Jurnal Keuangan dan Bisnis Vol. 5, No. 2, Juli 2013
ANALISIS ELASTISITAS KESEMPATAN KERJA PADA INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI PROPINSI SUMATERA UTARA Pitono (
[email protected]) Dosen Tetap STIE Harapan ABSTRACT North Sumatra Provincial Government is obliged to the welfare of society through job creation. One alternative that can be made by the government of North Summatera Province to create jobs is developing the industry. Large and Medium Industry is a sector with the potential to be developed, due to the availability of labor and the characteristics of the industrial sector a lot absorb labor. With the industrial development will create jobs so unemployment decreases, with reduced unemployment will also reduce poverty, which ultimately will improve the welfare of the people especially the province of North Sumatra. The problem is: What employment opportunities in large and medium industries in North Sumatra Province elastic, inelastic or unitary elastic? This type of research is correlational, by using regression linear. Then to determine the employment opportunities elasticity of liniar equations be changed into a Cobb Douglas production function. From the research, it turns out employment opportunities large and medium industries in the province of north Sumatera is inelastic, while partial nine group of large and medium industries are, three industry groups are elastic, three groups inelastic, and three groups of negative elastic Keywords : Elasticity, Employment Opportunities, Large and Medium Industries
itu Pemerintah Propinsi Sumatera Utara juga harus mengadakan pembangunan.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Propinsi Sumatera Utara bisa dipacu oleh besarnya angkatan kerja. Akan tetapi besarnya angkatan kerja di Sumatera Utara juga menimbulkan permasalahan tersendiri. Karena ternyata laju pertumbuhan angkatan kerja di Propinsi Sumatera Utara lebih besar dibanding dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Jumlah angkatan kerja tahun 2001 sebesar 5.206.535 jiwa dan tahun 2011 naik menjadi 6.413.952 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2001 sebesar 4.977.323 jiwa dan naik menajadi 5.953.336 pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, 2001 - 2011).
Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah Kabupaten/Kota, pemerintah Propinsi maupun pemerintah pusat sasarannya adalah pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah pemerintahannya atau pada negara tersebut. Sesuai dengan pendapat Samuelson dan Nordhaus (2004) bahwa pemerintah mempunyai tiga fungsi ekonomi yaitu meningkatkan efisiensi, memajukan keadilan, dan membantu perkembangan stabilitas dan pertumbuhan makro ekonomi. Bila perekonomian pada suatu wilayah/negara itu tumbuh akan meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakatnya. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu propinsi di Indonesia berkewajiban untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, oleh karena
Pertumbuhan angkatan kerja ini bila tidak diikuti oleh pertumbuhan lapangan kerja akan mengakibatkan bertambahnya pengangguran. Jika pengangguran meningkat akan berakibat meningkatnya 154
2013
Pitono
jumlah kemiskinan. Dari data BPS Sumatera Utara pengangguran di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2001 sebesar 229.212 jiwa kemudian pada tahun 2011 pengangguran naik menjadi 460.616 jiwa. Untuk mengurangi angka pengangguran ini Pemerintah Propinsi Sumatera Utara harus memperluas kesempatan kerja.
menyerap tenaga kerja. Disamping itu pengembangan sektor industri diharapkan mampu menyeimbangkan pembangunan wilayah serta mengurangi kemiskinan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai sektor industri khususnya industri besar dan sedang dengan judul Analisis Elastisitas Kesempatan Kerja pada Industri Besar dan Sedang di Propinsi Sumatera Utara.
Untuk memperluas kesempatan kerja, solusi yang terbaik Pemerintah Sumatera Utara harus mendorong tumbuhnya industri yang bisa menyerap sumber daya lokal, yaitu banyak menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan hasil pertanian lokal. Hal ini menjadi solusi terbaik mengingat sektor industri ini menjadi penyumbang terbesar kedua untuk pendapatan daerah Propinsi Sumatera Utara. Sektor industri ini perlu dikembangkan selain untuk menampung tenaga kerja juga untuk mengantisipasi produk dari luar negeri, mengingat dalam perdagangan bebas ini pemerintah tidak bisa lagi membatasi/memproteksi masuknya barang industri dari luar negeri.
Rumusan Masalah Penentuan masalah atau memilih keadaan yang akan dipermasalahkan bagi penelitian adalah langkah yang pokok dan penting dalam proses penelitian (Suparmoko, 1999) Untuk itu sejalan dengan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah kesempatan kerja pada industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara elastis, tidak elastis (inelastis) atau unitary elastis?
Dengan demikian bila industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara didorong pertumbuhannya, maka akan mengakibatkan meningkatnya kesempatan kerja baru yang akan mengurangi pengangguran di Propinsi Sumatera Utara. Dengan berkuranngnya jumlah pengangguran berarti akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga jumlah masyarakat miskin di Sumatera Utara juga bisa berkurang.
TINJAUAN PUSTAKA Elastisitas Kesempatan Kerja Kesempatan kerja adalah penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor Simanjuntak (2001). Bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan angkatan kerja bertambah, idealnya kesempatan kerja juga bertambah sejalan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Akan tetapi pertumbuhan kesempatan kerja sering tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja. Dengan demikian pembangunan ekonomi khususnya pengembangan sektor industri sangat diperlukan untuk membuka kesempatan kerja sehingga bisa mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi pengangguran. Hal ini sesuai dengan pendapat Schumpeter dalam Sukirno (2007) bahwa pembangunan ekonomi terutama diciptakan oleh inisiatif dari golongan pengusaha yang inovatif atau golongan entrepreneur, yaitu golongan masyarakat yang mengorganisasi dan menggabungkan
Dalam pembinaan industri ini Pemerintah Propinsi Sumatera juga harus berhati-hati mengingat produktivitas yang dicapai dengan teknologi yang tinggi akan menyebabkan pengangguran. Oleh karena itu pembinaan yang baik adalah dengan upaya peningkatan ketrampilan dan pelatihan tenaga kerja disertai dengan penerapana teknologi yang sesuai. Dengan demikian produktivitas tercapai tetapi tidak menimbulkan pengangguran. Sektor industri bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan, karena mempunyai potensi pengembangan yang cukup besar yaitu, tersedianya tenaga kerja dan karakteristik sektor ini yang banyak 155
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
faktor-faktor produksi lainnya menciptakan barang-barang diperlukan masyarakat.
untuk yang
atau laju pertumbuhan kesempatan kerja (k) sama dengan elastisitas kesempatan kerja (E) dikalikan dengan laju pertumbuhan PDB (g).
Elastisitas atau analisis sensitivitas adalah analisis pengaruh satu variabel bebas dengan variabel terikat, yaitu berapa persen satu variabel terikat akan berubah, bila satu variabel bebas berubah sebesar satu persen. Angka elastisitas (koefisien elastisitas) adalah bilangan yang menunjukkan berapa persen satu variabel terikat akan berubah, sebagai reaksi karena satu variabel bebas berubah satu persen (Rahardja dan Manurung, 2008).
Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja Tenaga Kerja (manpower) adalah “penduduk dalam usia kerja (berusia 15 – 64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Subri, 2003).
Menurut Simanjuntak (2001) Elastisitas kesempatan kerja adalah perbandingan laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan ekonomi/produk domestik bruto (PDB). Dengan demikian elastisitas kesempatan kerja bisa dirumuskan sebagai berikut :
Sedangkan menurut Undang-Undang Ketenakerjaan Tahun 2003 pasal 1 ayat 2 menyebutkan Tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.
Laju pertumbuhan kesempatan kerja E = ---------------------------------------------Laju pertumbuhan pendapatan nasional E=
∆N/N -------∆Y/Y
=
Dengan demikian jelas tenaga kerja adalah semua orang yang sedang melakukan pekerjaan, orang yang sedang mencari pekerjaan dan orang-orang yang sedang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan ibu rumah tangga. Jadi tenaga kerja ini hanya dilihat dari usia seseorang yaitu antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun, usia dibawah 15 tahun bukan merupakan tenaga kerja karena masih tergolong anak-anak atau masih usia wajib belajar dan penduduk yang berusia diatas 64 tahun sudah tergolong tua jadi sudah kurang produktif atau memasuki usia pensiun.
%∆ N -----------%∆ Y
Sedangkan untuk sektor industri besar dan sedang bisa ditulis sebagai berikut: E =
∆Ni/Ni ------------ = ∆Yi/Yi
Juli
%∆Ni ---------%∆Yi
Dimana E = elastisitas N = jumlah kesempatan kerja Y = Jumlah pendapatan Nasional/PDB i = industri besar dan sedang
Sedangkan angkatan kerja menurut Subri (2003) adalah “bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif, yaitu produksi barang dan jasa”.
Rumusan diatas bisa digunakan untuk menghitung pertumbuhan kesempatan kerja. Menurut Simanjuntak (2001), jika laju pertumbuhan kesempatan kerja dinyatakan dengan k dan laju pertumbuhan PDB dinyatakan dengan g maka bisa dirumuskan sbb:
Ada dua kelompok angkatan kerja yaitu pertama kelompok angkatan kerja yang sedang bekerja dan kedua adalah kelompok angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan (menganggur). Sedangkan para mahasiswa atau siswa yang sedang sekolah dan ibu rumah tangga yang tidak mencari pekerjaan walaupun usianya usia kerja (1564 tahun) bukan tergolong angkatan kerja,
k = E X g
156
2013
Pitono
karena mereka tidak berusaha mencari pekerjaan. Jadi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya ingin terlibat dalam suatu pekerjaan.
yaitu industri besar yang tenaga kerjanya lebih dari 100 orang dan industri sedang yaitu yang tenaga kerjanya diantara 20 sampai 100 orang.
Industri Besar dan Sedang
Penelitian Terdahulu
Perusahaan atau Usaha Industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.
Setiawan (2008), Yang dimuat dalam Jurnal Pendidikan Tinggi, dengan judul Penelitian “Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pertumbuhan Kesempatan Kerja pada Sektor-sektor Pertanian, Industri dan Jasa di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara” berkesimpulan bahwa Sektor industri dan sektor jasa periode 2001-2005 masih belum mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas, hal ini disebabkan belum banyaknya tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang memadai untuk dijadikan sebagai bekal apabila masuk kesektor-sektor tersebut. Hal ini ditunjukkan dari hasil perhitungan elastisitas kesempatan kerja sektor industri dan jasa sebesar -1,35% .
Menurut BPS (www.bps.go.id, 2012) Perusahaan pengolahan di bagi dalam 4 golongan yaitu: 1. Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih) 2. Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20 – 99 orang) 3. Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5 – 19 orang) 4. Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1 – 4 orang)
Sari (2002), dalam tesisnya dengan Judul Peran Industri Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan Penyerapan Tenaga Kerja untuk Mendorong Pengembangan Wilayah di Kota Medan, Dari analisis variabel yang berpengaruh terhadap industri kecil diperoleh kesimpulan bahwa modal dan tenaga kerja serentak nyata berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi industri konveksi, dan dari analisis Return to Scale diperoleh bahwa industri kecil di Kota Medan berada pada keadaan Decreasing Return to Scale, berarti kegiatan produksinya belum efisien. Salah satu penyebab ketidak efisienan ini adalah kurangnya ketrampilan tenaga kerja sehingga jumlah produk yang cacat meningkat.
Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan. Menurut Stanley dan Morse dalam Suryana (2003) menyebutkan industri yang menyerap tenaga kerja 1 – 9 orang termasuk industri kerajinan rumah tangga, industri kecil menyerap 10 – 49 orang, industri sedang menyerap 50 – 99 orang, dan industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih. Kalau diperhatikan dari batasan diatas maka terdapat beberapa perbedaan tetapi pada dasarnya yang disebut industri adalah suatu usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor produksi. Dalam penelitian ini yang dimaksud industri besar dan sedang adalah seperti yang disampaikan oleh BPS
Mahyuddin dan Zain (2010), dengan judul Elastisitas Permintaan Tenaga Kerja dan Kekakuan Upah Riil Sektoral di Sulawesi Selatan berkesimpulan bahwa Elastisitas permintaan tenaga kerja atas perubahan upah riil sektoral di Sulawesi Selatan bersifat inelastis, yang berarti proporsi perubahan upah hanya 157
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
berpengaruh kecil terhadap permintaan tenaga kerja. Elastisitas permintaan tenaga kerja sektoral pertanian paling kecil yakni hanya 0,0184 dan paling besar di sektor industri yakni mencapai 0,0520. Analisis elastisitas permintaan tenaga kerja atas perubahan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa impor akan direspon secara negatif oleh permintaan tenaga kerja, sedangkan sumber pertumbuhan lainnya di respon secara positif, terutama peningkatan ekspor dan investasi.
Juli
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS dan sumber lain yang terkait, yaitu berupa data time series selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001 – 2011 data mengenai jumlah industri, data kesempatan kerja dan data nilai produksi industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian adalah industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara yang dapat digolongkan menjadi sembilan jenis industri, yaitu: 1. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 2. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit 3. Industri Kayu, Perabot Rumah tangga 4. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit 5. Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik 6. Industri barang Galian bukan Logam kecuali Minyak Bumi dan Batubara 7. Industri Logam Dasar 8. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya 9. Industri Pengolahan Lainnya.
Hipotesis Hipotesis mempunyai manfaat bagi peneliti terutama sebagai rambu kearah kearah yang harus dituju dalam menggiring langkah demi langkah dari proses penelitian yang dilaksanakan. Ini sesuai dengan makna hipotesis itu sendiri, yakni jawaban sementara terhadap masalah yang telah diidentifikasi. (Su’ud, 2002). Berdasarkan kajian teoritis, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Elastisitas kesempatan kerja industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara bersifat inelastis.
Berdasarkan data yang terdapat BPS Propinsi Sumatera Utara ternyata data industri besar dan sedang digabung menjadi satu. Oleh karena itu yang menjadi populasi sekaligus sebagai sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis industri besar dan sedang yang ada di Sumatera Utara. Adapun data yang diambil adalah data mengenai jumlah produksi (output), jumlah kesempatan kerja (tenaga kerja yang bekerja di sektor industri besar dan sedang) dan jumlah modal (Input) yang digunakan untuk produksi serta data jumlah industri di Propinsi Sumatera Utara.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian ini adalah korelasional dan regresi. Analisis korelasi mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi sebera jauh pengaruh tersebut (Santoso, 2000). Variabel pada penelitian ini adalah elastisitas kesempatan kerja yang didefinisikan sebagai hasil dari perbandingan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan nilai produksi pada sektor industri besar dan sedang di Sumatera Utara.
Analisa data dan pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat koefisien elastisitas merupakan angka yang menunjukkan besarnya persentase jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan terhadap besarnya persentase perubahan jumlah output pada sektor industri besar dan sedang. Dengan koefisien ini dapat dihitung besarnya pertambahan kesempatan kerja karena adanya pertambahan nilai produksi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana dalam penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan penghitungan statistik karena datanya berwujud angka-angka.
158
2013
Pitono
Hubungan antara variabel kesempatan kerja dengan variabel nilai produksi dihitung dengan persamaan regresi sebagai berikut:
metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares) Jika nilai E1 > 1, berarti kesempatan kerja pada industri besar dan sedang di Sumatera Utara bersifat elastis, artinya perubahan nilai produksi sebesar 1% mengakibatkan perubahan kesempatan kerja lebih dari 1%
KK = f (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9) Persamaan tersebut dapat ditulis dalam model Cobb Douglas: KK =
Jika nilai E1 < 1, berarti kesempatan kerja pada industri besar dan sedang di Sumatera Utara bersifat inelastis/tidak elastis, artinya perubahan nilai produksi sebesar 1% mengakibatkan perubahan kesempatan kerja kurang dari 1%
aX 1b1 X 2b 2 X 3b 3 X 4b 4 X 5b 5 X 6b 6 X 7b 7 X 8b8 X 9b 9 ei
Untuk menghitung besarnya elastisitas kesempatan kerja terhadap nilai produksi , persamaan diatas diubah dalam bentuk ln, sehingga persamaan tersebut menjadi sbb:
Jika nilai E1 = 1, berarti kesempatan kerja pada industri besar dan sedang di Sumatera Utara bersifat unitary elastis, artinya perubahan nilai produksi sebesar 1% mengakibatkan perubahan kesempatan kerja sebesar 1% atau persentase perubahan nilai produksi sama besarnya dengan persentase perubahan kesempatan kerja.
ln KK = 1n a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + b7 ln X7 + b8 ln X8 + b9 ln X9 + ei Keterangan : KK
X1 X2 X3 X4 X5 X6
X7 X8 X9 a
= Kesempatan Kerja pada industri besar dan sedang di Sumatera Utara
Dengan demikian jika dari hasil penelitian di peroleh E1 < 1, berarti H0 diterima/hipotesis diterima yaitu, kesempatan kerja industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara bersifat inelastis.
= Industri Makanan, Minuman dan Tembakau = Produksi Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit
Sedangkan jika hasil penelitian diperoleh E1 > 1 atau E1 = 0, berarti H0 ditolak berarti H1 diterima yaitu kesempatan kerja industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara bersifat elastis atau unitary elastis.
= Produksi Industri Kayu, Perabot Rumah tangga = Produksi Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit = Produksi Industri Kimia, Batubara, karet dan Plastik = Produksi Industri barang Galian bukan Logam kecuali Minyak Bumi dan Batubara = Produksi Industri Logam Dasar
HASIL dan PEMBAHASAN Perkembangan Industri Besar dan Sedang di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001 – 2011
= Produksi Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya = Produksi Industri Pengolahan Lainnya.
Perkembangan Unit Usaha Perkembangan industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara selama kurun waktu sebelas tahun terakhir mengalami pasang surut, dimana pada tahun 2001 sebanyak 959, kemudian tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan menjadi 947 dan 934 kemudian mulai tahun 2004 mengalami peningkatan sampai tahun 2007 menjadi 1185 selanjutnya mulai tahun 2008 sampai tahun 2011 menurun kembali
= intersep
b1 …b9 = parameter variabel yang akan diduga ei
= error term
Kemudian koefisien masing-masing variabel diperoleh dengan menggunakan 159
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
dimana pada tahun 2011 menjadi 987. Tetapi bila dibandingkan jumlah industri tahun 2001 dengan 2011 mengalami peningkatan yaitu dari 959 pada tahun 2001 menjadi 987 pada tahun 2011.
Juli
kelompok jenis industri di Sumatera Utara, semua kelompok usaha mengalami pertumbuhan naik turun. Untuk lebih jelasnya perkembangan industri besar dan sedang pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 1.
Jika dilihat masing-masing jenis usaha pertumbuhan jumlah industri juga mengalami pasang surut, dari kesembilan
Tabel 1 Perkembangan Industri Besar dan Sedang Di Propinsi Sumatera Utara J e ni s
Industri
Makanan, minuman, tembakau (X1)
Tekstil, pakaian, kulit (X2)
Kayu, perabot, rumah tangga (X3)
Kertas, percetakn, penerbit (X4)
Kimia, batubara, kare, plastic (X5)
Galian bukan logam (X6)
Logam dasar (X7)
Barang logam, mesin, peralatn (X8)
Pengolahan lainnya (X9)
2001
385
57
139
34
182
35
14
101
12
2002
387
55
136
32
174
34
16
91
22
2003
391
55
131
32
175
34
13
86
17
2004
405
55
133
33
179
36
17
87
20
2005
470
53
131
38
189
38
12
90
35
2006
470
53
131
38
189
38
12
90
35
2007
525
64
163
48
202
48
14
102
19
2008
512
56
132
45
190
49
12
96
17
2009
498
56
127
41
204
49
12
86
15
2010
447
54
115
27
189
57
18
82
13
2011
440
53
111
27
189
57
18
82
10
Tahun
Sumber : Data Sekunder Diolah
semua angkatan kerja adalah pencari kerja, tetapi jumlah angkatan kerja yang tidak mencari kerja (ibu rumah tangga dan para pelajar dan mahasiswa) persentasenya tidak begitu banyak.
Perkembangan Kesempatan Kerja Dari data BPS Sumatera Utara jumlah angkatan kerja pada tahun 2001 sebesar 5.206.535 jiwa dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 6.413.952 jiwa atau naik sekitar 18,8 persen selama kurun waktu 11 tahun. Kemudian dari jumlah angkatan kerja tersebut yang berhasil bekerja pada sektor industri besar dan sedang sebesar 158.108 orang pada tahun 2001 dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 145.416 orang, atau turun sebesar 8,03 persen. Memang tidak
Untuk mengatasi tingginya angkatan kerja ini penciptaan industri-industri yang bersifat padat karya perlu dikembangkan, sehingga banyak menyerap tenaga kerja. Perkembangan kesempatan kerja pada industri besar dan sedang selama kurun waktu 11 tahun dari tahun 2001 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada tabel 2.
160
2013
Pitono
Tabel 2 Pertumbuhan Kesempatan Kerja Industri besar dan Sedang Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Tahun
Jumlah Kesempatan Kerja (orang)
Pertumbuhan Kesempatan Kerja (orang)
Persentase Pertumbuhan (%)
2001
158108
2002
158643
535
0,34
2003
155344
-3299
-2,08
2004
152907
-2437
-1,57
2005
148249
-4658
-3,05
2006
162021
13772
9,29
2007
151684
-10337
-6,38
2008
143553
-8131
-5,36
2009
141348
-2205
-1,54
2010
145349
4001
2,83
2011
145416
67
0,05
Sumber : Data Sekunder Diolah
Dari tabel 2 tampak bahwa pertumbuhan kesempatan kerja tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 13.772 orang atau sebesar 9,29 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2007 yaitu mengalami penurunan sebanyak 10.337 atau turun sebesar 6,38 persen.
masing kelompok industri ternyata mengalami fluktuasi dimana pada tiap tahun-nya mengalami naik dan turun, hal ini sesuai dengan jumlah usaha (perusahaan) yang juga mengalami naik turun dalam tiap tahunnya seperti yang telah digambarkan.
Jika diperhatikan angka pertumbuhan kesempatan kerja dari masing-
Untuk lebih jelasnya perkembangan kesempatan kerja dari masing jenis industri dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan Kesempatan Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri di Propinsi Sumut Th 2001 – 2011 (persen)
TAHUN
Makanan, minuman, tembakau (X1)
Tekstil, pakaian, kulit (X2)
2001 2002 6,14 -28,42 2003 -3,74 30,04 2004 0,37 0,07 3005 4,90 -40,57 2006 10,94 28,86 2007 -0,80 -9,27 2008 -4,15 -14,65 2009 -2,67 27,46 2010 -3,06 42,32 2011 4,99 0,05 Sumber : Data Sekunder Diolah
Kayu, perabot, rumah tangga (X3) -3,71 -6,33 0,22 -24,63 12,70 -15,57 -17,09 0,84 -3,83 0,10
Jenis Industri Kimia, Kertas, Galian batubara, percetakn bukan karet, , penerbit logam plastic (X4) (X6) (X5) -5,17 5,24 1,68 5,13 1,51 -1,39 0,135 -6,75 0,39 -4,91 2,11 50,08 39,15 5,58 4,04 -5,21 -11,63 -31,17 -3,85 -1,49 19,77 -7,39 -4,63 12,03 -7,01 14,29 11,31 -63,81 0,03 0,20
161
Logam dasar (X7) 9,06 -18,81 2,22 1,14 20,89 1,34 -6,99 0,13 6,28 0,28
Barang logam, mesin, peralatn (X8) -36,71 25,42 0,03 -7,91 -18,46 14,69 -9,084 2,15 -13,95 0,05
Pengolahan lainnya (X9)
519,82 -79,29 0,88 46,43 30,05 -20,27 -7,45 -11,76 51,89 1,11
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
Dari tabel 3 diketahui ternyata industri makanan, minuman, tembakau pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 10,94 persen dan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2008 dimana tumbuh minus 4,15 persen atau menurun sebesar 4,15 persen. Industri Tekstil, pakaian dan kulit pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 sebesar 42,32 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu sebesar minus 40,57 yaitu pada tahun 2005.
Juli
tahun 2003 dan pertumbuhan terendah yaitu sebesar minus 36,71 persen pada tahun 2002. Sedangkan Industri Pengolahan Lainnya pertumbuhan tertinggi pada th 2002 sebesar 519,82 persen yaitu dari 444 menjadi 2752 sedangkan pertumbuhan terendah pada tahun 2003 yaitu sebesar minus 79,29 persen. Perkembangan Input
Untuk industri Kayu, Perabot, Rumah tangga, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 12,70 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2008 sebesar minus 17,09 persen. Industri Kertas, percetakan, Penerbit pertumbuhan tertinggi sebesar 39,15 persen yaitu pada tahun 2006 dan pertumbuhan terendah yaitu sebesar minus 63,81 persen pada tahun 2011.
Sesuai dengan perkembangan industri besar dan sedang yang naik turun di Propinsi Sumatera Utara, input yang dipakai untuk memproduksi barang juga mengalami perkembangan naik turun. Dalam kurun waktu 11 tahun tercatat pada tahun 2002 dan tahun 2003 mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 39.214,27 milyar pada tahun 2001 kemudian turun menjadi 30.171,76 milyar pada tahun 2002 dan turun lagi pada tahun 2003 menjadi 27.522,8 milyar. Hal ini masih terimbas dari krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1998 serta suhu politik yang belum setabil ditambah krisis kepemimpinan, ternyata berpengaruh besar terhadap iklim usaha.
Industri Kimia, Batubara, Karet, Plastik pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 yaitu sebesar 14,29 persen dan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2007 dimana tumbuh minus 11,63 persen atau menurun sebesar 11,63 persen. Industri Galian bukan logam pertumbuhan tertinggi pada tahun 2005 sebesar 50,08 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu sebesar minus 31,17 yaitu pada tahun 2007.
Sedangkan mulai tahun 2004 setelah dilaksanakan pemilihan umum jumlah input yang digunakan untuk memproduksi barang terus meningkat, dan tertinggi pada tahun 2009 yaitu sebesar 88.031,1 milyar rupiah, dan ditahun 2010 mengalami penurunan tetapi ditahun 2011 yang lalu sudah mulai naik kembali.
Untuk industri Kayu, Perabot, Rumah tangga, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 12,70 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2008 sebesar minus 17,09 persen. Industri Kertas, percetakan, Penerbit pertumbuhan tertinggi sebesar 39,15 persen yaitu pada tahun 2006 dan pertumbuhan terendah yaitu sebesar minus 63,81 persen pada tahun 2011.
Dari kesembilan jenis usaha tersebut ada satu jenis industri yang jumlah inputnya terus meningkat walaupun jumlah industri mengalami penurunan yaitu industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik, hal ini disebabkan penambahan jumlah output, sehingga walaupun jumlah industri mengalami penurunan tetapi jumlah output yang ditingkatkan akhirnya berdampak juga terhadap naiknya input yang digunakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel 4.
Industri Logam Dasar, pertumbuhan tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 20,89 persen, sedangkan pertumbuhan terendah yaitu pada tahun 2003 sebesar minus 18,81 persen. Industri Barang Logam, Mesin, dan Peralatan pertumbuhan tertinggi sebesar 25,42 persen yaitu pada
162
2013
Pitono
Tabel 4 Perkembangan Input Industri Besar dan Sedang Menurut Kelompok Industri di Propinsi Sumatera Utara Th 2001 – 2011 (persen) Jenis Makanan, minuman, tembakau (X1)
Tekstil, pakaian, kulit (X2)
2002 2004
-37,46 -3,93 0,64
119,44 -65,04 123,25
Kayu, perabot, rumah tangga (X3) -4,40 1,27 6,61
2005 2006
58,75 15,71
-58,17 18,06
24,08 -30,03
2007
23,78
66,80
2008
28,41
-34,43
2009 2010
5,41 -32,18
5,41 202,16
2011 7,71 7,94 Sumber : Data Sekunder Diolah
TAHUN
`
Kertas, percetakn, penerbit (X4) 2,28 37,64 8,71
Industri Kimia, Galian batubara, bukan karet, logam plastik (X6) (X5) 17,41 -46,73 17,10 89,82 0,75 23,86
128,70 -60,45 34,35
Barang logam, mesin, peralatn (X8) 80,13 -65,54 42,47
60,04 22,61
204,22 -12,75
0,49 18,54
Logam dasar (X7)
70,21 34,00
95,78
2,46
27,39
-48,47
25,39
13,19
47,97
-24,23
33,07
8,10
446,82
23,15
-14,56
-32,19
5,41 -29,14
5,41 -9,04
5,41 43,70
5,41 -62,98
5,41 18,49
5,41 1,73
5,41 -42,93
7,94
7,94
7,94
7,94
7,94
7,94
15,00
Tabel 5 Perkembangan Output Industri Besar dan Sedang di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001 – 2011 Jumlah nilai Produksi dalam milyar rupiah 51.073,09 40.999,64 39.143,91 43.003,52 60.411,33 75.763,26 94.221,26 110.609,02 116.314,65 108.438,25 112.376,45
2,15 124,23
adalah pengaruh dari situasi krisis yang berkepanjangan dan keadaan politik yang tidak stabil, serta penurunan di tahun 2010 adalah akibat dari imbas krisis global yang terjadi pada tahun sebelumnya. Perkembangan atau laju pertumbuhan nilai industri besar dan sedang dalam kurun waktu 2001-2011 seperti pada tabel 5.
Sejalan dengan pertumbuhan jumlah industri yang berfluktuasi atau naik turun selama kurun waktu 2001-2011, maka jumlah output juga mengalami fluktuasi terutama di tahun 2002 dan 2003 serta ditahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan pada tahun 2002 dan 2003
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
201,17 -47,92 27,27
56,61 47,10
Perkembangan Nilai Produksi
Tahun
Pengolahan lainnya (X9)
Pertambahan nilai Produksi dalam milyar -10.073,45 -1.855,73 3.859,61 17.407,81 15.351,93 18.458,00 16.387,76 5.705,63 -7.876,40 3.938,20
Sumber : Data Sekunder Diolah
163
Persentase Pertumbuhan (%) -19,72 -4,53 9,86 40,48 25,41 24,36 17,39 5,16 -6,77 3,63
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
Dari tabel 5 tampak bahwa nilai produksi mengalami pasang surut, pertumbuhan output tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp18.458,00 milyar atau naik sebesar 24,36 persen.
Juli
terikat, dapat diterangkan oleh variabel bebas, yang terdiri dari nilai produksi pada masing-masing kelompok industri, yaitu Industri Makanan, Minuman dan Tembakau (X1), Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit (X2), Industri Kayu, Perabot Rumah Tangga (X3), Industri Kertas, Percetakan dan Penerbit (X4), Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik (X5), Industri Barang Galian bukan Logam kecuali Minyak Bumi dan Batubara (X6), Industri Logam Dasar (X7), Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatan (X8) dan Industri Pengolahan Lainnya (X9).
Dari sembilan kelompok jenis industri, ternyata industri Tekstil, pakaian, kulit, mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi selama kurun waktu 2001-2011 yaitu 39,95 persen, Sedangkan kelompok industri Kayu, Perabot rumah tangga mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun yang paling kecil selama kurun waktu 2001-2011 yaitu sebesar 2,13 persen, sedangkan kelompok industri Kertas, Percetakan dan Penerbit merupakan kelompok industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi kedua yaitu rata-rata pertahun sebesar 38,70 persen.
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan model regresi linier berganda diketahui jika diperoleh elastisitas kesempatan kerja > 1 berarti elastis, hal ini menunjukkan perubahan nilai produksi sebesar 1 persen akan merubah kesempatan kerja lebih dari 1 persen. Jika koefisien elastisitas kesempatan kerja < 1 berarti inelastis (tidak elastis), hal ini menunjukkan nilai produksi berubah 1 persen kesempatan kerja berubah kurang dari 1 persen. Jika koefesien elastisitas kesempatan kerja = 0 berati unitary elastic artinya nilai produksi berubah 1 persen maka kesempatan juga berubah 1 persen.
Elastisitas Kesempatan Kerja Untuk mengukur elastisitas kesempatan kerja pada industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 200-2011 dengan memakai konsep elastisitas kesempatan kerja terhadap nilai produksi berdasarkan persamaan regresi dalam bentuk log. Koefisien regresi dari persamaan tersebut merupakan koefisien elastisis.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan SPSS maka diperoleh hasil perhitungan kesempatan kerja seperti pada tabel 6.
Total kesempatan kerja pada industri besar dan sedang merupakan variabel
Tabel 6 Hasil Perhitungan Kesempatan Kerja pada Industri Besar dan Sedang Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Coefficientsa Model 1
(Constant) X1 X2 X3 X4 X5 X6
Unstandardized Coefficients B 164362.983 .528 11.071 -17.290 26.765 -2.124 -21.441
Std. Error 25825.501 .428 36.307 14.437 46.843 1.034 6.811
Standardized Coefficients
T
Sig.
6.364 1.234 .305 -1.198 .571 -2.054 -3.148
.099 .434 .812 .443 .670 .288 .196
Beta 1.091 .217 -.825 1.847 -2.411 -1.704
164
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
.004 .006 .007 .000 .002 .011
241.090 156.835 146.391 3222.763 425.150 90.319
2013
Pitono
Lanjutan Tabel 6 Hasil Perhitungan Kesempatan Kerja pada Industri Besar dan Sedang Di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2011 Model
1
X7 X8 X9
Konstanta R-Suqare DW Test
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients B .246 .336 210.862
Std. Error 5.096 36.755 1000.674
Beta .099 .010 .275
T
Sig.
.048 .009 .211
.969 .994 .868
Collinearity Statistics Tolerance .001 .003 .002
VIF 1294.712 338.068 526.285
: 164362.983 : 0.997 : 2.236
a. Dependent Variable: Kesempatan Kerja Sumber : Data Sekunder Diolah
Pada tabel 6 diperoleh nilai R-Square (R ) sebesar 0,997 berarti 99,70 persen variasi kesempatan kerja pada indutri besar dan sedang di Sumatera tahun 2001-2011 dapat dijelaskan oleh variabel perubahan jumlah produksi pada industri besar dan sedang (X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9). Sedangkan selebihnya 0,30 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti. Durbin Watson dari perhitungan sebesar 2,236 menunjukkan bahwa pada persamaan regresi tersebut tidak terdapat adanya serial korelasi.
Industri Makanan, Tembakau (X1)
2
Minuman
dan
Elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri Makanan, Minuman dan Tembakau selama kurun waktu 2001-2011 dalam regresi adalah 0,528. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan atau kenaikan pada total produksi industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 1 (satu) persen, akan mempengaruhi kesempatan kerja pada kelompok industri makanan, minuman, tembakau sebesar 0,53 persen. Dengan kata lain elastisitas kesempatan kerja industri makanan, minuman dan tembakau bersifa inelastis.
Hasil uji tingkat keberartian pengaruh variabel nilai produksi pada industri besar dan sedang secara serentak terhadap variabel kesempatan kerja diketahui bahwa variabel nilai poduksi pada industri besar dan sedang secara serentak berpengaruh terhadap kesempatan kerja yang ditunjukkan oleh hasil hitung dimana tingkat signifikan tiap-tiap variabel diatas 0,05, dengan demikian Ho diterima yaitu, kesempatan kerja industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara bersifat inelastis, dimana total produksi berubah 1 persen tetapi kesempatan kerja berubah kurang dari 1 persen, sedangkan bila dilihat secara parsial masing-masing variabel ternyata ada yang inelastis, ada yang elastis dan ada yang elastis negatif (pengaruhnya berlawanan).
Kalau dibandingkan dengan kelompok industri lainnya, kelompok industri makanan, minum dan tembakau menempati urutan pertama dalam memberi peluang kesempatan kerja. Akan tetapi koefisien elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri ini masih rendah. Hal ini disebabkan pada kelompok industri ini penekanan pada produktivitas dan penambahan industri yang padat modal, sehingga penambahan atau pengurangan jumlah produksi tidak begitu berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja. Memang selama kurun waktu 2001-2011 jumlah perusahaan untuk industri makanan, minuman dan tembakau mengalami naik turun, hal ini juga berpengaruh terhadap jumlah produksi, tetapi perubahan total produksi tidak banyak berpengaruh terhadap kesempatan kerja. 165
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
Juli
negatif. Dengan kata lain kelompok industri ini adalah padat modal.
Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit (X2) Elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit selama kurun waktu 2001 – 2011 sebesar 11,07. Hal ini berarti setiap kenaikan total nilai produksi pada industri tekstil, pakaian jadi dan kulit sebesar 1 persen, akan meningkatkan kesempatan kerja sebesar 11,07 persen. Dengan demikian elastisitas kesempatan kerja pada kelompok ini adalah elastis.
Industri Kertas, Penerbit (X4)
Percetakan
dan
Angka elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri kertas, percetakan dan penerbit sebesar 26,567 Angka tersebut menunjukkan bahwa antara variabel nilai produksi industri Kertas, Percetakan dan Penerbit (X4) dengan variabel total kesempatan kerja pada industri besar dan sedang ada hubungan yang positif artinya setiap kenaikan nilai produksi industri kertas, percetakan dan penerbit sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total kesempatan kerja sebesar 26,57 persen.
Elastisnya kesempatan kerja pada kelompok industri ini menunjukkan bahwa persentase kenaikan kesempatan kerja lebih besar jika dibandingkan persentase kenaikan nilai produksi, dikarenakan industri kulit dan pakain jadi masih banyak menggunakan tenaga kerja manusia dalam proses produksi.
Angka elastisitas kesempatan kerja industri kertas, percetakan dan penerbit adalah cukup tinggi dibandingkan dengan kelompok industri lainnya. Dengan angka elastisitas yang tinggi ini, maka industri ini cocok untuk dikembangkan mengingat jumlah industri ini juga masih sedikit jika dibandingkan dengan industri lainnya.
Memang kelompok industri ini belum begitu banyak menyumbangkan kesempatan kerja, yaitu menempati urutan ke 6 dari 9 kelompok industri besar dan sedang, begitu juga perkembangan jumlah industri yang lambat. Oleh karena itu kelompok industri tekstil, pakaian jadi dan kulit cukup potensial untuk dikembangkan.
Industri Kimia, Batubara, Karet dan Plastik (X5)
Industri Kayu, Perabot Rumah Tangga (X3)
Elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri kimia, batubara, karet dan plastik selama kurun waktu 2001 2011 dalam regresi di atas adalah -2,124. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan pada total produksi industri kimia, batubara, karet dan plastik sebesar 1 persen, akan berpengaruh negatif (penurunan) total kesempatan kerja sebesar 2,12 persen. Dengan kata lain elastisitas kesempatan kerja industri kimia, batubara, karet dan plastik bersifat elastis negatif, artinya total produksi naik tetapi kesempatan kerja mengalami penurunan.
Elastisitas kesempatan kerja selama kurun waktu 2001-2011 pada kelompok ini adalah -17,29. Dengan koefisien elastisitas sebesar -17,29 berarti kenaikan sebesar 1 persen total produksi akan berpengaruh terhadap penurunan kesempatan kerja sebesar 17,29 persen. Terjadinya hubungan negatif antara total produksi industri kayu, perabot rumah tangga dengan kesempatan kerja adalah, ternyata pada kurun waktu 2001-2011, adanya perusahaan yang tutup sehingga mengakibatkan kesempatan kerja menurun. Dilain pihak dalam kurun waktu yang sama sejumlah industri sejenis meningkatkan produksinya dengan cara meningkatkan produktivitas para pekerjanya. Dengan demikian pada periode 2001-2011 biarpun kesempatan kerja menurun tetapi produksi tetap naik, sehingga terjadi hubungan yang
Kalau dilihat dari jumlah kesempatan kerja pada kelompok ini (industri kimia, batubara, karet dan plastik) mengalami fluktuasi (naik turun). Dalam kurun waktu 2001 – 2011 total kesempatan kerja mengalami 4 kali penurunan yaitu th 2004, 2007, 2008 dan 2009. Penurunan jumlah 166
2013
Pitono
kesempatan kerja ini ada yang disebabkan penurunan jumlah usaha ada juga faktor lain. Sementara itu jika dilihat total produksi untuk kelompok industri kimia, batubara, karet dan plastik terus mengalami peningkatan dari tahun ketahun, jadi bertolak belakang dengan jumlah kesempatan kerja. Hal inilah yang menyebabkan hasil dari regresi tersebut bersifata elastis negatif. Dengan kata lain bahwa walaupun ada perusahaan yang tutup yang mengakibatkan jumlah kesempatan kerja menurun tetapi ada perusahaan yang meningkatkan produksi dengan membeli mesin-mesin baru, sehingga walaupun jumlah tenaga kerja menurun tetapi produksi tetap bisa naik.
jumlah tenaga kerja produksi tetap bisa naik.
menurun
tetapi
Kalau dibandingkan dengan kelompok industri lainnya, kelompok industri ini enempati urutan ke 7 dalam memberi peluang kesempatan kerja. Industri Logam Dasar (X7) Angka elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri logam dasar sebesar 0,246. Angka tersebut menunjukkan bahwa antara variabel nilai produksi industri logam dasar (X7) dengan variabel total kesempatan kerja pada industri besar dan sedang ada hubungan 0,25 artinya setiap kenaikan nilai produksi industri logam dasar sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total kesempatan kerja sebesar 0,25 persen. Angka elastisitas sebesar 0,25 menunjukan bahwa kesempatan kerja pada industri logam dasar bersifat inelastis. Jika dibandingkan dengan kelompok industri lainnya, ternyata kelompok industri logam dasar menempati urutan ke 6 dalam menyumbang kesempatan kerja. Akan tetapi koefisien elastisitas kesempatan kerja pada industri logam dasar masih rendah. Hal ini disebabkan kenaikan nilai produksi yang ada lebih ditekankan pada peningkatan produktivitas pekerja.
Kalau dibandingkan dengan kelompok industri lainnya, kelompok industri ini menempati urutan ke 3 dalam memberi peluang kesempatan kerja. Industri Barang Galian, Bukan Logam kecuali Minyak Bumi dan Batubara (X6) Elastisitas kesempatan kerja selama kurun waktu 2001-2011 pada kelompok ini adalah -21,447. Dengan koefisien elastisitas sebesar -21,447 berarti kenaikan sebesar 1 persen total produksi akan berpengaruh negatif (penurunan) sebesar 21,45 persen terhadap total kesempatan kerja. Kalau dilihat dari jumlah kesempatan kerja pada kelompok ini (Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batubara) mengalami fluktuasi (naik turun). Dalam kurun waktu 2001 – 2011 total kesempatan kerja mengalami 2 kali penurunan yaitu Tahun 2007, dan 2010. Penurunan jumlah kesempatan kerja ini ada yang disebabkan penurunan jumlah usaha ada juga faktor lain. Sementara itu jika dilihat total produksi untuk kelompok industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batubara. Hal inilah yang menyebabkan hasil dari regresi tersebut bersifata elastis negatif. Dengan kata lain bahwa walaupun ada perusahaan yang tutup yang mengakibatkan jumlah kesempatan kerja menurun tetapi ada perusahaan yang meningkatkan produksi dengan membeli mesin-mesin baru, sehingga walaupun
Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya (X8) Elastisitas kesempatan kerja pada kelompok industri barang dari logam, mesin dan peralatanya selama kurun waktu 2001-2011 dalam regresi adalah 0,336. Hal ini berarti bahwa setiap perubahan atau kenaikan pada total produksi industri barang dari logam, mesin dan peralatannya sebesar 1 persen, akan mempengaruhi kesempatan kerja pada industri besar dan sedang sebesar 0,34 persen. Dengan kata lain elastisitas kesempatan kerja industri barang dari logam, mesin dan peralatannya bersifat inelastis. Kalau dibandingkan dengan kelompok industri lainnya, kelompok industri ini
167
154 - 169
Jurnal Keuangan & Bisnis
menempati urutan ke 4 dalam memberi peluang kesempatan kerja.
kerja yang ditunjukkan oleh hasil hitung dimana tingkat signifikan tiaptiap variabel diatas 0,05. 4.
Industri Pengolahan Lainnya (X9) Elastisitas kesempatan kerja selama kurun waktu 2001-2011 pada kelompok ini adalah 210,86. Dengan koefisien elastisitas sebesar 210,86 berarti bahwa kenaikan sebesar 1 persen total produksi pengolahan lain akan berpengaruh sebesar 210,86 persen terhadap total kesempatan kerja. Ini berarti elastisitas pada industri lainnya bersifat elastis. Angka elastisitas yang tinggi ini menunjukkan industri pengolahan lainnya ini akan membuka kesempatan kerja yang besar bila jumlah total produksi industri ini ditingkatkan. Bila dibandingkan kelompok industri lain industri ini merupakan industri yang paling kecil memberi sumbangan terhadap kesempatan kerja.
1. Pemerintah dalam mengembangkan industri hendaknya mengutamakan perluasan kesempatan kerja khususnya industri yang tercakup dalam kelompok X1, X7 dan X8 serta mengusahakan atu mengubah industri yang padat modal (X3, X5 dan X6) menjadi industri padat karya, dengan tidak mengurangi produktifitas tenaga kerja. Dengan demikian industri besar dan sedang di Propinsi Sumatera Utara diharapkan dapat menyerap tenaga kerja sehingga bisa mengurangi pengangguran di daerah ini, yang akhirnya akan mengurangi masyarakat miskin di daerah ini.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab terdahulu bisa diambil kesimpulan sebagai berikut:
2.
3.
Bila dilihat secara parsial dari hasil perhitungan dengan persamaan regresi log linier, maka selama sebelas tahun terakhir elastisitas kesempatan kerja terdapat tiga kelompok yaitu inelastis, elastis positif dan elastis negatif. Untuk kelompok X1, X7 dan X8 adalah inelastis, kelompok X2, X4 dan X9 bersifat elastic, kelompok X3, X5 dan X6 bersifat elastis negatif jadi kelompok industri X3, X5 dan X6 adalah industri yang padat modal.
Saran
SIMPULAN dan SARAN
1.
Juli
Jumlah industri besar dan sedang selama kurun waktu sebelas tahun terakhir yaitu dari tahun 2001 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi (naik turun). Jumlah kesempatan kerja selama kurun waktu sebelas tahun terakhir juga mengalami naik turun. Sedangkan nilai input dan nilai output (total produksi) mengalami peningkatan.
2. Dalam menghadapi era globalisasi hendaknya pemerintah mengembangkan perusahaan yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik bahan bakunya maupun tenaga kerjanya. 3. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut, khususnya tentang kesempatan kerja industri besar sedang di Sumatera Utara.
Nilai R-Square (R2) sebesar 0,997 berarti 99,70 persen variasi kesempatan kerja pada indutri besar dan sedang di Sumatera Utara tahun 2001-2011 dapat dijelaskan oleh variabel perubahan jumlah produksi. Sedangkan selebihnya 0,30 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti.
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. (2001 – 2012). Sumatera Utara Dalam Angka.
Variabel nilai poduksi pada industri besar dan sedang secara serentak berpengaruh terhadap kesempatan 168
2013
Pitono
Mahyuddin dan Majdah M.Zain. (2010). Elastisitas Permintaan Tenaga Keja dan Kekakuan Upah Riil Sektoral di Sulawesi Selatan, Jurnal Agro Ekonomi, Volume 28 No. 2, Oktober 2010 : 113 – 132.
Su’ud, M. Hassan. (2002). Menyusun Usul Penelitian dan Beberapa Hasil Aplikasi. Banda Aceh : Unsyiah. UU Ketenagakerjaan-2003. (2003). Jakarta : Sinar Grafika. www.bps.go.id. (2012), Beranda, Industri, Konsep. Diakses Tanggal 24 April 2012.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Samuelson, Paul A. dan Nordaus, William D. (2004). Ilmu Makro Ekonomi. Edisi Tujuh Belas, Jakarta : PT Media Global Edukasi. Santoso, Singgih. (2000). Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Sari, Ade Indah. (2002). Peran Industri Kecil dalam meningkatkan Pendapatan Masyarakat dan Penyerapan Tenaga Kerja untuk Mendorong Pengembangan Wilayah di Kota Medan, Thesis, Usu Repository @ 2007. Setiawan, Teguh. (2008). Analisis Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pertumbuhan Kesempatan Kerja pada Sektor Pertanian, Industri dan Jasa di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara, Jurnal Pendidikan Tinggi, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara Simanjuntak, P. J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Fakultas Ekonomi UI. Subri, Mulyadi. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono, (2007), Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar Kebijakan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Suparmoko, M. (1999), Metode Penelitian Praktis (Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Ekonomi dan Bisnis, Yogyakarta : BPFE. Suryana. (2003). Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat 169