Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 301~307 301
ANALISA PENGARUH PERANAN KOMUNIKASI ANTAR KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN Irma Afrianti1, Fifit Fitriansyah2 1
Teknik Komputer e-mail:
[email protected] 2
Penyiaran e-mail:
[email protected]
Abstrak Kemampuan berkompetisi merupakan isu utama pada organisasi modern karena dari kemampuan berkompetisi inilah organisasi medapatkan keunggulan bersaing yang selanjutnya menjaga keberlanjutan suatu organisasi. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, salah satu faktor yang memelukan perhatian lebih adalah komunikasi antar karyawan, baik sesama karyawan, karyawan dengan atasan, dan atau sebaliknya, dalam upaya memotivasi kinerja para karyawan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara komunikasi dengan motivasi pekerjaan para karyawan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah bahwa hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan masih mendominasi sebanyak 22,08 % yang diiringi dengan peraturan dan kebijakan perusahaan. Ini artinya bahwa pengambilan keputusan atasan terhadap kebijakan yang nantinya diterapkan kepada bawahan jelas memberikan pengaruh. Dapat terlihat pula pada hubungan sesama rekan kerja yang memiliki prosentase 21,10%. Artinya jika peraturan yang diterapkan dalam sebuah perusahaan, maka juga memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi antar karyawan. Jika sudah demikian, jelas motivasi kerja karyawan dapat terlihat dari kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Keywords: Komunikasi, Karyawan, Motivasi Kerja 1. Pendahuluan Seyogyanya komunikasi merupakan ujung tombak dalam menyampaikan berbagai pendapat, ide, gagasan ataupun rencana baik dalam skala kecil maupun besar. Tanpa berkomunikasi, manusia tidak memiliki eksistensi dalam menjalani kehidupannya, termasuk dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sebuah perusahaan misalnya, komunikasi baik antar karyawan maupun karyawan dengan atasan merupakan kegiatan rutinitas yang berlangsung tanpa henti. Selanjutnya inilah yang dikatakan sebagai komunikasi organisasi. Kemampuan berkompetisi merupakan isu utama pada organisasi modern karena dari kemampuan berkompetisi inilah organisasi medapatkan keunggulan bersaing yang selanjutnya menjaga keberlanjutan suatu organisasi. Untuk menjadi organisasi yang kuat, sumber daya manusia organisasi harus menjaga kompetensi serta kinerjanya. Kompetensi dan kinerja sumber daya manusia harus dijaga karena dua hal inilah yang akan membentuk kelanjutan suatu organisasi.
Tujuan utama dari manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan peranan karyawan terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya adalah sangat tergantung kepada manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh sebab itu sumber daya manusia harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Selain itu peran dan fungsi sumber daya manusia dalam suatu organisasi sangat penting, karena melalui pemberdayaan sumber daya manusia upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi dapat terpenuhi. Sumber daya manusia dalam berbagai organisasi, perlu mendapat perhatian agar terwujud kinerja karyawan yang baik. Dan untuk mewujudkan keinginan tersebut, salah satu faktor yang memelukan perhatian lebih adalah komunikasi antar karyawan, baik sesama karyawan, karyawan dengan atasan, dan atau sebaliknya, dalam upaya memotivasi kinerja para karyawan tersebut. Perubahan keluar masuknya karyawan,
Diterima 20 Januari 2013; Revisi 21 Februari 2013; Disetujui 15 Maret 2013
ISBN: 978-602-61242-1-0
adalah salah satu indikasi tidak terciptanya komunikasi yang baik di perusahaan tersebut. Dan hal ini harus segera diantisipasi dengan mencari jalan keluar atau solusi dari perusahaan untuk dapat keluar dari keadaan tersebut. Komunikasi antar karyawan merupakan komunikasi persuasif, secara tatap muka, untuk menggugah gairah dan kegiatan dalam bekerja dengan penuh semangat kerjasama yang produktif dalam kondisi dan perasaan sukacita, bahagia, dan puas hati dari kedua belah pihak, baik karyawan, maupun manajemen. Dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan, pangsa pasar, maka hendaknya setiap perusahaan mengetahui, keunggulankeunggulan dalam persaingan di dunia usaha, termasuk di dalamnya adanya keunggulan di bidang sumber daya manusia. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang unggul, perlu diketahui, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dari karyawan itu sendiri. Dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang sudah ada, maka salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan kinerja karyawan yaitu dengan adanya komunikasi yang lancar. Motivasi karyawan dapat dimaksimalkan melalui berbagai cara apabila faktor-faktor yang bepengaruh pada karyawan dapat diidentifikasi, kemudian dianalisa hubungannya dengan kinerja kerja, untuk dapat mencapai tujuan perusahaan tersebut. Pengertian Komunikasi Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico” yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat sama" (to make common). Istilah “communis” adalah istilah yang paling sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata kata Latin yang mirip Komuniksi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama. Pawito dan C Sardjono (1994) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima
dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurangkurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Wilbur Schramm menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut : “Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu” (Suprapto, 2006). Dari uraian tersebut, definisi komunikasi menurut Schramm tampak lebih cenderung mengarah pada sejauhmana keefektifan proses berbagi antarpelaku komunikasi. Schramm melihat sebuah komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang berhasil melahirkan kebersamaan (commonness), kesepahaman antara sumber (source) dengan penerima (audience)-nya. Menurutnya, sebuah komunikasi akan benarbenar efektif apabila audience menerima pesan, pengertian dan lain-lain persis sama seperti apa yang dikehendaki oleh penyampai. Pakar komunikasi lain, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006). Sebagai proses, kata Smith, komunikasi sekaligus bersifat khas dan umum, sempit dan luas dalam ruang lingkupnya. Dirinya menguraikan: “Komunikasi antarmanusia merupakan suatu rangkaian proses yang halus dan sederhana. Selalu dipenuhi dengan berbagai unsur-
KNiST, 30 Maret 2013 302
ISBN: 978-602-61242-1-0
sinyal, sandi, arti tak peduli bagaimana sederhananya sebuah pesan atau kegiatan itu. Komunikasi antarmanusia juga merupakan rangkaian proses yang beraneka ragam. Ia dapat menggunakan beratus-ratus alat yang berbeda, baik kata maupun isyarat ataupun kartu berlubang baik berupa percakapan pribadi maupun melalui media massa dengan audience di seluruh dunia…ketika manusia berinteraksi saat itulah mereka berkomunikasi…saat orang mengawasi orang lain, mereka melakukan melalui komunikasi” (Blake dan Haroldsen, 2003). Sedangkan, Larry A Samovar, Richard E Porter dan Nemi C Janin dalam bukunya Understanding Intercultural Communication mendefinisikan komunikasi sebagai berikut: “Communication is defined as a two way on going, berhaviour affecting process in which one person (a source) intentionally encodes and transmits a message throught a channel to an intended audience (receiver) in order to induce a particular attitude or behaviour” (Purwasito, 2003). Komunikasi Antar Personal Komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk yaitu komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa. Komunikasi antar personal atau yang dikenal dengan komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antarpribadi, yaitu komunikasi antara dua orang, di mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi jenis ini dapat berlangsung secara sederhana, yaitu berhadapan dengan muka (face to face) dan dapat melalui media seperti telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi adalah sifatnya dua arah dan timbal balik. Di sini komunikator, pada saat lain komunikator menjadi komunikan. Menurut Rogers, komunikasi antar pribadi ini dibagi menjadi hemofili dan heterofili. Hemofili merupakan istilah yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang memiliki kesamaan sifat, seperti kepercayaan, nilai pendidikan, status sosial. Heterfili merupakan kebalikan dari hemofili, yaitu derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi yang berbeda dalam sifatsifat tertentu. Pada komunikasi interpersonal, menguraikan bagaimana orang menerima interaksi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkan kembali. Proses pengolahan informasi merupakan tahap awal dalam penerimaan informasi.
Sensasi awal dari kata sense yang berarti alat penginderaan yang menghubungkan organisme dengan lingkungan. Bila alat mengubah informasi menjadi implus syaraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak maka terjadilah proses sensasi. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya dan memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ini memberikan makna kepada sensori stimuli. Hubungan sensasi dan persepsi sudah jelas. Oleh karena sensasi bagian dari persepsi walaupun penafsiran makna informasi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Dalam komunikasi intrapersonal memori merupakan bagian yang penting karena mempengaruhi persepsi berpikir. Dalam berpikir kita melibatkan proses yang disebut sensasi, persepsi, dan memori. Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual. Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut: a. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
KNiST, 30 Maret 2013 303
ISBN: 978-602-61242-1-0
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya. b. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. c. Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. d. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Komunikasi organisasi merupakan bagian yang penting dalam proses organisasi yang selalu berkaitan dengan jaringan sebagai
cara mengorganisir. Jaringan merupakan struktur sosial yang diciptakan oleh komunikasi antar pribadi dan kelompok. Pandangan lain menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah menerima dan menginterpretasikan pesan diantara anggota organisasi sebagai unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi. Organisasi terdiri dari unit komunikasi yang berhubungan satu sama lain secara hierarkis dan berfungsi dalam lingkungannya. Komunikasi tidak akan berjalan dengan sendirinya, tetapi mempunyai proses dimana pengirim menyampaikan pesan sehingga diterima oleh penerima dan terjadi proses umpan balik dari pengirim dan penerima. Pengertian Sumber Daya Manusia Di dalam suatu perusahaan, manusia merupakan sumber daya yang paling penting untuk mencapai keberhasilan dalam menjalankan semua aktifitas perusahaan. Walaupun ditunjang dengan aspek teknologi yang sempurna, tetapi apabila tanpa aspek manusia sulit kiranya perusahaan tersebut mencapai tujuannya dengan baik. Mangkuprawira (2002) menerangkan bahwa sumber daya manusia dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah manusia yang menjadi pegawai di perusahaan tertentu, sedangkan kualitas menyangkut mutu kemampuan dari tenaga kerja perusahaan itu sendiri, baik kemampuan fisik maupun kemampuan non fisik (intelejensia dan mental). Sedangkan definisi manajemen sumber daya manusia menurut Edwin. B. Flippo dalam buku Bambang Wahyudi (2002:9) adalah “Personnel Management is the planning, organizing, directing, and controlling of the procurement, development, competition, integration, maintenance, and separation, of human resources to the end that individual, organization, and societal objectives are accomplished”. Menurut Mangkuprawira (2002), Manajemen sumber daya manusia merupakan penerapan pendekatan sumber daya manusia di mana secara bersama-sama terdapat tujuan yang ingin dicapai, yaitu tujuan untuk perusahaan maupun tujuan untuk karyawan itu sendiri. Dua kepentingan tujuan itu tidak dapat dipisahkan dalam kesatuan yang utuh. Jika kepentingan yang satu tercapai sedangkan yang lain tidak tercapai, maka pendekatan manajemen sumber daya manusia dinilai gagal.
KNiST, 30 Maret 2013 304
ISBN: 978-602-61242-1-0
Motivasi Diri dalam Mencapai Tujuan Perusahaan Motivasi kerja dapat diartikan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam pekerjaannya untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan sasaran organisasi maupun sasaran pribadinya. Motivasi kerja karyawan yang tinggi dapat dilihat dari kemauan karyawan untuk bekerja keras, bekerjasama dengan sesama rekan kerja, dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Motivasi kerja juga merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan semangat kerja. Semangat itu timbul karena adanya harapan terhadap imbalan yang akan diterima bila ada peningkatan prestasi kerja. Manusia akan termotivasi apabila ia percaya bahwa: a. Suatu perilaku akan menghasilkan hasil tertentu b. Hasil tersebut mempunyai nilai positif untuknya c. Hasil tersebut dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan seseorang Konflik Internal dalam Perusahaan Menurut Buhler (2007, dalam, Sutisna, Adi. D, 2007, Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi Karyawan Di Perusahaan Menengah), ada banyak konflik yang dialami oleh organisasi pada saat sekarang jenisjenisnya meliputi konflik antar pribadi, konflik antar 15 kelompok, konflik organisasi dan konflik dalam diri pribadi. Akibat negatif konflik terutama terletak pada isalnya:kehancuran komunikasi, keterjalinan, serta kerjasama. Akibat dari itu semua aktifitas produksi menjadi terganggu karena akan terjadi penghamburan waktu dan energi untuk memenangkan konflik, individu-individu yang terlibat akan mengalami stres dan frustasi yang pada gilirannya akan mengurangi kepuasan kerja dan lain sebagainya. Akan tetapi jika tanpa ada sedikit konflik, maka organisasi bisa menjadi tidak tegar menghadapi lingkungannya yang terus berubah sehingga perubahanperubahan yang wajar justru akan mengurangi ketidaknyamanan karena individu menolak perubahan. Jadi konflik tetap diperlukan asal tetap terkendali sehingga konflik tetap menjadi salah satu sumber motivasi penting untuk mengembangkan pembaharuan berbagai metode.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan Menurut Siregar (2005), dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa faktor-faktor motivasi yang dapat mendorong motivasi kerja karyawan yaitu bekerjasama, bekerjakeras dan bertanggungjawab tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap penilaian prestasi kerja. Mengingat bahwa setiap individu dalam 18 perusahaan berasal dari berbagai latar belakang yang berbedabeda, maka sangat penting bagi perusahaan untuk melihat apa kebutuhan dan harapan karyawannya. Dengan diketahuinya hal-hal tersebut, perusahaan akan lebih mudah untuk mendorong kinerja yang optimal, sehingga akan semakin termotivasi. Tingkat kedewasaan responden yang cukup baik dilatarbelakangi oleh pendidikan yang dimiliki oleh responden itu sendiri, sehingga cara berfikir mereka menunjang timbulnya kesadaran untuk melakukan pekerjaan seoptimal mungkin. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Wawancara Data penelitian diperoleh melalui wawancara dengan responden dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan mengacu pada kuesioner yang telah disiapkan. Jenis pertanyaan yang dibuat dalam kuesioner adalah pertanyaan yang berstruktur, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang memberikan alternatif jawaban kepada responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia ataupun menjawab lebih dari satu jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. b. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan beberapa jenis data yang berasal dari berbagai sumber. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup, dimana alternative jawaban telah disediakan sehingga responden hanya memilih satu jawaban yang menurutnya paling sesuai. c. Variabel Penelitian Variabel yang digunakan merupakan variable yang bersifat independen dan merupakan indikator pengungkap motivasi kerja. Indikator-indikator pengungkap motivasi kerja terdiri dari hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, dan kompensasi.
KNiST, 30 Maret 2013 305
ISBN: 978-602-61242-1-0
d. Pengambilan Sampel Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini sebanyak enam orang yang berasal dari berbagai perusahaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat presentase yang berbeda dari berbagai perusahaan tersebut. 3. Pembahasan Bagian ini akan menjelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan dan pembahasan variabel-variabel yang datanya diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada responden. Untuk menghitung presentase jawaban digunakan rumus sebagai berikut: P=(F/n)*100 Keterangan P= Presentase F= Jumlah jawaban n= Jumlah Responden (Hadi, 2001421, dalam Samosir, Zurni. Z, 2008, Faktor Penyebab Stres Kerja Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara ) 3.1. Hubungan Atasan dan Bawahan Dari pembahasan dan uji coba variabel hubungan atasan dan bawahan dalam pengaruh komunikasi antar karyawan dengan motivasi kerja, diperoleh data sebesar 22,08% yang diambil dari 6 orang responden. 3.2. Hubungan Sesama Rekan Kerja Berdasarkan pembahasan dan perhitungan variabel hubungan sesama rekan kerja dalam pengaruh komunikasi antar karyawan dengan motivasi kerja, diperoleh data sebesar 19,48%. 3.3. Peraturan dan Kebijakan Perusahaan Peraturan dan kebijakan perusahaan dalam hal ini memiliki pengaruh sebesar 21,10%. 3.4. Kondisi Kerja Dalam hal kondisi kerja, yang merupakan kondisi fisik dan social yang diharapkan menyenangkan ditempat bekerja. Kondisi ini meliputi ketenangan kerja, perlengkapan kerja, fasilitas keselamatan kerja, kenyamanan ruang kerja, keamanan ruang kerja, dan sistem pembagian kerja. Sesuai dengan data responden yang diolah berdasarkan kuesioner, maka kondisi kerja memiliki pengaruh sebesar 19,48% dalam pengaruh komunikasi antar karyawan terhadap motivasi kerja karyawan 3.5. Kompensasi Pemberian kompensasi adalah tindakan balas jasa yang diberikan perusahaan secara langsung (upah/gaji) maupun tidak langsung (fasilitas/tunjangan) atas pekerjaan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil analisa penelitian, variabel kompensasi memiliki nilai
pengaruh sebesar 17,86%. Artinya adalah kompensasi yang diberikan berdasarkan kesesuaian komunikasi antar karyawan dengan pihak manajemen sumber daya manusia. 3.6. Tampilan Data yang telah diolah dan dianalisa Berdasarkan variabel-variabel diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Tabel Variabel dan Nilai Presentase Jika melihat kepada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi antara atasan dengan bawahan masih mendominasi sebanyak 22,08 % yang diiringi dengan peraturan dan kebijakan perusahaan. Ini artinya bahwa pengambilan keputusan atasan terhadap kebijakan yang nantinya diterapkan kepada bawahan jelas memberikan pengaruh. Dapat terlihat pula pada hubungan sesame rekan kerja yang memiliki prosentase 21,10%. Artinya jika peraturan yang diterapkan dalam sebuah perusahaan, maka juga memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi antar karyawan. Jika sudah demikian, jelas motivasi kerja karyawan dapat terlihat dari kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Berikut merupakan gambar grafik nilai prosentase yang dimiliki oleh hubungan atasan dengan bawahan serta sesame rekan kerja.
Gambar 3.1. Grafik Nilai dan Presentase
KNiST, 30 Maret 2013 306
ISBN: 978-602-61242-1-0
Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam menunjang motivasi kerja seorang karyawan. Baik komunikasi dengan atasan dan bawahan serta komukasi antar sesama rekan kerja keduanya memiliki dominiasi yang tinggi dan saling beriringan. Ini dapat diartikan bahwa komunikasi dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. 4. Simpulan Berdasarkan hasil analisa dan uji validitas yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Komunikasi mempunyai beberapa variabel yang dapat memotivasi kerja karyawan, yaitu hubungan atasan dan bawahan, hubungan sesama rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja, serta kompensasi. b. Variabel yang paling berpengaruh adalah hubungan atasan dan bawahan. Alasannya adalah bahwa atasan adalah pihak yang harus dapat memotivasi kerja karyawan yang bekerja di perusahaannya dan menjaga hubungan kerja dan komunikasi yang baik dengan para karyawan, jika hal itu tidak terjadi maka besar kemungkinan akan terjadi perubahan struktur karyawan yang besar-besaran. c. Variabel kompensasi tidak terlalu berpengaruh terhadap motivasi, akan tetapi kompensasi juga tidak dapat dipungkiri, bahwa semua karyawan berhak mendapatkan kompensasi yang layak sesuai dengan pekerjaan yang telah dilakukan. d. Korelasi komunikasi dengan motivasi berkaitan erat dengan kinerja karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Dengan demikian, hambatan komunikasi yang terjadi disarankan untuk terus dilakukan perbaikan yaitu dengan meningkatkan intensitas pertemuan antara sesama karyawan sehingga komunikasi yang terjalin dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Perlu diadakannya evaluasi bertahap dan periodic, minimal 6 (enam) bulan sekali, untuk mengetahui kelancaran komunikasi antar karyawan maupun karyawan dengan atasan. Intensitas pertemuan ini dapat dilakukan tidak hanya dalam suasana formal, tetapi juga
dalam suasana informal. Contoh kegiatan yang dapat dilakukan oleh manajemen yaitu dengan mengadakan pertemuan mingguan ataupun pertemuan bulanan atau bahkan acara-acara out bond sangat penting untuk dilakukan. Referensi Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O. Taksonomi Konsep Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus, 2003. Manubowo, V. 2003. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi dan Produktivitas Karyawan PT Emperor Jaya Garmindo. Tesis. Program Studi Industri Kecil Menengah. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Pawito,
dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.
Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural. Cetakan Ke-1. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003 Samosir, Zurni. Z, 2008, Faktor Penyebab Stres Kerja Pustakawan pada Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 4, no. 2, Desember 2008. Sutisna, Adi. D, 2007, Peran Komunikasi Antar Karyawan Terhadap Motivasi Karyawan Di Perusahaan Menengah (STUDI KASUS CV.ABC CABANG BOGOR). Tugas Akhir. Program Studi Industri Kecil Menengah. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian, Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. RajaGrafindo Persada Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004
KNiST, 30 Maret 2013 307