HUBUNGAN KONDISI KEAKSARAAN KELUARGA DAN MOTIVASI MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN (Studi Korelasional pada Anak TK B Pelangi, di Balakembang, Kramat Jati Jakarta Timur, Tahun 2011)
ASIH BUDI KURNIAWATI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Email:
[email protected]
Abstract: The objective of this research was to obtain an overview of family's literacy conditions and reading motivation towards the ability of beginning reading of kindergarten students on grade B TK Pelangi, at Kelurahan Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, 2012. The population of this research was kindergarten students in Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur. The sample consisted of 32 kindergarten students of TK Pelangi were chosen by simple random sampling. The data were collected using an instrument in the form of questionnaire as a representative of family’s literacy conditions and reading motivation variables and other test instrument as a representative of the ability of beginning reading. The results of this research yields that family’s literacy conditions (X1) and Reading Motivations (X2) -either individually as well as together, had positive correlations towards the ability of beginning reading (Y). Keywords: Family’s Literacy Conditions, Reading Motivations, The Ability Of Beginning Reading
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah unuk memperoleh gambaran kondisi keaksaraan keluarga dan motivasi membaca terhadap kemampuan membaca awal siswa TK kelas B TK Pelangi, di Kelurahan Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur, 2012. Populasi penelitian ini adalah siswa TK di Balekambang, Kramat jati, Jakarta Timur. Sampel terdiri dari 32 siswa TK pelangi diilih secara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner sebagai wakil dari kondisi keaksaraan keluarga dan membaca variabel motivasi dan alat tes lainnya sebagai wakil dari kemampuan awal membaca. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa keluarga kondisi literasi (X1) dan Reading Motivasi (X2) baik secara individu maupun bersama-sama memiliki korelasi positif terhadap kemampuan awal membaca (Y). Kata Kunci: kondisi literasi keluarga, motivasi membaca, membeca permulaan
Bahasa komunikasi. manusia
adalah Melalui
bisa
alat
berbagai segi perkembangan anak,
bahasa,
seperti
perkembangan
mengungkapkan
sosial,
emosional
intelektual,
dan
sekaligus
sesuatu yang ada di dalam pikiran.
merupakan
pendukung
untuk
Selain itu, bahasa juga memiliki
mencapai
keberhasilan
dalam
peran yang sangat penting dalam
mempelajari semua bidang studi. 1
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Oleh karena itu, sejak dini anak-anak
membaca, maka ia akan mengalami
diarahkan agar mampu menggunakan
banyak kesulitan dalam mempelajari
bahasa dengan baik dan benar dalam
berbagai
kehidupan sehari-hari untuk berbagai
berikutnya (Lerner, 2002:102). Oleh
situasi seperti menyapa, sehingga
karena
anak
menguasai
membaca agar ia dapat membaca
keterampilan berbahasa sejak dini.
untuk belajar. Tidak hanya berbagai
Salah
bidang studi pelajaran bahkan lebih
mampu
satu
berbahasa
aspek yang
keterampilan
penting
untuk
bidang
itu,
studi
anak
di
harus
kelas
belajar
luas lagi, kemampuan membaca
dipelajari anak adalah keterampilan
dibutuhkan
membaca.
Menurut
Montessori
kehidupan sehari-hari. Kemampuan
(2002:102)
“Bahasa
merupakan
membaca
kecakapan
fundamental
penting
yang
perlu
seseorang
dapat
anak
dengan pemberian stimulasi sedini
dipelajari”.
mungkin secara tepat dan tanpa paksaan.
kegiatan
memperhatikan
Tepat
dalam
artian
dan
rumit,
anak
perlu
tahapan perkembangan usia anak,
memperoleh
dan tanpa paksaan karena setiap anak
keterampilan tersebut. Apalagi bagi
memiliki masa peka yang berlainan
anak
dan
sehingga
unik
dikuasai
paling
Keterampilan membaca merupakan yang
dalam
seorang
mempelajari
untuk
Taman
Kanak-kanak
yang
masih dalam tahap pra-operasional menuju
operasional
di
masa
karakteristik
ini
dan
memerlukan
stimulasi.
konkret,
Namun pada kenyataannya
tentunya keterampilan membaca ini
kondisi keaksaraan dalam hal ini
perlu sedikit demi sedikit diajarkan.
budaya
membaca
Indonesia
masih
Mengingat
kemampuan
masyarakat
rendah.
Masih
membaca adalah dasar bagi anak
sangat banyak keluarga yang belum
untuk menguasai berbagai bidang
berbudaya keaksaraan sehingga tidak
kehidupan
mampu
ini,
seperti
dijelaskan oleh Lerner
yang
menjadi
model
perilaku
jika anak
keaksaraan bagi anaknya. Berangkat
pada usia sekolah permulaan tidak
dari fakta itu terlihat betapa sentral
segera
peran keluarga terutama orangtua
memiliki
kemampuan
2
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
dalam
menciptakan
budaya
Berdasarkan beberapa pendapat di
yakni
atas dapat disimpulkan bahwa yang
sehingga
dimaksud dengan kemampuan adalah
diharapkan anak memiliki motivasi
suatu kesanggupan atau kapasitas
membaca dan akhirnya tertarik untuk
yang
belajar membaca. Untuk mengetahui
melakukan
apakah
kondisi
dihasilkan dari pembawaan atau
keaksaraan keluarga dan motivasi
latihan-latihan yang terus menerus.
membaca
kemampuan
Kemampuan ini mencakup ranah
membaca permulaan anak TK B,
kognitif, afektif dan psikomotor.
maka perlu kiranya diadakan suatu
Berikutnya
penelitian.
mengenai
keaksaraan
salah
kebiasaan
membaca
ada
satunya
hubungan
dengan
dimiliki
seseorang
suatu
tindakan
mengenai definisi
dalam yang
kajian membaca.
pengertian membaca oleh Goodman Hakikat Kemampuan Membaca
dalam Mackay yaitu sebagai proses
Permulaan
psikolinguistik.
Menurut
Menurutnya
Munandar,
membaca
kemampuan merupakan daya untuk
pembaca
melakukan suatu tindakan sebagai
sesuai
hasil dari pembawaan atau latihan
menyusun pesan yang disandikan
(Munandar, 1999:17). Kemampuan
oleh
yang dalam bahasa Inggris dapat
pengertian psikolinguistik di sini
diterjemhkan dengan kata “ability”.
adalah suatu ilmu antar disiplin yang
Menurut Robbins kata ability ini
mempunyai ruang lingkup berupa
diartikan
bahasa, gejala jiwa dan hubungan di
sebagai
kemampuan
mengacu pada kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugasnya dalam
sebuah
pekerjaan.
adalah atau
proses
ketika
pengguna
bahasa
dengan
kemampuannya,
penulisnya,
sedangkan
antara keduanya (Mackay, 1979:5) Crowley dan Mountain dalam Rahim juga memberi pengertian
Kemampuan seseorang ini secara
membaca
keseluruhan dilengkapi dengan dua
psikolinguistik, yang mana dalam
faktor, yaitu faktor intelektual dan
proses ini, pembangunan makna
faktor
dibantu oleh schemata yang dimiliki
kemampuan
secara
fisik.
sebagai
suatu
proses
3
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
pembaca,
sedangkan
kemampuan membaca suku kata,
pengkomunikasian
dan
membaca kata, membaca kalimat
penginterpretasian
pesan-pesan
sederhana dengan lafal dan intonasi
(bunyi-bunyi
yang wajar serta memahami isi
dibantu
fonologi
bahasa),
semantik
(makna)
dan
bahan bacaan (Akhadiah 1995:37).
sintaksis (struktur kalimat), (Rahim,
Jadi
2008:3).
aktivitas
Sebagaimana
dikemukakan
yang
Anderson
dkk
membaca
bukan
sekedar
yang
hanya
fisik
mengandalkan gerakan mata akan
mendefinisikan, “Reading is the
tetapi
process of constructing meaning
mental
from written texts. It is complex skill
simbol-simbol
requiring the coordination of number
membutuhkan
of
kompleks
yang
kemampuan
mendengar,
interrelated
information”.
sources
(Anderson,
of
1984:7)
juga
merupakan
dalam
rangka
aktivitas memaknai
tertulis
yang
keterampilan mencakup bicara,
Membaca merupakan suatu proses
menyimak dan menulis agar dapat
dalam menafsirkan arti teks yang
menerjemahkan tanda dan lambang-
tertulis membutuhkan keterampilan
lambang ke dalam makna yang
kompleks yang menuntut kerjasama
dimaksudkan
dalam
mengintegrasikan
mengolah
sumber
oleh
penulis
dan
makna
baru
informasi.Robeck dan Wilson dalam
tersebut dengan pengalaman yang
Akhadiah
menjelaskan
bahwa
telah dimiliki pembaca.
membaca
merupakan
proses
Oleh
karena
kemampuan
penerjemahan tanda dan lambang-
membaca merupakan sesuatu yang
lambang ke dalam maknanya, serta
kompleks
pemaduan makna baru ke dalam
mengembangkan
sistem kognitif dan afektif yang
diperlukan berbagai hal yang harus
sudah dimiliki pembaca (Akhadiah,
diperhatikan. Salah satu hal yang
2007:20). Masih menurut Akhadiah
perlu diperhatikan antara lain faktor
bahwa membaca pada tingkat awal
kematangan
disebut
permulaan,
memiliki
mencakup
Apabila
membaca
membaca permulaan
maka
usia
kemampuan
sehingga
kesiapan anak
dalam
telah
ini
anak
membaca. memiliki 4
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
kematangan usia, diharapkan anak
menurutnya
tidak
kemampuan untuk membaca dan
merasa
terbebani
dalam
mempelajari kemampuan membaca.
literasi
merupakan
menulis yang cukup baik untuk memecahkan masalah, menemukan
Hakikat
Kondisi
Keaksaraan
kebutuhan, mempelajari informasi baru dan menemukan kegemaran
Keluarga Istilah
keaksaraan
dalam
dalam kata yang tertulis. Ini berarti
penelitian ini dipadankan dengan
bahwa untuk sanggup membaca dan
istilah asing yaitu “literacy”. Definisi
menulis
literasi ini dapat dikaji dari Jalongo
pengaturan
(2007: 26) bahwa literasi adalah
kemampuan yang lebih daripada
kemampuan bahasa tertulis yang
sebelumnya dalam sejarah (Bewer,
memiliki dua sifat yaitu reseptif yang
1992:304).
disebut
keterampilan
selanjutnya, yang dimaksud dengan
membaca, dan bersifat produktif
kondisi keaksaraan dikhususkan pada
yang disebut dengan keterampilan
aspek
menulis. Definisi literasi selanjutnya
keaksaraan akan membawa individu
diambil dari Pellegrini dan Gald
untuk
(1988: 8) yang mendefinisikan istilah
berbagai
jenis
literasi sebagai pembentukan dan
mencapai
kemajuan
penginterpretasian berbagai sistem
dunia pendidikan untuk menimba
simbol, seperti peta, grafik, dan
berbagai pengetahuan dalam bidang
aksara alfabetis yang tradisional.
apapun dan pada jenjang manapun
Sependapat dengan itu, seperti yang
(Akhadiah, 2007: 84). Pada masa
dikutip dalam makalah Akhadiah
anak usia dini, faktor lingkungan
(2007: 82) yaitu segala sesuatu yang
khususnya
berkaitan
yakni
memegang peranan yang cukup besar
sistem tanda grafis yang digunakan
dalam mengembangkan kemampuan
manusia untuk berkomunikasi.
membaca. Dalam hal ini orang tua
dengan
dengan
Definisi
aksara,
literasi
juga
dikemukakan oleh Bewer, bahwa
saat
ini,
diperlukan
yang
kompleks,
Untuk
membaca.
meraih
pemaparan
Kemampuan
dan
menyimpan
informasi
dalam
serta
lingkungan
dalam
keluarga
dapat mengarahkan kepada anak agar memunculkan
motivasi
membaca 5
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
pada diri anak sehingga anak usia
kesempatan
untuk
membentuk
dini tertarik pula untuk memiliki
kepribadian
dan
kemampuan
kemampuan membaca. Schell (1989:
anak.Untuk mengajak anak tertarik
53)
membaca
menekankan
belakang
pengaruh
keluarga,
latar
lingkungan
sehingga
kemampuan
memiliki
membaca
maka
sekitar rumah, kawan sebaya, media
diperlukan
peran
serta
keluarga
massa,
terhadap
terutama
orang
tua
dalam
berpikir
mengkondisikan
Ahmadi
tersebut.
dan
kultur
kemampuan
dan
cara
seseorang.
Menurut
pertumbuhan
Combourne
dalam
(2007:221) keluarga merupakan satu
Akhadiah (2008:8-9) menekankan 7
kesatuan sosial yang terdiri dari
kondisi
yang
mencakup:
(1)
suami, istri dan anak-anak yang
penenggelaman/
immersion,
(2)
belum dewasa. Sedangkan menurut
pemodelan/
demonstration,
(3)
Gerungan
harapan/ expectation, (4) tanggung
(1996:180)
adalah,
keluarga merupakan kelompok sosial
jawab
yang
kehidupan
penggunaan / use, (6) aproksimasi,
keluarga
penghampiran, approximation, dan
pertama
manusia,
dalam
dimana
merupakan tempat ia belajar.
/
responsibility,
(5)
(7) umpan balik / feed back.
Menurut Dunst, Trivette &
Menurut Akhadiah salah satu
Deal dalam Shonkoff dan Meisels,
cara yang dapat dilakukan sebagai
fungsi keluarga adalah suatu wadah
proses pengembangan kemampuan
kekuatan program intervensi untuk
keaksaraan
meningkatkan
keluarga,
menyediakan
keluarga,
Sehingga
mencakup
kualitas kekuatan
adalah
dengan
suatu
kegiatan
proses
anak
untuk
sebagai teladan, dan tempat untuk
memiliki kemampuan membaca dan
meningkatkan kemampuan anggota
sampai pada kebiasaan membaca itu,
keluarga misalnya kemampuan anak
berangkat
dalam belajar. Orangtua merupakan
terutama
guru yang pertama dan utama bagi
pertama bagi anak. Peran keluarga
seorang anak. Karena orangtualah
terutama orangtua yang mendukung
yang paling banyak
perkembangan
mempunyai
dari ibu
peran
keluarga
sebagai
pendidik
anak
dengan 6
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
memberikan
contoh/
teladan
“Motivation is a set of one or more
membaca dan juga sarana prasarana,
conditions which activate –turn on-
khususnya dalam bidang bahasa.
behavior, direct the behavior, toward
Perilaku orangtua di rumah dalam
some goal, and maintain behavior
aktivitas membaca untuk dirinya
until the goal is reached. Definisi di
yang
atas menjelaskan bahwa motivasi
menjadi
rutinitas
dan
disaksikan oleh anak menjadi sebuah
adalah
kondisi
keluarga,
mengaktifkan, menimbulkan perilaku
motivasi
bersemangat, mengarahkan perilaku
keaksaraan
sekaligus
penanaman
membaca pada diri anak.
kondisi
yang
ke suatu tujuan, dan memelihara
Berdasarkan pernyataan
suatu
beberapa
di atas maka
dapat
perilaku
sampai
tercapai.
tujuan
Sedangkan
dapat menurut
disimpulkan bahwa yang dimaksud
Deeprose
kondisi keaksaraan keluarga adalah
perasaan batin, suatu dorongan yang
perilaku-perilaku
keluarga
mengilhami, dan menopang tindakan
aspek
dan komitmen (Deeprose, 2006:
yang
dalam
berkaitan
dengan
membaca, mencakup beberapa aspek
xiii).
antara
motivasi
lain
pemodelan,
penenggelaman, harapan,
motivasi
Dengan
adalah
adanya
seseorang
suatu
dorongan melakukan
tanggung
tindakan, dan adanya tujuan yang
jawab, penggunaan, penghampiran
pasti maka seseorang akan lebih
dan
termotivasi
umpan
menumbuhkan
balik dan
guna
meningkatkan
motivasi membaca yang akhirnya anak memiliki kemampuan membaca permulaan yang baik.
yang
ditunjukkan
usaha
yang
dilakukan untuk mencapai tujuan. Sejalan dengan itu Sardiman memberikan motivasi
Hakikat Motivasi Membaca
melalui
kemudian
definisi
tentang
sebagai suatu perubahan
tenaga di dalam diri seseorang yang
Kata motivation berasal dari
ditandai oleh dorongan efektif dan
bahasa latin, movere, yang berarti
reaksi-reaksi dalam usaha mencapai
pindah; gerakan (Wittig, 1984: 357).
suatu tujuan (Sardiman, 1996:194).
Menurut
Selanjutnya
Wittig
dan
Williams
Worell
dan
Stilwel 7
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
mengatakan
apabila
anak
kegairahan
dalam
belajar
dan
mencapai
sukses
atau
mempunyai motivasi yang positif
harapan
maka anak akan memperlihatkan
kebiasaan dalam berbagai hal sangat
sikap; mempunyai perhatian, dan
tinggi. Atkinson dalam Pintrich dan
ingin ikut serta; bekerja keras, serta
Schunk
memberikan waktu kepada usaha
motivasi
tersebut, dan; terus bekerja sampai
kecenderungan individu yang terdiri
tugas
dari
terselesaikan
(Soekamto,
menambahkan
bahwa
merupakan
suatu
dua
motivasi
dasar,
yaitu
1993:39). Adapun ciri-ciri orang
motivasi
yang memiliki motivasi berhasil dan
keberhasilan dan motivasi untuk
berprestasi menurut Mc Clelland
menghindari
adalah
mencapai keberhasilan menunjukkan
orang
berperilaku
akan
cenderung
menyukai
tanggung
untuk
harapan
mencapai
kegagalan.
dan
Motivasi
mencerminkan
jawab untuk memecahkan masalah;
kemampuan individu untuk merasa
cenderung untuk menetapkan tujuan
bangga
yang
keberhasilan. Sedangkan motivasi
cukup
sulit
dan
berani
ketika
mencapai
mengambil resiko; mementingkan
menghindari
umpan balik yang kongkrit tentang
menunjukkan besarnya rasa malu
seberapa baik prestasinya; asyik
individu bila mengalami kegagalan
dengan tugas yang diembannya dan
(Schunk, 2008:47).
selalu ingin menyelesaikan dengan sempurna. (Luthan, 1997:190)
kegagalan
Lebih lanjut dijelaskan bahwa indikator
motivasi
belajar
dapat
Ini berarti orang yang punya
diklasifikasikan adanya hasrat atau
motivasi ditandai dengan adanya
keinginan berhasil; adanya dorongan
ketekunan
dan kebutuhan dalam belajar; adanya
segala
dalam
sesuatu
menyelesaikan yang
menjadi
harapan dan cita-cita masa depan;
memusatkan
perhatian
adanya penghargaan dalam belajar;
tertentu,
adanya kegiatan yang menarik dalam
tanpa ada pemantauan dari luar
belajar; adanya lingkungan belajar
dirinya,
yang
tugasnya, untuk
mencapai
tujuan
keterlibatan
memperlihatkan
usaha
tinggi, dan
kondusif
memungkinkan
sehingga
seseorang
dapat 8
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
belajar
baik
(Schunk,
dengan memberikan makna lisan dari
Berdasarkan
teori-teori
benda-benda yang ada disekitarnya.
dengan
2008:47).
dan uraian di atas dapat disimpulkan
Menurut
bahwa Motivasi membaca adalah
bahasa anak usia 5-6 tahun adalah
kondisi
masa pemahaman anak semakin
atau
keadaan
yang
Baraja
perkembangan
mengaktifkan,
mantap,
walaupun
menimbulkan perilaku bersemangat,
bingung
dalam
yang berasal dari dalam diri anak
waktu
untuk
perilaku
dipahami dengan jelas). Kosakata
memiliki
aktif bisa mencapai dua ribuan,
ditunjukkan
sedangkan kata pasif sudah makin
melalui perilaku diantaranya adalah:
banyak jumlahnya (Baraja, 1986:
semangat membaca, menunjukkan
36). Anak mulai belajar mengenal
hasrat/keinginan
membaca,
huruf dan kalimat-kalimat yang agak
anggapan positif, dan kebutuhan
rumit mulai digunakan. Seperti yang
individu
membaca,
dikemukakan Mackey dalam Baraja
memperlihatkan perhatian dan sikap
menyatakan, menginjak usia 6 tahun
positif terhadap membaca, ingin ikut
anak tidak ada kesukaran dalam
serta atau terlibat, bekerja keras,
memahami
ketahanan/ketekunan membaca, serta
dipakai orang dewasa sehari-hari.
menyediakan
Mulai belajar membaca dan aktivitas
mendorong,
menumbuhkan
membaca.
Anak
yang
motivasi
membaca
untuk
dalam
waktu
luang,
dan
(konsep
masih
hal
menyangkut
waktu
kalimat
sering
yang
belum
biasa
ini dengan sendirinya menambah
memiliki harapan/cita-cita.
perbendaharaan kata anak. Mulai Karakteristik
Perkembangan
Bahasa Anak TK B (5-6 tahun) Proses
belajar
bahasa
merupakan pencapaian intelektual
membiasakan pola kalimat yang agak rumit dan pada dasarnya sudah dikuasai sebagai alat berkomunikasi (Baraja, 1990: 31).
anak yang paling berharga, idealnya
Selanjutnya menurut Jamaris
orang tua yang merupakan guru
bahwa pada usia 5-6 tahun anak-anak
bahasa pertama anak seharusnya
berada pada subfase berpikir intuisi.
dimulai dari masa kanak-kanak awal
Maksudnya adalah pada saat usia ini 9
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
anak
kelihatannya
memahami
mengerti
sesuatu
dan
(misalnya
informasi dan proses adaptasi. Proses organisasi
adalah
proses
ketika
menyusun balok menjadi rumah),
manusia menghubungkan informasi
akan tetapi pada hakikatnya anak
yang diterimanya dengan struktur
tidak mengetahui alasan-alasan yang
pengetahuan yang sudah tersimpan
menyebabkan
dapat
sebelumnya di dalam otak. Melalui
disusun menjadi rumah. Dengan kata
proses organisasi ini manusia dapat
lain,
memahami
balok
anak
belum
itu
mempunyai
informasi
baru
yang
kemampuan untuk berpikir kritis
didapat
tentang apa yang ada di balik
informasi tersebut dengan struktur
kejadian (Jamaris, 2006:9). Fokus
pengetahuan
perkembangan anak usia 5-6 tahun
sehingga dapat mengasimilasi atau
ada
mengakomodasi
pada
dunia
akademis
dan
dengan
menyesuaikan
yang
dimilikinya,
informasi
atau
intelektual, untuk periode ini yang
pengetahuan
menonjol adalah banyaknya kata-
proses adaptasi berisi dua kegiatan.
kata, gagasan, konsep-konsep yang
Pertama
merupakan representasi dari hal-hal
pengetahuan yang diterima, yang
yang telah dialami dan disimpan
disebut
secara
Kedua,
mental,
pengalaman
atau
baik
melalui
yang
diterima
secara langsung (Baraja, 1990: 39). Menurut memperoleh
Piaget, suatu
anak
pengetahuan
memahami
menginterpretasikan
hal
Sedangkan
mengintegrasikan
juga
dengan
asimilasi.
mengubah
struktur
pengetahuan yang sudah dimiliki dengan struktur pengetahuan baru, sehingga akan terjadi keseimbangan (equilibrium) (Lee, 1994:4).
melalui proses konstruktif, anak dapat
tersebut.
Jadi
dalam
pembelajaran,
atau
termasuk dalam belajar membaca,
baru
anak
harus
aktif
dalam
berdasarkan pengalaman dan tingkat
mengkonstruk pengetahuan mereka,
perkembangan
Oleh
kegiatan yang bersifat pasif atau
karena itu, pada saat menusia belajar
hafalan-hafalan, tidak memiliki peran
telah
yang berarti terhadap perkembangan
terjadi
dirinya,
yaitu
kognitifnya.
dua
proses
proses
dalam
organisasi
mental
anak.
Sebaliknya
yang 10
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
dibutuhkan adalah kegiatan-kegiatan
kepada anak sehingga anak terdorong
yang melibatkan partisipasi anak
secara alamiah untuk dengan senang
dalam mengkonstruk pengetahuan
hati belajar membaca.
mereka.
Sebaliknya
Vygotsky
memandang proses belajar sebagai proses
interaksi
dengan
lingkungannya.
menekankan
sosial
Vygotsky
pentingnya
seseorang.
peran
Pengetahuan
berkembang ketika ada masukan dari orang lain. Vygotsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak berada dalam zone of proximal development (ZPD). Dalam belajar ZPD ini dapat dipahami sebagai selisih
antara
dikerjakan
apa
seseorang
yang
dengan
dewasa. Maksimalnya perkembangan ZPD ini tergantung pada intensifnya interaksi antara seseorang dengan sosialnya
(Baharudin,
Melihat terbatasnya waktu pembelajaran di sekolah, sehingga, diperlukan peran keluarga untuk mengkondisikan
lingkungan
keaksaraan disekitar anak. Kondisi
mampu
keluarga memberikan
diharapkan
survey
dengan
teknik
korelasional.Teknik korelasional ini untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 dengan Y, hubungan X2 dengan Y, dan hubungan X1 dan X2 dengan Y. Pengambilan data dalam penelitian
ini
dilakukan
dengan
bentuk instrumen tes tertulis dan angket. Desain penelitian ini tersaji sebagai berikut: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh TK B di kelurahan Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur tahun ajaran 2011-2012 yang tersebar di 6 sekolah. Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
2009:124).
keaksaraan
metode
bisa
kelompok atau dengan bantuan orang
lingkungan
Penelitian ini menggunakan
individu
interaksi sosial dalam perkembangan belajar
METODE PENELITIAN
dalam
sampel
penelitian acak
ini
sederhana
(simple random sampling). Dengan cara melakukan undian terhadap 6 TK B yang berada di Kelurahan Balekambang, Kramat Jati, Jakarta Timur. Hasil random terpilih TK B Pelangi terdiri dari 32 siswa.
stimulasi 11
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN
kemampuan
Hubungan Kondisi
adalah 0,34244. Nilai ini dapat
Keluarga
Keaksaraan
(X1)
dengan
diartikan
membaca
bahwa
permulaan
sekitar
34.24%
Kemampuan Membaca Permulaan
variasi yang terjadi pada kemampuan
(Y)
membaca permulaan dapat dijelaskan Kondisi keaksaraan keluarga
terbukti
mempunyai
hubungan
oleh kondisi keaksaraan keluarga. Hubungan Motivasi Membaca (X2)
positif dengan kemampuan membaca
dengan
permulaan.
Permulaan (Y)
Koefisien
korelasi
Selain
kondisi keaksaraan keluarga dengan kemampuan
membaca
permulaan
Kemampuan
keluarga,
Membaca
kondisi
keaksaraan
ternyata
dari
hasil
sebesar 0.585 dengan persamaan
penelitian motivasi membaca juga
regresi Ŷ = 17.18 + 0.553X1. Dari
terbukti
hubungan persamaan regresi tersebut
positif dengan kemampuan membaca
berarti dapat diketahui makin tinggi
permulaan. Koefisien korelasi antara
kondisi keaksaraan keluarga, maka
motivasi
membaca
dengan
akan
kemampuan
membaca
permulaan
semakin
kemampuan
tinggi
membaca
pula
permulaan
adalah
mempunyai
sebesar
hubungan
0.541
dengan
anak. Peningkatan satu skor pada
persamaan regresi Ŷ = -20.66 +
kondisi
0.788X2. Dari persamaan hubungan
keaksaraan
menyebabkan skor
keluarga
peningkatan
kemampuan
0,553
membaca
regresi tersebut berarti makin tinggi motivasi
membaca
maka
akan
permulaan pada konstanta 17,18.
semakin tinggi pula kemampuan
Anak
kondisi
membaca permulaan. Peningkatan
keaksaraan keluarga yang baik maka
satu skor pada motivasi membaca
akan mendukung terjadinya situasi
menyebabkan
pembelajaran
skor
yang
memiliki
yang
baik
pula,
peningkatan
kemampuan
0.788
membaca
meningkatkan
pemulaan pada konstanta -20.66.
kemampuan membaca permulaan.
Oleh karena itu, dapat dikatakan
Koefisien determinasi antara kondisi
bahwa dengan motivasi membaca
sehingga
keaksaraan
dapat
keluarga
dengan 12
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
tinggi berarti kemampuan membaca
membaca permulaan ditentukan oleh
permulaan juga tinggi.
kondisi keaksaraan keluarga dalam
Koefisien determinasi antara motivasi
membaca
dengan
kemampuan
membaca
permulaan
situasi variabel motivasi membaca dikontrol.
Sedangkan
pada
perhitungan korelasi parsial variabel
adalah 0.2932 yang berarti bahwa
kemampuan
sekitar 29.32% variasi yang terjadi
(Y) dengan motivasi membaca (X2)
pada
dan
kemampuan
membaca
membaca
variabel
kondisi
permulaan
keaksaraan
permulaan dapat dijelaskan oleh
keluarga (X1) dikontrol diperoleh
motivasi
membaca.
Dengan
koefisien korelasi ry21 sebesar 0.524
demikian,
motivasi
membaca
dan koefisien determinasinya sebesar
merupakan salah satu faktor yang
0.27409.
harus
memberikan
diperhatikan
untuk
hasil
perhitungan informasi
ini
bahwa
meningkatkan kemampuan membaca
27.40% variasi skor yang terjadi
permulaan.
pada
Hubungan Kondisi Keluarga
(X1)
Keaksaraan
dan
Motivasi
Membaca (X2) secara bersamasama
dengan
Kemampuan
Selanjutnya pada perhitungan parsial
membaca
permulaan ditentukan oleh motivasi membaca
dalam
situasi
variable
kondisi keaksaraan keluarga. Hasil
perhitungan
korelasi
parsial di atas memberikan gambaran
Membaca Permulaan (Y)
korelasi
kemampuan
kemampuan
bahwa kondisi keaksaraan keluarga lebih besar kontribusinya terhadap
membaca permulaan (Y) dengan
kemampuan
kondisi keaksaraan keluarga (X1) dan
dibandingkan
variabel motivasi membaca (X2)
Perbedaan ini dapat dijelaskan oleh
dikontrol diperoleh koefisien korelasi
koefisien determinasi ry12> ry21 atau
ry12 0.570 dan koefisien determinasi
0.541> 0.524. Hasil ini menunjukkan
ry12
sebesar
perhitungan
0.32464. ini
Hasil
memberikan
membaca
permulaan
motivasi
membaca.
bahwa kontribusi yang diberikan motivasi
membaca membaca
terhadap
informasi bahwa 32.46 % variasi
kemampuan
permulaan
skor yang terjadi pada kemampuan
lebih kecil dibandingkan dengan 13
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
kontribusi
kondisi
keaksaraan
hipotesis ketiga yang menyatakan
keluarga. Oleh karena itu, kedua
bahwa terdapat hubungan positif
variabel bebas tersebut mempunyai
kondisi keaksaraan keluarga dan
hubungan yang baik secara sendiri-
motivasi
membaca
dengan
sendiri maupun secara bersama-sama
kemampuan
membaca
permulaan
dalam upaya mencapai kemampuan
dapat diterima.
membaca permulaan. Maka dapat diprediksi bahwa kedua variabel
SIMPULAN Berdasarkan analisis data di
tersebut tidak dapat diabaikan sebab atas
saling mendukung. Hal ini menjadi perhatian bahwa orangtua memegang peranan yang cukup penting di rumah untuk pencapaian kemampuan anak dalam berbagai bidang kehidupan dalam hal ini kemampuan membaca. Ini berarti sesuai dengan landasan teoretik yang dipaparkan
seperti
pada
teori
Combourne bahwa dibutuhkan tujuh kondisi yang kondusif di dalam keluarga
untuk
kemampuan
mengembangkan membaca
anak.
Pendapat tersebut juga didukung oleh
pendapat
ahli-ahli
yang
lain.Dari hasil penelitian yan g telah diuraikan di atas, maka dapat dilihat bahwa semua variabel bebas yang diteliti mendukung kerangka teoretik yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
Dengan
demikian,
berdasarkan analisis di atas pada
dapat
ditarik
kesimpulan
terdapat hubungan positif kondisi keaksaraan kemampuan
keluarga
dengan
membaca
permulaan
pada anak TK B, dengan koefisien korelasi sebesar 0.585. Hubungan ini digambarkan
dalam
persamaan
regresi Ŷ = 17.18 + 0.553X1. Ini berarti
makin
meningkat
nilai
kondisi keaksaraan keluarga, maka nilai
kemampuan
membaca
permulaan anak TK B juga akan meningkat, dan sebaliknya apabila nilai kondisi keaksaraan menurun maka nilai kemampuan membaca permulaan anak TK B menurun pula. Terdapat hubungan positif motivasi membaca
dengan
kemampuan
membaca permulaan pada anak TK B, dengan koefisien korelasi sebesar 0.524. Hubungan ini digambarkan dalam persamaan regresi Ŷ = -20.66 14
Hubungan Kondisi… Asih Budi Kurniawati
makin
memenuhi rasa keingintahuan anak
meningkat motivasi membaca, maka
yang besar dengan mengkondisikan
makin
lingkungan
+
0.788X2..
Ini
berarti,
meningkat
kemampuan
membaca
pula
nilai
permulaan
keaksaraan
menyediakan
keluarga,
fasilitas
agar
membaca
dapat
anak TK B. Sebaliknya, makin
kemampuan
rendah motivasi membaca anak,
berkembang, antara lain: tersedianya
maka nilai kemampuan membaca
buku-buku, ruangan yang memadai,
permulaannya pun rendah.Terdapat
penerangan yang mencukupi, dan
hubungan positif kondisi keaksaraan
tempat baca yang nyaman. Untuk
keluarga dan motivasi membaca
meningkatkan kemampuan membaca
dengan
permulaan
kemampuan
permulaan
anak
koefisien
membaca
ini
anak
TK
B
dengan
diharapkan para guru memberikan
sebesar
pembelajaran melalui berbagai jenis
digambarkan
permainan bahasa yang menarik,
TK B
korelasi
0.723.hubungan
pada
dalam persamaan regresi Ŷ = -
sehingga
42.776 + 0.464X1 + 0.633X2.Ini
memiliki
kemampuan
berarti makin tinggi tingkat kondisi
membaca.Lingkungan
masyarakat
keaksaraan keluarga dan ditunjang
perlu dilakukan intervensi sedini
tingginya motivasi membaca anak,
mungkin oleh berbagai lembaga
maka
keluarga
kemampuan
membaca
anak
seperti
tertarik
pos
untuk
PAUD,
permulaan anak TK B akan makin
posyandu, bina keluarga balita yang
tinggi. Sebaliknya, makin rendah
rata-rata dimiliki dari tingkat RW.
tingkat kondisi keaksaraan keluarga dan
motivasi
kemampuan
membaca,
membaca
maka
permulaan
juga akan rendah. SARAN Orangtua
sepatutnya
memberikan stimulasi yang terarah dan
berkesinambungan
untuk
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti. Pengembangan Budaya Keaksaraan Tahap Awal: Intervensi Dini (1). Jakarta: PPs UNJ, 2007. Akhadiah, Sabarti. “Pengembangan Budaya Keaksaraan” (2) Edu Lingua Jurnal Pendidikan Bahasa Vol 2. Jakarta: Uhamka Press, 2008. Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan 15
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Pembelajaran. Yogyakarta: Arruz Media, 2007. Baraja, MF. Kapita Selekta Pengajaran Bahasa.(2). Malang: IKIP Malang, 1990. Cecil, Nancy Lee and Phillis Lauritzen. Literacy and The Art for Integrated Classroom. Toronto: Longman, 1994 Raines, Shirley C. dan Robert J. Canady. The Whole Language Kindergarten. New York: Teacher College Press, Columbia University, 1990. Deeprose, Donna. Smart Things to Know about Motivation, Alih Bahasa Susanto. B. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo, 2006. Denny, Richard. Sukses Memotivasi Jurus Jitu Meningkatkan Prestasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994. Elliot, Andrew J. dan Carol S. Dwech. Handboook of Competence and Motivation. New York: The Guilford Press, 2005. Gerungan,W.A. Psikologi Sosial. Bandung: Enesco, 1996. Hainstock, Elizabeth G., Montessori untuk Sekolah Dasar, Jakarta: PT. Pustaka Dela Prasta, 2002. Jamaris, Martini. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia TK. Jakarta: Grasindo, 2006. Lerner, Janet. W. Learning Disabilities, Theories, Diagnosis and Teaching Strategies.USA: Houghton Mifflin Company, 1998. Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia, 1999.
Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Sardiman A.M. Interaksi dan Motvasi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rajawali, 1996. Schunk, Dale H, Paul R. Pintrich, Judith L.Meece, Motivation in Education (Theory Research & Application)3th. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall, 2008. Semiawan, Cony R. et.al. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah.(1). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Umum, 1990. Semiawan, Cony R. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar.(2). Jakarta: Indeks, 2008. Sujiono, Yuliani Nurani dkk., Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka, 2006.
16