ANALISA KETIDAKSESUAIAN PERSYARATAN CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPB-IRT) UNTUK MEMINIMASI KONTAMINASI PRODUK ROTI (Studi Kasus : Perusahaan X) THE ANALYSIS OF INCOMPLIANCE AGAINST THE QUALIFICATION OF CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (CPPBIRT) TO MINIMIZE BREAD PRODUCT CONTAMINATION (CASE STUDY : Company X) Amanda Cahayani Sonaru1), Arif Rahman2), Ceria Farela Mada Tantrika3) Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia E-mail :
[email protected]),
[email protected] 2),
[email protected])
Abstrak Penelitian ini menganalisa mengenai ketidaksesuaian kondisi di Perusahaan X terhadap persyaratan dari pedoman Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT) dikeluarkan oleh BPOM pada tahun 2012 yang berisi 14 aspek yang terdiri dalam beberapa elemen aspek. Berdasarkan analisa di Perusahaan X dan berdasarkan hasil identifikasi yang masuk da lam kategori minor, mayor, serius, dan kritikal terdapat 11 aspek. Berdasarkan hasil analisa ditemukan 3 sub aspek dari 2 aspek yang masuk dalam kategori serius dan 9 sub aspek dari 5 aspek yang masuk dalam kategori kritikal. Terhadap kategori serius dan kritikal dengan didapatkan permasalahan-permasalahan utama yaitu permasalahan toilet, permasalahan karyawan yang sakit, permasalahan wastafel (tempat cuci tangan), permasalahan tempat sampah, permasalahan peralatan, dan permasalahan kebiasaan karyawan. Semua permasalahan tersebut dicari penyebabnya dengan menggunakan Root Cause Analysis (RCA). Usulan perbaikan yang diberikan terhadap masing-masing permasalahan tersebut diantaranya adalah perbaikan Tata Letak Fasilitas dengan menggunakan metode Systematic Layout Planning (SLP), pelatihan, pembuatan Peraturan Rutin Karyawan Produksi dan Standard Operating Procedure Kebersihan di Area Produksi, penghapusan karat rak roti tawar matang dan pelapisan permukaan rak dengan cat. Setelah dilakukan upaya –upaya perbaikan yang memperhatikan faktor keamanan pangan, kontaminasi pada produk olahan roti dapat diminimalkan. Kata kunci : Analisa Ketidaksesuaian, Kontaminasi Produk, Cara Pengolahan Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT), Root Cause Analysis (RCA)
1. Pendahuluan Definisi mutu adalah sebagai “Fitness for use” yang berarti suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan (Juran, 1988). Pengendalian mutu adalah pengukuran kinerja produk, membandingkan standar dan spesifikasi produk, serta melakukan tindakan koreksi bila ada penyimpangan. Tiga langkah utama dalam pengendalian mutu adalah : (1) menetapkan standar, (2) menilai kesesuaian (mengukur dan membandingkan dengan standar), dan (3) melakukan tindakan koreksi yang diperlukan (Feigenbaum, 1991). Jaminan Mutu adalah seluruh kegiatan terencana dan sistematis yang diterapkan dalam sistem manajemen mutu untuk meyakinkan bahwa suatu produk akan memenuhi persyaratan mutu (Usman, 2008).
Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2012 menetapkan Cara Produksi Pangan yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT). CPPB-IRT merupakan pedoman yang berisi persyaratan-persyaratan pada setiap ruang lingkup/aspek yang wajib dipenuhi oleh produsen pangan olahan industri rumah tangga untuk menghasilkan pangan olahan yang bermutu, aman, dan layak dikonsumsi. CPPBIRT memiliki 14 aspek, yaitu: lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, suplai air atau sarana penyediaan air, fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi, kesehatan dan higienis karyawan, pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi, penyimpanan, pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh 382
penanggung jawab, penarikan produk, pencatatan dan dokumentasi, dan pelatihan karyawan. Pedoman CPPB-IRT terdiri atas empat tingkatan ketidaksesuaian, yaitu : harus, seharusnya, sebaiknya, dan dapat, yang diberlakukan terhadap semua lingkup. Ketidaksesuaian adalah penyimpangan terhadap seperangkat persyaratan CPPB-IRT). Persyaratan “dapat” adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi mutu (wholesomeness) produk, dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian minor. Persyaratan "sebaiknya" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi efisiensi pengendalian keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian mayor. Persyaratan "seharusnya" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan produk, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian serius. Persyaratan "harus" adalah persyaratan yang mengindikasikan apabila tidak dipenuhi akan mempengaruhi keamanan produk secara langsung dan atau merupakan persyaratan yang wajib dipenuhi, dan dalam inspeksi dinyatakan sebagai ketidaksesuaian kritis (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2012). Perusahaan Roti X merupakan perusahaan industri rumah tangga dan saat ini belum menerapkan sistem CPPB-IRT. Oleh karena itu perlu adanya identifikasi kondisi CPPB-IRT disana. Perusahaan Roti X merupakan perusahaan yang memproduksi produk roti industri rumah tangga. Pada saat melakukan obsevasi awal di perusahaan sebagian persyaratan CPPB-IRT belum terpenuhi di perusahaan. Observasi awal mengenai ketidaksesuaian keadaan di perusahaan dengan persyaratan CPPB-IRT dijelaskan pada Tabel 1. CPPB-IRT merupakan pedoman yang persyaratannya harus dipenuhi semua di perusahaan. Oleh karena itu, semua kondisi di perusahaan yang tidak sesuai dengan persyaratan CPPB-IRT harus diidentifikasi dan kemudian dikelompokkan dalam kategori ketidaksesuaian minor, mayor, serius, dan kritikal. Kemudian, dianalisis faktor penyebab permasalahan pada setiap aspek yang masuk dalam kategori ketidaksesuaian serius dan kritikal dengan menggunakan Root Cause
Analysis (RCA). RCA merupakan metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab suatu kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) serta langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) (Ronney dan Heuvel, 2004). Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Rahmi (2008) melakukan penelitian dengan judul Aplikasi Good Manufacturing Practices (GMP), Sanitation Standard Operating Procedures (SSOP) dan Penentuan Titik Kendali pada Produksi Susu Pasteurisasi Koperasi Peternak Bandung Selatan. Pedoman GMP yang digunakan adalah Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) menurut Menteri Perindustrian Nomor 23/MEN-KES/SK/1978. Peneliti menggunakan diagram Ishikawa (diagram sebab akibat). Ratnasari (2012) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbaikan Good Manufacturing Practices (GMP) untuk Meminimasi Kontaminasi terhadap Kualitas Keripik Buah (Studi Kasus PT. Kajeye Food Malang). Ayu Dini Ratnasari mengolah data dengan menggunakan pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (GMP) oleh Permenperin No. 75 Tahun 2012. Tabel
1.
Observasi Awal Ketidaksesuaian Perusahaan Terhadap Persyaratan CPPB-IRT
383
2. Metode Penelitian Pada penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis metode penelitian yang menggambarkan dan menginterpretasi objek secara apa adanya, dan bertujuan untuk mencari penjelasan atas suatu fakta atau kejadian yang sedang berlangsung. 2.1 Langkah – langkah Penelitian Berikut adalah langkah-langkah penelitian yang dilakukan pada penelitian ini: 1. Studi pustaka Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan informasi atau literatur relevan mendukung yang penulisan skripsi ini. 2. Survei pendahuluan Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi real dari obyek yang diteliti. 3. Identifikasi masalah Bagi peneliti identifikasi masalah bertujuan agar mempermudah menentukan masalah penelitiannya. Untuk mempermudah, bisa dilakukan diskusi dengan pihak perusahaan. Dalam identifikasi masalah ini harus lebih hati-hati dalam menentukannya, agar nantinya penyebab terjadinya permasalahan tersebut benar-benar dapat dipecahkan dengan hasil yang cukup baik. 4. Perumusan masalah Setelah masalah diidentifikasikan kemudian dipilih yang sesuai, maka selanjutnya perlu dirumuskan. Masalah yang ada dirumuskan agar dapat lebih mudah menentukan metode yang tepat untuk menyelesaikannya. 5. Penetapan tujuan penelitian Penetapan tujuan penelitian dilakukan agar penelitian dapat fokus terhadap masalah yang akan diselesaikan. 6. Pengambilan data Pengambilan data di Perusahaan Roti X disesuaikan dengan pedoman CPPB-IRT. 7. Pengolahan data a. Penyusunan indikator penilaian Penyusunan indikator penilaian bertujuan untuk mengetahui bagian-bagian aspek yang tidak sesuai dengan pedoman CPPB-IRT.Indikator penilaian ketidaksesuaian terhadap aspek persyaratan, terbagi menjadi lima: 1) Aman adalah keadaan di perusahaan sudah sesuai dengan persyaratan. 2) Minor adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “dapat” dan tingkatan ketidaksesuaian
terhadap persyaratan ”sebaiknya”, “seharusnya” dan “harus” dengan resiko kontaminasi pada produk tidak ada; dan resiko kontaminasi kecil dan ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. 3) Mayor adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “sebaiknya” dan tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “dapat”, “seharusnya”, “harus” dengan resiko kontaminasi kecil dan tidak ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. 4) Serius adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “seharusnya” dan persyaratan “harus” dengan resiko kontaminasi besar tetapi ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. 5) Kritikal adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “seharusnya” dan “harus” dengan resiko kontaminasi besar, tidak ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. b. Penilaian aspek persyaratan CPPB-IRT Penilaian aspek persyaratan CPPBIRTdilakukan dengan menilai aspek yang tidak sesuai dengan persyaratan. c. Pengelompokkan kategori penyimpangan minor, mayor, serius, dan kritikal Mengelompokkan kategori penyimpangan minor, mayor, serius, dan kritikal pada setiap aspek persyaratan dengan observasi. Observasi tersebut dilakukan dengan menangkap hal-hal yang ada di perusahaan. d. Pencarian akar masalah Setelah mengelompokkan kategori penyimpangan minor, mayor, serius, dan kritikal pada setiap aspek persyaratan dengan observasi. Selanjutnya, mengkonfirmasi kebenaran mengenai kategori penyimpangan serius dan kritikal yang didapatkan dari hasil obsevasi dengan pihak perusahaan. Setelah dikonfirmasi kebenarannya oleh pihak perusahaan, kategori serius dan kritikal dicari menggunakan Root Cause Analysis (RCA). 8. Usulan Perbaikan Tahap selanjutnya adalah memberikan alternatif perbaikan yang bukan hanya normatif tetapi praktis. 384
9. Analisa dan Pembahasan Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap hasil-hasil yang diperoleh pada tahap pengolahan data dan usulan perbaikan. Pada tahap ini diberikan usulan-usulan perbaikan yang sesuai. 10.Kesimpulan dan Saran Tahap kesimpulan dan saran merupakan tahap akhir pada penelitian ini. Tahap ini berisi kesimpulan mengenai pengolahan data dan pembahasan yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kesimpulan dan saran diharapkan menjadi masukan kepada pihak Perusahaan Roti X untuk melakukan perbaikan pada kegiatan produksi roti dalam menjamin mutu dan keamanan produksi roti. 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisa CPPB-IRT Di Perusahaan Roti X Analisa tahun 2012 CPPB-IRT dilakukan berdasarkan 14 masing-masing elemen aspek persyaratan yang sudah ditetapkan, aspek-aspek tersebut adalah: 1. Lokasi dan lingkungan produksi 2. Bangunan dan fasilitas 3. Peralatan produksi 4. Suplai air atau sarana penyediaan air 5. Fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi 6. Kesehatan dan higienis karyawan 7. Pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi 8. Penyimpanan 9. Pengendalian proses 10.Pelabelan pangan 11.Pengawasan oleh penanggung jawab 12.Penarikan produk 13.Pencatatan dan dokumentasi 14.Pelatihan karyawan Berdasarkan dari pengamatan dan analisa yang dilakukan. Dari ketidaksesuaian terhadap persyaratan CPPB-IRT di Perusahaan Roti X, sebagian hasil analisa dapat disajikan pada Lampiran 1. Penjelasan dari masing dari masing-masing kolom pada Lampiran 1 adalah: 1. Kolom jenis tingkatan persyaratan CPPBIRT menjelaskan mengenai jenis tingkatan persyaratan CPPB-IRT, yaitu dapat, sebaiknya, seharusnya, dan harus. 2. Kolom penjelasan mengenai tidak terpenuhinya persyaratan menjelaskan mengenai bagaimana kondisi di lapangan terhadap elemen yang diperiksa.
3. Kolom resiko kontaminasi bila persyaratan tidak terpenuhi, menjelaskan mengenai resiko kontaminasi. Isian dapat berupa: a. Tidak ada Bila perusahaan tidak memenuhi persyaratan pada elemen CPPB-IRT yang diperiksa, resiko kontaminasi pada produk tidak ada. b. Kecil Bila perusahaan tidak memenuhi persyaratan pada elemen menjelaskan yang diperiksa, maka resiko kontaminasi pada produk kecil disesuaikan dengan kondisi di perusahaan. c. Besar Bila perusahaan tidak memenuhi persyaratan pada elemen CPPB-IRT yang diperiksa, maka resiko kontaminasi pada produk besar disesuaikan pada kondisi di perusahaan. 4. Kolom jenis kontaminasi menjelaskan mengenai apabila perusahaan tidak memenuhi persyaratan pada elemen CPPBIRT yang diperiksa dan ada resiko kontaminasi kecil maupun besar, maka jenis resiko kontaminasi apa yang akan terkena pada produk olahan adalah: a. Kontaminasi biologi Merupakan jenis kontaminasi dari organisme dan mikroorganisme, sebagai contoh adalah kontaminasi dari bakteri, cacing, spora, ganggang, protozoa, serangga, dan binatang pengerat. b. Kontaminasi kimia Merupakan jenis kontaminasi dari bahan kimia seperti pembersih, insektisida, komponen kimia lain yang beracun. c. Kontaminasi fisik Merupakan jenis kontaminasi yang secara fisik nampak mengkontaminasi produk, dapat berasal dari debu, kotoran, asap kendaraan bermotor, dari serpihan dari permukaan barang. 5. Kolom ada upaya mereduksi kontaminasi menjelaskan mengenai apakah ada upaya untuk menanggulangi kontaminasi yang ada pada produk olahan. Pada kolom ada upaya mereduksi kontaminasi terdapat dua subkolom yaitu iya dan tidak. Sub-kolom iya menjelaskan mengenai ada upaya untuk mereduksi bila kontaminasi ada pada produk olahan sedangkan sub-kolom tidak menjelaskan mengenai tidak adanya upaya untuk mereduksi bila kontaminasi ada pada produk olahan. 385
6. Kolom jenis upaya menjelaskan mengenai bila ada kontaminasi, jenis upaya apa yang dilakukan untuk mereduksi kontaminasi. Contohnya kontaminasi biologi yang yang direduksi melalui proses pemanasan (pengovenan, pengukusan, dan sebagainya). 7. Kolom tingkatan penyimpangan menjelaskan mengenai tingkat kesesuaian dengan persyaratan, yaitu: a. Minor adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan“dapat” dan tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan”sebaiknya”, “seharusnya” dan “harus” dengan resiko kontaminasi pada produk tidak ada, dan resiko kontaminasi kecil tetapi ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. b. Mayor adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “sebaiknya”dan tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “dapat” “seharusnya”, “harus” dengan resiko kontaminasi tidak ada, dan kecil tetapi tidak ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. c. Serius adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan“seharusnya”dan persyaratan “harus” dengan resiko kontaminasi besar tetapi ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. d. Kritikal adalah tingkatan ketidaksesuaian terhadap persyaratan “seharusnya” dan “harus” dengan resiko kontaminasi besar dan tidak ada penanganan untuk mereduksi kontaminasi tersebut. Keterangan : Kategori aman adalah kategori yang tidak menyimpang dari ketentuan CPPBIRT, sehingga tidak disertakan di Lampiran 1. Sedangkan tabel sebagian dari identifikasi kategori penyimpangan minor, mayor, serius, dan kritikal dapat dilihat pada Lampiran 2 dan dalam tabel tersebut yang masuk dalam kategori minor, mayor, serius, kritikal adalah: 1. Minor Kondisi di perusahaan yang masuk dalam kategori minor adalah sebanyak: a. 1 elemen persyaratan dari penyimpanan b. 2 elemen persyaratan dari pengendalian proses c. 1 elemen persyaratan dari pelabelan pangan, d. 1 elemen persyaratan dari pengawasan oleh penanggung jawab.
2. Mayor Kondisi di perusahaan yang masuk dalam kategori mayor adalah sebanyak: a. 1 elemen persyaratan dari lokasi dan lingkungan produksi b. 4 elemen persyaratan dari bangunan dan fasilitas c. 3 elemen persyaratan dari elemen dari fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi d. 8 elemen persyaratan dari pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi e. 1 elemen persyaratan dari pengawasan oleh penaggung jawab f. 2 elemen persyaratan dari pelatihan 3. Serius Kondisi di perusahaan yang masuk dalam kategori serius adalah sebanyak: a. 1 elemen persyaratan dari fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi b. 2 elemen persyaratan dari kesehatan dan higienis karyawan 4. Kritikal Kondisi di perusahaan yang masuk dalam kategori kritikal adalah sebanyak: a. 1 elemen persyaratan dari bangunan dan fasilitas b. 1 elemen persyaratan dari dari fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi c. 1 elemen persyaratan dari peralatan produksi d. 2 elemen persyaratan dari fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi e. 1 elemen persyaratan dari kesehatan dan higienis karyawan f. 3 elemen persyaratan dari pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi Penyimpangan serius dan kritikal diketahui akar permasalahannya dengan menggunakan RCA.
3.2 Analisa Ketidaksesuaian Serius dan Kritikal Dengan Root Cause Analysis (RCA) RCA Ketidaksesuaian Serius & Kritikal di Perusahaan Roti X dapat dideskripsikan dalam beberapa permasalahan yaitu: 1. Permasalahan toilet Permasalahan toilet di Perusahaan Roti X adalah jumlah toilet tidak sebanding dengan banyaknya karyawan, toilet yang diperuntukkan bagi karyawan hanya ada satu yang dipakai sebanyak 53 karyawan 29 pria dan 24 wanita. Toilet tersebut berdekatan dengan tempat penyucian peralatan dimana 386
tempat penyucian tersebut tidak dilengkapi tembok penutup sehingga beresiko mengkontaminasi alat-alat yang dicuci di tempat tersebut, dan beresiko mengkontaminasi produk. 2. Permasalahan karyawan yang sakit Permasalahan karyawan yang sakit ada dua hal, yaitu yang pertama karyawan produksi yang menderita penyakit batuk dan pilek masih diperbolehkan bekerja. Karyawan produksi (karyawan yang bekerja di bidang pangan) yang menderita flu (batuk dan pilek) masih diperbolehkan bekerja disebabkan oleh anggapan bahwa bila karyawan produksi yang sedang menderita penyakit batuk dan pilek sudah menggunakan masker. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mengenai usaha pencegahan terhadap kontaminan. Sedangkan sebab kedua adalah tidak ada peraturan yang melarang karyawan yang sakit untuk bekerja. Permasalahan karyawan sakit yang kedua adalah pengolahan produk tidak terpisah dengan keberadaan karyawan yang disebabkan oleh tidak ada dinding pemisah antara produk olahan dengan keberadaan karyawan. 3. Permasalahan wastafel Permasalahan wastafel yang pertama adalah tidak tersedianya wastafel di area produksi disebabkan oleh keterbatasannya pengetahuan mengenai usaha pencegahan terhadap kontaminan. Permasalahan wastafel yang kedua adalah karyawan bekerja tanpa cuci tangan disebabkan oleh keterbatasannya pengetahuan mengenai usaha pencegahan terhadap kontaminan. 4. Permasalahan peralatan Rak yang sudah berkarat dipakai untuk meletakkan roti tawar yang sudah matang disebakan oleh karat yang ada di rak untuk meletakkan roti tawar yang sudah matang tidak pernah dihilangkan.
5. Permasalahan kebiasaan karyawan Karyawan yang menangani pangan seharusnya mengenakan pakaian kerja yang bersih. Pakaian kerja dapat berupa celemek, penutup kepala, sarung tangan, masker dan atau sepatu kerja disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan mengenai usaha pencegahan terhadap kontaminan. Penyebab kedua adalah tidak ada peraturan yang menegaskan karyawan untuk selalu memakai pakaian kerja.
3.3 Usulan Perbaikan Dari akar permasalahan yang didapatkan dari RCA perbaikan yang diusulkan antara lain adalah: 1. Sebaiknya pihak perusahaan dan karyawan mengikuti kegiatan yang berkaitan untuk meningkatkan pengetahuan (pelatihan) untuk pencegahan terhadap kontaminan terhadap pakar atau pihak/pemerintah yang terkait. 2. Diharapkan pihak perusahaan menyediakan tempat sampah tertutup seperti dustbin di area produksi dan dilapisi plastik besar didalamnya, sehingga plastik yang berisi sampah tersebut yang dibuang di tempat sampah. 3. Rak yang sudah berkarat pada bagian produksi roti tawar dipakai untuk meletakkan roti tawar yangsudah matang harus dihilangkan karatnya dan dilapisi cat yang berbahan aman. Apabila akan digunakan sebagai tempat meletakkan roti tawar matang, di atas rak-rak tersebut diletakkan alas yang aman agar tidak mengkontaminasi roti tawar matang. 4. Penyusunan Standard Operating Procedure Standard Operating Procedure (perintah kerja yang harus diikuti dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu dengan berpedoman pada tujuan yang harus dicapai). Standard Operating Procedure tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.
387
Gambar 1. Standard Operating Procedure Kebersihan di Area Produksi
5. Penyusunan Peraturan Rutin Karyawan Produksi Peraturan Rutin Karyawan Produksi dibuat agar pekerja mengikuti peraturan
yang tertulis agar resiko kontaminasi dapat berkurang. Rancangan Peraturan Rutin Karyawan Produksi tersebut dapat dilihat dalam Gambar 2.
388
Gambar 2. Peraturan Rutin Karyawan Produksi Data Masuk dan Aktifitas
Fase Analisis
2. Activity Relationship
1. Aliran Material
3. Relationship Diagram
4. Kebutuhan Luas Area
5. Luasan Area Tersedia
7. Pertimbangan modifikasi
8. Batasan Praktis
Fase Pencarian
6. Space Relationship Diagram
9. Perancangan Alternatif Tata Letak
Fase Pemilihan
6. Tata Letak Fasilitas Dalam memberikan solusi dalam perbaikan terhadap elemen dari aspek CPPBIRT yang berhubungan dengan tata letak fasilitas di Pabrik Roti X digunakan konsep Tata Letak Fasilitas. Menurut Wignjosoebroto (2003) tata letak fasilitas adalah tata cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan–gerakan material, penyimpanan material (storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personil pekerja dan sebagainya. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Systiematic Layout Planning (SLP). Secara ringkas prosedur pelaksanaan SLP digambarkan pada Gambar 3. a. Tata Letak Fasilitas (layout) awal di Pabrik Roti X pada terdapat pada Gambar 4. b. Masalah yang dapat diperbaiki dengan tata letak fasilitas
10. Evaluasi
Gambar 3. Prosedur Untuk Merencanakan SLP
(Sumber: Wignjosebroto (2003))
389
4m
0,5 m
34
0,5 m
MEJA PEMBUATAN PIE
1,5 m
1m
1m
1,5 m
1m
3
RAK BAHAN BAKU
RAK ROTI TAWAR MATANG
31 1,5 x 2 (m)
0,5 m
MIXER
0,5 m
1m
MEJA DONAT MATANG
1m
RAK PRODUK MATANG
32
2 x 2 (m)
AULA
2 x 2 (m)
30
RAK PERALATAN
28
1m
KOMPOR PENGGORENG DONAT
7m
26
KULKAS
Gambar 4 Layout Awal Perusahaan
LANTAI 2
15 m
2m
RAK PERALATAN
OVEN
OVEN
OVEN
OVEN
RAK BROWNIES MATANG
RAK ROTI TAWAR MATANG
FINISHING
RAK BOLU MATANG
27
MEJA PENGEMASAN
LANTAI 1
1m
2m
MESIN PENIPIS
1,75 m
RAK PRODUK MATANG
2m
1m
7,5 m
RAK PERALATAN
18,75 m
RAK PERALATAN
25
RAK PERALATAN
3, 75 m 4,25 m
KULKAS BAHAN
2m
1m
21 (2x2)m
3m
MEJA PEMBUATAN ADONAN
MIXER
23 (5x2)m + (3x3)m
15 (2x2)m
18 (2x1,5)m
2m
Up
17 (4,5x6)m
14 (2x2)m 11 (2x1,5)m
10 (1x1)m
2m
4 (3x2)m
5 (3x1)m
6 (2x1)m
1,5 m 0,5 m
Alat yang dipakai bersama
Alat yang dipakai oleh tempat produksi pie
Alat yang dipakai oleh tempat produksi donat
Alat yang dipakai oleh tempat produksi roti tawar
Alat yang dipakai oleh tempat produksi brownies
Alat yang dipakai oleh tempat produksi bolu
Alat yang dipakai oleh tempat produksi tart
Alat yang dipakai oleh tempat produksi slice
Arah menuju ke ruang produksi
6m
3 (3x7)m
2 (9x8)m
Area bukan ruang produksi
Jalan raya
Keterangan :
16 (4,5x6)m
9 (3x2)m
8 (2,5x1)m
7 (5x2)m
13 (2x1)m
5m
4m
12 (4x2)m
Gambar 4. Layout Awal Perusahaan
22 (2x2)m
20 (2x1,5)m
TIMBANG BAHAN
7m
KOM POR
0,5 m
RAK PERALATAN
0,5 m
MEJA PEMBENTUKA N DONAT
OVEN
AREA PELETAKKAN BAHAN BAKU
MEJA DAN RAK TOPING PRODUK MATANG FINISHING
FINISHING
RAK ROTI TAWAR MATANG
MEJA PEMBUATAN ROTI TAWAR
OVEN
RAK BAHAN BAKU
MEJA PEMBUATAN PIE
MESIN PENIPIS ADONAN
MESIN PENIPIS ADONAN
AREA MELETAKKAN BAHAN
MESIN PENIPIS ADONAN
MEJA PEMBUATAN ROTI TAWAR
MIXER
OVEN
MEJA TIMBANG BAHAN
KOMPOR
TIMBANG BAHAN
0,75 m
MEJA TOPING DAN FINISHING AREA MELETAKKAN BAHAN
TIMBAN G BAHAN
MEJA PEMBUATAN ADONAN
MEJA TIMBANG BAHAN
TEMPAT MEMBUAT ADONAN MIXER
0,75 m
RAK PERALATAN
MIXER
MIXER
3m
24 GUDANG BAHAN BAKU 2 (9x4,25)m KULKAS BAHAN
KULKAS
KULKAS BAHAN
MEJA
TEMPAT MEMBUAT ADONAN
KOMPOR
RAK TART MATANG
MEJA TIMBANG BAHAN
RAK SLICE MATANG
KULKAS BAHAN
390
1 (4x5) m
4m
28
RAK ROTI TAWAR MATANG
26
KULKAS
RAK PERALATAN
18,75 m
MEJA TOPING DAN FINISHING
25
4,25 m
KULKAS BAHAN
24 GUDANG BAHAN BAK 2 (9x4,25)m
1m
LANTAI 2
34 1m
1m
1,5 m
0,5 m
5,75 m 1m
0,5 m
30 31 2 x 2 (m) 1,5 x 2 (m)
29
12 (4x2)m
4m
1m
32 2 x 2 (m)
1m
17 (4,5x6)m
14 (2x2)m
13 (2x1)m
RAK MEJA RAK PRODUK DONAT BAHAN MATAN MATAN BAKU G G
1m
15 (2x2)m
33 (5,5 x 5) m
23 (5x2)m + (3x3)m
1,5 m
22 21 (2x2)m (2x2)m
0,5 m
MI XE R
MEJA PEMBUATAN ADONAN
3m
Gambar 5. Usulan Perbaikan Layout Perusahaan Gambar 5 Usulan Perbaikan Layout Perusahaan
LANTAI 1
4m
15 m
RAK PERALATAN
OVEN
OVEN
OVEN
RAK BROWNIES MATANG
RAK ROTI TAWAR MATANG
FINISHING
RAK BOLU MATANG
27
OVEN
MIXER
MEJA TIMBANG BAHAN
RAK PERALATA N
9 (3x2)m
4 (3x2)m
5 (3x1)m
6 (2x1)m
2m
2 (9x8)m
3 (3x7)m
6m
Alat yang dipakai bersama
Alat yang dipakai oleh tempat produksi pie
Alat yang dipakai oleh tempat produksi donat
Alat yang dipakai oleh tempat produksi roti tawar
Alat yang dipakai oleh tempat produksi brownies
Alat yang dipakai oleh tempat produksi bolu
Alat yang dipakai oleh tempat produksi tart
20
1,5 m 0,5 m
Alat yang dipakai oleh tempat produksi slice
Arah menuju ke ruang produksi
Area bukan ruang produksi
Jalan raya
Keterangan :
16 (4,5x6)m
11 (2x1,5)m
10 (1x1)m
8 (2,5x1)m
7 (5x2)m
5m
1,5 m
3, 75 m
0,5 m
RAK PERALATA N
1,5 m
7m
2m
FINISHING
RAK ROTI TAWAR MATANG
MEJA PEMBUATAN ROTI TAWAR
OVEN
AREA PELETAKKAN BAHAN BAKU
OVEN
MESIN PENIPIS ADONAN
MESIN PENIPIS ADONAN
TIMBANG BAHAN ME SIN PEN IPIS
RAK PERALATA N
MEJA PEMBUATAN PIE
0,5 m
AREA MELETAKKAN BAHAN
MESIN PENIPIS ADONAN
MEJA PEMBUATAN ROTI TAWAR
MEJA PEMBUATAN ADONAN
0,75 m 0,75 m
1,75 m 1m 2m 2m
RAK MEJA PROD DAN MEJA UK TOPING PENGEMASAN MATA FINISHI NGm NG 7,5 1m OVEN
RAK PRODUK MATAN G MEJA PEMBUATAN PIE
MEJA TIMBANG BAHAN
KOMPOR
7m
3m
Up MI RAK RAK XE BAHA PERA R N LATA BAKU N
K O M P O R
AREA MELETAK KAN BAHAN
TIMBAN G BAHAN
TIMBAN G BAHAN MEJA TIMBANG BAHAN
TEMPAT MEMBUAT ADONAN
MIXER
0,5 m
MIXER
RAK PERALA TAN MEJA PEMBENTU KAN DONAT
KULKAS KULKAS BAHAN
MEJA
TEMPAT MEMBUAT ADONAN MI XE R KULKAS BAHAN
RAK TART MATANG
KOMPOR
RAK SLICE MATAN G
KULKAS BAHAN
KOMPOR PENGGORENG DONAT
391
1 (4x5) m
4m
1) Jumlah toilet untuk karyawan kurang karena hanya terdapat 1 toilet yang digunakan oleh 53 karyawan 29 pria dan 24 wanita. 2) Toilet dekat dengan tempat menyuci peralatan dan tempat produksi slice. 3) Wastafel sebagai tempat menyuci tangan karyawan produksi sama sekali tidak tersedia di toilet maupun di dekat tempat produksi. Penambahan fasilitas wastafel dimaksudkan agar dapat meminimalisir resiko terjadinya kontaminasi silang antara karyawan dengan produk olahan. Wastafel perlu ditambahkan sesuai dengan persyaratan CPPB-IRT, yaitu diletakkan dekat toilet, serta di dalam ruang produksi dengan jumlah sesuai. Maka wastafel yang ditambahkan sebanyak 11 wastafel dengan rincian 3 wastafel di dekat area toilet karyawan wanita, 3 wastafel di dekat area toilet karyawan pria, 4 wastafel di ruangan produksi lantai 1, dan 1 wastafel di dekat area produksi lantai 2, 1 wastafel di depan toilet office. Sarana wastafel dilengkapi dengan sabun, pengeringnya, dan tempat sampah tertutup. Tata Letak Fasilitas (layout) sesudah perbaikan di Pabrik Roti X pada terdapat pada Gambar 5.
4. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari analisa kondisi di Perusahaan (pabrik) Roti X, teridentifikasi beberapa elemen dari 11 aspek yang tidak sesuai terhadap persyaratan CPPB-IRT yaitu lokasi dan lingkungan produksi, bangunan dan fasilitas, peralatan produksi, fasilitas dan kegiatan higienis dan sanitasi, kesehatan dan higienis karyawan, pemeliharaan dan program higienis dan sanitasi, penyimpanan, pengendalian proses, pelabelan pangan, pengawasan oleh penanggung jawab, pencatatan dan dokumentasi serta pelatihan karyawan. 2. Berdasarkan identifikasi ketidaksesuaian terhadap persyaratan CPPB-IRT ada ketidaksesuaian sebanyak 5 minor, 20 mayor, 3 serius, dan 9 kritikal. Yang masuk dalam kategori serius yaitu sarana
toilet tidak terjaga dalam keadaan tertutup, karyawan di bagian produksi pangan ada yang sakit saat bekerja. Elemen yang masuk dalam kategori kritikal yang dapat dijabarkan yaitu mengenai permukaan yang kontak langsung dengan pangan berkarat, tidak tersedianya tempat cuci tangan, tempat sampah tidak tertutup rapat, sampah menumpuk di ruang produksi dan tidak segera ditangani dan dibuang, dan karyawan tidak menyuci tangan dengan sabun sebelum memulai kegiatan mengolah pangan, dan kebiasaan karyawan produksi yang tidak mengenakan pakaian kerja saat sedang bekerja. 3. Berdasarkan hasil dari pencarian akar permasalahan, usulan upaya perbaikan yang memperhatikan persyaratan dari CPPB-IRT, antara lain: a. Dipindahnya toilet jauh dari area produksi agar sumber kontaminasi yang disebabkan oleh dekatnya toilet dengan area produksi dan tempat penyucian peralatan dapat diminimalisir. b. Pelatihan pihak pabrik dan karyawan agar pihak pabrik dan karyawan dapat mengetahui dan menerapkan dari pelatihan tersebut. Hal tersebut dapat mencegah atau meminimalisir kontaminasi produk olahan. c. Perancangan Standard Operating Procedure dan Peraturan Rutin Karyawan Produksi yang akan berpengaruh terhadap tanggung jawab karyawan untuk menjaga keamanan produk olahan. d. Penambahan toilet dan wastafel agar dapat mencegah atau meminimalisir kontaminasi pada produk olahan. e. Menyediakan tempat sampah tertutup seperti dustbin di area produksi dan dilapisi plastik besar didalamnya dan membung sampah setiap 30 menit sekali agar dapat mencegah atau meminimalisir kontaminasi produk olahan.
392
Daftar pustaka Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2012). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan. Feigenbaum, A.V. (1989). Kendali Mutu Terpadu Edisi Ketiga Jilid I (Terjemahan). Jakarta: Erlangga. Juran, J.M. (1988). Juran’s Quality Control Hanbook Fourth Edition. New York: Mc Graw Hill International Editions.
Ratnasari, Ayu Dini., Astuti, Murti., Rahman, Arif. (2012). Analisis Perbaikan Good Manufacturing Practices (GMP) untuk Meminimasi Kontaminasi terhadap Kualitas Keripik Buah (Studi Kasus PT. Kajeye Food Malang). Program Studi Teknik Industri. Malang: Universitas Brawijaya. Ronney, J.J. and Heuvel, L.N.V. (2004). Root Cause Analysis For Beginners. www.cecc.nl/download/fmea/rca4beginners (diakses 17 November 2013). Usman, Husaini. (2008). Manajemen : Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Wignjosoebroto, Sritomo. (2003). Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Surabaya: Guna Widya.
Purnama, Nursya’bani. (2006). Manajemen Kualitas Perspektif Global. Yogyakarta: Ekonisia. Rahmi, Dinni., Maheswari, Rarah., Cyrilla, Lucia. (2008). Aplikasi Good Manufacturing Practices (GMP), Sanitation Standard Operating Procedures dan Penentuan Titik Kendali pada Produksi Susu Pasteurisasi Koperasi Peternak Bandung Selatan. Jurusan Teknologi Hasil Ternak.Bandung: IPB.
393
Lampiran 1.Tabel Sebagian Dari Ketidaksesuaian/Penyimpangan CPPB-IRT Elemen Yang Diperiksa
Jenis Tingkatan Persyaratan CPPB-IRT
Penjelasan Mengenai Tidak Terpenuhinya Persyaratan
Resiko kontaminasi Bila Persyaratan Tidak Terpenuhi Tidak ada
1.
1. a
2. 2. a. 2) b)
LOKASI DAN LINGKUNGAN PRODUKSI Lokasi IRTP dijaga tetap bersih, bebas sampah, bau, asap, kotoran, dan debu. BANGUNAN DAN FASILITAS Lantai selalu dalam keadaan bersih
Seharusnya
Seharusnya
2. a. 3) b)
Dinding selalu dalam keadaan bersih
Seharusnya
2. a. 4) d)
Langit-langit selalu dalam keadaan bersih
Seharusnya
2.a. 6) c)
Jendela dilengkapi dengan kasa pencegah masuknya serangga
Seharusnya
2. a. 7) c)
Lubang angin atau lubang ventilasi dilengkapi kasa
Seharusnya
2. b.1)b)
Di ruang produksi ada tempat untuk menyuci tangan
Seharusnya
Kecil
Jenis Kontaminasi
Besar
Ada upaya Upaya Mereduksi Kontaminasi Iya Tidak
√
Jenis Upaya
Tingkatan Penyimpangan
Minor
Mayor
Lokasi terletak di depan jalan raya. Tetapi ruangan produksi jauh dari jalan raya
√
Lantai bagian produksi bolu kotor Dinding di seluruh bagian produksi kotor Langit-langit di seluruh bagian produksi kotor Jendela yang ada di bagian produksi tidak dilengkapi kasa Ventilasi di seluruh bagian produksi tidak dilengkapi kasa Tidak ada satupun sarana cuci tangan yang ada di dekat di ruang produksi
√
Biologi fisik
dan
√
-
√
√
Biologi fisik
dan
√
-
√
√
Biologi fisik
dan
√
-
√
√
Biologi fisik
dan
√
-
√
√
Biologi fisik
dan
√
-
√
Biologi fisik
dan
√
Fisik
√
Kritikal
√
-
Biologi pemanasan Fisik : -
Serius
:
√
394
Lampiran 2.Tabel Sebagian Dari Identifikasi Kategori Penyimpangan Minor, Mayor, Serius, dan Kritikal Kategori Penyimpangan Minor
No. 8. a. 3)
9. e. 2)
Mayor
10
11. b. b)
13. a. 3)
Penjelasan Elemen persyaratan dari penyimpanan : penyimpanan bahan diberi tanda dan menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan sistem First Expired First Out (FEFO). Kondisi di lapangan : bahan yang digunakan adalah bahan yang terdekat dengan pintu sehingga banyak bahan yang rusak karena lama disimpan, tetapi perusahaan tidak menggunakan bahan baku yang rusak akibat proses penyimpanan sehingga tidak ada resiko kontaminasi. Elemen persyaratan dari pengendalian proses : ada keterangan tanggal kedaluwarsa pada kemasan. Kondisi di lapangan : untuk produk selain yang sudah dikemas saat dijual tidak ada keterangan tanggal kedaluwarsa. Resiko kontaminasi tidak ada karena walaupun ada tanggal kadaluwarsa tidak ada produk yang dijual sampai keesokan harinya. Elemen persyaratan dari pengendalian proses : ada keterangan tentang karakteristik produk pangan yang dihasilkan pada kemasan. Kondisi di lapangan : untuk produk selain yang sudah dikemas saat dijual tidak ada keterangan tentang karakteristik produk pangan yang dihasilkan pada kemasan. Resiko kontaminasi pada produk tidak ada, hanya apabila ada keterangan tentang karakteristik produk pangan yang dihasilkan pada kemasan akan lebih baik dan memudahkan dalam pengendalian proses. Elemen persyaratan dari pelabelan pangan : label pangan mencantumkan daftar bahan yang digunakan, berat bersih/isi bersih, nama dan alamat IRTP, masa kedaluwarsa, dan kode produksi. Kondisi di lapangan : label sebagian produk tidak mencantumkan berat bersih dan tanggal kadaluarsa pada yang dijual dengan tidak langsung dikemas. Resiko kontaminasi bila elemen persyaratan ini tidak terpenuhi adalah tidak ada karena tidak terlalu berpengaruh ke produk. Elemen persyaratan dari Pengawasan oleh penanggung jawab: pemilik mencatat dan mendokumentasikan : penyimpanan, pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan karyawan, pelatihan, distribusi dan penarikan produk dan lainnya yang dianggap penting. Kondisi di lapangan : tidak ada dokumentasi mengenai pembersihan dan sanitasi, pengendalian hama, kesehatan karyawan, pelatihan dan penarikan produk. Resiko kontaminasi tidak ada karena apabila elemen persyaratan ini tidak terpenuhi di perusahaan, tidak berpengaruh langsung pada produk.
395