PENERAPAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BPRS ASAD ALIF NGADIREJO TEMANGGUNG TUGAS AKHIR Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah
Disusun oleh : Nama : Ato’ Izzudien NIM : 201 07 034
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN) SALATIGA 2010
1
NOTA PEMBIMBING
Salatiga, 12 Agustus 2010 Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah
diadakan
pengarahan,
bimbingan,
koreksi,
dan
perbaikan
seperlunya, maka Tugas Akhir Saudara: Nama
: Syaiful Ma’arif
NIM
: 201 07 040
Judul
: Analisis Tingkat Perkembangan Kredit di PD BPR BKK Ungaran Cabang Tuntang
Dapat diajukan dalam sidang munaqasyah. Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2 Jl. Tentara Pelajar No. 02 Telp (0298) 323706. 323433 Salatiga Website : w.stainsalatiga.ac.ad. E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN TUGAS AKHIR JUDUL TUGAS AKHIR
:ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN KREDITPADA PD BPR BKK UNGARAN CABANG TUNTANG
NAMA
: SYAIFUL MA’ARIF
NIM
: 201 07 040
PROGRAM STUDI
: PERBANKAN SYARIAH
Telah dipertahankan di depan sidang monaqosah pada tanggal 24 agustus 2010, dan dinyatakan lulus sehingga dapat diterima sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Salatiga, 27 agustus 2010
3
MOTTO
“KEBERHASILAN HANYA BISA DICAPAI DENGAN USAHA KERAS DAN KEULETAN” “ORANG YANG BAIK BUKANLAH YANG TIDAK PERNAH MELAKUKAN KESALAHAN, TETAPI ORANG YANG MENYADARI KESALAHAN DAN BERGEGAS UNTUK MEMPERBAIKINYA”
4
PERSEMBAHAN
-
BAPAK DAN IBU (ALM) TERCINTA YANG TELAH MEMBERIKAN BIMBINGAN DO’A DAN KASIH SAYANGNYA KAKAK-KAKAKU YANG PENULIS BANGGAKAN TELAH MEMBANTU, MENFASILITASI DAN MEMBERIKAN MOTIVASI SESEORANG YANG TELAH MEMBERI MOTIVASI STAF KARYAWAN BPRS ASAD ALIF KANTOR CABANG NGADIREJO EMAN SATU ANGKATAN D3 PERBANKAN SYARI’AH KAWAN-KAWAN FPPI PIMPINAN DEWANKOTA SALATIGA
5
Kata Pengantar 1) Bapak Abdul Aziz NP, M.Ag selaku Kaprogdi progdi perbankan syari’ah 2) Bapak Muchlasin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk memberikan bimbingan danpengarahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini 3) Bapak Sugeng Supriyadi, SE selaku direktur PT BPRS Asad Alif yang telah membentu penulis dalam memberikan data motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir 4) Staf karyawan BPRS Asad Alif kantor kas Ngadirejo yang telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir 5) Bapak ibu tercinta yang selalu membiayaan seluruh kehidupanku, do’amu yang selalu membangkitkan semangatku 6) Seluruh dosen pengajar program D III perbankan syari’ah 7) Keluarga tercinta yang telah senantiasa mendo’akan dan memberi semangat sehingga tugas akhir ini selesai 8) Berbagai pihak yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini Akhirnya tugas akhir ioni dapat bermanfaat bai pembaca kalangan akademis maupun umum. Salatiga, Agustus 2010
Ato’ Izzuddien
6
7
8
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di Indonesia Bank Syari’ah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah Bank Muamalah, walaupun perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan
dengan
negara-negara
muslim
lainnya.
Perkembangan
perbankan Syari’ah di Indonesia akan terus berkembang pada tahun 19921998 hanya ada satu unit Bank Syari’ah di Indonesia maka, tahun 1999 jumlahnya bertambah menjadi tiga unit uaha Syari’ah telah meningkat menjadi 6 unit. Sedangkan BPRS ( Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah ) sudah mencapai 86 unit dan masih akan bertambah di tahun-tahun mendatang jumlah Bank Syari’ah ini akan terus meningkat seiring masuknya pemain-pemain baru, bertambahnya jumlah Kantor Cabang Bank Syari’ah yang sudah ada maupun dibukanya islamic window di bank-bank konvensional (Adi Warman: 2004: 24) Perkembangan lembaga-lembaga keuangan Syari’ah tergolong cepat salah satu alasannya adalah karena keyakinan yang kuat dikalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh Agama Islam. Rekomendasi hasil loka karya utama bunga tentang bunga bank dan perbankan itu ditunjukkan kepada Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) kepada pemerintah dan seluruh umat islam.(Sudarsono:2003:32)
9
Perkembangan perbankan Syari’ah di Indonesia juga diperkuat dengan munculnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1997 tentang perbankan, hal itu disebutkan bahwa sistem perbankan Syariah dikembangkan dengan tujuan : 1 1. Memenuhi kebutuhan dan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak menerima konsep bunga. 2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan prinsip kemitraan. 3. Mememnuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan bunga yang berkesinambungan. (Sudarsono: 2003: 20-23). Selanjutnya kecenderungan masyarakat menggunakan sistem bunga lebih bertujuan untuk mengoptimalkan pemenuhan kepentingan pribadi sehiongga peluang untuk mempertimbangkan dampak sosial yang ditimbulkan berbeda dengan sistem bagi hasil, sistem ini berorientasi pemenuhan kemaslahatan hidup umat manusia. Dalam perbankan syariah akad mengikat kedua belah pihak yang saling bersepakat yakni, masing-masing pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu. (Adiwarman: 2004: 57). Kesepakan akad dihasilkan antara bank dengan nasabahnya. Berdasarkan wacana tersebut diatas maka penulisan mengambil judul untuk penelitian Tugas Akhir ini adalah “ Penerapan Akad pada pembiayaan Murabahah di BPRS ASAD ALIF Ngadirejo”.
10
B. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini ada beberapa pokok yang manjadi permaslahan dalam penulisan tugas akhir ini : 1. Bagaimana skema akad murabahapada BPRS Asad Alif Ngadirejo ? 2. Bagaimana sistem bagi hasil dalam akad pembiayaan Murabahah antara Bank dengan nasabahnya ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan akda Murabahah pada pembiayaan BPRS Asad Alif Ngadirejo. 2. unbtuk mengetahui sistem bagi hasil yang diberikan Bank pada nasabah dan pembiayaan Murabahah.
D. Metode Penelitian 1. Cara mengumpulkan data Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal – hal berupa catatan – catatan peristiwa yang ditinggalkan baik, tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan metode pengumpulan data, maka dalam penyusunan tugas akhir ini dilakukan dengan dua macam data yaitu :
11
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukur atau pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang di cari, dalam hal ini data yang diambil data yang diperoleh dari BPRS Asad Alif Ngadirejo. b. Data skunder data yang diperoleh lewat pihak lain penelitian dari subyek. Penelitiannya data skunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. c. Observasi Metode observasi adalah pengamatan secara sesama terhadap suatu obyek dengan menggunakan indera baik langsung atau tidak langsung ( dengan alat bantu ). Observasi yang dilakukan penulis dengan mengamati secaralangsung permasalahan akad murabahah pada BPRS Asad Alif Ngadirejo. d. Wawancara Metode wawan cara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak antara pewawancara dengan koresponden. Wawancara dengan karyawan untuk memperoleh data dan keterangan tentang murabahah. 2. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode diskripsi. Analisis deskripsi bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan data dan variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti. Data – data yang diperoleh kemudian
12
penulis analisa dengan mengaitkan antara pelaksanaan akad murabahah di BPRS Asad Alif Ngadirejo dengan teori dan konsep yang ada.
13
E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini menggambarkan struktur organisasi penyusunan yang terdapat dalam bab yang masing – masing bab menurut urutan. BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan dan Kegunaan Penulis D. Metode Penelitian E. Sistematika Penulisan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka B. Kerangka Teoritik
BAB III
LAPORAN OBYEK A. Gambaran Umum 1. Sejarah dan Perkembangan BPRS Asad Alif Ngadirejo 2. Tujuan Berdirinya BPRS Asad Alif Ngadirejo 3. Produk – Produk BPRS Asad Alif Ngadirejo 4. Struktur Organisasi BPRS Asad Alif Ngadirejo B. Data Deskriptif
BAB IV
ANALISIS
14
Bab ini membahas penerapan akad murabahah, pada pembiayaan murabahah di BPRS Asad Alif dan bagaimana, nisbah bagi hasil arata Bank dengan nasabah. BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan B. Implikasi
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka Dalam penelitian Utmiyati (2008) menerangkan bahwa pelaksana pembiayaan dengan akad murabahah dapat dikatakan berjalan dengan baik jika jumlah dari nasabah pembiayaan tersebut memiliki prosentasi paling banyak diantara produk pembiayaan lainnya. Dikatakan juga bahwa dalam penilaian terhadap calon nasabah menggunakan prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral, condition) dan 7P (personality, party, purpose, prospect, payment, profitability dan protection). Pola penanganan pembiayaan Murabahah bermasalah di BMT Cabang Magelang . Menurut Fatkhurrahman (2009) penyebab dari pembiayaan bertmasalah adalah ketidaksediaan nasabah untuk melunasi pinjaman, kurangnya pengawasan bank terhadap usaha nasabah, pinjaman tanpa jaminan dan nasabah yang diragukan intregitasnya. Prosedur realisasi pembiayaan murabahah di BPR Syari’ah Dana Amanah Surakarta. Dalam penelitian Maghfiroh (2009) Menyatakan bahwa dalam perhitungan dalam perhitungan margin pembiayaan murobahah dilakukan dengan cara menggantikan jumlah plafond pembiayaan dengan presentase
7
margin yang disepakati, kemudian membagi hasilnya dengan jangka waktu pembiayaan. Dalam
penelitian
puspitasari
(Menyebutkan
bahwa
murabahah
merupakan akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga pembelian barang kemudian mensyaratkan atas barang tersebut prosedur pembiayaan murabahah di BPRS Artha.
B. Landasan Teori 1. Pengetian Akad Akad adalah suatu perikatan antar ijab dan kabul dengan cara yang dibenarkan syarak yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya. Ijab adalah pernyataan pihak pertama mengenai isi perikatan yang diinginkan, kabul adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya (Basyir, 2000: 65) Dalam menjalankan suatu perikatan (akad), terdapat rukun dan syarat yang harus dipenuhi. a. Rukun Akad Menurut pendapat jumhur, rukun-rukun akad terbagi menjadi: 1) Al-‘aqid Merupakan subjek hukum yang menjalankan akad. Yang dimaksud dengan subjek hukum adalah perbuatan manusia yang dituntut oleh Allah berdasarkan ketentuanhukum syarak. Agar para
aqid sebagai subjek hukum dapat mengadakan akad perjanjian secara sah, maka harus memenuhi persyaratan kecakapan bertindak di hadapan hukum. 2) Sighat al-‘aqd Merupakan pernyataan ijab dan kabul (sighat) bertujuan untuk menunjukan terjadinya akad. Ijab ialahpernyataan pertama yang disampaikan oleh salah satu pihak yang mencerminkan kesungguhan untuk mengadakan perikatan. Kabul ialah pernyataan oleh pihak lain setelah ijab yang mencerminkan persetujuan atau kesepakatan terhadap akad. Ijab-kabul merupakan perbuatan atau pernyataan yang menunjukan suatu keridhaan dalam perikatan antara dua orang atau lebih sesuai dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan hukum syarak. Di dalam fiqih muamalah telah ditetapkan sejumlah persyaratan umum yang dipenuhi dalam setiap sighat akad, yaitu: a) kejelasan makna dalam ijab kabul (jala’ul ma’an), sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki b) kesesuaian antara ijab dan kabul (tathabuq bainal ijab wal qabul) c) ijab dan kabul yang mencerminkan kehendak para aqid (jatmul iradatani) keridhaan masing-masing pihak d) masing-masing akid hadir dalam suatu majelis (ittishal alqabul bil ijab)
3) Mahallul ‘aqd Merupakan objek suatu perikatan yang dapat berupa benda dan atau manfaat dengan ketentuan sebagai berikut : a) objek akad harus sesuai dengan ketentuan syarak b) objek akad merupakan malik orang yang melakukan akad c) sesuatu yang dijadikan objek harus ada dan jelas ketika terjadi akad d) objek dapat diserahterimakan pada waktu akad e) objek akad harus suci dari najis dan mutanajis 4) Maudhu’ al-‘aqd Meupakan atau maksud pokok mengadakan akad. Berbeda akad, maka berbedalah tujuan pokok akad. b. Syarat akad Dalam bermuamalah, hukum asal dari syarat adalah mubah selama tidak bertentangan dengan hukum syarak. 1) terjadinya akad (in’iqad), ketentuan umum dalam rukun-rukun akad dan ketentuan khusus berupa persyaratan tambahan (misal: keberadaan saksi) 2) keabsahan akad (shahih), nilai sah oleh syarak kalau ada kesesuaan dengan rukun dan syarat yang telah ditetapkan oleh hukum syarak. 3) Pelaksanaan akad, kepemilikan sempurna dan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
4) Kepastian (luzum), akad lazim adalah akad yang telah mempunyai kepastian hukum, sehingga tidak ada hak memilih (khiyar) unuk meneruskan atau membatalkan (fasakh) 2. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa baik kredit ataupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang. ( Kasmir, 2000, 71). Dalam pemberian pembiayaaan ada beberapa prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C dan 7P kedua prinsip ini, 5C dan 7P memiliki persamaan, yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7 P disamping lebih rinci juga jangkauan analisiinya lebih luas dari 5C. a. Character Pengertian character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya dalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang yang dibebrikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya. b. Capacity
Untuk melihat calon nasabah dalam membayar pembiayaan yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. c. Capital Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. d. Collateral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
nonfisiik. Jaminan juga harus diteliti
keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
e. Condition Dalam menilai pembiyaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Sementara itu, penilaian dengan 7P adalah sebagai berikut : a. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality hampir sama dengan character dari 5C. b. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan –golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank. c. Perpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan pembiayaan untuk tujuan bermacam-macam. d. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah meguntungkan atau tidak , atau dengan kata lain memprospek atau sebaliknya.
e. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan pembiayaan yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian pembiayaan yang diperolehnya. f. Protitability Untuk menganilis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Protitability diukur dari periode apakah tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan pembiayaan yang akan diperolehnya dari bank. g. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga pembiayaan yang diluncurkan
oleh
bank,
tetapi
melalui
suatu
perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. ( Kasmir, 2000, 981-94 ). 3. Pengertian Murabahah Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Al-Murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan. ( Antonio, 2-2001; 101 ). Al-Murabahah
dapat
dilakukan
untuk
pembelian
secara
pemesanaan dan bisa disebut sebagai Murabahah kepada pemesan CKPP dalam kitab Al-Umm. Imam syafi’I menamai transaksi sejenis ini dengan istilah Damir Bisy-Syira.
1. Metode Menentukan Profit Margin Ada empat mentode menentukan profit margin yang diterapkan pada bisnis/bank konvensional, yaitu : a. Mark Up Pricing Adalah penentuan tingkat harga dengan margin me-Mark Up biaya produksi komoditas bersangkutan. b. Target – Return Pricing Adalah penentuan harga jual produk yang bertujuan mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang diinvestasikan. Dalam bahsa keuangan dikenal dengan return on invesment ( ROI ). Dalam hal ini, perusahaan akan menentukan berapa return yang diharapkan atas modal yang telah diinvestasikan. c. Pereceived – Value Pricing Adalah penetuan harga dengan tidakmenggunakan variabel harga sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan
pada dasar harga
produk pesaing dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli. d. Value Pricing adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi dengan ungkapan ono rego – ono rupa : artinya barng yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga perusahaan tersebut dapat dengan
leluasa menentukan tingkat harga kompetitor. Penentuan harga dalam pembiayaan dibawah harga kompetitor. Penentuan harga dalam pembiayaan di Bank Syari’ah dapat mengunakan 4 model di atas. Akan tetapi yang lazim digunakan oleh Bank Syari’ah saat ini adalah dengan mengunakan metode Going Rate Pricing, yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan. ( Muhammad, 2005, 132134 ). 2. Syarat Al-Murabahah Syarat ketentuan Al-Murabahah adalah a. Penjuan memberitahu biaya modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelakan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Secara prinsi, jika syarat (1), (4), atau (5) tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan: a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidak setujuan atas barang yang dijual c. Membatalkan kontrak
Jual beli secara al-murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak. Bila produk tersebut tidak dimiliki penjual, sistem yang digunakan adalah murabahah kepada pembelian (murabahah KPP). Hal ini dinamakan demikian karena sipenjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesanya. 3. Beberapa Ketentuan Umum a. Jaminan Pada dasarnya, jaminan bukanlah saturukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam al-murabahah, demikian juga dalam murabah KPP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga si pemesan tidak mainmain dengan pesanan. Si pembeli (menyediakan pembiayaan / Bank) dampat meminta si pemesan (pemohon / nasabah) suatu jaminan crahn) untuk dipegangnya. Dalam teknis oprasionalnya barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran utang. b. Utang dalam murabahah KPP Secara prinsip, penyelesaian utang si pemesan dalam traksi murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi lain yang dilakukan si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut. Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian. Jika pemesan menjual barang tersebut sebelum masa
asurannya berakhir, ia tidak wajib segera melunasi ansurannya, seandainya penjual aset tersebut merugi. c. Penundaan pembayaran oleh Debitur mampu Seorang nasabah yang mempinyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dal al-murabahah. Bila seseorang pemesan menunda utang tersebut, pembeli dapat mengambil tindakan prosedur hukum untuk mendapatkan kembali utang itu dan mengeklaim kerugian dihansial yang terjadi akibat penundaan. d.
Bangkrut Jika
pemesan
yang
berutang
dianggap
pailit
dan
gagal
menyelesaikannya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan karena lalai, lalai sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi anggup kembali. 4. Manfaat Al-Murabahah Sesuai dengan ifat bisnis (tijarah), transaksi Al-Murabahah memiliki beberapa manfaat, demikian juga beberapa resiko yang harus diantisipasi. Al-Murabahah memberi banyak manfaat kepada Bank syari’ah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem almurabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syari’ah.
Diantara kemungkinan resiko yang harus diantisipasi antara lain sebagai berikut. a. Detanit atau kelalaian ; nasabah tidak sengaja, tidak membayar angsuran. b. Jiuktuasi harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank memberikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut. c. Penolakan nasabah ; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain karena nasabah merasa spisitikasi barang tersebut berbeda dengan barang yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi milik bank. d. Dijual : karena al-mubahah bersifat jual-beli dengan utang, maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi demikian, resiko untuk pinjam akan besar. Secara umum, aplikasi al-murabahah dapat di gambarkan dalam kema berikut ini:
Skema al-murabahah 1. Negosiasi & Persyaratan
2. Akad jual-beli Bank
Nasabah 6. Bayar 5. Terima barang &
Dokumen 3. Beli barang
Suplier Penjual
4. Kirim
BAB III LAPORAN OBYEK
A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya BPR Syari’ah Asad Alif Pada tanggal 1 Mei 1992 Bank Muamallat Indonesia menjadi Bank Islam pertama di Indonesia yang menjalankan operasionalnya berdasarkan Prinsip Syariah perkembangan prinsip Syariah mulai terlihat ketika pemerintah menyetujui Undang- Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan. Dengan peluang itu banyak bank–bank umum mendirikan unit usaha Syariah untuk mengembangkan usahanya. Perkembangan Bank Islam tidak hanya terjadi pada bank umum saja melainkan ditingkatkan Bank Perkriiditan Rakyat juga mengalami perkembangan yang signifikan. Banyak banyak Bank Perkriiditan Rakyat melakukan konversi dari sistem konvensional menjadi Syariah. Peluang bisnis ini tidak dibiarkan saja oleh suatu lembaga keuangan yang semula Balai Usaha Terpadu ( BMT ) “ Arga Putra Kencana ” yang memiliki landasan operasional berdasarkan sertifikat operasional sementara No. 02.001/PINBUK JATENG-0001/III/1998 tanggal 16 Maret 1998 serta anggaran dasar kelompok swadaya masyarakat yang telah beroperasi sejak tanggal 2 Februari 1996. Lembaga keuangan syariah yang keberadaannya diperkuat aktya notaris “ Mustari Sawilin, SH ” Nomor 18 tanggal 22 September
21
8
D12/UPBR/Rahasia tanggal 29 Maret dengan persetujuan menteri kehakiman No. C2.1181 HT Tahun 1997 tanggal 5 November 1997. atas dasar surat keputusan tersebut lembaga keuangan yang sebelumnya Kelompok Usaha Terpadu “ BMT Arga Kencana Putra Barokah ” berubah menjadi PT. BPR SYARIAH Asad Ali beralamat di Jalan Sudagara No. 20 Kendal. Terdiri dari Dewan Komisaris Ketua H. Suharjo, Dewan Pengawas Syariah yang diketuai oleh Drs. Usman dan Direktur Utama adalah S. gatut Prakoso dalam perjalanan kepengurusan atau inovasi produk perbankan. Kemudian posisi direktur utama digantikan oleh Sugeng Supriyadi, SE. Data Perusahaan Nama Perusahaan
: PT. BPR Syariah Asad Alif
Alamat
: Jl. Sudagaran No. 20 Sukorejo – Kendal
No. Telepon
: (0294) 451593
No. Fax
: (0294) 451819
No. NPWP
: 1.830.715.7.503
No. TDP
: 11181800098
Akte Pendirian
: 22 September 1997
No./Tgl Ijin Prinsip
: No. S-767/MK.17/1997, 15 September 1997
No./Tgl Ijin Usaha
: No. 31/27/DIR/UBPR/Rahasia, 29 Juli 1998
Persetujuan Menteri Kehakiman No. C2.11481.HT.01.01.TH.97, Tanggal 5 Nopember 1997.
9
B. Tujuan Berdirinya BPRS Asad Alif Ngadirejo Temanggung Visi : Menjadikan BPR Syariah Asad Alif sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang terbaik dan terpercaya. Misi : 1. Mengembangkan dan memajukan usaha Bank dengan konsep syariah. 2. Menjalin hubungan kemitraan dengan nasabah dengan prinsip bagi hasil yang saling menguntungkan. 3. Memberikan kenyamanan, kemudahan dan keamanan kepada pengguna jasa perbankan. 4. Memberikan kesejahteraan kepada seluruh pengurus, pengelola, dan pemilik secara layak dalam kerangka norma moral Islam. Motto : “ Budayakan Ummat Sesuai Syariah “.
C. Produk-Produk BPRS Asad Alif Ngadirejo Temanggung 1. Tabungan a. Tabungan Wadi’ah Wadiah adalah akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang. Landasan Syariah : "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk menyampaikan amanat (titipan), kepada yang berhak menerima. ” (An-Nisa : 58).
10
Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasullulah SAW bersabda : ”Sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu.” (H.R. Abu Dawud dan menurut Tirmidzy hadits ini Hasan sedang Imam Hakim mengkategorikannya shahih). b. Tabungan Qurban Tabungan yang akan digunakan untuk pembelian hewan qurban, baik dibelikan sendiri atau diserahkan kepada bank. Setoran pertama minimal Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) Dan nasabah akan mendapatkan bonus. c. Tabungan Haji Tabungan yang akan digunakan untuk menunaikan ibadah haji dan atau calon jemaah haji. Setoran pertama minimal Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) Dan nasabah akan mendapatkan bonus. d. Tabungan Mudharabah Mudharabah adalah akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola (mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati di awal akad. Landasan Syariah : " ... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT ... ” (Al-Muzammil : 20).
11
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah,
ia
mensyaratkan
agara
dananya
tidak
dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jika menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun memperkenankannya. ( H.R. Thabrani ). e. Tabungan Ummat Setoran pertama minimal Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) Nisbah bagi hasil 45 : 55 (Nasabah : Bank) f. Tabungan Idul Fitri Setoran pertama minimal Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) Nisbah bagi hasil 45 : 55 (Nasabah : Bank) g. Tabungan Remaja Muslim (TARMUS) Setoran pertama minimal Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) Nisbah bagi hasil 45 : 55 (Nasabah : Bank) 2. Deposito Mudharabah Merupakan simpanan uang di Bank dengan pengambilan kembali ditentukan jangka waktunya sesuai yang telah disepakati dan mendapatkan bagi hasil atas keuntungan Bank. Deposito minimal Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) •
Deposito 1 bulan, dengan nisbah bagi hasil 45 : 55
12
•
Deposito 3 bulan, dengan nisbah bagi hasil 45 : 55
•
Deposito 6 bulan, dengan nisbah bagi hasil 50 : 50
•
Deposito 12 bulan, dengan nisbah bagi hasil 50 : 50
3. Pembiayaan Adalah fasilitas penyediaan/talangan dana dari Bank untuk memenuhi kebutuhan ummat baik yang bersifat produktif (modal kerja dan investasi) maupun konsumtif. Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman kepada prinsip kehati-hatian. Sehubungan hal ini bank diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dan berdasarkan azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan penyaluran dana perbankan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Akad-akad syariah dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu : a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (bai’). Murabahah : adalah Akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Landasan Syariah :
(#4θt/Ìh9$# tΠ§ymuρ yìø‹t7ø9$# ª!$# ¨≅ymr&uρ 3
13
” ... Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ... ” (Al-Baqarah : 275). Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “ Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual “. ( H.R. Ibnu Majah ). Syarat Bai’ al-Murabahah : 1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah. 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. 3) Kontrak harus bebas dari riba. 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Bai’ As-Salam : adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Landasan Syariah :
4 çνθç7çFò2$$sù ‘wΚ|¡•Β 9≅y_r& #’n<Î) Aøy‰Î/ ΛäΖtƒ#y‰s? #sŒÎ) (#þθãΖtΒ#u šÏ%©!$# $y㕃r'‾≈tƒ "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya ... " (Al-Baqarah : 282).
14
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. datang ke Medinah di mana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buahbuahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau bersabda, “ Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui”. Bai’ Al-Istishna’ : adalah merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli dan pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Landasan Syariah : Mengingat Bai’ al-Istishna’ merupakan lanjutan dari Bai’ as-Salam maka secara umum landasan syariah yang berlaku pada Bai’ as-Salam juga berlaku pada Bai’ al-Istishna’. b. Pembiayaan dengan prinsip sewa beli (Ijarah Wa iqtina / Ijarah Muntahiyyah Bittamlik). Al-Ijarah : adalah Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Landasan Syariah :
15
Λäø‹s?#u !$¨Β ΝçFôϑ‾=y™ #sŒÎ) ö/ä3ø‹n=tæ yy$uΖã_ Ÿξsù ö/ä.y‰≈s9÷ρr& (#þθãèÅÊ÷tIó¡n@ βr& öΝ›?Šu‘r& ÷βÎ)uρ 3 ∩⊄⊂⊂∪ ×ÅÁt/ tβθè=uΚ÷ès? $oÿÏ3 ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=ôã$#uρ ©!$# (#θà)¨?$#uρ 3 Å∃ρá÷èpRùQ$$Î/ "Dan, jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ” (Al-Baqarah : 233). Dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “ Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering “. ( H.R. Ibnu Majah ). Ijarah Muntahiya Bittamlik : adalah Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa (mustajir) yang diikuti janji, bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan berpindah kepada mustajir. Landasan Syariah : Sama dengan landasan syariah Al-Ijarah. c. Pembiayaan dengan prinsip Bagi Hasil (Syirkah). Musyarakah : adalah Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Landasan Syariah :
4 Ï]è=›W9$# ’Îû â!%Ÿ2uà° ôΜßγsù y7Ï9≡sŒ
16
"... maka mereka berserikat pada sepertiga ... ” (An-Nisaa’ : 12). Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya “. ( H.R. Abu Dawud No. 2936, dalam kitab al-Buyu, dan Hakim ). Mudharabah : adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Landasan Syariah :
«!$# È≅ôÒsù ÏΒ tβθäótGö6tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#uuρ "... dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT ... ” (Al-Muzammil : 20). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah,
ia
mensyaratkan
agara
dananya
tidak
dibawa
mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli
17
ternak yang berparu-paru basah, jika menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW, dan Rasulullah pun memperkenankannya. ( H.R. Thabrani ). d. Pembiayaan dengan akad pelengkap atau pembiayaan lainnya. Al-Qardh : adalah pinjaman yang diberikan kepada orang lain yang memerlukannya dengan tanpa mengharapkan imbalan. Qardh dalam produk pembiayaan perbankan disebut juga dengan pembiayaan Qardhul Hassan. Landasan Syariah :
∩⊇⊇∪ ÒΟƒÌx. Öô_r& ÿ…ã&s!uρ …çµs9 …çµx-Ïè≈ŸÒã‹sù $YΖ|¡ym $Êös% ©!$# ÞÚÌø)ム“Ï%©!$# #sŒ ∅¨Β "Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala yang banyak ”. (Al-Hadiid : 11). Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. berkata, “ Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah “. ( H.R. Ibnu Majah No. 2421, kitab al-Ahkam, Ibnu Hibban dan Baihaqi ).
D. JARINGAN KANTOR Dan sampai saat ini PT. BPR Syariah Asad Alif sudah memiliki 4 (empat) Kantor Kas, yaitu : 1. Kantor Kas Dr. Cipto yang terletak di Jl. Dr. Cipto No. 152 Semarang.
18
2. Kantor Kas Boja yang terletak di Komplek Pasar Boja Kios No. 2 Blok F2 dan Kios No. 25 Blok F25 Jl. Beringin Pasar Boja No. 2 Kecamatan Boja Kabupaten Kendal 3. Kantor Kas Ngadirejo yang terletak di Jl. Raya Ngadirejo Km. 05 Desa Petirejo Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. 4. Kantor Kas Bergas yang terletak di Jl. Raya Semarang – Bawen Km. 25 Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang. Simpanan Dana Pihak Ketiga PT. BPR Syariah Asad Alif juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berdasarkan UU No. 24 Tahun 2004.
E. Stuktur Organisasi BPRS Asad Alif Ngadirejo Temanggung Dewan Komisaris - Komisaris Utama
: H. Suhardjo
- Komisaris
: Hj. Sri Mardikaningsih
- Komisaris
: Ir. Harmawan Mardiyanto
Dewan Pengawas Syariah - Ketua
: Drs. KH. Asnawi Usman
- Anggota
: KH. A. Sudiyono
- Anggota
: K. Mas’as
Direksi - Direktur Utama
: Sugeng Supriyadi, SE
- Direktur
: Muhammad Asmi Munif, Amd
19
- Kepala kantor
: Arie Suryo W
- Kepala Marketing
: M.Andy Subhan,Amd
- Account Officcer
: Ato’ Izzuddien
- Administrasi
: Laili Rossida,SH
- Teller
: Hesti Kartika C
- OB
: Waluyo
1. Job Description a. Kepala kantor 1) Memimpin segala kegiatan kantor 2) Mengkoordinir semua kegiatan rencana kerja 3) Mengendalikan dan mengawasi proses manajemen kantor 4) Menentukan kebijakan umum agar sesuai dengan tujuan dan prinsip syari’ah b. Teller 1) Bertanggung jawab terhadap Cash Box 2) Melakukan perhitungan pada awal dan akhir (kecocokan uang dan transaksi) 3) Bertangguyng jawab atas transaksi yang dilakukan di kantor c. Pembukuan 1) Bertanggung jawab atas laporan L/R 2) Bertanggung jawab atas laporan mutasi harian 3) Bertanggung jawab atas pendokumentasian keluar – masuk jaminan
20
4) Chek list laporan dari Teller 5) Bertanggung jawab atas tugas dari atasan dan laporan pada direktur d. Marketing 1) Membina hubungan dengan nasabah 2) Memanage Pembiayaan 3) Meningkatkan Funding dan Lending 4) Menjaga NPL 5) Bertanggung jawab atas OTS / MUP 6) Meningkatkan kinerja/prestasi kantor e. Adm. Kantor 1) Bertanggung jawab atas kelengkapan slip setoran dan pengambilan 2) Input di komputer 3) Laporan saldo setoran dan penarikan 4) Laporan harian pada kantor pusat 5) Input bagi hasil f. Adm. Pembiayaan 1) Mendokumentasikan / Chek list analisa kelengkapan dan kelayakan pembiayaan 2) Survei 3) Mempersiapkan komite 4) Mengajukan pembiayaan pada direktur 5) Partner marketing 6) CSO
21
g. Customer Service 1) Sebagai tempat informasi bagi nasabah mengenai produk dana dan produk pembiayaanyang dimiliki sebuah bank 2) Membuka rekening ,melaksanakan pembukuan ,penutupan rekening 3) Tabungan,deposito,dan giro 4) Distribusi spicmen tanda tangan nasabah 5) Inventaris data base nasabah 6) .menjelaskan prinsip bagi hasil nasabah 7) Pemesanan dan pengambilan cek/bilyet 8) Pemindahan saldo 9) Mencetak laporan harian pembentukan master cif 10) Melakukan profit terhadap tabungan,giro,dan deposito h. Office Boy 1) Bertanggung jawab atas kebersihan kantor 2) Menyediakan minuman dan makanan bagi staf kantor 3) Pembantu umum 4) Pemeliharaan kantor dan pemelihara investarisasi kantor serta perlengkapan/perbekalan kantor. i. Dewan Syari’ah 1) Mereview peraturan Corporate yang berlaku 2) Mereview semua produk dan jasa 3) Mereview masalah perilaku menejemen atau karyawan yang menyengkut kepentingan
22
4) Menilai kebijakan akutansi dan penerapannya 5) Meneliti laporan keuangan 2. Wilayah Kerja PT. BPR Syariah Asad Alif Sukorejo terletak di Jl. Sudagaran No. 20 Sokorejo Kabupaten Kendal. Tempat tersebut dinilai sangat setrategis karena terletak di jalur arah Semarang, Pekalongan, dan Temanggung, sehingga merupakan transit kegiatan perekonomian dari ketiga kota tersebut. Wilayah Kerja dari PT. BPR Syariah Asad Alif Sukorejo meliputi Kabupaten Kendal, Kotamadia Semarang dan Kabupaten Temanggung.
BAB IV ANALISA
A. Penerapan Akad Murabahah Pada Pembiayaan Murabahah Pembiayaan murabahah merupakan salah satu produk yang ditawarkan oleh BPRS Asad alif kantor kas Ngadirejo Temanggung dalam rangka penyaluran dana. Dalam pembiayaan murabahah terdapat akad murabahah dimana akad murabahah tersebut harus dipatuhi oleh nasabah. Di dalam Akad Murabahah tersebut terdapat perjanjian dan ketentuan pembiayaan murabahah. Komponen-komponen yang terdapat dalam akad yaitu : 1. Perjanjian Al-Murabahah Bank dan nasabahsepakat untuk melakukan transaksi jual beli barang yang dispakati. Pembelian barang tersebut dari dealer/toko yang telah ditunjuk dan dipilih oleh nasabah da atau oleh bank, da ndengan ini pula kuasa kepada nasabah untuk membeli barang tersebut guna kepentingan dan atas nama bank barang-barangtersebut dibeli oleh bank dari dealer aatu toko dengan harga yang telah disepakati. Dan nasabah menerima barang tersebut dengan baik. Dalam perjanjian Al-Murabahah tentang jangka waktu dan cara pelunasan, biaya adminstrasi, jaminan, kelalaian nasabah, pengawas pembiayaan dan domisisli hukum.dalam hal ini jaminan sangat penting karenma bila terjadi penghentian perjanjian ini dengan tiba-tiba sementara nasabah kurang mampu atau tidak mampu
49
50
dalam mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan oleh bank, maka barang-barang tersebut akan dijual atau dengan car apapun yang sah dan halal untuk dapat menutup ekurangan pengembalian pembiayaan. Bank sendiri melakukan pengawasan pembiayaan untuk meminimaisir agar tidak terjadi kredit macet atau bermaslah yaitu dengan cara nasabah bersedia untuk setiap waktu diperlukam oleh bank guna memberikan keterangan kepada bank atas keadaan usahanya dan memberikan kesepakatan kepada bank untuk setiap saat memeriksa barang investasi barang dagangan dan barang lainnya. 2. Wakalah Wakalah adalah surat pemberian kuasa dari pihak bank kepada nasabah. Dalam makalah menerangkan bahwa nasabah dan atas nama bank melakukan pembelian barang yang telah disepakati dan tertulis di dalam perjanjian Al-Murabahah, bahwa pembelian barang dari toko dan supplier yang telah ditunjuk oleh nasabah dan atau bank, dan bank memberikan kuasa (surat kuasa/wakalah) kepada nasabah bank. Setelah bank memberikan surat kuasa, bahwa intinya bank telah setuju menjual barang tersebut kepda nasabah yag akan digunakan untuk keperluan nasabah, serta mendatangi kwitansi pembelian maupun penerimaan barnmg-barang tersebut. 3. Memo Usulan Pembiayaan Memo usulan pembiayaan merupakan hasil laporan hsil evaluasi permohonan pembiayaan, rencana penggunaan dana, pembiayaan yang
51
diajukan atau platon pinjaman, jangka waktu pembiayaan. Dapat dicontohkan sebagai berikut : a. Data pemohon : 1) Nama Pemohon
: Dany Setyo
2) Alamat Rumah
:
Dsn.
Demangan
RT/RW
001/002, Ngadirejo – Temanggung 3) Nama Usaha/Pekerjaan
: Jual Ayam Potong
4) Jenis Usaha/Setor Ekonomi
: Pedagang
5) Penggunaan Pembiayaan
: Modal Kerja
6) Rencana Penggunaan Dana
: Menambah Modal Usaha
7) Peembiayaan yang diajukan
: Rp. 10.000.00,-
8) Jangka waktu pembiayaan
: 12 bulan
9) Agunan yang akan diberikan : BPKB Mio 2008 dan BPKB Jupiter 2007 10) Nama Pembiayaan
: Murabahah
Setelah data pemohon sudah lengkap, kemudian menganalisa tentang latar beakang pemohon. Latar belakang pemohon menjelaskan tentang jenis usaha pemohon, lokasi tempat bekerja, hasil usaha atau pendapatan
yang
diperoleh
pemohon
perbulannya.
Kemudian
permasalahan pemohondalam pengajuan pembiayaan. Setelah ketiga karya syarat sudah diakukan, syarat yang keempat adalah dengan menggunakan analisa 5C yaitukarakter pemohon, kelayakan usaha, modal sendiri,
52
kondisi ekonomi, jaminan dan analsa kemampuan membayar. Kegunaan analisa 5C adalah sebagai pertimbangann apakah layak atau tidak diberi pembiayaan. Khusus untuk aspek analisa kemampuan membayar harus dirinci pendapatan perbulan pemohon dikurangi beban, apakah pendapatan bersih perbulan masih sisa untuk membayar angsuran di bank. Dapat dicontohkan sebagai berikut : Pendapatan - Pendapatan usaha per bulan : Rp. 1.500.000,- Pendapatan lainnya
: Rp.
-
+ Rp. 1.500.000,-
Biaya usaha dan operasional - Moadal
: Rp. 1.000.000,-
- Biaya listrik, telphon dan air: Rp.
80.000
+
Jumlah bebean operasional Rp. 1.080.000,-
Laba/rugi perbulan Rp. 1.420.000,-
- Angsuran pokok perbulan
: Rp. 150.000,-
- Angsuran margin
: Rp. 27.000,-
+ Rp. 177.000,Rp. 1.243.000,-
Pendapatan bersih
53
Jadi pendapatan setelah angsuran Rp. 1.243.000,Setelah dianalisa kemudian disimpulkan, direkomendasi dan dianalisa Syari’ah. Apakah usahanya sesuai Syari’ah apa tidak dan apa pemohon layak diberikan pembiayaan apa tidak memo usulan pembiayaan sendiri dibuat oleh Acount Officer ( AO ). 4. Laporan Hasil Kunjungan Laporan hasil kunjungan mempunyai tujuan dan kegunaan sebagai berikut a. Untuk survey lokasi rumah tempat tinggal dan lokasi usaha nasabah. b. Untuk mengetahui kebenaran usaha nasabah dan atau pekerjaan nasabah. c. Untuk mngetahui dan atau mengecek kebenaran fisik barang agunan dan atau jaminan dan letak loksi aguna dan atau jaminan nasabah. d. Untuk mengetahui jumlah
tanggugan dan atau jumlah anggota
keluarga dan apakah nasabah mempunyai tanggungan kepada pihak lain atau pihak lain dan apakah nasabah mempunyai tabungan atau deposito. e. Untuk mengetahui kebenaran informasi atau keterangan yang diberikan nasabah pada waktu pengajuan permohonan pembiayaan dengan hasil kunjungan juga yang sebenarnya. Selain untuk mengetahui tujuan kunjungan juga memaparkan rencana selanjutnya dan keterangan- keterangan lain apabila dibutuhkan. 5. Surat Kuasa Menjual
54
Surat Kuasa Menjual menjelaskan bahwa dikemudiaan hari nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran kemabali pinjaman bank. Bank berhak menjual barang yang menjadi jaminan untuk menjualnya baik di bawah tangan ataupun secara lelang dengan haraga yang dikehendaki oleh bank. Hasil penjualan tersebut dapat dipergunakan untuk melunasi utang kepada bank. 6. Surat Pernyataan Dalam surat pernyataan dijelaskan bahwa nasabah bersedia untuk membayar ansuran setiap bulannya dan bersedia mematuhi seluruh ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam akad perjanjian Murabahah antara bank dan dengan nasabah kemudian barang jamina atau fisk agunan benar-benar milik yang bersangkutan dan tidak dijaminkan kepada pihak lain selain itu juga apabila dikemudian hari nasabah lalai memenuhi kewajiban tidak bisa mengangsur sebanyak 3x berturutt-turut atau secara akumulasi maka nasabah menyerahkan barang atau fisik jaminan kepda pihak bank dengan tulus ikhlas, baik diserahkan sendiriataupun dengan cara disita atau diambil petugas bank.
B. Data Kasus Perhitungan Keuntungan Pembiayaan Murabahah Dalam hal ini akan diketengahkan bagaimana bank dan nasabah memperoleh keuntungan berdasarkan konsep jual beli antara nasabah dengan bank. Contoh kasus.
55
Pak agus menginginkan pembiayaan murabahah sebesar 1.100.000 dengan keuntungan 2 % menurut (asumsi dihitung nasabah untuk keuntungan bank selama jangka waktu perjanjian) jangka waktu yang diinginkan Pak Agus adalah 5 bulan. Berapakah Pak Agus harus mengangsur setiap bulanya kepada BPRS Asad Alif. Besar pembiayaan : 1.000.000 Jangka waktu
: 5 bulan
Keuntungan
: Rp. 1.000.000 x 2 % = 20.000 perbulan
Keuntungan selama
5 bulan : Rp 100.000
Angsuran pokok : 1.000.000 5
= 200.000
Angsuran pokok + keuntungan : 200.000 + 20.000 Jadi pada angsuran pertama = Rp. 220.000 Dan seterusnya pada angsuran berikutnya. Berikut tabel angsuran Angsuran Ke
Pokok
Keuntungan
Jumlah
Saldo Pembiayaan 1.100.000
1
200.000
20.000
220.000
880.000
2
200.000
20.000
220.000
660.000
3
200.000
20.000
220.000
440.000
4
200.000
20.000
220.000
220.000
5
200.000
20.000
220.000
0
56
Dalam pelaksanaan pembiayaan murabahah ini tidak lepas dari kepercayaan antara nasabah dengan bank yang sangat tinggi tetapi untuk mengantisipasi kepercayaan yang diberikan kepadanasabah, maka pihak bank membutuhkan angunan, sebagai salah satu syarat dalam pengajuan pembiayaan murabahah. Bentuk jaminan tersebut adalah: a. BPKB b. Sertifikat c. Benda bergerak d. Barang elektronik Dalam pelaksanaan terjadi pembiayaan mudharabah macet disebabkan karena: a. Usaha yang dibiayai macet b. Penyalah gunaan akad c. Dilarikan, tidak niat mengangsur d. Konflik diantara keluarga peminjam Dalam hal ini BPRS Asad Alif melakukan penanganan dengan cara : a. Melakukan pendekatan secara kekeluargaan b. Melakukan akad ulang c. Exsekusi jaminan d. Pengalihan akad e. Memberi solusi untuk mengembalikan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai penerapan akad murobahah pada pembiayaan murobahah di BPRS Asad Alif Ngadirejo Temanggung dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Akad Murobahah yang diterapkan oleh BPRS Asad Alif Ngadirejo Temanggung dapat dikatakan bagus karena pihak bank benar-benar menggunakan prinsip syariah, selain itu juga dijelaskan di dalam perjanjian al-Murabahah tentang aturan yang mengatur di BPRS Asad Alif tentang kewajiban pihak bank dengan nasabah. Diantara aturan yang mengatur tersebut yaitu jangka waktu, cara pelunasan biaya administrasi, jaminan dan yang paling penting tingkat keuntungan yang diperoleh bank dari nasabah. Karena akad yang diterapkan benar-benar terealisasi yaitu di bidang pembiayaan. Ini diterapkan saat berlangsungnya nasabah ingin mengadakan transaksi dengan pihak bank yaitu dengan cara 5 c. 2. Dengan memahami arti murobahah yang dikemukakan sebelumnya penerapan akad murobahah sudah tepat, dengan apa yang diterapkan oleh syariat. Pembiayaan murobahah merupakan pinjaman yang diberikan bank kepada nasabahnya untuk menjalankan usaha. Dalam hal ini nasabah sudah menjadi anggota bank satu bulan berjalan dan dianggap sanggup untuk disurvei. Apabila nasabah tidak bisa melunasi angsuran sampai
tanggal jatuh tempo, maka pihak bank memberi perpanjangan waktu dan apabila nasabah tidak bisa melunasi maka barang jaminan akan menjadi milik bank.
B. Saran Sesuai dengan judul tugas akhir dan berdasarkan penelitian yang dilakukan maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Dalam pengajuan pembiayaan murobahah antara pihak bank dengan nasabah pernyataan ijab qobul harus dinyatakan dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman kedua belah pihak. 2. Pihak bank harus tegas dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, yaitu dilihat dari hasil usahannya dan kondisi atau watak dari nasabah. Hal ini berguna untuk memperkecil tingkat angsuran yang telat atau melebihi jatuh tempo bahkan kredit macet. Agar pihak bank tidak mengalami kerugian. 3. Tetap membedakan antara yang hak dengan yang batil dalam berjuang di jalan Allah SWT.
DAFTR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: PT. Grafika Gema Insani. 2002. Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum. Yogyakarta: PT. Grafika. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Asad, Alif. 2005. BPRS Modul Orientasi Program Manajemen. Sukoharjo. . BPRS Wawancara. Sukorejo. 2010. Karim, Adi Warman, Ir Bank Islam. 2004. Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. Jakarta. Muhammad. 2000. Bank Syari’ah. Yogyakarta. Sudarsono, Heri, 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: Ekonosia.