PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMIMPIN DALAM MEMPERTAHANKAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran) Adinda Oktafiani Marketing Communication, School of economic and Communication, Binus University. Jln. K.H Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat, 11480. Telp. (62-21) 534 5830, Email:
[email protected] Adinda Oktafiani, Dr. Muhammad Aras, S.Pd.,M.Si
Abstract PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera is one of many life insurance company in Indonesia. The purpose of this research is to determine the role of leaders in the interpersonal communication maintaining employee motivation. The conceptual basis used in this research are communication, interpersonal communication, interpersonal relations, organizational communication, leadership and motivation. The method used in this research is a qualitative approach with case study method at PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Marketing Division. Validation is used in this research is triangulation of sources with the aim of testing the credibility of the data. These results indicate that interpersonal communications leader has a role in maintaining employee motivation PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Marketing Division. The conclusion from this study is important for a leader to maintain interpersonal communication and interpersonal relationships with employees. Next will be better if the leader can understand the priority needs of employees, and thus can simplify the leader to direct and shape the attitudes of employees to achieve its objectives, the necessities of life. Because the best motivation is motivation that meet the needs. (AO) Keywords: Interpersonal Communication, Motivation of Work Abstrak PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera adalah merupakan salah satu perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan komunikasi interpersonal pemimpin dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan. Landasan konseptual yang digunakan pada penelitian ini adalah komunikasi, komunikasi interpersonal, hubungan antarpribadi, komunikasi organisasi, kepemimpinan dan motivasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus pada PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran. Validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dengan tujuan menguji kredibilitas data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi interpersonal pemimpin memiliki peranan dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penting bagi seorang pemimpin untuk menjaga komunikasi interpersonal dan hubungan antarpribadi dengan karyawannya. Selanjutnya akan menjadi lebih baik apabila pemimpin dapat memahami prioritas
kebutuhan karyawannya, sehingga dengan demikian dapat mempermudah pemimpin untuk mengarahkan dan membentuk sikap karyawan untuk mencapai tujuannya, yaitu kebutuhan hidup. Karena sebaik-baiknya motivasi adalah motivasi yang memenuhi kebutuhan. (AO) Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Motivasi Kerja
PENDAHULUAN Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk dapat bertahan hidup. Smith dan Williomson mengatakan “a person cannot not communicate” (Mulyana, 2014). Pernyataan tersebut mengartikan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat tidak berkomunikasi, atau dengan kata lain setiap orang tidak dapat menghindari kegiatan komunikasi dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan adanya komunikasi, manusia dapat saling bertukar informasi, berbagi, mengembangkan diri dan berbagai manfaat lain yang dapat dihasilkan komunikasi itu sendiri. Menurut Thomas M. Scheidel, tujuan utama dari berkomunikasi adalah untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang disekitar dan mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berprilaku seperti yang kita inginkan (Mulyana, 2014). Salah satu faktor penentu dalam mencapai suatu organisasi yang efektif adalah proses komunikasi. William J. Seller mengemukakan bahwa proses komunikasi adalah sebuah proses di mana simbol verbal dan non-verbal dikirimkan, diterima dan diberi arti. Komunikasi terjalin agar dapat menumbuhkan pemahaman yang sama antara pihak yang satu dengan yang lainnya, sehingga keduanya dapat bekerja sama dengan baik. Oleh karena itu komunikasi interpersonal merupakan salah satu aspek penting di dalam hubungan antar individu di ruang lingkup pekerjaan mereka, baik antar karyawan dengan jabatan yang sama maupun dengan jabatan yang berbeda. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal (Mulyana, 2014). Kelangsungan hidup suatu organisasi bergantung pada kemampuan setiap individu didalamnya dalam beradptasi dan berinteraksi dengan rekannya. Dalam situasi kerja terdapat dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk melakukan suatu kegiatan, seorang dari mereka akan bertindak sebagai pemimpin dan orang-orang lain sebagai bawahan. Pada dasarnya pemimpin merupakan penanggung jawab atas segala aspek kegiatan yang berada di dalam perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pegawasan melibatnya komunikasi interpersonal di dalamnya (Sunyoto, 2013). Untuk itu komunikasi interpersonal yang terjadi di dalam perusahaan khususnya antara pemimpin dan karyawan harus dilakukan dengan efektif agar segala kegiatan pengorganisasian, pengarahan, dan lainlainnya dapat terlaksana dengan baik. Keberhasilan komunikasi interpersonal antar pemimpin dan karyawan dapat dilihat apabila adanya kejujuran, keterbukaan dan komunikasi dua arah yang dilakukan secara teratur. Dengan adanya komunikasi interpersonal yang baik antara pemimpin dengan karyawan, maka hubungan antarpribadi antara keduanya pun akan tercipta dengan baik. Hubungan antarpribadi merupakan hubungan yang terjadi antara dua atau lebih orang dengan adanya jangka waktu tertentu. Hubungan antarpribadi menjadi sangat penting mengingat manusia adalah makhluk sosial yang bergantung pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu penting bagi seorang pemimpin membina hubungan antarpribadi dengan karyawannya melalui komunikasi interpersonal. Dengan adanya hubungan antarpribadi yang baik antara pemimpin dengan karyawannya, maka akan timbul suatu rasa tanggung jawab yang lebih bagi seorang karyawan dalam melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya. Dalam melakukan kegiatannya, setiap manusia di dasari oleh motivasi. Motivasi berasal dari kata lain yaitu movere yang berarti dorongan atau pemberian daya gerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau berkerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan karyawan khususnya. Motivasi sangatlah penting, karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Malayu, 2005).
Komunikasi interpersonal pemimpin yang efektif di dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan komitmen perusahaan serta motivasi kerja karyawan perusahaan tersebut (Sunyoto, 2013). Kompetensi komunikasi interpersonal yang baik dari pemimpin, menjadikan karyawan termotivasi untuk mengembangkan tugas yang diberikan kepada mereka. Hal ini menjadikan seorang karyawan mau dan rela menggerakkan kemampuannya dalam bentuk keahlian dan ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan memenuhi kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2012). Sebaliknya, komunikasi interpersonal yang buruk antara pemimpin dengan karyawan merupakan sebagian besar sumber permasalahan di dunia kerja, motivasi kerja karyawan juga dapat menurun dan dapat berdampak pada hasil kerja yang tidak maksimal. Untuk itu penelitian ini akan membahas mengenai komunikasi interpersonal pemimpin dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera. Penelitian dilakukan sejak tanggal 9 Februari 2015 sampai dengan 12 Mei 2015. PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera yang dikenal dengan nama BRIngin Life didirikan oleh Dana Pensiun Bank Rakyat Indonesia tanggal 28 Oktober 1987. Pada awal pendiriannya, BRIngin Life dibentuk hanya untuk memenuhi kebutuhan serta melengkapi pelayanan kepada nasabah perbankan BRI, khususnya nasabah kredit kecil Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui perlindungan Asuransi Jiwa Kredit. Dalam perkembangannya, setelah melihat besarnya peluang pengembangan bisnis asuransi seperti asuransi jiwa, kesehatan, program dana pensiun, kecelakaan diri, anuitas, dan program kesejahteraan, BRIngin Life mulai memperluas pelayanan dan merambah pasar di luar BRI dengan menawarkan produk dan layanan asuransi kepada masyarakat luas baik individu maupun kumpulan. Seiring dengan perkembangannya, BRIngin Life semakin dikenal luas sebagai salah satu perusahaan asuransi jiwa nasional terdepan yang telah melayani lebih dari 7,2 juta jiwa melalui program-program asuransi unggulan yang bermanfaat dan menguntungkan. Dengan adanya apresiasi pengakuan BRIngin Life sebagai salah satu perusahaan asuransi nasional terdepan, maka penting bagi BRIngin Life untuk menjaga keselarasan segala aspek yang terdapat di dalam perusahaan. Salah satunya upayanya adalah dengan menjaga dan mengembangkan kualitas komunikasi antara pemimpin dengan karyawan. Dengan terciptanya kualitas komunikasi yang baik antara pemimpin dan karyawan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Divisi Pemasaran dapat diibaratkan sebagai ujung tombak perusahaan karena pemasaran mencakup keseluruhan sistem kegiatan bisnis mulai dari perencanaan, promosi dan pendistribusian jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dengan pelayanan yang bermutu. Seiring dengan semakin ketatnya persaingan industri perasuransian di Indonesia, maka penting bagi PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera untuk terus menjaga kualitas serta kuantitas perusahaan. Tidak hanya meningkatkan kualitas produk perusahaan, akan tetapi penting juga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dalamnya, salah satunya adalah dengan menjaga motivasi kerja karyawannya agar tetap optimal. Untuk menjaga agar motivasi kerja karyawan tetap optimal, pemimpin di PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran melakukan upaya dengan menjaga komunikasi interpersonal dengan karyawannya. Keterbukaan komunikasi antara pemimpin dan karyawan selalu diupayakan agar segala kegiatan dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Melihat komunikasi interpersonal seorang pemimpin memiliki peranan penting dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan, oleh karena itu penelitian ini diberikan judul “Peranan Komunikasi Interpersonal Pemimpin Dalam Mempertahankan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Kasus PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran)”. Fokus dari penelitian ini adalah bagaimana peranan komunikasi interpersonal pemimpin dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera. Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dipaparkan, maka tahap selanjutnya adalah merumuskan pertanyaan penelitian. Sehingga permasalahan yang diteliti menjadi lebih spesifik, jelas dan terarah untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian. Pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. 2.
Bagaimana komunikasi interpersonal antara pemimpin dan karyawam pada PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran? Bagaimana peranan komunikasi interpersonal pemimpin dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran?
METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Strauss dan Corbin dalam (Basrowi dan Suwandi, 2008) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan. Bodgan dan Taylor Corbin dalam (Basrowi dan Suwandi, 2008) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Ruchan Corbin dalam (Basrowi dalam Suwandi, 2008) menyatakan bahwa melalui penelitian kualitatif, subjek dapat dikenali, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Jenis atau tipe yang digunakan dalam skripsi ini adalah tipe deskriptif kualitatif. Burhan dalam (Kriyantono, 2012) mengemukakan jenis riset deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan objek penelitian. Kembali dijelaskan oleh Burhan dalam (Kriyantono, 2012), pada jenis penelitian deskriptif, diharapkan dapat mengemukakan konseptualisasi yang lebih jelas dan telah memiliki definisi konseptual dari fokus penelitian yang akan diteliti. Definisi konseptual ini diperoleh setelah membuat kerangka konsep atau landasan teori. Alasan peneliti menggunakan tipe deskriptif dalam penelitian dikarenakan tipe penelitian ini berguna untuk menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antar variabel (Kriyantono, 2012). Selain itu berdasarkan pendapat para ahli mengenai tipe deskriptif seperti yang telah dipaparkan di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat tersusun dengan struktur yang baik dan benar sehingga mudah untuk dipahami maksud dan tujuan penelitian. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu strategi metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis (Bungin, 2008). Cresswell menyatakan bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek, yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai sumber data (Gunawan, 2013). Karena penelitiannya yang mendalam dan menyeluruh, penelitian studi kasus juga mempunyai batasan-batasan tertentu agar proses penelitiannya terfokus dan jelas. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Dalam penelitian mengenai “Peranan Komunikasi Interpersonal Pemimpin Dalam Mempertahankan Motivasi Kerja Karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran”, penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data primer (observasi dan wawancara) dan data sekunder (jurnal, studi kepustakaan dan buku ilmu komunikasi). Analisis data dilakukan untuk dapat menarik kesimpulan–kesimpulan. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data dari Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Menurut Punch dalam buku yang berjudul Penelitian Komunikasi Kualitatif (Pawito, 2007), teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen, yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions). Setelah menganalisis data, langkah selanjutnya adalah memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat atau tidak. Cara mengetahui keabsahan data yang ada yaitu dengan menguji hasil yang telah didapat. Dalam penelitian ini akan digunakan pengecekan data dengan Triangulasi Sumber.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komunikasi interpersonal menurut Kathleen S. Varderber (dalam Budyatna dan Gainem, 2011) adalah merupakan proses di mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tangggung jawab secara timbal balik dalam menciptakan makna. Pada dasarnya pemimpin merupakan penanggung jawab atas segala aspek kegiatan yang berada di dalam perusahaan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan sampai dengan pengawasan yang melibatkan komunikasi interpersonal di dalamnya (Sunyoto, 2013). Dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui komunikasi interpersonal dan interaksi yang teralin antara pemimpin dan karyawan di PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran, peneliti terlebih dahulu meneliti gaya kepemimpinan pemimpin dan pola komunikasi organisasi yang digunakan di Divisi Pemasaran. Berikut pembahasannya: a.
Gaya Kepemimpinan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dapat dilihat bahwa gaya kepemimpinan pemimpin Divisi Pemasaran bersifat demokrat. Adapun Abdullah Masmuh dalam buku Komunikasi Organisasi (2008) menjelaskan tipe gaya kepemimpinan demokrat sebagai berikut: 1. Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pimpinan. 2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. 3. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pemberian tugas ditentukan kelompok. 4. Pemimpin adalah objektif atau “fact minded dalam memberikan pujian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa dalam jiwa semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan. Dari keempat ciri-ciri gaya demokrat yang dikemukakan oleh Abdullah Masmuh (2008), ciriciri tersebut hampir memiliki kesamaan dengan gaya kepemimpinan pemimpin di Divisi Pemasaran. Meskipun pada dasarnya perusahaan telah menetapkan tugas setiap karyawan dalam SKO (Sasaran Kinerja Objektif) dan RKA (Rencana Kerja dan Anggaran) berikut dengan schedule dan batas waktu penyelesaian tugas, pemimpin di Divisi Pemasaran selalu tetap memberikan kebebasan untuk para karyawannya dalam berpendapat dan mendiskusikan segala sesuatunya terkait pekerjaan, baik itu perihal konsep perencanaan project sampai dengan pelaksanaan dan penyelesaiannya. Meskipun pengambilan keputusan berada di tangan pemimpin sebagaimana hak dan kewajibannya, akan tetapi pendapat karyawan tetap menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. b.
Pola Komunikasi Organisasi Berdasarakan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat dilihat bahwa PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera menggunakan dua jenis pola komunikasi organisasi, yaitu pola komunikasi formal dan informal. Hal ini sesuai dengan bentuk-bentuk komunikasi yang di utarakan oleh Purwanto (2006) bahwa pola komunikasi secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu saluran komunikasi formal (downward communication, upward communication, horizonal communication, diagonal communication) dan saluran komunikasi informal. Berdasarkan gaya kepemimpinan pemimpin pada PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera yang bersifat demokrat dan penerapan pola komunikasi organisasi yang cenderung kepada pola komunikasi organisasi informal, maka dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal, interaksi dan hubungan antarpribadi yang terjalin antara pemimpin dan karyawan di Divisi Pemasaran terjalin dengan baik sehingga timbul suasana kekeluargaan di dalamnya. Selain itu meskipun penerapan pola komunikasi informal lebih dominan digunakan, penerapan pola komunikasi organisasi formal tetap berlaku di Divisi Pemasaran. Hal tersebut dimaksudkan agar segala bentuk kegiatan dan tujuan perusahaan dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan perusahaan.
Sunyoto (2013) memberikan pandangannya bahwa komunikasi interpersonal yang efektif di dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan komitmen perusahaan serta motivasi kerja karyawan. Devito (2011) mengatakan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang
dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality). Dari kelima kualitas umum efektifitas komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Devito dalam buku Komunikasi Antar Manusia (2011), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran, keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness) dan kesetaraan (equality) sangat terlihat dari komunikasi dan hubungan yang terjalin antara pemimpin dan karyawan di Divisi Pemasaran. a. eterbukaan (Openness) Pemimpin dan karyawan di Divisi Pemasaran selalu mengupayakan keterbukaan informasi. Di PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran memiliki sebuah rutinitas yang dilakukan di pagi hari sebelum melaksanakan kegiatan, yaitu doa dan briefing pagi. Pada kesempatan di briefing pagi pemimpin dan karyawan diberikan kebebasan dalam berbicara, berpendapat dan menyampaikan informasi mengenai pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Hal tersebut dimaksudkan agar komunikasi dapat terjalin dengan baik dan dapat mengembangkan pola pikir team Divisi Pemasaran. Beberapa masukan-masukan yang diberikan pemimpin maupun karyawan dijadikan sebagai alat pengembangan diri. Keterbukaan komunikasi antara pemimpin dan karyawan juga diharapkan dapat menghindari kemungkinan terjadinya konflik internal. b. mpati (Empathy) Berempati adalah turut merasakan sesuatu yang orang lain rasakan. Hubungan kekeluargaan antara pemimpin dan karyawan di Divisi Pemasaran sangat terlihat. Hal tersebut dapat terlihat dari apabila salah satu karyawan di Divisi Pemasaran mengalami musibah, maka team Divisi Pemasaran ikut serta dalam berbela sungkawa. Hal tersebut sudah menjadi sebuah tradisi di Divisi Pemasaran. c. ikap Mendukung (Supportiveness) Divisi Pemasaran di PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera terbagi menjadi empat bagian, yaitu Marketing Komunikasi, Strategi Riset dan Pengembangan, D.P. Banccasurance dan D.P. Konvensional. Meskipun terbagi menjadi empat bagian dan memiliki tugas masing-masing, sikap mendukung antara satu dengan yang lainnya sangat terlihat. Dengan adanya sikap mendukung tersebut diharapkan segala kegiatan dan tujuan perusahaan dapat tercapai serta terhindarnya dari kemungkinan terjadinya konflik internal. d. ikap Positif (Positiveness) Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi yang pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Dengan adanya sikap positif, membuat komunikasi antara pemimpin dan karyawan di Divisi Pemasaran menjadi lebih efektif. e.
Kesetaraan (Equality) Dalam setiap situasi, tentunya terdapat ketidaksetaraan, sama hal nya di Divisi Pemasaran. Di Divisi Pemasaran terdapat beberapa perbedaan antara individu satu dan yang lain, seperti perbedaan jabatan, usia, keahlian dan semacamnya. Akan tetapi segala perbedaan tersebut tidak menjadi suatu hal yang dapat memicu terjadinya konflik. Karena terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya dari pemimpin dan masing-masing karyawan untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif sangat baik sehingga dapat menghasilkan hubungan antarpribadi yang baik antara satu dengan yang lain. Devito (2011) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal yang efektif dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi.
Tentunya dalam melakukan kegiatannya, setiap manusia di dasari oleh motivasi. Motivasi menjadi sangat penting karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Malayu, 2005). Pendekatan hubungan secara personal merupakan salah satu strategi pemimpin PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran dalam mempertahankan motivasi kerja karyawannya. Hubungan antarpribadi yang terjalin dengan baik antara pemimpin dan karyawan dipercaya dapat memotivasi karyawan. Dikarenakan karakteristik dan kebutuhan dari masing-masing karyawan berbeda, oleh karena itu pemimpin berupaya untuk mendekatkan diri dan mencoba memahami kebutuhan dari masing-masing karyawannya dengan menjaga komunikasi interpersonal yang baik di antara keduanya. Dengan terjalinnya komunikasi interpersonal yang baik maka akan mengarah pada hubungan antarpribadi yang harmonis. Dengan demikian pemimpin dapat lebih mudah untuk menetapkan dan menentukan strategi-strategi tertentu untuk membentuk sikap dan memotivasi karyawannya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti kepada karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera ditemukan bahwa faktor kebutuhan merupakan faktor yang mendorong motivasi kerja karyawan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Abraham Maslow dalam teorinya yaitu Teori Hierarki Kebutuhan, bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dikarenakan manusia merupakan makhluk hidup yang keinginannya tak terbatas dan alat motivasinya adalah kepuasan yang belum terpenuhi serta kebutuhan-kebutuhan lain yang berjenjang. Adapun pembagian tingkatan hierarki kebutuhan manusia dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktulitas diri (Siagian, 2012). Motivasi dapat dilihat dan didorong dari kebutuhan individu tersebut, karena pada umumnya setiap orang yang bekerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu penting bagi seorang pemimpin untuk memahami kebutuhan yang menjadi prioritas karyawannya, selanjutnya tugas pemimpin adalah untuk mengarahkan dan membentuk sikap karyawannya untuk mencapai tujuannya, yaitu kebutuhan hidup. Seperti apa yang dikemukakan oleh Bapak Daniel B. S. Wiguna S.Ikom., M.Si selaku Informan Ahli dalam penelitian ini, bahwa sebaik-baiknya motivasi adalah motivasi yang memenuhi kebutuhan. Pembentukan sikap untuk memotivasi karyawan dilakukan pemimpin Divisi Pemasaran dengan cara berkomunikasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Effendy (2007) bahwa setiap proses komunikasi yang dilakukan pasti memiliki tujuan, yaitu untuk perubahan sikap, perubahan opini, perubahan perilaku dan perubahan sosial. Dengan alat komunikasi, maka dapat mempermudah pemimpin untuk memotivasi karyawannya. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal memiliki peranan dalam mempertahankan motivasi kerja karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran, karena komunikasi interpersonal tanpa memiliki tujuan untuk memotivasi hanya akan menjadi sebuah perbincangan antar individu dan tidak memiliki peranan apapun dalam memotivasi.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya sebagai hasil pembahasan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan gaya kepemimpinan pemimpin pada PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran yaitu kepimpinan demokrat dan penerapan pola komunikasi organisasi yang cenderung kepada pola komunikasi informal, maka dapat dilihat bahwa komunikasi interpersonal, interaksi dan hubungan antarpribadi yang terjalin antara pemimpin dengan karyawan di Divisi Pemasaran terjalin dengan sangat baik sehingga timbul suasana kekeluargaan di dalamnya. Selain itu meskipun penerapan pola komunikasi informal lebih dominan digunakan, penerapan pola komunikasi formal juga tetap berlaku di Divisi Pemasaran. Hal tersebut dimaksudkan agar segala bentuk kegiatan dan tujuan perusahaan dapat berjalan dan tercapai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan perusahaan.
2.
Pendekatan hubungan secara personal merupakan salah satu strategi pemimpin dalam memotivasi karyawan PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran. Hubungan antarpribadi yang terjalin dengan baik antara pemimpin dan karyawan dipercaya dapat mempertahankan motivasi kerja karyawan. Dikarenakan karakteristik dan kebutuhan masing-masing setiap karyawan berbeda, oleh karena itu penting bagi pemimpin untuk selalu berupaya mendekatkan diri kepada karyawannya dengan menjaga komunikasi interpersonal yang baik dengan karyawannya. Dengan terjalinnya komunikasi interpersonal yang baik maka akan mengarah kepada kedekatan hubungan antarpribadi. Dengan demikian pemimpin dapat lebih mudah untuk menetapkan dan melakukan strategi-strategi tertentu untuk mengarahkan, membentuk sikap dan memotivasi karyawannya sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-masing karyawan. Oleh karena itu penting bagi pimpinan untuk berusaha memahami jenis kebutuhan mana yang menjadi prioritas karyawannya untuk selanjutnya mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan, yaitu kebutuhan hidupnya.
SARAN PRAKTIS 1.
2.
3.
Disarankan kepada pemimpin PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran, meskipun dengan adanya hubungan kekeluargaan antara pemimpin dengan karyawan, disarankan pemimpin untuk dapat lebih konsisten dan bijaksana dalam menyikapi karyawan agar segala kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat terlaksanakan dan terselesaikan sebagaimana mestinya, Untuk mempertahankan dan meningkatkan motivasi kerja karyawan, diharapkan kepada pemimpin PT. Asuransi Jiwa BRIngin Jiwa Sejahtera Divisi Pemasaran untuk selalu menjaga komunikasi dan kedekatan hubungan antarpribadi secara personal kepada karyawannya dengan memperhatikan hal-hal kecil yang berhubungan dengan personal karyawan sehingga karyawan merasa lebih diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Untuk meminimalisir terjadinya hambatan dalam proses kerja yaitu konflik, disarankan pada seluruh anggota tim Divisi Pemasaran baik pemimpin maupun karyawan untuk saling menyesuaikan satu sama lain. Penggunaan kalimat yang efektif dalam tiap interaksi yang dilakukan akan menguranggi kesalahpahaman dan meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik.
SARAN AKADEMIS 1.
2.
Untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai pengaruh daripada komunikasi interpersonal diharapkan untuk lebih banyak melakukan penelitian dengan metode kualitatif. Agar penelitian bukan hanya menghasilkan penjelasan berupa ukuran besar dampak, akan tetapi lebih kepada bagaimana menjelaskan proses terbentuknya suatu dampak. Sehingga diharapkan dapat lebih bermanfaat, baik untuk perusahaan terkait maupun untuk umum. Disarankan untuk para peneliti selanjutnya menggunakan landasan konseptual dan teori pendukung yang tepat sehingga dapat memudahkan proses penelitian karya ilmiah.
REFERENSI Buku: Aw, S. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Basrowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Budyatna, M., & Gainem, L. M. (2011). Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Bungin, M. Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Devito, A, Joseph. (2011). Komunikasi Antar Manusia. Tangerang: Karisma. DeVito, A.J. (2013). The Interpersonal Communication Book. 13th ed. England: Pearson Education Limited. Effendy, Uchjana Onong. (2007). Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Fahmi, I. (2013). Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung: Alfabeta. Fajar, Marhaeni, (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Fremont, E. Kast & James E. Rosenzweig. (2007). Organisasi dan Manajemen (Penerjemah A. Hasymi Ali). Jakarta: Bumi Aksara. Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Hasibuan, Malayu. (2005). Manajemen Sumber (Ed. Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Kriyantono, Rachmat. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Masmuh, Abdullah. (2008). Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang: UMM PRESS. Morissan. (2009). Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Muhammad, Arni. (2009). Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana, Deddy. (2014). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pace, R. Wayne., Don F. Faules. (2013). Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pawito. (2007). Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pelangi Aksara. Purwanto, Djoko. (2006). Komunikasi Bisnis. Jakarta: Erlangga. Rivai, V. & Mulyadi, D. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ruslan, R. (2010). Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi (Vol. V). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Siagian, S.P. (2012). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudaryono.(2014). Leadership Teori Dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Lentera Ilmu Cendikia. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sunyoto, D. (2013). Teori, Kuisioner dan Proses Analisis Data Perilaku Organisasional. Yogyakarta: CAPS (Center Of Academic Publishing Service). Suprapto, Tommy. (2006). Pengantar Teori Dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media Pressindo.
West, R., & Turner, C.H. (2010). Introducing Communication Theory. Fourth Edition. Singapore: Mc. Graw, Hill. Wiryanto.(2006). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jurnal: Andiyani L. (2013). Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin Terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan (Kasus Pada Nilai-Nilai Dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta). (http://e-journal.uajy.ac.id/) Sudarto, Lubis S., Hidayat P. (2009). Pengaruh Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan PT WESTFALIA Indonesia. (http://portalgaruda.org/) Utami, S. P. (2015). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kinerja Karyawan Pada Biro Perjalanan Swasta “Panen Tour”. (http://e-journal.jurwidyakop3.com/) Siburian, T. A. (2013). The Effect of Interpersonal Communication, Organizational Culture, Job Satisfaction, and Achievement Motivation to Organizational Commitment of State High School Teacher in the District Humbang Hasundutan, North Sumatera, Indonesia. International Journal of Humanities and School Science, 3 (12): 247-264. (http://www.ijhssnet.com/) Iskandar, A. M. (2012). The Effective of Interpersonal Communication Intensity of The Academic Counselor Toward The Student Learning Motivation in STIKes Mega Rezky Makassar. (http://niu.edu/international/)
RIWAYAT PENULIS Adinda Oktafiani, lahir di kota Jakarta pada 8 Oktober 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Marketing Communications peminatan Public Relations pada tahun 2015.