002 7.212.970 2003 7.267.880 2004 7.679.820 2005 8.207.620 2006 8.862.280 Laju Pertumbuhan (% per tahun) 17,4 Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2007 (diolah)
Konsumsi 3.282.600 2.783.430 3.913.560 4.224.420 4.805.945 5.015.935 5.314.380 5.410.150 5.514.100 5.611.840 17,5
Industri yang menjadi fokus utama pembahasan (diluar industri pulp) adalah industri kertas. Industri ini merupakan salah satu industri yang juga memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa perkembangan produksi dan konsumsi kertas Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Laju pertumbuhan produksi kertas adalah sebesar 17,4 persen per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi kertas sebesar 17,5 persen per tahun. Meskipun kenaikan produksi kertas Indonesia setiap tahunnya tidak secara signifikan, yaitu sebesar 1,9 persen, namun industri kertas memiliki kemampuan bersaing lebih tinggi dibandingkan dengan industri pulp. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan perusahaan yang bergerak di industri kertas yang terus bertambah dan umumnya mengarah pada pasar internasional. Jumlah perusahaan kertas di Indonesia pada tahun 1989 adalah sebannyak 25 perusahaan yang kemudian berkembang menjadi 71 perusahaan pada tahun 2006 (APKI, 2007).
4
Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Indonesia Naik, www. tempointeraktif.com [26 Juni 2007]
Data terakhir tahun 2006 (Tabel 3) menunjukkan nilai ekspor kertas mencapai US$ 3.819.223.000. Tabel 3 pula menunjukkan pertumbuhan volume ekspor kertas selama 10 tahun terakhir ini cenderung meningkat dengan laju pertumbuhannya sebesar 73,2 persen per tahun, sedangkan laju pertumbuhan nilai ekspornya adalah sebesar 89,4 persen per tahun. Pada tahun 2000-2001 terjadi penurunan nilai ekspor kertas dengan laju sebesar -17,34 persen. Hal ini disebabkan oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika, akibatnya para pengusaha banyak mengalami kerugian. Tabel 3. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Tahun 1997-2006 Tahun Volume (ton) Nilai (000 US $) 1997 2.697.629 1.335.540 1998 4.248.361 2.050.341 1999 4.691.918 2.314.793 2000 4.556.744 2.841.692 2001 4.728.731 2.421.744 2002 5.503.817 2.662.580 2003 5.303.674 2.661.347 2004 4.623.194 2.649.045 2005 5.582.445 3.084.184 2006 6.472.808 3.819.223 Laju Pertumbuhan (% per tahun) 73,2 89,4 Sumber : BPS, 2007 (diolah) Produksi kertas hampir seluruhnya ditujukan untuk pasar internasional. Besarnya peran ekspor kertas bukan hanya pada saat kondisi perekonomian stabil, namun pada saat perekonomian sulit pun ekspor kertas ini cukup menguntungkan. Oleh karena itu, ditengah terjadinya fluktuatif nilai rupiah, industri ini masih dapat diandalkan sebagai penerimaan devisa negara. Industri kertas terkonsentrasi di pulau Jawa, Riau dan Kalimantan. Beberapa perusahaan kertas terbesar di Indonesia umumnya beroperasi di daerah tersebut karena dekat dengan sumber bahan baku. Perusahaanperusahaan tersebut mengalokasikan produksinya untuk ekspor lebih dari 60 persen. Tujuan ekspor ke berbagai negara di dunia seperti China, Jepang,
Korea, Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah, Afrika serta beberapa negara di Eropa. Proporsi ekspor tersebut terbagi atas 50 persen ke wilayah Asia, 14 persen ke Timur Tengah dan Afrika, 12 persen ke Amerika dan sisanya terbagi ke berbagai wilayah di Eropa5. Pasar ekspor kertas sebagian besar ke negara Asia disebabkan karena negara-negara Asia seperti China, Jepang dan Korea Selatan kurangnya areal hutan yang berpotensi dalam memproduksi kertas. Hal ini menjadikan peluang bagi Indonesia untuk menguasai pasar Asia tersebut. Sedangkan diluar negara Asia, meskipun penguasaan pasarnya relatif lebih kecil, namun peluang ekspor kertas Indonesia masih terbuka lebar6.
1.2 Perumusan Masalah Industri kertas Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan pangsa ekspor kertas di dunia yang saat ini masih didominasi Finlandia dan negaranegara Amerika Latin seperti Brazilia dan Chili. Hal ini didukung oleh berbagai faktor baik dari dalam negeri maupun luar negeri sebagai faktor peluang bagi kemajuan industri ini. Indonesia memiliki ketersediaan bahan baku dengan kualitas baik. Ketersedian bahan baku yang berupa pohon kayu akasia di Indonesia memiliki masa panen yang pendek, yaitu antara lima hingga tujuh tahun dan berkualitas bagus dibandingkan dengan negara Eropa dan Amerika Latin yang hanya dapat dipanen setelah 30 tahun. Selain itu industri ini ditunjang pula dengan biaya produksi yang relatif rendah serta penggunaan teknologi yang lebih efisien. Dengan demikian, Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di pasar kertas dunia, sehingga
5
Sinarmas Tingkatkan Ekspor ke Timur Tengah dan Amerika, www.republika.co.id [26 Juni 2007] 6 www.e-bursa.com [26 Juni 2007]
industri sejenis di negara seperti Amerika dan Eropa terdesak dengan keberadaan industri kertas Indonesia. Namun disisi lain, Indonesia mendapat tuduhan dari LSM luar negeri mengenai pelanggaran lingkungan hidup terhadap produk kertas Indonesia yang diekspor7. Selain pelanggaran lingkungan hidup, Indonesia dikenakan tuduhan pelaksanaan dumping, yakni menjual harga produk lebih rendah minimun dua persen dibandingkan harga di pasar domestik eksportir. Tuduhan dumping dikenakan pada produk kertas Indonesia yang di ekspor. Tuduhan ini dibuat dengan alasan bahwa industri ini menerima subsidi atas bahan baku (kayu) yang digunakan dalam proses produksinya akibat adanya larangan ekspor kayu gelondongan yang menyebabkan harga kertas dari Indonesia menjadi lebih murah8. Tuduhan dumping ini sangat merugikan citra Indonesia di pasar internasional, ditengah perekonomian Indonesia sedang tumbuh. Faktor lain yang mempengaruhi ekspor kertas Indonesia adalah adanya persaingan pasar yang kuat. Persaingan tersebut terjadi dengan negara-negara Eropa dan Amerika yang memiliki pangsa pasar lebih besar dibandingkan industri kertas Indonesia. Meskipun Indonesia hanya menguasai sekitar 2,2 persen pangsa pasar kertas di dunia, namun Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan ekspornya. Peluang tersebut didukung oleh tutupnya industri pulp maupun industri kertas di beberapa negara pesaing sejak beberapa tahun terakhir akibat kekurangan bahan baku9. Selain itu permintaan kertas ditentukan pula oleh perkembangan perekonomian baik di dalam negeri negara pengimpor maupun di dalam negeri pengekspor. Perkembangan tersebut seperti perubahan nilai tukar mata uang
7
Indonesia Berpotensi Kuasai Pasar Kertas Dunia, www.republika.co.id [26 Juni 2007] Tuduhan Amerika Serikat Soal Dumping Meluas ke Subsidi, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007] 9 Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Naik, www.tempointeraktif.com [26 Juni 2007] 8
antara negara pengekspor dan pengimpor, serta perubahan nilai tukar Dollar Amerika terhadap mata uang negara pengekspor dan pengimpor lainnya. Perbedaan nilai tukar mata uang antar negara akan mempengaruhi aliran perdagangan di pasar internasional. Pasar ekspor kertas Indonesia ditujukan ke berbagai negara Asia, Amerika, Australia, Afrika, Timur Tengah serta beberapa negara di Eropa. Negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia memiliki lokasi dan karakteristik yang berbeda-beda, baik dari kondisi perekonomian, jarak antar negara dan harga kertas di negara tujuan. Kondisi perekonomian negara tujuan ekspor dapat dilihat melalui tiga faktor ekonominya, yaitu pendapatan per kapita, populasi dan nilai tukar. Faktor-faktor yang berbeda pada negara tujuan tersebut berlaku sebagai faktor penarik (gravity) terjadinya aliran perdagangan kertas dari Indonesia sebagai negara pengekspor ke negara tujuan ekspor. Analisis aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan penting dilakukan agar ekspor kertas tetap eksis di pasar internasional. Analisis tersebut didasarkan pada karakteristik negara tujuan ekspor, sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu strategi untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan
uraian
tersebut,
maka
dapat
dirumuskan
beberapa
permasalahan pokok untuk dikaji lebih lanjut sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor ? 2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. 2. Mengidentifikasi strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan. 1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi bagi Pemerintah. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses belajar dalam mengamati, mengumpulkan dan menganalisis data bagi penulis. 3. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat dan rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Kertas Kertas telah menjadi kebutuhan, dimana hampir semua aktivitas kehidupan menggunakan kertas. Kertas antara lain digunakan sebagai media untuk menulis, mencetak dan sebagai pembersih seperti tissue. Kertas (paper) dalam bahasa Inggris diambil dari penulisan Mesir kuno yang dikenal sebagai papyrus. Papyrus dihasilkan pada 3000 tahun SM di Mesir yang dibuat dari kulit biri-biri atau kulit anak kambing. Hal ini dikarenakan bahan baku yang diperoleh lebih mudah dibandingkan dari bahan baku tumbuh-tumbuhan yang memerlukan cuaca subtropika agar dapat tumbuh subur (Wikipedia, 2005). Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa. Peradaban Mesir Kuno menyumbang papyrus sebagai media tulis menulis. Papyrus ini digunakan pada masa bangsa Fir’aun yang kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah hingga Romawi di Laut Tengah serta ke seluruh Eropa, meskipun papyrus dirasakan masih sangat mahal. Kata papyrus (papyrus) kemudian dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda, Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol (Wikipedia, 2005). Dalam peradaban Cina, Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah diperoleh di seluruh daerah di Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya berkembang ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama
setelah kalahnya pasukan dinasti Tang. Dalam perang tersebut para tawanantawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab sehingga muncullah pusat-pusat industri kertas di Baghdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya. Industri-industri tersebut menyebar pula ke Italia, India serta Eropa (Wikipedia, 2005).
2.2 Sejarah Industri Kertas Industri kertas mulai didirikan pada tahun 1928 yaitu pada zaman hindia Belanda dengan nama NV. Padalarangsche Papier Fabriek yang merupakan anak dari perusahaan NV. Papier Fabriek Nijmegens di Belanda. Tujuan pendirian pabrik tersebut adalah menghasilkan berbagai jenis kertas untuk keperluan kantor sebagai substitusi impor kertas dari Belanda yang mengalami hambatan pengiriman karena adanya Perang Dunia I. Pada tahun 1970-an industri kertas mulai berkembang, terutama setelah dikeluarkannya Undang-Undang tentang Penanaman Modal Asing (PMA) pada tahun 1967 dan Undang-Undang tentang Penanaman Modal dalam negeri (PMDN) pada tahun 1968. Adanya kedua Undang-Undang tersebut, telah memicu berkembangnya pabrik kertas baik yang berstatus PMA maupun PMDN. Berdasarkan APKI (2007), jumlah perusahaan pulp dan kertas Indonesia terus berkembang. Mulai dari 40 perusahaan pada tahun 1989 yang terbagi atas 15 perusahaan sebagai perusahaan integrated (pabrik menghasilkan pulp dan kertas) dan 25 perusahaan sebagai perusahaan non-integrated (pabrik yang hanya menghasilkan pulp saja atau kertas saja) menjadi 84 perusahaan dengan 10 perusahaan integrated dan 74 perusahaan non-integrated. Dari 74 perusahaan non-intergrated, 71 perusahaan indutri kertas yang berkembang di Indonesia. Industri kertas yang ada di Indonesia ini umumnya lebih mengarah pada pasar internasional dimana Indonesia telah melakukan ekspor kertas sejak
tahun 1980-an. Beberapa perusahaan yang bergerak di industri kertas yang berkembang di Indonesia saat ini, diantaranya : 1. PT Adiprima Suraprinta Status/ Awal Produksi Lokasi Kapasitas Produksi Jenis Produk Kertas
: Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1997 : Kantor Pusat : Gd. Graha Pena, Surabaya : Kertas : 150.000 ton/ tahun : - Newsprint paper - Telephone directory paper - Ground wood paper
2. PT Asia Paper Mills Status/ Awal Produksi Lokasi Kapasitas Produksi Jenis Produk Kertas
: Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 2007 : Kantor Pusat : Jatiuwung, Tangerang : Kertas : 157.500 ton/ tahun : - Newsprint paper - Uncoated writing printing paper - Uncoeted ground wood paper - Telephone directory paper
3. PT Aspex Kumbong Status/ Awal Produksi Lokasi Kapasitas Produksi Jenis Produk Kertas
: Kepemilikan Modal Asing (PMA)/ 1985 : Kantor Pusat : Wisma Korindo, Jakarta : Kertas : 430.000 ton/ tahun : - Newsprint paper - Uncoated writing printing paper - Uncoeted ground wood paper - Telephone directory paper
4. PT Kertas Basuki Rachmat Status/ Awal Produksi Lokasi Kapasitas Produksi Jenis Produk Kertas
: Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1969 : Kantor Pusat : Banyuwangi, Jawa Tengah : Kertas : 13.700 ton/ tahun : - Uncoated writing printing paper
5. PT Fajar Surya Wisesa Tbk Status/ Awal Produksi Lokasi Kapasitas Produksi Jenis Produk Kertas
: Kepemilikan Modal Dalam Negeri (PMDN)/ 1978 : Kantor Pusat : Jakarta : Kertas : 700.000 ton/ tahun : - Coated duplex board - Corrugating medium - Kraft liner - Sack kraft paper
2.3 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pulp dan kertas dilakukan oleh Asih (2005) dengan judul penelitiannya adalah analisis ekonomi perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia dibeberapa negara utama dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan ekspor pulp dan kertas di pasar dunia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series dengan metode analisis model persamaan simultan Two Stage Least Square (2SLS). Hasil pembahasan pada penelitian diperoleh bahwa ekspor pulp dan kertas terkonsentrasi di negara
China,
Korea
Selatan dan
Jepang
sehingga
perkembangan ekspor pulp dan kertas sangat bergantung pada perkembangan ekonomi ketiga tersebut. Agar dapat mempertahankan peningkatan ekspor pulp dan kertas Indonesia, disarankan agar produsen pulp dan kertas Indonesia memperhatikan pemasaran pulp dan kertas ke negara China, Korea Selatan dan Jepang karena ketiga negara tersebut memiliki prospek yang baik. Hasil penelitian mengenai pulp dan kertas juga telah dilakukan sebelumnya oleh Ningrum (2006) dengan judul penelitian analisis permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari model diperoleh hasil bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan ekspor pulp dan kertas Indonesia lebih didominasi oleh tiga negara yaitu Jepang, China dan Korea Selatan. Nilai ekspor pulp dan kertas Indonesia ke China lebih tinggi dibandingkan pada ekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar dari permintaan ekspor pulp adalah variabel produksi
pulp. Pada ekspor kertas, variabel yang paling responsif terhadap ekpor kertas adalah variabel produksi kertas. Jika industri pulp dan kertas Indonesia dapat meningkatkan produksinya, maka ekspor pulp dan kertas Indonesia akan semakin meningkat dan dapat memperluas pemasaran produknya dan menjangkau negara-negara yang memiliki peluang besar sebagai pasar untuk produk pulp dan kertas Indonesia. Penelitian dengan menggunakan model regresi berganda dengan persamaan tunggal dengan metode gravity model dilakukan oleh Yunita (2006) yang
meneliti
tentang
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
aliran
perdagangan biji kakao Indonesia. Dat yang digunakan adalah data cross section. Variabel-variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, harga produk ekspor di negara tujuan, nilai tukar dan kualitas produk (dummy). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabelvariabel bebas dalam model berpengaruh terhadap variabel tidak bebas. Dengan kata lain, semua variabel bebas dapat menjelaskan variasi perubahan volume ekspor biji kakao Indonesia ke negara-negara tujuan. Variabel-variabel yang berpengaruh besar terhadap aliran perdagangan biji kakao Indonesia adalah populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap dolar Amerika dan kualitas biji kakao Indonesia. Sedangkan untuk GDP per kapita negara tujuan tidak menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan bagi negara importir untuk mengimpor biji kakao Indonesia. Penelitian Sunenti (2005) tentang anlisis aliran perdagangan dan faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor meubel rotan di Indonesia. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pendapata per kapita, jumlah penduduk dan nilai tukar
terhadap dolar Amerika memberikan nilai yang positif. Sedangkan jarak, harga dan biaya transportasi berpengaruh negatif. Dari keenam variabel, hanya tiga variabel yang nyata pada taraf lima persen yaitu pendapatan per kapita, populasi dan biaya transportasi. Penelitian yang dilakukan oleh Trisdawanto (2004) mengenai analisis strategi pemasaran mebel kayu pada CV Permata 7 di Kabupaten Wonogiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal lingkungan pemasaran CV Permata 7 dan merumuskan strategi pemasaran yang tepat dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar. Alat analisis yang digunakan adalah matrik IFE dan EFE, SWOT dan QSPM. Dari hasil analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi. Alternatif strategi yang dimasukkan dalam analisis QSPM adalah strategi penetrasi pasar dengan cara mempertahankan dan meningkatkan hubungan dengan distributor melalui peningkatan pelayanan serta mencari pemasok alternatif yang dapat memberikan bahan baku dengan mutu yang sama dengan harga yang relatif lebih murah. Analisis dengan menggunakan matrik IFE dan EFE, SWOT dan QSPM juga dilakukan oleh Kemala (2002) dengan judul penelitian analisis strategi pemasaran produk kayu olahan PT Inhutani II. Berdasarkan hasil analisis melalui matriks SWOT diperoleh beberapa strategi yaitu adanya diversifikasi produk, perluasan pemasaran, penggunaan teknologi serta mempererat kerjasama yang baik dengan pemasok. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan karena model aliran perdagangan dengan menggunakan gravity model untuk produk kertas belum pernah dilakukan. Pada model ini variabel yang digunakan lebih bervariasi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan
penelitian aliran perdagangan dengan menggunakan gravity model yang telah dilakukan adalah pada komoditi yang ditelitinya. Selain itu, penelitian ini juga merumuskan hasil yang diperoleh berdasarkan perhitungan statistik, sehingga diharapkan dapat diperoleh suatu alternatif strategi yang baik. Dengan demikian, hasilnya dapat menjelaskan kondisi ekspor kertas di negara tujuan dan strategi pengembangan ekspor kertas secara lebih jelas.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan dapat terjadi antar daerah, antar pulau maupun antar perorangan di dalam suatu negara maupun antar negara yang disebut perdagangan internasional. Salah satu perwujudan antar daerah yang dapat berwujud barang, uang maupun jasa. Beberapa pendekatan untuk melihat atau menilai hubungan antar daerah, yaitu pendekatan analisis kependudukan, analisis ekonomi, analisis masukan keluaran dan program linear (Limbong dan Sitorus, 1987). Pada
dasarnya
faktor
yang
mendorong
timbulnya
perdagangan
internasional dari suatu negara ke negara lain bersumber dari keunggulan kompetitif dalam memperluas pemasaran komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan komoditi ekspor dan memperbesar penerimaan devisa dalam penyediaan dana pembangunan dari negara yang bersangkutan. Teori perdagangan internasional mengkaji dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperoleh dengan adanya perdagangan tersebut. Kebijakan perdagangan internasional membahas alasan-alasan dan pengaruh
adanya
hambatan-hambatan
perdagangan
serta
hal-hal
yang
menyangkut proteksionisme baru (Salvatore, 1997). Teori perdagangan internasional menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antar beberapa negara, serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional juga menunjukkan adanya profit yang timbul akibat adanya perdagangan internasional. Menurut Gonarsyah (1987) ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan
internasional suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan memperluas pemasaran
komoditi
ekspor,
memperbesar
penerimaan
bagi
kegiatan
pembangunan, adanya perbedaan penawaran permintaan antar negara, adanya perbedaan biaya relatif serta tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya. Kegiatan perdagangan internasional (ekspor-impor), suatu negara akan cenderung mengekspor barang-barang yang biaya produksi dalam negerinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan barang yang sama di luar negeri dan dapat bersaing di pasar internasional (keumggulan komperatif). Namun sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang-barang yang biaya produksi dalam negerinya relatif lebih mahal dibandingkan dengan barang yang sama diluar negeri. Beberapa faktor pendukung suatu negara dapat bersaing di pasar internasional adalah sumberdaya manusia, sumberdaya alam, teknologi serta sosial budaya dimana faktor-faktor ini sebagai penentu harga dan mutu barang dan jasa yang dihasilkan. Pada Gambar 1 terlihat bahwa tanpa adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan produksi dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P1, sedangkan negara 2 akan berproduksi dan berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P3. Setelah ada hubungan dagang antara negara 1 dan negara 2, harga relatif komoditi X akan berkisar antara P1 dan P3, jika harga yang berlaku diatas P1 maka negara 1 akan memasok komoditi lebih banyak dari tingkat permintaan domestik. Kelebihan produksi itu selanjutnya akan diekspor ke negara 2, sedangkan di pihak negara 2 menghadapi harga di bawah P3 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi dari produksi domestiknya serta kekurangan akan diimpor dari negara 1.
Px/Py
Px/Py
Px/Py
Sx
Sx
P2
B A
E*
Bt B’
X
0
Et E’
D
Dx
0
A’
P3
S
P4 B*
E
P1
St
X2 X1
Dx X
0 X
Pasar di negara 1 untuk komoditi X
Hubungan perdagangan internasional dalam komoditi X dengan adanya biaya transportasi
Pasar di negara 2 untuk komoditi X
Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997 Pada harga relatif P2 kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 (B’E’) sama dengan kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan negara 1 (BE). Hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan S setelah komoditi X diperdagangkan antara kedua negara. Dengan demikian P2 adalah harga relatif ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Apabila Px/PY lebih besar dari P2 maka kuantitas ekspor komoditi X yang ditawarkan akan melebihi tingkat permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi X tersebut (Px/PY) akan mengalami penurunan sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Adanya biaya transportasi maka penawaran ekspor komoditi X akan berkurang sehingga kurva S menjadi St dengan tingkat harga relatif ekuilibrium berada diatas P2, yaitu P4 dengan pengurangan jumlah impor komoditi negara 2 dari titik X1 ke X2.
3.1.2 Teori Aliran Perdagangan Komoditi Aliran perdagangan kertas pada penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan gravity model. Model ini digunakan untuk menganalisis faktorfaktor ekonomi yang mempengaruhi perdagangan antara dua negara. Pertama kali gravity model digunakan dalam analisis perdagangan internasional oleh Tinberger (1962) dan Ponyohen (1963) untuk menganalisis aliran perdagangan antara negara-negara Eropa. Menurut model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, jarak antar negara. Gravity model menyajikan suatu analisa yang lebih empiris dari pola perdagangan dibandingkan model yang lebih teoritis. Model ini pada bentuk dasarnya, menjelaskan perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya, seperti GDP dan populasi. Alasan yang melatarbelakangi penggunaan gravity model adalah bahwa negara yang lebih besar dan kaya banyak melakukan perdagangan luar negeri dibandingkan dengan negara yang lebih kecil dan miskin. Menurut Bergstand dalam Oktaviani (2000) dalam Turnip (2002) menerapkan persamaan gravity model dari keseimbangan model perdagangan dunia. Variabel gravity yang digunakan dalam persamaannya meliputi jarak, harga dan nilai tukar. Pada kondisi dimana permintaan dan penawaran berada di posisi ekuilibrium menurut Koo, Karemera, dan Taylor dalam Oktaviani (2000) dalam Turnip (2002), bahwa komponen variabel yang terkandung dalam gravity model adalah faktor ekonomi yang mempengaruhi aliran perdagangan di negara tujuan dan hasil-hasil alam yang meningkatkan ataupun mempertahankan aliran perdagangan. Persamaan gravity model diperoleh adalah sebagai berikut : Xij = a0 Yia1 Yj a2 Cij a3 Tij a4 Pia5 Pja6 Eij a7 eij
Keterangan : Xij Yi(Yj) Cij Tij Pi(Pj) Eij eij
= Volume komoditi dari negara i ke negara j = Pendapatan di negara i (j) = Biaya transportasi (cif/fob) antara negara i dan negara j = Faktor lain yang mempengaruhi perdagangan antar negara = Harga komoditas pada negara eksportir dan negara importir = Nilai tukar mata uang asing antar negara i dengan negara j = Random Error Menurut Oktaviani (2000) dalam Turnip (2002), dalam makalahnya yang
berjudul The Indonesian Import Demand and Trade of Cotton (Permintaan Impor dan Aliran Perdagangan Kapas ke Indonesia), variabel yang mempengaruhinya adalah pendapatan per kapita (Yj), jarak antar negara pengekspor dengan Indonesia (Dij), harga FOB kapas di negara eksportir (Pj), jumlah penduduk (Nj), dan nilai tukar mata uang asing (Ej). Dengan demikian, persamaan aliran perdagangannya adalah : Xij = f(Yj, Dij, Pj, Nj, Ej) Berdasarkan hasil tinjauan studi terdahulu dari beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam model aliran perdagangan kertas Indonesia adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor, harga kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika Serikat dan tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia (dummy). 1. Gross Domestic Product (GDP) Variabel pendapatan yang digunakan untuk mewakili perdagangan kertas Indonesia adalah Gross Domestic Bruto (GDP). GDP mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan
jasa
perekonomian
(Mankiw,
2000).
GDP
yang
dimaksud
dalam
pembahasan ini adalah sebagai asumsi dari GDP tingkat kebutuhan kertas untuk
bidang pendidikan dan jurnalistik di negara tujuan ekspor, sehingga lebih spesifik berdasarkan jenis kebutuhan. 2. Populasi Populasi suatu negara yang terus bertambah berpengaruh pada ekspor suatu komoditi melalui sisi penawaran dan permintaan. Pada sisi permintaan, berdampak pada bertambah besarnya permintaan
domestik. Pada sisi
penawaran adalah bertambahnya tenaga kerja untuk melakukan produksi komoditi ekspor (Salvatore, 1997). Populasi pada pembahasan ini adalah sebagai asumsi dari pertambahan jumlah penduduk akan kebutuhan kertas seperti pada bidang pendidikan dan jurnalistik. Semakin meningkatnya kebutuhan akan kertas di bidang tersebut disebabkan peningkatan dari jumlah penduduk yang membutuhkan dan menggunakannya10. 3. Jarak antara Indonesia dengan Negara Tujuan Variabel jarak adalah indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan ekspor (Salvatore, 1997). Jarak dapat meningkatkan biaya transaksi pertukaran barang dan jasa internasional. 4. Harga Teori ekonomi menyatakan bahwa harga suatu komoditi dan kuantitas yang akan diminta berhubungan secara negatif, cateris paribus (Lipsey, 1995). Hal ini berarti jika harga suatu komoditi semakin rendah, maka jumlah yang akan diminta akan semakin besar. Semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah komoditi yang akan diminta, karena konsumen akan beralih membeli barang yang harganya lebih murah. 5. Nilai Tukar (Kurs) Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey, 1995). Kurs antara dua 10
Pers, Idealisme dan Harga Kertas, www.hamline.edu [14 Januari 2008]
negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Kurs terbagi menjadi dua, yaitu kurs riil dan kurs nominal. Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Sedangkan kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2000). Peningkatan atau penurunan nilai mata uang (kurs) domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor yang diperdagangkan. 6. Variabel Dummy Variabel dummy digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel bebas kualitatif dengan variabel terikat (Hanke et al., 2003). Variabel dummy yang digunakan dalam persamaan aliran perdagangan kertas ini adalah adanya tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia yang diekspor. Dimana D=0 adalah sebelum adanya tuduhan dumping dan D=1 adalah setelah adanya tuduhan dumping.
3.1.3 Teori Analisis Regresi Berganda Hubungan
kedua
variabel
kadangkala
memungkinkan
seseorang
memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas.
Namun,
situasi peramalan
di
kehidupan
nyata
tidaklah
begitu
sederhananya. Biasanya diperlukan lebih dari satu variabel bebas untuk memprediksi variabel tidak bebas secara akurat. Model regresi yang terdiri lebih dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda. Model statistik regresi berganda dirumuskan sebagai berikut : Yt = β0 + β1X1t + β2X2t + … + βkXkt + ε Dimana : = Variabel dependen pada periode t Yt X1…Xk = Variabel independen β0 = Intersep (nilai Yt ketika X1…Xk bernilai nol)
β1…βk k t εt
= Slope = Banyaknya independen variabel = Observasi periode waktu = error term Dalam analisis regresi berganda kadangkala perlu untuk mrenentukan
apakah variabel terikat berikatan dengan suatu peubah bebas apabila faktor kualitatif
mempengaruhi
keadaan.
Hubungan
ini
diselesaikan
dengan
pembentukan variabel dummy yang mengambil nilai 0 dan 1. Berdasarkan penelitian terdahulu, gravity model diperkirakan dalam bentuk log-linier. Model tersebut menggunakan regresi berganda yang diestimasi dengan menggunakan prinsip metode kuadrat terkecil biasa (Method of Ordinary Least Squares, OLS). Pada analisis regresi berganda, perlunya dipenuhi beberapa asumsiasumsi untuk diuji. Dengan terpenuhinya asumsi-asumsi tersebut, maka penaksir kuadrat terkecil dalam kelas penaksir tak bias mempunyai varians minimum yaitu Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi atau R2, multikolinieritas, uji F dan uji-t.
3.1.4 Teori Lingkungan Organisasi Pengertian organisasi dalam penelitian ini adalah mewakili seluruh perusahaan kertas di Indonesia. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal organisasi dilakukan sebelum merumuskan pilihan strategi yang dapat diterapkan oleh suatu organisasi. Analisis lingkungan internal dan eksternal dalam penelitian ini adalah formulasi hasil yang diperoleh dari analisis deksriftif dan kuantitatif faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi. Dengan demikian, diharapkan dapat dirumuskan suatu strategi sebagai upaya untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan ekspor kertas di berbagai negara terus meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya aliran perdagangan kertas dari Indonesia sebagai negara pengekspor ke berbagai negara tujuan sebagai titik konsumsi. Aliran perdagangan kertas ke berbagai negara tujuan ekspor, dianalisis dengan menggunakan persamaan yang menyertakan berbagai faktor gravity atau penarik yang lebih dikenal dengan gravity model. Garvity model ini didasarkan pada karakteristik negara tujuan yang dilihat melalui faktor-faktor ekonomi maupun non ekonomi. Model ini bertujuan untuk melihat hubungan dan pengaruhnya terhadap aliran perdagangan kertas ke negara tujuan ekspor. Faktor
ekonomi
yang
digunakan
untuk
menggambarkan
aliran
perdagangan dalam penelitian ini adalah pendapatan per kapita (GDP per kapita) negara tujuan, jumlah penduduk (populasi) negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan harga kertas di negara tujuan. Sedangkan faktor non ekonominya adalah jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor serta variabel dummy, yaitu adanya tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia. GDP per kapita merupakan ukuran perekonomian suatu negara. Hal ini dapat dilihat baik dari negara pengekspor maupun negara pengimpor. Perubahan pada pendapatan masyarakat akan berpengaruh pada permintaan suatu komoditi. Sedangkan pertambahan penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap komoditi ekspor. Jika pendapatan per kapita naik, maka permintaan terhadap suatu komoditi akan bertambah (Lipsey, 1995). Nilai tukar mata uang suatu negara lain merupakan salah satu pertimbangan untuk mengukur pembelian barang yang harus dikeluarkan dari luar negeri, karena harga dalam perdagangan kertas menggunakan Dollar Amerika. Perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor terhadap Dollar
Amerika akan berpengaruh besar terhadap ekspor kertas. Jika nilai tukar negara tujuan ekspor kertas Indonesia terhadap Dollar Amerika terapresiasi, maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tersebut akan meningkat. Harga kertas Indonesia di negara tujuan apabila mengalami peningkatan, maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan tersebut menjadi menurun. Sebaliknya jika harga kertas Indonesia di negara tujuan menurun, maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan meningkat. Jarak antar negara merupakan variabel yang juga digunakan dalam aliran perdagangan kertas. Jarak digunakan untuk mewakili biaya transportasi. Jarak akan mengindikasikan bahwa semakin jauh jarak negara pengekspor dengan negara tujuan ekspor, maka frekuensi ekspor semakin sedikit. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini adalah jarak antara negara Indonesia sebagai negara pengekspor kertas dengan negara tujuan ekspornya. Variabel dummy yang digunakan dalam persamaan aliran perdagangan kertas ini adalah adanya tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia yang diekspor. Tuduhan ini dibuat dengan alasan bahwa industri ini menerima subsidi atas bahan baku (kayu) yang digunakan dalam proses produksinya akibat adanya larangan ekspor kayu gelondongan yang menyebabkan harga kertas dari Indonesia menjadi lebih murah. Dimana D=0 adalah sebelum adanya tuduhan dumping dan D=1 adalah setelah adanya tuduhan dumping. Bertolak dari penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan menganalisis ekspor kertas Indonesia yang dianalisis dari aliran perdagangan kertas Indonesia yang belum pernah dilakukan. Meskipun pangsa pasar ekspor kertas ini masih kecil, namun produk kertas yang diekspor memberikan sumbangan devisa yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Ekspor kertas masuk dalam 10 komoditi terpenting sebagai penghasil devisa negara diantara sektor industri lainnya. Analisis aliran perdagangan kertas ke negara
tujuan ekspor yang menggunakan analisis regresi berganda dengan persamaaan gravity model dilakukan agar ekspor kertas Indonesia dapat bertahan di pasar internasional dan dapat terus dikembangkan. Dalam penelitian ini akan dikaji karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia melalui faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi serta mempelajari bagaimana aliran perdagangan kertas ke berbagai negara tujuan ekspor. Hasil yang diperoleh melalui analisis deskriftif dan perhitungan tersebut diharapkan dapat diformulasikan, sehingga dapat dirumuskan suatu strategi sebagai upaya untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia. Kerangka analisis aliran perdagangan kertas ini dapat digambarkan secara skematis yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Industri kertas Indonesia
Ekspor kertas fluktuatif
Negara-negara tujuan ekspor kertas
Faktor-faktor yang mempengaruhinya (gravity model) : 1. GDP perkapita 2. Jumlah penduduk 3. Jarak antar negara tujuan 4. Harga kertas Indonesia di negara tujuan 5. Nilai tukar 6. Dummy
Analisis regresi berganda faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia
Analisis lingkungan internal dan eksternal dari hasil analisis regresi (Matriks SWOT)
Strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian mengenai aliran perdagangan kertas adalah mencakup jenis kertas secara keseluruhan. Penelitian ini juga terdapat keterbatasan dalam menganalisis aliran perdagangan kertas. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan data yang diperoleh. Berdasarkan 112 negara tujuan ekspor kertas Indonesia, hanya 47 negara saja yang dapat dianalisis. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data nasional, meliputi data kuantitatif. Data ini merupakan data sekunder berupa data deret waktu (time series) dan ruang (cross section). Data deret waktu meliputi data tahunan selama 10 tahun (1997-2006) digunakan untuk mengkaji karakteristik lima negara pengimpor terbesar kertas Indonesia. Negara-negara tersebut adalah China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat. Pada penelitian ini yang menjadi data cross section adalah volume ekspor kertas pada tahun 2006, dengan asumsi data tahun 2006 merupakan data terbaru yang tersedia. Jenis data yang dibutuhkan juga mencakup GDP per kapita negara tujuan, jarak antara negara Indonesia dan negara tujuan, populasi negara tujuan, harga ekspor kertas Indonesia di negara tujuan, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika serta dumping terhadap produk kertas Indonesia sebagai dummy. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI),
Bank
Indonesia
serta
perpustakaan, buku dan lain-lain.
data-data
pendukung
seperti
internet,
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriftif dan kuantitatif. Metode deskriftif digunakan untuk melihat karakteristik negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia. Metode ini juga digunakan pada hasil yang diperoleh dari analisis data kuantitatif yang kemudian akan diformulasikan, sehingga diharapkan dapat diperoleh strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda dengan persamaan tunggal menggunakan gravity model.
Metode
ini
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia. Pengolahan data dimulai dari pengelompokkan data, perhitungan dan ditabelkan sesuai yang dibutuhkan. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan paket program komputer excel dan minitab for windows 14 yang kemudian hasil output komputer diinterpretasikan.
4.3 Analisis Data Dalam analisis data, model yang digunakan adalah model regresi linier berganda dengan persamaan tunggal, karena bentuk ini mampu menunjukkan berapa persen variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan nilai R2. Dengan demikian dapat diketahui apakah variabel-variabel bebasnya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tak bebas dengan melihat nilai uji-F dan uji-t. Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Lest Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut, Supranto dalam Turnip 2002 : 1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E (ei) = 0, untuk utuk i = 1,2,....,n
2. Varian (ej) = E (ej) = σ2, sama untuk semua kesalahan pengganggu (asumsi homoskedastisitas). 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti covarian (ei,ej) = 0, i ≠ j 4. Variabel bebas X1, X2,.......,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi , ei) = 0. 5. Tidak ada kolinearitas ganda diantara variabel bebas X. 6. ei ≈ N (0 ; σ 2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dengan varian σ 2. Berdasarkan asumsi tersebut, maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best Linier Unbiased Estimator).
4.4 Perumusan Model Perumusan hubungan antar
model
merupakan
langkah
awal
dalam
mempelajari
variabel-variabel. Berdasarkan penelitian terdahulu dan
kerangka pemikiran teoritis, maka pendekatan yang digunakan untuk menduga dalam gravity model yaitu pertama model harus linier dengan mengubah ke dalam log-linier. Dengan demikian model ekonometrika untuk aliran perdagangan kertas Indonesia adalah sebagai berikut : Log Xij = b0 + b1 log Yj + b2 log Nj + b3 log Dij + b4 log Pj + b5 log ERj + b6 DM + Eij Keterangan : Xij Yj Nj Dij Pj ERj DM Eij
= = = = = =
Volume ekspor kertas negara Indonesia ke negara tujuan (ton) GDP per kapita negara tujuan (US$/org) Populasi negara tujuan (juta) Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan (km) Harga kertas Indonesia di negara tujuan (US$/ton) Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika (domestik/US$) = Dummy tuduhan dumping Indonesia = Random error
b0 bn
= Konstanta (intersep) = Parameter yang diduga, n = 1, 2,....6 Berdasarkan
faktor-faktor
yang
diduga
mempengaruhi
aliran
perdagangan kertas Indonesia, maka yang menjadi hipotesis/dugaan awal adalah : 1. GDP per kapita negara tujuan yang diharapkan berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 2. Populasi negara tujuan diharapkan berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 3. Jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan diharapkan berpengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 4. Harga kertas Indonesia di negara tujuan diharapkan berpengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 5. Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 6. Tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia.
4.5 Definisi Operasional 1. Volume ekspor kertas Indonesia yang dimaksud adalah total volume ekspor kertas yang diekspor ke negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam satuan ton. 2. Pendapatan per kapita (GDP per kapita) negara pengimpor kertas, dinyatakan dalam satuan US$/orang, asumsi mewakili pendapatan per kapita pada bidang pendidikan dan bidang jurnalistik yang lebih fokus pada kebutuhan kertas. 3. Populasi negara tujuan didefinisikan sebagai total penduduk negara tujuan ekspor kertas Indonesia dan dinyatakan dalam juta jiwa, asumsi
mewakili pendapatan per kapita pada bidang pendidikan dan bidang jurnalistik yang lebih fokus pada kebutuhan kertas. 4. Jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kertas didefinisikan sebagai jarak antara ibukota negara Indonesia dengan ibukota negara tujuan ekspor dan dinyatakan dalam kilometer. 5. Harga kertas Indonesia di negara tujuan merupakan hasil bagi antara total nilai ekspor dengan volume ekspor kertas ke negara tujuan ekspor dan dinyatakan dengan satuan US$ per ton. 6. Nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika, dinyatakan dalam mata uang domestik negara tujuan per Dollar Amerika. 7. Tuduhan dumping yang dikenakan kepada produk kertas Indonesia yang dimaksud adalah seberapa besar pengaruhnya terhadap ekspor kertas Indonesia.
4.6 Pengujian Hipotesis Model yang dianalisis merupakan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang dilakukan. Hal ini bertujuan untuk melihat nyata tidaknya pengaruh variabel yang dipilih terhadap variabel-variabel yang diteliti. Berdasarkan analisis regresi berganda, maka pengujian-pengujian tersebut mencakup sebagai berikut : 4.6.1. Uji-t Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh secara nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebas. Hipotesis : H0 : bi = 0 H1 : bi ≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalalah uji-t.
bi S (bi )
t hitung =
t-tabel = tα (n - k) Dimana : S (bi) bi n k
= Standar deviasi parameter untuk bi = Koefisien ke-i yang diduga = Jumlah pengamatan = Jumlah parameter
Kriteria uji : t hitung > t tabel (n – k) maka tolak H0 t hitung < t tabel (n - k) maka terima H0 Jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel (α , n – k) maka tolak H0 artinya variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya. 4.6.2 Uji F Pengujian ini digunakan untuk menguji parameter secara serentak variabel bebas secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari variabel tidak bebas. Hipotesis : H0 : bi = b2 = b3 = ... = bk = 0 H1 : minimal ada satu slope yang ≠ 0 Uji statistik yang digunakan dalam uji F.
Fhiutng =
e 2 /( k − 1) (1 − e 2 ) /(n − k )
Dimana : e2 (1 – e2) n k Kriteria uji :
= Jumlah kuadrat regresi = Jumlah kuadrat sisa = Jumlah pengamatan = Jumlah parameter
F hitung > F tabel, (k – 1)(n - k) maka tolak H0 F hitung < F tabel, (k – 1)(n - k) maka terima H0 Jika tolak Ho, berarti secara bersama-sama variabel bebas dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas pada taraf nyata α persen, demikian pula sebaliknya. 4.6.3 Koefisien Determinasi Suatu angka yang mengukur keragaman pada variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variasi pada model regresi disebut koefisien determinasi (R2). Nilai R2 berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel dependen, demikian pula sebaliknya. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : ∧
R = 1− 2
∑ (Yi − Y ) ∑ (Yi − Y )
2
2
R2-adjusted dalam regresi berganda adalah nilai R2 yang telah disesuaikan terhadap banyaknya variabel bebas dan banyaknya observasi. Koefisien determinasi yang disesuaikan dirumuskan sebagai berikut : ∧
R − adjusted = 1 − 2
∑ (Yi − Y ) / (n −1) 2
^
∑ (Yi − Y ) 2 /(n − k )
Dimana : R2-adjust R2 k n
= Koefisien determinasi yang disesuaikan = Koefisien determinasi = Jumlah variabel bebas = Jumlah observasi
4.7 Pengujian Asumsi Beberapa asumsi mendasar dalam membuat suatu persamaan regresi berganda adalah normalitas, homoskedastisitas dan multikolinieritas. 4.7.1 Uji Normalitas Salah satu pengujian yang dilakukan dalam persamaan regresi untuk menguji apakah nilai-nilai dari Y berdistribusi normal pada tiap nilai dari X adalah uji normalitas. Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan metode yang digunakan untuk menguji kenormalan data adalah metode Kolmogorov Smirnov. Hipotesis H0
: Sebaran Normal
H1
: Sebaran Tidak Normal
Uji Statistik Dn = max (Fe – Fo) Dimana : Dn Fe Fo
= Nilai Kolmogorov Smirnov hitung = Frekuensi harapan = Frekuensi observasi
Kriteria Uji KShitung > KStabel atau Pvalue < 5%, maka tolak H0 KShitung < KStabel atau Pvalue > 5%, maka tolak H1 4.7.2 Uji Homoskedastisitas Asumsi ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai-nilai Y (variabel dependen) bervariasi dalam satuan yang sama, baik untuk nilai X (variabel independen) yang tinggi maupun nilai X yang rendah. Jika asumsi tersebut tidak terpenuhi maka dapat dikatakan terjadi penyimpangan. 4.7.3 Uji Multikolinieritas Kebanyakan masalah regresi, data secara rutin dicatat dibandingkan dengan dihasilkan dari kumpulan terpilih sebelumnya dari variabel bebas. Dalam
hal ini, variabel bebas kadang kala menjadi linier terikat. Hubungan linier antara dua atau beberapa variabel bebas disebut multikolinieritas (Hanke et al, 2003). Kekuatan multikolinieritas diukur melalui faktor varian inflasi atau Variance Inflation Factor (VIF). Suatu model menghadapi masalah multikolinieritas ketika nilai VIF sangat besar. Nilai VIF mendekati 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas. Untuk mengatasi adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel yang berkolinier satu sama lainnya. Pengujian ini dirumuskan sebagai berikut :
VIF =
1 1− Rj
2
, j = 1,2,...k
Dimana : VIF Rj2
= Variance Inflation Factor = Koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j
4.8 Matriks SWOT Perumusan strategi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT yang merupakan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Perumusan tersebut berdasarkan formulasi dari hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruihi aliran perdagangan kertas indonesia, sehingga diharapkan diperoleh suatu strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia. Tabel 4 menggambarkan matriks SWOT yang digunakan untuk menyusun formulasi yang telah dibuat agar dapat dirumuskan strategi yang tepat.
Tabel 4. Matriks SWOT INTERNAL EKSTERNAL Opportunity (O) Faktor-faktor peluang
Threat (T) Faktor-faktor ancaman
Strength (S)
Weakness (W)
Faktor-faktor kekuatan
Faktor-faktor kelemahan
STRATEGI S-O
STRATEGI W-O
Strategi untuk menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI S-T
Strategi untuk meminimalkan kelemahan dan memanfaatkan peluang STRATEGI W-T
Strategi yang menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman
Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : Rangkuti, 2001 Pada Tabel 4 diketahui bahwa matriks SWOT mengembangkan empat tipe strategi yaitu : 1. Strategi
S-O
yaitu
strategi
yang
menggunakan
kekuatan
untuk
memanfaatkan peluang yang datang dari luar. 2. Strategi W-O yaitu strategi yang bertujuan untuk memperbaiki atau memperkecil kelemahan dengan memanfaatkan peluang yang datang dari luar. 3. Strategi
S-T
yaitu
strategi
yang
menggunakan
kekuatan
untuk
menghindari atau mengurangi ancaman dari luar. 4. Strategi W-T yaitu strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman yang datang dari luar.
BAB V ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN KERTAS INDONESIA
5.1 Karakteristik Negara-negara Tujuan Ekspor Kertas Indonesia Pada Lampiran 1 dan 2 dapat dilihat jumlah ekspor kertas Indonesia selama dua tahun terakhir, yaitu tahun 2005-2006. Negara-negara tujuan ekspor kertas tersebar di dunia yang meliputi Asia, Amerika Serikat, Australia, Timur Tengah, Afrika dan Eropa. Dalam kurun waktu tersebut secara keseluruhan 10 negara importir kertas terbesar umumnya tetap sama. Berdasarkan data tersebut terdapat negara yang mengalami peningkatan dan penurunan ekspor kertas dari tahun sebelumnya. Negara yang mengalami peningkatan impor kertas sehingga menjadi masuk dalam 10 negara impor kertas terbesar dari tahun sebelumnya, yaitu Amerika Serikat (Tabel 5). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selama dua tahun terakhir karakteristik negara-negara tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan. Negaranegara tersebut adalah China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Taiwan, India, Australia, Vietnam dan Italia (Tabel 5). Tabel 5. 10 Negara Importir Terbesar Kertas Indonesia Tahun 2005-2006 Negara China Korea Selatan Jepang Malaysia Amerika Serikat Taiwan India Australia Vietnam Italia Sumber : BPS, 2007
Tahun 2005 Volume Nilai (Ton) (000 US$) 1.306.172 554.061 807.221 317.463 501.758 362.923 338.767 213.204 265.614 121.042 183.757 78.119 179.526 142.899 151.954 83.115 166.035 59.808
Tahun 2006 Volume Nilai (Ton) (000 US$) 1.659.978 753.707 720.239 308.585 515.737 380.410 378.092 259.006 292.006 227.382 269.470 144.506 199.625 94.492 188.781 161.652 186.612 113.478 185.265 74.673
Berdasarkan data tersebut (Tabel 5), yang dibahas dalam penelitian ini merupakan lima negara tujuan ekspor kertas Indonesia dengan volume ekspor kertas terbesar tahun 2006, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat. Karakteristik negara yang dideskripsikan meliputi bentuk negara, luas area, perkembangan pendapatan per kapita, populasi, nilai tukar serta volume dan nilai ekspor kertas Indonesia masing-masing negara selama 10 tahun terakhir (1997-2006). 1. China China merupakan negara dengan bentuk Republik. Luas area negara China adalah 9.596.960 km2. Pendapatan per kapita tahun 2006 sebesar US$ 7.600. Sedangkan jumlah penduduknya adalah 1314,78 juta jiwa. Mata uang negara China adalah Yuan dengan nilai tukar Yuan tahun 2006 adalah sebesar 7,97 per Dollar Amerika. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas yang diekspor oleh China tahun 2006 diantaranya adalah newsprint paper (101.761 kg), paper and paperboard (356.106 kg), cigarette paper (181.086 kg), tissue paper (2.719.194 kg). Tabel 6. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke China Tahun 1997-2006 Tahun
GDP Per Populasi Nilai Tukar Kapita (US$) (Jiwa) (Yuan/US$) 1997 2.301 1242.41 8,31 1998 2.681 1253,51 8,29 1999 3.800 1264,07 8,28 2000 4.325 1273,98 8,28 2001 4.801 1283,20 8,28 2002 5.600 1291,84 8,28 2003 6.484 1300,04 8,28 2004 7.000 1307,99 8,28 2005 7.204 1313,84 8,19 2006 7.600 1314,78 7,97 Sumber : Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Volume (Ton) 643.885 963.094 1.050.426 1.056.867 1.070.937 1.532.426 1.477.890 1.069.059 1.306.172 1.659.978
Nilai (000 US$) 325.655 445.740 441.057 560.093 392.117 548.405 561.655 462.631 554.061 753.707
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa pendapatan per kapita negara China setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini memberikan gambaran
bahwa perekonomian negara tersebut berkembang dengan baik. Negara China diramalkan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Kepemimpinan pemerintah
China
sejak
tahun
1978,
telah
memperbaharui
sistem
perekonomiannya dari perekonomian terencana model soviet menjadi ekonomi yang berorientasi pasar. Pemerintah China membangun perekonomiannya dengan menekankan pada peningkatan pendapatan pribadi, konsumsi serta memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Fokus utama pemerintah China adalah pada perdagangan internasional untuk pertumbuhan ekonominya11. Tabel 6 juga menunjukkan pertumbuhan penduduk negara China juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. China merupakan negara dengan populasi terbesar. Menurut Lipsey (1995), pertambahan penduduk akan menciptakan permintaan terhadap suatu komoditas menjadi meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan barang dan jasa baik ekspor maupun impor negara ini meningkat pula. Nilai tukar negara China terhadap Dollar Amerika selama 10 tahun terakhir
cenderung
stabil.
Namun,
beberapa
tahun
terakhir
China
memperbolehkan mata uang negaranya ditentukan oleh pasar dan mentoleransi kenaikannya hingga sebesar 0,3 persen perhari, sehingga terapresiasi sejak tahun 200512. China adalah salah satu negara pengimpor kertas Indonesia yang volumenya paling besar selama dua tahun terakhir (Tabel 6). Volume ekspor kertas Indonesia ke negara China cenderung meningkat dari tahun ke tahun. China adalah negara yang berpotensi besar bagi ekspor kertas Indonesia. Hal ini didukung oleh perkembangan perekonomiannya. Selain itu juga dikarenakan
11 12
Keuangan China versus Amerika Serikat, www.mail-archive.com [ 01 Desember 2007] Ibid
keterbatasan dan kurang suburnya hutan di negara tersebut, sehingga sulit untuk memproduksi bahan baku kertas13. Dengan demikian, China diharapkan akan menjadi negara yang berpotensi untuk menciptakan permintaan yang akan meningkat setiap tahunnya terhadap ekspor kertas Indonesia. 2. Korea Selatan Korea Selatan merupakan negara yang berbentuk Republik. Luas area negara Korea Selatan adalah 99.274 km2. Pendapatan per kapita negara Korea Selatan tahun 2006 adalah US$ 24.200 dan jumlah penduduk negara tersebut yaitu 48,45 juta jiwa. Mata uang negara Korea Selatan adalah Won. Nilai tukar mata uang negara Korea Selatan terhadap Dollar Amerika tahun 2006 adalah sebesar 954,79 per Dollar Amerika. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas yang diekspor Korea Selatan diantaranya yaitu newsprint paper (12.066.932 kg), tissue paper (131.381 kg) dan sack kraft paper (5.961.075 kg). Tabel 7. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Korea Selatan Tahun 1997-2006 Tahun
GDP Per Populasi Nilai Tukar Kapita (US$) (Jiwa) (Won/US$) 1997 10.725 45,41 951,29 1998 11.392 46,15 1401,44 1999 12.369 46,48 1188,82 2000 13.225 46,78 1130,96 2001 14.475 47,04 1290,99 2002 15.269 47,27 1251,09 2003 17.700 47,46 1191,61 2004 19.200 47,64 1145,32 2005 22.543 47,82 1024,12 2006 24.200 48,45 954,79 Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Volume (Ton) 246.690 195.700 195.700 353.767 335.781 440.325 672.326 635.299 426.629 807.221
Nilai (000 US$) 106.245 82.371 157.535 197.487 175.793 267.632 257.053 175.272 317.463 308.585
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita dan populasi negara Korea Selatan selama 10 tahun terkahir cenderung meningkat. Jika pendapatan naik, sementara tingkat harga relatif tetap, maka berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap suatu barang. Peningkatan pendapatan 13
www.disperindag-jabar.go.id [01 Desember 2007]
per kapita tersebut diperkirakan berpotensi untuk menciptakan suatu permintaan terhadap suatu produk. Selain itu, nilai tukar mata uang negara Korea Selatan terhadap Dollar Amerika pun terapresiasi pada beberapa tahun terakhir. Hal ini berarti
bahwa
kemampuan
perekonomian
negara
Korea
Selatan
terus
mengalami perkembangan yang semakin baik. Korea
Selatan
merupakan
salah
satu
negara
yang
mencapai
pertumbuhan perekonomian sangat cepat dengan urutan ke-12 di seluruh dunia. Walaupun sempat mengalami penurunan perekonomian, namun negara ini dapat dengan cepat menstabilkannya. Pertumbuhan tersebut mengalami penurunan sebesar 3,3 persen pada tahun 2001. Hal ini terjadi karena perekonomian dunia yang
melambat,
ekspor
yang
menurun
dan
adanya
persepsi
bahwa
pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertumbuh. Pada tahun 2005, pertumbuhan yang menurun tersebut pun cepat mengalami perbaikan melalui industri dan konstruksi sebesar 5,8 persen. Pada tahun tersebut, Korea Selatan menjadi pemimpin dalam akses internet kecepatan tinggi, semikonduktor memori, monitor layar datar dan telepon genggam, pembuatan kapal, baja, produksi ban serat sintetis serta otomotif14. Volume ekspor kertas Indonesia ke negara Korea Selatan cenderung berfluktuatif selama 10 tahun (Tabel 7). Meskipun demikian, Korea Selatan adalah negara dengan volume ekspor kertas Indonesia terbesar kedua selama dua tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa selera negara tersebut akan produk kertas Indonesia tidak mengalami perubahan. Dengan demikian, Korea Selatan akan menjadi salah satu potensi utama ekspor kertas Indonesia yang permintaannya mengalami peningkatan setiap tahunnya.
14
www.wikipedia.co.id_ekonomi Korea Selatan [01 Desember 2007]
3. Jepang Negara Jepang adalah negara yang berbentuk Kekaisaran. Luas area negara Jepang adalah 377.837 km2. Pendapatan per kapita negara Jepang tahun 2006 adalah US$ 33.100 dengan populasi sebesar 128,05 juta jiwa. Mata uang negara Jepang adalah Yen. Nilai tukar mata uang negara Jepang terhadap Dollar Amerika tahun 2006 adalah sebesar 116,3 per Dollar Amerika. Produk kertas yang diekspor Jepang tahun 2006 (BPS 2006), mencakup diantaranya writing printing paper (57.285 kg), cigarette paper (2458 kg), newsprint paper (111.830 kg) dan tissue paper (1.894.397 kg). Tabel 8. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Jepang Tahun 1997-2006 Tahun
GDP Per Populasi Nilai Tukar Kapita (US$) (Jiwa) (Yen/US$) 1997 20.904 125,81 120,99 1998 22.010 126,14 130,91 1999 23.976 126,46 113,91 2000 24.138 126,76 107,77 2001 25.962 127,03 121,53 2002 27.916 127,29 125,39 2003 28.700 127,53 115,93 2004 29.400 127,71 108,19 2005 31.384 127,92 110,22 2006 33.100 128,05 116,30 Sumber : Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Volume (Ton) 105.128 200.592 228.449 370.270 451.870 484.572 519.547 486.642 501.758 515.737
Nilai (000 US$) 68.569 118.772 126.700 296.248 322.763 332.214 357.295 367.675 362.923 380.410
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat perkembangan pendapatan per kapita dan populasi negara Jepang selama 10 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan.
Perkembangan
ini
telah
mendorong
kesejahteraan
dan
kemakmuran bagi penduduknya. Dalam hal nilai tukar, perubahannya terhadap Dollar Amerika cenderung berfluktuatif. Namun demikian, Jepang telah menjadi sebuah pasar ekspor besar dan sumber investasi asing bagi perekonomian di
negara Asia. Selain itu, negara Jepang juga telah menjadi sumber bantuan utama di dunia dan tertinggi di negara Asia15. Jepang adalah salah satu negara dengan volume ekspor kertas Indonesia terbesar ketiga pada tahun 2005-2006. Volume ekspor kertas Indonesia ke negara Jepang cenderung meningkat setiap tahunnya (Tabel 8). Walaupun sempat terjadi penurunan ekspor kertas pada tahun 2004, namun penurunan tersebut tidak terlalu signifikan. Dengan demikian, Jepang akan menjadi potensi pasar dan permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya terhadap ekspor kertas Indonesia yang didukung oleh kemampuan perekonomian yang semakin makmur dari negara tersebut. 4. Malaysia Malaysia merupakan negara dengan bentuk Kerajaan Konstitusional. Luas area kawasan Malaysia adalah 329.847 km2. Pendapatan per kapita negara Malaysia tahun 2006 adalah sebesar US$ 12.700. Jumlah penduduk negara Malaysia adalah 26,64 juta jiwa. Mata uang negara Malaysia adalah ringgit, dengan nilai tukar ringgit 3,67 per US$. Berdasarkan BPS (2006), produk kertas utama yang diekspor Malaysia tahun 2006 diantaranya tissue paper (9.957.319 kg), writing printing paper (4.614.708 kg) dan newsprint paper (40.800.213 kg). Tabel 9 dapat dilihat bahwa pendapatan per kapita dan jumlah penduduk negara Malaysia terus meningkat setiap tahunnya (1997-2006). Hal ini diikuti pula oleh kestabilan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap Dollar Amerika Serikat selama 10 tahun terakhir. Perkembangan ini mengindikasikan bahwa perekonomian negara Malaysia semakin maju.
15
Tantangan dan Prospek Ekonomi ASEAN dan Jepang, www.perbendaharaan.go.id [01 Desember 2007]
Tabel 9. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006 Tahun
GDP Per Populasi Nilai Tukar Kapita (US$) (Jiwa) (Ringgit/US$) 1997 2.318 21,43 2,81 1998 3.948 21,96 3,92 1999 4.300 22,49 3,80 2000 5.100 23,00 3,80 2001 6.030 23,49 3,80 2002 7.730 23,97 3,80 2003 8.615 24,44 3,80 2004 9.700 24,89 3,80 2005 11.850 25,35 3,79 2006 12.700 26,64 3,67 Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Volume (Ton) 133.465 148.058 283.706 260.754 307.889 296.461 286.976 318.414 338.767 378.092
Nilai (000 US$) 78.807 134.883 71.659 164.099 170.574 159.146 161.283 196.165 213.204 259.006
Sistem perekonomian yang dijalankan negara Malaysia adalah sistem perekonomian terbuka. Dalam sistem perekonomiannya, Malaysia berusaha menghilangkan hambatan dan masalah termasuk proses ekspor-impor. Namun demikian, Malaysia tetap memberlakukan beberapa aturan pelaksanaan impor yang sering dianggap menghambat oleh para eksportir luar negeri. Aturan tersebut diantaranya yaitu adanya suatu persyaratan bahwa produk lokal harus dapat bersaing dengan produk impor terutama dalam segi kualitas. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi produsen dalam negeri, keamanan lingkungan serta kesehatan masyarakatnya16. Perkembangan volume ekspor kertas Indonesia di negara tersebut selama 10 tahun terakhir cenderung berfluktuatif (Tabel 9). Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, Malaysia merupakan negara keempat terbesar terhadap ekspor kertas Indonesia dengan volume yang terus meningkat. Dengan demikian, Malaysia akan tetap menjadi potensi pasar negara terbesar yang mengimpor kertas dari Indonesia.
16
www.bexi.co.id [01 Desember 2007]
5. Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara berbentuk Republik Federal. Amerika Serikat meliputi kawasan seluas 9.826.630 km2. Pada tahun 2006, pendapatan per kapita negara Amerika Serikat adalah US$ 43.500. Jumlah penduduk negara ini adalah 301,13 juta jiwa. Mata uang negara Amerika Serikat adalah US Dollar. Produk kertas utama yang diekspor tahun 2006 berdasarkan BPS (2006) yaitu tissue paper (913.497 kg) dan writing printing paper (3.473.419 kg). Tabel 10. GDP Per Kapita, Populasi, Nilai Tukar serta Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia ke Amerika Serikat Tahun 1997-2006 Tahun
GDP Per Populasi Nilai Tukar Kapita (US$) (Jiwa) (US$) 1997 22.304 275,43 1,00 1998 23.816 278,36 1,00 1999 25.406 281,27 1,00 2000 26.960 284,15 1,00 2001 28.455 287,00 1,00 2002 31.062 289,82 1,00 2003 36.030 292,62 1,00 2004 40.100 295,41 1,00 2005 42.444 298,21 1,00 2006 43.500 301,13 1,00 Sumber :Bank Indonesia, 2007 ; BPS, 2007
Volume (Ton) 31.650 168.965 281.015 142.965 164.176 97.259 90.500 85.184 116.021 292.006
Nilai (000 US$) 18.474 105.864 183.850 120.227 121.598 78.141 74.383 77.197 95.179 227.382
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa perkembangan pendapatan per kapita dan populasi negara Amerika Serikat cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Amerika Serikat adalah negara super power dunia. Sejak awal sistem perekonomian yang dijalankannya adalah sistem perekonomian kapitalis dan kokoh di permukaan. Indikator utamanya, yaitu pengangguran dan inflasi. Namun, di sisi lain negara ini memiliki defisit perdagangan yang rendah, sehingga secara tidak langsung menggambarkan bahwa negara ini lebih banyak membeli dari negara lain daripada menjualnya. Perekonomian negara Amerika Serikat adalah salah satu yang terpenting di dunia. Dalam hal nilai tukar, banyak negara-negara di dunia yang telah menjadikannya tolak ukur mata uangnya. Hal ini berarti bahwa berharga atau
tidaknya mata uang negara-negara tersebut ditentukan oleh Dollar Amerika, sehingga bursa saham Amerika Serikat dipandang sebagai indikator ekonomi dunia17. Amerika Serikat adalah salah satu negara pengimpor kertas Indonesia yang volumenya terbesar setelah Malaysia. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa volume ekspor kertas Indonesia ke Amerika Serikat berfluktuatif. Ekspor kertas Indonesia di negara tersebut bersaing ketat dengan pesaing industri sejenis dari negara Amerika Selatan. Indonesia menguasai sekitar 3,9 persen pasar ekspor kertas di negara tersebut. Walaupun produk kertas Indonesia dikenakan tuduhan dumping oleh negara Amerika Serikat, namun volume ekspor kertas Indonesia ke negara Amerika Serikat cenderung meningkat. Tuduhan ini sangat merugikan citra Indonesia di pasar internasional. Tuduhan ini dilakukan sebagai upaya persaingan serta semakin berkurangnya bahan baku yang dapat diproduksi di negara tersebut sehingga menyebabkan menutupnya perusahaan kertas di negara tersebut. Dengan demikian, Indonesia berpeluang untuk meningkatkan ekspor kertas ke negara tersebut.
5.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Indonesia ke Negara-negara Tujuan Ekspor
Perdagangan
Kertas
5.2.1 Pengujian Asumsi Pengujian asumsi dalam analisis regresi berganda dilakukan karena didasarkan pada beberapa asumsi yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas, uji homoskedastisitas dan uji multikolinieritas. Jika ada (paling tidak satu) asumsi dalam model regresi yang tidak dapat terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh, maka kebenaran pendugaan model tersebut diragukan. Namun
17
www.bexi.co.id [01 Desember 2007]
sebaliknya, jika semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi , maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan penduga dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (BLUE). 1. Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov (Lampiran 6). Hasil pengujian pada taraf lima persen diperoleh nilai KShitung sebesar 0,059. Hasil yang diperoleh ini lebih kecil jika dibandingkan dengan KStabel yaitu sebesar 0,198. Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas sudah terpenuhi. 2. Homoskedastisitas Berdasarkan gambar plot residual (Lampiran 6) terlihat bahwa data tersebar, artinya data tersebut berada di posisi dibawah nol maupun diatas nol. Data tersebut juga tidak menggambarkan suatu pola tertentu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan asumsi homoskedastisitas sudah terpenuhi. 3. Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sama kuat antara peubah-peubah bebas dalam persamaan regresi berganda. Kekuatan suatu multikolinieritas pada suatu regresi, dapat dilihat melalui nilai VIF (Variance Inflation Factors). Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa nilai VIF (Lampiran 5) pada masing-masing variabel bebas adalah kurang dari 10. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Dengan demikian, hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa asumsi multikolinieritas sudah terpenuhi.
5.2.2 Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia ke Negaranegara Tujuan Ekspor Aliran perdagangan kertas pada penelitian ini dijelaskan dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Model ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan. Volume ekspor kertas Indonesia ke masing-masing negara tujuan (Xij) sebagai variabel tidak bebas. Variabel bebas meliputi GDP per kapita negara tujuan (Yj), populasi negara tujuan (Nj), jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan (Dij), harga kertas Indonesia di negara tujuan (Pj), nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika (ERj) dan tuduhan dumping (DM). Ketepatan model yang digunakan diuji dengan menggunakan uji statistik, yaitu uji t-hitung, uji f-hitung dan koefisien determiasi yang disesuaikan R-Sq (adj). Uji ini dilakukan pada masing-masing parameter agar diperoleh model yang terbaik. Hal ini dikarenakan parameter-parameter yang digunakan masih merupakan penduga. Dengan demikian, model tersebut diharapkan dapat menjelaskan dengan baik hubungan antara faktor-faktor gravity sebagai variabel bebas dengan volume ekspor kertas Indonesia sebagai variabel tidak bebas dalam aliran perdagangannya. Berdasarkan hasil analisis regresi gravity model dengan metode Ordinary Least Square (OLS), model aliran perdagangan kertas Indonesia diperoleh persamaan sebagai berikut : Log Xij
= 4,27 + 0,727 Log Yj + 0,388 Log Nj – 0,915 Log Dij – 2,68 Log Pj + 0,0093 Log ERj – 0,105 DM
Tabel 11. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Kertas Indonesia, Tahun 2006 Variabel GDP per kapita negara tujuan Populasi negara tujuan Jarak antar negara Harga kertas di negara tujuan Nilai tukar mata uang negara tujuan Tuduhan dumping (dummy) R-Sq = 74,3% R-Sq (adj) = 70,4% = 19,23 Fhitung Ftabel = 2,34 = 1,645 ttabel
Hasil
analisis
regresi
Koefisien 0,7268 0,38753 -0,9155 -2,6789 0,00932 -0,1048
faktor-faktor
t-hitung 5,52 4,62 -5,21 -6,02 0,19 -0,57
yang
P-value 0,000 0,000 0,000 0,000 0,852 0,574
mempengaruhi
VIF 1,5 1,2 1,1 1,1 1,4 1,2
aliran
perdagangan kertas Indonesia (Tabel 11), diperoleh koefisien determinasi disesuaikan R-Sq (adj) sebesar 70,4 persen. Hal ini berarti bahwa 70,4 persen perubahan volume ekspor kertas Indonesia dapat diterangkan oleh variasi peubah-peubah dalam model. Sedangkan sisanya sebesar 29,6 persen diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan uji F yang digunakan, diperoleh nilai Fhitung sebesar 19,23 pada taraf nyata lima persen. Nilai tersebut jika dibandingkan dengan nilai Ftabel, maka Fhitung tersebut lebih besar nilainya dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel-variabel bebas seperti GDP per kapita, populasi negara tujuan, jarak antar negara, nilai tukar terhadap Dollar Amerika dan dummy dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Dengan demikian, berarti pula bahwa seluruh variabel bebas dapat menjelaskan dengan baik variasi perubahan volume ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Uji-t pada hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia, diperoleh variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen (signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen)
terhadap
aliran
perdagangan
kertas
Indonesia.
Variabel-variabel
yang
berpengaruh nyata tersebut adalah GDP per kapita negara tujuan, populasi negara tujuan, jarak antar negara Indonesia sebagai pengekspor dengan negara tujuan ekspor dan harga kertas Indonesia di negara tujuan. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika dan tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia. Analisis pengaruh variabel bebas pada hasil regresi gravity model faktor-faktor
yang
mempengaruhi
aliran
perdagangan
kertas
Indonesia,
dijelaskan sebagai berikut : 1. Pendapata Per Kapita Negara Tujuan (Yj) Pendapatan per kapita atau GDP per kapita menunjukkan keadaan perekonomian suatu negara. Ukuran perekonomian suatu negara importir akan menentukan jumlah komoditi ekspor yang dapat diperdagangkan oleh negara eksportir. Koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan diharapkan memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia di negara tujuan tersebut. Jika terjadi peningkatan pendapatan per kapita di negara tujuan, maka jumlah produk kertas yang diperdagangkan ke negara tujuan ekspor akan meningkat pula, cateris paribus. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien variabel GDP per kapita negara tujuan memberikan pengaruh positif dan nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisien variabel GDP per kapita sebesar 0,7268 berarti jika terjadi peningkatan GDP per kapita sebesar satu persen, maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan meningkat sebesar 0,7268 persen, cateris paribus. Variabel GDP per kapita memberikan pengaruh yang nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti variabel tersebut menjadi
pertimbangan bagi negara pengimpor untuk mengimpor kertas Indonesia. Jika dilihat dari volume ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan ekspor, diketahui bahwa volume ekspor tertinggi adalah ke negara China dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 7600. Pendapatan per kapita negara tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara Uni Emirat Arab yang merupakan negara dengan pendapatan per kapita terbesar, yaitu US$ 49.700. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan per kapita bukan satu-satunya faktor utama yang mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia. 2. Populasi Negara Tujuan (Nj) Peningkatan populasi akan menjadi suatu indikasi bagi perkembangan ekspor kertas Indoenesia. Berdasarkan hipotesis, koefisien variabel populasi negara tujuan diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia di negara tujuan. Jika populasi negara tujuan bertambah, maka permintaan produk kertas tersebut akan meningkat. Nilai koefisien variabel populasi negara tujuan dalam regresi memberikan pengaruh positif dan nyata pada taraf lima persen terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis yang diharapkan. Nilai tersebut sebesar 0,38753, artinya jika terjadi pertambahan populasi sebesar satu persen maka akan menyebabkan peningkatan aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,38753 persen, cateris paribus. Tanda positif pada variabel populasi negara tujuan mengindikasikan bahwa negara dengan populasi yang besar memiliki volume perdagangan yang tinggi. Begitu pula sebaliknya, negara dengan populasi yang kecil memiliki volume perdagangan yang rendah. Negara China merupakan negara dengan populasi terbesar yaitu 1314,78 juta jiwa. Dengan demikian, negara China akan menjadi potensi pasar yang besar dibandingkan dengan negara-negara tujuan ekspor lainnya dengan populasi yang lebih kecil.
3. Jarak Antara Negara Indonesia dengan Negara Tujuan (Dij) Jarak diindikasikan sebagai wakil dari biaya transportasi. Jarak akan memperkecil aliran perdagangan, karena jarak yang semakin jauh memperbesar biaya transportasi, sehingga volume ekspor suatu produk semakin rendah. Koefisien jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor kertas memberikan pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Jika jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor semakin jauh, maka jumlah produk kertas yang diekspor akan semakin kecil, cateris paribus. Koefisien variabel jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan dalam hasil analisis regresi memberikan pengaruh negatif dan nyata pada taraf lima persen terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini sesuai dengan hipotesis. Nilai koefisien variabel jarak antar negara sebesar -0,9155. Jika jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan bertambah satu persen maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan menurun sebesar 0,9155 persen, cateris paribus. Dengan demikian, jarak yang semakin jauh akan menjadi kendala dalam mengimpor kertas dari Indonesia. Tanda negatif pada variabel jarak antara negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor menunjukkan bahwa negara dengan jarak yang semakin jauh memiliki volume perdagangan yang kecil. Sedangkan negara dengan jarak yang dekat memiliki volume perdagangan yang besar. Singapura merupakan salah satu negara yang memiliki jarak terdekat dengan negara Indonesia yaitu 900 km. Meskipun volume ekspor kertas ke negara tersebut bukan yang terbesar, namun negara Singapura akan menjadi potensi pasar yang besar jika dibandingkan dengan negara-negara tujuan ekspor lainnya dengan jarak yang jauh.
4. Harga Kertas Indonesia di Negara Tujuan (Pj) Koefisien variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan memberikan pengaruh negatif dan nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai koefisien variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan berdasarkan hasil regresi adalah sebesar -2,6789. Hal ini berarti apabila harga kertas Indonesia di negara tujuan meningkat sebesar satu persen, maka aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan akan menurun sebesar 2,6789, cateris paribus. Variabel harga kertas Indonesia di negara tujuan memberikan pengaruh yang nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi pertimbangan bagi negara pengimpor, karena kertas bukan merupakan kebutuhan primer bagi manusia dan digunakan untuk kebutuhan tertentu. Selain itu kertas dapat juga disubtitusikan dengan produk sejenis yang berbeda bahan bakunya dengan harga yang relatif lebih rendah. Tabel 12. Harga Kertas Indonesia di Lima Negara Importir Terbesar Kertas Indonesia Tahun 2006 No Negara 1. China 2. Korea Selatan 3. Jepang 4. Malaysia 5. Amerika Serikat Sumber : BPS, 2007 (diolah)
Harga (US$/ton) 0,45 0,43 0,74 0,69 0,78
Tabel 12 menunjukkan harga kertas Indonesia di negara Amerika Serikat merupakan harga kertas tertinggi, yaitu sebesar US$ 0,78/ ton. Harga kertas di negara Jepang adalah US$ 0,74/ ton, Malaysia sebesar US$ 0,69/ ton, China sebesar US$ 0,45/ ton dan di negara Korea Selatan, yaitu sebesar US$ 0,43/ ton. Harga kertas Indonesia di lima negara tujuan tersebut selisihnya tidak berbeda jauh, sehingga dapat disimpulkan bahwa harga kertas Indonesia di setiap negara tujuan relatif sama.
5. Nilai Tukar Mata Uang Negara Tujuan Terhadap Dollar Amerika (ERj) Berdasarkan
hipotesis
yang
diharapkan,
nilai
tukar
mata
uang
berpengaruh positif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai tukar yang digunakan dalam aliran perdagangan kertas Indonesia ini adalah nilai tukar mata uang negara tujuan ekspor kertas terhadap Dollar Amerika. Jika nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika terapresiasi, maka aliran perdagangan kertas Indonesia menjadi meningkat pula, cateris paribus. Hasil analisis regresi menunjukkan koefisien variabel nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika memberikan pengaruh positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai koefisien variabel nilai tukar sebesar 0,00932. Jika terjadi perubahan pada nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika sebesar satu persen, maka akan mengakibatkan peniingkatan aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara tujuan sebesar 0,00932 persen. Hal ini berarti sesuai dengan hipotesis. Nilai tukar mata uang negara tujuan semakin menurun (terapresiasi), maka permintaan terhadap ekspor kertas Indonesia menjadi meningkat. Hal ini dikarenakan nilai tukar Dollar Amerika semakin melemah, maka harga kertas Indonesia di negara tujuan relatif lebih rendah, sehingga aliran perdagangan kertas Indonesia menjadi meningkat. Nilai tukar bukan menjadi pertimbangan utama bagi importir untuk mengimpor kertas dari Indonesia, karena tidak berpengaruh nyata terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Pengaruh nilai tukar dapat dilihat melalui perbandingan nilai tukar antar negara terhadap Dollar Ameika dan total volume ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan tersebut. Negara Vietnam merupakan negara dengan nilai tukar terendah, yaitu Dollar Vietnam 15.994,3 per US Dollar. Volume ekspor kertas Indonesia ke negara Vietnam tahun 2006 adalah sebesar 186.612 ton. Sedangkan nilai tukar negara Kuwait yaitu sebesar 0,28 per US Dollar dengan
total volume ekspor kertas Indonesia sebesar 17.159 ton. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh besar terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. 6. Tuduhan Dumping Terhadap Produk Kertas Indonesia (DM) Variabel tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia dimasukkan sebagai variabel bebas dalam persamaan aliran perdagangan kertas Indonesia. Hal ini dikarenakan tuduhan dumping tersebut berpengaruh terhadap citra Indonesia di pasar internasional. Tuduhan dumping tersebut dikeluarkan oleh beberapa negara tujuan ekspor kertas Indonesia, seperti Amerika Serikat, Australia, Malaysia dan Uni Eropa. Indonesia dituduh melakukan dumping, yaitu menjual harga kertas lebih rendah dibandingkan dengan harga jual di negara eksportir. Berdasarkan hasil analisis regresi, menunjukkan bahwa tuduhan dumping tersebut tidak berpengaruh nyata pada taraf lima persen. Koefisien variabel tuduhan dumping terhadap kertas Indonesia memberikan pengaruh negatif terhadap aliran perdagangan kertas Indonesia. Nilai koefisien variabel dumping adalah sebesar -0,1048. Hal ini berarti bahwa dengan adanya tuduhan dumping, aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor menurun sebesar 0,1048 persen, cateris paribus. Hal ini sangat merugikan citra Indonesia di pasar internasional ditengah perekonomian mulai membaik. Namun demikian, pemerintah telah banyak melakukan klarifikasi atas tuduhan ini, sehingga beberapa negara yang melakukan tuduhan tersebut mencabut tuduhannya. Dengan demikian, kondisi yang semakin baik ini diharapkan akan meningkatkan aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor.
BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN EKSPOR KERTAS INDONESIA
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, maka akan dirumuskan strategi pengembangan ekspor kertas Indonesia melalui hasil tersebut. Hasil analisis regresi tersebut akan dimasukkan dalam analsisis lingkungan internal dan eksternal, sehingga diharapkan dapat diformulasikan menjadi kekuatan (strength), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Melalui formulasi tersebut, maka akan dirumuskan strategi yang dapat mengembangkan ekspor kertas Indonesia.
6.1 Analisis Lingkungan Internal Kertas merupakan salah satu komoditi sektor industri penting yang memiliki nilai ekonomis tinggi, karena manfaat dan kegunaannya sangat luas dan dekat dengan kegiatan keseharian manusia. Kegiatan dan aktivitas manusia, hampir seluruhnya menggunakan kertas. Dalam bidang industri penggunaan kertas beragam, baik dalam industri peralatan kantor, industri makanan, industri kosmetik dan lain sebagainya. Kertas digunakan sebagai pembersih (tissue), kemasan, bahan baku industri, alat tulis dan lain-lain. Industri kertas di Indonesia terus berkembang. Hal ini dilihat dari semakin bertambahnya perusahaan besar yang bergerak di industri kertas. Berdasarkan data APKI (2007) jumlah perusahaan pada tahun 1989 adalah sebanyak 25 perusahaan, yang kemudian berkembang menjadi 71 perusahaan pada tahun 2006. Hal ini merupakan indikasi yang positif terhadap perkembangan industri di Indonesia. Banyaknya perusahaan kertas yang berkembang menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan bahan baku kertas. Ketersediaan bahan baku
kertas di Indonesia selama ini sebagian besar diperoleh dari Hutan Tanaman Industri (HTI). Hutan Tanaman Industri (HTI) yang terealisasi saat ini sedikitnya 2,5 juta hektar. Hal ini didukung pula oleh iklim Indonesia yang menyebabkan pohon akasia yang ditanam dapat dipanen saat berumur lima hingga tujuh tahun. Umur panen pohon akasia tersebut lebih singkat dibandingkan dengan negara yang menjadi basis Pulp dan kertas seperti Skandinavia, Finlandia dan Chili. Kondisi tersebut menjadikan biaya produksi kertas di Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara pesaing18. Selain itu hampir seluruh perusahaan kertas di Indonesia telah mendapatkan sertifikasi ISO 9002 untuk masing-masing produk kertas yang diproduksi,
APKI
(2007).
Dengan
demikian,
adanya
standardisasi
ini
menunjukkan bahwa produk kertas yang dihasilkan di perusahaan-perusahaan kertas di Indonesia memiliki kualitas yang baik dan bersaing di pasar internasional. Berdirinya Indonesian Pulp and Paper Association atau Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) sejak tahun 1990 semakin memudahkan akses informasi bagi perusahaan-perusahaan kertas di Indonesia yang tergabung didalamnya. Perusahaan-perusahaan tersebut lebih mudah untuk memperoleh informasi perkembangan ekspor kertas di pasar internasional. Selain itu juga kemudahan informasi mengenai perkembangan harga, impor, kebijakan pemerintah serta kemudahan riset dan pengembangan yang mendukung terciptanya inovasi dalam industri kertas. Industri kertas di Indonesia sejak tahun 1990-an telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data pada pembahasan awal, produksi kertas setiap tahunnya cenderung mengalami kenaikan dengan laju
18
Indonesia Berpeluang Meningkatkan Ekspor Bubur Kertas dan Kertas, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007]
pertumbuhan produksi sebesar 17,4 persen per tahun (Tabel 2). Perkembangan produksi tersebut juga berimplikasi pada peningkatan ekspor kertas Indonesia (Tabel 3). Laju pertumbuhan volume ekspor kertas Indonesia selama 10 tahun terakhir
(1997-2006)
sebesar
73,2
persen
per
tahun,
sedangkan
laju
pertumbuhan nilai ekspornya sebesar 89,4 persen per tahun. Selain itu, didukung pula oleh iklim investasi di Indonesia yang mulai membaik. Kesempatan investasi ini terbuka, baik bagi investor dalam negeri maupun luar negeri. Pada sisi lain, iklim investasi yang semakin membaik di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, seperti keamanan, hukum, sosial dan perekonomian19. Kondisi perekonomian yang mulai membaik masih perlu dilakukan beberapa pembenahan agar dapat berjalan stabil, sehingga nantinya akan mempengaruhi kestabilan iklim investasi secara tidak langsung. Jaminan keamanan dan hukum dari pemerintah saat ini dirasakan masih kurang, sehingga sangat diperlukan jaminan investasi yang aman bagi para investor. Dengan adanya kebijakan yang terjamin bagi para investor, maka minat para investor dalam negeri maupun luar negeri untuk berinvestasi semakin meningkat termasuk investasi perluasan usaha.
6.2 Analisis Lingkungan Eksternal 1. Demografi Demografi adalah salah satu faktor yang menjadi perhatian cukup besar bagi aspek pemasaran, karena demografi terkait dengan manusia. Demografi sendiri melingkupi jumlah penduduk atau populasi. Besarnya jumlah penduduk dunia khususnya negara tujuan ekspor kertas merupakan peluang bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia. Jumlah penduduk yang dimaksud dalam
19
Ekspor Bubur Kertas dan Kertas Indonesia Naik, www.tempointeraktif.com [26 Juni 2007]
pembahasan ini adalah dengan asumsi jumlah penduduk untuk tingkat pendidikan dan kebutuhan kertas untuk bidang jurnalistik. Hal ini berarti, bertambahnya jumlah penduduk pada dua bidang tersebut mengindikasikan adanya peningkatan permintaan akan produk kertas. Berdasarkan hasil analisis regresi, jumlah penduduk memberikan pengaruh positif. Pertambahan jumlah penduduk di negara tujuan ekspor kertas Indonesia khususnya, secara langsung akan mempengaruhi permintaan kertas. Salah satu negara tujuan ekspor kertas Indonesia adalah China. China adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 1314,78 juta jiwa. China juga merupakan negara importir kertas Indonesia yang volumenya paling besar. Peningkatan jumlah penduduk di negara tersebut merupakan peluang bagi perkembangan industri kertas di Indonesia. Selain China, negara lain yang juga mengimpor kertas dari Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar diantaranya Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat dan India. Dengan demikian, negara-negara tersebut diharapkan akan tetap menjadi potensi pasar bagi ekspor kertas Indonesia. 2. Ekonomi Salah satu indikator ekonomi yang mempengaruhi ekspor kertas Indonesia adalah pendapatan per kapita khususnya di negara tujuan ekspor. Pendapatan per kapita tersebut mengindikasikan kemampuan perekonomian suatu negara untuk melakukan impor. Pendapatan per kapita yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendapatan per kapita pada tingkat kebutuhan kertas di bidang pendidikan dan jurnalistik di negara tujuan ekspor. Semakin besar dan stabilanya pendapatan per kapita negara tujuan ekspor merupakan peluang bagi ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi, pendapatan per kapita nenberikan pengaruh positif. China adalah salah satu negara yang diramalkan menjadi salah
satu kekuatan ekonomi dunia dengan prndapatan per kapita tahun 2006 adalah US$ 7.600. Perkembangan perekonomian negara China tumbuh dengan baik, sehingga menjadi negara yang paling besar mengimpor kertas dari Indonesia. Selain itu juga terdapat beberapa negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia yang memiliki pertumbuhan perekonomian yang cukup baik yang dilihat dari pendapatan per kapitanya, diantaranya Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab dan United Kingdom. Dengan demikian, negara-negara tersebut diharapkan akan menjadi peluang bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia. Nilai tukar juga menjadi indikator ekonomi yang berpengaruh terhadap perkembangan ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan hasil regresi, nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika memberikan pengaruh positif. Nilai tukar Dollar Amerika dijadikan tolak ukur oleh hampir seluruh negara-negara di dunia. Negara-negara tujuan ekspor kertas Indonesia yang memiliki nilai tukar mata uangnya terhadap Dollar Amerika relatif stabil, diantaranya China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Ukraina, Australia, Netherland, Perancis dan Inggris. Hal ini berarti bahwa negara-negara tersebut tetap menjadi peluang bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia. 3. Geografi Geografi merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan perdagangan. Luas dan letak lokasi suatu negara mempengaruhi kemampuan negara tersebut untuk melakukan perdagangan internasional. Letak lokasi tersebut dapat digambarkan dengan jarak, dimana jarak menyebabkan adanya biaya transportasi. Jauh dekatnya jarak suatu negara dalam melakukan perdagangan
akan
mempengaruhi
besar
kecilnya
jumlah
barang
yang
diperdagangkan. Jarak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mewakili biaya transportasi dalam perdagangan internasional. Jarak mengindikasikan bahwa
semakin jauh jarak negara pengekspor dengan negara tujuan ekspor, maka frekuensi ekspor semakin sedikit. Berdasarkan hasil analisis regresi, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan ekspor memberikan pengaruh negatif. Hal ini berbarti, semakin jauh jarak antar negara pengekspor dan pengimpor, maka semakin sedikit volume kertas yang diekspor. Negara yang paling besar mengimpor kertas dari Indonesia adalah China. Jarak negara tersebut dengan Indonesia adalah 4.419 km. Negara-negara lain yang mengimpor kertas dari Indonesia dengan volume yang cukup besar, diantaranya Jepang, Korea Selatan Malaysia, Vietnam, India dan Singapura. Negara-negara tersebut masih dalam wilayah Asia yang jaraknya masih terdekat dengan Indonesia. Dengan demikian, negara-negara tersebut menjadi fokus utama bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia. 4. Kebijakan Pemerintah Pemerintah sebagai pengatur kebijakan dan fasilitator memiliki peranan yang cukup besar dalam pelaksanaan kegiatan industri. Salah satu peran pemerintah dalam kegiatan industri ini adalah pemasaran barang, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Pemasaran produk untuk ekspor dipermudah pemerintah melalui berbagai kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan volume dan nilai ekspornya. Kebijakan yang diberikan lebih ditekankan pada penjaminan kepastian dan kontinyuitas bahan baku industri kertas khususnya. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai fasilitator untuk membuat kesepakatan perjanjian internasional. Pada akhir tahun 1995 pemerintah menetapkan kebijakan baru di sektor industri dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan daya saing produk industri dalam negeri. Berdasarkan kebijakan pada tahun 1995 tersebut, pemerintah menetapkan bea masuk bagi semua komoditas termasuk impor kertas. Begitu juga dengan produk yang akan diekspor, pemerintah mengeluarkan kebijakan terhadap perusahaan-perusahaan
yang akan melakukan ekspor agar produknya sesuai dengan standar internasional dan berdaya saing di pasar internasional. Dalam hal ini, kertas sendiri merupakan produk yang tergolong kedalam kelompok barang yang mendapat pengawasan dalam kegiatan ekspornya. Indonesia merupakan salah satu produsen kertas yang berpotensi untuk bersaing di pasar internasional. Rintangan yang datang dari luar terhadap produk kertas Indonesia adalah tuduhan mengenai pencemaran lingkungan oleh LSM luar negeri20. Tuduhan ini sebenarnya hanya sebagai upaya dalam persaingan perdagangan. Selain itu adanya tuduhan dumping yang juga dikenakan terhadap produk kertas Indonesia, dimana tuduhan-tuduhan ini sebagai upaya persaingan di pasar internasional21. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah diharapkan dapat membantu mengatasi kesesuaian kebijakan yang dibuat negara tujuan ekspor berupa standar bea masuk ekspor kertas ke negara tujuan dengan peraturan yang ada. Dengan demikian, produsen domestik dapat bersaing dengan produk luar negeri. Berdasarkan hasil analisis lingkungan eksternal, maka dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan (faktor internal) serta peluang dan ancaman (faktor eksternal). Hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut : Kekuatan (Strenght) 1. Semakin bertambahnya perusahaan di Industri kertas yang berkembang di Indonesia, dari tahun 1989 sebanyak 25 perusahaan menjadi 71 perusahaan pada tahun 2006, APKI (2007). 2. Terintegrasinya ketersediaan bahan baku kertas melalui adanya Hutan Tanaman Industri (HTI) sehingga kontinyuitas lebih terjamin. 20
Indonesia Berpotensi Kuasai Pasar Dunia, www.republika.co.id [26 Juni 2007] Tuduhan Amerika Serikat Soal Dumping Kertas Meluas ke Subsidi, www.bisnisindonesia.co.id [26 Juni 2007] 21
3. Adanya penetapan standardisasi ISO 9002 untuk kertas yang telah diproduksi sebagian besar perusahaan-perusahaan dalam industri kertas. 4. Produksi kertas dan ekspor kertas yang cenderung meningkat. 5. Adanya Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI). Kelemahan (Weaknesses) 1. Tidak semua perusahaan kertas tergabung dalam Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI). 2. Belum adanya jaminan investasi yang aman. Peluang (Opportunities) 1. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dunia khususnya negara tujuan ekspor kertas. 2. Peningkatan dan kestabilan pendapatan per kapita di negara tujuan ekspor. 3. Perubahan nilai tukar mata uang negara-negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika. 4. Jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang semakin dekat. 5. Adanya berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung kegiatan usaha dalam Industri kertas. 6. Menutupnya industri kertas di negara pesaing seperti Amerika karena keterbatasan bahan baku. Ancaman (Threats) 1. Tuduhan pencemaran lingkungan oleh LSM luar negeri. 2. Tuduhan dumping terhadap produk kertas yag diekspor.
6.3 Matriks SWOT Analisis lingkungan internal dan eksternal di atas bertujuan untuk membentuk matriks SWOT. Melalui pendekatan matriks SWOT terdapat empat
alternatif strategi yang dapat dilaksanakan yaitu: 1). Strategi S-O (StrenghtsOpportunities), 2). Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), 3). Strategi S-T (Strenghts-Threats), 4). Strategi W-T (Weaknesses-Threats). Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka diperoleh hasil matriks SWOT pengembangan ekspor kertas Indonesia yang dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Matriks SWOT Strenghts (S) INTERNAL
1.
2.
3.
4. EKSTERNAL
5.
Opportunities (O) 1.
2. 3.
4. 5.
6.
Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk dunia khususnya negara tujuan ekspor kertas. Peningkatan dan kestabilan pendapatan per kapita di negara tujuan ekspor. Perubahan nilai tukar mata uang negara-negara tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika. Jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang semakin dekat. Adanya berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung kegiatan usaha dalam Industri kertas. Menutupnya industri kertas di negara pesaing seperti Amerika karena keterbatasan bahan baku.
2.
Tuduhan pencemaran lingkungan oleh LSM luar negeri. Tuduhan dumping terhadap produk kertas.
1.
2.
STRATEGI S-O 1.
2.
Threats (O) 1.
Semakin bertambahnya perusahaan di Industri kertas yang berkembang di Indonesia, dari tahun 1989 sebanyak 25 perusahaan menjadi 71 perusahaan pada tahun 2006, APKI (2007). Terintegrasinya ketersediaan bahan baku kertas melalui adanya Hutan Tanaman Industri (HTI) sehingga kontinyuitas lebih terjamin. Penetapan standardisasi ISO 9002 untuk kertas yang telah diproduksi sebagian besar perusahaan-perusahaan dalam industri kertas. Produksi kertas dan ekspor kertas yang cenderung meningkat. Adanya Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI).
Weaknesses (W)
Peningkatan ekspor kertas Indonesia, khususnya ke negara-negara tujuan ekspor khususnya (S1, S2, S3, S4, S5, O1, O2, O3, O4, O5, O6).
STRATEGI W-O 1.
Membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia (W1, O6).
2.
Peningkatan keamanan dan hukum oleh pemerintah (W2, O5).
Peningkatan produksi bahan baku kertas (S2, S3, O5, O6).
STRATEGI S-T 1.
Kerjasama antara pemerintah dan para pengusaha untuk membentuk peraturan hukum yang lebih pasti (S1, S5, T1, T2).
Tidak semua perusahaan kertas tergabung dalam Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI). Belum adanya jaminan investasi yang aman.
STRATEGI W-T 1.
Pemerintah dan APKI membuat program promosi industri kertas Indonesia (W2, T1, T2).
Hasil dari matriks SWOT diatas, diperoleh strategi sebagai berikut :
1. Strategi S-O (Strength-Opportunities) Strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Alternatif strategi yang dapat dilakukan pada usaha pengembangan ekspor kertas Indonesia adalah sebagai berikut : SO1
Strategi peningkatan ekspor kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor khususnya dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang berkualitas untuk menghasilkan kertas yang sesuai standar internasional, sehingga semakin bersaing di pasar internasional. Selain itu kerjasama antara pemerintah, APKI dan para pelaku bisnis agar kegiatan ekspor dapat lebih ditingkatkan. Fokus utama peningkatan ekspor kertas Indonesia berdasarkan hasil analisis regresi adalah ke negara-negara tujuan ekspor yang pertumbuhan GDP per kapita dan populasinya tinggi berpengaruh nyata dan signifikan. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Jepang, Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, Singapura, China, India, Malaysia dan Australia. Selain itu didukung pula oleh jarak antar negara pengekspor dan pengimpor yang berpengaruh terhadap suatu kegiatan perdagangan internasional. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa jarak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembangan ekspor kertas Indonesia. Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa negara-negara Asia merupakan negara yang sangat berpotensi untuk peningkatan ekspor kertas Indonesia. Negara-negara tersebut diantaranya China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia dan Singapura. Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa pengaruh perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan kertas bukan
kebutuhan primer bagi seluruh penduduk pada umumnya. Strategi peningkatan ekspor ini memanfaatkan kekuatan yang dimiliki oleh negara Indonesia yaitu semakin bertambahnya perusahaan yang berkembang di industri kertas dan adanya standar ISO, ketersediaan bahan baku yang lebih terjamin dan ekspor yang cenderung meningkat serta adanya Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. Peningkatan ekspor ini juga memanfaatkan peluang yang ada yaitu peningkatan pendapatan dan jumlah penduduk negara tujuan ekspor, perubahan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika, jarak antar negara pengekspor dan negara pengimpor, dukungan pemerintah dan penutupan industri sejenis di negara pesaing. SO2
Strategi peningkatan produksi bahan baku kertas dapat dilakukan dengan menjaga kualitas bahan baku melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). Kerjasama antara pengusaha dan pemerintah agar Hutan Tanaman Industri (HTI) mendapat perlindungan dan kontinyuitasnya lebih terjamin. Strategi peningkatan produksi bahan baku kertas ini memanfaatkan kekuatan, yaitu terintegrasinya Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pemenuhan standardisasi internasional yang telah diberikan kepada perusahaan kertas di Indonesia. Peluang yang dimanfaatkan dalam industri ini adalah dukungan pemerintah dan penutupan industri sejenis di negara pesaing.
2. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities) Strategi
W-O
adalah
kelemahan yang ada.
strategi
memanfaatkan
peluang
untuk
mengatasi
WO1 Alternatif strategi yang diperoleh adalah membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia. Strategi ini dapat dilakukan dengan kerjasama antara pemerintah dengan APKI untuk mempermudah peraturan investasi di dalam negeri. Dengan dukungan perekonomian yang sudah stabil, maka iklim investasi pun semakin membaik. Strategi ini untuk memanfaatkan peluang menutupnya industri kertas di negara pesaing. WO2
Strategi peningkatan keamanan dan hukum dapat dilakukan dengan jaminan yang diberikan pemerintah terhadap para investor. Pemerintah membuat kebijakan mengenai jaminan keamanan bagi investor dengan mengeluarkan Undang-Undang yang melindungi para investor asing baik dari hukum maupun sosial. Strategi ini memanfaatkan peluang dukungan pemerintah terhadap industri kertas Indonesia.
3. Strategi S-T (Strength-Threats) Strategi S-T adalah startegi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari atau meminimalkan ancaman. ST1
Alternatif strategi yang diperoleh adalah kerjasama antara pemerintah, APKI dan para pengusaha untuk membentuk peraturan yang lebih pasti. Hal ini dilakukan agar produk kertas Indonesia yang diekspor dapat diterima oleh seluruh negara tujuan ekspor dengan tidak merugikan pihak manapun. Strategi ini menggunakan kekuatan adanya asosiasi dan semakin berkembangnya industri kertas di Indonesia.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threats) Strategi W-T adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. WT1
Alternatif strategi yang diperoleh adalah kerjasama antara pemerintah dan APKI untuk membuat program yang dapat meningkatkan citra produk kertas Indonesia di pasar internasional. Program tersebut dapat dilakukan dengan promosi kertas Indonesia yang ramah lingkungan. Strategi ini bertujuan untuk mengurangi kelemahan belum amannya jaminan investasi
yang
diberikan
dan
menghindari
ancaman
perusakan
lingkungan serta dumping yang dituduhkan pada kertas Indonesia.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis karakteristik lima negara pengimpor kertas terbesar dari Indonesia, yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat berbeda-beda. Hasil analisis tersebut dibuat secara deskriftif yang meliputi bentuk negara, luas area, perkembangan pendapatan per kapita, populasi, nilai tukar serta volume dan nilai ekspor kertas Indonesia selama 10 tahun terakhir (1997-2006). Secara keseluruhan keadaan perekonomian negaranegara tersebut berkembang baik. Masing-masing negara tersebut memiliki volume ekpsor kertas Indonesia yang berbeda. Namun, negara-negara tersebut tetap menjadi potensi utama bagi perkembangan ekspor kertas Indonesia. Hasil analisis regresi menunjukkan secara keseluruhan model aliran perdagangan
kertas
Indonesia
mampu
menjelaskan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi aliran perdagangan kertas Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Hal ini dapat dilihat dari koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 70,4 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Variabel-variabel yang berpengaruh positif adalah pendapatan per kapita, populasi negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara tujuan terhadap Dollar Amerika. Variabel-variabel yang berpengaruh negatif adalah harga kertas Indonesia di negara tujuan, jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan dan tuduhan dumping terhadap produk kertas Indonesia. Hasil analisis juga menunjukkan variabel yang berpengaruh nyata pada taraf lima persen, yaitu pendapatan per kapita, populasi negara tujuan, harga kertas Indonesia di negara tujuan serta jarak antar negara Indonesia dengan negara tujuan.
Hasil analisis SWOT berdasarkan hasil analisis regresi guna memperoleh startegi pengembangan ekspor kertas Indonesia adalah peningkatan volume ekspor
kertas
Indonesia
khususnya
ke
negara-negara
tujuan
ekspor,
peningkatan produksi bahan baku kertas, membuka peluang masuknya investor asing dalam industri kertas Indonesia, peningkatan keamanan dan hukum oleh pemerintah,
kerjasama
antara
pemerintah
dan
para
pengusaha
untuk
membentuk peraturan hukum yang lebih pasti serta pemerintah dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) membuat program promosi kertas Indonesia. Peningkatan volume ekspor kertas Indonesia khususnya ke negaranegara tujuan ekspor adalah negara yang GDP per kapita dan populasinya tinggi. Selain itu jarak antar negara pengekspor dan pengimpor juga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan ekspor kertas Indonesia. Negara-negara tersebut diantaranya adalah Asia, Amerika Serikat dan Australia.
7.2 Saran Berdasarkan uraian sebelumnya maka diperlukan upaya-upaya untuk mengembangkan ekspor kertas Indonesia, khususnya meningkatkan volume ekspor kertas ke negara-negara tujuan ekspor utama, seperti China, Korea Selatan, Jepang, Malaysia dan Amerika Serikat. Selain itu peran serta pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya dan asosiasi dalam perdagangan internasional perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi lagi tuduhantuduhan yang dapat menghambat ekspor kertas Indonesia, sehingga citra Indonesia di pasar internasional tidak menurun. Peningkatan ekspor kertas juga perlu ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yaitu melalui Hutan Tanaman Industri (HTI). HTI yang telah terealisasi perlu ditingkatkan kontinyuitasnya agar kertas yang diproduksi kualitasnya tetap dapat bersaing di pasar internasional.
Hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini masih menunjukkan adanya faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model persamaan yang digunakan. Penelitian selanjutnya, diharapkan dapat menganalisis aliran perdagangan kertas secara menyeluruh dan memasukkan variabel lain yang lebih banyak dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2007. Indonesian Pulp and Paper Industry Directory 2007. PT Gramedia. Jakarta. Asih, S. 2005. Analisis Ekonomi Perkembangan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik. Statistik Volume dan Ekspor Kertas Tahun 2006. 2007. Jakarta. Bank Indonesia. 2007. Laporan Tahunan Tahun Anggaran 2005/2006. Jakarta. Departemen Perindustrian. 2007. Statistik Ekspor Komoditi Non Migas Utama. Jakarta. Gonarsyah, I. 1987. Landasan Perdagangan Internasional. Departemen Ilmuilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hanke, J.E, Wichern, D.W. dan Reitsch, A.G. 2003. Peramalan Bisnis. Edisi Ketujuh. Prenhalindo. Jakarta. Iriawan, N dan Puji Astuti, S. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Kemala, N. 2002. Analisis Strategi Pemasaran Produk Kayu Olahan PT Inhutani II. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Limbong, W.H. dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Jilid Kesatu. Edisi Kesepuluh. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta. Ningrum, A. 2006. Analisis Permintaan Ekspor Pulp dan Kertas Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Noviyanti, E. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Ikan Hias Indonesia. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sunenti. 2005. Analisis Perdagangan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Meubel Rotan di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Trisdawanto, B. 2004. Analisis Strategi Pemasaran Mebel Kayu Pada CV Permata 7 Di Kabupaten Wonogiri. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Turnip, C. 2002. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor dan Aliran Perdagangan Kopi Indonesia. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yunita. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Perdagangan Biji Kakao Indonesia. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Lampiran 1. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Negara Tujuan Jepang Hongkong Korea Taiwan China Thailand Singapura Philipina Malaysia Myanmar Kamboja Brunei Darussalam Vietnam India Pakistan Bangladesh Sri Lanka Afghanistan Iran Saudi Arabia Kuwait Yordania Yaman Turki Uni Emirat Arab Qatar Bahrain Mesir Sudan Kenya Togo Ghana Liberia Angola Congo Nigeria Mauritania Djibouti Afrika Selatan Zimbabwe Mauritius Australia New Zeland New Caledonia Fiji Amerika Serikat Kanada Guatemala
Volume (Ton) 501.758 160.096 807.221 265.614 1.306.172 89.659 144.395 91.190 338.767 26.150 7.467 695 151.954 183.757 48.705 27.121 61.993 74 131.583 74.913 14.657 18.853 5.717 35.486 74.697 5.683 6.396 48.839 4.241 9.269 2.738 6.335 269 599 1.185 37.504 116 14.755 23.672 1.342 13.455 179.526 39.439 351 2.264 116.021 32.455 665
Nilai (000 US$) 362.923 104.545 317.419 121.042 554.061 65.833 97.767 54.103 213.204 15.571 5.380 733 83.115 78.119 31.329 17.719 30.877 103 82.613 52.282 11.223 14.217 4.829 25.505 56.643 4.804 5.285 33.596 3.371 6.939 2.066 4.767 199 498 934 27.892 90 10.569 18.964 1.009 6.641 142.899 29.108 280 1.734 95.179 24.467 586
Lanjutan Lampiran 1. No 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Negara Tujuan Mexico Argentina Brazil Colombia Ecuador Peru Dominican Republic El Savador Costa Rica United Kingdom Netherland Perancis Jerman Austria Belgia Switzerland Sweden Italia Spanyol Greece Czechoslovakia Rumania Bulgaria Kyrgyzstan Ukraina Latvia Georgia Croatia Malta Slovenia Rusia Ireland Nepal Iraq Chili Venezuela Trinidad Denmark Liechtenstein Madagascar Cyprus Algeria Kamerun Benin Cote D’Ivory Tanzania Mozambiq Guinea
Volume (Ton) 468 1.509 7.321 2.735 2.402 2.419 678 807 617 17.044 64.266 68.386 24.493 39 27.173 386 465 166.035 13.160 6.831 316 25 22 16 3.666 57 801 192 241 581 4.504 315 97 19 1.560 1.494 59 521 235 1.541 4.141 2.012 1.399 812 784 1.997 1.099 763
Nilai (000 US$) 579 1.727 6.159 2.674 2.549 2.556 547 616 480 17.104 28.368 27.783 13.384 60 24.093 285 563 59.808 11.353 5.546 284 57 19 11 4.197 58 659 171 199 471 4.885 441 71 30 1.790 1.101 31 1.240 585 1.471 3.117 2.066 1.139 704 836 1.558 895 606
Lanjutan Lampiran 1. No Negara Tujuan 97 Gabon 98 Papua New Guinea 99 Nicaragua 100 French Polynesia 101 Uruguay 102 Paraguay 103 Samoa 104 Norway 105 Senegal 106 Reunion 107 Jamaica 108 Dominica 109 Solomon Islads 110 Tonga 111 Kuba 112 Czech Republic Sumber : BPS, 2007
Volume (Ton) 80 2.753 1.084 346 82 276 61 215 666 984 26 49 57 73 39 128
Nilai (000 US$) 79 2.242 470 255 95 358 124 486 528 806 28 49 67 46 38 113
Lampiran 2. Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Negara Tujuan Jepang Hongkong Korea Taiwan China Thailand Singapura Philipina Malaysia Myanmar Kamboja Brunei Darussalam Vietnam India Pakistan Bangladesh Sri Lanka Afghanistan Iran Saudi Arabia Kuwait Yordania Yaman Turki Uni Emirat Arab Qatar Bahrain Mesir Sudan Kenya Togo Ghana Liberia Angola Congo Nigeria Mauritania Djibouti Afrika Selatan Zimbabwe Mauritius Australia New Zeland New Caledonia Fiji Amerika Serikat Kanada Guatemala
Volume (Ton) 515.737 156.305 720.239 269.470 1.659.978 89.619 177.902 93.283 378.092 33.715 13.578 1.047 186.612 199.757 74.972 51.446 75.965 248 128.247 108.764 17.159 18.503 17.210 41.835 87.483 6.426 6.212 35.521 8.639 8.368 3.929 8.949 284 1.166 914 57.078 522 18.641 50.839 1.071 20.691 188.781 42.064 1.005 3.132 292.006 51.707 2.990
Nilai (000 US$) 380.410 108.223 308.585 144.506 753.707 70.707 124.067 61.155 259.006 20.435 9.137 1.260 113.478 94.492 49.681 29.339 40.337 364 89.431 67.089 11.728 15.133 12.540 30.773 67.588 5.861 5.367 25.473 5.359 6.633 3.281 6.816 268 852 704 43.070 425 13.878 32.243 825 11.830 161.652 32.265 808 2.436 227.382 40.708 2.245
Lanjutan Lampiran 2. No 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
Negara Tujuan Mexico Argentina Brazil Colombia Ecuador Peru Dominican Republic El Savador Costa Rica United Kingdom Netherland Perancis Jerman Austria Belgia Switzerland Sweden Italia Spanyol Greece Czechoslovakia Rumania Bulgaria Kyrgyzstan Ukraina Latvia Georgia Croatia Malta Slovenia Rusia Ireland Nepal Iraq Chili Venezuela Trinidad Denmark Liechtenstein Madagascar Cyprus Algeria Kamerun Benin Cote D’Ivory Tanzania Mozambiq Guinea
Volume (Ton) 2.564 3.464 18.121 4.266 2.599 4.851 913 3.695 3.828 23.662 52.513 96.197 2.400 2.375 27.784 1.134 1.128 185.265 17.140 14.202 1.528 381 2.490 87 3.317 152 2.698 152 515 1.023 4.996 317 136 28 1.426 615 528 432 199 1.255 3.332 125 1.710 1.431 1.496 4.299 1.426 1.360
Nilai (000 US$) 2.170 3.039 14.149 4.190 2.936 4.727 782 2.457 2.527 21.802 26.824 40.558 5.316 1.613 24.573 520 1.257 74.673 14.519 11.185 1.246 394 885 62 3.951 134 1.894 123 449 824 5.581 532 94 46 1.524 660 387 1.043 542 1.189 2.605 59 1.235 1.163 1.163 2.749 1.102 1.058
Lanjutan Lampiran 2. No Negara Tujuan 97 Gabon 98 Papua New Guinea 99 Nicaragua 100 French Polynesia 101 Uruguay 102 Paraguay 103 Samoa 104 Norway 105 Senegal 106 Reunion 107 Jamaica 108 Dominica 109 Solomon Islads 110 Tonga 111 Kuba 112 Czech Republic Sumber : BPS, 2007
Volume (Ton) 157 2.357 1.839 880 205 338 54 440 822 1440 184 25 51 46 192 19
Nilai (000 US$) 141 2.312 1.182 868 210 422 55 627 682 1187 138 17 53 60 149 57
Lampiran 3. Volume dan Nilai Ekspor Kertas Indonesia Menurut Negara Tujuan yang Digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan, Tahun 2006 Negara Jepang Hongkong Korea Selatan Taiwan China Thailand Singapura Philipina Malaysia Myanmar Kamboja Vietnam India Pakistan Bangladesh Srilanka Iran Saudi Arabia Kuwait Yordania Yaman Turki Uni Emirat Arab Mesir Ghana Nigeria Afrika Selatan Mauritius Australia New Zeland Amerika Serikat Kanada Brazilia United Kingdom Netherland Perancis Belgia Italia Spanyol Greece Sudan Rusia Djibouti Jerman Ukraina El Salvador Costa Rica
Sumber : BPS, 2007
Volume (Ton) 515.737 156.305 720.239 269.470 1.659.978 89.619 177.902 93.283 378.092 33.715 13.578 186.612 199.625 74.972 51.446 75.965 128.247 108.764 17.159 18.503 17.210 41.835 87.483 35.521 8.949 57.708 50.839 20.691 188.781 42.064 292.006 51.707 18.121 23.662 52.513 96.197 27.784 185.265 17.140 14.202 8.639 4.996 18.641 2400 3666 3.695 3.828
Nilai (000 US$) 380.410 108.223 308.585 144.506 753.707 70.707 124.067 61.155 259.006 20.435 9.137 113.478 94.492 49.681 29.339 40.337 89.431 67.089 11.728 15.133 12.540 30.773 67.588 25.473 6.816 43.070 32.243 11.830 161.652 32.265 227.382 40.708 14.149 21.802 26.824 40.558 24.573 74.673 14.519 11.185 5.359 5.581 13.878 5.316 3.951 2.457 2.527
Lampiran 4. Data Nominal yang digunakan dalam Pendugaan Model Aliran Perdagangan Kertas Indonesia, Tahun 2006 NEGARA Xij (1) Pj Yj (2) Nj (3) Dij (4) ERj (5) Jepang 515737 0.74 33100 127.76 5768 116.3 Hongkong 156305 0.69 36500 6.92 5194 7.77 Korea Selatan 720239 0.43 24200 48.45 5276 954.79 Taiwan 269470 0.54 29000 23.04 3803 32.38 China 1659978 0.45 7600 1314.78 4419 7.97 Thailand 89619 0.79 9100 64.63 2319 37.88 Singapura 177902 0.70 30900 4.36 900 1.59 Philipina 93283 0.66 5000 85.47 2778 51.31 Malaysia 378092 0.69 12700 26.64 1175 3.67 Myanmar 33715 0.61 1800 55.36 2795 6.42 Kamboja 13578 0.67 2600 13.88 2755 4008.9 Vietnam 186612 0.61 3100 83.2 3009 15994.3 India 199625 0.47 3700 1107.94 5012 45.31 Pakistan 74972 0.66 2600 152.8 5660 60.27 Bangladesh 51446 0.57 2200 137.36 3769 68.93 Srilanka 75965 0.53 4600 19.69 3330 103.91 Iran 128247 0.70 8900 68.69 7405 9327.03 Saudi Arabia 108764 0.62 13800 27.02 7922 3.75 Kuwait 17159 0.68 21600 2.42 7402 0.28 Yordania 18503 0.82 4900 5.91 8598 0.71 Yaman 17210 0.73 900 21.46 7154 198.55 Turki 41835 0.74 8900 70.41 9447 1.17 Uni Emirat Arab 87483 0.77 49700 2.6 16559 3.67 Mesir 35521 0.72 4200 78.89 8978 5.7 Ghana 8949 0.76 2600 22.41 14746 9498.3 Nigeria 57708 0.75 1400 131.86 11617 119.5 Afrika Selatan 50839 0.63 13000 47.39 8605 6.51 Mauritius 20691 0.57 13500 1.24 15731 30.1 Australia 188781 0.86 32900 20.26 5507 0.75 New Zeland 42064 0.77 26000 4.08 7719 1.29 Amerika Serikat 292006 0.78 43500 301.13 18454 1 Kanada 51707 0.79 35200 32.74 13236 1.13 Brazilia 18121 0.78 8600 188.08 15438 1.74 United Kingdom 23662 0.92 31400 60.61 11713 0.48 Netherland 52513 0.51 31700 16.49 11361 0.8 Perancis 96197 0.42 30100 62.75 11583 0.8 Belgia 27784 0.88 31800 10.38 11414 27.5 Italia 185265 0.40 29700 58.13 10815 1320.19 Spanyol 17140 0.85 27000 40.39 12190 113.45 Greece 14202 0.79 23500 10.7 13831 28.31 Sudan 8639 0.62 2300 41.24 8526 200.04 Rusia 4996 1.12 12100 142.89 9297 24.59 Djibouti 18641 0.74 2515 486.5 10245 123.45 Jerman 2400 2.22 31400 82.7 10785 1.33 Ukraina 3666 1.08 7600 46.71 9580 5.05 El Salvador 3695 0.66 4900 6.82 18092 8.75 Costa Rica 3828 0.66 12000 4.08 18757 518.89 Sumber : BPS (2007) (1) ; www.infoplease.com (2), (3) ; www.indo.com (4), (5)
DM 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
Lampiran 5. Analisis Regresi Gravity Model dengan Metode Ordinary Least Square (OLS)
Regression Analysis: LogXij versus LogPj, LogYj, ... The regression equation is LogXij = 4.27 - 2.68 LogPj + 0.727 LogYj + 0.388 LogNj - 0.915 LogDij + 0.0093 LogERj - 0.105 DM Predictor Constant LogPj LogYj LogNj LogDij LogERj DM
Coef 4.2668 -2.6789 0.7268 0.38753 -0.9155 0.00932 -0.1048
S = 0.349596
SE Coef 0.8611 0.4447 0.1318 0.08387 0.1758 0.04978 0.1849
R-Sq = 74.3%
T 4.96 -6.02 5.52 4.62 -5.21 0.19 -0.57
P 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.852 0.574
VIF 1.1 1.5 1.2 1.1 1.4 1.2
R-Sq(adj) = 70.4%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 40 46
SS 14.1017 4.8887 18.9903
MS 2.3503 0.1222
F 19.23
P 0.000
Lampiran 6. Analisis Pengujian Asumsi Normalitas dan Homoskedastisitas Aliran Perdagangan Kertas Indonesia 1. Normalitas Probability Plot of LogXij Normal 99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
4.683 0.6425 47 0.059 >0.150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
3.0
3.5
4.0
4.5 5.0 LogXij
5.5
6.0
6.5
2. Homoskedastisitas Residuals Versus the Fitted Values (response is LogXij) 0.75
Residual
0.50 0.25 0.00 -0.25 -0.50 3.5
4.0
4.5 5.0 Fitted Value
5.5
6.0