KEMANDIRIAN USIA DINI DI SUKU BAJO (Studi Kasus pada Anak Usia 4-6 Tahun di KB Nur’ Ain Mola Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015)
LA HEWI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Email:
[email protected]
Abstract: This study aims to: (1) Describe the forms of independence, (2) Describe the parenting parents establish the independence, (3) Describe the attachment of children with parents establish the independence, (4) Describe the role of teachers in shaping the independence. Analysis of the data used that model of Miles and Huberman. The research data obtained from observation, interviews and documentation. Results of the study include: (1) There is a child who has not seen an independent behavior, child behavior only seen one self-contained and there are children who have seen all mandirinya behavior, (2) Parents with permissive parenting tend to have children who are not independent and the parents with authoritative parenting tend to have an independent child, (3) Stickiness children with mothers in different schools with home, (4) Teachers make efforts to foster self-confidence of children and train children to be responsible. Keywords: independent, parenting, attachment, children, teachers
Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk kemandirian (2) Mendeskripsikan pola asuh orang tua membentuk kemandirian, (3) Mendeskripsikan kelekatan anak dengan orang tua membentuk kemandirian, (4) Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk kemandirian anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yaitu model Miles dan Huberman. Data penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian antara lain: (1) Terdapat anak yang belum terlihat perilaku mandiri, anak hanya terlihat satu perilaku mandirinya dan terdapat anak yang sudah terlihat semua perilaku mandirinya, (2) Orang tua dengan pola asuh yang cenderung permisif memiliki anak yang tidak mandiri dan orang tua dengan pola asuh yang cenderung otoritatif memiliki anak yang mandiri, (3) Kelekatan anak dengan ibu di sekolah berbeda dengan di rumah, (4) Guru menumbuhkan rasa percaya diri anak dan melatih anak untuk bertanggungjawab. Kata kunci: mandiri, pola asuh, kelekatan, anak, guru
Aspek perkembangan
yang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
harus dimiliki oleh seorang anak
Pendidikan
dalam
Kemandirian.
amanat
Undang-Undang
Nasional
adalah
75
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
Kemandirian merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki oleh
sesuatu
atau
hal-hal
yang
bisa
dilakukan sendiri.
karena
dapat
Suku Bajo merupakan salah
aktivitasnya
juga
satu suku yang ada di Indonesia. Suku
berfungsi untuk membantu mencapai
bajo mengantungkan kehidupannya
tujuan hidupnya.
dari sumber daya kelautan. Anak
setiap
anak,
mempengaruhi
bisa
Seorang anak usia dini untuk
yang ada di suku bajo utama sejak
menjadi
keluarga
usia dini telah didik dengan kondisi
haruslah
alam
utamanya
mandiri,
orang
tua
memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhi
kemandirian
yang
menuntutnya
untuk
mandiri. Suku
anak,
bajo
yang
ada
di
yaitu pola asuh orang tua kepada
kabupaten wakatobi adalah populasi
anak, hubungan antara anak dengan
terbesar suku bajo yang ada di
orang tua utamanya ibu (kelekatan
indonesia. Perkampungan suku bajo
anak dengan orang tua) dan peran
yang ada di wakatobi ada lima desa,
guru dalam membentuk kemandirian
yaitu desa Mola Selatan, Mola Utara,
anak usia dini.
Mola Bahari, Mola Samaturu, dan
Kenyataannya
dalam
Mola Nelayan Bakti. Hasil observasi pra-penelitian
kehidupan sehari-hari banyak orang tua yang tidak mempersiapkan anak
yang
belajar mandiri secara matang sejak
didapatkan data bahwa di desa Mola
usia dini. Bahkan tidak sedikit orang
Selatan memiliki lembaga pendidikan
tua beranggapan bahwa kemandirian
anak
anak terbentuk dengan sendirinya
Bermain
seiring
dan
Selatan. diperoleh data bahwa KB
Padahal
Nur’ Ain Mola Selatan memberikan
kemandirian anak akan terbentuk
layanan pendidikan anak usia dini
apabila anak sejak usia dini sudah
untuk anak usia 4 sampai 6 tahun. Hal
diajarkan,
ini berbeda dari KB secara umum
dengan
pertambahan
pertumbuhan
usia
anak.
dipersiapkan
dan
dibiasakan belajar untuk melakukan 76
telah
usia
peneliti
dini (KB)
yaitu Nur’
lakukan
di
Kelompok Ain
Mola
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
yang memberikan layanan kepada
Usia Dini di Suku Bajo (Studi Kasus
anak usia 3 sampai 4 tahun.
pada Anak Usia 4-6 Tahun di KB
Pendidikan anak usia dini di
Nur’ Ain Mola Selatan Kabupaten
KB Nur’ Ain Mola Selatan memiliki
Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara
hal yang berbeda dengan beberapa
Tahun 2015).
tempat pendidikan anak usia dini yang telah diobservasi oleh peneliti,
Kemandirian
khususnya layanan pendidikan anak
Setiap
anak
akan
yang
baru
tergantung
pada
usia dini yang ada di kecamatan
dilahirkan
wangi-wangi dan kecamatan wangi-
orang tua utamanya ibunya dan
wangi selatan. anak-anak di KB Nur’
orang-orang
Ain Mola Selatan, pada saat datang ke
sekitarnya, hal ini adalah proses
sekolah semua anak di antar oleh
alamiah setiap orang karena sewaktu
ibunya, tidak hanya sampai di depan
dilahirkan tidak mampu melakukan
kelas tetapi orang tua anak ikut masuk
apa pun tanpa bantuan dari orang lain.
ke dalam kelas dan duduk di samping
Sujiono (2012:95) menyatakan bahwa
anaknya yang sedang belajar dan ini
salah satu asas dalam pembelajaran
telah berlangsung sejak didirikannya
anak
usia
dini
adalah
asas
KB Nur’ Ain Mola Selatan.
kemandirian,
yaitu
melatih
anak
yang
berada
di
Berdasarkan kondisi yang ada
untuk dapat memecahkan masalahnya
di KB Nur’ Ain Mola Selatan
seperti memakai baju, melepas dan
Kabupaten
memakai sepatu, menggosok gigi dan
Wakatobi
Provinsi
Sulawesi Tenggara, yang berbeda
kegiatan-kegiatan lainnya.
dengan layanan pendidikan anak usia
Kemandirian anak usia dini
dini yang ada di kecamatan wangi-
adalah tanggung jawab orang tua dan
wangi dan kecamatan wangi-wangi
guru untuk mengajari anak tentang
selatan kabupaten wakatobi, maka
kemandirian.
peneliti tertarik untuk melakukan
menyatakan bahwa Kemandirian yang
penelitian
pendekatan
akan dibentuk oleh orang tua dan
kualitatif tentang Kemandirian Anak
guru PAUD pada anak usia dini
dengan
Wiyani
(2013:29)
77
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
adalah kemandirian yang menjadikan
The first emotional autonomy-that
anak usia dini memiliki kemampuan
aspect of independence related to
menentukan
changes in the individual’s close
pilihan,
memutuskan
sesuatu
berani
sendiri
bertanggungjawab konsekuensinya, percaya
diri,
memiliki mengarahkan
dan
relationships, especially with parent.
atas
The second behavioral autonomy-the
rasa
capacity
diri,
decisions and follow through with
to
the
make
third
independence
mengembangkan dan menyesuaikan
them,
characterization
diri dengan lingkungan.
involves an aspect of independence terbatas
referred to as value autonomy-wich is
pada perilaku anak untuk melakukan
more than simply being able to resist
aktivitas sehari-hari dengan tidak
pressures to go along with the
tergantung kepada orang lain. Seperti
demands of other; it means having a
yang dikemukakan oleh Yamin dan
set a principles about right and
Sanan (2013:58) bahwa kemandirian
wrong, about what is important and
anak adalah bagaimana anak belajar
what is not.
Kemandirian
anak
makan,
Aspek kemandirian yang telah
memakai pakaian, mandi atau buang
dijelaskan di atas dapat dipahami ke
air
dalam tiga karakteristik kemandirian
untuk
mencuci
kecil/besar
tangan,
sendiri.
Mustari
(2014:82) mengatakan bahwa anak
yaitu;
tidak akan mampu mengembangkan
emosional, aspek kemandirian yang
kemandiriannya selama orang tua dan
menyatakan
orang-orang
selalu
emosional peserta didik dengan orang
berada di dekatnya untuk melindungi
tua. Kedua kemandirian tingkah laku,
dan selalu membantu anak dalam
kemampuan
melakukan aktivitasnya.
keputusan tanpa tergantung kepada
di
sekitarnya
pertama
perubahan
untuk
kemandirian
hubungan
membuat
dalam
orang lain dan melakukannya dengan
Desmita (2014:186) menulis tentang
penuh tanggung jawab. dan ketiga
karakteristik kemandirian terdiri dari
kemandirian
tiga bentuk, yaitu :
memakai seperangkat prinsip tentang
Steinberg
78
(1993)
nilai,
kemampuan
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
benar dan salah, yang penting dan
kepada anak dan kontrol terhadap
yang tidak penting.
perilaku anak-anaknya.
Dari semua konsep tentang
Pengalaman
hidup
yang
kemandirian anak usia dini dapat
berbeda-beda antara orang tua yang
disimpulkan
satu dengan orang tua yang lain
adalah
bahwa
kemampuan
kemandirian anak
untuk
menyebabkan arahan dan bimbingan
melakukan aktivitas tanpa bantuan
kepada anak berbeda antara anak
orang di sekitarnya seperti makan,
yang satu dengan anak yang berasal
memakai pakaian, mandi, merawat
dari keluarga lain. Santosa (2004:125)
diri, bermain bersama teman, mau
mengatakan bahwa pola asuh adalah
berbagi dan mampu mengendalikan
cara pendekatan orang dewasa kepada
emosi.
anak dalam memberikan bimbingan, arahan, pengaruh dan pendidikan supaya anak menjadi dewasa dan
Pola Asuh Keluarga
adalah
tempat
mampu berdiri sendiri. Baumrind
pertama bagi anak dalam menerima
dalam
Santrock
untuk
(2012:100-101) menyatakan bahwa
bagaimana anak harus bersikap dan
ada empat bentuk utama pola asuh,
berperilaku. Arahan dan bimbingan
yaitu pola asuh otoriter (authoritarian
dari orang tua biasanya dilakukan
parenting),
berdasarkan
(authoritative parenting), pola asuh
arahan
dan
bimbingan
falsafah
hidup
yang
pola
asuh
mengabaikan
otoritatif
orang tua anut, keyakinan agama, dan
yang
pengalaman hidup yang didapatkan
parenting),
oleh orang tua.
memanjakan (indulgent parenting).
pola
(neglectful asuh
yang
O’connor dan Scott (2007:7)
O’connor dan Scott (2007:7)
mengatakan bahwa pola asuh adalah
menjelaskan bahwa Diana Baumrind
hubungan atau interaksi orang tua
(1991) melakukan penelitian tentang
dengan anak-anaknya yang dibangun
model yang dominan dalam hubungan
atas dasar kehangatan orang tua
orang
tua
dengan
anak-anaknya.
menemukan bahwa dimensi penting 79
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
dari hubungan orang tua kepada
Kelekatan Kelekatan merupakan sebuah
anaknya adalah kehangatan sebagai lawan dari konflik atau pengabaian
bentuk
dan strategi pengendalian (kontrol).
emosional.
Tipologi pengasuhan yang dibangun
mutualisme, kenyamanan, keamanan
dari lintas kehangatan, konflik dan
dan kesenangan yang baik untuk
kontrol adalah pertama otoritatif,
individu
yakni kehangatan yang tinggi, positif
Weingarten dan Chisholm (2009)
dan tegas, kontrol dan ekspektasi
menyatakan bahwa Ibu atau pengasuh
anak yang tinggi. Kedua otoriter,
utama adalah tempat yang aman di
yakni
rendah,
mana bayi dapat mencari keamanan
konflik yang tinggi dan koersif serta
dan kenyamanan, berlindung dari
upaya pemberian hukuman. Ketiga
ancaman dan marabahaya, dan basis
permisif,
yang
yang aman untuk mengeksplorasi,
tinggi dengan kontrol yang rendah.
dengan harapan bahwa ibu akan
Keempat lalai-mengabaikan, yakni
tersedia untuk melindungi kapan pun
sedikit kehangatan dan kontrol yang
jika dibutuhkan oleh anak. kelekatan
rendah.
selektif
kehangatan
yakni
yang
kehangatan
khusus
dari
hubungan
Kelekatan
melibatkan
dalam
suatu
terhadap
hubungan.
figur
tertentu,
Berdasarkan beberapa konsep
biasanya satu tokoh kelekatan primer
tentang pola asuh dapat disimpulkan
yang biasanya ibu, namun beberapa
bahwa pola asuh adalah cara orang
kelekatan dengan orang tambahan
tua berinteraksi dan berkomunikasi
sedikit yang umum, misalnya, ayah,
dengan
kakak, atau pengasuh lainnya.
anak-anaknya
untuk
memberikan arahan, bimbingan, dan
Bowlby,
(1982:294)
dalam
pendidikan sehingga diharapkan dapat
bukunya
mempengaruhi sikap dan tingkah laku
menulis bahwa kelekatan adalah :
agar
anak
menjadi
mampu berdiri sendiri.
dewasa
dan
Attachment
and
Loss
‘the disposition of the child to seek proximity to and contact with a specific figure and to do so in certain
80
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
situations,
notably
when
he
is
mereka untuk menjelajah lingkungan baru.
frightened, tired or ill.’ Oates (2007:1) menyatakan
Adanya
menghambat
orang
asing
penjelajahan
anak,
ikatan
menyebabkan anak mencari sang ibu.
emosional bahwa bayi berkembang
Anak akan cemas dengan kepergian
dengan
dan
ibunya dan berusaha membuat ibu
pengasuh utama lainnya. Hubungan
kembali dengan perilaku menangis
ini sangat penting untuk anak-anak
atau mencari. (2) Anak-anak dengan
kesejahteraan
kelekatan
tidak
hanya
menunjukkan
bahwa
kelekatan
adalah
orangtua
mereka
dan
untuk
mereka
emosional dan pembangunan sosial. Psikiater Inggris John Bowlby
kuat-menghindar, sedikit
kepedulian atas kepergian ibunya.
mempelopori konsep kelekatan pada
dalam
1940-an,
bertemu kembali, mereka secara aktif
untuk
menggambarkan
menyambut
ibunya
kehangatan, intim dan hubungan yang
menghindari
terus
atau
mengabaikan ajakan-ajakan ibu untuk
pengganti ibu yang tetap di mana
berinteraksi. (3) Anak-anak dengan
keduanya menemukan kepuasan dan
kelekatan tidak kuat-resisten, cemas
kesenangan.
Oleh
dengan
menggambarkan
sistem
menerus
antara
ibu
Bowlby kelekatan
interaksi
ketika
kepergian
dan
ibunya
dan
berperilaku secara ambivalen ketika
yang membantu bayi untuk mencari
bertemu
kembali,
berusaha
kenyamanan dari pengasuh mereka
melakukan kontak dan berinteraksi
dengan mengembangkan rasa aman.
namun sekaligus menolak dengan
(2012:88-89)
marah ketika diajak berinteraksi. (4)
menyatakan bahwa kelekatan dapat
Anak-anak dengan kelekatan tidak
diklasifikasi
kuat-kacau, menunjukkan pola-pola
Upton
berdasarkan
perilaku-perilaku
si
anak
pada selama
perilaku
yang
bertentangan
dan
berpisah dan bertemu kembali dengan
dampaknya merasa bingung atau
ibunya, yaitu (1) Anak-anak dengan
takut untuk mendekati orangtuanya.
kelekatan kuat, menggunakan ibu
Perilaku ini berkaitan dengan anak-
mereka sebagai basis aman bagi
anak yang mengalami penganiayaan 81
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
atau memiliki ibu yang mengalami
KB
Nur’
kecemasan berat.
Kabupaten
Ain
Mola
Wakatobi
Selatan Provinsi
Sulawesi
Tenggara.
kelekatan yang telah diuraikan di atas
Lincoln
(2009:313)
dapat disimpulkan bahwa kelekatan
bahwa studi kasus adalah metode
adalah hubungan emosional yang
penelitian pribadi dan kajian tentang
terjalin antara anak dengan dengan
pengalaman personal yang unik dan
orang tua utamanya ibu. Hubungan
khusus untuk mewakili suatu kasus.
ini membawa kenyamanan, keamanan
Peneliti
dan menenangkan antara keduanya
observasi,
serta
terstruktur dan dokumentasi dalam
Berdasarkan beberapa konsep
salah
satu
akan
merasa
kehilangan jika yang lain tidak berada
melakukan
di dekatnya.
Dengan
menyatakan
teknik
wawancara
tidak
pengumpulan
yaitu
data.
kualitatif
miles
: reduksi
data,
penyajian data (display data), dan
METODE PENELITIAN Metode
dan
menggunakan
analisis
huberman,
Denzin
penelitian
yang
kesimpulan (verification).
digunakan untuk penelitian ini adalah studi
kasus.
Creswell
(2010:20)
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengemukakan bahwa Studi kasus merupakan metode penelitian dimana didalamnya secara
peneliti
cermat
peristiwa, sekelompok
menyelediki
suatu
aktivitas, individu
program,
proses,
atau
dan
kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas dari informan. Penelitian ini memotret atau menyelediki gejala sosial atau aktivitas sekelompok anak didik di sekolah, yaitu kemandirian anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang berada di 82
Hasil
pengambilan
data
melalui catatan lapangan observasi, wawancara
dan
dokumentasi
memberikan
kesimpulan
tentang
bentuk-bentuk kemandirian anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan, pola asuh orang
tua
dalam
membentuk
kemandirian anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan, kelekatan anak dengan orang tua dalam membentuk
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
kemandirian anak usia usia 4-6 tahun
kelas.
di suku bajo yang berada di KB Nur’
meminta ibunya untuk menyebutkan
Ain Mola Selatan, peran guru dalam
tulisan atau huruf yang telah ditulis
membentuk kemandirian anak usia 4-
oleh ibu guru di papan tulis.
6 tahun di suku bajo yang berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan.
Pada
saat
menulis
anak
Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada beberapa informan tentang perilaku mandiri
Bentuk-Bentuk Kemandirian Anak
Nur’ Ain Mola Selatan, baik di
Usia Dini di Suku Bajo Hasil observasi di KB Nur’ Ain Mola Selatan mulai dari saat datang ke sekolah, belajar dalam kelas serta saat istirahat dan pulang, diperoleh data bahwa hampir seluruh anak pada saat datang ke sekolah diantar
oleh
ibunya.
Terdapat
beberapa anak yang terlihat menonjol yang menunjukkan perilaku yang belum mandiri, yaitu Pada saat datang ke sekolah anak diantar oleh ibunya, dibawakan tas sekolahnya, untuk membuka
dan
memakai
sepatu
dilakukan oleh ibu anak. Pada saat masuk ke dalam kelas anak masuk bersama
orang
anak usia 4-6 tahun yang ada di KB
tuanya,
saat
pembelajaran di dalam kelas ketika ibu anak keluar kelas maka anak keluar kelas ikut bersama ibunya. anak akan masuk kembali ke dalam kelas jika ibunya masuk ke dalam
sekolah maupun di rumah diperoleh data bahwa anak-anak yang sering diantar oleh orang tuanya ke sekolah, ketika orang tuanya tidak mengantar anaknya ke sekolah maka anak tidak akan pergi ke sekolah. anak-anak yang setiap hari diantar oleh orang tuanya untuk datang ke sekolah telah berlangsung sejak KB Nur’ Ain Mola Selatan ada. perilaku tidak mandiri yang lain ditunjukkan oleh anak yang diantar
oleh
orang
tua
ketika
mengambil peralatan belajar yang ada di dalam tas, peralatan tersebut diambilkan oleh orang tuanya. saat menulis beberapa anak masih ada yang dituliskan oleh orang tuanya. Anak
pada saat di sekolah ketika
membuka sepatunya, untuk memakai sepatu
kembali
maka
terkadang
dibantu oleh guru. Orang tua bersama 83
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
anak di sekolah sejak datang ke
tangan, makan dan memakai baju
sekolah, belajar dalam kelas dan
sendiri.
pulang ke rumah karena orang tua menganggap
bahwa
kalau
tidak
bersama anak di sekolah maka anak
Pola Asuh Orang Tua di Suku Bajo yang Ada di KB Nur’ Ain
tidak akan sekolah tetapi hanya
Orang tua anak usia 4-6 tahun
bermain bersama temannya. Pada saat
di suku bajo yang berada di KB Nur’
masuk sekolah dasar anak masih tetap
Ain Mola Selatan memiliki ciri
diantar dan ditunggu oleh orang tua
pengasuhan
sampai pulang sekolah.
memanjakan anak, hal ini dapat
Berdasarkan beberapa data di
yang
cenderung
dilihat pada saat orang tua selalu
atas maka bentuk-bentuk kemandirian
mengawasi
anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang
bersama temannya. Orang tua selalu
berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan
menuruti
dapat dikategorikan bahwa terdapat
memberikan apapun yang diminta
anak
semua
oleh anak, orang tua tidak pernah
perilaku mandirinya, terdapat anak
meminta anak untuk mempersiapkan
yang hanya terlihat satu perilaku
peralatan sekolahnya.
yang
telah
terlihat
anak
ketika
keinginan
bermain
anak
atau
mandirinya dan terdapat anak yang
Orang tua anak dengan pola
belum perilaku mandirinya. Seperti
asuh yang cenderung memanjakan
yang
juga
diungkapkan
oleh Jackman
masih
memberikan
aturan
(2012:15) bahwa the child learning
sebagai batasan untuk anak seperti
what can be done for himself by his
Orang tua menegur anak ketika
own effort or ability, such as washing
melakukan
and drying hands, and feeding or
menjatuhkan
dressing himself. Artinya anak harus
memarahi anak pada saat melakukan
belajar
dan
sesuatu yang tidak sopan dihadapan
bagaimana
orang tua. Orang tua akan memberi
melakukan sesuatu untuk diri sendiri,
hadiah kepada anak jika melakukan
seperti mencuci dan membersihkan
sesuatu yang terpuji menurut orang
dengan
kemampuannya
84
usaha
kesalahan barang.
Orang
atau tua
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
tua. Pada saat orang tua meminta anak
tua meminta anak melakukan sesuatu
melakukan sesuatu maka anak harus
maka anak harus melakukan apa yang
melakukan apa yang diminta oleh
diminta oleh orang tua. Orang tua
orang tua. Orang tua tidak pernah
pernah memukul anak pada saat anak
memukul
melakukan
anak
ketika
anak
kesalahan.
Orang
tua
melakukan kesalahan. anak pernah
pernah
dimarahi oleh orang tua bangun telat
terlambat bangun tidur atau karena
atau karena tidak merapikan tempat
tidak merapikan tempat tidurnya.
tidurnya.
Orang tua dengan gaya pengasuhan
Anak dari Orang tua dengan pola
asuh
yang
memarahi
anak
karena
seperti ini di masyarakat bajo yang
cenderung
ada di KB Nur’ Ain Mola Selatan
memanjakan tidak memiliki perilaku
memiliki anak yang mandiri. Papalia
mandiri
dan Feldman (2014:294) menyatakan
sebagai
indikator
untuk
melihat kemandirian anak. Orang
tua
dengan
bahwa anak prasekolah dengan orang ciri
tua
otoritatif
cenderung
menjadi
pengasuhan yang cenderung otoritatif
mandiri
seperti Orang tua memberi hadiah
sendiri, memiliki kontrol diri, asertif
kepada anak jika melakukan sesuatu
dan eksploratif.
dan
mengandalkan
diri
yang terpuji menurut orang tua. anak tidak diawasi oleh orang tua ketika
Kelekatan Anak Dengan Orang
bermain bersama temannya. Orang
Tua di Suku Bajo yang Ada di KB
tua
Nur’ Ain Mola Selatan
anak
keinginan
tidak anak
menuruti atau
semua tidak
Kelekatan anak dengan orang
memberikan apapun yang diminta
tua dapat dilihat pada anak yang
oleh anak. Orang tua akan memarahi
selalu diantar ke sekolah oleh orang
anak ketika melakukan sesuatu yang
tua, tidak hanya sampai di sekolah
tidak sopan dihadapan orang tua.
atau depan kelas tetapi juga ikut
Orang tua akan memarahi anak ketika
masuk ke dalam kelas anak dengan
melakukan
atau
orang tua. Ketika orang tua keluar
menjatuhkan barang. Pada saat orang
kelas maka anak ikut keluar adalah
kesalahan
85
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
ciri kelekatan berdasarkan respon
berusaha
anak terhadap keberadaan orang tua
dengan
di sampingnya, dan hanya terjadi di
mencari.
sekolah sedangkan di rumah tidak
menyatakan
demikian.
Crain
(2007:76)
diklasifikasikan
menyatakan
bahwa
seharusnya
dengan
bertambahnya
usia,
anak
membuat perilaku
ibu
kembali
menangis
Upton
atau
(2012:88-89) kelekatan
dalam
satu
dari
empat klasifikasi, bergantung pada perilaku-perilaku
si
anak
selama
dapat lebih banyak menghabiskan
berpisah dan bertemu kembali, salah
waktu untuk terpisah dari orang
satu diantaranya adalah Anak-anak
tuanya. Anak berusia lima tahun bisa
dengan kelekatan kuat, menggunakan
berangkat ke sekolah selama setengah
ibu mereka sebagai basis aman bagi
hari atau bahkan lebih lama lagi.
mereka untuk menjelajah lingkungan
Beberapa hal ini merupakan pola
baru.
umum dari bentuk kelekatan anak
menghambat
yang berusia pra-sekolah dengan
menyebabkan anak mencari sang ibu.
orang tuanya.
Anak akan cemas dengan kepergian
Adanya
orang
penjelajahan
asing anak,
Anak tidak akan marah ketika
ibunya dan berusaha membuat ibu
orang tua datang untuk menghentikan
kembali dengan perilaku menangis
waktu bermain bersama temannya.
atau mencari. Semua akan merasa
Dan ketika bermain bersama orang
sangat senang ketika bertemu kembali
tua, anak tidak akan melanjutkan
dengan orang tua setelah beberapa
permainan ketika orang tua telah
lama tidak bertemu, kadang disambut
pergi dan tidak bermain bersama anak
dengan teriakan memanggil nama
lagi merupakan bentuk kelekatan
ibunya merupakan ekspresi kelekatan
anak dengan kelekatan kuat. Hal ini
anak dengan orang tua.
dapat dilihat dari sikap anak yang
Anak dengan kelekatan yang
menggunakan ibu mereka sebagai
sama antara di rumah di sekolah
basis
cenderung belum memiliki perilaku
aman
aktivitasnya. dengan 86
untuk Anak
kepergian
melakukan akan ibunya
cemas dan
mandiri kelekatan
sedangkan dengan
anak
yang
ibunya
hanya
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
berlangsung di sekolah sedangkan di
dirapikan di rumah baru boleh keluar
rumah anak telah mengerti kenapa
untuk bermain bersama teman, atau
ibunya meninggalkannya cenderung
jangan
memiliki perilaku yang mandiri.
sebelum mengganti baju langsung
setelah
pulang
sekolah
bermain bersama teman dengan masih Peran Guru di KB Nur’ Ain Mola
menggunakan
Selatan untuk Kemandirian Anak
Selanjutnya guru juga mengajari anak
di Suku Bajo
nama-nama semua alat indra yang ada
Peran guru dalam membentuk
baju
sekolah.
di tubuh manusia beserta fungsinya
kemandirian anak usia 4-6 tahun di
masing-masing.
suku bajo yang berada di KB Nur’
bahwa anak PAUD adalah anak yang
Ain Mola Selatan
hebat yang tidak takut dan malu
Membangun rasa percaya diri anak dilakukan oleh guru dalam
Menyampaikan
dengan bernyanyi bersama setiap apel pagi.
pembelajaran di dalam kelas dengan
Guru
meminta setiap anak secara bergiliran
meyakinkan
memimpin
dimulai
mengantar anak ke sekolah cukup
pembelajaran setiap hari di depan
sampai di depan kelas dan jangan
kelas, serta dalam pembelajaran di
masuk ke dalam kelas bersama anak,
kelas guru meminta setiap anak untuk
hanya kenyataan di lapangan bahwa
menunjuk huruf yang ada di papan
orang tua tidak memperdulikan apa
tulis
untuk
yang disampaikan oleh ibu guru, atau
bernyanyi di depan kelas adalah cara
kalau ibu guru bersikap tegas agar
guru
orang tua tetap berada di luar kelas
doa
dan
sebelum
meminta
untuk
anak
menumbuhkan
rasa
juga orang
berusaha tua
bahwa
maka itu hanya bisa bertahan satu
percaya diri anak. Guru juga melatih anak untuk
atau dua hari setelah itu orang tua
dengan
kembali masuk bersama anak ke
menyampaikan kepada anak agar
dalam kelas dan bahkan beberapa
setelah
anak tidak akan pernah hadir di
bertanggungjawab
peralatan
pulang sekolah
sekolah disimpan
semua dan
sekolah.
Morrison
(2012:88) 87
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
menyatakan bahwa salah satu konsep
sosio-antropologi keunikan manusia
dasar yang penting untuk praktik
yang membedakan dengan mahluk
pendidikan yang baik adalah guru
yang
harus menyayangi dan menghormati
berbudaya, sedangkan mahluk yang
anak-anak, mempunyai cita-cita yang
tidak berbudaya sehingga salah satu
tinggi untuk anak, dan mengajari anak
cara untuk membuat manusia lebih
hingga kapasitas tertinggi yang bisa
manusiawi
dilakukan oleh anak.
mengembangkan
Pendidikan anak usia dini
lain
misalnya
karena
manusia
adalah
dalam
itu
dengan
kebudayaanya mendidik
berbasis pada multi disiplin ilmu dan
membesarkan
budaya
pengertian
antara satu tempat dengan tempat
bahwa praktik pendidikan anak usia
yang lain berbeda-beda dan punya
dini
keunikan tersendiri seperti halnya di
mengandung
harus
perkembangan
selalu
mengikuti
mutakhir
dalam
Kemandirian anak usia dini
multidisipliner
kajian
inter
dapat
bajo
yang
Budaya
memiliki
cara
mendidik anak yang berbeda dengan
bidang keilmuan yang relevan.
berdasarkan
suku
anak-anak.
dan
dan
digambarkan
suku yang lain. Untuk berenang dan membawa
sampan
tidak
perlu
diajarkan kepada mereka tapi untuk sekolah anak harus dituntun dengan
dalam bagan berikut ini :
baik orang tuanya seperti menemani Pola asuh sosioantropologi
Kelekatan/ Psikologi
anak belajar dalam kelas di sekolah. Jahja (2013:466) menyatakan bahwa
PAUD
Psikologi
perkembangan
sebagai bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia
Guru Pendidikan
Kemandirian Sosiologi
dan faktor-faktor yang membentuk perilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi perkembangan
(2012:125)
juga mempelajari tentang tahapan-
menyatakan bahwa dari titik pandang
tahapan hidup manusia. Dimana anak
Sujiono
88
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
usia dini masuk pada kajian tempo
pendidikan seperti halnya para priyayi
perkembangan pada usia 25 bulan
maupun
hingga 6 tahun sehingga dalam kajian
Sekolah
psikologi perkembangan anak pada
bukan diberi nama sekolah tapi taman
usia ini disebut dengan kanak-kanak
siswa. Ini mempunyai arti bahwa
awal dimana anak bersedia untuk
belajar itu haruslah menyenangkan,
belajar dan suka bermain dengan
belajar
rekan sebaya. Pada anak dengan
manusia cerdas secara intelektual saja
kelekatan yang kuat yaitu anak terlalu
tapi belajar adalah pengembangan
lekat dengan orang tua, belum dapat
daya
dikategaorikan tahapan ini.
pengembangan daya cipta, rasa dan
Filosof
Plato dalam Jahja
orang-orang pertama
bukan
jiwa
yang
untuk
belanda. didirikan
membuat
seutuhnya
yaitu
karsa. Dari
(2013:4) menyatakan bahwa sejak
pandangan
bapak
lahir anak telah memiliki bakat atau
pendidikan di atas yang telah lama
benih
dapat
dan banyak diketahui oleh para
dikembangkan melalui pengasuhan
pendidik, memberikan pemahaman
dan pendidikan. Hal ini berarti bahwa
yang mendalam bahwa tugas seorang
dari sudut pandang filosof bahwa
guru
anak itu harus diberikan bantuan
keseimbangan dalam pengembangan
melalui pengasuhan orang tua dan
diri peserta didik mengembangkan
pendidikan
daya cipta (daya pikir), rasa (perilaku)
kemampuan
yang
sehingga
bakat
yang
harus
membuat
dibawa dapat berkembang dengan
dan
baik.
menurut Ki Hajar Dewantara adalah Sujiono
(2012:125)
karsa
mampu
(keterampilan).
Guru
tauladan yang harus diikuti oleh
Hajar
peserta didiknya. Guru anak usia dini
Dewantara sebagai Bapak pendidikan
haruslah orang-orang yang mampu
indonesia,
memberi
menyatakan
bahwa
mendirikan
Ki
perguruan
teladan
kepada
anak
memberikan
didiknya karena pendidikan untuk
kesempatan bagi para seluruh rakyat
anak usia dini yang paling penting
atau pribumi untuk dapat memperoleh
adalah pendidikan budi pekerti.
taman
siswa
untuk
89
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
SIMPULAN
dapat diuraikan rekomendasi dari
Simpulan
penelitian ini, antara lain (1) kepada
penelitian ini adalah:
(1) perilaku mandiri anak di suku
orang tua, hendaknya mengetahui
bajo yang ada di KB Nur’ Ain Mola
kapan waktu untuk membantu anak
Selatan
kecenderungan
untuk melakukan aktivitas dan kapan
untuk selalu dibantu oleh orang tua,
waktu anak dibiarkan sendiri untuk
(2) pola asuh orang tua anak di suku
melakukan
bajo yang ada di KB Nur’ Ain Mola
waktu
Selatan
berkomunikasi dengan anak dan tidak
memiliki
memiliki
kecenderungan
aktivitasnya, yang
memiliki
lebih
untuk memanjakan anak sehingga
terlalu
anak
dengan terlalu mengawasi anak, (2)
belum
memiliki
perilaku
membatasi
untuk
Guru,
orang tua di suku bajo yang ada di
untuk
KB Nur’ Ain Mola Selatan, memiliki
kepada orang tua bahwa anak di
perbedaan antara di sekolah dan di
sekolah akan dijaga dengan baik dan
rumah.
memiliki
dilatih agar mandiri sehingga orang
kecenderungan untuk kelekatan yang
tua tidak perlu masuk ke dalam kelas,
kuat sedangkan di rumah anak dengan
setelah mengantar anak orang tua
ibu telah membentuk kerja sama satu
silahkan pulang, tiba waktu pulang
sama lain, (4) peran guru di KB Nur’
silahkan
Ain Mola Selatan adalah dengan
menjemput anak, (3) Masyarakat,
melatih anak untuk percaya diri dan
khususnya
mengajarkan
anak
agar
hendaknya memperhatikan sekolah
bertanggungjawab
sehingga
anak
binaan masyarakat seperti KB Nur’
sekolah
lebih
anak
mandiri, (3) kelekatan anak dengan
di
hendaknya
gerakan
memberikan
datang
berusaha
pemahaman
kembali
pemerintah
untuk
desa
Ain Mola Selatan yang ada di wilayah
dapat mandiri.
Desa Mola Selatan agar sarana dan prasarana
SARAN Berdasarkan
kesimpulan
yang telah dikemukakan di atas maka 90
yang
ada
keamanannya untuk anak.
terjamin
Kemandirian Usia Dini… La Hewi
DAFTAR PUSTAKA Bowlby J. Attachment and Loss: Vol. nd
1 Attachment (2 edn). New York: Tavistock Institute of Human Relations; NY Basic Books; 1982 Carol Popp Weingarten and James S. Chisholm, Attachment and Cooperation in Religious Groups An Example of a Mechanism for Cultural Group Selection, Current Anthropology Volume 50, Number 6, December 2009 Desmita, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014 Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman, Menyelami Perkembangan Manusia, Jakarta: Salemba Humanika, 2014 George S. Morrison, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini terjemahan Suci Romadhona dan Apri Widiastuti, Jakarta: Indeks 2012 Hilda L. Jackman, Early Education Curriculum: A Child’s Connection to the World, Fifth Edition, Canada: Wadsworth, Cengage Learning, 2012 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed terjemahan Achmad Fawaid, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2012
Martin Woodhead John Oates, Attachment relationships, United Kingdom: Milton Keynes, 2007 Martinis Yamin dan Jamilah S. Sanan, Panduan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013 Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Eds.), Handbook Of Qualitative Research terjemahan Dariyatno dkk. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua dan Guru dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini, Jogjakarta: 2013 Penney Upton, Psikologi Perkembangan terjemahan Noermalasari Fajar Widuri, Jakarta: Erlangga, 2012 Soegeng Santosa, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini: Pendidikan Indonesia Masa Depan, Jakarta: UNJ Press, 2004 Thomas G. O’Connor and Stephen B.C. Scott, Parenting and outcomes for children, Kings College London 2007 William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi terjemahan Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Cet.III; Jakarta: Kencana, 2013 91
JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia
92
Dini, Cet. V; Jakarta: PT. Indeks, 2012