al-islam.my.id
Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H
Buku: Pembuka
2015
my Identity
Akhlak: Menunaikan
Amanah
Muslimin Nasution:
Regenerasi Aktivisme
Do’a Do’a Memohon Kekuatan Iman
“Ya Tuhan, sungguh kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami, dan selamatkanlah kami dan siksa neraka. (Q.S. Ali-Imran [3]: 16)”
2
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Redaksi
Daftar Isi 5 | Bahasan Utama: Rasulullah SAW: Panglima Perang Membangun Negeri Madani 12 | Bahasan Utama: Mau Nyunnah? Ikuti Jejak Sukses Rasulullah SAW
19 | Buku: Pembuka 22 | Akhlak: Menunaikan Amanah 26 | Tasawuf: Syukur yang Jernih, Mengusir Keluhan 29 | Saintek: Bayi dan Anak adalah Saintis 32 | Profil: Muslimin Nasution: Regenerasi Aktivisme, Penting untuk Bangsa 37 | Pojok Kajian Al-Hikam: Ahli Asbab dan Ahli Tajrid
Al-ISLAM my Identity Awak Media Penasehat: Nashir Budiman, Johansyah Pemimpin Usaha : M. Fuad Soffa Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo Dewan Redaksi: Heru Prabowo, Suharjono Harjodiwirjo Redaktur Pelaksana: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial Muharam. Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung Alamat Email:
[email protected] Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel:
[email protected] Website: www.al-islam.my.id
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
3
Al-ISLAM my Identity
Pengantar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa-Barakatuh. Sahabat Al-Islam yang mulia, inilah bulan istimewa bagi kita semua umat Islam karena Maulid adalah bulan kita mengenang kelahiran Insan Mulia Junjungan kita Rasulullah SAW. Pada bulan inilah sebagian besar kita mengenang, bahwa telah diutus Allah ke bumi, Nabi, Rasul, yang mengakhiri semua kerasulan di dunia. Nabi Akhir jaman. Sebagaimana disebutkan Allah, kehadiran Nabi SAW di tengah-tengah kita adalah Anugerah Ilahi, di mana seluruh risalah yang lengkap sebagai pedoman hidup, Al-Quranul Karim, yang juga merupakan sebuah mu’jizat, telah sampai kepada kita umat Islam secara berangsur dengan wasilah Rasulullah Muhammad SAW. Pejalanan Nabi SAW yang tak lain adalah manusia paripurna pilihan Allah, mengusung ajaran paripurna yang mengungguli semua agama, telah sampai kepada kita dalam wujud risalah yang demikian teratur dan rapi sebagai pedoman hidup. Melacak jejak sukses Rasulullah SAW, niscaya merupakan sebuah keharusan bagi setiap muslim, manakala ia ingin hidup yang diamanahkan Allah ini paripurna. Sukses di dunia, dan berhasil di akhirat kelak.
Sahabat, pada edisi e-mag kali ini kami sampaikan rangkaian tulisan yang mencoba melihat perspektif kecintaan kita kepada Rasulullah SAW dalam sebuah kerangka yang ringkas namun juga utuh. Sungguh, ribuan lembar shirah, tulisan, dan analisis apa pun agaknya tak akan sanggup memuat keutamaan yang seyogyanya dihadirkan guna menjelaskan sosok Nabiyullah SAW. Maka tulisan-tulisan ini harus dipandang sebagai, katakanlah, sebuah kutipan kecil dari dimensi hidup Rasulullah yang luarbiasa lengkap, luas dan paripurna itu. Bahwa kutipan kecil ini sesungguhnya hanyalah bagian dari Qasidah Cinta, bagi kita semua yang mendamba hidup dengan memedomani, meneladani keseluruhan Al-Quran yang berjalan, Rasulullah SAW – yang coba kita bengtangkan dalam ikhtiar kita saat ini. Akhirul kalam, kami haturkan selamat menikmati sajian kami. Kita semua berharap bahwa segala ikhtiar yang kita laksanakan melalui syiar ini, semoga menjadi rangkaian pelita, yang kelak akan ditandai Allah sebagai bagian dari mereka yang insya Allah, mendapatkan syafaat di hari kebangkitan. Kita menapaki jejak tauladan itu dengan cermat, dan semoga menjadi penanda cinta Wahai yang dipenuhi kemuliaan, tauladan kebajikan, Kekasih Allah yang padanya bermuara segala pujian, Rasulullah SAW yang kita semua rindukan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb., Redaksi Al-Islam
4
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Bahasan Utama
Foto: @Muhammad Waqas
Oleh: Sakib Machmud
Sejarah berutang pada teladan pribadi unggul yang mampu membawa kepemimpinan paripurna dalam membina masyarakat berkepribadian. Bagaimana Rasulullah mengajarkan kita sikap holistik membangun negeri madani?
A
llah SWT menakdirkan manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang hanya dapat memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya secara memadai di dalam masyarakat. Mari kita renungkan sejenak: Baju yang sedang kita kenakan sekarang, merupakan hasil kerjasama banyak orang. Baju dibuat sejak kegiatan orang mengumpulkan bahan dasarnya, mengolah bahan dasar itu menjadi bahan jadi, ada yang membuat benang, yang menjahit, dan kemudian memperdagangkannya hingga sampai kepada kita. Begitu pula ilmu yang kita pelajari. Dia
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
5
ditemukan, dihimpun, disistematisasikan, sejak ribuan tahun lalu sampai sekarang dan seterusnya sampai kepada kita kini dan nanti.
kepemimpinan.
Masyarakat yang dibentuk dengan sengaja, formal, dan karena itu paling berpengaruh adalah Di dalam masyarakat orang saling memberi, Negara. Maka menerima, meniru, berbagi, sehingga tiap-tiap pembentukan sebuah orang memperoleh apa yang dia perlukan secara negara harus diikuti optimal. Ta’awun, kerjasama, adalah hakikat dengan pembentukan kehidupan bermasyarakat. pemerintahan yang menjalankan Akan tetapi nafsu yang tidak dikendalikan kepemimpinan Negara dengan baik ‘an-nafsul amarah bissu’ (TQS. Yusuf tersebut. Pemerintah [12]: 53) menjadikan individu anggota menunaikan tugasmasyarakat ingin dan berusaha untuk tugasnya sebagai mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan amanah dari rakyat yang sebanyak-banyaknya. Ini bukan hanya karena merupakan pemilik dan kebutuhan semata, tetapi lebih karena pemegang kedaulatan kerakusan. Mereka berharap bahwa kondisi itu negara. Pemerintah memberikan kepuasan sempurna, sampai yang baik adalah yang disadari bahwa angan-angan demikian tidak akan dipilih rakyat secara tercapai. bebas merdeka, dengan Karena nafsu tak terkendali itu, sebagian orang tata cara pemilihan yang mengeksploitasi sebagian yang lain. Yang kaya disepakati bersama. mendzalimi yang miskin, yang kuat memeras Kita paham, warga yang lemah, yang cerdik menipu yang kurang negara itu memiliki visi pandai, dan sebagainya. Proses itu dapat yang beragam tentang menyebabkan benturan, pertikaian, bahkan tata kelola sampai chaos. Kalaupun keserakahan anggota pemerintahan, setiap masyarakat itu minimal, potensi benturan orang berhak melakukan tetaplah ada. Karena sarana pemenuh kebutuhan aktivitas politik untuk manusia terbatas, maka usaha seseorang untuk menjadikan pandangan memenuhi kebutuhannya, biasanya menghalangi dan gagasannya usaha orang lain. diwujudkan oleh negara. Maka meskipun berusaha adalah hak asasi setiap Tetapi ide yang orang, sesungguhnya harus ada pembatasan atas diperjuangkan itu harus hak tersebut, guna menjamin keserasian hidup berpijak pada kesadaran bersama di dalam masyarakat. Harus ada aturan akan kebersamaan dan yang dipatuhi bersama, mengenai pemberian dan pewujudan keadilan bagi pembatasan hak individu dan kelompok. Untuk semua orang. Negara itu diperlukan orang yang membuat, dibentuk antara lain untuk melindungi warganya melaksanakan, dan mengawasi pelaksanaan dari penindasan dan kezhaliman, baik dari dalam norma bersama. Karena itu masyarakat maupun luar negara. memerlukan pemimpin, bahkan sebuah sistem Setiap mukmin harus meyakini bahwa satu-
6
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
satunya yang Maha Mengetahui tentang benarsalah serta baik-buruk adalah Allah SWT. Karena amat menyayangi manusia, maka Allah menurunkan informasi, petunjuk, dan ketetapan
Hukum Allah yang Selaras Mukmin menyadari bahwa hukum Allah telah
Foto: @A. Dals
hukum khusus bagi manusia, untuk dipahami, diikuti dan dilaksanakan oleh setiap orang beriman, di dalam kehidupan pribadinya, keluarganya, masyarakatnya, dan negaranya.
menyelaraskan unsur-unsur alam semesta dalam interaksi yang harmonis dan bermanfaat (TQS. Yasin [36]:38-40). Hukum Allah yang khusus untuk manusia juga mengantar seluruh makhluk utama ini untuk memperoleh kesejahteraan yang
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
7
adil dan kebahagiaan hakiki, di dunia dan akhirat. Karena itu semestinya masyarakat mukmin wajib melaksanakan hukum Allah dalam segala segi kehidupannya di dunia. Mereka yang mengingkarinya tentu akan tergolong kaum yang kafir, zhalim, dan fasik sebagaimana Allah terangkan dalam TQS. Al-Maidah [5]: 44-45, 47. Masyarakat mukminin menjadi pranata utama yang mendorong segenap anggotanya agar senantiasa bersandar pada ketetapan Allah. Bukan hanya formalitas, tetapi harus pula mengamalkan secara nyata dalam kehidupannya. Bukan hanya kulitnya tetapi terutama isinya, bukan parsial tetapi seutuhnya (Lihat TQS. AlBaqarah [2]:208). Mereka mematuhi sebuah hierarki sumber hukum yang telah kukuh dalam berkeyakinan yakni Al-Qur’an, Al-Hadits dan Ijtihad ulama (Hadits Nabi dari dialog Rasulullah SAW dengan Mu’az bin Jabbal).
Hudaibiyah dengan kaum musyrikin Makkah, walaupun sebagian besar dari kesepakatan itu seolah merugikan kaum mukminin. Kita tahu dari tarikh, bahwa perjanjian itu akhirnya batal, justru karena pengkhianatan oleh kaum musyrikin sendiri. Semula mereka berkehendak untuk menjadi pemenang mutlak tanpa memberi, sekecil apapun, kepada orang-orang yang mengikat perjanjian dengan mereka. Namun di balik itu rupanya sikap dan perilaku utama menjadi pemenang sesungguhnya.
Berpolitik bagi Mukmin
Uraian tadi mengantarkan kita kepada pengertian bahwa berpolitik merupakan aktivitas yang baik dan bermanfaat. Bahkan sebagaimana halnya bidang lain, profesi politik harus diisi kaum mukminin sebagai fardhu kifayah - kewajiban kelompok. Tetapi sebagaimana halnya Ajaran Islam diusahakan untuk menjadi keyakinan berdagang, mengajar, menjadi dokter, dan semua orang dan tidak dipaksakan (TQS. Alsebagainya, mukmin harus berpolitik secara Baqarah [2]: 256). Kepatuhan orang kepada Islami, yang didasarkan kepada nilai-nilai Islam. aturan Allah karena terpaksa tidak ada maknanya, Sejak dari niatnya, tujuannya, sampai ke seperti fatamorgana (TQS. An-Nur [24]: 39). programnya. Demikian pula operasionalnya harus Maka, usaha untuk membentuk Negara yang Ismengacu pada ketetapan Allah SWT. Niat terjun lami dimulai dengan dakwah yang efektif. Syiar, ke bidang politik haruslah lillahi ta’ala - karena yang mampu meyakinkan semua orang bahwa mengamalkan kaidah Islam akan menguntungkan Allah semata-mata. Meskipun orang boleh memperoleh penghasilan dari aktivitasnya, tetapi semua, sebagaimana semangat Rahmatan lil bagi seorang mukmin, tujuan utama dari segala Alamin. kegiatannya adalah memperoleh ridha Allah SWT. Dalam perjalanan ke tujuan akhir, ada waktunya Dengan niat tersebut politisi yang mukmin harus ketika mukmin menjalin kesepakatan tertentu jujur dalam ucapannya, dan jujur dalam dengan kelompok warga negara yang lain. Karena perbuatannya. Hal ini penting sebagai pengingat, umumnya Negara tidak dibentuk hanya oleh mukkarena politisi merupakan posisi sangat strategis minin saja, kesepakatan itu harus ditaati secara dalam masyarakat karena pengaruhnya. Kalau tulus oleh orang beriman, karena Allah meseorang dokter ceroboh, maka yang menderita merintahkan demikian. Perhatikan sikap ini khuhanya seorang atau beberapa orang. Tetapi susnya TQS. Al-Isra [17]:34. apabila politisi berbuat khianat, maka yang Sikap dan perilaku terpuji yang memenuhi kaidah sengsara jutaan orang. orang beriman telah diberikan teladan sangat Politisi merupakan jajaran pemimpin negara, baik indah oleh Rasulullah SAW. Nabi Kekasih kaum pemimpin dalam menjalankan pemerintahan mukminin ini mematuhi setiap butir perjanjian
8
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
maupun pemimpin dalam menggerakkan ide menjadi kenyataan. Kaum mukminin wajib menaati pemimpin negara (TQS. An-Nisa [4]: 59). Karena jelas, melalui dia norma Allah diperjuangkan. Bagi mukmin, pemimpin seyogyanya dipilih atas dasar penilaian aqidah-akhlaknya, kecakapannya, dan kemampuan kepemimpinannya. Pemimpin terpilih adalah mereka yang memegang amanah dan wajib melaksanakan amanah dengan sebaik-baiknya. Semua paham, karena kelak ia akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT atas segala aspek kepemimpinannya. Pemimpin memiliki tugas melindungi dan mengusahakan kesejahteraan lahir batin untuk semua orang. Ini mengandung arti bukan saja keluarga, kelompok sendiri, bahkan bukan hanya orangorang Islam yang harus diberikan pemenuhan atas hak-haknya. Semua diberi haknya namun semua orang juga diminta menunaikan kewajibannya. Proses tersebut ditempuh secara damai, dan apabila pemimpin berhasil melaksanakan kepemimpinannya secara efekti, maka hasilnya menjadi sebuah Negara dipenuhi kebaikan dengan rakyatnya yang dilimpahi keberkahan dan ampunan Allah (TQS. Saba [34]: 15).
Rasul SAW: Membangun dengan Teladan Kaum yang skeptis menilai, tidak akan pernah lahir di dunia ini negara yang demikian ideal sebagaimana digambarkan oleh pandangan di atas. Mereka menyatakan bahwa negara ‘ideal’ seperti itu hanyalah utopia belaka. Namun
Foto: @A. Dals
demikian, kita tahu bahwa Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin, panutan dan teladan manusia dalam mencapai keberhasilan ideal ini dan telah berhasil mewujudkannya. Rasul SAW membangun kepemimpinan di Madinah sebagai sebuah konsep dan implementasi masyarakat ideal bukan melalui pengerahan kekuasaan yang masif. Sosok pribadi mulia inilah pusat dari harapan masyarakat, yang mengharap dengan tulus kepemimpinannya. Setelah berhasil memegang kendali kepimpinan di Negara Madinah, Rasulullah mengajak partisipasi semua pihak yang menjadi stakeholder wilayah itu, untuk bekerja sama bahu-membahu membangun negara yang mampu memenuhi harapan semua orang. Tidak ada ikhtiar yang tanpa hambatan. Pada
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
9
masa pemerintahan Rasul yang demikian kokoh, tetap saja terjadi perlawanan dari berbagai kalangan yang tidak sepaham ataupun musuh Islam. Orang musyrik Makkah dan musyrikin lain, bahkan makar dari orang-orang munafik dan kaum Yahudi Madinah bermaksud melemahkan kemajuan yang terus dicapai. Dan karenanya Rasul SAW memberikan respon sesuai dengan ketentuan yang seharusnya ditegakkan. Beliau memimpin sendiri pertempuran melawan musuh, menegakkan aturan yang tegas bagi kokohnya sebuah sistem kenegaraan yang dibangun. Namun, sebagai manusia dan makhluk sosial, Rasul melancarkan berbagai upaya perdamaian
10
bahkan dengan bekas musuh Islam yang telah tunduk. Kekuasaan yang damai akhirnya mampu menundukkan Makkah, kota terbesar di Jazirah yang telah dibebaskan dari cengkeraman kaum musuh Islam melalui penaklukan tanpa pertumpahan darah. Demikian indahnya proses penaklukan ini sehingga sejarah mencatat sebuah epos peralihan kekuasaan yang luar biasa. Kepemimpinan itu menundukkan, namun tidak ada dendam, tidak ada kemarahan. Kepemimpinan Makkah, kemudian kita tahu, diserahkan sepenuhnya kepada warga kotanya yang membebaskan mereka dari ‘penjajahan’ Madinah.
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
muslim, sebagaimana kita. Praktik politik kemudian bukan cerminan sikap kepemimpinan unggul sebagaimana dicontohkan Rasul. Para politisi kini tidak lagi memandang posisi strategisnya sebagai amanah Allah dan kepercayaan rakyat. Sungguh jauh berbeda ketika mereka kemudian memaknai bahwa posisi atau kedudukannya bukan lagi sebagai lahan untuk perjuangan fi sabilillah, melainkan ‘hanya’ sebagai alat memperoleh harta kekayaan – bagi diri pribadi khususnya. Sungguh suatu pemahaman yang sempit dan kerdil. Kondisi umum yang dialami negerinegeri muslim selayaknyalah diubah oleh segenap kita yang menyadari pentingnya kekuasaan di tangan mereka yang memiliki idealisme dan amanah. Politisi mukmin beserta seluruh mukminin, karenanya kini, wajib berikhtiar mengembalikan kondisi Negara sebagaimana Rasulullah SAW tauladankan. Sebuah Negara Madani, yang ditegakkan dengan tata-kelola unggul, dihela dan diatur dengan semangat damai dan mampu diterima semua pihak. Kita semua tentu Foto: @Muhammad Waqas memahami, ini merupakan sebuah proses panjang Proses kepemimpinan Islam sepeninggal Rasul, dan tidaklah mudah. Namun, bukannya mustahil sangat disayangkan, memang menggambarkan dan tak dapat diwujudkan. Sangat situasi yang kurang menguntungkan bagi umat. berkemungkinan, dengan ijin Allah SWT. Sepeninggal Rasul, terjadi perebutan kekuasaan Panggilan ini berlaku untuk segenap kita, kaum di kalangan kaum mukminin sendiri. Khalifah, muslimin dan mukminin tanpa kecuali. Yakinlah, yang pada masa awal dipilih secara demokratis bila ada usaha keras, sungguh-sungguh dan meskipun dengan tata-cara yang sederhana, istiqamah untuk mewujudkannya secara bersama. kemudian diubah menjadi semacam kekhalifahan Insya Allah kondisi idaman terbangunnya sebuah dengan kepemimpinan yang diwariskan. Nilai lingkungan madani bagi kita akan mampu kita luhur berdasarkan kesamaan kemanusiaan diganti capai, Barakallah. dengan aturan yang melanggengkan kekuasaan Sakib Mahmud, Alumnus ITB, Pengajar, pada golongan tertentu saja. Kolumnis dan Pengampu Siaran Tafsir Quran di Kondisi seperti itu membawa pengaruh kuat berbagai media. kepada negara dengan mayoritas warganya
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
11
Bahasan Utama
Foto: @Hamdi Azis
Foto: @Elmar Bayer
Oleh: Muhammad Furqan Alfaruqiy Apakah Anda seorang pengagum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam? Jika Anda mengangguk setuju, maka sudah dapat dipastikan bahwa Anda bukanlah orang pertama dan bukan pula berada di urutan pertama dalam daftar pengagum beliau. Sekalipun Anda mungkin seorang muslim yang saleh. Ada puluhan ribu sahabat beliau –generasi yang hidup sezaman dengan beliau dan beriman kepada beliau– telah jauh mendahului Anda pada urutan terdepan dalam daftar pengagum dan pencinta beliau. Tidak terhitung pula banyaknya generasi sesudahnya hingga kini yang juga berada di urusan terdepan soal kecintaan kepada beliau. Kekaguman Anda kepada beliaupun juga bukanlah hal ajaib dan heroik, sebab bukankah itu memang bagian dari keimanan dan keislaman Anda?
12
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
S
ebaliknya. Sungguh celaka, jika Anda menjawab, ”Tidak” atau “Belum” terhadap pertanyaan di atas, sementara Anda penganut Islam. Karena hal ini, sangat mungkin Anda akan dilihat orang sebagai golongan mereka yang munafik, liberalis, inkarus-sunnah, atau mungkin murtad dan/ atau berbagai julukan yang tak jauh dari makna tersebut. Pada tingkat ekstrim, Anda pun mungkin perlu bersiap terhadap, katakanlah, ancaman fisik dari ‘kelompok’ muslim tertentu. Berbeda jika yang memilih jawaban ini kelompok non muslim, kita mudah menyimpulkan bahwa mereka memang belum mengenal jatidiri Sang Nabi dan Rasul Allah terakhir bagi umat manusia. Peribahasa Melayu, “Tak kenal maka tak sayang”, relevan untuk kelompok ini. Sebab, sejarah telah mencatat bukti otentik betapa Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam –sesuai dengan makna namanya– adalah sosok yang banyak dipuji dan dikagumi oleh mereka yang tidak beriman dan bahkan musuh beliau sekalipun.
sebelum peristiwa itu terjadi, mereka pula yang turut memilih beliau menjadi hakim yang adil, untuk menengahi soal hak istimewa dalam mengembalikan Batu Hitam (Hajar al-Aswad) ke tempatnya semula. Bila fakta-fakta itu dirasa masih kurang lengkap, coba baca ungkapan Hiraklius –Pemimpin Romawi yang hidup semasa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Katanya, “Jika yang kamu terangkan itu benar semua, pastilah ia (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) akan menguasai bumi yang ada di bawah telapak kakiku ini. Aku sudah tahu bahwa seorang Nabi akan lahir, tetapi aku tidak mengira bahwa ia akan lahir di antara kamu sekalian. Sekiranya aku yakin dapat bertemu dengannya, walaupun dengan susah-payah aku akan berusaha datang menemuinya. Kalau aku berada di dekatnya, akan kubasuh kedua telapak kakinya.“ Kisah ini dituturkan musuh Rasul kala itu, Abu Sufyan bin Harb, sebagaimana ditulis dalam Shahih Bukhari (Bab Awal Mula Wahyu Turun).
Seorang penulis Amerika yang konon keturunan Yahudi, Michael H. Hart bahkan menilai sosok Nabiyullah dapat dikategorikan tokoh terpopuler hingga kini. Dalam bukunya yang sangat masyhur: The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History ia sejujurnya menyatakan, “My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise
“Kami percaya kepadamu wahai Muhammad, karena kamu tidak pernah berdusta,” demikian ungkap para petinggi kabilah kafir Quraisy. Peristiwa yang terjadi di Bukit Shafa, pada awal masa dakwah beliau, menjadi bukti bahwa masyarakat jahiliyah Makkah sangat meyakini integritas diri Rasulullah SAW. Bahkan, jauh
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
“Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan ”
13
some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular level.” (Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar Seratus Tokoh yang paling berpengaruh di dunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tapi saya berpegang pada keyakinan saya, dialah (Nabi Muhammad) satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses luar biasa baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi.”
‘alaina). Lantunan lagu pujian, “Rindu kami padamu Ya Rasul” yang dibawakan Bimbo, dan berbagai syair kasidah lain seolah bermuara pada perintah Allah Subhanahu Wata’ala, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an, yang menekankan kita untuk senantiasa bershalawat kepada beliau. Semua itu merupakan bentuk ekspresi kekaguman dan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Mengagumi Rasulullah SAW Alhasil, entah apapun keyakinan dan latar belakang Anda, andai Anda mengenal seutuhnya kehidupan Muhammad SAW pastilah Anda akan takjub, atau boleh jadi bereaksi lebih dari itu. Perhatikan ketika penduduk Madinah menyambut kedatangan Rasul yang dikagumi, “Telah datang Sang Bulan Purnama” (thala’al-badru
Seandainya Anda pengagum berat Soekarno, Natsir, Hasan al-Banna, Mahatma Ghandi, Mother Theresa, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, hingga Kong Hu Cu, Jesus (baca:’Isa) , Musa dan Budha sekalipun, semestinya Anda akan lebih mengagumi Sang Nabi yang Amat Belas Kasih (Ra’uf ar-Rahim).
14
Seluruh episode hidup Rasulullah SAW memuat pelajaran terbaik bagi kehidupan. Maka tak heran bila manusia mengidolakannya. Coba simak. Seandainya Anda pengagum berat Soekarno, Natsir, Hasan al-Banna, Mahatma Ghandi, Mother Theresa, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, hingga Kong Hu Cu, Jesus (baca:’Isa), Musa dan Budha sekalipun, tak dapat ditolak bahwa Anda selayaknya lebih mengagumi Sang Nabi yang amat penyayang ini, Ra’uf ar-Rahim. Sangat jelas tergambar bahwa pada diri Rasul kita akan temukan pribadi sempurna dipandang dari berbagai sisi peran manusia.
Seluruh peri hidup Nabiyullah Muhammad SAW adalah kesempurnaan terpuji –bagaikan permata paling bercahaya di antara semua manikam, emas murni tiada campuran, ciptaan terbaik Allah Subhanahu Wata’ala dengan seagungagungnya akhlak (khuluq al-‘azhim). Tak ada yang menolak dan mampu menyangkalnya. Mungkin, hanya mereka yang ‘sakit akal’ dan ‘hati’ serta tak beruntung hidupnya yang tak mampu mengagumi beliau. Terlebih jika ada orang berupaya menghujat atau merendahkan Nabi, hal itu sesungguhnya tak lebih seperti ungkapan dalam peribahasa Melayu, “Bak meludah ke langit, terkena muka sendiri.”
Cinta yang Terpecah Belah Bagi kita umat Islam, landasan hubungan dengan Rasulullah SAW tentu didasari ikatan iman. Ini seharusnya memberi dampak-rasa berbeda, jauh
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
lebih baik dari apa yang dirasakan kalangan non muslim, misalnya. Mereka, sekadar kagum dan memuji, namun tanpa iman. Manfaat yang diperoleh pun berbeda. Umat mencintai Rasul selain berpahala dan menjadi sebab syafaat di akhirat kelak, juga mendorong kepada sikap dan perilaku hidup yang lebih baik dalam keseharian. Allah SWT mengutus nabi dan rasul-Nya kepada umat manusia senantiasa memiliki tujuan, yang kita yakin, memberi manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat itu antara lain adalah agar manusia memperoleh ‘jalan pintas’ bagi keselamatan hidup, di dunia hingga akhirat. Nabi dan Rasul pun dipilih Allah biasanya di tengah kaum itu sendiri. Ini akan memudahkan suatu kaum belajar memahami petunjuk-Nya. Diutusnya Rasulullah SAW juga tak terlepas dari tujuan itu. Kemudahan memahami dan menjalani petunjuk Allah dapat dirasakan umat Islam manakala mereka mampu menerima Rasulullah SAW sebagai role model bagi seluruh aspek atau dimensi hidup mereka. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allāh,” demikian firman-Nya terkait peran sentral Rasulullah SAW sebagai role model bagi umat Islam (TQS. Al-Ahzab [33]:21). Dalam konteks beliau sebagai role model inilah perbedaan antara fakta dan teori terjadi di kalangan umat. Ada di antara kita yang sekadar berbeda selera dan kemampuan - ini masih dapat dimaklumi. Namun, ada di antara kita yang berbeda bagaikan bumi dan langit. Sebagai contoh, ada sebagian umat yang sangat cinta dan patuh (istilah populernya ‘nyunnah’) kepada Nabi utamanya menyangkut persoalan ritual (shalat, zikir, puasa, dan lainnya). Tetapi sayang, mereka ini tidak nyunnah manakala menjalani kehidupan
Foto: @Sere Yordan
sosial (non-ritual). Sebagian lainnya, sangat asyik mengejar prestasi ‘akhirat’ tetapi lalai dalam urusan dunia. Ada lagi, kelompok yang begitu akrab dengan simbol-simbol fisik Sang Nabi (memelihara jenggot, berjubah, dan lainnya) namun bertingkah laku tidak sesuai dengan akhlak mulia beliau. Pada bulan Rabi’ul-Awwal dan beberapa bulan sesudah, sebagian umat Islam sibuk dengan seremoni Maulid Nabi SAW, tetapi tak kunjung diikuti dengan bukti bertambahnya semangat dan kecintaan mereka untuk meraih sukses sebagaimana Nabi SAW dan generasi rabbani di masa lampau. Ada lagi pemahaman yang sudah mendarahdaging, yakni gambaran sifat Rasul (sebagaimana diajarkan oleh Ustadz/Da’i) yang hanya terbatas pada empat sifat utama saja yaitu (shiddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Sementara profil utama Nabi yang tak kalah urgennya, misalnya: sifat rahim (kasih-sayang), sabar dan adil, amatlah sedikit didaraskan. Akibatnya kita umat Islam
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
15
beranggapan seolah sifat Nabi yang kita pahami hanyalah empat sifat itu saja. Padahal, sifat mulia Nabi yang penuh kasih-sayang misalnya, justru seyogyanya lebih dahulu dan utama diperkenalkan ketimbang sifat lainnya, mengingat hal ini sejalan dengan sifat Allah yang terkandung dalam Asma al-Husna (nama-nama Allah). Sifat terbanyak kedua setelah kata “Allah” yang muncul di dalam Al-Qur'ān yakni Ar-Rahman dan ArRahim.
banyak fakta yang sulit diingkari untuk mengatakan bahwa keadaan ini memang nyata dan merisaukan.
Cinta yang Tidak Seimbang Pada awal dakwah Islam di Makkah, Abu Dzar alGhifari RA. meminta nasihat beliau sesaat setelah menyatakan keislamannya. Beliau bersabda, "Kembalilah kepada kaummu dan sampaikan kabar
Tidak kalah menarik, ada sebagian umat yang hanya mau mengambil keteladanan beliau pada penggalan hidup di usia 40 tahun ke atas (setelah menjadi Nabi dan Rasulullah). Mereka enggan mengambil pelajaran dari proses pembentukan karakter Al Amin sejak usia muda. Akibatnya, mereka abai dan tak dapat memahami hukum proses, yang Allah tetapkan pada segala ciptaan-Nya, termasuk pada pribadi Rasulullah SAW. Berbagai bentuk anomali itu akan memenuhi lembar kertas bila diurai. Namun singkat cerita dapat disimpulkan, cinta kebanyakan umat Islam saat ini kepada Rasulullah SAW bagaikan cermin yang terpecah berkeping. Kondisi ini menyebabkan pemahaman yang sempit. Dan keindahan pribadi Rasulullah akibatnya kurang atau bahkan tidak mampu ‘hadir’ pada diri umat Islam karena kecintaan yang terpecah. Namun demikian, adakah yang mau menerima ‘tuduhan’ bahwa cinta mereka kepada Sang Nabi sesungguhnya hanyalah cinta separoh hati? Gejala cinta yang terpecah-belah ini, entah apapun sebabnya, telah menjadi pemandangan umum di kalangan umat Islam dewasa ini. Terlalu
16
kepada mereka hingga datang perintahku kepadamu". Akan tetapi Abu Dzar tidak segera menuruti sabda beliau. Abu Dzar berbelok ke Ka’bah dan mengucapkan dua kalimah syahadah dengan suara lantang di hadapan orang-orang musyrik yang tengah berada di sana. Seketika itu
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
mereka terperangah lalu memukuli Abu Dzar hingga terjatuh. Keberanian Abu Dzar menjadi bukti dorongan cinta agama sangat kuat sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW. Patut diacungi jempol. Namun pada saat bersamaan, lemahnya perhitungan resiko menjadi contoh ketidakseimbangan dalam ekspresi cinta yang dijalankan.
atasmu”, demikian nasihat Nabi SAW kepada sahabat itu.
Rasulullah, memang merupakan muara dari keseimbangan baik lahir maupun batin. Dalam kerangka fisik misalnya, sejumlah hadits sahih telah menggambarkan kesempurnaan Rasul hingga postur fisik. Rasul digambarkan tidak gemuk dan tidak kurus, tidak terlalu tinggi, juga Di waktu lain Rasul pernah menegur sahabat yang tidak terlalu pendek, rambutnya tidak keriting dan berlaku tak seimbang pada dirinya. Sahabat ini juga tidak lurus sama sekali, porsi makan yang seimbang, dan lain sebagainya. Berbagai penjelasan otentik ini menambah bukti bahwa Rasulullah SAW adalah muara keseimbangan, yang dapat dijadikan role model ideal bagi semua manusia. Dalam kerangka ini, sangat penting bagi umat Islam pencinta sejati Rasul, menjadi seruan untuk berlaku seimbang dalam menjalani hidup. Namun sayang kehidupan riil umat Islam dewasa ini. Tidak jarang mereka melanggar hukum keseimbangan yang sejatinya menjadi ruh/semangat sunnnah Rasulullah SAW. Umat nampaknya terpenjara dalam paradoks cinta yang mengganggu keseimbangan. Sebagian umat lebih mengutamakan sisi pemahaman tekstual ketimbangan kontekstual dan lainnya bersikap sebaliknya. Perhatikan bahwa terdapat pemahaman tak seimbang mengenai praktik kehidupan Foto: @Arman Mintenk beragama dan bermasyarakat. Getol mengurus dunia ketimbang akhirat atau menghabiskan waktu hidupnya hanya untuk sebaliknya, asyik mengurus umat lupa mengurus berpuasa, qiyamul-lail dan mengkhatamkan Aldiri dan keluarga atau sebaliknya, menekankan Qur'an, tanpa mengindahkan perkara lainnya. kajian hadits Nabi ketimbang Al-Qur’an atau Melihat itu Rasul bersabda, "Sesunguhnya sebaliknya. Semua itu dijalani sambil tetap isterimu juga mempunyai hak atasmu, tamumu merasa sebagai muslim yang nyunnah. Inilah punya hak atasmu dan jasadmu juga punya hak salah satu dari ekspresi cinta yang tak seimbang
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
17
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yang pasti, nyunnah yang didorong oleh cinta yang tidak seimbang akan semakin menjauhkan umat dari sunnah yang sejati yang telah diajarkan Pribadi Paripurna, Rasulullah SAW.
lain.
Karena itu, ukuran paling sederhana terkait kesejatian cinta umat Islam kepada Rasulullah SAW dapat disigi dengan mengukur seberapa jauh umat mengikuti jejak sukses beliau. Kita tentu bertanya, apakah rahasia keutuhan dan Sedangkan kunci sukses Nabi tak dapat keseimbangan kehidupan sebagaimana Rasul dilepaskan dari petunjuk Allah SWT di dalam AlSAW ajarkan? Ini pula pertanyan mendasar yang Qur'an, yang memuat semangat keutuhan dan disampaikan seorang sababat Sa`id bin Hisyam keseimbangan. kepada sayyidah `Aisyah RA. Dari lisan isteri beliau inilah kemudian terucap kalimat yang sangat masyhur: ( َكا َن ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ َنartinya: “Akhlak Nabi adalah Al-Qur'an.”). Itu berarti, paradigma keutuhan dan kesimbangan pada hakikatnya adalah menghadirkan Al-Qur'an dalam kehidupan nyata –dalam bentuk akhlak– hingga kemudian berujung pada sukses di akhirat. Oleh sebab itu, tidak ada pilihan bagi umat Islam yang ingin meraih cinta sejati (authentic & genuine) yang utuh dan seimbang kepada Rasulullah SAW, selain meningkatkan kualitas interaksi dengan Al-Qur'an. Hal ini bisa dibangun melalui keimanan dan persepsi yang benar tentang Kitabullah. Dan kemudian dibuktikan dengan amal perbuatan dari tingkat paling sederhana (sekadar mendengar dan/atau membaca Al-Qur'an) hingga terbangunnya sebuah peradaban.
Mau Nyunnah? Ikuti Jejak Sukses Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam! Allah SWT mengutus Rasul-Nya - dengan petunjuk dan agama yang benar - dalam upaya memenangkan agama di atas keyakinan selainnya. Demikian ungkapan Al-Qur'an (TQS AtTaubah [9]:33, Al-Fath, [48]:28 dan Ash-Shaff [61]:9) dengan sedikit perbedaan redaksi pada bagian akhir ayat. Hal ini berarti bahwa kecintaan kepada Rasulullah SAW yang sejati (authentic & genuine) kelak akan berbuah kesuksesan diri dan melahirkan peradaban unggul di atas peradaban
18
Pada gilirannya, nyunnah yang didorong oleh cinta yang tidak seimbang, alih -alih semakin menjauhkan dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sesungguhnya.
Akhirul kalam, dengan maksud menumbuhkan kecintaan kepada sunnah beliau, akhir-akhir ini ada dai yang mengampanyekan slogan yang berbunyi, “Mau sukses? Ikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!” Ajakan slogan ini cukup mengena sasaran. Sebab, siapa sih manusia yang tidak ingin meraih sukses? Sekalipun demikian, agar semangat keutuhan dan keseimbangan turut mengiringi himbauan itu, alangkah baiknya jika slogan tersebut juga dilengkapi dengan kalimat, “Mau Nyunnah? Ikuti jejak sukses Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam!” Wallahu A’lam bish-shawab Ust. Ir. Muhammad Furqan Alfaruqiy, Pengasuh Pusat Dakwah Al-Qur’an Bina Qolbu (PDA-BQ)
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Buku
Foto: @Francessco Iannuzzi
S
udah baca Al-Fatihah buat bapak?” Kyai sebuah pesantren besar di Jawa Timur itu memastikan pada istrinya sebelum pergi. “Injih, Pak.”
“Dua puluh lima kali?” “Dua puluh lima kali.” Sang Kyai tersenyum. Juga istrinya.
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
19
“O, ya, anak-anak juga sudah baca buat bapak, ‘kan?”
santrinya.
Setelah tujuan kepergian dijelaskan, dan nasihatnasihat yang memotivasi diutarakan, beliau akan menutup dengan meminta santri yang jumlahnya ribuan itu membacakan al-Fatihah beberapa kali.
“Sudah juga. Insya Allah. Bismillah, bapak berangkat saja. Nanti ibu pastikan. Tadi baru lihat sepintas saja.” “Bapak juga sudah baca buat ibu dan anak-anak, masing-masing dua puluh lima kali.”
Saat-saat seperti itu suasana terasa sakral. Hening. Hanya suara burung terdengar bersahutan memenuhi masjid pesantren itu.
“Terimakasih, Pak”
Doa dan bacaan al-Fatihah dari keluarga dan ribuan santri membuat sang Kyai merasa optimis dan bersemangat. Langkahnya ringan. Kepercayaan dirinya mengembang, seumpama layang-layang yang terbang karena terpaan angin. Ya, surat al-Fatihah baginya ibarat angin bagi layang-layang.
“Terimakasih juga, Bu.” Mereka bersalaman. Sang instri mencium tangan suami, sang suami mencium kening istri. Lalu melangkah. “Assalamu’alaikum” “Wa’alaikum salam.” Istrinya menjawab dengan suara lembut dan senyum mengembang. Saling membacakan Al-Fatihah adalah ritual harian keluarga Kyai yang lebih suka dipanggil Bapak oleh keluarganya ini. Dia juga memanggil istrinya dengan ibu seperti masyarakat kebanyakan.
Pun, ketika pesantren akan melaksanakan sebuah rencana, misalnya mengirim santri belajar ke luar negeri, beliau akan berdiri di depan santri-
Al-Fatihah, seperti arti namanya, adalah pembuka, pembuka hari demi hari kehidupan sang Kyai. Al-Fatihah adalah penggedor semesta yang dengannya pintu-pintu langit terbuka dan menghamparkan kepada beliau jalan-jalan kemudahan dalam kehidupan keluarga dan pesantren.
Ada sebuah cerita yang diadaptasi dari hadits riwayat Imam Muslim. Suatu hari Rasululah SAW duduk bersama Jibril AS. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh menggetarkan langit. “Tahukah engkau, suara apa itu, wahai Rasul yang mulia?” tanya Jibril. Nabi tidak menjawab. Dia memandang Jibril penuh tanda tanya. “Sebuah pintu langit terbuka,”
“Pintu langit. Apa yang istimewa?” “Pintu ini tidak pernah terbuka selama ini. Ini untuk pertama kalinya ia terbuka.” “Ada apa gerangan, wahai Rûhul Amîn?” Nabi penasaran. “Dua cahaya suci datang untukmu, wahai Rasul mulia.” Nabi terdiam, menunggu kata-kata Jibril selan-
20
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
jutnya.
“Dua Cahaya Suci ini tidak pernah diberikan kepada seorang pun selainmu. Tidak pula kepada Nabi dan Rasul sebelummu.” “Cahaya Suci apakah itu?” “Al-Fatihah dan beberapa ayat terakhir al-Baqarah.” Nabi terpana. Sekujur tubuhnya berkeringat. Jiwa raganya bergetar, seperti langit dan semesta yang gemuruh itu. Sebuah cerita mengharu biru tentang surat yang penuh karisma. Karena itulah, barangkali, Nabi memberinya beberapa nama indah, seperti: Ummul Quran (Induk Al-Quran), Al-Quran Al-Adzhim (Bacaan yang Agung), As-Sab’ul Matsaani (yang dibaca berulangulang), As-Syifa’ (Penyembuh), ArRuqyah (Penyembuh Jiwa). Ada juga ulama yang menamainya Al-Kanz, perbendaharaan yang menyimpan kekayaan melimpah. Dan inilah simfoni indah kekayaan yang melimpah itu: Dengan nama Allah Yang Maha Mencintai sepenuhnya Yang Maha Menyayangi seutuhnya Segala puji bagi Allah Pengembang, Pendidik, Pemelihara alam semesta Yang Mencintai (jagat raya seisinya) Yang Menyayangi (para penempuh jalan kebenaran) Penguasa mutlak Hari Pertanggungjawaban Hanya untuk-Mu kami persembahkan hidup ini
Dan hanya dari-Mu kami mengharap pertolongan. Tuhan, bentangkan di hadapan kami jalan lurus, jalan kebenaran Jalan orang yang Engkau anugrahi kesempurnaan nikmat Yang tidak pernah membuat-Mu marah, Dan tidak pula yang kehilangan arah. *** Ada apa dengan Al-Fatihah hingga menjadi surat yang begitu penting dan menghimpun keseluruhan pesan Al-Qur’an? Sebagiannya dapat disimak dalam buku Kafilah Al-Fatihah. InsyaAllaah. Selamat Menikmati. DS
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
21
Akhlak
Foto: @Iwan
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (TQS. Al-Anfal [8]:27)
S
osok manusia paripurna itu begitu indah sepak terjangnya, hingga ketika belia semua sepakat menganugerahinya gelar ‘’Al Amin’’, atau yang dapat dipercaya. Rasulullah SAW, adalah sosok mengagumkan yang menjadi teladan bagi masyarakatnya karena beliau senantiasa memegang dan menunaikan amanah dengan baik. Kini betapa kita semua merindukan sosok yang mampu menjaga sikap luhur warisan Rasulullah tersebut dalam keseharian. Kita pun sebagai bagian umat yang dicintai dan mencintai Rasul hendaknya mengedepankan sikap amanah dalam menunaikan tugas kehidupan di mana pun berada.
22
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Arti Amanah
Kata amanah bermakna menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan kepada seseorang. Dari sudut etimologis kata-kata amanah, iman, aman, dan amn berasal dari akar kata yang sama yaitu terdiri atas hamzah, mim, dan nun. Hakikat maknanya pun berkaitan erat. Iman tidak terwujud dengan sempurna jika tidak ada amanah, begitu juga sebaliknya. Sementara itu, rasa aman tidak mewujud kalau tidak ada iman ataupun sifat amanah sudah tercerabut. Rasulullah SAW bersabda, “Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban). Menunaikan amanah, apalagi di jaman kini, tentulah tidak ringan. Tantangan dalam menunaikan amanah demikian beratnya sehingga seolah ia memang merupakan suatu yang harus diwaspadai manakala kita menyandangnya. Dalam hadits yang berasal dari Ali RA, disebutkan bahwa suatu saat seorang Arab pegunungan bertanya kepada Rasulullah, “ Wahai Rasul, apakah yang paling berat dalam agama dan apa yang paling ringan? Nabi SAW menjawab, ‘Yang paling ringan ialah mengucapkan dua kalimat syahadat, asyhadu anlaa ilaaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah. Sedangkan yang paling berat ialah amanah. Tidak sempurna agama seseorang yang tidak menjaga amanah, tidak diterima shalat dan zakatnya.” (HR. Al- Bazar).
Amanah Bagi Manusia Apakah amanah hanya terkait sebuah pekerjaan atau posisi tertentu yang diemban seseorang sementara meniadakan kewajiban bagi yang lain? Kita semua adalah subjek yang saat ini dipercaya Allah untuk mengemban amanah. Oleh karena itu kita sudah selayaknya menjaga amanah yang diberikan Allah tersebut dan
sebaliknya tidak menyia-nyiakannya. Tugas kita sebagai insan secara otomatis mengemban berbagai amanah dasar yang melekat. Pertama, sebagai insan kita diberikan amanah untuk mengabdi kepada Allah SWT. “Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk mengabdi (menyembah) kepada-Ku”, (TQS. Adz-Dzariyat [51]:56). Amanah ini wajib kita tunaikan dalam bentuk ketaatan dalam ibadah kita kepada Allah (mengabdi, menghamba) hanya kepada Allah SWT semata. “Sesungguhnya hanya kepada Engkau kami menyembah...”, (TQS. Al-Fatihah [1]:5). “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”, (TQS. Al-An’am [6]:162). Dengan demikian, pada dasarnya seluruh aktivitas hidup dan kehidupan kita 24 jam sehari, tujuh hari sepekan, seluruhnya merupakan manifestasi ketaatan kita terhadap amanah Allah, dengan jalan mengabdian kepada Allah SWT – baik berupa ibadah mahdhah maupun muamalah. Kedua, kita mendapatkan amanah sebagai khalifah (pengelola) bumi. Allah SWT menyatakan, “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami (senantiasa) bertasbih memuji-Mu dan mensucikan nama-Mu?’ Dia berfirman, ‘Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,’” (TQS Al-Baqarah [2]: 30). Amanah sebagai khalifah adalah tanggung jawab kita dalam rangka memakmurkan dunia. Sebagai insan kita diminta dan berusaha agar terjaga keselarasan dan keharmonisan seluruh penghuni bumi, tempat di mana kita dilahirkan dan bersosialisasi di dalamnya bersama dengan makhluk Allah lainnya. Kehadiran kita sebagai khalifah Allah adalah amanah penting di mana kita diminta untuk menjadi insan yang mampu
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
23
[33]:72). Nah, inilah salah satu petanda dari Allah bahwa amanah yang diberikan kepada manusia merupakan tugas yang tidak ringan.
Amanah di Jaman Sulit Para ahli sejarah, termasuk orientalis, menilai bahwa sifat amanah Rasulullah SAW – sebagai penyampai/messenger – adalah faktor kunci Foto: @Muhammad Azhari berkembangnya ajaran Islam ke seluruh penmemberikan manfaat juru dunia. Ajaran yang dibawa Nabi terus penuh kepada lingkungan kita, menjaga berkembang karena kepercayaan insan pada keamanan, ketentraman, kesejahteraan makhluk lain dalam jangkauan kapasitas yang dakwah yang diemban Sang Terpercaya. Setiap perkataan yang keluar dari lisan Rasulullah kita punyai. Allah bahkan menegaskan pesan adalah benar, perkataannya benar, perbahwa sebagai khalifah di bumi kita dilarang mengeksploitasi bumi semena-mena sehingga buatannya sesuai dengan perkataannya. Bahkan, dalam kelakar pun, beliau selalu certerjadi kerusakan yang menyusahkan banyak orang. (Perhatikan TQS. Al-Baqarah [2]:11-12). mat. Sikap dan sifat amanah ini pun telah diakui bukan saja oleh para sahabat, masyarakat Untuk menunaikan tugas atau mengemban luas yang melihatnya, termasuk musuh-musuh amanah ini, Allah telah membekali kita dengan Islam (seperti Abu Jahal dan Abu Lahab) potensi terbaik. Allah telah memberi kita percaya bahwa Muhammad adalah figur terberbagai kemudahan dan potensi alamiah percaya (Al Amin). yang sempurna. Seluruh potensi jasadiah dan Jarak dan waktu yang membentang antara ruhaniah juga telah diberikan Allah sebagai bekal terbaik mengelola alam lingkungannya. Rasulullah dan kita, menjadikan sifat-sifat Al-Qur’an menyebutkan, “Sesungguhnya Kami utama itu kini cenderung melemah. Amanah telah menciptakan manusia dalam bentuk yang yang dilekatkan kepada kita, dalam semua tingkatan dan urusan, kini berangsur mulai sebaik-baiknya,” (TQS. At-Tin [95]:4). kurang mendapat perhatian dan kecermatan. Dengan bekal kesadaran - akal dan ruh, Nilai-nilai utama dalam masyarakat mulai sebagai potensi hidup, manusia dengan berani bergeser dengan menempatkan persoalan menerima amanah tersebut sebagaimana amanah dalam aras yang tidak lagi penting dan dilukiskan Allah dalam firman-Nya, diletakkan pada tempat yang seharusnya. Oleh ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan karenanya kita kini sering berjumpa dengan amanat kepada langit, bumi dan gunungbanyak sekali manusia yang mendapatkan gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat penting dan mengusung amanat itu dan mereka khawatir akan tanggungjawab besar dalam masyarakat, mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu namun ia menyepelekan amanah yang oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat diembannya. Perhatikan, pada jaman kita zalim dan amat bodoh.” (TQS. Al-Ahzab amanah jabatan dianggap sebagai anugerah,
24
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
sehingga siapa yang mengembannya merasa perlu “merayakan” dengan pesta. Padahal, bila melihat orang-orang salih dahulu, amanah jabatan ini merupakan sesuatu yang dipandang berat, dan banyak di antara mereka cenderung menghindarinya. Barangkali inilah fenomena yang lazim terjadi di zaman kita. Cara pandang atau paradigma yang keliru terhadap amanah jabatan. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab merebaknya keburukan di masyarakat. Bila pejabat menganggap amanahnya sebagai kendaraan memuaskan nafsu berkuasa memperkaya diri atau kelompoknya, maka penyalahgunaan jabatan menjadi tak terhindarkan. Mereka memandang, tugas yang dibebankan bukan lagi amanah Tuhan. Dan karena hukum yang ditundukinya bukan hukum Tuhan, maka khianat terhadap amanat hukum dapat dicari solusinya. Pada jaman kita, amanah menjadi sangat ‘tipis’ maknanya. Dan karenanya, sinyalemen Rasulullah SAW pun perlu untuk kita tafakuri. Bila sudah tak terurus amanah, maka akan terjadilah jaman yang runyam. Rasul bersabda, “Akan tiba kepada manusia tahun-tahun yang menipu, dibenarkan orang yang bohong dan didustakan orang yang benar, orang yang khianat diberi kepercayaan dan orang yang amanah dianggap pengkhianat, dan ruwaibidhah berbicara dalam perkara yang besar. Ada orang yang bertanya: apa ruwaibidhah itu? Beliau SAW menjawab: orang yang hina”. (HR. Ibnu Majah). Sungguh berat, ketika kita semua berada di jaman yang Rasul sampaikan ini!
Foto: @Hisyam Bahrom
merupakan salah satu sifat penting yang harus ada di tengah kita. Sendiri dan atau bersama, mari kita tegakkan sifat, sikap, perilaku dan tindakan yang mencerminkan amanah. Sifat yang harus terbina dengan baik dalam diri, masyarakat dan umat. Justru bukan kita harus mengendor karena bergesernya paradigma sosial. Sikap ini pun kini dalam pergaulan masyarakat modern, tetap penting dan diharapkan tetap terbina. Dalam menentukan pilihan pemimpin, di tengah masyarakat yang paling abai pun mereka tetap menghendaki figur yang paling bersih, terpercaya dan amanah. Sedangkan bila sifat amanah ini hilang atau rusak, maka akan rusak pula nilai diri, masyarakat dan bangsa. Ketiadaan amanah bahkan secara keseluruhan akan merontokkan nilai kemanusiaan pada umumnya dan menimbulkan ‘bencana’ ketiadaan saling-percaya antara manusia antar anggota masyarakat.
Sebagai umat Muhammad yang meneladani sifat amanah yang beliau tauladankan, kini saatnya kita syiarkan sikap mulia ini kepada lingkungan kita. Dimulai dari diri, keluarga, serta lingkungan Tunaikan, Pastikan kecil yang mampu kita bina. Barangkali bila ada Dari lembar sejarah para alim, kita melihat Rasul slogan yang bisa dipopulerkan, akan menarik bila dan sahabat-sahabat mulia telah menunaikan kita juga bisa mempopulerkan sikap ini kepada amanah dengan cermat. Tidak ada alasan bagi anak-anak generasi muda. Dalam bahasa mereka, kita untuk bergeser karena pengaruh jaman. misalnya bisa disampaikan seperti ini, ‘’Berani Menjadi tugas kita bersama dan saling menerima Amanah, itu hebat! Menjaga Amanah itu mengingatkan di antara kita bahwa sifat amanah keren! ”. JS
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
25
Tasawuf
Foto: @Ali Trisno Pranoto
P
ada suatu sore yang bening, murid-murid pesantren hikmah memilih diam menunggu apa yang ingin diutarakan Sang Guru (GB), sebagai titipan pesan mengakhiri hari. Biasanya, bila bahasan sore tidak ditentukan, antara murid dan Guru menjadi saling menunggu, siapa yang memulai pembicaraan. Dengan tenang, Sang Guru memberikan kesempatan kepada murid-murid santrinya untuk mengudar rasa, menanyakan berbagai hal yang tengah berkecamuk dalam hidupnya. Seorang santri senior yang telah beruban memberanikan diri memecahkan keheningan.. S: Guru, hidup ini rasanya berat bagi sebagian besar orang. Maka karena saking beratnya, banyak di antara kita menjadi suka atau memiliki kebiasaan mengeluh. Kalau menurut Guru, bagaimana caranya orang beriman – tentunya termasuk kita-kita ini menghilangkan kebiasaan mengeluh itu, Guru? GB: Subhanallah, Maha Suci Dia yang Maha Sempurna dari segala yang kita sifati. Wahai santri dan anak-anakku semuanya, hal yang sangat manusiawi, kita sebagaimana manusia lainnya merasakan
26
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Foto: @Andhika Satya
begitu beratnya persoalan kehidupan. Maka tak mengherankan kalau di tengah deraan persoalan, bahkan terkadang kita merasakan buntunya jalan.. kita mengeluh. Ada keluhan yang sifatnya sementara, namun juga ada yang keluhannya panjang bagaikan daftar keluhan semata. S: Persis Guru, maka dari itu bagaimana sebetulnya hal itu bisa terjadi dan bagaimana kita menyiasatinya, Guru? GB: Ketahuilah, para ulama dahulu juga menemukan hal ini terjadi, bahkan tak jarang sifat ini menghinggapi orang salih sekalipun. Sumber dari keluhan, utamanya adalah menipisnya rasa syukur kita kepada-Nya. Kita tidak menyadari, setiap tarikan nafas yang kita hirup, adalah karunia yang luar biasa besarnya. Maka, pada setiap keadaan, secara sadar sepatutnya kita syukuri dengan rasa syukur yang tertanam dalam qalb (hati) kita. Kita tahu, sesungguhnyalah, seribu rasa syukur atau bahkan lebih itu masih akan terlalu kecil ketimbang kucuran rahmat-Nya yang dikenakan pada kita. Maka, kita harus kuat menanamkan dalam diri bahwa tingkat terendah rasa syukur kita, adalah menyadari bahwa rahmat (karunia) itu hanya berasal dari Allah. Terlepas dari apa pun penyebabnya, janganlah kita terpaku pada penyebab tersebut. Dengan jalan itu berarti kita merasa puas dengan apa yang diberikan oleh-Nya. Kita tidak mengingkari rahmat-Nya, atau menentang-Nya dalam setiap situasi, kondisi yang merupakan karsa ataupun kehendak-Nya yang sesungguhnya hal itu disebabkan oleh rahmat-Nya semata. S: Jadi, kalau demikian selama ini pandangan kita terlalu sempit terhadap situasi yang ada ya Guru, sehingga kita mengeluh atas apa yang maujud, karena kita tidak tahu kemauan Allah
SWT? GB: Tepat sekali Ananda. Hari ini mari, kita pandang lebih positif hidup kita melalui pintu syukur. Ini antara lain wasiat Imam Jafar Ash Shadiq dalam kitabnya. Hendaknya, kita menjadi seorang hamba yang tahu bersyukur kepada Allah dalam segala hal, dan kita akan mendapati bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pemurah dalam segala hal. ‘Jika memang ada suatu cara yang dapat ditiru dalam pengabdian (ibadah) kepada Allah bagi hamba-Nya, yang paling taat, yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap kesempatan, maka Allah akan menganggap cara pengabdian itu melebihi segala yang lain’. Demikian Syeikh Jafar. Karena sesungguhnya, tidak ada bentuk pengabdian yang lebih baik dari pada bersyukur di setiap kesempatan. Dia Ta’ala telah memilih syukur menjadi bentuk pengabdian terunggul dari pada bentuk-bentuk pengabdian yang lainnya dari seorang hamba. Namun Allah menyampaikan, hal yang demikian itu sulit adanya. Perhatikan firman-Nya, “Hanya sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang tahu bersyukur.”(QS.Saba’[34]:13).
S: MasyaAllah berat sekali memang Guru, pelajaran syukur ini bagi kita. GB: Ya tentu. Dan, karena kamu murid senior, sekarang saya tambahkan penjelasannya supaya lengkap dan kamu bisa mengajarkan kepada adik-adikmu. Rasa syukur kita menjadi sempurna manakala kita secara tulus mampu merasa, menyesali ketidakmampuan kita untuk menyampaikan rasa terimakasih kepada-Nya, walau dalam ujud paling kecil. Lalu kita mengungkapkan rasa itu dengan memuliakan Dia secara ikhlas, bukan dengan keluhan. Hendaknya kalian tahu, tidak
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
27
mudah menyampaikan rasa terimakasih ini karena ia juga merupakan Rahmat Allah kepada hamba-Nya yang dipilih. Pendek kata, posisi kita haruslah terus berupaya untuk ‘setiap kali berterimakasih’. Karena rahmat-Nya tanpa batas, maka kewajiban kita berterimakasih (bersyukur) jadi lebih besar lagi. Demikian seterusnya.. tanpa batas pula (laa nihayah). Semua itu kita laksanakan dengan ikhlas, sambil terserap dalam Rahmat-Nya hingga kita mampu mencapai derajat tertinggi kebersyukuran -pada apa saja Pemberian Allah.. Itulah hakikatnya telah hilang keluhan dari diri kita!
S2: Guru, mohon maaf kalau saya agak lancang. Karena saya ingin yang praktis, bagaimana kiranya hal harian yang bisa kita lakukan untuk mengusir segala keluhan dan meningkatkan kesyukuran kita? GB: Pertanyaan yang bagus Ananda. Ya, kita wajib mengupayakan hal terbaik untuk mendapatkan yang baik. Biasanya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar frekuensi kesyukuran kita meningkat. Pertama. Kita bisa memulai mendaftar kenalan kita yang sehari-hari menunjukkan sikap seorang hamba yang selalu bersyukur. Kita upayakan bersilaturahmi padanya dan kita tingkatkan frekuensi dan intensitas silaturahmi tersebut agar kita mendapatkan manfaatnya.
Kedua. Dengan bersilaturahmi dengan orangorang yang penuh syukur, kita beroleh energi positif, yang kemudian kita manfaatkan energi positif ini untuk mendata nikmat dan karunia Allah yang selama ini sering kita lalaikan dan kita ganti dengan keluhan. Ketiga. Kemudian untuk mensyukuri nikmat itu hendaknya kita senantiasa mengkaji Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup orang beriman secara
28
umum. Lalu kita endapkan, renungkan dan sedapat mungkin kita coba mengamalkannya. Keempat. Kalau pun dalam perjalanan waktu ‘mengeluh’ dan keluhan tidak bisa hilang sekaligus pada diri kita, ayo marilah kita beristighfar kepada-Nya, seraya kita terus berusaha menyadari bahwa kebiasaan mengeluh yang terbentuk bertahun-tahun bahkan lebih itu memang harus rajin untuk kita hapuskan secara bertahap. Maka wajar, kalau hilangnya kebiasaan ini pun akan bertahap. Kelima. Kita berdoa selalu pada-Nya agar dimudahkan dalam setiap perkara kebajikan, khususnya menambah rasa syukur dan menggantikan keluhan tersebut. InsyaAllah kita akan mendapatkannya dengan ijin-Nya Ta’ala. S: Subhanallah, tersisa sedikit dalam benak saya Guru. Apakah hal itu akan bisa benar-benar berdampak pada kita.
GB: Hari ini kita belajar mengenai hal positif, dan kita telah memasuki pintunya. Maka jangan disia-siakan energi positif kita dengan menduga bahwa Allah tidak memperkenankan doa dan ikhtiar kita. Subhanallah, mari kita laksanakan kebaikan dengan penuh keyakinan dan kita saling mendoa.. Senja semakin larut, cahaya memerah tanda memasuki waktu maghrib telah tiba. Setelah menengadahkan tangan bersama dan melantunkan doa, Guru dan murid-murid terkasihnya beranjak mengambil air wudhu yang jernih di pancuran bambu samping mushala. Air yang tercurah begitu deras, jernih.. sejernih cahaya batin para santri yang menyambut shalat dengan memenuhi panggilan yang sempurna.. Allahu Akbar Allahu Akbar... TBH
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Saintek
Foto: @Muhammad Farabi
Penciptaan manusia merupakan sebuah teka-teki besar. Dalam berbagai kesempatan Allah memberikan peringatan bahwa kebanyakan manusia abai terhadap isyarat penciptaan itu. Dapatkah kita belajar dari sebuah misteri dan keajaiban penciptaan. Ya manusia, diri kita. Sudah diberikan mekanisme hidup terbaik, sejak kecil.
P
ernahkan Anda mengira bahwa keajaiban Allah telah tertanam pada tubuh mungil yang baru dilahirkan? Bayi? Ya, pernahkan Anda belajar hikmah dari buah hati yang baru saja menjenguk bumi, dari alam rahim yang damai? Coba, jika Anda julurkan lidah ke arah bayi, bayi itu akan menjulurkan pula lidahnya kepada Anda. Bukalah mulut Anda, dan bayi pun akan membuka mulutnya. Sekilas, kemampuan bayi seperti ini tampak biasa-biasa saja. Akan tetapi jika kita pikirkan sejenak, sebenarnya kemampuan ini sungguh menakjubkan. Ada sebuah rahasia penciptaan yang unik di balik tubuh mungil yang lucu itu. Wow .. Perhatikan, bukankah dalam rahim sama sekali tidak ada cermin? Bagaimana cara bayi belajar menirukan? Bayi bahkan belum pernah ‘belajar’ dan melihat wajahnya sendiri. Tapi bagaimana ia tahu, di mana lidahnya berada? Coba buktikan lagi dengan memberikan respon sederhana ke arahnya, dan dia akan memberikan respon serupa.
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
29
Cara untuk mengetahui bahwa bayi berhasil melakukannya ialah melalui mekanisme Tuhan yang disebut kinestesia. Yaitu suatu perasaan internal yang mendeteksi tubuh kita sendiri. Dan subhanallah, sungguh menarik. Ternyata, setiap bayi dibekali sebuah kemampuan melakukan hal itu. Sekalipun, ia belum pernah melihat bentuk wajahnya!
mungkin juga di rumah kita sendiri – betapa banyak orang dewasa menonton televisi sambil menggendong bayinya. Padahal yang dilihat dan didengar itu adalah tentang kata-kata yang kasar, adegan kekerasan, atau lelucon maksiat yang murahan. Jangan-jangan ada pula yang nonton tayangan kurang senonoh, sambil menyusui anaknya! Nauzubillahi min zaalik.
Karena itu, pastilah bayi sudah memahami kesamaan antara perasaan internalnya dengan wajah eksternal yang ia lihat (wajah Anda yang menjulurkan lidah padanya). Yakni sebuah bentuk melingkar yang dari dalamnya keluar benda berwarna merah jambu panjang dan bergerak maju mundur. Bayi tidak hanya mampu melihat, namun ia juga mengenali bahwa wajah yang ia lihat mirip dengan wajahnya sendiri.
Riset psikologi perkembangan yang baru membuktikan bahwa pandangan bayi “tak tahu apa-apa” itu.. sama sekali salah! Andrew Meltzoff, Ph.D, seorang professor psikologi di Universitas Washington, membuat penemuan yang
Kesalahan Yang Telah Berusia Lama Selama bertahun-tahun para ahli berkeyakinan bahwa pikiran bayi kalah canggih dengan pikiran siput. Ketika lahir, bayi dianggap belum bisa melihat apa-apa. Mereka dimaklumi sebagai benar-benar ‘’makhluk primitif” yang belum tahu mengagetkan sejak dua puluh tahun lalu. Namun apa-apa, tak bisa berbuat apa-apa. Secara harfiah, tak banyak publikasi yang mengingatkan kembali temuan ini. Ia membuktikan bahwa bayi mampu ia sama sekali “bukan apa-apa”. menirukan gerak manusia, bahkan sejak hari Filosof abad ke-17 yang sangat masyhur, John pertama! Locke, membuat sebuah metafora yang sampai Awalnya ia melakukan percobaan terhadap bayi hari ini masih ada dalam teks-teks referensi di usia 3 minggu. Agar ia yakin bahwa bayi benarsekolah-sekolah kita, bahwa setiap bayi adalah sebuah lembaran kosong. Terkenal sekali dengan benar melakukan peniruan, bukan “salah perkiraan” karena memang sulit membedakan ungkapan “tabula rasa”. ekspresi wajah bayi yang terus menerus berubah, Pandangan ini sampai sekarang masih tetap hidup Andrew merekam wajah bayi itu dalam videotape. kuat dalam pemahaman kebanyakan orang tua. Lalu dia menunjukkan rekaman wajah bayi Maka banyak orang tua yang mengabaikan apa kepada orang lain, seseorang yang netral dan yang dipikirkan bayi dan anak-anaknya ketika obyektif yang sama sekali tidak mengetahui apa mereka berperilaku. Mungkin para orang tua yang telah dilihat oleh bayi ketika mereka bebas melakukan kegiatan ‘’apa pun’’ di dekat memunculkan berbagai ekspresi wajah. bayi dengan berasumsi bahwa mereka “tak tahu Professor Andrew berhasil membuktikan bahwa apa-apa”. ada hubungan sistematis antara apa yang Yang lebih banyak lagi bisa kita saksikan –
30
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
dilakukan bayi (yang dinilai oleh pengamat yang netral) dengan apa yang dilihat oleh si bayi (sehingga ia berekspresi tertentu).
memecahkan masalah, mengoreksi bila ternyata kesimpulan itu salah dan terus mencari kebenaran. Hanya saja memang, mereka tidak melakukan semua ini dengan cara yang sadar-diri Lebih jauh lagi, ia menunjukkan bahwa sebagaimana para ilmuwan melakukannya. kemampuan meniru ini benar-benar bawaan sejak Mereka adalah saintis dalam tubuh kanak-kanak! lahir. Maka ia menyiapkan sebuah laboratorium di sebelah ruang pekerja di rumah sakit setempat Karena itu marilah kita berhati-hati ketika kita dan meminta orangtua bayi agar memanggil berada di dekat bayi dan anak-anak kita. Tak dirinya jika si bayi hampir lahir. Selama setahun, ia terkecuali ketika menggendong bayi kita yang terbangun pada tengah malam atau tergopohmasih berumur beberapa hari. Mereka belajar dari gopoh keluar dari sebuah rapat, terburu-buru lari apa pun yang kita ucapkan, yang kita lakukan. ke rumah sakit, untuk mengetahui hasil lebih Indera bayi yang peka, rupanya merupakan mesin lanjut. Akhirnya ia berhasil menguji banyak bayi pengkopi segala ‘pembelajaran’ yang kita berikan kepada mereka. Maka tak mengherankan bila kita menjumpai berbagai sikap anak-anak yang beranjak dewasa begitu mengejutkan. Setiap hari kita didik dengan baik dan kita berikan perhatian paripurna, sejak kapan mereka menirukan hal-hal ‘aneh’ yang kemudian hadir di tengah-tengah keluarga. Hendaknya setiap pelajaran menjadi pengingat kita. Bayi adalah makhluk ajaib yang memiliki Foto: @R Aryw kemampuan dasar yang hebat dalam aktivitas sebelum mereka berumur satu hari. Bayi termuda keilmuan. Maka beruntunglah bila keluargayang ia uji berusia hanya 42 menit. Bayi-bayi keluarga kita secara sadar membekali putra-putri tersebut terbukti meniru gerak manusia! dengan berbagai hal positif, bacaan yang baik, “Bayi dan anak-anak adalah seorang saintis”, tulis mendengarkan suara kajian Al-Qur’an. Juga tak tiga orang profesor psikologi terkenal, Alison kalah pentingnya, orang-orang di sekeliling si kecil Gopnik, Andrew N. Meltzoff dan Patricia K. Kuhl, mendemonstrasikan kesantunan dan akhlak yang dalam karya ilmiahnya, “The Scientist in the Crib: baik, utamanya dalam berkomunikasi dengan What Early Learning Tells Us About The anggota keluarga lainnya. Mind” (sudah diterjemahkan dalam bahasa "Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan Indonesia oleh penerbit Kaifa berjudul Keajaiban ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan Otak Anak). bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; Laksana seorang ilmuwan hebat, setiap bayi (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur." (TQS. Asmenyelidiki sifat benda-benda di sekitarnya. Sajdah [32]:9) Mereka berpikir, mengobservasi dan bernalar. Semoga Allah senantiasa memberikan ilham Ibarat psikolog mereka juga berusaha membaca terbaik bagi kita untuk membekali para ‘saintis’ pikiran orang-orang yang dijumpainya. Mereka kecil itu menuju dunianya yang penuh dengan membuat perkiraan, menguji-cobanya, harapan. Itulah tanda syukur kita sebagaimana mempertimbangkan bukti, lalu menarik Allah harapkan dalam seruannya dalam Alkesimpulan, melakukan eksperimen lagi, Qur’anul Karim. NI
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
31
Profil
Aktivis dakwah dan pergerakan tentu mengenal sosok Muslimin Nasution dalam peta jelajah aktivisme nasional. Para mantan aktivis ITB, khususnya angkatan 1960 s.d. 1980-an tentu mengenal sosok DR. Ir. Muslimin Nasution, APU, sebagai rujukan dan andalan mereka dalam menggelorakan aktivisme berbasis kampus dan masjid. Dikenal luas karena kepeduliannya, Bang Mus, demikian ia biasa dipanggil dan dikenang para juniornya, tampaknya memang harus menjalani takdir sebagai seorang aktivis sepanjang masa seolah menapak jejak Opanya, pahlawan nasional AM Sangaji.
M
uslimin dan Masjid Salman ITB agaknya memiliki kaitan historis yang khas. Semenjak ikut serta mendirikan masjid kampus di lingkungan ITB itulah ke mana pun ia berkiprah, nama Salman seolah tak pernah lepas darinya. Para alumnus Salman melihat Mus bukan saja sebagai orang tua, kakak, teman berdialog, namun juga kerap menjadi penyandang dana berbagai aktivitas dakwah di lingkungan kampus. Sebab itu, walau usianya menjelang 76 ia tidak bisa menolak keinginan para junior yang memintanya kembali menjadi Ketua MWK (Majelis Wali Keluarga) Kalam Salman ITB, organisasi alumni aktivis Masjid Salman ITB, dalam Muktamar Kalam ke-4 yang diadakan
32
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
di Bandung, 13-14 Desember yang lalu. Nama Salman al-Farizi, disematkan sebagai nama masjid yang dibangun di Komplek Bulog Jakarta Timur – ketika ia menjabat di lingkungan Bulog. Nama Salman pula ia abadikan sebagai tempat menggembleng generasi Qur’ani di Sekolah Islam yang ia gagas di Kawasan Bandung Utara. Semasa mahasiswa, Muslimin memang dikenal sebagai aktivis kampus. Diterima di Teknik Mesin ITB setelah gagal masuk sekolah penerbang, 1958. Pemegang medali emas PON Judo ini memang dikenal berani, menonjol kepemimpinannya dan banyak akal. Temanteman aktivisnya seperti Pungki (mantan Ketua Dema ITB) dan Sakib Machmud, mengakui keandalan Muslimin di lapangan. Ia sempat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin dan ketika ia menjadi Ketua Umum Dewan Mahasiwa ITB, mahasiswa ITB rajin menggelar aksi bersama Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Ia pula antara lain yang menjadi garda depan untuk aktif membersihkan kampus dari unsur PKI dan antek organisasinya.
Aktif Mendirikan Masjid Salman Bagi Muslimin, tidak ada kesan terindah kecuali menjadi bagian penting dari kelompok intelektual kampus yang berhasil mendirikan Masjid Salman. “Saya salah seorang mahasiswa ITB yang berjuang agar kami, umat muslim, bisa shalat di kampus dengan nyaman dan leluasa”, demikian ujarnya. Masjid kampus, sangat penting, bagi Mus dan kawan-kawan. Selain sebagai markas pencegahan gerakan komunis masuk ke kampus, masjid adalah pusat aktivitas dakwah yang strategis untuk membekali calon pemimpin agar berkarakter Islami. “Sinergi antara masjid dan kampus menjadikan Salman muara strategis guna membina karakter civitas akademika. Kalau sinergi ini dapat dibina terus, insya Allah kondisi bangsa ini akan terus lebih baik. Peranan utama
Masjid Salman adalah melahirkan calon pemimpin bangsa yang berkarakter yang lahir dari ‘rahim’ ITB”, tambahnya bersemangat. Ketika musim mapram (opspek) tiba, muslimin yang menjadi ketua Mapram ITB dua periode itu mengerahkan mahasiswa baru menyabit lahan jagung dan singkong yang dikuasai Barisan Tani, underbow PKI. Di atas lahan itulah kelak dibangun Masjid Salman melalui perjuangan diplomasi yang manis dan akhirnya mendapatkan pengukuhan dari Bung Karno – yang kemudian memberikan nama Salman, nama depan pahlawan ‘teknologi’ Perang Khandaq (Parit) di jaman Rasul. Muslimin, sebagai Ketua Dema ITB ketika itu, tidak bisa berangkat ke Jakarta – bersama tim menghadap Bung Karno – karena masih menjadi tahanan kota. Ia didakwa menjadi penggerak demo – bersama Siswono Yudohusodo atas terjadinya peristiwa 10 Mei 1963. Itu adalah peristiwa kerusuhan anti etnis China yang terjadi di Bandung. Peristiwa yang bermula di Kampus ITB itu merembet ke berbagai tempat di Bandung, juga ke Sumedang, Garut, Cianjur, dan kota lainnya. “Peristiwa itu sesungguhnya dipicu ketidakadilan yang dirasakan mahasiswa pribumi. Ada perbedaan perlakuan terhadap mahasiswa etnis China dengan pribumi”, tutur Ketua Presidium ICMI 2009 itu. Muslimin mengaku tak pernah berencana untuk membuat kerusuhan apalagi pembakaran. Mantan Menhutbun itu tersadar bahwa, “peristiwa kerusuhan anti-etnis yang meletus di Jawa Barat itu ternyata ada yang membonceng di belakang”. Ia, beserta enam temannya, kemudian dihukum karena dianggap terlibat gerakan subversif. Pengadilan memvonisnya empat tahun penjara, namun hanya dijalaninya selama 4,5 bulan. “Peristiwa G30S/PKI meletus. Saya dan kawan-kawan kemudian dibebaskan dan nama kami direhabilitasi pemerintah”, ungkap tokoh pendiri ICMI itu.
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
33
Kegiatannya sebagai aktivis yang padat menyebabkan kuliahnya terbengkalai. Dunia pergerakan lebih menarik perhatiannya daripada menyelesaikan kuliah dengan cepat. Apalagi, saat itu bangsa Indonesia berada dalam kondisi kritis. Muslimin pun lebih memilih terlibat pergerakan kebangsaan bersama rekan-rekan aktivis di Bandung. Pada 11 November 1967, Muslimin menyelesaikan studinya dengan meraih anugerah “Sarjana Teladan” dari Senat Guru Besar ITB. Muslimin dinilai sangat berjasa kepada almamater dan perjuangan menegakkan Orde Baru. “Itu satusatunya gelar sarjana teladan yang diberikan Senat Guru Besar ITB bagi mahasiswanya”, kenangnya. Badan Litbang Koperasi, Departemen Koperasi (1983-1993). Memihak Ekonomi Kerakyatan
Muslimin memulai karirnya sebagai birokrat dengan menjabat kepala Biro Penelitian dan Pengembangan, Badan Urusan Logistik (Bulog) pada 1975 – 1978. Ia mengakui bahwa jalan itu memang bukan cita-citanya. Semula, setamat ITB Muslimin ingin berwiraswasta. Pada tahun 1968, ia dan beberapa alumni ITB dari jurusan Mesin dan Elektro membangun bengkel di bawah payung INFRA Group. Idealismenya mendirikan perusahaan di bidang permesinan ternyata menghadapi kendala. Pemerintah ternyata lebih senang menjadi importir mesin ketimbang membina industri permesinan nasional. Singkat cerita, usahanya di jalur permesinan kandas. “Saya kemudian ditarik ke Bulog dan langsung menduduki jabatan eselon dua”. Muslimin menceritakan bahwa mesin yang Ayah dan ibunya yang tegas memberikan pendidikan agama di dalam keluarga menjadikan masuk ke Indonesia umumnya diterima Muslimin mampu menyerap api yang hidup dalam pemerintah tanpa uji kelaikan. Sayang, bahwa semangat keberagamaan keluarganya, terutama mesin impor untuk berbagai keperluan banyak yang menjadi rongsokan besi tua. Muslimin meradalam bentuk keteladanan, dan selalui bersikap sa prihatin dengan kondisi ini dan menyarankan konsisten. Usai menamatkan pendidikan kepada Ahmad Tirtosudiro, kepala Bulog saat itu, menengah di Surabaya dan S1 di ITB, ia untuk mendirikan test processing center. melanjutkan studi hingga ke jenjang S3 dan meraih gelar doktor Bidang Studi Pembangunan “Tujuannya, untuk menguji mesin-mesin yang masuk dari luar”. Wilayah dan Pedesaan IPB. Ia menyelesaikan pendidikan S3 ketika menjabat sebagai Kepala Bersama dengan karirnya di Bulog nama Muslimin Meskipun nama belakang Muslimin mengandung unsur ‘Batak’, anak ketiga dari sembilan bersaudara kelahiran Surabaya, 26 Januari 1939 ini mengaku tak bisa berbahasa Batak. Anak H. Parlaungan Nasution dan H. Lasiyam itu lebih fasih berbahasa Jawa Suroboyo-an karena ia memang tumbuh dan besar di Surabaya. “Saya memang bermarga Nasution. Tetapi, saya lebih pinter berbahasa Jawa Timur-an. Karena sejak kecil saya tinggal di Jawa Timur”, jelasnya. Sang ayah memang berasal dari Tapanuli Selatan. Namun, ibunya adalah orang Jawa kelahiran Sedayu, Gresik. Ia kemudian tinggal dan tumbuh besar di Kapas Krampung, Surabaya.
34
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
insinyur mesin ini lebih dikenal sebagai pakar ekonomi kerakyatan ketimbang sebagai teknolog ahli permesinan. Pada tahun 1993-1994, Muslimin diangkat sebagai Asisten Menteri Negara Bappenas Bidang Peningkatan Kualitas SDM. Lalu menjadi Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, 1994 – 1998. Pada saat yang sama, Muslimin juga menyandang jabatan Ahli Peneliti Utama Bidang Koperasi dan Pengusaha Kecil, Departemen Koperasi dan UKM. Pada tahun 1998, Muslimin kemudian mengemban amanah sebagai Wakil Kepala Bappenas setelah Ginanjar Kartasasmita memintanya.
kemudian makin berkibar sebagai salah satu tokoh ekonomi kerakyatan. Ketika krisis pangan terjadi sekitar tahun 1973, ia mengendus ketidakberesan dalam tatakelola pangan yang lebih mementingkan kroni antara pejabat dan pengusaha non-pribumi. Ketika itu, ia mengusulkan perubahan kebijakan yang bisa memberikan peluang kepada pengusaha pribumi sebagai pemasok pangan. “Saran saya diikuti. Pada tahun 1976 sebanyak enam pemasok nonpri terbesar dicopot dan diganti dengan orang-orang pribumi. Itulah yang mengakhiri krisis pangan kita”, tegasnya. Karirnya di Bulog memang tidak berlangsung lama. Selepas dari Bulog, Muslimin bergabung dengan Bakrie Brothers. Namun tak lama di Bakrie, ia kembali diminta pemerintah sebagai Sekretaris Menteri Muda Urusan Koperasi pada Departemen Perdagangan dan Koperasi, 1979 – 1983. Ide-ide segar Muslimin untuk mengokohkan kembali koperasi dan ekonomi kerakyatan rupanya menyebabkan ia ‘dikucilkan’. Sepuluh tahun berkarir, ia kemudian ‘diparkir’ sebagai kepala Badan Litbang Koperasi. Jabatan itu sengaja dibuat sebagai tempat “pembuangan” bagi Muslimin, yang dinilai pemerintah Orba sebagai ‘terlalu vokal’ dalam memperjuangkan ekonomi kerakyatan. Perjalanan karirnya itulah yang menyebabkan
Pasca krisis politik yang akhirnya melengserkan Presiden Soeharto lengser, 1998, Muslimin kemudian dipercaya Presiden BJ Habibie untuk masuk dalam jajaran Kabinet Reformasi Pembangunan. Ia kemudian menduduki posisi Menteri Kehutanan dan Perkebunan era Habibie. Apapun tugas yang diembannya, bagi muslimin amanah harus ditegakkan. Selama menjabat di ‘kursi panas’, ia dikenal sebagai menteri yang pemberani. Semangat reformasi mendorongnya untuk membongkar berbagai kasus tahunan yang ‘tak tersentuh’ di Departemennya. Kepemilikan izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang tidak transparan, penyelewengan dana reboisasi, serta praktek kolusi korupsi, dan nepotisme (KKN) yang 'gentayangan' di hutan negara merupakan masalah pokok yang merusak tatakelola pemerintahan yang sehat. “Jabatan ini mempertaruhkan nama, tetapi ini merupakan amanah Tuhan. Saya yakin Tuhan akan membantu saya. Dalam kesulitan pasti ada kemudahan", tegasnya. Berbekal tekad itu, Muslimin berhasil melakukan sejumlah terobosan dan kebijakan penting di sektor kehutanan dan perkebunan. Undang-undang Berwawasan Islami Sebagai Menhutbun, Muslimin menggantikan era ‘kroni’ dan oligopoli raja-raja hutan dari konglomerasi perusak sumberdaya hutan. Membabat praktek tatakelola buruk dan menggantikannya
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
35
dengan konsep ekonomi kerakyatan di lahan perkebunan dan kehutanan. Dari departemennya ia berhasil membuat simulasi tatakelola hutan yang menguatkan usaha ekonomi rakyat sehingga aset negara memberi dampak keberadilan kepada masyarakat.
Wira Karya dari Presiden RI (1994), Satyalancana Karya Satya 20 Tahun dari Presiden RI (1996), Satyalancana Bintang Jasa Utama dari Presiden RI (1997), Bintang Mahaputra Adipradana dari Presiden RI (1999) dan Ganesha Prajamanggala Bhakti Adiutama dari ITB, 2009.
Bagi Muslimin, hutan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan bila dikelola dengan benar oleh negara bersama rakyat. Karena itulah ia melarang masyarakat untuk menyerahkan HPH kepada investor asing. Pada saat memimpin kementeriannya Muslimin berhasil mereformasi kebijakan kehutanan dengan keluarnya UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. “Ini Undang-Undang yang sangat Islami. Dalam UU itu hutan dianggap sebagai rahmat dan amanah yang diberikan Sang Pencipta untuk dipelihara dan dilindungi”, tambahnya.
Suami Tjut Harida, yang dinikahinya pada 16 Nopember 1967, ini mengaku tak tertarik lagi untuk terjun ke dunia politik yang sempat ia lalui. Di usia senjanya Muslimin lebih banyak mengabdikan dirinya di bidang pendidikan dengan menggagas dan membangun lembaga pendidikan berwawasan Islam. “Tidak Ada warisan yang berarti bagi anak cucu, kecuali pendidikan yang baik. Dengan pendidikan, anak-anak kita didorong memanfaatkan potensi anugerah Allah untuk masyarakat, bangsa, dan negaranya”, tambahnya penuh semangat.
Bagi kalangan intelektual, Bang Mus kini telah Sebagai orang nomor satu dengan kebijakan yang meluncurkan beberapa buku terutama tentang banyak melawan arus, maka isu miring pun kerap ekonomi kerakyatan dan koperasi. Namun semenerpanya. Muslimin, sempat dilaporkan ke bagai mantan aktivis Salman, di berbagai kesemKPK terkait pemberian izin pelepasan kawasan patan ia tak luput dari ikhtiar mendorong banyak hutan lindung di Kalimantan Timur. Namun ia pihak untuk membangun dan mengembangkan membantah tuduhan itu. Muslimin menyatakan masjid-masjid kampus. tidak pernah mengeluarkan izin pelepasan kawaAyah dari tiga anak dan lima cucu ini rupanya besan hutan di Kalimantan Timur yang terjadi di era gitu mengidolakan Bapak tokoh pergerakan Is2000-an. Dengan tegas ia membantah tuduhan lam, Muhammad Natsir. Menurutnya Natsir adaitu karena ia menjabat menteri kehutanan pada lah pejuang muslim yang luar biasa berjasa bagi periode 1998-1999. bangsa. “Beliau adalah sosok intelektual hebat Sebelum masuk di jajaran kabinet, Muslimin yang mencurahkan seluruh kehidupannya untuk pernah berkiprah di parlemen. Ia tercatat sebagai kepentingan bangsa”, tandasnya. Di tengah seanggota MPR 1992-1997 dan 1997-1999 dari mangat yang terus membara, tokoh pergerakan Utusan Golongan. muslim ini menolak untuk berhenti dan ingin selalu dekat dengan gelora perjuangan anak-anak Kiprah dan dedikasinya bagi bangsa Indonesia muda muslim negeri ini. Kiprah merekalah yang sungguh besar. Tak heran, jika ia menerima seakan mewarnai Indonesia yang berkarakter di deret penghargaan. Tahun 1967 Muslimin meneriwaktu mendatang. Itulah dambaan Bang Mus, ma Satyalantjana Penegak dari Menhankam Jenseorang aktivis muslim garda depan, sebagaimaderal TNI Soeharto. “Inilah penghargaan yang na dikenang dan dijejaki para aktivis muda muspaling saya sukai”, akunya. Penghargaan lain yang lim, generasi sesudahnya. JS dterimanya antara lain Satyalancana Pembangunan dari Presiden RI (1986), Satyalancana
36
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
Pojok Kajian Al-Hikam
Foto: @Michael Kosachyov
Hikmah No. 2 Kitab Al Hikam "Keinginanmu untuk bertajrid (memurnikan ketaatan), sementara Allah masih meletakkanmu dalam suasana asbab, merupakan syahwat yang samar. Sebaliknya keinginanmu untuk berasbab padahal Allah telah menegakkanmu dalam suasana tajrid, merupakan suatu penurunan dari semangat dan tingkat yang tinggi."
D
ijelaskan dalam Kitab Al-Hikam Syaikh Ibnu Aththoillah RA. bahwa posisi kita sebagai hamba Allah dalam perjalanan hidup atau beribadah, akan ditemukan dengan suasana yang memerlukan kedalaman dan kewaspadaan agar apa yang telah kita capai dalam proses peningkatan diri sesuai dengan apa yang diinginkan Allah Ta’ala. Dalam dinamika kehidupan kita yang Allah kelola, Dia Ta’ala senantiasa meletakkan kita di antara dua kondisi yakni kondisi yakni Asbab dan Tajrid. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dunia ini adalah
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
37
alam Asbab. Kita, manusia pada umumnya terikat oleh hukum sebab-akibat, kausalitas atas segala yang diciptakan Allah di dunia. Kita dengan demikian ahli asbab. Sedangkan posisi
hukum sebab-akibat berlaku.
Tajrid, pada sisi yang lain adalah keadaan seseorang yang tengah dalam proses pemurni-
Fo
kita sebagai ahli Tajrid mengandung arti bahwa kita telah mampu memilih keinginan kita sesuai dengan Kehendak Allah. Ahli Asbab adalah seseorang yang ibadahnya berada dalam keterikatan hukum sebab akibat/ kausalitas. Sebagai contoh kita dalam bekerja akan berupaya sekeras mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang dicapai sesuai dengan kerja kita. Namun kerja yang terlalu keras akibatnya badan kelelahan. Kalau perencanaannya baik serta diiringi dengan pelaksanaan yang tertib, insya Allah hasilnya baik, demikianlah
38
an/pensucian jiwa/diri oleh Allah SWT. Dalam kondisi Ahli Tajrid bisa menjadikan fenomena yang dialaminya merupakan suatu peristiwa yang tatarannya di luar hukum sebab-akibat (kausalitas). Sebagai contoh, adalah situasi khusu’ dalam shalat bagi ahli tajrid. Dapat dilukiskan bahwa jika Allah mampukan untuk khusyu' seorang hamba, ia akan mengalami halhal yang tidak bisa kita bayangkan sebelumnya (sebagaimana yang terjadi dalam alam sebabakibat), seperti tiba-tiba kita mampu menyaksikan alam malakut yang biasanya tidak bisa kita
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
saksikan.
Dalam perjalanan hidup dan peribadatan kita kepada Allah tersebut, kepekaan kita untuk mampu memilih keinginan kita sesuai dengan Kehendak Allah ini yang menentukan posisi kita dalam Pandangan Allah. Hal ini disebabkan adanya berbagai gangguan yang menjadikan kita tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya Diinginkan Allah pada kondisi kita saat ini. Oleh karena itu baik dalam posisi Asbab ataupun Tajrid, persoalan keinginan (syahwat) yang tak lain adalah hasrat kita terhadap sesuatu yang berwujud material (harta, pria/wanita, tahta dan lain-lain) mendorong kita atau menyebabkan kita lalai terhadap kewajiban kita sebagai Hamba Allah.
oto: @hockhow-siewpeng
Ini terkait dengan firman-Nya, "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada asysyahwah (sesuatu material yang diingini), yaitu: wanita-wanita, anakanak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatangbinatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."(TQS. Ali Imran [3]:14).
Pada hikmah ke-2 dari Al-Hikam ini Syaikh Ibnu Aththoillah ra mengingatkan kita agar jangan sampai tergelincir kekhilafan, baik ke syahwat tersembunyi maupun terjatuh dari posisi spiritual yang tinggi. Posisi kita yang senantiasa berkeinginan untuk memenuhi syahwat ini bertentangan dengan posisi batiniah kita yakni dalam posisi ingin berhimmah (senantiasa memenangkan tarikan spiritual Allah SWT yang mengakibatkan pada yang mengalaminya selalu ingin taat dan berbakti kepada-Nya).
Apa yang disampaikan Syaikh Aththoillah memberikan penegasan kepada kita bahwa seorang hamba hendaknya senantiasa menjaga posisi bathiniahnya agar senantiasa ridha dan menerima kedudukan ataupun posisi yang saat ini Allah berlakukan pada dirinya. Keinginan untuk suatu posisi yang Allah berlakukan ini dapat digolongkan sebagai sebuah tawaran yang menggelincirkan kita dalam proses pengabdian yang tulus kepada Allah SWT. Oleh karena itu sebagai orang beriman, kita senantiasa perlu merawat posisi keimanan dan bathiniyah kita agar terhindar dari godaan keinginan yang menggelincirkan ini di antaranya dengan : - Menjalankan secara tertib tuntunan akidah tauhid, syariat serta akhlakul karimah sesuai AlQur’an, As-Sunnah, kita perhatikan nasihat nasihat ulama-ulama akhlaqi dalam kehidupan kita sehari-harijika kita memilikinya. - Kita rajin mentafakkuri perjalanan takdir diri kita sampai ke posisi hari ini dan kita laksanakan tugas dengan ikhlas dengan menyadari setiap posisi diri kita senantiasa merupakan kehendak Allah yang kita telah diatur dengan sebaikbaiknya oleh Nya. - Posisikan diri untuk senantiasa menambah ilmu yang berguna sebagai bekal untuk terus menguatkan keimanan kita pada jalan kebajikan sebagaimana telah banyak dicontohkan oleh para salih yang menempuh jalan kebajikan yang tulus dan ikhlas.
Semoga dengan demikian Allah akan selalu melindungi, merahmati dan membimbing kita kepada jalan kebaikan dan diridhai-Nya. Amin. Laa haula wa laa quwwata illa billahi Al-'Aliy Al'Adhim. Tarjamah oleh Ust. Zamzam A. Djamaluddin * terjemah kitab Al Hikam oleh Bapak Zamzam Ahmad JT
al-Islam.my.id | Edisi 4 Tahun II Maulid 1436 H Januari 2015
39
Al-ISLAM my Identity
“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada shalat baginya, kecuali bila ada uzur.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)