ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Sri Nurhayati NIM H14090023
ABSTRAK SRI NURHAYATI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama. Dibimbing oleh Widyastutik, M. Si. Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional, saat terjadi krisis 2008 kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi dengan nilai 40 persen. Namun, periode 2003 sampai 2012 neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama masih memiliki trendline yang menurun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012, dengan menggunkan panel data, data time seris tahunan dari tahun 2003 sampai 2012 dan data cross section (Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan Amerika). Variabel yang digunakan adalah variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan dummy krisis. Berdasarkan hasil estimasi, semua variabel sesuai dengan hipotesis penelitian dan berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kata kunci: Neraca perdagangan, panel data, nilai tukar.
ABSTRACT SRI NURHAYATI. Analysis of Factors Influencing Indonesia’s Trade Balance with ASEAN and Three Main Trade Partners. Supervised by Widyastutik, M. Si. Trade balance is a variable which forms the national income. During 2008 crisis, trade balance contributes the highestvalue, which is 40 percent. But during periods 2003 until 2012, Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main trade partners remains a decreasing trend line. This study aims to analyze the development of Indonesia’s trade balance and analyze factors influencing Indonesia’s trade balance with ASEAN and three main trade partners for period 2003 until 2012, the analysis method used in this study is panel data method, with an annual time series data from 2003 until 2012 and cross section data (Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand, China, Jepang, dan Amerika). Variables used are GDP per capita of Indonesia, GDP per capita of trade partners, rill exchange rate, Indonesia’s money supply, and crisis as a dummy variable. The estimation shows that all variables significantly influence Indonesia’s trade balance and have an impact which is consistent with the studies hypothesis. Keywords: trade balance, panel data, exchange rate.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TRADE BALANCE INDONESIA DENGAN ASEAN DAN TIGA MITRA DAGANG UTAMA
SRI NURHAYATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangugnan
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Nama NIM
Trade
Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama : Sri Nurhayati : H 14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si.
Pembimbing
Diketahui oleh
-L M.Ec.
Tangga1 Lulus:
0 4 OCT 2013
Balance
Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama Nama : Sri Nurhayati NIM : H14090023
Disetujui oleh
Widyastutik, M. Si. Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah perdagangan internasional, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Trade Balance Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Widyastutik, M. Si. selaku dosen pembimbing, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB yang telah banyak membantu selama proses penulisan skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman IPB, khususnya Ilmu Ekonomi 46 yang telah membantu dan memberi dukungan. Tidak lupa terima kasih disampaikan kepada seluruh sahabat atas doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2013 Sri Nurhayati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Bagan Kerangka Pemikiran Hipotesis METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis dan Pengolahan Data HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia Estimasi Data Panel SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
vii viii ix 1 1 5 7 7 7 7 10 11 12 12 12 13 18 18 24 30 30 31 32 34 42
DAFTAR TABEL 1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN 2 Sumber data yang digunakan 3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008 sampai 2012 4 Neraca perdagangan migas Indonesia dengan mitra dagang tahun20082012 5 Neraca perdagangan non-migas Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008-2012 6 Uji chow 7 Hasil estimasi model panel data dengan pendekatan fixed effect
3 12 19 21 23 24 24
DAFTAR GAMBAR 1 Sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran 2004-2012 (persen) 2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012 3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap Dunia 2003-2012 4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012 5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012 6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003 sampai 2012 7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012 8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika tahun 2003 sampai 2012 9 Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan 10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi 11 Nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan komoditi tahun 2008 sampai 2012 12 Nilai rata-rata impor Jepang berdasarkan negara tahun 2001 sampai 2012 13 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Jepang berdasarkan komoditi tahun 2008 sampai 2012 14 Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012 15 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke Thailand berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012 16 Nilai ekspor Indonesia ke China berdasarkan komoditi utama tahun 2008 sampai 2012 17 Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor 2004-2012 18 Nilai GDP per kapita ASEAN tahun 2003 sampai 2012 19 Nilai ekspor ASEAN ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012 20 Nilai GDP per kapita China dan Amerika tahun 2003 sampai 2012 21 Nilai GDP per kapita Jepang tahun 2003 sampai 2012 22 Nilai ekspor tiga mitra dagang utama ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012 23 Nilai GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2012 24 Nilai tukar 2004-2012 (Rp/USD) 25 Nilai money supply tahun 2003 sampai 2012 (miliar rupiah) 26 Rata-rata nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang berdasarkan sektor tahun 2008 sampai 2012
1 2 3 4 4 5 6 6 9 10 19 20 20 21 22 22 23 26 26 26 27 27 28 29 29 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Statistik deskriptif variabel yang digunakan Hasil uji normalitas Korelasi antar variabel Hasil estimasi panel data Data variabel terikat dan variabel bebas
34 34 34 35 36
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia (persen)
Neraca perdagangan (trade balance) merupakan bagian dari transaksi berjalan (current account), menghitung net trade dari barang yang merupakan selisih ekspor dan impor. Jika ekspor lebih besar dari impor maka neraca perdagangan akan positif, begitu juga sebaliknya jika ekspor impor lebih besar dari ekspor maka neraca perdagangan akan negatif. Neraca perdagangan menggambarkan perekonomian suatu negara dan pola perdagangan sebagaimana tergambarkan dalam perdagangan internasionalnya (Napoline 2009). Setelah krisis global melanda neraca perdagangan Indonesia masih menjadi sumber pertumbuhan utama (BPS 2012). Sebelum terjadi krisis, yaitu tahun 2007 sampai 2008 pertumbuhan neraca perdagangan sebesar 0.1 persen sedangkan pertumbuhan neraca perdagangan setelah krisis global, tahun 2008 ke tahun 2009 meningkat 0.5 persen. Kondisi ini berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai pengeluaran impor, ekspor dan nilai neraca perdagangan periode 2004 sampai 2012 cenderung fluktuatif. Hal tersebut disajikan pada Gambar 1, yaitu sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran periode 2004 sampai 2012. 15 10 5 0 -5
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-10 -15
Tahun
Ekspor
Impor
Trade Balance
Gambar 1 Sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sisi pengeluaran 2004-2012 (persen) Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP tahun 2004 sampai 2012 dijelaskan oleh Gambar 2. Tahun 2008, yaitu dimana terjadi krisis global kontribusi neraca perdagangan menyumbang nilai tertinggi dari sisi pengeluaran dengan nilai 40 persen, hal ini disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dollar yang mencapai 12.300. Depresiasi rupiah menghambat permintaan barang dan jasa dari luar negeri karena harga produk impor akan lebih mahal dari harga produk domestik akibatnya produk domestik berdaya saing tinggi yang akhirnya akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan tahun 2008 memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia karena hampir 50 persen pendapatan nasional dibentuk oleh neraca perdagangan. Neraca perdagangan merupakan variabel pembentuk pendapatan nasional, jadi jika neraca perdagangan meningkat maka akan terjadi peningkatan pada
2 pendapatan nasional namun jika neraca perdagangan menurun akan menyebabkan penurunan pendapatan nasional. Pendapatan nasional merupakan ukuran kemakmuran suatu negara, oleh karena itu untuk mencapai kemakmuran neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya. Kontribusi TB Indonesia (persen)
50 40 30 20 10 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 2 Kontribusi neraca perdagangan terhadap GDP Indonesia tahun 2004 sampai 2012 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012 (diolah)
Neraca perdagangan Indonesia dengan dunia tahun 2003 sampai 2012 memiliki trendline yang fluktuatif dapat dilihat dalam Gambar 3. Tahun 2006 dan 2007 merupakan nilai terbaik neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia yaitu 3.973.3151 US$ dan 3.9627.444 US$. Namun, tahun 2007 ke 2008 mengalami penurunan drastis menjadi 7.776.374 US$, hal ini disebabkan oleh krisis di Amerika yang berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di Amerika namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2008 negatif 0.7 persen (IMF 2012). Tahun 2012, neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia merupakan nilai terendah yaitu, -1.659.069 US$, penyebabnya adalah impor Indonesia masih didominasi oleh impor barang modal dan bahan baku penolong untuk mendukung proses produksi. Pada akhirnya, impor bahan baku ini akan diolah dan di ekspor kembali. Komposisi barang impor non migas berupa bahan baku penolong industri yaitu sebesar 103.4 miliar US$, diikuti barang modal 28.5 miliar US$, dan barang konsumsi 9.9 miliar US$. Komposisi barang ekspor non migas Indonesia yang terbesar yaitu industri sebesar 86.9 miliar US$, selanjutnya pertanian 23.2 miliar US$, dan pertambangan empat miliar US$. Untuk komposisi barang impor migas berupa minyak mentah, hasil minyak, dan gas Indonesia harus membayar 30.9 miliar US$ lebih besar dari kemampuan Indonesia untuk mengekspor migasnya yang hanya 28.6 miliarUS$ (BPS 2012).
3
Nilai Trade Balance (ribu US$)
30000000 20000000 10000000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 -10000000
Tahun
Gambar 3 Neraca perdagangan Indonesia terhadap dunia 2003-2012 Sumber: Trade Map 2013
Untuk kawasan perdagangan regional, ASEAN merupakan kekuatan regional kedua terbesar setelah Uni Eropa, terbukti dari kehadiran sekitar 1.000 pelaku bisnis global dalam ASEAN Business and Invesment Summit, di Konferensi Tingkat Tinggi Ke-19 ASEAN di Bali, 16-19 November 2011. Seperempat nilai perdagangan dunia berlangsung di kawasan ASEAN. Hal itu bisa dilihat dari besarnya kontribusi perdagangan intra-ASEAN terhadap perekonomian global tahun 2000 sampai 2011 (Tabel 1). Tabel 1 Perbandingan perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan extraASEAN Trade (ribu US$) Total trade % Intra-ASEAN % Extra-ASEAN %
2000 759 21.8 166 25.8 593 20.7
2003 824 15.5 206 29.3 618 11.5
2006 1404 70.4 352 70.6 1052 70.3
2007 1610 14.7 401 13.9 1209 14.9
2008 1710 6.2 458 14 1252 3.6
2009 1536 -10.2 376 -17.9 1160 -7.34
2010 2042 32.92 519 38.14 1523 31.23
2011 2388 16.93 598 15.1 1790 17.56
Ratarata 19.9 22.5 19.2
Sumber: Kementrian Perindustrian 2013
Berdasarkan Tabel 1 perdagangan intra-ASEAN tahun 2000 sampai 2008 tumbuh lebih kuat daripada perdagangan extra-ASEAN. Total perdagangan ASEAN 2000 sampai 2008 tumbuh rata-rata 19.9 persen dengan peran perdagangan intra-ASEAN yang relatif konstan pada level 22.5 persen, menunjukkan arti penting pasar ASEAN terhadap sesama anggotanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), selain ASEAN, China mendominasi perdagangan bilateral Indonesia, China menduduki peringkat pertama sebagai negara tujuan ekspor Indonesia diikuti Jepang dan Amerika. Berdasarkan negara, pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012 adalah China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, posisi kedua ditempati Jepang dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS pada posisi tiga 9.9 miliar dollar AS. Nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan China merupakan nilai tertinggi dari tahun 2001 sampai 2012 untuk kawasan Asia. Rata-rata nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan China tahun 2001 sampai 2012 berturut-turut adalah 21.165.429 ribu US$ dan 10.135.105 ribu US$, dengan pangsa ekspor Indonesia ke Jepang sebesar
4
Nilai ekspor (Ribu US$)
45.79 persen dan pangsa ekspor Indonesia ke China sebesar 21.93 persen. Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012 disajikan dalam Gambar 4. 35000000
Jepang
25000000
China
15000000
Republic of Korea India
5000000 -5000000
Saudi Arabia Tahun
Gambar 4 Nilai ekspor Indonesia ke Asia tahun 2001 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013
Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012 (Gambar 5) juga didominasi oleh Jepang dengan rata-rata 21.165.429,08 ribu US$, diikuti oleh nilai ekspor ke Amerika dengan rata-rata 11.164.705,17 ribu US$. Pangsa ekspor Indonesia ke Jepang sebesar 52.26 persen dan pangsa ekspor ke Amerika sebesar 27.56 persen.
Nilai ekspor (Ribu US$)
35000000
Jepang
25000000
Amerika
15000000
Australia Netherlands
5000000
Germany
-5000000 Tahun
Gambar 5 Ekspor Indonesia ke negara maju tahun 2001 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan dapat disimpulkan neraca perdagangan sangat penting dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu relevan dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia apabila ditinjau dari perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
5 Rumusan Masalah
TB Indonesia terhadap ASEAN (Ribu US$)
Indonesia memiliki komitmen di ASEAN yaitu ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia yang dirumuskan pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapore tahun 1992. Kawasan ASEAN menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi dimana aliran barang, jasa, dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatan ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh terhadap keberhasilan negara anggota ASEAN. Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat intregasi regional. Namun, peluang ini ternyata belum dimanfaatkan oleh Indonesia, hal ini ditunjukkan oleh neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN tahun 2003-2012 memiliki trendline yang menurun (Gambar 6).
1000000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 -4000000 -9000000
-14000000
Tahun
Gambar 6 Neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN tahun 2003 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013
Selain ASEAN, Indonesia juga menjalin kerjasama dengan China. China merupakan negara berkembang di Asia yang perkembangan ekonominya cukup pesat dan mampu mempertahankan pertumbuhan yang tinggi dibanding negaranegara lainnya, sehingga posisi China cukup penting dalam perekonomian global. Disamping itu, pasar China cukup besar dan potensial sehingga akan saling menguntungkan apabila dapat dijalin kerjasama diberbagai sektor ekonomi, karena disamping memiliki kemampuan investasi yang tinggi, China juga membutuhkan bahan baku penolong dan barang modal untuk menggerakkan sektor industrinya. Sehingga dibentuklah wujud kesepakatan kerjasama perdagangan Indonesia dengan China dimulai pada 29 November 2004, yakni Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA) berisi penghapusan tarif menjadi nol persen untuk 8.654 pos tarif. Perjanjian Perdagangan Bebas ASEANChina (ACFTA), pada akhirnya menjadi penyebab banjirnya produk impor khususnya asal China. Daya saing produk Indonesia lebih rendah dibandingkan produk China karena harga produk China relatif lebih murah, sehingga masyarakat lebih memilih produk dari China. Hal ini dapat memperburuk kinerja
6
Nilai Trade Balance (Ribu US$)
neraca perdagangan Indonesia terhadap China. Kemerosotan neraca perdagangan Indonesia akibat ACFTA dijelaskan dalam Gambar 7. 2000000 0 -2000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
-4000000 -6000000 -8000000
Tahun
Gambar 7 Neraca perdagangan Indonesia dengan China tahun 2004-2012 Sumber: Trade Map 2013
Nilai Trade Balance (Ribu US$)
Hubungan dagang Indonesia dengan Jepang dapat dilihat dari keberadaan kurang lebih 1000 perusahaan Jepang beroperasi di Indonesia. Perusahaanperusahaan tersebut memerkerjakan lebih dari 32 ribu pekerja Indonesia yang menjadikan Jepang sebagai negara penyedia lapangan kerja nomor satu di Indonesia (BKPM 2012). Perjanjian perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat dimulai pada tahun 1960, yaitu Agricultural Commodities Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the United States of America, perjanjian ini bertempat di Jakarta (Deplu 2012). Perjanjian perdagangan yang terjalin antara Indonesia dengan Jepang dan Amerika tidak terlalu memperburuk neraca perdagangan Indonesia sebagaimana terjadi antara Indonesia dengan China. Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika tidak mengalami defisit selama periode 2003 sampai 2012. Fluktuatif neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika disajikan dalam Gambar 8. 20000000 15000000
Jepang Amerika
10000000 5000000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 8 Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang dan Amerika Sumber: Trade Map 2013
Perjanjian perdagangan Indonesia dengan mitra dagang memberikan dampak positif dan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, namun perjanjian perdagangan ini dapat menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperbaiki perekonomian dengan meningkatkan ekspor. Jika ekspor Indonesia meningkat, maka akan memperbaiki kinerja neraca perdagangan. Oleh karena itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan agar neraca
7 perdagangan tetap stabil dan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari penjelasan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika)? 2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012 dan bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut? Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negaranegara ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, Amerika). 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012. Manfaat Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi kehidupan yang lebih baik. Manfaat tersebut diantaranya: 1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat, pemerintah, maupun penelitipeneliti selanjutnya mengenai perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama. 2. Memberikan informasi dan analisis terkait faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdaganganIndonesia dari ASEAN dan tiga mitra dagang utama periode 2003 sampai 2012. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan total produk Indonesia dengan ASEAN (Singapore, Malaysia, Philiphina, Thailand) dan tiga negara mitra dagang utama (China, Jepang, dan Amerika) untuk periode 2003 sampai 2012. Penelitian ini tidak membahas neraca perdagangan jasa. TINJAUAN PUSTAKA Model umum analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia ini dibentuk oleh variabel GDP per kapita mitra dagang, GDP per kapita Indonesia, nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply Indonesia, dan dummy krisis. Sebagian besar penelitian menjelaskan bahwa neraca perdagangan dipengaruhi oleh pendapatan nasional negara asal yang diproyeksikan oleh GDP, pendapatan negara tujuan ekspor, dan nilai tukar riil. Tetapi terdapat pula penelitian yang menggunakan variabel lain, seperti penelitian yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010) yang menggunakan money supply negara asal. Penelitian oleh Yuniarti (2007) yang menggunakan Gravity Model
8 dengan menambahkan populasi dan jarak sebagai variabel dependennya. Penelitian Bakhromov (2011), menambahkan volatility exchange rate. Selanjutnya, penelitian Khan (2010) menggunakan variabel GDP dan GNI sebagai variabel dependen. Produk Domestik Bruto (GDP) pe rkapita adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk. Identitas pos pendapatan nasional adalah konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor neto (Mankiw, 2007). Berdasarkan identitas pos pendapatan nasional jika terjadi peningkatan jumlah ekspor neto maka jumlah pendapatan nasional (GDP) akan bertambah pula. Berikut ini persamaan matematis pembentuk GDP: GDP = C + I + G + NX dimana: GDP = jumlah pendapatan nasional C = konsumsi rumah tangga I = investasi G = pembelian pemerintah NX = ekspor netto Penelitian-penelitian terdahulu sebagian besar hanya menggunakan GDP negara asal, namun penelitian analisis neraca perdagangan Indonesia ini menambahkan GDP negara tujuan dalam variabel dependen, dengan tujuan melihat pengaruh GDP dari sisi permintaan dan sisi penawaran. GDP negara eksportir umumnya memiliki pengaruh positif terhadap neraca perdagangan, dimana GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi dari negara tersebut, sementara GDP dari negara importir mengukur kapasitas absorpsi Yuniarti (2007). Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Duasa (2007), GDP negara importir berpengaruh negatif, menurut pendapatnya jika GDP meningkat maka kemampuan meningkatkan produksi dan kapasitas ekspornya meningkat. Maka, variabel GDP per kapita Indonesia diperkirakan memiliki hubungan yang positif terhadap neraca perdagangan Indonesia, sedangkan variabel GDP per kapita mitra dagang memiliki hubungan negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. GDP per kapita Indonesia menunjukkan kapasitas produksi Indonesia, semakin besar GDP per kapita Indonesia maka semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspor dan akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Sedangkan, GDP per kapita mitra dagang menunjukkan kapasitas produksi mitra dagang, semakin besar GDP per kapita mitra dagang semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspor mitra dagang dan akan menurunkan impor mitra dagang dari Indonesia, selanjutnya akan berdampak terhadap penurunan neraca perdagangan Indonesia. Nilai tukar riil merupakan variabel penting dalam perdagangan internasional karena memengaruhi daya beli konsumen untuk barang atau jasa negara lain. Nilai tukar merupakan perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda atau dikenal dengan kurs. Determinan nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas jangka panjang dan jangka pendek. Determinan jangka panjang meliputi perilaku tingkat harga relatif, preferensi dan pengembangan produk, perilaku produktivitas, tarif dan kuota. Dalam jangka pendek, determinannya adalah aliran modal, hasil yang diharapkan dari investasi, dan tingkat bunga (Puspopranoto 2004).
9 Berdasarkan penelitian Kim-sen Liew et al. (2003) dalam Waliullah et al. (2010) untuk analisis neraca perdagangan ASEAN-5, menunjukkan bahwa neraca perdagangan lebih besar dipengaruhi oleh nilai tukar riil daripada nilai tukar nominal. Analisis neraca perdagangan Indonesia ini menggunakan nilai tukar riil mitra dagang yang merupakan hasil perhitungan dari rasio Consumer Price Index negara tujuan terhadap Consumer Price Index negara asal dikali nilai tukar nominal. Nilai tukar riil dalam jangka pendek berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010), dan Duasa (2007), serta berpengaruh positif dalam jangka panjang, seperti penelitian yang dilakukan oleh Bakhromov (2011), dan Waliullah et al. (2010). Berdasarkan J-curve hypothesis, depresiasi nilai tukar riil akan meningkatkan kinerja neraca perdagangan sedangkan appresiasi akan menurunkan kinerja neraca perdagangan. Namun demikian, terdapat efek tunda dimana setelah terjadinya depresiasi nilai tukar riil maka biasanya neraca perdagangan akan memburuk terlebih dahulu dan baru akan membaik setelah beberapa bulan kemudian (Napoline 2009). Maka, depresiasi nilai tukar dapat meningkatkan ekspor. Analisis neraca perdagangan ini menggunakan nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, jika nilai tukar mitra dagang terdepresiasi daya saing produk ekspor mitra dagang meningkat, maka terjadi kapasitas ekspornya, disisi lain impor Indonesia dari mitra dagang juga meningkat akhirnya akan berpengaruh terhadap penurunan neraca perdagangan Indonesia. Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan dijelaskan pada Gambar 9. TB(+)
T3 0 -1 -2
T1
Gambar 9
T2
Time T1 = Posisi defisit T2 = Posisi defisit berkurang T3 = Posisi surplus
Pengaruh depresiasi nilai tukar riil terhadap neraca perdagangan Sumber: Hady 2004
Jumlah uang beredar (money supply) diukur atas dasar tiga pendekatan, yaitu uang dalam arti sempit (narrow money, M1) terdiri atas uang kartal dan uang giral, uang dalam arti luas (broad money, M2) meliputi M1 ditambah dengan uang kuasi, yaitu deposito berjangka (time deposits) milik penduduk dalam rupiah dan valuta asing pada Bank Umum. Uang dalam arti paling luas (M3) merupakan penjumlahan dari M2 dengan semua simpanan pada lembar keuangan lain (nonbank). Money supply dalam penelitian yang dilakukan oleh Waliullah et al. (2010), dan Duasa (2007) berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan. Bila jumlah uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibanding kemampuannya dalam menambah produksi barang dan jasa dan terus berlangsung selama jangka
10 waktu tertentu, terjadilah inflasi. Inflasi ialah kenaikan tingkat harga umum yang terus menerus di suatu negara (Puspopranoto 2004). Sebab terjadi inflasi adalah kenaikan yang berlebihan dari belanja barang dan jasa. Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal, akibatnya ekspor lebih besar daripada impor, maka hal ini akan memperburuk neraca perdagangan. Pengaruh money supply terhadap tingkat inflasi juga dijelaskan oleh teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang satu persen menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi (Mankiw 2007). Pengaruh money supply terhadap tingkat inflasi dapat dilihat pada Gambar 10. Tingkat Inflasi
0
Money supply MS
Gambar 10 Hubungan money supply terhadap tingkat inflasi Sumber: Mankiw 2007
Dummy variable sebagai sebuah variabel nominal yang digunakan di dalam regresi berganda dan diberi kode 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan kelompok yang tidak mendapat sebuah perlakuan dan 1 menunjukkan kelompok yang mendapat perlakuan. Kekurangan menggunakan teknik dummy adalah dapat mengurangi derajat bebas yang cukup besar (Juanda 2009). Penelitian ini menambahkan variabel dummy krisis, penggunaan variabel ini didasari oleh krisis global yang terjadi tahun 2008. Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan sebelum terjadi krisis diberi nilai 0. Krisis global berdampak buruk terhadap kinerja neraca peradagangan Indonesia, sehingga variabel dummy krisis diperkirakan akan berkorelasi negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. Kerangka Pemikiran Pasca krisis 2008, neraca perdagangan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi utama yaitu meningkat 0.5 persen (BPS 2012). Indonesia merupakan salah satu anggota ASEAN yang memiliki peluang untuk meningkatkan neraca perdagangan, namun peluang ini belum dimanfaatkan dengan baik karena neraca perdagangan Indonesia-ASEAN cenderung menurun periode 2003 sampai 2012. Oleh karena itu, perlu dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Indonesia juga tergabung dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan. Selain itu, kesepakatan kerjasama Indonesia terjalin dengan tiga mitra dagang utama, yaitu China, Jepang, dan Amerika Serikat. Maka,
11 dapat dibuat rumusan masalah mengenai perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama, serta analisis faktor-faktor apa yang memengaruhi neraca perdagangan tahun 2003 sampai 2012. Tujuannya, menganalisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN dan tiga mitra dagang utama. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia periode 2003 sampai 2012 dibentuk oleh variabel GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply Indonesia, dan variabel dummy krisis. Bagan Kerangka Pemikiran
Pasca krisis 2008, neraca perdagangan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi utama (BPS 2012)
Untuk kawasan perdagangan regional, ASEAN merupakan kekuatan regional kedua terbesar setelah Uni Eropa
Selain dengan negara-negara ASEAN, pangsa pasar ekspor terbesar Indonesia hingga Agustus 2012 adalah China dengan nilai 13.37 miliar dollar AS, Jepang dengan nilai 12.57 miliar dollar AS, serta AS 9.9 miliar dollar AS. Namun, neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN dan tiga mitra dagang utama 2003-2012 cenderung defisit Analisis neraca perdagangan Indonesia 2003-2012
Bagaimana perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara ASEAN dan tiga mitra dagang utama.
Rekomendasi kebijakan
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia 2003-2012
Variabel yang digunakan: GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah, money supply Indonesia, dan variabel dummy.
12 Hipotesis Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: 1. GDP per kapita Indonesia berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 2. GDP per kapita mitra dagang berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 3. Nilai tukar riil, yang merupakan rasio Indeks Harga Konsumen mitra dagang terhadap Indeks Harga Konsumen Indonesia dikali nilai tukar nominal, berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 4. Money supply Indonesia berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. 5. Variabel dummy berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia.
METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data panel, yaitu gabungan data deret waktu (time series) dan data deret lintang (cross section). Data time series yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2003 sampai 2012. Periode tersebut digunakan untuk menghilangkan efek krisis moneter Indonesia yang memengaruhi perdagangan internasional. Data cross section yang digunakan dari sembilan negara, terdiri dari ASEAN (Indonesia, Singapore, Malaysia, Philiphina, dan Thailand), tiga mitra dagang utama Indonesia (China, Jepang, dan Amerika Serikat). Data yang digunakan adalah data yang mendukung variabel dalam model dan studi pustaka yang diperoleh dari kumpulan jurnal, skripsi, thesis, artikel, dan buku-buku yang relevan sebagai sumber literatur penelitian. Tabel 2 menunjukkan sumber data yang digunakan. Tabel 2 Sumber data yang digunakan Data Sumber Neraca perdagangan Indeks Harga Konsumen GDP per Kapita Money Supply Nilai Tukar Nominal
Trademap International Monetary Fund (IMF) International Monetary Fund (IMF) Badan Pusat Statistik (BPS) Bank Indonesia
13 Metode Analisis dan Pengolahan Data Panel Analisis faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan tiga mitra dagang utama (China, Jepang, dan Amerika Serikat) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khan (2010). Data panel adalah data yang diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang kali pada unit individu yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, akan diperoleh gambaran tentang perilaku beberapa objek tersebut selama beberapa periode waktu (Juanda dan Junaidi 2012). Analisis regresi dengan menggunakan data panel mempunyai beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan menggunakan analisis regresi data panel antara lain: 1. Mengatasi masalah heterogenitas individu (individual heterogeneity); 2. Memberikan data yang lebih informatif, mengurangi masalah kolinieritas pada variabel, mengatasi masalah penghilangan variabel (ommited variabel), dan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar; 3. Memelajari perubahan yang bersifat dinamis (dynamics of adjustment); 4. Dapat mengidentifikasi dan menghitung efek yang tidak dapat dilakukan pada analisis time series atau cross section murni; 5. Dapat mengurangi bias dalam pengestimasian karena data cukup banyak. Namun, kelebihan penggunaan data panel juga diikuti oleh keterbatasan. Beberapa keterbatasan data panel adalah sebagai berikut: 1. Proses pengumpulan data sulit, meliputi permasalahan cakupan serta nonrespon. 2. Data panel mikro biasanya hanya tersedia dengan series yang pendek. Hal ini berarti bahwa penggambaran fenomena sangat bergantung pada jumlah individu yang cenderung tak terhingga. Model regresi data panel yang umumnya digunakan terdapat tiga macam, yaitu Pooled Least Square, Fixed Effects Model, dan Random Effects Model. Metode analisis panel data terdiri dari perumusan model, pemilihan metode estimasi, uji kriteria, dan analisis hasil estimasi. Selain itu, di dalam melakukan pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu No weighting (semua observasi diberi bobot sama), Cross section weight (GLS dengan menggunakan estimasi varians residual cross section, digunakan apabila ada asumsi terdapat cross section heteroskedasticity), dan Seemingly Uncorrelated Regression/SUR (GLS dengan menggunakan covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section. a. Perumusan Model Perumusan model yang digunakan berdasarkan pada model penelitianpenelitian terdahulu, seperti Waliullah et al. (2010), Khan (2010), dan Bakhromov (2011). Model yang dirumuskan menggunakan beberapa variabel yang merupakan kalkulasi dari beberapa model yang digunakan pada penelitian-penelitian terdahulu. Model awal yang diestimasi sebagai berikut: TBi,t= β0 + β1 GDP1+ β2 GDP2 + β3 RERj,i,t + β4 MSi,t + β5 Dummy + εi,t
14 dengan: TB = Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (US$ ribu) GDP1 = GDP per kapita negara mitra dagang (US$) GDP2 = GDP per kapita Indonesia (US$) RER = Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (LCU per Rp) MS = Money supply Indonesia (Miliar Rupiah) Dummy = Dummy krisis, variabel dummy yang menunjukkan dua kondisi berbeda. Krisis global terjadi tahun 2008.Setelah terjadi krisis diberi nilai 1 dan sebelum terjadi krisis diberi nilai 0. Model diestimasi dalam bentuk logaritma linear. Maka, persamaan yang diestimasi adalah sebagai berikut: LnTBi,t= β0 + β1LnGDP1+ β2 LnGDP2 + β3 LnRERj,i,t + β4 LnMSi,t + β5 Dummy + εi,t dengan: Ln TB = Neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang (%) Ln GDP1 = GDP per kapita negara mitra dagang (%) Ln GDP2 = GDP per kapita Indonesia (%) Ln RER = Nilai tukar riil mitra dagang terhadap rupiah (%) Ln MS = Money supply Indonesia (%) Dummy = Dummy krisis b. Pemilihan Model Estimasi -
Pooled Least Square PLS merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya dengan mengkombinasikan data time series dan cross section dalam bentuk pool, dan menggunakan teknik kuadrat terkecil atau least square untuk mengestimasi koefisiennya. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku individu tidak berbeda dalam berbagai kurun waktu. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut: Yit = αi + βXit + uit dimana : Yit = variabel terikat Xit = variabel bebas α = intersep β = slope u = error Kelemahan pendekatan ini adalah dugaan parameter β akan bias, karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda (Firdaus 2011). -
Fixed Effects Model Asumsi pembuatan model yang menghasilkan intersep konstan untuk setiap individu (i) dan waktu (t) dianggap kurang realistik sehingga dibutuhkan model yang lebih dapat menangkap perbedaan tersebut. Model efek tetap (fixed effects), model ini mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi model Fixed Effects dengan
15 intersep berbeda antar individu, maka digunakan teknik variable dummy. Model estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV). Persamaan regresinya adalah sebagai berikut: Yit = Ʃ αi Di + βXit + εit dimana : Yit = variabel terikat Xit = variabel bebas α = intersep model yang berubah-ubah antar unit cross section β = slope D = peubah dummy i = individu ke-i ; dan t = periode waktu ke-t ε = error - Random Effects Model Dalam mengestimasi data panel dengan model Fixed Effects melalui teknik LSDV menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi masalah ini dapat menggunakan variable residual yang dikenal sebagai model Random Effects. Pada model ini, akan dipilih estimasi data panel dimana residual mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Oleh karena itu, pada model ini diasumsikan bahwa ada perbedaan intersep untuk setiap individu dan intersep tersebut merupakan variable random. Sehingga dalam model ini terdapat dua komponen residual, yaitu residual secara menyeluruh, yang merupakan kombinasi time series dan cross section, dan residual secara individu yang merupakan karakteristik random dari observasi unit ke-i dan tetap sepanjang waktu. Untuk one way error component Yit = αi + Xitβ+ uit + λi Untuk two one way error Yit = αi + Xitβ+ uit + λi + μt Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model efek random. Secara matematis, asumsi tersebut terdiri dari: E (uit | Ʈit) = 0 E (uit2 |Ʈit) = σu2 E (Ʈit | xit) = 0 untuk semua i, t E (Ʈit2 | xit) = σt2 E (uit Ʈj) = 0 untuk semua i, t,j E (uit ujs) = 0 untuk i ≠ j atau t ≠ s E (uit ujs) = 0 untuk i ≠ j Dari semua asumsi di atas, yang paling penting dikaitkan dengan REM adalah asumsi bahwa nilai harapan dari xit untuk setiap Ʈi adalah 0. Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung estimator REM, yaitu between estimator dan Generelized Least Square (GLS) (Firdaus 2011). Tahap pemilihan metode estimasi dilakukan untuk menentukan model pendekatan yang terbaik, yakni menggunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji LM. -
Uji Chow Signifikansi model fixed effects dapat dilakukan dengan Uji Chow atau Uji statistik F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effects lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy
16 (common effects) dengan melihat residual sum of squares (RSS). Hipotesis pengujian ini adalah: Ho : Pooled Least Square H1 : Fixed Effect Model Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut: F-hitung =
(
) (
(
) )
Fu (N–1, NT, N-K)
dimana: RRSS : residual sum square hasil pendugaan model PLS URSS : residual sum square hasi pendugaan model fixed effect N : jumlah data cross section T : jumlah data time series K : jumlah variabel penjelas Dasar penolakan terhadap Ho adalah dengan menggunakan nilai F-hitung. Jika F-hitung > F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. -
Uji Hausman Untuk mengetahui apakah model fixed effect lebih baik dari model random effect, digunakan uji Hausman. Dengan mengikuti kriteria Wald, dengan hipotesis: Ho : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan menggunakan nilai statistic Hausman dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai stat-H >X2(k), maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai stat-H didapat dari persamaan: H = (βREM – βFEM)’ (MFEM – MREM)-1 (βREM – βFEM) X2 (k) dimana: M adalah matriks kovarians untuk parameter β k adalah degrees of freedom. Uji LM (Breush – Pagan) Untuk mengetahui apakah model Random Effects lebih baik daripada model fixed effects maka dapat menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yang dikembangkan oleh Bruesch-Pagan. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual dari model fixed effects. Hipotesis pengujian ini sebagai berikut: Ho : Pooled Least Square H1 : Random Effect Model Dasar penolakan H0 adalah dengan menggunakan stat-LM dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai LM >X2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, begitu pula sebaliknya. -
c. Kriteria Uji Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yaitu uji statistik, uji ekonometrika, dan uji ekonomi. Uji statistik digunakan untuk menganalisis kesesuaian model regresi yang diperoleh. Uji ekonometrika adalah memastikan
17 model bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), dan uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori ekonomi. -
Uji Statistik Uji statistik terdiri dari nilai koefisien determinasi, Uji F, dan Uji T. Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar keseluruhan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian dapat menjelakan variabel terikat. Nilai R2 berkisar 0< R2<1, semakin mendekati satu, maka model semakin baik. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikatnya, atau untuk menguji apakah model regresi signifikan atau tidak signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk peramalan, sebaliknya jika tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan. Hipotesis pengujian yang dilakukan adalah: H0 : β1 = β2 = … = βk = 0 H1 : minimal ada satu βk ≠ 0 Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, jika F hitung > F tabel, tolak H0 maka model signifikan. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel, maka model tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi (%) akan lebih besar dari alpha. Uji T atau uji parsial, yaitu untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji T dapat dilakukan dengan mambandingkan thitung dengan t-tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t-hitung. -
Uji Ekonometrika Tujuan uji ekonometrika adalah memastikan model bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), uji ekonometrika terdiri dari uji asumsi normalitas dan bebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas. Tujuan asumsi normalitas untuk melihat apakah error term mendekati distribusi normal atau tidak. Uji Jarque Bera dapat menjelaskan uji normalitas, dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : α = 0 (error term terdistribusi normal) H1 : α ≠ 0 (error term tidak terdistribusi normal) Jika probabilitas (p-nilai) > taraf nyata (α), maka terima H0 yang berarti residual (error term) terdistribusi normal. Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu Uji Park, Uji Glesjer, Melihat pola grafik regresi, dan uji koefisien korelasi Spearman. Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Indikasi multikolinearitas dapat dilihat dengan tolerance nilai (TOL), eigennilai, dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Nilai toleransi kurang dari satu atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan multikolinearitas signifikan, dan R2 model dianggap mengindikasikan adanya
18 multikolinearitas. Jika VIF lebih besar dari 1/(1 – R2) atau nilai toleransi kurang dari (1 – R2), maka multikolinearitas dapat dianggap signifikan secara statistik. Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. 2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. - Uji Ekonomi Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda variabel bebas dengan teori ekonomi. Jika sesuai teori ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, maka model dapat dikatakan baik.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama Analisis perkembangan neraca perdagangan Indonesia terhadap ASEAN dan tiga mitra dagang utama dilakukan dari tahun 2008 sampai 2012, tujuannya menganalisis neraca perdagangan Indonesia pasca krisis global. Berikut Tabel 3 neraca perdagangan Indonesia dengan ketujuh mitra dagang. Tabel 3 Neraca perdagangan total produk Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008 sampai 2012 (Nilai : Juta US$) Tahun Trend No Negara 2008 2009 2010 2011 2012 (%) 1 Malaysia -2.489 1.123 713 590 -963 0,00 2 Philiphina 1.298 1.861 2.474 2.846 2.907 22,60 3 Singapore -8.927 -5.287 -6.517 -7.52 -8.952 0,00 4 Thailand -2.673 -1.379 -2.904 -4.508 -4.802 18,67 5 China -3.61 -2.502 -4.731 -3.271 -7.727 0,00 6 Jepang 12.615 8.731 8.816 14.278 7.367 -5,67 7 US 5.156 3.766 4.867 5.645 3.271 57,64 Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
19 Berdasarkan Tabel 3 trend neraca perdagangan tertinggi antara 2008 dan 2012 yaitu Indonesia dengan Amerika sebesar 57.64 persen. Hal ini dikarenakan, permintaan impor Amerika sebagian besar berupa produk tekstil dan garmen, produk pertanian seperti karet, kopi, kakao, produk kayu dan furniture. Produk tersebut merupakan produk unggulan ekspor Indonesia, sehingga Indonesia mampu memenuhi demand Amerika. Peringkat kedua hubungan dagang Indonesia dengan Philiphina sebesar 22.60 persen, selanjutnya Thailand 18.67 persen. Gambar 11 menjelaskan nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan komoditi utama tahun 2008 sampai 2012. Karet dan garmen mendominasi ekspor Indonesia ke Amerika, rata-rata ekspor karet dari tahun 2008 sampai 2012 adalah 2.435.282 ribu US$ per tahun dan rata-rata ekspor garmen adalah 2.569.714 ribu US$ per tahun.
Nilai ekspor (ribu US$)
4000000
Garmen
3000000
Furnitur Kopi
2000000
Kakao 1000000
Karet
0 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 11 Nilai ekspor Indonesia ke Amerika berdasarkan komoditi tahun 2008 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013
Trend neraca perdagangan terkecil sebesar -5.67 persen yaitu Indonesia dengan Jepang. Hal tersebut dikarenakan Jepang merupakan salah satu negara pengekspor utama ke Indonesia, sementara Indonesia menduduki peringkat ketujuh negara pengekspor ke Jepang dimana ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 5.19 persen pada tahun 2012. China merupakan negara pengekspor utama ke Jepang, elektronik dan mesin-mesin industri China mendominasi di pasar Jepang. Rata-rata nilai impor elektronik dan mesin-mesin industri dari China tahun 2012 berturut-turut adalah 47 juta US$ dan 32 juta US$, sementara rata-rata nilai impor elektronik dari Indonesia 1.5 juta US$, maka dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara ketujuh ekspor ke Jepang. Gambar 12 menjelaskan rata-rata impor Jepang berdasarkan negara tahun 2001 sampai 2012. Eksportir utama Jepang adalah China dengan pangsa ekspor 32.84 persen, sementara Indonesia eksportir ketujuh dengan pangsa 6.51 persen, yaitu seperlima ekspor China ke Jepang.
Rata-rata impor (ribu US$)
20 120000000 90000000 60000000 30000000 0
Negara
Gambar 12 Nilai rata-rata impor Jepang berdasarkan negara tahun 2001 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013(diolah)
Rata-rata nilai ekspor Indonesia ke Jepang tahun 2008 sampai 2012 berdasarkan komoditi didominasi oleh komoditi crude palm oil (CPO) senilai 15.668.959 ribu US$ per tahun, sementara karet, kayu, dan nikel memiliki nilai yang hampir setara diantara ketiganya. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 13. Rata-rata ekspor (ribu US$)
16000000,00 12000000,00 8000000,00 4000000,00 0,00 CPO
Karet
Kayu
Nikel
Komoditi
Gambar 13 Nilai rata-rata ekpor Indonesia ke Jepang berdasarkan komoditi tahun 2008 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013(diolah)
Neraca perdagangan Indonesia dengan Malaysia tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini disebabkan produk yang di ekspor Indonesia sama dengan produk yang di ekspor Malaysia. Mata pencaharian penduduk Malaysia sebagian besar bertani. Komoditas ekspor utamanya adalah karet dan kelapa sawit, dimana kedua komoditas tersebut merupakan salah satu komoditas utama ekspor Indonesia. Nilai ekspor komoditi karet dan CPO dari Malaysia ke Dunia tahun 2011 adalah 4.339.680 ribu US$ dan 3.796.528 ribu US$, sedangkan nilai ekspor Indonesia untuk komoditi karet dan CPO ke Dunia tahun 2011 adalah 11.766.242 ribu US$ dan 8.777.016 ribu US$ (Trademap 2013). Demikian juga, neraca perdagangan Indonesia dengan Singapore tidak mengalami pertumbuhan, hal ini dikarenakan pertumbuhan jumlah penduduk di Singapore rendah. Jumlah penduduk Singapore tahun 2012 adalah 5.4 juta orang (IMF 2013), yaitu 2.7 persen dari jumlah penduduk ASEAN tahun 2012. Jika jumlah penduduk suatu negara besar maka kemampuan mengimpor suatu barang dan jasa pun tinggi. Oleh karena itu, jumlah penduduk Singapore tidak terlalu signifikan menyerap produk ekspor dari Indonesia. Kecuali, jika Singapore
21 mengimpor bahan baku dari Indonesia namun masalahnya Singapore tidak bergerak di bidang agroindustri. Singapore bukan negara agraris dan tidak memiliki hasil tambang yang berarti sehingga Singapore mengembangkan sektor jasa, 50 persen penduduk Singapore bekerja dalam sektor jasa. Maka, neraca perdagangan Indonesia dengan Singapore rendah karena impor barang Singapore dari Indonesia rendah. Gambar 14 dibawah menjelaskan nilai ekspor Indonesia ke ASEAN berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012. Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN tertinggi adalah komoditi CPO dengan rata-rata impor 10.933.273 ribu US$ per tahun, sedangkan terendah untuk lima komoditi utama ekspor Indonesia ke ASEAN adalah plastik dengan rata-rata impor 1.179.863 ribu US$ per tahun. Nilai ekspor (ribu US$)
150000000 100000000 50000000 0 CPO
Permesinan
Elektronik
Alat transportasi
Plastik
Tahun
Gambar 14
Nilai ekspor Indonesia ke ASEAN berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013 (diolah)
Berikut Tabel 4 dan Tabel 5 menjelaskan neraca perdagangan Indonesia dengan partner terpilih berdasarkan komoditi periode 2008 sampai 2012. Komoditi nonmigas memberi nilai lebih besar terhadap neraca perdagangan. Berdasarkan data Kementrian Perindustrian (2012), ekspor Indonesia berdasarkan sektor nonmigas sebesar 79.62 persen, dan ekspor migas sebesar 20.38 persen. Tabel 4 Neraca perdagangan migas Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008-2012 (Nilai : Juta US$) Tahun Trend No. Negara 2008 2009 2010 2011 2012 % 1 Malaysia -4.543 -1.328 -2.518 -2.863 -3.113 0,00 2 Philiphina -34 45 60 13 13 0,00 3 Singapore -7.936 -3.998 -6.017 -8.085 -8.865 0,00 4 Thailand 382 593 462 497 1.005 19,21 5 China 3.55 2.068 875 589 371 -43,84 6 Japan 13.69 6.562 9.23 15.268 12.857 7,46 7 US 357 333 840 658 149 -10,05 Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
Pada Tabel 4 trend migas terbesar periode 2008 sampai 2012 terjadi antara Indonesia dan Thailand sebesar 19.21 persen. Indonesia termasuk sepuluh negara asal impor Thailand, dimana impor dari sepuluh negara asal terbesar mencatat
22 67.33 persen dari total impor Thailand. Pangsa ekspor Indonesia sebesar 3.05 persen, menunjukkan peningkatan dari pangsa impor 2.91 persen pada tahun sebelumnya (Kemendag 2013). Ekspor Indonesia ke Thailand didominasi oleh sektor migas, hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 15. Rata-rata nilai ekspor miyak bumi Indonesia ke Thailand adalah 1.014.766,92 ribu US$ per tahun, nilai ini merupakan nilai tertinggi ekspor Indonesia ke Thailand berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012. Nilai ekspor Indonesia ke Thailand untuk komoditi nonmigas yaitu permesinan, elektronik, dan alat transportasi masing-masing adalah sepertiga nilai ekspor CPO Indonesia ke Thailand. Rata-rata nilai ekspor permesinan, elektronik, dan alat transportasi Indonesia ke Thailand adalah 3.000 US$ per tahun. Rata-rata impor (Ribu US$)
1000000 800000 600000 400000 200000 0 Minyak bumi
Alat transportasi
Mesin
Elektronik
Tahun
Gambar 15 Nilai rata-rata ekspor Indoesia ke Thailand berdasarkan komoditi tahun 2001 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013(diolah)
Trend migas terkecil terjadi antara Indonesia dan China sebesar -43.84 persen, dikarenakan sampai Juli 2012 China menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia. Tercatat sebesar 12.02 miliar dolar AS atau 13.36 persen dari total ekspor Indonesia ke dunia, maka neraca perdagangan migas lebih kecil dari neraca perdagangan nonmigas. Komoditi ekspor utama Indonesia ke China periode 2008 sampai 2012 dapat dilihat pada Gambar 16.
Nilai ekspor Ribu US$
12000000
CPO
9000000
Ores, slag & ash
6000000
Vegetable 3000000 Rubber
0 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 16 Nilai ekspor Indonesia ke China berdasarkan komoditi utama tahun 2008 sampai 2012 Sumber: Trade Map 2013
23 Tabel 5 Neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008-2012 (Nilai : Juta US$) Trend Tahun % (persen) No. Negara 2008 2009 2010 2011 2012 1 Malaysia 2.053 2.452 3.231 3.454 2.149 4,44 2 Philiphina 1.332 1.815 2.413 2.833 2.894 22,09 3 Singapore -991 -1.289 -499 565 -86 0,00 4 Thailand -3.055 -1.972 -3.366 -5.005 -5.807 0,00 5 China -7.16 -4.571 -5.607 -3.86 -8.099 0,00 6 Japan -1.069 2.168 -414 -990 -5.49 0,00 7 US 4.799 3.432 4.027 4.987 3.122 -4,75 Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
Pada Tabel 5 trend tertinggi terjadi antara Indonesia dan Philiphina sebesar 22.09 persen, selanjutnya Malaysia 4.44 persen. Perdagangan nonmigas didominasi oleh intra-ASEAN, alasannya bea masuk dari ASEAN sudah berada pada tarif nol persen. Trend terendah terjadi antara Indonesia dan Amerika sebesar -4.75 persen dikarenakan Amerika menerapkan non-tariff barriers untuk sebagian produk ekspor Indonesia. Regulasi mengenai produk ramah lingkungan sering menyebabkan produk ekspor Indonesia dilarang masuk. Beberapa komoditas Indonesia yang dihadang masuk AS antara lain, pulp & paper, CPO, rokok kretek, tekstil dan yang terbaru adalah udang hasil budidaya. Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor tahun 2004-2012 dijelaskan oleh Gambar 17. Neraca perdagangan Indonesia periode 2004 sampai 2012 didominasi oleh sektor nonmigas. Tahun 2006 dan 2007 merupakan nilai tertinggi yaitu 39.7 juta USD. Tahun 2012 merupakan nilai terendah yaitu defisit 1.7 juta USD. Defisit neraca perdagangan tahun 2012 bukan yang pertama kali terjadi karena Indonesia pernah mengalami defisit pada April dan Juli 2008 serta Juli 2009. Defisit neraca perdagangan tahun 2008 disebabkan oleh ekspor nonmigas ke ASEAN pada April turun 11.65 persen menjadi 2.45 miliar USD, dan jumlah ekspor ke negara utama lain pun turun, yaitu China 0.02 persen; Jepang 15.16 persen; AS 12.8 persen (BPS 2012).
TB Indonesia (USD Juta)
50 40 30
total
20
Non-Migas
10
Migas
0 -10
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 17 Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor 2004-2012 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012
24 Estimasi Data Panel Estimasi model dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan Uji Chow (Tabel 6), tujuannya untuk memilih metode pendekatan yang terbaik antara PLS dan fixed effect. Hasil uji menunjukkan dengan nilai probalititas 0.0000, dimana angka tersebut lebih kecil dari taraf nyata (α) lima persen. Karena prob (0.0000) < α (0.05), maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga metode yang digunakan adalah fixed effect. Tabel 6 Uji Chow Redundant Fixed Effect Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effect Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 1079.393279 (6,58) 0.0000 Metode estimasi yang digunakan adalah fixed effect dengan kriteria pembobotan terhadap cross section (cross-section SUR). Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya heteroskedastisitas dan autokorelasi antar unit cross section. Hasil estimasi terhadap 70 unit observasi, yang terdiri atas 10 periode dan tujuh unit cross section. Tabel 7 Hasil estimasi model panel data dengan pendekatan fixed effect Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LN_GDP1 -34.23778 4.829916 -7.088691 0.0000** LN_GDP2 42.60532 11.93636 3.569372 0.0007** LN_XR -2.367678 0.791034 -2.993144 0.0041** LN_MS2 -6.786392 3.854412 -1.760682 0.0836* DUMMY -5.837957 0.595118 -9.809741 0.0000** C -180.0876 131.375 -1.370791 0.1757 Crossid Effect Malaysia -34.39322 Philiphina 0.666435 Singapore -18.84053 Thailand -22.12327 China -74.20248 Jepang 146.1806 Amerika 2.712426 R-squared 0.996607 Adjusted R-squared 0.995963 Prob(F-statistic) 0 Durbin-Watson stat 1.77449 Sum squared resid weighted 61.8642 Sum squared resid unweighted 3062.359 Keterangan: Signifikan pada ** nyata pada taraf 1%, * nyata pada taraf 10%
25 Pada Tabel 7 hasil estimasi memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.996607, yang berarti sekitar 99.66 persen keragaman faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia dapat dijelaskan oleh model, sedangkan 0.34 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. Nilai probabilitas (F-statistik) adalah 0.000000, nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata (α) lima persen. Maka dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dapat disimpulkan bahwa GDP per kapita mitra dagang, GDP per kapita Indonesia, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan variabel dummy krisis bersama-sama signifikan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Selanjutnya, hasil uji-t, menunjukkan bahwa GDP per kapita mitra dagang, GDP per kapita Indonesia, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan variabel dummy krisis secara parsial berpengaruh signifikan terhadap neraca perdagangan Indonesia dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Uji normalitas menunjukkan nilai probabilitas jarque berra 0.317790, dimana nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata lima persen. Nilai prob (0.317790) > α (0.05), maka cukup bukti untuk menerima H0, yang berarti residual error (error term) terdistribusi normal. Nilai sum square resid weighted sebesar 61.8642 lebih kecil dari nilai sum square resid unweighted sebesar 3062.359, maka dapat disimpulkan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Nilai statistik Durbin Watson adalah 1.77449, nilai tersebut mendekati nilai 2.00 sehingga berada pada area nonautokerelasi yang mengindikasikan tidak terjadi autokorelasi. Nilai korelasi antar variabel bebas tidak ada yang melebihi nilai Rsquare, maka pada hasil estimasi tidak ada masalah multikoleniaritas. Maka, hasil uji ekonometrika menunjukkan bahwa hasil estimasi model bersifat BLUE. Berdasarkan estimasi, tanda koefisien variabel GDP per kapita mitra dagang adalah negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, hal ini sesuai dengan teori dan penelitian yang dilakukan oleh Napoline (2009). Variabel GDP per kapita mitra dagang memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, hal ini menunjukkan bahwa variabel GDP per kapita mitra dagang berpengaruh nyata terhadap neraca perdagangan Indonesia. Nilai koefisien variabel GDP per kapita mitra dagang adalah -34.23778, artinya setiap kenaikan GDP per kapita mitra dagang satu persen akan menurunkan neraca perdagangan Indonesia sebesar 34.23 persen, cateris paribus. GDP per kapita mitra dagang menunjukkan kemampuan agregatnya untuk berproduksi, semakin besar GDP per kapita suatu negara, maka semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspornya. Di sisi lain, akan meningkatkan impor Indonesia, kondisi demikian akan melemahkan kinerja ekspor Indonesia sehingga akan memperburuk neraca perdagangan Indonesia. Peningkatan GDP per kapita mitra dagang berkorelasi positif dengan peningkatan ekspornya ke Indonesia. Perkembangan GDP per kapita ASEAN dapat dilihat pada Gambar 18. Singapore memiliki nilai GDP per kapita tertinggi untuk kawasan ASEAN, sedangkan Philiphina memiliki nilai GDP per kapita terendah. Rata-rata nilai GDP per kapita Singapore tahun 2003 sampai 2012 adalah 48.0 US$ per tahun, dan rata-rata nilai GDP per kapita Philiphina adalah 3.29 US$ per tahun. Rata-rata nilai GDP per kapita Singapore adalah empat belas kalirata-rata nilai GDP per kapita Philiphina.
GDP per kapita ASEAN (dollar)
26 50000
Malaysia
40000
Philippines
30000 20000
Singapore
10000
Thailand
0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 18 Nilai GDP per kapita ASEAN tahun 2003 sampai 2012 Sumber :World Bank 2013
Trend peningkatan GDP per kapita mitra dagang sesuai dengan trend peningkatan nilai ekspornya ke Indonesia. Singapore mendominasi ekspor ke Indonesia, rata-rata nilai ekspor Singapore ke Indonesia dari tahun 2003 sampai 2012 adalah 14.921.624 ribu US$ dengan pangsa 55 persen. Negara pengeskpor terendah ke Indonesia adalah Philipina dengan pangsa ekspor 1.86 persen. Nilai ekspor ASEAN ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012 dapat dilihat pada Gambar 19. Nilai ekspor (ribu US$)
30000000 20000000
Singapore Malaysia
10000000
Thailand Philippines
0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 19 Nilai ekspor ASEAN ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012 Sumber: Trade map 2013
Nilai GDP per kapita (dollar)
Gambar 20 menjelaskan nilai GDP per kapita China dan Amerika, rata-rata nilai GDP per kapita China adalah 5.51 US$ per tahun. Sedangkan, rata-rata nilai GDP per kapita Amerika adalah 42.35 US$ per tahun. GDP per kapita China hampir sepertujuh GDP per kapita Amerika, hal ini disebabkan lonjakan penduduk di China lebih tinggi daripada di Amerika. Pertumbuhan penduduk di China adalah 11.1 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan penduduk di Amerika hanya sekitar 0.7 persen per tahun. 50000 40000 30000 20000
Cina
10000 0
Amerika 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 20 Nilai GDP per kapita China dan Amerika tahun 2003-2012 Sumber :World Bank 2013
27
Nilai GDP per kapita (dollar)
Gambar 21 menjelaskan nilai GDP per kapita Jepang tahun 2003 sampai 2012. Jepang merupakan negara dengan pendapatan nasional tinggi sedangkan jumlah populasi di Jepang rendah, oleh sebab itu nilai GDP per kapita Jepang memiliki nilai tertinggi dibandingkan nilai GDP per kapita China dan Amerika. Rata-rata nilai GDP per kapita Jepang dari tahun 2003 sampai 2012 adalah 30.66 US$ per tahun. 32000 31000 30000 Jepang
29000 28000 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 21 Nilai GDP per kapita Jepang tahun 2003 sampai 2012 dalam (US$) Sumber :World Bank 2013
Gambar 22 menjelaskan nilai ekspor tiga mitra dagang utama ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012. Besarnya nilai GDP per kapita tidak sesuai dengan pangsa ekspornya di Indonesia, China mendominasi pasar Indonesia dengan pangsa ekspor 42.70 persen. Perjanjian perdagangan antara ASEAN-China (ACFTA) berdampak terhadap penurunan daya saing Indonesia, selanjutnya berakibat kepada pernurunan ekspor dan peningkatan impor dari China, sehingga produk China mendominasi pasar Indonesia.
Nilai ekspor ribu US$
30000000 20000000 Japan Amerika
10000000
China 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 22 Nilai ekspor tiga mitra dagang utama ke Indonesia tahun 2003 sampai 2012 Sumber: Trade map 2013
Berdasarkan estimasi, tanda koefisien variabel GDP per kapita Indonesia adalah positif, hal ini sesuai dengan teori dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Yuniarti (2007) dan Duasa (2007). Variabel GDP per kapita Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0007, hal ini menunjukkan bahwa variabel GDP per kapita Indonesia berpengaruh nyata terhadap neraca perdagangan Indonesia. Nilai koefisien variabel GDP per kapita Indonesia adalah 42.60532. Artinya, setiap kenaikan GDP per kapita Indonesia satu persen akan menaikkan
28
Nilai GDP per kapita (dollar)
neraca perdagangan Indonesia 42.60 persen, cateris paribus. GDP per kapita Indonesia menunjukkan kemampuan agregatnya untuk berproduksi, semakin besar GDP per kapita suatu negara, maka semakin tinggi output barang dan jasa sehingga akan terjadi peningkatan kapasitas ekspornya. Kondisi demikian, akan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Gambar 23 menjelaskan perkembangan GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2012. Rata-rata nilai GDP per kapita Indonesia adalah 3.49 US$ per tahun. 5000 4000 3000 2000
Indonesia
1000 0 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 23 Nilai GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2012 Sumber : International Monetary Fund 2013
Fluktuatif GDP per kapita Indonesia tahun 2003 sampai 2007 sesuai dengan fluktuatif neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang untuk periode yang sama. Nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang tahun 2008, 2010, dan 2012 menunjukkan hubungan yang tidak sesuai teori karena neraca perdagangan Indonesia periode tersebut cenderung defisit sementara nilai GDP per kapita Indonesia untuk periode yang sama cenderung meningkat. Krisis global 2008, menyebabkan neraca perdagangan Indonesia dari tahun 2008 ke 2009 menurun 23.09 persen. Besarnya impor bahan baku penolong tahun 2010 menyumbang defisit terhadap neraca perdagangan Indonesia, impor bahan baku penolong tahun 2010 meningkat 36.08 persen dari periode sebelumnya (Kemenperin 2013). Sementara, defisit neraca perdagangan Indonesia tahun 2012 disebabkan oleh tingginya impor minyak untuk diolah menjadi BBM subsidi. Berdasarkan estimasi, variabel nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia, hal ini sesuai dengan teori dan didukung oleh penelitian yang dilakukan Khan (2010), dan Duasa (2007). Variabel nilai tukar riil memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0041, hal ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil berpengaruh nyata terhadap neraca perdagangan Indonesia. Koefisien variabel nilai tukar riil adalah -2.639423, artinya setiap kenaikan nilai tukar riil satu persen maka akan menurunkan neraca perdagangan 2.63 persen, cateris paribus. Menurut Waliullah et al. (2010), nilai tukar awalnya akan memperburuk ekspor, namun dalam jangka panjang dapat memperbaiki ekspor dan selanjutnya memperbaiki neraca perdagangan. Depresiasi nilai tukar riil mitra dagang menyebabkan daya saing produk ekspornya meningkat, sehingga kapasitas ekspornya meningkat, selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan impor Indonesia dan penurunan produk ekspor Indonesia akibatnya neraca perdagangan Indonesia akan memburuk.
29 Periode 2004 sampai 2012, nilai tukar rupiah terhadap USD relatif stabil pada kisaran Rp 9.500-10.950 per USD. Nilai tukar rupiah 2008 terdepresiasi. Depresiasi nilai tukar rupiah menyebabkan daya saing produk ekspor Indonesia meningkat, terbukti depresiasi nilai tukar rupiah tahun 2008 dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia selama periode 2008 sampai 2011. Berikut grafik perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar 2004 sampai 2012.
Nilai tukar (Rupiah/USD)
12,000 11,000 10,000 nilai tukar (Rp/USD)
9,000 8,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 24 Nilai tukar 2004 sampai 2012 (Rp/USD) Sumber: Bank Indonesia 2012
Berdasarkan estimasi, tanda koefisien variabel money supply Indonesia berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Duasa (2007) dan Waliullah et al. (2010) yang menjelaskan bahwa money supply negara eksportir berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan. Variabel money supply Indonesia memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0836, hal ini menunjukkan bahwa variabel money supply Indonesia berpengaruh nyata terhadap neraca perdagangan Indonesia. Nilai koefisien variabel money supply Indonesia adalah -6.786392, yang berarti setiap kenaikan money supply satu persen akan menurunkan neraca perdagangan 6.78 persen, cateris paribus. Bila jumlah uang beredar di suatu negara meningkat lebih cepat dibanding kemampuannya dalam berproduksi barang terjadilah inflasi. Pada keadaan Inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal, akibatnya ekspor lebih besar daripada impor, maka hal ini akan memperburuk neraca perdagangan (Puspopranoto 2004). Grafik perkembangan money supply periode 2003 sampai 2012 disajikan dalam Gambar 25. Grafik tersebut sesuai dengan rata-rata nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang yang cenderung menurun untuk tahun 2008 sampai 2012 (Gambar 25). Nilai money supply (miliar Rp)
4000000,00 3000000,00 2000000,00 1000000,00 0,00 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun
Gambar 25 Nilai money supply tahun 2003 sampai 2012 (miliar rupiah) Sumber: Badan Pusat Statistik 2013
30
Rata-rata TB (Juta US$)
Berdasarkan estimasi, tanda koefisien variabel dummy krisis berpengaruh negatif terhadap neraca perdagangan Indonesia. Variabel dummy krisis memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000, hal ini menunjukkan bahwa variabel dummy krisis berpengaruh nyata terhadap neraca perdagangan Indonesia. Nilai koefisien variabel dummy krisis adalah -5.837957, artinya neraca perdagangan Indonesia menurun sebesar 5.83 persen setelah terjadi krisis global tahun 2008, cateris paribus. Dampak krisis 2008 dapat dilihat pada Gambar 26. Setelah terjadi krisis neraca perdagangan sektor migas dan nonmigas cenderung meningkat, namun dari tahun 2010 sampai 2012 neraca perdagangan Indonesia sektor migas cenderung menurun dengan penurunan sebesar 7.66 persen dari 2010 ke 2011 dan 19.72 persen dari 2011 ke 2012. Neraca perdagangan nonmigas cenderung menurun dari 2009 ke 2010 dengan penurunan sebesar 37.71 persen. 2500 2000 1500 1000 500 0 -500 -1000
Migas Non-migas 2008
2009
2010
2011
2012
Tahun
Gambar 26 Rata-rata nilai neraca perdagangan Indonesia dengan mitra dagang berdasarkan sektor tahun 2008 sampai 2012 Sumber: Kemendag 2013 (diolah)
Efek individu pada data cross section tertinggi adalah Jepang, artinya jika diasumsikan GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, money supply Indonesia, nilai tukar riil, dan variabel dummy krisis tidak berpengaruh, maka ekspor Jepang ke Indonesia adalah yang paling tinggi. Tanpa pengaruh dari variabel bebas, besarnya ekspor Jepang dari sebesar (146.1806+-180.0876), ekspor dari Amerika sebesar (2.712426+-180.0876), ekspor dari Philipina sebesar (0.666435+-180.0876), ekspor dari Singapore sebesar (-18.84053+-180.0876), ekspor dari Thailand sebesar (-22.12327+-180.0876), ekspor dari Malaysia sebesar (-34.39322+-180.0876), dan ekspor dari China sebesar (-74.20248+180.0876).
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Neraca perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan Tiga Mitra Dagang Utama”, trend neraca perdagangan tertinggi antara 2008 dan 2012 yaitu Indonesia dengan Amerika karena permintaan impor Amerika merupakan produk unggulan ekspor Indonesia, sehingga Indonesia mampu memenuhi demand Amerika. Sedangkan trend neraca perdagangan terendah terjadi antara Indonesia dengan Jepang, karena eksportir utama Jepang adalah China dimana elektronik
31 dan mesin-mesin industri dari China merupakan komoditi utama impor Jepang sedangkan daya saing elektronik dan mesin-mesin industri dari Indonesia berdaya saing rendah, maka neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang rendah. Berdasarkan komoditi migas, trend migas terbesar periode 2008 sampai 2012 terjadi antara Indonesia dengan Thailand karena impor Thailand dari Indonesia didominasi oleh minyak bumi. Terkecil terjadi antara Indonesia dan China, hal ini dikarenakan China merupakan tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia. Berdasarkan komoditi nonmigas, trend tertinggi terjadi antara Indonesia dan ASEAN alasannya bea masuk dari ASEAN sudah berada pada tarif nol persen. Sedangkan trend terendah terjadi antara Indonesia dan Amerika karena Amerika menerapkan non-tariff barriers untuk sebagian produk ekspor Indonesia. Faktor-faktor yang memengaruhi neraca perdagangan Indonesia 2003 sampai 2012 adalah GDP per kapita Indonesia, GDP per kapita mitra dagang, nilai tukar riil, money supply Indonesia, dan variabel dummy krisis. Variabel-variabel tersebut secara bersama-sama signifikan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Pengaruh terbesar terhadap neraca perdagangan Indonesia adalah variabel GDP per kapita Indonesia, sedangkan variabel nilai tukar riil memberikan pengaruh terkecil terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, variabel GDP per kapita Indonesia memberikan pengaruh paling besar terhadap kinerja neraca perdagangan Indonesia, peningkatan GDP per kapita suatu negara mendorong kapasitas produksi maka akan terjadi excess supply, selanjutnya akan menyebabkan peningkatan ekspor dan memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Untuk mendorong produksi Indonesia maka kebijakan mengenai peningkatan kualitas sumber daya manusia dan teknologi seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah, karena defisit neraca perdagangan Indonesia disebakan oleh tidak adanya industri yang kuat di hulu dan pola ekspor Indonesia yang mengandalkan bahan mentah. Impor bahan baku meningkat seiring dengan peningkatan produksi dan konsumsi domestik, begitu juga dengan ekspor bahan mentah bahwa masalah ekonomi global menyebabkan harga komoditas turun dan otomatis nilai ekspor turun meskipun volumenya meningkat, jadi untuk menunjang pengadaan bahan baku dan nilai tambah produk ekspor kualitas sumber daya manusia dan teknologi harus ditingkatkan. Variabel nilai tukar riil dan money supply memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap neraca perdagangan Indonesia tahun 2003 sampai 2012, kenaikan jumlah money supply akan selaras dengan kenaikan tingkat inflasi, inflasi akan menyebabkan daya saing rendah dan kinerja ekspor menurun, akibatnya neraca perdagangan akan memburuk. Hal ini berbeda dengan pengaruh variabel nilai tukar riil, ketika nilai tukar riil terdepresiasi akan menyebabkan kenaikan jumlah ekspor maka akan memperbaiki neraca perdagangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai institusi yang berwenang diharapkan dapat menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan jumlah uang beredar. Neraca perdagangan Indonesia berdasarkan sektor didominasi oleh sektor nonmigas, sehingga masyarakat,
32 swasta, dan pemerintah diharapkan bersama-sama melakukan peningkatan produksi barang-barang nonmigas.
DAFTAR PUSTAKA Azizah, N. 2011.Beberapa Faktor yang Memengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional , Badan Pusat Statistik. 2013. Data dan Informasi Kinerja Pembangunan 2004-2014. Jakarta (ID): Bappenas, BPS. Bakhromov, N. 2011. The Exchange Rate Volatility and the Trade Balance: Case of Uzbekistan. Journal of Applied Economics and Business Research.1(3): 149-161. Duasa, J. 2007. Determinant of Trade Balance: An ARDL Bound Testing Approach. Journal of Economics Cooperation.28(3): 21-40. Firdaus, M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.Bogor : PT. Penerbit IPB Press. Hady, H. 2004.Teori dan Kebijakan Keuangan Internasional.Jakarta: Ghalia Indonesia. Juanda, B. 2009.Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan.Bogor : PT. Penerbit IPB Press. Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu. Bogor : PT. Penerbit IPB Press. Kementerian Perdagangan RI. 2013. Trade Attache Report. Diakses melalui http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-report/111/2012/12 . 2013. Ekspor Impor Non Oil dan Gas.[Internet]. [diunduh 2013 Mei 16].Diakses melalui http://www.kemendag.go.id/en/economic-profile/indonesia-exportimport/growth-of-non-oil-and-gas-import-origins-country Kementrian Perindustrian RI. 2012. Peran Ekspor Kelompok Hasil Industri Terhadap Total Ekspor Hasil Industri.Jakarta: Pusdatin. Khan, M, Zakir S. 2010. A Model of Bilateral Trade Balance: Extensions and Empiical Test. Economic Analysis and Policy. 40(3). Mankiw, N. G. 2007. Makroekonomi.Edisi Keenam. Erlangga: Jakarta. Napoline, N. 2009.Pengaruh Nilai Tukar Riil terhadap Neraca Perdagangan Bilateral Indonesia [tesis]. Sumatera (ID): Universitas Sumatera Utara. Puspopranoto, S. 2004. Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan.Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia. Trade Map. 2013. Ekspor-Impor-Neraca perdagangan All Comodity Indonesia between ASEAN. [Internet]. [diunduh 2013 Feb 26]. Tersedia pada http;//www/trademap.org/. . 2013. Ekspor-Impor-Neraca perdagangan All Comodity Indonesia between World. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 28]. Tersedia pada http;//www/trademap.org/.
33 Waliullah, Kakar Mehmud K, Kakar Rehmatullah, Khan Wakeer. 2010. The Determinan of Pakistan’s Trade Balance: An ARDL Cointregation Approach. Journal of Economics.15(1): 1-26. Yuniarti, D. 2007. Analisis Perdagangan Bilateral Indonesia Pendekatan Gravity Model [skripsi]. Universitas Ahmad Dahlan. [Deplu].2012. Bentuk Kerjasama Perjanjian Indonesia-Amerika. Tersedia pada http://www.deplu.go.id/Daftar%20Perjanjian%20Internasional/amerika%2 0serikat.htm [BI] Bank Indonesia.2013. Statistik Keuangan Ekonomi Indonesia2013. Jakarta (ID): Bank Indonesia. [BKPM] Badan Koordinasi Penananam Modal.2012. Statistik Penanaman Modal Asing.Jakarta (ID): BKPM. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Uang Beredar 2003-2013. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 29]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&id_subyek=13& notab=8 . 2013. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000, 2010-2012 (Persen).[Internet]. [diunduh 2013 Juli14]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=11¬ab=54 [IMF] International Monetary Fund.2013. Indeks Harga Konsumen 2003-2012. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 29]. Tersedia pada http://www.imf.org/external/pubs/ft/weo/2013/01/weodata/weoseladv.aspx ?a=&c=548%2c516%2c924%2c578%2c536%2c158%2c111&s=NID_NG DP%2cPCPI. [WB] World Bank.2013. GDP per Capita Constant 2003-2012. [Internet]. [diunduh 2013 Agustus 14]. Tersedia pada http://databank.worldbank.org/data/views/reports/tableview.aspx#.
34 LAMPIRAN Lampiran 1 Statistik deskriptif variabel yang digunakan Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Sum Sum Sq. Dev. Observations
LN_TB LN_GDP1 LN_GDP2 3.905950 11.10592 15.99043 13.86624 10.80544 15.99225 16.65495 15.22450 16.18665 -16.0074 8.565928 15.80726 14.33829 1.814195 0.122045 -0.52886 1.397302 0.067322 1.303473 4.098899 1.792445 11.65780 26.30072 4.305931 0.002941 0.000002 0.116139 273.4165 777.4147 1119.330
LN_XR 7.099459 7.822044 10.04233 4.363681 1.865078 -0.01444 1.552340 6.114945 0.047006 496.9621
LN_MS2 14.33949 14.38563 14.92866 13.75827 0.377127 -0.09087 1.768119 4.522470 0.104222 1003.764
DUMMY 0.500000 0.500000 1.000000 0.000000 0.503610 0.000000 1.000000 11.66667 0.002928 35.00000
14185.48 70
240.0175 70
9.813491 70
17.50000 70
227.0999 70
1.027760 70
Lampiran 2 Hasil uji normalitas 12
Series: Standardized Residuals Sample 2003 2012 Observations 70
10
8
6
4
2
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
-2.59e-15 0.214344 1.927733 -2.093376 0.946880 -0.070261 2.124596
Jarque-Bera Probability
2.292730 0.317790
0 -2
-1
0
1
2
Lampiran 3 Korelasi antar variabel LN_TB LN_GDP1 LN_GDP2 LN_XR LN_MS2 DUMMY LN_TB 1 0.28297 -0.23756 -0.07038 -0.24112 -0.24879 LN_GDP1 0.28297 1 0.0512 -0.62329 0.05109 0.04211 LN_GDP2 -0.23756 0.0512 1 -0.01673 0.99533 0.86888 LN_XR -0.07038 -0.62329 -0.01673 1 -0.01604 -0.00947 LN_MS2 -0.24112 0.05109 0.99533 -0.01604 1 0.8732 DUMMY -0.24879 0.04211 0.86888 -0.00947 0.8732 1
35 Lampiran 4 Hasilestimasi panel data Dependent Variable: LN_TB Method: Panel EGLS (Cross-section SUR) Date: 07/15/13 Time: 18:47 Sample: 2003 2012 Periods included: 10 Cross-sections included: 7 Total panel (balanced) observations: 70 Linear estimation after one-step weighting matrix Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f. corrected) Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
-34.23778 4.829916 42.60532 11.93636 -2.367678 0.791034 -6.786392 3.854412 -5.837957 0.595118 -180.0876 131.375 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables)
-7.088691 3.569372 -2.993144 -1.760682 -9.809741 -1.370791
0.0000 0.0007 0.0041 0.0836 0.0000 0.1757
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
10.12463 28.54585 61.8642 1.77449
LN_GDP1 LN_GDP2 LN_XR LN_MS2 DUMMY C
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.996607 0.995963 1.032775 1548.695 0
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.78412 3062.359
Mean dependent var Durbin-Watson stat
3.90595 1.697602
1334102 1282774 917423 -1315863 -2490593 1123393 713611 590980 -963288
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Philiphina
1225661
2003
Malaysia
762063 1009019 1096888
2003
2004
2005
TB
t
i
Neraca perdagangan (Ribu US$)
Tahun
Negara
52,560.18
51,184.07
48,955.41
25,429.60
24,487.46
23,609.03
22,430.20
23,222.70
22,441.22
21,390.38
20,530.31
19,988.85
19,151.71
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
177.47
160.21
157.59
3,054.60
2,875.07
2,828.80
2,936.58
2,921.77
2,675.81
2,496.28
2,578.40
2,366.14
2,252.77
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
GDP2
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
36
Lampiran 5 Data variabel terikat dan variabel bebas
Singapore
-1634133 -1104686 661822 -8928095
2006
2007
2008
2907921
2012
2005
2846665
2011
-83714
2474500
2010
2004
1861829
2009
1244533
1298072
2008
2003
1493833
2007
TB 1121023
t
i
Neraca perdagangan (Ribu US$)
2006
Tahun
Negara
50,432.85
51,084.52
49,419.26
47,431.20
45,579.54
42,748.24
65,917.17
62,891.81
61,571.71
58,211.43
57,868.52
56,682.31
54,228.25
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
223.45
203.1
201.58
216.65
218.29
200.25
178.71
6,899.24
6,105.76
5,775.49
5,873.89
5,332.10
4,914.23
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
GDP2
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
37
(Lanjutan lampiran 5)
Thailand -795347 -1200500 -281934 -1232789 -2674894 -1379110 -2904166 -4508428
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
-8952234
2012 -309035
-7520776
2011
2003
-6517565
2010
TB -5287733
t
i
Neraca perdagangan (Ribu US$)
2009
Tahun
Negara
71,784.33
71,951.11
67,109.56
68,857.10
67,562.57
64,532.67
61,809.34
59,490.75
54,975.70
56,468.23
56,702.88
55,259.12
49,157.88
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
287.38
286.87
301.41
293.45
286.7
242.76
242.37
223.41
206.16
7,551.11
7,008.97
6,687.51
7,122.58
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
GDP2
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
38
(Lanjutan lampiran 5)
Japan
Cina
t
i
-7727564
2012
16216350
-3271181
2011
2006
-4731606
2010
11142885
-2502843
2009
2005
-3612697
2008
9880501
1117637
2007
2004
1706676
2006
9375237
819491
2005
2003
503402
2004
-4802098 845061
TB
Neraca perdagangan (Ribu US$)
2003
2012
Tahun
Negara
4,008,193.46
3,943,811.45
3,893,796.84
3,808,052.29
12,304.80
11,471.15
10,546.03
9,594.37
8,827.77
8,093.00
7,125.75
6,357.55
5,745.31
5,249.71
76,046.10
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
302.98
78.63
88.2
83.72
74.21
1,491.71
1,362.04
1,340.08
1,515.65
1,409.05
1,208.39
1,147.73
1,193.13
1,086.71
1,034.16
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
GDP2
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
39
(Lanjutan lampiran 5)
US
6003400 7192793 6846702 5181953 3794705 11142885 16216350
2005
2006
2007
2008
2009
2005
2006
7367276
2012
5551562
14278084
2011
2004
8816013
2010
4684006
8731001
2009
2003
12614683
2008
TB 17106116
t
i
Neraca perdagangan (Ribu US$)
2007
Tahun
Negara
4,008,193.46
3,943,811.45
41,506.31
43,193.79
43,743.75
43,349.54
42,628.55
41,743.02
40,712.31
4,071,929.10
3,983,324.40
4,001,359.66
3,823,371.12
4,046,627.98
4,091,823.11
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
117.39
110.6
104.22
110.57
95.78
77.99
78.63
88.2
10,353.92
9,761.17
9,159.33
9,104.20
9,754.75
8,996.17
8,532.27
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
8,225,714.47
7,908,005.83
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
8,225,714.47
7,908,005.83
7,588,784.93
7,328,329.59
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
9,299,405.12
9,014,742.87
8,624,641.84
GDP2
1,382,493.00
1,202,762.00
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
1,382,493.00
1,202,762.00
1,033,877.00
944,366.00
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
2,141,384.00
1,895,839.00
1,649,662.00
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
40
(Lanjutan lampiran 5)
5663573 3295946
2011
2012
TB 4885879
t
i
Neraca perdagangan (Ribu US$)
2010
Tahun
Negara
43,265.04
42,633.06
42,174.97
GDP1
GDP per kapita mitra dagang (US$)
9,390.33
8,770.25
9,075.83
XR
Nilai tukar riil (LCU per Rp)
10,709,552.16
10,225,586.56
9,739,294.25
GDP2
3,043,937.08
2,571,164.25
2,216,640.67
MS2
GDP per kapita Money supply Indonesia Indonesia (US$) (Miliar Rp)
41
(Lanjutan lampiran 5)
42 RIWAYAT HIDUP Penulis, Sri Nurhayati, lahir di Sumedang pada tanggal 2 Juli 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Undang Suhandi (Alm) dan Nia Suniangsih.Pada tahun 2003, penulis mengikuti pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Situraja. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas si SMA Negeri 1 Situraja dan lulus tahun 2009. Kemudian, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK. Selama di IPB, penulis tergabung dalam UKM Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman sebagai wakil ketua divisi Profesi dan Keahlian. Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitiaan, diantaranya Bogor Art Festival 2011, dan Dies Natalis IPB ke-49.Di luar bidang akademik, penulis merupakan Juara 2 Lomba Aerobik tingkat IPB dan tingkat fakultas pada tahun 2010, finalis Indonesian Dance Festival 2011, dan Juara 1 IPB Art Contest 2012.