GAMBARAN KONSEP DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT GRHASIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : MAMAT SUPRI ROHMAT 090201122
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2011
HALAMAN PERSETUJUAN
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT GRHASIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : MAMAT SUPRI ROHMAT 090201122
Diajukan Guna Melengkap Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners – Program Studi Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta
Oleh: Pembimbing : Warsiti, S.Kp. M.Kep., Sp.Mat. Tanggal
:
Tanda tangan :
Juli 2011
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH SAKIT GRHASIA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 1 Mamat Supri Rohmat 2 , Warsiti 3 INTISARI Latar Belakang: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sering mengalami kesulitan dalam menghadapi kenyataan akan kondisi mereka. Saat ini orang dengan seropositif terhadap antibodi HIV mulai menunjukkan gejala yang nyata, mereka memperlihatkan adanya tekanan psikologis dan sosial berkaitan dengan HIV/AIDS. Reaksi yang pertama muncul setelah penderita didiagnosa terinfeksi HIV adalah kaget, tidak percaya, gusar, kemudian setelah timbul beberapa gejala terminal, orang dengan HIV/AIDS menjadi mati rasa, frustasi, sedih, dan depresi Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum konsep diri pada orang dengan HIV/AIDS di RS Grhasia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang sudah terdiagnosa HIV/AIDS. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan digunakan tape recorder untuk merekam hasil wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan “qualitative content analysis”. Hasil penelitian dan kesimpulan: Orang yang terdiagnosa HIV/AIDS putus asa saat pertama kali terdiagnosa HIV namun saat ini lebih siap dalam menjalani kehidupan sebagai orang yang menyandang HIV/AIDS dibandingkan dengan ketika pertama kali mengetahui terdiagnosa HIV/AIDS, dihantui perasaan khawatir dan was-was terhadap keadaan dirinya, selektif dalam mengungkapkan keadaan sakitnya kepada orang lain, jarang beraktivitas bersama-sama dengan masyarakat di sekitarnya dan terhambat cita-citanya. Saran : Masyarakat pada umumnya agar memberikan dukungan sosial pada orang dengan HIV/AIDS dengan tidak mengucilkan orang yang menderita AIDS.
Kata kunci : Konsep Diri, HIV/AIDS Kepustakaan : 14 buku (2002 – 2008), 4 internet Jumlah halaman : xiv, 50 halaman, 4 tabel, 9 lampiran
1
Judul Skripsi Mahasiswa STIKES ‘aisyiyah Yogyakarta 3 STIKES ‘aisyiyah Yogyakarta 2
THE DESCRIPTION OF SELF-CONCEPT IN PEOPLE WITH HIV/AIDS IN GRHASIA HOSPITAL, YOGYAKARTA SPECIAL PROVINCE1 Mamat Supri Rohmat2, Warsiti3
ABSTRACT
Background to the study: People with HIV/AIDS (PWA) often find it difficult to face the reality and accept their condition. Recently, people seropositive to HIV antibody started to show a real symptom; they showed psychological and social pressures related to HIV/AIDS. The first reaction after they knew they were diagnosed to be infected by HIV was a shock, disbelief, anxiety, and after the terminal symptoms appeared, people with HIV/AIDS felt numb, frustrated, sad, and depressed. Purpose of study: This research aimed at finding the general description of of selfconcept in people with HIV/AIDS in Grhasia hospital, Yogyakarta Special Province Methodology: This research used descriptive research design with qualitative method. The subjects in this research were 3 people diagnosed to have HIV/AIDS. The data were collected by in-depth interviews and a tape recorder was utilized to record the interviews. Data analysis were conducted in descriptively using qualitative content analysis. Result of the study and conclusion: People diagnosed to have HIV/AIDS feel desperate the moment they know that they are diagnosed with HIV but increasingly become more ready to live as the people with HIV/AIDS. They are haunted by concerns and anxiety about their condition, grow to be selective in revealing their sickness to others, rarely do activities together with the surrounding society, and are obstructed to reach their dreams. Suggestion: It is suggested that the society, in general, give social supports to people with HIV/AIDS by not expelling them.
Key Words References Pages
: Self-Concept, HIV/AIDS : 14 books (2002-2008), 4 websites : xiv, 50 pages, 4 tables, 9 appendices
1
Title of Research Student of STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
3
Lecturer of STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta
1 tahun
Latar Belakang AIDS adalah suatu sindrom atau
yang didapat. Keadaan ini bukan suatu penyakit, melainkan kumpulan gejala penyakit oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme
serta
timbulnya
keganasan akibat menurunnya daya tahan/kekebalan
tubuh
penderita
(Djaiman, 2006). AIDS disebabkan oleh suatu retrovirus yang kini disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang terinfeksi virus HIV akan berpotensi sebagai pembawa dan penular
virus
selama
sakit dan tampak sehat (Djaiman,
Diperkirakan 40 juta pengidap AIDS atau HIV di dunia, sekitar 7,4 juta tinggal di Asia dan Pasifik. Satu juta
mencuat
pertama
di
penyakit
antaranya yang
akan
belum
terserang ditemukan
obatnya itu pada tahun 2003, bahkan setengah juta di antaranya terancam meninggal dunia. Angka perkiraan mengenai HIV pada orang dewasa berada di bawah satu persen. Angka tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara di Afrika Selatan dimana seperempat dari orang dewasa berusia antara 15 tahun sampai 49
kali
dengan
ditemukannya wisatawan Belanda yang meninggal di Bali pada April 1987 (Magdalena, 2007). Hingga akhir tahun 2009 jumlah kumulatif orang dengan HIV/AIDS sejak April 1987 adalah 22.726 orang. Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah kasus HIV/AIDS
sebanyak
1.208
orang.
Dengan perincian 720 orang HIV positif, 458 orang AIDS (Dinkes Provinsi DIY, 2010). Direktorat
Jendral
Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan
2006).
tersebut
Di Indonesia kasus HIV/AIDS
hidupnya
walaupun orang tersebut tidak merasa
virus
(UNAIDS, 2003).
kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
terjangkit
Republik
Indonesia
berpendapat, jumlah orang dengan HIV/AIDS
yang
sebenarnya
diperkirakan mencapai 100 kali lipat dari jumlah pengidap saat ini, dan sebagian
besar
atau
hampir
70%
penyebabnya melalui hubungan seksual baik
secara
homoseksual,
heteroseksual dan
20%
maupun pengguna
suntik narkoba (Anonim, 2002). Rumah Sakit Grhasia sebagai rumah sakit milik Pemerintah yang turut serta dalam program penanganan HIV/AIDS sejak tahun 2006 lalu, diantaranya melalui program VCT (Voulentary Counseling and Testing) /
2 konseling dan testing secara suka rela
diakibatkan oleh penyakit ini dan
bagi siapa saja yang menginginkan
terutama stigma masyarakat terhadap
untuk tes HIV. Hal ini dimaksudkan
orang
dengan
HIV/AIDS
sebagai
2006).
Kedua
hal
upaya
untuk
menemukan
(Nelfy,
tersebut
dapat
kasus-kasus baru HIV dan sebagai
menyebabkan konsep diri negatif pada
screning supaya dapat diketahui dengan
orang dengan HIV/AIDS.
cepat tindakan/penanganan lebih lanjut.
Penilaian terhadap diri sendiri
Program yang lain yang dilakukan oleh
merupakan suatu konsep yang ada pada
Rumah Sakit Grhasia yaitu upaya
setiap manusia, yang disebut konsep
untuk menekan dampak buruk bagi
diri. Konsep diri adalah semua ide,
kelompok rentan tertular HIV/AIDS
pikiran, kepercayaan, dan pendirian
pada pengguna Napza suntik (IDU’s),
yang diketahui dari individu tentang
yaitu
terapi
diri dan mempengaruhi individu dalam
dengan
berhubungan dengan orang lain (Stuart
dengan
substitusi
pemberian
(pengganti)
menggunakan obat Methadon. Orang
dengan
dan Sundeen, 2005).
HIV/AIDS
Konsep diri negatif jika orang
(ODHA) biasanya mengalami kesulitan
dengan
dalam menghadapi kenyataan akan
memandang bahwa dirinya lemah,
kondisi mereka. Saat ini orang dengan
tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-
seropositif
apa, tidak kompeten, gagal, malang,
terhadap
antibodi
HIV
HIV/AIDS
tidak
mereka
kehilangan daya tarik terhadap hidup.
adanya
tidak
tekanan psikologis dan sosial berkaitan
Mereka
akan
dengan
pesimis
terhadap
HIV/AIDS
(Helfy,
2006).
disukai
dan
mulai menunjukkan gejala yang nyata, memperlihatkan
menarik,
meyakini
cenderung
dan
bersikap
kehidupan
dan
Reaksi yang pertama muncul setelah
kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak
penderita didiagnosa terinfeksi HIV
melihat tantangan sebagai kesempatan,
adalah shok, tidak percaya, gusar,
namun lebih sebagai halangan. Orang
kemudian
setelah
timbul
beberapa
dengan konsep diri negatif, akan
terminal,
orang
dengan
mudah menyerah sebelum berperang
HIV/AIDS menjadi mati rasa, frustasi,
dan jika gagal, akan ada dua pihak
sedih, dan depresi (Magdalena, 2007).
yang
gejala
Sumber
yang
mengakibatkan
stres pada orang dengan HIV/AIDS adalah tingginya tingkat kematian yang
disalahkan,
menyalahkan
diri
entah sendiri
itu (secara
negatif) atau menyalahkan orang lain.
3 Sebaliknya
seseorang
dengan
konsep diri yang positif akan terlihat
deskriptif dengan metode kualitatif. dengan pendekatan fenmenologi.
lebih optimis, penuh percaya diri dan
Jenis sampling yang digunakan
selalu bersikap positif terhadap segala
adalah non probalilistic atau purposive
sesuatu, juga terhadap kegagalan yang
sampling karena penelitian kualitatif
dialaminya.
justru mencari responden yang dapat
Kegagalan
bukan
dipandang sebagai kematian, namun
memberikan
lebih
sebagai
fenomena yang diteliti (Utarini, 2002).
berharga
Dalam penelitian kualitatif besarnya
untuk melangkah ke depan. Orang
sampel bukan menjadi fokus, namun
dengan konsep diri yang positif akan
lebih
mampu
penelitian ini sampel yang digunakan
menjadikannya
penemuan
dan
pelajaran
menghargai
dirinya
(Rini,
2002).
pada
informasi
saturasi
mengenai
data.
Dalam
adalah total populasi orang dengan Kenyataan yang ada tidak semua
HIV/AIDS di Rumah Sakit Grhasia
penderita dapat menyesuaikan diri
Provinsi D I Yogyakarta sebanyak 3
dengan
orang.
kondisi
yang
dideritanya.
Untuk itu penting mengkaji individu
Instrumen
penelitian
yang
peneliti
sendiri
sebagai makhluk yang kompleks, yaitu
digunakan
adalah
tubuh dan jiwa saling berinteraksi
dengan bantuan panduan wawancara
dengan lingkungan sehingga menjadi
mendalam (indepth interview) dan
satu kesatuan yang utuh.
catatan lapangan untuk mendapatkan
Penelitian ini bertujuan untuk
data primer. Alat bantu yang digunakan
mengetahui gambaran umum konsep
adalah tape recorder untuk merekam
diri pada orang dengan HIV/AIDS di
hasil wawancara.
RS Grhasia Provinsi Daerah Istimewa
Analisis data dilakukan secara deskriptif
Yogyakarta.
analitis
menggunakan
“qualitative content analysis”.
Metode Penelitian Penelitian
ini
merupakan
penelitian non eksperimental yang mempergunakan rancangan penelitian
4 Hasil Penelitian Dan Pembahasan Gambaran Karakteristik Responden Tabel 4.1. Rekapitulasi karakteristik Resonden No Umur 1 25 2 35 3 29
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Pendidikan Pekerjaan Agama SLTA Swasta Katholik D3 Swasta Katholik D3 Pedagang Katholik begini… kayaknya inilah akhir dari
Analisis Tema
hidup saya… (responden 2) Responden putus asa saat pertama Oh … waktu itu pastinya saya
kali terdiagnosa HIV. Keputusasaan yang dialami oleh responden
pada
ini
HIV… kayaknya nggak mungkin…
disebabkan karena informasi awal yang
sampai beberapa hari nggak bisa tidur
diterima
gitu…
itu
penelitian
shock, tidak percaya kalo terkena
membuat
responden
beranggapan bahwa ini adalah akhir
habisnya
kepikiran
terus
gemana ngobatinya….(responden 3)
dari segala-galanya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh karena HIV/AIDS
Walaupun
semua
merupakan penyakit yang mematikan,
menunjukkan
ini terlihat dari hasil wawancara berikut
ketika pertama kali didiagnosa HIV,
ini :
namun sekarang, yaitu pada saat … Pertama-tama yang jelas
adanya
responden keputusasaan
dilakukan penelitian, sudah tidak lagi
saya shock… bingung… terus nggak
dirasakannya,
keputusasaan
tahu apa yang harus saya lakukan…
rasakan bervariasi antara responden
takut nggak bisa punya keturunan…
satu dengan responden lainya, dari
takut nggak ada obatnya… pokoknya
beberapa
campur aduk lah… ngedrop gitu…
minggu. Sekarang mereka sudah dapat
(responden 1)
menerima keadaan dirinya sebagai
hari
sampai
mereka
berminggu-
orang yang hidup dengan HIV/AIDS, …Waktu pertama kali didiagnisa saya bingung, sedih, tidak tahu yang
ini
terlihat
dari
hasil
wawancara
sebagai berikut :
harus dilakukan… ada perasaan marah
… Lumayan lah… daripada
pada diri sendiri… kenapa hidup saya
yang dulu-dulu… sekarang dah bisa
5 menerima
kenyataan…
dipikirin
juga
masalahnya…
habisnya
nggak ya
nyelesein
udah
…Sekarang
takutnya
kalo
daripada
kondisi tubuh ngedrop aja…habisnya
stres… mendingan ngerjain yang lain
kalo ngeliat temen-temen dah banyak
aja…
yang
meninggal…jadi
khawatir
juga…(responden 2) Hasil
wawancara
tersebut
memberikan gambaran bahwa untuk
…Ya khawatirlah… siapa yang
saat ini responden lebih siap dalam
nggak takut… takutnya kalo sakit yang
menjalani kehidupan sebagai orang
parah…terus harus opname segala
yang
…repot waktu ya repot biaya juga
menyandang
HIV/AIDS
dibandingkan dengan ketika pertama kali
mengetahui
sih… (responden 3)
terdiagnosa Hasil
HIV/AIDS.
wawancara
ini
menunjukkan bahwa responden telah Dihantui perasaan khawatir dan
mengetahui akibat yang ditimbulkan
was-was terhadap keadaan dirinya
dari penyakit HIV/AIDS, salah satunya
Orang
yang
terdiagnosa
adalah
orang
yang
terdiagnosa
HIV/AID sedikit banyak akan merasa
HIV/AIDS bila terkena suatu penyakit,
khawatir
keadaannya.
maka kemungkinan untuk sembuh
Kekhawatiran tersebut cukup beralasan
menjadi kecil bahkan tidak mungkin.
karena secara nyata, HIV/AID sampai
Kalaupun bisa sembuh, dibutuhkan
sekarang
waktu
dengan
belum
ada
obatnya.
yang
lama,
lebih
lama
Sementara penyakit HIV/AID dapat
dibandingkan dengan orang yang tidak
menyebabkan kematian bagi orang
terdiagnosa HIV/AIDS. Orang yang
yang mengidapnya. Hasil wawancara
terdiagnosa
HIV/AIDS
dengan responden didapatkan data
sembuhnya
bila
sebagai berikut:
karena, HIV/AIDS mengurangi atau
…Kekhawatiran pastinya ada
menghilangkan
sakit,
sistem
lebih
lama
disebabkan
kekebalan
sakit
dalam tubuh sehingga ketika orang
sembuhnya agak lama… lagian saya
yang mengidap HIV/AIDS terjangkiti
kan belum punya istri… bagaimana
suatu penyakit, maka penyakit tersebut
caranya nanti saya tidak menulari istri
akan sulit untuk disembuhkan karena
jika sudah punya istri…(responden 1)
tidak adanya system kekebalan dalam
ya…
takut
sakit…
kalo
6 tubuh. Adanya pengetahuan akibat
sekarang stigma masyarakat tentang
HIV/AIDS, cukup membuat orang
HIV masih jelek sih…
yang terdiagnosa HIV/AIDS merasa khawatir dengan masa depannya.
… Kalo kepentingannya untuk memberi
informasi
Selektif dalam mengungkapkan
tentang
HIV
keadaan sakitnya kepada orang lain.
malu…saya siap aja kalo diminta buat
HIV/AIDS bagi sebagian orang
bicara terkena
kotor,
merupakan
ditimbulkan
dari
(perbuatan
zina).
saya
tentang
merupakan penyakit yang dipandang
ke
masyarakat sih
nggak
pengalaman
HIV…tapi
kalo
saya buat
penyakit
yang
diskriminasi mendingan nggak usah
perbuatan
kotor
aja…
Orang
yang
terdiagnosa penyakit HIV/AIDS juga
… Sementara ini belum berani,
menyadari hal tersebut, sehingga ketika
ya
ada orang yang bertanya tentang
masih negatif tentang HIV… nanti
penyakitnya, mungkin orang tersebut
dikucilkan
merasa enggan untuk menjawabnya.
ngungkapin ke orang belum berani…
karena
pandangan
lagi…
masyarakat
jadinya
kalo
Keengganan tersebut akan tampak bila harus mengungkapkannya di depan
Hasil
wawancara
tersebut
umum. Meskipun penyakit HIV/AIDS
menunjukkan bahwa responden mau
merupakan penyakit yang dianggap
membuka diri tentang penyakitnya jika
kotor oleh sebagian masyarakat, bukan
berdua, baik dengan keluarga ataupun
berarti
teman dekat. Bila dihadapan orang
orang
HIV/AIDS
yang
menutup
terdiagnosa diri
terhadap
banyak responden tidak berani untuk
orang lain. Sebagai makhluk sosial,
mengungkapkan
orang yang terdiagnosa HIV/AIDS,
penyakitnya.
atau
menceritakan
tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk berbagi. Hasil wawancara
Jarang beraktivitas bersama-sama
dengan responden menunjukkan hak
dengan masyarakat di sekitarnya. Orang
tersebut:
yang
terdiagnosa
… Kalo berdua begini sih nggak
HIV/AIDS akan mempunyai perasaan
malu… tapi kalo di tempat umum saya
minder bila berhadapan dengan orang
nggak
lain yang dianggap tidak menderita
berani
ngomong…
soalnya
HIV/AIDS. Adanya anggapan tersebut
7 menjadikan responden menjaga jarak
mengerjakan
pekerjaan
dalam pergaulan dengan masyarakat.
dilakukannya
seperti
Hasil wawancara dengan responden
pekarangan yang bisa menghasilkan
yang
nafkah bagi keluarga. Bagi responden
menderita
HIV/AIDS
mengindikasikan hal tersebut.
mbah… ya saya berperan sebagai cucu
merawat
mencari nafkah seperti biasa meskipun jenis pekerjaannya berbeda. Selain tinggal dengan keluarga,
di rumah… kalo di masyarakat saya aja
bisa
yang telah menikah tetap bekerja
… Saya disini tinggal sama
kadang-kadang
yang
ngumpul-
responden
juga
bergaul
dengan
ngumpul… ngobrol sama temen-temen
masyarakat namun membatasi diri,
deket rumah gitu…
sehingga interaksi dengan masyarakat terbatas pada individu, orang per orang.
...di
keluarga
saya
sebagai
Responden
belum
kepala keluarga… ya kerja ya cari
kumpul
dengan
nafkah… ya biasalah buat ngidupin
disekitarnya,
anak isteri gitu… kalo di masyarakat
berkumpul
saya juga bergaul sama mereka…
menderita HIV/AIDS.
namun dengan
berani
kumpul-
orang
banyak
lebih
banyak
sesama
orang
cuma kadang-kadang aja… saya lebih sering kumpul sama temen-temen yang
Adanya hambatan dalam
kena HIV… kasih support juga ke
mewujudkan cita-citanya. Setiap orang pasti memiliki cita-
mereka…
cita dan harapan. Begitupun orang yang … ya di rumah saya sebagai
terdiagnosa
HIV/AIDS
pasti
juga
anak… tapi saya kerja juga…ya jualan
memiliki cita-cita dan harapan untuk
kecil-kecilan buat tambah-tambah gitu
masa
lah…
keluarganya. Adanya anggapan yang negatif Hasil
wawancara
depan
dirinya
terhadap
maupun
orang
yang
tersebut
terdiagnosa HIV/AIDS dan dampak
menunjukkan bahwa responden lebih
dari penyakit itu sendiri sedikit banyak
banyak bergaul dengan keluarganya
mempengaruhi cita-cita dan harapan
terutama
sebagai
seseorang termasuk responden. Hasil
keluarga dekat seperti kakek/nenek
wawancara dengan responden dapat
(mbah)
diindikasikan
yang
dianggap
atau orang tuanya. Selama
tinggal bersama mereka, responden
tersebut.
mencerminkan
hal
8 … Pengaruh sih ada ya…
menjalani
kehidupannya.
Bagi
karena saya orang cacat… maksudnya
responden apa yang dialaminya adalah
ada virus di diri saya… apalagi nanti
suatu resiko yang harus dihadapi
kalo saya kerja terlalu banyak…
sebagai akibat dari perilaku yang telah
biasanya
dilakukannya. Karena itu responden
mudah lemes… kan nggak
memiliki prinsip sendiri untuk tetap
enak sebentar-sebentar istirahat…
menjalani kehidupannya seperti biasa … Ada… ya namanya penyakit
hanya saja tidak mengulangi gaya
ya pasti berpengaruh… Cuma tinggal
hidup seperti dulu yang menyebabkan
gemana kita jalanin aja… walaupun
dirinya menderita penyakit HIV/AIDS.
saya udah ikut terapi ARV (Anti Retro
Pembahasan
Viral) … tapi kalo kita tiba-tiba sakit
Gambaran konsep diri responden
kan nggak bisa ngelak… yang penting
Orang yang hidup dengan AID akan mempunyai konsep diri yang
hidup nggak kaya dulu lagi…
berbeda-beda sesuai dengan tingkat …Ya ada… pengaruh banget…
kesiapannya
dalam
menjalani
dan
kalo saya sakit entar nggak bisa
menghadapi kenyataan bahwa dirinya
kerja… enggak ada yang tungguin
telah menderita AIDS. Rini (2002)
warung… nggak ada penghasilan…
menjelaskan
bahwa
orang
dengan
HIV/AIDS mempunyai konsep diri Hasil
wawancara
menggambarkan responden
bahwa
memiliki
tersebut
negatif jika meyakini dan memandang
sebenarnya
bahwa dirinya lemah, tidak berdaya,
cita-cita
yang
tidak dapat berbuat apa-apa, tidak
hendak diraihnya. Hanya saja ketika
kompeten,
diketahui dirinya terdiagnosa penyakit
menarik, tidak disukai dan kehilangan
HIV/AIDS, sedikit banyak cita-cita
daya tarik terhadap hidup. Mereka akan
responden terpengaruh. Semua tidak
cenderung bersikap pesimis terhadap
lepas dampak penyakit HIV/AIDS
kehidupan
yang
dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan
dianggap
sebagai
penyakit
mematikan dan belum ada obatnya.
gagal,
dan
malang,
kesempatan
yang
sebagai
kesempatan,
Meskipun cita-cita responden
sebagai
halangan.
terganggu dengan adanya penyakit
konsep
HIV/AIDS yang dideritanya, namun
menyerah sebelum berperang dan jika
responden
gagal, akan ada dua pihak yang
tetap
optimis
dapat
diri
negatif,
namun
tidak
Orang akan
lebih dengan mudah
9 disalahkan, entah itu menyalahkan diri
Hal tersebut dapat disebabkan karena
sendiri
kemungkinan
(secara
negatif)
atau
menyalahkan orang lain. Sebaliknya
responden
telah
mengetahui tentang penyakit
seseorang
dengan
yang
belum
ada
AIDS
obatnya
dan
konsep diri yang positif akan terlihat
merupakan
lebih optimis, penuh percaya diri dan
Reaksi
selalu bersikap positif terhadap segala
dengan pendapat Magdalena (1997)
sesuatu, juga terhadap kegagalan yang
yang menyebutkan bahwa reaksi yang
dialaminya.
pertama
Kegagalan
bukan
penyakit
responden
mematikan.
tersebut
muncul
setelah
sesuai
penderita
dipandang sebagai kematian, namun
didiagnosa terinfeksi HIV adalah shok,
lebih
sebagai
tidak percaya, gusar, kemudian setelah
berharga
timbul beberapa gejala terminal, orang
untuk melangkah ke depan. Orang
dengan HIV/AIDS menjadi mati rasa,
dengan konsep diri yang positif akan
frustasi, sedih, dan depresi.
menjadikannya
penemuan
dan
pelajaran
Meskipun responden mengalami
mampu menghargai dirinya.
shock atau ngedrop ketika mendengar bahwa dirinya telah divonis menderita
Gambaran diri
AIDS, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
responden
mempunyai
gambaran diri yang positif. Hasil wawancara dengan semua responden menunjukkan bahwa pada awalnya merasa khawatir dan was-was terhadap dirinya,
kemudian
saat
namun
hal
tersebut
tidak
menjadikan responden berputus asa dalam menjalani kehidupannya. Pada penelitian ini belum didapatkan data yang berhubungan dengan lama waktu responden mau menerima kenyataan dirinya.
sekarang
responden sudah memandang dirinya
Ideal diri
sebagai diri yang positif. Jawaban
responden
pertanyaan tentang gambaran diri orang yang
menderita
HIV
AIDS
menunjukkan bahwa, informasi awal yang diterima responden bahwa dirinya menderita
AIDS
cukup
Hasil penelitian ini menunjukkan
terhadap
membuat
responden merasa ngedrop atau shock.
bahwa
semua
responden
yang
mempunyai ideal diri yang baik. Hal tersebut
tercermin
dari
jawaban
responden terhadap pertanyaan tentang ideal diri sebagai berikut: “...........Cita-cita ku ingin punya kerja dan anak, ..............Cari kerja
10 dulu baru nikah, .......................Penyakit berpengaruh, .................Saya takut istri saya tertular................ Ideal diri responden tercermin dari harapan dan cita-cita responden untuk bekerja dan menikah meskipun responden
menyadari
bahwa
hal
tersebut merupakan cita-cita yanga tidak mudah. Responden yang ingin punya keluarga, merasa bertanggung jawab dengan keadaan keluarganya bila hal tersebut terlaksana. Salah satu bentuk pertanggungjawaban tersebut adalah sebelum menikah responden ingin bekerja dan setelah menikah berusaha agar anak atau istrinya tidak
tekanan batin yang timbul karena stres. Nelfy (1996) menjelaskan bahwa orang dengan HIV/AIDS (ODHA) biasanya mengalami
kesulitan
dalam
menghadapi kenyataan akan kondisi mereka.
Saat
seropositif
ini
terhadap
orang
dengan
antibodi
HIV
mulai menunjukkan gejala yang nyata, mereka
memperlihatkan
adanya
tekanan psikologis dan sosial berkaitan dengan
HIV/AIDS.
mengakibatkan
Sumber
yang
pada
orang
stres
dengan HIV/AIDS adalah tingginya tingkat kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini dan terutama stigma masyarakat terhadap orang dengan HIV/AIDS. Kedua hal tersebut dapat
tertular HIV/AIDS.
menyebabkan konsep diri negatif pada orang dengan HIV/AIDS.
Harga diri
Meskipun responden kadangHasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mempunyai harga diri yang baik. Hal tersebut tercermin dari
jawaban
responden
terhadap
peranyaan tentang harga diri.
responden
penyakit
yang
diderita
mempengaruhi
psikis
responden. Kadang-kadang responden merasa
ngedrop
bila
mengingat
penyakit yang dideritanya, kadangkadang merasa gagal dengan yang diusahakannya.
yag
menyebabkan
Perasaan-perasaan
tersebut muncul akibat dari adanya
responden
mempunyai konsep diri negatif, namun hal tersebut tidak selalu terjadi. Hasil wawancara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kadang mengalami gangguan psikis
kadang-kadang dalam
menunjukkan
bahwa
responden
berhasil
melakukan
apa
yang
dikerjakannya. Hal tersebut sedikit banyak membantu responden dalam meningkatkan harga dirinya. Apalagi responden
mempunyai
keahlian
menggambar atau melukis. Keahlian tersebut dapat dimanfaatkan untuk menolong atau mengajar orang lain.
11 adanya sikap membeda-bedakan antara
Penampilan Peran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden mempunyai peran yang baik, baik di dalam keluarga maupun
di
masyarakat
tersebut
tercermin
luas.
dari
Hal
jawaban
responden terhadap pertanyaan tentang peran responden dalam keluarga dan
dirinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Stuart dan Sundeen (1995) yang menjelaskan bahwa salah satu
...........Saya tinggal berdua dengan mbah/keluarga,................Bantu-bantu mbah/keluarga,................Sedikit yang berhasil, ................Saya bertanggung jawab dengan hal tersebut, ................Keluarga masih menghargai, ..........Keluarga tidak membandingbandingkan ku dengan keluarga yang lain.................. Hasil responden
wawancara
dengan
menunjukkan
bahwa
responden masih mempunyai keluarga tinggal
bersama
mereka.
Responden bersedia untuk membantu
berhasil masih sedikit, namun hal tersebut cukup menjadikan responden sebagai orang yang bertanggung jawab keluarga
pekerjaan
terutama
yang
Responden
yang
bertanggung
terhadap
dilakukannya. bersedia
jawab
untuk dengan
pekerjaannya dapat disebabkan karena adanya dukungan dari keluarga yang berupa
yang
mempengaruhi
penampilan peran seseorang adalah konsistensi respon orang yang berarti
Identitas diri Seseorang identitas
sikap
menghargai
dirinya
sebagai anggota keluarga dan tidak
diri
yang
memiliki
yang
kuat
akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya. Kemandirian
timbul
dari
perasaan
berharga (respek pada diri sendiri), kemampuan Seseorang
dan
penguasaan
diri.
yang
mandiri
dapat
mengatur dan menerima dirinya (Stuart dan Sundeen, 1995). Responden mempunyai perasaan
pekerjaan keluarga meskipun yang
dalam
faktor
terhadap peran yang dilakukan.
masyarakat.
dan
anggota keluarga yang lain dengan
yang biasa-biasa saja terhadap keluarga dan masyarakat meskipun ada sebagian masyarakat
mempunyai
prasangka
yang kurang baik. Hal tersebut masih wajar
karena
penyakit
AID
S
merupakan penyakit yang disebabkan karena perilaku yang tidak baik seperti seks bebas ataupun mengkonsumsi narkoba.
Menanggapi
hal
tersebut
responden menutup diri dalam artinya tidak ingin membicarakan hal tersebut
12 secara bebas, namun bila hanya berdua
Keterbatasan Penelitian
responden dapat diajak sharing untuk berbagi cerita.
“Gambaran Konsep Diri Orang dengan
Responden identitas
diri
yang yang
mempunyai baik
dapat
disebabkan karena adanya penerimaan dari keluarga dan masyarakat terhadap kondiri dirinya. Hal tersebut tercermin dari
jawaban
menunjukkan
responden
bahwa
masyarakat
yang
keluarga
dapat
dan
menerima
kehadirannya, bahkan bersedia untuk diajak
Dalam pelaksanaan penelitian
mengobrol.
Penerimaan
masyarakat terhadap responden yang menderita AIDS dapat meningkatkan ideal diri responden sebagai anggota masyarakat biasa seperti yang lainnya. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Keliat
(1994)
yang
menyebutkan
bahwa
salah
satu
faktor
HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Sakit Grhasia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” ini, peneliti mengalami beberapa kendala antara lain : Adanya responden yang tidak bersedia direkam dengan
tape
wawancara
recorder,
terkesan
sehingga
informal
dan
hanya membicarakan hal-hal yang umum saja sehingga ketika melakukan wawancara sering melantur kemanamana dan tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti, sehingga peneliti
harus
mengarahkan
pandai-pandai
dan
menyimpulkan
pembicaraan untuk kemudian diumpan balikkan kembali.
yang
mempengaruhi ideal diri adalah faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan standar
ini
ideal
diri,
dibandingkan
Kesimpulan Berdasarkan
kemudian dengan
standar kelompok teman. Identitas diri responden semakin nyata dengan adanya statement dari responden yang menyebutkan bahwa dirinya tidak membutuhkan bantuan orang lain dalam hal-hal tertentu seperti pemenuhan kebutuhan dasar seperti makan, minum dan pakaian.
hasil
penelitian
didapatkan tema gambaran diri orang yang terdiagnosa HIV/AID S sebagai berikut; 1) Orang yang terdiagnosa HIV/AIDS putus asa saat pertama kali terdiagnosa HIV namun saat ini lebih siap
dalam
sebagai
orang
menjalani yang
kehidupan menyandang
HIV/AIDS dibandingkan dengan ketika pertama kali mengetahui terdiagnosa HIV/AIDS; 2) Orang yang terdiagnosa HIV/AIDS dihantui perasaan khawatir
13 dan was-was terhadap keadaan dirinya.
Saran
Orang yang terdiagnosa HIV/AIDS
Berdasarkan hasil penelitian dan
lebih lama sembuhnya bila sakit. Orang
pembahasan dapat diberikan saran
yang mengidap HIV/AIDS terjangkiti
kepada; 1) Keluarga, agar memberikan
suatu penyakit, maka penyakit tersebut
dukungan sesuai kondisi yang ada pada
akan sulit untuk disembuhkan karena
orang
tidak adanya system kekebalan dalam
menghargai dan memberi peran yang
tubuh; 3) Orang yang terdiagnosa
sesuai dengan kemampuannya tanpa
HIV/AIDS
membeda-bedakan
selektif
mengungkapkan kepada
orang
dalam
keadaan lain.
sakitnya
HIV/AIDS
dengan
dengan
anggota
keluarga yang lain; 2) Masyarakat pada
yang
umumnya agar memberikan dukungan
terdiagnosa HIV/AIDS mau membuka
sosial pada orang dengan HIV/AIDS
diri tentang penyakitnya jika berdua,
dengan tidak mengucilkan orang yang
baik dengan keluarga ataupun teman
menderita AIDS; 3) Orang dengan
dekat. Bila dihadapan orang banyak
HIV/AIDS,
responden
mencari
tidak
mengungkapkan
atau
Orang
dengan
berani
untuk
menceritakan
penyakitnya;
4)
Orang
yang
terdiagnosa
HIV/AIDS
jarang
beraktivitas
bersama-sama
dengan
masyarakat di sekitarnya, lebih banyak bergaul dengan keluarganya terutama yang dianggap sebagai keluarga dekat seperti kakek/nenek (mbah) atau orang tuanya; 5) Adanya hambatan dalam mewujudkan
cita-citanya.
Cita-cita
orang yang terdiagnosa HIV/AIDS terhambat dengan adanya penyakit HIV/AIDS yang dideritanya, sebab HIV/AIDS
merupakan
penyakit
mematikan yang belum ada obatnya.
agar
terus
pengetahuan
berusaha
dalam
hal
menghadapi kondisi penyakitnya serta mencari terapi yang dapat meringankan beban yang dialaminya.
Daftar Pustaka Depkes RI. 2003. Dirjen PPM Dan PL. VCT Dan Dukungan Dan Perawatan Depkes RI. 2003. Jumlah Kumulatif Kasus HIV/AIDS Depkes RI. 2006. Dirjen PPM dan PL. Buku Pelatihan VCT Magdalena. 2007. AIDS. papyrus. Vol. 3
Ebers
Melliana, A. 2006. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara.
14 Rini, J.F.2002.Konsep Diri. www.epsikologi.com. Desember 2003 Stuart, G. W. ,& Sundeen, S. J. 2008. Principle and Practice of Psichiatric Nursing. 6th ed. New York : Mosby WHO. 2005. Nutrition In AdolescenceIssues And Challenges For The Health Sector: Issues In Adolescence Health And Development. Geneva : WHO
