ANALISA KINERJA WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015 Gita Anistya Sari F44110052
ABSTRAK GITA ANISTYA SARI. Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method. Dibimbing oleh MEISKE WIDYARTI. Tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan proyek semakin tinggi sehingga untuk keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek. Manajemen proyek menjadi kunci utama keberhasilan proyek yang berpegang pada tiga kendala yaitu biaya, mutu dan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja waktu dengan PDM (metode preseden diagram). Metode ini merupakan salah satu teknik penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (activity on node). Pengendalian waktu dengan PDM dilakukan berdasarkan analisa jalur kritis. Pengambilan data dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur berupa jadwal rencana dan realisasi. Hasil analisis kinerja waktu didapat pekerjaan yang mengalami keterlambatan. Keterlambatan maksimal terjadi pada sub pekerjaan pelapis lantai basement 2 (pekerjaan arsitektur) dengan selisih start -39 hari dan selisih finish -32 hari dari jadwal rencana. Kurangnya koordinasi dan komunikasi merupakan faktor dominan penyebab keterlambatan. Hal ini menunjukkan bahwa PDM tidak dimanfaatkan dengan optimal. Secara keseluruhan pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kata kunci: PDM, jalur kritis, kinerja waktu, manajement proyek
ABSTRACT GITA ANISTYA SARI. Analysis of Time Performance In Budhi Asih Hospital Building Project, East Jakarta Using Precedence Diagram Method. Supervised by MEISKE WIDYARTI. Difficulty level for managing and running a project increased so that project management needs to be applied. Project management is the key success of a project, consists of triple constrain which are cost, quality and time. The purpose of this research is to analyze the performance of time with PDM (precedence diagram method). This method is one of Network Planning or network plan scheduling technique which included in the classification of AON (activity on node). Time management with PDM is based on the critical path analysis. The datas of this research took from Budhi Asih Hospital Building Project in East Jakarta, consist of activity plan schedule and realization plan schedule. As a result, time performance analysis show a belated project. Maximum delay occurs in the 2nd basement floor coating work with start difference up to 39 days and finish difference up to 32 days from the scheduled plan. Lack of coordination and communication is a significant factor causing the delay. It means that the PDM is not utilized optimally. However, overall work is completed in accordance with a predetermined time. Keywords: PDM, critical path, time performance, project management
ANALISA KINERJA WAKTU PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT BUDHI ASIH, JAKARTA TIMUR MENGGUNAKAN PRECEDENCE DIAGRAM METHOD
GITA ANISTYA SARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang dengan bantuan dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Juni 2015 adalah manajemen konstruksi, dengan judul Analisa Kinerja Waktu Pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur Menggunakan Precedence Diagram Method. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Meiske Widyarti, M. Eng selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan juga penulis sampaikan kepada PT Adhi Karya yang telah membantu dalam proses pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua serta seluruh rekan-rekan SIL 48 atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Gita Anistya Sari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Manajemen Proyek Konstruksi
2
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek
3
Precedence Diagram Method
4
Jalur dan Kegiatan Kritis
4
METODE
5
Waktu dan Tempat
5
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
7
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013
8
Analisis Kinerja Waktu
9
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
23
RIWAYAT HIDUP
38
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang mengalami keterlambatan 7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi.
8 10 11 14 16 16 19
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Prinsip fungsional manajemen proyek Ketergantungan biaya, mutu dan waktu Node kegiatan PDM Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur Lokasi penelitian Diagram alir prosedur penelitian Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur basement 2 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP, ground tank, Sewage pit. Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan keterlambatan maksimal Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan keterlambatan minimal Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan elektrikal dengan keterlambatan maksimal Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan elektrikal dengan keterlambatan minimal Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi
2 3 4 5 5 7 12 13 13 15 15 18 18 19
DAFTAR LAMPIRAN 1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung 2 Kondisi lokasi penelitian 3 Hasil pengolahan jadwal rencana dan realisasi
23 24 25
PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membutuhkan manajemen di berbagai bidang karena keterpaduan antara teknologi yang dipakai dan manajemen yang diterapkan akan membuahkan hasil atau produk yang optimum, salah satunya di bidang proyek konstruksi. Seiring dengan perkembangan penduduk dan kemajuan ekonomi, tingkat kesulitan untuk mengelola dan menjalankan sebuah proyek juga semakin tinggi sehingga untuk keluar dari masalah tersebut dibutuhkan manajemen proyek yang baik. Manajemen proyek yang baik menjadi kunci utama keberhasilan proyek pembangunan yang berpegang pada tiga kendala (triple constrain) yaitu biaya, mutu dan waktu. Keterkaitan waktu dalam pelaksanaan proyek konstruksi perlu mendapat perhatian serius untuk menghindari keterlambatan proyek. Dalam mengurangi resiko keterlambatan proyek dapat dilakukan pemilahan metode pelaksanaan dan jadwal yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimum. Secara langsung hal ini juga dapat mengurangi terjadinya pembengkakan biaya proyek serta pada akhirnya memberikan keuntungan bagi kontraktor sebagai penanggungjawab pelaksanaan proyek. Performa yang kurang baik dalam ketepatan waktu banyak dijumpai pada pelaksanaan proyek saat ini. Oleh karena itu, salah satu metode yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan waktu pelaksanaan adalah precedence diagram method (PDM) dengan perangkat lunak Microsoft Project. Metode ini dapat mendeteksi sedini mungkin terjadinya keterlambatan waktu pelaksanaan sehingga dapat dilakukan antisipasi dan langkah-langkah yang tepat agar proyek selesai tepat waktu. Kegiatan pengendalian proyek dengan PDM bertujuan untuk mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan dengan analisa jalur kritis. Semakin sedikit jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah proyek, semakin sedikit biaya yang diperlukan. Untuk itu, pengoptimalan ketersediaan cadangan waktu dapat menjadi solusi agar kegiatan proyek tidak terlambat.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana teknik mengidentifikasi keterlambatan proyek ? 2. Bagaimana mengetahui pekerjaan kritis ? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keterlambatan?
2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menyusun kinerja waktu proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur menggunakan perangkat lunak Microsoft Project 2013 dan menentukan pekerjaan yang bersifat kritis dan tidak kritis. 2. Menganalisis pekerjaan-pekerjaan yang mengalami keterlambatan atau kemajuan. 3. Menentukan faktor-faktor penyebab keterlambatan.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja waktu pada suatu proyek pembangunan, khususnya pada pembangunan gedung.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan terhadap manajemen kinerja waktu pada proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur. 2. Analisis dan evaluasi terhadap kinerja waktu hanya dilakukan terhadap 4 (empat) lantai dengan precedence diagram method (PDM) menggunakan perangkat lunak Microsoft Project 2013.
TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi Fungsi dari manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisasi, melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien agar tercapai tujuan proyek secara optimal. Sumber daya yang dialokasikan dalam proyek pembangunan terdiri dari sumber daya manusia (manpower), sumber daya peralatan (machiners), sumber daya bahan bangunan (material), sumber daya modal (money) dan metode yang digunakan (method). Prinsip fungsional manajemen proyek ditunjukkan pada Gambar 1.
Manajemen proyek
Fungsi manajemen proyek: Planning Organizing Actuating Monitoring Controlling
Output: Waktu Biaya Sumber Daya Mutu
Gambar 1 Prinsip fungsional manajemen proyek
3 Penerapan manajemen proyek pada sebuah pembangunan ditujukan untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan sumber daya yang terbatas dapat diperoleh hasil maksimal dalam hal kecepatan, penghematan, dan keselamatan kerja secara komperhensif. Untuk pencapaian hasil yang maksimal diperlukan pengendalian mutu (Quality Control), pengendalian biaya (Cost Control) dan pengendalian waktu pelaksanaan (Time Control). Menurut Soeharto (1997), sasaran proyek yang merupakan tiga kendala (triple constrain) dalam proyek memiliki hubungan yang saling tarik-menarik. Artinya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tetapi ingin mempertahankan kualitas, maka pembiayaan akan naik. Sebaliknya jika ingin mempercepat waktu konstruksi tapi tidak mau menaikkan penbiayaan maka kualitas tidak mungkin dipertahankan. Ketiga hubungan tersebut disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Ketergantungan biaya, mutu dan waktu (Dipohusodo 1996)
Sistem Manajemen dan Kinerja Waktu Proyek Manajemen waktu pada proyek konstruksi merupakan proses pengaturan, pengawasan dan pengendalian jadwal dalam kegiatan proyek. Pengendalian manajemen proyek yang terencana akan menghasilkan potensi dalam berbagai hal sesuai sasaran (Kerzner 1995). Standar kinerja waktu ditentukan dengan merujuk seluruh tahapan kegiatan proyek beserta durasi dan penggunaan sumber daya (Mulatama 2012). Sistem manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Penjadwalan proyek digunakan untuk mengontrol aktivitas proyek setiap harinya. Menurut Clogh dan Sears (1991), aspek-aspek manajemen waktu merupakan proses yang saling berurutan satu dengan lainnya. Aspek-aspek tersebut berupa penjadwalan proyek, mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan realisasi proyek, menentukan akibat yang ditimbulkan oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan realisasi proyek pada akhir penyelesaian proyek, merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat yang ditimbulkan dari perbandingan tersebut, serta memperbaharui kembali penjadwalan proyek.
4 Sistem manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode kurva S, barchart, network planning, dan kurva earned value. Penggunaan metode tersebut memberikan hasil yang perlu dievaluasi dan dikoreksi agar kinerja waktu berjalan sesuai rencana. Pertimbangan penggunaan metode-metode tersebut didasarkan atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penyelesaian proyek (Husen 2010).
Precedence Diagram Method Precedence Diagram Method (PDM) merupakan salah satu teknik penjadwalan Network Planning atau rencana jaringan kerja yang termasuk dalam klasifikasi AON (activity on node). Dalam PDM, kegiatan dituliskan di dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan. Informasi yang terdapat dalam node sama seperti pada CPM (critical path method) berupa durasi, nomor kegiatan, deskripsi kegiatan, early start (ES), early finish (EF), late start (LS), late finish (LF) dan float yang terjadi (Lenggogeni 2013). Di dalam kotak terkadang dibuat kolom kecil sebagai tempat mencantumkan tanda persen (%) penyelesaian pekerjaan. Kolom ini akan membantu mempermudah mengamati dan memonitor progres pelaksanaan kegiatan (Setiyanto 2010). Hubungan antar kegiatan dalam metoda ini ditunjukkan oleh sebuah garis penghubung yang dapat dimulai dari kegiatan kiri ke kanan atau dari kegiatan atas ke bawah.
Gambar 3 Node kegiatan PDM Keterangan: ES (Earliest Start): waktu mulai paling awal suatu kegiatan. EF (Earliest Finish): waktu selesai paling awal suatu kegiatan. LS (Latest Start): waktu paling akhir kegiatan boleh mulai. LF (Latest Finish): waktu paling akhir kegiatan boleh selesai. TF (Total Float): waktu sebuah aktifitas dapat ditunda pelaksanaannya tanpa menunda durasi total dari sebuah proyek (Fadjar 2009). FF (Free Float): waktu yang tersedia tanpa mempengaruhi status awal.
Jalur dan Kegiatan Kritis Jalur dan kegiatan kritis PDM mempunyai sifat yang sama dengan CPM begitu juga dengan prinsip perhitungannya. Perhitungan tersebut terdiri dari perhitungan maju dan perhitungan mundur. Menurut Sanjaya & Sahrizal (2010), perhitungan maju menghasilkan ES, EF dan kurun waktu penyelesaian proyek
5 dengan cara diambil angka ES terbesar pada kegiatan terdahulu (predecessor) dan waktu awal dianggap nol. Sedangkan perhitungan maju dapat menentukan LS, LF, kurun waktu float dengan cara diambil angka LS terkecil (lebih dari satu kegiatan bergabung). Jika nilai float adalah nol atau (ES=LS), (EF=LF) maka pekerjaan tersebut bersifat kritis. Kegiatan-kegiatan dalam proyek diklasifikasikan menjadi kegiatan kritis dan kegiatan nonkritis (Arifudin 2010). Apabila salah satu kegiatan kritis mengalami keterlambatan maka penyelesaian seluruh pekerjaan juga akan terlambat (Yunus & Wartinah 2013).
Gambar 4 Contoh jalur kritis dengan perhitungan maju dan perhitungan mundur
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juni 2015. Pengambilan data dilakukan di proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih, Jakarta Timur. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara intensif bersama pembimbing skripsi di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Gambar 5 Lokasi penelitian
6 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur. Data tersebut berupa jadwal rencana dan realisasi kegiatan, kurva S rencana dan realisasi, bar chart serta laporan kegiatan proyek pembangunan.
Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seperangkat komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak Microsoft Project 2013, Microsoft Excel 2010 dan Microsoft Word 2010.
Prosedur Analisis Data 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain: Persiapan penelitian Tahap persiapan dilakukan untuk penentuan lokasi penelitian, penentuan data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian dan dilakukan penginstalan program Microsoft Project 2013. Pengumpulan Data Penelitian Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data jadwal kegiatan proyek pembangunan (jadwal rencana, jadwal realisasi pembangunan dan laporan harian serta mingguan). Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013 Pengolahan data dilakukan dengan menginput jadwal rencana dan realisasi proyek pada Microsoft Project 2013 serta menentukan pekerjaan bersifat kritis. Membandingkan Jadwal Rencana dan Realisasi Kegiatan Pada tahap ini dilakukan perbandingan realisasi kegiatan terhadap kesesuaian kegiatan pembangunan yang telah ditetapkan berdasarkan jadwal rencana dan realisasi selama proyek berlangsung. Menganalisis Kinerja Waktu Analisis dilakukan dengan menentukan kesesuaian waktu kegiatan realisasi dengan waktu kegiatan rencana proyek yang dianalisis berdasarkan jalur kritis menggunakan PDM serta menentukan apakah terjadi keterlambatan atau kemajuan dalam kinerja waktu pada proyek pembangunan. Analisis hanya dilakukan pada 4 (empat) lantai yaitu basement 2, basement 1, lantai 1, lantai 2, lantai 3 dan lantai 4. Menentukan Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Pada tahapan ini, penelitian difokuskan untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pada proyek pembangunan dan diberikan tindakan perbaikan terhadap keterlambatan tersebut. Penyusunan Laporan Akhir
Prosedur pelaksanaan penelitian dirangkum dalam bentuk diagram alir yang disajikan pada Gambar 6.
7 Persiapan Penelitian Pengumpulan Data
Jadwal rencana
Jadwal realisasi
Pengolahan Data Jadwal Rencana dan Realisasi Pekerjaan (Ms. Project 2013)
Menganalisis Kinerja Waktu (Membandingkan Y kesesuaian waktu a kegiatan)
Ya
Tidak Menganalisis Faktor Penyebab Keterlambatan
Tindakan Perbaikan Terhadap Keterlambatan
Penyusunan Laporan Gambar 6 Diagram alir prosedur penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian mengenai manajemen waktu dilakukan pada pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih di Jakarta Timur dengan menggunakan analisis jalur kritis berupa PDM. Pembangunan ini merupakan proyek pengembangan dari gedung lama yang memiliki luasan sebesar 13760,08 m2 dan terdiri dari 12 lantai yaitu 2 lantai untuk basement, 1 lantai mezzanine, 8 lantai utama dan 1 lantai atap. Pengerjaan bangunan dilakukan berdasarkan pembagian zona. Zona 1 dan zona 2 merupakan bangunan utama untuk menjalankan operasional pemakaian gedung rumah sakit. Jembatan yang menghubungkan gedung lama dan gedung baru berada pada zona 3. Zona 4 hanya terdapat dari lantai dasar hingga lantai 3
8 sedangkan RAMP berada pada zona terpisah. Kondisi dari gedung ini sudah mencapai 100%. Pembagian zona dan kondisi gedung disajikan dalam Lampiran 2 dan 3.
Pengolahan Data Menggunakan Microsoft Project 2013 Pengolahan data dilakukan dengan program Microsoft Project 2013. Program ini dirancang untuk membantu manajer proyek dalam menentukan rencana, menetapkan sumber daya untuk pekerjaan, pengawasan kemajuan, pengelolaan anggaran, dan menganalisis beban kerja (Yunus & Wartinah 2013). Program ini memiliki kemampuan untuk membuat jadwal dalam bentuk lintasan kritis. Pengolahan data dilakukan atas beberapa tahap. Tahap pertama, dijalankan program Microsoft Project 2013 dan dilakukan pengaturan tanggal mulai pembangunan sesuai dengan kalender kerja. Pengaturan kalender ditujukan untuk menentukan hari kerja, waktu kerja dan hari libur. Pada proyek ini dimulai tanggal 9 Desember 2013 dengan waktu kerja jam 8.00-12.00 WIB, 13.00-17.00 WIB (7 hari kerja). Namun pada realisasinya jam kerja terkadang ditambah untuk memenuhi target. Proyek ditargetkan selesai selama 360 hari. Tahap kedua, dilakukan pengisian jadwal rencana pembangunan berupa daftar pekerjaan, tanggal mulai dan selesai pekerjaan, serta durasi pekerjaan. Data rencana (master schedule) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Master schedule pembangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih Durasi Jenis Pekerjaan Start Finish (days) 0 Mon 9/12/13 Mon 9/12/13 Start Pekerjaan persiapan fisik 150 Mon 9/12/13 Sun 7/5/14 Pekerjaan struktur 190 Sat 21/12/13 Sat 28/6/14 Pekerjaan arsitektur 208 Thu 24/4/14 Mon 1/12/14 Pekerjaan interior 108 Sat 9/8/14 Mon 24/11/14 Pekerjaan sarana dan prasarana 112 Tue 12/8/14 Mon 1/12/14 Pekerjaan rehabilitasi gedung 112 Tue 12/8/14 Mon 1/12/14 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal 208 Thu 24/4/14 Mon 1/12/14 Pekerjaan non Konstruksi 120 Mon 9/12/13 Mon 7/4/14 0 Wed 3/12/14 Wed 3/12/14 Finish Tahap ketiga, diinput data predecessor dan successor yang digunakan untuk membuat hubungan antar pekerjaan sehingga akan terbentuk suatu keterkaitan pekerjaan satu dengan yang lainnya. Terakhir, menampilkan pekerjaan kritis dan lintasan kritis. Pekerjaan kritis merupakan pekerjaan yang berpengaruh terhadap waktu penyelesaian proyek (Irawan 2008). Output yang didapat dari penggunaan Microsoft Project 2013 berupa diagram yaitu gant chart dan network diagram. Hasil pengolahan jadwal rencana dengan Microsoft Project 2013, diidentifikasi terdapat pekerjaan yang bersifat kritis, yaitu: 1. Pembersihan lapangan (pekerjaan persiapan)
9 2. Demobilisasi peralatan dan alat berat (pekerjaan persiapan) 3. Pondasi bored pile dan souldier pile (pekerjaan struktur) 4. Galian tanah basement ( pekerjaan struktur lantai basement 2) 5. Pile cap dan slab (pekerjaan struktur lantai basement 2) 6. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 2) 7. Balok dan Plat (lantai basement 1) 8. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai basement 1) 9. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 1) 10. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai Mezzanine) 11. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 2) 12. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 3) 13. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 3) 14. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 4) 15. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 4) 16. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 5) 17. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 5) 18. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 6) 19. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 6) 20. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 7) 21. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 7) 22. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai 8) 23. Kolom, dinding dan shear wall (pekerjaan struktur lantai 8) 24. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap) 25. Kolom (pekerjaan struktur lantai atap) 26. Balok dan Plat (pekerjaan struktur lantai atap dan tangga) 27. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai 8) 28. Dinding dan plesteran (pekerjaan arsitektur lantai atap) 29. Pelapis lantai homogenous (pekerjaan arsitektur lantai 8) 30. Plafond gypsum board (pekerjaan arsitektur lantai 8) 31. Kusen, daun pintu dan jendela (pekerjaan arsitektur lantai atap) 32. Sanitair (pekerjaan arsitektur lantai 8) 33. Pengecatan (pekerjaan arsitektur lantai atap) Pekerjaan kritis tersebut akan saling berhubungan sehingga membentuk suatu lintasan kritis. Dalam jaringan kerja terkadang ditemukan lebih dari satu jalur kritis. Menurut Pranam et al. (2014), jalur kritis memerlukan perhatian maksimal dari pengelola proyek, terutama pada periode perencanaan dan implementasi pekerjaan yang bersangkutan, misalnya dengan memberikan prioritas utama dalam alokasi sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan penyedia. Kegiatan kritis dari suatu proyek umumnya kurang dari 20% total pekerjaan (Soeharto 1997) sehingga memberikan perhatian lebih dan dianggap tidak akan mengganggu kegiatan lain jika direncanakan dengan baik. Analisis Kinerja Waktu Pada pembangunan ini diidentifikasi terjadi perbedaan pelaksanaan dilapangan dengan rencana yang disepakati, terdapat beberapa pekerjaan pembangunan yang dikerjakan lebih lambat dan terdapat beberapa pekerjaan yang
10 dikerjakan lebih awal dari rencana. Analisis kinerja waktu dilakukan terhadap 4 lantai mulai dari basement 2 - lantai 4. Berikut hasil analisis kinerja waktu : Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan Pekerjaan yang tidak mengalami keterlambatan ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Pekerjaan persiapan dan pekerjaan struktur yang tidak terlambat Nama No Jenis Pekerjaan Pekerjaan 1. Pekerjaan 1. Pembersihan lapangan 9. Penyediaan listrik kerja persiapan (kritis) (kritis) 2. Pengukuran, dan 10. Mobilisasi peralatan dan pemasangan bowplank alat berat 3. Pagar sementara 11. Demobilisasi peralatan 4. Kantor direksi dan alat berat (kritis) 5. Kantor dan gudang 12. Pondasi TC 6. Barak pekerja 13. Dewatering 7. Pessenger hoist (kritis) 14. Cleaning pit 8. Penyediaan air kerja 15. Anti rayap (kritis) 2. Pekerjaan 1. Pondasi bored pile dan c. Lantai 1 struktur souldier pile (kritis) d. Lantai mezzanine 2. Pile cap dan slab e. Lantai 2 basement 2 (kritis) f. Lantai 3 (kritis) 3. Balok dan plat : g. Lantai 4 (kritis) a. Basement 1 (kritis) 5. Tangga: b. Lantai 1 (kritis) a. Basement 2 c. Lantai mezzanine b. Basement 1 (kritis) c. Lantai 1 d. Lantai 2(kritis) d. Lantai mezzanine e. Lantai 3 (kritis) e. Lantai 2 f. Lantai 4(kritis) f. Lantai 3 4. Kolom, dinding, SW: g. Lantai 4 a. Basement 2 (kritis) 6. Ramp: b. Basement 1 (kritis) a. Basement 1 b. Lantai 1 c. Lantai mezzanine d. Lantai 2 e. Lantai 3 f. Lantai 4 Hasil analisis kinerja waktu menunjukkan bahwa pelaksana telah melakukan pekerjaan diatas sesuai dengan jadwal rencana pembangunan dan memperhatikan kegiatan yang bersifat kritis selama pekerjaan berlangsung, sehingga pekerjaan diatas berjalan dengan baik dan tepat waktu. Pekerjaan persiapan dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan pessenger hoist dan pondasi TC dengan selisih finish +4 hari dari rencana. Artinya pekerjaan ini selesai 4 hari lebih awal dari rencana. Sedangkan untuk perkerjaan struktur
11 dengan kemajuan maksimal terjadi pada pekerjaan ramp di lantai 4 dengan selisih finish +6 hari dari rencana. Perkembangan pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur dan rentang durasi penyelesaian disajikan pada Lampiran 3. Selain pekerjaan diatas, terdapat pekerjaan lain yang tidak mengalami keterlambatan yaitu beberapa pekerjaan arsitektur dan interior. Pekerjaan tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Pekerjaan arsitektur dan pekerjaan interior yang tidak terlambat Nama No Jenis Pekerjaan Pekerjaan 1. Pekerjaan 1. Pekerjaan pelapis 7. Plafond spandrel arsitektur lantai homogenous: lantai 1 a. Lantai 1 8. Pekerjaan kusen, b. Lantai mezzanine daun pintu, jendela: c. Lantai 2 a. Basement 2 d. Lantai 3 b. Basement 1 e. Lantai 4 c. Lantai 1 2. lantai parkit: Lantai d. Lantai 2 mezzanine 3. Rise floor : Lantai e. Lantai 2 mezzanine f. Lantai 3 4. Pelapis dinding g. Lantai 4 sandwitch panel 9. Pekerjaan sanitair: system: a. Lantai 2 a. Lantai 1 b. Lantai 3 b. Lantai 2 10. Pengecatan: c. Lantai 3 a. Basement 2 d. Lantai 4 b. Basement 1 5. Plafond gypsum: c. Lantai 1 a. Lantai 1 d. Lantai b. Lantai 3 mezzanine c. Lantai 4 e. Lantai 2 6. Plafond calsiboard: f. Lantai 3 a. Basement 2 g. Lantai 4 b. Basement 1 11. Pekerjaan railing c. Lantai 2 tangga,void 2. Pekerjaan 1. Pekerjaan kayu halus interior 2. Pekerjaan dinding praktisi: a. Lantai 1 b. Lantai 2 c. Lantai 3 d. Lantai 4 3. Pekerjaan pintu utama 4. Pekerjaan sarana dan prasarana Pekerjaan diatas yang memiliki rentang waktu penyelesaian lebih cepat adalah pekerjaan kayu halus dan dinding praktisi pada pekerjaan interior. Rentang waktu penyelesaian dari kedua pekerjaan tersebut adalah kurang 29 hari dari
12 rencana. Pekerjaan yang diselesaikan lebih awal akan memberikan keuntungan bagi pelaksana (Messah 2013). Perkembangan pekerjaan arsitektur, pekerjaan interior dan rentang durasi penyelesaian dapat ditinjau pada Lampiran 3. Pekerjaan yang mengalami keterlambatan Pekerjaan yang terlambat terjadi pada pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non konstruksi. Pekerjaan persiapan yang tidak sesuai dengan rencana adalah sewa tower crane dan genset. Hal ini menunjukkan bahwa pada pekerjaan persiapan berjalan kurang baik, namun karena pekerjaan sewa tower crane tidak bersifat kritis, sehingga tidak berpengaruh terhadap waktu penyelesaian pekerjaan persiapan seluruhnya. Untuk mengatasi hal ini perlu koordinasi yang baik dengan bagian penyedia alat. Perkembangan pekerjaan persiapan disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan persiapan Berdasarkan Gambar 7 ditunjukkan bahwa pada pekerjaan sewa tower crane terjadi keterlambatan dengan selisih start -9 dan selisih finish -6, artinya pekerjaan tersebut selesai lebih 6 hari dari rencana. Keterlambatan disebabkan karena tower crane digunakan secara bergantian, selain itu adanya kerusakan pada tower crane menyebabkan waktu yang ditargetkan dipergunakan untuk perbaikan. Pekerjaan struktur yang mengalami keterlambatan terjadi pada pekerjaan galian tanah dan urugan tanah basement 2. Keterlambatan ditunjukkan berdasarkan Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan bahwa pada pekerjaan galian tanah terjadi keterlambatan dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari. Sedangkan pada pekerjaan urugan tanah terjadi keterlambatan dengan selisih finish -6 hari. Faktor penyebab keterlambatan tersebut karena di basement 2 terdapat sambungan pipa PDAM yang banyak terpasang sehingga menjadi kendala dalam proses galian dan urugan tanah terutama ketika alat berat yang digunakan untuk galian dan urugan tanah bersinggungan dengan pipa PDAM tersebut.
13
Gambar 8 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur basement 2 Keterlambatan pada galian dan urugan tanah di basement 2 menyebabkan pekerjaan STP (Sewage Treatment Plant), pekerjaan ground tank dan pekerjaan Sewage pit terlambat. Hal ini terjadi karena pekerjaan galian dan urugan basement 2 bersifat kritis yang memiliki jaringan pekerjaan dengan pekerjaan STP, pekerjaan ground tank dan Sewage pit. Keterlambatan tersebut disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pada pekerjaan struktur STP, ground tank, sewage pit. Berdasarkan Gambar 9 ditunjukkan bahwa terjadi keterlambatan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pihak kontraktor tidak memperhatikan schedule karena pekerjaan kritis yang mengalami keterlambatan sangat mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan lain. Seharusnya jika terjadi kondisi seperti ini dilakukan perhatian lebih pada pekerjaan yang bersifat kritis dan dilakukan percepatan penyelesaian pada pekerjaan berikutnya. Pekerjaan lainnya yang mengalami keterlambatan disajikan dalam Tabel 4 dan 6. Pada Tabel 4 dapat ditinjau bahwa pekerjaan-pekerjaan tersebut berjalan tidak sesuai rencana. Hal ini menunjukkan pekerjaan arsitektur berjalan kurang baik pada pembangunan. Keterlambatan dapat ditinjau pada Gambar 10 dan 11.
14 Tabel 4 Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan No Nama Jenis Pekerjaan Pekerjaan 1. Pekerjaan dinding a. Basement 2 e. Lantai 2 dan pelesteran b. Basement 1 f. Lantai 3 c. Lantai 1 g. Lantai 4 d. Lantai mezzanine 2. Pekerjaan a. Basement 1 waterproofing b. Lantai 1 c. Lantai 2 d. Lantai 3 e. Lantai 4 3. Pekerjaan pelapis a. Basement 2 (floor hardener, homogenous lantai tile, keramik) b. Basement 1 (floor hardener, homogenous tile, keramik) c. Lantai 2 (lantai vynil) d. Lantai 3 (lantai vynil) e. Lantai 4 (lantai vynil) f. Lantai 1 (lantai vynil) 4. Pekerjaan pelapis a. Basement 2 (homogenous tile, homogenous dinding granit, cubicle kamar mandi) b. Basement 1 (homogenous tile, homogenous granit, cubicle kamar mandi) c. Lantai mezzanine (pekerjaan pelapis dinding homogenous tile, homogenous granit, cubicle kamar mandi) d. Lantai 1 (pekerjaan pelapis dinding homogenous tile, homogenous granit, cubicle kamar mandi) e. Lantai 2 ((pekerjaan pelapis dinding homogenous tile, homogenous granit, cubicle kamar mandi) f. Lantai 3 (pekerjaan pelapis dinding homogenous tile, homogenous granit, cubicle kamar mandi) g. Lantai 4 (pekerjaan pelapis dinding homogenous tile, homogenous granit) 5. Pekerjaan plafond a. Basement 2 (gypsum board, calsiboard, expose) b. Basement 1 (gypsum board, calsiboard, expose) c. Lantai 1 (gypsum board, expose) d. Lantai 2 (gypsum board, calsiboard, expose) e. Lantai 3 (gypsum board, calsiboard, expose) f. Lantai 4 (gypsum board, calsiboard, expose) 6. Pekerjaan sanitair a. Basement 2 c. Lantai 1 b. Basement 1
15
Gambar 10 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan keterlambatan maksimal Berdasarkan Gambar 10, hasil analisis diketahui adanya keterlambatan maksimal pada pekerjaan pelapis lantai basement 2 yaitu dengan selisih start -39 hari dan selisih finish -32 hari. Namun, keterlambatan tersebut tidak berpengaruh pada aktivitas keseluruhan pekerjaan arsitektur karena pekerjaan pelapis lantai basement 2 tidak berada pada lintasan kritis. Sedangkan untuk pekerjaan dengan keterlambatan minimal terjadi pada pekerjaan dinding dan plesteran lantai mezzanine, tepatnya pekerjaan plesteran. Pekerjaan tersebut memiliki selisih start 0 hari dan selisih finish -2 hari. Keterlambatan minimal disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan arsitektur dengan keterlambatan minimal Pekerjaan arsitektur yang mengalami keterlambatan disebabkan karena beberapa faktor yang disajikan dalam Tabel 5. Menurut Najafabadi (2013), keterlambatan pelaksanaan proyek menyebabkan konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah. Begitu juga yang terjadi pada pembangunan ini, keterlambatan pelaksanaan menyebabkan kerugian bagi pemilik dan kontraktor. Kontraktor harus
16 mempercepat pekerjaan dengan menambah jam kerja. Penambahan jam kerja dilakukan kontraktor pada pekerjaan struktur untuk antisipasi terjadinya keterlambatan. Namun, penambahan jam kerja menyebabkan biaya pengeluaran lebih besar karena diperlukan biaya tambah untuk upah pekerja.
No. 1.
2.
3.
4.
Tabel 5 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan arsitektur Jenis Faktor Keterlambatan Solusi Pekerjaan Pekerjaan 1. Terlambatnya penyediaan 1. Mempercepat dinding dan material bata ringan karena kedatangan pelesteran terlambat dipesan. material. 2. Terdapat pekerjaan tangga 2. Harus lebih yang terlambat karena terjadi memperhatikan kesalahan pemasangan jadwal pelaksanaan bordes akibat jumlah anak pekerjaan. tangga tidak sesuai sehingga 3. Menambah mempengaruhi pekerjaan pengawasan yang dinding. ketat di lapangan. 3. Tenaga kerja yang kurang bertanggung jawab. Pekerjaan Pemilihan material Harus dilakukan waterproofing waterproofing untuk di kamar koordinasi yang baik mandi belum disetujui owner. antara owner dengan kontraktor dan harus memperhatikan jadwal. Pekerjaan Persetujuan material seperti Harus dilakukan pelapis lantai keramik lantai, homogenous koordinasi yang lebih dan dinding tile dan homogenous granit baik lagi antara pihak dinding yang belum disetujui owner dengan kontraktor, oleh owner mengenai jenis, harus lebih warna, pola, ukuran, merk memperhatikan jadwal yang menyebabkan material pelaksanaan pekerjaan terlambat dipesan. dan mempercepat kedatangan material. Pekerjaan 1. Terdapat pekerjaan 1. Harus lebih plafond dinding dan plesteran memperhatikan yang belum selesai, jadwal pelaksanaan keterlambatan karena pekerjaan. pekerja. 2. Perlunya peningkatan 2. Keterlambatan datangnya pengawasan yang plafond gypsum dan ketat terhadap pekerja calsiboard. dilapangan. 3. Harus mempercepat kedatangan material.
17 No. Jenis Pekerjaan 5. Pekerjaan sanitair
Faktor Keterlambatan 1. Keterlambatan pengiriman material pipa. 2. Keterlambatan karena pemasangan jaringan pipa oleh sub-kontraktor.
Solusi 1. Harus dilakukan koordinasi yang lebih baik dengan pihak penyedia bahan sehingga pengiriman akan selalu tepat waktu. 2. Harus bekerja dengan lebih memperhatikan jadwal pelaksanaan dan memberikan pengawasan yang lebih ketat di lapangan.
Selain pekerjaan arsitektur, terdapat pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi yang mengalami keterlambatan. Pekerjaan tersebut disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta non-konstruksi yang mengalami keterlambatan No. Nama Jenis Pekerjaan Pekerjaan 1. Pekerjaan a. Sistem plumbing mekanikal b. Sistem fire fighting c. Sistem gas medis d. Sistem pneumatic tube e. Sistem tata udara dan ventilasi mekanis f. Sistem transportasi dalam g. Gandola 2. Pekerjaan a. Sistem listrik dan penangkal petir elektrikal b. Sistem diesel generating set c. Sistem pengindera api d. Sistem tata suara e. Sistem teknologi informasi dan komunikasi f. Sistem sirquit close televition (CCTV) g. Sistem nurse call h. Sistem antrian poly 3. Pekerjaan a. Penambahan daya nonb. Line telepone 10 line konstruksi c. Penyambungan air PAM Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut berjalan dengan tidak baik, karena semua pekerjaan pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi mengalami keterlambatan. Pekerjaan tersebut tidak berada pada lintasan kritis sehingga, keterlambatan tidak
18 berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek. Perkembangan pekerjaan mekanikal dan elektrikal disajikan dalam Gambar 12.
Gambar 12 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan elektrikal dengan keterlambatan maksimal. Pada Gambar 12 dapat ditinjau pekerjaan dengan keterlambatan maksimal yaitu pekerjaan sistem transportasi dalam gedung (pekerjaan mekanikal) dengan selisih start pekerjaan +2 hari dan selisih finish -28 hari. Artinya pekerjaan tersebut dimulai lebih awal 2 hari namun mengalami keterlambatan dengan waktu penyelesaian lebih 28 hari dari rencana. Keterlambatan ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan pekerjaan mekanikal lain yang mengalami keterlambatan. Sedangkan pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang mengalami keterlambatan minimal terjadi pada pekerjaan mekanikal berupa pekerjaan sistem plumbing dengan selisih start -4 hari, fire fighting dan fire supression dengan selisih start +2 hari, serta pekerjaan gas medis, pneumatic tube, tata udara dan ventilasi dengan selisih start -18 hari. Pekerjaan tersebut memiliki selisih finish yang sama yaitu -2 hari. Selain itu, semua pekerjaan elektrikal memiliki keterlambatan minimal dengan selisih finish -2 hari. Pekerjaan ini disajikan pada Gambar 13.
Gambar 13 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan mekanikal dan elektrikal dengan keterlambatan minimal.
19 Keterlambatan pada pekerjaan elektrikal disebabkan pekerjaan sebelumnya yaitu pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai terlambat 18 hari dari jadwal rencana. Pekerjaan elektrikal dan pekerjaan dinding bata ringan basement 2 memiliki hubungan start to start yang artinya pekerjaan elektrikal tidak dapat dimulai sebelum pekerjaan dinding bata ringan basement 2 dimulai. Oleh karena itu, pekerjaan elektrikal juga terlambat dimulai selama 18 hari dari jadwal rencana (Gambar 13). Beberapa faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan ini disajikan pada Tabel 7.
Gambar 14 Perbandingan jadwal rencana dan realisasi pekerjaan non-konstruksi. Berdasarkan Gambar 14 dapat ditinjau bahwa semua pekerjaan nonkonstruksi mengalami keterlambatan dengan selisih start 0 hari dan selisih finih -6 hari. Keterlambatan terjadi karena beberapa faktor pengaruh yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Faktor-faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi. Nama Pekerjaan Faktor Penyebab Keterlambatan Solusi Pekerjaan 1. Ventilasi mekanik ,gas medis, 1. Penambahan jam mekanikal dan material untuk pemasangan kerja dan tenaga elektrikal pneumatic tube dan pompa serta kerja pada minggu pipa untuk instalasi plumbing, berikutnya dan instalasi fire fighting dan fire mempercepat supression terlambat dalam kedatangan alat. pengiriman. 2. Harus lebih 2. Adanya perbaikan saluran dan memperhatikan relokasi pipa. jadwal pelaksanaan. 3. Terjadi genangan di lokasi proyek karena hujan sehingga menyebabkan pemasangan pipa untuk saluran terkendala. Pekerjaan non1. Birokrasi terhadap pihak PAM 1. Perlu dilakukan konstruksi dan PLN lama. koordinasi yang baik 2. Untuk sambungan pipa dibagian pihak-pihak lain bawah cukup banyak sehingga yang terlibat. waktu yang ditargetkan kurang. 2. Harus memperhatikan pelaksanaan pekerjaan.
20 Jika ditinjau berdasarkan bobot pekerjaan, keterlambatan terjadi pada bulan 6 – bulan 11. Hal ini selaras dengan hasil identifikasi menggunakan PDM dimana pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai rencana adalah pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember. Keterlambatan dengan perbedaan bobot yang signifikan terjadi pada bulan 11 mencapai -8,37%. Namun, pada bulan ke-12 pelaksanaan kegiatan proyek dapat mengejar keterlambatan sehingga total bobot kumulatif pada bulan 12 telah mencapai 100% artinya pelaksanaan kegiatan proyek telah selesai. Kondisi ini diperoleh kontraktor dengan mempercepat pekerjaan tepatnya dengan cara mempercepat penyelesaian pada pekerjaan kritis. Beberapa pekerjaan yang dilakukan pada bulan 12 adalah pekerjaan pengecatan dari lantai 6-lantai atap, pekerjaan sarana dan prasarana teridiri dari pekerjaan finishing kanopi, finishing tangga trap halaman, pekerjaan pagar, finishing dinding GWT, pekerjaan perkerasan jalan dan parkir, finishing pekerjaan luar, bangunan pos jaga, serta pekerjaan penghijauan. Selain itu pekerjaan yang dilakukan pada bulan 12 juga ditambah dengan pekerjaan rehabilitasi pada gedung lama dimulai dengan pekerjaan pembongkaran dilanjutkan dengan pekerjaan pasangan dinding. Hasil analisis kinerja waktu secara keseluruhan menunjukkan bahwa penyebab keterlambatan waktu pelaksanaan proyek didominasi pada kontraktor terutama pada aspek kesiapan atau penyiapan sumber daya dan material serta aspek perencanaan dan penjadwalan pekerjaan. Aspek kesiapan material dipengaruhi karena proses pemesanan material konstruksi yang tidak dilakukan sesuai rencana serta ketergantungan alat yang digunakan secara bergantian. Penyebab lainnya, keterlambatan oleh pemilik proyek terutama pada aspek sistem organisasi, koordinasi dan komunikasi serta aspek lingkup dan dokumen pekerjaan. Salah satunya, pemilik proyek terlambat dalam menyetujui jenis material pelapis lantai dan dinding pada pekerjaan arsitektur yang menyebabkan keterlambatan pemesanan material. Hal ini menjunjukkan terjadi kurangnya koordinasi dan komunikasi sehingga waktu pelaksanaan tidak terkontrol. Penyebab keterlambatan pada pembangunan ini memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismael (2013), keterlambatan pada umumnya terjadi karena beberapa faktor yaitu pencapaian spesifikasi, ketersediaan material, sumber daya manusia tidak memadai, keterlambatan alat, sistem pengendalian proyek dan metoda pelaksanaan. Beberapa faktor tersebut merupakan kendala yang sering terjadi di lokasi proyek. Oleh karena itu, penerapan fungsi manajemen kontruksi (planning, organizing, actuating, monitoring, controlling) dalam pelaksanaan proyek adalah hal yang penting untuk menunjang keberhasilan proyek. Keterlambatan ini tidak akan terjadi jika dilakukan perencanaan dengan baik. Seharusnya, pada proses perencanaan dan penjadwalan proyek, kontraktor perlu memahami semua faktor yang melatarbelakangi pembuatan jadwal proyek diantaranya identifikasi aktivitas-aktivitas proyek, estimasi durasi aktivitas, penyusunan rencana kerja proyek, penjadwalan aktivitas proyek, peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat, serta penerapan jadwal. Solusi lain untuk menanggulangi keterlambatan ini diperlukan koordinasi yang lebih baik lagi dengan bagian mekanikal, elektrikal, penyedia material serta pemilik proyek agar tidak terjadi keterlambatan yang signifikan. Adanya
21 keterlambatan tersebut tidak menyebabkan waktu penyelesaian seluruh pekerjaan terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan proyek telah mencapai sasaran sesuai dengan schedule.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari penelitian ini adalah: 1. Hasil penyusunan jadwal rencana dan realisasi pada Microsoft Project 2013 didapat pekerjaan yang bersifat kritis terdiri dari pekerjaan persiapan, pekerjaan struktur dan pekerjaan arsitektur. 2. Hasil analisis kinerja waktu diketahui adanya pekerjaan kritis yang mengalami keterlambatan yaitu pada pekerjaan galian dan urugan tanah basement 2 (pekerjaan struktur) dengan selisih start -1 hari dan selisih finish -7 hari dari jadwal rencana. Sedangkan pekerjaan non-kritis terdiri dari pekerjaan arsitektur, pekerjaan mekanikal dan elektrikal serta pekerjaan non-konstruksi. keterlambatan maksimal terjadi pada sub pekerjaan pelapis lantai basement 2 (pekerjaan arsitektur) dengan selisih start -39 hari dan selisih finish -32 hari dari jadwal rencana. 3. Faktor dominan penyebab keterlambatan adalah pelaksanaan manajerial di proyek ini kurang memperhatikan schedule sehingga keterlambatan beberapa pelaksanaan pekerjaan terjadi dan komunikasi dengan pihak-pihak terkait kurang terlaksana dengan baik.
Saran Proyek selanjutnya diharapkan dapat lebih memperhatikan schedule pelaksanaan pekerjaan. Sehingga kemungkinan terjadinya keterlambatan sangat kecil.
DAFTAR PUSTAKA Arifudin R. 2010. Optimasi penjadwalan proyek dengan penyeimbangan biaya menggunakan kombinasi CPM dan algoritma genetika. Informatika. 2(4). Clough, Richard H. And Sears, Glenn A. 1991. Construction Project Management. Canada: John Willey & Sons Inc. Dipohusodo S. 1996. Manajemen Proyek dan Konstruksi. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. Fadjar. 2009. Aplikasi metode hubungan tumpang tindih pada network diagram preseden. SMARTEK. 7(3): 166 – 175. Husen A. 2010. Manajemen Proyek. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Irawan B. 2008. Peningkatan Kualitas Metode I-J dan PDM dengan Pendekatan Metode Penjadwalan Berdasarkan Progress pada Penjadwalan Proyek
22 Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat [jurnal]. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Depok (ID). Ismael. 2013. Keterlambatan proyek konstruksi gedung faktor penyebab dan tindakan pencegahan. Momentum. 17(1): 46-55. Kerzner, Harold. 1995. Project Management : A System Approach to Planning, Schedulling and Controlling. Van Nostrand Reinhold. New York. Lenggogeni, M.T. 2013. Manajemen Konstruksi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset. Messah, Lona, Sina. 2013. Pengendalian waktu dan biaya konstruksi sebagai dampak dari perubahan desain. Teknik Sipil. 2(2): 121-132. Mulatama, Bayu. 2012. Analisis Kinerja Waktu Pada Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan Dengan Menggunakan Metode Jalur Kritis (Studi Kasus : Proyek X Oleh PT. ABC) [Skripsi]. Bogor. IPB. Najabafadi, & Pimplikar. 2013. The significant Causes and effects of delays in Ghadir 2206 residential project. IOSR-JMCE[internet]. [diunduh 2015 Juny 18]; 7(4): 75-81. Tersedia pada: www.iosrjournals.org Pranam, Khalibat M, Sudharsan . 2014. A Comparison study between event chain methodology and critical path method in the construction industry. IJRDET [internet].[diunduh 2015 Juny 4]; 2(4): 69-73. Tersedia pada: www.ijrdet.com. Setiyanto, Djoko. 2010. Metode Diagram Preseden. Fakultas Teknik. Bandung. Unikom. Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasional. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Yunus, & Wartinah. 2013. Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Research Centre Universitas Tadulako Dengan Menggunakan Microsoft Project. infrastruktrur. 3(1).
23 Lampiran 1 Pembagian zona pengerjaan bangunan Gedung Rumah Sakit Budhi Asih
24 Lampiran 2 Kondisi lokasi penelitian
(a) Perbaikan saluran dan relokasi pipa
(b) Lokasi proyek tergenang air hujan
(c) Relokasi kabel TM-PLN.
(d) Pemasangan tulangan kolom.
(e) Pekerjaan struktur basement 2.
(f) Kondisi gedung rumah sakit 100%
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Cianjur pada tanggal 17 April 1993 dari ayah Surya Hidayat dan Ibu Sulasih. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyeleseikan pendidikan dasar di SD Negeri Bojongherang, kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 1 Cianjur pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas diselesaikan penulis pada tahun 2011 di SMA Negeri 1 Cianjur, dan pada tahun yang sama diterima di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknlogi Pertanian (BEM-F) periode 2012/2013, sebagai staf Departemen Bisnis dan Kewirausahaan. Selanjutnya menjadi bagian dari pengurus Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL) periode 2013/2014, sebagai staf Departemen khusus. Pada bulan Juni-Agustus 2014. Penulis melaksanakan turun lapang pada kegiatan IPB Goes To Field (IGTF) di Nganjuk dengan program Pemetaan dan irigasi. Selanjutnya penulis juga melaksanakan praktik lapang di proyek pembangunan Jalan Tol CikampekPalimanan (Cipal) di Kalijati-Subang, Jawa Barat dengan judul laporan “Pekerjaan Stressing Box Girder Jembatan Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Cikampek-Palimanan” dibawah bimbingan Dr. Ir. Meiske Widyarti, M. Eng.