PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA ANAK USIA DINI (Penelitian Tindakan pada Kelas 3 MI darul Hikmah Purwokerto, Tahun 2011)
AFIFAH NUR HIDAYAH PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail:
[email protected]
Abstract: The objective of this research action research was to understand comprehensively the effort to improving the spiritual quotient of third grade student of Darul Hikmah Islamic elementary school. The method that have been used in aim to improve spiritual quotient is role play. The data were collected trough participant using interview, observation and test. The data analysis and interpretation indicates that the role play method can be used to improve the spiritual quotient of third grade elementary student; (the role play that have been use in this research have three stages which are preparation, execution, evaluation and discussion. The findings lead to the recommendation for the teacher to use the role play method in aim to improve the spiritual quotient in the third grade classroom. Keywords: spiritualquotient, role play method, action research
Abstrak: Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk memahami secara komprehensif upaya untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa kelas tiga SD Darul Hikmah Islam. Metode yang telah digunakan dalam tujuan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual adalah role play. Data dikumpulkan melalui peserta menggunakan wawancara, observasi dan tes. Analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa metode role play dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa SD kelas tiga. Role play yang telah digunakan dalam penelitian ini memiliki tiga tahap, yaitu persiapan, pelakasanaan, dan evaluasi. Diskusi temuan mengarah pada rekomendasi bagi guru untuk menggunakan metode role play dalam tujuan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual di kelas tiga SD. Kata Kunci: kecerdasan spiritual, metode bermain peran
Kekurangan
dari
sistem
kurang atau bahkan sama sekali tidak
pendidikan formal yang selama ini
mendapat perhatian yang sama. Hal
dilakukan di sekolah-sekolah adalah
ini berakibat pada banyaknya kasus
proses pembelajaran yang terlalu
dan fenomena yang mengindikasikan
mengacu pada pengembangan aspek
kurangnya
kognitif siswa. Adapun aspek-aspek
kemampuan
atau potensi-potensi kecerdasan lain
masyarakat
kesadaran spiritual
dan
dalam
Indonesia,
diri
seperti 85
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
perilaku korupsi, tindak kekerasan
siswa kelas rendah yang belum tertib
dan pengerusakan alam.
ketika
Hal ini
berdoa,
masih
sering
tentu tidak diinginkan oleh siapapun.
bertengkar dengan sesama siswa,
Namun pada kenyataannya masih
belum
banyak terjadi perilaku-perilaku pada
ketika jajan atau membeli mainan
anak-anak yang merupakan cerminan
dan
dari kurangnya pendidikan spiritual.
sembarangan.Dalam
Tindakan seperti menyontek saat
kesempatan,
ujian, berbohong kepada guru, atau
Darul
membolos masih banyak ditemui.
peneliti untuk membantu mengatasi
Begitu
juga
halnya
bisa
sering
mengendalikan
membuang
kepala
Hikmah
diri
sampah sebuah
sekolah
meminta
MI
kepada
yang
masalah ini dengan teknik peneliti
terjadi pada anak-anak di MI Darul
untuk mengembangkan kecerdasan
Hikmah
sebagai
spiritual anak didik di MI Darul
yang
Hikmah. Dengan demikian, peneliti
Purwokerto,
lembaga
pendidikan
berbasiskan agama Islam, pendidikan
memutuskan
yang
penelitian di MI Darul Hikmah untuk
dilaksanakan
mempunyai
untuk
melakukan
tujuan untuk menciptakan generasi
menguji
muslim yang merupakan perwujudan
meningkatkan kecerdasan spiritual
insan kamil atau manusia yang
anak.
sempurna. pengaplikasian
Namun
pada
dalam
kegiatan
metode
yang
dapat
Setelah mempelajari uraian yang
dikemukakan
pada
latar
belajar mengajar sehari-hari, tenaga
belakang metode masalah dan fokus
pendidik
penelitian, maka rumusan masalah
sulitnya
seringkali
mengeluhkan
menumbuhkan
mengembangkan
dan
kecerdasan
dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Apakah bermain peran dapat
spiritual dalam diri siswa-siswanya.
meningkatkan
Dari hasil wawancara kami dengan
spiritual pada anak usia dini di
para guru di MI Darul Hikmah,
MI Darul Hikmah Purwokerto?
kecerdasan
spiritual yang kurang
kecerdasan
2. Bagaimanakah penerapan metode
berkembang pada siswa di MI Darul
bermain
Hikmah diindikasikan oleh para
meningkatkan
peran
yang
dapat
kecerdasan 86
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
spiritual pada anak usia dini di
mengembangkan
MI Darul Hikmah Purwokerto?
jamak anak usia dini, khususnya yang
Kegunaan Hasil Penelitian
pembelajaran
merupakan
implementasi dan mengembangkan teori dalam upaya “learn how to learn”
bagi
anak
dalam
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, Selain itu diharapkan kontribusi
dapat yang
juga
memberikan berharga
baik
pengembangan pendidikan anak usia dini,
khususnya
tentang
mengembangkan
berkaitan
dengan
kecerdasan spiritual
dengan
menggunakan strategi bermain
Secara teoritis penerapan suatu strategi
kecerdasan
cara
kecerdasan
spiritual melalui strategi bermain peran. Selain itu diharapkan pula hasil penelitian ini dapat menambah referensi ilmiah, terutama untuk kepentingan lembaga terkait.
peran,
yang
pada
akhirnya
bermanfaat untuk daerah tempat peneliti bertugas. 2. Guru, sebagai alternatif dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kecerdasan spiritual anak usia dini di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Darul Hikmah dan Madrasah
Ibditidaiyah/Sekolah
Dasar lain yang sejenis di kota Purwokerto, selanjutnya menjadi motivasi bagi guru untuk terus menerus
meningkatkan
kemampuan
dan
aktivitas
mengajarnya. 3. Anak siswa kelas III MI Darul Hikmah Purwokerto diharapkan dapat
Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.
Peneliti
meningkatkan kemampuan berharga,
pembelajaran
dapat
pengetahuan, dan pengalaman dalam
yang
proses lebih
bermakna, menyenangkan dan sesuai
sendiri
mengalami
dengan
taraf
perkembangannya. 4. Yayasan Darul Hikam sebagai upaya
meningkatkan
mutu
pendidikan siswanya 87
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
mendefinisikan kemampuan utama Hakikat Kecerdasan Spiritual Danah
Zohar
Marshal
Dan
dari Ian
mengemukakan
bahwakecerdasan
spiritual
adalah
untuk menghadapi dan memecahkan masalah,
makna
dan
nilai,
menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya;menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna
di
bandingkan
dengan yang lain (Zohar &Marshal, 2004).
Howard
menulis
Gardner
tentang
telah
kemungkinan
mengenai adanya kecerdasan yang kesembilan-kecerdasan
eksistensial
(Gardner, 1995). Lebih lengkapnya dikutip sebagai berikut:
kecerdasan perhatian
mendefinisikan ini
sebagai
terhadap
ini
dengan
“kemampuan untuk menempatkan diri dengan rasa hormat kepada kekuasaan terbesar di jagat rayayang tak terbatas dan tak terhingga dan
berhubungan
kemampuan
untuk
dengan menempatkan
diri dengan rasa hormat kepada bentuk-bentuk
eksistensial
dari
kondisi manusia sebagai hal yang signifikan dalam kehidupan, arti dari kematian, takdir asal dari dunia phisik maupun psikhis dan hal-hal seperti pengalaman-pengalaman luar biasa
besar
seseorang dalam
seperti
atau
sebuah
mencintai
pencelupan kerja
seni.
total Dari
penjelasan Gardner mengenai konsep
Existential intellegence] has been valued in every known human cultur. Cultures divice religious, mystical, or metaphysical systems for dealing with exixtential issues; and in modern times or in secular setting, aesthetic, philophical, and scientific works and systems also speak to this ensembles of human needs. Gardner
kecerdasan
sebuah wacana
kehidupan yang sejati. Dia juga
kecerdasan eksistensial atau dapat juga dikatakan sebagai kecerdasan spiritual, gardner sama sekali tidak menyangkutkan
kecerdasan
ini
dengan kebenaran subjektif agama apapun. Kecerdasan merupakan
kemampuan
spiritual yang
berkaitan dengan kesadaran apekaspek spiritual seperti kecerdasan beragama dan melaksanakan ajaran agama. Sementara itu Mimi Doe & 88
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
Marsha
Walch
mengungkapkan
kemampuan untuk memberi makna
bahwa spiritual adalah dasar bagi
ibadah terhadap setiap perilaku dan
tumbuhnya harga diri, nilai-nilai,
kegiatan, melalui langkah-langkah
moral,
Ia
dan pemikiran yang bersifat fitrah,
bagi
menuju manusia yang seutuhnya
kehidupan kita tentang kepercayaan
(hanif) dan memiliki pola pemikiran
mengenai adanya kekuatan non fisik
tauhidi (integralistik) serta berprinsip
yang lebih besar dari pada kekuatan
hanya
diri kita; Suatu kesadaran yang
kecerdasan
menghubungkan
langsung
dikembangkan Agustian, lebih dekat
dengan Tuhan, atau apa pun yang
dengan prinsip-prinsip agama Islam,
kita
agama yang dianut oleh Agustian.
dan
memberi
rasa
arah
dan
arti
kita
namakan
keberadaan
memiliki.
sebagai
Allah.
Wacana
spiritual
yang
Spiritual
juga
Nilai-nilai yang digalinya bersumber
rohani,
batin,
dari nilai-nilai spiritual Islam. Toto
mental, moral.Menurut Tony Buzan
Tasmara, merumuskan kecerdasan
kecerdasan spiritual adalah yang
spiritual dengan konsep islami yaitu
berkaitan dengan menjadi bagian
sebagai kecerdasan ruhiah, yaitu
dari rancangan segala sesuatu yang
kecerdasan yang berpusatkan rasa
lebih besar, meliputi “melihat suatu
cinta yang mendalam kepada Tuhan
gambaran
dan seluruh ciptaan-Nya (Tasmara,
berarti
kita.
sumber
kepada
kejiwaan,
secara
menyeluruh”.
Sementara itu, kecerdasan spiritual
2001).
menurut Stephen R. Covey adalah
Senada
dengan
yang
pusat paling mendasar di antara
diungkapkan oleh Ary Ginanjar,
kecerdasan yang lain, karena dia
Toto
menjadi sumber bimbingan bagi
memisahkan
kecerdasan
Kecerdasan
dari agama. Kecerdasan spiritual
spiritual mewakili kerinduan akan
mendapat arahan dan tujuan yang
makna dan hubungan dengan yang
jelas melalui agama. Dalam hal ini
tak terbatas.
penulis
Menurut kecerdasan
lainnya.
Agustian spiritual
Tasmara
juga
kecerdasan
juga
tidak spiritual
berpendapat
sama
(2001)
dengan kedua tokoh diatas. Bahwa
adalah
kecerdasan
spiritual
tidak
dapat 89
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
dipisahkan dengan agama. Adapun
orang yang memiliki sifat takwa
agama yang penulis jadikan acuan
adalah
dalam penelitian ini adalah agama
depan/kehidupan akhirat; merasakan
Islam.Menurut
Siswanto,
kehadiran Allah SWT; berzikir dan
2010),
berdoa; memiliki kualitas sabar;
(Kholidah&Mintarti,
memiliki
kecerdasan spiritual diartikan sebagai
cenderung
kemampuan
memiliki
memiliki kesadaran
seseorang kecakapan yang
yang
transenden,
kepada empati;
masa
kebaikan;
berjiwa
besar;
bahagia melayani (Tasmara:2001).
untuk
Adapun aspek kecerdasan spiritual
menjalani kehidupan, menggunakan
yang dapat dikembangkan sejak
sumber-sumber
untuk
masa balita antara lain cinta dan
memecahkan permasalahan hidup,
kasih sayang; percaya diri; cerdas;
dan
adil;
berbudi
tinggi
visi
spiritual
luhur.
Ia
mampu
mandiri;
perhatian;
jujur;
berhubungan dengan baik dengan
dermawan;
Tuhan, manusia, alam dan dirinya
kebersihan (Siswanto, Kholidah &
sendiri.
Minarti: 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli
Sesuai
sabar;
bersyukur;
dengan
pendapat
Amstrong,
Jamaris
di atas, maka kecerdasan spiritual
Gardner,
adalah
untuk
mengemukakan: anak yang menonjol
memecahkan
kecerdasan spiritualnya dapat dilihat
masalah dalam kehidupan sehari-hari
dari ciri-ciri mengagumi ciptaan
serta
baik
Allah SWT; bulan, bintang, makhluk
dengan Tuhan, manusia, alam dan
hidup dan lain-lain; cepat dalam
dirinya sendiri sesuai dengan ajaran
mempelajari
agama yang dianutnya.
melaksanakan ibadah keagamaan;
kemampuan
menghadapi
dalam
dan
berhubungan
kitab
suci;
tekun
memilki kontrol interpersonal dan Aspek-aspek Kecerdasan Spiritual Indikator dari kecerdasan ini
intrapersonal
yang
baik
dan;
berperilaku baik.
menurut Toto Tasmara adalah sifat takwa, yang diartikannya sebagai
Metode Bermain Peran
sifat tanggung jawab. Ciri-ciri dari 90
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
Peran
atau
‘role”
dalam
sehingga
akan
lebih
memahami
konsep, dapat didefinisikan sebagai
konsep, lebih lama mengingat namun
suatu rangkaian perasaan, ucapan
memerlukan
dan tindakan. Peran merupakan suatu
Menurut Hamzah B. Uno. model
pola hubungan yang ditunjukkan
bermain
seorang individu kepada individu
berdasarkan asumsi bahwa sangatlah
yang lain, sehingga merupakan suatu
mungkin
pola hubungan yang ditunjukkan
otentik
seorang individu kepada individu
permasalahan
yang lain, sehingga dalam peran
Kedua, bahwa bermain peran dapat
akan
mendorong siswa mengekspresikan
nampak dia berperan akrab,
bersahabat,
jujur,
cakap, marah.
waktu
peran,
yang
pertama,
menciptakan ke
dalam
lama.
dibuat
analogi
suatu
situasi
kehidupan
nyata.
perasaannya
dan
bahkan
Peran yang dimainkan oleh individu
melepaskannya.
Ketiga,
bahwa
dipengaruhi oleh persepsi individu
proses psikologis melibatkan sikap
terhadap dirinya.
nilai keyakinan (belief) kita serta
Oleh karena itu
perlu pemahaman terhadap peran itu
mengarahkan
sebaik-baiknya,
perlu
melalui keterlibatan spontan yang
perasaaan,
disertai analisis. Model ini dipelopori
didiukung
sehingga oleh
penghayatan, persepsi dan sikap. Maka
bermain
kesadaran
oleh George Shaftel.
berarti
Proses bermain peran sebagai
memahami
suatu model pembelajaran bertujuan
peranya sendiri dan peran yang
untuk membantu siswa menemukan
dimainkan orang lain (Chawrls &
makna diri (jati diri) di dunia sosial
Fox, 1995).
dan memecahkan dilema dengan
membantu
peran
kepada
individu
Pembelajaran dengan metode
bantuan kelompok, artinya melalui
bermain peran adalah pembelajaran
bermain
dengan
menggunakan
cara
seolah-olah
berada
peran
siswa
belajar
konsep
peran,
dalam situasi untuk memperoleh
menyadari
suatu
suatu
bebeda dan memikirkan perilaku
Dalam metode ini siswa
dirinya dan perilaku orang lain.
konsep.
pemahaman
tentang
berkesempatan terlibat secara aktif
Proses
adanya
bermain
peran
peran
yang
dapat 91
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
memberikan
contoh
perilaku
manusia
sebagai
sarana
untukmenggali
yang
berguna
bagi
siswa
perasaannya;
memperoleh pemahaman
kehidupan
informasi yang
berpengaruh
mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah; mendalami mata pelajaran dengan
Shaftel
strategi
pembelajaran dengan menggunakan peran
(role
playing)
merupakan suatu pendekatan baru yang
digunakan
dengan
aspek
Tahap-tahap bermain peran Menurut Shaftel & Shaftel (Joyse
&
Weil)
mengemukakan
bahwa tahap-tahap model
peran
merupakan langkah yang berorientasi pada pemberian pengalaman belajar kepada anak (Joice dan Weil, 1997). Terdapat sembilan tahap bermain
berbagai macam cara.
bermain
berkaitan
kecerdasan spiritual.
dan
terhadap sikap, nilai dan persepsinya;
Menurut
yaitu
dalam
rangka
pemecahan suatu masalah (Shaftel & Shaftel,1967). Sedangkan Charles dan Fox (1996) mengemukakan; bermain peran merupakan strategi pembelajaran yang berpijak pada dimensi pribadi dan dimensi sosial. Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka strategi bermain peran
peran yakni merangsang semangat kelompok;
memilih
pemeran;
mempersiapkan
pengamat;
mempersiapkan tahap-tahap peran; pelaksanaan
bermain
peran;
mendiskusikan peran dan isi peran (pertama);
peranan
mendiskusikan
dan
peran
dan
isi
ulang;
mengevaluasi
peran
(kedua);
mengkaji
kemanfaatan
dalam
kehidupan
nyata,
tukar-
saling
menukar pengalaman dan menarik genaralisasi.
yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas
anak
usia
dini
untuk
mengembangkan dimensi (potensi) kecerdasan yang dimiliki oleh anak,
92
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
Tahap pertama
Tahap ke dua
Memotivasi kelompok (1) Mengidentifikasi masalah (2) Menjelaskan masalah (3) Menginterpretasikan cerita (4) Mengeksplorasikan isu (5) Menjelaskan peran Tahap ke tiga Menyiapkan pengamat (1) Memutuskan apa yang akan dan perlu diamati (2) Menjelaskan tugas-tugas pengamat (3) Memasuki situasi pengamat Tahap ke lima Pemeranan (1) Memulai bermain peran (2) Meneruskan pemeranan (3) Menghentikan pemeranan
Memilih peran (1) Menganalisis peran-peran (2) Memilih dan menetapkan pemeran
Tahap ke empat Menyiapkan tahap-tahap peran (1) Merinci urutan peran (2) Menjelaskan kembali peranperan yang akan dimainkan
Tahap ke enam Diskusi dan evaluasi (1) (1) Mengkaji ketepatan pemeranan (2) Mendiskusikan focus utama (3) Mengembangkan pemeranan ulang Tahap ke tujuh Tahap ke delapan Pemeranan ulang Diskusi dan evaluasi (2) (1) Memainkan peran dengan perbaikan (1) Ketetapan peran ulang (2) Mengemukakan alternative perilaku (2) Mendiskusikan isi masalah selanjutnya Tahap ke Sembilan Membagi pengalaman dan menarik generalisasi (1) Mengembangkan situasi masalah dengan pengalaman nyata dan masalahmasalah yang tengah berlangsung (2) Mengeksplorasi prinsip-prinsip umum tentang perilaku. Tabel 1. Tahap-tahap Bermain Peran
development, these years lay the
Karakteristik Anak Usia Dini Pemahaman
yang
foundation for subsequent learning.
komprehensif terhadap anak usia dini
Dari defenisi tersebut, anak usia dini
diperlukan untuk mencapai tujuan
menurut UNESCO adalah periode
penelitian
dilakukan.
dari lahir sampai delapan tahun.
Pengertian anak usia dini menurut
Rentang waktu yang sangat penting
UNESCO Early childhood is defined
dalam perkembangan otak.
as the period from birth to 8 years
tahun-tahun
old. A time of remarkable brain
pembelajaran selanjutnya dibangun.
yang
akan
inilah
Di fondasi 93
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Adapun Pendidikan Anak Usia Dini
usia
menurut The National Association
perlakuan yang tepat dan penilaian
fot the Education of Young Children
yang akurat, perlu dikaji terlebih
(NAECY) adalah sebagai layanan
dahulu mengenai karakteristik anak
pendidikan yang diberikan kepada
usia dini yang berusia 8-9 tahun.
dini.Agar
dapat
melakukan
anak sejak lahir sampai usia 8 tahun, baik kegiatan setengah hari maupun penuh,
yang
sekolah,
diselenggarakan
atau
fasilitas
lain
nasional yang
memberi
besar
kepada
perkembangan pendidikan bagi anak usia
dini,
terbukti
dengan
didirikannya
Taman
Indria
(Kindergarten).
Beliau
mengemukakan bahwa pendidikan anak penting dilakukan sejak dini. Pembentukan pribadi anak dilakukan berdasarkan
bakat
(dasar)
dan
lingkungan (ajar) (Kurniah, 2009). Penelitian
akan
berfokus
dan natural melalui metode bermain pada anak kelas III sekolah dasar. Siswa
kelas
III
sekolah
dasar
mempunyai rentang umur antara 8-9 tahun.
Dari standar UNESCO ini,
siswa kelas III sekolah dasar masih termasuk ke dalam golongan anak
operasional
secara
logis
sudah
berkembang, dengan syarat obyek yang menjadi sumber berpikir logis tersebut
hadir
Kemampuan terwujud
secara
berpikir dalam
mengklasifikasikan
kongkrit. logis
ini
kemampuan obyek
sesuai
dengan klasifikasinya, mengurutkan benda
sesuai
tata
urutnya,
kemampuan untuk memahami cara pandang orang lain, dan kemampuan berpikir secara deduktif. Perkembangan Sosial
pada
pengembangan kecerdasan spiritual
fase
kongkrit kemampuan anak untuk berpikir
Ki Hajar Dewantara tokoh
perhatian
Pada
di
(Berdekamp, 1992)
pendidikan
Perkembangan kognitif
Menurut Teori perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh Erik Erickson, anak pada usia kelas III
termasuk
pada
kategori
perkembangan yang disebut dengan fase Industry vs Inferiority (6-12 tahun).
Masa ini merupakan masa
dimana anak secara mental sudah siap
untuk
sekolah/belajar
dan 94
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
dorongan untuk mengetahui berbagai
research yang terdiri dari empat
hal
komponen yaitu perencanaan (plan);
dan
berbuat
terhadap
lingkungannya sangat besar, begitu
tindakan
juga
(observation),
dengan
area
bertambah luas. kemampuan
sosialnya
Mengembangkan
bekerja
keras
atau
(action);
(reflection).
pengamatan
dan;
refleksi
Komponen tindakan
(action)
dan
pengamatan
kerajinan (industry) dan menghindari
(observation) dijadikan sebagai satu
perasaan rasa rendah diri adalah hal
kesatuan.
yang
komponen tersebut disebabkan oleh
terpenting
bagi
anak.
Keterbatasan
kemampuan
keterampilan
sering
dan
adanya
Disatukannya
kenyataan
kedua
bahwa
antara
merupakan
implementasi acting dan observing
penyebab terjadinya kegagalan pada
merupakan dua kegiatan yang tidak
anak yang memiliki rasa rendah diri.
terpisahkan.
Hal ini karena anak merasa tidak
dapat
mampu (inferiority) dan inferiority
pembelajaran yang dilakukan oleh
sering menjadi penyebab anak tidak
guru-guru di kelas, dengan tidak
mampu
memberikan
harus
sehingga
tidak dapat bekerjasama
kontribusi
Penelitian
tindakan
memperbaiki
proses
menambah
pembelajaran
khusus,
waktu melainkan
dengan orang lain dan sulit untuk
penelitian
berpartisipasi secara aktif. Peranan
melaksanakan pembelajaran sesuai
orang
dewasa
dengan
untuk
memperhatikan
menjadi peran
sangatlah
kebutuhan merupakan
memungkinkan
penting
apa
yang
anak.Bermain metode
anak
yang
mengalami
dilakukan
waktu
sambil
yang
tersedia
sekaligus memperbaiki aspek-aspek yang
dirasakan
perbaikan.
masih
Melalui
perlu
penelitian
tindakan guru dapat meneliti sendiri
pengalaman tertentu untuk dapat
yang
menyusun pengetahuan baik dalam
pelaksanaan
aspek
dilakukan di kelas, meliputi aspek
kognitif,
afektif
maupun
psikomotorik.
dengan
pembelajaran
dengan yang
interaksi antara guru dengan peserta
Kedua variabel tersebut akan diteliti
berhubungan
metode
action
didik, keunggulan dan kelemahan metode yang digunakan, media dan 95
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
alat, serta prosedur dan alat evaluasi pembelajaran. penelitian
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
Dengan melakukan dapat
metode Action Research (penelitian
praktek-praktek
tindakan) dengan dua siklus dengan
tindakan
memperbaiki
guru
pembelajaran menjadi lebih efektif.
mengacu
pada
Dengan adanya permasalahan yang
tindakan
Kemmis
telah
Pelaksanaan
dipaparkan
belakang pemaparan
dalam
permasalahan dalam
latar dan
uraian
diatas,
model
penelitian
dan
penelitian
Taggart. dirancang
mengikuti empat tahapan yang harus dilalui
yaitu
perencanaan,
peneliti melihat adanya kemungkinan
pelaksanaan tindakan, observasi, dan
untuk melakukan upaya peningkatan
refleksi. Refleksi dilakukan sebagai
kecerdasan natural dan kecerdasan
dasar
spiritual pada siswa kelas III MI,
perbaikan pada siklus selanjutnya.
dengan
Jumlah siklus dapat ditambah atau
menggunakan
metode
Prosedur tindakan yang akan adalah
dengan
model
penelitian
menggunakan
tindakan mengacu pada model yang
yang
yang
memungkinkan
penelitian dilakukan dalam beberapa siklus sehingga dapat dicapai tujuan yang telah direncanakan. Desain tindakan yang akan dilakukan adalah dengan merencanakan, melakukan tindakan,
mengobservasi
lalu
melakukan refleksi. Refleksi yang telah dilakukan akan menjadi sumber dari
atau
perencanaan
pada
siklus
dicapai
dalam
proses
pembelajaran. Perencanaan Penelti bersama guru kelas
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart
pengembangan
dikurangi sesuai dengan peningkatan
bermain peran.
dilakukan
bagi
berdisikusi untuk merancang suatu kegiatan
pembelajaran
dituangkan
dalam
Pelaksanaan tahap metode
ini
yang Rencana
Pembelajaran. peneliti
Pada
menyiapkan
pembelajaran
berbasis
bermain peran sebagai upaya untuk meningkatkan
kecerdasan
natural
dan kecerdasan spiritual siswa kelas III MI Darul Hikmah.
berikutnya. 96
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
topik bermain peran dengan bertanya
Tindakan Tahapan
dilaksanakan
mengenai pengalaman siswa sendiri
sesuai apa yang tertuang dalam RPP
yang berkaitan dengan topik bermain
pada setiap siklus. Bila pada siklus
peran yang akan dimainkan. Setelah
pertama belum diperoleh hasil yang
itu diikuti dengan pembagian peran
diinginkan maka dilanjutkan dengan
dan persiapan lain yang dibutuhkan.
siklus berikutnya dengan tindakan
2. Kegiatan Inti (penyajian
berasl
dari
ini
hasil
pengembangan
materi)
refleksi pada sikllus sebelumnya. Pada
setiap
observasi
tindakan
dan
dilakukan
membuat
catatan
Kegiatan
inti
merupakan
kegiatan yang dapat mengaktifkan perhatian. Kegiatan ini dapat dicapai
lapangan mengenai kejadian yang
melalui
luput dari lembar pengamatan untuk
Sebelumnya
memperkuat data sebagai landasan
pembagian
bagi tindakan berikutnya.
tahapan-tahapan kegiatan bermain
1. Tahap Kegiatan Awal Kegiatan
kegiatan bermain peran. dimulai peran
dengan
sesuai
dengan
peran seperti yang telah diuraikan
pembukaan
dalam bab sebelumnya.
Peranan
merupakan kegiatan awal yang harus
guru pada kegiatan ini sangat penting
dilalui oleh guru dan anak pada
untuk
setiap
pengalaman
pelaksanaan
Fungsinya
untuk
pembelajaran.
memberikan belajar
penguatan yang
menciptakan
dicapai oleh setiap anak.
suasana awal pembelajaran yang
3. Kegiatan Penutup
efektif yang memungkinkan anak dapat
mengikuti
pembelajaran
yang
baik.
harus
Kegiatan akhir merupakan
proses
kegiatan penutup yang berisikan
Pada
review dan diskusi bersama siswa
kegiatan awal berisikan pemanasan
mengenai
dan dilaksanakan secara klasikal
pelajaran yang bisa diambil dari
merupakan
permainan peran yang baru saja
pengenalan
terhadap
topik yang akan diangkat dalam bermain mengkondisikan
peran. siswa
kesimpulan
makna/
dibawakan.
Guru terhadap 97
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Sumber Data
Observasi Observasi dilakukan selama
Subjek dalam penelitian ini
proses pembelajaran (tindakan) dan
aadalah siswa kelas III MI Darul
setelah
dilakukan.
Hikmah Purwokerto yang berjumlah
Observasi berpedoman pada lembar
29 orang yang terdiri dari 16 laki-
pengamatan yang telah disusun
laki
sebelumnya. Pengamatan tersebut
Adapun dasar pemilihian subjek
meliputi pengamatan perilaku siswa
penelitian adalah karena berdasarkan
pada proses pembelajaran dan diluar
observasi dan wawancara dengan
proses pembelajaran. Selain itu
guru,
dibuat juga catatan lapangan yang
natural
dan
berisikan
masih
menggunakan
tindakan
deskripsi
proses
pembelajaran yang berlangsung.
dan
13
orang
perempuan.
pengembangan
terpusat
kecerdasan
kecerdasan
spiritual
pendekatan
pada guru dan kurang
mengembangkan aspek afektif anak, sehingga kecerdasan natural dan
Refleksi Setelah
aktivitas
spiritual anak masih rendah.
pembelajaran selesai maka peneliti
Kolaborator dalam penelitian
dan guru melakukan reflex dengan
ini adalah guru kelas III A MI Darul
mendiskusikan
HIkmah
tercapai
tidaknya
yaitu
Syukur
Setiadi.
tujuan pembelajaran yang telah
Selama proses penelitian beliau
dilakukan.
berperan
Mendiskusikan
sebagai
kolaborator.
kekurangan-kekurangan dan faktor
Sumber data lain dalam penelitian
penyebab tidak tercapainya tujuan
ini adalah Kepala Sekolah MI Darul
pembelajaran
Hikmah, dan Guru-guru MI Darul
yang
telah
dirumuskan sebelumnya. Hal ini akan
digunakan
sebagai
pertimbangan untuk
Hikmah.
bahan
perencanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah diberikan tindakan
tindakan pada siklus selanjutnya. berupa
bermain
peningkatan
peran.
skor
Terdapat kecerdasan
spiritual dari awal asesmen sampai 98
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
pada akhir siklus II, dapat dilihat dari tabel berikut. N Aspek kecerdasan o Spiritual
Asesmen awal Skor Rata % -rata 1 Mengenal makhluk 4,62 0,77 77,01
Siklus I Rata % -rata 4,86 0,81 81,03
Skor
Siklu II Rata % -rata 5,86 0,98 97,6
Pening katan % 26,73
Skor
ciptaan Tuhan
2 Memiliki 3 4 5
kepedulian terhadap lingkungan alam Doa Empati Hidup sederhana
7,55
0,54
53,94
10,38
0,74
74,14
11,48
0,82
82,02
52,05
9,90 9,48 9,41
1,65 1,65 1,57
54,98 54,98 52,30
13,00 13,48 12,83
2,17 2,25 2,14
72,22 74,90 71,26
16,41 16,14 15,03
2,74 2,69 2,51
91,19 89,66 83,52
65,86 63,07 59,69
Tabel 2. Skor Kecerdasan Spiritual Pra Tindakan dan Siklus I Dari hasil skor di atas, dapat
beberapa anak telah mencapai nilai
kecerdasan
penuh sejak tes pra tindakan dan
spiritual yang dialami oleh anak
pada dua tes selanjutnya. Seperti
setelah
diberi
tindakan
bermain
yang dapat kita lihat pada histogram
peran.
Untuk
lebih
jelasnya,
di atas pada anak nomor 1, 6, 7 dan
peningkatan
per-aspek
27. Anak nomor 6 dan 27 ternyata
terlihat
peningkatan
disajikan
adalah
kecerdasan spiritual.
anak
yang
pada
hasil
kenaikan kelas mendapatkan rangkin Aspek mengenal Ciptaan Tuhan Setelah
diberikan
tindakan
pada siklus II, terjadi kenaikan skor rata-rata sebesar 26,73 % dari skor pra tindakan.
Ciptaan Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II
hasil
menunjukkan
tes
ini
bahwa
dapat tingkat
kemampuan kognitif berpengaruh
ini
adalah
aspek
paling tinggi dibandingkan dengan aspek
lainnya.
nomor 1 dan 6 merupakan anak yang berada di 10 besar kelas. Selain itu mereka juga menyenangi pelajaran
dengan tingkat pencapaian skor yang
keempat
dalam
positif pada hasil tes. Adapun anak
Grafik 1. Skor Aspek Mengenal
Aspek
2 dan 1. Sehingga pencapaiannya
IPA dan mengaku tertarik pada alam. hal ini menjadi modal bagi mereka untuk
dapat
meningkatkan
bahkan 99
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
kecerdasan spiritual terutama melalui
keadaan ini anak nomor 11 dapat
aspek mengenal ciptaan Tuhan.
dikatakan
mendapat
nilai
yang
kurang baik pada beberapa aspek. Aspek Peduli terhadap lingkungan alam
Jika
dilihat
dari
pencapaiannya
dalam pelajaran di sekolah, ia adalah Dari pra tindakan sampai pada
akhir siklus ke II, skor rata-rata anak dalam
aspek
peduli
terhadap
lingkungan alam meningkat hingga mencapai
nilai
82,02%
dengan
anak yang termasuk dibawah ratarata anak lain. Sedangkan anak lain menunjukkan peningkatan sejak dari pra tindakan sampai pada akhir siklus II.
peningkatan sebesar 52,05%.
Grafik 2. Skor Aspek Peduli terhadap lingkungan Alam Pratindakan Siklus I & II
Dari histogram diatas dapat
Aspek Do’a
terlihat perkembangan skor anak.
Hasil skor aspek doa pada anak
Anak nomor 11 dan 16 mendapat
selama pra tindakan sampai siklus I
nilai yang kurang baik. Dalam 100
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
Grafik 3. Skor Do’a Pra Tindakan Siklus I, Siklus II Dari histogram di atas, dapat
Dari histogram di atas, dapat
terlihat perkembangan skor anak
terlihat
peningkatan
skor
dalam aspek doa. Terlihat beberapa
terjadi, mulai dari pra tindakan,
anak telah mencapai nilai penuh pada
tindakan
tes siklus II. Terlihat anak nomor 6
tindakan siklus II. Dapat dilihat dari
dan 13 dapat mencapai nilai penuh
histogram di atas, anak nomor 3
sejak siklus I dan mencapainya lagi
tidak mengalami perubahan skor. Hal
pada siklus II.
ini mengejutkan karena sebelumnya,
siklus I sampai
yang
akhir
akhir siklus I, ia telah diberitahu Aspek Empati Skor mengalami
aspek
untuk empati
peningkatan
anak sebesar
63,07% dari tes pra tindakan sampai
mengisi
jawaban
sesuai
dengan kemampuannya bukan sesuai dengan jawaban yang telah dia berikan sebelumnya. Namun ternyata
akhir tes siklus ke II.
Grafik 4. Skor Aspek Empati Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II 101
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
ia mengulanginya lagi di tes siklus II.
Dengan
Namun setelah ditanyakan secara
peningkatan
langsung, ia bisa menjawab dengan
melalui
benar beberapa pertanyaan yang
merefleksikan hipotesis yang peneliti
sebelumnya ia jawab salah dalam tes
susun berdasarkan teori-teori tentang
tertulis.
bermain peran yang diantaranya dari
hasil
penelitian
kecerdasan
metode
ini,
spiritual
bermain
peran,
Bruner menyatakan bahwa bermain Aspek Hidup sederhana (hemat dan tidak konsumtif)
peran
dapat
menjadi
sarana
pembelajaran yang baik bagi anak
Perkembangan skor hasil tes dari aspek hidup sederhana dapat
usia dini karena telah mengandung unsur waktu berkelompok dan unsur
dilihat dari histogram berikut ini.
Grafik 5. Skor Aspek Hidup Sederhana Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II Dari data yang disajikan dalam
pertunjukkan
atau
bercerita.
histogram di atas, dapat terlihat
Demikian pula pendapat Joice dan
perkembangan
Weil
skor
anak
dalam
bahwa
bermain
peran
aspek hidup sederhana (hemat/tidak
merupakan tindakan peragaan untuk
konsumtif).
pemecahan masalah yang bertujuan
Dapat
terlihat
perkembangan anak yang mendapat
untuk
1)
mengeksplorasikan
skor sama pada tes siklus I maupun
perasaan-perasaan, 2) memperoleh
siklus II. Seperti anak nomor 1,2,3,
pemahaman
24 dan 26. Berikut ini adalah tabel
nilai-nilai
perbandingan tindakan dan hasil
mengembangkan keterampilan dan
tindakan siklus I dan Siklus II dalam
sikap untuk pemecahan masalah, 4)
proses kegiatan yang telah dilakukan.
menelaah pokok masalah, peran, cara
tentang dan
sikap-sikap,
presepsinya,
3)
pemecahan masalah. 102
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
Tabel 2 Perbandingan Tindakan Siklus I dan Siklus II untuk Proses Siklus I A. Proses Kegiatan Pembelajaran melalui metode bermain peran mentransfer pengatahuan dan mengembangkan perasaan mengenai alam. Dengan tahapan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi/diskus Anak terlibat dalam proses pertukaran informasi dan pengalaman dalam sesi diskusi Isu-isu lingkungan sedapat mungkin didekatkan kepada lingkungan alam keseharian anak. Pembelajaran dengan metode bermain peran meliputi persiapan/latihan, pendalaman cerita dan karakter dan mengevaluasi cerita dan peran yang mereka mainkan.
Siklus II A. Proses Kegiatan Pembelajaran dengan metode bermain peran. Dengan perbaikan dari siklus I yaitu, dialog dalam drama yang tidak terlalu panjang, pemilihan pemain peran yang lebih baik, menggunakan kuis di akhir drama untuk membuat anak lebih menyimak drama. Sesi diskusi menggunakan lebih banyak pendekatan berbagi pengalaman dan mengajak anak untuk berpikir sedikit lebih dalam pada materi drama yang dilakukan. Isu-isu lingkungan dihubungkan dengan kecerdasan spiritual
Pembelajaran dengan metode bermain peran meliputi persiapan/latihan, pendalaman cerita dan karakter dan mengevaluasi cerita dan peran yang mereka mainkan. Dengan perbaikan dari siklus I yaitu, dialog dalam drama yang tidak terlalu panjang, pemilihan pemain peran yang lebih baik, menggunakan kuis di akhir drama untuk membuat anak lebih menyimak drama. Anak terlibat dalam proses pertukaran Sesi diskusi menggunakan lebih banyak informasi dan pengalaman dalam sesi pendekatan berbagi pengalaman dan mengajak diskusi anak untuk berpikir sedikit lebih dalam pada materi drama yang dilakukan B. Hasil Kegiatan Anak-anak mulai menampilkan perilaku yang mencerminkan kecerdasan Spiritual walaupun perilaku tersebut belum konsisten dan belum ditampilkan oleh semua anak. Anak mulai membicarakan isu lingkungan dengan teman-temannya dan beberapa anak mengingatkan anak lain ketika melakukan tindakan yang tidak pro lingkungan. Beberapa perilaku yang berlawanan dengan kecerdasan spiritual seperti mengganggu teman, mengejek, mulai berkurang.
B. Hasil Kegiatan Sebagian besar anak telah memahami isu-isu lingkungan yang dibahas dan mengetahui apa yang bisa dilakukan untuk membantu mengatasi hal tersebut. perilaku yang diharapkan telah seringkali muncul pada sebagian besar anak. Semakin banyak anak yang menampilkan perilaku yang mencerminkan kecerdasan spiritual seperti berdoa dengan tenang, membantu teman, tidak mengejek teman dan mulai menerapkan hidup hemat. Beberapa anak melakukan dengan lebih baik lagi yaitu dengan mengingatkan teman yang lain. 103
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Pembelajaran
Untuk
Mengembangkan
Hasil evaluasi pada proses
Kecerdasan
mengeluarkan
Spiritual
pendapat,
berbagi
tindakan, peneliti dan kolaborator
pengalaman dan menyatukan hati
telah
dan
melaksanakan
tindakan
pikiran
mereka
dalam
pemebelajaran sesuai dengan disain
mengahadapi isu-isu yang dibawa
pembelajaran
telah
dalam drama. Kemampuan pengajar
disesuaikan
(teaching skill) untuk mengendalikan
yang
direncanakan
dan
sebelumnya.
Semua
terlaksana walaupun
dengan pada
terdapat
desain
I
beberapa
proses
diskusi
dapat
baik
membawa hasil yang berbeda dalam
masih
keberhasilan proses pembelajaran.
kendala
Hal ini dialami oleh peneliti sendiri
cukup
siklus
jalannya
untuk
yang
untuk
dengan sesi diskusi yang kurang
dapat mengikuti drama dengan baik,
terfokus karena belum dapat dengan
serta kemampuan beberapa anak
baik mengatur anak-anak di kelas III.
diantaranya
penyesuaian
mengkondisikan
anak-anak
menjalani
siklus
Untuk
yang dirasa sangat kurang untuk
pertama
membuktikan
memainkan peran dengan baik. Hal
keberhasilan target yang dicapai
tersebut diatasi di siklus II dengan
melalui serangkaian tindakan yang
memilih hanya anak-anak yang dapat
dilakukan, selain dari pengamatan,
menampilkan drama dengan cukup
maka wawancara yang dilakukan
baik saja sehingga cerita drama dapat
juga terhadap guru kelas, guru mata
dengan lancar ditampilkan di depan
pelajaran, guru piket dan anak-anak
kelas.
yang Peneliti dapat melihat proses
Hasil
menjadi
subjek
wawancara
penelitian.
dengan
evaluasi dan diskusi yang dilakukan
mengatakan
setelah melakukan drama sangatlah
positif yang terlihat dari anak-anak
penting
kelas
dalam
menentukan
keberhasilan
keseluruhan
proses
pembelajaran
dengan
metode
III
penelitian.
banyak
guru
yang
perubahan
menjadi
Anak
menjadi
subjek lebih
peduli terhadap kebersihan kelas,
bermain peran ini. Dalam diskusi
saling
inilah
berkurang, lebih tertib ketika shalat
anak-anak
banyak
mengejek,
mengganggu
104
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
berjamaah dan tertib ketika berdoa
mengarahkan
setelah
jalannya
sholat.
Adapun
hasil
dan
memfokuskan
diskusi
sambil
tetap
wawancara dengan anak-anak yang
mendorong anak untuk berekspresi
dijadikan subjek penelitian, rata-rata
dan berbagi dengan grup diskusi,
mengaku senang dengan metode
sehingga tujuan dari pembelajaran
bermain peran. Mereka juga menjadi
dengan metode bermain peran dapat
lebih menjaga kebersihan kelas dan
tercapai dengan baik.
menyayangi makhluk hidup yang ada disekitarnya.
Ada
yang
keterbatasan yang didapati dalam
mengaku tambah rajin dan senang
penelitian ini, yang sedikit banyak
berdoa.
mempengaruhi Berdasarkan
juga
Namun demikian, terdapat
uraian
yang
penerapan
tingkat
metode
telah dikemukakan diatas, dapat
keterbatasan
dinyatakan bahwa kegiatan bermain
Waktu
pertemuan
peran
jadwal
pelajaran
cukup
meningkatkan
efektif
ini,
waktu
yaitu
pertemuan. dibatasi
lain.
oleh
Biasanya
natural
pertemuan berlangsung selama 2 jam
dan kecerdasan spiritual. Walaupun
pelajaran. Namun beberapa kali,
ada
hanya
sedikit
menjadi
kecerdasan
dalam
efektifitas
hambatan,
bahan
evaluasi
namun
tersedia
waktu
1
jam
untuk
pelajaran. Hal ini disebabkan jadwal
meningkatkan performa metode ini.
atau kegiatan akademik lain seperti
Dalam
ulangan. Hal ini kadang membuat
wawancara
dengan
guru
kolaborator, guru merasakan metode
pertemuan
ini dapat menjadi alternatif
untuk
maksimal. Seperti ketika diskusi
digunakan secara lebih terstruktur
masih belum optimal, pertemuan
dalam rencana pembelajaran. Namun
sudah harus dihentikan.
menjadi
kurang
selain itu, guru juga merasa metode ini membutuhkan persiapan yang
SIMPULAN Penelitian
tidak sederhana sebelum diterapkan di kelas. Selain itu, hambatan yang sering terjadi adalah dalam proses diskusi, guru harus pandai-pandai
tentang kecerdasan
upaya natural
ini
mengkaji
meningkatkan dan
spiritual
melalui metode bermain peran anak 105
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
kelas III di Madrasah Ibtidaiyah
cerita), pelaksanaan bermain peran,
Darul
evaluasi dan diskusi.
Hikmah.Berdasarkan
hasil
analisis data dan pembahasan, terjadi peningkatan
kecerdasan
spiritual
anak setelah diberikan pembelajaran
SARAN Dari temuan di atas maka
dengan metode bermain peran. Hal
saran dari peneliti sebagai berikut:
ini dapat dilihat dari hasil observasi
1. Bagi pendidik dan guru kelas III
dan
hasil
test
anak
secara
dalam
upaya
meningkatkan
keseluruhan pada siklus I dan siklus
kecerdasan
II. Peningkatan kecerdasan spiritual
hendaknya dapat menggunakan
terjadi pada kelima aspek yang
metode bermain drama dengan
diteliti,
baik.
Terjadi
peningkatan
Dalam
kecerdasan spiritual anak setelah
peneliti
diberikan
bermain
pembelajaran
dengan
spiritual
anak
penelitian
menemukan peran
ini
metode
memerlukan
metode bermain peran. Hal ini dapat
upaya yang sedikit lebih besar
dilihat dari hasil observasi dan hasil
untuk
test
anak secara keseluruhan pada
drama, mempersiapkan pemain
siklus I dan siklus II. Tiga aspek
drama, mengawal proses bermain
yang dijadikan fokus pengembangan
drama,
pada
yaitu
diskusi dan evaluasi. Namun
kemampuan
begitu, hasil yang didapatkan
kecerdasan
spiritual,
aspek
mempersiapkan
menjalankan
mengklasifikasikan flora, fauna dan
sepadan
benda alam lain, kepedulian terhadap
dikeluarkan.
kondisi lingkungan alam, aspek doa, empati
dan
hidup
sederhana
naskah
dengan
proses
upaya
yang
2. Bagi kepala sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan
meningkat cukup siginifikan. Metode
kepada
guru
bermain peran yang dilakukan adalah
mengembangkan dan mencoba
metode bermain peran yang terdiri
metode-metode
dari persiapan (memilih pemain,
yang
menyiapkan pengamat, menjelaskan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan
digunakan
untuk
pembelajaran sehingga
dapat bervariasi dan membuat 106
Peningkatan Kecerdasan… Afifah Nur Hidayah
anak menyenangi proses belajar dan mengajar di sekolah. 3. Bagi peneliti pendidikan anak usia
dini
selanjutnya,
dapat
mengembangkan penelitian ini dengan
meneliti
faktor-faktor
yang lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. Dalam hal ini masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi kecerdasan spiritual
anak,
seperti
faktor
social budaya, orang tua anak atau faktor lingkungan tempat anak tinggal.
DAFTAR PUSTAKA Agustian. Emotional Spiritual Quotient, The ESQ Way 165 1 Ihsan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam. Arga Publishing:Jakarta. 2010. Amstrong, Thomas. Multiple Intelegence in the Classroom. 3rd ed.US: ASCD. 2009 Charles, Mark dan Robert Fox, Role Playing Method in Classroom. Chicago: Science Research Associates, Inc.1996 Gardner, Howard.Multiple Intelegences The Theory in Practice, New York: Basic Book, 1993, Kurniah,Nina. Penerapan Bermain Peran untuk Meningkatkan Kecerdasan Jamak pada Anak Usia Dini. Tesis. UNJ. 2009.
Musfiroh, Takdirotun, Cerdas Melalui Bermain. Yogyakarta: Grasindo, 2008. Pusat Studi Pendidikan Anak Usia Dini Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Program Pembelajaran untuk Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak bagi Pendidik Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Logung Pustaka. 2009 Rajiih, Hamdan. Cerdas Akal Cerdas Hati.Trj. Abdul Wahid Hasan & Ach. Maimun Syamsudin, Jakarta: Diva Press. 2008. Semiawan, Conny. R. & Djeniah Alim. Petunjuk Layanan dan Pembinaan Kecerdasan Siswa.Bandung, Remaja Rosdakarya. 2002 Shaftel, Fannie and George Shaftel, Role-Playing for Social Values: Decision-Making in the Social Studies. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, Inc. 1967 Sprinthall, Norman A. & Richard C. Sprinthall. Ecucational Psychology; a Developmental Approach. New York; Mc Graw Hill.Inc, 1990 Sue Bredekapm. Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving Children From Birth Trough Age 8.Washington: Nasional Association for The Education of Young Children. 1992 Siswanto,Wahyudi & Lilik Nur Kholidah & Sri Umi Mintarti. Membentuk Kecerdasan Spiritual Anak. Jakarta: Amzah. 2010. 107
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhiah (Trancendental Intelligence) Membentuk Kepribadian yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press. 2001. Undang-Undang Dasar 1945, Amandemen I, II, III, IV, Jakarta: Sandro Jaya Jakarta. 2004. UURI Nomor 20 Tahun 2003, tentang SIstem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Medya Jakarta. Zohar, Danah dan Marshall, Ian, SQ: Memanfaatkan kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir. 2004.
108