Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
Alternatif Pengolahan Limbah Organik Rumah Tangga Untuk Produksi Biogas Prima Endang Susilowati)*, Harlia, Rozak Masihu, Ahmad Zaeni, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo
Abstract Waste is a source of organic material that can be recycled into biogas. This study sought to produce biogas from the fermentation of organic waste using anaerobic microbes isolated from sewage and cow rumen fluid. The study was conducted in the laboratory-scale anaerobic reactor with a volume of 750 mL, at room temperature, incubation time of 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49 days, waste solids concentration 1%, 3%, 5%, 7% and 10 %. CO2 produced was measured by the method of deposition by solution of Ba (OH) 2 is converted into volume using the general equation of the ideal gas. The difference between the total gas volume produced by CO2 gas is methane gas volume value (CH4). The results showed the highest production of waste solids obtained at 7% concentration, incubation time of 42 days. Biogas is produced 99.86 mL / g litter, the total amount of biogas produced during the 7 weeks of 537 mL / gram of waste. Keywords: organic waste, biogas, anaerobic microorganisms Received: 14 November 2011 Accepted: 12 December 2011 Abstrak Sampah merupakan sumber bahan organik yang dapat di daur ulang menjadi biogas. Penelitian ini berusaha untuk memproduksi biogas dari fermentasi sampah organik menggunakan mikroba anaerob yang diisolasi dari air selokan dan cairan rumen sapi. Penelitian dilakukan di dalam reaktor anaerobik skala laboratorium dengan volume 750 mL, pada suhu kamar, waktu inkubasi 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49 hari, konsentrasi padatan sampah 1%, 3%, 5%, 7% dan 10 %. Gas CO2 yang dihasilkan diukur dengan metode pengendapan oleh larutan Ba(OH)2 yang dikonversi ke dalam volume dengan menggunakan persamaan umum Gas Ideal. Selisih antara volume gas total yang dihasilkan dengan gas CO2 merupakan nilai volume gas metan (CH4). Hasil penelitian menunjukkan produksi tertinggi diperoleh pada konsentrasi padatan sampah 7%, waktu inkubasi 42 hari. Biogas yang dihasilkan 99,86 mL/gram sampah, jumlah total biogas yang dihasilkan selama 7 minggu sebesar 537 mL/gram sampah. Kata kunci : limbah organik, biogas, mikroorganisme anaerob Diterima:14 November 2011 Disetujui untuk dipublikasikan: 12 Desember 2011 *Penulis Korespondensi/corresponding author: Telp.+62 401 3191929 Fax. +62 401 3190496 E-mail:
[email protected]
120
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
organik 1. Pendahuluan
dengan
menghasilkan
Sampah merupakan limbah yang
sedangkan
adanya
oksigen
produk berupa kompos, mikroorganisme
anaerob
dihasilkan dari proses kegiatan manusia.
mampu mendegradasi sampah organik
Tiap hari produksi sampah yang dihasilkan
menghasilkan
masyarakat semakin banyak. Hal ini cukup
oksigen. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berpengaruh bagi kehidupan masyarakat,
berikut (Suwarno dkk, 2009):
khususnya masyarakat yang bersinggungan
Proses aerobik:
langsung
dengan
tempat
pembuangan
biogas
tanpa
kehadiran
bahan organik + O2 → CO2 + H2O
sampah. Permasalahan tersebut secara garis
Proses anaerobik:
besar dikarenakan volume sampah yang
bahan organik
semakin bertambah, jenis dan komposisi
→ CO2 + CH4
Mikroorganisme
anaerobik
sampah yang beragam serta semakin
umumnya terdapat pada rumen/usus sapi
terbatasnya
dan lumpur dari rawa atau selokan. Bakteri
lahan
yang
diperuntukkan
sebagai tempat pengolahan sampah.
Rumen Sapi dan air selokan terdiri dari
Perhitungan Bappenas dalam buku
kumpulan beberapa mikroorganisme yang
infrastruktur Indonesia pada tahun 1995
sangat
perkiraan timbunan sampah di Indonesia
pengolahan
sebesar 22.5 juta ton dan akan meningkat
pupuk organik cair, dan sekaligus mampu
lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020
mendegradasi sampah organik menjadi
menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota
biogas. Mikroorganisme yang terdapat di
besar produk sampah perkapita berkisar
dalam rumen sapi dan lumpur umumnya
antara 600-830 gram per hari. Berdasarkan
adalah golongan bakteri metanogen yang
data tersebut maka kebutuhan TPA pada
termasuk
tahun 1995 seluas 675 ha dan meningkat
Archaebacteria.
menjadi 1610 ha di tahun 2020 (Mungkasa
umumnya terdapat di lingkungan air tawar
dalam Nisandi, 2007).
yang anaerob seperti sedimen serta pada
Mikroorganisme
mempunyai
saluran
kemampuan mendegradasi sampah secara
mampu
mendegradasi
pupuk
salah
dalam
proses
kandang,
kompos,
satu Bakteri
pencernaan
hewan
golongan metanogen
(Purnama,
2008).
aerob dan anaerobik. Mikroorganisme aerob
bermanfaat
Biogas adalah campuran beberapa
sampah
gas, tergolong bahan bakar gas yang 121
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
merupakan hasil fermentasi dalam bahan
2. Bahan Dan Metode
organik dalam kondisi anaerob, dan gas
2.1 Alat dan Bahan
yang dominan adalah gas metan (CH4) dan
Alat-alat yang digunakan yaitu:
gas karbondioksida (CO2) (Simamora,
Timbangan Analitik, Autoklaf, Laminar
1989). Biogas memiliki nilai kalor yang
Air Flow, digester volume 1.500 mL dan
cukup
peralatan gelas.
tinggi,
yaitu
kisaran
4800-
6700kkal/kg, bahkan gas metan murni
Bahan
yang
digunakan
yaitu:
(100%) mempunyai nilai kalor 8900
sampah organik rumah tangga, campuran
kkal/kg.
air dan lumpur selokan dari Perumahan
Biogas dihasilkan dari aktivitas bakteri saat
Dosen Universitas Haluoleo serta rumen
menguraikan
sapi dari tempat pemotongan hewan.
bahan
organik
tanpa
kehadiran oksigen (proses anaerob). Bahan
2.2 Cara kerja
baku biogas adalah bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, limbah pertanian,
2.2.1 Analisis Proksimat Sampah Rumah Tangga
limbah industri, sampah kota dan lain-lain
Analisis proksimat sampah organik rumah
(Ofoefule and Uzodinma, 2005; Ezeonu et
tangga, meliputi: penetapan kadar air,
al., 2005 ; Uzodinma et al., 2007). Proses
kadar protein (cara Kjeldhal), serat kasar,
pembentukan biogas melibatkan reaksi-
kadar abu dan kadar lemak.
reaksi yang kompleks. Secara garis besar
•
Penetapan kadar air (AOAC,2005).
proses anaerob dapat dibagi menjadi tiga
Sampel dihaluskan dipanaskan di
tahapan, yaitu hidrolisis, asidogenik dan
dalam oven selama 3 jam pada suhu 105oC.
metanogenik
selanjutnya
(Hartono,
merupakan salah alternatif
yang
2009).
Biogas
dan
ditimbang.
Perlakuan ini diulangi hingga diperoleh
satu sumber energi telah
dingin
berat konstan.
banyak
•
dikembangkan. Energi alternatif ini sangat
Kadar Protein Cara Kjeldhal (AOAC, 2005)
potensial sebagai pengganti bahan bakar
Sampel ditambahkan 1 g katalis
untuk memasak, genset penerangan dan
(CuSO4: Na2SO4, 1 : 1) dimasukan labu
lain-lain.
Kjeldhal dan ditambah H2SO4 pekat. Campuran didestruksi, selanjutnya larutan sampel didinginkan. Setelah 122
ditambah
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
NaOH sampel didestilasi. Destilat yang telah direaksikan dengan HCl selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH. •
Penentuan Kadar Serat Kasar (AOAC, 2005) Sampel kering ditambah H2SO4 0,3
N dididihkan. Selanjutnya ditambahkan larutan NaOH. Sampel disaring, residu Gambar 1. Rangkaian alat produksi biogas (Budiono et al., 2010). Keterangan: 1. Digester/fermentor biogas; 2. Selang alir gas; 3. Gelas ukur model terbalik; 4. Wadah tumpuan gelas ukur yang berisi air
dicuci berturut-turut dengan air panas, asam sulfat, air panas dan aseton. Residu dikeringkan dan ditimbang. •
Penentuan Kadar Abu (AOAC, 2005) Sampel o
o
(400 C–550 C)
dibakar
dalam
tanur
hingga
diperoleh
abu.
•
Pendegradasi
Selanjutnya didinginkan dan ditimbang
Sampah organik dicampur dengan
beratnya. •
Penentuan Mikroba sebagai Agen
mikroba berasal dari air selokan, rumen
Penentuan Kadar Lemak (AOAC, 2005)
sapi dan campuran air selokan dengan
Sampel diektraksi menggunakan
rumen sapi. Selanjutnya dimasukkan ke
pelarut dietil eter atau petroleum eter.
dalam digester.
Lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam
•
0
oven pada suhu 105 C. Setelah dingin
Penentuan
Konsentrasi
Sampah
Organik
ditimbang
Sampah
2.2.2 Produksi Biogas
organik rumah
tangga
divariasikan konsentrasinya, selanjutnya
Skema alat digester ditunjukan pada
dicampur dengan mikroorganisme dari (air
Gambar 1.
selokan dan rumen sapi).
Selanjutnya
dimasukkan dalam digester biogas. Setiap satu minggu, diukur volume biogas yang dihasilkan.
123
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
•
Pengukuran Volume Biogas (CH4 dan
tinggi dibandingkan dengan kadar lemak,
CO2)
abu dan protein (Tabel 1). Berdasarkan data ini maka diperlukan mikroorganisme
Penentuan berat CO2 dilakukan
yang mampu menghidrolisis serat kasar,
dengan cara: gas yang dihasilkan dialirkan
lemak dan protein pada sampah menjadi
ke dalam larutan Ba(OH)2. Endapan yang terbentuk
disaring,
dikeringkan
molekul yang lebih sederhana sehingga
dan
siap dipergunakan oleh mikroorganisme
ditimbang. Berat endapan CaCO3 yang
penghasil gas metana.
terbentuk sama dengan berat CO2. Berat CO2
Tabel 1. Analisis proksimat sampah
kemudian dikonversikan ke dalam
volume
(ml)
dengan
organik rumah tangga
menggunakan
persamaan gas ideal (P.V = nRT). Volume
Analisis Peroksimat Kadar air Kadar abu Kadar serat kasar Kadar protein Kadar Lemak
CH4 ditentukan dengan cara mengurangi volume total gas yang dihasilkan dengan volume CO2. 3. Hasil dan Pembahasan
3.2. Mikroba Penghidrolisis Sampah
3.1. Komposisi Sampah Rumah Tangga
Mikroba
dihasilkan. Untuk menghasilkan kompos
dahulu sebagai studi awal untuk pemilihan
dibutuhkan
mikroorganisme dalam pembuatan biogas.
memerlukan
oksigen
bersifat
aerob
untuk
hidup),
sedangkan untuk menghasilkan biogas
dan
diperlukan
metanogenik. Pada tahap hidrolisis sampah organik
mikroba
(membutuhkan
Tahapan reaksi pembentukan biogas adalah asidogenik
sampah
bergantung pada jenis produk yang ingin
rumah tangga perlu diketahui terlebih
hidrolisis,
penghidrolisis
organik secara garis besar ada 2 jenis,
Komposisi kimia sampah organik
tahap
Persentase (%) 61,08 5,26 21,50 5,95 6,20
membutuhkan
pemilihan
mikroba oksigen
anaerob
(tidak
untuk
hidup).
Mikroba anaerob dapat diperoleh dari
mikroorganisme secara tepat agar prose
tempat-tempat yang kedap udara (Haryati,
pembentukan biogas menjadi efektif. Hasil
2006).
analisis proksimat sampah organik rumah
Penelitian mengenai mikroba yang
tangga menunjukan kadar air dan serat
mampu meningkatkan produksi biogas
kasar pada sampah rumah tangga cukup 124
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi
Penambahan
asam-asam organik, tetapi juga dapat
starter
microorganism)
EM4
sebanyak
(Effective
0,2%
dapat
menghasilkan biogas berupa gas CH4
meningkatkan produksi biogas sebanyak 1,76%,
dan
mampu
(Susilowati, 2009).
meningkatkan
Air limbah rumah tangga adalah air
pembentukan gas metana sekitar 41,3%
bekas
(Purnomo,
mengandung
mikroorganisme, hal ini ditunjukan dengan
mikroorganisme fermentasi dan sintetik
indikasi munculnya bau menyengat dan
yang terdiri dari bakteri asam laktat
keluarnya gelembung udara di permukaan.
(Lactobacillus
bakterifotosintetik
Air ini banyak mengandung bahan organik
(Rhodopseudomonas sp.), Actinomycetes
seperti sampah daun, sayuran, minyak,
sp., Streptomyces sp., dan ragi (yeast)
ikan, nasi dan limbah aktifitas manusia
(Marsono, 2001).
lainnya
2007).
sp.),
EM4
yang
yang
banyak
mengandung
lama-kelamaan
akan
Penambahan cairan rumen sapi
mengendap menjadi lumpur. Di dalam
sebagai starter mikroorganisme berpotensi
lumpur selokan tidak terdapat udara yang
untuk mempercepat proses pembentukan
memungkinkan mikroba anaerob untuk
biogas,
cepat
hidup dan berkembang biak. Oleh karena
dibandingkan tanpa penambahan cairan
itu diduga air dan lumpur dari selokan baik
rumen. Penambahan cairan rumen sapi
digunakan sebagai starter untuk membuat
sebanyak 20-40% mampu meningkatkan
biogas ( Dwiyana dkk., 2009).
yaitu
10
hari
lebih
kadar gas metana yang terbentuk, sehingga
Pencampuran
berpotensi untuk digunakan sebagai starter
sampah
organik
dengan mikroorganisme, yaitu pada sampel
(Susilowati, 2009).
cairan
Sumber mikroba yang digunakan
rumen
sapi,
air
selokan
dan
campuran antara air selokan dan cairan
pada penelitian ini diambil dari cairan
rumen
rumen sapi dan limbah air selokan. Pada
sapi.
Hasil
tertinggi
pada
penggunaan mikroba berasal dari campuran
rumen sapi terjadi pencernaan protein,
air selokan dan cairan rumen sapi (1:1)
polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh
pada minggu ketiga dengan volume biogas
enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri
110 mL (Gambar 2). Data ini menunjukan
dan jenis protozoa tertentu. Enzim selulase
penggunaan mikroba campuran air selokan
yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya 125
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
dan cairan rumen sapi lebih efektif untuk
terbentuk pada minggu pertama setelah
pembentukan biogas yang berasal dari
dilakukan
sampah organik rumah tangga. Diduga
jumlahnya belum banyak.
mikroba yang berasal dari selokan mampu meningkatkan
daya
hidrolisis
proses
fermentasi
tetapi
Tabel 2. Perbandingan sampel
sampah
campuran cairan rumen sapi dan air
rumah tangga sehingga akan mempercepat
selokan
tahap pertama proses pembentukan biogas yaitu tahap hidrolisis untuk menghasilkan molekul sederhana yang akan digunakan pada tahap selanjutnya. 3.3. Konsentrasi optimum sampah Faktor-faktor yang mempengaruhi proses anaerobik adalah komposisi nutrien, kandungan oksigen terlarut, temperatur, pH, konsentrasi VS (volatile solids) dan rasio C/N. fraksi VS adalah salah satu parameter penting dalam digester anaerob. Gambar 2. Pengaruh mikroorganisme terhadap produksi gas ( : mikroorganisme dari rumen sapi, : mikroorganisme dari selokan, : mikroorganisme dari campuran rumen sapi dan air selokan
Semakin tinggi kosentrasi VS semakin tinggi pula pembebanan. VS merupakan bahan makanan untuk proses hidrolisis dan pembentukan
asam
secara
anaerob
(Hartono, 2009). Efektifitas
penggunaan
Jumlah karbon dan nitrogen yang
mikroorganisme untuk produksi biogas
terdapat di dalam bahan-bahan organik
menunjukan campuran antara cairan rumen
yang
sapi dan air selokan dengan perbandingan
karbon/nitrogen
2:3.
banyaknya
Junlah
biogas
yang
dihasilkan
ditunjukkan
biogas
dengan
juga yang
rasio
menentukan dihasilkan.
menunjukan volume biogas total dan gas
Rentang rasio C/N antara 20-30 merupakan
metana (CH4) paling tinggi pada minggu
rentang optimum untuk proses penguraian
ke-3 (Tabel 2). Biogas sudah mulai
anaerob. Jika rasio C/N terlalu tinggi, maka 126
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
nitrogen akan terkonsumsi sangat cepat
3). Pada konsentrasi sampah 10% ternyata
oleh bakteri metanogen untuk memenuhi
biogas yang dihasilkan sangat sedikit, hal
kebutuhan protein sehingga tidak bereaksi
ini menunjukan pembebanan pada digester
dengan karbon. Sebagai hasilnya produksi
sudah terlalu besar.
gas akan rendah. Bila rasio C/N sangat
Hasil penelitian menunjukan, salah
rendah, nitrogen akan dibebaskan dan
satu usaha yang dapat dilakukan untuk
terkumpul
NH4OH.
mengimbangi kenaikan harga BBM ini
menyebabkan
adalah dengan memanfaatkan sampah-
peningkatan pH dalam digester, yang akan
sampah organik yang berasal dari tanaman,
berakibat populasi bakteri metanogen akan
hewan,
menurun jika pH lebih tinggi dari 8,5
menghasilkan biogas melalui aktivitas
(Hartono, 2009).
anaerobik dari mikroorganisme. Komposisi
dalam
Terbentuknya
bentuk
NH4OH
ataupun
manusia
untuk
gas yang penting dalam biogas adalah gas metana
(CH4)
sehingga
dapat
yang
mudah
terbakar
dimanfaatkan
sebagai
sumber energi pengganti bahan bakar minyak.
4. Kesimpulan Gambar 3. Pengaruh konsentrasi sampah organik terhadap volume biogas ( : gas CO2, : gas CH4, : gas total) Hasil
percobaan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perbandingan mikroba dari air selokan
menunjukan
dan
konsentrasi sampah organik 7% (waktu
cairan
rumen
sapi
diperoleh
optimum pada perbandingan 2:3
inkubasi 42 hari) menghasilkan volume
2. Konsentrasi
biogas paling tinggi, yaitu 381,73 mL.
optimum
sampah
7%
dengan jumlah volume total biogas
Peningkatan konsentrasi sampah dalam
yang dihasilkan sebesar 537 mL,
digester menunjukan makin meningkat
volume CH4 381,73 mL dan volume
jumlah biogas yang dihasilkan. Volume
CO2 155,27 mL.
biogas yang dihasilkan menurun pada konsentrasi sampah organik 10% (Gambar 127
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
7.
5. Daftar Pustaka 1.
briket arang dan asap cair, Seminar
Analytical Chemist, Virginia: The
Nasional teknologi (SNT), Yogyakarta
of
official
8.
Analitycal
Widiasa S, Johari,
digestion on microbial flora of animal
Sunarso, 2010, The Kinetic of Biogas
wastes: 1. Isolation and identification
Production Rate from Cattle Manure in
of common pathogens, Nig. J. Solar
Batch Mode, International Journal of
Energy, 15: 34–36.
Budiono I.N,
and
9.
Biomolecular
Purnomo,
C.W.
2007.
The
of
Tunnel
Type
Engineering, Vol 3. No 1.
Optimization
Ezeonu SO, Dioha IJ, Eboatu AN,
Biodigesters. Gadjah Mada University,
2005, Daily biogas production from
Yogyakarta. 10. Simamora,
S.
1989.
Pengelolaan
methanogenic bacteria involved, Nig.J.
Limbah Peternakan (Animal Waste
Solar Energy, 15: 80-85.
Management).
Hartono R, 2009, Produksi Biogas dari
Gasbio. Fakultas Politeknik Pertanian
Jerami
Bogor
Padi
dengan
Kotoran Kerbau,
Penambahan
IPB.
Direktorat
Seminar Nasional
Teknologi
Energi
Bekerjasama Pendidikan
dengan
Menengah
Teknik Kimia Indonesia – SNTKI,
Kejuruan. Dirjen Pendidikan Dasar
Bandung
dan Menengah, Departemen P dan K. 11. Soewarno N, Abas. S,
Haryati, T., 2006, Biogas: limbah peternakan
6.
Ofoefule AU, Uzodinma EO, 2005, Studies on the effect of anaerobic
different wastes and identification of
5.
dan
Analysis of the Association of Official
Chemical
4.
Pengolahan
pemanfaatan sampah organic menjadi
Chemist.
3.
2007,
AOAC, 2005, Official Methods of
Association
2.
Nisandi,
yang
menjadi
2009,
sumber
Muchayat,
Pengolahan Sampah Organik
energi alternatif, Wartazoa, Vol. 16
Untuk Memproduksi Biogas Sebagai
No.3
Energi Terbarukan, Seminar Nasional
Marsono, 2001, Pupuk Akar, Petunjuk
Teknik Kimia Indonesia – SNTKI,
dan
Bandung
Aplikasi,
Jakarta:
Penebar
12. Susilowati, E., 2009, Uji potensi
Swadaya
pemanfaatan cairan rumen sapi untuk meningkatkan 128
kecepatan
produksi
Prima E.Susilowati et al./J.Prog.Kim.Si. 2011. 1 (2): 120-129
biogas dan konsentrasi gas metan dalam biogas, Tesis, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta 13. Uzodinma EO, Ofoefule AU, Eze JI, Onwuka
ND
(2007).
Biogas
production from blends of agroindustrial wastes. Trends in Appl. Sci. Res. 2(6): 554 – 558.
129