GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL PADA KELOMPOK HOMOSEKSUALITAS YANG BERESIKO MENULARKAN HIV/AIDS DI YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh: AHMAD MUSLIMIN 20120320109
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
1
Description of Sexual Behavior Among Homosexuality Group Risked to HIV/AIDS Infection in Yogyakarta Gambaran Perilaku Seksual pada Kelompok Homoseksualitas yang Beresiko Menularkan HIV/AIDS di Yogyakarta Ahmad Muslimin1, Nur Azizah Indriastuti2 1 Mahasiswa, 2Dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta email:
[email protected]
Abstract Homosexual is a risk factor for transmission of HIV / AIDS, this is due to sexual behavior in homosexual groups have an important role in the transmission of HIV/ AIDS, such as not using a condom, anal sex, oral sex and changing partners. This study aimed to describe homosexuality sexual behavior in groups who has risk of transmitting HIV / AIDS in Yogyakarta. This research was descriptive quantitative descriptive survey design. The sample in this study were 78 respondents were using accidental sampling technique. Data were analyzed using univariate. These results indicated that the majority of homosexuality attain the age of 1725 years (53.8%), High School education background (60.3%), already circumcised (96.2%). The majority of homosexuals sometimes do risky sexual behavior, such as sexual intercourse more than one person / threesomes (52.6%), the use of condoms (50%), anal sex (53.8%), releasing the sperm inside the anus (52 , 6%), oral sex (47.4%), releasing the sperm into the mouth (51.6%), alternately insert a finger into the anus, the respondents (51.3%) and their partners (50%), rimming the respondents have never (51.3%) and her partner could sometimes (62.8%), interfemoral coitus, the respondents (53.8%) and her partner (52.6%). Sexual behavior in homosexual groups in Yogyakarta classified as at risk of transmitting HIV / AIDS. Keywords: Sexual Behaviour, Homosexuality, HIV/AIDS
2
Abstrak Homoseksual merupakan salah satu faktor resiko penularan HIV/AIDS, hal ini dikarenakan perilaku seksual pada kelompok homoseksual mempunyai peranan penting dalam penularan HIV/AIDS, seperti tidak menggunakan kondom, anal seks, oral seks dan bergonta-ganti pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pada kelompok homoseksualitas yang beresiko menularkan HIV/AIDS di Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan survey deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 78 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling. Analisa data menggunakan univariat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas kelompok homoseksualitas usia 17-25 tahun (53,8%), pendidikan terakhir SMA (60,3%), sudah disirkumsisi (96,2%). Mayoritas kelompok homoseksual kadang-kadang melakukan perilaku seksual beresiko, yaitu melakukan hubungan seksual lebih dari satu orang/thereesome (52,6%), penggunaan kondom (50%), seksual anal (53,8%), mengeluarkan sperma didalam anus (52,6%), seksual oral (47,4%), mengeluarkan sperma didalam mulut (51,6%), bergantian memasukan jari ke anus, responden (51,3%) dan pasanganya (50%), rimming pada responden tidak pernah (51,3%) dan pasanganya kadangkadang (62,8%), interfemoral coitus, responden (53,8%) dan pasanganya (52,6%). Perilaku seksual pada kelompok homoseksual di Yogyakarta tergolong beresiko menularkan HIV/AIDS. Kata kunci: Perilaku seksual, Homoseksualitas, HIV/AIDS
satu
PENDAHULUAN Epidemi immunodeficiency
human
negara
peningkatan
yang epidemik
mengalami HIV/AIDS
virus/azquired
paling besar di dunia. Berdasarkan
syindrome
laporan Ditjen PP dan Pl Kemenkes RI
(HIV/AIDS) merupakan salah satu
hingga saat ini perkembangan penyakit
masalah kesehatan masyarakat utama
HIV/AIDS
di dunia. Indonesia merupakan salah
ditemukan kasusnya bila dibandingkan
immune
deficiency
kedepanya
akan
terus
3
dengan Asia Timur dan pasifik, sering
lebih banyak diidentifikasikan oleh
dengan semakin banyak layanan yang
laki-laki
dapat
HIV/AIDS
teridentifikasi di Asia Afrika Pasifik
Faktor-faktor
yang mengalami peningkatan yang
mendeteksi
(Kemenkes,
2013).
homoseksualitas.
ini
resiko penularan HIV/AIDS sangat
cepat.
beragam, ditunjukan dengan adanya
Kementirian Kesehatan 2012 estimasi
perilaku seksual dan hubungan dengan
populasi homoseksualitas di Indonesia
partner seks yang tidak memakai
mencapai 1.095.970 orang dan di
kondom. Penularan virus HIV melalui
Yogyakarta sendiri mencapai 8.443
beberapa cara, antara lain melalui
orang.
cairan tubuh seperti darah, cairan
Biologi dan Perilaku (STBP) 2013 dari
genitalia dan ASI.
kelompok
Dari laporan Kemenkes 2014
Berdasarkan
Hal
menurut
Indonesia
Laporan
Survei
Terpadu
homoseksualitas
di
yang positif HIV/AIDS
cara penularan HIV/AIDS kumulatif
mencapai 12,8%. Di Yogyakarta tahun
yang
adalah
2011 dan tahun 2013 menunjukan
heteroseksualitas (61,5%), penggunaan
adanya peningkatan prevalensi HIV
narkoba
pada populasi homoseksualitas, yaitu
dilaporkan
jarum
suntik
(15,2%),
homoseksualitas (2,4%), biseksualitas (0,6%), perinatal (0,3%), transfusi
sebesar 7,9% menjadi 20,3%. Tang
dan
Soi
(2008)
darah (0,2%), dan tidak diketahui
melaporkan bahwa homoseksualitas di
(17,1%).
Asia 19 kali lebih mungkin tertular
Pada
awal
epidemi
HIV/AIDS diketahui, penyakit
ini
HIV dari pada bukan homoseksualitas.
4
Ada proyekdi yang mengatakan bahwa
mempedulikan
sekitar 50% dari kasus baru infeksi
padahal sebagian dari mereka pernah
HIV
dibekali pendidikan kesehatan (Ditjen
pada
2020
disebabkan
di
Asia
oleh
homoseksualitas. memperlihatkan
kaum
Keadaan
ini
yang
aman,
PP & PL Kemenkes RI, 2011). METODE PENELITIAN
perilaku
Penelitian ini adalah penelitian
dikalangan
kuantitatif. Metode yang digunakan
homoseksualitas mempunyai peranan
deskriptif survey. Populasi penelitian
penting
ini
seksualitas
bahawa
akan
seks
beresiko
dalam
proses
penularan
HIV/AIDS (Loretsz dkk, 2007). Homoseksualitas
adalah
berada
di
homoseksualitas Yogyakarta.
yang Metode
merupakan
pengambilan sampel dilakukan dengan
kelompok dengan presentase tertinggi
metode accidental sampling. Sampel
(2,5%) dari kasus yang terdiri dari 555
dalam
kasus HIV dan 56 kasus AIDS, yang
homoseksualitas yang bergabung di
berhubungan dengan banyak padangan
Yayasan Vesta Indonesia dan bersedia
dan beresiko tertular HIV/AID. Hal ini
menjadi responden.
disebabkan homoseksualitas
karena yang
jaringan luas
dan
penelitan
Variabel
ini
yang
adalah
digunakan
adalah variabel tunggal yaitu perilaku
terselubung sehingga menyebabkan
seksual
pada
kelompok
jangkauan terhadap homoseksualitas
homoseksualitas
saat ini masih kurang. Selain itu
menularkan
sedikit dari komunitas tersebut yang
yang digunakan adalah kuesioner yang
yang
beresiko
HIV/AIDS.
Instrumen
5
berisi data demografi responden dan
Pengambilan data penelitian dilakukan
perilaku seksual dengan jumlah 14
dengan
butir pertanyaan yang terdiri dari
mengisi
pertanyaan favorable dan unfavorable.
dipersiapkan.
cara
meminta
kuesioner
responden
yang
telah
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi frekuensi data demografi homoseksualitas (n=78) Karakteristik Responden Usia Remaja Akhir (17-25) Dewasa Awal (26-35) Dewasa Akhir (36-45) Lansia Awal (46-55) Lansia Akhir (56-65) Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Diploma Sarjana Magister Sirkumsisi Sudah Belum
Frekuensi
%
42 29 6 0 1
53,8 37,1 7,8 0 1,3
2 2 47 8 18 1
2,6 2,6 60,3 10,3 23,1 1,3
75 3
96,2 3,8
Dari hasil penelitian ini usia
dalam penelitian ini berusia 27 tahun,
paling banyak terdapat pada kelompok
dimana usia tersebut masuk pada
usia remaja akhir yaitu 17-25 tahun
rentang masa usia produktif (Samadi,
(53,8%). Terendah responden adalah
2006).
17 tahun, dengan usia tertinggi 59
aktivitas yang tinggi pada usia ini
tahun dengan rata-rata usia responden
membuat
Hal ini dikaitkan dengan
banyak
usia
produktif
6
melakukan perilaku seksual beresiko
sederajad yaitu 60,3%. Hal ini sesuai
(Sufa, 2013). Menurut hasil penelitian
dengan laporan dari STBP
Winarsih (2014) pada usia remaja
kelompok beresiko tahun 2013 yang
akhir banyak pengalaman yang muncul
menyatakan
mengenai perilaku seksual, hal itu
berpendidikan
dikarenakan rasa
ingin tahu dan
SMA/sederajad. Menurut Notoadmojo
lingkungan.
(2007) dengan pendidikan yang cukup
pengaruh
besar terakhir
Homoseksualitas banyak ditemukan di
baik
kalangan
atau
perkembangan dan perubahan kearah
mahasiswa karena pada usia muda
yang lebih dewasa, lebih baik dan
tersebut mereka lebih sering bertemu
matang
di klub malam, karaoke, sauna, tempat
ataupun masyarakat. Pada tingkat ini
seks
seharusnya seseorang sudah dapat
muda
dan pelajar
komersial,
kencan
melalui
terjadi
sebagian
pada
pada
proses
individu,
internet maupun telepon genggam, dan
memahami
tempat-tempat seperti kolam renang,
penyakit HIV/AIDS.
tempat olahraga dan fitness, maupun
pertumbuhan,
informasi
kelompok
mengenai
Dari hasil penelitian 75 orang
toilet (Asia Pacific Coalition on Male
(69,2%)
Sexual Health, 2010).
sunat/sirkumsisi. Sunat atau sirkumsisi
Dari
hasil
penelitian
sering
telah
dilakukan
melakukan
oleh
masyarakat
didapatkan sebagian besar responden
bukan hanya sekedar alasan agama,
adalah berpendidikan terakhir Sekolah
tetapi juga karena alasan kesehatan.
Menengah
Mengingat
Keatas
(SMA)
atau
sirkumsisi
berkaitan
7
dengan penularan HIV/AIDS sesuai
melihat prevalensi HIV yang tinggi
dengan
yang
dan rendahnya tingkat sunat pada laki-
laki-laki
laki. Empat belas negara di Afrika
mengurangi resiko penularan HIV
timur dan selatan dengan ini telah
sekitar
memulai program untuk memperluas
WHO
menjelaskan
dikatakan
(2013) sunat
60%.
Secara
bahwa
menguntungkan
medispun
sunat
sunat
laki-laki.
Sunat
lak-laki
kesehatan
memberikan perlindungan terhadap
(Harsono dkk, 2011). Sejak 2007,
HIV serta infeksi seksual lainya. Hal
WHO
telah
ini harus dipertimbangkan sebagai dari
merekomendasikan sunat bagi laki-laki
paket komprehensif pencegahan HIV
sukarela medis sebagai strategi penting
(WHO, 2013).
dan
tambahan untuk
bagi
sangat
UNAIDS
pencegahab
HIV
Tabel 2. Gambaran perilaku seksualitas pada kelompok homoseksualitas (n=78) Hasil Melakukan hubungan seksual dengan lebih satu orang atau thereesome Kadang –kadang Tidak pernah Penggunaan kondom Tidak pernah Kadang-kadang Selalu Seks anal Selalu Kadang-kadang Tidak pernah
Frekuensi
%
41 37
52,6 47,4
7 39 32
9,0 50,0 41,0
23 42 13
29,5 53,8 16,7
8
Mengeluarkan sperma didalam anus selalu Kadang-kadang Tidak pernah Seksual oral Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Mengeluarkan sperma didalam mulut Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Bergantian memasukkan jari ke anus (responden) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Bergantian memasukkan jari ke anus (pasanganya) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Oral anal/Rimming (responden) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Oral anal/Rimming (pasanganya) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Interfemoral coitus (responden) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Interfemoral coitus (pasanganya) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Saling bergantian alat bantu (responden) Selalu
6 41 31
7,7 52,6 39,7
27 37 14
34,6 47,4 17,9
1 40 37
1,3 51,3 47,4
1 40 37
1,3 51,3 47,4
1 39 38
1,3 50,0 48,7
3 35 40
5,1 62,8 32,1
4 49 25
5,1 62,8 32,1
2 42 34
2,6 53,8 43,6
4 41 33
5,1 52,6 42,3
2
2,6
9
Kadang-kadang Tidak pernah Saling bergantian alat bantu (pasanganya) Selalu Kadang-kadang Tidak pernah Mayoritas responden dalam
7 69
9,0 88,5
2 7 69 banyak
dari
2,6 9,0 88,5 homoseksualitas
penelitian ini melakukan hubungan
melakukan perilaku seksual dengan
seksual dengan lebih satu orang atau
bergonta-ganti
threesome (52,6%)
dan mayoritas
banyak yang ditemukan terinfeksi
menggunakan kondom (50%). Hal ini
HIV. Menurut (Kemenkes RI, 2011)
menunjukkan bahwa sebagian orang
Jika salah satu dari pasangan seks
pernah melakukan perilaku resiko
terinfeksi HIV, maka virus tersebut
tersebut. Penelitian Laksana & Lestari
akan membawa dalam cairan mani
(2013) menjelaskan bahwa seorang
(sperma). Terlebih lagi bila pada organ
homoseksualitas
seks terdapat luka sehingga dengan
memiliki
sebagian
besar
lebih dari satu pasangan
hubungan seks dan bergonta-ganti
mudah
dapat
pasangan
menularkan
Hasil
pasangan seks. Hal ini sejalan pada
menunjukkan
bahwa
penelitian
homoseksual
mayoritas
(2013)
bahwa
ke
pasanganya.
pasangan dengan rata-rata memili 6-7
Firdaus
sehingga
penelitian
ini laki-laki tidak
kelomok homoseksualitas cenderung
menggunakan kondom saat melakukan
memilki
seks.
hubungan seksual yaitu 50%. Menurut
Menurut hasil penelitian Sudin (2015)
Komisi Penanggulangan AIDS (2010)
banyak
pasangan
10
dari
266
homoseksualitas
menggunakan
kondom
yang secara
pasanganya seksnya bahwa dirinya sangat
spesial sehingga
hubungan
konsisten baru sebanyak 97 orang atau
seksual lebih nikmat dilakukan tanpa
sebesar 36%. Hal ini sejalan pada
kondom.
penelitian Laksana & Lestari (2013) pada
kelompok
homoseksualitas
Rendahnya
pemakaian
kondom dapat meningkatkan resiko
penggunaan kondom masih cenderung
penularan
rendah,
penelitian
yang
National
Institut
yaitu
Berdasarkan
sebesar
penelitian
50%. Maurice
HIV/AIDS.
Berdasarkan
dilakukan of
oleh Health
Kwong-Lai et al. (2011) menunjukan
bekerjasama dengan badan PBB yang
43% pria yang sering melakukan
mengurusi AIDS, pemakaian kondom
seksual secara anal sama sekali tidak
yang
menggunakan
ini
menurunkan resiko terkena HIV/AIDS
dikarenakan mengira pasangan seksual
hingga 85%. Mayoritas responden
mereka sehat dan bebas dari penyakit.
dalam penelitian ini kadang-kadang
Hal ini seperti hasil penelitian oleh
menggunakan
Malonzo
berhubungan seksualitas.
kondom,
(2012),
mengungkapkan homoseksualitas dengan
cara
kebutuhan
dan
sehingga
yang
benar
dan
konsisten
kondom
dapat
ketika Sedangkan
bahwa
penurunan HIV melalui pertukaran
senang
cairan tubuh yang dapat terjadi ketika
mengekspresikan
melakukan hubungan seksual dapat
merasa
hasrat
menunjukan
seksualnya kepada
dicegah dengan menggunakan alat kontrasepsi
seperti
kondom
11
(AidsMeds,
2012).
Namun ketika
(KPA, 2012). Menurut Wahyuningsih
digunakan dengan benar dalam setiap
(2012) Perilaku berhubungan secara
hubungan seksual, kondom adalah
anal sangat beresiko terinfeksi HIV.
sarana terbukti mencegah infeksi HIV.
Anus tidak dirancang untuk melakukan
Namun, terlepas dari itu, tidak ada
seks, melainkan merupakan saluran
pelindung yang 100% efektif (WHO,
pembuangan kotoran manusia. Selain
2013).
itu, anus tidak seperti organ reproduksi Dari penelitian
ini
banyak
wanita
atau
vagina
yang
dapat
responden mayoritas melakukan anal
melubrikasi (melumasi) saat merasa
seks, baik melakukan anal sebagai
terangsang. Melakukan hubungan seks
pelaku atau penerima dan melakukan
melalui anal beresiko terjadinya luka
anal dengan mengeluarkan sperma di
atau lecet pada jaringan anus karena
dalam anus. Menjadi pelaku atau
struktur
penerima selama berhubungan anal
dibanding
seks berkaitan dengan resiko tinggi
mudah bagi virus HIV untuk masuk
infeksi HIV/AIDS (AidsMeds, 2012).
kedalam darah.
Berdasarkan hasil penelitian Laksana
anus
yang
vagina
Sebagian
lebih
ketat
sehingga
akan
besar
responden
& Lestari (2010) sebanyak 72%
melakuan hubungan seks oral (47,4%)
homoseksualitas melakukan anal seks.
baik sebagai pelaku atau penerima,
Tetapi dalam melakukan anal seks
namun kebanyakan ahli sepakat bahwa
penerima anal seks jauh lebih tinggi
seks oral bukan merupakan perilaku
resikonya dibanding dengan pelaku
yang beresiko tinggi menularkan HIV,
12
pernyataan tersebut berdasarkan hasil
mulut penerima dan terjadi kerusakan
penelitian Dwilaksono & Rahardjo
pada jaringan dalam mulut misalnya
(2014)
gusi
mengungkapkan
bahawa
fellatio (oral seks) memiliki tingkat resiko
rendah
terhadap
berdarah akan meningkatkan
resiko penularan HIV dari seks oral.
penularan
Pelaku
seksual
aktif
pada
HIV/AIDS di banding dengan anal
perilaku seksual melakukan seksual
seks. Hal tersebut seperti diungkap
dengan memasukan jari ke anus
oleh Kumala (2007) bahwa resiko
pasangan
penularan HIV/AIDS dari pasangan
baik pelaku (51,3%) ataupun penerima
yang terinfeksi melalui oral seks jauh
(50%). Berdasarkan hasil penelitian
lebih kecil dibandingkan dengan anal,
Sudin (2015) homoseksual melakukan
selain
itu
oral
melakukannya
juga
tidak
hubungan seks dengan memasukkan
sakit
saat
jari ke anus pasanganya agar anus
berhubungan anal seks. Pernyataan
dibuat rileks dulu sebelum melakukan
tersebut
anal, karena jika langsung dimasukkan
menimbulkan
seks
mayoritas
rasa
diperkuat
dari penjelasan
AidsMeds (2012) yang menyatakan
akan
bahwa oral seks dapat berpotensi
dengan
penularan virus HIV jika terdapat luka
kemudian dengan menggunakan dua
terbuka
jari.
perantara
di
mulut penulaan
yang virus
menjadi HIV.
terasa
kesakitan.
menggunakan
Hal
ini
Awalnya satu
beresiko
jari
tertular
HIV/AIDS apabila tanganya ada luka
Ejakulasi (mengeluarkan air mani)
atau
kukunya
panjang
yang
pada orang yang terkena HIV melalui
mengakibatkan anusnya lecet. Menurut
13
AidsMed (2012) menjelaskan faktanya
anal/rimming hanya sebagai variasi
sampai sekarang belum pernah ada
seks.
kasus penularan HIV melalui fingering
Dalam hasil penelitian yang
(memasukkan jari keanus/ merangsang
diperoleh peneliti mayoritas responden
dengan jari).
kadang-kadang
Pelaku seksual dengan cara oral-anal/rimming
ini
adalah
perilaku
pernah
seksualitas
melakukan
dengan
cara
menggesek-gesekkan penis diantara
responden (pelaku) dan pasanganya.
dua paha/interfemoral
Namun sebagian besar responden tidak
pelaku atau penerima. Interfemoral
pernah
(51,3%),
coitus sendiri memanipulasi penis dan
pernah
zakar diantara dua paha atau alat
melakukanya
sedangkan
mayoritas
baik
melakukan (62,8%) oral-anal/rimming.
kelamin
Alasan homoseksualitas melakukan
Perilaku tersebut bisa menyebabkan
seks oral-anal/rimming adalah untuk
luka pada kemaluan atau bagian yang
memperoleh variasi dan kenikmatan,
mengunakan percing atau tindik yang
tetapi sampe saat ini belum ada yang
menjadi
menyatakan
(Kartono, 2009). Berdasarkan hasil
adanaya
penularan
kemaluan
coitus
jalan
pasanganya.
masuk
HIV/AIDS memalui perilaku oral-
penelitian
anal/rimming (Kartono, 2009). Hal itu
interfemoral
di kuatkan dari penelitian Sudin (2015)
apabila ada luka akibat gesekan.
bahawa
hubungan
seks
oral-
Sudin
HIV/AIDS
coitus
(2015) akan
bahwa beresiko
Hampir semua responden tidak pernah melakukan saling bertukar alat
14
bantu
seks
(vibrator)
ketika
perilaku
seksual
pada
kelompok
yang
beresiko
berhubungan seks. Saling bertukar alat
homoseksualitas
bantu seks ketika berhubungan seks
menularkaan
akan beresiko meularkan HIV/AIDS,
Yogyakarta, maka dapat disimpulkan
karena pada perilaku tersebut akan
perilaku
mengakibatkan
homoseksualitas
resiko
abrasi
atau
seksual
pengikisan pada dinding anus, hal itu
tergolong
dapat menjadi jalan masuk virus HIV.
HIV/AIDS.
Meski HIV tidak bisa bertahan lama hidup di luar tubuh manusia, tetapi penularan melalui vibrator atau alat bantu lainya tetap ada resikonya (Kartono, 2009). Berdasarkan hasil penelitian
Sudin
(2015)
bahwa
homoseksualitas jarang memakai alat bantu
ketika
berhubungan
seks,
dikarenakan ada pasanganya yang sudah memiliki alat kelamin untuk memuaskan dirinya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dari 78 responden mengenai gambaran
HIV/AIDS
pada
di
kelompok
di
Yogyakarta
beresiko
menularkan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, ada beberapa saran yang ingin disampaikan oleh peneliti, yaitu : 1. Pihak Yayasan Vesta Indonesia Bagi Yayasan Vesta Indonesia diharapkan
memberikan
pengetahuan terhadap kelompok homoseksualitas penularan
dan
terkait dampak
HIV/AIDS secara kontinyu.
bahaya dari
15
2. Responden
b. Mengeksplor
Diharapkan mencari
responden
informasi
HIV/AIDS
dan
terkait
menghindari
perilaku yang beresiko terhadap penularan HIV/AIDS dengan cara aktif dalam kegiatan yang positif
terkait
lebih
perilaku
dalam
seksualitas
pada
kelompok
homoseksualitas
dengan
metode kualitatif. DAFTAR PUSTAKA AidsMeds.
(2012).
How
is
HIV
seperti mengikuti seminar terkait
Transmitted?. Diakses 7 Februari
HIV/AIDS.
2016,
3. Keperawatan/Tenaga Kesehatan
dari
http://www.aidsmeds.com
Melakukan VCT secara berkala
APCOM. (2010). Addresing the Needs
kepada kelompok homoseksualitas
of Young Men Who Have Sex
untuk
with Men. APCOM Policy Brief.
mengetahui
status
HIV
secara dini.
4:1-4
4. Peneliti Selanjutnya a. Menganalisis terkait
Direktoral lebih
perilaku
pada homoseksualitas
detail
seksualitas kelompok dan
menggabungkan antar variabel.
Jendral
Pengendalia
dan
Penyehatan
Penyakit Lingkungan
Kementrian
Kesehatan RI (Dirjen PP & PL RI).
(2011).
Statistik
Kasus
HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Direktoral Jendral
16
Pengendalia
Penyakit
Penyehatan
dan
Condom Use Among Marriend
Lingkungan
Women at Risk FOR sexually
Kementrian Kesehatan RI Direktorat
Transmittes Infection and HIV in
Jendral
Pengendalian
Rural China. International Jurnal
&
Penyehatan
of Gynecology &Obstetrics, Vol
Kementrian
106, pp. 262-265
Penyakit Lingkungan
Kesehatan RI. (2014). Laporan
Harsono., Suwarni, A & Murtutik, L.
Survey Terpadu Biologi dan
(2011). Perbedaan Penyembuhan
Perilaku
2013.
Luka post Sirkumsisi Dengan
Kementrian Kesehatan Republik
Metode Elektro Counter Dan
Indonesia
Metode
(STBP)
Dwilaksono,W. Rahardjo, W. (2014). Kontrol
Diri
dan
Seksual
Primisif
Perilaku
pada
Gay.
Konvesional
Pada
Pasien Sirkumsisi Di Poliklinik Morodadi Boyolali. Diakses pada 9
Juni
2016
dari
Diakses pada 16 juli 2016, dari
http;//www.jurnal/usahidsolo.ac.i
file:///C:/Users/acer/Downloads/
d
Kontrol%20Diri%20dan%20Peri
Kartono, Kartini. (2009). Psikologi
laku%20Seksual%20Permisif%2
Abnormal
0pada%20Gay%20(2013)%20(2)
Seksual. Bandung: CV Mandar
.pdf
Maju
Hang Hong., Liang-Hong Li., GuoPing Ji & Dong Ye. (2009).
dan
Abnormalitas
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). (2012).
Info
HIV/AIDS.
17
Diakses 10 Oktober 2015, dari
-hiv-aids/1002/
http://aidsyogya.or.id/2015/data Laksana & Lestari. (2013). Kontrol Diri
dan
Perilaku
Seksual
Permisif pada Gay. Diakses 26 September
2015,
dari
/digilib/files/disk1/411/--sudin20522-1-15-sudin-).pdf Sufa, I. G. (2013). 70 Persen Kasus HIV
Baru
Diderita
Usia
http://wahyu_r.staff.gunadarma.a
Produktif. Diakses Juni 2016,
c.id
dari
Sudin.
(2015).
Berisiko
Perilaku Antara
Berhubungan
Seksual Laki-Laki
013/10/28/078525282/70-Persen-
dengan
Kasus-HIV-Baru-Dideritas-Usia-
Seks
Sejenis (LSL)Terkait Penyebaran HIV
Dan
AIDS
http:www.tempo.co/read/news/2
di
Kota
Produktif. WHO. (2013). HIV/AIDS. Diakses
Makassar. Diakses pada 16 juni
pada
2016,
http;//www.who.int/features/qa/7
dari
http://repository.unhas.ac.id:4001
1/en
9
juni
2013,
dari