HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP KESULITAN BELAJAR ANAK USIA DINI (Studi Korelasi Pada Siswa SDN Guntur 08 dan SDN Guntur 09, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, tahun 2012)
DEWI INDRIAWATI PAUD PPS Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur, E-mail:
[email protected] Abstract: The objective of this research was to determine wether there was a correlation between nutritional status and the emotional intelligence with learning disabilities in early childhood. The data were collected through 30 students aged seven to eight years in the Guntur 08 and Guntur 09 Setiabudi Jakarta Selatan. The data analysis and interpretation indicates that children with learning disablities have a bad nutritional status and have a low value of emotional intelligence. This research concludes that there are negative correlation between: (1) Nutritional status (X1) with learning disabilities in early childhood (Y) with ry1=0,573 and Ŷ = 113,66 – 4,05X1, (2) Emotional Intelligence (X2) with learning disabilities in early childhood (Y) with ry2=0,562 and Ŷ = 89,05 – 1,13X2, (3) furthermore between both independent variables with learning disabilities in early childhood with Ry12 =0,765 and Ŷ = 139,43 – 3,70X1 – 1,03X2. The results of this research can provide an overview of the factors that may influence the occurrence of learning disabilities of early childhood. Keywords: learning disabilities, nutritional status, and emotional intelligence.
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan cuaca ada hubungan antara status gizi dan kecerdasan emosional dengan ketidakmampuan belajar pada anak usia dini. Data dikumpulkan melalui 30 siswa berusia tujuh samapi delapan tahun di Guntur 08 dan 09 Guntur Setiabudi Jakarta Selatan. Analisis dan interpretasi data menunjukkan bahwa anak-anak dengan cacat belajar memiliki status gizi buruk dan memiliki nilai yang rendah dari kecerdasan emosional. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada korelasi negatif antara: (1) Status gizi (X1) dengan ketidakmampuan belajar pada anak usia dini (Y) dengan ry1 = 0.573 dan ŷ = 113,66- 4,05 X1, (2) Kecerdasan Emosional (X2) dengan ketidakmampuan belajar pada anak usia dini (Y) dengan ry2 = 0,562 dan ŷ = 0, 89,05-1,13 X2, (3) lebih lanjut antara kedua variabel independen dengan ketidakmampuan belajar pada anak usia dini dengan ryt12 = 0, 765 dan ŷ = 139,43 – 3, 70X1 – 1,03 X2, Hasil penelitian ini dapat memebrikan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat mempengarhi terjadinya cacat dari anak usia dini belajar. Kata Kunci: cacat. Status Gizi, Kecerdasan Emosional
Anak adalah tunas, potensi,
kelangsungan eksistensi bangsa dan
dan generasi muda penerus cita-cita
negara pada masa depannya. Periode
perjuangan bangsa, memiliki peran
dini dalam perjalanan usia manusia
strategis dan mempunyai ciri dan
merupakan periode penting bagi
sifat
pembentukan
khusus
yang
menjamin
otak,
inteligensi, 133
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
kepribadian, memori, dan aspek
di bawah Angka Kecukupan Gizi
perkembangan lainnya. Pada masa
(AKG). Anak yang memiliki status
usia dini itu, kualitas hidup seorang
gizi
manusia
(underweight)
memiliki
makna
dan
kurang
atau
buruk
berdasarkan
pengaruh yang luar biasa pada hidup
pengukuran berat badan terhadap
selanjutnya,
anak
umur (BB/U) dan pendek atau sangat
tidak
pendek
dewasa.
pun
Oleh
setelah
karena
itu
(stunting)
berdasarkan
berlebihan jika masa ini disebut
pengukuran tinggi badan terhadap
sebagai masa the golden age.
umur (TB/U) yang sangat rendah
Ironisnya, perhatian terhadap
terhadap standar WHO mempunyai
pentingnya periode usia dini sebagai
resiko kehilangan kecerdasan atau
masa kritis bagi tumbuh kembang
intelligence quotient (IQ) sebesar 10-
anak
15 point (Anonim, 2011:10).
khususnya
fase
kritis
perkembangan emosi di Indonesia
Anak yang kekurangan gizi
belum optimal (Mashar, 2011:4).
mudah
Dengan adanya emosi, anak dapat
bergairah yang dapat menganggu
merasakan cinta, kasih sayang, benci,
proses
aman, cemburu, rasa takut, dan
menurun prestasi belajarnya, daya
semangat. Emosi inilah yang akan
pikir anak juga akan kurang, karena
membantu
pertumbuhan otaknya tidak optimal.
mempercepat
proses
pembelajaran.
belajar
di
dan
kurang
sekolah
dan
Terganggunya proses belajar pada
Status gizi baik atau status gizi optimal
mengantuk
terjadi
bila
tubuh
anak inilah yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan tertentu dalam
memperoleh cukup zat-zat gizi yang
proses
digunakan secara efisien (Almatsier,
belajar. Kesulitan belajar ini sangat
2010:9).
erat
Berdasarkan
kesehatan
dasar
Kementerian 2007dan
2010
data
(Riskesdas)
Kesehatan secara
riset
tahun konsisten
menunjukkan bahwa rata-rata asupan
belajar
dengan
berupa
kesulitan
pencapaian
hasil
akademik dan aktivitas sehari-hari karena
anak
akan
mengalami
kesulitan dalam menyerap materimateri
belajar
sehingga
terjadi
kalori dan protein anak balita masih 134
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
penurunan nilai belajar dan prestasi
karena mereka mengalami kesulitan
belajar rendah (Subini, 2011:15).
belajar secara akademis.
Prevalensi mengalami
anak
Usia Dini
Amerika diperkirakan 5% dari anak-
Kirk
usia
kenyataannya, dari
20%
belajar
Hakikat Kesulitan Belajar Anak
di
anak
kesulitan
yang
dalam
Fletcher,
et.al
sekolah.
Pada
(2007:15) mendefinisikan kesulitan
diperkirakan
lebih
belajar
anak
usia
sebagai
istilah
untuk
sekolah
menggambarkan sekelompok anak -
mengalami tantangan dalam belajar,
anak yang memiliki gangguan dalam
namun
perkembangan
tidak
mengalami
teridentifikasi
kesulitan
belajar
membaca
bahasa, dan
bicara,
keterampilan
(Wallace, 2002). Hasil penelitian di
komunikasi yang diperlukan untuk
Indonesia
oleh
interaksi sosial. tidak termasuk anak-
Mulyono Abdurrahman dan Ibrahim
anak yang memiliki cacat sensorik
pada
seperti kebutaan dan
yang
tahun
dilakukan
1994
menunjukkan
anak dengan
bahwa dari 3.215 murid kelas satu
keterbelakangan mental. Pemerintah
hingga kelas enam SD di DKI
Amerika
Jakarta, terdapat 16,52% siswa yang
Amandemen
dinyatakan oleh guru sebagai murid
mendefinisikan
berkesulitan
nilai
sebagai sebuah gangguan pada satu
belajar mereka di bawah enam
atau lebih dari proses psikologi dasar
(Abdurrahman,
2009:10).
yang terlibat dalam pemahaman atau
Kecenderungan
meningkatnya
penggunaan bahasa lisan maupun
prevalensi anak dengan kesulitan
tertulis, yang dapat bermanifestasi
belajar,
sebagai
belajar karena
dapat
terhambatnya
berdampak kemampuan
pada
Serikat,
berdasarkan
IDEA tahun kesulitan
ketidakmampuan
1997, belajar
dalam
siswa
mendengarkan, berpikir, berbicara,
dalam menguasai tujuan belajar yang
membaca, menulis, mengeja atau
harus
pada
melakukan perhitungan matematis.
akhirnya akan berpengaruh terhadap
Gangguan ini termasuk didalamnya
kualitas hasil belajarnya Banyak
kondisi kecacatan perceptual, cidera
siswa yang mengulang disebabkan
otak,
dicapainya,
yang
disfungsi
otak
minimal, 135
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
disleksia dan perkembangan afasia,
kecacatan lain (seperti kerusakan
namun tidak termasuk untuk siswa
sensori, retardasi mental, gangguan
dengan
emosi serius), atau disertai dengan
gangguan
belajar
yang
disebabkan karena kecacatan visual,
pengaruh
pendengaran
,
perbedaan budaya, instruksi yang
retardasi mental, gangguan emosi
tidak cukup atau tidak memadai),
atau kekurangan akibat lingkungan
hal-hal tersebut bukan merupakan
ataupun budaya (Salkind, 2002:241).
hasil dari kondisi atau pengaruh dari
ataupun
motorik
Sedangkan menurut NJCLD (National
Joint
Committee
Learning
Disabilities)
(seperti
kesulitan belajar.
On
pengertian
ekstrinsik
Menurut Gaddes, Johnson dan Myklebust,
Njiokitjien,
penyebab
kesulitan belajar adalah istilah umum
utama
yang
fisiologis; psikologis dan psikiatris;
merujuk
gangguan
pada
sekelompok
yang heterogen,
bermanifestasi
sosiologis
belajar
atau
adalah
lingkungan.
kesulitan
Penyebab fisiologis adalah disfungsi
signifikan pada pemrolehan dan
neurologis yang dapat disebabkan
penggunaan
pendengaran,
bicara,
oleh faktor genetik, biokimiawi,
membaca,
menulis,
reasoning,
kurang gizi, cedera yang terjadi pada
kemampuan
matematika.
periode pranatal atau perinatal atau
ataupun
sebagai
yang
kesulitan
Gangguan ini berasal dari faktor
pascanatal
intrinsik
Sidiarto, 2007:36). Istilah kesulitan
indvidu,
diduga
terjadi
(Gades
et.al
dalam
karena disfungsi system saraf pusat
belajar tidak digunakan
DSM-IV-
dan dapat terjadi sepanjang hidup.
TR
Statistical
Masalah
diri,
Manual of Mental Disorders, fourth
persepsi sosial, dan interaksi sosial
edition, Text Revision). Adapun tiga
dapat tampak bersamaan dengan
gangguan yang tercantum dalam
kesulitan belajar namun tidak dengan
DSM;
sendirinya
suatu
belajar, gangguan berkomunikasi,
itu,
dan gangguan keterampilan motorik.
kesulitan
perilaku
regulasi
merupakan belajar.
Selain
walaupun kesulitan belajar dapat
(Diagnostic
gangguan
DSM-IV-TR
and
perkembangan
membagi
gangguan
terjadi bersamaan dengan kondisi 136
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
perkembangan belajar menjadi 3
kesulitan belajar ada yang tidak
kategori, yaitu:
diketahui pasti penyebabnya, Kirk dan Gallagher mengklasifikasikan
1. Gangguan membaca Dikenal
dengan
merupakan dalam
disleksia,
ketidakmampuan mengenali
memahami
bacaan,
belajar
klasifikasi.
dalam
Klasifikasi
tiga
pertama
kata,
berkaitan dengan aspek-aspek yang
serta
menyangkut
umumnya juga menulis ejaan.
kesulitan
mempelajari
dalam
tugas-tugas
perkembangan atau developmental
2. Gangguan menulis Merupakan
kesulitan
hendaya
dalam
learning disabilities yang mencakup
kemampuan untuk menyusun
kesulitan
kata tertulis (termasuk kesalahan
perhatian, kesulitan dalam mengingat
ejaan, kesalahan tata bahasa,
informasi, kesulitan dalam persepsi
atau tanda baca, atau tulisan
dan perseptual motori, kesulitan
tangan yang sangat buruk) yang
proses berpikir dan kesulitan dalam
cukup parah sehingga dapat
perkembangan bahsas. Menurut Lee
menghambat prestasi akademik
Harris dan Graham, klasifikasi kedua
atau aktivitas sehari-hari yang
mencakup
memerlukan
informasi (Lee, Karen & Steve
keterampilan
dalam
menulis.
ketidakmampuan
dalam mengingat secara
cepat
memusatkan
aspek
Jamaris,
pengolahan
2009:41)
dan
kesulitan belajar yang ketiga adalah
3. Gangguan berhitung Merupakan
dalam
fakta-fakta dan
akurat,
kesulitan belajar di bidang akademik (academic
learning
disabilities),
yang mencakup kesulitan membaca,
menghitung objek dengan benar
kesulitan
dan cepat, atau mengurutkan
matematika, dan kesulitan bidang
angka-angka
akademik lainnya serta kesulitan
dalam
kolom-
kolom (Davison, 2009:698).
menulis
dan
kesulitan
perilaku (Jamaris, 2009:41). Pada penelitian ini yang diteliti adalah
Sehubungan dengan berbagai kasus
yang
berkaitan
kesulitan belajar di bidang akademik,
dengan 137
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
yang terdiri dari kesulitan belajar
tertentu.
membaca, menulis dan matematika.
Almatsier (2010:3), status gizi adalah
ditarik
kesulitan
diatas
keadaan
kesimpulan
bahwa
konsumsi makanan dan penggunaan
merupakan
zat-zat gizi. Status gizi ini dibedakan
belajar
gangguan
akibat
antara status gizi buruk, kurang,
sebagai
baik, dan lebih. Menuru Badrian
ketidakmampuan belajar membaca,
(2011:79),
menulis,
sekolah
ataupun
sebagai
yang
yang heterogen,
bermanifestasi
tubuh
menurut
uraiain
Berdasarkan dapat
Sedangkan
kemampuan
Pada
(6-12
anak-anak tahun)
usia
laju
dan
matematika. Gangguan ini berasal
kecepatan pertumbuhan relatif tetap,
dari faktor intrinsik karena disfungsi
akan
sistem saraf pusat. Pada penelitian
perkembangan
ini
kognitif,
anak
dapat
diidentifikasi
tetapi
mengalami
luar
biasa
secara
emosional
dan
sosial.
mengalami kesulitan belajar dengan
Kehidupan anak pada periode ini
melakukan
terhadap
merupakan persiapan bagi kebutuhan
kekeliruan yang dilakukan siswa,
fisik dan emosional yang timbul
yang mencakup kekeliruan dalam
akibat dorongan pertumbuhan remaja
belajar
(adolescent).
analisa
membaca,
menulis
dan
Selama
masa
ini,
kebutuhan gizi adalah sama untuk
matematika.
anak laki-laki dan perempuan, hanya Hakikat Status Gizi
meningkat sedikit antara usia yang
Komsumsi
makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang.
Menurut
Riyadi
(2001:14), status gizi adalah keadaan kesehatan
tubuh
seseorang
atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh
komsumsi,
(absorbsi),
dan
lebih tua yaitu pada usia 7-10 tahun (Barasi, 2007:84). Status gizi pada masa
penggunaan
berdasarkan
ukuran
anak-anak
mempengaruhi
status
ini gizi
akan pada
waktu dewasa nantinya.
penyerapan
(utilization) zat gizi makanan yang ditentukan
lebih muda (4-6 tahun) dan usia yang
Menurut
Gibson
dalam
bukunya Nutritional Status penilaian status
gizi
adalah
menginterpretasikan
upaya semua 138
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
Menurut
informasi yang diperoleh melalui
Barasi
(2007:74),
penilaian antropometri, komsumsi
masa pertumbuhan otak tercepat
makanan,
klinik
berlangsung dari pertengahan masa
2011:82).
kehamilan sampai 18 bulan setelah
Antropometri merupakan cara yang
lahir. Meskipun perkembangan otak
paling sederhana dan praktis untuk
selama janin dapat dilindungi sampai
penilaian
(WHO,
batas tertentu dengan membelokkan
1995:224). Untuk mengukur status
suplai gizi ke otak, mekanisme ini
gizi anak usia sekolah digunakan
mungkin
pengukuran Indeks Masa Tubuh
jangka panjang terhadap fungsi otak.
(IMT) menurut umur, akan diketahui
Adapun hubungan antara otak dan
apakah berat badan seseorang anak
kecukupan gizi antara lain:
biokimia
(Almatsier,
dikatakan
dan
et.al,
status
gizi
kurus,
normal
1.
atau
menimbulkan
Gizi
yang
adekuat
berlebih. Setelah hasil penghitungan
diperlukan
IMT diketahui, gunakan tabel atau
perkembangan,
grafik standar
pemeliharaan,
IMT berdasarkan
2011:21).
otak
2.
Berdasarkan
esensial
bahwa bahwa status gizi adalah
pengendalian
keadaan kesehatan tubuh seseorang
makanan,
yang
menentukan
makanan
karena
yang
dimanfaatkan
komsumsi
diserap tubuh.
dan
Otak juga memiliki peran
pendapat di atas, dapat disimpulkan
terjadi
untuk
fungsinya.
standar WHO 2007 terhadap umur (Anonim,
dampak
dalam asupan
yang status
dapat gizi
seseorang
dan 3.
Dalam
Perilaku
juga
dapat
penelitian ini, status gizi anak usia
dikaitkan dengan suplai
sekolah
gizi ke otak.
dinilai
berdasarkan
pengukuran IMT menurut umur, yang
dibedakan
antara
perempuan dan laki-laki.
Berdasarkan uraian di atas
anak
dapat disimpulkan bahwa asupan gizi yang adekuat sejak janin diperlukan
Gizi dan Perkembangan Otak
otak
untuk
perkembangan, 139
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
pemeliharaan, dan fungsinya. Status
organism, yang meliputi perubahan
gizi kurus ataupun sangat kurus
badaniah
dapat berdampak pada hubungan
jantung, perubahan kelenjar dan
neuron mungkin tidak sebanyak yang
kondisi
seharusnya,
menggembirakan
sehingga
dapat
dalam
bernapas,
mental,
detak
seperti
keadaan
yang
ditandai
perkembangan
dengan perasaan yang kuat dan
kognitif dan menimbulkan masalah
biasanya disertai dengan dorongan
perilaku. Kekurangan asupan zat gizi
yang mengacu pada suatu bentuk
dapat
pertumbuhan
perilaku. Jika emosi terjadi sangat
kecerdasan
intens, biasanya akan menganggu
mempengaruhi
menghambat
myelin,
menurunkan
sehingga
dapat
menyebabkan
fungsi
intelektual
1991:36).
gangguan belajar.
William Hakikat Kecerdasan Emosi Menurut emosi
Goleman
pada
dorongan
dasarnya
untuk
adalah
bertindak
dan
masalah. Emosi berasal dari bahasa “movere”,
yang
berarti
“menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e” untuk memberi arti “”bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa
kecenderungan
bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi. Emosi amarah,
dapat
berupa
ketakutan,
perasaan
kebahagiaan,
cinta, rasa terkejut, jijik dan rasa sedih.Drever di dalam Dictionary of Psychology,
emosi
adalah
James
meyakini
bahwa faktor penting dalam emosi
(2006:7)
rencana seketika untuk mengatasi
latin
(Larazus,
suatu
keadaan yang kompleks pada diri
yang kita rasakan adalah umpan balik dari perubahan badani yang terjadi situasi
sebagai respon terhadap yang
menakutkan
membingungkan,
dan
atau
persepsi
terhadap perubahan fisiologis ini merupakan emosi.
Pendapat yang
sama juga dikemukan oleh Carl Lange, sehingga teori ini disebut sebagai teori James-Lange. Namun, pendapat ini ditentang oleh Walter Cannon
yang menyatakan bahwa
peranan emosi berada di thalamus, yang merupakan bagian dari inti pusat
otak.
Canon
berpendapat
bahwa talamus memberikan respon terhadap terhadap stimulus yang 140
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
membangkitkan
emosi
dengan
perkembangan, yaitu saat-saat ketika
mengirimkan impuls secara serentak
anak siap menerima sesuatu dari
ke korteks cerebral dan ke bagian
luar.
tubuh yang lain; perasaan emosional
Patmonodewo
merupakan
(2011:19),
akibat
keterbangkitan
Sedangkan
menurut
dalam
Mashar
kematangan yang telah
korteks dan sistem saraf simpatis.
dicapai dapat dioptimalkan dengan
Teori yang dikembangkan oleh Bard
pemberian stimulasi yang tepat.
ini dikenal dengan teori CannonBard (Atkinson,et.al.,1983:83).
Menurut Hurlock, (1980: 154155) aaat anak memasuki usia pra
Pendapat senada disampaikan
sekolah, emosi anak berkembang
oleh Markam (2009:266) bahwa
lebih kompleks dan mulai muncul
emosi adalah reaksi yang bersifat
perasaan bangga, malu, bersalah, dan
tenang
empati.
terangsang
atau
tertekan
Sedangkan umumnya,
terhadap stimulus dari dalam atau
ungkapan emosional pada akhir masa
luar
bermanifestasi
kanak-kanak merupakan ungkapan
dalam perubahan fungsi sistem saraf
yang menyenangkan. Anak tertawa
otonom, perilaku dan pengalaman
genit atau tertawa terbahak-bahak,
yang
menggeliat-geliat,
tubuh
yang
disadari.
Namun,
menurut
mengejangkan
Hurlock (1980:266) walaupun emosi
tubuh atau berguling-guling di lantai;
telah ada sejak lahir, perkembangan
dan pada umumnya menunjukkan
emosi dipengaruhi oleh kematangan
pelepasan dorongan-dorongan yang
dan faktor belajar, dan tidak dapat
tertahan. Pola emosi yang umum
berdiri sendiri-sendiri dan dari kedua
pada akhir masa kanak-kanak sama
faktor ini yang lebih penting adalah
dengan pola pada awal masa kanak-
pengaruh
kanak,
belajar
untuk
seperti
amarah,
takut,
perkembangan emosi anak usia dini,
cemburu,
karena belajar merupakan faktor
gembira, sedih, dan kasih sayang.
yang
Namun
dapat
dikendalikan.Faktor
ingin
ada
tahu,
dua
iri
hal
hati,
yang
kematangan juga tetap dipandang
membedakan, pertama, jenis situasi
penting pada masa kanak-kanak
yang membangkitkan emosi dan
terkait
kedua,
dengan
masa
kritis
bentuk
ungkapannya. 141
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
Perubahan tersebut lebih merupakan
menganggap hal-hal di bawah ini
akibat dari meluasnya pengalaman
adalah benar:
dan
belajarnya
daripada
proses
1. Emosi
berada
di
otak
pematangan diri. Selain itu, terdapat
membuat emosi benar-benar
perbedaan pada anak-anak
berbasis otak.
yang
lebih muda, ada sejumlah perbedaan
2. Terdapat
hubungan
saraf
emosi-emosi pada anak yang lebih
yang terjalin antara emosi
besar
dan kecerdasan kita.
dan
dalam
cara
mereka
mengungkapkan emosi, dimana ada waktu
3. Emosi kita mempengaruhi
di
mana
anak
sering
kemampuan untuk belajar
mengalami
emosi
yang
hebat.
dan
Karena emosi cenderung kurang menyenangkan, maka dalam periode ini
meningginya
periode
emosi
suatu
keputusan. 4. Emosi tidak terpisah dari
menjadi
ketidakseimbangan,
membuat
belajar
-
yaitu
merupakan
saat di mana anak menjadi sulit
terintegrasi
dihadapi. Meningginya emosi ini
2005:140).
mengajar
tapi
hal
yang (Connel,
hampir selalu dialami oleh semua Kecerdasan Emosi.
anak pada saat masuk sekolah.
Cooper dalam Cooper dan
Emosi dan Pembelajaran Menurut secara
Ledoux (1996:24),
historis
emosi
telah
disamakan dengan dosa dan godaan untuk menolak dengan alasan dan kemauan.
Sedangkan
menurut
beberapa peneliti, termasuk Antonio Damasio, James
Daniel Zull,
Goleman, emosi
dan
sangat
berhubungan dengan pikiran dan dapat
saja
memulai
lebih
dulu
sebelum kita menyadarinya. Mereka
Ayman
Syawaf
(1997:38),
mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah merasakan,
kemampuan
untuk
memahami,
mengimplementasikan
dan
kepekaan
tenaga dan emosional secara aktif sebagai sumber energi, informasi, hubungan,
dan
pengaruh
yang
manusiawi.
Sedangkan
Goleman
(2006:34)
berpendapat
bahwa
kecerdasan
emosi
adalah 142
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
kemampuan untuk mengenali emosi
emosional,
diri, mengelola emosi, memotivasi
mengungkapkan
diri, mengenali emosi orang lain, dan
perasaan, mengendalikan amarah,
membina
hubungan
kemandirian,
berinteraksi
dengan
dengan
orang
lain.
yaitu:
empati,
dan
memahami
kemampuan
menyesuaikan
diri,
disukai,
Kecerdasan emosi juga didefinisikan
kemampuan memecahkan masalah
oleh Weisinger (1998: xvi) sebagai
pribadi, ketekunan, kesetiakawanan,
penggunaan emosi: dengan sengaja
keramahan,
membuat
Demikian
emosi
bekerja
yang
dan
sikap
juga
hormat. Weisinger
membantu untuk menuntut perilaku
membaginya menjadi lima elemen,
dan berfikir dalam cara-cara yang
yaitu: kesadaran diri, pengelolaan
dapat
emosi,
dicapai.
Seseorang
yang
memotivasi
diri,
memiliki keinginan untuk memberi
berkomunikasi dan menolong orang
dan
(sebuah
lain. Oleh karena itulah, berdasarkan
komponen kecerdasan emosional)
uraian tentang kecerdasan emosi,
menunjukkan
dapat dirangkum lima dimensi utama
kesadaran
diri
bahwa
seseorang
betul-betul memiliki perasaan yang
dari kecerdasan emosional
sangat cemas.
mengacu kepada pendapat Goleman
Mayer, Salovey dan Caruso dalam
Sternberg
(2011:528)
dan
Kauffman
mengatakan
kecerdasan
emosi
bahwa
merupakan
kemampuan untuk menerima dan
yang
dan Salovey-Mayer dalam Goleman (2006:86), yaitu: 1.
Kemampuan
untuk
mengenali emosi diri Kesadaran diri merupakan
mengekspresikan emosi, menyatukan
kemampuan
emosi dalam pikiran, pemahaman
sewaktu perasaan itu terjadi, yang
dan
merupakan
alasan
dengan
emosi
dan
mengenali
dasar
perasaan
kecerdasan
mengatur emosi diri sendiri dan
emosional. Ketidakmampuan untuk
dengan
orang
mencermati
Mayer
dalam
menerapkan
lain.Salovey Mashar
tentang
yang terdapat
dalam
dan
(2011:61) aspek-aspek
perasaan
kita
yang
sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan.
kecerdasan 143
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
2.
Kemampuan
mengelola
emosi
lain.
Kemampuan mengelola emosi merupakan
kemampuan
bergantung pada termasuk
dibutuhkan atau dikehendaki orang
5.
Kemampuan
yang
kesadaran
kemampuan
hubungan baik
diri,
Sebagian besar seni membina
untuk
hubungan merupakan keterampilan
menghibur diri sendiri, melepaskan
mengelola
kecemasan,
Kemampuan
kemurungan
membina
atau
emosi
orang
ini
lain.
merupakan
ketersinggungan dan akibat-akibat
kemampuan sosial untuk beradaptasi
yang
dengan orang lain. Berdasarkan lima
timbul
karena
gagalnya
keterampilan emosional dasar ini. 3.
Kemampuan
dimensi
memotivasi
diatas,
kecerdasan Goleman
emosional
percaya
bahwa
diri sendiri
kecerdasan
Kemampuan ini merupakan
sama pentingnya dengan kepintaran
kecakapan
dalam
menata
emosi
akademik,
emosional
setidaknya
bahkan
pada
sebagai alat untuk mencapai tujuan
kenyataannya lebih berharga. Teori
dengan memberi perhatian, untuk
kecerdasan
emosional
memotivasi
digunakan
sebagai
diri
sendiri
dan
ini
dasar
dapat dalam
menguasai diri sendiri, dan untuk
menilai kecerdasan emosional kita
berkreasi.
untuk mencapai emosi positif siswa.
4.
Kemampuan
untuk
mengenali emosi orang lain
Penelitian ini dilakukan di
atau empati Empati
merupakan
kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan
kemampuan
dasar
bergaul. Orang yang empatik lebih mampu sosial
menangkap
sinyal-sinyal
tersembunyi
mengisyaratkan
METODE PENELITIAN
apa-apa
yang yang
SDN Guntur 08 dan SDN Guntur 09, kecamatan Setiabudi,
kota Jakarta
Selatan, Propinsi DKI Jakarta, 26 Juni sampai dengan 29 Juni 2012. Metode penelitian yang akan digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah metode survei dengan teknik korelasional dan ini merupakan salah 144
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
satu jenis penelitian yang dirancang
seseorang atau sekelompok orang
untuk
antara
yang diakibatkan oleh komsumsi,
variabel terikat (Y) dengan variabel
penyerapan, dan penggunaan zat gizi
bebas (X1, X2).
makanan
mencari
hubungan
yang
ditentukan
berdasarkan ukuran tertentu. Teknik Pengumpulan Data
Definisi Operasional status
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dalam
penelitian
dengan
ini
menggunakan
kuesioner untuk variabel kesulitan belajar dan kecerdasan emosional, sedangkan untuk variabel status gizi pengukurannya
menggunakan
gizi merupakan skor yang diperoleh dari pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
berdasarkan
hasilnya
umur
dibandingkan
dan
dengan
standar yang berlaku, yaitu standar IMT WHO terhadap umur (WHO 2007).
antropometri. Variabel Kecerdasan Emosi Variabel Kesulitan Belajar
Definisi
Definisi konseptual kesulitan belajar
adalah
heterogen, sebagai
gangguan
yang
bermanifestasi
ketidakmampuan
membaca,
yang
menulis,
belajar ataupun
kemampuan matematika.
belajar merupakan perubahan skor diperoleh
ditunjukkan
siswa
dengan
kecerdasan
Emosi
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), dan membina hubungan baik dengan
Definisi Opersional kesulitan
yang
Konseptual
dengan indikator
kekeliruan yang dilakukan siswa, mencakup kekeliruan dalam belajar membaca, menulis dan matematika. Variabel Status Gizi Definisi Konseptual status
orang lain. Definisi
Operasional
kecerdasan emosi adalah perubahan skor yang diperoleh siswa dalam menjawab berdasarkan meliputi
butir-butir lima
instrumen
aspek
kemampuan
yang untuk
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali
gizi adalah keadaan kesehatan tubuh 145
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
emosi orang lain (empati), dan
Perhitungan Koefisien Determinasi;
membina hubungan baik dengan
Uji Keberartian Korelasi Parsial
orang lain. Deskripsi Hasil Penelitian Teknik Analisa Data
Kesulitan Belajar (Y)
Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan
deskriptif Pengujian
dengan
Kesulitan
belajar,
skor
statistik
empiris antara 19 sampai dengan 90,
dan statistik inferensial.
sehingga rentang skor sebesar 71.
Persyaratan
Analisis.
Hasil perhitungan data diperoleh
Pengujian persyaratan analisis yang
rata-rata sebesar 55,07, simpangan
digunakan yaitu:
baku sebesar 18,12; varians sebesar
a. Uji normalitas dengan menggunakan Liliefors
modus sebesar 49,50. Dari nilai rata-
b. Uji
homogenitas
menggunakan uji Barlett c. Uji
dan
keberartian regresi.
statistik
rata, median dan modus ternyata mempunyai angka absolut hampir
linearitas
Pengujian
328,4092, median sebesar 52,10 dan
sama, hal ini menyebabkan kurvanya mendekati kurva normal.
hipotesis
inferensial
dengan
Status Gizi (X1)
menggunakan
Status Gizi, skor empiris
teknik analisis korelasi sederhana
antara 11,26 sampai dengan 20,00,
dan regeresi. Hipotesis pertama dan
sehingga rentang skor sebesar 8,74.
kedua diuji dengan teknik analisis
Hasil perhitungan data diperoleh
korelasi
sederhana.
rata-rata sebesar 14,45; simpangan
Sedangkan hipotesis ke tiga diuji
baku sebesar 2,56; varians sebesar
dengan
multiple
6,5511; median sebesar 13,90; dan
ganda.
modus sebesar 13,36. Dari nilai rata-
Langkah-langkah pengujian hipotesis
rata, median dan modus ternyata
ini menggunakan beberapa analisis
mempunyai angka absolut hampir
antara lain
sama, hal ini menyebabkan kurvanya
dan
regresi
teknik
korelasi
dengan
Sederhana;
analisis regresi
Uji Uji
Korelasi Korelasi
Ganda;
mendekati kurva normal. 146
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
memastikan hubungan antar variabel
Kecerdasan Emosi (X2) Kecerdasan
Emosi,
skor
dan menguji hipotesis ketiga dengan
empiris antara 19 sampai dengan 46,
teknik korelasi ganda serta diuji
sehingga rentang skor sebesar 27.
dengan korelasi parsial.
Hasil perhitungan data diperoleh rata-rata sebesar 30,00; simpangan baku sebesar 8,96; varians sebesar
Hubungan Status Gizi (X1) dengan Kesulitan Belajar (Y) Hipotesis yang diuji adalah;
80,2759; median sebesar 27,39; dan
Analisis
mempunyai angka absolut hampir
regresi
linier
sederhana antara Status Gizi (X1) dengan
mendekati kurva normal.
: ρy1 < 0
H1
rata, median dan modus ternyata
sama, hal ini menyebabkan kurvanya
: ρy1 > 0
Ho
modus sebesar 24,06. Dari nilai rata-
Kesulitan
Belajar
(Y)
menghasilkan koefisien regresi b = 4,05 dan konstanta a = 113,66.
Uji Persyaratan Analisis Berdasarkan
uji
normalitas,
Dengan demikian bentuk hubungan
data variabel kesulitan belajar, status
antara
gizi dan kecerdasan emosi dengan
kesulitan belajar (Y) ditunjukkan
menggunakan uji Liliefors adalah
oleh persamaan analisis regresi linear
berdistribusi normal.
adalah: Ŷ = 113,66 – 4,05X1.
status gizi
(X1)
dengan
Berdasarkan uji homogenitas,
Analisis varians untuk uji linearitas
data variabel kesulitan belajar, status
regresi menghasilkan Fhitung adalah
gizi dan kecerdasan emosi dengan
1,66 < Ftabel = 3,86. Dengan
menggunakan uji Barlett berasal dari
demikian
data yang homogen.
Ŷ
persamaan
regresi
=113,66–4,05X1 bersifat linear.
Dengan demikian persamaan regresi HASIL DAN PEMBAHASAN
tersebut
dapat
digunakan
untuk
Pengujian
ketiga
hipotesis
diajukan
dengan
korelasi
terikat Y dengan mempergunakan
kemudian
variabel bebas X1. Persamaan ini
yang product
moment
dilanjutkan
dan
dengan
uji-t
untuk
memprediksi
mengandung
hubungan
arti
bahwa
variabel
setiap 147
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
kenaikan 1 satuan X1, akan diikuti
proporsi varians kesulitan belajar (Y)
kenaikan
dapat dijelaskan oleh status gizi (X1)
Y
sebesar
4,05
pada
konstanta sebesar 113,66.
dengan
Analisis varians untuk menguji keberartian
regresi
menghasilkan
nilai Fhitung untuk regresi adalah
persamaan
regresi
Ŷ = 113,66 – 4,05X1. Hubungan Kecerdasan Emosi (X2) dengan Kesulitan Belajar (Y)
13,66 > Ftabel = 4,20 pada taraf
Hipotesis yang diuji adalah;
signifikasi
Ho
α=
0,05.
Dengan
demikian karena Fhitung > Ftabel, maka
dapat
disimpulkan
koefisien arah Y atas
bahwa
: ρy1 > 0 : ρy1 < 0
H1 Analisis
regresi
linear
X1 adalah
sederhana antara Kecerdasan Emosi
sangat signifikan.Analisis korelasi
(X2) dengan Kesulitan Belajar (Y)
sederhana
menghasilkan koefisien regresi b = -
teknik
dengan
korelasi
menggunakan
product
moment
1,13 dan konstanta a = 89,05.
diperoleh nilai koefisien korelasi
Dengan demikian bentuk hubungan
yang menunjukkan hubungan antara
antara
kecerdasan
emosi
(X2)
status gizi dengan kesulitan belajar
dengan
kesulitan
belajar
(Y)
sebesar ry1 = - 0,573 dengan taraf
ditunjukkan oleh persamaan analisis
signifikansi 0,05. Selanjutnya hasil
regresi linier adalah :
analisis diuji dengan menggunakan
1,13X2.Analisis varians untuk uji
uji-t diperoleh harga thitung = -3,70
linearitas
lebih kecil dari ttabel = -1,70.
Fhitung adalah 0,86 < Ftabel = 2,46.
Berdasarkan hasil di atas, maka
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
regresi
dan menerima H1. Dengan demikian
linear. Dengan demikian persamaan
hipotesis penelitian yang diajukan
regresi tersebut dapat digunakan
regresi
Ŷ= 89,05– menghasilkan
persamaan
Ŷ = 89,05–1,13X2 bersifat
y1
(H1:
hubungan
hubungan negatif antara status gizi
variabel
dengan kesulitan belajar” diterima.
mempergunakan variabel bebas X2.
Koefisien determinasi (r2y1) =0,3283; yang berarti bahwa 32,83%
Persamaan
terikat
ini
Y
dengan
mengandung
arti
bahwa setiap kenaikan 1 satuan X2, 148
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
akan diikuti kenaikan Y sebesar 1,13
belajar (Y) dapat dijelaskan oleh
pada konstanta sebesar 89,05.
kecerdasan
Analisis varians untuk menguji keberartian
regresi
menghasilkan
emosi
persamaan
(X2)
regresi
dengan
Ŷ= 89,05–
1,13X2.
nilai Fhitung untuk regresi adalah 12,79 > Ftabel = 4,20 pada taraf signifikasi
α=
0,05.
Dengan
demikian karena Fhitung > Ftabel, maka
dapat
disimpulkan
koefisien arah Y atas
bahwa
X2 adalah
sangat signifikan.Analisis korelasi sederhana teknik
dengan
korelasi
menggunakan
product
yang menunjukkan hubungan antara status gizi dengan kesulitan belajar sebesar ry2 = -0,560 dengan taraf signifikansi 0,05. Selanjutnya hasil analisis diuji dengan menggunakan uji-t diperoleh harga thitung = -3,58 ttabel = -1,70.
Berdasarkan hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima H1. Dengan demikian hipotesis penelitian yang diajukan (H1: hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan kesulitan belajar” diterima.
Kecerdasan Emosi (X2) secara bersama-sama dengan Kesulitan Belajar (Y) Hipotesis
Koefisien determinasi
(r2y2) =0,3136; yang berarti bahwa 31,36% proporsi varians kesulitan
yang
adalah:Ho: ρy12 < 0
diuji H1:
ρy12 > 0 Analisis regresi ganda antara
moment
diperoleh nilai koefisien korelasi
lebih kecil dari
Hubungan Status gizi (X1) dan
status gizi (X1) dan kecerdasan emosi (X2) dengan kesulitan belajar (Y) diperoleh koefisien regresi ganda b1 = -3,70 dan b2 = -1,03 dengan konstanta sebesar 139,43. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua
variabel
kesulitan oleh
bebas
belajar
persamaan
melalui
ditunjukkan regresi ganda
persamaanŶ=
3,70X1–1,03X2.
dengan
139,43–
Untuk
menguji
keberartian regresi ganda digunakan statistik uji F.Hasil perhitungan y2 < 0), yaitu “terdapat menunjukkan bahwa harga Fhitung = 18,89 > Ftabel = 3,36 pada taraf signifikansi
α=
0,05.
Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan
regresi
Ŷ=139,43– 149
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
3,70X1–1,03X2 adalah signifikan.
negatif
Uji keberartian koefisien korelasi
kecerdasan emosi secara bersama-
dengan uji F, diperoleh Fhitung =
sama
18,89, sedangkan Ftabel = 3,36 pada
diterima.
taraf signifikansi α= 0,05 maka dapat
antara
dengan
Koefisien
status
gizi
kesulitan
dan
belajar”
determinasi
(r2)
dinyatakan bahwa hubungan Y atas
hasil
X1 dan X2 adalah linear dan berarti
sebesar R2y.12 = 0,5847 hal ini
pada taraf signifikasi 0,05.
menunjukkan
perhitungan
regresi
bahwa
ganda
58,47%
Analisis korelasi ganda antara
proporsi varians kesulitan belajar (Y)
status gizi dan kecerdasan emosi
dapat dijelaskan secara bersama-
dengan
sama oleh status gizi (X1) dan
kesulitan
menghasilkan Ry.12
belajar
koefisien
sebesar
signifikannya
0,765.
korelasi Hasil
emosi
persamaan
regresi
(X2)
melalui
Ŷ=139,43–
harga
3,70X1–1,03X2. Dengan kata lain
Fhitung = 18,89 > Ftabel = 3,36.
skor status gizi dan kecerdasan emosi
Berdasarkan hasil tersebut berarti
secara
persamaan
Ŷ=139,43–
memprediksi skor kesulitan belajar
3,70X1–1,03X2
dapat
sebesar 58,47%, sedangkan sisanya
dipertanggungjawabkan
untuk
41,53% berasal dari variabel lain
mengenai
yang tidak turut diungkap dalam
menarik
diperoleh
uji
kecerdasan
regresi
kesimpulan
hubungan antara status gizi dan
bersama-sama
dapat
penelitian ini.
kecerdasan emosi secara bersamasama
dengan
kesulitan
belajar.
Perhitungan korelasi ganda antara X1 dan X2 dengan Y memberikan korelasi dengan
Ry.12 sebesar
0,765. Dari perhitungan ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, dan H1
diterima.
Dengan
demikian
penelitian (H1 : ρy12 > 0) yang diajukan, yaitu “terdapat hubungan
Korelasi Parsial Untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan
mengontrol
salah
satu
variabel bebas lainnya digunakan statistik korelasi parsial. Apabila kecerdasan emosi dikontrol maka koefisien
korelasi
parsial
antara
status gizi dengan kesulitan belajar 150
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
adalah sebesar ry.12= -0,573. Harga
sebesar ry1 = -0,573. Dan koefisien
thitung = -4,20 < ttabel -2,05 pada
determinasinya sebesar 0,3283. Hal
taraf signifikansi α= 0,05 yang
ini menunjukkan bahwa kontribusi
menunjukkan
status gizi terhadap kesulitan belajar
bahwa
hubungan Oleh
anak usia dini sebesar 32,83%. Hasil
karena itu dapat disimpulkan bahwa
analisis ini memberikan petunjuk
status gizi mempunyai hubungan
bahwa status gizi merupakan salah
negatif
satu
kedua
variabel
dan
signifikan.
signifikan
dengan
faktor
yang
berkonstribusi
kesulitan belajar meskipun pengaruh
terhadap kesulitan belajar. Sehingga
variabel kecerdasan emosi dikontrol
dapat disimpulkan bahwa semakin
atau tetap. Dan apabila status gizi
tinggi status gizi, akan semakin
dikontrol maka koefisien korelasi
kesulitan
parsial
antara
emosi
menurun.Apabila kecerdasan emosi
dengan
kesulitan
adalah
dikontrol maka koefisien korelasi
kecerdasan belajar
belajar
sebesar ry2.1 = -0,617. Harga thitung
parsial
-4,08 < ttabel -2,05 pada taraf
kesulitan
signifikansi
yang
ry.12= -0,573 pada taraf signifikansi
hubungan
α = 0,05. Dari hasil itu pula dapat
α
menunjukkan kedua
=
0,05
bahwa
variabel
signifikan.
Oleh
antara
akan
status
belajar
gizi
adalah
dan
sebesar
diinterpretasikan bahwa peningkatan
karena itu dapat disimpulkan bahwa
status
kecerdasan
mempunyai
konstribusi yang berarti terhadap
hubungan negatif dan signifikan
kesulitan belajar walaupun varibel
dengan kesulitan belajar meskipun
kecerdasan emosi diabaikan.
pengaruh
emosi
variabel
status
gizi
akan
memberikan
gizi
dikontrol atau tetap.
Hubungan
kecerdasan
emosi
dengan kesulitan belajar Hubungan
status
gizi
dengan
kesulitan belajar
koefisien
penelitian
diperoleh
koefisien korelasi antara kecerdasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hasil
korelasi
antara
status gizi dengan kesulitan belajar
emosi siswa dengan kesulitan belajar sebesar ry2 = -0,560. Dan koefisien determinasinya sebesar 0,3136 yang 151
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
menunjukkan
bahwa
kontribusi
antara kedua variabel bebas dengan
kecerdasan emosi terhadap kesulitan
variabel
belajar siswa sebesar 31,36%. Hasil
0,765.
analisis ini memberikan petunjuk
tersebut, dapat dihitung koefisien
bahwa kecerdasan emosi merupakan
determinasi (R2y12) sebesar 0,5847
faktor
berkonstribusi
berarti bahwa 58% proporsi varaians
terhadap kesulitan belajar. Sehingga
kesulitan belajar dapat dijelaskan
dapat disimpulkan bahwa semakin
secara bersama-sama oleh status gizi
tinggi
maka
serta kecerdasan emosi. Dengan kata
semakin
lain skor status gizi dan kecerdasan
menurun. Apabila kecerdasan emosi
emosi secara bersama-sama dapat
dikontrol maka koefisien korelasi
memprediksi skor kesulitan belajar
parsial
dan
sebesar 58%, sedangkan sisanya 42%
sebesar
berasal dari variabel lain yang tidak
lain
yang
kecerdasan
kesulitan
emosi,
belajar
antara
kesulitan
belajar
akan
status
gizi
adalah
ry.12= -0,560 pada taraf signifikansi α = 0,05. Dari hasil itu pula dapat
terikat Dari
(Ry12)
sebesar
koefisien
korelasi
turut diungkap dalam penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa
diinterpretasikan bahwa peningkatan
semakin
kecerdasan emosi akan memberikan
kecerdasan emosi siswa SDN Guntur
konstribusi yang berarti terhadap
08 dan 09, Setiabudi, Jakarta Selatan,
kesulitan belajar walaupun varibel
maka kesulitan belajar siswa akan
status gizi diabaikan.
semakin menurun. Sehingga kedua variabel
Hubungan
status
gizi
dan
kecerdasan emosi secara bersamasama dengan kesulitan belajar
tinggi
status
tersebut
gizi
menjadi
dan
faktor
penting untuk diperhatikan dalam menurunkan kesulitan belajar siswa di sekolah tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua variabel bebas, status gizi (X1) dan kecerdasan emosi (X2) secara
bersama-sama
mempunyai
SIMPULAN Status
gizi
memberikan
hubungan negatif dengan kesulitan
kontribusi terhadap kesulitan belajar
belajar. Koefisien korelasi ganda
sebesar 32,83%.Kecerdasan emosi 152
Hubungan Antara… Dewi Indriawati
memberikan
kontribusu
terhadap
SARAN Peningkatan peran orang tua
kesulitan belajar sebesar 31,36%. Semakin tinggi kecerdasan emosi
dan
maka
memberikan
kesulitan
belajar
semakin
peran
sekolah
dalam
asupan gizi yang
menurun.Status gizi dan kecerdasan
adekuat sesuai dengan kebutuhan
emosi bersama-sama memberikan
anak bagi anak agar status gizinya
kontribusi terhadap kesulitan belajar
menjadi baik dengan memberikan
sebesar 58%. Dengan nilai tersebut
pengetahuan kepada orang tua dan
menunjukkan bahwa status gizi dan
guru tentang menu gizi seimbang
kecerdasan emosi secara bersama-
melalui pertemuan orang tua murid
sama dapat memberikan sumbangan
di
yang
mempengaruhi kecerdasannya dan
berarti
terhadap
kesulitan
sekolah,
dapat
belajar. Berdasarkan hasil penelitian
sehingga
menunjang
dapat
proses
pembelajaran.Pihak
sekolah
ditemukan bahwa terdapat hubungan
diharapkan dapat melakukan suatu
negatif yang sangat signifikan antara
kebijakan untuk menangani anak
status gizi dengan kesulitan belajar.
dengan
Artinya dengan status gizi yang baik
masalah gizi melalui kerja sama
maka
dengan pihak terkait, dalam hal ini
kesulitan
belajar
akan
kesulitan
belajar
menurun. Oleh sebab itu, upaya
adalah
untuk
gizi
mengaktifkan kembali peran UKS di
untuk
sekolah, karena selama ini di SDN
menurunkan kesulitan belajaroleh
Guntur 08 dan 09 kegiatan UKS
karena itu perlu dilakukan upaya
belum
untuk menurunkan kesulitan belajar
Melakukan
pada
masalah
meningkatkan
merupakan
hal
siswa
peningkatan
status
penting
belajar status
kecerdasan emosi.
melalui gizi
dan
Puskesmas,
karena
berjalan
gizi
dengan
dengan
optimal.
sosialisasi
tentang
dan
akibat-akibat
kekurangan gizi pada orang tua murid dan guru-guru agar dapat mendukung upaya peningkatan status gizi pada anak.
153
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7, Edisi 1 April 2013
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009 Aisyah, Siti, et.al. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Univesitas Terbuka, 2008 Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010 Almatsier, Sunita, Susirah S, dan Moesijanti S. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011 Al-Qudsy, Muhaimin & Nurhidayah, Ulfah.Mendidik Anak Lewat Dongeng. Yogyakarta: Madania, 2010 Anonim, Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Kementerian Kesehatan RI, Jakarta, 2011 Anonim. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011 Badriah, Dewi Lailatul. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung: PT. Refika Adita, 2011 Davison, Gerald C. et.al. Psikologi Abnormal (terjemahan). Edisi ke9.Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010 Fletcher, Jack M, et.al, Learning Disabilitiies; From Identification to Intervention, Guilford Press, 2007 Friend, Marilyn. Special Education.Comtemorary Perspectives For School Professionals. USA: Pearson Education, 2005 Jamaris, Martini. Kesulitan Belajar: Perspektif Assesmen dan
Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2009 Markam, Soemarmo. Dasar-dasar Neuropsikologi Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2009 Mashar, Riana. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011 Mitayani dan Wiwi Sartika. Buku Saku Ilmu Gizi (Jakarta: CV. Trans Info Media, 2010 Raharjo, Trubus & Ahyani, Latifah Nur. Identifikasi Kesulitan Belajar Pada Anak Usia Dini.Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, 2007 Santrock, John W., Perkembangan Anak, Terjemahan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007 Schunk, Dale H., Learning Theories. An Education Perspective. Terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 Sidiarto, Lily Djokosetio, Perkembangan Otak Dan Kesulitan Belajar Pada Anak, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2007 Solso, Robert L., Otto H. Maclin, dan M. Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif, terjemahan , Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008 Sternberg , Robert J. & Kaufman, Scott Barry, The Cambridge Handbook Of Intelligence, New York: Cambridge University Press, 2011 Subini, Nini, Mengatasi Kesulitan Belajar Pada Anak. Jakarta, PT. Buku Kita: 2011 Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdayakarya, 2012
154