ANALISA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah Pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh: M. KHASAN ASY’ARI _____________________________________
NIM : 201 08 028
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
ANALISA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS
TUGAS AKHIR
Disusun dan Diajukan UntukMemenuhi Syarat Guna memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syari’ah Pada Program Studi Perbankan Syariah
Oleh: M. KHASAN ASY’ARI NIM: 20108028
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH PADA PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS DISUSUN OLEH M. KHASAN ASY’ARI NIM: 20108028 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal …… dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh sebutan A. Md. E. Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah) Dewan Penguji Ketua Sekretaris
Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd
Muh Khusen, M. Ag. MA
NIP :19670112 199203 1 005
NIP : 19741212 199903 1 003
Penguji I
Penguji II
Drs. Imam Baihaqi, M. Ag
H. Agus Waluyo, M. Ag
NIP : 19571108 198703 1 001
NIP :19750211 200003 1 001
Penguji III
Anton Bawono , SE. M.Si NIP : 19740320 200312 1 001
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Puji syukur kehadirat Allah SWT, penguasa semesta alam dan raja manusia, karena dengan segala rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya yang senantiasa diberikan kepada kita. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Habibina wa Syafi’ina Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyesesaikan tugas akhir yang berjudul “ANALISA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH
BERMASALAH
PADA
PT. BPR
SYARIAH ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS”. Tugas akhir ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan program Diploma 3 (DIII) pada jurusan Perbankan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan tugas akhir ini dapat terselesaikan karena bantuan, bimbingan, dan dorongan serta perhatian dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
2.
Bapak Drs. Mubasirun, M. Ag selaku Ketua Jurusan Syariah STAIN Salatiga.
3.
Bapak Abdul Aziz Nugraha Pratama, M. M, selaku Ketua Progarm Studi D3 Perbankan Syariah STAIN Salatiga.
4.
Bapak Anton Bawono M. Si, selaku pembimbing dalam penulisan Tugas Akhir, yang telah meluangkan waktu serta memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan tugas akhir.
5.
Bapak Sugeng Supriyadi, SE, selaku Direktur Utama PT. BPR Syariah ASAD ALIF yang telah memberikan izin, bantuan dan bimbingan selama penelitian.
6.
Karyawan dan karyawati BPR Syariah Asad Alif Kantor Kas Bergas yang telah mendukung proses penyelesaian tugas akhir ini.
7.
Teman-teman D3 perbankan Syariah angkatan 2008 yang selalu saya cintai.
8.
Sahabat-sahabatku, Fahru. Krisna yang selalu susah senang bersama.
9.
Teman-teman yang selalu membantu dalam penulisan tugas akhir ini, mas Bagus Muhammad Faris, Kang Mo, dan lain-lain. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Penulis percaya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis akan sangat berterima kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan. Wassalamualaikum Wr.Wb Salatiga, 19 Agustus 2011
Penulis
MOTTO
Hidup itu memang mempunyai teori, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mempraktekan teori tersebut secara benar dalam kehidupan yang nyata Dan tentunya pendewasaan diri sangat penting dari waktu ke waktu. Untuk membedakan mana yang baik dan buruk. Untuk senantiasa menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu
PERSEMBAHAN
Tugas akhir ini kupersembahkan untuk
Bapak dan ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan pengarahan dalam setiap kehidupanku. Teman-teman yang selalu memberi gelak tawa saat menjalani kuliah di STAIN Salatiga. Teman-teman SSC STAIN Salatiga yang selalu memberikan dorongan dan motivasi. Adik-adik STAIN Salatiga , khususnya Progdi DIII Perbankan Syariah, semoga tugas akhir ini bisa membantu kuliah dalam penyusunan tugas akhir berikutnya
ABSTRAK
Tujuan diadakan penelitian ini adalh untuk mengetahui bagaimana penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah di PT. BPR Syariah Asad Alif KPK Bergas, berdasarkan pada: 1. Pertimbangan untuk menentukan strategi penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah yaitu berdasarkan pada: perkembangan jumlah pembiayaan murabahah dari tahun ke tahun. 2. Alternative tindakan yang dapat mencegah dan menyelesaikan pembiayaan murabahah bermasalah yaitu dengan menajamkan penerapkan 5C dan lebih berhati-hati dalam memilih nasabah pembiayaan murabahah. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam menyelesaikan pembiayaan murabahah bermasalah kurang baik, dan saran yang diberikan adalah pihak bank harus lebih tegas kepada nasabah pembiayaan murabahah bermasalah dan harus lebih kuat dalam hal hukum dalam membuat akad perjanjian pembiayaan murabahah. Kata kunci: penyelesaian, pembiayaan murabahah bermasalah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang ........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................
8
C.
Tujuan Penulisan ....................................................................................
8
D.
Manfaat Penulisan ..................................................................................
9
E.
Metode Penelitian ...................................................................................
9
F.
Sistematika Penulisan .............................................................................
11
BAB II LANDASAN TEORI A.
Telaah Pustaka ........................................................................................
13
B.
Kerangka Teoritik ..................................................................................
17
BAB III LAPORAN OBJEK A.
Gambaran Umum ...................................................................................
31
B.
Data Deskriptif .......................................................................................
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Implementasi Alur Proses Pembiayaan ..................................................
56
B.
Identifikasi Penerapan 5C dan 7P ...........................................................
58
C.
Penyebab Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPR Syariah Asad Alif ..................................................................................
D.
60
Cara Menyelesaikan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Pada PT. BPRS Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas .............................
62
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan .............................................................................................
64
B.
Saran .......................................................................................................
65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Pembangunan ekonomi untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera tidak terlepas dari peran Perbankan di Indonesia. Untuk itu peran Perbankan perlu ditingkatkan. Tidak hanya berpihak pada masyarakat kelas atas, tetapi juga harus memperhatikan masyarakat kelas menengah ke bawah dengan memberikan kemudahan bagi mereka untuk ikut serta berperan dalam dunia perbankan. Perbankan Indonesia mulai babak perkembangan baru sejak digulirkannya paket deregulasi 1 Juni 1983, yang memberikan kewenangan kepada bank-bank pemerintah untuk menentukan kebijakan perkreditannya sendiri. Menghapuskan pagu kredit dan memberikan kebebasan bank-bank pemerintah dalam menetapkan tarif suku bunga deposito, sementara itu likuidasi dari BI dihapuskan. Kebijakan ini disusul dengan Pakto Oktober 1988 dalam rangka menciptakan ikllim persaingan yang kondusif dengan memberikan kelonggaran ijin pendirian bank-bank baru maupun merging antar bank menjadi satu bank baru. Dalam perjalanan perbankan Indonesia, dapat kita kemukakan bahwa dari pertama berdirinya, dalam artian kemunculan bank-bank di Indonesia selalu menggunakan sistem bunga dalam operasional perbankan. Bahkan
di perbankan
dunia sekalipun masih didominasi sistem bunga sampai saat ini. Dengan sistem ini banyak negara-negara yang berkembang mencapai kemakmurannya di atas kemiskinan negara lain, sehingga munculah kesenjangan yang terus menerus.
Adanya kesenjangan semacam ini membuktikan bahwa sistem bunga tidak mampu menjembatani kesenjangan yang semakin lama semakin memburuk. Perlu disadarai bahwa sistem ekonomi yang berbasis kapitalis dan interest base, di mana didapati uang sebagai komoditi yang diperdagangkan secara besarbesaran, ternyata berdampak terhadap kerusakan hubungan ekonomi yang adil. Krisis nilai tukar yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah membuat perbankan nasional mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Hal itu ditandai dengan besarnya hutang dalam valuta asing yang melonjak. Tinginya non performing loans, dan menurunnya permodalan bank. Kondisi diperburuk dengan suku bunga yang meningkat tajam sejalan dengan kebijakan moneter untuk meredam nilai tukar, sehingga banyak bank yang mengalami negative spreads. Kondisi perbankan yang sangat parah tersebut terutama sebagai akibat dari pengelolan bank yang tidak berhati-hati. Di pihak lain terdapat pandangan dari para ahli ekonomi bahwa penerapan sistem bunga telah memperparah terpuruknya sistem perbankan nasional. Semakin terpuruknya perekonomian dan perbankan dengan sistem bunga tentunya membuat para pemikir ekonomi dan cendikiawan muslim yang beranggapan bunga adalah riba yang diharamkan dalam Islam serta menjadikan kesenjangan ekonomi yang semakin terlihat ini menjadi gusar. Mereka mulai berpikir untuk menemukan sistem baru yang halal sesuai syariah dan lebih baik dari sistem bunga yang dipakai dari dulu sampai sekarang. Tahun 1992 tanggal 1 Mei, mulai beroperasi sebuah bank (BMI)
di
mana dalam operasionalnya menggunakan sistem syariah yang tidak bertentangan dengan Qur’an dan Hadist. Sistem syariah memberikan wacana baru di dunia perbankan Indonesia. Dengan sistem yang berbasis syariah BMI sebagai satu-
satunya Bank syariah pada saat itu mampu bertahan pada serangan krisis ekonomi 1997, di mana bank-bank lain banyak mengalami negative spread. Bahkan banyak pula bank-bank yang gulung tikar karena tidak mampu menghadapi krisis pada masa itu. Mulai saat itu perbankan syariah mulai tumbuh dan berkembang. Turut campur pemerintah untuk mengembangkan perbankan syariah pun semakin terasa. Ditahun 1998 terbit UU no. 10 tentang perbankan yang mengakomodasi perkembangan perbankan secara lebih luas. Tahun 2008 perbankan syariah nasional mulai bergembira dengan dikeluarkannya UU no. 21 tentang Perbankan Syariah yang menjadikan Perbankan Syariah semakin berkembang ke depannya. Menilik bahwa sistem syariah dirasa lebih menguntungkan, banyak bankbank konvensional yang beralih menggunakan sistem syariah, maupun membuka unit-unit syariah di dalam perusahaannya. Selain itu banyak bank perkreditan Rakyat muncul dengan menggunakan prinsip syariah dalam melaksanakan operasionalnya. Perbankan syariah melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Perbankan Syariah bertujuan
menunjang
pelaksanaan
pembangunan
nasional
dalam
rangka
meningkatkan keadilan kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurut jenisnya Bank dapat digolongkan menjadi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Pembagian jenis bank ini dimaksudkan sebagai sarana untuk menampung dan mengantisipasi perkembangan usaha perbankan saat ini terutama dalam menghadapi era globalisasi perekonomian yang lebih mengarah kepada generalisasi perbankan. Dengan pembagian tersebut diharapkan di dalam perkembangan deregulasi dan globalisasi perekonomian dewasa ini, bank dapat lebih cepat tanggap dan mampu menyesuaikan usaha sesuai dengan perkembangan
zaman. Oleh karena itu diperlukan lagi bank-bank yang sifatnya spesifik seperti bank pembiayaan dan bank tabungan. BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat yang sistem operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam. Sedangkan Usaha BPRS meliputi penyediaan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.72 tahun 1992 tanggal 30 Oktober 1992 (Martono, 2007:109). Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat syariah berdasarkan laporan BI 2009 (Desember 2009), secara kuantitas, pencapaian Bank Perkreditan Rakyat syariah sungguh membanggakan dan terus mengalami perkembangan. Jika pada tahun1998 hanya ada 76 Bank Perkreditan Rakyat Syariah, maka pada Desember 2009 (berdasarkan data statistic perbankan syari’ah yang dipublikasikan Bank Indonesia) jumlah Bank perkreditan rakyat syari’ah telah mencapai 139 unit (cinta syariah.wordpress.com.). Keberadaan BPRS diharapkan mampu mewujudkan pemerataan pelayanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan pendapatan masyarakat melalui pembiayaan dan pemberian kredit kepada para pedagang atau pengusaha kecil di pedesaan melalui dana yang dihimpun dari masyarakat berupa tabungan dan deposito. Pembiayaan yang disalurkan besarnya tidak dapat lepas dari berapa besar dana dari pihak ketiga yang didapat atau dihimpun dari masyarakat, karena pembiayaan yang disalurkan juga merupakan salah satu pendapatan bagi bank. Di dalam UU No.21 2008 diatur kegiatan usaha BPRS meliputi:
1.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk : a.
Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b.
Investasi berupa Deposito atau Tabungan berwujud lain yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.
2.
Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: a.
Pembiayaan
bagi
hasil
berdasarkan
akad
mudharabah
atau
musyarakah. b.
Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad murabahah, salam atau istishna’.
c.
Pembiayaan berdasarkan akad qarad.
d.
Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahya bittamlik dan
e. 3.
Pengambil alihan hutang berdasarkan akad hawalah.
Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah.
4.
Memindahkan uang. Landasan syariah murabahah Al Qur’an An-Nisa [4] : 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” Melihat ruang lingkup kerja yang dimiliki BPRS akan menjadi alternative penyimpanan dana dan pembiayaan yang tepat bagi kalangan pengusaha di luar bank-bank konvensional di saat krisis ini. BPRS menawarkan bagi hasil yang pengembaliannya bagi Pengusaha lebih ringan daripada BPR konvensional. Dalam mengatasi masalah sulitnya mencari BPRS yang menjanjikan, PT. BPRS ASAD ALIF tampil dengan memberikan penawaran produk pembiayaan diantaranya pembiayaan mudharabah, murabahah, musyarakah dan ijarah. Dari beberapa produk yang ditawarkan PT. BPRS ASAD ALIF, pembiayaan murabahah merupakan salah satu pembiayaan yang banyak diminati oleh para nasabah. Murabahah merupakan salah satu produk yang cukup mendominasi di antara produk-produk yang lain. Hal ini dikarenakan karakternya yang profitable, mudah dalam penerapan, serta dengan risk factor yang ringan, akan tetapi dalam prakteknya, kadang dijumpai cidera janji yang dilakukan oleh pihak nasabah yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap BPRS sesuai perjanjian yang telah disepakati sebelumya. Entah karena keadaan memaksa (overmace) secara sengaja
ataupun tidak sengaja, dan itu merupakan salah satu penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang memastikan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik mengetahui lebih dalam tentang pembiayaan murabahah di PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS, yang kemudian akan penulis bahas dalam Tugas Akhir ini dengan judul “ANALISA PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas penulis adalah sebagai berikut: 1.
Apakah penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah pada PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS.
2.
Bagaimana cara menyelesaikan pembiayaan murabahah bermasalah pada PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS.
C.
Tujuan Penulisan Dengan mengadakan penelitian di PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS, tujuan yang hendak dicapai penulis
adalah:
1.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah pada PT. BPRS ASADALIF Kantor Kas Bergas, dalam melakkukan pembiayaan murabahah melalui manajemen yang dilakukannya.
2.
Untuk mengetahui cara penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah yang terjadi di pembiayaan murabahah di BPRS Asad Alif Kantor Kas Bergas.
D.
Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1.
Penulis dapat mengetahui aplikasi dari teori yang pernah dipelajari selama mengikuti perkuliahan.
2.
Pembaca dapat mengetahui bagaimana penerapan akad murabahah pada PT. BPRS ASAD ALIF Kantor Kas Bergas, dan menambah wawasan.
3.
Sebagai sarana untuk memperkenalkan produk-produk lending (penyaluran dana) yaitu murabahah.
E.
Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran atau tujuan penelitian. (Husein Umar, 2002: 46).
1.
Lokasi Penelitian PT BPR Syari’ah Asad Alif kantor Pelayanan Kas Bergas beralamatkan di Jl. Raya Semarang-Bawen Km. 25, Bergas Kabupaten Semarang, telp. (024) 6922093
2.
Jenis Data a.
Data primer Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan. Dalam penyusunan tugas akhir ini diperoleh langsung dari tempat penelitian dari pertanyaan dan interview.
b.
Data sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder yang didapat dalam penyusunan tugas akhir ini adalah lampiran formulir–formulir, brosur-brosur, dan modul tentang produk–produk BPRS Asad Alif Kantor Kas Bergas
3.
Teknik Pengumpulan Data a.
Interview (wawancara) Interview
atau
wawancara
adalah
salah
satu
teknik
pengumpulan data yang pelaksanaannya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan perusahaan dan nasabah yang berkaitan. b.
Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang menuntut pengamatan dari si peneliti baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya. Di sini pengamatan dilakukan dengan melihat secara langsung pembiayaan murabahah bermasalah yang terjadi pada nasabah.
c.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen yang ada diperusahaan. Disini data diperoleh dari brosur dan pamflet.
F.
Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman isi tugas akhir ini, penulis akan menjelaskan sistematika penulisan tugas akhir sebagai berikut: BAB I
:
PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
:
LANDASAN TEORI Bab ini menyajikan pengertian, syarat dan semua yang berhubungan dengan murabahah dari segi hukum syari’ah. Analisa penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah yang tersaji dalam telaah pustaka dan kerangka teoritik.
BAB III :
LAPORAN OBJEK Pada bab ini, penulis ingin memberikan gambaran umum tentang BPRS Asad Alif, mulai dari sejarah berdirinya, Visi dan Misi BPRS Asad Alif, Struktur organisasi, dan produk– produk yang dimiliki oleh PT. BPRS Asad Alif. Profil dan kepemilikan PT. BPRS Asad Alif.
BAB IV
:
ANALISA Dalam bab ini menjelaskan tentang bagaimana manejemen yang dijalankan dalam pembiayaan murabahah PT. BPRS ASAD
ALIF KANTOR PELAYANAN
KAS BERGAS, dan analisa
penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah pada PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN KAS BERGAS. BAB V
:
PENUTUP Pada bab penutup berisi kesimpulan dari penyusunan tugas akhir ini, Saran–saran yang ingin disampaikan oleh penulis, dan penutup.
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Telaah Pustaka Penelitian Jannah tahun 2006 menyimpulkan bahwa dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah harus benar-benar selektif terhadap proposal pembiayaan yang masuk. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kredit macet. Untuk itu selain beberapa aspek yang mendasari, BPR juga sangat memperhatikan prinsip 5 C. yaitu character, capacity, capital, condition dan collateral. Bank berasal dari kata banque dalam bahasa Perancis, dan branco dalam bahasa Italia yang memiliki arti peti atau lemari atau bangku. Kata peti menyiaratkan fungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang, dan sebagainya. Dewasa ini peti berarti portepel aktiva yang menghasilkan (portofolio of earning assets), yaitu portofolio yang memberi bank “darah kehidupan” bernama laba bersih setelah pengeluaranpengeluaran dan pajak. (Arifin, 2006:1) Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. (Kuncoro, 2002:68). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2006, par. 31.2) menjelaskan bahwa: Bank Syariah adalah Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah. Bank Syariah dalam melakukan kegiatannya memiliki beberapa fungsi yang menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2006, par 1.1) yaitu: 1.
Manajer investasi Bank Syariah dapat mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad Mudharabah sebagai agen investasi.
2.
Investor Bank Syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan Syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana.
3.
Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran Bank Syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti bank non-syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip Syariah Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang disamakan dengan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2001:92) Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan hasil bagi. Jenis–jenis pembiayaan menurut Antonio (2001: 160) adalah:
Berdasarkan sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:
1.
Pembiayaan Produktif Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi. Misalnya untuk peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2.
Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan Konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua hal berikut:
1.
Pembiayaan modal kerja Pembiayan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitatif (jumlah hasil produksi), dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan suatu barang.
2.
Pembiayaan Investasi Pembiayaan Investasi yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal serta fasilitas-fasilitas yang berkaitan erat dengan pembiayaan tersebut. Menurut Fatkhurrahman (2009) penyebab dari pembiayaan bermasalah
adalah ketidaksediaan nasabah untuk melunasi pinjaman, kurangnya pengawasan bank terhadap usaha nasabah, pinjaman tanpa jaminan dan nasabah yang diragukan integritasnya.
Ada perbedaan yang signifikan dalam pemberian kredit yang dilakukan oleh bank konvensional dan bank syariah, yaitu terletak pada keuntungan yang diharapkan. Bagi bank berdasarkan prinsip konvensional keuntungnya yang diperoleh melalui bunga sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syari’ah berupa imbalan atau bagi hasil. (Kasmir, 2008; 97). Produk pembiayaan bank syariah mempunyai spesifikasi khusus, yaitu tidak didasarkan pada sistem bunga, tetapi menggunakan pola bagi hasil. Bagi hasil ini bisa berupa bagi pendapatan (revenue sharing) atau bagi laba (profit sharing). Manfaat pembiayaan ini bagi perusahaan atau nasabah yaitu akan dapat mengurangi biaya tetap yang akan dikeluarkannya, tidak sebagaimana dengan pola pembiayaan dengan bunga yang akan menambah biaya tetap, karena adanya kewajiban nasabah untuk membayar bunga dalam prosentase tertentu dalam kondisi apapun, sehingga akan menurunkan kemampuan nasabah untuk bersaing dari sisi harga dengan pesaingnya (Arifin, 2006: 2).
B.
Kerangka Teoritik 1.
Pengertian Pembiayaan Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada
nasabah.
Pembiayaan
secara
luas
berarti
financing
atau
pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 2.
Pengertian Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Loan) NPF merupakan rasio yang menghitung banyaknya nilai kewajiban atas nilai pembiayaan yang belum dibayar oleh nasabah kepada bank. Secara singkat, NPF sederhananya adalah prosentase pembiayaan bermasalah. Semakin tinggi
rasio NPF sebuah bank, maka kondisi ini bisa
membahayakan bank. Hal itu karena berdasarkan peraturan yang berlaku, bank perlu mengalokasikan cadangan yang bersumber dari modal untuk mengatasi NPF tersebut sementara waktu. Penyelamatan kredit bermasalah tersebut dilakukan dengan cara (Recedulling, Reconditioning, Retructuring). a.
Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.
b.
Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut maksimum saldo kredit. c.
Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi reschedulling, reconditioning.
3.
Pengertian Pembiayaan Murabahah Dalam artian luas pembiayaan atau kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Maksud percaya dari si pemberi kredit adalah ia percaya kepada sipenerima kredit bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan si penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu. (Kasmir, 2008:97). Pengertian murabahah secara bahasa atau etimologis adalah berasal dari kata "ribh" yang artinya “keuntungan” yaitu “pertambahan nilai modal”. Kata murabahah merupakan bentuk mutual yang bermakna “saling”. Jadi, murabahah artinya “saling mendapatkan keuntungan”. Dalam ilmu fiqh, murabahah diartikan “menjual dengan modal asli bersama tambahan keuntungan yang jelas”. Secara terminologis, yang dimaksud dengan murabahah adalah pembelian barang dengan pembayaran yang ditangguhkan (1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan seterusnya tergantung kesepakatan). Pembiayaan murabahah diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory).
Muhammad Syafi'i Antonio mengutip Ibnu Rusyd, mengatakan bahwa murabahah adalah “jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati”. Dalam akad ini, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Sehingga sebelum bank melakukan pencairan kredit kepada nasabah, maka bank wajib melakukan analisa yang meyakinkan bahwa nasabah memang benar-benar dapat dipercaya. Menurut Kasmir, unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas pembiayaan atau kredit meliputi: a.
Kepercayaan Keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
b.
Kesepakatan Kesepakatan antara pemberi dan penerima kredit, dituangkan dalam
suatu
perjanjian,
di
mana
masing-masing
pihak
menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c.
Jangka waktu Masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
d.
Risiko Dengan
adanya
suatu
tenggang
pengembalian
akan
menyebabkan suatu risiko tidak tertagih atau macet pemberian kredit. e.
Balas jasa
f.
Keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bagi hasil dalam bank syari’ah.
Tujuan dan Fungsi kredit a.
Mencari keuntungan Untuk kelangsungan bank itu sendiri melalui bagi hasil yang diterima
b.
Membantu usaha nasabah Membantu usaha nasabah yang memerlukan bantuan dana, baik dana investasi maupun modal kerja.
c.
Membantu pemerintah Semakin banyak pembiayaan atau kredit yang disalurkan pihak perbankan, maka semakin baik perekonomian, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Prinsip-prinsip pemberian kredit. Adapun penjelasan untuk analisa dengan 5 C kredit adalah sebagai
berikut: (Kasmir, 2008:109) a.
Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya.
b.
Capacity Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuanketentuan pemerintah, menjalankan usahanya dan tentu saja pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit.
c.
Capital Untuk melihat keefektifan dalam penggunaan modal, dilihat dari laporan neraca.
d.
Collateral Jaminan yang diberikan oleh nasabah baik fisik maupun non fisik.
e.
Condition Menilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Menurut pendapat yang sama dari Kasmir, selain 5 C di atas, harus
ada penilaian kredit dengan analisa 7 P sebagai berikut: a.
Personality Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya seharihari maupun masa lalu.
b.
Party Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
c.
Purpose Mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.
d.
Prospect Menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect atau tidak.
e.
Payment Ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.
f.
Profitability Menganalisa bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
g.
Protection Bertujuan
menjaga
agar
usaha
dan
jaminan
mendapatkan
perlindungan. Aspek-aspek yang dinilai dalam pemberian pembiayaan atau kredit menurut Kasmir adalah sebagai berikut: a.
Aspek Yuridis/ Hukum Menilai masalah legalitas badan usaha dan izin-izin yang dimiliki. Yang meliputi:
b.
1)
Akte pendirian
2)
Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
3)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
4)
Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
5)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
6)
Keabsahan surat-surat yang dijaminkan.
7)
Serta hal-hal yang dianggap penting lainnya.
Aspek Pemasaran Meliputi analisa terhadap: 1)
Pemasaran produknya minimal 3 bulan yang lalu atau 3 tahun yang lalu.
2)
Rencana penjualan produk minimal 3 bulan yang lalu atau 3 tahun yang lalu.
c.
3)
Peta kekuatan pesaing yang ada.
4)
Prospek produk secara keseluruhan.
Aspek Keuangan Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut.
d.
Aspek Teknis Membahas masalah yang berkaitan dengan produksi serta kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan, dan mesinmesin yang digunakan.
e.
Aspek Manajemen Untuk menilai strtuktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya.
f.
Aspek Sosial Ekonomi Menganalisa dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti: 1)
Meningkatkan ekspor barang.
2)
Mengurangi pengangguran atau lainnya.
3)
Meningkatkan pendapatan masyarakat.
4)
Tersedianya sarana dan prasarana.
5)
Membuka isolasi daerah tertentu.
g.
Aspek Amdal Analisis terhadap lingkungan, dampak yang ditimbulkan dari usaha nasabah. Pengertian tentang pembiayaan
Al-
Murabahah ini dikemukakan oleh Kadir dan R. Murniyati. (2003: 56) yang menyatakan bahwa: Pembiayaan Al-Murabahah ini merupakan pembiayaan modal kerja yang diberikan untuk kepentingan kelancaran operasional usaha nasabah. Pemberian pembiayaan ini sasarannya adalah untuk membiayai operasi usaha milik nasabah. Misalnya untuk membeli bahan baku, bahan penolong dan lain-lain.
4.
Landasan Syariah Murabahah a.
Al Qur’an 1)
QS An-Nisa [4] : 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” [287] larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti
membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan.
2)
QS Al-Baqarah [2] ; 275
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah
mengharamkan
Telah riba.
menghalalkan
orang-orang
yang
jual
beli
Telah
dan
sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman Jahiliyah. [175] Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan. [176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan. 3)
QS Al-Maidah [5] ; 1
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu[388]. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.
[388]
Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba
kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. 4)
QS Al- Baqarah [2] ; 280
“Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja." Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu Hanya mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" b.
Al Hadist 1)
Hadist nabi dari Abu Said Al-Khidri, bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka.” (HR Al-Khidri dan Ibnu Majah, dan dinilai oleh Ibnu Hibban)
2)
Hadist Nabi riwayat Ibnu Majah, Nabi SAW bersabda: ”Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum dan jewawut untuk kepentingan Rumah Tangga bukan untuk dijual.
c.
Ijma’ Mayoritas Ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara murabahah (DSN, 2000:22-24)
BAB III LAPORAN OBJEK
A.
Gambaran Umum 1.
Sejarah BPR Syari’ah Asad Alif PT BPR Syariah Asad Alif Sukorejo ini pada awalnya bernama Balai Usaha Mandiri Terpadu ( BMT ) “Arga Putra Kencana“ yang operasionalnya berdasarkan Sertifikat Operasional Sementara No. 02001/ PINBUK JATENG-00011/III/1998 tanggal 19 Maret 1988 dan Anggaran Dasar Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah beroperasi sejak tanggal 2 Februari 1996. Kemudian Berdasarkan Akte Notaris Mustari Sawilin, SH nomor 18 tanggal 22 September 1997 berubah menjadi PT Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah Asad Alif dengan data sebagai berikut: a.
Data Perusahaan Nama Perusahaan
:
PT BPR Syariah Asad Alif
Alamat
:
Jl. Sudagarman No. Sukorejo Kendal
NO. Telepon
:
(0298) 451593
No. Faks
:
(0298) 451819
No. NPWP
:
1.830.715.7.503
No. TDP
:
11181800098
Akte Pendirian
:
22 September 1997
No. /Tanggal Ijin Prinsip
:
No.S-767/MK17/1997,
15
September 1997 No. /Tanggal Ijin Usaha
:
No. 31/2DIR/UPBR/Rahasia, Juli 1998
29
Persetujuan Mentri Kehakiman No. C2.11431.HT.01.01.TH.97, tanggal 5 November 1997 b.
Kepengurusan 1)
2)
3)
Dewan Komisaris Komisaris Utama
:
H. Sohardjo
Komisaris
:
Hj. Sri Mardikaningsih
Komisaris
:
Ir. Hermawan Mardiyanto
Dewan Pengurus Syari’ah Ketua
:
Drs. KH. Asnawi Usman
Anggota
:
KH. A. Sudiyono
Anggota
:
K. Ma’as
Direktur Utama
:
Sugeng Supriyadi
Direktur
:
Muhammad Asmi Munif, A. Md
Direksi
BPRS Asad Alif ini didirikan karena perlu adanya lembaga keuangan syari’ah dan didirikan pertama kali di Sukorejo karena melihat peluang disana lebih besar dan pada saat itu belum ada lembaga keuangan syari’ah yang didirikan di Sukoreko. Kini BPRS Asad Alif mulai dikembangkan dengan mendirikan beberapa kantor kas, antara lain didirikan di daerah Boja, Temanggung, Semarang, dan Ungaran. 2.
Visi dan Misi Menjadikan BPRS Asad Alif sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang terbaik dan terpercaya.
a.
Misi 1)
Mengembangkan daan memajukan usaha bank dengan konsep syariah.
2)
Menjalin hubungan kemitraan dengan nasabah dengan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan.
3)
Memberikan kenyamanan, kemudahan dan keamanan kepada pengguna jasa perbankan.
4)
Memberikan kesejahteraan kepada seluruh pengurus, pengelola, dan pemilik secara layak dalam kerangka norma moral Islam.
3.
Administrasi Lembaga a.
Administrasi Kantor BPRS Asad Alif memiliki bagian-bagian yang mendukung berjalannya aktifitas lembaga untuk mencapai fungsinnya sebagai lembaga intermediary. Administrasi kantor merupakan hal penting bagi bank dalam melayani penghimpunan dana dari masyarakat dan penyaluran dana bagi masyarakat. Bagian administrasi di BPRS Asad Alif terdiri dari front liner dan back office (BO). Yang dimaksud dengan front liner adalah orang atau bagian yang langsung bertatap muka dengan nasabah dalam memberikan pelayanannya. Front liner terdiri dari costumer service, teller dan marketing. Sedangkan yang dimaksud dengan back office adalah orang yang bertugas mencatat pembukuan (memindahkan setiap transaksi ke dalam neraca). Back office tidak secara langsung berhadapan dengan nasabah dalam menjalankan tugasnya.
b.
Mitra Kelembagaan Untuk memperkuat dan memperluas jaringan pasar BPRS Asad Alif melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga yang sesuai dengan peranannya, sebagai media bisnis sekaligus sebagai media dakwah dan media peningkatan ekonomi masyarakat golongan ekonomi lemah. Lembaga keuangan syari’ah, non syari’ah maupun lembaga-lembaga lain di tempatkan di posisi sebagai mitra kerja, yang di antaranya meliputi instansi pemerintah, yayasan pendidikan, lembaga amal zakat, dan lembaga-lembaga lainnya.
4.
Ketenagaan Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang menyangkut bank syari’ah, pengaturan ketenagaan berbeda dengan bank umum lainnya. Di BPRS Asad Alif Sukorejo Kendal semua karyawan disebut dengan tim, dengan maksud semua adalah satu kesatuan yang bersetatus sama dengan tidak membeda-bedakan antara pimpinan dengan jajaran lain di bawahnya. Yang membedakan adalah peran dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan tugasnya.
5.
Organisasi Perusahaan a.
Struktur Organisasi
RUPS Dewan
Dewan Direksi
Pengawas Syariah
Komisaris Sugeng Satuan Supriyadi Pengawas Intern
1. Drs. KH. Asnawi Usman 2. KH. Agus Sudiyono 3. K. Mas’as
1. H. Suharjo 2. Hj. Sri Mardikaningsih 3. Ir.Hermawan Mardiyanto
Manaje
Manajer Hestrid
r Marketing A
DM
arketing Eko
ccount
Pembiayaan
Agus P. A.Md Officer
Officer
1. Tommy Hidayat 2. Sukristayatun
1. 2. eller 3. 4.
T Fachrudin Prastito Budi Hesti Kartika Sutarji P
urwan
b.
Operasional
a. S. Pi M
A
Much Munif. A.Md
Pembukuan 1. Ari Suryo W 2. Setiyo Eko W dan Keuangan
Like
Gambar Setyowati.3.1 SE
Bac k Office
1. Siti Zakiyah 2. Laili Rosida
Deskripsi Kegiatan ti Berdasarkan surat ketetapan intern No. 002/Dir/SKI/I/2009 Job description PT. BPR Asad Alif adalah sebagai berikut: 1)
Dewan Komisaris Dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau secara khusus memberikan nasehat dan arahan kepada Direksi dalam menjalankan perseroan.
Tugas, tanggung jawab, dan wewenang: a)
Melakukan pengawasan dan memberikan pengarahan kepada direksi.
b)
Mempertimbangkan, menyempurnakan, dan mewakili para pemegang saham dalam memutuskan perumusan kebijakan umum perseroan yang baru diusulkan oleh direksi untuk dilaksanakan perseroan di masa yang akan datang.
c)
Menyenggarakan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham atau Rapat Anggota Luar Biasa dalam hal pembebasan tugas dan kewajiban Direksi.
d)
Mempertimbangkan
dan
memutuskan
permohonan
penyaluran dana yang jumlahnya melebihi jumlah maksimum yang dapat diputuskan oleh direksi. e)
Memberikan penilaian atas neraca dan laporan keuangan berkala semesteran dan dan tahunan yang disampaikan oleh direksi.
f)
Memberikan persetujuan mengenai pengikatan perseroan untuk bekerjasama dengan pihak lain (penyaluran dana, placement),
untuk
mengadakan,
menjual
dan/atau
memindahkan harta baik untuk barang bergerak maupun tidak bergerak milik perseroan. g)
Menandatangani surat-surat saham yang telah diberi nomor urut sesusai dengan wewenang yang telah diberikan dalam anggaran dasar.
h)
Menyetujui atau menolak pengajuan penyaluran dana oleh direksi.
i)
Menyetujui semua hal yang menyangkut perubahanperubahan modal dan pembagian laba.
j)
Bank menanyakan tentang berbagai hal yang dilakukan oleh direksi berkenaan dengan perseroan.
2)
Direksi Anggota Dewan Direksi adalah beranggotakan Direktur Utama dan Direktur sesuai dengan yang telah ditetapkan dan/atau disetujuai dalam RUPS. Fungsi utama Direksi: a)
Memimpin usaha bank sesuai dengan tujuan dan kebijakan umum yang telah ditentukan.
b)
Merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan seluruh aktivitas bank meliputi penghimpunan dan penyaluran dana serta kegiatan-kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas utama bank.
c)
Melindungi dan menjaga asset dan kekayaan perusahaan yang berada dalam tanggung jawabnya.
d)
Membina hubungan dengan pemagang saham, nasabah, dan calon nasabah serta pihak lain yang dilayani dalam rangka mengembangkan layanan yang baik.
e)
Membina hubungan kerjasama internal dengan seluruh jajaran manajemen dan eksternal dengan organisasi masyarakat, badan usaha, serta sesama LKS untuk meningkatkan kemampuan usaha.
3)
Direktur Utama Tugas dan tanggung jawab: a)
Menjabarkan kebijakan umum bank yang telah dibuat oleh Dewan Komisaris dan disetujui RUPS.
b)
Menyusun
dan
menghasilkan
anggaran,
proyeksi
financial
rencana dan
kerja
non
dan
financial
disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk mendapat persetujuan RUPS. c)
Menyetujui penyaluran dana sesuai dengan batas wewenangnya.
d)
Mempertimbangkan
dan
melakukan
penambahan,
pengangkatan, serta pemberhentian karyawaan sesuai tujuan perusahaan. e)
Mengelola dan mengawasi pengeluaran biaya-biaya harian untuk tercapainya target pemasukan yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
f)
Mengamankan harta kekayaan bank agar terlindungi dari bahaya
kebakaran,
pencurian,
perampokan
dan
kerusakan. g)
Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat kebijakan serta keputusan atas laporan secara periodik yang diberikan oleh Direktur. Wewenang:
a)
Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap pengajuan pembinaan.
b)
Menyetujui atau menolak secara tertulis pengajuan rapat komite secara musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
c)
Menyetujui atau menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan batas wewenang.
d)
Menyetujui pengeluaran uang pada kas kecil dan biaya operasional lainnya.
e)
Menyetujui atau menolak penggunaan keuangan yang diajukan yang tidak melalui procedure.
f)
Memberikan teguran dan sangsi atas pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan.
g)
Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h)
Mengadakan
kerjasama
dengan
pihak
lain
untuk
kepentingan lembaga. i)
Memutuskan, menolak atau menerima kerjasama dengan pihak lain.
4)
Direktur Tugas dan tanggung jawab: a)
Membantu Direktur Utama dalam menjabarkan kebijakan umum bank yang telah dibuat oleh Dewan Komisaris dan disetujui RUPS.
b)
Membantu Direktur Utama dalam menyusun dan menghasilkan rencana kerja dan anggaran, proyeksi
financial dan non financial disampaikan kapada Dewan Komisaris untuk mendapat persetujuan RUPS. c)
Mengkoordinasi, memonitor dan memfasilitasi kegiatan operasional secara efisien dan efektif sesuai dengan sistem dan prosedur yang berlaku.
d)
Menjamin terpeliharanya kelancaran dan ketertiban kegiatan untuk menunjang efektifitas pelayanan kepada nasabah.
e)
Melaksanakan dan memantau kegiatan operasional bank sesuai dengan ketetapan dalam SOP.
f)
Mengendalikan keamanan dan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional bnk serta pelaporan secara efektif dan efisien.
g)
Mengatur Sumber Daya Insani (SDI) dan kegiatan operasional
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan. h)
Membantu Direktur Utama dalam mempertimbangkan dan
melakukan
penambahan,
pengangkatan
serta
pemberhentian karyawan. i)
Membantu Direktur Utama dalam mengelola dan mengawasi
pengeluaran
biaya-biaya
harian
untuk
tercapainya target pemasukan yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
j)
Memberikan masukan dan saran kepada Direktur Utama dalam penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat laporan secara periodic.
Wewenang: a)
Memimpin Rapat Komite apabila Direktur Utama berhalangan hadir.
b)
Menyetujui atau menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan batas wewenang.
c)
Menyetujui pengeluaran uang kas kecil dan biaya operasional lainnya.
d)
Memberikan masukan dan saran kepada Direktur Utama dalam melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5)
Dewan Pengawas Syari’ah Ketentuan dan persyaratan diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 Pasal 27 sampai 33. Tugas, wewenang dan tanggung jawab: a)
Memastikan
dan
mengawasi
kesesuaian
kegiatan
operasional Bank Syariah terhadap fatwa DSN. b)
Menilai aspek syari’ah terhadap pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan oleh Bank Syari’ah.
c)
Memberikan
opini
dari
aspek
syariah
pelaksanaan
operasional
Bank
Syari’ah
terhadap secara
keseluruhan dalam laporan publikasi Bank syari’ah.
d)
Mengkaji produk dan jasa baruyang akan dikeluarkan oleh Bank Syari’ah dimintakan fatwa kepada DSN.
e)
Bila perlu dapat meminta dokumen dan penjelasan langsung dari satuan kerja Bank Syari’ah serta ikut dalam pembahasan intern termasuk dalam pembahasan komite pembiayaan.
f)
Menyampaikan
laporan
hasil
pengawsan
syari’ah
sekurang-kurangnya setiap enam bulan kepada Direksi, Komisaris, DSN dan Bank Indonesia. 6)
Internal Audit/Satuan Pengawas Intern. Fungsi utama jabatan: a)
Melakukan pengawasan agar pelaksanaan operasional Bank Syariah dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan.
b)
Mengumpulkan
data
atau
pengumpulan/klasifikasi,
informasi,
pencatatan,
menyimpulkan,
menyusun
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, daftar laba/rugi, arus kas, perubahan modal, CAR, serta laporan lain yang diperlukan. c)
Mengawasi dan memberikan penilaian terhadap kegiatan operasional bank secara berkala.
d)
Mengadakan pengecekan ulang atas agunan dan lain-lain jaminan yang diterima bank.
e)
Membuat laporan hasil audit internal kepada Direktur Utama.
7)
Kepala Kantor Kas dan Cabang Kepala kantor kas dan cabang memimpin pengelolaan kantor berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan oleh Direksi dan disesuaikan dengan ketentuan peraturan Bank Indonesia. Kepala kantor kas dan cabang bertanggung jawab kepada Direksi. Tugas dan tanggung jawab: a)
Menjabarkan kebijakan umum bank yang telah dibuat Direksi dan disetujui Dewan Komisaris.
b)
Menyusun
dan
menghasilkan
rencana
kerja
dan
anggaran. c)
Mengkoordinasi, memonitor, dan memfasilitasi kegiatan operasional secara efisien dan efektif.
d)
Menjamin terpeliharanya kelancaran dan ketertiban kegiatan untuk menunjang efektifitas pelayanan kepada nasabah di kantor kas dan kantor cabang.
e)
Melaksanakan dan memantau kegiatan operasonal bank sesuai dengan ketetapan dalam SOP di kantor kas dan kantor cabang.
f)
Mengendalikan keamanan dan kelancaran pelaksanaan kegiatan operasional bank serta pelaporan secara efektif dan efisien.
g)
Mengatur Sumber Daya Insani (SDI) dan kegiatan operasional
melalui
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan di kantor kas atau cabang.
h)
Mengelola dan mengawasi pengeluaran biaya-biaya harian untuk tercapainya target pemasukan yang telah ditetapkan secara keseluruhan di kantor kas atau cabang.
i)
Memberi masukan dan saran kepada direksi dalam penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat laporan secaara periodic di kantor kas atau cabang. Wewenang:
a)
Menyetujui atau menolak pencairan pembiayaan sesuai dengan batas wewenang di kantor kas atau cabang.
b)
Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
c)
Menyetujui atau menolak penggunaan keuangan yang diajukan yang tidak melalui prosedur sesuai dengan batas wewenang.
d)
Memberi teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan karyawan.
e)
Memberikan masukan dan saran kepada Direksi dalam melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
8)
Manajer Marketing Fungsi utama jabatan yaitu merencanakan, mengarahkan, mengontrol serta mengevaluasi seluruh aktivitas dibidang operasional baik yang berhubungan dengan pihak internal maupun
pihak
eksternal
yang
dapat
meningkatkan
profesionalisme Bank syari’ah khususnya dalam pelayanan terhadap nasabah. Tugas, wewenang dan tanggung jawab: a)
Melaksanakan kegiatan pelayanan kepada peminjam, serta melakukan pembinaan agar pembiayaan yang diberikan tidak bermasalah.
b)
Menyusun rencana pembiayaaan dan menerima maupun melaksanakan analisis pembiayaan.
9)
c)
Mengajukan persetujuan pembiayaan pada komite.
d)
Melakukan administrasi pembiayaan.
e)
Melakukan pembinaan nasabah pembiayaan.
f)
Membuat laporan perkembangan pembiayaan.
Marketing Tugas dan fungsi utama dari bagian tugas marketing adalah melakukan upaya penghimpunan dana serta penyaluran dana dari dan kepada masyarakat. Dan masing-masing tugas tersebut dilaksanakan oleh sub bagian atau unit kerja, yang masing-masing unit menjalankan fungsi dan tugasnya secara terpisah, namun saling menunjang. Bagian Funding atau Marketing Officer bertugas: a)
Melakukan promosi produk-produk pendanaan bank, baik dalam bentuk tabungan, deposito ataupun dana ZIS
b)
Bertanggungjawab dalam penyediaan dana likuiditas bank, serta pemenuhan kewajiban penyediaan modal disetor bank.
c)
Melakukan sosialisasi aktif ke segala lapisan masyarakat, sehingga dapat terhimpun dana segar dari masyarakat.
d)
Menghimpun dana dari beberapa instansi atau bank lain, baik dalam bentuk deposito maupun pembiayaan yang diterima.
e)
Membina dan menjaga kerjasama serta silaturrahmi yang baik dengan nasabah.
f)
Melakukan monitoring atas rekening yang aktif, volume keluar masuknya dana pihak ke tiga dan menjaga kualitas pelayanan bank.
g)
Inventarisasi status nasabah yang aktif dan pasif.
Bagian Lennding atau account officer a)
Bertanggungjawab dalam upaya menyalurkan dana bank dalam bentuk pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat yang dinilai produktif.
b)
Mencari nasabah potensial yang layak diberikan fasilitas pembiayaan.
c)
Melakukan analisa untuk menentukan layak tidaknya pengajuan pembiayaan dari masyarakat.
d)
Bertanggung jawab atas kelancaran pengembalian dana yang telah disalurkan.
e)
Melakukan penagihan, pengawasan dan pembinaan terhadap nasabah yang telah memperoleh fasilitas pembiayaan dari bank.
10)
Legal Bagian
Legal
adalah
departemen
yang
berfungsi
melakukan pengecakan atas dokumen-dokomen yang terkait dengan pengajuan pembiayaan nasabah, yang dipandang dari aspek hukumnya serta melakukan pengadministrasian data nasabah pembiayaan. Dan masing-masing tugas tersebut dijalankan oleh suatu unit kerja yang terpisah. Bagian Legal bertugas: a)
Mengikuti
perkembangan
proses
permohonan
pembiayaan nasabah, khususnya dalam hal kelengkapan dokumen permohonan. b)
Melakukan survey ke lapangan untuk pengecekan agunan pembiayaan.
c)
Menilai secara hukum agunan pembiayaan.
d)
Melakukan proses penandatanganan akad pembiayaan bersama nasabah.
e)
Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pengeluaran dokumen perjanjian dan jaminan nasabah.
f)
Mengatur dan melaksanakan eksekusi agunan.
g)
Mengajukan dan menjawab perkara ke pengadilan. Bagian Administrasi Pembiayaan bertugas:
a)
Memeriksa
kelengkapan
dan
mengurus
dokumen-
dokumen yang terkait dengan dokumen pembiayaan. b)
Menyiapkan surat-surat perjanjian dan surat pengikat agunan yang terkait dengan pengajuan pembiayaan.
c)
Mengawasi dan bertanggungjawab atas pengarsipan semua dokumen pembiayaan.
d)
Menghitung, mencatat, dan melakukan pembayaran atas asuransi, jasa proses pengikatan aguna atau pemblokiran jaminan nasabah kepada pihak lain. Costumer Service bertugas:
a)
Memberikan
pelayanan
kepada
nasabah
dalam
memberikan informasi produk kepada calon nasabah. b)
Membantu nasabah dalam melakukan proses pembukaan rekening tabungan dan deposito.
c)
Membantu nasabah dalam melakukan proses penutupan rekening tabungan dan deposito.
d)
Memberikan informasi saldo tabungan nasabah.
e)
Menyiapkan buku tabungan untuk nasabah.
f)
Menyiapkan berkas permohonan pembukuan rekening tabungan nasabah.
g)
Memberikan pelayanan informasi perbankan lainnya, terutama dalam menangani permasalahan taransaksi nasabah.
11)
Manajer Operasional Tugas, wewenang dan tanggung jawab: a)
Memberikan pelayanan kepada semua nasabah tabungan dan deposan.
b)
Memberikan penjelasan kepada calon nasbah.
c)
Mengurusi semua dokumen dan pekerjaan yang harus dikomunikasikan dengan nasabah.
d)
Menyusun rencana tabungan dan merencanakan produkproduk tabungan.
e)
Membuat laporan tentang perkembangan tabungan.
f)
Melaksanakan analisa data tabungan dan melaksanakan pembinaan kapada para nasabah.
12)
Bagian Teller bertugas: a)
Mengatur dan tanggungjawab atas dana kas yang tersedia.
b)
Memberika pelayanan transaksi tunai.
c)
Memberikan pelayanan setoran cek atau BG dari nasabah.
d)
Memeriksa cek atau BG yang jatuh tempo untuk dilakukan proses kliring.
e)
Bertanggungjawab atas kecocokan pencatatan transaksi dengan dana kas yang terjadi secara harian.
13)
Bagian Accuonting bertugas a)
Mengatur dan mengkoordinasikan semua hasil aktivitas dan kegiatan operasional.
b)
Memeriksa
kelengkapan
bukti-bukti
transaksi
pembukuan dan kebenaran pencatatan transaksi. c)
Melakukan proses distribusi revenue secara bulanan dan hasilnya diimplementasikan dalam perhitungan bagi hasil tabungan dan deposito.
d)
Melakukan penyusunan laporan keuangan berkala dan laporan keuangan lainnya.
14)
Back Office tabungan bertugas: a)
Membukukan semua transaksi tabungan.
b)
Mencatat semua transaksi tabungan ke dalam buku tabungan.
c)
Melakukan proses bagi hasil tabungan pada akhir bulan.
d)
Melakukan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan tabungan.
15)
Back Office deposito bertugas: a)
Membukukan
semua
transaksi
pembukuan
dan
penutupan rekening deposito nasabah. b)
Mengeluarkan bilyet deposito setelah disetujui oleh pejabat bank yang ditunjuk.
c)
Menyimpan formulir pembukaan dan penutupan rekening deposito dan copy bilyat deposito nasabah.
d)
Melakukan proses bagi hasil deposito setap bulannya berdasarkan tanggal jatuh tempo.
e)
Memeriksa deposito yang akan jatuh tempo, dan menginformasikannya kepada bagian funnding agar dilakukan cross chek kepada deposan terkait.
f)
Bertanggung jawab atas kebenaran transaksi deposito yang dibukukan.
g)
Melaksanakan tugas-tugas lainnya yang terkait dengan pencatatan deposito.
B.
Data Deskriptif Guna menunjang kegiatan operasionalnya, maka BPRS Asad Alif sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat untuk masyarakat memberikan layanan jasa dalam bentuk produk penghimpunan dana dan penyaluran dana berdasar prinsip syari’ah. 1.
Produk Penghimpunan Dana a.
Tabungan Qurban Adalah tabungan dengan akad wadi’ah (titipan) yang bertujuan untuk membeli hewan qurban baik dibelikan sendiri atau diserahkan kepada bank. Sehingga tabungan tidak dapat diambil kecuali pada saat hari raya Idul Adha akan tiba. Nasabah akan mendapat bonus dari tabungan tersebut. Setoran pertama minimal Rp 10.000,00.
b.
Tabungan Haji Adalah tabungan dengan akad wadi’ah yang bertujuan untuk menunaikan ibadah haji dan atau calon jama’ah haji, di mana nasabah akan mendapat bonus dari tabungan tersebut. Setoran pertama minimal Rp 100.000,00.
c.
Tabungan Ummat Adalah tabungan dengan prinsip mudharabah yang dapat diambil sewaktu-waktu, di mana nasabah akan mendapat bagi hasil dengan nisbah 45:55 (Nasabah : Bank). Setoran awal minimal Rp 10.000,-.
d.
Tabungan Idul Fitri Adalah tabungan dengan prinsip mudharabah yang bertujuan untuk simpanan hari raya idul fitri, di mana nasabah mendapat bagi
hasil dengan nisbah 45:55 (Nasabah:Bank). Setoran awal minimal Rp 10.000,-. e.
Deposito Mudharabah Adalah simpanan uang di bank dengan pengambilan kembali ditentukan jangka waktunya sesuai yang telah disepakati dan mendapatkan bagi hasil atas keuntungan bank. Deposito minimal Rp 1.000.000,00, dengan nisbah bagi hasil sebagai berikut:
2.
Deposito 1 bulan 45:55 (nasabah:bank)
Deposito 3 bulan 45:55 (nasabah:bank)
Deposito 6 bulan 50:50 (nasabah:bank)
Deposito 12 bulan 50:50 (nasabah:bank)
Produk Pembiayaan
Adalah fasilitas penyediaan atau talangan dana dari bank untuk memenuhi kebutuhan umat baik yang bersifat produktif (modal kerja dan investasi) maupun konsumtif. Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati-hatian. Sehubungan hal ini bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dan berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuanketentuan lain yang berkaitan dengan penyaluran dana perbankan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah. Produk pembiayaan di BPR Syari’ah Asad Alif menggunakan akad murabahah, yaitu akad jual beli di mana bank menentukan margin di depan dan sesuai kesepakatan bersama antara bank dan nasabah. Akad murabahah diberlakukan baik itu untuk pembiayaan yang bersifat produktif maupun konsumtif.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Implementasi Alur Proses Pembiayaan 1.
Proses Penyaluran Dana a.
Menerima permohonan pembiayaan dari nasabah, atau staff lending mendapatkan nasabah langsung dari hasil sosialisasi.
b.
Menerima data kelengkapan penunjang usaha nasabah, serta melakukan wawancara dan analisis singkat.
c.
Melakukan survey usaha dan jaminan
d.
Pembuatan proposal dan analisa usaha berdasarkan hasil survey di lapangan serta data-data penunjang lainnya.
e.
Mengajukan permohonan proses transaksi jaminan ke bagian Legal.
f.
Meminta persetujuan Tim Komite Pembiayaan atas permohonan pembiayaan nasabah.
g.
Permohonan, proposal dan seluruh berkas pembiayaan lainnya yang sudah disetujui komite, diserahkan ke bagian Legal untuk proses akad pembiayaan.
h.
Untuk permohonan yang ditolak oleh Tim Komite, maka penolakan tersebut segera disampaikan ke nasabah oleh bagian Lending.
2.
Alur Bagian Legal dan Administrasi Pembiayaan a.
Menerima permohonan survey dan tranksasi dari Account Officer.
b.
Memeriksa kelengkapan legalitas data jaminan nasabah.
c.
Melakukan survey dan taksasi ke lapangan atas jaminan pembiayaan nasabah yang diajukan.
d.
Menyampaikan laporan hasil transaksi jaminan kepada Account Officer.
e.
Menerima dokumen dan berkas pembiayaan hasil persetujuan tim komite pembiayaan.
f.
Membuat perjanjian pembiayaan dan pengikatan lainnya yang terkait dengan pembiayaan nasabah.
g.
Menghubungi nasabah dan menyampaikan waktu akad pembiayaan dan pencairan pembiayaan, serta hal-hal lainnya yang terkait dengan persyaratan pencairan pembiayaan.
h.
Menerima dokumen jaminan asli dari nasabah, dan memeriksa keabsahan dan kelengkapannya.
i.
Melakukan proses perjanjian pembiayaan dan pengikatan lainnya baik secara intern maupun notariel.
j.
Menyampaikan format pencairan pembiayaan ke bagian operasi.
k.
Melakukan penyimpanan dokumen perjanjian pembiayaan dan jaminan asli nasabah ke dalam main vault.
l.
Melakukan proses masuk dan keluarnya jaminan nasabah, serta mencatatnya kedalam register jaminan.
3.
Realisasi Pembiayaan Bagian pembiayaan a.
Menerima aplikasi realisasi pembiayaan dari Bagian Legal.
b.
Membuat slip pencairan pembiayaan, dan meminta persetujuan kepada pejabat yang ditunjuk.
c.
Input transaksi ke dalam sistem.
d.
Menyerahkan.
B.
Identifikasi penerapan 5C dan 7P 1.
Penerapan 5C (character, capacity, capital, condition dan collateral). Penulis sajikan salah satu data memo usulan pembiayaan murabahah nasabah. Dari data ini terlihat bagaimana manejemen PT. BPRS ASAD ALIF KANTOR PELAYANAN
KAS BERGAS dalam menerapakan
analisa 5C kepada calon nasabahnya. Memo usulan pembiayaan dapat dilihat pada lampiran 1. Kesimpulan yang dapat diambil dari data ini, bahwa manejemen PT. BPRS
ASAD
ALIF
KANTOR
PELAYANAN
KAS
BERGAS
melaksanakan sistem manejemen yang baik dan berhati-hati dalam melakukan pembiayaannya. Di mana di dalam memberikan pembiayaan selalu melakukan analisa nasabah yang meliputi analisa character, capacity, capital, condition dan collateral. Sebagai bahan pertimbangan yang diajukan dalam rapat komite pembiayaan. 2.
Penerapan
7P
(personality,
party,
perpose,
prospect,
payment,
profitability, protection) Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap karyawan maupun nasabah secara langsung dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penerapan analisa personality terhadap nasabah, bank melakukan kunjungan langsung kepada nasabah yang secara tidak langsung dituangkan kedalam laporan on the spot. Analisa party belum sepenuhnya dilaksanakan oleh pihak bank. Hanya saja klasifikasi khusus diberikan kepada karyawan PT. BPRS Asad Alif Kantor Kas Bergas, dan kepada karyawan SPBU Lemah Abang di mana untuk melakukan pembiayaan diberikan keistimewaan dengan Personal Guaranted dari perusahaan. Analisa tentang purpose, prospect dan payment
dari analisa dilapangan dan wawancara dengan karyawan bank, dapat disimpulkan bank melaksanakan dengan baik analisa ini melalui beberapa data yang tersaji dalam Memo Usulan Pembiayaan dan Laporan on the spot. Untuk analisa mengenai profitability, protection bank belum sepenuhnya melaksanakannya, pihak bank masih kekurangan dalam hal ini.
C.
Penyebab Terjadinya Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPR Syariah Asad Alif 1.
Error Omission (EO) Timbulnya pembiayaan bermasalah yang ditimbulkan oleh adanya unsur kesengajaan untuk melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan. Di BPR Syariah Asad Alif sendiri ada beberapa nasabah yang sengaja melanggar perjanjian kebijakan pembiayaan, yaitu:
a.
Tidak akan melakukan transaksi jual beli kepada pihak lain dan atau tidak merusak atau menghilangkan sebagian dan atau seluruhnya fisik agunan dan atau jaminan tersebut, selama masih dalam masa perjanjian pembiayaan kepada pihak Bank.
b.
Bersedia dan atau menyetujui untuk menyerahkan barang atau fisik agunan dan atau jaminan saya kepada pihak Bank dengan tulus ikhlas, baik diserahkan sendiri oleh nasabah maupun dengan cara disita dan atau diambil oleh petugas dan atau karyawan Bank, apabila dikemudian hari nanti saya telah lalai memenuhi kewajiban saya dan atau tidak bisa mengangsur sebanyak 3 kali berturut-turut dan atau secara akumulasi. Dan
saya juga menyetujui barang atau fisik agunan dan atau jaminan saya tersebut, untuk dijual oleh pihak Bank kepada pihak lain guna melunasi pembiayaan saya di Bank tersebut. Jadi pelanggaran yang dilakukan nasabah pembiayaan murabahah bermasalah (macet) adalah dengan sengaja melakukan transaksi jual beli jaminan (kendaraan bermotor) kepada pihak lain, dan nasabah tidak bersedia menyerahkan barang fisik agunan (kendaraan bermotor dan tanah beserta bangunannya) kepada pihak bank apabila nasabah terjadi keterlambatan selama 3X secara berturut-turut. 2.
Error Commusion (EC) Timbulnya pembiayaan bermasalah (macet) karena memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas. Di BPR Syariah Asad Alif sendiri belum ada aturan seperti di BPR syariah lainnya, yaitu seperti denda apabila nasabah terjadi keterlambatan dalam pembayaran angsuran, sehingga nasabah lebih mengutamakan untuk pembayaran-pembayaran yang lain dari pada mengutamakan pembayaran angsuran di BPR Syariah Asad Alif. Dan nasabah menganggap bahwa BPR Syariah mempunyai toleransi yang tinggi terhadap
keterlambatan
pembayaran
angsuran.
Pembiayaan
yang
disalurkannya jika banyak yang macet akan menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang besar ini akan menghambat operasi perusahaan. Dan supaya kegiatan perbankan tidak terganggu, maka nanti Pemerintah juga yang harus memberi injeksi modal. Artinya, rakyat juga yang harus menanggung beban yang ditimbulkan oleh kredit macet itu. Selain itu, bankbank. Pemerintah hingga kini masih dominan dalam jumlah asset terhadap
keseluruhan asset perbankan nasional. Biasanya di saat kredit bermasalah (macet) terjadi dan dilakukan pemeriksaan, maka persoalannya tidak akan lepas dari EO dan EC atau bahkan karena dua-duanya.
D.
Cara Menyelesaikan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada PT. BPRS Asad Alif Kantor Pelayanan Kas Bergas Apabila sampai terjadi pembiayaan bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya dalam mengatasi kredit bermasalah sampai tidak ada alternative lainnya, serta melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yaitu telah dihapus bukukan. Penyelamatan kredit bermasalah tersebut dilakukan dengan cara (Recedulling, Reconditioning, Retructurng). a.
Penjadwalan kembali (Rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya.
b.
Persyaratan kembali (Reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut maksimum saldo kredit.
c.
Penataan kembali (Restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi reschedulling, reconditioning. Dalam hal ini BPR Syariah Asad Alif melakukan penanganan dengan cara: 1)
Melakukan pendekatan secara kekeluargaan.
2)
Melakukan akad uang.
3)
Eksekusi jaminan.
4)
Pengalihan akad.
5)
Memberi solusi untuk mengembalikan.
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Bukan hanya BPR konvensional saja yang menglami permasalahan dalam operasionalnya, tetapi BPR Syariah juga mempunyai permasalahan dalam hubungannya dengan nasabah, khususnya nasabah pembiayaan. Dimana ada sebagian nasabah yang mengalami wanprestasi dalam melakukan perjanjian akad pembiayaan dengan bank. Maka dari itu
bank harus mempunyai cara untuk
menanggulangi atau meminimalisasi terjadinya pembiayaan (murabahah) yang bermasalah. Ada dua penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah yaitu Error Omission (EO), dimana nasabah dengan sengaja melanggar kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam perjanjian akad murabahah. Error Commusion (EC), nasabah memanfaatkan lemahnya peraturan atau ketentuan yaitu memang belum ada atau sudah ada, tetapi tidak jelas. Dalam mencegah pembiayaan (murabahah) bermasalah bank harus lebih teliti dalam menerapkan 5C (character, capacity, capital, collateral, conditions) pada saat men-survey nasabah pembiayaan murabahah. Selain itu bank juga dapat menerapkan kerangka 3R yaitu Returns, pihak bank harus dapat memperkirakan bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah dapat menghasilkan returns (pendapatan) yang memadai. Repayment capacity, pihak bank harus dapat memastikan bahwa nasabah mampu untuk melunasi pinjaman dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh tempo. Risk-bearing ability, pihak bank perlu mempertimbangkan jaminan yang dimiliki oleh nasabah. Jaminan tersebut dapat
digunakan apabila nasabah menghadapi risiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit yang diberikan. Untuk menyelesaikan pembiayaan (murabahah), bank dapat melakukan 3 cara yaitu, penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan syarat kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktunya. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut maksimum saldo kredit. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang meliputi reschedulling, reconditioning.
B.
Saran BPR Syariah Asad Alif harus lebih selektif lagi dalam memilih nasabah pembiayaan murabahah. Dan harus lebih tegas dalam memberikan punishmen (hukuman) bagi nasabah pembiayaan bermasalah. Serta bank harus mempertegas aturan-aturan dalam akad pembiayaan murabahah.
DAFTAR PUSTAKA
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT Raja Garafindo Persada. Arifin, Zainul. 2006. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: PT Pustaka Alfabet. Ali, Zaeudin, M.A. 2008. Hukum Perbankan Syari’ah. Jakarta: Sinar Grafika Dokumen BPR Syari’ah Asad Alif dalam bentuk brosur dan dokumen lainnya. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2006 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada. Muhammad. 2009. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah. Yogyakarta: UII Pres. Rahmawan A., Ivan. Kamus Istilah Akuntansi Syari'ah. Yogyakarta: Pilar Media, 2005 UU No. 21. 2008 tentang Perbankan Syariah. http://www. Gokmat20.blogspot.com http://www. Webcach.googleusercontent.com http://www. Blog.beswanjarum.com
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
A.
Identitas Diri 1. Nama lengkap
: M Khasan Asy’ari
2. Tempat dan Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 01 Juli 1990
3. Alamat Rumah
: Murangan, Suruh RT 04 RW 11 Suruh Kab. Semarang
B.
Riwayat Pendidikan 1. SD N Suruh 04
tahun 2002
2. MTs Al Manar
tahun 2005
3. MAN Suruh
tahun 2008
4. Diploma III STAIN Salatiga
tahun 2011
Salatiga,
September 2011
M Khasan Asy’ari