Pengantar Redaksi Penanggungjawab Moehammad Aman Wirakartakusumah Pemimpin Redaksi Edy Tri Baskoro Redaksi Eksekutif Richardus Eko Indrajit Djemari Mardapi Teuku Ramli Zakaria Weinata Sairin
A
lhamdulillah, Buletin BSNP edisi ketiga tahun 2013 dapat hadir di tangan pembaca tepat waktu. Dalam edisi ini kami paparkan pelaksanaan kegiatan validasi draf standar nasional pendidikan. Edisi ini juga memuat artikel tentang Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI (bagian terakhir). Selain itu, kami sajikan juga resensi buku Mengenal LembagaLembaga Keagamaan di Indonesia, laporan kegiatan validasi draf standar nasional pendidikan di 16 provinsi, dan berita tentang halal bi halal BSNP. Tidak ketinggalan pula kami sajikan kegiatan BSNP dalam bentuk lensa/foto. Selamat membaca!
Redaksi Pelaksana Bambang Suryadi
Daftar Isi
Penyunting/Editor Mungin Eddy Wibowo Zaki Baridwan Djaali Furqon Gunawan Indrayana F. A. Moeloek Jamaris Jamna
3-7 8-9 10-14
Desain Grafis & Fotografer Arief Rifai Dwiyanto Djuandi Ibar Warsita Sekretaris Redaksi Ning Karningsih Alamat: BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Gedung D Lantai 2, Mandikdasmen Jl. RS. Fatmawati, Cipete Jakarta Selatan Telp. (021) 7668590 Fax. (021) 7668591 Email:
[email protected] Website: http://www.bsnp-indonesia.org
2
15-16
Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI (Bagian IX/terakhir) Resensi Buku: Memimpikan Ummat Beragama yang Damai, Adil dan Beradab Berita BSNP: - Validasi Draf Standar Nasional Pendidikan - Bangsa yang Cerdas - Lima Kunci Kebermaknaan Hidup - Estafet Kepemimpinan BSNP Edy Tri Baskoro Terpilih Menjadi Ketua BSNP Lensa BSNP
Keterangan Gambar Cover Anggota BSNP periode pertama dan kedua beserta istri berpose bersama dalam acara halal bi halal di Bogor. Ikatan emosional, kekeluargaan, dan kebersamaan telah menyatukan mereka selama mengemban amanat mulia di BSNP (Foto Atas). Anggota BSNP dan tim ahli berfoto bersama Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga Daerah Istimewa Yogyakarta, Drs. R. Kadarmanta Baskara Aji (deret depan, keempat dari kiri) dalam acara Validasi Draf Akhir Standar Nasional Pendidikan di DIY tanggal 21-23 Agustus 2013 (Foto Bawah).
Vol. VIII/No. 3/September 2013
PARADIGMA PENDIDIKAN NASIONAL ABAD XXI
(Bagian IX/Terakhir)
Tim BSNP 5.2. Pergeseran Paradigma Pendidikan Model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan abad XXI tersebut hanya akan dapat terwujud jika terjadi pergeseran pola pikir dan pola tindak dalam berbagai konteks penyelenggaraan proses pendidikan dan pengajaran. Berikut ini adalah sejumlah pergeseran paradigma yang diyakini perlu dilakukan oleh segenap pemangku kepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan memasuki dunia pasca moderen tersebut. 5.2.1. Perubahan Paradigma Pembelajaran
Pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas atau lingkungan sekitar lembaga pendidikan tempat peserta didik menimba ilmu. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran: a. dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa Jika dahulu biasanya yang terjadi adalah guru berbicara dan siswa mendengar, menyimak, dan menulis, maka sekarang guru harus lebih banyak mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat, dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan sendirinya menjadi fasilitator bagi siswa-siswanya. b. dari satu arah menuju interaktif Jika dahulu mekanisme pembela jaran yang terjadi adalah satu arah dari guru ke siswa, maka saat ini harus terdapat interaksi yang cu kup antara guru dan siswa dalam ber bagai bentuk komunikasinya. Guru berusaha membuat kelas
seme narik mungkin melalui ber bagai pendekatan interaksi yang dipersiapkan dan dikelola. c. dari isolasi menuju lingkungan jejaring Jika dahulu siswa hanya dapat ber tanya pada guru dan berguru pada buku yang ada di dalam kelas se mata, maka sekarang ini yang ber sangkutan dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh via internet. d. dari pasif menuju aktif-menyelidiki Jika dahulu siswa diminta untuk pasif saja mendengarkan dan me nyi mak baik-baik apa yang disampaikan gurunya agar mengerti, maka seka rang disarankan agar siswa lebih aktif dengan cara memberikan ber bagai pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. e. dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata Jika dahulu contoh-contoh yang di berikan guru kepada siswanya kebanyakan bersifat artifisial, maka saat ini sang guru harus dapat memberikan contoh-contoh yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari dan relevan dengan bahan yang diajarkan. f. dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim Jika dahulu proses pembelajaran le bih bersifat personal atau berbasis kan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan sekarang adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar individu. g. dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan Jika dahulu ilmu atau materi yang
Vol. VIII/No. 3/September 2013
3
diajarkan lebih bersifat umum (semua materi yang dianggap perlu diberikan), maka saat ini harus dipilih ilmu atau materi yang benar-benar relevan untuk ditekuni dan diperdalam secara sungguhsungguh (hanya materi yang relevan bagi kehidupan sang siswa yang diberikan).
m. dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak Jika dahulu siswa hanya mempelajari sebuah materi atau fenomena dari satu sisi pandang ilmu, maka sekarang konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin.
h. dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru Jika dahulu siswa hanya meng gunakan sebagian panca inderanya dalam menangkap materi yang diajarkan guru (mata dan telinga), maka sekarang semua panca indera dan komponen jasmani-rohani ha rus terlibat aktif dalam proses pem belajaran (kognitif, afektif, dan psikomotorik).
n. dari kontrol terpusat menuju oto nomi dan kepercayaan Jika dahulu seluruh kontrol dan ken dali kelas ada pada sang guru, maka sekarang siswa diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan dan aktivitasnya masing-masing. o. dari pemikiran faktual menuju kritis Jika dahulu hal-hal yang dibahas di dalam kelas lebih bersifat faktual, maka sekarang harus dikembangkan pembahasan terhadap berbagai hal yang membutuhkan pemi kir an kreatif dan kritis untuk menyelesaikannya.
i. dari alat tunggal menuju alat multimedia Jika dahulu guru hanya meng an dalkan papan tulis untuk mengajar, maka saat ini diharapkan guru da pat menggunakan beranekaragam peralatan dan teknologi pendidikan yang tersedia, baik yang bersifat konvensional maupun moderen. j. dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif Jika dahulu siswa harus selalu setuju dengan pendapat guru dan tidak boleh sama sekali menentangnya, maka saat ini harus ada dialog antar guru dan siswa untuk mencapai kesepakatan bersama. k. dari produksi massa menuju kebu tuhan pelanggan Jika dahulu semua siswa tanpa kecuali memperoleh bahan atau konten materi yang sama, maka sekarang ini setiap siswa berhak untuk mendapatkan konten sesuai dengan ketertarikan atau keunikan potensi yang dimilikinya. l. dari usaha sadar tunggal menuju jamak Jika dahulu siswa harus secara se ragam mengikuti sebuah cara dalam berproses maka yang harus ditonjolkan sekarang justru adanya keberagaman inisiatif yang timbul dari masing-masing individu.
4
p. dari penyampaian pengetahuan me nuju pertukaran pengetahuan Jika dahulu yang terjadi di dalam kelas adalah “pemindahan” ilmu dari guru ke siswa, maka dalam abad XXI ini yang terjadi di kelas ada lah pertukaran pengetahuan antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan sesamanya. Akhirnya, perubahan hanya dapat terjadi dan memberikan dampak yang bermakna jika dilaksanakan secara me nyeluruh dan tidak sepotong-se potong. Untuk itulah maka diperlukan keberanian untuk meninjau kembali sistem pendidikan nasional yang di jalankan sekarang, mengkaji celah yang ada dengan kebutuhan karakteristik sistem pendidikan abad XXI, dan me nentukan program-program yang harus segera dilaksanakan untuk menutup ke senjangan dan mengejar kemajuan yang sudah terjadi di dunia pendidikan internasional.
5.3. Strategi Pengambilan Kebijakan
Strategi pencapaian Pendidikan Nasional abad XXI dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber keanekaragaman geo-demografis, bu
Vol. VIII/No. 3/September 2013
daya, dan memperhatikan tantangan global dan lokal serta adanya potensi yang masih harus dikembangkan, harus mencakup tanggung jawab pemangku kepentingan terkait dalam menentukan kebijakan dan kemauan politik untuk menghadapi tantangan perubahan pa radigma. Strategi pendidikan meli puti pelaksanaan operasional untuk men capai sasaran paradigma sebagai berikut: a. Menumbuhkan komitmen, mening katkan daya pemangku kepentingan antara lain badan eksekutif pusat sampai daerah dan jajarannya mau pun badan legislatif pusat dan dae rah melalui tugas dan fungsi terkaitnya masing-masing. b. Meningkatkan keterlibatan sektor in formal dan lembaga swadaya masyarakat terutama dalam pendidikan nonformal maupun informal sesuai dengan paradigma baru. c. Menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas inovatif masyarakat da lam pengembangan dan pelaksanaan paradigma yang sesuai dengan bu daya setempat. d. Menumbuhkan dan meningkatkan sumber daya manusia bidang pen didikan yang mengacu pada imple mentasi paradigma. e. Meningkatkan dan memeratakan ke beradaan pendidikan formal, serat nonformal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan po tensi pengembangan daerah masing-masing. Strategi pelaksanaan pendidikan nasional berbasis perubahan paradigma yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan input, proses dan target luaran yang akan dicapai baik melalui pendidikan formal, nonformal dan informal.
5.3.1. Input
a. meningkatkan kesempatan menda pat pendidikan dalam bidang sains dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan setempat khususnya bagi masyarakat dari daerah tertinggal, perbatasan dan daerah terisolir. b. program matrikulasi untuk mencapai pendidikan tinggi bagi masyrakat, yang karena keadaan situasional daerahnya yang tertinggal tidak di mungkinkan pengembangan potensi optimal peserta didik.
5.3.2. Proses
a. menetapkan sistem pendidikan nasional yang diterima segala kom ponen bangsa, dengan mem per tahankan dan menggunakan peng antar bahasa Indonesia serta memelihara, mempertahankan per tum buhan bahasa daerah beserta budaya lokalnya. b. menumbuhkan dan meningkatkan model proses berlajar mengajar me lalui riset transisional. c. meningkatkan sumber daya se tem pat sebagai pendidik dengan wawasan paradigma. d. meningkatkan jiwa kewirausahaan yang inovatif-kreatif. e. mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan formal khususnya dae rah tertinggal, perbatasan dan terisolir.
5.3.3. Output (Luaran)
Hasil didik menyadari pentingnya toleransi atas keanekaragaman etnisbudaya-bahasa dan agama serta menerapkan karakter moral sebagai dasar tindakan dan perbuatan.
5.3.4. Outcome
Terbentuknya bangsa yang beradab dan berkarakter serta berbudaya.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] Azim, Kidwai, C. H. Lai. 1990.
Ideals and Realities: Selected Essays of Abdus Salam, World Scientific, Singapore. Ackoff, Russell L.& Daniel Greenberg. 2008. Turning Learning Right Upside Up: Putting Education Back on Track, Wharton School Publishing, New Jersey. Arthur, W Brian. 2009. “The Nature of Technology What it is and How it Evolves”, Free Press, N.Y. Bertelsmann Group for Policy Research, ed., Tolerance: Basis for Democratic Interaction. Gütersloh: Bertelsmann Foundation Publishers, 2000. Dapat juga dilihat melalui http://www. tolerance-net.org/downloads/ tolerance.pdf. Braun, Karen. April 2009. “Social Entre preneurship: Perspectives on an Academic Discipline”. Theory in Action, Vol.2, No.2. Brockman, John (ed.). 2010. “This Will
Vol. VIII/No. 3/September 2013
5
Change Everything. Ideas that will Shape The Future” Harper Perennial, New York. Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris, Penerbit Kanisius. Castells, Manuel. 2007. “Communication, Power and Counter-power in the Network Society” International Journal of Communication, (238-266). Denzin, Norman K. 1989. The Reseach Act: A Theoretical Introduction to Sociological Methods. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Edward de Bono. 2000. Pemikiran Baru Era Milenium, Penerbit Elex Kompatindo. Elkington, John. dan Pamela Hartigan. 2008. The Power of Unreasonable People. Boston: Harvard Business Press. Etzioni, Emitai. 1996. “Positive Aspects of Community and the Dangers of Fragmentation” dalam Cynthia Hewitt de Alcántara. Social Futures, Global Visions. Oxford: Blackwell Publishers, Ltd. And UNRISD. Freud, Sigmund. 2007. Das Unbehagen in der Kultur, Frankfurt/Main: Fis cher Taschenbuch Verlag, reprint. (Pertama terbit, 1930). Friedman, Thomas L. 2008. “Hot, Flat and Crowded”, Allen Lane Penguin Group. Fukuyama, Francis. 1989. “The End of History”. The National Interest. Summer. Gardner, Howard. 2007. “ Five Minds For The Future” Harvard Business School Press. H.A.R.Tilaar. 1990. Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, Balai Pustaka. Habermas, Jürgen. 1996. On the Logic of the Social Sciences, Cambridge/ Mass: The MIT Press, reprint. (Per tama terbit, 1967). Hertzmark, Donald I. March 2007. “”Per tamina: Indonesia’s State-Owned Oil Company.” Paper Prepared in Conjunction with An Energy Study Sponsored by The James A. Baker III Institute for Public Policy and Japan Petroleum Energy Center, Rice University. Hidayat, Bambang, Scientists and Their Society: Between Advocacy and Arbitration, Presented at the ICOLA Meeting, Yogyakarta 5-7 September, 2007. Human Development Report 2009 – HDI
6
rankings. Dapat diakses melalui http://hdr.undp/org/en/statistics/ Inglehart, Ronald. 2006. “Budaya dan Demokrasi” (terj.). Dikutip dari bu ku “Kebangkitan Peran Budaya” ed. Lawrence E. Harrison dan Samuel P. Huntington, LP3 ES hal 130-152. Jencks, Charles. 1992. “The Post-Modern Reader”, Academy Edition, London. Kuhn, S. Thomas. 1970. The Structure of Scientific Revolutions. The University of Chicago Press, reprint. (Pertama terbit,1962]. Kusumohamidjojo, Budiono. 2009. Filsafat Kebudayaan: Proses Realisasi Manusia, Yogyakarta: Jalasutra. Kymlicka, Will. 1993. “Some Ques tion about Justice and Com mu nity,” dalam Daniel Bell, Commu nitarianism and Its Critics. Appendix. Oxford: Clarendon Press. Lechona, Thomas. 1993. “The Return of Character Education”. Educational Leadership 51(3). Kaplan, Robert, D. 2000. The Coming Anarchy. New York: Random House. Lewis, Richard D. 2006. 3rd.ed. When Cultures Collide, Nicholas Brealey International. Lim, Francis. 2008. “Filsafat Teknologi Don Ihde Tentang Dunia, Manusia, dan Alat” Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Lubis, Mochtar. 1977. Manusia Indonesia: Sebuah Pertanggungjawaban. Jakarta : Idayu Press. Maffesoli. Michel. 1996. “The Time of the Tribes : The Decline of Individualism in Mass Society.” London ; Thousand Oaks, CA.: Sage. Mahbubani, Kishore. 2008. “ The New Asian Hemisphere”, Public Affairs, N.Y. Martin, Patricia. 2009. Renaissance Generation, Adams Media, Avon. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter: Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Tanpa Tempat: Indonesia Heritage Foundation. Mehmet Ergin, Moneef Oubi. 2008. Science, Technology and Innovation for Socioeconomic Development, IAS. Montuori, Alfonso. 2005. “Gregory Ba teson and the Promise of Transdis ciplinarity. Cybernetics and Human Knowing, 12, 147-158. Mulder, Niels, 1996. Inside Indonesian Society: Cultural Change in Java, Amsterdam/Kuala Lumpur: The Pepin Press.
Vol. VIII/No. 3/September 2013
Nitobe, Inazo. 2001. Bushido. Tokyo: Tuttle Publishing. Pervez Hoodbhoy. 1992. Islam and Scien ce: Religious Orthodoxy and the Battle for Rationality, Zed Books, London. Peterson, C. dan Saligman, M.E.P. 2003. “Cha racter Strengths Before and After September 11”, Psychological Science, Vol. 14, No. 4, pp. 381-4. Peterson, C. dan Saligman, M.E.P. 2003. Character Strengths and Virtue: A Handbook and Classification. New York: Oxford University Press, NY. Prasodjo, Imam. 2008. “Merajut Kembali Indonesia yang Tercabik” dalam Ko maruddin Hidayat dan Putut Widjanarko, eds. Reinventing Indonesia. Jakarta: Mizan. Rahardjo, M. Dawam. 2007. “Strategi Kebudayaan di Era Globalisasi”. Ma kalah pada Orasi Budaya yang di se lenggarakan oleh Galeri Publik (Institute for Global Justice) di Ja karta, 26 Juli 2007. Ridley, Matt ( terjemahan 2005). “Genom Kisah Spesies Manusia dalam 23 Bab” Gramedia Pustaka Utama. Riyanto, Theo, Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang Pendidikan, http:// www.bruderfic.or.id/h-59/pe mikiran-ki-hajar-dewantara-ten tang-pendidikan.html, 02.05.2004. Sachs, Jeffrey D. 2008. “Common Wealth” Penguin Press, N.Y. Sarros, James C., Brian K. Cooper, dan Anne M. Hartican. 2006. “Leadership and Character”, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 27, No.8, 2006, hal. 682-699. Schwarz, Adam, 1994. A Nation in Wai ting: Indonesia in the 1990s, St.Leonards: Allen & Unwin, Pty. Ltd. Sedyawati, Edi. 2006. “ Budaya IndonesiaKajian Arkeologi, Seni dan Sejarah” PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Semiawan, Conny. 2007. Catatan Kecil ten tang Penelitian, Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Berbagai Jenis Penelitian. Jakarta: Prenada Media. Shenandoah, April, History of America’s Education Noah Webster & Education in Early America, Second of Three Parts, Copyright © 2002 By The Amer icanPartisan.http://www. american-partisan.com/cols/2002/ shenandoah/qtr1/0304.htm. Snyder, Jack. 2000. From Voting to Violence. New York: W.W. Norton &
Company. Soekarno, 1963, Di bawah Bendera Revolusi. Jilid 1. Jakarta: Panitya Pe nerbit Di bawah Bendera Revolusi. Soros, George. 2010. “ The Soros Lectures” At The Central European University, Public Affairs, New York. Superka, D., Ahrens, C. and Hedstrom, J. 1976. The Values Education Sourcebook. Boulder, CO: Social Science Education Consortium. Surachmad, Winarno. 2009. Pendidikan Nasional: Srategi dan Tragedi, Pe nerbit Kompas. Toer, Pramudya Ananta. 2003. “The Re vo lution Begun in 1945 Must Be Completed” dalam Inside Indonesia, Oktober-Desember. Ju ga dapat diakses pada http://insideindonesia. org/content/view/282/29/. Turner, Peter, et al., 1997. Indonesia, Haw thorn: Lonely Planet Publications. Varshney, Ashutosh, Rizal Panggabean, Mo hammad Zulfan Tadjoeddin. 2004. Pattern of Collective Violence in Indonesia (1990-2003). Jakarta: UNSFIR. Vincent, Bernadette Bensauade. 2008. “Tech noscience and Convergence: A Transmutation of Values?” Maka lah yang dipresentasikan pa da Summerschool on Ethics of Converging Technologies, 21-28 September 2008, Dormotel Vogels berg, Omrod/Alsfeld, Germany. Watson, Peter. 2000. “A Terrible Beauty. The People and Ideas that Shaped Modern Mind” Phoenix Press, London. Westland, Chris. 2002. “Valuing technology” John Wiley and Sons (Asia), Singapore. Wilson, Edward. 1998. “ Consilience: The Unity of Knowledge” Alfred A. Knoff. World Bank. Februari 2001. “Indonesia: Environment and Natural Resource Management in a Time of Transition”. Zainuddin, Imam Buchori. 2010. “Pokok Pokok Pikiran Dalam Membangun Budaya dan Karakter Bangsa”. (Disampaikan dalam Sara se han Nasional: Pengembangan Pen didikan Budaya dan Karakter Bangsa, diselenggarakan oleh DIKTI tanggal 7 April 2010 di Bandung.) Zainuddin, Imam Buchori. 2010. “Wacana Desain”, Penerbit ITB, Bandung. l
Vol. VIII/No. 3/September 2013
7
Resensi Buku
Memimpikan Ummat Beragama yang Damai, Adil dan Beradab Bambang Suryadi*)
ndonesia adalah sebuah negara yang beragama dan masyarakatnya menganut berbagai agama. Keunikan Indonesia terletak pada keragaman atau kemajemukannya, yaitu kemajemukan suku, agama, ras, dan golongan. Keber adaan lembaga-lembaga agama di In donesia telah memberikan andil, kon tribusi, dan pengaruh tersendiri dalam berbagai bidang, seperti dakwah, sosial, pendidikan, kesehatan, dan pem ber dayaan ekonomi ummat. Hal ini menunjukkan bahwa da lam mengisi kemerdekaan dan pem bangunan bangsa, peran lembaga-lem baga tersebut tidak dapat dinafikan ber gitu saja. Inilah yang disebut oleh Bahrul Hayat Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI dalam Kata Pengantarnya se bagai benteng NKRI dan “part of solution “ bagi setiap permasalahan bangsa. Weinata Sairin penyunting buku ini menyadari bahwa meskipun Indonesia secara fisik sudah merdeka sejak 68 tahun yang lalu, sebenarnya secara mo ral, sosial, politik, dan budaya, belum merdeka. Hal ini masih terlihatnya ber bagai tindak kekerasan yang berakar pada permasalahan SARA, yaitu suku, agama, ras, dan antar golongan. Nah pertanyaan mendasar yang perlu kita pikirkan bersama adalah: Ba gai mana mewujudkan sikap kasih sa yang, toleran, terbuka, jujur, adil, bebas, dan demokratis di kalangan ummat beragama demi terwujudnya Indonesia yang damai, adil, dan beradab? Menurut Weinata, anggota BSNP periode selama dua periode ini (20092013), pemahaman tentang keragaman ummat beragama mutlak diperlukan jika kita ingin mewujudkan kedaiaman, keadilan, sikap toleran, terbuka, jujur, dan demokratis. Melalui buku ini Weinata mengajak para pembaca dan ummat beragama di Indonesia untuk mengenal, mengapresiasi, dan membangun relasi/komunikasi lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia. Bagi penulis yang juga yang juga seorang theolog ini, mengenal
I
8
Judul Buku
: Mengenal Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia Penulis/Penyunting: Weinata Sairin, M.Th Editor : Robert J. Palandeng Penerbit : Media Prima Aksara Jakarta Waktu terbit : Juli 2013 Jumlah halaman : xxi+794 Ukuran buku : 16x13cm saja tidak cukup, tanpa diikuti dengan mengapresiasi dan membangun relasi/ komunikasi. Oleh sebab itu, sangat te pat jika dikatakan bahwa buku ini da pat menjadi alat pemersatu bagi agama-agama di Indoensia karena da pat mengurangi kesalahan persepsi dan pemahaman di kalangan ummat ber agama. Dengan membaca buku ini, pembaca dapat memperluas cakrawala pengetahuannya mengenai lembagalembaga keagamaan di Indonesia. Lebih lanjut, melalui buku ini pe nyunting yang lahir di Jakarta 65 tahun yang lalu, berupaya memperkenalkan garis besar latar belakang historis lem baga-lembaga keagamaan yang ada di Indonesia, beserta AD dan ART, dan susunan pengurusnya. Penulis optimis
Vol. VIII/No. 3/September 2013
*) Staf Profesional BSNP dan dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Resensi Buku bahwa dengan Buku ini memiliki beberapa ke le bihan, diantaranya buku ini sangat komprehensif karena mencakup enam agama resmi di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, dan Khonghucu. Untuk agama Islam ada ti ga lembaga besar yang dituliskan dalam buku ini, yaitu Muhammadiyah, Nah dlatul Ulama (UN), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Penyunting tentu me miliki alasan tersendiri mengapa hanya tiga lembaga ini, padahal di Indonesia masih banyak organisasi ke masya ra
bahasa yang sederhana, lugas dan kritis tentang pencapaian, dan tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga keagamaan tersebut. Buku ini perlu dan penting untuk dibaca oleh semua lapisan masyarakat beragama yang memimpikan ter wu judnya negara Indonesia yang religius, damai, adil, dan beradab. Mengutip ka ta-kata Cak Nur (panggilan akrab Nur cholis Madjid, almarhum), “ Sebuah ge nerasi sedang lewat dan generasi beri kutnya sedang memasuki gerbang arena dengan penuh dinamika dan daya cipta
katan Islam lainnya, seperti Persatuan Islam (PERSIS), Forum Ummat Islam (FUI), Front Pembela Islam (FPI) dan lain sebagainya. Kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Demikian halnya dengan buku ini. Dalam buku ini tidak banyak ulasan pemikiran dan análisis tentang kondisi lembaga-lembaga keagamaan tersebut. Ulasan tentang ini hanya mendapat porsi 4.5 halaman yang dimuat dalam “Refleksi Akhir” dalam buku setebal 794 halaman ini. Bagi sebagian orang, mem baca bahasa hukum yang di tuangkan dalam AD dan ART dan/atau akta notaries kadang kurang menarik. Karena itu akan lebih lengkap dan le bih menarik jika ada ulasan dalam
intelektual yang besar”. Dengan membaca buku ini, pem baca sedang memasuki gerbang are na (Indonesia-Red) akan mampu menge nali lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia sehingga bisa memiliki pan dangan yang komparatif yang pa da akhirnya akan terwujud sikap to leran, kasih sayang, menghormati dan menghargai perbedaan dalam ke ragaman agama dan budaya. Penerbitan buku ini perlu diapresiasi oleh semua pihak dengan harapan ke harmonisan, kerukunan antara ummat beragama, dan sikap saling kasih sa yang bisa terwujud di bumi tercinta In donesia. Semoga. l
Weinata Sairin anggota BSNP sekaligus sebagai penyunting/ penulis buku (kanan) menyerahkan buku “Mengenal LembagaLembaga Keagamaan di Indonesia” kepada M. Aman Wirakartakusumah Ketua BSNP (kiri) di ruang rapat BSNP.
Vol. VIII/No. 3/September 2013
9
Berita BSNP*
VALIDASI DRAF STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
SNP telah melaksanakan kegiatan vali dasi lima draf standar nasional pen didikan dan instrumen penetapan karya sastra Indonesia unggulan di 16 provinsi mulai tanggal 18 Agustus 2013 sampai de ngan 3 September 2013. Kelima draf standar nasional pendidikan tersebut adalah standar biaya, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan, dan pendidikan nonformal. Menurut M. Aman Wirakartakusumah Ketua BSNP, tujuan validasi ini adalah untuk melakukan pengujian awal tentang ke sesuaian dan kelayakan draf standar ter hadap kondisi di lapangan dan dengan memperhatikan kebutuhan di masa depan. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mendapatkan masukan perbaikan dari para responden terhadap draf standar. Hafidz Muksin Pejabat Pembuat Ko mit men (PPK) BSNP dalam penjelasannya mengatakan bahwa pelaksanaan kegiatan validasi standar dilakukan di 16 provinsi dalam tiga tahap. Tahap pertama, dari tang gal 21-23 Agustus 2013 di provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
B
10
DI Yogyakarta, dan Banten. Tahap kedua, dari tanggal 25-27 Agustus 2013 di provinsi Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Aceh, dan Kalimantan Timur. Tahap ketiga, dari tanggal 28-30 Agustus 2013 di provinsi Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Bali. Untuk kegiatan karya sastra, tambah Hafidz, dilakukan di 23 provinsi dalam em pat tahap. Tahap pertama sampai ketiga di laksanakan pada waktu dan tempat yang sama dengan kegiatan validasi standar. Se dangkan tahap keempat, dilaksanakan pada tanggal 1-3 September 2013 di Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Riau, Lampung, Jambi, Bangka Belitung, dan Nusa Tenggara Timur. Di setiap provinsi, kegiatan validasi ini melibatkan 16 responden untuk masingmasing standar. Mereka mewakili dari ber bagai unsur, diantaranya adalah kepada se kolah, guru, pengawas, pamong belajar, komite pendidikan, dinas pendidikan, dan Ketua Asosiasi Profesi. Kegiatan dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 waktu setempat. Diawali dengan penga
Vol. VIII/No. 3/September 2013
Peserta validasi dan tim ahli standar sarana dan prasarana pendidikan dasar dan menengah, berpose bersama setelah pengisian instrumen validasi di DIY.
* Bambang Suryadi, Staf Profesional BSNP dan dosen Fakultas Psikologi UIN Jakarta
Berita BSNP rahan dan penjelasan umum tentang stan dar nasional pendidikan dan kegiatan vali dasi yang disampaikan oleh anggota BSNP. Selanjutnya peserta dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan masingmasing standar. Dalam kelompok ini tim ahli memberikan penjelasan tentang stan dar, dilanjutkan dengan sesi membaca, pengi sian instrumen, pandangan umum, dan ta nya jawab.
Evaluasi Kegitan Validasi
BSNP juga melakukan monitoring pe laksanaan kegiatan validasi dengan cara memberikan instrumen kepada responden. Instrumen tersebut menanyakan tentang data demografi responden, perencanaan
dan 47.1 persen berpendidikan S2, dan hanya sebagian kecil (3.5 persen) berpendidikan S3, dan lainnya berpendidikan sekolah dasar menengah dan diploma. Terkait ketersediaan materi diketahui sebesar 68.1 persen dari peserta menerima materi validasi pada saat acara berlangsung dan sebesar 31.8 persen menerima ma teri sebelum kegiatan berlangsung, yai tu materi standar biaya. Dalam hal ini, pe serta menyarakan supaya materi validasi diberikan sebelum acara berlangsung. De ngan demikian mereka memiliki waktu yang cukup untuk menelaah materi dan mem persiapkan diri sebaik mungkin. Cara dan metode pelaksanaan kegiatan validasi meliputi pengisian kuesioner sebe
Pelaksanaan kegiatan validasi draf estándar pendidikan nonformal di DIY. Peserta validasi nampak serius dan antusias menelaah draf dan mengisi instrumen validasi.
*) Penulis adalah Anggota BSNP
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan man faat kegiatan. Dari segi kehadiran responden, tiga provinsi yang kehadiran respondennya ter tinggi adalah Sulawesi Selatan (7.1 persen), NTB dan DIY dengan persentase kehadiran masing-masing 7.0 persen. Sedangkan pro vinsi yang kehadiran responden paling rendah adalah Jawa Timur, yaitu 4.9 persen. Kehadiran peserta di provinsi lainnya berkisar antara 5.4 sampai dengan 6.9 persen. Berdasarkan jenis kelamin responden validasi, 57.8 persen adalah laki-laki dan 42.2 persen adalah perempuan. Sedangkan dari latar belakang pendidikan mereka, lebih dari separuh, yaitu 51.1 persen berpendidikan S1
sar 47 persen, kuesioner dan Focus Group Discussion atau FDG sebesar 37.2 persen, FGD sebesar 14.6 persen dan lainnya sebesar 1.2 persen. Dari segi waktu yang dialokasikan untuk kegiatan validasi, sebesar 71.1 persen dari responden menyatakan bahwa waktunya cukup dan sebagian kecil dengan persentase 28.9 persen menyatakan waktunya kurang. Secara umum, peserta validasi menga takan bahwa kegiatan validasi standar sa ngat bermanfaat bagi mereka. Dengan adanya standar nasional pendidikan mereka memiliki acuan dalam memberikan layanan pendidikan. l
Vol. VIII/No. 3/September 2013
11
Berita BSNP
BANGSA YANG CERDAS etiap pendidik memiliki misi yang mulia, yaitu mencerdaskan anak didik. Jika anak didik kita cerdas, maka bangsa ini juga akan menjadi bangsa yang cerdas. Anggota BSNP memiliki peran yang sangat strategis dan mulia dalam mencerdaskan anak bangsa. Sebab BSNP merupakan lembaga yang bertanggungjawab dalam mengembangkan standar nasional pendidikan. Melalui standar ini, diharapkan anak didik kita menjadi anak yang cerdas dan memiliki daya saing yang tinggi. Demikian kesimpulan dari acara sharing atau berbagi pengalaman dari Prof. Dr. Nila Djuwita F.Moeloek, dr SpM (K) yang disampaikan dalam acara halal bi halal anggota BSNP di Bogor (20/8/2013). Turut hadir dalam acara ini anggota BSNP periode 2005-2009 dan 2009-2013, staf profesional, staf sekretariat dan keuangan. Menurut Nila, salah satu misi utama dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak bangsa. “Jika kualitas pendidikan kita tinggi, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang cerdas”, ungkap Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs) tersebut seraya menambahkan bahwa program MDGSs telah dimulai pada tahun 2000 yang lalu dan akan berakhir pada tahun 2015. Untuk mewujudkan cita-cita besar ter se but tidak mudah sebab selalu ada kendala dan tantangan. Salah satu tantang
S
annya adalah kenyataan masih rendahnya taraf kesehatan masyarakat kita. Hal ini disebabkan oleh faktor kurang gizi atau mal nutrisi dan akses kepada layanan kesehatan yang terbatas. Apa solusinya? Menurut istri Farid Anfasa Moeloek anggota BSNP tersebut, salah satu solusi yang penting adalah meningkatkan taraf pendidikan orang tua, terutama kaum perempuan. “Jika para perempuan memiliki pengetahuan yang tinggi, mereka akan mam pu mengelola keluarga dengan baik dan angka anak kurang cerdas juga akan berkurang” ucap Nila Moeloek mengakhiri paparannya. l
LIMA KUNCI KEBERMAKNAAN HIDUP pa yang membuat hidup kita ber makna? Menurut Komaruddin Hidayat saat menyampaikan tausiyah dalam acara halal bi halal BSNP di Bogor (19/8/2013) ada lima faktor yang dapat menjadikan hidup kita bermakna. Pertama, aktifitas fisik. Orang hidup tidak boleh berhenti dari aktifitas fisik. Hidup harus bergerak, tidak boleh statis. Namun gerakan itu harus terarah. Jika kita tidak pernah bergerak, baik secara fisik maupun mental, maka kita tidak pernah merasakan kebermaknaan dan kebahagiaan hidup. Kedua, aktifitas sosial. Gerak yang kita lakukan sendirian akan menimbulkan rasa
A
12
bosan. Karena itu kita perlu berinteraksi de ngan orang lain. Semakin banyak kawan yang kita miliki akan semakin bermakna kehidupan kita. Ketiga, aktifitas intelektual. Elemen yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah akal. Manusia dengan akalnya harus selalu berpikir. Sebab jika akal kita tidak digunakan untuk berpikir, tidak ada be danya antara manusia dan binatang. Keempat, aktifitas spiritual. Manusia tidak bisa dilepaskan dari campur tangan Tuhan. Sebab di balik kebesaran dan ke hebatan manusia, masih ada Dzat Yang Maha Besar, yaitu Tuhan. Karena itu dalam
Vol. VIII/No. 3/September 2013
Prof. Dr. Nila Djuwita F. Moeloek, dr.SpM (K), Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs)
Berita BSNP
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat Rektor UIN Jakarta dan anggota BSNP periode 2005-2009 saat memberikan tausiyah dalam acara halal bi halal BSNP di Bogor.
kehidupan sehari-hari kita harus senantiasa meluangkan waktu untuk beribadah kepada Tuhan. Kelima, aktifitas moral. Semua kegiatan harus ada nilai yang mewarnai. Moral ini
menjadi barang langka dan mahal saat ini. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh moralitas dan integritas bangsa itu sendiri. Jika moral sudah hilang, maka akan hilanglah eksistensi bangsa tersebut. l
ESTAFET KEPEMIMPINAN BSNP Edy Tri Baskoro Terpilih Menjadi Ketua BSNP ertempat di ruang sidang BSNP, pada hari Selasa (10/9/2013) telah dilaksanakan serah terima estafet kepemimpinan BSNP dari Prof Dr. M. Aman Wirakartakusumah, M.Sc dan Prof. Dr. R. Eko Indrajit kepada Prof. Dr.Edy Tri Baskoro dan Dr. T. Ramli Zakaria sebagai Ketua dan Sekretaris BSNP. Sedangkan proses pemilihan Ketua dan Sekretaris BSNP sendiri sebenarnya telah di laksanakan pada tanggal 20 Agustus 2013 dalam rapat pleno BSNP. Secara simbolis penyerahan jabatan ini ditandai dengan penyerahan palu sidang pleno BSNP dari M. Aman Wirakartakusumah kepada Edy Tri Baskoro dan disaksikan oleh anggota BSNP. Untuk sebuah badan seperti BSNP, acara ini sangat sederhana dan singkat sekali. Berbeda dengan penyerahan jabatan di lembaga atau kementerian pemerintah lainnya. Namun demikian tidak mengurangi makna penyerahan amanat kepemimpinan. Dari sini dapat diketahui bahwa para ang gota BSNP bekerja dengan sebuah cita-cita
B
dan idealisme. M. Aman Wirakartakusumah dalam sam butannya mengatakan bahwa Edy Tri Baskoro merupakan figur yang tepat untuk meneruskan estafet kepemimpinan BSNP. “Saya sangat berterimakasih dan apre siatif kepada Prof Edy Tri Baskoro yang te lah menerima amanat ini dengan penuh ketulusan”, ucap Aman yang sekarang me megang amanat sebagai rektor Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Anggota BSNP yang lain, tambah Aman, akan tetap mendukung, memberikan komit men dan turut bertanggungjawab dalam melaksanakan program dan kegiatan BSNP yang telah direncanakan pada tahun 2013. Sementara Edy Tri Baskoro mengatakan bahwa saat ini merupakan masa yang berat untuk memimpin lembaga sekaliber BSNP. Hal ini karena banyak kegiatan yang harus diselesaikan, sementara waktunya sangat terbatas. Namun Edy Tri Baskoro optimis dengan adanya dukungan dari para anggota
Vol. VIII/No. 3/September 2013
13
Berita BSNP
M. Aman Wirakartakusumah (kiri) secara simbolis menyerahkan palu sidang pleno BSNP kepada Edy Tri Baskoro (kanan) untuk menandai penyerahan jabatan Ketua BSNP, di ruang sidang BSNP (20/9/2013)
BSNP, kegiatan yang telah direncanakan akan terlaksana dengan baik. Keanggotaan BSNP periode 20092013 sebenarnya telah selesai pada tanggal 11 Agustus 2013 yang lalu. Namun,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang Perpanjangan Keanggotaan BSNP sampai terbentuknya anggota BSNP yang definitif. l (BangS)
Segenap Anggota dan Staf Badan Standar Nasional Pendidikan Mengucapkan
SELAMAT ATAS TERPILIHNYA
Prof. Dr. Edy Tri Baskoro dan
Dr. T. Ramli Zakaria Sebagai Ketua dan Sekretaris BSNP Menggantikan
Prof. Dr. Ir. M. Aman Wirakartakusumah, M.Sc dan
Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit Semoga sukses dalam menjalankan amanat. 14
Vol. VIII/No. 3/September 2013
Lensa BSNP
M. Aman WIrakartakusumah Ketua BSNP (kanan) dan Richardus Eko Indrajit saat meluncurkan situs PUSTAKA BSNP www.BSNP.tv di kantor BSNP Jakarta. Situs ini merupakan sumbang karya sekaligus sebagai laporan pertanggungjawaban BSNP kepada pemerintah dan publik secara terbuka, transparan, dan akuntabel.
Staf Sekretariat dan Keuangan BSNP mengekspresikan keceriaan mereka menjelang hari raya idul fitri 1434 H.
Tim ahli standar sarana dan prasarana berpose bersama anggota BSNP dan reviewer dalam kegiatan penelaahan draf standar sarana dan prasarana di kantor BSNP.
Weinata Sairin (kiri) menyerahkan buku “Mengenal Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia” kepada Nila Djuwita F.Moeloek.
Fawzia Aswin Hadis anggota BSNP (2005-2009) terharu dan terkesan saat melihat foto anggota BSNP periode pertama yang dipajang dalam acara halal bi halal BSNP tahun 2013 di Bogor.
Vol. VIII/No. 3/September 2013
15
Lensa BSNP Staf Profesional, Sekretariat dan Keuangan BSNP berpose bersama dalam acara halal bi halal di Bogor.
Anggota BSNP beserta istri menyanyi bersama untuk mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan dalam acara halal bi halal di Bogor.
Acara pembukaan kegiatan Validasi Draf Standar Nasional Pendidikan di Daerah Istimewa Yogyakarta (21-23 Agustus 2013). Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga DIY.
Peserta kegiatan validasi di Daerah Istimewa Yogyakarta menelaah draf standar pendidikan nonformal dengan serius dan teliti.
Tim ahli dan anggota BSNP beserta panitia dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berfoto bersama setelah melakukan rapat koordinasi persiapan kegiatan validasi.