Panduan Bagi Pelatih
AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KURSUS KEUANGAN DAERAH KHUSUS Edisi Tahun 2013
ii
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Materi Pelatihan Akutansi Keuangan Pemerintah Daerah “Kursus Keuangan Daerah Khusus” Pengarah
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan – Kementerian Keuangan
Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah – DJPK
Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah – DJPK
Direktur Dana Perimbangan – DJPK
Kepala Sub Direktorat Investasi dan Kapasitas Daerah – Dit PKD
Editor
Andy P Hamzah
:
Arief S Irawan
Kontributor
Bramana Purwasetya (Universitas lndonesia)
Husna Roza (Universitas Andalas)
Aulia Fuad Rahman (Universitas Brawijaya)
Darwis Said (Universitas Hasanuddin)
Herman Karamoy (Universitas Sam Ratulangi)
Arifah Fibri Andrani (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara)
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Didukung oleh: Deutsche Gesellschaft fuer Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Decentralisation as Contribution to Good Governance (DeCGG) Program Fiscal Decentralisation Component Jakarta 2013
iii
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kata Sambutan Kapasitas sumber daya manusia yang handal di seluruh pemerintah daerah merupakan salah satu kunci sukses pengelolaan keuangan daerah yang effisien, transparan, dan akuntabel. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan pemahaman para aparat pengelolaan keuangan Daerah dari seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) - Kementerian Keuangan sejak tahun 1981/1982 telah menyelenggarakan Kursus Keuangan Daerah (KKD). Sementara itu, kegiatan Kursus Keuangan Daerah Khusus Penatausahaan/Akuntansi Keuangan Daereah (KKDK) diselenggarakan sejak tahun 2007. Dalam pelaksanaannya, KKD dan KKDK dikerjasamakan dengan 7 perguruan tinggi negeri (yang selanjutnya dikenal dengan sebutan center of knowledge/center), yaitu: Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Andalas (Unan), Univeristas Hasanuddin (Unhas), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Sam Ratulangi (Unsrat), dan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Pelaksanaan KKD-KKDK terus mengalami penyempurnaan dan updating terutama terkait dengan kurikulum, satuan acara pembelajaran (SAP), dan modul. Untuk pertama kali, pada tahun 2012, modulmodul kegiatan KKD-KKDK diseragamkan agar setiap lulusan mempunyai pemahaman yang sama atas materi yang diajarkan. Perbaikan kualitas pelaksanaan KKD-KKDK terus dilanjutkan dan pada tahun 2013, DJPK mendapat dukungan dari GIZ untuk melakukan standarisasi Modul KKD-KKDK sehingga modulmodul tersebut diharapkan dapat memenuhi standar modul internasional. Standarisasi modul ini menghasilkan dua produk utama, yaitu: (i) Materi Pelatihan (handbook) ; dan (ii) Panduan Bagi Pelatih (trainer guideline) untuk 6 (enam) jenis pelatihan, yaitu Perencanaan Penganggaran, Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, Barang Milik Daerah, Penatausahaan Perbendaharaan Daerah dan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah. Kami mengucapkan terima kasih kepada GIZ yang telah mendukung pelaksanaan standarisasi materi pelatihan dan panduan bagi pelatih ini sehingga memudahkan bagi para pelatih untuk melaksanakan pelatihan sehingga output dari hasil pelatihan ini memiliki standar yang berkualitas tinggi. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penyusun modul, pimpinan dan pengurus center penyelenggara kegiatan KKD-KKDK serta seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyusunan standarisasi materi pelatihan KKD-KKDK ini. Diharapkan dengan kehadiran modul yang telah distandarisasi ini akan menjadikan kualitas dari pelaksanaan pelatihan KKD-KKDK terjaga dengan baik dan juga memudahkan para pelatih dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan KKD-KKDK. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan pelatihan KKD-KKDK dapat berkontribusi pada perbaikan pengelolaan keuangan daerah. Jakarta, Maret 2014 Direktur Pembiayaan dan Kapasitas Daerah
Adriansyah
iv
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Daftar Isi
v
Kata Sambutan
v
Daftar Singkatan
x
Pengantar Pelatihan
xi
TOPIK 1 PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
1
1.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
2
1.2
Penjelasan Alur Pembelajaran
4
1.3
Media
5
1.4
Catatan untuk Pelatih
6
1.5
Ringkasan Materi
7
TOPIK 2 SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
13
2.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
14
2.2.
Penjelasan Alur Pembelajaran
16
2.3.
Media
18
2.4.
Catatan untuk Pelatih
19
2.5.
Ringkasan Materi
19
2.6.
Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban)
20
TOPIK 3 AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
31
3.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
32
3.2.
Penjelasan Alur Pembelajaran
34
3.3.
Media
39
3.4.
Catatan untuk Pelatih
39
3.5.
Ringkasan Materi
40
TOPIK 4 PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
57
4.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
58
4.2.
Penjelasan Alur Pembelajaran
60
4.3
Media
63
4.4.
Catatan untuk Pelatih
63
4.5.
Ringkasan Materi
63
4.6.
Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban)
64
TOPIK 5 PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
77
5.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
78
5.2.
Penjelasan
80
5.3.
Media
83
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
5.4.
Catatan untuk Pelatih
83
5.5.
Ringkasan Materi
83
5.6.
Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban)
84
TOPIK 6 PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
97
6.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
98
6.2
Penjelasan Alur Pembelajaran
100
6.3.
Media
101
6.4.
Catatan untuk Pelatih
101
6.5.
Ringkasan Materi
101
TOPIK 7 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
105
7.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
106
7.2.
Penjelasan Alur Pembelajaran
108
7.3.
Media
109
7.4.
Catatan untuk Pelatih
110
7.5.
Ringkasan Materi
110
TOPIK 8 REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
115
8.1.
Tujuan, Waktu, Kata kunci, Metode, Media
116
8.2.
Penjelasan Alur Pembelajaran
118
8.3.
Media
121
8.4.
Catatan untuk Pelatih
121
8.5.
Ringkasan Materi
121
8.6.
Hasil Kegiatan
123
LAMPIRAN – LAMPIRAN
vi
OPTIMIS, 50 PERSEN PEMDA RAIH WTP TAHUN 2014
132
RAIH OPINI WTP, JATENG RAIH PENGHARGAAN
133
SEMARANG SATU-SATUNYA PELAKSANA SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI INDONESIA
134
Menkeu : Masalah Pengelolaan Keuangan Perlukan Peran APIP
143
Pentingnya Review Laporan Keuangan Daerah
144
Inspektorat Review Laporan Keuangan SKPD
147
Kerja Kelompok: Role Play – RAPAT TERKAIT
148
STRATEGI PENCAPAIAN OPINI WTP
148
DISKUSI PLENO – PELAJARAN YANG DIAMBIL DARI KASUS MELAWI
149
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
DAFTAR SINGKATAN Istilah (Singkatan)
vii
Penjelasan
LO
Laporan Operasional
LRA
Laporan Realisasi Anggaran
LPE
Laporan Perubahan Ekuitas
LPSAL
Laporan Perubahan Sisa Anggaran Lebih
SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
SKPKD
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
PPKD
Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah
BUD
Bendahara Umum Daerah
ALK
Analisis Laporan Keuangan
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
PENGANTAR PELATIHAN A. Abstraksi Buku Panduan bagi Pelatih Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah ini berisi tentang alur dan skenario proses pembelajaran per topik yang harus diikuti oleh pelatih sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Buku panduan ini disusun per topik dan sifatnya adalah sekuensial seperti terdapat pada buku Materi Pelatihan. Halhal yang disampaikan dalam buku panduan ini di setiap topik meliputi tujuan, waktu (durasi) dan kata kunci, alur pembelajaran, penjelasan tiap kegiatan yang dilakukan pelatih, catatan untuk pelatih dan ringkasan materi. Buku Panduan bagi Pelatih ini digunakan dalam penyampaian materi yang ada di Materi Akuntansi keuangan pemerintah daerah yang terbagi menjadi empat bagian besar dan sifatnya adalah sekuensial, artinya topik-topik yang disampaikan disini diuraikan berdasarkan urutan materi yang harus dikuasai oleh peserta untuk dapat mencapai kompetensi dasar mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah. Empat bagian besar yang dimaksud meliputi pengantar akuntansi pemerintahan, siklus akuntansi pemerintah daerah, prinsip-prinsip akuntansi keuangan daerah, dan proses penyusunan laporan keuangan daerah. Dalam materi konsep dasar akuntansi keuangan daerah ditekankan pada pemahaman persamaan dasar akuntansi pemerintah daerah dan aturan debit-kredit serta analisis transaksi dan pencatatan transaksi. Hal ini sangat penting dan memberikan landasan pemahaman untuk dapat memahami materi selanjutnya. Setelah memahami pengantar akuntansi pemerintahan dan siklus akuntansi, materi berikutnya adalah peseta dikenalkan dengan prinsip dasar/kebijakan akuntansi keuangan daerah yang meliputi item-item pos laporan keuangan pemerintah daerah. Pengenalan prinsip/kebijakan akuntansi keuangan daerah diuraikan dalam 5 aspek/atribut yaitu definisi, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan pengungkapan. Bagian selanjutnya adalah proses penyusunan laporan keuangan daerah (SKPD, PPKD dan Konsolidasi), meliputi langkah analisis dan pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian akhir tahun , posting ke buku besar, penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian, dan berakhir dengan penyusunan laporan keuangan. Yang perlu diingat dan disampaikan kepada peserta adalah bahwa teknik untuk mencatat transaksi bisa dengan teknik double entry baik untuk pencatatan keuangan dan anggaran, bisa juga triple entry. Pencatatan yang dipilih dan digunakan di Materi Pelatihan adalah menggunakan triple entry dimana meliputi dua pencatatan yaitu pencatatan transaksi akrual di buku jurnal finansial dan pencatatan transaksi terkait akun akun LRA di buku anggaran. Selain berisi materi, Materi Pelatihan Akuntansi keuangan pemerintah daerah juga dilengkapi dengan lembar kerja peserta (LKP) per topik yang harus diisi oleh setiap peserta guna memperoleh sekaligus mengecek/ membuktikan bahwa pemahaman atas materi di setiap topik telah diperoleh. Dengan pola penyajian materi dengan disertai lembar kerja peserta tersebut diharapkan peserta dapat mempraktekkan secara komprehensif proses penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. B. Tujuan Pelatihan Setelah mempelajari materi ini peserta pelatihan diharapkan mampu menyusun laporan keuangan pemerintah daerah meliputi laporan keuangan SKPD, laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan konsolidasian (laporan keuangan pemerintah daerah). viii
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
C. Peserta pelatihan Persyaratan peserta untuk mengikuti pelatihan modul akuntansi keuangan daerah ini: 1. Pegawai/calon pegawai Pemerintah daerah yang menangani akuntansi keuangan daerah atau akan diproyeksikan menangani akuntansi keuangan daerah. 2. Latar belakang pendidikan SMA/D3/S1 semua jurusan D. Materi Pelatihan Topik-topik yang disajikan dalam Panduan Bagi Pelatih ini adalah: • Topik 1 : Pengantar Akuntansi Pemerintahan • Topik 2 : Siklus Akuntansi Keuangan Daerah • Topik 3 : Akuntansi Keuangan Daerah • Topik 4 : Penyusunan Laporan Keuangan SKPD • Topik 5 : Penyusunan Laporan Keuangan PPKD • Topik 6 : Penyusunan Laporan Keuangan Daerah (Konsolidasian) • Topik 7 : Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah • Topik 8 : Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah E. Metode Pelatihan Metode dan pendekatan pembelajaran yang diterapkan dalam mencapai kompetensi dasar materi ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan pembelajaran andragogi (pembelajaran orang dewasa) dimana pola penyampaian materi dilandaskan pada golden rule yaitu 10-60-40 dimana 10% (pengantar pelatihan/introduction), 60% (praktek/aktifitas) dan 30% (integrasi antara teori dan praktek). Dalam proses pembelajaran, dijelaskan mengenai materi dan proses penyusunan laporan keuangan dengan mempraktekkannya/mengerjakannya dalam lembar kerja peserta di bagian akhir Materi Pelatihan Akuntansi keuangan pemerintah daerah bersama pelatih. Prinsip yang harus dipegang adalah bahwa semua mengerjakan sama-sama baik tiap-tiap peserta maupun pelatih, dan dicocokkan sehingga ketemu hasil yang sama. Dengan demikian setiap peserta mampu menunjukkan/memberikan bukti pemahaman setiap topik materi yang sudah dipelajari. F.
Perlengkapan dan Fasilitas Pelatihan
Perlengkapan/Media Pembelajaran yang harus disiapkan untuk menyukseskan proses pembelajaran materi ini yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
ix
LCD Proyektor Kabel Roll Whiteboard Spidol Penghapus Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Kalkulator untuk setiap peserta
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
G. Evaluasi Pelatihan Evaluasi yang dilakukan meliputi 3 hal yaitu: 1. Evaluasi terhadap peserta meliputi: a. Kehadiran: • Minimum kehadiran peserta untuk dapat mengikuti ujian adalah 80% dari total hari pelatihan. b. Partisipasi di kelas •
Fasilitator memberikan penilaian atas keaktifan peserta dalam presentasi, diskusi dan mengerjakan soal. c. Ujian •
Dilakukan dengan memberikan soal ujian proses penyusunan laporan keuangan SKPD di akhir pertemuan.
•
Minimum nilai untuk dinyatakan lulus adalah memperoleh nilai akhir 70 dan diberikan sertifikat telah mengikuti dan lulus pelatihan.
•
Nilai akhir meliputi nilai ujian, nilai partisipasi dan nilai kehadiran dengan bobot masingmasing 60%, 30% dan 10%.
•
Peserta yang dinyatakan tidak lulus akan diberikan sertifikat telah mengikuti pelatihan.
2. Evaluasi terhadap fasilitator a. Dilakukan untuk setiap fasilitator per topik yang disampaikan. b. Meliputi aspek penilaian: kompetensi, teknik presentasi dan komunikasi, serta sikap dan perilaku 3. Evaluasi terhadap penyelenggaraan pelatihan a. Dilaksanakan 2 kali yaitu di tengah waktu pelatihan dan di akhir pelatihan. b. Meliputi aspek penilaian: sarana dan prasarana, konsumsi , dan pelayanan panitia. H. Sertifikat Pelatihan Pasca pelatihan, sertifikat akan diberikan oleh penyelenggara kepada peserta.
x
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
TOPIK 1
PENGANTAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta dapat menjelaskan Reformasi Akuntansi Pemerintahan, Standar Akuntansi Pemerintahan dan Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan, Prinsip Akuntansi dan Pelaporan, Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan, serta Keterkaitan antar Laporan Keuangan.
3 sesi (135 menit) Waktu
Kata Kunci
Metode
Media
Bahan Bacaan
2
Reformasi Keuangan Negara Perundang-undangan terkait reformasi keuangan Standar Akuntansi Pemerintahan Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan
Pilihan metode yang dapat dipilih: • Diskusi Partisipatif • Short video/news • Newspaper article • Mindmapping • • • •
Flip Chart, Spidol, Infocus. Powerpoint yang atraktif Video/Gambar/Foto Artikel Koran
• • •
PP 71 Tahun 2010 PMK 238 Tahun 2011 tentang PUSAP www.ksap.org
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kegiatan 1
Pengantar (icebreaking)
2
Memberikan pemahaman tentang arti penting reformasi keuangan negara dan perundang-undangan terkait termasuk sejarah perkembangan akuntansi pemerintahan
(10 menit)
(45 menit) 3
Melakukan Diskusi Partisipatif terkait Standar Akuntansi Pemerintahan/Konsep Dasar/Basis Akuntansi : 45 menit tutorial 2 way communication, 30 menit diskusi atas snap shot berita yang dibagikan, 15 menit masukan pelatih
4
Kerja kelompok : Brainstorming & Brainwriting dalam bentuk penyusunan mind map bentuk/jenis LKPD
(45 menit) 5
3
Diskusi dan Simpulan
(15 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1.2 Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1:
Tujuan:
Menjelaskan secara umum mengenai Pengertian Akuntansi Pemerintahan, Karakteristik Akuntansi Pemerintahan, Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan Peserta mampu menjelaskan Pengertian, Karakteristik, dan Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan dan proses yang akan dilakukan dalam sesi ini (5 menit) 2. Tanyakan pada peserta (5 menit): •
fenomena yang terjadi atas pengelolaan keuangan negara terkait dengan reformasi keuangan negara. 3. Menjelaskan kepada peserta terkait dengan ‘sejarah’ reformasi keuangan negara termasuk perundang-undangan yang terkait (10 Menit) 4. Diskusikan pemahaman peserta tentang kondisi keuangan negara dengan mengajukan beberapa pertanyaan antara lain (10 Menit): a. Perbedaan pengelolaan keuangan negara pada saat orde baru vs era reformasi b. Perundang-undangan yang menjadi dasar perubahan 5. Masing-masing peserta diminta untuk berkontribusi dalam diskusi ini dan usahakan terjadi keseimbangan dalam berpendapat dengan memberikan kesempatan kepada semua peserta secara merata. 6. Catatlah hasil pembahasan dan mintalah klarifikasi kepada peserta, jika terdapat istilah atau catatan yang perlu penjelasan lebih lanjut (5 menit ). Kegiatan 2: Tujuan:
Diskusi partisipatif Peserta diminta terlibat dalam diskusi partisipatif khususnya dalam topik
1. Pelatih memberikan materi yang disajikan dalam powerpoint yang menarik ditunjang beberapa fakta/berita dengan membagikan handouts berupa kliping beberapa artikel koran atau menyajikan beberapa berita pendek melalui video terkait topik reformasi keuangan negara dalam hal perubahan standar/konsep akuntansi pemerintahan (45 menit) 2. Selanjutnya para peserta diminta untuk melakukan analisis kritis terhadap berita/informasi yang mereka dapatkan dan peserta dapat memberikan pendapat mereka dalam bentuk curah gagas/brainstorming secara lisan maupun tertulis dalam secarik kertas (30 menit) 3. Pelatih bersama peserta membahas/berdiskusi terkait dengan topik materi (15 menit)
4
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Kegiatan 3: Tujuan :
Penyusunan Mind-Map Jenis dan Bentuk LKPD Peserta diminta melakukan brainstorming & brainwriting dalam bentuk mind-map terkait jenis dan bentuk laporan keuangan daerah
1. Pengantar dan Ice breaking (10 menit) 2. Pelatih memberikan materi pengantar singkat terkait jenis, bentuk dan elemen laporan keuangan (20 menit) 3. Buatlah penjelasan singkat terkait tugas yang akan diberikan (5 menit): a. Buatlah kelompok yang terdiri dari 7 orang sebaiknya berlatar belakang berbeda b. Tentukan ketua kelompok/juru bicara c. Setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis terhadap studi kasus yang diberikan 4. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 7 orang, Pelatih akan membagikan Lembar Kerja dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok 5. Peserta diminta untuk melakukan brainstorming & brainwriting sekaligus membuat mindmap jenis & bentuk LKPD dengan menggunakan spidol warna-warni diatas kertas manila putih (40 menit) 6. Dalam lembar kerja sebaknya telah diberikan informasi tentang: a. Jenis & bentuk LKPD b. Elemen/akun terkait dalam setiap jenis laporan 7. Setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil analisis kepada pleno dengan menempelkan mind-map diatas pinboard 8. Setelah mind-map dipasang, diskusi terkait bentuk dan jenis LKPD dilakukan dengan meminta salah satu kelompok untuk ‘mempresentasikan’ sejenak hasil mind-map mereka (15 menit)
1.3 Media
5
•
Audio visual devices
•
Flip Chart & ATK
•
Foto copy berupa beberapa artikel dalam surat kabar terkait dengan pengelolaan keuangan Negara
•
Case study as a snapshot/Newspaper article
•
Short video/news
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Lembar Kerja/Media Foto copy berupa beberapa artikel dalam koran terkait pengelolaan keuangan negara
OPTIMIS, 50% PEMDA RAIH WTP TAHUN 2014 Jakarta -Akuntan Online: Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi optimis dari seluruh pemerintah daerah (pemda) pada akhir tahun 2014 ditargetkan 50 persen memperoleh opini WTP (wajar tanpa pengecualian) dari BPK. Meski hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2012 hanya mencapai 7 persen dari 540 pemda yang memperoleh opini WTP. “Saya tetap optimis. Target kita di akhir tahun 2014 mencapai 50 persen pemda yang peroleh opini WTP,” katanya di Jakarta, Senin (2/09/2013). Raihan opini WTP yang hanya 7 persen pada tahun 2012, kata Mendari, itu dari keseluruhan pemda, baik pemerintah kota/kabupaten dan provinsi. Saat ini, untuk laporan keuangan tahunan pemerintah provinsi yang memperoleh opini WTP telah mencapai 30 persen dari 33 provinsi. Sedikitnya pemda yang memperoleh opini WTP pada tahun 2012 selaras dengan temuan Indonesia Governance Index (IGI ) yang menyebutkan, tahun itu tranparansi keuangan pemerintah daerah lebih sulit dipenuhi dari pada akuntanbiltas prosedur. Menurut Direktur Eksekutif IGI, Wicaksono Sarosa, dari hasil survei di seluruh provinsi Indonesia menyebutkan rata- rata kinerja transparansi keuangan pemerintah daerah termasuk dalam katergori cenderung buruk yakni dengan score 4,58 . Sedangkan skor rata- rata akuntabilitas pemerintah provinsi sedikit lebih baik yakni dengan skore 5,45.(Zis)*** http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=697&t=Optimis,%2050%20Persen%20 Pemda%20Raih%20WTP%20Tahun%202014&kat=Auditing, diakses 8 September 2013
1.4 Catatan untuk Pelatih a. Pelatih diminta dapat membangkitkan ‘ghirah/passion’ peserta terkait dengan kepedulian mereka akan arti penting reformasi keuangan negara sekaligus mampu menciptakan atmosfir kondusif agar peserta b. Saat memberikan kesimpulan pelatih perlu sekiranya menekankan arti penting pengelolaan keuangan negara c. Pelatih dapat menyajikan contoh-contoh mind-map yang telah dibuat sebagai acuan/model penyusunan
6
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
1.5 Ringkasan Materi 1.5.1
REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Era reformasi tahun 1988 telah membuka wacana perubahan manajemen keuangan pemerintah. Terkait pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan UU tersebut, pemerintah pusat mengeluarkan: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17 Nopember 2000 Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001. 6. Kemendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah, serta Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Selanjutnya pemerintah pusat mengeluarkan 2 (dua) UU yang berhubungan dengan keuangan dan perbendaharaan negara yaitu: 1. 2.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
1.5.2
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN.
PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), menyatakan bahwa SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dalam PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat 3 (tiga) Lampiran yaitu: Lampiran I tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual; Lampiran II tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual; dan Lampiran III tentang Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Lampiran I Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual berisi: 1. 2. 3. 4. 5. 7
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan; PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan; PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas; PSAP 03 Laporan Arus Kas; PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan; PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
6. 7. 8. 9. 10. 11.
PSAP 05 Akuntansi Persediaan; PSAP06 Akuntansi Investasi PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP 09 Akuntansi Kewajiban PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan. 12. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian 13. PSAP 12 Laporan Operasional 1.5.3.
KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Pengertian Akuntansi Pemerintahan Akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam rangka menyediakan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari pihak-pihak berkepentingan atas berbagai alternatif tindakan (Halim, 2007). Menurut PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sistem akuntansi pemerintah merupakan serangkaian prosedur mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah daerah. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah sebagai berikut Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan Pelayanan yang diberikan dan Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian. Peranan Laporan Keuangan Laporan keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan: 1. 2. 3. 4.
8
Akuntabilitas Manajemen Transparansi Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerational equity)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
Tujuan Pelaporan Keuangan 1. menyediakan informasi mengenai apakah penerimaan periode berjalan cukup untuk membiayai seluruh pengeluaran. 2. menyediakan informasi mengenai apakah cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya telah sesuai dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan. 3. menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan Pemerintah Daerah serta hasil-hasil yang telah dicapai. 4. menyediakan informasi mengenai bagaimana Pemerintah Daerah mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. 5. menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Daerah berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman. 6. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan Pemerintah Daerah, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan Pengguna dan Kebutuhan Informasi Kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada: 1. 2. 3. 4.
Masyarakat; Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa; Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman; Pemerintah.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan 1. 2. 3. 4.
Relevan Andal Dapat Dibandingkan Dapat Dipahami
Prinsip Akuntansi Delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
9
Basis akuntansi; Prinsip Nilai Historis; Prinsip Realisasi; Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form) Prinsip Periodisitas Prinsip Konsistensi
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap 8. Prinsip Penyajian Wajar Tujuan Pelaporan Keuangan 1. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran. Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan. 2. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai. 3. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya. 4. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman. 5. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
1.5.4. JENIS DAN BENTUK LAPORAN KEUANGAN. Komponen Laporan Keuangan terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). •
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Unsur yang dicakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. • Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. • Neraca Unsur yang dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas • Laporan Arus Kas (LAK) Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, dan Transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. • Laporan Operasional (LO) Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan akun-akun luar biasa.
10
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengantar Akuntansi Pemerintahan
• •
11
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
TOPIK 2
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
2.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta mampu mempraktekkan siklus akuntansi pemerintah daerah (proses penyusunan laporan keuangan SKPD) meliputi analisis transaksi dan pencatatan di Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran, mencatat penyesuaian di Buku Jurnal Finansial, mem-posting ke buku besar, menyusun neraca saldo setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LO, LPE, dan Neraca serta LRA.
2 sesi (90 menit) Waktu
Kata Kunci
Bukti Transaksi Bukti Pembukuan Buku Jurnal Finansial Buku Anggaran Posting Buku Besar, Neraca Saldo setelah Penyesuaian Laporan Keuangan
• •
Simulasi(Partisipatif ) Diskusi
•
Flipt Chart dan Kertas Flip Chart Spidol Kabel Roll LCD Proyektor
Metode
Media
Bahan Bacaan
• • • • • • • • • •
13
• • •
Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Penghapus Kalkulator untuk setiap peserta
• • •
LCD Bahan Bacaan ‘SPIP’ Bagan arus
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Kegiatan 1
Pengantar
2
Simulasi siklus akuntansi keuangan daerah (proses ringkas penyusunan Laporan SKPD)
(15 menit)
(9 x 45 menit) 3
14
Kesimpulan
(30 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
2.2. Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Tujuan :
•
•
• • • •
Pengantar – 15 menit Mengkondisikan suasana agar kondusif dan menjelaskan secara singkat siklus akuntansi keuangan pemerintah daerah (SKPD)
Pelatih meminta peserta menuliskan nama panggilan di lakban kertas, merobek dan menempelkannya pada dada sebelah kiri peserta masing masing sendiri sendiri, dan Pelatih melakukan hal ini lebih dulu untuk memberikan contoh. Pelatih memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta sambil mengisi daftar hadir peserta dengan menanyakan nama, asal SKPD dan tugas/apa yang dikerjakan sehari-hari oleh peserta (latar belakang pendidikan bisa dilihat dari daftar hadir peserta/data peserta dari sekretariat) Pelatih memberikan reviu siklus akuntansi Pelatih menjelaskan macam laporan keuangan yang harus disusun SKPD Pelatih menjelaskan sistem pencatatan SKPD Pelatih menjelaskan kasus penyusunan laporan keuangan SKPD dan urutan proses pengerjaannya.
Kegiatan 2: Tujuan :
Melakukan proses penyusunan laporan keuangan (SKPD) – 315 menit Peserta dapat mempraktekkan siklus akuntansi keuangan (SKPD)
Analisis dan Pencatatan Transaksi • Secara bersama sama, setiap transaksi dianalisis dan dicatat dalam Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran. • Pengajar membahas satu per satu transaksi dengan mendiskusikannya dengan peserta dan meminta peserta menuliskannya dalam Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran. • Dalam hal ini, pelatih tidak hanya mencontohkan pencatatan, tapi juga melakukan penginputan transaksi satu per satu bersama peserta dan menayangkannya melalui LCD Proyektor. Hal ini akan memberikan motivasi yang luar biasa kepada peserta dan membangun kebersamaan dan mempererat hubungan pelatih dengan peserta. • Untuk memberikan pemahaman alur sistem pengolahan data dan guna memudahkan dalam proses peringkasan transaksi dan penyajian laporan keuangan, maka dalam mencatat transaksi yang dicatat tidak hanya nama akun tapi juga kode akun yang bersangkutan • Setelah semua transaksi selesai di-input di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran, pelatih meminta peserta untuk mengecek balance/tidak balance dengan menuliskan total debit dan total kredit Buku Jurnal Finansial di baris paling bawah.
15
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Pencatatan Penyesuaian • Berbeda dengan pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian hanya dilakukan di Buku Jurnal Finansial saja (tidak dicatat di buku anggaran). • Setelah mencatat transaksi, langkah selanjutnya adalah mencatat jurnal penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial. Posting ke Buku Besar • Setelah seluruh transaksi dan penyesuaian dicatat, langkah selanjutnya pelatih memberikan contoh proses posting dari Buku Jurnal Finansial ke Buku Besar dan dilanjutkan posting dari Buku Anggaran ke Buku Besar. • Agar ringkas dan efisien, maka buku besar yang digunakan adalah model T dimana sebelah kiri berarti debit dan sebelah kanan berarti kredit. • Yang perlu diingat dalam melakukan posting adalah tetap menuliskan kode akun dan nama akun di Buku Besarnya (di atas akun bentuk T) dan menuliskan tanggal dan saldo transaksinya (baik debit kredit menuliskannya rapat atas saja) • Strategi yang dilakukan untuk memudahkan proses posting jika Buku Besar belum diberi nama, maka proses posting sekaligus memberi nama Buku Besar berdasarkan urutan transaksi (tidak sesuai urutan pengkodean di daftar akun tidak apa apa) • Setiap transaksi yang sudah diposting, diberi tanda check ( ) di kolom ref. • Yang perlu diingatkan kepada peserta adalah bahwa urutan posting adalah urut per jurnal baik debit maupun kreditnya, jadi bukan dipilih berdasarkan nama akun yang sama. • Setelah semua transaksi diposting ke Buku Besar, maka peserta diminta menghitung saldo tiap Buku Besar dengan menghitung terlebih dahulu total debit dan total kredit dan menyelisihkannya dan menuliskan saldonya dibawah angka yang besar (kolom saldo selisih yang lebih besar) Penyusunan Neraca Saldo setelah Penyesuaian • Pengajar meminta peserta untuk menuliskan kode dan nama akun beserta saldonya di tiap-tiap Buku Besar dengan mengidentifikasi saldo tersebut diposisi debit atau kredit dan memindahkannya ke Neraca Saldo. • Untuk langkah ini, urutan memindahkannya harus urut kode akunnya. Artinya kode awal 111 harus dituliskan paling atas, dan seterusnya. Hal ini agar memudahkan dalam menyusun laporan keuangan. • Pengajar meminta peserta menghitung total saldo debit dan total saldo kredit di Neraca Saldo. Yang perlu disampaikan ke peserta adalah bahwa total saldo debit harus sama dengan total saldo kredit. • Jika ada perbedaan angka total saldo debit dan total saldo kredit, maka pelatih menjelaskan kemungkinan kesalahan yang terjadi sehingga tidak menyebabkan tidak balance. • Pengajar memberitahu peserta berapa total saldo debit/kredit yang benar sebagai acuan peserta. • Pengajar dan semua peserta sebagai satu tim bersama sama membantu menemukan kesalahan yang dilakukan seorang peserta (temannya) dan membetulkannya sehingga semua peserta memperoleh angka yang sama.
16
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Penyusunan Laporan Keuangan • Berdasarkan Neraca Saldo, pengajar meminta peserta merangkum tiga digit kode akun yang sama urut dari kode Laporan Operasional (LO) (mulai kode 811 dan 911) di Neraca Saldo dan memindahkannya ke form Laporan Operasional (LO). • Setelah semua dimasukkan ke LO, kemudian dilakukan perhitungan matematika total pendapatan, total beban sehingga ketemu angka surplus (defisit). • Pengajar memberi tahu peserta angka surplus (defisit) yang benar dan membantu peserta jika ada perbedaan untuk menemukan angka yang benar. • Selanjutnya, pengajar meminta melanjutkan proses penyusunan Laporan selanjutnya yaitu Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Neraca serta Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dengan memperhatikan kode akun di neraca saldo dengan kode akun di form laporan keuangan. Dalam penyusunan LRA, akun pembiayaan hanya berlaku di PPKD dan tidak berlaku di SKPD. • Langkah terakhir, pengajar kemudian mencocokkan dan mengecek satu per satu laporan keuangan bersama sama dengan peserta sehingga dipastikan setiap peserta memperoleh hasil yang sama dan benar. Kegiatan 3: Tujuan :
•
• •
Kesimpulan - 30 menit Memastikan pemahaman peserta dan menyimpulkan apa yang menjadi kunci utama penyusunan laporan keuangan (SKPD)
Pelatih melakukan reviu (trace back) proses penyusunan laporan keuangan SKPD yang telah dilaksanakan dan mendiskusikan dengan peserta kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan proses tersebut. Pelatih memberikan apresiasi kepada peserta bahwa mereka telah berhasil menyusun laporan keuangan SKPD dengan memiliki bukti satu set proses penyusunan laporan keuangan SKPD. Pelatih menyampaikan kepada peserta bahwa proses ini harus diulangi minimal 1 kali lagi untuk memperoleh pemahaman atas perlakuan transaksi dan alur penyusunan laporan keuangan SKPD sekaligus menekankan bahwa akuntansi adalah ilmu praktik bukan ilmu teori dengan menganalogikan misalnya dengan belajar menyetir mobil.
2.3. Media • • • • • • • • •
17
Lembar Kerja Topik 2 yang terdapat pada Buku Materi Pelatihan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabel Roll LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Flip Chart Kertas Flip Chart Spidol Penghapus Kalkulator untuk setiap peserta PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
2.4. Catatan untuk Pelatih • •
•
Menerapkan prinsip mengerjakan secara gotong royong Semua mengerjakan hal yang sama, dan memperoleh hasil yang sama (dicocokkan) – tiap aktivitas dikendalikan Pelatih (Pelatih juga mencontohkan dan mengerjakan dan ditunjukkan di layar LCD Proyektor) Pelatih yang sudah bisa diminta membantu teman sebelahnya yang belum selesai (sehingga pelatih punya banyak “asisten”)
2.5. Ringkasan Materi Siklus akuntansi merupakan tahap-tahap yang harus dilalui dalam suatu sistem akuntansi, termasuk akuntansi pemerintah daerah. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis transaksi berdasar bukti pembukuan dan mencatat transaksi dalam Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran; 2. Mencatat penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial; 3. Melakukan posting ke Buku Besar (baik dari Buku Jurnal Finansial maupun Buku Anggaran); 4. Menyusun Neraca Saldo setelah penyesuaian; 5. Menyusun laporan keuangan berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian; 6. Membuat Jurnal penutup; 7. Menyusun Neraca saldo setelah penutupan;
18
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
2.6. Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban) Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Buku Jurnal Finansial SKPD :
Dinas Kesehatan
Tanggal
19
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
01/01/2011
111 Kas
Rp1.500.000
01/01/2011
117 Persediaan
Rp500.000
01/01/2011
131 Tanah
Rp250.000.000
01/01/2011
133 Gedung dan Bangunan
Rp240.000.000
01/01/2011
132 Peralatan dan Mesin
Rp149.000.000
01/01/2011
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp1.500.000
01/01/2011
311 Ekuitas
01/01/2011
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp1.500.000
01/01/2011
111 Kas
Rp1.500.000
Rp639.500.000
02/02/2011
111 Kas
Rp50.000.000
02/02/2011
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp50.000.000
03/03/2011
911 Beban Pegawai
Rp1.487.500.000
03/03/2011
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
04/04/2011
132 Peralatan dan Mesin
Rp110.000.000
04/04/2011
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp110.000.000
05/05/2011
912 Beban Barang
Rp25.000.000
05/05/2011
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp25.000.000
06/06/2011
113 Piutang Pendapatan
Rp27.000.000
06/06/2011
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp27.000.000
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp1.487.500.000
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
06/06/2011
111 Kas
Rp25.500.000
06/06/2011
113 Piutang Pendapatan
Rp25.500.000
09/09/2011
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp25.000.000
09/09/2011
111 Kas
Rp25.000.000
31/12/2011
117 Persediaan
Rp500.000
31/12/2011
912 Beban Barang
Rp500.000
31/12/2011
917 Beban Penyusutan
31/12/2011
137 Akumulasi Penyusutan
31/12/2011
912 Beban Barang
Rp15.325.000
31/12/2011
215 Utang Beban
Rp15.325.000
Penerimaan
Pengeluaran
Rp31.900.000
Rp31.900.000
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Buku Anggaran
Tanggal
20
Kode dan Nama Akun
03/03/2011
511 Belanja Pegawai
04/04/2011
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
05/05/2011
512 Belanja Barang dan Jasa
06/06/2011
412 Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Ref
Rp1.487.500.000 Rp110.000.000 Rp25.000.000 Rp25.500.000
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN per Tanggal 31 Desember 2010
SKPD :
Dinas Kesehatan
Finansial Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
Kredit
111
111 Kas
Rp50.500.000,00
Rp0,00
113
113 Piutang Pendapatan
117
117 Persediaan
131
131 Tanah
132
132 Peralatan dan Mesin
Rp259.000.000,00
Rp0,00
133
133 Gedung dan Bangunan
Rp240.000.000,00
Rp0,00
Rp1.500.000,00
Rp0,00
Rp1.000.000,00
Rp0,00
Rp250.000.000,00
Rp0,00
137
137 Akumulasi Penyusutan
Rp0,00
Rp31.900.000,00
215
215 Utang Beban
Rp0,00
Rp15.325.000,00
311
311 Ekuitas
Rp0,00
Rp639.500.000,00
313
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp0,00
Rp1.647.500.000,00
812
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp0,00
Rp27.000.000,00
911
911 Beban Pegawai
Rp1.487.500.000,00
Rp0,00
912
912 Beban Barang Rp39.825.000,00
Rp0,00
917
917 Beban Penyusutan Rp31.900.000,00
Rp0,00
Jumlah
Rp2.361.225.000,00
Rp2.361.225.000,00
21
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Dinas Kesehatan
LAPORAN OPERASIONAL Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
Nomor Urut 1
2
8
1
Pendapatan-LO
81
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
Jumlah 3
811
3
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Rp
812
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
813
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Rp
-
819
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Rp
-
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
27.000.000
27.000.000
82
8
Pendapatan Transfer – LO
821
9
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp
-
822
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Rp
-
823
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
829 83
22
Uraian
12
Bantuan Keuangan
Rp
-
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Rp
-
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831
15
Pendapatan Hibah
Rp
-
832
16
Pendapatan Lainnya
Rp
-
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp
-
84
18
Pendapatan Non Operasional-LO
85
19
Pos Luar Biasa
20
JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19)
9
21
Beban
91
22
Beban Operasi
911
23
912
24
Rp
27.000.000
Beban Pegawai
Rp
1.487.500.000
Beban Barang
Rp
39.825.000
913
25
Beban Bunga
Rp
-
914
26
Beban Subsidi
Rp
-
915
27
Beban Hibah
Rp
-
916
28
Beban Bantuan Sosial
Rp
-
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Nomor Urut
Uraian
Jumlah
917
29
Beban Penyusutan
Rp
918
30
Beban Penyisihan Piutang
Rp
-
919
31
Beban Lain-lain
Rp
-
32
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Rp
31.900.000
1.559.225.000
92
33
Beban Transfer
921
34
Bagi Hasil Pajak
Rp
-
922
35
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp
-
923
36
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
924
37
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
-
925
38
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
-
Rp
-
93
40
Beban Non Operasional
Rp
-
94
41
Beban Luar Biasa
Rp
-
39
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
43 44
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41) SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
Rp
1.559.225.000
Rp
(1.532.225.000)
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Dinas Kesehatan
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
Nomor Urut
2010
2
3
1
Ekuitas Awal
Rp
639.500.000
2
Surplus/Defisit – LO
Rp
(1.532.225.000)
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
Rp
-
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Rp
-
6 7
23
Uraian
1
Lain-lain Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp
-
Rp
(892.725.000)
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Dinas Kesehatan
Neraca 31 Desember 2010
Uraian
No
Tahun 2010
1
1
Aset
11
2
Aset Lancar
111
3
Kas
Rp
Tahun 2009
50.500.000,00
Rp
1.500.000,00
112
4
Investasi Jangka Pendek
Rp
-
Rp
-
113
5
Piutang Pendapatan
Rp
1.500.000,00
Rp
-
114
6
Piutang Lainnya
Rp
-
Rp
-
115
7
Penyisihan Piutang
Rp
-
Rp
-
116
8
Beban Dibayar Dimuka
Rp
-
Rp
-
117
9
Persediaan
Rp
1.000.000,00
Rp
500.000,00
199
10
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Rp
-
Rp
-
Rp
53.000.000,00
Rp
2.000.000,00
12
12
Investasi Jangka Panjang
121
13
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Rp
-
Rp
-
122
14
Investasi Jangka Panjang Permanen
Rp
-
Rp
-
15
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. 14)
Rp
-
Rp
-
13
16
Aset Tetap
131
17
Tanah
Rp
250.000.000,00
Rp
250.000.000,00
132
18
Peralatan dan Mesin
Rp
259.000.000,00
Rp
149.000.000,00
133
19
Gedung dan Bangunan
Rp
240.000.000,00
Rp
240.000.000,00
134
20
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
Rp
-
135
21
Aset Tetap Lainya
Rp
-
Rp
-
11
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
136
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Rp
-
Rp
-
137
23
Akumulasi Penyusutan
Rp
(31.900.000,00)
Rp
-
Rp
717.100.000,00
Rp
639.000.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
24
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
14
25
Dana Cadangan
141
26
Dana Cadangan
27
24
Jumlah
Jumlah Dana Cadangan (26)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Uraian
No 15
25
28
Jumlah Tahun 2010
Tahun 2009
Aset Lainnya
151
29
Tagihan Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
152
30
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Rp
-
Rp
-
153
31
Aset Tidak Berwujud
Rp
-
Rp
-
154
32
Aset Lain-lain
Rp
-
Rp
-
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
Rp
-
Rp
-
34
JUMLAH ASET (11+15+24+27+33)
Rp
770.100.000,00
Rp
641.000.000,00
2
35
Kewajiban
21
36
Kewajiban Jangka Pendek
211
37
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
-
Rp
1.500.000,00
212
38
Utang Bunga
Rp
-
Rp
-
213
39
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
214
40
Pendapatan Diterima Dimuka
Rp
-
Rp
-
215
41
Utang Beban
Rp
15.325.000,00
Rp
-
216
42
Utang Jangka Pendek Lainnya
Rp
-
Rp
-
43
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)
Rp
15.325.000,00
Rp
1.500.000,00
22
44
Kewajiban Jangka Panjang
221
45
Utang Dalam Negeri
Rp
-
Rp
-
223
46
Utang Luar Negeri
Rp
-
Rp
-
224
47
Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp
-
Rp
-
48
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)
Rp
-
Rp
-
49
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Rp
15.325.000,00
Rp
1.500.000,00
3
50
Ekuitas
31
51
Ekuitas
311
52
Ekuitas
Rp
(892.725.000,00)
Rp
639.500.000,00
312
53
Ekuitas SAL
Rp
-
Rp
-
313
54
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
1.647.500.000,00
Rp
-
55
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
Rp
754.775.000,00
Rp
639.500.000,00
56
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
Rp
770.100.000,00
Rp
641.000.000,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Pemerintah Kabupaten Adil Makmur Dinas Kesehatan
LAPORAN REALISASI ANGGARAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
Uraian
Nomor Urut
Realisasi
%
3
4
5
Rp
1
2
4
1
Pendapatan-LRA
41
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
411
3
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Rp -
412
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Rp
413
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA
Rp
-
Rp
-
414
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Rp
-
Rp
-
7
26
Anggaran Setelah Perubahan
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
60.000.000
Rp
60.000.000
Rp
25.500.000
43%
25.500.000
43%
42
8
Pendapatan Transfer – LRA
421
9
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
Rp
-
Rp
-
422
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Rp
-
Rp
-
423
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
Rp
-
424
12
Bantuan Keuangan
Rp
-
Rp
-
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Rp
-
Rp
-
43
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
431
15
Pendapatan Hibah
Rp
-
Rp
-
432
16
Pendapatan Lainnya
Rp
-
Rp
-
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp
-
Rp
-
18
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
Rp
60.000.000
Rp
25.500.000
43%
5
19
Belanja
51
20
Belanja Operasi
511
21
Belanja Pegawai
Rp
4.000.000.000
Rp
1.487.500.000
37%
512
22
Belanja Barang dan Jasa
Rp
375.000.000
Rp
25.000.000
513
23
Belanja Bunga
Rp
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
-
Rp
7% -
Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah
Uraian
Nomor Urut
Realisasi
%
4
5
1
2
3
514
24
Belanja Subsidi
Rp
-
Rp
-
515
25
Belanja Hibah
Rp
-
Rp
-
516
26
Belanja Bantuan Sosial
Rp
-
Rp
-
27
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Rp
4.375.000.000
Rp
1.512.500.000
35%
52
28
Belanja Modal
521
29
Belanja Modal Tanah
Rp
522
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Rp
523
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Rp
-
Rp
-
524
32
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
Rp
-
525
33
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Rp
-
Rp
-
34
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53
35
Belanja Tak Terduga
531
36
Belanja Tak Terduga
Rp
300.000.000
Rp Rp
300.000.000
Rp
110.000.000
37%
110.000.000
37%
-
Rp
-
-
Rp
-
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Rp
38
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
Rp
4.675.000.000
Rp
6
39
Transfer
61
40
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611
41
Transfer Bagi Hasil Pajak
Rp -
Rp -
612
42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp -
Rp -
62
43
Transfer Bantuan Keuangan
621
44
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp -
Rp -
622
45
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp -
Rp -
623
46
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp -
Rp -
Rp -
Rp -
Jumlah Transfer (41 s.d. 46)
-
Rp
37
47
27
Anggaran Setelah Perubahan
1.622.500.000
48
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
Rp 4.675.000.000
Rp 1.622.500.000
49
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
Rp (4.615.000.000)
Rp (1.597.000.000)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
35%
35%
TOPIK 3
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Akuntansi Keuangan Daerah
3.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta mampu menjelaskan Akuntansi Pendapatan dan Piutang, Akuntansi Belanja, Beban dan Persediaan, Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap, Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban, Akuntansi Dana Cadangan dan Transaksi Non Anggaran, Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian dan Jurnal Penutup.
19 Sesi (@45 menit) Dibagi menjadi 6 sub topik Waktu
Kata Kunci
Definisi Pengakuan Pengukuran Penyajian dan Pengungkapan
• •
Diskusi kelompok Diskusi Pleno
• • •
Lembar Kerja Flipt Chart dan Kertas Flip Chart Spidol
•
Kabel Roll
• • • • •
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Bultek Standar Akuntansi Pemerintahan No 1 s/d 10 Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Metode
Media
Bahan Bacaan
• • • •
29
• •
LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta)
• •
Penghapus Kalkulator untuk setiap peserta
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
• • •
LCD Latihan Kasus Kertas Kerja
Akuntansi Keuangan Daerah
Sub Topik 1: Akuntansi Pendapatan dan Piutang 1
Pengantar
2
Pembagian Kelompok
3
Diskusi Kelompok Subtopik Akuntansi Pendapatan dan Piutang
(15 menit) (5 menit)
(45 menit) 4
Presentasi Kelompok
(5 x 15 menit) 5
Kesimpulan
(10 menit)
Sub Topik 2: Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan 1 2
Pembagian Kelompok
(5 menit) Diskusi Kelompok Subtopik Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan
(45 menit) 3
Presentasi Kelompok
4
Kesimpulan
5x @15 menit (10 menit)
Sub Topik 3: Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap 1
Pembagian Kelompok
2
Diskusi Kelompok Subtopik Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap
(5 menit)
(45 menit)
30
3
Presentasi Kelompok
4
Kesimpulan
(5 x 15 menit) (10 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
3.2. Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Pengantar Tujuan :
Mengkondisikan suasana sehingga kondusif serta menjelaskan secara singkat apa yang akan dipelajari.
1. Pelatih meminta peserta menuliskan nama panggilan di lakban kertas, merobek dan menempelkannya pada dada sebelah kiri peserta masing masing sendiri sendiri, dan pelatih melakukan hal ini lebih dulu untuk memberikan contoh. 2. Pelatih memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta sambil mengisi daftar hadir peserta dengan menanyakan nama, asal SKPD dan tugas/apa yang dikerjakan sehari-hari oleh peserta (latar belakang pendidikan bisa dilihat dari daftar hadir peserta/data peserta dari sekretariat) 3. Pelatih menyampaikan apa yang akan dipelajari dalam topik ini. Kegiatan 2: Tujuan :
1.1
Diskusi kelompok Peserta dapat menjelaskan akuntansi keuangan pemerintah daerah
Diskusi Sub Topik 1: Akuntansi Pendapatan dan Piutang
Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) • •
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi. Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) 1. Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 2. Definisi 3. Pengakuan 4. Pengukuran 5. Pencatatan 6. Penyajian dan Pengungkapan
31
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
•
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • •
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
Kesimpulan: (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
1.2 Diskusi Sub Topik 2: Akuntansi Belanja Barang dan Jasa, Beban dan Persediaan Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) •
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi.
•
Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) •
Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit 5 atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 1. Definisi 2. Pengakuan 3. Pengukuran 4. Pencatatan 5. Penyajian dan Pengungkapan
•
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • • 32
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Integrasi (Summary): (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
1.3 Diskusi Sub Topik III: Akuntansi Belanja Modal dan Aset Tetap Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) • •
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi. Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) •
Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit 5 atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 1. Definisi 2. Pengakuan 3. Pengukuran 4. Pencatatan
•
5. Penyajian dan Pengungkapan Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • •
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
Kesimpulan: (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
1.4 Diskusi Sub Topik 4: Akuntansi Pembiayaan, Investasi dan Kewajiban Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) •
33
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
•
Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) •
•
Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit 5 atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 1. Definisi 2. Pengakuan 3. Pengukuran 4. Pencatatan 5. Penyajian dan Pengungkapan Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • •
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
Kesimpulan: (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
1.5 Diskusi Sub Topik 5 : Akuntansi Dana Cadangan dan Transaksi Non Anggaran Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) • •
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi. Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) •
Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit 5 atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 1. 2. 3. 4. 5.
34
Definisi Pengakuan Pengukuran Pencatatan Penyajian dan Pengungkapan
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
•
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • •
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
Kesimpulan: (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
1.6 Diskusi Sub Topik 6 : Akuntansi Koreksi Kesalahan, Jurnal Penyesuaian, dan Jurnal Penutup Pembagian kelompok Diskusi: (5 menit) • •
Pelatih membagi kelompok dengan anggota masing masing maksimal 5 – 6 orang sehingga terbentuk 5 kelompok diskusi. Cara pembagian kelompok dapat dilakukan dengan cara disiapkan kertas dengan jumlah warna sesuai dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk dan jumlah total kertas seluruhnya merupakan jumlah peserta, atau bisa dengan cara lain.
Proses Diskusi kelompok: (45 menit) •
Pelatih menyampaikan tugas dari setiap kelompok yaitu mendiskusikan selama 30 menit 5 atribut berikut terkait subtopik yang didiskusikan: 1. 2. 3. 4. 5.
•
Definisi Pengakuan Pengukuran Pencatatan Penyajian dan Pengungkapan
Hasil diskusi kelompok dituangkan dalam kertas flipchart/dan mobile visualization dengan waktu 15 menit.
Presentasi kelompok: (5 x @15 menit) • •
35
Pelatih mempersilakan setiap kelompok untuk mempresentasikan hal-hal penting yang telah didiskusikan Setiap kelompok diberikan waktu selama 15 menit untuk mempresentasikan.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Integrasi (Summary): (10 menit) •
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas subtopik yang dibahas.
Kegiatan 3: Kesimpulan
Tujuan :
• •
Memastikan pemahaman peserta dan menyimpulkan apa yang sudah dipelajari
Pelatih menyimpulkan hal-hal yang penting hasil diskusi yaitu mengenai definisi kelompok akun, titik pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan topik akuntansi keuangan daerah. Memberikan apresiasi kepada peserta atas pemahaman yang telah diperoleh.
3.3. Media • • • • • • • • •
Lembar Kerja Kabel Roll LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Flip Chart Kertas Flip Chart Spidol Penghapus Kertas mobile visualization (25 paket)
3.4. Catatan untuk Pelatih •
36
Fasilitator mendatangi setiap kelompok diskusi peserta untuk mengecek dan mengarahkan proses diskusi sesuai seperti yang diharapkan.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
3.5. Ringkasan Materi 4.1 AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG Akuntansi Pendapatan a. Definisi Definisi Pendapatan menurut SAP adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/ Daerah yang menambah ekuitas lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. b. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA • •
Pendapatan (secara umum) diakui pada saat telah disetor ke rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
c. Prinsip Akuntansi Pendapatan Daerah-LO 1. Pendapatan-LO diakui saat: a. Timbulnya hak atas pendapatan Pendapatan-LO yang diakui saat timbulnya hak adalah: • Pendapatan yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-undangan • Pendapatan yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan b. Pendapatan direalisasi (adanya aliran masuk sumber daya ekonomi) • Untuk mengakui Pendapatan-LO yang berupa hak yang telah diterima oleh pemerintah tanpa didahului adanya penagihan 2. Akuntansi Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto d. Pencatatan Pendapatan Daerah-LRA di Buku Anggaran
Contoh pencatatan pendapatan di buku anggaran: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Penerimaan
2/2/2012
4...
Pendapatan LRA...
xxx
e. Pencatatan Pendapatan Daerah-LO
37
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengeluaran
Akuntansi Keuangan Daerah
Contoh Jurnal penerimaan kas atas pajak dan langsung disetor ke kas daerah di buku jurnal finansial: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
2/2/2012
3...
RK PPKD
Xxx
8...
Pendapatan-LO
Kredit
Xxx
Contoh pencatatan di buku jurnal finansial atas diterbitkannya surat ketetapan pajak tetapi kas belum diterima: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
2/2/2012
1...
Piutang ...
Xxx
8...
Pendapatan-LO
Kredit
Xxx
f. Penyajian Pendapatan LRA disajikan di Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sedangkan Pendapatan LO disajikan di Laporan Operasional (LO). Akuntansi Piutang a. Definisi Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum diterima pembayarannya. Hak tagih tersebut bisa berasal dari kewenangan pemda misalnya untuk memungut pajak daerah, retribusi daerah, atau hak tagih karena memberikan pinjaman kepada pihak lain. • • •
Pengakuan Telah diterbitkan surat ketetapan; dan/atau Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan
b. Pencatatan Piutang Contoh pencatatan jurnal di buku jurnal finansial saat timbulnya hak tagih (piutang): Tanggal 2/2/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Piutang ...
Xxx
8...
Pendapatan-LO
Kredit
Xxx
c. Penyajian •
38
Disajikan sebagai aset lancardi Neraca sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan;
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
•
Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya.
4.2 AKUNTANSI BELANJA BARANG DAN JASA, BEBAN DAN PERSEDIAAN Akuntansi Belanja Barang dan Jasa a. Definisi Belanja Daerah adalah Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. (PP No 71 th 2010) b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas umum Daerah. Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. c. Pencatatan Belanja Barang dan Jasa
Contoh pencatatan belanja di buku anggaran:
Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
2/2/2012
5...
Belanja ...
8...
Pendapatan-LO
Penerimaan
Pengeluaran Xxx Xxx
d. Penyajian Belanja akan dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) setelah akun Pendapatan. Akuntansi Beban a. Definisi Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP No 71 tahun 2010) b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran Beban diakui saat:
39
•
Timbulnya kewajiban Adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah
•
Terjadinya konsumsi aset Adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
• Terjadinya penurunan manaat ekonomi atau potensi jasa Adalah saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu. c. Pencatatan Beban Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal finansial dengan mekanisme Pembayaran GU/TU di SKPD: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
7/10/2012
9...
Beban ...
Xxx
1...
Kas di Bend. Pengeluaran
1...
Kas di Bend. Pengeluaran
3...
Kredit
Xxx Xxx
RK-PPKD
Xxx
Contoh pencatatan jurnal untuk mencatat beban di buku jurnal finansial dengan mekanisme Pembayaran LS di SKPD: Tanggal 7/10/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
9...
Beban ...
Xxx
3...
RK-PPKD
Kredit
Xxx
d. Penyajian Beban dilaporkan dalam Laporan Operasional (LO). Akuntansi Persediaan a. Definisi Aset dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang diperoleh dengan maksud untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah atau barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dalam kurun waktu 12 bulan dari tanggal pelaporan. b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran • • • •
Persediaan dinilai dengan perhitungan fisik pada akhir periode. Persediaan yang berasal dari pembelian, maka di nilai berdasarkan Biaya perolehan Persediaan yang diperoleh dengan memproduksi sendiri maka dinilai berdasarkan biaya Standar Persediaan yang diperoleh dengan cara lain seperti hibah atu rampasan dinilai sebesar Nilai wajar • Saldo persediaan tersebut dihitung berdasarkan harga pembelian terakhir c. Pencatatan Persediaan
40
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Contoh jurnal yang dibuat di buku jurnal finansial saat pembelian persediaan menggunakan mekanisme UP: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
2/3/2012
1...
Persediaan ...
Xxx
1...
Kas di Bend. Pengeluaran
Kredit
Xxx
d. Penyajian Persediaan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 4.3 AKUNTANSI BELANJA MODAL DAN ASET TETAP Akuntansi Belanja Modal a. Definisi Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Kriteria belanja modal: 1. pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang dengan demikian menambah aset pemerintah; 2. pengeluaran tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah; 3. perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran 1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas umum Daerah. 2. Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran yang disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. c. Pencatatan Belanja Modal Contoh pencatatan belanja modal pembelian Aset Tetap secara tunai di buku anggaran sebagai berikut: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
2/3/2012
5...
Belanja Modal...
Penerimaan
Pengeluaran Xxx
Yang perlu diingat adalah bahwa jika transaksi yang terjadi secara kredit (tidak tunai), maka TIDAK dicatat di buku anggaran, melainkan hanya pencatatan di buku jurnal finansial atas aset tetap yang diperoleh. d. Penyajian Belanja Modal dilaporkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). 41
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi Aset Tetap a. Definisi
Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran •
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
•
Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.
•
Aset tetap dicatat sebesar Biaya Perolehan
•
Aset Tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak memungkinkan digunakan
•
Biaya perolehan atas pembelian Aset meliputi: 1. Harga beli aset tetap 2. Semua biaya yang dikeluarkan sampai Aset Tetap siap digunakan, termasuk: - biaya perjalanan dinas - ongkos angkut - biaya uji coba - biaya konsultan, dll
•
Pengeluaran belanja untuk aset tetap setelah perolehan dapat dibedakan menjadi dua: 1. belanja untuk pemeliharaan yaitu belanja untuk mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal.
2. belanja untuk peningkatan yaitu belanja yang memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, masa manfaat, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja. Belanja ini harus dikapitalisasi dan manambah nilai aset. c. Penyusutan
42
•
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset.
•
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
•
Metode Penyusutan yang dapat dipilih dan digunakan: garis lurus, saldo menurun berganda, unit produksi.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
d.
Pencatatan Aset Tetap
Contoh pencatatan pembelian mobil Ambulan secara tunai di buku jurnal finansial: Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Mobil Ambulan
Xxx
3...
RK-PPKD
Kredit
Xxx
Contoh pencatatan belanja modal pembelian mobil Ambulan secara tunai di buku anggaran: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
2/3/2012
5...
Belanja Modal...
Penerimaan
Pengeluaran Xxx
Selanjutnya jika Aset Tetap tersebut telah digunakan, maka di setiap akhir tahun harus dibuat jurnal penyusutan aset tetap di buku jurnal finansial. Contoh pencatatan penyusutan di buku jurnal finansial setiap akhir tahun:
Tanggal 31/12/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
9...
Beban Penyusutan...
Xxx
1...
Akum. Penyusutan ..
Kredit
xxx
e. Penyajian Penyajian aset tetap disajikan dalam lembar muka neraca.
4.4 AKUNTANSI PEMBIAYAAN, INVESTASI DAN KEWAJIBAN Akuntansi Pembiayaan a. Definisi Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
43
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Jenis Pembiayaan: b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran • •
Penerimaan pembiayaan akan diakui pada saat telah diterima di rekening kas umum daerah. Pengeluaran pembiayaan akan diakui pada saat telah dibayarkan dari rekening kas umum daerah.
c. Pencatatan Pembiayaan Contoh pencatatan Penerimaan Pembiayaan di buku anggaran: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Penerimaan
2/3/2012
7...
Penerimaan Pembiayaan
xxx
Pengeluaran
Contoh pencatatan Pengeluaran Pembiayaan di buku anggaran: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
2/3/2012
7...
Pengeluaran Pembiayaan
Penerimaan
Pengeluaran xxx
d. Penyajian Pembiayaan akan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Akuntansi Investasi a. Definisi Investasi adalah Aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran •
Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan.
•
Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas investasi tersebut c. Pencatatan Investasi Pencatatan Investasi dilakukan di buku jurnal finansial. Adapun contoh pencatatan investasi oleh Pemerintah Daerah di buku jurnal finansial sebagai berikut:
44
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Investasi ...
Xxx
1...
Kas di Kasda
Kredit
Xxx
d. Penyajian Investasi akan dilaporkan dalam Neraca dan diungkapkan dalan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Pemerintah Daerah.
Akuntansi Kewajiban a. Definisi Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah b. Prinsip Pengakuan dan Pengukuran •
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal
•
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul
•
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.
•
Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca
c. Pencatatan Kewajiban Transaksi kewajiban dicatat di buku jurnal finansial. Contoh jurnal timbulnya kewajiban: Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Kas di Kasda ...
Xxx
2...
Utang ...
Kredit
Xxx
d. Penyajian dan Pelaporan Kewajiban akan dilaporkan di Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) 4.5 AKUNTANSI DANA CADANGAN DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN Akuntansi Dana Cadangan a. Definisi Merupakan dana yang disishkan untuk menampung kebutuhan yang relatif besar yang tidak 45
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
bisa dipenuhi dalam satu tahun anggaran b. Pencatatan Dana Cadangan Contoh Pencatatan pengeluaran pembiayaan pembentukan dana cadangan di buku anggaran. Tanggal
Kode Akun
2/3/2012
7...
Nama Akun
Penerimaan
Pengeluaran Pembiayaan - Pembentukan Dana Cadangan
Pengeluaran xxx
Contoh Pencatatan dana cadangan di buku jurnal finansial.
Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Dana Cadangan
Xxx
1...
Kas di Kasda
Kredit
Xxx
c. Penyajian Dana Cadangan perupakan akun yang dilaporkan di Neraca bagian aset. Akuntansi Transaksi Non Anggaran a. Definisi Adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan pemerintah. Contohnya: Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) dan Kiriman Uang. b. Pencatatan Transaksi Non Anggaran Contoh pencatatan Penerimaan PFK di buku jurnal finansial:
Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Kas di Bend. Pengeluaran
Xxx
2...
46
Utang PFK
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Kredit
Xxx
Akuntansi Keuangan Daerah
Contoh pencatatan pembayaran utang PFK: Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
2/3/2012
2...
Utang PFK
Xxx
1...
Kas di Bend. Pengeluaran
Kredit
Xxx
c. Penyajian Tansaksi non Anggaran akan disajikan di Neraca dan dalam Laporan Arus Kas.
4.6 AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN, JURNAL PENYESUAIAN DAN JURNAL PENUTUP Akuntansi Koreksi Kesalahan • adalah merupakan koreksi terhadap kesalahan dalam membuat jurnal dan telah diakunting ke buku besar. • Setiap kesalahan dikoreksi segera setelah diketahui/kesalahan ditemukan. • Contoh kesalahan: kesalahan pembebanan akun, kesalahan nominal, dst. • Kesalahan pencatatan dapat terjadi baik di buku jurnal finansial maupun buku anggaran. • Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. • Berdasarkan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, kesalahan menurut sifatnya dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu kesalahan tidak berulang dan kesalahan berulang dan sistemik yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesalahan tidak berulang Adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi lagi. a. Kesalahan yang terjadi pada periode berjalan
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun Belanja, maupun pendapatan-LO atau akun Beban.
b. Kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya • Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatanLRA atau akun Belanja, maupun akun pendapatan-LO dan akun Beban. • Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LRA. 47
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh kesalahan dan koreksi belanja: Misalnya terjadi pengembalian belanja pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan jurnal sebagai berikut:
Pencatatan koreksi kesalahan di buku jurnal finansial: Tanggal 2/3/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Kas di Kasda
Xxx
9...
Beban Pegawai
Kredit
Xxx
Pencatatan koreksi kesalahan di buku anggaran: Tanggal
K o d e Nama Akun Akun
2/3/2012
4...
Pendapatan LRA
Penerimaan
Pengeluaran
Lain-lain Xxx
•
Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun aset yang bersangkutan.
•
Contoh : misalnya pengadaan aset tetap yang di-markup dan setelah setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan mengurangi akun terkait dalam poos aset tetap.
•
Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi ceraca material posisi aset selain kas, apabaila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas. Contoh: terjadi pengembalian beban pegawai tahun lalu karena salah perhitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah pendapatan lain- lain LO. •
48
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
Contoh: penyetoran bagian laba perusahaan daerah yang belum masuk ke kas daerah dikoreksi dengan menambah akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
•
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan LO yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.
•
Contoh : pengembalian pendapatan DAU karena kelebihan transfer oleh pemda dikoreksi dengan mengurangi akun Ekuitas dan mengurangi saldo kas.
•
Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih.
•
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan.
•
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan tidak mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan, pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait pada periode kesalahan ditemukan.
•
Contoh : misalnya terjadi kesalahan pencatatan pembelian peralatan dan mesin salah dicatat pada akun jalan, irigasi dan jaringan, dibetulkan dengan jurnal koreksi dengan membalik jurnal yang salah dan memunculkan jurnal yang benar atau mengurangi akun jalan, irigasi dan jaringan dan menambah akun peralatan dan mesin.
2. Kesalahan berulang dan sistemik a. Adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. b. Kesalahan berulang dan sistemik tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan LRA maupun pendapatan LO yang bersangkutan.
49
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Jurnal Penyesuaian • Jurnal penyesuaian dibuat setiap akhir tahun periode pelaporan di buku jurnal finansial. • Tujuannya yaitu untuk mencatat akun terhutang/accrual, ditangguhkan/defferal, koreksi, dan ayat jurnal lain yang diperlukan untuk memutakhirkan akun-akun neraca dan akun-akun pendapatan LO dan Beban. • Jurnal Penyesuaian a. Akun terhutang/accrual adalah untuk mengakui kewajiban yang belum dibayar atau hak pemda yang belum diterima sampai dengan akhir tahun anggaran b. Akun Tangguhan/defferal adalah kas yang sudah diterima atau dibayarkan tetapi sampai akhir tahun anggaran belum menjadi hak/ kewajiban Pemda Contoh pencatatan Jurnal Penyesuaian di buku jurnal finansial Contoh Penyesuaian atas akun akrual (terhutang):
Tanggal 31/12/2012
Kode Akun
Nama Akun
Debit
1...
Piutang
Xxx
8...
Pendapatan LO
9...
Beban
2...
Utang Beban
Kredit
Xxx Xxx xxx
Contoh Penyesuaian atas akun defferal (ditangguhkan pengakuannya):
Tanggal
Kode Akun
31/12/2012
2... 8...
Nama Akun
Debit
Pendapatan diterima Dimuka
Xxx
Pendapatan
9...
Beban
2...
Utang Beban
Kredit
Xxx Xxx xxx
Jurnal Penutup Adalah jurnal yang dibuat untuk tujuan mengenolkan seluruh saldo akun-akun laporan operasional dan laporan realisasi anggaran. a. Langkah pertama, menutup akun-akun pendapatan LO dan beban ke akun Ekuitas, dengan cara mendebet akun pendapatan LO, mengkredit akun Beban dan selisihnya dicatat ke akun Ekuitas. 50
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Akuntansi Keuangan Daerah
Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
Debit
31/12/2012
8...
Pendapatan-LO ...
Xxx
8...
Pendapatan-LO ...
xxx
3...
Ekuitas
Xxx
Kredit
9...
Beban ...
xxx
9...
Beban ...
xxx
Utang Beban
xxx
b. Langkah kedua, menutup akun-akun pendapatan LRA, Belanja, dan Pembiayan ke akun SILPA (SIKPA), dengan cara membalik nama akun dan saldonya di buku anggaran. Akun pendapatan LRA dan penerimaan pembiayaan dituliskan kembali di kolom pengeluaran sejumlah saldonya, sedangkan akun belanja dan transfer dan pengeluaran pembiayaan, dituliskan kembali di kolom penerimaan sejumlah saldonya.
51
Tanggal
Kode Akun
Nama Akun
31/12/2012
4...
Pendapatan-LRA ...
7...
PenerimaanPembiayaan...
Penerimaan
Xxx xxx
5...
Belanja ...
xxx
6...
Transfer ...
xxx
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Pengeluaran
TOPIK 4
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
4.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan SKPD meliputi analisis transaksi dan pencatatan di Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran, mencatat penyesuaian di Buku Jurnal Finansial, mem-posting ke buku besar, menyusun neraca saldo setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LO, LPE, dan Neraca serta LRA.
20 Sesi (@ 45 menit) Waktu
Kata Kunci
• • • • •
Bukti Transaksi Bukti Pembukuan Buku Jurnal Finansial Buku Anggaran Posting
• •
Simulasi (partisipatif ) Diskusi
• •
Lembar Kerja Flipt Chart dan Kertas Flip Chart Spidol Kabel Roll
• • • •
Buku Besar Neraca Saldo setelah penyesuaian Laporan Keuangan LCD
• •
Latihan Kasus Kertas Kerja
Metode
Media
Bahan Bacaan
• •
• • • • • • •
53
• • • •
LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Penghapus Kalkulator untuk setiap
peserta • LCD • Latihan Kasus • Kertas Kerja
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Kegiatan 1
Pengantar
2
Mempraktekkan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD ilustrasi di Pedoman Fasilitator (Facilitator Manual)
(15 menit)
(9 x 45 menit) 3
Mempraktekkan Penyusunan Laporan Keuangan SKPD mengerjakan soal latihan di LKP
(10 x 45 menit) 4
54
Kesimpulan
(30 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
4.2. Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Pengantar – 15 menit Tujuan : •
•
• • • •
Mengkondisikan suasana yang kondusif serta menjelaskan secara singkat proses penyusunan laporan keuangan SKPD
Pelatih meminta peserta menuliskan nama panggilan di lakban kertas, merobek dan menempelkannya pada dada sebelah kiri peserta masing masing sendiri sendiri, dan pengajar melakukan hal ini lebih dulu untuk memberikan contoh. Pelatih memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta sambil mengisi daftar hadir peserta dengan menanyakan nama, asal SKPD dan tugas/apa yang dikerjakan sehari-hari oleh peserta (latar belakang pendidikan bisa dilihat dari daftar hadir peserta/data peserta dari sekretariat) Pelatih memberikan reviusiklus akuntansi Pelatih menjelaskan macam laporan keuangan yang harus disusun SKPD Pelatih menjelaskan sistem pencatatan SKPD Pelatih menjelaskan kasus penyusunan laporan keuangan SKPD dan urutan proses pengerjaannya.
Kegiatan 2: Melakukan proses penyusunan laporan keuangan SKPD – 19 x @45 menit Tujuan : •
Peserta dapat mempraktekkan proses penyusunan lapooran keuangan SKPD
Analisis dan Pencatatan Transaksi a. Secara bersama sama, setiap transaksi dianalisis dan dicatat dalam Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran. b. Pelatih membahas satu per satu transaksi dengan mendiskusikannya dengan peserta dan meminta peserta menuliskannya dalam Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran. c. Dalam hal ini, pengajar tidak hanya mencontohkan pencatatan, tapi juga melakukan penginputan transaksi satu per satu bersama peserta dan menayangkannya melalui LCD Proyektor. Hal ini akan memberikan motivasi yang luar biasa kepada peserta dan membangun kebersamaan dan mempererat hubungan pelatih dengan peserta. d. Untuk memberikan pemahaman alur sistem pengolahan data dan guna memudahkan dalam proses peringkasan transaksi dan penyajian laporan keuangan, maka dalam mencatat transaksi yang dicatat tidak hanya nama akun tapi juga kode akun yang bersangkutan
55
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
•
e. Setelah semua transaksi selesai di-input di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran, pelatih meminta peserta untuk mengecek balance/tidak balance dengan menuliskan total debit dan total kredit Buku Jurnal Finansial di baris paling bawah. Pencatatan Penyesuaian a. Berbeda dengan pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian hanya dilakukan di buku jurnal finansial saja (tidak dicatat di buku anggaran).
•
b. Setelah mencatat transaksi, langkah selanjutnya adalah mencatat jurnal penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial. Posting ke Buku Besar a. Setelah seluruh transaksi dan penyesuaian dicatat, langkah selanjutnya pelatih memberikan contoh proses posting dari Buku Jurnal Finansial ke Buku Besar dan dilanjutkan posting dari Buku Anggaran ke Buku Besar. b. Agar ringkas dan efisien, maka buku besar yang digunakan adalah model T dimana sebelah kiri berarti debit dan sebelah kanan berarti kredit. c. Yang perlu diingat dalam melakukan posting adalah tetap menuliskan kode akun dan nama akun di Buku Besarnya (di atas akun bentuk T) dan menuliskan tanggal dan saldo transaksinya (baik debit kredit menuliskannya rapat atas saja) d. Strategi yang dilakukan untuk memudahkan proses posting jika Buku Besar belum diberi nama, maka proses posting sekaligus memberi nama Buku Besar berdasarkan urutan transaksi. (tidak sesuai urutan pengkodean di daftar akun tidak apa apa) e. Setiap transaksi yang sudah diposting, diberi tanda check ( ) di kolom ref. f.
•
Yang perlu diingatkan kepada peserta adalah bahwa urutan posting adalah urut per jurnal baik debit maupun kreditnya, jadi bukan dipilih berdasarkan nama akun yang sama.
g. Setelah semua transaksi diposting ke Buku Besar, maka peserta diminta menghitung saldo tiap Buku Besar dengan menghitung terlebih dahulu total debit dan total kredit dan menyelisihkannya dan menuliskan saldonya dibawah angka yang besar (kolom saldo selisih yang lebih besar) Penyusunan Neraca Saldo setelah Penyesuaian a. Pelatih meminta peserta untuk menuliskan kode dan nama akun beserta saldonya di tiaptiap Buku Besar dengan mengidentifikasi saldo tersebut diposisi debit atau kredit dan memindahkannya ke Neraca Saldo. b. Untuk langkah ini, urutan memindahkannya harus urut kode akunnya. Artinya kode awal 111 harus dituliskan paling atas, dan seterusnya. Hal ini agar memudahkan dalam menyusun laporan keuangan. c. Pelatih meminta peserta menghitung total saldo debit dan total saldo kredit di Neraca Saldo. Yang perlu disampaikan ke peserta adalah bahwa total saldo debit harus sama dengan total saldo kredit.
56
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
d. Jika ada perbedaan angka total saldo debit dan total saldo kredit, maka pelatih menjelaskan kemungkinan kesalahan yang terjadi sehingga tidak menyebabkan tidak balance. e. Pelatih memberitahu peserta berapa total saldo debit/kredit yang benar sebagai acuan peserta.
•
f. Pelatih dan semua peserta sebagai satu tim bersama sama membantu menemukan kesalahan yang dilakukan seorang peserta (temannya) dan membetulkannya sehingga semua peserta memperoleh angka yang sama. Penyusunan Laporan Keuangan a. Berdasarkan Neraca Saldo, pelatih meminta peserta merangkum tiga digit kode akun yang sama urut dari kode Laporan Operasional (LO) (mulai kode 811 dan 911) di Neraca Saldo dan memindahkannya ke form Laporan Operasional (LO). b. Setelah semua dimasukkan ke LO, kemudian dilakukan perhitungan matematika total pendapatan, total beban sehingga ketemu angka surplus (defisit). c. Pelatih memberi tahu peserta angka surplus (defisit) yang benar dan membantu peserta jika ada perbedaan untuk menemukan angka yang benar. d. Selanjutnya, pelatih meminta melanjutkan proses penyusunan Laporan selanjutnya yaitu Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Neraca serta Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dengan memperhatikan kode akun di neraca saldo dengan kode akun di form laporan keuangan. Dalam penyusunan LRA, akun pembiayaan hanya berlaku di PPKD dan tidak berlaku di SKPD. e. Langkah terakhir, pelatih kemudian mencocokkan dan mengecek satu per satu laporan keuangan bersama sama dengan peserta sehingga dipastikan setiap peserta memperoleh hasil yang sama dan benar.
Kegiatan 3: Kesimpulan - 30 menit Tujuan:
•
• •
57
Memastikan pemahaman peserta dan menyimpulkan apa yang menjadi kunci utama penyusunan laporan keuangan SKPD
Pelatih melakukan reviu (trace back) proses penyusunan laporan keuangan SKPD yang telah dilaksanakan dan mendiskusikan dengan peserta kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan proses tersebut. Pelatih memberikan apresiasi kepada peserta bahwa mereka telah berhasil menyusun laporan keuangan SKPD dengan memiliki bukti satu set proses penyusunan laporan keuangan SKPD. Pelatih menyampaikan kepada peserta bahwa proses ini harus diulangi minimal 1 kali lagi untuk memperoleh pemahaman atas perlakuan transaksi dan alur penyusunan laporan keuangan SKPD sekaligus menekankan bahwa akuntansi adalah ilmu praktik bukan ilmu teori dengan menganalogikan misalnya dengan belajar menyetir mobil.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
4.3 Media • • • • • • • • •
Lembar Kerja Peserta Topik 4 yang terdapat di Buku Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Kabel Roll LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Flip Chart Kertas Flip Chart Spidol Penghapus Kalkulator untuk setiap peserta
4.4. Catatan untuk Pelatih •
Menerapkan prinsip mengerjakan secara gotong royong
•
Semua mengerjakan hal yang sama, dan memperoleh hasil yang sama (dicocokkan) – tiap aktivitas dikendalikan Pelatih (Pelatih juga mencontohkan dan mengerjakan dan ditunjukkan di layar LCD Proyektor)
•
Peserta yang sudah bisa diminta membantu teman sebelahnya yang belum selesai (sehingga pelatih punya banyak “asisten”)
4.5. Ringkasan Materi Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan SKPD yaitu: 1. Menganalisis transaksi berdasar bukti pembukuan dan mencatat transaksi dalam Buku JurnalFinansial atau dan Buku Anggaran; 2. Mencatat penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial; 3. Melakukan posting ke Buku Besar (baik dari Buku Jurnal Finansial maupun Buku Anggaran); 4. Menyusun Neraca Saldo setelah penyesuaian; 5. Menyusun laporan keuangan berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian; 6. Membuat Jurnal penutup; 7. Menyusun Neraca saldo setelah penutupan;
58
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
4.6. Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban) Pemerintah Kabupaten Bahari
Buku Jurnal SKPD :
Dinas Pariwisata
Tanggal
59
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
01/01/2010
117 Persediaan
Rp
550.000
01/01/2010
131 Tanah
Rp
600.000.000
01/01/2010
132 Peralatan dan Mesin
Rp
750.000.000
01/01/2010
133 Gedung dan Bangunan
Rp
800.000.000
01/01/2010
311 Ekuitas
Rp 2.150.550.000
01/01/2010
111 Kas
Rp
01/01/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
02/09/2010
911 Beban Pegawai
Rp
760.000.000
02/09/2010
912 Beban Barang
Rp
243.000.000
02/09/2010
133 Gedung dan Bangunan
Rp
150.000.000
02/09/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp 1.153.000.000
03/09/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
03/09/2010
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
10.000.000
Rp
10.000.000
300.710.000
Rp
300.710.000
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Tanggal
Ref
Debit
Kredit
01/10/2010
911 Beban Pegawai
Rp
01/10/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
02/10/2010
111 Kas
Rp
02/10/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
03/10/2010
132 Peralatan dan Mesin
Rp
03/10/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
04/10/2010
111 Kas
Rp
04/10/2010
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
05/10/2010
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
05/10/2010
111 Kas
Rp
06/10/2010
911 Beban Pegawai
Rp
06/10/2010
111 Kas
07/10/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
07/10/2010
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
01/11/2010
911 Beban Pegawai
Rp
01/11/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
02/11/2010
111 Kas
Rp
02/11/2010
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
03/11/2010
912 Beban Barang
Rp
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
03/11/2010
60
Kode dan Nama Akun
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
83.000.000
85.000.000
44.000.000
83.000.000
85.000.000
Rp
44.000.000
11.750.000
11.750.000
85.000.000
11.750.000
11.750.000
Rp85.000.000
45.500.000
83.700.000
920.000
8.800.000
45.500.000
83.700.000
920.000
Rp
8.800.000
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Tanggal
61
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
05/11/2010
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
05/11/2010
111 Kas
Rp
06/11/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
06/11/2010
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
01/12/2010
911 Beban Pegawai
Rp
01/12/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
05/12/2010
912 Beban Barang
Rp
05/12/2010
111 Kas
05/12/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
05/12/2010
111 Kas
Rp
06/12/2010
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
06/12/2010
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
31/12/2010
117 Persediaan
Rp
31/12/2010
912 Beban Barang
Rp
31/12/2010
113 Piutang Pendapatan
Rp
31/12/2010
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
31/12/2010
917 Beban Penyusutan
Rp
31/12/2010
137 Akumulasi Penyusutan
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
920.000
55.650.000
83.700.000
8.995.000
920.000
55.650.000
83.700.000
Rp
8.995.000
1.005.000
65.850.000
650.000
2.500.000
1.005.000
65.850.000
650.000
Rp
2.500.000
53.750.000
Rp
53.750.000
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Bahari SKPD : Tanggal 02/09/2010
62
Dinas Pariwisata
Buku Anggaran
Kode dan Nama Akun
Ref
Penerimaan
Pengeluaran
511 Belanja Pegawai
Rp
760.000.000,00
02/09/2010
512 Belanja Barang dan Jasa
Rp
243.000.000,00
02/09/2010
523 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Rp
150.000.000,00
03/09/2010
412 Pendapatan Retribusi DaerahLRA
01/10/2010
511 Belanja Pegawai
Rp
83.000.000,00
03/10/2010
522 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Rp
44.000.000,00
06/10/2010
511 Belanja Pegawai
Rp
85.000.000,00
07/10/2010
412 Pendapatan Retribusi DaerahLRA
01/11/2010
511 Belanja Pegawai
Rp
83.700.000,00
03/11/2010
512 Belanja Barang dan Jasa
Rp
8.800.000,00
06/11/2010
412 Pendapatan Retribusi DaerahLRA
01/12/2010
511 Belanja Pegawai
Rp
83.700.000,00
05/12/2010
512 Belanja Barang dan Jasa
Rp
8.995.000,00
06/12/2010
412 Pendapatan Retribusi DaerahLRA
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp
Rp
Rp
Rp
300.710.000,00
45.500.000,00
55.650.000,00
65.850.000,00
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Bahari
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN per Tanggal 31 Desember 2010 SKPD :
Dinas Pariwisata
Finansial
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
Kredit
113
113 Piutang Pendapatan
Rp
2.500.000,00
Rp
0,00
117
117 Persediaan
Rp
1.200.000,00
Rp
0,00
131
131 Tanah
Rp
600.000.000,00
Rp
0,00
132
132 Peralatan dan Mesin
Rp
794.000.000,00
Rp
0,00
133
133 Gedung dan Bangunan
Rp
950.000.000,00
Rp
0,00
137
137 Akumulasi Penyusutan
Rp
0,00
Rp
53.750.000,00
311
311 Ekuitas
Rp
0,00
Rp 2.150.550.000,00
313
313 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
0,00
Rp 1.082.485.000,00
812
812 Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
0,00
Rp
470.210.000,00
911
911 Beban Pegawai
Rp 1.095.400.000,00
Rp
0,00
912
912 Beban Barang
Rp
260.145.000,00
Rp
0,00
917
917 Beban Penyusutan
Rp
53.750.000,00
Rp
0,00
Jumlah
Rp 3.756.995.000,00 Rp 3.756.995.000,00
Pemerintah Kabupaten Bahari Dinas Pariwisata
LAPORAN OPERASIONAL Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
Nomor Urut
63
Uraian
Jumlah
1
2
3
8
1
Pendapatan-LO
81
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811
3
Pendapatan Pajak Daerah-LO
812
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp Rp
470.210.000
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Nomor Urut
64
Uraian
Jumlah
813
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Rp -
819
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Rp -
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
470.210.000
82
8
Pendapatan Transfer – LO
821
9
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp -
822
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Rp -
823
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp -
829
12
Bantuan Keuangan
Rp -
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Rp -
83
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831
15
Pendapatan Hibah
Rp -
832
16
Pendapatan Lainnya
Rp -
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp -
84
18
Pendapatan Non Operasional-LO
85
19
Pos Luar Biasa
20
JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19))
9
21
Beban
Rp
91
22
Beban Operasi
911
23
Beban Pegawai
Rp Rp
470.210.000
1.095.400.000
912
24
Beban Barang
913
25
Beban Bunga
Rp -
914
26
Beban Subsidi
Rp -
915
27
Beban Hibah
Rp -
916
28
Beban Bantuan Sosial
Rp Rp
260.145.000
917
29
Beban Penyusutan
918
30
Beban Penyisihan Piutang
Rp -
53.750.000
919
31
Beban Lain-lain
Rp -
32
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
Rp
1.409.295.000
92
33
Beban Transfer
921
34
Bagi Hasil Pajak
Rp -
922
35
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp -
923
36
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp -
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Nomor Urut
Uraian
Jumlah
924
37
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
-
925
38
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
-
39
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
Rp
-
93
40
Beban Non Operasional
Rp
-
94
41
Beban Luar Biasa
Rp
-
43
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41)
Rp
1.409.295.000
44
SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
Rp
(939.085.000)
Pemerintah Kabupaten Bahari Dinas Pariwisata
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
1
Nomor Urut
Uraian
2011
1
2
3
Ekuitas Awal
Rp
2.150.550.000
Rp
(939.085.000)
2
Surplus/Defisit – LO
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
-
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Rp
-
6
Lain-lain
Rp
-
7
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
65
Rp
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp
1.211.465.000
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Bahari Dinas Pariwisata
Neraca 31 Desember 2010
No
Jumlah
Uraian Tahun 2009
1
Aset
11
2
Aset Lancar
111
3
Kas
Rp
-
112
4
Investasi Jangka Pendek
Rp
-
113
5
Piutang Pendapatan
Rp
-
114
6
Piutang Lainnya
Rp
-
Rp
-
115
7
Penyisihan Piutang
Rp
-
Rp
-
116
8
Beban Dibayar Dimuka
Rp
-
Rp
-
117
9
Persediaan
199
10
Aset Untuk Dikonsolidasikan
11
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
12
12
Investasi Jangka Panjang
121
13
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Rp
-
Rp
-
122
14
Investasi Jangka Panjang Permanen
Rp
-
Rp
-
15
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. 14)
Rp
-
Rp
-
13
16
Aset Tetap
131
17
Tanah
Rp
600.000.000,00
Rp
600.000.000,00
132
18
Peralatan dan Mesin
Rp
750.000.000,00
Rp
794.000.000,00
133
19
Gedung dan Bangunan
Rp
800.000.000,00
Rp
950.000.000,00
134
20
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
Rp
-
135
21
Aset Tetap Lainya
Rp
-
Rp
-
136
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Rp
-
Rp
-
137
23
Akumulasi Penyusutan
Rp
-
24
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
25
Dana Cadangan
14
66
Tahun 2010
1
Rp
550.000,00 Rp
Rp
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp
-
550.000,00
Rp 2.150.000.000,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Rp
Rp
-
Rp
-
2.500.000,00
1.200.000,00 Rp
Rp
Rp
-
3.700.000,00
(53.750.000,00)
Rp 2.290.250.000,00
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
141
67
26
Dana Cadangan
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
27
Jumlah Dana Cadangan (26)
15
28
Aset Lainnya
151
29
Tagihan Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
152
30
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Rp
-
Rp
-
153
31
Aset Tidak Berwujud
Rp
-
Rp
-
154
32
Aset Lain-lain
Rp
-
Rp
-
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
Rp
-
Rp
-
34
JUMLAH ASET (42+36+33+24+20)
2
35
Kewajiban
21
36
Kewajiban Jangka Pendek
211
37
212 213
Rp 2.150.550.000,00
Rp 2.293.950.000,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
-
Rp
-
38
Utang Bunga
Rp
-
Rp
-
39
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
214
40
Pendapatan Diterima Dimuka
Rp
-
Rp
-
215
41
Utang Beban
Rp
-
Rp
-
216
42
Utang Jangka Pendek Lainnya
Rp
-
Rp
-
43
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)
Rp
-
Rp
-
22
44
Kewajiban Jangka Panjang
221
45
Utang Dalam Negeri
Rp
-
Rp
-
223
46
Utang Luar Negeri
Rp
-
Rp
-
224
47
Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp
-
Rp
-
48
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)
Rp
-
Rp
-
49
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Rp
-
Rp
-
3
50
Ekuitas
31
51
Ekuitas
311
52
Ekuitas
312
53
Ekuitas SAL
Rp
-
313
54
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
-
Rp 1.082.485.000,00
55
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
Rp 2.150.550.000,00
Rp 2.293.950.000,00
56
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
Rp 2.150.550.000,00
Rp 2.293.950.000,00
Rp 2.150.550.000,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp 1.211.465.000,00 Rp
-
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Pemerintah Kabupaten Bahari
Dinas Pariwisata
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010
Nomor Urut
68
Uraian
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi
%
2
3
4
5
1
4
1
Pendapatan-LRA
41
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
411 3
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Rp
-
Rp
-
412 4
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Rp
450.000.000
Rp
467.710.000
413 5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Rp
-
Rp
-
414 6
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Rp
-
Rp
-
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
450.000.000
Rp
467.710.000
42
8
Pendapatan Transfer – LRA
421 9
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
Rp
-
Rp
-
422 10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Rp
-
Rp
-
423 11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
Rp
-
424 12
Bantuan Keuangan
Rp
-
Rp
-
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
Rp
-
Rp
-
43
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
431 15
Pendapatan Hibah
Rp
-
Rp
-
432 16
Pendapatan Lainnya
Rp
-
Rp
-
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp
-
Rp
-
18
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
Rp 450.000.000
Rp 467.710.000
104%
5
19
Belanja
51
20
Belanja Operasi
511 21
Belanja Pegawai
Rp
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
104%
Rp
104%
1.120.000.000
1.095.400.000
98%
Penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Nomor Urut
69
Anggaran Setelah Perubahan
Uraian
1
2
Realisasi
3
%
4
5
512 22
Belanja Barang dan Jasa
Rp
280.000.000
Rp
260.795.000
513 23
Belanja Bunga
Rp
-
Rp
-
514 24
Belanja Subsidi
Rp
-
Rp
-
515 25
Belanja Hibah
Rp
-
Rp
-
516 26
Belanja Bantuan Sosial
Rp
-
Rp
-
27
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Rp
1.400.000.000
Rp
1.356.195.000
52
28
Belanja Modal
521 29
Belanja Modal Tanah
Rp
-
522 30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Rp
50.000.000
Rp
44.000.000
88%
523 31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Rp
150.000.000
Rp
150.000.000
100%
524 32
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
R
p-
525 33
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Rp
-
R
p-
34
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
Rp
200.000.000
53
R
Rp
93%
97%
p-
194.000.000
97%
35
Belanja Tak Terduga
531 36
Belanja Tak Terduga
Rp
-
Rp
-
37
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Rp
-
R
p-
38
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
Rp
1.600.000.000
6
39
Transfer
61
40
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611 41
Transfer Bagi Hasil Pajak
Rp
-
Rp
-
612 42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp
-
Rp
-
62
Transfer Bantuan Keuangan
621 44
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
Rp
-
622 45
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
-
Rp
-
623 46
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
-
Rp
-
47
Jumlah Transfer (40 s.d. 46)
Rp
-
Rp
-
48
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
Rp 1.600.000.000
Rp1.550.195.000 97%
49
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
Rp (1.150.000.000)
Rp (1.082.485.000)
43
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp
1.550.195.000
97%
TOPIK 5
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
5.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta mampu mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan PPKD meliputi analisis transaksi dan pencatatan di Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran, mencatat penyesuaian di Buku Jurnal Finansial, mem-posting ke buku besar, menyusun neraca saldo setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan yang terdiri dari LO, LPE, dan Neraca serta LRA.
10 Sesi (@ 45 menit) Waktu
Kata Kunci
• • • • •
Bukti Transaksi Bukti Pembukuan Buku Jurnal Finansial Buku Anggaran Posting
• •
Simulasi (partisipatif ) Diskusi
•
Lembar Kerja Peserta Topik 5 di Buku Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Flipt Chart dan Kertas Flip Chart Spidol Kabel Roll LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal
• • • •
Buku Besar Neraca Saldo setelah penyesuaian Laporan Keuangan LCD
• •
Latihan Kasus Kertas Kerja
Metode
Media
Bahan Bacaan
• • • • •
• • • • • • •
71
peserta) • Penghapus • Kalkulator untuk setiap peserta • LCD • Latihan Kasus • Kertas Kerja
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Kegiatan 1
Pengantar
2
Mempraktekkan Penyusunan Laporan Keuangan PPKD - mengerjakan soal latihan di LKP
(15 menit)
(9 x 45 menit) 3
72
Kesimpulan
(30 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
5.2. Penjelasan Kegiatan 1: Pengantar – 15 menit Tujuan :
•
•
• • • • •
Mengkondisikan suasana yang kondusif serta menjelaskan secara singkat proses penyusunan laporan keuangan PPKD
Pelatih meminta peserta menuliskan nama panggilan di lakban kertas, merobek dan menempelkannya pada dada sebelah kiri peserta masing masing sendiri sendiri, dan pengajar melakukan hal ini lebih dulu untuk memberikan contoh. Pelatih memperkenalkan diri dan berkenalan dengan peserta sambil mengisi daftar hadir peserta dengan menanyakan nama, asal SKPD dan tugas/apa yang dikerjakan sehari-hari oleh peserta (latar belakang pendidikan bisa dilihat dari daftar hadir peserta/data peserta dari sekretariat). Pelatih menjelaskan deskripsi kegiatan PPKD. Pelatih me-reviu siklus akuntansi. Pelatih menjelaskan macam laporan keuangan yang harus disusun PPKD. Pelatih menjelaskan sistem pencatatan PPKD. Pelatih menjelaskan kasus penyusunan laporan keuangan PPKD dan urutan proses pengerjaannya.
Kegiatan 2: Melakukan proses penyusunan laporan keuangan PPKD – 9 x @45 menit Tujuan :
•
Peserta dapat mempraktekkan proses penyusunan laporan keuangan PPKD
Analisis dan Pencatatan Transaksi 1. Secara bersama sama, setiap transaksi dianalisis dan dicatat dalam Buku Jurnal Finansial atau dan Buku Anggaran. 2. Pelatih membahas satu per satu transaksi dengan mendiskusikannya dengan peserta dan meminta peserta menuliskannya dalam Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran. 3. Dalam hal ini, pelatih tidak hanya mencontohkan pencatatan, tapi juga melakukan penginputan transaksi satu per satu bersama peserta dan menayangkannya melalui LCD Proyektor. Hal ini akan memberikan motivasi yang luar biasa kepada peserta dan membangun kebersamaan dan mempererat hubungan pengajar dengan peserta.
73
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
4. Untuk memberikan pemahaman alur sistem pengolahan data dan guna memudahkan dalam proses peringkasan transaksi dan penyajian laporan keuangan, maka dalam mencatat transaksi yang dicatat tidak hanya nama akun tapi juga kode akun yang bersangkutan
•
5. Setelah semua transaksi selesai di-input di Buku Jurnal Finansial dan Buku Anggaran, pelatih meminta peserta untuk mengecek balance/tidak balance dengan menuliskan total debit dan total kredit Buku Jurnal Finansial di baris paling bawah. Pencatatan Penyesuaian 1. Berbeda dengan pencatatan transaksi, pencatatan penyesuaian hanya dilakukan di buku jurnal finansial saja (tidak dicatat di buku anggaran).
•
2. Setelah mencatat transaksi, langkah selanjutnya adalah mencatat jurnal penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial. Posting ke Buku Besar 1. Setelah seluruh transaksi dan penyesuaian dicatat, langkah selanjutnya Pelatih memberikan contoh proses posting dari Buku Jurnal Finansial ke Buku Besar dan dilanjutkan posting dari Buku Anggaran ke Buku Besar. 2. Agar ringkas dan efisien, maka buku besar yang digunakan adalah model T dimana sebelah kiri berarti debit dan sebelah kanan berarti kredit. 3. Yang perlu diingat dalam melakukan posting adalah tetap menuliskan kode akun dan nama akun di Buku Besarnya (di atas akun bentuk T) dan menuliskan tanggal dan saldo transaksinya (baik debit kredit menuliskannya rapat atas saja) 4. Strategi yang dilakukan untuk memudahkan proses posting jika Buku Besar belum diberi nama, maka proses posting sekaligus memberi nama Buku Besar berdasarkan urutan transaksi (tidak sesuai urutan pengkodean di daftar akun tidak apa apa) 5. Setiap transaksi yang sudah diposting, diberi tanda check ( ) di kolom ref. 6. Yang perlu diingatkan kepada peserta adalah bahwa urutan posting adalah urut per jurnal baik debit maupun kreditnya, jadi bukan dipilih berdasarkan nama akun yang sama.
•
7. Setelah semua transaksi diposting ke Buku Besar, maka peserta diminta menghitung saldo tiap Buku Besar dengan menghitung terlebih dahulu total debit dan total kredit dan menyelisihkannya dan menuliskan saldonya dibawah angka yang besar (kolom saldo selisih yang lebih besar) Penyusunan Neraca Saldo setelah Penyesuaian 1. Pelatih meminta peserta untuk menuliskan kode dan nama akun beserta saldonya di tiaptiap Buku Besar dengan mengidentifikasi saldo tersebut diposisi debit atau kredit dan memindahkannya ke Neraca Saldo. 2. Untuk langkah ini, urutan memindahkannya harus urut kode akunnya. Artinya kode awal 111 harus dituliskan paling atas, dan seterusnya. Hal ini agar memudahkan dalam menyusun laporan keuangan.
74
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
3. Pelatih meminta peserta menghitung total saldo debit dan total saldo kredit di Neraca Saldo. Yang perlu disampaikan ke peserta adalah bahwa total saldo debit harus sama dengan total saldo kredit. 4. Jika ada perbedaan angka total saldo debit dan total saldo kredit, maka pengajar menjelaskan kemungkinan kesalahan yang terjadi sehingga tidak menyebabkan tidak balance. 5. Pelatih memberitahu peserta berapa total saldo debit/kredit yang benar sebagai acuan peserta. 6. Pelatih dan semua peserta sebagai satu tim bersama sama membantu menemukan kesalahan yang dilakukan seorang peserta (temannya) dan membetulkannya sehingga semua peserta memperoleh angka yang sama. Penyusunan Laporan Keuangan 1. Berdasarkan Neraca Saldo, pelatih meminta peserta merangkum tiga digit kode akun yang sama urut dari kode Laporan Operasional (LO) (mulai kode 811 dan 911) di Neraca Saldo dan memindahkannya ke form Laporan Operasional (LO). 2. Setelah semua dimasukkan ke LO, kemudian dilakukan perhitungan matematika total pendapatan, total beban sehingga ketemu angka surplus (defisit). 3. Pelatih memberi tahu peserta angka surplus (defisit) yang benar dan membantu peserta jika ada perbedaan untuk menemukan angka yang benar. 4. Selanjutnya, pelatih meminta melanjutkan proses penyusunan Laporan selanjutnya yaitu Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) dan Neraca serta Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dengan memperhatikan kode akun di neraca saldo dengan kode akun di form laporan keuangan. Lain halnya ketika menyusun laporan LRA SKPD, akun penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dimasukkan dalam LRA PPKD. 5. Langkah terakhir, pelatih kemudian mencocokkan dan mengecek satu per satu laporan keuangan bersama sama dengan peserta sehingga dipastikan setiap peserta memperoleh hasil yang sama dan benar. Kegiatan 3: Kesimpulan -30 menit Tujuan:
•
•
75
Memastikan pemahaman peserta dan menyimpulkan apa yang menjadi kunci utama penyusunan laporan keuangan PPKD
Pelatih melakukan reviu (trace back) proses penyusunan laporan keuangan PPKD yang telah dilaksanakan dan mendiskusikan dengan peserta kesulitan yang dihadapi dalam menjalankan proses tersebut. Pelatih memberikan apresiasi kepada peserta bahwa mereka telah berhasil menyusun laporan keuangan PPKD dengan memiliki bukti satu set proses penyusunan laporan keuangan PPKD.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
•
Pelatih menyampaikan kepada peserta bahwa proses ini harus diulangi minimal 1 kali lagi untuk memperoleh pemahaman atas perlakuan transaksi dan alur penyusunan laporan keuangan PPKD sekaligus menekankan bahwa akuntansi adalah ilmu praktik bukan ilmu teori dengan menganalogikan misalnya dengan belajar menyetir mobil.
5.3. Media • • • • • • • • •
Lembar Kerja Peserta yang terdapat dalam Buku Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Kabel Roll LCD Proyektor Lakban Kertas (untuk pengenal peserta) Flip Chart Kertas Flip Chart Spidol Penghapus Kalkulator untuk setiap peserta
5.4. Catatan untuk Pelatih • •
•
Menerapkan prinsip mengerjakan secara gotong royong Semua mengerjakan hal yang sama, dan memperoleh hasil yang sama (dicocokkan) – tiap aktivitas dikendalikan Pelatih (Pelatih juga mencontohkan dan mengerjakan dan ditunjukkan di layar LCD Proyektor) Peserta yang sudah bisa diminta membantu teman sebelahnya yang belum selesai (sehingga pelatih punya banyak “asisten”)
5.5. Ringkasan Materi Tahap-tahap penyusunan laporan keuangan PPKD yaitu: 1. Menganalisis transaksi berdasar bukti pembukuan dan mencatat transaksi dalam Buku JurnalFinansial atau dan Buku Anggaran; 2. Mencatat penyesuaian akhir tahun di Buku Jurnal Finansial; 3. Melakukan posting ke Buku Besar (baik dari Buku Jurnal Finansial maupun Buku Anggaran); 4. Menyusun Neraca Saldo setelah penyesuaian; 5. Menyusun laporan keuangan berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian; 6. Membuat Jurnal penutup; 76
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
7. Menyusun Neraca saldo setelah penutupan;
5.6. Hasil Kegiatan (Kunci Jawaban) Pemerintah Kabupaten Langit Biru
Buku Jurnal SKPD
:
Tanggal
77
Dinas Pariwisata
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
01/01/2011
111 Kas
Rp
45.750.765.000,00
01/01/2011
113 Piutang Pendapatan
Rp
15.000.000.000,00
01/01/2011
122 Investasi Jangka Panjang Permanen
Rp
25.000.000.000,00
01/01/2011
311 Ekuitas
02/02/2011
111 Kas
02/02/2011
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp 336.000.000.000,00
02/02/2011
113 Piutang Pendapatan
Rp
03/03/2011
111 Kas
03/03/2011
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
04/04/2011
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
Rp
85.750.765.000,00
Rp 351.000.000.000,00
15.000.000.000,00
Rp 145.430.875.000,00 Rp 145.430.875.000,00
Rp 445.765.190.000,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Tanggal
78
Kode dan Nama Akun
Ref
Debit
Kredit
04/04/2011
111 Kas
Rp 445.765.190.000,00
05/05/2011
111 Kas
05/05/2011
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
05/05/2011
211 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
05/05/2011
111 Kas
06/06/2011
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
06/06/2011
111 Kas
07/07/2011
111 Kas
07/07/2011
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
08/08/2011
916 Beban Bantuan Sosial
Rp
5.000.000.000,00
08/08/2011
924 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
2.500.000.000,00
08/08/2011
919 Beban Lain-lain
Rp
1.500.000.000,00
08/08/2011
111 Kas
09/09/2011
111 Kas
09/09/2011
221 Utang Dalam Negeri
10/10/2011
122 Investasi Jangka Panjang Permanen
10/10/2011
111 Kas
31/12/2011
113 Piutang Pendapatan
31/12/2011
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp
Rp
52.330.750.000,00 Rp
52.330.750.000,00
Rp
52.330.750.000,00
52.330.750.000,00
Rp
45.000.000.000,00 Rp
Rp
250.760.000,00 Rp
Rp
20.000.000.000,00
Rp
2.000.000.000,00
Rp
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
2.000.000.000,00
1.850.000.000,00 Rp
20.000.000.000,00
Rp
9.000.000.000,00
Rp
250.760.000,00
Rp
45.000.000.000,00
1.850.000.000,00
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Pemerintah Kabupaten Langit Biru SKPD : Tanggal
Dinas Pariwisata
Buku Anggaran
Kode dan Nama Akun
Ref
Penerimaan
Pengeluaran
01/01/2011
711 Penggunaan SILPA
Rp 45.593.265.000,00
02/02/2011
421 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat
Rp 351.000.000.000,00
08/08/2011
516 Belanja Bantuan Sosial
Rp
5.000.000.000,00
08/08/2011
622 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
2.500.000.000,00
08/08/2011
531 Belanja Tak Terduga
Rp
1.500.000.000,00
09/09/2011
714 Pinjaman Dalam Negeri
10/10/2011
722 Penyertaan Modal/ Investasi Pemerintah Daerah
Rp
2.000.000.000,00
Rp 20.000.000.000,00
Pemerintah Kabupaten Langit Biru
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN per Tanggal 31 Desember 2011 SKPD :
Dinas Pariwisata
Finansial
Saldo
Kode dan Nama Akun
79
Debit
Kredit
111
111 Kas
Rp
60.667.210.000,00
Rp
0,00
113
113 Piutang Pendapatan
Rp
1.850.000.000,00
Rp
0,00
199
199 Aset Untuk Dikonsolidasikan
Rp
345.083.555.000,00
Rp
0,00
122
122 Investasi Jangka Panjang Permanen
Rp
27.000.000.000,00
Rp
0,00
221
221 Utang Dalam Negeri
Rp
0,00
Rp
20.000.000.000,00
311
311 Ekuitas
Rp
0,00
Rp
85.750.765.000,00
821
821 Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp
0,00
Rp
337.850.000.000,00
916
916 Beban Bantuan Sosial
Rp
5.000.000.000,00
Rp
0,00
919
919 Beban Lain-lain
Rp
1.500.000.000,00
Rp
0,00
924
924 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
2.500.000.000,00
Rp
0,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Saldo
Kode dan Nama Akun
Debit
Kredit
912
912 Beban Barang
Rp
260.145.000,00
Rp
0,00
917
917 Beban Penyusutan
Rp
53.750.000,00
Rp
0,00
Jumlah
Rp 3.756.995.000,00
Rp 3.756.995.000,00
Pemerintah Kabupaten Langit Biru PPKD
LAPORAN OPERASIONAL Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011
Nomor Urut
Jumlah
1
2
8
1
Pendapatan-LO
81
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LO
811
3
Pendapatan Pajak Daerah-LO
Rp
-
812
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LO
Rp
-
813
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LO
Rp
-
819
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LO
Rp
-
Rp
-
7
3
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
82
8
Pendapatan Transfer – LO
821
9
Pendapatan Transfer dari Pemerintah Pusat
Rp
337.850.000.000
822
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat – Lainnya
Rp
-
823
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
829
12
Bantuan Keuangan
Rp
-
Rp
337.850.000.000
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
83
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LO
831
15
Pendapatan Hibah
Rp
-
832
16
Pendapatan Lainnya
Rp
-
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp
-
18
Pendapatan Non Operasional-LO
84
80
Uraian
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Nomor Urut 85
19
Pos Luar Biasa
20
JUMLAH PENDAPATAN (7+13+17+18+19))
9
21
Beban
91
22
Beban Operasi
911
23
912 913
Jumlah Rp
337.850.000.000
Beban Pegawai
Rp
-
24
Beban Barang
Rp
-
25
Beban Bunga
Rp
-
914
26
Beban Subsidi
Rp
-
915
27
Beban Hibah
Rp
-
916
28
Beban Bantuan Sosial
Rp
5.000.000.000
917
29
Beban Penyusutan
Rp
-
918
30
Beban Penyisihan Piutang
Rp
-
919
31
Beban Lain-lain
Rp
1.500.000.000
Rp
6.500.000.000
32
Jumlah Beban Operasi (23 s.d. 31)
92
33
Beban Transfer
921
34
Bagi Hasil Pajak
Rp
-
922
35
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp
-
923
36
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
924
37
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Rp
2.500.000.000
925
38
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
-
39
Rp
2.500.000.000
93
40
Beban Non Operasional
Rp
-
94
41
Beban Luar Biasa
Rp
-
Rp
9.000.000.000
Rp
328.850.000.000
43 44
81
Uraian
Jumlah Beban Transfer (34 s.d. 38)
JUMLAH BEBAN (32+39+40+41) SURPLUS/DEFISIT (20 – 43)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Pemerintah Kabupaten Langit Biru PPKD
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011
Nomor Urut
Uraian
2011
1
2
3
1
Ekuitas Awal
Rp
85.750.765.000
2
Surplus/Defisit – LO
Rp
328.850.000.000
3
Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar:
4
Koreksi Nilai Persediaan
Rp
-
5
Selisih Revaluasi Aset Tetap
Rp
-
Lain-lain
Rp
-
Rp
414.600.765.000
6 7
Ekuitas Akhir (1 s.d. 6)
Pemerintah Kabupaten Langit Biru PPKD
Neraca 31 Desember 2011
No
Jumlah
Uraian Tahun 2009
82
Tahun 2010
1
1
Aset
11
2
Aset Lancar
111
3
Kas
Rp
45.750.765.000,00
Rp
60.667.210.000,00
112
4
Investasi Jangka Pendek
Rp
-
Rp
-
113
5
Piutang Pendapatan
Rp
15.000.000.000,00
Rp
1.850.000.000,00
114
6
Piutang Lainnya
Rp
-
Rp
-
115
7
Penyisihan Piutang
Rp
-
Rp
-
116
8
Beban Dibayar Dimuka
Rp
-
Rp
-
117
9
Persediaan
Rp
-
Rp
-
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
199
10 11
Jumlah Aset Lancar (3 s.d. 10)
Rp
-
Rp 345.083.555.000,00
Rp 60.750.765.000,00
Rp 407.600.765.000,00
12
12
Investasi Jangka Panjang
121
13
Investasi Jangka Panjang Non Permanen
Rp
-
Rp
-
122
14
Investasi Jangka Panjang Permanen
Rp 25.000.000.000,00
Rp
27.000.000.000,00
15
Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s.d. 14)
13
16
Aset Tetap
131
17
Tanah
Rp
-
Rp
-
132
18
Peralatan dan Mesin
Rp
-
Rp
-
133
19
Gedung dan Bangunan
Rp
-
Rp
-
134
20
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
Rp
-
135
21
Aset Tetap Lainya
Rp
-
Rp
-
136
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Rp
-
Rp
-
137
23
Akumulasi Penyusutan
24
Jumlah Aset Tetap (17 s.d. 23)
14
25
Dana Cadangan
141
26
Dana Cadangan
27
83
Aset Untuk Dikonsolidasikan
Jumlah Dana Cadangan (26)
Rp 25.000.000.000,00
Rp 27.000.000.000,00
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
15
28
Aset Lainnya
151
29
Tagihan Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
152
30
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Rp
-
Rp
-
153
31
Aset Tidak Berwujud
Rp
-
Rp
-
154
32
Aset Lain-lain
Rp
-
Rp
-
33
Jumlah Aset Lainnya (29 s.d. 32)
Rp
34
JUMLAH ASET (42+36+33+24+20)
Rp 85.750.765.000,00
2
35
Kewajiban
21
36
Kewajiban Jangka Pendek
211
37
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Rp
-
Rp
-
212
38
Utang Bunga
Rp
-
Rp
-
213
39
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Rp
-
Rp
-
214
40
Pendapatan Diterima Dimuka
Rp
-
Rp
-
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
-
Rp
-
Rp 434.600.765.000,00
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
84
215
41
Utang Beban
Rp
-
Rp
-
216
42
Utang Jangka Pendek Lainnya
Rp
-
Rp
-
43
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (37 s.d. 42)
Rp
-
Rp
-
22
44
Kewajiban Jangka Panjang
221
45
Utang Dalam Negeri
Rp
-
Rp
20.000.000.000,00
223
46
Utang Luar Negeri
Rp
-
Rp
-
224
47
Utang Jangka Panjang Lainnya
Rp
-
Rp
-
48
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (45 s.d. 47)
Rp
-
Rp 20.000.000.000,00
49
JUMLAH KEWAJIBAN (43+48)
Rp
-
Rp 20.000.000.000,00
3
50
Ekuitas
31
51
Ekuitas
311
52
Ekuitas
Rp 85.750.765.000,00
Rp 414.600.765.000,00
312
53
Ekuitas SAL
Rp
-
Rp
-
313
54
Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Rp
-
Rp
-
55
JUMLAH EKUITAS (52 s.d. 54)
Rp 85.750.765.000,00
Rp 414.600.765.000,00
56
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (49+55)
Rp 85.750.765.000,00
Rp 434.600.765.000,00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Pemerintah Kabupaten Langit Biru PPKD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2011
Nomor Urut 4
85
Uraian
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi
%
2
3
4
5
1 1
Pendapatan-LRA
41
2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-LRA
411
3
Pendapatan Pajak Daerah-LRA
Rp
-
Rp
-
412
4
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA
Rp
-
Rp
-
413
5
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang DipisahkanLRA
Rp
-
Rp
-
414
6
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA
Rp
-
Rp
-
7
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d. 6)
Rp
-
Rp
-
42
8
Pendapatan Transfer – LRA
421
9
Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Dana Perimbangan
422
10
Pendapatan Tranfer Pemerintah Pusat - Lainnya
Rp
-
Rp
-
423
11
Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
Rp
-
424
12
Bantuan Keuangan
Rp-
Rp
-
13
JumlahPendapatan Transfer (9 s.d. 12)
43
14
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah-LRA
431
15
Pendapatan Hibah
Rp
-
Rp
-
432
16
Pendapatan Lainnya
Rp
-
Rp
-
17
JumlahLain-lain Pendapatan Daerah yang Sah (15 s.d. 16)
Rp
-
Rp
-
18
JUMLAH PENDAPATAN (7 + 13 + 17)
Rp 340.350.000.000
5
19
Belanja
51
20
Belanja Operasi
Rp 340.350.000.000
Rp 340.350.000.000
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Rp 351.000.000.000 103%
Rp 351.000.000.000 103%
Rp 351.000.000.000 103%
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Nomor Urut
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi
%
2
3
4
5
1
511
21
Belanja Pegawai
Rp
-
Rp
-
512
22
Belanja Barang dan Jasa
Rp
-
Rp
-
513
23
Belanja Bunga
Rp
-
Rp
-
514
24
Belanja Subsidi
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
515
25
Belanja Hibah
516
26
Belanja Bantuan Sosial
27 52
28
Jumlah Belanja Operasi (21 s.d. 26)
Rp
5.000.000.000
Rp
5.000.000.000 100%
Rp
5.000.000.000
Rp
5.000.000.000 100%
Belanja Modal
521
29
Belanja Modal Tanah
Rp
-
Rp
-
522
30
Belanja Modal Peralatan dan Mesin
Rp
-
Rp
-
523
31
Belanja Modal Gedung dan Bangunan
Rp
-
Rp
-
524
32
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Rp
-
Rp
-
525
33
Belanja Modal Aset Tetap Lainnya
Rp
-
Rp
-
Rp
-
Rp
-
34
86
Uraian
Jumlah Belanja Modal (29 s.d. 33)
53
35
Belanja Tak Terduga
531
36
Belanja Tak Terduga
Rp
4.500.000.000
Rp
1.500.000.000 33%
37
Jumlah Belanja Tak Terduga (36)
Rp
4.500.000.000
Rp
1.500.000.000 33%
38
Jumlah Belanja (27 + 34 + 37)
Rp
9.500.000.000
Rp
6.500.000.000 68%
6
39
Transfer
61
40
Transfer Bagi Hasil Pendapatan
611
41
Transfer Bagi Hasil Pajak
Rp
-
Rp-
612
42
Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Rp
-
Rp-
62
43
Transfer Bantuan Keuangan
621
44
Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
Rp
-
Rp-
622
45
Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
623
46
Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
Rp
2.500.000.000 Rp
Rp
Rp
-
Rp-
47
Jumlah Transfer (40 s.d. 46)
48
JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (38 + 47)
Rp 12.000.000.000
Rp 9.000.000.000 75%
49
SURPLUS/DEFISIT (18 – 48)
Rp 328.350.000.000
Rp 342.000.000.000
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
2.500.000.000
2.500.000.000 100%
Rp
2.500.000.000 100%
Penyusunan Laporan Keuangan PPKD
Nomor Urut
1
Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi
%
2
3
4
5
7
50
Pembiayaan
71
49
Penerimaan Pembiayaan
711
51
Penggunaan SILPA
712
52
Pencairan Dana Cadangan
53
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
714
54
Pinjaman Dalam Negeri
Rp
-
715
55
Penerimaan Kembali Piutang
Rp
-
Rp
-
56
Penerimaan Kembali Investasi Dana Bergulir
Rp
-
Rp
-
57
Jumlah Penerimaan Pembiayaan (51 s.d. 56)
72
58
Pengeluaran Pembiayaan
721
59
Pembentukan Dana Cadangan
60
Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah
Rp
-
61
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Rp
-
Rp
-
62
Pemberian Pinjaman Daerah
Rp
-
Rp
-
63
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan (59 s.d. 62)
713
716
722 723 724
64 65
87
Uraian
PEMBIAYAAN NETO (57 – 63) SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (49 + 64)
Rp
45.593.265.000 Rp
Rp
45.593.265.000 100%
-
Rp
-
20.000.000.000
Rp
- 0%
Rp
65.593.265.000
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
2.500.000.000
Rp
Rp
20.000.000.000
65.593.265.000 100%
Rp Rp
Rp
- 0%
2.000.000.000
2.000.000.000 80%
Rp 63.093.265.000
Rp 63.593.265.000
Rp 391.443.265.000
Rp 405.593.265.000
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
TOPIK 6
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
6.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media Peserta mampu menyusun LKPD khususnya terkait dengan Laporan Arus kas, Laporan Keuangan Konsolidasian dan Catatan atas Laporan Keuangan Tujuan
7 sesi (@45 menit) Waktu
Kata Kunci
Laporan Arus Kas (LAK) Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
• •
Latihan Mind-Map
• • •
Flip Chart, ATK (kertas, spidol) Audio visual equipments
• • • • •
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Buletin Teknis (Bultek) Standar Akuntansi Pemerintahan No. 1 s/d 10 Interpretasi Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) No. 2 dan 3 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Bultek Standar Akuntansi Pemerintahan No 1 s/d 10 Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012 Permendagri 13 tahun 2006 jo Permendagri 59 tahun 2007 jo Permendagri 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah SE Ditjen BAKD No.900/079/BAKD/2008 Bultek Standar Akuntansi Pemerintahan No 1 s/d 10 Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 dan 3 Prof Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi, Akuntansi Keuangan Daerah – SAP berbasis Akrual, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2012
Metode
Media
Bahan Bacaan
• • • • • • • • •
89
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
•
Kalkulator untuk setiap peserta
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kegiatan 1
Memberikan penjelasan dan ilustrasi terkait dengan proses penyusunan LKK dan LAK
(30 menit) 2
Latihan penyusunan LKK dengan menggunakan kertas kerja penyusunan LRA konsolidasian dan LO Konsolidasian serta LAK
(90 menit) 3
4
Diskusi dan klarifikasi hasil
(15 menit)
Memberikan penjelasan dan ilustrasi terkait dengan proses penyusunan CaLK
(45 menit)
90
5
Kerja kelompok: Penyusunan Mind-Map CaLK berdasar handouts berupa LKPD 60 menit kerja kelompok 60 menit presentasi
6
Diskusi dan kesimpulan
(15 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
6.2 Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Menjelaskan secara umum mengenai Proses penyusunan LKK dan LAK Tujuan:
Peserta mampu menyusun LAK, LKK dan CaLK
1. Buatlah situasi kelas lebih kondusif dengan melakukan icebreaking: misal clapping-hands or desk hitting dengan irama tertentu untuk membangkitkan semangat (5 menit) 2. Menjelaskan kepada peserta proses penyusunan LAK dan LKK(25 Menit) 3. Berikan ilustrasi praktik terkait dengan proses penyusunan misalnya adanya bantuan perangkat lunak/aplikasi komputer yang dapat membantu proses penyusunan(5 Menit) Kegiatan 2: Latihan Penyusunan LAK dan LKK Tujuan:
Peserta diminta mengerjakan latihan proses penyusunan LAK dan LKK
1. Masing-masing peserta diberi ilustrasi dan kertas kerja yang akan dijadikan sebagai dasar untuk mengerjakan latihan (5 menit) 2. Berdasarkan ilustasi yang telah diberikan, pelatih meminta peserta untuk mulai mengerjakan latihan dalam lembar kertas kerja (90 menit) 3. Pelatih akan tetap memantau dan memberikan klarifikasi secara simultan jika ada beberapa permasalahan yang muncul. 4. Reviu proses penyusunan laporan keuangan LAK dan LKK yang telah dilaksanakan dan mendiskusikan dengan peserta kesulitan yang dihadapi dalam proses tersebut. 5. Berikan klarifikasi kepada peserta, jika terdapat istilah atau catatan yang perlu penjelasan lebih lanjut (15 menit ). • •
Memberikan apresiasi kepada peserta bahwa mereka telah berhasil menyusun laporan keuanganLAK dan LKK Menyampaikan kepada peserta bahwa untuk memperoleh pemahaman proses penyusunan laporan keuangan pemda perlu untuk terus melakukan latihan secara simultan
Kegiatan 3: Penyusunan Mind-Map Catatan atas Laporan Keuangan Tujuan :
Peserta diminta membuat mind-map terkait jenis dan bentuk laporan keuangan daerah
1. Pelatih memberikan materi pengantar terkait proses penyusunan CALK (35 menit) 2. Buatlah penjelasan singkat terkait tugas yang akan diberikan (5 menit): 91
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
• Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang sebaiknya berlatar belakang berbeda. • Tentukan ketua kelompok/juru bicara. • Setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis terhadap studi kasus yang diberikan. 3. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang, pelatih akan membagikan case sudy materials (handouts) berupaka fotocopy LKPD atau dalam bentuk soft file dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok (5 menit). 4. Peserta diminta untuk membuat mind-map CaLK dengan menggunakan spidol warna-warni diatas kertas manila putih (60 menit) 5. Handouts sebaiknya telah diberikan informasi tentang: •
Laporan Keuangan Pemda
• CaLK 6. Setiap kelompok diminta untuk menyajikan hasil analisis dan presentasi kepada pleno dengan menggunakan mind-map diatas pinboard (@10 menit per kelompok). 7. Pelatih dapat berperan kembali dalam hal diskusi hasil presentasi (15 menit).
6.3. Media 1. Audio visual devices 2. Flip Chart & ATK 3. Foto copy LKPD atau dalam bentuk soft file
6.4. Catatan untuk Pelatih 1. Pelatih diminta dapat membangkitkan ‘ghirah/passion’ peserta terkait dinamika kelas dengan tetap menjaga ketertiban saat pelaksanaan latihan atau pembuatan mind-map. Dapat juga menyiapkan backsound berupa musik (instrumental) untuk tetap membantu fokus minat peserta saat mengerjakan 2. Tetap dengan sigap membantu memberikan klarifikasi terkait tugas yang diberikan dan memantau jalannya proses pelaksanaan tugas kelompok
6.5. Ringkasan Materi 1. Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian (LKK) Proses penyusunan laporan keuangan konsolidasian sesungguhnya merupakan pekerjaan sederhana secara logika, karena pada dasarnya hanya menjumlahkan akun-akun yang sifatnya sama di dalam laporan keuangan dari seluruh SKPD ditambah dengan akun-akun yang ada dalam laporan keuangan PPKD. Problem dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian lebih kepada volume pekerjaan yang 92
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
relatif besar, sehingga membutuhkan energi ekstra, kecermatan, ketelitian dan tentunya kesabaran dalam melakukan verifikasi dan rekonsiliasi. Problem tersebut mungkin bisa diatasi secara signifikan dengan menggunakan software aplikasi akuntansi, namun perlu diingat bahwa software itu hanya sekedar tools atau alat bantu yang tidak sepenuhnya bisa menggantikan tugas-tugas tenaga akuntansi. Ilustrasi akan disajikan dengan sistematika sebagai berikut: • • •
Kertas Kerja Penyusunan LRA Konsolidasian Kertas Kerja Penyusunan LO Konsolidasian Kertas Kerja Penyusunan Neraca Konsolidasian
2. Laporan Laporan Arus Kas Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum. 3. Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan informasi yang kompleks dan disusun berdasarkan standar tertentu. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus disertai dengan Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.Catatan atas Laporan Keuangan pada dasarnya harus mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan e Mengungkapkan informasi untuk akun-akun aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; dan f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan.
93
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
TOPIK 7
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
7.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan dan manfaat, metoda dan teknik analisis, dan ilustrasi analisis laporan keuangan Tujuan
4 sesi (@180 menit) Waktu
Kata Kunci
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Analisis Horizontal dan Vertikal Analisis Rasio
• •
Studi kasus Simulasi
Metode
Media
Bahan Bacaan
95
Isi dengan media yang relevan. Pilihan media antara lain: • Flip Chart, • ATK (kertas, spidol) • Audio visual equipments • Kalkulator untuk setiap peserta
• • •
PP 71 Tahun 2010 PMK 238 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan www.ksap.org
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kegiatan 1
Memberikan pemahaman tentang pengertian, arti penting tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan, metoda dan teknik analisis laporan keuangan termasuk informasi tentang studi kasus yang akan dibahas
(40 menit) 2
Melakukan kerja kelompok I: Simulasi Analisis Horizontal (Perbandingan/Trend) dan Analisis Vertikal (Hubungan) 60 menit kerja kelompok 20 menit presentasi 10 menit masukan pelatih & diskusi kelas
(90 menit) 3
Melakukan kerja kelompok II: Simulasi Analisis Rasio 20 menit kerja kelompok 20 menit presentasi 15 menit masukan pelatih & diskusi kelas
(45 menit)
4
96
Kesimpulan
(5 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
7.2. Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Pengantar: Tujuan :
Menjelaskan secara umum pemahaman tentang pengertian, arti penting tujuan dan manfaat, metoda dan teknik analisis laporan keuangan peserta mampu memberikan penjelasan terkait pengertian, arti penting,tujuan dan manfaat, metoda dan teknik analisis laporan keuangan
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan dan proses yang akan dilakukan dalam sesi ini (5 menit) 2. Tanyakan pada peserta (5 menit): • Manfaat dan pengguna laporan keuangan pemda? • Bagaimana cara mereka memperoleh informasi keuangan? • Berikan pertanyaan yang menarik untuk peserta. 3. Menjelaskan kepada peserta pengertian, arti penting dan manfaat analisis laporan keuangan (10 Menit) 4. Galilah pemahaman peserta tentang bagaimana cara pengguna dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut (10 Menit): • Apa yang anda ketahui tentang bagaimana menganalisis LKPD? • Apa saja jenis-jenis ALK? 5. Masing-masing peserta diminta untuk berkontribusi dalam diskusi ini dan usahakan terjadi keseimbangan dalam berpendapat dengan memberikan kesempatan kepada semua peserta secara merata. 6. Catatlah hasil pembahasan dan mintalah klarifikasi kepada peserta, jika terdapat istilah atau catatan yang perlu penjelasan lebih lanjut (5 menit ). 7. Buatlah penjelasan singkat terkait studi kasus yang diberikan (5 menit): • • •
Kegiatan 2:
Tujuan:
Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang sebaiknya berlatar belakang berbeda. Tentukan ketua kelompok/juru bicara. Setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis terhadap studi kasus yang diberikan.
Simulasi Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Metoda Horizontal & Vertikal Peserta diminta melakukan simulasi analisis laporan keuangan dengan metoda dan teknik tertentu
1. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang, pelatih akan membagikan Lembar Kerja Studi Kasus dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok (5 menit) 97
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2. Peserta diminta untuk menganalisis LKPD disesuaikan dengan kondisi infrastruktur, apabila dimungkinkan peserta dapat diminta untuk membawa kalkulator, lap-top atau kerja kelompok dapat dilakukan di dalam laboratorium komputer (60 menit) 3. Dalam lembar kerja sebaknya telah diberikan informasi tentang: • Laporan keuangan pemda terkait dalam perioda amatan. • Rumusan terkait jika diperlukan. 4. Selanjutnya para peserta/kelompok diminta untuk melakukan analisis LKPD dengan melengkapi tabel yang telah disediakan. 5. Setiap kelompok dapat diminta untuk menyajikan hasil analisis dan diskusi kepada pleno dengan menggunakan flipchart (20 menit) 6. Pelatih dapat menyajikan solusi manual atas kasus terkait melalui power-point dan mendiskusikan analisis tersebut dan kesimpulan kerja kelompok. Kegiatan 3: Tujuan:
Simulasi Analisis Laporan Keuangan dengan Menggunakan Analisis Rasio Peserta diminta melakukan simulasi analisis laporan keuangan dengan metoda analisis rasio
1. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang, pelatih akan membagikan Lembar Kerja Studi Kasus dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok (5 menit) 2. Peserta diminta untuk menganalisis LKPD disesuaikan dengan kondisi infrastruktur, apabila dimungkinkan peserta dapat diminta untuk membawa kalkulator, lap-top atau kerja kelompok dapat dilakukan di dalam laboratorium komputer (15 menit) 3. Dalam lembar kerja sebaknya telah diberikan informasi tentang: • Laporan keuangan pemda terkait dalam perioda amatan • Rumusan terkait jika diperlukan 4. Selanjutnya para peserta/kelompok diminta untuk melakukan analisis LKPD dengan melengkapi tabel yang telah disediakan 5. Setiap kelompok dapat diminta untuk menyajikan hasil analisis dan diskusi kepada pleno dengan menggunakan kartu-kartu di pinboard (20 menit) 6. Pelatih dapat menyajikan solusi manual atas kasus terkait melalui power-point dan mendiskusikan analisis tersebut dan kesimpulan kerja kelompok
7.3. Media 1. 2. 3. 4.
98
ATK Laboratorium computer Kalkulator untuk setiap peserta Foto copy berupa Lembar Kerja Studi Kasus yang terdapat di Buku Materi Pelatihan Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
7.4. Catatan untuk Pelatih • • •
•
Menerapkan prinsip mengerjakan secara gotong royong: Semua mengerjakan hal yang sama, dan memperoleh hasil yang sama (dicocokkan) – tiap aktivitas dikendalikan pelatih Pelatih perlu menstimulan agar peserta aktif menyampaikan gagasannya. Jika peserta banyak yang pasif, pelatih dapat menggunakan meta plan untuk mengetahui pendapat peserta. Simulasi analisis LKPD dapat dilakukan di dalam kelas dengan mudah jika terdapat fasilitas komputer untuk setiap kelompok, sehingga peserta dapat mengerjakan perhitungan menggunakan worksheet programs (MS Excel). Untuk mempersingkat waktu, pelatih dapat memberikan Lembar Kerja Studi Kasus sebelum sesi berlangsung Apabila waktu yang tersedia tidak memungkinkan, fasilitator dapat memberikan lembar jawaban (manual solution) dan meminta peserta untuk melakukan analisis terhadap perhitungan tersebut
7.5. Ringkasan Materi Arti Penting ALK Supaya laporan keuangan lebih berarti dan mudah dipahami oleh para pembaca laporan keuangan, maka perlu dilakukan analisis atas laporan keuangan dengan cara membandingkan akun-akun laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah daerah. Tujuan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
dan Manfaat Meyakini ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengetahui kondisi keuangan pemerintah daerah serta perubahan-perubahannya Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajibannya. Mengetahui kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan dana untuk kegiatannya. Mengevaluasi kinerja pemerintah daerah dalam melaksanakan program-programnya. Mengetahui potensi pemerintah daerah dalam menghasilkan sumber daya.
Metode dan Teknik Analisis Tahapan melakukan analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Memperoleh data keuangan dan pendukung yang diperlukan untuk periode analisis; Mengukur atau menghitung dengan menggunakan rumus-rumus tertentu; Melaksanakan kalkulasi dengan memasukkan angka-angka ke dalam formula secara cermat; Menafsirkan hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan tersebut.
Dalam praktik, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu analisis horizontal dan analisis vertikal. 99
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Analisis Horizontal (Analisis Perbandingan) Dalam analisis horizontal akan dilakukan perbandingan antara satu periode dengan periode berikutnya. Oleh karena itu analisis ini juga dikenal dengan analisis kecenderungan (trend). Analisis trend merupakan suatu teknik analisis yang mencoba untuk mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa datang. Secara umum dari hasil analisis ini akan terlihat antara lain: Angka-angka dalam Rupiah; Angka-angka dalam persentase; Kenaikan atau penurunan jumlah Rupiah; Kenaikan atau penurunan dalam persentase. Beberapa langkah teknik Analisis Trend: 1. Buat sumbu vertikal Y (variabel dependen) dan sumbu horizontal X (variabel independen). 2. Data yang tersedia buat scatter plot, yaitu kumpulan titik-titik koordinat (X,Y). 3. Dengan jalan observasi atau pengamatan langsung terhadap bentuk scatter plot, dapat ditarik sebuah garis yang kira-kira mendekati pola dari titik koordinat yang ada. Karakteristik analisis horizontal mempunyai beberapa karakteristik berikut: 1. Bertujuan untuk mengetahui arah atau kecenderungan suatu akun laporan keuangan. 2. Membutuhkan time series data selama beberapa tahun. 3. Analisis kecenderungan sederhana, baik dengan tahun dasar maupun dengan bergerak, membandingkan angka-angka untuk akun yang sama dari laporan beberapa tahun yang berurutan, tanpa mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi perubahan dari akun tersebut. 4. Analisis kecenderungan dengan diagram pencar dilakukan dengan penarikan garis kecenderungan yang mendekati (mengikuti) pola dari sebaran titik-titik dalam grafik. Analisis vertikal 1. 2. 3. 4. 5.
100
Analisis atas akun yang ada di neraca. Analisis atas akun yang ada di laporan realisasi anggaran (LRA). Analisis atas akun yang ada di laporan arus kas (LAK). Analisis atas akun yang ada di laporan operasional (LO). Analisis rasio.
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Analisis Rasio
Rasio Kemandirian
(Pendapatan Asli Daerah) (Dana perimbangan+Pinjaman)
Ratio Pertumbuhan PAD
Rasio Maks Pinjaman (maks 75%)
DSCR (minimal 2,5 Kali)
Rasio Keselarasan Belanja
Ratio Utang Perkapita
(PADt-PAD(t-1)) PAD_(t-1) (Sisa Pinjaman+Pinjaman yang Diusulkan) (Jumlah Penerimaan Umum APBD Tahun Sebelumnya) ({PAD+DAU+(DBH-DBH DR) }-Belanja wajib) (Angsuran Pokok+Bunga+Biaya Pinjaman Lainnya) (Belanja Tidak Langsung) (Belanja Langsung) (Total Utang) (Jumlah Penduduk) (Total Utang)
Rasio Utang terhadap Aset tetap
(Aset Tetap)
Digunakan untuk mengukur persentase aset tetap dalam pengambilan utang. (Beban Bunga Jangka Panjang)
Rasio Bunga Utang Terhadap PAD
Rasio Utang Terhadap PAD
101
PAD PAD Utang
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
CATATAN: Terkait topik ini, terdapat beberapa contoh yang telah disusun oleh institusi lain, antara lain: Modul Pelatihan Analisis Laporan Keuangan Daerah, disusun oleh Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik STAN, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK), Departemen Keuangan Republik Indonesia Bekerja sama dengan Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA)
102
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
TOPIK 8
REVIU DAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
8.1. Tujuan, Waktu, Kata Kunci, Metode, Media
Tujuan
Peserta mampu menjelaskan perbedaan reviu dan pemeriksaan laporan keuangan serta ruang lingkup, perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan laporan hasil reviu laporan keuangan, tujuan audit, jenis opini, dan teknik audit, serta tujuan dan teknik-teknik komunikasi audit
9 sesi (45 menit) Waktu
Kata Kunci
Metode
Media
Bahan Bacaan
104
Reviu laporan keuangan Pemeriksaan laporan keuangan Laporan hasil pemeriksaan komunikasi audit
• • • •
Icebreaking Visualisasi bergerak Role-play Talk-show (expertise)
• • • •
ATK Audio visual devices LCD Projector Flip Chart-pin boards
• • • • •
PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan UU/15 tahun 2004, PP 60/2008; Permendagri 4/2008 SPKN
• • •
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Laptop LCD Bahan Bacaan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kegiatan 1
Pemberian materi awal tentang reviu laporan keuangan termasuk perbedaan antara reviu dan pemeriksaan
(30 menit) 2
Melakukan kerja kelompok I: Reviu Laporan Keuangan 60 menit kerja kelompok 20 menit presentasi 10 menit masukan pelatih & diskusi kelas
3
Melakukan kerja kelompok II: Role play Pemeriksaan LKPD: 40 menit membuat skenario kelompok, 60 menit presentasi, 5 menit pengambilan kesimpulan
4
Pemberian materi awal dan penjelasan tentang komunikasi audit serta penjelasan singkat terkait dengan talk show/studi kasus
(20 menit) Alternatif 1: Talkshow komunikasi audit bersama nara sumber Pemeriksa BPK
(60 menit) 5
105
Kesimpulan
(10 menit)
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Alternatif 2: Studi kasus 'Realita Komunikasi Audit'
(60 menit)
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
8.2. Penjelasan Alur Pembelajaran Kegiatan 1: Tujuan:
Reviu Laporan Keuangan Mengkondisikan suasana agar kondusif serta menjelaskan secara singkat reviu laporan keuangan termasuk hubungannya dengan pemeriksaan LKPD
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan pembelajaran dan proses yang akan dilakukan dalam sesi ini (5 menit) 2. Tanyakan pada peserta tantang apa yang mereka ketahui tentang (10 menit): 3. Reviu laporan keuangan? • • •
Bagaimana proses reviu laporan keuangan? Perbedaan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Menjelaskan kepada peserta pengertian, arti penting dan manfaat reviu laporan keuangan dan hubungan antara reviu dengan pemeriksaan LKPD (10 Menit). 4. Peserta di-encourage untuk berkomentar/berpartisipasi khususnya jika terdapat ‘kasus’ di pemda terkait pemeriksaan LKPD. 5. Buatlah penjelasan singkat terkait tugas/studi kasus yang diberikan (5 menit): • • • Kegiatan 2: Tujuan :
Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang sebaiknya berlatar belakang berbeda. Tentukan ketua kelompok/juru bicara. Setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis terhadap kasus yang disiapkan. Melakukan kerja Kelompok I Peserta dapat menganalisis proses reviu laporan keuangan
1. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang, pelatih akan membagikan handout berupa artikel dari surat kabar mengenai arti penting reviu LKPD dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok (5 menit) 2. Setiap kelompok diminta untuk membaca handouts yang telah dibagi dan menganalisis problema yang muncul dalam pelaksanaan reviu LKPD (60 menit) 3. Selanjutnya para peserta/kelompok diminta untuk: •
Memvisualisasikan hasil diskusi dalam bentuk visualisasi bergerak dalam bentuk flipchart maupun pin-boards
• Menganalisis problematika yang muncul dalam pelaksanaan reviu LKPD 4. Pelatih dapat memberikan informasi pembuatan visualisasi secara lebih efektif,
106
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi melalui visualisasi bergerak (20 menit), 6. Setelah presentasi dilakukan diskusi dan penarikan kesimpulan (10 menit), Kegiatan 3: Tujuan:
Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemda Menjelaskan secara singkat pemeriksaan laporan keuangan daerah termasuk jenis, teknik dan prosedur serta opini pemeriksaan
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan pembelajaran dan proses yang akan dilakukan dalam sesi ini (5 menit) 2. Tanyakan pada peserta tantang apa yang mereka ketahui tentang (10 menit): • Pemeriksaan laporan keuangan pemda? • Opini audit? • Problematika seputar Laporan Hasil Pemeriksaan/LHP 3. Menjelaskan kepada peserta pengertian, jenis dan teknik/prosedur pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah (10 Menit) 4. Masing-masing peserta diminta untuk berkontribusi dalam diskusi ini dan usahakan terjadi keseimbangan dalam berpendapat dengan memberikan kesempatan kepada semua peserta secara merata. 5. Buatlah penjelasan singkat terkait tugas/studi kasus yang diberikan (5 menit): • • • Kegiatan 4:
Tujuan:
Buatlah kelompok yang terdiri dari 5 orang sebaiknya berlatar belakang berbeda Tentukan ketua kelompok/juru bicara Setiap kelompok diminta untuk melakukan analisis terhadap tugas Melakukan kerja Kelompok II
Memastikan pemahaman peserta terkait dengan tujuan dan prosedur pemeriksaan LKPD
1. Setelah peserta tergabung ke dalam kelompok beranggotakan 5 orang, pelatih akan membagikan handout berupa artikel dari surat kabar mengenai arti penting reviu LKPD dan memberikan penjelasan terkait dengan pelaksanaan kerja kelompok (5 menit) 2. Setiap kelompok diminta untuk membaca handouts yang telah dibagi dan menganalisis problema yang muncul dalam pelaksanaan reviu LKPD (20 menit) 3. Selanjutnya para peserta/kelompok diminta untuk (25 menit): • Menyusun skrip untuk role play • Memilih ‘aktor’ untuk masing-masing kelompok 4. Fasilitator dapat memberikan arah dalam penyusunan skrip khususnya terkait dengan:
107
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
•
‘aktor’ yang terlibat misal: 1 perwakilan dari tim pemeriksa, 1 bupati, 1 orang kepala DPPKAD, 2 orang staf keuangan
• Pertemuan terkait dengan adanya temuan audit (mendapat respon dari auditee) 5. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi melalui visualisasi bergerak (90 menit) 6. Setelah presentasi dilakukan diskusi dan penarikan kesimpulan (10 menit) Kegiatan 5:
Tujuan:
Komunikasi Audit memberikan pemahaman tentang komunikasi audit sekaligus berbagi tips & trik dalam ‘menghadapi’ pemeriksa
1. Menjelaskan kepada peserta tujuan pembelajaran dan proses yang akan dilakukan dalam sesi ini (5 menit) 2. Tanyakan pada peserta tantang apa yang mereka ketahui tentang (10 menit): • Bagaimana berkomunikasi dengan orang lain? • Pengalaman berkomunikasi dengan pemeriksa? 3. Menjelaskan kepada peserta pengertian, jenis dan teknik/prosedur komunikasi audit (15 Menit) 4. Masing-masing peserta diminta untuk berkontribusi berbagi & sharing pengalaman terkait dengan saat mereka ‘menghadapi’ pemeriksa 5. Buatlah penjelasan singkat terkait pelaksanaan talk-show dengan nara sumber salah satu pemeriksa dari BPK (5 menit): Kegiatan 6: Tujuan:
Melakukan Talk-Show Memastikan munculnya ‘goal-congruence’ antara pemeriksa (auditor) dengan terperiksa (auditee) untuk menunjang keberhasilan bersama
1. Pelatih akan memperkenalkan terlebih dahulu bintang tamu/narasumber (2 menit) 2. Narasumber dapat diperkenankan untuk memberikan materi singkat terkait dengan teknik komunikasi audit (10 menit) 3. Selanjutnya para peserta dapat mengikuti talk-show ser-san (serius tapi santai) dengan pelatih yang berlaku sebagai host atau dapat meminta salah satu dari peserta untuk menjadi pembawa acara (40 menit): 4. Pelatih/host dapat memberikan arah pembicaraan dengan memberikan pertanyaan yang telah dipersiapkan: • • •
Pengalaman unik yang pernah ditemui Kode etik yang perlu dipegang Kesan pemeriksa saat melakukan tugas
5. Setelah presentasi dilakukan diskusi dan penarikan kesimpulan (8 menit) 108
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
8.3. Media 1. 2. 3. 4.
Audio Visual equipments Flip Chart & Pin Boards Kertas Flip Chart ATK
8.4. Catatan untuk Pelatih 1. Menerapkan prinsip serius tapi santai (ser-san) sehingga bisa mencipatakan suasana kondusif dalam pelaksanaan kerja kelompok maupun talk-show sehingga peserta tidak merasa segan untuk berpartisipasi aktif 2. Telah mempersiapkan beberapa contoh kasus termasuk skrip ‘role-play’ yang dapat dijadikan sebagai contoh dalam penyusunan skrip
8.5. Ringkasan Materi Definisi Audit Audit adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi buktisecara obyektif yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian antarapernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Beberapa ciri-ciri atau komponen audit didasarkan pada definisinya adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Proses sistematis: Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif: Pernyataan-pernyataan (asersi) tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi: Tingkat kesesuaian: Kriteria yang telah ditetapkan: Menyampaikan hasil: Pihak yang berkepentingan:.
Jenis-Jenis Auditor Berdasarkan Organisasinya (Entitas): 1. Akuntan Publik (External Auditor/Independent Auditor) 2. Pemeriksa Internal (Internal Auditor) 3. Auditor Pemerintah (Goverment Auditor): BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan), BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) atau Inspektorat di Departemen Pemerintah.
109
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
DASAR-DASAR PEMERIKSAAN KEUANGAN Pengertian, Tujuan dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan Pasal 1 undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan (keuangan negara) didefinisikan sebagai proses identifikasi masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut ayat 1 pasal 4 Undang-Undang tersebut, jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan Keuangan, Pemeriksaan Kinerja, dan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu. Perbedaan Reviu dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Perbedaan paling utama adalah ujuan pemeriksaan (laporan) keuangan yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, sedangkan tujuan reviu laporan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan telah disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.. Ruang Lingkup Pemeriksaan Keuangan 1. Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan 2. Posisi aset, kewajiban dan ekuitas 3. Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam neraca; dan 4. Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP. 5. Pemeriksaan juga menguji efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan dalam Laporan Keuangan. Metodologi dan Tahapan Pemeriksaan Keuangan Metodologi pemeriksaan keuangan terdiri dari tiga tahap pemeriksaan,yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Asersi Manajemen Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen (implisit atau eksplisit) yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Asersi yang diuji mencakup 5 aspek, yaitu: (1) keberadaan dan keterjadian, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) penilaian dan pengalokasian, dan (5) penyajian dan pengungkapan. Temuan Pemeriksaan Temuan Pemeriksaan, meliputi: 1. Ikhtisar koreksi, 2. Temuan kelemahan sistem pengendalian intern, dan 3. Temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. 110
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Hasil pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh pemeriksa dituangkan secara tertulis ke dalam suatu bentuk laporan yang disebut dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)yang berfungsi untuk: (1) Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pejabat pemerintah, yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (2) Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman; (3) Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait dan (4) Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang semestinya telah dilakukan Jenis-jenis Laporan Hasil Pemeriksaan 1. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan. 2. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern. 3. Laporan Kepatuhan atas Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud), dan Ketidakpatutan. KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN Komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam pemeriksaan, dimulai dari saat pertama kami mendatangi auditan untuk memperkenalkan diri hingga auditor menyerahkan laporan hasil pemeriksaan, bahkan diteruskan hingga pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Interaksi antara pemeriksa dengan auditan, pada umumnya terjadi dalam kegiatan-kegiatan tersebut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pada saat memperkenalkan diri dan menyerahkan surat tugas audit Pada saat mengumpulkan informasi umum Pada saat mengumpulkan bukti-bukti audit Pada saat akan berhubungan dengan pihak ketiga Pada saat membicarakan temuan hasil audit Pada saat pemantauan tindak lanjut.
8.6. Hasil Kegiatan Contoh studi kasus Video Case: LKPD 2011 Kabupaten Melawi (Kal-bar) mendapat Opini Tidak Wajar Diskusikan kemungkinan penyebab sebuah kabupaten (misal Melawi pada taun 2011) mendapat opini tidak wajar dan apa yang seyogyanya dilakukan oleh pemrintah daerah untuk memperbaiki system pelaporan keuangan yang mereka miliki sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang transparan, akuntabel dan sesuai dengan SAP.
111
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Solusi:
Sering Dapat Opini Tak Wajar, Melawi Akhirnya Lolos Audit BPK
Minggu, 15 September 2013 12:52 WIB Wakil bupati Melawi Panji didampingi ketua DPRD Abang Tajudin saat menerima hasil pemeriksaan dari BPK RI di Pontianak belum lama ini. Melawi akhirnya mendapatkan WDP sejak kabupaten ini berdiri tahun 2004 silam. FOTO ISTIMEWA/ HUMAS
112
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Ali Anshori TRIBUNNEWS.COM - Kabupaten Melawi akhirnya mendapatkan opini wajar dengan pengecualian dari BPK RI, dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2012, prestasi ini yang pertama kali didapat selama Melawi berdiri sejak 2004 silam. “Ini pertama kali didapat, sebelumnya Melawi selalu mendapat opini tidak wajar. Kita harus bersyukur berarti ada peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selama ada niat dan kerja keras, tentunya laporan keuangan daerah akan semakin membaik,” ujar wakil bupati Melawi Panji belum lama ini. Wabup bersama Ketua DPRD Melawi, Abang Tajudin menerima langsung hasil pemeriksaaan LKPD Melawi di gedung BPK RI Perwakilan Kalbar di Pontianak. Panji mengatakan pemkab akan berusaha terus meningkatkan prestasi tersebut supaya ke depan bisa lebih maksimal. “Kita juga berkeinginan agar Melawi mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian. Perlu ada sinergisitas antar instansi di jajaran Pemkab Melawi. Agar nantinya opini WTP pada tahun mendatang bisa kita dapatkan,” katanya. Panji mengakui, masih ada LKPD yang menjadi temuan dan catatan BPK. Namun demikian kata Panji, hal tersebut muncul karena unsur kesengajaan. Bisa jadi hal ini karena ketidakpahaman dalam pencatatannya. “Kekurangan dan kelemahan pasti ada. Tapi kan sebenarnya temuan ini karena persoalan administrasi. Niat untuk bikin salah itu tentu tidak ada. Hanya kekeliruan dalam penyusunan laporan keuangan daerah,” ucapnya. Panji mengungkapkan, dalam upaya mencapai opini WTP, kedepannya seluruh bagian dari Pemkab Melawi harus terus melakukan evaluasi terhadap penyusunan dan perencanaan LKPD. Sehingga opini WTP benar-benar bisa tercapai. “Saya pun mengucapkan terima kasih pada pegawai serta masyarakat yang sudah mendukung pemerintahan termasuk media sehingga opini kita naik pada tashun ini, Jangan bosan-bosan melakukan evaluasi agar kita bisa mendapatkan WTP pada tahun mendatang.” tandasnya. Ketua DPRD Melawi, Abang Tajudin memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Melawi meraih opini WDP. Kata Tajudin, ini patut diacungi jempol setelah beberapa tahun terakhir Melawi hanya menyandang opini disclaimer dan Tidak Wajar dari BPK “Naiknya status harusnya menjadi pemacu kita untuk terus bekerja, minimal mempertahankannya dan kalau bisa meningkat menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), “ katanya. Untuk itu Tajudin mengharapkan, ke depan pemkab harus lebih teliti menata aset dan mengelola keuangan yang lebih baik . Jika tidak, maka status disclaimer yang disandang selama beberapa tahun tersebut akan kembali didapat. http://www.tribunnews.com/regional/2013/09/15/sering-dapat-opini-tak-wajar-melawiakhirnya-lolos-audit-bpk, diakses 5 Oktober 2013
113
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Reviu Dan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Contoh backdrop untuk Talk-Show
*Dalam konfirmasi
114
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran – Lampiran
KEMENDAGRI BERKOMITMEN REFORMASI BIROKRASI PENGELOLAAN KEUANGAN TERBAIK Jumat, 30 Agustus 2013 11:48:45 | Berita Kemendagri | (477 view)
Begitu pula Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) akan terus berupaya agar pengelolaan keuangan di lembaga ini dapat terlaksana secara transparan dan bertanggungjawab sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi. Salah satunya dalam hal penyusunan laporan keuangan yang rutin diaudit setiap tahunnya oleh badan Pemeriksa Keuangan (BPK). berikut wawancara bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemendagri Diah Anggraeni:
Apa saja yang telah dilakukan Kemendagri untuk mendukung Reformasi Birokrasi? Banyak yang sudah dilakukan Kemendagri, di antaranya secara konsisten memperbaiki tata kelola keuangan, dengan hasil Kemendagri dapat mempertahankan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) untuk yang ketiga kalinya pada tahun 2013 ini oleh BPK. Hal ini merupakan prestasi tersendiri karena sesuai kontrak kinerja KIB II, seluruh Kementerian ditargetkan memperoleh opini WTP paling lambat tahun 2013 ini atas laporan keuangan tahun 2012, sementara Kemendagri telah mencapai opini WTP sejak tahun 2011.
Apa makna Reformasi Birokrasi bagi Kemendagri? Makna Reformasi Birokrasi bagi kami, adalah upaya untuk melakukan perubahan sistemik dan terencana menuju tatanan administrasi publik yang lebih baik, dengan penekanan pada aspek efisiensi, akuntabilitas dan transparansi. Pelaksanaan kebijakan reformasi birokrasi di lingkungan Kemendagri dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik (masyarakat dan Pemda) membutuhkan adanya suatu perubahan dalam sistem birokrasi yang direncanakan dan dilaksanakan secara berkelanjutan dan konsisten sesuai 116
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
arah kebijakan reformasi birokrasi yang ditetapkan dalam Perpres Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi dan melaksanakan program-program reformasi birokrasi yang ditetapkan dalam Permenpan Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2014.
Program apa saja yang dipersiapkan Kemendagri untuk melaksanakan Reformasi Birokrasi? Terdapat 10 Program Reformasi Birokrasi di Kemendagri, yakni : Program percepatan (Quick Win), Manajemen Perubahan, Penataan Peraturan Perundang-undangan, Penataan dan Penguatan Organisasi, Penataan Tatalaksana, Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, dan Monitoring dan Evaluasi, di lingkungan Kemendagri. Diharapkan ke depan Kemendagri menjadi panutan dan dapat memberikan pengaruh positif bagi Pemda untuk meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi, sehingga pelayanan masyarakat di daerah menjadi semakin baik.
Bagaimana tekad Kemendagri untuk menyajikan laporan keuangan yang transparan dan akuntabel setiap tahunnya? Secara umum, terlepas dari keberhasilan Kemendagri mempertahankan opini WTP yang telah diraih sejak 2010, Kemendagri terus berusaha secara maksimal untuk mempertahankan opini WTP di tahun-tahun mendatang. Oleh karena itu, administrasi keuangan dikelola sesuai dengan standar akuntasi yang diikuti dengan penguatan Sistem Pengendalian Intern. Selain itu terus diupayakan untuk tetap memenuhi asas kepatuhan penyajian laporan keuangan secara transparan dan akuntabel.
Apa yang menjadi kendala Kemendagri dalam penyusunan laporan keuangan selama ini? Kendala yang lazim ditemui adalah saat menyusun laporan keuangan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan (dekonTP) yang dikucurkan untuk provinsi dan kabupaten/kota, dimana tidak mudah mengendalikan satuan kerja di daerah, karena sangat sulit melakukan administrasi aset, yang sesuai standar akuntansi dan pelaporan sesuai mekanisme yang berlaku. Kemendagri sendiri sampai sekarang melakukan mekanisme jemput bola ke daerah dengan melakukan asistensi bagi daerahdaerah yang mengalami masalah dalam administrasi asetnya, dan tetap melakukan pembinaan dan pengawasan kepada pemerintah daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dukungan seperti apakah yang diberikan Kemendagri demi kelancaran pemeriksaan laporan keuangan ini? Sesuai dengan maksud atau tujuan pemeriksaan BPK, Tahun 2013 ini saya minta setiap unit di Kemendagri segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK tersebut. Selambat-lambatnya 60 hari setelah hasil pemeriksaan diterima. Sehingga, dapat diminimalisir berbagai kekurangan dalam laporan keuangan tahun ini. Saya juga memerintahkan kepada sekretaris dan staf pengelola keuangan dan aset untuk senantiasa memenuhi berbagai dokumen yang dibutuhkan oleh tim BPK.
Bagaimana dengan laporan keuangan pemerintah daerah sendiri? Kemendagri selalu mengingatkan jajaran pemerintahan daerah agar pengelolaan keuangan pemerintah daerah dapat dikelola sesuai dengan prinsipprinsip tata kelola pemerintahan yang baik, agar tidak terjadi salah kelola keuangan daerah. Terlebih, ketika daerah melakukan programprogram inovasi yang lazimnya didasari pada kewenangan/diskresi kepala daerah.Tak jarang, karena kekurangpahaman daerah terhadap prosedur pengelolaan keuangan daerah mengakibatkan sejumlah kepala daerah tersandung dalam permasalahan pengelolaan keuangan daerah. Oleh karena itu, Kemendagri selalu mengingatkan agar pemerintah daerah senantiasa berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 117
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Adakah terobosan lain yang dilakukan untuk mendukung Reformasi Birokrasi? Baru-baru ini, dalam seleksi calon praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang dilaksanakan tahun ini, Kemendagri melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk membantu pengawasan proses seleksi hingga ujian masuk. KPK berupaya membantu melakukan deteksi dini dan keterlibatan KPK ini akan dijadikan model (role model) bagi penerimaan mahasiswa pendidikan tinggi kedinasan lainnya, termasuk bagi Akademi Kepolisian (Akpol) dan bagi Tes CPNS di Kejaksaan dan calon hakim, sehingga seleksi penerimaan mahasiswa terlaksana secara transparan dan bersih dari praktik kecurangan. Pelibatan KPK ini merupakan implementasi program Reformasi Birokrasi dibidang penguatan pengawasan. [*] Source: http://www.kemendagri.go.id/news/2013/08/30/kemendagri-berkomitmenreformasibirokrasi-pengelolaan-keuangan-terbaik, diakses 4 Oktober 2013
OPTIMIS, 50 PERSEN PEMDA RAIH WTP TAHUN 2014 Jakarta -Akuntan Online:
Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi optimis dari seluruh pemerintah daerah (pemda) pada akhir tahun 2014 ditargetkan 50 persen memperoleh opini WTP (wajar tanpa pengecualian) dari BPK. Meski hasil audit BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2012 hanya mencapai 7 persen dari 540 pemda yang memperoleh opini WTP. “Saya tetap optimis. Target kita di akhir tahun 2014 mencapai 50 persen pemda yang peroleh opini WTP,” katanya di Jakarta, Senin (2/09/2013). Raihan opini WTP yang hanya 7 persen pada tahun 2012, kata Mendari, itu dari keseluruhan pemda, baik pemerintah kota/kabupaten dan provinsi. Saat ini, untuk laporan keuangan tahunan pemerintah provinsi yang memperoleh opini WTP telah mencapai 30 persen dari 33 provinsi. Sedikitnya pemda yang memperoleh opini WTP pada tahun 2012 selaras dengan temuan Indonesia Governance Index (IGI ) yang menyebutkan, tahun itu tranparansi keuangan pemerintah daerah lebih sulit dipenuhi dari pada akuntanbiltas prosedur. Menurut Direktur Eksekutif IGI, Wicaksono Sarosa, dari hasil survei di seluruh provinsi Indonesia menyebutkan rata- rata kinerja tranparansi keuangan pemerintah daerah termasuk dalam katergori cenderung buruk yakni dengan score 4,58 . Sedangkan skor rata- rata akuntanbilitas pemerintah provinsi sedikit lebih baik yakni dengan skore 5,45.(Zis)*** Source: http://akuntanonline.com/showdetail.php?mod=art&id=697&t=Optimis,%2050%20Persen%20 Pemda%20Raih%20WTP%20Tahun%202014&kat=Auditing, diakses 8 September 2013 12 September 2013 | 13:48 wib
118
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
RAIH OPINI WTP, JATENG RAIH PENGHARGAAN JAKARTA, suaramerdeka.com - Pemerintah memberikan penghargaan kepada Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi yang menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 2012 dengan capaian tertinggi yakni memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penghargaan juga diberikan kepada Kementerian/Lembaga (K/L) dan daerah lain. Penghargaan diberikan kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam acara Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah tahun 2013 “Membangun Sinergi Menuju WTP” di Gedung Dhanapala Kemenkeu, Jakarta, Kamis (12/9). Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan terdapat beberapa perbaikan dalam sistem akuntansi dan pelaporan keuangan baik di tingkat K/L maupun daerah. Terbukti dari bertambahnya K/L dan daerah yang memperoleh WTP dan semakin sedikit yang memperoleh opini disclaimer (tidak memberikan pendapat). Dia menyebutkan opini BPK untuk LKKL yang mendapat WTP meningkat signifikan menjadi 69 K/L di tahun 2012. Tahun 2006 hanya 7 K/L yang dapat WTP saat LKKL pertama kali diberikan opini. “Disclaimer sebelumnya 36 tahun 2006 jadi 3,” tambahnya. Chatib mengakui perbaikan pelaporan keuangan agak tersendat selama 2006 sampai 2008. Namun akhirnya tetap ada perbaikan siginfikan terutama di daerah. “LKPD (Laporan Keuangan Pemerintah Daerah) yang mendapat WTP mengalami kenaikan, tahun 2012 LKPD yang mendapat WTP mencapai 116 LKPD dari seluruhnya 548 LKPD. Tahun 2009 hanya 21 LKPD yang WTP,” jelasnya. Chatib menjelaskan sebelum tahun 2004 dalam bidang akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah hanya bisa menyajikan satu laporan yang dikenal sebagai laporan perhitungan anggaran negara. “Tahun 2005 pemerintah berhasil menyusun laporan keuangan yang kita kenal sebagai Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara,” ungkapnya. Penyusunan LKPP itu dinilainya sebagai langkah besar dalam pengelolaan keuangan negara yang menyajikan laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. Menurutnya, dengan segala program reformasi termasuk dalam sistem pengelolaan uang negara, Indonesia menjadi negara yang disegani negara lain. “Bisa dikatakan sejajar dengan negara maju,” ucapnya. Source: http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/09/12/171725/Raih-Opini-WTPJateng-Raih-Penghargaan-, diakses 4 Oktober 2013
119
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
SEMARANG SATU-SATUNYA PELAKSANA SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI INDONESIA Ditulis pada 20 November 2012 04:23:00 oleh User Admin Implementasi Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, mengamanatkan selurh pemerintah kota/kabupaten untuk menerapkan standar akuntansi pemeruntah berbasis ajrual paling lambat tahun 2014. Pemerintah Kota Semarang sebagai pioneer kota yang pertama menerapkan sistem ini di Indonesia, ditunjuk sebagai kota penyelenggara On the Job Training(OJT) Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual yang diikuti 48 kota/ kabupaten se-Indonesia. Dengan ditunjuknya Kota Semarang ini, diharapkan dapat memberikan pengalaman selama penerapan sistem akuntansi pemerintah berbasis akrual di Kota Semarang. Program OJT ini merupakan bentuk apresiasi Pemerintah Konfederasi Swiss melalui Sekretariat Negara Swiss bidang ekonomi (SECO) bekerjasama dengan LSP JPK Pratama. Meninjau pelaksanaan OJT ini, Pemerintah Swiss melalui SECO mengunjungi Pemkot Semarang, Selasa(20/11). Rombongan Swiss yang terdiri dari Mr. Andeas Bregman, Mr. Jurg Schneider (Head of Economic Development Cooperation Ambassy of Switzerland), Mrs. Rosmarie Schlup (Wakil Divisi Makroekonomi SECO) serta Mr. Andri Mulia (National Program Officer Economic Development Cooperation (SECO) Embassy of Switzerland) diterima langsung oleh Plt. Walikota di VIP Room. Kepada para pejabat SECO dan tim pendukung pelaksanaan OJT, Plt. Walikota menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Kota Semarang untuk OJT sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini.“Terima kasih atas kerjasama dan kepercayaan yang diberikan kepada Pemerintah Kota Semarang dalam pelaksanaan OJT ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi seluruh peserta dan kabupaten/ kota yang berpartisipasi,” ungkap Plt. Walikota. Kedepan, Plt. Walikota berharap agar kerjasama yang telah terbina baik antara Pemkot Semarang, SECO dan LSP JPK Pratama ini dapat berlanjut dan ditingkatkan pada kegiatan positif lainnya. Mr. Andeas Bregman mewakili SECO menyampaikan kekagumannya tas implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akkural di Kota Semarang. “Saya terkesan dengan implementasi sistem akrual di Kota Semarang,” ungkapnya. Menurutnya, berdasar informasi dari peserta OJT, sejumlah kendala memang dihadapi kota/ kabupaten yang akan mengaplikasikan sistem ini. Diantaranya, kendala ilmu akuntansi, kebijakan kota/ kabupaten serta kendala sistem. Sementara Wakil Divisi Makroekonomi SECO, Mrs. Rosmarie Schlup, mengungkapkan implementasi sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual dan pelaksanaan OJT di kota Semarang telah relevan dengan apa yang direncanakan.OJT sistem akuntansi berbasis akrual ini direncanakan berlangsung dalam 2 tahap dengan diikuti 6 angkatan setiap tahapannya. Tiap-tiap tanggapan ini terdiri dari 4 kabupaten/ kota minimal berjumlah 20 orang. Dimulai 3 September lalu, hingga saat ini sudah dilaksanakan 2 angkatan dengan diikuti 52 peserta dari 16 kota/ kabupaten se-Indonesia.
120
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Sebagai kota yang ditunjuk menerima peserta OJT, Kota Semarang mempersiapkan SDM dan 10 lokasi OJT di SKPD teknis pelaksana sistem akuntansi berbasis akrual. Ke-10 lokasi tersebut diantaranya DPKAD, Dinas PJPR, DTKP, DKK, Bappeda, Dinas Bina Marga, Dinsospora, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta Sekretariat Daerah Kota Semarang. Sejumlah materi disampaikan dalam OJT ini diantaranya Sistem Akuntansi, Sisdur Akuntansi, Software Aset, software penyusunan laporan keuangan SKPD dan PPKD, dll di Pemkot Semarang. Selain menerima materi, peserta juga mengikuti praktek langsung transaksi-transaksi di 10 SKPD sample pemerintah berbasis akrual di Kota Semarang.Kabid Akuntansi DPKAD, Sugeng Pramono mengungkapkan implementasi sistem akuntansi pemerintah berbasis akrual di Kota Semarang telah berjalan sesuai aturan, sebagaimana pengimplementasian di Swiss. Sistem ini menyediakan transparansi laporan keuangan bagi pengguna lapora keuangan. http://psdaesdm.semarangkota.go.id/blog/2012/11/semarang-satu-satunya-pelaksana-sistemakuntansi-pemerintah-berbasis-akrual-di-indonesia, diakses 4 Oktober 2013LAPORAN KEUANGAN PEMDA SLEMAN
121
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Pemerintah Kabupaten Sleman
NERACA KONSOLIDASI Per 31 desember 2011 dan 2010 (Setelah konversi) (Auditan ) dalam Rupiah
URAIAN
2011
2010
2
3
4
ASET ASET LANCAR Kas
139,891,052,527.78
111,947,483,939.22
Piutang Pajak
5,077,124,558.46
1,759,611,790.16
Piutang Retribusi
3,315,000,440.00
4,974,217,895.67
Piutang lainnya
4,139,252,258.00
1,668,129,024.00
Persediaan Jumlah Aset Lancar
17,968,908,392.17
19,130,114,970.02
170,391,338,176.41
139,479,557,619.07
54,942,952,578.00
55,166,126,822.00
INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Non Permanen Investasi Permanen
97,511,074,727.57
88,047,222,471.07
152,454,027,305.57
143,213,349,293.07
Tanah
565,033,403,925.00
146,650,422,175.00
Jalan, Irigasi dan Jaringan
912,082,540,538.77
1,260,888,832,882.00
Gedung dan Bangunan
696,437,089,546.60
536,826,809,034.81
Peralatan dan Mesin
283,152,815,265.64
243,045,178,830.00
47,467,773,292.96
37,364,532,291.00
Jumlah Investasi Jangka Panjang ASET TETAP
Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan
327,704,550.00
4,816,651,570.00
2,504,501,327,118.97
2,229,592,426,782.81
Sistem Informasi
3,149,450,875.00
2,684,219,875.00
Aktiva lainnya
3,744,782,029.00
3,008,691,329.00
272,874,000.00
272,874,000.00
7,167,106,904.00
5,965,785,204.00
2,834,513,799,504.95
2,518,251,118,898.95
Jumlah Aset Tetap ASET LAINNYA
Built Operating Transfer (BOT) Jumlah Aset Lainnya JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
122
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
URAIAN
2011
2010
2
3
4
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
639,299,235.96
380,058,213.17
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
183,018,051.43
199,315,476.55
Utang jangka Pendek Lainnya
3,669,289,073.57
1,611,385,397.00
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
4,491,606,360.96
2,190,759,086.72
316,581,850.32
499,599,901.75
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang kepada Pemerintah Pusat Utang Jangka Panjang Lainnya
268,900,000.00
268,900,000.00
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
585,481,850.32
768,499,901.75
165,899,731,815.45
137,288,798,532.35
Ekuitas Dana Investasi
2,663,536,979,478.22
2,378,003,061,378.13
Jumlah Ekuitas Dana
2,829,436,711,293.67
2,515,291,859,910.48
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
2,834,513,799,504.95
2,518,251,118,898.95
EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN
RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011 (SETELAH KONVERSI) (AUDITAN) dalam Rupiah NO. URUT
URAIAN
1
123
2
ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2011
REALISASI 2011
REALISASI 2010
KET.
5
6
7
Rp
%
3
4
1
PENDAPATAN
1,272,583,652,677.00
1,311,473,547,855.47
103.06
1,095,628,887,559.93
1.1
Pendapatan Asli Daerah
203,416,683,768.00
226,723,271,088.47
111.46
163,056,459,137.93
1.1.1
Pendapatan Pajak Daerah
122,700,165,400.00
142,698,407,280.12
116.30
80,611,542,955.52
1.1.2
Pendapatan Retribusi Daerah
30,068,639,273.00
33,163,697,870.80
110.29
59,110,503,292.07
1.1.3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yg Dipisahkan
11,027,000,000.00
11,036,188,376.45
100.08
10,169,824,623.38
1.1.4
Lain-lain PAD yang Sah
39,620,879,095.00
39,824,977,561.10
100.52
13,164,588,266.96
1.2
Pendapatan Transfer
1,045,903,488,909.00
1,062,765,759,317.00
101.61
911,787,128,872.00
1.2.1
Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan
737,072,791,549.00
753,889,009,957.00
102.28
740,198,028,398.00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
124
1.2.1.1
Dana Bagi Hasil Pajak
1.2.1.2
Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)
60,104,485,406.00
76,228,591,902.00
126.83
104,361,867,117.00
2,397,343,143.00
3,089,385,055.00
128.87
2,667,969,281.00
1.2.1.3
Dana Alokasi Umum
631,920,663,000.00
631,920,733,000.00
100.00
563,320,892,000.00
1.2.1.4
Dana Alokasi Khusus
42,650,300,000.00
42,650,300,000.00
100.00
69,847,300,000.00
1.2.2
Transfer Pemerintah Pusat Lainnya
206,545,369,360.00
206,591,421,360.00
100.02
86,353,294,000.00
1.2.2.1
Dana Tunjangan Pendidikan
148,082,286,360.00
148,082,286,360.00
100.00
84,453,294,000.00
0.00
1,000,000,000.00
1.2.2.2
DPPIP
0.00
0.00
1.2.2.3
DPPIPD
3,983,760,000.00
3,983,760,000.00
100.00
900,000,000.00
1.2.2.4
Bosnas
54,479,323,000.00
54,525,375,000.00
100.08
0.00
1.2.3
Transfer Pemerintah Provinsi
102,285,328,000.00
102,285,328,000.00
100.00
85,235,806,474.00
1.2.3.1
Dana bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya
94,205,328,000.00
94,205,328,000.00
100.00
73,868,806,474.00
1.2.3.2
Bantuan Keuangan dari Prov. Atau Pemda Lainnya
8,080,000,000.00
8,080,000,000.00
100.00
11,367,000,000.00
1.3
Lain-lain Pendapatan yang Sah
23,263,480,000.00
21,984,517,450.00
94.50
20,785,299,550.00
1.3.1
Pendapatan Hibah
23,263,480,000.00
21,984,517,450.00
94.50
20,785,299,550.00
2
BELANJA
1,376,859,030,800.05
1,278,055,164,511.30
92.82
1,131,602,398,904.14
2.1
BELANJA OPERASI
1,189,606,875,415.05
1,142,118,624,078.58
96.01
989,131,133,924.33
2.1.1
Belanja Pegawai/Personalia
888,389,749,624.05
860,572,677,185.19
96.87
755,838,243,854.94
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
2.1.2
Belanja Barang
230,691,104,566.00
214,562,841,228.24
93.01
182,639,531,636.08
2.1.3
Belanja Bunga
144,000,000.00
61,570,548.15
42.76
77,980,369.31
2.1.5
Belanja Hibah
37,714,827,000.00
36,819,419,800.00
97.63
18,413,622,487.00
2.1.6
Belanja Bantuan Sosial
32,667,194,225.00
30,102,115,317.00
92.15
32,161,755,577.00
2.2
BELANJA MODAL
145,735,876,798.00
96,111,399,134.72
65.95
99,812,269,370.81
2.2.1
Belanja Tanah
17,278,259,400.00
16,552,702,227.00
95.80
69,802,625.00
2.2.2
Belanja Peralatan dan Mesin
33,352,626,626.00
12,745,728,259.00
38.22
25,939,878,319.00
2.2.3
Belanja Gedung dan Bangunan
39,501,347,430.00
25,008,806,786.65
63.31
31,751,996,688.81
2.2.4
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
43,837,087,977.00
41,563,390,374.07
94.81
29,450,357,528.00
2.2.5
Belanja Aset Tetap Lainnya
11,766,555,365.00
240,771,488.00
2.05
12,600,234,210.00
2.3
BELANJA TIDAK TERDUGA
1,004,281,320.00
489,223,000.00
48.71
4,404,090,314.00
2.3.1
Belanja Tidak Terduga
1,004,281,320.00
489,223,000.00
48.71
4,404,090,314.00
2.4
TRANSFER
40,511,997,267.00
39,335,918,298.00
97.10
38,254,905,295.00
2.4.1
Transfer bagi Hasil ke Desa
40,511,997,267.00
39,335,918,298.00
97.10
38,254,905,295.00
2.4.1.1
Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/Kab./Kota & Pemerintah Desa
19,693,062,267.00
19,693,062,267.00
100.00
19,528,558,295.00
2.4.1.2
Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/Kab./Kota & Pemerintah Desa
20,818,935,000.00
19,642,856,031.00
94.35
18,726,347,000.00
(104,275,378,123.05)
33,418,383,344.17
(32.05)
(35,973,511,344.21)
3
PEMBIAYAAN
3.1
Penerimaan Pembiayaan
3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Th Sebelumnya
111,413,378,123.05
111,413,870,267.05
100.00
164,125,626,539.66
Jumlah
111,413,378,123.05
111,413,870,267.05
100.00
164,125,626,539.66
7,000,000,000.00
6,000,000,000.00
85.71
10,500,000,000.00
138,000,000.00
137,744,928.40
99.82
137,744,928.40
0.00
0.00
0.00
6,100,500,000.00
7,138,000,000.00
6,137,744,928.40
99.99
16,738,244,928.40
104,275,378,123.05
105,276,125,338.65
100.96
147,387,381,611.26
0.00
138,694,508,682.82
0.00
111,413,870,267.05
Surplus/(Defisit)
3.2
Pengeluaran Pembiayaan
3.2.2
Penyertaan Modal
3.2.4
Pembayaran Pokok Utang
3.2.5
Pemberian Pinjaman Daerah (Penguatan Modal) Jumlah Pembiayaan Netto SiLPA
125
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Pemerintah Kabupaten Sleman
LAPORAN ARUS KAS Untuk tahun yang berakhir sampai dengan 31 desember 2011 dan 2010 (Setelah konversi) (Auditan) dalam Rupiah
NO.
126
URAIAN
2011
2010
2
3
4
1
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2
Arus Masuk Kas
3
PENDAPATAN ASLI DAERAH
4
Pendapatan Pajak Daerah
142,698,407,280.12
80,611,542,955.52
5
Pendapatan Retribusi Daerah
33,163,697,870.80
59,110,503,292.07
6
Pendapatan Bagian Laba Badan Usaha Daerah
11,036,188,376.45
10,169,824,623.38
7
Lain-lain Pendapatan
39,747,077,561.10
12,854,480,816.96
226,645,371,088.47
162,746,351,687.93
79,317,976,957.00
107,029,836,398.00
8
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
9
PENDAPATAN TRANSFER
10
PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
11
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
12
Dana Alokasi Umum
631,920,733,000.00
563,320,892,000.00
13
Dana Alokasi Khusus
42,650,300,000.00
69,847,300,000.00
14
Dana Tunjangan Pendidikan
148,082,286,360.00
84,453,294,000.00
16
Jumlah Pendapatan Dana Perimbangan dr Pem.Pusat
901,971,296,317.00
824,651,322,398.00
17
PENDAPATAN TRANSFER PEMERINTAH PROPINSI
18
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
94,205,328,000.00
73,868,806,474.00
19
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
8,080,000,000.00
11,367,000,000.00
20
Jumlah Pendapatan Bagi Hasil dari Propinsi
102,285,328,000.00
85,235,806,474.00
21
PENDAPATAN LAIN-LAIN YANG SAH
22
Pendapatan Hibah
21,984,517,450.00
20,785,299,550.00
23
Bosnas
54,525,375,000.00
0.00
24
DPPIP
0.00
1,000,000,000.00
25
DPPID
3,983,760,000.00
900,000,000.00
26
Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah
80,493,652,450.00
22,685,299,550.00
27
Jumlah Arus Masuk Kas
1,311,395,647,855.47
1,095,318,780,109.93
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
NO.
28
127
URAIAN
2011
2010
2
3
4
Arus Keluar Kas
29
Belanja Pegawai/Personalia
860,572,677,185.19
755,838,243,854.94
30
Belanja Barang
214,562,841,228.24
182,639,531,636.08
31
Belanja Bunga
61,570,548.15
77,980,369.31
32
Belanja Bantuan Sosial
30,102,115,317.00
32,161,755,577.00
33
Belanja Tidak Terduga
489,223,000.00
4,404,090,314.00
34
Belanja Hibah
36,819,419,800.00
18,413,622,487.00
35
Belanja Bagi Hasil kpd Pem. Prov/Kab/Desa
19,693,062,267.00
19,528,558,295.00
36
Pem. Prov/Kab/Desa Belanja Bantuan Keuangan
19,642,856,031.00
18,726,347,000.00
37
Jumlah Arus Keluar Kas
1,181,943,765,376.58
1,031,790,129,533.33
38
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
129,451,882,478.89
63,528,650,576.60
39
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
40
Arus Masuk Kas
41
Pendapatan dari Penjualan atas Gedung dan Bangunan
0.00
0.00
42
Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap
77,900,000.00
310,107,450.00
43
Pendapatan dari Penjualan Aset Lain
0.00
0.00
44
Jumlah Arus Masuk Kas
77,900,000.00
310,107,450.00
45
Arus Keluar Kas
46
Bangunan Dalam Pengerjaan
0.00
0.00
47
Belanja Tanah
16,552,702,227.00
69,802,625.00
48
Belanja Peralatan dan Mesin
12,745,728,259.00
25,939,878,319.00
49
Belanja Gedung dan angunan
25,008,806,786.65
31,751,996,688.81
50
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan
41,563,390,374.07
29,450,357,528.00
51
Belanja Aset Tetap Lainnya
240,771,488.00
12,600,234,210.00
52
Belanja Aset Lainnya
0.00
0.00
53
Mutasi Investasi Permanen
0.00
0.00
54
Biaya Dibayar di Muka
0.00
0.00
55
Jumlah Arus Keluar Kas
96,111,399,134.72
99,812,269,370.81
56
Arus Kas Bersih dari Akt Inv Non Keuangan
(96,033,499,134.72)
(99,502,161,920.81)
57
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
NO.
128
URAIAN
2011
2010
2
3
4
58
Arus Masuk Kas
59
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Th Sebelumnya
0.00
0.00
60
Penerimaan Kembali Pinjaman
0.00
0.00
61
Penerimaan Pajak Bencana
0.00
0.00
62
Jumlah Arus Masuk Kas
0.00
0.00
63
Arus Keluar Kas
64
Pembayaran Pokok Pinjaman
137,744,928.40
137,744,928.40
65
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
6,000,000,000.00
10,500,000,000.00
66
Pemberian Pinjaman daerah
0.00
6,100,500,000.00
67
Pengembalian PPh 21
0.00
0.00
68
Pembayaran Hutang Pajak Bencana
0.00
0.00
69
JPKM0.00
0.00
70
Restitusi Pajak
0.00
0.00
71
Jumlah Arus Keluar Kas
6,137,744,928.40
16,738,244,928.40
72
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
(6,137,744,928.40)
(16,738,244,928.40)
73
Arus Kas dari Aktivitas Non Anggaran
74
Arus Masuk Kas
75
Penerimaan PPh 21
12,711,179,461.00
10,217,690,756.00
76
Penerimaan Askes
8,912,841,871.80
8,039,169,859.00
77
Penerimaan Taperum
1,239,144,000.00
1,256,759,000.00
78
Penerimaan dana pensiun
35,625,881,019.20
32,131,350,878.40
79
Jumlah Arus Masuk Kas
58,489,046,352.00
51,644,970,493.40
80
Arus Keluar Kas
81
Pembayaran PPh 21
8,912,841,871.80
8,039,169,859.00
83
Pembayaran Askes
1,239,144,000.00
1,256,759,000.00
84
Pembayaran Taperum
35,625,881,019.20
32,131,350,878.40
85
Pembayaran dana pensiun
58,489,046,352.00
51,644,970,493.40
86
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran
0.00
0.00
87
Kenaikan/Penurunan Kas
27,280,638,415.77
(52,711,756,272.61)
88
Saldo Awal Kas
111,413,870,267.05
164,125,626,539.66
89
Saldo Akhir Kas (87+88)
138,694,508,682.82
111,413,870,267.05
90
Saldo akhir kas di Bendahara Pengeluaran-Utang Pajak Pusat
625,679,485.96
380,058,213.17
91
Saldo akhir kas di Bendahara Pengeluaran-Pajak Restoran
108,553,971.00
0.00
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
NO.
URAIAN
2011
2010
2
3
4
92
Saldo akhir kas kelebihan setor dana bergulir
13,619,750.00
0.00
93
Saldo akhir pada rekening SKPD-jasa giro
105,551,763.00
70,379,407.00
94
Saldo akhir kas di Bendahara Penerimaan
340,565,995.00
23,738,102.00
95
Saldo akhir kas di Jamkesmas Puskesmas
55,000.00
55,000.00
96
Saldo akhir kas di Penguatan Modal Kontribusi
0.00
59,382,950.00
97
Saldo akhir kas di Bendahara Dinkes
2,517,880.00
0.00
98
Saldo akhir kas (89 s/d 98)
139,891,052,527.78
111,947,483,939.22
Menkeu: Masalah Pengelolaan Keuangan Perlukan Peran APIP Tue, 27 Aug 2013 15:00:08 GMT | By MULA-ANTARA
Menkeu: Masalah Pengelolaan Keuangan Perlukan Peran APIP Jakarta (Antara) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan hampir semua permasalahan dalam pengelolaan keuangan negara memerlukan peran dan penanganan dari Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). “Permasalahan pengelolaan keuangan negara, tata kelola penganggaran yang belum baik dan penyerapan anggaran yang tidak optimal, harus menjadi tema pengawasan seluruh APIP pada 2013 dan seterusnya,” kata Chatib di Jakarta, Selasa. Chatib mengatakan itu pada Konferensi Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI) Tahun 2013 di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan. Dalam hal percepatan penyerapan anggaran, menurut Chatib, APIP dapat berperan memastikan bahwa seluruh unit kerja kementerian dan lembaga (K/L) dan pemda telah menyusun “disbursement plan” (rencana pencairan anggaran) dan “procurement plan” (rencana pengadaan), serta menjalankan rencana itu dengan disiplin. “Lebih baik lagi kalau APIP dapat menjalankan fungsi konsultasi. Misalnya, dengan menyiapkan `help desk` pengadaan barang dan jasa. Itu dapat mengamankan belanja modal dan barang yang mungkin akan rendah karena keraguan pejabat pengadaan dalam melaksanakan kegiatan,” ujarnya. Selain itu, kata dia, APIP dapat melakukan pengawasan secara lebih tepat waktu pada saat proses pengadaan barang dan jasa dilakukan. Menkeu mengatakan APIP pun harus bisa memastikan agar seluruh proses akuntansi dan pertanggungjawaban anggaran K/L dan pemda telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. 129
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
“APIP harus melakukan kajian atas Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga atau pemda yang dilaksanakan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan tersebut,” katanya. Tidak hanya itu, lanjutnya, APIP harus giat memberi konsultasi dan bimbingan bila menemukan aparat di unit operasional yang belum paham tugas dan fungsi dalam proses pertanggungjawaban anggaran. Menurut Menkeu, APIP juga selayaknya menjadi semacam “liaison officer” (perwira penghubung) bagi unit-unit operasional dalam menghadapi pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). “Hal ini penting untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan, karena sebagai sesama auditor, APIP akan lebih mudah memahami bahasa pemeriksaan yang disampaikan BPK,” tuturnya. Terkait reformasi birokrasi yang sedang dilakukan berbagai K/L dan pemda, Chatib meminta APIP berperan dalam mengawasi jalannya reformasi pada pemerintahan pusat agar dapat mencapai peningkatan pelayanan publik. Pengawasan itu, katanya, sangat penting karena dalam pelaksanaan proses reformasi birokrasi itu, pemerintah telah mengeluarkan belanja APBN. “Pengawasan harus dilakukan dengan baik. Jangan sampai uang negara sudah banyak dikeluarkan, tetapi pelayanan publik tidak membaik,” ujar Chatib.(tp) Source: http://id.berita.yahoo.com/menkeu-masalah-pengelolaan-keuangan-perlukan-peranapip-090008142.html
130
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Pentingnya Review Laporan Keuangan Daerah Oleh : Drs. Mardi, MM (Sekretaris Inspektorat Provinsi Sumbar) Salah satu bentuk kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat baik provinsi maupun kabupaten/ kota saat ini adalah me-review laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD), berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 33 ayat (3) menyatakan bahwa : Aparat Pengawasan Intern Pemerintah pada Kementrian Negara/ Lembaga/Pemerintah Daerah melakukan review atas Laporan Keuangan dan Kinerja dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang disajikan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/ Gubernur/Bupati/Walikota kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam pasal 8 dan pasal 11. Adapun pihak-pihak yang dimaksudkan dalam pasal 8 dan pasal 11 tersebut antara lain adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, antara lain menetapkan bahwa Laporan Keuangan pemerintah pada gilirannya harus diaudit oleh BPK sebelum disampaikan kepada pihak legislatif sesuai dengan kewenangannya. Pemeriksaan BPK dimaksud adalah dalam rangka memberikan pendapat (opini) sebagaimana diamanatkan oleh UndangUndang Nomor 15 Tahun 2004 Kata kunci yang patut digarisbawahi disini adalah meyakinkan keandalan informasi. Artinya adalah laporan keuangan yang begitu rumit menyangkut dengan angka-angka, penjelasan dan perhitungan yang begitu teknis dalam jumlah yang relatif besar, mustahil seorang kepala daerah (gubernur/bupati/ walikota) dapat meyakini sendiri bahwa semua transaksi keuangan tersebut telah dicatat dan disajikan secara benar sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005) tanpa dibantu oleh perangkatnya dalam hal ini adalah inspektorat. Dalam rangka memberikan keyakinan kepada kepala daerah itulah diperlukan inspektorat untuk melakukan review atas LKPD dimaksud. LKPD yang disampaikan kepada BPK tersebut oleh BPK akan dijadikan bahan/dokumen untuk melakukan pemeriksaan LKPD. Kemudian berdasarkan hasil pemeriksaannya, BPK harus memberikan pendapat (opini). Adapun opini yang diberikan adalah salah satu dari 4 macam opini yaitu : (1) Tidak Wajar; (2) Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer); (3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP); dan (4) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Opini yang terakhir ini merupakan opini yang sangat diharapkan oleh setiap pemerintah daerah maupun pusat. Kenapa ? Karena laporan keuangan yang dinilai WTP oleh BPK merupakan indikator bahwa pengelolaan keuangan telah dilakukan dengan transparan dan akuntabel, meskipun hal itu belum menjamin bahwa tidak adanya unsur tindak pidana korupsi atau perbuatan yang merugikan keuangan daerah/negara dalam pelaksanaannya. Atau dengan kata lain, indikasi perbuatan korupsi itu tetap ada meskipun laporan keuangannya mendapat opini WTP. Sampai saat ini belum banyak pemerintah daerah yang memperoleh opini WTP tersebut. Untuk laporan keuangan pemerintah daerah tahun 2007, dari 33 provinsi, hanya ada 1 provinsi yang berhasil meraih opini WTP, sedangkan dari Pemerintah Kabupaten/Kota, hanya 2 kota dan 1 kabupaten yang mendapat opini WTP tersebut, yaitu Provinsi Gorontalo, Kota Banjar, Kota Tangerang, dan Kabupaten Aceh Tengah.
131
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Review atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Review atas LKPD pemerintah provinsi dilakukan oleh inspektorat provinsi sedangkan LKPD pemerintah kabupaten/kota dilakukan oleh inspektorat kabupaten/kota. Dalam praktiknya, pelaksanaan kegiatan review seringkali memiliki persamaan dengan pelaksanaan kegiatan audit. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan pemahaman mengenai batasanbatasan yang membedakan antara kegiatan review dengan kegiatan audit. Berbeda dengan Audit, review tidak mencakup pengujian terhadap sistim pengendalian intern (SPI), catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan melalui perolehan bahan bukti, serta prosedur lainnya seperti yang dilaksanakan dalam suatu audit. Sebagai contoh, dalam hal pengadaan barang modal yang nilainya material, proses review hanya meyakinkan bahwa pengadaan barang telah dicatat dalam aktiva tetap, sedang dalam audit, harus dilakukan pengujian bahwa prosedur pengadaan barang tersebut telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perbedaan lain juga dapat dilihat berdasarkan tujuan Audit yaitu untuk memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan tujuan review hanya sebatas memberikan keyakinan mengenai akurasi, keandalan, keabsahan informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan. Review tidak mencakup suatu pengujian atas kebenaran substansi dokumen sumber seperti perjanjian kontrak pengadaan barang/jasa, bukti pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan prosedur lainnya yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah audit. Dengan demikian, jelaslah bahwa didalam review tidak akan mengemukakan temuan-temuan yang berindikasi kerugian daerah/negara atau masalah-masalah yang berkaitan dengan unsur tindak pidana korupsi, karena metodanya yang berbeda dengan metoda audit. Jadi sekali lagi dapat dikatakan bahwa proses review tidak sama dengan proses audit, demikian pula tujuannya juga tidak sama dan bentuk laporannya pun berbeda. Source: www.sumbarprov.go.id/read/99/12/14/59/738-tulisan.html
132
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Inspektorat Review Laporan Keuangan SKPD Jumat, 11 Mei 2012 - 13:52:10 WIB SELATPANJANG - Pihak Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini sedang melakukan review laporan keuangan bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan pemerintah kabupaten yang masih baru di Riau ini. Dimana, hal ini dilakukan sebelum dimulainya proses audit dari ke pihak BPK. ‘’Review yang dilakukan itu menyangkut soal neraca, realisasi keuangan, catatan laporan keuangan dan lainnya yang menyangkut masalah keuangan di seluruh SKPD yang ada. Laporan yang dilakukan ini dijalani secara berjenjang. Kemudian, selanjutnya seluruh hasil nantinya dihimpun di DPPKAD,’’ ungkap Kepala Inspektorat Kabupaten Kepulauan Meranti, Drs H Iqaruddin MSi, kepada MRNetwork, Jumat (11/5). Diharapkannya, manajemen laporan keuangan bagi masing-masing SKPD semakin membaik. Apalagi itu mengenai keberlangsungan kemajuan daerah yang tolak ukurnya berada di pemerintah daerah melalui peran seluruh Satker (satuan kerja) yang ada. ‘’Walaupun sebenarnya masih terdapat hambatan, seperti dari segi sumber daya manusia. Tetapi paling tidak untuk tahap sekarang, apalagi kita sebuah kabupaten yang baru sudah bisa menjalani proses laporan keuangannya dengan baik. Begitu juga dengan realisasi keuangan, agar bisa dijalani sesuai anggaran, terlebih harapan bersama. Sebab, melalui hal itu, kita berkeinginan kuat untuk bisa memperkuat daerah kita dari segala lini,’’ ucapnya. Source: http://www.halloriau.com/read-meranti-24312-2012-05-11-inspektorat-review-laporan-keuanganskpd.html
133
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
Kerja Kelompok: Role Play – RAPAT TERKAIT STRATEGI PENCAPAIAN OPINI WTP Tujuan: Para peserta belajar tentang perbedaan kepentingan Stakeholders dalam upaya mendapat opini WTP atas LKPD. Setelah dianalisis masalah-masalah yang mendasar di dalam kerja kelompok,sekarang Role Play berfokus pada solusi yang potensial. Peralatan: • 5 x 7 Instruksi untuk Role Play (Handout 4) • Latar belakang visualisasi “Rapat di Ruang Kerja Bupati” Waktu: 15 menit (membaca dan persiapan) 15 menit (memainkan peran masing-masing) 20 menit (diskusi pleno) Prosedur: 1. Bagilah peserta menjadi lima kelompok dengan menulis nama dan gelar para stakeholders pada flipchart dan membiarkan peserta memilih kelompok mana yang mereka ingin bergabung 2. Jelaskan tujuh peran yang berbeda dan situasi yang ada: Kabupaten Melawi masih mendapat opini TW untuk LHP 2012. 3. Tujuan dari rapat: Memikirkan strategi, bagaimana solusi efektif untuk memperoleh opini WTP, kesepakatan antara semua aktor yang terlibat pada beberapa tindakan nyata supaya masalah yang sama tidak akan terjadi lagi di tahun ini dan di tahun-tahun selanjutnya 4. Setiap kelompok menerima salinan instruksi peranan untuk setiap actor 5. Peserta membaca instruksi dan mempersiapkan penampilan mereka dan strategi yang digunakan pada diskusi di pertemuan tersebut 6. Setiap kelompok memilih satu wakil sebagai aktor dalam memainkan peran 7. Mintalah pengamat untuk berpikir tentang pertanyaan: • •
Bagaimana anda akan bertindak dalam situasi di Kabupaten Anda? bagaimana menangani polemik antara stakeholders selama proses pengambilan keputusan?
Catatan untuk Pelatih: Pelatih harus menanyai si aktor pertanyaan tentang: • • • • 134
Bagaimana perasaan anda mengenai peranan yang anda perani? Apa masalah utama yang anda temukan dalam diskusi dengan para stakeholders lain? Pelatih harus bertanya kepada para pengamat (yang tidak memainkan peranan): Apa hasil dari yang mereka amati dan apa inti masalah yang ada?
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Lampiran – Lampiran
DISKUSI PLENO – PELAJARAN YANG DIAMBIL DARI KASUS MELAWI Tujuan: Dalam dialog antara pelatih dan peserta pelajaran yang diambil dari Kasus Bulukumba dirangkum dalam sebuah diskusi. Kesimpulan tersebut dapat ditransfer ke konteks yang sama pada daerah asal para peserta. Peralatan: • 1 Pin board • Content Cards besar dengan pelajaran yang diambil Waktu: 5 menit persiapan secara berpasangan 20 menit diskusi pleno Prosedur: 1. Para Trainer menyampaikan topik dari hasil pembahasan akhir tentang “pelajaran yang didapat” 2. Para peserta akan memiliki 5 menit untuk membahas secara berpasangan, melihat kembali pada hasil akhir kelompok kerja, perpustakaan, ruang seminar, dll. 3. Dalam diskusi pleno, peserta diharapkandapat mengaplikasikannya pada konteks yang lebih luas sesuai dengan daerah asal mereka masingmasing 4. Fasilitator telah mempersiapkan sebelumnya kartu-kartu berwarna dengan pelajaran yang dapat diambil dan menyematkannya di papan tulis segera setelah seorang peserta menyebutkan salah satunya (atau dapat menuliskannya pada whiteboard) 5. Jika muncul hasil yang baru, fasilitator akan menuliskannya pada kartu berwarna dan menyematkannya juga di pin board (menuliskannya pada whiteboard). Masukan Trainer: Para Pelatih harus menekankan (jika tidak dilakukan oleh kelompok): 1. Meningkatkan kualitas laporan keuangan bukanlah pekerjaan ‘bandung bondowoso’ dan merupakan kerja seluruh elemen pemerintahan daerah 2. Perlu kesinambungan upaya yang dilakukan dengan dukungan stakeholders THINGS TO BE CONSIDERED Apabila waktu masih memungkinkan, lakukan pemilihan ‘most favourite actor’ dalam Role Play
135
PANDUAN BAGI PELATIH AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan