1
PENERAPAN COOPERATIF LEARNING TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL PADA PEMBELAJARAN PKn UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII a SMP NEGERI 1 PASANGKAYU Afandi1 Ali Jennah 2 Bonifasius Saneba 3 Program Studi PPkn, Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah dengan model pembelajaran coopertif tipe STAD melalui pendekatan contextual dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a SMPN 1 Pasangkayu?.Siswa yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VIII a yang berjumlah 29 orang siswa.Tujuan penelitian meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu dengan mengunakan penerapan kooperatif learning tipe STAD melalui pendekatan contextual pada pembelajaran PKn.Jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam II siklus dengan prosedur (1)orentasi; (2) perencanaan;(3) pelaksanaan tindakan; (4) observasi;(5) refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru mata pelajaran sebagai pelaksana tindakan.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara,catatan lapangan, dan hasil tindakan (evaluasi). Validasi data terdiri dari empat tahapan (1) triangulasi; (2) member chek; (3) audit trail; (4) ekspert opinion.Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I aktivitas siswa pada pertemuan pertama dalam kategori cukup dengan nilai rata-rata 63%,pertemuan kedua nilai rata-rata 73% dalam kategori baik,sementara observasi aktivitas guru pertemuan pertama dengan nilai rata-rata73% ,pertemuan kedua nilai rata-rata 80% dalam kategori baik. Daya serap klasikal pertemuan pertama 34,48% pertemuan kedua 58,62%. Daya serap individu pertemuan pertama 67,82% pertemuan kedua 74,48%. Siklus II observasi aktivitas siswa dengan nilai rata-rata 92%,observasi aktivitas guru dengan nilai rata-rata 94%. dan daya serap klasikal 86,20%. Daya serap individu 81.65%. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan coopertif learning tipe STAD dengan pendekatan contextual meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMPN 1 Pasangkayu.
Kata kunci:Model Pembelajaran cooperatif tipe STAD;Hasil belajar siswa
1
2 3
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir yang bernama Afandi, Stambuk A 321 09 001 Pembimbing I Pembimbing II
2
I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu sistem yang dibutuhkan oleh manusia untuk membentuk kepribadian dan perkembangan intelaktualnya terutama halnya bagi seorang anak. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. Dalam perkembangannya pendidikan disesuiakan dengan hakikat pendidikan itu sendiri dan perkembangan peserta didik. Berbagai permasalahan dan tantangan masih dihadapi penyelenggaran pendidikan, khususnya jenjang sekolah mene ngah pertama ( SMP ) rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, diantaranya ketidakmampuan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.
Tinggi rendahnya mutu pendidikan dalam skala kecil misalnya sekolah,dapat dilihat dari hasil belajar siswanya ,hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam ( inten ) maupun faktor dari luar ( ekskternal ),yang termasuk internal adalah faktor psikologis, misalnya kecerdasan, motivasi,berprestasi,dan kemampuan kognitif. Sedangkan yang ditermasuk ekternal adalah faktor lingkungan dan intrumental,misalnya guru,kurikulum dan model pembelajaran( Djamaah,2000:455)4 Hasil belajar siswa yang sangat rendah di sebabkan oleh faktor tidak adanya motivasi dalam diri siswa, lingkungan belajar yang tidak kondusif, serta penyampaian model pembelajaran masih tradisional, diperoleh informasi dari guru bidang study PKn SMP Negeri 1 PASANGKAYU bahwa pada waktu guru melaksanakan proses pembelajaran ada masalah-masalah yang dilakukan oleh siswa yaitu siswa fasif dan tidak ada respon terhadap pembelajaran sedang berlangsung, selain permasalahan diatas ada permasalahan yang lain yaitu lingkungan pembelajaran yang tidak kondusif dimana dalam pemaparan ibu Zainab S.Pd selaku guru bidang study PKn mengatakan bahwa dalam kelas VIII a itu mempunyai siswa 29 orang.
4
Djamaah.2000. Pengaruh model pembelajaran dan pendidikan dan kebudayaan.
motivasi berprestasi terhadap hasil belajar. Jurnal
3
Ada pun masalah yang menjadi tolak ukur berhasilnya pembelajaran yaitu permasalahan penyajian materi atau pengunaan metode pembelajaran yang gunakan guru dalam pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru bidang study PKn di SMPN 1 PASANGKAYU masih mengunakan metode pembelajaran ceramah sehingga siswa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas seperti data yang diperoleh dari guru bidang study PKn hasil belajar PKn untuk kelas VIII a SMP N 1 PASANGKAYU memiliki hasil yang rendah dibandingkan dengan kelas yang lain ditandai dengan nilai siswa yang diperoleh berkisaran 50 – 60 %. Sedangkan saat ini dikembangkan sistem Standar Ketuntasan Belajar Minimum ( SKBM ). Ketuntasan belajar pada setiap indikator, telah ditetapkan dalam kompetensi dasar berkisar ( 0 – 100 ). Dalam petunjuk penilaian pembelajaran PKn berbasis kompetensi, bahwa kriteria idealnya ketuntansan masing-masing indikator sebesar 75% point (Depdiknas,2006 : 39)5 Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu dengan mengunakan penerapan cooperatif learning tipe STAD melalui pendekatan contextual pada pembelajaran PKn. Melihat permasalahan yang akan diteliti maka dapat dirumuskan sebuah hipotesis yaitu “Jika menerapkan pembelajaran cooperatif tipe STAD dengan pendekatan contextual maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a di SMP Negeri 1 Pasangkayu. Pendekatan masalah mengunakan model pembelajaran coopertif learning tipe STAD dengan pendekatan contektual yanng mana meliputi (penyajian kelas,belajar kelompok,kuis,skor perkembangan dan penhargaan kelompok). II METODE Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), rancangan penelitian ini bersiklus, tiap siklus terdiri dari beberapa fase, yaitu: (0) Orentasi (1)Perencanaan tindakan.(2) Pelaksanaan 5
Depdiknas.2006.Kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) jakarta : direktorat pendidikan dasar menengah
jendral
4
tindakan.(3) Observasi, dan (4) Refleksi. Menurut desain penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart dalam Suaib,dahlia(2012:3)6 Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Pasangkayu, siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII a dengan jumlah siswa 29 orang. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jadwal mata pelajaran PKn di kelas VIII a SMP Negari 1 Pasangkayu. Di dalam peneltian ini melibatkan guru PKn yang bernama ibu Zainab sebagai pelaksanaan tindakan. Jenis data penelitian yang digunakan data kuantitatif diambil melalui hasil tes tindakan sedangkan data kualitatif diambil dari data observasi guru dan siswa,wawancara dan catatan lapangan.
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan melalui tiga cara yaitu: (1) tes hasil belajar diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa saat sesudah pelaksanaan tindakan(2) observasi,merupakan pengamatan langsung terhadap aktivitas guru dan siswa secara langsung di kelas.(3) wawancara, dilakukan kepada siswa dan guru menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran dalam kelas.(4) catatan lapangan dilakukan dengan tujuan mencatat data yang tidak terekam dalam lember observasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data kuantitatif yang di peroleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase ketuntasan belajar siswa dengan mengunakan rumus sebagai berikut : Teknik analisis data kuantitatif a) Daya serap individu KB= ∑
∑
Keterangan : Ti T
= Skor yang di peroleh siswa = Skor maksimal soal
KB = Daya serap Individu Suatu kelas dikatakan tuntas belajar individu jika presentase daya serap individu sekurang-kurangnya 75% yang di ambil dalam dari standar ketuntasan belajar minimum (SKBM). 6
Syuaib,D. 2012. Penelitian tindakan kelas .Palu :Edukasi Mitra Grafika
5
b) Ketuntasan belajar klasikal KB= ∑
∑
Keterangan KBK = Ketuntasan belajar klasikal Ri
= Jumlah siswa yang tuntas
Rt
= Jumlah siswa seluruhnya
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika presentase daya serap klasikal sekurang-kuranya 65% (Depdiknas.2004:24)7 c) Nilai perkembangan kelompok NK =
.
Suatu kelompok dikatakan berhasil jika dalam dalam kelompok memperoleh nilai perkembangan sekurang-kurangnya skor 25. Slavin (1984).8 III HASIL Pada tahap orentasi peneliti mengadakan studi awal pada hari Jum’at pada tanggal 11 Oktober 2013. Kegiatan yang dilakukan pada studi awal ini adalah bertemu langsung dengan kepala sekolah SMP Negari 1 Pasangkayu dengan ini di wakili oleh wakil kepala sekolah bidang akademik yaitu ibu Selmia S.pd. Dalam pertemuan tersebut peneliti menyampaikan maksud dan tujuan untuk melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK) SMP Negeri 1 Pasangkayu di kelas VIII a dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif learning tipe STAD dengan pendekatan contextual serta menunjukan surat penelitian dari Universitas Tadulako. Selanjutnya ibu wakil kepala sekolah Selmia S.pd mengarahkan peneliti menemui guru PKn kelas VIII a yaitu ibu Zainab S.Pd sebagai guru mitra peneliti dalam pelaksanaan tindakan. Tes awal dilakukan pada hari rabu tanggal 16 oktober 2013 dimana pelaksanaannya menggunakan waktu mata pelajaran Pkn dengan waktu 2 x 40 menit ( 1 x pertemuan ) dari jam 09:15 sampai 11:05 wita dengan jumlah siswa 7
8
Depdiknas.2004.Bahan ajar diklak berjenjang berbasis kompetensi.jakarta: Depdiknas Slavin 1984.Coopertif learning.Maryland john hopskins university
6
yang hadir 29 orang. Tes awal ini dilakukan dengan tujuan mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan cooperatif tipe STAD dengan pendekatan contextual dan hasil tes awal ini dijadikan dasar dalam pembentukan susunan anggota kelompok. Pada siklus I peneliti mengawalinya dengan beberapa persiapan yaitu diantaranya: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan kemudian refleksi. Pelaksanaan tindakan siklus I dimulai pada tanggal 23 Oktober 2013 yang mana dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan di kelas selama 2 siklus.. Adapun materi yang diajarkan pada siklus I yaitu konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan refublik indonesia.Pada
pelaksanaan tindakan siklus I ini
peneliti bertindak sebagai pengamat yang mengamati aktifitas siswa dan guru. Dan pelaksana tindakan Ibu Zainab selaku guru PKn. Pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran kooperatif learning tipe STAD dengan pendekatan contextual Dalam proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas guru. Mengenai hasil observasi aktifitas siswa menunjukkan bahwa persentase nilai rata-rata (NR) aktifitas siswa pada pertemuan pertama 63% yang berada dalam kategori cukup dan untuk pertemuan kedua 73% berada pada kategori baik, selanjutnya aktifitas guru,persentase nilai rata-rata (NR) aktifitas guru pada pertemuan pertama adalah 73% dan untuk pertemuan kedua sebesar 80%
berada dalam kategori baik,
adapun ketuntasan belajar klasikal siswa semaking menegalami peningkatan,pada silklus I pertemuan pertama presentase nilai 17,24% pertemuan kedua 34,48%. Untuk daya serap individu siswa siklus I pertemuan pertama 67,82%.pertemuan kedua 74,48% . Pada refleksi tindakan siklus I mengenai hasil wawancara yang dilakukan di temukan beberapa hal diantaranya ialah belum terbiasanya siswa dalam pembelajaran kelompok,masih mengantung tanggung jawab kelompok hanya kepada satu orang yaitu ketua kelompok sedang anggota kelompok yang lain terlihat diam dalam pembelajaran sehingga pada pembelajaran selajutnya guru dan peneliti lebih memfokoskan kepada siswa-siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran serta memberikan pemahaman akan pentingnya kerjasama antar kelompok.
7
Siklus II, sama halnya dengan siklus pertama yang dilakukan peneliti yaitu antara lain: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan kemudian refleksi. Pada siklus kedua dilaksanakan dengan 1 kali pertemuan, yaitu tanggal 6 November 2013 dengan menerapkan model pembelajaran cooperatif learning tipe STAD dengan pendekatan contextual. Materi yang diajarkan pada siklus ini adalah sikap positip terhadap pelaksanaan UUD 1945. Pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti bertindak sebagai pengamat siswa dan guru serta pelaksana tindakan adalah ibu Zainab selaku guru bidang studi PKn. Hasil observasi aktifitas siswa dan guru dilakukan sebanyak 1 kali pada saat proses pembelajaran berlangsung, hasil observasi aktifitas siswa.Adapun hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II berdasarkan hasil observasi diketahui persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas siswa yaitu 92%.berada dalam kategori sangat baik. Hasil observasi aktifitas guru persentase nilai rata-rata (NR) aktivitas guru siklus II yaitu 94% berada dalam kategori sangat Adapun ketuntasan belajar klasikal yaitu 86,20%, daya serap individu 81,65%. Hasil refleksi dari wawancara bersama guru dan siswa pada siklus II diketahui sudah mampu siswa beradaptasi dengan model pembelajran coopertif tipe STAD ditandai dengan aktif semua siswa dalam pembelajaran serta dapat menyelesaikan soal-soal.
IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil data penelitian dan hasil temuan peneliti maka dalam pembahasan ini akan disajikan tentang a) pengunaan tiga tahap dalam pembelajaran b) peningkatan hasil belajar siswa. a. Pengunaan tiga tahap dalam pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model kooprtif tipe STAD dengan pendekatan contextual pada penelitian ini mengunakan 3 tahap sebagai berikut : Tahap awal 10 % kegiatan Kegiatan pada tahap ini dilakukan oleh guru dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan pentingnya materi.
8
Tahap inti 60% kegiatan Kegiatan ini berupa persiapan guru menyiapkan materi yang sesuai dengan konsep contextual yaitu materi kostitusi-kostitusi yang pernah berlaku di indonesai, pembagian kelompok serta guru mengontrol dan membimbing siswa. Tahap akhir 10 % kegiatan Dalam kegiatan akhir ini guru memberikan tes akhir siklus I dan siklus II serta pemberian penghargaan kelompok dengan menghitung nilai perorangan. Penerapan pembelajaran kooperatif
bagi siswa merupakan hal yang baru
sehingga memerlukan waktu untuk beradaptasi,terlihat dalam pertemuan pertama pada siklus I masih banyaknya siswa bigung terhadap model pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Serta proses pembelajaran kelompok tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan hasil observasi siswa pada pertemuan pertama siklus I yang presentase nilai rata-rata siswa adalah 63 % dan hasil observasi guru presentase nilai rata-ratanya adalah 73%, presentase nilai rata-rata siswa pada pertemuan kedua 73 % sedangkan presentase nilai rata-rata guru ialah 80 %.’ Hal yang menarik pada siklus I pertemuan pertama dimana siswa berkemampuan
tinggi
lebih
aktif
dalam
kelompok
sedangkan
siswa
berkemampuan rendah sikap diam sehingga diskusi kelompok kurang aktif. Namun pada pertemuan kedua sudah mengalami peningkatan dimana siswa yang berkemampuan rendah sudah berani mengungkapkan pendapatnya dalam kelompok sehingga diskusi kelompok sudah mulai hidup. Pada pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok lebih mendekatkan kepada siswa yang berkemampun rendah hal ini dilakukan agar komunikasi dalam kelompok dapat berjalan dengan baik.Dalam interaksi antar kelompok pada siklus II mengalami kemajuan hal ini ditandai dengan hasil observasi siklus II yaitu presentase rata-rata perolehan siswa adalah
87 % dan presentase rata - rata
perolehan guru 89 %. Dengan demikian sudah mulai terbiasanya siswa menhargai kelompok dan saling memotivasi, keadaaan lain yang terjadi adanya peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran serta adanya perhatian dalam menyimak
9
tanggapan dari kelompok lain. Serta dalam hal ini aspek- aspek yang terdapat dalam pendekatan contextual sudah memenuhi syarat atau dalam kategori baik. Dari pengamatan di kelas bahwa kerja sama yang diterapkan dalam pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pendektan contextual telah meningkatkan hasil belajar siswa yang berkemampuan rendah dan mengaktifkan semua siswa dalam pembelajaran serta dalam pembelajaran kooperatif ini membantu siswa merasa bertanggung jawab terhadap kelompoknya serta merasa saling memiliki. b. Peningkatan hasil belajar siswa Pembelajaran koopertif tipe
STAD dengan pendekatan contextual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII a SMP Negeri 1 Pasangkayu. Hal ini dapat dilihat dalam hasil tes pada siklus I dan siklus II.Dari analisi tes pada tes awal dapat digambarkan bahwa ketuntasan klasikal siswa semaking mengalami peningkatan dapat dilihat dalam tes awal yang dilakukan yang mempunyai prensentase nilai ialah 17,24 %., pada silklus I pertemuan 1 dan 2 memiliki presentase nilai 34,48 % dan 58,62 %,sedangkan untuk presentase nilai pada siklus II ialah 86,20 % Berdasarkan hasil analisis tes pada siklus I pertemuan pertama dapat digambarkan bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 10 orang siswa, sedangkan yang belum tuntas 19 orang siswa dengan presentase secara individual 67,82 %. Pada pertemuan kedua ketuntasan belajar secara individu yang tuntas 17 orang siswa yang belum tuntas 12 orang siswa. Dengan presentase secara individu 74,48 %. Berdasarkan hasil analisis tes siklus II dapat memberikan gambaran bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individu berjumlah 25 orang siswa sedangkan yang belum mencapai ketuntasan belajar secara individu 4 orang siswa. Dalam hal ini siswa yang bisa dikatakan tuntas belajar secara individu bila mana mereka dapatkan nilai 75. Dari hasil wawancara dan catatan lapangan dapat diketahui hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan hal itu bisa dilihat dalam analisis tes akhir tindakan pada siklus I dan siklus II. Dari hasil wawancara di
10
setiap tes akhir tindakan,maka dapat diketahui siswa senang dan merasa nyaman untuk mengikuti pembelajaran dengan mnegunakan model pembelajaran koopertif tipe STAD Pada model pembelajaran ini pula siswa diajarkan untuk berkerjasama antara anggota kelompok, merasa saling memiliki, bertanggung jawab, persaingan serta adanya keterlibatan semua anggota kelompok dalam menyelesaikan masalah.
V KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran koopertif tipe dengan pedekatan contextual, dilihat dalam aktivitas guru terus mengalami peningkatan dimana pada siklus I pertemuan pertama presentase nilai rata-rata yang diperoleh 73% pertemuan kedua 80 %, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata yang diperoleh 94%.Adapun aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama presentase nilai rata-rata yang diperoleh 63%, pertemuan kedua 73 %, sedangkan pada siklus II presentase nilai rata-rata yang diperoleh 92%. Pada pembelajaran tersebut siswa lebih akrab,lebih aktif dalam belajar,merasa
saling
memiliki
dalam
satu
kelompok.
Serta
dapat
meningkatkan presentase daya serap klasikal individu dari 74,48 % hingga 81,65 %. Siswa b. Saran 1. Dalam penerapan pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pedekatan contextual. Perlu pemahaman dan kesiapan dalam melaksanakannya. 2. Dalam pembelajaran koopertif tipe STAD dengan pedekatan contextual guru dapat memilih materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran.
11
VI DAFTAR RUJUKAN Depdiknas.2004.Bahan ajar diklak berjenjang berbasis kompetensi.jakarta: Depdiknas Depdiknas.2006.Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) jakarta : direktorat jendral pendidikan dasar menengah Djamaah.2000. Pengaruh model pembelajaran dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar. Jurnal pendidikan dan kebudayaan. Slavin 1984.Coopertif learning.Maryland john hopskins university Syuaib,D. 2012. Penelitian tindakan kelas .Palu :Edukasi Mitra Grafika