Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT (SURVEI PADA KELOMPOK PETERNAK SAPI PERAH PAMEGATAN DESA MEKARJAYA KECAMATAN CIKAJANG, KABUPATEN GARUT)
EFFICIENCY ANALYSIS OF USING FACTORS OF PRODUCTION ON SMALLHOLDER DAIRY FARMING Hafiz Wahyu Riandi*, Muhammad Hasan Hadiana**, Hasni Arief** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Peternakan Sapi Perah Rakyat telah dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di Kelompok Peternak Pamegatan Desa Mekarjaya Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi secara parsial terhadap produksi susu dan tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi berdasarkan ukuran skala pengembalian usaha (returns to scale). Metode penelitian yang digunakan adalah survei pada peternak sapi perah. Penentuan jumlah sampel menggunakan metode perhitungan Slovin sehingga diperoleh sampel 50 peternak. Pendugaan koefisien fungsi produksi (Cobb-Douglas) menggunakan analisis regresi. Model fungsi produksi yang diperoleh: 𝑌 = 8,951 𝑋₁0,065 𝑋₂0,223 𝑋₃0,55 𝑋4 0,163 𝑒𝑥𝑝Ԑ dimana Y adalah produksi susu (liter/hari), X1 adalah jumlah pakan hijauan (kg/hari), X2 adalah jumlah pakan konsentrat (kg/hari), X3 adalah jumlah sapi laktasi (ekor), dan X4 adalah curahan tenaga kerja (HOK/hari). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor-faktor produksi yang secara parsial berpengaruh terhadap produksi susu yaitu pakan konsentrat, jumlah sapi laktasi, dan curahan tenaga kerja. Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi kelompok Pamegatan berada pada skala pengembalian usaha konstan (constant returns to scale) yang memiliki arti peningkatan penggunaan semua faktor-faktor produksi akan proporsional dengan kenaikan produksi susu. Kata kunci : Cobb-Douglas, efisiensi, faktor produksi,
ABSTRACT A research to analysis the efficiency of using factor of production in small dairy farm have been conducted in may 2016 on a dairy farmer group in Pamegatan village of Mekarjaya, sub-district of Cikajang, Garut. The aim of this research were to know effect of production factors partially towards dairy production and the level of efficiency using factors of production based on returns to scale. The research used survey method on the selected dairy farmer group. Fifty farmers had been choosen randomly by using Slovin methode. Estimation of production function coeficient (Cobb-Douglas) used regression analysis. The production function models was obtained:
1
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi 𝑌 = 8,951 𝑋₁0,065 𝑋₂0,223 𝑋₃0,55 𝑋4 0,163 𝑒𝑥𝑝Ԑ where, Y is the production of milk (litres/day), X1 is the amount of forage (Kg/day), X2 is the amount of concentrate (kg/day), X3 is the number of lactation cows (tail), the X4 is shedding labor (HOK/day). The results of this study indicated the that factors of production partially effect to milk production were feed concentrates, the number of lactation cows, and shedding labor. The efficiency level of using the factors of production at group Pamegatan was constant returns to scale. It means an increase on all of the production factor will be proportionate to the increase in milk production. Keywords: Cobb-Douglas, efficiency, factors of production
PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu bahan pangan yang sebagian besar masih diimpor Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari data Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang menyebutkan produksi susu pada Tahun 2015 berjumlah 805.363 ton, sementara kebutuhan bahan baku produk olahan susu mencapai 3,8 juta ton per tahun, artinya produksi susu dalam negeri masih sangat rendah karena hanya berkontribusi sekitar 20% terhadap permintaan susu. Penyebab rendahnya produksi susu nasional terkait dengan rendahnya populasi sapi perah dengan tingkat produktivitas rendah (11 liter/hari), skala usaha peternak rendah (rata-rata 2-3 ekor/peternak), lahan hijau semakin terbatas, biaya impor sapi perah dan bibitnya mahal, good farming practices belum dilakukan dengan baik, permodalan kurang, dan pendampingan belum optimal (Boediyana, 2008). Peternakan sapi perah rakyat memiliki peranan penting terhadap tinggi rendahnya produksi susu nasional karena produsen susu dalam negeri masih didominasi peternakan sapi perah rakyat. Kecamatan Cikajang merupakan salah satu daerah pengembangan peternakan sapi perah di Kabupaten Garut. Cikajang menjadi daerah pengembangan sapi perah selain memiliki karakteristik iklim yang sesuai untuk habitat sapi perah, banyak masyarakat di Cikajang yang berprofesi sebagai peternak sapi perah dan mempertahankan usaha sapi perahnya sampai sekarang. Dalam mengelolah usaha sapi perah, peternak bergabung dalam wadah koperasi yaitu Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS). Keberhasilan usaha sapi perah merupakan hal yang diharapkan peternak di Kecamatan Cikajang. Keberhasilan usaha tidak hanya dilihat dari tingginya produksi susu yang dihasilkan namun peternak harus dapat menggunakan faktor produksi secara efisien agar memperoleh keuntungan yang meningkat.
2
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi Peternakan rakyat sering mengalami kendala dalam pemenuhan faktor-faktor produksi sehingga produksi yang didapat belum maksimal. Masalah tersebut antara lain sulitnya mendapatkan pakan hijauan saat musim kemarau tiba. Memenuhi hal tersebut, peternak harus mencari hijauan ke daerah lain atau mengurangi dan menggantinya dengan pakan lain. Harga kosentrat yang mengalami kenaikan dirasakan peternak sebagai hal yang memberatkan karena harus menambah biaya produksi. Selain itu, rendahnya jumlah kepemilikan sapi laktasi mengakibatkan produksi susu tidak sebanding dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Walaupun peternak sering mengalami keterbatasan dalam pemenuhan faktor-faktor produksi, namun usaha sapi perah masih memiliki daya tarik tersendiri untuk tetap dipertahankan. Faktorfaktor produksi pada peternakan sapi perah antara lain pakan hijauan, pakan konsentrat, curahan tenaga kerja, jumlah kepemilikan sapi laktasi.
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Mengetahui pengaruh faktor produksi secara parsial (individu) terhadap produksi susu peternakan sapi perah.
2.
Mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi berdasarkan ukuran pengembalian skala usaha (returns to scale).
MATERI DAN METODE Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei pada kelompok Peternak Pamegatan, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Objek penelitian ini, yaitu efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi peternakan sapi perah rakyat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive atas dasar pertimbangan kelompok peternak Pamegatan merupakan kelompok sapi perah dengan anggota terbanyak di wilayah kerja KPGS. Selain itu, KPGS sendiri merupakan koperasi sapi perah yang memiliki perkembangan dinamika yang baik di Kabupaten Garut. Populasi peternak Kelompok Pamegatan sebanyak 181 peternak. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 12% sehingga diperoleh sampel sebanyak 50 peternak. Jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, dokumentasi, kuisioner. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi CobbDouglas. Fungsi Cobb-Douglas dapat menganalisis hubungan antara faktor-faktor produksi 3
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi terhadap produksi susu. Fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut (Gujarati, 2006): 𝑙𝑛𝑌 = 𝑙𝑛ɑ + 𝛽1 𝑙𝑛𝑋1 + 𝛽2 𝑙𝑛𝑋2 + 𝛽3 𝑙𝑛𝑋3 + 𝛽4 𝑙𝑛𝑋4 + Ԑ … … … (1) Oleh karena 𝛽𝑖 ln 𝑋𝑖 = 𝑋𝑖 𝛽𝑖 , dan anti ln α = αˈ maka fungsi logaritma dapat diubah ke fungsi : 𝛽
𝛽
𝛽
𝛽
Y = α′ 𝑋1 1 . 𝑋2 2 . 𝑋3 3 . 𝑋4 4 + 𝑒 Ɛ
………. (2)
Keterangan : Y X1 X2 X3 X4 α 𝛽𝑖 e Ԑ
= = = = = = = = =
Produksi susu (liter/hari) Faktor produksi pakan hijauan (kilogram/hari) Faktor produksi pakan konsentrat (kilogram/hari) Faktor produksi jumlah sapi laktasi (ekor) Faktor produksi tenaga kerja (HOK/hari) Koefisien konstanta Koefisien regresi masing-masing variabel (elastisitas produksi parsial) Bilangan eksponen Galat
Analisis model regresi harus bebas dari penyimpangan asumsi klasik agar model dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Pengujian yang dapat dilakukan yaitu dengan uji multikolinearitas dan uji autokorelasi. Variabel bebas perlu dilakukan uji t dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap produksi susu. Hipotesis yang digunakan yaitu: a. Ho : βi = 0, artinya faktor produksi tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap produksi susu (tidak ada pengaruh). b. H1 : βi ≠ 0, artinya faktor produksi memiliki pengaruh secara parsial terhadap produksi susu (ada pengaruh). Pengambilan keputusan pada uji ini berdasarkan perbandingan antara t hasil perhitungan dengan t-tabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan: a. t-hitung ≥ t-tabel, maka Ho ditolak, artinya faktor produksi memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu. b. t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima, artinya faktor produksi tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu.
Koefisien regresi (β) yang dihasilkan menunjukan elastisitas masing-masing faktor produksi. Jumlah dari elastisitas produksi (∑βi) akan menjelaskan ukuran pengembalian skala usaha atau disebut returns to scale (RTS). Jika ∑βi = 1, maka skala pengembalian usaha berjalan 4
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi efisien karena persentase kenaikan output akan konstan terhadap persentase penambahan input (constant returns to scale). Jika ∑βi > 1, maka skala pengembalian usaha belum efisen karena persentase kenaikan output lebih besar dari persentase penambahan inputnya (increasing returns to scale), dan jika ∑βi <1, maka skala pengembalian usaha tidak efisien karena persentase kenaikan output lebih kecil dari persentase penambahan inputnya (decreasing returns to scale). Pengujian statistik menggunakan uji t dengan taraf nyata (α) 0,05 atau tingkat kepercayaan 95% perlu dilakukan untuk menguji signifikasi ukuran returns to scale pada peternakan sapi perah. Rumus uji t sebagai berikut (Gujarati dan Porter, 2010): t=
(𝛽𝑖+ …….+𝛽𝑛)−1 √(𝑣𝑎𝑟 𝛽𝑖 + ….+ 𝑣𝑎𝑟 𝛽𝑛 +2𝑐𝑜𝑣(𝛽𝑖 +𝛽𝑖 )+ ……+2𝑐𝑜𝑣(𝛽𝑛 +𝛽𝑛 )
dimana: βi
= elastisitas faktor produksi-i
var(βi) = nilai varian dari koefisien-i cov(βi) = nilai covarian dari koefisien-i hipotesis yang digunakan pada uji ini: H0 : ∑β = 1 H1 : ∑β ≠ 1 Pengambilan hipotesis:
Thitung < Ttabel maka terima H0.
Thitung ≥ Ttabel maka tolak H0
HASIL DAN PEMBAHASAN 1)
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Faktor-faktor produksi utama pada kelompok peternakan Pamegatan adalah pakan
hijauan, pakan konsentrat, sapi laktasi, dan curahan tenaga kerja. Rata-rata penggunaan faktor produksi dan hasil produksi dari setiap unit usaha peternak pada satu hari dapat dilihat pada Tabel 1.
5
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi Tabel 1. Rata-rata Penggunaan Faktor Produksi Responden Variabel Faktor Produksi 1. Hijauan 2. Konsentrat 3. Sapi Laktasi 4. Tenaga Kerja Produksi Susu Unit Usaha Perekor Catatan: UU : Unit Usaha HOK : Hari Orang Kerja
Rata-rata Satuan 60,6 8,1 1,32 0,22
Kg/UU/hari Kg/UU/hari Ekor/UU HOK/UU/hari
16,9 12,8
Liter/hari/UU Liter/hari/ekor
Semua variabel dihitung berdasarkan satuan hari (pada hari dilaksanakannya penelitian). Peternak rata-rata memberikan hijauan sebesar 60,6 Kg/hari/UU, pemberian konsentrat sebesar 8,1 Kg/hari/UU, curahan tenaga kerja sebesar 0,2 HOK/hari, dan kepemilikan sapi laktasi ratarata sebesar 1,32 ekor/UU. Produksi susu rata-rata peternak sebesar 16,9 liter/hari/UU, sedangkan produksi susu perekor sapi laktasi adalah 12,8 liter/hari. Produksi susu harian per ekor di lokasi penelitian tergolong tinggi (12,8 liter/hari/ekor) dibandingkan dengan pendapat Boediyana (2008) yang menyatakan produktivitas susu sapi perah rendah dengan produksi hanya 11 liter/hari. Produksi susu tergolong tinggi disebabkan pakan hijauan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan sapi perah. Kebutuhan hijauan dapat tercukupi disebabkan peternak tidak mengalami kesulitan mencari hijauan karena daerah Cikajang masih memiliki lahan hijauan berupa hutan, pegunungan, dan perkebunan rakyat. Pakan konsentrat juga berpengaruh dalam tingginya produksi susu karena sapi perah yang diberi pakan konsentrat disamping pakan hijauan maka produksi susunya akan lebih tinggi dibanding sapi perah yang hanya diberi hijauan. Penambahan konsentrat dalam ransum ternak merupakan suatu usaha untuk mencukupi kebutuhan zat-zat makanan, sehingga akan diperoleh produksi yang tinggi. Konsentrat juga dapat meningkatkan daya cerna bahan kering ransum, pertambahan bobot badan serta efisien dalam penggunaan ransum (Holcomb, et al, 1984).
Pakan Hijauan pakan yang diberikan peternak untuk memenuhi kebutuhan produksi sapi perah umumnya berupa rumput lapang. Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) rumput lapang merupakan pakan yang diberikan pada sapi dengan pemeliharaan secara tradisional. Peternak mendapatkan rumput lapang secara liar yakni mendapatkan dari hutan, perkebunan rakyat, 6
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi gunung, pinggir jalan, dan pinggir sungai. Selain bergantung pada rumput lapang, sebagian peternak menggunakan lahan pertanian untuk membudidaya rumput unggul seperti rumput gajah, kinggrass, dan juga rumput alfalfa. Namun penyediaan hijauan dari budidaya tersebut belum mencukupi untuk kebutuhan pakan sapi perah sehingga peternak harus mencari hijauan ke lingkungan sekitar atau membeli dari buruh tani. Berikut ini adalah rata-rata pemberian pakan hijauan dan konsentrat per ekor: Tabel 2. Rata-rata Pemberian Hijauan dan Konsentrat Sapi Laktasi No
Kriteria
1.
Hijauan
2.
Konsentrat
Jumlah Pemberian
Satuan
45,9
Kg/ekor/hari
6,1
Kg/ekor/hari
Keterangan: Kepemilikan Sapi Laktasi: 1,32 ekor Tabel 2 memperlihatkan pemberian pakan hijauan pada sapi perah laktasi tergolong tinggi, yaitu 45,9 kg/ekor/hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hidayat (2001) pakan hijauan yang diberikan setelah pemerahan susu adalah sebanyak 30-50 kg/ekor/hari atau 10% dari bobot badan sapi. Tingginya pemberian hijauan untuk sapi perah disebabkan pola pikir peternak yang beranggapan bahwa pemberian hijauan yang tinggi akan berbanding lurus dengan produksi susu, selain itu Budiasa (2005) menerangkan tingginya proporsi pemberian pastura alami merupakan kebiasaan petani secara turun-temurun. Pemberian konsentrat untuk sapi laktasi rata-rata 6,1 kg/hari. Pemberian konsentrat pada sapi perah laktasi diharapkan peternak dapat meningkatkan produksi susu. Menurut Akoso (2012) dengan hanya pemberian hijauan saja, sapi laktasi tidak dapat memperoleh keperluan nutrisi yang memenuhi syarat untuk mencapai puncak produksi optimal dan berkualitas. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan responden pada usaha sapi perah kelompok peternak Pamegatan merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Manfaat dari penggunaan tenaga kerja keluarga menurut Taslim (2011) penggunaan tenaga kerja keluarga akan mengurangi biaya produksi yang harus dibayar berupa upah tenaga kerja, sehingga akan menambah pendapatan bagi keluarga peternak. Penggunaan tenaga kerja yang dianalisis pada penelitian ini adalah tenaga kerja yang digunakan di dalam kandang, seperti membersihkan kandang, memberi makan, memandikan ternak dan memerah susu. Hasil analisis curahan tenaga kerja rata-rata responden di kandang adalah 0,22 HOK/UU/hari (lihat Tabel 1) atau sama dengan 1 jam 45 7
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi menit per hari. Selain penggunaan tenaga kerja di dalam kandang, terdapat juga curahan tenaga kerja di luar kandang, seperti mencari rumput, memasarkan susu, dan membeli konsentrat. Pembagian tenaga kerja yang digunakan yaitu tenaga kerja pria dan wanita, sedangkan untuk tenaga kerja anak (umur di bawah 15 tahun) tidak ditemukan pada saat penelitian. Jumlah Kepemilikan Sapi Jenis sapi yang dipelihara semua responden adalah sapi perah Fries Holland (FH). Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa kepemilikan sapi laktasi responden tergolong rendah yaitu 78% memiliki satu ekor sapi laktasi. Rendahnya jumlah sapi laktasi disebabkan mahalnya harga sapi betina produktif maupun pedet betina sehingga banyak peternak dengan pendapatan yang rendah tidak mampu membeli sapi pengganti produksi. Program inseminasi buatan (IB) menjadi andalan peternak untuk meningkatkan populasi sapi pengganti produksi, namun hasil dari kegiatan IB sering kali tidak diharapkan peternak dengan lahirnya pedet jantan sehingga peternak tidak memiliki sapi pengganti produksi dan harus menunggu sampai kelahiran selanjutnya. Tabel 3. Jumlah Kepemilikan Sapi Laktasi Responden No 1 2 3 4 5 Jumlah 2)
Skala Kepemilikan Sapi Laktasi 1 ekor 2 ekor 3 ekor 4 ekor ≥ 5 ekor
Jumlah Peternak 39 7 3 1 0 50
% Peternak 78 14 6 2 0 100
Analisis Penggunaan Faktor Produksi Faktor produksi yang diamati dalam penelitian ini adalah pakan hijauan, pakan
konsentrat, curahan tenaga kerja, dan kepemilikan sapi laktasi. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan faktor produksi yang digunakan untuk produksi susu dalam satu hari. Berikut merupakan hasil analisis regresi:
8
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Empat Faktor Produksi No 1 2 3 4
Faktor Produksi Hijauan Konsentrat Jumlah Sapi Laktasi Tenaga Kerja Jumlah Koefisien (∑β) Konstanta (log α) Koefisien Determinasi (R2) F-hitung Darwin-Watson
Koefisien Regresi* 0,065 0,223 0,550 0,163 1,003 2,191 0,8 44,549 1,549
t-hitung 0,37699 2,77256 2,53143 2,06477 3,198
Keterangan : * berpengaruh nyata pada taraf α = 5% t-tabel = 2,014 (α=0,05; db=45) Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh model fungsi Cobb-Douglas yang dilinearkan sebagai berikut: 𝑙𝑛𝑌 = 𝑙𝑛 2,191 + 0,065 𝑙𝑛𝑋1 + 0,223 𝑙𝑛𝑋2 + 0,55 𝑙𝑛𝑋3 + 0,163 𝑙𝑛𝑋4 + Ԑ (t=0,379)
(t=2,772)
(t=2,531)
(t=2,064)
kemudian jika diubah ke bentuk fungsi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: 𝑌 = 8,951 𝑋₁0,065 𝑋₂0,223 𝑋₃0,55 𝑋4 0,163 𝑒 Ԑ Ketentuan dari uji koefisien determinasi menyebutkan apabila nilai (R2) = 1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah 100%, sehingga tidak ada faktor lain yang yang mempengaruhi variabel dependen tersebut selain variabel independen yang ada didalam model. Koefisien determinasi pada penelitian ini bernilai 0,8 atau 80%. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa 80% dari variasi produksi susu dapat dijelaskan oleh variabel hijauan, konsentrat, sapi laktasi, dan curahan tenaga kerja, sedangkan 20% sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak terdapat pada model. Hasil pengujian yang dihasilkan memperlihatkan bahwa model fungsi yang digunakan sudah layak sebagai alat prediksi yang baik karena tebebas dari gejala multikolinearitas dan autokorelasi sempurna. Pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dapat dijelaskan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan (dapat dilihat pada Tabel 4), variabel hijauan (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu karena t-hitung < t-tabel (0,376 < 2,014). Hasil uji t variabel konsentrat (X2) memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu melihat dari t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2.772 > 2,014). Selanjutnya variabel jumlah kepemilikan sapi laktasi (X3) merupakan variabel yang juga berpengaruh nyata terhadap produksi susu dengan t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,531 > 2,014). Variabel yang terakhir 9
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi yaitu curahan tenaga kerja (X4) memiliki pengaruh yang nyata terhadap produksi susu dengan t-hitung > t-tabel (2,064 > 2,014).
3)
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Analisis efisiensi usaha dapat dilihat dari skala pengembalian usaha (Returns to Scale /
RTS). Tujuan analisis RTS ialah untuk mendapatkan ukuran respon produksi terhadap perubahan semua faktor produksi, sehingga dapat diketahui apakah hasil produksi masih bisa ditingkatkan, tetap atau lebih kecil. Nilai RTS dapat diketahui dengan menjumlahkan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi. Bentuk logaritma pada analisis regresi fungsi CobbDouglas dapat digunakan sebagai nilai elastisitas produksi (Soekartawi 2003). Pada analisis RTS, suatu usaha dikatakan mencapai constant returns to scale apabila jumlah semua nilai koefisien faktor produksi sama dengan satu (∑β = 1). Hasil penelitian menunjukan penjumlahan dari semua nilai koefisien faktor-faktor produksi (hijauan, konsentrat, sapi laktasi, tenaga kerja) adalah 1,003. Dimana hasil tersebut dapat dikatakan mendekati 1 sehingga penggunaan faktor produksi berada dalam skala constant returns to scale. Nilai RTS yang diperoleh selanjutnya perlu dilakukan pengujian statistik menggunakan uji t. Hasil dari perhitungan uji t (t-hitung) adalah 0,002 sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,014. Hal tersebut memiliki arti t-hitung < t-tabel (0,002 < 2,014) sehingga H0 diterima (∑βi = 1). Dapat disimpulkan bahwa kondisi penggunaan faktor produksi terhadap kenaikan hasil produksi berada pada keadaan konstan (constant returns to scale). Artinya penambahan faktor produksi akan diikuti juga dengan penambahan hasil produksi secara proporsional atau dengan kata lain misalkan peternak meningkatkan penggunaan semua faktor produksi sebesar 10% maka hasil produksi susu akan meningkat sebanyak 10%.
KESIMPULAN DAN SARAN 1)
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi susu sapi perah pada kelompok peternak Pamegatan adalah konsentrat, kepemilikan sapi laktasi, dan curahan tenaga kerja, sedangkan faktor produksi hijauan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi susu. 2. Tingkat penggunaan faktor-faktor produksi berada pada constant returns to scale (∑𝛽𝑖 =1). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan semua
10
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi faktor-faktor produksi akan diikuti peningkatan jumlah produksi susu secara proporsional.
2)
Saran Beberapa saran yang dapat diberikan sebagai berikut: 1.
Pada keadaan skala pengembalian usaha konstan, produksi susu dapat ditingkatkan melalui penambahan penggunaan faktor produksi dengan pertimbangan kenaikan harga produksi susu lebih tinggi dari kenaikan harga faktor produksi.
2.
Tingkat penggunaan hijauan rata-rata 45,9 Kg/ekor/hari. Angka tersebut relatif tinggi, sehingga tidak perlu penambahan pemberian hijauan karena tidak berpengaruh terhadap produksi susu.
DAFTAR PUSTAKA Akoso, Tri Budi. 2012. Budidaya Sapi Perah Jilid I. Airlangga University Press, Surabaya. Boediyana, Teguh. 2008. “Menyongsong Agribisnis Persusuan Yang Prospektif di Tanah Air.” Trobos, No 108 September 2008 Tahun VIII. Budiasa, I.K.M. 2005. “Ketersediaan Hijauan Sumber Pakan Sapi Bali Berdasarkan Penggunaan Lahan dan Topografi Berbeda di Kabupaten Jembrana Provinsi Bali.” Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ditjen Peternakan dan Keswan. 2015. Data Produksi Susu Menurut Provinsi Tahun 2011 sampai tahun 2015. Jakarta. Gujarati, D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid I. Erlangga. Jakarta. ___________. dan Porter, Dawn. C. 2010. Dasar-dasar Ekonometrika. Jilid 1. Edisi Kelima. Mardanugraha, dkk [Penerjemah]. Salemba Empat. Jakarta. Holcomb, G., H. Kiesling, and G. Lofgreen, 1984. “Digestibility of Diets and Performance by Steers Feed Varying Energy and Protein Level in Feedlot Receiving Program.” Livestock Research Beefs and Cattle Growers Shorts Course. New Mexico State University, Mexico. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi : Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soeprapto, H. dan Z. Abidin. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka, Jakarta. Taslim. 2011. “Pengaruh Faktor Produksi Susu Usahaternak Sapi Perah Melalui Pendekatan Analisis Jalur di Jawa Barat.” Jurnal Ilmu ternak, Juni 2011, No 10, Vol 1, 52-56. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. 11
Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor………….......……………………. Hafiz Wahyu Riandi LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Nilai VIF dan Nilai Tolerance (Pengujian Multikolinearitas) Menggunakan Software IBM SPSS Versi 24 Variabel Independen Hijauan Konsentrat Sapi Laktasi Tenaga Kerja
VIF 6,121 2,356 8,806 1,432
Hasil < 10 < 10 < 10 < 10
Korelasi -
Tolerance 0,163 0,424 0,114 0,698
Hasil >0,1 >0,1 >0,1 >0,1
Korelasi -
Syarat terjadi multikolinearitas sempurna Nilai VIF ≤ 10 Nilai Tolerance ≥ 0,1 Ketentuan : - = Tidak ada multikolinearitas + = Ada multikolinearitas
Lampiran 2. Penentuan Nilai Durbin-Watson (Pengujian Autokorelasi) Ketentuan Pengujian: 0 < d < dL : ada autokorelasi positif (menolak H0) 4 - dL< d < 4 : ada autokorelasi negatif (menolak H0) dU < d < 4 – dU : tidak ada autokorelasi positif atau negatif (menerima H0) dL ≤ d ≤ dU : daerah keragu-raguan; tidak ada keputusan 4 -dU
= = = = = = =
50 4 1,549 1,378 1,721 2,622 2,279
Hasil: 0 < d < dL 4 - dL< d < 4 dU < d < 4 – dU dL ≤ d ≤ dU 4 -dU
: 0 < 1,549 < 1,378 : 2,622 < 1,549 < 4 : 1,721 < 1,549 < 2,279 : 1,378 < 1,549 < 1,721 : 2,279 < 1,549 < 2,622
= = = = =
X X X √ X
Keputusan: daerah keragu-raguan ; tidak ada keputusan. Dianggap tidak ada autokorelasi sempurna
12