my Identity Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
MARHABAN YA RAMADHAN al-islam.my.id
Do’a
Menyambut Malam Seribu Bulan
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku” [HR. Ahmad, At-Turmudzi, Ibn Majah, An-Nasai dalam Amal Al-yaum wa lailah, dan AlBaihaqi dalam Syua’bul Iman]
Lailatul qadar termasuk waktu yang mustajab untuk berdoa. Karena setiap muslim bisa membaca doa apapun untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Dan doa Aisyah di atas adalah doa yang terbaik, karena doa ini diajarkan langsung oleh Nabi SAW kepada istri tercintanya. Oleh karena itu, doa ini dianjurkan untuk dibaca berulang-ulang.
Redaksi
Al-ISLAM my Identity Daftar Isi Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014 5 | Bahasan Utama: Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Syahrul Mubarak 8 | Khutbah Rasulullah SAW Menyambut Bulan Ramadhan 11 | Ibadah: Jaga Agar Puasa Kita Bernilai Tinggi 13 | Kolom: Puasa, Menuju Makan Sejati 18 | Saintek: Fenomena Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H
22 | Tasawuf: Puasa dan Ketakwaan dalam Konteks Bela Negara 24 | Muamalah: Waspadai: Ghibah! 29 | Akhlaq: Tawadhu' 28 | Renungan: Taubat, Pemupuk Harapan 32 | Kisah: Jasa Dari Yang Beramal Shalih 34 | Hadits: Menggembirakan Seorang Hamba 36 | Surat dari Gaza
Awak Media Penasehat: Johansyah, Nashir Budiman Pemimpin Redaksi : Dijan Soebromo Dewan Redaksi: Tri Boedi Hermawan, Nilna Iqbal, Reno Andryono Kontributor: Heru Prabowo, Fuad Soffa, Suharjono Harjodiwirjo Keuangan: Ahmad Hamdani, Syahrial M. Dukungan Teknologi: Fathansyah, Zamakshari Sidiq Alamat Redaksi: Rumah Alumni, Salman ITB, Jalan Ganesha No.7, Bandung Alamat Email:
[email protected] Twitter: @alislammyid | Google+ & YouTube Channel:
[email protected] Website: www.al-islam.my.id
Pengantar
Assalamu’alaikum wr wb,
Ashshaumu lii, wa anaa ajzii bihi. ”Puasa itu bagi-Ku, maka Akulah yang berhak membalas dengannya”. Sahabat, firman Allah SWT melalui Hadits Qudsi di atas menjelaskan kepada kita bahwa hakikatnya puasa adalah sebuah persembahan yang nilainya demikian tinggi, sehingga Allah-lah yang pantas memberikan penghargaan bagi siapa saja yang melaksanakannya dengan kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan. Sahabat semua, majalah elektronik Al-Islam edisi Juli 2014/Ramadhan 1435 H kembali hadir di tengah Anda bersamaan dengan keberkahan kita semua menyambut dan melaksanakan serangkaian amaliah di bulan mulia Ramadhan tahun ini. Kita bersyukur bahwa waktu telah membawa kita kembali berjumpa dengan bulan yang dipenuhi keberkahan di setiap jengkal waktunya. Kegembiraan tak terkira bagi kita kaum muslimin, menyambut bulan penuh kemuliaan. Sambil mengisi bulan mulia dengan giat dan bersemangat, berbagai sajian menarik dari sudut pandang yang luas mengenai dimensi vertikal dan horizontal puasa dibahas pada penerbitan ini. Kami berterima kasih khusus kepada budayawan Emha Ainun Najib yang memberikan dedikasinya pada edisi ini dengan tulisan kolomnya mengenai Puasa. Bertepatan dengan penerbitan ini, Bangsa Indonesia tengah menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih pemimpin lembaga eksekutif pemerintahan, Presiden, yang akan bertugas selama 5 tahun ke depan. Bertepatan pula kegiatan ini dengan aktivitas kita di bulan suci Ramadhan. Harapan kita semua semoga hari pemilihan dan penetapan kepemimpinan baru ini berjalan lancar dan kita semua ditunjukkan Allah untuk memiliki pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan seluruh umat muslim Indonesia khususnya dan rakyat Indonesia yang tengah membangun pada umumnya. Kesucian hati kita selama Ramadhan ini, semoga diberkahi Allah, dengan memberikan jalan bagi terpilihnya kepemimpinan terbaik yang membawa kebaikan bagi kita, khususnya umat muslimin Indonesia. Aamiin. Selamat menyimak, dan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa di bulan mulia.
Wassalamu’alaikum wrwb, Redaksi
4
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Bahasan Utama
Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Syahrul Mubarak Foto: @Tuah Roslan
Kegembiraan Menjalankan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan ”Di Surga ada delapan pintu. Salah satu pintu itu bernama Rayyan, yang hanya dilewati oleh orangorang yang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sungguh mulia, kata Nabi, umat muslimin. Umat pilihan yang disediakan aneka fasilitas dan kesempatan untuk mengasah dan memelihara kesehatan jiwa-raga dalam serangkaian amaliah di bulan suci Ramadhan. Bagi muslimin, inilah bulan yang ditunggu-tunggu sehingga sejak jauh-jauh hari kita bermohon untuk diberikan kesempatan sekali lagi dalam satu tahun ini untuk menjumpai dan mengisi dengan rangkaian ibadah yang penuh dengan keberkahan. Sebagaimana Khutbah Rasulullah yang diriwayatkan dalam Hadits Riwayat Huzaimah, bulan Ramadhan memiliki nilai istimewa bukan saja karena setiap waktu di dalam bulan Ramadhan merupakan waktu istimewa bagi muslimin untuk mendulang pahala amaliahnya. Namun bulan Ramadhan memiliki arti strategis bagi muslimin untuk menghidupkan spiritualitasnya yang dibina dari berbagai keutamaan yang dianjurkan Rasul, selain ibadah puasa yang pokok, menahan lapar dan dahaga. Pada bulan ini, Rasul SAW menganjurkan setiap muslimin untuk selain memperbanyak amal untuk ‘tabungan akhirat’ bagi dirinya, juga memperbanyak amal sosial yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, seperti meningkatkan kasih sayang kepada karib-kerabat, dengan
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
5
bersilaturahim. Memberikan makan dan perhatian kepada anak yatim, orang yang dalam kesusahan dan fakir miskin di antara kita. Puasa juga menajamkan welas asih dengan meringankan beban kerja bagi bawahan atau pembantu/pekerja kita. Banyak berderma dan beramal sosial dalam beraneka bentuk, disebutkan Rasul akan sepadan dengan peribadatan yang utama di bulan-bulan lainnya dengan ganjaran yang berlipat pula. Waktu-waktu khusus dan kesempatan istimewa inilah yang ditunggu oleh setiap muslimin dalam menyambut kedatangan Ramadhan dalam kehidupannya. Marilah kita simak sejenak bagaimana puasa menjadi begitu istimewa dan selaiknya kita isi dengan berbagai amalan yang bermanfaat bagi diri dan lingkungan dalam aneka aktivitas penuh keberkahan.
Bulan Ramadhan, atau jamak dikenal sebagai ‘Bulan Puasa’, bagi umat Islam merupakan salah
‘Bulan Puasa’, bagi umat Islam merupakan salah satu pilar dari 5 pilar tegaknya Al-Islam satu pilar dari 5 pilar tegaknya Al-Islam. Setiap umat Islam dikenai suatu kewajiban dalam rukun Islam, yakni sesudah ikrar bersyahadat, melaksanakan shalat, kemudian menjalankan ibadah puasa (wajib di bulan Ramadhan), menunaikan zakat dan berhaji bila mampu. Kelima pilar inilah yang menyusun bangunan Islam yang kokoh bagi sosok pribadi muslim.
Bulan Ramadhan, adalah satu bulan teragung, induk dari semua bulan sepanjang tahun yang menjadi tumpuan perjumpaan seorang muslim Puasa, adalah salah satu bentuk peribadatan untuk mampu memenuhi panggilan ibadah puasa yang memiliki sejarah sangat tua. Bila kita khususnya, dan amalah yang penuh dengan telusuri, banyak sekali manuskrip yang menceritakan adanya aktivitas puasa bagi bangsa keberkahan di bulan ini. Sebagaimana -bangsa, bukan saja umat Islam, dengan berbagai disampaikan Rasulullah melalui berbagai hadits, antara lain yang diriwayatkan Salman RA, yang versi dan bentuknya. Pada ayat 183 Surah Almengatakan bahwa Rasulullah SAW telah Baqarah, Allah bahkan menerangkan dengan memberikan sebutan istimewa atas kedatangan amat jelas bahwa praktik puasa sesungguhnya bulan mulia Ramadhan dan telah memberi sudah diperintahkan semenjak lama bagi umat khutbah pada kami pada akhir bulan Sya’ban, yang telah lalu. Firman-Nya, ”Hai orang-orang kemudian beliau bersabda, ”Wahai manusia, yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sungguh telah dekat kepadamu bulan yang agung sebagaimana diwajibkan atas orang-orang penuh berkah, bulan yang di dalamnya ada satu sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (QS. Almalam yang lebih baik ketimbang seribu bulan. Baqarah [2]:183) Bulan yang di dalamnya Allah SWT telah Penegasan ini memberikan pemahaman kepada menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun kita bahwa puasa merupakan peribadatan yang malam sebagai sunnah. Barang siapa dikenal sejak lama, bersifat universal dan meliputi mendekatkan diri di dalamnya dengan melakukan aktivitas berbagai bangsa, dan hingga kini kita amalan sunnah, maka (pahalanya) seperti orang juga bisa mengenalinya melalui praktik puasa melakukan amalan fardhu pada bulan lainnya. yang dijalankan oleh berbagai bangsa dan umat Dan barangsiapa melakukan amalan fardhu di beragama lainnya. dalamnya, maka seperti orang yang melakukan 70 Lima Pilar Utama
6
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
amalan fardhu pada bulan lainnya. Inilah bulan kesabaran. Dan pahala sabar adalah surga. Inilah bulan kasih sayang, bulan saat rezeki seorang mukmin ditambahkan. Barangsiapa pada bulan ini memberi buka kepada orang yang berpuasa, itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya, dan mendapatkan pahala yang sama, tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya”. Mereka (sahabat bertanya): ”Wahai Rasul, tidak setiap kami memiliki makanan yang bisa diberikan kepada orang yang berpuasa?”. Beliau bersabda, ”Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi buka puasa meski dengan sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Inilah bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan akhirnya penuh pembebasan dari api neraka. Perbanyaklah pada bulan ini empat hal: Dua hal di antaranya akan membuat Tuhanmu suka, dan dua hal lainnya pasti kamu pasti berhajat kepadanya (menyukainya). Adapun dua hal yang dengannya kamu dapat menggembirakan Tuhanmu adalah: bersaksi bahwa Tiada Tuhan Selain Allah SWT. Dan kami memohon ampunan kepada-Nya. Sedangkan dua hal yang kamu pasti berhajat kepadanya adalah: Kamu memohon surga kepada Allah dan kamu berlindung kepada-Nya dari neraka.’’ Keistimewaan bulan Ramadhan begitu banyak dan sangat berarti bagi seorang muslim, dan karenanya berjumpa dan mengisi bulan Ramadhan dengan aneka aktivitas positif baik ibadah-ibadah pribadi maupun ibadah sosial sungguh diidamkan setiap muslimin. Dimensi peribadatan vertikal dan horizontal juga mengemuka dalam pesan yang disampaikan Baginda Rasul tersebut manakala kita mengulangkaji betapa istimewanya bulan Ramadhan bagi umat Islam. Betapa indahnya bulan ini di mana setiap waktunya demikian berharga, dan pada setiap amal shalih seorang hamba akan dibalas dengan
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
aneka keuntungan yang nilainya berlipat. Maka, di bulan Ramadhan kita menyaksikan semangat beribadah demikian tinggi baik ibadah personal, selain berpuasa itu sendiri, yakni mengerjakan serangkaian shalat wajib dan sunnah. Menggalakkan shalat tarawih (malam hari) dan juga shalat-shalat sunnah lainnya. Di surau-surau di pelosok Tanah Air terdengar tadarrus, pengajian Al-Qur’an yang antara lain menjadi pengejawantahan seruan Nabi, ‘’Barangsiapa membaca satu ayat Al-Qur’an saja, di bulan Ramadhan maka ia serupa dengan mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan lainnya’’. Selain itu, dari khutbah Rasulullah tadi dapat dimaknai pula bahwa bulan Ramadhan adalah undangan bagi kita kaum muslimin untuk meningkatkan amal sosial yang membentang pahala tak ternilai, semenjak kita berbagi makanan berbuka hingga berupaya untuk meningkatkan silaturahim dan saling menguatkan persaudaraan sesama muslim. Spirit inilah yang membawa keberkahan luar biasa dari rahmat bulan Ramadhan bagi kaum muslimin. Nabi SAW rupanya ingin memesankan kepada kita bahwa di bulan inilah tujuan kesalehan harus dimaknai lebih lengkap, yakni
di bulan inilah tujuan kesalehan harus dimaknai lebih lengkap seorang muslim diminta meningkatkan amalan pribadi untuk kesalihan personalnya. Dan nampaknya itu saja belum lengkap tanpa ia melakukan kebajikan sosial yang ikhlas terhadap saudaranya sesama muslim dengan meluaskan kedermawanan dan mengukuhkan silaturahim. [DS]
Sumber: Puasa Para Nabi, Yunus H. Syam, Penerbit Al Barokah
7
Bahasan Utama
Khutbah Rasulullah SAW Menyambut Bulan Ramadhan Dalam Kitab Minhaj Al-Balaghah diriwayatkan khutbah Nabi Muhammad SAW menyambut bulan Ramadhan. Seperti biasa, khutbah Nabi itu singkat tetapi menyentuh hati. Di tengahtengah khutbah, Nabi melayani pertanyaan para sahabatnya. Berikut narasi khutbah tersebut: Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-NYA. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, amal-amalmu diterima dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak
8
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraanmu, jaga lidahmu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya dan pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarnya. Kasihilah anak-anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak-anak yatimmu. Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggilNya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya. Wahai manusia! Sesungguhnya diri-dirimu tergadai karena amalamalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung-punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah! Allah ta’ala bersumpah dengan segala kebesaran-Nya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabb al-alamin. Wahai manusia! Barang siapa di antaramu memberi buka kepada orang-orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu. (Sahabat-sahabat lain bertanya, “Ya Rasulullah! Tidaklah kami semua mampu berbuat demikian”. Rasulullah meneruskan, “Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.” Wahai manusia! Siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati sirathal mustaqim pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya di hari kiamat. Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa denganNya. Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Barangsiapa melakukan shalat sunnat di bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardhu di bulan lain. Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat AlQuran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al-Quran pada bulan-bulan yang lain. Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan-setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu. Salah seorang sahabat berdiri dan berkata, “Ya Rasulullah! Apa
9
amal yang paling utama di bulan ini?” Jawab Nabi, “Ya Abal Hasan! Amal yang paling utama di bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah”. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathawwu’. Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Allah memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya. Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang. Para sahabat berkata, “Ya Rasulullah, tidaklah semua kami
10
memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa.” Maka bersabdalah Rasulullah SAW, “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.” Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka. Oleh karena itu perbanyaklah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga. (HR. Ibnu Huzaimah) Foto: @Maitham Al Misry
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Ibadah
Jaga Agar Puasa Kita Bernilai Tinggi Foto: @Zuraisham
Di dalam ajaran Islam, pelaksanaan ibadah puasa secara garis besar dibedakan dalam dua kategori, yaitu puasa wajib (fardhu) dan puasa tathawwu’ (sunnah). Kategori yang pertama, yang termasuk puasa fardhu adalah puasa Ramadhan, puasa kafarat (denda) dan puasa nazar. Sementara puasa sunnah kita kenal sepanjang tahun ada puasa sunnah Senin-Kamis, pertengahan bulan, puasa selang-seling Nabi Daud, dan beberapa puasa dalam kalender Hijriah seperti 10 hari permulaan bulan Dzulhijjah, 10 Muharram, puasa Rajab dan Sya’ban, puasa Syawal, dan lainnya. Selain pengetahuan dasar yang telah jamak diketahui kaum muslimin ini, penting bagi kita mengetahui kedudukan atau derajat puasa kita dari kategorisasi puasa berdasarkan tingkatan pelaksanaannya. Pertama, Puasa Umum Puasa yang jamak dilaksanakan oleh khalayak muslimin pada umumnya, sesuai dengan makna puasa
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
11
secara fikih yakni satu aktivitas menahan makan, minum dan hal lainnya yang membatalkan puasa pada waktu yang telah ditentukan. Kedua, Puasa Khusus Yakni puasa yang dikerjakan oleh kebanyakan para shalihin. Puasa tingkatan ini bukan saja mengekang makan dan minum, namun juga ‘berpuasa’ inderawinya, dari hal hal yang mengurangi nilai puasa, antara lain dengan selalu:
Menjaga pandangan mata dari hal yang tercela menurut agama Memelihara lisan, dari ghibah, dusta, adu domba, sumpah palsu. Dasar sikap ini adalah sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Annas RA, “Ada 5 hal yang membinasakan pahala puasa, yaitu: dusta, ghibah, adudomba, sumpah palsu dan memandang penuh syahwat”. Menjaga pendengarannya dari hal yang tidak patut didengar
Memelihara segenap anggota tubuh dari halhal yang menghapuskan pahala puasa, dengan mengingat Sabda Rasulullah SAW, “Kebanyakan orang berpuasa tapi tidak mendapat hasilnya, kecuali hanya lapar dan dahaga”. Memeriksa sumber kehalalan dan tidak berlebihan dalam hal berbuka. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menyampaikan pesan, “Tiada orang yang dibenci Allah, dibandingkan dengan orang yang suka memenuhi perutnya, sekalipun dengan makanan halal”. Ketiga, Puasa Khawashul Khawash Kualitas puasa ini digolongkan puasa paling tinggi. Ialah mereka yang menjalankan puasa dengan menjaga gerak hati dari yang semata hanya mengutamakan aspek duniawiah saja. Tidak semata memikirkan fisik dari puasa,
12
mengekang dari niat serta pemikiran yang lain kecuali hanya tertuju pada Allah SWT. Pada tingkatan ini, pelakunya benar-benar melakukan aneka pengekangan dan hanya tertuju ibadahnya pada pemikiran tentang dan kepada Allah SWT semata. Mereka rela, bila hal itu dilanggar, maka lebih baik gugur puasanya. Ini adalah puasa orang yang memiliki derajat atau kategori puasa para nabi dan shidiqin. Hakikatnya, dengan puasa pada kualitas ini seseorang hanya sepenuhnya menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah dan berpaling dari segala gerak hati ataupun praktik perbuatan yang bertentangan dengannya (Zubdatul Wa’idhin) Nah, kini tiba saatnya bagi kita untuk memeriksa kembali kualitas puasa kita. Adakah ia hanya akan mendapatkan kualitas ”lapar dan dahaga”. Ataukah kita usung ibadah kita ini dengan sepenuh hati. Kita tunaikan kewajiban puasa kita dengan semangat, kesungguhan seraya mohon pada-Nya agar dibimbing dan dibentengi dari niat, sikap dan tindakan yang merugikan kita. Terlebih jika upaya yang penuh kesabaran ini hanya berujung pada nilai minimal, sebatas menggugurkan kewajiban. Mari kita jaga kualitas puasa kita tahun ini. Dengan berupaya sungguh-sungguh dan khidmat seraya memerhatikan apa yang dipesankan dan dicontohkan Rasulullah SAW. Kita bermohon kepada-Nya agar puasa kita tahun ini mampu terus kita tingkatkan hingga mencapai derajat puasa para shalihin dan hamba pilihan-Nya. Untuk itulah, barangkali kita merasa pantas untuk mendamba anugerah puasa yang tertinggi, yaitu ridha dan surga-Nya. Ibadah kita, insyaAllah berhasil gemilang dengan kualitas tertinggi seperti apa yang dilaksanakan dengan tulus oleh hamba-hamba pilihan Allah pada masa lampau. [DS] Sumber: Puasa Para Nabi
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Kolom
Puasa, Menuju Makan Sejati Oleh: Emha Ainun Nadjib Puasa itu jalan sunyi Tersedia makanan tapi tak dimakan Tersedia kursi tapi tak diduduki Tersedia tanah tapi tak dipagari
Puasa itu jalan sunyi Menggambar tapi tak terlihat Bernyanyi tapi tak terdengar Menangis tapi tak diperhatikan
Puasa itu jalan sunyi Menjadi tanpa eksistensi Pergi menuju kembali Hadir tapi tak dikenali
Foto: @Celeste Mookherjee
ILMU Rasulullah Muhammad, “hanya makan ketika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang”, telah menjadi pengetahuan hampir setiap pemeluk Agama Islam, tetapi mungkin belum menjadi ilmu. Puasa demi puasa, Ramadhan demi Ramadhan beserta fatwa demi fatwa yang senantiasa menyertainya dengan segala kerendahan hati harus saya katakan belum cukup mengantarkan kita dari permukaan pengetahuan menuju kedalaman ilmu. Ada jarak yang tak terkirakan antara pengetahuan dengan ilmu, meskipun khasanah kebahasaan kita dengan kalem menyebut ilmu pengetahuan di lembaran-lembaran kamusnya. Dengan berkunjung ke sebuah museum, kita bisa memperoleh pengetahuan tentang sebilah pedang, lengkap dengan semua data tentang panjanglebarnya, asal-usul sejarahnya, serta logam suku cadangnya, termasuk berapa kepala yang dulu pernah dipenggalnya.
Tetapi, ilmu baru terjadi tatkala pedang itu telah menyatu dengan tangan kita. Bukan saja kita sanggup menggenggamnya dan mendayagunakannya dengan seribu teknik silat; lebih dari itu ilmu
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
13
ditandai oleh realitas menyeluruh, di mana pedang itu telah menjadi bagian dari diri kita, bagian dari badan kita, akal pikiran kita, emosi hati kita, termasuk budi dan kearifan jiwa kita. Pengetahuan barulah tataran terendah dari persyaratan mutu dan aktualitas eksistensi mahluk yang bernama manusia. Tetapi, ilmu pun belumlah “langit” tertinggi dalam kosmos “ahsani taqwin” sebaik-baik mahluk –manusia. Sebab, ilmu pedang bisa merupakan awal mula dari tertikamnya dada seseorang. Oleh karena itu, di atas ilmu si penggenggam kebenaran ada langit lebih tinggi yang bernama hubb atau cinta. Cinta adalah rem, pembijak, pengarif, yang terkadang nikmat terkadang sakit, bagi kemungkinan pembunuhan atau permusuhan yang dipotensialkan oleh ilmu pedang. Ini berlaku pada skala mana pun, di kesempitan pergaulan sehari-hari hingga di keluasan peradaban. Adapun jika ilmu, jika penghayatan akan kebenaran, bersenyawa, bekerja sama, berkoperasi, berposisi, dan berkelangsungan intermanagable, atau dengan kata lain “bersuami -istri dengan hubb” atau cinta maka tercapailah tataran “taqwa”. Taqwa itulah target puasa. Taqwa itulah cakrawala perjalanan kemusliman manusia. Taqwa lebih tinggi dari nilai kebenaran dan nilai cinta. Apalagi dibandingkan tataran norma, hukum formal, adat, serta tabung-tabung formal kultural lainnya dalam komunitas atau kejamaahan umat manusia. Taqwa itu suatu atmosfer yang bukan main menyejukkan, menenteramkan, dan membahagiakan, yang terletak di garis kemungkinan “liga rabb”, yakni kemungkinan pertemuan hamba-hamba hina dina macam kita ini dengan Allah. Sekarang bisalah kita membandingkan, apa beda kemungkinannya jika pedang berada di tangan orang berpengetahuan, dengan jika ia tergenggam di tangan orang berilmu saja, atau
14
jika ia tergenggam di tangan orang yang bercinta saja dengan jika ia tergenggam di tangan orang yang bertaqwa. Kemudian gampanglah bagi kita untuk memproyeksikan: jika pedang itu adalah kekuatan fisik, adalah kekuasan politik, adalah modal dan peluang ekonomi, adalah pasal-pasal hukum, atau apa pun saja. Gampanglah kita perhitungkan: terjadi tikaman, siapa yang menikam dan yang tertikam, seberapa dahsyat akibat sejarah dari ketertikaman itu, ataukah mungkin berlangsung suatu ketaqwaan peradaban, di mana pedang tak pernah menikam, di mana ketajaman pedang ditaqwai untuk hanya menguak kesejahteraan dan kebahagiaan bersama. Makan yang sejati rasanya tak enak untuk memuji-muji Muhammad. Ada situasi psikologis tertentu dalam pergaulan teologis dan kultural di lapangan integrasi nasional kita, yang menjadi sumber ketidakenakan tersebut. Sepenuhnya saya memahami itu. Secara kultural, untuk situasi semacam itu, saya harus pelit pujian. Tetapi, dalam konteks ilmu kita tidak bisa menemukan argumentasi apa pun untuk melakukan hal yang sama. Tidak kebetulan bahwa arti harfiah kata “Muhammad” adalah juga yang terpuji. Apa yang ingin saya lakukan dengan tulisan ini hanyalah mencicil landasan rasional agar kita berhak menyebut rasul terakhir itu dengan Muhammad. Kalau tak cukup pengetahuan dan ilmu, syukur cinta dan ketaqwaan, maka jika kita memanggilnya dengan mesra “Ya Muhammad kekasih”, rasanya kosong, tak ada muatannya. Muhammad menolehkan kepalanya dan melirikkan bola matanya ke arah kita, tetapi hati, nalar dan budinya tak ikut merasa terpanggil, karena panggilan kita memang tanpa nalar, hati dan budi. Beliau pasti kecewa. “Makan hanya ketika lapar, dan berhenti makan sebelum kenyang” adalah formula tentang kesehatan hidup. Tak hanya menyangkut tubuh,
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
tapi juga keseluruhan mental sejarah. Ia adalah contoh soal lebih dari sekadar teori keilmuan tentang keefektifan dan efisiensi. Selama ini pemahaman-pemahaman nilai budaya kita cenderung mentabukan perut. Orang yang hidupnya terlalu profesional dan hanya mencari uang, kita sebut “diperbudak oleh perut”.
koruptor kita gelari “hamba perut” yang mengorbankan kepentingan negara dan rakyat
kemewahan. Semestinya cukup di warung pojok pasar, tapi bagian lidah yang ini memperkuda manusia untuk mencari berbagai jenis makanan, inovasi dan paradigma teknologi makanan, yang dicari ke seantero kota dan desa. Biayanya menjadi ratusan kali lipat. Dengan kaki lainnya lidah memikul penyakit yang berasal dari suatu dunia misterius, yang bernama mentalitas, nafsu, serta kecenderungan-kecenderungan aneh yang mensifati budaya manusia.
Makan, yang dalam konteks perut hanya berarti menjaga kesehatan, di kaki lidah itu diperluas menjadi bagian dari kompleks kultur, status sosial, gengsi, feodalisme, kepriyayian, serta penyakit-penyakit kejiwaan komunitas manusia lainnya. Kecenderungan ini membuat makan tidak lagi sejati dengan konteks perut Para koruptor kita gelari “hamba perut” yang dan kesehatan tubuh, melainkan dipalsukan, mengorbankan kepentingan negara dan rakyat dimanipulir atau diartifisialkan menjadi urusandemi perutnya sendiri. Padahal ia bukanlah urusan kultur dan peradaban, yang biayanya hamba perut. Sebab, kebutuhan perut amat menjadi amat, sangat mahal. sederhana dan terbatas. Ia sekadar Budaya artifisialisasi makan ini dieksploitasi penampung dan distributor sejumlah zat yang dan kemudian dipacu oleh etos industrialisasi diperlukan untuk memelihara kesehatan segala bidang kehidupan, serta disahkan oleh tubuh. Perut tak pernah mempersoalkan, kepercayaan budaya, bahwa harus senantiasa apakah kita memilih nasi pecel atau pizza, ada proses kreatif: orang menyelenggarakan lembur kuring atau masakan Jepang. Yang modifikasi budaya makan, pembaruan menuntut berlebih pertama-tama adalah lidah. teknologi konsumsi, jenis makanannya, Perut tidak menolak untuk disantuni dengan panggung tempat makannya, nuansanya, lagujenis makanan cukup seharga seribu rupiah. lagu pengiringnya, pewarnaan meja kursi Tetapi, lidah mendorong kita harus dindingnya hingga karaokenya. mengeluarkan sepuluh ribu, seratus ribu, atau Artifisialisasi budaya makan itu akhirnya juga terkadang sejuta rupiah. menciptakan berbagai ketergantungan Mahluk lidah termasuk yang menghuni batas manusia, sehingga agar selamat sejahtera antara jasmani dengan rohani. Satu kaki lidah dalam keterlanjuran ketergantungan itu, berpijak di kosmos jasmani, kaki lainnya manusia bernegosiasi di bursa efek, menyunat berpijak di semesta rohani. Dengan kaki yang uang proyek, memborong gunung-gunung dan pertama ia memanggul kompleks tentang rasa hutan-hutan, bahkan berperang dan dan selera; tak cukup dengan standar 4 sehat 5 membunuh satu sama lain. Padahal perut sempurna, ia membutuhkan variasi dan hanya membutuhkan “makan ketika lapar dan
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
15
berhenti makan sebelum kenyang”. Maka yang bernama “makan sejati” ialah makan yang sungguh-sungguh untuk perut. Adapun yang pada umumnya kita lakukan selama ini adalah “memberi makan kepada nafsu”. Perut amat sangat terbatas dan Allah mengajarinya untuk tahu membatasi diri.
minuman sepanjang hari, kemudian ketika saat berbuka tiba, ia baru tahu, bahwa perut sama sekali tidak membutuhkan sebanyak dan semewah itu.
Pelajaran yang diperoleh dari peristiwa semacam itu seharusnya adalah kesanggupan memilahkan antara dorongan nafsu dengan Sementara nafsu adalah api yang tak terhingga kebutuhan makan. Kegiatan puasa jadinya skala perbesaran atau pemuaiannya. Jika filosofi bukanlah pertempuran melawan “tidak boleh makan dirobek dan dibocorkan menuju banjir makan” atau “tidak adanya makanan”, bandang nafsu tak terbatas, jika ia diartifisialkan melainkan melawan nafsu itu sendiri yang dan dipalsukan dan tampaknya itulah salah satu menuntut pengadaan lebih dari sekadar saham utama beribu konflik dan ketidakadilan makanan. dalam sejarah umat manusia maka sesungguhnya itulah contoh paling konkret dari terbunuhnya efisiensi dan keefektifan. Puasa adalah
Rekayasa budaya makan pada masyarakat kita, penguraian “nafsu” dari dari naluri sehari-hari hingga aplikasinya di pasal “makan” -pasal rancangan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang, mengandung inefisiensi atau keborosan dan keserakahan, yang terbukti mengancam alam dan kehidupan manusia Puasa adalah penguraian “nafsu” dari “makan”. sendiri; di samping sangat tidak efektif Untuk tidak makan dari subuh hingga maghrib, mencapai hakikat tujuan makan itu sendiri. putra kita yang baru duduk di kelas III Sekolah Dasar saja pun sudah sanggup. Untuk “tidak makan” jauh lebih gampang dan ringan Kebutuhan Sejati dibanding untuk “tidak bernafsu makan”, terutama bagi para penghayat “makan yang Aktivitas puasa selalu diartikan – dan memang benar demikian – sebagai peperangan melawan sejati”. nafsu. Cuma barangkali karena pengetahuan dan ilmu kita tentang musuh yang harus diperangi itu tidak bertambah, maka strategi dan taktik perang kita pun kurang berkembang. Kalau kita mendengar tentang nafsu makan, asosiasi kita menunjuk ke makan, bukan ke nafsunya. Maka ketika istri kita ke pasar, yang dibeli terutama adalah pesanan-pesanan nafsu, bukan kapasitas kebutuhan makan yang diperlukan. Setiap pelaku puasa punya pengalaman untuk cenderung mendambakan dan menumpuk berbagai jenis makanan dan
16
Seorang Sufi yang taraf pergaulannya dengan makan tinggal hanya berkonteks kesehatan tubuh, dalam hidupnya ia tak pernah lagi ingat makan, kecuali ketika perutnya lapar. Ia bukan merekayasa untuk hanya makan ketika lapar, tapi memang betul-betul sudah tak ingat makan sampai perutnya mengingatkan, bahwa ia lapar. Untuk ingat lapar, cukup perut yang melakukannya, tapi untuk berhenti makan sebelum kenyang, manusia memerlukan dimensi-dimensi rohani tinggi kemanusiaannya untuk mengingatnya. Ia memerlukan nalar ilmu
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
kesehatan tentang makan yang sehat, yakni tentang kurang dan tak lebih. Ia juga memerlukan ilmu dan kearifan yang lebih tinggi untuk melatih ketepatan kapasitas makan, agar ia memperoleh ketepatan pula dalam aktivitas “makan” yang lain di bidang-bidang kehidupan yang lebih luas.
menjadi sumber dari berbagai konflik serius di bidang persaingan ekonomi, pergulatan kekuasaan politik hingga penyelewengan hukum.
Ini adalah kata-kata “purba”, yang terasa lucu dan naif untuk diperdengarkan. Tapi, tak bisa kita menghapusnya, karena setiap orang – Dalam pelajaran keaktoran teater, ada metoda setidaknya beberapa hari menjelang ajalnya – “biasakan makan minum yang pas”, agar dalam akan mendengar kata-kata semacam itu dari bermain drama engkau tidak overacting dan lubuk hati dan kesadarannya sendiri. juga tidak underacting. Puasa mengajarkan dan melatih pelakuPadahal ilmu “makan sejati” atau “makan pas”- pelakunya untuk makan, untuk memiliki nya Rasulullah Muhammad juga berlaku untuk sejumlah uang dan kekayaan, untuk bersedia segala makan dalam kehidupan. Kita masuk ke menggenggam kekuasaan, untuk menjadi initoko serba ada dengan segala gemerlap yang itu atau melakukan apa pun saja hanya ketika tidak memanggil-manggil kebutuhan kita, benar-benar dalam keadaan “lapar sejati”, melainkan mengundang nafsu kita. bukan dalam keadaan “merasa lapar karena nafsu”. Jika orang menjalankan puasa dengan Saya mohon maaf, bukan saya bermaksud pengetahuan, ilmu, cinta, dan ketaqwaan, ia mematikan nafkah para pedagang, tetapi akan terlatih untuk bertahan pada “makan yang bermilyar-milyar rupiah dikeluarkan orang sejati”. Yakni, terlatih untuk mengambil jarak untuk membeli pelayanan atas nafsu, bukan dari nafsu. Terlatih untuk tidak melakukan pelayanan atas kebutuhan. Program-program penumpukan kuasa dan milik, tidak melakukan pembangunan kita memacu tahyul; monopoli, ketidakadilan, serta penindasan, mengetalasekan beribu-ribu jenis konsumsi karena telah diketahui dan dialaminya, bahwa yang tak sejati, yang sebenarnya belum tentu itu semua adalah “makanan palsu”. dibutuhkan oleh konsumen. Tetapi, alangkah sedihnya menyaksikan, Iklan-iklan industri adalah kendaraan budaya betapa dunia ini diisi oleh banyak manusia yang yang mengangkut jutaan manusia dari terminal tak henti-hentinya makan, padahal ia tak lapar, kebutuhan ke terminal nafsu, dari kesejatian ke serta oleh banyak manusia yang tak habiskepalsuan. Mereka dicetak untuk merasa habisnya makan, padahal ia sudah amat rendah atau bahkan merasa tak ada, apabila kekenyangan. Untunglah, bahwa bagi para tidak memiliki celana model ini dan kosmetika pelaku puasa sejati, kesabaran untuk model itu. Merk-merk dagang adalah strata menyaksikan keburaman hidup semacam itu tahyul dan klenik. Para pasien di rumah sakit bisa justru meningkatkan perolehan kemuliaan budaya tinggi, budaya gengsi, budaya kelas dan kesejatiannya. priyayi, menyerbu warung-warung status modernitas tidak untuk membeli barang, [Al-Islam.my.id | Dipublikasikan dengan ijin melainkan membeli anggapan-anggapan Emha Ainun Najib, 2014] tentang barang. Salah satu wajah dunia industri modern adalah tahyul konsumtifisme, yang
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
17
Saintek
Foto: @Abu Irfan
Fenomena Penentuan Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H Oleh: Moedji Raharto
Kalender Islam merupakan kalender Bulan atau kalender Qamariah murni. Pada zaman Rasulullah pengamatan hilal merupakan cara penentuan awal Bulan Islam dan sekaligus merupakan sumber nilai awal “yang perlu dirujuk” dalam merekonstruksi sebuah kalender Islam. Awalnya kalender Hijriah umat Islam mempergunakan hisab Urfi yang dikenalkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab (17 H atau 639 M). Hisab Urfi merupakan tahapan yang perlu dilalui dan menjadi pelajaran bagi umat Islam, karena ibadah Ramadhan dan ibadah Haji merupakan kewajiban ibadah yang tidak bisa menunggu sosok kalender Islam yang “sempurna”. Hisab Urfi merupakan upaya operasional dengan mempergunakan pengetahuan tentang posisi Bulan dan Matahari yang presisi dalam zamannya. Pemahaman tentang penentuan posisi Bulan dan hilal melewati zaman persepsi umat manusia terhadap langit dan benda langit yang dikenal dengan “model geosentris” maupun “model heliosentris” alam semesta. Kini model alam semesta tersebut
18
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
telah lebih sempurna, pengetahuan posisi Bulan yang presisi telah tersedia, sains tentang hilal juga telah berkembang sehingga kontinuitas “jiwa” tradisi rukyat umat Islam sejak zaman Rasulullah dapat diwujudkan dalam hisab Imkanur Rukyat. Saat ini umat Islam berada dalam transisi menuju sebuah kalender dengan hisab hakiki yang presisi dalam mendiskripsikan “hilal”. Cara penetapan awal bulan Islam melalui Hisab dan Rukyat merupakan cara yang lebih baik, hisab hakiki dapat mendiskripsikan posisi yang akurat, memandu rukyat, waktu dan posisi saat rukyat akan dilakukan. Karena kalau penentuan awal Bulan ditentukan murni rukyat dalam suasana mendung bisa istikmal terus menerus. Rukyat diperlukan untuk menetapkan kriteria visibilitas hilal yang lebih presisi. Rukyat hilal terutama untuk daerah batas ambang visibilitas hilal yang diketahui manusia akan berkontribusi terhadap pemahaman tentang visibilitas hilal. Perlunya mendudukkan kembali “hilal sebagai acuan awal Bulan Islam” dalam perspektif rukyat dan hisab. Keragaman visibilitas hilal yang dipergunakan dalam hisab hakiki, merupakan indikasi dari pemahaman sains hilal yang masih perlu terus dikembangkan dan perlu adanya kesepakatan untuk menjamin kebersamaan dan ketertiban dalam beribadah maupun ber-Hari Raya. Kalender Islam taqwim standar, menjadi acuan Negara, kalender tersebut dihitung mempergunakan hisab hakiki dengan kriteria 23-8: tinggi Bulan 2 derajat pada saat Matahari terbenam, jarak sudut Bulan dan Matahari 3 derajat atau usia 8 jam setelah ijtimak. Begitupula hisab hakiki yang presisi dipergunakan ormas Islam di Indonesia, penggunaan kriteria yang berbeda akan menghasilkan penetapan awal Bulan Islam (tidak hanya awal Ramadhan, Syawal maupun Dzulhijjah) yang berbeda.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Kriteria 2-3-8 dipergunakan sebagai kriteria kebersamaan dalam menetapkan awal Bulan Islam di wilayah regional, Negara–negara MABIMS (Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura). Langkah kesepakatan kriteria kebersamaan tidak terhenti dalam kriteria 2-3-8, negara anggota telah mengevaluasi kriteria 2-38 tersebut dengan hasil rukyat sabit bulan setelah konjungsi atau ijtimak yang tidak berhasil maupun yang berhasil dilihat setelah matahari terbenam atau dengan hasil rukyat di berbagai tempat. Wakil Negara MABIMS pada pertemuan di Jakarta pada tanggal 21–23 Mei 2014 telah memberi kritik bahwa kriteria tersebut tidak memenuhi kriteria visibilitas fisik hilal setelah melakukan pengamatan hilal dan kajian kriteria visibilitas hilal. Selain itu dalam pertemuan tersebut juga disampaikan saran– saran agar kriteria 2-3-8 tersebut diubah atau disesuaikan dengan kriteria visibilitas fisik hilal. Walaupun kriteria visibilitas fisik hilal yang diusulkan untuk keperluan kriteria awal bulan Islam masih bervariasi (tidak unik), kajian menyeluruh (komprehensif) serta persiapan perubahan kriteria perlu terus dilakukan sebelum diambil kesepakatannya. Naskah akademik juga perlu disiapkan dalam 2 tahun ke depan, mengingat perjalanan “yang relatif panjang” masih akan ditempuh untuk penyatuan kalender Islam dalam kawasan Nasional, Regional dan Internasional.
Ijtimak dan Gerhana Matahari Umat Islam sepakat bahwa penentuan awal bulan Islam didahului dengan fenomena ijtimak atau konjungsi, kedudukan Bulan dan Matahari pada bujur ekliptika yang sama. Bila pada saat ijtimak kedudukan Matahari dekat dengan titik simpul orbit Bulan mengelilingi Bumi dan memenuhi persaratan gerhana maka akan terjadi gerhana Matahari. Jadi tidak semua
19
konjungsi terjadi fenomena gerhana Matahari. Fenomena ijtimak merupakan fenomena geosentrik (acuan pusat Bumi, Bulan dan Matahari) sedang fenomena gerhana Matahari merupakan fenomena toposentrik (acuan pada permukaan Bumi) sehingga terdapat perbedaan waktu pada momen pertengahan gerhana Matahari dengan momen ijtimak. Tahun 2014 terdapat fenomena gerhana Matahari pada Gerhana Matahari Cincin (GMC), GMC 29 April 2014 merupakan Gerhana Matahari ke 21 dari 75 gerhana dalam seri Saros 148. GMC 29 April 2014 bertepatan dengan ijtimak akhir Jumadil Akhir 1435 H, yaitu pada hari Selasa tanggal 29 April 2014 pada jam 13:14 WIB. Berikutnya adalah gerhana Matahari Sebagian/Parsial (GMS), GMS 23-24 Oktober 2014 merupakan Gerhana Matahari ke 9 dari 70 gerhana dalam seri Saros 153. GMS 23-24 Oktober 2014 bertepatan dengan ijtimak akhir Dzulhijjah 1435 H yang akan berlangsung pada hari Jum’at tanggal 24 Oktober 2014 jam 04:57 WIB. Namun gerhana Matahari akhir Dzulhijjah 1435 H tersebut tidak bisa disaksikan dari wilayah Indonesia.
Jadi bulan Sya’ban 1435 diistikmalkan, kemungkinan 1 Ramadhan 1435 H jatuh pada tanggal 28 Juni 2014 setelah maghrib, awal shalat tarawih tanggal 28 Juni 2014 dan awal shaum Ramadhan 1435 H, Ahad, 29 Juni 2014. Kepastian penetapan awal Ramadhan 1435 H dalam sidang itsbat Jum’at 27 Juni 2014. Negara MABIMS secara serempak memulai shaum Ramadhan 1435 H pada hari Ahad, 29 Juni 2014.
Posisi Bulan Penentuan Awal Bulan Ramadhan 1435 H
Sebelum awal bulan Ramadhan 1435 H didahului dengan fenomena konjungsi akhir Sya’ban. Ijtimak akhir Sya’ban 1435 H berlangsung pada hari Jum’at 27 Juni 2014 jam 15:10 WIB. Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 27 Juni 2014 di wilayah Indonesia (antara +1 dan -1 derajat) kurang dari 2 derajat, misalnya di Pelabuhan Ratu adalah minus ‒0⁰ 2‒ 56‒.3. Dalam kondisi semacam ini mustahil untuk bisa berhasil mengamati hilal walaupun langit cerah. Selain itu, kedudukan Bulan pada saat Matahari terbenam 27 Juni 2014 tersebut belum memenuhi persaratan kriteria bersama/kesepakatan regional 2-3-8.
20
Foto: @Guillaume Poulin
Posisi Bulan Penentuan Awal Bulan Syawal 1435 H Ijtimak akhir Ramadhan 1435 H berlangsung pada hari Ahad 27 Juli 2014 jam 05:43 WIB. Tinggi Bulan saat Matahari terbenam pada tanggal 27 Juli 2014 di wilayah Indonesia (antara +2 dan +3.5 derajat) lebih dari 2 derajat,
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
misalnya di Pelabuhan Ratu adalah minus +3⁰ 13‒ 18‒.1. Dalam kondisi semacam ini masih sulit untuk berhasil mengamati hilal walaupun langit cerah. Jadi masih ada peluang hilal awal Syawal 1435 H baru dapat diamati pada tanggal 28 Juli 2014. Posisi Bulan pada tanggal 27 Juli 2014 tersebut telah memenuhi kriteria kesepakatan 23-8, menurut kriteria tersebut kemungkinan 1 Syawal 1435 H jatuh pada tanggal 27 Juli 2014 setelah maghrib, shalat Ied 1435 H
dilangsungkan Senin 28 Juli 2014. Ramadhan 1435 H terdiri dari 29 hari. Bagi yang telah mengawali shaum Ramadhan 1435 H pada tanggal 28 Juni 2014, Ramadhan 1435 H terdiri dari 30 hari. Kepastian penetapan awal Syawal 1435 H dalam sidang itsbat Ahad, 27 Juli 2014. Insya Allah 1 Syawal 1435 H dapat dirayakan secara serempak di Indonesia maupun di negara MABIMS.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Pengamatan Hilal di Wilayah Indonesia Partisipasi luas pengamatan hilal pada waktu sidang itsbat oleh ormas Islam, KEMENAG, lembaga pemerintah BMKG, LAPAN, Observatorium Bosscha ITB, perguruan tinggi, komunitas pemburu hilal di Indonesia sebagian memperoleh fasilitas streaming KOMINFO dan sekaligus juga menjadi masukan dalam sidang itsbat KEMENAG yang dipimpin oleh Menteri Agama RI. Selain itu pengamatan hilal di wilayah Indonesia merupakan upaya yang serius dalam upaya penyatuan kalender Islam. Pengamatan hilal sesudah itsbat awal Bulan juga masih diperlukan untuk memperoleh informasi ilmiah tentang hilal. Informasi ilmiah pengamatan hilal penting untuk merumuskan kriteria visibilitas fisik hilal yang pada akhirnya memantapkan posisi kalender Islam dari perspektif Syariah dan sains hilal. Pengamatan sabit Bulan atau hilal pada siang hari diperlukan untuk mengembangkan teknik pengamatan hilal yang lebih baik dan memahami karakteristik serapan angkasa Bumi terhadap pelemahan sabit Bulan yang berada di dekat horizon/ufuk barat. Selamat menunaikan ibadah shaum Ramadhan 1435 H semoga Allah SWT melimpahkan rahmat -Nya, mengampuni dosa–dosa dan menganugerahkan tingkat ketaqwaan yang setinggi–tingginya bagi umat Islam yang menjalankan shaum Ramadhan 1435 H, meluaskan penguasaan ilmu, memberi kekuatan dan semangat pembaharuan dalam memperbaiki kehidupan bernegara serta kehidupan di dunia dan di akhirat.
[Dr. Moedji Raharto, Anggota Kelompok Keahlian/Keilmuan Astronomi FMIPA ITB, Peneliti Astronomi di Observatorium Bosscha ITB]
21
Tasawuf
Puasa dan Ketakwaan dalam Konteks Bela Negara Shubuh itu, dalam suasana awal di Bulan Ramadhan 1435 H, setelah penegakan shalat berjamaah, Guru Bijakbestari (GB) berdiskusi dengan para santrinya sambil menyambut indahnya mentari pagi di ufuk timur. Tiba-tiba seorang santri paruh baya berkata, S1 : Wahai Guru, apa yang bisa kita tekankan dalam pemaknaan dan penyikapan di bulan Ramadhan tahun ini bagi kita warga negara Republik Indonesia ini? Mohon dijelaskan agar kami tercerahkan..
Foto: @Joe Plasmatico
GB: Subhanallah wa Alhamdulillah! Sebuah pertanyaaan reflektif yang sangat baik dan penting, bagi kita sebagai warga negara muslim di negeri ini. Bangsa dan Negara kita memang tidak pernah terlepas dengan momen-momen sejarah yang sangat penting di Ramadhan-Ramadhan yang telah kita lalui. Di antaranya, Allah mengizinkan Negara ini lahir dan diperkenalkan ke dunia Internasional pada 10 Ramadhan 1364 H atau yang kita kenal sebagai tanggal 17 Agustus 1945 tentu agar dalam perjalanannya negara ini senantiasa teriringi berkah suci
22
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
bulan Ramadhan. Juga bukan tanpa maksud pula, dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, para pendiri negara ini meletakkan kalimat "Atas berkah rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." Ya anak-anakku, negara kita dan Ramadhan serta berkahnya memang erat sekali kaitannya. Negara yang didirikan atas berkah rahmat Allah dan diproklamirkan di bulan yang penuh berkah Allah, seyogyanya kita kelola dengan hal-hal dalam penataannya semoga mendatangkan keridhaan Allah. Nah, pada Ramadhan tahun ini kepemimpinan negara kita untuk lima tahun ke depan juga akan kita tentukan melalui Pemilihan Presiden 2014, Allah menghendaki umat Islam Indonesia memilih Presidennya dalam suasana spiritual Ramadhan dan sambil berpuasa yang bermakna menahan diri dari hawa nafsu individual maupun kelompok yang dapat merusak martabat negara dan bangsa kita. Ini sungguh luar biasa, pak Ahmad dan Anak-anakku lainnya. S2: Dalam Ramadhan yang demikian itu, pengabdian atau ibadah apakah yang paling utama untuk kita kerjakan, Guru?
GB : Meraih Ketakwaan. Karena tujuan Allah mewajibkan kita shaum di bulan Ramadhan adalah untuk meraih ketakwaan. Sebagaimana firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. al-Baqarah [2]:183). Meraih ketakwaan yang diniatkan dalam mensukseskan Pilpres 2014 dan menata ulang Ketatanegaraan adalah sebuah pengabdian yang sangat luhur dan diperlukan oleh negara dan bangsa saat ini, Anak-anakku. Tentu semuanya kita lakukan sesuai kapasitas diri kita.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
S1: Dengan cara seperti apa hal itu bisa kita capai, Guru? GB: Dalam konteks bela negara, mengupayakan ketakwaan dengan shaum dan ibadah-ibadah lainnya bisa kita upayakan dengan berbagai upaya sesuai kapasitas kita masing-masing, seperti: Dengan shaum kita menahan diri untuk tidak membuat kampanye hitam dalam Pilpres. Kita perkuat keyakinan, bahwa di Lauh alMahfudh Allah SWT sebetulnya telah memilihkan pemimpin yang paling sesuai bagi negeri ini saat ini, sehingga dengan keyakinan tersebut kita tidak berbuat yang merugikan kepentingan bangsa dan negara. Memberi keteladanan kepada masyarakat dalam berdemokrasi yang bertauhid, dengan tetap menjalankan prinsip-prinsip sesuai syariat Islam dalam berkampanye, memilih Presiden, menjaga terselenggaranya Pilpres dengan tertib, aman dan lancar. Dengan mempraktekkan hikmah-hikmah shaum dalam perbuatan sehari-hari, kita berpartisipasi mewujudkan terciptanya masyarakat, komunitas -komunitas yang matang dalam berbeda pendapat, saling menghargai serta selalu mensyukuri kenikmatan yang telah Allah anugerahkan kepada bangsa kita selama ini. Semoga semua uraian saya bisa kalian pahami dan amalkan. Mengerti, Anak-anakku? Semua Hadirin: Insya Allah, Guru. Mohon doa Guru agar kita bisa mengamalkannya sesuai dengan yang Allah ridhai. GB: Insya Allah. Nah, sekarang marilah bubar dari masjid dan kita kerjakan tugas harian kita masing -masing. Billahi taufiq wal hidayah, wassalaamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.
[TBH]
23
Muamalah
Foto: @Hendro Alramy
Waspadai: Ghibah! Dari ‘Ubaid RA, dia berkata, “Pada zaman Rasulullah SAW, ada dua orang wanita yang berpuasa, dan mereka sangat menderita karena lapar dan dahaga sore harinya. Kemudian kedua wanita itu mengutus seseorang menghadap Rasulullah SAW untuk memintakan izin bagi keduanya, agar diperbolehkan menghentikan puasa mereka.” Sesampainya utusan tersebut kepada Rasulullah, ia berkata, “Ya Rasulullah! Di sini ada dua orang wanita yang berpuasa, keduanya hampir mati karena kehausan”. Tetapi Rasulullah SAW malah berpaling dan tidak menggubrisnya. Orang itu pun datang lagi kepada beliau dan menceritakan kejadian tersebut. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, keduanya hampir mati”.
24
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Rasulullah SAW bersabda, “Panggil keduanya”. Akhirnya kedua wanita itu pun datang. Rasulullah meminta diambilkan sebuah ember, lalu beliau bersabda, “Muntahlah!” Salah satu dari keduanya pun muntah. Ternyata dia memuntahkan air nanah bercambur darah sehingga memenuhi setengah ember. Lalu Rasulullah SAW memerintahkan kepada wanita yang satunya lagi untuk muntah, dan dia pun memuntahkan nanah bercampur darah sehingga ember itu penuh. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kedua wanita ini berpuasa dari apa yang dihalalkan oleh Allah namun malah berbuka dengan yang diharamkan oleh-Nya, keduanya duduk-duduk untuk makan daging manusia.” (HR. Ahmad)
Kisah ini dikutip dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad (5:431) dan tergolong hadits yang cukup masyhur dan banyak disampaikan para penceramah terutama pada bulan Ramadhan untuk memperingatkan kaum muslimin yang sedang berpuasa agar tidak melakukan perbuatan ghibah/bergunjing.
Definisi Ghibah Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing, yaitu menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan), baik soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, akhlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya bermacam-macam, di antaranya membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok, dll. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?”. Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
yang lebih tahu”. Kemudian Rasul SAW bersabda, “Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci”. Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakan itu betulbetul ada pada dirinya?” Beliau SAW menjawab, “Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).” (HR. Muslim : 4690)
Perbuatan Haram dan Dosa Besar
Dewasa ini semakin banyak orang meremehkan perbuatan ghibah atau menceritakan aib orang lain. Bahkan seakan sudah menjadi tradisi yang “lumrah” dalam masyarakat kita. Padahal dalam pandangan Allah SWT, ghibah ini adalah suatu perbuatan yang sangat keji, sangat kotor, bahkan lebih besar dari dosa riba dan berzina!
ghibah ini adalah suatu perbuatan yang sangat keji Dalam sebuah khutbah, Nabi SAW berbicara tentang riba dan keburukannya yang besar. Lalu beliau berkata, “Sesungguhnya, satu dirham yang diperoleh seseorang melalui riba lebih besar (dosanya) dibanding dengan tiga puluh enam kali berbuat zina. Dan, sesungguhnya yang lebih mengerikan daripada riba adalah (melanggar) kehormatan seorang muslim.” (Riwayat Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab Zammul Ghibah, alBaihaqy dan dishahihkan oleh al-Albany)
25
Tak ada seorang ulama pun yang meragukan, ghibah adalah haram, baik pada saat puasa maupun tidak. Ketika menafsirkan Surat alHujurat ayat 12 di atas, Imam Ibnu Katsir berkata, “Ghibah haram menurut kesepakatan para ulama”
Para ulama sepakat bahwa ghibah merupakan dosa besar Imam al-Qurthubi juga berkata, “Para ulama sepakat bahwa ghibah merupakan dosa besar.” Dosa ini lebih berat dan konsekuensinya lebih besar daripada dosa-dosa lain. Selain melanggar hak Allah, juga melanggar hak dan kehormatan manusia, dan dalam beberapa kitab hadits disampaikan bahwa Allah SWT belum akan mengampuni pelaku ghibah, kecuali korbannya mau memaafkannya. Bahkan dalam kitab Jami' Al-Akhbar, digambarkan betapa meruginya pelaku ghibah, sebab amal-amal kebaikannya bisa menjadi sirna, berpindah kepada korbannya, sebagaimana peringatan dari Rasulullah SAW, “Seseorang akan dibawa dan dihadapkan kepada Tuhan Azza wa Jalla pada hari kiamat lalu diberikan bukunya. Karena tidak melihat adanya perbuatan baik di dalamnya, dia berkata, 'Ya Tuhan, ini bukan bukuku karena aku tidak melihat kebajikankebajikanku di dalamnya.' Lalu dikatakan kepadanya, 'Sesungguhnya Tuhanmu tidak keliru dan tidak lupa. Perbuatanperbuatan baikmu sirna karena kamu berbuat ghibah terhadap manusia.' Lalu orang lain akan dibawa dan diberikan bukunya. Dia melihat di dalamnya banyak amal ketaatan, sehingga dia berkata, 'Ya Tuhan, ini bukan bukuku sebab aku tidak pernah melakukan
26
amal-amal ketaatan ini.' Maka dikatakan kepadanya, 'Si Fulan telah berbuat ghibah terhadapmu, maka amal-amal baiknya telah diberikan kepadamu.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Siapa yang mempunyai kezaliman kepada saudaranya baik dari kehormatan atau sesuatu hal, maka mohonlah dihalalkan darinya sekarang (pada hari ini) sebelum tidak berguna lagi dinar dan dirham. Kalau dia mempunyai amal shaleh, maka akan diambil darinya sesuai dengan kadar kezalimannya. Kalau tidak mempunyai kebaikan, maka keburukan orang tersebut akan diambil dan dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari, no. 2449) Wujud Mengerikan Dosa besar ini juga memiliki bentuk yang sangat mengerikan di alam spiritual. Bentuk spiritualnya seperti yang disebutkan oleh Allah SWT dalam kitab mulia-Nya: “... dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka (tentulah) kamu jijik kepadanya.” (QS. al-Hujurat [49]:12) Kita sering lupa akan kenyataan bahwa perbuatan kita benar-benar akan mewujud dan kembali kepada kita di akhirat kelak sebagai sesosok makhluk, yang bentuknya sesuai dengan karakter perbuatan itu. Melalui ayat di atas dapat kita ketahui bahwa bentuk perbuatan ghibah ini adalah bentuk pemakan mayat atau pemakan bangkai! Na'uzubillah. Dalam hadits lain digambarkan, orang-orang yang berbuat ghibah itu menyerupai seekor anjing dalam hal kebuasannya, yang mencabikcabik kehormatan orang lain dan melahap dagingnya. Bentuk malakuti perbuatan buruk ini (anjing pemakan bangkai) akan mendampinginya di neraka nanti. Al-Faidh Al-Kasyani dalam Al-Mahajjah Al-
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Baidha V halaman 253 menyitir sebuah hadist bahwa pada saat Rasulullah SAW menjatuhi hukum rajam pada seorang lelaki karena perbuatan zina, salah seorang yang hadir berkata kepada sahabatnya: “Orang ini (semoga) kematiannya dipercepat, seperti anjing yang (harus) segera dibunuh.”
bersabda: “... barang siapa berjalan dengan meng-ghibah saudaranya dan membuka keburukankeburukannya, langkah pertama yang dilakukannya telah dia letakkan di neraka, dan Allah SWT akan membuka keburukankeburukannya di depan semua makhluk.”
Setelah itu, Nabi dengan disertai kedua orang itu melewati bangkai, lalu Nabi SAW berkata kepada Mendengar Ghibah mereka berdua, “Nah gigitlah bangkai itu.” Demikian pula bagi siapa yang mendengar dan Mereka berkata, “Ya Rasulullah, haruskah kami ridha dengan perbuatan ghibah maka hal menggigit bangkai?” tersebut juga dilarang. Semestinya dia tidak Nabi SAW menjawab, “Apa yang telah kalian ridha melihat saudaranya dibeberkan aibnya. lakukan tadi (berghibah) tentang saudaramu itu Dari Abu Dzar RA, Rasulullah SAW bersabda, lebih busuk dibandingkan ini.” “Barangsiapa yang mencegah terbukanya aib Sesungguhnya Rasulullah SAW dengan cahaya saudaranya niscaya Allah akan mencegah pengetahuannya yang luar biasa, dapat melihat wajahnya dari api neraka pada hari kiamat bentuk malakuti perbuatan yang sangat nanti.” (HR. At Tirmidzi no. 1931) menjijikkan itu. Ia mesti menasehatinya, bukan justru ikut larut Mengenai keadaan orang seperti itu di alam dalam perbuatan tersebut. Kalau sekiranya ia barzakh, Nabi SAW menyebutkan, “Pada saat di- tidak mampu menasehati atau mencegahnya mi’raj-kan saya melewati suatu kaum yang dengan cara yang baik, maka hendaknya ia pergi memiliki kuku dari tembaga, mereka mencakardan menghindar darinya. Namun bila ia ikut larut cakar wajah dan dada mereka. Maka aku dalam perbuatan ghibah ini berarti ia pun ridha bertanya, ‘Wahai Jibril, siapakah mereka itu?’ Jibril terhadap kemaksiatan. menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang beriman itu bila mendengar perkataan yang tidak Foto: @Spreng Ben bermanfaat, mereka berpaling darinya, dan makan daging manusia (berbuat ghibah) dan mereka berkata: 'Bagi kami amal-amal kami dan mencela kehormatan orang lain’.” (HR. Abu bagimu amal-amalmu, semoga kesejahteraan atas Dawud: 4878, lihat Shohih Targhib: 2839) dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orangDari Jabir bin Abdillah RA, beliau berkata, “Suatu orang jahil.” (QS. al-Qashash [28]:55) ketika kami pernah bersama Rasulullah SAW Setiap muslim diharamkan melakukan perbuatan mencium bau bangkai yang busuk. Lalu Rasulullah yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau SAW berkata: ‘Apakah kalian tahu bau apa ini? pun merusak kehormatan saudaranya seiman. (Ketahuilah) bau busuk ini berasal dari orangTidak ada satu kalimat atau kata bahkan huruf orang yang berbuat ghibah.” (HR. Ahmad 3/351) sekalipun yang diucapkan olehnya kecuali pasti Dalam kitab 'Iqab Al-A'mal, disebutkan sebuah akan dimintai pertanggungjawabannya di riwayat yang menyatakan bahwa dalam suatu hadapan Allah kelak pada hari pembalasan. hadis panjang, diantaranya Rasulullah SAW Sehingga barang siapa dapat menjamin atas
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
27
lidahnya maka Allah pun akan menjamin baginya surga. Dan sebaliknya, barang siapa yang lisannya banyak bermaksiat dan larut dalam membicarakan aib saudaranya maka balasannya adalah azab-Nya. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap muslim terhadap muslim lainnya diharamkan darahnya, kehormatannya, dan juga hartanya.” (HR. Muslim no. 4650) Dari Sahl bin Sa’ad RA, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bisa menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, maka aku menjamin untuknya surga” (HR. Bukhari). Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah SWT mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi) Ghibah yang Dibolehkan Walaupun pada asalnya ghibah itu dilarang akan tetapi dalam beberapa keadaan tertentu, syariat kemudian memberikan rukhsah/keringanan kebolehan untuk melakukannya, di antaranya ketika seseorang merasa terzalimi, maka ia boleh mengadukan kejahatannya kepada penguasa, hakim atau pihak-pihak yang berwenang. Ia boleh mengatakan bahwa ‘si fulan telah menzalimiku dengan berbuat begini dan begitu’. Atau seperti di dalam ilmu jarh wat ta’dil yang mana boleh seorang alim menyebutkan cacat seorang perawi hadits seperti berkata ‘si fulan adalah seorang pendusta, pemalsu hadits, jelek hapalannya’ dan
28
sebagainya dengan tujuan kemaslahatan. Akan tetapi, sekalipun ada keadaan-keadaan tertentu yang diperbolehkan, para ulama tetap lebih cenderung menasehati kita untuk sangat berhati-hati. Bahayanya sangat besar. Manusia tidak boleh sekali-sekali menganggap dirinya aman dari tipu daya muslihat hawa nafsu. Tipu muslihat hawa nafsu itu sangat lembut. Manusia bahkan dapat saja terjerumus atas nama syariat ke dalam bahaya yang mengerikan. Ia
amar ma'ruf nahi mungkar tapi tanpa ia sadari telah disusupi motif -motif setani dan egoisme menganggap sedang melakukan ibadah amar ma'ruf nahi mungkar tapi tanpa ia sadari telah disusupi motif-motif setani dan egoisme, sehingga jatuhlah ia pada kebinasaan. Karena itu, kita sebaiknya sebisa mungkin tetap berusaha menjauhkan diri dari perbuatan ghibah, bahkan pada yang diperbolehkan sekalipun, dan menjaga diri dari segala sesuatu yang bisa menyebabkan diri kita sukar dikendalikan. Jauh lebih baik kita sibuk memperhatikan aibaib diri kita sendiri dan berusaha memperbaikinya, dibanding senantiasa memerhatikan aib-aib orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aib nya sendiri sehingga tidak memerhatikan aib orang lain.” (HR. AlBazzar dengan sanad hasan) Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita kejinya lidah dan hawa nafsu. Amiin ya Rabbal 'Alamiin. [NI, dari berbagai sumber]
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Akhlaq
Foto: @Ahmad Kamal
Tawadhu' Pengertian Tawadhu' Tawadhu' berasal dari kata dalam Bahasa Arab "tawadha'a" yang artinya merendahkan (posisi) diri (Kamus Bahasa Arab Al-Munawwir). Dalam bahasa kita, bisa kita artikan bahwa tawadhu' itu sebuah karakter, perilaku yang senang dan mampu berkarya yang bermanfaat, tetapi tampil merendah, tidak sombong dan jumawa. Orang yang tawadhu' itu meskipun obyektifnya memiliki kapasitas, kedudukan, kemampuan yang unggul di atas kebanyakan orang, tetapi dengan kesadaran bahwa itu semua hanyalah titipan dan amanah dari Allah, dia tetap menyadari bahwa posisi dirinya tidaklah lebih tinggi dari orang lain, atau bahkan di bawah orang lain. Ini merupakan suatu kemuliaan akhlak yang hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang beriman.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
29
Mengapa Umat Perlu Orang Tawadhu'? Karakter dan perbuatan tawadhu' merupakan perilaku langka yang sangat mulia dan mendatangkan kedudukan mulia. Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq RA berkata, “Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qona’ah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu’" Bisa kita pahami bahwa beliau menasihatkan kalau kita/umat mengharapkan kemuliaan kedudukan, hal itu bisa dicapai dengan ketawadhu'an.
tumbuhnya sifat sombong dan merasa besar pada diri hamba mukmin yang ikhlas. Dan ini akan merupakan benih karakter tawadhu' yang utama. Sabar, dalam wujud ekspresinya yang selalu mengaitkan keinginan dan harapan yang dikabulkan maupun yang belum/tidak terkabulkan dengan Ash-Shaabur (Yang Maha Sabar). Karakter ini akan menyebabkan mukmin yang menyandangnya tidak merasa hina, dan merasa wajar saja jika berada dalam situasi serendah apapun dalam pandangan manusia. Ini merupakan benih tawadhu'juga.
Syukur, yang menyebabkan mukmin penyandangnya menggunakan nikmat anugerah Dalam riwayat yang lain, dari 'Iyadh bin Himar RA, Allah sebagai sarana penguat ketaatan dan berkata: "Rasulullah SAW bersabda: ketakwaannya. Ini akan memberikan benih "Sesungguhnya Allah telah memberikan wahyu tawadhu' yang melindunginya dari kesadaran kepadaku, hendaklah engkau semua itu bersikap kemakhlukannya. Bahwa dirinya adalah ciptaan tawadhu', sehingga tidak ada seorang yang yang tidak mungkin memiliki kebesaran melebihi membanggakan dirinya di atas orang lain - yakni Sang Penciptanya. bahwa dirinya lebih mulia dari orang lain - dan tidak pula orang itu menganiaya kepada orang lain Ridha, atas semua ketetapan dan penetapan karena orang yang dianiaya dianggapnya lebih hina kadar dalam takdir hidup sebagai wujud Pengasih dari dirinya sendiri" (HR. Muslim) dan Penyayang Allah Rabb semesta alam, ini akan menghasilkan hikmah yang tinggi terhadap Orang-orang tawadhu' yang berada di tengahhakikat kehidupan ini. Dan hal itu akan tengah umat, akan memberikan kedudukan mulia menumbuh-kembangkan benih tawadhu' dalam bagi umat dan menjaga atmosfer kebajikan dalam diri mukmin yang mengenakannya. lingkungan umat, di mana dia hidup bermasyarakat. Ilmu dan keyakinan yang kokoh bahwa semua karakter mulia ini sumbernya adalah Allah, itulah yang akan membuahkan kesadaran tauhid yang Karakter Apa Saja Yang Melahirkan Tawadhu'? kuat sebagai benih ketawadhu'an bagi mukmin Tawadhu' tidak muncul dengan sendirinya dalam tersebut. diri setiap mukmin. Benih karakter tawadhu' baru akan lahir jika dalam diri sang hamba mukmin tersebut telah terdapat karakter keikhlasan dalam level yang tinggi, sabar, syukur dan ridha terhadap Allah serta ilmu dan keyakinan yang kokoh bahwa semua karakter mulia ini sumbernya adalah Allah.
Apa Kata Para Kekasih Allah Tentang Tawadhu'? Rasulullah SAW bersabda, "Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).
Keikhlasan, bahwa semuanya hanya berasal dari Allah, digunakan untuk Allah dan dengan cara yang Allah ridha. Hal ini akan mencegah Pada riwayat lainnya, "Dan sesungguhnya Allah
30
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).
bergaul, kalau bisa berakrab-akrab dengan beliaubeliau yang disayang Allah ini. Setelah itu kita belajar, menimba ilmu mencontoh serta meneladani perilaku beliau-beliau tersebut.
Al Hasan Al Bashri RA berkata, "Tahukah kalian apa itu tawadhu’? Tawadhu’ adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu.”
Nah, dengan mengisi waktu-waktu dalam hidup kita dan beramal dalam hidup kita seperti beliaubeliau itu, tentunya dengan penyesuaian situasi dan kondisi kita, insya Allah harapan untuk memperoleh benih ketawadhu'an pun akan mewujud suatu ketika.
Imam Asy Syafi’i berkata, "Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya." (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6:304) Abdullah bin Al Mubarrok berkata, "Puncak dari
engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah
Penutup Demikianlah sedikit tulisan sederhana tentang tawadhu' yang kami harapkan menambah wawasan sidang pembaca. Dan harapan kami pula, agar kita mampu untuk mengamalkannya, sebagai suatu ikhtiar kita untuk turut berperanserta mewujudkan umat Islam Nusantara yang berakhlakh mulia, yang selalu menampilkan perilaku yang menebarkan rahmat ke semesta alam, sebagaimana firman Allah SWT, "Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."(QS. alAnbiya' [21]:107).
Wallahu a'lam bishshawwab. [TBH] tawadhu’ adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau Referensi dasar: memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya." (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6:298) Al-Quran dan Terjemah, Departemen Agama RI. ’Urwah bin Al Warid berkata, ”Tawadhu’ adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu’.”
Terjemah Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, Pustaka Amani, Jakarta, 1999.
Tips Praktis Agar Menuju Tawadhu'
Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, A.W.Munawwir, Pondok Pesantren 'AlMunawwir' Krapyak-Yogyakarta, 1984.
Agar kita juga berkesempatan menyandang karakter tawadhu', maka hendaknya mulai sekarang kita mengenali hamba-hamba Allah yang telah menyandang karakter mulia ini. Kemudian kita mempersering berinteraksi,
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/hiasidiri-dengan-sifat-tawadhu.html.
31
Kisah
Jasa Dari Yang Beramal Shalih Ibn ‘Abbas menceritakan sabda Nabi, “Allah menolak bencana dari umatku yang tidak bersembahyang (shalat) karena jasa mereka yang sembahyang. Seandainya semua umatku sepakat meninggalkan sembahyang, Allah tidak lagi akan peduli pada mereka walau sebelah mata pun. Allah menolak bencana dari umatku yang tidak menunaikan puasa karena umatku yang berpuasa. Seandainya semua umatku sepakat tidak berpuasa, Allah tidak lagi akan peduli pada mereka, walau sebelah mata. Allah menolak bencana dari umatku yang tidak beribadah haji karena orang yang berhaji. Seandainya semua umatku sepakat tidak beribadah haji, Allah tidak lagi akan peduli pada mereka, walau sebelah mata. Allah menolak bencana dari umatku yang tidak berjum’at karena mereka yang berjum’at. Seandainya semua umatku sepakat tidak berjum’at, Allah tidak lagi akan peduli kepada mereka walau sebelah mata.” Dan itulah firman Allah Taala, ”Dan seandainya Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan yang lain, sudah hancur seluruh bumi. Tetapi Allah memiliki anugerah atas seluruh alam.” (QS. Al Baqarah [2]:251). Yakni bahwa Allah melewatkan dan tidak menghukum orang yang tidak sembahyang karena
32
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
jasa orang yang sembahyang di antara para umatku”.
Hikayat
Dahulu kala, tersebutlah seorang perampok yang sangat ditakuti. Namanya Fudhail Ibn ‘Iadh. Satu kali ia keluar ke satu jurusan, lalu lain kali ke lokasi lainnya, memotong jalan orang lewat. Suatu malam ia merebahkan tubuhnya di kamar seorang punakawannya. Pada saat itu lewat sebuah kafilah, dan berhenti ketika mendekati tempat Fudhail. Salah seorang dari mereka berkata, ”Fudhail di sini bersama pengiringnya, apa yang akan kita lakukan?” Yang lain memberi jalan keluar, ”Kita lemparkan panah”, katanya. ”Jika mengenai sasaran, kita lanjutkan perjalanan. Kalau luput, kita pulang saja”.
Panah ketiga dilepas pula, sambil membaca ayat, ”Kembalilah kepada Tuhan kamu, serahkan diri kepada-Nya – sebelum azab datang menimpa kamu dan kemudian kamu tidak tertolong” (QS. az-Zumar [39]:54). Fudhail pun menjerit sekeras-kerasnya! Seketika kemudian ia berkata kepada semua pengikutnya, ”Pulanglah kamu semua. Aku menyesali semua yang kuperbuat dan kini ketakutan kepada Allah merasuk ke dalam hatiku. Aku harus meninggalkan semua pekerti ini”. Fudhail lalu menuju Mekah. Sampai ketika hampir memasuki Nehrawan, khalifah Harun alRasyid menemuinya. ”Fudhail”, katanya. ”Aku lihat dalam mimpi, seorang memanggilmu dan menyerukan, ”Bahwa Fudhail takut kepada Allah, dan memilih berkhidmad kepada Allah. Karena itu terimalah dia”.
Salah seorang lalu melepaskan anak panah dengan sasaran kira-kira arah Fudhail – sambil membaca ayat QS. al-Hadid [57]:16, ”Belumkah tiba waktunya bagi orang yang beriman untuk tunduk hatinya mengingat Allah”. Fudhail tiba-tiba mengaduh keras sekali. Punakawannya mengira majikannya terkena panah dan mencari di sekujur tubuhnya. Ketika tokoh perampok itu sadar, ia berkata, ”Aku terkena panah Allah”. Orang kedua melepas anak panah pula, seraya membaca ayat, ”Maka menghamburlah kamu semua kepada Allah. Akulah, dari pihak-Nya, pemberi yang nyata” (QS. adz-Dzariat [51]:50). Fudhail mengaduh keras melebihi yang pertama, dan pengiringnya pun mencari anak panah yang mungkin mengenai sasaran di tubuh benggolan itu. ”Aku tidak apa-apa, aku terkena panah Allah”, sergah Fudhail.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Bahwa Fudhail takut kepada Allah, dan memilih berkhidmad kepada Allah Fudhail tak mampu menahan perasaannya. Ia menjerit lagi kepada Allah, seraya berseru, ”Wahai Tuhanku! Demi kemuliaan-Mu, dan Kemahabesaran-Mu. Sungguh, kiranya Kau cintai juga hamba-Mu yang berdosa ini. Yang telah lari dari-Mu selama 40 tahun!”. [DS] Sumber: Syaikh Al-Ushfuri, Al Mawa’izuhul Ushfuriyah. Kitab Usfuriyah (Terj.), Pustaka Firdaus.
33
Hadits
Menggembirakan Seorang Hamba Diriwayatkan dari Ibn’ Abbas RA, Nabi bersabda, “Siapa yang memasukkan rasa gembira dan bahagia ke dalam hati saudara muslimnya di dunia ini, akan dibuatkan oleh Allah, malaikat yang bisa menolak malapetaka. Dan di hari kiamat nanti, itu bisa menjadi teman karibnya. Ketika orang itu berlalu di atas gundah gulana di hari kiamat, malaikat itu berkata, ”Jangan takut”. Orang itu bertanya, ”Siapa kau ini?”. ”Akulah kegembiraan dan keringanan yang kau masukkan ke dalam hati saudaramu muslim di dunia dulu”. Dalam hadits lain disebutkan, Nabi bersabda,’’Membuat gembira hati orang Islam lebih baik dari ibadah selama 60 tahun lamanya”.
Hikayat Suatu hari ‘Abdullah ibn Mubarak melihat kuda yang dijual di pasar dengan permintaan harga 40 dirham. “Betapa murahnya”, batin Mubarak. Kuda itu, kata orang yang sempat didengarnya, memang memiliki cacat. “Apa cacatnya”, Tanya Mubarak kepada penjual kuda. ”Kuda ini memang tak bisa lari. Susah dibawa perang. Kadang berhenti ketika dikejar musuh, hingga musuh keburu menyusul. Seringkali meringkik di saat ia seharusnya diam”.
Kata Ibn Mubarak, ”Kalau begitu harganya jadi mahal juga”, sambil ia mengeloyor pergi. Kuda itu, akhirnya dibeli oleh murid ‘Abdullah. Maka tibalah waktu perang, dan binatang itu harus diikutsertakan. Ternyata kuda itu telah bersikap lain. Ia bekerja dengan peka sekali dalam kecamuk pertempuran. ”Sudah kau periksa cacatnya”, tanya ‘Abdullah kepada muridnya. “Sudah, Guru”, jawabnya. “Dia memang begitu. Tetapi ketika saya beli dahulu, saya bisikkan di telinganya, ’Hai kuda, aku sudah meninggalkan dosa-dosaku. Sudah taubat. Sudah kembali pada Allah. Maka tinggalkan pula sifat burukmu!’. Kuda itu menggeleng tiga kali, tampak gembira dengan kata-kata saya”. Ternyata, cacat itu memang bukan dari kudanya. Namun dari pemilik sebelumnya. Kuda ini milik orang yang tidak beriman. Ia suka ‘mengutuki’ penunggangnya hingga ia sering terjatuh. Juga ketika
34
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
ia dimiliki orang zalim yang suka menindas, ia perlakukan sama untuk penunggangnya. Ini seperti firman Allah, ”Ingatlah, kutukan Allah jatuh pada mereka yang zalim” (QS. Hud [11]:18). Jika Allah mengutuk sesuatu, semua benda akan ikut mengutuknya (pen.). Begitu juga dengan kuda tadi. Ia ikut mengutuk pemiliknya, bila ia dimiliki orang zalim, orang tidak beriman, ataupun orang munafik.
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Kuda ini gembira manakala mendengar bisikan orang beriman yang menyisipkan kebaikan kepadanya. Menjadikannya gembira dan bahagia. Demikian juga kegembiraan itu di hari kiamat, akan menjadi sosok yang datang, menyelamatkan dan menuntun pemiliknya menuju surga. [DS] Sumber: Manuskrip Al-Mawa’izuhul Ushfuriyah. (Kitab Usfuriah, Penerbit Pustaka Firdaus).
35
Surat
Untuk saudaraku di Indonesia, Mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku? Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jamaah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jamaah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.
36
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jamaah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jamaah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai saudaraku di Indonesia, Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negeri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negeri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negeri kalian. Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi -bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan. Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negeri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulans yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.! Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya,walau terkadang untuk memperlancar asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum. Namun, mengapa di negeri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya? Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi. Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negeri kalian adalah negeri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negeri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami di sini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami di sini. Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayibayi kami mati. Namun, bukanlah di selokanselokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel! Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negeri ini. Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudarasaudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar Allahu Akbar! Wahai saudaraku di Indonesia, Negeri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negeri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki
37
disana? Apa negeri kalian diblokade juga?
peluru, saudaraku.
Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.
Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut. Wahai saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negeri Anda. Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan waktu. akad nikah diantara bunyi letupan bom dan Kami tidak memiliki waktu yang banyak di
38
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia adalah satu di antara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi di sini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan. Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian di sini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan di sini.
sini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami di sini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami. Kami di sini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.
Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami di sini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya .Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuangpejuang Islam dan ulama-ulama kalian.
Halafalan Anda pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS di sini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian Abdullah Al Ghaza, Sumber: Surat dari Saudara Seiman dari Gaza (Pejuang HAMAS), Penerbit Alperang kami, saya menghafal di sela-sela waktu Bayan | Blogfachrizal.blogspot.com istirahat perang, bagaimana dengan kalian?
al-Islam.my.id | Edisi 5 - Ramadhan 1435 H | Juli 2014
39
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan mukmin dalam hal saling mencintai dan berkasih sayang adalah ibarat satu satu tubuh; apabila satu organnya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya turut merasakan hal yang sama, sulit tidur dan merasakan demam.” (HR. Muslim)